PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU …€¦ · SMA TERHADAP PERILAKU...
Transcript of PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU …€¦ · SMA TERHADAP PERILAKU...
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA
SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN
PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG
SELATAN TAHUN 2016
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Zaima Dzatul Ilma
NIM : 1113103000029
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438H/ 2016
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan
karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan,
kesehatan, dan semangat senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam
penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini,
penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan
serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab riset untuk PSKPD angkatan
2013
4. dr. Fikri Mirza Putranto dan dr.Marita Fadhilah selaku dosen
pembimbing, yang telah memberi pengarahan dan bantuan dalam bentuk
apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat selesai dengan
baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang telah dokter
berikan untuk kelancaran penelitian saya.
5. dr. Nurmila Sari selaku pembimbing akademik, yang memberikan doa dan
dukungannya kepada penulis.
6. Kedua orangtuaku tercinta, Buya Habibul Fuadi dan Mama Subriyeni
yang selalu memberikan doa, dukungan dan dorongan semangat dengan
penuh ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan banyak masukan,
motivasi, bantuan tenaga pikiran moral waktu dan material.
7. Bunda Salmaini dan Papa Abdurrahman yang selalu menyempatkan waktu
dan pikiran untuk penulis.
8. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung kelancaran
perkuliahan yang sedang dijalani penulis.
9. dr. Ning Widya Putri Herman yang telah memberikan masukan terkait
penelitian ini.
10. Febianza Mawaddah, Isna Akmalia dan M.Iqbal Khusni teman
sekelompok risetku. Bersyukur sekelompok bareng kalian yang mau saling
bantu, mengerti adanya kegiatan lain, menyemangati cepat sidang,
Menjalani perjalanan panjang bersama kalian.
11. Nicco Hakim, Namira dan Fiona. Terimakasih untuk selalu ada.
vii
12. Wahyu, Sakinah, Tika, Mba Ima, Mila dan kelompok sendi-sendirian,
terimakasih atas waktu dan semangatnya.
13. Teman-teman kosan Kemala Mbak Nurul yang tidak pernah bosan
menyapa penulis saat sedang kehabisan ide. Teh Dwi Restarina dan Dewi
semoga selanjutnya kalian bisa menyusul. Kak Mahdiah maimunah yang
telah meninggalkan harta warisan berharga di kosan Kemala.
14. Teman sejawatku yang selama ini menempuh pendidikan preklinik
bersama dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu
kompak dalam kebaikan dan kesuksesan “PSPD TREITZ 2013”
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini.
Dengan segala kejujuran dan kerendahan hati penulis sadari bahwa laporan
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan maupun
penyusunannya. Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pihak, juga
dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau sumber ide untuk penelitian lebih
lanjut di bidang kedokteran.
Ciputat, 17 Oktober 2016
Zaima Dzatul Ilma
viii
ABSTRAK
Zaima Dzatul Ilma. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP
PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X
TANGERANG SELATAN TAHUN 2016. 2016.
Prevalensi penggunaan peranti dengar berisiko, marak di kalangan remaja.
Pengetahuan dan sikap dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar. Penelitian ini dilakukan terhadap 256 responden
dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang melalui pengisian
kuosioner, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
didapatkan 96,1% memiliki gambaran pengetahuan baik, 13,1% memiliki
gambaran sikap baik dan 41,9% memilki gambaran perilaku yang baik. Meskipun
responden memiliki gambaran pengetahuan yang baik, namun sikap dan perilaku
responden menunjukkan hal yang sebaliknya. Tidak terdapat pengaruh yang
bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti
dengar. (P= 0,497 dan 0,119). Promosi kesehatan perlu difokuskan pada
peningkatan kesadaran remaja melalui pemberian informasi terkait fakta akan
bahaya bising.
Kata kunci : peranti dengar, remaja, pengetahuan, sikap, perilaku
ABSTRACT
Zaima Dzatul Ilma. Medical and Professional Studies Program. THE
EFFECT OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES TOWARD HIGH
SCHOOL STUDENT BEHAVIOR OF PERSONAL LISTENING DEVICE
USAGE AT X SMAN TANGERANG SELATAN 2016. 2016.
The prevalence of high risk personal listening device usage is high among
teenagers. Knowledge and attitude is related to the practice of personal listening
device usage. This study is purposed to see the influence of knowledge and
attitude towards the practice of personal listening device usage in senior high
school students. This cross-sectional study was comprised of 256 students who
were asked to fill a questionnaire As the result, 96.1% students have good
knowledge, 13.1% students have good attitude and 41.9% have good practice.
Although they appeared to be generally know of the risks of exposure to loud
music, they expressed low awareness and insisted bad behavior. There is no
significant association found between knowledge and attitude of risky personal
listening device usage and practice of high risk personal listening device usage.
(P= 0,497 dan 0,119). The health promotion should be focused on increasing the
teenager’s awareness through giving information about noise harm.
Keywords : personal listening device, teenager, adolescent, knowledge, attitude,
practice
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3. Hipotesis ...................................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Landasan Teori ............................................................................................ 5
2.1.1. Pengetahuan .......................................................................................... 5
2.1.1.1 Definisi .......................................................................................... 5
2.1.1.2 Tingkat pengetahuan dan ranah kognitif ....................................... 6
2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan...................................... 6
2.1.2. Sikap ...................................................................................................... 7
2.1.2.1. Definisi ......................................................................................... 7
2.1.2.2. Tingkatan sikap ............................................................................ 8
2.1.3. Perilaku. ................................................................................................ 8
2.1.3.1.Definisi .......................................................................................... 8
2.1.3.2. Klasifikasi .................................................................................... 8
2.1.4. Teori health belief model ...................................................................... 9
2.1.5. Peranti Dengar ....................................................................................... 10
2.1.6. Telinga................................................................................................... 12
2.1.6.1 Anatomi dan fisiologi .................................................................... 12
2.1.6.2 Definisi pendengaran ..................................................................... 16
x
2.1.6.3 Mekanisme Mendengar ................................................................. 16
2.1.6.4 Jaras pendengaran..........................................................................17
2.1.6.5 Fisika pendengaran .......................................................................19
2.1.6.6 Rentang frekuensi pendengaran ....................................................20
2.1.7 Kuosioner Penelitian
2.1.7.1 Wawancara Adolescent’s Perceptions ..........................................20
2.1.7.2 Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar ...........................20
2.1.7.3 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale .....................................21
2.2. Kerangka Teori ............................................................................................ 22
2.3. Kerangka Konsep ....................................................................................... 22
2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 25
3.1. Desain Penelitian .......................................................................................... 25
3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................. 25
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 25
3.4. Besar sampel ............................................................................................... 25
3.5. Cara pengambilan sampel ............................................................................ 26
3.6. Kriteria sampel ............................................................................................ 26
3.7. Alur penelitian ............................................................................................. 26
3.8. Manajemen Data .........................................................................................27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 29
4.1. Hasil Uji Validitas .......................................................................................29
4.2 Analisis Univariat ......................................................................................... 30
4.2.1. Gambaran karakteristik responden ........................................................ 30
4.2.2. Gambaran pengetahuan ......................................................................... 30
4.2.3. Gambaran sikap ..................................................................................... 31
4.2.4. Gambaran perilaku ................................................................................. 32
4.3. Hasil bivariat ................................................................................................ 34
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 37
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 37
5.2. Saran ............................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ......................................................................................................... 43
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 22
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ..........................................................................22
Bagan 3.1 Alur Penelitian ............................................................................ 26
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi operasional ......................................................................23
Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuosioner .........................................28
Tabel 4.2 Gambaran pengetahuan .................................................................29
Tabel 4.3 Gambaran sikap ............................................................................30
Tabel 4.4 Gambaran perilaku ........................................................................31
Tabel 4.5 Gambaran kategori perilaku ..........................................................31
Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ......................32
Tabel 4.7 Hubungan pengetahuan dengan sikap ...........................................34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Circumaural headphone ................................................................10
Gambar 2.2 Supraaural headphone ..................................................................11
Gambar 2.3 Earphone .......................................................................................11
Gambar 2.4 Canalphone ...................................................................................12
Gambar 2.5 Anatomi telinga .............................................................................15
Gambar 2.6 Stimulasi reseptor pendengaran ....................................................17
Gambar 2.7 Jaras pendengaran utama ...............................................................18
Gambar 2.8 Hubungan antara ambang dengar dan persepsi somestatik ...........19
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat permohonan komite etik ....................................................... ..43
Lampiran 2. Surat ijin pengantar dari fakultas ................................................... ..44
Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden ............................................. .45
Lampiran 4. Sumber kuosioner .............................................................................46
Lampiran 5 Kuosioner penelitian .........................................................................47
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas ............................................................................53
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik ..............................................................................56
Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................... .69
Lampiran 8. Daftar riwayat hidup ....................................................................... .70
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Musik bukanlah hal yang langka ditemui pada zaman globalisasi. Sebagai
salah satu media hiburan, musik sudah dapat ditemukan dalam genggaman
tangan. Hanya dengan menyalakan alat pemutar musik, seseorang dapat
mendengarkan lantunan musik dengan berbagai macam genre seperti jazz,
blues, metal, pop, hingga clasic.1
Pemutar musik zaman sekarang sudah berevolusi sehinga dapat dibawa
kemana-mana. Benda ini juga dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan
tingkatan umur karena mudah dioperasikan, diakses serta berukuran kecil.
Selain itu, pemutar musik juga dapat ditemukan didalam telepon genggam dan
komputer pribadi. Biasanya, pemutar musik model ini dilengkapi dengan
headset sebagai sebuah peranti dengar yang dapat membantu seseorang saat
ingin mendengarkan musik untuk dirinya sendiri.2
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa sebanyak 88,2% dari 1407 anak
menggunakan pemutar musik pribadi yang dikenal dengan MP3 dan 27,4%
diantaranya mendengarkan musik dengan volume maksimal dalam waktu
yang lama tanpa jeda. Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa dari 490
subjek penelitian, 94,3% diantaranya menggunakan pemutar musik pribadi
dan hampir seluruhnya menggunakan alat tersebut selama 1-3 jam setiap
harinya selama tiga tahun. Sedangkan peranti dengar yang paling banyak
digunakan adalah jenis earphone.3,4
Hal ini menunjukkan betapa maraknya
pemakaian peranti dengar pada masyarakat, khususnya remaja.
Selain manfaat yang dimiliki oleh peranti dengar, alat ini juga secara tidak
langsung dapat memberikan dampak buruk terhadap pendengaran. Pada tahun
2012 World Health Organization (WHO) mengeluarkan perkiraan jumlah
terjadinya tuli dari 42 populasi dan didapatkan hasil sebanyak 5,3% dari
jumlah penduduk dunia khususnya Asia Selatan dan Asia Pasifik menderita
ketulian.5 Sedangkan dalam sebuah artikel American Speech-Language-
Hearing Association mengutip penelitian dari Niskar AS, terdapat sekitar
2
12,5% anak dan remaja usia 6-19 tahun dan 17% orang dewasa mengalami
kerusakan permanen berupa ketulian pada pendengaran yang diakibatkan oleh
paparan bunyi yang sangat tinggi dan terus menerus.6
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Laoh A di Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi juga didapatkan
kesimpulan bahwa dari 30 orang responden yang sering menggunakan
headset, 26,7% responden mengalami tuli ringan dan 6,7% responden
mengalami tuli sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan peranti
dengar mempengaruhi kualitas pendengaran. 7
Secara global World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan
anjuran terkait pencegahan gangguan dengar akibat bising, diantaranya
melakukan kerjasama lintas sektoral antar pemerintahan melalui regulasi dan
organisasi non pemerintahan melalui komunikasi dan media massa untuk
meningkatkan kesadaran terkait pendengaran.8 Beberapa negara telah
menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap ancaman gangguan
pendengaran di berbagai sektor. Negara maju seperti Amerika telah membuat
inovasi mengenai pencegahan ketulian. Peraturan yang mereka miliki tidak
hanya mengatur bising di lingkungan kerja industri namun juga sampai ke
lingkungan kerja seni seperti pemain musik, DJ dan orang-orang yang bekerja
di klub malam. Dalam mewujudkan terlaksananya hal ini pemerintah Amerika
bekerja sama dengan produsen-produsen earplug untuk membuat inovasi
piranti yang tidak mengurangi efektivitas orang-orang yang bekerja di bidang
musik. 9
Sedangkan di Indonesia, pemerintah hanya memiliki peraturan terkait
ambang paparan bising di tempat kerja serta ambang bising kendaraan
bermotor yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup nomor 7 tahun 2009. 10,11
Penulis memilih melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan
sikap terhadap penggunaan peranti dengar karena penulis melihat maraknya
penggunaan peranti dengar atau headset dan besarnya pengaruh penggunaan
peranti dengar terhadap pendengaran khususnya remaja SMA yang sangat
mudah terpengaruh oleh perubahan pola hidup di lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui
3
ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku tersebut.
Selain itu, penulis ingin membandingkan hasil survei luar negeri yang
menyatakan bahwa siswa-siswi dari sekolah menengah sering mendengarkan
MP3 dengan volume tinggi meskipun sadar dengan risikonya. Mereka
menunjukkan kepedulian yang rendah terhadap hal tersebut dan menolak
gangguan terhadap kebiasaan tersebut.12
Penulis memilih Tangerang Selatan sebagai lokasi penelitian karena dekat
dengan domisili penulis dan merupakan wilayah sub-urban yang banyak
terkontaminasi ibukota.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, peneliti dapat merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan?
1.3 Hipotesis
Peneliti mengambil hipotesis bahwa :
Pengetahuan dan sikap siswa SMA memiliki pengaruh terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
2. Mengetahui pengaruh pengetahuan siswa SMA terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
3. Mengetahui pengaruh sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan
peranti dengar di SMAN X tangerang Selatan.
4
4. Mengetahui prevalensi siswa SMA yang memiliki perilaku
penggunaan peranti dengar berisiko.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran
pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan
peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
2. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait ada atau tidaknya
pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti
dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
1.5.2 Bagi Siswa
Mengetahui informasi mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar.
1.5.3 Bagi Masyarakat Luas
Memberikan masukan kepada instansi pemerintahan, pendidikan,
kesehatan serta media informasi dan komunikasi serta pihak-pihak yang
terllibat mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belief),
takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation).13
Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan kontak dan pengamatan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).14
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang
terjadi beberapa proses, yaitu:
- Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
- Merasa tertarik (interest), terhadap stimulasi atau objek tertentu.
- Evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
- Mencoba (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan stimulus.
- Adopsi (adoption), diamana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. 13
6
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan Dan Ranah Kognitif
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know), yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
stimulus yang diterima.
2. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan mnejelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara luas.
3. Aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
kedalam suatu struktur organisasi tersebut juga masih berkaitan satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. 13
2.1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah ia menerima
informasi dan pengetahuannya semakin banyak. Begitu juga sebaliknya.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
7
c. Umur
Dengan bertambahnya umur, maka akan terjadi perubahan fisik dan
fisiologis yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
d. Minat
Suatu kecendrungan dan keinginan akan menuntun seseorang untuk
mencari lebih banyak informasi.
e. Pengalaman
Pengalaman akan memberikan ingatan dan kesan pada diri seseorang
untuk membentuk sikap positif maupun negatif.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 13
2.1.2 Sikap
2.1.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek dan dalam kehidupan sehari hari bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Sikap dianggap sebagai predisposisi dari tindakan atau perilaku.13
Sikap
merupakan sindroma atau objek, sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan lainnya.
Alport menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen utama yaitu
kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional
dan kecendrungan untuk bertindak. 13,14
8
2.1.2.2 Tingkatan Sikap13,14
1. Menerima (receiving), menunjukkan bahwa seseorang mau menerima
stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi (responding) yaitu memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing), menunjukkan bahwa subjek memberikan nilai
positif terhadap objek atau stimulus.
4. Bertanggung Jawab (responsible) merupakan sikap yang paling tinggi
tingkatan nya dengan mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang telah diambil.
2.1.3 Perilaku
2.1.3.1 Definisi Perilaku
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus baik dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah diamati dan dilihat oleh
orang lain. 14,15,16
2.1.3.2 Klasifikasi Perilaku
Dilihat dari respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua:
1) Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
dan belum dapat diamati oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka
dan mudah diamati.13,14,15
9
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum individu mengadopsi perilaku
baru, di dalam dirinya trjadi proses berurutan , yaitu : 13,16
1. Awarness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang- nimbang), tahapan yang lebih baik
dimana subjek mempertimbangkan apakah stimulus akan
berdampak baik atau tidak.
4. Trial (mencoba), individu mulai mencoa perilaku baru
5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap dan kesadaran nya terhadap stimulus.
2.1.4 Teori Health Belief Model
Teori Health Belief Model termasuk dalam pendekatan intrapersonal. Teori
ini mengandung beberapa konsep utama yang meramalkan mengapa orang-orang
akan mengambil tindakan untuk mencegah, menyaring atau untuk mengontrol
kondisi penyakit yang meliputi kerentanan, keseriusan, manfaat dan batasan
perilaku, pengenalan tindakan dan pengobatan diri yang terbaru. Pendekatan yang
dilakukan menekankan pada aspek kognitif atau model kognitif yang digunakan
untuk meramal perilaku peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan ditentukan
langsung oleh dua keyakinan, yaitu 17,18
:
- Ancaman yang dirasakan (perceived threat of injury and ilness)
- Pertimbangan keuntungan dan kerugian (benefits and cost)
Penilaian tentang ancaman ditentukan oleh17,18
:
- Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived threat of vulnerability)
- Keseriusan masalah kesehatan yang dirasakan (perceived of sverity)
- Petunjuk untuk berperilaku (clues of action) seperti : media masa,
kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain, dll.
10
Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan dan pertimbangan keuntungan dan
kerugian, dipengaruhi oleh17,18
:
- Variabel demografis : usia, jenis kelamin, latar belakang budaya
- Variabel struktural : pengetahuan dan pengalaman tentang masalah
2.1.5 Peranti dengar
2.1.5.1 Definisi
Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah headset atau headphone
adalah sepasang pengeras suara kecil yang digunakan didekat telinga
penggunanya dan dihubungkan ke sumber sinyal seperti radio, CD player,
media player portable dan lain-lain.19
2.1.5.2 Jenis peranti dengar
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dipasaran kini
ditawarkan banyak sekali jenis dan berbagai bentuk peranti dengar.
Contoh dari PLD antara lain circumaural headphone, supraaural
headphone, earphone, dan canalphone.20
1. Circumaural adalah headphone yang sepenuhnya mengelilingi telinga.
Secara harfiah circumaural berarti sekitar telinga. Hal tersebut
memungkinkan telinga penggunanya untuk sepenuhnya tertutup dan
dirancang untuk menempel di kepala sehingga memberikan banyak isolasi
dari luar, yang bertujuan untuk meredam kebisingan lingkungan (noise
canceling headphone) yang tidak diinginkan. Hal tersebut memungkinkan
penggunanya untuk mendengarkan musik dengan volume minimum
meskipun di lingkungan yang bising.
Gambar 2.1 circumaural headphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 200020
11
2. Supra-aural atau juga dikenal dengan earpad headphone merupakan
headphone yang menempel pada permukaan daun telinga namun tidak
sepenuhnya menutupi telinga seperti circumaural. Supra-aural headphone
tidak sama besar dengan headphone circumaural. Karena ukurannya yang
tidak sebesar circumaural, headphone jenis supra-aural menjadi lebih
mudah dibawa karena ukuran dan beratnya yang lebih kecil dari jenis
circumaural.
Gambar 2.2 supraaural headphone
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 200020
3. Earbud atau earphone merupakan salah satu bentuk dari interaural
headphone yang ukurannya jauh lebih kecil dari dua jenis sebelumnya.
Penggunaannya langsung ditempatkan di luar telinga. Bentuknya yang
kecil membuat peranti jenis ini lebih cenderung dipilih untuk dibawa bawa
karena tidak butuh ruang yang besar untuk membawa peranti jenis ini.
Peranti jenis ini biasanya hanya memiliki satu ukuran sehingga
kemampuan meredam suaranya akan berbeda-beda pada masing-masing
orang. Hal ini dapat memicu pengguna untuk menaikkan level volume saat
mendengarkan musik di lingkungan yang bising seperti jalan raya,
cafetaria dan lain-lain.21
Gambar 2.3 earphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 2000
12
4. Canalphone dikenal juga sebagai In- Ear- Monitor (IEM), termasuk
kedalam golongan interaural. Seperti namanya, peranti ini dipakai dengan
cara memasukkan bagian eartip dari peranti kedalam bagian depan lubang
telinga yang bertujuan untuk “menyegel” telinga. Segel umumnya
melayani dua fungsi yaitu, memblokir kebisingan dan membentuk ruang
akustik dalam rangka mencapai suara yang lebih jelas. Canalphone jauh
lebih baik dalam meredam suara lingkungan (29-377dB) di banding jenis
peranti circumaural dan supraaural (8-11dB).
Gambar 2.4 Canalphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 2000
2.1.6 Telinga
2.1.6.1 Anatomi Dan Fisiologi Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian besar yaitu telinga luar yang
berfungsi untuk mengumpulkan gelombang bunyi dan meneruskannya ke
dalam telinga, telinga tengah yang berfungsi mengirimkan getaran bunyi
ke tingkap oval dan telinga dalam yang merupakan lokasi dari reseptor
pendengaran dan keseimbangan.22
Telinga luar terdiri atas aurikula, kanal auditori eksterna dan
gendang telinga. Aurikula merupakan bagian penutup dari tulang rawan
kartilago yang elastis, berbentuk seperti ujung terompet dan diselimuti
oleh kulit. Bagian ini dibagi lagi menjadi helix (bagian yang melingkar)
dan lobule (bagian bawah). Ligamen dan otot mengikatkan aurikula ke
kepala. Kanal auditori eksterna adalah sebuah tuba melengkung sepanjang
2.5 cm yang terletak di tulang temporal dan mengarah ke gendang telinga.
13
Membran timpani atau gendang telinga adalah sekat tipis dan semi
transparan diantara kanal auditori eksterna dan telinga tengah. Membran
timpani ini dilapisi oleh epidermis dan epitel kubus selapis. Antara lapisan
epitelial tersebut terdapat jaringan ikat yang tersusun atas kolagen, serat
elastis dan fibroblas. 22
Didekat bagian paling luar, kanal auditori eksterna mengandung
sedikit rambut dan kelenjar keringat khusus yang disebut kelenjar
seruminosa yang mensekresi lilin telinga atau serumen. Kombinasi antara
rambut dan serumen tersebut membantu mencegah debu dan benda asing
untuk masuk ke dalam telinga. Serumen juga mencegah kerusakan bagian
kulit yang lembut dari kanal telinga luar yang disebabkan air dan serangga.
22
Telinga tengah adalah ruangan berisi udara yang berukuran kecil di
bagian tulang temporal dan dilapisi oleh epitelium. Bagian ini dipisahkan
dari telinga luar oleh membran timpani dan telinga dalam dengan tingkap
oval da tingkap bulat yang berbentuk membran. Terdapat osikel berupa
tiga tulang kecil yang dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang tulang ini
dinamakan berdasarkan bentuk nya, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Gagang dari maleus menempel pada permukaan internal membran
timpani. Bagian kepala maleus bersambung dengan bagian badan inkus.
Inkus bersambung dengan bagian stapes. Bagian dasar stapes sesuai
dengan tingkap oval. Tepat dibawah tingkap oval terdapat tingkap bulat
yang diselubungi oleh membran yang disebut membran timpani sekunder.
Selain ligamen, dua otot rangka kecil juga melekat pada osikel.
Otot tensor timpani yang berasal dari mandibular membatasi perpindahan
dan peningkatan tekanan gendang telinga saat adanya suara keras.
Bagian anterior dari telinga tengah memiliki lubang yang
mengarah pada tuba auditori yang disebut tuba eustasius. Tuba ini terbuka
selama menelan dan menguap dan menyebabkan udara dapat masuk ke
dalam telinga sehingga tekanan dalam atmosfer dan telinga sama. Telinga
14
dalam juga disebut labirinth karena terdiri atas banyak kanal yang
membingungkan. Secara struktur, bagian ini terdiria atas dua bagian utama
yaitu bagian luar yang menutupi bagian dalam. 22
Tulang labirin ini merupakan gabungan dari rongga yang terdiri
atas kanal semisrkular, vestibuli yang memiliki reseptor untuk
keseimbangan dan koklea yang memiliki reseptor pendengaran. Tulang
labirin ini dilapisi oleh periosteum dan mengandung perilimf. Cairan ini
mengelilingi membran labirin. Epitel dari membran labirin juga
mengandung endolimf. Level kalium dari endolimf biasanya tinggi dan
memiliki peran dalam proses sinyal auditori.22
Di tengah labirin tulang, terdapat vestibulum yang merupakan
tabung berbentuk oval. Labirin membranosa pada vestibulum mengandung
dua saluran yang mirip kantung yakni utrikulus dan sakulus. Di bagian
superior dan posterior dari vestibulum terdapat tiga tulang kanalis
semisirkularis, yang masing-masing terletak pada sudut yang sama antara
satu sama lain. Berdasarkan posisinya, tiga tulang kanalis semisirkularis
tersebut disebut kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral.
Kanalis semisirkularis anterior dan posterior terletak vertikal, sedangkan
kanalis semisirkularis lateral terletak horizontal. Di ujung setiap kanal
terdapat pelebaran yang disebut ampula. Bagian labirin membranosa yang
terletak di dalam tulang kanalis semisirkularis disebut duktus
semisirkularis.22
Struktur ini terhubung dengan utrikulus pada vestibulum. Cabang
vestibular dari nervus vetibulokoklearis (VIII) terdiri dari nervus ampular,
utrikular, dan sakular. Bagian anterior dari vestibulum adalah koklea,
sebuah saluran tulang yang berbentuk spiral yang mirip dengan rumah
siput. Koklea terbagi menjadi tiga bagian yakni duktus koklearis (skala
media), skala vestibuli, dan skala timpani. Duktus koklearis adalah terusan
dari labirin membranosa ke arah koklea yang teirisi oleh endolimfe. Di
atas duktus koklearis terdapat skala vestibuli yang berujung di oval
window. Sedangkan di bawahnya terdapat skala timpani yang berujung di
15
round window. Skala vestibuli dan skala timpani merupakan bagian dari
labirin tulang pada koklea, maka dari itu ruang tersebut terisi oleh
perilimfe. Seluruh bagian skala vestibuli dan skala timpani dipisahkan oleh
duktus koklearis, kecuali pada bagian apeks koklea yang disebut
helikotrema.22
Skala vestibuli dan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibular (membran Reissner), sedangkan duktus koklearis dan skala
timpani dipisahkan oleh membran basilar. Membran basilar mengandung
20.000 sampai 30.000 serat basilar yang keluar dari sumbu tulang di
koklea, yaitu modiolus, menuju ke dinding luar. Serat ini kaku dan elastis
pada salah satu ujung bebasnya sehingga dapat bergetar seperti buluh
harmonika.22
Pada membran basilar terdapat organ Corti. Organ Corti
mengandung 16000 sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.
Terdapat dua kelompok sel rambut, yakni sel rambut dalam yang terdiri
dari satu baris dan sel rambut luar yang terdiri dari tiga baris. Pada ujung
apikal setiap sel rambut, terdapat 40-80 stereosilia yang menyentuh atau
tertanam pada endolimfe duktus koklearis. Pada ujung basal, sel rambut
dalam dan sel rambut luar bersinaps dengan neuron sensorik orde pertama
dan dengan neuron motorik dari cabang koklear nervus vestibulokoklearis
(VIII). Walaupun sel rambut luar lebih banyak dari sel rambut dalam,
tetapi sel rambut dalam bersinaps lebih banyak dengan neuron sensorik
orde pertama yakni sekitar 90-95%. Sebaliknya, 90% neuron motorik
bersinaps dengan sel rambut luar.22
Gambar 2.5 Stimulasi Reseptor Pendengaran
Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009
16
2.1.6.2 Definisi Pendengaran
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf yang terdiri atas dua
aspek yaitu identifikasi suara dan lokalisasinya.23
2.1.6.3 Mekanisme Mendengar
Proses mendengar melalui beberapa tahap kejadian berikut:
1. Aurikula menangkap gelombang suara dan diteruskan ke saluran
pendengaran eksternal.
2. Ketika gelombang suara sampai ke gendang telinga, pergantian tekanan
tinggi dan rendah membuat gendang telinga bergetar maju dan mundur.
Jarak perpindahannya bergantung pada intensitas dan frekuensi gelombang
suara. Gendang telinga bergetar pelan terhadap frekuensi suara yang
rendah dan bergetar kencang terhadap frekuensi suara yang tinggi.
3. Area tengah gendang telinga terhubung oleh tulang maleus yang juga
ikut bergetar. Getaran itu kemudian diteruskan ke tulang inkus dan
kemudian ke tulang stapes.
4. Ketika tulang stapes bergerak ke luar dan ke dalam, tulang stapes
membuat tingkap oval tertarik ke luar dan terdorong ke dalam. Tingkap
oval bergetar 20 kali lebih keras daripada gendang telinga karena osikel
secara efisien mentransmisikan getaran kecil yang tersebar di di area
permukaan yang luas (gendang telinga) menjadi getaran besar pada
permukaan yang lebih kecil (tingkap oval).
5. Pergerakan tingkap oval menghasilkan gelombang tekanan cairan
perilimfe di koklea. Tingkap oval yang terdorong ke dalam membuat
perilimfe pada skala vestibuli ikut terdorong.
6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala timpani
kemudian ke tingkap bulat, menyebabkan tingkap bulat terdorong keluar
ke telinga tengah.
17
7. Selama gelombang tekanan mendorong dinding skala vestibuli dan
skala timpani, gelombang tekanan tersebut juga mendorong membran
vestibular ke depan dan ke belakang, sehingga membentuk gelombang
tekanan di endolimfe pada duktus koklearis.
8. Gelombang tekanan di endolimfe menyebabkan membran basilar
bergetar, yang kemudian menyebabkan sel-sel rambut pada organ Corti
bergerak ke arah yang berlawanan dari membran tektorial. Hal ini
menyebabkan membengkoknya stereosilia yang kemudian menciptakan
potensial reseptor dan mengaktifkan impuls saraf.
Gambar 2.6 Stimulasi Reseptor Pendengaran
Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009
2.1.6.4 Jaras Pendengaran
Serabut saraf dari ganglion spiralis korti memasuki nukleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla. Pada
titik ini, semua serabut sinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke
sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius
superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus
olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior ,
jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis.
Beberapa serabut terakhir di nukleus lemnikus lateralis, tetapi sebagian
melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, temat semua atau
hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke
nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya,
18
jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks audiotorik, yang
terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. 24
Ada 3 hal penting dalam penyaluran impuls pada jaras
pendengaran, yaitu:
1. Sinyal dari kedua telinga dijalarkan melalui dua jaras kedua sisi otak,
dengan penjalaran sedikit lebih besar pada jaras kontralateral. Mereka juga
bersilangan di korpus trapezoid, dalam komisura di antara dua inti
lemnikus lateralis dan dalam komisura yang menghubungkan dua
kolikulus inferior.
2. Banyak serabut kolateral dari traktus auditorik berjalan langsung ke dalam
sistem aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus
ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke dalm medula spinalis dan
mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi respon terhadap suara
yang keras. Koateral lain menuju ke vermis serebelum yang juga aktif jika
ada suara keras yang timbul mendadak.
3. Orientasi spasial dengan derajat tinggi dipertahnakan dalam traktus
serabut yang berasal dari koklea sampai ke korteks. 24
Gambar 2.7 Jaras pendengaran utama.
Sumber : Guyton, Arthur C.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran-Edisi 11. Jakarta :
EGC
19
2.1.6.5 Fisika Pendengaran
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat yang terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi akibat kompresi (pemadatan) molekul udara
bergantian dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(peregangan) molekul udara. Setiap alat yang mampu menghasilkan gangguan
pola molekul udara disebut sumber suara. 23
Nada suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi
getaran maka nada akan semakin tinggi juga. Telinga manusia mampu mendeteksi
gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai 20.000 siklus perdetik tetapi
paling peka untuk frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus perdetik. 23
Intensitas atau kekuatan suara bergantung pada amplitudo gelombang
suara atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah
bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran, semakin besar amlitudo, semakin
keras suara. Telinga manusia dapat mendengar intensitas suara dengan kisaran
yang lebar, dari bisikan paling lemah hingga bunyi pesawat lepas landas yang
memekakkan telinga. Kekuatan suara diukur dalam desibel(db), yaitu ukuran
logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara paling lemah yang masih
terdengar (ambang dengar). 23
Gambar 2.8 Hubungan antara ambang pendengaran dan persepsi somestatik (ambang
taktil dan tusukan) terhadap tingkat energi suara pada setiap frekuensi suara
20
Gambar ini menunjukkan bahwa suara 3000 siklus perdetik dapat didengar
bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel di bawah 1 dyne /cm2 tingkat
tekanan suara, yaitu satu per sepuluh juta mikrowatt per sentimeter persegi .
Sebaliknya suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitas nya
10.000 kali lebih besar dari ini.
2.1.6.6 Rentang Frekuensi Pendengaran
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 20-
20.000 siklus perdetik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan
kekerasan yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 db dibawah 1 dyne /cm2
tingkat tekanan suara, rentang suara adalah 500 sampai 5000 siklus perdetik yang
artinya hanya dengan suara keras rentang 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai
secara lengkap. 22
2.1.7 Kuosioner Penelitian
2.1.7.1 Wawancara pada penelitian Adolescent’s Perceptions of Loud Music
and Hearing Conservation
Item pada daftar pertanyaan asli memiliki format pertanyaan semi-structured yang
berpedoman pada literatur review dan diskusi para ahli yang dihubungkan dengan
protection motivation theory (PMT). Hanya beberapa item yang diambil dan
dimodifikasi pada penelitian ini.12
(Lampiran 4)
2.1.7.2 Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar
Merupakan kuosioner yang menunjukkan identitas pasien, gambaran pemakaian
peranti dengar yang meliputi frekuensi, intensitas bunyi, lama pemakaian, jenis
peranti dengar, sumber bunyi dan kemampuan responden mendengar bising
lingkungan saat memakai peranti dengar dengan kondisi menyala. Kuosioner ini
mengikuti kuosioner pada penelitian terdahulu oleh Herman NWP tahun 2011. 25
(Lampiran 4)
21
2.1.7.3 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale (YANS)
Kuosioner YANS terdiri atas 19 item yang dikembangkan oleh Widen et al.(2004)
untuk mengeksplorasi sikap remaja terhadap bising. Setiap item dinilai dengan
lima poin yang dimulai dengan pilihan sangat setuju (5 poin) sampai sangat tidak
setuju (1 poin). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuosioner ini dikategorikan lagi
menjadi empat subdivisi yaitu, item yang menilai sikap terhadap kebudayaan
remaja (item 1, 4, 6, 9, 10, 12, 15 dan 18), item yang menilai sikap terhadap
kemampuan responden untuk berkonsentrasi dalam kondisi bising (item 2, 5 dan
8), item yang menilai sikap terhadap bising sehari-hari seperti bising lalu lintas
(item 11, 14, 16 dan 17) dan item yang menilai sikap terhadap mempengaruhi
lingkungan (item 3, 7, 13 dan 19). Kuosioner ini telah divalidasi ulang oleh
Keppler tahun 2010 dan didapatkan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,71 untuk
keseluruhan kuosioner. 26
(Lampiran 5)
22
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Pengetahuan tentang
PD
Sikap terhadap
informasi tentang PD
Perilaku
Bagan 2.1 Kerangka teori
23
2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi operasional
Variabel Definisi Cara pengukuran Skala
Usia Usia pasien saat diminta mengisi
kuosioner
Jumlah hari sejak
lahir sampai
tanggal
pemeriksaan/365
Numerik
Jenis
kelamin
Jenis kelamin pasien sesuai
dengan fakta saat mengisi
kuosioner . Terdiri atas kategori
laki-laki dan perempuan.
Sesuai yang
tertulis di data
kuosioner dan
status pasien.
Kategorik
Pengetahuan
tentang
peranti
dengar
Kesan dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan
pancainderanya.13
Dalam hal ini
terkait PD. Dibagi kedalam
kategori :
1. Baik (>80% total skor
pertanyaan)
2. Buruk (<80% total skor
pertanyaan)
Sesuai yang
tertulis di
kuosioner.
Kategorik
Sikap
terhadap
informasi
tentang PD
Reaksi atau respon seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek
dan dalam kehidupan sehari hari
bersifat emosional terhadap
stimulus sosial berupa informasi
tentang PD. Sikap dianggap
sebagai predisposisi dari tindakan
atau perilaku.13
Dibagi kedalam kategori :
1. Baik (>80% total skor
pertanyaan)
2. Buruk (<80% total skor )
Sesuai yang
tertulis di data
kuosioner.
Kategorik
24
Perilaku
penggunaan
PD
Perbuatan penggunaan PD hasil
dari pengaruh berbagai stimulus
dari luar dan dalam diri seseorang.
14
Dibagi kedalam kategori :
1. Baik (>60% total skor
pertanyaan)
2. Buruk (<60% total skor
pertanyaan)
Sesuai yang
tertulis di data
kuosioner.
Kategorik
Peranti
dengar (PD)
Sepasang pengeras suara kecil
yang digunakan didekat telinga
penggunanya dan dihubungkan ke
sumber sinyal seperti radio, CD
player, media player portable dan
lain-lain.19
Terdiri atas :
1. Canalphone
2. Circum-aural headphone
3. Supra-aural headphone
4. Earphone20
Sesuai yang
tertulis di
kuosioner.
Kategorik
Lama
penggunaan
peranti
dengar (PD)
Rentang waktu yang digunakan
oleh responden untuk memakai
peranti dengar. Di tanyakan dalam
rentang waktu jam, hari dan
tahun.
Pengelompokkan di bagi kedalam
kategori <5tahun dan >5 tahun.
<60 menit dan >60 menit .4,27,28
Sesuia kuosioner Kategorik
Level
volume
Level volume ternyaman yang
dipilih oleh responden ketika
memakai peranti dengar.
Dibagi kedalam kategori <70%
dan >70%.29,30,31
Sesuai kuosioner Kategorik
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain
cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas X Tangerang Selatan
pada bulan Desember 2015 sampai bulan Agustus 2016.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah remaja kelas dua siswa Sekolah
Menengah Atas di sekolah terpilih baik pengguna peranti dengar maupun non
pengguna peranti dengar pada tahun 2016.
3.4 Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua siswa kelas dua pada SMA terpilih pada
tahun 2016, yaitu sebanyak 259 orang. Dengan minimal jumlah sampel dihitung
dengan rumus :
= 89,5 = 90
N=89,5 dibulatkan keatas menjadi 90 orang
Dengan ketentuan berupa :
N= Jumlah Sampel
Zα= Deviat Baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis dua arah
yaitu sebesar 1,96
P= Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya7
d2= presisi
Q=1-P32
.
26
3.5 Cara Pengambilan Sampel
Sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian dipilih dengan cara
purposive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian. Sedangkan sampel diambil secara total sampling,
yaitu dengan mengambil seluruh populasi siswa kelas dua di SMAN X Tangerang
Selatan tahun 2016 sejumlah 256 orang.
3.6 Kriteria sampel
3.6.1 Kriteria Inklusi
1. Siswa kelas dua SMA yang telah terpilih
2. Siswa yang bersedia mengisi kuosioner
3.6.2 Kriteria Eksklusi
1. Siswa yang sedang dalam pengobatan THT
2. Siswa yang memiliki kelainan THT sejak lahir
3. Siswa yang tidak mengsisi kuosioner secara lengkap
3.7 Alur Penelitian
Bagan 3.1 Alur Penelitian
Validasi kuosioner
Menyebarkan kuosioner
Pengolahan Data
27
3.8 Manajemen Data32
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS dengan
melakukan pemilahan data yang terkumpul, lalu data yang ada diberi kode
atau angka tertentu setelah disesuaikan dengan data kuosioner. Data
dimasukkan berdasarkan kode dan urutan yang telah ditentukan pada
masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Data
digolongkan, diurutkan kemudian disederhanakan sehingga mudah dibaca.
3.8.2 Analisis Data
3.8.2.1 Analisis Data Univariat
Analisi data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan tiap
variabel dependen dan independen untuk memahami karakteristik data
yang ada yaitu pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
penggunan peranti dengar pada siswa kelas 2 SMA X Tangerang Selatan,
yaitu tingkat pengetahuan, variasi sikap dan variasi perilaku yang terjadi.
Data disajikan dalam bentuk tabel beserta interpretasinya.
3.8.2.2 Analisis Data Bivariat
Analisis data bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan
hubungan antar variabel dependen dan independen menggunakan analisis
uji chi-square, bila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka akan
digunakan uji fisher exact.
Total skor yang telah diolah kemudian dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu baik (>80% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<80%total
skor) dengan kode 1 untuk variabel pengetahuan dan sikap. Sedangkan
untuk variabel perilaku, dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik
(>60% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<60%total skor) dengan kode
1.
28
3.8.3 Rencana Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel yang
memperlihatan hasil pengolahan data kuosioner untuk menunjukkan hasil
yang didapatkan.
3.8.4 Etika Penelitian
Jenis penelitian ini sudah melewati informed consent.
29
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas kuosioner ini dilakukan untuk menilai apakah isi instrumen
mempunyai validitas yang baik atau kurang. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adlah kuosioner, maka uji validitas yang dilakukan untuk menilai
item kuosioner yang valid maupun kurang valid. Selain itu, validitas juga
dilakukan untuk mengukur kesesuaian alat yang digunakan untuk penelitian
ekpererimenter.
Uji validitas dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di kawasan
Tangerang Selatan dengan responden sebanyak dua puluh dua orang. Responden
terdiri dari lima belas orang perempuan dan tujuh orang laki-laki dengan rata-rata
usia enam belas tahun. Pengolahan data uji validitas ini menggunakan program
aplikasi SPSS versi 22.
4.1.1 Uji Validitas
Suatu item dalam instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang
baik jika hasil Pearson Correlation lebih besar daripada koefisien korelasi
sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada uji validitas ini bernilai 0,359
dengan N=22 dan tingkat signifikansi sebesar 1%.
Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuosioner
No Variabel Kuosioner Pearson
Correlation
P Value
(2-tailed)
Tabel r
1. Aspek pengetahuan a-0,205 a-0,36 0,359
2. Aspek sikap terhadap peranti
dengar
0,014-0,26 0,312-0,95 0,359
3. Aspek sikap terhadap bising di
masyarakat
0,0114-0,49 0,018-0,95 0,359
Hasil uji validitas item kuosioner yang ditanyakan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa beberapa item tidak memiliki validitas yang baik sehingga
dilakukan modifikasi sebelum item kuosioner dibagikan kepada responden.
30
4.2 Analisis Univariat
Variabel yang terdapat pada penelitian ini akan dideskripsikan dengan
analisis univariat yang akan memberikan gambaran terhadap karakteristik
responden. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap responden. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
perilaku penggunaan peranti dengar. Sampel pada penelitian ini awalnya
berjumlah 256 responden dengan batas minimal sampel berjumah 90 responden.
Namun karena kuosioner yang dibagikan tidak diisi dengan lengkap dan
responden tidak dapat dihubungi kembali, sebanyak 27 responden dinyatakan
drop out. Oleh karena itu hanya sebanyak 229 responden yang datanya dapat
diolah.
4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik responden penelitian ini digambarkan melalui sebaran
responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. Responden terbanyak adalah
perempuan dengan persentase 65,1% dan mayoritas berusia enam belas tahun
yaitu sebanyak 60,7% dari total responden. Hal ini berkaitan dengan latar
belakang responden yang seluruh nya diambil dari tingkatan kelas yang homogen.
4.2.2 Gambaran pengetahuan
Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan
Gambaran pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Buruk 9 3,9
Baik 220 96,1
Total 229 100
Gambaran pengetahuan terdiri atas pengetahuan pasien terhadap dampak bising
pada orang lain, dampak bising akibat musik yang keras, risiko akibat terpapar
bising pada remaja dan hubungan tingkat bising dengan risiko akibat bising.
Berdasarkan tabel didapatkan bahwa pada responden penelitian sebanyak 96,1%
memiliki skor pengetahuan yang baik terhadap poin-poin tersebut dan hanya
sedikit yang memiliki skor pengetahuan yang buruk.
31
4.2.3 Gambaran sikap responden
Tabel 4.3 Gambaran Sikap
Gambaran sikap Jumlah Persentase (%)
Buruk 199 86,9
Baik 30 13,1
Total 229 100
Gambaran sikap responden dinilai dari dua poin besar yaitu, sikap terhadap bising
akibat peranti dengar dan sikap terhadap bising di masyarakat. Sikap terhadap
bising akibat peranti dengar terdiri atas keinginan responden berhenti memakai
peranti dengar dengan volume keras, apakah responden dapat berkonsentrasi saat
menggunakan peranti dengar, keinginan responden untuk mengajak teman
mengurangi frekuensi penggunaan peranti dengar dan keinginan responden untuk
mengajak teman mengurangi tingkat volume saat menggunakan peranti dengar.
Sikap terhadap bising di masyarakat terdiri atas 24 poin yaitu, perlunya berteriak
saat berbicara dengan orang lain, pentingnya mendengar, kekhawatiran responden
akan hilangnya pendengaran diri sendiri dan orang lain, keinginan responden
melindungi pendengarannya sendiri, kepercayaan pasien terhadap kemampuannya
melindugi pendengaran sendiri, kepercayaan pasien bahwa dia membahayakan
pendengarannya sendiri, sikap responden terhadap kegaduhan, sikap pasien jika
sekelilingnya sunyi, tanggapan pasien mengenai level bunyi di masyarakat,
keinginan pasien meninggalkan lokasi yang bising, perlunya memakai earplug,
perlunya regulasi tentang bising di masyarakat, sikap pasien terhadap bising lalu
lintas, kemampuan pasien tidak menghiraukan bising, sikap pasien terhadap
bising peralatan didalam ruangan, keinginan responden terhadap ketenangan
sekolah dan respon pasien terhadap bising di lingkunga sekolah. Berdasarkan
tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden memberikan sikap yang buruk
karena sebanyak 199 dari 229 responden memiliki skor sikap yang buruk.
32
4.2.4 Gambaran perilaku
Tabel 4.4 Gambaran perilaku
Variabel N %
Menggunakan headset
1. Ya
2. Tidak
216
13
94,3
5,7
Lama menggunakan headset
1. 0-3 tahun
2. > 3 tahun
115
114
50,2
49,8
Frekuensi penggunaan headset
1. <7 hari
2. Setiap hari
168
61
73,4
26,6
Lama waktu setiap 1 kali
menggunakan headset
1. <1 jam
2. >1 jam
113
116
50,7
49,3
Tingkat volume
1. 0-70%
2. >70%
197
32
84,3
15,7
Media player yang digunakan
1. Ipod
2. Mp3/Mp4 player
3. Handphone (HP)
4. Laptop/Komputer
5. Lain-lain
6
3
190
15
15
2,6
1,3
83,0
6,6
6,6
Jenis headset yang dipakai
1. Circumaural
2. Supra-aural
3. Earbud
4. Canal phone
5. >2 PLD
10
2
165
45
7
4,4
0,9
72,1
19,7
3,1
Dapat mendengar saat
menggunakan headset
1. Dapat
2. Tidak dapat
140
89
61,1
38,9
Gambaran penggunaan peranti dengar didapatkan dari pengisian kuesioner oleh
responden. Hasilnya responden paling banyak menggunakan headset selama lebih
dari tiga tahun dengan frekuensi penggunaan 1-2 hari/ minggu. Mayoritas
responden memakai peranti dengar kurang dari satu jam dalam satu hari dan
paling banyak memilih volume 40-50%. Sumber suara yang paling banyak
digunakan adalah telepon genggam dan peranti dengar yang paling banyak
digunakan adalah jenis earbud. Mayoritas responden masih dapat mendengar
apabila sedang menggunakan peranti dengar.
33
Tabel 4.5 Gambaran Kategori Perilaku
Gambaran perilaku Jumlah Persentase (%)
Buruk 133 58,1
Baik 96 41,9
Total 229 100
Gambaran perilaku dinilai berdasarkan beberapa poin yaitu, apakah responden
menggunakan peranti dengar, lama penggunaan peranti dengar dalam jam dan
tahun, frekuensi penggunaan peranti dengar setiap minggu, tingkat volume yang
digunakan, media player yang digunakan, jenis peranti dengar yang digunakan
dan apakah responden masih dapat mendengar suara sekitar saat memakai peranti
dengar. Dari beberapa item peniaian tersebut didapatkan pengelompokkan
responden. Pengelompokkan responden didasari oleh teori yang menyatakan
bahwa paparan bising lebih dari 85dB selama delapan jam perhari selama lima
tahun dapat meningkatkan resiko terjadinya ketulian.
Tabel diatas dapat menunjukkan bahwa 133 dari 229 responden yaitu sebanyak
58,1% memiliki perilaku yang buruk terhadap penggunaan peranti dengar yang
digambarkan dengan penggunaan peranti dengar lebih dari dari satu jam hampir
setiap hari. Responden juga cenderung lebih nyaman menyetel pemutar musik
yang dimiliki pada tingkat volume yang tinggi sehingga beberapa diantaranya
tidak dapat mendengar suara sekitar saat mendengarkan musik menggunakan
peranti dengar. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Wandadi M yang
mendapatkan gambaran 91,3% siswa menggunakan headphone, 10,4% memakai
headphone lebih dari 1 jam per hari dan 52% dari mereka menggunakan volume
yang lebih besar dari tiga per empat volume maksimal. Media player yang paling
umum adalah telepon genggam dan peranti yang paling banyak digunakan adalah
jenis inserted. 33
34
4.3 Hasil Bivariat
Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba menghubungkan antara pengetahuan
dan sikap responden terhadap perilaku penggunaan peranti dengar.
4.3.1 Hubungan antar variabel
4.3.1.1 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku
Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku
Kategori perilaku Total p-value
Buruk Baik
Kategori Pengetahuan
Buruk 4 5 9
Baik 129 91 220
Total 229 0,497
Kategori Sikap Buruk Baik
Buruk 120 79 199
Baik 13 17 30
Total 229 0,119
Pada tabel hubungan pengetahuan dengan perilaku, responden dengan
pengetahuan baik namun perilaku buruk adalah yang paling banyak. Hal ini dapat
menunjukkan adanya ignorance terhadap informasi yang didapatkan oleh
responden. Meskipun tidak terdapat signifikansi p=0,604 (>0,05) angka pada
penelitian ini dapat dipertimbangkan karena terlihat jelas selisih jumlah dari
masing-masing kategori. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hutchinson MK
pada mahasiswa yang menunjukkan bahwa meskipun hampir semua mahasiswa
memiliki pengetahuan yang baik tentang resiko tuli akibat penggunaan peranti
dengar, satu dari empat mahasiswa mendengarkan musik menggunakan peranti
dengar mereka dengan volume yang sebanding dengan 80dB atau lebih dengan
94% diantaranya tidak sadar akan risiko potensial yang dimilikinya.34
Dalam
penelitian Vogel I juga didapatkan gambaran bahwa kebanyakan remaja sekolah
menengah, dua kali lebih cenderung menggunakan volume tinggi saat
35
mendengarkan musik dibandingkan remaja yang telah memasuki jenjang kuliah.35
Dalam penelitian lain juga didapatkan data 50% mahasiswa mendengarkan musik
hingga 85dB setiap harinya. 36
Pada tabel hubungan sikap dan perilaku didapatkan angka responden dengan sikap
buruk dan perilaku buruk adalah yang terbanyak. Namun dalam penelitian
didapatkan nilai p value sebesar 0,711 sehingga hasil ini tidak bermakna. Sejalan
dengan penelitian pada remaja muda usia 13 sampai 17 tahun yang menyatakan
bahwa sebagian besar responden yang diteliti dilaporkan menggunakan volume
yang tinggi dan menunjukkan rendah nya kesadaran akan kosekuensi
menggunakan volume yang tinggi saat mendengarkan musik.37
Penelitian pada
remaja Amerika oleh Widen juga menyimpulkan bahwa sikap secara signifikan
terkait dengan pengalaman gejala gangguan pendengaran pada diri sendiri, bukan
ambang bising. 38
Tetapi pada penelitian lain oleh Hoover A didapatkan bahwa
pengguna MP3 memiliki keinginan untuk mengurangi volume, mengurangi durasi
dan membeli headset khusus yang lebih aman.39
Pada penelitian di SMP Kristen Dharma Mulya Surabaya di dapatkan hasil bahwa
gambaran pengetahuan responden baik, sikap yang peduli dan berperilaku sesuai
sesuai dengan batas normal penggunaan peranti dengar. 40
Teori Health belief model menyatakan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi
oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor seperti perasaan terancam,
pertimbangan antara keuntungan dan kerugian, yang juga dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, latar belakang budaya atau lingkungan, pengetahuan serta
pengalaman. Siswa SMA cenderung mengikuti lingkungan dan mencari role
model. Harus diberlakukan anjuran dan guideline yang berisi anjuran yang tegas
terkait penggunaan peranti dan cara melindunginya. 41
Pesan yang menekankan
konsekuensi negatif jika tidak menggunakan volume sedang atau kecil memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi remaja agar memiliki keinginan mencegah
ketulian.42
36
4.3.1.2 Hubungan pengetahuan dengan sikap
Dari tabel diatas didapatkan hasil yang terbanyak adalah responden dengan
pengetahuan baik namun sikap nya buruk. Meskipun hasil ini tidak memiliki
hubungan yang bermakna karena hasil p-value= 0,334 (>0,05) skor yang
didapatkan menunjukkan nilai yang cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan
penelitian menggunakan Youth attitude to noise scale di Brazil. Dalam penelitian
tersebut didapatkan bahwa hasil nya lebih rendah dibandingkan hasil di Swedia
dan Amerika yang mengindikasikan sikap yang lebih negatif terhadap bising.26
Kebanyakan dari mereka yang tahu mengabaikan informasi yang didapat dan
tidak memiliki keinginan untuk merubah perilaku tersebut. 12
Tabel 4.7 Tabel hubungan pengetahuan dengan sikap
Kategori Pengetahuan Kategori Sikap Total
Buruk Baik
Buruk 7 2 9
Baik 192 28 220
Total 206 23 229
P-value= 0,334
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. 96,1% responden memiliki gambaran pengetahuan baik. Hanya 13,1%
responden memiliki gambaran sikap baik dan hanya 41,9% yang memiliki
gambaran perilaku baik.
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
pengetahuan tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti
dengar.
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap
tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti dengar.
4. Pada penelitian ini prevalensi perilaku penggunaan peranti dengar yang
beresiko adalah 58,1%
5.2 Keterbatasan Peneliti
1. Kuosioner perlu di validasi lebih lanjut agar dapat digunakan dalam
penelitian lain.
2. Proporsi pertanyaan pada kuosioner perlu di koreksi agar nilai
pengetahuan dan sikap lebih seimbang.
3. Responden tidak didampingi oleh peneliti secara langsung saat
pengisian kuosioner.
38
5.3 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya studi intervensi terkait promosi kesehatan tentang
gangguan dengar karena bising
2. Diperlukan penyamaan persepsi antara responden dan peneliti sebelum
pengisian kuosioner secara langsung.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Mayangsari AA, Wibisono A. Perancangan Bandung Classical Music
Center dengan Pendekatan Modern Culture. Jurnal Tingkat Sarjana
Senirupa dan Desain. 2014 : Vol 3
2. Indayudha F. Panduan Praktik Komputer dan Internet untuk Anak. 1st ed.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2008. Hal 7.
3. Pellegrino E, Lorini C, Allodi G, Buonamici C, Garofalo G, Bonaccorsi G.
Music-listening habits with MP3 player in a group of adolescents: a
descriptive survey. PubMed. 2013 Sep-Oct,25(5):367-76
4. Kim MG, Hong SM, Shim HJ, Kim YD, Cha CI, Yeo SG. Hearing
threshold of Korean adolescents associated with the use of personal music
players.Yonsei Med J. 2009 Dec 31;50(6):771-6.
5. World Health Organization, 2012. Global Estimates on Prevalence of
Hearing Loss. [Cited 2015] Available from :
www.who.int/pbd/deafness/WHO_GE_HL.pdf
6. Niskar AS, Kieszak SM, Holmes AE, Esteban E, Rubin C, Brody DJ.
Estimated prevalence of noise induced hearing threshold shifts among
children 6 to 19 years of age: The third national health and nutritional
examination survey. 1988-1994, United States. Pediatrics 2001;108:40–
43.
7. Laoh A, Jimmy F, Rumampuk, Fransiska L. Hubungan Penggunaan
Headset terhadap Fungsi Pendengaran pada Mahasiswa Angkatan 2012
Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik. 2015: Volume 3 Nomor 3 Juli 2015.
8. World Health Organization, 1997. Prevention of Noise induced hearing
loss: report of an informal consultation. Geneva : WHO
9. Thais CM, Johnson R. But don’t go one louder. Centers for Disease
Control and Prevention. 2011 [Cited 29 June 2016] Available from :
http://blogs.cdc.gov/niosh-science-blog/2011/01/25/music/
10. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang
40
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Sekretariat
Negara. Jakarta.
11. Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 7 tahun 2009 tentang ambang batas kebisingan kendaraan bermotor
tipe baru. Sekretariat Negara. Jakarta.
12. Vogel I, Brug J, Hosli EJ, van der Ploeg CP, Raat H. MP3 players and
hearing loss: adolescents' perceptions of loud music and hearing
conservation. J Pediatr. 2008 Mar;152(3):400-4
13. Mubarak, Iqbal dkk. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu, 2007.
14. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya- Edisi revisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
15. Machfoedz I, Suryani E. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi
kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya; 2007
16. Notoatmodjo S.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku . Jakarta :
Rineka Cipta
17. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, editors. Behavior and Helath
Education: theory, research and practice. 4th ed. San Fransisco : John
Wiley and Son, 2008.
18. Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S, Garfied S, Newbould J, and
others. A Review of the use of the Health Belief Model, the Theory of
Reasonded Action, the Theory of Planned Behavior and the Trans-
Theoretical Model to study and predict health related behavior change.
London: National Institute for Health and Clinical Excellence, 2007.
19. Airo, Erkko (et al). Listening to Music with earphones : a noise exposure
assessment hearnet; 2007. Available from:
http://www.saif.com/_files/safetyhealthguides/S-839.pdf
20. Frank, Tom. Audiology Diagnosis : Basic Instrument and Calibration. US:
Thieme,2000. hlm 185-187.
21. Hodgetts WE1, Rieger JM, Szarko RA. The effects of listening
environment and earphone style on preferred listening levels of normal
hearing adults using an MP3 player. Ear Hear. 2007 Jun;28(3):290-7.
41
22. Tortora, G J. Derrickson, Bryan. Hearing and equilibrium. Dalam :
Bonnie R. Principles of anatomy and physiology.12th
edition. USA: The
Mcgraw-Hill Companies. 2009; 620-8
23. Sherwood, L. Telinga: pendengaran dan keseimbangan. Dalam: Nella Y.
Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakatra : EGC 2013; 230-
45
24. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC, 2007.
25. Herman NWP. Prevalensi Gangguan Pendengaran pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah,2011
26. Zocoli AM, Morata TC, Marques JM, Corteletti LJ. Brazilian young adults
and noise: attitudes, habits, and audiological characteristics. Int J Audiol.
2009;48(10):692-9.
27. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise
Induced Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J &
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-7. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI 2012; 42-45
28. Sulaiman AH, Husain R, Seluakumaran K. Hearing Risk among Young
Personal Listening Device Users: Effect at High –Frequency and
Extended High Frequency Audiogram Thresholds. J Int Adv Otol
2015;11(2): 104-9
29. Danhaver, Jeffrey (et al). Survey of College Students on iPod Use and
hearing Health. J. Am Acad Audiol. 2009;20:5-27
30. Kähäri KR, Aslund T, Olsson J. Preferred sound levels of portable music
players and listening habits among adults: a field study. Noise Health.
2011; Jan-Feb;13(50):9-15
31. Common environmental noise levels. New York : center for hearing and
communication. Available from: http://chchearing.org/noise/common-
environmental-noise-levels/
32. Dahlan, M S. Statitiska untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif,
bivariat, dan multivariat. Jakarta: Salemba Medika 2013: 121-8
42
33. Wandadi M, Rashedi V, Heidari A. The prevalence of using personal
music player and listening habits in iranian medical students. JRSR 2014;
1; 30-32
34. Hutchinson Marron K, Marchiondo K, Stephenson S, Wagner S, Cramer I,
Wharton T, Hughes M, Sproat B, Alessio H.College students personal
listening device usage and knowledge. Int J Audiol. 2015 Jun;54(6):384-
90
35. Vogel I1, Verschuure H, van der Ploeg CP, Brug J, Raat H. Adolescents
and MP3 players: too many risks, too few precautions. Pediatrics. 2009
Jun;123(6):e953-8
36. Sandra Levey, Tania Levey, and Brian J. Fligor. Noise Exposure Estimates
of Urban MP3 Player Users . Journal of Speech, Language, and Hearing
Research, February 2011, Vol. 54, 263-277
37. Muchnik C, Amir N, Sahbtai E, Neeman RK. Preferred listening levels of
personal listening devices in young teenagers: Self reports and physical
measurements. International journal of audiology vol: 51(4) 2011 nov 20
38. Widen SE, Holmes AE, Johnson T, Bohlin M, Erlandsson SI. Hearing,
use of hearing protection, and attitudes toward noise among young
American adults. International Journal of Audiology 2009; 48;537-545
39. Hoover A, Krishnamurti S. Survey of College Students' MP3 Listening:
Habits, Safety Issues, Attitudes, and Education. American Journal of
Audiology, June 2010, Vol. 19, 73-83
40. Hadinoto, Olivia S. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan piranti dengar .
[undergraduate thesis], widya mandala catholic university surabaya,2014.
41. Fligor BJ, Cox LC. Output levels of commercially available portable
compact disc players and the potential risk to hearing. Ear Hear. 2004;
Dec;25(6):513-27.
42. Brunjin GJ, Spaans I, Jansen B, Riet JV. Testing the effects of a message
framing intervention on intentions towards hearing loss prevention in
adolescents. Oxford University Press. 2016; February 3.
43
Lampiran 1. Permohonan etik
44
Lampiran 2. Surat ijin pengantar dari fakultas
45
Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden
Tanggal Pengambilan:
KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS DUA
SMA TERHADAP PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING
DEVICE (PLD)
No Kuosioner:
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset
Pengetahuan dan Sikap terhadap Penggunaan peranti dengar oleh Zaima Dzatul
Ilma, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK UIN Syarif
Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela.
Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa.
Tangerang, April 2016
( _______________________ )
46
Lampiran 4. Sumber kuosioner penelitian
Adolescent’s Perceptions of Loud Music and Hearing Conservation
Opening
● Do you then have to shout to talk to each other?
Vulnerability/Severity
● Do you think there’s a risk of hearing impairment?
● What causes it? Who runs a risk of hearing impairment?
● Do you know anyone whose hearing has been impaired?
● Do you know if listening to loud music can impair your hearing?
● Is it possible for young people like you to lose their hearing?
● Do you think that you personally run a risk of losing your hearing?
● Do you ever worry about that? Do you ever talk about it? If so, who with?
● Have you ever gone a bit deaf, or had a ringing sound or kind of echo in your ears?
What did you think of that?
● Do you think it is important to be able to hear well? Why?
● Is it a nuisance for someone to lose their hearing? (Imagine you’ve lost some of yours:
what kind of consequences might it have, and
in which ways might it be a nuisance?)
Response efficacy
● Is it possible to protect your hearing? How?
● Do you think such measures are useful?
Responsibility/Possible intervention means
● Who is responsible for preventing adolescents from losing their hearing?
● If these other people took measures to prevent hearing loss, which ones would look OK
to you? And which would be a nuisance?
● Does you school have any rules on things like the use of MPs players? If so, what do
you think of them?
● Do you think these things should be regulated by law?
Social influences
● If you had to encourage a friend to use earplugs or to lower the volume, how would you
do it? What would you say?
Future
● How can we help adolescents protect their hearing from music that’s dangerously loud?
46
Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale (YANS)
Item 1 I think that the sound level at discos, dances, rock concerts and sporting
events, in general, is too loud.
Item 2 Listening to music while doing homework helps me concentrate.
Item 3 I am prepared to do something to make the school environment quieter.
Item 4 I consider leaving a disco, rock concert, dance or sporting event if the
sound level is too loud.
Item 5 I can concentrate even if there are many different sounds around me.
Item 6 I think it is unnecessary to use earplugs when I am at a disco, rock
concert, dance or sporting event.
Item 7 It is important for me to make my sounds environment more comfortable.
Item 8 I don’t like when it is quiet around me.
Item 9 The sound level at discos, dances, rock concerts or sporting events is not a
problem.
Item 10 Noise and loud sounds are natural parts of our society.
Item 11 Traffic noise is not disturbing to me.
Item 12 The sound level should be lowered at discos, rock concerts, dances or
sporting events.
Item 13 I think it should be quiet and calm in the classroom.
Item 14 Sounds from fans, refrigerators, computers, etc., do not disturb me.
Item 15 I am prepared to give up activities where the sound level is too loud.
Item 16 The sound level at my school is comfortable.
Item 17 It is easy for me to ignore traffic noise.
Item 18 There should be more rules or regulations for the sounds levels in society.
Item 19 When I cannot get rid of sounds that bother me, I feel helpless.
47
Lampiran 5. Kuosioner penelitian
KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS DUA
SMA TERHADAP PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING
DEVICE (PLD)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
2. Usia Kelas:
3. No HP
4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
II. GAMBARAN PENGGUNAAN HEADSET
KEBIASAAN ANDA MENGGUNAKAN HEADSET
1. Apakah anda mendengarkan musik menggunakan headset?
1. Ya 2. Tidak
2. Sudah berapa lama anda mengunakan headset?
1. < 1 tahun 2. 1-2 tahun 3. 3 tahun 4. > 3 tahun
3. Dalam seminggu berapa hari anda mendengarkan musik menggunakan headset?
1. 1-2 hari/minggu 2. 3-4 hari/minggu 3. 5-6 hari/ minggu 4. Setiap hari
4. Berapa lama waktu yang anda gunakan setiap kali medengarkan musiK menggunakan headset?
1. < 1 jam 2. 1-2 jam 3. >2 jam
5. Apa yang biasanya Anda gunakan untuk mendengarkan musik?
1. Ipod 2. Mp3/Mp4 player 3. Handphone (HP) 4. Laptop/Komputer 7. Lain-lain : ____________
6. Berapa tingkat volume yang biasa anda set di media player anda saat mendengarkan musik menggunakan headset?
1. < 20 % 2. 20 % - 30 % 3. 40% - 50 % 4. 60 % - 70 % 5. 80 % - 90 % 6. 100 %
48
(lanjutan)
7. Headset jenis apa yang biasanya anda gunakan?
1. Circumaural
2. Supra-aural
3. Earbuds atau earphones
4. Canalphones
8. Pada saat anda menggunakan headset (pada kedua telinga) , Apakah anda dapat dengan jelas melakukan percakapan tanpa harus menurunkan volume/ mematikan media player anda?
1. Ya dapat 2. Tidak dapat
49
(lanjutan) Pengetahuan Responden
1. Apakah kamu mengetahui seseorang yang sudah memiliki gangguan
pendengaran akibat memakai PLD?
a) Tahu
b) Tidak tahu
2. Apakah kamu tahu mendengarkan musik yang keras menggunakan PLD dapat
menyebabkan ganguan pendengaran?
a) Tahu
b) Tidak tahu
3. Apakah mungkin anak muda seperti kamu mengalami gangguan pendengaran
akibat menggunakan PLD?
a) Mungkin
b) Tidak mungkin
4. Apakah menurutmu terdapat resiko gangguan pendengaran jika volume PLD
terlalu keras?
a) Ya
b) Tidak
Sikap responden terhadap penggunaan PLD
1. Saya siap untuk berhenti mendengarkan PLD dengan bunyi yang terlalu keras.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
2. Mendengarkan musik dengan menggunakan PLD ketika mengerjakan PR
membantu saya untuk berkonsentrasi.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
3. Saya akan meyakinkan teman saya untuk mengurangi penggunaan PLD.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
4. Saya akan meyakinkan teman saya untuk mengurang volume PLDnya.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
50
(lanjutan)
Sikap responden terhadap bising di masyarakat
1. Saya perlu berteriak saat berbicara dengan orang lain.
a) Ya
b) Tidak
2. Mendengar dengan baik itu penting.
a) Ya
b) Tidak
3. Saya mengkhawatirkan fungsi pendengaran saya.
a) Ya
b) Tidak
4. Saya rasa seseorang akan merasa terganggu jika kehilangan fungsi
pendengarannya.
a) Ya
b) Tidak
5. Saya rasa langkah melindungi fungsi pendengaran itu bermanfaat.
a) Ya
b) Tidak
6. Saya rasa saya mampu melindungi fungsi pendengaran saya.
a) Ya
b) Tidak
7. Saya rasa saya membahayakan fungsi pendengaran saya.
a) Ya
b) Tidak
8. Saya rasa kegaduhan dan bunyi yang keras adalah hal biasa di masyarakat .
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
9. Saya suka jika di sekeliling saya sunyi.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
10. Saya rasa level bunyi di disko, konser musik rock dan acara olahraga atau
pertunjukan tari pada umumnya terlalu keras.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak setuju
d) Sangat tidak setuju
51
(lanjutan)
11. Saya akan meninggalkan lokasi disko, konser musik rock, acara olahraga atau
pertunjukkan tari jika level bunyinya terlalu keras.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
12. Saya rasa, saya perlu menggunakan earplug ( pelindung telinga) saat berada di
disko, konser musik rock, pertunjukkan tari atau acara olahraga.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
13. Volume di disko, konser musik rock, pertunjukkan tari atau olahraga sangat
tinggi.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
14. Volume di disko, konser musik rock , pertunjukkan tari atau olahraga harus
diturunkan .
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
15. Harus ada peraturan yang jelas tentang level bunyi di masyarakat.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
16. Keributan lalu lintas mengganggu saya.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
17. Mudah bagi saya untuk tidak menghiraukan keributan lalu lintas.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
52
(lanjutan)
18. Bunyi dari kipas angin, kulkas, komputer mengganggu saya .
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
19. Saya rasa level bunyi di sekolah saya nyaman.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
20. Saya siap untuk melakukan sesuatu yang membuat lingkungan sekolah saya
lebih tenang.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
21. Penting bagi saya untuk membuat bunyi di lingkungan saya lebih nyaman.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
22. Saya rasa ruang kelas harus sunyi dan tenang .
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
23. Saya dapat berkonsentrasi meskipun ada banyak macam suara yang berbeda di
sekitar saya.
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
24. Saya merasa putus asa ketika saya tidak bisa menghiraukan bunyi yang
mengganggu saya .
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak Setuju
d) Sangat tidak setuju
53
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas
Correlations Total
K1 Pearson Correlation 0,205
Sig. (2-tailed) 0,36
N 22
K2 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .
N 22
K3 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .
N 22
K4 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .
N 22
SP1 Pearson Correlation -0,158
Sig. (2-tailed) 0,483
N 22
SP2 Pearson Correlation 0,226
Sig. (2-tailed) 0,312
N 22
SP3 Pearson Correlation 0,014
Sig. (2-tailed) 0,95
N 22
SP4 Pearson Correlation 0,11
Sig. (2-tailed) 0,625
N 22
SL1 Pearson Correlation 0,065
Sig. (2-tailed) 0,774
N 22
SL2 Pearson Correlation 0,114
Sig. (2-tailed) 0,612 N 22
SL3 Pearson Correlation -0,06 Sig. (2-tailed) 0,791
N 22
SL4 Pearson Correlation 0,114
Sig. (2-tailed) 0,612
N 22
SL5 Pearson Correlation -0,114
Sig. (2-tailed) 0,612
22
54
SL6 Pearson Correlation ,432*
Sig. (2-tailed) 0,044
N 22
SL7 Pearson Correlation 0,058
Sig. (2-tailed) 0,797
N 22
SL8 Pearson Correlation 0,145
Sig. (2-tailed) 0,52
N 22
SL9 Pearson Correlation ,453*
Sig. (2-tailed) 0,034
N 22
SL10 Pearson Correlation ,474*
Sig. (2-tailed) 0,026
N 22
SL11 Pearson Correlation 0,169
Sig. (2-tailed) 0,453
N 22
SL12 Pearson Correlation 0,079
Sig. (2-tailed) 0,725
N 22
SL13 Pearson Correlation ,498*
Sig. (2-tailed) 0,018
N 22
SL14 Pearson Correlation ,453*
Sig. (2-tailed) 0,034
N 22
SL15 Pearson Correlation 0,195
Sig. (2-tailed) 0,386
N 22
SL16 Pearson Correlation ,444*
Sig. (2-tailed) 0,038
N 22
SL17 Pearson Correlation 0,114
Sig. (2-tailed) 0,613
N 22
SL18 Pearson Correlation -0,19
Sig. (2-tailed) 0,398
N 22
SL19 Pearson Correlation 0,245
Sig. (2-tailed) 0,271
N 22
55
SL20 Pearson Correlation 0,1
Sig. (2-tailed) 0,658
N 22
SL21 Pearson Correlation ,447*
Sig. (2-tailed) 0,037
N 22
SL22 Pearson Correlation 0,079
Sig. (2-tailed) 0,725
N 22
SL23 Pearson Correlation 0,07
Sig. (2-tailed) 0,757
N 22
SL24 Pearson Correlation 0,027
Sig. (2-tailed) 0,905
N 22
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 22
56
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik
ANALISIS UNIVARIAT
1. Sebaran Karakteristik Responden
2. Gambaran Perilaku
57
58
Apakah kamu bisa mendengar suara lingkungan saat memakai headset?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dapat 89 38,9 38,9 38,9
dapat 140 61,1 61,1 100,0
Total 229 100,0 100,0
3. Gambaran Pengetahuan
59
4. Gambaran Sikap terhadap PLD
60
5. Gambaran sikap terhadap bising di masyarakat
61
62
63
64
65
66
ANALISIS BIVARIAT
67
68
69
Lampiran 8. Dokumentasi
70
Lampiran 9. Daftar riwayat hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Zaima Dzatul Ilma
Tempat,tanggal lahir : Bukittinggi, 27 Februari 1995
Alamat : Komplek Cendana B/15 RT 02/12 Lubuk Buaya Padang
No.HP : 082112556228
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SDN 27 Anak Air Padang (2001-2007)
2. SMPN 1 Padang (2007-2010)
3. SMAN 1 Padang (2010-2013)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)