PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP …
Transcript of PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP …
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
72
PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP MENDETEKSI KEKELIRUAN
DENGAN INTUISI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN
Riza Syahputera
Universitas Tridinanti Palembang
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan keahlian terhadap
mendeteksi kekeliruan dengan intuisi sebagai variabel intervening pada Kantor Akuntan (KAP) Publik di medan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor yang terdapat pada KAP di Medan yang
berjumlah 45 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus dimana seluruh data
populasi dijadikan sampel yang berjumlah 45 sampel dan sampel yang diperoleh 42 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan kuisioner. Teknik
analisis datanya menggunakan analisis Jalur. Hasil penelitian analisis jalur substruktural pertama
membuktikan bahwa Pengalaman tidak berpengaruh langsung terhadap Mendeteksi Kekeliruan. Keahlian berpengaruh langsung terhadap Mendeteksi Kekeliruan. Intuisi berpengaruh langsung terhadap
Mendeteksi Kekeliruan Pengalaman, Keahlian, dan Intuisi berpengaruh langsung terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Hasil penelitian analisis jalur substruktural kedua membuktikan bahwa Pengalaman
berpengaruh tidak langsung terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui Intuisi. Keahlian tidak berpengaruh tidak langsung terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui Intuisi.
Kata Kunci : Pengalaman, Keahlian, Intuisi dan Mendeteksi Kekeliruan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Auditor memiliki peran sebagai
pengontrol dan penjaga kepentingan publik
terkait dengan bidang keuangan. .Adanya perubahan akun-akun selain akun-akun yang
telah disebutkan diatas dan perubahan karena
kesalahan akuntansi menunjukkan adanya indikasi awal ketidakbenaran dalam proses audit
(pekerjaan lapangan). Ketidakbenaran tersebut
dapat disebabkan antara lain: (1) auditor
dilapangan tidak menjalankan tugasnya dengan cermat dan seksama dan proses supervisi tidak
berjalan dengan baik sehingga menyebabkan
laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan penghitungan matematis (2) auditor dilapangan
salah dalam menginterprestasikan sebuah fakta
transaksi sehingga menyebabkan laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan dalam
penerapan prinsip akuntansi (3) auditor
melakukan audit berdasarkan materialitas dan
sampel. Meskipun hal ini diperbolehkan oleh standar, tetapi terdapat suatu resiko tidak
terdeteksinya fakta transaksi yang tidak material
untuk periode yang lalu tetapi material periode berjalan sehingga saat fakta tersebut ditemukan
pada periode berjalan, menuntut auditor untuk
mengoreksi atau menyajikan kembali laporan
keuangan periode sebelumnya (4) adanya kesengajaan dari auditor dan manajemen untuk
menyesatkan pemakai laporan keuangan dengan
cara melakukan reklasifikasi akun laporan keuangan tahun sebelumnya pada saat disajikan
sebagai perbandingan dengan laporan keuangan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
73
tahun berjalan.
Fenomena yang terlihat dari masalah
kekeliruan yang timbul yaitu maraknya skandal
akuntansi yang terjadi, motifnya tidak lain pihak manajemen perusahan melakukan mark up
terhadap pendapatan dan laba perusahaan. Selain
itu, banyak perusahaan yang melakukan pencatatan penjualan yang tidak wajar. Kondisi
tersebut seakan diiyakan saja oleh internal
auditor. Sementara eksternal auditornya sendiri gagal dalam mendeteksi apa yang dilakukan
pihak manajemen karena minimnya pengalaman
dan keahlian yang memadai, sehingga data dan
informasi laporan keuangan yang keluar sangat menyesatkan investor dalam pengambilan
keputusan. Kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan perlu dipulihkan, dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional
yang dijalankan oleh para akuntan, terutama
mereka yang membuka praktek sebagai Kantor Akuntan Publik. Dimana berbeda dengan profesi
lainnya, auditor independent (KAP) bertanggung
jawab memberikan assurance service. Sementara
manjemen, dibantu oleh para pengacara, penasehat keuangan, dan konsultan, dalam
menyajikan informasi keuangan, akuntan publik
bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya
informasi tentang kinerja suatu perusahaan
sangat tergantung pada hasil penilaian akuntan
publik. Kata “publik” yang menyertai akuntan menunjukan bahwa otoritasnya diberikan oleh
publik dan karena itu tanggung jawabnya pun
kepada publik (guarding publik interest). Sementara itu kata “wajar tanpa pengecualian”,
yang menjadi pendapat akuntan publik,
mengandung makna bahwa informasi yang diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung
keragu-raguan. Karena itu, dalam menjalankan
audit, akuntan publik bertanggung jawab
mendeteksi kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material (Sumber Majalah
Solusi no.2 Vol 3. 2012, hal 3-4).
Masalah keahlian menjadi sorotan penting terhadap auditor-auditor yang
melakukan tugas auditnya. Skandal di dalam
negeri menunjukan keahlian dan pengalaman
auditor belum menunjukan fungsi dan tanggung jawabnya secara benar. Hal ini terlihat dari akan
diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10
kantor Akuntan Publik yang melakukan
pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah
diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik
tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi
pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus
keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang
menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam
(Sumber Majalah Solusi no.2 Vol 3. 2012, hal
4). Pada kasus pertama, seorang akuntan
publik (Biasa Sitepu) sudah melanggar prinsip
kode etik yang ditetapkan oleh KAP ( Kantor Akuntan Publik ). Biasa Sitepu telah melanggar
beberapa prinsip kode etik diantaranya (1)
Prinsip tanggung jawab : Dalam melaksanakan tugasnya dia (Biasa Sitepu) tidak
mempertimbangkan moral dan
profesionalismenya sebagai seorang akuntan
sehingga dapat menimbulkan berbagai kecurangan dan membuat ketidakpercayaan
terhadap masyarakat. (2) Prinsip integritas :
Awalnya dia tidak mengakui kecurangan yang dia lakukan hingga akhirnya diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan para saksi.
(3) Prinsip obyektivitas : Dia telah bersikap tidak
jujur, mudah dipengaruhi oleh pihak lain. (4) Prinsip perilaku profesional : Dia tidak konsisten
dalam menjalankan tugasnya sebagai akuntan
publik telah melanggar etika profesi. (5) Prinsip standar teknis : Dia tidak mengikuti undang-
undang yang berlaku sehingga tidak
menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar teknis dan standar profesional yang
relevan.
Kasus kedua menunjukkan bahwa
KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak memenuhi tanggungjawab profesionalnya
sebagai Kantor Akuntan Publik sehingga
memungkinkan KPMG kehilangan kepercayaan publik. KPMG juga telah melanggar prinsip
objektivitas karena telah memihak kepada
kliennya dan melakukan kecurangan dengan
menyogok aparat pajak di Indonesia. Kasus ketiga memperlihatkan Mulyana W Kusuma
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
74
sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap
anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit
keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic
pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara,
tinta, dan teknologi informasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang ada maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh langsung
Pengalaman, Keahlian dan Intuisi
terhadap Mendeteksi Kekeliruan ?
2. Apakah ada pengaruh tidak langsung
Pengalaman dan Keahlian melalui Intuisi
terhadap Mendeteksi Kekeliruan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan
batasan permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh
langsung Pengalaman, Keahlian dan
Intuisi terhadap Mendeteksi Kekeliruan.
2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh
tidak langsung Pengalaman dan Keahlian
melalui Intuisi terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, menambah ilmu
pengetahuan, wawasan serta pemahaman
penulis mengenai pengaruh pengalaman
dan keahlian terhadap mendeteksi
kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki
auditor.
2. Bagi pihak lain, penulis berharap
penelitian ini dapat sebagai referensi bagi
mereka yang berminat mempelajari
tentang pengaruh pengalaman dan
keahlian terhadap mendeteksi kekeliruan
melalui intuisi yang dimiliki auditor.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Mendeteksi Kekeliruan
Pengertian Kekeliruan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
standar Profesional Akuntan Publik/SPAP
(2004:316.2&3) memberikan definisi tentang kekeliruan dan ketidak beresan sebagai berikut
ini :
Kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan yang
tidak disengaja.
Kekeliruan dapat berupa hal-hal berikut ini. a. Kekeliruan dalam pengumpulan atau
pengolahan data akuntansi yang dipakai
sebagai dasar pembuatan laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi salah yang timbul
sebagai akibat dari kekhilafan atau penafsiran salah terhadap prinsip
akuntansi yang menyangkut jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau
pengungkapan
Sularso (2009:36);
a. Auditor harus menentukan resiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan
kemungkinan menyebabkan laporan
pemeriksaan atas laporan keuangan berisi
salah saji material. b. Auditor harus memahami karakteristik
kekeliruan dan ketidakberesan agar bisa
menentukan resiko salah saji laporan keuangan.
2.2 Intuisi Pengertian Intuisi
Sularso (2009:36) mengatakan “Intuisi
adalah daya atau kemampuan mengetahui atau
mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati”.
Bindoni (2014) mengatakan :
1. Intuisi adalah pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
75
2. Intuisi adalah kemampuan untuk
mengetahui dan merasakan peristiwa
yang akan terjadi.
3. Intuisi diartikan sebagai suatu proses datangnya pengetahuan secara langsung
atau tiba-tiba tanpa disertai penjelasan
sebelumnya.
2.3 Pengalaman Auditor
Pengertian Pengalaman Auditor Pengalaman merupakan suatu proses
pembelajaran dan pertambahan perkembangan
potensi bertingkah laku baik dari pendidikan
formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan
pengalaman, pemahaman dan praktek (Knoers &
Haditono, 2009). Mulyadi (2002:24) mendefinisikan
bahwa “Pengalaman auditor merupakan
akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh
melalui interaksi”. Sedangkan Ashton (2003) mengatakan “Pengalaman auditor merupakan
kemampuan yang dimiliki auditor atau akuntan
pemeriksa untuk belajar dari kejadian-kejadian masalalu yang berkaitan dengan seluk-beluk
audit atau pemeriksaan”.
Herliansyah dan Ilyas (2006)
mengatakan bahwa “pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja akuntan publik sehingga
faktor pengalaman sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik”.
2.4 Keahlian Auditor Pengertian Keahlian Auditor
Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005),
mengatakan :
Pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan
masalah yang diperiksanya ataupun
pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup:
merencanakan pemeriksaan, menyusun
Program Kerja Pemeriksaan (PKP),
melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP),
menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),
mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan,
memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP). Auditor harus memiliki keahlian yang
diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi
keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan,
menyusun program kerja pemeriksaan,
melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun
berita pemeriksaan, dan laporan hasil
pemeriksaan (Praptomo,2007).
2.5 Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
digambarkan dalam kerangka penelitian sebagai berikut:
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
76
Gambar 1.
Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian sebelumnya,
maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengalaman, Keahlian dan Intuisi berpengaruh langsung terhadap
Mendeteksi Kekeliruan.
2. Pengalaman dan Keahlian melalui Intuisi berpengaruh tidak langsung
terhadap Mendeteksi Kekeliruan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berdimensi hubungan
kausal (causal effect), yaitu suatu penelitian
dilakukan terhadap fakta – fakta untuk membuktikan secara empiris tentang
pengaruh suatu variabel dengan variabel
lain. Analisis dilakukan dengan pendekatan
analisis jalur (path analysis).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada
Kantor Akuntan Publik di Medan Provinsi
Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Sugiyono (2008, hal 35) : “Populasi
(population) adalah sekelompok orang,
kejadian atau segala sesuatu yang memiliki
karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor yang
terdapat pada KAP di Medan yang
berjumlah 45 orang.
3.3.2 Sampel Sugiyono (2008, hal 73), “Sampel
adalah bagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel
jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan
sampel karena jumlahnya < 100.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
menggunakan metode kuisioner dan data berupa data primer.
3.5 Definisi Operasional Berikut ini adalah ringkasan defenisi operasional dan pengukuran variabel.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Dimensi Sub Indikator Skala
1 Pengalaman (X1) (Sumber : Fakhri Hilmi, 2011)
Pengalaman auditor merupakan kemampuan yang dimiliki auditor atau akuntan pemeriksa
untuk belajar dari kejadian-kejadian masalalu yang berkaitan dengan seluk-beluk audit atau pemeriksaan
1. Lamanya bekerja
2. Intensitas tugas dan
pengembangan karir
a. lamanya bekerja sebagai auditor
b. Lamanya membuka jasa audit.
a. Dapat mengembangkan
karir b. Seringnya melakukan
tugas audit
Interval
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
77
3. Kemampuan kerja
4. Membuat keputusan
5. Pembelajaran dari pengalaman orang lain.
a. Mampu mengetahui kekeliruan dan kecurangan
b. Mampu mengatasi permasalahan
a. Mampu membuat keputusan
b. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan
a. Mempelajari
pengalaman auditor lain
b. Peningkatan kompetensi auditor dari pengalaman auditor lain.
2
Keahlian (X2) (sumber, Nurhayati 2007)
Keahlian adalah kompetensi sebagai seseorang yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit
1. Komponen Pengetahuan
2. Ciri-ciri
Psikologis
3. Kemampuan
berfikir
4. Strategi penentuan keputusan.
l
5. Analisis Tugas
a. pengetahuan mengenai prinsip akuntansi dan standar audit
b. pengetahuan mengenai kondisi umum perusahaan klien
c. Lama bekerja sebagai auditor di KAP
d. Tingkat pendidikan auditor
e. Pelatihan yang pernah
diikuti auditor f. keahlian khusus
a. Bertanggung jawab b. kemampuan
berkomunikasi auditor c. kemampuan untuk
bekerja sama
a. kemampuan
mengakumulasi dan mengolah informasi
b. tingkat kecerdasan tinggi
c. kemampuan beradaptasi
a. strategi penentuan
keputusan auditor b. Bantuan rekan auditor c.
a. lama bekerja b. pengalaman kerja
Interval
3 Intuisi (Z) (Sumber, Sahat 2009)
Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau
1. Tahap persiapan.
a. mengetahui latar belakang entitas
b. telaah prosedur pemeriksaan
Interval
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
78
dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
2. Tahap inkubasi
3. Tahap iluminasi.
4. Tahap verifikasi.
a. imajinasi dan perenungan
b. melakukan program pemeriksaan
a. penalaran individu
b. kecakapan dalam melakukan pekerjaan
a. pelaksanaan
pemeriksaan b. mengambil keputusan
sesuai naluri
4 Kekeliruan (Y) (Sumber, Noviyani dan bandi ( 2002)
Kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja
1. Kekeliruan dalam suatu organisasi badan usaha
2. Kekeliruan dalam system otorisasi dan prosedur pencatatan
3. Kemungkinan terjadinya praktik yang tidak sehat
a. kekeliruan prosedur kerja
b. kekeliruan material c. kekeliruan bertentangan
dengan hukum dan standar Akuntansi
a. kekeliruan sistem akuntansi
b. kekeliruan pencatatan transaksi
a. Kekeliruan atas temuan
audit b. Kekeliruan atas praktek
kerja yang melanggar peraturan
Interval
Sumber: Data diolah 2016
3.5 Teknik Analisis
Pengujian variabel intervening menggunakan model analisis jalur (Path
Analisys) yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel-variabel dependen baik secara langsung maupun
tidak langsung. Model penelitian adalah:
Y = a + β1X1Z + β 2X2Z + e Dalam hal ini:
a = Konstanta
β = Koefisien
Y = Mendeteksi Kekeliruan
X1Z = Pengalaman melalui Intuisi
X2Z = Keahlian melalui Intuisi
e = Error
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Validitas dan Reabilitas Data
1 Pengujian Validitas Data Uji validitas dilakukan dengan
metode sekali ukur (One Shot Methode),
dimana pengukur dengan metode ini cukup
dilakukan satu kali dengan criteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
- Jika rhitung > rtabel, maka butir
pertanyaan tersebut valid.
- Jika rhitung ≤ rtabel, maka butiran
pertanyaan tersebut tidak valid
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
79
Nilai rtabel untuk uji dua sisi pada
taraf signifikansi 5% (p = 0,05) dengan
jumlah N = 42 adalah 0,297. Berikut ini
ditampilkan hasil pengujian validitas data
kuisioner variabel Pengalaman Auditor.
Tabel 3.2. Uji Validitas Variabel Pengalaman
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,666 0,297 Valid
pernyataan 2 0,510 0,297 Valid
pernyataan 3 0,726 0,297 Valid
pernyataan 4 0,569 0,297 Valid
pernyataan 5 0,493 0,297 Valid
pernyataan 6 0,635 0,297 Valid
pernyataan 7 0,499 0,297 Valid
pernyataan 8 0,661 0,297 Valid
pernyataan 9 0,493 0,297 Valid
pernyataan 10 0,459 0,297 Valid Sumber: data primer diolah, 2016
Butir pertanyaan dinyatakan valid
jika nilai rhitung > rtabel. Dari hasil out put di
atas bahwa seluruh butir pertanyaan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir kuisioner
dinyatakan valid dan layak untuk di analisis
lebih lanjut.
Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Keahlian
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,550 0,297 Valid
pernyataan 2 0,436 0,297 Valid
pernyataan 3 0,307 0,297 Valid
pernyataan 4 0,429 0,297 Valid
pernyataan 5 0,376 0,297 Valid
pernyataan 6 0,394 0,297 Valid
pernyataan 7 0,340 0,297 Valid
pernyataan 8 0,298 0,297 Valid
pernyataan 9 0,322 0,297 Valid
pernyataan 10 0,363 0,297 Valid
pernyataan 11 0,557 0,297 Valid
pernyataan 12 0,466 0,297 Valid
pernyataan 13 0,465 0,297 Valid
pernyataan 14 0,399 0,297 Valid
pernyataan 15 0,458 0,297 Valid
pernyataan 16 0,440 0,297 Valid Sumber: data primer diolah, 2016
Butir pertanyaan dinyatakan valid
jika nilai rhitung > rtabel. Dari hasil out put di
atas bahwa seluruh butir pertanyaan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir kuisioner
dinyatakan valid dan layak untuk di analisis
lebih lanjut.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
80
Tabel 3.4. Uji Validitas Variabel Intuisi
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,610 0,297 Valid
pernyataan 2 0,500 0,297 Valid
pernyataan 3 0,592 0,297 Valid
pernyataan 4 0,666 0,297 Valid
pernyataan 5 0,764 0,297 Valid
pernyataan 6 0,654 0,297 Valid
pernyataan 7 0,505 0,297 Valid
pernyataan 8 0,510 0,297 Valid
Sumber: data primer diolah, 2016
Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Dari hasil out put di
atas bahwa seluruh butir pertanyaan
memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis
lebih lanjut.
Tabel 3.5. Uji Validitas Variabel Kekeliruan
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,812 0,297 Valid
pernyataan 2 0,653 0,297 Valid
pernyataan 3 0,537 0,297 Valid
pernyataan 4 0,530 0,297 Valid
pernyataan 5 0,504 0,297 Valid
pernyataan 6 0,567 0,297 Valid
pernyataan 7 0,581 0,297 Valid
Sumber: data primer diolah, 2016
Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Dari hasil out put di
atas bahwa seluruh butir pertanyaan
memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis
lebih lanjut.
2 Pengujian Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik
yang digunakan adalah teknik Cronbach
Alpha (α) Suatu variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Ghozali, 2006, hal 42). Berikut ini
adalah hasil uji reliabilitas.
Tabel 3.6. Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Nilai Kritis Keterangan
Pengalaman 0,749 0,60 Reliabel
Keahlian 0,663 0,60 Reliabel
Intuisi 0,705 0,60 Reliabel
Kekeliruan 0,700 0,60 Reliabel Sumber : data primer diolah, 2016
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
81
Berdasarkan uji reliabilitas pada semua variabel diketahui nilai Alpha pada kolom
Cronbach’s Alpha > 0,60 sehingga dinyatakan reliabel.
4.1.2 Statistik Deskriptif
Jumlah kuesioner yang didistribusikan
secara keseluruhan kepada responden
sebanyak 45 eksemplar. Setelah kuisioner disebar sebanyak 45 eksemplar, ternyata
yang diperoleh sebanyak 42 eksampler.
Penelitian ini memiliki tingkat
pengembalian responden (response rate)
sebesar 93,33%. Rincian distribusi dan
pengembalian kuesioner ditampilkan pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Sampel dan Tingkat Pengembalian
Kuesioner Jumlah Kuesioner Persentase
Kuisioner yang sebar ke responden 45 100%
Kuisioner yang tidak kembali (3) 6,67%
Kuisioner yang kembali 42 93,33%
Sumber: data primer diolah (2016)
1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Gender Sebelum melakukan pembahasan
mengenai data secara statistik harus terlebih
dahulu memperhatikan data responden yang
telah ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini atau yang menjadi responden
adalah 42 orang terdiri dari:
Tabel 4.2. Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Proporsi
1 laki-laki 33 78,57%
2 Perempuan 9 21,43%
Jumlah 42 100%
Sumber : data primer diolah, 2016
Dari hasil responden penelitian ini berdasarkan jenis kelamin Auditor dapat kita
lihat dari tabel diatas jumlah sampel atau
responden laki-laki Auditor KAP Medan ada
33 orang, Jumlah perempuan ada 9 orang atau persentase bahwa persentase laki-laki
78.57% dan persentase perempuan 21.43%.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur
Umur responden Auditor Kota
Medan juga dapat terlihat pada penjelasan
tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Responden Menurut Umur
No Umur Jumlah Proporsi
1 25 – 35 Tahun 6 14,29%
2 >35 Tahun 36 85,71%
Jumlah 42 100%
Sumber : data primer diolah, 2016
Dari hasil responden penilitian ini
berdasarkan umur Auditor KAP Medan. Dan
dapat kita lihat dari tabel di atas dengan
persentase pada usia 25-35 tahun berjumlah
6 orang atau 14,29% dan > 35 tahun
berjumlah 36 orang atau 85,71 %.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
82
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang bekerja Auditor KAP Medan juga dapat terlihat
pada penjelasan tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4. Propersi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Proporsi
1 S1 9 21,43%
2 S2 28 66,67%
3 S3 5 11,9%
Jumlah 42 100% Sumber: data primer diolah, 2016.
Dari hasil responden berdasarkan
pendidikan Auditor kota Medan. Dari tabel
di atas dengan persentase pada S-1 berjumlah 9 orang atau 21,43%, S-2
berjumlah 28 orang atau 66.67%, S-3
berjumlah 5 orang atau 11,9%. Maka mayoritas jumlah Auditor KAP Medan
adalah responden yang berpendidikan S-2.
4.1.3 Pengujian Analisis
1. Analisis Jalur Pertama Analisis jalur kedua digunakan
untuk mengetahui hubungan dari
pengalaman, keahlian dan intuisi terhadap
mendeteksi kekeliruan. Berikut ini pengujian analisis.jalur.kedua.
Tabel 4.5. Analisis Jalur Pertama
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.225 6.947 -.752 .457
Pengalaman .283 .084 .422 3.355 .002
Keahlian .214 .083 .310 2.593 .013
Intuisi .268 .118 .281 2.261 .030
Sumber: Lampiran Output SPSS
Informasi yang ditampilkan pada
analisis jalur kedua antara variabel
independen (X) dan Intervening (Z) terhadap
variabel dependen (Y) yang dapat
diformulasikan dalam bentuk persamaan
berikut ini:
Sub struktural 1 :
Gambar 4.1. Diagram Jalur Sub Struktural Pertama
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
83
Y = -5,225+ 0,283X1 + 0,214 X2 + 0,268Z
Berdasarkan persamaan analisis
jalur terlihat bahwa : a. Nilai konstanta sebesar -5,225 artinya
jika variabel Mendeteksi Kekeliruan
tidak dipengaruhi oleh variabel Pengalaman, Keahlian dan Intuisi maka
Mendeteksi Kekeliruan dinilai sebesar -
5,225 kali. b. Nilai koefesien Beta untuk variabel
Pengalaman adalah sebesar 0,283 artinya
setiap kenaikan variabel Pengalaman
sebesar 1 maka Mendeteksi Kekeliruan meningkat sebesar 0,283 kali dengan
asumsi variabel lainnya dianggap
konstan. c. Nilai koefesien Beta untuk variabel
Keahlian adalah sebesar 0,2143 artinya
setiap kenaikan variabel Keahlian sebesar
1 maka Mendeteksi Kekeliruan
meningkat sebesar 0,214 kali dengan
asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
d. Nilai koefesien Beta untuk variabel
Intuisi adalah sebesar 0,268 artinya setiap kenaikan variabel Intuisi sebesar 1 maka
Mendeteksi Kekeliruan meningkat
sebesar 0,268 kali dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
1) Uji Signifikansi Simultan
H2.1 : Pengaruh Langsung Pengalaman,
Keahlian dan Intuisi Terhadap
Kekeliruan Hasil pengujian statistik F (uji
simultan) pada Pengalaman, Keahlian dan
Intuisi terhadap Mendeteksi Kekeliruan
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Uji F
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1 Regression 166.272 3 55.424 11.281 .000a
Residual 186.704 38 4.913
Total 352.976 41
Sumber: Lampiran Output SPSS
Untuk kriteria uji F dilakukan pada
tingkat α = 5% dengan dua arah (0,025). Nilai F pada dk = 4 – 1 = 3 dan untuk N =
42 – 1 = 41 adalah 2,63 maka dapat diambil
keputusan menerima atau menolak hipotesis sebagai berikut :
Fhitung = 273.392, Fabel = 2,63 dari kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika : -2,63 ≤ thitung ≤ 2,63
Ha diterima jika : 1. thitung ≥ 2,63
2. -thitung ≤ -2,63
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis pengaruh secara simultan pengaruh Pengalaman, Keahlian dan Intuisi terhadap
Mendeteksi Kekeliruan diperoleh nilai
Fhitung (11,281) lebih besar dari F-tabel
(2,63) dengan signifikansi 0,000 (Sig.< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
Pengalaman, Keahlian dan Intuisi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
Mendeteksi Kekeliruan Auditor Kota
Medan.
2) Uji Signifikansi Parsial Hasil pengujian statistik t (uji
parsial) pada Pengalaman, Keahlian dan Intuisi terhadap Mendeteksi Kekeliruan
dapat dilihat pada tabel 4.18.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
84
Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik t – Hipotesis Parsial
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.225 6.947 -.752 .457
Pengalaman .283 .084 .422 3.355 .002
Keahlian .214 .083 .310 2.593 .013
Intuisi .268 .118 .281 2.261 .030
Sumber: Lampiran Output SPSS
H2.2 : Pengaruh Langsung Pengalaman
Terhadap Mendeteksi Kekeliruan Kriteria pengambilan keputusan
menggunakan taraf nyata 5% untuk uji dua
arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df) = 42 – 3 = 39. Nilai t tabel dengan
taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 39 adalah
2,023. - Jika t hitung > t tabel (2,023) atau -t hitung < t
tabel (-2,023), maka Ha dapat diterima
(berpengaruh).
- Jika t tabel (-2,023) ≤ t hitung ≤ t tabel (2,023) maka Ha tidak diterima (tidak
berpengaruh).
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil
pengujian hipotesis pengaruh Pengalaman
terhadap Mendeteksi Kekeliruan diperoleh nilai t-hitung (3,355) lebih besar dari t-tabel
(2,023) dengan signifikansi 0,002 (Sig.<
0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Artinya Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Mendeteksi Kekeliruan Auditor
Kota Medan.
H2.3: Pengaruh Langsung Keahlian
Terhadap Mendeteksi Kekeliruan
Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji dua
arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat
bebas (df) = 42 – 3 = 39. Nilai t tabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 39 adalah
2,023.
- Jika t hitung > t tabel (2,023) atau -t hitung < t
tabel (-2,023), maka Ha dapat diterima
(berpengaruh).
- Jika t tabel (-2,023) ≤ t hitung ≤ t tabel
(2,023) maka Ha tidak diterima (tidak
berpengaruh). Berdasarkan Tabel 4.7 hasil
pengujian hipotesis pengaruh Keahlian
terhadap Mendeteksi Kekeliruan diperoleh nilai t-hitung (2,593) lebih besar dari t-tabel
(2,023) dengan signifikansi 0,013 (Sig.<
0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya Keahlian berpengaruh signifikan
terhadap Mendeteksi Kekeliruan Auditor
Kota Medan.
H2.4: Pengaruh Langsung Intuisi
Terhadap Mendeteksi
Kekeliruan
Kriteria pengambilan keputusan
menggunakan taraf nyata 5% untuk uji dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat
bebas (df) = 42 – 3 = 39. Nilai t tabel dengan
taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 39 adalah
2,023. - Jika t hitung > t tabel (2,023) atau -t hitung < t
tabel (-2,023), maka Ha dapat diterima
(berpengaruh). - Jika t tabel (-2,023) ≤ t hitung ≤ t tabel (2,023)
maka Ha tidak diterima (tidak
berpengaruh).
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil
pengujian hipotesis pengaruh Intuisi
terhadap Mendeteksi Kekeliruan diperoleh nilai t-hitung (2,261) lebih besar dari t-tabel
(2,023) dengan signifikansi 0,030 (Sig.<
0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Intuisi berpengaruh signifikan
terhadap Mendeteksi Kekeliruan Auditor
Kota Medan.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
85
3) Koefesien Determinasi Uji Statistik koefisien determinasi
pada penelitian ini tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji statistik koefisien determinasi
dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8. Koefisien Determinasi – Hipotesis Kedua
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .686a .471 .429 2.21659
Sumber: Lampiran Output SPSS
Tabel 4.8. memperlihatkan bahwa
nilai R Square sebesar 0,471 atau 47,1%
yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen (Pengalaman, Keahlian
dan Intuisi) terhadap Mendeteksi Kekeliruan
adalah sebesar nilai koefisien determinasi
atau 47,1%. Sedangkan sisanya 52,9%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
2. Analisis Jalur Kedua
Tabel 4.9. Analisis Jalur Kedua
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 15.101 3.435 4.396 .000
Pengalam Melalui Intuisi .005 .002 .409 2.516 .016
Keahlian Melalui Intuisi .003 .002 .290 1.787 .082
a. Dependent Variable: Kekeliruan
Sumber: Lampiran Output SPSS
Informasi yang ditampilkan pada
analisis jalur kedua antara variabel independen (X) dan Intervening (Z) terhadap
variabel dependen (Y) yang dapat
diformulasikan dalam bentuk persamaan berikut ini
Sub struktural 2 :
Gambar 4.2. Diagram Jalur Sub Struktural Kedua Y = 15.101 + 0,005X1Z + 0,003X2Z
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
86
Berdasarkan persamaan analisis
jalur terlihat bahwa :
a. Nilai konstanta sebesar 15.101 artinya jika variabel Mendeteksi Kekeliruan
tidak dipengaruhi oleh variabel
Pengalaman dan Keahlian melalui Intuisi maka Mendeteksi Kekeliruan dinilai
sebesar 15.101 kali.
b. Nilai koefesien Beta untuk variabel
Pengalaman melalui intuisi adalah sebesar 0,005 artinya setiap kenaikan
variabel Pengalaman sebesar 1 maka
Mendeteksi Kekeliruan meningkat sebesar 0,005 kali dengan asumsi
variabel lainnya dianggap konstan.
c. Nilai koefesien Beta untuk variabel Keahlian melalui intuisi adalah sebesar
0,003 artinya setiap kenaikan variabel
Keahlian sebesar 1 maka Mendeteksi
Kekeliruan meningkat sebesar 0,003 kali dengan asumsi variabel lainnya dianggap
konstan.
H3.1: Pengaruh Tidak Langsung
Pengalaman Terhadap
Mendeteksi Kekeliruan Melalui
Intuisi Agar dapat membuktikan bahwa
variabel Intuisi mampu menjadi variabel
yang memediasi antara Pengalaman
terhadap Mendeteksi Kekeliruan, maka akan
dilakukan perhitungan pengaruh langsung. Apabila pengaruh tidak langsung
Pengalaman terhadap Mendeteksi
Kekeliruan melalui Intuisi lebih besar dibanding pengaruh secara langsung, maka
Intuisi bisa menjadi variabel yang
memediasi (intervening). Terlebih dahulu dihitung nilai pengaruh tidak langsung/
Indirect Effect (IE) pada variabel
Pengalaman terhadap Mendeteksi
Kekeliruan melalui Intuisi sebagai berikut :
Tabel 4.10. Koefisien Korelasi Variabel Intervening
Keterangan Koefesien
Jalur T sig R.Square
PZX1 0,319 2,072 0,045 0.288
PYX1 0,422
PyZ 0,281
Sumber: Lampiran Output SPSS
Besarnya pengaruh tidak langsung/ Indirect Effect (IE) Pengalaman terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui Intuisi yaitu :
Indirect Effect (IE) = (PZX1) (PyZ) = 0.319 x 0.281 = 0.090
X1 ➔Z ➔ Y = (PYX1) + (IE)
= 0.422 + 0.090
= 0.512
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil
pengujian hipotesis pengaruh Pengalaman terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui
Intuisi lebih besar dibanding pengaruh
langsung yaitu 0.512 > 0,422 dengan nilai F-
hitung (11.823) lebih besar dari F-tabel
(2,023) dengan signifikansi 0,000 (Sig.<
0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Pengalaman berpengaruh signifikan
terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui
Intuisi sebagai variabel intervening pada
Auditor Kota Medan.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
87
Gambar. 4.3. Analisis Jalur Pengalaman Terhadap Mendeteksi Kekeliruan
Melalui Intuisi
Hasil analisis jalur menunjukkan
bahwa Pengalaman dapat berpengaruh
langsung ke Mendeteksi Kekeliruan dan
dapat juga berpengaruh tidak langsung
yaitu dari Intuisi (sebagai variabel
intervening) terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Besarnya pengaruh langsung
adalah 0,422 sedangkan besar pengaruh
tidak langsung yaitu 0,512. Oleh karena
nilai (X1ZY > PX1) maka Intuisi
berfungsi sebagai variabel intervening.
H3. 2: Pengaruh Tidak Langsung
Keahlian Terhadap Mendeteksi
Kekeliruan Melalui Intuisi
Nilai pengaruh tidak langsung/
Indirect Effect (IE) pada variabel
Keahlian terhadap Mendeteksi
Kekeliruan melalui Intuisi :
Tabel 4.11. Koefisien Korelasi Variabel Intervening
Keterangan Koefesien
Jalur T sig R.Square
PZX2 -0,034 2,072 0,045 0.288
PYX2 0,310
PyZ 0,281
Sumber: Lampiran Output SPSS
Besarnya pengaruh tidak langsung/ Indirect Effect (IE) Keahlian terhadap
Mendeteksi Kekeliruan melalui Intuisi yaitu :
Indirect Effect (IE) = (PZX2) (PyZ)
= -0.034 x 0.281 = -0.010
X1 ➔Z ➔ Y = (PYX1) + (IE) = 0.310 - 0.010
= 0.300
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil
pengujian hipotesis pengaruh Keahlian
terhadap Mendeteksi Kekeliruan melalui
Intuisi lebih besar dibanding pengaruh
langsung yaitu 0.300 < 0,310 dengan
nilai F-hitung (8.941) lebih besar dari F-
tabel (2,023) dengan signifikansi 0,001
(Sig.< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya Keahlian berpengaruh
signifikan terhadap Mendeteksi
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
88
Kekeliruan melalui Intuisi sebagai
variabel intervening pada Auditor Kota
Medan.
Gambar. 4.4. Analisis Jalur Keahlian Terhadap Mendeteksi Kekeliruan
Melalui Intuisi
Hasil analisis jalur
menunjukkan bahwa Keahlian dapat
berpengaruh langsung ke Mendeteksi
Kekeliruan dan dapat juga berpengaruh
tidak langsung yaitu dari Intuisi (sebagai
variabel intervening) terhadap
Mendeteksi Kekeliruan. Besarnya
pengaruh langsung adalah 0,310
sedangkan besar pengaruh tidak
langsung yaitu 0,300. Oleh karena nilai
(X2ZY < PX1) maka Intuisi belum
berfungsi sebagai variabel intervening.
Pengaruh Pengalaman dan Keahlian
Melalui Intuisi terhadap Mendeteksi
Kekeliruan dijelaskan pada gambar
diagram jalur berikut ini :
Diagram Jalur
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa Intuisi dapat menjelaskan atau
memediasi pengaruh Pengalaman dan
Keahlian terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
89
4.2. Pembahasan
4.2 1 Pembahasan Analisis Jalur
Substruktural Pertama
1) Pengaruh Langsung Pengalaman
Terhadap Mendeteksi Kekeliruan Hasil analisis analisis jalur
menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur
variabel Pengalaman adalah 0,051
artinya setiap kenaikan variabel
Pengalaman sebesar 1% maka
Mendeteksi Kekeliruan akan meningkat
sebesar 5,1% dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan. Hasil
penelitian di atas belum dapat digunakan
sebagai dasar untuk menerima hipotesis.
Dari temuan ini diharapkan pelaksana
tugas Auditor KAP Medan tetap
mewaspadai adanya Pengalaman guna
menunjang pelaporan keuangan yang
berkualitas.
2) Pengaruh Langsung Keahlian
Terhadap Mendeteksi Kekeliruan Hipotesis yang menyatakan bahwa
Keahlian berpengaruh signifikan
terhadap Mendeteksi Kekeliruan. Hasil
pengujian hipotesis pengaruh Keahlian
terhadap Mendeteksi Kekeliruan
diperoleh nilai t-hitung (4.426) lebih
besar dari t-tabel (2,021) dengan
signifikansi 0,000 (Sig.< 0,05) maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Artinya
Keahlian berpengaruh signifikan
terhadap Mendeteksi Kekeliruan KAP
Kota Medan. Hasil analisis analisis jalur
menunjukkan bahwa nilai koefisien
analisis jalur variabel Pengalaman
adalah 0,203 artinya setiap kenaikan
variabel Keahlian sebesar 1% maka
Mendeteksi Kekeliruan akan meningkat
sebesar 20,3% dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan. Hasil
penelitian di atas belum dapat digunakan
sebagai dasar untuk menerima hipotesis.
Dari temuan ini diharapkan pelaksana
tugas Auditor KAP Medan tetap
mewaspadai adanya Keahlian guna
menunjang pelaporan keuangan yang
berkualitas.
Secara spesifik, temuan penelitian
menyimpulkan bahwa Keahlian (X2)
dalam hal ini adalah kompetensi yang
dimiliki Auditor KAP Medan yang dapat
disebabkan adanya pengaruh dari luar
KAP Medan, seperti sering terjadinya
perubahan peraturan, tidak match-nya
antara peraturan yang satu dengan yang
lain, terjadinya mutasi staf KAP yang
cepat, dan lain sebagainya. Auditor
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi dengan kondisi yang ada, baik
dalam praktik maupun operasionalnya.
Praktik yang dimaksud dalam penelitian
ini dikhususkan pada penerapan Intuisi.
Hasil penelitian ini dapat menjadi
dasar kesimpulan secara statistik
dilapangan dimana Keahlian
berpengaruh terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Hal ini dikarenakan,
organisasi biasanya telah memprediksi
dan melakukan penyesuaian terlebih
dahulu terhadap kondisi lingkungan
disekitarnya. Kemampuan memprediksi
keadaan di masa datang pada kondisi
Keahlian rendah dapat juga terjadi pada
individu yang berpartisipasi dalam
pelaporan keuangan agar memudahkan
memperoleh informasi dari bawahannya.
Jadi, hal ini dapat menguntungkan
organisasi dalam pelaporan keuangan
apabila terjalinnya kerjasama yang baik
antara atasan dengan bawahan.
3) Pengaruh Langsung Intuisi
Terhadap Mendeteksi Kekeliruan
Hipotesis yang menyatakan bahwa
Intuisi berpengaruh signifikan terhadap
Mendeteksi Kekeliruan. hasil pengujian
hipotesis pengaruh Intuisi terhadap
Mendeteksi Kekeliruan diketahui
hipotesis diterima. Artinya Intuisi
berpengaruh signifikan terhadap
Mendeteksi Kekeliruan Auditor KAP di
Medan. Hasil analisis analisis jalur
menunjukkan bahwa nilai koefisien
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
90
analisis jalur variabel Pengalaman
adalah 0,143 artinya setiap kenaikan
variabel Intuisi sebesar 1% maka
Mendeteksi Kekeliruan akan meningkat
sebesar 14,3% dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan.
Hasil penelitian ini belum dapat
dibandingkan dengan penelitian
terdahulu karena memiliki perbedaan
variabel terikatnya sehingga hasil
penelitian ini belum dapat menjadi dasar
secara umum (generalisasi) dalam
pengambilan kesimpulan. Namun hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar
kesimpulan secara statistik dilapangan
bahwa Intuisi berpengaruh terhadap
Mendeteksi Kekeliruan. Temuan ini
diharapkan pelaksana tugas Auditor
KAP Medan haruslah memiliki Intuisi
yang baik guna menunjang tinggi
keterbukaan sehingga Mendeteksi
Kekeliruan akan semakin lebih baik lagi.
4.2.2 Pembahasan Analisis Jalur
Substruktural Kedua
Hasil analisis jalur dapat
diketahui pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung masing –
masing variabel seperti yang terlihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.21. Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung
Variabel Pengaruh
Langsung
Pengaruh Tidak
Langsung
Kesimpulan
Pengalaman 0.422 0.512 Intuisi Sebagai Variabel
Intervening Pengalaman
Keahlian 0.310 0.300 Intuisi Bukan Variabel
Intervening Keahlian
Hasil pengujian analisis jalur dapat
diketahui bahwa intuisi dapat dikatakan
sebagai variabel intervening
pengalaman terhadap mendeteksi
kekeliruan, sedangkan intuisi bukan
variabel intervening keahlian terhadap
mendeteksi kekeliruan.
1) Pengaruh Tidak Langsung
Pengalaman Terhadap Mendeteksi
Kekeliruan Melalui Intuisi Hasil analisis jalur menunjukkan
bahwa Pengalaman dapat berpengaruh
langsung ke Mendeteksi Kekeliruan dan
dapat juga berpengaruh tidak langsung
yaitu dari Intuisi (sebagai variabel
intervening) terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Besarnya pengaruh langsung
adalah 0,452 sedangkan besar pengaruh
tidak langsung yaitu 0,784. Oleh karena
nilai (P1 x P2 > P1) maka Intuisi
berfungsi sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian ini belum dapat
dibandingkan dengan penelitian
terdahulu karena memiliki perbedaan
variabel, dimana belum ditemukan
penelitian terdahulu yang menggunakan
variabel intervening tranparansi
pelaporan keuangan sehingga hasil
penelitian ini belum dapat menjadi dasar
secara umum (generalisasi) dalam
pengambilan kesimpulan. Namun hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar
kesimpulan secara statistik dilapangan
bahwa Pengalaman dapat mempengaruhi
Mendeteksi Kekeliruan melalui adanya
Intuisi. Hal ini menunjukkan bahwa
Intuisi dapat menjembatani pengaruh
Pengalaman terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Semakin baik Intuisi yang
ada maka semakin kuat pula pengaruh
Pengalaman terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
2) Pengaruh Tidak Langsung
Keahlian Terhadap Mendeteksi
Kekeliruan Melalui Intuisi Hasil analisis jalur menunjukkan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
91
bahwa Keahlian dapat berpengaruh
langsung ke Mendeteksi Kekeliruan dan
dapat juga berpengaruh tidak langsung
yaitu dari Intuisi (sebagai variabel
intervening) terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Besarnya pengaruh langsung
adalah 0,213 sedangkan besar pengaruh
tidak langsung yaitu 0,787. Oleh karena
nilai (P1 x P2 > P1) maka Intuisi
berfungsi sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian ini belum dapat
dibandingkan dengan penelitian
terdahulu karena memiliki perbedaan
variabel, dimana belum ditemukan
penelitian terdahulu yang menggunakan
variabel intervening tranparansi
pelaporan keuangan sehingga hasil
penelitian ini belum dapat menjadi dasar
secara umum (generalisasi) dalam
pengambilan kesimpulan. Namun hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar
kesimpulan secara statistik dilapangan
bahwa Keahlian dapat mempengaruhi
Mendeteksi Kekeliruan melalui adanya
Intuisi. Hal ini menunjukkan bahwa
Intuisi dapat menjembatani pengaruh
Keahlian terhadap Mendeteksi
Kekeliruan. Semakin baik Intuisi yang
ada maka semakin kuat pula pengaruh
Keahlian terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, simpulan yang dapat ditarik
dari masing-masing pengujian hipotesis
tersebut seperti berikut :
1. Pengujian analisis jalur
substruktural kedua membuktikan
bahwa :
a) Pengalaman tidak berpengaruh
langsung terhadap Mendeteksi
Kekeliruan
b) Keahlian berpengaruh langsung
terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
c) Intuisi berpengaruh langsung
terhadap Mendeteksi Kekeliruan
d) Pengalaman, Keahlian, dan
Intuisi berpengaruh langsung
terhadap Mendeteksi
Kekeliruan.
2. Pengujian analisis jalur
substruktural ketiga membuktikan
bahwa :
a) Pengalaman berpengaruh tidak
langsung terhadap Mendeteksi
Kekeliruan melalui Intuisi. Hasil
ini menyimpulkan bahwa Intuisi
dapat memediasi (intervening)
hubungan Pengalaman terhadap
Mendeteksi Kekeliruan.
b) Keahlian tidak berpengaruh
tidak langsung terhadap
Mendeteksi Kekeliruan melalui
Intuisi. Hasil ini menyimpulkan
bahwa Intuisi belum dapat
memediasi (intervening)
hubungan Keahlian terhadap
Mendeteksi Kekeliruan.
c) Pengalaman dan Keahlian
berpengaruh tidak langsung
terhadap Mendeteksi Kekeliruan
melalui Intuisi.
5.2. Saran
Ada beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai rekomendasi
untuk penelitian ini adalah: 1. Bagi KAP yang ada di Kota Medan
disarankan untuk dapat meningkatkan pengalaman dan keahlian Auditornya
karena terbukti dapat mempengaruhi
mendeteksi kekeliruan yang ada.
2. Peneliti berikutnya dapat meningkatkan
data penelitian setidaknya dapat
menambah jumlah sampel penelitian. Hal ini penting mengingat Auditor
Akuntan Publik saat ini banyak menjadi
sorotan karena kasus penyelewengan
yang terjadi. Sehingga, mendeteksi
yang berkualitas dengan tingkat
intuisi yang tinggi menjadi penting
bagi kepentingan masyarakat luas.
3. Peneliti berikutnya dapat menguji
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
92
penelitian serupa dengan menambah
variable independent yang belum
dibahas oleh peneliti seperti
kecermatan dan keseksamaan
professional, penguasaan standar
akuntansi, etika Auditor, dan faktor
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Retno Widayanti. 2001. Analisis
keahlian auditor BPK-RI
menuju pelaksanaan
kekeliruan auditing. Jurnal
Ekonomi & Bisnis Vol.6
No.21
Arens, Alvin A., James K. Lobbecke,
2000. Auditing: an Integreted
Approch, 8th Edition,
Prentice Hall International,
Inc, Upper Saddle River,
New Jersey.
Bindoni. 2014. Presepsi Auditor
Terhadap Kualitas Audit,
Universitas Gadjah Mada.
Tesis
Caecilia Sri Haryanti (2013). Pengaruh
Pengalaman dan Pelatihan
Auditor Terhadap Struktur
Pengetahuan Tentang
Kekeliruan Auditor. Jurnal
Ilmiah Dinamika Ekonomi &
Bisnis Vol.1 No.1
Fakhri Hilmi. 2011. Pengaruh
Pengalaman, Pelatihan dan
Skeptisme Profesional
Auditor Terhadap Mendeteksi
Kecurangan- Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik
di Wilayah Jakarta. Jurnal
UIN Jakarta
Hartoko. 2007. Pengaruh pengalaman
pada struktur pengetahuan
auditor tentang kekeliruan.
Jurnal Ekonomi & Bisnis
Vol.4 No.11
IAI (2001)”Standar Profesional Akuntan
Publik”, Jakarta, Salemba
Empat.
Jaafar dan Sumiyati. 2005. Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Judgment Auditor
Pemerintah. Jurnal Dinamika
Akuntansi Vol. 4, No. 2,
September 2012, pp. 72-82
Kieso, D.E, Weygandt, J.J, Warfield,
T.D. (2001). Intermediate
Accounting, 10th Edition,
John Wiley & Sons, Inc,
United State of America.
Loehoer. 2005. Modern Auditing. Edisi
Ketujuh. Jilid I Jakarta,
Penerbit Erlangga
Marcellin Widiyastut dan Sugeng
Pamudji. 2009. Pengaruh
Kompetensi, Independensi
dan Profesionalisme
Terhadap Kemampuan
Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan (Fraud). Jurnal
FE Univ. Diponegoro
Semarang Vol..5. No.2
Mulyadi. 2002. Pemeriksaan Akuntan
(ed.3) Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi
Ekonomi YKPN.
Nurhayati. 2007. Analisis beberapa
faktor keahlian dan
independensi auditor yang
mempengaruhi kualitas audit.
Jurnal Auditing Vol..1. No.12
Noviyani, Putri dan Bandi (2002),
“Pengaruh Pengalaman dan
Pelatihan Terhadap Struktur
Pengetahuan Auditor Tentang
Kekeliruan” Jurnal FE Univ.
Negeri Semarang Vpl.3 No.4.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
93
Praptomo. 2007. Pemeriksaan Akuntan;
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indipendensi
Penampilan Akuntan Publik,
Edisi Pertama, BPFE
Sembiring, Sahat. 2009. Pengaruh
Pengalaman, Pengetahuan
dan Intuisi Auditor
Perwakilan BPK-RI di
Medan Terhadap Kekeliruan.
Jurnal FE.SPS.USU
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sri Sularso dan Ainun Na’im (2009),
Analisis Pengaruh
Pengalaman Akuntan pada
Pengetahuan dan Penggunaan
Intuisi dalam Mendeteksi
Kekeliruan”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol 2,
Juli 1999.
Sumber majalah : Solusi. 2012. Majalah
Pengawasan – Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan. No.3.
Vol.2 September 2012.
Sumber website : Contoh Kasus
Pelanggaran Etika Profesi
Akuntan. Yonayoa.blogspot.
di akses Maret 2015.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5 , No. 1, Januari - Juni 2019
94