PENGARUH PEMBELAJARAN INTERLOCKED …...@Biahhameerch, @Qiqi_avicena. Terimakasih untuk selalu ada,...

229
PENGARUH PEMBELAJARAN INTERLOCKED PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN KUANTITATIF SISWA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : RESTI AMIN NURHAINI NIM : 1112017000017 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN INTERLOCKED …...@Biahhameerch, @Qiqi_avicena. Terimakasih untuk selalu ada,...

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERLOCKED

PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF SISWA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

RESTI AMIN NURHAINI

NIM : 1112017000017

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Resti Amin Nurhaini

NIM : 1112017000017

Jurusan/Prodi : Pendidikan Matematika

Angkatan : 2012

Alamat : Jl. Malaka Raya No. 52 RT05/RW05 Cilangkap, Cipayung,

Jakarta Timur, 13870

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Interlocked Problem

Posing Terhadap Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa adalah hasil karya

sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Kadir, M. Pd.

NIP : 19670812 199402 1 001

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Gusni Satriawati, M. Pd.

NIP : 19780809 200801 2 032

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 18 Juli 2017

Yang menyatakan

Resti Amin Nurhaini

NIM. 1112017000017

i

ABSTRAK

Resti Amin Nurhaini (1112017000017). Pengaruh Pembelajaran Interlocked

Problem Posing Terhadap Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2017.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

pembelajaran interlocked problem posing terhadap kemampuan penalaran

kuantitatif siswa. Penelitian ini dilakukan di salah satu MTs di Pamulang pada

tahun ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi

eksperimen dengan desain randomized control group posttest only. Sampel

penelitian sebanyak 82 siswa terdiri dari 42 siswa kelompok eksperimen dan

40 siswa kelompok kontrol. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster

random sampling. Pengumpulan data kemampuan penalaran kuantitatif

menggunakan instrument tes.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan penalaran

kuantitatif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran interlocked problem

posing lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

konvensional. Kemampuan penalaran kuantitatif tersebut meliputi indikator

variation, trends dan create model. Capaian kemampuan penalaran kuantitatif

pada indikator create model lebih baik dibandingkan indikator trends dan

variation. Simpulan penelitian ini adalah bahwa pembelajaran interlocked

problem posing berpengaruh terhadap kemampuan penalaran kuantitatif siswa

(η2=0,20).

Kata Kunci : Interlocked problem posing, statistika dan peluang, kemampuan

penalaran kuantitatif.

ii

ABSTRACT

Resti Amin Nurhaini (1112017000017). “The Effect of Interlocked Problem

Posing Instruction on Student’s Quantitative Reasoning Skill”. The Thesis of

Departement of Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Teachers, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, July 2017.

The purpose of this research was to analyze the effect of interlocked problem

posing instruction to quantitative reasoning skills. This research was

conducted at Islamic Junior High School in Pamulang in academic year

2016/2017. The method used is quasi-experimental method with randomized

control group posttest only. The sample are 82 students, they are 42 students in

experimental group and 40 students in control group. Determination of the

sample using cluster random sampling technique. Quantitative reasoning data

collection used by test instrument.

The result reveal that the students’ quantitative reasoning skills taught by

interlocked problem posing instruction is higer than those taught by

conventional instruction. Quantitative reasoning skills include indicators of

variation, trends, and create model. Achievement of quantitative reasoning skills

on create model indicator is better than indicator of trends and variation. The

conclusion of this research is that interlocked problem posing instruction could

an effect towards on student’s quantitative reasoning skills (η2=0,20).

Key words : Interlocked problem posing, statistic and probability, quantitative

reasoning.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhânahû wa

Ta`âlâ yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik

nikmat iman, kesehatan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga akhir

zaman.

Pada kesempatan ini penulis sangat berterimakasih kepada keluarga atas

doanya yang tiada henti. Terimakasih untuk papa Didin Zainudin, mama Raudho

Mujihartati, adik, dan juga embah Tukinah yang selalu ada untuk memberikan

dukungan, perhatian, canda tawa, semangat, dan ilmu yang bermanfaat.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak Dr. Kadir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai

Dosen Pembimbing I, serta ibu Gusni Satriawati, M.Pd sebagai Dosen

Pembimbing II yang telah berkontribusi besar dalam penulisan skripsi ini, yang

dimana disela-sela rutinitasnya, namun tetap meluangkan waktunya untuk

memberikan petunjuk, dorongan, serta saran dan arahan selama penulisan skripsi.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas segala jasa dan kebaikan

yang bapak dan ibu berikan kepada penulis.

Tak luput juga berbagai pihak yang telah memberi do’a, bantuan,

motivasi, saran, dan semangat untuk penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Mu’in, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak memberi

saran dan arahan, serta bersedia menjadi responden saat peneliti

melakukan CVR.

ii

3. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan.

4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Semoga Ibu dan Bapak selalu diberikan

nikmat sehat dan keberkahan dari Allah SWT. Aamiin.

5. Bapak Firdausi, M.Pd, Ibu Dian Novitasari, M.Pd, Ibu Sumarsih,

Bapak Suroto, S.Pd, Bapak Kusnedi, S.Pd, yang telah bersedia

menjadi responden saat peneliti melakukan CVR. Semoga bapak

dan Ibu senantiasa diberikan kesehatan dan berada dalam

lindunganNya. Aamiin

6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Drs. Ai Sopandi, selaku kepala MTs Al-Ihsan Pamulang dan Bapak

Bambang Suprayogi, S. Pd, selaku guru matematika MTs Al-Ihsan

Pamulang, yang telah membantu penulis serta memberikan dukungan

penuh dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Seluruh siswa dan siswi MTs Al-Ihsan Pamulang tahun ajaran

2016/2017, khususnya kelas VII-1 dan VII-2 yang telah membantu

selama proses penelitian.

9. Prof. Robert Mayes atas bantuan yang telah diberikan dalam penulisan

skripsi ini. Semoga kebaikan selalu menyertai bapak. Aamiin.

10. Sahabat penulis @Eviafk, @Sholihahanita, @Rizqa_khairiyah,

@Biahhameerch, @Qiqi_avicena. Terimakasih untuk selalu ada,

membantu, memotivasi, mendukung, mendo’akan, dan menghibur

penulis dikala bertemu kesulitan. Semoga kita dipertemukan kembali

di surgaNya. Aamiin.

11. Ai Nurjannah, Siti Miftahul, Syarif, Ka Ardita, Faid Maya, Ka Tandi,

Mayyosi, dan Diantary. Terimakasih atas bantuan yang telah kalian

berikan, semoga Allah selalu memberi kalian kemudahan dalam

berproses. Aamiin.

iii

12. Kawan seperjuangan skripsweet Adelina, Aini Alfiya, Ani Qumil, dan

Sumiyati. Terimakasih banyak buat bantuan dan dukungan penuhnya,

sukses pasti menyertai kalian, Aamiin.

13. Keluarga PMTK Angkatan 2012 khususnya kelas A. Terimakasih atas

kebersamaan, canda tawa, dan suport yang kalian berikan. Semoga

keluarga ini akan selalu kompak dan tetap memberikan kebahagiaan

yang tak pernah terlupakan.

14. Teman-teman HMJ PMTK periode 2014 dan 2015 serta FKMB yang

telah banyak mengajarkan arti berorganisasi dan memberikan ilmu

yang bermanfaat.

15. Kakak-kakak serta adik-adik kelas PMTK angkatan 2010, 2011, 2013,

2014 atas suport yang kalian berikan.

Dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Terimakasih banyak sekali lagi penulis ucapkan, semoga bantuan, suport,

masukan, dan segala kebaikan yang diberikan kepada penulis menjadi ladang

pahala untuk kita. Aamiin Allahumma Aamiin

Demikian skripsi ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis

menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak ditemui kekurangan

dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sangat dibutuhkan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada penulis maupun

pembaca.

Ciputat, Juli 2017

Penulis

Resti Amin Nurhaini

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 7

D. Perumusan Masalah ................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik .................................................................... 10

1. Kemampuan Penalaran Kuantitatif .................................... 10

a. Pengertian Kemampuan Penalaran ............................ 10

b. Pengertian Kemampuan Penalaran Kuantitatif ......... 11

c. Komponen Penalaran Kuantitatif ............................... 15

d. Indikator Penalaran Kuantitatif ................................. 18

2. Pembelajaran Interlocked Problem Posing ........................ 21

a. Pengertian Problem Posing ........................................ 21

b. Tahapan Problem Posing ........................................... 23

c. Pembelajaran Interlocked Problem Posing ................ 24

d. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Interlocked Problem

Posing ......................................................................... 26

3. Pembelajaran Konvensional ............................................... 29

vii

B. Hasil Penelitian Relevan .......................................................... 31

C. Kerangka Teoritik .................................................................... 31

D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 34

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 34

B. Metode dan Desain Penelitian ................................................. 34

C. Populasi dan Sample ................................................................ 35

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35

E. Instrumen Penelitian ................................................................. 36

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................... 38

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 45

H. Perumusan Hipotesis Statistik ................................................. 49

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ........................................................................ 50

1. Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen ....................................................................... 51

2. Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Kontrol ............................................................................. 53

3. Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif siswa

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................ 55

4. Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif siswa

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan

Indikator ............................................................................ 57

B. Analisis Data .......................................................................... 60

1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................... 60

2. Uji Hipotesis Penelitian .................................................... 61

3. Kriteria Kemampuan Siswa ............................................. 63

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 63

1. Indikator Variation ........................................................... 64

2. Indikator Trends ............................................................... 66

3. Indikator Create Model .................................................... 68

viii

D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 71

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 73

B. Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

LAMPIRAN ...................................................................................................... 80

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Siklus Quantitative Reasoning: QA, QL, QI, QM .......... 16

Gambar 2.2 : Siklus Interlocked Problem Posing ................................ 25

Gambar 2.3 : Kerangka Teoritik ........................................................... 33

Gambar 4.1 : Histogram Frekuensi Data Kemampuan Penalaran

Kuantitatif pada Kelompok Eksperimen ........................ 53

Gambar 4.2 : Histogram Frekuensi Data Kemampuan Penalaran

Kuantitatif pada Kelompok Kontrol .............................. 55

Gambar 4.3 : Diagram Boxplot Perbandingan Nilai Kemampuan

Penalaran Kuantitatif Siswa Pada Kelompok Eksperimen

dan Kontrol .................................................................... 57

Gambar 4.4 : Persentase Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............. 60

Gambar 4.5 : Contoh Jawaban Siswa Posttest Siswa Indikator

Variation ......................................................................... 65

Gambar 4.6 : Hasil Diskusi dan perbaikan Soal Siswa pada Tahap

Development/Solution .................................................... 66

Gambar 4.7 : Contoh Jawaban Posttest Siswa Indikator Trends .......... 67

Gambar 4.8 : Soal Yang dibuat Siswa Pada Tahap Construction ......... 68

Gambar 4.9 : Contoh Jawaban Posttest Siswa Indikator Create Model 69

Gambar 4.10 : Hasil Kerja Siswa Pada Tahap Ignition .......................... 70

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Definisi Penalaran Kuantitatif ........................................ 13

Tabel 2.2 : Perbedaan QI dan QM .................................................... 17

Tabel 2.3 : Progres Belajar Penalaran Kuantitatif ............................ 19

Tabel 2.4 : Indikator Kemampuan Penalaran Kuantitatif ................ 21

Tabel 2.5 : Tahapan Pendekatan Pembelajaran Interlocked Problem

Posing.............................................................................. 29

Tabel 3.1 : Desain Penelitian............................................................. 34

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran

Kuantitatif ....................................................................... 36

Tabel 3.3 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran

Kuantitatif ...................................................................... 37

Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas Isi dengan Metode CVR Instrumen

Kemampuan Penalaran Kuantitatif ................................. 39

Tabel 3.5 : Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Validitas Instrumen

Kemampuan Penalaran Kuantitatif ................................ 40

Tabel 3.6 : Klasifikasi Taraf Kesukaran ........................................... 42

Tabel 3.7 : Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen

Kemampuan Penalaran Kuantitatif ................................ 42

Tabel 3.8 : Klasifikasi Indeks Daya Beda Pembeda ........................ 43

Tabel 3.9 : Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan

Penalaran Kuantitatif ...................................................... 44

Tabel 3.10 : Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Kemampuan

Penalaran Kuantitatif ...................................................... 44

Tabel 3.11 : Kriteria Kemampuan Siswa ........................................... 49

Tabel 4.1 : Profil Kemampuan awal Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ................................................... 50

Tabel 4.2 : Frekuensi Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Eksperimen ........................................ 51

Tabel 4.3 : Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kemampuan

xi

Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok Eksperimen ..... 52

Tabel 4.4 : Frekuensi Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Kontrol ............................................... 53

Tabel 4.5 : Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kemampuan

Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok Kontrol ............ 54

Tabel 4.6 : Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............. 56

Tabel 4.7 : Deskriptif Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan Indikator .................................................... 58

Tabel 4.8 : Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Penalaran

Kuantitatif Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ............................................................................ 60

Tabel 4.9 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas .............................. 61

Tabel 4.10 : Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 4.11 : Kriteria Kemampuan Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kontrol ..................................................................... 63

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lampiran 4 Hasil Wawancara Pra-Penelitian

Lampiran 5 Instrumen Uji Coba Test Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Test Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Lampiran 7 Instrumen Test Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrumen Test Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Penilaian Validitas Isi Dengan Metode

CVR Instrumen Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Lampiran 10 Hasil Skor Uji Coba Instrumen Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 12 Hasil Reliabilitas Instrumen Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 13 Hasil Uji Kesukaran Instrumen Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 14 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Penalaran

Kuantitatif

Lampiran 15 Hasil Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Kelompok Eksperimen

Lampiran 16 Hasil Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Kelompok Kontrol

Lampiran 17 Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Lampiran 18 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

xiii

Lampiran 19 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis

Lampiran 20 Perhitungan Proporsi Varians (Effect Size)

Lampiran 21 Tabel Nilai Minimum CVR Instrumen Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Lampiran 22 Uji Referensi

Lampiran 23 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 24 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 25 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang dihadapi manusia pada saat ini tentunya tidak pernah

luput dari hal yang melibatkan kuantitas. Baik masalah yang dihadapi di dunia

kerja, maupun di dalam kehidupan sehari-hari kuantitas dilibatkan dalam berbagai

bentuk misalnya seperti kata, angka, gambar, dan lain sebagainya yang dapat

merepresentasikan kuantitas suatu masalah itu sendiri. Dalam dunia pendidikan

umumnya, siswa belajar di sekolah untuk mendapatkan pengalaman belajar guna

untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan pemahaman

belajar yang dimiliki siswa. Penting bagi siswa untuk dapat mengumpulkan

informasi-informasi terkait kuantitas agar dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Contohnya yaitu sebuah penelitian kecil yang dilakukan oleh Eric dkk dalam

jurnal NCTM, ia memberikan sebuah foto penampang jalanan dengan beberapa

mobil diam dan sebuah mobil yang buram kepada beberapa siswanya. Salah

seorang dari siswa tersebut menyebutkan bahwa penyebab gambar mobil tersebut

buram ialah karna mobil tersebut sedang bergerak ketika kamera menangkap

gambar. Siswa tersebut telah mendeskripsikan hal kualititatif ke dalam bentuk

kuantitatif dengan cara membandingkan gambar mobil buram dengan mobil

lainnya.1

Banyak informasi umumnya bersifat kuantitatif.2 Dzikra mengemukakan

bahwa informasi kuantitatif memuat informasi berupa kuantitas dan hubungan

satu kuantitas dengan kuantitas lainnya. Dalam ilmu matematika, contohnya yaitu

seperti konsep kecepatan, luas, debit, dan lain sebagainya. Kuantitas itu sendiri

menurut Thompson yang dirangkum oleh Dzikra adalah kualitas sesuatu yang

1 Eric Weber, et al., 6 Principles for Quantitative Reasoning and Modelling, Mathematics

Teaching in The Middle School , vol.108 no.1, (NCTM, 2014), h.24. 2 Susan Elrod, Quantitative Reasoning: The Next “Across Curriculum” Movement,

tersedia online (https://www.aacu.org/peerreview/2014/summer/elrod), diakses pada 22 Juni 2016.

2

terbentuk dari proses pengukuran.3 Berdasarkan hal-hal tersebut, maka informasi-

informasi dari suatu masalah yang ditemukan kebanyakan berupa informasi

kuantitatif, yaitu informasi yang berisi kuantitas-kuantitas dan hubungan antar

kuantitas yang terbentuk dari proses pengukuran.

Informasi-informasi kuantitatif yang dihadapi oleh siswa haruslah

ditanggapi secara kritis sebelum diambil suatu keputusan atau hasil

penyelesaiannya. Lebih lanjut, NCTM (National Council of Teacher of

Mathematics) juga memaparkan bahwa siswa sejak usia dini harus mendapatkan

proses dan kemampuan matematik yang mendukung literasi kuantitatif mereka.4

Sehingga diperlukan suatu skill atau kemampuan untuk menyelesaikan suatu

masalah. Agustinus mengungkapkan jika seseorang mempunyai daya nalar yang

baik maka kemungkinan untuk menyelesaikan dan memecahkan suatu masalah

dalam matematika menjadi mudah.5 Untuk itu, penting memiliki kemampuan

penalaran yang dapat mendukung literasi kuantitatif siswa, yaitu kemampuan

penalaran kuantitatif.

Mengacu pada lampiran Permendikbud nomor 68 tahun 2013 yang

menyebutkan, bahwa keikutsertaan anak-anak Indonesia dalam beberapa studi

internasional menunjukan pencapaian yang tidak menggembirakan dalam

beberapa tahun belakangan ini.6 Contohnya pada studi TIMSS (Trends in

International Mathematics and Science Study) pada tahun 2011 yang memberikan

penilaian pada aspek kognitif salah satunya yaitu pada domain penalaran

(reasoning), Indonesia mendapatkan skor sebesar 388 untuk kelas 8.7 Sedangkan

pada data terbarunya, hasil TIMSS 2015 yang diikuti oleh partisipan kelas 4,

Indonesia juga mendapatkan skor yang kurang memuaskan pada domain

3 Dzikra Fu‘adiah, Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau dari Gender, Jurnal

Pendidikan Matematika STKIP Garut, vol. 8 no. 1, 2016, h. 21 4 NCTM, Principles and Standarts for School Mathematics, (Reston: NCTM, 2000), h. 16

5 Agustinus Sroyer, Penalaran Kuantitatif (Quantitative Reasoning) dalam Pemecahan

Masalah Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika FKIP Universitas Cendrawasih,

2013, h. 43 6 Lampiran Permendikbud nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah 7 Ina V.S. Mullis, et al.,TIMSS 2011 International Result in Mathematics, (Chesnut Hill:

Boston College, 2012), h. 150

3

penalaran, yaitu sebesar 397.8 Berdasarkan pada hasil TIMSS 2011 dan 2015

tersebut, skor penalaran Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan

dengan skor penalaran dari negara yang menjadi patokan yaitu yang memiliki

skor rata-rata 500.

Sumber: TIMSS 2015

Gambar 1.1

Soal TIMSS 2015 Pada Domain Penalaran

Lebih khusus pada domain penalaran, pada TIMSS 2015 juga didapati hasil

penalaran pada soal yang mengenai pengambilan kesimpulan dari fakta kuantitatif

berupa data pada tabel (Gambar 1.1) yakni, hanya 14% siswa Indonesia yang

dapat menjawab dengan benar, tentunya ini terlampau jauh dari rata-rata

internasional sebesar 34%, yaitu dari seluruh peserta siswa kelas 4 yang

menjawab benar.9

Fakta lainnya yaitu, PISA (Programme for International Student

Assessment) merupakan salah satu studi internasional yang diikuti oleh Indonesia

pada tahun 2015 yang dimana salah satu konten kategori penilaian matematikanya

8 Ina V.S. Mullis, et al., TIMSS 2015 International Result in Mathematics, tersedia online

pada https://www.timss2015.org/download-center, yang diakses pada 4 Januari 2017, h.77 9 Ibid, h. 131.

4

adalah quantity atau kuantitas, yang dimana untuk memahami konten kuantitas,

siswa membutuhkan pemahaman dari berbagai representasi quantification dan

menilai interpretasi serta argumen berdasarkan kuantitas.10

Didapati pada skor

PISA 2015 bahwa, hanya sekitar 30% siswa Indonesia yang berada pada level 2

atau di atasnya, ini berarti bahwa masih banyak siswa di Indonesia yang belum

mampu untuk menginterpretasi dan mengenali situasi dalam konteks masalah,

serta belum mampu membuat dan menggunakan hasil interpretasi dengan baik.11

Berdasarkan pemaparan mengenai hasil-hasil studi internasional terkait

kemampuan penalaran, khususnya dalam penalaran kuantitatif, siswa Indonesia

masih belum mampu menunjukan kemampuannya dengan baik dalam kancah

internasional.

Hal-hal tersebut salah satunya dipicu oleh kebijakan pemerintah dengan

adanya Ujian Nasional, yang dimana pada soal-soal ujian nasional lebih

menekankan pada penguasaan keterampilan dasar (basic skill), sehingga dalam

pemberian soal rutin di kelas, yang sekedar mengejar standar kompetensi

kelulusan, hanya sedikit penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks

bernalar secara matematis.12

Lebih khusus dalam penalaran kuantitatif, kurangnya

ketersediaan soal khusus (terdapat konten quantity) yang dapat diimplementasikan

dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga dapat diasumsikan bahwa potensi

siswa menggunakan penalaran dalam menjawab soal belum berkembang secara

maksimal.13

Maka dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemberian soal rutin yang

mendukung penalaran matematis (lebih khususnya penalaran kuantitatif) siswa,

sehingga siswa belum terbiasa menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan

masalah.

10

OECD, PISA 2015 Draft Mathematics Framework, (OECD Publishing, 2013)., h. 18 11

OECD, PISA 2015 Result: Excellence and Equity in Education, vol.1 Revised edition,

(OECD Publishing, 2016), h. 191 12

Evy Y. Silva, dkk., Pengembangan Soal Matematika Model PISA Pada Konten

Uncertainty Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah

Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya, vol. 5 no. 1, 2011 13

Anisah, Zulkardi, dan Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

Pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya, vol. 5 no. 1, 2011

5

Banyak para ahli yang menyebutkan penalaran kuantitatif sebagai

quantitative reasoning atau quantitative literacy. Namun selepas itu, definisi

antara keduanya tidak jauh berbeda yaitu, dapat penulis simpulkan bahwa

penalaran kuantitatif merupakan suatu cara bernalar mengenai kuantitas-kuantitas

dan hubungannya pada suatu situasi dan permasalahan nyata dan

menyelesaikannya ke dalam bentuk matematika. Penelitian yang dilakukan

Karim, penggunaan penalaran kuantitatif akan meningkatkan kemampuan siswa

dalam memahami dan menyelesaikan masalah sehari-hari, number sense atau

penguasaan bilangan, perhitungan mental atau perhitungan tanpa suatu alat

kecuali otak manusia, dan menafsir solusi dari suatu masalah. Lebih lanjut, Dzikra

juga menambahkan bahwa penalaran kuantitatif akan dapat membuat siswa

memahami dan membuat argumen-argumen mutakhir yang didukung oleh fakta-

fakta kuantitatif dan dapat mengkomunikasikan secara jelas argumen tersebut

dalam berbagai representasi seperti tabel, grafik, rumus, dan sebagainya.14

Dari

hal-hal tersebut, memperkuat alasan penulis untuk mengembangkan kemampuan

penalaran kuantitatif siswa.

Menilai pentingnya kemampuan penalaran kuantitatif, oleh karenanya

dibutuhkan suatu pembelajaran di sekolah yang dapat menunjang berkembangnya

penalaran tersebut. Dalam lampiran Permendikbud mengenai penyempurnaan

pola pikir pada kurikulum 2013 menyebutkan bahwa pola pembelajaran haruslah

aktif, berpusat pada peserta didik, serta berbasis tim.15

Untuk itu diperlukan

pembelajaran yang dapat sekaligus mengembangkan kemampuan penalaran

kuantitatif serta dapat memenuhi penyempurnaan pola pikir tersebut. Namun

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada Februari 2016 di salah

satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Pamulang menunjukan, bahwa pembelajaran

konvensional yang biasa diterapkan guru dalam pembelajaran matematika tidak

menuntut sarana dan prasarana yang memadai, serta sifatnya kurang menantang,

sehingga siswa kurang dapat mengembangkan kemampuannya sendiri melalui

pembelajaran konvensional.

14

Dzikra Fu‘adiah, Loc Cit. 15

Lampiran Permendikbud, Loc Cit.

6

Thompson dalam artikelnya mengungkapkan bahwa salah satu strategi

untuk mengembangkan penalaran kuantitatif siswa adalah ―to pose problem‖ yang

berarti mengajukan masalah.16

Dalam mengajukan masalah atau problem posing,

Christou et al juga mengungkapkan bahwa pada proses kognitifnya, problem

posing dinilai mampu mengolah informasi kuantitatif yang didapat siswa.17

Untuk

itu, dibutuhkan perangkat pembelajaran yang dapat mengampu kegiatan

pembelajaran problem posing untuk membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan penalaran kuantitatifnya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sudah seharusnya kemampuan

penalaran kuantitatif siswa dikembangkan, salah satu alternatif yang dapat

dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran interlocked problem posing.

Pembelajaran interlocked problem posing merupakan salah satu pendekatan

pengajaran problem posing yang dimana siswa membuat masalah atau soalnya

sendiri. Dalam proses pembelajarannya, mengambil definisi dari kata

‗interlocked’ yang berarti saling menyambungkan satu sama lain, maka dalam

proses membuat masalah atau soalnya sendiri, siswa secara bergantian saling

menyambungkan dan menyusun kata demi kata masalah/soal yang akan dibuat

sehingga menjadi soal yang utuh dengan cara, guru menuliskan sebuah kata atau

bilangan untuk mempelopori masalah terkait pembelajaran yang akan dipelajari

oleh siswa, kemudian seorang siswa ditunjuk untuk menambahkan kata atau

bilangan secara bergantian, setelah itu guru bertanya kepada siswa di kelas

mengenai kelengkapan dan kelayakan soal tersebut. Bila siswa tidak puas dengan

apa yang ditulis temannya, maka guru akan menunjuk seorang siswa lagi untuk

melanjutkan mengembangkan dan memperbaiki soal tersebut. Bila siswa sudah

puas terhadap apa yang ditulis temannya, maka diskusi dilanjutkan untuk

menyelesaikan soal bersama guru. Dengan proses pembelajaran tersebut, diyakini

dapat meningkatkan kemampuan penalaran kuantitatif siswa.

16

John P. Smith dan P. W. Thompson, Quantitative Reasoning And The Development Of

Algebraic Reasoning, dalam J. J. Kaput, D. W. Carraher & M. L. Blanton (Eds.), algebra in the

early grades (pp. 95-132), (New York: Erlbaum, 2007), h.33 17

C. Christou et al., An Empirical Taxonomy of Problem Posing Processes, ZDM vol. 37

(3), 2005, h. 149

7

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: ―Pengaruh

Pembelajaran Interlocked Problem Posing terhadap Kemampuan Penalaran

Kuantitatif Siswa‖.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa Indonesia yang

dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan penalaran kuantitatif.

2. Soal-soal yang diberikan di kelas umumnya soal rutin yang kurang

mendukung penalaran matematis, khususnya penalaran kuantitatif.

3. Siswa belum terbiasa menggunakan penalaran kuantitatif dalam

penyelesaian masalah.

4. Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah umumnya

masih konvensional, sehingga kurang mendukung siswa untuk

mengembangkan kemampuan penalaran kuantitatif.

5. Perangkat pembelajaran pendekatan problem posing belum tersedia,

khususnya tipe Interlocked Problem Posing.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini bertujuan agar penelitian yang

dilakukan terarah dan dapat tercapai dengan baik, maka penulis membatasi fokus

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interlocked

Problem Posing yang terdiri dari dua tahapan utama, yaitu tahap

accepting yang terdiri dari fase ignition (pengajuan kata/angka), dan

tahap challenging yang terdiri dari fase construction (mengkonstruk

soal), fase discussion (diskusi mengenai kelayakan soal), dan fase

development/solution (lanjut mengembangkan soal atau

menyelesaikannya).

8

2. Pembelajaran yangdilakukan pada kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan di sekolah yaitu

pembelajaran ekspositori dengan pendekatan saintifik.

3. Kemampuan penalaran kuantitatif dalam penelitian ini dibatasi oleh

tiga indikator yaitu variation, trends,dan create model.

4. Pokok bahasan yang digunakan pada penelitian ini adalah statistika

(penyajian data) dan peluang pada kelas VII semester genap

2016/2017.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan tersebut,

maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang memperoleh

pembelajaran interlocked problem posing?

2. Bagaimana kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang memperoleh

pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kemampuan penalaran kuantitatif siswa setelah

memperoleh pembelajaran interlocked problem posing.

2. Mengidentifikasi kemampuan penalaran kuantitatif siswa setelah

memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Menganalisis perbandingan kemampuan penalaran kuantitatif antara

siswa yang memperoleh pembelajaran interlocked problem posing

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian dapat memberi

manfaat baik bagi pembelajaran matematika maupun dalam upaya meningkatkan

9

kualitas dan hasil pembelajaran matematika. Manfaat yang didapat dalam

terlaksananya penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan akan pembelajaran interlocked

problem posing dan dampaknya terhadap kemampuan penalaran

kuantitatif.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif

pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan

penalaran kuantitatif siswa.

3. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan kemampuan

penalaran kuantitatif siswa.

4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini menambah referensi tambahan

tentang metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

5. Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan sebagai pembanding terkait

hasil penelitian yang diperoleh untuk pengembangan penelitian

selanjutnya.

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

Deskripsi teoritik yang penulis paparkan dalam penelitian ini adalah

bahasan tentang kemampuan penalaran, kemampuan penalaran kuantitatif,

pembelajaran Interlocked Problem Posing, dan pembelajaran konvensional.

1. Kemampuan Penalaran Kuantitatif

a. Pengertian Kemampuan Penalaran

Dalam dunia pendidikan, pemecahan masalah menempati kedudukan

sentral dalam matematika. Pendapat ini diperkuat oleh Halmos (dalam

NCTM) yang mengatakan ―problem solving is the heart of mathematics‖

yang berarti pemecahan masalah merupakan jantungnya matematika.1 Dalam

memecahkan permasalahan matematika ada begitu banyak cara, salah satunya

yaitu dengan bernalar atau penalaran.

Penalaran seperti yang telah diketahui merupakan salah satu aspek

penting dalam implementasi pembelajaran matematika. Elvis merangkum,

bahwa penalaran matematik adalah bagian dari berpikir matematik yang

meliputi membuat perumuman dan menarik simpulan sahih tentang gagasan-

gagasan dan bagaimana gagasan tersebut saling terkait. NCTM dalam Elvis

juga memaparkan bernalar matematik merupakan suatu kebiasaan, dan seperti

kebiasaan lainnya, maka bernalar mesti dikembangkan melalui pemakaian

yang konsisten dan dalam berbagai konteks. Selain itu, orang yang bernalar

dan berpikir secara analitik akan cenderung mengenal pola, struktur atau

keberaturan, baik di dunia nyata maupun pada simbol-simbol. 2

Maka dapat

disimpulkan bahwa penalaran merupakan salah satu aktivitas berpikir

matematik yang berperan dalam membuat dan menarik simpulan dari suatu

pola-pola dan struktur atau keberaturan di dunia nyata. Oleh karena itu,

1 NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, (Reston: NCTM, 2000),

h.341 2 E. Elvis Napitupulu, Peran Penalaran Dalam Pemecahan Masalah Matematika,

(Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 2008), h.171

seseorang yang telah terbiasa bernalar dalam melihat suatu masalah akan

cenderung membuat dugaan dan menyelidiki dugaan tersebut.

Kecenderungan seperti ini sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai

masalah. Oleh karenanya kebiasaan bernalar adalah hal yang sangat penting

dalam pemecahan masalah matematika.

Perlunya menggaris bawahi bahwa kebiasan bernalar penting untuk

pemecahan masalah matematika, hal ini sejalan dengan pendapat

Dominowski yang disimpulkan oleh Elvis, yang dimana penalaran juga

merupakan bagian tertentu dari pemecahan masalah yang dengan demikian

merupakan bagian dari bermatematika (doing mathematics).3 Secara umum,

ditinjau dari cara menarik kesimpulan terdapat dua jenis penalaran, yakni

penalaran induktif dan penalaran deduktif. Namun John Carroll dalam

Agustinus mengungkapkan bahwa ada tiga kemampuan penalaran utama

yaitu, sekuensial (deduktif), induktif, dan kuantitatif.4 Dalam penelitian ini

penalaran yang akan dibahas adalah penalaran kuantitatif.

b. Pengertian Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Banyak definisi terkait penalaran kuantitatif atau Quantitative

Reasoning (QR) yang diungkapkan oleh para ahli. Sebelum mengungkapkan

apa itu penalaran kuantitatif, ada baiknya penjelasan kuantitas atau quantitiy

lebih dulu dijelaskan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuantitas

diartikan sebagai suatu kata benda yang berarti banyaknya atau jumlah

(sesuatu).5 Lebih lanjut, Thompson memberikan definisi yaitu ―A quantity is

a quality of something that one has conceived as admitting some

measurement process‖6, yang dapat diartikan bahwa kuantitas adalah kualitas

sesuatu, yang dipahami dari beberapa proses pengukuran. Pendapat lain juga

3 Ibid,.

4 Agustinus Sroyer, Pentingnya Quantitative Reasoning (QR) dalam Problem Solving,

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret, vol.2, (Program Studi Pendidikan Matematika

PMIPA FKIP Uncen, 2013), h.26 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus versi online/daring (dalam jaringan)

tersedia di http://kbbi.web.id/kuantitas pada September 2016 6 Patrick W. Thompson, A Theoretical Model of Quantity -Based Reasoning in Arithmetic

and Algebra, Makalah pada the Annual Meeting of the American Educational Research

Association di San Francisco, (1990), h.5

dikemukakan oleh Eric dalam artikelnya yakni, ―A quantity is a measurable

attribute of an object or phenomenon‖ yang berarti, kuantitas adalah sebuah

atribut terukur dari suatu objek atau fenomena.7 Untuk mempermudah

memahami apa itu kuantitas, Ellis memberikan contoh kuantitas yang

merupakan ukuran dari beberapa kualitas seperti jarak atau waktu. Jarak

sebagai suatu kualitas, feet sebagai satuan (unit) pengukuran, dan 15 feet

merupakan nilai numeriknya.8

Berbicara mengenai kuantitas dan hubungannya dalam pemecahan

masalah matematika, sebelumnya mengutip tulisan Ismail mengenai hakikat

matematika, yakni ―Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka

dan perhitungannya, membahas masalah numerik, mengenai kuantitas dan

besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir,

kumpulan sistem, struktur dan alat‖9. Dalam Wikipedia juga menyebutkan

bahwa ―Matematika muncul pada saat dihadapinya masalah-masalah yang

rumit yang melibatkan kuantitas, struktur, ruang, atau perubahan‖.10

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa kuantitas merupakan salah satu

bahasan dan masalah dalam ilmu matematika. Untuk itu masalah yang akan

dibahas pada pemecahan masalah matematika pada penelitian ini yakni

mengenai kuantitas.

Lanjut mengenai penalaran atau reasoning, seperti yang telah penulis

kemukakan sebelumnya, penalaran yaitu merupakan aktivitas berpikir

matematik dan sebagai alat yang berperan dalam pemecahan masalah

matematika, dan pemahaman matematik itu digunakan untuk menyelesaikan

masalah. Sehingga definisi penalaran kuantitatif atau quantitative reasoning,

menurut para ahli dan dari berbagai sumber yaitu (disajikan pada tabel)

sebagai berikut:

7 Eric Weber, et al., 6 Principles for Quantitative Reasoning and Modelling, Mathematics

Teaching in The Middle School , vol.108 no.1, (NCTM, 2014), h.25. 8 Amy B. Ellis, Patterns, Quantities, & Linear Functions, Mathematics Teaching in The

Middle School, vol.14 no.8, (NCTM, 2009), h.484. 9 Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika,

cet. 2, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014) h.48. 10

Wikipedia, Kategori: Ilham, Matematika Murni dan Terapan, dan Estetika, tersedia

online di https://id.wikipedia.org/wiki/Matematika, pada 4 September 2016.

Tabel 2.1

Definisi Penalaran Kuantitatif

Sumber Definisi

Patrick W. Thompson

(1990)11

Quantitative reasoning is the analysis of a

situation into a quantitative structure—a network

of quantities and quantitative relationships.

Programme for

International Student

Assessment (PISA

2000)12

Mathematical literacy is an individual‘s capacity

to identify and understand the role that

mathematics plays in the world, to make well-

founded mathematical judgments and to engage in

mathematics in ways that meet the needs of that

individual‘s current and future life as a

constructive, concerned, and reflective citizen.

Steen (2001)13

Quantitative literacy is more a habit of mind, an

approach to problems that employs and enhances

both statistics and mathematics.

AAC&U (2010)14

Quantitative Literacy (QL) –also known as

Numeracy or Quantitative Reasoning (QR)– is a

"habit of mind," competency, and comfort in

working with numerical data. Individuals with

strong QL skills possess the ability to reason

and solve quantitative problems from a wide

array of authentic contexts and everyday life

situations.

Robert L. Mayes,

Franziska Peterson,

Rachel Bonilla

(2013)15

Quantitative Reasoning in Context (QRC) is

mathematics and statistics applied in real-life,

authentic situations that impact an individual‘s life

as a constructive, concerned, and reflective

citizen. QRC problems are context-dependent,

interdisciplinary, open-ended tasks that require

critical thinking and the capacity to communicate

a course of action.

11

Patrick W. Thompson, Op Cit., h.13. 12

Robert L. Mayes, Franziska Peterson, dan Rachel Bonilla, Quantitative Reasoning

Learning Progressions for Environmental Science: Developing a Framework, Article 4, Vol.6: Iss.

1, (Numeracy, 2013), h.3. 13

Lynn Arthur Steen, et al., ―The Case for Quantitative Literacy ―, dalam L. A. Steen

(ed.), Mathematics and Democracy, (USA: NCED, 2001), h. 5. 14

AAC&U (Association of American Colleges and Universities), Quantitative Literacy

Value Rubric, tersedia di https://www.bu.edu/provost/files/2013/08/AACU-Rubrics.pdf pada 29

Juni 2016. 15

Robert L. Mayes, Franziska Peterson, dan Rachel Bonilla, Op Cit., h. 6.

Eric Weber, Amy

Ellis, Torrey Kulow,

Zekiye Ozgur (2014)16

Quantitative reasoning is a way to describe the

mental actions of a student who conceives of a

mathematical situation, constructs quantities in

that situation, and then relates, manipulates, and

uses those quantities to make a problem situation

coherent.

Dari beberapa pemaparan dan definisi penalaran kuantitatif atau

quantitative reasoning di atas, dapat disimpulkan bahwa penalaran kuantitatif

merupakan suatu kemampuan bernalar seseorang mengenai kuantitas-

kuantitas dan hubungannya pada masalah atau situasi nyata dan

menyelesaikannya ke dalam bentuk matematika.

Seseorang yang memiliki kemampuan penalaran kuantitatif, menurut

Association of American Colleges and Universities (AAC&U) yang dikutip

pada rubriknya yaitu memiliki kemampuan untuk menalar dan memecahkan

masalah kuantitatif dari berbagai macam konteks otentik dan situasi

kehidupan sehari-hari, selain itu mereka juga dapat memahami dan dapat

membuat argumen yang mutakhir didukung oleh bukti kuantitatif, dan

mereka dapat mengkomunikasikan dengan jelas argumennya dalam berbagai

format (menggunakan kata-kata, tabel, grafik, persamaan matematika, dan

lain sebagainya).17

Selain itu NICHE (Numeracy Infusion Course for Higher

Education) yaitu sebuah proyek City University of New York mengenai

aliansi penalaran kuantitatif dalam website resminya menyatakan bahwa

penalaran kuantitatif pada bidang studi analisis data dan peluang, siswa

dapat:18

merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang didapat dari data dan

pengambilannya, mengatur, dan menampilkan data yang relevan untuk

menjawabnya;

memilih dan menggunakan metode statistik yang tepat untuk

menganalisis data;

16

Eric Weber. loc. cit. 17

AAC&U (Association of American Colleges and Universities). loc. cit. 18

NICHE (Numeracy Infusion Course for Higher Education), Quantitative Reasoning

Learning Goals, tersedia di http://serc.carleton.edu/NICHE/qr_learning_goals.html#partB pada 4

September 2016.

mengembangkan dan mengevaluasi kesimpulan dan prediksi yang

didasarkan pada data; dan

memahami dan menerapkan konsep dasar probabilitas.

c. Komponen Penalaran Kuantitatif

Pada bukunya yang berjudul Quantitative Reasoning in The Context

of Energy and Environment, Robert Mayes dan James Myers menuliskan

bahwa penalaran kuantitatif atau quantitative reasoning (QR) dalam

praktiknya bekerja pada suatu kerangka kerja yang terdiri dari empat

komponen utama dan memiliki suatu progres atau kemajuan belajar untuk

penalaran kuantitatif. Empat komponen dalam kerangka kerja tersebut,

yaitu:19

1. Quantification Act (QA), yaitu proses konseptualisasi matematis suatu

objek dan atributnya, sehingga atribut tersebut memiliki satuan ukuran.

2. Quantitative Literacy (QL), yaitu penggunaan konsep-konsep dasar

matematika dalam cara yang canggih, yang bertujuan untuk

menjelaskan, membandingkan, memanipulasi, dan menarik kesimpulan

dari variabel yang dikembangkan pada QA.

3. Quantitative Interpretation (QI), yaitu kemampuan menggunakan

model untuk menemukan trends (kecenderungan) dan membuat

prediction (prediksi).

4. Quantitative Modeling (QM), yaitu kemampuan menciptakan

representasi atau model untuk menerangkan fenomena dan merevisinya

berdasarkan kecocokan pada realita.

Dalam penerapannya, keempat komponen tersebut berinteraksi

dalam suatu siklus penalaran kuantitatif (Gambar 2.1), yang bilamana ketika

individu merefleksikan situasi kehidupan nyata otentik yang berdampak pada

masyarakatnya atau kehidupan pribadinya, mereka mungkin akan mulai

bernalar mengenai situasi tersebut menggunakan ilmu kualitatif yang

dimilikinya untuk fenomena tersebut.

19

Robert L. Mayes, Franziska Peterson, dan Rachel Bonilla. loc. cit.

Gambar 2.1

Siklus Quantitative Reasoning: QA, QL, QI, QM 20

Keterkaitan keempat komponen tersebut dalam siklus penalaran

kuantitatif/quantitative reasoning yaitu:

1. Quantification Act (QA)

Siklus QR dimulai dengan QA, yaitu proses konseptualisasi

matematis suatu objek dan atributnya, sehingga atribut tersebut memiliki

satuan ukuran. Quantification (kuantifikasi) memberikan variabel-

variabel yang dapat dioperasikan pada matematika atau statistik.21

Seseorang harus memiliki suatu level Quantitative Literacy (QL) untuk

memanipulasi, membandingkan, dan menghubungkan variabel-variabel

yang didapat. Untuk itu dalam progres pembelajaran penalaran

kuantitatif, QL terbungkus ke dalam QA menjadi suatu elemen.22

Dalam

kerangka kerjanya, komponen QA memiliki empat elemen yakni

variable, translation, context, dan variation.

2. Quantitative Literacy (QL)

20

Ibid., h. 7. 21

Robert Mayes dan James Myers, Quantitative Reasoning in the Context of Energy and

Environment, (Rotterdam: Sense Publishers , 2014), h.16. 22

Robert L. Mayes, et al., Quantitative Reasoning Learning Progression: The Matrix,

Article 5, Vol. 7: Iss. 2, (Numeracy, 2014), h. 5.

Selanjutnya QL, yaitu penggunaan konsep-konsep dasar

matematika dalam menjelaskan, membandingkan, memanipulasi, dan

menarik kesimpulan dari variabel yang dikembangkan pada QA. Dalam

mengukur dan memahami fenomena atau suatu masalah, penggunaan

angka-angka dan aritmatika sangat berpengaruh dalam membuat

keputusan.23

Untuk itu dalam progres pembelajarannya, karena QL

menjadi elemen pada QA, maka QL penting untuk berpindah dari QA

menuju ke penafsiran model (QI) dan membangun model (QM).24

Dalam

kerangka kerjanya, komponen QL memiliki empat elemen yakni

numerasi, pengukuran, penalaran proporsional (proportional reasoning),

dan peluang/statistik dasar.

3. Quantitative Interpretation (QI)

QI yaitu kemampuan untuk menafsirkan model dari fenomena

yang diberikan dengan tujuan memahami dan membuat keputusan. QI

diperkuat dengan kemampuan mengkuantifikasi masalah, apa yang

disebut sebagai QA, serta QL. QI mungkin menuntut siswa untuk

melampaui aritmatika yang menjadi fokus dari QL, sehingga terlibat

dalam aljabar, geometri, dan penalaran mode statistik. Perlunya

mengetahui perbedaan antara QI dan QM, berdasarkan empat kategori

representasi matematika (verbal, tabulasi, grafik, aljabar) yakni disajikan

dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan QI dan QM 25

Verbal Tabulasi Grafik Aljabar

QI Matematis Menginterpretasi

data numerik

Menginterpretasi

representasi

visual

Menginterpretasi

persamaan atau

rumus

QM Membuat

penjelasan

tertulis

Membuat tabel

melalui kumpulan

data

Membuat grafik

atau representasi

visual

Membuat

persamaan atau

rumus

23

Robert Mayes dan James Myers, Op Cit, h. 186. 24

Robert L. Mayes, et al. loc. cit. 25

Robert Mayes dan James Myers, Op Cit, h. 204

Nampak jelas pada tabel, bahwa dalam QI siswa disediakan

model sedangkan pada QM, siswa membuat model. Pada nyatanya,

model dapat berupa macam bentuk (misalnya, tabel, grafik/diagram,

persamaan, dan lain sebagainya), masalah atau isu dapat muncul dengan

penerjemahan antar representasi model pada konten yang sama. Sebagai

contoh, diberikan sebuah tabel dan sebuah grafik dari data yang sama,

diharapkan siswa dapat memahami hubungan antara dua representasi

yang berbeda tersebut. Maka penting bahwa tiap individu mampu

menginterpretasi dan menggunakan data tersaji dalam membuat suatu

kesimpulan dari berbagai data kuantitatif.26

Dalam kerangka kerjanya,

komponen QI memiliki empat elemen yakni representasi, diagram sains,

statistik dan peluang, serta skala logaritma. Dalam penelitian ini, QI

difokuskan pada representasi model yang berupa tabel, grafik/diagram,

equation (persamaan berupa persamaan linear, kuadrat, eksponen,

pangkat).

4. Quantitative Modeling (QM)

Bila QI adalah kemampuan untuk menginterpretasikan model,

maka QM yakni kemampuan untuk membuat atau menciptakan model

untuk menjelaskan fenomena dan merevisinya berdasarkan kecocokan

pada realita. Eric Weber et al beranggapan bahwa penalaran kuantitatif

adalah dasar atau pondasi yang mendukung siswa dalam pemodelan

fenomena secara matematis.27

Dalam kerangka kerjanya, komponen QM

memiliki empat elemen yakni logika, pemecahan masalah, pemodelan,

dan inference (penarikan kesimpulan). Dalam penelitian ini, QM

difokuskan pada elemen pemodelan dengan berbagai bentuk seperti

model tabel dan grafik, diagram sains, dan model regresi (seperti linear,

polinomial, pangkat, eksponensial, dan sebagainya).

d. Indikator Penalaran Kuantitatif

26

Robert L. Mayes, Franziska Peterson, dan Rachel Bonilla, Op Cit, h.17 27

Eric Weber, et al., Op Cit, h.26

Dalam mengukur kemajuan tiap komponen, maka akan dijelaskan

learning progression (progres belajar) penalaran kuantitatif yang terdiri dari

tiga progress variabel yaitu QA, QI, dan QM. Seperti yang telah diketahui

bahwa dalam kerangka kerjanya QA, QI, dan QM masing-masing merupakan

suatu kemampuan yang saling berinteraksi sebagai komponen dalam siklus

penalaran kuantitatif, namun untuk mengukur ketiga komponen tersebut

diperlukan suatu batasan yang jelas sehingga para peneliti quantitative

learning dalam konteks STEM (Science, Technology, Engineering,

Mathematics) mengembangkan progres belajar pada tiap achievement level

(AL/level pencapaian) untuk masing-masing progress variabel. Elemen-

elemen yang diukur pada masing-masing progress variabel yaitu disajikan

pada Tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3

Progres Belajar Penalaran Kuantitatif28

Progres

Variabel Elemen Definisi

Quantification

Act Variation

Variation adalah kemampuan untuk

membandingkan, membedakan, dan

menghubungkan beberapa variabel pada konteks

masalah

Quantitative

Literacy

Quantitative Literacy atau QL adalah

penggunaan konsep aritmatika dan keterampilan

mengatur hubungan antar variabel dalam suatu

masalah

Context Context adalah pengaplikasian hasil simpulan

bernalar kuantitatif untuk memecahkan masalah

Variable

Variable adalah kemampuan untuk

mengomunikasikan variabel yang didapat dari

suatu model menggunakan

Quantitative

Interpretation Trends

Trends merupakan kemampuan mengidentifikasi

dan memberikan penjelasan kuantitatif dari suatu

kecenderungan suatu model (tabel/diagram)

28

Robert Mayes dan James Myers, Op Cit, h. 187

dalam konteks masalah

Prediction

Prediction merupakan kemampuan untuk

membuat prediksi dari model serta memberi

argumen kuantitatif pendukung prediksi

Translation

Translation yaitu kemampuan untuk

menerjemahkan antar model, dan

mengidentifikasi model terbaik untuk

merepresentasikan konteks

Revision

Revision merupakan kemampuan untuk merevisi

teoritikal model tanpa data, mengevaluasi

beberapa model untuk kemungkinan

mengkominasinya

Quantitative

Modelling Create Model

Create Model adalah kemampuan membuat

sebuah model representasi suatu konteks dan

mengaplikasikannya dalam konteks lain

Refine Model

Refine Model merupakan kemampuan untuk

memperluas model untuk situasi baru serta

menguji dan memperbaiki suatu model

Model

Reasoning

Model Reasoning merupakan kemampuan

membangun dan menggunakan model secara

spontan untuk membantu pemikirannya

Statistical Statistical yaitu kemampuan untuk mengatur

kesimpulan statistik untuk menguji hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian kemampuan

penalaran kuantitatif pada indikator yang diambil dari elemen ketiga progress

variabel yaitu QA, QI dan QM yang dimana dalam karakteristik perilaku

siswa yang diukur diambil dari deskripsi elemen pada masing-masing

progress variabel kemampuan penalaran kuantitatif. Deskripsi indikator yang

diukur tersebut dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan materi

pembelajaran matematika yang akan diajarkan yaitu statistika dan peluang

yang disajikan pada Tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4

Indikator Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Progress Variabel Indikator yang diukur

Quantification Act

(QA)

Variation:

Kemampuan membandingkan, membedakan, dan

menghubungkan beberapa variabel pada konteks

masalah

Quantitative

Interpretation

(QI)

Trends:

Kemampuan mengidentifikasi dan memberikan

penjelasan kuantitatif dari suatu kecenderungan

suatu model (tabel/diagram) dalam konteks

masalah

Quantitative

Modeling

(QM)

Create Model:

Kemampuan membuat sebuah model

(tabel/diagram) representasi suatu konteks dan

mengaplikasikannya dalam konteks lain

2. Pembelajaran Interlocked Problem Posing

a. Pengertian Problem Posing

Dalam menemukan kesulitan saat memecahkan masalah matematika,

siswa memang sangatlah dianjurkan untuk bertanya. Selain itu, menurut

Kemendiknas (Kementrian Pendidikan Nasional) dalam Fadjar juga

mengungkapkan, bertanya menjadi salah satu dari tujuh komponen utama

pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas.29

Lebih penting lagi bahwa membuat pertanyaan dalam pemecahan masalah

matematika menurut Polya, dapat membantu siswa dalam menyelesaikan

suatu masalah.30

Untuk itu, muncullah istilah problem posing atau pengajuan

masalah atau pertanyaan dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Istilah problem posing menurut Utami yaitu memuat arti

mengekstraksi atau mengidentifikasi masalah atau pertanyaan baru dari

serangkaian data atau informasi yang tersedia.31

Silver mengungkapkan

29

Fadjar Shadiq, Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik

Bertanya?, (WI PPPPTK Matematika, tersedia pada Agustus 2016 di www.p4tkmatematika.org ) 30

Utari Sumarmo, Mathematical Problem Posing: Rasional, Pengertian, Pembelajaran

dan Pengukurannya, (Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung & Pascasarjana UPI, 2015), h.1 31

Ibid,. h.5

problem posing sebagai ―involving the creation of a new problem from

situasion or experience, or the reformulating of given problems‖ yang berarti

melibatkan diri mengkreasi sebuah masalah baru dari situasi atau

pengalaman, atau merumuskan ulang masalah yang diberikan.32

Lebih lanjut,

Kadir dalam artikelnya menyimpulkan bahwa problem posing adalah

pengaju-an masalah atau merumuskan soal terhadap situasi atau tugas yang

diberikan, baik sebelum, selama atau setelah penyelesaian masalah. Beliau

juga menambahkan, istilah ―merumuskan masalah‖ bisa diartikan sebagai

―merumuskan pertanyaan‖.33

Maka berdasarkan pengertian-pengertian yang

telah dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah

kegiatan mengidentifikasi, merumuskan, mengkreasi, dan mengajukan

masalah atau pertanyaan baru berdasarkan data informasi dari situasi,

masalah atau pengalaman yang telah ada. Dalam pengertian problem posing

pada penelitian ini, penulis menekankan pada arti merumuskan dan

mengajukan soal atau masalah.

Dalam dunia pendidikan, dewan nasional guru matematika di

Amerika Serikat atau NCTM (National Council of Teacher of Mathematics)

menambahkan bahwa ―formulating their own problem, an activity that is at

the heart of doing mathematics‖ yang berarti, merumuskan masalah kita

sendiri adalah aktivitas yang merupakan inti dari matematika. NCTM dalam

Silver juga menganjurkan agar guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk membuat soalnya sendiri. Selain itu, Silver mengemukakan bahwa

problem posing merupakan inti terpenting dalam disiplin matematika dan

dalam sifat pemikiran dan penalaran matematika.34

Stiff dan Curcio dalam

Tatag juga menambahkan bahwa problem posing merupakan bentuk

penalaran analogi yang penting ketika siswa membuat atau memodelkan

32

Elena Stoyanova dan Nerida F.E., A Framework for Research into Students’ Problem

Posing in School Mathematics, (Edith Cowan University, 1996), h.518 33

Kadir, Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya

Terhadap Hasil Belajar Matematika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol.2, (Jurusan

Pendidikan Matematika: FITK UIN Jakarta, 2011), h.207 34

Silver dan Cai, An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle School Students,

Journal for research in Mathematics Education, vol.27, (JSTOR, 1996), h.521

masalah-masalah baru bedasarkan masalah yang ada.35

Untuk itu

menggunakan problem posing dalam pembelajaran matematika di sekolah

sangatlah dianjurkan selain sebagai variasi referensi mengajar, problem

posing juga dapat menjadi sarana meningkatkan kemampuan berpikir dan

bernalar siswa.

b. Tahapan Problem Posing

Dalam tahapan problem posing atau pengajuan soal, Brown dan

Walter memaknai terdapat dua tahapan kognitif yang dialami siswa,

diantaranya:

(1) Tahap accepting (menerima) yaitu, siswa menerima tugas atau

masalah yang telah ditentukan atau diberikan oleh guru. Di tahap

ini tentunya siswa langsung memberikan respon terhadap tugas

yang diberikan sesuai dengan tingkat pengalaman

matematikanya. Dalam bukunya, Brown dan Walter

mengungkapkan bahwa pada tahap accepting siswa juga dapat

diberikan tugas atau masalah berupa suatu gambar, tabel, rumus,

bahkan berupa angka sekalipun.36

(2) Tahap challenging (menantang) yaitu, siswa menantang situasi

tugas atau masalah yang diberikan guru dalam rangka perumusan

soal. Di sini penulis memaknai bahwa setelah melalui tahapan

accepting (menerima), respon siswa terhadap masalah atau tugas

yang diberikan menjadi suatu pemicu munculnya tahap

challenging (menantang) yang dimana siswa akan melihat

masalah atau tugas yang diberikan dengan perspektif atau sudut

pandang yang berbeda, sehingga siswa mencari arti

sesungguhnya dari permasalahan tersebut.37

35

Tatag Y.E. Siswono, Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan

Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem

Solving (CPS), Buletin pendidikan Matematika, vol.6, (Prodi Pend. Mat: FKIP UNPATTI Ambon,

2004), h.2 36

Stephen I. Brown dan Marion I. Walter, The Art of Problem Posing, (New Jersey:

Lawrence Erlbaum Associates, 2005), h. 12 37

Ibid, h. 33

Lebih lanjut, Osman merangkum catatan Silver dan Stoyanova

dalam penugasan problem posing berdasarkan situasi dan pengalaman

matematika siswa ke dalam lima kategori yaitu, siswa mengajukan: 38

a. a problem in general/free situation (masalah secara umum/situasi

bebas).

b. a problem with a given answer (masalah dengan jawaban yang

diberikan).

c. a problem that contains certain information (masalah yang berisi

informasi tertentu).

d. questions for a problem situation (pertanyaan untuk situasi

masalah).

e. a problem that fits a given calculation (masalah yang sesuai

dengan perhitungan yang diberikan).

c. Pembelajaran Interlocked Problem Posing

Dalam penelitiannya, Osman Cankoy yang melakukan penelitian

komparasi antara pembelajaran Interlocked Problem Posing (IPP) dengan

Traditional Problem Posing (TPP) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan

treatment IPP, soal atau masalah yang dibuat oleh siswa lebih reasonable (logis),

lebih solvable (dapat dipecahkan), dan berkurangnya result-unknown problem

(masalah yang tidak diketahui hasilnya). Selain itu, pembelajaran IPP dianggap

lebih efektif dalam memotivasi siswa untuk fokus dan tertarik untuk belajar.39

Disebutkan juga dalam jurnal beliau, bahwa IPP merupakan suatu

instructional approach yaitu suatu pendekatan metodologik dalam pembelajaran

matematika yang berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang

disajikan ke dalam struktur kognitifnya sesuai dengan cara guru menyajikannya.40

Kurangnya penelitian dan praktik kelas mengenai problem posing, dimana

banyaknya keterlibatan siswa (dalam belajar) diperhatikan membuat Osman

tertarik untuk menggagas pembelajaran problem posing ini.

38

Osman Cankoy, Interlocked Problem Posing and Children’s Problem Posing

Performance In Free Structured Situation, Jurnal Internasional Pendidikan Sains dan Matematika,

(National Science Council: Taiwan, 2013), h.222 39

Osman Cankoy, ibid,. h.224 40

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Op Cit, h. 232.

Pada jurnalnya, Osman menggunakan istilah Interlocked dan Instruction

dalam pendekatan pembelajarannya yang bilamana dapat diterjemahkan perkata

secara harfiah yaitu, ―interlocked‖ yang merupakan suatu kata kerja transitif yaitu

kata kerja yang memerlukan objek, yang berarti, saling menyambungkan atau

berpautan satu sama lain dan ―instruction‖ yang berarti petunjuk, pengajaran,

perintah. Winataputra menyebutkan bahwa dari kata instruction dapat mengambil

makna pembelajaran yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.41

Maka dapat disimpulkan

bahwa Interlocked Problem Posing Instruction merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang dimana siswa saling menyambungkan satu sama lain masalah

atau soal yang mereka rumuskan atau ajukan hingga menjadi suatu soal/masalah

yang layak. Dalam penelitian ini yang memperluas makna dan tahapan pada

pembelajaran Interlocked Problem Posing, maka dalam pembelajarannya siswa

juga bisa saling memperbaiki soal atau masalah yang dibuat oleh temannya.

d. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Interlocked Problem Posing

Tahapan pembelajaran Interlocked Problem Posing yang diusulkan oleh

Osman Cankoy yang menggunakan pendekatan free-structured situasion secara

instruksional terdiri dari beberapa tahapan pembelajaran seperti yang

digambarkan pada Gambar 2.2, dengan penjelasan sebagai berikut:42

Gambar 2.2

Siklus Interlocked Problem Posing

41

Ibid., h.42. 42

Osman Cankoy, op. cit, h.226

Develop

Ignition

Construction

Discussion Solution Yes

1) Ignition

Pada tahap ignition, guru memberikan suatu starter atau pancingan, guna

sebagai pemicu awal agar siswa merasa tertantang dalam membuat soal.

Di tahap ini, ignition memiliki kesamaan dengan accepting dalam tahapan

kognitif problem posing yang digagas oleh Brown dan Walter. Untuk itu,

kegiatan-kegiatan pembelajaran pada tahap ignition yaitu:

Mengamati benda konkret, video, gambar, angka-angka, tabel, serta

diagram yang diberikan oleh guru.

Mengidentifikasi suatu hal yang guru berikan seperti situasi masalah,

informasi, contoh-contoh soal, penjelasan materi, dan lain

sebagainya.

2) Construction

Setelah siswa diberikan suatu starter pada tahap ignition, selanjutnya siswa

ditantang untuk merumuskan dan membuat soal atau pertanyaan pada

tahap construction ini. Di tahap ini, construction serupa halnya dengan

challenging pada tahapan kognitif problem posing Brown dan Walter yang

dimana siswa merasa tertantang untuk membuat soal mengenai hal yang

diberikan guru pada tahap sebelumnya. Di tahap construction inilah makna

interlocked bekerja, yaitu memperbaiki atau menyambungkan hal-hal yang

dibuat oleh siswa. Pada tahap construction, kegiatan yang dapat dilakukan

siswa yaitu:

Mendaftar hal-hal yang relevan berdasarkan informasi atau situasi

masalah yang guru berikan guna sebagai komponen pembentuk soal.

Merumuskan, menyusun, mendesain soal/masalah berdasarkan

situasi yang guru berikan.

Membuat beberapa pertanyaan yang terkait dengan suatu hal yang

guru berikan.

Menulis dan melengkapi soal/masalah yang guru berikan.

3) Discussion

Setelah soal selesai dibuat, pada tahap discussion kemudian soal dievaluasi

dan dinilai berdasarkan kesesuaian soal terhadap informasi yang diberikan,

kalimat soal yang digunakan, serta pemecahan soal yang layak. Kegiatan

di tahap ini memerlukan bimbingan guru atau diskusi kelompok, karena

dibutuhkan saran untuk perbaikan soal. Pada tahap discussion, berbagai

kegiatan yang dapat dilakukan yaitu:

Mempresentasikan dan mendiskusikan soal/masalah yang telah

dibuat.

Bertukar soal dan mencoba memecahkan soal yang dibuat oleh

teman atau kelompok lain.

Memeriksa dan menemukan kesalahan dari soal yang dibuat oleh

teman atau kelompok lain.

Berdiskusi dengan kelompok untuk memeriksa soal/masalah yang

telah dibuat.

4) Development

Melanjutkan kegiatan pada tahap discussion, ditahap development, soal

diperbaiki bila dirasa membutuhkan perbaikan atau evaluasi, selanjutnya

akan dicari kemungkinan bagian soal (seperti kalimat, angka, kata, dan

sebagainya) yang berpotensi untuk memperbaiki atau mengembangkan

soal agar memiliki penyelesaian yang dapat dipecahkan. Pada tahap

development, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu:

Mengubah bagian soal (seperti kalimat, angka, kata, dan

sebagainya) yang dinilai perlu diperbaiki.

Menemukan kemungkinan potensi soal/masalah

Merumuskan kembali soal yang serupa sesuai dengan informasi

yang diberikan.

Menyusun kembali soal dari informasi yang diberikan.

5) Solution

Setelah soal dievaluasi pada tahap development, maka selanjutnya soal

akan dicari penyelesaiannya dan kesimpulan berdasarkan soal yang telah

dibuat oleh siswa. Pada tahap solution, kegiatan yang dapat dilakukan

yaitu:

Mendiskusikan pemecahan soal untuk menyelesaikannya.

Menyimpulkan hasil pemecahan soal berdasarkan informasi yang

diberikan.

Memberikan soal yang telah diperbaiki untuk dipecahkan oleh

teman.

Dalam penelitian ini, siswa diberikan penugasan problem posing dengan

mengajukan atau membuat soal untuk situasi masalah berdasarkan pengalaman

matematikanya yang telah mereka dapatkan. Untuk tahapan pembelajaran

problem posing, pada tahap accepting (menerima), siswa menerima masalah dan

memecahkan masalah tersebut bersama kelompoknya, setelah itu siswa diberi

situasi masalah sebagai acuan (ignition) untuk penugasan problem posing.

Lalu pada tahap challenging (menantang), barulah siswa mulai membuat

soal dengan cara membangun (construction), berdiskusi (discussion) dan

mengembangkan (development) serta menyelesaikan (solution) soal yang telah

mereka buat. Berikut penulis paparkan tahapan pendekatan pembelajaran

Interlocked Problem Posing pada Tabel 2.4 yang digunakan pada penelitian ini.

Tabel 2.5

Tahapan Pendekatan Pembelajaran Interlocked Problem Posing

Tahapan Kegiatan Pembelajaran

Accepting Ignition

Guru memberikan impuls seperti informasi, situasi masalah,

contoh, dan penjelasan materi

Challenging Construction

Siswa membuat atau melanjutkan soal/masalah berdasarkan

impuls yang diberikan

Discussion

Siswa berdiskusi atau bertukar soal dengan teman untuk

mengevaluasi soal yang telah dibuatnya

Development/Solution

Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menemukan

kesalahan soal dan memperbaiki soal

Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan soal

yang telah dibuat atau diperbaiki

3. Pembelajaran Konvensional

Istilah ―konvensional‖, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia salah satu

artinya yaitu tradisional.43

Dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa metode

pengajaran konvensional seperti metode ceramah, metode ekspositori, metode

latihan dan penugasan, metode demonstrasi, serta lain sebagainya yang pada

umumnya masih banyak berlaku pada sekolah-sekolah tertentu dan bersifat

teacher center (berpusat pada guru).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak sekolah terkait

metode pembelajaran yang digunakan, pembelajaran konvensional atau

pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah yaitu pembelajaran ekspositori.

Adapun langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran ekspositori dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut: 44

1. Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran.

2. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran

sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam langkah penyajian adalah penggunaan bahasa

yang komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara, kontak mata,

serta menjaga kelas agar tetap hidup.

3. Korelasi (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang

memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur

pengetahuan yang telah dimilikinya.

4. Menyimpulkan (generalization)

43

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus versi online/daring (dalam jaringan)

tersedia di http://kbbi.web.id/konvensional pada September 2016 44

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta; Kencana, 2008), h. 301

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari

materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan bisa dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu dengan mengulang kembali inti materi di

akhir bahasan, memberikan pertanyaan yang relevan dengan materi atau

dengan cara maping.

5. Mengaplikasikan (application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah

mereka menyimak penjelasan guru. Mengaplikasikan bisa dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu membuat tugas yang relevan atau dengan

memberikan tes yang sesuai dengan materi yang disajikan.

4. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan penelitian ini,

diantaranya:

1. Artikel ilmiah Osman Cankoy (2013) yang berjudul ―Interlocked Problem

Posing and Children’s Problem Posing Performance in Free Structured

Situations‖. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya penggunaan

pembelajaran Interlocked Problem Posing, soal yang dibuat siswa lebih

logis, dapat dipecahkan, dan lebih terstruktur dibandingkan pembelajaran

problem posing konvensional.

2. Artikel ilmiah Widha Nur Shanti dan Agus Maman Abadi (2015) yang

berjudul ―Keefektifan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing

dengan Settting Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika‖. Hasil

penelitian dua pembelajaran dengan setting kooperatif ini menunjukan

bahwa penggunaan pendekatan problem posing lebih efektif daripada

pendekatan problem solving. Hasil ini ditinjau dari ketercapaian standar

kompetensi, kemampuan berpikir kritis, dan kecerdasan emosional.

3. Artikel ilmiah Johana (2016) yang berjudul ―Pengaruh Pendekatan

Problem Posing Tipe Post Solution Terhadap Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematik Siswa‖. Hasil penelitian menunjukan bahwa

kemampuan penalaran generalisasi matematik siswa yang diajar dengan

pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution lebih tinggi daripada

pendekatan konvensional.

B. Kerangka Teoritik

Kemampuan penalaran kuantitatif merupakan suatu kemampuan bernalar

metematika pada suatu masalah nyata. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi

dengan suatu konteks masalah sehari-hari yang berisi informasi-informasi

kuantitatif.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran

kuantitatif pada penelitian ini diadopsi dari masing-masing elemen ketiga

progress variable pada penalaran kuantitatif yaitu Quantification Act (QA),

Quantitative Interpretation (QI), dan Quantitative Modelling (QM) dengan

indikator yang diukur berturut-turut adalah sebagai berikut:

1) Variation, yaitu siswa membandingkan, membedakan, dan

menghubungkan beberapa variabel pada konteks masalah.

2) Trends, yaitu siswa mengidentifikasi dan memberikan penjelasan

kuantitatif dari suatu kecenderungan suatu model (tabel/diagram) dalam

konteks masalah.

3) Create Model, yaitu siswa membuat sebuah model representasi suatu

masalah seperti tabel atau diagram .

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka dibutuhkan suatu

pembelajaran yang sesuai, yang dapat mendukung siswa dalam kegiatan bernalar

seperti mengidentifikasi variabel, menafsir kesimpulan, dan membuat model

matematika yang sesuai dengan konteks masalah. Dalam mendukung indikator-

indikator tersebut, penulis menggunakan pendekatan pembelajaran Interlocked

Problem Posing. Pendekatan pembelajaran Interlocked Problem Posing yang

digunakan yaitu dengan situasi membuat soal dari situasi masalah yang diberikan

oleh guru, yang dimana dalam penugasan membuat masalahnya, siswa diminta

menghubungkan beberapa informasi yang terdapat dalam situasi tersebut.

Untuk tahapan pembelajarannya, pada tahap accepting (menerima) yaitu

siswa menerima penjelasan materi dan diberi situasi masalah sebagai acuan

(ignition) untuk penugasan problem posing.

Lalu pada tahap challenging (menantang), barulah siswa mulai membuat

soal dengan cara membangun (construction), berdiskusi (discussion) dan

mengembangkan (development) serta menyelesaikan (solution) masalah yang

telah mereka buat, yang dimana pada membuat soalnya, siswa mengevaluasi dan

memperbaiki informasi soal atau masalah hingga menjadi soal yang dapat

diselesaikan.

Pada tahap Accepting (menerima) ini, siswa dilatih untuk mengidentifikasi

masalah guna menemukan variabel-variabel kuantitas pada masalah yang

diberikan pada fase ignation, yang dimana siswa diberikan situasi masalah yang

harus dilanjutkan. Memasuki tahap Challenging (tantangan), pada fase

construction, tiap siswa dalam kelompok diminta untuk menginterpretasikan

situasi dan menyambungkan beberapa informasi dari situasi masalah yang

diberikan guru, lalu dilanjut ke fase discussion, yang dimana siswa dapat

menganalisis soal atau masalah yang ditulis olehnya dan dilanjut pada fase

development/solution, yaitu siswa diminta untuk berdiskusi dengan kelompoknya

masing-masing untuk memperbaiki soal hingga siap untuk diselesaikan. Ditahap

ini memungkinkan siswa menggunakan konsep matematikanya untuk

menghubungkan variabel-variabel yang ada pada masalah, sehingga siswa secara

tidak langsung dapat mengidentifikasi kecenderungan suatu model dari situasi

masalah yang diberikan.

Secara ringkas gambaran penelitian yang akan dilakukan pada kelompok

eksperimen yang diberikan pendekatan pembelajaran Interlocked Problem Posing

dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

Pembelajaran

Interlocked Problem

Posing

Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Pembelajaran

Konvensional

Gambar 2.3 Kerangka Teoritik

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:

―Kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran Interlocked Problem Posing lebih tinggi daripada

kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional‖.

Ch

alle

ngi

ng

Ignition

Construction

Discussion

Solution

Development

No

Yes

Acc

ep

tin

g

QM (Create Model)

QA (Variation)

QI (Trends)

Penyajian

Korelasi

Menyimpulkan

Mengaplikasikan

Persiapan

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Ihsan yang beralamat di

jalan Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan pada

semester genap tahun ajaran 2016/2017, yaitu pada tanggal 29 Maret hingga 9

Mei 2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperimen atau biasa disebut eksperimen semu. Bedanya dengan eksperimen

murni, pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel yang paling

dominan.1 Penelitian ini dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti

menjadi dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan pemberian

pembelajaran Interlocked Problem Posing dan kelompok kontrol adalah

kelompok yang diberi perlakuan pemberian pembelajaran konvensional.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

yang tanpa menggunakan pre-test yaitu randomized post-test only control group

design artinya pengontrolan secara acak dengan tes hanya diakhir perlakuan.

Desain ini dipilih karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan kemampuan

penalaran kuantitatif diantara dua kelompok. Dengan demikian tidak

menggunakan skor pre test. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut:2

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-Test

R KE Y

R KK Y

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 59. 2 Ibid, h. 206.

Keterangan

R : Acak Kelas

KE : Kelompok eksperimen

KK : Kelompok kontrol

: Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan pemberian

pembelajaran Interlocked Problem Posing

: Perlakuan pada kelompok kontrol yaitu dengan pembelajaran

konvensional

: Tes kemampuan penalaran kuantitatif yang diberikan kepada kedua

kelompok

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan semua individu yang dapat memberikan data

atau informasi untuk suatu penelitian.3 Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang yang

terdaftar pada semester genap tahun ajaran 20016/2017.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan

tertentu yang akan diteliti.4 Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi

seluruh siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang. Populasi terdiri dari sekelompok

kelas, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random

Sampling5, yaitu pengambilan dua unit kelas (klaster) secara acak pada seluruh

populasi. Satu kelas dipilih secara acak sebagai kelompok eksperimen, sedangkan

satu kelas lagi dipilih secara acak sebagai kelompok kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian

tes yang dilakukan pada akhir pokok bahasan materi, yaitu pada bahasan Statistika

3 Kadir, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2015), h. 64. 4 Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 11, h. 10.

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit, h. 253.

dan Peluang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil tes akhir

berupa skor kemampuan penalaran kuantitatif kedua kelompok kelas yang diteliti,

yaitu skor kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran Interlocked Problem

Posing dan skor kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur kemampuan penalaran kuantitatif siswa, kelompok

eksperimen yang menerapkan pembelajaran interlocked problem posing dan

kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional menggunakan

instrumen berbentuk tes essay, yang dimana tiap soalnya mengacu pada indikator

dalam tiap komponen kemampuan penalaran kuantitatif yaitu variation, trends,

dan create model. Berikut adalah kisi-kisi instrumen tes kemampuan penalaran

kuantitatif yang disajikan dalam tabel:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Komponen

Penalaran

Kuantitatif

Indikator Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Indikator Soal Statistika

dan Peluang

Nomor

Soal

Quantification

Act Variation

Membandingkan,

membedakan, dan

menghubungkan

beberapa variabel pada

konteks masalah

Menghubungkan data

dengan permasalahan

nyata

3b

Membandingkan data

menggunakan persen

3a

Quantitative

Interpretation Trends

Kemampuan

mengidentifikasi

kecenderungan suatu

model

Menentukan penyebab

terjadinya kemiringan

suatu diagram garis

4

Menarik kesimpulan

dengan meninjau

kecenderungan diagram

5

Quantitative

Modeling Create Model

Kemampuan membuat

sebuah model

representasi suatu

konteks dan

mengaplikasikannya

dalam konteks

Membuat diagram yang

sesuai untuk konteks

peristiwa

2

Mengaplikasikan tabel

atau diagram untuk

menentukan ruang sampel

1

Untuk mengukur kemampuan penalaran kuantitatif, diperlukan rubrik

sebagai pedoman dalam pemberian skor untuk tiap jawaban siswa. Pedoman

penskoran pada penelitian ini dibuat berdasarkan kemungkinan-kemungkinan

jawaban siswa terhadap tes uraian yang diberikan, serta mengacu pada rubrik

Quantitative Reasoning Learning Proggression yang dikemukakan oleh Robert

Mayes dan James Myers.6 Berikut disajikan pedoman penskoran tes kemampuan

penalaran kuantitatif pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor Skor

Variation

(Quantitative Act)

Memberikan jawaban yang tepat dengan prosedur

perhitungan yang sesuai

3

Tidak memberikan jawaban tepat dengan prosedur

perhitungan yang hampir sesuai

2

Tidak memberikan jawaban tepat dan prosedur

perhitungan tidak sesuai

1

Tidak menjawab soal dan tidak memberikan alasan 0

Trends

(Quantitative

Interpretation)

Dapat menentukan kecenderungan model serta

memberikan penjelasan kuantitatif

3

Dapat menentukan kecenderungan model namun

belum memberikan penjelasan kuantitatif

2

Hanya dapat menentukan kecenderungan tanpa

suatu penjelasan

1

Tidak dapat menentukan kecenderungan model dan

tidak memberikan penjelasan

0

Create Model

(Quantitative

Modeling)

Dapat membuat model yang sesuai dengan konteks 3

Dapat membuat model namun belum sesuai

dengan konteks

2

Tidak dapat membuat model dengan suatu alasan 1

Tidak dapat membuat model dan tidak

memberikan alasan

0

6 Robert Mayes dan James Myers, Quantitative Reasoning in the Context of Energy and

Environment, (Rotterdam: Sense Publisher, 2014), h. 187-190.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Tujuan dari pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yaitu untuk

mengetahui kelayakan instrumen atau alat ukur kemampuan penalaran kuantitatif

dalam penelitian ini, serta sebagai syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang

valid dan reliabel.7 Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan beberapa pengujian

instrumen seperti uji validitas, reliabilitas, uji kesukaran, dan uji daya pembeda

pada instrumen.

1. Uji Validitas Instrumen

Untuk membuktikan apakah instrumen dapat mengukur

kemampuan penalaran kuantitatif maka dilakukan beberapa uji validitas

yaitu uji validitas isi dan uji validitas empiris.

a. Validitas isi

Validitas isi (content validity) pada penelitian ini yaitu pengujian

validitas yang dilakukan dengan membandingkan antara isi

instrumen dengan indikator kemampuan penalaran kuantitatif. Uji

validitas isi ini dilakukan dengan memberikan form penilaian kepada

para ahli matematika yaitu terdiri dari 3 dosen jurusan Pendidikan

Matematika dan 8 guru matematika. Metode perhitungan validitas isi

menggunakan CVR (Content Validity Ratio) dengan rumus sebagai

berikut:8

( ( ))

( )

Keterangan:

CVR : Content Validity Ratio (Rasio Validitas Isi)

ne : Jumlah penilai yang menyatakan butir soal esensial

N : Jumlah penilai

7 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 348.

8 C. H Lawshe, A Quantitative Approach to Content Validity, Personel Psychology, INC,

1975, h. 567-568

Validitas isi dengan metode CVR dilakukan pada tiap butir soal

dan menggunakan kriteria lawshe yang terdiri dari penilaian esensial

(E), tidak esensial (TE), dan tidak relevan (TR). Jika nilai CVR pada

butir soal tidak memenuhi nilai minimum CVR yang telah

ditentukan pada tabel nilai minimum CVR (tabel nilai minimum

CVR pada lampiran 21), maka soal tersebut tidak valid dan akan

dihilangkan atau diperbaiki sesuai saran ahli. Berikut disajikan hasil

uji validitas isi dengan metode CVR dari 11 orang ahli pada Tabel

3.4. (lampiran 9)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Isi dengan Metode CVR Instrumen Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Indikator

Kemampuan

Penalaran

Kuantitatif

No.

Soal E TE TR N

Nilai

CVR

Minimum

Skor Keterangan

Create Model

(QM)

2 10 0 1 11 0,90 0,59 Valid

3 9 2 0 11 0,78 0,59 Valid

Variation (QA)

1 8 2 1 11 0,63 0,59 Valid

4a 10 0 1 11 0,90 0,59 Valid

4b 8 1 2 11 0,63 0,59 Valid

Trends (QI) 5 8 2 1 11 0,63 0,59 Valid

6 8 1 2 11 0,63 0,59 Valid

b. Validitas empiris

Untuk menguji validitas empiris, instrumen terlebih dahulu

diujikan kepada 38 siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

Setelah skor tiap butir soal didapat, untuk mendapatkan nilai rhitung, skor

diolah menggunakan rumus korelasi product moment yaitu:

∑ (∑ )(∑ )

√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ )

]

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)

X : skor butir soal

Y : skor total

N : jumlah responden

Selanjutnya nilai dibandingkan dengan untuk dapat

diputuskan instrumen tersebut valid atau tidak pada taraf signifikansi 5%

dengan menetapkan degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk =

n – 2. Soal dikatakan valid jika , sedangkan soal

dikatakan tidak valid jika . Perhitungan uji validitas pada

penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS dengan hasil

rekapitulasi yang disajikan pada Tabel 3.5. (lampiran 11)

Tabel 3.5

Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Validitas Instrumen

Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Indikator Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Nomor

Soal

Validitas Keterangan

rhitung rtabel

Create Model (QM) 2 0,372 0,329 Valid

3 0,450 0,329 Valid

Variation (QA)

1 0,0 0,329 Tidak Valid

4a 0,723 0,329 Valid

4b 0,802 0,329 Valid

Trends (QI) 5 0,782 0,329 Valid

6 0,822 0,329 Valid

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji validitas empiris pada tabel 3.5,

terdapat 6 dari 7 butir soal kemampuan penalaran kuantitatif yang valid

yaitu nomor 2, 3, 4a, 4b, 5, dan 6. Serta 1 butir soal yang dinyatakan

tidak valid yaitu nomor 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keenam

butir soal yang dinyatakan valid dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan penalaran kuantitatif.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur

yang sama pula. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel

dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas ( ) .

Perhitungan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu

dengan rumus:9

(

)(

)

Dimana:

= koefisien reliabilitas

= jumlah butir soal

∑ = jumlah varian butir

= varian total

Perhitungaan uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan

perangkat lunak SPSS. Diperoleh nilai r11 adalah 0,730 yang didapati dari

6 butir soal yang valid. Ini berarti bahwa instrumen tes tersebut reliabel

dan dapat memberikan hasil ketetapan yang tinggi untuk mengukur

kemampuan penalaran kuantitatif. (lampiran 12)

3. Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran dilakukan untuk mengetahui soal-soal yang

sukar, sedang dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang dan

mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan

untuk menentukan tingkat kesukaran dari tiap butir soal adalah:10

9

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 90

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. 2 cet. 5, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2016), h.223

Keterangan:

= indeks kesukaran

= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

= jumlah seluruh siswa

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut:11

Tabel 3.6

Klasifikasi Taraf Kesukaran

Nilai Indeks Kesukaran (P) Keterangan

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Hasil perhitungan uji taraf kesukaran butir soal instrumen

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen

Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Indikator Nomor

Soal Nilai P Interpretasi

Create Model

(QM)

2 0,684 Sedang

3 0,789 Mudah

Variation (QA)

1 1,00 Mudah

4a 0,246 Sukar

4b 0,561 Sedang

Trends (QI) 5 0,351 Sedang

6 0,447 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh indeks kesukaran dari 6

butir soal kemampuan penalaran kuantitatif yang valid, diperoleh 1 soal

11

Suharsimi Arikunto, Op. cit, h.225.

dengan kategori mudah, 4 soal dengan kategori sedang, dan 1 soal

dengan kategori sukar.

4. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui

kemampuan suatu soal dalam membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.

Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai

berikut:12

Keterangan:

D = Indeks daya pembeda suatu butir soal

= Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

= Skor maksimum yang bisa diperoleh siswa kelompok atas

= Skor maksimum yang bisa diperoleh siswa kelompok bawah

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal

digunakan kriteria sebagai berikut13

:

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda (DP) Keterangan

Baik sekali

Baik

Cukup

Jelek

Negatif Soal dibuang

12

Suharsimi Arikunto, Op. cit, h. 226. 13

Suharsimi Arikunto, Op. cit, h. 232

Hasil perhitungan uji daya pembeda instrumen penelitian adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan

Penalaran Kuantitatif

Indikator Nomor Soal Nilai Dp Kriteria

Create Model

(QM)

2 0,20 Jelek

3 0,80 Baik sekali

Variation (QA)

1 0 Jelek

4a 0,27 Cukup

4b 1 Baik sekali

Trends (QI) 5 0,93 Baik sekali

6 1 Baik Sekali

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda dari 6 butir soal

instrumen kemampuan penalaran kuantitatif yang valid, diperoleh 1 soal

memiliki daya pembeda dengan kriteria baik sekali, 2 soal dengan

kriteria baik, dan 3 soal dengan kriteria jelek.

Berikut adalah hasil rekapitulasi uji coba instrumen tes kemampuan

penalaran kuantitatif yang disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Indikator Nomor

Soal CVR Validitas

Taraf

Kesukaran

Daya

Pembeda Keterangan

Create

Model

(QM)

2 Valid Valid Sedang Jelek Digunakan

3 Valid Valid Mudah Baik

Sekali Digunakan

Variation

(QA)

1 Valid Tidak

Valid Mudah Jelek

Tidak

Digunakan

4a Valid Valid Sukar Cukup Digunakan

4b Valid Valid Sedang Baik

Sekali Digunakan

Trends

(QI)

5 Valid Valid Sedang Baik

Sekali Digunakan

6 Valid Valid Sedang Baik

Sekali Digunakan

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji coba instrumen pada Tabel 3.11, penulis

menyimpulkan bahwa soal yang digunakan dalam posttest pada akhir penelitian

yaitu hanya 6 soal dari ketujuh soal tersebut, yaitu nomor 2, 3, 4a, 4b, 5, dan 6.

Dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,730 , maka keenam butir soal tersebut

memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi sehingga baik untuk digunakan untuk

mengukur kemampuan penalaran kuantitatif.

G. Teknik Analisis Data

Teknik pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu dengan

mengolah data yang telah diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas pembanding.

Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya untuk

menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Pengolahan data baik uji

prasyarat analisis seperti uji normalitas dan uji homogenitas, maupun uji hipotesis

dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for Social

Sciences).

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian

normalitas data hasil penelitian dengan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu

dengan menentukan D-hitung sebagai berikut:14

| |

Keterangan:

: selisih Z-tabel dan kumulatif proporsi pada batas atas

: selisih Z-tabel dan kumulatif proporsi pada batas bawah

Dalam penelitian ini, pengujian normalitas data menggunakan

One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Z yang terdapat dalam perangkat lunak

SPSS. Sebelum melakukan uji normalitas data, terlebih dahulu

menentukan hipotesis statistiknya yaitu sebagai berikut:

14 Kadir, Statistik Terapan, edisi kedua, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.147

- Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

- Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih, mengacu pada

nilai yang ditunjukan oleh Asymp. Sig. (2-tailed) untuk p-value pada

output yang dihasilkan dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai

berikut:15

Jika signifikansi (p-value) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak, yaitu

sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Jika signifikansi (p-value) > α (0,05) maka H0 diterima, yaitu

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah

varians kedua kelompok yang saling bebas (independent) homogen

atau tidak. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menghitung

nilai F dengan rumus sebagai berikut:16

Dengan ( ) dan ( ).

Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas data menggunakan

perangkat lunak SPSS. Sebelum melakukan pengujian ditetapkan

terlebih dahulu hipotesis statistikanya yaitu sebagai berikut :

H0 : σ12 = σ2

2 (varians kemampuan penalaran kuantitatif kedua

kelompok homogen).

H1 : σ12 σ2

2 (varians kemampuan penalaran kuantitatif kedua

kelompok tidak homogen).

Untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih, mengacu pada

nilai yang ditunjukan oleh Sig. pada output pada kolom Levene’s Tes

15 Ibid,. h.156

16

Ibid, h.162

for Equality of Variances dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai

berikut:

Jika signifikansi (p-value) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak, yaitu

varians nilai kemampuan penalaran kuantitatif kedua kelompok

tidak homogen.

Jika signifikansi (p-value) > α (0,05) maka H0 diterima, yaitu

varians nilai kemampuan penalaran kuantitatif kedua kelompok

homogen.

2. Uji Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uji prasyarat, diperoleh bahwa distribusi kedua kelompok

normal namun varians datanya tidak homogen. Untuk menguji kesamaan dua

rata-rata skor kemampuan penalaran kuantitatif antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol digunakan uji t untuk sampel tak homogen dengan

formula sebagai berikut:17

Dengan kriteria pengujian:

( )

Keterangan:

: rata-rata hasil tes kemampuan penalaran kuantitatif kelompok

eksperimen

: rata-rata hasil tes kemampuan penalaran kuantitatif kelompok kontrol

: varians kelompok eksperimen

: varians kelompok kontrol

: jumlah siswa kelompok eksperimen

: jumlah siswa kelompok kontrol

17

Ibid, h. 306

: ( )

: ( )

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis data menggunakan analisis

Independent Sample T Test yang terdapat pada perangkat lunak SPSS.

Karena populasi tidak homogen, maka hasil pengujian dilihat pada baris

Equal variances not assumed. Untuk memutuskan hipotesis dengan

menggunakan uji-t tersebut yaitu dengan mengacu pada nilai yang

ditunjukan Sig.(2-tailed) yang terletak pada baris Equal variances not

assumed.

3. Menentukan Proporsi Varians (effect size)

Populasi varians adalah ukuran mengenai besarnya pengaruh (effect

size) variabel perlakuan (bebas) terhadap kriterium (variabel tak bebas).

Effect size dapat dinyatakan sebagai koefisien determinasi (η2). Berikut

formula effect size:18

Keterangan:

t0 = t hitung

db = derajat bebas

Dengan kriteria effect size adalah sebagai berikut:19

- Efek kecil : 0,01 < η2

≤ 0,09

- Efek sedang : 0,09 < η2

≤ 0,25

- Efek besar : η2

> 0,25

4. Menentukan Kriteria Kemampuan Siswa

Kriteria kemampuan siswa ditentukan berdasarkan nilai rata-rata hasil

posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa dengan range 0 sampai 100.

Pengelompokan tersebut dibagi ke dalam lima kategori. Berikut adalah

18

Kadir, Op. Cit, h.296

19

Ibid,.

kriteria pengelompokan siswa pada penelitian ini yang disajikan pada Tabel

3.11.

Tabel 3.11

Kriteria Kemampuan Siswa20

Nilai Keterangan

80 – 100 Sangat Baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

30 – 39 Sangat Kurang

H. Perumusan Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik untuk pengujian kesamaan dua rata-rata skor kemampuan

penalaran kuantitatif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah

sebagai berikut:

H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2

H1 : 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan :

𝜇1 : rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantiatif siswa yang diajar dengan

pembelajaran interlocked problem posing.

𝜇2 : rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional.

20

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ed. Revisi, Cet. 6, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), h.245

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian mengenai pengaruh pembelajaran interlocked problem posing

terhadap kemampuan penalaran kuantitatif ini dilakukan di MTs Al-Ihsan

Pamulang. Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukan di dua kelas yang berbeda

yaitu kelas VII-1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII-2 sebagai

kelompok kontrol. Masing-masing kelompok terdiri dari 49 siswa baik kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari 21

siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan, sedangkan kelompok kontrol terdiri dari

25 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Informasi dasar mengenai sampel yang digunakan yaitu terdapat pada

profil kemampuan awal siswa yang disajikan pada Tabel 4.1. Data yang

digunakan untuk melihat kemampuan awal siswa adalah nilai matematika yaitu

nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) yang dilaksanakan pada semester genap

tahun ajaran 2016/2017. Tabel 4.1 memperlihatkan perbedaan kemampuan awal

siswa laki-laki dan siswa perempuan, serta perbedaan kognitif siswa pada

kelompok eksperimen maupun kontrol.

Tabel 4.1

Profil Kemampuan Awal Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N % gab N % gab

Laki-laki 21 43 68,05 68

25 51 64,52 64,75

Perempuan 28 57 67,96 24 49 65

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hingga tujuh pertemuan dengan

materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu statistika (penyajian data) dan

peluang. Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, kemudian pada pertemuan

terakhir dilanjutkan dengan pemberian tes kemampuan penalaran kuantitatif

(posttest) pada kedua kelompok. Enam soal tes kemampuan penalaran kuantitatif

tersebut sebelumnya telah diujicobakan di kelas VIII SMPN 3 Tangerang Selatan

dan telah dianalisis melalui beberapa uji seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji

taraf kesukaran soal, dan uji daya pembeda soal.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan

penalaran kuantitatif siswa setelah diberikan perlakuan yang berbeda dalam proses

pembelajarannya. Kemudian dilakukan pengujian prasyarat analisis dan uji

hipotesis menggunakan data yang telah didapat. Berikut disajikan data hasil

posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa pada kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol.

1. Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok Eksperimen

Berikut adalah data posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa

kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran interlocked problem

posing dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Frekuensi Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Eksperimen

Nilai Frekuensi Persen (%) Persen

Kumulatif

Valid

5,56 1 2,4 2,4

11,11 3 7,1 9,5

16,67 2 4,8 14,3

27,78 5 11,9 26,2

33,33 5 11,9 38,1

38,89 2 4,8 42,9

44,44 3 7,1 50,0

50,00 6 14,3 64,3

55,56 7 16,7 81,0

61,11 1 2,4 83,3

66,67 4 9,5 92,9

72,22 3 7,1 100,0

Total 42 100,0

Tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai paling banyak yang diperoleh

siswa kelompok eksperimen adalah 55,56 yaitu sebesar 81% (7 dari 42 siswa).

Nilai siswa terendah pada kelas eksperimen adalah 5,56 yaitu sebesar 2,4% (1

dari 42 siswa), sedangkan nilai tertinggi adalah 72,22 yaitu sebesar 7,1% (3

dari 42 siswa). Berikut adalah hasil perhitungan statistik deskriptif data hasil

posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang telah diolah

menggunakan perangkat lunak SPSS 20, yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Eksperimen

Hasil Statistik

Deskriptif Nilai

Jumlah Siswa 42

Rata-rata 43,39

Median 47,22

Modus 55,56

Standar Deviasi 18,49

Varians 342,13

Kemiringan (Skewness) -0,30

Kurtosis -0,77

Nilai Minimum 5,56

Nilai Maksimum 72,22

Jumlah Nilai 1822,25

Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh nilai rata-rata pada kelompok

eksperimen adalah 43,39. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata

sebanyak 42,9% (18 dari 42 siswa) dan siswa yang mendapat nilai diatas rara-

rata sebanyak 57,1% (24 dari 42 siswa). Pada kelompok eksperimen, siswa

yang mendapat nilai di atas rata-rata lebih banyak daripada siswa yang

mendapat nilai di bawah rata-rata. Hasil statistik juga menunjukan nilai

kemiringan (skewness) data posttest kelompok eksperimen tersebut adalah -

0,30 yang berarti miring negatif atau landai kiri.

Secara visual penyebaran data kemampuan penalaran kuantitatif

kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

Histogram Frekuensi Data Kemampuan Penalaran Kuantitatif pada

Kelompok Eksperimen

2. Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok Kontrol

Berikut adalah data posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa

kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran interlocked problem

posing dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Frekuensi Posttest Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Siswa Kelompok Kontrol

Nilai Frekuensi Persen (%) Persen

Kumulatif

Valid

11,11 8 20,0 20,0

16,67 6 15,0 35,0

22,22 3 7,5 42,5

27,78 8 20,0 62,5

33,33 6 15,0 77,5

38,89 1 2,5 80,0

44,44 4 10,0 90,0

50,00 3 7,5 97,5

55,56 1 2,5 100,0

Total 40 100,0

Tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai paling banyak yang diperoleh

siswa kelompok eksperimen adalah 11,11 dan 27,78. Nilai siswa terendah pada

kelas eksperimen adalah 11,11 yaitu sebesar 20% (8 dari 40 siswa), sedangkan

nilai tertinggi adalah 55,56 yaitu sebesar 2,5% (1 dari 40 siswa). Berikut adalah

hasil perhitungan statistik deskriptif data hasil posttest kemampuan penalaran

kuantitatif siswa kelompok kontrol yang telah diolah menggunakan perangkat

lunak SPSS 20, yang disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Statistik Deskriptif Posttest

Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok Kontrol

Hasil Statistik

Deskriptif Nilai

Jumlah Siswa 40

Rata-rata 27,49

Median 27,78

Modus 27,78a

Standar Deviasi 13,13

Varians 172,43

Kemiringan (skewness) 0,41

Kurtosis -0,82

Nilai Minimum 11,11

Nilai Maksimum 55,56

Jumlah Nilai 1099,99

Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh nilai rata-rata pada kelompok

kontrol adalah 27,49. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak

42,5% (17 dari 40 siswa) dan siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata

sebanyak 57,5% (23 dari 40 siswa). Pada kelompok kontrol, siswa yang

mendapat nilai di atas rata-rata lebih banyak daripada siswa yang mendapat

nilai di bawah rata-rata. Hasil statistik juga menunjukan nilai kemiringan

(skewness) data posttest kelompok kontrol tersebut adalah 0,41 yang berarti

miring positif atau landai kanan.

Secara visual penyebaran data kemampuan penalaran kuantitatif

kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Histogram Frekuensi Data Kemampuan Penalaran Kuantitatif pada

Kelompok Kontrol

3. Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Data posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menunjukan perbedaan pada kedua

kelompok. Berikut disajikan tabel perbandingan data kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 menunjukan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh kelompok

eksperimen yaitu 43,38 sedangkan kelompok kontrol yaitu 27,78. Hal ini

berarti bahwa kemampuan penalaran kuantitatif siswa pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (43,38 >

27,78) dengan selisih nilai sebesar 15,60. Selain itu berdasarkan nilai modus

antara kedua kelompok tersebut, didapati nilai modus pada kelompok

eksperimen lebih besar dibanding kelompok kontrol (55,56 > 11,11). Hal ini

berarti bahwa kemampuan penalaran kuantitatif tertinggi perorangan paling

banyak terdapat pada kelompok eksperimen, sedangkan kemampuan penalaran

kuantitatif terendah paling banyak terdapat pada kelompok kontrol.

Tabel 4.6

Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

Jumlah Siswa (N) 42 40

Nilai Minimum 5,56 11,11

Nilai Maksimum 72,22 55,56

Rata-rata 43,38 27,49

Median (Me) 47,22 27,78

Modus (Mo) 55,56 27,78

Standar Deviasi 18,49 13,13

Varians 342,13 172,42

Kemiringan (Skewness) -0,30 0,42

Keruncingan (Kurtosis) -0,78 -0,83

Jumlah Nilai 1822,25 1099,99

Dilihat berdasarkan penyebaran data kedua kelompok, terlihat bahwa

kelompok eksperimen memiliki persebaran nilai yang lebih bervariasi

dibanding dengan kelompok kontrol, dengan selisih nilai varians 169,70. Lalu

dapat dilihat juga melalui kemiringan (skewness) pada kedua kelompok.

Koefisien kemiringan pada kelompok eksperimen bernilai negatif (miring

negatif atau landai kiri), sedangkan pada kelompok kontrol bernilai positif

(miring positif atau landai kanan). Artinya, pada kelompok eksperimen

kecenderungan data mengumpul di atas rata-rata, sedangkan pada kelompok

kontrol kecenderungan data berada mengumpul di bawah rata-rata.

Secara visual perbedaan data pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen

yang menggunakan pembelajaran interlocked problem posing dengan kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.3

Diagram Boxplot Perbandingan Nilai Kemampuan Penalaran

Kuantitatif Siswa Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan pada Gambar 4.3, terlihat bahwa perbedaan nilai tes

kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Boxplot tersebut menjelaskan bahwa sebaran data nilai tes kemampuan

penalaran kuantitatif pada kelompok eksperimen mengumpul di nilai-nilai yang

tinggi, sedangkan pada kelompok kontrol mengumpul pada nilai-nilai yang

lebih rendah dari kelompok eksperimen. Lalu garis putus-putus boxplot pada

kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol, maka

dapat diartikan bahwa kelompok eksperimen memiliki median lebih tinggi

daripada median kelompok kontrol. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa

kecenderungan data pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada

kelompok kontrol.

4. Perbandingan Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Indikator

Indikator kemampuan penalaran kuantitatif pada penelitian ini terdiri

dari tiga indikator yaitu variation, trends, dan create model. Berikut adalah

skor kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang ditinjau dari tiap indikatornya yang disajikan pada abel

berikut.

Tabel 4.7

Deskriptif Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Indikator

No Indikator Skor

Maks

Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

Rata-

rata %

Rata-

rata %

1 Variation

(Quantitative Act) 6 1,452 24,20 0,475 7,92

2

Trends

(Quantitative

Interpretation)

6 2,905 48,42 1,975 32,92

3

Create Model

(Quantitative

Modeling)

6 3,452 57,53 2,50 41,67

Setiap indikator pada Tabel 4.7 diwakili oleh dua butir soal, sehingga

kedua kelompok memiliki skor maksimum yang sama yaitu 6. Tabel tersebut

menunjukan perbedaan skor tiap indikator kemampuan penalaran kuantitatif

siswa ditinjau dari tiga indikator kemampuan penalaran kuantitatif. Perbedaan

tersebut dapat terlihat dari skor rata-rata siswa yang didapat dengan cara

membagi total skor per indikator dengan jumlah siswa. Selanjutnya, persentase

indikator kemampuan didapat dengan membagi skor rata-rata dengan skor

maksimum kemudian dikalikan 100%.

Berdasarkan data pada Tabel 4.7, dalam menyelesaikan soal indikator

variation pada kelompok eksperimen, siswa hanya mampu memperoleh skor

dengan rata-rata 1,452 atau hanya 24,20% dari skor maksimal. Sedangkan pada

kelompok kontrol, siswa memperoleh skor dengan rata-rata 0,475 atau hanya

7,92% dari skor maksimal. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan penalaran

kuantitatif siswa kelompok eksperimen pada indikator variation lebih tinggi

daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain, siswa pada kelompok

eksperimen lebih baik dalam membandingkan, membedakan, dan

menghubungkan beberapa variabel dalam konteks masalah dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Selanjutnya, dalam menyelesaikan soal indikator trends pada

kelompok eksperimen, siswa hanya mampu memperoleh skor dengan rata-rata

2,906 atau hanya 48,42% dari skor maksimal. Sedangkan pada kelompok

kontrol, siswa memperoleh skor dengan rata-rata 1,975 atau hanya 32,92% dari

skor maksimal. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan penalaran kuantitatif

siswa kelompok eksperimen pada indikator trends lebih tinggi daripada

kelompok kontrol. Dengan kata lain, siswa pada kelompok eksperimen lebih

baik dalam mengidentifikasi dan memberikan penjelasan kuantitatif dari

kecenderungan suatu model dalam konteks masalah dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

Untuk indikator create model, dalam menyelesaikan soal indikator

tersebut pada kelompok eksperimen, siswa hanya mampu memperoleh skor

dengan rata-rata 3,452 atau hanya 57,53% dari skor maksimal. Sedangkan pada

kelompok kontrol, siswa memperoleh skor dengan rata-rata 2,50 atau hanya

41,67% dari skor maksimal. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan penalaran

kuantitatif siswa kelompok eksperimen pada indikator create model lebih

tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain, siswa pada kelompok

eksperimen lebih baik dalam membuat sebuah model representasi suatu

konteks dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Secara lebih jelas persentase skor kemampuan penalaran kuantitatif

siswa yang ditinjau dari tiap-tiap indikator pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol disajikan dalam diagram pada Gambar 4.4. Berdasarkan

diagram pada Gambar 4.4, terlihat jelas bahwa indikator create model pada

kedua kelompok memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan

indikator trends dan variation. Sehingga pembelajaran interlocked problem

posing pada penelitian ini dinilai lebih efektif dalam meningkatkan indikator

create model pada kemampuan penalaran kuantitatif. Sebaliknya, pembelajaran

interlocked problem posing pada penelitian ini cenderung kurang efektif dalam

meningkatkan indikator variation pada kemampuan penalaran kuantitatif.

Gambar 4.4

Persentase Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

B. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap data hasil posttest

adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan yaitu One-Sampel Kolmogorov-smirnov Z yang terdapat pada

perangkat lunak SPSS 20. Data yang digunakan dalam analisis data pada

penelitian ini adalah hasil jumlah skor yang didapat siswa dengan rentang 0

hingga 18. Adapun hasil perhitungan uji normalitas yang diperoleh pada

penelitian ini disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Penalaran Kuantitatif

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

N 42 40

Normal

Parametersa,b

Mean 7,81 4,95

Std. Deviation 3,32 2,36

Kolmogorov-Smirnov Z 0,90 0,91

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,38 0,36

24,2%

48,4%

57,5%

7,9%

32,9%

41,7%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Variation Trends Create Model

Pe

rse

nta

se

Indikator Kemampuan Kuantitatif

Kel.EksperimenKel. Kontrol

Hasil uji normalitas dengan uji kolmogorov-smirnov pada taraf

signifikasi α = 0,05 pada Tabel 4.8 menunjukan bahwa data skor hasil tes

kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol berdistribusi normal. Hal ini diperoleh dengan cara

membandingkan nilai Sig. skor kemampuan penalaran kuantitatif siswa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masing-masing memiliki

nilai 0,38 dan 0,36. Kedua nilai tersebut lebih besar daripada nilai α, sehingga

dapat disimpulkan bahwa data skor hasil tes kemampuan kuantitatif siswa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. (lampiran

17)

b. Uji Homogenitas

Uji prasyarat selanjutnya yaitu uji homogenitas. Pengujian

homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari

populasi yang variansnya sama (homogen) atau berasal dari populasi yang

berbeda (heterogen). Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji

levene, adapun hasil perhitungan uji homogenitas yang diperoleh pada

penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

F df1 df2 Sig.

6,366 1 80 0,014

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji homogenitas pada taraf signifikasi α

= 0,05. Pada penelitian ini diperoleh Sig. Levene statistic sebesar 6,366

dengan db1 = 1, db2 = 80, dan sig. (p-value) = 0,014. Dengan cara

membandingkan nilai signifikasi (p-value) dengan nilai α (0,014 < 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa data tes kemampuan penalaran

kuantitatif siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari

populasi yang berbeda (heterogen). (lampiran 18)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian normalitas dan homogenitas telah menunjukan bahwa skor

tes kemampuan penalaran kuantitatif pada kedua kelompok berdistribusi

normal dan varians kedua kelompok berbeda atau heterogen. Oleh karena

itu pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis Independent

Samples t Test yang terdapat pada aplikasi SPSS 20 dengan melihat data

pada baris Equal variances not assumed, karena varians data kedua kelompok

berbeda (heterogen). Hasil uji hipotesis disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed)

Skor Equal variances assumed 4,465 80 0,000

Equal variances not assumed 4,501 74,071 0,000

Hipotesis statistik:

H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2

H1 : 𝜇1 > 𝜇2

Berdasarkan data pada Tabel 4.10, terlihat bahwa hasil uji perbedaan

dua rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk

kemampuan penalaran kuantitatif menunjukkan untuk menolak 𝐻0 dan

menerima 𝐻1. Hal tersebut dikarenakan pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa

hitung dari data posttest adalah 4,501 dan nilai signifikansi 2 arah adalah

0,000, sehingga didapatkan signifikansi 1 arah nya adalah

.

Selanjutnya, nilai signifikansi 1 arah tersebut dibandingkan dengan nilai

𝛼=0.05. Berdasarkan nilai signifikansi 1 arah yang dihasilkan lebih kecil

dari nilai 𝛼 yang ditetapkan sebelumnya (0 < 0,050), sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan

penalaran kuantitatif kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata

nilai kemampuan penalaran kuantitatif kelompok kontrol. (lampiran 19)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran interlocked

problem posing berpengaruh terhadap kemampuan penalaran kuantitatif.

Adapun besar pengaruhnya sesuai dengan harga effect size yaitu sebesar 0,20.

Hal ini menunjukan bahwa ukuran mengenai besarnya pengaruh variabel bebas

(pembelajaran interlocked problem posing) terhadap variabel tidak bebas

(kemampuan penalaran kuantitatif) tergolong sedang. (lampiran 20)

3. Kriteria Kemampuan Siswa

Kriteria kemampuan siswa dihitung berdasarkan rata-rata dari jumlah

nilai pada hasil posttest kemampuan penalaran kuantitatif pada kedua

kelompok. Berikut disajikan tingkat kemampuan siswa pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Kriteria Kemampuan Penalaran Kuantitatif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Kriteria Kemampuan

Eksperimen 43,38 Rendah

Kontrol 27,49 Sangat Rendah

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan penalaran

kuantitatif siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran interlocked

problem posing lebih tinggi daripada yang diajarkan menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini berarti bahwa pembelajaran interlocked problem posing

mendukung peningkatan terhadap indikator kemampuan penalaran kuantitatif

siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Osman Cankoy (2013) yang

menunjukkan bahwa soal yang dibuat oleh siswa dengan pembelajaran

interlocked problem posing lebih logis (reasonable), dapat dipecahkan (solvable),

dan lebih terstruktur dibandingkan dengan pembelajaran problem posing

konvensional.1

Pembelajaran interlocked problem posing merupakan pembelajaran aktif

yang mengutamakan peran siswa dalam proses pembelajaran di kelas secara

kooperatif. Ditinjau dari setting pembelajarannya, penelitian ini serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widha Nur Shanti (2014) yang menunjukkan

1

Osman Cankoy, Interlocked Problem Posing and Children’s Problem Posing

Performance In Free Structured Situation, Jurnal Internasional Pendidikan Sains dan Matematika,

(National Science Council: Taiwan, 2013)

bahwa pendekatan problem posing dengan setting kooperatif lebih efektif dari

segi tes ketercapaian kompetensi, kemampuan berpikir kritis, dan kecerdasan

emosional dibandingkan dengan pendekatan problem solving.2

Perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berpengaruh terhadap indikator-indikator kemampuan

penalaran kuantitatif siswa. Berikut adalah hasil temuan yang dibuktikan dari

hasil posttest kemampuan penalaran kuantitatif siswa:

1. Indikator Variation

Temuan penelitian menunjukan bahwa indikator variation pada

kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol. Sebagai bukti, berikut adalah soal posttest nomor

3a yang mewakili indikator variation.

Soal nomor 3a

Jawaban siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang mewakili adalah sebagai berikut:

2 Widha Nur Shanti, “Keefektifan Pendekatan Problem Posing Dan Problem Solving

Dengan Setting Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Ketercapaian Standar

Kompetensi, Kemampuan Berpikir Kritis, Dan Kecerdasan Emosional Siswa”. Tesis Universitas

Negeri Yogyakarta, 2014, tidak dipublikasikan.

Kelompok Jawaban Soal Nomor 3a

Eksperimen

Kontrol

Gambar 4.5

Contoh Jawaban Posttest Siswa Indikator Variation

Gambar 4.5 membuktikan bahwa kedua kelompok telah mampu

menentukan nilai pendapatan penjualan motor berdasarkan data pada kedua

diagram pada soal. Hal ini membuktikan bahwa kedua kelompok telah dapat

menghubungkan beberapa variabel dalam konteks soal. Perbedaan yang

mendominasi antara jawaban siswa kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol adalah, siswa kelompok kontrol hanya mampu menentukan nilai

pendapatan penjualan motor sedangkan pada kelompok eksperimen, siswa

telah menentukan nilai kenaikan pendapatan per tahun dan mencoba untuk

membandingkan kenaikan pendapatan tersebut ke dalam bentuk persen

walaupun jawabannya salah. Sehingga siswa pada kelompok kontrol belum

dapat membandingkan beberapa variabel pada konteks soal.

Peneliti berasumsi bahwa siswa pada kelompok eksperimen dapat

membandingkan dan mengubungkan variabel dikarenakan pada saat

pembelajaran interlocked problem posing diterapkan, pada tahap discussion

dan development/solution siswa terbiasa menganalisis, memeriksa, dan

memperbaiki data dalam membuat soal, sehingga tahap discussion dan

development/solution dapat mengembangkan kemampuan penalaran

kuantitatif pada indikator variation. Berikut disajikan hasil kerja siswa pada

tahap development/solution:

Gambar 4.6

Hasil Diskusi dan Perbaikan Soal Siswa pada Tahap

Development/Solution

Sedangkan pada kelompok kontrol, pembelajaran konvensional yang

diterapkan yaitu pembelajaran ekspositori, dan kemampuan siswa dalam

menghubungkan dan membandingkan variabel didukung oleh kegiatan pada

saat siswa menerima penjelasan materi mengenai statistika, lalu

menyimpulkan materi pembelajaran. Berdasarkan kegiatan tersebut, namun

hasil yang didapat siswa kelompok kontrol tidak lebih baik dari kelompok

eksperimen.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Johana (2016) bahwa

kemampuan penalaran generalisasi matematik siswa pada indikator

menerapkan aturan yang telah ditemukan pada berbagai persoalan yang diajar

dengan pendekatan problem posing tipe post solution lebih tinggi daripada

siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.3

2. Indikator Trends

Temuan penelitian menunjukan bahwa indikator trends pada

kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol. Sebagai bukti, berikut adalah soal posttest nomor

5 yang mewakili indikator trends.

3 Johana, ―Pengaruh Pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Terhadap

Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematik Siswa”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016, h. 62-64, tidak dipublikasikan.

Soal nomor 5

Jawaban siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang mewakili adalah sebagai berikut:

Kelompok Jawaban Soal Nomor 5

Eksperimen

Kontrol

Gambar 4.7

Contoh Jawaban Posttest Siswa Indikator Trends

Gambar 4.7 membuktikan bahwa kedua kelompok telah dapat

menentukan kecenderungan dari diagram yang ada pada soal. Hal ini

membuktikan bahwa kedua kelompok telah dapat mengidentifikasi

kecenderungan suatu model. Namun, yang berbeda antara jawaban siswa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah, pada jawaban siswa

kelompok eksperimen siswa dapat memberikan argumen kuantitatifnya, yaitu

dengan melihat kecenderungan dari persentasenya yang lebih tinggi.

Perbedaan dalam memberikan argumen tersebut dikarenakan, pada

kelompok eksperimen menerapkan tahapan construction pada pembelajaran

interlocked problem posing. Dalam tahapan construction, siswa belajar

membuat soal matematika berdasarkan situasi yang mereka amati. Berikut

disajikan contoh hasil kerja siswa pada saat tahap construction:

No. Soal matematika yang dibuat siswa

1

2

3

Gambar 4.8

Soal Yang Dibuat Siswa pada Tahap Construction

Sedangkan pada kelompok kontrol, pembelajaran konvensional yang

diterapkan yaitu pembelajaran ekspositori, dan kemampuan siswa dalam

mengidentifikasi kecenderungan suatu model didukung oleh kegiatan pada

saat siswa menerima penjelasan materi mengenai statistika, lalu

mengaplikasikannya dengan cara mengerjakan latihan soal. Berdasarkan

kegiatan tersebut, namun hasil yang didapat siswa kelompok kontrol tidak

lebih baik dari kelompok eksperimen.

3. Indikator Create Model

Temuan penelitian menunjukan bahwa indikator trends pada

kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol. Sebagai bukti, berikut adalah soal posttest nomor

1 yang mewakili indikator create model.

Soal nomor 1

Jawaban siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang mewakili adalah sebagai berikut:

Kelompok Jawaban Soal Nomor 1

Eksperimen

Kontrol

Gambar 4.9

Contoh Jawaban Posttest Siswa Indikator Create Model

Gambar 4.7 membuktikan bahwa kedua kelompok telah mampu

membuat sebuah diagram atau sebuah tabel untuk mendeskripsikan ruang

sampel pada soal. Hal ini membuktikan bahwa kedua kelompok telah dapat

membuat sebuah model representasi untuk konteks soal yang diberikan.

Perbedaan yang nampak pada jawaban siswa kelompok kontrol adalah

diagram pohon yang dibuat belum sesuai dengan konteks yaang diminta yaitu

ruang sampel dari 2 koin, 1 dadu, dan 1 rubik tiga warna. Sedangkan pada

kelompok eksperimen, rata-rata siswa dapat membuat diagram pohon dengan

benar dan ada siswa yang menggunakan tabel sebagai penyelesaiannya.

Perbedaan tersebut dikarenakan, pada kelompok eksperimen

menerapkan tahapan ignition pada pembelajaran interlocked problem posing.

Dalam tahapan ignition, siswa mengamati dan menganalisis diagram-diagram

dan masalah yang belum mereka pelajari sebelumnya, sehingga siswa lebih

eksploratif memperoleh pengetahuan.

Gambar 4.10

Hasil Kerja siswa pada Tahap Ignition

Sedangkan pada kelompok kontrol, pembelajaran konvensional

yang diterapkan yaitu pembelajaran ekspositori, dan kemampuan siswa dalam

membuat sebuah model representasi suatu konteks didukung oleh kegiatan

pada saat siswa menerima penjelasan materi mengenai statistika, lalu

mengaplikasikannya dengan cara penugasan. Berdasarkan kegiatan tersebut,

namun hasil yang didapat siswa kelompok kontrol tidak lebih baik dari

kelompok eksperimen.

Uraian di atas menjelaskan perbedaan perlakuan yang diberikan kepada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menyebabkan perbedaan

kemampuan penalaran kuantitatif siswa. Hal ini disebabkan karena pada

kelompok eksperimen terbiasa untuk menganalisis situasi, membuat soal,

memperbaiki soal dan mengerjakan soal. Sedangkan kelompok kontrol juga

terbiasa dengan pemberian materi oleh guru, bertanya, menyimpulkan, dan

mengerjakan latihan soal atau mengaplikasikannya. Hal ini lah yang

menyebabkan kemampuan penalaran kuantitatif siswa kelompok eksperimen lebih

tinggi dibanding kelompok kontrol.

Selain itu, berdasarkan rata-rata skor siswa kelompok eksperimen,

pencapaian skor tertinggi diperoleh pada indikator create model dibandingkan

dengan indikator lainnya. Sedangkan pencapaian skor terendah diperoleh pada

indikator variation, diduga hal ini terjadi dikarenakan beberapa kendala pada

proses pembelajaran interlocked problem posing yang mempengaruhi indikator

tersebut. Namun selepas itu, pembelajaran interlocked problem posing dapat

membawa pengaruh pada kemampuan penalaran kuantitatif.

D. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan dan masih belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan

dalam penelitian ini agar didapatkan hasil yang optimal, tetapi masih ada

beberapa kendala yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini

mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Pada saat pembelajaran interlocked problem posing berlangsung, peneliti

harus lebih membimbing dan mengarahkan siswa dalam membuat soal

(construction) dan memperbaiki soal (development/solution) agar

pembelajaran berjalan lancar.

2. Penelitian ini hanya difokuskan pada bahasan materi Statistika dan

Peluang, sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.

3. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini (N=42) memiliki jumlah siswa

yang relatif banyak, sehingga peneliti cenderung kesulitan dalam

membimbing siswa dengan jumlah kelompok yang banyak.

4. Pengontrolan terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi

variabel pembelajaran interlocked problem posing dan kemampuan

penalaran kuantitatif siswa. Karena hasil penelitian dapat saja dipengaruhi

oleh variabel lain seperti minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar,

dan lain-lain yang tidak terkontrol.

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MTs Al-Ihsan Pamulang untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran interlocked problem posing terhadap

kemampuan penalaran kuantitatif pada materi statistika dan peluang diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran interlocked problem posing tergolong rendah. Pencapaian

kemampuan penalaran kuantitatif siswa mulai dari yang tertinggi hingga

terendah diperoleh pada indikator create model, trends dan variation.

2. Kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional tergolong sangat rendah. Pencapaian

kemampuan penalaran kuantitatif siswa mulai dari yang tertinggi hingga

terendah diperoleh pada indikator create model, trends dan variation.

3. Kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi

daripada kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran interlocked problem posing berpengaruh terhadap

kemampuan penalaran kuantitatif siswa (η2= 0,20) .

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penulis selama penelitian berlangsung, ada

beberapa saran dari penulis terkait dengan penelitian ini diantaranya:

1. Untuk guru yang hendak menggunakan pembelajaran interlocked

problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan

dapat mendesain pembelajaran dengan lebih baik sehingga

pembelajaran bisa selesai tepat waktu.

2. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan

penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang

meneliti tentang pembelajaran interlocked problem posing pada

74

pokok bahasan lain, mengukur aspek lain, atau jenjang sekolah yang

berbeda.

3. Peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan

pembelajaran interlocked problem posing disarankan memilih sampel

siswa dengan jumlah yang sesuai dan yang memiliki kemampuan awal

cukup baik serta kombinasi heterogen pembagian kelompok siswa

yang berkemampuan baik, sedang, dan kurang agar proses

pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.

75

DAFTAR PUSTAKA

AAC&U (Association of American Colleges and Universities).

Quantitative Literacy Value Rubric. tersedia di

https://www.bu.edu/provost/files/2013/08/AACU-Rubrics.pdf . pada 29 Juni

2016

Anisah, Zulkardi, dan Darmawijoyo. Pengembangan Soal Matematika

Model PISA Pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika

Universitas Sriwijaya. Vol. 5 No. 1. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Ed.1 cet. 5.

Jakarta: Rajawali Pers. 2016

Brown, Stephen I. dan Marion I. Walter, The Art of Problem Posing,

New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. 2005

Cankoy, Osman. Interlocked Problem Posing and Children’s Problem

Posing Performance In Free Structured Situation. Jurnal Internasional Pendidikan

Sains dan Matematika. National Science Council: Taiwan. 2013

Christou, C., et al. An Empirical Taxonomy of Problem Posing

Processes. ZDM Vol.37 (3). 2005

Ellis, Amy B. Patterns, Quantities, & Linear Functions, Mathematics

Teaching in The Middle School. vol.14 no.8, NCTM. 2009

Elrod, Susan. Quantitative Reasoning: The Next “Across Curriculum”

Movement. tersedia online di

(https://www.aacu.org/peerreview/2014/summer/elrod). diakses pada 22 Juni

2016

Fu‘adiah, Dzikra. Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau

dari Gender, Jurnal Pendidikan Matematika. Garut: STKIP Garut. 2015

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini, Perencanaan Dan Strategi

Pembelajaran Matematika. cet. Ke-2. Jakarta: PT Rajagrafindo persada. 2014

Johana. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution

Terhadap Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematika Siswa. Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah. 2016. Tidak dipublikasikan

Kadir. Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan

Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. vol.2. Jurusan Pendidikan Matematika: FITK UIN Jakarta. 2011

Kadir. Statistik Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rose Mata

Sampurna. 2010

Kadir, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2015

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kamus versi online/daring

(dalam jaringan) tersedia online di http://kbbi.web.id/kuantitas pada September

2016

Lampiran Permendikbud nomor.68 tentang Kerangka Dasar Dan

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. tahun

2013

Lawshe, C. H. A Quantitative Approach to Content Validity. Personel

Psychology INC. 1975

Mayes, Robert L., Franziska Peterson, dan Rachel Bonilla. Quantitative

Reasoning Learning Progressions for Environmental Science: Developing a

Framework. Artikel vol.6, Numeracy. 2013

Mayes, Robert L. , et al. Quantitative Reasoning Learning Progression:

The Matrix. Article 5. Vol. 7: Iss. 2. Numeracy. 2014

Mayes, Robert dan James Myers. Quantitative Reasoning in the Context

of Energy and Environment. Rotterdam: Sense Publishers. 2014

Mullis, Ina V.S., et al. TIMSS 2011 International Result in

Mathematics. Chestnut Hill: Boston College. 2012

Mullis, Ina V.S., et al. TIMSS 2015 International Result in

Mathematics. Tersedia di https://www.timss2015.org/download-center, pada 4

Januari 2017.

Napitupulu, E. Elvis. Peran Penalaran Dalam Pemecahan Masalah

Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika. 2008

NCTM. Principles and Standarts For School Mathematics. Reston:

NCTM. 2000

NICHE (Numeracy Infusion Course for Higher Education).

Quantitative Reasoning Learning Goals. tersedia di

http://serc.carleton.edu/NICHE/qr_learning_goals.html#partB. pada 4 September

2016

OECD. PISA 2015 Draft Mathematics Framework. OECD Publishing.

2013.

OECD. PISA 2015 Result: Excellence and Equity In Education. vol.1

Revised edition. OECD Publishing. 2016.

Riduwan, Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. 2013

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan PembelajaranTeori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

2011

Shadiq, Fadjar. Apa dan mengapa guru matematika harus menggunakan

teknik bertanya?. WI PPPPTK Matematika. di

http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Matematika/MgpTeknik%2

0Bertanya_fadjar%20sahdiq.pdf tersedia pada Agustus 2016

Shanti, Widha Nur. Keefektifan Pendekatan Problem Posing Dan

Problem Solving Dengan Setting Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika

Ditinjau Dari Ketercapaian Standar Kompetensi, Kemampuan Berpikir Kritis

Dan Kecerdasan Emosional. Tesis Universitas Negeri Yogyakarta. 2014. Tidak

dipublikasikan

Silva Evy Y., dkk. Pengembangan Soal Matematika Model PISA Pada

Konten Uncertainty Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Mengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika

Universitas Sriwijaya. Vol.5 No.1 . 2011

Silver dan Cai. An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle

School Students. Journal for research in Mathematics Education. vol.27. JSTOR.

1996

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif:

Dilegkapi dengan Perhitungan Manual dan SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.

2016

Siswono, Tatag Y.E. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam

Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model

Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Buletin pendidikan Matematika.

vol.6. Prodi Pend. Mat: FKIP UNPATTI Ambon. 2004

Smith, John P. dan P. W. Thompson, Quantitative Reasoning And The

Development of Algebraic Reasoning. dalam J. J. Kaput, D. W. Carraher & M.

L. Blanton (Eds.). Algebra In The Early Grades (pp. 95-132). New York:

Erlbaum. 2007

Sroyer, Agustinus. Penalaran Kuantitatif (Quantitative Reasoning)

dalam Pemecahan Masalah Matematika. Prosiding Seminar Nasional

Matematika. Jayapura: FKIP Universitas Cendrawasih. 2013

Sroyer, Agustinus. Pentingnya Quantitative Reasoning (QR) dalam

Problem Solving. Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret, vol.2. Program

Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Uncen. 2013

Steen, Lynn Arthur, et al. The Case for Quantitative Literacy. dalam L.

A. Steen (ed.), Mathematics and Democracy. USA: NCED. 2001

Stoyanova, Elena dan Nerida F.E. A Framework for Research into

Students’ Problem Posing in School Mathematics. Edith Cowan University. 1996

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2013

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. 2010

Sumarmo, Utari. Mathematical Problem Posing: Rasional, Pengertian,

Pembelajaran dan Pengukurannya. Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung &

Pascasarjana UPI. 2015

Thompson, Patrick W. A Theoretical Model of Quantity -Based

Reasoning in Arithmetic and Algebra. Makalah pada the Annual Meeting of the

American Educational Research Association di San Francisco. 1990

Weber, Eric. et al. 6 Principles for Quantitative Reasoning and

Modelling. Mathematics Teaching in The Middle School, vol.108 no.1. NCTM.

2014

Wikipedia. Kategori: Ilham, Matematika Murni dan Terapan, dan

Estetika. tersedia online di https://id.wikipedia.org/wiki/Matematika pada 4

September 2016

79

LAMPIRAN

80

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap

Mata Pelajaran : Matematika

Materi Pokok : Statistika dan Peluang

Alokasi Waktu : 7 pertemuan (7 x 80 menit)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.10 Menemukan peluang empirik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh

berdasarkan sekelompok data.

Indikator:

3.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

3.10.2 Menemukan konsep peluang suatu kejadian

3.10.3 Menentukan peluang dari suatu percobaan

3.11 Memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang,

diagram lingkaran, dan grafik garis

Indikator:

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

81

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram batang

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram garis

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

C. Tujuan Pembelajaran

Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta presentasi dalam

pembelajaran statistika ini diharapkan siswa memiliki tanggungjawab sosial dan

kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan mengembangkan pengetahuannya, serta

siswa mampu untuk:

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk grafik batang

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk grafik garis

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

3.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

3.10.2 Memahami konsep peluang suatu kejadian

3.10.3 Menggunakan konsep peluang pada suatu percobaan

D. Materi Ajar

1. Pengertian data

2. Pengumpulan data melalui wawancara, angket, observasi

3. Mengolah dan menyajikan data menggunakan tabel, grafik batang, grafik garis, dan

diagram lingkaran

4. Peluang empirik

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan pembelajaran:

Pembelajaran Interlocked Problem Posing

2. Metode pembelajaran:

Pemberian Lembar Kerja, Penugasan, Diskusi, Latihan soal

F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran

1. Buku Siswa Matematika Kelas VII

2. Worksheet atau Lembar Kerja (LKS)

3. Penggaris, alat tulis, jangka

4. Whiteboard dan spidol

82

G. Sumber Belajar

- _______. Mathematics: application and concepts. New York: McGraw-Hill. 2005.

- Sinaga, Bornok, dkk. Matematika Buku Guru Kelas VII SMP/MTs Edisi revisi.

Jakarta: Kemendikbud. 2013.

- Widyantini. Statistika SMP. Yogyakarta: P4TK Matematika. 2010.

- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester 2 edisi

Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-1 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data,

mengolah data, serta menyajikan data ke dalam bentuk

tabel

Guru memberikan situasi 1 yang terdapat pada LKS-1

Siswa mengamati data pada situasi 1

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

10’

83

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Tiap kelompok berdiskusi kembali untuk menjawab soal

yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

10’

10’

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal dan penugasan untuk tiap

5’

84

kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

Pertemuan Ke-2

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram batang

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-2 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk mengolah data serta

menyajikan data ke dalam bentuk diagram batang

Guru memberikan situasi 2 yang terdapat pada LKS-2

Siswa mengamati data pada situasi 2

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

10’

10’

85

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Tiap kelompok berdiskusi kembali untuk menjawab soal

yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

10’

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal dan penugasan untuk tiap

kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

Pertemuan Ke-3

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram garis

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

86

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-3 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk mengolah data serta

menyajikan data ke dalam bentuk diagram garis

Guru memberikan situasi 3 yang terdapat pada LKS-3

Siswa mengamati data pada situasi 3

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

10’

10’

10’

87

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Tiap kelompok berdiskusi kembali untuk menjawab soal

yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal dan penugasan untuk tiap

kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

Pertemuan Ke-4

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

88

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-4 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk mengolah data serta

menyajikan data ke dalam bentuk diagram lingkaran

Guru memberikan situasi 4 yang terdapat pada LKS-4

Siswa mengamati data pada situasi 4

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Tiap kelompok berdiskusi kembali untuk menjawab soal

10’

10’

10’

89

yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal dan penugasan untuk tiap

kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

Pertemuan Ke-5

4.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-5 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk memahami konsep ruang

sampel serta menemukan titik sampel pada suatu

percobaan menggunakan diagram pohon dan tabel

Guru memberikan situasi 5 yang terdapat pada LKS-5

Siswa mengamati data pada situasi 5

20’

90

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Setelah itu tiap kelompok berdiskusi kembali untuk

menjawab soal yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

10’

10’

10’

20’

91

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal untuk tiap kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

Pertemuan Ke-6

4.10.2 Menemukan konsep peluang suatu kejadian

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-6 ke setiap siswa

Guru membimbing siswa untuk menganalisis beberapa

pernyataan serta merumuskan besar peluang suatu

kejadian

Guru memberikan situasi 6 yang terdapat pada LKS-6

Siswa mengamati data pada situasi 6

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

10’

10’

92

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Setelah itu tiap kelompok berdiskusi kembali untuk

menjawab soal yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

10’

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal untuk tiap kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

93

Pertemuan Ke-7

4.10.3 Menentukan peluang dari suatu percobaan

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran

yang akan dilaksanakan

Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri

dari 4 siswa

5’

Tahapan Kegiatan Inti

Accepting Ignition

Guru memberikan LKS-7 ke setiap siswa

Guru membimbing semua kelompok untuk melakukan

percobaan 1 serta menganalisis hasil percobaan tersebut.

Guru memberikan situasi 7 yang terdapat pada LKS-7

Siswa mengamati data pada situasi 7

20’

Challenging Construction

Guru menugaskan tiap siswa untuk membuat beberapa soal

metematika berdasarkan situasi yang mereka amati

Tiap siswa mulai merumuskan dan menuliskan soal

Guru berkeliling dan mengontrol tiap siswa dalam

kelompok

Discussion

Masing-masing siswa saling bertukar LKS dengan teman

dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada kolom diskusi

Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah soal memiliki

jawaban yang logis?”

Jika siswa menjawab ya, siswa tersebut akan menjawab

soal temannya (Solution). Jika siswa menjawab tidak,

10’

10’

94

siswa tersebut meminta lembar lembar development yang

harus dikerjakan secara berkelompok

Development

Siswa mengumpulkan soal yang memiliki jawaban tidak

logis pada kolom yang tersedia

Tiap kelompok mendiskusikan dan mengidentifikasi

kesalahan tiap soal

Guru berkeliling untuk membimbing kelompok yang

menemukan kesulitan dalam menemukan kesalahan soal

Solution

Setelah itu tiap kelompok berdiskusi kembali untuk

menjawab soal yang telah diperbaiki

Kelompok mengumpulkan soal anggota kelompoknya dan

mempresentasikan soal yang telah mereka buat dan

perbaiki

Guru dan seluruh siswa mengonfirmasi soal dan jawaban

yang dipresentasikan

10’

20’

Tahapan Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari (refleksi)

Guru memberikan latihan soal untuk tiap kelompok

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

5’

I. Penilaian

- Teknik penilaian : Tes

- Bentuk Instrumen : Uraian sebagai berikut.

Pertemuan

ke- Soal

1 Berikut ini nilai ulangan matematika 30 siswa kelas VII di suatu SMP.

60 40 100 70 95 60

55 95 70 65 80 70

45 85 70 50 75 75

70 65 80 70 65 70

90 80 85 100 55 90

95

a. Dari data nilai matematika 30 siswa kelas VII SMP, buatlah tabel

frekuensi!

b. Berapa siswa yang mendapatkan nilai terendah?

c. Berapa selisih antara nilai terbesar dan terkecil?

d. Jika standar nilai ulangan matematika di SMP tersebut adalah 70.

Berapa persen siswa yang nilainya tuntas?

e. Jika nilai standar matematika adalah 65, berapa perbandingan siswa

yang berada di bawah dan di atas nilai standar?

f. Nilai berapakah yang paling banyak didapat oleh siswa kelas VII?

g. Di kelas tersebut akan dibuat suatu kelompok belajar matematika yang

ditiap kelompoknya terdiri dari satu tutor ahli. Jika siswa yang

ditunjuk menjadi tutor ahli adalah siswa mendapat nilai matematika ≥

90, maka berapa banyak kelompok belajar yang akan terbentuk?

h. Jika data diurutkan mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar,

maka berapa nilai siswa yang berada pada baris ke-8 dan baris ke-23?

i. Jika x adalah nilai siswa. Maka berapa jumlah x, jika x memenuhi 55 ≤

x < 85?

j. Menggunakan teknik apa dalam mendapatkan data tersebut?

2

1. Perhatikan diagram mengenai buku favorit temanku di atas!

a. Buku apa yang paling digemari oleh siswa laki-laki maupun

perempuan?

b. Berapa perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan dalam

kelas tersebut?

c. Jika diagram diubah ke dalam bentuk persen, gambarkanlah

diagram tersebut!

d. Berapa persen siswa laki-laki yang menyukai novel klasik?

96

2. Perhatikan diagram di atas!

a. Dalam semingu, berapa jam Ellen menjadi relawan di rumah

sakit?

b. Hari apa Ellen libur menjadi relawan?

c. Berapa jam per hari Ellen menjadi relawan di rumah sakit?

d. Berapa total jam Elen menjadi volunteer pada hari sabtu dan

minggu?

3 1. Perhatikan grafik garis mengenai penjualan es krim berikut.

a. Berapa selisih pendapatan penjualan es krim cone dan shake di

bulan Mei hingga Juni?

b. Berapa penurunan pendapatan terbesar es krim cone?

c. Bila ditotal, berapakah jumlah seluruh pendapatan dari hasil

penjualan kedua es krim dari bulai Mei – September?

d. Pada bulan apa dan berapa kenaikan terendah penjualan es krim

shake?

e. Berapa selisih rata-rata pendapatan dari penjualan es krim cone

dan shake?

Pen

da

pa

tan

ru

pia

h

(da

lam

ra

tusa

n

rib

u)

Bulan

97

2. Perhatikan diagram garis berikut ini.

4 1. Perhatikan diagram lingkaran berikut ini.

Berikut adalah diagram lingkaran mengenai negara wisatawan asing yang

berkunjung ke pulau Lombok.

a. Jika jumlah seluruh wisatawan asing yang berkunjung ke pulau

Lombok adalah 8.325 jiwa. Tentukanlah jumlah wisatawan yang

datang dari Hawaii dan New York!

b. Jika wisatawan dari Florida berjumlah 3.430 jiwa, maka berapakah

jumlah wisatawan yang berasal dari Texas?

c. Berapakah perbandingan wisatawan yang berasal dari California

dan New York?

d. Jika total wisatawan dari Texas dan Hawai adalah sebanyak 2.050

Jumlah Wisatawan Asing Lombok 2015

98

jiwa, tentukanlah selisih jumlah wisatawan Florida dan California?

e. Jika diagram tersebut dirubah ke dalam bentuk derajat, berapa

derajatkah sudut pusat untuk masing-masing wisatawan?

2. Perhatikan diagram berikut ini.

5 1. Seseorang memiliki 20 keping uang logam 1000 rupiah. Berapa ruang

sampel seluruh koin tersebut?

2. Tentukanlah ruang sampel sebuah koin dan sebuah dadu

menggunakan tabel atau diagram pohon!

3. Jika terdapat empat buah keping uang logam, tentukanlah ruang

sampelnya menggunakan diagram pohon!

4. Perhatikan gambar berikut.

Sebuah lempengan seperti pada gambar di diatas diputar. Berapa

ruang sampel dari lempengan tersebut?

5. Menu minuman hari ini di rumah makan minang adalah teh, kopi, dan

jus. Sedangkan menu makanan berupa nasi rendang, nasi ayam, nasi

ikan, dan nasi tunjang. Berapa banyak pilihan yang dapat dipesan oleh

pengunjung? Sajikan dalam diagram pohon atau tabel!

6 1. Pada permainan ular tangga sebelum memindahkan biji permainan

pemain terlebih dahulu melemparkan sebuah dadu bersisi enam satu

kali. Dari percobaan tersebut tentukanlah:

a. ruang sampelnya.

99

b. kejadian munculnya mata dadu 4.

c. kejadian munculnya mata dadu ganjil.

d. kejadian munculnya mata dadu genap

e. kejadian munculnya mata dadu lebih dari atau sama dengan 3.

2. Dalam sebuah klinik dokter spesialis kandungan terdapat enam pasang

suami-istri, jika dipilih dua orang secara acak dari ruangan tersebut,

tentukan peluang terpilihnya dua orang suami-istri tersebut!

3. Ahoy, Badu, Carli, dan Dido akan berfoto bersama secara

berdampingan. Hitung peluang Ahoy dan Carli selalu berdampingan!

7 1. Jika sebuah dadu dilempar 5 kali. Berapakah peluang mata dadu

muncul selalu ganjil?

2. Doddy dan Azri bermain kelereng sebanyak 32 kali. Hasilnya

seperti pada tabel berikut.

a. Berapa kali Doddy menang?

P(Doddy menang) = ..........

b. Berapa kali Azri menang?

P(Azri menang) = ..........

3. Berikut ini adalah daftar makanan kesukaan teman-temanmu satu

sekolah dan banyaknya temanmu yang menyukainya.

a) Berapakah banyak siswa seluruhnya?

b) L = siswa senang akan lompia

P(L) = .........

Makanan Banyak

Siswa

Keripik 40

Lompia 24

Bakso 125

Pisang Goreng 76

Tahu Goreng 55

Doddy menang //// //// //// //// //// /

Azri menang //// /

100

c) P = siswa senang makan pisang goreng

P(P) = .........

d) B = siswa senang makan bakso

P(B) = .........

e) C = siswa senang makan selain bakso

P(C) = .........

f) D = siswa senang makan selain tahu goreng

P(D) = .........

-Pedoman penilaian :

Tugas Ke-

Jawaban Skor Total skor

1 1. Menafsirkan data pada tabel a. Membuat tabel frekuensi b. 2 orang c. Selisihnya 55 d. 63,33% e. 22 : 6 f. 70 g. 6 Kelompok h. Ke-8= 65/ ke-23=85 i. 18 j. Observasi atau wawancara

15 7 8 10 10 7 10 10 15 8

100

2 1. Menafsirkan data pada diagram batang ganda a. Buku misteri b. 5 : 7 c. Membuat diagram Batang d. 26,66%

1. Menafsirkan data pada diagram batang a. 23 jam b. Rabu c. ± 3 jam d. 13 jam

10 10 20 10

10 10 20 10

100

3 1. Menafsirkan data pada diagram garis ganda a. Rp. 350.000 b. Rp. 300.000 pada bulan Agustus - September c. Rp. 7.150.000 d. Bulan September yaitu Rp. 50.000 e. Rp. 750.000

2. Menafsirkan data pada diagram lingkaran a. Rp. 240 b. Rp. 110

10 10 10 10 10

25 25

100

101

4 1. Menafsirkan data pada diagram lingkaran dalam persen a. 1.665 jiwa b. 1.372 jiwa c. 2 : 3 d. 3.280 e. NY= 54o ;Florida=180o ;California=36o ;Texas=72o

;Hawai=18o 2. Menafsirkan data pada diagram lingkaran dalam persen

a. b. Mobil yang terjual paling banayk di daerah Jakarta dan

yang paling sedikit di Palu. Dll.

10 10 10 10 10

25 25

100

5 1. Ruang sampel ada 1.048.576 2. Membuat tabel atau diagram pohon 3. S={AAAA, AAAG, AAGA, AAGG, AGAA, AGAG, AGGA,

AGGG, GAAA, GAAG, GAGA, GAGG, GGAA, GGAG, GGGA, GGGG}

4. Ruang sampel ada 8 5. Ada 8 pilihan menu. Membuat diagram pohon atau tabel

20 20 20

20 20

100

6 1. Pelemparan dadu a. S={1, 2, 3, 4, 5, 6} b. 2/3 c. ½ d. ½ e. 2/3

2. Peluangnya sebesar 1/3 3. 1/6

10 10 10 10 10 25 25

100

7 1. ½ x 5 = 5/2 2. a) 26 kali ; 13/16 . b) 6 kali; 3/16 3.

a. 320 orang b. 24/320 c. 76/320 d. 125/320 e. 75/320 f. 275/320

10 40

10 10 10 10 10 10

100

Mengetahui,

Guru Matematika Peneliti

Bambang Suprayogi, S. Pd Resti Amin Nurhaini

NIP. NIM. 1112017000017

102

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap

Mata Pelajaran : Matematika

Materi Pokok : Statistika

Alokasi Waktu : 7 pertemuan (7 x 80 menit)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.10 Menemukan peluang empirik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh

berdasarkan sekelompok data.

Indikator:

3.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

3.10.2 Menemukan konsep peluang suatu kejadian

3.10.3 Menentukan peluang dari suatu percobaan

3.11 Memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang,

diagram lingkaran, dan grafik garis

Indikator:

103

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram batang

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram garis

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

C. Tujuan Pembelajaran

Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta presentasi dalam

pembelajaran statistika ini diharapkan siswa memiliki tanggungjawab sosial dan

kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan mengembangkan pengetahuannya, serta

siswa mampu untuk:

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk grafik batang

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk grafik garis

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

3.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

3.10.2 Memahami konsep peluang suatu kejadian

3.10.3 Menggunakan konsep peluang pada suatu percobaan

D. Materi Ajar

1. Pengertian data

2. Pengumpulan data melalui wawancara, angket, observasi

3. Mengolah dan menyajikan data menggunakan tabel, grafik batang, grafik garis, dan

diagram lingkaran

4. Peluang empirik

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan pembelajaran:

Saintifik

2. Metode pembelajaran:

Ekspositori

F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran

1. Buku Siswa Matematika Kelas VII

2. Penggaris, alat tulis, jangka

3. Whiteboard dan spidol

104

G. Sumber Belajar

- Sinaga, Bornok, dkk. Matematika Buku Guru Kelas VII SMP/MTs Edisi revisi.

Jakarta: Kemendikbud. 2013.

- Widyantini. Statistika SMP. Yogyakarta: P4TK Matematika. 2010.

- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester 2 edisi

Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

3.11.1 Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

10’

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai pengumpulan data,

pengolahan data, serta penyajian data ke dalam

bentuk tabel.

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

105

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait penyajian data ke dalam tabel

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai penyajian data bentuk tabel

10’

Mengaplikasi Guru memberikan tiap siswa tugas untuk

mengumpulkan data mengenai teman sekelas

(seperti data nomor sepatu, tinggi badan, dan

lainnya) yang dapat disajikan ke dalam tabel

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

Pertemuan Ke-2

3.11.2 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram batang

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan 10’

106

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai pengolahan data serta

penyajian data ke dalam bentuk diagram batang.

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait penyajian data ke dalam diagram

batang

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

5’

10’

15’

10’

107

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai penyajian data bentuk diagram batang

10’

Mengaplikasi Guru memberikan tiap siswa tugas untuk

mengumpulkan data mengenai teman sekelas

(seperti data nomor sepatu, tinggi badan, dan

lainnya) yang dapat disajikan ke dalam diagram

batang

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

Pertemuan Ke-3

3.11.3 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram garis

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

10’

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai pengolahan data serta

penyajian data ke dalam bentuk diagram garis.

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

108

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait penyajian data ke dalam

diagram garis

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai penyajian data bentuk diagram garis

10’

Mengaplikasi Guru memberikan tiap siswa tugas untuk

mengumpulkan data mengenai teman sekelas

(seperti data nomor sepatu, tinggi badan, dan

lainnya) yang dapat disajikan ke dalam diagram

garis

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

109

Pertemuan Ke-4

3.11.4 Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram lingkaran

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

10’

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai pengolahan data serta

penyajian data ke dalam bentuk diagram

lingkaran.

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

110

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait penyajian data ke dalam

diagram lingkaran lingkaran

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai penyajian data bentuk diagram

lingkaran

10’

Mengaplikasi Guru memberikan tiap siswa tugas untuk

mengumpulkan data mengenai teman sekelas

(seperti data nomor sepatu, tinggi badan, dan

lainnya) yang dapat disajikan ke dalam diagram

lingkaran

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

111

Pertemuan Ke-5

4.10.1 Mengidentifikasi konsep ruang sampel suatu percobaan

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

10’

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai konsep ruang sampel

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

112

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait ruang sampel

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai konsep ruang sampel

10’

Mengaplikasi Guru memberikan tiap siswa tugas untuk

menemukan benda/hal yang dapat dicari ruang

sampelnya

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

Pertemuan Ke-6

4.10.2 Menemukan konsep peluang suatu kejadian

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

10’

113

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai peluang suatu kejadian

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait peluang

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai konsep peluang

10’

114

Mengaplikasi Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan

soal-soal terkait dengan konsep peluang

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

Pertemuan Ke-7

4.10.3 Menentukan peluang dari suatu percobaan

Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu

Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan

berdo’a

Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta

memeriksa kehadiran siswa

Guru menyampaikan tujuan dan prosedur

pembelajaran yang akan dilaksanakan

10’

Tahapan Kegiatan Inti Alokasi

Waktu

Penyajian Mengamati

Guru memberikan penjelasan materi dengan cara

demonstrasi mengenai peluang dari suatu

percobaan

Siswa mengamati penjelasan materi yang guru

berikan

20’

115

Korelasi Menanya

Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya

kepada siswa

Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak

dimengerti

Mengumpulkan Informasi

Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan

Siswa mencari informasi lain dari berbagai

referensi terkait peluang dari suatu percobaan

Mengasosiasi

Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Siswa mengerjakan latihan soal yang guru

berikan.

Mengomunikasikan

Salah satu siswa mempresentasikan hasil

jawabannya di depan kelas

Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.

5’

10’

15’

10’

Tahapan Kegiatan Penutup

Menyimpulkan Guru bersama siswa membuat kesimpulan

mengenai peluang pada suatu percobaan

10’

Mengaplikasi Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan

soal-soal terkait dengan peluang dari suatu

percobaan

Guru mengucapkan salam penutup pertemuan

I. Penilaian

- Teknik penilaian : Tes

- Bentuk Instrumen : Uraian sebagai berikut.

Pertemuan

ke- Soal

1 Berikut ini nilai ulangan matematika 30 siswa kelas VII di suatu SMP.

60 40 100 70 95 60

116

55 95 70 65 80 70

45 85 70 50 75 75

70 65 80 70 65 70

90 80 85 100 55 90

a. Dari data nilai matematika 30 siswa kelas VII SMP, buatlah tabel

frekuensi!

b. Berapa siswa yang mendapatkan nilai terendah?

c. Berapa selisih antara nilai terbesar dan terkecil?

d. Jika standar nilai ulangan matematika di SMP tersebut adalah 70.

Berapa persen siswa yang nilainya tuntas?

e. Jika nilai standar matematika adalah 65, berapa perbandingan siswa

yang berada di bawah dan di atas nilai standar?

f. Nilai berapakah yang paling banyak didapat oleh siswa kelas VII?

g. Di kelas tersebut akan dibuat suatu kelompok belajar matematika yang

ditiap kelompoknya terdiri dari satu tutor ahli. Jika siswa yang

ditunjuk menjadi tutor ahli adalah siswa mendapat nilai matematika ≥

90, maka berapa banyak kelompok belajar yang akan terbentuk?

h. Jika data diurutkan mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar,

maka berapa nilai siswa yang berada pada baris ke-8 dan baris ke-23?

i. Jika x adalah nilai siswa. Maka berapa jumlah x, jika x memenuhi 55 ≤

x < 85?

j. Menggunakan teknik apa dalam mendapatkan data tersebut?

2

1. Perhatikan diagram mengenai buku favorit temanku di atas!

a. Buku apa yang paling digemari oleh siswa laki-laki maupun

perempuan?

b. Berapa perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan dalam

kelas tersebut?

c. Jika diagram diubah ke dalam bentuk persen, gambarkanlah

diagram tersebut!

d. Berapa persen siswa laki-laki yang menyukai novel klasik?

117

2. Perhatikan diagram di atas!

a. Dalam semingu, berapa jam Ellen menjadi relawan di rumah

sakit?

b. Hari apa Ellen libur menjadi relawan?

c. Berapa jam per hari Ellen menjadi relawan di rumah sakit?

d. Berapa total jam Elen menjadi volunteer pada hari sabtu dan

minggu?

3 1. Perhatikan grafik garis mengenai penjualan es krim berikut.

a. Berapa selisih pendapatan penjualan es krim cone dan shake di

bulan Mei hingga Juni?

b. Berapa penurunan pendapatan terbesar es krim cone?

c. Bila ditotal, berapakah jumlah seluruh pendapatan dari hasil

penjualan kedua es krim dari bulai Mei – September?

d. Pada bulan apa dan berapa kenaikan terendah penjualan es krim

shake?

e. Berapa selisih rata-rata pendapatan dari penjualan es krim cone

dan shake?

Pen

da

pa

tan

ru

pia

h

(da

lam

ra

tusa

n

rib

u)

Bulan

118

2. Perhatikan diagram garis berikut ini.

4 1. Perhatikan diagram lingkaran berikut ini.

Berikut adalah diagram lingkaran mengenai negara wisatawan asing yang

berkunjung ke pulau Lombok.

a. Jika jumlah seluruh wisatawan asing yang berkunjung ke pulau

Lombok adalah 8.325 jiwa. Tentukanlah jumlah wisatawan yang

datang dari Hawaii dan New York!

b. Jika wisatawan dari Florida berjumlah 3.430 jiwa, maka berapakah

jumlah wisatawan yang berasal dari Texas?

c. Berapakah perbandingan wisatawan yang berasal dari California

dan New York?

d. Jika total wisatawan dari Texas dan Hawai adalah sebanyak 2.050

Jumlah Wisatawan Asing Lombok 2015

119

jiwa, tentukanlah selisih jumlah wisatawan Florida dan California?

e. Jika diagram tersebut dirubah ke dalam bentuk derajat, berapa

derajatkah sudut pusat untuk masing-masing wisatawan?

2. Perhatikan diagram berikut ini.

5 1. Seseorang memiliki 20 keping uang logam 1000 rupiah. Berapa ruang

sampel seluruh koin tersebut?

2. Tentukanlah ruang sampel sebuah koin dan sebuah dadu

menggunakan tabel atau diagram pohon!

3. Jika terdapat empat buah keping uang logam, tentukanlah ruang

sampelnya menggunakan diagram pohon!

4. Perhatikan gambar berikut.

Sebuah lempengan seperti pada gambar di diatas diputar. Berapa

ruang sampel dari lempengan tersebut?

5. Menu minuman hari ini di rumah makan minang adalah teh, kopi, dan

jus. Sedangkan menu makanan berupa nasi rendang, nasi ayam, nasi

ikan, dan nasi tunjang. Berapa banyak pilihan yang dapat dipesan oleh

pengunjung? Sajikan dalam diagram pohon atau tabel!

6 1. Pada permainan ular tangga sebelum memindahkan biji permainan

pemain terlebih dahulu melemparkan sebuah dadu bersisi enam satu

kali. Dari percobaan tersebut tentukanlah:

a. ruang sampelnya.

120

b. kejadian munculnya mata dadu 4.

c. kejadian munculnya mata dadu ganjil.

d. kejadian munculnya mata dadu genap

e. kejadian munculnya mata dadu lebih dari atau sama dengan 3.

2. Dalam sebuah klinik dokter spesialis kandungan terdapat enam pasang

suami-istri, jika dipilih dua orang secara acak dari ruangan tersebut,

tentukan peluang terpilihnya dua orang suami-istri tersebut!

3. Ahoy, Badu, Carli, dan Dido akan berfoto bersama secara

berdampingan. Hitung peluang Ahoy dan Carli selalu berdampingan!

7 1. Jika sebuah dadu dilempar 5 kali. Berapakah peluang mata dadu

muncul selalu ganjil?

2. Doddy dan Azri bermain kelereng sebanyak 32 kali. Hasilnya

seperti pada tabel berikut.

a. Berapa kali Doddy menang?

P(Doddy menang) = ..........

b. Berapa kali Azri menang?

P(Azri menang) = ..........

3. Berikut ini adalah daftar makanan kesukaan teman-temanmu satu

sekolah dan banyaknya temanmu yang menyukainya.

a) Berapakah banyak siswa seluruhnya?

b) L = siswa senang akan lompia

P(L) = .........

Makanan Banyak

Siswa

Keripik 40

Lompia 24

Bakso 125

Pisang Goreng 76

Tahu Goreng 55

Doddy menang //// //// //// //// //// /

Azri menang //// /

121

c) P = siswa senang makan pisang goreng

P(P) = .........

d) B = siswa senang makan bakso

P(B) = .........

e) C = siswa senang makan selain bakso

P(C) = .........

f) D = siswa senang makan selain tahu goreng

P(D) = .........

- Pedoman penilaian:

Tugas Ke-

Jawaban Skor Total skor

1 1. Menafsirkan data pada tabel a. Membuat tabel frekuensi b. 2 orang c. Selisihnya 55 d. 63,33% e. 22 : 6 f. 70 g. 6 Kelompok h. Ke-8= 65/ ke-23=85 i. 18 j. Observasi atau wawancara

15 7 8 10 10 7 10 10 15 8

100

2 1. Menafsirkan data pada diagram batang ganda a. Buku misteri b. 5 : 7 c. Membuat diagram Batang d. 26,66%

a. Menafsirkan data pada diagram batang 1. 23 jam 2. Rabu 3. ± 3 jam 4. 13 jam

10 10 20 10

10 10 20 10

100

3 1. Menafsirkan data pada diagram garis ganda a. Rp. 350.000 b. Rp. 300.000 pada bulan Agustus - September c. Rp. 7.150.000 d. Bulan September yaitu Rp. 50.000 e. Rp. 750.000

2. Menafsirkan data pada diagram lingkaran a. Rp. 240 b. Rp. 110

10 10 10 10 10

25 25

100

122

4 1. Menafsirkan data pada diagram lingkaran dalam persen a. 1.665 jiwa b. 1.372 jiwa c. 2 : 3 d. 3.280 e. NY= 54o ;Florida=180o ;California=36o ;Texas=72o

;Hawai=18o 2. Menafsirkan data pada diagram lingkaran dalam persen

a. b. Mobil yang terjual paling banayk di daerah Jakarta dan

yang paling sedikit di Palu. Dll.

10 10 10 10 10

25 25

100

5 1. Ruang sampel ada 1.048.576 2. Membuat tabel atau diagram pohon 3. S={AAAA, AAAG, AAGA, AAGG, AGAA, AGAG, AGGA,

AGGG, GAAA, GAAG, GAGA, GAGG, GGAA, GGAG, GGGA, GGGG}

4. Ruang sampel ada 8 5. Ada 8 pilihan menu. Membuat diagram pohon atau tabel

20 20 20

20 20

100

6 1. Pelemparan dadu a. S={1, 2, 3, 4, 5, 6} b. 2/3 c. ½ d. ½ e. 2/3

2. Peluangnya sebesar 1/3 3. 1/6

10 10 10 10 10 25 25

100

7 1. ½ x 5 = 5/2 2. a) 26 kali ; 13/16 . b) 6 kali; 3/16 3.

a. 320 orang b. 24/320 c. 76/320 d. 125/320 e. 75/320 f. 275/320

10 40

10 10 10 10 10 10

100

Mengetahui,

Guru Matematika Peneliti

Bambang Suprayogi, S. Pd Resti Amin Nurhaini

NIP. NIM. 1112017000017

123

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Statistika (penyajian data)

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 1 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menginterpretasikan

penyajian data bentuk tabel

● ● ●

Indikator 3.11.1:

Menginterpretasikan penyajian data bentuk tabel

Lampiran 5

124

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai data dan statistika di bawah!

A. Data dan Statistika

Data merupakan keterangan, informasi, atau fakta tentang sesuatu permasalahan. Data

dapat berupa angka (disebut data kuantitatif) atau berupa kata-kata (data kualitatif).

Statistika adalah ilmu yang yang mempelajari cara-cara mengumpulkan, mengolah, dan

menyajikan data serta pengambilan kesimpulan.

B. Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1) Wawancara, merupakan cara memperoleh data dengan menanyakan langsung ke

setiap responden.

2) Angket, adalah cara memperoleh data dengan meminta objek untuk mengisi

lembaran yang berisi Daftar Soal yang Diperbaiki pertanyaan atau pernyataan

tentang topik yang diteliti.

3) Observasi, adalah cara memperoleh data melalui pengamatan langsung terhadap objek

yang sedang diteliti.

Perhatikan pengumpulan data di bawah ini.

1) Kumpulkan data mengenai __________ siswa kelas VII-1.

C. Pengolahan Data

Data ukuran sepatu yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara diurutkan atau

dikelompokan berdasarkan kesamaan informasi.

2) Kemudian data mengenai ________________ diolah dengan cara diurutkan.

Data kuantitatif apa saja yang dapat kamu peroleh di kelasmu

dengan cara wawancara?

Nilai siswa Ukuran sepatu

ACCEPTING

125

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

D. Penyajian Data

Setelah data diolah, maka data masih belum dapat memberikan informasi yang lengkap,

apabila belum disajikan dengan benar. Agar data mempunyai makna, maka data harus

disajikan dalam berbagai bentuk penyajian. Secara umum, ada 2 cara penyajian data yang

sering digunakan, yaitu dengan tabel dan grafik/diagram. Berikut dijelaskan penyajian data

menggunakan tabel.

TABEL

Menyajikan data menggunakan tabel atau Daftar Soal yang Diperbaiki merupakan dasar

suatu pengumpulan data. Penyajian dengan menggunakan tabel terdapat beberapa macam

bentuk yaitu:

a) Tabel baris kolom

Contoh:

Tabel 1. Penjualan mobil perusahaan X

b) Tabel kontingensi

Contoh:

Tabel 2. Jumlah siswa menurut jenis

kelamin

c) Tabel distribusi frekuensi

Contoh:

Tabel 3. Nilai ulangan siswa kelas 7B

3) Setelah data diolah, data disajikan ke dalam bentuk tabel frekuensi.

Tabel 1. ______________________

Frekuensi

Frekuensi

127

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 1 di bawah ini!

SITUASI 1

Data pada tabel 2 menunjukan data persentase jumlah siswa MTs Al-Ihsan 2013-2016.

Tabel 2

Persentase Jumlah Siswa MTs Al-Ihsan 2013-2016

Kelas 2013 2014 2015 2016

VII (tujuh) 30% 29% 35% 36%

VIII (delapan) 38% 34% 28% 35%

IX (sembilan) 32% 37% 37% 29%

construction

Buatlah soal dengan cara melengkapi soal matematika di bawah berdasarkan data pada

situasi 1 tersebut!

1. Jika jumlah seluruh siswa MTs Al-Ihsan pada tahun _____ adalah

sebanyak ____ siswa, berapa jumlah siswa kelas VII dan kelas IX pada

tahun tersebut?

2.

3.

challenging

128

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

129

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 1 – Menginterpretasi tabel

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

1) 3) _______________________________

2) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

130

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

131

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Statistika (penyajian data)

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 2 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menginterpretasikan

penyajian data bentuk diagram batang

● ● ●

Indikator 3.11.2:

Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram

batang

132

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai penyajian data menggunakan diagram!

DIAGRAM

A. Diagram Batang

Diagram batang atau bisa juga disebut grafik batang merupakan penyajian data

yang dapat membandingkan data menggunakan batangan-batangan untuk

merepresentasikan kuantitas atau banyaknya data.

MEMBUAT DIAGRAM BATANG

Perhatikan data pada tabel yang menunjukan jumlah barang swalayan A!

Daftar Soal yang Diperbaiki Jumlah Barang Swalayan α

Jenis Barang Jumlah

Makanan 25

Minuman 35

Obat-obatan 10

Peralatan Mandi 20

Perlengkapan Bayi 10

1) Gambarlah garis sumbu berserta kategorinya. Lalu pilih kategori __________

untuk sumbu vertikal dan ___________ untuk sumbu horizontal, sehingga

data pada tabel dapat dibentuk ke dalam diagram batang.

2) Gambarlah batang untuk tiap-tiap kategori sesuai dengan data pada tabel.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Makanan Minuman Obat-obatan Peralatan Mandi Peralatan Bayi

Jumlah Barang Swalayan α

ACCEPTING

133

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 2 di bawah ini!

SITUASI 2

Construction

Lengkapi dan buatlah minimal 2 soal matematika berdasarkan data SITUASI 2 tersebut! (tulis

soal pada kolom yang tersedia)

1 Jika seorang karyawan bekerja selama ___ jam pada tahun 1994, sembako apa saja yang dapat diperoleh oleh karyawan tersebut?

2

3

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2 kg telur

5 kg gula

500 gr kopi

4 liter minyak

5 kg beras

waktu bekerja (jam)

SEMBAKO KARYAWAN BERDASARKAN WAKTU BEKERJA

PADA TAHUN 1994 DAN 2004

2004

1994

challenging

134

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

135

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 2 – Menginterpretasi diagram batang

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

4) 3) _______________________________

5) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

136

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

137

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Statistika (penyajian data)

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 3 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menginterpretasikan

penyajian data bentuk diagram garis

● ● ●

Indikator 3.11.3:

Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram

garis

138

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai penyajian data menggunakan diagram garis!

B. Diagram Garis

Diagram garis atau bisa juga disebut grafik garis merupakan penyajian data

yang hampir mirip dengan diagram batang. Dalam membuatnya kita

membutuhkan dua sumbu seperti pada diagram batang. Untuk memahami

teknik penyajian data dengan menggunakan diagram garis, ikutilah kegiatan

pembelajaran selanjutnya.

MEMBUAT DIAGRAM GARIS

Perhatikan data pada tabel berikut ini!

Data Pengunjung dan Tiket Masuk Musium Fatahilah Tahun 2016

Bulan Jumlah

Pengunjung Harga Tiket

Januari 170 Rp. 4.000,00

Februari 240 Rp. 4.000,00

Maret 250 Rp. 4.000,00

April 210 Rp. 4.000,00

Mei 280 Rp. 4.800,00

Juni 350 Rp. 4.800,00

1) Buatlah suatu bidang koordinat yang terdiri dari sumbu vertikal dan horizontal.

2) Tulislah kategori untuk sumbu horizontal yang menunjukan ____________ dan

sumbu vertikal menunjukan ____________ , sehingga data pada tabel dapat

dibentuk ke dalam diagram garis.

3) Gambarlah titik koordinat sesuai kategori yang kalian tentukan, lalu hubungkan

titik-titik koordinat tersebut pada gambar 1 di bawah!

4) Berilah judul pada diagram garis tersebut!

Gambar 1

500

550

600

650

700

750

800

850

900

950

1000

1050

1100

Januari Februari Maret April Mei Juni

Pen

juala

n T

iket

(dala

m

ratu

san

rib

u)

ACCEPTING

139

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 3 di bawah ini!

SITUASI 3

Construction

Buatlah minimal 2 soal matematika berdasarkan data pada SITUASI 3 tersebut! (tulis soal

pada kolom yang tersedia)

1

2

400.000

450.000

500.000

550.000

600.000

650.000

700.000

1 2 3 4

Ru

pia

h

minggu ke-

Perbedaan Honor Pegawai PT. JNNE

dan PT. KITI

PT JNNE

PT KITI

challenging

140

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

3

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

3. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

4. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

141

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 3 – Menginterpretasi diagram garis

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

7) 3) _______________________________

8) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

142

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

143

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Statistika (penyajian data)

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 4 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menginterpretasikan

penyajian data bentuk diagram

lingkaran

● ● ●

Indikator 3.11.4:

Menginterpretasikan penyajian data bentuk diagram

lingkaran

144

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati penyajian data menggunakan diagram lingkaran!

C. Diagram Lingkaran

Penyajian data menggunakan diagram lingkaran berguna untuk membandingkan data

dengan menggunakan jumlah tiap-tiap bagian sebagai proporsi untuk menunjukan

hubungan antara bagian data dengan keseluruhannya.

MEMBUAT DIAGRAM LINGKARAN

Perhatikan data pada tabel berikut ini !

Jumlah Produksi Mobil BMW Tahun 2015

Jenis Mobil

Frekuensi Sudut Pusat Lingkaran

Tipe 1 50 unit

Tipe 2 60 unit

Tipe 3 30 unit

Tipe 4 20 unit

Tipe 5 40 unit

TOTAL

1) Tentukanlah sudut pusat lingkaran untuk tiap-tiap jenis mobil pada tabel di atas.

2) Gambarlah sebuah lingkaran, kemudian buatlah juring-juring dengan sudut pusat

yang telah ditentukan pada lingkaran yang ada pada gambar 1 di bawah.

3) Namai juring sesuai dengan besar sudut pusatnya.

Gambar 1

18o

ACCEPTING

145

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 4 di bawah ini!

SITUASI 4

Construction Buatlah minimal 2 soal matematika berdasarkan data pada SITUASI 4 tersebut!

1

2

3

Sepak

Bola; 25%

Menyayi;

43,75%

Melukis;

12,5%

Berenang;

18,75%

Hobi Siswa Kelas 7-1

challenging

Ayo membuat soal

146

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

147

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 4 – Menginterpretasi diagram lingkaran

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

10) 3) _______________________________

11) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

148

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

149

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Peluang Empirik

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 5 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menentukan ruang sampel

suatu percobaan

● ● ●

Indikator 3.10.1:

Mengidentifikasi konsep ruang sampel

suatu percobaan

150

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai ruang sampel di bawah!

A. Konsep Ruang Sampel

Sebelum mengetahui apa itu ruang sampel, perhatikan contoh suatu kejadian dan cara

menentukan ruang sampel di bawah ini!

a. Menggunakan Diagram Pohon

Lengkapilah diagram pohon untuk menggambarkan macam-macam baju

tersebut!

(KB berarti baju berbahan katun dan berwarna biru)

1. Ada berapa macam baju yang ada di toko pakaian AYU? ……

2. Tulislah semua macam baju atau ruang sampelnya?

S = { KB, KM, ...., ...., ...., .... }

3. Berapakah banyak baju yang berbahan katun berwarna merah? ......

E = baju yang berbahan katun berwarna merah.

E = { ........ }

4. Berapakah banyak baju yang berbahan sutera? .....

F = baju yang berbahan sutera

F = { .............................. }

5. Berapakah banyak baju yang berwarna hijau? ..........

G = baju yang berwarna hijau

G = { .............................. }

Di toko pakaian AYU tersedia baju yang bahannya terbuat dari katun dan dari sutera, sedangkan warnanya kuning, merah dan hijau. Tiap macam baju

hanya tersedia satu potong.

Misal:

K = katun S = sutera

B = Biru M = merah H = hijau

ACCEPTING

Bahan Warna Macam

B KB

K M ....

.... ....

B ....

S .... SM

H

SM

151

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Maka, himpunan semua baju di toko AYU adalah S={ BN, BM, ...., ...., ...., .... }.

Himpunan S disebut sebagai ruang sampel (S). Dan semua anggota himpunan ruang

sampel disebut titik sampel (K).

2. Amati situasi 5 di bawah ini!

SITUASI 5

b. Menggunakan Tabel

Lengkapilah tabel untuk menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang akan

muncul pada pelambungan dadu dan mata uang tersebut!

Dadu

Ket: A= angka ; G= gambar

construction

Buatlah minimal 2 soal mengenai ruang sampel pada tabel yang ada di situasi 5 tersebut!

1.

2.

Dalam suatu permainan, sebuah dadu dan sebuah mata uang dilambungkan

bersama-sama satu kali

challenging

1 2 3 4 5 6

Mata Uang A (A, 1) (A, 2) (..., ...) (..., ...) (..., ...) (..., ...)

G (G, 1) (..., ...) (..., ...) (..., ...) (..., ...) (..., ...)

152

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

3.

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

153

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 5 – Mengidentifikasi Konsep Ruang Sampel

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

12) 3) _______________________________

13) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

154

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

155

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Peluang Empirik

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 6 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat memahami konsep peluang

pada suatu kejadian

● ● ●

Indikator 3.10.2:

Menemukan konsep peluang suatu

kejadian

156

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai konsep peluang di bawah!

B. Konsep Peluang

Peluang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

sebuah peristiwa.

1. Peluang kejadian

Peluang kejadian yaitu nilai peluang dari satu kejadian. Perhatikan beberapa contohnya dari

suatu percobaan berikut ini!

a. Pada pelemparan satu dadu, besar peluang munculnya angka lebih kecil dari 7 adalah 1.

b. Besar peluang munculnya bola merah pada kotak yang berisi 3 bola merah dan 2 bola

biru adalah

.

c. Besar peluang munculnya kartu as pada 1 set kartu bridge adalah

.

d. Peluang munculnya angka 8 pada pelemparan sebuah dadu adalah 0.

Mari kita analisis!

1) Ruang sampel satu dadu adalah S={1, 2, 3, 4, 5, 6}. Jika kita melemparkan sebuah dadu,

pasti muncul angka yang lebih kecil dari 7, yaitu salah satu angka dari ruang sampel. Oleh

karena itu, peluang munculnya angka yang lebih kecil dari 7 pada pelemparan sebuah

dadu adalah 1.

2) ....................................................................................................................................................................................................

3) ....................................................................................................................................................................................................

4) . ...................................................................................................................................................................................................

Setelah menganalisis pernyataan-pernyataan tersebut, dapat dirumuskan besar peluang

suatu kejadian adalah:

Untuk memahami lebih lanjut mengenai besar peluang suatu kejadian, ikuti langkah

pembelajaran selanjutnya di bawah ini.

ACCEPTING

Mengapa semua pernyataan

tersebut berlaku demikian??

157

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 6 di bawah ini!

SITUASI 6

Perhatikan kejadian berikut ini!

construction

Buatlah minimal 2 soal menggunakan konsep peluang mengenai kejadian pada situasi 6

tersebut!

1.

2.

3.

Di Toko Buku “Eyang Agung” terdapat 3 macam buku, yaitu buku tulis,

buku gambar, dan buku bacaan. Ketiga macam buku tersebut ada yang

tebal ada yang tipis.

Misal:

T = buku tulis G = buku gambar B = buku bacaan

L = tebal S = tipis

challenging

158

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

159

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 6 – Menentukan Peluang suatu Kejadian

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

14) 3) _______________________________

15) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

160

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

161

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Zz

Materi : Peluang Empirik

Kelas : VII (tujuh)

Nama saya : __________________________

Saya kelompok: __________________________

LEMBAR KERJA SISWA 7 .

Petunjuk penggunaan

LKS:

Isi identitas kelompok kalian

pada kolom yang tersedia

Ikuti instruksi yang guru

berikan untuk mengisi LKS

Pada LKS terdiri dari 2 bagian

yaitu ACCEPTING (bagian

materi) dan CHALLENGING

(membuat soal, berdiskusi,

dan menjawab soal )

Terdapat instruksi untuk

saling bertukar LKS dengan

teman kelompokmu, sehingga

tentukan teman dalam

kelompokmu yang bersedia

menukarkan LKS-nya

Teman saya: ____________

● ● ●

Tujuan Pembelajaran:

Kalian dapat menggunakan konsep

peluang pada suatu percobaan

● ● ●

Indikator 3.10.3:

Menentukan peluang dari suatu

percobaan

162

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Ignition

1. Baca dan cermati tulisan mengenai peluang empirik di bawah!

B. Konsep Peluang (lanjutan)

2. Peluang Empirik

Peluang empirik yaitu peluang yang dihitung dari hasil statistik pengamatan/percobaan.

Lakukanlah percobaan berikut ini bersama teman kelompokmu!

Mari kita analisis!

1) Berapa kali pada kedua koin muncul sisi yang sama pada percobaan I tersebut?

.............................................................................................................................................................................................

2) Berapa peluang munculnya sisi angka pada koin 1?

.............................................................................................................................................................................................

3) Pada percobaan 1, peluang mana yang paling besar?

.............................................................................................................................................................................................

4) Berapakah peluang munculnya gambar pada sisi koin 2?

.............................................................................................................................................................................................

5) Pada percobaan tersebut, berapa besar peluang munculnya sisi angka pada koin 1 dan

sisi gambar pada koin 2?

.............................................................................................................................................................................................

Percobaan 1

Percobaan: pelemparan dua koin sebanyak 20 kali

Alat : 2 buah koin

Hasil Percobaan: dicatat menggunakan tabel 1 sebagai berikut,

Tabel 1

Titik sampel Turus

frekuensi

(f) Peluang (

𝑓

𝑛(𝑃))

Koin 1 Koin 2

Angka Angka

Angka Gambar

Gambar Angka

Gambar Gambar

Jumlah percobaan (n(P))

ACCEPTING

Bagaimana hasil percobaan yang

kalian dapatkan pada tabel 1??

163

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

2. Amati situasi 7 di bawah ini!

SITUASI 7

Perhatikan suatu percobaan di bawah ini!

Talita melambungkan sebuah dadu berkali-kali. Hasilnya dicatat seperti berikut:

Berkali-kali Talita melambungkan dadu, hasilnya seperti pada line plots di atas.

construction

Buatlah minimal 2 soal yang menggunakan konsep peluang dari percobaan pada situasi 7!

1.

2.

3.

challenging

164

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

discussion

Tukar LKS dengan teman dalam kelompokmu. Mintalah ia untuk menilai soalmu dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kolom

diskusi.

KOLOM DISKUSI

1. Apakah soal memiliki jawaban yang logis?

Ya, soal matematika telah

memiliki jawaban yang logis pada nomor …………………………

Tidak, pada nomor?

……………………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….…………………………

2. Tuliskan jawaban dari soal tersebut?

……………………………………………………………………………….…………………………………………………………………

…………….………………………………………………………………………………………………………….…………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………………………

…………….……………………………………………………………………………….……………………………………………………

…………………………………………………….……………………………………………………………………………….……………

…………………………………………………………………………………………….……………………………………………………

………………………….……………………………………………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….……………………………………….………………

………………………………………………………………………………………….………………………………………….……………

Mintalah lembar development ke gurumu!

Solu

tion

165

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

LKS : 7 – Menentukan Peluang dari Suatu Percobaan

Kelompok : ______________________________

Nama Anggota :

16) 3) _______________________________

17) 4) _______________________________

Development

Kumpulkan soal-soal yang memiliki jawaban yang tidak logis di

kelompokmu!

No. Soal

Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, kesalahan apa yang terdapat

pada soal tersebut?

Tabel Daftar Soal yang Diperbaiki Nomor

Soal

Jenis kesalahan

soal Soal yang telah diperbaiki

166

Barang Siapa Yang Keluar Untuk Mencari Ilmu Maka Ia Berada Di Jalan Allah

Sampai Ia Kembali (Hr Tirmidzi)

Solution Tulislah jawaban soal yang telah di perbaiki pada kolom dibawah!

Presentasikan soal serta jawaban yang telah diperbaiki!

No. Jawaban

167

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA PRA-PENELITIAN

Waktu : Rabu, 25 Januari 2017

Tempat : MTs Al-Ihsan Pamulang

Narasumber : Bambang Suprayogi, S. Pd (Guru Matematika kelas VII)

1. Dalam proses pembelajaran matematika, metode pembelajaran apa yang biasa

digunakan di kelas VII?

Tanggapan:

Dalam pembelajaran matematika biasanya membahas soal, menjelaskan

secara langsung. Ya, seperti ekspositori. Selain itu saya juga menggunakan

diskusi di kelas secara kooperatif.

2. Apakah siswa aktif bertanya dalam proses pembelajaran berlangsung?

Tanggapan:

Ya, bila ada materi yang tidak dimengerti biasanya mereka bertanya.

3. Dalam mengajukan pertanyaan pada interaksi siswa dan materi pembelajaran,

bagaimana penggunaan bahasa yang dikemukakan oleh siswa?

Tanggapan:

Kalau bahasa yang mereka gunakan ketika dalam belajar ya, menggunakan

bahasa yang sederhana, sopan.

4. Bagaimana interaksi antar siswa di kelas saat proses pembelajaran

berlangsung?

Tanggapan:

Saat belajar biasanya kalau mereka malu tanya ke saya ya mereka tanya ke

teman-temannya. Pada saat belajar kelompok juga mereka aktif diskusi dengan

teman kelompoknya.

5. Bagaimana respon siswa pada materi yang disajikan dengan media

pembelajaran?

Tanggapan:

Menarik, mereka sangat antusias, jadi bisa lebih fokus dalam belajar.

Guru Bidang Studi

Bambang Suprayogi, S.Pd

168

TES UJI COBA KEMAMPUAN PENALARAN KUANTITATIF

Pokok bahasan : Statistika dan Peluang

Waktu : 1 x 40 menit

Nama : __________________

Kelas : __________________

Petunjuk:

Berdo’a sebelum mengerjakan soal.

Tulislah nama dan kelasmu pada tempat yang disediakan.

Tulislah jawaban pada kolom yang telah disediakan.

Kerjakan soal yang menurutmu mudah terlebih dahulu.

Selamat bekerja

Jawablah soal-soal berikut pada kotak yang tersedia dengan disertai alasannya!

1. Perhatikan diagram lingkaran di bawah.

Berapa 5

8 dari jumlah persentase jeruk dan mangga?

. (

(buat ke dalam bentuk desimal)

2. Perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal.

LAPORAN PERUBAHAN SUHU DALAM CELSIUS DI TIGA KOTA

DARI TAHUN 2013 HINGGA 2016

Kota Perubahan suhu (οC)

2013 ke 2014 Perubahan suhu (οC)

2014 ke 2015 Perubahan suhu (οC)

2015 ke 2016

A – 2 +4 – 2

B +2 – 1 +3

C – 1 – 3 +5

(Diadopsi dari: ETS, 2010)

Jambu 13%

Pisang 27%Salak

28%

Jeruk 18%

Mangga

Persentase Jumlah Buah di Toko Makmur

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

Lampiran 5

169

Diketahui suhu kota A dan kota C pada tahun 2013 berturut-turut adalah 20oC dan

22oC. Sajikanlah data laporan perubahan suhu kota tersebut dari tahun 2013 hingga

2016 ke dalam bentuk diagram yang sesuai dan berikan alasanmu mengapa

menggunakan diagram tersebut!

3. Dapatkah kamu menentukan ruang sampel dari 2 koin, 1 dadu, dan 1 rubik tiga warna

(merah, biru, kuning) menggunakan sebuah tabel atau sebuah diagram pohon?

(berikan tanda pada jawabanmu)

□ Tidak. Berikan alasannya!

□ Ya. Buatlah tabel atau diagramnya!

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

170

4. Perhatikan tabel dan diagram garis di bawah ini untuk menjawab soal (a) hingga (b).

PENJUALAN MOTOR PERUSAHAAN F, 2009 - 2013

(diadopsi dari: ETS, 2014)

a. Berapa persen kenaikan pendapatan penjualan motor A jika dibandingkan dengan

kenaikan pendapatan motor B pada tahun 2009 – 2010 ?

%

b. 10% dari 30%-nya harga motor B tahun 2012 adalah pajak sebuah motor A pada

tahun 2013. Berapa total rupiah pajak seluruh motor A di tahun 2013?

Rp.

Motor A

Motor B

10

15

20

25

30

35

2009 2010 2011 2012 2013

Har

ga m

oto

r (d

alam

juta

an r

up

iah

)

Harga Motor yang Terjual Jumlah Motor yang

Terjual

Tahun Motor A Motor B

2009 120 200

2010 110 210

2011 410 350

2012 210 290

2013 100 150

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

171

5. Berikut diberikan diagram garis mengenai jumlah harimau sumatera.

Perhatikan beberapa pernyataan mengenai diagram di atas:

i. Pada tahun 1990, jumlah harimau sebanyak ±500 ekor

ii. Penurunan jumlah harimau mulai berkurang pada dua periode terakhir

iii. Banyak harimau pada tahun 1970-an adalah kurang dari 1000 ekor

iv. Terdapat harimau yang mati ditiap periodenya

v. Terjadi penurunan populasi harimau terbesar di dua periode awal tahun 1970

hingga 2010

Dari pernyataan di atas, pilihlah satu pernyataan yang menyebabkan terjadinya

kemiringan diagram garis sejak tahun 1970 hingga 2010 tersebut! [berikan juga

alasannya]

6. Perhatikan diagram batang di bawah ini untuk menjawab soal.

SURVEY KEPUASAN PELANGGAN SALON CANTIK

0100200300400500600700800900

10001100

1970 1980 1990 2000 2010 2020

Jum

lah

Har

imau

Tahun

Penurunan Jumlah Harimau Sumatera Sejak Tahun 1970 hingga 2010

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

Buruk

Baik

Persentase

Lokasi strategis

Keramahan pekerja

Pelayanan Hair Do

Pelayanan Body Care

Pelayanan Make Up

172

Jika kamu berencana untuk berkunjung ke salon CANTIK, jenis pelayanan apa yang

akan kamu pilih di salon tersebut? Mengapa?

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

173

Lampiran 6

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN UJI COBA KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF

1. (Menemukan persentase jumlah jeruk dan mangga)

(menentukan

bagian dari jumlah mangga dan jeruk)

2. Menggunakan grafik garis/diagram garis, karena terdapat perubahan waktu/suhu

secara berkala.

3. Ya, dapat dibentuk sebuah tabel atau sebuah diagram pohon.

Bentuk Diagram

Kota A

Kota C

15

17

19

21

23

25

2013 2014 2015 2016

Suh

u (

dal

am o

C)

Perubahan Suhu di Kota A dan C Tahun 2013 Hingga 2014

174

Bentuk Tabel

1 RUBIK & 2 KOIN

DA

DU

M,AA B,AG K,GA M,GG B,AA K,AG M,GA B,GG K,AA M,AG B,GA K,GG

1 1M,AA 1B,AG 1K,GA 1M,GG 1B,AA 1K,AG 1M,GA 1B,GG 1K,AA 1M,AG 1B,GA 1K,GG

2 2M,AA 2B,AG 2K,GA 2M,GG 2B,AA 2K,AG 2M,GA 2B,GG 2K,AA 2M,AG 2B,GA 2K,GG

3 3M,AA 3B,AG 3K,GA 3M,GG 3B,AA 3K,AG 3M,GA 3B,GG 3K,AA 3M,AG 3B,GA 3K,GG

4 4M,AA 4B,AG 4K,GA 4M,GG 4B,AA 4K,AG 4M,GA 4B,GG 4K,AA 4M,AG 4B,GA 4K,GG

5 5M,AA 5B,AG 5K,GA 5M,GG 5B,AA 5K,AG 5M,GA 5B,GG 5K,AA 5M,AG 5B,GA 5K,GG

6 6M,AA 6B,AG 6K,GA 6M,GG 6B,AA 6K,AG 6M,GA 6B,GG 6K,AA 6M,AG 6B,GA 6K,GG

Keterangan:

Dadu= {1, 2, 3, 4, 5, 6}

Koin= {angka (A), gambar (G)}

Rubik= {merah (M), biru (B), kuning (K)}

4. a) [( ) ( )]

A

A

G

G

A

G

1 2

3

4

5

6

K

1 2

3

4

5

6

B

1 2

3

4

5

6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

Ruan

g S

amp

el

175

[( ) ( )]

Persentase kenaikan pendapatan,

b) pajak motor A =

=Rp. 450.000

total pajak seluruh motor A

c)Total motor A terjual pada tahun 2011 – 2013 adalah 720 unit.

Total motor B terjual pada tahun 2011 – 2013 adalah 790 unit.

Maka motor B merupakan motor favorit pada masa tiga tahun terakhir.

5. Penyebab terjadinya kemiringan grafik dari tahun 1970 hingga 2010 adalah

pernyataan nomor IV, yaitu terdapat harimau yang mati ditiap periodenya. Karena

hampir sekitar 100 ekor harimau mati di tiap periodenya.

6. Pelayanan Hair Do, karena 75% lebih pelanggan menyukai layanan tersebut.

176

TES KEMAMPUAN PENALARAN KUANTITATIF

Pokok bahasan : Statistika

Waktu : 1 x 40 menit

Nama : __________________

Kelas : __________________

Petunjuk:

Berdo’a sebelum mengerjakan soal.

Tulislah nama dan kelasmu pada tempat yang disediakan.

Tulislah jawaban pada kolom yang telah disediakan.

Kerjakan soal yang menurutmu mudah terlebih dahulu.

Selamat bekerja

Jawablah soal-soal berikut pada kotak yang tersedia dengan disertai alasannya!

1. Dapatkah kamu menentukan ruang sampel dari 2 koin, 1 dadu, dan 1 rubik tiga warna

(merah, biru, kuning) menggunakan sebuah tabel atau sebuah diagram pohon? (berikan

tanda pada jawabanmu)

□ Tidak. Berikan alasannya!

□ Ya. Buatlah tabel atau diagramnya!

Lampiran 7

177

2. Perhatikan peristiwa perubahan suhu di bawah ini!

Dalam kurun waktu empat bulan, dua negara di benua Eropa mengalami

perubahan suhu yang cukup ekstrim. Diketahui negara Austria pada bulan

Januari 2017 mengalami musim dingin hingga minus 2o Celsius.

Perubahan suhu terjadi secara fluktuatif di negara Austria hingga bulan

April dengan kenaikan dan penurunan suhu yang sama di tiap bulannya.

Berbeda dengan negara Belanda yang tiap bulannya mengalami kenaikan

suhu secara konstan. Data terakhir yang didapat yaitu pada bulan April

kedua negara tersebut memiliki suhu yang sama yaitu 2oCelsius.

Berdasarkan data yang terdapat pada peristiwa tersebut, dapatkah kamu mendeskripsikan

peristiwa tersebut ke dalam sebuah diagram?

□ Tidak. Berikan alasannya!

□ Ya. Buatlah diagramnya!

3. Perhatikan tabel dan diagram garis di bawah ini untuk menjawab soal (a) hingga (b).

PENJUALAN MOTOR PERUSAHAAN F, 2009 - 2013

(diadopsi dari: ETS, 2014)

Motor A

Motor B

10

15

20

25

30

35

2009 2010 2011 2012 2013

Har

ga m

oto

r (d

alam

juta

an r

up

iah

)

Harga Motor yang Terjual Jumlah Motor yang

Terjual

Tahun Motor A Motor B

2009 120 200

2010 110 210

2011 410 350

2012 210 290

2013 100 150

178

a. Berapa persen kenaikan pendapatan penjualan motor A jika dibandingkan dengan

kenaikan pendapatan motor B pada tahun 2009 – 2010 ?

%

b. 10% dari 30%-nya harga motor B tahun 2012 adalah harga pajak sebuah motor A

pada tahun 2013. Berapa total rupiah pajak seluruh motor A di tahun 2013?

Rp.

4. Berikut diberikan diagram garis mengenai jumlah harimau sumatera.

Perhatikan beberapa pernyataan mengenai diagram di atas:

i. Pada tahun 1990, jumlah harimau sebanyak ±500 ekor

ii. Penurunan jumlah harimau mulai berkurang pada dua periode terakhir

iii. Banyak harimau pada tahun 1970-an adalah kurang dari 1000 ekor

iv. Terdapat harimau yang mati ditiap periodenya

v. Terjadi penurunan populasi harimau terbesar di dua periode awal tahun 1970

hingga 2010

0100200300400500600700800900

10001100

1970 1980 1990 2000 2010 2020

Jum

lah

Har

imau

Tahun

Penurunan Jumlah Harimau Sumatera Sejak Tahun 1970 hingga 2010

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..……………

…………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………….………

……………………………………… ……….

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

………………………………… ……….

179

Dari pernyataan di atas, pilihlah satu pernyataan yang menyebabkan terjadinya

kemiringan diagram garis sejak tahun 1970 hingga 2010 tersebut! [berikan juga

alasannya]

5. Perhatikan diagram batang di bawah ini untuk menjawab soal.

SURVEY KEPUASAN PELANGGAN PAMULANG MALL

Jika kamu berencana untuk berkunjung ke Pamulang Mall, jenis pelayanan apa yang

akan kamu pilih di mall tersebut? Mengapa?

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

Alasan: ……………………………………………………………………….………………………………………………..………

………………………………….……………………………………………………………………….…………………..………………

………………………….…………………………………………………….………………………………………….…………….……

………………………………………………………………………………………………………………………………….……………

55% 45%

26% 74%

23% 7%

Buruk

Baik

Persentase

Lokasi strategis

Keramahan pegawai

Pelayanan HIBURAN

Pelayanan FOODCOURT

Pelayanan FASHION

180

lampiran 8

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN KEMAMPUAN PENALARAN

KUANTITATIF

1. Ya, dapat dibentuk sebuah tabel atau sebuah diagram pohon.

Bentuk Diagram

Bentuk Tabel

1 RUBIK & 2 KOIN

DA

DU

M,AA B,AG K,GA M,GG B,AA K,AG M,GA B,GG K,AA M,AG B,GA K,GG

1 1M,AA 1B,AG 1K,GA 1M,GG 1B,AA 1K,AG 1M,GA 1B,GG 1K,AA 1M,AG 1B,GA 1K,GG

2 2M,AA 2B,AG 2K,GA 2M,GG 2B,AA 2K,AG 2M,GA 2B,GG 2K,AA 2M,AG 2B,GA 2K,GG

3 3M,AA 3B,AG 3K,GA 3M,GG 3B,AA 3K,AG 3M,GA 3B,GG 3K,AA 3M,AG 3B,GA 3K,GG

4 4M,AA 4B,AG 4K,GA 4M,GG 4B,AA 4K,AG 4M,GA 4B,GG 4K,AA 4M,AG 4B,GA 4K,GG

5 5M,AA 5B,AG 5K,GA 5M,GG 5B,AA 5K,AG 5M,GA 5B,GG 5K,AA 5M,AG 5B,GA 5K,GG

6 6M,AA 6B,AG 6K,GA 6M,GG 6B,AA 6K,AG 6M,GA 6B,GG 6K,AA 6M,AG 6B,GA 6K,GG

A

A

G

G

A

G

1 2

3

4

5

6

K

1 2

3

4

5

6

B

1 2

3

4

5

6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

1 2

3 4

5 6

K

1 2

3 4

5 6

B

1 2

3 4

5 6

M

Ruan

g S

amp

el

181

Keterangan:

Dadu= {1, 2, 3, 4, 5, 6}

Koin= {angka (A), gambar (G)}

Rubik= {merah (M), biru (B), kuning (K)}

2. Menggunakan grafik /diagram garis, karena terdapat perubahan waktu/suhu secara

berkala.

Keterangan:

Kenaikan dan penurunan suhu negara Austria adalah 4oC dan -4

oC

Kenaikan konstan negara Belanda adalah 1oC

3. a) [( ) ( )]

[( ) ( )]

∴ Persentase kenaikan pendapatan motor A,

b) Pajak motor A =

=Rp. 450.000

total pajak seluruh motor A tahun 2013

4. Penyebab terjadinya kemiringan grafik dari tahun 1970 hingga 2010 adalah

pernyataan nomor IV, yaitu terdapat harimau yang mati ditiap periodenya.

Alasan : Karena hampir sekitar 100 ekor harimau mati di tiap periodenya.

5. Pelayanan Hiburan.

Alasan: Karena hampir 75% lebih pelanggan menyukai layanan tersebut dibanding

pelayanan yang lain.

-2

-1

0

1

2

Januari Februari Maret April

Suh

u (

dal

am o

C)

Bulan

Perubahan Suhu Negara Austria dan Belanda Tahun 2017

Austria

Belanda

182

Lampiran 9

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN VALIDITAS ISI DENGAN METODE

CVR (CONTENT VALIDITY RATIO) INSTRUMEN TES KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF

Penilai* Nomor soal

1 2 3 4a 4b 5 6

1 TR TR E TR TR E E

2 E E TE E E TE TE

3 E E E E E E E

4 TE E TE E TR TR TR

5 E E E E E E E

6 TE E E E TE TE TR

7 E E E E E E E

8 E E E E E E E

9 E E E E E E E

10 E E E E E E E

11 E E E E E E E

*Keterangan Penilai:

1. Dr. Abdul Muin, S. Si, M. Pd (Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah)

2. Firdausi, M. Pd (Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah)

3. Dian Novotasari, M. Pd (Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah)

4. Bambang Suprayogi, S. Pd (Guru Matematika MTs Al-Ihsan Pamulang)

5. Kusnedi, S. Pd (Guru Matematika MTs Al-Ihsan Pamulang)

6. Suroto, S. Pd (Guru Matematika SMP Negeri Jakarta Pusat)

7. Sumarsih (Guru Matematika SMPN 3 Tangetang Selatan)

8. Rd. Rendra (Guru Matematika SMPN 3 Tangetang Selatan)

9. Ujang Suryono, S. Pd (Guru Matematika SMPN 3 Tangetang Selatan)

10. Netty Lutfiah (Guru Matematika SMPN 3 Tangetang Selatan)

11. Wiwit Turtinowati, S. Pd (Guru Matematika SMPN 3 Tangetang Selatan)

183

Catatan:

Meskipun keseluruhan soal bernilai valid, soal nomor 2 dan 6 diperbaiki redaksi soal dan

tingkat kesulitannya. Hal ini berdasarkan pendapat responden dari UIN Syarif Hidayatullah

dan MTs Al-Ihsan Pamulang. Berikut di bawah ini disajikan perbaikan soal setelah dilakukan

CVR.

Tabel Perbaikan Soal Setelah CVR

Soal Nomor 2

Soal

Sebelum

Diperbaiki

Perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal.

LAPORAN PERUBAHAN SUHU DALAM CELSIUS DI

TIGA KOTA DARI TAHUN 2013 HINGGA 2016

Kota Perubahan suhu (οC)

2013 ke 2014

Perubahan suhu (οC)

2014 ke 2015

Perubahan suhu (οC)

2015 ke 2016

A – 2 +4 – 2

B +2 – 1 +3

C – 1 – 3 +5

(diadopsi dari: ETS, 2010)

Diketahui suhu kota A dan kota C pada tahun 2013 berturut-turut adalah 20oC

dan 22oC. Sajikanlah data laporan perubahan suhu kota tersebut dari tahun

2013 hingga 2016 ke dalam bentuk diagram yang sesuai dan berikan alasanmu

mengapa menggunakan diagram tersebut!

Soal

Setelah

Diperbaiki

Perhatikan peristiwa perubahan suhu di bawah ini!

Dalam kurun waktu empat bulan, dua negara di benua Eropa

mengalami perubahan suhu yang cukup ekstrim. Diketahui negara

Austria pada bulan Januari 2017 mengalami musim dingin hingga

minus 2o Celsius. Perubahan suhu terjadi secara fluktuatif di

negara Austria hingga bulan April dengan kenaikan dan

penurunan suhu yang sama di tiap bulannya. Berbeda dengan

negara Belanda yang tiap bulannya mengalami kenaikan suhu

secara konstan. Data terakhir yang didapat yaitu pada bulan April

kedua negara tersebut memiliki suhu yang sama yaitu 2oCelsius.

Berdasarkan data yang terdapat pada peristiwa tersebut, dapatkah kamu

mendeskripsikan peristiwa tersebut ke dalam sebuah diagram?

□ Tidak. Berikan alasannya!

□ Ya. Buatlah diagramnya!

Perbaikan Merubah konteks soal sehingga sesuai dengan karakteristik indikator

kemampuan kuantitatif (Create Model-QM)

184

Soal Nomor 6

Soal

Sebelum

diperbaiki

Perhatikan diagram di bawah ini untuk menjawab soal

KEPUASAN PELANGGAN SALON CANTIK

Jika kamu berencana untuk berkunjung ke salon CANTIK, jenis pelayanan apa

yang akan kamu pilih di salon tersebut? Mengapa?

Soal

setelah

diperbaiki

Perhatikan diagram batang di bawah ini untuk menjawab soal.

SURVEY KEPUASAN PELANGGAN PAMULANG MALL

Jika kamu berencana untuk berkunjung ke Pamulang Mall, jenis pelayanan apa

yang akan kamu pilih di mall tersebut? Mengapa?

Perbaikan Memperbaiki redaksi soal sehingga istilah ‘kecantikan’ pada soal sebelumnya,

dirubah menjadi lebih umum

Lokasi strategis

Keramahan pegawai

Pelayanan HIBURAN

Pelayanan FOODCOURT

Pelayanan FASHION

Buruk

Baik

Persentase

55%

73%

23%

185

Lampiran 10

HASIL SKOR UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN

KUANTITATIF SISWA POKOK BAHASAN STATISTIKA DAN PELUANG

KELAS VII

Responden Nomor Soal

Jumlah (Y) Soal

1 Soal

2 Soal

3 Soal 4a

Soal 4b

Soal 5

Soal 6

R1 3 2 3 1 1 0 0 10

R2 3 2 3 1 1 0 2 12

R3 3 2 3 1 3 3 3 18

R4 3 2 0 1 3 3 3 15

R5 3 2 1 1 0 0 0 7

R6 3 2 3 1 3 3 3 18

R7 3 2 3 1 0 0 0 9

R8 3 2 3 1 3 3 3 18

R9 3 2 1 1 3 0 0 10

R10 3 2 3 1 0 3 3 15

R11 3 2 3 1 3 3 3 18

R12 3 2 1 1 3 3 3 16

R13 3 2 3 1 3 1 3 16

R14 3 3 3 1 3 2 3 18

R15 3 3 2 1 3 1 3 16

R16 3 2 3 0 0 0 0 8

R17 3 3 2 1 3 0 0 12

R18 3 2 3 1 3 3 3 18

R19 3 2 3 1 3 0 0 12

R20 3 2 3 1 3 2 0 14

R21 3 3 2 1 1 0 2 12

R22 3 2 3 1 0 3 0 12

R23 3 2 0 0 0 0 0 5

R24 3 2 3 1 2 1 3 15

R25 3 0 0 0 0 0 0 3

R26 3 2 3 0 0 0 0 8

R27 3 2 1 0 0 0 0 6

R28 3 2 1 0 0 0 0 6

R29 3 2 2 0 1 0 3 11

R30 3 2 3 0 0 0 0 8

R31 3 2 3 1 3 3 2 17

R32 3 2 3 1 1 0 0 10

R33 3 2 3 1 3 0 0 12

R34 3 2 3 1 3 0 0 12

186

R35 3 2 3 1 3 0 3 15

R36 3 2 3 0 0 0 0 8

R37 3 2 3 1 3 3 3 18

R38 3 2 3 0 0 0 0 8

Jumlah 114 78 91 28 64 40 51

Keterangan Responden Uji Coba Instrumen Tes:

Sekolah : SMPN 3 Tangerang Selatan

Materi : Statistika dan Peluang

Kelas : VIII (Delapan)

Jumlah Responden : 38 Siswa

Tanggal Uji Coba : Jumat, 7 April 2017

187

Lampiran 11

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF PADA OUT PUT PERANGAKAT

LUNAK SPSS 2.0

Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4a soal4b soal5 soal6 Jumlah Ket.

soal1

Pearson Correlation .a .

a .

a .

a .

a .

a .

a .

a

Tidak

Valid

Sig. (2-tailed)

. . . . . . .

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal2

Pearson Correlation .a 1 ,246 ,331

* ,278 ,039 ,213 ,372

* Valid

Sig. (2-tailed) .

,136 ,042 ,091 ,818 ,198 ,022

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal3

Pearson Correlation .a ,246 1 ,299 ,188 ,164 ,146 ,450

** Valid

Sig. (2-tailed) . ,136

,068 ,258 ,326 ,382 ,005

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal4a

Pearson Correlation .a ,331

* ,299 1 ,687

** ,471

** ,433

** ,723

** Valid

Sig. (2-tailed) . ,042 ,068

,000 ,003 ,007 ,000

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal4b

Pearson Correlation .a ,278 ,188 ,687

** 1 ,480

** ,546

** ,802

** Valid

Sig. (2-tailed) . ,091 ,258 ,000

,002 ,000 ,000

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal5

Pearson Correlation .a ,039 ,164 ,471

** ,480

** 1 ,662

** ,782

** Valid

Sig. (2-tailed) . ,818 ,326 ,003 ,002

,000 ,000

N 38 38 38 38 38 38 38 38

soal6

Pearson Correlation .a ,213 ,146 ,433

** ,546

** ,662

** 1 ,822

** Valid

Sig. (2-tailed) . ,198 ,382 ,007 ,000 ,000

,000

N 38 38 38 38 38 38 38 38

Jumlah

Pearson Correlation .a ,372

* ,450

** ,723

** ,802

** ,782

** ,822

** 1

Sig. (2-tailed) . ,022 ,005 ,000 ,000 ,000 ,000

N 38 38 38 38 38 38 38 38

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

188

Lampiran 12

HASIL RELIABILITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF PADA OUT PUT PERANGAKAT

LUNAK SPSS 2.0

Reliability Statistics*

Cronbach's Alpha N of Items

,730 6

*Hasil Uji Reliabilitas 6 butir soal yang valid

Keterangan :

a) Dari hasil reliabilitas menunjukan bahwa instrumen tes yang

digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran kuantitatif siswa

memiliki derajat reliabilitas yang tinggi.

b) Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dilakukan

dengan menggunakan bantuan software SPSS, berikut adalah langkah-

langkahnya:

1. Masukkan data yang ingin diujikan.

2. Setelah selesai memasukkan data, pilih menu analyze → Scale

→ Reliability Analysis

3. Masukkan semua variabel kedalam kotak items dengan

mengklik tanda panah, kemudian pada Model pilih Alpha.

4. Klik tombol Statistics ... kemudian pada Descriptive for

Checklist Scale if item deleted.

5. Klik Continue lalu OK, maka akan muncul halaman output.

189

Lampiran 13

HASIL UJI TARAF KESUKARAN INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN PENALARAN KUANTITATIF

Responden Nomor Soal

1 2 3 4a 4b 5 6

R1 3 2 3 1 1 0 0

R2 3 2 3 1 1 0 2

R3 3 2 3 1 3 3 3

R4 3 2 0 1 3 3 3

R5 3 2 1 1 0 0 0

R6 3 2 3 1 3 3 3

R7 3 2 3 1 0 0 0

R8 3 2 3 1 3 3 3

R9 3 2 1 1 3 0 0

R10 3 2 3 1 0 3 3

R11 3 2 3 1 3 3 3

R12 3 2 1 1 3 3 3

R13 3 2 3 1 3 1 3

R14 3 3 3 1 3 2 3

R15 3 3 2 1 3 1 3

R16 3 2 3 0 0 0 0

R17 3 3 2 1 3 0 0

R18 3 2 3 1 3 3 3

R19 3 2 3 1 3 0 0

R20 3 2 3 1 3 2 0

R21 3 3 2 1 1 0 2

R22 3 2 3 1 0 3 0

R23 3 2 0 0 0 0 0

R24 3 2 3 1 2 1 3

R25 3 0 0 0 0 0 0

R26 3 2 3 0 0 0 0

R27 3 2 1 0 0 0 0

R28 3 2 1 0 0 0 0

R29 3 2 2 0 1 0 3

R30 3 2 3 0 0 0 0

R31 3 2 3 1 3 3 2

R32 3 2 3 1 1 0 0

190

R33 3 2 3 1 3 0 0

R34 3 2 3 1 3 0 0

R35 3 2 3 1 3 0 3

R36 3 2 3 0 0 0 0

R37 3 2 3 1 3 3 3

R38 3 2 3 0 0 0 0

Jumlah 114 78 91 28 64 40 51

Nilai Indeks kesukaran (P)

1,000 0,684 0,798 0,246 0,561 0,351 0,447

Kriteria Soal

Mudah Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang Sedang

191

Lampiran 14

HASIL UJI DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN

PENALARAN KUANTITATIF

Siswa Kelompok Atas (A)*

Resp Jumlah Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4a Soal 4b Soal 5 Soal 6 R3 18 3 2 3 1 3 3 3

R6 18 3 2 3 1 3 3 3

R8 18 3 2 3 1 3 3 3

R11 18 3 2 3 1 3 3 3

R14 18 3 3 3 1 3 2 3

TOTAL A 15 11 15 5 15 14 15

Siswa Kelompok Bawah (B)*

R5 7 3 2 1 1 0 0 0

R27 6 3 2 1 0 0 0 0

R28 6 3 2 1 0 0 0 0

R23 5 3 2 0 0 0 0 0

R25 3 3 0 0 0 0 0 0

TOTAL B 15 8 3 1 0 0 0

Nilai Daya Beda

0 0,20 0,80 0,27 1 0,93 1

Interpretasi Jelek Jelek Baik

Sekali Cukup

Baik Sekali

Baik Sekali

Baik Sekali

*Sampel diambil dari 27% siswa kelompok teratas atau terbawah

192

Lampiran 15

HASIL POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN

Resp Jenis

Kelamin

Create Model (QM) Variation (QA) Trends (QI) Jumlah Skor NILAI

Soal 1 Soal 2 Soal 3a Soal 3b Soal 4 Soal 5

R1 P 2 0 0 2 3 2 9 50,00

R2 P 2 2 0 3 3 2 12 66,67

R3 L 2 0 1 1 3 3 10 55,56

R4 L 3 3 1 0 0 3 10 55,56

R5 L 2 3 1 1 3 3 13 72,22

R6 P 3 2 0 1 3 2 11 61,11

R7 P 2 0 0 1 0 2 5 27,78

R8 P 2 2 0 1 3 2 10 55,56

R9 P 2 2 0 1 3 2 10 55,56

R10 P 2 2 0 1 3 2 10 55,56

R11 P 2 2 0 1 3 2 10 55,56

R12 P 1 2 0 1 3 2 9 50,00

R13 P 1 0 0 0 3 2 6 33,33

R14 P 2 2 1 1 3 3 12 66,67

R15 P 2 2 1 1 0 0 6 33,33

R16 L 2 1 1 1 3 1 9 50,00

R17 P 2 0 0 2 3 3 10 55,56

R18 P 2 2 0 1 3 1 9 50,00

R19 L 1 0 1 1 0 0 3 16,67

R20 P 2 3 0 3 3 2 13 72,22

R21 P 2 2 1 1 0 0 6 33,33

R22 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R23 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R24 L 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R25 L 3 2 1 1 3 3 13 72,22

R26 L 2 3 1 1 1 1 9 50,00

R27 P 2 2 0 1 3 0 8 44,44

R28 P 3 0 1 1 0 0 5 27,78

R29 L 3 2 1 0 0 3 9 50,00

R30 P 3 0 1 1 0 0 5 27,78

R31 P 3 0 0 0 0 0 3 16,67

R32 P 3 2 1 1 0 0 7 38,89

R33 P 3 0 1 1 0 0 5 27,78

193

R34 P 2 3 0 3 0 0 8 44,44

R35 P 2 2 1 1 0 2 8 44,44

R36 L 2 3 2 2 0 3 12 66,67

R37 P 2 3 0 1 3 3 12 66,67

R38 L 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R39 L 3 0 1 1 1 1 7 38,89

R40 L 3 0 0 1 0 2 6 33,33

R41 L 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R42 L 0 0 1 0 0 0 1 5,56

TOTAL 91 54 20 41 59 63 328 1822,22

TOTAL PER INDIKATOR

145 61 122 328 1822,22

Rata-rata 3,452 1,452 2,905 7,81 43,39

194

Lampiran 16

HASIL POSTTEST KELOMPOK KONTROL

Resp Jenis

Kelamin

Create Model (QM) Variation (QA) Trends (QI) Jumlah Skor Nilai

Soal 1 Soal 2 Soal 3a Soal 3b Soal 4 Soal 5

R1 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R2 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R3 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R4 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R5 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R6 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R7 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R8 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R9 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R10 P 3 0 0 0 0 0 3 16,67

R11 P 3 0 0 0 0 0 3 16,67

R12 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R13 P 3 0 0 0 0 0 3 16,67

R14 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R15 L 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R16 L 2 0 1 0 0 0 3 16,67

R17 P 0 0 1 0 3 0 4 22,22

R18 P 2 0 1 0 3 2 8 44,44

R19 P 2 0 1 0 3 2 8 44,44

R20 L 3 0 0 0 0 3 6 33,33

R21 P 2 0 1 0 0 0 3 16,67

R22 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R23 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R24 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R25 L 2 1 0 0 0 3 6 33,33

R26 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R27 P 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R28 P 2 0 0 0 0 3 5 27,78

R29 P 2 2 0 0 0 3 7 38,89

R30 P 2 1 1 0 0 0 4 22,22

R31 P 2 0 1 0 0 0 3 16,67

R32 L 2 0 0 0 0 0 2 11,11

R33 L 3 0 0 0 0 2 5 27,78

R34 L 2 1 1 0 0 0 4 22,22

195

R35 P 2 2 1 0 3 2 10 55,56

R36 P 2 0 1 0 3 2 8 44,44

R37 L 3 1 1 0 0 3 8 44,44

R38 L 2 0 1 1 3 2 9 50,00

R39 L 3 1 1 2 2 0 9 50,00

R40 L 3 1 1 2 2 0 9 50,00

TOTAL 90 10 14 5 22 57 198 1100,00

TOTAL PER INDIKATOR

100 19 79 198 1100

Rata-rata 2,50 0,475 1,975 4,95 27,50

196

Lampiran 17

HASIL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

1. Hipotesis:

Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2. Menentukan p-value menggunakan perangkat lunak SPSS 20

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

K Eksperimen K Kontrol

N 42 40

Normal Parametersa,b

Mean 7,81 4,95

Std. Deviation 3,329 2,364

Most Extreme Differences

Absolute ,140 ,145

Positive ,088 ,145

Negative -,140 -,106

Kolmogorov-Smirnov Z ,905 ,919

Asymp. Sig. (2-tailed) ,386 ,367

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

3. Kriteria pengujian

Jika signifikansi (p-value) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak, yaitu

sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Jika signifikansi (p-value) > α (0,05) maka H0 diterima, yaitu

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

4. Membandingkan nilai p-value

Kelas Eksperimen : p-value = 0,386 > 0,05

Kelas Kontrol : p-value = 0,367 > 0,05

5. Kesimpulan

Dari pengujian normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p-

value dari kedua kelompok > 0,05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak,

artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

197

Lampiran 18

HASIL PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1. Hipotesis:

Ho : σ12 = σ2

2 (varians kemampuan penalaran kuantitatif kedua kelompok homogen)

H1 : σ12 σ2

2 (varians kemampuan penalaran kuantitatif kedua kelompok tidak

homogen)

2. Menentukan p-value menggunakan perangkat lunak SPSS 20

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Skor

F df1 df2 Sig.

6,366 1 80 ,014

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Kelompok

3. Kriteria pengujian

Jika signifikansi (p-value) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak, yaitu varians

nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok tidak

homogen.

Jika signifikansi (p-value) > α (0,05) maka H0 diterima, yaitu varians

nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok homogen

4. Membandingkan nilai p-value

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh p-value = 0,014 < 0,05

5. Kesimpulan

Dari pengujian normalitas dengan Uji Levene diperoleh p-value < 0,05

sehingga H0 ditolak, artinya varians kemampuan penalaran kuantitatif

kedua kelompok tidak homogen atau berasal dari populasi yang berbeda

(heterogen).

198

Lampiran 19

HASIL PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

1. Hipotesis

H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 (rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantiatif siswa yang

diajar dengan pembelajaran interlocked problem posing (𝜇1) lebih

rendah sama dengan rata-rata nilai kemampuan penalaran

kuantitatif siswa yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional (𝜇2))

H1 : 𝜇1 > 𝜇2 (rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang

diajar dengan pembelajaran interlocked problem posing (𝜇1) lebih

tinggi daripada rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantitatif

siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional (𝜇2))

2. Menentukan kriteria pengujian

Jika signifikansi p-value (

) > α (0,05), maka H0

diterima dan H1 ditolak

Jika signifikansi p-value (

) ≤ α (0,05), maka H0 ditolak

dan H1 diterima

3. Menentukan nilai p-value dengan perangkat lunak SPSS 20

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Skor

Equal

variances

assumed

4,465 80 ,000 2,860 ,640 1,585 4,134

Equal

variances not

assumed

4,501 74,071 ,000 2,860 ,635 1,594 4,125

Diperoleh p-value = (

) (

)

199

4. Membandingkan nilai p-value

Berdasarkan perhitungan diperoleh p-value = < α = 0,05

5. Kesimpulan

Dengan pengujian kesamaan dua rata-rata dengan uji independent sampel

T Test diperoleh p-value = 0 < 0,05 , maka H0 ditolak sehingga H1

diterima, yang artinya rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantitatif

siswa yang diajar dengan pembelajaran interlocked problem posing lebih

tinggi daripada rata-rata nilai kemampuan penalaran kuantitatif siswa

yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

200

Lampiran 20

PERHITUNGAN PROPORSI VARIANS (EFFECT SIZE)

Rumus effect size ( ):

( )

( )

Keterangan:

t0 = thitung = 4,501

db = derajat bebas = 42 + 40 – 2 = 80

201

Lampiran 21

TABEL NILAI MINIMUM CVR (CONTENT VALIDITY RATIO)

INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN KUANTITATIF

202

Lampiran 22

203

204

205

206

207

Lampiran 23

208

209

Lampiran 24

210

Lampiran 25

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-LABF-219

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 16 Januari 2016

FITK No. Revisi: : 00

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR

1. Nama Mahasiwa : Resti Amin Nurhaini

2. Tempat Praktik : MTs Al-Ihsan Pamulang

3. Kelas : VII-2

4. Mata Pelajaran : Matematika (himpunan)

5. Waktu : 10.30-11.50

6. Tanggal : Rabu, 27 Januari 2016

NO ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI

I Pra Pembelajaran

1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa Saat siswa masuk kelas, guru tidak

lagi mengatur tempat duduk siswa.

Siswa duduk pada kursinya masing-

masing yang telah diatur oleh wali

kelas. Untuk di kelas VII-2, pada

bagian kanan kelas banyak diisi

siswi-siswi sedangkan bagian kiri

kelas diisi oleh siswa-siswa.

2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan

pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai,

guru mengabsen siswa. Jika ada

siswa yang belum hadir di kelas,

maka guru meminta salah seorang

murid untuk memanggil temannya.

II Kegiatan Membuka Pelajaran

1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi Guru membuka pelajaran dengan

mengulas sekilas tentang pelajaran

di pertemuan sebelumnya. Ada

beberapa pertanyaan yang

dilontarkan guru kepada siswa

untuk menggali pengetahuan

mereka tentang apa yang telah

dipelajari.

2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi

yang hendak dicapai

Guru menjelaskan apa saja yang

akan dipelajari.

III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penjelasan materi pelajaran

1. Memberikan penjelasan materi pelajaran Materi pada pertemuan kali ini

adalah yaitu materi operasi

himpunan. Guru menuliskan judul

materi pada papan tulis.

211

2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan

materi

Guru memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi

tersebut dan menjelaskan kembali

apabila masih ada siswa yang

kurang paham.

3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Guru memfasilitasi interaksi antar

siswa dalam kegiatan belajar

berupa diskusi dengan teman

sebangku.

4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru,

siswa-materi pelajaran

Guru memfasilitasi interaksi antara

siswa-guru hanya dengan

membahas latihan soal tanpa

adanya penjelasan yang detail,

sedangkan interaksi antara siswa-

materi pelajaran melalui pengerjaan

soal yang ada pada buku ajar

matematika.

B. Pendekatan/Strategi Belajar

1. Melaksanakan pembelajaran aktif Pembelajaran aktif yang diterapkan

oleh guru belum cukup maksimal.

Meskipun demikian guru berusaha

keras agar siswa antusias dalam

pembelajaran.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya

Guru banyak memberikan

kesempatan bertanya kepada siswa

namun masih sedikit siswa yang

bertanya mengenai materi

pembelajaran.

3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan

jawaban siswa

Guru merespon pertanyaan siswa

dengan baik dan jelas.

4. Memotivasi siswa untuk bertanya Dalam hal ini, guru memberikan

motivasi kepada siswa untuk

bertanya dalam hal tingkat

kesulitan soal. Yang dimaksud

disini adalah tingkat kesulitan dari

rendah ke tinggi. Saat soal mulai

bervariasi maka akan muncul

banyak tanda tanya di kepala siswa.

C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber

Belajar

1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran Selain menggunakan media

pembelajaran konvensional, yaitu

papan tulis dan buku, guru juga

menggunakan buku ajar

matematika dalam pembelajaran.

2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi Media pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses

pembelajaran sudah sesuai dengan

strategi belajar yang disampaikan

guru bidang studi.

212

3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan

LKS

Selain buku ajar, guru tidak

menggunakan media ajar lainnya.

D. Penilaian Proses

1. Memberikan tugas/latihan Guru memberikan latihan berupa

tugas individu pada buku ajar

matematika kepada siswa.

2. Melakukan penilaian Selain nilai yang diberikan guru

pada buku ajar matematika, guru

juga memberikan pujian untuk

siswa yang aktif dan berani

berpendapat.

E. Penggunaan Bahasa

1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai

dengan perkembangan peserta didik

Guru menggunakan bahasa yang

sesuai dan dapat memotivasi

perkembangan peserta didik.

2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai

dengan kaidah

Guru menggunakan bahasa yang

sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Siswa pun diajarkan menggunakan

bahasa yang sesuai dengan kaidah

kebahasaan.

IV PENUTUP

Melakukan konfirmasi

Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut

Guru memberi konfirmasi atas

jawaban siswa. Karena masih ada

waktu guru memberikan soal lagi

kepada mereka. Sebagai evaluasi,

apakah mereka mengerti dengan

pembelajaran yang telah

disampaikan

Karena keterbatasan waktu, guru

menyimpulkan pelajaran dengan

terburu-buru, hanya sebagian siswa

yang masih fokus terhadap apa

yang disampaikan guru.

213

Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :

1. Pentingnya memeriksa kesiapan siswa dalalm belajar demi menciptakan suasana yang

kondusif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2. Apabila guru dapat mengambil perhatian siswa untuk belajar matematika, guru dapat

menguasai kelas dengan baik, maka akan tercipta suasana belajar yang kondusif.

3. Dalam kegiatan apersepsi, guru sebaiknya lebih banyak melontarkan pertanyaan

daripada pernyataan, hal ini bertujuan me ndorong siswa untuk berfikir.

4. Dalam hal penyampaian materi, guru harus menggunakan bahasa yang baik dan

benar, menghindari adanya kata negatif atau mengganti kalimat negatif dengan

kalimat positif agar lebih memotivasi siswa dalam belajar.

5. Selama proses pembelajaran, sesekali boleh membuat lelucon segar untuk mengurangi

stres siswa dalam belajar matematika

Nama pengamat : Resti Amin Nurhaini

Tanda Tangan :………………………………...

Mengetahui

Guru Pamong

Bambang Suprayogi, S. Pd