Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

25
6 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kerangka Teoritik 1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Pendekatan Pembelaajaran (CTL) Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang telah lama berkembang di negara-negara maju dengan nama yang beragam. Seperti halnya di Amerika yang disebut dengan CTL Contextual Teachuig and Learning yang intinya membantu guru untuk mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka. 1 Berikut diungkapkan kembali beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut beberapa ahli pendidikan. Johonson, mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. 2 Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Gelar Dwirahayu menurutnya, sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. 3 1 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2008). h. 295 2 Ibid., h. 295 3 Gelar Dwirahayu, Penetapan Contextual Teachung and Learning dalam pembelajaran Matematika di Madrasah, dalam Gelar Dwirahayu, Munasprianto Ramli, (ed), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar,, (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project, 2007). Cet. I. h. 89

Transcript of Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

Page 1: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

6

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kerangka Teoritik

1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Pengertian Pendekatan Pembelaajaran (CTL)

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang telah

lama berkembang di negara-negara maju dengan nama yang beragam. Seperti

halnya di Amerika yang disebut dengan CTL Contextual Teachuig and Learning

yang intinya membantu “guru untuk mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan

nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang

dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka”.1 Berikut diungkapkan

kembali beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut beberapa ahli

pendidikan.

Johonson, mengartikan “pembelajaran kontekstual adalah suatu proses

pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan

pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,

sosialnya, dan budayanya”.2

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Gelar Dwirahayu menurutnya,

“sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa

melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya

mereka”.3

1 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2008). h. 295

2 Ibid., h. 295

3 Gelar Dwirahayu, Penetapan Contextual Teachung and Learning dalam pembelajaran

Matematika di Madrasah, dalam Gelar Dwirahayu, Munasprianto Ramli, (ed), Pendekatan Baru

dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar,, (Jakarta: IAIN Indonesia Social

Equity Project, 2007). Cet. I. h. 89

Page 2: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

7

Kunandar mengartikan “Contextual Teaching and Learning adalah konsep

belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sehari-

hari”.4

Lebih dikembangkan kembali oleh Junaedi yang menyatakan “Contextual

Teaching and Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka”.5

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

merupakan bentuk pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan

situasi kehidupan peserta didik sehari-hari, dengan konteks lingkungan

pribadinya, sosialnya, dan budayanya yang dapat menghadirkan pengalaman

belajar pada siswa, sehingga mendorong peserta didik untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari pengalaman tersebut, siswa

diharapkan dapat memahami materi pelajaran, dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif.

Sebagaimana yang diungkapkan Confusius kira-kira 2.400 tahun yang lalu, ia

mengungkapkan teori sebagai berikut, Apa yang saya dengar saya lupa; apa yang

saya lihat saya ingat, apa yang saya kerjakan saya paham.6

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang menuntut

siswa-siswi untuk aktif mencari pengetahuannya berdasarkan pengalaman-

4 Kunandar, Guru Profesional, Op.cit.,h. 296.

5 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Learning Assistance Program For Islamic Schools

LAPIS, 2008). h. 13-10 6 Kunandar, Op.cit., h. 294

Page 3: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

8

pengtalaman yang dialaminya dalam situasi kehidupan sehari-harinya. Bukan

sekedar mendengar atau melihat informasi mengenai materi pelajaran, tetapi

peserta didik juga diajak untuk terlibat mencari pengetahuannya sendiri agar

siswa dapat lebih paham mengenai hal yang sedang dipelajarinya.

b. Landasan Pendekatan Pembelajaran CTL

Landasan pendekatan pembelajaran CTL dipengaruhi oleh: landasan

filosofis dan psikologis. Pada landasan filosofis dari implementasi pendekatan

pembelajaran CTL sangat dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai

digagas oleh Mark Baldwin dan kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget. Aliran

konstrutifisme mengemukakan pengetahuan merupakan struktur konsep dari

subjek yang mengamati.7 Maksudnya pengetahuan merupakan suatu konsep

fikiran yang dimiliki oleh subjek/seseorang dari hasil pengamatan yang dilakukan

dalam waktu tertentu dan menghasilkan suatu pemahaman.

Dari sanalah filsafat konstruktivisme mengembangkan pandangannya

tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep proses belajar, bahwa belajar

bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetaahuan melalui

pengalaman.8 Kemudian dijelaskan kembali bahwa pengetahuan bukan hasil

“pemberian” dari orang seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang

dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan bukan menjadi

pengalaman yang bermakna.9

Berdasarkan pandangan ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan dihasilkan

dari pengalaman setiap individu, bukanlah berdasarkan pemberian dari seseorang.

Pengetahuan hasil dari pemberian orang lain bisa jadi masih diragukan oleh

pembelajar, dan tidak akan dijadikan sebagai sesuatu yang bermakna.

Berangkat dari pemahamai ini, maka untuk menjelaskan suatu konsep yang

dianggap baru bagi peserta didik, pengajar dapat memberikan pengalaman-

pengalaman yang bermakna. Peserta didik diarahkan untuk mencari sendiri

pengetahuannya melalui pengalaman dan peran aktifnya dalam proses

7 Junaidi, Op.cit., h. 13-11

8 Ibid., h.13-11

9 Ibid., h. 13-13

Page 4: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

9

pembelajaran. Sehingga pengetahuan akan dapat lebih bermakna dan bertahan

lama dalam benaknya.

Sesuai dengan filsafat yang melandasinya bahwa pengetahuan terbentuk

karena peranan aktif subjek. Peranan aktif ini dapat dipandang dari sudut

psikologis. CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Dalam buku yang ditulis

oleh Junaedi, dkk aliran psikologis, menyatakan bahwa:

Proses belajar terjadi karena pemahaman individu mengenai

lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti emosi, minat,

motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak pada

dasarnya adalah wujud dari dorongan yang berkembang dalam diri

seseorang. Sebagai peristiwa mental prilaku manusia tidak semata-mata

merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya

faktor pendorong yang ada dibelakang gerakan fisik itu. Sebab manusia

memiliki kebutuhan kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan

itulah yang mendorong manusia untuk berprilaku.10

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, terdapat beberapa hal

yang harus dipahami tentang belajar dalam pembelajaran kontekstual.11

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi memproses mengkonstruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki, oleh karena

itulah, semakin banyak poengalaman, semakin banyak pula pengetahuan

yang mereka peroleh.

2. Belajar bukan sekedar mengumplkan fakta yang lepas. Pengetahuan itu pada

dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami dengan pengetahuan

yang dimiliki atau berpengaruh pada pola-pola prilaku manusia, seperti pola

berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan permasalahan termasuk

penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang

luas dan mendalam, semakin efektif dalam berfikir.

3. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan

masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya berkembang

intelektualnya akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual

adalah belajar bagaimana anak menghadapi setiap persoalan.

10

Ibid.,h.13-12 11

Ibid.

Page 5: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

10

4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap

dari yang sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak

dapat dilakukan sekalicgus, akan tetapi sesuai irama kemampuan peserta

didik.

5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh

katena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki

makna untuk kehidupan anak (real word learning).

Landasan yang tidak kalah pentingnya dari kedua landasan di atas adalah

landasan yuridis. Landasan yuridis berkaitan erat dengan berbagai kebijakan dan

peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran di SD/MI. Landasan

yuridis tersebut adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan

anak. Undang-Undang ini menyatakan bahwa “setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.”12

Pernyataan ini menjelaskan

bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Sementara itu, Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab X tentang

kurikulum, menyatakan bahwa “kurikulum pada semua jenjang dan jenis

pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.”13

Pernyataan ini memberikan

peluang kepada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum

pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan tahapan perkembangan siswa. Atas

dasar pertimbangan itu, pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) menetapkan bahwa:

Pembelajaran di tingkat SD/MI harus diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

12

Sugiyar, dkk, “PembelajaranTematik”,(Learning Assesteance Program for Islamic

Schools: PGMI, 2009). h. 2-9 13

UU RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, Depdiknas Dirjen

Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003), hal. 13

Page 6: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

11

prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.14

Hal ini amat sejalan dengan karakteristik pembelajaran kontekstual yang

ditulis oleh The Northwest Regional Education labolatory USE dalam buku yang

ditulis Kunandar tahun 2007, menyatakan bahwa: Kurikulum yang dikembangkan

berdasarkan standar. Isi pembelajaran harus dikaitkan denegan standar lokal,

provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dunia

kerja.15

Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa pendekatan pembelajaran

Contextual Teachung and Learning merupakan pembelajaran yang dilaksanakan

sesuai KTSP. Pada pendekatan ini, pembelajaran dilakukan sesuai dengan

pengalaman peserta didik ketika dilingkungannya, potensi yang dimiliki masing-

masing daerah sangatlah mendukung dalam keberhasilam proses pembelajaran

menggunakan pendekatan CTL.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang lain, pendekatan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki karakteristik.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunkan

pendekatan CTL menurut Wina Sanjaya, sebagai berikut:16

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang

sudah ada (activiting knowledege).

2. Pelajatran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquring knowledge).

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

nyang diperoleh buka untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applyng knowladge),

artinya pengetahuan dan engalaman yang diperolehnya harus dapat

14

Depdiknas “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses,” h.6 15

Kunandar, GuruProfesional, Op.cit., h. 298 16

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8., h. 256.

Page 7: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

12

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku

siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan strategi.

The Northwest Regional Education labolatory USE (dalam Kunandar,

2007) juga mengidentifikasikan karakteristik pembelajaran kontekstual menjadi

enam komponen, sebagai berikut:17

1) Pembelajaran bermakna; pembelajaran relefansi, penilaian pribadi sangat

terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.

Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupannyata atau siswa

mengetahui manfaat isi pembelajaran.

2) Penerapan pengetahuan yaitu kemampuan siswa untuk memahami apa yang

dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kegidupan dan fungsi di masa

sekarang atau di di masa yang akan datang.

3) Berpikir tingkat tinggi, yaitu siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir

kritis dan berikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu,

dan pemecahan suatu masalah.

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Isi pembelajaran harus

dikaitkan denegan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta dunia kerja.

5) Responsif terhadap budaya, yaitu guru harus memahami dan menghargai

nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidikan, dan masyarakat

tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta

hubungan antara budaya tersebut akan mempengaruhi pembelajaran dan

sekaligus akan berpengaruh terhadap cara mengajar guru.

6) Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian, misalnnya

penilaian proyek/tugas berstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio,

rubric, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainnya.

17

Ibid., h. 297-298

Page 8: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

13

Adapun beberapa karakteristik dalam pembelajaran Kontekstual menurut

Johnson, yang dapat di uraikan sebagai berikut:18

1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)

2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)

3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)

4) Bekerjasama (collaborating)

5) Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)

6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)

7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)

8) Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)

Berdasarkan karakteristik pendekatan pembelajaran Contextual Teaching

and Learning diatas, dapat dikatakan bahwa, pembelajaran CTL merupakan

pendekatan yang mengajak siswa belajar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan

siswa sehari-hari, sehingga pelajaran dapat lebih bermakna. Selain itu

pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat membimbing siswa untuk berpikir

ketingkat tinggi terhadap masalah yang dihadapinya baik dibidang sosial atau

budya. Pendekatan ini juga menjadikan pendidik dapat lebih leluasa untuk menilai

segala aspek yang dicapai siswa, baik dari segi kofnitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari karakteristi pendekatan ini, selanjutnya dapat diungkap ciri dari pendekatan

Contextal Teaching and Learning.

d. Ciri-Ciri Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning(CTL)

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan

topik yang akan dipelajarinya. Adapun ciri pembelajaran yang direncanakan

tersebut adalah sebagai berikut:19

1) Kerjasama.

2) Saling menunjang.

18

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah, Pembelajaran Berbasis

Paikem, Derektorat Tenaga Kependidikan, 2010 h.27-29 19

Ibid. h.26

Page 9: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

14

3) Menyenangkan, tidak membosankan.

4) Belajar dengan bergairah.

5) Pembelajaran terintegrasi.

6) Menggunakan berbagai sumber.

7) Siswa aktif.

8) Sharing dengan teman.

9) Siswa kritis guru kreatif.

10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,

gambar, artikel, humor dan lain-lain.

11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan

hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Sejalan dengan hal diatas, Kunandar juga mengutarakan ciri pembelajaran

CTL antara lain:20

1) Adanya kerjasama antara seluruh pihak

2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem

3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda

4) Saling menunjang

5) Menyenangkan, tidak membosankan

6) Belajar dengan bergairah

7) Pembelajaran terintegrasi

8) Menggunakan berbagai sumber

9) Siswa aktif

10) Sharing dengan teman

11) Siswa kritis, guru kreatif

12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan kasil karya siswa, peta-peta,

gambar, artikel, humor, dan sebagainya

13) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya

e. Penerapan Pembelajaran CTL

Contextual Teaching and Learning dapat diterapkan dalam kurikulum apa

saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah

yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:21

1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

20

Kunandar, GuruProfesional, Op.cit., h. 298-299 21

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah, Op.cit.,h. 26

Page 10: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

15

4) Ciptakan masyarakat belajar.

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai

cara.

Agar dapat mengimplementasikan langkah-langkah umun pembelajaran

CTL diatas dengan baik, guru perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut:22

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental

siswa. Artinya, isi kurikulum dalam metodologi yang digunakan untuk

mengajar harus dilandaskan pada kondisi sosial, emisional, dan karakteristik

intelektual siswa.

2) Membentuk grup belajar yang saling tergantung (interdependent learning

groups).

3) Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self

regulated learning)

4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of student).

5) Memperhatikan multi intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya,

dalam pembelajaran kontekstual guru harus peperhatikan kebutuhan dan

kecerdasan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi; kecerdasan verbal

linguistik, logis matematis, visual spiritual, kinestetik, fisik, intra pribadi,

antar pribadi, dan naturalis.

6) Menggunakan tehnik-tehnik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan

pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya,

maka jenis dan tingkat pertanyaan yang terdapat harus diungkap/ditanyakan.

Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk menghasilkan tingkat

berpikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dan seluruh peserta

dalam proses pembelajaran kontekstual.

7) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment). Penilaian autentik

untuk mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berpikir kompleks siswa.

22

Kunandar, GuruProfesional, Op.cit., h. 303-305

Page 11: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

16

Pelaksanaan pembalajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, an

kegiatan penutp. Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan

CTL guru dapat melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:23

1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari

proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan

dipelajari

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

- Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

siswa

- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan obseervasi

- Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal

yang ditemukan dilapangan

c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa

2) Inti

Di lapangan

a) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tuhas kelompok

b) Siswa mencatat hal-hal yang mereka tamukan dipasar sesuai dengan alat

observasi yang telah mereka lakukan sebelumnya

Di dalam kelas

a) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya

masing-masing

b) Siswa melaporkan hasil diskusinya

c) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

kelompok lain

3) Penutup

a) Dengan bantuan guru siswa menyiapkan hasil observasi sekitar masalah

pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai

b) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman

belajar mereka dengan tema pelajaran hari itu

f. Komponen Utama Kontekstual

Ada tujuh komponen utama pembelajatan yang mendasari penerapan

pembelajaran kontekstual (CTL) di kelas, yaitu sebagai berikut:24

23

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2008), cet. 4, h.124-125 24

Ibid., h. 305-317

Page 12: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

17

1) Konstruktivisme

Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka

melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi

pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan konstruktivisme “strategi

memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan.

2) Menemukan ( Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,

tetapi hasil dari menemukan sendiri. Berikut langkah-langkah pembelajaran

inkuiri:

a) Merumuskan masalah

b) Mengumpulkan data melalui observasi atau pengamatan

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan,

bagan, table, dan karya lainnya

d) Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audience lainnya

e) Mengevaluasi hasil temuan bersama

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual.

Dalam aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan: antara siswa

dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan orang lain dan sebagainya. Kegiatan bertanya dalam

pembelajaran berguna untuk: menggali informasi, baik administrasi maupun

akademis; mengecek pemahaman siswa; memecahkan persoalan yang

dihadapi; membangkitkan respon kepada siswa; mengetahui sejauh mana

keingintahuan siswa; mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;

menfokuskan perhatian siswa kepada sesuatu yang dikehendaki guru;

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; menyegarkan

kembali pengetahuan siswa.

Page 13: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

18

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas kontestual, hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, natar

kelompok, dan antar yang sudah tahu ke yang belum bahu. Guru disarankan

selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar dengan

siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok homogen.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

Seseorang yang telibat dalam kegiatan masyarakat belajar member informasi

yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi

yang diperlukan dari teman belajarnya. Setiap pihak harus merasa bahwa

semua orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan

berbeda yang perlu dipelajari.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan artinya dalam sebuah pemebelajaran keterampilan atau

pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk

demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan

kata lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melakukan

suatu kegiatan, contoh karya tulis, dan sebagainya. Dengan begitu, guru

memberi model tentang “bagaiman cara belajar”.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Kegiatan

refleksi ini dimaksudkan untuk dapat mengukur sejauh mana pemahaman

materi yang disampaikan hari ini.

Perwujudan dari refleksi ini dapat berupa: pertanyaan langsung tentang apa-

apa yang diperoleh hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran

siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, hasil karya.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran pembelajaran siswa perlu

diketahui oleh guru agar bias memastikan bahwa siswa memahami proses

Page 14: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

19

pembelajaran dengan benar. Penilaian yang sebenarnya dinilai, baik proses

maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian.

Ciri-ciri penilaian autentik adalah:

a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk;

b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;

c) Menggunakan berbagai cara dan sumber;

d) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian;

e) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-

bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat

mencerminkan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap

hari;

f) Penilaian harus menekankan keadaan pengetahuan dan keahlian siswa,

bukan keluasannya (kuantitas).

Sejalan dengan pendapat Kunandar diatas, Wina Sanjaya juga

mengungkapkan 7 komponen yang melandasi pendekatan CTL sebagai berikut:25

1) Konstruktivisme

2) Inkuiri

3) Bertanya (Questioning)

4) Belajar Bermasyarakan (Learning Comunity)

5) Pemodelan (Modeling)

6) Refleksi (Reflection)

7) Penilaian Nyata (Autentic Assessment)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa

”Metode Contextual Teaching and Learning” adalah cara belajar yang

membantu siswa mengkonstruksikan pengetahuan sesuai dengan pengalaman

yang dimiliki berdasarkan fakta-fakta berdasarkan pengalaman sendiri yang

berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks yeng

menjadikan pembelajaran bermakna untuk mencapai standar yang tinggi.

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8., h. 263-268.

Page 15: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

20

g. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioal

Ada beberapa perbedaan antara CTL dengan pembelajaran konvensional

perbedaan tersebut antara lain tertera dalam tabel dibawah ini:26

Tabel 2.1

Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioal

No Contekstual Teaching and

Learning Konvensional

1 Menetapkan peserta didik sebagai

subjek belajar. Peserta didik berperan

aktif dalam detiap proses

pembelajaran dengan cara mengali

sendiri materi pelajaran.

Pembelajaran konvensional

menempatkan peserta didik sebagai

objek belajar yang berperan sebagai

penerima informasi secara pasif.

2 Peserta didik belajar melalui kegiatan

kelompok, berdiskusi, saling

menerima dan memberi.

Pembelajaran bersifat

individualdengan menerima,

mencatat, dan menghaal materi

palajaran.

3 Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata secara realita.

Pembelajaran bersifat teoritis dan

abstrak.

4 Kemakpuan didasarkan atas

penggalian pengalaman

Kelampuan diperoleh melalui

latihan-latihan.

5 Tujuan akhir pembelajaranadalah

kemampuan diri

Tujuan akhir pembelajaran adalah

nilai dan angka

6 Prilaku yang dibangun atas kesadaran

diri sendiri, misalnya individu tidak

melakukan operbuatan tertentu karena

ia menyadari ptilaku itu merugikan

dan tidak bermanfaat.

Tindakan atau prilaku individu

didasarkan oleh faktor dari liar

dirinya, misalnya individu tidak

melakukan sesuatu disebabkan

hukuman.

7 pengetahuan yang dimiiki setiap

individu selalu berkembang sesuai

dengan pengalaman yang dialaminya,

oleh karena itu setiap peserta didik

bisa berbeda dalam memaknai

hakikat pengetahuan yg dimilikinnya.

Kebenaran yang dimiliki individu

bersifat absolut dan final, oleh karena

pengetahuan didominasi oleh orang

lain.

26

Junaedi, Op.cit., h.13

Page 16: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

21

No Contekstual Teaching and

Learning Konvensional

8 Peserta didik bertanggung jawab

dalam memonitor dan

mengembangkan pelajaran mereka

masing-masing.

Guru adalah penentu jalannya proses

pembelajaran.

9 Pembelajaran dapat saja terjadi dalam

konteks dan seting yang berbeda

sesuai dengan kebutuhan.

Pembelajaran terjadi hanya di dalam

kelas.

10 Tujuan CTL adalah seluruh aspek

perkembangan peserta didik. Maka

keberhasilan pembelajaran diukur

dengan berbagai cata, misalnya

evaluasi postes, hasil karya peserta

didik, penampilan, observasi,

wawancara, dan lain dibagainnya.

Keberhasilan pembelajaran biasanya

hanya diukur dengan tes.

2. Hasil Belajar IPA

a. Pengertian Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yang

memiliki arti yang berbeda, yaitu “hasil” dan “belajar”. Menurut Purwanto,

pengertian “hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional”.27

Dan Irwanto

mengungkapkan secara sederhana “belajar merupakan proses perubahan dari

belum mampu menjadi sudah mampu (yang), terjadi dalam jangka waktu

tertentu”.28

Jadi, hasil belajar adalah suatu perolehan yang mengakibatkan

perubahan input secara fungsional melalui suatu proses perubahan dari belum

mampu menjadi mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Senada dengan hal di atas Alisuf Sabri mengungkapkan pengertian

“belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau

27

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Jogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h.44

28 Irwanto, Psiologi Umum, (Jakarta: Prenhallindo, 2002). h. 105.

Page 17: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

22

latihan”.29

Jadi, belajar adalah suatu perubahan pengetahuan dan tingkah laku

yang diperoleh melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya Ngalim Purwanto mengungkapkan, “hasil belajar adalah

hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu

tertentu”.30

Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau

evaluasi akhir.

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengatakan, “hasil belajar menekankan

kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan”.31

Menurut mereka, hasil belajar

merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang baik

dan buruknya hasil pencapaian dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Winkel mengemukakan “hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek

perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dukembangkan

oleh Bloom, Simposion, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik”.32

Diungkapkan kembali oleh Purwanto “hasil belajar adalah

perwujudan kemampuan akibat perubahan prilaku yang dilakukan oleh usaha

pendidikan. Kemampuan mencakup domain kogniti, afektif, dan psikomotorik”.33

Jadi, dari hasil belajar yang diapai memerluakan suatu alat ukur yang dapat

menilai aspek yang diperoleh dari hasil belajar yakni aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ketiga aspek ini dapat dinilai dengan jelas ketika dikombinasikan

dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah

29

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2010), h.55. 30

Ngalim purwanto, Prinsip-prtinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran (bandung:PT

Remaja Rosdakarya, 2008),cet VII, h. 33 31

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),cet III,

h.190.

32 Purwanto, Op.cit., h. 45.

33 Ibid., h. 49

Page 18: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

23

melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur

ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu

tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis. “IPA merupakan mata

pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa, selain untuk mengetahui

segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, IPA juga dijadikan suatu wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan cara menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekitarnya”.34

Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, “mata pelajaran IPA perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar adalah untuk membekali

peserta didik cara memenuhi kebutuhan manusia dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah”.35

Dari pernyataan di atas terlihat dengan jelas

bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam menumbuhkan

kemampuan berfikir logis dan memerlukan keterampilan kerja siswa dalam

memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mewujudkan itu semua, kurikulum di Indonesia, yang dikenal dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merumuskan beberapa tujuan penting yang

ingin dicapai dalam pembelajaran IPA SD, yaitu:36

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengambangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan keselarasan tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperasaan dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteratuannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pegetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

34

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Lampiran Standar Kompetansi dan Pompetensi

Dasar IPA SD/MI. 35

Ibid. 36

Ibid.

Page 19: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

24

Berdasarkan tujuan tersebut tergambar dengan jelas bahwa arah dan

orientasi pembelajaran IPA adalah mengarahkan siswa untuk mampu

mengembangkan segala pengetahuan yang dimiliki untuk memelihara dirinya

sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk menilai ketercapaian semua tujuan

di atas, dibutuhkan suatu bukti yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa

terhadap konsep IPA yang telah diajarkan, yang meliputi pengembangan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Bukti

tersebut dapat ditunjukkan dengan pencapaian hasil belaja yangdipisahkan

menjadi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hasil belajar adalah bukti pencapaian

kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan

pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan. Sedangkan IPA adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam

memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, Hasil belajar IPA adalah bukti pencapaian pemahaman terhadap

konsep-konsep IPA, yang meliputi pengembangan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta

meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi ini.

b. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Howard Kingsley membagi tiga jenis hasil belajar, yaitu keterampilan,

pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.37

Sedangkan Gagne

membagi hasil belajar ke dalam lima kategori yakni:

1. Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi baik secara lisan maupun

tertulis, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definis, dan

sebagainya.

37

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 22.

Page 20: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

25

2. Keterampilan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam berinteraki

dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya

penggunaan simbol matematik,

3. Strategi kognitif, merupakan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang

efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,

sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran

4. Kemampuan mengendalikan ingatan sikap, yaitu hasil pembelajaran yang

berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan

dilakukan.

5. Keterampilan motoris, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan

yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu

merupakan suatu pencapaian belajar yang diperoleh siswa yang dapat diukur dari

beberapa aspek, yang meliputi pengetahuan, pengalaman, maupun perubahan

sikap ke arah yang lebih baik dengan proses belajar.

Sementara itu, menurut Moh Surya, hasil belajar akan tampak dalam38

:

1. Kebiasaan, misalnya siswa belajar bahas berkali-kali untuk menghindari

penggunaan kata yang keliru, sehingga ia terbiasa dengan penggunaan bahasa

secara baik dan benar.

2. Keterampilan, dalam halnya menulis dan berolah, yang meskipun sifat motorik,

keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang diteliti dan

kesadaran yang tinggi.

3. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan memberi arti ransangan

yang masuk melalui panca indera sehingga peserta didik mampu ,menacapai

pengertian yang benar.

4. Berfikir asosiatif, yakni berfikir dengan cara mengaitkan sesuatu dengan

lainnya dengan menggunakan daya ingat.

5. Berfikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip dan dasar-dasar

pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan

“mengapa” (why).

6. Sikap, yaitu kecenderungan yang relatif menetap untuk bertindak dengan cara

baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan

dan keyakinan.

7. Inhibisi atau menghindari hal yang mubazir.

8. Apresiasi atau menghargai karya-karya orang lain.

9. Perilaku afektif, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,

marah, sedih, gembaira, kecewa, senang, benci, dan sebagainya.

Sedangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

38

Akhmad Sudrajat,“Let’s Talk About Education-Hakikat Belajar”, dari

http:akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar.

Page 21: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

26

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.39

Bloom mengatakan, “ranah kognitif merupakan hasil belajar yang

berkenaan dengan hasil belajar intelektual”.40

Menurutnya, segala upaya yang

menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah

kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, diantaranya:41

1) pengetahuan

atau ingatan; 2) pemahaman; 3) penerapan; 4) analisis; 5) sintesis; 6) penilaian.

Sementara itu, ranah afektif menurutnya, berkaitan dengan sikap dan nilai,

yang terdiri dari lima aspek, yaitu:42

1) penerimaan; 2) jawaban; 3) penilaian; 4)

organisasi; dan 5) interaksil.

Sedangkan ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

belajar tetentu. Ranah psikomotorik ada enam tingkatan, yaitu:43

1. Gerakan refleks

2. Gerakan dasar

3. Gerakan persepsi

4. Gerakan kemampuan fisik

5. Gerakan terampil

6. Gerakan indah dan kreatif

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

hasil belajar tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan aspek pengetahuan

saja, melainkan harus melibatkan segala aspek perubahan tingkah laku, baik

secara intelektual, fisik, dan psikologis.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil belajar

Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran

di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi

masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan

39

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 22. 40

Nana Sudjana, Ibid.,h. 22. 41

Anas Soedijono, Pengantar Dasar Evaluasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),

h.50-53. 42

Ibid. h. 56 43

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h.26-27.

Page 22: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

27

dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Secara global, faktor-faktor tersebut

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:44

1. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan

faktor psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain: usia,

kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan faktor psikologis

antara lain: kelelahan, suasana hati, minat dan kebiasaan belajar.

2. Faktor eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor dari manusia

itu sendiri dan faktor seperti alam, hewan dan lingkungan fisik.

d. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar IPA

Secara garis besar, alat penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur

ketercapaian hasil belajar IPA dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes

dan non tes. “Tes dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus

dijawab atau pernyataan yang harus dipilih oleh orang yang dites dengan tujuan

untuk mengukur aspek perilaku tertentu”.45

Tes sebagai bagian penting dalam

proses pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam berdasarkan cara

mengerjakannya, yaitu tes tulis, tes lisan dan tes perbuatan.

Sedangkan non tes adalah penilaian hasil belajar yang dilakukan tanpa

mengadakan pengujian terhadap peserta didik secara langsung. Penilaian

dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observasi),

melakukan wawancara, menyebarkan angket, dan memeriksa atau meneliti

dokumen-dokumen yang dapat memberikan informasi terhadap kemajuan belajar

siswa.

Kedua tipe penilaian di atas sangat tepat digunakan untuk mengukur

ketercapaian dalam pelajaran IPA. Para guru harus mengetahui bahawa tidak

semua materi pelajaran dapat diukur dengan menggunakan tes, tetapi ada

beberapa materi tertentu yang hanya dapat diukur dengan menggunakan tehnik

non tes. Untuk itu, guru harus dapat memilih alat penilaian yang tepat agar dapat

memperoleh data yang akurat dan objektif dalam menilai ketercapaian hasil

belajar siswanya.

44

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 145. 45

Lilik Nofijanti, Evaluasi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h.3-5.

Page 23: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

28

e. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar IPA

Penilaian adalah suatu cara yang sitematis dalam menganalisa suatu

pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu dapat

memperoleh hasil yang memuaskan dengan mempergunakan bahan-bahan dan

cara-cara tertentu. Dalam hal ini penulis mengungkapkan fungsi penilaian hasil

belajar adalah sebagai berikut:

1. Penentuan kekuatan dan kelemahan murid dalam menguasai materi yang

telah diterima dalam proses belajar mengajar.

2. Penentuan kekuatan atau kelemahan guru dalam melaksanakan program

belajar mengajar.

3. Menyediakan bahan untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan

murid secara individual atau kelompok.

4. Untuk mengetahui karakteristik siswa dan tingkat kecerdasannya.

5. Hasil evaluasi dapat memberikan motivasi belajar terhadap anak-anak.

6. Petunjuk bagi guru, apakah metode dan bahan pelajaran yang diberikannya

sudah cukup baik atau tidak.

7. Dengan penilaian hasil belajar, guru dapat memberikan saran-saran kepada

para siswa dan orang tua tentang bagaimana cara yang baik dalam belajar dan

bekerja.

f. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar IPA

Siswa

Contextual Teaching and Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.46

Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran ini bertolak dari

kegiatan yang dilakukan siswa di kelas yang dikembangkan oleh guru bersama

46

Junaedi, Ibid., h. 13-10

Page 24: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

29

siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Kegiatan

yang dilakukan siswa di sini merupakan kegiatan yang aktif dan dekat dengan

lingkungan siswa sehari-hari. Konteks yang dekat dengan siswa tersebut

diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya adalah: siswa

mudah memusatkan perhatian pada suatu konteks tertentu, mampu mempelajari

pengetahuan dengan lebih mudah tanpa menghayalkan sesuatu yang jauh dari

kehidupannya sehari-hari, memahami materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, sehingga siswa lebih

mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam

konteks yang jelas.

IPA adalah mata pelajaran yang bertujuan mengarahkan siswa untuk

mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam

memelihara dirinya sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk mencapai

semua tujuan tersebut, mata pelajaran IPA di SD/MI sebaiknya dilaksanakan

dengan menggunakan metode kontekstual, karena dengan karakteristik yang

dimilikinya, yaitu mengarahkan siswa untuk mampu mengantarkan siswa dari

yang sebelumnya berfikir secara kongktet operasional ke tahapan pra-operasional

pada siswa sekolah dasar, maka pendekatan pembelajaran ini akan berpengaruh

terhadap hasil belajar IPA siswa.

B. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu

perubahan atau pembaharuan dalam tingkahlaku dan atau kecakapan.47

Baik atau

tidaknya belajar itu tergantung bermacam-macam faktor. Secara garis besar

terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada pada diri

organisme itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat

47

Ngalim Purwanti, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet.2,

h.102

Page 25: Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa BAB II

30

di luar individu salah satu diantara faktor eksternal adalah guru dan cara

mengajarnya.

Kemampuan kognitif siswa di sekolah banyak dipengaruhi oleh peranan

guru dalam menyampaikan suatu teori. Penyampaian teori yang digunakan guru

biasanya berkenaan dengan pendekatan, model, ataupun teknik dalam proses

pembelajaran. Metode pembelajaran yang pernah buming dan banyak dipakai oleh

pengajar ialah menggunakan metode ceramah, akan tetapi metode ini sekarang

dianggap sebagai metode kuno atau konvensiolal. Banyak pendekatan yang

memunculkan berbagai metode baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik

dibidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Salah satu pendekatan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa yaitu pendekatan Contekstual Teaching and Learning. Pendekatan

pembelajaran ini menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki

pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan

informasi secara mandiri.

Keberhasilan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran

Contekstual Teaching and Learning bergantung pada kemampuan guru dalam

menginformasikan pesan kepada siswa. Untuk mengetahui apakah pada penelitian

ini pendekatan Contekstual Teaching and Learning berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa, dapat dilihat dari interprestasi hasil nilai pretest dan postest siswa.

Diduga bahwa hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dengan menggunakan

pendekatan CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar IPA siswa yang diperoleh

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, yang telah

dikemukakan di atas, maka hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah:

Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran

Contekstual Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA siswa

di SDN Cipayung II pada konsep gaya.

Ha : terdapat pengaruh yang signifikan kodel pembelajaran Contekstual

Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA SDN Cipayung II

pada konsep gaya.