Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan ...iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 28 No...

9
82 PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012 Pelita Perkebunan 28(2) 2012, 82-90 Naskah diterima (received) 06 juli 2012, disetujui (accepted) 23 Agustus 2012. 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia. *) Alamat penulis (Corresponding Author) : [email protected] Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan perakaran kopi arabika perbanyakan Somatik Embriogenesis The effects of shooting and rooting of arabica coffee propagation through embryogenesis somatic auxin uses Rina Arimarsetiowati 1*) dan Fitria Ardiyani 1) Ringkasan Planlet hasil perbanyakan somatik embriogenesis yang sudah bertunas dan berakar akan memiliki tingkat adaptasi yang tinggi di lapang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertunas dan berakar planlet sehingga lebih siap diaklimatisasikan di lapangan. Hal ini dilakukan dengan menambahkan berbagai jenis auksin pada media tanam. Embrio kopi Arabika klon AS 2K yang telah memasuki fase kotiledon di subkultur dalam media perlakuan yang mengandung setengah media Murashige & Skoog (MS) baik makro dan mikro, vitamin B5, 30 gr/L gula, 100 ml/L air kelapa, 50 mg/L AgNO 3 ditambah komposisi IAA, IBA dan NAA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan rancangan acak lengkap dengan tujuh kombinasi perlakuan yaitu 0,1 mg/L IBA; 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L NAA + 0,1 mg/L IAA; dan sebagai kontrol tanpa penambahan auksin IAA, IBA, NAA. Terdapat 12 ulangan dalam setiap perlakuan dan setiap ulangan terdiri dari lima embrio berkotiledon. Parameter pengamatan adalah panjang akar, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter batang, dan tinggi planlet. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-8 setelah embrio berkotiledon bertunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter jumlah daun dan tinggi planlet, perlakuan tanpa penambahan auksin memiliki hasil terbaik daripada planlet dengan penambahan auksin. Penambahan berbagai auksin dan kombinasinya pada parameter luas permukaan daun, panjang akar dan diameter batang tidak memiliki pengaruh yang nyata. Media yang diuji sudah optimum untuk pertumbuhan tunas dan akar kopi Arabika AS 2K. Kata kunci : Coffea arabica (L.), somatik embriogenesis, zat pengatur tumbuh, auksin, NAA, IAA, IBA Summary Plantlets that has the shoots and the roots will have a high level adap- tation in the field. The objective of this experiment was to improve the ability of planlet in shooting and rooting so that it’s more ready for acclimatization in the field. The increased ability in shooting and rooting of the planlet were conducted by adding various types of auxin in the media. The clone AS 2K of Arabica coffee embryo which has entered the phase of the cotyledons was transfered in the treatment media containing half-MS (Murashige & Skoog)

Transcript of Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan ...iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 28 No...

82

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Arimarsetiowati & ArdiyaniPelita Perkebunan 28(2) 2012, 82-90

Naskah diterima (received) 06 juli 2012, disetujui (accepted) 23 Agustus 2012.1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia.

*) Alamat penulis (Corresponding Author) : [email protected]

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan perakarankopi arabika perbanyakan Somatik Embriogenesis

The effects of shooting and rooting of arabica coffee propagation throughembryogenesis somatic auxin uses

Rina Arimarsetiowati1*) dan Fitria Ardiyani1)

Ringkasan

Planlet hasil perbanyakan somatik embriogenesis yang sudah bertunasdan berakar akan memiliki tingkat adaptasi yang tinggi di lapang. Penelitian inibertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertunas dan berakar planlet sehinggalebih siap diaklimatisasikan di lapangan. Hal ini dilakukan dengan menambahkanberbagai jenis auksin pada media tanam. Embrio kopi Arabika klon AS 2K yangtelah memasuki fase kotiledon di subkultur dalam media perlakuan yangmengandung setengah media Murashige & Skoog (MS) baik makro dan mikro,vitamin B5, 30 gr/L gula, 100 ml/L air kelapa, 50 mg/L AgNO3 ditambah komposisiIAA, IBA dan NAA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancanganrancangan acak lengkap dengan tujuh kombinasi perlakuan yaitu 0,1 mg/L IBA;0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IBA +0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L NAA + 0,1 mg/L IAA; dan sebagai kontrol tanpapenambahan auksin IAA, IBA, NAA. Terdapat 12 ulangan dalam setiap perlakuandan setiap ulangan terdiri dari lima embrio berkotiledon. Parameter pengamatanadalah panjang akar, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter batang, dantinggi planlet. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-8 setelah embrio berkotiledonbertunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter jumlah daun dantinggi planlet, perlakuan tanpa penambahan auksin memiliki hasil terbaik daripadaplanlet dengan penambahan auksin. Penambahan berbagai auksin dankombinasinya pada parameter luas permukaan daun, panjang akar dan diameterbatang tidak memiliki pengaruh yang nyata. Media yang diuji sudah optimumuntuk pertumbuhan tunas dan akar kopi Arabika AS 2K.

Kata kunci : Coffea arabica (L.), somatik embriogenesis, zat pengatur tumbuh, auksin, NAA,IAA, IBA

Summary

Plantlets that has the shoots and the roots will have a high level adap-tation in the field. The objective of this experiment was to improve the abilityof planlet in shooting and rooting so that it’s more ready for acclimatizationin the field. The increased ability in shooting and rooting of the planlet wereconducted by adding various types of auxin in the media. The clone AS 2K ofArabica coffee embryo which has entered the phase of the cotyledons wastransfered in the treatment media containing half-MS (Murashige & Skoog)

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

83

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

macro and micro, vitamin B5, 30 g/L glucose, 100 ml/L coconut water,50 mg/L AgNO3 was added the composition of IAA, IBA and NAA. The researchwas conducted by using completly randomized design with seven combined treat-ment i.e. 0.1 mg/L IBA, 0.1 mg/L NAA, 0.1 mg/L IAA; 0 , 1 mg/L IBA + 0.1 mg/LNAA, 0.1 mg/L IBA + 0.1 mg/L IAA, 0.1 mg/L NAA + 0.1 mg/L IAA; withoutauxin. There were 12 replication in every treatments and each replicationconsisted of five cotyledonary embryos. The parameters of observation werethe root length, leaf number, leaf area meter, stem diameter, and height of plant-lets. The observations were conducted in eighth week after cotyledonary em-bryo had shoots. The results showed that in the number of leaves and hight ofplanlet parameters, the treatment without auxin was the best result comparedwith planlet with auxin addition. The addition of auxin varians and their com-bination on leaf area, root length and stem diameter parameters were not sig-nificantly different. The medium tested were an optimum for the growth of shootsand roots of AS 2K Arabica coffee.

Key words : Coffea arabica (L.), somatic embryogenenis, plant growth regulator, auxin,NAA, IAA, IBA

PENDAHULUAN

Produksi kopi yang tinggi dapat dicapaidengan ketersediaan bahan tanam yangunggul. Bahan tanam unggul dapat diperolehdengan berbagai macam metode perbanyak-an. Secara umum, kopi dapat diperbanyaksecara generatif ataupun vegetatif. Per-banyakan secara generatif dapat dilakukandengan menggunakan biji dan akan meng-hasilkan keturunan yang memiliki sifatbervariasi. Sedangkan perbanyakan secaravegetatif adalah perbanyakan tanaman yangberasal dari bagian vegetatif tanaman dan tidakdidahului dengan proses peleburan gametjantan dan betina. Perbanyakan ini akanmenghasilkan keturunan yang seragam samaseperti induknya (Mangoendidjojo, 2003).Oktaviana et al. (2003) mengatakan bahwakedua cara pembiakan tersebut masihterdapat beberapa kelemahan. Kelemahantersebut antara lain keterbatasan jumlahbahan tanam yang dihasilkan dan waktuyang lama (Tahardi et al., 1997). Gunamengatasi masalah tersebut dapat dilakukandengan teknik kultur in vitro secaraembriogenesis somatik.

Somatik embriogenesis adalah prosesdimana sel-sel somatik berkembang menjadiembrio melalui tahap-tahap morfologi yangkhas tanpa melalui fusi gamet (Toonen &Vries, 1996). Kesuksesan teknik embriogene-sis somatik dalam perbanyakan tanaman kopiArabika tidak hanya tergantung dari jumlahplanlet yang dihasilkan tetapi juga tergantungdari tingkat kelangsungan hidup planlet padasaat transfer ke pembibitan dan kondisilapang. Tunas berakar hasil perbanyakanembriogenesis somatik, tingkat adaptasinyadi lapangan pada saat aklimatisasi lebih tinggidari pada tunas tidak berakar (Rostiana &Sewita, 2007).

Beberapa faktor seperti konsentrasi haramakro dan mikro dalam media perakaran,jenis zat pengatur tumbuh yang digunakansangat mempengaruhi dalam tahap per-akaran dan pertunasan. Selain itu, konsen-trasi mineral dalam media kultur mem-pengaruhi karakteristik perakaran. Pengu-rangan setengah konsentrasi unsur haramakro dan mikro dalam media perakarandapat meningkatkan laju perakaran(Fotopoulus & Sotiropoulus, 2005).

84

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Arimarsetiowati & Ardiyani

Zat Pengatur Tumbuh (plant growthregulator) adalah senyawa organik bukannutrisi yang dalam konsentrasi rendah(<1 mM) mendorong, menghambat atausecara kualitatif mengubah pertumbuhan danperkembangan tanaman (Dewi, 2008). Duagolongan zat pengatur tumbuh yang sangatpenting adalah sitokinin dan auksin. Zatpengatur tumbuh ini mempengaruhi per-tumbuhan dan morfogenesis dalam kultur.Selain auksin dan sitokinin, giberelin danpersenyawaan lain juga dapat ditambahkandalam media tanam kultur jaringan(Gunawan, 1992). Hal ini diperkuat olehHidayat (2007) yang menyatakan bahwaauksin dan sitokinin merupakan zat penga-tur tumbuh yang dibutuhkan dalam mediakultur jaringan dan diberikan dalamkonsentrasi yang sesuai dengan pertum-buhan yang diinginkan.

Dewi (2008) menyebutkan bahwafungsi auksin antara lain mempengaruhipertambahan panjang batang, pertumbuhan,diferensiasi dan percabangan akar, perkem-bangan buah, dominansi apikal, fototropismedan geotropisme. Auksin terbagi menjadi be-berapa jenis antara lain : Indole Acetic Acid(IAA) , Indole Butyric Acid (IBA), Naph-taleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichloro-phenoxy acetic acid (2,4-D). Di alam IAAdiidentifikasikan sebagai auksin yang aktifdi dalam tumbuhan (endogenous) yangdiproduksi dalam jaringan meristematik yangaktif seperti contonya tunas, sedangkan IBAdan NAA merupakan auksin sintetis (Hoesenet al., 2000).

Hu & Wang (1983) dalam Dodds &Roberts (1995) mengatakan bahwa ke-mampuan jaringan untuk membentuk akarbergantung pada zat pengatur tumbuh (ZPT)yang ditambahkan ke dalam media, antaralain auksin. Selain jenis auksin, konsentrasiauksin juga berpengaruh pada pertumbuhantanaman dalam kultur jaringan. Auksinsintetik yang sering digunakan untuk meng-

induksi perakaran in vitro adalah NAA danIBA dalam konsentrasi rendah (Dodds &Roberts, 1995).

Berbagai jenis auksin dapat diaplikasi-kan bersama-sama atau dikombinasikandengan golongan sitokinin dan giberelin(Jenes et al., 1977 dalam Ahmed et al.,2002), tetapi untuk menginduksi perakaranakan lebih baik hanya dengan penambahansatu jenis auksin saja (George & Sherrington,1984).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laborato-rium Kultur Jaringan, Pusat Penelitian Kopidan Kakao Indonesia, Jember. Eksplan yangdigunakan berupa embrio berkotiledon kopiArabika klon AS 2K yang dihasilkan dariperbanyakan tanaman secara embriogenesissomatik. Eksplan tersebut ditanam dalammedia perlakuan yang mengandung setengahMS (Murashige & Skoog) baik makro danmikro, vitamin B5, 30 g/L gula, 100 ml/Lair kelapa, 50 mg/L AgNO3. Media tersebutdiberikan perlakuan penambahan auksin (IAA,IBA dan NAA).

Rancangan yang digunakan pada peneliti-an ini adalah rancangan acak lengkap, dengantujuh kombinasi perlakuan yaitu 0,1 mg/LIBA; 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IBA +0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L NAA + 0,1 mg/LIAA; tanpa auksin (sebagai kontrol). MenurutRostiana & Seswita (2007), IAA digunakanpada kisaran konsentrasi 0,1-10 mg/L, NAA0,05-1 mg/L, dan IBA 0,5-3 mg/L. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 12 kalidengan setiap ulangan terdiri dari limaeksplan. Pengamatan dilakukan pada umurdelapan minggu setelah embrio berkotiledonbertunas selanjutnya nilai rata-rata param-eter dianalisa dengan uji statistik ANOVA.Apabila ada perbedaan pengujian dilanjutkandengan uji jarak berganda Duncan.

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

85

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Parameter yang diamati adalah panjangakar, jumlah daun, luas permukaan daun,tinggi tanaman dan diameter batang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penambahan zat pengatur tumbuhdiduga akan berpengaruh pada pertumbuhankopi Arabika. Salah satu zat pengatur tumbuh,yaitu auksin dapat memberikan pengaruhpada pertumbuhan panjang akar kopi arabikaklon AS 2K. Himanen et al. (2002) danHusniati (2010) menyatakan bahwa auksinmemicu terjadinya pembelahan sel, sehinggadiperlukan untuk pembentukan akar. Akantetapi pada kondisi tertentu auksin juga dapatbersifat meracuni tanaman.

Berdasarkan data pada Tabel 1, terda-pat perbedaan angka pada perlakuan yangcukup besar tetapi tidak berbeda nyata yaitupada panjang akar, luas daun, dan diameterbatang. Hal ini disebabkan oleh kemampuanendogen dari setiap embrio berbeda-bedauntuk tumbuh dan berkembang. Hal inidiperkuat oleh hasil penelitian Rina

Arimarsetiowati et al. (2010) yang men-dapatkan bahwa kopi arabika memilikikeragaman yang tinggi yang ditunjukkan olehnilai koefisien keragaman (CV) yang tinggiyaitu sebesar 37%. Hal ini juga terjadi padasomatik embriogenesis tanaman sagu dengannilai koefisien keragaman (CV) yang jugatinggi pada awal kultur yaitu sebesar 40,9%(Kasi & Sumaryono, 2006).

Penambahan ketiga jenis auksin (IBA,NAA dan IAA) serta kombinasinya tidakmemberikan respon yang berbeda nyataterhadap panjang akar kopi Arabika klonAS 2K jika dibandingkan perlakuan tanpapenambahan auksin (Tabel 1). Bahkan darihasil analisis juga diketahui bahwa penam-bahan beberapa jenis auksin justrumenghasilkan akar yang lebih pendek daripada pertumbuhan akar tanpa penambahanauksin. Auksin jenis IAA pada konsentrasi0,1 mg/L menghasilkan akar terpanjangsedangkan kombinasi perlakuan auksin0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA meng-hasilkan akar terpendek. Pada konsen-trasi rendah, IAA menyebabkan peman-jangan baik pada pucuk maupun pada akar.

Tabel 1. Pengaruh jenis auksin terhadap panjang akar, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter batang dan tinggiplanlet kopi klon AS 2K

Table 1. The effect of auxin varians on the root length, the number of leaves, leaf area, the stem diameter and high ofplanlets of AS 2K coffee clone

Catatan (Notes) : Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5% (Numbers in the same colomn followed by the same letter are not significantly different according to Duncan test 5%).

Media

Medium

Panjang Akar

(mm)

The root length

(mm)

Jumlah Daun

Number

of

Leaves

Luas Daun

(mm)

Leaf Area

(mm)

Diameter Batang

(mm)

Stem

Diameter

(mm)

Tinggi Planlet

(mm)

High of Plantlets

(mm)

0,1 mg/L IBA 3.10 a 2.22 ab 13.499 a 1.42 a 8.73 cb

0,1 mg/L NAA 2.11 a 2.27 ab 20.363 a 1.57 a 9.68 b

0,1 mg/L IAA 4.31 a 2.65 ab 14.473 a 1.10 a 6.46 c

0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAA 1.31 a 2.62 ab 9.353 a 2.19 a 7.17 cb

0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L IAA 3.29 a 1.86 b 12.241 a 0.82 a 7.29 cb

0,1 mg/L NAA +0,1 mg/L IAA 3.09 a 2.42 ab 10.236 a 0.86 a 9.18 cb

Tanpa auksin (Witout auxin) 3.032 a 3.37 a 16.951 a 0.96 a 12.91 a

86

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Arimarsetiowati & Ardiyani

Jika konsentrasi IAA lebih tinggi, efeknyamenjadi berlawanan sehingga pemanjanganpucuk dan akar menjadi terhambat (Moore1989 cit. Aryantha 2004). Sedangkanmenurut Weaver (1972), IBA memilikiaktivitas auksin yang lemah, tetap beradapada daerah pemberian perlakuan dantranslokasinya lemah, sehingga bahanaktifnya akan tertahan di dekat tempataplikasinya. NAA memiliki sifat lebih beracundari IBA. Penggunaan konsentrasi yang tinggiharus dihindari karena dapat menyebabkanpelukaan pada tanaman. Dengan demikianbeberapa jenis auksin yang digunakan dapatjuga menghambat pertumbuhan panjang akar.

Fuchs (1986) mengatakan bahwapenambahan auksin dengan konsentrasitertentu tidak selalu meningkatkan pertum-buhan akar tetapi justru dapat menurunkanpertumbuhan akar. Hal tersebut berhu-bungan dengan kadar nitrogen yang ada padamasing-masing media tumbuh yang telahdikombinasikan dengan berbagai jenis auksin.Kaneda & Harada (1979) cit. Kaneda et.al.(1997) mengatakan bahwa jumlah nitrogenyang melimpah pada media kurang baikuntuk pertumbuhan akar karena asam aminoyang terbentuk dapat menghambat pem-bentukan akar.

Penambahan konsentrasi yang optimaluntuk pertumbuhan akar berbeda padamasing-masing tanaman. Hasil penelitianyang telah dilakukan pada tanaman Pelar-gonium x hortorum Bailey menunjukkanbahwa penambahan NAA pada konsentrasirendah (<1µM) menghasilkan perakaranyang kurang baik, meskipun sudah dikom-binasikan dengan benzyladenine. Jikakonsentrasi NAA yang ditambahkan semakintinggi (>1µM), pertumbuhan akar semakinbanyak (Sanago et al.,1995). Sedangkanpada tanaman Pelargonium tomentosum,penambahan IBA 0,8-1,0 mg/L menghasil-kan akar yang pendek, gemuk sertacenderung membentuk kalus. PenambahanIBA pada konsentrasi lebih rendah dari0,8 mg/L menghasilkan akar yang normal,sedangkan perakaran terbaik didapatkanpada perlakuan IBA 0,5 mg/L (Gandadi-kusumah, 2002).

Selain pertumbuhan panjang akar,auksin juga dapat berpengaruh terhadappertumbuhan daun. Daun merupakan salahsatu organ tanaman yang sangat pentingterutama untuk fotosintesis supaya tanamandapat menghasilkan makanan dan mengalamipertumbuhan yang optimum. Semakin

Gambar 1. Planlet kopi Arabika Klon AS2K pada berbagai macam auksin dan kombinasinya.

Figure 1. Planlets of AS 2K coffee clone in auxin varians and the combinations.

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

87

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

bertambah jumlah daun, ukuran panjang sertalebar daun maka semakin besar pengaruhnyaterhadap pertumbuhan tanaman (Sylvia,2009).

Salah satu fungsi auksin pada per-tumbuhan daun adalah membantu per-kembangan jaringan meristem calon daun.Respon kopi Arabika klon AS 2K pada pa-rameter jumlah daun menunjukkan adanyapengaruh penambahan berbagai jenis auksin(Tabel 1). Penambahan auksin pada eksplankopi Arabika klon AS 2K akan menghambatmunculnya daun. Hal tersebut ditunjukkandengan jumlah daun yang muncul padaeksplan tanpa perlakuan auksin lebihbanyak daripada jumlah daun yang munculpada eksplan dengan perlakuan auksin.Auksin dengan konsentrasi 0,1 mg/L akanmenghambat pembentukan daun, terutamauntuk kombinasi auksin 0,1 mg/L IBA +0,1 mg/L IAA.

Pada parameter luas permukaan daun,penambahan berbagai jenis auksin tidakmemberikan respon yang berbeda terhadapeksplan tanpa penambahan auksin. Hanya sajapenambahan NAA 0,1 mg/L dapat menye-babkan penambahan luas daun tertinggi padaeksplan kopi Arabika. Menurut Windasari(2004), pada tanaman Krisan konsentrasiNAA 0,1mg/L merupakan konsentrasi op-timum untuk pertumbuhan daun dan tinggiplanlet. Sedangkan kombinasi auksin padaperlakuan 0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAAmemberikan luas permukaan daun palingkecil.

Selain berpengaruh pada perakaran danpertumbuhan daun, penambahan auksin jugamempengaruhi pertumbuhan planlet kopiArabika klon AS 2K. Salah satu fungsi auksinyang lain adalah mempengaruhi pertambahanpanjang dan pertumbuhan batang (Dewi,2008). Penambahan berbagai jenis auksin dankombinasinya tidak memberikan respon yangberbeda terhadap eksplan tanpa penambahan

auksin pada parameter diameter batang(Tabel 1). Penambahan kombinasi auksin0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAA dapat menye-babkan diameter batang tertinggi pada eksplankopi Arabika.

Jika auksin IAA diterapkan pada apikalakhir pada stek batang, akan meningkatkansel divisi dalam kambium dan pengem-bangan proses xilem sebagai batang utuh.Penerapan auksin pada basal akhir pada stekdapat memiliki efek minimal terhadap dia-meter batang pada semua spesies (Wareinget al., 1964; Reinders-Gouwentak, 1965;Savidge & Wareing, 1981b; Little & Savidge;1987). Auksin dapat memacu perkembanganjaringan pembuluh dan mendorong pem-belahan sel pada kambium pembuluhsehingga mendukung pertumbuhan diameterbatang. Studi dengan IAA menunjukkanadanya transportasi IAA melalui sel-selkambium (Little & Savidge, 1987) dan dapatterjadi selama dormansi untuk pemeliharaankonifer (Savidge & Wareing, 1982).Pengangkutan IAA sangat penting dalampemeliharaan radial sempit, pemanjanganbentuk sel kambium dan diferensiasi keparenkim aksial (Savidge, 1983).

Pada parameter tinggi planlet, penam-bahan auksin dan kombinasi auksinmenyebabkan adanya respon yang berbedanyata dengan planlet tanpa penambahanauksin (Tabel 1). Planlet yang tumbuhpada media tanpa penambahan auksin akanlebih tinggi daripada planlet yang tumbuhpada media dengan penambahan auksin0,1 mg/L. Konsentrasi berbagai jenis auksin0,1 mg/L justru akan menghambat per-tumbuhan tinggi planlet. Penambahan0,1 mg/L NAA memberikan hasil yang cukupbagus dibandingkan penambahan auksinlainnya

Pemberian auksin dapat dikombinasi kandengan hormon lain untuk mendapatkanpertumbuhan planlet yang optimal. Sepertipada tanaman gaharu, perlakuan zat pengatur

88

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Arimarsetiowati & Ardiyani

tumbuh BAP 1.0 ppm dan IAA 0.5 ppmmerupakan konsentrasi yang optimum danterbaik dalam menghasilkan jumlah planletdan panjang planlet (Anggraeni, 2011).Sedangkan pada tanaman tembakau,keseimbangan antara auksin dan sitokinindapat mengatur pertumbuhan tunas dan kaluspada kultur in vitro. Auksin dan sitokininberperan dalam pertumbuhan tunas. Olehkarena itu untuk mendapatkan hasil kulturjaringan tembakau yang optimal diperlukankombinasi komposisi ZPT berupa hormonauksin dan sitokinin yang tepat (Ali, 2007).

KESIMPULAN

Media yang diuji sudah optimum untukpertumbuhan tunas dan akar kopi ArabikaAS 2K. Penambahan berbagai jenis auksinsintetik 0,1 mg/L dan kombinasi tidakmemperbaiki kinerja pertumbuhan planlet.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, E. E; G.Y.D. Bisztray & I. Velich (2002).Plant regeneration from seedling ex-plants of common bean (Phaseolusvulgaris L.). Proceedings of the 7thHungarian Congress on Plant Physio-logy. Szent Istvan University ofBudapest. Budapest, Hungary, 115-123.

Ali, G. (2007). Callus Induction and in vitroComplete Plant Regeneation of ifferentCultivars of Tobacco (NicotianaTabaccum L. ) on media of DifferentHormonal Consentration. Biotechnol-ogy, 6, 561-566.

Anggraeni, F. (2011). Induksi Tunas TanamanGaharu (Aquilaria malaccencis Lamk)dengan Menggunakan Kombinasi ZatPengatur Tumbuh BAP dan IAAsecara In Vitro. Skripsi. UniversitasSumatra Utara. Sumatra Utara.

Aryantha, I.N.P.; D.P. Lestari & N.P.D.Pangesti (2004). Potensi Isolat BakteriPenghasil IAA dalam PeningkatanPertumbuhan Kecambah Kacang Hijaupada Kondisi Hidroponik. JurnalMikrobiologi Indonesia, 9, 43-46.

Arimarsetiowati, R.; C. Ismayadi & Priyono(2010). Heterogeneous characteristicsduring the development of Coffeaarabica somatic embryos. Proceedingof the 23th International Conferenceon Coffee Science. Association forScience and Information on Coffee(ASIC), 785-788.

Dewi, I.R. (2008). Peranan dan FungsiFitohormon bagi Pertumbuhan Tana-man. Skripsi. Fakultas Pertanian. Uni-versitas Padjajaran. Bandung.

Dodds, H.J. & L.W. Roberts (1995). Experimentsin Plant Tissue Culture. CambridgeUniversity Press. 255.

Fotopoulos, S. & T.E. Sotiropoulos (2005). In

vitro rooting of PR 204/84 rootstock

(Prunus persica x P. Amygdalus) as

influenced by mineral concentration of

the culture medium and exposure to

darkness for a period. Agronomy Re-

search, 3, 3-8.

Fuchs. H.W.M. (1986). Root regeneration of

rose plants as influenced by applied

auxins. Acta Horticulture 189. Agri-

cultural University. Department of

Horticulture. Netherlands.

Gandadikusumah, V.G. (2002). Induksi Per-

akaran Tanaman Pepaya (Carica

papaya L.) Hasil Persilangan Pepaya

Bangkok dengan Pepaya Hawaii

Secara in vitro dengan Media

Perlakuan MS dan IBA. Skripsi. Uni-

versitas Sebelas Maret. 58.

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

89

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

George, E.F. & P.D. Sherrington (1984). PlantPropagation by Tissue Culture.Exegetics Limited. England. 284 - 330.

Gunawan, L.W. (1992). Teknik Kultur Jaringan.Bogor, Pusat Antar UniversitasBioteknologi Institut Pertanian Bogor.245p.

Hidayat (2007). Induksi Pertumbuhan EksplanEndosperm Ulin dengan IAA dan Ki-netin. Agritop, 26, 147-152.

Himanen, K.; E. Boucheron; S. Vannesse; J. deAlmeida-Engler; D. Inze & T. Beeckman(2002). Auxin-mediated cell cycle acti-vation during early root initiation. PlantCell. 14, 2339-2352.

Hoesen; D.; S. Hazar; Priyono & H. Sumarnie(2000). Peranan zat pengatur tumbuhIBA, NAA, dan IAA pada per-banyakan Amarilis Merah (Amaryl-lidaceae). Prosiding Seminar HariCinta Puspa dan Satwa Nasional. LabTreub Balitbang Botani PuslitbangBiologi, LIPI Bogor.

Husniati, K. (2010). Pengaruh Media Tanamdan Konsentrasi Auksin terhadap Per-tumbuhan Stek Basal Daun MahkotaTanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr) cv. Queen. Sripsi. Program StudiPemuliaan Tanaman dan TeknologiBenih. Fakultas Pertanian. InstitutPertanian Bogor.

Kaneda, Y.; Y. Tabei; S. Nishimura; K. Harada;T. Akihama & K. Kitamura (1997) Com-bination of thiadizuron and basal me-dia with low salt concentration in-creases the frequency of shoot orga-nogenesis in soybean (Glicine max (L.)Merr.). Plant Cell Report, 17, 8-12.

KasiASI, P. D & Sumaryono (2006). Keragamanmorfologi selama perkembangan embrio

somatik sagu (Metroxylon sagu Rottb.).Menara Perkebunan, 74, 44-52.

Little, C.H.A. & R.A. Savidge (1987). Therole of plant growth regulators in for-est tree cambial growth. Plant GrowthRegulation, 6, 137-169.

Mangoendidjojo, W. (2003). Dasar-dasarPemuliaan Tanaman. Kanisius.Yogyakarta. 184.

Oktaviana, F.; Siswanto; A. Budiani &Sudarsono (2003). Embriogenesissomatik langsung dan regenerasiplanlet kopi arabika (Coffea arabica)dari berbagai eksplan. MenaraPerkebunan, 71, 44-55.

Reinders-Gouwentak, C. (1965). Physiology ofthe cambium and other secondary mer-istems of the shoot. In: W. Ruhland(ed) Encyclopedia of Plant Physiol-ogy. Springer-Verlag, Berlin, 15, 1076-1105.

Rostiana, O. & D. Seswita (2007). PengaruhIndole Butyric Acid dan NaphtaleineAcetic Acid Terhadap InduksiPerakaran Tunas Piretrum (Chrysan-themum cinerariifolium (Trevir.)Vis.)Klon Prau 6 Secara In Vitro. BuletinPenelitian Tanaman Obat danAromatik, 17, 39-48.

Sanago, H.M.M; S. J. Murch; T.Y. Slimmon;S. K. Raj & P. K. Saxena (1995). Mor-phoregulatory role of thidiazuron :Morphogenesis of root outgrowths inthidiazuron-treated geranium (Pelar-gonium x hortorum Bailey). Plant CellReports, 2, 205-211.

Savidge, R.A. & P.F. Wareing (198 lb). Plantgrowth regulators and the differentia-tion of vascular elements. In: J.R.Bamett (ed) Xylem Cell Development.

90

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

Arimarsetiowati & Ardiyani

Castle House Publications. TunbridgeWells, England, 192-235.

Savidge, R.A. & P.F. Wareing (1982). Apparentauxin production and transport duringwinter in the non-growing pine tree.Canadian Journal of Botany, 60, 68-691.

Savidge, R.A. (1983). The role of plant hor-mones in higher plant cellular differ-entiation. II Experiments with the vas-cular cambium, and sclereid and tra-cheid differentiation in the pine, Pinusconrorta. Histochemical Journal, 15,447-466.

Sylvia, I. (2009). Pengaruh IBA dan NAAterhadap stek Aglonema Var. DonnaCarmen dengan perendaman. Skripsi.Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Tahardi; J.S. Sumaryono & N. Mardiana (1997).Initiation and maintenance of embryo-genic suspension culture of tea(Camellia sinensis L.). MenaraPerkebunan, 65, 1-8.

Thimann, K.V. (1969). The Auxins. p. 20-22.In: M. B. Wilkins (ed). The Physiol-ogy of Plant Growth and Development.

Tata Mc. Graw-Hill Publ. Co. Ltd.New Delhi.

Toonen, M.A.J. & S.C. de Vries (1996). Ini-tiation of Somatic Embryos from SingleCells. p. 173-177. In: Wang, T.L. &A. Cuming (ed.). Embryogenesis thegeneration of plant. Bios ScientificPublishers Limited. Oxford.

Wareing, P.F.; C.E.A. Hanney & J. Digby(1964). The role of endogenous hormonesin cambial activity and xylem differ-entiation. p. 323-345. In: M.H.Zimmerman (ed) The Formation ofWood in Forest Trees. Academic Press,New York.

Weaver, J.R. (1972). Plant Growth in Agri-culture. University of California. SanFrasisco. 594 p.

Windasari, A. (2004). Pengaruh KombinasiAuksin dan Sitokinin pada Per-banyakan Tanaman Krisan Pot(Chrysanthemum morifolium) varietasDelano red secara In Vitro. Skripsi.Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. IPB. Bogor.

**********.