PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAMrepository.iainbengkulu.ac.id/3903/1/TESSA AYU...

89
PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS DI PAUD AR-RAHIM KELURAHAN SIMPANG TIGA KABUPATEN KAUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: TESSA AYU LONIKA NIM : 1416253026 PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2019

Transcript of PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAMrepository.iainbengkulu.ac.id/3903/1/TESSA AYU...

  • 1

    PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAM

    MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS

    DI PAUD AR-RAHIM KELURAHAN SIMPANG TIGA

    KABUPATEN KAUR

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri

    Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Oleh:

    TESSA AYU LONIKA

    NIM : 1416253026

    PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

    FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

    TAHUN 2019

  • 2

    KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

    FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171

    NOTA PEMBIMBING

    Hal : Skripsi Sdri. Tessa Ayu Lonika

    NIM : 1416253026

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu

    Di Bengkulu

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya,

    maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdri.

    Nama : Tessa Ayu Lonika

    NIM : 1416253026

    Judul : Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam Meningkatkan

    Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan

    Simpang Tiga Kabupaten Kaur.

    Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah skripsi guna

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang ilmu Tarbiyah. Demikian,

    atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

    Wassalamu,alaikum Wr. Wb.

    Bengkulu, 15 Agustus 2019

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003

  • 3

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

    FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

    Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171

    PENGESAHAN PEMBIMBING

    Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam

    Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan

    Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika dengan

    NIM. 1416253026 program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

    telah dikoreksi dan revisi oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, sehingga dapat

    dilanjutkan untuk Sidang Munaqosyah.

    Bengkulu, 15 Agustus 2019

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003

  • 4

    KEMENTERIAN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

    FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171

    PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

    Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam

    Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan

    Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika telah

    dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Tadris

    IAIN Bengkulu pada hari Selasa, tanggal 30 Juli 2019 dan dinyatakan memenuhi

    syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia

    Dini (PIAUD).

    Ketua

    Dr. Husnul Bahri, M.Pd :

    NIP. 196209051990021001 ___________________________

    Sekretaris

    Ahmad Syarifin, M. Ag :

    NIP. 198006162015031003 ___________________________

    Penguji I

    Dr. Buyung Surahman, M.Pd :

    NIP. 196110151984031002 ___________________________

    Penguji II

    Fatrica Syafri, M.Pd.I :

    NIP. 198510202011012011 ___________________________

    Bengkulu, 19 Agustus 2019

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris

    Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd

    NIP. 196903081996031005

  • 5

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    1. Mak dan Bak (Asmayati dan Saklan), Makcik dan Bakcik (Ernaini dan

    Bidin), serta Nenekku tersayang (Sulikmena). Tetesan air mata yang

    senantiasa mengiringi setiap untaian bait doa-doamu, cucuran keringat yang

    selalu mengiringi setiap usaha dan jerih payah kalian demi keberhasilan ku, ,

    dengan iringnan do’a dan rasa syukur dengan segala kerendahan hati

    kupersembahkan setitik keberhasilan ini untuk kalian.

    2. Buat Adik-adikku (Puspita ningsih, Eliza tri wahyuni, Jefri delon putra

    rahmadan, Nopidiansyah, Rafa meylan wijaya, Elvera julita, dan Sapia putrid

    aprilia), yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    3. Untuk sahabat dan teman seperjuanganku, Nina miftahul hairi harahap,

    Silaturahmi, Tiara emiliza, Sulastri, Eliya nopita sari, Vera daniarti, Melta

    nurmala sari, Ayu Amelia pransiska yang selalu memberikan masukan,

    dukungan, dan motivasi untuk penyelesaian skripsiku.

    4. Almamater IAIN BENGKULU.

  • 6

    MOTTO

    “Jika salah, perbaiki.. Jika gagal, coba lagi..”

    “Di saat kehidupan membuat dirimu kecewa, cobalah ingat alasan sederhana

    yang mampu membuat dirimu bahagia”

    (by. Tessa Ayu Lonika)

  • 7

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama : Tessa Ayu Lonika

    NIM : 1416253026

    Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

    Fakultas : Tarbiyah dan Tadris

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan

    Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik

    Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur” adalah

    asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang

    lain. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi

    maka saya siap dikenakan sanksi akademik.

    Bengkulu, Juli 2019

    Penulis

    Tessa Ayu Lonika

    NIM: 141 625 3026

  • 8

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah

    SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Permainan Kolase Kertas

    dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim

    Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.” Shalawat dan salam semoga tetap

    senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita, Rasulullah

    Muhammad saw.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,

    motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin. M., M.Ag., MH. selaku Rektor IAIN Bengkulu.

    2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.

    3. Ibu Nurlaili, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

    4. Ibu fatrica Syafri, M.Pd.I, selaku ka. Prodi PIAUD

    5. Bapak Dr. Husnul Bahri, M.Pd, selaku Pembimbing I skripsi, atas arahan dan

    saran perbaikan skripsi ini

    6. Ibu Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat. selaku Pembimbing II skripsi, yang selalu

    membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Kepala Perpustakaan IAIN Bengkulu beserta staf yang telah memfasilitasi

    penulis dalam pembuatan skripsi.

    8. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, terkhusus dosen-dosen

    yang telah mengajar dan memberikan penulis ilmu pengetahuan.

  • 9

    9. Kepala Sekolah dan Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kaur

    Utara Kabupaten Kaur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

    melaksanakan penelitian.

    Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

    kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga

    skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

    Bengkulu, Juli 2019

    Penulis,

    Tessa Ayu Lonika NIM : 1416253026

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    NOTA PEMBIMBING ................................................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. iii

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iv

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... v

    MOTTO ......................................................................................................... vi

    PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    ABSTRAK ..................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

    C. Batasan Masalah ........................................................................ 6

    D. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

    E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

    F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

    BAB II : LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori ............................................................................... 9

    1. Permainan Kolase Kertas ...................................................... 9

    2. Motorik Halus ....................................................................... 21

    B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 31

    C. Kerangka Pikir ........................................................................... 32

  • 11

    BAB III : METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian .......................................................................... 34

    B. Setting Penelitian ....................................................................... 35

    C. Subjek Penelitian ....................................................................... 35

    D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 36

    E. Prosedur Tindakan ..................................................................... 38

    F. Teknik Analisis Data ................................................................. 41

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Wilayah Penelitian ..................................................... 42

    B. Data Penelitian ........................................................................... 43

    1. Pra Siklus .............................................................................. 43

    2. Siklus I .................................................................................. 45

    3. Siklus II ................................................................................. 52

    4. Siklus III ................................................................................ 58

    5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal ........................... 64

    C. Pembahasan ............................................................................... 65

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................ 69

    B. Saran-saran ................................................................................. 69

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 12

    ABSTRAK

    Tessa Ayu Lonika, Juli, 2019, Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam

    Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang

    Tiga Kabupaten Kaur. Skripsi: Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

    (PIAUD), Fakultas Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu. Pembimbing: 1. Dr.

    Husnul Bahri, M.Pd, 2. Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat.

    Kata Kunci: Permainan Kolase Kertas, Keterampilan Motorik Halus.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan di PAUD Ar-Rahim

    Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur pada anak usia 4-6 tahun, penulis

    menemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia dini lebih banyak

    melakukan permainan yang lebih tradisional seperti bermain kelereng, lempar

    batu, bermain lompat tali dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui penerapan permainan kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan

    motorik halus anak usia dini di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga

    Kabupaten Kaur.

    Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian ini merupakan

    penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada

    tindakan apa saja yang dilakukan guru secara langsung untuk meningkatkan

    kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas. Adapun teknik pengumpulan data

    yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar observasi, wawancara dan

    dokumentasi.

    Hasil penelitian dari data pengamatan yang telah diperoleh bahwa

    kemampuan bahasa anak dalam setiap siklus mengalami perkembangan. Hal ini

    dapat diketahui nilai rata-rata skor pada Pra Siklus yaitu 35,5 dengan ketuntasan

    belajar klasikal anak sebesar 21,43%. Pada Siklus I meningkat menjadi nilai

    rata-rata skor yaitu 39,71 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar

    42,86%. Siklus II juga meningkat dengan nilai rata-rata skor yaitu 45,02

    ketuntasan belajar klasikal 64,29%. Terakhir, pada Siklus III nilai rata-rata skor

    anak yaitu 49,17 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 92,86%.

    Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal anak dengan menerapkan permainan

    kolase, anak diajak belajar dengan bermain, juga berkelompok dan bekerja sama,

    sehingga anak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran, artinya

    pembelajaran dengan menggunakan permainan memberikan kepada anak motivasi

    dan keberanian serta peran aktif anak sebelum, saat, dan sesudah pembelajaran.

  • 13

    DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

    Halaman

    Gambar 2.1 Alat dan Bahan Membuat Kolase ............................................... 16

    Gambar 2.2 Gambar Kupu-kupu yang Diprint ............................................... 17

    Gambar 2.3 Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas ................ 17

    Gambar 2.4 Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami ................ 17

    Gambar 2.5 Hasil dari Kolase ........................................................................ 18

    Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 33

    Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins ...................................... 39

    Grafik 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Pra Siklus ........... 44

    Gambar 4.2 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Benderaku .................. 48

    Grafik 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus I ............... 51

    Gambar 4.4 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Kupu-kupu .................. 54

    Grafik 4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus II .............. 57

    Gambar 4.6 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Buah Strawberry ......... 60

    Grafik 4.7 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus III ............. 63

    Grafik 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ..... 65

  • 14

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak ..........

    Anak dengan Menerapkan Boneka Tangan .................................... 37

    Tabel 4.1 Data Anak PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ............................... 43

    Tabel 4.2 Data Guru PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ................................ 43

    Tabel 4.3 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada

    Pra Siklus ......................................................................................... 44

    Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus I ............................ 49

    Tabel 4.5 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus I ... 50

    Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus II ........................... 55

    Tabel 4.7 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus II . 56

    Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus III .................................. 61

    Tabel 4.9 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus III 62

    Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ........................... 64

  • 15

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. SK Pembimbing.

    2. Kartu Bimbingan Skripsi.

    3. Surat Izin Penelitian dari Kampus IAIN Bengkulu.

    4. Surat Selesai Penelitian dari PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga

    Kabupaten Kaur.

    5. RPPH Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.

    6. Lembar Penilaian Daftar Checklist Anak.

    7. Catatan Anekdot.

    8. Foto-foto Penelitian.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

    proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

    selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. pada masa ini

    proses dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa

    yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.

    Anak merupakan sumber utama aset bangsa karena merekalah yang

    kelak menjadi pelaku utama di dunia ini, oleh karena itu sebagai generasi

    penerus mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang optimal

    yang harus dilakukan sejak lahirnya, bahkan diberikan perlakuan yang terbaik

    sejak dalam kandungan sang ibu.

    Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

    penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke

    arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan

    kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

    spiritual), sosioemosional (sikap dan perlaku serta beragama), bahasa dan

    komunikasi, sesuai dengan ke unikan dan tahap-tahap perkembangan yang di

    lalui oleh anak usia dini.

    Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (early

    childhood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun, 11 bulan.

    1

  • 2

    Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan

    orangtua atau keluarga, namun masa anak ini, ditandai dengan kemandirian,

    kemampuan kontrol diri (self-control) dan hasrat untuk memperluas

    pergaulan dengan anak-anak yang sebaya. Pergaulan yang makin luas ini

    akan mengurangi kelekatan emosi (attachment) dengan orang tua,

    mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, karena dalam pergaulan

    itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin

    terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses

    pembuatan kompromi, adaptasi norma-norma sosial yang baru.

    Masa anak-anak awal, masih ditandai dengan kegiatan bermain baik

    bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya.

    Bahkan tak dipungkiri, kegiatan bermain ini tetap dibawah sampai masa

    remaja maupun dewasa. Hanya karakteristik permainan tiap fase

    perkembangan berbeda-beda. Hal yang penting permainan pada masa anak-

    anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian, bermain juga

    berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.1

    Bermain menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembeajaran anak

    usia dini. Melalui bermain seorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang

    belum ia ketahui sebelumnya. selain itu bermain dapat pula menstimulasi

    berbagai perkembangan anak, seperti fisik-motorik, sosial-emosional, dan

    seni. Melalui bermain pula kreativitas anak akan terbangun dan berkembang

    dengan maksimal.

    1AgoesDariyo,PsikologiPerkembanganAnak3TahunPertama(Bandung:Refika Aditama,200

    7),h. 38-39.

  • 3

    Bermain adalah serangkaian kegiatan atau aktivitasanak untuk

    bersenang-senang. Apapun kegiatannya, selama itu terdapat unsur

    kesenangan atau kebahagiaan anak usia dini maka bisa disebut

    bermain.2Perkembangan merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam

    struktur dan fungsi tubuh yang bersifat lebih kompleks dengan pola yang

    teratur dan dapat diramalkan hal ini merupakan hasil dari proses pematangan.

    Peristiwa perkembangan ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis

    seperti kemampuan gerak/fisik motorik.

    Perkembangan fisik motorik akan mempengaruhi kehidupan anak

    baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan

    fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak, meliputi perkembangan

    badan, otot kasar dan otot halus yang selanjutnya lebih disebut dengan

    motorik kasar dan motorik halus.Motorik halus merupakan bagian-bagian

    tubuh tertentu atau bagian otot-otot kecil yang tidak memerlukan tenaga

    untuk mengembangkannya, namun motorik halus ini merupakan koordinasi

    yang cermat. Melalui latihan-latihan yang tepat gerakan halus ini dapat

    ditingkatkan dalam hal kecepatan, keluwesan, dan kecermatan, sehingga

    secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan

    gerakan-gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya. Motorik halus

    dapat dikembangkan melalui kolase kertas.3Motorik halus berfungsi untuk

    melakukan gerakan yang lebih spesifik dan relatif lebih halus, seperti

    2Fadllillah,Bermain dan Permainan Anak Usia Dini(Jakarta:Kencana,2017),h. 6.

    3Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang dan Kompetensi Pendidikan Anak Usia

    Dini(Bengkulu: Vanda, 2016), h. 14.

  • 4

    menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali

    sepatu, menyusun buku dan lain-lain.

    Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri

    sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada

    hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Ini berarti bermain bukanlah kegiatan

    yang dilakukan demi menyenangkan yang lain, tetapi karena semata-mata

    karena keinginan diri sendiri. Oleh karena itu bermain itu menyenangkan dan

    dilakukan dengan cara-cara menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam

    bermain anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting

    daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel karena anak dapat

    membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru atau berbeda

    dari sebelumnya. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat

    dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek

    positif karena membuat pemainya tersenyum dan tetawa karena menikmati

    apa yang mereka lakukan. Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa,

    situasi, interaksi, dan aksi. Bermain mengacu pada aktivitas seperti berlaku

    pura-pura dengan benda sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain

    berkaitan dengantiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif,

    dan orientasi tujuan. Lebih lanjut, anak-anak mengatakan bahwa bermain

    bersifat mana suka, sedangkan bekerja tidak demikian. Bermain dilakukan

    karena ingin dan bekerja dilakukan karena harus. Bermain berkaitan dengan

    kata “dapat” dan bekerja berkaitan dengan kata “harus”. Bagi anak-anak,

    bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin, bukan karena harus

  • 5

    memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Bermain tidak memerlukan

    konsentrasi penuh, tidak memerlukan pemikiran yang rumit. Sebaliknya,

    bekerja menuntut konsentrasi yang penuh, harus belajar, dan menggunakan

    pikiran secara tercurah. Anak juga memandang bermain sebagai kegiatan

    yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan

    bermain kapan pun mereka mau dan sebaliknya, bekerja memiliki target,

    harus diselesaikan, dan tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bagi mereka,

    bermain dan kebutuhan, sedangkan bekerja adalah sebuah

    keharusan.4Bermain juga dapat di artikan sebagai kegiatan yang di lakukan

    demi kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut

    dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.5

    Anak-anak menyatakan bahwa bermain dan bekerja tergantung pada

    niat. Kegiatan dikelas seperti menulis, mengeja,membaca,atau bisa juga

    bermain kolaseacara rutin pagi hari adalah bekerja karena aktivitas itu

    “harus” dilakukan karena anak-anak berniat untuk menyelesaikan tugas.

    Sebaiknya, permainan dapat dilakukan sekehendak anak.

    Kolase kertas merupakan komposisi artistik yang dibuat dari berbagai

    bahan baik kain perca, kertas maupun kayu. Pada anak-anak kolase

    difokuskan pada kolase kertas, yakni komposisi arsitek dua dimensi dari

    kertas dan biji-bijian.

    Pada saat penulis melakukan observasi pada tanggal 20 Mei 2018 di

    PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaurpada anak usia 4-

    4Tadkiroatun Musfiroh, dkk, Bermain dan Permainan Anak (TangerangSelatan: Universitas

    Terbuka, 2016), h. 15-16. 5Elizabeth B. Hurlokck, Perkembangan Anak ; Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 319.

  • 6

    6 tahun, penulismenemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia

    dini lebih banyak melakukan permainan yang lebih tradisional seperti

    bermain kelereng, lempar batu,bermain lompat tali dan lain-lain.

    Berangkat dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

    melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul Penerapan

    Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik

    Halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah

    diatas sebagai berikut:

    1. Masih jarangnya penerapan kegiatan kolase kertas terhadap motorik halus.

    2. Kurangnya keinginan anak untuk mencoba dan memecahkan masalah

    mengenai kolase kertas.

    3. Lebih banyak melakukan permainan tradisonal seperti bermain

    batu,kelereng, dan bermain karet.

    C. Batasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis memberikan batasan

    masalah sebagai berikut:

    1. Anak usia dini yang penulis jadikan subjek penelitian adalah anak usia 4

    sampai 6 tahun.

    2. Penggunaan kolase kertas dalam pembelajaran untuk meningkatkan

    keterampilan motorik halus anak.

  • 7

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan yaitu apakah penerapan permainan kolase kertas dapat

    meningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan

    Simpang Tiga Kabupaten Kaur?

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan permainan

    kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus aPAUD Ar-

    Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi:

    1. Anak Usia Dini

    a. Menumbuhkan keterampilan anak melalui media kolase kertas.

    b. Dapat mengembangkan kreatifitas anak melalui belajar dan bermain

    dengan media kolase kertas.

    c. Anak dapat mengenal dan menyebut bentuk-bentuk gambar dengan

    mudah.

    d. Motorik halus anak berjalan dengan baik.

    2. Masyarakat

    a. Agar masyarakat mengetahui keterampilan yang dimiliki anaknya.

    b. Untuk mengetahui keterampilan anaknya melalui bermain.

  • 8

    3. Peneliti

    a. Mengembangkan wawasan peneliti dalam meningkatkan keterampilan

    motorik halus anak.

    b. Sebagai referensi penelitian-penelitian sejenis.

    c. Memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya.

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Permainan Kolase Kertas

    a. Permainan Anak Usia Dini

    Dunia anak adalah dunia bermain, oleh karena itu para ahli

    menawarkan konsep belajar sambil bermain dan bermain sambilbelajar.

    Dengan memadukan antara keduanya, maka esensi belajar tetap ada

    dalam permainan anak, dan anak juga tidak diasingkan dari dunia

    bermainnya. Bermain mempunyai manfaat bagi perkembangan fisik

    atau motorik, perkembangan kognitif, perkembangan afektif, serta

    perkembangan sosial emosional anak.6Banyak manfaat bermain bagi

    perkembangan anak, seperti: anak menguasai berbagai konsep dasar di

    dalam pembelajaran, mengembangkan kreativitas anak, memberikan

    pengalaman kepada anak untuk bereksplorasi, memberi kepuasan

    kepada anak untuk menciptakan sesuatu.7Fungsi bermain, antara lain:

    1) Dapat mengembangkan kekuatan dan penyesuaiannya melalui gerak,

    melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena

    ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja

    tubuhnya;

    6Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Kalimedia, 2016),

    h. 97. 7Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Teras, 2010), h.42

    9

  • 10

    2) Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri

    pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif

    karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang

    lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat

    dari sisi orang lain;

    3) Dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga dengan

    bermain anak melakukan percobaan terhadap yang ada dilingkungan

    sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; serta

    4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri

    karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan,

    belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga

    anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.8

    Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang

    secara khusus untuk kepentingan pendidikan, juga alat permainan yang

    secara optimal mampu merangsang dan menarik minat anak sekaligus

    mampu mengembangkan berbagai potensi anak dan dimanfaatkan

    dalam berbagai aktivitas.9 Alat permainan edukatif yang dipilih dan

    digunakan dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

    1) Alat permainan disiapkan sesuai dengan tujuan dan fungsi

    penggunaan sarana tersebut.

    2) Dapat memberi pengertian atau penkelasan suatu konsep tertentu.

    8Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan

    Jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h. 36-37. 9Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 128.

  • 11

    3) Dapat mendorong kreatifitas anak serta memberi kesempatan pada

    anak untuk bereksperimen dan bereksploitasi.

    4) Alat permainan harus memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian,

    dan kejelasan.

    5) Alat permainan harus aman, tidak membahayakan bagi anak.

    6) Dapat digunakan secara individual, kelompok, atau klasikal.

    7) Alat permainan hendaknya menarik, menyenangkan dan tidak

    membosankan.

    8) Alat permainan hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam

    bentuk, warna, dan rapih dalam pembuatannya.

    9) Alat permainan harus mudah digunakan oleh guru maupun anak.10

    b. Kolase dan Awal Perkembangannya

    Dalam kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan dan

    mencari nilai keindahan. Aktivitas seni, termasuk menghias, adalah

    salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan akan keindahan atau nilai

    estesis yang diharapkan tersebut. Aktivitas menghias suatu benda yang

    bertujuan menambahkan nilai estesisnya dengan cara menempelkan

    sesuatu atau berbagai bahan tertentu di permukaan benda tersebut,

    konon merupakan jenis kriya tertua yang diciptakan manusia. Menurut

    para ahli, kegiatan ini diperkirakan bermula di Venice, Italia, kira-kira

    pada abad 17 ketika kota Venice menjadi yang tedepan dalam hal

    10

    Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 129-130.

  • 12

    percetakan di Eropa. Sejak saat itu, seni kolase berkembang pesat di

    Prancis, Inggris, Jerman, dan kota-kota lain di Eropa.

    Dalam perkembangannya, kolase secara kreatif dimanfaatkan

    sebagai unsur estesis yang personal dalam sebuah karya lukis, baik

    dipadukan dengan cat ataupun murni kolase. Kolase menjadi media

    yang digemari oleh kalangan seniman dunia. Pablo Picasso, Georges

    Braque, dan Max Ersnt terkenal dengan karya-karya lukis mereka yang

    memanfaatkan kolase kertas, kain, dan berbagai media lainnya.

    Pablo Ruiz Y Picasso dilahirkan tahun 1881 di kota Malaga,

    Spanyol. Picasso merupakan seorang seniman yang teramat produktif.

    Selama hidupnya, ia telah menciptakan sekitar 20.000 – 50.000 karya

    seni selama kurang lebih 75 tahun. Berbagai jenis karya seni rupa

    dikuasainya, dan seni kolase adalah salah satu jenis karya yang

    digemarinya. Kolase karya Picasso menggunakanj berbagai jenis bahan.

    Bahan yang dipakai berupa karton bekas, kertas bekas, serta bahan-

    bahan lainnya yang terpadu menjadi satu kesatuan karya. Bahan-bahan

    tersebut digunting lalu disusun menjadi sebuah komposisi yang

    menarik.

    Georges Braque adalah seniman besar Prancis yang terkenal

    sebagai pelukis dan pematung. Dia, bersama Pablo Picasso,

    mengembangkan sebuah gaya seni yang dikenal sebagai aliran

    Kubisme. Selain lukisan, Braque juga aktif menciptakan gaya seni

    tempel. Dia menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sebuah

  • 13

    karya kolase, termasuk kertas yang dipotong-potong lalu

    dikomposisikan di atas permukaan bidang datar.

    Max Ernst (2 April 1891 - 1 April 1976) adalah seorang

    seniman berkebangsaan jerman yang dikenal sebagai pelukis,

    pematung, desainer grafis,, dan penyair. Dia adalah seorang seniman

    yang produktif dan pelopor utama gerakan Dadaisme dan Surealisme.

    Dari sekian banyak karya seni yang dibuatnya, Max Ersnt juga terkenal

    dengan karya lukisnya yang memakai teknik kolase.

    Henri Mattise juga merupakan seorang seniman yang giat

    berkreasi dengan kolase. Dia mulai menggunakan teknik ini ketika jari-

    jari tangannya terserang arthritis hingga tidak mampu lagi melukis

    dengan teknik sebelumnya. Ketika Mattise beralih ke kolase, dia

    memotong-motong kertas warna menjadi berbagai bentuk dalam ukuran

    yang besar sehingga tercipta mural kertas yang indah.

    Selain beberapa tokoh tersebut, seniman besar lain yang terkenal

    dengan kolasenya adalah Kurt Schwitters. Kurt Schwitters merupakan

    seorang pelukis kelahiran Hanover, Jerman, pada 20 Juni 1887. Selain

    sebagai seniman lukis, puisi, patung, desai grafis, tipografi, dan apa

    yang kemudian dikenal sebagai seni instalasi, Schwitters juga sangat

    terkenal dengan karya-karya kolasenya. Sebagian besar karya kolasenya

    koheren dengan dunia di sekitarnya. Dia menggunakan fragmen benda-

    benda yang ditemukannya dan membuat sindiran cerdas untuk suatu

    peristiwa aktual.

  • 14

    c. Pengertian Kolase

    Kata kolase, yang dalam bahasa inggris disebut ‘collage’,

    berasal dari kata ‘coller’ dalam bahasa Perancis, yang berarti ‘merekat’.

    Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik seni menempel

    berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan

    lain sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau

    teknik lainnya. Kolase adalah sebuah teknik menempel berbagai macam

    unsur kedalam suatu prem sehingga menghasilkan karya seni yang

    baru. Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat

    dengan cara menempelkan bahan apa saja kedalam suatu komposisi

    yang serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya. Kata kunci yang

    menjadi esensi dari kolase adalah “menempel atau merekatkan” bahan

    apa saja yang serasi. Karya kolase bisa berwujud sebuah karya,

    misalnya lukisan yang menambahkan unsur tempelan sebagai elemen

    estesis.11

    Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kolase adalah

    Komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu)

    yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya

    seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-

    macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan

    dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan

    mewakili ungkapan perasaan stetis orang yang membuatnya. Sehingga

    11

    Syakir Muharrar, dkk,Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana(Jakarta:

    Erlangga,2013), h. 8-13.

  • 15

    dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dirangkum

    (dikolaborasikan) sehingga menjadi karyaseni rupa dua dimensi, dapat

    digolongkan/dijadikan bahan kolase.12

    Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kolase adalah

    sebuah kegiatan seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan

    apa saja sehingga menjadi suatu karya.

    d. Bahan, Peralatan dan Langkah-langkah Pembuatan Kolase

    Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di PAUD tentu

    akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada umumnya. Tetapi

    dalam prinsip pembuatannya dan prinsip kerjanya, baik untuk kolase

    pada PAUD maupun pada umumnya sama.

    Pembuatan kolase di PAUD dapat menggunakan bahan,seperti

    kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua,

    potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet dan

    manik-manik.13

    Pada umumnya, alat-alat yang digunakan untuk membuat kolase

    berbahan sederhana, yaitu:

    1) Alat potong: gunting,

    2) Lem kertas,

    3) Kertas gambar, dan

    4) Pensil dan penggaris (jika diperlukan).14

    12

    Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak (Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2010),

    h.5.4. 13

    Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak, h.5.4. 14

    Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase(Yogyakarta: Indopublika, 2017), h. 12-13.

  • 16

    Gambar 2.1

    Alat dan Bahan membuat Kolase

    Adapun langkah-langkah untuk membuat kolase pada saat

    pembelajaran PAUD:

    1) Buat gambar yang ingin dijadikan kolase;

    2) Gambar pola sesuai dengan pola yang diinginkan;

    3) Potong pola yang telah digambar menggunakan gunting;

    4) Rencanakan penempelan pada gambar yang telah dibuat;

    5) Oleskan pada gambar yang akan ditempeli kertas.

    6) Tempelkan guntingan-guntingan kertas pada kertas.15

    Langkah-langkah untuk membuat kolase dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Siapkan gambar yang akan ditempeli kertas origami.

    15

    Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.

  • 17

    Gambar 2.2

    Gambar Kupu-kupu yang Diprint

    2) Gunting kertas origami dan tempelkan lem kertas di bawahnya.

    Gambar 2.3

    Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas

    3) Tempeli potongan kertas origami ke gambar yang telah disiapkan.

    Gambar 2.4

    Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami

  • 18

    4) Gambar yang telah ditempel menjadi kolase.

    Gambar 2.5

    Hasil dari Kolase

    e. Manfaat Kolase

    Adapun manfaat dari kolase untuk anak usia dini, ialah sebagai

    berikut:

    1) Menstimulus kemampuan motorik halus anak;

    2) Dapat meningkatkan kreativitas anak;

    3) Dapat melatih konsentrasi anak;

    4) Dapat mengenal warna dan kosa kata;

    5) Anak dapat mengenal bentuk geometrid dan yang bukan geometris;

    6) Melatih anak untuk menyelesaikan masalah lewat permainan kolase

    7) Mengasah kecerdasan spasial anak;

    8) Melatih ketekunan pada anak;

    9) Meningkatkan kepercayaan diri pada anak.16

    16

    Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.

  • 19

    f. Hubungan Motorik Halus dengan Kolase

    Hubungan keduanya sangat terkait, melalui kolase dapat

    menggerakan jari-jemari dalam kegiatan menempel potongan kolase

    pada pola gambar, selain itu mengkoordinasikan mata dan tangan.

    Dalam kesehariannya, gerakan motorik halus dapat ditemui saat buah

    hati melakukan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek

    dengan menggunakan jari tangannya misalnya menyusun puzzel,

    memegang gunting, memegang sendok saat makan, atau memegang

    pensil. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus buah hati

    suadah berkembang bahkan hampir sempurna. Oleh karena itu mereka

    sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

    mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, atau tubuh

    secara bersamaan hal ini dapat dilihat ketika buah hati menulis atau

    menggambar.17

    g. Pembelajaran dengan TeknikKolase

    Pembelajaranadalahprosesintraksipesertadidikdenganpendidi

    k dansumberbelajarpadasuatulingkunganbelajar.Sedangkan

    pengertian metode pembelajaran PAUD menurut kamus bahasa

    Indonesia adalah cara yang diatur dan terpikirbaik-baik untuk

    mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk

    memudahkanpelaksaaansuatukegiatangunamencapaitujuanyangditen

    tukan. Secara sederhana dapat juga diartikan sebagai cara yang

    17

    Lerin Chritine, Permainan untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Buah

    Hati (Jakarta: Trasn Media, 2009), h. 2.

  • 20

    sistematis dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

    pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran menggunakan teknik

    kolasedengan mediaberbahan kertas

    dilakukandenganberbagaimetodeantaralain:

    1) MetodePemberianTugasdalamPembelajaranKolase

    Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak,semata-

    mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan

    kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan

    membangun motivasi anak, bukan untuk melatih hasilnya. Oleh

    karena itusebaiknya dihindari

    pemberiantugasyangbersifatmemaksa,mendikte,membatasikreativ

    itas

    anakterusmenerusdalammembentukpekerjaanrumahatautugas-

    tugas lain yang membuat anak merasa tertekan, terpaksa bahkan

    membuat anak bosan sampai tngkat frustasi. Sebainya berikan

    tugas-tugas yang

    dapatmeingkatkankreativitasanak,meningkatkanimajinasianak,me

    latih

    motorikhalusanak,membuatanaklebihbergairah,bersemangat,mera

    sa

    senang,nyaman,menumbuhkanrasapercayadiri,meningkatkanmoti

    vasi belajar dan tugas-tugas yang membuat anak merasa nyaman

  • 21

    dan aman ketika belajar di PAUD. Dengan demikian tugas yang

    diberikan dapatmendorong anak untuk lebih tertarik dan betah

    berada dilembaga PAUD. Bentuk kegiatang yang digunakan

    dalam metode pemberian tugas yaitu: mengganbar bebas,

    mewarnai, meronce, menggunting dan sebagainya.

    2) MetodeDiskusi

    Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana

    siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa penyataan

    atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan

    dipecahkan bersama.

    Metodeinidapatmeransangkreativitasanakdidikdalambentukid

    e, gagasan dan tebosan baru dalam memecahkan masala,

    mengembangkansikapmenghargaioranglain,memperluaspengetah

    uan, membina anak untuk terbiasa musyawarah dalam

    memecahkan masalah.

    2. Motorik Halus

    a. Perkembangan anak Usia Dini

    Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses

    pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, para ahli menyebut

    masa usia 0-6 tahundengangolden age (masa keemasan) yaitu masa

    dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dan

    masa ini juga anak-anak selalu diwarnai keberhasilan untuk

    mempelajari banyak hal. Apabila anak pada usia ini terus diberikan

  • 22

    stimulasi, maka perkembangan jaringan otaknya akan terus tersambung.

    Setiap rangsangan dan stimulasi yang diterima oleh anak akan

    menyambungkan dan memperkuat jaringan sel-sel otak yang telah

    ada.18

    Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada

    anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik,

    perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial.

    Perkembangan yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di

    usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan middle childhood

    usia 6-11 tahun).19

    Pada masa golden age anak membutuhkan banyak

    stimulasi yaitu dari orang tua atau dari para pendidik di sekolahnya.

    Ada berbagai macam keterampilan dasar yang harus dikembangkan,

    meliputi bahasa, sosial emosional, kognitif, moral, fisik atau motorik,

    seni dan kreativitas. Keterampilan motorik meliputi motorik kasar dan

    motorik halus.20

    Dalam keterampilan dasar fisik motorik pada anak usia dini

    terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan fisik motorik kasar dan motorik

    halus. Motorik kasar yaitu mencakup gerakan tubuh secara

    terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan

    mengikuti aturan.Sedangkan motorik halus mencakup keterampilan dan

    18

    Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),h.30-

    31. 19

    Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter(Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 6. 20

    Yuliani dan Bambang, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak (Jakarta: Indeks,

    2010), h. 26.

  • 23

    kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan

    mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.21

    Untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki

    oleh anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Apalagi dunia

    pendidikan anak usia dini merupakan sebuah dunia yang tidak terlepas

    dari bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Permainan

    merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan berbagai

    keterampilan anak, baik dari segi kognitif, afektif, maupun

    psikomotorik sesuai dengan tahap usianya. Permainan yang menarik

    dapat dijadikan media bagi anak untuk belajar banyak hal.Dalam tahap

    perkembangan usia kelompok A (4-5 Tahun) dengan pemberian

    stimulasi yang optimal, maka seharusnya ada banyak keterampilan

    motorik halus yang sudah bisa anak lakukan seperti memasukkan

    mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan

    gerakan yang lebih rumit dengan baik, memasang dan melepas kancing

    baju, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni.22

    b. Pengertian Motorik Halus

    Motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan

    gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik unsur-unsur

    yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu

    melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”

    artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan saling menunjang, saling

    21

    Permendikbud RI Nomor 137 Tahun 2014, Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

    Usia Dini, h. 11. 22

    Setiadi, Pedoman Penyelenggaraan PAUD (Jakarta : Bee Media Pustaka, 2016), h. 8

  • 24

    melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris

    tang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot,

    rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang

    pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampul

    menggerak-gerakan tubuhnya.23

    Keterampilan motorik halus adalah

    pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari dan

    tangan yang sering membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dan

    tangan, keterampilan yang mencakup bermanfaat dengan alat-alat untuk

    bekerja dan objek yang kecil untuk pengontrolan terhadap mesin

    misalnya, menjahit dan mengetik.Keterampilan motorik halus meliputi

    menggambar, menulis, dan mengikat tali sepatu dan aktifitas yang

    melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil.24

    Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

    motorik halus adalah keterampilan yang berpengaruh terhadap kesiapan

    anak dalam menulis (pengembangan bahasa), melatih koordinasi antara

    mata dan tangan yang dianjurkan dalam waktu yang cukup meskipun

    penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai dan juga

    kemampuan daya lihat.

    c. Tujuan dan Fungsi Motorik Halus

    Tujuan dan fungsi pengembangan motorik halus anak usia 4-6

    tahun adalah:

    23

    Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 31. 24

    Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 47.

  • 25

    1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang

    berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

    2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan

    gerak jari-jemari seperti persiapan menulis, menggambar dan

    memanipulasi benda-benda.

    3) Mampu mengkoordinasi indra mata dan tangan.

    4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

    d. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus

    Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu

    menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik

    dan pengembangan lainya. Terdapat dua hal yang seyogyanya tidak di

    lupakan yaitu:

    1) Pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan

    pengembangan daya pikir dan daya cipta anak.

    2) Bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan

    tanpa kesempatan menjelajahi lingkungan anak akan kurang tumbuh

    secara optimal.

    Fokus pendidikan di Taman Kanak-kanak pada umumnya

    adalah sebagai berikut:

    1) Belajar melalui Bermain. Kegiatan belajar melalui bermain

    merupakan hal yang amat sesuai dengan kesenangan anak.

    2) Belajar melalui Observasi. Anak menyukai hal yang baru, merasuk

    hati, karena itu pula ia gemar mengamati segala sesuatu yang

  • 26

    terdapat di sekitarnya atau hal yang dilihatnya dari buku dan

    rekaman bunyi, serta rekaman gambar.

    3) Belajar melalui Eksplorasi. Anak tidak dapat berdiam diri, mereka

    ingin mencoba-coba, mengutak atik yang ada di sekitarnya.

    4) Belajar melalui Imitasi. Anak gemar meniru prilaku orang di

    sekitarnya atau dari tontonan, bahkan menirukan berbagai bunyi, dan

    suara yang didengarnya.

    5) Belajar melalui Seni dan gerak Anak.25

    Adapun karakteristik pembelajaran di PAUD dalam bermain dan

    permainan anak sebagai berikut:

    1) Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan

    perlengkapan serta dengan manusia.

    2) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan

    kemampuan anak.

    3) Anak belajar paling baik belajar dari teman sebayanya.

    4) Anak belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya.

    5) Kebutuhan anak dalam pembelajaran.

    6) Kematangan anak.

    7) Anak-anak belajar dengan kecepatan yang tidak sama walaupun

    usianya sama.

    8) Anak belajar mengikuti gaya belajarnya masing-masing.26

    25

    Widya Pekerti, dkk, Metode Pengembangan Seni (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010),

    h.1.44-1.45. 26

    Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini atau Raudhatul Athfal (Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4.

  • 27

    e. Perkembangan Motorik Halus

    Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan

    berkembangnya keterampilan motorik, sekitar usia tiga tahun, anak

    sudah dapat berjalan dengan baik dan sekitar usia empat tahun anak

    hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Gambaran tingkat

    pencapaian perkembangan motorik anak usia dini sesuai dengan

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58

    Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:27

    Tabel 2.1

    Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

    Usia Motorik Kasar Motorik Halus

    4-5 tahun 1. Menari mengikuti gerakan-

    gerakan binatang, pohon

    tertiup angin, pesawat terbang,

    dan sebagainya.

    2. Melakukan gerakan

    menggantung (bergelayut).

    1. Mengkoordinasikan jari-jari

    tangan dengan mata dalam

    melakukan gerakan yang lebih

    rumit dengan baik.

    2. Memasang dan melepas kancing

    baju.

    3. Mengekspresikan diri melalui

    kegiatan seni (menggambar,

    melukis, menari, dan lainnya).

    4. Membuat suatu bentuk dengan

    lilin atau tanah liat.

    5-6 tahun 1. Melakukan koordinasi gerakan

    kaki-tangan-kepala dalam

    meniru tarian atau senam.

    2. Meniti balok titian.

    3. Terampil menggunakan

    tangan kanan dan kiri.

    1. Menggambar dan menulis.

    2. Menggunting.

    3. Menempel gambar dengan tepat.

    4. Menyimpulkan tali sepatu.

    5. Menyikat gigi tanpa bantuan.

    27

    Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD(Yogyakarta: Gava Media, 2016), h. 111.

  • 28

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

    perkembangan motorik halus merupakan salah satu perkembangan yang

    sangat penting bagi kehidupan anak. Perkembangan motorik merupakan

    suatu perkembangan gerak yang menggunakan otot dengan

    mengkoordinasikan geak mata dan tangan. Melalui latihan-latihan yang

    tepat, gerak motorik kasar dan halus dapat ditingkatkan dalam hal

    kecepatan, keluwesan, dan kecermatan. Sehingga secara bertahap anak

    akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan-gerakan yang

    diperlukan guna penyesuaian dirinya.

    f. Cara-cara Mengembangkan Motorik Halus

    Cara untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yaitu: 1)

    meronce, 2) melipat, 3) menggunting, 4) mengikat, 5) membentuk, 6)

    menempel, 7) menyusun, 8) menulis awal. Dari beberapa cara di atas

    melipat, menggunting dan membentuk adalah cara yang tepat di

    gunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan

    motorik halus pada anak.28

    g. Perkembangan Keterampilan-keterampilan Motorik Halus

    1) Keterampilan-keterampilan motorik halus melibatkan otot kecil yang

    memungkinkan fungsi-fungsi seperti menggenggam dan

    memanipulasi objek-objek kecil.

    28

    Kassim Achmad, Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (Jakarta: Dewa Kesenian

    Jakarta, 1981), h. 10.

  • 29

    2) Fungsi-fungsi seperti menulis, menggambar, dan mengenakan

    pakain bergantung pada keterampilan-keterampilan motorik halus

    kita.

    3) Kemampuan bayi untuk meraih dan memanipulasi objek

    berkembang pesat pada tahun pertama usianya.

    4) Meraih dan menggenggam secara sengaja pada usia tiga bulan,

    sebelum ini bayi menyambar objek dalam bidang pengelihatannya

    secara tak terkoordinasi, kerap tidak berhasil dan jarang dapat

    meraih objek yang dilihatnya tersebut.

    5) Munculnya tindakan meraih dan menggenggam menandai

    pencapaian signifikan dalam kemampuan bayi untuk berinteraksi

    dengan lingkungannya.

    6) Meski kaku dan mirip cengkraman, namun genggaman ini

    meningkat kemampuan untuk melakukan eksplorasi objek melalui

    perabaan.

    7) Secara bertahap diperoleh keahlian yang lebih tinggi dalam

    memanipulasi objek, sehingga pada akhir tahun pertama usianya

    bayi mampu melakukan genggaman menjepit.

    8) Ini merupakan perkembangan penting dalam hal kecekatan, karena

    genggaman jari dan ibu jari ini menjadi dasar keterampilan-

    keterampilan manual kita yang lebih canggih seperti menulis,

  • 30

    menggunakan gunting dan alat potong, membalik halaman buku,dan

    sebagainya.29

    h. Cara Penilaian Motorik Halus

    Penilaian aspek perkembangan motorik halus meliputi:

    1) Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan, seperti:

    makan,berpakaian,mandi, menyisir rambut, mencuci dan mengelap

    tangan, dan mengikat tali sepatu.

    2) Dapat membuat berbagai bentuk dengan mengguakan misalnya

    tanah liat, plastisin, dan Play Dough.

    3) Meniru membuat garis tegak, miring, lengkung, dan lingkara.

    4) Meniru melipat kertas sederhana (1-12 lipatan).

    5) Menggambar orang dengan bagian-bagiannya.

    6) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media.

    7) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media sesuai dengan

    pola (glombang, zig-zag, lingkaran, segi empat, segitiga).

    8) Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar.

    9) Menyusun menara kubus.

    10) Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang wol,

    rafia, dan sebagainya.

    11) Menyusun menara kubus minimal delapan kubus.30

    29

    Penny Uton, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 63-64. 30

    Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak (Jakarta:

    Kencana, 2011), h. 49.

  • 31

    B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

    Sejauh pengetahuan penulis, dari berbagai literatur yang penulis

    baca terdapat beberapa buku yang membahas tentang penggunaan media

    kolase kertas terhadap keterampilan motorik halus anak usia dini, untuk

    mendukung penelitian ini maka penulis kemukakan literatur sebagai

    kajian pustaka diantaranya:

    1. Desi, 2014.Pengaruh Permainan Kolase terhadap Kemampuan

    Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Pertiwi II Jambeyan, Karang

    Anom Kelaten. Dengan analisis T hitung = 4,986 dan T tabel = 1,697.

    Karena T hitung

  • 32

    siklus II. Berdasakan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran kolase berbahan alam yang berlangsung dengan baik

    dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

    C. Kerangka Pikir/Rationale

    Perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat penting

    bagi anak usia dini. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak

    usia dini memungkinkanya untuk melakukan lebih banyak kegiatan yang

    memerlukan keterampilan jari jemari tangannya. Keterampilan motorik

    halus anak memerlukan peran yang sangat penting dalam kehidupan

    sehari hari.

    Salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik

    halus anak adalah kegiatan kolase yang berpengaruh dalam keterampilan

    motorik halus anak usia dini melalui kegiatan kolase dengan media keras

    merupakan salah satu teknik melatih kemampuan koordinasi motorik

    halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, serta

    mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.

    Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa metode kolase kertas

    adalah metode belajar yang digunakan untuk untuk meningkatkan

    kemampuan motorik halus anak.

  • 33

    Gambar2.6

    Bagan Kerangka Pikir

    Penerapan

    kolase

    kertas

    Meningkatkan

    keterampilan motorik

    halus anak usia dini.

    Permainan kolase

    kertas:

    1. Menggunting

    2. Menempel

    Motorik halus anak

    usia dini:

    1. Menggambar

    sesuai gagasan

    2. Menirukan bentuk

    3. Menempel

    4. Menggunting

    sesuai pola

    5. Menempel gambar

    dengan tepat

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis

    penelitian yang mengacu kepada tindakan apa saja yang dilakukan guru

    secara langsung untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di

    kelas. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri

    yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan

    untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: praktik-paraktik

    kependidikan, pemahaman tentang praktik-praktik yang dilaksanakan, situasi

    di mana praktik-paraktik tersebut dilaksanakan.31

    PTK adalah penelitian yang

    dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

    tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

    siswa menjadi meningkat.32

    Jenis PTK yang digunakan oleh peneliti adalah PTK eksperimental.

    Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimen ialah apabila PTK

    diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi

    secara efektif dan efesien di dalam suatu kegitan belajar mengajar. Di dalam

    kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih

    31

    Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Guru

    (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 46. 32

    Igak Wardhani, dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka,

    2007),h.1.4.

    34

  • 35

    dari satu strategi atau teknik yang diterapkan untuk mencapai tujuan

    instruksional.33

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan, pemberdayaan, atau

    perbaikan keadaan. Dalam penelitian ini yang diperdayakan adalah motorik

    halus anak dalam melakukan aktivitas permainan kolase kertas.

    B. Setting Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Ar-Rahim Kelurahan

    Simpang Tiga Kabupaten Kaurkhususnya Anak-anak, lokasi tersebut dipilih

    karena dekat dengan tempat tinggal sehingga memudahkan dalam melakukan

    penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulanmulai tanggal 28

    November 2018 sampai dengan 23 Januari 2019.

    C. Subjek Penelitian

    1. Subjek Primer

    Subjek primer penelitian ini adalah anak usia dini4 sampai 6 tahun

    yang berjumlah 14anak di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga

    Kabupaten Kaur.

    2. Subjek Sekunder

    Subjek sekunder penelitian ini adalah guru PAUD Ar-Rahim, hasil

    penilaian lembar observasi tiap pertemuan.

    33

    Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru (Bandung: Yrama Widya, 2011),

    h.12.

  • 36

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru di

    PAUD Ar-Rahim sebagai observer. Data penelitian dikumpulkan dengan

    menggunakan teknik catatan lapangan atau lembar observasi, wawancara, dan

    dokumentasi.

    1. Lembar Observasi

    Observasi adalah proses pengambilan data penelitian dimana

    peneliti dan pengamat melihat situasi dan penelitian.34

    Catatan lapangan

    dibuat dalam catatan yang lengkap setelah peneliti sampai kerumah.

    Proses ini dilakukan setiap mengadakan pengamatan dan wawancara.

    Untuk penilaian peningkatan keterampilan motorik halus anak,

    peneliti juga melakukan pengamatan dengan menggunakan daftar ceklis,

    penilai (guru dan peneliti) memberikan tanda pada pilihan yang tersedia

    untuk masing-masing indikator aspek yang diamati. Adapun klasifikasi

    tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu:

    a. Belum berkembang (BB), yaitu jika anak sama sekali belum mampu

    menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai

    dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.

    b. Mulai berkembang (MB), yaitu jika anak menunjukan inisiatif untuk

    menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai

    dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan,

    sekalipun belum sesuai dengan standar yang tetap.

    34

    Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta:

    Indeks, 2010), h. 66.

  • 37

    c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH), yaitu jika anak mampu

    menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai

    dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.

    d. Berkembang Sangat Baik (BSB), yaitu jika anak mampu menunjukan

    perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang melebihi target atau

    indikator tingkat pencapaian perkembangan.

    Tabel 3.1

    Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak

    No Aspek yang Dinilai

    Klasifikasi Tingkat

    Perkembangan

    BB MB BSH BSB

    1 2 3 4

    1. Anak dapat memungut benda-benda kecil

    seperti pensil dan krayon (menggunakan ibu jari

    dan telunjuk / tidak mengempal)

    2. Anak dapat memindahkan benda dari tangan

    satu ke tangan yang lain

    3. Anak dapat menggambar sesuai dengan gagasan

    4. Anak mampu mengkoordinasikan jari-jari

    tangan dengan mata dalam melakukan gerakan

    yang lebih rumit

    5. Anak dapat mengontrol tangan yang

    menggunakan otot halus seperti menggunting

    6. Anak dapat menirukan bentuk gambar sesuai

    pola

    7. Anak teliti dalam menggunting kertas sehingga

    membentuk sesuai pola

    8. Anak dapat menempelkan gambar sesuai pola

    9. Anak menunjukkan sikap percaya diri terhadap

    hasil karyanya

    10. Anak memiliki sikap gigih (tidak menyerah)

  • 38

    11. Anak memiliki perilaku sabar dalam melakukan

    kegiatan

    12. Anak dapat menunjukkan karya dan aktivitas

    seni dengan menggunakan berbagai media

    13. Anak dapat mengurutkan warna berdasarkan

    petunjuk

    14. Anak antusias dalam melakukan kegiatan kolase

    15. Anak terampil dalam kegiatan kolase

    Total Skor

    Total Skor Keseluruhan

    2. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru PAUD Ar-Rahim sebagai

    observer, orang tua anak dan anak usia dini untuk memperoleh informasi

    secara mendalam tentang penggunaan kolase untuk mengembangkan

    motoric halus anak.

    3. Dokumentasi, berupa hasil pengamatan lembar observasi saat Pra Siklus,

    Siklus I,Siklus II, dan Siklus III,juga foto-foto pada saat penelitian

    diperlukan untuk merekam kegiatan anak dan peneliti dalam proses

    pembelajaran.

    E. Prosedur Tindakan

    Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus sesuai dengan tingkat

    permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.

    Setiap siklus pada penelitian tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu:

    Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Observasi (Observation),

    Refleksi (Reflection).

  • 39

    Gambar 3.1

    Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins35

    1. Perencanaan

    Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk

    meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana

    tindakan harus berorientasi kedepan. Disamping itu perencana harus

    menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak

    dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Oleh karena itu perencanaan yang

    35

    Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 54.

    SIKLUS I

    Aksi

    Perencanaan

    SIKLUS II

    Perencanaan

    Refleksi

    SIKLUS III

    Perencanaan

    Observasi

    Aksi

    Observasi

    Refleksi

    Aksi

    Observasi

    Refleksi

  • 40

    dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak

    dapat dilihat dan rintangan yang tersebunyi. Perencanaan dalam penelitian

    tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang

    mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan

    mengenal rintangan yang sebenarnya.

    2. Tindakan

    Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan

    yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus

    hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi

    jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu pada rencana yang rasional

    dan terukur.

    3. Observasi

    Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi

    mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh

    karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti:

    memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu

    sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal

    ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil

    peneliti, yang disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan

    yang ada dilapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik

    adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala

    yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

  • 41

    4. Refleksi

    Langkah keempat adalah langkah reflektif. Langkah ini merupakan

    sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan

    terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah

    reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka

    kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan

    tindakan strategi.

    F. Teknik Analisis Data

    Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis

    data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap

    siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan.

    Analisis refleksi dilakukan sebagai pijakan untuk menentukan program aksi

    pada siklus selanjutnya.Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif

    berupa persentase. Data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui

    persentase ketuntasan belajar klasikal siswa,36

    berdasarkan:

    P = ∑ anakyang tuntas belajar x 100%

    ∑ anak subjek penelitian

    Anak dikatakan tuntas jika total skor anak mencapai 45, skor ini

    didapatkan dari skor BSH (3) dikali 15 item penilaian.

    Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah jika persentase

    ketuntasan belajar klasikal mencapai 90% anak yang tuntas, artinya minimal

    13 orang anak telah mencapai skor 45.

    36

    Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya, 2011), h.205.

  • 42

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Wilayah Penelitian

    1. Profil PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    PAUD Ar-Rahimberdiri pada tahun 2015 yang berlokasi di

    Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur. PAUD

    Ar-Rahimmemiliki dua kelompok belajar yaitu kelompok bermain (Kober)

    dan taman kanak-kanak (TK). Saat ini PAUD Ar-Rahim di kepalai oleh

    ibu Wulan Widia Astuti, S.Pd.

    2. Visi dan Misi PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    Adapun visi dan misi dari PAUD Ar-Rahim, yaitu:

    a. Visi: “Mewujudkan anak-anak yang beriman, mandiri, terampil, dan

    berkualitas, sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti.

    b. Misi:

    1) Memupuk masa emas anak dengan pendidikan sejak usia dini.

    2) Membudayakan kebiasaan baik, disiplin dan mandiri sehingga

    terbentuk perilaku yang baik sejak dini.

    3) Memupuk keimanan anak dengan pendidikan agama sejak dini.

    4) Guru yang profesional dan memiliki kepribadian yang baik.

    5) Melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan prinsip perkembangan

    anak.

    6) Menerapkan pembelajaran terencana.

    42

  • 43

    3. Data Anak PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    Tabel 4.1

    Data Anak PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    No Nama Anak Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir

    1. Ahmad Jahfal L Kaur Utara, 08-05-2012

    2. Annisa P Kaur Utara, 21-10-2011

    3. Dewi Putri P Kaur Utara, 20-09-2011

    4. Fahera Sasyah P Kaur Utara, 14-11-2011

    5. Intan Fitria P Kaur Utara, 26-10-2012

    6. M. Azka L Kaur Utara, 03-06-2012

    7. Nagita Slavina P Kaur Utara, 22-09-2011

    8. Nurul Fadhila P Kaur Utara, 20-12-2011

    9. Raffa Wijaya L Kaur Utara, 28-12-2011

    10. Raisa Cantika P Kaur Utara, 29-08-2012

    11. Sartika Nengsih P Kaur Utara, 03-02-2012

    12. Saskia P Kaur Utara, 22-12-2012

    13. Shafra Aprilia P Kaur Utara, 07-06-2012

    14. Wimar Pandu L Kaur Utara, 04-09-2011

    (Sumber data: ArsipPAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur T.A 2018-2019)

    4. Data Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    Tabel 4.2

    Data Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur

    No Nama NUPTK/NIP Jabatan

    1. Wulan Widia Astuti, S.Pd 10704249185001 Kepala Sekolah

    2. Irlis Harlisah, S.Pd 197806132007012015 Guru Kelas Sehat

    3. Yulita Warni, S.Pd.Aud 197610202008042002 Guru Kelas Ceria

    (Sumber data: ArsipPAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur T.A 2018-2019)

  • 44

    B. Data Penelitian

    Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang dilakukan dengan

    menerapkan permainan kolase untuk meningkatkan keterampilan motorik

    halusanakyang dilakukan sebanyak tiga siklus, setelah dilakukan pra siklus.

    1. Pra Siklus

    Pra siklus dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01Desember 2018.

    Kegiatan belajar mengajarbelum menggunakan permainan kolase.

    Sebelum melakukan pra siklus, peneliti telah membuat rencana

    pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang telah dilampirkan, lembar

    observasi, mengamati aktivitas anak dan kegiatan belajar mengajar dari

    mulai anak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

    Dari hasil pengamatan belajar mengajar sebelum peneliti

    melaksanakan siklus, didapatkan hasil penilaian pengukuran keterampilan

    motorik halus anak pada pra siklus, yaitu:

    Tabel 4.3

    Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak

    pada Pra Siklus

    No. Nama

    Skor

    Minima

    l

    Keterampilan Motorik Halus Anak KBK

    BB MB BSH BSB Total Tuntas Belum

    Tuntas

    1 Ahmad Jahfal 45 8 10 6 0 24 √

    2 Annisa 45 2 4 24 12 42 √

    3 Dewi Putri 45 4 8 12 12 36 √

    4 Fahera Sasyah 45 0 0 30 20 50 √

    5 Intan Fitria 45 1 8 24 8 41 √

    6 M. Azka 45 5 10 12 4 31 √

    7 Nagita Slavina 45 5 10 15 0 30 √

    8 Nurul Fadhila 45 0 0 30 20 50 √

    9 Raffa Wijaya 45 0 0 36 12 48 √

  • 45

    10 Raisa Cantika 45 4 10 9 12 35 √

    11 Sartika Nengsih 45 2 8 21 8 39 √

    12 Saskia 45 9 10 3 0 22 √

    13 Shafra Aprilia 45 12 6 0 0 18 √

    14 Wimar Pandu 45 5 10 12 4 31 √

    Jumlah Nilai 497

    21,43% 78,57% Nilai Rata-rata 35,5

    Persentase KBK

    Dari data di atas, maka dapatdirincikan hasil penilaian

    keterampilan motorik halus anak yang diperoleh pada Pra Siklus, yaitu:

    Jumlah anak yang Tuntas : 3anak

    Jumlah anak yang Belum Tuntas : 11anak

    a. Tuntas : P =

    b. Belum Tuntas : P =

    Grafik 4.1

    Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Pra Siklus

    Sebelum melakukan tindakan penelitian (siklus), peneliti

    mengadakan pengamatan awal (pra siklus), maka didapatkan nilai rata-rata

    skor anak yaitu 35,5, dengan skor paling rendah adalah 18 dan skor

    tertinggi adalah 50. Anak yang mendapatkan skor dibawah ketuntasan

    yaitu 11 siswa (78,57%), dan yang mendapatkan skor di atas ketuntasan

    0.00%

    20.00%

    40.00%

    60.00%

    80.00%

    100.00%

    Ketuntasan Belajar Klasikal

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 46

    yaitu 3 siswa (21,43%), yang berarti di bawah target persentase ketuntasan

    belajar klasikal, yaitu 90%.

    Dari hasil pengamatan pra siklus, maka peneliti melanjutkan

    penelitian dan kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah PTK

    menggunakan permainan kolase.

    2. Siklus I

    Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada hari

    Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 6, 7 dan 8Desember2018, yang dihadiri

    oleh 14 anak selama 3 jam. Siklus I terdiri dari tahapan-tahapan, sebagai

    berikut:

    a. Perencanaan

    Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti dan guru PAUD

    (kolaborator) telah melakukanpersiapan-persiapan. Peneliti telah

    mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH),

    lembar observasi aktivitas anak, lembar penilaian keterampilan motorik

    halus anak, dan permainan kolase. (RPPH terlampir)

    b. Pelaksanaan

    Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar ini, guru bertugas

    memberikan materi juga sebagai penilai yang mengamati keterampilan

    motorik halus anak, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pada saat

    permainan kolase. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan model

    pembelajaran saintifik dan metode ceramah juga tanya

    jawab,menggunakan permainan kolasesebagai kegiatan inti.Gurujuga

  • 47

    berfungsi sebagai observer ketika peneliti mengajak anak-anak bermain

    kolase, dan pendokumentasian dilakukan oleh rekan peneliti pada saat

    kegiatan belajar mengajar berlangsung.

    Adapun langkah-langkah pembelajaran:

    1) Pembukaan/KegiatanAwal

    a) Mengucapkan surat Al-Fatihah dan doa belajar.

    b) Mengenalkan tema Negaraku, subtema Benderaku dan Warna

    Benderaku

    c) Menjelaskan tujuan, alat dan bahan serta kegiatan yang akan

    dilakukan.

    d) Bercakap-cakap tentang Negaraku.

    e) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam bermain

    serta antri dalam bermain.

    2) Kegiatan Inti(Kegiatan Kolase)

    a) Membuat gambar Bendera yang ingin dijadikan kolase.

    b) Gambar pola sesuai dengan pola yang telah dibuat.

    c) Potong pola Bendera yang telah digambar dengan menggunakan

    gunting.

    d) Rencanakan penempelan pada gambar yang telah dibuat.

    e) Oleskan lem sedikit demi sedikit pada gambar Bendera yang akan

    ditempeli kertas.

    f) Tempelkan guntingan-guntingan kertas pada kertas bergambar

    bendera.

  • 48

    3) Kegiatan Penutup

    a) Bertanya kepada anak bagaimana perasaan mereka dalam

    kegiatan pembelajaran hari ini.

    b) Berdiskusi tentang kegiatan kolase dan materi yang sudah

    dilakukan.

    c) Memberikan informasi kegiatan untuk hari esok.

    d) Berdoa sesudah belajar, bernyanyi dan salam.

    Gambar 4.2

    Gambar 4.2

    Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Benderaku

    c. Observasi

    Berdasarkan tindakan yang telah diberikan pada Siklus I,

    diperoleh hasil analisis proses belajar yaitu pengamatan yang dilakukan

    ibu Irlis Harlisah selakuguru PAUD yang juga berperan sebagai

    observer selama pembelajaran berlangsung.Dilihat dari aktivitas

  • 49

    anakdan hasil penilaian yang telah dilakukan, maka hasil penjabarannya

    adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.4

    Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus I

    No Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian

    1 2 3 4

    1. Anak menanggapi apersepsi yang

    diberikan oleh guru. √

    2. Anak mendengarkanpenjelasan materi

    yang disampaikan oleh guru. √

    3. Anak ikut aktif dalam menjawab

    pertanyaan-pertanyaan guru. √

    4. Anakdapat membuat gambar untuk

    dijadikan kolase. √

    5. Anak dapat memotong pola yang

    digambar menggunakan gunting. √

    6. Anak bersemangat dalam permainan

    kolase. √

    7.

    Anak sabar dan teliti dalam

    menempelkan guntingan kertas menjadi

    kolase.

    Jumlah Skor 1 8 6

    Total Skor 15

    Skor Maksimal 28

    Kriteria Cukup

    Keterangan:

    1 = Kurang. Rata-rata skor = (1+8 + 6) : 7= 2,14

    2 = Cukup. Persentase skor = (1+8 + 6) : 28 x 100% = 53,57 %

    3 = Baik.

    4 = Baik sekali.

  • 50

    Setelah peneliti dan guru mengamati proses belajar mengajar

    dan perkembangan keterampilan motorik halus anak, maka didapatkan

    hasil perhitungan, yaitu:

    Tabel 4.5

    Data Penilaian Keterampilan Motorik HalusAnak

    pada Siklus I

    No. Nama Skor

    Minimal

    Keterampilan Motorik Halus Anak KBK

    Pertemuan

    1

    Pertemuan

    2

    Pertemuan

    3 Rata-rata Tuntas

    Belum

    Tuntas

    1 Ahmad Jahfal 45 30 33 33 32 √

    2 Annisa 45 45 48 48 47 √

    3 Dewi Putri 45 45 45 45 45 √

    4 Fahera Sasyah 45 48 49 52 49,67 √

    5 Intan Fitria 45 45 46 46 45,67 √

    6 M. Azka 45 32 36 36 34,67 √

    7 Nagita Slavina 45 33 33 36 34 √

    8 Nurul Fadhila 45 48 50 50 49,33 √

    9 Raffa Wijaya 45 50 50 50 50 √

    10 Raisa Cantika 45 40 42 42 41,33 √

    11 Sartika Nengsih 45 42 42 42 42 √

    12 Saskia 45 25 25 25 25 √

    13 Shafra Aprilia 45 20 22 23 21,67 √

    14 Wimar Pandu 45 38 38 40 38,67 √

    Jumlah Nilai 556

    42,86% 57,14% Nilai Rata-rata 39,71428571

    Persentase KBK

    Dari data di atas, maka dapatdirincikan hasil penilaian

    keterampilan motorik halus anak yang diperoleh pada Siklus I, yaitu:

    Jumlah anak yang Tuntas : 6anak

    Jumlah anak yang Belum Tuntas : 8anak

    1) Tuntas : P =

    2) Belum Tuntas : P =

  • 51

    Grafik 4.3

    Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus I

    Hasil yang didapatkan dari rata-rata skor anak pada Siklus I

    yaitu 39,71, dengan skor paling rendah adalah 21,67 dan skor tertinggi

    adalah 50. Anak yang mendapatkan skor dibawah ketuntasan yaitu 8

    siswa (57,14%), dan yang mendapatkan skor di atas ketuntasan yaitu 6

    siswa (42,86%), yang berarti masih di bawah target persentase

    ketuntasan belajar klasikal yaitu 90%, maka peneliti melanjutkan ke

    Siklus II.

    d. Refleksi

    Refleksi merupakan upaya untuk melihat proses tindakan apa

    yang belum tercapai, sesuai dengan rencana tindakan. Hasil refleksi

    digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya

    mencapai tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Berikut ini hasil

    refleksi penelitian, berdasarkan pengamatan guru sebagai observer dan

    peneliti selama tindakan Siklus I, yaitu:

    1) Anakmasih kurang berminat dalam menanggapi apersepsi dari

    guru,karena anak masih sibuk dengan teman sebangkunya. Oleh

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    40.00%

    50.00%

    60.00%

    Ketuntasan Belajar Klasikal

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 52

    karena itu, guru dan peneliti perlu meningkatkan minat anak pada

    pelaksanaanSiklus II.

    2) Anak mulai menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh

    gurudan mau ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Anak juga

    mulai dapat membuat gambar untuk dijadikan kolase. Hal ini akan

    guru dan peneliti ditingkatkan lagi pada Siklus II.

    3) Anak dapat memotong pola yang digambar dengan menggunakan

    gunting dan anak bersemangat dalam permainan kolase.

    3. Siklus II

    Pelaksanaan Siklus II juga dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu

    pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 13, 14 dan 15Desember2018,

    yang dihadiri oleh 14 orang anak selama 3 jam. Seperti halnya Siklus I,

    Siklus II juga terdiri dari empat tahapan, sebagai berikut:

    a. Perencanaan

    Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti dan guru PAUD

    (kolaborator) telah melakukanpersiapan-persiapan. Peneliti telah

    mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH),

    lembar observasi aktivitas anak, lembar penilaian keterampilan motorik

    halus anak, dan permainan kolase. (RPPH terlampir)

    b. Pelaksanaan

    Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar ini, guru bertugas

    memberikan materi juga sebagai penilai yang mengamati keterampilan

    motorik halus anak, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pada

  • 53

    saat permainan kolase. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan

    model pembelajaran saintifik dan metode ceramah juga tanya

    jawab,menggunakan permainan kolasesebagai kegiatan inti.Guru juga

    berfungsi sebagai observer ketika peneliti mengajak anak-anak bermain

    kolase, dan pendokumentasian dilakukan oleh rekan peneliti pada saat

    kegiatan belajar mengajar berlangsung.

    Adapun langkah-langkah pembelajaran:

    1) Pembukaan/Kegiatan Awal

    1) Mengucapkan surat Al-Fatihah dan doa belajar.

    2) Mengenalkan tema Binatang dengan subtema Jenis Binatang.

    3) Menjelaskan tujuan, alat dan bahan serta kegiatan yang akan

    dilakukan.

    4) Bercakap-cakap tentang jenis-jenis binatang.

    5) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam ber