PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi...

7
2 PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Berdasarkan survey awal di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun 2014, prevalensi hipertensi pada lansia bulan maret terdapat 40 lansia dan yang mengalami hipertensi sebanyak 19 orang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun 2014. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Grup Pre Test Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia yang mempunyai tekanan darah tinggi dengan jumlah 19 orang. Dengan tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan tekanan darah sebelum pemberian air rebusan daun belimbing wuluh 160-179/100-109 mmHg sedangkan sesudah pemberian nilai rata-rata tekanan darah 140-159/90-99 mmHg, dengan demikian tekanan darah systole dan diastole setelah pemberian air rebusan daun belimbing mengalami penurunan. Nilai yang didapatkan yaitu ρ-value=0,000 dan ρ-value=0,001, hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,jadi kesimpulannya terdapat penurunan tekanan darah systole dan diastole sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun belimbing wuluh. Diskusi : Responden dapat mengkonsumsi air rebusan daun belimbing wuluh sebagai terapi non farmakologi yang dapat menurungkan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya Tahun 2014. Kata kunci: hipertensi, air rebusan daun belimbing wuluh, lansia PENDAHULUAN Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolongi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusi. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Peningkatan jumlah lansia ini tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut (Azizah, 2011). Permasalahan lanjut usia menjadi perhatian baik pemerintah,lembaga masyarakat, maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu upaya pembinaan kelompok lansia melalui puskesmas dengan didirikan posyandu lansia. Posyandu khusus lanjut usia (lansia) atau biasa disebut posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang dimaksud yaitu pelayanan yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga merupakan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial (Kemenkes,2010). Perlunya upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia dengan membentuk posyandu lansia tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 139 yang menyatakan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Sehingga diharapkan dengan terbentuknya Posyandu lansia dapat meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait. Hal ini mengidikasikan bahwa pemerintah mengharapkan terjadinya perubahan perilaku kesehatan dari lansia dengan memanfaatkan pelayanan yang ada (komnas lansia,2010).

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi...

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

2

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA

HIPERTENSI

Arimina Hartati Pontoh*

*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan : Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Berdasarkan survey

awal di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun 2014, prevalensi hipertensi pada lansia

bulan maret terdapat 40 lansia dan yang mengalami hipertensi sebanyak 19 orang. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun

2014. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan

pendekatan One Grup Pre Test Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia yang

mempunyai tekanan darah tinggi dengan jumlah 19 orang. Dengan tehnik pengambilan sampel adalah

total sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan hasil penelitian di analisis dengan

menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan tekanan darah

sebelum pemberian air rebusan daun belimbing wuluh 160-179/100-109 mmHg sedangkan sesudah

pemberian nilai rata-rata tekanan darah 140-159/90-99 mmHg, dengan demikian tekanan darah

systole dan diastole setelah pemberian air rebusan daun belimbing mengalami penurunan. Nilai yang

didapatkan yaitu ρ-value=0,000 dan ρ-value=0,001, hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima,jadi kesimpulannya terdapat penurunan tekanan darah systole dan diastole sebelum dan

sesudah diberikan air rebusan daun belimbing wuluh. Diskusi : Responden dapat mengkonsumsi air

rebusan daun belimbing wuluh sebagai terapi non farmakologi yang dapat menurungkan tekanan

darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya Tahun 2014.

Kata kunci: hipertensi, air rebusan daun belimbing wuluh, lansia

PENDAHULUAN Pemerintah telah mewujudkan hasil yang

positif diberbagai bidang dalam Pembangunan

Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknolongi, terutama dibidang medis dan ilmu

kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas

kesehatan penduduk serta meningkatkan umur

harapan hidup manusi. Akibatnya jumlah penduduk

yang berusia lanjut meningkat dan bertambah

cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Peningkatan

jumlah lansia ini tentunya berdampak pada berbagai

aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama

kesehatan, dan munculnya penyakit degeneratif akibat

proses penuaan tersebut (Azizah, 2011).

Permasalahan lanjut usia menjadi perhatian

baik pemerintah,lembaga masyarakat, maupun

masyarakat itu sendiri. Untuk mengatasi masalah

kesehatan lansia tersebut, perlu upaya pembinaan

kelompok lansia melalui puskesmas dengan didirikan

posyandu lansia. Posyandu khusus lanjut usia (lansia)

atau biasa disebut posyandu lansia adalah pos

pelayanan terpadu yang dimaksud yaitu pelayanan

yang sudah disepakati dan digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga

merupakan kebijakan pemerintah untuk

mengembangkan pelayanan kesehatan bagi lansia

yang penyelenggaraannya melalui program

Puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia,

keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial

(Kemenkes,2010).

Perlunya upaya pelayanan kesehatan terhadap

lansia dengan membentuk posyandu lansia tercantum

dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009

pasal 139 yang menyatakan bahwa pemerintah wajib

menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan

dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap

hidup mandiri dan produktif secara sosial dan

ekonomis. Sehingga diharapkan dengan terbentuknya

Posyandu lansia dapat meningkatkan kemudahan bagi

para lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

maupun pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh

berbagai unsur terkait. Hal ini mengidikasikan bahwa

pemerintah mengharapkan terjadinya perubahan

perilaku kesehatan dari lansia dengan memanfaatkan

pelayanan yang ada (komnas lansia,2010).

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

3

Akan tetapi dengan adanya peningkatan

pelayanan kesehatan, tingkat hygiene, sanitasi

lingkungan serta taraf ekonomi yang baik dan

pendidikan masyarakat yang semakin maju

mempunyai peranan dalam menurunkan angka

kematian (mortalitas) pada beberapa penyakit kronis.

Dengan adanya kemajuan era globalisasi, penurunan

angka kematian tersebut tidak diikuti dengan

penurunan insiden penyakit kronis seperti diabetes

mellitus, hipertensi, rematik, jantung dan lain-lain

akibat gaya hidup sedentary people dan berbagai

macam polutan industry sehingga angka kesakitan-

nya cenderung mengalami kenaikan (Pedersen et

al,2006).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan

global yang memerlukan perhatian karena dapat

menyebabkan kematian yang utama dinegara-negara

maju maupun di negara-negara berkembang. Menurut

survey yang dilakukan oleh World Health

Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah

penduduk dunia yang mengalami hipertensi untuk pria

sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,15% ,dan

diperkirakan tahun 2025 jumlahnya akan meningkat

menjadi 29,2%. Penderita hipertensi di Indonesia

prevalensinya terus mengalami peningkatan. Untuk

populasi di Indonesia, angka kejadian hipertensi itu

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)

Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai sekitar

31% dan angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat. Pada

tahun 2010 data jumlah penderita hipertensi yang

diperoleh dari dinas kesehatan provinsi jawa Timur

terdapat 275.000 jiwa penderita hipertensi (Rahajeng

& Tuminah,2009).

Berdasarkan survey di dinas kesehatan kota

Surabaya ada sebanyak 15.062 orang, sedangkan pada

survey awal yang dilakukan oleh peneliti di di

wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya

bulan Juli 2014 terdapat 40 lansia dan yang

mengalami hipertensi sebanyak 19 orang. Dari data

diatas menunjukkan bahwa masih tingginya penyakit

hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas

balongsari kota surabaya tahun 2014.

Meningkatnya tekanan darah selain

dipengaruhi oleh faktor keturunan, beberapa

penelitian menunjukkan, erat hubungannya dengan

perilaku responden. Kisjanto dalam penelitiannya

menunjukkan, perilaku santai yang ditandai dengan

lebih tingginya asupan kalori dan kurang aktivitas

fisik merupakan faktor resiko terjadinya penyakit

jantung, yang biasanya didahului dengan

meningkatnya tekanan darah. Perilaku santai yang

digambarkan dengan adanya kemudahan akses,

kurang aktifitas fisik, ditambah dengan semakin

semaraknya makanan siap saji, kurang mengkonsumsi

makanan berserat seperti buah dan sayur, kebiasaan

merokok, dan kebiasaan minum minuman beralkohol

merupakan faktor resiko meningkatnya tekanan darah.

Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat,

hipertensi akan menjadi masalah apabila tekanan

darah tersebut persisten, karena hal ini membuat

sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai

darah (otak dan jantung) menjadi tegang. Apabila

hipertensi tidak terkontrol dengan baik dapat

menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena

stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart

failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan

jantung (Anna & Bryan, 2007).

Cara mencegah agar hipertensi tidak

menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka

diperlukan penanganan yang tepat dan efesien.

Penaganan hipertensi secara umum dapat dilakukan

dengan cara farmakologis dan non farmakologis.

Pengobatan farmakologis adalah pengobatan yang

menggunakan obat-obatan modern. Pengobatan

farmakologis dilakukan pada hipertensi dengan

tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Pengobatan

non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obat-

obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara

pengobatan non-farmakologi penurunan tekanan

darah diupayakan melalui pencegahan dengan

menjalani pola hidup sehat dan mengkonsumsi bahan-

bahan alami seperti buah-buahan dan sayur-sayuran

(Junaidi,2010).

Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

yang mengandung banyak bahan kimia secara

berlebihan akan menimbulkan dampak lain

dibandingkan pengobatan dengan menggunakan obat-

obatan tradisional, disamping biaya pengobatan

tradisional lebih murah dibandingkan dengan obat-

obatan yang lain. Obat tradisional dapat digunakan

sebagai alternative lain dalam menurunkan tekanan

darah penderita hipertensi (Anggraini, 2012).

Selain dari pengobatan bahan kimia

pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang dipercaya

berkhasiat dalam pengobatan hipertensi. Masyarakat

dapat mengandalkan lingkungan sekitar untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Kekayaan alam belum

sepenuhnya digali, dimanfaatkan dan dikembangkan.

Masyarakat telah lama mengenal dan mengunakan

tumbuh tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu

upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan

seperti pemanfaatan daun belimbing.

Daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi)

merupakan alternatife yang baik mengingat daun

belimbing mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun

belimbing wuluh memiliki kandungan untuk

menurungka tekanan darah antara lain Tanin, Sulfur,

Asam format, Peroksidase, Calium oxalate, Dan

kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti

tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing

Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Lansia Penderita Hipertensi.”

BAHAN DAN METODE

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

4

Penelitian ini merupakan penelitian pre

eksperimental dengan pendekatan One Group

Pre Test Post Test Design yang mana peneliti

dapat menguji apakah ada perubahan yang terjadi pada tekanan darah responden sebelum dan sesudah

diberikan air rebusan daun belimbing wuluh

dilaksanakan di Puskesmas Balongsari pada bulan

Oktober tahun 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia penderita hipertensi yang ada di

wilayah kerja puskesmas balongsari kota

surabaya tahun 2014 sebanyak 19 lansia dengan

sampel sejumlah populasi karena teknik sampling

adala total sampling. Variabel dalam penelitian ini

adalah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh

dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Sebelum diberikan perlakuan, responden akan diukur

tekanan darah kemudian diberikan air rebusan daun

belimbing wuluh 250 cc dari 7 lembar daun

belimbing wuluh diberikan 2x sehari selama 7

hari, kemudian dilakukan evaluasi perlakuan dengan

pengukuran tekanan darah paska perlakuan. Ujia

analisa menggunakan Uji Statistik T-test

berpasanagan jika distribusi normal dan uji peringkat

Wilcoxon jika distribusi tidak normal. Uji normalitas

menggunakan Shapiro Wilk.

HASIL DAN PENELITIAN

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar

responden berusia 60-69 tahun sejumlah 12 (63,2

%).

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah

Puskesmas Balongsari Tahun 2014 dapat

diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari

responden berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 16 orang 84,2%.

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar

dari responden berpendidikan sekolah menengah

yaitu sebanyak 10 orang (52,6 %).

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Riwayat Hipertensi Ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun

2014 dapat diinterpretasikan bahwa hampir

seluruhnya dari responden tidak mempunyai

riwayat hipertensi yaitu sebanyak 16 orang (84,2

%).

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan

Darah Sistolik Sebelum Pemberian Air Rebusan

Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar

dari responden mempunyai tekanan darah sistolik

160-179 (sedang) sejumlah 11 (57,9%).

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan

Darah Diastolik Sebelum Pemberian Air

Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah

Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun

2014 dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian

besar dari responden mempunyai tekanan darah

diastolik 100-109 (sedang) sejumlah 14 (73,7%).

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan

Darah Sistolik Setelah Pemberian Air Rebusan

Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar

dari responden mempunyai tekanan darah sistolik

140-159 (ringan) sejumlah 11 (57,9%).

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan

Darah Diastolik Setelah Pemberian Air Rebusan

Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar

dari responden mempunyai tekanan darah

diastolik 90-99 (ringan) sejumlah 13 (68,4%).

Analisa Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing

Wuluh

Tabel 1 Distribusi Efektifitas Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun

Belimbing Wuluh dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah

Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

tekanan darah sistolik setelah perlakuan Total

120-139 (pre

hipertensi)

140-159

(ringan)

160-179

(sedang)

tekanan darah

sistolik

sebelum

perlakuan

140-159

(ringan)

4 1 0 5

21,1% 5,3% 0,0% 26,3%

160-179

(sedang)

0 10 1 11

0,0% 52,6% 5,3% 57,9%

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

5

180-209

(berat)

0 0 3 3

0,0% 0,0% 15,8% 15,8%

Total 4 11 4 19

21,1% 57,9% 21,1% 100,0%

ρ-value=0,000 α=0,05

(Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat

diinterpretasikan bahwa Sebelum diberikan

rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar

dari responden mempunyai tekanan darah sistolik

160-179 (sedang) sejumlah 11 (57,9%), dan

sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh

sebagian besar dari responden mempunyai

tekanan darah sistolik 140-159 (ringan) sejumlah

11 orang (57,9%). Pada tabel uji statistic dengan

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai

negative ranks ada 17 responden yang

mengalami penurunan tekanan darah sistolik, dan

nilai positive ranks didapatkan tidak ada

responden yang mengalami peningkatan tekanan

darah sistolik, sedangkan nilai ties didapatkan

ada 2 responden yang tekanan darah sistoliknya

tetap, maka didapatkan nilai ρ value :0,000

dimana nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1

diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa

ada pengaruh pemberian rebusan daun belimbing

wuluh terhadap penurunan tekanan darah sistolik

pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas balongsari kota surabaya tahun 2014.

Analisa Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun

Belimbing Wuluh

Tabel 2 Distribusi Efektifitas Tekanan Darah Diastolik Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun

Belimbing Wuluh dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah

Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014

tekanan darah diastolik setelah perlakuan Total

80-89(pre

hipertensi)

90-99 (ringan) 100-109

(sedang)

tekanan

darah

diastolik

sebelum

perlakuan

90-99

(ringan)

1 3 0 4

5,3% 15,8% 0,0% 21,1%

100-109

(sedang)

0 9 5 14

0,0% 47,4% 26,3% 73,7%

110-119

(berat)

0 1 0 1

0,0% 5,3% 0,0% 5,3%

Total 1 13 5 19

5,3% 68,4% 26,3% 100,0%

ρ-value=0,001 α=0,05

(Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat

diinterpretasikan bahwa Sebelum diberikan

rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar

dari responden mempunyai tekanan darah

diastolik 100-109 (sedang) sejumlah 14 (73,7%),

dan sesudah diberikan rebusan daun belimbing

wuluh sebagian besar dari responden mempunyai

tekanan darah diastolik 90-99 (ringan) sejumlah

13 orang (68,4%). Pada tabel uji statistic dengan

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai

negative ranks ada 11 resonden yang mengalami

penurunan tekanan darah diastolik, dan nilai

positive ranks didapatkan tidak ada responden

yang mengalami peningkatan tekanan darah

diastolik, sedangkan nilai ties didapatkan 8

responden yang tekanan darah diastoliknya tetap,

maka didapatkan nilai ρ value :0,001 dimana

nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1 diterima. Jadi

kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh

pemberian rebusan daun belimbing wuluh

terhadap penurunan tekanan darah diastolik pada

Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014.

PEMBAHASAN

Identifikasi Tekanan Darah pada Lansia

Penderita Hipertensi Sebelum Pemberian

Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di

Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

Surabaya tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian di

Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

Surabaya tahun 2014 bahwa dari 19

responden didapatkan seluruh responden

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

6

memiliki tekanan diatas batas normal dimana

nilai rata-rata tekanan darah (systole)

responden adalah 160-179 mmHg (sedang)

dan tekanan darah (diastole) responden 100-

109 mmHg (sedang).

Tekanan darah pada orang dewasa

cenderung meningkat seiring bertambahnya

usia dan pada lansia bisa dihubungkan

dengan penurunan elastisitas pembuluh

darah (Potter &Perry ,2013). Seperti yang

terdapat pada data umum tabel 5.1

menunjukkan sebagian besar 12 responden

atau 63,2% berusia >60 tahun. Salah satu

faktor usia juga berpengaruh dalam

terjadinya hipertensi dimana system saraf

simpatis yang dapat meningkatkan aktifitas

saraf tersebut sehingga terjadinya hipertensi.

Jika penyakit ini tidak terkendali dengan

baik maka dapat menimbulkan komplikasi

yang berbahaya seperti stroke (perdarahan

otak,penyakit jantung koroner dan gagal

ginjal.

Tekanan darah pada wanita

umumnya lebih tinggi dibandingkan laki-

laki. Wanita juga mempunyai resiko yang

lebih besar terhadap morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler (gunawan,2010).

Hal ini dikarenakan aktifitas wanita lebih

banyak dari pada laki-laki disamping

menjadi seorang ibu rumah tangga dan

mengurus segala sesuatu yang berhubungan

dengan keluarganya. Seperti pada tabel 5.2

yaitu menunjukkan 16 responden atau (84,2

% ) lansia terdiri dari wanita.

Dari data tersebut sudah

membuktikan bahwa semakin bertambah

usia seseorang maka kemungkinan seorang

lansia mengalami hipertensi akan semakin

meningkat karena terjadinya penumpukan

kadar garam seiring bertambahnya usia.

Identifikasi Tekanan Darah pada Lansia

Penderita Hipertensi Sesudah Pemberian

Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di

Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

Surabaya tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian di

Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

Surabaya tahun 2014, dari seluruh responden

mengalami perubahan tekanan darah. Nilai

rata-rata tekanan darah (systole) menjadi

140-159 mmHg dan (diastole) menjadi 90-

99 mmHg.

Menurut Menurut Dickson (2014),

tekanan darah memiliki nilai batas normal

yaitu 90/60 mmHg -119/79 mmHg,

Prehipertensi 120/80 mmHg- 139/89 mmHg,

Hipertensi tingkat 1 :140/90 mmHg-159/99

mmHg, Hipertensi tingkat 2 :160/100

mmHg-179/109 mmHg, dan Hipertensi

tingkat darurat :≥180/110 mmHg

Menurut pendapat peneliti semua

responden memiliki tekanan darah tinggi hal

ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan

responden dimana sebagian besar yaitu

pendidikan menengah dimana responden

kurang mengetahui tentang penyakit tekanan

darah tinggi dan penyebab dari penyakit

tersebut sehingga responden mengkomsumsi

makanan atau minuman secara berlebihan

yang bisa memicu terjadinya hipertensi.

Terbukti dengan pemberian rebusan daun

belimbing wuluh yang dikomsumsi 2 kali

sehari selama 7 hari dapat menurungkan

tekanan darah tinggi responden. Tekanan

darah tinggi yang tidak ditangani akan

menimbulkan faktor resiko berbagai

penyakit, hingga kematian.

Analisa pengaruh Tekanan Darah

(systole) pada Lansia Penderita Hipertensi

Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing

Wuluh di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian dari 19

responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014,

keseluruhan responden mengalami

penurunan tekanan darah. Sebelum

pemberian rebusan daun belimbing wuluh

nilai rata tekanan darah (systole) responden

yaitu 160-179 mmHg sedangkan sesudah

pemberian rebusan daun belimbing wuluh

nilai rata-rata tekanan darah (systole)

responden yaitu 140-159 mmHg.

Berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan uji Wilcoxon,diperoleh nilai

signifikan ρ-value = 0,000 sehingga ρ < α

yang berarti H0 di tolak H1 di terima artinya

ada pengaruh pemberian daun belimbing

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

7

wuluh terhadap penurunan tekanan darah

(systole) pada Lansia penderita hipertensi di

wilayah kerja puskesmas balongsari kota

surabaya tahun 2016.

Belimbing wuluh (averrhoa bilimbi

L.) merupakan salah satu jenis tanaman asli

Indonesia yang biasanya digunakan sebagai

obat. Batang dan daun belimbing wuluh

belimbing wuluh mengandung tannin, sulfur

dan asam format (Hartini, 2005). Hal ini juga

sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lidyawati, dkk (2006) yang

menunjukan bahwa simplisia dari ekstrak

methanol daun belimbing wuluh

mengandung flavonoid, saponin, tannin

,steroid/ triterpenoid, dimana flavonoid

memiliki potensi sebagai antioksidan yang

berguna untuk menurunkan tekanan darah

dengan zat yang dikeluarkan yaitu nitric

oxide serta menyeimbangkan beberapa

hormon di dalam tubuh (putri, 2011).

Menurut pendapat peneliti, hasil

penelitian di wilayah kerja puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat

diinterpretasikan bahwa dari 19 responden

yang mengkomsumsi air rebusan daun

belimbing wuluh hampir keseluruhan

mengalami penurunan tekanan darah.

Dimana dengan mengkomsumsi air rebusan

daun belimbing wuluh dapat membantu

menurungkan tekanan darah sistolik yang

tinggi dengan terapi non farmakologi yang

bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi

khususnya pada lansia.

Analisa pengaruh Tekanan Darah

(diastole) pada Lansia Penderita

Hipertensi Pemberian Air Rebusan Daun

Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongsari Surabaya tahun

2014

Berdasarkan hasil penelitian dari 19

responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014,

keseluruhan responden mengalami

penurunan tekanan darah. Sebelum

pemberian rebusan daun belimbing wuluh

nilai rata tekanan darah (diastole) responden

yaitu 100-109 mmHg sedangkan sesudah

pemberian rebusan daun belimbing wuluh

nilai rata-rata tekanan darah (diastole)

responden yaitu 90-99 mmHg.

Berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan uji Wilcoxon,diperoleh nilai

signifikan ρ-value = 0,001 sehingga ρ < α

yang berarti H0 di tolak H1 di terima artinya

ada pengaruh pemberian daun belimbing

wuluh terhadap penurunan tekanan darah

(diastole) pada Lansia penderita hipertensi di

wilayah kerja puskesmas Balongsari

Surabaya tahun 2014.

Daun belimbing wuluh juga

mengandung kalium yang dapat

mempengaruhi pengeluaran urin. Kalium

berfungsi sebagai diuretik sehingga

pengeluaran natrium cairan meningkat,

jumlah natrium rendah tekanan darah

menurun (fitriani, 2009).

Menurut pendapat peneliti, hasil

penelitian di wilayah kerja puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat

diinterpretasikan bahwa dari 19 responden

yang mengkomsumsi air rebusan daun

belimbing wuluh hampir keseluruhan

mengalami penurunan tekanan darah.

Dimana dengan mengkomsumsi air rebusan

daun belimbing wuluh dapat membantu

menurungkan tekanan darah diastolik yang

tinggi dengan terapi non farmakologi yang

bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi

khususnya pada lansia.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ada pengaruh yang bermakna pemberian air

rebusan daun belimbing wuluh terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongsari Surabaya tahun 2014.

Saran

Responden yang pada umumnya lansia agar

lebih memanfaatkan pengobatan non

farmakologis atau tradisional untuk mengatasi

penyakit yang dialami khususnya dalam

pencegahan, terlebih khusus pengobatan

hipertensi dengan menggunakan rebusan daun

belimbing wuluh..

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. (2006). Tanaman Obat Pelancar Air

Seni. Jakarta: Peneban Swadaya.

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN · PDF filetekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun ... (otak dan jantung) ... Jurnal

8

Arikunto. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.

Jogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. (2010). Profil Penduduk

Lanjut Usia 2009. Jakarta: KOMNAS

LANSIA.

Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan

Gerontik. Yogyakarta: nuha Medika.

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta:

Erlangga.

Djunaedi, E. Y. (2013). Hipertensi Kandas

Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia.

Fitriani. (2009). obat tradisional pengidap

hipertensi makanlah kucai. trubus majalah

pertanian indonesia , http://www.trubus-

online.co.id.

Gray, e. a. (2005). Lecture Note Kardiologi.

Jakarta: Erlangga.

Gunawan. (2010). Hipertensi Tekanan Darah

Tinggi. Yogjakarta: Kanisius.

Hartini. (2005). hubungan kadar seyawa

dikarbonil dan tirosin setelah pemberian

perasan buah belimbing wuluh (averrhoa

blimbi L) pada reaksi glikosilasi in vitro.

jurnal berkala kedokteran.vol 2.

Hartono. (2010). SPSS 16.0 Analisa Data

Statistik dan Penelitian Edisi-2. Jogjakarta:

Pustaka Pelajar.

Junaedi Edi, Y. S. (2013). Hipertensi Kandas

Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia.

Khuswardhani. (2006). Penatalaksanaan

Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal

Penyakit Dalam , vol 7, no 2 hal.135-140.

Lapau, B. (2014). Metode Penelitian Kesehatan:

Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,Tesis, dan

Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Lewa Dewa Abdul F, b. R. (2010). Faktor-Faktor

Resiko Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada

Lanjut Usia. Jurnal Berita Kedokteran

Masyarakat , 12-17.

Lidyawati, S. d. (2006). karakterisasi simplisia

dan daun belimbing wuluh (averrhoa

blimbing, L). skripsi farmasi ITB, bandung.

Mario, P. (2011). Khasiat dan Manfaat

Belimbing Wuluh. Surabaya: Stomata.

Maryam.RS, F. E. (2011). Mengenal Lanjut Usia

dan Perawatannya . Jakarta: Salemba

Medika.

Mubarak, W. I. (2009). Ilmu Keperawatan

Komunitas Konsep dan Aplikasi Buku 2.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Brunner Suddarth. Jakarta:

EGC.

Sustrani. (2006). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan

bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wijayakusuma Hembing, D. S. (2008). Ramuan

Tradisional Untuk Pengobatan Darah

Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wiryowidagdo. (2003). Tanaman Obat Untuk

Penyakit Jantung , Darah Tinggi. Jakarta:

Media Pustaka.