PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2438/2...hitung...
Transcript of PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2438/2...hitung...
iii
PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP SIKAP SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Eksperimen di SMP Nusantar Plus Ciputat)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: ABDUL HAFIZ 105017000449
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
U I N SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
ABSTRAK
iv
ABDUL HAFIZ (105017000449), ”Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Plus Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian The Post-test Only Control Group Design. Subyek penelitian ini adalah 82 siswa yang terdiri dari 42 siswa untuk kelompok eksperimen dan 40 siswa untuk kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data berupa angket terdiri dari 26 item pernyataan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung 3,82 dan ttabel 1,66 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (3,82 > 1,66), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ” Rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika yang diajari dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi dari rata-rata sikap siswa yang diajari dengan pendekatan konvensional”. Dengan demikian, pendekatan matematika realistik berpengaruh terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Pendekatan matematika realistik, sikap siswa, pembelajaran matematika.
v
ABSTRACT
ABDUL HAFIZ (105017000449), “The Influence of Realistic Mathematics Approach to Attitude Students of Mathematics Education” Thesis of Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, November 2010.
The purpose of this research is to determine the influence of Realistic Mathematics Approach to attitude students of this mathematics education. The research was conducted at SMP NUSANTARA PLUS Ciputat for academic year 2009/2010. The method used in this research is quasi experiment method with The Post-test Only Control Group Design. The subject of this research are 82 students that consist of 42 students for experimental group and 40 students for control group. Collecting data technique is a questionnaire which consists of 26 item statement. . Data analysis technique used in this research are t-test to test the hypotesis with thitung 3,82 and ttable 1,66 at signification level of 5% it’s mean thitung > ttable (3,82 > 1, 66) , then H0 rejected and H1 accepted. So it can be concluded that " The students who taught with realistic mathematics approach have mean of attitude students of this mathematics education higher than who taught with convensional approach”. Therefore realistic mathematics approach is effected to attitude students of this mathematics education.
Keyword: Realistic Mathematics Approach, Attitude Students, Mathematics Education
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang begitu banyak, maka skripsi yang berjudul
”Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis hanturkan kehadirat Nabi Muhammad
Rosululloh SAW beserta keluarga dan sahabatnya, semoga qita selaku umatnya
mendapat syafa’at dihari akhir kelak. Amin.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.
3. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Mukhlisrarini, M.Pd (Alm), pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, penasihat akademik yang selalu memberikan
bimbingan dan nasihat kepada penulis selama proses perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.
8. Bapak Cecep Setiawan, MA, Kepala SMP Nusantara Plus Ciputat beserta
Dewan Guru yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk bisa
melakukan penelitian di skolah yang dipimpinnya.
vii
9. Ibu Lilis Sumarni, guru pamong tempat penulis mengadakan penelitian.
10. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan Do’a
yang selalu diucapkan serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Kakak-kaka ku tercinta yang senantiasa tak pernak henti memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman ku tersayang, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan
terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.
13. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi
serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik
yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan. Amin.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
Abdul Hafiz
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8
C. Pembatasan masalah ............................................................... 8
D. Rumusan Masalah .................................................................. 9,
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ........................................................ 10
A. Landasan Teori....................................................................... 10
1. Pembelajaran matematika .................................................. 10
a. Belajar dan Pembelajaran .............................................. 10
b. Hakikat Matematika ...................................................... 15
c. Hakikat Pembelajaran Matematika ................................ 17
2. Pendekatan Konvensional .................................................. 19
3. Pendekatan Matematika Realistik ...................................... 20
a. Pengertian dan Sejarah Pendekatan Matematikan
Realistik ........................................................................ 20
b. Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia .............. 21
ix
c. Komponen Matematisasi dalam Pendekatan
Matematika Realistik .................................................... 22
d. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ............. 24
e. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik ...................... 28
f. Kakuatan Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Matematika Realistik .................................. 30
4. Hakikat Sikap .................................................................... 31
a. Definisi Sikap ............................................................... 31
b. Komponen Sikap........................................................... 35
c. Sikap Terhadap Matematika, Teman dan Guru .............. 38
d. Karakteristik Sikap ........................................................ 39
e. Tingkatan Sikap ............................................................ 40
f. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap .................... 40
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap 41
h. Peranan Sikap dalam Pembelajaran matematika ............ 42
5. Sikap Siswa dalam Pembelajaran dengan Matematika
Realistik ............................................................................ 43
B. Kerangka Berfikir .................................................................. 44
C. Pengajuan Hipotesis ............................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 46
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................ 47
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 48
D. Tekhnik dan Alat Pengumpul Data ......................................... 48
1. Variabel yang di Teliti dan Sumber Data ........................... 48
2. Instumen Penelitian ........................................................... 49
3. Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................... 50
4. Tekhnik Analisis Data ....................................................... 52
E. Hipotesis Statistik .................................................................. 56
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 57
A. Deskripsi Data ........................................................................ 57
1. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas
Eksperimen .......................................................................... 57
2. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas
Kontrol ................................................................................ 59
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisi ........................................... 62
1. Uji Normalitas ..................................................................... 62
2. Uji Homogenitas .................................................................. 64
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ..................................... 65
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 69
A. Kesimpulan ........................................................................... 69
B. Saran ..................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 74
xi
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Implementasi Matematika Realistik ............................................ 27
Table 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian..................................................... 46
Table 3.2 Kisi-kisi Sekala Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Realistik Sebelum Uji Validitas .................................................. 49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Sekala Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Realistik Setelah Uji Validitas .................................................... 50
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelompok Eksperimen ............................................ 58
Table 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelompok Kontrol ................................................... 60
Table 4.3 Perbandingan Sekor Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ...................................................................................... 62
Table 4.4 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 63
Table 4.5 Hasil Uji Homogenitas ................................................................ 64
Table 4.6 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji t................................... 66
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual (De Lange) ..................................... 25
Gambar 2.2 Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap ... 34
Gambar 3.1 Desain Penelitian.................................................................... 47
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen .................. 59
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Kelompok Kontrol ........................ 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...... 87
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (L K S) .................................................. 96
Lampiran 4 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Guru ........................ 103
Lampiran 5 Angket Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
(Sebelum Uji Validitas) .......................................................... 105
Lampiran 6 Angket Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
(Setelah Uji Validitas) ............................................................ 108
Lampiran 7 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas
Angket Siswa dalam Pembelajaran Matematika ..................... 110
Lampiran 8 Rekapitulasi Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran
matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 111
Lampiran 9 Validitas Instrumen ................................................................ 113
Lampiran 10 Reliabelitas Instrumen ............................................................ 114
Lampiran 11 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan
Ketajaman/Kurtosis Kelompok Eksperimen ........................... 115
Lampiran 12 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan
Ketajaman/Kurtosis Kelompok Kontrol .................................. 120
Lampiran 13 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen................ 125
Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...................... 127
Lampiran 15 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................. 129
Lampiran 16 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ......................................... 131
Lampiran 17 Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Momen dari Person ....... 134
Lampiran 18 Luas di Bawah Kurva Normal ................................................ 135
Lampiran 19 Nilai Kritis Distribusi kai Kuadrat (Chi Square) ..................... 136
Lampiran 20 Nilai Kritis Distribusi F .......................................................... 138
Lampiran 21 Nilai Kritis Distribusi T……………… ................................... 140
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap
Siswa dalam Pembelajaran Matematika”, disusun oleh Abdul Hafiz, Nomor Induk
Mahasiswa 105017000449, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Desember 2010
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. M. Ali Hamzah, M. Pd Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 19480323 1982031 001 NIP. 19681104 1999031 001
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Skripsi berjudul ”Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika” diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 15 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Maifalinda Fatra, M.Pd ............................. .............................
NIP. 19700528 199603 2 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
Otong Suhyanto, M.Si ............................. .............................
NIP. 19681104 199903 1 001
Penguji I
Dra. Afidah Mas’ud ............................. .............................
NIP. 19610926 198603 2 004
Penguji II
Firdausi S.Si, M. Pd ............................. .............................
NIP. 19690629 200501 1 003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyadah, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Abdul Hafiz
NIM : 105017000449
Jurusan : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2005
Alamat : Jl Raya Curug Gg. Plopor II RT 03/08 Kecamatan Bojong
Sari Kota Depok.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika” adalah benar hasil
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Drs. H. M. Ali Hamzah, M. Pd
NIP : 19480323 1982031 001
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Otong Suhyanto, M.Si
NIP : 19681104 1999031 001
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Desember 2010
Yang Menyatakan
Abdul Hafiz
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT paling sempurna
dibandingkan ciptaanNya yang lain. Manusia memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk yang lain, yaitu akal pikiran. Kemudian dengan akal
pikiran itu manusia dapat merenungkan ciptaan-Nya, dapat membedakan
antara yang hak dan yang batil, dan dapat mengembangkan pengetahuannya
menjadi lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan akal pikiran manusia dapat
mengembangkan kreatifitas sehingga dapat menciptakan suatu peradaban dan
kebudayaan yang tidak mungkin dapat dicapai oleh makhluk selain manusia.
Akal pikiran merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia yang
dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan karena Allah SWT telah memberikan potensi kepada manusia
berupa akal dan dengan akal tersebut manusia dapat menerima ilmu
pengetahuan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-quran surat Az-
Zumar ayat 9:
…
Artunya:
“…Katakanlah “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui” Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar:9)
1
2
Pendidikan pada dasarnya berfungsi untuk mengmbangkan semua
potensi, kecakapan serta karakteristik pribadi manusia kearah yang lebih
positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena setiap manusia mengalami suatu
perkembangan dan pertumbuhan, sehingga pendidikan ini menjadi penuntun
manusia dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang, yang
menuntut persaingan ketat dalam setiap sendi kehidupn.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan lebih terfokus lagi setelah
diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan
mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Seperti fungsi
pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomer 20
Tahun 2003 pada Bab 3 bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan dalam kamus besar bahasa indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Menurut
Poerbakawatja dan Harahap pendidikan adalah, usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab
moral dari segala perbuatannya.3 Sedangkan pendidikan menurut John Dewey
adalah “Proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau
1 Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah
R.I. No 47 Tahun 2008, tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h.6. 2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 8, h.2. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h.11.
3
perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya”.4
Untuk membangun hal tersebut perlu adanya pendidikan formal seperti
sekolah dan pendidikan non formal (luar sekolah). Pada pendidikan formal
inilah disediakan sejumlah bidang studi yang ditawarkan kepada pelajar untuk
dikuasai, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik dan
memuaskan.
Pendidikan juga hal yang sangat penting bagi sebuah negara karena
bangsa-bangsa di dunia percaya sepenuhnya kepada kekuatan pendidikan
dalam memajukan suatu bangsa dan negara. Dengan demikian, pendidian
merupakan sebuah pranata yang sangat dinamis dengan tugas utamanya
menyiapkan umat manusia agar siap dan mampu menghadapi masadepannya.
Itulah sebabnya lima belas abad yang silam Sayyidina Ummar pernah
mengatakan: ”Didiklah putra-putrimu sekalian, karena dia adalah generasi
yang akan hidup dalam zaman yang berbeda dengan zaman yang kamu
alami”.5 Islam begitu menaruh perhatian amat besar terhadap ilmu
pengetahuan, karena selain tingkat keimanan seseorang yang menjadikan ia
mulia di sisi Allah SWT ilmu pengetahuanpun menjadi salah satu bagian
yang sangat penting untuk meningkatkan kedudukan seseorang baik di dunia
maupun di akhirat. Hal ini sesuai denagan firman Allah SWT dalam surat Al-
Mujaddilah ayat 11:
…
4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna …, h.3. 5 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran ,(Jakarta: Kencana,
2009), Cet. 1, h.15.
4
Artinya:
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaddilah:11)
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ditawarkan dalam
pendidikan formal dan salah satu ilmu yang sangat penting dan bermanfaat
dalam kehidupan sehai-hari, terutama dalam kegiatan penghitungan dan
pengukuran. Alasan perlunya siswa belajar matematika menurut Cornelius
adalah:6
1. Matematika merupakan sarana untuk berpikir yang jelas dan logis.
2. Matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari.
3. Matematika merupakan sarana mengenal pola-pola dan generalisasi
pengalaman.
4. Matematika merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas.
5. Matematika merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Pengetahuan matematika juga berperan besar dalam kehidupan manusia
sehingga peningkatan kualitas pendidikan matematika merupakan hal yang
sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu hambatan dalam peningkatkan kualitas pendidikan
matematika diantaranya adalah pandangan negatif yang telah melekat pada
sebagian besar masyarakat Indonesia. Matematika dianggap sebagai ilmu
yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan
kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita,
sampai pada ilmu yang membosankan. Semakin lengkap pula ketika
6 Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineke
Cipta), h.253.
5
pandangan ini disertai dengan cara guru matematika dalam menyampaikan
pelajaran terkesan menakutkan, tidak menarik, yang akhirnya dapat
menciptakan rasa takut pada anak yang belajar matematika. Situasi semacam
ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari
matematika. Apalagi jika siswa tersebut merasa dirinya memiliki kemampuan
berpikir yang kurang dibandingkan teman-teman sekelasnya.
Persepsi bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit menyebabkan
ada keterasingan antara bahan ajar matematika dengan peserta didik.
Keterasingan ini sekaligus mempengaruhi persepsi seseorang akan bidang
cakupan matematika yang akhirnya hanya dipandang sebagai bidang ajar di
kelas, bukan sebagai sebuah aktifitas sehari-hari.
Penggunaan metode pembelajaran dengan pendekatan konvensional
dalam pelajaran di sekolah diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya
sikap siswa dalam pembelajaran yang berdampak pada prestasi siswa dalam
pelajaran matematika. Karena pada pembelajaran konvensional aktifitas
pembelajaran lebih didominas oleh guru sehingg tidak ada kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya yang
akhirnya siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Salah satu karakteristik matematika adalah memiliki objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini yang menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam matematika. Menurut M. Ansjar, ”untuk mengerti
matematika paling tidak orang tersebut harus menyenangi matematika”.7
Akan tetapi sebagaimana dijelaskan di atas bahwa banyak siswa yang
merasakan matematika sebagai ancaman dan penghalang kemajuan
pendidikan mereka. Tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai
suatu mata pelajaran yang kurang menarik dikarenakan kurangnya contoh
yang diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari serta metode
7 Rahmawati, Nurlaela dan Tatang Herman, “Upaya Meningkatkan Minat dan Sikap Positif
Siswa SLTP Kelas 1 Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (RME)”, dalam Seminar Matematika Tingkat Nasional, Bandung, 23 Januari 2002, h. 96.
6
mengajarkan matematika yang terpusat pada guru, sementara siswa
cenderung pasif sehingga tidak mempunyai kesempatan berpikir dan
mengungkapkan pendapatnya. Tidak jarang siswa menganggap matematika
sebagai sesuatu yang menyeramkan bahkan menakutkan dan pada akhirnya
berusaha menghindari matematika.
Sikap siswa dalam belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa
dalam berprilaku tertentu tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat
akademik. Sikap belajar yang positif juga dapat disamakan dengan minat.
Sikap belajar siswa akan terlihat sebagai suatu perasaan senang atau tidak
senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tertentu
yang dihadapi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarhan hasil penelitian di SDN Karawang Wetan IX yang
dilakukan oleh Nurmalina dalam skripsinya, yang berjudul ”Hubungan
antara sikap siswa terhadap pelajaran matematika dengan prestasi belajar
matematika” diperoleh data bahwa sikap siswa terhadap pelajaran
matematika masih rendah, yaitu sekitar 27,5% yang memiliki sikap psitif
terhadap matematika, atau hanya 11 orang dari jumlah 40 orang yang
dijadikan sampel.
Disadari atau tidak disadari setiap sisi kehidupan manusia tidak bisa
terlepas dari matematika, jauh sebelum matematika dipelajari dalam
pendidikan formal seperti sekolah sekarang ini. Matematika sangat dekat dan
sangat nyata bagi siswa. Jika kita ditanya, “Ada berapa jam dalam sehari?”,
orang yang ditanya akan segera menjawab, “Ada 24 jam”. Jika angka 24
tanpa disertakan kata jam. Angka 24 tersebut akan menjadi sangat abstrak.
Keabstrakan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan matematika
jauh dari kehidupan siswa. Sehingga siswa menganggap matematika adalah
pelajaran yang membosankan.
Pembelajran matematiak akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa
jika guru dapat menghadirkan maslah-maslah kotekstual dan realistik (nyata),
yaitu masalah-msalah yan sudah dikenal, dekat dengan kehidupan sehari-hari
7
siswa. Maslah kontekstual dapat digunkan sebagai titik awal pembelajaran
matematika dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap
konsep matematika yang dipelajarinya.
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dipikirkan cara penyajian
pelajaran dan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik dalam
pembelajaran matematika sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam
belajar matematika. Karena ketika proses pembelajaran berlangsung sikap
siswa sangat berperan sebagai alat pengendalian diri. Salah satu upaya yang
perlu dilakukan adalah lebih mengakrabkan matematika dengan lingkungan
siswa salah satunya dengan mengaitkan konsep-konsep matematika dengan
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman matematika
siswa dalam kehidupan sehar-hari serta menggunakan kontribusi siswa dalam
pemecahan masalah matematika adalah pendekatan matematika realistik yang
lebih di kenal dengan Realisric Mathematics Edukation (RME).
Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukan
bahwa pembelajaran mengunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya
dapat membuat:8
1. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal
dan tidak terlalu abstrak.
2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3. Menekankan belajar matematika pada ‘learning by doing’
4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa
mengunakan penyelesaian (algoritma) yang baku.
5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
Dalam pendekatan matematika realistik, pembelajaran matematika
dimulai dengan menyajikan real world (dunia nyata) melalui permasalahan
8 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,
2001), h.125.
8
kontekstual. Selain itu dunia nyata juga digunakan sebagai aplikasi dari
pengetahuan matematika. Dunia nyata diperlukan untuk mengembangkan
situasi kontekstual dalam menyusun materi kurikulum. Materi kurikulum
yang berisi rangkaian soal-soal kontekstual akan membantu proses
pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, diharapkan pembelajaran
menggunakan pendekatan matematika realistik dapat memberikan pengaruh
paositif terhadap sikap siswa dalam belajar matematika. Oleh karna itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP SIKAP
SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA” Sebagai judul
skripsi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapa hal dari apa yang telah diuraikan dalam latar
belakang masalah, maka muncul berbagai macam permasalahan yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep.
3. Rendahnya sikap siswa dalam pembelajaran matematika.
4. Lebih banyak hal yang abstrak dalam belajar matematika.
5. Kurangnya variasi pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran
matematika.
6. Suasana pembelajaran matematika kurang menarik dan kurang
menyenangkan bagi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang muncul dalam identifikasi
masalah, dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang hendak diteliti
pada rendahnya sikap siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya
siswa kelas VII di SMP Nusantara Plus Ciputat. Permasalahan tersebut akan
9
diatasi dengan diterapkannya pendekatan matematika realistik, yaitu
pendekatan yang dimulai dengan menyajikan dunia nyata dan siswa diberikan
kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas matematisasi dan beraktivitas
dalam pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan matematika realistik
terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika.?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini
adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan pendekatan
matematika realistik terhadap sikap siswa dalm pembelajran matematika.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penelitian
dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
yang selama ini diperoleh di bangku perkuliyahan.
2. Bagi sekolah, dapat membuat suatu kebijakan perlunya seorang guru
untuk menerapkan pendekatan Realisric Mathematics Edukation (RME)
dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
acuan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di lingkungan
SMP Nusantar Plus Ciputat khususnya dan di lembaga pendidikan lain
pada umumnya.
4. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang baru, belajar dengan
menyenangkan dan bermakna, serta memperoleh perubahan sikap, yang
akhirnya menambah minat siswa dalam belajar matematika, dan
berpengaruh pada hasil belajar siswa.
10
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pemblajaran Matematika
a. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
setiap orang, karena belajar sangat penting untuk perkembangan individu
baik fisik maupun mental. Belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Untuk
memahami pengertian belajar dalam segala aspek berikut dipaparkan
beberapa definisi belajar yang diungkapkan oleh para ahli.
Hilgard dan Bower, Morgan, Gage, Chaplin, Hintzman dan
Witherington adalah beberapa ahli yang mendefinisikan belajar dengan
menitikberatkan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan. Secara lebih spesifik, Hilgard dan Bower dalam
bukunya Theories of Learning mengatakan:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangnan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang seperti kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.1
Sedangkan Morgan, dalam bukunya Introduction to Psychology
mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”.2 Begitujuga dengan M. Sobri Sutikno dalam bukunya yang
1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.
XXIII, h. 84. 2 Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan…h. 84.
10
11
berjudul Menuju Pendidikan Bermutu mengartikan belajar adalah ”Suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”3 Sedangkan Lester D.Crow dalam Syaiful Sagala
mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.4 Pengertian serupa juga
dikemukakan oleh Winkel, menurutnya belajar adalah ”Suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahhuan-
pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.5
Menurut Bloom belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit (tersembunyi).6 Untuk menangkap isi dan pesan
belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan tiga ranah
kemampuan. Pertama ranah kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan
dengan pengatahuan, pemahaman, penalaran, analisis, sintesis dan
evaluasi. Kedua ranah afektif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
perasaan, emosi, penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan
pembentukan pola hidup. Keriga ranah psikomotorik yaitu kemampuan
yang berkenaan dengan keterampilan jasmaniah terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan krativitas.
Islam juga merupakan salah satu agama yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan, sehingga banyak ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan
kita untuk menuntut ilmu atau belajar. Nabi Muhammad pun diutus untuk
3 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi belajar Mengajar, (Bandung: PT
Rafika Aditama, 2007), h. 5. 4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.13. 5 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h.5. 6 Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Ciputat: Gaung Persada (GP)
Press, 2009), h.105.
12
mengajarkan ilmu kepada manusia. Sbagaimana dikatakan dalam surat Al-
Baqarah ayat 151:
Artinya:
”Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu seorang Rosul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu kitab (Al-Quran) dan
hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang kamu belum ketahui”. (QS.
Al-Baqarah:151)
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk mendapatkan hasil atau perubahan, baik
perubahan tingkah laku, pemahaman, pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai, penguasaan materi, pengembangan kemampuan kognitif pada dirinya
melalui interaksi dengan lingkungan. Siswa merupakan individu yang akan
mengalami perubahan tersebut setelah menempuh pengalaman belajar.
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto
maliputi:7
1) Perubahan secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia
merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam bealajar bersifat kontinyu dan fungsional, perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.
7 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), h.3.
13
3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
4) Perubahan dalam belajar bukan berifat sementara, bukan hasil belajar
jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dll.
5) Perubahan dalam belajar bertujan dan terarah. Sebelum belajar,
seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada
dirinya melalui belajar.
6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-
bagian tertentu secara parsial
Perubahan prilaku pada siswa, dalam pengajaran jelas merupakan
produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami
karna mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan seorang
pendidik untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh
perubahan dan pengembangan keterampilan, sikap, penghargaan dan
pengetahuan.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai
hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, kontinu
atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup, positif atau berakumulasi, aktif atau
sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, permanen atau tetap,
bertujuan dan terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik.
Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya.
Sedangkan Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi
transaksional antara guru dan siswa, dimana dalam proses tersebut terdapat
timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.
Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima,
14
dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang
memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Jika dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan
bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh corey
(1986) dalam syaiful segala dikatakan bahwa ”pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu”.8
Menurt Muhaimin pembelajaran adalah ”Upaya membelajarkan siswa
untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari
sesuatu denga cara efektif dan efisien”.9
Pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya yang telah diatur oleh si pengajar, oleh karenanya dalam
penataan lingkungan seorang guru pelu mengatur sedemikain rupa
sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan perilaku yang dinginkan.
Pengaturan lingkungan tersebut, mencakup analisis kebutuhan siswa,
karakteristik siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran,
pemilihan strategi yang sesuai, serta media pembelajaran yang diperlukan.
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah ”Prosedur dan metode
yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta
didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.”10 Sedangkan menurut Mohammad Surya
menjelaskan bahwa pembelajaran adalah ”Suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara
8 Iskandar, Psikologi Pendidikan, …, h.100. 9 Yatim Riyanto, Paradigma Baru…, h.131. 10Asep Herry Hernawan dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2007), Cet 1, h. 3.
15
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.”11
Proses pembelajaran menurut Dunkin dan Biddle berada pada empat
variabel interaksi yaitu:
”(1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (prosess variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang”.12
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa yang telah
direncanakan dan dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana
melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan
prilaku secara komprahensif.
b. Hakekat Matematika
Pengertian matematika tidak didefinisikan secara tepat dan
menyeluruh. Hal ini karna belum adanya kesepakatan definisi tunggal
tentang matematika. Beberapa pengartian tentang matematika hanya
dikemukakan berdasarkan siapa pembuat definisi. Dengan demikian
banyak sekali definisi tentang matematika.
Matematika berasal dari bahasa Latin mathema (pengetahuan atau
ilmu) atau manthanein yang berarti ‘belajar (berpikir) atau hal yang
dipelajari’, sedang dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ‘ilmu
pasti’. Jadi, secara epistimologi istilah matematika berarti “ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.13 Karna dalam matematika
lebih menekankan aktifitas dalam dunia rasio atau penalaran.
Selain dari definisi matematika di atas ada beberapa definisi lain yang
11 Asep Herry Hernawan dkk, Belajar dan…, h.3. 12 Syaiful sagala, Konsep dan Makna ...,h.63. 13 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,
2001), h.18.
16
dikemukakan oleh para tokoh matematika antara lain:
Menurut Jhonson dan Myklebust, “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. Menurut Lerner, “matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mendata, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”. Kline juga mengemukakan bahwa “matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.14
Menurut Paling, ide manusia tentang matematika berbeda-beda,
tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing.
Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa,
matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.15
Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia akan
menggunakan (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi;
(2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran; (3) kemampuan
untuk menghitung; (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan
hubungan-hubungan. James dan James mendefinisikan matematika adalah
“Ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-
konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi kedalam
tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan geometri”.16
Dari beberapa definisi tersebut jika dicermati dapat dilihat ada ciri-ciri
atau karakteristik khusus yang terdapat pada pengertian matematika.
Beberapa karakteristik matematika tersebut adalah: Memiliki objek kajian
14 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.252.
15 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak …, hal.252 16 Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h.7.4.
17
abstrak, Bertumpu pada kesepakatan, Berpola pikir deduktif, memiliki
simbol yang kosong dari arti, ilmu tentang logika, memperhatika semesta
pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.
c. Hakekat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan usaha yang terencana melalui teknik atau
siasat tertentu yang dirancang oleh si pengajar, maka pembelajaran
matematika adalah suatu siasat yang ditempuh oleh si pengajar untuk
memberikan kenyamanan kepada siswsa dalam melakukan transfer ilmu
ketika belajar matematika berlangsung, yang di dalamnya dapat
mencangkup pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran matematika.
sesuai dengan tujuan belajar matematika di sekolah yang mengacu pada
fungsi matematika serta tujuan pendidikan nasional.
Prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan
kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara
aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Diungkapkan dalam
garis-garis besar program pengajaran matematika, bahwa tujuan umum
diberikannya pendidikakn matematika di sekolah adalah:17
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten,
2) Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal,
rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta ,diagram, dan menjelaskan gagasan.
17 Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran…, h.7.30.
18
Tujuan pertama pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penalaran dan
pembentukan sikap siswa. Sedangkan tujuan yang kedua memberikan
penekanan keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu
pengetahuan lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut sebelum melakukan pembelajaran
matematika di kelas guru harus mempersiapkan strategi untuk
menyampaikan materi yang akan diberikan, baik dari segi pendekatan,
metode, atau teknik pembelajaran. Pendekatan pembeajaran dipandang
sebagai upaya dalam strategi yang dapat memperjelas arah strategi yang
ditetapkan.
Dikenal dua penekanan pengertian pendekatan, khususnya dalam
pembelajaran matematika, pendekatan materi dan pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran materi matematika tertentu dengan cara atau metode atau
teknik tetentu agar siswa mudah memahaminya. Metode pengajaran adalah
cara guru menyajikan materi kepada siswa, sedangkan teknik mengajar
merupakan penajaman cara mengajar yang memerlukan keahlian khusus
atau bakat.
Dari uraian di atas yang dimaksud dengan srategi pembelajaran
matematika adalah suatu cara atau siasat yang dilakukan oleh si pengajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang di dalammya dapat
mencakup pendekatan, metode, dan strategi dalam pembelajaran
matematika.
19
2. Pendekatan Konvensional
Pendekatan merupakan terjemahan dari kata ”approach” dalam bahasa
inggris diartikan dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way
path (arti jalan), HM. Chabib Taaha mendefinisikan pendekatan adalah ” cara
memproses subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa
diartikan cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara
pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas”.18
Sedangkan Lawson dalm konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah
”Segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang
keefektifan, keefesienan dalam proses pembelajaran materi tertentu”.19 Dari
definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa Pendekatan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Konvensional adalah sebuah pembelajaran secara klasikal yang biasa
digunakan oleh setiap pendidik untuk mendidik siswanya. Dalam
pembelajaran konvensional, guru memiliki peranan yang sangat penting.
Guru dituntut untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir pelajaran
untuk menjamin materi tersebut dapat dipahami oleh semua siswa, jadi pada
proses pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru.
Pendekatan konvensional menjadikan siswa pasif dalam proses
pembelajaran, karena pembelajaran lebih berpusat pada guru dan komunikasi
yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Hal ini menyebabkan kurangnya
interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Siswa lebih banyak
mendengarkan, mencatat, dan akhirnya menghafal penjelasan yang diberikan
oleh guru. Dalam proses pembelajaran siswa hanya sekali-kali bertanya
mengenai hal-hal yang disampaikan oleh guru dan biasanya hal tersebut
dilakukan oleh siswa yang sama. Sehingga proses pembelajaran yang
berlangsung menjadi kurang efektif.
18 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 169. 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, h.169
20
Menurut Nasution menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran biasa
adalah:
(1) tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur, (2) bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual, (3) kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru, (4) siswa umumnya pasif karena dominan mendengarkan uraian guru, (5) dalam hal kecepatan belajar, semua siswa harus belajar dengan kecepatan yang umum ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, (6) keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif, (7) diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas, sebagian lain akan menguasainya sebagian saja, dan ada lagi yang gagal, (8) guru terutama berfungsi sebagai penyalur pengetahuan (sebagai sumber informasi/pengetahuan). 20
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas dengan
metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya menerima saja apa yang
disampaikan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi
pasif dan proses belajar siswa menjadi kurang bermakna.
3. Pendekatan Matematika Realistik
a. Pengertian dan sejarah pendekatan matematika realistik
Pendekatan Matematika Realistik atau yang lebih dikenal dengan
Realistic Mathematics Education (RME) adalah teori belajar mengajar
matematika yang pertama kali dikenalkan dan dikembangkan sejak tahun
1971 oleh Freudenthal Institute, institute ini berada di bawah Utrecht
University, Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya, yaitu
Profesor Hans Freudenthal (1905–1990), seorang penulis, pendidik, dan
matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda.
20S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h.209-211
21
Institut Freudenthal ini dimulai sejak tahun 1971 terus
mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran
matematika realistik atau yang lebih dikenal dengan RME (Realistic
Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu
matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana
matematika harus diajarkan.
Pendekatan matematika realistik dikembangkan berdasarkan
pandangan Freudental, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan
matematika harus di hubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan
sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area
aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Dua
tipe matematisasi itu, pada horizontal siswa menggunakan matematika
sehingga dapat membantu mereka mengorganisasi dan menyelesaikan
suatu masalah yang ada pada situasi yang nyata. Sebaliknya pada tipe
vertikal proses pengorganisasian kembali menggunakan matematika itu
sendiri. Dari pandangan tersebut, diketahui bahwa matematika adalah
aktivitas manusia, sehingga dalam proses pembelajaran siswa diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep
matematika melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia
nyata.
b. Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia
Keprihatinan Prof. Dr. R. K. Sembiring dan timnya terhadap metode
pengajaran matematika di sekolah dasar, membuatnya berupaya untuk
mencari metode pengajaran yang tepat, baik melalui literatur maupun
kunjungan ke luar negeri. Akhirnya pada tahun 1996, dalam sebuah
Konferensi Matematika Internasional di Shanghai (Cina), Ia bertemu
dengan Prof. Dr. Jan De Lange (Direktur Freudenthal Institue di Utrecht,
Belanda), memperkenalkannya dengan Realistic Mathematics Educations
(RME), yang lebih dikenal dengan pendekatan matematika realistik.
22
Menurutnya, “Kita tidak mengimpor bahan dari Belanda untuk
diterjemahkan ke Indonesia”. 21 Karena bahan yang cocok di Jawa belum
tentu cocok di papua. Misalnya jika kita berbicara mengenai kereta api,
tidak kontekstual di papua. Untuk itu ada perbedaan disana-sini.
Implementasi pendekatan matematika realistik di Indonesia dimulai
dengan mengadaptasikan Realistic Mathematics Educations (RME) sesuai
dengan karakteristik dan budaya bangsa Indonesia atau tempat RME
diimplementasikan (budaya lokal).
c. Komponen Matematisasi dalam Matematika Realistik
Menurut Freudental bahwa “mathematics an human activity and must
be connected to reality”.22 pertama, matematika sebagai aktivitas manusia,
sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas
matematisasi. Kedua, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus
dikaitkakn terhadap kehidupan sehari-hari.
Dalam praktek pembelajaran matematika di kelas, pendekatan realistik
sangat memperhatikan aspek-aspek informal, kemudian mencari jembatan
untuk mengantarkan pemahaman siswa pada matematika formal. De
Lange (1987) mengistilahkan informal mathematics sebagai horizontal
mathematization sedangkan matematika formal sebagai vertical
mathematization. 23
Aktivitas dalam matematisasi horizontal antara lain:
1) Identifying the specific mathematics in a general context
(Pengidentifikasian matematika khusus dalam konteks umum)
21 Alfons Lasedu, “Dalam sebuah Konferensi Matematika Internasional Tahun 1996 di Sanghai, Cina; ia jatuh cinta. Profesor Dr. Robert K. Sembiring jatuh cinta pada RME, Realistic Mathematic Education. Cintanya diboyong ke Indonesia, dalam http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/dialog/sembiring_pmri060306-redirected, 20 Juni 2009.
22 Deni Ermayana, “Studi Tentang Pembelajaran Pecahan dengan Menggunakkan Penekatan Realistik”, dalam Prosiding Seminar Nasional GMM BEM Himaptika Identika, 2001, h.88.
23 Turmudi, Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika dan Beberapa Contoh Real di Tingkat Mikro dalam Seminar Sehari Realistic Mathematics Education, Bandung, 4 April 2001, hlm. 1.
23
2) Schematizing (Penskemaan)
3) Formulating and visualizing a problem in different ways (Perumusan
dan pemvisualan masalah dalam cara yang berbeda)
4) Discovering relation (Penemuan relasi atau hubungan)
5) Discovering regularities (Penemuan Keteraturan)
6) Recognizing isomorphic aspects in different problem (Pengenalan
aspek isomorphic atau kesamaan dalam masalah-masalah yang
berbeda)
7) Pentransferan real world problem ke dalam mathematical problem
8) Pentransferan real world problem ke dalam suatu model matematika
yang diketahui.
Segera setelah masalah ditransfer ke dalam masalah matematika,
kemudian masalah ini dapat diuji dengan alat-alat matematika, sehingga
proses dan pelengkapan matematika dari real world problem ditrasfer ke
dalam matematika.
Aktivitas yang memuat komponen matematisasi vertikal adalah:
1) Representing a relation in a formula (Menyatakan suatu hubungan
dalam suatu rumus)
2) Proving regularities (Pembuktian keteraturan)
3) Refining and adjusting models (Perbaikan dan penyesuaian model)
4) Using different models (Penggunaan model-model yang berbeda)
5) Combining and integrating models (Pengkombinasian dan
pengintegrasian model-model)
6) Formulating a new mathematical concept (Perumusan suatu konsep
matematika baru)
7) Generalizing (Penggeneralisasian)
Langkah yang di utamakan dalam matematika realistik adalah
memberikan kesempatan atau menciptakan peluang atau kondisi sehingga
siswa aktif bermatematika. RME atau pendidikan matematika realistik
adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi
24
siswa, yang menekankan keterampilan process of doing mathematics
berdiskusi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat
menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada
pendekatan ini seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator, moderator
atau evaluator sementara siswa berpikir, mengkomunikasikan
reasoningnya, dan melatih suasana demokrasi dengan menghargai
pendapat orang lain.24
Filosofi RME mengacu pada dua pandangan Freudenthal tentang
matematika. Pertama, matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga
siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas
matematisasi dan beraktivitas dalam pembelajaran (siswa berdiskusi dalam
mencari strategi/langkah penyelesaian soal). Kedua, matematika harus
dihubungkan dengan realitas, artinya materi yang diberikan berdasarkan
konteks atau hal-hal yang real (nyata atau pernah dialami/diketahui siswa)
dan dikaitkan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
d. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakan dengan pembelajaran
matematika konvensional. Menurut Treffers, de Lange, dan Gravemeijer
terdapat lima karakteristik pendekatan matematika realistik, diambil dari
berbagai sumber, yaitu:25
1) Menggunakan masalah kontekstual (masalah kontekstual sebagai
aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang diinginkan
dapat muncul). Gambar berikut menunjukkan dua proses matematisasi
yang berupa siklus dimana “dunia nyata” tidak hanya sebagai sumber
24 Zulkardi, “Realistic Mathematics Education (RME): Teori, Contoh Pembelajaran dan
Taman Belajar di Internet”, dalam Seminar Sehari Realistic Mathematics Education, Bandung, 4 April 2001, hlm. 2.
25 Zulkardi, “Realistic Mathematics..., hlm. 3.
25
matematisasi tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan
kembali matematika.
Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual (de Lange)
Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (dunia nyata),
sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung untuk mengenali situasi permasalahan.
Ini berarti, pembelajaran tidak dimulai dari sistem formal dan abstrak.
2) Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal
(perhatian di arahkan pada pengembangan model, skema dan
simbolisasi dari pada hanya mentransfer rumus atau matematika
formal secara langsung). Istilah model berkaitan dengan model situasi
dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self
development models). Hal ini berarti siswa mengembangkan model
situasi sesuai dengan tahap berpikirnya, sesuai dengan apa yang
dikenal siswa untuk menyelesaikan masalah. Kemudian dalam proses
generalisasi dan formalisasi, model yang dibuat akan menjadi
kesatuan bahkan dapat digunakan sebagai penalaran matematis.
3) Menggunakan kontribusi murid (kontribusi yang besar pada proses
belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang
mengarahkan mereka dari metode informal mereka ke arah yang lebih
formal atau standar). Strategi siswa dalam menyelesaikan
menyelesaikan permasalahan matematika dipandang sebagai free
Mathematizing and Reflection
Mathematizing and Application
Abstraction and Formalization
Real World
26
production yang akan memberikan kontribusi untuk perbendaharaan
model atau strategi belajar matematika. Siswa diberi keleluasaan
untuk menghasilkan cara yang konkret dan bermakna bagi dirinya
sesuai dengan tahap berpikirnya. Free productions dapat dijadikan
sebagai alat untuk penilaian kemampuan siswa, misalnya: siswa diberi
tugas untuk menuliskan kegiatan belajarnya, melakukan eksperimen,
mengumpulkan data dan membuat kesimpulan, membuat soal untuk
diskusi kelas, dan lain-lain.
4) Interaktivitas (negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan
evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses
belajar secara konstruktif di mana strategi informal murid digunakan
sebagai jantung untuk mencapai yang formal). Interaksi antar siswa,
antara siswa dan guru adalah aktivitas penting dalam PMR. Kegiatan
diskusi, negosiasi, kerjasama dan evaluasi adalah hal yang penting
dalam proses belajar yang interaktif, di mana cara atau metode siswa
yang informal dijadikan sebagai jembatan untuk mencapai cara atau
metode yang formal. Dalam pembelajaran yang interaktif ini siswa
dibiasakan untuk melakukan presentasi, menjelaskan, melakukan
justifikasi, bertanya, dan lainnya.
5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya (pendekatan holistik,
menunjukkan bahwa unit-unti belajar tidak akan dapat dicapai secara
terpisah tetapi keterkaitan dan keterintegrasian harus di eksploitasi
dalam pemecahan masalah). Karakteristik ini maksudnya adalah
jalinan atau kaitan antar topik dalam pembelajaran matematika tetap
dipertahankan. Jalinan satu topik dengan topik lain, antara satu unit
dengan unit lain, dan antara strand dengan strand lain terus
dipertahankan, sehingga matematika bukanlah pengetahuan yang
saling terpisah melainkan suatu pengetahuan atau ilmu yang utuh dan
terpadu dengan kokoh (Turmuji 2003 dalam Al Jupri). Salah satu
alasannya adalah bahwa penerapan matematika akan sulit jika
27
matematika diajarkan secara “vertikal”, yakni berbagai materi
diajarkan secara terpisah, dan mengabaikan keterkaitan antar topik.
Untuk mengimplementasikan Matematika Realistik di kelas, diawali
dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang disusun mengacu pada
karakteristik Matematika Realistik dan secara umum meliputi tujuan,
materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi. Berikut bagan
implementasi Matematika realistik dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Tabel 2.1 Implementasi Matematika Realistik
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Guru memberikan siswa masalah
kontekstual.
Siswa secara sendir atau kelompok kecil
mangerjakan masalah dengan strategi-
strategi informal.
Guru merespon secara positif
jawaban siswa, siswa diberikan
kesempatan untuk memikirkan
strategi siswa yang paling efektif.
-
Guru mengarahkan siswa pada
beberapa masalah kontekstual dan
selanjutnya meminta siswa
mengerjakan masalah dengan
menggunakakn pengalaman mereka.
Siswa secara sendiri-sendiri atau
berkelomppok mengerjakan masalah
tersebut.
Guru mengelilingi siswa sambil
memberikan bantuan seperlunya.
Beberapa siswa mengerjakan didepan
papan tulis. Melalui diskusi kelas.
jawaban siswa dikonfrontasikan.
Guru mengenalkan istilah konsep Siswa merumuskan bentuk matematika
formal
Guru memberikan tugas di rumah
yaitu membuat masalh cerita beserta
jawabannya yang sesuai dengan
matematika formal
Siswa mengerjakan tugas rumah dan
menyerahkannya kepada guru.
28
Menurut Zulkardi untuk mendesain suatu model pembelajaran
berdasarkan pendekatan realistik, model tersebut harus merepresentasikan
karakteristik dari RME baik pada tujuan, materi, model dan evaluasi.26
1) Tujuan
Tujuan haruslah melingkupi tiga level tujuan dalam RME: lower level,
middle level, and high level. Jika pada level awal difokuskakn pada
ranah kognitif maka dua tujuan terakhir menekankan pada ranah afektif
dan psikomotorik. Seperti kemampuan berargumentasi, berkomunikasi
dan pembentukan sikap keritis siswa.
2) Materi
Desain materi berupa materi terbuka, yang disituasikan dalam realitas.
Berangkat dari konteks yang berarti, yang membutuhkan keterkaitan
garis pelajaran terhadap unit atau topik lain yang real secara orginal.
3) Aktivitas
Atur aktivitas siswa sehinga mereka dapat berinteraksi sesamanya,
diskusi, negosiasi dan kolaborasi. Pada situasi ini siswa mempunyai
kesempatan untuk bekerja, berfikir dan berkomunikasi tentang
matematika.
4) Evaluasi
Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk “open-ended question” yang
memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan menggunakan
bermacam strategi atau beragam jawaban.
e. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik
Prinsip pendekatan matematika realistik menurut Freudenthal ada tiga
hal, 27 yaitu:
26 Zulkardi, “Realistic Mathematics … hlm. 3. 27 Nurlaela Rahmawati dan Tatang Herman, “Upaya Meningkatkan Minat dan Sikap Positif
Siswa SLTP Kelas 1 Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (RME)”, dalam Prosiding Seminar Nasional GMM BEM Himaptika ‘Identika’ 2001, hlm. 98.
29
1). Guided reinvention and didactical phenomelogy
Ini mengandung arti bahwa belajar dengan pendekatan matematika
realistik membimbing siswa dalam belajar untuk menemukan sendiri
strategi/cara penyelesaian permasalahan sesuai dengan tingkat
kognitifnya, karena dengan menemukan sendiri lebih dipahami dan
lebih lama diingat oleh siswa. Dalam hal ini pembelajarannya
mengambil permasalahan (konteks) yang terdapat pada fenomena-
fenomena nyata dan berhubungan dengan konsep matematika.
2). Progressive mathematization
Dari permasalahan matematik yang ada pada kehidupan nyata
maka selanjutnya dilakukan perumusan ke dalam bahasa matematika
dalam bentuk konsep abstrak melalui pemodelan matematik. Masalah
matematik ini dapat diselesaikan secara formal matematis atau secara
informal tergantung kemampuan yang dimiliki siswa, yang kemudian
hasilnya diterjemahkan kembali ke dalam bahasa dunia nyata semula.
Pemodelan matematika pada soal-soal yang nyata dan diselesaikan
secara informal ini disebut matematisasi horizontal. Sedangkan
pemodelan yang menggunakan simbol-simbol matematik atau
penyelesaiannya secara formal disebut matematisasi vertikal.
3). Self-developed models
Model-model yang digunakan, dalam hal ini dibuat oleh guru atau
siswa yang dapat membimbing siswa menyelesaikan permasalahan
(konteks) yang nyata. Model-model ini menjadi jembatan dari jawaban
informal siswa ke bentuk formal. Urutan model dalam matematika yang
pertama adalah model situasional (yaitu benda yang nyata bagi siswa),
kemudian meningkat menjadi model-of (sudah berupa gambar-gambar
atau pemodelan tanpa bendanya). Kemudian bergeser menjadi model-
for (berupa simbol-simbol matematika, seperti kali, tambah, kurang)
dan yang paling tinggi tingkatannya adalah model dalam formal
matematika.
30
f. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Matematika Realistik
Beberapa kekuatan pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik, antara lain:28
1) Pelajaran jadi cukup menyenangkan bagi siswa. Suasana tegang tidak
tampak, karena siswa mendapatkan kebebasan mengungkapkan idenya
atau bertanya kepada kawannya.
2) Materi yang disiapkan oleh kebanyakan siswa.
3) Alat peraga yang digunakan berasal dari benda-benda di sekitar siswa,
sehingga tidak sulit mendapatkannya.
4) Guru menjadi lebih kreatif dalam membuat alat peraga.
5) Memupuk kerjasama siswa dengan belajar dalam kelompok.
6) Melatih keberanian siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk
menjelaskan idenya di dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
Guru.
7) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir.
8) Adanya pendidikan budi pekerti (secara tidak langsung) misalnya:
memupuk kerja sama, menghormati teman yang sedang berbicara, dsb.
Sedangkan kelemahan pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik, ialah:
1) Untuk kelas yang besar, guru mengalami kendala karena siswa belum
bisa berpikir mandiri atau berinteraksi dengan kawan-kawannya,
sehingga kelas menjadi gaduh.
2) Proses pembelajaran untuk mengajarkan suatu materi membutuhkan
waktu yang lama, sehingga jika kurikulum sepadat kurikulum 94, maka
dikawatirkan guru tidak dapat menyelesaikan materi ajar.
3) Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang-sedang saja, maka
diperlukan bantuan dan waktu yang cukup lama untuk dapat memahami
materi ajar.
28 Hongki Julie, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik dan Beberapa Contoh dalam Pembelajarannya”, dalam Widya Dharma, 2002, h. 35.
31
4) Alat peraga sering disalahgunakan untuk bermain-main.
5) Dalam kerja kelompok tidak semua siswa dapat aktif dan menjadi
penonton.
6) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya
yang belum selesai.
4. Hakikat Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam diri manusia.
Keberadaannya kadang terlihat seiring dengan prilaku kesehariannya. Apa
yang menyebabkan seseorang giat melakukan suatu pekerjaan atau tidak
menyukai pada suatu pekerjaan dapat tercermin dari sikap dan tingkah
laku yang diperlihatkannya. Sikap dalam kehidupan sehari-hari seringkali
digunakan dalam arti yang salah atau kurang tepat. Si Wasta sikapnya
lemah. Kaka saya tidak diterma masuk tentara karna sikap badanya kurang
tegap. murid itu dihukum gurunya karna bersikap kurang ajar. Penggunaan
kata sikap secara sembarang seperti itu dapat menggubah arti yang
sebenarnya dari kata sikap.
Secara historis, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencer pada tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya
sebagai status mental seseorang. Di masa awal-awal itu juga penggunaan
konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep postur fisik atau posisi tubuh
seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam
bidang eksperimaen mengenai respon untuk mengambarkan kesiapan
seseorang sebagai subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-
tiba. Oleh Lange kesiapan dalam diri individu untuk merspon stimulus itu
disebut aufgabe atau task attitude. Jadi, menurut istilah Lange, sikap tidak
hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek
respon fisik.
32
Sikap merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat
mempengaruhi cara seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh David O Sears dkk bahwa
”diasumsikan sikap seseorang menentukan prilakunya”.29 Sikap juga telah
didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Puluhan definisi dan
pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu
diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran
yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis
Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka, ”sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau memihak (unfavorable) pada objek tersebut”.30
Kelompok pemikiran yang ke dua diwakili oleh para ahli seperti
Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport. Menurut
kelompok pemikiran ini,
sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimullus yang menghendaki adanya respons.31
Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena suatau rangsangan baik
mengenai orang, benda-benda, maupun situasi atau kondisi lingkungan
sekitar yang mengenai dirinya. Seperti kalimat berikut. Pak Riyan selalu
marah-marah jika melihat rumahnya kotor. Pak Ahmad bersikap acuh tak
acuh terhadap persoalan yang menimpa keluarganya. Dari contoh tersebut
dapat diartaikan bahwa sikap adalah suatu perbuatan sebagai reaksi suatu
29 Sondang Maria J Silaen, “Hubungan Antara Sikap Siswa, Sikap Ibu, Sikap Guru,
Terhadap Matematika dan Inteligensi Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Kelas II”, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, (Depok: Universitas Indonesia, 1990), h.31.
30 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. X1, hlm. 5.
31 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia…, hlm. 5.
33
rangsangan atau stimulus, yang disertai dengan pendirian dan perasaan
orang itu.
Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi
kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini,
”suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif,
dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek”.32
Ahli-ahli yang lain mendefinisikan konstrak kognisi, afeksi dan konasi
sebagai tidak menyatu langsung kedalam konsepsi mengenai sikap.
Perhatikan skema pada gambar berikut.
Gambar 2.2 Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap
32 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia…, hlm. 5.
Variabel independen yang
dapat diukur
Variabel dependen yang dapat diukur
Variabel intervening
STIMULI (individu, situasi, kelompok sosial, dan objek sikap
lainnya)
SIKAP KOGNISI
Respons perseptual
Pernyataan lisan tentang keyakinan
AFEK
Respons syaraf simpatetik
Pernyataan lisan tentang afek
PERILAKU
Tindakan yang tampak
Pernyataan lisan mengenai perilaku
34
Terlihat dalam gambar 2, sikap seseorang terhadap suatu objek selalu
berperan sebagai suatu perantara antara responnya dan objek yang
bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respon
kognitif (pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon
syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon kognitif (respon
mengenai tindakan atau pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing
klasifikasi respon ini berhubungan denagn ketiga komponen sikapnya.
Selain ketiga pemikiran di atas, para ahli dalam psikologi pendidikan
juga mencoba merumuskan definisi sikap antara lain, para ahli yang lebih
menekankan definisi sikap pada kesiapan atau kecenderungan mental
seseorang terhadap suatu objek. Trow mendefinisikan sikap sebagai ”suatu
kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi
yang tepat”.33 Sedangkan Winkel (2004) mendefinisikan sikap sebagai
”Kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik”.34 sementara itu,
Allport mengemukakan bahwa ”sikap adalah keadaan mental dimana
prosesnya berawal dari reaksi terhadap sebuah pengalaman yang dipandang
menberikan pengaruh dinamik atau terarah pada diri individu”.35 Definisi
sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul
seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman
serta memberikan pengaruh langsung kepada responss seseorang.
Jadi disini sikap yang terpenting adalah yang diikuti oleh objeknya.
Misalnya sikap terhadap pemblajaran matematika, baik pada gurunya,
pelajarannya maupun proses belajarnya. Sikap adalah kecendrungan untuk
bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata
(overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior).
33 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, hlm. 114. 34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), h.276. 35 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004),
hal. 162.
35
Ellis mengemukakan tentaang sikap itu sebagai berikut:
Attitude involve some knowledge of situation. However, the essential aspect of the attitude is found in the fact that some characteristic feelingor emotion is experienced, and as we would accordingly expect, some definite tendency to action is associated.36
Menurut Ellis, yang sangat memegang peranan penting di dalam
sikap adalah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/
responss, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal, sikap
merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai
reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang
(like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau
menjauhi/ menghindari sesuatu.
Dari uraian definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bereaksi secara
tertentu terhadap objek tertentu. Sikap dapat bersifat positif atau negatif.
Sikap positif cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu. Sikap negatif cenderung menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
b. Komponen Sikap
Menurut skema tradik, struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang satu sama lain, yaitu komponen kognitif, komponen
afektif, dan komponen knatif.
1) Komponen kognitif
Komponen kognitif berisikan kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayan
datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.
Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide
atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek.
36 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.
XXIII, hlm. 141.
36
Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu
akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk dikarnakan kurang
atau tiadanya informasi yan benar mengenai objek yang dihadapi.
Dalam pergaulan sosialpun kita kadang-kadang salah menilai orang
dari namanya karna kita belum pernah bertemu atau berkenalan.
Hanya karna nama seseorang kurang menarik, kita dapat
menyimpulkan dan percaya bahwa peribadi orangnya juga kurang
menarik, padahal jika sudah kenal kesan kita akan jauh berbeda.
2) Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar. Reaksi emosional yang yang merupakan
komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa
yang kita percayai.
3) Komponen konatif
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana
berprilaku atau kecendrungan berprilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kaitan ini
didasari atas asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak
mempengaruhi prilaku. Maksudnya, bagaimana orang berprilaku
dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayan dan perasaan terhadap stimulus
tersebut. Kecendrungan berprilaku secara konsisten, selaras dengan
kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu,
sangat logos untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan
dicerminkan dalam bentuk tendensi prilaku terhadap objek.
37
Pengertian kecendrungan berprilaku menunjukan bahwa komponen
konatif meliputi bentuk prilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara
langsung saja, akan tetapi meliputi juga bentuk-bentuk prilaku yang
masih verbal berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan
seseorang.
Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan
sebagai komponen afektif, dan tendensi prilaku sebagai komponen konatif
seperti itulah yang menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang
dicerminkan oleh jawaban terhadap sekala sikap.
Ketiga komponen sikap yang ada dalam diri manusia tersebut
sesungguhnya dapat di jumpai dalam isyarat yang terdapat dalam Al-
Quran. Dalam hubungna ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat
An-Nahl ayat 78:
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”(Qs. An-Nahl :78)
Pada ayat tersebut terdapat kata As-Sama (pendengaran) yang dapat
diartikan sebagai psikomotorik, karna pendengaran terkait dengan salah satu
pancaindra manusia yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran.
Kata Al-Bashar (penglihatan) yang dapat diartikan sebagai aspek kognitif,
karna penglihatan dalam arti pemahaman terkait dengan salah satu unsur
pemikiran manusia, dan kata Al-Afidah (hati) yang dapat diartikan aspek
afektif, karna hati termasuk salah satu unsur afektif. Ketiga kata tersebut
38
dihubungkan dengan kata sebelumnya yakni la ta’lamuna syia (tidak
mengetahui sesuatupun.
c. Sikap Terhadap Matematika, Teman, dan Guru
Sikap dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan seseorang
untuk bereaksi secara tertentu terhadap objek tertentu. Sikap dapat bersifat
positif atau negatif. Sikap positif cenderung tindakan mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif cenderung
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Keselarasan antara pengetahuan atau keyakinan dengan perasaan
seseorang akan berpotensi besar untuk cendrung melakuan sesuatu respon
terhadap stimulus tertentu.
Sikap terhadap matematika adalah kecendrungan siswa terhadap
matematika untuk mendekati atau menjauhi, menyenangi atau membenci
sesuai dengan keyakinan dan perasaan siswa tersebut terhadap
matematika. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika akan
memiliki ciri antara lain: siswa terlihat sungguh-sungguh dalam belajar
matematika, menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu,
berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan
tuntas dan selesai pada tepat waktunya.
Teman dan guru merupakan dua faktor yang sangan penting dalam
pembelajaran, karna guru adalah seorang pendidik yang fungsinya untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik. Begitu juga
teman adalah sekumpulan individu yang ada di sekitar siswa sebagai
sabjek dari sikap, yang keduanya merupakan objek dari sikap seorang
siswa. Pengetahuan dimasa lalu tentag objek tersebut akan berpengaruh
pada perasan seorang siswa terhadap objek tersebut, baik rasa suka atau
tidak suka, senag atau tidak senagn. Siswa yang memiliki sikap negatif
terhadap guru, akan cendrung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
39
d. Karakteristik Sikap
Dalam bukunya yang berjudul Principles of Educational and
Psychological Measurement and Evaluation, Sax menunjukkan beberapa
karakteristik (dimensi) sikap, yaitu:37
1) Arah, sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu positif (setuju,
mendukung, memihak) dan negatif (tidak setuju, tidak mendukung,
tidak memihak) terhadap suatu objek.
2) Intensitas, kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya sama. Sikap positif atau negatif dapat
berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari sangat tidak
setuju sampai sangat setuju. Dua orang yang memiliki sikap negatif
terhadap objek yang sama, belum tentu intensitasnya sama. Orang
pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak
stuju.
3) Keluasan, kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap
dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan
tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek
sikap.
4) Konsistensi, adanya Kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responssnya terhadap objek sikap yang
dimaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar
waktu. Untuk dapat konsisten sikap harus bertahan dalam diri individu
untuk waktu yang relatif panjang.
5) Spontanitas, sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi
apabila dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan
pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu
mengemukakannya.
37 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia…, hlm. 87.
40
e. Tingkatan Sikap
1) Menerima, menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon, memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi.
f. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau terjadi begitu
saja. Pembentukan selalu berhubungan dengan interaksi social baik yang
terjadi di dalam kelompok maupun di luar kelompok, baik berjalan secara
alamiah maupun dengan bantuan teknologi informasi. Secara umum
pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi melalui empat cara, yaitu:
1) Adopsi, kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-
menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2) Diferensiasi, hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, berkembang
sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia yang
kemudian dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
3) Integrasi, pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga
terbentuknya sikap mengenai hal tersebut
41
4) Trauma, trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan,
yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat
menyebabkan terbentuknya sikap.
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap:
1) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap situasi sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Karna itu, sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang dapat mempengaruhi hidup kita. Diantara orang yang biasanya
dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang yang status
sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, pasangan hidup
dan lain-lain.
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Seorang ahli psikologi yang
terkenal, Burrhus Frederic Skinner sangat menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
4) Media Masa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media seperti telivisi,
radio, majalah dan lain lain.mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media masa juga membwa pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
42
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan agama memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukan sikap dikarnakan keduanya meletakakn dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik
dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dengan yang tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagaman serta ajaran-
ajarannya.
6) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap dikarnakan pengalaman pribadi dan faktor
lingkungan seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran prustasi dan pengalihan bentuk mekannisme pertahanan ego.
Sikap yang demikian merupakan sikap yang sementar akan tetapi dapat pula
bertahan lama.
h. Peranan Sikap dalam Pembelajaran Matematika
Pada uraian sebelumnya, telah disebutkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah sikap. Sikap dalam proses
pembelajaran dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang
tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap siswa
terhadap matematika dapat diketahui dengan caranya bereaksi atau
merespon dalam pembelajaran matematika di kelas. Reaksi siswa baik
positif maupun negatif terhadap matematika akan menentukan pula
usahanya untuk menerima atau menolak pelajaran matematika. Jika siswa
bersikap positif terhadap pembelajaran matematika maka ia akan
mengklasifikasikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan,
menarik untuk dipelajari dan bermanfaat untuk dirinya. Akan tetapi siswa
yang bersikap negatif terhadap matematika ia akan cendrung
mengklasifikasikan matematika sebagai pelajaran yang membosankan,
tidak menarik, dan membuang-buang waktu saja.
43
Sikap siswa dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap
aktivitas belajar siswa dan hasil belajar yang dicapainya. Sesuatu yang
menimbulkan rasa senang (positif), cenderung untuk diulang, demikian
menurut hukum belajar (law of exercise) yang dikemukakan Thorndike.
Pengulangan ini (law of exercise) penting untuk mengukuhkan hal-hal
yang dipelajari.
Sejalan dengan teori Thorndike, menurut Ruseffendi, “sikap positif
terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar
matematika”.38 Untuk itu, sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan
sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika, mengingat bukan hal
asing lagi bahwa masih banyak siswa kita yang bersikap negatif terhadap
matematika dan pada akhirnya berimbas pula pada rendahnya prestasi
matematika siswa.
5. Sikap Siswa dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik
Proses pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik adalah
tentang pencapaian intelektual yang berasal dari partisipasi aktif merasakan
pengalaman-pengalaman yang bermakna, pengalaman yang memperkuat
hubungan antara sel-sel otak yang sudah ada dan membentuk hubungan saraf
baru. Aktivitas merasakan pengalaman-pengalaman nyata diperoleh dari
permasalahan kontekstual yang dihadirkan oleh guru di dalam proses
pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk mengenali permasalahan
dengan membandingkan pengetahuan yang sudah ia miliki dan
mengemukakan apa yang ia pikirkan di dalam benaknya. Bahkan siswa
dituntut untuk dapat menyelesaikan atau menemukan solusi atas
permasalahan tersebut.
38Sahat Saragih, “Menumbuhkan Berpikir Logis dan Sikap Positif Terhadap Matematika
malalui Pendekatan Matematika Realistik”, dalam Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 061 Tahun ke-12. Juli, hlm. 9.
44
Tiga level tujuan dalam matematika realistik dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar untuk mempengaruhi sikap siswa dalam
pembelajaran. Karna ketiganya yaitu lower level lebih difokuskan pada aspek
kognitif dan dua level yang lain middle level and high level menekankan pada
ranah afektf dan psikomotorik. Ketiga level ini sesuai dengan tiga komponen
yang membentuk sikap siswa.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian mengenai pendekatan matematika realistik di atas,
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika dengan RME
diawali dengan masalah-masalah nyata (kontekstual) yang memungkinkan
siswa menggunakan pengalaman sehari-hari mereka untuk membangun
konsep matematika melalui abstraksi dan formalisasi, dalam hal ini
pembelajaran tidak dimulai dari sistem formal. Hal ini dapat membantu
mengurangi pandangan bahwa matematika sangat abstrak dan jauh dari
kehidupan sehari-hari siswa. Penyampaian materi yang sesuai dengan
pengalaman siswa sehari-hari juga dapat membantu siswa untuk lebih mudah
memahami konsep matematika.
Selain itu, dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan
matematika realistik, kontribusi siswa memegang peranan yang sangat
penting, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan
pendapat atau ide-idenya mengenai suatu pemecahan masalah matematika.
Sehingga siswa akan merasa lebih dihargai dan tidak hanya menerima secara
utuh apa yang didiktekan oleh guru. Dalam pembelajaran ini siswa juga
dituntut untuk aktif dalam berdiskusi sehingga interaksi antar siswa akan
terjalin dengan baik. Dengan demikian, proses pembelajaran tidak monoton
dengan metode ceramah-latihan saja serta aktivitas belajar siswa di kelas
berjalan dengan optimal.
Beberapa kelebihan pembelajaran matematika dengan pendekatan
matematika realistik tersebut sejalan dengan upaya untuk meningkatkan sikap
45
siswa dalam pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Dengan
pendekatan matematika realistik siswa akan merasa lebih dihargai,
memudahkan siswa untuk memahami konsep matematika karena sesuai
dengan pengalaman siswa sehari-hari, menggunakan metode yang bervariasi
sehingga akan lebih menarik perhatian siswa. Dengan demikian sikap siswa
dalam pembelajaran matematika dapat meningkat.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ”sikap siswa yang diajarkan dengan
pendekatan metematika realistik lebih baik dari sikap siswa yang diajarkan
dengan pendekatan konvensional”.
46
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Plus, yang beralamat di jl.
Tarumanegara Dalam, Ciputat. Tanggerang Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 pada
bulan Oktober sampai dengan bulan November 2010. Waktu pelaksanaan
penelitian akan terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu Kegiatan
27 September 2010
Melaksanakan wawancara dengan guru
mengenai sikap siswa dalam pembelajaran
matematika.
04 Oktober –
09 November
Melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan matematika realistik pada kelas
eksperimen dan pendekatan konvensional
pada kelas kontrol.
10 dan 12 November Memberikan angket pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
46
47
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu
(quasi experimental), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Pada penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan kepada siswa
dengan menerapkan Pendekatan Matemaatika Realistik untuk meningkatkan
sikap siswa dalam pembelajaran matematika. kemudian membandingkan
sikap siswa dalam pembelajaran matematika yang diberikan perlakuan
pendekatan matamatika realistik (kelas eksperimen) dengan siswa yang
dibrikan perlakuan pendekatan konvensioal (kelas kontrol).
Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized control-group
post test only design, dengan pola sebagai berikut:1
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
R : Random
X : Perlakuan
O1 : Hasil post-test kelompok eksperimen
O2 : Hasil post-test kelompok control
1 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
Cet. II, h.100.
E X O1 K O2
R
48
Rancangan ini terdiri atas dua kelompok, satu kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dan satu kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan. Hasilnya dapat dilihat dengan memberikan postest pada kedua
kelompok tersebut dan hasilnya dibandingkan.2
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Nusantara Plus
yang beralamat di Jl. Tarumanegara Dalam No 1 Ciputat Tanggerang
Selatan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari kelas VII
semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri 4 kelas. Dan
terpilih kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen terdiri dari 42 siswa dan
kelas VII-3 sebagai kelas kontrol terdiri dari 40 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik cluster random sampling.
D. Tekhnik dan Alat Pengumpulan Data
Data diperoleh dari angket sikap siswa dalam pembelajaran
matematika pada kedua kelompok sampel dengan pemberian angket yang
sama dan dilakukan pada akhir pokok bahasan materi yang telah dipelajari
dan disusun berdasarkan silabus. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
1. Variabel yang Diteliti dan Sumber Data
Variabel bebas : Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Variabel terikat : Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Sedangkan Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang
menjadi sampel penelitian, guru mata pelajaran matematika dan peneliti.
2 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar ..., h.100.
49
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket
sebanyak 26 item pernyataan untuk mengukur skor sikap siswa dalam
pembelajaran matematika. Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik,
sebelum digunakan, instrumen penelitian tersebut telah diujicobakan
terlebih dahulu setelah mendapat arahan dan persetujuan pembimbing
berkenaan dengan validitas item. Instrumen penelitian yang diujicobakan
terdiri dari 39 item pernyataan. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VII-
4 yang terdiri dari 36 siswa yang hadir. Kemudian data hasil uji coba
tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap pernyataan,
meliputi validitas dan reliabilitas.
Adapun kisi-kisi instrumen angket sikap siswa dalam pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Skala Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Sebelum Uji Validitas
Variabel Objek Sikap Komponen Sikap
Jumlah Kognitif Afektif Konatif
Sikap Siswa
dalam
Pembelajaran
Matematika
Sikap Terhadap
Matematika 1, 3, 4,5,14 6,7, 15 2,8,9,10,11,12,13,16 16
Sikap Terhadap
Teman Sekelas 23, 27 18,19, 20, 25 17,21, 22,24, 26, 28 12
Sikap Terhadap
Guru Matematika 34,37 32,35,36, 38 29, 30, 31,33, 39 11
Total 39
50
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Skala Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Setelah Uji Validitas
Variable Objek Sikap
Komponen Sikap
Jumlah (%) Kognitif Afektif
Konati
f
Siakp Siswa
dalam
Pembelajaran
Matematika
Sikap Terhadap
Matematika
1, 3, 4,
14 6, 7, 15
2, 8, 9,
11, 13,
16
13 50
Sikap Terhadap
Teman Sekelas 27
18, 19,
20, 25
17, 22,
28 8 30,77
Sikap Terhadap
Guru
Matematika
- 32, 36,
38 30, 33 5 19,23
Jumlah 5 10 11 26 -
(%) 19,23 38,46 42,31 - 100%
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk mengukur validitas butir soal atau validitas item pada sikap
siswa dalam pembelajaran matematika digunakan korelasi product moment
dengan angka kasar sebagai berikut:3
Dimana: rxy = Koefisien korelasi variabel X dan Y
N = Jumlah Responden
X = Skor Item
Y = Skor Total
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 72.
51
Untuk mengetahui valid atau tidaknya item perenyataan, maka hasil
perhitungan xy dikorelasikan dengan tabel.. Jika xy > tabel, maka item
pernyataan dikatakan valid, sebaliknya jika xy ≤ tabel, maka item
pernyataan dikatakan tidak valid. Dari 39 item pernyataan yang diujikan
diperoleh 26 soal yang dikatakan valid. Sehingga yang digunakan sebagai
instrumen penelitian adalah 26 item pernyataan yang telah valid.
Perhitungan selengkapnya mengenai uji validitas instrumen penelitian
dapat dilihat pada lampiran 7.
Sedangkan untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian
digunakan rumus Alpha. Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu
alat evaluasi. Reliabilitas yang digunakan untuk mengukur sikap siswa
dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan rumus
Alpha yaitu :4
Dengan Varians
Keterangan :
r11 : nilai reliabilitas
k : banyaknya item pertanyaan
: jumlah varians butir
: varians total
: skor tiap soal
n : banyaknya siswa
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian,
diperoleh skor reliabilitas sebesar 0,84 (perhitungan selengkapnya lihat
lampiran 8). Dengan skor reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT Rineka
Ciipta, 2006), h.196.
52
tersebut dapat dikatakan memiliki konsistensi yang handal dan memenuhi
persyaratan instrumen tes yang baik.
4. Tekhnik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik
analisis yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan, karena
berhubungan dengan angka, yaitu skor sikap siswa dalam pembelajaran
matematika yang diberikan. Penganalisisan dilakukan dengan
membandingkan hasil skor sikap siswa kelompok kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional dan kelompok
eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
pembelajaran matematika realistik.
Dari data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan
statistik dan melakukan perbandingan terhadap dua kelompok tersebut
untuk mengetahui kontribusi pendekatan pembelajaran matematika
realistik terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika. Sebelum
dilakukan perhitungan satatistik, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pasangan Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Dta berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji kenormalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan
yang digunakan ialah uji kai kuadrat atau Chi Square. Langkah-
langkah untuk mengadakan uji Chi- Square adalah:5
1) Menentukan rata-rata
5 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah,... h.149
53
2) Menentukan standar deviasi
3) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi:
a) Rumus banyak kelas interval
K = 1 + 3,3 log (n) dengan n banyaknya subjek.
b) Rentang (R) = skor terbesar-skor terkecil
c) Panjang kelas interval :
4) Menghitung harga dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
harga kai kuadrat (chi square)
frekuensi observasi
frekuensi ekspetasi
Setelah diperoleh harga hitung, lalu kita lakukan pengujian
normalitas dengan membandingkan hitung dengan tabel. Sebelum
kita bandingkan hitung dengan tabel, terlebih dulu kita tentukan
degress of freedom atau derajat kebebasannya dengan rumus:
df atau db = (K = banyak kelas)
kriteria pengujian normalitas:
Jika hitung < tabel , maka H0 diterima, jika sebaliknya maka H0
ditolak.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F), langkah-
langkahnya sebagai berikut:6
1) H0 : 22
21
H1 : 22
21
2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus: 22
21
SSF
6 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. III, h. 249-251.
54
Keterangan: 2
1S : Varians terbesar 2
2S : Varians terkecil
3) Tetapkan taraf signifikansi ()
4) Hitung Ftabel dengan rumus: Ftabel = F 2 ( 1n – 1, 2n – 1)
5) Tentukan kriteria pengujian H0, yaitu:
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima.
Jika Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak.
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai
berikut:
H0 : kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama
H1 : kedua kelompok sampel mempunyai varians yang tidak
sama
2. Uji hipotesis penelitian
Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus Tes ”t” yang satu
sama lain tidak mempunyai hubungan. Rumus yang digunakan, yaitu:
a. Untuk sampel yang homogen7
21
21
11nn
s
XXt
gab
hitung
dengan
1
11
nXX
dan 2
22
nXX
Sedangkan
211
21
222
211
nn
snsnsgab
Keterangan:
thitung : harga t hitung
1X : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
7 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005) h. 239.
55
2X : nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
s12
: varians data kelompok eksperimen
s22 : varians data kelompok kontrol
sgab : simpangan baku kedua kelompok
n1 : jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 : jumlah siswa pada kelompok control
Setelah harga t hitung diperoleh, kita lakukan pengujian
kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thitung
dengan ttabel, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of
freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus:
dk = (n1 + n2) – 2
dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf
kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut: 8
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak
a) Untuk sampel yang tak homogen (heterogen):9
1) Mencari nilai t dengan rumus:
2
22
1
21
21
ns
ns
XXt
2) Menghitung df:
Rumusnya:
11 2
2
2
22
1
2
1
21
2
2
221
1
21
n
ns
n
ns
ns
ns
df
Kriteria pengujian hipotesisnya:
8 Sudjana, Metoda Statistika…, h 243. 9 Sudjana, Metoda Statistika...,h.241.
56
Jika thitung ttabel maka H0 ditolak. Jika thitung < ttabel maka H0
diterima.
E. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Keterangan:
µ1 = Rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan matematika realistik.
µ2 = Rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan konvensional.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
Penelitian tentang sikap siswa dalam pembelajaran matematika ini
dilaksanakan di SMP Nusantara Plus Ciputat. Dilakukan terhadap dua
kelompok siswa. Kelompok eksperimen terdiri dari 42 orang siswa pada kelas
VII-2 yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik
dan kelompok kontrol terdiri dari 40 orang siswa kelas VII-3 yang diajarkan
dengan menggunakan pendekatan konvensional.
Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah Aritmatika
Sosial. Untuk mengukur kemampuan sikap siswa dalam pembelajaran
matematika kedua kelompok tersebut, setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbeda antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka kedua kelompok tersebut diberikan
angket yang berisi 26 item pernyataan. Sebelum angket tersebut diberikan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 39 item pernyataan, uji coba
tersebut dilakukan pada 36 orang siswa di kelas VII-4.
Setelah dilakukan uji coba instrumen selanjutnya dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh
26 item pernyataan yang valid dengan reliabilitas pernyataan sebesar 0,84.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan
akhir. Data pada penelitian ini ialah data yang terkumpul dari angket yang
telah diberikan kepada siswa SMP NUSANTARA PLUS Ciputat.
1. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas Eksperimen
Dari skor sikap siswa dalalm pembelajaran matematika kelompok
eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
57
58
pembelajaran matematika realistik, diperoleh nilai terendah 72 dan nilai
tertinggi 94. Untuk lebih jelasnya, data skor sikap siswa dalam
pembelajaran matemtika kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk
tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Kelompok Eksperimen
Nilai
Frekuensi
Absolut Relatif
(%) Kumulatif
72 – 75 3 7.50% 3
76 – 79 8 20.00% 11
80 – 83 4 10.00% 15
84 – 87 15 37.50% 30
88 – 91 8 20.00% 38
92 – 95 2 5.00% 40
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ) sebesar
83,80, median ( ) sebesar 84,83, modus ( ) sebesar 85,94,
simpangan baku ( ) sebesar 5,43, varians ( ) sebesar 29,45, kemiringan
( ) sebesar -0,57 (kurva model negatif atau kurva menceng ke kiri)
artinya penyebaran data ada pada data atau nilai yang tinggi, dan
ketajaman/kurtosis ( ) sebesar 2,10 (distribusi platikurtik atau bentuk
kurvanya mendatar). Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 9. Pada tabel 4.1 juga terlihat bahwa nilai yang paling banyak
diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 84 – 87
yaitu sebesar 37,50%.
59
Distribusi frekuensi skor sikap siswa dalam pembelajaran
matematika kelompok eksperimen tersebut ditunjukkan pada grafik
histogram berikut:
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelompok Eksperimen
2. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas Kontrol
Dari skor sikap siswa dalalm pembelajaran matematika kelompok
kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
konvensional, diperoleh nilai terendah 69 dan nilai tertinggi 87. Untuk
lebih jelasnya, data skor sikap siswa dalam pembelajaran matematika
kelas kontrol disajikan dalam bentuk tabel berikut:
4
Nilai
Frekuensi
2
6
10
8
12
16
14
71,5 75,5 79,5 83,5 87,5 91,5 95,5
60
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Kelompok Kontrol
Nilai
Frekuensi
Absolut Relatif
(%) Kumulatif
69-71 3 8.11% 3
72-74 2 5.41% 5
75-77 6 16.22% 11
78-80 11 29.73% 22
81-83 7 18.92% 29
84-86 7 18.92% 36
87-89 1 2.70% 37
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ) sebesar
79,41, median ( ) sebesar 79,55, modus ( ) sebesar 79,17,
simpangan baku ( ) sebesar 4,59, varians ( ) sebesar 21,08,
kemiringan ( ) sebesar -0,03 (kurva model negatif atau kurva
menceng ke kiri) artinya penyebaran data ada pada data atau nilai yang
tinggi, dan ketajaman/kurtosis ( ) sebesar 2,83. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10. Pada tabel 4.2 juga
terlihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelompok
kontrol terletak pada interval 78 – 80 yaitu sebesar 29,73%.
Distribusi frekuensi sikap siswa dalam pembelajaran matematika
kelompok kontrol tersebut ditunjukkan pada grafik histogram berikut:
61
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelompok Kontrol
Untuk lebih memperjelas perbedaan sikap siswa dalam
pembelajaran matematika antara kelompok eksperimen (kelompok yang
dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan pembelajaran
matematika realistik) dengan kelompok kontrol (kelompok yang dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional), dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
4
Nilai
Frekuensi
2
6
8
10
12
68,5 71,5 74,5 77,5 80,5 83,5 86,5 89,5
62
Tabel 4.3 Perbandingan Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Jumlah sampel 40 37
Mean 83.80 79,41
Median 84.83 79.55 Modus 85.94 79.17 Varians 29,45 21,08
Simpangan baku 5,43 4,59
Tingkat kemiringan -0,57 -0,03
Ketajaman/kurtosis 2,098 2,83
Dari tabel 4.3 diperoleh beberapa perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan yang diperoleh tersebut
memberikan kesimpulan bahwa skor sikap siswa dalam pembelajaran
matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan skor sikap
siswa dalam pembelajaran matematika kelompok kontrol.
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai
kuadrat (chi square). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan
ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
memenuhi kriteria 2hitung < 2
tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat
kepercayaan tertentu.
63
a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Dari hasil perhitungan uji normalitas sikap siswa dalam
pembelajaran matematika kelompok eksperimen, diperoleh harga
2hitung = 6,76, (lampiran 13), sedangkan dari tabel harga kritis uji kai
kuadrat (chi square) diperoleh 2tabel untuk jumlah sampel 40 pada
taraf signifikansi α = 5% adalah 7,82. Karena 2hitung kurang dari sama
dengan 2tabel (6,76 ≤ 7,82), maka H0 diterima, artinya data pada
kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan uji normalitas sikap siswa dalam
pembelajaran matematika kelompok kontrol, diperoleh harga 2hitung =
5,32, (lampiran 14), sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat
(chi square) diperoleh 2tabel untuk jumlah sampel 37 pada taraf
signifikansi α = 5% adalah 9,48. Karena 2hitung kurang dari sama
dengan 2tabel (5,32 ≤ 9,49), maka H0 diterima, artinya data pada
kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk lebih jelasnya, rangkuman hasil dari uji normalitas antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
Kelompok Dk 2 hitung
2 tabel
05,0 Kesimpulan
Eksperimen 3 6,76 7,82 Sampel Berasal Dari Populasi Berdistribusi
Normal Kontrol 4 5,32 9,49
Karena 2 hitung pada kedua kelompok kurang dari 2 tabel maka
dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi
normal.
64
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal
dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya kita uji
kehomogenannya dengan menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini
dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai
varian yang sama (homogen) atau tidak.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 1,40 (lihat lampiran
15) dan F tabel = 1,92 pada taraf signifikansi 05,0 dengan
= 39 dan = 36, Karena
< (1,40 < 1,92) maka diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang
sama atau homogen. Dengan demikian asumsi homogenitas dipenuhi.
. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas
Varians Taraf
Signifikan Keterangan
kelas Eksperimen
kelas Kontrol
29,45 21,08 0,05 1,40 1, 92
Kedua sampel mempunyai varians yang
sama
Karena ≤ maka diterima, artinya kedua kelompok
sampel mempunyai varians yang sama atau homogen.
65
C. Pengujianan Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-
rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok
eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
pembelajaran matematika realistik lebih tinggi dari rata-rata sikap siswa
dalam pembelajaran matematika pada kelompok kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Untuk
pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
∶ ≤
∶ >
Keterangan:
∶ Rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelompok
eksperimen.
∶ Rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelompok
kontrol.
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Sedangkan, jika thitung ≥ ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, pada
taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh thitung sebesar 3,82 dan ttabel sebesar 1,66 (lampiran
16). Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t
db thitung ttabel Kesimpulan
75 3,82 1,66 Tolak H0 dan Terima H1
66
Dari tabel 4.6 dapat terlihat bahwa thitung ≥ ttabel (3,82 ≥ 1,66).
Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima, atau rata-rata sikap siswa
dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen tidak sama
dengan rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika pada
kelompok kontrol, atau dengan kata-kata lain sikap siswa dalam
pembelajaran matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-
rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelompok kontrol.
2. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh
hasil bahwa thitung berada diluar daerah penerimaan atau dengan kata
lain ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif ( ) yang
menyatakan bahwa rata-rata skor sikap siswa yang diberi pendekatan
matematika realistik lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi
pendekatan konvensional, diterima.
Perbedaan rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika
antara kelompok eksperimen dan control tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik
lebih baik daripada pembelajaran menggunakan pendekatan
konvensional. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata kedua
kelompok, yaitu 83,80 untuk kelompok eksperimen dan 79,41 untuk
kelompok kontrol. Artinya skor rata-rata kelompok yang diberikan
pendekatan matematika realistik pada kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok yang diberikan pendekatan konvensional pada
kelompok kontrol.
Begitujuga Dari hasil pengamatan selama berlangsungnya proses
pembelajaran di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,
diperoleh perbedaan antara kedua kelompk siswa tersebut. Perbedaan
tersebut adalah sebagian besar siswa dari kelompok eksperimen lebih
aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan kelompok kontrol,
misalnya siswa dari kelompok ekperimen lebih antusias dalam proses
67
belajar mengajar. Seperti ketika guru meminta siswa untuk bertanya,
kerja kelompok untuk mengerjakan soal serta mempresentasikan
hasilnya.
Proses pembelajaran pada kelompok eksperimen selalu dimulai
dengan memecahkan masalah-masalah realistik/nyata yang dialami siswa
dalam sehari-hari menurut cara mereka masing-masing, sesuai
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa terebut. Siswa memecahkan
masalah tersebut secara sendiri atau kelompok kecil.
Setelah siswa selesai memecahkan masalah yang diberikan,
beberapa siswa mempresentasikannya di depan kelas yang dijadikan
diskusi kelas. Kemudian guru menyarankan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab yang dilanjutkan dengan merumuskan bentuk
matematika formalnya.
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan matematika realistik berpengaruh terhadap sikap
siswa dalam pembelajaran matemaika yang akhirnya berpengaruh juga
pada hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan belajar menggunakan
pendekatan matematika realistik lebih menarik dan mudah dipahami
karna dihubungkan dengan dunia nyata.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal.
Kendati demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan
sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan
diantaranya.:
1. Pokok bahasan yang diteliti hanya pada bab aritmatika sosial sehingga
belum bisa digeneralisir pada pokok bahasan lain.
68
2. Kondisi siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan
oleh guru membuat kegiatan diskusi kelompok belum berjalan secara
optimal.
3. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan
pengaturan kelas yang baik.
4. Jumlah siswa yang terlalu banyak dengan keterbatasan ruangan
menggangu konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.
5. Kemampuan berhitung siswa, seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian serta aljabar siswa masih rendah sehingga
cukup menghambat jalannya proses pembelajaran selama penelitian.
7. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel
pendekatan matematika realistik dan sikap siswa dalam pembelajaran
matematika.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada
objek permasalahan dan dilanjutkan dengan penganalisaan serta pembahasan,
maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika
realistik berpengaruh terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika.
Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik dimana thitung lebih dari atau sama
dengan ttabel (3,82 1,66). Dengan resiko kesalahan 5% dapat dikatakan
bahwa, sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelompok siswa yang
dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan matematika
realistik lebih baik daripada sikap siswa dalam pembelajaran matematika
kelompok siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional.
Perolehan rata-rata sikap siswa pada kelompok eksperimen yang
didalam proses pembelajarannya menggunakan menggunakan pendekatan
matematika realistik diperoleh rata-rata sikap siswa sebesar 83,80 sedangkan
pada kelompok kontrol yang dalam proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional diperoleh rata-rata sikap siswa sebesar 79,41.
B. Saran
Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi
ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru yang hendak menggunakan pendekatan matematika realistik dalam
pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat menyajikan soal-soal
matematika serealistik mungkin, karena berdasarkan pengamatan penulis
selama proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih antusias dan lebih
69
70
mudah memahami soal ketika siswa dibawa kepermasalahan sehari-hari
siswa.
2. Pendekatan matematika realistik sebaiknya lebih sering digunakan dalam
proses pembelajaran matematika agar siswa dapat belajar matematika
dengan lebih menarik dan menyenangkan.
3. Karena beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka
disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran
dengan pendekatan matematika realistik pada pokok bahasan lain atau
mengukur aspek yang lain.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2009.
Anitah W, Sri, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Peraktik), Jakarta: Rineke Cipta, 2002.
Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika, 2004
Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. XI, 2007.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2007
Ermayana, Deni, “Studi Tentang Pembelajaran Pecahan dengan Menggunakkan Penekatan Realistik”, dalam Prosiding Seminar Nasional GMM BEM Himaptika Identika, 2001
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry, Strategi belajar Mengajar, Bandung: PT Rafika Aditama, 2007.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikdn, Jakarta: Raja Grafindo Perseda, 2005. Herry Hernawan, Asep, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2007. Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Ciputat: Gaung Persada
(GP) Press, 2009. Julie, Hongki, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik dan
Beberapa Contoh dalam Pembelajarannya”, dalam Widya Dharma, 2002. Lasedu, Alfons, “Dalam sebuah Konferensi Matematika Internasional Tahun 1996
di Sanghai, Cina; ia jatuh cinta. Profesor Dr. Robert K. Sembiring jatuh cinta pada RME, Realistic Mathematic Education. Cintanya diboyong ke
72
Indonesia, dalam http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesinl/dialog/se-mbiring_pmri060306-redirected, 20 Juni 2009.
Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rahmawati, Nurlaela dan Herman, Tatang,” Upaya Meningkatkan Minat dan Sikap Positif Siswa SLTP Kelas 1 Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (RME)”. Dalam Prosiding Seminar Matematika Tingkat Nasional. Bandung, 23 Januari, 2002.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta, Cet. IV, 2007.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, Cet. VIII, 2010.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.
Saragih, Sahat, ”Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Realistik”, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 061 Tahun ke-12, Juli, 2002.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005.
Silaen, Sondang Maria J, “Hubungan Antara Sikap Siswa, Sikap Ibu, Sikap Guru, Terhadap Matematika dan Inteligensi Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Kelas II”, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok: Universitas Indonesia, 1990.
73
Suherman, Erman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2001.
Suwaningsih, Erna dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, Cet. XI, 2005.
Turmudi, Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika dan Beberapa Contoh Real di Tingkat Mikro dalam Seminar Sehari Realistic Mathematics Education, Bandung, 4 April 2001.
Turmuzi, Muhammad, ”Pembelajaran Maatematika Realistik Pada Pokok Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP”, Dalam Jurnal Kependidikan. No. 2 Volume 3. November, 2003.
Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah R.I. No 47 Tahun 2008, Tentang Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2008.
Zulkardi, ”Realistic Mathematics Education (RME): Teori, Contoh Pembelajaran dan Taman Belajar di Internet”, Dalam Seminar Sehari Realistic Mathematics Educatin, Bandung, 4 April, 2001.
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-080
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009 FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI Nomor : Un.01/F.I./PP.009/. /2010 Jakarta, 23 juli 2010 Lamp : - Hal : Observasi
Kepada Yth: Kepala SMP Nusantara Plus Ciputat.
Assalamu’alaikum wr.wb Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Abdul Hafiz NIM : 105017000449 Semester : XI Jurusan : Pendidikan Matematika Judul Skipsi
: Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika.
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sehubungan dengan penyelesaian tugas mata kuliah ”Skripsi”
mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait.”.
Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut
dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuannya Saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n.Dekan
Kabag. Tata Usaha,
Drs. H. Ali Nurdin, M.Pd. NIP. 19550601.198103.1.005
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009 FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01/F.1/PP.009/............. /2010 Jakarta, 23 Juli 2010 Lamp. : Outline/Proposal Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth: Kepala SMP Nusantara Plus Ciputat.
Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Abdul Hafiz NIM : 105017000449 Semester : XI Jurusan : Pendidikan Matematika Judul Skipsi
: Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan Kabag. Tata Usaha, Drs. H. Ali Nurdin, M.Pd. NIP.19550601.198103.1.005 Tembusan:
1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan.
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009 FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.1/PP.09/……../2010 Jakarta, 3 Maret 2010 Lamp. : - Hal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth.
1. Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd. 2. Otong Suhyanto, M.Si.
Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama : Abdul Hafiz NIM : 105017000449 Semester : IX Jurusan : Pendidikan Matematika Judul Skipsi
: ”Pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika ”.
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 10 maret 2010, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Pendidikan Matematika Maifalinda Fatra, M.Pd. NIP. 19700528 199603 2 002 Tembusan:
1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SMP Nusantara Plus
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII-2/Ganjil
Tahun Ajaran : 2010/2011
Alokasi Waktu : 2 x 30 Menit
Pendekatan : Pembelajaran Matematika Realistik
A. Standar Kompetensi:
3. Menggunakan bentuk aljabar, persaman dan pertidaksamaan linier satu
variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar:
3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika sosial
yang sederhana.
C. Indikator:
1. Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai sebagian.
2. Menentukan harga penjualan, harga pembelian, untung dan rugi.
3. Menentukan persentase untung dan persentase rugi.
4. Menentukan bruto, netto, tara dan peresentase tara.
5. Menentukan rabat (diskon), pajak, dan bunga.
D. Materi Pokok:
Aritmatika sosial.
76
E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari pada bab
sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan erat
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai
sebagian secara kontekstual.
2. Guru memberian suatu permasalahan kontekstual berupa soal cerita untuk
didiskusika bersama teman semejanya yang berhubungan dengan
kehidupan siswa.
Contoh masalah:
Pak Ahmad adalah seorang pedagang buah-buahan. Dia akan menjual satu
keranjang mangga dan satu keranjang jeruk, satu keranjang mangga berisi
230 buah dengan harga seluruhnya Rp 195.500,-. Sedangkan satu
keranjang jeruk berisi 250 buah, dengan harga Rp 500,- perbuah.
a. Jika seluruh jeruk Pak Ahmad terjual, berapa rupiahkah uang yang
diterimanya?. (nilai keseluruhan).
b. Ibu Sari ingin membeli 12 keranjang jeruk. Berapa rupiahkah uang
yang harus dibayarkan Ibu Sari?. (nilai sebagian).
c. Rudi ingin membeli satu buah mangga. Berapakah uang yang harus
dibayar Rudi?. (nilai per-unit).
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan solusi atas
permasalahn yang telah diberikan.
77
4. Siswa diberikan kebebasan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru menurut cara mereka masing-masing. Guru hanya mengamati
dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
5. Siswa mengemukakan penyelesaian masalah yang telah dibuat, dari
beberapa penyelesain jawaban yang bervariasi.
6. Dengan memperhatikan variasi jawaban yang telah dibuat siswa. Guru dan
siswa membahas jawaban dari masalah tersebut yang mengarah pada
matematika formal.
7. Guru menjelaskan konsep dari materi yang dibahas.
8. Dengan pengetahuan yang telah diperoleh, siswa diminta untuk
mengerjakan soal yang diberikan.
9. Guru dan siswa secara interaktif membahas beberapa soal yang telah
diselesaikan.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Kedua
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan erat
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang harga pembelian dan harga penjualan.
78
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
3. Guru menyarankan kepada siswa untuk menggunakan alat-alat tulis dan
benda lainnya yang dibawa siswa sebagai media pembelajaran yang
kemudian ditentukan harga pembelian dan penjualannya.
4. Setiap kelompok disarankan menentukan harga penjualannya agar
penjualan tersebut ada yang mengalami keuntungan dan ada jiga yang
mengalami kerugian.
5. Setiap kelompok melakukan transaksi jual beli dengan kelompok yang
telah ditentukan.
6. Kemudian dengan harga pembelian dan penjualan yang telah ditentukan
masing-masing kelompok, untung atau rugikah yang dialami kelompok
tersebut? berapa besar keuntungannya jika untung dan berapa
kerugiannya jika rugi?
7. Setiap kelompok mendiskusikan hasil transaksinya untuk menentukan
untung dan rugikah dan memtukan rumusnya.
8. Siswa diberikan kebebasan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru menurut cara mereka masing-masing. Guru hanya mengamati
dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
9. Siswa dan guru membahas rumus untung dan rugi yang telah diperoleh
dari hasil diskusi.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Ketiga
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan materi yang telah di pelajari sebelumnya.
79
3. Siswa memberikan contoh teransaksi yang mengalami keuntungan dan
kerugian.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan erat
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatann Inti:
1. Siswa mempresentasikan tugasnya di depan kelas secara bergantian.
2. Siswa yang lain merespon jawaban temannya yang di depan.
3. Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru dengan cara berdiskusi
dengan teman sebangkunya.
Penutup:
Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
Pertemuan Keempat
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan
erat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatan Inti:
1. Siswa dan guru bersama-sama membehas rumus presentase untung dan
presentase rugi.
2. Guru memberian suatu permasalahan kontekstual untuk didiskusika
bersama teman semejanya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari.
80
Contoh masalah:
Andre membeli sepeda motor bekas Yamaha
Mio dengan harga Rp 7.500.000,-. Karna
ada beberapa kerusakan, maka motor
tersebut diperbaiki dan menghabiskakn
biaya Rp 300.000,-. Kemudian motor
tersebut dijual kembali dengan harga Rp
8.100.000,- . Untung atau rugikah Andre?
dan berapa persentasenya?
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan solusi
atas permasalahn yang telah diberikan dengan cara mendiskusikan
dengan teman semejanya.
4. Siswa diberikan kebebasan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru menurut cara mereka masing-masing. Guru hanya
mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
5. Siswa mengemukakan penyelesaian masalah yang telah dibuat, dari
beberapa penyelesain jawaban yang bervariasi.
6. Dengan memperhatikan variasi jawaban yang telah dibuat siswa. Guru
dan siswa membahas jawaban dari masalah tersebut yang mengarah
pada matematika formal.
7. Guru menjelaskan konsep dari materi yang dibahas.
8. Dengan pengetahuan yang telah diperoleh, siswa diminta untuk
mengerjakan soal yang diberikan.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
81
Pertemuan Kelima
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan
erat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatan Inti:
1. Siswa dan guru mendiskusikan definisi tentang bruto, netto dan tara.
2. Siswa dengan bimbingnan guru menentukan rumus bruto, netto, tara dan
persentase tara.
3. Guru memberian suatu permasalahan realistik untuk didiskusika bersama
teman semejanya yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Contoh masalah:
Penjual buah membeli 3 kotak anggur dengan harga
Rp 700.000,- pada setiap kotak tertulis seperti pada
gambar di samping. Pedagang itu kemudian menjual
kembali dengan harga Rp 8000,- per kilogram.
Untung atau rugikah pedagang tersebut?
Berapa persenkah keuntungan atau kerugian
pedagang tersebut?
Berapa persentase tara dari setiap kotak apel?
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan solusi
atas permasalahn yang telah diberikan.
5. Siswa diberikan kebebasan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru menurut cara mereka masing-masing. Guru hanya
mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Bruto 40 kg Neto 38 kg
82
6. Siswa mengemukakan penyelesaian masalah yang telah dibuat, dari
beberapa penyelesain jawaban yang bervariasi.
7. Dengan memperhatikan variasi jawaban yang telah dibuat siswa. Guru
dan siswa membahas jawaban dari masalah tersebut yang mengarah
pada matematika formal.
8. Guru menjelaskan konsep dari materi yang dibahas.
9. Dengan pengetahuan yang telah diperoleh, siswa diminta untuk
mengerjakan soal yang diberikan.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Keenam
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan
erat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang rabat (diskon), pajak, dan bunga.
2. Siswa bersama guru menentukan rumus rabat (diskon), pajak, dan
bunga.
3. Guru memberian suatu permasalahan realistik untuk didiskusika siswa
bersama teman semejanya yang berhubungan dengan kehidupan siswa.
Contoh masalah:
83
Pak Arman adalah seorang PNS, ia memperoleh gajih pada setiap
bulannya sebesar Rp 3.500.000,-. Jika gaji Pak Arman dikenakan
pajak penghasilan (PPh) sebesar 15%, maka berapa gaji yang diterima
Pak Arman setelah dikenakan pajak?.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan solusi
atas permasalahn yang telah diberikan.
5. Siswa diberikan kebebasan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru menurut cara mereka masing-masing. Guru hanya
mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
6. Siswa mengemukakan penyelesaian masalah yang telah dibuat, dari
beberapa penyelesain jawaban yang bervariasi.
7. Dengan memperhatikan variasi jawaban yang telah dibuat siswa. Guru
dan siswa membahas jawaban dari masalah tersebut yang mengarah
pada matematika formal.
8. Guru menjelaskan konsep dari materi yang dibahas.
9. Dengan pengetahuan yang telah diperoleh, siswa diminta untuk
mengerjakan soal yang diberikan.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan ketujuh
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Siswa memberikan contoh teransaksi yang memiliki diskon, contoh
pajak dan bunga..
84
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari yang berkaitan
erat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Kegiatann Inti:
1. Siswa mempresentasikan tugasnya di depan kelas secara bergantian.
2. Siswa yang lain merespon jawaban temannya yang di depan.
3. Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru dengan cara berdiskusi
dengan teman sebangkunya.
Penutup:
Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
F. Alat Bantu, Media, dan Sumber Belajar
Alat Bantu dan Media:
Buku tulis, alat tulis, whiteboard dan penghapus.
Sumber Belajar
M. Cholik Adinawan dan Sugijono, 2007, Matematika SMP Jilid I A Kelas
VII.
Nur Akhsin dan Anna Yuni Astuti, 2007, Matematika Realstik SMP Kelas
VII.
G. Penilaian Hasil Belajar
Pertemuan Pertama
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar serta jelaskan jawaban kamu.
1. Deni membeli 2 lusin pensil seharga Rp.30.000,- berapakah harga 3 buah
pensil itu?
85
2. Seorang pedagang ayam membeli 50 ekor anak ayam dengan harga Rp
37.500,- seluruh anak ayam tersebut dijual kembali dengan harga
Rp.50.000,-. Berapakah penjualan dan pembelian satu ekor anak ayam
tersebut.
Pertemuan Kedua dan Ketiga
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Pak Ujng adalah seorang pedagang buah-buahan. Suatu hari dia berjualan
buah apel dan rambutan masing-masing 10 kg. Pak Ujang membeli 10 kg
buah apel dengan harga Rp.50.000,- dan 10 kg buah rambutan dengan harga
Rp.25.000,-.
a. Pak Ujang mampu menjual 6 kg buah apel dengan harga Rp.42.000,- dan
sisanya dijual eceran dengan harga Rp.6.750,- per kilogram. Untung atau
rugikah Pak Ujang? Berapa besarnya?
b. Pak Ujang juga mampu menjual 7 kg buah rambutan dengan harga
Rp.2.600,- per kilogram dan sisanya terjual dengan harga Rp.2.200,- per
kilogram. Untung atau rugikah Pak Ujang? Berapa besarnya?
Pertemuan Keempat
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan jelas.
Pangkalan minyak tanah menerima kiriman minyak tanak 1.000 liter setiap
minggu. Minyak tanah dijual dengan harga Rp.3.500,- per liter. Jika
pangkalan memperoleh keuntungan 20%, berapakah total harga pembelian
minyak tanah.
86
Pertemuan Kelima
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar serta jelaskan jawabanmu.
1. Berat bruto satu kaleng minyak goreng adalah 2000 gram. Jika diketahui
tara sebesar 1,5 %, berapa gram berat bersih minyak goreng tersebut?
2. Ibu Aminah membeli gula pasir dengan harga pembelian Rp 450.000,-
.Beruto 50 kg dan tara 2%. Berapa keuntungan yang diperoleh ibu
aminah jika gula pasir tersebut dijual kembali dengan harga Rp 10.200,-
per kilogram?
Pertemuan Keenam dan Ketujuh
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan jelaskan.
1. Lia akan membeli sebuah sepeda motor seharga Rp 12.000.000,_.
Harga tersebut belum termasuk PPN, ditentukan besar PPN 10% berapa
uang yang harus dibayarkan Lia untuk membeli sepeda motor tersebut.
2. Ibu Dewi menabung pada sebuah bank yang memberikan bunga 12%
per tahun. Jika setoran awal Ibu Dewi Rp 5.000.000,- berapakah
tabungan Ibu Dewi setelah 6 bulan?.
Depok, 1 September 2010
Guru Peneliti
Abdul Hafiz NIM:105017000449
87
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMP Nusantara Plus
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII-3/Ganjil
Tahun Ajaran : 2010/2011
Alokasi Waktu : 3 x 30 Menit
Pendekatan : Konvensional
A. Standar Kompetensi:
3. Menggunakan bentuk aljabar, persaman dan pertidaksamaan linier satu
variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar:
3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika
sosial yang sederhana.
C. Indikator:
1. Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai sebagian.
2. Menentukan harga penjualan, harga pembelian, untung dan rugi.
3. Menentukan persentase untung dan persentase rugi.
4. Menentukan bruto, netto, tara dan peresentase tara.
5. Menentukan rabat (diskon), pajak, dan bunga.
D. Materi Pokok:
Aritmatiak sosial.
88
E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari pada bab
sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan
nilai sebagian.
2. Guru memberikan penjalasan cara menentukan nilai keseluruhan, nilai
per-unit dan nilai sebagian.
3. Guru memberikan contoh tentang nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan
nilai sebagian.
4. Guru memberikan latihan kepada siswa tentang nilai keseluruhan, nilai
per-unit, dan nilai sebagian..
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Kedua
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari sebelumnya.
89
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang harga penjualan, harga pembelian,
untung dan rugi.
2. Guru memberikan penjalasan cara menentukan harga penjualan, harga
pembelian, untung dan rugi.
3. Guru memberikan contoh tentang harga penjualan, harga pembelian,
untung dan rugi
4. Guru memberikan latihan kepada siswa
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
Pertemuan Ketiga
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatann Inti:
1. Guru dan siswa membahas tugas yang diberikan.
2. Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru.
90
Penutup:
Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
Pertemuan Keempat
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang perentase untung dan peresentase
rugi.
2. Guru memberikan penjalasan cara menentukan perentase untung dan
peresentase rugi.
3. Guru memberikan contoh tentang perentase untung dan peresentase
rugi.
4. Guru memberikan latihan kepada siswa tentang perentase untung dan
peresentase rugi.
Penutup:
3. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
4. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
5. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
91
Pertemuan Kelima
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari pada bab
sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang bruto, netto, tara dan peresentase
tara..
2. Guru memberikan penjalasan cara menentukan bruto, netto, tara dan
peresentase tara.
3. Guru memberikan contoh tentang bruto, netto, tara dan peresentase tara.
4. Guru memberikan latihan kepada siswa tentang bruto, netto, tara dan
peresentase tara.
Penutup:
1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
2. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
3. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Keenam
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah di pelajari pada bab
sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
92
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti:
1. Guru menjelaskan materi tentang rabat (diskon), pajak, dan bunga..
2. Guru memberikan penjalasan cara menentukan rabat (diskon), pajak,
dan bunga.
3. Guru memberikan contoh tentang rabat (diskon), pajak, dan bunga.
4. Guru memberikan latihan kepada siswa tentang rabat (diskon), pajak,
dan bunga.
Penutup:
3. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
4. Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
5. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan secara individual.
Pertemuan Ketujuh
Pendahuluan:
Apersepsi:
1. Guru mengkondisikan kelas dengan mentertibkan siswa terlebih dahulu.
2. Guru mengingatkan materi yang telah di pelajari sebelumnya.
3. Guru mengkomunikasikan indikator pembelajaran.
Motivasi:
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memaparkan manfaat
dan tujuan dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
Kegiatann Inti:
1. Guru dan siswa membahas tugas yang diberikan.
2. Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru.
Penutup:
Guru memotivasi siswa untuk selalu melatih keterampilan dalam
menyelesaikan soal.
93
F. Alat Bantu, Media, dan Sumber Belajar
Alat Bantu dan Media:
Whiteboard, spidol
Sumber Belajar
M. Cholik Adinawan dan Sugijono, 2007, Matematika SMP Jilid 1A Kelas
VII.
G. Penilaian Hasil Belajar
Pertemuan Pertama
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar serta jelaskan jawaban kamu.
1. Deni membeli 2 lusin pensil seharga Rp.30.000,- berapakah harga 3
buah pensil itu?
2. Untuk membuat satu buah kue diperlukan waktu 5 menit. Berapa
lamakah waktu yang dibutuhkan untuk membuat 13 kue.
3. Seorang pedagang ayam membeli 50 ekor anak ayam dengan harga Rp
37.500,- seluruh anak ayam tersebut dijual kembali dengan harga
Rp.50.000,-. Berapakah penjualan dan pembelian satu ekor anak ayam
tersebut.
Pertemuan Kedua dan Ketiga
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Pak Ujng adalah seorang pedagang buah-buahan. Suatu hari dia berjualan
buah apel dan rambutan masing-masing 10 kg. Pak Ujang membeli 10 kg
buah apel dengan harga Rp.50.000,- dan 10 kg buah rambutan dengan harga
Rp.25.000,-.
94
1. Pak Ujang mampu menjual 6 kg buah apel dengan harga Rp.42.000,-
dan sisanya dijual eceran dengan harga Rp.6.750,- per kilogram.
Untung atau rugikah Pak Ujang? Berapa besarnya?
2. Pak Ujang juga mampu menjual 7 kg buah rambutan dengan harga
Rp.2.600,- per kilogram dan sisanya terjual dengan harga Rp.2.200,-
per kilogram. Untung atau rugikah Pak Ujang? Berapa besarnya?
Pertemuan Keempat
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan jelas.
Pangkalan minyak tanah menerima kiriman minyak tanak 1.000 liter setiap
minggu. Minyak tanah dijual dengan harga Rp.3.500,- per liter. Jika
pangkalan memperoleh keuntungan 20%, berapakah total harga pembelian
minyak tanah.
Pertemuan Kelima
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
1. Berat bruto satu kaleng minyak goreng adalah 2000 gram. Jika
diketahui tara sebesar 1,5 %, berapa gram berat bersih minyak goreng
tersebut?
2. Ibu Aminah membeli gula pasir dengan harga pembelian Rp.450.000,-
.Beruto 50 kg dan tara 2%. Berapa keuntungan yang diperoleh ibu
aminah jika gula pasir tersebut dijual kembali dengan harga Rp.10.200,-
per kilogram?
95
Pertemuan Keenam dan Ketujuh
Tekhnik Penilaian:
Penugasan individu (PR)
Instrumen:
1. Lia akan membeli sebuah sepeda motor seharga Rp 12.000.000,_.
Harga tersebut belum termasuk PPN, ditentukan besar PPN 10% berapa
uang yang harus dibayarkan Lia untuk membeli sepeda motor tersebut.
2. Ibu Dewi menabung pada sebuah bank yang memberikan bunga 12%
per tahun. Jika setoran awal Ibu Dewi Rp 5.000.000,- berapakah
tabungan Ibu Dewi setelah 6 bulan?.
Depok, 1 September 2010
Guru Peneliti
Abdul Hafiz NIM:105017000449
96
Lampiran 3
Diskusikan Masalah Di Bawah Ini Dengan Teman Semejamu
1. Pak Ahmad adalah seorang pedagang buah-buahan. Dia akan menjual satu
keranjang mangga dan satu keranjang jeruk, satu keranjang mangga berisi
230 buah dengan harga seluruhnya Rp.195.500,-. Sedangkan satu keranjang
jeruk berisi 250 buah, dengan harga Rp. 500,- per buah.
d. Jika seluruh jeruk Pak Ahmad terjual, berapa rupiahkah uang yang
diterimanya?. (nilai keseluruhan).
e. Ibu Sari ingin membeli 12 keranjang jeruk. Berapa rupiahkah uang
yang harus dibayarkan Ibu Sari?. (nilai sebagian).
f. Rudi ingin membeli satu buah mangga. Berapakah uang yang harus
dibayar Rudi?. (nilai per-unit).
Jawab:
a. …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
2. Deni membeli 2 lusin pensil seharga Rp.30.000,- berapakah harga 3 buah
pensil itu?
Lembar Kerja Siswa-1
(LKS-1)
97
Jawab:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Untuk membuat satu buah kue diperlukan waktu 5 menit. Berapa lamakah
waktu yang dibutuhkan untuk membuat 13 kue.
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Seorang pedagang ayam membeli 50 ekor anak ayam dengan harga Rp
37.500,- seluruh anak ayam tersebut dijual kembali dengan harga
Rp.50.000,-. Berapakah penjualan dan pembelian satu ekor anak ayam
tersebut.
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5. Sandy ditugaskakn oleh wali kelasnya untuk membeli 6 buku paket MTK di
toko buku Gramedia. Ia menyerahkan uang kepada kasir sebesar Rp
100.000,00, ternyata ia menerima uang kembalian sebesar Rp 10.000,00.
a. Berapa harga satu buah buku paket MTK yang dibeli Sandy?
b. Jika Sarah membeli 4 buah buku paket MTK yang sama. Berapakah
uang yang harus dibayar Sarah?
Jawab:
a. …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
98
Kerja Kelompok
Media:
Media berupa alat-alat belajar atau benda lainnya yang dibawa siswa
Aturan kerja kelompok:
1. Setiap kelompok menentukan alat tulis dan benda-benda lain yang akan
diperjual belikan. (minimal 8 jenis benda).
2. Setiap kelompok menentukan harga pembelian pada setiap benda yang akan
diperjual belikan.
3. Setiap kelompok menetukan harga penjualan yang diinginkan. (ada yang
untung dan yang rugi).
4. Lakukan kegiatan jual beli dengan kelompok yang telah ditentukan.
5. Dengan harga penjualan yang kalian tentukakn, untung atau rugikah? Berapa
besar keuntungan atau kerugian yang kalian peroleh? serta berapa peresentase
keuntungan atau keerugiannya? (lengkapi table yang tersedia).
6. Jelaskan mengapa kalian mengalami keuntungan atau kerugian serta tentukan
rumusnya.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Berilah label harga penjualan pada tiap-tiap barang yang akan dijual.
b. Perkirakakn harga pembeliannya.
c. Belilah barang milik temanmu.
Lembar Kerja Siswa-2
(LKS-2)
99
d. Catatlah barang-barang daganganmu beserta hasil transaksinya kedalam
table yang ada pada halaman 2.
7. Apa yang dapat kalian simpulkan dalam kegiatan ini? Jelaskan.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
8. Jangan lupa kembalikan barang teman mu. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
TABEL TRANSAKSI JUAL BELI
No Nama
Barang
Jumlah
Barang Harga Per Unit Hasil Penjualan Peresentase Hasil
HB HJ U R U R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Keterangan:
Rumus Peresentasi Untung dan Presentasi Rugi
HB :Harga Beli
HJ :Harga Jual
U :Untung
R :Rugi
= × %
= × %
100
Diskusikan Masalah Di Bawah Ini Dengan Teman Semejamu
1. Andre membeli sepeda motor bekas
Yamaha Mio dengan harga
Rp7.500.000,-. Karna ada beberapa
kerusakan, maka motor tersebut
diperbaiki dan menghabiskakn biaya
Rp.300.000,-. Kemudian motor tersebut
dijual kembali dengan harga
Rp.8.100.000,- . Untung atau rugikah
Andre?dan berapa persentasenya?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Pangkalan minyak tanah menerima kiriman minyak tanak 1.000 liter setiap
minggu. Minyak tanah dijual dengan harga Rp.3.500,- per liter. Jika
pangkalan memperoleh keuntungan 20%, berapakah total harga pembelian
minyak tanah.
Jawab:
.............................................................................................................................
.................................................................................................... .........................
.............................................................................................................................
.................................................................................................... ........................
Lembar Kerja Siswa-3
(LKS-3)
101
Diskusikan Masalah Di Bawah Ini Dengan Teman Semejamu
1. Penjual buah membeli 3 kotak anggur dengan harga
Rp.700.000,- pada setiap kotak tertulis seperti pada
gambar di samping. Pedagang itu kemudian menjual
kembali dengan harga Rp.8000,- per kilogram.
Untung atau rugikah pedagang tersebut?
Berapa persenkah keuntungan atau kerugian
pedagang tersebut?
Berapa persentase tara dari setiap kotak apel?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Berat bruto satu kaleng minyak goreng adalah 2000 gram. Jika diketahui tara
sebesar 1,5 %, berapa gram berat bersih minyak goreng tersebut?
Jawab:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. Ibu Aminah membeli gula pasir dengan harga pembelian Rp.450.000,-.Beruto
50 kg dan tara 2%. Berapa keuntungan yang diperoleh ibu aminah jika gula
pasir tersebut dijual kembali dengan harga Rp.10.200,- per kilogram?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Lembar Kerja Siswa-4
(LKS-4)
Bruto 40 kg Neto 38 kg
102
Diskusikan Masalah Di Bawah Ini Dengan Teman Semejamu
1. Pak Arman adalah seorang PNS, ia memperoleh gajih pada setiap bulannya
sebesar Rp 3.500.000,-. Jika gaji Pak Arman dikenakan pajak penghasilan
(PPh) sebesar 15%, maka berapa gaji yang diterima Pak Arman setelah
dikenakan pajak?.
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Lia akan membeli sebuah sepeda motor seharga Rp 12.000.000,_. Harga
tersebut belum termasuk PPN, ditentukan besar PPN 10% berapa uang yang
harus dibayarkan Lia untuk membeli sepeda motor tersebut.
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Ibu Dewi menabung pada sebuah bank yang memberikan bunga 12% per
tahun. Jika setoran awal Ibu Dewi Rp 5.000.000,- berapakah tabungan Ibu
Dewi setelah 6 bulan?.
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….....................
.............................................................................................................................
Lembar Kerja Siswa-5
(LKS-5)
103
Lampiran 4
Hasil Wawancara Pra Penelitian Dengan Guru
1. Bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran matematika di kelas.?
Jawab:
Ada yang antusias ada juga yang tidak, berpariasi.
2. Apakah siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan pada saat
pembelajaran matematika.?
Jawab:
Beberapa siswa aktif dan selalu bertanya jika ada permasalahan-permasalahan
tapi lebih banyak yang pasif.
3. Apa saja kesulitan yang ibu alami pada saat pembelajaran matematika di
kelas.?
Jawab:
Kesulitannya kebanyakan anak-anak suka sekali bercanda di kelas, jadi harus
butuh energi ekstra untuk mengkondisikannya dan banyak siswa yang ngantuk.
4. Strategi atau metode apa saja yang biasa digunakan pada saat pembelajaran
matematika.?
Jawab:
Ceramah, pemberian tugas, kadang-kadang diskusi.
5. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah cukup menunjang proses
pembelajaran matematika di kelas.?
Jawab:
Saya rasa belum maksimal.
6. Bagaimana hasil belajar matematika siswa.?
Jawab:
Rata-rata tiap kelas umumnya masih rendah.
7. Bagaiman sikap siswa ketika pelajaran matematika berlangsung?
104
Jawab:
Kadang kadang ada beberapa siswa yang suka bercanda di kelas, banyak yang
mengeluh jika diberikan tugas.
8. Menurut pendapat ibu, perlukah meningkatkakn sikap siswa dalam
pembelajaran.?
Jawab:
Perlu, karna sikap siswa sangat berpengaruh terhadap proses belajar.
9. Apa yang biasa dilakukan untuk meningkatkan sikap siswa dalam
pembelajaran matematika.?
Jawab:
Kita sampaikan kepada siswa akan manfaat belajar untuk kehidupan kedepan,
diberikan motivasi-motivasi.
Jakarta, 27 September 2010
Guru Pelajaran Matematika
Lilis Sumarni
105
Lampiran 5
Angket Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
(Sebelum Uji Validitas)
Nama : Jenis kelamin : Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Awali dengan membaca Basmalah. 2. Bacalah setiap pernyataan yang di ajukan dengan cermat dan teliti. 3. Pilihlah hanya satu jawaban yang paling tepat, dengan memberikan tanda
ceklist ( √ ) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyatan yang sesuai dengan sikap anda.
4. Tidak ada jawaban yan benar atau salah, sehingga anda jangan terpengaruh pendapat temam-teman anda.
5. Pilihan jawaban yang ada adalah: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
6. Akhiri dengan Hamdalah. Contoh:
Pernyataan SS S TS STS
Matematika tidak perlu dipelajari. √
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pengetahuan matematika berguna di sekolah maupun di masyarakat.
2 Saya berani tampil di depan kelas untuk menyampaikan sesuatu kepada teman.
3 Matematika mengandung banyak hal yang menarik perhatian.
106
4 Matematika pelajaran yang sulit untuk dipelajari.
5 Pengetahuan matematika berguna untuk memecahkan masalah sehari-hari.
6 Saya tidak akan putus asa, walaupun terkadang saya menghadapi kesulitan dalam belajar matematika.
7 Saya tidak berani mengemukakan pendapat walaupun pendapat saya berbeda dengan orang lain.
8 Saya berusaha untuk belajar dengan baik supaya saya mendapat hasil yang optimal.
9 Saya ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi di kelas.
10 Saya tidak perlu membaca buku-buku lain selain buku-buku yang ditetapkan guru (paket).
11 Saya mengantuk pada saat pembelajaran matematika.
12 Saya perlu mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum belajar matematika.
13 Saya harus segera mengerjakan tugas rumah (PR) yang diberikakn guru dengan tuntas.
14 Matematika adalah pelajaran yang dapat memberikan kesenangan.
15 Saya tidak begitu yakin dengan hasil pekerjaan saya dalam menyelesaikan soal matematika.
16 Saya selalu terlambat masuk kelas ketika pembelajaran matematika berlangsung.
17 Saya tidak perlu menanyakan hal-hal yang kurang saya paham kepada teman.
18 Saya senang jika teman memberikan contekan. 19 Saya memilik hubungan baik dengan teman. 20 Saya mau menerima pendapat orang lain.
21 Saya dapat bekerja kelompok dengan baik dalam memecahkan soal matematika.
22 Saya selalu membentu teman jika ia menghadapi kesulitan.
23 Saya slalu memilih teman dalam bergaul
24 Saya selalu memperhatikan teman ketika mempresentasikan hasil diskusi.
25 Saya merasa senanng jika teman memberikan saran dan keritik kepada saya.
26 Jika saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, saya akan meminta teman untuk mengajarinya.
27 Saya tidak dapat menerima keritik dan saran dari
107
orang lain.
28 Saya meluangkan waktu untuk belajar bersama teman
29 Saya selalu menjaga prilaku saya ketika didepan guru.
30 Saya selalu memperhatika guru ketika ia menjelaskan materi.
31 Saya hanya diam saja setiap guru matematika mengadakan tanya jawab.
32 Saya takut jika guru matematika memberikan pertanyaan kepada saya.
33 Saya perlu menanyakan hal-hal yang kurang saya paham kepada guru.
34 Guru matematika adalah guru yang tidak menyenangkan.
35 Saya senang jika guru matematika memberikan tugas.
36 Saya merasa takut jika guru menyuruh saya untuk mengerjakan soal matematika di depan.
37 Penampilan fisik seorang guru dapat mempengaruhi diri saya untuk giat belajar.
38 Saya senang dengan guru yang perhatian dengan kondisi kelas dan siswa.
39 Saya akan belajar jika metode yang digunakan guru tidak membosankan.
Terimakasih Atas Bantuan Anda !
Terus Semangat dalam Belajar !!!
108
Lampiran 6
Angket Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
(Setelah Uji Validitas)
Nama : Jenis kelamin : Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Awali dengan membaca Basmalah. 2. Bacalah setiap pernyataan yang di ajukan dengan cermat dan teliti. 3. Pilihlah hanya satu jawaban yang paling tepat, dengan memberikan tanda
ceklist ( √ ) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyatan yang sesuai dengan sikap anda.
4. Tidak ada jawaban yan benar atau salah, sehingga anda jangan terpengaruh pendapat temam-teman anda.
5. Pilihan jawaban yang ada adalah: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
6. Akhiri dengan Hamdalah.
Contoh:
Pernyataan SS S TS STS Matematika tidak perlu dipelajari. √
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pengetahuan matematika berguna di sekolah maupun di masyarakat.
2 Saya sering terlambat masuk kelas ketika pembelajaran matematika berlangsung.
3 Matematika mengandung banyak hal yang menarik perhatian.
4 Matematika pelajaran yang sulit untuk dipelajari.
5 Saya tidak akan putus asa, walaupun terkadang saya menghadapi kesulitan dalam belajar matematika.
109
6 Saya tidak berani mengemukakan pendapat walaupun pendapat saya berbeda dengan orang lain.
7 Saya berusaha untuk belajar dengan baik supaya saya mendapat hasil yang optimal.
8 Saya ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi di kelas.
9 Saya mengantuk pada saat pembelajaran matematika.
10 Saya harus segera mengerjakan tugas rumah (PR) yang diberikakn guru dengan tuntas.
11 Matematika adalah pelajaran yang dapat memberikan kesenangan.
12 Saya tidak begitu yakin dengan hasil pekerjaan saya dalam menyelesaikan soal matematika.
13 Saya berani tampil di depan kelas untuk menyampaikan sesuatu kepada teman.
14 Saya tidak perlu menanyakan hal-hal yang kurang saya paham kepada teman.
15 Saya selalu membentu teman jika ia menghadapi kesulitan.
16 Saya memilik hubungan baik dengan teman. 17 Saya mau menerima pendapat orang lain. 18 Saya senang jika teman memberikan contekan.
19 Saya merasa senanng jika teman memberikan saran dan keritik kepada saya.
20 Saya tidak dapat menerima keritik dan saran dari orang lain.
21 Saya meluangkan waktu untuk belajar bersama teman
22 Saya selalu memperhatika guru ketika ia menjelaskan materi.
23 Saya takut jika guru matematika memberikan pertanyaan kepada saya.
24 Saya perlu menanyakan hal-hal yang kurang saya paham kepada guru.
25 Saya merasa takut jika guru menyuruh saya untuk mengerjakan soal matematika di depan.
26 Saya senang dengan guru yang perhatian dengan kondisi kelas dan siswa.
Terimakasih Atas Bantuan Anda ! Terus Semangat dalam Belajar !!!
110
Lampiran 7
Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
A. Validitas Contoh Perhitungan uji validitas item nomor 1
= ∑ −(∑ )(∑ )
∑ 2− (∑ )2 ∑ 2− (∑ )2
= 39 18945− 150 4914
39 582− 150 2 39 621936− (4914)2
= 175521405384
= 0,379328618
Dengan dk = n-2 = 39 – 2 = 37 dan α = 0,05 diperoleh = 0,316
Karena > , maka item nomor 1 valid
Untuk item nomor 2 dan seterusnya, perhitungan uji validitasnya sama
dengan perhitungan item nomor 1.
B. Reliabilitas
11 =−1
1− ∑2
∑ 2
=26
26− 11 −
11,1657,60
= 1,04 × 0,80625 = 0,8385 = 0,84
Karena 11 berada pada interval 0,70 – 0,90, maka intsrumen angket sikap
siswa dalam pembelajaran matematika memiliki reliabilitas tinggi.
111
Lampiran 8 Rekapitulasi Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol A. Kelompok Eksperimen
No Nama Siswa Skor No Nama Siswa Skor
1 A 86 21 U 86
2 B 91 22 V 89
3 C 87 23 W 77
4 D 81 24 X 80
5 E 89 25 Y 94
6 F 84 26 Z 84
7 G 88 27 AA 77
8 H 88 28 AB 75
9 I 91 29 AC 79
10 J 79 30 AD 84
11 K 86 31 AE 79
12 L 76 32 AF 84
13 M 91 33 AG 92
14 N 86 34 AH 85
15 O 75 35 AI 85
16 P 78 36 AJ 83
17 Q 84 37 AK 85
18 R 87 38 AL 88
19 S 82 39 AM 78
20 T 86 40 AN 72
112
B. Kelompok Kontrol
No Nama Siswa Skor No Nama Siswa Skor
1 A 69 20 T 80
2 B 74 21 U 80
3 C 77 22 V 81
4 D 79 23 W 80
5 E 77 24 X 83
6 F 83 25 Y 82
7 G 79 26 Z 85
8 H 80 27 AA 79
9 I 84 28 AB 79
10 J 76 29 AC 81
11 K 74 30 AD 83
12 L 86 31 AE 79
13 M 87 32 AF 86
14 N 85 33 AG 76
15 O 83 34 AH 86
16 P 77 35 AI 71
17 Q 76 36 AJ 71
18 R 78 37 AK 86
19 S 78
X1 X2 X3 X4 X6 X7 X8 X9 X11 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X22 X25 X27 X28 X30 X32 X33 X36 X38 X12 X2
2 X32 X4
2 X62 X7
2 X82 X9
2 X112 X13
2 X142 X15
2 X162 X17
2 X182 X19
2 X202 X22
2 X252 X27
2 X282 X30
2 X322 X33
2 X362 X38
2Skor total
1 A 4 3 2 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 16 9 4 9 16 4 16 9 16 9 9 9 16 16 9 16 9 16 9 9 9 16 9 16 9 9 86
2 B 4 3 2 2 4 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 1 4 3 3 4 4 4 3 3 3 16 4 4 4 16 4 9 9 9 16 16 16 4 9 9 9 1 16 9 9 16 16 16 9 9 9 81
3 C 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 16 9 9 9 9 9 16 4 16 9 9 4 9 9 16 9 16 16 9 16 16 16 16 16 16 9 88
4 D 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 16 16 9 9 16 4 16 9 16 16 9 4 16 4 16 16 9 16 9 16 16 16 16 16 4 9 88
5 E 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 16 9 9 9 9 9 16 16 9 9 9 9 9 9 16 9 9 16 9 9 9 16 9 16 16 9 86
6 F 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 4 2 4 4 4 16 16 16 9 9 4 16 9 9 16 16 9 9 16 9 9 4 9 9 4 16 16 4 16 16 16 85
7 G 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 16 9 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 4 16 9 16 9 16 9 16 16 16 96
8 H 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 16 9 9 9 16 9 16 9 9 9 9 9 9 9 9 16 9 16 9 9 16 16 16 16 9 9 87
9 I 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 2 2 16 9 9 16 16 16 9 9 16 9 9 9 16 9 16 16 9 9 9 9 4 16 16 16 4 4 86
10 J 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 16 9 9 9 16 4 16 16 16 16 16 9 16 9 16 9 9 16 9 9 16 16 16 16 16 9 92
11 K 3 4 1 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 4 3 4 9 16 1 9 16 9 9 9 16 16 4 9 9 9 9 4 4 9 4 4 4 16 9 16 9 16 77
12 L 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 16 9 16 9 16 9 16 16 9 9 9 9 16 9 16 9 9 9 9 9 9 16 16 16 9 9 88
13 M 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 16 9 9 9 9 9 9 16 9 16 9 9 9 9 16 9 9 16 4 9 16 9 9 9 9 16 84
14 N 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 2 4 2 2 3 4 3 4 3 4 16 9 16 16 16 9 16 16 16 16 16 9 16 4 9 9 4 16 4 4 9 16 9 16 9 16 88
15 O 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 16 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 9 16 9 9 16 9 16 9 16 9 16 16 16 16 16 97
16 P 4 3 3 1 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 3 4 3 3 16 9 9 1 16 9 16 16 16 16 9 4 9 9 9 9 9 9 9 9 1 16 9 16 9 9 81
17 Q 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 16 9 16 4 16 9 16 9 16 16 16 9 16 16 16 16 16 9 16 16 9 16 16 16 16 16 96
18 R 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 9 9 9 9 9 9 16 16 9 16 9 4 9 9 9 9 16 9 16 9 9 16 9 9 9 9 83
19 S 4 3 1 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 16 9 1 9 9 9 16 4 9 16 9 9 16 9 16 4 9 16 9 9 16 16 16 16 4 9 83
20 T 4 3 3 2 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 16 9 9 4 16 4 16 9 9 16 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 9 16 9 9 82
21 U 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 16 16 4 9 16 4 16 16 16 16 9 9 16 9 16 16 9 16 9 9 9 16 16 16 16 16 92
22 V 4 3 3 2 4 3 1 3 3 4 3 2 3 1 4 3 2 2 1 3 4 4 2 4 2 3 16 9 9 4 16 9 1 9 9 16 9 4 9 1 16 9 4 4 1 9 16 16 4 16 4 9 73
23 W 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 4 16 9 4 9 16 9 9 9 9 9 9 4 16 9 9 9 9 16 4 4 4 16 9 9 9 16 79
24 X 4 2 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 3 2 4 1 2 4 3 1 4 4 2 3 2 4 16 4 16 4 9 4 16 16 9 16 16 9 9 4 16 1 4 16 9 1 16 16 4 9 4 16 78
25 Y 4 3 2 3 4 2 4 3 4 4 3 2 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 16 9 4 9 16 4 16 9 16 16 9 4 9 9 4 16 16 9 9 9 16 16 9 9 9 16 84
26 Z 4 3 3 3 4 1 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 16 9 9 9 16 1 16 9 9 16 16 9 9 16 9 16 9 16 9 9 16 16 9 16 9 16 88
27 AA 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 9 9 9 4 16 16 16 9 16 9 9 9 16 4 16 9 16 9 16 16 16 9 16 9 9 9 87
28 AB 4 3 3 3 4 1 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 16 9 9 9 16 1 16 9 9 16 9 4 16 16 16 16 9 9 9 9 9 16 9 16 4 16 85
29 AC 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 16 9 16 9 9 9 16 9 16 16 16 9 16 1 16 16 9 16 9 9 16 16 9 16 9 16 90
30 AD 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 16 9 9 9 16 16 9 16 16 16 9 9 16 9 16 16 16 9 9 9 16 16 16 16 16 16 94
31 AE 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 16 9 16 9 16 16 9 16 16 16 16 9 16 4 9 16 9 16 9 16 16 16 16 16 16 16 95
32 AF 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 16 16 9 9 9 4 16 9 16 16 9 9 9 9 9 16 9 9 9 9 9 16 9 16 4 16 85
33 AG 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 16 9 9 4 16 9 16 9 9 9 16 9 9 9 9 9 9 16 9 9 16 16 9 9 9 16 85
34 AH 4 2 1 1 3 2 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 3 4 4 16 4 1 1 9 4 9 9 16 16 16 4 16 16 16 16 16 16 1 16 16 16 1 9 16 16 82
35 AI 3 4 2 2 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 9 16 4 4 16 9 9 9 16 9 4 4 9 4 9 9 4 9 9 9 9 16 9 16 16 9 78
36 AJ 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 16 16 1 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 99
37 AK 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 9 4 9 4 9 9 9 9 9 9 16 9 9 9 4 16 9 9 4 9 4 9 16 9 4 9 75
38 AL 3 2 3 3 2 2 4 2 3 4 3 2 4 2 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 4 9 4 9 9 4 4 16 4 9 16 9 4 16 4 4 9 9 9 4 4 4 16 4 9 9 16 72
39 AM 4 2 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 16 4 4 1 4 1 9 4 9 4 9 4 9 4 1 4 4 4 4 9 4 4 9 9 16 9 61
150 118 110 105 141 106 142 127 138 143 130 108 135 113 131 130 115 136 110 119 128 151 126 144 123 137 3316
582 377 340 303 523 316 532 429 498 535 446 312 479 351 461 454 359 488 328 381 446 591 428 540 409 493
0.13 0.3 0.8 0.5 0.35 0.7 0.39 0.4 0.3 0.3 0.3 0 0.3 1 0.6 0.54 0.52 0.36 0.5 0.47 0.68 0.2 0.6 0.22 0.6 0.31
11.2
57.6
0.84
lampiran 10
jumlah
No. Nama
UJI RELIABILITAS
Item Pernyataan
jumlah kuadrat
si2
Σsi2
st2
r11
115
Lampiran 11 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus,
Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman/Kurtosis
Kelompok Eksperimen
A. Distribusi Frekuensi
1. Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Banyak data (n) = 40
72 77 79 84 85 86 88 91 75 78 80 84 85 86 88 91 75 78 81 84 85 86 88 91 76 79 82 84 86 87 89 92 77 79 83 84 86 87 89 94
2. Menentukan Rentang Kelas (R)
Rentang kelas (R) = Xmax – Xmin
Keterangan :
R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 94 – 72
= 22
3. Menentukan Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan :
K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
K = 1 + 3,3 log 40
= 1 + (3,3 x 1,60)
= 6,29 6 (dibulatkan ke bawah)
116
4. Menentukan Panjang kelas / interval (i)
= =
=226
= 3,67 ≈ 4 (dibulatkan ke atas)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
No
Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi Titik Tengah
( )
( ) (%)
1 72 – 75 71.5 75.5 3 7.50% 73.5 5402.25 220.5 16206.75 2 76 – 79 75.5 79.5 8 20.00% 77.5 6006.25 620 48050 3 80 – 83 79.5 83.5 4 10.00% 81.5 6642.25 326 26569 4 84 – 87 83.5 87.5 15 37.50% 85.5 7310.25 1282.5 109653.75 5 88 – 91 87.5 91.5 8 20.00% 89.5 8010.25 716 64082 6 92 – 95 91.5 95.5 2 5.00% 93.5 8742.25 187 17484.5
Jumlah 40 100% 3352 282046 Rata-rata 83.80
Median 84.83
Modus 85.94
Varians 29.45
Simpangan Baku 5.43
B. Perhitungan Mean/Nilai Rata-rata (Me)
( ) =∑∑
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
117
∑ = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
∑ = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
=∑∑ =
335240 = 83,80
C. Perhitungan Median/Nilai Tengah (Md)
= +12 −
.
Keterangan :
Md = Median/ Nilai Tengah
L = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
= Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
= Frekuensi kelas median
i = Interval kelas
= 83,5 +12 40− 15
15 . 4 = 84,83
D. Perhitungan Modus (Mo)
= + + .
Keterangan :
Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul
L = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
118
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kels sebelumnya
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
i = Interval kelas
= 83,5 +11
11 + 7 4 = 85,94
E. Perhitungan Varians ( )
=∑ − (∑ )
( − 1)
=40 × 282046 − (3352)
40(40− 1)
=11281840 − 11235904
1560
=459361560 = 29,45
F. Perhitungan Simpangan Baku ( )
=∑ − (∑ )
( − 1)
=
40 × 282046 − (3352)40(40− 1)
=11281840 − 11235904
1560
= 29,45
= 5,43
119
G. Kemiringan ( )
=3( − )
=3(83,80− 84,83)
5,43 = −0,57
H. Ketajaman/Kurtosis ( )
=1∑ ( − )
=1
40 (72755,508)5,43
= 2,1
120
Lampiran 12 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus,
Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman/Kurtosis
Kelompok Kontrol
I. Distribusi Frekuensi
1. Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Banyak data (n) = 37
69 76 79 80 83 85 71 77 79 80 83 86 71 77 79 80 83 86 74 77 79 81 83 86 74 78 79 81 84 86 76 78 80 82 85 87 76
2. Menentukan Rentang Kelas (R)
Rentang kelas (R) = Xmax – Xmin
Keterangan :
R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 87 – 69
= 18
3. Menentukan Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan :
K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
121
K = 1 + 3,3 log 37
= 1 + (3,3 x 1,57)
= 6,19 7 (dibulatkan ke atas)
4. Menentukan Panjang kelas / interval (i)
= =
=187
= 2,57 ≈ 3 (dibulatkan ke atas)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
No
Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi Titik Tengah
( )
( ) (%)
1 69-71 68.5 71.5 3 8.11% 70 4900 210 14700 2 72-74 71.5 74.5 2 5.41% 73 5329 146 10658 3 75-77 74.5 77.5 6 16.22% 76 5776 456 34656 4 78-80 77.5 80.5 11 29.73% 79 6241 869 68651 5 81-83 80.5 83.5 7 18.92% 82 6724 574 47068 6 84-86 83.5 86.5 7 18.92% 85 7225 595 50575 7 87-89 86.5 89.5 1 2.70% 88 7744 88 7744
Jumlah 37 100% 2938 234052 Rata-rata 79.41
Median 79.55
Modus 79.17
Varians 21.08
Simpangan Baku 4.59
122
J. Perhitungan Mean/Nilai Rata-rata (Me)
( ) =∑∑
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
∑ = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
∑ = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
=∑∑ =
293837 = 79,41
K. Perhitungan Median/Nilai Tengah (Md)
= +12 −
.
Keterangan :
Md = Median/ Nilai Tengah
L = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
= Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
= Frekuensi kelas median
i = Interval kelas
= 77,5 +12 37− 11
11 . 3 = 79,55
123
L. Perhitungan Modus (Mo)
= + + .
Keterangan :
Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul
L = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kels sebelumnya
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
i = Interval kelas
= 77,5 +5
5 + 4 3 = 79,17
M. Perhitungan Varians ( )
=∑ − (∑ )
( − 1)
=37 × 234052 − (2938)
37(37− 1)
=8659924− 8631844
1332
=280801332 = 21,08
N. Perhitungan Simpangan Baku ( )
=∑ − (∑ )
( − 1)
=
37 × 234052 − (2938)37(37− 1)
124
=8659924− 8631844
1332
= 21,08
= 4,59
O. Kemiringan ( )
=3( − )
=3(79,41− 79,55)
4,59 = −0,03
P. Ketajaman/Kurtosis ( )
=1∑ ( − )
=1
37 (40305,1293)4,59
= 2,83
125
Lampiran 13
Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
A. Menentukan Hipotesis
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan 2tabel
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 40 pada taraf signifikasi ( ) 5%
dan dk = K – 3 = 6 – 3 = 3, diperoleh 2tabel = 7,82.
C. Menentukan 2hitung
Kelas Interval
Batas Kelas
Z Batas kelas
Nilai Z Batas Kelas
Luas Z tabel
( − )
71.5 -2.27 0.0116 72-75 0.0514 2.0560 3 0.43
75.5 -1.53 0.063 76-79 0.1518 6.0720 8 0.61
79.5 -0.79 0.2148 80-83 0.2613 10.4520 4 3.98
83.5 -0.06 0.4761 84-87 0.2756 11.0240 15 1.43
87.5 0.68 0.7517 88-91
0.1705 6.8200 8 0.20
91.5 1.42 0.9222 92-95
0.062 2.4800 2 0.09
95.5 2.15 0.9842 Rata-rata 83.80
Simpangan baku 5.43 hitung 6.76 tabel 7.82
126
=( � − )
= 6,76
Keterangan:
2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
D. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji normalitas sebagai berikut :
Jika 2hitung < 2
tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2hitung ≥ 2
tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
E. Membandingkan 2tabel dengan 2
hitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
2hitung < 2
tabel 6,76 < 7,82
F. Kesimpulan
Karena hitung2 < tabel
2 , maka terima H0 atau tolak H1, artinya data pada
kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
127
Lampiran 14
Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol
A. Menentukan Hipotesis
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan 2tabel
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 37 pada taraf signifikasi ( ) 5%
dan dk = K – 3 = 7 – 3 = 4, diperoleh 2tabel = 9,49.
C. Menentukan 2hitung
Kelas Interval
Batas Kelas
Z Batas kelas
Nilai Z Batas Kelas
Luas Z tabel
( − )
68.5 -2.38 0.0087 69-71 0.034 1.2580 3 2.41
71.5 -1.72 0.0427 72-74 0.0996 3.6852 2 0.77
74.5 -1.07 0.1423 75-77 0.1949 7.2113 6 0.20
77.5 -0.42 0.3372 78-80 0.2576 9.5312 11 0.23
80.5 0.24 0.5948 81-83
0.2185 8.0845 7 0.15
83.5 0.89 0.8133
84-86
0.1249 4.6213 7 1.22
86.5 1.54 0.9382
87-89
0.0479 1.7723 1 0.34
89.5 2.20 0.9861
Rata-rata 79.41
Simpangan baku 4.59 hitung 5.32 tabel 9.49
128
=( − )
= 5,32
Keterangan:
2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
D. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji normalitas sebagai berikut :
Jika 2hitung < 2
tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2hitung ≥ 2
tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
E. Membandingkan 2tabel dengan 2
hitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
2hitung < 2
tabel 5,32 < 9,49
F. Kesimpulan
Karena hitung2 < tabel
2 , maka terima H0 atau tolak H1, artinya data pada
kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
129
Lampiran 15
Perhitungan Uji Homogenitas
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Varians (s2) 29,45 21,08
Fhitung 1,40
Ftabel 1,92
Uji Homogenitas yang digunakan adalah uji fisher dengan rumus:
= =∑ − (∑ )
( − 1)
Langkah-langkah perhitungan: 1. Menentukan hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan varian 1 dengan varian 2 (data homogen)
H1 : Terdapat perbedaan varian 1 dengan varian 2 (data tidak homogen)
2. Menentukan kriteria pengujian
Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak H0
3. Menentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians
terkecil)
dk (pembilang) = 40 – 1 = 39
dk (penyebut) = 37 – 1 = 36
4. Menentukan nilai Fhitung dengan menggunakan rumus
= =
Varians terbesar adalah nilai varians kelas experiment yaitu 29,45, sedangkan
varians terkecil adalah nilai varians kelas kontrol yaitu 21,08.
130
= = =
29,4521,08 = 1,40
5. Menentukan nilai Ftabel pada taraf signifikansi = 0,05 untuk dk
penyebut (varian terbesar) 39 dan dk pembilang (varian terkecil ) 36,
diperoleh Ftabel = 1,92.
6. Memberikan kesimpulan
Fhitung < Ftabel atau (1,40 < 1,92), terima H0. Maka kesimpulannya adalah tidak
terdapat perbedaan varian 1 dengan varian 2 (data homogen).
131
Lampiran 16
Perhitungan Uji Hipotesis Statistik
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata 83.8 79.41
Varians 29.45 21.08
5.04
3.82
1.99
Pengujian hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0.05 dengan
rumus:
=−1 + 1
=( − 1) + ( − 1)
+ − 2
= rata-rata skor sikap siswa kelompok eksperimen
= rata-rata skor sikap siswa kelompok kontrol
n1 = banyaknya sampel pada kelompok eksperimen
n2 = banyaknya sampel pada kelompok kontrol
= simpangan baku pada kemompok eksperimen dan kelompok control
Langkah-langkah pengujian hipotesis:
1. Data berdistribusi normal
2. Varians datanya homogen
3. Tentukan Hipotesis
∶ rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan matematika realistik
sama dengan rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan
konvensional.
: rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan matematika realistik
lebih tinggi dari rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan
konvensional.
132
4. Tentukan hipotesis statistik
: ≤
: >
5. Cari dengan rumus:
=−1 + 1
=( − 1) + ( − 1)
+ − 2
Untuk dapat menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu ditentukan nilai sebagai
berikut:
= 83,80 ; = 79,41 ; = 29,45 ; = 21,08
=( − 1) + ( − 1)
+ − 2 =(40− 1)29,45 + (37− 1)21,08
40 + 37 − 2
=1148,55 + 758,88
75 = 25,432
= 5,04
�=
−1 + 1
=83,80− 79,41
5,04 140 + 1
37
= 3,82
6. Taraf signifikan (α) = 0,05
7. Menentukan nilai ttabel dengan dk = 75, karena tidak tidak terdapat dalam tabel
untuk memperoleh nilai ttabel dihitung dengan menggunakan interpolasi.
=15(1,67) + 45(1,66)
15 + 45 =99,75
60 = 1,66
133
Tentukan kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung ≥ ttabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
8. Ternyata 3,82 ≥ 1,66 atau thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
9. Kesimpulan:
H1 yang berbunyi : “rata-rata sikap siswa yang diberikan pendekatan
matematika realistik lebih tinggi dari rata-rata sikap siswa yang diberikan
pendekatan konvensional”, diterima. Sebaliknya H0 yang berbunyi “rata-rata
sikap siswa yang diberikan pendekatan matematika realistik sama dengan rata-
rata sikap siswa yang diberikan pendekatan konvensional”, ditolak.
134
Lampiran 17
Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson
N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif 5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0,997 0,999 26 0,388 0, 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 39 0,316 0,408 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 41 0,308 0,398 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 43 0,301 0,389 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 46 0,291 0,376 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 48 0,284 0,368
49 0,281 0,364 50 0,279 0,361
135
Lampiran 18
Luas Di Bawah Kurva Normal
136
Lampiran 19
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
137
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
138
Lalmpiran 20
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1, v2)
139
Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)
140
Lalmpiran 21
Nilai Kritis Distribusi t