PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU...

161
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU SEBAGAI PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.) Oleh: RAHMAWATI 15.1.14.5.073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2018

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU...

  • PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU

    SEBAGAI PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN

    TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.)

    Oleh:

    RAHMAWATI

    15.1.14.5.073

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    MATARAM

    2018

  • PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU

    SEBAGAI PUPUK CAIRTERHADAP PERTUMBUHAN

    TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.)

    Skripsi

    diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

    untuk melengkapi persyaratan mencapai

    gelar Sarjan Pendidikan

    Oleh:

    RAHMAWATI

    15.1.14.5.073

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    MATARAM

    2018

  • PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi oleh: Rahmawati, NIM: 15.1.14.5.073 dengan judul “Pengaruh

    Pemberian Limbah Cair Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap

    Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)” telah memenuhi

    syarat dan disetujui untuk diuji.

    Disetujui pada tanggal: Juni 2018.

  • Mataram, Juni 2018

    Hal: Ujian Skripsi

    Yang terhormat

    Rector UIN Mataram

    Di Mataram

    Assalamu’alaikum, Wr. Wb

    Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi

    maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

    Nama Mahasiswa : Rahmawati

    NIM : 151.145.073

    Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA Biologi

    Judul :

    “Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap

    Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)” telah memenuhi

    syarat untuk diajukan dalam munaqasyah sidang skripsi Fakultas Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat

    segera dimunaqasyahkan.

    Wassalamua’alaikum, Wr. Wb.

  • PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : RAHMAWATI

    NIM : 15.1.14.5.073

    Jurusan : Program Studi IPA BIOLOGI

    Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

    Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe

    Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit

    (Capsicum frutescens L) ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya

    sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti

    melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah

    ditentukan oleh lembaga.

  • PENGESAHAN

    Skripsi oleh: Rahmawati, NIM: 15.1.14.5.073 dengan judul: Pengaruh

    PemberianLimbah Air Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan

    Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L), telah dipertahankan di depan dewan

    penguji Jurusan Program Studi IPA BIOLOGI Fakultas Trbiyah dan Keguruan UIN

    Mataram pada tanggal 11 Juli 2018

  • MOTTO

    Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

    tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari

    (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

    (QS: Ar-Rum Ayat: 41)

  • PERSEMBAHAN

    Allah SWT dan Nabi Muhammad, yang tealah menjadi tonggak kebenaran

    dalam hidupku dalam segala curahan do’a dan harapan dalam hidupku maka tugas

    akhir ini aku persembahkan kepada :

    Ibu dan Bapak yang aku cintai, semua pengorbanan yang engkau berikan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun di dunia ini, segenap kasih sayang yang

    telah engkau curahkan, dengan segala rasa hormat akan tetap aku junjung tinggi

    sampai akhir hayat.

    Saudaraku Ahmat Taufik dan nenekku terima kasih atas semua motivasinya, serta do’a, yang telah membantuku dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan sehingga

    sekarang aku bisa menyelesakan studyku ini.

    Buat teman-teman dan sahabat-sahabatku semua dari A-Z terima kasih atas do’a, dukungan, serta bantuan yang pernah kalian berikan kepada saya selama ini,

    semoga semua itu diberi ganjaran oleh ALLAH SWT.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan

    shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga

    kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

    Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

    tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan

    penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

    telah membantu, yaitu mereka antara lain:

    1. Dr. Ir. Edi M. Jayadi, MP. sebagai Pembimbing I dan Mukminah, M.P.H.

    sebagai Pembimbing II yang memberikan petunjuk, bimbingan, motivasi,

    pengarahan, koreksi mendetail dan terus-menerus, serta meluangkan

    waktunya yang tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban

    menjadi skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

    2. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan;

    3. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi

    tempat bagi penulis bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di

    kampus tanpa pernah selesai;

    4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama belajar di UIN

    Mataram.

  • Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

    berlipat-lipat dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi

    semesta. Amin.

    Sebesar apapun kemampuan yang penulis curahkan tidak akan bisa

    menutupi kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini. Oleh karena itu, segala

    kritik yang membangun dan saran bermanfaat selalu penulis harapkan dengan

    senang hati agar skripsi ini lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi

    penulis khususnya. Amiin,,,

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. iii

    NOTA DINAS PEMBIMBING ...................................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ v

    PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................................ vi

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvii

    ABSTRAK ....................................................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................... 5

    1. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

    2. Batasan Masalah ...................................................................................... 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 6

    1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

    2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

    D. Definisi Operasional ...................................................................................... 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................. 9

    A. Kajian Pustaka .............................................................................................. 9

    1. Tinjauan Limbah Tempe .......................................................................... 9

    a. Pengertian limbah tempe ................................................................... 9

    b. Jenis-jenis limbah tempe ................................................................... 11

    c. Karakteristik limbah tempe ............................................................... 11

  • d. Bahaya atau dampak limbah tempe ................................................... 13

    e. Pemanfaatan limbah tempe................................................................ 14

    f. Penanganan atau pengolahan limbah tempe ...................................... 14

    2. Tinjauan Limbah Tahu............................................................................. 15

    a. Pengertian limbah tahu ...................................................................... 15

    b. Jenis-jenis limbah tahu ...................................................................... 17

    c. Karakteristik limbah tahu .................................................................. 18

    d. Bahaya atau dampak limbah tahu ...................................................... 20

    e. Pemanfaatan limbah tahu .................................................................. 22

    f. Pengolahan limbah tahu .................................................................... 22

    3. Tinjauan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) ..................................... 27

    a. Klasifikasi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ................ 27

    b. Morfologi cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ............................... 27

    c. Jenis-jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .............................. 32

    d. Syarat tumbuh cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ........................ 34

    e. Manfaat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .................... 39

    4. Tinjauan Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 41

    a. Pengertian pertumbuhan ................................................................... 41

    b. Fase pertumbuhan pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .......... 42

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ................................. 43

    B. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 48

    C. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 50

    BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 51

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................. 51

    B. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 51

    C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 52

    D. Variabel Penelitian ........................................................................................ 53

    E. Desain Penelitian ........................................................................................... 54

    F. Instrumen / Alat dan Bahan Penelitian ....................................................... 56

    G. Teknik Pengumpulan Data / Prosedur Penelitian ....................................... 56

    1. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 56

  • 2. Prosedur penelitian .................................................................................. 59

    H. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 62

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................ 63

    A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 63

    B. Analisis Hasil ................................................................................................... 64

    C. Pembahasan ..................................................................................................... 70

    BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 75

    A. Kesimpulan ...................................................................................................... 75

    B. Saran ................................................................................................................ 76

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 77

    LAMPIRAN .................................................................................................................... 80

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Karakteristik limbah cair tahu , 19.

    Tabel 2. Sidik ragam: ringkasan rumus ANOVA (Analisis of Varians)., 63.

    Tabel 3. Rekapitulasi rata-rata hasil penghitungan data dari setiap parameter, 67

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Proses Pembuatan Tempe, 10.

    Gambar 2 Proses Pembuatan Tahu, 16.

    Gambar 3 Batang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 28.

    Gambar 4 Daun Cabai rawit (Capsicum frutescens L.), 28.

    Gambar 5 Bunga Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 29.

    Gambar 6 Buah Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 29.

    Gambar 7 Biji Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 31.

    Gambar 8 Akar Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 31.

    Gambar 9 Bagan kerangka Berpikir, 49.

    Gambar 10 Bagan Alir Pembuatan Pupuk Dari Air Limbah Tempe Dan Air

    Limbah Tahu, 59.

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

    Lampiran 2 Hasil Analisis Hasil dan Uji BNT

    Lampiran 3 Foto Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 4 Surat Izin penelitian

    Lampiran 5 Surat keterangan Penelitian

    Lampiran 6 Kartu Konsultasi

  • PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU SEBAGAI

    PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN

    CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

    Oleh:

    RAHMAWATI NIM : 15.1.14.5.073

    ABSTRAK

    Limbah cair tempe dan tahu jika tidak dimanfaatkan dapat menyebabkan

    pencemaran air. Pencemaran air tersebut dapat mengeluarkan bau busuk sehingga mengganggu penciuman dan mengurangi estetika lingkungan. Pemilihan tanaman cabai rawit sebagai objek penelitian karena para petani di lingkungan tempat tinggal peneliti lebih banyak bercocok tanam cabai rawit dan kebutuhan cabai rawit yang selalu meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah air tempe dan tahu sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 5 ulangan, perlakuan I menggunakan 1 liter limbah tempe, perlakuan II menggunakan 1 liter limbah tahu, perlakuan III menggunakan ½ liter limbah tempe + ½ liter limbah tahu dan perlakuan IV (kontrol) tidak diberikan limbah tempe dan tahu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: polybag, cangkul, alat ukur/penggaris, kertas label, alat tulis, ember plastik, botol plastik, biji cabai rawit, air limbah tempe dan tahu, tanah dan alat-alat pendukung penelitian lainnya.

    Penelitian ini dilaksanakan ± 3 bulan dari penyemaian sampai penimbangan bobot buah panen pertama. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi jumlah helai daun, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah yang pertama. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah signifikan atau beda nyata dan dilakukan uji lanjut BNT untuk mengetahui perlakuan yang lebih berpengaruh. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan II ( 1 liter limbah tahu ) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan I ( 1 liter limbah air tempe ), perlakuan III ( ½ liter limbah air tempe + ½ liter limbah air tahu ) dan perlakuan IV ( kontrol).

    Kata kunci: Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), Limbah Air Tempe dan Tahu, Pupuk Cair dan Pertumbuhan Tanaman

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Keberadaan industri memiliki peranan dalam membuka lapangan

    pekerjaan dan meningkatkan perekonomian daerah, salah satunya industri

    makanan yaitu industri tempe dan tahu. Kebutuhan manusia yang tinggi akan

    sumber pangan dari hasil pertanian berupa tempe dan tahu untuk dikonsumsi

    mengakibatkan permintaan pasar meningkat sehingga diikuti perkembangan

    industri tempe dan tahu yang meningkat pula.

    Pengolahan industri tempe dan tahu banyak tersebar di seluruh Indonesia,

    termasuk di provinsi Nusa Tenggara Barat, salah satunya di wilayah Praya.

    Industri ini berlokasi di Dusun Alung, Desa Mekar Damai, Kecamatan Praya,

    Kabupaten Lombok Tengah.

    Tempe dan tahu merupakan makanan yang terjangkau bagi semua

    kalangan masyarakat dan diakui mempunyai peran yang besar dalam usaha

    meningkatkan gizi masyarakat terutama bagi golongan menengah ke bawah.

    Tempe dan tahu dapat dibuat menggunakan berbagai macam bahan, seperti: biji

    kedelai, biji jagung, dan biji kacang tanah. Secara umum masyarakat kita lebih

    banyak mengenal dan lebih sering menggunakan biji kedelai.

    Pengolahan tempe dan tahu masih menggunakan alat-alat tradisional dan

    banyak menggunakan tenaga manusia. Kondisi ini dapat menyediakan lapangan

    pekerjaan bagi masyarakat. Industri limbah pengolahan tempe dan tahu termasuk

  • 2

    limbah industri yang berupa limbah cair dan padat. Limbah padat biasanya

    digunakan sebagai makanan ternak, seperti: sapi dan kambing. Limbah cair

    biasanya dibuang ke selokan atau sungai-sungai.

    Indonesia merupakan negara yang sebagian mata pencaharian

    penduduknya sebagai petani. Salah satu hasil pertanian para penduduk adalah

    cabai jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai rawit merupakan tanaman

    yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Cabai rawit bisa

    dimanfaatkan dalam berbagai bentuk seperti tambahan dalam makan gorengan

    dan bisa diawetkan menjadi saus serta bahan masakan atau bumbu masakan

    lainnya yang harus ada di dapur.

    Pembuangan limbah cair hasil pengolahan tempe dan tahu dapat

    menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar oleh limbah tempe dan tahu

    dapat mengeluarkan bau busuk sehingga mengganggu penciuman dan

    mengurangi estetika lingkungan. Upaya mengatasi pencemaran tersebut,

    pemerintah seharusnya memberi pengarahan terhadap pengusaha dan masyarakat

    setempat tentang pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pengolahan tempe

    dan tahu tersebut supaya dapat diolah oleh masyarakat setempat. Pemerintah juga

    seharusnya menyediakan mesin atau sejenisnya untuk pengolahan limbah supaya

    bisa dimanfaatkan karena limbah pengolahan tempe dan tahu mengandung bahan

    organik. Bahan organik yang di hasilkan dari limbah tempe dan tahu tersebut jika

    diberikan pengolahan maka masyarakat dapat memanfaatkan sebagai pupuk pada

  • 3

    tanaman-tanaman mereka seperti tanaman cabai rawit karena limbah air tempe

    dan tahu tersebut banyak mengandung nutrisi yang dimanfaatkan oleh tanaman.

    Cabai merupakan tanaman terna tahunan yang tumbuh tegak dengan

    batang berkayu dan cabang berjumlah banyak. Ketinggiannya bisa sampai 120 cm

    dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau

    muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang

    oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Bentuknya umumnya bulat telur,

    lonjong, dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan

    varietasnya.1

    Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama

    halnya dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya. Bunga cabai

    merupakan bunga lengkap yang terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga,

    benang sari, dan putik. Bunga cabai juga berkelamin dua, karena benang sari dan

    putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai

    keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai

    rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel,

    dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya.2

    Menurut data kementrian pertanian (Kementan) konsumsi cabai rawit

    (Capsicum frutescens L.) pada tahun 2015 sebesar 335.968 ton, pada tahun 2016

    1Bernardinus T, dkk, Bertanam Cabai pada Musim Hujan, (Jakarta:Agro Media Pustaka,

    2002). Hlm, 10. 2Redaksi AgroMedia, Panduan Lengkap Budi Daya dan Bisnis Cabai, (Jakarta: AgroMedia

    Pustaka, 2008). Hlm. 24.

  • 4

    sebesar 350.183 ton dan pada selama beberapa bulan untuk tahun 2017 ini sebesar

    364.570.3 Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa besar konsumsi cabai

    rawit (Capsicum frutescens L.) dari tahun 2015 sampai beberapa bulan untuk

    tahun 2017 terjadi kenaikan.

    Tingginya permintaan dari konsumen membuat para petani harus

    meningkatkan produktivitas cabai rawitnya. Guna meningkatkan produksi cabai

    maka para petani harus memberikan pupuk yang dibutuhkan oleh cabai rawit

    tersebut.

    Pupuk adalah bahan yang diberikan oleh para petani dengan maksud

    unsur-unsur hara yang hilang dapat tergantikan dan kualitas serta mutu dari

    tanaman para petani tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Para petani masih

    banyak mengunakan pupuk anorganik. Keberadaan pupuk anorganik dari tahun

    ke tahun sulit dijangkau oleh masyarakat dan harganya tinggi.

    Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi awal terhadap limbah air

    tempe dan tahu yang tidak dimanfaatkan dan menimbulkan pencemaran

    lingkungan serta keterbatasan pupuk untuk petani cabai rawit, maka peneliti perlu

    melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe

    dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit

    (Capsicum frutescens L.)”.

    3Wiji Nurhayatri, “Cabai Rawit Tapi Kenapa Harganya Bisa Rp. 160.000/kg”, dalam

    http://m.kumparan.com, diakses pada tanggal 15 Agustus 2017 pukul 06:16 WITA.

    http://m.kumparan.com/

  • 5

    B. Rumusan dan Batasan Masalah

    1. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh pemberian limbah cair

    tempe dan tahu Sebagai Pupuk Cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai

    rawit (Capsicum frutescens L.)”?

    2. Batasan Masalah

    Adapun yang menjadi batasan masalah dalam peneliti adalah:

    a. Pupuk limbah yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada dua yaitu

    limbah air tempe dan tahu.

    b. Cabai rawit yang digunakan adalah tanaman cabai rawit jenis cabai rawit

    putih (Capsicum frutescens).

    c. Campuran limbah, yaitu:

    1) 1 liter limbah air pengolahan tempe

    2) 1 liter limbah air pengolahan tahu

    3) ½ liter limbah air pengolahan tahu dicampur dengan ½ liter limbah air

    pengolahan tempe

    d. Parameter penelitian

    1) Menghitung jumlah daun pada saat pengamatan dengan interval dua

    minggu.

    2) Mengukur tinggi tanaman menggunakan penggaris. Pengukuran dari

    pangkal batang (± 1 cm dari atas media) sehingga ujung pucuk.

  • 6

    3) Menghitung jumlah cabang yang muncul dari ketiak daun

    4) Jumlah bunga yang dihasilkan dari saat pertama pertumbuhan

    generatif

    5) Jumlah buah yang dihasilkan dari buah pertama sampai panen pertama

    6) Bobot buah yang dihasilkan pada saat panen pertama

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    pemberian limbah cair tempe dan tahu sebagai pupuk cair terhadap

    pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)”

    2. Manfaat penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    a. Manfaat Teoritis

    1) Bagi Peneliti

    Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi ke masyarakat

    khususnya petani cabai rawit (Capsicum frutescens L.) bahwa limbah

    air tempe dan tahu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk

    meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum

    frutescens L.)

  • 7

    2) Bagi Peneliti Selanjutnya

    Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih luas dari

    penelitian sebelumnya dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi

    peneliti selanjutnya.

    b. Manfaat Praktis

    1) Bagi Masyarakat

    Masyarakat bisa mendapatkan informasi bagaimana cara

    mengaplikasikan limbah air tempe dan tahu menjadi pupuk organik

    yang bermanfaat bagi tumbuhan sehingga masyarakat dapat

    memanfaatkan limbah air tempe dan tahu menjadi pupuk organik yang

    ramah lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi

    tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) serta pencemaran

    lingkungan dapat diminimalisir.

    D. Definisi Operasional

    Pemaparan operasional guna menghindari adanya penafsiran yang salah

    atau ganda pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Campuran

    Limbah Cair Tempe dan Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit

    (Capsicum frutescens L.)” maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:

  • 8

    1. Pengaruh adalah suatu respon dari objek yang telah diberikan rangsangan

    yang berupa perlakuan.4 Pengaruh yang dimaksut dalam penelitian ini adalah

    pengaruh limbah air tempe dan tahu.

    2. Limbah air tempe dan tahu merupakan limbah yang dihasilkan dari proses

    pembuatan tempe dan tahu, yaitu dari air rebusan kedelai untuk pembuatan

    tempe dan air rendaman untuk pembuatan tahu (saat direndam 8 jam).5

    3. Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada suatu tanaman yang tidak

    dapat kembali lagi (irreversible), seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan

    lain-lain. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif (angka-

    angka). Pertumbuhan yang dimaksud pada penelitian ini adalah diameter

    batang, tinggi batang dan jumlah daun.6

    4. Cabai rawit adalah tumbuhan perdu dari family terong-terongan (solanaceae)

    anggota genus capsicum yang memiliki nama Capsicum Frutescens L. buah

    tanaman ini banyak digunakan oleh mayarakat. 7Cabai rawit yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah cabai rawit jenis cabai rawit putih.

    4Koreshinfo, “Memahami Beberapa Pengertian Dalam Menyusun Skripsi”, dalam

    https://.blogspot.co.id, diakses 26 Desember 2017. 5Reza zulfikar, “Pemanfaatan Limbah Tahu dan Tempe”, dalam http://.blogspot.co.id,

    diakses 26 Desember 2017. 6Biologi online, “pertumbuhan dan perkembangan”, Dalam https://zaifbio.wordpress.com,

    diakses 26 Desember 2017. 7Syaiful Rahman, “ meraup untung bertanam cabai rawit dengan polybag”, (Yogyakarta: lily

    publisher, 2010), hlm 2.

    https://.blogspot.co.id/http://.blogspot.co.id/2011/04/pemanfaatan-limbah-tahu-dan-tempe.htmlhttps://zaifbio.wordpress.com/

  • 9

    BAB II

    KA JIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    A. Kajian Pustaka

    1. Tinjauan Limbah Tempe

    a. Pengertian limbah tempe

    Industri tempe di Indonesia menurut data statistik, mencapai angka

    yang dominan jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini wajar

    mengingat tempe memang telah menjadi bagian dari pola konsumsi

    masyarakat kita. Industri tempe ini, selain menjadi penopang ekonomi

    rakyat, ternyata juga menimbulkan problematika tersendiri. Limbah

    industri tempe cukup potensial mengganjal keharmonisan alam. Terlebih,

    industri tempe yang biasanya dalam skala kecil, bertitik di tengah

    pemukiman masyarakat. Mencermati hal tersebut, banyak peneliti yang

    kemudian berlomba-lomba mencari solusi terbaik. Istimewanya, solusi

    tersebut tak hanya meringkas masalah tetapi juga menambah pundi-pundi

    ekonomi. Sebab pengolahan limbah tempe bisa berujung pada produk baru

    yang memiliki nilai jual. Limbah memang identik dengan sampah

    buangan. Tetapi dengan sedikit usaha, limbah bisa menjadi berkah.8

    8Atom, “cara membuat tempe”, dalam http://cara-membuat-tempe.blogspot.co.id/2012/10/.

    diakses 27 Desember 2017.

    http://cara-membuat-tempe.blogspot.com/http://cara-membuat-tempe.blogspot.com/2012/10/cara-praktis-membuat-tempe.htmlhttp://cara-membuat-tempe.blogspot.co.id/2012/10/pengolahan-limbahtempe.html

  • 10

    Diagram alur pembuatan tempe sebagai berikut:

    Gambar 1. Proses pembuatan tempe

    Limbah dari proses pembuatan tempe ini termasuk dalam limbah

    yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau bahan buangan yang

    dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Senyawa organik yang

    terkandung didalamny akan dihancurkan oleh bakteri meskipun prosesnya

    lambat dan sering dibarengi dengan keluarnya bau busuk. Konsentrasi

    amoniak sebesar 0,037 mg/l sudah dapat menimbulkan bau amoniak yang

    menyengat. Dalam limbah domestik, sebagian besar nitrogen organik akan

    diubah menjadi amoniak pada pembusukan anaerobik dan menjadi nitrat

    atau nitrit pada pembusukan aerob.9

    9Erry Wiryani, Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe, Semarang: Lab. Ekologi Dan

    Biosistematik Jur. Biologi F MIPA. UNDIP Semarang. (diakses 26 Desember 2017).

    Kedelai

    Dicuci dari kotoran seperti: Tanah,

    kayu/ranting, kerikil

    Direndam dalam air semalam sampai berbusa dan

    berbau spesifik

    Dikupas dan dicuci bersih

    Diinokulasikan dengan jamur tempe

    Didingink

    Direbus atau dikukus sampai agak lunak

    Dibungkus atau dimasukkan ke dalam wadah

    Diperam Tempe

  • 11

    b. Jenis-jenis limbah tempe

    Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri tempe adalah limbah

    padat (kering dan basah) dan limbah cair.

    1) Limbah padat kering terdiri atas kotoran yang tercampur dalam

    kedelai, misalnya kerikil, kuli, batang, serta kedelai cacat

    fisik/rusak/busuk. Limbah padat kering umumnya lebih mudah diatasi

    dan tidak menimbulkan masalah, misalnya dengan dibakar ataupun

    dikubur dalam tanah.

    2) Limbah padat basah berupa kulit kedelai setelah mengalami proses

    perebusan dan perendaman. Limbah ini umumnya berbau asam dan

    busuk. Limbah padat basah, khususnya kulit kedelai, masih dapat

    dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk tanaman.

    3) Limbah cair berupa air bekas pencucian, perendaman, dan perebusan

    kedelai. Limbah ini juga berbau asam dan busuk yang kian hari kian

    menyengat.10

    c. Karakteristik limbah tempe

    Untuk karekteristik limbah industri tempe ada dua hal yang perlu

    diperhatikan yakni karekteristik fisika dan kimiawi. Karekteristik fisika

    meriputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karekteristik kimiawi

    meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Bahan-bahan organik

    10Lies Suprapti, Teknologi Pengolahan Pangan: Pembuatan Tempe (Yogyakarta: Kanisius,

    2003), hlm. 56.

  • 12

    yang terkandung di dalam buangan industri tempe pada umumnya sangat

    tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat

    berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-

    senyawa tersebut, protein yang jumlahnya paling besar yang mencapai

    40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin

    lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini

    akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit duiraikan

    oleh mikroorganisme di dalam air limbah tempe tersebut.11

    Limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan

    kedelai, pencucian kedelai, pelralatan proses dan lantai. Karekter limbah

    cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit,

    selaput lendir dan bahan organik lain). Warna putih keruh pada air limbah

    berasal dari pembuangan air rendaman dan pengelupasan kulit kedelai

    yang masih banyak mengandung pati, juga berasal dari air bekas

    pencucian peralatan proses produksi, peralatan dapur dan peralatan

    lainnya. Bau yang timbul karena adanya aktivitas mikroorganisme yang

    11Ilmi “Tugas Pengolahan Limbah Tempe”, dalam https://www.scribd.com/doc/307050050,

    diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 11.00 WITA.

    https://www.scribd.com/doc/307050050

  • 13

    menguraikan zat organik atau dari reaksi kimia yang terjadi dan

    menghasilkan gas tertentu.12

    Air buangan industri tempe kualitasnya bergantung dari proses

    yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan

    organic pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi

    ion hydrogen buangan industri tempe cenderung bersifat asam. Sehingga

    air limbah dan bahan buangan yang dibuang ke perairan akan mengubah

    Ph air, dan dapat mengganggu kehidupan organisme air, pH air normal

    yang memenuhi syarat untuk kehidupan mempunyai pH berkisar antara

    6,5 – 7,5. Gas – gas yang biasa ditemukan dalam limbah tempe adalah gas

    nitrogen (N2), oksigen (O2), hydrogen sulfide (H2S), ammonia (NH3),

    karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari

    dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan

    tempe 13.

    d. Bahaya atau dampak limbah Tempe

    Limbah air tempe yang tidak diolah atau yang dibuang ke perairan

    seperti sungai memiliki dampak yang sama seperti dampak yang

    disebabkan oleh limbah air tahu. Kandungan yang dimiliki limbah tempe

    12Wignyanto, dkk “Bioremediasi Limbah Cair Sentra Industri Tempe Sanan Serta

    Perencanaan Unit Pengolahannya(Kajian Pengaturan Kecepatan Aerasi Dan Waktu Inkubasi)”, Vol. 10, No. 2, Agustus 2009, hlm. 125.

    13Ilmi “Tugas Pengolahan Limbah Tempe”, dalam https://www.scribd.com/doc/307050050,

    diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 11.00 WITA.

    https://www.scribd.com/doc/307050050

  • 14

    adalah 40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Jika

    semakin lama maka limbah air tempe tidak akan bisa diuraikan dan

    menyebabkan pencemaran lingkungan.

    e. Pemanfaatan limbah tempe

    Limbah air tempe selain memiliki dampak negative, limbah ini

    juga memiliki dampak positif jika limbah tersebut diolah dan digunakan.

    Limbah tempe dapat digunakan sebagai:

    1) Sebagai pakan ternak

    2) Nata de Soya

    3) Pupuk organik dan lain-lain.14

    f. Penanganan atau pengolahan limbah tempe

    Penanganan limbah perlu dilakukan secepatnya agar tidak

    menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Ada tiga alternatif yang

    dapat dipilih untuk menangani limbah, yakni penetralan, pemanfaatan, dan

    penyaringan limbah.

    Penetralan limbah tempe memerlukan Instalasi Pengolahan

    Limbah (IPAL). Untuk itu, diperlukan lahan yang luas dan biaya yang

    relatif besar. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu cara mengatasi

    masalah pencemaran lingkungan, seperti:

    14Anggraini Nur, “Pengaruh Limbah Cair Tahu, Limbah Cair Tahu Tempe Dan Volume

    Terhadap Ketebalan Berat Dan Kandungan Serat Nata De Soya”, (skripsi, FITK IAIN, Mataram 2015).

  • 15

    1) Kulit ari kedelai dalam jumlah sedikit dapat dicampurkan ke dalam

    bahan tempe untuk memacu pertumbuhan jamur tempe.

    2) Limbah padat basah dapat dikeringkan dan dipak dalam kantong

    plastik, kemudian dijual sebagai pupuk atau campuran pakan ternak.

    Dalam keadaan kering, kulit kedelai tahan disimpan dalam waktu yang

    relatif lama.

    3) Limbah cair dari kegiatan pencucian, perebusan, dan perendaman

    kedelai dapat dimanfaatkan sebagai minuman ternak dan pupuk cair

    untuk tanaman.

    Bau busuk limbah industri tempe dapat dihilangkan dengan

    penyaringan. Penyaringan tidak dilakukan dengan menggunakan

    peralatan, tetapi dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan air yang

    memiliki kemampuan mengisap racun dan bau (menetralisir).15

    2. Tinjauan Limbah Tahu

    a. Pengertian limbah tahu

    Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang dibuat dari kedelai

    dengan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses

    15Lies Suprapti, Teknologi Pengolahan Pangan: Pembuatan Tempe (Yogyakarta: Kanisius,

    2003), hlm. 57.

  • 16

    pengendapan protein pada titik isoelektrisnya, dengan atau tanpa

    penambahan unsur-unsur lain yang diizinkan.16

    Tahu mengandung nilai gizi yang tinggi khususnya protein

    sehingga sangat diminati oleh masyarakat. Semakin banyak permintaan

    konsumen akan tahu maka industri pembuatan tahupun semakin banyak

    bermunculan.

    Bahan baku utama tahu adalah biji kedelai yang mengalami

    banyak proses sehingga bisa menjadi tahu. Proses pembuatan tahu yang

    disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

    Gambar 2. Proses pembuatan tahu

    Air limbah tahu merupakan limbah organik dan tidak mengandung

    logam berat, sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan secara

    16Ibid., hlm. 27

  • 17

    biologi. Proses pengolahan biologi merupakan suatu proses pengolahan

    limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri untuk

    mendegradasi kandungan polutan. Sistem pengolahan secara biologi dapat

    menghasilkan produk olahan, maupun produk samping yang lebih aman

    terhadap lingkungan, dan lumpur yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

    sebagai pupuk organik atau media tanam yang sangat baik.17

    b. Jenis-jenis limbah tahu

    Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua)

    bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik

    pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah,

    kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa

    saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat

    yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku

    kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak

    (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa

    ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu

    17Elly Yuniarti Sari, Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat

    Dan Aerob. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro (diakses 26 Desember 2017).

  • 18

    yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang

    dihasilkan.18

    Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses

    perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu,

    penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair

    yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang

    terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan

    ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.

    Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih

    dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.19

    c. Karakteristik limbah tahu

    Limbah bagi industri hasil pertanian merupakan hasil sampingan

    dari proses pengolahan untuk memperoleh hasil utama. Limbah cair tahu

    adalah hasil sampingan dari proses pembuatan tahu berupa limbah cair

    tahu yaitu “whey”. Air limbah tahu yang dihasilkan masih banyak

    mengandung zat organik, seperti protein, karbohidrat, lemak dan zat

    terlarut yang mengandung padatan tersuspensi atau padatan. Di antara

    senyawa-senyawa tersebut yang memiliki jumlah paling besar adalah

    protein dan lemak dengan presentase sebesar 40-60% protein, 25-50%

    18Febria Kaswinarni, Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.

    Semarang: Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro (diakses 26 Desember 2017).

    19Ibid.

  • 19

    karbohidrat dan 10% lemak. Adanya bahan organik yang cukup tinggi

    menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik

    tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik. Senyawa-

    senyawa organik di dalam air buangan tersebut antara lain protein,

    karbohidrat, lemak dan minyak.20

    Berdasarkan jurnal penelitian Ratnani (2012) diperoleh hasil

    analisis kandungan limbah cair dari proses pembuatan tahu yang disajikan

    pada tabel 1.21

    Tabel 1. Karakteristik limbah cair tahu dan limbah cair tempe

    Parameter Hasil Analisis

    limbah cair tahu limbah cair tempe Ph 4,26 4,16

    DO (ppm) 4,5 Tidak terdeteksi COD (ppm) 11.638 35,395

    Air (%) 10,43 15,3 Abu (%) 0,5 0,7

    Karbohidrat (%) 26,92 1,9 Protein (%) 23,55 8,1 Lemak (%) 5,54 4,8

    Nitrogen % 2,44 1,6 Fosfor % 6,2 3,26 Kalium % 3,5 1,32

    Serat kasar (%) 20,6 30,9 Temperature (C) 45 32

    Warna Kuning keruh Kuning Bau Berbau menyengat Berbau menyengat

    20http://digilib.unila.ac.id/5441/16/BAB%20II.pdf (diakses 26 Desember 2017). 21Ratnani, “Kecepatan Penyerapan Zat Organik Pada Limbah Cair Industri Tahu Dengan

    Lumpur Aktif”, Momentum, Vol. 7, No. 2, Oktober 2011, hlm 22

    http://digilib.unila.ac.id/5441/16/BAB%20II.pdf

  • 20

    d. Bahaya atau dampak Limbah Tahu

    Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan

    macam polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organik (berbau

    busuk), polutan anorganik (berbuau dan berwarna).22 Pemerintah

    menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk

    limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan

    organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di

    buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke

    sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dalam mengukur derajat keasaman

    limbah cair dari air rebusan kedelai telah melampaui standar baku mutu.

    Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industi yang di buang ke

    perairan akan mengubah pH air, dan dapat menggagu kehidupan

    organisme air.23

    Pada umumnya bahan – bahan organik yang terkandung dalam

    industri tahu sangat tinggi, senyawa organik di dalam air buangan tersebut

    dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa

    organik protein dan lemaklah yang paling besar bisa mencapi 40% - 60%

    protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dari

    bahan organik ini akan semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan

    pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit di uraikan oleh

    22Jessy Adack, Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup. Lex

    Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013 (Diakses 29 Desember 2017). 23Ibid

  • 21

    mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan

    besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian

    seperti BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen

    Demand). Uji BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan parameter

    yang saling digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan

    organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.24

    Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang

    digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik

    pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion

    hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen

    terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein sebesar 226,06 sampai 434,78

    mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan

    meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.

    Pencemaran limbah sangat berbahaya bagi biota di perairan

    berbagai jenis ekosistem mengalami keracunan. Setiap spesies yang

    berada di perairan berbeda-beda ada spesies yang tahan terhadap

    pencemaran dan ada juga yang tidak tahan terhadap pencemaran yang

    terjadi di perairan. Setiap ekosistem selalu beradaptasi dengan tempatnya.

    Walau pun begitu tingkat adaptasinya terbatas, bila batas tersebut

    24Ibid

  • 22

    melampaui batas, maka ikan tersebut akan mati. Punahnya sepesis tertentu

    akan beakibat pada kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.25

    e. Pemanfaatan limbah tahu

    Limbah air tahu selain memiliki dampak negative, limbah ini juga

    memiliki dampak positif jika limbah tersebut diolah dan digunakan.

    Limbah tahu dapat digunakan sebagai:

    1) Pupuk organik

    2) Dibuat Kerupuk ampas tahu

    3) Kembang tahu

    4) Kecap ampas tahu

    5) Stik tahu

    6) Nata de Soya dan lain-lain.26

    f. Pengolahan limbah tahu

    Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah

    dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang

    25

    Ibid 26Anggraini Nur, “Pengaruh Limbah Cair Tahu, Limbah Cair Tahu Tempe Dan Volume

    Terhadap Ketebalan Berat Dan Kandungan Serat Nata De Soya”, (skripsi, FITK IAIN, Mataram 2015).

  • 23

    dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode

    pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis.27

    Cara fisika, merupakan metode pemisahan sebagian dari beban

    pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair

    dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair

    industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antaralain adalah

    filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan)

    menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan

    memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah

    cair. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan

    memanfaatkan gaya gravitasi.28

    Cara kimia, merupakan metode penghilangan atau konversi

    senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-

    bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat

    diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya

    termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi.

    Proses netralisasi biasanya diterapkan dengan cara penambahan

    asam atau basa guna menetralisir ion-ion terlarut dalam limbah cair

    sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya.

    27Amir Husin, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed – Bed. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2008. (diakses 26 Desember 2017).

    28Ibid.

  • 24

    Dalam proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel koloid

    hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah

    cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut

    menjadi bermuatan negatif. Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-

    gaya menarik ion-ion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan

    kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh

    stern yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam

    larutan membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut

    bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya

    menjadi stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil cenderung

    tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran

    lebih besar, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi

    ataupun filtrasi.

    Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel

    koloid bermuatan dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan

    (koagulan) ke dalam koloid, dengan demikian partikel koloid menjadi

    netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain membentuk mikroflok.

    Selanjutnya mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk dengan dibantu

    pengadukan lambat megalami penggabungan menghasilkan makroflok

  • 25

    (flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara

    pengendapan atau filtrasi.29

    Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit,

    aluminium, kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan

    limbah secara kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan

    sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.30

    Selain kedua metode tersebut di atas, metode gabungan fisika-

    kimia mencakup flokulasi yang dikombinasikan dengan sedimentasi.

    Namun, penerapan metode fisika, kimia atau gabungan keduanya dalam

    skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia. Hal ini

    dikarenakan beberapa faktor antara lain : metode pengolahan fisika-kimia

    terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur

    berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah

    penanganan lebih lanjut.31

    Cara biologi dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan

    memanfaatkan mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara

    biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul sederhana.

    Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan

    29Ibid. 30Riko putra Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Koagulan Pada Proses Koagulasi Limbah Cair

    Industri Tahu Dengan Menggunakan Jar Test”, Vol. 2, No. 2 2013. 31Amir Husin, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam

    Reaktor Fixed – Bed.

  • 26

    zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang

    digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa.

    Sedangkan tumbuhan air yang mungkin dapat digunakan termasuk gulma

    air (aquatic weeds).32

    Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari metode

    pengolahan limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah dan

    mudah dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.

    Metode pengolahan biologis yang juga patut dipertimbangkan untuk

    mengolah limbah cair tahu di antaranya adalah proses aerob dan anaerob

    di samping metode penimbunan pada tanah dan penyemprotan irigasi.

    Berdasarkan informasi tersebut, salah satu cara pengolahannya adalah

    menggunakan proses anaerob.33

    3. Tinjauan Cabai Rawit (Capsicum frutescens I)

    a. Klasifikasi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Family : Solanaceae (Suku terung-terungan) Genus : Capsicum

    32Ibid.

    33Ibid.

  • 27

    Species : Capsicum frutescens L.34 b. Morfologi cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    1) Batang

    Batang tanaman35 cabai rawit memiliki struktur yang keras dan

    berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang

    banyak. Batang utamanya tumbuh tegak dan kuat. Percabangan

    terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara

    30 cm-45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi

    daun dan tunas (cabang).

    Gambar 3. Batang cabai rawit36

    2) Daun

    Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing

    dan tepi daun rata (tidak bergerigiberlekuk). Ukuran daun lebih kecil

    34Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag, (Yogyakarta:

    Lily Publisher, 2010), Hlm 3. 35Bambang cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:

    Kanisius, 2003). Hlm. 11. 36Gambar batang cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27

    Desember 2017 pukul 13.20 WITA.

    Batang

    Percabangan

    https://www.google.co.id/

  • 28

    dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan

    daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun

    menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang.

    Gambar 4. Daun cabai rawit37

    3) Bunga

    Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang

    berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun,

    dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk

    penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi

    secara silang, dengan keberhasilan 56%.

    Gambar 5. Bunga cabai rawit38

    4) Buah

    37Gambar daun cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27

    Desember 2017 pukul 13.20 WITA 38Gambar bunga cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27

    Desember 2017 pukul 13.20 WITA.

    Daun

    Bunga

    https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/

  • 29

    Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan.

    Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan

    rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan

    ujung runcing. Atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi,

    menurut jenisnya. Cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran

    panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit

    yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar

    12 mm.

    Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau

    atau putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala

    atau merah jingga (merah agak kuning). Pada waktu masih muda, rasa

    buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.

    Gambar 6. Buah cabai rawit39

    5) Biji

    Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk

    bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat

    pada empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil (berukuran sangat

    39Gambar buah cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.

    Buah

    https://www.google.co.id/

  • 30

    kecil) dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat

    digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

    Gambar 7. Biji cabai rawit40

    6) Akar

    Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang

    tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar

    ke samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga

    tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang

    gembur, porous (mudah menyerap air), dan subur.

    Gambar 8. akar cabai rawit41

    c. Jenis-jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    40Gambar biji cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.

    41Gambar akar cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.

    Biji

    Akar

    https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/

  • 31

    Di Indonesia, cabai kecil lebih umumnya disebut dengan cabai

    rawit. Cabai jenis ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil-pendek.

    Meski berukuran mini, cabai ini memiliki rasa yang sangat pedas sehingga

    di luar negri cabai ini dikenal dengan sebutan hot chili atau cabai pedas.

    Cabai rawit ada banyak macamnya, namun biasa kita mengenal

    tiga macam cabai rawit berdasarkan ciri fisiknya, yaitu:42

    1) Cabai rawit kecil

    Jenis cabai kecil dikenal dengan sebutan cabai jemprit.

    Varietas cabai yang tergolong cabai kecil misalnya varietas Cipanas

    dan varietas Tabanan. Cabai jenis ini memiliki karekteristik ukuran

    kecil-kecil, dengan panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm,

    serta berat rata-rata 0,65 g. pada saat masih muda, buah berwarna hijau

    dan berubah menjadi merah menyala pada saat masak (telah tua). Rasa

    buah sangat pedas dengan aroma yang sangat merangsang. Cabai kecil

    mengandung minyak aetheris dalam jumlah yang sangat tinggi.43

    2) Cabai rawit ceplik

    Cabai ceplik sering disebut juga cabai hijau. Varietas cabai

    yang tergolong cabai ceplik misalnya varietas Hontaka dan varietas

    42Neti Suriana, Cabai, Sehat dan Berkhasiat, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012), hlm. 9. 43Bambang Cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:

    kanisius, 2003). Hlm. 14.

  • 32

    Banjaran. Cabai jenis ini memiliki ciri-ciri buah berbentuk bulat

    panjang dan langsing; berukuran besar (lebih besar dari pada cabai

    kecil), dengan panjang antara 3 cm – 3,5cm dan lebar 11 mm, serta

    berat rata-rata 1,4 g. pada waktu masih muda buah berwarna hijau

    keputih-putihan dan berubah menjadi merah menyala (merah cerah)

    pada saat matang. Rasa buah cukup pedas, tetapi masih kurang pedas

    jika dibandingkan dengan cabai kecil dan cabai putih.44

    3) Cabai rawit putih

    Varietas cabai yang tergolong jenis cabai putih misalnya

    varietas Jembrana. Jenis cabai putih memiliki ciri-ciri buah berbentuk

    bulat agak lonjong (gemuk) dan berukuran besar, dengan panjang

    mencapai 3 cm atau lebih dan lebar 13 mm atau lebih, serta berat rata-

    rata 2,5 g. pada saat masih muda buah berwarna putih, dan berubah

    menjadi merah jingga (merah agak kuning) bila telah matang. Buah

    yang masih muda memiliki rasa yang kurang pedas, namun buah yang

    telah matang memiliki rasa pedas. Jika dibandingkan dengan cabai

    kecil, cabai putih masih kurang pedas; namun lebih pedas dari pada

    cabai ceplik.45

    d. Syarat tumbuh cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    44Ibid. Hlm. 16. 45Ibid, Hlm 16.

  • 33

    Secara umum pertumbuhan cabai rawit akan sangat baik kalau

    ditanam di daerah dengan curah hujan dan panas yang cukup. Penanaman

    pada tempat yang berbeda dari persyaratan tersebut akan menghasilkan

    buah dan kualitas yang kurang maksimal. Factor lokasi penanaman juga

    berperan cukup besar dalam berproduksinya cabai rawit. Cabai rawit

    paling cocok ditanam pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dan

    suhu rata-rata 190-300 C serta curah hujan 1.000 – 3000 mm/tahun

    Tanah untuk media tumbuh cabai rawit secara umum harus kaya

    bahan organic, gembur, serta pH (derajat keasaman) tanah sekitar 6-7. Bila

    tingkat keasaman lebih rendah dapat dinaikkan dengan penambahan

    pemberian kapur pertanian (dolomite).

    Budidaya cabai rawit memang tergolong berisiko tinggi. Namun,

    resiko ini bisa diminimalis dengan memperhatikan beberapa hal yang

    terkait dengan budi dayanya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan

    syarat tumbuh tanaman cabai. Syarat tumbuh ini pada dasarnya ditentukan

    oleh dua hal. Pertama, curah hujan dan kelembapan. Kedua, jenis tanah,

    pH tanah dan ketinggian lahan.46

    1) Curah hujan

    Tanaman cabai rawit tidak menghendaki curah hujan yang

    tinggi (iklim yang ekstrem basah). Di daerah dengan curah hujan yang

    46Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag, (Yogyakarta:

    Lily Publisher, 2010), Hlm. 36.

  • 34

    tinggi, tanaman cabai rawit akan mudah terserang penyakit bercak

    daun (antraknosa), penyakit layu, dan lain-lain.

    Curah hujan berpengaruh terhadap pembuangan dan

    pembuahan. Pada saat berbunga dan berbuah, tanaman cabai rawit

    tidak tahan teradap curah hujan yang tinggi; melainkan memerlukan

    iklim yang hangat dan kering. Hujan lebat yang berlangsung terus-

    menerus dapat menyebabkan gugur bunga sehingga produksi buah

    rendah. Selain itu, curah hujan yang tinggi uga dapat menyebabkan

    busuk buah. Meskipun demikian penanaman cabai rawit tetap dapat

    dilakukan di daerah yang memiliki curah hujan, asalkan disertai

    dengan drainase yang baik dan jarak tanaman yang lebih longgar.

    Dengan teknik penanaman yang demikian, tanaman masih dapat

    berproduksi cukup tinggi.

    Keadaan curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap

    ketersediaan air tanah. Selanjutnya, kandungan air tanah akan

    menyebabkan tingkat kelembapan tanah meningkat dan suhu menurun

    sehingga tidak sesuai bagi tanaman cabai. Kondisi ini menyebabkan

    terjadinya kematian tunas dan bunga, serta menyebabkan buah yang

    dihasilkan kecil-kecil. Sebaliknya, curah hujan yang rendah

    menciptakan kondisi iklim yang kering dan panas (suhu tinggi).

    Kondisi ini dapa menyebabkan terhambatnya pembuahan karena

  • 35

    tepung sari menjadi tidak berfungsi. Selain itu, kondisi yang kering

    dan panas juga dapat menyebabkan bunga dan buah hangus terbakar.

    Agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman

    cabai rawit memerlukan kondisi iklim dengan 0-5 bulan basah dan 4-6

    bulan kering dalam satu tahun (tipe iklim D3/E3) dan curah hujan

    berkisar antara 600 mm – 1.250 mm per tahun.47

    2) Kelembaban udara

    Agar dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai

    rawit juga memerlukan kelembaban udara tertentu. Udara yang sangat

    kering dapat menyebabkan tanaman menderita klorosis dan

    antosianensis. Tingkat kekeringan yang terlalu tinggi dapat

    menyebabkan tajuk menjadi layu serta daun dan buah cabai gugur

    sebelum waktunya. Selain itu, jika tidak mendapat cukup kelembapan,

    tanaman seringkali menderita die-back (mati ujung) dan bunga cabai

    menjadi layu sehingga proses pembuahan terhenti.

    Sebaliknya, udara yang sangat lembab (ekstrem basah) juga

    berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan produktivitas tnaman

    cabai karena dapat menyebabkan pembusukan akar, yang pada

    akhirnya menyebabkan kelayuan tanaman. Pembusukan akar

    disebabkan oleh akumulasi nitrit hasil aktivitas organisme anaerob di

    47Bambang Cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:

    KANISIUS, 2003). Hlm. 19

  • 36

    dalam tanah yang tergenang ataupun oleh adanya aktivitas cendawan

    dan bakteri yang menyerang akar yang telah rusak, yang kemudian

    mempercepat pembusukan.

    Kelembaban yang terlalu rendah juga berpengaruh terhadap

    proses penyerapan unsur hara, terutama nitrogen dan fosfor.

    Kelembapan tanah (kandungan air) berhubungan dengan suhu tanah

    yang diperlukan oleh akar tanam dalam proses penyerapan unsur hara.

    Pada tanah yang kering (kelembapan rendah), unsur hara N dan P

    tidak dapat diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal

    sehingga pertumbuhan vegetatif ( pembentukan batang, cabang, dan

    daun) dan pertumbuhan generatif (pembentukan bunga, buah, dan biji)

    terhambat.

    Demikian pula, pada kelembapan udara yang tinggi,

    pemanfaatan unsur hara dalam tanah tidak seimbang. Meskipun unsur

    hara P dapat diserap, namun unsur hara N sulit diserap oleh akar

    tanaman sehingga pertumbuhan tanaman juga tetap akan terganggu.

    Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah 60%

    - 80%.48

    3) Jenis tanah, pH tanah dan ketinggian lahan

    Sebenarnya, cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak

    mengandung unsur hara. Cabai tumbuh optimal di tanah regosol dan

    48Ibid, Hlm. 18.

  • 37

    andosol. Penambahan bahan organic, seperti pupuk kandang dan

    kompos pada saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman dapat

    diaplikasikan untuk memperbaiki struktur tanah serta mengatasi tanah

    yang kurang subur dan miskin unsur hara.

    Sebaiknya, pilih lahan penanaman yang agak miring untuk

    menghindari genangan air dengan tingkat kemiringan lahan tidak lebih

    dari 25%. Lahan yang terlalu miring menyebabkan erosi dan hilangnya

    pupuk, karena tercuci oleh air hujan. Tanah yang terlalu datar harus

    dibuatkan pembuangan air.

    Kadar keasaman (pH) tanah yang cocok untuk penanaman

    cabai secara intensif adalah 6 – 7. Tanah dengan pH rendah atau asam

    harus dinetralkan dulu dengan cara menebarkan kapur pertanian.

    Sebaliknya, tanah yang terlalu basa atau pH-nya tinggi bias

    dinetralkan dengan cara menaburkan belerang pada lahan penanaman.

    Saat ini ketinggian lahan tidak lagi menadi masalah untuk

    menanam cabai. Secara umum, cabai bias ditanam pada ketinggian

    lahan dari 1.000 – 2000 m dpl. Ketinggian tempat berpengaruh pada

    jenis hama dan penyakit yang menerang cabai. Di dataran tinggi,

    penyakit yang menyerang biasanya disebabkan oleh cendawan atau

  • 38

    jamur. Sedangkan di lahan dataran rendah biasanya penyakit yang

    menyerang dipicu oleh bakteri.49

    e. Manfaat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    Jenis sayuran ini banyak diusahakan karena memiliki nilai

    ekonomi yang tinggi. Orang Indonesia menyukai sambal dan masakan

    yang pedas banyak membutuhkan cabai setiap hari.50

    Cabai juga banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Berbagai

    hasil penelitian membuktikan bahwa cabai dapat membantu

    menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai

    juga dapat digunakan sebagai obat oles kulit untuk meringankan rasa

    pegal dan dingin akibat rematik dan encok karena bersifat analgesik.

    Khasiat cabai yang begitu banyak tersebut disebabkan oleh

    senyawa kapsaikin (C18H27NO3) yang terkandung di dalam buah cabai.

    Kapsaikin yang merupakan unsur aktif dan pokok yang berkhasiat terdiri

    dari lima komponen kapsai konoid, yaitu nordhidro kapsaikin, kapsaikin,

    dihidro kapsaikin, homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin.

    Senyawa-senyawa tersebut bisa dijadikan obat untuk pengobatan sirkulasi

    darah yang tidak lancar ditangan, kaki, dan jantung. Sewaktu kita

    49Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit denagn Polybag, (Yogyakarta:

    Lily Publisher, 2010), Hlm. 37. 50Nuruli, khotimah, Budi Daya Tanaman Pangan, (Jakarta: CV Karya Mandiri Nusantara,

    2007), Hlm. 50.

  • 39

    mengonsumsi cabai yang berasa pedas (buah cabai merah mempunyai

    tingkat kepedasan 100-250.000 unit scoville), terutama cabai merah dan

    cabai rawit, suhu tubuh akan meningkat sehingga merangsang metabolism

    tubuh. Akibatnya sirkulasi darah menjadi lancar dan aliran nutrisi di

    jaringan tubuh meningkat.

    Selain mengandung kapsaikin, cabai juga mengandung kapsikidin.

    Senyawa yang terdapat di dalam biji ini berguna untuk memperlancar

    sekresi asam lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Senyawa

    lain yang juga dimiliki cabai adalah kapsikol. Senyawa ini bisa berfungsi

    sebagai pengganti minyak kayu putih yang berguna untuk mengurangi

    pegal-pegal, rematik, sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal.51

    Berikut contoh penggunaan cabai rawit sebagai obat di masyarakat.

    1) Kaki dan tangan lemas (seperti lumpuh)

    2) Sakit perut

    3) Rematik.52

    4. Tinjauan Pertumbuhan Tanaman

    a. Pengertian pertumbuhan

    Pengertian Secara Etimologis yaitu, dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti tambah

    51Bernardinus T. wahyu Wiryanta, Bertanam Cabai pada Musim Hujan, (Jakarta: Agro Media

    Pustaka, 2002), Hlm. 4.

    52Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit denagn Polybag, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2010), Hlm. 9.

  • 40

    besar atau sempurna. Pengertian Secara Termitologis, pertumbuhan adalah

    perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-

    fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam

    perjalanan waktu tertentu.53

    Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh

    makhluk hidup. Pertumbuhan sering diartikan secara sederhana sebagai

    suatu pertambahan ukuran, tetapi harus hati-hati dalam menggunakan

    definisi yang kurang lengkap ini. Sebagai contoh, ukuran sel tumbuhan

    mungkin menjadi lebih besar pada saat menyerap air melalui osmosis,

    tetapi proses ini kemungkinan akan kembali ke ukuran asal dan oleh

    karenannya tidak bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang sebenarnya.

    Juga, selama pembelahan zigot dan embrio awal, dalam hal ini

    peningkatan jumlah sel tanpa peningkatan dalam ukuran (volume atau

    massa). Disini hasilnya pembelahan sel tanpa diikuti oleh peningkatan

    ukuran sel turunan. Proses ini merupakan suatu perkembangan di satu sisi

    dan mungkin hal ini dapat dipandang sebagai pertumbuhan meskipun

    fakta bahwa tidak terjadi peningkatan ukuran selnya.54

    53Allvanialista Ikalor, Pertumbuhan dan Perkembangan Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013: 1-6. 54Saefudin,“ pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan”, dalam

    http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.BIOLOGI (Diakses 28 Desember 2017).

    http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.BIOLOGI

  • 41

    Selama pertumbuhan tanaman akan membentuk berbagai organ

    yang membantu dalam pertumbuhan selanjutnya. Organ tanaman

    dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    1) Organ vegetatif adalah organ tumbuhan yang berperan dalam

    pertumbuhan dan perkembangan seperti: akar, batang dan daun

    2) Organ generating adalah organ yang berperan dalam pembiakan

    seksual (pembiakan generatif), seperti bunga, buah dan biji.55

    b. Fase pertumbuhan pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    1) Fase embrionis (lembaga)

    Fase embrionis ini terjadi sejak proses penyerbukan, dimana

    dari proses penyerbukan tersebut menghasilkan zigot dan lama-

    kelamaan akan berkembang menjadi biji. Tahap inilah tahap

    perkembangan dan pertumbuhan tanaman cabai dimulai

    2) Fase juvenile

    Fase ini merupakan fase dimana terbentuknya organ tanaman

    cabai seperti daun, batang dan akar untuk pertama kalinya.

    3) Fase produksi

    Fase ini dimulai saat tanaman berbunga untuk pertama kalinya

    dan berakhir saat tanaman tidak mampu lagi berbuah secara normal.

    4) Fase penuaan (senil)

    55Fitri Utami Hasan, “Organ Tanaman” dalam https://www.scribd.com/doc/71752959/

    (Diakses 28 Desember 2017).

    https://www.scribd.com/user/32878470/Fitri-Utami-Hasanhttps://www.scribd.com/doc/71752959/

  • 42

    Fase ini tidak bisa ditentukan batas waktu awalnya, tetapi saat

    tanamn cabai mulai memasuki fase ini akan terlihat buah dan bunga

    yang dihasilkan, biasanya ukurannya dan jumlah buah cabai yang

    dihasilkan tidak normaldan jumlahnya sangat sedikit (tidak produktif).

    Fase penuaan ini berakhir saat tanaman cabai mulai mongering dan

    mati.56

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

    1) Faktor internal

    a) Gen

    Gen merupakan57 substansi pembawa sifat yang diturunkan

    dari induk ke generasi selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan

    sifat makhluk hidup dimana pada tanaman mempengaruhi bentuk

    tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan

    kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang

    memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang

    cepat sesuai dengan periodenya.

    Meskipun faktor dari gen sangat penting, namun faktor ini

    bukan satu-satunya yang menentukan pola pertumbuhan dan

    56Waryana aji, “ 4 Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai”, dalam https://kabartani.com,

    (Diakses 28 Desember 2017).

    57Arinda dwi yonida, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman”, Dalam https://farming.id, (Diakses 28 Desember 2017).

    https://kabartani.com/https://farming.id/

  • 43

    perkembangan tanaman. Di samping itu ada faktor lingkungan

    yang ikut berpengaruh. Misalnya pada tanaman yang memiliki

    sifat unggul, hanya dapat tumbuh dengan cepat, berbuah lebat, dan

    rasanya manis di lahan yang subur dan kondisinya sesuai. Bila

    ditanam di lahan tandus dan kondisinya tidak sesuai, pertumbuhan

    dan perkembangan tanaman ini tidak akan optimal.58

    b) Hormon

    Hormon merupakan zat yang berperan dalam

    mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun

    jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata dalam

    pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang

    mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada

    beragam jenisnya.

    Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel.

    Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan perkecambahan embrio.

    Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun. Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis,

    seperti merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman.

    58Ibid.

  • 44

    Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.

    Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman. Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila

    mengalami kerusakan jaringan.59

    2) Faktor eksternal

    a) Nutrisi

    Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam

    proses metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan

    mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

    Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara yang

    terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon

    dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan

    langsung dalam proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar

    tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.60

    b) Cahaya Matahari

    Sama seperti tanaman hortikultura buah lainnya, tanaman

    cabai rawit juga memerlukan lokasi lahan yang terbuka agar

    memperoleh penyinaran cahaya matahari dari pagi hingga sore. Selain

    59Ibid. 60Ibid.

  • 45

    itu tanaman ini menyukai lahan dengan sistem drainase yang lancar,

    terutama pada musim hujan.61

    c) Air dan Kelembaban

    Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk

    pertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh

    makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan

    hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia

    di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air yang

    dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini

    sangat mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel.

    Kelembaban juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk

    sel.62

    d) Suhu

    Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam pada

    awal musim kemarau dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat

    dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan

    dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan karena

    semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti

    61Fita Khoirul Umah, “Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag”, (Skripsi, universitas airlangga), hlm 16.

    62Arinda dwi yonida, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman”, Dalam https://farming.id, (Diakses 28 Desember 2017).

    https://farming.id/

  • 46

    penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada

    tanaman dipengaruhi oleh suhu.63

    e) Tanah

    Cabai rawit tumbuh baik di tanah bertekstur lempung,

    lempung berpasir, dan lempung berdebu. Namun, cabai ini masih

    bisa tumbuh baik pada tekstur tanah yang agak berat, seperti

    lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit local bahkan bisa

    tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi,

    seperti tekstur liat berpasir atau liat berdebu.64

    B. Kerangka berpikir

    Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu

    proses atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah

    tempe dan tahu adalah limbah organik dan tidak mengandung logam berat,

    sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan secara biologi yang

    merupakan sutu proses pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme.

    Limbah tempe adalah limbah dari proses pembuatan tempe yang

    termasuk dalam limbah yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau

    bahan buangan yang dapat dihancurkan oleh mikroorganisme.

    63Ibid. 64Fita Khoirul Umah, “Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam

    Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag”, (Skripsi, universitas airlangga), hlm 16.

    http://ilmulingkungan.com/limbah/

  • 47

    Limbah air tempe dan tahu merupakan limbah industry yang dapat

    menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit,

    bau tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika

    lingkungan. Selain menyebabkan dampak negative, limbah air tempe dan tahu

    juga dapat dimanfaatkan jika dilakukan pengolahan karena limbah air tempe

    dan tahu masih banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh

    tumbuhan, seperti protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain.

    Penelitian ini akan mengungkap pertumbuhan tanaman cabai rawit

    pada diameter batang tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman.

    Penelitian akan dilakukan dengan eksperimentasi yang hasilnya dianalisis

    dengan menggunakan analisis varians. Diharapkan hasil penelitian yang

    diperoleh, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan alternatif

    penanggulangan permasalahan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah air

    tempe dan tahu. Bagan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

  • 48

    Gambar 9. Bagan kerangka berpikir

    C. Hipotesis penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    peneliti. rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

    pertanyaan.65

    Hipotesis pada penelitian ini adalah:

    Ho = Tidak ada pengaruh pemberian konsentrasi limbah air tempe dan tahu

    sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum

    frutescens L.)

    65Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 64.

    Produksi tempe dan tahu

    Tanaman

    Limbah cair

    Limbah produksi tempe dan tahu

    Kesimpulan

    Jumlah bunga

    Tinggi tanaman

    Jumlah daun

    Limbah padat

    Pupuk

    Jumlah cabang

    Jumlah buah

    Bobot buah

  • 49

    Ha = Ada pengaruh pengaruh pemberian konsentrasi limbah air tempe dan tahu

    sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum

    frutescens L.)

  • 50

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen,

    adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu

    terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.66

    Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan

    statistik, terstruktur dan terkontrol.67

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi penelitian

    Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual,

    obyek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan

    merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi yang diterapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.68 Pada penelitian ini

    populasinya adalah seluruh tanaman cabai rawit yang dijadikan sampel.

    66Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 7. 67Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2011), hlm. 53. 68Asep Saepul hamdi dkk, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan (Bogor:

    CV budi utama, 2014), hlm. 38.

  • 51

    2. Sampel penelitian

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimilki oleh

    populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

    mempelajari semua yang ada pada populasi.69 Penelitian menggunakan

    sampel karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian terhadap

    populasi, kecuali kalau jumlah populasinya sedikit atau lingkungannya sangat

    sempit. Penelitian terhadap sampel labih menguntungkan karena bisa lebih

    menghemat tenaga, waktu, dan juga biaya. Meskipun kita hanya meneliti

    sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari

    jumlah maupun karekteristiknya sampel tersebut mewakili populasi.70

    Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi yaitu 20

    tanaman cabai rawit yang akan ditanam pada polybag dan diberikan perlakuan

    yang telah ditentukan peneliti sehingga penelitian ini disebut penelitian

    populasi.

    C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilakukan selama ± 3 bulan (sampai buah pertama) di Dusun

    Penaban, Desa Aikmual, Kecamatan Praya. Pelaksanaan penelitian dimulai dari

    persiapan alat dan bahan, pembuatan pupuk dari limbah air tempe dan tahu,

    penyemaian biji, pembibitan, penanaman, penyiraman, pemberian pupuk,

    69Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 91. 70Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2011), hlm. 251.

  • 52

    pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dan pengukuran

    parameter lingkungan.

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

    apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

    informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.71 Pada penelitian

    ini terdiri dari tiga variabel, yaitu:

    1. Variabel independen atau variabel bebas

    Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau

    mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih

    oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi

    atau diamati.72 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi

    campuran limbah air tempe dan tahu.

    2. Variabel dependen atau variabel terikat

    Variabel terikat atau variabel tergantung adalah faktor-faktor yang

    diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas,

    yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang

    71Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 38. 72Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: Prenadamedia

    Grup, 2013), hlm. 164.

  • 53

    diperkenalkan oleh peneliti itu.73 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

    parameter pertumbuhan yang terdiri atas: ju