PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP … · Dimana ada rintangan, disitu ada usaha Dan...
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP … · Dimana ada rintangan, disitu ada usaha Dan...
-
PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN TERHADAP
KETERAMPILAN MEMBACAPERMULAAN PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS II SDN 183
LAPADDUMPU KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
MUSDALIFAH
105409106 14
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
-
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
Hati menjadi tentram (Q.S. ar-Ra’d 13: 28)
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan
Dimana ada jalan, disitu ada rintangan
Dimana ada rintangan, disitu ada usaha
Dan dimana ada usaha, Insya Allah disitu ada hasil
Lakukanlah sesuatu dengan niat yang tulus dan berikhtiar
Niscaya Allah Swt yang Maha menentukan
Hasil yang indah bukanlah tujuan utama
Melainkan sebuah perjuangan yang bermakna
Berusaha dan doa merupakan kunci kesuksesan
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
-
ABSTRAK
Musdalifah . 2018.Pengaruh Metode Bermain Terhadap Keterampilan Membaca
Permulaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SDN 183 Lapaddumpu
Kabupaten Soppeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing
ISulfasyah, dan pembimbing II Aliem Bahri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pre Test Post Test
Design yaitu sebuah eksperimen yangdalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu
kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol) yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain terhadap keterampilan membaca
permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu
Kabupaten Soppeng tahun ajaran 2018/2019. Satuan eksperimen dalam penelitian ini
adalah murid Kelas II sebanyak 20 orang. Penelitian dilaksanakan selama 4 kali
pertemuan.
Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek, yaitu: ketercapaian
ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia muridsecara klasikal, aktivitas siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.Pembelajaran dikatakan berhasil jikaaspek di atas
terpenuhi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data skor perolehan hasil
membaca permulaan murid yang dikumpulkan dengan menggunakan tes membaca, data
tentang aktivitas murid dalam pembelajaran Bahasa Indonesiadikumpulkan dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas belajar murid.
Hasil analisis statistik deskriptif penggunaan metode bermain terhadap
keterampilan membaca permulaan murid positif, keterampilan membaca permulaan
murid dengan menggunakan metode bermain menunjukkkan hasil belajar yang lebih
baik dari pada sebelum diterapkan metode bermain. Hasil analisis statistic inferensial
menggunakan rumus uji t, diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 8,74
dengan frekuensi db = 20 – 1 = 19, pada taraf signifikansi 50% diperoleh t Tabel = 2,093.
Jadi, t Hitung > t tabel atau hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1)
diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain
terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.
Kata kunci: Pra-eksperimen, metode bermain.
-
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain kataSyukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas Nikmat, Rahmat dan Ilham-Nya yang masih memberikan kesehatan
kepada kita semua, bisanya mata kita untuk melihat, telinga untuk mendengar, kaki
untuk melangkah, makanya Allah SWT berfirman dalam Surah Ar – Rahman surah
nomor ke 55 yang artinya “Maka Nikmat Tuhanmu mana lagi yang Engkau Dustakan,
bahkan Allah SWT mengatakan kalimat tersebut 31 kali dalam Surah Ar – Rahman,
menandakan betapa pentingnya kita untuk bersyukur kepadanya.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”.Diajukan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Keguruan dan Ilmu
Pendidikan dan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai skripsi ini disusun
dengan segala keterbatasan dan kekurangan banyak hambatan, rintangan dan halangan,
namun berkat bantuan dan pertolongan Allah swt dan dorongan serta motivasi dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus
melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian karya ini. Penulis berharap
dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya, melainkan awal dari
semuanya, awal dari sebuah perjuangan hidup. Takada kata yang mampu
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang special dengan segenap cinta
dan kasih sayang serta kepada Ibunda Kasmawati dan Ayahanda Abdul Hamid dan
adik yang senantiasa tidak pernah henti-henti memberikan motivasi, semangat disertai
dengan doa yang tulus ikhlas demi kesuksesan penulis dalam penyelesaian studi
penulis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembimbing I
Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D dan Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi atas
penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.
Ucapa terima kasih yang sebesarnya kepada Dr.H. Abd. Rahman Rahim, SE.,
MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem
-
Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Fitriani Saleh, S.Pd.,
M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak – bapak dan Ibu Dosen
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada
penulis, serta staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih juga kepada Hj Salasiah, S.Pd,Kepala Sekolah SDN 183
Lapaddumpu atas bantuannya, Asinang, S.PdWali kelas II, serta guru–guru lainnya
yang telah memberikan kesempatan dan arahan kepada penulis, dan tidak lupa pula
Siswa – siswi SDN 183 Lapaddumpu atas kerjasama, motivasi serta semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran. Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-
teman serta sahabat yang selalu mendukung, membantu dan member motivasi kepada
penulis. Rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2014
terkhusus Kelas 14 C Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih solidaritas
yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan kebersamaan kita
tidak berakhir sampai disini. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak
sempat disebutkan satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari –
NYA.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya
membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali
tanpa adanya kritikan. Mudah–mudahan dapat memberi manfaat bagi para membaca,
terutama bagi diri pribadi penulis, Amin
Makassar, Agustus 2018
PENULIS
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................. v
KARTU KONTROL BIMBINGAN...................................................... .. vi
MOTTO ...................................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A.LatarBelakangMasalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, dan HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 6
1. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 6
2. Hakikat Pembelajaran ............................................................................... 7
a. Definisi Belajar .................................................................................. 7
b. Tujuan Belajar .................................................................................... 8
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ....................................... 8
3. Hakikat Bahasa Indonesia .......................................................................... 9
-
a. Kedudukan Bahsa Indonesia .............................................................. 9
b. Fungsi Bahasa Indonesia .................................................................... 9
4. Metode Bermain dan Membaca Permulaan ........................................... .10
a. Pengertian Bermain .......................................................................... 10
b. Pengertian Membaca ........................................................................ 14
c. Tujuan Membaca ............................................................................ 15
d. Definisi Membaca Permulaan .......................................................... 18
e. Langkah-langkah Membaca permulaan pada Metode Bermain ...... 24
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 25
C. Hipotesis .................................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 28
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29
C. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 30
D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 32
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 36
1. Deskripsi Hasil Pretest ............................................................................ 36
2. Deskripsi Hasil Posttest .......................................................................... 38
3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain .................................................... 40
B. Pembahasan ............................................................................................... 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 45
B. Saran .......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Indikator Penilaian membaca permulaan ................................................ 32
3.2 Standar ketuntasan hasil Belajar BI ......................................................... 34
4.3 Tingkat keterampilan membaca Pretest .................................................... 38
4.4 Deskripsi ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia Pretest .................... 38
4.7 Tingkat keterampilan membaca Posttest ................................................... 40
4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Posttest ................ 40
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 26
3.1 Desain penelitan ........................................................................................ 28
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya yaitu usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Jadi masalah pendidikan tidak hanya setelah lahir sampai dewasa, tetapi
pendidikan adalah sebelum lahir sampai mati.Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor
20 Tahun 2003 Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.Pemgamgkatan mausia
ke taraf insani itulah yang di sebut mendidik.Driyarkara dalam (Ihsan 2005:
4).Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang di lakukan secara sadar dan terencana
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai tujuan
yang di inginkan, dengan pendidikan bisa membantu seseorang mencapai tahap
kedewasaan sehingga kita bisa mengetahui hal-hal yang baik dan yang tidak baik untuk
di lakukan.Dengan pendidikan bisa membantu seseorang mencapai tahap kedewasaan
sehingga kita bisa mengtahui hal-hal yang baik dan yang tidak baik untuk kita lakukan.
Dalam pendidikan ada tiga aspek yaitu: aspek kognitif,aspek afektif dan juga aspek
psikomotorik. Aspek kognitif harus seimbang diantara ketiga aspek tersebut agar
menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
-
Pendidkan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertaggung jawab
kemasyarat dan kebangsaan, dalam (Ihsan, 2005: 115).
Pendidikan berkaitan erat dengan interaksi antara pendidik dan peserta didik,
yang mendidik di sini pada umumnya adalah mereka orang-orang dewasa yang
memenuhi syarat seperti mempunyai pendidikan atau mempunyai wewenang mengajar
yang di sahkan oleh yang berwenang.Dan selanjutnya dalam pengertian pendidikan
yang di didik adalah anak didik.Pengertian anak di sini bukan berarti hanya anak-anak
saja, tetapi meliputi juga bagi mereka yang sudah dewasa, tetapi dalam ilmu
pengetahuan masih mereka perlukan.Pada lembaga pendidikan sekolah, seorang
pendidik yang lazim di Negara di sebut guru.
Kedudukan guru dalam pendidikan adalah sebagai pembimbing dan juga
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didiknya.Peran guru
dalam memberikan pelajaran pada peserta didik sangat berpengaruh pada semangat
belajar siswa dan juga hasil belajar siswa nantinya. Guru dalam proses pembelajaran
harus membuat suasana menjadi kondusif dan menyenangkan apalagi untuk pelajaran
bahasa Indonesia khususnya kelas rendah pada kemampuan membaca dan menulis
siswa.
Pengenalan kata adalah salah satu dasar bagi pembinaan keterampilan membaca
permulaan.Dapatlah di katakan bahwa pengenalan kata ini merupakan keterampilan
prasarat untuk dapat membaca secara lancar dan teliti. Selanjutnya kelancaran dan
ketelitian ini merupakan dasar bagi proses pemahaman bacaan. Keterampilan membaca
ini harus di kuasai oleh siswa.Namun pada kenyataanya masih jauh dari yang di
-
harapkan.Masih banyak siswa yang kurang dalam keterampilan membaca.Keberhasilan
siswa membaca permulaan masih kurang, mereka belum mampu membaca dengan baik
dan benar.
Kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak mengalami
permasalahan bagi guru dan siswa. Hal tersebut di sebabkan oleh factor pemahaman
guru terhadap proses pembelajaran membaca. Strategi atau metode yang di terapkan
oleh guru yang hanya berputar pada metode menjelaskan, metode Tanya jawab, metode
penugasan sehingga seringkali siswamerasa jenuh dan bosan setiap kali belajar, murid
hanya terpaku pada latihan yang di sediakan oleh guru, akibatnya murid mengalami
kesulitan dalam membaca.
Guru dapat menggunakan salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan
yang tidak membuat siswa cepat bosan dan jenuh. Salah satu metode yang bisa di
gunakan yaitu metode bermain. Di sini guru bisa memantau perkembangan dan
hambatan selama proses dan hasil belajar membaca para murid. Seorang pendidik dari
jerman ia percaya bahwa “salah satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah
melalui metode permainan”. Menurut pendapatnya anak-anak lebih siap dan berpotensi
untuk bermain dari pada cara lain.Frebel dalam (Djuanda, 2006:87).
Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan social,
tetapi juga mengembangkan bahasa emosi, di siplin, kreatifitas, dan perkembanngan
fisik anak.Melalui bermain anak dapat mengendalikan emosinya, menyalurkan
keinginannya dan rasa percaya dirinya, anak juga dapat menerapkan disiplin dengan
menunggu giliran atau mentaati peraturan.Dengan bermain guru mendapatkan
gambaran yang lengkap tentang keseluruhan diri siswa, misalnya seorang guru
-
menyatakan bahwa perilaku para siswapada waktu bermain dapat mengungkapakan
sifat-sifat siswa tersebut yang berlangsung di rumahnya.
Contoh lain guru melukiskan seorang anak yang biasanya pendiam dan pasif,
ternyata dia lebih menjadi aktif ketika terlibat permainan. Siswa lebih berperilaku
alamiah pada waktu bermain.Hal ini membuat guru dapat lebih mudah menilai
kemampuan siswa yang sesungguhnya dengan lebih akurat di dalam bermain dari pada
situasi formal.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh penggunaan metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten
Soppeng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah adaPengaruh penggunaan metode bermain terhadap keterampilan
membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 183
Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruhpenggunaan
metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.
D. Manfaat penelitian
a) Manfaat Teoritis
Memberikan inovasi psembelajaran yang baru sehingga dapat dijadikan sebagai
-
sarana didalam meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia khususnya pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan penggunaan motode bermain dalam keerampilan membaca
permulaan di kelas rendah.
b) Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberi masukan dan menambah pengetahuan serta wawasan
dalam meningkatkan kemampuan membaca permulan siswa deagn menggunakan
metode bermain dalam pembelajaran.
2. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan
metode pembelajaran dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami materi,
maupun dalam membaca semangat dalam pembelajaran, tidak merasa bosan dengan
pembelajaran, dan dapat bermain sambil belajar melalui metode bermain ini.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang relevan
a. Penelitian yang di lakukan Dewi (2013) adalah penelitian dengan judul
“Pengaruh pembelajaran tematik berbantuan permainan meloncat bulatan kata terhadap
kemampuan membaca permulaan pada mta pelajaran Bahasa Indonesia Kelas I SD”.
Dari penenelitian tersebut dapat ditemukan bahwa: (1) metode bermain berpengaruh
terhadap keterampilan membaca permulaan pada murid kelas I SD Inpres Minasa Upa I
kecematan Rappocini. (2) murid memiliki keterampilan membaca permulaan yang
tinggi terhadap mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode bermain
di tinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan, dan ketertarikan siswa sehingga
hasil belajar murid cenderung lebih tinggi dari sebelum di terapkannya metode tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dewi menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia antara murid
yang belajar melalui metode berbantuan permainan melonacat bulatan kata terhadap
kemampuan membaca permulaan dengan murid yang belajar melalui metode bermain
terhadap keterampilan membaca permulaan. Nilai rata-rata yang di peroleh anatara
siswa yang belajar melalui berbantuan permainan meloncat bulatan kata terhadap
kemampuan membaca permulaan yaitu sebesar 71,48 dan siswa yang belajar melalui
metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan yaitu sebesar 73,92.
b. Penelitian yang di lakukan Syamsu Wahid (2016) adalah penelitian dengan
judul “Pengaruh metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan siswa
-
kelas I SD Inpres Bategulung. Dari penenelitian tersebut dapat ditemukan bahwa: (1)
metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan pada murid
kelas I SD Inpres Bategulung . (2) murid memiliki keterampilan membaca permulaan
yang tinggi terhadap mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode
bermain di tinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan, dan ketertarikan siswa
sehingga hasil belajar murid cenderung lebih tinggi dari sebelum di terapkannya metode
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh syamsu wahid menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia
antara murid yang belajar melalui metode berbantuan permainan melonacat bulatan kata
terhadap kemampuan membaca permulaan dengan murid yang belajar melalui metode
bermain terhadap keterampilan membaca permulaan. Nilai rata-rata yang di peroleh
siswasebelum di terapkan metode bermainberbantuan permainan terhadap kemampuan
membaca permulaan yaitu sebesar 64,33 dan nilai yang di peroleh setelah di terapkan
metode bermain berbantuan permainan terhadap keterampilan membaca permulaan
yaitu sebesar 76,66.
2. Hakikat Pembelajaran
a. Definisi Belajar
Belajar adalah suatu proses yang di lakukan oleh seorang individu untuk
memperoleh suatu perubahan tigkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
Cronbach dalam (Ilahi, 2016:91) belajar adalah Learning is shown by change in
behavior result of experience. Jadi perubahan merupakan bentuk perubahan tingkah
-
laku yang di hasilkan melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut di sebabkan
oleh proses belajar yang memerlukan kesabaran kegigihan dalam mencapaikesuksesan
dan keberhasilan demi prestasi yang di inginkan.
“Gagne (2013: 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan,pengetahuan, sikap dan nilai”.Timbulnya `kapabilitas
tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif
yang di lakukan yang di lakukan oleh pembelajar.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat saya simpulkan bahwa
belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengolah
informasi sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu.Belajar ini berlangsung
seumur hidup dari lahir sampai mati.
b. Tujuan Belajar
Secara umum, tujuan belajar dapat dipahami sebagai dari proses mencari ilmu.
Pencapaian ilmu itu melalui proses belajar. Jadi kita harus yakin bahwa ilmu dapat di
peroleh melalui proses belajar yang panjang, ilmu tidak bisa di kuasai secara instan
termasuk ilmu sulap atau ilmu sihir.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Banyak hal yang memotivasi seseorang dalam dalam kegiatan belajar mengajar
seseorang.Pertama faktor internal berupa kesadaran diri.Hal ini tidak lepas dari
kesadaran yang timbul dalam pribadi seseorang untuk membangun motivasi belajar
yang berdampak pada peningkatan kualitas keilmuan. Kedua yaitu factor eksternal
berupa pegaruh lingkungan sekitar yag berada di tengah-tengah kehidupan kita.
Pengaruh lingkungan bisa mencakup nasihat orang tua, bimbingan guru, arahan teman.
-
3. Hakikat Bahasa Indonesia
a. Kedudukan bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya
berada diatas bahasa-bahasa daerah.Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia
mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa
Negara, bahasa resmi. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan
persatuan bangsa dari berbagai etnis dapat dipupuk. Kehadiran bangsa Indonesia di
tengah-tengah ratusan bangsa daerah tidak menimbulkan sentiment negative bagi etnis
yang menggunakannya.
Latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda berpotensi untuk
menghambat perhubungan antar-daerahdan antar-budaya. Tetapi, berkat bahsa
Indonesia, etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap warga Indonesia apa pun latar
belakang etnisnya dapat bepergian ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
b. Fungsi Bahasa Indonesia
1. Sebagai lambing kebangsaan
2. Sebagai lambing identitas nasional
3. Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
4. Sebagai alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.
5. Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu
kesatuan kebangsaan yang bulat.
-
6. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pegetahuan dan teknologi.
4. Metode Bermain dan Membaca Permulaan
a. Pengertian Bermain
Bermain merupakan salah satu fenomena yang paling alamiah dan luas dalam
kehidupan anak, terdapat isting bermain pada setiap anak serta kebutuhan
melakukannya dalam suatu pola yang khusus guna melibatkan dalam suatu kegiatan
yang membantu proses kematangan anak. Dari berbagai penelitian, Seto (Djuanda,
2006:86) mengungkapkan bahwa bermain dapat di kembangkan menjadi semacam alat
untuk mengaktualisasikan potesi kritis pada diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual
dan aspek emosi dan sosialnya. Dengan demikian, bermain berkembang bukan hanya
menjadi sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja tetapi juga bersifat
mendidik.
W.R Smith (Djuanda, 2006:86) seorang psikolog menyatakan bahwa barmain
merupakan dorongan langsung dari dalam diri setiap individu yang bagi anak-anak
merupakan merupakan pekerjaan, sedangkan bagi orang dewasa merasakan sebagai
kegemaran. Anak usia SD merupakan usia bermain. Bagi mereka dunia ini hanya
bermain, mereka belum dapat membedakan dunia nyata dan bermain, baru setelah
semakin dewasa, mereka paham bahwa ada dua dunia yaitu dunia bermain dan dunia
nyata atau dunia kerja.
Kesenangan anak-anak bermain dapat di pakai sebagai kesempatan untuk belajar
hal-hal yang kongkret, sehigga daya cipta imajinasi dan kreatifitas anak berkembang.
Bermain juga merupakan slah satu cara yang efektif pada usi sekolah dasar baik di
bidang akademik maupun aspek fisik, social dan emosional.
-
Sudjana (1997:24) menyatakan bahwa metode pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan permainan yaitu suatu pembelajaran yang di lakukan dengan mengaktifkan
siswa menggunakan alat peraga atau sesuai denagn kretifitas guru sehingga
menghasilkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal. Melalui situasi bermain anak di harapkan mendapatkan
pemahaman yang mendalam terhadap objek-objek dan memiliki keterampilan khusus
dalam mengamati dan memperoleh materi, serta agar anak mendapat makna spiritual
yang di simbolkan materi dan kegiatan-kegiatan tersebut.Dengan demikian, bermain
dalam kaitannya dengan pendidikan ialah sebagai wahana pembelajaran dalam bentuk
permainan sesuatu yang bermakna dalam menggambarkan pesan, suasana,
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang bernilai bagi anak dalam
membuahkan pengalaman belajar. Fungsi bermain bagi anak adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Kognitif
Bennet (dalam Djuanda2006: 92) mengemukakan bahwa Penelitian
membenarkan adanya hubungan kuat antara bermain dan perkembangan kognitif, salah
satunya bermain simbolik. pernyatan tersebut didukung oleh Vigosky dan Piaget (dalam
Djuanda 2006: 97) yang menyatakan bahwa, bermain simbolik itu permainan yang
penting sekali dalam pengembangan berpikir abstrak. Bermain simbolik merupakan
gambaran pengembangan pikiran.Bermain juga memberikan kesempatan kepada anak
untuk berpikir divergen dan belajar memecahkan masalah.Bermain juga merupakan
lingkungan yang kaya untuk mengembangkan bahasa murid.Waktu murid berinteraksi
dengan murid lainnya mereka mengkomunikasikan makna dan mengembangkan bahasa
cerita.
-
2. Pengembangan Sosial
Bermain adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak karena akan
mendorong anak-anak berinteraksi sosial. Anak-anak belajar mengatasi dan menentukan
konflik, memecahkan masalah, bergaul, bergiliran, bekerja sama, negoisasi dan sering
dengan teman-teman. Dengan bermain, anak-anak dibantu untuk mencurahkan perasaan
dan sikapnya terhadap teman-temanya.Bermain merupakan kesempatan emas anak-anak
untuk menjalin persahabatan.
3. Pengembangan Emosional
Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan.Anak dapat
mengekspresikan perasaan gembira, sedih, marah atau khawatir seperti benar-benar
pada kehidupannya. Menurut Elkind (dalam Djuanda 2006: 93) berpendapat bahwa
bermain dapat membebaskan anak dari tekanan stres. Juga secara psikologi bermain
mengurangi kegelisahan.Dengan demikian bermain memberi lahan kepada anak-anak
untuk dapat hiburan dan dapat mengontrol dunia mereka, pikiran mereka dan perasaan
mereka.
4. Pengembangan Fisik
Mayarina (dalam Djuanda 2006: 72) mengemukakan bahwa bermain adalah cara
utama untuk mengembangkan fisik. Bermain memberikan kesempatan untuk
mengembangkan gerakan halus dan kasar.Pada waktu anak-anak bermain aktif, mereka
dapat mengetes sistem keseimbangan mereka, gerakan tubuh melompat, meloncat,
melempar, kekuatan fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi baik yang bersifat
lokomotor, non lokomotor maupun manipulatif.Bermain dapat mengembangkan
koordinasi tangan dan mata, dengan bermain anak-anak dapat mencoba badan mereka
-
untuk melihat betapa bergunanya mereka. Pada permainan fisik dengan aba-aba, anak-
anak akan merasa percaya dengan fisiknya, kokoh dan yakin terhadap dirinya.
5. Pengembangan Bahasa
Mayarina (dalam Djuanda 2006: 93) mengemukakan bahwaaktifitas bermain
ibarat laboratorium bahasa, selama anak bermain, mereka mengungkapkan berbagai
kata, berbagai ragam bahasa, selama bermain mereka memperoleh kesempatan untuk
bercakap-cakap. Berargumentasi, menjelaskan, meyakinkan, bahkan waktu bermain
imajinasi pun ia bercakap-cakap. Bermain memungkinkan anak bereksperimen dengan
kata-kata baru, sehingga memperoleh perbendaharaan kata serta keterampilan
pemahamannya. Dalam proses ini anak-anak bisa menemukan hal menggembirakan
yang membawa kesenangan tersendiri.
Ada beberapa macam permainan yang dapat di gunakan untuk pembelajaran
membaca permulaan. Beberapa contoh di antaranya sebagai berikut :
1. Permainan meloncat bulatan kata
Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring.Kemudian
tulislah nama-nama susunan keluarga misalnya, ayah, ibu, kakak, adik.Letakkalanlah
bulatan kata itu di lantai.Bentuklah murid menjadi beberapa kelompok. Suruhlah murid
setiap kelompok meloncati bulatan kata yang di ucapkan kelompok lain atau guru.
misalnya loncat ke kata kakak, loncat ke ibu, loncat ke ayah. Dengan demikian, setiap
anak membaca bulatan untuk diinjak lebih meningkat lagi.Bulatan kata bisa dalam
bentuk yag lebih sulit, misalnya kata yang bila di gabungkan bisa menjadi sebuah
kalimat. Kata pada bulatan di sebar di sebar di lantai dan memugkinkan dapat
-
menyusun beberapa kalimat bila di loncati dengan benar.Misalnya, Ibu pergi ke pasar,
jadi murid harus meloncat ke kata yang bertuliskan Ibu pergi ke pasar.
2. Permainan suku kata
Permainan ini di lakukan secara berkelompok, masing-masingkelompok terdiri
atas beberapa orang murid.Setiap anggota ada yang ditugaskan melompat sambil
membaca, membantu mngarahkan dan memberikan semangat serta ada anggota yang
mnyusun kata, kaliamat dengan kartu kata untuk mecocokkan dengan hasil loncatan
anggotanya. Setiap anggota kelompok melakukan permainan sambil membaca tiap suku
kata yang di gabungkan menjadi kata yang bermakna dengan cara melompat-lompat
sebelah kiri dengan suara nyaring.
3. Permainan membaca berantai
Guru mengajak siswa membentuk satu lingkaran besar atau murid duduk di kursi
masing-masing dan kemudian guru menjelaskan tujuan permainan membaca berantai,
kemudian guru memberikan naskah teks yang akan di baca oleh murid. Guru membaca
cerita kemudian dilanjutkan oleh murid yang tujuk. Murid yang di tunjuk melanjutkan
membaca cerita dan di lanjutkan lagi oleh murid berikutnya.
b. Pengertian Membaca
Membaca merupakan aktivitas yang sangat komplek yang melibatkan factor
fisik dan mental. Menurut Kridalaksana (Munir, 2015:18) mengemukakan bahwa
membaca adalah suatu cara untuk mengambil informasi dari teks, baik berupa gambar-
gambar maupun media tulis dan juga kombinasi dalam bentuk lambang-lambang grafik
dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahama secara diam-diam
ataupun keras-keras. Jadi, membaca tidak hanya sekedar membaca tulisan berupa teks,
-
tetapi juga gambar ataupun grafik juga dapat di baca.
Membaca menjadi sebuah aktifitas yang dapat dilakukan oleh semua orang baik
siswa maupun masyarakt umum. Keterampilan membaca yang memadai wajib dimiliki
oleh pembaca, karena kemampuan membaca yang memadai akan memudahkan
pembaca untuk memahami isi bacaan. Jika pembaca sudah dapat memahami isi bacaan
yang dibacanya, keinginan penulis untuk memberikan informasi kepada pembaca
melalui bacaan dapat dikatakan sudah berhasil.
c. Tujuan membaca
Tujuan membaca setiap orang berbeda-beda.Menurut Sudiana(Munir,
2015:19)Tujuan membaca yang berbeda-beda ini berkaitan dengan kebutuhan, kondisi,
dan situasi membaca. Walaupun demikian tujuan orang membaca adalah untuk
memperoleh informasi dari suatu teks tulis.
Berdasarkan jenis informasi, ada tiga tujuan membaca, yaitu tujuan membaca
referensial, tujuan membaca intelektual, dan tujuan membaca untuk kesenangan.
1. Tujuan membaca referensial berkenaan dengan tujuan memperoleh informasi
yang berupa fakta yang ada di lingkungan untuk menambah wawasan atau
pengetahuan yang bersifat factual.
2. Tujuan membaca intelektual berkenaan dengan tujuan memperoleh informasi
yang dapat meningkatkan daya intelektual.
3. Tujuan membaca untuk kesenangan berkenaan dengan tujuan memperoleh
informasi yang dapat menyenangkan diri pembaca.
Vacca (1991: 172) mengemukakan bahwa “Membaca adalah proses aktif dari
pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan”. Membaca adalah membaca
-
sesuai dengan hakikatnya sebagai proses, pengajaran membaca baik pengajaran
membaca permulaan maupun pengajaran membaca lanjut dilaksanakan agar anak
menguasai proses membaca. Paul dkk. (dalam Safi`ie1999: 17) mengemukakan bahwa
kegiatan membaca meliputi proses berikut:
1. Mengamati simbol-simbol tulisan
Kegiatan membaca dimulai dengan pengamatan secara visual, di samping pengamatan
secara visual juga diperlukan kesan auditori (pendengaran), terutama pada anak-anak
yang belajar membaca permulaan. Pada anak-anak yang sedang dalam proses belajar
membaca permulaan ini, proses membaca terjadi dengan menghubungkan tulisan
dengan bunyi dalam bahasa lisan.
2. Menginterprestasikan apa yang diamati
Proses membaca terjadi melalui proses menginterprestasikan kata, kelompok kata,
kalimat yang teramati oleh indra visual atau perabah yang kemudian dikirimkan kepusat
syaraf dalam otak. Proses menginterprestasikan atau pemahaman kata-kata dan kalimat
di dalam otak itu berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah di punyai
oleh seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan kata-kata, kelompok kata dan
kalimat tersebut. Oleh karena pengetahuan dan pengalaman seseorang itu berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.
3. Mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis
Setiap sistem tulisan mempunyai cara mengurut penulisan sistem tulisan latin
menggunakan huruf dari kiri ke kanan. kata-kata disusun dengan kelompok kata juga
dari kiri kekanan. Selanjutnya kelompok-kelompok kata disusun menjadi klausa dan
-
klausa disusun menjadi kalimat dengan urutan dari kiri kekanan.Sebaliknya sistem
tulisan Arab menggunakan urutan kanan ke kiri.
4. Menghubungkan kata-kata dan maknanya dengan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dipunyai.
Proses pemahaman seorang pembaca terhadap suatu tes bacaan terjadi oleh adanya
interaksi antara pengalaman-pengalaman yang telah dipunyainya dengan isi tes bacaan.
Jadi pemahaman tehadap suatu bacaan tidaklah semata-mata berasal dari tes bacaan,
melainkan juga oleh adanya latar belakang pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena
pentingnya latar belakang pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam proses
membaca permulaan, sangat diperlukan upaya-upaya untuk memperkaya pengetahuan
dan pengalaman anak.
5. Membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca
Dengan menguasai keterampilan membaca seseorang dapat membaca berbagai
pengetahuan. Melalui proses pengambilan inferensi dan evaluasi yang dibaca. Dengan
demikian ada proses membaca dan membaca untuk belajar. Belajar membaca
tergantung pada motivasi dan latihan dan penguatan. Oleh karena itu guru perlu
menyadarkan anak bahwa mereka yang dapat membaca dengan baik akan memperoleh
berbagai keuntungan dalam belajar di sekolah
6. Membangun asosiasi
Membaca pada dasarnya proses asosiasi. Pada waktu seseorang membaca ia melewati
beberapa tahapan asosiasi. Pertama-tama adalah asosiasi antara rangkaian bunyi bahasa
sebagai suatu lambang dari suatu benda atau peristiwa dengan benda atau peristiwa
yang dilambangkanya misalnya rangkaian bunyi kuda membangkitkan asosiasi dengan
benda yang berupa binatang berkaki empat yang digunakan sebagai penarik
-
bendi.Berikutnya adalah asosiasi antara gambar rangkaian bunyi yang berupa rangkaian
huruf-huruf menurut sistem tulisan tertentu (grafhemes) dengan bunyinya
(phomenemes). Proses asosiasi tersebut berlangsung terus selama proses membaca
7. Menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan intereksnya.
Kegiatan membaca dipengaruhi oleh sejumlah aspek afektif terutama perhatian, sikap
dan konsep diri.Aspek-aspek afektif ini menentukan seberapa besar kesungguhan
seseorang dalam membaca.misalnya,seorang anak yang mempunyai perhatian besar
terhadap suatu materi bacaan akan dengan sungguh-sungguh membaca bacaan tersebut.
d. Definisi Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi murid
sekolah dasar kelas awal (kelas rendah). Kemampuan membaca yang di peroleh dalam
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca
selanjutnya sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, maka
kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika
itu tidak kuat maka pada tahap membaca selanjutnya murid akan mengalami kesulitan
untuk dapat meemiliki kemampuan membaca yang memadai.
Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa dapat membaca
kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancer dan tepat.(Depdikbud, 1994/1995:
4).Guna membekali kemampuan dasar murid, maka guru haruslah berusaha sungguh-
sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada
anak didik. Hal itu akan terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran dengan baik.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik
mengenai materi, metode maupun pengembangannya.
-
Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) di sekolah dasar (SD) tampak dengan jelas materi pembelajaran
membaca. Rahim (2007: 99) mengatakan bahwa pelaksanaan membaca dibagi atas
tahap prabaca, saat baca dan pasca baca.
a. Tahap prabaca
Guru yang kreatif harus mampu mengarahkan murid pada topik pelajaran yang
akan dipelajari murid. Rubin (dalam Rahim 2007: 99) mengemukakan bahwa
pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata. Berdasarkan pandangan
teori skemata, membaca adalah proses pembentukan makna terhadap teks.
Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif seharusnya mampu
mengarahkan murid agar lebih banyak menggunakan pengetahuan topik untuk di
proses ide dan pesan suatu teks. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kegiatan
prabaca, saat baca dan pasca baca dalam penyajian pengajaran membaca.
Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum murid
melakukan kegiatan membaca.Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian
pada pengaktifan skemata murid yang berhubungan dengan topik bacaan.Burns, dkk.
(dalam Rahim 2007: 99) mengatakan bahwa Pengaktifan skemata murid bisa dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan
makna, menulis sebelum membaca dan drama kreatif.
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
murid tentang suatu informasi atau konsep.Skemata menggambarkan sekelompok
konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-
tempat, tindakan, atau peristiwa. Skema (kata tunggal dari skemata) seseorang
-
menggambarkan apa yang diketahui seseorang tentang konsep tertentu dan hubungan
antara potongan–potongan informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang
mungkin mempunyai skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang
sama.
Untuk menjadi pembaca yang sukses murid membutuhkan berbagai
skemata.Mereka harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan
tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosa
kata dan pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan
gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran sastra.
Bruberg (dalam Rahim 2007: 100) mengemukakan beberapa teknik yang bisa
dilakukan guru untuk mengaktifkan skemata murid melaui kegiatan prabaca. Kegiatan
prabaca yang dimaksud ialah membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini:
1. Guru membaca judul bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para
pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang
menceritakan tentang para pelaku, tokoh, akhirnya guru menyuruh murid
memprediksi kelanjutan cerita.
2. Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat murid pada bacaan dengan
menggunakan tekhnik prediksi kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca
nyaring beberapa halaman dari sebuah buku. Jika tebalnya 100 halaman suruh murid
mengambil tiga halaman antara halaman 1-100. baca tiga halaman tersebut dengan
nyaring, kemudian suruh murid memprediksi isi cerita. Kegiatan ini membangkitkan
rasa ingin tahu dan minat murid kepada buku tersebut.
-
3. Kegiatan lain yang tercakup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai
stimulus untuk mempertahankan perhatian murid pada pelajaran. Pada kegiatan ini
guru harus berusaha menggunakan berbagai cara, dengan menggunakan media suara
yang bervariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakan-gerakan misalnya
gerakan tangan, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila dikaitkan kegiatan
membaca, guru dapat mencontohkan cara membaca nyaring pada waktu prabaca.
Pertama, guru memperlihatkan gambar kulit buku, dan membicarakannya
denganmurid. Kemudian guru membaca nyaring buku tersebut dengan suara yang
kadang-kadang keras dan kadang-kadang lembut dengan ekspresi wajah yang
sesuai.
Tinjauan cerita yang berisi informasi dihubungkan dengan isi cerita yang bisa
meningkatkan pemahaman. Sebelum membaca murid diberikan bagian-bagian cerita
untuk membangun latar belakang pengetahuan tentang cerita, meningkatkan belajar
terutama kesan murid tentang cerita yang akan dibacanya. Tinjauan cerita juga bisa
membantu anak mengaktifkan pengetahuan awal mereka dan memusatkan perhatian
sebelum membaca.Sedangkan petunjuk antisipasi dirancang untuk merangsang berpikir
yang berisi pernyataan deklaratif, yang mungkin tidak benar atau tidak sesuai dengan
cerita yang dibacanya.Sebelum membaca cerita, murid menanggapi sesuai dengan
pengalaman mereka sendiri.nilai petunjuk bisa dikembangkan kedalam bagian pasca
baca dengan mengulang proses sesudah membaca, mempertimbangkan masukan dari
sesudah membaca, yang menghasilkan suatu kombinasi petunjuk antisipasi atau reaksi.
Di samping itu, untuk membangkitkan skemata murid, guru juga bisa
menuaskan murid menulis tentang pengalaman pribadi yang relevan sebelum mereka
-
membaca teks bacaan yang telah ditentukan guru, yang akan menghasilkan tingkah laku
murid yang lebih memperhatikan tugasnya, lebih sempurna menanggapi watak pelaku,
dan lebih memperlihatkan reaksi yang positif tentang membaca.
b. Tahap baca
Setelah kegiatan prabaca kegiatan berikutnya adalah kegiatan saat
baca.Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk
meningkatkan pemahaman murid.Burn, dkk. (dalam Rahim2007: 102) mengemukakan
bahwa penggunaan tekhnik metakognitif secara efektif mempunyai pengaruh positif
pada pemahaman. Strategi belajar secara metakognitif akan meningkatkan keterampilan
belajar murid.
Metakognitif itu sendiri merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi
intelektual yang datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk
memonitor dan mengontrol fungsi ini. Metakognitif melibatkan kegiatan menganalisis
cara berpikir yang sedang berlangsung.
Bagian dari proses metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan
untuk mencapai pemahaman. Pembaca menanyakan pada dirinya sendiri, seperti
pertanyaan berikut. (1) apakah jawaban yang saya butuhkan dapat dikemukakan secara
langsung dalam teks?, jika ia, pembaca akan mencari kata-kata penulis yang tepat
untuk satu jawaban, (2) apakah teks tersebut mengimplikasikan jawaban dengan
memberi petunjuk yang jelas dan berhubungan dengan pertanyaan serta alasan yang
berkaitan dengan informasi yang tersedia sehingga pembaca bisa menentukan jawaban
yang cocok. (3) apakah jawaban harus berasal dari pengetahuan dan gagasan saya
sendiri yang berkaitan dengan cerita? Jika demikian, pembaca harus menghubungkan
-
pengetahuan awalnya dengan informasi yang diberikan dalam teks sehingga
mendapatkan jawaban yang diperlukan.
Kegiatan saat baca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti
berikut: Sesudah murid membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok murid
berlatih membaca bagian bacaan. Tugas murid mengambil bagian dari karakter yang
berbeda di dalam adegan dan salah seorang menjadi narator.Murid yang lain disuruh
mengikuti bersama-sama. Kegiatan ini membantu murid memahami dialog dan
penggunaan tanda-tanda kutipan.
c. Tahap pasca baca
Burns, dkk. (dalam Rahim 2007: 105) mengemukakan bahwa kegiatan pasca
baca digunakan untuk membantu murid memadukan informasi baru yang dibacanya ke
dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang
lebih tinggi.Strategi yang dapat digunakan pada tahap pasca baca adalah belajar
mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan
kembali dan presentasi visual.
Dalam kegiatan pasca baca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan
belajar mereka dengan menyuruh murid mempertimbangkan apakah murid tersebut
membutuhkan atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dimana
mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut.Di samping itu, ada beberapa cara lain
menggunakan perangkat teks yaitu memiliki dua buku dengan tema yang sama misalnya
buku dengan tema persahabatan. Kegiatan berikutnya guru membacakan cerita atau
menyuruh murid membacakan cerita tentang persahabatan di depan kelas. Murid
kemudian mendiskusikan setting, watak pelaku, dan jalan cerita. Guru bisa juga
-
menyuruh murid menulis tentang pesan atau moral karakter pelaku, setting cerita dari
buku yang dibacakannya dalam buku catatannya.
e. Langkah-langkah membaca permulaan metode bermain
Secara umum langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan melalui
metode bermain dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengidentifikasi atau menetapkan tujuan pembelajaran yang akan di gunakan
dalam metode bermain. Dalam permainan ada beberapa aspek yang akan dinilai,
misalnya partisipasi siswa dalam mengikuti permainan.
b. Menjelaskan kepada siswa tentang pelaksanaan permainan atau keseluruhan
tujuan pembelajaran. Dalam tahap persiapan guru harus menjelaskan proses
yang harus di tempuh siswa yaitu guru menginformasikan berapa lama kegiatan
permainan yang akan di lakukan.
2. Pembukaaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan metode permainan yang akan
dipakai dalam kegiatan belajar megajar. Adapun permainan adalah permainan
meloncat bulatan kata.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Guru mempersiapkan permainan meloncat bulatan kata dan menjelaskan aturan
permainan kepada siswa dihubungkan dengan kegiatan membaca.
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari beberapa orang siswa.
c. Setiap anggota kelompok ada yang bertugas meloncati bulatan kata,ada yang
-
membantu mengarahkan kemudian ada juga yang bertugas menyusun kata
menjadi sebuah kalimat.
d. Dengan bimbingan guru setiap anggota kelompok bergantian melakukan tugas
yang berbeda-beda.
4. Penutup
Setelah semua kegiatan proses belajar mengajar di lakukan, siswa di ajak
menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
B. Kerangka Pikir
Metode pembelajaran yang di gunakan guru dalam proses pembelajaran masih
kurang bervariasi sehingga kadang siswa merasa jenuh dan biasanya tidak
memperhatikan apa yang di jelaskan. Guru biasanya hanya menyuruh siswa menulis
berdasarkan buku paket yang ada. Jadi,bagi siswa yang belum bisa membaca merasa
kesulitan dalam mengerjakan tugas yang di berikan. Sehingga hasil belajar yang di
peroleh di bawah rata-rata, hal tersebut di karenakan kurangnya keterampilan membaca
yang di miliki murid, dan cara guru dalam pembelajaran tidak memotivasi siswa agar
semangat dalam pembelajaran khusunya membaca, Untuk dapat meningkatkan
keterampilan membaca siswa, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang
membantu peserta didik untuk belajar tetapi tetap menyenangkan dan tidak membuat
siswa bosan dan jenuh dengan metode yang konvensional saja. Metode pembelajaran
yang dimaksud adalah metode bermain.
Metode bermain ini merupakan salah satu cara agar minat belajar siswa bisa
muncul dan bisa membantu meningkatkan keterampilan membacanya. Dengan
menggunakan metode bermain ini di harapkan berpengaruh positif terhadap
-
keterampilan membaca siswa setelah di terapkan di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka pikir
C. Hipotesis Penelitian
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Keterampilan
Menyimak
Keterampilan
Berbicara
Keterampilan
Membaca
Keterampilan
Menulis
Metode
Bermain
Tahap Persiapan
(Menyampaikan
menetapkan tujuan
pembelajaran yang akan di
gunakan dalam metode
bermain).
Tahap Pembukaan
(Mmeperkenalkan Metode
Bermain yang akan di
gunakan.
Tahap Pelaksanaan
(Melaksanakan metode
bermain yang sudah di
tentukan).
Tahap Penutup
(Menyimpulkan )
Hasil Belajar
Bahasa Indonesia
Keterampilan
Membaca
-
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir maka, hipotesis penelitian ini adalah
penerapan metode bermain berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan
pada siswa SDN 183 Lapaddumpu.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang
bersifat kuantitatif.Dengan metode pendekatan penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah Pre-Experimental Design.Desain ini dikatakan sebagai pre-
ekperimental desain karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena
masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen.Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap
pertanyaan yang ada dalam penelitian.
2. Desain Penelitian
Desain Experimen yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design.
Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas yaitu kelas
eksperimen yaitu kelas III yang diawali dengan pretest sebelum diberi perlakuandan
sesudah posttest yaitu di beri perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan yang didapat
lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Dengan pola sebagai berikut:
Gambar: 3.1. Desain Penelitian
O1 X O2
Sumber : Sugiyono, 2017
Keterangan :
O1 : Pengukuranpertama (awal) sebelumsubjekdiberiperlakuan (pretest)
-
X : Treatmen atau perlakuan melalui konseling kelompok.
O2 : Pengukuran kedua setelah diberi perlakuan (post-test)
Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:
a) Memberikan pretestuntuk mengukur variabel terikat (keterampilan membaca
permulaan) sebelum perlakuan dilakukan.
b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan
metode bermain. Perlakuan yang diberikan dalam pembelajaran ini berupa
metode bermain. Di mana dalam metode ini dalam penerapannya menggunakan
media kertas yang berbentuk bulat dan berisi kata-kata yang jika disusun akan
membentuk sebuah kalimat. Dalam metode bermain ini menngunakan
permainan meloncat bulatan kata. Perlakuan Metode bermain ini di terapkan
selama lima kali pertemuan dalam proses pembelajaran sebelum melakukan
posttest.
c) Memberikan posttestuntuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan
dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memberikan dua kali
tes, yaitu pretes (sebelum eksperimen) dan postes (setelah eksperimen).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono,2017:117).Jadi dengan demikian
populasi ialah suatu objek yang akan di teliti dan memiliki informasi data sebagai
-
keseluruhan unit individu ruang, yang akan di teliti yaitu seluruh siswa kelas II SDN
183 Lapaddumpuyang berjumlah 20 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut. (Sugiyono,2017:118).Jadi sampel dapat pula di artikan sebagai
anggota dari populasi itu sendiri tapi dengan menggunakan prosedur tertentu dengan
kata memerlukan teknik sampel.Teknik sampel ada berbagai macam tapi dalam
penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh.Dan yang menjadi sempel adalah
semua jumlah populasi yaitu keseluruhan jumlah siswa kelas II yang berjumlah 20
orang.
C. Defenisi Operasional Variabel
Berbicara mengenai definisi operasional variabel dalam penelitian ini ada dua
yaitu variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat yaitu
variabel yang di pengaruhi. Sebagaimana rentetan penjelasan tentang definisi
operasional variabel sebagai berikut:
1. Menggunakan metode bermain Variabel Independen ( bebas ) yaitu salah satu
metode bermain dalam pembelajaran bahasa indoesia yaitu menggunakan
permainan meloncat bulatan kata.
2. Keterampilan membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelancaran, ketepatan, dan kesesuaiankata ketika murid membaca pada tes awal
(pretest) dan ketika membaca pada tes akhir (posttest).
-
D. Instrumen Penelitian
Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tes membaca.Lembar tes
membaca dalam penelitian ini yakni menampilkan satu kalimat utuh. Kemudian
dijabarkan menjadi kata-kata, suku kata, kemudian huruf-huruf, kemudian di gabungkan
kembali dari huruf-huruf menjadi suku kata kemudian kata dan menjadi satu kalimat
utuh. Prosesnya murid di minta untuk membaca tulisan mulai dari kalimat, kata, suku
kata, dan huruf secara bergantian yang telah di sediakan oleh peneliti.
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti membrikan skor setiap
kategori.. Perbedaannya terletak pada kategori gejala yang dicatat. Didalam daftar skala
nilai tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan di
selidiki, akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang
setiap gejala tersebut. Penjenjangan menggunakan skala 5 yakni sangat kurang, kurang,
cukup, baik, sangat baik (Margono,2004:160).
Tes membaca permulaan di gunakan untuk mengukur kemampuan murid dalam
membaca. Criteria penilaian berdasarkan aspek :
a. Kecepatan menyuarakan tulisan
b. Kelancaran mengucapkan tulisan
c. Ketepatan membaca tulisan
Pedoman penilaian membaca ini terdiri dari 3 aspek yang kemudian dari masing-
masing diberi skor yang di sesuaikan dengan tingkat kesulitan dari masing-masing
aspek. Instrumen penilaian untuk mengumpulkan data murid pada tingkat kemampuan
membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat di lihat di bawah ini
-
Tabel 3.1 Indikator penilaian Membaca permulaan siswa kelas II SDN 183
Lapaddumpu.
No No Aspek Yang Di Nilai Deskripsi Penilaian Skor
1 Kecepatan Pengucapan tulisan sangat cepat 20
Pengucapan tulisan cepat 15
Pengucapan tulisan cukup cepat 10
Pengucapan tulisan kurang cepat 5
Pengucapan tulisan tidak cepat/lambat 0
2 Kelancaran Membacakan tulisan dengan sangat
lancer
30
Membacakan tulisan dengan lancar 15
Membacakan tulisan dengan cukup
lancer
10
Membacakan tulisan dengan
kuranglancer
5
Membacakan tulisan dengan tidak lancar 0
3 Ketepatan Pengucapan kata demi kata sangat tepat 50
Pengucapan kata demi kata tepat 30
Pengucapan kata demi kata cukup tepat 15
Pengucapan kata demi kata kurang tepat 10
Pengucapan kata demi kata tidak tepat 5
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes.
1. Tesmembaca awal (pretest)
Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sumber data awal atau
O1sebelum di berikan perlakuan atau treatmen.
2. Tes membaca Akhir (posttest)
-
Posttest dilakukan setelah adanya pemberian treatment, untuk mengetahui
pengaruh penggunaan metode bermain.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang di gunakan yaitu teknik analisis deskriptif dan analisis
inferensial dimana data yang terkumpul berupa nilai pretest dan posttest yang akan di
bandingkan .membandingkan dari keduanya maka akan ada pertanyaan apakah ada
perbedaan anatara keduanya. Pengujian dari perbedaan tersebut di lakukan terhadap
rentetan kedua nilainya , dan untuk menguji keperluan itu digunakan teknik uji-t(t-test).
Dengan demikian langka analis data model eksperimen dengan one group pretest
posttest desain.
1. Analisis Data Statistik Deskriptif
Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses
penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui
analisis ini adalah sebagai berikut:
a) Rata-rata (Mean)
̅ = ∑
b) Persentase (%) nilai rata-rata
=
x 100%
Dimana:
P = Angka persentase
f = frekuensi yang dicari persentasenya
-
N = Banyaknya sampel responden.
Dalam analisis ini peneliti menetapkan tingkat keterampilan siswa dalam membaca
permulaan sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh Depdikbud (2003) yaitu:
Tabel 3.2.Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sumber : Depdikbud.2003
2. Analisis Statistik Inferensial
Penggunaan statistic inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t ( uji t)
dengan tahapan sebagai berikut .
Langkah dalam pengujian hipotesis adalah berikut ini
a. Mencari harga “Md” dengan rumus
∑
keterangan
= mean dari perbedaan pretest dengan posttest
∑ = jumlah dari gain ( posttest-pretest )
N = subjek pada sample
b. Mencari harga “ ∑ X2d” dengan rumus
-
∑ X2d = ∑d -
(∑ )
Keterangan
∑ X2d = jumlah kuadrat devisi
∑d = jumlah dari gain (prot test – pre test)
N = subjek pada sample
c. Menentukan harga t Hitung dengan rumus
t =
√∑
( )
keterangan
T = perbedaan dua mean
Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest
∑X2d = jumlah kuadrat defisi
N = sabjek dan sample
d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan kaidah
pengujian signifikan :
e. Jika t Hitung t Table maka H o di tolak H 1 diterima berarti penerapan metode
berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng. Jika tHitung
maka Ho di tolak berarti penerapan metode tidak berpengaruh terhadap
keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng.
-
f. Menentukan harga tTable
Mencari tTable dengan menggunakan table distribusi t dengan taraf signifikan
0,02 dan db = N – 1
Keterangan
Db = derajat kebebasan tertentu ditentukan dengan N-1
g. Membuat hasil kesimpulan apakah metode bermain berpengaruh terhadap
keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
II SDN 183 Lapaddumpu Kab.Soppeng
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Murid Kelas 1I SDN 183 Lapaddumpu
sebelum diterapkan metode bermain
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 183
Lapaddumpu Kabupaten soppengmulai tanggal 06 juli – 30 agustus 2018, maka
diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes membaca sehingga dapat
diketahui kemampuan membaca permulaan murid berupa nilai dari kelas II SDN 183
Lapaddumpu.
Data perolehan skor hasil membaca permulaan murid kelas II SDN 183
Lapaddumpu pada tabel 4.1 dapat di lihat pada lampiran B no 1. Untuk mencari mean
(rata-rata) nilai pre-test dari murid kelas IISDN 183 Lapaddumpu dapat dilihat melalui
tabel 4.2 pada lampiran B no 2
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.021, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 20. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean)
yaitu 51,05Dari hasil perhitungan tersebut maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil
belajar murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu sebelum penerapan metode bermain yaitu
51,05. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan kebudayaan
(Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:
-
Tabel 4.3. Tingkat keterampilan membaca Pretest
No Interval Frekuensi Persentase
(%)
Kategori Hasil
Belajar
1
2
3
4
5
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
2
9
4
5
-
10
45
20
25
-
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah 20 100
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar murid pada tahap pretest dengan menggunakan instrumen test
membacapada interval 0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan persentase 10%
sebanyak 2 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase
45% sebanyak 9 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan
persentase 20% sebanyak 4 orang dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi
dengan persentase 25% sebanyak 5 orang. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat
dikatakan bahwa tingkat keterampilan membaca permulaan murid sebelum diterapkan
metode bermain tergolong rendah.
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pre-test
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ ×
-
Jumlah 20 100
Apabila Tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar
murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau
melebihi nilai KKM (70) 75%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca permulaan murid Kelas II SDN 183 Lapaddumpu kabupaten soppeng belum
memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena hanya dua murid yang
mencapai nilai ketuntasan.
2. Deskripsi Hasil Belajar(Posttest) Bahasa Indonesia Murid Kelas 1SDN 183 Lapaddumpu setelah diterapkan metode bermain
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah
diberikan perlakuan.Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya diperoleh
setelah diberikan post- test. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data berikut ini :
Data perolehan skor hasilmembaca permulaan kelas IISDN 183
Lapaddumpupada tabel 4.5 dapat di lihat pada lampiran B no 3
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid kelas II SDN 183
Lapaddumpu dapat di lihat pada tabel 4.6 pada lampiran B no 4
Dari data hasil post-test di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.342 dan
nilai dari N sendiri adalah 20. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) yaitu
67,1. Dari hasil perhitungan tersebut maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar
murid kelas IISDN 183 Lapaddumpu setelah penerapan metode bermain yaitu 67,1 dari
skor ideal 100. Adapun di kategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan
kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:
-
Tabel 4.7. Tingkat keterampilan membaca Post-test
No Interval Frekuensi Persentase
(%)
Kategori Hasil
Belajar
1
2
3
4
5
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
-
2
6
11
1
0,00
10
30
55
5
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah 20 100
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar murid pada tahap post-test dengan menggunakan instrumen test
membacapada interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase 5%
sebanyak 1 orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 55%
sebanyak 11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase
30% sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan
persentase 10% sebanyak 2 orang , dan pada interval 0 – 34 dengan kategori sangat
rendah dengan presentase 0,00%.Melihat dari hasil presentase yang ada dapat
dikatakan bahwa tingkat keterampilan murid dalam membaca permulaan setelah
diterapkan metode bermain tergolong tinggi.
Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Post-tes
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 70 Tidak tuntas 10 50
70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 10 50
-
Jumlah 20 100
Apabila Tabel 4.8 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar
murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau
melebihi nilai KKM (70) 75%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca permulaan murid Kelas II SDN 183 Lapaddumpu kabupaten soppeng telah
memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal.
3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain pada Murid Kelas II SDN 183
Lapaddumpu
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada pengaruh dalam menerapkan
metode bermain terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng”, maka teknik yang
digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik statistik inferensial dengan
menggunakan uji-t. Pada tabel 4.9 yaitu analisis skor Pre-test dan Post-test dapat di
lihat pada lampiran B no 5 serta langkah-langkah pengujian hipotesis dapat di lihat
pada lampiran tersebut.
Setelah diperoleh tHitung= 8,74dan tTabel = 2,093 maka diperoleh tHitung > tTabel
atau 8,74>2,093. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini
berarti bahwaada pengaruh dalam menerapkan metode bermain terhadap keterampilan
membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II SDN 183
Lapaddumpu Kabupaten Soppeng.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang ditemukan dalam penelitian. Hasil
yang dimaksudkan yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang terkumpul
dan analisis data yang telah dilakukan.
-
1. Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Murid Kelas 1I SDN 183
Lapaddumpu sebelum diterapkan metode bermain
Berdasarkan hasil pre-test, nilai rata-rata hasil belajar murid 51,05.pada interval
0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang, pada
interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase 45% sebanyak 9 orang,
pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 20% sebanyak 4 orang
dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 25% sebanyak 5
orang.Melihat dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat
keterampilan membaca permulaan murid sebelum diterapkan metode bermain
tergolong rendah.penyebab hasil belajar siswa tergolong rendah di karenakan minat
dan motivasi belajar siswa kurang karena cara mengajar guru yang masih sangat
sederhana (tanpa menggunakan metode).
2. Deskripsi Hasil Belajar(Posttest) Bahasa Indonesia Murid Kelas 1 SDN 183
Lapaddumpu setelah diterapkan metode bermain
Selanjutnya nilai rata-rata hasil post-test adalah 67,1jadi keterampilan murid
dalam membaca permulaan setelah diterapkan metode bermain mempunyai hasil
belajar yang lebih baik dibanding dengan sebelum penerapan metode bermain. Selain
itu persentasi kategori hasil belajar Bahasa Indonesia murid juga meningkat yakni pada
interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase 5% sebanyak 1
orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase 55% sebanyak
11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 30%
sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase
-
10% sebanyak 2 orang , dan pada interval 0 – 34 dengan kategori sangat rendah dengan
presentase 0,00%.Hasil belajar siswa meningkat di karenakan adanya penerapan
metode bermain yang di gunakan sehingga membuat motivasi dan minat belajar siswa
untuk belajar menjadi lebih baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa mejadi lebih
meningkat.
3. Pengaruh Penerapan Metode Bermain pada Murid Kelas II SDN 183
Lapaddumpu
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t,
dapat diketahui bahwa nilai thitungsebesar 8,74. Dengan frekuensi (dk) sebesar 20 - 1
=19, pada taraf signifikansi diperoleh ttabel = 2,093. Oleh karena thitung ttabel pada taraf
signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha)
diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain
terhadap keterampilan membaca permulaan.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang
diperoleh , dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain
terhadap keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas II SDN 183 Lapaddumpu Kabupaten Soppeng. Hal tersebut di katakan
berpengaruh karena pada hasil belajar pre test masih tergolong kategori rendah
sedangkan setelah di gunakan metode bermain, hasil belajar pada pos test sudah
meningkat dan tergolong kategori tinggi. Jadi penerapan metode bermain bisa di
katakana berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.hal tersebut juga di buktikan dengan
peggunaan rumus uji t yang telah di gunakan yang membutikan bahwa thitung ttabel
maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima yang berarti
-
bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain terhadap keterampilan
membaca permulaan.
-
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang lebih rinci berkaitan pelaksanaan pembelajaran membaca
permulaan dengan metode bermain pada murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa secara umum
keterampilan membaca permulaan murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu
sebelum penerapan metode bermain dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan
dari perolehan persentase hasil belajar siswa yaitu pada interval 0 – 34 dengan
kategori sangat rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang, pada interval
35 – 54 dengan kategori rendah dengan persentase 45% sebanyak 9 orang,
pada interval 55 – 64 dengan kategori sedang dengan persentase 20% sebanyak
4 orang dan pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan persentase
25% sebanyak 5 orang.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa secara umum
metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan
murid kelas II SDN 183 Lapaddumpu dapat dilihat dari perolehan persentase
yaitupada interval 85 -100 dengan kategori sangat tinggi dengan persentase
5% sebanyak 1 orang, pada interval 65 – 84 dengan kategori tinggi dengan
persentase 55% sebanyak 11 orang, pada interval 55 – 64 dengan kategori
sedang dengan persentase 30% sebanyak 6 orang, pada interval 35 – 54 dengan
-
kategori rendah dengan persentase 10% sebanyak 2 orang , dan pada interval
0– 34 dengan kategori sangat rendah dengan presentase 0,00%.
3. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode bermain berpengaruh terhadap keterampilan membaca
permulaan siswa kelas II SDN 183 Lapaddumpu. Hal tersebut di katakan
berpengaruh karena pada hasil belajar pre test masih tergolong kategori rendah
sedangkan setelah di gunakan metode bermain, hasil belajar pada pos test
sudah meningkat dan tergolong kategori tinggi. Jadi penerapan metode bermain
bisa di katakan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.hal tersebut juga di
buktikan dengan penggunaan rumus uji t yangtelah di gunakan yang
membutikan bahwa tHitung= 8,74 dan tTabel = 2,093 maka diperoleh tHitung > tTabel
atau 8,74 >2,093. maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha)
diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam menerapkan metode bermain
terhadap keterampilan membaca permulaan.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang berkaitan hasil penelitian penerapan metode
bermain yang mempengaruhi keterampilan membaca permulaan murid kelas II
SDN 183 Lapaddumpu, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada para pendidik khususnya guru SDN 183 Lapaddumpu disarankan
menerapkan metode bermainuntuk membangkitkan minat dan motivasi siswa
untuk belajar.
2. Kepada Peneliti, diharapkan mampu mengembangkan metode bermain ini
dengan menerapkan pada materi lain untuk mengetahui apakah pada materi
-
lain cocok dengan metode pembelajaran ini demi tercapainya tujuan yang
diharapkan.
3. Kepada calon Peneliti, akan dapat mengembangkan dan memperkuat metode
ini serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara mengkaji terlebih dahulu
dan mampu mengadakan penelitian yang lebih sukses.
-
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti.1992. Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Anderson, R. C. (1972). Language Skills in Elementary Education. New
York:Macmillan Publishing Co, Inc.
Budiasi dan Zuchdi. 1996/1997. Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Dikelas
Rendah. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Bandar Lampung : Raja Grafindo Persada.
Depdikbud. 1994/1995. Pengajaran Membaca. Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. 2003. Pengajaran Membaca. Jakarta: Depdikbud
Dewi. 2013. Pengaruh Pembelajaran Tematik Berbantuan Permainan Meloncat
Bulatan Kata Terhadap Kemampuan Membaca Permulaaan Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 1 SD. Skripsi. Bali: Tidak diterbitkan
DjuandaDadang. 2006.Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Komunikatif Dan
Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
-
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Rahim, Farida. 2007.Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Safi`ie, Imam. 1999.Pengajaran Membaca Di Kelas-Kelas Awal Disekolah dasar.
Malang: Depdiknas.
Semiawan, Conny R dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini.
Jakarta: PT Prenhallindo.
Sudjana, Nana. 1997. Media Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2017.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tampubolon, DP. 2008. Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa
Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 2007. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa bandung.
Vacca, Jo Anne. 1991. Reading and Learning to Read. New York: Harper Collins
Publisher.
-
LAMPIRAN A
1. Daftar Hadir
Murid Kelas
II
2. RPP
-
LAMPIRAN I
DAFTAR HADIR SISWA KELAS II SDN 183 LAPADDUMPU
NO. NAMA MURID L/P PERTEMUAN KET.
1 2 3 4
1. Muh.Gibran
Fahrizi L
2. Muh. Aditiya Putra L
3. Muh. Refan L
4. Muh. Luthfi Zaki L
5. Muh. Ataya Fikri L
6. Muh. Hilal L
7. Muh. Fachri Yusri L
8. Muh. Anugerah L
9. Satrio L
10. Muh. Resky L
11. Nadine Ayla Akbar P
12. Sitti Raodatul
Jannah P
13. Rahma Ramadhani P
14. Syairah Syahrah P
15. Sindy Dwi Aulia P
16. Siti Najwa Aqirani P
17. Sahariah Putri P
-
18. Nabila Masita P
19. Asmaul Husnah P
20. Nurqalbi P
Keterangan: a : Alfa (tanpa pemberitahuan) Laki-laki = 10 orang
s : Sakit Perempuan =10 orang +
i : Izin Jumlah siswa = 20 orang
Soppeng, Agustus 2018
Peneliti
MUSDALIFAH NIM : 105409106 14
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SDN 183 Lapaddumpu
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : I/I
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan
A. Standar Kompetensi :
3. Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak
B. Kompetensi Dasar:
3.1Menyimpulkan isi teks pendek (10 – 15 kalimat)yang dibaca dengan
membaca lancar
C.Indikator :
- Membaca teks bacaan dengan lafal dan intonasi yang tepat.
- Menyimpulkan isi buku bacaan.
D. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat membaca teks bacaan dengan lafal dan intonasi yang tepat.
- Siswa dapat menyimpulkan isi teks bacaan.
E. Materi Pembelajaran
Teks Bacaan /Teks pendek
Materi ajar
Main Petak Umpet
Mirna suka sekali bermain petak umpet. Dia biasanya bermain pada hari
minggu sore. Dia bermain bersama teman-temannya didekat rumahnya.
Mereka adalah adi, wati, rani, dan gito. Teman sekolahnya juga sering
bermain kerumahnya. Nia juga ikut bermain petak umpet bersama mereka.
-
Hari minggu sore mereka bermain di halaman depan rumah. Wati dan rani
berebut ingin bersembunyi di belakang mobil ayah mirna. Setelah itu gito
mendapat giliran jaga. Mereka berhenti bermain saat menj