PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN, SURAT …repository.umrah.ac.id/1936/1/TESSA PUTRI...
Transcript of PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN, SURAT …repository.umrah.ac.id/1936/1/TESSA PUTRI...
1
PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN, SURAT
PAKSA DAN JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA TANJUNGPINANG
n 2
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH),
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penagihan Pajak dengan surat
teguran, surat paksa dan jumlah wajib pajak terdaftar terhadap penerimaan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tanjungpinang. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh langsung dari KPP Pratama Tanjungpinang dalam bentuk
laporan kinerja bagian penagihan, laporan penerimaan pajak dan data terkait lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama
Tanjungpinang dengan observasi 3 tahun (2014-2016). Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi berganda dengan SPSS versi 21.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa surat teguran, surat paksa dan jumlah wajib pajak terdaftar tidak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak, baik secara parsial maupun simultan
Kata kunci : Surat teguran, Surat Paksa, Jumlah Wajib Pajak Terdaftar, Penerimaan
Pajak.
2
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang melaksanakan kegiatan
pembangunan. Salah satu kegiatan pembangunan yang dilakukan adalah
pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung
secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara
adil, makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan dana.
Dana ini salah satunya berasal dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat
mencapai keberhasilan pembangunan. Penerimaan dari sector pajak ternyata salah
satu sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa
penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan
negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan merupakan primadona dalam
membiayai pembangunan nasional. Peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di
bidang perpajakan perlu diungkapkan dengan mendorong kesadaran dan pemahaman
bahwa pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional
serta merupakan salah satu kewajiban kenegaraan sehingga setiap anggota
masyarakat wajib berperan aktif dalam melaksanakan sendiri kewajiban
perpajakannya karena pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah
satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Sedangkan pemerintah dan
aparatur pajak hanya berkewajiban membina, meneliti, mengawasi dan memeriksa
proses pembayaran yang telah ditetapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan jumlah wajib pajak terdaftar
terhadap penerimaan pajak di kantor pelayanan pajak (KPP) pratama Tanjungpinang
baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan
jumlah wajib pajak terdaftar terhadap penerimaan pajak.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Pajak
Pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban kenegaraan yang
merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiyaan negara dan pembangunan
nasional. Dalam hal ini pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
menjalankan roda pemrintahan demi menjamin kelangsungan hidup serta
meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-
undang 1945 yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta dalam melaksanakan ketertiban
dunia. Fungsi-fungsi pajak yaitu sebagai penerimaan dan sebagai alat untuk mengatur
kebijakan di bidang social dan ekonomi.
3
Penagihan Pajak
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan
akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayarkan hutang pajaknya. Hal ini merupakan posisi strategis dalam
meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak sehingga tindakan penagihan
pajak tersebut dapat menyelamatkan penerimaan pajak yang tertunda.
Kegiatan penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam menyelamatkan
penerimaan Negara yang tertunda, oleh sebab itu seksi penagihan merupakan seksi
produksi yang paling dibanggakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam
pelaksanaannya penagihan pajak haruslah dilindaskan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, sehingga mempunyai kekuatan hukum baik bagi Wajib Pajak
maupun apatur pajaknya.
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang
no.19 tahun 2009 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini
mulai berlaku tanggal 23 Mei 2009. Undang-undang ini kemudian diubah dengan
Undang-undang no.19 tahun 2011 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012.
Kegiatan penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan (seksi penagihan)
di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penagihan pajak adalah
tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau juru sita pajak kepada
penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh
utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak
adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak atau fiskus karena Wajib
Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai
pembayaran pajak dengan melaksanakan pengiriman surat peringatan, surat teguran,
penyitaan dan pelelangan.
Surat Teguran
Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh KPP untuk menegur atau
memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Variabel surat teguran yang diterbitkan dilihat dari banyaknya jumlah surat teguran
yang diterbitkan.
Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh KPP dan dilakukan
oleh juru sita untuk memaksa Wajib Pajak melunasi utang pajak dalam jangka waktu
tertentu. Penagihan pajak dengan surat paksa, dalam hal ini dilihat dari jumlah surat
paksa yang diterbitkan.
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar
Wajib Pajak Terdaftar adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang
terdaftar dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Dalam rangka meningkatkan
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh dan Pengamanan penerimaan pajak serta
4
Surat Paksa (X2)
tindak lanjut dari Rencana Strategis 2008-2012 dan Kontrak Kinerja Direktorat
Jenderal Pajak tahun 2009, telah ditetapkan target secara nasional penyampaian SPT
Tahunan PPh terhadap Wajib Pajak Terdaftar untuk Tahun 2009 sebesar 45%.
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh surat teguran terhadap penerimaan pajak
Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan Pasal
1 angka 10 (UU Penagihan Pajak) adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat pajak
untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang
pajaknya. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan
apabila penanggung pajak tidak melunasi uutang pajaknya sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran.
Sesuai pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No.561/KMK04/2000 bahwa
tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan surat teguran, surat peringatan
atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa pejabat setelah 7 hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran. Penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain
yang sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan
pelaksanaanya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa.
Surat teguran merpuakan surat peringatan awal kepada wajib pajakyang jatuh tempo
untuk segera melunasi kewajiban perpajakannya atau utang pajaknya. Jadi semakin
tinggi penerbitan surat teguran, maka akan meningkatkan penerimaan tunggakan
pajak yang akan berimbas pada meningkatnya penerimaan pajak. Berdasarkan uraian
di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga surat teguran berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Surat Teguran (X1)
Jumlah Wajib Pajak
Terdaftar (X3)
H1
Penerimaan Pajak
(Y)
H2
H3
H4
5
Pengaruh surat paksa terhadap penerimaan pajak.
Surat paksa memiliki kekuatan eksekutorial serta memberi kedudukan hukum
yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian, surat paksa langsung dapat
dilaksanakan tanpa bantuan putusan pengadilan. Tujuan diterbitkannya surat paksa
sebagaimana pengertian dicantumkan dalam undang-undang adalah untuk menagih
utang pajak. Setelah diterbitkan surat paksa, diharapkan penanggung pajak segera
melunasi utang pajaknya. Jika kepada wajib pajak yang telah diterbitkan surat paksa
belum juga melunasi utang pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam, maka akan dilakukan
penyitaan. Biasanya wajib pajak akan merasa takut, sehingga mereka akan melunasi
tunggakan pajaknya baik secara langsung maupun angsuran yang tentunya akan
mempengaruuhi pencairan tunggakan pajak.
Penerimaan tunggakan pajak dengan surat paksa pada umumnya mengalami
pengingkatan baik dari jumlah lembar surat paksa maupun jumlah nominal yang
tertera dalam surat paksa (Novian, 2015). Jadi semakin tinggi penerbitan surat paksa,
maka akan meningkatkan penerimaan tunggakan pajak yang akan berimbas pada
meningkatnya penerimaan pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang
terbentuk adalah sebagai berikut :
H2 : Diduga surat paksa berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Pengaruh jumlah wajib pajak terdaftar terhadap penerimaan pajak.
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan,
pembinaan/ penyuluhan, dan penerapan sanksi pajak. Pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk meminimalisir
kelalaian Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya.
Wajib Pajak efektif baik orang pribadi maupun badan mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP serta melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kewajiban
perpajakan berupa kewajiban menghitung, membayar dan melaporkan Pajak
Penghasilan yang terutang. Semakin banyak jumlah Wajib Pajak terdaftar maka akan
semakin menambah penerimaan Pajak Penghasilan. Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H3 : Diduga jumlah wajib pajak terdaftar berpengaruh terhadap penerimaan
pajak.
6
Pengaruh surat teguran, surat paksa, surat sita dan jumlah wajib pajak
terdaftar terhadap penerimaan pajak.
Berdasarkan teori, penjelasan hubungan antara variabel dan pengembangan
hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H4 : Diduga surat teguran, surat paksa, dan jumlah wajib pajak terdaftar
berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Tanjungpinang. Tempat penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa baik
data maupun informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh serta relevan dengan pokok
permasalahan yang menjadi objek pokok penelitian.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
penekanan pada pengujian empiris melalui pengukuran variabel-variabel penelitian
dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Peneliti menggunakan analisis
statistik deskriptif untuk menguji dan memberikan gambaran bagaimana pengaruh
surat teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak.
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah seluruh penerimaan pajak yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Tanjungpinang. Metode yang digunakan untuk penentuan
sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:85). Sampel
yang diambil oleh peneliti adalah penerimaan pajak selama 3 tahun terakhir (2014-
2016) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjungpinang. Cara pemilihan sampel
y ng g n n p n l l p po v mpl ng y “p ngambilan sampel
secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Syarat sampel
yaitu sebagai berikut.
1. Data penerimaan pajak wajib pajak tersedia
2. memiliki data lengkap dan pernah dikirimi surat teguran
3. pernah dikirimi surat paksa dan surat sita
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Dengan bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif, uji
7
asumsi klasik (uji normalitas, multikoliniearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas),
dan uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien determinasi). Metode ini digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Dalam
penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan jumlah wajib pajak terdaftar
terhadap penerimaan pajak dikantor pelayanan pajak (KPP) Tanjungpinang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, (Ghozali,
2013:19).
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali (2013:164)
untuk menguji normalitas residual adalah dengan menggunakan uji non parametrik
kolmogorov-smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dibuat dengan melihat
signifikansi di atas 0,05 berarti data berdistribusi normal.
Tabel Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 28 Normal Parameters
a,b Mean .0000000
Std. Deviation .37427089 Most Extreme Differences Absolute .246
Positive .246 Negative -.124
Test Statistic .246 Asymp. Sig. (2-tailed) .000
c
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Surat teguran yang terbit
36 0 909 161.36 203.265
Surat paksa yang terbit
35 0 405 94.54 125.555
Wajib pajak terdaftar
36 218 756 427.22 124.637
Penerimaan pajak
36 31904357997 161839341219 62354073555.33 29141401110.945
Valid N (listwise) 35
8
b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Adapun hasil pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat
dilihat pada bahwa nilai signifikansi (Asym. Sig 2-tailed) sebesar 0.000. karena
signifikansi kurang dari 0.05 maka residual terdistribusi tidak normal. Dalam hal ini,
peneliti sudah melakukan langkah Log dan Ln, akan tetapi data masih berdistribusi
tidak normal
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,
2013:105).
Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant) 26.552 1.819 14.599 .000 Ln_x1 -.021 .050 -.088 -.426 .674 .928 1.078
Ln_x2 .020 .047 .085 .419 .679 .954 1.048
Ln_x3 -.289 .309 -.189 -.935 .359 .967 1.034
a. Dependent Variable: Ln_Y
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa dapat disimpulkan masing - masing variabel independen yaitu surat teguran,
surat paksa, wajib pajak terdaftar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai
tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di bawah 10 yang
berarti model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Untuk melihat ada atau tidaknya gejala
autokorelasi ini maka dapat dilakukan uji Durbin-Watson. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi dengan melihat Durbin-Watson berada
diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ D ≤ +2 (S nyo o 2011:91).
9
Tabel Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .227a .051 -.067 .39697 1.399
a. Predictors: (Constant), Ln_x3, Ln_x2, Ln_x1 b. Dependent Variable: Ln_Y
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test menunjukkan nilai 1,399 , atau
berada diantara angka -2 sampai dengan +2. Hal ini menunjukkan bahwa pada model
regresi tidak terdapat autokorelasi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik tidak mengandung heteroskedastisitas.
Berdasarkan gambar grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
10
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95.0% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta
Lower Bound Upper Bound
1 (Constant)
26.552 1.819
14.599 .000 22.798 30.306
Ln_x1 -.021 .050 -.088 -.426 .674 -.125 .082
Ln_x2 .020 .047 .085 .419 .679 -.077 .116
Ln_x3 -.289 .309 -.189 -.935 .359 -.926 .349
Berdasarkan tabel di atas, adapun persamaan regresi berganda dari data di dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 26.552 – 0.021X1 + 0.020X2 – 0.289X3 = e
Dari persamaan regresi linier berganda di atas tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Konstanta (a)
Nilai konstanta (a) sebesar 26.552 artinya apabila variabel surat teguran (X1),
surat paksa (X2) dan jumlah wajib pajak terdaftar (X3) konstan bernilai 0, maka
penerimaan pajak (Y) adalah 26.552 %.
2. Nilai koefisien regresi variabel surat teguran (X1) sebesar -0.021. Nilai X1 yang
negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara varibel
penerimaan pajak dengan surat teguran, yang artinya jika surat teguran
mengalami peningkatan sebesar 1% maka tidak terjadi peningkatan penerimaan
pajak sebesar 0.021% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
3. Nilai koefisien regresi variabel surat paksa (X2) sebesar 0.020. Nilai X2 yang
positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara varibel penerimaan
pajak dengan surat teguran, yang artinya jika surat paksa mengalami peningkatan
sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan penerimaan pajak sebesar 0.020%
dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
4. Nilai koefisien regresi variabel jumlah wajib pajak terdaftar (X3) sebesar -0.289.
Nilai X3 yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah
antara varibel penerimaan pajak dengan jumlah wajib pajak terdaftar, yang
artinya jika jumlah wajib pajak terdafar mengalami peningkatan sebesar 1%
maka tidak terjadi peningkatan penerimaan pajak sebesar 0.021% dengan asumsi
bahwa variabel bebas lainnya konstan.
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Uji signifikansi simultan (uji-f) digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.
11
Jika nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05, H0 ditolak, jika nilai Fhitung < Ftabel
dan nilai signifikan > 0,05, H0 diterima (Ghozali, 2013:98).
Tabel Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .205 3 .068 .433 .731b
Residual 3.782 24 .158 Total 3.987 27
a. Dependent Variable: Ln_Y b. Predictors: (Constant), Ln_x3, Ln_x2, Ln_x1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi hasil uji F adalah 0.731,
yang mana lebih besar dari 0.05, disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel
independen yaitu surat teguran, surat paksa dan wajib pajak terdaftar tidak
mempengaruhi variabel dependen (penerimaan pajak) di dalam penelitian ini.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan menentukan taraf
signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau - Thitung < - Ttabel dan nilai sig < 0,05
maka hipotesis akan diterima sedangkan jika Thitung < Ttabel atau - Thitung > - Ttabel dan
nilai sig > 0,05 maka hipotesis akan ditolak atau tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:99).
Tabel Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95.0% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant)
26.552 1.819
14.599 .000 22.798 30.306
Ln_x1 -.021 .050 -.088 -.426 .674 -.125 .082
Ln_x2 .020 .047 .085 .419 .679 -.077 .116
Ln_x3 -.289 .309 -.189 -.935 .359 -.926 .349
Dari data tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengaruh surat teguran terhadap penerimaan pajak.
Variabel surat teguran memiliki nilai signifikansi 0.674 yang lebih besar dari
0.05, ini berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwan
variabel independen yang berupa surat teguran tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
12
rendahnya tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran menunjukkan
adanya kelemahan dalam sistem penegakan hukum di DJP. Banyaknya
permasalahan yang timbul baik dari pihak DJP maupun pihak wajib pajak
mengakibatkan kegiatan penagihan pajak tidak efektif atau tidak mencapai sasaran
yang diharapkan (Paseleng et al, 203).
H1 : Surat teguran tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
2. Pengaruh surat paksa terhadap penerimaan pajak.
Variabel surat paksa memiliki nilai signifikansi 0.679 yang lebih besar dari
0.05, ini berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwan
variabel independen yang berupa surat paksa tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ketika KPP Tanjungpinang mengeluarkan surat paksa, belum tentu akan
meningkatkan penerimaan pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2013), bila surat paksa yang diterbitkan bertambah maka
penerimaan pajak penghasilan akan menurun dan sebaliknya, jika surat paksa yang
diterbitkan berkurang maka penerimaan pajak penghasilan akan bertambah. Hal ini
dapat disebabkan karena saat diterbitkan surat paksa, wajib pajak tidak diketahui
keberadaannya. Sebab lainnya adalah usaha sudah tidak lagi beroperasi/ dilikuidasi
atau Wajib Pajak tidak memiliki aset untuk disita sehingga pajak yang terutang
tidak dapat ditagih oleh Juru Sita.
H2 : Surat paksa tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
3. Pengaruh wajib pajak terdaftar terhadap penerimaan pajak.
Variabel wajib pajak terdaftar memiliki nilai signifikansi 0.359 yang lebih
besar dari 0.05, ini berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa variabel independen yang berupa wajib pajak terdaftar tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak. Bila wajib pajak terdaftar
semakin banyak maka penerimaan pajak semakin sedikit, ini dimungkinkan karena
banyak wajib pajak yang mendaftar hanya untuk mendapatkan NPWP dan tidak
mengerti prosedur pelaporan pajak sehingga berpengaruh pada penerimaan pajak.
H3 : Wajib pajak terdaftar tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) dalam
penelitian ini adalah -0.067 atau sebesar -6.7%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh surat teguran terhadap penerimaan pajak.
Variabel surat teguran memiliki nilai signifikansi 0.674 yang lebih besar dari 0.05, ini
berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwan variabel
independen yang berupa surat teguran tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerimaan pajak. Hal ini dimungkinkan terjadi karena rendahnya tingkat
efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran menunjukkan adanya kelemahan
dalam sistem penegakan hukum di DJP. Banyaknya permasalahan yang timbul baik
dari pihak DJP maupun pihak wajib pajak mengakibatkan kegiatan penagihan pajak
tidak efektif atau tidak mencapai sasaran yang diharapkan (Paseleng et al, 203).
Pengaruh surat paksa terhadap penerimaan pajak.
Variabel surat paksa memiliki nilai signifikansi 0.679 yang lebih besar dari 0.05, ini
berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwan variabel
independen yang berupa surat paksa tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerimaan pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika KPP
Tanjungpinang mengeluarkan surat paksa, belum tentu akan meningkatkan
penerimaan pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Fitriani (2013), bila surat paksa yang diterbitkan bertambah maka penerimaan pajak
penghasilan akan menurun dan sebaliknya, jika surat paksa yang diterbitkan
berkurang maka penerimaan pajak penghasilan akan bertambah. Hal ini dapat
disebabkan karena saat diterbitkan surat paksa, wajib pajak tidak diketahui
keberadaannya. Sebab lainnya adalah usaha sudah tidak lagi beroperasi/ dilikuidasi
atau Wajib Pajak tidak memiliki aset untuk disita sehingga pajak yang terutang tidak
dapat ditagih oleh Juru Sita.
Pengaruh wajib pajak terdaftar terhadap penerimaan pajak.
Variabel wajib pajak terdaftar memiliki nilai signifikansi 0.359 yang lebih besar dari
0.05, ini berarti Hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .227a .051 -.067 .39697 1.399
a. Predictors: (Constant), Ln_x3, Ln_x2, Ln_x1
b. Dependent Variable: Ln_Y
14
independen yang berupa wajib pajak terdaftar tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak. Bila wajib pajak terdaftar semakin banyak
maka penerimaan pajak semakin sedikit, ini dimungkinkan karena banyak wajib
pajak yang mendaftar hanya untuk mendapatkan NPWP dan tidak mengerti prosedur
pelaporan pajak sehingga berpengaruh pada penerimaan pajak.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Tanjungpinang. Tempat penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa baik
data maupun informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh serta relevan dengan pokok
permasalahan yang menjadi objek pokok penelitian.
Dalam penelitian ini, variabel adalah penerimaan pajak selama 3 tahun terakhir
(2014-2016) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjungpinang. Cara pemilihan
mp l y ng g n n p n l l p po v mpl ng y “p ng mb l n
sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Syarat
sampel yaitu sebagai berikut.
1. Data penerimaan pajak wajib pajak tersedia
2. memiliki data lengkap dan pernah dikirimi surat teguran
3. pernah dikirimi surat paksa dan surat sita
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka berikut adalah kesimpulan yang
diberikan :
1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda memberikan
bukti empiris bahwa variabel independen surat teguran tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan pajak di kantor Pelayanan Pajak
Tanjungpinang.
2. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda memberikan
bukti empiris bahwa variabel independen surat paksa tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan pajak di kantor Pelayanan Pajak
Tanjungpinang.
3. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda memberikan
bukti empiris bahwa variabel independen wajib pajak terdaftar tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di kantor Pelayanan Pajak
Tanjungpinang.
4. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda memberikan
bukti empiris bahwa variabel independen surat teguran, surat paksa dan wajib
pajak terdaftar tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
penerimaan pajak di kantor Pelayanan Pajak Tanjungpinang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Memasukkan variabel tambahan seperti surat sita.
2. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andi Marduati. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat
Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Makassar Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Hasanuddin.
Anggraeni et al. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Semarang
tengah satu. Diponerogo journal of social and politic.
Erwis, Nana Adriana. 2012. Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan
surat paksa terhadap penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak
pratama Makassar Selatan. SKRIPSI. Universitas Hasanudin.
Fitriani, Nanik. 2013. Pengaruh jumlah wajib pajak terdaftar dan penerbitan surat
paksa terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Bantul.
Jurnal Akuntansi Vol 1 No 2.
Gunardi. 2002. Ketentuan Pajak Penghasilan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Heryanto, Marisa dan Agus Arianto. 2013. Pengaruh kesadaran wajib pajak,
kegiatan sosialisasi perpajakan dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan
pajak penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax and Accounting
review. Vol 1 No 1 2013.
Hidayat, Taufik. 2016. Pengaruh Penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan (Periode 2013 – 2015). Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Kardianti et al. 2017. Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Kuala Tungkal. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini Vol 8 No. 02.
Kurniasari, Putri dan Suharyono. 2016. Efektivitas penagihan pajak dengan surat
teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama di
Balik Papan. Jurnal Ekonomi dan keuangan vol.13.
Majid, Olvi dan Lintje Kalangi. 2015. Efektivitas penagihan pajak dengan surat
teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP
Pratama Bitung. Jurnal EMBA Vol.3 No.4.
16
Marjunianto, Achmad. 2015. Pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan
surat paksa terhadap penerimaan pencairan tunggakan pajak. SKRIPSI.
Universitas Mercu Buana.
Meiliawati, Anastasia dan Waluyo. 2013. Pengaruh pemeriksaan dan penagihan
pajak terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Kosambi. Ultima
Accounting. Vol 5 No.1 Juni 2013.
Paseleng et al. 2013. Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Manado. Jurnal
EMBA Vol 1 No.4
R. Saupadang, Fadmawati. 2012. Pengaruh Penagihan pajak dengan surat paksa
terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Makassar Utara.
Rusdji. 2005. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat
. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat
Saputra, Novan. 2015. Pengaruh surat penerbitan dan surat paksa terhadap
penerimaan pajak (Studi kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).
SKRIPSI. Universitas Widyatama.
Sari, Ratna Puspita dan Adang. 2013. Pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa
terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok.
Suandy, Erly. 2005. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat
Wijoyanti, Mayang. 2010. Pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap
kepatuhan waji pajak di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan.
SKRIPSI. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.