PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP … · Dimana ada rintangan, disitu ada usaha Dan...

114
PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACAPERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS II SDN 183 LAPADDUMPU KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar MUSDALIFAH 105409106 14 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP … · Dimana ada rintangan, disitu ada usaha Dan...

  • PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP

    KETERAMPILAN MEMBACAPERMULAAN PADA MATA

    PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS II SDN 183

    LAPADDUMPU KABUPATEN SOPPENG

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    MUSDALIFAH

    105409106 14

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2018

  • MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

    Hati menjadi tentram (Q.S. ar-Ra’d 13: 28)

    Dimana ada kemauan, disitu ada jalan

    Dimana ada jalan, disitu ada rintangan

    Dimana ada rintangan, disitu ada usaha

    Dan dimana ada usaha, Insya Allah disitu ada hasil

    Lakukanlah sesuatu dengan niat yang tulus dan berikhtiar

    Niscaya Allah Swt yang Maha menentukan

    Hasil yang indah bukanlah tujuan utama

    Melainkan sebuah perjuangan yang bermakna

    Berusaha dan doa merupakan kunci kesuksesan

    Kupersembahkan karya ini buat:

    Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

    atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

    mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

  • ABSTRAK

    Musdalifah . 2018.Pengaruh Metode Bermain Terhadap Keterampilan Membaca

    Permulaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SDN 183 Lapaddumpu

    Kabupaten Soppeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing

    ISulfasyah, dan pembimbing II Aliem Bahri.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pre Test Post Test

    Design yaitu sebuah eksperimen yangdalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu

    kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol) yang

    bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain terhadap keterampilan membaca

    permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu

    Kabupaten Soppeng tahun ajaran 2018/2019. Satuan eksperimen dalam penelitian ini

    adalah murid Kelas II sebanyak 20 orang. Penelitian dilaksanakan selama 4 kali

    pertemuan.

    Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek, yaitu: ketercapaian

    ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia muridsecara klasikal, aktivitas siswa dalam

    pembelajaran Bahasa Indonesia.Pembelajaran dikatakan berhasil jikaaspek di atas

    terpenuhi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data skor perolehan hasil

    membaca permulaan murid yang dikumpulkan dengan menggunakan tes membaca, data

    tentang aktivitas murid dalam pembelajaran Bahasa Indonesiadikumpulkan dengan

    menggunakan lembar observasi aktivitas belajar murid.

    Hasil analisis statistik deskriptif penggunaan metode bermain terhadap

    keterampilan membaca permulaan murid positif, keterampilan membaca permulaan

    murid dengan menggunakan metode bermain menunjukkkan hasil belajar yang lebih

    baik dari pada sebelum diterapkan metode bermain. Hasil analisis statistic inferensial

    menggunakan rumus uji t, diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 8,74

    dengan frekuensi db = 20 – 1 = 19, pada taraf signifikansi 50% diperoleh t Tabel = 2,093.

    Jadi, t Hitung > t tabel atau hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1)

    diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain

    terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas

    II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.

    Kata kunci: Pra-eksperimen, metode bermain.

  • KATA PENGANTAR

    Tiada kata yang paling indah selain kataSyukur kita panjatkan kehadirat Allah

    SWT karena atas Nikmat, Rahmat dan Ilham-Nya yang masih memberikan kesehatan

    kepada kita semua, bisanya mata kita untuk melihat, telinga untuk mendengar, kaki

    untuk melangkah, makanya Allah SWT berfirman dalam Surah Ar – Rahman surah

    nomor ke 55 yang artinya “Maka Nikmat Tuhanmu mana lagi yang Engkau Dustakan,

    bahkan Allah SWT mengatakan kalimat tersebut 31 kali dalam Surah Ar – Rahman,

    menandakan betapa pentingnya kita untuk bersyukur kepadanya.

    Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Terhadap

    Keterampilan Membaca Permulaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

    II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”.Diajukan sebagai syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan dan Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai skripsi ini disusun

    dengan segala keterbatasan dan kekurangan banyak hambatan, rintangan dan halangan,

    namun berkat bantuan dan pertolongan Allah swt dan dorongan serta motivasi dari

    berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya penyusunan

    skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus

    melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian karya ini. Penulis berharap

    dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya, melainkan awal dari

    semuanya, awal dari sebuah perjuangan hidup. Takada kata yang mampu

    mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang special dengan segenap cinta

    dan kasih sayang serta kepada Ibunda Kasmawati dan Ayahanda Abdul Hamid dan

    adik yang senantiasa tidak pernah henti-henti memberikan motivasi, semangat disertai

    dengan doa yang tulus ikhlas demi kesuksesan penulis dalam penyelesaian studi

    penulis.

    Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembimbing I

    Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D dan Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II, yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi atas

    penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.

    Ucapa terima kasih yang sebesarnya kepada Dr.H. Abd. Rahman Rahim, SE.,

    MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem

  • Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Fitriani Saleh, S.Pd.,

    M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak – bapak dan Ibu Dosen

    Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada

    penulis, serta staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan

    bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

    Ucapan terima kasih juga kepada Hj Salasiah, S.Pd,Kepala Sekolah SDN 183

    Lapaddumpu atas bantuannya, Asinang, S.PdWali kelas II, serta guru–guru lainnya

    yang telah memberikan kesempatan dan arahan kepada penulis, dan tidak lupa pula

    Siswa – siswi SDN 183 Lapaddumpu atas kerjasama, motivasi serta semangat dalam

    mengikuti proses pembelajaran. Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-

    teman serta sahabat yang selalu mendukung, membantu dan member motivasi kepada

    penulis. Rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2014

    terkhusus Kelas 14 C Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih solidaritas

    yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan kebersamaan kita

    tidak berakhir sampai disini. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak

    sempat disebutkan satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari –

    NYA.

    Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

    kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya

    membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali

    tanpa adanya kritikan. Mudah–mudahan dapat memberi manfaat bagi para membaca,

    terutama bagi diri pribadi penulis, Amin

    Makassar, Agustus 2018

    PENULIS

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii

    SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv

    SURAT PERJANJIAN ............................................................................. v

    KARTU KONTROL BIMBINGAN...................................................... .. vi

    MOTTO ...................................................................................................... viii

    ABSTRAK .................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................... x

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

    DAFTAR TABEL...................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A.LatarBelakangMasalah ................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, dan HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 6

    1. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 6

    2. Hakikat Pembelajaran ............................................................................... 7

    a. Definisi Belajar .................................................................................. 7

    b. Tujuan Belajar .................................................................................... 8

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ....................................... 8

    3. Hakikat Bahasa Indonesia .......................................................................... 9

  • a. Kedudukan Bahsa Indonesia .............................................................. 9

    b. Fungsi Bahasa Indonesia .................................................................... 9

    4. Metode Bermain dan Membaca Permulaan ........................................... .10

    a. Pengertian Bermain .......................................................................... 10

    b. Pengertian Membaca ........................................................................ 14

    c. Tujuan Membaca ............................................................................ 15

    d. Definisi Membaca Permulaan .......................................................... 18

    e. Langkah-langkah Membaca permulaan pada Metode Bermain ...... 24

    B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 25

    C. Hipotesis .................................................................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 28

    B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29

    C. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 30

    D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 30

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 32

    F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 32

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 36

    1. Deskripsi Hasil Pretest ............................................................................ 36

    2. Deskripsi Hasil Posttest .......................................................................... 38

    3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain .................................................... 40

    B. Pembahasan ............................................................................................... 40

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan .................................................................................................... 45

    B. Saran .......................................................................................................... 46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • DAFTAR TABEL

    Tabel

    3.1 Indikator Penilaian membaca permulaan ................................................ 32

    3.2 Standar ketuntasan hasil Belajar BI ......................................................... 34

    4.3 Tingkat keterampilan membaca Pretest .................................................... 38

    4.4 Deskripsi ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia Pretest .................... 38

    4.7 Tingkat keterampilan membaca Posttest ................................................... 40

    4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Posttest ................ 40

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar

    2.1 Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 26

    3.1 Desain penelitan ........................................................................................ 28

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan pada hakikatnya yaitu usaha sadar untuk mengembangkan

    kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

    hidup. Jadi masalah pendidikan tidak hanya setelah lahir sampai dewasa, tetapi

    pendidikan adalah sebelum lahir sampai mati.Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor

    20 Tahun 2003 Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan bahwa :

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    negara.

    Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.Pemgamgkatan mausia

    ke taraf insani itulah yang di sebut mendidik.Driyarkara dalam (Ihsan 2005:

    4).Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang di lakukan secara sadar dan terencana

    untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai tujuan

    yang di inginkan, dengan pendidikan bisa membantu seseorang mencapai tahap

    kedewasaan sehingga kita bisa mengetahui hal-hal yang baik dan yang tidak baik untuk

    di lakukan.Dengan pendidikan bisa membantu seseorang mencapai tahap kedewasaan

    sehingga kita bisa mengtahui hal-hal yang baik dan yang tidak baik untuk kita lakukan.

    Dalam pendidikan ada tiga aspek yaitu: aspek kognitif,aspek afektif dan juga aspek

    psikomotorik. Aspek kognitif harus seimbang diantara ketiga aspek tersebut agar

    menghasilkan pendidikan yang berkualitas.

  • Pendidkan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

    mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan

    bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

    memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,

    berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertaggung jawab

    kemasyarat dan kebangsaan, dalam (Ihsan, 2005: 115).

    Pendidikan berkaitan erat dengan interaksi antara pendidik dan peserta didik,

    yang mendidik di sini pada umumnya adalah mereka orang-orang dewasa yang

    memenuhi syarat seperti mempunyai pendidikan atau mempunyai wewenang mengajar

    yang di sahkan oleh yang berwenang.Dan selanjutnya dalam pengertian pendidikan

    yang di didik adalah anak didik.Pengertian anak di sini bukan berarti hanya anak-anak

    saja, tetapi meliputi juga bagi mereka yang sudah dewasa, tetapi dalam ilmu

    pengetahuan masih mereka perlukan.Pada lembaga pendidikan sekolah, seorang

    pendidik yang lazim di Negara di sebut guru.

    Kedudukan guru dalam pendidikan adalah sebagai pembimbing dan juga

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didiknya.Peran guru

    dalam memberikan pelajaran pada peserta didik sangat berpengaruh pada semangat

    belajar siswa dan juga hasil belajar siswa nantinya. Guru dalam proses pembelajaran

    harus membuat suasana menjadi kondusif dan menyenangkan apalagi untuk pelajaran

    bahasa Indonesia khususnya kelas rendah pada kemampuan membaca dan menulis

    siswa.

    Pengenalan kata adalah salah satu dasar bagi pembinaan keterampilan membaca

    permulaan.Dapatlah di katakan bahwa pengenalan kata ini merupakan keterampilan

    prasarat untuk dapat membaca secara lancar dan teliti. Selanjutnya kelancaran dan

    ketelitian ini merupakan dasar bagi proses pemahaman bacaan. Keterampilan membaca

    ini harus di kuasai oleh siswa.Namun pada kenyataanya masih jauh dari yang di

  • harapkan.Masih banyak siswa yang kurang dalam keterampilan membaca.Keberhasilan

    siswa membaca permulaan masih kurang, mereka belum mampu membaca dengan baik

    dan benar.

    Kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak mengalami

    permasalahan bagi guru dan siswa. Hal tersebut di sebabkan oleh factor pemahaman

    guru terhadap proses pembelajaran membaca. Strategi atau metode yang di terapkan

    oleh guru yang hanya berputar pada metode menjelaskan, metode Tanya jawab, metode

    penugasan sehingga seringkali siswamerasa jenuh dan bosan setiap kali belajar, murid

    hanya terpaku pada latihan yang di sediakan oleh guru, akibatnya murid mengalami

    kesulitan dalam membaca.

    Guru dapat menggunakan salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan

    yang tidak membuat siswa cepat bosan dan jenuh. Salah satu metode yang bisa di

    gunakan yaitu metode bermain. Di sini guru bisa memantau perkembangan dan

    hambatan selama proses dan hasil belajar membaca para murid. Seorang pendidik dari

    jerman ia percaya bahwa “salah satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah

    melalui metode permainan”. Menurut pendapatnya anak-anak lebih siap dan berpotensi

    untuk bermain dari pada cara lain.Frebel dalam (Djuanda, 2006:87).

    Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan social,

    tetapi juga mengembangkan bahasa emosi, di siplin, kreatifitas, dan perkembanngan

    fisik anak.Melalui bermain anak dapat mengendalikan emosinya, menyalurkan

    keinginannya dan rasa percaya dirinya, anak juga dapat menerapkan disiplin dengan

    menunggu giliran atau mentaati peraturan.Dengan bermain guru mendapatkan

    gambaran yang lengkap tentang keseluruhan diri siswa, misalnya seorang guru

  • menyatakan bahwa perilaku para siswapada waktu bermain dapat mengungkapakan

    sifat-sifat siswa tersebut yang berlangsung di rumahnya.

    Contoh lain guru melukiskan seorang anak yang biasanya pendiam dan pasif,

    ternyata dia lebih menjadi aktif ketika terlibat permainan. Siswa lebih berperilaku

    alamiah pada waktu bermain.Hal ini membuat guru dapat lebih mudah menilai

    kemampuan siswa yang sesungguhnya dengan lebih akurat di dalam bermain dari pada

    situasi formal.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

    “Pengaruh penggunaan metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan

    pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten

    Soppeng.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah “apakah adaPengaruh penggunaan metode bermain terhadap keterampilan

    membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 183

    Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruhpenggunaan

    metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran

    Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.

    D. Manfaat penelitian

    a) Manfaat Teoritis

    Memberikan inovasi psembelajaran yang baru sehingga dapat dijadikan sebagai

  • sarana didalam meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia khususnya pembelajaran

    Bahasa Indonesia dengan penggunaan motode bermain dalam keerampilan membaca

    permulaan di kelas rendah.

    b) Manfaat Praktis

    1. Bagi Peneliti

    Penelitian ini memberi masukan dan menambah pengetahuan serta wawasan

    dalam meningkatkan kemampuan membaca permulan siswa deagn menggunakan

    metode bermain dalam pembelajaran.

    2. Bagi Guru

    Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan

    metode pembelajaran dalam proses pembelajaran.

    3. Bagi Siswa

    Melalui penelitian ini siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami materi,

    maupun dalam membaca semangat dalam pembelajaran, tidak merasa bosan dengan

    pembelajaran, dan dapat bermain sambil belajar melalui metode bermain ini.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Pustaka

    1. Penelitian yang relevan

    a. Penelitian yang di lakukan Dewi (2013) adalah penelitian dengan judul

    “Pengaruh pembelajaran tematik berbantuan permainan meloncat bulatan kata terhadap

    kemampuan membaca permulaan pada mta pelajaran Bahasa Indonesia Kelas I SD”.

    Dari penenelitian tersebut dapat ditemukan bahwa: (1) metode bermain berpengaruh

    terhadap keterampilan membaca permulaan pada murid kelas I SD Inpres Minasa Upa I

    kecematan Rappocini. (2) murid memiliki keterampilan membaca permulaan yang

    tinggi terhadap mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode bermain

    di tinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan, dan ketertarikan siswa sehingga

    hasil belajar murid cenderung lebih tinggi dari sebelum di terapkannya metode tersebut.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dewi menunjukkan bahwa

    terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia antara murid

    yang belajar melalui metode berbantuan permainan melonacat bulatan kata terhadap

    kemampuan membaca permulaan dengan murid yang belajar melalui metode bermain

    terhadap keterampilan membaca permulaan. Nilai rata-rata yang di peroleh anatara

    siswa yang belajar melalui berbantuan permainan meloncat bulatan kata terhadap

    kemampuan membaca permulaan yaitu sebesar 71,48 dan siswa yang belajar melalui

    metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan yaitu sebesar 73,92.

    b. Penelitian yang di lakukan Syamsu Wahid (2016) adalah penelitian dengan

    judul “Pengaruh metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan siswa

  • kelas I SD Inpres Bategulung. Dari penenelitian tersebut dapat ditemukan bahwa: (1)

    metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan pada murid

    kelas I SD Inpres Bategulung . (2) murid memiliki keterampilan membaca permulaan

    yang tinggi terhadap mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode

    bermain di tinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan, dan ketertarikan siswa

    sehingga hasil belajar murid cenderung lebih tinggi dari sebelum di terapkannya metode

    tersebut.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh syamsu wahid menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia

    antara murid yang belajar melalui metode berbantuan permainan melonacat bulatan kata

    terhadap kemampuan membaca permulaan dengan murid yang belajar melalui metode

    bermain terhadap keterampilan membaca permulaan. Nilai rata-rata yang di peroleh

    siswasebelum di terapkan metode bermainberbantuan permainan terhadap kemampuan

    membaca permulaan yaitu sebesar 64,33 dan nilai yang di peroleh setelah di terapkan

    metode bermain berbantuan permainan terhadap keterampilan membaca permulaan

    yaitu sebesar 76,66.

    2. Hakikat Pembelajaran

    a. Definisi Belajar

    Belajar adalah suatu proses yang di lakukan oleh seorang individu untuk

    memperoleh suatu perubahan tigkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut

    Cronbach dalam (Ilahi, 2016:91) belajar adalah Learning is shown by change in

    behavior result of experience. Jadi perubahan merupakan bentuk perubahan tingkah

  • laku yang di hasilkan melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut di sebabkan

    oleh proses belajar yang memerlukan kesabaran kegigihan dalam mencapaikesuksesan

    dan keberhasilan demi prestasi yang di inginkan.

    “Gagne (2013: 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar

    orang memiliki keterampilan,pengetahuan, sikap dan nilai”.Timbulnya `kapabilitas

    tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif

    yang di lakukan yang di lakukan oleh pembelajar.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat saya simpulkan bahwa

    belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengolah

    informasi sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu.Belajar ini berlangsung

    seumur hidup dari lahir sampai mati.

    b. Tujuan Belajar

    Secara umum, tujuan belajar dapat dipahami sebagai dari proses mencari ilmu.

    Pencapaian ilmu itu melalui proses belajar. Jadi kita harus yakin bahwa ilmu dapat di

    peroleh melalui proses belajar yang panjang, ilmu tidak bisa di kuasai secara instan

    termasuk ilmu sulap atau ilmu sihir.

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    Banyak hal yang memotivasi seseorang dalam dalam kegiatan belajar mengajar

    seseorang.Pertama faktor internal berupa kesadaran diri.Hal ini tidak lepas dari

    kesadaran yang timbul dalam pribadi seseorang untuk membangun motivasi belajar

    yang berdampak pada peningkatan kualitas keilmuan. Kedua yaitu factor eksternal

    berupa pegaruh lingkungan sekitar yag berada di tengah-tengah kehidupan kita.

    Pengaruh lingkungan bisa mencakup nasihat orang tua, bimbingan guru, arahan teman.

  • 3. Hakikat Bahasa Indonesia

    a. Kedudukan bahasa Indonesia

    Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya

    berada diatas bahasa-bahasa daerah.Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia

    mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa

    Negara, bahasa resmi. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan

    persatuan bangsa dari berbagai etnis dapat dipupuk. Kehadiran bangsa Indonesia di

    tengah-tengah ratusan bangsa daerah tidak menimbulkan sentiment negative bagi etnis

    yang menggunakannya.

    Latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda berpotensi untuk

    menghambat perhubungan antar-daerahdan antar-budaya. Tetapi, berkat bahsa

    Indonesia, etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa

    sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap warga Indonesia apa pun latar

    belakang etnisnya dapat bepergian ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan

    bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

    b. Fungsi Bahasa Indonesia

    1. Sebagai lambing kebangsaan

    2. Sebagai lambing identitas nasional

    3. Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

    4. Sebagai alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.

    5. Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan

    latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu

    kesatuan kebangsaan yang bulat.

  • 6. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pegetahuan dan teknologi.

    4. Metode Bermain dan Membaca Permulaan

    a. Pengertian Bermain

    Bermain merupakan salah satu fenomena yang paling alamiah dan luas dalam

    kehidupan anak, terdapat isting bermain pada setiap anak serta kebutuhan

    melakukannya dalam suatu pola yang khusus guna melibatkan dalam suatu kegiatan

    yang membantu proses kematangan anak. Dari berbagai penelitian, Seto (Djuanda,

    2006:86) mengungkapkan bahwa bermain dapat di kembangkan menjadi semacam alat

    untuk mengaktualisasikan potesi kritis pada diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual

    dan aspek emosi dan sosialnya. Dengan demikian, bermain berkembang bukan hanya

    menjadi sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja tetapi juga bersifat

    mendidik.

    W.R Smith (Djuanda, 2006:86) seorang psikolog menyatakan bahwa barmain

    merupakan dorongan langsung dari dalam diri setiap individu yang bagi anak-anak

    merupakan merupakan pekerjaan, sedangkan bagi orang dewasa merasakan sebagai

    kegemaran. Anak usia SD merupakan usia bermain. Bagi mereka dunia ini hanya

    bermain, mereka belum dapat membedakan dunia nyata dan bermain, baru setelah

    semakin dewasa, mereka paham bahwa ada dua dunia yaitu dunia bermain dan dunia

    nyata atau dunia kerja.

    Kesenangan anak-anak bermain dapat di pakai sebagai kesempatan untuk belajar

    hal-hal yang kongkret, sehigga daya cipta imajinasi dan kreatifitas anak berkembang.

    Bermain juga merupakan slah satu cara yang efektif pada usi sekolah dasar baik di

    bidang akademik maupun aspek fisik, social dan emosional.

  • Sudjana (1997:24) menyatakan bahwa metode pembelajaran Bahasa Indonesia

    dengan permainan yaitu suatu pembelajaran yang di lakukan dengan mengaktifkan

    siswa menggunakan alat peraga atau sesuai denagn kretifitas guru sehingga

    menghasilkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran

    dapat tercapai secara optimal. Melalui situasi bermain anak di harapkan mendapatkan

    pemahaman yang mendalam terhadap objek-objek dan memiliki keterampilan khusus

    dalam mengamati dan memperoleh materi, serta agar anak mendapat makna spiritual

    yang di simbolkan materi dan kegiatan-kegiatan tersebut.Dengan demikian, bermain

    dalam kaitannya dengan pendidikan ialah sebagai wahana pembelajaran dalam bentuk

    permainan sesuatu yang bermakna dalam menggambarkan pesan, suasana,

    mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang bernilai bagi anak dalam

    membuahkan pengalaman belajar. Fungsi bermain bagi anak adalah sebagai berikut :

    1. Pengembangan Kognitif

    Bennet (dalam Djuanda2006: 92) mengemukakan bahwa Penelitian

    membenarkan adanya hubungan kuat antara bermain dan perkembangan kognitif, salah

    satunya bermain simbolik. pernyatan tersebut didukung oleh Vigosky dan Piaget (dalam

    Djuanda 2006: 97) yang menyatakan bahwa, bermain simbolik itu permainan yang

    penting sekali dalam pengembangan berpikir abstrak. Bermain simbolik merupakan

    gambaran pengembangan pikiran.Bermain juga memberikan kesempatan kepada anak

    untuk berpikir divergen dan belajar memecahkan masalah.Bermain juga merupakan

    lingkungan yang kaya untuk mengembangkan bahasa murid.Waktu murid berinteraksi

    dengan murid lainnya mereka mengkomunikasikan makna dan mengembangkan bahasa

    cerita.

  • 2. Pengembangan Sosial

    Bermain adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak karena akan

    mendorong anak-anak berinteraksi sosial. Anak-anak belajar mengatasi dan menentukan

    konflik, memecahkan masalah, bergaul, bergiliran, bekerja sama, negoisasi dan sering

    dengan teman-teman. Dengan bermain, anak-anak dibantu untuk mencurahkan perasaan

    dan sikapnya terhadap teman-temanya.Bermain merupakan kesempatan emas anak-anak

    untuk menjalin persahabatan.

    3. Pengembangan Emosional

    Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan.Anak dapat

    mengekspresikan perasaan gembira, sedih, marah atau khawatir seperti benar-benar

    pada kehidupannya. Menurut Elkind (dalam Djuanda 2006: 93) berpendapat bahwa

    bermain dapat membebaskan anak dari tekanan stres. Juga secara psikologi bermain

    mengurangi kegelisahan.Dengan demikian bermain memberi lahan kepada anak-anak

    untuk dapat hiburan dan dapat mengontrol dunia mereka, pikiran mereka dan perasaan

    mereka.

    4. Pengembangan Fisik

    Mayarina (dalam Djuanda 2006: 72) mengemukakan bahwa bermain adalah cara

    utama untuk mengembangkan fisik. Bermain memberikan kesempatan untuk

    mengembangkan gerakan halus dan kasar.Pada waktu anak-anak bermain aktif, mereka

    dapat mengetes sistem keseimbangan mereka, gerakan tubuh melompat, meloncat,

    melempar, kekuatan fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi baik yang bersifat

    lokomotor, non lokomotor maupun manipulatif.Bermain dapat mengembangkan

    koordinasi tangan dan mata, dengan bermain anak-anak dapat mencoba badan mereka

  • untuk melihat betapa bergunanya mereka. Pada permainan fisik dengan aba-aba, anak-

    anak akan merasa percaya dengan fisiknya, kokoh dan yakin terhadap dirinya.

    5. Pengembangan Bahasa

    Mayarina (dalam Djuanda 2006: 93) mengemukakan bahwaaktifitas bermain

    ibarat laboratorium bahasa, selama anak bermain, mereka mengungkapkan berbagai

    kata, berbagai ragam bahasa, selama bermain mereka memperoleh kesempatan untuk

    bercakap-cakap. Berargumentasi, menjelaskan, meyakinkan, bahkan waktu bermain

    imajinasi pun ia bercakap-cakap. Bermain memungkinkan anak bereksperimen dengan

    kata-kata baru, sehingga memperoleh perbendaharaan kata serta keterampilan

    pemahamannya. Dalam proses ini anak-anak bisa menemukan hal menggembirakan

    yang membawa kesenangan tersendiri.

    Ada beberapa macam permainan yang dapat di gunakan untuk pembelajaran

    membaca permulaan. Beberapa contoh di antaranya sebagai berikut :

    1. Permainan meloncat bulatan kata

    Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring.Kemudian

    tulislah nama-nama susunan keluarga misalnya, ayah, ibu, kakak, adik.Letakkalanlah

    bulatan kata itu di lantai.Bentuklah murid menjadi beberapa kelompok. Suruhlah murid

    setiap kelompok meloncati bulatan kata yang di ucapkan kelompok lain atau guru.

    misalnya loncat ke kata kakak, loncat ke ibu, loncat ke ayah. Dengan demikian, setiap

    anak membaca bulatan untuk diinjak lebih meningkat lagi.Bulatan kata bisa dalam

    bentuk yag lebih sulit, misalnya kata yang bila di gabungkan bisa menjadi sebuah

    kalimat. Kata pada bulatan di sebar di sebar di lantai dan memugkinkan dapat

  • menyusun beberapa kalimat bila di loncati dengan benar.Misalnya, Ibu pergi ke pasar,

    jadi murid harus meloncat ke kata yang bertuliskan Ibu pergi ke pasar.

    2. Permainan suku kata

    Permainan ini di lakukan secara berkelompok, masing-masingkelompok terdiri

    atas beberapa orang murid.Setiap anggota ada yang ditugaskan melompat sambil

    membaca, membantu mngarahkan dan memberikan semangat serta ada anggota yang

    mnyusun kata, kaliamat dengan kartu kata untuk mecocokkan dengan hasil loncatan

    anggotanya. Setiap anggota kelompok melakukan permainan sambil membaca tiap suku

    kata yang di gabungkan menjadi kata yang bermakna dengan cara melompat-lompat

    sebelah kiri dengan suara nyaring.

    3. Permainan membaca berantai

    Guru mengajak siswa membentuk satu lingkaran besar atau murid duduk di kursi

    masing-masing dan kemudian guru menjelaskan tujuan permainan membaca berantai,

    kemudian guru memberikan naskah teks yang akan di baca oleh murid. Guru membaca

    cerita kemudian dilanjutkan oleh murid yang tujuk. Murid yang di tunjuk melanjutkan

    membaca cerita dan di lanjutkan lagi oleh murid berikutnya.

    b. Pengertian Membaca

    Membaca merupakan aktivitas yang sangat komplek yang melibatkan factor

    fisik dan mental. Menurut Kridalaksana (Munir, 2015:18) mengemukakan bahwa

    membaca adalah suatu cara untuk mengambil informasi dari teks, baik berupa gambar-

    gambar maupun media tulis dan juga kombinasi dalam bentuk lambang-lambang grafik

    dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahama secara diam-diam

    ataupun keras-keras. Jadi, membaca tidak hanya sekedar membaca tulisan berupa teks,

  • tetapi juga gambar ataupun grafik juga dapat di baca.

    Membaca menjadi sebuah aktifitas yang dapat dilakukan oleh semua orang baik

    siswa maupun masyarakt umum. Keterampilan membaca yang memadai wajib dimiliki

    oleh pembaca, karena kemampuan membaca yang memadai akan memudahkan

    pembaca untuk memahami isi bacaan. Jika pembaca sudah dapat memahami isi bacaan

    yang dibacanya, keinginan penulis untuk memberikan informasi kepada pembaca

    melalui bacaan dapat dikatakan sudah berhasil.

    c. Tujuan membaca

    Tujuan membaca setiap orang berbeda-beda.Menurut Sudiana(Munir,

    2015:19)Tujuan membaca yang berbeda-beda ini berkaitan dengan kebutuhan, kondisi,

    dan situasi membaca. Walaupun demikian tujuan orang membaca adalah untuk

    memperoleh informasi dari suatu teks tulis.

    Berdasarkan jenis informasi, ada tiga tujuan membaca, yaitu tujuan membaca

    referensial, tujuan membaca intelektual, dan tujuan membaca untuk kesenangan.

    1. Tujuan membaca referensial berkenaan dengan tujuan memperoleh informasi

    yang berupa fakta yang ada di lingkungan untuk menambah wawasan atau

    pengetahuan yang bersifat factual.

    2. Tujuan membaca intelektual berkenaan dengan tujuan memperoleh informasi

    yang dapat meningkatkan daya intelektual.

    3. Tujuan membaca untuk kesenangan berkenaan dengan tujuan memperoleh

    informasi yang dapat menyenangkan diri pembaca.

    Vacca (1991: 172) mengemukakan bahwa “Membaca adalah proses aktif dari

    pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan”. Membaca adalah membaca

  • sesuai dengan hakikatnya sebagai proses, pengajaran membaca baik pengajaran

    membaca permulaan maupun pengajaran membaca lanjut dilaksanakan agar anak

    menguasai proses membaca. Paul dkk. (dalam Safi`ie1999: 17) mengemukakan bahwa

    kegiatan membaca meliputi proses berikut:

    1. Mengamati simbol-simbol tulisan

    Kegiatan membaca dimulai dengan pengamatan secara visual, di samping pengamatan

    secara visual juga diperlukan kesan auditori (pendengaran), terutama pada anak-anak

    yang belajar membaca permulaan. Pada anak-anak yang sedang dalam proses belajar

    membaca permulaan ini, proses membaca terjadi dengan menghubungkan tulisan

    dengan bunyi dalam bahasa lisan.

    2. Menginterprestasikan apa yang diamati

    Proses membaca terjadi melalui proses menginterprestasikan kata, kelompok kata,

    kalimat yang teramati oleh indra visual atau perabah yang kemudian dikirimkan kepusat

    syaraf dalam otak. Proses menginterprestasikan atau pemahaman kata-kata dan kalimat

    di dalam otak itu berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah di punyai

    oleh seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan kata-kata, kelompok kata dan

    kalimat tersebut. Oleh karena pengetahuan dan pengalaman seseorang itu berbeda-beda

    antara satu dengan yang lain.

    3. Mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis

    Setiap sistem tulisan mempunyai cara mengurut penulisan sistem tulisan latin

    menggunakan huruf dari kiri ke kanan. kata-kata disusun dengan kelompok kata juga

    dari kiri kekanan. Selanjutnya kelompok-kelompok kata disusun menjadi klausa dan

  • klausa disusun menjadi kalimat dengan urutan dari kiri kekanan.Sebaliknya sistem

    tulisan Arab menggunakan urutan kanan ke kiri.

    4. Menghubungkan kata-kata dan maknanya dengan pengetahuan dan pengalaman

    yang telah dipunyai.

    Proses pemahaman seorang pembaca terhadap suatu tes bacaan terjadi oleh adanya

    interaksi antara pengalaman-pengalaman yang telah dipunyainya dengan isi tes bacaan.

    Jadi pemahaman tehadap suatu bacaan tidaklah semata-mata berasal dari tes bacaan,

    melainkan juga oleh adanya latar belakang pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena

    pentingnya latar belakang pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam proses

    membaca permulaan, sangat diperlukan upaya-upaya untuk memperkaya pengetahuan

    dan pengalaman anak.

    5. Membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca

    Dengan menguasai keterampilan membaca seseorang dapat membaca berbagai

    pengetahuan. Melalui proses pengambilan inferensi dan evaluasi yang dibaca. Dengan

    demikian ada proses membaca dan membaca untuk belajar. Belajar membaca

    tergantung pada motivasi dan latihan dan penguatan. Oleh karena itu guru perlu

    menyadarkan anak bahwa mereka yang dapat membaca dengan baik akan memperoleh

    berbagai keuntungan dalam belajar di sekolah

    6. Membangun asosiasi

    Membaca pada dasarnya proses asosiasi. Pada waktu seseorang membaca ia melewati

    beberapa tahapan asosiasi. Pertama-tama adalah asosiasi antara rangkaian bunyi bahasa

    sebagai suatu lambang dari suatu benda atau peristiwa dengan benda atau peristiwa

    yang dilambangkanya misalnya rangkaian bunyi kuda membangkitkan asosiasi dengan

    benda yang berupa binatang berkaki empat yang digunakan sebagai penarik

  • bendi.Berikutnya adalah asosiasi antara gambar rangkaian bunyi yang berupa rangkaian

    huruf-huruf menurut sistem tulisan tertentu (grafhemes) dengan bunyinya

    (phomenemes). Proses asosiasi tersebut berlangsung terus selama proses membaca

    7. Menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan intereksnya.

    Kegiatan membaca dipengaruhi oleh sejumlah aspek afektif terutama perhatian, sikap

    dan konsep diri.Aspek-aspek afektif ini menentukan seberapa besar kesungguhan

    seseorang dalam membaca.misalnya,seorang anak yang mempunyai perhatian besar

    terhadap suatu materi bacaan akan dengan sungguh-sungguh membaca bacaan tersebut.

    d. Definisi Membaca Permulaan

    Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi murid

    sekolah dasar kelas awal (kelas rendah). Kemampuan membaca yang di peroleh dalam

    membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca

    selanjutnya sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, maka

    kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika

    itu tidak kuat maka pada tahap membaca selanjutnya murid akan mengalami kesulitan

    untuk dapat meemiliki kemampuan membaca yang memadai.

    Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa dapat membaca

    kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancer dan tepat.(Depdikbud, 1994/1995:

    4).Guna membekali kemampuan dasar murid, maka guru haruslah berusaha sungguh-

    sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada

    anak didik. Hal itu akan terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran dengan baik.

    Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik

    mengenai materi, metode maupun pengembangannya.

  • Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan

    pendidikan (KTSP) di sekolah dasar (SD) tampak dengan jelas materi pembelajaran

    membaca. Rahim (2007: 99) mengatakan bahwa pelaksanaan membaca dibagi atas

    tahap prabaca, saat baca dan pasca baca.

    a. Tahap prabaca

    Guru yang kreatif harus mampu mengarahkan murid pada topik pelajaran yang

    akan dipelajari murid. Rubin (dalam Rahim 2007: 99) mengemukakan bahwa

    pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata. Berdasarkan pandangan

    teori skemata, membaca adalah proses pembentukan makna terhadap teks.

    Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif seharusnya mampu

    mengarahkan murid agar lebih banyak menggunakan pengetahuan topik untuk di

    proses ide dan pesan suatu teks. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kegiatan

    prabaca, saat baca dan pasca baca dalam penyajian pengajaran membaca.

    Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum murid

    melakukan kegiatan membaca.Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian

    pada pengaktifan skemata murid yang berhubungan dengan topik bacaan.Burns, dkk.

    (dalam Rahim 2007: 99) mengatakan bahwa Pengaktifan skemata murid bisa dilakukan

    dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan

    makna, menulis sebelum membaca dan drama kreatif.

    Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki

    murid tentang suatu informasi atau konsep.Skemata menggambarkan sekelompok

    konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-

    tempat, tindakan, atau peristiwa. Skema (kata tunggal dari skemata) seseorang

  • menggambarkan apa yang diketahui seseorang tentang konsep tertentu dan hubungan

    antara potongan–potongan informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang

    mungkin mempunyai skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang

    sama.

    Untuk menjadi pembaca yang sukses murid membutuhkan berbagai

    skemata.Mereka harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan

    tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosa

    kata dan pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan

    gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran sastra.

    Bruberg (dalam Rahim 2007: 100) mengemukakan beberapa teknik yang bisa

    dilakukan guru untuk mengaktifkan skemata murid melaui kegiatan prabaca. Kegiatan

    prabaca yang dimaksud ialah membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini:

    1. Guru membaca judul bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para

    pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang

    menceritakan tentang para pelaku, tokoh, akhirnya guru menyuruh murid

    memprediksi kelanjutan cerita.

    2. Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat murid pada bacaan dengan

    menggunakan tekhnik prediksi kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca

    nyaring beberapa halaman dari sebuah buku. Jika tebalnya 100 halaman suruh murid

    mengambil tiga halaman antara halaman 1-100. baca tiga halaman tersebut dengan

    nyaring, kemudian suruh murid memprediksi isi cerita. Kegiatan ini membangkitkan

    rasa ingin tahu dan minat murid kepada buku tersebut.

  • 3. Kegiatan lain yang tercakup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai

    stimulus untuk mempertahankan perhatian murid pada pelajaran. Pada kegiatan ini

    guru harus berusaha menggunakan berbagai cara, dengan menggunakan media suara

    yang bervariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakan-gerakan misalnya

    gerakan tangan, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila dikaitkan kegiatan

    membaca, guru dapat mencontohkan cara membaca nyaring pada waktu prabaca.

    Pertama, guru memperlihatkan gambar kulit buku, dan membicarakannya

    denganmurid. Kemudian guru membaca nyaring buku tersebut dengan suara yang

    kadang-kadang keras dan kadang-kadang lembut dengan ekspresi wajah yang

    sesuai.

    Tinjauan cerita yang berisi informasi dihubungkan dengan isi cerita yang bisa

    meningkatkan pemahaman. Sebelum membaca murid diberikan bagian-bagian cerita

    untuk membangun latar belakang pengetahuan tentang cerita, meningkatkan belajar

    terutama kesan murid tentang cerita yang akan dibacanya. Tinjauan cerita juga bisa

    membantu anak mengaktifkan pengetahuan awal mereka dan memusatkan perhatian

    sebelum membaca.Sedangkan petunjuk antisipasi dirancang untuk merangsang berpikir

    yang berisi pernyataan deklaratif, yang mungkin tidak benar atau tidak sesuai dengan

    cerita yang dibacanya.Sebelum membaca cerita, murid menanggapi sesuai dengan

    pengalaman mereka sendiri.nilai petunjuk bisa dikembangkan kedalam bagian pasca

    baca dengan mengulang proses sesudah membaca, mempertimbangkan masukan dari

    sesudah membaca, yang menghasilkan suatu kombinasi petunjuk antisipasi atau reaksi.

    Di samping itu, untuk membangkitkan skemata murid, guru juga bisa

    menuaskan murid menulis tentang pengalaman pribadi yang relevan sebelum mereka

  • membaca teks bacaan yang telah ditentukan guru, yang akan menghasilkan tingkah laku

    murid yang lebih memperhatikan tugasnya, lebih sempurna menanggapi watak pelaku,

    dan lebih memperlihatkan reaksi yang positif tentang membaca.

    b. Tahap baca

    Setelah kegiatan prabaca kegiatan berikutnya adalah kegiatan saat

    baca.Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk

    meningkatkan pemahaman murid.Burn, dkk. (dalam Rahim2007: 102) mengemukakan

    bahwa penggunaan tekhnik metakognitif secara efektif mempunyai pengaruh positif

    pada pemahaman. Strategi belajar secara metakognitif akan meningkatkan keterampilan

    belajar murid.

    Metakognitif itu sendiri merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi

    intelektual yang datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk

    memonitor dan mengontrol fungsi ini. Metakognitif melibatkan kegiatan menganalisis

    cara berpikir yang sedang berlangsung.

    Bagian dari proses metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan

    untuk mencapai pemahaman. Pembaca menanyakan pada dirinya sendiri, seperti

    pertanyaan berikut. (1) apakah jawaban yang saya butuhkan dapat dikemukakan secara

    langsung dalam teks?, jika ia, pembaca akan mencari kata-kata penulis yang tepat

    untuk satu jawaban, (2) apakah teks tersebut mengimplikasikan jawaban dengan

    memberi petunjuk yang jelas dan berhubungan dengan pertanyaan serta alasan yang

    berkaitan dengan informasi yang tersedia sehingga pembaca bisa menentukan jawaban

    yang cocok. (3) apakah jawaban harus berasal dari pengetahuan dan gagasan saya

    sendiri yang berkaitan dengan cerita? Jika demikian, pembaca harus menghubungkan

  • pengetahuan awalnya dengan informasi yang diberikan dalam teks sehingga

    mendapatkan jawaban yang diperlukan.

    Kegiatan saat baca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti

    berikut: Sesudah murid membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok murid

    berlatih membaca bagian bacaan. Tugas murid mengambil bagian dari karakter yang

    berbeda di dalam adegan dan salah seorang menjadi narator.Murid yang lain disuruh

    mengikuti bersama-sama. Kegiatan ini membantu murid memahami dialog dan

    penggunaan tanda-tanda kutipan.

    c. Tahap pasca baca

    Burns, dkk. (dalam Rahim 2007: 105) mengemukakan bahwa kegiatan pasca

    baca digunakan untuk membantu murid memadukan informasi baru yang dibacanya ke

    dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang

    lebih tinggi.Strategi yang dapat digunakan pada tahap pasca baca adalah belajar

    mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan

    kembali dan presentasi visual.

    Dalam kegiatan pasca baca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan

    belajar mereka dengan menyuruh murid mempertimbangkan apakah murid tersebut

    membutuhkan atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dimana

    mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut.Di samping itu, ada beberapa cara lain

    menggunakan perangkat teks yaitu memiliki dua buku dengan tema yang sama misalnya

    buku dengan tema persahabatan. Kegiatan berikutnya guru membacakan cerita atau

    menyuruh murid membacakan cerita tentang persahabatan di depan kelas. Murid

    kemudian mendiskusikan setting, watak pelaku, dan jalan cerita. Guru bisa juga

  • menyuruh murid menulis tentang pesan atau moral karakter pelaku, setting cerita dari

    buku yang dibacakannya dalam buku catatannya.

    e. Langkah-langkah membaca permulaan metode bermain

    Secara umum langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan melalui

    metode bermain dapat di jelaskan sebagai berikut:

    1. Persiapan

    a. Mengidentifikasi atau menetapkan tujuan pembelajaran yang akan di gunakan

    dalam metode bermain. Dalam permainan ada beberapa aspek yang akan dinilai,

    misalnya partisipasi siswa dalam mengikuti permainan.

    b. Menjelaskan kepada siswa tentang pelaksanaan permainan atau keseluruhan

    tujuan pembelajaran. Dalam tahap persiapan guru harus menjelaskan proses

    yang harus di tempuh siswa yaitu guru menginformasikan berapa lama kegiatan

    permainan yang akan di lakukan.

    2. Pembukaaan

    Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan metode permainan yang akan

    dipakai dalam kegiatan belajar megajar. Adapun permainan adalah permainan

    meloncat bulatan kata.

    3. Tahap Pelaksanaan

    a. Guru mempersiapkan permainan meloncat bulatan kata dan menjelaskan aturan

    permainan kepada siswa dihubungkan dengan kegiatan membaca.

    b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok

    terdiri dari beberapa orang siswa.

    c. Setiap anggota kelompok ada yang bertugas meloncati bulatan kata,ada yang

  • membantu mengarahkan kemudian ada juga yang bertugas menyusun kata

    menjadi sebuah kalimat.

    d. Dengan bimbingan guru setiap anggota kelompok bergantian melakukan tugas

    yang berbeda-beda.

    4. Penutup

    Setelah semua kegiatan proses belajar mengajar di lakukan, siswa di ajak

    menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.

    B. Kerangka Pikir

    Metode pembelajaran yang di gunakan guru dalam proses pembelajaran masih

    kurang bervariasi sehingga kadang siswa merasa jenuh dan biasanya tidak

    memperhatikan apa yang di jelaskan. Guru biasanya hanya menyuruh siswa menulis

    berdasarkan buku paket yang ada. Jadi,bagi siswa yang belum bisa membaca merasa

    kesulitan dalam mengerjakan tugas yang di berikan. Sehingga hasil belajar yang di

    peroleh di bawah rata-rata, hal tersebut di karenakan kurangnya keterampilan membaca

    yang di miliki murid, dan cara guru dalam pembelajaran tidak memotivasi siswa agar

    semangat dalam pembelajaran khusunya membaca, Untuk dapat meningkatkan

    keterampilan membaca siswa, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang

    membantu peserta didik untuk belajar tetapi tetap menyenangkan dan tidak membuat

    siswa bosan dan jenuh dengan metode yang konvensional saja. Metode pembelajaran

    yang dimaksud adalah metode bermain.

    Metode bermain ini merupakan salah satu cara agar minat belajar siswa bisa

    muncul dan bisa membantu meningkatkan keterampilan membacanya. Dengan

    menggunakan metode bermain ini di harapkan berpengaruh positif terhadap

  • keterampilan membaca siswa setelah di terapkan di kelas.

    Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka pikir

    C. Hipotesis Penelitian

    Pembelajaran Bahasa

    Indonesia

    Keterampilan

    Menyimak

    Keterampilan

    Berbicara

    Keterampilan

    Membaca

    Keterampilan

    Menulis

    Metode

    Bermain

    Tahap Persiapan

    (Menyampaikan

    menetapkan tujuan

    pembelajaran yang akan di

    gunakan dalam metode

    bermain).

    Tahap Pembukaan

    (Mmeperkenalkan Metode

    Bermain yang akan di

    gunakan.

    Tahap Pelaksanaan

    (Melaksanakan metode

    bermain yang sudah di

    tentukan).

    Tahap Penutup

    (Menyimpulkan )

    Hasil Belajar

    Bahasa Indonesia

    Keterampilan

    Membaca

  • C. HIPOTESIS

    Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir maka, hipotesis penelitian ini adalah

    penerapan metode bermain berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan

    pada siswa SDN 183 Lapaddumpu.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang

    bersifat kuantitatif.Dengan metode pendekatan penelitian yang dilakukan dalam

    penelitian ini adalah Pre-Experimental Design.Desain ini dikatakan sebagai pre-

    ekperimental desain karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena

    masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

    dependen.Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap

    pertanyaan yang ada dalam penelitian.

    2. Desain Penelitian

    Desain Experimen yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design.

    Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas yaitu kelas

    eksperimen yaitu kelas III yang diawali dengan pretest sebelum diberi perlakuandan

    sesudah posttest yaitu di beri perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan yang didapat

    lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

    Dengan pola sebagai berikut:

    Gambar: 3.1. Desain Penelitian

    O1 X O2

    Sumber : Sugiyono, 2017

    Keterangan :

    O1 : Pengukuranpertama (awal) sebelumsubjekdiberiperlakuan (pretest)

  • X : Treatmen atau perlakuan melalui konseling kelompok.

    O2 : Pengukuran kedua setelah diberi perlakuan (post-test)

    Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:

    a) Memberikan pretestuntuk mengukur variabel terikat (keterampilan membaca

    permulaan) sebelum perlakuan dilakukan.

    b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan

    metode bermain. Perlakuan yang diberikan dalam pembelajaran ini berupa

    metode bermain. Di mana dalam metode ini dalam penerapannya menggunakan

    media kertas yang berbentuk bulat dan berisi kata-kata yang jika disusun akan

    membentuk sebuah kalimat. Dalam metode bermain ini menngunakan

    permainan meloncat bulatan kata. Perlakuan Metode bermain ini di terapkan

    selama lima kali pertemuan dalam proses pembelajaran sebelum melakukan

    posttest.

    c) Memberikan posttestuntuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

    dilakukan.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memberikan dua kali

    tes, yaitu pretes (sebelum eksperimen) dan postes (setelah eksperimen).

    B. Populasi dan Sampel Penelitian

    a. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di

    pelajari kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono,2017:117).Jadi dengan demikian

    populasi ialah suatu objek yang akan di teliti dan memiliki informasi data sebagai

  • keseluruhan unit individu ruang, yang akan di teliti yaitu seluruh siswa kelas II SDN

    183 Lapaddumpuyang berjumlah 20 orang.

    b. Sampel

    Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

    populasi tersebut. (Sugiyono,2017:118).Jadi sampel dapat pula di artikan sebagai

    anggota dari populasi itu sendiri tapi dengan menggunakan prosedur tertentu dengan

    kata memerlukan teknik sampel.Teknik sampel ada berbagai macam tapi dalam

    penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh.Dan yang menjadi sempel adalah

    semua jumlah populasi yaitu keseluruhan jumlah siswa kelas II yang berjumlah 20

    orang.

    C. Defenisi Operasional Variabel

    Berbicara mengenai definisi operasional variabel dalam penelitian ini ada dua

    yaitu variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat yaitu

    variabel yang di pengaruhi. Sebagaimana rentetan penjelasan tentang definisi

    operasional variabel sebagai berikut:

    1. Menggunakan metode bermain Variabel Independen ( bebas ) yaitu salah satu

    metode bermain dalam pembelajaran bahasa indoesia yaitu menggunakan

    permainan meloncat bulatan kata.

    2. Keterampilan membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kelancaran, ketepatan, dan kesesuaiankata ketika murid membaca pada tes awal

    (pretest) dan ketika membaca pada tes akhir (posttest).

  • D. Instrumen Penelitian

    Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tes membaca.Lembar tes

    membaca dalam penelitian ini yakni menampilkan satu kalimat utuh. Kemudian

    dijabarkan menjadi kata-kata, suku kata, kemudian huruf-huruf, kemudian di gabungkan

    kembali dari huruf-huruf menjadi suku kata kemudian kata dan menjadi satu kalimat

    utuh. Prosesnya murid di minta untuk membaca tulisan mulai dari kalimat, kata, suku

    kata, dan huruf secara bergantian yang telah di sediakan oleh peneliti.

    Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti membrikan skor setiap

    kategori.. Perbedaannya terletak pada kategori gejala yang dicatat. Didalam daftar skala

    nilai tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan di

    selidiki, akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang

    setiap gejala tersebut. Penjenjangan menggunakan skala 5 yakni sangat kurang, kurang,

    cukup, baik, sangat baik (Margono,2004:160).

    Tes membaca permulaan di gunakan untuk mengukur kemampuan murid dalam

    membaca. Criteria penilaian berdasarkan aspek :

    a. Kecepatan menyuarakan tulisan

    b. Kelancaran mengucapkan tulisan

    c. Ketepatan membaca tulisan

    Pedoman penilaian membaca ini terdiri dari 3 aspek yang kemudian dari masing-

    masing diberi skor yang di sesuaikan dengan tingkat kesulitan dari masing-masing

    aspek. Instrumen penilaian untuk mengumpulkan data murid pada tingkat kemampuan

    membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat di lihat di bawah ini

  • Tabel 3.1 Indikator penilaian Membaca permulaan siswa kelas II SDN 183

    Lapaddumpu.

    No No Aspek Yang Di Nilai Deskripsi Penilaian Skor

    1 Kecepatan Pengucapan tulisan sangat cepat 20

    Pengucapan tulisan cepat 15

    Pengucapan tulisan cukup cepat 10

    Pengucapan tulisan kurang cepat 5

    Pengucapan tulisan tidak cepat/lambat 0

    2 Kelancaran Membacakan tulisan dengan sangat

    lancer

    30

    Membacakan tulisan dengan lancar 15

    Membacakan tulisan dengan cukup

    lancer

    10

    Membacakan tulisan dengan

    kuranglancer

    5

    Membacakan tulisan dengan tidak lancar 0

    3 Ketepatan Pengucapan kata demi kata sangat tepat 50

    Pengucapan kata demi kata tepat 30

    Pengucapan kata demi kata cukup tepat 15

    Pengucapan kata demi kata kurang tepat 10

    Pengucapan kata demi kata tidak tepat 5

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes.

    1. Tesmembaca awal (pretest)

    Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sumber data awal atau

    O1sebelum di berikan perlakuan atau treatmen.

    2. Tes membaca Akhir (posttest)

  • Posttest dilakukan setelah adanya pemberian treatment, untuk mengetahui

    pengaruh penggunaan metode bermain.

    F. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang di gunakan yaitu teknik analisis deskriptif dan analisis

    inferensial dimana data yang terkumpul berupa nilai pretest dan posttest yang akan di

    bandingkan .membandingkan dari keduanya maka akan ada pertanyaan apakah ada

    perbedaan anatara keduanya. Pengujian dari perbedaan tersebut di lakukan terhadap

    rentetan kedua nilainya , dan untuk menguji keperluan itu digunakan teknik uji-t(t-test).

    Dengan demikian langka analis data model eksperimen dengan one group pretest

    posttest desain.

    1. Analisis Data Statistik Deskriptif

    Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

    mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses

    penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui

    analisis ini adalah sebagai berikut:

    a) Rata-rata (Mean)

    ̅ = ∑

    b) Persentase (%) nilai rata-rata

    =

    x 100%

    Dimana:

    P = Angka persentase

    f = frekuensi yang dicari persentasenya

  • N = Banyaknya sampel responden.

    Dalam analisis ini peneliti menetapkan tingkat keterampilan siswa dalam membaca

    permulaan sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh Depdikbud (2003) yaitu:

    Tabel 3.2.Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

    Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

    0 – 34

    35 – 54

    55 – 64

    65 – 84

    85 – 100

    Sangat Rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat Tinggi

    Sumber : Depdikbud.2003

    2. Analisis Statistik Inferensial

    Penggunaan statistic inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t ( uji t)

    dengan tahapan sebagai berikut .

    Langkah dalam pengujian hipotesis adalah berikut ini

    a. Mencari harga “Md” dengan rumus

    keterangan

    = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

    ∑ = jumlah dari gain ( posttest-pretest )

    N = subjek pada sample

    b. Mencari harga “ ∑ X2d” dengan rumus

  • ∑ X2d = ∑d -

    (∑ )

    Keterangan

    ∑ X2d = jumlah kuadrat devisi

    ∑d = jumlah dari gain (prot test – pre test)

    N = subjek pada sample

    c. Menentukan harga t Hitung dengan rumus

    t =

    √∑

    ( )

    keterangan

    T = perbedaan dua mean

    Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest

    ∑X2d = jumlah kuadrat defisi

    N = sabjek dan sample

    d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan kaidah

    pengujian signifikan :

    e. Jika t Hitung t Table maka H o di tolak H 1 diterima berarti penerapan metode

    berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran

    Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng. Jika tHitung

    maka Ho di tolak berarti penerapan metode tidak berpengaruh terhadap

    keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas

    II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng.

  • f. Menentukan harga tTable

    Mencari tTable dengan menggunakan table distribusi t dengan taraf signifikan

    0,02 dan db = N – 1

    Keterangan

    Db = derajat kebebasan tertentu ditentukan dengan N-1

    g. Membuat hasil kesimpulan apakah metode bermain berpengaruh terhadap

    keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas

    II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Murid Kelas 1I SDN 183 Lapaddumpu

    sebelum diterapkan metode bermain

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 183

    Lapaddumpu Kabupaten soppengmulai tanggal 06 juli – 30 agustus 2018, maka

    diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes membaca sehingga dapat

    diketahui kemampuan membaca permulaan murid berupa nilai dari kelas II SDN 183

    Lapaddumpu.

    Data perolehan skor hasil membaca permulaan murid kelas II SDN 183

    Lapaddumpu pada tabel 4.1 dapat di lihat pada lampiran B no 1. Untuk mencari mean

    (rata-rata) nilai pre-test dari murid kelas IISDN 183 Lapaddumpu dapat dilihat melalui

    tabel 4.2 pada lampiran B no 2

    Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.021, sedangkan

    nilai dari N sendiri adalah 20. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean)

    yaitu 51,05Dari hasil perhitungan tersebut maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil

    belajar murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu sebelum penerapan metode bermain yaitu

    51,05. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan kebudayaan

    (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:

  • Tabel 4.3. Tingkat keterampilan membaca Pretest

    No Interval Frekuensi Persentase

    (%)

    Kategori Hasil

    Belajar

    1

    2

    3

    4

    5

    0 – 34

    35 – 54

    55 – 64

    65 – 84

    85 – 100

    2

    9

    4

    5

    -

    10

    45

    20

    25

    -

    Sangat Rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Jumlah 20 100

    Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar murid pada tahap pretest dengan menggunakan instrumen test

    membacapada interval 0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan persentase 10%

    sebanyak 2 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase

    45% sebanyak 9 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan

    persentase 20% sebanyak 4 orang dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi

    dengan persentase 25% sebanyak 5 orang. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat

    dikatakan bahwa tingkat keterampilan membaca permulaan murid sebelum diterapkan

    metode bermain tergolong rendah.

    Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pre-test

    Skor Kategorisasi Frekuensi %

    0 ≤ ×

  • Jumlah 20 100

    Apabila Tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar

    murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau

    melebihi nilai KKM (70) 75%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan

    membaca permulaan murid Kelas II SDN 183 Lapaddumpu kabupaten soppeng belum

    memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena hanya dua murid yang

    mencapai nilai ketuntasan.

    2. Deskripsi Hasil Belajar(Posttest) Bahasa Indonesia Murid Kelas 1SDN 183 Lapaddumpu setelah diterapkan metode bermain

    Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah

    diberikan perlakuan.Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya diperoleh

    setelah diberikan post- test. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data berikut ini :

    Data perolehan skor hasilmembaca permulaan kelas IISDN 183

    Lapaddumpupada tabel 4.5 dapat di lihat pada lampiran B no 3

    Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid kelas II SDN 183

    Lapaddumpu dapat di lihat pada tabel 4.6 pada lampiran B no 4

    Dari data hasil post-test di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.342 dan

    nilai dari N sendiri adalah 20. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) yaitu

    67,1. Dari hasil perhitungan tersebut maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar

    murid kelas IISDN 183 Lapaddumpu setelah penerapan metode bermain yaitu 67,1 dari

    skor ideal 100. Adapun di kategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan

    kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:

  • Tabel 4.7. Tingkat keterampilan membaca Post-test

    No Interval Frekuensi Persentase

    (%)

    Kategori Hasil

    Belajar

    1

    2

    3

    4

    5

    0 – 34

    35 – 54

    55 – 64

    65 – 84

    85 – 100

    -

    2

    6

    11

    1

    0,00

    10

    30

    55

    5

    Sangat Rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Jumlah 20 100

    Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar murid pada tahap post-test dengan menggunakan instrumen test

    membacapada interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase 5%

    sebanyak 1 orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 55%

    sebanyak 11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase

    30% sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan

    persentase 10% sebanyak 2 orang , dan pada interval 0 – 34 dengan kategori sangat

    rendah dengan presentase 0,00%.Melihat dari hasil presentase yang ada dapat

    dikatakan bahwa tingkat keterampilan murid dalam membaca permulaan setelah

    diterapkan metode bermain tergolong tinggi.

    Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Post-tes

    Skor Kategorisasi Frekuensi %

    0 ≤ × < 70 Tidak tuntas 10 50

    70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 10 50

  • Jumlah 20 100

    Apabila Tabel 4.8 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar

    murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau

    melebihi nilai KKM (70) 75%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan

    membaca permulaan murid Kelas II SDN 183 Lapaddumpu kabupaten soppeng telah

    memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal.

    3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain pada Murid Kelas II SDN 183

    Lapaddumpu

    Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada pengaruh dalam menerapkan

    metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa

    Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”, maka teknik yang

    digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik statistik inferensial dengan

    menggunakan uji-t. Pada tabel 4.9 yaitu analisis skor Pre-test dan Post-test dapat di

    lihat pada lampiran B no 5 serta langkah-langkah pengujian hipotesis dapat di lihat

    pada lampiran tersebut.

    Setelah diperoleh tHitung= 8,74dan tTabel = 2,093 maka diperoleh tHitung > tTabel

    atau 8,74>2,093. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini

    berarti bahwaada pengaruh dalam menerapkan metode bermain terhadap keterampilan

    membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II SDN 183

    Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.

    B. Pembahasan

    Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang ditemukan dalam penelitian. Hasil

    yang dimaksudkan yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang terkumpul

    dan analisis data yang telah dilakukan.

  • 1. Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Murid Kelas 1I SDN 183

    Lapaddumpu sebelum diterapkan metode bermain

    Berdasarkan hasil pre-test, nilai rata-rata hasil belajar murid 51,05.pada interval

    0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang, pada

    interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase 45% sebanyak 9 orang,

    pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 20% sebanyak 4 orang

    dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 25% sebanyak 5

    orang.Melihat dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat

    keterampilan membaca permulaan murid sebelum diterapkan metode bermain

    tergolong rendah.penyebab hasil belajar siswa tergolong rendah di karenakan minat

    dan motivasi belajar siswa kurang karena cara mengajar guru yang masih sangat

    sederhana (tanpa menggunakan metode).

    2. Deskripsi Hasil Belajar(Posttest) Bahasa Indonesia Murid Kelas 1 SDN 183

    Lapaddumpu setelah diterapkan metode bermain

    Selanjutnya nilai rata-rata hasil post-test adalah 67,1jadi keterampilan murid

    dalam membaca permulaan setelah diterapkan metode bermain mempunyai hasil

    belajar yang lebih baik dibanding dengan sebelum penerapan metode bermain. Selain

    itu persentasi kategori hasil belajar Bahasa Indonesia murid juga meningkat yakni pada

    interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase 5% sebanyak 1

    orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 55% sebanyak

    11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 30%

    sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase

  • 10% sebanyak 2 orang , dan pada interval 0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan

    presentase 0,00%.Hasil belajar siswa meningkat di karenakan adanya penerapan

    metode bermain yang di gunakan sehingga membuat motivasi dan minat belajar siswa

    untuk belajar menjadi lebih baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa mejadi lebih

    meningkat.

    3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain pada Murid Kelas II SDN 183

    Lapaddumpu

    Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t,

    dapat diketahui bahwa nilai thitungsebesar 8,74. Dengan frekuensi (dk) sebesar 20 - 1

    =19, pada taraf signifikansi diperoleh ttabel = 2,093. Oleh karena thitung ttabel pada taraf

    signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha)

    diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain

    terhadap keterampilan membaca permulaan.

    Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang

    diperoleh , dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain

    terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia

    kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng. Hal tersebut di katakan

    berpengaruh karena pada hasil belajar pre test masih tergolong kategori rendah

    sedangkan setelah di gunakan metode bermain, hasil belajar pada pos test sudah

    meningkat dan tergolong kategori tinggi. Jadi penerapan metode bermain bisa di

    katakana berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.hal tersebut juga di buktikan dengan

    peggunaan rumus uji t yang telah di gunakan yang membutikan bahwa thitung ttabel

    maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima yang berarti

  • bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain terhadap keterampilan

    membaca permulaan.

  • BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Simpulan yang lebih rinci berkaitan pelaksanaan pembelajaran membaca

    permulaan dengan metode bermain pada murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu

    sebagai berikut :

    1. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa secara umum

    keterampilan membaca permulaan murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu

    sebelum penerapan metode bermain dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan

    dari perolehan persentase hasil belajar siswa yaitu pada interval 0 – 34 dengan

    kategori sangat rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang, pada interval

    35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase 45% sebanyak 9 orang,

    pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 20% sebanyak

    4 orang dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase

    25% sebanyak 5 orang.

    2. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa secara umum

    metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan

    murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu dapat dilihat dari perolehan persentase

    yaitupada interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase

    5% sebanyak 1 orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan

    persentase 55% sebanyak 11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori

    sedang dengan persentase 30% sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan

  • kategori rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang , dan pada interval

    0– 34 dengan kategori sangat rendah dengan presentase 0,00%.

    3. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    penerapan metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca

    permulaan siswa kelas II SDN 183 Lapaddumpu. Hal tersebut di katakan

    berpengaruh karena pada hasil belajar pre test masih tergolong kategori rendah

    sedangkan setelah di gunakan metode bermain, hasil belajar pada pos test

    sudah meningkat dan tergolong kategori tinggi. Jadi penerapan metode bermain

    bisa di katakan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.hal tersebut juga di

    buktikan dengan penggunaan rumus uji t yangtelah di gunakan yang

    membutikan bahwa tHitung= 8,74 dan tTabel = 2,093 maka diperoleh tHitung > tTabel

    atau 8,74 >2,093. maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha)

    diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain

    terhadap keterampilan membaca permulaan.

    B. Saran

    Berdasarkan temuan yang berkaitan hasil penelitian penerapan metode

    bermain yang mempengaruhi keterampilan membaca permulaan murid kelas II

    SDN 183 Lapaddumpu, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

    1. Kepada para pendidik khususnya guru SDN 183 Lapaddumpu disarankan

    menerapkan metode bermainuntuk membangkitkan minat dan motivasi siswa

    untuk belajar.

    2. Kepada Peneliti, diharapkan mampu mengembangkan metode bermain ini

    dengan menerapkan pada materi lain untuk mengetahui apakah pada materi

  • lain cocok dengan metode pembelajaran ini demi tercapainya tujuan yang

    diharapkan.

    3. Kepada calon Peneliti, akan dapat mengembangkan dan memperkuat metode

    ini serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara mengkaji terlebih dahulu

    dan mampu mengadakan penelitian yang lebih sukses.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Akhadiah, Sabarti.1992. Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan.

    Anderson, R. C. (1972). Language Skills in Elementary Education. New

    York:Macmillan Publishing Co, Inc.

    Budiasi dan Zuchdi. 1996/1997. Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Dikelas

    Rendah. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian

    Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Bandar Lampung : Raja Grafindo Persada.

    Depdikbud. 1994/1995. Pengajaran Membaca. Jakarta: Depdikbud

    Depdikbud. 2003. Pengajaran Membaca. Jakarta: Depdikbud

    Dewi. 2013. Pengaruh Pembelajaran Tematik Berbantuan Permainan Meloncat

    Bulatan Kata Terhadap Kemampuan Membaca Permulaaan Pada Mata

    Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 1 SD. Skripsi. Bali: Tidak diterbitkan

    DjuandaDadang. 2006.Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Komunikatif Dan

    Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

    Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

  • Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

    Rahim, Farida. 2007.Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi

    Aksara.

    Safi`ie, Imam. 1999.Pengajaran Membaca Di Kelas-Kelas Awal Disekolah dasar.

    Malang: Depdiknas.

    Semiawan, Conny R dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini.

    Jakarta: PT Prenhallindo.

    Sudjana, Nana. 1997. Media Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

    Sugiyono. 2017.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

    Tampubolon, DP. 2008. Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa

    Bandung.

    Tarigan, Henry Guntur. 2007. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

    Bandung: Angkasa bandung.

    Vacca, Jo Anne. 1991. Reading and Learning to Read. New York: Harper Collins

    Publisher.

  • LAMPIRAN A

    1. Daftar Hadir

    Murid Kelas

    II

    2. RPP

  • LAMPIRAN I

    DAFTAR HADIR SISWA KELAS II SDN 183 LAPADDUMPU

    NO. NAMA MURID L/P PERTEMUAN KET.

    1 2 3 4

    1. Muh.Gibran

    Fahrizi L

    2. Muh. Aditiya Putra L

    3. Muh. Refan L

    4. Muh. Luthfi Zaki L

    5. Muh. Ataya Fikri L

    6. Muh. Hilal L

    7. Muh. Fachri Yusri L

    8. Muh. Anugerah L

    9. Satrio L

    10. Muh. Resky L

    11. Nadine Ayla Akbar P

    12. Sitti Raodatul

    Jannah P

    13. Rahma Ramadhani P

    14. Syairah Syahrah P

    15. Sindy Dwi Aulia P

    16. Siti Najwa Aqirani P

    17. Sahariah Putri P

  • 18. Nabila Masita P

    19. Asmaul Husnah P

    20. Nurqalbi P

    Keterangan: a : Alfa (tanpa pemberitahuan) Laki-laki = 10 orang

    s : Sakit Perempuan =10 orang +

    i : Izin Jumlah siswa = 20 orang

    Soppeng, Agustus 2018

    Peneliti

    MUSDALIFAH NIM : 105409106 14

  • RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    (RPP)

    Nama Sekolah : SDN 183 Lapaddumpu

    Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

    Kelas/Semester : I/I

    Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

    A. Standar Kompetensi :

    3. Membaca

    Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak

    B. Kompetensi Dasar:

    3.1Menyimpulkan isi teks pendek (10 – 15 kalimat)yang dibaca dengan

    membaca lancar

    C.Indikator :

    - Membaca teks bacaan dengan lafal dan intonasi yang tepat.

    - Menyimpulkan isi buku bacaan.

    D. Tujuan Pembelajaran

    - Siswa dapat membaca teks bacaan dengan lafal dan intonasi yang tepat.

    - Siswa dapat menyimpulkan isi teks bacaan.

    E. Materi Pembelajaran

    Teks Bacaan /Teks pendek

    Materi ajar

    Main Petak Umpet

    Mirna suka sekali bermain petak umpet. Dia biasanya bermain pada hari

    minggu sore. Dia bermain bersama teman-temannya didekat rumahnya.

    Mereka adalah adi, wati, rani, dan gito. Teman sekolahnya juga sering

    bermain kerumahnya. Nia juga ikut bermain petak umpet bersama mereka.

  • Hari minggu sore mereka bermain di halaman depan rumah. Wati dan rani

    berebut ingin bersembunyi di belakang mobil ayah mirna. Setelah itu gito

    mendapat giliran jaga. Mereka berhenti bermain saat menj