PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN …eprints.ums.ac.id/68999/3/NASPUB.pdf · sistem dan...
Transcript of PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN …eprints.ums.ac.id/68999/3/NASPUB.pdf · sistem dan...
1
PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN
TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI, PARTISIPASI MASYARAKAT
DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
( Studi Empiris pada DPRD Kota Surakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun oleh :
ISNAINI PINTO NUGRAHANI
B 200 140 194
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN
TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI, PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL
MODERATING
( Studi Empiris pada DPRD Kota Surakarta)
Abstrak
Pengawasan keuangan daerah merupakan kewenangan dewan untuk melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan, pengawasan APBD, mengawasi
kebijakan dan kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
daerah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dewan
tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah dengan
komitmen organisasi, partisipasi masyarakat, dan transparansi kebijakan publik
sebagai variabel moderating. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
anggota DPRD Kota Surakarta. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel
jenuh yaitu seluruh anggota DPRD sebanyak 45 responden. Jenis data penelitian
ini adalah kuantitatif, sumber data yang digunakan adalah data primer. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diukur dengan skala likert.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji regresi linear berganda,
Moderated Regression Analysis (MRA) dengan menggunakan program SPSS 21.0
for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengetahuan dewan
tentang anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan
daerah dan interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan komitmen
organisasi, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik tidak
berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah.
Kata Kunci: Pengetahuan dewan tentang anggaran, komitmen organisasi,
partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik dan
pengawasan keuangan daerah.
Abstract
Local budget financial control is the authority of the board to supervise the
implementation of regulations, oversee the APBD, oversee the policies and
perfomance of local governments in carrying out regional development. The
purpose of this research is to intended to identify the impact of the knowledge of
the regional legislative assembly on the regional financial control
withorganizational commitment, public participation and transparency of public
policy as a moderating variable. The population is all members of local parliament
(DPRD) in Surakarta city.The sample was selected by using saturated sampling,
covering all of the members of Regency Legislative Assembly with the total
number of 45respondents.The data were quantitative data; the data were collected
from the primary source.The data collection method used was questionnaire
2
measured using Likert scale. The techniques of data analysis were validity test,
reliability test, normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test,
multiple linear regressions, Moderated Regression Analysis (MRA) using SPSS
21.0 program for Windows.
The result of the study showed that the knowledge of the regional legislative
assembly significantly affected the local budget control and organizational
commitment, public participation, and transparency in public policy do not affect
the relationship between budget knowledge and the control finance.
Keywords : Knowledge of the Regional Legislative Assemblyl, organizational
commitment, public participation, transparency in public policy, and
Local Budget Financial Control.
1. PENDAHULUAN
Tiga aspek utama yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good
governance) yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pemberian
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada pemerintah daerah
secara lebih mandiri akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat diwilayahnya
dengan cara pilihan prioritas pembangunan secara otonom tentu akan
menimbulkan suatu tantangan bagi pemerintah daerah untuk menata kembali
manajemennya secara lebih baik, mulai dari perumusan perencanaan hingga tata
kelola yang administratif. Dengan otonomi daerah, sistem penganggaran yang
digunakan oleh pemerintah daerah tidak lagi sistem anggaran tradisional
melainkan berubah dalam bentuk anggaran kinerja (performance budgeting).
Sistem anggaran berbasis kinerja ini merupakan suatu upaya mengelola anggaran
yang digunakan untuk kegiatan atau program pemerintah daerah dengan indikator
kinerja terukur yang didasari pada prinsip value for money yaitu ekonomis, efisien
dan efektif. Agar prinsip tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan
pengawasan yang baik pula.
Otonomi daerah memberikan suatu harapan bagi tercipta dan
terlaksananya keadilan, demokratis, dan transparansi kehidupan di sektor publik.
Otonomi daerah mempunyai tujuan yaitu untuk efisiensi penyelenggaraan
pemerintah dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan
pembangunan seluruh aspek dari kehidupan dimasyarakat. Dengan otonomi yang
luas, nyata, dan bertanggungjawab akan membawa perubahan pada pola dan
3
sistem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan pada pola pengawasan terkait
dengan diberinya keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, Sehingga diperlukan manajemen keuangan
daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Tugas Pemerintah daerah otonom
memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan Pemerintah pusat yang memiliki
peran lebih sedikit. Untuk segi tanggungjawab, pemerintah harus menerapkan
sistem dan pelaksanaan pengawasan yang efektif, efisien supaya dapat mendeteksi
adanya kesalahan, kebocoran dan kegagalan yang menyebabkan kerugian pada
anggaran pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pengetahuan dewan
tentang anggaran dianggap memadai dan mampu dalam pengawasan APBD
apabila dewan mampu mendeteksi adanya pemborosan dalam penyusunan
anggaran, kebocoran anggaran dan mampu menyikapi agar anggaran yang telah
disusun dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu dewan juga mampu
melaporkan anggarannya secara akuntabel atau transparan dengan tidak
mengesampingkan pentingnya partisipasi dari masyarakat.
Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh
secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, salah satunya
adalah pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah
pengaruh dari luar terhadap fungsi pengawasan oleh dewan yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan,
diantaranya partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik. Pengawasan
oleh DPR/DPRD dan masyarakat harus sudah dilakukan sejak pada tahap
perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan pelaporannya saja. Jika
DPR/DPRD lemah dalam tahap perencanaan, maka kemungkinan pada tahap
pelaksanaan akan mengalami banyak penyimpangan.
Kinerja dewan dalam menjalankan fungsi legislasinya selalu menjadi
perhatian khusus masyarakat karena dipercayakannya amanah pada anggota
dewan untuk dapat mensejahterakan masyarakat. Akan tetapi, kepercayaan
tersebut sekarang cenderung berkurang bahkan banyak yang tidak mempercayai
kinerja dewan. Hal tersebut disebabkan kinerja dewan yang kurang akuntabel dan
4
belum ada komitmen organisasi yang kuat dari para anggota dewan. Dengan
adanya transparansi kebijakan publik, masyarakat dapat mengetahui secara rinci
tentang anggaran sehingga anggota DPRD saat melaksanakan tugasnya dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD) akan lebih baik dan lebih berhati-hati, serta
melaksanakannya sesuai dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.
Penelitian ini mereplikasi penelitian Kusumawati (2014), perbedaan dari
penelitian sebelumnya terletak pada variabel moderating dan populasi. Variabel
moderating penelitian Kusumawati (2014) yaitu Komitmen Organisasi,
Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik,
Sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel akuntabilitas. Populasi
penelitian Kusumawati (2014) adalah DPRD Provinsi Jawa Tengah dan DPRD
Kabupaten Karanganyar, Sedangkan populasi penelitian ini adalah DPRD Kota
Surakarta. Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh pengetahuan dewan
tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah, selain itu juga untuk
menguji apakah variabel komitmen organisasi, akuntabilitas, partisipasi
masyarakat dan transparansi kebijakan publik dapat memoderasi pengaruh
pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah.
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menguji variabel independen :
pengetahuan dewan tentang anggaran, variabel dependen : pengawasan dewan
pada keuangan daerah, sedangkan variabel moderating : komitmen organisasi,
partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Populasi penelitian ini
adalah seluruh anggota dewan pada DPRD Kota Surakarta, Sedangkan sampelnya
adalah 45 anggota dewan di DPRD Surakarta. Teknik pengambilan sampel
dengan sampling jenuh. Data penelitian menggunakan jenis data primer yang
diperoleh dari lapangan berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden di
DPRD Surakarta. Metode Analisis Data meliputi statistik deskriptif, uji kualitas
data (uji Reliabilitas,uji validitas), uji asumsi klasik (Uji Normalitas, Uji
Multikolinearitas, dan Uji Heterokedastisidas) dan uji hipotesis, Uji Koefisien
Determinasi (R2), Uji Parsial (Uji Statistik t), Uji Pengaruh Simultan (Uji F).
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Analisis Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Presentase
Kuesioner yang didistribusikan 45 100%
Kuesioner yang kembali 45 100%
Kuesioner yang gugur karena tidak lengkap pengisiannya (7) 16%
Kuesioner yang dapat diolah 38 84%
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan 45 kuesioner
diantar langsung ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota
Surakarta dengan responden sebanyak 45. Kuesioner kembali 45 lembar
kuesioner. Dari kuesioner yang kembali, ada beberapa kuesioner yang
tidak dapat digunakan, karena ada beberapa butir pertanyaan tidak diisi
oleh responden, sehingga kuesioner yang dapat dianalisis 38 kuesioner
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Laki-laki 31 81,6%
2 Perempuan 7 18,4 %
Total 38 100%
Sumber : Data yang diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 81,6% : 18,4%. Sehingga
disimpulkan pegawai yang bekerja di DPRD Kota Surakarta berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pegawai berjenis
kelamin perempuan.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Usia Frekuensi Presentase
> 41-50 tahun 15 39,5 %
> 50 tahun 23 60,5 %
Total 38 100%
Sumber : Data yang diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagian besar usia responden >
50 tahun, Hal ini diketahui dari presentasenya sebesar 60,5 %.
6
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi Presentase
SMA 2 5,3%
SMK 1 2,7 %
D1/ D2/ D3 3 7,9 %
S1 23 60,5 %
S2 9 23,6%
S3 0 0 %
Total 38 100%
Sumber : Data yang diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden sebagian
besar berpendidikan S1, Hal ini diketahui dari presentasenya sebesar
60,5%.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Politik
Pengalaman Politik Frekuensi Presentase
< 2 tahun 0 0%
2 - 5 tahun 3 7,9 %
> 5 tahun 35 92,1 %
Total 38 100%
Sumber data : Data yang diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel di atas diketahui responden sebagian besar
memiliki pengalaman politik >5 tahun, ini diketahui dari presentasenya
sebesar 92,1 %.
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
PD 38 20 30 26,4211 2,20112
KO 38 18 30 25,8684 2,29183
PM 38 27 35 32,2632 3,17664
TKP 38 16 25 21,6053 2,48824
PKD 38 32 40 35,7368 2,41263
Valid N (listwise) 38
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Keterangan variabel berdasarkan tabel diatas yaitu PD (Pengetahuan
Dewan), KO (Komitmen Organisasi), PM (Partisipasi Masyarakat), TKP
(Transparansi Kebijakan Publik) dan PKD (Pengawasan Keuangan
Daerah).
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui jumlah data penelitian (N) 38
data. Variabel PD mempunyai nilai minimum 20 dan maksimum 30. Nilai
rata-rata PD 26,4211 dengan nilai standar deviasi 2,20112. Nilai standar
7
deviasi lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya mengandung arti
pengetahuan dari dewan di DPRD kota Surakarta berbeda dengan DPRD
di kota lainnya.
Variabel KO mempunyai nilai minimum 18 dan nilai maksimum
30. Rata-rata KO adalah 25,8684. Nilai standar deviasi KO adalah
2,29183. Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan rata-
ratanya mengandung arti bahwa komitmen organisasi di Kota Surakarta
dalam melakukan pengawasan keuangan dengan satuan kerja perangkat
daerah lain berbeda.
Variabel PM mempunyai nilai minimum 27 dan maksimum 35.
Rata-rata PM 32,2632. Nilai standar deviasi PM 3,17664. Nilai standar
deviasi lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya mengandung arti
partisipasi masyarakat di Kota Surakarta dengan satuan kerja perangkat
daerah lain berbeda.
Variabel TKP mempunyai nilai minimum 16 dan maksimum 25.
Rata-rata TKP 21,6053. Nilai standar deviasi TKP 2,48824. Nilai standar
deviasi lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata mengandung arti dalam
transparansi kebijakan publik pada dewan perwakilan rakyat daerah Kota
Surakarta dengan satuan kerja perangkat daerah lain berbeda.
Variabel PKD mempunyai nilai minimum 32 dan maksimum 40.
Rata-rata PKD 35,7368. Nilai standar deviasi PKD 2,41263. Nilai standar
deviasi lebih kecil dibandingkan rata-ratanya mengandung arti
pengawasan keuangan daerah di Kota Surakarta dengan satuan kerja
perangkat daerah lain berbeda.
Tabel 7. Item Pertanyaan Terhadap Variabel Pengetahuan Dewan
Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
PD1 0,772 0,320 Valid
PD2 0,686 0,320 Valid
PD3 0,656 0,320 Valid
PD4 0,823 0,320 Valid
PD5 0,337 0,320 Valid
PD6 0,677 0,320 Valid
Sumber : Data primer yang diolah,2018
8
Berdasarkan Tabel 7 diketahui masing-masing item yang
menyusun masing-masing kuesioner memiliki r hitung lebih dari r tabel (r
hitung > 0,320), Jadi disimpulkan bahwa variabel pengetahuan dewan
semuanya valid.
Tabel 8. Item Pertanyaan Terhadap Variabel Komitmen Organisasi
Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
KO1 0,758 0,320 Valid
KO2 0,799 0,320 Valid
KO3 0,477 0,320 Valid
KO4 0,770 0,320 Valid
KO5 0,737 0,320 Valid
KO6 0,656 0,320 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 8 diketahui masing-masing item yang
menyusun masing-masing kuesioner memiliki r hitung lebih dari r tabel (r
hitung > 0,320), Jadi disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi
semuanya valid.
Tabel 9. Item Pertanyaan Terhadap Variabel Partisipasi Masyarakat
Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
PM1 0,830 0,320 Valid
PM2 0,881 0,320 Valid
PM3 0,832 0,320 Valid
PM4 0,870 0,320 Valid
PM5 0,887 0,320 Valid
PM6 0,896 0,320 Valid
PM7 0,852 0,320 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 9 diketahui item yang menyusun masing-
masing kuesioner memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,320),
Jadi disimpulkan bahwa variabel partisipasi masyarakat semuanya valid.
Tabel 10. Item Pertanyaan Terhadap Variabel Transparansi Kebijakan
Publik
Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
TKP1 0,833 0,320 Valid
TKP2 0,766 0,320 Valid
TKP3 0,894 0,320 Valid
TKP4 0,876 0,320 Valid
TKP5 0,898 0,320 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
9
Berdasarkan Tabel 10 diketahui item yang menyusun masing-
masing kuesioner memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,320),
Jadi disimpulkan variabel transparansi kebijakan publik semuanya valid.
Tabel 11. Item Pertanyaan Terhadap Variabel Pengawasan Keuangan
Daerah
Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
PKD1 0,648 0,320 Valid
PKD2 0,533 0,320 Valid
PKD3 0,614 0,320 Valid
PKD4 0,629 0,320 Valid
PKD5 0,471 0,320 Valid
PKD6 0,613 0,320 Valid
PKD7 0,531 0,320 Valid
PKD8 0,442 0,320 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 11 diketahui item yang menyusun masing-
masing kuesioner memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,320),
Jadi disimpulkan bahwa variabel pengawasan keuangan daerah semuanya
valid.
Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan
PD 0,744 0,6 Reliabel
KO 0,784 0,6 Reliabel
PM 0,942 0,6 Reliabel
TKP 0,907 0,6 Reliabel
PK 0,676 0,6 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Hasil pengujian reliabilitas tabel 12 menunjukkan bahwa cronbach
alpha variabel pengetahuan dewan, komitmen organisasi, partisipasi
masyarakat, transparansi kebijakan publik dan pengawasan keuangan
daerah lebih besar dari 0,6 sehingga semua variabel dalam penelitian ini
reliabel.
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas
Model Persamaan Kolmogoruv – Smirnov p- value Keterangan
1 1,208 0,108 Sebaran data normal
2 1,249 0,088 Sebaran data normal
3 1,016 0,253 Sebaran data normal
4 1,237 0,094 Sebaran data normal
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
10
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas diatas didapat nilai
probabilitas atau Assymp Sig. untuk keempat model persamaan lebih besar
dari 0,05, maka ini menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal.
Tabel 14. Hasil Uji Multikolinearitas Model I
Variabel Tolerance VIF Keterangan
PD 0,855 1,170 Tidak terjadi Multikolinearitas
KO 0,855 1,170 Tidak terjadi Multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah,2018
Tabel 15. Hasil Uji Multikolinearitas Model II
Variabel Tolerance VIF Keterangan
PD 0,947 1,056 Tidak terjadi Multikolinearitas
PM 0,947 1,056 Tidak terjadi Multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah,2018
Tabel 16. Hasil Uji Multikolinearitas Model III
Variabel Tolerance VIF Keterangan
PD 0,992 1,008 Tidak terjadi Multikolinearitas
TKP 0,992 1,008 Tidak terjadi Multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah,2018
Dari hasil pengujian diatas, disimpulkan ketiga model tersebut
tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance
lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak
ada yang lebih besar dari 10. Sehingga tidak ada masalah multikolinearitas
model regresi tersebut dan tidak ada korelasi antara pengetahuan dewan,
komitmen organisasi, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan
publik.
Tabel 17. Hasil Uji Heterokedastisitas Model I
Variabel Sig. Keterangan
PD 0,366 Tidak terjadi Heterokedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Tabel 18. Hasil Uji Heterokedastisitas Model II
Variabel Sig. Keterangan
PD 0,061 Tidak terjadi Heterokedastisitas
KO 0,100 Tidak terjadi Heterokedastisitas
PDKO 0,081 Tidak terjadi Heterokedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah,2018
11
Tabel 19. Hasil Uji Heterokedastisitas Model III
Variabel Sig. Keterangan
PD 0,736 Tidak terjadi Heterokedastisitas
PM 0,964 Tidak terjadi Heterokedastisitas
PDPM 0,831 Tidak terjadi Heterokedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Tabel 20. Hasil Uji Heterokedastisitas Model IV
Variabel Sig. Keterangan
PD 0,409 Tidak terjadi Heterokedastisitas
TKP 0,318 Tidak terjadi Heterokedastisitas
PDTKP 0,394 Tidak terjadi Heterokedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Dari keempat model diatas, diperoleh nilai signifikansi untuk
masing-masing variabel lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini tidak bermasalah dengan
heterokedastisitas.
Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Model I
Variabel Koefisien Regresi thitung Prob.
Konstanta 23,031
Pengetahuan Dewan 0,481 2,930 0,006
R2
0,193
Adj. R2 0,170
F hitung 8,582
Prob. F 0,006
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Maka diperoleh persamaan regresi: PKD = 23,031 + 0,481 PD + ԑ
Berdasarkan persamaan dapat diintepretasikan sebagai berikut : 𝛼 =
23,031. Nilai konstanta bernilai positif berarti pengetahuan dewan baik,
maka pengawasan dewan terhadap keuangan daerah akan baik. β₁ = 0,481.
Nilai tersebut bernilai positif artinya jika pengetahuan dewan baik, maka
pengawasan keuangan daerah baik.
12
Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Model II
Variabel Koefisien Regresi thitung Prob.
Konstanta 26,208
Pengetahuan Dewan 0,215 0,155 0,878
Komitmen Organisasi -0,083 -0,058 0,954
Interaksi PDKO 0,009 0,154 0,878
R2
0,207
Adj.R2
0,137
F hitung 2,962
Prob. F 0,046
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas maka diperoleh
persamaan regresi berikut ini : PKD = 26,208 + 0,215 PD – 0,083 KO +
0,009 PDKO
Berdasarkan persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai
berikut : 𝛼 = Nilai konstanta sebesar 26,208 menyatakan bahwa jika
pengetahuan dewan, komitmen organisasi dan interaksi PDKO
(Pengetahuan Dewan dan Komitmen Organisasi) dianggap konstan maka
pengawasan keuangan daerah baik. β₁ = 0,215. Nilai tersebut bernilai
positif artinya jika pengetahuan dewan baik, maka pengawasan keuangan
daerah baik. β₂ = -0,083. Nilai tersebut bernilai negatif artinya jika
komitmen organisasi baik maka pengawasan dewan terhadap keuangan
daerah akan buruk. β5 = 0,009. Nilai tersebut bernilai positif artinya jika
pengetahuan dewan yang didukung oleh komitmen organisasi baik maka
pengawasan dewan terhadap keuangan daerah akan baik.
Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Model III
Variabel Koefisien Regresi thitung Prob.
Konstanta -17,317
Pengetahuan Dewan 1,910 1,271 0,212
Partisipasi Masyarakat 1,336 1,041 0,305
Interaksi PDPM -0,047 -0,977 0,336
R2 0,227
Adj.R2 0,158
F hitung 3,323
Prob. F 0,031
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
13
Berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas maka diperoleh
persamaan regresi berikut ini : PKD = -17,317 + 1,910 PD + 1,336 PM –
0,047 PDPM
Berdasarkan persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai
berikut : 𝛼 = Nilai konstanta sebesar -17,317 menyatakan bahwa jika
pengetahuan dewan, partisipasi masyarakat dan interaksi PDPM
(Pengetahuan Dewan dan Partisipasi Masyarakat) bernilai konstan maka
pengawasan dewan terhadap keuangan daerah buruk. β₁ = 1,910. Nilai
tersebut bernilai positif artinya jika pengetahuan dewan baik, maka
pengawasan keuangan daerah baik. β3 = 1,336. Nilai tersebut bernilai
positif artinya jika partisipasi masyarakat baik, maka pengawasan
keuangan daerah baik. β6 = -0,047. Nilai tersebut bernilai negatif artinya
jika interaksi pengetahuan dewan dan partisipasi masyarakat baik maka
pengawasan keuangan daerah buruk.
Tabel 24. Hasi Analisis Regresi Model IV
Variabel Koefisien Regresi thitung Prob.
Konstanta -30,997
Pengetahuan Dewan 2,539 1,875 0,069
Transparansi Kebijakan Publik 2,594 1,515 0,139
Interaksi PDTKP -0,099 -1,530 0,135
R2
0,245
Adj.R2
0,178
F hitung 3,674
Prob.F 0,021
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas maka diperoleh
persamaan regresi berikut ini : PKD = -30,997 + 2,539 PD + 2,594 TKP –
0,099 PDTKP
Berdasarkan persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai
berikut : 𝛼 = Nilai konstanta sebesar -30,997 menyatakan bahwa jika
pengetahuan dewan, transparansi kebijakan publik dan interaksi PDTKP
(Pengetahuan Dewan dan Transparansi Kebijakan Publik) bernilai konstan
maka pengawasan dewan terhadap keuangan daerah buruk. β₁ = 2,539.
Nilai tersebut bernilai positif artinya jika pengetahuan dewan baik, maka
pengawasan keuangan daerah baik. β4 = 2,594. Nilai tersebut bernilai
14
positif artinya jika transparansi kebijakan publik baik, maka pengawasan
keuangan daerah baik. β7 = -0,099. Nilai tersebut bernilai negatif artinya
jika interkasi pengetahuan dewan dan transparansi kebijakan publik baik
maka pengawasan keuangan daerah buruk.
Tabel 25. Hasil Uji F
Keterangan Fhitung Signifikansi Kesimpulan
Model I 8,582 0,006 Model Fit
Model II 2,962 0,046 Model Fit
Model III 3,323 0,031 Model Fit
Model IV 3,674 0,021 Model Fit
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Dari hasil uji F pada tabel 25 disimpulkan bahwa keempat model
memiliki nilai Fhitung lebih besar Ftabel. Hasil pengujian model I
memperoleh Fhitung = 8,582, sedangkan untuk Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan df (1;36) adalah 4,11 yang berarti Fhitung > Ftabel. Hasil
pengujian model II diperoleh Fhitung = 2,962, sedangkan Ftabel pada taraf
signifikansi 5% dengan df (4;33) adalah 2,66 yang berarti Fhitung > Ftabel.
Hasil pengujian model III diperoleh Fhitung = 3,323, sedangkan Ftabel pada
taraf signifikansi 5% dengan df (4;33) adalah 2,66 yang berarti Fhitung >
Ftabel. Hasil pengujian model IV diperoleh Fhitung = 3,674 , sedangkan Ftabel
pada taraf signifikansi 5% dengan df (4;33) adalah 2,66 yang berarti Fhitung
> Ftabel. Hal ini berarti pengetahuan dewan, komitmen organisasi,
partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik (variabel
independen) secara bersamaan berpengaruh signifikan dengan pengawasan
keuangan daerah (variabel dependen) dan data pada tabel diatas semua
modelnya sudah fit atau cocok.
Berdasarkan hasil uji regresi diatas, maka berikut intepretasi R2
dari masing-masing model :
Koefisien determinasi (R2) untuk model pertama dapat diketahui
bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,170. Hal ini berarti presentase
total pengawasan keuangan daerah yang dapat dijelaskan oleh variabel
pengetahuan dewan sebesar 17%. Sedangkan untuk sisa presentase sebesar
83% pengawasan keuangan daerah dipengaruhi oleh variabel lainnya.
15
Koefisien determinasi (R2) untuk model kedua dapat diketahui
besarnya nilai Adjusted R Square adalah 0,137. Hal ini berarti presentase
total pengawasan keuangan daerah yang dapat dijelaskan oleh variabel
pengetahuan dewan sebesar 13,7%. Sedangkan untuk sisa presentase
sebesar 86,3% pengawasan keuangan daerah dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Koefisien determinasi (R2) untuk model ketiga dapat diketahui
bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,158. Hal ini berarti presentase
total pengawasan keuangan daerah yang dapat dijelaskan oleh variabel
pengetahuan dewan sebesar 15,8%. Sedangkan untuk sisa presentase
sebesar 84,2% pengawasan keuangan daerah dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Koefisien determinasi (R2) untuk model keempat dapat diketahui
besarnya nilai Adjusted R Square adalah 0,178. Hal ini berarti presentase
total pengawasan keuangan daerah yang dapat dijelaskan oleh variabel
pengetahuan dewan sebesar 17,8%. Sedangkan untuk sisa presentase
sebesar 82,2% pengawasan keuangan daerah dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Tabel 26. Hasil Uji t Model Penelitian I
Variabel Sig ρ-value thitung ttabel Kesimpulan
Pengetahuan Dewan 0,05 0,006 2,930 2,034 Signifikan
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai thitung pada variabel
pengetahuan dewan lebih besar dari nilai ttabel (2,930 > 2,034 ) dan
signifikansi kurang dari 5%, maka H0 ditolak Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dewan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengawasan keuangan daerah.
Tabel 27. Hasil Uji t Model Penelitian II
Variabel Sig ρ-value thitung ttabel Kesimpulan
Pengetahuan Dewan (PD) 0,05 0,878 0,155 2,034 Tidak Signifikan
Komitmen Organisasi (KO) 0,05 0,954 -0,058 2,034 Tidak Signifikan
PDKO 0,05 0,878 0,154 2,034 Tidak Signifikan
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
16
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai thitung pada variabel
interaksi antara pengetahuan dewan dengan komitmen organisasi sebesar
0,155. Sehingga nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,154 < 2,034 ) dengan
signifikansi lebih dari 5% yaitu 0,878. Dapat disimpulkan bahwa H0
diterima berarti Ha ditolak, yang berarti interaksi antara pengetahuan
dewan dengan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
pengawasan keuangan daerah.
Tabel 28. Hasil Uji t Model Penelitian III
Variabel Sig ρ-value thitung ttabel Kesimpulan
Pengetahuan Dewan (PD) 0,05 0,212 1,271 2,034 Tidak Signifikan
Partisipasi Masyarakat (PM) 0,05 0,305 1,041 2,034 Tidak Signifikan
PDPM 0,05 0,336 -0,977 2,034 Tidak Signifikan
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai thitung variabel interaksi
antara pengetahuan dewan dengan partisipasi masyarakat lebih kecil dari
nilai ttabel yaitu sebesar -0,977 < 2,034. Nilai signifikansi lebih besar dari
5% yaitu sebesar 0,336. Maka H0 diterima dan Ha ditolak, Sehingga dapat
disimpulkan bahwa interaksi antara pengetahuan dewan dengan partisipasi
masyarakat tidak berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah.
Tabel 29. Hasil Uji t Model Penelitian IV Variabel Sig ρ-value thitung ttabel Kesimpulan
Pengetahuan Dewan (PD) 0,05 0,069 1,875 2,034 Tidak Signifikan
Transparansi Kebijakan Publik (TKP) 0,05 0,139 1,515 2,034 Tidak Signifikan
PDTKP 0,05 0,135 -1,530 2,034 Tidak Signifikan
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai thitung variabel interaksi
antara pengetahuan dewan dengan transparansi kebijakan publik sebesar
1,875. Sehingga nilai thitung < ttabel (1,875 < 2,034 ) dengan signifikansi
lebih besar dari 5% (0,135 > 0,05). Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi
dapat disimpulkan bahwa variabel interaksi antara pengetahuan dewan
dengan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh terhadap
pengawasan keuangan daerah.
17
3.2 Pembahasan
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan
dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah.
Berdasarkan hasil dari analisis regresi yang disajikan pada tabel 4.26 dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh
secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Semakin tinggi
tingkat kemampuan dewan terhadap anggaran maka pengawasan keuangan
daerah yang dilakukannya akan semakin baik.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas anggota
dewan yang diukur dari pengetahuan dewan tentang anggaran yang
meliputi penyusunan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi, akan
mempengaruhi kinerja dewn khususnya pada saat melakukan pengawasan
keuangan daerah di Surakarta.
Pengawasan keuangan daerah dalam melakukannya harus memiliki
pengetahuan tentang anggaran, karena dengan begitu anggota dewan dapat
mendeteksi kebocoran anggaran. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian dari Kusumawati (2014), Rosita,dkk (2014), Sudiarta,dkk
(2014) dan Palupi (2012) yang telah membuktikan bahwa pengetahuan
dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan
keuangan daerah.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa komitmen
organisasi mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang
anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan hasil
analisis regresi yang disajikan dalam tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa
Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan
daerah. Hasil ini tidak mendukung hipotesis kedua.
Dewan seharusnya memiliki komitmen yang tinggi terhadap
lembaga legislatif tempat ia bekerja sehingga dewan akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mensukseskan kinerjanya, khususnya dalam
melakukan pengawasan keuangan daerah. Kenyataannya masih ada
18
anggota dewan yang kurang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
lembaga legislatif tempatnya bekerja dan sebagai wakil rakyat. Hal
tersebut dibuktikan dari sikap dewan yang cenderung kurang
memperhatikan aspirasi masyarakatnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Kusumawati (2014)
dan Hana (2014) yang membuktikan bahwa interaksi antara pengetahuan
dewan tentang anggaran dengan komitmen organisasi tidak berpengaruh
terhadap pengawasan keuangan daerah.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini dilihat pada tabel 4.23 dapat
disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak berpengaruh terhadap
hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan hasil analisis regresi linier
berganda diperoleh nilai koefisien regresi interaksi pengetahuan dewan
tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat sebesar -0,047 dengan
nilai thitung sebesar -0,977. Semakin tinggi pengetahuan dewan dan
partisipasi masyarakat berarti pengawasan keuangan daerah yang
dilakukannya semakin bagus.
Dewan seharusnya dapat mengetahui bahwa APBD yang disusun
sesuai dengan keinginan dari masyarakatnya. Pemerintah daerah harus
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, perumusan,
pelaksanaan dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan masyarakat. Namun banyak
juga dewan yang beranggapan bahwa aspirasi dari masyarakat tidak
penting dalam penyusunan anggaran. Hal ini mengakibatkan
pembangunan didaerah-daerah tidak berjalan maksimal.
Hasil penelitian ini mendukung penilitian yang dilakukan oleh
Kusumawati (2014) dan Patiar,dkk (2014) yang membuktikan bahwa
interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi
masyarakat tidak berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Palupi (2012) dan Hana (2014) .
19
Hipotesis keempat dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.29
dari hasil analisis regresi diperoleh nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel
yaitu -1,530 < 2,034. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dewan dan
transparansi kebijakan publik, maka pengawasan keuangan dearah yang
dilakukannya akan semakin bagus. Sehingga dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa transparansi kebijakan publik tidak mempengaruhi
hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
pengawasan keuangan daerah.
Kemajuan dari teknologi informasi saat ini bisa dijadikan sebagai
sarana pendukung transparansi kebijakan publik, Hal itu akan membuka
peluang bagi semua orang untuk bisa mengakses, mengelola dan
menggunakan informasi yang berkaitan dengan anggaran yang disusun
oleh pemerintah. Kemajuan teknologi dapat mendorong terwujudnya
pemerintahan yang bersih, efektif maupun transparan. Dalam
kenyataannya dewan dalam merespon transparansi kebijakan publik
berbeda-beda, salah satu penyebab informasi kebijakan publik masih sulit
dilaukan karena banyak masyarakat yang tidak mampu mengakses
anggaran.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Patiar, dkk (2014) dan Kusumawati (2014) yang menyatakan bahwa
transparansi kebijakan publik tidak mempengaruhi hubungan antara
pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan
daerah. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Rosita, dkk (2014) dan
Sudiarta, dkk (2014) membuktikan bahwa transparansi kebijakan publik
berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang
anggaran dengan pengawasan keuangan daerah.
20
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disampaikan sebagai berikut : Pengetahuan dewan
tentang anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan
keuangan daerah. Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
pengawasan keuangan daerah. Partisipasi masyarakat tidak berpengaruh
terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
pengawasan keuangan daerah. Transparansi kebijakan publik tidak
berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang
anggaran dengan pengawasan keuangan daerah.
4.2 Saran-Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan antara lain: Memperluas sampel dan
wilayah penelitian maupun obyek penelitian, sehingga hasil penelitian ini
dapat digeneralisasikan untuk penelitian lain. Menggunakan teknik
pengambilan data dengan menggunakan metode wawancara, sehingga
jawaban responden akan dapat dikontrol dan tidak terjadi bias ataupun
salah persepsi dari responden.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.
Halim, Abdul,dkk. 2010. “ Sistem Akuntansi Sektor Publik”. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Herlianto, Didit. 2015. “Anggaran Keuangan”. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Kusumawati,Eny.2014.“Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran
Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (studi empiris pada DPRD
Provinsi Jawa Tengah dan DPRD Kabupaten Karanganyar)”. Seminar
Nasional Dan Call For Paper.
Mardiasmo. 2002. “Akuntansi Sektor Publik”. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Palupi, Nimas Ayu. 2012. “Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Akuntabilitas
Dan Partisipasi Masyarakat Sebagai Moderasi”. Accounting Analysis
Journal. Volume 1 No. 2.
21
Patiar, dkk. 2014. “Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Variabel Moderating
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik (Studi Empiris
pada Anggota DPRD di Kab. Landak dan Kab. Sanggau Propinsi
Kalimantan Barat 2013)”. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi.
Volume 02, No.1: Hal 14-24.
Permendagri Nomor 23 Tahun 2007
Pradani, Hana. 2014. “Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Komitmen Organisasi,
Akuntabilitas dan Partisipasi Masyarakat sebagai Variabel Moderating
(Studi Empiris pada DPRD Kabupaten Pati dan Jepara)”. Naskah Publikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pramita dan Andriyani. 2010. “Determinasi Hubungan Pengetahuan Dewan
Tentang Anggaran dengan Pengawasan Dewan Pada Keuangan Daerah
(APBD)” . Jurnal SNA XIII. Purwokerto.
Putra, Vidya Nugra Kencana. 2016. “Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang
Anggaran terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan
Variabel Moderating (Studi Empiris pada DPRD Kabupaten Kendal)”.
Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rianse, Usman dan Abdi. 2012. “Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi
(Teori dan Aplikasi)”. Bandung : Alfabeta.
Rosita,dkk. 2014. “Pengaruh Latar Belakang Anggota Dewan Dan Pengetahuan
Dewan Tentang Anggaran Terahadap Pengawasan Keuangan Daerah
(APBD) Dengan Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik
(Studi Kasus Pada Kantor DPRD Kabupaten Tabanan)”. Volume 2, No. 1.
Sudiarta,dkk. 2014. “Analisis Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Akuntabilitas Publik,
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai
Variabel Pemoderating (Studi empiris pada Lembaga DPRD Kabupaten
Buleleng)”. E-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2,
No.1
Sugiyono.2010. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung : Alfabeta.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
Utama, Mochtar Cahya. 2016. “ Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Variabel Pemoderasi
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik ( Studi Empiris
22
pada DPRD Kabupaten Klateen)”. Naskah Publikasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Yudono, Bambang. 2002. “ Optimalisasi Peran DPRD dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah”.
http://www.bangda.depdagri.go.id/jurnal/jendela/jendela 3.htm.