PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …
PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS
DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI
TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Perthy Melati Kasih
NIM : 088114004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS
DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI
TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Perthy Melati Kasih
NIM : 088114004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di saat-saat paling
kelam, asalkan seseorang ingat untuk menghidupkan sisi
terangnya.
-J.K. Rowling-
Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada :
TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku.
Mamah Yukesih & Papah Medio, ungkapan terima kasih, cinta, dan sayangku.
Tanpa kalian aku tidak bisa menjadi seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan
bosan untuk selalu mengingatkan dan mendengar keluh kesahku. Kalianlah orang
yang paling setia menemaniku saat kuatku dan lemahku. Tidak akan ada yang bisa
membalas semua jasa kalian.
Adikku Curtina Melati Kasih sebagai tanda sayangku dan motivasi buatmu.
Yohanes Hermawan yang selalu menghadirkan cinta dan kebahagiaan dalam hidupku.
Seorang sahabat yang selalu memberi warna dan rasa tersendiri dalam hidupku.
Teman-teman Farmasi USD 2008 dan almamater tersayang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Sang Maha Kasih
Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya yang Ia limpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Madu Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag
pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar” merupakan karya ilmiah penulis
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses
penyelesaian skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh
Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.
3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang berart i terhadap skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ag. Yuswanto, S.U., PhD, Apt selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan krit ik serta saran terhadap skripsi ini.
5. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Ketua Program Studi
sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
6. Pimpinan dan staff LPPT UGM : Ibu Istini dan Pak Sutari yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian serta membantu selama
masa penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan penelitian yang selalu mendukung dan
mengingatkan : Ellen Naomi Nauli Sinaga dan Kartika Sari Senas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
8. Para sahabat yang tak pernah bosan menjadi tempat berbagi tawa dan air
mata : Mezcovits Team, Adityawarman, Primaboti Nurwidaningrum,
Christina Putranti Rose Widani, Wiria Sende Paiman, Eureka Gracia Letitia,
Agatha Novita Ika Hayuningtyas, Ketut Ary Widiasih, Liani, Alfonsus
Rosario Heppy Dwi Yoga, Incipit Vita Nova Marthadiwangsa dan Brigita
Ivana Amanda Susilo.
9. Teman-teman angkatan 2008, khususnya FKK A 2008 yang sudah
mengajarkan aku untuk menertawakan hidup.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi
informasi bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
INTISARI ......................................................................................................... xv
ABSTRACT ....................................................................................................... xvi
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1. Permasalahan .......................................................................................... 3
2. Keaslian penelitian.................................................................................. 3
3. Manfaat penelitian .................................................................................. 3
a. Manfaat teoritis .................................................................................. 3
b. Manfaat praktis .................................................................................. 3
B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1. Tujuan umum .......................................................................................... 4
2. Tujuan khusus ......................................................................................... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5
A. Madu ............................................................................................................ 5
B. Sistem Imun ................................................................................................. 8
C. Makrofag ..................................................................................................... 11
D. Imunomodulator .......................................................................................... 13
E. Landasan Teori ............................................................................................ 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
F. Hipotesis ...................................................................................................... 15
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 16
A. Jenis dan Rancang Penelitian ...................................................................... 16
B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 17
1. Variabel penelitian .................................................................................. 17
2. Definisi operasional ................................................................................ 17
C. Bahan Penelitian .......................................................................................... 18
1. Bahan utama ........................................................................................... 18
2. Hewan uji ................................................................................................ 18
3. Bahan untuk uji fagositosis makrofag .................................................... 18
D. Alat Penelitian ............................................................................................. 18
1. Preparasi sampel ..................................................................................... 18
2. Pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ......................... 19
E. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 19
1. Tahap penentuan dosis madu hutan ........................................................ 19
2. Tahap praperlakuan hewan uji ................................................................ 19
3. Tahap orientasi dosis madu hutan........................................................... 20
4. Tahap percobaan ..................................................................................... 21
5. Pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ...................... 22
F. Analisis Hasil ............................................................................................. 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 24
A. Uji Fagositosis Makrofag ............................................................................ 24
B. Tahap Orientasi Dosis Madu Hutan ............................................................ 28
C. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200
g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag
pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 34
D. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200
g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Kapasitas Fagositosis Makrofag
pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41
A. Kesimpulan .................................................................................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Saran ............................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
LAMPIRAN ..................................................................................................... 45
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 28
Tabel II. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis
Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi
Dosis .............................................................................................. 29
Tabel III. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 29
Tabel IV. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 32
Tabel V. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 32
Tabel VI. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan ................................................................................... 34
Tabel VII. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis
Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 35
Tabel VIII. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 35
Tabel IX. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan ................................................................................... 37
Tabel X. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Kapasitas Fagositosis
Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 38
Tabel XI. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun .................................................. 8
Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik ................... 10
Gambar 3. Makrofag ..................................................................................... 12
Gambar 4. Sel Makrofag Peritoneal dengan Pengecatan Giemsa
Perbesaran 100x .......................................................................... 25
Gambar 5. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Makrofag dengan
Pengecatan Giemsa Perbesaran 100x ......................................... 26
Gambar 6. Perbandingan Morfologi Makrofag Tikus dengan Pengecatan
Giemsa Perbesaran 100x ............................................................. 27
Gambar 7. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 29
Gambar 8. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 32
Gambar 9. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan .............................................................. 35
Gambar 10. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan .............................................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) .............. 46
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 47
Lampiran 3. Foto Perbandingan Warna antara Madu Hutan dengan Madu
Ternak ....................................................................................... 48
Lampiran 4. Komposisi Media Tumbuh Makrofag ...................................... 49
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji
Tahap Orientasi Dosis .............................................................. 50
Lampiran 6. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi
Dosis ......................................................................................... 51
Lampiran 7. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi
Dosis ......................................................................................... 52
Lampiran 8. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap
Orientasi Dosis ......................................................................... 53
Lampiran 9. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap
Orientasi Dosis ......................................................................... 55
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji
Tahap Percobaan ...................................................................... 56
Lampiran 11. Penimbangan Berat Badan Hewan Uji untuk Tahap
Percobaan ................................................................................. 57
Lampiran 12. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan ......... 58
Lampiran 13. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan.......... 59
Lampiran 14. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap
Percobaan ................................................................................. 60
Lampiran 15. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap
Percobaan ................................................................................. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
INTISARI
Penyakit disebabkan oleh banyak hal salah satunya diantaranya terjadi
karena penurunan sistem kekebalan tubuh. Madu hutan mengandung beberapa
senyawa organik, salah satunya flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai
antioksidan dan antibakteri serta dapat pula meningkatkan sistem kekebalan tubuh
terhadap infeksi penyakit sehingga madu hutan berpotensi sebagai
imunomodulator. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi mengenai
pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis
makrofag.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan penelitian acak pola searah. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu kelompok perlakuan diberikan madu hutan dengan dosis 0,27
ml/200 g BB tikus; 0,54 mL/200 g BB tikus; dan 1,08 ml/200 g BB tikus; serta
kelompok kontrol negatif diberikan aquadest 2,5 mL/200 g BB tikus. Aktivitas
fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu persentase sel
makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel. Kapasitas fagositosis makrofag
ditetapkan berdasarkan jumlah bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag.
Respon imun seluler ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis
makrofag berdasarkan peningkatan jumlah makrofag yang memfagositosis lateks
dan peningkatan jumlah lateks yang difagositosis oleh makrofag.. Data dianalisis
dengan uji one way ANOVA taraf kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji
Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu hutan berpengaruh
terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag berupa peningkatan aktivitas
dan kapasitas fagositosis makrofag.
Kata kunci : Madu hutan, imunomodulator, aktivitas fagositosis makrofag,
kapasitas fagositosis makrofag
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Many factor contribute to disease, one of them due to weakenning of
immune system. Forest honey contains some organic compounds, true of the
active compounds are the flavonoids. Flavonoids have antioxidant and
antibacterial activity and can also boost the immune system against infectious
diseases so that the honey of forest has a potential as immunomodulator. The aim
of this research was to obtain information on the effect of forest honey on the
phagocytic activity and phagocytic capacity of macrophages.
This research is experimental with one way randomized complete design.
Each group was given honey forest with dose of 0,27 ml/200 g BW; 0,540
mL/200 g BW; 1,080 ml/200 g BW, and negative control group was given
aquadest 2,5 mL/200 g BW. Phagocytic activity of macrophages, expressed as a
phagocytic ratio, the percentage of cells that perform phagocytosis of
macrophages per 100 cells. Phagocytic capacity of macrophages determined based
on number of engulfed bacteria per 100 macrophages. Cellular immune response
was used to evaluate the increasing capability of macrophage phagocyte (the
amount of latex that was phagocyted by macrophage). Data were analyzed by one
way ANOVA test with a confidence level of 95%, followed by Tukey test.
The result showed that administration of forest honey has an effect on
activity and capacity phagocytosis of macrophages.
Key words : Forest honey, immunomodulator, phagocytic activity of
macrophages, phagocytic capacity of macrophage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri atau
virus dan dapat pula disebabkan kondisi tertentu seperti penurunan pertahanan
tubuh. Saat kondisi pertahanan tubuh tidak baik maka zat asing yang berasal
dari luar tubuh (xenobiotic) maupun dari dalam tubuh mudah menginfeksi
sehingga menimbulkan penyakit. Sistem imun merupakan salah satu bagian
dari sistem pertahanan tubuh. Senyawa alam maupun sintetik yang
meningkatkan sistem pertahanan tubuh tidak bekerja secara langsung
menghadapi penyebab penyakit seperti halnya antibiotik. Sistem pertahanan
tubuh akan dipacu oleh senyawa tersebut melalui mekanisme efektor sistem
imun, sehingga digolongkan sebagai imunomodulator (Munawaroh, 2008).
Salah satu bahan alam yang telah digunakan masyarakat Indonesia untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi alergi adalah madu (Aden,
2010).
Madu merupakan bahan alam berbentuk cairan, berasal dari nektar
tanaman yang diproses oleh lebah (Mulu, Tessema, and Derby, 2004). Di
Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi
sumber nektarnya. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu
tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng, madu rambutan, dan madu randu
sedangkan jenis yang lain adalah madu poliflora (Suranto, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa
jenis tumbuhan bunga. Madu ini biasanya berasal dari hutan yang diproduksi
oleh lebah-lebah liar. Madu hutan bersifat alamiah, dalam arti terbebas dari
pengaruh pupuk, pestisida, dan polusi (Ambrosio, 2010). Madu hutan yang
berbeda sumber nektarnya ini dimungkinkan memiliki aktivitas terhadap sistem
imun yang lebih baik daripada madu yang hanya berasal dari satu jenis bunga
saja, sebab mengandung antibiotik alami yang diproduksi lebah-lebah liar
(Hariyati, 2010).
Madu mengandung flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai
antioksidan (Cahanar dan Irwan, 2006). Menurut Krell (1996) kandungan
flavonoid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa flavonoid
diketahui dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneum
pada tikus galur Wistar (Arsani, 2010).
Makrofag merupakan sel yang berperan dalam respon imun baik peran
fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells
(APC) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Fagositosis makrofag lebih aktif
dalam menghadapi patogen seperti mikroorganisme maupun antigen lain
bahkan sel atau jaringan sendiri yang mengalami kerusakan atau mati, sehingga
makrofag merupakan sel efektor utama pada respon imun alamiah (Abbas,
Lichtman, and Pober, 2000).
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian madu
hutan pada sistem imun, dengan mengkaji kemampuan fagositosis makrofag
menggunakan metode Leijh, Furtth, and Zwet (1986) (cit.Vanani, 2011), yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan menggunakan latex beads, sehingga dapat diperoleh informasi
penggunaan madu hutan sebagai imunomodulator untuk meningkatkan respon
imun.
1. Permasalahan
Apakah madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan
oleh penulis penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Hutan
terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji
Tikus Jantan Galur Wistar” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Memberikan informasi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai manfaat madu hutan sebagai imunomodulator.
2) Menjadi dasar dalam pengembangan penelitian di bidang ilmu
kefarmasian khususnya tentang madu hutan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi dan tambahan wawasan bagi masyarakat dalam
memanfaatkan madu hutan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Tujuan umum
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan pada
hewan uji tikus jantan galur Wistar sebagai imunomodulator.
2. Tujuan khusus
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan terhadap
aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan
galur Wistar.
B. Tujuan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Madu
Madu adalah cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis, dari
sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman (extra floral
nectar) atau ekskresi serangga. Madu merupakan hasil sekresi lebah, karena
madu ditempatkan dalam bagian khusus di perut lebah yang disebut perut madu
yang terpisah dari perut besar (Sambodo, 2009).
1. Jenis madu
Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu madu monoflora dan madu poliflora. Madu monoflora merupakan
madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng,
madu rambutan, dan madu randu, sedangkan madu poliflora adalah madu
yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga, contoh dari madu
jenis ini adalah madu hutan (Aden, 2010).
Madu hutan berasal dari lebah liar yang bernama Apis Dorsata.
Sumber pakan dari lebah ini adalah tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh
di dalam hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga sangat baik untuk
kesehatan karena mengandung antibiotik alami yang diproduksi oleh lebah-
lebah liar. Kualitas madu hutan dianggap lebih baik daripada madu hasil
lebah ternak sebab bunga yang dikonsumsi lebah-lebah tersebut bebas
pengaruh pupuk dan pestisida yang kemungkinan besar ditemukan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tanaman atau pohon yang sengaja ditanam untuk perternakan lebah
(Suranto, 2007).
2. Kualitas madu
Madu yang berkualitas ditentukan oleh beberapa hal, yaitu waktu
pemanenan madu, kadar air, warna, rasa, dan aroma madu. Ketika madu
telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh lebah maka saat tersebut
sangat tepat untuk memanen madu. Warna madu cenderung akan mengikuti
tanaman penghasil nektarnya. Rasa dan aroma madu yang paling enak
adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya (Sambodo, 2009).
Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1980), kualitas madu secara
sensoris biasanya ditentukan oleh warna, aroma khas madu, dan keadaannya
(kekentalan dan penampakan). Beberapa ahli menyatakan bahwa madu yang
berwarna gelap mengandung banyak mineral, terutama Fe, Cu, dan Mn.
Oleh karena itu madu yang berwarna gelap sebagai bahan makanan tidak
kalah pentingnya dengan madu yang berwarna terang. Biasanya untuk madu
yang berwarna gelap ini terjadi pada madu hutan.
3. Komposisi madu
Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini
telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu.
Karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu
berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir
semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri fruktosa
dan glukosa. Fruktosa dan glukosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat
yang terdapat dalam madu. Komposisi terbesar kedua setelah karbohidrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
adalah air. Jumlahnya biasanya berkisar dari 15%-25%. Bervariasinya kadar air
dalam madu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kelembapan udara,
jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan (Suranto, 2007).
Madu mengandung beberapa senyawa organik, yang telah
terindentifikasi antara lain seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida. Madu
juga mengandung berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa oksidase dan
enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahan sukrosa untuk diubah
menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya mudah diserap dan dicerna
(Aljady et al., 2000).
Menurut Febrita (2011), penapisan fitokimia yang dilakukan pada
madu hutan menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoid. Flavonoid
bermanfaat sebagai antibiotik, bekerja dengan mengganggu fungsi dari
mikroorganisme dari bakteri atau virus. Efek lainnya adalah mencegah
alergi karena flavonoid mampu mencegah lepasnya zat utama penyebab
alergi yaitu histamin dan serotonin (Suranto, 2007). Flavonoid dalam tubuh
manusia berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kanker dan
melindungi sel. Hal inilah yang menyebabkan flavonoid sebagai zat yang
sangat kuat menetralisir radikal bebas, mendukung sistem kekebalan tubuh
alami manusia pada tingkat seluler dan membantu regenerasi sel (Kusmardi,
Kumala, dan Triana, 2007).
4. Manfaat madu
Berdasarkan hasil penelitian para ahli yang dipadukan dengan
pengalaman langsung konsumen dan masyarakat penggemar madu, setiap
jenis madu dan sumber nektar, ternyata memiliki manfaat dan khasiat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
berbeda pula (Haviva, 2011). Manfaat madu hutan antara lain meningkatkan
daya tahan tubuh, mengatasi susah tidur, mengatasi alergi, mengobati
reumatik, memperlancar fungsi otak, dan menyembuhkan luka bakar (dioles
pada bagian yang luka) (Aden 2010).
B. Sistem Imun
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit
infeksi. Gabungan sel, molekul, jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap mikroba serta bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun
diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja
dan Rengganis, 2010).
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)
Respon imun sangat tergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali molekul asing yang terdapat pada patogen potensial dan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
membangkitkan reaksi yang tepat untuk mengeliminasi sumber antigen
bersangkutan. Respon imun akan diberikan oleh tubuh jika terdeteksi adanya
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa
mikroorganisme eksogenous seperti bakteri, virus atau jamur dapat pula zat-zat
kimia eksogenous (polen atau racun tanaman) atau sel-sel endogenous (sel
maligna). Respon imun mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pertahanan tubuh
terhadap infeksi organisme asing, menjaga keseimbangan pergantian sel
(homeostasis) dengan mengeliminasi sel-sel tubuh yang sudah tua, dan
pengawasan (surveillance) untuk mengawasi sel-sel abnormal yang selalu
timbul dalam tubuh. Respon imun merupakan suatu sistem pertahanan agar
tubuh dapat menjaga keseimbangan antara lingkungan luar dan di dalam tubuh
(Mardilah, Zakaria, dan Asydhah, 2006).
Sistem imun yang mempertahankan keutuhan tubuh terdiri atas sistem
imun bawaan (natural/ nonspesifik/ innate/ native immunity) dan sistem imun
perolehan (spesifik/ adaptive/ acquired immunity) (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2010).
1. Sistem imun non-spesifik
Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan
dalam menghadapi serangan antigen karena dapat memberikan respon cepat
dan langsung terhadap antigen. Sistem imun non-spesifik sudah ada dan
berfungsi sejak lahir dan tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2010)
Bila ada antigen yang masuk, misalnya antigen bakteri, maka
bakteri akan melakukan invasi disertai proses inflamasi pada tempat infeksi.
Inflamasi bertujuan memusatkan agen pertahanan tubuh ke lokasi yang
terinfeksi. Selama inflamasi sel-sel fagosit seperti neutrofil dan makrofag
meninggalkan aliran darah dan berpindah menuju tempat infeksi sebagai
respon terhadap kemikal (chemoattractants) yang dilepas di tempat infeksi.
Tugas sel-sel fagosit adalah menghancurkan bakteri tersebut secara non-
spesifik dengan proses fagositosis (Basuki, 2005).
2. Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifik merupakan bentuk respon imun yang
dimediasi oleh sel limfosit dan membutuhkan waktu untuk mengenal
antigen terlebih dahulu sebelum memberikan responnya. Sistem imun
spesifik memiliki karakteristik dan spesifitasi yang lebih baik serta memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sel memori sehingga respon yang diberikan lebih cepat dan lebih baik
terhadap antigen yang telah masuk sebelumnya ke dalam tubuh (Abbas and
Lichtman, 2005). Benda asing yang pertama kali muncul dalam tubuh akan
segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitisasi sel-sel
sistem imun. Bila sel imun yang sudah tersensitisasi tersebut terpapar
kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing ini akan dikenal
dengan cepat kemudian dihancurkan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
C. Makrofag
Makrofag berasal dari promonosit sumsum tulang lalu mengalami
diferensiasi menjadi monosit darah dan akhirnya tinggal di jaringan sebagai
makrofag dewasa serta membentuk sistem fagosit mononuklear (Roitt, 2002).
Makrofag merupakan sel fagosit yang hampir ditemui di setiap organ di
seluruh tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar.
Makrofag berukuran 10-30 µm, bentuk tidak teratur, inti lonjong,
mengandung granula azurofilik, dan bertahan berbulan-bulan dalam jaringan.
Makrofag kadang-kadang mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dengan
kaki-kaki palsu yang terjulur keseluruh arah, membran plasma yang melipat-
lipat dan bertonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan demikian itu membantu
perluasan fagositosis dan gerakan sel. Sel-sel sistem makrofag terdapat pada
jaringan ikat longgar berupa makrofag jaringan atau histiosit, di dalam darah
berupa monosit, di dalam hepar melapisi sinusoid yang dikenal sebagai sel
Kupffer, makrofag perivaskuler sinusoid limpa, limfonodus, dan sumsum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tulang, sedangkan pada susunan saraf pusat berupa makroglia berasal dari
mesoderm (Efendi, 2003).
Gambar 3. Makrofag (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)
Makrofag berfungsi untuk menelan dan melenyapkan partikel asing
seperti antigen (mikroorganisme) maupun sel atau jaringan sendiri yang
mengalami kerusakan atau mati (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
Makrofag dapat mengenali substansi asing dimungkinkan oleh adanya reseptor
untuk fosfolipid sedangkan fungsinya sebagai efektor adalah menghancurkan
mikroorganisme dan sel-sel ganas serta susbtansi asing dimungkinkan karena
sel ini, antara lain mempunyai sejumlah lisosom yang mengandung enzim
perusak seperti hidrolase dan peroksidase. Kemampuan fagositosis dalam
menghancurkan substansi asing yang telah dilapisi (opsonisasi) antibodi atau
komplemen dapat meningkat karena makrofag mempunyai reseptor terhadap
Fc (Fragment crystallizable), Ig (immunoglobulin) G1, dan IgG3 serta IgE,
dan reseptor terhadap komplemen (Kresno, 2010). Fungsi lain makrofag adalah
sebagai antigen presenting cells (APC) dengan cara mengekspresikan MHC
(Major Histocompatibility Complex) kelas II pada permukaan makrofag, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ekspresi MHC II meningkat bila ada makrofag yang teraktivasi. Makrofag
menampilkan antigen asing pada sel T yang dilakukannya bersama ekspresi
MHC II (Abbas et al., 2000).
Fagositosis merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri
atau benda asing (Efendi, 2003). Proses fagositosis oleh makrofag secara
berurutan berlangsung dalam lima fase, yaitu : fase pergerakan, perlekatan,
penelanan (ingestion), degranulasi, dan pembunuhan (killing). Proses
penelanan bakteri terjadi karena fagosit membentuk tonjolan pseudopodia,
sehingga bakteri tertangkap dalam vakuola yang disebut fagosom. Selanjutnya
lisosom yang berisi berbagai jenis enzim dan protein lain bergabung dengan
fagosom membentuk fagolisosom, lalu terjadi degranulasi dan respiratory
burst. Enzim dan protein yang terdapat dalam lisosom mampu membunuh
bakteri, baik dengan proses oksidatif maupun non-oksidatif (Abbas et al.,
2000).
D. Imunomodulator
Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang bekerja dengan cara
memodulasi sistem imun. Pada individu yang mengalami defisiensi sistem
imun, imunomodulator akan bekerja dengan cara merangsang (imunostimulan).
Sebaliknya, jika sistem imun bekerja terlalu berlebihan maka imunomodulator
akan bekerja dengan cara menekan atau menormalkan kembali sistem imun
tersebut (imunosupresan) (Tan and Vanitha, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Imunostimulan
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan
terutama terjadi pada induksi non-spesifik, baik mekanisme pertahanan
seluler maupun humoral. Pertahanan non-spesifik terhadap antigen ini
disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut
paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja
antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu
meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah
makrofag, granulosit, limfosit-T dan limfosit-B, karena induktor
paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.
Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung untuk
meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik
maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh (Widianto, 1987).
2. Imunosupresan
Imunosupresan merupakan obat yang bekerja dengan menekan
respon imun. Obat imunosupresi digunakan pada pasien yang akan
menjalani transplantasi dan penyakit autoimun karena kemampuannya dapat
menekan respon imun. Efek terhadap sistem imun berupa perubahan jalur
sel sistem imun yang sementara dan efek yang lebih persisten terhadap
fungsi sel individual tergantung dari golongan imunosupresan
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
E. Landasan Teori
Madu hutan merupakan salah satu jenis madu, berasal dari sumber
nektar yang berbeda, diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan
mengandung banyak senyawa organik, salah satu kandungan senyawa organik
yang telah teridentifikasi adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa
fitokimia yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi dan merupakan antibiotik alamiah.
Beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa senyawa
flavonoid mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Arsani (2010) membuktikan bahwa
senyawa flavonoid dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag
peritoneum pada tikus galur Wistar.
F. Hipotesis
Madu hutan mempunyai pengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis
makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu
penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak pola
searah, yaitu cara menetapkan sampel dalam kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dengan pengacakan agar setiap sampel punya kesempatan
yang sama untuk dapat masuk ke dalam kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang
sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian larutan madu hutan.
Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus galur Wistar. Kriteria inklusi,
yaitu tikus kelamin jantan, berat badan antara 100-300 g, berumur 2-3 bulan
yang diperoleh dari Unit Praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kriteria drop out adalah tikus
mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Unit Praklinik dan Unit III
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas : dosis madu hutan
2) Variabel tergantung : aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag
b. Variabel pengacau
1) Variabel yang dikendalikan : jenis makanan, variasi genetik, jenis
kelamin, berat badan, galur tikus, dan
umur tikus.
2) Variabel yang tidak terkendali : kondisi psikologis dan patofisiologis
tikus.
2. Definisi operasional
a. Madu hutan
Madu poliflora yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga
di hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan yang
digunakan diperoleh dari salah satu distributor madu di Yogyakarta.
b. Aktivitas fagositosis makrofag
Aktivitas fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu
persentase sel makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel
(Maqsood, Singh, Samoon, and Balange, 2010).
c. Kapasitas fagositosis makrofag
Kapasitas fagositosis makrofag sebagai indeks fagositik, yaitu jumlah
bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag (Maqsood et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
Madu hutan berasal dari hutan Kalimantan yang diperoleh dari salah satu
distributor madu di Yogyakarta, yaitu Madu Pramuka.
2. Hewan uji
Tikus jantan galur Wistar umur 2-3 bulan berat 100-300 g diperoleh dari
Unit Praklinik Laboratorium Pengembangan dan Penelitian Terpadu
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tikus dipelihara dalam ruangan
berventilasi cukup dengan suhu ruangan 25-28oC, diberi pakan AD-II
(Comfeed) dan akuades sebagai minum secara ad libitum.
3. Bahan untuk uji fagositosis makrofag
Akuades, akuabides, klorofom, Roswell Park Memorial Institute Medium
(RPMI 1640) (Sigma), metanol, alkohol 70%, Phosphate Buffer Saline
(PBS) steril, coverslips bulat, latex beads diameter 3 µm (Sigma Chem. Co),
Giemsa 20%, medium komplit yang terdiri dari RPMI 1640, Fetal Bovine
Serum (FBS) (Gibco) 10%, Penisilin-Streptomisin 2% (Gibco) dan
fungizon 1% (Gibco).
D. Alat Penelitian
1. Preparasi sampel
Gelas ukur 100 mL, labu takar 100 mL, gelas pengaduk, pipet Pasteur,
dan spuit per oral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag
Inkubator CO2 5%; 37oC (Heraeus), plate 24 well (Nunc), sentrifus
eppendorf (Sorfall MC 12 V, Dupont), Effendorf tube, Laminar Air Flow
(Labquib), hemositometer (Nebaeur), mikropipet (Eppendorf), neraca
elektronik (Sartorius), filter 0,22 µm (Sartorius), tabung sentrifus 15 mL
(Nunc), spuit injeksi 10 mL (Terumo), mesin Vortex, pipet Pasteur, yellow
dan blue tip, Inverted Microscope (Olympus), mikroskop binokuler, lampu
spiritus, pinset, gunting, tabung reaksi, dan alat-alat gelas yang telah
disterilkan.
E. Tata Cara Penelitian
1. Tahap penentuan dosis madu hutan
Besarnya dosis madu hutan ditentukan berdasarkan dosis yang dianjurkan
pada manusia adalah 1-2 kali/hari 1 sendok makan (15 mL) (Suranto, 2007).
Konversi dosis pada manusia yang berat badannya 70 kg ke tikus yang berat
badannya 200 g adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Dosis madu hutan untuk
tikus 200 g adalah :
Faktor konversi x dosis = 0,018 x 15 mL
= 0,27 mL/200 g BB
2. Tahap praperlakuan hewan uji
Sebelum penelitian dilaksanakan, semua hewan uji ditimbang beratnya,
kemudian hewan uji dipelihara selama satu hari untuk penyesuaian diri
terhadap lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Tahap orientasi dosis madu hutan
Tahap orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis madu
hutan yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag. Tikus jantan sejumlah 12 ekor dari galur Wistar, umur
2-3 bulan, berat badan 100-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random
menjadi 4 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 3 ekor.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus yang diberi akuades sebagai
kontrol pelarut dengan volume pemberian 2,5 mL/200 g BB.
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 0,27 mL/200 g BB, dengan volume pemberian
1,35 mL/200 g BB.
c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 0,405 mL/200 g BB, dengan volume pemberian
2,03 mL/200 g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 0,54 mL/200 g BB, dengan volume pemberian
2,7 mL/200 g BB.
Semua tikus diperlakukan dengan pemberian akuades maupun larutan madu
hutan secara peroral menggunakan sonde atau spuit intragastrikum sekali
sehari selama tujuh hari berurut-turut. Pada hari ke-29, tikus dikorbankan
untuk kemudian dilakukan uji fagositosis makrofag. Hasil percobaan pada
tahap orientasi dosis ini akan digunakan pada tahap percobaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Tahap percobaan
Tikus jantan sejumlah 20 ekor dari galur Wistar, umur 2-3 bulan,
berat badan 100-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi 4
kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor tikus, sesuai
dengan ketentuan WHO (1993), jumlah minimal hewan uji tiap kelompok
adalah 5 ekor. Dosis madu hutan pada tahap orientasi yang menyebabkan
peningkatan signifikan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada
hewan uji digunakan sebagai dosis pertama. Kelompok dosis kedua dan
ketiga, yang ditetapkan dengan faktor pengali adalah dua dari dosis pertama.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus yang diberi akuades sebagai
kontrol pelarut dengan volume pemberian 2,5 mL/200 g BB.
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 0,27 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 0,675
mL/200 g BB.
c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 0,54 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 1,35 mL/200
g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan
dengan dosis 1,08 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 2,7 mL/200
g BB.
Pemberian akuades maupun larutan madu hutan pada masing-masing
kelompok perlakuan dilakukan selama 18 hari berurut-turut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada hari ke-18, tikus dibunuh dengan narkose menggunakan
kloroform. Tikus diletakkan diposisi terlentang, kulit bagian perut dibuka
dan dibersihkan selubung peritoneumnya dengan alkohol 70%. Kemudian
disuntikan 10 mL RPMI dingin ke rongga peritoneum, tunggu ± 3 menit
sambil diguling-gulingkan secara perlahan. Cairan peritoneal dikeluarkan
dari rongga peritoneum dengan cara menekan organ dalam dengan dua jari,
cairan diaspirasi dengan jarum suntik, dipilih bagian yang tidak berlemak
dan jauh dari usus. Jarum yang berisi bahan aspirasi diletakkan dalam gelas
beker berisi es, kemudian suspensi tersebut dimasukkan ke tabung sentrifus.
Aspirat yang sudah terkumpul disentrifugasi pada kecepatan 3000
rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang kemudian ditambahkan 3 mL
medium komplit pada pellet yang didapat. Jumlah sel dihitung dengan
hemositometer kemudian diresupensikan dengan medium komplit sehingga
didapat suspensi sel dengan kepadatan 2,5 x 106/mL. Suspensi sel yang
dikultur pada plate 24 yang diberi coverslips bulat, setiap sumuran 200 µL
(5 x 105 sel), inkubasi dalam inkubator CO2 5%, 37
oC selama 30 menit,
kemudian ditambahkan medium komplit 1 mL/sumuran dan diinkubasi
selama 2 jam, sel dicuci dengan RPMI dua kali kemudian ditambahkan
medium komplit 1 mL/sumuran dan inkubasi dilanjutkan sampai 24 jam.
5. Pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag
Tahap ini dilakukan uji fagositosis sel makrofag terhadap lateks
beads (Leijh et al., 1986). Lateks beads yang digunakan berdiameter 3 µm
yang disuspensikan dalam PBS sehingga konsentrasi 2,5 x 107/mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Makrofag peritoneum yang dikultur sehari sebelumnya dicuci dua kali
dengan RPMI, kemudian tambahkan suspensi lateks beads 200 µL/sumuran
dan diinkubasikan selama 60 menit pada 37oC dalam inkubator CO2 5%.
Sel kemudian dicuci dengan PBS tiga kali untuk menghilangkan partikel
yang tidak difagositosis dan dikeringkan pada suhu ruangan dan difiksasi
dengan metanol absolut. Setelah kering coverslips dipopulasi dengan
Giemsa 20% selama 30 menit. Dicuci dengan akuades, diangkat dari
sumuran kultur dikeringkan pada suhu ruangan. Presentasi sel yang
memfagosit partikel lateks dihitung dari 100 sel fagosit yang diperiksa
dengan mikroskop cahaya.
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji
normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi
normal (p > 0,05) dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dengan taraf
kepercayaan 95%, kemudian jika data terdapat perbedaan yang bermakna
dilanjutkan dengan uji Tukey.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag serta untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas
dan kapasitas fagositosis makrofag. Kemampuan fagositosis makrofag dapat
dilihat dari jumlah makrofag yang mampu memfagositosis partikel lateks selain
itu ditunjukkan pula dari jumlah lateks yang dapat difagositosis oleh makrofag.
Data yang diperoleh dari uji fagositosis dianalisis secara statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data, selanjutnya dilakukan
analisis one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
A. Uji Fagositosis Makrofag
Sel makrofag yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari cairan
peritoneal mengingat jumlahnya lebih banyak (70%-95%) dibanding dengan
organ limfa (Rosanti, 2005). Sel makrofag didapat dengan menyuntikan
medium RPMI dingin ke rongga peritoneal tikus. Medium RPMI mengandung
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel seperti asam amino, vitamin,
dan garam-garam organik. Medium RPMI dingin digunakan agar sel makrofag
tidak rusak. Pengambilan cairan peritoneum tergolong sulit karena lemak-
lemak dan usus sering kali menyumbat jarum suntik saat pengambilan cairan
peritoneal, akibatnya cairan terkontaminasi oleh jaringan lain dan dapat
mengganggu pembacaan makrofag. Pada penelitian ini digunakan medium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
komplit yang mengandung medium RPMI, FBS (Fetal Bovine Serum) yang
merupakan serum untuk memacu pertumbuhan sel dan menjaga kelangsungan
hidup sel, ada pula penisilin-streptomisin (penstrep) dan fungison yang
berfungsi sebagai antimikroba. Cairan peritoneum yang diambil, selain terdapat
sel makrofag juga ditemukan sel-sel lain seperti limfosit dan sel granulosit dan
saling berdekatan sehingga sulit dibedakan antara sel makrofag dengan sel lain.
Kemampuan sel makrofag untuk menempel pada coverslip membedakan sel
makrofag dengan sel yang lain.
b a
Gambar 4. Sel Makrofag Peritoneal dengan Pengecatan Giemsa Perbesaran 100x Ket. (a). Pembentukan kaki semu (pseudopodia); (b). pembentukan fagosom
Kemampuan sel makrofag pada tahap yang paling awal untuk
memfagositosis zat asing dimulai dengan membentuk kaki semu (pseudopodia)
(Gambar 4.a), dilanjutkan dengan pembentukan vesikula membran yang
dihasilkan pada proses endositosis atau penelanan partikel. Vesikula membran
ini disebut fagosom (Gambar 4.b), kemudian fagosom fusi dengan lisosom
membentuk fagolisosom, dilanjutkan dengan pembunuhan dan penghancuran
antigen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Perbedaan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat dari kemampuan
sel makrofag memfagositosis partikel lateks secara in vitro (Leijh et al, 1986).
Lateks merupakan makromolekul yang dianggap benda asing yang sangat
direspon baik oleh sistem imun tubuh. Oleh karena itu, dengan adanya lateks
diharapkan dapat memacu aktivitas makrofag dalam memfagositosis lateks
(Sheehan, 1997).
c a
b
Gambar 5. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Makrofag dengan Pengecatan Giemsa
Perbesaran 100x
Ket. (a). Lateks berwarna putih; (b). sel makrofag berwarna ungu; (c). partikel lateks yang
difagositosis oleh sel makrofag
Pengamatan uji fagositosis dilakukan dengan menggunakan
mikroskop, untuk mempermudah pengamatan tersebut maka dilakukan
pengecatan Geimsa. Pengecatan Giemsa digunakan untuk memberikan warna
pada sel makrofag sehingga sel makrofag tampak berwarna keunguan dan
mudah diamati di bawah mikroskop. Warna ungu disebabkan metanol absolut
yang membuat membran makrofag lebih terbuka sehingga zat warna Giemsa
akan lebih mudah masuk. Lateks merupakan polystyrene yang tidak bereaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan Giemsa sehingga tidak berwarna, hal ini dikarenakan metanol akan
memperkecil pori-pori lateks sehingga akan mengkerut. Pengamatan
menggunakan mikroskop akan memperlihatkan makrofag yang berwarna ungu
dan lateks yang berwarna putih (Gambar 5) sehingga dapat dibedakan antara
lateks dan sel makrofag yang difagositosis dan lateks yang tidak difagositosis.
Kemampuan fagositosis sel makrofag dapat dilihat dari aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag.
KELOMPOK I KELOMPOK II
KELOMPOK III KELOMPOK IV
Gambar 6. Perbandingan morfologi makrofag tikus dengan pengecatan Giemsa
perbesaran 100x
Ket. Kel. I : kelompok tikus yang diberi akuades 2,5 mL/200 g BB, menunjukkan morfologi
sel makrofag yang tidak teraktivasi.
Kel. II : kelompok tikus yang diberi madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB menunjukkan
morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki semu
maupun fagososom. Kel. III : kelompok tikus yang diberi madu hutan madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
menunjukkan morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki
semu maupun fagososom. Kel. IV : kelompok tikus yang diberi madu hutan madu hutan dosis1,08 mL/200 g BB,
menunjukkan morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki
semu maupun fagososom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Morfologi sel makrofag di bawah mikroskop menunjukkan sel yang
berbentuk bulat, besar, populasi jarang dengan inti sel yang besar. Sel
makrofag peritoneal dari tikus yang diberi lateks beads sebagian menunjukkan
morfologi teraktivasi dan sebagian lagi menunjukkan morfologi tidak
teraktivasi (Gambar 6).
B. Tahap Orientasi Dosis Madu Hutan
Tahap orientasi dosis madu hutan dilakukan untuk mengetahui dosis
madu hutan yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag. Data yang diperoleh pada tahap orientasi dosis dianalisis
secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov selanjutnya dilakukan
analisis one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
1. Uji aktivitas fagositosis makrofag
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data aktivitas fagositosis
makrofag (Lampiran 8) menunjukkan bahwa data terdistribusi normal
dengan nilai signifikansi 0,782 (p > 0,05).
Tabel I. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan
pada Tahap Orientasi Dosis
Kelompok perlakuan n Purata ± SD p
Kelompok I 3 27 ± 18,52
0,026(B)
Kelompok II 3 68,34 ± 10,69
Kelompok III 3 73 ± 8,18
Kelompok IV 3 62,67 ± 21,50 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
(B) : berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel II. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orintasi
Kelompok Perlakuan I II III IV
I - 0,049(B) 0,029
(B) 0,091 (TB)
II 0,049(B) - 0,538
(TB) 0,969(TB))
III 0,029(B) 0,982
(TB) - 0,850 (TB)
IV 0,091 (TB) 0,969
(TB) 0,850(TB) -
Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna
Gambar 7. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan pada Tahap Orientasi
Tabel III. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu
Hutan Dibanding Kontrol Negatif
Kelompok perlakuan madu
hutan
Peningkatan Aktivitas Fagositosis
Makrofag (%)
Dosis 0,27 mL/200 g BB 153,11
Dosis 0,405 mL/200 g BB 170,37
Dosis 0,54 mL/200 g BB 132,11
Hasil uji statistik one way ANOVA (Tabel I) menunjukkan nilai p
= 0,026 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa kelompok kontrol maupun
perlakuan mempunyai aktivitas fagositosis makrofag yang berbeda
bermakna. Pada Tabel II menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Akuades (2,5 ml/200 g
BB)
Madu hutan (0,27 ml/200
g BB)
Madu hutan (0,405
ml/200 g BB)
Madu hutan (0,54 ml/200
g BB)
Rat
a-ra
ta ±
SD
ak
tivit
as fa
gosi
tosi
s
mak
rofa
g s
etel
ah p
emb
eria
n m
adu
hu
tan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bermakna (p < 0,05) antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200
g BB) terhadap kelompok madu hutan dosis 0, 27 mL/200 g BB dan
kelompok madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB. Namun, tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5
mL/200 g BB) terhadap kelompok madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB.
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat dibuktikan bahwa
pemberian madu hutan pada dosis 0, 27 mL/200 g BB dan dosis 0,405
mL/200 g BB berpengaruh terhadap aktivitas fagositosis, yaitu berupa
peningkatan aktivitas fagositosis makrofag sebesar 153,11% dan 170,37%
(Tabel III). Pada madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB, meskipun secara uji
statistik tidak berbeda bermakna terhadap kontrol negatif, namun bila dilihat
dari Gambar 7 dan Tabel III menunjukkan bahwa madu hutan dosis 0,54
mL/200 g BB mampu meningkatan aktivitas fagositosis makrofag dibanding
kelompok kontrol negatif, yaitu sebesar 132,11%. Berdasarkan hasil analisis
ini, maka dapat dibuktikan bahwa madu hutan pada dosis terendah (0,27
mL/200 g BB) sudah mampu memberi pengaruh berupa peningkatan
aktivitas fagositosis makrofag, sehingga pada tahap percobaan dosis ini
digunakan sebagai dosis pertama.
Hasil uji statistik antar kelompok perlakuan madu hutan tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (Tabel II), tetapi bila dilihat
dari Gambar 7, ada perbedaan aktivitas fagositosis makrofag pada kelompok
perlakuan madu hutan, yaitu berupa peningkatan aktivitas fagositosis
makrofag antar kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB. Namun, pada kelompok madu hutan
dosis 0,54 mL/200 g BB terdapat penurunan aktivitas fagositosis makrofag
dibanding kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dan dosis 0,405
mL/200 g BB. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1)
penurunan aktivitas fagositosis makrofag disebabkan oleh mekanisme madu
hutan sebagai imunomodulator yang akan meningkatkan respon imunitas
dalam tubuh hanya sampai batas tertentu, yang apabila batas itu sudah
tercapai, maka efeknya akan menurun. 2) Efek imunomodulator dari madu
hutan sudah habis sebelum sampai pada masa pengujian aktivitas makrofag
disebabkan pemberian madu hutan hanya pada tujuh hari saja dari masa
tahap orientasi dosis selama 29 hari, sehingga pada tahap percobaan perlu
dilakukan pemberian madu hutan selama tahap percobaan berlangsung. 3)
Faktor pengali peringkat dosis madu hutan pada ketiga kelompok yang
terlalu dekat, yaitu 1,5 dan 2 kali dari dosis pertama (0,27 mL/200 g BB)
sehingga hasil yang didapat tidak menunjukkan hasil yang berbeda
signifikan. Oleh karena itu, pada tahap percobaan perlu dilakukan
peningkatan faktor pengali peringkat dosis madu hutan yang lebih besar
lagi.
2. Uji kapasitas fagositosis makrofag
Hasil uji Kolomogrov-Smirnov (Lampiran 9) diperoleh p = 0,739
(p > 0,05) sehingga dapat dibuktikan bahwa data terdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel IV. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu
Hutan pada Tahap Orientasi Dosis
Kelompok perlakuan N Purata ± SD p
Kelompok I 3 39 ± 35
0,05(TB) Kelompok II 3 102 ± 12,49
Kelompok III 3 90,67 ± 20
Kelompok IV 3 100,67 ± 29,02 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
(TB) : tidak berbeda bermakna
Gambar 8. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan pada Tahap Orientasi
Tabel V. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu
Hutan Dibanding Kontrol Negatif
Kelompok perlakuan madu
hutan
Peningkatan Kapasitas Fagositosis
Makrofag (%)
Dosis 0,27 mL/200 g BB 161,53%
Dosis 0,405 mL/200 g BB 132,48%
Dosis 0,54 mL/200 g BB 158,12%
Hasil pengolahan data dengan one way ANOVA (Tabel IV) didapat
nilai p = 0,05 (p < 0,05), artinya bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kapasitas fagositosis makrofag pada kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan madu hutan. Penelitian ini berbeda dengan yang
0
20
40
60
80
100
120
140
Akuades (2,5 ml/200
g BB)
Madu hutan (0,27
ml/200 g BB)
Madu hutan (0,405
ml/200 g BB)
Madu hutan (0,54
ml/200 g BB)
Rat
a-ra
ta ±
SD
kap
asit
as f
agosi
tosi
s
mak
rofa
g s
etel
ah p
ember
ian m
adu
hu
tan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dilakukan oleh Hasanah (2005), yang menunjukkan bahwa peningkatan
aktivitas fagositosis makrofag sebanding dengan peningkatan kapasitas
fagositosis makrofag. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor antara
lain: 1) kendala teknis dalam pelaksanaan perhitungan jumlah partikel lateks
yang difagositosis yang dilakukan secara manual sehingga sulit menghitung
secara tepat dalam medan pandang mikroskop. Oleh karena itu, pada tahap
percobaan sangat dibutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam pengamatan
dan perhitungan kapasitas fagositosis makrofag. 2) Dosis madu hutan belum
mampu memberikan nilai kapasitas fagositosis makrofag yang berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Sriningsih dan Wibowo (2006) yang menyatakan bahwa hasil uji fagositosis
sangat tergantung dari dosis uji, dimana efek imunosupresan bisa saja
muncul manakala pengujian dilakukan dalam dosis besar, sementara efek
imunostimulan akan terlihat pada dosis rendah.
Hasil uji kapasitas fagositosis makrofag pada tahap orientasi
secara statistik memang tidak menunjukkan adanya pengaruh akibat
pemberian madu hutan pada hewan uji, namun pada grafik rata-rata
kapasitas fagositosis makrofag (Gambar 8 dan Tabel V) dapat dilihat bahwa
pemberian madu hutan pada dosis 0,27 mL/200 g BB, 0,405 mL/200 g BB
dan 0,54 mL/200 g BB mampu memberi pengaruh berupa peningkatan
kapasitas fagositosis makrofag terhadap kelompok kontrol negatif.
Peningkatan kapasitas fagositosis makrofag pada madu hutan dosis 0,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mL/200 g BB sebesar 161,53%, madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB
sebesar 132,48%, dan 0,54 mL/200 g BB sebesar 158,12%.
Berdasarkan hasil ini, maka dimungkinkan pada tahap percobaan
dosis terendah, yaitu madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dapat digunakan
sebagai dosis pertama namun perlu dilakukan peningkatan faktor pengali
peringkat dosis sehingga diharapkan mampu menghasilkan kapasitas
fagositosis makrofag yang berbeda secara bermakna dengan kelompok
kontrol negatif.
C. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 mL/200 g BB; 0,54 mL/200 g
BB; dan 1,08 mL/200 g BB terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada
Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar
Uji yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji normalitas data
menggunakan uji Kolmogorov-Smironov (Lampiran 12). Hasil uji
menunjukkan bahwa p = 0,189 ( p > 0,05) artinya data terdistribusi normal.
Data tersebut selanjutnya diuji dengan one way ANOVA taraf kepercayaan
95%.
Tabel VI. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan
Kelompok perlakuan n Purata ± SD P
Kelompok I 5 41,6 ± 5,68
0,000(B)
Kelompok II 5 70,4 ± 3,84
Kelompok III 5 74,6 ± 3,84
Kelompok IV 5 82,6 ± 5,73 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB
(B) : berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel VII. Hasil Analisis Uji Post-hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan
Kelompok Perlakuan I II III IV
I - 0,000(B) 0,000
(B) 0,000 (B)
II 0,000(B) - 0,538
(TB) 0,006(B)
III 0,000(B) 0,538
(TB) - 0,082(TB)
IV 0,000 (B) 0,006
(B) 0,082(TB) -
Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB
(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna
Gambar 9. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan
Tabel VIII. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan
Dibanding Kontrol Negatif
Kelompok perlakuan madu
hutan
Peningkatan Aktivitas Fagositosis
Makrofag (%)
Dosis 0,27 mL/200 g BB 69, 23
Dosis 0,54 mL/200 g BB 79, 33
Dosis 1,08 mL/200 g BB 98,55
Hasil uji one way ANOVA (Tabel VI) menunjukkan bahwa nilai
p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif terhadap kelompok perlakuan madu
hutan. Selanjutnya dilakukan uji Tukey untuk mengetahui pengaruh pemberian
madu hutan pada jumlah sel makrofag yang memfagositosis lateks antar
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Akuades (2,5 ml/200 g
BB)
Madu hutan (0,27
ml/200 g BB)
Madu hutan (0,54
ml/200 g BB)
Madu hutan (1,08
ml/200 g BB)
Rat
a-ra
ta ±
SD
ak
tiv
itas
fago
sito
sis
mak
rofa
g
sete
lah p
emb
eria
n m
adu h
uta
n (
%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kelompok perlakuan dan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
negatif. Pada Tabel VII menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200 g BB)
terhadap kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB, kelompok madu
hutan dosis 0,54 mL/200 g BB dan kelompok madu hutan dosis 1,08 mL/200 g
BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu hutan memberikan pengaruh
terhadap aktivitas fagositosis makrofag, yaitu berupa peningkatan aktivitas
fagositosis makrofag (Gambar 9). Pada Tabel VIII menunjukkan bahwa
peningkatan aktivitas fagositosis makrofag seiring meningkatnya peringkat
dosis madu hutan, yaitu pada madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB sebesar
69,23 %, madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB sebesar 79, 33%, dan madu
hutan dosis 1,08 mL/200 g BB sebesar 98,55%.
Hasil antar kelompok perlakuan madu hutan (Tabel VII) menunjukkan
bahwa pemberian madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB berbeda bermakna
terhadap kelompok madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB. Namun, kelompok
madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB tidak berbeda bermakna terhadap
kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB maupun kelompok madu hutan
dosis 1,08 mL/200 g BB. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kenaikan
faktor pengali peringkat dosis madu hutan hingga empat kali lipat antara madu
hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dengan madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB
sehingga memberikan peningkatan aktivitas fagositosis makrofag yang berbeda
bermakna. Sedangkan, pada madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB peningkatan
faktor pengali peringkat dosisnya hanya dua kali dari madu hutan dosis 0,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mL/200 g BB begitu pula pada dosis madu hutan 1,08 mL/200 g BB
peningkatan peringkat dosis hanya dua kali dari madu hutan dosis 0,54 mL/200
g BB, sehingga hasil uji statistik tidak menunjukkan hasil yang berbeda
bermakna. Namun, bila dilihat dari grafik rata-rata aktivitas fagositosis
makrofag (Gambar 9) terdapat peningkatan aktivitas fagositosis makrofag
seiring naiknya peringkat dosis madu hutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka dapat dibuktikan
bahwa pemberian madu hutan mampu memberikan pengaruh berupa
peningkatan aktivitas fagositosis makrofag. Aktivitas fagositosis makrofag
meningkat seiring peningkatan dosis madu hutan yang diberikan pada hewan
uji (Tabel VII).
D. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 mL/200 g BB; 0,54 mL/200 g
BB; dan 1,08 mL/200 g BB terhadap Kapasitas Fagositosis Makrofag pada
Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (Lampiran 13), didapat nilai p = 0,927
(p > 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa data kapasitas fagositosis
makrofag terdistribusi normal.
Tabel IX. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan
Kelompok perlakuan Purata ± SD p
Kelompok I 75,6 ± 23,76
0,000(B) Kelompok II 125 ± 34,54
Kelompok III 147,4 ± 19,27
Kelompok IV 155,4 ± 17,34 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel X. Hasil Analisis Uji Post-hoc Tukey Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah
Pemberian Madu Hutan
Kelompok Perlakuan I II III IV
I - 0,027(B) 0,001
(B) 0,001(B)
II 0,027(B) - 0,496
(TB) 0,247(TB)
III 0,001(B) 0,496
(TB) - 0,955(TB)
IV 0,001(B) 0,247
(TB) 0,955(TB) -
Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB
Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB
Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB
(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna
Gambar 10. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian
Madu Hutan
Tabel XI. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan
Dibanding Kontrol Negatif
Kelompok perlakuan madu
hutan
Peningkatan kapasitas
fagositosis makrofag (%)
Dosis 0,27 mL/200 g BB 65,34
Dosis 0,54 mL/200 g BB 94,97
Dosis 1,08 mL/200 g BB 105,56
Hasil uji one way ANOVA, didapat p = 0,000 (p < 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan madu hutan terhadap kelompok kontrol negatif. Pada Tabel X
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Akuades (2,5 ml/200 g
BB)
Madu hutan (0,27 ml/200
g BB)
Madu hutan (0,54 ml/200
g BB)
Madu hutan (1,08 ml/200
g BB)
Rat
a-ra
ta ±
SD
kap
asit
as
fago
sito
sis
mak
rofa
g s
etel
ah p
emb
eria
n m
adu h
uta
n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200 g BB)
berbeda bermakna dengan kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB,
kelompok madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB dan madu hutan dosis 1,08
mL/200 g BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu hutan mampu
memberikan pengaruh berupa peningkatan terhadap kapasitas fagositosis
makrofag (Gambar 10). Kapasitas fagositosis makrofag antara kelompok
perlakuan madu hutan dibanding kontrol negatif (Gambar 10 dan Tabel XI)
meningkat seiring kenaikan peringkat dosis, yaitu pada madu hutan dosis 0,27
mL/200 g BB sebesar 65,34%, dosis madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB
sebesar 94,97%, dan madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB sebesar 105,56%.
Hasil kapasitas fagositosis makrofag meningkat sesuai dengan peningkatan
aktivitas fagositosis makrofag, hasil ini sesuai dengan penelitian Hasanah
(2005) yang menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fagositosis makrofag
sebanding dengan peningkatan kapasitas fagositosis makrofag.
Pada kelompok perlakuan madu hutan tidak terdapat perbedaan
bermakna dari tiga kelompok ini bila diuji secara statistika. Namun, pada
Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan kapasitas fagositosis
makrofag seiring peringkat dosis. Hal ini dimungkinkan karena faktor pengali
peringkat dosis yang nilainya kecil sehingga tidak mampu memberikan hasil
yang berbeda bermakna antar kelompok perlakuan madu hutan, sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait peningkatan faktor pengali peringkat
dosis madu hutan yang mampu memberikan hasil yang berbeda bermakna antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kelompok perlakuan sehingga diperoleh dosis yang optimal untuk
meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag secara maksimal.
Menurut Wagner and Jurcic (1991), bila nilai aktivitas dan kapasitas
fagositosis kelompok perlakuan lebih besar dari kelompok kontrol,
mengidentifikasikan adanya efek stimulasi atau peningkatan fagositosis
makrofag oleh bahan uji. Berdasarkan analisis statistik dapat dibuktikan bahwa
pemberian madu hutan mampu meningkatkan aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag terhadap kelompok kontrol negatif, sehingga dapat
dikatakan bahwa madu hutan mempunyai efek imunostimulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag pada hewan uji, yaitu berupa peningkatan aktivitas dan
kapasitas fagositosis makrofag yang signifikan dibanding kontrol negatif.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis madu hutan yang
memberikan respon peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag
secara maksimal untuk lebih mengetahui pengaruhnya terhadap respon imun.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi senyawa dalam madu
hutan yang berperan untuk meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis
makrofag.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. K., Lichtman, A. H., and Pober J. S., 2000, Cellular and Molecular
Immunology, 4th
ed, WB Saunders Co, Philadelphia.
Abbas, A. K., and Lichtman, A. H., 2005, Cellular and Mollecular Imunology, 5th
ed., Elsevier Publisher, Philadelphia.
Aden, 2010, Manfaat dan Khasiat Madu, hal. 49-51, 71, 75-76, 104, Hanggar
Kreator, Yogyakarta.
Ambrosio, A., 2010, Khasiat Cuka, Cuka Apel, Madu & Bawang Putih, hal. 93,
Prestasi Pustakarya, Jakarta
Aljady, A. M., Kamaruddin, M. Y., Jamal, A. M., and Yassim, M. Y. Mohd.,
2000, Biochemical Study on The Efficacy of Malaysian Honey on
Inflicted Wounds: An Animal Model, MJIAS, 13 (3),125-132.
Arsani, R. B., 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) terhadap Peningkatan Titer Imunoglobulin G
(IgG) dan Fagositosis Makrofag pada Tikus yang Diinduksi Vaksin
Hepatitis B, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Baratawidjaja, K. G., D.I. Rengganis, 2010, Imunologi Dasar, edisi ke-9, hal. 29,
38, 39, 61-64, 69,71, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Basuki, P.S., 2005, Infeksi Bakteri Intraseluler pada Anak, Fakultas Kedoketeran
Universitas Airlangga, Surabaya.
Cahanar, P. dan Irwan S., 2006, Makan Sehat dan Hidup Sehat, hal. 81, Penerbit
Buku KOMPAS, Jakarta.
Efendi, Z., 2003, Daya Fagositosis Makrofag pada Jaringan Ikat Longgar Tubuh,
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.
Febrita, D., 2011, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Madu Hutan
Lhoknga, Montasik dan Sare Kabupaten Aceh Besar secara
Spektrofotometri Visibel, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29569,
diiakses tanggal 10 Mei 2012.
Hariyati, L.F., 2010, Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Madu terhadap Mikroba
Pembusuk (Pseudomonas fluorescens FNCC 0071 dan Pseudomonas
putida FNCC 0070), Skripsi, 3, 8, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Hasanah, N., 2005, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Pasak Bumi (Eucycoma
longifolia Jack) pada Respon Imun Seluler terhadap Infeksi Listeria
monocytogenes: Kajian Aktivitas Fagositosis dan Sekresi Nitric Oxide
(NO) Makrofag Peritoneal Mencit, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Haviva, 2011, Dahsyatnya Mukjizat Madu, hal. 12-14, DIVA Press (Anggota
IKAPI), Yogyakarta.
Krell, R., 1996, Value-Added Product From Beekeeping, FAO Agricultural
Services Bulletine, 124, Food and Agriculture Organization of the United
Nations Rome, www.fao.org/docrep/w0076e/w0076e00.HTM, diakses
tanggal 24 Juli 2011.
Kresno, S. B., 2010, IMUNOLOGI : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, edisi
ke-5, 71, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Kusmardi, S. Kumala, E. E. Triana, 2007, Efek Imunomodulator Ekstrak Daun
Ketepeng Cina (Cassia alata L.) terhadap Aktivitas dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag, MAKARA KESEHATAN, 11 (2), 50-53.
Mardilah, Zakaria, F.R., dan Asydhad, L.A., 2006, Makanan Antikanker, 25,
Kawan Pustaka, Jakarta
Mansooq, S., Singh P., Samoon M.H, and Balange A.K., 2010, Effect of Dietary
Chitosan on Non-specific Immune Response and Growth of Cyprinus
carpio challenged with Aeromonas hydrophilic, Int Aquast Res, 2, 80.
Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. In vitro Assesment of The
Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogen, Ethiop.
J. Health Dev., 18, 2.
Munawaroh, F., 2008, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik 30 % Daun
Sembung (Blumea balsamifera {L.} DC.) terhadap Fagositosis Makrofag
pada Mencit Jantan yang Diinfeksi dengan Listeria monocytogenes,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ngatidjan, 1991, Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam
Toksikologi, hal. 94, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Leijh, P.J.C., Furtth, R.V., and Zwet, T.L.V., 1986, In Vitro Determination of
Phagocytosis and Intracellular Killing by Polimorphonuclear and
Mononuclear Phagocytes, In: Weir DM, Editor, Cellular Imunology, 2,
74085 Blackwell Scintific Publication, London.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Roitt, I.M., 2002, Imunologi (EssensialImunology), diterjemahkan oleh Haraha
A., edisi VIII, Widya Medika, Jakarta.
Rosanti, T.I., 2005, Pengaruh Infeksi Brugia malayi dan Imunisasi Protein
Ekskretori-sekretori Brugia malayi terhadap Aktivasi Makrofag dan
Proriferasi Limfosit T (Meriones unguiculatus): Kajian pada Mencit
Balb/c dan Gerbil (Meriones unguiculatus), Tesis, Program Pascasarjana
Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sambodo, N.W., 2009, Uji Efek Tonik Madu Rambutan pada Mencit Putih Jantan
dengan Metode Natatory Exhaustion, Skripsi, 5, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Sheehan, C., 1997, Clinical Immunology : Principles and Laboratory Diagnosis,
2nd
edition, 130-131, Lippincontt-Raven Publishers, Philadelphia, New
York.
Sriningsih, Wibowo, A.H., 2006, Efek Protektif Pemberian Ekstrak Etanol Herba
Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Aktivitas dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag Peritoneum Tikus, Artocarpus, 6, 95.
Sumoprastowo, R.M., dan Suprapto, A.G., 1980, Beternak Lebah Madu Modern,
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Suranto, A., 2007, Terapi Lebah, hal. 27-28, 30-32, 49, Penebar Plus, Jakarta.
Tan, B.K.H. and Vanitha, J., 2004, Immunomodulatory and Antimicrobial Effects
of Some Traditional Chinese Medicinal Herbs, CMC, 11 (11), 1423-
1430.
Vanani, A.H., 2011, Pengaruh Sediaan Madu Propolis terhadap Kemampuan
Fagositosis Makrofag pada Peritonium Mencit yang Diinfeksi
Plasmodium berghei, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Wagner, H., and K. Jurcic, 1991, Assay for Immunomodulation and Effect on
Mediators og Inflammation, In: Methods in Plants Biochemestry : Assay
for Bioactivity, Ed. VI., PM Dey and JB Harborne (Eds.) Academic
Press, London.
Widianto, M.B., 1987, Imunomodulator, Cermin Dunia Kedokteran, 44, 43
World Health Organization, 1993, Research Guidelines for Evaluating the Safety
and Efficacy of Herbal Medicines, World Health Organization Regional
Office for The Western Pacific, Manila, pp. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 3. Foto Perbandingan Warna antara Madu Hutan dengan Madu
Ternak
(a) (b)
Ket. (a). foto madu hasil ternak (madu monoflora) dan (b). foto madu hutan (madu poliflora)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 4. Komposisi Media Tumbuh Makrofag
1. Medium RPMI
RPMI : 10,4 g
NaHCO3 : 2 g
Hepes : 2,6 g
Aquades add 1000 mL
2. Medium Komplit
Medium RPMI : 100 mL
FBS : 10 mL
Penstrep : 1 mL
Fungison : 5 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan
Uji Tahap Orientasi Dosis
1. Dosis madu hutan
Madu hutan 1 sendok makan = 15 mL
Faktor konversi manusia (70 kg) ke tikus (200g) = 0,018
Dosis madu hutan untuk tikus 200 g
= 0,018 x 15 mL
= 0,27 mL/200 g BB tikus
Larutan madu dibuat dengan melakukan pengenceran :
20 mL madu hutan + aquadest 100 mL larutan madu
Jadi, dalam 1 mL larutan madu mengandung 0,2 mL madu hutan.
2. Perhitungan dosis kelompok perlakuan madu hutan
a. Dosis 1 = 0,27 mL/200 g BB tikus
b. Dosis 2 = 1,5 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,405 mL/200 g BB tikus
c. Dosis 3 = 2 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,54 mL/200 g BB tikus
3. Perhitungan volume pemberian madu hutan
Dosis madu hutan hasil konversi adalah 0,27 mL/200 g BB tikus, sehingga
volume pemberian larutan madu adalah 1,35 mL/200 g BB tikus.
a. Volume pemberian dosis 1 = 1,35 mL/200 g BB tikus
b. Volume pemberian dosis 2 = 1,5 x 1,35 mL/200 g BB tikus
= 2,03 mL/200 g BB tikus
c. Volume pemberian dosis 3 = 2 x 1,35 mL/200 g BB tikus
= 2,7 mL/200 g BB tikus
4. Tabel volume pemberian larutan madu pada hewan uji
(volume pemberian x berat badan tikus)
Kelompok perlakuan Orientasi (mL)
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
2,3
1,8
1,8
Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB tikus)
0,9
0,8
1,05
Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB tikus)
1,7
1,5
1,6
Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)
2,3
1,9
2,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 6. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi Dosis
Kelompok Perlakuan Replikasi Aktivitas fagositosis
(%)
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
1 13
2 48
3 20
Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB
tikus)
1 75
2 74
3 56
Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB
tikus)
1 64
2 75
3 80
Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)
1 68
2 81
3 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 7. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi
Dosis
Kelompok Perlakuan Replikasi Kapasitas fagositosis
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
1 14
2 79
3 24
Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB tikus)
1 112
2 106
3 88
Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB tikus)
1 90
2 111
3 71
Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)
1 102
2 129
3 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 8. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap
Orientasi Dosis
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Makrofag 12 57.7500 23.19140 13.00 81.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Makrofag
N 12
Normal Parametersa Mean 57.7500
Std. Deviation 23.19140
Most Extreme Differences Absolute .190
Positive .158
Negative -.190
Kolmogorov-Smirnov Z .657
Asymp. Sig. (2-tailed) .782
a. Test distribution is Normal.
One way
Descriptives
Makrofag
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 3 27.0000 18.52026 10.69268 -19.0069 73.0069 13.00 48.00
2 3 68.3333 10.69268 6.17342 41.7713 94.8954 56.00 75.00
3 3 73.0000 8.18535 4.72582 52.6665 93.3335 64.00 80.00
4 3 62.6667 21.50194 12.41415 9.2529 116.0804 39.00 81.00
Total 12 57.7500 23.19140 6.69478 43.0149 72.4851 13.00 81.00
Test of Homogeneity of Variances
Makrofag
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.576 3 8 .270
ANOVA
Makrofag
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3942.917 3 1314.306 5.328 .026
Within Groups 1973.333 8 246.667
Total 5916.250 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Makrofag Tukey HSD
(I) Dosis
(J)
Dosis
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
1 2 -41.33333* 12.82359 .049 -82.3990 -.2677
3 -46.00000* 12.82359 .029 -87.0656 -4.9344
4 -35.66667 12.82359 .091 -76.7323 5.3990
2 1 41.33333* 12.82359 .049 .2677 82.3990
3 -4.66667 12.82359 .982 -45.7323 36.3990
4 5.66667 12.82359 .969 -35.3990 46.7323
3 1 46.00000* 12.82359 .029 4.9344 87.0656
2 4.66667 12.82359 .982 -36.3990 45.7323
4 10.33333 12.82359 .850 -30.7323 51.3990
4 1 35.66667 12.82359 .091 -5.3990 76.7323
2 -5.66667 12.82359 .969 -46.7323 35.3990
3 -10.33333 12.82359 .850 -51.3990 30.7323
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Makrofag
Tukey HSD
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
1 3 27.0000
4 3 62.6667 62.6667
2 3 68.3333
3 3 73.0000
Sig. .091 .850
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 9. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap
Orientasi Dosis
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Makrofag 12 83.0833 34.70776 14.00 129.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Makrofag
N 12
Normal Parametersa Mean 83.0833
Std. Deviation 34.70776
Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .122
Negative -.197
Kolmogorov-Smirnov Z .683
Asymp. Sig. (2-tailed) .739
a. Test distribution is Normal.
Oneway
Descriptives
Makrofag
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 3 39.0000 35.00000 20.20726 -47.9448 125.9448 14.00 79.00
2 3 102.0000 12.49000 7.21110 70.9731 133.0269 88.00 112.00
3 3 90.6667 20.00833 11.55182 40.9632 140.3701 71.00 111.00
4 3 100.6667 29.02298 16.75642 28.5696 172.7637 71.00 129.00
Total 12 83.0833 34.70776 10.01927 61.0311 105.1356 14.00 129.00
Test of Homogeneity of Variances
Makrofag
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.215 3 8 .365
ANOVA
Makrofag
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8003.583 3 2667.861 4.067 .050
Within Groups 5247.333 8 655.917
Total 13250.917 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan
Uji Tahap Percobaan
1. Dosis madu hutan = 0,27 mL/200 g BB tikus
2. Perhitungan dosis kelompok perlakuan madu hutan (faktor pengali = 2)
a. Dosis 1 = 0,27 mL/200 g BB tikus
b. Dosis 2 = 2 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,54 mL/200 g BB tikus
c. Dosis 3 = 4 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 1,08 mL/200 g BB tikus
3. Perhitungan volume pemberian madu hutan
Larutan madu dibuat dengan melakukan pengenceran :
40 mL madu hutan + aquadest 100 mL larutan madu
Jadi, dalam 1 mL larutan madu mengandung 0,4 mL madu hutan.
Dosis madu hutan hasil konversi adalah 0,27 mL/200 g BB tikus, sehingga
volume pemberian larutan madu adalah 0,675 mL/200 g BB tikus.
a. Volume pemberian dosis 1 = 0,675 mL/200 g BB tikus
b. Volume pemberian dosis 2 = 2 x 0,675 mL/200 g BB tikus
= 1,35 mL/200 g BB tikus
c. Volume pemberian dosis 3 = 4 x 0,675 mL/200 g BB tikus
= 2,7 mL/200 g BB tikus
4. Tabel volume pemberian larutan madu pada hewan uji
(volume pemberian x berat badan tikus) Kelompok perlakuan Perlakuan (mL)
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
2,5
2,7
2,5
2,6
2,9
Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)
0,78
0,89
0,73
0,72
0,68
Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)
1,24
1,54
2,5
2,7
2,5
Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)
2,6
2,9
0,78
0,89
0,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 11. Penimbangan Berat Badan Hewan Uji untuk Tahap
Percobaan
Kelompok perlakuan Sebelum perlakuan
(g)
Hari terakhir perlakuan
(g)
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
200.9 241.9
218.8 277.4
201.2 242.6
206.5 250.1
230.7 279.7
Madu Hutan (0,27 mL/200 g
BB tikus)
233.6 287.5
264.2 307.3
216.4 258.3
213.5 254.0
202.0 245.0
Madu Hutan (0,54 mL/200 g
BB tikus)
184.5 236.0
228.6 283.6
209.3 267.8
201.4 259.9
209.4 252.3
Madu Hutan (1,08 mL/200 g
BB tikus)
184.4 219.9
194.2 252.1
180.1 222.6
194.9 243.5
204.6 265.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 12. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan
Perlakuan Replikasi Aktivitas makrofag
(%)
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
1 40
2 37
3 46
4 36
5 49
Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)
1 74
2 67
3 67
4 69
5 75
Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)
1 76
2 78
3 70
4 78
5 71
Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)
1 86
2 80
3 78
4 91
5 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 13. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan
Perlakuan Replikasi Kapasitas makrofag
Akuades (2,5 mL/200 g BB)
1 76
2 57
3 83
4 51
5 111
Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)
1 104
2 100
3 185
4 120
5 116
Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)
1 141
2 150
3 173
4 153
5 120
Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)
1 138
2 156
3 140
4 163
5 180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 14. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap
Percobaan
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Dosis 20 67.3000 16.48955 36.00 91.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dosis
N 20
Normal Parametersa Mean 67.3000
Std. Deviation 16.48955
Most Extreme Differences Absolute .243
Positive .121
Negative -.243
Kolmogorov-Smirnov Z 1.086
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
a. Test distribution is Normal.
Oneway
Descriptives
Makrofag
N Mean Std. Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 5 41.6000 5.68331 2.54165 34.5432 48.6568 36.00 49.00
2 5 70.4000 3.84708 1.72047 65.6232 75.1768 67.00 75.00
3 5 74.6000 3.84708 1.72047 69.8232 79.3768 70.00 78.00
4 5 82.6000 5.72713 2.56125 75.4888 89.7112 78.00 91.00
Total 20 67.3000 16.48955 3.68718 59.5827 75.0173 36.00 91.00
Test of Homogeneity of Variances
Dosis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.142 3 16 .362
ANOVA
Dosis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 4787.400 3 1595.800 67.404 .000
Within Groups 378.800 16 23.675
Total 5166.200 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dosis
Tukey HSD
(I)
Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
1 2 -
28.80000*
3.07734 .000 -37.6043 -19.9957
3 -
33.00000*
3.07734 .000 -41.8043 -24.1957
4 -
41.00000*
3.07734 .000 -49.8043 -32.1957
2 1 28.80000* 3.07734 .000 19.9957 37.6043
3 -4.20000 3.07734 .538 -13.0043 4.6043
4 -
12.20000*
3.07734 .006 -21.0043 -3.3957
3 1 33.00000* 3.07734 .000 24.1957 41.8043
2 4.20000 3.07734 .538 -4.6043 13.0043
4 -8.00000 3.07734 .082 -16.8043 .8043
4 1 41.00000* 3.07734 .000 32.1957 49.8043
2 12.20000* 3.07734 .006 3.3957 21.0043
3 8.00000 3.07734 .082 -.8043 16.8043
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Dosis
Tukey HSD
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
1 5 41.6000
2 5 70.4000
3 5 74.6000 74.6000
4 5 82.6000
Sig. 1.000 .538 .082
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 15. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap
Percobaan
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Dosis 20 125.8500 39.09270 51.00 185.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jumlah_bakteri
N 20
Normal Parametersa Mean 125.8500
Std. Deviation 39.09270
Most Extreme Differences Absolute .122
Positive .065
Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z .546
Asymp. Sig. (2-tailed) .927
a. Test distribution is Normal.
One way
Descriptives
Dosis
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
1 5 75.6000 23.76552 10.62826 46.0912 105.1088 51.00 111.00
2 5 125.0000 34.53983 15.44668 82.1131 167.8869 100.00 185.00
3 5 147.4000 19.26915 8.61742 123.4742 171.3258 120.00 173.00
4 5 155.4000 17.34359 7.75629 133.8651 176.9349 138.00 180.00
Total 20 125.8500 39.09270 8.74139 107.5541 144.1459 51.00 185.00
Test of Homogeneity of Variances
Dosis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.569 3 16 .643
ANOVA
Dosis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 19316.950 3 6438.983 10.600 .000
Within Groups 9719.600 16 607.475
Total 29036.550 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Jumlah_bakteri
Tukey HSD
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
1 2 -49.40000* 15.58814 .027 -93.9980 -4.8020
3 -71.80000* 15.58814 .001 -116.3980 -27.2020
4 -79.80000* 15.58814 .001 -124.3980 -35.2020
2 1 49.40000* 15.58814 .027 4.8020 93.9980
3 -22.40000 15.58814 .496 -66.9980 22.1980
4 -30.40000 15.58814 .247 -74.9980 14.1980
3 1 71.80000* 15.58814 .001 27.2020 116.3980
2 22.40000 15.58814 .496 -22.1980 66.9980
4 -8.00000 15.58814 .955 -52.5980 36.5980
4 1 79.80000* 15.58814 .001 35.2020 124.3980
2 30.40000 15.58814 .247 -14.1980 74.9980
3 8.00000 15.58814 .955 -36.5980 52.5980
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Dosis
Tukey HSD
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
1 5 75.6000
2 5 125.0000
3 5 147.4000
4 5 155.4000
Sig. 1.000 .247
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BIOGRAFI PENULIS
Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Madu
Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag
pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar” ini ditulis oleh
Perthy Melati Kasih. Penulis merupakan anak pertama dari
dua bersaudara, yang lahir di Sampit, Kalimantan Tengah
pada tanggal 21 November 1989. Pada tahun 1994-1996
penulis menempuh pendidikan di TK Sinar Surya, Palangka
Raya. Kemudian pada tahun 1996, penulis melanjutkan
pendidikan ke SD Katolik Santo Don Bosco Palangka Raya
hingga tahun 2002. Pada tahun 2002 – 2005 penulis menempuh pendidikan
menengah pertama di SMP Katolik Santo Paulus Palangka Raya. Selepas dari
pendidikan menengah pertama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta pada tahun 2005 – 2008. Selanjutnya mulai tahun 2008
penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pada tahun 2008-2009 penulis pernah menjabat sebagai Sie Acara
UKF Kerohanian PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) Apostolos. Pada tahun
2009-2010 menjabat kembali dalam kepengurusan UKF Kerohanian PMK
(Persekutuan Mahasiswa Kristen) Apostolos sebagai Sie Care and Creative. Pada
tahun 2009 penulis penulis pernah menjadi Co-Fasilitator Pelatihan
Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI