Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap .../Pengaruh... · Tugas Akhir Pengaruh...
Transcript of Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap .../Pengaruh... · Tugas Akhir Pengaruh...
i
Tugas Akhir
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Strata-1
Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh :
RINI FAUZIA
I0606039
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WLAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
ii
PENGESAHAN
PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN SOLO PARAGON TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR
Disusun Oleh :
RINI FAUZIA NIM. I0606039
Surakarta, Juli 2010
Dosen Pembimbing Tugas Akhir :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Ana Hardiana, MT Murtanti Jani Rahayu, ST, MT
NIP. 196909191994122001 NIP. 197201172000032001
Mengesahkan,
Ketua Ketua
Jurusan Arsitektur FT UNS Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Hardiyati, MT Ir. Galing Yudana, MT
NIP. 195612091986012001 NIP. 196201291987031002
Pembantu Dekan I
Ir. Nugroho Djarwanti, MT
NIP. 195611121984032007
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN SOLO PARAGON
TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR
Nama Mahasiswa : Rini Fauzia NIM : I0606039
Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota
Dosen Pembimbing : Ir. Ana Hardiana, MT
Murtanti Jani Rahayu, ST. MT
Abstrak
Dibangunnya apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo Paragon di
Kota Surakarta merupakan pembangunan sebagai upaya intensifikasi fungsi di
pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal. Solo Paragon memberikan
pengaruh terhadap kecenderungan perubahan baik kondisi fisik, kondisi sosial, maupun kondisi ekonomi warga sekitarnya. Dan terjadi selama kurun waktu 3
tahun belakangan ini mulai dari berkembangnya isu-isu Solo Paragon dibangun.
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fisik terkait
kemunculan gejala-gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan menjadi
komersil, mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar dan mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar apartemen Solo Paragon.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pertama, dilakukan
identifikasi gejala perkembangan, jenis kegiatan komersial yang ada sebelum dan
sesudah Solo Paragon dibangun, sebaran lokasi unit-unit perubahan dan pola
pemanfaatan lahan yang disajikan secara spasial. Pada tahap akhir, dilakukan identifikasi pengaruh kondisi sosial dan ekonomi warga sekitar terkait adanya
pembangunan Solo Paragon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan pemanfaatan lahan
komersial memanjang ada bagian periferi (menghadap jalan utama) khususnya
Jalan Yosodipuro. Dengan pertambahan sebesar 27 unit untuk kegiatan perdagangan dan sebesar 19 unit untuk kegiatan jasa. Pada aspek sosial,
diperoleh bahwa masyarakat sekitar tidak siap menerima kehadrian Solo
Paragon karena merasa semakin heterogennya strata sosial sehingga sulit untuk
berinteraksi, dan khawatir akan adanya gab/kesenjangan sosial dan infiltrasi
kalangan menengah ke atas. Selain itu, khususnya PKL merasa semakin tereduksinya ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. Pada aspek
ekonomi, hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja Solo
Paragon. Kemudian, dengan adanya pembangunan Solo Paragon dapat
mendorong kegiatan usaha ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu, harga lahan
menjadi naik sehingga sebesar 22.35% warga sekitar yang mengubah fungsi bangunan menjadi komersil (komersialisasi bangunan).
Kata kunci : Solo Paragon, lahan, sosial, ekonomi
iv
MOTTO
“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan keperluannya” (Ath Thalaq : 2 – 3)
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-baqarah : 216)
“Jangan membuang-buang waktu. Karena ia tak akan bisa diputar kembali”
(penulis)
v
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya, Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa dan mama tercinta, terima kasih atas dorongan dan doa yang selalu
diberikan selama ini.
2. Ketiga kakakku tersayang yang selalu ada saat aku susah maupun senang.
3. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT selaku dosen pembimbing I dan Ibu Murtanti
Jani Rahayu, ST, MT, yang telah memberikan waktu, arahan dan
kesabarannya kepada peneliti selama penyusunan tugas akhir ini.
4. Ir. Galing Yudana, MT, selaku ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan
Kota.
5. Ir. Widaryatmo, Msi dan Ir. Hari Y, MT, selaku dosen penguji.
6. Seluruh dosen PWK UNS atas pengetahuan, wawasan dan motivasi yang
diberikan.
7. Teman-teman PWK „06. Untuk my besties Ruli, Isna, Dela, Riri, Isma,
Panganti, Ektin dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
8. Seluruh staf dan karyawan/manajemen Solo Paragon, DTK, maupun
dinas-dinas lain yang terkait terima kasih atas bantuannya.
9. Seluruh pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam pembuatan Tugas
Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT Membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, Saudara/i dengan
balasan yang lebih baik.
Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan penulis untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Surakarta, Juli 2010
Rini Fauzia
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .....................................................................................................i Lembar Pengesahan .............................................................................................ii
Abstrak ................................................................................................................iii
Motto .................................................................................................................iv
Kata Pengantar.....................................................................................................v
Daftar Isi..............................................................................................................vi Daftar Gambar .....................................................................................................viii
Daftar Tabel.........................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 4
1.3 Tujuan dan Sasaran ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.5 Tahapan Penelitian....................................................................... 6
1.6 Batasan Penelitian ........................................................................ 7 1.6.1 Batasan Wilayah Penelitian.............................................. 7
1.6.2 Batasan Waktu Penelitian................................................. 9
1.6.3 Batasan Materi Penelitian ................................................ 9
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 9
BAB 2 PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN DALAM
PERSPEKTIF TEORI ........................................................................ 11
2.1 Perkembangan kota...................................................................... 11
2.1.1 Proses Perkembangan Spasial Sentripetal........................ 11
2.1.2 Proses Perkembangan Spasial Secara Vertikal................. 11 2.1.3 Dampak Perkembangan Spasial Sentripetal .................... 13
2.2 Lahan .......................................................................................... 13
2.2.1 Definisi Lahan .................................................................. 13
2.2.2 Definisi Pemanfaatan Ruang/Lahan ................................. 14
2.2.3 Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan ................ 14 2.3 Perubahan Sosial .......................................................................... 16
2.4 Teori Nilai Lahan ......................................................................... 19
2.5 Pusat Pertumbuhan ...................................................................... 20
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 22 3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................. 22
3.2 Jenis Penelitian............................................................................. 22
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................. 23 3.4 Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 24 3.5 Metode Pengumpulan Data............................................................ 25
3.5.1 Teknik Survey ................................................................... 25
3.5.2 Instrumen Survey............................................................... 26 3.5.3 Desain Survey .................................................................... 27
3.6 Trianggulasi Data .......................................................................... 28
vii
3.7 Metode Analisis............................................................................. 28
3.8 Sintesa .......................................................................................... 30
BAB 4 GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ................................. 31
4.1 Kondisi Umum Kota Surakarta.................................................... 31
4.2 Kebijakan Wilayah....................................................................... 33
4.3 Apartemen Solo Paragon.............................................................. 35 4.4 Kondisi Pemanfaatan Lahan ........................................................ 43
4.5 Kondisi Sosial .............................................................................. 61
4.6 Kondisi Perekonomian ................................................................. 67
4.7 Potensi Lingkungan Sekitar Wilayah Studi ................................. 74
BAB 5 ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN SOLO
PARAGON TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN
SEKITARNYA ..................................................................................... 77
5.1 Analisis Pengaruh Fisik ............................................................... 77
5.1.1 Gejala Perkembangan Kegiatan ....................................... 77 5.1.2 Jenis Kegiatan Komersial ................................................. 80
5.1.3 Sebaran Lokasi Unit-unit Perubahan ............................... 86
5.1.4 Pola Pemanfaatan Lahan Masing-masing Segmen ........... 90
5.2 Analisis Pengaruh Sosial.............................................................. 98
5.2.1 Kesiapan Masyarakat Sekitar .......................................... 98 5.2.2 Berkurangnya Ruang Publik Bagi Masyarakat – PKL.... 103
5.3 Analisis Pengaruh Ekonomi......................................................... 106
5.3.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sekitar .................................... 106
5.3.2 Usaha Kegiatan Ekonomi Warga Sekitar ......................... 109
5.3.3 Nilai Lahan (Land Value)................................................. 110 5.4 Analisis Integrasi Aspek Pengaruh Fisisk, Sosial,
dan Ekonomi ................................................................................ 114
BAB 6 PENUTUP............................................................................................. 118
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 118 6.2 Rekomendasi ................................................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 122
Lampiran 1 .......................................................................................................... 124
Lampiran 2 .......................................................................................................... 132 Lampiran 3 .......................................................................................................... 133
Lampiran 4 .......................................................................................................... 138
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... 143
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Area Penelitian...................................................................... 8 Gambar 2.1 Proses Perubahan Lahan ............................................................... 20
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta ...................................................................... 31
Gambar 4.2 Lokasi Solo Paragon ..................................................................... 37
Gambar 4.3 Site Plan Solo Paragon Tahun 2007 ............................................. 38
Gambar 4.4 Perspektif Solo Paragon ................................................................ 40 Gambar 4.5 Kost-kostan Dibangun Sebelum Pembangunan Solo Paragon ..... 45
Gambar 4.6 Kost-kostan Dibangun Sesudah Pembangunan Solo Paragon ...... 45
Gambar 4.7 Rumah Sebelum Pembangunan Solo Paragon .............................. 45
Gambar 4.8 Rumah Sesudah Pembangunan Solo Paragon............................... 45
Gambar 4.9 Sarana Pendidikan Sebelum Pembangunan Solo Paragon............ 46 Gambar 4.10 Sarana Pendidikan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ............ 46
Gambar 4.11 Sarana Kesehatan Sebelum Pembangunan Solo Paragon ............. 46
Gambar 4.12 Sarana Kesehatan Sesudah Pembangunan Solo Paragon.............. 46
Gambar 4.13 Toko Sebelum Pembangunan Solo Paragon ................................. 48
Gambar 4.14 Toko Sesudah Pembangunan Solo Paragon.................................. 48 Gambar 4.15 Ruko Baru Sesudah Pembangunan Solo Paragon......................... 48
Gambar 4.16 Pasar Tradisional Nangka ............................................................. 49
Gambar 4.17 Restoran Sebelum Pembangunan Solo Paragon ........................... 50
Gambar 4.18 Kafe Sesudah Pembangunan Solo Paragon .................................. 50
Gambar 4.19 Salon Sebelum Pembangunan Solo Paragon ................................ 51 Gambar 4.20 Salon Sesudah Pembangunan Solo Paragon ................................. 51
Gambar 4.21 Laundry Sebelum Pembangunan Solo Paragon ............................ 51
Gambar 4.22 Laundry Sesudah Pembangunan Solo Paragon............................. 51
Gambar 4.23 Hotel di Jalan Hasanudin .............................................................. 52
Gambar 4.24 Bimbingan Belajar Sesudah Pembangunan Solo Paragon............ 53 Gambar 4.25 Bengkel dan Tambal Ban di jalan Cipto Mangunkusumo .......... 54
Gambar 4.26 Kantor Kelurahan Mangkubumen ................................................ 54
Gambar 4.27 Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan Solo Paragon.............. 55
Gambar 4.28 Kantor Asuransi Sesudah Pembangunan Solo Paragon................ 55
Gambar 4.29 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar SoloParagon Tahun 2006 ........ 59 Gambar 4.30 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar Solo Paragon Tahun 2010 ....... 60
Gambar 4.31 Peta Ruang Publik PKL di Sekeliling Solo Paragon .................... 66
Gambar 4.32 Diagram Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon ... 75
Gambar 5.1 Bagan Perkembangan Kawasan Penelitian ................................. 79
Gambar 5.2 Peta Jenis Kegiatan Komersial Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon......................................................... 85
Gambar 5.3 Peta Pembagian Segmen di Kawasan Penelitian .......................... 87
Gambar 5.4 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen I ........................ 93
Gambar 5.5 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen II....................... 94
Gambar 5.6 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen III ..................... 95 Gambar 5.7 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen IV ..................... 96
Gambar 5.8 Diagram Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Pertama .............. 100
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
ix
Gambar 5.9 Diagram Olah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua .................. 104
Gambar 5.10 Gambar Prosentase Warga yang Menjadi Tenaga Kerja di
Solo Paragon ............................................................................. 108 Gambar 5.11 Diagram Kenaikan Harga Tanah dan Pajak Bumi dan
Bangunan di Sekitar Solo Paragon............................................... 112
Gambar 5.12 Diagram Olah Data Kuisioner Aspek Ekonomi ........................... 113
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori....................................... 24
Tabel 3.2 Desain Survei Penelitian................................................................... 27
Tabel 3.3 Tahap Metode Analisis..................................................................... 29
Tabel 4.1 Rencana Penggunaan Ruang Kota ................................................... 32
Tabel 4.2 Peruntukan dan Wilayah Pengembangan Kawasan Penelitian......... 34 Tabel 4.3 Tahap Perjalanan Pembangunan Solo Paragon ................................ 36
Tabel 4.4 Identitas Pembangunan Solo Paragon .............................................. 41
Tabel 4.5 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan
Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 56
Tabel 4.6 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 57
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Mangkubumen................................... 61
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kelurahan Penumping......................................... 61
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kelurahan Sriwedari............................................ 62
Tabel 4.10 Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Pertama ................................. 64 Tabel 4.11 Tabel Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Kedua.......................... 65
Tabel 4.12 Jumlah PKL Sebelum dan Sesuda Pembangunan Solo Paragon ...... 65
Tabel 4.13 Harga Tanah di sekitar Solo Paragon ............................................... 67
Tabel 4.14 Harga Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo Paragon .............. 68
Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Mangkubumen .................................................................................. 69
Tabel 4.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan
Penumping ........................................................................................ 70
Tabel 4.17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan
Sriwedari ........................................................................................... 70 Tabel 4.18 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
Mangkubumen .................................................................................. 72
Tabel 4.19 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
Penumping ........................................................................................ 72
Tabel 4.20 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sriwedari ........................................................................................... 73
Tabel 5.1 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan
Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 82
Tabel 5.2 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan
Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 83 Tabel 5.3 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Periferi Pada Masing-
Masing Segmen ................................................................................. 89
Tabel 5.4 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Enclave Pada Masing-
Masing Segmen ................................................................................. 90
Tabel 5.5 Olah Data Kusioner Variabel Sosial Pertama................................... 100 Tabel 5.6 Olah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua ..................................... 103
Tabel 5.7 Analisis Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Solo Paragon ..................................................................................... 105
Tabel 5.8 Prosentase Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja
di Solo Paragon ................................................................................. 108
xi
Tabel 5.10 Olah Data Kuisioner Aspek Ekonomi .............................................. 113
Tabel 5.11 Hasil Analisis Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori (Kajian
Kritis) ............................................................................................... 115
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah
penduduk, maka semakin meningkat pula permintaan kesediaan lahan
yang dipergunakan untuk penyediakan fasilitas sarana prasarana.
Permintaan akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia
jumlahnya terbatas. Hal tersebut gencar dilakukan baik dari pemerintah
maupun pihak swasta untuk mengadakan pembangunan khususnya upaya
intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal
dalam hal ini “high rise apartemens” untuk pengkonsentrasian tempat
tinggal di pusat kota (Yunus, 2008).
Adanya pembangunan dalam suatu kota membawa konsekuensi
spasial di kawasan sekitarnya. Selain itu, perkembangan pembangunan
perkotaan membawa perubahan pada berbagai aspek baik dari segi
lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi. Sebagai dampak globalisasi,
perencanaan perkotaan perlu dikembangkan secara interdisiplin untuk
mengkaji dampak yang timbul akibat pelaksanaan pembangunan di
kawasan perkotaan termasuk mendorong terjadinya perubahan
pemanfaatan lahan. Khususnya pembangunan yang berada di area
permukiman yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa tahun belakangan ini pembangunan Kota Solo meningkat
drastis. Dibangunnya sejumlah konsep hunian kelas vertikal di Kota Solo
dalam rentang waktu yang hampir bersamaan dengan tujuan memfasilitasi
masyarakat sesuai perubahan zaman. Kehadiran hunian sekelas apartemen,
akan memberikan nuansa lain bagi pertumbuhan warna-warni bisnis
properti industri properti kota Surakarta. Dan prospek ekonomi Kota
Surakarta dinilai bagus dan pertumbuhan ekonominya terbilang cukup
pesat mendorong animo para investor untuk melakukan investasi di kota
ini.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
2
Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mix-use yang di
dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel,
dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak
kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren
(trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun
Jawa Tengah secara umum. Dibangun di atas lahan seluas 4,1 hektare
dengan tinggi bangunan 24 lantai, Apartemen Solo Paragon merebut
julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY.
Dengan mengambil lokasi yang cukup strategis, dekat dengan pusat Kota
Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan Mangkubumen
Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan Penumping,
Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas RSUP Muwardi, hunian
kelas vertikal pencakar langit ini akan menjadi ikon baru bagi Solo.
Pembangunan mix use yang berada di lahan bekas lahan kosong di
tengah kota ini berada di BWK VI yang sesuai dengan RUTRK Kota
Surakarta tahun 1993-2013, bahwa kawasan ini merupakan peruntukan
perumahan dan kawasan komersial sekaligus sebagai kawasan mix use.
Sehingga kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di
sekitar Apartemen Solo Paragon semakin menguatkan perda yang
ditetapkan tersebut. Usaha-usaha untuk memaksimalkan penggunaan lahan
tercermin dari semakin intensifnya pemanfaatan suatu guna lahan.
Kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak
menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain
yang lebih produktif dan menguntungkan.
Perubahan fungsional tersebut, menimbulkan gejala bangkitan lain
di dalam perubahan pemanfaatan lahan di sekitarnya seperti munculnya
kegiatan ekonomi baru di sekitar Apartemen Solo Paragon (komersialisai
bangunan). Saat ini, tidak hanya persil yang menghadap ke koridor jalan
utama (bagian periferi) yang telah beralih fungsi menjadi kegiatan
komersial, tetapi sudah menerobos persil-persil lainnya di dalam (bagian
enclave). Perubahan pemanfaatan lahan ditandai dengan berkembangnya
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
3
kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan dan kesehatan selama
kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai dari berkembangnya isu-isu
Solo Paragon dibangun. Muncul area street parking parkir di sepanjang
koridor jalan di sekitar cafe atau restoran berada, kemacetan, dan
kepadatan bangunan. Bangkitan ini tidak pernah terpikirkan, karena belum
terjadi ketika kawasan Mangkubumen masih menjadi daerah perumahan.
Hal ini terjadi karena guna lahan yang baru (komersial) mendapat
pengaruh dari pembangunan Apartemen Solo Paragon.
Setelah adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon di kawasan
tersebut, diduga harga lahan di sekitarnya cenderung naik. Sehingga
merangsang terjadinya persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada
suatu lahan yang akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari
satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan
akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola
aksesibilitas dan nilai lahannya.
Kesiapan masyarakat menerima budaya apartemen perlu
dipertanyakan. Perkembangan Kota Solo yang terbilang metropolis sangat
berseberangan dengan tradisi masyarakat yang ada. Terlihat bahwa
pembangunan Apartemen Solo Paragon ini cenderung bersifat modern di
tengah sekelompok masyarakat yang sebelumnya adalah masyarakat yang
belum pernah menerima dinamika pembangunan yang menuju ke arah
metropolis ini. Kecenderungan ini dalam jangka panjang akan
mempengaruhi pula pada perubahan sosial masyarakat karena adanya
infiltrasi orang-orang yang masuk dengan memiliki kemampuan ekonomi
menengah ke atas seperti gab antar strata sosial dan pengaruh gaya hidup
konsumtif.
Dari segi ekonomi, adanya Solo Paragon dijadikan sebagai
keuntungan tersendiri bagi berbagai pihak, baik pemerintah, pengembang
maupun masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Karena dianggap dapat
menunjang ekonomi masyarakat sekitar karena selain membuka lapangan
pekerjaan yang memprioritaskan masyarakat sekitar, juga menjadi pusat
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
4
pertumbuhan yang menarik kelompok usaha yang sifat hubungannya
memiliki perekonomian unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah
belakangnya (Tarigan, 2005).
Konsekuensi dari perubahan pemanfaatan lahan suatu kawasan
bisa jadi mempengaruhi pula terhadap kodisi sosial ekonomi masyarakat.
Dan hal tersebut diduga karena adanya pembangunan Apartemen Solo
Paragon. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis bagaimana pengaruh
pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kondisi spasial yang
nantinya juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari kajian teoritis dan kajian empiris, muncul dugaan
permasalahan yang berupa indikasi perubahan pemanfaatan lahan akibat
adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon seperti perubahan fungsi
bangunan komersial, serta pengaruh sosial dan ekonomi yang dipengaruhi
oleh pembangunan Apartemen Solo Paragon.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan
penelitian yaitu :
Bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon
terhadap kecenderungan perubahan kondisi fisik, sosial dan
ekonomi masyarakat di sekitarnya ?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan akhir penelitian
ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo
Paragon terhadap kecenderungan perubahan kondisi lingkungan
sekitarnya.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
5
Sasaran :
1. Mengidentifikasi gejala perkembangan kegiatan yang terjadi akibat
adanya pembangunan Solo Paragon.
2. Mengidentifikasi jenis kegiatan komersial sebelum dan sesudah
adanya pembangunan Solo Paragon.
3. Mengidentifikasi sebaran lokasi unit-unit perubahan di sekitar Solo
Paragon.
4. Mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon.
5. Mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar Solo
Paragon.
6. Mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Solo
Paragon.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi para pengambil kebijakan maupun bagi
para akademisi adalah sebagai berikut :
1. Dalam pengembangan keilmuan perencanaan wilayah dan kota,
informasi mengenai pengaruh perubahan kondisi fisik dan sosial
ekonomi akibat pembangunan Solo Paragon dapat dimanfaatkan
sebagai bentuk antisipasi bagi pengembang, pemerintah kota
Surakarta dan masyarakat sekitar agar ke depannya dapat lebih
terkendali
2. Pada sisi praktis, penelitian ini menghasilkan suatu gambaran
mengenai perubahan pemanfaatan lahan, sosial dan ekonomi,
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi
pemerintah kota Surakarta khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 6
1.5 Tahapan Penelitian
ANALISIS OUTPUT Tema :
Pengaruh pembangunan
Apartemen Solo Paragon
terhadaap kondisi
lingkungan sekitarnya
Kesimpulan yang berisi
rekomendasi untuk
pemerintah, masyarakat,
maupun pihak Apartemen
Solo Paragon
Latar Belakang :
Globalisasi yang terjadi di kota
Solo memunculkan adanya
salah satu mix use
development yaitu Apartemen
Solo Paragon. Pembangunan
yang terletak di pusat kota Solo
tersebut diduga dapat
mempengaruhi kondisi spasial
di lingkungan sekitar yang
terkait pula dengan perubahan
kondisi sosial maupun ekonomi
masyarakat sekitar.
Rumusan Masalah :
Bagaimana pengaruh
pembangunan Apartemen Solo
Paragon terhadap indikasi
perkembangan kondisi fisik, sosial
dan ekonomi masyarakat di
sekitarnya
Landasan Teoritik :
- Teori perkembangan
kota
- Teori perubahan
lahan
- Teori perubahan
sosial
- Teori pusat
pertumbuhan dan
nilai lahan
Metodologi :
1. Metode pengumpulan data
Survey (primer dan sekunder)
Kuisioner dgn teknik sampling
Wawancara 2. Metode Analisis Data
Metode kualitatif
(Deskriptif induktif)
3. Sintesis Data
Penarikan kesimpulan berisi
pengaruh pembangunan Apartemen
Solo Paragon terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya
Pembahasan penelitian
:
- Menganalisis
perubahan apa
saja yang terjadi
baik fisik, sosial
maupun di
lingkungan sekitar
Apartemen Solo
Paragon selama
tahap pelaksanaan
pembangunan
PENDAHULUAN
INPUT Tujuan dan Sasaran :
Tujuan :
Mengetahui bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kecenderungan perkubahan kondisi
lingkungan sekitar Sasaran : 1. Mengidentifikasi gejala perkembangan
kegiatan yang terjadi akibat adanya pembangunan Solo Paragon.
2. Mengidentifikasi jenis kegiatan komersial
sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon.
3. Mengidentifikasi sebaran lokasi unit-unit
perubahan di sekitar Solo Paragon. 4. Mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan di
sekitar Solo Paragon.
5. Mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.
6. Mengidentifikasi pengaruh ekonomi
masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.
Data :
Survey primer
- Kecenderungan
perkembangan
pemanfaatan lahan
(Observasi
lapangan)
- Hasil wawancara
dengan penduduk
sekitar
- Hasil kuesioner tentang
aspek fisik, sosial, dan
ekonomi.
Survey sekunder
- Data dari dinas
terkait
- Peta tata guna lahan
Aspek penelitian :
- Kondisi spasial di
sekitar Apartemen
Solo Paragon
- Kondisi sosial
masyarakat sekitar
- Kondisi ekonomi
masyarakat sekitar
Apartemen Solo
Paragon
Output :
Pengaruh pembangunan
Apartemen Solo Paragon
terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
7
1.6 Batasan Penelitian
1.6.1 Batasan Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian ini mempunyai 2 batasan wilayah yaitu :
Lokus : Terdiri atas Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan
Sriwedari, dan Kelurahan Penumping.
Fokus : Difokuskan pada wilayah penelitian yang berada di
sekitar Apartemen Solo Paragon, dengan menggunakan batas-
batas fisik wilayah penelitian sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Jalan Hasanudin
• Sebelah Timur : Jalan Muwardi, Kelurahan Purwosari
• Sebelah Selatan : Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan
Penumping, Kelurahan Sriwedari
• Sebelah Barat : Jalan Dr. Supomo, Kelurahan Punggawan
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
8
Gambar 1.1
Peta Area Penelitian
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
9
1.6.2 Batasan Waktu Penelitian
Batasan waktu penelitian yang dilakukan adalah mulai dari
awal terjadinya isu pembangunan Solo Paragon yaitu tahun 2006
hingga penelitian berlangsung yaitu tahun 2010 (sesudah
pembangunan Solo Paragon).
1.6.3 Batasan Materi Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh perubahan
pemanfataan lahan, pengaruh perubahan sosial dan pengaruh
ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon. Dan kajian
terhadap variabel pengaruhnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri dari :
Tahap 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang dilakukan studi, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah studi dan
substansi pembahasan, serta sistematika penulisan.
Tahap 2 Pengaruh pembangunan apartemen dalam perspektif teori
Berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi
yang berkaitan dengan pembangunan mix use Apartemen
Solo Paragon. Tinjauan pustaka juga menguraikan
tentang perkembangan kota, variabel pengaruh yang
digunakan seperti perubahan pemanfaatan lahan,
perubahan sosial dan teori pusat pertumbuhan.
Tahap 3 Metode penelitian
Membahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian,
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data,
metode analisis, dan sintesa.
Tahap 4 Gambaran umum obyek penelitian
Menjelaskan kondisi eksisting berupa kondisi
pemanfaatan lahan, kondisi sosial dan kondisi ekonomi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
10
Kelurahan mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan
Kelurahan Sriwedari secara umum berdasarkan materi
pembahasan, kedudukan fungsi kawasan dan potensi
lingkungan.
Tahap 5 Analisis pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon
terhadap kondisi lingkungan sekitar
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi karakteristik perubahan kegiatan yang
berkaitan dengan pemanfaatan lahan, analisis pengaruh
perubahan pemanfataan lahan, pengaruh perubahan
sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat sekitar
Apartemen Solo Paragon.
Tahap 6 Penutup
Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan
diperoleh dari semua pembahasan dalam studi untuk
menjawab tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
rekomendasi diberikan secara praktis di lapangan atau
teoritis yang berupa usulan studi lanjutan kepada pihak
yang dituju.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
11
BAB 2
PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN DALAM
PERSPEKTIF TEORI
Untuk mengkaji pengaruh fisik, soial dan ekonomi ari sebuah
pembangunan apartemen, terlebih dahulu perlu dipahami tentang teori
perkembangan kota, teori lahan, teori perubahan sosial, teori nilai lahan
dan teori pusat pertumbuhan.
2.1 Perkembangan kota
2.1.1 Proses Perkembangan Spasial Sentripetal
Proses perkembangan spasial sentripetal adalah suatu proses
penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi di bagian
dalam kota (the inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan-
lahan yang masih kosong di bagian dalam kota, baik berupa lahan
yang terletak diantara bangunan-bangunan yang sudah ada, maupun
pada lahan-lahan terbuka lainnya. (Yunus, 2008)
Perkembangan vertikal adalah bentuk penambahan ruang di
bagian dalam kota dengan cara membangun bangunan bertingkat
dengan tujuan mempeoleh ruang yang lebih luas untuk
mengakomodasikan kegiatan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
proses perkembangan spasial sentripetal ini disebut juga proses
pengisian ruang-ruang yang kosong (the spatial infilling process/SIP).
(Yunus, 2008)
Pada umumnya, persyaratan pembangunan yang dilaksanakan
sebagian besar sudah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga
kesesuaianya dengan konsep tata ruang sangat mudah dilihat. Di
bagian pusat kota biasanya akan didominasi oleh perkembangan
spasial vertikal dalam wujud bangunan bertingkat banyak (high rise
building/multi storied building). Hal ini wajar karena daerah pusat
kota merupakan daerah yang mempunyai aksesibilitas fisik paling
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
12
tinggi dan sekaligus merupakan Central Business District dimana
konsentrasi kegiatan ekonomi utama kota berada. (Yunus, 2008)
2.1.2 Proses Perkembangan Spasial Secara Vertikal
Gejala perkembangan spasial kota secara vertikal adalah proses
penambahan ruang kota dengan menambahkan jumlah lantai
bangunan pada bangunan tertentu sehingga luas lantai bangunan akan
semakin luas seiring dengan bertambah banyaknya lantai bangunan
tersebut. (Yunus, 2008)
Bangunan-bangunan yang terbentuk adalah bangunan-bangunan
bertingkat dari tingkat dua sampai puluhan tingkat yang kemudian
terkenal dengan skyscrapers. Oleh karena tingginya bangunan yang
menjulang seolah-olah mencapai langit, sehingga dijuluki gedung
pencakar langit. Gejala munculnya gedung bertingkat banyak seiring
dengan kemajuan di bidang teknologi konstruksi gedung serta makin
langkanya ruang di bagian dalam kota untuk mengakomodasikan
kegiatan yang terus berkembang. (Yunus, 2008)
Penyebab utamanya adalah upaya intensifikasi fungsi di bagian
dalam kota, sejalan dengan makin langkanya lahan-lahan kosong dan
makin tingginya frekuensi dan volume kegiatan kota. Beberapa
pemerintah kota berinisiatif untuk mengadakan revitalisasi pusat kota
dengan membangun bangunan-bangunan bertingkat banyak yang tidak
semata-mata dimanfaatkan untuk kegiatan komersial, namun juga
untuk tempat tinggal. Perkembangan ini telah mengubah struktur tata
ruang kota, khususnya di bagian pusat kota yang semula hanya
berfungsi sebagai business district, kemudian juga berfungsi sebagai
residential district, khususnya pada lantai-lantai bangunan yang berada
di bagian paling atas. Sementara itu untuk lantai-lantai di bagian
bawahnya berturut-turut adalah perkantoran dan bagian paling bawah
adalah kegiatan retailing. Pengaturan pemanfaatan ruang semacam ini
sebenarnya berkaitan erat dengan faktor kemudahan untuk mencapai
bagian-bagian tersebut. Tinggi rendahnya aksesibilitas fisik pada
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
13
gedung-gedung bertingkat banyak, akan dicerminkan dari jaraknya
terhadap permukaan tanah. M akin dekat ke permukaan tanah makin
tinggi aksesibilitasnya sehingga makin tinggi pula space rentnya.
Persaingan antara berbagai jenis kegiatan untuk menduduki posisi
paling ideal tersebut dengan sendirinya akan dimenangkan oleh fungsi
dengan kekuatan finansial paling tinggi dan fungsi tersebut adalah
fungsi retailing. (Yunus 2002)
2.1.3 Dampak Perkembangan Spasial Sentripetal
Secara fisikal, dampak langsung yang dapat diamati adalah
adanya suatu kepadatan bangunan (densitifikasi) di bagian dalam kota
dimana terjadinya densifikasi bangunan menyebabkan proporsi massa
bangunan (solids) kebih besar daripada ruang luarnya (voids). Dan
bila tidak ada upaya manajemen dapat mengakibatkan
kerusakan/deteorisasi lingkungan. Kenyataan empiris menunjukkan
bahwa proses densifikasi di Indonesia selama ini tidak sepenuhnya
terarah dan terkendali (uncontrolled densitification process), sehingga
dampak negatif yang tidak diharapkan telah muncul di berbagai kota
besar yaitu deteroisasi lingkungan (environmental deteriorisation),
khususnya lingkungan permukiman. (Yunus 2008)
2.2 Lahan
2.2.1 Definisi Lahan
Secara umum, lahan memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan sumberdaya alam yang lain, yaitu:
1. Lahan mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan sumber daya
yang lain, meliputi:
a. Lahan merupakan aset ekonomis yang tidak terpengaruh oleh
penurunan nilai dan harganya tidak terpengaruh oleh faktor
waktu.
b. Jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah, kecuali
melalui reklamasi.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
14
c. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang
luas di suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut
yang tidak dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain.
2. Lahan mempunyai nilai dan harga.
3. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu.
2.2.2 Definisi Pemanfaatan Ruang/Lahan
Pemanfaatan ruang adalah bermacam aktivitas yang dilakukan
manusia dalam memanfaatkan lahan pada suatu wilayah berdasarkan
perilaku manusia itu sendiri yang mempunyai arti dan nilai yang
berbeda-beda. Wujud pola pemanfaatan lahan berupa pola spasial
pemanfaatan ruang, antara lain meliputi penyebaran permukiman, pola
alokasi, tempat kerja, pertanian serta pola penggunaan lahan perkotaan
dan pedesaan (Jayadinata, 1992).
Penentuan (determinan) tata guna tanah dipengaruhi oleh beberapa
aspek, yaitu (Jayadinata, 1992):
1. Tingkah laku manusia
2. Kosentrasi penduduk (dalam wilayah yang luas)
3. Segregasi (terkumpulnya kelompok homogen) sehingga terpisah
dari kelompok lain
4. Sentralisasi dan desentralisasi (terkumpulnya penduduk
disebabkan oleh prasarana sosial-ekonomi)
5. Dominasi atau hal yang menonjol (misalnya : prestige untuk
tinggal di bagian tertentu)
6. Invasi dari kelompok lain yang berbeda dalam keadaan sosial,
ekonomi, dan budaya. Jika kelompok baru mengalahkan
kelompok lama, hal tersebut di sebut suksesi (penggantian)
7. Kepentingan umum sebagai penentu, meliputi : kesehatan,
keamanan, dan moral
8. Kesejahteraan umum (termasuk kemudahan, keindahan,
kenikmatan) dan sebagainya.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
15
2.2.3 Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan
Fenomena perubahan pemanfaatan lahan tidak terjadi pada semua
lokasi. Hal ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas
lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan
(Alit, 2001). Pendekatan teori neoklasik tentang ekonomi dan
perubahan lokasi yang dikembangkan oleh Von Thunen (1826), Weber
(1929) dan Christaler (1933), mengemukakan bahwa secara normatif
masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari
lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya
(Alit, 2001). Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan
lahan terjadi pada lokasi-lokasi yang menawarkan peluang dan
kemudahan dibandingkan dengan lokasi lainnya, seperti tingkat
aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas. Perubahan pada suatu
lahan dapat dibedakan atas perubahan lahan pada kawasan komunitas
seperti kawasan pusat kota (CBD). Contoh jenis perubahan
pemanfaatan lahan yang terjadi di Kawasan Pusat Kota (CBD) seperti :
1. Dari tanah kosong menjadi : rumah atau tempat tinggal, tempat
usaha, tempat tinggal dan tempat usaha.
2. Dari fungsi rumah atau tempat tinggal menjadi : tempat tinggal
dan tempat usaha, tempat usaha.
3. Dari gudang menjadi : tempat usaha.
Adanya suatu pembangunan berpengaruh terhadap perubahan spasial
wilayah di sekitarnya. dimana faktor-faktor pengaruh perubahan spasial
yaitu : (Yunus, 2002)
1. Faktor aksesibilitas
Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap pemanfaatan
lahan, aksesibilitas dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal. Dalam
penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan kepada aksesibilitas
fisikal. Aksesibilitas fisikal tidak lain merupakan tingkat
kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
16
lain. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang
tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan
dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang
rendah terhadap penduduk maupun fungsi-fungsi kekotaan.
Akibatnya adalah bahwa daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas
fisikal yang tinggi akan mengalami perkembangan fisikal yang
lebih intens bila dibandingkan dengan daerah yang mempuyai nilai
aksesibilitas fisikal yang rendah.
2. Faktor karakteristik pemilik lahan
Faktor karakteristk lahan menentukan corak perkembangan spasial
di suatu tempat, khususnya akselerasi intensitas perkembangannya.
Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi kuat akan berbeda
dengan pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah. Beberapa
penelitian mengindikasikan bahwa pemilik lahan yang mempunyai
status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat
untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang
mempunyai status ekonomi kuat (Yunus, 2001).
3. Faktor prakarsa pengembang
Faktor prakarsa pengembang mempunyai peranan yang kuat pula
dalam mengarahkan pengembangan spasial suatu kota. Oleh karena
pengembang selalu menggunakan ruang yang cukup luas maka
keberadaan kompleks yang dibangun akan mempunyai dampak
yang besar pula terhadap lingkungan sekitar. Pada daerah tertentu
yang mungkin sebelum dibeli oleh pengembang merupakan lahan
yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli
oleh pengembang merupakan lahan yang mempunyai nilai
ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli dan dimanfaatkan
pengembang untuk pembangunan kawasan permukiman elit dengan
prasarana dan sarana permukiman yang lengkap dan baik, maka
daerah yang bersangkutan akan berubah menjadi daerah yang
sangat menarik pemukim-pemukim baru maupun bentuk ekonomi.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
17
2.3 Perubahan Sosial
Lahan sangat dihargai masyarakat dan keberadaannya tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat. Lahan mempunyai nilai yang tidak dapat
direndahkan begitu saja bahkan oleh slogan pembangunan
(Nasution,1993). Menurut Jayadinata (1992) terdapat nilai-nilai dalam
hubungannya dengan penggunaan lahan yaitu hubungan dalam bentuk
kebiasaan, sikap moral, pantangan, peraturan pemerintah, peninggalan
kebudayaan, dan pola tradisional. Terdapat berbagai pendapat kontradiksi
terhadap penggunaan lahan yaitu, di satu sisi menyikapi lahan sebagai
komoditi, di lain sisi menganggap lahan sebagai suatu hubungan jiwa dan
kehidupan.
“space is not a photocopy of society,, it is society. Spatial form and
processes are formed by the dynamics of overall social culture”
(Castell, 2002)
Kehidupan sosial budaya masyarakaat perkotaan mencakup diferensiasi
sosial, pola hubungan sosial, kelompok strategik dan sistem struktur sosial.
Ruang sendiri hanyalah materi fisik yang mewadahi kehidupan ekonomi,
politik dan sosial budaya masyarakat. Perkembangan kota tidak dapat
dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi. Perubahan sosial yang berlangsung di tingkat kemasyarakatan
menjadi kajian strategik bagi para ahli ilmu sosial. Bahkan pada abad ini
dapat dijadikan peluang untuk memahami kecenderungan dan
mengkonfigurasikan kembali tatanan sosial (Sassen,2000)
Berkembangnya kajian budaya lokal dengan konfigurasi baru berbagai
aspek kehidupan komunitas antara lain gaya hidup, subkultur perkotaan,
dan disorganisasi sosial. Selain proses urbanisasi, kemajuan teknologi
membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya khususnya
interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
18
Proses lokalitas kota merupakan tarik-menarik yang kompleks antar ruang
fisik dan kehidupan sosial budaya. Locality, menunjuk pada sistem sosial
lokal, berkaitan dengan ruang yang dialokasikan untuk jenis kegiatan
tertentu.
Pertambahan penduduk akan mendorong perubahan spasial maupun
kehidupan sosial budaya. Proses globalisasi mempengaruhi integrasi dan
dis-integrasi perubahan sosial budaya komunitas kota. (URDI, 2005)
Stratifikasi merupakan hasil kebiasaaan hubungan antar manusia secara
teratur dan tersusun, sehingga setiap orang, setiap saat mempunyai situasi
yang menentukan hubungannya dengan orang lain secara vertikal maupun
mendatar dalam masyarakatnya.
Mengenai situasi individu dalam kelompok maupun dalam masyarakat
luas, F. Znaniecki berpendapat bahwa situasi dapat ditinjau dari 2 segi,
yaitu segi subyektif dan segi obyektif. Subyektif yaitu penilaian pribadi,
sesuai interpretasi dan konsep pribadi. Obyektif yaitu penilaian oleh
masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaannya.
Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia
belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan
yang sebenarnya, yang sering tidak diinginkannya.
Pembangunan dan akibatnya terhadap stratifikasi sosial dimana
pembangunan menginginkan peningkatan martabat manusia melalui
pembangunan dalam segala bidang seperti sesuai dengan pembangunan
dalam bidang materi dan nonmateri. Suatu elit akan menerima perubahan
kebudayaan, apabila menunjang bahkan mengukuhkan kedudukannya
sebagai elit. Sebaliknya suatu elit akan menolak apabila suatu inovasi akan
melemahkan kedudukannya yang terhormat dan berkuasa. Dengan
sendirinya perubahan akan dinilai dan diteropong oleh elit dari segi
kepentingan sosialnya. Ia akan menunjang ide pembangunan apabila
pembangunan memperkuat kedudukannya.
Akibat dari situasi ketergantungan pembangunan dari sikap mendukung
atau tidak dari elit setempat telah menghasilkan pendapat umum bahwa
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
19
memang hasil pembangunan sudah mulai tampak, akan tetapi situasi sosial
yang menikmati perbaikan tidak banyak berbeda. Setiap kegiatan
pembangunan dan perubahan kebudayaan mempunyai 2 segi : (Rogers dan
Shoemaker,1971)
a. Meningkatkan tingkat kehidupan materi dan sosial
b. Memperluas distribusi perbaikan kehidupan materi dan sosial
2.4 Teori Nilai Lahan
Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat
pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Makin tinggi
kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan
kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von
Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin
menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Namun, adanya
pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat terjangkau oleh
kelompok strata menengah ke bawah (URDI, 2005).
Menurut Yunus, 2002, terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai
lahan dan penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value adalah suatu
penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis
dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya
(Yunus, 2002). Berdasarkan konsep highest and best use, maka tingginya
harga lahan akan menyebabkan hanya kegiatan-kegiatan tertentu saja
(tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan
yang digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan
menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi,
persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan
menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola
penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai
lahannya (Yunus, 2002).
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
20
Menurut Sanggono, 1993, perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat
perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami
penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan
tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan
baru. Proses perubahan penggunaan lahan kaitannya dengan nilai lahan
yang ada dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Proses Perubahan Lahan Sumber : sintesis tinjauan pustaka
2.5 Pusat Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara,
yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat
pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena
sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah
belakangnya. Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi
yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat
daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan barbagai macam usaha
tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang
memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut. (Tarigan, 2005)
Guna lahan eksisting
Perubahan nilai lahan
Penyesuaian guna lahan dengan nilai lahan
Guna lahan baru
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
21
Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri (Tarigan, 2005) yaitu :
1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan
Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota ada
keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya, sehingga
apabila ada satu sektor yang tumbuh, akan mendorong
pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait.
2. Ada efek pengganda (Multiplier Effect)
Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling
mendukung, akan menciptakan efek pengganda. Unsur efek
pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu mampu
memacu pertumbuhan di belakangnya. Karena jika kegiatan
berbagai sektor di kota meningkat maka kebutuhan akan tenaga
kerja yang dipasok dari daerah belakangnya akan meningkat tajam.
3. Ada konsentrasi geografis
Konsentrasi dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa
menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari
kota tersebut.
4. Bersifat mendorong daerah belakangnya
Antara kota dan daerah di belakangnya terdapat hubungan yang
harmonis. Konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat
pertumbuhan apabila konsentrasi itu dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah di
belakangnya).
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomologi yang memiliki
kebenaran teori empiri sensual, yaitu kebenaran bersumber dari teori yang
dibandingkan dengan empiri fakta pada suatu obyek yang spesifik untuk
melakukan analisis terhadap obyek yang spesifik pula. Pendekatan
pengaruh pembangunan apartement Apartemen Solo Paragon dilakukan
dengan pendekatan persepsi masyarakat secara tidak terstruktur serta
eksplorasi data primer dari kuesioner secara terstruktur.
Pada tahap awal penelitian, terlebih dahulu dirumuskan teori
pembatasan lingkup dan definisi secara teoritik yang berkaitan dengan
kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan, pengaruh sosial dan
ekonomi. Selanjutnya, obyek penelitian dilihat secara spesifik dalam
konteksnya yang tercakup dalam konstruksi teoritik yang telah
dirumuskan. Hal ini dilakukan sehingga obyek lebih spesifik sesuai dengan
konteks dalam teori namun tetap melihat kesatuan holistik karena pada
dasarnya topik yang dibahas saling berkaitan dan tidak dapat berdiri
sendiri. Keterkaitan tersebut menghasilkan suatu analisa pembahasan yang
selanjutnya dengan generalisasi dapat ditarik suatu kesimpulan.
Dalam pengumpulan data, metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Moch.
Nazir, 2003).
Pengertian lain mengenai metode survei adalah penelitian yang mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat
pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1982). Survei
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
23
yang dilakukan diarahkan oleh hasil sintesis tinjauan pustaka dan variabel
penelitian.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
model penelitian studi kasus (case study). Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu peristiwa.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau
pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Moch. Nazir, 2003).
Studi kasus dalam penelitian ini adalah menganalisis
perkembangan pemanfaatan lahan, beserta pengaruh sosial dan
ekonominya. Analisa deskriptif digunakan dalam memaparkan
perkembangan kegiatan/adaptasi yang terjadi di lapangan sebagai akibat
adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon. Selanjutnya diidentifikasi
pengaruh sosial dan ekonominya. Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya
dirumuskan rekomendasi untuk berbagai pihak, baik masyarakat,
pengembang maupun pemerintah.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah hal yang diteliti yang memiliki ukuran,
baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penentuan variabel
penelitian berdasarkan pada kriteria pengaruh perkembangan pemanfataan
lahan, kriteria pengaruh sosial dan kriteria pengaruh ekonomi yang
merupakan hasil sistesis tinjauan pustaka. Variabel penelitian dajabarkan
dalam Tabel 3.1 berikut :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
24
Tabel 3.1.
Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori
Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka,2010
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang
merupakan sasaran penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan adaptasi terhadap
perkembangan baik dari aspek fisik, sosial dan ekonomi karena faktor
No Aspek Variabel yang
digunakan
Definisi Sumber
1 Fisik Perubahan
pemanfaatan lahan
(Komersialisasi
bangunan)
Penyesuaian untuk
kebutuhan manusia dalam
menampung kegiatan yang
ada
Chapin dan
Kaiser, 1999
2 Sosial Kesiapan
masyarakat
Kesiapan masyarakat dalam
menerima kehadiran
pembangunan Apartemen
dan infiltrasi orang-orang
menengah ke atas
URDI, 2005
Berkurangnya ruang
publik bagi
masyarakat – PKL
Terseleksinya masyarakat
untuk mendapatkan ruang
publik terutama ruang untuk
berdagang bagi para PKL
Z.W Baihaki,
2005
3 Ekonomi Penyerapan tenaga
kerja setempat
Memprioritaskan sumber
daya manusia yang ada di
sekitarnya sebagai tenaga
kerja
Effendy, 2002
dan Tarigan,
2005
Mendorong
usaha/kegiatan
ekonomi lain
Mencari keuntungan karena
faktor kedekatan dengan
pusat pertumbuhan
Tarigan, 2005
Kemampuan
terhadap harga
lahan/pajak
Pemilik lahan yang
mempunyai status ekonomi
lebih lemah mempunyai
kecenderungan lebih kuat
untuk menjual lahannya
dibanding dengan mereka
yang mempunyai status
ekonomi kuat
Yunus, 2001
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
25
kedekatan dengan pembangunan Apartemen Solo Paragon. Selanjutnya
yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas,
dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Nazir, 2003). Untuk
memperoleh sampel yang benar-benar representatif, maka teknik sampling
yang digunakan harus sesuai. Teknik yang digunakan untuk menentukan
sampel dalam penelitian ini, yaitu teknik pengambilan Sampel Gugus
Sederhana (Simple Cluster Sampling). Metode ini menggunakan unit-unit
analisa dalam populasi yang digolongkan ke dalam gugus-gugus yang
disebut cluster, dan ini merupakan satuan-satuan dimana sampel akan
diambil secara acak dan menyeluruh (Effendy, 2002).
Jumlah sampel (n) didapatkan dari perhitungan berikut : (Wulandari, 2007)
n = N / (1+ N.e 2 )
Dimana :
n = jumlah responden
N = jumlah populasi
e = besarnya toleransi yang digunakan (0,1)
Sehingga sampel total responden (n) :
N = 600 / (1+ 600. 0.12) = 85
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik survey
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data yang bersifat
kualitatif, yang diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan
data dengan cara pengamatan langsung (observasi lapangan), studi
dokumentasi, wawancara, dan kuisisoner.
a. Observasi
Pengumpulan data dan informasi dengan cara observasi langsung
atau pengamatan langsung menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tertentu (Nazir, 2003)
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
26
serta pengukuran-pengukuran langsung di wilayah studi dan juga
mengambil dokumentasi berupa foto dari obyek yang diamati.
b. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Data-data yang diambil
biasanya berupa data sekunder dari suatu instansi. Data
dokumentasi yang dimaksud adalah berupa kebijakan pemerintah
terkait penggunaan ruang di wilayah penelitian dan data-data
sekunder mengenai gambaran umum Solo Paragon dan kelurahan
Mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari.
c. Wawancara
Pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara kepada responden. Wawancara
ini ditujukan pada warga sekitar Apartemen Solo Paragon yang
tinggal di kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan
Kelurahan Sriwedari pegawai kantor kecamatan, pegawai Dinas
Tata Kota (DTK), dan pihak developer Apartemen Solo Paragon.
d. Kuisioner
Kuisioner berisi daftar pertanyaan yang sudah disiapkan dengan
jawaban yang terbatas atau diarahkan. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan informasi atas pengaruh pemanfaatan lahan,
pengaruh sosial dan pengaruh ekonomi di wilayah penelitian akibat
pembangunan Apartemen Solo Paragon.
3.5.2 Instrumen Survey
Kuesioner yang dibuat memuat 2 bagian yang saling terkait, yaitu :
1. Data responden, meliputi :
a. Jenis kegiatan (pemilik tanah; toko; restoran; jasa; lembaga
keuangan; kantor bisnis/profesional; pemilik kost-kostan,
pedagang kaki lima; masyarakat Kota Surakarta, dll)
b. Lokasi (segmen-segmen yang mengelilingi Apartemen Solo
Paragon)
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
27
c. Segmen (utara; selatan; barat dan timur Apartemen Solo
Paragon, sampai pada lingkup se-Kota Surakarta)
2. Tabulasi kuisioner, yaitu : mengolah hasil kuisioner yang diperoleh
dari responden. Data dari kuisioner tersebut seperti kondisi yang
dipengaruhi, yaitu penilaian kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang
terkena pengaruh. Baik penilaian secara langsung oleh subyek
(peneliti) maupun tidak langsung berdasar persepsi obyek
(masyarakat).
3.5.3 Desain Survey
Tabel 3.2 Desain Survei Penelitian
No Tahap
Penelitian
Kegiatan dan Data
yang Dibutuhkan
Metode Sumber Data
O D W K
1 Pengumpulan
data
Data penggunaan
ruang di dalam Solo Paragon
√ Manajemen
Solo Paragon
Data fisik
pembangunan Solo
Paragon
√ Manajemen
Solo Paragon
Kebijakan-kebijakan dari pihak
pengembang
Apartemen Solo Paragon
√ Manajemen Solo Paragon
Pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon
√ Peneliti dan dibantu peta
tata guna lahan
kelurahan
Peta Kelurahan Mangkubumen,
KelurahanPenumping,
Kelurahan Sriwedari sebelum dan sesudah
pembangunan Solo
Paragon
√ Kantor Kelurahan
Mangkubumen,
Kantor Kelurahan
Penumping,
Kantor Kelurahan
Sriwedari
Peta tata guna lahan
Kelurahan Mangkubumen,
√ Kantor
Kelurahan Mangkubumen,
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
28
Kelurahan Penumping,
Kelurahan Sriwedari
Kantor Kelurahan
Penumping,
Kantor Kelurahan
Sriwedari
Monografi penduduk √ Kantor
Kelurahan
Mangkubumen, Kantor
Kelurahan Penumping,
Kantor
Kelurahan Sriwedari
Kebijakan dari pemerintah terkait
pembangunan
Apartemen Solo Paragon
√ Dinas Tata Kota
Data PKL di sekitar
Solo Paragon
√ √ PKL sekitar
Solo Paragon
RUTRK Surakarta √ Bappeda
Surakarta
Data harga tanah √ √ √ Pajak Bumi dan
Bangunan
Jumlah pendapatan penduduk
√ √ Masyarakat sekitar (sampel
penelitian)
Data tenaga kerja
(mata pencaharian) √ Kantor
Kelurahan Mangkubumen,
Kantor
Kelurahan Penumping,
Kantor
Kelurahan Sriwedari
Sumber : Peneliti, Tahun 2010
3.6 Trianggulasi Data
Lexy J Moleong (1995) : “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu.”
Trianggulasi dalam penelitian diperlukan untuk menghilangkan
kesan subyektivitas peneliti dalam menentukan pengaruh dari tiap
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
29
variabel. Trianggulasi ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner kembali
kepada para stakeholder.
3.7 Metode Analisis
Metode analisis digunakan untuk mengkaji data-data yang
diperoleh dari hasil survei primer dan sekunder dengan meriver dari
berbagai teori yang digunakan sesuai variabel yang digunakan untuk
mencapai tujuan penelitian. Metode yang digunakan untuk menganalisis
yaitu dengan menggunakan metode kualitatif : Menggunakan metode
deskriptif-induktif untuk menjelaskan hasil analisis pengaruh perubahan
pemanfataan lahan, pengaruh sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat
sekitar Apartemen Solo Paragon.
Tabel 3.3 Tahap Metode Analisis
Tahap Variabel Keterangan Metode
Menganalisis pengaruh
kondisi fisik sesuai dengan variabel yaitu Perubahan
pemanfaatan lahan
(komersialisasi bangunan) di sekitar Solo Paragon
tahun 2006 (sebelum
pembangunan Solo Paragon) dan tahun 2010
(setelah pembangunan
Solo Paragon)
Gejala perkembangan
kegiatan
Melihat perubahan pemanfaatan lahan dan bangunan komersial
berdasarkan periode masa
penelitian.
Deskriptif induktif
Jenis kegiatan komersial
Menganalisis kegiatan komersial sebelum pembangunan
apartemen Solo Paragon dan
sesudah pembangunan
apartemen Solo Paragon dan
memetakan kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang
terjadi di wilayah studi
Deskript if induktif
dengan
pemetaan
Sebaran lokasi
unit-unit
perubahan
Melihat perkembangan pemanfaatan
lahan berdasarkan lokasi
pembangunan masing-masing unit kegiatan komersial tiap segmen.
Deskriptif
induktif
Pola pemanfaatan
lahan sekitar
Diamati dalam sebuah analisis yang
akan menghasilkan suatu pola.
Pengamatan perubahan pemanfaatan lahan di wilayah
penelitian terdiri dari segmen-
segmen yang mengelilingi apartemen Solo Paragon.
Deskriptif
induktif
dengan pemetaan
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
30
Analisis kondisi sosial masyarakat sekitar
Apartemen Solo Paragon
sebelum dan sesudah pembangunan Solo
Paragon
Kesiapan masyarakat
sekitar
Menganalisis bagaimana kesiapan masyarakat dalam menerima
kehadiran apartemen Solo Paragon
akibat intervensi sosial pada lingkungan mereka
Pengolahan hasil
kuisioner/
wawancara
Berkurangnya ruang publik bagi
masyarakat –
PKL
Menganalisis reduksi ruang publik secara kualitas maupun kuantitas
bagi masyarakat khususnya PKL
Pengolahan hasil
kuisioner/
Wawancara
Analisis kondisi ekonomi
masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon
sebelum dan sesudah
pembangunan Solo Paragon
Penyerapan tenaga kerja
setempat
Menganalisis bagaimana praktek penyerapan tenaga kerja pada warga
sekitar oleh pihak apartemen Solo
Paragon
Pengolahan hasil
kuisioner/
wawancara
Mendorong usaha/kegiatan
ekonomi lain
Menganalisis bagaimana masyarakat melakukan adaptasi
berupa usaha perekonomian
terhadap keberadaan apartemen Solo Paragon
Pengolahan hasil
kuisioner/
wawancara
Kemampuan terhadap harga
lahan/pajak
Menganalisis kecenderungan sikap warga sekitar dalam menghadapi
lahan/bangunan milik mereka
Pengolahan hasil
kuisioner/ wawancara
Sumber : Peneliti, Tahun 2010
3.8 Sintesa
Sintesa berupa penarikan kesimpulan dari hasil proses analisa yang
telah dilakukan dan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan
jawaban atas rumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 31
BAB 4
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota Surakarta
Kota Surakarta berada di propinsi Jawa Tengah dengan letak yang
strategis karena diapit oleh 3 kota besar seperti Yogyakarta Semarang, dan
Surabaya. Kota Surakarta notabene adalah kota budaya yang kental dengan
adat budaya Jawa dan bangunan-bangunan tradisional di dalamnya.
Namun, seiring perkembangan jaman Kota Surakarta maju dan
berkembang menjadi kota yang modern.
Sumber : Bappeda Kota Surakarta, 2009
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta
Letak yang strategis ini, mempengaruhi perkembangan Kota
Surakarta dengan segala potensi yang dimilikinya yaitu sebagai kota
perdagangan dan jasa. Penduduk mayoritas Kota Surakarta bermata
pencaharian sebagai pedagang, dan didukung dengan banyaknya sentra-
senra industri batik dan pusat-pusat perdagangan batik yang cukup besar di
Kota Surakarta.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 32
Kepadatan penduduk di Kota Surakarta tersebar tidak merata.
Di Kota Surakarta bagian selatan memiliki kepadatan yang tinggi,
sedangkan di kota Surakarta bagian utara masih memiliki kepadatan yang
sedang bahkan rendah. Kepadatan yang tinggi disebabkan karena terdapat
banyak penduduk pendatang dari sekitar Kota Surakarta (hinterland) yang
melakukan aktifitas pekerjaan pada kawasan tersebut. Hal ini terjadi
karena banyaknya kantor-kantor, perdagangan, jasa, hotel, bank dan lain-
lain yang berada pada pusat pertumbuhan kota. Disamping itu kota
Surakarta bagian selatan memang merupakan pusat pertumbuhan kota
yang pertama. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat,
semakin besar pula kebutuhan penyediaan pembangunan perumahan dan
permukiman di perkotaan. Padahal kenyataannya, lahan sifatnya tetap.
Tetapi kebutuhan akan guna lahan perumahan lah yang menjadi
peruntukan paling besar. Penyediaan perumahan juga dibutuhkan oleh
warga dari hinterland yang cenderung ingin tinggal di dekat dengan pusat
kota atau pusat kegiatan. Oleh karena itulah penyediaan apartemen Solo
Paragon ini dianggap sebagai ide yang tepat untuk menjawab kebutuhan
akan perumahan di Kota Surakarta. Berikut adalah jumlah prosentase
tingkat penggunaan ruang untuk hunian di Kota Surakarta yang menjadi
prosentase terbesar di antara penggunaan ruang yang lain :
Tabel 4.1 Rencana Penggunaan Ruang Kota
No PENGGUNAAN RUANG
KOTA
RTURK 1993-2013
Ha %
1. Wisata – Budaya 99,09 2,25
2. Olah Raga 79,27 1,80
3. Jasa Wisata 55,05 1,25
4. Perdagangan 264,24 6,00
5. Perkantoran Komersial 44,04 1,00
6. Perkantoran Pemerintah 77,07 1,75
7. Pendidikan 253,23 5,75
8. Fasilitas Sosial 121,11 2,75
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 33
9. Fasilitas Tansportasi 44,04 1,00
10. Industri 85,88 2,00
11. Perumahan 2.642,44 60,00
12. Ruang Terbuka 22,02 0,50
13. Fasilitas Khusus 11,01 0,25
14. Lain-lain 605,58 13,70
J u m l a h 4.404,07 100,00
Sumber : RTUTRK Dati II Surakarta Tahun 1993-2013
4.2 Kebijakan Wilayah
Kawasan Solo Paragon merupakan kawasan mix use antara
kawasan permukiman, kawasan komersial (perdagangan dan jasa),
pariwisata dan olah raga. Sesuai dengan ketentuan dalam RUTRK Kota
Surakarta Tahun 1993-2013 bahwa kawasan Solo Paragon adalah kawasan
mix use sehingga dengan adanya Solo Paragon yang bersifat mix use ini,
dan perkembangan fisik yang terjadi di sekitarnya mendukung dan sangat
relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas
komersial yang belum ada sebelumnya.
Sesuai dengan ketentuan dalam RUTRK kota Surakarta tahun
1993-2013 bahwa kawasan Yosodipuro adalah kawasan komersial
sekaligus sebagai kawasan mix use yang sangat padat. Sehingga
kemunculan fasilitas sub sektor apartemen sangat relevan dan sesuai
sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas komersial
yang belum ada sebelumnya. Sehingga kelak Solo Paragon dicanangkan
memiliki peran bagi kawasan di sekitarnya dalam peningkatan wujud
kawasan pada khususnya dan peningkatan perekonomian bagi Kota
Surakarta pada umumnya. Lokasi sebuah properti khususnya apartemen,
kondotel dan mall juga sangat mempengaruhi terhadap nilai jual lahan di
sekitarnya kelak. Sehingga hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi
warga sekitar yang memiliki lahan dekat dengan letak Solo Paragon. Di
samping itu, dengan adanya Solo Paragon selain untuk memenuhi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 34
kebutuhan hunian Kota Surakarta dan luar Kota Surakarta, tetapi juga
sebagai tujuan investasi para pelaku bisnis.
Kota Surakarta yang kini berkembang dengan kekuatan sentra-
sentra batik yang dimiliki, menjadikan kota tersebut menarik para
wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk datang ke Kota
Surakarta. Sehingga harapan pemerintah Kota Surakarta selain menjadikan
Kota Surakarta adalah kota pariwisata dengan memiliki sejarah dan
budaya sebagai nilai lebih, dengan hadirnya Solo Paragon di Kota tersebut
akan bersinergi saling tarik menarik dan saling mendukung satu sama lain.
Seperti yang diungkapkan Kepala Sub Bidang Dinas Tata Kota:
“Kota Surakarta adalah sebuah kota, bukan desa, sehingga yang
namanya kota itu sifatnya dinamis. Cocok jika ada apartemen masuk ke
sini, cocok juga untuk berinvestasi. Selain itu dengan adanya Solo
Paragon, banyak wisatawan dan investor yang datang, akan mendukung
adanya aset yang kita tonjolkan yaitu sentra-sentra batik” (Kasubbid
DTK)
Secara administratif, kawasan Solo Paragon mencakup 3 Kelurahan
yaitu Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan
Sriwedari. Dimana peruntukannya seperti yang disebutkan dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2 Peruntukan dan Wilayah Pengembangan Kawasan Penelitian
Kelurahan
Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP)
Wilayah
(Kecamatan) Fungsi Kegiatan T itik Pertumbuhan
Mangkubumen IV Banjarsari
Permukiman,
perdagangan dan
jasa (Mix Use)
Mix use pada
Kawasan Solo
Paragon
Penumping IV Laweyan Pariwisata dan
Olah raga
Perdagangan, jasa,
perkantoran pada koridor Jalan
Slamet Riyadi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 35
Sumber : RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013
4.3 Apartemen Solo Paragon
Sejarah awal kawasan Solo Paragon dahulunya yaitu berupa RSUP
Dr. Muwardi yang berdiri sejak jaman Belanda sampai dengan jaman orde
baru tahun 1996 dan kemudian dipindah tangan ke Ibu Tin Soeharto yang
rencananya akan diganti nama dengan Yayasan Harapan Kita khusus
untuk jantung. Namun belum sempat itu terjadi, beliau Ibu Tin Soeharto
sudah meninggal dunia. Ketika Tahun 1996 terjadi krisis moneter global
di Indonesia, RSUP ini dipindah ke Kecamatan Jebres. Lalu tanah seluas ±
4 Ha tersebut dijual dan dibersihkan sampai menjadi tanah kosong. Sampai
pada sekitar tahun 1998, datang suatu perusahaan besar Citraland yang
hendak membeli tanah tersebut dan akan dibangun mall. Namun, karena
pada tahun itu nilai dolar tinggi, rupiah menurun drastis, harga-harga
bahan bangunan melambung tinggi, dan kondisi perekonomian negara
tidak stabil/colabse, maka terjadi dead lock terhadap pihak Citraland
karena tidak mampu lagi melanjutkan proyek pembangunan mall tersebut.
Padahal proses pembangunan sudah sampai pada pemasangan tiang
pancang. Sampai pada akhirnya tahun 2000 tanah itu menjadi rata selama
bertahun-tahun.
Sampai pada akhirnya di tahun 2006, masuklah 2 pengusaha
raksasa PT. SUNINDO GAPURA PRIMA dan SUN MOTOR yang
tertarik untuk saling bekerja sama membangun tanah seluas ± 4 Ha
tersebut untuk dibangun resort apartemen, kondotel, life style mall dan city
walk yang menjadi satu kesatuan dan dinamakan Solo Paragon. Melihat
Kota Surakarta yang perekonomiannya semakin menggeliat baik, skala
nasional bahkan sampai dengan skala internasional. Itulah yang menjadi
Sriwedari IV Laweyan Pariwisata dan
Olah raga
Perdagangan, jasa, perkantoran pada
koridor Jalan
Slamet Riyadi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 36
pertimbangan utama perusahaan tersebut untuk mengadakan pembangunan
ini demi prospek investasi yang baik sampai beberapa tahun ke depan.
Saat ini awal tahun 2010 perkembangan pembangunan Solo
Paragon sampai pada tahap penyelesaian apartemen dan kondotel, dan
kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan mall beserta city walk
yang rencananya akhir tahun ini akan selesai. Itupun untuk apartemen
sendiri sudah hampir 90% terjual oleh warga Kota Surakarta sendiri
maupun orang-orang dari luar Kota Surakarta yang hendak menetap disitu
maupun hanya sekedar untuk melakukan investasi saja.
Tabel 4.3 Tahap Perjalanan Pembangunan Solo Paragon
Waktu Aktivitas
Awal tahun 2006 Presiden direktur Chandra Tambayong
memutuskan untuk membangun bangunan
dengan konsep mix use Solo Paragon
April 2008 Masyarakat menerima kehadiran Solo Paragon
baik pro maupun kontra
Akhir 2008
Juni 2008
Tahap perijinan Solo Paragon selesai
Meluncurkan contoh unit apartemen
Pertengahan 2008 Pembangunan Solo Paragon mulai berjalan
Mei 2009 Beberapa unit kamar apartemen selesai
dikerjakan
Akhir 2009 Hampir 90% unit apartemen laku terjual
Akhir 2010 Ditargetkan pembangunan ini akan selesai
pada akhir tahun 2010 nanti
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 37
Solo Paragon terletak di lokasi yang cukup strategis, dekat dengan
pusat Kota Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan
Mangkubumen Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan
Penumping, Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas Rumah Sakit
Umum Dr. Muwardi. Lokasi yang strategis karena letak Solo Paragon
yang juga berada di bagian barat-selatan Kota Surakarta yang mana
kawasan tersebut merupakan pusat pertumbuhan utama Kota Surakarta.
Selain itu, mudah untuk dijangkau dari arah manapun karena dihubungkan
dengan jalan-jalan kolektor seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan yosodipuro
dan Jalan Ciptomangunkusumo.
Gambar 4.2 Lokasi Solo Paragon
Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mixed-use yang di
dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel,
dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak
kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren
(trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun
Jawa Tengah secara umum. Solo Paragon memiliki kemudahan dari tiga
titik akses masuk dari jalan utama, yaitu : Jalan Slamet Riyadi, Jalan
Yosodipuro, Jalan Dr Cipto Mangunkusumo. Apartemen Solo Paragon
dengan 24 lantai atau setinggi 84 meter ini mendapatkan julukan sebagai
bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY. Bangunan ini
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 38
dicanangkan akan menjadi bangunan termegah di Kota Surakarta dan
menjadi salah satu ikon kota.
Sementara ini dari data yang diperoleh dari Manajemen Solo
Paragon tahun 2010, terdapat 4 tower untuk apartemen dan hotel (yang
sekarang ini baru 1 tower yang selesai dibangun) dan sisanya adalah mall
dan city walk. Berikut ini adalah gambar Site Plan Solo Paragon tahun 207
:
Gambar 4.3 Site Plan Solo Paragon Tahun 2007
Untuk ke empat tower tersebut, setiap lantai peruntukannya sama
antara satu tower dengan tower lain dengan rincian sebagai berikut.
Dari 24 lantai, apartemen dan hotel yang sudah dipasarkan adalah pada :
Lantai 1 – lantai 8 : Apartemen
Lantai 9 – lantai 18 : Hotel
Lantai 18 – lantai 24 : Apartemen (belum beroperasi)
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 39
Blok lainnya adalah peruntukan life style mall dan city walk yang
dijadikan sebagai pusat wisata kuliner yang menyuguhkan berbagai
macam makanan.
Selain penjualan apartemen yang fantastis, penjualan Citywalk dan
Mall Solo Paragon juga mendapat respon yang sama. Banyak tenant yang
telah dan akan bergabung seperti KFC, A&W, Solaria, Nakamura, Ja Co
Fitness, Dunkin Donuts, Stroberi, Kafe Gelare, Batik Keris, Cammomile,
Nav Karaoke, Yogen Fruit, Baby Snoopy, Es Teller 77, Bakso Lapangan
Tembak, Simplicity, Hammer, ADIDAS, Sport Station, MC Games,
Luwak Cafe, Carrefour, dan lain lain.
Keunggulan Solo Paragon terletak pada konsep dan fasilitasnya
yang lengkap dan modern, di antaranya Lagoon Pool, Jogging Track, Mini
Golf, Children Play Ground, Fitness & Spa, Laundry, Function Hall, dan
24 Hours Security System (CCTV & Magnetic Card). Dengan konsep
termegah serta fasilitas terlengkap dan termodern, Solo Paragon akan
menjadi kebanggaan masyarakat Solo dan Jawa Tengah.
Solo Paragon akan memiliki sebanyak 440 unit hunian, yang terdiri dari
220 unit apartemen dan 220 kondominium hotel (kondotel).
Proyek apartemen ini merupakan hunian yang serba praktis bagi
masyarakat. Pasalnya, semua fasilitas, antara lain supermarket, “city walk”
yang menyajikan layanan kuliner dengan waktu yang lebih panjang dan
berbagai fasilitas kelas hotel bintang lima sudah tersedia.
Dengan berdirinya Solo Paragon, perkembangan bisnis properti
juga tidak akan mengalami penurunan, sebaliknya justru justru akan
semakin meningkat. Apalagi, pertimbangan tingkat keamanan, letak yang
strategis dan praktis menjadikan aset yang dipunyai semakin memiliki
nilai jual yang lebih, seperti properti di Solo Paragon.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 40
Solo Paragon dipegang oleh Chandra Tambayong pemilik PT.
Gapura Sunindo Prima yang bekerja sama dengan Sun Motor. Manajemen
Solo Paragon telah melakukan finalisasi tender pembangunan Solo
Paragon dengan menunjuk Manajemen Kontruksi (Tripanoto Sri
Konsultan), Konsultan Arsitek (Indomegah), Konsultan Struktur (Davy
Sukamta & Partners), M&E Konsultan (Metakom Pranata), dan Quality
Surveyor (Reka Griya Mitra Buana). Sebelum Solo Paragon, Gapura
Prima Group hadir sebagai pengembang Surakarta Grand Mall dan Pusat
Grosir Surakarta. Sunindo Primaland Group merupakan pemilik Hotel
Novotel Surakarta, Hotel Ibis Surakarta, Hotel Grand Mercure Jogja, dan
Hotel Novotel Semarang.
Gambar 4.4 Gambar Perspektif Solo
Paragon
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 41
Manajemen Solo Paragon mempercayakan kepada Harris Hotel
untuk memegang residence baik apartemen maupun kondotelnya. Ini
merupakan pilihan yang tepat, mengingat Harris Hotel terkenal dengan
keahliannya di bidang residence terutama pengalamannya dalam
mengelola hotel-hotel sebelum hadir di Surakarta. Seperti Harris Resort
Batam, Harris Tuban Bali, Harris Resort Kuta Bali, dan Harris Hotel Tebet
Jakarta. Untuk Kota Surakarta, akan hadir dengan nama Harris Hotel dan
Residences Surakarta. Harris Hotel dan Residences Surakarta agak
berbeda dengan di daerah lain. Selain areal Solo Paragon lebih luas dan
lay out yang bervariasi, hunian modern di Surakarta ini menggabungkan
servis sub sektor apartemen dengan life style mall dan city walk.
Tabel 4.4 Identitas Pembangunan Solo Paragon
Klien PT . Sunindo Gapura Prima (Gapura Prima & Sun Motor Group)
Alamat Jalan. Yosodipuro no. 135, Surakarta
Luas Lahan 41.000 m2
Luas Bangunan 99.043 m2
Arsitek Architect Indomegah
Struktur Davy Sukamta & Partners
Mekanikal &
Elektrikal PT . Metakom Pranata
Manajemen
Konstruksi
PT . Trianoto
Pengelola Harris Hotel
O perational Director,
Budianto Wiharto
President Director, Chandra Tambayong
Rencana mulai beroperasi
awal 2010 oleh Harris Hotel dan Residences Surakarta
Konsep mix used development yang menggabungkan Resort
Apartment, Citywalk & Lifestyle Mall,
TARGET
Pembangunan
selesai pada akhir tahun 2009 nanti
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 42
Perizinan TDP (11.16.1.52.01428),
SIUP (517/0454/PK/IV/2008),
Rekomendasi Ketinggian Bangunan dari AU (B/394/IV/2008),
Izin Gangguan Tempat Usaha. (503/0412/B- 10/HO/IV/2008),
Advice Planning Untuk Ketinggian 84 mtr (660/062/B- 10/AP/IV/2008),
No Pendaftaran IMB (601/484/L-05/IV/2008),
Surat Ketetapan Retribusi IMB (601/2431/L-
05/IV/2008).
HARGA Dimulai dari harga 250 juta pada grand opening untuk tipe paling kecil dan untuk cicilan 6 jutaan per bulan dan cicilan
42 kali tanpa DP dan tanpa bunga
Fasilitas Lagoon Pool, Jogging Track, Mini Golf, Children Play Ground, Fitness & Spa, Laundry, Function Hall, dan 24 Hours
Security System ( CCTV & Magnetic Card )
Sumber : Manajemen Solo Paragon
Dari tahap awal untuk tanggung jawab perijinan proyek terhadap
pemerintah Kota Surakarta selesai, pihak Solo Paragon juga melakukan
pendekatan atau sosialisasi kepada warga beserta wakil masyarakat.
Mereka melakukan perijinan untuk mendirikan bangunan tersebut dengan
konsekuensi yang dibebankan kepada warga sekitar yaitu kebisingan,
debu, dan lain-lain. Dengan terpaksa, warga sekitar mengiyakan
konsekuensi tersebut, karena memang proyek tetap berjalan. Namun pihak
Solo Paragon tetap memberikan uang ganti rugi kepada tiap ketua RT
sebesar 10 juta rupiah yang kemudian unuk dibagikan secara adil kepada
warga terutama yang paling parah kerugiannya. Seperti pada kutipan hasil
wawancara berikut :
“Pihak Solo Paragon, pada awalnya menjanjikan kepada warga
Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan
Sriwedari khususnya yang menjadi kawasan Solo Paragon dengan
memberikan uang sebesar 10 juta rupiah lewat ketua RT, yang nantinya
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 43
diserahkan pada masing-masing rumah-rumah yang dekat dengan Solo
Paragon” (Kepala Kelurahan mangkubumen)
Berdasarkan pernyataan ketua RW 5 Kelurahan Mangkubumen,
rencananya Solo Paragon yang terletak dalam 3 Kelurahan ini akan
menjadi bagian dari Kelurahan Mangkubumen RW V dengan penambahan
membentuk RT sendiri yakni RT V. Sehingga untuk identitas penduduk
yang nantinya hendak pindah dan menjadi penghuni di apartemen Solo
Paragon akan menjadi bagian dalam Kelurahan Mangkubumen dan di data
menjadi warga kelurahan tersebut.
4.4 Kondisi Pemanfaatan Lahan Sekitar Solo Paragon
Kelompok jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum
adanya pembangunan apartemen Solo Paragon, penggunaan lahannya
didominasi oleh permukiman dan terdapat sedikit perdagangan jasa pada
bagian periferi (menghadap jalan utama). Kawasan tersebut belum ramai
dan kurang hidup berbeda dengan kondisi sekarang setelah pembangunan
apartemen Solo Paragon berjalan. Karena semenjak ada isu-isu akan
dibangunnya apartemen Solo Paragon, masyarakat berlomba untuk
mengadakan kegiatan komersial yang dekat dengan keberadaan
apartemen Solo Paragon.
Kondisi pemanfaatan lahan saat ini meliputi kegiatan permukiman,
perdagangan, jasa, perkantoran, dan lain-lain yang umumnya
mengelompok di sepanjang periferi Jalan Yosodipuro yakni di sebelah
utara Solo Paragon, sedangkan pemanfaatan lahan untuk kegiatan
permukiman mengelompok di bagian enclave kawasan Solo Paragon.
Secara umum pola pemanfaatan lahan di kawasan Solo Paragon
yang terbentuk saat ini cenderung mengikuti pola jaringan jalan
berdasarkan tingkat aksesibilitasnya. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan
komersial pada umumnya mengelompok pada jaringan jalan kolektor,
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 44
sedangkan pemanfaatan lahan untuk permukiman cenderung berkembang
pada jalan lingkungan.
Adapun jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum
dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon antara lain :
1. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman
Sebelumnya perumahan di kawasan penelitian adalah
peruntukan yang dominan. Karena sebelum RTRW 1993-2013
ditetapkan, peruntukan di Kelurahan Mangkubumen adalah
peruntukan perumahan. Sehingga terdapat rumah-rumah yang
mendominasi kawasan tersebut.
Sekarang ini, sebagian rumah-rumah warga pada bagian
periferi terdapat guna lahan permukiman dengan rumah-rumah
lama/kuno, yang sudah ada dari jaman dahulu, dan kini
sebagian mereka mengubah fungsi bangunan rumah mereka
atau mengalami “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama
(permukiman) menjadi fungsi baru (komersial).
Sedangkan untuk guna lahan permukiman pada kawasan Solo
Paragon hanya dijumpai pada bagian enclave di dalam
kampung-kampung yang sejak dahulu terbentuk secara
sendirinya. Namun sekarang banyak yang meengubah fungsi
bangunannya menjadi kost-kostan. Seperti yang dikutip dalam
hasil wawancara berikut :
“Namun tetap, ada hal positif yang diterima warga, yakni
warga banyak yang mulai melakukan adaptasi dengan cara
membuka kost-kostan baik untuk para pekerja kasar/kuli, dan
karyawan Solo Paragon nantinya. Sejauh ini, warga lumayan
diuntungkan dengan adanya kost-kostan. dan kini semenjak
adanya pembangunan Solo Paragon, banyak warga yang
membuka kost-kostan di rumah mereka”(Ketua RW V
Kelurahan Mangkubumen)
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 45
2. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pendidikan
Selain dominan kawasan perumahan, juga dominan dengan
kawasan pendidikan. Banyak sekali sarana pendidikan mulai
dari TK sampai Perguruan Tinggi baik formal maupun swasta.
Kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon, muncul
pendidikan-pendidikan swasta yang baru dibangun di kawasan
tersebut. Berikut adalah contoh gambar sarana pendidikan di
sekitar Solo Paragon.
Gambar 4.5 Kost-kostan
Dibangun Sebelum Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.7 Rumah Sebelum Pembangunan Solo
Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.8
Rumah Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.6 Kost-kostan
Dibangun Sesudah Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 46
3. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan kesehatan
memang banyak terdapat sarana kesehatan mulai dari rumah
sakit, apotek, praktek dokter sampai dengan klinik kesehatan.
Terdapat Rumah Sakit swasta yang terletak di Jalan
Ronggowarsito tepatnya di sebelah selatan Solo Paragon yaitu
RS PKU Muhammadyah. Sebelah utara Solo Paragon kini
terdapat klinik kesehatan dan bermacam-macam apotek.
Berikut adalah gambar Klinik kesehatan di sebelah utara Solo
Paragon:
4. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa
Zona pada Jalan Yosodipuro sebelum adanya pembangunan
Solo Paragon merupakan kawasan mix use mulai dari
Gambar 4.9 Sarana Pendidikan Sebelum
Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.12 Sarana Kesehatan Sesudah
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.10 Sarana Pendidikan Sesudah
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.11
Sarana Kesehatan Sebelum Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 47
perdagangan, jasa, perkantoran, sarana kesehatan dan lain-lain.
Dan kini, semenjak adanya pembangunan Solo Paragon zona
ini terlihat mengalami kecenderungan komersialisasi yang terus
meningkat pertumbuhannya di masa yang akan datang.
a. Toko dan Ruko
Pada periferi zona Jalan Yosodipuro memiliki keragaman
jenis toko jika ditinjau dari jenis barang dagangannya.
Antara lain : mini market, toko alat jahit, toko kain, toko
barang-barang elektronik, toko furniture, toko perlengkapan
rumah tangga, showroom, dan kios-kios maupun warung-
warung kecil lainnya. Toko tersebut tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pokok penduduk sekitar Kelurahan
namun cakupan pelayanannya sampai penduduk se Kota
Surakarta. Toko tersebut muncul setelah adanya perubahan
wujud kawasan di sekitar zona Jalan Yosodipuro setelah
adanya pembangunan Solo Paragon yang dahulunya
merupakan kawasan mati.
Keberadaan toko dan warung di Jalan Yosodipuro bagian
timur sebagai akibat adanya kawasan pendidikan TK – SD
dan berseberangan dengan Rumah Sakit sehingga lebih
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan murid dan penjenguk
pasien. Dan masih banyak pula toko yang berada di
sepanjang Jalan Dr. Muwardi, diantaranya toko pakaian,
toko buku, toko makanan, dan lain-lain. Di sepanjang jalan
Dr. Muwardi memang selain menjadi kawasan kompleks
pendidikan, tetapi pada malama harinya kawasan tersebut
berubah menjadi kawasan kuliner di malam hari. Ini
merupakan salah satu potensi bagi perkembangan sekitar
Solo Paragon.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 48
Untuk ruko, sebelum pembangunan Solo Paragon terdapat
satu ruko yang belum terisi/tersewa. Kini ruko-ruko
menjamur di sekitar Solo Paragon. Ruko-ruko ini dijumpai
di sebelah barat Solo Paragon, terletak pinggir jalan
Yosodipuro dan sebagian lain di dalam gang kecil.
Kegiatan ini berkembang dan tetap ramai walaupun area
parkirnya tidak begitu luas.
Seperti yang tertera pada Gambar 4.15 di bawah ini.
b. Pasar
Satu-satunya pasar yang letaknya dekat dengan Solo
Paragon dan satu-satunya pasar milik Kelurahan
Mangkubumen adalah Pasar Nangka. Pasar tradisional
Gambar 4.14 Toko Sesudah Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.13 Toko Sebelum Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.15
Ruko Baru Sesudah
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 49
tersebut sudah lama berdiri di Kota Surakarta. Cakupan
pelayanannya sampai pada tingkat kota. Namun jalan di
sekitar pasar itu berupa jalan kecil yang sekaligus
dipergunakan sebagai lahan parkir. Sehingga walaupun
jalan di sekitar pasar dibuat one way, tetap terjadi
kemacetan di sekitar pasar. Berikut adalah Gambar 4.16,
Pasar Tradisional Nangka.
c. Restoran
Untuk restoran, sebelum pembangunan Solo Paragon jarang
dijumpai di sepanjang jalan khususnya jalan arteri sekunder
(jalan utama). Kini setelah pembangunan Solo Paragon,
resrtoran berkembang dan banyak dijumpai pada sepanjang
Jalan Yosodipuro dan sepanjang Jalan Dr. Muwardi. Mulai
dari restoran, cafe, sampai dengan warung makan dan PKL
yang berdagang makanan di pinggir jalan.
Jenis restoran sebelum Solo Paragon dibangun tepatnya
pada Jalan Cipto Mangunkusumo dan cafe sesudah Solo
Paragon dibangun seperti pada Gambar 4.17 dan Gambar
4.18 di bawah ini :
Gambar 4.16 Pasar Tradisional nangka
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 50
d. Laundry dan Salon
Kegiatan laundry dan Salon banyak dijumpai di sekitar
Solo Paragon, baik sebelum pembangunan itu berlangsung
maupun sudah berlangsung. Ini dikarenakan daerah tersebut
menjadi lokasi yang strategis untuk mendirikan laundry dan
salon. Dan untuk kegiatan salon terus berkembang di
sekitar Solo Paragon ini dengan sasaran menengah ke atas.
Sehingga membentuk pandangan bahwa sekitar Solo
Paragon menjadi sentra beraneka macam salon. Pada
Gambar 4.19 dan Gambar 4.20 di bawah ini adalah gambar
salon yang ada sebelum pembangunan Solo Paragon dan
sesudah pembangunan Solo Paragon.
Gambar 4.18
Kafe Sesudah Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.17 Restoran Sebelum Pembangunan Solo
Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 51
Sedangkan Gambar 4.21 dan Gambar 4.22 adalah gambar
laundry yang sebelum Solo Paragon dibangun sudah ada di
jalan Hasanudin, dan gambar laundry yang baru-baru ini
dibangun setelah pembangunan Solo Paragon di Jalan
Yosodipuro.
e. Perhotelan
Banyak terdapat hotel di sekitar kawasan penelitian yang
dari awal sebelum Solo paragon berdiri, hotel-hotel itu
sudah ada. Seperti hotel Agas dan hotel Suka Marem. Dan
ada pula hotel yang dibangun setelah Solo Paragon ada
seperti hotel De Solo. Dan dari berbagai level mulai dari
hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang tiga.
Gambar 4.19 Salon Sebelum Pembangunan
Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.20
Salon Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.21 Laundry Sebelum
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.22
Laundry Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 52
Berikut gambar hotel-hotel yang berada di sekitar Solo
Paragon sebelum Solo Paragon berdiri seperti pada Gambar
4.23.
f. Bimbingan Belajar
Berhubung daerah sekitar Solo Paragon juga merupakan
kawasan dekat dengan kawasan pendidikan, sehingga untuk
kegiatan bimbingan belajar kian menjamur di daerah
tersebut. Dahulunya banyak dibangun bimbingan belajar di
sepanjang Jalan Dr. Muwardi, namun kini semenjak Solo
Paragon dibangun, muncul lagi bimbingan belajar yang
berada di sebelah utara dan barat Solo Paragon.
Selain Bimbingan Belajar yang menitikberatkan
pendidikan, ada pula tempat kursus untuk mengasah skill di
dunia model yang letaknya di ruko sebelah barat Solo
Paragon.
Salah satu bangunan Bimbingan Belajar sesudah Solo
Paragon berdiri yang terletak di sebelah utara Solo Paragon
tepatnya di Jalan Yosodipuro dapat dilihat pada Gambar
4.24.
Gambar 4.23 Hotel di jalan Hasanudin
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 53
g. Praktek Dokter
Praktek dokter sering ditemui di sekitar kawasan Solo
Paragon, baik di sepanjang periferi maupun di kawasan
perumahan dan permukiman di belakang koridor (enclave).
Konsumen dari praktek dokter adalah masyarakat di sekitar
kawasan penelitian, khusus untuk dokter spesialis
jangkauan pelayanan telah mencapai masyarakat di luar
wilayah studi.
h. Bengkel dan tambal ban
Belum terdapat bengkel resmi atau yang bersifat formal di
daerah sekitar Solo Paragon, yang ada hanya bengkel
informal di pinggir-pinggir jalan kolektor sekunder dan
sudah ada sebelum SOlo Paragon dibangun. Seperti pada
Gambar 4.25 berikut ini :
Gambar 4.24 Bimbingan Be lajar Sesudah
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 54
i. Kegiatan jasa lainnya
Kegiatan jasa lainnya yang dimaksud adalah kost-kostan,
jasa privat mengemudi mobil, warnet, wartel, dan lain-lain
yang ditemui di seluruh wilayah penelitian.
5. Pemanfaatan lahan untuk perkantoran
a. Perkantoran pemerintah
Perkantoran Pemerintah yang terdapat di wilayah studi antara
lain : Perkantoran Pemerintah (Kantor Kelurahan
Mangkubumen) dan Kantor Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop). Salah satu
bangunan perkantoran pemerintah dapat dilihat pada
Gambar 4.26.
Gambar 4.25
Bengkel dan Tambal Ban di Jalan Cipto Mangunkusumo
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.26 Kantor Kelurahan
Mangkubumen Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 55
b. Perkantoran swasta
Perkantoran Swasta yang dimaksud adalah perkantoran
bisnis dan profesional, antara lain berupa : kantor notaris,
kantor pengacara yang berada di bagian enclave
(permukiman), dan kantor keuangan atau finence, kantor
ticketing penerbangan pesawat terbang, dan lain-lain yang
tersebar di bagian periferi koridor Jalan Yosodipuro. Salah
satu perkantoran yang berkembang di wilayah studi
sesudah Solo Paragon dibangun dapat dilihat pada Gambar
4.27.
c. Bank
Untuk kegiatan Bank, hanya terdapat 1 kantor cabang saja
yaitu LIPPO BANK, karena peruntukan bank lebih
dominan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi atau di sebelah
selatan Solo Paragon. Karena memang perkembangan
untuk kegiatan Bank berada di Jalan utama Kota Surakarta
yaitu Jalan Slamet Riyadi. Sementara ini juga terdapat
ATM yang terletak di depan Solo Paragon.
Gambar 4.27
Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 56
d. Asuransi
Terdapat satu asuransi yang letaknya di Jalan kolektor
sekunder yaitu Jalan Wora Wari. Untuk kegiatan asuransi,
dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Berdasarkan hasil olah data proporsi kegiatan komersial (perdagangan,
jasa, pendidikan, perkantoran dan kesehatan) pada bagian periferi sebelum
dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
No Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan Jumlah Bangunan
1. Perdagangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Toko elektronik Toko pakaian 1 3
Toko kelontong Toko pulsa 8 6
Toko furniture Toko wallpaper 1 1
Toko pulsa Toko boneka 5 2
Toko alat jahit Toko tas 1 1
Toko mesin foto copy Toko elektronik 1 2
Showroom motor Toko makanan 1 4
- Toko kelontong 5
Toko minimarket -
2
Toko buku 1
Jumlah 18 27
Gambar 4.28
Kantor Asuransi Sesudah
Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 57
2. Jasa dan Kost-kostan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Laundry Laundry 3 4
Salon Salon 2 4
Kost-kostan Pelatihan setir mobil 3 1
Wartel Kost-kostan 1 7
Penjahit Warnet 1 1
Foto copy Kursus keterampilan 1 1
Rias pengantin Percetakan 1 1
Jumlah 11 19
3 Pendidikan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
TK Sekolah swasta 1 2
SD Bimbingan belajar 2 3
SMP -
2 -
Bimbingan belajar 1
Jumlah 6 5
4 Perkantoran Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Kantor kelurahan Kantor asuransi 1 3
Kantor notaris Kantor cabang 5 2
- Kantor notaris - 5
Jumlah 6 10
5 Kesehatan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Praktek dokter Praktek dokter 4 7 Apotek Apotek 1 4
- Klinik bersama - 1
Jumlah 5 12
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada
bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya
pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan. Di bawah ini adalah
proporsi kegiatan komersial pada bagian enclave sebelum dan sesudah
Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut ini :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 58
Tabel 4.6 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan
Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
No Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan Jumlah Bangunan
1. Perdagangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Toko kelontong Toko kelontong 11 13
Toko furniture Toko makanan 1 4
Toko pulsa Toko pulsa 3 5
Jumlah 15 22
2. Jasa dan Kost-kostan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Laundry Laundry 5 3
Salon Salon 3 2
Kost-kostan Kost-kostan 5 4
Wartel Kursus keterampilan 2 1
Rias pengantin Percetakan 1 -
Jumlah 14 9
3 Pendidikan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
TK Sekolah swasta 1 1
SD Bimbingan belajar 1 1
Jumlah 2 2
4 Perkantoran Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Kantor notaris Kantor notaris 5 4
Jumlah 5 4
5 Kesehatan Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Praktek dokter Praktek dokter 2 4
Apotek Apotek 1 1
Jumlah 3 5
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada
bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya
pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan. Berikut ini adalah
peta yang menunjukkan guna lahan atau pemanfaatan lahan yang ada di
sekitar Solo Paragon pada tahun 2006 (sebelum ada isu pembangunan Solo
aragon) dan tahun 2010 (sesudah pembangunan Solo Paragon) :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 59
Gambar 4.29 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar Solo Paragon Tahun
2006
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 60
Gambar 4.30 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar Solo Paragon Tahun
2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 61
4.5 Kondisi Sosial
Dengan mengambil batas area yang tercakup dalam 3 Kelurahan
yaitu Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan
Sriwedari. Maka dicantumkan data monografi tiap-tiap keluarahan tersebut
sesuai kebutuhan penelitian diantaranya seperti jumlah penduduk dan
migrasi penduduk sebelum pembangunan Solo Paragon (tahun 2006) dan
sesudah pembangunan Solo Paragon (tahun 2009).
Berikut tabel monografi penduduk, migrasi dan mutasi penduduk tiap-tiap
kelurahan tahun 2006 dan tahun 2009 :
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Mangkubumen
No Perincian Tahun 2006
(Sebelum)
Tahun 2009
(Sesudah)
1 Jumlah penduduk awal bulan 9798 9894
2 Kelahiran 8 12
3 Kematian 5 7
4 Pendatang 8 19
5 Pindah 6 19
Jumlah 9803 9899
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan Mangkubumen tahun
2009 adalah sebesar 9899 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak
penduduk yang datang, tetapi banyak pula yang pindah dari kelurahan
tersebut selama kurun waktu 3 tahun. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan angka jumlah penduduk di Kelurahan bagian dari letak solo
Paragon, Kelurahan Penumping :
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kelurahan Penumping
No Perincian Tahun 2006
(Sebelum)
Tahun 2009
(Sesudah)
1 Jumlah penduduk awal bulan ini 5553 5611
2 Kelahiran 2 3
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 62
3 Kematian 3 2
4 Pendatang 4 3
5 Pindah 7 14
Jumlah 5549 5621
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan Penumping tahun
2009 adalah sebesar 5621 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak
penduduk yang pindah ke luar kelurahan tersebut. Selanjutnya adalah tabel
yang menunjukkan angka jumlah penduduk kelurahan yang menjadi
bagian lain dari letak solo Paragon, Kelurahan Sriwedari :
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kelurahan Sriwedari
No Perincian Tahun 2006 (Sebelum)
Tahun 2009 (Sesudah)
1 Jumlah penduduk awal bulan ini 5252 5287
2 Kelahiran 3 4
3 Kematian 4 2
4 Pendatang 4 3
5 Pindah 11 13
Jumlah 5244 5279
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan Sriwedari tahun 2009
adalah sebesar 5279 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak
penduduk yang pindah ke luar kelurahan tersebut.
Ketiga kelurahan tersebut membentuk suatu organisasi yang
terbentuk karena menjadi satu bagian Solo Paragon. Salah satu organisasi
sosial warga sekitar Solo Paragon yang aktif dan menamakan dirinya MPS
yakni kepanjangan dari Mangkubumen Penumping Sriwedari. Yang mana
ketua ormas tersebut sekaligus menjadi tangan kepercayaan pihak
pengembang. Rumpun paguyuban MPS dibentuk sejak tahun 2006 atau
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 63
awal pembangunan Solo Paragon. Mereka semakin solid dan intens
keterlibatannya semenjak adanya pembangunan Solo Paragon. Masing-
masing warga Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan
Kelurahan Sriwedari mengikutsertakan diri mereka sebagai salah satu
anggota paguyuban MPS ini. Terkait pembangunan Solo Paragon, MPS
dijadikan warga sebagai tangan panjang warga untuk mengeluarkan
pendapat, pro maupun kontra. Begitu juga sebagai wadah yang
menampung keluhan-keluhan warga selama masa pembangunan yang
kemudian lewat MPS akan disampaikan langsung kepada pihak
manajemen Solo Paragon.
Karakteristik sosial kemasyarakatan disini mencakup tata
pergaulan di masyarakat yang berupa aktivitas sosial budaya dan mobilitas
penduduk yang mencakup mobilitas dalam kawasan maupun mobilitas
luar kawasan. Karakteristik sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh
mata pencaharian masing-masing penduduk. Status sosial warga yang
bertempat tinggal khususnya pada bagian periferi di sekitar Solo Paragon
rata-rata penduduk dengan status sosial tinggi. Dan untuk yang bertempat
tinggal pada bagian enclave, rata-rata hanya penduduk dengan status sosial
biasa atau sedang. Sehingga masyarakat yang mempunyai status sosial
tinggi, kebanyakan memiliki sifat individualistis. Dikarenakan status
ekonomi mereka yang tinggi pula dibanding lainnya. Akan tetapi,
masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan permukiman dengan status
sosial sedang, mereka kebanyakan masih melakukan interaksi sosial
dengan baik, mau bergaul dengan sesama tetangga, dan rukun antar
warga. Terkadang mereka sering mengadakan gotong royong untuk
kepentingan bersama, seperti kepentingan kebersihan, kesehatan, dan
hanya sekedar bersosialisasi bersama. Awal pembangunan Solo Paragon,
pihak pengembang juga sering melibatkan warga sekitar dalam setiap
acara, seperti olah raga bersepeda bersama, acara peresmian Solo Paragon,
dan lain-lain.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 64
Karena Solo Paragon yang dominan terletak di RW V Kelurahan
Mangkubumen ini rencananya akan membentuk RT sendiri yakni RT V,
sehingga hal itu membuat semakin banyaknya jumlah penduduk di
Kelurahan Mangkubumen dan semakin menambah kepadatan penduduk di
kelurahan tersebut. Namun warga sekitar merasa tidak siap menerima
kehadiran Solo Paragon dan mengkhawatirkan adanya kesenjangan antar
kelas masyarakat di lingkungan mereka. Warga sekitar merasa
karakteristik sosial dan adat istiadat calon penghuni apartemen berbeda
dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Sehingga kesiapan warga
sekitar dalam menerima kehadiran apartemen Solo Paragon diperoleh hasil
sebagai berikut ini.
Tabel 4.10 O lah Data Kusioner Variabel Sosial Pertama
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Sebelum Solo Paragon dibangun, lahan kosong seluas ±4 Ha
tersebut menjadi ruang publik bagi masyarakat sekitar. Biasanya anak-
anak warga sekitar khususnya RW 02 menggunakannya untuk sarana
bermain. Tetapi kini ruang gerak mereka merasa dibatasi, lahan tersebut
dipagari dan dijaga ketat. Khususnya bagi PKL yang dulunya berjualan di
sekitar lahan Solo Paragon. Namun kini mereka para pedagang kaki lima
tersebut kehilangan lokasi strategis mereka untuk berjualan seperti
biasanya, karena lahan di sekitar Solo Paragon kini dibersihkan dari PKL.
Sehingga mereka tidak dapat lagi secara bebas berjualan di sekitar lokasi
proyek karena adanya penggusuran dari pihak Solo Paragon dan pihak
pemerintah Kota Surakarta. Walaupun pada kenyataannya sebagian dari
mereka masih ada yang nekat berjualan selama pembangunan berjalan.
Variabel Jawaban Jumlah Masyarakat tidak
siap menerima kehadiran Solo
Paragon
Setuju 63
T idak setuju 22
Jumlah responden 85
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 65
Dari hasil survey yang dilakukan, maka diperoleh hasil olah data
kuisioner variabel sosial yaitu tereduksinya ruang publik bagi masyarakat
sekitar khususnya bagi PKL yang tertera dalam tabel berikut.
Tabel 4.11 O lah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua
Adanya Solo Paragon
mengakibatkan tereduksinya ruang
publik bagi PKL
Jawaban Jumlah Setuju 52
T idak setuju 33
Jumlah responden 85
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Jumlah dan sebaran lokasi ruang publik yang dinikmati oleh
masyarakat sekitar khususnya PKL bermacam di setiap lokasi.
Berdasarkan data kelurahan yang diperoleh, jumlah PKL yang berjualan di
wilayah penelitian dapat ditabulasikan dalam tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.12 Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo
Paragon
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2010
Dari tabel di atas, menunjukan penurunan jumlah PKL yang
berada di jalan-jalan yang mengelilingi lahan Solo Paragon seperti Jalan
Yosodipuro, Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Sutomo, dan Jalan
Arumndalu. Berikut ditunjukkan peta ruang publik PKL yang berjualan di
sekitar terbanyak yakni di sekeliling lahan Solo Paragon. Seperti pada
gambar 4.31, peta ruang publik PKL di sekeliling Solo Paragon.
No Lokasi Sebelum Sesudah 1 Sepanjang Jalan Yosodipuro 21 17
2 Sepanjang Jalan Hasanudin 13 13
3 Sepanjang Jalan Dr. Muwardi 18 20
4 Sepanjang Jalan Cipto Mangunkusomo 10 4
5 Sepanjang Jalan Sutomo 5 1
6 Sepanjang Jalan Mawar 7 8
7 Sepanjang Jalan Dr. Supomo 6 6
8 Sepanjang Jalan Arumndalu 4 1
Jumlah 84 70
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 66
Gambar 4. 31
Peta Ruang Publik PKL di Sekeliling Solo Paragon
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 67
4.6 Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian warga sekitar apartemen Solo Paragon
bermacam-macam mulai dari tingkat ekonomi menengah ke bawah sampai
dengan menengah ke atas. Dan dari data yang diperoleh, mengalami
kenaikan harga tanah dari tahun ke tahun. Ditambah dengan adanya Solo
Paragon membuat harga tanah di sekitarnya melambung tinggi. Sehingga
di antara mereka banyak yang justru menjual tanah milik mereka,
mengontrakkan, atau dipertahankan karena menganggap tanah mereka
adalah aset yang sangat berharga. Seperi pernyataan dalam wawancara
berikut ini :
“Tanah milik pribadi saya juga naik, demikian juga dengan harga
pajak bumi dan bangunannya (PBB). Warga lain pun juga mengakui hal
itu. Kenaikan harga tanah kami sekarang di RW 5 Kelurahan
Mangkubumen yang bagian dalam sekitar 3 juta rupiah/meter. Dan harga
pajak terakhir yang saya bayarkan sekitar 500.000 ribu rupiah” (Ketua
RW V Kelurahan Mangkubumen)
Berikut Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 adalah data harga tanah di
sekitar Solo Paragon yang terbagi menjadi 2 antara di bagian periferi dan
bagian enclave :
Tabel 4.13 Harga Tanah di Sekitar Solo Paragon
No
Klasifikasi
Harga (per meter) Sebelum Ada Solo
Paragon
Harga (per meter) Sesudah Ada Solo
Paragon
1 Periferi ± 2 juta rupiah ± 4-5 juta rupiah
2 Enclave ± 1 juta rupiah ± 2-3 juta rupiah
Sumber : Hasil Olah Data BPN, Tahun 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 68
Tabel 4.14 Harga Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo
Paragon
No
Klasifikasi
Harga (per meter) Sebelum Ada Solo
Paragon
Harga (per meter) Sesudah Ada Solo
Paragon
1 Periferi ± 500.000 ribu
rupiah ± 750.000 ribu rupiah
2 Enclave ± 300.000 ribu
rupiah ± 500.000 ribu rupiah
Sumber : Hasil Olah Data PBB, Tahun 2010
Karakteristik perekonomian kawasan Solo Paragon dapat dilihat
dari sebaran jenis kegiatannya, visualisasi aktivitas perekonomian dan
intensitasnya. Jenis aktivitas perekonomian mencakup aktivitas formal dan
informal. Sedangkan intensitas aktivitas perekonomian dapat dilihat dari
visualisasi pergerakan penduduknya dan terjadinya aktivitas ekonomi serta
kesempatan kerja yang tersedia terutama kesempatan bekerja ke dalam
Solo Paragon.
Jenis aktivitas ekonomi mengalami peningkatan baik jenis maupun
jumlahnya. Terdiri dari kegiatan perdagangan dan jasa, seperti munculnya
ruko-ruko, toko, restoran, cafe, salon, laundry, kost-kostan dan masih
banyak lagi kegiatan baik yang mendukung perdagangan dan jasa, ataupun
mendukung banyaknya sarana pendidikan di sekitar kawasan penelitian.
Indikasinya berupa aktivitas perekonomian yang sangat berhubungan
dengan adanya Solo Paragon dan pemenuhan kebutuhan di kawasan
pendidikan dekat Solo Paragon.
Intensitas kegiatan ekonomi dapat dilihat dari banyaknya aktivitas
ekonomi yang ada di sekitar kawasan penelitian. Jenis yang paling
menggambarkan aktivitas tersebut dan paling intens adalah perdagangan
dan jasa seperti banyaknya toko, salon dan restoran. Aktivitas tersebut
dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB terutama pada
malam hari, di sepanjang koridor Jalan Dr. Muwardi ramai pedagang kaki
lima yang berjualan beraneka ragam jajanan kuliner malam hari.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 69
Sedangkan kesempatan bekerja adalah perbandingan antara
penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah
penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Karena
keterbatasan data, untuk angkatan kerja diasumsikan sebagai usia angkatan
kerja atau usia produktif yaitu usia 14 tahun ke atas.
Berikut adalah tabel kesempatan bekerja pada masing-masing
Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan kelurahan
Sriwedari.
Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan
Mangkubumen
Kel. Umur Laki-laki Perempuan
0 - 4 568 312
5 - 9 218 570
10 - 14 536 500
15 - 19 540 470
20 - 24 508 516
25 - 29 516 531
30 - 39 610 753
39 - 49 609 560
50 - 59 360 467
60 - 409 331
Jumlah 4874 5010
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kelurahan Mangkubumen yang termasuk usia belum produktif (0-14
tahun) adalah sebesar 2704 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan
kerja atau usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 6440 jiwa,
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 70
sedangkan yang termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah
sebesar 740 jiwa.
Tabel 4.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan
Penumping
Kel. Umur Laki-laki Perempuan
0 - 4 198 292
5 - 9 273 222
10 - 14 399 300
15 - 19 298 344
20 - 24 372 350
25 - 29 302 383
30 - 39 341 321
39 - 49 263 337
50 - 59 147 289
60 - 89 97
Jumlah 2682 2935
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kelurahan Penumping yang termasuk usia belum produktif (0-14
tahun) adalah sebesar 1684 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan
kerja atau usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 3747 jiwa,
sedangkan yang termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah
sebesar 186 jiwa.
Tabel 4.17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Sriwedari
Kel. Umur Laki-laki Perempuan
0 - 4 189 201
5 - 9 274 243
10 - 14 397 334
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 71
15 - 19 295 332
20 - 24 268 349
25 - 29 300 380
30 - 39 345 331
39 - 49 268 334
50 - 59 149 286
60 - 88 98
Jumlah 2573 2888
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kelurahan Sriwedari yang termasuk usia belum produktif (0-14 tahun)
adalah sebesar 1638 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan kerja atau
usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 3637 jiwa, sedangkan yang
termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah sebesar 196 jiwa.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
di Kelurahan mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan
Sriwedari.
Tabel 4.18 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
Mangkubumen
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani mandiri -
2 Buruh tani -
3 Nelayan -
4 Pengusaha 365
5 Buruh industri 2332
6 Buruh bangunan 293
7 Pedagang 1143
8 Pengangkutan 614
9 Peg. Negeri (Sipil/ABRI)
899
10 Pensiunan 544
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 72
11 Lain-lain 2040
Jumlah 8236
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun 2009
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Mangkubumen paling banyak
adalah buruh industri. Dan jumlah pedagang mencapai angka 1143
jiwa. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kelurahan Penumping
menurut mata pencaharian :
Tabel 4.19 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
Penumping
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani mandiri -
2 Buruh tani -
3 Nelayan -
4 Pengusaha 60
5 Buruh industri 2145
6 Buruh bangunan 341
7 Pedagang 7
8 Pengangkutan 39
9 Peg. Negeri (Sipil/ABRI)
76
10 Pensiunan 132
11 Lain-lain 718
Jumlah 3518
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2009
Berdasarkan monografi penduduk kelurahan, mata pencaharian
penduduk Kelurahan Penumping paling banyak adalah buruh industri.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kelurahan Sriwedari menurut
mata pencaharian :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 73
Tabel 4.20 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
Sriwedari
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani mandiri -
2 Buruh tani -
3 Nelayan -
4 Pengusaha 66
5 Buruh industri 2243
6 Buruh bangunan 501
7 Pedagang 16
8 Pengangkutan 40
9 Peg. Negeri
(Sipil/ABRI) 87
10 Pensiunan 144
11 Lain-lain 617
Jumlah 3714
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2009
Berdasarkan monografi penduduk kelurahan, mata pencaharian
penduduk Kelurahan Sriwedari paling banyak adalah buruh
industri.
Jumlah penduduk angkatan usia kerja atau produktif di Kelurahan
yang menjadi kawasan dominan Solo Paragon sangat banyak.
Sehingga ini menjadi kesempatan warga sekitar untuk menjadi
pekerja di Solo Paragon. Karena isu yang berkembang bahwa
pembangunan apartemen Solo Paragon mengutamakan perekrutan
tenaga kerja terutama bagi warga sekitar. Namun pada prakteknya
isu tersebut tidak benar. Karena perekrutan tenaga kerja warga
sekitar hanya sebagai tenaga kerja bawah/kasar yakni security
(satpam), gardener (tukang kebun) dan mekanik. Seperti yang
dikutip dalam wawancara berikut :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 74
“Pernyataan bahwa Solo Paragon mengutamakan perekrutan
tenaga kerja di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya,
karena mereka hanya mengambil 15 orang saja dari warga dan
dijadikan sebagai gardener/tukang kebun dan security/satpam,
mekanik. Itupun haya untuk formalitas saja hanya sekedar agar
orang lain tahu bahwa Solo Paragon telah merekrut warga sekitar
yang berada di Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Sriwedari,
dan Kelurahan penumping yang menjadi lokasi atau wilayah
bagian pembangunan Solo Paragon.” (Ketua RW V kelurahan
Mangkubumen)
Sumber : Hasil Wawancara, Tahun 2010
Gambar 4.32 Diagram Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon
4.7 Potensi Lingkungan Sekitar Wilayah Studi
Selain banyaknya fasilitas sarana pelayanan publik yang
mengelilingi sekitar Solo Paragon, fasilitas-fasilitas tersebut juga menjadi
potensi yang sangat potensial untuk mendukung keberadaan apartemen
Solo Paragon. Sarana-sarana tersebut yakni :
1. Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 75
- Solo Grand Mall
- Kompleks ruko di Jalan Yosodipuro
- Kompleks ruko di Jalan Dr. Sutomo
- Restoran, warung/rumah makan
- Toko buku
- Toko furniture
- Pasar Tradisional Nangka
- Toko/kelontong
- PKL Kota Barat dan PKL sekitar Solo Paragon
2. Jasa
Kegiatan jasa yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
- Salon kecantikan LBC, Salon Madame Korner, Salon Estetika, dan
lain-lain.
- Laundry
- Bimbingan Belajar
- Notaris
- Percetakan
3. Perkantoran, pemerintahan dan swasta
Sarana perkantoran yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
- Kantor asuransi
- Kantor finance
- Kelurahan Mangkubumen
- Dinas Perdagangan dan Koperasi
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
- Kompleks TK, SDN (16, 15, 63)
- SMPN (25-26)
- SMA Muhammadyah 2
- TK – SD AL Firdaus
- SD – SMP Muhammadyah (Program Khusus)
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 76
- Lembaga Pendidikan IIAM
- Lembaga Pendidikan AKSMI
- Lembaga Pendidikan Komputer
5. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
- RSU PKU
- Beberapa kompleks Praktek Dokter Bersama/individu
- Apotek Kimia Farma, Apotek 24 jam Bunda, dan Apotek Kencana.
6. Hotel dan Gedung Pertemuan
- Hotel Agas
- Hotel De Solo
- Hotel Suka Marem
- Gedung pertemuan Koperasi Waris
Salah satu kegiatan perdagangan yang terdekat dan menonjol di
sekitar Solo Paragon adalah keberadaan Solo Grand Mall. Mall yang
terletak di sebelah selatan Solo Paragon dan dibatasi Jalan Kalitan sudah
ada sebelum Solo Paragon muncul. Hal itu menjadi potensi tersendiri yang
memiliki magnet antar keduanya.
Terdapatnya banyak fasilitas di sekitar Solo Paragon tidak begitu
saja membuat hidup kawasan Yosodipuro dalam waktu 24 jam. Di koridor
sepanjang Jalan Dr. Muwardi yang terdapat berbagai sekolah negeri dan
swasta membuat kawasan tersebut ramai dan padat pada jam-jam sibuk
saja. Namun pada saat malam harinya kawasan itu berubah menjadi
kawasan yang mati. Keadaan ini menjadi kesempataan bagi para PKL
untuk berjualan khususnya makanan di sepanjang Jalan Dr. Muwardi.
Kawasan itu kini menjadi kawasan kuliner malam yang banyak didatangi
dari berbagai kalangan untuk menikmati jajanan malam atau hanya
sekedar nongkrong. Aktivitas semacam ini semakin berkembang seiring
dengan dibangunnya Solo Paragon.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
77
BAB 5
ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN SOLO
PARAGON TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKITARNYA
Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap analisis, yang pertama adalah
analisis pengaruh fisik berupa analisis perubahan pemanfaatan lahan ditinjau
dari perubahan orientasi sebaran lokasi kegiatan komersial selama
pembangunan apartemen Solo Paragon berlangsung. Analisis ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi pengaruh fisik berupa perubahan pola spasial
penyebaran kegiatan komersial dan perubahan wujud kawasan dengan teknik
deskriptif dan disajikan secara spasial. Tahap selanjutnya adalah menganalisis
kondisi sosial warga sekitar kemudian dilanjtukan dengan menganalisis kondisi
ekonomi sekitar dengan teknik deskriptif.
5.1 Analisis Pengaruh Fisik
Analisis pengaruh fisik disini membahas gejala-gejala perubahan
fisik yang timbul akibat adanya pembangunan apartemen Solo Paragon
secara hirarkis dimulai dari menganalisis gejala perkembangan kegiatan
komersial, menganalisis jenis dan sebaran kegiatan komersial, dan pola
perkembangan pemanfaatan lahan. Kemudian menganalisis pengaruh fisik
lain seperti analisis kondisi jaringan jalan, dan kepadatan bangunan.
5.1.1 Gejala Perkembangan Kegiatan
Analisis perkembangan kegiatan yang dibahas di sini dikaitkan
dengan pola pemanfaatan lahan eksisting di kawasan penelitian dan
dengan teori yang tercantum dalam bab tinjauan teori. Dikatakan di dalam
teori Yunus, bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan
penggunaan lahan. Semakin tinggi harga lahan akan menyebabkan
kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang
dilokasikan di lahan tersebut. Sehingga seperti yang dapat di lihat
lapangan, semenjak muncul Solo Paragon mengubah pola pemanfaatan
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
78
lahan di sekitarnya dan timbul gejala-gejala perubahan kegiatan yang
didominasi oleh kegiatan yang komersil. Berbeda dengan keaadaan yang
sebelumnya dimana kawasan tersenut merupakan kawasan yang mati dan
kurang hidup.
Perkembangan kegiatan komersial di sekitar Solo Paragon yang
sangat menonjol adalah di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro,
disebabkan karena koridor ini memiliki prospek yang menjanjikan sebagai
kawasan pengembangan kegiatan komersial, dimana koridor Jalan
Yosodipuro merupakan akses penting sebagai penghubung menuju pintu
masuk Solo Paragon. Jadi, percepatan perubahan pemanfaatan lahan di
wilayah studi ditunjang oleh letak posisi koridor Jalan Yosodipuro yang
strategis. Di sini tumbuh kegiatan-kegiatan komersil yang sengaja
dibangun seiringan dengan adanya Solo Paragon.
Hal ini dikuatkan oleh warga sekitar yang mengakui bahwa
semakin menggeliatnya gejala perkembangan perubahan pemanfaatan
lahan di sekitar Solo Paragon. Seperti pada hasil kutipan wawancara
dengan ketua RW 05 Kelurahan Mangkubumen berikut ini :
“Memang harus diakui adanya Solo Paragon ini selain merugikan
warga dari segi lingkungan, sosial, dan lain-lain tetapi warga merasakan
adanya suatu keuntungan yaitu dengan membuka usaha, apapun itu, ya
toko, rumah makan, kost-kostan. itu menjadi keuntungan warga kami
khususnya yang sebelumnya kawasan permukiman kami tidak sehidup
yang sekarang” (Ketua RW 05 Kelurahan Mangkubumen)
Secara skematik, perkembangan kawasan studi penelitian mulai
awal tahun 1996 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam bentuk bagan,
seperti yang terlihat pada Gambar 5.1, bagan perkembangan kawasan
penelitian.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 79
Gambar 5.1
Bagan Perkembangan Kawasan Penelitian
Terdapat
sebuah Rumah Sakit
besar di
Jalan Yosodipuro
yaitu RSUP
Dr. Muwardi
Kawasan sekitar
menjadi ramai dan hidup. Banyak
kegiatan komersil di
sekitarnya dan semakin mendukung
kawasan peruntukan
mix use
< Tahun 1996 Tahun 1998
Peruntukan
kawasan tersebut
berubah setelah adanya isu
pembangunan mall
oleh Citraland di lahan bekas rumah
sakit
Mulai pembangunan mall,
apartemen, kondotel dan city walk Solo Paragon
sehingga muncul gejala-
gejala perkembangan perubahan pemanfaatan
lahan di sekitarnya
Tahun 2007 Tahun 2010 Tahun 2000
Karena krisis
moneter melanda, proyek Citraland
kolabs dan
kawasan tersebut menjadi mati /
kurang hidup
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
80
5.1.2 Jenis Kegiatan Komersial
Gejala perkembangan yang terjadi di kawasan sekitar Solo Paragon
telah mengubah pemanfaatan lahan di kawasan tersebut, yang pada
awalnya sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon di
dominasi hanya sebagai fungsi perumahan menjadi dominasi kegiatan
komersial. Kemudian selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai
berkembang kegiatan-kegiatan komersial semenjak adanya isu-isu Solo
Paragon dibangun. Hal ini dikuatkan dengan teori Von Thunen, Weber dan
Christaller bahwa karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas
lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan.
Dan secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang
dapat diperoleh dari lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam
pemilihan lokasinya.
Kemudian teori Tarigan yang menyatakan bahwa hubungan internal sangat
menentukan dinamika keterkaitan antara satu sektor dengan sektor
lainnya, sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh, akan mendorong
pertumbuhan sektor lainnya. Karena adanya keterkaitan antara sektor
apartemen, hotel, dan mall yang terdapat di dalam Solo Paragon, maka
mendorong pertumbuhan sektor lain seperti perdagangan, jasa, pendidikan,
perkantoran, dan kesehatan untuk saling mendukung antar satu sektor
dengan sektor yang lain.
Pada sub bab ini dibahas unit-unit perubahan yang teridentifikasi
dari hasil observasi maupun kuisioner. Untuk melihat unit-unit perubahan
yang ada di wilayah studi, perlu dilakukan pengelompokkan jenis kegiatan
komersial yang berkembang saat ini. Selain kawasan tersebut memiliki
potensi-potensi yang dibahas dalam bab sebelumnya yang mendukung
adanya peruntukan mix use, ditambah dengan adanya pembangunan Solo
Paragon kini mengakibatkan jenis pemanfaatan lahan komersial tumbuh
dan berkembang di kawasan Solo Paragon. Oleh karena itu,
kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
81
yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan dengan lokasi
lainnya, seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas.
Jenis kegiatan komersial dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima)
kelompok yaitu :
1. Kelompok Kegiatan Perdagangan, meliputi :
a. Toko, berupa toko buku, toko bahan bangunan, toko alat
jahit, toko furniture, toko elektronik, toko pakaian (butik),
toko perlengkapan rumah tangga, toko kelontong dan
minimarket.
b. Restoran, berupa rumah makan, warung makan, dan kafe.
2. Kelompok Kegiatan Jasa
a. Jasa personal, berupa kost-kostan, bimbingan belajar,
tempat kursus, salon kecantikan/pangkas rambut dan rias
pengantin, laundry, penjahit, wartel, warnet, fotokopi,
b. Perhotelan, berupa hotel bintang satu sampai hotel bintang
tiga.
3. Kelompok Kegiatan Pendidikan, meliputi : TK, SD Negeri dan
SD swasta, SMP Negeri dan SMP swasta, SMA swasta dan
Perguruan Tinggi swasta.
4. Kelompok kegiatan perkantoran, meliputi : kantor keuangan,
bank, kantor notaris, dan lain-lain.
5. Kelompok sarana kesehatan, meliputi : klinik, praktek dokter,
dan apotek.
Proporsi guna lahan komersial yang ada di kawasan penelitian
lebih menonjol di bagian periferi (menghadap jalan utama) lebih banyak
dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan. Yang dulunya sebelum
pembangunan Solo Paragon perdagangan sejumlah 18 unit, kini bertambah
27 unit menjadi sebanyak 45 unit. Selanjutnya kegiatan jasa yang dulunya
sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 11 unit, kini setelah adanya
pembangunan Solo Paragon bertambah 19 unit menjadi sebanyak 30 unit.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
82
Sedangkan proporsi kegiatan pendidikan yang dulunya sebelum
pembangunan Solo Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya
pembangunan Solo Paragon bertambah 5 unit menjadi sebanyak 11 unit.
Untuk kegiatan perkantoran, yang dulunya sebelum pembangunan Solo
Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon
bertambah 10 unit menjadi sebanyak 16 unit. Untuk sarana kesehatan,
yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 5 unit, kini
setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 12 unit menjadi
sebanyak 17 unit. Jadi, jumlah kegiatan perdagangan mempunyai
kontribusi terbesar dalam mengubah fungsi lahan perumahan menjadi
kegiatan komersial. Kegiatan perdagangan dirasakan paling cocok untuk
dikembangkan di wilayah penelitian karena memiliki aksesibilitas yang
tinggi ditinjau dari ”potential shoppers” yang banyak dan kemudahan
untuk datang/pergi ke/dari lokasi tersebut.
Proporsi kegiatan komersial yang berkembang di sepanjang
periferi koridor disajikan pada Tabel 5.1, tabel proporsi kegiatan komersial
pada bagian periferi kawasan penelitian.
Tabel 5.1 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
No Jenis Kegiatan
Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Jumlah Saat
Ini
1 Perdagangan 18 27 45
2 Jasa dan Kost-kostan 11 19 30
3 Pendidikan 6 5 11
4 Perkantoran 6 10 16
5 Kesehatan 5 12 17
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Semakin meningkatnya aktivitas perubahan pemanfaatan lahan
pada periferi koridor juga akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
83
di lapisan belakangnya (enclave) untuk dijadikan sebagai kawasan
komersial pendukungnya. Begitu juga dengan pertambahan unit kegiatan
komersial seperti pada bagian periferi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2,
dimana perubahan pemanfaatan lahan di bagian enclave ini berfungsi
sebagai pendukung yang ada di depannya (periferi).
Tabel 5.2 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave
Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
No Jenis Kegiatan
Jumlah Bangunan
Sebelum Sesudah Jumlah Saat
ini
1 Perdagangan 15 22 37
2 Jasa dan Kost-kostan 14 9 23
3 Pendidikan 2 2 4
4 Perkantoran 5 4 9
5 Kesehatan 3 5 8
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari tabel di atas, terdapat peningkatan proporsi kegiatan
komersial ada bagian periferi maupun bagian enclave di sekitar Solo
Paragon yang disebabkan karena :
Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan
kesehatan yang berkembang di sekitarnya melayani kebutuhan
penghuni apartemen dan hotel dalam Solo Paragon.
Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan
kesehatan yang berkembang di sekitarnya sebagai pendukung dari
adanya kegiatan komersial pada bagian periferi akibat adanya pengaruh
yang berasal dari Solo Paragon
Kost-kostan banyak berkembang karena bagi warga sekitar untuk
menampung karyawan yang berasal dari luar kota
Sesuai dalam teori Yunus, dimana persaingan antara berbagai jenis
kegiatan untuk menduduki posisi paling ideal tersebut dengan sendirinya
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
84
akan dimenangkan oleh fungsi dengan kekuatan finansial paling tinggi dan
fungsi tersebut adalah fungsi retailing atau fungsi perdagangan. Sehingga
muncul asumsi bahwa, perkembangan jemis kegiatan komersial yang
terjadi adalah sebagai pengaruh adanya pembangunan Solo Paragon.
Kegiatan komersial yang berkembang di sekitar Solo Paragon
terbagi menjadi 2 skope pelayanan yakni skala pelayanan kecil (cakupan
pelayanan untuk daerah di sekitarnya) dan skala pelayanan besar (cakupan
pelayanan untuk skala kota). Berikut ini adalah peta jenis kegitaan
komersial dari sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon dan
jenis kegiatan komersial yang sebelum dan sesudah pembangunan
apartemen Solo Paragon pada Gambar 5.2.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 85
Gambar 5.2
Peta Jenis Kegiatan Komersial Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
86
5.1.3 Sebaran Lokasi Unit-unit Perubahan
Penyebaran kegiatan komersial tidak terkumpul secara merata
menjadi satu kawasan, tetapi membentuk pola memanjang atau Ribbon
Development di sepanjang jalan arteri sekunder. Seperti teori Von Thunen,
dimana lahan tersebut memiliki nilai produktivitas tinggi, maka menjadi
pertimbangan lokasi bagi masyarakat untuk mengadakan perubahan
penmanfaatan lahan. Karena lingkup penelitian ini adalah kawasan Solo
Paragon, maka produktivitas lahannya cenderung berkaitan dengan
aksesibilitas lokasi dan kemudahan untuk datang/pergi ke/dari lokasi
tersebut. Sebagai bentuk adaptasi masyarakat, lalu banyak muncul
kegiatan komersial baru yang lokasinya dekat dengan Solo Paragon. Oleh
karena itu masing-masing jenis kegiatan akan saling berkompetisi untuk
memperoleh lokasi dengan aksesibilitas tinggi dan strategis. Yang mana
nilai produktivitas tinggi di wilayah tersebut diasumsikan merupakan
pengaruh dari adanya Solo Paragon.
Dalam melakukan pengamatan terhadap pola spasial penyebaran
kegiatan komersial eksisting, wilayah studi dibagi menjadi 4 (empat)
segmen. Untuk memudahkan penyampaian informasi melalui penyajian
peta, maka digunakan prinsip pembagian segmen didasarkan pada
penggalan per blok kawasan mulai dari utara searah jarum jam, yaitu :
1. Segmen I : Sebelah utara Solo Paragon
(dibatasi oleh Jl. Yosodipuro – Jl. Hasanudin)
2. Segmen II : Sebelah timur Solo Paragon
(dibatasi oleh Jl. Cipto Mangunkusumo – Jl.Dr. Supomo)
3. Segmen III : Sebelah selatan Solo Paragon
(dibatasi oleh Jl. Jalan Sutomo – Jl.Slamet Riyadi)
4. Segmen IV : Sebelah barat Solo Paragon
(dibatasi oleh Jl. Arumndalu – Jl. Dr. Muwardi)
Pembagian segmen pada kawasan penelitian dapat dilihat dalam
Gambar5.3
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 87
Gambar 5.3 Peta Pembagian Segmen di Kawasan Penelitian
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
88
Pengamatan pada masing-masingsegmen juga di bedakan lagi menjadi 2
yaitu :
1. Bagian periferi (depan) yaitu bagian yang berhadapan langsung
dengan jalan utama (jaringan jalan arteri atau jalan kolektor).
2. Bagian enclave (belakang) yaitu bagian di belakang periferi (sekitar
permukiman) dan berhadapan langsung dengan jaringan jalan
lingkungan.
Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada bagian periferi
dengan banyaknya unit-unit perubahan, maka dapat dilihat bahwa pada
segmen I khususnya pada bagian periferi Jalan Yosodipuro, merupakan
zona kosentrasi terjadinya perubahan dengan proporsi perubahan paling
besar. Hal ini didukung oleh karakteristik Jalan Yosodipuro yang strategis
dan terlatak tepat di sisi sebelah utara letak Solo Paragon dan merupakan
akses pintu masuk ke dalam Solo Paragon. Selain itu juga sebagai akses
pola pergerakan kendaraan dari barat menuju arah timur Kota Surakarta.
Berbeda dengan sebaran lokasi kegiatan komersial pada segmen II,
III, dan IV yang kegiatan komersialnya tidak sebanyak ada segmen I.
Akan tetapi proporsi kegiatan komersial yang ada pada segmen II, III, dan
IV lebih terkosentrasi pada bagian periferi dari pada bagian enclave. Ini
dikarenakan kawasan pada segmen I marupakan kawasan di sebelah utara
Solo Paragon yang sekaligus sebagai akses utama Solo Paragon. Pada
segmen I, kegiatan perdagangan dan jasa menempati angka yang paling
besar dari kegiatan lainnya. Kegiatan perdagangan pada segmen I
berkembang sebesar 40.74%, dan kegiatan jasa pada segmen I menempati
angka yang paling besar dari lainnya yakni 42.10%.
Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada masing-masing
segmen di bagian periferi, dapat dilihat proporsi kegiatan komersial
heterogen secara memanjang/merembet pada tiap segmen dan terdapat
indikasi penurunan kosentrasi sebaran kegiatan komersial dari segmen I ke
segmen berikutnya, seperti pada segmen II dan segmen IV, kecuali pada
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
89
segmen III seperti yang terlihat pada Tabel 5.3. Hal ini mengindikasikan
adanya keterkaitan antar segmen dalam perubahan pemanfaatan lahan.
Tabel 5.3 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Periferi Pada Masing-
Masing Segmen
Segmen Perdagangan Jasa Pendidikan Perkantoran Kesehatan Jumlah
Tiap Segmen Unit Unit Unit Unit Unit
Segmen I 11 8 4 4 5 32
Segmen II 5 3 - 1 2 11
Segmen III 4 3 - 2 2 11
Segmen IV 7 5 2 2 3 19
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari jumlah kegiatan komersial masing-masing segmen yang
ditunjukkan pada tabel di atas terlihat pada segmen I yang paling banyak.
Hal ini disebabkan karena pada segmen I, tepatnya yang terdaat Jalan
Yosodipiro merupakan jalan arteri sekunder yang perkembangan kegiatan
komersialnya lebih besar dan membentuk pola ribbon development.
Seperti yang ditunjukkan pada peta sebelumnya yaitu peta 5.2.
Pada bagian enclave, kecenderungan penyebaran kegiatan
komersial terlihat menyebar di dalam permukiman warga pada masing-
masing segmen. Distribusi kegiatan komersial masing-masing segmen
pada bagian enclave dapat dilihat pada Tabel 5.4. Kegiatan komersial di
bagian enclave, berupa perdagangan dan jasa dalam skala kecil, yaitu
berupa toko, kios, wartel, warung, dan kegiatan komersial lainnya.
Cakupan pelayanan kegiatan komersial pada bagian enclave tidak sebesar
apa yang ada pada bagian periferi. Sebagian besar adalah kegiatan yang
melayani kebutuhan warga di lingkungan permukiman mereka. Akan
tetapi perkembangan kegiatan komersial yang terjadi, mengalami kenaikan
semenjak adanya pembangunan apartemen Solo Paragon. Yang paling
menonjol adalah jasa kost-kostan. banyak warga yang dengan sengaja
membuka kost-kostan untuk para tenaga kerja kasar yang bekerja pada
proyek Solo Paragon yang berasal dari luar Kota Surakarta. Untuk kost -
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
90
kostan yang baru saja dibuka, terdapat lebih banyak tersedia pada segmen I
atau yang berada pada sebelah utara Jalan Yosodipuro, segmen II atau
yang berada di sebelah timur Jalan Cipto Mangunkusumo dan segmen IV
atau yang berada pada sebelah barat Jalan Arumndalu.
Tabel 5.4 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Enclave Pada Masing-
Masing Segmen
Segmen Perdagangan Jasa Pendidikan Perkantoran Kesehatan
Jumlah Unit Unit Unit Unit Unit
Segmen I 8 5 3 1 2 19
Segmen II 5 4 1 2 2 14
Segmen III 3 3 - - - 6
Segmen IV 6 2 3 1 1 13
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa segmen I atau kawasan yang
terdapat koridor Jalan Yosodipuro paling mendominasi kegiatan komersial
dibanding segmen lainnya. Hal ini disebabkan karena selain letaknya yang
dekat dengan keberadaan Solo Paragon, juga terletak pada jalan arteri
sekunder yang sering dilewati para pengguna jalan. Sehingga muncul
banyak kegiatan komersial mix-use.
5.1.4 Pola Pemanfaatan Lahan Masing-Masing Segmen
Untuk memperjelas sebaran lokasi kegiatan komersial di wilayah
studi, maka pada sub bab ini diidentifikasi lokasi sebaran kegiatan
komersial eksisting melalui pengamatan pola pemanfaatan lahan pada
masing-masing segmen berikut :
1. Segmen I
Lokasi segmen I yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Yosodipuro
hingga Jalan Hasanudin tata guna lahan yang berkembang pada bagian
periferi pada segmen I didominasi oleh fungsi komersial (toko
elektronik, toko bahan bangunan, apotek, kantor keuangan, restoran,
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
91
kafe, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa (bank,
salon, laundry, Bimbingan Belajar, percetakan dan lain-lain). Pada
segmen ini ditemui sangat sedikit rumah tinggal penduduk yang
menghadap ke Jalan Yosodipuro (berada di bagian periferi). Eksistensi
kegiatan komersial pada bagian periferi akan mendorong perubahan
pemanfaatan lahan pada lapisan belakangnya (bagian enclave) untuk
dijadikan sebagai kawasan komersial pendukungnya.
Perubahan pemanfaatan lahan pada bagian periferi segmen I, berada
pada tahap “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama (permukiman)
menjadi fungsi baru (komersial). Hal ini diindikasikan dengan
sedikitnya rumah tinggal di sepanjang periferi pada segmen I.
Perubahan pemanfaatan lahan ini terjadi akibat tarikan dari adanya
fungsi mix use baru yang terdaat di dalamnya yaitu Solo Paragon.
2. Segmen 2
Lokasi segmen II yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Cipto
Mangunkusumo hingga Jalan Dr. Supomo. Tata guna lahan pada
bagian periferi segmen II didominasi oleh fungsi komersial, (toko
mebel/furniture, toko bahan bangunan, toko roti, restoran, kafe, kantor
notaris, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa. (salon,
laundry, dll). Sedangkan pada bagian enclave didominasi oleh deretan
perumahan yang padat.
Berdasarkan karakteristik dominasi jenis pemanfaatan lahan kegiatan
komersial pada segmen II terlihat lebih sedikit dari pada segmen I. Hal
ini dikarenakan zona pada segmen II merupakan kawasan permukiman
padat.
3. Segmen 3
Lokasi segmen 3 yaitu zona yang dibatasi oleh persimpangan Jalan
Sutomo hingga Jalan Slamet Riyadi. Tata guna lahan pada segmen 3
didominasi oleh kegiatan komersial (Mall, showroom, toko pakaian,
restoran, kantor keuangan, bank, dll). Selain fungsi komersial juga
terdapat fungsi jasa. (hotel, warnet, wartel, salon, laundry, dll).
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
92
Sebelum adanya Solo Paragon, kawasan ini dari awal memang
merupakan kawasan komersial mix use karena terletak di dekat jalan
arteri primer Kota Surakarta. Sehingga sebelum Solo Paragon hadir di
Kota Surakarta, kawasan ini sudah banyak terdapat kegiatan komersial
seperti mall, kantor, showroom, restoran, bank, dan kegiatan lainnya.
4. Segmen 4
Lokasi segmen 4 yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Waru hingga
Jalan Dr. Muwardi. Tata guna lahan pada segmen IV didominasi oleh
fungsi pendidikan, baik pada koridor periferi maupun pada enclave.
Karena terdapat kompleks SDN 15, SDN 16, SMPN 25, dan SMPN
26. Karena pada kawasan ini didominasi oleh konsentrasi sarana
pendidikan, sehingga memunculkan adanya kegiatan jasa bimbingan
belajar, toko buku, dan toko-toko makanan.
Pola pemanfaatan lahan masing-masing segmen di kawasan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 5.4 – 5.7, peta kondisi pemanfaatan lahan
pada masing-masing segmen.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 93
Gambar 5.4
Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen I
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 94
Gambar 5.5 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen II
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 95
Gambar 5.6 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen III
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 96
Gambar 5.7
Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen IV
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
97
Teori Lee lebih menekankan kepada aksesibilitas. Dimana Aksesibilitas
fisikal tidak lain merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi dapat
dijangkau oleh berbagai lokasi yang lain. Di daerah yang mempunyai nilai
aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih
kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas
fisikal yang rendah. Sehingga semakin dekat dengan keberadaan Solo
Paragon, semakin intens pola perubahan pemanfaatan lahan yang berubah
kepada komersial di kawasan tersebut .
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
98
5.2 Analisis Pengaruh Sosial
Analisis pengaruh sosial yang dibahas terbagi menjadi 2 (dua) bahasan
menurut variabel yang digunakan, yakni kesiapan masyarakat sekitar
danreduksi ruang publik bagi PKL.
5.2.1 Kesiapan Masyarakat Sekitar
Adat istiadat Kota Surakarta yang masih lekat dengan budaya Jawa
sempat membuat pro dan kontra masyarakat saat hadirnya salah satu
apartemen pertama di Kota Surakarta yaitu apartemen Solo Paragon.
Apartemen masih dianggap masyarakat sesuatu yang berkonotasi hunian
mewah. Dan bagi sebagian masyarakat Kota Surakarta yang masih
mempunyai kepercayaan jaman dahulu, tanah/lahan mereka memiliki nilai
sejarah tersendiri. Seperti contoh, mereka tidak bisa menempati rumah
tinggal yang tidak menyatu dengan tanah (menempati rumah yang
letaknya di lantai atas). Sehingga bagi mereka belum terbiasa dengan
hunian yang high rise seperti apartemen Solo Paragon.
Seperti dalam teori Sassen, selain proses urbanisasi, kemajuan
teknologi membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya
khususnya interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial.
Terkait pula yang dijabarkan dalam teori Jayadinata bahwa perkembangan
kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan
teknologi informasi. Sehingga, berubahnya pemanfaaatan lahan dan pola
spasial mempengaruhi hubungan manusia dalam bentuk kebiasaan, sikap,
moral, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga dengan adanya strata sosial
masyarakat yang heterogen di dalam kawasan penelitian, menyebabkan
adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial antar masyarakat. Dalam hal ini
kehadiran Solo Paragon diasumsikan warga mempunyai potensi besar
dalam stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan akan perumahan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain
itu sifat kota yang dinamis, menuntut suatu kota untuk berkembang, tidak
monoton, dan mengikuti arus globalisasi. Sekarang ini apartemen
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
99
merupakan hunian sekunder yang terkait erat dengan kondisi ekonomi
konsumen atau calon penghuni apartemen itu sendiri. Sehingga konsumen
apartemen memiliki karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat
yang ada di sekitarnya. Secara umum karakteristik penghuni apartemen
mempunyai ciri bahwa dia adalah para eksekutif yang datang untuk
bekerja pada daerah tersebut ataupun para investor yang melakukan
bisnis investasi properti baik dari luar Kota Surakarta maupun pribumi.
Penghuni tersebut mempunyai ciri bahwa mereka hidup dengan tingkat
sosial menengah ke atas sehingga mereka cenderung individualistis.
Hal itulah yang menjadi ketakutan warga sekitar Solo Paragon.
Sebagian warga sekitar menganggap adanya Solo Paragon ini
menyebabkan adanya gab atau kesenjangan sosial antar warga sekitar
dengan penghuni apartemen Solo Paragon. Sehingga sebagian dari mereka
merasa tidak siap menerima kehadiran apartemen, kondotel, mall dan city
walk Solo Paragon Dan adanya Solo Paragon ini dianggap hanya
merugikan warga sekitar dan hanya menguntungkan sebagian orang
(kalangan menengah ke atas), tanpa memikirkan rakyat bawah. Ditambah
lagi bertambahnya jumlah mall di Kota Surakarta yang sebelumnya sudah
terdapat 3 buah mall membuat keresahan sebagian warga sekitar. Seperti
yang tertera pada lampiran III bahwa sebanyak 51.76% warga sekitar yang
menjawab tidak setuju akan adanya pembangunan mall lagi di Kota
Surakarta ini, diikuti dengan angka 36.47% warga sekitar yang menjawab
adanya mall tersebut tidak ada pengaruh apa-apa bagi kehidupan warga
sekitar. Tetapi ada pula warga sekitar yang mengaku antusias menyambut
kehadiran mall tersebut dan mencoba mengubah gaya hidup mereka ke
arah yang lebih modern sebanyak 7.05%.
Seperti dalam variabel sosial yang dijelaskan dalam Tabel 3.1 yaitu
variabel kesenjangan sosial antar kelas masyarakat. Dan berikut hasil
rekapan kuisioner dari variabel sosial pertama pada Tabel 5.5.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
100
Tabel 5.5 Analisis Kusioner Variabel Sosial Pertama
Masyarakat tidak
siap menerima
kehadiran Solo Paragon
Jawaban Jumlah %
Setuju 63 74.11%
Tidak setuju 22 25.88%
Jumlah responden 85 100%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Gambar 5.8
Diagram O lah Data Kusioner Variabel Sosial Pertama
Karakteristik sosial warga sekitar Solo Paragon berkaitan erat
dengan kondisi perekonomiannya. Kondisi sosial warga yang bersifat
heterogen membuat sulitnya untuk bersosialisasi antar warga sekitar baik
dari warga pada bagian periferi maupun warga pada bagian enclave.
Karena rata-rata penduduk yang bertempat tinggal pada bagian periferi.
Penduduk yeng berempat tinggal pada bagian periferi di sekitar Solo
Paragon berstatus sosial tinggi dan individualistis. Dikarenakan status
ekonomi mereka yang tinggi pula dibanding lainnya. Namun sebagian
besar penduduk yang bertempat tinggal pada bagian enclave berstatus
sosial biasa atau sedang. Dikarenakan mereka tinggal di permukiman yang
mana masih mempunyai ikatan ketetanggaan antar masing-masing warga.
Sehingga diantara mereka masih sering melakukan interaksi sosial dengan
wakil masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, atau kepala kelurahan.
Terkadang mereka sering mengadakan gotong royong untuk kepentingan
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
101
bersama, seperti kepentingan kebersihan, kesehatan, dan hanya sekedar
bersosialisasi bersama.
Pada masa-masa awal pembangunan Solo Paragon, pihak
pengembang melakukan sosialisasi kepada warga terkait dengan ijin
pembangunan proyek. Hal tersebut sudah disepakati dengan berbagai
syarat yang ditujukan warga kepada pihak pengembang. Awal
pembangunan manajemen Solo Paragon selalu melibatkan warga sekitar
dalam setiap acara, seperti acara olah raga bersepeda bersama, acara
peresmian Solo Paragon, dan lain-lain. Namun setelah lama kemudian
warga sekitar merasa geram, karena pihak manajemen hanya manis di
awal saja. Warga sekitar merasa mereka sudah tidak dianggap lagi, bahkan
hanya sekedar saling tegur sapa. Seperti dalam kutipan hasil wawancara
berikut ini.
“Dalam hal sosialisasi dari pihak Solo Paragon, hanya terjadi pada awal-
awal perijinan pembangunan dan pada saat sosialisasi AMDAL saja,
namun setelah pembangunan berjalan dan sampai apartment itu selesai
dibangun, pihak Solo Paragon kemudian tidak pernah lagi menunjukkan
jiwa sosialnya kepada warga walau hanya untuk sekedar menyapa warga
saja tidak.” (Ketua RW 05 Kelurahan Mangkubumen)
“Adanya Solo Paragon ini hanya akan memperbesar tingkat kesenjangan
sosial, berfungsi sebagai mercusuar Kota Surakarta tanpa ada manfaat
Sebelum adanya pembangunan Solo Paragon,
warga berinteraksi sosial
dengan baik antar warga pada bagian enclave-enclave,
maupun periferi-enclave
Dibangunnya Solo
Paragon di tengah-tengah warga yang mana :
Penghuni apertemen dan
pengunjung mall adalah orang-orang kalangan
menengah ke atas
Warga mulai merasa tidak siap/tidak nyaman
dan mengkawatirkan
adanya kesenjangan/gab antara penghuni dan
pengunjung dengan warga
sekitar
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
102
bagi warga sekitar. Akan mengurangi kenyamanan hidup yang telah
berjalan dan berpotensi memicu konflik sosial” (AAAW, warga sekitar)
“Awalnya warga sekitar kehidupannya sudah adem ayem. Yang saya
khawatirkan penghuni apartemen Solo Paragon nanti mengganggu
ketentraman lingkungannya, dan membawa dampak negatif bagi warga
sekitar” (NH, waga sekitar)
Namun di sisi lain saat ditrianggulasikan kepada pihak manajemen
Solo Paragon sendiri menganggap bahwa dengan hadirnya Solo Paragon di
3 kelurahan ini justru akan melengkapi fasilitas sosial bagi warga sekitar
dan menambah amenity/kesenangan bagi warga sekitar pada khususnya
dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. Seperti yang dikutip
dalam hasil wawancara dengan manajemen Solo Paragon berikut ini.
“Kami merasa justru dengan hadirnya Solo Paragon di tengah-
tengah warga akan menambah fasilitas sosial bagi mereka dan mereka
justru dengan mudah bisa mengunjungi mall atau city walk yang ada pada
Solo Paragon dengan jarak yang dekat dari rumah mereka” (Manajemen
Solo Paragon)
Maka disinilah guna adanya paguyuban yang memayungi warga
sekitar dalam menghadapi pembangunan megaproyek Solo Paragon yang
terletak di 3 kelurahan, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping,
dan Kelurahan Sriwedari. Mereka membentuk suatu organisasi/paguyuban
dengan nama MPS kepanjangn dari Mangkubumen Penumping Sriwedari.
Paguyuban ini yang membuat warga 3 kelurahan ini semakin solid dalam
melakukan interaksi sosial antar warga. MPS yang merupakan tangan
panjang warga, dijadikan sebagi wadah untuk mengeluarkan pendapat, pro
maupun kontra dan juga untuk menampung keluhan-keluhan warga selama
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
103
pembangunan. Yang kemudian oleh paguyuban MPS disampaikan kepada
pihak manajemen Solo Paragon.
5.2.2 Berkurangnya Ruang Publik Bagi Masyarakat – PKL
Semakin selektifnya ruang-ruang publik di kawasan penelitian
sangat dirasakan masyarakat sekitar khususnya bagi para PKL. Terlebih
bagi para PKL yang dulunya bebas berjualan di sekitar Solo Paragon, kini
mereka terpaksa harus digusur, dan pindah lokasi berdagang ke tempat
lain. Dan lokasi berdagang yang sebelumnya (sekitar Solo Paragon) kini
bersih dari PKL. Ini membuat para PKL tersebut tidak lagi mudah
mempunyai ruang untuk berdagang di sekitar Solo Paragon dan harus
mencari tempat berdagang lagi yang strategis seperti tempat berjualan
sebelumnya.
Sebelum Solo Paragon dibangun, lahan kosong seluas ±4 Ha
tersebut juga menjadi ruang publik bagi masyarakat sekitar. Biasanya
anak-anak warga sekitar khususnya RW 02 menggunakannya untuk sarana
bermain. Tetapi kini ruang gerak mereka merasa dibatasi, lahan tersebut
dipagari dan dijaga ketat. Sehingga kini masyarakat sekitar merasakan
sulitnya mendapatkan ruang publik di tengah padatnya bangunan di
lingkungan mereka. Seperti dalam variabel sosial yang dijelaskan dalam
Tabel 3.1 yaitu variabel reduksi ruang publik. Dan berikut hasil rekapan
kuisioner dari variabel sosial kedua pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Analisis Kusioner Variabel Sosial Kedua
Adanya Solo Paragon
mengakibatkan
tereduksinya ruang publik bagi PKL
Jawaban Jumlah % Setuju 52 60%
Tidak setuju 33 40%
Jumlah responden 85 100%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
104
Gambar 5.9
Diagram O lah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua
Sebelum adanya pembangunan Solo Paragon, banyak Pedagang
Kaki Lima berjualan di pinggir-pinggir lahan kosong seluas ±4 Ha
tersebut. Namun kini semenjak pembangunan itu berlangsung, para PKL
digusur dan dipindahkan dari lokasi berjualan sebelumnya. Karena di
sekitar Solo Paragon dibersihkan dan ditanam pohon-pohon dan plang
Solo Paragon. Sebagian PKL ada yang masih nekat masih berjualan di
sekitar Solo Paragon dan sebagian dari mereka ada yang sudah
dipindahkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemerintah Kota
Surakarta, pemindahan PKL tersebut selain memang menjadi peraturan
dari pihak Solo Paragon sendiri, juga menjadi program wali kota, sehingga
biaya ganti rugi berasal dari Solo Paragon dan dari pemerintah Kota
Surakarta. Berikut adalah tabel yang menginformasikan jumlah PKL yang
berjualan di sekitar kawasan penelitian sebelum dan sesudah
pembangunan Solo Paragon. Berikut adalah tabel yang menginformasikan
kuantitas PKL di sekitar Solo Paragon sebelum dan sesudah Solo Paragon
dibangun:
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
105
Tabel 5.7 Analisis Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Solo Paragon
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2010
Dari tabel di atas, menunjukan sebagian ada yang mengalami
pertambahan dan pengurangan. Jumlah PKL yang mengalami penurunan
terlihat di sepanjang jalan-jalan yang mengelilingi lahan Solo Paragon
seperti Jalan Yosodipuro, Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Sutomo, dan
Jalan Arumndalu. Hal tersebut terjadi karena adanya upaya manajemen
Solo Paragon dengan pemerintah Kota Surakarta untuk membersihkan
PKL yang berada di sekitarnya. namun untuk PKL di sepanjang Jalan
Yosodipuro sebagian masih ada yang nekat berjualan di sana.
Untuk para PKL yang berjualan di sebelah utara Jalan Yosodipuro
mengaku semenjak pembangunan Solo Paragon tarif pajak retribusi per
harinya mengalami kenaikan. Namun target konsumen mereka kini sedikit
bertambah, karena terdapat kuli-kuli bangunan dalam Solo Paragon yang
menjadi sasaran mereka. Tetapi pada kenyataannya tidak seperti yang
mereka harapkan. Seperti kutipan hasil wawancara dengan salah satu PKL
di bawah ini :
“Dulu banyak PKL yang berjualan di sisi-sisi utara, timur, barat,
dan selatan lahan ini, tapi sekarang semenjak ada Solo Paragon
kebanyakan mereka digusur, dan yang masih berjualan di sini kami
ditarik retribusi beda dari biasanya, tarifnya naik..” (S, PKL sekitar Solo
Paragon)
No Lokasi Sebelum Sesudah Kondisi Saat Ini 1 Sepanjang Jalan Yosodipuro 21 17 Berkurang 4 PKL
2 Sepanjang Jalan Hasanudin 13 13 Tetap
3 Sepanjang Jalan Dr. Muwardi 18 20 Bertambah 2 PKL
4 Sepanjang Jalan Cipto
Mangunkusomo 10 4 Berkurang 6 PKL
5 Sepanjang Jalan Sutomo 5 1 Berkurang 4 PKL
6 Sepanjang Jalan Mawar 7 8 Bertambah 1 PKL
7 Sepanjang Jalan Dr. Supomo 6 6 Tetap
8 Sepanjang Jalan Arumndalu 4 1 Berkurang 3 PKL
Jumlah 84 70 Berkurang 14 PKL
Jumlah Keseluruhan 154 154 -
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
106
“Untuk mengkonsumsi warung-warung makan milik warga sekitar,
itupun mereka (kuli, satpam, pegawai marketing, dan lain-lain) ternyata
di dalam sudah ada katering sendiri, sehingga mereka jarang untuk
membeli dagangan warga sekitar, hanya terkadang saja mereka keluar
untuk jajan, makan siang, makan malam, dan lain-lain.” (WT, PKL depan
Solo Paragon)
Terkait dengan teori F. Znaniecki bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia belajar untuk
menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yan
sebenarnya, yang sering tidak diinginkannya. Dengan adanya
pembangunan yang baru di tengah-tengah masyarakat mengakibatkan
suatu elit bisa menolak suatu inovasi tersebut apabila akan melemahkan
kedudukan atau kekuasaannya. Tetapi suatu elit juga bisa mendukung
pembangunan tersebut apabila akan memperkuat kedudukan atau
posisinya. Namun pada kenyataanya setelah pembangunan Solo Paragon,
hasil pembangunan sudah mulai tampak, mengakibatkan situasi mereka
tidak membaik khususnya dalam memanfaatkan ruang publik. Hal ini
dibuktikan dalam prosentase jawaban para PKL dalam Diagram 5.13 yang
tercantum di atas.
5.3 Analisis Pengaruh Ekonomi
Analisis pengaruh ekonomi di sini akan membahas 2 (dua) aspek
yakni penyerapan tenaga kerja sekitar dan nilai lahan :
5.3.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sekitar
Aktivitas perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Solo
Paragon dapat membawa dampak positif bagi masyarakat jika guna lahan
baru dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini
sangat menguntungkan bagi masyarkat secara langsung dan pemerintah
Kota Surakarta secara tidak langsung. Karena dapat menciptakan lapangan
usaha baru dan mengurangi pengangguran. Kondisi ini akan berbeda jika
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
107
pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon hanya difungsikan sebagai
permukiman penduduk saja.
Adanya Solo Paragon yang berupa kegiatan mix use dimana banyak
terdapat kegiatan perdagangan dan jasa di dalamnya, seharusnya dapat
menjadi lowongan kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat sekitar
pada khususnya. Seperti dalam teori Tarigan, dimana adanya suatu pusat
pertumbuhan, sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan
sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun
ke daerah belakangnya. Sehingga pembangunan Solo Paragon dianggap
dapat menguntungkan warga sekitar dalam hal perekrutan tenaga kerja.
Namun pada kenyataanya tidak serta merta menjawab dugaan tersebut.
Karena warga sekitar yang seharusnya diutamakan dalam perekrutan
tenaga kerja, seperti yang dijanjikan pihak Solo Paragon, tidak banyak
yang menjadi tenaga kerja di Solo Paragon.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga yang kemudian
ditrianggulasikan pada pemerintah dan pihak Solo Paragon, didapat
pernyataan bahwa selama pembangunan berlangsung, manajemen Solo
Paragon merekrut tenaga kerja sekitar untuk menjadi pekerja khususnya
warga yang berdomisili di Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan
Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. Namun pada kenyataannya
manajemen Solo Paragon tidak mengutamakan perekrutan terhadap warga
sekitar, karena tetap melalui proses penyeleksian sesuai keahlian masing-
masing. Warga sekitar yang direkrut oleh pihak Solo Paragon adalah
sebagai tenaga kerja bawah/kasar yakni security (satpam), gardener
(tukang kebun) dan mekanik. Berikut adalah Tabel 5.8 yang menunjukkan
tentang prosentase jumlah warga yang direkrut oleh Solo Paragon sebagai
pekerja selama proses pembangunan. Dimana prosentase warga yang
bekerja didapat dari hasil bagi dengan jumlah angkatan kerja di tiap
kelurahan.
Tabel 5.8 Prosentase Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon
Kelurahan Warga sekitar yang Jumlah Angkatan Prosentase
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
108
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Berikut adalah diagram prosentase jumlah warga sekitar yang
menjadi tenaga kerja di Solo Paragon pada Gambar 5.10 :
Gambar 5.10
Gambar Prosentase Warga Sekitar yang Menjadi Tenaga Kerja di Solo Paragon
Dari tabel di atas, dapat diketahui ternyata penyataan bahwa “Pihak
Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja warga sekitar yang
berdomisili di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya. Karena terbukti
hanya sedikit warga sekitar yang menjadi tenaga kerja Solo Paragon
padahal adanya pembangunan megaproyek Solo Paragon dapat menjadi
peluang kesempatan kerja yang besar bagi banyaknya jumlah angkatan
kerja warga sekitar. Mengingat jumlah penduduk yang produktif di
Kelurahan Mangkubumen sebesar 6440 jiwa, Kelurahan Penumping
sebesar 4561 jiwa dan Kelurahan Sriwedari sebesar 3971 jiwa.Selain itu,
kelak saat Solo Paragon sudah selesai pembangunan dan sudah
bekerja di Solo Paragon
Kerja
Mangkubumen 15 2704 0.15%
Penumping 5 1684 0.09%
Sriwedari 5 3971 0.09%
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
109
beroperasional, warga sekitar Solo Paragon tetap harus mengikuti proses
seleksi seperti para pencari kerja lainnya dan harus sesuai standar
kualifikasi tenaga kerja di bidangnya.
5.3.2 Usaha Kegiatan Ekonomi Warga Sekitar
Pada kenyataannya selain berdampak positif, pembangunan Solo
Paragon yang berada pada kawasan penelitian juga mengakibatkan
dampak negatif. Masyarakat sekitar yang melakukan adaptasi dengan cara
merubah fungsi bangunan menjadi bangunan untuk kegiatan komersial
sedikit banyak mendapat keuntungan dari hasil keuntungan karena faktor
kedekatan dengan Solo Paragon dan faktor aksesibilitas. Perubahan
tersebut menonjol di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro. Hidupnya
kawasan itu semenjak hadir Solo Paragon dianggap warga sekitar sebagai
sesuatu yang menguntungkan dan kelak dapat menjadi suatu pusat
pertumbuhan. Sesuai dengan teori Tarigan, yang tercantum dalam teori
pusat pertumbuhan, bahwa pusat pertumbuhan (growth pole) diartikan
dengan 2 (dua) cara yaitu secara fungsional dan secara geografis. Dimana
suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya
memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi
kehidupan ekonomi ke dalam maupun daerah di belakangnya. dan secara
geografis, dimana suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan
kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang
menyebabkan barbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan
masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan
tersebut.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
110
Seperti fakta yang terjadi di lapangan yaitu banyaknya masyarakat
yang memiliki tanalahan pada bagian periferi melakukan usaha kegiatan
ekonomi lain yang dianggap dapat menaikkan pendapatan mereka dengan
dibangun toko-toko, restoran, kafe, salon, laundry, lembaga pendidikan,
bimbingan belajar, perkantoran, dan lain-lain yang berlokasi di dekat
dengan Solo Paragon. Namun lain halnya dengan masyarakat yang berada
pada bagian enclave. Sebagian dari mereka ada yang melakukan usaha
kegiatan ekonomi lain sebagai pendorong kegiatan ekonomi pada bagian
enclave tetapi di sisi lain sebagian warga kurang memanfaatkan
keuntungan tersebut dan hanya menunggu kebaikan dari pihak Solo
Paragon.
Seperti hasil kutipan wawancara dengan ketua RT 01 RW 06
Kelurahan Mangkubumen di bawah ini :
“Pihak Solo Paragon kurang menganggap warga sekitar, tidak
memedulikan warga, khususnya perekonomian warga sekitar.”
(Ketua RT 01 RW 06 Kelurahan Mangkubumen)
5.3.3 Nilai Lahan (Land Value)
Seperti dalam teori nilai lahan oleh Von Thunen, menyatakan
bahwa semakin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin
besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar.
Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di
pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
Namun, adanya pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat
Sebelum adanya
pembangunan Solo Paragon,
sedikit warga yang mengadakan kegiatan
komersial khususnya perdagangan dan membuka
jasa kost-kostan
Dibangunnya Solo Paragon memunculkan
niatan warga untuk
membuka usaha baru dengan berdagang,
membuka kost-kostan,
dan lain-lain.
Sehingga kini di wilayah sekitar Solo Paragon banyak
warga yang memanfaatkan
keuntungan yaitu berdekatan dengan lokasi Solo Paragon
yang dapat menambah
penghasilan mereka dengan mengadakan kegiatan
komersial
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
111
terjangkau oleh kelompok strata menengah ke bawah. Sehingga diperkuat
oleh teori Yunus bahwa pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi
kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah.
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik lahan yang
mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih
kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai
status ekonomi kuat. Maka terjadi bermacam-macam penyesuaian warga
dalam mensikapi tanah/bangunan milik mereka semenjak naiknya harga
tanah dan pajak bumi bangunan di kawasan mereka setelah adanya
pembangunan Solo Paragon.
Karena terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan
penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value yakni penilaian atas lahan
didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya
dengan produktivitas dan strategi ekonominya. Seperti konsep highest and
best use yang diungkapkan Yunus, maka tingginya harga lahan akan
menyebabkan hanya kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat
produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan yang
digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan
menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi,
persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan
menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola
penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai
lahannya.
Perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan,
sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan
nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk
kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Hal inilah yang
menyebabkan beraneka ragamnya perlakuan warga sekitar terhadap tanah
atau bangunan yang dimilikinya. Seperti yang tertera dalam tabel harga
lahan dan PBB pada Tabel 4.13 dan tabel 4.14, bahwa warga sekitar
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
112
beserta kantor BPN dan kantor PBB mengaku terjadinya kenaikan drastis
terhadap harga tanah warga di sekitar Solo Paragon. Begitu juga dengan
harga pajak bumi dan bangunannya. Dari sebelum adanya Solo Paragon di
kawasan tersebut, sampai sesudah adanya Solo Paragon, kenaikan harga
tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan meningkat sampai pada kisaran ±
60%. Grafik kenaikannya dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 5.15
Gambar 5.11 Diagram Kenaikan Harga Tanah dan Pajak Bumi Bangunan di Sekitar Solo Paragon
Dan di bawah ini adalah hasil olah data dari kuisioner yang disebar
kepada warga sekitar, terkait perlakuan warga terhadap tanah atau
bangunannya ketika harga tanah dan pajak bumi dan bangunan naik
semenjak adanya Solo Paragon di lingkungan mereka.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
113
Tabel 5.9 O lah Data Kuisioner Aspek Ekonomi
Pilihan Jawaban Jumlah
Jawaban Prosentase
a. Dijual, karena dengan naiknya harga
tanah,dapat menguntungkan bagi
Bapak/Ibu jika tanah dijual
17 20%
b. Dijual, karena Bapak/Ibu keberatan membayar pajaknya
10 11.76%
c. Dijual, karena memang sudah menjadi rencana Bapak/Ibu untuk menjualnya
5 4.75%
d. Dikontrakkan, guna mendapat
keuntungan yang besar 11 12.94%
e. Direnovasi/diubah fungsi bangunannya
menjadi komersil 19 22.35%
f. Digunakan sebagai kost -kostan 10 12.94%
g. Tidak dijual/dikontrakkan/direnovasi 13 15.29%
Jumlah 85 100%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Gambar 5.12
Diagram O lah Data Kuisioner Aspek Ekonomi
Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa angka
perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya
berbeda-beda dan angka terbanyak dihasilkan adalah mereka merenovasi
dan mengubah fungsi bangunan mereka menjadi komersil (komersialisasi
bangunan) guna mendapatkan keuntungan. Yakni dengan prosentase
22.35% kemudian disusul dengan jawaban terbanyak kedua yaitu mereka
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
114
menjual tanah atau rumah mereka guna memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dan membuka kost-kostan.
5.4 Analisis Integrasi Aspek Pengaruh Fisik, Sosial, dan Ekonomi
Antar ketiga aspek di atas (fisik, sosial dan ekonomi), saling terkait
dan terintegrasi. Semua yang dibahas di dalam aspek fisik, mempengaruhi
pada aspek ekonomi juga pada aspek sosial. Seperti pada kasus perubahan
pemanfaatan lahan yang mana itu berasal dari banyaknya kegiatan
komersial baru yang berkembang oleh warga sekitar itu sendiri sebagai
bentuk adaptasi warga untuk menaikkan taraf hidupnya. Dan juga untuk
memanfaatkan keberadaan Solo Paragon yang dekat dengan
tanah/bangunan milik mereka. Hal itu mempengaruhi pula pada sosial
warga khususnya PKL yang merasakan kurangnya ruang publik bagi
mereka. Kehadiran Solo Paragon dianggap warga dan para stakeholders
mampu mempengaruhi kondisi fisik, sosial dan ekonomi warga sekitar
secara langsung dan warga Kota Surakarta secara tidak langsung. Berikut
adalah tabel yang menunjukkan hasil analisa yang di dapat dari teori yang
dibandingkan dengan fakta di lapangan.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 115
Dikaitkan dengan variabel-variabel penelitian yang digunakan, maka diperoleh hasil berikut ini :
Tabel 5.10
Hasil Analisis Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori (Kajian Kritis)
No Aspek Variabel yang
digunakan
Definisi Sumber Hasil Analisis
1 Fisik Perubahan
pemanfaatan lahan
(Komersialisasi bangunan)
Penyesuaian untuk kebutuhan
manusia dalam menampung
kegiatan yang ada
Chapin dan
Kaiser, 1999
Dari hasil fakta dan analisa, diperoleh gejala
perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang
terjadi di kawasan penelitian dapat menghidupkan kawasan tersebut dengan kegiatan
komersial yang berkembang dan memanjang di sepanjang Jalan Yosodipuro.
2 Sosial Kesiapan masyarakat Kesiapan masyarakat dalam menerima kehadiran
pembangunan Apartemen Solo
Paragon dan infiltrasi orang-orang menengah ke atas
URDI, 2005 Dari hasil fakta dan analisa, dengan hadirnya penghuni apartemen menyebabkan semakin
heterogennya status sosial masyarakat di
sekitarnya sehingga mereka tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon dan mengkhawatirkan
adanya gab/ kesenjangan sosial dan infiltrasi
kalangan menengah ke atas pada lingkungan mereka. Sebesar 74.11% warga sekitar
menyatakan tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon.
Reduksi ruang publik bagi PKL
Terseleksinya masyarakat untuk mendapatkan ruang
publik terutama ruang untuk
berdagang bagi para PKL
Z.W Baihaki, 2005
Dari hasil fakta dan analisa, semakin selekt if dan tereduksinya ruang-ruang publik yang dirasakan
khususnya bagi PKL untuk berjualan di sekitar
Solo Paragon. Sebesar 60% para PKL menyatakan adanya Solo Paragon mengakibatkan tereduksinya
ruang publik bagi PKL
3 Ekonomi Penyerapan tenaga
kerja setempat
Memprioritaskan sumber daya
manusia yang ada di
Effendy, 2002
dan Tarigan,
T idak sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta
dan analisa, pihak Solo Paragon tidak
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9 116
Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka dan Analisa ,Tahun 2010
sekitarnya sebagai tenaga kerja 2005 memprioritaskan warga sekitarnya dalam hal
penyerapan/perekrutan tenaga kerja. Hanya sejumlah 25 orang yang direkrut menjadi tenaga
kerja Solo Paragon.
Mendorong
usaha/kegiatan ekonomi lain
Mencari keuntungan karena
faktor kedekatan dengan pusat pertumbuhan
Tarigan, 2005 Sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta dan
analisa, banyaknya warga sekitar yang melakukan kegiatan usaha dengan usaha komersialisasi
bangunan sebagai bentuk adaptasi dan
memanfaatkan kedekatan dengan Solo Paragon sehingga dianggap dapat memberi keuntungan
bagi warga sekitar.
Kemampuan
terhadap harga lahan/pajak
Pemilik lahan yang
mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai
kecenderungan lebih kuat
untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang
mempunyai status ekonomi
kuat
Yunus, 2001 Sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta dan
analisa, terjadi perbedaan perlakuan warga sekitar terhadap tanah/bangunannya ketika harga tanah
dan harga pajak naik semenjak adanya Solo
Paragon. Seperti menjual, mengontrakkan, atau mengubah fungsi tanah/bangunannya. Mengubah
fungsi bangunan menjadi bangunan komersial
menempati prosentase terbesar dari lainnya.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
117
Ketiga aspek fisik, sosial dan ekonomi di atas adalah aspek yang
menjadi pengaruh pembangunan Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan
sekitarnya. Semenjak adanya apartemen Solo Paragon secara langsung dan
secara tidak langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena
pengaruhnya. Jika salah satu aspek seperti aspek fisik yang berubah
semenjak adanya apartemen Solo Paragon, seperti kecenderungan
perubahan pemanfaatan lahan, maka akan mempengaruhi kondisi
perekonomian di sekitarnya dan mempengaruhi pula terhadap kondisi sosial
warga sekitar. Seperti pada kasus lain yaitu jika status perekonomian warga
yang berbeda-beda, semakin tinggi tingkat perekonomiannya, maka semakin
mempengaruhi pula terhadap status sosial dan interaksi sosial antar
masyarakat. Sehingga dalam suatu perencanaan pembangunan seharusnya
sudah ada pemikiran awal yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial dan
ekonomi warga agar ketiga aspek tersebut tidak diabaikan dan harus bersifat
prefentif yaitu upaya pencegahan supaya kelak tidak ada pengaruh buruk
bagi aspek fisik, sosial dan ekonomi warga sekitar.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
82
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
118
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan jumah penduduk
menuntut adanya suatu pembangunan vertikal di dalam lahan yang
terbatas pada kota. Maka muncullah pembangunan apartemen, mall,
kondotel dan city walk Solo Paragon di lahan seluas ± 4 Ha tepatnya
di lahan bekas RSUP Dr. Muwardi. Arah perkembangan bangunan
yang berfungsi mix use ini mendukung Kota Surakarta yang bersifat
dinamis dan menyinergikan aset yang ditonjolkan Kota Surakarta
berupa sentra-sentra batik dan pariwasata yang ada di Kota Surakarta
untuk menarik banyak wisatawan yang datang dan para investor
khususnya untuk keperluan bisnis property.
2. Adanya pembangunan Solo Paragon yang berada pada 3 Kelurahan
yakni Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan
Sriwedari sudah sesuai degan ketentuan dalam RUTRK Kota Surakarta
Tahun 1993-2013 bahwa kawasan Solo Paragon adalah kawasan mix
use sehingga dengan adanya Solo Paragon yang bersifat mix use ini,
dan perkembangan fisik yang terjadi di sekitarnya mendukung dan
sangat relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai
fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya.
3. Gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di
sekitar Solo Paragon berkembang seiring dengan masa pembangunan
apartemen Solo Paragon dengan dominasi kegiatan perdagangan, jasa,
perkantoran, pendidikan dan kesehatan.
4. Perubahan pemanfaatan lahan menjadi komersial di kawasan
penelitian yang menonjol adalah pada koridor Jalan Yosodipuro
dengan pola memanjang untuk bagian periferi dan pola menyebar
untuk bagian enclave.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
119
5. Pengaruh sosial yang dirasakan warga sekitar yakni semakin
heterogennya strata sosial masyarakat di lingkungannya yang membuat
sulit untuk berinteraksi. Dan ketidaksiapan warga terhadap adanya
pembangunan apartemen Solo Paragon karena khawatir akan
terinfiltrasi kalangan menengah ke atas dan terjadi adanya
gab/kesenjangan sosial antar penghuni dengan warga sekitar Solo
Paragon. Tetapi di sisi lain, secara tidak langsung kehadiran Solo
Paragon di lingkungan mereka membuat kebanggaan atau “gengsi”
tersendiri bagi warga sekitar karena tempat tinggalnya berdekatan
dengan Solo Paragon. Kemudian bagi para PKL, mereka merasa
dibatasi dalam penggunaan ruang publik untuk berjualan di sekitar
Solo Paragon.
6. Adanya Solo Paragon yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan
(growth pole) yang idealnya dapat menyerap banyak tenaga kerja dan
menjadi lapangan usaha yang besar bagi masyarakat khususnya warga
sekitar kenyataannya tidak seperti yang diharapkan warga. Karena
hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja di Solo
Paragon.
7. Naiknya harga lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan pada
lahan/bangunan di sekitar Solo Paragon menyebabkan warga sekitar
beradaptasi dengan perlakuan yang berbeda-beda mulai dari menjual
tanah/bangunannya, mengontrakkan, mengubah fungsi bangunan atau
dengan membuka kost-kostan.
8. Jika salah satu aspek seperti aspek fisik berubah karena terkena
pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon, maka secara tidak
langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena pengaruhnya.
Karena ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan terintegrasi satu
sama lain.
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
120
6.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan
rekomendasi kepada stakeholder yaitu :
1. Kepada pemerintah
a. Dalam setiap kepentingan khususnya dalam hal kerja sama dengan
pengembang dan investor, agar mengutamakan terlebih dahulu
mana yang sangat diprioritaskan untuk boleh dibangun dan kapan
dibangun suatu property. Khususnya memikirkan bagaimana
kondisi lingkungan warga di sekitarnya baik secara fisik, sosial
maupun ekonomi.
b. Pemerintah mengupayakan pula untuk tetap mempertahankan
penduduk asli kelurahan khususnya penduduk menengah ke bawah
agar tidak terjadi out-migran dalam jumlah besar.
c. Perkembangan kegiatan komersialisasi bangunan yang terjadi pada
bagian periferi kawasan perlu pengaturan perijinan karena
dikhawatirkan kelak akan menjadi lebih besar lagi seiring
keberadaan Solo Paragon.
2. Kepada pihak pengembang
a. Sebaiknya sebagai pengembang harus mempunyai jiwa sosial
tinggi khususnya kepada warga sekitar yang paling terkena dampak
lingkungan secara langsung saat pembangunan proyek berjalan.
Selain itu juga menepati janjinya untuk memprioritaskan
penyerapan tenaga kerja dari sumber daya manusia di sekitarnya.
b. Pengembang sebaiknya bertanggung jawab kepada warga sekitar
baik pada masa pembangunan sampai nanti Solo Paragon mulai
beroperasional. Dan melakukanprosedur pembangunan sesuai
dengan AMDAL.
c. Pengembang memikirkan keberadaan PKL yang digusur pada saat
pembangunan Solo Paragon berlangsung. Sebaiknya memberikan
shelter-shelter khusus untuk para PKL yang ingin berjualan di
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon
Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
R i n i F a u z i a │ I 0 6 0 6 0 3 9
121
sekitar Solo Paragon dengan target konsumen yakni karyawan dan
pengunjung Solo Paragon.
3. Kepada warga sekitar Solo Paragon
a. Memanfaatkan degan sebaik-baiknya fasilitas yang ada sekarang,
khususnya perubuhan wujud kawasan sekitar yang menjadi hidup
dan komersil sehingga sangat menguntungkan bagi warga jika
mengambil manfaat tersebut dengan membuka usaha seperti
perdagangan, jasa, dan lain-lain.
b. Beradaptasi dengan keadaan sekarang dimana dengan adanya Solo
Paragon berpotensi meningkatkan taraf hidup warga jika
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4. Kepada Peneliti lain
Penelitian pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon
terhadap kondisi lingkungan sekitarnya belum mencakup seluruh aspek.
Beberapa aspek yang belum dibahas dan dapat dijadikan studi lanjutan
antara lain:
a. Dampak Solo Paragon terhadap penduduk Kota Surakarta
b. Analisis potensi keberadaan Solo Paragon terhadap kawasan di
sekitarnya
c. Studi eksplorasi mengenai pengaruh perubahan pemanfaatan lahan
perumahan menjadi komersial terhadap perubahan harga lahan
122
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, H.Raharjo, 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Effendy, Muhajir. 2002. Masyarakat Equilibrium. Yogyakarta: Bentang Budaya
Effendy, Sofyan. 2002. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian,
Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalamPerencanaan Pedesaan,
Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di
Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, ITB.
Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Susanto, Phil.A, 1999. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta : Putra
Abardin.
Syani, Abdul. 1994. Sosiologi (Sistematika, teori dan terapan). Jakarta: Bumi
Aksara.
Sztompka, Piotr, 1997. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Medan: Bumi
Aksara.
URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Konsep dan
Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia) Jakarta: Urban and
Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko.
URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Pengalaman
Pembangunan Perkotaan di Indonesia) Jakarta: Urban and
Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko.
Yunus, Hadi Sabari. 2002. Manajemen Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus, Hadi Sabari. 2008. Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
123
Zahnd, Markus. 1989. Model Baru Perancangan Kota Secara Terpadu.
Yogyakarta: Kanisius
http://www.skycrapercity.com/showthread.php?t=903102&page=4
TUGAS AKHIR
Alit, Tjokorda. 2001. Kajian Gejala Perubahan Pemanfaatan Lahan Kawasan
LC. Gatot Subroto. Tesis, Program Magister Perencanaan wilayah dan Kota. ITS,
Surabaya.
Baihaki, Z. W. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Mall
Ambarukmo Plasa dan Sphire Square Yogyakarta. Yogyakarta: Thesis, MPKD
UGM.
Mardiansyah, Fadjar Hadi. 1999. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan
untuk Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota. Tesis, Program Magister
Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung.
Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di
Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi
Bandung.
Wulandari, Ayu. 2007. Studi Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan
Menjadi Komersial di Koridor Kertajaya Surabaya. Surabaya: Tugas Akhir,
PWK ITS.
Haryanto, Arif Sugeng. 2005. Pengaruh Pembangunan Kampus Terhadap
Kondisi Lingkungan Sekitar (Studi Kasus: Kawasan Kampus Tembalang). Tugas
Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, UNDIP.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013