PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN...

35
Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI Muhammad Irfan Ansari, Jaka Darma Jaya dan Permana Alamsyah Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut irfan_ansari53@yahoo.com ABSTRAK Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari ayam petelur dan ayam pedaging yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku pupuk organik. Pupuk organik dari ternak seperti kotoran ayam dapat memberi keuntungan ekonomis yang tinggi. Tugas akhir ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara membuat pupuk organik dari pupuk kandang, untuk mengetahui formulasi pupuk terbaik dan menerapkan pupuk pada tanaman seledri. Pembuatan pupuk dari kotoran ayam dilakukan dengan menyiapkan larutan EM-4 terlebih dahulu yaitu larutan fermentasi EM-4 seperti P1 = 20 ml, P2 = 40 ml, P3 = 60 ml dan P4 = 80 ml, 200 ml larutan gula dan 1 L air untuk 24 jam. Dua kilogram kotoran ayam dicampur dengan bahan tambahan seperti sekam 2 kg, limbah sayuran 4 kg dan larutan EM-4 fermentasi 1 L. Campuran difermentasi selama 19 hari di karung. Penelitian ini menunjukkan bahwa P4 cepat terjadi pembusukkan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua pupuk kemudian diaplikasikan ke tanaman seledri dan diamati untuk beberapa parameter tinggi tanaman, jumlah dan lebar daun dan berat tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P3 (perlakuan 3) memberikan efek terbaik pada tinggi badan (5,9 cm), jumlah daun (5 daun) dan lebar (0,96 cm) dan berat tanaman (0,29) setelah pengamatan enam belas hari. Kata kunci : seledri, kotoran ayam, fermentasi, pupuk organik PENDAHULUAN Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah yang menyebabkan persediaan unsur hara dalam tanah semakin lama semakin menipis. Apalagi banyak unsur yang hilang tidak dikembalikan lagi ke tanah, jika hal ini berlangsung terus-menerus maka tanah akan semakin miskin unsur hara. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara secara tepat, yakni melalui pemberian pupuk. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (Melati, 2008). Salah satu jenis pupuk yang menjadi alternatif dan mulai popular kembali setelah cukup lama tidak pernah digunakan dalam perkembangan pertanian yaitu pupuk organik. Menurut Parman (2007), pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba, sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Pupuk organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan ayam, berupa kotoran dapat dijadikan

Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN...

Page 1: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SELEDRI

Muhammad Irfan Ansari, Jaka Darma Jaya dan Permana Alamsyah

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut

[email protected]

ABSTRAK

Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari ayam petelur dan ayam

pedaging yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku pupuk organik. Pupuk organik dari

ternak seperti kotoran ayam dapat memberi keuntungan ekonomis yang tinggi. Tugas akhir

ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara membuat pupuk organik dari pupuk

kandang, untuk mengetahui formulasi pupuk terbaik dan menerapkan pupuk pada tanaman

seledri. Pembuatan pupuk dari kotoran ayam dilakukan dengan menyiapkan larutan EM-4

terlebih dahulu yaitu larutan fermentasi EM-4 seperti P1 = 20 ml, P2 = 40 ml, P3 = 60 ml dan

P4 = 80 ml, 200 ml larutan gula dan 1 L air untuk 24 jam. Dua kilogram kotoran ayam

dicampur dengan bahan tambahan seperti sekam 2 kg, limbah sayuran 4 kg dan larutan EM-4

fermentasi 1 L. Campuran difermentasi selama 19 hari di karung. Penelitian ini menunjukkan

bahwa P4 cepat terjadi pembusukkan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua pupuk

kemudian diaplikasikan ke tanaman seledri dan diamati untuk beberapa parameter tinggi

tanaman, jumlah dan lebar daun dan berat tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perlakuan P3 (perlakuan 3) memberikan efek terbaik pada tinggi badan (5,9 cm), jumlah daun

(5 daun) dan lebar (0,96 cm) dan berat tanaman (0,29) setelah pengamatan enam belas hari.

Kata kunci : seledri, kotoran ayam, fermentasi, pupuk organik

PENDAHULUAN

Pada saat ini pandangan

perkembangan pertanian sebagai salah satu

teknologi alternatif untuk menanggulangi

persoalan lingkungan sangat diperlukan.

Persoalan besar yang terjadi disebabkan

karena pencemaran tanah yang

menyebabkan persediaan unsur hara dalam

tanah semakin lama semakin menipis.

Apalagi banyak unsur yang hilang tidak

dikembalikan lagi ke tanah, jika hal ini

berlangsung terus-menerus maka tanah

akan semakin miskin unsur hara. Kondisi

ini dapat diperbaiki dengan penambahan

unsur hara secara tepat, yakni melalui

pemberian pupuk.

Pupuk adalah material yang

ditambahkan pada media tanam atau

tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara

yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik (Melati, 2008).

Salah satu jenis pupuk yang menjadi

alternatif dan mulai popular kembali

setelah cukup lama tidak pernah digunakan

dalam perkembangan pertanian yaitu

pupuk organik. Menurut Parman (2007),

pupuk organik adalah pupuk yang tersusun

dari materi makhluk hidup yang diolah

melalui proses pembusukan (dekomposisi)

oleh bakteri pengurai. Saat ini ada

beberapa jenis pupuk organik sebagai

pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya,

yaitu pupuk kandang, kompos, humus,

pupuk hijau, dan pupuk mikroba,

sedangkan ditinjau dari bentuknya ada

pupuk organik cair dan ada pupuk organik

padat. Pupuk organik dapat dibuat dari

limbah, contohnya limbah peternakan

ayam, berupa kotoran dapat dijadikan

Page 2: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 2

bahan pembuatan pupuk organik. Kotoran

ayam memiliki manfaat seperti

meningkatkan produktifitas tanaman, dapat

memperbaiki sifat kimia biologi tanah

pada lahan pertanian, memberikan

kandungan nutrisi yang banyak,

memudahkan dalam proses pengolahan

lahan dan kotoran ayam mudah untuk

didapatkan dengan harga yang sangat

terjangkau.

Pembuatan pupuk organik pada

biasanya membutuhkan waktu yang lama

dalam fermentasinya, namun seiring

perkembangan zaman pembuatan pupuk

organik sekarang tidak menggunakan

waktu yang terlalu lama lagi, karena sudah

ada nya bantuan aktivator effective

mikroorganisme (EM-4). Aktivator EM-4

merupakan bahan yang mengandung

beberapa mikroorganisme yang sangat

bermanfaat dalam proses fermentasi.

Manfaat EM-4 sendiri dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara untuk tanaman,

dapat menekan aktivitas serangga, serta

dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah (Umniyatie, 2005).

Bertambahnya jumlah penduduk setiap

tahun, menyebabkan kebutuhan akan

sayuran meningkat. Kondisi ini

menciptakan suatu peluang untuk

membudidayakan seledri secara intensif

didataran rendah dengan menggunakan

teknologi yaitu dengan aplikasi pupuk

organik. Tanaman seledri

perkembangannya semakin luas dan

budidaya tanaman seledri menunjukkan

bahwa peluang pasar tanaman seledri

semakin besar di Indonesia. Besarnya

peluang pasar daun seledri membuat

banyak pabrik di Indonesia yang

mengolahnya untuk berbagai keperluan

seperti shampo, jus, sabun, dan lain-lain

(Rukmini, 2011).

METODE PENELITIAN

Alat

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sendok, karung goni,

cangkul, polybeg, botol aqua, penggaris,

gelas beaker, erlemenyer dan neraca

analitik.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kotoran ayam, EM-4,

Sekam, limbah sayuran, gula pasir dan air

sumur.

Prosedur Kerja

Pembuatan Larutan

Pembuatan pupuk dari kotoran

ayam dimulai dengan membuat larutan

EM-4 terlebih dahulu. Larutan EM-4

dibuat dengan menambahkan larutan gula

sebanyak 200 ml terhadap setiap perlakuan

sedangkan kontrol tidak menggunakan

larutan gula dan penambahan larutan EM-

4 di variasikan pada P1= 20 ml, P2= 40

ml, P3= 60 ml, P4= 80 ml, untuk kontol

tidak menggunakan larutan EM-4,

kemudian dimasukkan ke dalam air sumur

1 L dan difermentasikan selama 24 jam.

Pembuatan Pupuk

Pembuatan pupuk dilakukan di

tempat yang tidak terkena sinar matahari

dan terlindung dari hujan, agar tidak

mengganggu ketika proses fermentasi dan

dapat menghasilkan pupuk yang lebih

baik. Cara pembuatan pupuk dari kotoran

ayam dengan mencampur kotoran

ayam sebanyak 2 kg dengan bahan

tambahan seperti sekam 2 kg, limbah

sayuran 4 kg dan 1 L larutan EM-4 yang

telah difermentasikan, bahan yang sudah

tercampur kemudian difermentasikan

selama 19 hari dalam karung dan diamati

perubahan yang terjadi seperti tekstur,

warna dan aroma, setelah 19 hari pupuk

siap digunakan.

Aplikasi Pupuk pada Tanaman Seledri

Tanah yang digunakan dalam

aplikasi lapangan adalah tanah yang telah

digemburkan dan diratakan menggunakan

cangkul sebelum dimasukkan kedalam

Page 3: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 3

polybag. Selanjutnya tanah dicampur

dengan pupuk dengan perbandingan 1:1.

Terdapat 15 untuk semua jenis perlakuan

pupuk dan 3 polybag tanpa pemberian

pupuk, jadi total yang digunakan adalah 18

polybag.

Pemberian pupuk dilakukan satu

kali saja pada awal pemindahan ke

polybag. Dosis aplikasi yang diberikan

dari 5 perlakuan pupuk yang dihasilkan

adalah 50 gr pada setiap tanaman seledri.

Pengamatan dilakukan selama 15 hari

tehadap tanaman seledri yang sudah di

berikan pupuk. Tanaman seledri terlebih

dahulu dilakukan pembibitan, pembibitan

yang digunakan ialah vegetatif atau dari

anakan dengan mengambil anakan yang

disekitar seledri untuk dipindahkan ke

polybag dan anakan yang diambil berumur

1 bulan. Tujuan pembibitan vegetatif ialah

agar tanaman cepat tumbuh dan dapat

mempercepat pengamatan dilakukan.

Tanaman disiram setiap pagi dan

sore hari. Setiap tanaman diamati

pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman

(cm), jumlah daun (helai), lebar daun (cm),

warna daun dan pada hari ke 15 akan

dipanen kemudian ditimbang beratnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Pupuk Organik

Pembuatan pupuk dari kotoran

ayam ini dilakukan dengan cara

memfermentasi semua bahan Bahan yang

digunakan ialah Kotoran ayam, limbah

sayuran, sekam, air gula dan EM-4 selama

19 hari. Terdapat 5 sampel dalam

pembuatan pupuk dari kotoran ayam

dengan penandaan nomor P1 sampai P4

ditambah 1 kontrol, adapun pengamatan

yang dilakukan selama proses fermentasi

adalah tekstur, warna dan aroma.

Kotoran ayam merupakan salah satu bahan

organik yang berpengaruh terhadap sifat

fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman

sehingga cocok sebagai bahan baku

pembuatan pupuk ini, dengan penambahan

sekam, limbah sayuran dan penambahan

larutan EM-4 yang terbuat dari EM-4, air

gula dan air sumur yang telah difermentasi

selama 24 jam.

Penambahan limbah sayuran,

sekam dan EM-4 pada pembuatan pupuk

ini sangat tepat, karena limbah sayur

berpotensi sebagai pengawet maupun

sebagai starter fermentasi karena memiliki

kandungan asam tinggi dan mikrobia yang

menguntungkan. Asam pada limbah sayur

berupa asam laktat sebagai hasil

metabolisme bakteri asam laktat.

Pemanfaatan ekstrak limbah sayur hasil

fermentasi yaitu berupa asam organik,

dapat digunakan sebagai starter untuk

fermentasi pupuk (Siboro, 2013).

Penambahan sekam karena sekam

memiliki kelebihan sebagai media tanam

antara lain bentuknya yang seperti perahu

dan memiliki lambung, sehingga mampu

menahan nutrisi lebih lama, dapat

memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

porositas dan sebagai penangkal bekicot

atau binatang lainnya, sedangkan

pemberian EM-4 dapat menekan

Pertumbuhan mikroorganisme patogen

atau yang merugikan tanah dan tanaman

sekaligus menghilangkan bau yang

ditimbulkan dari proses penguraian bahan

organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi

dan senyawa organik pada tanaman,

meningkatkan aktivitas mikroorganisme

yang menguntungkan, misalnya

Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut

fosfat. Penambahan EM-4 yg bervariasi

dapat memberi pengaruh yang berbeda-

beda pada tanaman, penambahan EM-4

yang banyak akan mempengaruhi waktu

fermentasi pembuatan pupuk. Menurut

Ratna (2013), penggunaan Effective

Microorganism 4 (EM 4) ditujukan untuk

mempercepat pengomposan karena

pengomposan yang terjadi secara alamiah

tanpa penambahan mikroorganisme akan

berlangsung lebih lama jika dibandingkan

dengan pengomposan yang menggunakan

penambahan mikroorganisme.

Pada pengamatan pertama, belum ada

perubahan yang signifikan yang dapat

Page 4: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 4

ditemukan seperti warna tetap sama

bewarna kuning persis dengan warna

bahan tambahan pembutan pupuk yaitu

sekam. Pengamatan aroma pada hari ke 0

sampai dengan hari ke 3 pada proses

fermentasi belum ada menunjukkan

perubahan, perubahan aroma terjadi pada

hari ke 4, yaitu pada perlakuan 4 pupuk

beraroma sedikit berbau busuk. Hal ini

terjadi akibat kurangnya udara di dalam

karung dan adanya limbah sayuran yang

menjadi bahan tambahan pengolahan

pupuk, sehingga ketika dibuka

mengakibatkan pupuk beraroma busuk.

Bedasarkan hasil fermentasi, tekstur pupuk

pada hari pertama kasar, basah dan lembab

disekitar pupuk sehingga ini awal yang

menyebabkan adanya binatang yaitu ulat.

Perubahan tekstur terjadi pada hari ke 7

yaitu pupuk mulai mengering, perubahan

ini disebabkan karena cuaca yang tidak

menentu. Menurut Nur’aini (2016), ada

banyak faktor yang mempengaruhi bakteri

tumbuh pada fermentasi yaitu substrat,

suhu, pH, oksigen dan mikroba yang

digunakan. Substrat sebagai sumber

karbohidrat merupakan bahan baku

fermentasi yang mengandung nutrisi –

nutrisi yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk tumbuhan.

Pengaruh Pupuk Terhadap

Pertumbuhan Tanaman Seledri Tinggi

Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman seledri

dilakukan dengan mengukur tinggi

tanaman pada hari 0 setelah pemindahan

pada polybag sampai dengan hari ke 15.

Gambar 1. Pengaruh pupuk terhadap tinggi seledri

Pertumbuhan tinggi tanaman

terjadi sebagai akibat perpanjangan sel-

sel meristem salah satunya ditentukan

oleh tingkat ketersediaan unsur hara,

oleh karena itu adanya tambahan unsur

hara yang lebih tinggi pada media

tanam sehingga mampu mendukung

pertumbuhan tanaman seledri lebih

baik dan hal ini diperlihatkan dengan

pertumbuhan tinggi tanaman,

pertumbuhan tangkai daun yang lebih

baik pula (Fitrah, 2015). Ketersediaan

unsur hara merupakan komponen

penting dalam proses metabolisme

tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

fisiologi dan genetik tanaman (Thania,

2011).

Bedasarkan hasil penelitian

yang diperoleh menunjukan bahwa

pemberian berbagai perlakuan pupuk

dari kotoran ayam memberikan

pengaruh terhadap tinggi tanaman

seledri. Hal ini di sebabkan oleh

ketersediaan unsur hara yang cukup

baik untuk menyuplai pertumbuhan

tinggi tanaman. Data menunjukkan

bahwa hasil pengamatan rata – rata

tinggi tanaman seledri paling tinggi

adalah pada perlakuan 3 yaitu 5,9 cm.

Page 5: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 5

Hal tersebut menunjukkan bahwa

unsur jumlah nutrisi yang diberikan

pupuk dengan perlakuan 3 memberikan

pengaruh yang cukup berbeda dengan

perlakuan yang lain.

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun

tanaman seledri dimulai pada hari ke 0

setelah pemindahan dari polybag

sampai dengan hari ke 15. Pengamatan

dilakukan dengan menghitung

banyaknya daun per tanaman.

Gambar 2. Pengaruh pupuk terhadap jumlah daun

Jumlah rata – rata daun terbanyak

yaitu 5 helai pada perlakuan 3. Hal ini

diduga jumlah kandungan unsur hara yang

terdapat pada perlakuan 3 sama dengan

jumlah kandungan unsur hara yang

terdapat pada pengamatan tinggi daun,

sehingga jumlah kandungan unsur hara

tersebut dapat berpengaruh pada jumlah

daun, sedangkan pada perlakuan tanpa

pupuk merupakan perlakuan yang tidak

banyak perubahan untuk jumlah daun.

Menurut Rahmanto (2015), daun

merupakan organ yang paling utama

berfungsi dalam fotosintesis, karena pada

daun terdapat pigmen yang berperan dalam

menyerap cahaya matahari, jumlah daun

erat kaitannya dengan tinggi tanaman,

dimana dengan meningkatnya tinggi

tanaman maka jumlah ruas yang terbentuk

lebih tinggi menyebabkan jumlah daun

meningkat karena daun terbentuk pada

ruas – ruas yang ada.

Lebar Daun

Pengamatan lebar daun tanaman seledri

dilakukan dengan mengamati daun

tanaman seledri dari hari ke 0 setelah di

pindahkan ke polybag sampai hari ke 15.

Bedasarkan hasil pengamatan rata - rata

lebar daun tanaman seledri adalah

perlakuan 3 yaitu 0,96 cm sedangkan rata

– rata daun terkecil terdapat pada

perlakuan tidak menggunakan pupuk yaitu

0,63 cm.

Pengamatan dilakukan selama 15

hari dimulai setelah pemindahan tanaman

seledri ke polybag. Bedasarkan

pengamatan yang dilakukan dengan

berbagai perlakuan rata – rata lebar daun

terdapat pada perlakuan 3 yaitu 0,96 cm,

hal ini disebabkan karena tanaman seledri

pada perlakuan ke 3 lebih tinggi

pertumbuhannya dibanding dengan

perlakuan yang lain sehingga keperluan

unsur hara yang di perlukan lebih besar

dan hal ini berpengaruh terhadap

pertumbuhan daun khususnya lebar daun.

Page 6: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 6

Gambar 3. Pengaruh pupuk terhadap lebar daun

Warna Daun

Setelah dilakukan pengamatan

warna daun selama 15 hari pada tanaman

seledri, warna tetap sama seperti warna

awal dipindahkannya tanaman seledri ke

polybag yaitu bewarna hijau. Hal ini

diduga disebabkan karena tanaman seledri

disimpan pada tempat yang terbuka

sehingga tanaman semua perlakuan

terkena sinar matahari dan adanya unsur

kalium. Menurut Nur’aini (2016), kalium

berfungsi untuk memperkuat bagian kayu

tanaman dan meningkatkan kualitas buah.

Kekurangan unsur kalium menyebabkan

daun menguning dan semakin lama

berubah menjadi coklat, jika dibiarkan

daun – daun tersebut akan rontok.

Berat Tanaman

Penimbangan berat tanaman seledri

dilakukan pada hari ke 15, yaitu dengan

menimbang bobot segar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan

pupuk kotoran ayam terhadap berat

tanaman seledri setelah dipanen

menunjukan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang berbeda nyata pada setiap

perlakuan, tetapi perlakuan 3 atau P3

cenderung memberikan hasil yang lebih

baik terhadap berat tanaman seledri

dibandingkan dengan perlakuan yang

lainnya. Hal ini diasumsikan bahwa kadar

K dalam pupuk kotoran ayam dengan

penambahan EM-4 sebanyak 60 ml cukup

untuk menopang pertambahan berat

tanaman seledri.

KESIMPULAN

Pupuk dari kotoran ayam pada

perlakuan 3 yaitu dengan penambahan

larutan EM-4 sebanyak 60 ml mampu

memberikan pengaruh terbaik terhadap

tinggi, lebar daun, jumlah daun dan berat

tanaman seledri, dibandingkan dengan

perlakuan lain dan kontrol tanpa

menggunakan EM-4. Hasil aplikasi

lapangan pupuk pada tanaman seledri

menunjukkan bahwa pupuk memberikan

pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah

daun, lebar daun dan berat tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Fitrah A., Amir N. 2015. Pengaruh Jenis

Pupuk Organik Padat Dan Cair

Tehadap Pertumbuhan Dan Produksi

Tanaman Seledri Di Polybag.

Klorofil , Vol. 10 (1) : 43 - 48.

Melati M., Asiah A., Rinawati D. 2008.

Aplikasi pupuk organik dan

residunya untuk produksi kedelai

panen muda. J. Agron Indonesia ,

36:204-213.

Nur'aini, D. 2016. Pengaruh Penambahan

Berbagai Jenis Mikroorganisme

Lokal (MOL) Dalam Pembuatan

Kompos Berbahan Baku Tandan

Page 7: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 7

Kosong Kelapa Sawit. Tekonologi

Industri Pertanian: Pelaihari.

Parman & Sarjana. 2007. Pengaruh

Pemberian Pupuk Organik Cair

terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Kentang (Solanum tuberosum L). J.

Anatomi dan Fisiologi , Vol. 15 (2).

Rahmanto. 2015. Optimasi Pembuatan

Pupuk organik Cair Dari Limbah

Padat pabrik kelapa sawit.

Teknologi Industri Pertanian:

Pelaihari

Ratna, T.A 2013. Pengaruh Penggunaan

Effective Microorganism 4 (EM-4)

Dan Molase Terhadap Kualitas

Kompos Dalam Pengomposan

Sampah Organik RSUD DR. R.

Soetrasno Rembang. Skripsi ,

Fakultas Keolahragaan. Universitas

Negeri Semarang

Rukmini. 2011. Pengaruh Media Tumbuh

dan Pupuk Organik Cair Terhadap

Perumbuhan dan Hasil Tanaman

Seledri. Skripsi , Fakultas Pertanian.

Universitas Mataram

Siboro,E., Surya,E., dan Herlina,N. (2013).

Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas

Dari Campuran Limbah Sayuran.

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2

(3).

Umniyatie, S.,dkk. (2005). Pembuatan

Pupuk Organik Menggunakan

Mikroba Efektif (Effective

Microorganisme 4). Laporan. PPM

UNY: Karya Alternatif Mahasiswa.

Page 8: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 8

ANALISIS PENGABUTAN CAMPURAN BAHAN BAKAR SOLAR – TYRE

PYROLYSIS OIL DENGAN METODE EKSPERIMENTAL PADA NOZZLE

SINGLE HOLE

Raybian Nur

Program Studi D3 Teknik Otomotif, Politeknik Hasnur

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Semakin menipisnya bahan bakar fosil membuat sumber energi terbarukan seperti

biodiesel, bioetanol, biometana, dan biomassa dari limbah atau hidrogen menjadi bahan

bakar alternatif yang banyak dikembangkan saat ini. Salah satunya adalah pemanfaatan

limbah ban bekas yang di jadikan sebagai bahan bakar bakar motor diesel melalui

proses pirolisis, yaitu TPO (Tyre Pyrolysis Oil). Minyak dari karet ban bekas hasil

pirolisis yang diperoleh tidak dapat langsung digunakan karena beberapa faktor

mempengaruhi seperti, nilai kalor, titik nyala, viskositas, dan lain-lain. Sehingga perlu

proses lebih lanjut untuk membuat sifat bahan bakar tersebut sesuai dengan bahan bakar

diesel yaitu melalui proses distilasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

pengabutan bahan bakar dengan presentase campuran bahan bakar solar – tyre pyrolysis

oil (TPO) yaitu TPO 0, TPO 10, TPO 15, TPO 20, dan TPO 100 Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental (experimental method).

Hasil yang didapatkan yaitu dengan perbedaan persentase campuran bahan bakar solar –

TPO menunjukkan perbedaan sudut penyebaran yang signifikan yaitu selisih sudut rata-

rata 1o dan 6. Semakin besar tekanan yang diberikan pada injektion pump maka waktu

semprotan akan semakin singkat dengan rata-rata selisih waktu ± 0,035 s.

Kata kunci : Tyre pyrolysis oil, pengabutan, nozzle

PENDAHULUAN

Semakin berkembang dan

meningkat pesatnya teknologi pada

zaman sekarang berdampak kepada

kehidupan sehari-hari, dimana setiap

pekerjaan akan dimudahkan atau

diringankan oleh teknologi tersebut,

salah satu contoh dari hal tersebut

adalah di bidang otomotif. Dalam

bidang otomotif tersebut, dapat

dikategorikan seperti: transportasi,

pertambangan, industri, dan lain-lain.

Sehingga dengan berkembang dan

meningkat pesatnya hal tersebut, maka

akan berpengaruh pada ketergantungan

terhadap bahan bakar, dimana bahan

bakar yang sudah kita

ketahui saat ini terutama di negara

indonesia mengalami kesulitan bahan

bakar. Bahan bakar yang dimaksud

adalah bahan bakar fossil atau dengan

kata lain minyak bumi.

Dengan kejadian tersebut, maka

banyak yang telah melakukan penelitian

(eksperimen) berbagai bidang, mulai

dari penerapan penghematan bahan

bakar, mengamati tumbuh-tumbuhan

(nabati) hingga kotoran hewan (hewani)

yang berpotensi sebagai bahan bakar

alternatif pengganti bahan bakar fossil,

seperti salah satu penelitian yang

terlampir di bawah.

Pinto, et.al., 2016. Menguji

penyemprotan bahan bakar biodiesel

pada Nozel mesin diesel dengan sistem

Page 9: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 9

injeksi langsung. Biodiesel yang diteliti

adalah minyak nyamplung dan

dicampur dengan solar. Pencampuran

atau persentase bahan bakar tersebut

adalah 10 %, 15 %, 20 %, 100 %

biodiesel, dan 100 % solar (minyak

diesel). Karakteristik yang diuji dalam

penelitian ini adalah mengamati panjang

tip penetrasi semprotan (L), sudut

semprotan (θ), kecepatan semprotan

(Uin), dan distribusi ukuran butiran yang

dibentuk pada masing-masing campuran

biodiesel tersebut. Hasil yang

didapatkan diketahui bahwa

peningkatan campuran bahan bakar

biodiesel akan menghasilkan sudut

semprotan (θ) yang lebih besar, tapi

panjang tip penetrasi semprotan (L)

semakin kecil. Begitu juga kecepatan

terbentuknya semprotan cenderung

melambat seiring dengan bertambahnya

persentase biodiesel pada campuran

minyak solar tersebut.

Dari penilitian di atas dijelaskan

bahwa, bahan bakar biodiesel (nabati)

sangat sulit untuk melakukan atomisasi

atau pengabutan yang akan

menyebabkan kurangnya kinerja atau

performance motor diesel. Sehingga,

pada penelitian ini akan dilakukan

pengujian untuk membuktikan pada

minyak yang berbahan dasar berbeda

dan kategori jenis bahan bakar yang

berbeda dengan metode yang sama.

Bahan bakar yang akan diteliti adalah

tyre pyrolysis oil (TPO), yaitu bahan

bakar yang berbahan dasar ban bekas.

Proses pembuatan TPO dilakukan

dengan metode pirolisis. TPO sendiri

memiliki propertis bahan bakar yang

hampir mendekati bahan bakar solar.

Sehingga sangat berpotensi untuk

mengurangi akan ketergantungan

terhadap bahan bakar fossil.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian yang akan

dilakukan kali ini menggunakan metode

eksperimental (experimental method).

Adapun yang akan diteliti yaitu untuk

menguji pengabutan bahan bakar

dengan presentase campuran bahan

bakar solar – tyre pyrolysis oil (TPO)

yaitu TPO 0, TPO 10, TPO 15, TPO 20,

dan TPO 100. variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu jenis nozzle diesel.

Pada penelitian ini variabel

terkontrolnya yaitu: 1) Penggunaan

bahan bakar dengan campuran: TPO 0,

TPO 10, TPO 15, TPO 20, dan TPO

100. 2) Tekanan penetrasi tip pada nosel

untuk pengabutan bahan bakar, dan

variabel terikat yaitu visualisasi

pengabutan bahan bakar.

Gambar 1. Instalasi alat penelitian

Proses pengambilan data

dilakukan dengan cara menginjeksikan

bahan bakar menggunakan alat injection

pump tester dengan variasi tekanan

yaitu 90 bar, 100 bar, 110 bar, 120 bar,

dan 130 bar dan diulang selama 3 kali

pengambilan data disetiap tekanan

dengan campuran bahan bakar yang

sama. Hasil keluaran atau semprotan

(pengabutan) campuran bahan bakar

direkam menggunkan kamera dengan

resolusi 60 fps untuk mengetahui

kecepatan penyemprotan dan kemudian

akan dikonversikan menjadi part-part

gambar dengan format (.jpg) sebagai

objek yang diamati. Berikut merupakan

pengukuran dan perhitungan hasil

proses pembakaran.

Page 10: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengambilan data dari

penelitian analisis pengabutan

campuran bahan bakar solar – tyre

pyrolysis oil menggunakan metode

eksperimental pada nozzle single hole

dengan persentase campuran solar (90

%) – TPO (10 %), solar (85 %) – TPO

(15 %), dan solar (80%) – TPO (20 %).

Proses pengambilan data dilakukan

dengan cara menginjeksikan bahan

bakar menggunakan alat injection pump

tester dengan variasi tekanan yaitu 90

bar, 100 bar, 110 bar, 120 bar, dan 130

bar dan diulang selama 3 kali

pengambilan data disetiap tekanan

dengan campuran bahan bakar yang

sama. Pada saat pengambilan gambar

terlihat bahwa semakin besar tekanan

injeksi yang diberikan maka butiran

droplet yang menyebar semakin banyak

begitu pula sebaliknya. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan tekanan

yang lebih besar maka campuran bahan

bakar yang dipaksa keluar melalui

lubang nosel menghasilkan kecepatan

yang tinggi dan pengabutan (butiran-

butiran kecil) yang lebih besar. Dengan

tekanan yang besar menunjukkan sudut

penyemprotan yang berbeda pula.

Berikut pengukuran sudut pengabutan

pada gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Pengukuran sudut

penyebaran (pengambutan)

campuran bahan bakar

Sehingga diketahui bahwa untuk sudut

penyebaran (pengabutan) bahan bakar

TPO 0 90 BAR SH adalah sebesar 8o.

Kemudian dengan didaptkannya sudut

penyebaran, selanjutnya menghitung

kecepatan penyemprotan.

Gambar 3. Perhitungan kecepatan

penyemprotan

(pengambutan)

campuran bahan bakar

Diketahui:

Jumlah gambar : (frame ke- 586) –

(frame ke- 589) = 3 gambar

Rumus :

Kecepatan =

Dalam analisis hasil video

pengabutan yang dikonversikan menjadi

gambar ada beberapa hal yang akan

diamati yaitu: panjang semprotan

injektor, sudut penyebaran bahan bakar,

kecepatan penyemprotan, dan tetesan

yang terjadi saat pengabutan. Dalam

perhitungan kecepatan penyemprotan

campuran bahan bakar menggunakan

software free video to JPG converter

untuk mengubah video menjadi gambar

(frame).

Page 11: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 11

Gambar 4. Analisa kebocoran tetesan

bahan bakar

Dalam proses pembakaran

motor diesel, setelah nozzle

menyemprotkan bahan bakar maka

tidak boleh mengeluarkan tetesan

droplet bahan bakar. Hal tersebut dapat

mempengaruhi terjadinya proses

pembakaran yang terjadi di ruang bakar

yaitu pembakaran menjadi tidak

sempurna berdampak pada menurunnya

performa mesin, proses penyalaan pada

mesin diesel menjadi lebih sulit, dan

asap hasil pembakaran menjadi warna

putih. Dalam penelitian ini terlihat

terjadinya tetesan bahan bakar pada

campuran bahan bakar salah satunya

pada campuran bahan bakar TPO 0 %

90 BAR SH. Untuk mengatasinya yaitu

dengan cara mengganti nozzle baru.

Hubungan Antara Tekanan

Penyemprotan (P) Dengan Sudut

Penetrasi ()

Gambar 5. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) Dengan Sudut

Penetrasi () campuran

bahan bakar TPO 0

Gambar 6. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) Dengan Sudut

Penetrasi () campuran

bahan bakar TPO 10

Gambar 7. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) Dengan Sudut

Penetrasi () campuran

bahan bakar TPO 15

Gambar 8. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) Dengan Sudut

Penetrasi () campuran

bahan bakar TPO 20

Page 12: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 12

76 6

5 5

0

2

4

6

8

90 100 110 120 130

Su

du

t (o

)

Tekanan (P) BAR

Gambar 9. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) Dengan Sudut

Penetrasi () campuran

bahan bakar TPO 100

Dari grafik hubungan antara

tekanan penyemprotan (P) dengan sudut

penetrasi () campuran bahan bakar

mulai dari tekanan 90 BAR – 130 BAR

menunjukan bahwa semakin besar

momen tekanan injeksi yang diberikan

maka sudut yang dihasilkan semakin

mengerucut atau mengecil. Perbedaan

persentase campuran bahan bakar

menunjukkan perbedaan yang

signifikan yaitu selisih sudut rata-rata

1o. Hal ini dapat dikatakan bahwa saat

perbedaan persentase campuran bahan

bakar saat pengabutan mengalami

perbedaan sudut penyebaran pula.

Hubungan Antara Tekanan

Penyemprotan (P) Dengan Waktu

Semprotan (s)

Gambar 10. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) dengan waktu

semprotan (s) campuran

bahan bakar TPO 0

Gambar 11. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) dengan waktu

semprotan (s) campuran

bahan bakar TPO 10

Gambar 12. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) dengan waktu

semprotan (s) campuran

bahan bakar TPO 15

Gambar 13. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) dengan waktu

semprotan (s) campuran

bahan bakar TPO 20

Page 13: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 13

Gambar 13. Grafik hubungan antara

tekanan Penyemprotan

(P) dengan waktu

semprotan (s) campuran

bahan bakar TPO 20

Dari grafik hubungan antara

tekanan penyemprotan (P) dengan

waktu semprotan (s) menunjukkan

bahwa semakin besar tekanan yang

diberikan pada injektion pump maka

waktu semprotan akan semakin singkat

dengan rata-rata selisih waktu ± 0,035 s.

dengan perbedaan persentase campuran

bahan bakar juga menyebabkan

terjadinya selisih tersebut. Hal ini

ditandai dengan perbedaan angka

viskositas antara bahan bakar solar dan

TPO dengan selisih viskositas bahan

bakar TPO lebih tinggi dibandingkan

solar.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang

didapatkan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Semakin besar tekanan injeksi yang

diberikan maka butiran droplet

yang menyebar semakin banyak

begitu pula sebaliknya.

2. Semakin besar tekanan yang besar

menunjukkan sudut penyemprotan

yang berbeda pula.

3. Saat setelah selesainya

penyemprotan, maka tidak boleh

adanya tetesan yang keluar. Hal ini

dapat menyebabkan pembakaran

menjadi tidak sempurna berdampak

pada menurunnya performa mesin,

proses penyalaan pada mesin diesel

menjadi lebih sulit, dan asap hasil

pembakaran menjadi warna putih.

4. Semakin besar momen tekanan

injeksi yang diberikan maka sudut

yang dihasilkan semakin

mengerucut atau mengecil.

5. Perbedaan persentase campuran

bahan bakar solar – TPO

menunjukkan perbedaan sudut

penyebaran yang signifikan yaitu

selisih sudut rata-rata 1o.

6. Semakin besar tekanan yang

diberikan pada injektion pump

maka waktu semprotan akan

semakin singkat dengan rata-rata

selisih waktu ± 0,035 s.

DAFTAR PUSTAKA

Frigo Stefano, Seggiani Maurizia,

Puccini Monica, Vitolo Sandra.

2013. Liquid Fuel Production From

Waste Tyre Pyrolysis And Its

Utilisation In A Diesel Engine.

ScienceDirect Journal. 399-408.

Koc Bulent A., Abdullah Mudhafar.

2013. Performance Of A 4-Cylinder

Diesel Engine Running On Tire Oil

– Biodiesel – Diesel Blend.

ScienceDirect Journal. 264-269.

Kuo, Kenneth K. 2005. Principle of

Combustion. (A Wiley-Interscience

Publication, Singapore

Muin A. Syamsir. 1988. Pesawat-

pesawat Konversi Energi I (Ketel

Uap). Edisi Pertama. Penerbit CV.

Rajawali. Jakarta.

Martinez Daniel Juan, Puy Neus,

Murillo Ramon, Garcia Tomas,

Navarro Victoria Maria, Mastral

Maria Ana. 2013. Waste Tyre

Pyrolysis. ScienceDirect Journal.

179-213.

Murugan, S., Ramaswamy, M.C.,

Nagarajan, G. 2008. Performance,

Emission And Combustion Studies

Page 14: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 14

Of A Di Diesel Engine Using

Distilled Tyre Pyrolysis Oil –

Diesel Blends. ScienceDirect

Journal. 152-159.

Murugan, S., Ramaswamy, M.C.,

Nagarajan, G. 2008. A Comparative

Study On The Performance,

Emission, And Combustion Studies

Of A Di Diesel Engine Using

Distilled Tyre Pyrolysis Oil –

Diesel Blends. ScienceDirect

Journal. 2111-2121.

Murugan, S., Ramaswamy, M.C.,

Nagarajan, G. 2008. The Use Of

Tyre Pyrolysis Oil In Diesel

Engines. ScienceDirect Journal.

2743-2749.

Pinto, A., Kusuma, I.W.S., Adnyana,

I.W.B. 2016. Uji Variasi Tekanan

Nosel Terhadap Karakteristik

Semprotan Bahan Bakar Biodiesel.

Jurnal Logic. Vol. 16. No. 1.

Sudarmanta, B., Sungkono, D. 2005.

Transesterifikasi Crude Palm Oil

dan Uji Karakteristik Semprotan

Menggunakan Injektor Motor

Diesel. Jurnal Teknik Mesin FTI -

ITS. Volume 5 No. 2.

Vihar Rok, Seljak Tine, Opresnik

Rodman Samuel, Katrasnik Tomaz.

2015. Combustion Characteristic

Of Tire Pyrolysis Oil In Turbo

Charged Compression Ignition

Engine. ScienceDirect Journal.

226-235.

Wahyuni, A. 2010. Karakterisasi Mutu

Biodiesel dari Minyak Kelapa

Sawit Berdasarkan Perlakuan

Tingkat Suhu yang Berbeda

menggunakan Reaktor Sirkulasi,

IPB, Bogor

Walter R. Niessen. 2002. Combustion

and Incineration Processes. Marcel

Dekker, Inc. New York

Wibawa, I.W.S., Kusuma, I.G.B.W.,

Budiarsa, I.N. 2015. Uji Variasi

Tekanan Nosel Terhadap

Karakteristik Semprotan Bahan

Bakar Biodiesel. Jurnal METTEK.

Volume 1 No. 2 pp. 35 – 44.

Page 15: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 15

ANALISIS PERBANDINGAN VARIASI MERK OLI PADA

GENSET TIPE GASOLINE

Muhammad Arsad Al Banjari

Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRAK

Generator Set/Genset adalah suatu mesin yang digunakan untuk menghasilkan tenaga

listrik yang cepat, mudah, dan bisa digunakan dimana saja. Kebutuhan listrik yang

meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk menyebabkan suplay tenaga listrik

daerah menjadi terbatas dan pemadaman listrik bergilir tentu saja terjadi apabila pada

saat beban puncak. Penggunaan Genset tentu saja menjadi pilihan yang tepat untuk

keadaan tersebut. Performa Genset yang optimal sangat penting untuk bekerjanya agar

listrik stabil. Selain menggunakan jenis bahan bakar yang baik, oli mesin pun menjadi

salah satu faktor penentu performa mesin. Dengan memilih jenis oli yang tepat, baik

dari kekentalan/viskositas, jenis (mineral, semi sintetik, dan full sintetik), dan merk.

Pada penelitian ini menggunakan 3 merk oli dengan jenis semi sintetik dan diberi nama

Oli A, B, dan C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan jenis Oli C

menghasilkan performa konsumsi bahan bakar paling irit dan putaran mesin terbanyak.

Kata Kunci : Generator Set/Genset

PENDAHULUAN

Penggunaan Generator Set atau

disingkat Genset sekarang sudah sering

kita jumpai di bangunan-bangunan

besar yang membutuhkan supply listrik

yang besar seperti hotel, gedung

perkantoran, mall, supermarket, ruko,

bahkan di rumah-rumah sekarang juga

sudah banyak yang memakai genset, hal

ini dikarenakan cepatnya pertumbuhan

jumlah penduduk yang mengakibatkan

kebutuhan listrik semakin tinggi

sedangkan perkembangan industri

pembangkit listrik di Indonesia sedikit

terlambat sehingga sekarang kebutuhan

listrik semakin meningkat dan

fenomena mati lampu sering terjadi

khususnya di Indonesia. Dalam keadaan

mati lampu inilah sangat dibutuhkan

genset agar bisa terus melakukan

aktivitas yang memerlukan listrik.

Genset adalah salah satu jenis

motor bakar yang menggunakan bahan

bakar sebagai sumber tenaga nya.

Genset

memiliki 2 tipe yaitu dengan

bahan bakar bensin (premium, pertalite,

pertamax) dan untuk motor diesel yaitu

bahan bakar diesel (biosolar, dexlite,

pertamax dex).

Genset memiliki sistem

pelumasan pada mesin, selain berfungsi

sebagai pelumas juga sebagai media

pendingin mesin, biasanya pada genset

kecil yang tidak memiliki radiator.

Zaman sekarang banyak beredar oli

dengan berbagai macam merk dengan

kelebihannya masing - masing. Dari

kenyataan tersebut, penulis ingin

meneliti jenis merk oli apa yang paling

optimal (tenaga dan konsumsi bahan

bakar) yang digunakan pada genset tipe

gasoline

Page 16: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 16

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam

penelitian antara lain:

a. Bahan bakar pertalite

b. Oli A, dengan spesifikasi SAE 40,

API Service SE/CC.

c. Oli B, dengan spesifikasi JASO

MA 20W-40.

d. Oli C, dengan spesifikasi SAE

20W-40, API Service SE/CC.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah

generator set, bola lampu dan berbagai

peralatan ukur yang disusun dalam

panel.

1. Generator set yang digunakan

memiliki spesifikasi :

Merek: Shark Gasoline Generator

Set

Type: Singgle Phase Gasoline

Rated Power: 220 v

Rated Frequency: 50 hz

Amperage : 9,1 A

Rated Output: 2,0 kW

Max. Output: 2,2 kW

Power Factor: 1,0

2. Rangkaian bola lampu pada papan

uji yang digunakan sebanyak 5 buah

dengan daya masing-masing 75 W

dan tegangan 220 V.

3. Peralatan yang digunakan : gelas

ukur, selang minyak, stopwatch dan

tachometer.

Parameter-parameter pengujian untuk

genset gasoline menggunakan bahan

bakar pertalite dengan 3 variasi oli yang

berbeda adalah sebagai berikut:

1. Konsumsi bahan bakar.

2. Uji putaran mesin.

Gambar 1. Genset Gasoline

Gambar 2. Rangkaian Lampu

Gambar 3. Skema Alat Pengujian

Keterangan :

1. Lampu

2. Saklar

3. Amperemeter

4. Voltmeter

5. Handle (saklar pemutus)

6. Gelas ukur

7. Filter bahan bakar

Page 17: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 17

8. Genset

Gambar 4. Oli Mesin

Prosedur Pengambilan Data

Tahapan prosedur pengambilan data

adalah sebagai berikut :

1. Ganti Oli baru dengan urutan yang

pertama Oli A, Oli B dan yang

terakhir Oli C.

2. Isi gelas ukur dengan bahan bakar,

kemudian pasang selang minyak ke

genset melalui karburator. Pastikan

minyak mengalir dengan baik.

3. Matikan semua saklar lampu beban.

4. Hidupkan generator set.

5. Tunggu beberapa saat (kira-kira 30

menit), agar mesin panas.

6. Hidupkan 5 lampu sekaligus

sebagai beban.

7. Hidupkan stopwatch dan ukur

waktu penurunan 1 strip pada gelas

ukur sebanyak 50 ml atau 50 cc.

8. Catat putaran mesin genset dalam

range waktu turunnya bahan bakar

dalam gelas ukur 1 strip (50 ml).

9. Matikan stopwatch setelah turun 1

strip, catat penunjukan waktu di

stopwatch.

10. Ulangi langkah 1 s/d 9 sebanyak 3

kali dengan oli yang berbeda.

11. Bila telah selesai, matikan mesin

dan kosongkan gelas ukur.

12. Catat data percobaan dengan format

seperti pada lampiran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perhitungan Oli A

Dari penelitian didapat data sebagai

berikut :

Tabel 1. Data Hasil Percobaan

Menggunakan Oli A

Beban

Lampu

Waktu

menghabiskan

50 ml bahan

bakar

Pertalite

Putara

n

(rpm)

Teganga

n (volt)

Menit Detik

5 04.01.

7 241,7

3086,

8

3085,

2

3087,

5

220

Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar pertalite

sebanyak 50 ml dan diberi beban 5

lampu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus volume bahan

bakar dibagi waktu sebagai berikut:

Konsumsi BB = =

Dik : Volume 50 ml = 50 cm3 = 50 cc

Waktu 241,7 detik

Konsumsi BB =

cc/s

Rata-Rata Putaran Mesin Putaran mesin yang dihasilkan

dari beban 5 lampu dihitung dengan

menggunakan rumus rata-rata (mean).

Untuk pengujian menggunakan

bahan bakar pertalite sebanyak 50 ml

didapat Rpm rata-rata sebagai berikut:

RPM rata-rata =

Dik : Rpm 1 = 3141,0

Rpm 2 = 3142,5

Rpm 3 = 3147,5

Page 18: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 18

RPM rata-rata =

= 3086,5

2. Perhitungan Oli B

Tabel 2. Data Hasil Percobaan

Menggunakan Oli B

Beban

Lamp

u

Waktu

menghabiskan

50 ml bahan

bakar Pertalite

Putara

n

(rpm)

Teganga

n (volt)

Menit Deti

k

5 04.03.

5

243,

5

3084,5

3086,3

3091,6

220

Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar pertalite

sebanyak 50 ml dan diberi beban 5

lampu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus volume bahan

bakar dibagi waktu sebagai berikut:

Konsumsi BB = =

Dik : Volume 50 ml = 50 cm3 = 50 cc

Waktu 243,5 detik

Konsumsi BB =

cc/s

Rata-rata putaran mesin

Putaran mesin yang dihasilkan

dari beban 5 lampu dihitung dengan

menggunakan rumus rata-rata (mean).

Untuk pengujian menggunakan

bahan bakar pertalite sebanyak 50 ml

didapat Rpm rata-rata sebagai berikut:

RPM rata-rata =

Dik : Rpm 1 = 3084,5

Rpm 2 = 3086,3

Rpm 3 = 3091,6

RPM rata-rata =

= 3087,5

3. Perhitungan Oli C

Tabel 3. Data Hasil Percobaan

Menggunakan Oli C

Beban

Lamp

u

Waktu

menghabiskan

50 ml bahan

bakar Pertalite

Putara

n

(rpm)

Teganga

n (volt)

Menit Deti

k

5 04.16.

0

256,

0

3091,6

3091,1

3096,3

220

Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar pertalite

sebanyak 50 ml dan diberi beban 5

lampu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus volume bahan

bakar dibagi waktu sebagai berikut:

Konsumsi BB = =

Dik : Volume 50 ml = 50 cm3 = 50 cc

Waktu 256,0 detik

Konsumsi BB =

cc/s

Rata-rata putaran mesin

Putaran mesin yang dihasilkan

dari beban 5 lampu dihitung dengan

menggunakan rumus rata-rata (mean).

Untuk pengujian menggunakan

bahan bakar pertalite sebanyak 50 ml

didapat Rpm rata-rata sebagai berikut:

RPM rata-rata =

Dik : Rpm 1 = 3096,6

Rpm 2 = 3091,1

Rpm 3 = 3096,3

Page 19: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 19

RPM rata-rata =

= 3094,7

Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Ketiga

Merk Oli

Bahan Konsumsi

Bahan Bakar

(cc/s)

Putaran

Mesin

Oli A 0,207 3086,5

Oli B 0,205 3087,5

Oli C 0,196 3094,7

4. Perbandingan Oli A, Oli B dan Oli

C terhadap konsumsi bahan bakar

Keterangan untuk grafik perbandingan

penggunaan Oli A, Oli B dan Oli C

terhadap konsumsi bahan bakar

pertalite sebagai berikut:

1. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli A diperoleh

konsumsi bahan bakar pertalite

sekitar 0,207 cc/s.

2. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli B diperoleh

konsumsi bahan bakar pertalite

sekitar 0,205 cc/s.

3. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli C diperoleh konsumsi

bahan bakar pertalite sekitar 0,196 cc/s.

Gambar 5. Grafik perbandingan merk

oli terhadap konsumsi

bahan bakar

Dapat disimpulkan bahwa

penggunaan Oli C adalah yang paling

irit konsumsi bahan bakar daripada Oli

A dan Oli B.

5. Perbandingan Oli A, Oli B dan Oli

C terhadap putaran mesin

Keterangan untuk grafik

perbandingan penggunaan Oli A, Oli

B dan Oli C terhadap putaran mesin

sebagai berikut:

1. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli A diperoleh

kecepatan sekitar 3086,5 Rpm.

2. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli B diperoleh

kecepatan sekitar 3087,5 Rpm.

3. Untuk pembebanan 5 lampu yang

menggunakan Oli C diperoleh

kecepatan sekitar 3094,7 Rpm.

Gambar 6. Grafik perbandingan merk

oli terhadap putaran mesin

Dapat disimpulkan bahwa

penggunaan Oli C adalah yang paling

tinggi kecepatan putaran mesin

daripada Oli A dan Oli B.

Page 20: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 20

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang

dilakukan terhadap mesin genset tipe

gasoline dengan variasi merk oli A, B,

dan C. Untuk konsumsi bahan bakar

paling irit dan putaran mesin paling

banyak didapatkan pada Oli tipe C.

performa keseluruhan terbaik untuk

genset shark adalah dengan

menggunakan Oli tipe C.

DAFTAR PUSTAKA

Astu P, Djati N. 2006. Mesin konversi

energi. Surabaya : Andi.

Berenschoot, Arend. 1980. Motor

Bensin. Jakarta.

Cengel, Yunus A. & Michael A. Boles.

2006. Thermodynamics : An

Engineering Approach. New York

: McGraw-Hill

Ganesan. V. Internal Combustion

Engine. Madras : McGraw-Hill,

Inc.

Heywood,John B, 1988. Internal

Combustion Engine Fundamental.

Singapore : McGraw-Hill.

Jama, J. 1982. Motor Bensin. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Pulkrabek, Willard W. Engineering

Fundamentals Of The Internal

Combustion Engine. New Jersey :

Prentice Hall.

Syarief, B. 2017. Panduan praktikum

prestasi mesin program studi

teknik mesin universitas lambung

mangkurat. Banjarbaru : PSTM

Unlam.

Page 21: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 21

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) VARIETAS

FLORIDA PADA KOMBINASI MEDIA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

(TKKS) DAN MEDIA FIBER

Gusti Rokhmaniyati Iskarlia dan Budi

Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRACT

Oyster fungus conducting turns white (Pleurotus ostreatus) constitute one of

agribusiness effort that have sizable business opportunity because in 10 economic point

the last years oyster fungus turn white increasingly by use of timbered powder medias

already be packed deep plastic pokes. At the height oil palm production therefore

appearance one problem as increasing as waste as bunch of oil palm empty (TKKS) and

fiber which is resulted. One of that waste processing strategy gets to be utilized to been

made oyster fungus growing medias turns white.

This research utilize experiment method that is utilized to get data by undertaking one

direct attempt, meanwhile observation method and bibliography method is with

literature way of reading and bearing aught books its with Final Task collation this.

Observation that doing to cover miselium's growth watch until fruit body. In it who will

be utilized as guidance to know miselium's growth until oyster fungus fruit body turns

white.

The results of P1 were found that the growth of mycelium on the 43rd day after

inoculation was not yet developed, whereas in P2 the mycelium growth was uneven on

day 34 after inoculum and in P3 the mycelium growth only spread on day 28 after

inoculation of spreading was not seen again. The gro wth of mycelium from 3

combinations between empty palm oil bunches (TKKS) and fiber media is still not

maximal because there are still many factors that affect the growth of mycelium until

the fruit grows from seed selection, contamination, less effective treatment. , baglog and

composition is still not good.

Keywords : Oil palm waste (TKKS) and fiber, baglog, oyster fungus.

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan salah satu

industri perkebunan yang mengalami

pertumbuhan signifikan, terutama di

wiliyah Kalimantan Selatan. Pada tahun

2013 luas areal perkebunan kelapa sawit

di Kalimantan Selatan mencapai

475.739 Ha kemudian meningkat

menjadi 524.229 Ha pada tahun 2015

atau dengan kata lain pertumbuhan areal

kelapa sawit dalam kurung waktu 2

tahun cukup signifikan. Produksi kelapa

sawit di Kalimantan Selatan, pada tahun

2013 mencapai 1.244.040 ton menjadi

1.391.458 ton pada tahun 2015 dengan

produksi 2 tahun terakhir cukup

meningkat (Direktorat Jenderal

Perkebunan RI, 2014).

Meningkatnya produksi kelapa

sawit maka muncul sebuah permasalah

berupa peningkatan limbah yang

dihasilkan. Salah satu strategi

pengolahan limbah kelapa sawit adalah

melalui pemanfaatan limbah tersebut

sehingga dapat meningkatkan nilai

tambahnya. Berbagai cara telah

dilakukan untuk memanfaatkan limbah

Page 22: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 22

industri kelapa sawit, diantaranya

pemanfaatan limbah abu tandan kosong

sawit sebagai katalis basa pada

pembuatan biodiesel dari minyak sawit

(Yoeswono, dkk., 2007 dalam Hidayati,

2015), pemanfaatan limbah cair kelapa

sawit sebagai pupuk dan produksi

biogas (Mahajoeno dkk., 2008 dalam

Hidayati, 2015), penggunaan limbah

cangkang untuk dijadikan arang dan

karbon aktif (Kurniati, 2008 dalam

Hidayati, 2015), hingga pemanfaatan

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

sebagai bahan baku pupuk kompos

(Dahyar, 2010 dalam Hidayati, 2015).

Limbah tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) merupakan limbah padat yang

paling banyak dihasilkan oleh industri

kelapa sawit yaitu sekitar 22-23%,

limbah cangkang (shell) sebanyak 6,5%,

wet decanter solid (lumpur sawit) 4%,

serabut (fiber) 13% serta limbah cair

sebanyak 50% dari total tandan buah

segar (TBS) yang diolah (Mandiri 2012

dalam Hidayati, 2015).

Salah satu fenomena yang terjadi di

tempat penumpukan TKKS adalah

banyaknya jamur yang tumbuh pada

limbah tersebut. Jamur yang tumbuh

tersebut umumnya jenis jamur yang

edible atau dapat dimakan (Hidayati,

2015). Studi pemanfaatan TKKS

sebagai media pertumbuhan jamur saat

ini masih terbatas. Padahal budidaya

jamur dengan media TKKS memiliki

beberapa keuntungan diantaranya

TKKS tersedia melimpah, dan beberapa

jenis jamur yang telah diujicobakan

pada media TKKS antara lain jamur

merang Panus sp. (Manuella dan

Gunawan 1997 dalam Hidayati, 2015),

Volvariella volvacea (Siregar, 2010

dalam Hidayati, 2015), Ganoderma

boninense (Sudirman, dkk, 2011 dalam

Hidayati, 2015) dan jamur tiram

Pleurotus sp. (Sudirman dkk, 2011

dalam Hidayati, 2015).

Jamur tiram terdiri atas sekitar

sepuluh jenis, dengan bentuk dan warna

tubuh buah yang berbeda. Jenis-jenis

jamur tiram tersebut beberapa di

antaranyaadalah Pleorotus

citrinopileatus (kuning terang),

Pleorotus euosmus (kecoklatan),

Pleorotus ostreatus (putih), dsb.

Namun, jenis jamur tiram yang paling

sering dibudidayakan adalah jamur

tiram putih dan jamur tiram putih memiliki dua varietas, yaitu varietas

florida dan varietas oystern (Suriawiria,

2006 dalam Rakhmawati, 2012).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

memiliki kandungan serat yang tinggi

dan kandungan utama TKKS selulosa

54-60%, dan lignin 22-27%. Namun

hingga saat ini, pemanfaatan limbah

TKKS belum dilakukan secara optimal

(Hambali dkk, 2008 dalam Setigama,

2014). Selain limbah TKKS kelapa

sawit juga memiliki limbah fiber yang

merupakan hasil dari daging buah yang

sudah diperas, fiber memiliki

kandungan selulosa 44% dan lignin

23%, kandungan dalam media tanam

jamur tiram sebagian besar terdiri dari

selulosa, lignin. Penggunaan bahan-

bahan tersebut dalam media tanam

jamur tiram diharapkan secara tidak

langsung akan mengalami perubahan

fisik, kimia, dan biologis yang dapat

menigkatkan kualitas serat dari media

tanam tersebut (Suriawiria, 2000 dalam

Hadrawi, 2014). Berdasarkan

persamaan kandungan yang dimiliki

dalam media tanam jamur tiram, TKKS

dan fiber, diharapkan bisa digunakan

sebagai bahan dasar pembuatan media

tumbuh jamur tiram putih sehingga

dapat diketahui pertumbuhan hasil

jamur tiram putih (Purwanto dan

Sparingga, 2000 dalam Hadrawi, 2014).

Page 23: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 23

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama 6 bulan.

Penelitian ini dilaksanakan di

Showroom Jamur Screen House, Dinas

Pertanian dan Perikanan Kota

Banjarmasin. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif

berdasarkan observasi percobaan.

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya sekop kecil

dan besar masing-masing 1 untuk

mengaduk media, pinset untuk menjepit

bibit, lampu spritus untuk inokulasi,

plastik untuk baglog dan cincin untuk

menutup baglog. Sedangkan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

media TKKS, fiber, bekatul, kapur,

bibit jamur tiram putih F2 dan air.

Parameter yang amati dalam

penelitian ini adalah berapa lama

pertumbuhan miselium jamur tiram

putih varietas florida hingga menjadi

tubuh buah pada kombinasi media

tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

dan fiber. Komposisi media TKKS dan

Fiber yang terdiri atas 3 kombinasi yaitu

:

P1 : 75% TKKS + 25% Fiber

P2 : 50% TKKS + 50% Fiber

P3 : 25% TKKS + 75% Fiber

Kombinasi media tersebut,

kemudian ditambahkan masing-masing

1% dedak dan 0.25% dari berat media.

Prosedur kerja dalam pembuatan media

tumbuh jamur tiram putih pada

kombinasi media TKKS dan media

fiber sebagai berikut :

1. Mengumpulkan media TKKS dan

media fiber dari perusahaan PT.

HCT.

2. Pencacahan media TKKS untuk

dijadikan media jamur tiram putih

dan memilih media fiber yang sudah

bersih.

3. Pencampuran media kombinasi

TKKS, fiber, bekatul dan kapur

hingga merata.

4. Menambahkan air secukupnya.

5. Campuran media tersebut ditutup

dengan karung dan dikomposkan

selama 3 hari

6. Pembungkusan atau pembuatan

baglog dengan media yang sudah

mengalami proses pengomposan.

7. Setelah semua bahan media menjadi

baglog kemudian dilakukan

sterilisasi dengan cara dikukus

selama 8 jam.

8. Mendinginkan baglog yang telah

disterilisasi.

9. Melakukan inokulasi bibit jamur ke

dalam baglog.

10. Menginkubasi baglog tersebut

hingga meselium jamur memenuhi

media baglog. Selanjutnya, jika

miselium telah memenuhi media

baglog maka dilakukan pemotongan

cincin penutup sebagai tempat

tumbuhnya badan buah jamur tiram

putih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan P1 (Kombinasi TKKS

75% dan Fiber 25%) Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dengan media kombinasi

TKKS 75% dan Fiber 25%, diketahui

bahwa miselium jamur tiram putih tidak

dapat tumbuh pada kombinasi media

tersebut (Gambar 1). Selama

pengamatan hingga hari ke 43 setelah

inokulasi belum terlihat ada

pertumbuhan miselium jamur.

Page 24: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 24

Gambar 1. Baglog media P1 pada

hari ke-43 setelah

inokulasi

Perakukan P2 (Kombinasi TKKS

50% dan Fiber 50%)

Hasil pengamatan pada kombinasi

media TKKS 50% dan Fiber 50%,

diketahui bahwa pertumbuhan miselium

dapat tumbuh hingga hari ke-34 setelah

inokulasi. Pertumbuhan miselium

tampak tipis dan tidak merata (Gambar

2). Namun, setelah hari ke-34 tidak

terlihat adanya pertumbuhan miselium

jamur tiram putih.

Gambar 2. Baglog media P2 pada hari

ke-34 setelah inokulasi

Perlakuan P3 ( Kombinasi TKKS

25% dan Fiber 75%) Hasil pengamatan pada kombinasi

media TKKS 25% dan Fiber 75%,

miselium jamur tiram putih tumbuh

hingga hari ke-28 setelah inokulasi.

Pertumbuhan miselium tidak merata dan

sangat tipis. Namun, setelah hari ke-28

tidak terlihat ada pertumbuhan

miselium. Miselium jamur tiram putih

yang tumbuh pada media perlakuan P3

dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Baglog media P3 pada hari

ke-28 setelah inokulasi

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa media tanam dengan

menggunakan kombinasi TKKS dan

fiber baik pada perlakuan P1, P2, dan

P3 tidak mendukung penyebaran

miselium yang dapat dilihat pada

gambar 4.2, 4.3 dan 4.4. Hasil tersebut

kemungkinan karena komposisi bahan

media masih belum tepat sehingga

penyeberan miselium tidak bisa merata.

Komposisi media dan pencampuran

bahan dalam pembuatan baglog jamur

tiram putih harus tepat dan merata agar

miselium bisa tumbuh. Komposisi

bahan seperti TKKS, fiber, bekatul dan

kapur harus sesuai dengan kebutuhan

tumbuh jamur tiram putih. Pada

penelitian ini baik perlakukan P1, P2

dan P3 ditambahkan 1% bekatul dan

Page 25: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 25

0,5% kapur. Komposisi tersebut

kemungkinan kurang sesuai untuk

pertumbuhan miselium yang ditunjukan

dari tidak adanya pertumbuhan

miselium pada perlakuan P1 (Gambar

1), serta pertumbuhan miselium yang

tidak merata dan terhenti pada

perlakuan P2 (Gambar 2) dan perlakuan

P3 (Gambar 3). Penelitian Setiadi dkk

(2015), penambahan dosis bekatul pada

media pertumbuhan jamur tiram putih

berpengaruh sangat nyata terhadap awal

kemunculan miselium dan berat basah

tubuh buah jamur tiram putih dengan

perlakuan terbaik dosis bekatul sebesar

7%. Penelitian Masefa dkk (2016)

menunjukan bahwa dosis kapur

berpengaruh terhadap pertumbuhan

miselium dan berat tubuh buah, dimana

penambahan kapur 1% memberikan

hasil terbaik dengan pertumbuhan

miselium jamur tiram coklat 0,75

cm/hari. Arif dkk (2014) melaporkan

bahwa media TKKS untuk pertumbuhan

jamur tiram putih memiiki kecepatan

pertumbuhan miselium terbaik pada

penambahan kapur sebesar 15 g/baglog

dengan rata-rata pertumbuhan miselium

24 hari. Kapur terdiri dari kalsium

karbonat dengan rumus kimia CaCO3.

Ca yang banyak terdapat pada kapur

berfungsi sebagai aktivator enzim,

sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan jamur tiram.

Disamping itu, penggunaaan air

PDAM saat pembuatan baglog pada

penelitian ini juga kemungkinan

berpengaruh terhadap pertumbuhan

miselium jamur tiram putih. Menurut

Mulyanto dan Susilawati (2017),

sumber air yang baik digunakan dalam

budidaya jamur tiram putih adalah

berasal dari air sumur dan tidak

direkomendasikan menggunakan air

PDAM. Hal ini disebabkan air PDAM

mengadung kaporit, yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan miselium

jamur. Selain itu, dalam menggunakan

air jumlahnya juga harus sesuai, tidak

terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Menurut Cahyana et al. (1999),

pemberian air harus sesuai dengan

kebutuhan atau kadar air yang

ditentukan, yaitu mencapai 60-65% dari

seluruh berat bahan yang akan

digunakan untuk membuat baglog.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan hasil

penelitian beserta pemabahasan diatas

dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penelitian P1 menunjukan

bahwa pertumbuhan miselium pada

hari ke-43 setelah inokulasi tidak

terlihat pertumbuhan miselium jamur

tiram putih.

2. Pada perlakuan P2 dan P3 miselium

dapat tumbuh sampai hari ke-34 pada

P2 dan P3 pada hari ke-28 setelah

inokulasi, namun pertumbuhan

miselium semakin menipis dan tidak

merata setelah hari ke-34 pada P2

dan P3 pada hari ke-28 setelah hari

ke-34 dan 28 pertumbuhan miselium

pada jamur tiram tidak terlihat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.

Statistik Perkebunan Kelapa

Sawit Indonesia, Jakarta.

Hadrawi, J. 2014. Kandungan Lignin,

Selulosa dan Hemiselulosa

Limbah Baglog Jamur Tiram

Putih (Pleurotus ostreatus)

dengan Masa Inkubasi yang

Berbeda Sebagai Bahan Pakan

Ternak. Skripsi : Makassar1

Hidayati, Hidayat M.R., Asmawit.

2015. Pemanfaatan Serat Tandan

Kosong Kelapa Sawit Sebagai

Media Pertumbuhan Jamur Tiram

Putih .Biopropal Industri,Vol. 6,

No.2, Hal.73-80.

Page 26: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 26

Mulyanto, A, I. O. Susilawati. 2017.

Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Budidaya Jamur

Tiram Putih dan Upaya

Perbaikannya di Desa Kaliori

Kecamatan Banyumas

Kabupaten Banyumas Provinisi

Jawa Tengah. Bioscientiae. Vol.

14 No. 1.

Masefa, L., Nurmiati, Periadnadi. 2016.

Pengaruh Kapur dan Domolit

Terhadap Pertumbuhan

Miselium dan Produksi Jamur

Tiram Cokelat (Pleurotus

cystidiosus O.K Miller). Online

Jurnal Of Naturan Sciense. Vol.

5 (1) : 11 - 120

Setiagama, Rosa. 2014. Pertumbuhan

dan Produktivitas Jamur Tiram

Putih (Pleurotus Ostreatus)

Dengan Komposisi Media

Tumbuh Serbuk Gergaji Kayu

Sengon, Tandan Kosong Kelapa

Sawit, Dan Ampas Tahu Yang

Berbeda. Skripsi : Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Page 27: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 27

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM

PADA MOBIL L300

Muhammad Hafidz Anshori1 dan Misbachudin

1

1)Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur Banjarmasin

ABSTRAK

Tingkat pencurian mobil dapat diminimalisir dengan menggunakan Safety Starting

System lewat lampu kabut pada mobil L300. Dengan cara menggabungkan kabel sistem

starter dengan kabel lampu kabut dan ditambah dengan relay sebagai saklar. Safety

Starting System pada lampu kabut ini pada saat kunci kontak di ON sistem stater tidak

berfungsi karena sistem relay sebagai saklarnya dan saat mengaktifkan harus

mengaktifkan lampu kabut terlebih dahulu. Karena lewat lampu kabut mudah cara

memasang dan jalur kabel hanya digabungkan dengan relay dan kabel kunci kontak.

Tahap analisa yang dilakukan dengan melakukan perakitan 2 tahap sistem: sistem

starter dan sistem pengisian. Starter swith diputar ke posisi ON maka arus mengalir ke

motor starter, kejadian ini akan bergerak berputar dan untuk menghindari kebakaran 3-5

detik selama proses penyetelan. Kunci kontak di putar ke posisi on, arus dari baterai

mengalir ke alternator pada waktu yang sama, arus baterai juga mengalir ke lampu

pengisian dan akibatnya lampu jadi menyala. Dengan adanya bantuan dinamo 1400

Rpm putaran akan lebih cepat sehingga ampere meter akan naik 5-6A dengan cara ini

baterai akan mengisi dengan sendirinya.

Kata Kunci : Kunci Kontak, Tahap Perakitan, Dinamo Starter

PENDAHULUAN

Jumlah penggunaan mobil di

Indonesia semakin meningkat dari tahun

ketahun. Berdasarkan data survei Badan

Statistik Kriminalitas (BSK) pada tahun

2013 terjadi 966 kasus pencurian, naik

38 kasus dari 828 laporan yang diterima

pada tahun 2012. Di wilayah Kepolisian

Resor Metro Jakarta Pusat misalnya,

hingga Oktober 2014 tercatat 592 kasus

pencurian sepeda motor dan mobil. Jika

dirata-ratakan, terjadi minimal dua kali

pencurian dalam sehari di wilayah itu.

Pencuri profesional memang tidak

butuh waktu lama untuk mencuri

kendaraan, mobil khususnya, bahkan

bisa dibilang hanya dalam hitungan

detik. Jadi tidak ada ruginya pemilik

mobil menambah pengaman ekstra

supaya tidak menjadi korban tangan

jahil pencurian.

Tingkat pencurian mobil dapat

diminimalisir dengan menggunakan

Safety Starting System lewat lampu

kabut pada mobil L300. Dengan cara

menggabungkan kabel sistem starter

dengan kabel lampu kabut dan ditambah

dengan relay sebagai saklar. Safety

Starting System pada lampu kabut ini

pada saat kunci kontak di ON sistem

stater tidak berfungsi karena sistem

relay sebagai saklarnya dan saat

mengaktifkan harus mengaktifkan

lampu kabut terlebih dahulu. Karena

lewat lampu kabut mudah cara

memasang dan jalur kabel hanya

digabungkan dengan relay dan kabel

kunci kontak.

Page 28: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 28

Berdasarkan pada uraian diatas

maka penelitian tentang sistem

keamanan mobil maka diajukan judul

“Rancang Bangun Simulasi Safety

Starting System pada mobil L300”.

METODE PENELITIAN

Teori Kelistrikan Mesin

Kelistrikan mesin adalah sistem

kelistrikan otomatisasi dipergunakan

untuk menghasilkan mesin serta

dipertahankan agar tetap hidup. Bagian-

bagiannya terdiri atas baterai yang

mensuplai listrik ke komponen

kelistrikan lainya.

Sistem kelistrikan pada baterai

kendaraan roda 4 dirinci menjadi :

A. Baterai

B. Sistem pengapian

C. Sistem starter

D. Sistem pengisian

Teori Kelistrikan Motor AC/DC

Motor AC

Pengertian Motor AC atau Alternating

Current adalah listrik yang besar dan

arah arusnya selalu berubah-ubah atau

bolak-balik. Motor AC akan

membentuk gelombang yang biasa

dinamakan dengan gelombang

sinusoida. Motor AC memiliki dua buah

bagian utama yaitu “Stator” dan

“Rotor”. Stator merupakan komponen

motor AC statis. Rotor merupakan

komponen motor AC yang berputar.

Motor AC dapat dilengkapi dengan

penggerak frekuensi variabel untuk

mengendalikan kecepatan sekaligus

menurunkan konsumsi dayanya. Ada

beberapa jenis motor AC terbagi

menjadi 2 yaitu :

1. Motor AC Sinkron (Motor Sinkron)

Motor Sinkron adalah motor AC,

bekerja pada kecepatan tetap pada

sistem frekuensi tertentu. Motor AC ini

memerlukan arus searah (DC) untuk

pembangkitan daya dan memiliki torque

awal yang rendah, dan oleh karena itu

motor sinkron cocok untuk penggunaan

awal dengan beban rendah, seperti

kompresor udara, perubahan frekuensi

dan generator motor. Motor sinkron

mampu untuk memperbaiki faktor daya

sistem, sehingga sering digunakan pada

sistem yang menggunakan banyak

listrik.

2. Motor AC Induksi (Motor Induksi)

Motor Induksi merupakan motor yang

paling umum digunakan pada berbagai

peralatan industri. Popularitasnya

karena rancangannya yang sederhana,

murah dan mudah didapat, dan dapat

langsung disambungkan ke sumber daya

AC.

Motor DC

Motor DC atau Direct Current adalah

jenis motor listrik yang bekerja

menggunakan sumber tegangan DC.

Motor DC digunakan pada penggunaan

khusus dimana diperlukan penyalaan

torque yang tinggi atau percepatan yang

tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.

Ada beberapa komponen utama motor

DC :

1. Kutub Medan Magnet

Motor DC memiliki kutub medan yang

stasioner dan kumparan motor DC yang

menggerakkan bearing pada ruang

diantara kutub medan. Motor DC

sederhana memiliki dua kutub medan:

kutub utara dan kutub selatan. Garis

magnetik energi membesar melintasi

bukaan diantara kutub-kutub dari utara

ke selatan. Untuk motor yang lebih

besar atau lebih komplek terdapat satu

atau lebih elektromagnet menerima

listrik dari sumber daya dari luar

sebagai penyedia struktur medan.

2. Kumparan Motor DC

Bila arus masuk menuju kumparan

motor DC, maka arus ini akan menjadi

elektromagnet. Kumparan motor DC

yang berbentuk silinder, dihubungkan

Page 29: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 29

ke as penggerak untuk menggerakkan

beban. Untuk kasus motor DC yang

kecil, kumparan motor DC berputar

dalam medan magnet yang dibentuk

oleh kutub-kutub, sampai kutub utara

dan selatan magnet berganti lokasi. Jika

hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk

merubah kutub-kutub utara dan selatan

kumparan motor DC.

3. Commutator Motor DC

Komponen ini terutama ditemukan

dalam motor DC. Kegunaannya adalah

untuk membalikkan arah arus listrik

dalam kumparan motor DC.

Commutator juga membantu dalam

transmisi arus antara kumparan motor

DC dan sumber daya.

Tahap Perancangan Dan Pengujian

Pada proses pembuatan ini ada

beberapa langkah yaitu meliputi 2

sistem diantaranya: sistem starter dan

sistem sistem pengisian.

Sistem Starter

Gambar 1. Sistem Starter

Sumber : Rizky Maulidin (2015)

Sistem Pengisian

Gambar 2. Sistem Pengisian

Sumber : Rizky Maulidin (2015)

Tahap Perakitan Alat

Adapun tahapan perakitan alat

adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan

rancang bangun

2. Melakukan pengukuran dan

Design Stand yang akan

dibangung

3. Melakukan pemotongan

4. Melakukan pengelasan Stand

5. Merapikan hasil lasan

6. Melakukan pewarnaan

terhadap Stand

7. Melakukan pemasangan

rancang bangun Stand Safety

Starting System

8. Pengecekan kembali terhadap

kekuatan las Stand Safety

Starting System

Hasil perakitan :

Gambar 3. Stand Simulasi Safety

Starting System

Sumber: Penulis (2017)

Spesifikasi Stand:

Tinggi = 60 cm

Panjang = 70 cm

Lebar = 60 cm

Lebar Dinamo Starter = 15 cm

Lebar Baterai = 20 cm

Page 30: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 30

Gambar 4. Hasil Akhir Pembuatan

Stand Simulasi Safety

Starting System

Sumber: Penulis (2017)

Gambar 5. Hasil Rancang Bangun Stand

Safety Starting System

Sumber: Penulis (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap Analisa

Tahap analisa yang dilakukan

dengan melakukan perakitan 2 tahap

sistem: sistem starter dan sistem

pengisian. Starter swith diputar ke

posisi ON maka arus mengalir ke motor

starter, kejadian ini akan bergerak

berputar dan untuk menghindari

kebakaran 3-5 detik selama proses

penyetelan.

Kunci kontak di putar ke posisi

on, arus dari baterai mengalir ke

alternator pada waktu yang sama, arus

baterai juga mengalir ke lampu

pengisian dan akibatnya lampu jadi

menyala. Dengan adanya bantuan

dinamo 1400 Rpm putaran akan lebih

cepat sehingga ampere meter akan naik

5-6A dengan cara ini baterai akan

mengisi dengan sendirinya. (Rizky

Maulidin) 2015 Rancang Bangun

Simulasi Motor Starter Engine Suzuki

Vitara.

Cara Kerja Safety Starting System

Melalui Kunci Kontak dan Lampu

Kabut (Fog Lamp)

Apabila starter switch diputar ke

posisi ON, maka arus baterai mengalir

melalui ke relay dan arus tersebut

berhenti mengalir sementara, pada saat

mengaktifkan lampu kabut (fog lamp)

maka arus dari relay yang ditahan

tersebut bisa mengalir ke kunci kontak

dan mesin bisa hidup. Dibawah ini

adalah skema Safety Starting System

pada mobil L300 :

Gambar 6. Skema rancangan Safety

Starting System pada

mobil L300

Keterangan :

1. Ground 6. Tombol

2. Baterai 7.Lampu

Kabut

3. Kunci Kontak 8. LED

4. Relay

5. Dinamo Starter

Permasalahan pada Komponen-

Komponen

Adapun masalah yang harus

diperhatikan pada komponen-komponen

ini sebagai berikut :

1. Kabel Penghubung

Penggunaan kabel berbeda-beda

ukurannya, tergantung pada berapa

besar arus yang mengalir. Bila arus

yang mengalir besar berarti harus

menggunakan kabel yang besar, tetapi

sebaliknya bila arus yang mengalir

Page 31: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 31

kecil, cukup menggunakan kabel yang

berdiameter kecil.

2. Relay

Relay berfungsi untuk

mengalirkan arus listrik lebih besar

dengan sistem pengendali ber-arus

kecil. Kebanyakan relay pada mobil

menggunakan relay kaki empat, jenis

relay ini Relay Bosch 12V/30A.

3. Baterai

Sebagai menyimpan energi listrik

yang akan digunakan untuk mensuplai

listrik ke sistem starter, sistem

pengapian, dan komponen-komponen

kelistrikan lainnya. Baterai yang sering

digunakan pada mobil adalah jenis

baterai GS Hybrid 80D26L.

KESIMPULAN

Setelah melakukan pengujian

tugas akhir dengan judul “Simulasi

Safety Starting System Pada Mobil

L300”. Maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dinamo starter tidak dapat bekerja

jika tidak ada sumber tenaga yang

menggerakkannya.

2. Cara memasang Safety Starting

System lebih mudah, tidak banyak

mengeluarkan modal, Safety Starting

System juga tersembunyi dan aman

dari tindak kriminalitas.

3. Sistem ini hanya untuk pada mobil

L300 dan bisa juga dipasang pada

mobil yang tidak mempunyai sistem

keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Febriyan, K. D. 2015. Identifikasi

Sistem Pengisian pada Mobil

Toyota Kijang Innova 1TR-FE.

Skripsi. Fakultas Teknik Mesin

Universitas Negeri Semarang.

Nalaprana, N. dan A.Sri, 2015, Analisa

Motor AC/DC sebagai Penggerak

Mobil Listrik. Skripsi. Jurusan

Teknik Elektro: Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya.

Nur, Y., F. Anwar dan W. Arif. 2007.

Aplikasi Mikrokontroler sebagai

Kunci Mobil Digital Elektronik.

Skripsi. Program Studi Teknik

Elektronika Politeknik

Balikpapan.

Rizky, M. 2015. Rancang Bangun

Simulasi Motor Starter

EngineSuzuki Vitara. Skripsi.

Program Studi Teknik Otomotif

Politeknik Hasnur Banjarmasin.

Sumarsono, 2012. Sistem Kelistrikan

Engine (Engine Electrical

System) Cet. 1. Bandung: Yrama

Widya.

Urip, S. P3K (Panduan Perbaikan

Mobil dalam Keadaan Darurat).

Cet. 3. Penerbit: Kawan Pustaka,

Depok.

Page 32: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 32

RANCANG BANGUN SIMULASI SECURITY ENGINE

PADA SEPEDA MOTOR

Surya Anton Gunawan

Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRAK

Security Engine adalah suatu pengamanan pada kendaraan baik sepeda motor atau

mobil yang mana digunakan untuk pengamanan ekstra pada kendaraan bermotor.

Kehilangan kendaraan karena pencurian seringkali terjadi pada zaman sekarang, baik

dengan membuka kunci kontak dengan special key sampai menggunakan teknik

penyambung kabel agar mesin dapat hidup tanpa perlu memakai kunci kontak. Dengan

berbagai permasalahan di atas, dibuat lah Security Engine untuk pengaman kendaran

yang hanya diketahui oleh pemiliknya saja. Hasil rancang bangun Security Engine untuk

sepeda motor yaitu tingkat kegagalan sistem sangat minim, dan apabila terjadi

kerusakan maka ada jalur safety untuk melanjutkan agar sepeda motor bisa dihidupkan.

Kata Kunci : Security Engine

PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya

zaman, ilmu dibidang otomotif semakin

maju menghasilkan peralatan yang

dapat memudahkan kehidupan manusia

terutama dibidang transportasi. Pada

awalnya ilmu dibidang otomotif hanya

untuk memudahkan didalam

menciptakan alat transportasi tapi dalam

perkembangannya kini sudah banyak

orang yang menjadikannya gaya hidup.

Terlepas dari hal diatas karena

semakin berkembangnya ilmu dibidang

otomotif maka semakin banyak pula

permasalahan yang muncul, untuk

mengatasi permasalahan tersebut

diperlukan sumber daya manusia yang

handal dan terampil serta didukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai.

Sistem yang bisa dikembangkan

didunia otomotif pada sepeda motor

yaitu sistem security engine (pengaman

mesin). Security Engine adalah alat

untuk menjaga mesin agar tetap mati

meskipun kunci kontak di ON dan di

starter. Perkembangan security engine

didunia otomotif semakin banyak,

seperti security engine dengan dengan

memakai yang manual (mencabut soket

kunci kontak) sampai dengan memakai

yang teknologi yaitu memakai remote

control. Security Engine ini tidak kalah

dengan security-security lainnya. Dan

semoga alat yang saya buat ini bisa

berkembang dan dipasarkan dibidang

otomotif.

Penelitian ini bertujuan untuk

membuat sebuah sistem keamanan

sepeda motor yang dikontrol melalui

tombol klakson. Sehingga memberikan

rasa aman bagi pengguna kendaraan.

Sistem security engine yang digunakan

ini adalah menggunakan relay sebagai

saklar ON/OFF starter. Hasil dari

rancangan ini adalah menyembunyikan

arus listrik kunci kontak sepeda motor

melalui tombol klakson.

Page 33: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 33

METODE PENELITIAN

Tahap Perancangan Dan Pengujian

Pada proses Perancangan Dan

Pengujian Security Engine ada beberapa

langkah-langkah yang dilakukan, yaitu

sebagai berikut :

Rancangan Skema Security Engine

Berikut alur rangkaian security engine

:

Gambar 1. Skema Security Engine

Keterangan :

1. Baterai 6.

Klakson

2. Kunci Kontak 7. Tombol

3. Relay 1 8. Lampu

4. Dioda 9. Lampu

5. Relay 2

Pengujian

Dari baterai memberi arus ke

kunci kontak dari kunci kontak

memberi arus ke relay 1 setelah itu

relay satu digabungkan ke relay dua.

Cara kerjanya dari relay 1, 87 dan 86

digabung dengan menjadi satu dengan

menggunakan dioda. setelah itu kita

menggunakn relay ke 2 yaitu dari 87 di

gabung ke 87 dan 86. Sedangkann relay

1 pada switch 85 menghantarkan arus ke

ground lampu pertama, lampu kedua

dan tombol klakson dan relay 2 ke 30,

86 digabung dengan relay 1 30 menuju

ke lampu utama 85 dari relay 2 ke

klakson.

Tahap Perakitan Alat

Adapun tahapan perakitan alat

security engine adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan rancang

bangun

2. Melakukan pengukuran dan design

stand yang akan dibangun

3. Melakukan pemotongan

4. Melakukan pengelasan stand

5. Merapikan hasil lasan dengan

menggunakan gerinda tangan

6. Melakukan pewarnaan terhadap

stand

7. Melakukan pemasangan rancang

bangun security engine

8. Pengecekan kembali terhadap

kekuatan las stand security engine

Gambar 2. Rangka Stand Security

Engine

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Kerja Sistem Security Engine

Melalui Kunci Kontak dan Klakson

a. Pada saat kunci kontak ON

Dengan memutar kunci kontak

pada posisi start, arus akan mengalir ke

relay dan disaat bersamaan mesin tidak

akan hidup walaupun distarter atau

starter manual tidak akan hidup.

Page 34: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 34

Gambar 3. Pada Saat Kunci Kontak

“ON”

Gambar 4. Hasil Rancang Bangun

Stand Security Engine

b. Pada Saat Menekan Klakson

Dengan menekan tombol

klakson disaat bersamaan arus listrik

membuka ke relay dan mengirim arus

ke kunci kontak masih dalam keadaan

ON, dan secara bersamaan mesin bisa

hidup.

Gambar 5. Pada Saat Menekan

Tombol Klakson

a. Perawatan

Membersihkan dari kotoran

debu yang menempel agar terlihat

bersih, mengecek kabel, cek baterai, dan

cek relay.

b. Perbaikan

Menyolder kembali disaat ada

kabel yang putus, melakukan

pengecesan baterai disaat baterai mulai

ngedrop, mengganti relay disaat ada

kerusakan pada relay.

c. Konstuksi dan Cara Kerja

Security engine adalah sistem

keamanan mesin untuk menjaga mesin

tetap mati walaupun pada saat kunci

kontak ON. Selain itu model ini mudah

dipasang dan tersembunyi, karena

memakai security engine ini pemilik

sepeda motor merasa aman dan

terhindar dari pencurian sepeda motor.

KESIMPULAN

Setelah melakukan pengujian

tugas akhir dengan judul “Security

Engine”. Maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Lampu indikator tidak akan hidup

meskipun kunci kontak dalam

keadaan ON. Alat ini meliputi

serangkaian komponen satu sama

lain untuk menghidupkan lampu

indikator komponen-komponen

meliputi :

a. Baterai

b. Kunci Kontak

c. Relay

d. Dioda

e. Tombol Klakson

f. Klakson

g. Lampu

h. Kabel Penghubung

2. Baterai memberi arus ke kunci

kontak dari kunci kontak lalu

memberikan arus ke relay 1. Setelah

itu ke relay 2, ke lampu indikator 1

dan lampu indikator 2. Sedangkan

relay 2 memberikan arus ke lampu

Page 35: PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__05_No_2_Okt_2017.pdf · Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik

Volume 05, Nomor 2, Edisi Oktober 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 35

indikator 2,dan ke tombol klakson

dan klakson.

DAFTAR PUSTAKA

Alexsander. 2005. Simulator Power.

Universitas Gajah Mada:

Yogyakarta.

Indra, M. 2012. Simulator Kunci

Kontak. SMKN 25 Yogyakarta:

Yogyakarta.

Iwan, M. 2001. Simulator Alarm.

SMKN 05 Banjarmasin:

Banjarmasin.

Sutrisno. 2000. Kelistrikan Otomotif.

Universitas Brawijaya: Kediri.

Suparyani. 2013. Kelistrikan Otomotif.

Universitas 11 Maret Surakarta:

Surakarta.

Wibowo, H. 2009. Simulator

AC.SMKN 1 Muara Uya: Muara

Uya.