PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI … filesistem desentralisasi atau yang sering dikenal...
Transcript of PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI … filesistem desentralisasi atau yang sering dikenal...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS, DERAJAT DESENTRALISASI DAN
KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP
BELANJA MODAL
(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa
Tengah Tahun 2013-2015)
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
DESY NURJANAH
B 200130281
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
PENGARUH PAD, DAU, DAK, DERAJAT DESENTRALISASI
DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP
BELANJA MODAL
(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah
Tahun 2013-2015)
Abstrak
Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik
berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah.
Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang
terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendanaan yang bersumber dari daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 kabupaten dan 6 kota
di Provinsi Jawa Tengah dengan 3 tahun amatan. Sehingga total sampel yang
diteliti adalah 105. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD, DAK dan Derajat
Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sementara itu
variabel DAK dan Ketergantungan Keuangan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Belanja Modal.
Kata Kunci: PAD, DAU, DAK, Derajat Desentralisasi, Ketergantungan
Keuangan dan Belanja Modal.
Abstract
In the local expenditure can’t be loose from acceptance source, either
balance of fund, regional loan, or regional income. Balance of fund is a funding
sourced from APBN consisting of divide income fund, general allocation fund,
and special allocation fund, while regional income is a funding sourced from
regional. This research used quantitative research. In this research used taking
sample method is saturation sample that is all of population made a research
sample. Sample of this research amount to 29 regencies and 6 cities in Central
Java Province with 3 years of observation. So the total sample studied was 105.
The analysis tool used is the Multiple Linear Regression Analysis.The results of
this study indicate that the PAD, DAK and significant effect on the degree of
decentralization of Capital Expenditure. While the variable DAK and Financial
Dependence no significant effect on Capital Expenditure.
Keywords: PAD, DAU, DAK, Degree of Decentralization, Reliance Financial
and Capital Expenditures.
2
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju
Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah
Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi sistem pemerintahan
yang dianut bersifat sentralistik, kemudian semenjak tahun 1999 berubah menjadi
sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era otonomi daerah
(Novianto dan Hanfiah, 2015). Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah didanai atas beban anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang disusun secara tahunan dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Derajat desentralisasi atau biasa di sebut dengan derajat otonomi fiskal
daerah merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan otonomi daerah
secara keseluruhan. Hal ini disebabkan derajat otonomi fiskal merupakan
gambaran kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seperti
pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan
terselenggaranya pembangunan nasional mengingat Indonesia yang mempunyai
banyak kekayaan budaya dan adat istiadat yang berbeda disetiap daerah.
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat
(36)belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi/kabupaten/kota.
Hubungan dalam bidang keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
adalah pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana
perimbangan tersebut terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dwirandra dan Putra (2015) menyatakan bahwa pemerintah daerah
dituntut untuk bisa lebih mandiri dalam mengelola penerimaaan daerah yang
ditujukan untuk proses pembangunan daerah. Meningkatkan belanja daerah
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan
3
fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan
publik. Agar pemerintah daerah mampu menyediakan pelayanan publik yang
memadai, disinilah diperlukan alokasi belanja modal yang lebih tinggi.
Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik
berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah.
Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang
terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendanaan yang bersumber dari daerah. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah,
pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah.
Berlakunya otonomi daerah dimaksudkan agar daerah otonom memiliki
hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat. Dengan demikian pemerintah daerah dapat
mengembangkan potensi daerah, serta diberi kewenangan untuk mengeksplorasi
sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut secara efektif dan efisien, agar
dapat mengoptimalkan kinerja keuangannya tanpa bergantungan dengan
pemerintah pusat.
Dengan adanya peningkatan PAD, masyarakat mengharap adanya
peningkatan pelayanan terutaman di sektor publik. Peningkatan layanan publik ini
diharapkan mampu meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha
di kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. Harapan ini bisa terwujud apabila ada
upaya dari pemerintah memberikan fasilitas pendukung investasi. Apabila
investor mau menanamkan modalnya di kabupaten/kota di Jawa Tengah, maka
PAD kabupaten/kota di Jawa Tengah akan meningkat
4
2. METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah data PAD, DAU, DAK, derajat
desentralisasi, ketergantungan keuangan dan belanja modal kota dan kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 29 daerah kabupaten dan enam daerah kota
sehingga total populasi adalah 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.Sampel
dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode Non Propabillity
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi
sampel dalam penelitian. Metode Non Propabillity Sampling yang digunakan
adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2009:122) sampling jenuh yaitu
teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel penelitian.
Definisi dan Operasional Variabel
Variable Dependen
Belanja Modal
Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai variabel independen adalah
belanja modal. Alokasi belanja modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, dibandingkan dengan total belanja dalam APBD. Indikator
belanja modal dapat diukur dengan:
Belanja modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung
dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset Lainnya
Variabel Independen
Pendapatan Asli Daerah
PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD terdiri dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan
lain-lain pendapatan yang sah, yang dirumuskan:
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Sah + Pendapatan Lain-lain yang Sah
5
Dana Alokasi Umum
DAU merupakan salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU untuk daerah provinsi maupun
daerah kabupaten/kota dapat dinyatakan sebagai berikut:
DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar
Dalam hal ini celah fiskal dapat diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan
fiskal dengan kapasitas fiskal.
Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, Dana Alokasi Khusus selanjutnya disebut DAK adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Maksud dari kebutuhan khusus
sendiri adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus alokasi umum juga memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN.
Derajat Desentralisasi
Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total
penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi
kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Derajat desentralisasi
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Error! Reference source not found.
Ketergantungan Keuangan
Ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan jumlah
pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini
maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/ propinsi.
Ketergantungan keuangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Error! Reference source not found.
6
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda (Multiple
Linier Regression Method). Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Model persamaan
regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:
ABM =Error! Reference source not found.
Keterangan:
ABM = Alokasi Belanja Modal
α = Konstanta
= Koefisien regresi
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DAK = Dana Alokasi Khusus
DD = Derajat Desentralisasi
KK = Ketergantungan Keuangan
Error! Reference source not found.
= Kesalahan Residual
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka,
dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogrov-
Smirnov dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,554
dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,919. Hal ini
menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian memiliki sebaran
data normal
Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada
hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian,
dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas.
7
Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser.
Berdasarkan hasil uji glejser yang dilakukan, nilai signifikansi menunjukkan lebih
besar dari 0,05 maka diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas
dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah
heterokedastisitas dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi sehingga dapat lebih efisien. Asumsi autokorelasi diuji dengan
menggunakan Uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson merupakan dasar untuk
menentukan apakah telah terjadi autokorelasi atau tidak. nilai DW terletak
diantara dU dan 4 – dU (dU<DW< 4 – dU), hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada autokorelasi positif/negatif.
Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal
Pendapatan Asli Daerahmemiliki tingkat signifikansi< 0,05 yaitu sebesar
0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah
berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa
semakin besar pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan suatu daerah, maka
berarti semakin besar daerah tersebut mampumemenuhi kebutuhan belanjanya
sendiri, tanpa harus tergantung pada pemerintah pusat.
Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal
Dana Alokasi Umummemiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar
0,794. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi umum tidak
berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa
peningkatan dana transfer (DAU) pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
maka akan semakin meningkatkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap
dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam rangka membiayai
pembangunan infrastruktur maupun sarana dan prasarana yang menjadi alokasi
untuk belanja modal.
8
Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal
Dana Alokasi Khusus memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar
0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa,peningkatan dana
transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka membiayai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional telah digunakan secara tepat untuk peningkatan sarana dan prasarana
maupun pembangunan infrastruktur melaui peningkatan belanja modal.
Pengaruh Derajat Desentralisasi terhadap belanja modal
Derajat Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal
dimana nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,016 namun memiliki Standardized
Coefficients Beta -6518,990 sehingga arah pengaruhnya negatif. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi yang semakin tinggi menunjukkan
bahwa kontribusi PAD yang dimiliki pemerintah daerah juga semakin tinggi.
Perhitungan rasio derajat desentralisasi adalah PAD dibagi dengan total
pendapatan daerah dikali 100% hasilnya berupa presentase. Hasil presentase
deraajat desentralisasi yang meningkat tidak menentukan belanja modal juga
meningkat. Transfer yang terjadi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
berupa dana perimbangan memang cukup besar, namun penggunannya dalam
belanja modal belum menjadi prioritas.
Pengaruh Ketergantungan Keuangan terhadap belanja modal
Ketergantungan Keuangan memiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu
sebesar 0,091. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketergantungan
keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini
membuktikan bahwa, dengan ketergantungan yang rendah, maka semakin kecil
ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/provinsi, yang berarti
kemampuan keuangan pemerintah daerah lebih baik, sehingga dapat
mengalokasikan belanja modal lebih besar.
9
4. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka hasil penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: PAD, DAK, Derajat Desentralisasi
berpengaruh terhadap belanja modal sedangkan DAU, dan Ketergantungan
Keuangan tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan diantaranya adalah
sebagai berikut: (1) Penelitian hanya menggunakan objek penelitian pada
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. (2) Penelitian hanya berdasarkan
data kuantitatif, yaitu data realisasi anggaranpada akhir tahun anggaran selain itu
tidak melibatkan variabel non keuangan. (3) Penelitian ini hanya menggunakan
variabel independen yang terbatas.
Saran
Atas dasar simpulan serta keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka
penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut:(1) Penelitian mendatang
diharapkan dapat menggunakan ruang lingkup secara lebih luas agar diperoleh
hasil penelitian yang lebih baik tidak hanya dengan data secara statistik dan
informasi tertulis tentang APBD saja. (2) Penelitian selanjutnya disarankan dapat
menambah variabel independen lainnya dan juga variabel moderating maupun
intervening sebagai bagian dari interaksi yang diduga mampu menjelaskan secara
maksimal variasi terhadap variabel dependen.(3) Penelitian selanjutnya
diharapkan tidak hanya menggunakan data sekunder laporan data sensus terbaru
dan termutakhirkanyang didapatkan dari data realisasi anggaran Kemendagri dan
juga masing-masing pemerintah daerah, tetapi juga melalui metode observasi atau
pengamatan terhadap obyek secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Sutaryo. 2014. “Pengaruh Rasio Keuangan Pemerintah Daerah
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pemerintah Provinsi di Indonesia”.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
10
Arsa, Setiawina. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Pada Alokasi Belanja Modal
dan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bali
Tahun 2006-2013”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus
2015.
Bastian, Indriyanto. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 1, BPFE: Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi Kelima.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Irawan. 2016. “Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH Terhadap Pengalokasian
Belanja Modal Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Martini, Dwirandra. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Pada Alokasi
Belanja Modal di Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol 10 No. 2 Hal. 426-443, ISSN: 2302-8556.
Novianto, Hanafiah. 2015. “Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan Kinerja
KeuanganTerhadap Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat”. Jurnal Ekonomi, Vol. 4 No. 1, ISSN: 2302-
7169.
Pelealu. 2013. “Pengaruh DAK dan PAD Terhadap Belanja Modal Pemerintah
Kota Manado Tahun 2003-2012”. Jurnal Emba, Vol. 1 No. 4 Hal, 1189-1197,
ISSN: 2303-1174.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2011 tentang Dana Alokasi
Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Permatasari, Mildawati. 2016. “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja
Modal Pada Kabupaten/Kota Jawa Timur”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
Vol. 5 No. 1 Januari 2016, ISSN: 2460-0585.
Putra, Dwiranda. 2015. “DAU, DBH, DAK, dan PAD Daerah Provinsi Bali”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 13 No. 3 Desember 2015, ISSN:
2303-1018.
Rosidin, Utang. 2012. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Edisi 1, Pustaka Setia.
Bandung.
11
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kesepuluh. CV. Alfabeta.
Bandung.
Sularso, Restianto. 2011. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja
Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah”. Media
Riset Akuntansi, Vol. 1 No. 2 Agustus 2011, ISSN: 2088-2106.
Sumartini, Yasa. 2014. “Pengaruh PAD dan DAU Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Melalui Belanja Modal di Provinsi Bali”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 4 No. 4 Hal. 258-271, ISSN: 2303-
0178.
Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
4, BPFE: Yogyakarta.
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Edisi 1, Bahasa Indonesia.
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Yuwana, Sony. Suheiry Zein. dan A.R. Azrafiany. 2008. Memahami APBD dan
Permasalahannya. Edisi 1, Bayumedia. Malang.
www.djpk.depkeu.go.id