PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

78
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI TULANG ALVEOLAR MENCIT (Mus musculus L.) YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK MAKSIMAL TESIS Oleh KESUMA WARDANI 087008010/BM PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN DAN GAMBARAN

HISTOPATOLOGI TULANG ALVEOLAR MENCIT (Mus musculus L.) YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK MAKSIMAL

TESIS

Oleh

KESUMA WARDANI 087008010/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN DAN GAMBARAN

HISTOPATOLOGI TULANG ALVEOLAR MENCIT (Mus musculus L.) YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK MAKSIMAL

TESIS

Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Magister Biomedik pada Program Studi Magister Ilmu Biomedik

di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

KESUMA WARDANI

087008010/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Judul Tesis : PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI TULANG ALVEOLAR MENCIT (Mus musculus L.) YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK MAKSIMAL Nama Mahasiswa : KESUMA WARDANI Nomor Pokok : 087008010 Program Studi : BIOMEDIK

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Em. dr. Yasmeini Yazir) (Prof. Dr. drs. Syafruddin Ilyas, M.Biomed) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Biomedik, Dekan (dr. Yahwardiah Siregar, PhD) (Prof. dr. Gontar A.Siregar, SpPD, KGEH) NIP.19540220 198011 1 001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Tanggal lulus : 15 Juli 2011

Telah diuji pada tanggal : 15 Juli 2011

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Em. dr. Yasmeini Yazir

Anggota : 1. Prof. Dr. drs. Syafruddin Ilyas, M.Biomed

2. Prof.dr.Gusbakti Rusip, M.Sc, PKK, AIFM

3. drg.Pitu Wulandari, S.Psi, Sp.Perio

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron dan dapat merusak molekul-molekul penting bagi fungsi seluler. Pada kondisi stress oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Pemberian asupan antioksidan berupa vitamin E diusulkan dapat menurunkan efek radikal bebas dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar estrogen dan terhadap stuktur tulang alveolar mencit akibat radikal bebas. Pada mencit (Mus musculus L.) betina dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor, P0= tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol); P1= latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari; P2= vitamin E selama 30 hari; P3= latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi vitamin E; P4= vitamin E selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi latihan fisik maksimal; P5= latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari. Pada akhir perlakuan sesuai dengan kelompok, maka dilakukan pemeriksaan terhadap kadar estrogen dan terhadap stuktur tulang alveolar mencit. Hasil penelitian ini menunjukkan vitamin E berpengaruh terhadap kadar hormon estrogen mencit (Mus musculus L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara nyata (p<0,05). Vitamin E berpengaruh terhadap stuktur tulang alveolar mencit (Mus musculus L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara nyata (p<0,05). Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan dosis vitamin E dan lama pemberian. Kata Kunci: Estrogen, Vitamin E, Radikal Bebas, Latihan Fisik Maksimal, Mencit.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

ABSTRACT Free radicals are an atom or molecule that has no pairs of electrons and can damage the molecules essential for cellular function. In conditions of oxidative stress, free radicals will cause lipid peroxidation of cell membranes and damage the cell membrane organization. Giving intake of antioxidants in the form of vitamin E is proposed to reduce the effects of free radicals in the body. The aim of this study was to see whether there are effects of vitamin E on the level of estrogen and of the alveolar bone structure of mice caused by free radicals. In mice (Mus musculus L.) females were divided into 6 groups, each group consisted of 5 repetition: P0 = given no treatment (control group); P1 = maximal physical exercise every day for 30 days; P2 = vitamin E for 30 days; P3 = maximum physical exercise for 15 days, then 15 days more vitamin E, P4 = vitamin E for 15 days, then 15 days again maximal physical exercise; P5 = maximal physical exercise and vitamin E for 30 days. At the end of treatment according to the group, then by checking on the level of estrogen and of the alveolar bone structure of mice. The results of this study shows vitamin E levels of the hormone estrogen effect on mice (Mus musculus L.) adult females who perform maximal physical exercise significantly (p<0.05). Vitamin E effect on alveolar bone structure of mice (Mus musculus L.) adult females who perform maximal physical exercise significantly (p<0.05). For further research needs to be additional doses of vitamin E and long delivery. Keywords: Estrogen, Alveolar bone structure, Vitamin E, Maximum physical exercise, Mice

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

KATA PENGANTAR

Bismillaahir rohmaanir rohiim

Dengan rahmat dan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala penulis akhirnya

dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul,” Pengaruh Pemberian Vitamin

E Terhadap Kadar Hormon Estrogen dan Gambaran Histopatologi Tulang

Alveolar Mencit (Mus musculus L.) yang Melakukan Latihan Fisik Maksimal”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K), dan seluruh jajarannya atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu

Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar

A.Siregar, Sp.PD, KGEH dan Ketua Program Studi Biomedik, dr. Yahwardiah

Siregar, Ph.D, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Biomedik di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih penulis yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada yang mulia Prof. Em. dr. Yasmeini Yazir (sebagai ketua komisi

pembimbing) dan Prof. Dr. drs. Syafruddin Ilyas, M.Biomed (anggota komisi

pembimbing), yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah mengorbankan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan, semangat, bantuan serta saran-

saran yang bermanfaat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai

pada penyelesaian tesis ini.

Kepada yang terhormat komisi pembanding Prof. dr. Gusbakti Rusip, M.Sc,

PKK, dan drg. Pitu Wulandari, S.Psi, Sp.Perio atas perhatian dan saran yang

bermanfaat kepada penulis dalam menguji dan menyempurnakan tesis ini.

Demikian juga ucapan terima kasih penulis kepada seluruh Staf Pengajar yang

telah membimbing penulis selama mengikuti program studi ini.

Kepada yang terhormat Prof. drg. Haslinda Z.Tamin, M.Kes., Sp.Pros (K) dan

drg. Lisna Unita Rasyid, M.Kes, yang telah merekomendasikan penulis untuk

melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara Medan.

Kepada Dekan FK-UISU, beserta jajarannya yang telah memberikan dana

penelitian kepada penulis untuk kelangsungan pendidikan Program Studi Magister

Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga

kepada yang mulia Ayahanda (alm). drs. H.Sabaruddin Ahmad dan Ibunda (almh)

Hj. Mariana Sulun tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan

penuh kasih sayang, walaupun telah tiada namun rasa sayang dan cinta kasih

yang Ayahanda dan Ibunda curahkan, memberi semangat serta dorongan kepada

penulis untuk menyelesaikan program studi ini. Semoga Allah Subhanahu Wa

Ta’ala menempatkan Ayahanda dan Ibunda di tempat yang sebaik-baiknya, dan

yang sebagus-bagusnya, Amin ya rabbil ‘aalamiin.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Tak kurang pula ucapan terima kasih penulis atas bantuan dan do’a abang,

kakak, adik, seluruh keluarga yang penulis cintai, dan teman sejawat serta adik-

adik yang budiman dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirul kalam sebagai hamba-Nya yang dhaif, penulis mengucapkan syukur

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah

mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

Kesuma Wardani

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Kesuma Wardani.

2. Tempat /Tanggal Lahir : Medan/23 Desember 1968.

3. Agama : Islam.

4. Alamat : Jl. Rahmadsyah no.179/107 Medan.

5. Telepon/ Hp : 061-7363431 / 088261687996.

6. Pendidikan

SD : SD Swasta Al’Ulum Medan Tamat : 1980.

SMP : SMP Swasta Al’Ulum Medan Tamat : 1983.

SMA : SMA Negeri 6 Medan Tamat : 1986.

Strata-1 : FKG USU Medan Tamat : 1995.

Profesi : FKG USU Medan Tamat : 1995.

Strata-2 : Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Fakultas Kedokteran USU Medan Tamat : 2011.

7. Pekerjaan

1996-1999 : Dokter PTT di Rumah Sakit Haji Mina Medan.

2000-2002 : Dokter PTT di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Deli

Serdang Propinsi Sumatera Utara.

2003-2004 : Dokter PTT di Rumah Sakit Haji Mina Medan.

2008-sekarang : Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi dan Mulut di

Fakultas Kedokteran UISU Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.............................................................................................. i

ABSTRACT............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR............................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL.................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………….... 1

1.2. Perumusan Masalah………………………………….………… 3

1.3. Kerangka Teori………………………………………..……….. 3

1.4. Tujuan Penelitian......................................................................... 4

1.5. Hipotesis...................................................................................... 5

1.6. Manfaat Penelitian....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Latihan Fisik................................................................................ 6

2.1.1. Defenisi............................................................................. 6 2.1.2. Respon fisiologis terhadap latihan fisik............................. 6

2.1.3. Intensitas latihan fisik........................................................ 7 2.1.4. Durasi sesi latihan fisik...................................................... 8

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

2.1.5. Frekuensi sesi latihan fisik................................................. 9 2.1.6. Durasi program latihan fisik.............................................. 9 2.1.7. Produksi radikal bebas akibat latihan fisik........................ 9 2.2. Radikal Bebas.............................................................................. 10 2.2.1. Kimia radikal bebas........................................................... 10 2.2.2. Kerusakan sel akibat reaksi radikal bebas.......................... 11 2.3. Vitamin E.................................................................................... 13 2.3.1. Kimiawi dan Metabolisme Vitamin E............................... 13 2.3.2. Fungsi Vitamin E............................................................... 14 2.4. Estrogen....................................................................................... 16 2.4.1. Kimiawi Estrogen.............................................................. 16 2.4.2. Peranan Estrogen dalam Pertumbuhan Tulang.................. 17 2.4.3. Menopause......................................................................... 17 2.5. Tulang.......................................................................................... 18

2.6. Tulang Alveolar............................................................................ 18

2.7. Osteoporosis................................................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 22

3.2.

Variabel Penelitian....................................................................... 22

3.2.1. Variabel independent......................................................... 22 3.2.2. Variabel dependent............................................................ 22

3.3.

Defenisi Operasional.................................................................... 22

3.4.

Bahan dan Alat Penelitian .......................................................... 23

3.4.1. Bahan penelitian................................................................. 23

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

3.4.2. Peralatan utama penelitian................................................. 25 3.5.

Desain Penelitian.......................................................................... 26

3.6.

Pelaksanaan Penelitian................................................................. 27

3.6.1. Pemeliharan hewan percobaan........................................... 27 3.6.2. Pemberian latihan fisik maksimal...................................... 27 3.6.3. Pemberian vitamin E.......................................................... 28 3.6.4. Pengamatan ....................................................................... 28 a. Pengamatan kadar estrogen........................................... 28 b. Pengamatan gambaran histolopatologi tulang alveolar mandibula...................................................................... 29

3.7.

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………………..……….. 32

3.8.

Jadwal Penelitian ……………………………………................ 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian............................................................................ 34

4.1.1. Kadar estrogen (estradiol)………………………………. 34 4.1.2. Gambaran histopatologi tulang alveolar (jarak dari Cementum Enamel Junction/CEJ ke Alveolar Crest/AC).. 36 4.2. Pembahasan ................................................................................ 38 4.2.1. Kadar Estrogen (Estradiol) darah mencit betina dewasa.. 38 4.2.2. Jarak CEJ ke AC mencit betina dewasa............................ 39 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 42

5.2. Saran ........................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA 44

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian…....................................................................... 33

2. Data Kadar Estrogen pada berbagai perlakuan penelitian (pg/mL) 47

3. Data Jarak CEJ ke AC pada berbagai perlakuan penelitian (μm) 56

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka teori…...................................................................... 4

2. RRR-α-Tokoferol………………………………………….… 13

3. Alur biosintetis estrogen………………………………….…. 17

4. Bagian rahang manusia dengan gigi di dalamnya…….…. 20

5. Kadar estrogen dalam darah (pg/mL)...................................... 35

6. Jarak dari cementum enamel junction ke alveolar crest

(puncak alveolar) (μm)……………………………………… 37

7. Gambar jarak dari cementum enamel junction (CEJ) ke

alveolar crest /AC (puncak alveolar) (μm)…………………. 37

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Output analisis data kadar estrogen (pg/mL)

menggunakan software SPSS 18……………………….…… 47

2. Output analisis data Jarak CEJ ke AC (μm)

menggunakan software SPSS 18………………………......... 56

3. Pengamatan tulang alveolar di laboratorium Biomedik USU. 59

4. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan.... 60

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron dan dapat merusak molekul-molekul penting bagi fungsi seluler. Pada kondisi stress oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Pemberian asupan antioksidan berupa vitamin E diusulkan dapat menurunkan efek radikal bebas dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar estrogen dan terhadap stuktur tulang alveolar mencit akibat radikal bebas. Pada mencit (Mus musculus L.) betina dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor, P0= tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol); P1= latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari; P2= vitamin E selama 30 hari; P3= latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi vitamin E; P4= vitamin E selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi latihan fisik maksimal; P5= latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari. Pada akhir perlakuan sesuai dengan kelompok, maka dilakukan pemeriksaan terhadap kadar estrogen dan terhadap stuktur tulang alveolar mencit. Hasil penelitian ini menunjukkan vitamin E berpengaruh terhadap kadar hormon estrogen mencit (Mus musculus L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara nyata (p<0,05). Vitamin E berpengaruh terhadap stuktur tulang alveolar mencit (Mus musculus L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara nyata (p<0,05). Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan dosis vitamin E dan lama pemberian. Kata Kunci: Estrogen, Vitamin E, Radikal Bebas, Latihan Fisik Maksimal, Mencit.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

ABSTRACT Free radicals are an atom or molecule that has no pairs of electrons and can damage the molecules essential for cellular function. In conditions of oxidative stress, free radicals will cause lipid peroxidation of cell membranes and damage the cell membrane organization. Giving intake of antioxidants in the form of vitamin E is proposed to reduce the effects of free radicals in the body. The aim of this study was to see whether there are effects of vitamin E on the level of estrogen and of the alveolar bone structure of mice caused by free radicals. In mice (Mus musculus L.) females were divided into 6 groups, each group consisted of 5 repetition: P0 = given no treatment (control group); P1 = maximal physical exercise every day for 30 days; P2 = vitamin E for 30 days; P3 = maximum physical exercise for 15 days, then 15 days more vitamin E, P4 = vitamin E for 15 days, then 15 days again maximal physical exercise; P5 = maximal physical exercise and vitamin E for 30 days. At the end of treatment according to the group, then by checking on the level of estrogen and of the alveolar bone structure of mice. The results of this study shows vitamin E levels of the hormone estrogen effect on mice (Mus musculus L.) adult females who perform maximal physical exercise significantly (p<0.05). Vitamin E effect on alveolar bone structure of mice (Mus musculus L.) adult females who perform maximal physical exercise significantly (p<0.05). For further research needs to be additional doses of vitamin E and long delivery. Keywords: Estrogen, Alveolar bone structure, Vitamin E, Maximum physical exercise, Mice

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Latihan fisik yang secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan

termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit

diabetes. Sedangkan latihan fisik maksimal dapat menyebabkan terjadinya stres

oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia (Sonneborn and Barbee,

1998, Pedersen and Hoffman-Goetz, 2000, Senturk et al., 2005) sehingga terjadi

kerusakan membran sel (Singh, 1992). Latihan fisik maksimal juga dapat

mengurangi kadar estrogen, yang akhirnya mengakibatkan osteoporosis (Power

SK and Howley ET, 2007)

Pada keadaan stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya

peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Membran sel

ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, karena terjadinya

peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas, dapat mengakibatkan hilangnya

fungsi seluler secara total (Evans, 2000, Singh, 1992). Radikal bebas merupakan

atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan (Clarkson and

Thompson, 2000, Slater, 1984), dan stres oksidatif adalah suatu keadaan produksi

radikal bebas melebihi antioksidan sistem pertahanan seluler ( Evans, 2000,

Halliwell dan Whiteman, 2004).

Peningkatan radikal bebas (ROS) menyebabkan rusaknya sel-sel pembentuk

estrogen melalui peroksidasi lipid pada membran selnya. Sehingga estrogen yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

dihasilkannya juga menjadi berkurang. Menurut Kierszenbaum (2007), estrogen

dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum ovarium.

Sehingga rusaknya sel pembentuk estrogen menyebabkan kadar estrogen menjadi

sangat rendah. Kekurangan estrogen ini akan menyebabkan meningkatnya

aktivitas osteoklastik pada tulang, berkurangnya matriks tulang, dan berkurangnya

deposit kalsium dan fosfat tulang. Pada beberapa wanita, efek ini sangat hebat

sehingga menyebabkan osteoporosis (Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007).

Di dalam sel terdapat berbagai antioksidan non-ezimatik dan enzimatik yang

berfungsi sebagai sistem pertahanan bagi organel-organel sel dari efek reaksi

radikal bebas. Kandungan antioksidan ini bisa bersumber dari diet berupa vitamin

dan mineral antioksidan. Vitamin E merupakan salah satu vitamin antioksidan

yang utama. Selain dari diet, senyawa antioksidan juga diproduksi secara endogen

oleh tubuh seperti glutation (Evans, 2000, Clarkson and Thompson, 2000). Belum

sepenuhnya diketahui apakah antioksidan natural tubuh yang berperan sebagai

sistem pertahanan dapat mengatasi peningkatan radikal bebas pada saat exercise

atau apakah diperlukan suplemen tambahan (Clarkson and Thompson, 2000).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan fisik maksimal

dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Oleh karena antioksidan berupa

vitamin E diharapkan dapat mengurangi aktivitas radikal bebas, maka akan

dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar

hormon estrogen dan stuktur tulang alveolar mencit betina dewasa yang

melakukan latihan fisik maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar hormon estrogen

dan stuktur tulang alveolar mencit betina dewasa yang melakukan latihan fisik

maksimal.

1.3. Kerangka Teori

Latihan fisik maksimal dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas yang

lebih besar daripada sistem antioksidan tubuh sehingga terjadi stres oksidatif.

Stres oksidatif akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid dan penurunan

kadar estrogen, yang akan mengakibatkan penurunan struktur tulang alveolar.

Vitamin E sebagai antioksidan akan dapat mencegah terjadinya stress oksidatif

sehingga hal di atas tidak terjadi, seperti skema kerangka teori pada Gambar 1 di

bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Latihan fisik maksimal Latihan fisik maksimal

Radikal bebas  (Stress oksidatif)

Radikal bebas (Stress oksidatif)

Peroksidasi lipid 

Kadar estrogen

Kerusakan struktur tulang alveolar

Peroksidasi lipid

Kadar estrogen

Kerusakan struktur tulang alveolar

Vitamin E secara oral

Gambar 1. Kerangka teori

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar

hormon estrogen dan stuktur tulang alveolar mencit betina dewasa yang

melakukan latihan fisik maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

1.5. Hipotesis

a. Vitamin E mempunyai pengaruh terhadap kadar hormon estrogen mencit

betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal.

b. Vitamin E mempunyai pengaruh terhadap stuktur tulang alveolar mencit

betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah bagi ilmu

olahraga tentang manfaat pemberian vitamin E pada atlit perempuan menopause

yang melakukan latihan fisik maksimal dalam rangka meningkatkan prestasinya.

Bagi ilmu kedokteran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan

untuk menjaga status kesehatan dan mencegah atau mengurangi efek negatif

pengaruh latihan fisik maksimal terhadap osteoporosis.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latihan Fisik

2.1.1. Definisi

Menurut Caspersen,C.J. (1985) istilah " latihan fisik" telah digunakan secara

bergantian dengan "aktivitas fisik" dan pada kenyataannya memiliki sejumlah

elemen umum. Sebagai contoh, aktivitas fisik dan latihan fisik keduanya

melibatkan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan

energi, yang diukur oleh kilokalori secara terus-menerus mulai dari rendah ke

tinggi, dan berkorelasi positif dengan kebugaran fisik seperti intensitas, durasi,

dan frekuensi gerakan meningkat. Latihan fisik, bagaimanapun tidak identik

dengan aktivitas fisik, karena latihan fisik subkategori dari aktivitas fisik. Latihan

fisik adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan

bermanfaat dalam arti untuk perbaikan atau pemeliharaan dari satu atau lebih

komponen kebugaran fisik pada seseorang.

2.1.2. Respon fisiologis terhadap latihan fisik

Atlit yang melakukan latihan fisik pada tingkat yang lebih tinggi akan

mencapai suatu titik transport oksigen menuju otot tidak lagi meningkat dan

seluruh konsumsi oksigen tubuh maksimal (VO2max) tidak bisa lagi meningkat.

Setelah masa tersebut akan terjadi kelelahan (Casaburi, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Latihan fisik aerobik dapat meningkatkan VO2max. Peningkatan VO2max ini

disebabkan oleh bertambahnya kandungan O2 di dalam arteri dan vena, serta

meningkatnya cardiac output maksimal. Meningkatnya VO2max akan

meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik. Hal ini berhubungan dengan fakta

bahwa dengan meningkatkan kapasitas aerobik akan menurunkan terjadinya

matebolisme anaerob (ambang batas anaerob menjadi lebih tinggi). Sisa

metabolisme anaerob berupa asam laktat, mempunyai efek yang tidak

menguntungkan bagi tubuh. Kebutuhan oksigen meningkat sejalan dengan

peningkatan level kerja, sehingga produksi CO2 akan meningkat. Peningkatan

produksi CO2 ini terjadi karena proses buffer oleh natrium bikarbonat terhadap

asam laktat dan menghasilkan CO2. Ventilasi akan terangsang untuk

membersihkan kelebihan CO2 dan asidosis metabolik secara langsung merangsang

badan karotis (Casaburi, 1992).

Apabila melakukan latihan fisik maksimal secara teratur, maka produksi asam

laktat menjadi lebih sedikit pada saat melakukan latihan fisik maksimal. Selain

itu, respon fisiologis tubuh juga mengalami perubahan saat melakukan latihan

fisik maksimal, perubahan tersebut antara lain komsumsi oksigen dan produksi

CO2 menjadi lebih sedikit, ventilasi secara dramatis menurun. Walaupun ventilasi

menurun, PCO2 dan pH arteri tetap normal (Casaburi, 1992).

2.1.3. Intensitas latihan fisik

Intensitas latihan fisik memiliki dua prinsip utama. Pertama, intensitas latihan

fisik mempunyai ambang batas, artinya latihan fisik tidak akan mempunyai efek

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

latihan lagi walaupun frekuensi dan durasi latihan fisik itu ditingkatkan. Kedua,

bila intensitas latihan fisik dilakukan melebihi ambang batas, jumlah total kerja

per sesi merupakan determinan yang penting bagi respon latihan fisik. Artinya,

latihan fisik intensitas tinggi dalam waktu singkat sama efektifnya dengan latihan

fisik intensitas sedang dalam waktu yang lebih lama (Casaburi, 1992).

Terdapat tiga variabel fisiologis yang dapat digunakan untuk menentukan

intensitas latihan fisik, yaitu frekuensi denyut jantung, konsumsi oksigen, dan

level laktat darah. Menggunakan frekuensi denyut jantung untuk mengukur

intensitas latihan fisik merupakan hal yang mudah dilakukan. Akan tetapi, karena

frekuensi denyut jantung mempunyai hubungan yang jauh terhadap kondisi otot

yang melakukan latihan, maka teori dasar yang menggunakan frekuensi denyut

jantung untuk menentukan intensitas latihan fisik dianggap masih lemah. Hal

yang paling banyak dipakai untuk menentukan intensitas latihan fisik adalah

konsumsi oksigen tubuh maksimal (VO2max). Penggunaan level laktat untuk

menentukan intensitas latihan fisik dianjurkan juga oleh beberapa peneliti

(Casaburi, 1992).

2.1.4. Durasi sesi latihan fisik

Hasil latihan fisik intensitas sedang selama 30–60 menit lebih efektif

dibandingkan dengan selama 10–15 menit. Latihan fisik intensitas tinggi dapat

menyebabkan injuri otot, sehingga tidak dianjurkan untuk melakukan latihan fisik

intensitas tinggi jangka waktu singkat. Durasi latihan fisik yang dianjurkan paling

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

sedikit selama 20 menit, dan akan lebih efektif bila dilakukan selama 30–60 menit

(Casaburi, 1992).

2.1.5. Frekuensi sesi latihan fisik

Ada konsensus yang menganjurkan latihan fisik dilakukan dengan frekuensi

3–5 kali seminggu. Walaupun frekuensi 2 kali seminggu dapat meningkatkan

kebugaran aerobik, tapi keuntungan yang diperoleh lebih sedikit. Hanya sedikit

bukti yang menunjukkan bahwa latihan fisik 5–7 kali seminggu memberikan

keuntungan bagi kebugaran, dan latihan fisik setiap hari jarang bisa dilakukan

(Casaburi, 1992).

2.1.6. Durasi program latihan fisik

Durasi program latihan fisik dapat dilakukan selama 3–4 minggu, karena

setelah waktu tersebut tidak akan ada lagi peningkatan VO2max, atau penurunan

frekuensi denyut jantung, asam laktat, dan epinefrin. Akan tetapi kebanyakan

peneliti menganjurkan program latihan fisik pada rentang 5–10 minggu, karena

pada rentang waktu tersebut sudah tercapi efek latihan fisik yang substansial

secara fisiologis. Meningkatkan VO2max dapat dicapai dengan cara meningkatkan

intensitas latihan fisik (Casaburi, 1992).

2.1.7. Produksi radikal bebas akibat latihan fisik

Radikal bebas dapat terbentuk selama dan setelah latihan oleh otot yang

berkontraksi serta jaringan yang mengalami iskemik-reperfusi (Chevion et al.,

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

2003). Pembentukan radikal bebas terutama dihasilkan oleh otot rangka yang

berkontraksi (Jackson, 2005). Selama melakukan latihan fisik maksimal,

konsumsi oksigen tubuh meningkat dengan cepat. Penggunaan oksigen oleh otot

selama latihan fisik maksimal dapat meningkat sekitar 100–200 kali dibandingkan

saat istirahat (Chevion et al., 2003). Saat fosforilasi oksidatif di dalam

mitokondria, oksigen direduksi oleh sistem transport elektron mitokondria untuk

membentuk adenosin trifosfat (ATP) dan air. Selama proses fosforilasi oksidatif

ini sekitar 2% molekul oksigen dapat berikatan dengan elektron tunggal yang

bocor dari karier elektron pada rantai pernafasan, sehingga membentuk radikal

superoksida (O2.). Radikal superoksida yang terbentuk ini akan membentuk

hidrogen peroksida (H2O2) dan hiroksil reaktif (OH.) dengan cara berinteraksi

dengan logam transisi reaktif seperti tembaga dan besi (Singh, 1992). Secara

lengkap proses reduksi oksigen diperlihatkan pada persamaan berikut ini

(Clarkson dan Thompson, 2000):

O2 + e- O2-. superoxide radical

O2-. + H2O H2O

. + OH- hydroperoxyl radical

H2O. + e- + H H2O2 hydrogen peroxyde

H2O2 + e- .OH + OH- hydroxyl radical.

4.1. Radikal Bebas

2.2.1. Kimia radikal bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak

berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Thompson, 2000, Slater, 1984). Kebanyakan radikal bebas bereaksi secara cepat

dengan atom lain untuk mengisi orbital yang tidak berpasangan, sehingga radikal

bebas normalnya berdiri sendiri hanya dalam periode waktu yang singkat sebelum

menyatu dengan atom lain. Simbol untuk radikal bebas adalah sebuah titik (R·),

yang berada di dekat simbol atom. Radikal bebas mempunyai peran dalam fungsi

normal dan abnormal tubuh. Radikal bebas yang penting secara biologis antara

lain anion superoksida (O2·-), radikal hidroksil (OH·), dan nitric oxide (NO·)

(Vander et al., 2001). Bentuk radikal bebas yang lain adalah hydroperoxyl (HO2·),

peroxyl (RO2·), alkoxyl (RO·), carbonate (CO3

·-), carbon dioxide (CO2·-), atomic

chlorine (Cl·), nitrogen dioxide (NO2·) (Halliwell and Whiteman, 2004). Radikal

bebas bisa bermuatan negatif, bermuatan positif, dan juga bermuatan netral

(Slater, 1984, Vander et al., 2001).

2.2.2. Kerusakan sel akibat reaksi radikal bebas

Penelitian yang ekstensif dengan menggunakan sitem model dan dengan

material biologis in vitro, secara jelas menunjukkan bahwa radikal bebas dapat

menimbulkan perubahan kimia dan kerusakan terhadap protein, lemak,

karbohidrat, dan nukleotida. Bila radikal bebas diproduksi in vivo, atau in vitro di

dalam sel melebihi mekanisme pertahanan normal, maka akan terjadi berbagai

gangguan metabolik dan seluler. Jika posisi radikal bebas yang terbentuk dekat

dengan DNA, maka bisa menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga bisa

terjadi mutasi atau sitotoksisitas. Radikal bebas juga bisa bereaksi dengan

nukleotida sehingga menyebabkan perubahan yang signifikan pada komponen

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

biologi sel. Bila radikal bebas merusak grup thiol maka akan terjadi perubahan

aktivitas enzim. Radikal bebas dapat merusak sel dengan cara merusak membran

sel tersebut. Kerusakan pada membran sel ini dapat terjadi dengan cara: (a)

radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan/atau reseptor yang

berada di membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen-komponen yang

terdapat pada membran sel tersebut; (b) radikal bebas berikatan secara kovalen

dengan komponen membran sel, sehingga merubah struktur membran dan

mengakibatkan perubahan fungsi membran dan/atau mengubah karakter membran

menjadi seperti antigen; (c) radikal bebas mengganggu sistem transport membran

sel melalui ikatan kovalen, mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah

asam lemak polyaunsaturated; (d) radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid

secara langsung terhadap asam lemak polyaunsaturated dinding sel. Peroksidasi

ini akan mempengaruhi fluiditas membran, cross-linking membran, serta struktur

dan fungsi membran (Slater, 1984).

Tubuh mempunyai sistem pertahanan terhadap radikal bebas agar radikal

bebas tidak menyebabkan efek yang merusak. Sistem pertahan ini antara lain

enzim superoxide dismutase yang terdapat di mitokondria dan sitosol, enzim

catalase, dan enzim glutahtion peroxidase (Jackson, 2005, Singh, 1992). Sebagai

tambahan bagi sistem pertahanan yang berbentuk enzim, sel juga dapat

meningkatkan produksi stress proteins atau disebut juga heat shock proteins

(HSPs) untuk melindungi sel dari stres oksidatif dan bentuk stres yang lain

(Khassaf et al., 2003). Selain itu terdapat juga sistem pertahanan yang secara

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

langsung dapat merubah radikal bebas menjadi senyawa yang kurang reaktif

seperti vitamin C (Jackson, 2005, Singh, 1992).

2.3. Vitamin E

2.3.1. Kimiawi dan metabolisme vitamin E

Vitamin ini diisolasi oleh Evans dan kawan-kawan (1936) dari wheat-germ

oil. Delapan senyawa tokoferol yang terbentuk di alam yang memiliki aktivitas

vitamin E kini telah diketahui. Bentuk yang paling aktif secara biologi adalah

RRR-α-tokoferol (Gambar 2), yang merupakan kira-kira 90% tokoferol dalam

jaringan hewan dan menunjukkan aktivitas biologis tertinggi dalam sebagian

besar sistem bioasai.

Salah satu sifat kimia tokoferol yang penting adalah bahwa senyawa-senyawa

ini merupakan senyawa redoks yang bekerja sebagai antioksidan dalam beberapa

kondisi tertentu, dalam hal ini tampaknya merupakan dasar untuk sebagian besar,

tetapi mungkin tidak semua, efek vitamin E. Senyawa tokoferol rusak secara

perlahan jika terpajan udara atau sinar ultraviolet (Marcus, R., and Coulston,

A.M., 2007).

Gambar 2. RRR-α-Tokoferol (dari Goodman & Gilman : Dasar Farmakologi Terapi, edisi 10, Jakarta: EGC, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

2.3.2.Fungsi vitamin E

Sifat-sifat antioksidan vitamin E memperbaiki kerusakan membran biologis

akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam-asam lemak tak jenuh ganda

(polyunsaturated fatty acid, PUFA) dalam membran fosfolipid dan dalam

lipoprotein bersikulasi (Burton et al., 1983). Radikal-radikal peroksil (ROO •)

bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E dibandingkan dengan PUFA,

membentuk hydrogen peroksida organik yang sesuai dan radikal tokoferoksil

(vitamin E-O •). Selanjutnya radikal tokoferoksil berinteraksi dengan antioksidan

lain seperti vitamin C, yang akan membentuk kembali tokoferol (Marcus, R., and

Coulston, A.M., 2007).

Vitamin E penting untuk melindungi membran sel darah merah yang kaya

akan asam lemak tidak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Selain itu

vitamin E melindungi lipoprotein dalam sirkulasi LDL teroksidasi yang ternyata

memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. Vitamin E dosis

besar (1600 mg/hari) melindungi LDL dari oksidasi. Meskipun masih

kontradiktif, beberapa hasil penelitian epidemiologik mengatakan bahwa vitamin

E dapat memproteksi penyakit kardiovaskuler, namun mekanisme kerjanya tidak

jelas. Vitamin E mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah,

menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun

adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi (Dewoto, H.R.,

2007).

Semakin tinggi asupan vitamin E, semakin tinggi kadar tokoferol dalam tubuh

seseorang. Namun demikian, kadar tokoferol dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

aktivitas tubuh. Selama aktivitas olah raga, vitamin E menunjukkan respon yang

bervariasi (Winarsi,H., 2007).

Pada penelitian Rokitzki, et al (1994) memberikan 300 mg α-tokoferol/hari

selama 5 bulan pada subjek yang melakukan olah raga berat. Dari penelitian ini

ternyata kadar MDA dan keratin kinase meningkat, meski hanya sedikit. Diduga

integritas membran kompromi dengan stress oksidatif, yang menunjukkan melalui

pengukuran keratin kinase dalam serum. Kreatin kinase merupakan protein

intramuskuler yang bocor setelahkerusakan membran, kemudian memasuki serum

(Clarkson, et al., 1988). Temuan ini juga membuktikan bahwa vitamin E

memberikan efek proteksi terhadap stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan

otot karena olah raga.

Pada penelitian Cohen, M.C dan Meyer, D.M (1993) efek dari suplementasi

terhadap kerusakan tulang (jarak dari cementum enamel junction ke alveolar crest

diukur pada garis tengah di bagian lingual dari masing-masing akar molar

mandibula) yang diteliti pada tikus yang tidak distreskan atau distreskan pada

perangkat rotasi selama 90 hari. Pada penelitian pertama, baik kondisi yang diberi

vitamin E maupun stres secara statistik memberi efek yang signifikan tapi ada

substansial dan variabilitas kerusakan tulang pada semua kelompok. Sebelum

dimulainya penelitian kedua, untuk mengurangi perbedaan kerusakan tulang yang

dinyatakan mungkin ada, sebelum pengenalan perlakuan, tikus menerima

antibiotik dalam air minum mereka. Selain itu diperkenalkan stress rotasi lebih

tiba-tiba dari penelitian pertama untuk mengurangi kemungkinan adaptasi.

Kerusakan tulang dan variabilitasnya secara substansial berkurang pada penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

kedua. Analisis data menunjukkan bahwa suplemen vitamin E memiliki efek

protektif yang signifikan secara statistik, yang paling menonjol di lokasi yang

paling rentan terhadap kerusakan. Pada subjek yang stress cenderung terjadi

kerusakan tulang alveolar lebih banyak, tetapi efek ini tidak signifikan.

Penemuaan ini menunjukkan peran vitamin E dalam menjaga kesehatan

periodontal, tetapi juga kepekaan terhadap efek terhadap status periodontal awal.

2.4.Estrogen

2.4.1.Kimiawi Estrogen

Aktivitas estrogenik dimiliki oleh banyak senyawa steroid dan nonsteroid.

Estrogen alami dalam tubuh manusia yang paling kuat adalah 17β-estradiol,

diikuti dengan estron dan estriol (Gambar 3). Tiap molekul ini merupakan suatu

steroid dengan 18 atom karbon yang mengandung satu cincin A fenolik (cincin

aromatik dengan gugus hidroksil pada karbon 3) dan gugus β-hidroksil atau keton

di posisi 17 cincin D. Cincin A merupakan struktur dasar yang bertanggung jawab

terhadap ikatannya yang selektif dan berafinitas tinggi dengan reseptor estrogen.

Sebagian besar substitusi alkil pada cincin A fenolik merusak ikatan tersebut,

tetapi substitusi pada cincin C atau D masih dapat ditoleransi (Loose,

D.S.,Mitchell and Stancel,G.M, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Gambar 3.Alur biosintetis estrogen (dari Goodman & Gilman: Dasar Farmakologi Terapi, edisi 10, Jakarta: EGC, 2007)

2.4.2.Peranan estrogen dalam pertumbuhan tulang

Estrogen menghambat aktivitas osteoklas dan dengan sendirinya mengambat

resorpsi tulang dan secara bersamaan estrogen mengaktifkan osteoblas, sehingga

laju pergantian tulang menjadi normal. Estrogen bekerja baik secara langsung

melalui reseptor yang berada di tulang maupun secara tidak langsung dengan

bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada proses pemugaran tulang juga

berperan faktor-faktor lain yang juga berada di bawah pengaruh estrogen (Baziad

Ali, 2003).

2.4.3. Menopauase

Menopause merupakan proses fisiologis pada wanita yang biasa terjadi pada

usia 47-55 tahun, ditandai dengan berhentinya menstruasi sebagai akibat

berhentinya produksi hormon estrogen oleh ovarium (Joenes H, dkk. 2007).

Pada saat menopause, sering kali terjadinya perubahan fisiologis yang

bermakna pada fungsi tubuh, temasuk rasa panas (hot flushes) dengan kemerahan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

kulit yang ekstrem, sensasi psikis dispnea, gelisah, letih, ansietas dan kadang-

kadang keadaan psikotik yang bermacam-macam, serta penurunan kekuatan dan

kalsifikasi tulang di seluruh tubuh. Kira-kira pada 15 persen wanita, gejala-gejala

ini cukup berat sehingga membutuhkan perawatan (Guyton,A.C., and Hall,J.E.,

2007).

Defisiensi estrogen dan osteoporosis dibuktikan oleh Payne, J.B, dkk (1997)

sebagai faktor resiko berkurangnya kepadatan tulang alveolar.

2.5. Tulang

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi intersel yang

mengapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel : osteosit yang terdapat dalam

rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas yang membentuk komponen organik

dari matriks; dan osteoklas yang merupakan sel raksasa berinti banyak yang

berperan pada resorpsi dan pembentukan kembali jaringan tulang (Junqueira, L.C,

1997).

2.6. Tulang alveolar

Tulang alveolar (alveolar process) adalah bagian dari maksila dan mandibula

yang membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Tulang ini terbentuk

sewaktu gigi erupsi untuk memberikan tempat perlekatan bagi ligament

periodontal yang akan terbentuk, namun akan hilang secara bertahap apabila gigi

dicabut.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Tulang alveolar terdiri atas:

1.Plat eksternal dari tulang kortikal (cortical bone) yang dibentuk oleh tulang

haversian dan lamella tulang kompak.

2.Dinding soket sebelah dalam yang berupa tulang kompak (compact bone) yang

tipis, yang dinamakan tulang alveolar utama (alveolar bone proper). Pada gambar

foto ronsen bagian tulang ini sebagai lamina dura. Secara histologis bagian tulang

ini mengandung lubang-lubang seperti tapis (cribriform plate) melalui bundel-

bundel neurovascular menghubungkan ligament periodontal dengan tulang

kanselous (cancellous bone) yang merupakan bagian tengah tulang alveolar.

3.Trabekula kanselous, yang berada diantara kedua lapisan tulang kompak

tersebut di atas, yang berperan sebagai tulang alveolar pendukung (supporting

alveolar bone). Septum interdental terdiri atas tulang kanselous pendukung yang

dikelilingi oleh tulang kompak.

Selain bagian-bagian tersebut di atas, tulang rahang juga mencakup tulang

basal (basal bone), yaitu bagian tulang rahang yang berada dibagian apikal tetapi

tidak berhubungan dengan gigi (Gambar 4).

Meskipun atas dasar anatomis tulang alveolar dapat dibedakan atas beberapa

bagian, namun kesemuanya secara bersama-sama berfungsi sebagai suatu

kesatuan dalam mendukung gigi (Fiorellini JP, Kirn DM and Ishikawa SO, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Tulang spongy

Plat tulang vestibular

Mandibular canal

Tulang alveolar pendukung

Septum interdental

Tulang basal

Tulang alveolar utama

Gambar 4. Bagian rahang manusia dengan gigi di dalamnya, garis putus-putus menunjukkan pemisahan antara tulang basal dan tulang alveolar (dari Ten Cate AR : Oral histology : development, structure, and function, ed 4, St.Louis, 1994, Mosby)

2.7. Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu kondisi massa tulang yang rendah dan kerusakan

mikrostruktur yang dengan sedikit saja trauma dapat mengakibatkan fraktur.

Lokasi khas fraktur mencakup badan vertebral, radius distal, dan femur proksimal,

tetapi pasien osteoporosis umumnya mengalami kerapuhan kerangka tulang.

Fraktur di lokasi lain seperti tulang iga dan tulang panjang, juga umum terjadi.

Osteoporosis umumnya terdiri dari dua golongan; osteoporosis primer dan

sekunder. Osteoporosis primer menggambarkan dua keadaan yang secara

mendasar saling berbeda :

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Osteoporosis tipe I, adalah hilangnya tulang trabekula akibat

kekurangan estrogen saat menopause.

Osteoporosis tipe II, adalah hilangnya tulang korteks dan trabekula pada

pria dan wanita akibat tidak efisiennya remodeling pada jangka panjang,

gizi tidak mencukupi, dan aktivasi sumbu paratiroid seiring usia.

Osteoporosis sekunder adalah akibat penyakit sistemik atau dari obat-obatan

seperti glukokortikoid atau fenitoin (Loose, D.S., Mitchell and Stancel,G.M,

2007).

Lee, B.D.,dan. White, S.C (2005) meneliti pada 37 perempuan dan 29 laki-laki

terhadap densitas mineral tulang (BMD), tulang belakang lumbal dan proksimal

femur diukur dengan dual-energy x-ray absorptiometri. variabel klinis termasuk

usia, tinggi dan berat subjek. Kepadatan optik dan morfologi wajah subjek

diukur dari posterior rahang atas dan rahang bawah. Ditemukan adanya hubungan

yang signifikan pada rahang atas dan rahang bawah dengan BMD lumbal

femoralis.

Osteoporosis akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara proses resorbsi

tulang dan proses pembentukan tulang. Osteoporosis terjadi karena berkurangnya

hormon estrogen sehingga akan berpengaruhi pada berkurangnya massa dan

kepadatan mineral tulang alveolar. Wanita kehilangan 1-5% massa tulang selama

tahun pertama di awal menopause, kemudian massa tulang hilang secara perlahan.

(Barunawati,S.B, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan,

Laboratorium Klinik Pramitha Medan, dan Laboratorium Biomedik FK USU

Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – bulan Mei 2011.

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel independent

Latihan fisik maksimal.

Vitamin E.

3.2.2. Variabel dependent

Kadar estrogen (estradiol) dalam darah.

Gambaran histopatologi tulang alveolar.

3.3. Definisi operasional

a. Latihan fisik maksimal : mencit melakukan aktivitas fisik berenang sampai

letih ± selama 20 menit.

b. Vitamin E : 0,4mg α-tokoferol asetat.

c. Kadar estrogen (estradiol) : jumlah estradiol dalam piko gram yang

terdapat dalam 1 ml darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

d. Gambaran histopatologi tulang alveolar : kerusakan tulang alveolar dilihat

secara vertikal.

3.4. Bahan dan Alat Penelitian

3.4.1. Bahan penelitian

Bahan biologis. Bahan biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mencit betina (Mus musculus L.) yang berumur 12 bulan dengan berat badan 30-

45 gram yang diperoleh dari FMIPA Biologi Universitas Sumatera Utara. Jumlah

hewan uji perkelompok ditentukan dengan rumus (t-1)(n-1) ≥ 15 (Federer., 1963).

Jika t adalah jumlah perlakuan (dalam penelitian ini ada 6 kelompok perlakuan)

dan n adalah jumlah ulangan perkelompok, maka jumlah n yang diharapkan

secara teoritis adalah 4 sehingga di dapat jumlah keseluruhan hewan coba yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 50 ekor yang dipilih dari hasil pembiakan

untuk keperluan penelitian.

Bahan kimia. Bahan kimia yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri dari :

a. Vitamin E cair (DL-α-tokoferol asetat, produksi Merck, Germany), aquadest.

b. Reagensia jenis estradiol strip yang terdiri dari 10 bagian siap pakai dengan

urutan sebagai berikut :

(1) Sampel well

(2), (3), (4) Well kosong

(5) Konjugat (Alkaline phospatase berlabel derivate estradiol + 0,9 gr/l

sodium azide (400µl).

(6) Well kosong.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

(7), (8) : Wash buffer : Tris NaCl (0,05 mol/l) pH 9 + 1 gr/l sodium azide

(600µl).

(9) Wash buffer : diethanolamine (DEA) (1,1 mol/l, pH 9,8) + 1gr/l sodium

azide (600µl).

(10) Cuvette dengan substrate 4-Methyl Umbeliferyl-Phospat (0,6 mmol/l)

diethanolamine (DEA) (0,62 mol/l atau 6,6 %, pH 9,2) + 1gr/l sodium

azide (300µl).

c. Estradiol Solid Phase Receptacle.

Siap pakai, pada bagian ujungnya telah dilekati dengan polyclonal anti –

Estradiol immunoglobulin (mencit).

d. Bahan untuk pemeriksaan histologi tulang :

1. Netral Buffer formalin 10 % (Fiksasi).

2. Asam formik 5% (dekalsifikasi).

3. Aceton.

4. Toluena merck.

5. Parafin blok (keras).

6. Haematoxylin mayer.

7. Eosin 1 %.

8. Acid Alkohol 1 %.

9. Lithium carbonat 1 %.

10. Alkohol 70%, 80 %, 90 %, 96%.

11. Alkohol Absolute.

12. Xylol.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

13. Entelin.

14. Balsem kanada.

3.4.2. Peralatan utama penelitian

Alat utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas :

a. Jarum oval (Gavage).

b. Spuit 1 ml.

c. Timbangan.

d. MINI VIDAS.

e. Mikropipet 50-200 µl.

f. Bak bedah dan dissecting set.

g. Cawan petri.

h. Mikrotom.

i. Waterbath.

j. Hot plate.

k. Freezer.

l. Staining jar.

m. Pensil Diamond.

n. Pengukur waktu.

o. Kaca objek.

p. Kaca penutup.

q. Mikroskop cahaya Olympus CX 21.

r. Bak untuk berenang.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

3.5. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang didisain mengikuti

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari 6 kelompok

perlakuan, yaitu :

a. Kelompok I (P0) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang tidak diberi

perlakuan (kelompok kontrol).

b. Kelompok II (P1) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang diberi

perlakuan latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari.

c. Kelompok III (P2) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang diberi

vitamin E selama 30 hari.

d. Kelompok IV (P3) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang diberi

perlakuan latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari berikutnya

diberi vitamin E.

e. Kelompok V (P4) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang diberi

vitamin E selama 15 hari, selanjutnya 15 hari berikutnya diberi perlakuan

latihan fisik maksimal.

f. Kelompok VI (P5) = terdiri dari 8 ekor mencit betina dewasa yang diberi

perlakuan latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari.

Mencit ditempatkan ke dalam kelompok secara random.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

P0 kelompok kontrol

P1 latihan fisik maksimal selama 30 hari

P2 diberi vitamin E selama 30 hari.

P3 latihan fisik maksimal 15 hari, diberi vitamin E selama 15 hari

P4 diberi vitamin E selama 15 hari latihan fisik maksimal 15 hari

P5 latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari

0 15 30 (hari)

3.6. Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Pemeliharaan hewan percobaan

Mencit betina dewasa ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan

plastik (ukuran 30x20x10cm) yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang

dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap tiga hari. Cahaya

ruangan dikontrol selama 12 jam terang (pukul 06.00 sampai dengan pukul

18.00), dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00), sedangkan

suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan

(pelet komersial) dan air minum (air PAM) disuplai setiap hari secara berlebih.

Ethical clearance diperoleh dari Komisi Penelitian Hewan Biologi FMIPA

Universitas Sumatera Utara Medan.

3.6.2. Pemberian latihan fisik maksimal

Latihan fisik maksimal dilakukan dengan cara berenang sampai kelelahan

(Laksmi, 2010; Jawi et al., 2008; Yu et al., 2006; Leeuwenburgh and Li, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Mencit berenang di dalam wadah kaca (ukuran 100 x 50 x 80 cm) yang diisi

dengan air setinggi 60 cm, tidak ada jalan keluar. Sebagai usaha untuk keluar dari

wadah, tikus akan berenang, menyelam dan memanjat dinding wadah dengan

sekuat tenaga. Saat mencit menghentikan segala gerakannya, kecuali gerakan

untuk bertahan hidup (mempertahankan kepala tetap berada di permukaan air), hal

ini dianggap mencit sudah melakukan latihan fisik maksimal. Segera setelah itu,

keluarkan mencit dari wadah, keringkan dengan handuk kering, dan kembalikan

ke dalam kandang.

3.6.3. Pemberian vitamin E

Vitamin E yang diberikan adalah DL-α-tokoferol asetat yang dilarutkan dalam

aquadest. Dosis vitamin E yang diberikan adalah 0,4mg/hari per oral. Dosis

tersebut hasil dari konversi dosis manusia ke mencit yang merupakan metode

modifikasi dari Ilyas, S.( 2007).

3.6.4. Pengamatan

Setelah 30 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan

cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Setelah itu dilakukan pengamatan

sebagai berikut :

a. Pengamatan kadar estrogen (estradiol)

Pengamatan dilakukan pada hari ke 30 pada semua kelompok baik kelompok

kontrol maupun kelompok perlakuan. Kadar estrogen (estradiol) diperiksa dengan

metode ELFA (Enzyme Linked Fluorescent Assay). Solid Phase Receptacle (SPR)

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

yang digunakan pada pemeriksaan ini merupakan fase solid seperti pipet.

Reagensia pada pemeriksaan ini siap pakai dan tersimpan dalam satu bungkus

reagensia strip. Semua tahap pemeriksaan ini dilakukan secara otomatis di dalam

alat.

Sampel dimasukkan ke dalam well yang berisi Alkaline phospatase berlabel

Estradiol (Konjugat). Sampel dan konjugat dicampur masuk dan keluar SPR pada

waktu tertentu dan kecepatan reaksi tertentu.

Komponen yang tidak terikat akan dihilangkan pada saat pencucian. Pada

langkah akhir reaksi substrate (4 - Methyl – umbelliferyl phospat) akan berputar

masuk dan keluar SPR. Enzym konjugat katalisator akan menghidrolisa substrate

menjadi product flourescent (4 – Methyl – umbelliferone). Flouresensi ini diukur

pada panjang gelombang 450 nm. Intensitasnya sebanding dengan konsentrasi

Estrogen (estradiol) dalam serum. (Biomerieux® SA, 2008)

b.Pengamatan gambaran histopatologi tulang alveolar mandibula

Pengamatan gambaran histopatologi tulang alveolar mandibula mencit, dibuat

sediaan histologis menurut Hoeber,P.B (1950) dengan metode parafin,

menggunakan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin). Sesuai dengan cara yang

lazim dikerjakan dalam pembuatan sediaan histologis yaitu: fiksasi, dekalsifikasi,

pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, penanaman, pengirisan,

penempelan, deparafinasi, pewarnaan, penutupan dan pemberian label.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Fikasasi

Jaringan tulang mandibula diambil, kemudian difiksasi dalam larutan

netral buffer formalin 10 % selama 2-10 jam.

Dekalsifikasi

Dekalsifikasi adalah menghilangkan bahan anorganik dari jaringan tulang.

Hasil akhir dari dekalsifikasi adalah semua material anorganik sudah tidak ada

pada tulang, sehingga dapat ditanam pada parafin atau celoidin. Mekanisme dari

dekalsifikasi adalah dengan merendam spesimen tulang mandibula pada larutan

asam formik 5%.

Pencucian

Setelah proses fiksasi dilakukan pencucian dengan alkohol 70%.

Dehidrasi

Dilakukan secara bertahap, dengan alkohol 70% selama 10 menit, alkohol

80%, 90%, 96%, masing-masing selama 60 menit, kemudian dengan alkohol

absolut 30 menit.

Penjernihan

Dilakukan segera setelah proses dehidrasi dengan menggunakan toluena

murni.

Infiltrasi

Proses infiltasi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu 56ºC. Organ

tulang mandibula dimasukkan kedalam campuran toluena-parafin dengan

perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian berturut dimasukkan kedalam:

Parafin murni I selama 1 jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Parafin murni II selama 1 jam.

Parafin murni III selama 1 jam.

Penanaman

Sediaan dari parafin murni III dimasukkan ke dalam kaset cetakan yang telah

berisi parafin cair, dan dibiarkan sampai parafin mengeras.

Pengirisan

Blok parafin tulang mandibula yang telah mengeras ditempelkan pada holder

dengan menggunakan spatula, letakkan holder beserta blok parafin pada

tempatnya di mikrotom. Pengirisan dilakukan dengan ketebalan 6µm.

Penempelan

Jaringan yang sudah diiris dimasukkan ke dalam water bath agar parafin

hilang/larut. Kemudian jaringan diambil dan ditempel pada kaca objek, lalu

dianginkan/dikeringkan.

Pewarnaan

Pewarnaan dengan hematoxylin-Eosin (H-E) melalui tahapan:

Deparafinisasi preparat dengan xylol sampai bebas parafin.

Hidrasi dengan alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 50%, 30%, akuades.

Inkubasi dalam larutan haematoxylin Erlich selama 30 menit.

Cuci dengan air mengalir ± 10 menit.

Dicelupkan kedalam akuades.

Dimasukkan alkohol 30%, 50%, 70%.

Kemudian dimasukkan kedalam larutan Eosin 0,5% selama 3 menit.

Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 70%, 80%, 90% dan alkohol absolut.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Dikeringkan dengan kertas penghisap.

Inkubasi dengan xylol selama 1 malam.

Penutup

Preparat ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan balsem kanada

terlebih dahulu, lalu diberi label. Pewarnaan dengan hematoksilin-eosin (HE)

yang akan menyebabkan inti berwarna hitam kebiru-biruan dan sitoplasma

berwarna merah. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan

menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan gambaran kerusakan tulang

alveolar mandibula dengan pembesaran 400x .

3.7. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ±

SD). Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Jika data berdistribusi

normal dan homogen maka dilakukan uji ANOVA. Bila terdapat perbedaan

dilakukan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol

dan masing-masing perlakuan.

Jika distribusi data tidak normal dan atau tidak homogen, maka dilakukan

transformasi data. Kemudian diuji lagi normalitas dan homogenitas data. Apabila

data masih tidak normal distribusinya atau tidak homogen maka diuji dengan uji

Kruskal-Wallis. Untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan mengunakan uji Mann Whitney. Semua analisis data dilakukan dengan

menggunakan SPSS 18,0. Dalam penelitian ini, hanya perbedaan rata-rata pada

p ≤ 0,05 yang dianggap bermakna (signifikan).

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

3.8. Jadwal Penelitian

Keseluruhan kegiatan penelitian ini dari persiapan sampai pada penulisan hasil

penelitian adalah lebih kurang 21 minggu. Urutan kegiatan dan jadwal

pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada BAB IV ini ditunjukkan beberapa grafik histogram dari rata-rata data

hasil analisis yang berdasarkan pada hipotesis dan tujuan dari penelitian yang

dilakukan selama 30 hari. Urutan tampilan hasil dan pembahasan dari penelitian

ini adalah; (1) Kadar estrogen (estradiol) dalam darah, (2) Gambaran

histopatologi tulang alveolar (jarak dari Cementum Enamel Junction/CEJ ke

Alveolar Crest/AC).

4.1.1. Kadar estrogen (estradiol)

Data pengukuran kadar estrogen dalam darah tiap-tiap mencit betina dewasa

ditunjukkan pada Lampiran 1, Tabel 1. Rata-rata hasil analisis data kadar estrogen

dalam darah mencit betina (Mus musculus L.) ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil

analisis distribusi data dan homogenitas variansi adalah sebagai berikut; semua

data kadar estrogen dalam darah distribusinya tidak normal dan variansi datanya

juga tidak homogen. Hasil ini tidak memenuhi asumsi untuk dapat dilakukan uji

parametrik. Kemudian dilakukan transformasi data dan didapatkan data yang tidak

normal dan variansinya tetap tidak homogen. Oleh sebab itu dilakukan uji non

parametrik Kruskal Wallis, dan ditemukan adanya perbedaan yang nyata antara

masing-masing perlakuan penelitian (p<0,05; Lampiran 1, Tabel 1). Selanjutnya

dilakukan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan masing-masing kelompok

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

perlakuan.

Hasil uji didapatkan bahwa kadar estrogen yang tertinggi terdapat pada P3

(46,01±2,52 pg/mL), yang berbeda nyata (p<0,05) dengan P0 (31,41±27,51

pg/mL) dan P1 (20,39±5,44 pg/mL), tetapi tidak berbeda nyata dengan P2

(42,94±19,79 pg/mL), P4 (34,42±12,05 pg/mL) dan P5 (38,22±8,64 pg/mL).

Kadar estrogen terendah terdapat pada P1 (20,39±5,44 pg/mL), yang berbeda

nyata dengan P2, P3, dan P5, tetapi tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan P0 dan

P4.

b abb

b

a

a

Gambar 5. Kadar estrogen dalam darah (pg/mL). Keterangan; Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbe- da tidak nyata pada taraf uji 5%. P0= tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol); P1= latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari; P2= vi- tamin E selama 30 hari; P3 = latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi vitamin E; P4 = vitamin E selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi latihan fisik maksimal; P5 = latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari; ┬ = standar deviasi (SD).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

4.1.2. Gambaran histopatologi tulang alveolar (jarak dari Cementum Enamel

Junction/CEJ ke Alveolar Crest/AC)

Hasil pengukuran jarak dari Cementum Enamel Junction ke Alveolar Crest

pada mencit betina dewasa ditunjukkan pada Lampiran 1, Tabel 2. Rata-rata hasil

analisis datanya ditunjukkan pada Gambar 6 dan gambaran histopatologi tulang

alveolar pada Gambar 7. Hasil analisis distribusi data dan homogenitas variansi

adalah sebagai berikut; semua data jarak CEJ ke AC distribusinya normal dan

variansi datanya homogen. Hasil ini memenuhi asumsi untuk dapat dilakukan uji

parametrik. Kemudian dilakukan uji ANOVA pada taraf 5%. dan ditemukan

adanya perbedaan yang nyata antara masing-masing perlakuan penelitian (p<0,05;

Lampiran 1). Oleh sebab itu dilakukan Post Hoc test - Bonferroni untuk melihat

ada/tidaknya perbedaan rata-rata jarak CEJ ke AC antara masing-masing

kelompok perlakuan (P0-P5).

Hasil uji terhadap jarak CEJ ke AC yang terpanjang / terjauh terdapat pada P1

(78,14±10,15 μm), yang berbeda nyata (p<0,05) dengan P3 (40,13±22,64 μm),

tetapi tidak berbeda nyata (p>0,5) dengan P0 (49,48±17,94), P2 (47,56±11,66

μm), P4 (64,53±25,83 μm)dan P5(54,77±14,03 μm). Sedangkan jarak CEJ ke AC

terendah / terdekat terdapat pada P3 (40,13±22,64 μm), yang berbeda nyata

(p<0,05) dengan P1 dan P4, tetapi tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan P0, P2

dan P5.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

ab

b

ab a

b

ab

Gambar 6. Jarak dari cementum enamel junction ke alveolar crest (puncak alveolar). Keterangan; Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%. P0= tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol); P1= latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari; P2 = vitamin E selama 30 hari; P3= latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi di- beri vitamin E; P4= vitamin E selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi latihan fisik maksimal; P5 = latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari; ┬ = standar deviasi (SD). Gambar 7. Gambar jarak dari cementum enamel junction (CEJ) ke alveolar crest / AC (puncak alveolar) (μm). P0 = tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol); P1= latihan fisik maksimal setiap hari selama 30 hari; P2= vitamin E selama 30 hari; P3= latihan fisik maksimal selama 15 hari, selanjutnya 15 hari lagi diberi vitamin E; P4= vitamin E selama 15 hari selanjutnya 15 hari lagi latihan fisik maksimal; P5 = latihan fisik maksimal dan vitamin E selama 30 hari. Pembesaran 400x.

CEJ

CEJ

CEJ CEJ

AC

CEJ

AC

AC AC AC

CEJ

ACAC

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Kadar Estrogen (Estradiol) darah mencit betina dewasa

Tingginya kadar estrogen pada P3 (latihan fisik maksimal selama 15 hari,

selanjutnya 15 hari lagi vitamin E) (Gambar 5), mungkin disebabkan oleh adanya

pemberian vitamin E yang dapat menekan oksidan (ROS/Reactive Oxygen

Species) yang timbul setelah latihan fisik maksimal. Hal ini terbukti ketika

dibandingkan dengan kadar estrogen yang didapatkan pada P1 atau latihan fisik

maksimal setiap hari selama 30 hari, yang lebih rendah secara nyata (p<0,05)

dibandingkan dengan P3. Pengaruh vitamin E terhadap kadar estrogen mencit

betina terlihat jelas jika dilihat pada perlakuan lainnya yang ada penambahan

vitamin E (P2, P4 dan P5). Menurut Powers and Jackson (2008), latihan fisik

dapat meningkatkan pembentukan ROS dalam otot rangka. Verma et al., (2001)

menyatakan, bahwa pemberian vitamin E 2 mg/hari per oral selama 45 hari

mampu meningkatkan aktivitas enzim superoxide dismutase, glutathione

peroxidase, dan catalase, serta menurunkan kadar MDA testis mencit yang

dipaparkan aflatoksin 25 g/hari per oral selama 45 hari. Senturk et al., (2001)

menyebutkan, latihan fisik maksimal dapat menyebabkan terjadinya stres

oksidatif pada tikus. Ditambahkan oleh Ji (1999), selama latihan fisik maksimal,

konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen

pada serabut otot di perkirakan meningkat 100 kali lipat. Peningkatan konsumsi

oksigen ini mengakibatkan meningkatnya produksi radikal bebas yang dapat

menyebabkan kerusakan sel.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Peningkatan radikal bebas (ROS) menyebabkan rusaknya sel-sel pembentuk

estrogen melalui peroksidasi lipid pada membran selnya, sehingga estrogen yang

dihasilkannya juga menjadi berkurang. Menurut Kierszenbaum (2007), estrogen

dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum ovarium.

Rusaknya sel pembentuk estrogen pada kelompok P1 menyebabkan kadar

estrogen menjadi sangat rendah (p<0,05) dibanding dengan latihan fisik maksimal

yang diberi asupan vitamin E (P2-P5). Menurut Leeuwenburgh and Heinecke

(2001), peningkatan metabolisme aerobik selama latihan merupakan sumber

potensial stres oksidatif. Menurut Murdoch and Martinchicky (2004), bahwa sel

permukaan ovarium dapat terkena inflamasi bahan kimia atau radikal bebas.

Folikel menjadi pecah sehingga jadi rusak dan tidak dapat diperbaiki serta

mengalami apoptosis. Kemudian dikatakannya, bahwa penggunaan vitamin E

dapat mencegah kerusakan epitel ovarium domba oleh adanya oksidan.

4.2.2. Jarak CEJ ke AC mencit betina dewasa

Gambaran histopatologi tulang alveolar ditentukan dengan mengukur jarak

dari Cementum Enamel Junction/CEJ ke Alveolar Crest/AC). Jarak yang semakin

jauh, cenderung memperparah patologinya, begitu juga sebaliknya, atau dengan

kata lain semakin kurang tulang alveolarnya. Jarak CEJ ke AC yang paling tinggi

terdapat pada P1 (78,14±10,15 μm) karena aktifitas fisik maksimal yang

dilakukan dan tidak diberi asupan vitamin E. Selain timbulnya radikal

bebas/oksidan yang memperparah kerusakan ovarium (sumber utama estrogen),

juga tidak adanya antioksidan yang ditambahkan (vitamin E). Akibatnya kadar

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

estrogen rendah (Gambar 5) dan berdampak pada tingginya jumlah osteoklas dari

pada osteoblas. Hal ini menyebabkan tingginya histopatologi tulang alveolar.

Pada penelitian Shuid et al., (2001) dinyatakan bahwa, vitamin E dapat menahan

laju peningkatan stres oksidatif (radikal bebas) sehingga berfungsi dalam menjaga

kerusakan tulang pada pria dewasa. Misalnya osteoarthritis dan osteoporosis yang

dapat membatasi pergerakan serta meningkatkan peluang untuk patah tulang dan

komplikasi kondisi lain yang berpotensi mengancam.

Pendeknya jarak antara CEJ ke AC menandakan semakin kuatnya kondisi gigi

atau makin panjangnya tulang alveolar tempat gigi tertanam (Gambar 7). Seperti

pada P3 (40,13±22,64 μm) dilakukan latihan fisik maksimal awalnya dan

kemudian diberi asupan asupan vitamin E. Penambahan vitamin ini memicu

bertambahnya estrogen dan menghalangi radikal bebas hasil latihan fisik

maksimal yang merusak ovarium pembentuk utama estrogen. Vitamin E sebagai

antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron

yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari

pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif. Peningkatan

penghasilan estrogen inilah yang dapat memicu pertumbuhan tulang alveolar atau

memperpendek jarak antara AC ke CEJ. Baziad Ali (2003) menyatakan bahwa,

estrogen menghambat aktivitas osteoklas dan dengan sendirinya mengambat

resorpsi tulang dan secara bersamaan estrogen mengaktifkan osteoblas, sehingga

laju pergantian tulang menjadi normal. Estrogen bekerja baik secara langsung

melalui reseptor yang berada di tulang maupun secara tidak langsung dengan

bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada proses pemugaran tulang juga

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

berperan faktor-faktor lain yang berada di bawah pengaruh estrogen. Shuid et al.,

(2001) dan Haflah et al., (2009) berpendapat bahwa, suplemen vitamin E dapat

meningkatkan struktur tulang sehingga tulang menjadi kuat. Oleh karena itu,

vitamin E berpotensi digunakan sebagai bahan untuk mengobati osteoporosis atau

sebagai suplemen tulang pada orang dewasa muda dalam mencegah osteoporosis

dikemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang Pengaruh Pemberian

Vitamin E Terhadap Kadar Hormon Estrogen dan Gambaran Histopatologi

Tulang Alveolar Mencit (Mus musculus L.) Yang Melakukan Latihan Fisik

Maksimal, dapat disimpulkan;

a. Vitamin E berpengaruh terhadap kadar hormon estrogen mencit (Mus

musculus L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara

nyata (p<0,05).

b. Vitamin E berpengaruh terhadap stuktur tulang alveolar mencit (Mus musculus

L.) betina dewasa yang melakukan latihan fisik maksimal secara nyata

(p<0,05).

5.2. Saran

a. Disarankan adanya penelitian lanjutan dengan memeriksa kadar hormon lain

seperti progesteron, LH, dan FSH.

b. Adanya penelitian pada tingkat molekuler untuk mempelajari makanisme

molekuler dari latihan fisik maksimal terhadap histologis ovarium.

c. Adanya penelitian terhadap MDA darah, GSH, enzim Q10, SOD, dan

katalase.

d. Adanya penelitian terhadap pemeriksaan jumlah osteoblas dan osteoklas pada

tulang alveolar.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

e. Membandingkan vitamin E dengan antioksidan lain seperti vitamin C dan beta

karotin dalam menekan oksidan (radikal bebas) yang diakibatkan oleh latihan

fisik maksimal pada mencit betina dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

DAFTAR PUSTAKA

Barunawati, S.B., (2006) Pengaruh osteoporosis terhadap tulang alveolar. Majalah Ceril, 9, 92-7.

Baziad, A. (2003) Menopause dan andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 81.

Biomerieux® SA. (2008) Vidas et SPR sont des marques utilisees, REF 30 431, France, 1-4

Burton, G.W., Joyce, A., and Ingold, K.U., (1983) Is vitamin E the only lipid-soluble, chain-breaking antioxidant in human blood plasma and erythrocyte membrane? Arch. Biochem. Biophys., 221, 281-290.

Casaburi, R. (1992) Principles of exercise training. American College of Chest Physicians, 101, 263-267.

Caspersen, C.J., Powell, K.E., Christenson, G.M. (1985) Physical activity, exercise, and physical fitness : definitions and distinctions for health-related research. Public Health Reports, 126-31.

Chevion, S., Moran, D. S., Heled, Y., Shani, Y., Regev, G., Abbou, B., Berenshtein, E., Stadtman, E. R., Epstein, Y. (2003) Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical exercise. Proc Natl Acad Sci U S A, 100, 5119-23.

Clarkson, P.M., and Tremblay, I. (1988) Rapid adaptation to exercise induced muscle damage. Journal of Applied Physiology, 65, 1-6.

Clarkson, P. M. and Thompson, H. S. (2000) Antioxidants: what role do they play in physical activity and health? Am J Clin Nutr, 72, 637S-46S.

Cohen, M.E., and Meyer, D.M. (1993) Effect of dietary vitamin E supplementation and rotational stress on alveolar bone loss in rice rats. Arch, oral Biol 38(7), 7, 601-6

Dewoto, H.R.(2007) Vitamin dan mineral, di dalam Farmakologi dan Terapi, Ed.5, Jakarta, 786-7.

Evans, W. J. (2000) Vitamin E, vitamin C, and exercise. Am J Clin Nutr, 72, 647S-52S.

Federer, W. (1963) Experimental design, theory and application, New York, Mac Millan.

Fiorellini, J.P., Kirn, D.M., and Ishikawa, S.O., (2006) The tooth supporting structures, in: Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., (eds), Clinical Periodontology, ed 10, St Louis, Saunders Elsevier, 79-80.

Gusty dan Reni Prima (2007). Efek Pemberian Berulang Epinefrin Dosis Terapeutik Maksimal Pada Jumlah Folikel Ovarium Mencit (Mus musculus) Betina. Theses Master. Airlangga University Library. Surabaya Guyton, A. C. and Hall, J. E. (2007) Textbook of medical physiology,

Philadelphia, Elsevier saunders.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Haflah NH, Jaarin K, Abdullah S, Omar M. (2009), Palm vitamin E and glucosamine sulphate in the treatment of osteoarthritis of the knee. Saudi Med J.;30(11):1432-8. Halliwell, B. and Whiteman, M. (2004) Measuring reactive species and oxidative

damage in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the results mean? Br J Pharmacol, 142, 231-55.

Hoeber, P.B. (1950) Technique for decalcifying bone. Microscopical Techique, 271-2.

Ilyas, S. (2007) Azoospermia Dan Pemulihannya Melalui Regulasi Apoptosis Sel Spermatogenik Tikus (Rattus sp.) Pada Penyuntikan Kombinasi Testosteron Undekanoat (TU) Dan Depot Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), Disertasi Program Doktor Ilmu Biomedik Fak. Kedokteran Univ. Indonesia. Jakarta, 71.

Jackson, M. J. (2005) Reactive oxygen species and redox-regulation of skeletal muscle adaptations to exercise. Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci, 360, 2285-91.

Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Subawa, A.A.N. (2008) Ubi Jalar Ungu menurunkan Kadar MDA dalam Darah dan Hati Mencit setelah Aktivitas Fisik Maksimal. Jurnal Veteriner, 9(2), 65-72.

Ji.L.L. (1999). Antioxidant Enzyme Response to Exercise and Aging. Med Scient Sport Exercise, 25, 225-231. Joenes, H., Fatma, D., Gultom, F., Djamal, N (2007) Aktivitas enzim peroksidase

saliva pada wanita sebelum dan sesudah menopause. Dentika Dental Journal, 12, 10-13

Junqueira, L.C.,Carneiro, J., Kelley, R.O. (1997) Histologi dasar, Ed.8, Jakarta :EGC, 136.

Khassaf, M., Mcardle, A., Esanu, C., Vasilaki, A., Mcardle, F., Griffiths, R. D., Brodie, D. A. & Jackson, M. J. (2003) Effect of vitamin C supplements on antioxidant defence and stress proteins in human lymphocytes and skeletal muscle. J Physiol, 549, 645-52.

Kierszenbaum, AL. (2007). Histology and cell biology: an introduction to pathology. Paperback, Older Edition, 1, Book, ISBN: 0323016391. p.572

Laksmi, D.N.D.I (2010) Glutathion meningkatkan kualitas tubulus seminiferus pada mencit yang menerima pelatihan fisik berlebih. Buletin Veteriner Udayana, 3, 719-21.

Lee, B.D., and White, S. C., (2005) Age and trabecular features of alveolar bone associated with osteoporosis, Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 100, 92-8. Leeuwenburgh, C., Ji, L.L. (1998) Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis during Exercise. The Journal of Nutrition, 128, 2420-26.

Leeuwenburgh, C and J. W. Heinecke.( 2001) Oxidative Stress and Antioxidants in Exercise. Current Medicinal Chemistry, 8, 829-838 829 Loose, D.S., Mitchell, and Stancel, G.M. (2007) Estrogen dan Progestin, dalam

Goodman & Gilman, Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Jakarta : EGC, 1569.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Marcus, R., and Coulston, A.M. (2007) Vitamin E, di dalam Goodman dan Gilman Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Jakarta : EGC, 1753-4.

Murdoch, W.J. and J.F. Martinchicky (2004). Oxidative Damage to DNA of Ovarian Surface Epithelial Cells Affected by Ovulation: arcinogenic Implication and Chemoprevention Exp. Biol. Med. 229: 546–552, 2004 Payne, J.B., Zach, N.R., Reinhardt, R.A., Nummikoski, P.V., Patil, K.(1997) The

association between estrogen status and alveolar bone density change in postmenopausal women with a history of periodontitis. J Periodontol, 68, 24-31.

Pedersen, B. K. and Hoffman-Goetz, L. (2000) Exercise and the immune system: regulation, integration, and adaptation. Physiol Rev, 80, 1055-81.

Power, S.K. and Howley, E.T. (2007) Exercise Physiology : Theory and Application to Fitness and Performance. Mc Graw Hill International Edition, 87-9.

Powers SK and Jackson MJ (2008) Exercise-induced oxidative stress: Cellular mechanisms and impact on muscle force production. Physiol Rev 88:1243–1276.

Rokitzki, L.E, Logemann, A.N., Sagredos, M. Murphy,W. Wetzel-Roth, dan J. Keul (1994) Lipid Peroxidation and Antioxidative Vitamins Under Extreme Endurance Stress. Acta Physiologia of Scandinavian, 151, 149-158.

Senturk, U. K., Gunduz, F., Kuru, O., Aktekin, M. R., Kipmen, D., Yalcin, O., Bor-Kucukatay, M., Yesilkaya, A. & Baskurt, O. K. (2001) Exercise-induced oxidative stress affects erythrocytes in sedentary rats but not exercise-trained rats. J Appl Physiol, 91, 1999-2004.

Senturk, U. K., Gunduz, F., Kuru, O., Kocer, G., Ozkaya, Y. G., Yesilkaya, A., Bor-Kucukatay, M., Uyuklu, M., Yalcin, O. & Baskurt, O. K. (2005) Exercise-induced oxidative stress leads hemolysis in sedentary but not trained humans. J Appl Physiol, 99, 1434-41.

Singh, V. S. (1992) A Current Perspective on Nutrition and Exercise. J Nutr, 122, 760-65.

Slater, T. F. (1984) Free-radical mechanisms in tissue injury. Biochem J, 222, 1-15.

Sonneborn, J. S. and Barbee, S. A. (1998) Exercise-induced stress response as an adaptive tolerance strategy. Environ Health Perspect, 106 Suppl 1, 325-30.

Vander, A. J., Sherman, J. H. & Luciano, D. S. (2001) Human physiology:the mechanism of body function, Boston, McGraw-Hill.

Verma, R.J., Nair, A. (2001) Ameliorative effect of vitamin E on aflatoxin- induced lipid peroxidation in the testis of mice. Asian J Androl, 3, 217-21 Winarsi, H. (2007) Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta, 153.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lampiran 1. Analisis Data Kadar Estrogen atau Estradiol Tabel 1. Data Kadar Estrogen pada berbagai perlakuan penelitian (pg/mL) Perlakuan

Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 P5 1 16,17 19,23 57,52 47,20 36,77 40,78 2 16,32 18,20 62,00 47,23 13,74 31,14 3 19,75 17,51 51,97 44,95 36,57 51,82 4 24,55 30,00 21,26 42,14 40,00 30,88 5 80,24 17,00 21,97 48,52 45,00 36,48

Rata-rata 31,41 20,39 42,94 46,01 34,42 38,22 SD 27,51 5,44 19,79 2,52 12,05 8,64

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

Tests of Normality

.398 5 .009 .656 5 .003

.384 5 .015 .693 5 .008

.276 5 .200* .811 5 .100

.282 5 .200* .907 5 .450

.371 5 .023 .804 5 .087

.198 5 .200* .884 5 .327

KelompokP0

P1

P2

P3

P4

P5

EstrogenStatistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Test of Homogeneity of Variance

2.914 5 24 .034

.913 5 24 .489

.913 5 12.978 .503

2.435 5 24 .064

Based on Mean

Based on Median

Based on Median andwith adjusted df

Based on trimmed mean

Estrogen

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

5 10.80

5 6.80

5 20.60

5 22.60

5 14.80

5 17.40

30

KelompokP0

P1

P2

P3

P4

P5

Total

EstrogenN Mean Rank

Test Statisticsa,b

11.503

5

.042

Chi-Square

df

Asymp. Sig.

Estrogen

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 5.60 28.00

5 5.40 27.00

10

KelompokP0

P1

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

12.000

27.000

-.104

.917

1.000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 4.40 22.00

5 6.60 33.00

10

KelompokP0

P2

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

7.000

22.000

-1.149

.251

.310a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 4.00 20.00

5 7.00 35.00

10

KelompokP0

P3

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

5.000

20.000

-1.567

.117

.151a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 4.80 24.00

5 6.20 31.00

10

KelompokP0

P4

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

9.000

24.000

-.731

.465

.548a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 4.00 20.00

5 7.00 35.00

10

KelompokP0

P5

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

5.000

20.000

-1.567

.117

.151a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 3.40 17.00

5 7.60 38.00

10

KelompokP1

P2

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

2.000

17.000

-2.193

.028

.032a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 3.00 15.00

5 8.00 40.00

10

KelompokP1

P3

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

.000

15.000

-2.611

.009

.008a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 4.00 20.00

5 7.00 35.00

10

KelompokP1

P4

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

5.000

20.000

-1.567

.117

.151a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 3.00 15.00

5 8.00 40.00

10

KelompokP1

P5

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

.000

15.000

-2.611

.009

.008a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 6.00 30.00

5 5.00 25.00

10

KelompokP2

P3

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

10.000

25.000

-.522

.602

.690a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 6.40 32.00

5 4.60 23.00

10

KelompokP2

P4

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

8.000

23.000

-.940

.347

.421a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 1 NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 6.00 30.00

5 5.00 25.00

10

KelompokP2

P5

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

10.000

25.000

-.522

.602

.690a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 7.60 38.00

5 3.40 17.00

10

KelompokP3

P4

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

2.000

17.000

-2.193

.028

.032a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Lanjutan Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 7.00 35.00

5 4.00 20.00

10

KelompokP3

P5

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

5.000

20.000

-1.567

.117

.151a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

5 5.60 28.00

5 5.40 27.00

10

KelompokP4

P5

Total

EstrogenN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

12.000

27.000

-.104

.917

1.000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Estrogen

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Kelompokb.

Lampiran 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Analisis Data Jarak CEJ ke AC Tabel 2. Data Jarak CEJ ke AC pada berbagai perlakuan penelitian (μm) Perlakuan

Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 P5 1 33,16 65,65 63,78 58,86 36,83 39,43 2 36,65 69,03 44,08 66,33 38,63 76,72 3 41,64 84,54 40,00 11,71 68,94 54,83 4 75,44 82,85 35,02 26,01 88,45 46,53 5 60,50 88,63 54,93 37,72 89,82 56,33

Rata-rata 49,48 78,14 47,56 40,13 64,53 54,77 SD 17,94 10,15 11,66 22,64 25,83 14,03

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Jarak CEJ ke AC

Tests of Normality

.269 5 .200* .890 5 .358

.279 5 .200* .877 5 .298

.217 5 .200* .949 5 .729

.196 5 .200* .954 5 .768

.242 5 .200* .836 5 .155

.256 5 .200* .936 5 .638

KelompokP0

P1

P2

P3

P4

P5

Jarak_CEJ_ke_ACStatistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Test of Homogeneity of Variance

2.295 5 24 .077

1.206 5 24 .336

1.206 5 20.127 .342

2.259 5 24 .081

Based on Mean

Based on Median

Based on Median andwith adjusted df

Based on trimmed mean

Jarak_CEJ_ke_AC

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 2 Anova - Jarak CEJ ke AC Oneway

ANOVA

Jarak_CEJ_ke_AC

4649.619 5 929.924 2.879 .036

7750.759 24 322.948

12400.378 29

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lanjutan Lampiran 2 Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Jarak_CEJ_ke_AC

Bonferroni

-28.66200 11.36571 .281 -65.6958 8.3718

1.91600 11.36571 1.000 -35.1178 38.9498

9.35200 11.36571 1.000 -27.6818 46.3858

-15.05600 11.36571 1.000 -52.0898 21.9778

-5.29000 11.36571 1.000 -42.3238 31.7438

28.66200 11.36571 .281 -8.3718 65.6958

30.57800 11.36571 .192 -6.4558 67.6118

38.01400* 11.36571 .041 .9802 75.0478

13.60600 11.36571 1.000 -23.4278 50.6398

23.37200 11.36571 .762 -13.6618 60.4058

-1.91600 11.36571 1.000 -38.9498 35.1178

-30.57800 11.36571 .192 -67.6118 6.4558

7.43600 11.36571 1.000 -29.5978 44.4698

-16.97200 11.36571 1.000 -54.0058 20.0618

-7.20600 11.36571 1.000 -44.2398 29.8278

-9.35200 11.36571 1.000 -46.3858 27.6818

-38.01400* 11.36571 .041 -75.0478 -.9802

-7.43600 11.36571 1.000 -44.4698 29.5978

-24.40800 11.36571 .631 -61.4418 12.6258

-14.64200 11.36571 1.000 -51.6758 22.3918

15.05600 11.36571 1.000 -21.9778 52.0898

-13.60600 11.36571 1.000 -50.6398 23.4278

16.97200 11.36571 1.000 -20.0618 54.0058

24.40800 11.36571 .631 -12.6258 61.4418

9.76600 11.36571 1.000 -27.2678 46.7998

5.29000 11.36571 1.000 -31.7438 42.3238

-23.37200 11.36571 .762 -60.4058 13.6618

7.20600 11.36571 1.000 -29.8278 44.2398

14.64200 11.36571 1.000 -22.3918 51.6758

-9.76600 11.36571 1.000 -46.7998 27.2678

(J) KelompokP1

P2

P3

P4

P5

P0

P2

P3

P4

P5

P0

P1

P3

P4

P5

P0

P1

P2

P4

P5

P0

P1

P2

P3

P5

P0

P1

P2

P3

P4

(I) KelompokP0

P1

P2

P3

P4

P5

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lampiran 3 Pengamatan tulang alveolar di laboratorium Biomedik USU

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan Gambar :

1. Melihat preparat di mikroskop. 2. Gambar gigi yang di bawah

mikroskop.

(5)

CEJ 3. Gambar gigi di monitor. 4. Gambar tulang alveolar yang mau

diukur. 5. Gambar hasil pengukuran jarak

CEJ ke AC. CEJ : Cemento Enamel Junction,

36,65 µm

AC

AC : Alveolar Crest

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E

Lampiran 4. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan

Universitas Sumatera Utara