PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI...

196
PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI TERHADAP PERILAKU ANTI GRATIFIKASI KASUS: PEGAWAI KUA DI KABUPATEN BOGOR DAN BONE Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Oleh: Untung Afandi NIM: 2113034000003 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI...

Page 1: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI

TERHADAP PERILAKU ANTI GRATIFIKASI

KASUS: PEGAWAI KUA DI KABUPATEN BOGOR DAN BONE

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

Untung Afandi

NIM: 2113034000003

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata dua (S2) di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI

TERHADAP PERILAKU ANTI GRATIFIKASI

KASUS: PEGAWAI KUA KABUPATEN BOGOR DAN BONE

Tesis

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh

Untung Afandi

NIM: 2113034000003

Pembimbing I, Pembimbing II,

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 4: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Tesis berjudul Pengaruh Pemahaman Hadis Gratifikasi Terhadap

Perilaku Anti Gratifikasi. Kasus: Pegawai KUA Kabupaten Bogor dan Bone,

telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Program Magister Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Maret 2018. Tesis ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) pada Program

Studi Tafsir Hadis dengan Konsentrasi Hadis.

Page 5: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz De dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy Es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

Apostrof (dari kiri naik ke kanan) ˊ ع

gh Ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha ه

Apostrof (dari kiri turun ke ˋ ء

kanan)

y Ye ي

Vokal Tunggal

Arab Latin Keterangan

‾ ----- a fathah

₋ ----- i kasrah

᾽ ----- u dommah

Page 6: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

v

Vokal Rangkap

Arab Latin Keterangan

ai a dan i ----- ‾ ي

au a dan u ----- ‾ و

Vokal Panjang

Arab Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ---ا

î i dengan topi di atas ---ي

û u dengan topi di atas ---و

Page 7: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

vi

ABSTRAK

Untung Afandi

Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi Tentang Gratifikasi Terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi. Kasus: Pegawai KUA Kabupaten Bogor dan Bone.

Salah satu masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah masalah

korupsi yang diantaranya dalam bentuk gratifikasi. Pada sisi lain, ajaran moral yang

melarang korupsi ataupun gratifikasi dinyatakan dengan jelas dalam pedoman umat

Islam, sebagai mayoritas bangsa ini, yaitu Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad

SAW.

Berkaitan dengan itu, penelitian ini akan berfokus pada analisis hubungan

kausalitas antara pemahaman ajaran Islam, dalam hal ini adalah Hadis Nabi tentang

Gratifikasi, dengan Perilaku Anti Gratifikasi. Pemahaman Hadis Nabi tentang

Gratifikasi (PHN) sebagai variabel independen dan Perilaku Anti Gratifikasi (PAG)

sebagai variabel dependen. Untuk mengurangi bias perhitungan, ditambahkan

variabel independen lainnya, yaitu Good Governance (GG), Orientasi Keagamaan

Internal (OKI), Orientasi Keagamaan Eksternal (OKE), dan Budaya Masyarakat

(BM).

Unit analisis penelitian ini adalah para pegawai Kantor Urusan Agama

(KUA). Sedangkan, lokus penelitian ini adalah KUA di Kabupaten Bogor dan

Bone. Alasan pemilihan ini karena para pegawai KUA banyak yang memiliki latar

belakang pendidikan keagamaan disamping pendidikan non keagamaan, sehingga

ada keragaman pemahaman terhadap Hadis Nabi Muhammad SAW.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: pertama, analisis kondisi

pemahaman pegawai KUA terhadap Hadis Nabi tentang gratifikasi dan variabel

Page 8: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

vii

independen lainnya. Kedua, analisis pengaruh pemahaman Hadis Nabi tentang

Gratifikasi dan variabel independen lainnya terhadap Perilaku Anti Gratifikasi.

Ketiga, analisis indikator yang paling berpengaruh terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Teknik yang digunakan adalah survey dengan instrumen kuesioner.

Penentuan ukuran sampel menggunakan rumus slovin, sedangkan cara

pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Sementara

itu, model yang digunakan untuk analisis kausalitas ini adalah model Structural

Equation Model, jenis Partial Least Square (SEM-PLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, kondisi pemahaman para

pegawai KUA di Kabupaten Bogor dan Bone terhadap Hadis Nabi tentang

gratifikasi dan variabel independen lainnya, rata-rata masuk kategori baik.

Kedua, tingkat Pemahaman Hadis Nabi tentang gratifikasi (PHN)

berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Anti Gratifikasi (PAG) dengan

tingkat keyakinan 95% atau tingkat kesalahan (alpha) 5%, baik di Kabupaten Bogor

maupun Bone. Variabel independen lainnya yang berpengaruh secara signifikan

adalah Good Governance (GG) untuk Kabupaten Bogor dan Budaya Masyarakat

(BM) untuk Kabupaten Bone.

Ketiga, indikator yang paling berpengaruh terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi pegawai KUA di Kabupaten Bogor adalah Pemahaman Hadis Nabi

tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada

pegawai KUA di Kabupaten Bone, indikator yang paling berpengaruh adalah

Budaya Masyarakat yang mengajarkan kejujuran.

Page 9: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

viii

ABSTRACT

Untung Afandi

The Influence of Understanding of Prophet Hadith About Gratification Against

Anti Gratification Behavior. Case: Employees of KUA in Bogor and Bone Districts.

One of the problems faced by the Indonesian today is gratification as one

kind of corruption. On the other hand, the moral teachings that prohibit corruption

or gratification are clearly stated in the guidelines of Muslims, as the majority of

these nations, namely Al-Qur’an and Hadith of Prophet Muhammad SAW.

In this regard, this study will focus on analyzing the causal relationship

between the understanding of Islamic teachings, in this case is the Prophet's Hadith

on Gratification, with Anti-Gratification Behavior. Understanding of the Prophet's

Hadith on Gratification (PHN) is an independent variable and Anti-Gratification

Behavior (PAG) is a dependent variable. To reduce the calculation bias, added other

independent variables, namely Good Governance (GG), Internal Religious

Orientation (OKI), External Religious Orientation (OKE), and Community Culture

(BM).

The unit of analysis of this research is the employees of the Office of

Religious Affairs (KUA). Meanwhile, this research locus is KUA in Bogor and

Bone districts. The reason for this election is because many KUA employees have

religious education backgrounds besides non-religious education, so there is a

diversity of understanding on the Hadith of Prophet Muhammad SAW.

This study has three objectives, namely: first, the analysis of understanding

condition of KUA employee to Hadith of Prophet about gratification and other

independent variables. Second, the analysis of the influence of the understanding

of the Prophet's Hadith on Gratification and other independent variables on Anti-

Gratification Behavior. Third, the analysis of the most influential indicators on Anti

Gratification Behavior.

To achieve these goals, this research uses quantitative method. The

technique used is survey with questionnaire instrument. Determination of sample

size using slovin formula, while the sampling method using simple random

Page 10: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

ix

sampling method. Meanwhile, the model used for causality analysis is the

Structural Equation Model, type of Partial Least Square (SEM-PLS).

The results of this study indicate that: First, the conditions of understanding

of KUA employees in Bogor and Bone districts against the Prophet's Hadith about

gratification and other independent variables are good. Secondly, the level of

understanding of the Prophet's Hadith on gratification (PHN) significantly

influences the Anti-Gratification Behavior (PAG) with 95% confidence level or 5%

alpha rate, both in Bogor and Bone. Other independent variables that significantly

influence the Anti Gratification Behavior, with the same level of confidence, are

Good Governance (GG) for Bogor District and Community Culture (BM) for Bone

District.

Third, the most influential indicator of the Gratification Behavior of KUA

employees in Bogor Regency is the Understanding of the Prophet Muhammad's

Hadith about the prohibition of gratification narrated by Imam Muslim. Whereas in

KUA officers in Kabupaten Bone, the most influential indicator is the Community

Culture that teaches honesty.

Page 11: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Pengaruh Pemahaman

Hadis Gratifikasi Terhadap Perilaku Anti Gratifikasi. Kasus: Pegawai KUA

Kabupaten Bogor dan Bone”, dapat penulis selesaikan.

Solawat dan salam, penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,

sebagai teladan perilaku umat manusia dan rahmat bagi semesta alam. Keselamatan

juga penulis panjatkan untuk keluarga Nabi, Sahabat, dan semua umatnya.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Magister Agama (M.Ag.) pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis,

Konsentrasi Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih, kepada:

1. Dekan Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.

Dr. Masri Mansoor, MA.

2. Ketua Program Magister Fakultas Ushuluddin. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M.Ag

3. Dosen Pembimbing Tesis, Bapak Prof. Dr. Masri Mansoor, MA dan Bapak

Dr. Bustamin, SE, M.Si., atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah

diluangkan kepada penulis selama proses penulisan tesis.

4. Bapak dan Ibu para dosen Program Magister Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

bagi penulis.

Page 12: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xi

5. Kepala Kantor Kementerian Agama, Kepala KUA dan Pegawai KUA di

Kabupaten Bogor dan Bone yang telah memberi izin dan menjadi responden

pada penelitian ini.

6. Teman-teman di Program Magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu, yang telah memberikan masukan terhadap tesis ini.

7. Istri tercinta dan anak-anak tersayang, yang telah memberikan dukungan

dan motivasi yang luar biasa kepada penulis, selama mengikuti perkuliahan

dan penulisan tesis.

Harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

positif bagi penguatan perilaku anti korupsi di Indonesia, dan semoga para

akademisi/peneliti yang berminat, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai

dasar untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi.

Ciputat, 7 Maret 2018

Untung Afandi

Page 13: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1

B. Tinjauan Literatur.............................................................................13

C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................17

D. TujuanPenelitian ..............................................................................20

E. Manfaat Penelitian ...........................................................................20

F. Sistematika Penulisan.......................................................................21

BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................23

A. Pengertian Korupsi ...........................................................................23

B. Korupsi dalam Al-Qur’an dan Hadis ...............................................24

C. Jenis-Jenis Korupsi...........................................................................28

D. Gratifikasi .........................................................................................30

1. Gratifikasi Menurut Undang-Undang RI .............................31

2. Gratifikasi Menurut Ajaran Islam ........................................33

3. Hukuman Pelaku Gratifikasi Menurut Hukum Positif. ........37

4. Hukuman Pelaku Gratifikasi (Korupsi) menurut Hadis .......38

E. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi (Gratifikasi) ................................39

F. Perumusan Kerangka Penelitian ......................................................44

G. Perumusan Metode Analisis .............................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................54

Page 14: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xiii

A. Paradigma Penelitian .........................................................................54

B. Metode Takhrij Hadis Gratifikasi .....................................................55

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................57

1. Populasi ................................................................................57

2. Ukuran Sampel .....................................................................60

3. Cara Pengumpulan Data Sampel ..........................................61

4. Instrumen Penelitian .............................................................62

D. Sumber Data .....................................................................................64

E. Model, Definisi Variabel dan Hipotesis ...........................................65

1. Model Kausalitas ..................................................................65

2. Definisi Variabel ..................................................................66

3. Hipotesis ...............................................................................67

F. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................68

G. Metode Pengolahan Data .................................................................68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................70

A. Pengantar Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................70

B. Analisis Sekilas Kualitas Hadis Nabi Tentang Gratifikasi ..............71

C. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ..........................................87

D. Sampel dan Karakteristik Responden ..............................................93

1. Sampel dan Karakteristik Responden di Kabupaten Bogor .93

2. Sebaran dan karakteristik Responden di Kabupaten Bone ...97

E. Kondisi Tingkat Pemahaman Hadis Nabi dan Variabel Independen

Lainnya. ..........................................................................................101

1. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi dan

Variabel Lainnya di Kabupaten Bogor. ..............................101

2. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi dan

Variabel Lainnya di KUA Kabupaten Bone.......................107

F. Proses dan Hasil Pengolahan Data dengan SEM-PLS ...................115

1. Proses dan Hasil Pengolahan Data Kabupaten Bogor dengan

SEM-PLS............................................................................116

2. Proses dan Hasil Pengolahan Data Kabupaten Bone dengan

SEM-PLS............................................................................124

G. Analisis Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi dan Variabel Independen

Lainnya terhadap Perilaku Anti Gratifikasi ...................................132

Page 15: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xiv

1. Analisis Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi tentang

Gratifikasi Terhadap Perilaku Anti Gratifikasi di Kabupaten

Bogor dan Bone. .................................................................132

2. Analisis Variabel Selain Hadis Nabi yang Mempengaruhi

Perilaku Anti Gratifikasi di Kabupaten Bogor dan Bone. ..135

H. Analisis Indikator Paling Berpengaruh Terhadap Perilaku anti

Gratifikasi .......................................................................................140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................146

A. Kesimpulan ....................................................................................146

B. Saran ...............................................................................................148

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................150

LAMPIRAN-1 Hadis-Hadis Setema dengan Hadis Imam al-Bukhâri (HN2) ....154

LAMPIRAN-2 Ringkasan Analisis Kualitas Hadis Gratifikasi ...........................166

LAMPIRAN-3 Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kemenag Kabupaten Bogor ...172

LAMPIRAN-4 Kuesioner ....................................................................................173

Page 16: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Pegawai KUA Bogor ..............................................................58

Tabel 3.2 Populasi Pegawai KUA Kabupaten Bone ..............................................59

Tabel 3.3 Variabel Laten dan Indikator Sebelum Kuesioner Diuji........................62

Tabel 4.1 Jumlah Kuesioner Uji Coba per KUA ...................................................87

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ......89

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ......................................90

Tabel 4.4 Indikator-Indikator Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ..92

Tabel 4.5 Sebaran Sampel di Kabupaten Bogor ....................................................93

Tabel 4.6 Sebaran Sampel di Kabupaten Bone ......................................................97

Tabel 4.7 Kondisi Pemahaman Hadis Nabi di KUA Kab Bogor (%) ..................101

Tabel 4.8 Kondisi Good Governance di KUA Kab Bogor (%) ...........................103

Tabel 4.9 Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal di KUA Kab Bogor (%) .....105

Tabel 4.10 Kondisi Orientasi Keagamaan Internal di KUA Kab Bogor (%) .....106

Tabel 4.11 Kondisi Budaya Masyarakat di KUA Kab Bogor (%).......................107

Tabel 4.12 Kondisi Pemahaman Hadis di Kab Bone (%) ....................................108

Tabel 4.13 Kondisi Good governance di KUA Kab Bone ...................................110

Tabel 4.14 Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal di KUA Kab Bone (%) ....112

Tabel 4.15 Kondisi Orientasi Keagamaan Internal di KUA Kab Bone (%) .......113

Tabel 4.16 Kondisi Budaya Masyarakat di KUA Kab Bone (%) ........................114

Tabel 4.17 Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk ..........................................117

Tabel 4.18 Indikator yang dihilangkan pada Tahap 2 ..........................................118

Tabel 4.19 Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk tahap 2..............................119

Tabel 4.20 Indikator yang dihilangkan pada Tahap 2 ..........................................119

Tabel 4.21 Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk tahap 3..............................121

Tabel 4.22 Validitas Discriminant (Metode Cross Loading) ...............................122

Tabel 4.23 Nilai Koefisien Jalur Pada Variabel Laten.........................................123

Tabel 4.24 Construct Validity and Reliability .....................................................126

Tabel 4.25 Indikator yang hilang pada tahap-1 di Kab Bone ..............................127

Tabel 4.26 Validitas dan Reliabilitas Konstruk ...................................................129

Tabel 4.27 Discriminant Validity.........................................................................130

Tabel 4.28 Nilai t statistik dan P values. ..............................................................131

Tabel 4.29 Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

..............................................................................................................................132

Tabel 4.30 Pengaruh Good Governance dan Budaya Masyarakat Terhadap

Perilaku Anti Gratifikasi ......................................................................................136

Tabel 4.31 Indikator Paling Berpengaruh ............................................................140

Page 17: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perumusan Kerangka Penelitian ........................................................46

Gambar 2.2 Outer Model .......................................................................................49

Gambar 2.3 Bentuk Reflektif .................................................................................49

Gambar 2.4 Bentuk Formatif .................................................................................50

Gambar 2.5 Inner Model ........................................................................................52

Gambar 3.1 Model Kausalitas Antar Variabel .......................................................66

Gambar 4.1 Skema Sanad Hadis 1 .........................................................................73

Gambar 4.2 Skema Sanad Hadis-2 ........................................................................76

Gambar 4.3 Skema Sanad Hadis-3 ........................................................................78

Gambar 4.4 Skema Sanad Hadis-4 ........................................................................80

Gambar 4.5 Skema Sanad Hadis-5 ........................................................................86

Gambar 4.6 Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin

................................................................................................................................94

Gambar 4.7 Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Usia ..............95

Gambar 4.8 Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Lama Kerja ..95

Gambar 4.9 Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Pendidikan ...96

Gambar 4.10 Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Jurusan

Pendidikan ..............................................................................................................97

Gambar 4.11 Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Jenis Kelamin

................................................................................................................................98

Gambar 4.12 Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Usia..............99

Gambar 4.13 Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Lama Kerja ..99

Gambar 4.14 Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Pendidikan .100

Gambar 4.15 Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Jurusan

Pendidikan ............................................................................................................100

Gambar 4.16 Hasil Outer Model tahap 1 (Bogor) ...............................................116

Gambar 4.17 Hasil Outer Model Tahap 2 (Bogor) ..............................................118

Gambar 4.18 Hasil Outer Model Tahap 3 (Bogor) ..............................................120

Gambar 4.19 Hasil Outer Model Tahap 1 (Bone) ................................................126

Gambar 4.20 Hasil Outer Model Tahap 2 (Bone) ................................................128

Page 18: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan besar yang dihadapi Bangsa Indonesia dan

sebagian besar bangsa-bangsa lain di dunia adalah masalah korupsi. Peristiwa

korupsi diduga hadir ketika manusia mulai bermasyarakat dan berorganisasi, yang

kemudian berkembang mengikuti zamannya. Catatan kuno menyatakan bahwa

Hammurabi, Raja Babilonia yang naik tahta tahun 1200 Sebelum Masehi (SM),

memerintahkan gubernur suatu provinsi untuk memeriksa kasus penyuapan.1

Demikian juga di India, China, dan Yunani, permasalahan korupsi sudah muncul

sejak 1000 SM.2

Ternyata saat ini, 3000 tahun sejak zaman kuno, masalah korupsi dan

kejahatan keuangan lainnya masih terjadi, bahkan dengan bentuk dan modus yang

lebih canggih. Nabi Muhammad SAW sejak 1400 tahun yang lalu sudah

memprediksi kondisi ini, sebagaimana diungkapkan dalam hadisnya:

الناسعلىي تقال:وسلمليهعهللاصلىالنبعن،عن هاللرضي،هري رةأبعن

اللأمنمن هأخذماال مر ءي باللزمان راممنأم ال 3ال

Dari Abû Hurairah RA., Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

"Akan datang kepada manusia suatu zaman, seseorang tidak peduli

lagi dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari jalan yang

halal atau haram."

1 Syed Hussain Alatas, Corruption, its Nature, causes, and Functions, Diterjemahkan oleh

Nirwono, dengan judul: Korupsi, Sebab dan Fungsi, (Jakarta: LPE3S,1987), h. 1. 2 Syed Hussain Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi. h. 1. 3 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’il al-Bukhârị, Ṣahih al-Bukhâri, Kitâb al-Ahkâm, bâb

Hadâyâ al-‘Ummâl, No. 2059, (Kairo: Dâr Ibnu Jauzi, 2010), h. 497.

Page 19: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

2

Hadis ini memperingatkan akan adanya masalah moral manusia dalam

pencarian harta yang sudah tidak mengindahkan halal dan haram. Secara implisit

hadis ini juga menyiratkan adanya sikap permisif dalam masyarakat terhadap

perilaku korupsi.

Secara bahasa, kata korupsi memiliki padanan kata dalam bahasa Inggris

corrupt yang berarti korup, jahat, buruk, rusak (kata sifat), menyuap, merusak,

mengubah (kata kerja).4 Secara terminologis, korupsi dapat diartikan sebagai

penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya)

untuk kepentingan pribadi atau orang lain.5 Sedangkan World Bank mendefinisikan

korupsi sebagai “an abuse of public power for private gains”. Korupsi adalah

penyalahgunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi (privat).6

Sementara, Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, menyatakan

bahwa yang termasuk pelaku tindak pidana korupsi adalah:

Setiap orang yang secara melawan hukum, melakukan perbuatan

memperkaya dir sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi, yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara...7

Bila dilihat dari sisi agama Islam, istilah korupsi sendiri tidak dinyatakan

secara eksplisit, namun tertera secara implisit pada beberapa ayat Al-Quran yang

bercerita tentang larangan memakan harta dengan jalan batil, khianat, dan suap

menyuap. Diantaranya adalah pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 188:

4 Jhon M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XXIII, (Jakarta: PT

Gramedia, 1996), h. 149. 5 Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Daring, Diakses pada 18 Oktober

2017, pukul 20.00, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id. 6 World Bank, World Development Report, The State in Changing World, (Washington DC:

WB, 1997). 7 Republik Indonesia, UU No 31 tahun 1999 juncto UU No 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bab II pasal 2.

Page 20: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

3

والكم ت كلواول نكم أم لوابل باطلب ي كامإلباوتد من فريقالتأ كلواال

وال 8ت ع لمونوأن تم بإلث الناسأم

"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang

lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui."

Walaupun definisi korupsi dinyatakan secara berbeda, namun intinya sama,

yaitu bahwa korupsi merupakan tindakan kejahatan. Bukan hanya karena korupsi

melanggar moral ataupun etika, namun juga karena dampaknya yang besar terhadap

kehidupan sosial dan ekonomi umat manusia.

Dampak korupsi sering tidak terlihat secara langsung, namun sebenarnya

dampak korupsi diduga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Lembaga Internasional untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)

menggambarkan korupsi sebagai kejahatan sistematis dan menyebar9. Korupsi

menyebabkan biaya produksi dan harga barang melambung dan manipulasi

pengambilan keputusan. Ia menghambat pertumbuhan ekonomi dan menguburkan

kepercayaan terhadap lembaga-lembaga dan jabatan publik.10

Dampak korupsi paling serius sering dialami oleh masyarakat miskin, yang

tampak dalam fenomena ambruknya gedung sekolah, kurangnya ketersediaan buku,

kurangnya jumlah bantuan dari semestinya diterima, dan kualitas infrastruktur yang

buruk di beberapa wilayah.

8 Kementerian Agama, Al-Quran al-Karim, Cet 1, (Bandung: Syaamil Al Qur’an, 2007),

h.69. 9 Organization for Economic Co-operation and Development, Finghting Corruption and

Promoting Integrity in Public Procurement, (Paris: OECD Publishing, 2005), h. 9. 10 Organization for Economic Co-operation and Development, Fighting Corruption and

Promoting Integrity in Public Procurement, h. 9.

Page 21: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

4

Besarnya dampak korupsi terhadap masyarakat, mendorong berdirinya

lembaga-lembaga anti korupsi yang bertujuan untuk mencegah dan memberantas

korupsi, baik pada level regional, nasional, maupun internasional. Beberapa contoh

diantaranya adalah Transparency International (TI), Transparency International

Indonesia, Indonesia Corruption Watch (ICW), dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK). Yang pertama adalah lembaga internasional dan yang lainnya adalah

lembaga anti korupsi pada tingkat nasional.

Berbagai cara dilakukan oleh lembaga-lembaga antikorupsi tersebut untuk

mencegah korupsi. Salah satu kegiatan mereka adalah melakukan survey ke

masyarakat untuk mengetahui tingkat kebersihan suatu negara atau daerah.

Transparency International (TI) setiap tahunnya mengeluarkan indeks korupsi suatu

negara yang dikenal dengan Corruption Perception Index (CPI).11 Sementara

Trancpareny International Indonesia mengeluarkan CPI pada level daerah.12 Nilai

CPI berkisar antara nilai 0 yang berarti tingkat korupsi sangat tinggi dan nilai 100

yang berarti negara tersebut sangat bersih.

Walaupun angka indeks tersebut adalah angka persepsi, bukan hasil laporan

terjadinya korupsi, namun angka indeks tersebut mendekati kenyataan yang ada

karena respondennya berasal dari pelaku usaha dan masyarakat yang menghadapi

langsung perilaku korupsi dari pejabat publik.

Pada tahun 2016, negara terbersih diraih oleh New Zealand dan Denmark,

dengan nilai CPI masing-masing 90. Disusul oleh Finlandia dengan nilai CPI 89

11 Tim Penyusun TI, Laporan Survey TI 2017, “Corruption Perception Index 2016”, Laporan

diakses pada 17 april 2017 pukul 20.00 dari www.transparency.org 12 Tim Penyusun TII. Laporan Survey TII 2017, “Corruption Perception Index 2016”. Laporan

diakses pada 17 april 2017 pukul 20.00 dari www.transparency.org

Page 22: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

5

dan Swedia dengan nilai CPI 88. Nilai CPI Indonesia tahun 2016 adalah 37 dan

menempati ranking 90 dari 177 negara yang disurvey.13

Pada kelompok negara ASEAN, posisi Indonesia, di bawah Singapura

dengan nilai CPI 84, Brunei 58, Malaysia 48. Namun, Indonesia masih diatas

Filipina dengan CPI 35, Thailand 35, Timor Leste 35, dan Vietnam 33.14

Sisi lain yang menjadi perhatian penulis terhadap penilaian CPI tersebut

adalah pada kelompok negara-negara muslim yang memiliki nilai CPI di atas 50

hanya 3 negara saja, yaitu Uni Emirat Arab dengan CPI 66, Qatar dengan CPI 61,

dan Brunei Darussalam dengan CPI 58. Sedangkan, negara-negara muslim lainya

memiliki tingkat persepsi korupsi yang buruk yaitu nilai CPI di bawah 50.15

Sementara itu, Transparency International cabang Indonesia (TII), sejak

tahun 2004 juga melakukan survey di beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun

2010, TII melakukan survey di 50 Kota di Indonesia. Survey ini menempatkan Kota

Denpasar sebagai Kota terbersih dengan nilai CPI 6.71, disusul oleh Tegal dengan

nilai CPI 6.26, dan Surakarta dengan CPI 6.0.

Pada tahun 2015 lembaga TII melakukan survey di 11 Kota yang memiliki

PDRB besar. Survey ini menempatkan Kota Banjarmasin sebagai daerah paling

bersih (CPI 58), sedangkan Kota Bandung memiliki tingkat persepsi korupsi

terburuk (CPI 39).

Bila diperhatikan angka nilai CPI tahun 2010 berada di bawah 10,

sedangkan tahun 2015 berada di bawah 100. Hal ini dikarenakan TII telah

mengubah kisaran angka penilaian persepsi korupsi. Pada tahun 2010 nilai CPI

13 Tim Penyusun TII, Laporan Survey TII 2017, “Corruption Perception Index 2016”, Laporan

diakses pada 17 april 2017 pukul 20.30 dari www.transparency.org 14 Tim Penyusun TII. Laporan Survey TII 2017, ”Corruption Perception Index 2016”. 15 Tim penyusun TII. Laporan Survey TII 2017, “Corruption Perception Index 2016”.

Page 23: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

6

antara 0 sampai dengan 10, dimana nilai 10 menunjukkan bahwa daerah tersebut

paling bersih dari korupsi. Sedangkan pada tahun 2015 nilai CPI berkisar antara 0

sampai dengan 100, dimana nilai 100 menunjukkan bahwa daerah tersebut paling

bersih dari korupsi.

Sementara itu berdasarkan fakta korupsi yang terungkap, sejak tahun 2004

hingga 2016, KPK telah menangani 206 kasus korupsi, dimana 48 kasus bermodus

pengadaan barang dan jasa, 20 kasus perizinan, 17 kasus pencucian uang, dan 21

kasus pungutan16. Pelaku korupsi terbanyak yang ditangani KPK adalah anggota

DPR/DPRD sebanyak 124 kasus dan Kepala Daerah sebanyak 75 kasus17.

Khusus pada tahun 2016, jenis perkara terbanyak yang ditangani KPK

adalah penyuapan sebanyak 79 perkara, pengadaan barang dan jasa 14 perkara, dan

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) sebanyak 3 perkara. Dana yang

diselamatkan sebanyak Rp.148 Milyar18.

Berdasarkan jenis pekerjaan, ada 26 perkara yang melibatkan swasta, 23

perkara melibatkan anggota DPR/DPRD, dan sepuluh (10) perkara melibatkan

pejabat PNS (ASN) eselon I, II dan III.19

Sepanjang Tahun 2016 ada sepuluh (10) Kepala Daerah yang ditangkap

KPK karena kasus Korupsi, yaitu Bupati Subang, Bupati Rokan Hulu, Gubernur

Sulawesi Tengah, Bupati Banyuasin, Wali Kota Madiun, Bupati Tanggamus,

Bupati Sabu Raijua, Bupati Buton, Wali Kota Cimahi, dan Bupati Nganjuk20.

16 Tim Penyusun KPK, Laporan Tahunan KPK 2016, ( Jakarta: KPK, 2017), h. 43. 17 Tim Penyusun KPK, Laporan Tahunan KPK 2016, h. 45 18 Tim Penyusun KPK, Laporan Tahunan KPK 2016, h.70 19 Tim Penyusun KPK, Laporan Tahunan KPK 2016, h. 70 20 Kaledioskop 2016: 10 Kepala Daerah Tersangka Korupsi, artikel diakses pada 17 april

2017, Pukul 21.00 dari www. nasional.kompas.com.

Page 24: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

7

Sedangkan sepanjang tahun 2017, KPK telah menetapkan tujuh (7) Kepala

Daerah sebagai tersangka korupsi, yaitu Bupati Kutai Kartanegara, Wali Kota

Cilegon, Wali Kota Batu, Bupati Batu Bara, Wali Kota Tegal, Bupati Pamekasan,

dan Bupati Klaten.21

Bila dilihat dari jenis perkara, tindak pidana korupsi yang paling banyak

terjadi adalah penyuapan dengan 93 perkara, diikuti pengadaan barang/jasa

sebanyak 15 perkara, serta TPPU sebanyak lima perkara. Sementara, data

penanganan perkara berdasarkan tingkat jabatan, mengungkapkan ada 43 perkara

yang melibatkan pejabat eselon I hingga IV dan 27 perkara melibatkan swasta serta

20 perkara melibatkan anggota DPR/DPRD. Selain itu, terdapat 12 perkara lainnya

yang melibatkan bupati/walikota dan wakilnya.22

Selain indeks persepsi korupsi (CPI), ada pula indeks yang berkaitan dengan

perilaku anti korupsi yang disebut dengan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK).

IPAK disusun berdasarkan dua dimensi yakni persepsi dan pengalaman

masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil penelitiannya pada bulan Juni

2017, bahwa IPAK Indonesia tahun 2017 sebesar 3,71. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar 3,59. Nilai indeks semakin mendekati

lima (5) menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi,

21 7 Kepala Daerah Tersangka Korupsi 2017, Informasi diakses 28 Desember 2017, pukul

21.00 dari http://news.liputan6.com/read/3110149/7-kepala-daerah-tersangka-korupsi-2017 22 Ini daftar Lengkap 19 OTT KPK Sepanjang 2017, Informasi ini diakses pada tanggal 5

januari 2018, dari: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/18/01/01/p1vv1h409-ini-

daftar-lengkap-19-ott-kpk-sepanjang-2017

Page 25: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

8

sebaliknya nilai IPAK yang semakin mendekati nol (0), menunjukkan bahwa

masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi23.

Hasil kajian itu juga menunjukkan bahwa IPAK masyarakat perkotaan lebih

tinggi (3,86) dibanding masyarakat perdesaan (3,53). IPAK penduduk

berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,58; SLTA sebesar 3,99; dan di atas SLTA

sebesar 4,09. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan, seseorang

akan semakin anti korupsi.

Pada instansi Pemerintah Pusat, isu korupsi terjadi pada berbagai

kementerian, diantaranya adalah Kementerian Agama. Kementerian Agama

(Kemenag) merupakan kementerian yang sangat strategis dalam menjaga moral

masyarakat. Hal ini tercermin pada salah satu fungsinya, yaitu melakukan

perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan

umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan.24

Sumber daya aparatur Kemenag banyak yang memiliki latar belakang

pendidikan keagamaan. Dengan demikian, para pegawai di Kementerian Agama

memiliki kompetensi untuk mensosialisasikan ajaran Agama Islam dan sekaligus

menjadi teladan bagi pegawai di institusi pemerintah lainnya.

Salah satu isu yang berkembang beberapa tahun belakangan ini pada

instansi Kementerian Agama, terutama di Kantor Urusan Agama di berbagai daerah

adalah masalah gratifikasi.

23 Indeks Perilaku Korupsi Indonesia Tahun 2017, Informasi diakses 3 Juli 2017. Pukul 20.00

https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/06/15/1313/indeks-perilaku-anti-korupsi-indonesia-pada-

tahun-2017-sebesar-3-71.html 24 Kementerian Agama, “Tugas dan Fungsi Kementerian Agama”, Informasi diakses 3 juli

2017 pukul 21.00, dari https://kemenag.go.id/home/artikel/42941

Page 26: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

9

Pengertian Gratifikasi menurut Undang Undang 31 Tahun 1999 junto UU

No 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi adalah sebagai berikut:

Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni

meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,

pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,

perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas

lainnya. Termasuk gratifikasi adalah segala yang diterima di dalam

negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan

menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik25.

Al-Qur’an berbicara gratifikasi secara umum yaitu bagian dari apa yang

disebut khianat (ghulul), misalnya Qur’an Surat al-Baqarah ayat 188 sebagaimana

disebutkan di atas. Namun hadis Nabi Muhammad SAW berbicara gratifikasi

dengan cukup jelas, diantaranya adalah hadis berikut ini:

كري بممدب نال عالءحدث ناأبوأسامةحدث ناهشام عن يأ حدث ناأبو يه ب

ت ع ملرسولاللصلىاللعلي هوسلمرجال قالاس أبحي دالساعدي عن

ز دعلىصدقاتبن ال ت بيةف لماجاءحامن عىاب نال سبهسلي ميد

ف قالرسولاللصلىاللعلي هوسلمف هالهذا مالكم وهذا هدية قال جلس

كحتت تيك كن صاهديتكفب ي أبيكوأم خطب إن مداللدقاث ناف

ت ع ملالرجلمن كم علىال عملماولنا أس قالأماب ع دفإن للوأث نعلي هث

لأفالجلسفب دي هحتي ف يأ تف ي قولهذامالكم وهذاهدية أه أبيهوأم

ئابغي حقهإل من هاشي كانصادقاوالللي خذأحد من كم لقيت تيههدي تهإن

لقياللي اللت عالي ملهي و مال قيامةفلع رفنأحدامن كم ملبعيالهراء أو

25 Republik Indonesia, UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana korupsi, Penjelasan Pasal 12B

Page 27: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

10

قالالل عرثرفعيدي هحترئيب ياضإب طي هث شاةت ي أو همهل ب قرةلاخوار

ب لغ بصرعي نوسعأذن26

Telah menceritakan kepada kami Abû Kuraib, Muhammad

bin Al-'Ala' telah menceritakan kepada kami Abû Usamah telah

menceritakan kepada kami Hisyam dari ayahnya dari Abû Humaid

al-Sa'idi dia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam pernah

mengangkat seorang laki-laki dari suku Azdi yang bernama Ibnu al-

Utbiyah untuk memungut zakat Banî Sulaim, ketika sekretarisnya

datang dia berkata, "Ini adalah harta kalian sedangkan ini adalah

hadiah untukku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Tidakkah kamu duduk-duduk saja di rumah ibu atau

bapakmu sehingga datang orang yang memberi hadiah

kepadamu, jika kamu benar demikian." Setelah itu beliau

berkhutbah, setelah beliau memuji dan menyanjung Allah, beliau

sampaikan: "Amma ba'du. Sesungguhnya saya telah meemngangkat

seseorang dari kalian sebagai pegawai untuk suatu pekerjaan yang

Allah bebankan kepadaku, kemudian dia datang seraya berkata, 'Ini

adalah hartamu, sedangkan yang ini adalah hadiah yang diberikan

kepadaku, tidakkah dia duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibunya

menunggu sampai ada orang yang memberi hadiah kepadanya, jika

dia orang yang benar. Demi Allah, tidaklah salah seorang dari kalian

mengambil sesuatu dari tanpa hak, kecuali ia akan bertemu Allah

Ta'ala pada hari Kiamat dengan membawa (harta tersebut). Dan

sungguh saya akan mengenal salah seorang dari kalian saat ia datang

menemui Allah dengan membawa unta atau sapi yang melenguh-

lenguh, atau kambing yang mengembek-embek." Setelah itu beliau

mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya,

kemudian beliau mengucapkan: "Ya Allah, telah saya sampaikan.

Mataku telah melihatnya dan kedua telingaku telah mendengarnya."

(Sahih Muslim)

Hadis ini menyatakan bahwa seorang pejabat atau petugas dilarang

mengambil harta atau pun hadiah yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan. Peraturan terkait hadiah berbentuk gratifikasi ini, selain UU No 20

26 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyad: Bait

al-Afkar al-Daulah, 1420H/1999M).

Page 28: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

11

Tahun 2001 dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014

yang mengubah PP NO 47 tahun 2001 Tentang Tarif atas Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama. Kemudian, PNBP

yang khusus berasal dari biaya nikah dan rujuk, diatur lebih detail dalam Peraturan

Menteri Agama (PMA) No 24 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan PNBP atas biaya

nikah dan rujuk yang dilakukan di luar KUA.

Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014 mengubah Peraturan Pemerintah

No 47 Tahun 2004 diantaranya Pasal I PP 48 tahun 2014 yang menyatakan:

(1) Setiap warga negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di

Kantor Urusan Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan

Agama Kecamatan tidak dikenakan biaya pencatatan nikah atau

rujuk.

(2) Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan

Agama Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi

sebagai penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan;

(3) Terhadap warga negara yang tidak mampu secara ekonomi

dan/atau korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di

luar Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dapat dikenakan tarif Rp 0,00 (nol rupiah);

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara untuk dapat

dikenakan tarif Rp0,00 (nol rupiah) kepada warga negara yang tidak

mampu secara ekonomi dan/atau korban bencana yang

melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama

Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

Peraturan Menteri Agama setelah berkoordinasi dengan Menteri

Keuangan.27

Selanjutnya pasal I ini juga telah mengubah ketentuan dalam Lampiran

angka II pada PP 47 Tahun 2001, mengenai Penerimaan Kantor Urusan Agama

Kecamatan yang awalnya sebesar Rp.30.000 menjadi Rp. 600.000.28 Biaya ini

27 Republik Indonesia, PP No 48 Tahun 2014 Tentang Tarif atas Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agama, Pasal 1 28 Republik Indonesia, PP No 48 Tahun 2014 Tentang Tarif atas Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agama, Pasal 1

Page 29: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

12

harus disetorkan oleh calon pengantin ke rekening Bendahara Penerimaan

Kemenag Pusat secara langsung.

Selanjutnya pengelolaan biaya nikah rujuk (PNBP) ini dijelaskan dalam

PMA Nomor 24 Tahun 2014 pasal 11 ayat (1) bahwa PNBP Biaya Nikah Rujuk

digunakan untuk membiayai pelayanan pencatatan nikah dan rujuk yang meliputi:

a. Transport dan jasa profesi penghulu;

b. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah;

c. Pengelola PNBP Biaya Nikah Rujuk;

d. Kursus pra nikah; dan

e. Supervisi administrasi nikah dan rujuk.29

Walaupun peraturan mengenai biaya nikah rujuk sudah jelas besaran

rupiahnya dan penggunaan biaya tersebut, namun implementasi penegakan peraturan

ini tidak sedikit menghadapi kendala. Pada prakteknya para pengantin atau

keluarganya masih memberikan hadiah kepada para penghulu, karena banyak

masyarakat Indonesia masih mengangap bahwa memberi hadiah merupakan hal

yang lumrah.30 Secara sosiologis, hadiah adalah sesuatu yang bukan saja lumrah

tetapi juga berperan sangat penting dalam merekatkan individu dalam suatu

masyarakat, merekatkan antar masyarakat bahkan antar bangsa. Artinya di level

masyarakat umum pengertian hadiah yang masuk kategori gratifikasi masih

diperdebatkan.

Beberapa kasus korupsi termasuk gratifikasi di Kementerian Agama

menjadi perhatian publik, karena Kementerian Agama dianggap sebaga salah satu

29 Kementerian Agama, Peraturan Menteri Agama No 24 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

PNBP atas biaya Nikah dan Rujuk di luar KUA Kecamatan, Pasal 11 ayat 1. 30 Tim Penyusun KPK, Buku Saku Memahami Gratifikasi, (Jakarta:. KPK, 2010), h. 1.

Page 30: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

13

institusi penjaga moral di Indonesia. Pegawai kementerian Agama banyak yang

memiliki latar belakang pendidikan keagamaan, terutama pendidikan Islam, dimana

pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW relatif lebih

baik dibanding pegawai di institusi lainnya.

Berkaitan dengan itu, penulis mencoba meneliti apakah ada pengaruh dari

pemahaman ajaran Islam terutama hadis Nabi tentang gratifikasi dari para pegawai

di Kantor Urusan Agama, Kementerian Agama, terhadap perilaku anti gratifikasi.

B. Tinjauan Literatur

Kajian tentang korupsi sudah dilakukan para akademisi maupun peneliti,

baik dari perspektif hukum, sosial, ekonomi, maupun agama. Berikut adalah

beberapa penelitian tentang korupsi dalam perspektif Islam baik berupa tesis,

skripsi, ataupun jurnal:

Mahfuz menulis skripsi pada tahun 2006 yang berjudul “Takhrij Hadis

tentang laknat Allah bagi Pelaku Suap menyuap”. Skripsi mahasiswa Fakultas

Ushuludin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini fokus pada hukum

(laknat) bagi pelaku suap menyuap (Risywah). Metode yang digunakan adalah

metode literatur (library research). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa hadis

yang menyatakan bahwa Allah melaknat orang yang melakukan suap maupun yang

menerima suap adalah sahih.

Penulis selanjutnya adalah Abdul Kholiq, yang menulis skripsi pada tahun

2010 tentang “Hadis-Hadis Tentang Laknat Bagi Pelaku Suap (Risywah) dalam Al-

Kutub Al-Tis’ah (Studi Ma’anil Hadis)”. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin ini juga membahas tentang

hukum laknat bagi pelaku Risywah dari literatur sembilan kitab hadis.

Page 31: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

14

Syaikhudin pada tahun 2010, menulis skripsi yang berjudul. “Korupsi Dan

Pemberantasannya Pada Masa Nabi Muhammad (Studi Maanil Hadits Tentang

Hadits Hadits Ghulul)”. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Jurusan Tafsir Hadis,

Fakultas Ushuluddin ini lebih memfokuskan pada ghulul atau penggelapan sebagai

bagian dari korupsi yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini

menggunakan library research atau studi literatur.

Selanjutnya Jajat Hidayat menulis skripsi yang berjudul “Tindak Pidana

Korupsi pada grativikasi Sex”. Sarjana Fakultas Syariah, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ini meneliti tentang sex sebagai alat untuk korupsi dilihat dari perspektif

hukum pidana Nasional dan Hukum Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

gratifikasi sex masuk dalam tindak pidana korupsi dalam hukum nasional dan

jarimah risywah dalam hukum Islam.

Kholil Said Nasihin, menulis tentang Analisis Keputusan Munas ‘Alim

Ulama NU No 001/Munas/2002 Tentang Masail Maudhuiyah Shiyasiyah, Tentang

sangsi bagi Koruptor.

Hasil penelitian Kholil menunjukkan Pertama, Korupsi bukanlah pencurian

biasa dengan dampaknya yang bersifat personal-individual, melainkan ia

merupakan bentuk kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dan pencurian besar

dengan dampaknya yang bersifat massal komunal. Bahkan ketika korupsi sudah

merajalela dalam suatu negara sehingga negara itu nyaris bangkrut dan tak berdaya

dalam menyejahterakan kehidupan rakyatnya, tidak mampu menyelamatkan

mereka dari ancaman gizi buruk dan busung lapar yang mendera, maka korupsi

lebih jauh dapat dianggap sebagai ancaman bagi tujuan syari’at dalam melindungi

jiwa manusia (hifzh al-nafs).

Page 32: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

15

Kedua, Korupsi dikategorikan dalam bentuk ghulul dan suap, maka dapat

disimpulkan bahwa Islam telah melarang tindakan korupsi baik berbentuk ghulul

maupun suap. Walaupun tidak terdapat sangsi dalam bentuk nash qat’i mengenai

hukuman bagi koruptor, bukan berarti tidak adanya sanksi bagi pelaku korupsi.

Adapun pelaku yang melakukan korupsi dapat dihukum ta’zir sesuai dengan tingkat

kejahatannya.

Pada level Internasional, Leila Shadabi menulis artikel berjudul The Impact

of Religion on Corruption. Dia meneliti 174 negara pada tahun 2010 dengan

menggunakan data cross-sectional. Prosentase umat Islam, prosentase umat

Kristen, dan jumlah umat Islam dan umat Kristen dijadikan indeks religiositas suatu

negara31.

Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara

prosentase umat Islam dengan indeks CPI, yang berarti semakin besar umat Islam

semakin koruptif. Sebaliknya ada hubungan positif antara umat Kristen dan index

CPI yang berarti semakin banyak umat Kristen maka semakin bersih negara itu dari

korupsi. Namun secara total umat Islam dan Kristen tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap tingkat korupsi. Agama atau religiositas tidak berdampak pada

tingkat korupsi.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Lipset dan Lenz (2000), yang

menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisional tertentu seperti “familiism” dapat

mendorong perilaku korupsi. Menurut Lenz dan Lipset, Perilaku nepotisme

berhubungan positif dengan korupsi.32 Nepotisme atau ‘familiism’ adalah sikap

31 Leila Shadabi, “ Impact of Religion on Corruption”, Journal of Business Inqury, 2013. 32 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across

section of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, Editor:

Ackerman, Ros,. (Cheltenham: Edward Elgar Publishing. 2006), h. 59.

Page 33: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

16

yang mendahulukan keluarga untuk menduduki posisi tertentu dalam suatu

institusi, bukan kinerja atau kemampuan seseorang.

Sementara itu Sullivan, Wilson dan Anna dalam artikelnya yang berjudul

The role of Corporate Governance to Fighting Corruption, menyatakan bahwa

good corporate governance dapat mengurangi tingkat korupsi.33 Prinsip good

corporate governance dalam pemerintahan lebih dikenal dengan good government

governance atau good governance. Prinsip good governance diantaranya adalah

taat pada peraturan, transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan tidak diskriminasi.

Zulfa, Yufi dan Zahrotun (2015), dalam artikelnya berjudul: The

Relationship between Religious Orientation, Moral Integrity, Personality,

Organizational Climate, and Anti Corruption Intension, menemukan bahwa ada

hubungan kausalitas yang signifikan antara orientasi keagamaan dan perilaku anti

korupsi.34

Lamsdorf, menulis artikel yang merangkum penelitian para ahli tentang

faktor-faktor penyebab korupsi dalam artikelnya yang berjudul: Causes and

Consequences of Corruption: what We Do know from across section of Countries.

Menurutnya, setidaknya ada sebelas penyebab korupsi yaitu ukuran sektor publik

(Size of Public Sector), Kualitas peraturan (Regulatory Quality), Kurangnya tingkat

kompetisi dalam ekonomi (Lack Of Economic Competition), struktur pemerintahan

(Government Structure), Bentuk Demokrasi (Forms of Democracy), Sistem

Pemilihan (Voting System), Desentralisasi (Decentralization), Budaya (Culture),

33 Sullivan, Wilson dan Anna, “The Role of Corporate Governance to Fighting Corruption”,

di download pada 17 Januari 2018 dari www. Deloite.com. 34 Zulfa, Yufi, dan Zahrotun. “The Relationship between Religious Orientation, Moral

Integrity, Personality, Organizational Climate and Anti Corruption Intentions in Indonesia”.

International Journal of Social Science and Humanity. Vol. 5. No. 10. October 2015

Page 34: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

17

Nilai-nilai (Values), Jender (Gender), Geografi dan sejarah (Geography and

History).

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada masalah hubungan kausalitas

antara pemahaman hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi dengan

Perilaku Anti Gratifikasi.

Berdasarkan paparan sebelumnya, nampak bahwa belum ada penelitian

pada level S1/S2/S3 yang membahas hal ini. Dengan demikian, menurut penulis,

penelitian ini memiliki sifat kebaruan.

Alasan dipilihnya topik ini adalah karena hadis Nabu Muhammad SAW

merupakan salah satu pedoman hidup umat Islam yang berfungsi menjelaskan Al-

Qur’an yang global. Hadis berbicara cukup rinci, sehingga dapat langsung

dihubungkan dengan topik atau masalah tertentu, yang dalam kasus ini adalah

masalah gratifikasi.

Alasan dipilihnya gratifikasi adalah karena istilah gratifikasi merupakan

istilah yang paling baru yang dimasukan ke dalam peraturan formal, yaitu Undang

Undang No 31 Tahun 1999 junto Undang-Undang No 20 tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Penelitian ini lebih membahas perilaku anti gratifikasi bukan fakta

gratifikasi yang terjadi di lapangan. Sikap atau perilaku anti gratifikasi menjadi

relevan, karena perilaku anti gratifikasi berada pada sisi kesadaran individu atau

masyarakat atas buruknya korupsi atau gratifikasi. Sikap atau perilaku yang tidak

setuju atas tindakan gratifikasi menjadi penting bagi upaya pencegahan tindakan

gratifikasi (korupsi).

Page 35: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

18

Selain tingkat pemahaman hadis, penelitian ini juga memasukkan variabel

good governance, Budaya Masyarakat, Orientasi Keagamaan Internal dan Orientasi

Keagamaan Eksternal sebagai variabel independen lainnya. Variabel independen

tambahan ini berfungsi mengurangi bias pengukuran yang terjadi bila hanya

menjadikan variabel Pemahaman Hadis Nabi sebagai satu-satunya variabel

independen.

Pemilihan empat variabel independen ini, didasari oleh penelitian

sebelumnya sebagaimana dipaparkan di atas, bahwa variabel-variabel ini memiliki

hubungan kausalitas dengan perilaku anti korupsi.

Selain itu, keempat variabel ini merupakan variabel yang relevan, bila

dikaitkan dengan unit analisis penelitian ini, yaitu para pegawai KUA. Faktor good

governance, orientasi keagamaan (Internal dan eksternal), dan budaya masyarakat

berkaitan langsung dengan perilaku pegawai KUA. Faktor lainnya yang dianggap

mempengaruhi korupsi, seperti ukuran organisasi pemerintah, demokrasi, sistem

pemilihan umum, desentralisasi, dan pasar (market) lebih cocok bila digunakan

pada level internasional (antar negara), nsional (pemerintah pusat), dan daerah

(pemerintah daerah).

Lokus penelitian dibatasi pada pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) di

Kabupaten Bogor Jawa Barat dan Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pemilihan

pegawai KUA dikarenakan para pegawai KUA menjadi ujung tombak Kementerian

Agama dalam melayani masyarakat muslim terkait masalah keagamaan, seperti

pernikahan, penyuluhan, dan pengawasan pendidikan agama. Hal ini menjadi

menarik, karena pada satu sisi pegawai KUA memiliki pemahaman yang cukup

terhadap agama Islam, termasuk hadis Nabi, dan di sisi lain pegawai KUA

Page 36: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

19

dipandang memiliki kerentanan dalam masalah gratifikasi, karena berhubungan

langsung dengan masyarakat. Apakah pemahaman ajaran Islam yang dimiliki oleh

pegawai KUA itu mampu melahirkan perilaku anti gratifikasi?

Pemilihan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bone didasari oleh alasan

bahwa: Pertama, kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang wilayahnya

relatif luas dengan KUA Kecamatan yang relatif lebih banyak dibanding

Kabupaten/Kota di wilayah provinsi masing-masing, sehingga sangat mungkin ada

keragaman perilaku pegawai di setiap KUA di wilayah tersebut.

Kedua, Kabupaten Bogor dan Bone merupakan daerah yang relatif lebih

maju dibanding kabupaten yang ada di wilayah provinsi masing-masing.

Indikasinya adalah bahwa kedua daerah itu mendapatkan penghargaan sebagai

kabupaten terbaik per region berdasarkan Indonesia Attractive Award tahun 2017.

Kabupaten Bogor sebagai Kabupaten terbaik di Pulau Jawa dan bahkan Indonesia

Bagian Barat. Sedangkan Kabupaten Bone merupakan kabupaten terbaik di

Sulawesi bahkan di Indonesia Bagian Timur.35 Karena kedua alasan itulah maka

Kabupaten Bogor cocok untuk mewakili Indonesia bagian barat, dan Kabupaten

Bone mewakili Indonesia bagian timur.

Berkaitan dengan itu, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi tingkat Pemahaman Hadis Nabi tentang gratifikasi dan

variabel independen lainnya (good governance, orientasi keagamaan internal

35 Indonesia Attractive Award, Daftar Pemenang Tahun 2017, Informasi diakses 1 Februari

2018 dari http://www.indonesiaattractiveness-award.com/the_winner.html.

Page 37: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

20

dan eksternal, budaya masyarakat) pada pegawai KUA Kabupaten Bogor dan

Bone?

2. Seberapa besar pengaruh Pemahaman Hadis Nabi tentang gratifikasi dan

variabel independen lainnya (good governance, orientasi keagamaan internal

dan eksternal, budaya masyarakat) terhadap Perilaku Anti Gratifikasi?

3. Indikator-indikator apa saja pada variabel laten tersebut yang paling dominan

mempengaruhi Perilaku Anti Gratifikasi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis bagaimana kondisi pemahaman para pegawai KUA terhadap

Hadis Nabi, implementasi good governance, orientasi keagamaan pegawai

(internal dan eksternal), dan budaya masyarakat.

2. Menganalisis pengaruh pemahaman hadis tentang gratifikasi oleh pegawai

KUA, good governance, orientasi keagamaan, dan budaya masyarakat di

Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bone terhadap Perilaku Anti Gratifikasi.

3. Menganalisis indikator-indikator pada variabel laten yang paling dominan

mempengaruhi Perilaku Anti Gratifikasi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Kantor Kementerian Agama baik pusat maupun daerah, penelitian ini

dapat menjadi salah satu dasar dalam menentukan kebijakan tentang upaya

meningkatkan perilaku anti gratifikasi ataupun korupsi di kalangan para

pegawai KUA ataupun Kementerian Agama pada umumnya.

Page 38: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

21

2. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam

mengkaji pemahaman hadis Nabi dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi

perilaku anti korupsi, sekaligus sebagai dasar untuk melakukan penelitian

penerapan hadis Nabi yang lebih luas dan dalam.

3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan

masyarakat terhadap hadis Nabi Muhammad SAW terkait gratifikasi dan

mendorong masyarakat untuk berperilaku anti gratifikasi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut:

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah yang ada di dunia dan di

Indonesia yaitu korupsi, termasuk gratifikasi. Selanjutnya, dijelaskan tentang

tinjauan literatur sebagai upaya penelusuran penelitian yang telah dilakukan selama

ini. Kemudian dijelaskan batasan dan perumusan masalah agar penelitian ini lebih

fokus dan jelas lokusnya. Berdasarkan permasalahan tersebut kemudian dijelaskan

tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pada bagian akhir Bab ini disajikan

Sistematika Penulisan Tesis agar dapat diketahui alur penulisan tesis ini.

Bab II berisi tentang tinjauan umum mengenai konsep atau teori korupsi

khususnya gratifikasi, gratifikasi menurut Undang-Undang No 31 Tahun 1999

Junto Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, serta gratifikasi menurut ajaran Islam yaitu Al Qur’an dan hadis nabi

Muhammad SAW. Pada bagian ini juga dikemukakan sangsi bagi pelaku gratifikasi

menurut hukum positif dan ajaran Islam. Selanjutnya akan dibahas faktor-faktor

penyebab gratifikasi atau korupsi. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas

perumusan kerangka penelitian dan perumusan metode penelitian, termasuk di

Page 39: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

22

dalamnya metode pengolahan data yang digunakan yaitu Structural Equation

Model (SEM) jenis Partial Least Square (PLS).

Selanjutnya pada Bab III akan dijelaskan metode penelitian, yaitu tentang

bagaimana penelitian ini dilakukan. Penjelasan dimulai dari paradigma penelitian,

jenis penelitian, teknik pengumpulan hadis dan data, serta metode pengolahan data.

Bab IV akan membahas hasil pengolahan data berdasarkan hasil kusioner

yang disebar ke responden baik secara deskriptif maupun inferensial berdasarkan

model Structural Equation Model – Partial Least Sqare (PLS). Pembahasan juga

menyertakan hadis-hadis tentang gratifikasi beserta analisis umum tentang kualitas

hadis tersebut.

Penulisan tesis ini kemudian akan ditutup dengan Bab 5 yang berisi

simpulan dari hasil permbahasan dan saran-saran penulis terkait hasil pembahasan

tersebut.

Page 40: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Korupsi

Secara bahasa, kata korupsi berasal dari bahasa Inggris corrupt yang berarti

korup, jahat, buruk, rusak (kata sifat), menyuap, merusak, mengubah (kata kerja).1

Secara terminologis, korupsi dapat diartikan sebagai penyelewengan atau

penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan

pribadi atau orang lain.2 Sedangkan, World Bank mendefinisikan korupsi sebagai

“an abuse of public power for private gains”. Korupsi adalah penyalahgunakan

kekuasaan untuk keuntungan pribadi (privat).3 Definisi dari World Bank ini

merupakan definisi paling sederhana dan paling populer.4

Sementara, Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, menyatakan

bahwa yang termasuk pelaku tindak pidana korupsi adalah:

Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan

perbuatan memperkaya diri, menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.5

1 Jhon M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet 23, (Jakarta: PT

Gramedia, 1996), h. 149. 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Daring, Diakses 18 Oktober 2017, pukul 20.00, dari

https://kbbi.kemdikbud.go.id. 3 World Bank, World Development Report: The State in Changing World, (Washington DC:

WB Publishing,1997). 4 IMF, Corruption around the World, (Washington DC: IMF Publishing, 1998), h. 8. 5 Republik Indonesia, UU No 31 tahun 1999 juncto UU No 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 ayat (1).

Page 41: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

24

Undang undang ini menambahkan kata keuangan negara atau perekonomian

negara pada pengertian korupsi. Yang dimaksud dengan keuangan negara adalah:

Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat

dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban tersebut.6

Sementara itu, penjelasan umum UU No 31 Tahun 1999 jo UU no 20 Tahun

2001 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan keuangan negara adalah:

Seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, baik kekayaan

negara yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang

timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik tingkat pusat

maupun daerah. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan perusahaan yang

menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan

modal pihak ketiga bedasarkan perjanjian dengan negara.7

B. Korupsi dalam Al-Qur’an dan Hadis

Dalam perspektif Islam, istilah korupsi tidak dinyatakan secara eksplisit di

dalam Al-Qur’an dan Sunnah, namun beberapa istilah dalam Al Qur’an dan hadis

Nabi Muhammad SAW sudah mengindikasikan adanya larangan korupsi. Diantara

ayat larangan itu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus jenis korupsi

tertentu. Ayat yang bersifat umum diantaranya adalah Quran Surat Al-Baqarah ayat

188:

والكم ت كلواول نكم أم لوابل باطلب ي كامإلباوتد من فريقالتأ كلواال

وال .8ت ع لمونوأن تم بإلث الناسأم

6 Republik Indonesia, UU No No 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Pasal 1 ayat (1). 7 Republik Indonesia, Penjelasan UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, Bagian

Umum. 8 Kementerian Agama, Al-Quran Al-Karim, Cet.1, (Bandung: Syaamil Al-Quran, 2007), h. 69

Page 42: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

25

"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang

lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui."

Ayat ini menurut Ibnu abbas berkenaan dengan seseorang yang memiliki

tanggungan harta (hutang) namun tidak ada saksi, lalu ia mengingkari harta itu dan

mempersengketakannya kepada penguasa, sementara ia mengetahui bahwa harta

itu bukan haknya dan juga mengetahui bahwa dia berdosa karena makan barang

haram.9 Secara umum ayat ini menyatakan bahwa memakan harta yang bukan

haknya adalah haram, yang tentu saja korupsi menjadi bagian dari barang yang

diharamkan.

Nabi Muhammad SAW sudah memprediksi bahwa masalah pengambilan

harta yang haram akan terus ada hingga masa yang akan datang. Hal ini tercermin

dari sabda Beliau:

الناسعلىي تقال:وسلمليهعهللاصلىالنبعن،عن هاللرضي،هري رةأبعن

اللأمنمن هأخذماال مر ءي باللزمان راممنأم ال 10ال

Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah saw bersabda, "Akan datang

kepada manusia suatu zaman, seseorang tidak peduli lagi dari mana

ia mendapatkan hartanya, apakah dari jalan yang halal atau haram."

Secara khusus, korupsi dalam Islam didekati dengan beberapa istilah,

diantaranya adalah ghulul dan risywah. Menurut Al-Mu’jam al-Wasit, ghulul

berarti berkhianat dalam harta rampasan perang atau dalam harta-harta lain.11

9 Tim Ahli Tafsir, Al Misbâhul Munîr Fi tahdzibi Tafsiri Ibni Katsir, Diterjemahkan oleh Abû

Ihsan al-Atsari, dengan judul : Sahih Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 611. 10 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’il al-Bukhâri, Ṣahih al-Bukhâri, kitâb al-Ahkâm, bâb

Hadâyâ al-‘Ummâl, No. 2059, (Kairo: Dârul Ibnul Jauzi, 1431 H/2010 M), h. 497. 11 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Cet 1, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 79.

Page 43: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

26

Pengertian ghulul sebagai berkhianat terhadap harta rampasan perang dijumpai

dalam firman Allah surat Ali ‘Imran [3] ayat 161:

ومني أني غل كانلنب ثت غللوما لي ومٱلقيمة تباسي ن كل و ما

. وهمليظلمونكسب

Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta

rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan

rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang

membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri

akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan

(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya (QS Ali

‘Imron: 161)

Makna ghulul dari ayat di atas pada awalnya hanya berkaitan dengan harta

rampasan perang. Namun pada pemikiran berikutnya berkembang menjadi

perbuatan curang atau khianat terhadap harta lainya, seperti tindakan penggelapan

terhadap harta negara.12

Ada beberapa hadis berkaitan dengan ghulul, diantaranya adalah:

ي ي رب نال مضلحدثهم عن حدث نامسدد أني يب نسعيدوبش ب نسعيدعن زي د رةعن أبعم هنب نخالدممدب ني يب نحبانعن ا

ب رف ي و مخي صلىاللعلي هوسلمت وف ابالنب ذلكلرسولأنرجالمن أص ذكرواوجوه ف ت غي رت علىصاحبكم ف قالصل وا وسلم صلىاللعلي ه ناسلذلكالالل

نخرزامن نامتاعهف وجد تش لفسبيلاللف خرزي هودلف قالإنصاحبكم 13يساويدر هي

Telah menceritakan kepada kami Musaddad bahwa Yahya bin Sa'id,

dan Bisyr bin Al Mufaddal telah menceritakan kepada mereka dari

Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Yahya bin Hibban dari Abû

‘Amrah dari Zaid bin Khalid Al-Juhani bahwa seorang sahabat Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam meninggal pada saat perang Khaibar.

12 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 81 13 Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi Al-Sijistani, Sunan Abû Dâwud, No 2335,

(Beirut: Darul Risalah al Alamiyah, 1430H/2009M).

Page 44: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

27

Kemudian para sahabat menceritakan hal tersebut kepada

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Lalu beliau berkata:

"Salatkan sahabat kalian!" kemudian roman wajah orang-orang

berubah karena hal tersebut. Lalu Beliau berkata: "Sesungguhnya

sahabat kalian telah berbuat khianat di jalan Allah." Kemudian kami

memeriksa barangnya, dan kami dapati butiran mutiara Yahudi yang

tidak sampai senilai dua dirham.

Sedangkan Risywah (penyuapan), diartikan sebagai sesuatu yang diberikan

dalam rangka mewujudkan kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka

membesarkan yang batil atau menyalahkan yang benar.14

Diantara hadis Nabi Muhammad SAW yang berbicara tentang penyuapan

adalah sebagai berikut:

أبسلم ارثب نعب دالرح نعن خالهال ةحدث ناوكيع حدث نااب نأبذئ بعن روقاللعنرسولاللصلىاللعلي هوسلم عب داللب نعم ب نعب دالرح نعن

الراشيوال مر تشي15Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada

kami Ibnu Abû Dzi`b dari pamannya Al-Hârits bin Abdirrahman

dari Abû Salamah bin ‘Abdirrahman dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dia

berkata, Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan yang

menerima suap.

Definisi-definisi di atas, walaupun berbeda dalam penyampaiannya, namun

paling tidak memiliki 5 komponen, yaitu (1) korupsi adalah suatu perilaku, (2)

perilaku itu terkait dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan, (3)

dilakukan untuk keuntungan pribadi atau kelompok, (4) melanggar hukum atau

menyimpang dari norma atau moral, (5) terjadi atau dilakukan dalam lembaga

pemerintahan ataupun swasta.16

14 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 89. 15 Ahmad Bin Hambal, Musnad Ahmad, No 6246, (Riyad: Baitul Afkar al-Dauliyah,

1419H/1998M). 16 Zainal Abidin dan AGP Siswadi, Psikologi Korupsi, (Bandung: Rosdakarya, 2015),

h.12-13.

Page 45: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

28

C. Jenis-Jenis Korupsi

Saat ini pengertian korupsi sebenarnya sudah semakin luas. Beberapa ahli

ataupun institusi telah mengkaji tindakan yang masuk dalam cakupan korupsi.

Diantaranya adalah Syed Hussain Alatas yang membagi tujuh tipologi korupsi,

yaitu sebagai berikut17:

a. Transactive Corruption, yakni korupsi yang menunjukkan adanya

kesepakatan timbal-balik antara pihak penyuap dan penerima suap demi

keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya

keuntungan ini oleh kedua-duanya. Tipologi ini umumnya melibatkan dunia

usaha dan pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.

b. Extortive Corruption (korupsi yang memeras), yakni pihak pemberi dipaksa

untuk menyuap agar mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,

kepentingannya, dan hal-hal yang dihargainya.

c. Investive Corruption, yakni korupsi dalam bentuk pemberian barang atau

jasa dengan harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang.

d. Supportive Corruption, korupsi berupa uang atau lainnya yang secara tidak

langsung melindungi dan memperkuat korupsi yang sudah ada.

e. Nepostistic Corruption, yakni korupsi yang menunjuk teman atau sanak

famili untuk memegang jabatan dalam pemerintahan secara tidak sah atau

memberi uang atau lainnya kepada teman atau sanak famili yang bertentangan

dengan norma dan aturan yang berlaku.

f. Defensive Corruption, yakni perilaku korupsi untuk mempertahankan

diri dari pemerasan. Tipe ini bukan pelaku korupsi, karena perbuatan orang

17 Syed Hussain Alatas, Corruption, its Nature, causes, and Functions, Diterjemahkan oleh

Nirwono, dengan judul: Korupsi, Sebab dan Fungsi, (Jakarta: LPE3S,1987), h. ix.

Page 46: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

29

yang diperas bukanlah korupsi. Hanya perbuatan pelaku yang memeras

sajalah yang disebut korupsi.

g. Autogenic Corruption, adalah korupsi yang pelakunya hanya seorang diri,

tidak melibatkan orang lain.

Sementara itu, UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana korupsi membagi korupsi menjadi 30 jenis yang

tercermin dalam jumlah pasal-pasal tersebut. Namun secara ringkas dapat

dikelompokan menjadi 7 kelompok besar, yaitu kerugian keuangan negara, suap

menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan

kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.18

Yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara adalah perbuatan

melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.19

Suap Menyuap adalah memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai

negeri atau penyelenggara negara agar mendapat kemudahan atau fasilitas yang

menguntungkan.20

Penggelapan dalam jabatan, yaitu melakukan pemalsuan buku-buku atau

daftar-daftar untuk pemeriksaan administrasi pegawai negri atau penyelenggara

negara. Termasuk di dalamnya adalah pemalsuan laporan keuangan untuk

kepentingan pribadi atau kelompok.

18 Tim Penyusun KPK, Buku Saku Memahami Gratifikasi. (Jakarta: Penerbit KPK, 2010),

h. iii. 19 CD Rosikah dan DM Listianingsih, Pendidikan Anti Korupsi, Cet1, (Jakarta: Sinar Grafika,

2016), h. 17. 20 CD Rosikah dan DM Listianingsih, Pendidikan Anti Korupsi, h. 20.

Page 47: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

30

Pemerasan, yaitu memaksa atau meminta seseorang memberikan sesuatu,

membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, sehingga orang tersebut

merasa terancam dengan pemaksaan itu.21

Perbuatan curang, yaitu melaporkan pembayaran atau pengeluaran suatu

proyek tidak secara sebenarnya, tapi dilebih lebihkan untuk kepentingan pribadi

atau kelompok.22

Benturan kepentingan dalam pengadaan, yaitu turut serta dalam

pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan sedang

memegang jabatan. Misal penunjukkan perusahaan milik sendiri, keluarga atau

teman yang tidak didasarkan atas lelang terbuka.23

Gratifikasi, yaitu Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian

uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,

fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas

lainnya.24

D. Gratifikasi

Diantara jenis korupsi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,

gratifikasi secara eksplisit baru dimasukan dalam peraturan perundang undangan,

yaitu dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No 31

Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun secara

implisit, makna gratifikasi sebenarnya sudah ada dalam peraturan sebelumnya.

21 Zainal abidin dan AGP Siswadi, Psikologi Korupsi, hal. 16. 22 Zainal abidin dan AGP Siswadi, Psikologi Korupsi, hal. 16. 23 Zainal abidin dan AGP Siswadi, Psikologi Korupsi, hal. 16-17. 24 Zainal abidin dan AGP Siswadi, Psikologi Korupsi, hal. 17.

Page 48: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

31

Secara bahasa, kata gratifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu gratification

yang berarti kepuasan atau kegembiraan.25 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

gratifikasi diartikan sebagai pemberian yang diberikan karena layanan atau manfaat

yang diperoleh.26

1. Gratifikasi Menurut Undang-Undang RI

Secara lengkap, yang dimaksud dengan gratifikasi menurut Undang-

Undang No 20 tahun 2001 adalah:

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,

rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,

fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan

fasilitas lainnya. Termasuk gratifikasi adalah segala yang diterima

di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan

menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.27

Apabila dicermati definisi di atas, kalimat yang termasuk pengertian

gratifikasi adalah sebatas kalimat: pemberian dalam arti luas, sedangkan kalimat

setelah itu merupakan bentuk-bentuk gratifikasi. Dari kalimat itu juga jelas bahwa

pengertian gratifikasi mempunyai makna yang netral, artinya tidak terdapat makna

tercela atau negatif dari arti kata gratifikasi tersebut.28

Netralitas gratifikasi kemudian berubah menjadi tercela bila memenuhi

pasal 12B UU No 20 tahun 2001, yaitu sebagai berikut:

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya

dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,…29

25 John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,

1996), h.278 26 Kementian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, Diakses

tanggal 19 Januari 2018 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gratifikasi 27 Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Pasal 12B. 28 Tim Penyusun KPK, Buku Saku Gratifikasi, h. 3. 29 Republik Indonesia, UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Pasal 12B.

Page 49: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

32

Dengan demikian, tidak semua gratifikasi itu bertentangan dengan hukum,

melainkan hanya gratifikasi yang memenuhi kriteria dalam unsur pasal 12B saja

yang terkena tindak pidana, yaitu tindak pidana suap.

Salah satu kajian yang dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan

Pengembangan KPK (2009) mengungkapkan bahwa pemberian hadiah atau

gratifikasi yang diterima oleh penyelenggara negara adalah salah satu sumber

penyebab timbulnya konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini berpotensi

mendorong terjadinya tindak pidana korupsi.30

Beberapa bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul dari pemberian

gratifikasi ini antara lain adalah sebagai berikut: Penerimaan gratifikasi dapat

membawa vested interest dan kewajiban timbal balik atas sebuah pemberian

sehingga independensi penyelenggara negara dapat terganggu. Penerimaan

gratifikasi dapat mempengaruhi objektivitas dan penilaian profesional

penyelenggara negara. Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian rupa

untuk mengaburkan terjadinya tindak pidana korupsi. 31

Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan yang timbul karena

gratifikasi tersebut, penyelenggara negara atau pegawai negeri harus membuat

suatu declaration of interest untuk memutus kepentingan pribadi yang timbul dalam

hal penerimaan gratifikasi. Hal ini diatur dalam pasal 12C Undang- Undang Nomor

20 Tahun 2001, sebagai berikut:

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1)

tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang

diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

30 Tim Penyusun KPK, Buku saku Gratifikasi, h. 13. 31 Tim Penyusun KPK, Buku saku Gratifikasi, h. 13.

Page 50: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

33

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut

diterima.

(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima

laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima

atau milik negara.

(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status

gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam

Undang Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.32

2. Gratifikasi Menurut Ajaran Islam

Hadiah dalam Islam dibedakan atas 2 kategori, yaitu hadiah yang

dibolehkan bahkan dianjurkan dan hadiah yang dilarang oleh Nabi Muhammad

SAW. Hadiah tipe kedua inilah yang di masyarakat saat ini dikenal dengan

gratifikasi.

Menurut Quraish Shihab, dalam tafsirnya Al-Misbah, kata hadiah ( ه دي ية)

terambil dari kata ha ( ه ), dal (د), dan ya (ي ). Maknanya berkisar pada dua hal, yaitu

tampil ke depan memberi petunjuk, serta menyampaikan dengan lemah lembut.

Dari kedua kata ini lahir kata hadiah yang berarti penyampaian sesuatu dengan

lemah lembut guna menunjukkan simpati terhadap yang diberi.33 Definisi ini sesuai

dengan makna hadiah dalam arti positif, yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Diantara hadis Nabi yang membolehkan hadiah adalah sebagai berikut:

قال راسان لمعب داللال عطاءب نأبمس مالكعن مدثنعن

32 Republik Indonesia, UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 12C. 33 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Cet 2, Jilid 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 442

Page 51: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

34

هب ال غل وت هادو اتاب واوتذ وايذ هب قالرسولاللصلىاللعلي هوسلمتصافناء34 الش

Telah menceritakan kepadaku Malik dari 'Ata bin Abû Muslim

‘Abdullah al-Khurasani berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Hendaklah kalian saling berjabat tangan,

niscay akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi

hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah

permusuhan." (HR Malik 1413)

Berdasarkan hadis Nabi di atas, hadiah yang dianjurkan oleh Rasulullah

SAW adalah hadiah yang didasari oleh cinta dan ketulusan, untuk menumbuhkan

rasa saling mencintai dan rasa saling menghargai. Contoh hadiah jenis ini

diantaranya adalah hadiah kepada istri atau suami, anak, kerabat, dan orang-orang

miskin. Termasuk hadiah jenis ini adalah hadiah kepada orang-orang yang

berprestasi di bidang tertentu, seperti hadiah bagi olahragawan berprestasi, hadiah

bagi juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), juara hâfidz Al-Qur’an, dan

sejenisnya.

Jenis hadiah seperti ini di dasari oleh ketulusan tanpa keinginan mendapat

balasan dari orang yang diberi hadiah. Berkaitan dengan hadiah yang positif ini,

walaupun pemberi tidak mengharapkan balasan, namun pihak yang diberi hadiah

dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk membalas hadiah yang didapat dengan

hadiah yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW

yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud sebagai berikut:

34 Abû ‘Abdillah Mâlik ibn Anas al-Asybahi, Al-Muwatta’, Juz. II, (Mesir: Dâr Ihya’ al-Turas

al-‘Arabi, 1434H/2013M ), h. 908.

Page 52: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

35

قالحدث ناعيسىوهوا ب نب روعب دالرحيمب نمطرفالر ؤاسي ب نحدث ناعلي عائشةرضيالل أبيهعن هشامب نعر وةعن عن قالسبيعي يونسب نأبإس

ديةويثيبعلي ها35 بلال كاني ق عن هاأنالنبصلىاللعلي هوسلمTelah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Bahr dan ‘Abdurrahim bin

Mutarrif al- Ruasi mereka berkata, telah menceritakan kepada kami

‘Isa bin Yunus bin Abî Ishaq al-Sabi'i dari Hisyam bin 'Urwah dari

Ayahnya dari Aisyah radiallahu 'anha, bahwa Nabi sallallallahu

'alaihi wasallam menerima hadiah, dan beliau membalas orang yang

memberi hadiah dengan lebih baik. (HR Abû Dâwud No 3069).

Sementara itu, hadiah dalam arti gratifikasi adalah pemberian hadiah yang

tidak didasari oleh cinta dan ketulusan, seperti memberi hadiah kepada pejabat

untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pemberian hadiah seperti ini dilarang oleh

ajaran Islam.

Hadiah dalam arti gratifikasi diabadikan oleh Al-Qur’an dalam peristiwa

Ratu Balqis yang memberi hadiah kepada Nabi Sulaiman. Hal ini disebutkan dalam

Al-Quran al-Karim, Surat An-Naml [27]: 35-36:36

مرسلة إليهم بديةوإن ٱلمرسلون ي رجع بسلي ٥٣ف ناظرة جاء قالف لما ن م

أتد وننبال خيٱللءاتىنۦفما ا ربديتكممأنتبلءاتىكمم حونت 35. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka

dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang

akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu"

36. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman

berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka

apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang

diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan

hadiahmu.

Menurut Quraish Shihab, ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman

menolak hadiah yang diberikan oleh Ratu Balqis, karena pemberian itu

35 Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abû Dâwud, No 3069.

(Beirut: Dârul Risalah al-‘Alamiyah, 1430H/2009M). 36 Kemenag, Al-Qur’an Al Karim, h. 379-380.

Page 53: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

36

mengandung unsur sogokan yang bertujuan menghalangi Nabi Sulaiman dalam

menjalankan kewajiban.37 Pemberian hadiah oleh Ratu Balqis ini masuk dalam

kategori gratifikasi, sehingga Nabi Sulaiman menolaknya.

Nabi Muhammad SAW juga dalam beberapa kesempatan melarang

memberi atau menerima hadiah yang berbentuk gratifikasi. Diantaranya terekam

dalam hadis sebagai berikut:

يانعن ريحدث ناعب داللب نممدحدث ناس عر وةالز ه أبعن ب نالز ب ي عن ت ع ملالنب صلىاللعلي هوسلمرجال قالاس رضياللعن ه حي دالساعدي من

ز دي ق ت بيةعلىالصدقةف لماقدمقالهذالكم وهذاال أ اللهاب نال لهد سي دىلهأم لوالذين هف ي ن ظري ه ب ي أم قالف هالجلسفب ي أبيهأو

ئاإلجاءبهي و مال قيامةي ملهعلىرق بتشمن كم بيدهلي خذأحد كاني هإن رة عرثرفعبيدهحترأي ناع شاةت ي أو ب قرةلاخوار إب طي هبعيالهراء أو

اللهمهل ب لغ اللهمهل ب لغ ثالث38Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari al-Zuhrî dari 'Urwah bin al-

Zubair dari Abû Humaid as-Sa'idî radiallahu 'anhu berkata, Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam memperkerjakan seorang laki-laki dari

suku al-Azdî sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari tugasnya,

dia berkata: "Ini untuk kalian sebagai zakat dan ini dihadiahkan

untukku". Beliau berkata: "Biarkanlah dia tinggal di rumah ayahnya

atau ibunya lalu dia lihat apakah benar itu dihadiahkan untuknya

atau tidak. Dan demi Dzat yag jiwaku di tangan-Nya, tidak

seorangpun dari pada kalian mengambil sesuatu (yang bukan

haknya), kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan

dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak, atau sapi

yang melenguh atau kambing yang mengembik". Kemudian Beliau

mengangkat tangan Beliau sehingga terlihat oleh kami ketiak Beliau

yang putih dan (berkata,): "Ya Allah bukankah aku sudah

sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan"…. sebanyak tiga kali."

(HR al-Bukhâri No 2597).

37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid.9, h. 442. 38 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’il al-Bukhârị, Ṣahih al-Bukhâri, kitâb al-Hibah, bâb

Man lam yaqbal al Hadiyata li’illah. No. 2597, (Kairo: Dâr Ibnul Jauzi, 1431 H/2010 M), h. 304.

Page 54: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

37

Ibnu Hajar al-’Asqalâni menyatakan bahwa Rasulullah mencela Ibnu

Lutbiyah yang telah menerima hadiah yang diberikan kepadanya, karena dia adalah

seorang petugas zakat. Sabda Nabi, “Seandainya dia duduk di rumah ibunya…”

menginformasikan bahwa seandainya Lutbiyah menerima hadiah ketika sedang

duduk di rumah, maka itu tidak dilarang, karena pemberian hadiah tersebut tanpa

motif yang meragukan.39

Ibnu Battal sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar al-’Asqalâni mengatakan

bahwa hadiah yang diberikan kepada para pejabat harus diserahkan kepada Baitul

Mal, dan pejabat tidak dapat memilikinya kecuali jika pemimpin memintanya.40

Dengan demikian, para ‘ulama terdahulu seperti Ibnu Hajar al-‘Asqalâni

dan Ibnu Battal, menafsirkan hadis riwayat Imam al-Bukhâri tersebut, sebagai

larangan bagi para pejabat untuk mengambil hadiah yang terkait dengan tugas yang

diembannya. Pemberian hadiah seperti ini, bagi si pemberi hadiah dimaksudkan

untuk mendapatkan keuntungan pribadi, dan bagi pejabat tersebut dapat

menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest).

3. Hukuman Pelaku Gratifikasi Menurut Hukum Positif.

Pelaku gratifikasi yang bermakna suap diancam oleh hukum positif maupun

hukum Islam. Hukuman para pelaku gratifikasi dijelaskan dalam Undang-Undang

No 20 tahun 2001 sebagai berikut:41

1. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan

39 Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, Fathul Bâri, Diterjemahkan oleh Abû Ihsan al-Atsari, dengan judul:

Fathul Bâri, Syarah Sahih al-Bukhâri, Jilid 20, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 1436H/2015M),

h.640. 40 Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, Syarah Sahih Al-Bukhâri, Jilid 20, h. 640. 41 Republik Indonesia, UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 12C.

Page 55: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

38

yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan

sebagai berikut: a. yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,

pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap

dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),

pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut

umum. 2. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana

dimaksud dalam Ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Bahkan dalam pasal 2 ayat (2) UU 31 tahun 1999, dalam keadaan tertentu,

dapat diberi hukuman mati. Makna “Keadaan tertentu” dalam kalimat ini adalah

keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana tersebut dilakukan

terhadap dana yang diperuntukan untuk keadaan bahaya, bencana alam nasional,

akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi dan moneter, serta

penanggulangan tindak pidana korupsi.42

4. Hukuman Pelaku Gratifikasi (Korupsi) menurut Hadis

Dalam Islam, hukuman bagi pelaku gratifikasi sama dengan pelaku korupsi,

karena gratifikasi merupakan bagian dari korupsi. Hal ini sebagaimana

dikemukakan dalam al- Qur’an Surat Ali ‘Imron [3] ayat 161 di atas, bahwa pada

hari kiamat, koruptor termasuk gratifikator, akan datang membawa apa yang

dikorupsinya, dan akan diberi pembalasan yang setimpal. Sedangkan Rasulullah

42 Catrina DR dan Dessy ML, Pendidikan Anti Korupsi, Cet.1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016),

h. 5.

Page 56: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

39

SAW sebagaimana dikemukakan dalam hadis sebelumnya, memberi laknat kepada

para pelaku korupsi baik yang menerima maupun yang memberi.

Menurut para ‘ulama, karena hukuman pelaku koruptor (gratifikator) di

dunia ini tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an maupun Hadis, maka

berlaku hukum takzir. Hukumannya tidak masuk dalam ranah qisas maupun hudud,

namun diserahkan kepada hakim yang mengadili perkara ini.43

Bila melihat ancaman Allah dan Rasul-Nya terhadap pelaku

korupsi/gratifikasi, maka perkara korupsi/gratifikasi masuk dalam dosa besar. Hal

dipertegas dengan dimasukannya korupsi (Risywah) sebagai dosa besar ke 32

dalam kitab Al- Kabâir oleh Imam al-Dzahabi.44

E. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi (Gratifikasi)

Faktor penyebab gratifikasi pada hakekatnya sama dengan penyebab

korupsi secara umum. Para ahli korupsi banyak memaparkan tentang apa penyebab

dari terjadinya korupsi itu. Klitgaard, menyatakan bahwa monopoli kekuasaan,

ditambah keleluasaan kekuasaan, dan tiadanya pengawasan terhadap pemerintah,

akan mendorong terjadinya korupsi.45 Formula Klitgaard adalah sebagai berikut:

C = M + D – A.

C = Corruption,

M = Monopoly of Power,

D = Discretion of official, dan

A = Accountability.

43 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 103. 44 Al-Dzahabi, Al Kabair, diterjemahkan oleh Mukrima Azzahra, Ensiklopedia Dosa Dosa

Besar, Cet1, (Jakarta: Zaman, 2016), h. 284. 45 Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar grafika, 2016),

h. 21.

Page 57: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

40

Sementara itu, Ramirez Torres, menyatakan bahwa seseorang akan korupsi

jika hasil yang didapat dari korupsi lebih besar dari hukuman yang didapat, serta

kemungkinan tertangkapnya kecil. Formulanya adalah:

Reward > Penalty x Probability.46

Jack bologne mengungkapkan teori GONE, yaitu bahwa akar penyebab

korupsi adalah greedy, opportunity, need, dan exposures. Greedy merupakan

perilaku serakah yang secara potensial ada pada diri setiap orang. Opportunity,

berkaitan dengan keadaan organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa

sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Need,

berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan individu untuk menunjang

hidupnya. Exposures berkaitan dengan tindakan atau hukuman yang tidak

menimbulkan efek jera.47

Lamsdorff mengungkapkan teorinya berdasarkan rangkumannya atas hasil

penelitian para ahli terhadap korupsi. Kajiannya merumuskan 10 faktor yang

dianggap menyebabkan korupsi.

1. Size of Public Sector (Ukuran Organisasi Pemerintah).

Banyaknya departemen dan lembaga pemerintah menyebabkan inefisiensi

dan pembengkakan jumlah pegawai. Besarnya jumlah pegawai menyebabkan gaji

pegawai kecil yang pada akhirnya membuka peluang korupsi. Penelitian Elliot

(2005) terhadap 83 negara menunjukkan bahwa ukuran anggaran pemerintah

berkurang ketika korupsi meningkat.48 Penelitian Go Kotera, Okada, dan Samreth

46 Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, h. 22. 47 Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, h. 22. 48 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries, dalam International Handbook on economics of corruption, Editor: Rose Ackerman,

(Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2006), h. 44

Page 58: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

41

menunjukkan bahwa hubungan antara ukuran pemerintah dan korupsi bersifat

ambigu. Untuk negara-negara yang demokratis, semakin besar ukuran pemerintah

semakin rendah korupsi. Namun, untuk negara-negara yang demokrasinya rendah,

semakin besar ukuran pemerintah semakin tinggi korupsi.49

2. Regulatory Quality (Kualitas Peraturan)

Peraturan Pemerintah yang buruk dapat membuka peluang terjadinya

korupsi. Seperti kebijakan membolehkan monopoli akan mendorong distorsi pasar

dan akan membuat peluang korupsi bagi pegawai publik dan swasta. Penelitian

Treisman (2000) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara jumlah

intervensi pemerintah dengan korupsi.50 Sementara itu, penelitian Clark

menunjukkan bahwa semakin banyak peraturan pemerintah pada perekonomian

semakin tinggi tingkat korupsi.51

3. Lack of Economic Competition (Kurangnya Kompetisi Ekonomi)

Kompetisi diantara perusahaan swasta akan mendorong terjadinya layanan

publik yang baik, sedangkan kompetisi yang buruk mendorong terjadinya korupsi.

Persaingan akan menyebabkan harga menjadi lebih rendah, profit normal, dan akan

mengurangi pegawai dan politikus melakukan korupsi. Penelitian Henderson

(1999) mengklaim bahwa korupsi berkorelasi negatif dengan kebebasan ekonomi.52

Artinya persaingan ekonomi yang rendah akan meningkatkan korupsi.

49 Go Kotera, Okada, dan Samreth, “Study on Relationship between corruption and

Government Size: The Role of Democracy”, Jurnal MPRA No 20515, 2010, h. 9. 50 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries.”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 46. 51 George RG Clark, “Does Over Regulation led to Corruption?.”, Texas A&M International

University, LV14025, Tanpa Penerbit dan Tahun. 52 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 47.

Page 59: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

42

4. Government Structure (Struktur Pemerintah)

Struktur pemerintah yang demokratis menjadi salah satu syarat untuk

meminimalkan korupsi dibanding struktur pemerintah yang tidak demokratis.

Namun pengaruh demokrasi terhadap korupsi bersifat jangka panjang. Penelitian

Adsera, dkk (2000) menemukan bahwa semakin tinggi peserta pemilu, semakin

rendah tingkat korupsi.53

5. Forms of Democracy (Bentuk Demokrasi)

Penelitian Gerring and Thacker (2004) menunjukkan bahwa negara dengan

bentuk parlementer lebih rendah tingkat korupsinya dibanding bentuk

presidensial.54

6. Voting System (Sistem Pemungutan Suara)

Persaingan diantara para politisi untuk merebut kekuasaan akan mendorong

mereka lebih berkualitas. Namun sistem voting tidak otomatis menjamin

berkurangnya korupsi. Keadilan dan Kejujuran dalam Pemilu berpengaruh terhadap

tingkat korupsi.55 Namun, penelitian Albornoz dan Cabrales (2013) menunjukkan

bahwa tingkat persaingan politik yang tinggi, akan mengurangi korupsi. Sebaliknya

pada negara dengan tingkat persaingan politik yang rendah, tingkat korupsi lebih

tinggi.56

53Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 50 54 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 50 55 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 50. 56 Facundo albarnoz dan Antonio Cabrales. “Decentralization, Political Competition, and

Corruption.” Paper diakses pada 29 oktober pukul 21.00 dari

www.ucl.ac.uk/~uctpcab/research/AC-2013.pdf 2017.

Page 60: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

43

7. Decentralization (Desentralisasi)

Pada umumnya desentralisasi dapat mendorong pengurangan korupsi,

karena desentralisasi mendekatkan pemerintah ke masyarakat. Sehingga

masyarakat dapat mengontrol pemerintah dengan lebih mudah.57 Penelitian

Albornoz dan Cabrales (2013) menunjukkan bahwa pada tingkat persaingan politik

yang tinggi, desentralisasi berhubungan negatif dengan korupsi dan pada

persaingan politik yang rendah, desentralisasi meningkatkan korupsi.58

8. Culture (Budaya)

Para ahli sosiologi mengemukakan pengaruh kultur terhadap korupsi.

Kepercayaan (trust), agama, dan penerimaan terhadap hierarchy dalam masyarakat

memainkan peranan terjadinya korupsi. Penelitian menunjukkan bahwa semakin

tinggi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan semakin rendah tingkat

korupsi.59 Sedangkan, tingkat penerimaan terhadap hierarki, yaitu sikap meyakini

bahwa orang atau kelompok tertentu lebih pantas menjadi pemimpin berhubungan

positif dengan korupsi. Sementara itu, kajian tentang agama memberikan hasil yang

tidak konsisten. Ada hasil yang menunjukkan hubungan negatif antara agama dan

tingkat korupsi dan ada pula yang menunjukkan hubungan positif.60

57 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption. h. 54 58 Facundo albarnoz dan Antonio Cabrales. “Decentralization, Political Competition, and

Corruption.” Paper diakses pada 29 Oktober 2017 pukul 21.00 dari

www.ucl.ac.uk/~uctpcab/research/AC-2013.pdf 59 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries,” Dalam International Handbook on economics of corruption, h 54 60 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, dalam International Handbook on economics of corruption, h. 56-58

Page 61: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

44

9. Values (Nilai-Nilai di Masyarakat)

Penelitian Lipset dan Lenz (2000) menunjukkan bahwa nilai-nilai

tradisional tertentu seperti “familiism” dapat mendorong perilaku korupsi. Perilaku

nepotisme berhubungan positif dengan korupsi.61

10. Gender (Jender)

Penelitian Swami dkk (2001) menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan

dalam parlemen, mengurangi tingkat korupsi.62

11. Geography and History.

Melimpahnya sumber daya alam (SDA) memiliki pengaruh terhadap

korupsi. Ades dan De Litella (1999) berargumentasi bahwa melimpahnya SDA

meningkatkan rent seeking, yang kemudian mendorong korupsi.63

F. Perumusan Kerangka Penelitian

Berdasarkan pembahasan sebelumnya terkait konsep dan teori korupsi

(gratifikasi), serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penulis

memandang ada tiga hal yang mempengaruhi perilaku korupsi, dalam hal ini adalah

perilaku gratifikasi, yaitu faktor Individu, faktor masyarakat (budaya), dan faktor

organisasi (institusi).

Faktor Individu merupakan faktor yang berasal dari karakter individu itu

sendiri. Penulis memasukkan dua variabel yaitu. Pertama: pemahaman seseorang

terhadap ajaran Islam, yang difokuskan pada pemahaman individu terhadap ajaran

61 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption. h. 59. 62 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on Economics of Corruption, h. 50. 63 Lamsdorf, “Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across section

of Countries”, Dalam International Handbook on economics of corruption, h. 60.

Page 62: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

45

agama (Islam) dalam hal ini adalah hadis-hadis Nabi tentang gratifikasi. Kedua,

adalah orientasi keagamaan individu.

Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi adalah tingkat pemahaman

responden terhadap isi hadis gratifikasi. Pemahaman para responden dibedakan atas

paham dan tidak paham. Kemudian, paham dibedakan atas cukup paham, paham,

dan sangat paham. Sementara itu, kategori tidak paham, dibedakan atas sangat tidak

paham, tidak paham, dan kurang paham.

Sementara itu, Orientasi Keagamaan adalah perspektif individu terhadap

posisi agama dalam kehidupannya, yang menentukan pola hubungan antara

individu dengan agamanya. Variabel ini dibedakan atas dua variabel, yaitu orientasi

keagamaa eksternal dan internal. Orientasi Keagamaan Eksternal adalah orientasi

keagamaan dari orang yang menjadikan agama sebagai sarana untuk memenuhi

kebutuhan lain diluar agama tersebut. Sedangkan, Orientasi Keagamaan Internal

adalah orientasi keagamaan seseorang yang menjadikan agama sebagai tujuan

hidupnya.

Variabel ketiga adalah Persepsi Budaya Masyarakat, yaitu cara pandang

seseorang terhadap budaya masyarakat sekitar. Budaya adalah suatu set dari sikap,

perilaku, dan simbol-simbol yang dimiliki bersama oleh kelompok orang dan

biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.64 Budaya

diyakini mempengaruhi perilaku orang yang ada dalam masyarakat itu, termasuk

tentunya perilaku anti gratifikasi.

Variabel ke empat adalah Good Governance, yaitu suatu sistem yang

transparan, akuntabel, adil, demokratis, partisipatif dan responsif terhadap

64 Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, Cet 3, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016),

h. 3.

Page 63: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

46

kebutuhan masyarakat.65 Bahasan sebelumnya menunjukkan bahwa prinsip-prinsip

good governance mempengaruhi tingkat korupsi.

Variabel ke lima yang merupakan variabel dependen adalah variabel

Perilaku Anti Gratifikasi, yaitu tindakan yang tidak menyetujui terhadap berbagai

gratifikasi yang diberikan oleh setiap orang yang bertujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Berdasarkan variabel-variabel tersebut maka dapat dirumuskan kerangka

penelitian melalui gambar 2.1, yang memperlihatkan hubungan kausalitas antara

Pemahaman Hadis Nabi, Orientasi Keagamaan Internal, Orientasi Keagamaan

Eksternal, Budaya Masyarakat, dan Good Governance terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi.

Gambar 2.1

Perumusan Kerangka Penelitian

65 Prijono Tjiptoherijanto dan Mandala Manurung, Paradigma Administrasi Publik dan

Perkembangannya, Cet.1, (Jakarta: Penerbit UI, 2010), h. 173.

Perilaku Anti

Gratifikasi

Pemahaman Hadis Nabi

Good Governance

Budaya Masyarakat

Orientasi Keagamaan

Internal

Orientasi Keagamaan

Eksternal

Page 64: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

47

G. Perumusan Metode Analisis

Variabel-variabel penelitian sebagaimana disebutkan di atas adalah

variabel-variabel yang tidak bisa diukur secara langsung, oleh karena itu

diperlukan suatu metode yang cocok untuk menganalisisnya. Metode analisis yang

cocok untuk mengatasi masalah kausalitas antara variabel yang tidak teramati

secara langsung adalah Model Structural Equation Model (SEM).

SEM dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu SEM yang berdasarkan

covariance (Covariance Based – SEM) dan SEM yang berdasarkan variance

(Variance Based-SEM). Salah satu bentuk SEM berbasis variance adalah metode

Partial Least Square (PLS).

Partial Least Square (PLS) adalah suatu metode statistika multivariat

berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi

permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel kecil, adanya data yang

hilang, dan multikoliniearitas.66

Metode ini dikembangkan oleh Herman O.A. Wold pada akhir tahun

1960an, yang sebelumnya telah digunakan pada bidang Kimia analitikal, serta

Fisika dan Kimia klinikal. Tujuan PLS adalah memprediksi pengaruh variabel X

terhadap Y dan menjelaskan hubungan teoritis antara kedua variabel tersebut.67

Keunggulan PLS dibanding regresi biasa adalah PLS tidak mengasumsikan

distribusi tertentu untuk mengestimasi parameter dan memprediksi hubungan

66 Jogiyanto HM, Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Berbasis Varian dalam

Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: STIM YKPN, 2011), h.55. 67 Jogiyanto, HM, Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Berbasis Varian dalam

Penelitian Bisnis, h. 56.

Page 65: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

48

kausalitas.68 Artinya, data penelitian tidak mengacu pada salah satu distribusi

tertentu, misalnya distribusi normal.

Keunggulan lain PLS dibanding metode lain adalah PLS dapat menangani

semua data baik non metrik maupun metrik.69 Selain itu, PLS juga dapat digunakan

untuk mengatasi permasalahan hubungan antar variabel yang kompleks namun

ukuran sampel datanya kecil (30 observasi atau kurang).70

PLS juga mampu mengatasi multikolinieritas antara variabel independen.

Multokolinieritas adalah adanya hubungan saling pengaruh antara variabel

independen. Pada regresi biasa, hal ini akan membuat hasil regresi menjadi bias.

Analisis model PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model, inner

model dan analisis hipotesis.71 Analisis Outer model menentukan spesifikasi

hubungan antara konstruk dan indikator-indikatornya. Istilah konstruk atau variabel

laten merujuk pada variabel yang sulit diukur secara langsung, seperti kepuasan

masyarakat dan loyalitas karyawan. Sedangkan variabel yang bisa diukur disebut

dengan indikator. Misal frekuensi pembelian, banyaknya komplain, dan harga

barang.

Berikut adalah gambar ilustrasi hubungan antara indikator dengan konstruk

atau yang dikenal dengan outer model atau measuring model. Lambang indikator

umumnya adalah sebuah segi empat (kotak).

68 Jogiyanto, HM, Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Berbasis Varian dalam

Penelitian Bisnis, h. 69. 69 Joseph F. Hair, et all, Multivariate Analysis, Ed 7, ( Edinburgh: Pearson Education Limited,

2010), h. 755. 70 Hair, et all, Multivariate Analysis, h. 756 71 Jogiyanto, HM, Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Berbasis Varian dalam

Penelitian Bisnis, h. 69

Page 66: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

49

Variabel X1, X2, X3, dan X4 adalah indikator atau variabel teramati

(observe variable). Lambang λ (lamda) menunjukkan koefisien hubungan antara

indikator dan konstruk. Lambang δ (delta) menunjukkan error (kesalahan) dari

pengukuran.

Hubungan antara konstruk dan indikator dapat bersifat reflektif dan

formatif. Model Indikator Reflektif sering disebut juga principal factor model,

dimana indikator merefleksikan konstruk laten. Model Reflektif digambarkan

dengan anak panah dari konstruk ke indikator. Contoh dari model ini adalah sebagai

berikut: seseorang yang sakit dapat dilihat dari cirinya yaitu suhu tinggi, pucat,

lemas, dan sebaginya. Sakit adalah konstruk atau variabel laten. Sedangkan suhu

tinggi, pucat, dan lemas adalah indikator-indikatornya. Model ini menghipotesiskan

bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi perubahan pada

indikator. Berikut adalah gambar bentuk reflektif:

X1

1

X2

X4

X3 Konstruk

λ11

λ21

λ31

λ41

δ1

delta

δ2

delt

δ3

delt

δ4

delt

X111

X2

X3

X4

K

Gambar 2.2

Outer Model

Gambar 2.3

Bentuk Reflektif

Page 67: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

50

Model Formatif mengasumsikan bahwa semua indikator mempengaruhi

konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke konstruk. Indikator

sebagai grup secara bersama-sama menentukan konsep atau makna empiris dari

konstruk laten. Contoh model formatif adalah seseorang yang sakit karena sering

begadang, minum alkohol, dan merokok. Maka sakit adalah variabel laten dan

begadang, minum alkohol, dan merokok adalah indikator penyebab sakit.

Berikut adalah bentuk model formatif:

Gambar 2. 4

Bentuk Formatif

Analisis Outer Model diawali dengan menilai loading factor antara variabel

laten dengan indikator. Beberapa ahli berbeda dalam hal menentukan kriteria cut

off point nilai loading factor ini. Menurut Comrey dan Lee, cut off point 0.32 adalah

buruk, 0.45 adalah fair, 0.55 adalah good, 0.63 adalah very good dan 0.71 adalah

excellent.72

Langkah selanjutnya adalah mencai validitas dan reliabilitas konstruk, yaitu

nilai Average Variance Extracted (AVE) yang menunjukkan validitas konvergen,

Cronbach’s alpha yang menunjukkan reliabilitas konstruk, dan Composite

Realiability yang juga menunjukkan reliabilitas konstruk. Menurut rule of thumb

72 Comrey AL and Lee HB, A first course in factor analysis, Ed. 2 (NJ: Lawrence Erlbaum

Associates, 1992).

X1

X2

X3

X4

K

Page 68: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

51

nilai AVE harus di atas 0.5, nilai cronbach’s alpha di atas 0.6, dan composite

reliability di atas 0.7.73 Menurut Chin, composite reliability (CR) lebih baik

dibandingkan cronbach’s alpha karena CR mengukur nilai sesungguhnya suatu

konstruk, sedangkan conbach’s alpha mengukur batas bawah reliabilitas.74

Selain analisis convergent validity, perlu dilakukan analisis discriminant

validity. Salah satu caranya adalah dengan melihat nilai cross loading, yaitu dengan

cara melihat apakah nilai loading factor anrtara indikator-indikator dengan variabel

laten yang berhubungan secara langsung lebih besar dari loading factor indikator-

indikator dengan variabel laten lainnya yang tidak berhubungan langsung. Bila

lebih besar maka dikatakan memenuhi validitas diskriminan, dan bila tidak maka

model tersebut tidak menuhi validitas diskriminan.

Setelah analisis outer model dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis Inner model, yaitu model struktural untuk menilai hubungan

atau pengaruh antara konstruk dengan konstruk lainnya.

Gambar 2.5 adalah ilustrasi yang menunjukkan hubungan antara konstruk

dengan konstruk lainnya. Variabel KE, K1, K2, K3, dan K4 adalah sebuah

konstruk. Konstruk biasanya digambarkan dengan lingkaran atau elips. KE adalah

konstruk eksogen karena mempengaruhi konstruk lainya. Sedangkan K1, K2, K3,

dan K4 adalah konstruk endogen, yaitu konstruk yang dipengaruhi oleh konstruk

lainnya. Hubungan antara variabel laten dengan variabel laten lainnya ini disebut

dengan inner model.

73 Jogiyanto, dan Willy Abdillah, Partial Least Square (PLS) dalam Penelitian Bisnis,

(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2015), h. 196. 74 Jogiyanto HM, dan Willy Abdillah, PLS dalam Penelitian Bisnis, h. 196.

Page 69: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

52

Pada analisis Inner Model, yang dilakukan adalah menganalisis nilai

koefisien determinasi R2 , nilai Q square predictive (Q2), dan Goodness of Fit (GoF).

Nilai R2 menunjukkan berapa besar variasi dari variabel endogen yang dapat

dijelaskan oleh variabel eksogen (independen) secara serentak. Makna dari Q2 sama

dengan R2, sedangkan makna GoF adalah seberapa sesuai model yang dibentuk

dengan data yang sesungguhnya.

Nilai R2 langsung didapat dari output software PLS (Misal Smart-PLS).

Nilai Q2 predictive relevance tidak terdapat pada software Smart-PLS, sehingga

harus dihitung secara manual, yaitu: Q2 = 1 – (1-R12) (1- R2

2)… (1-Rn2).

Sedangkan nilai Goodness of Fit (GoF) didapat dari rumus: GoF = (Rata-

rata AVE * rata-rata R2)1/2. AVE adalah Average Variable Extracted yang

menunjukkan tingkat validitas konstruk.

Langkah terakhir adalah melakukan uji hipotesis (uji parsial), yaitu untuk

mengetahui apakah masing-masing variabel eksogen (independen) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel endogennya (dependen). Nilai yang menjadi

ukuran adalah nilai “t statistik” hitung dibandingkan dengan nilai “t statistik” tabel

KE

1K1

ET

K4

ET

K3

ET

K2

ET

Gambar 2.5

Inner Model

Page 70: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

53

atau nilai “P values” dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan (alpha) yang

ditetapkan peneliti (misal 1%, 5%, atau 10%).

Bila nilai “t statistik” hitung lebih besar dari nilai “t statistik” tabel atau

nilai “P values” lebih kecil dari nilai alpha, maka pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen signifikan pada tingkat kesalahan alpha atau tingkat

keyakinan (1-alpha). Namun bila sebaliknya, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Secara teknis, dikatakan bahwa Ho diterima bila “t” hitung lebih kecil dari

“t” tabel atau P value lebih besar dari alpha. Ho ditolak bila “t” hitung lebih besar

dari “t” tabel dan P values lebih kecil dari alpha.

Page 71: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemahaman

hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi terhadap perilaku anti gratifikasi

di kalangan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) di Kabupaten Bogor Jawa Barat

dan Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini mendasarkan diri pada filsafat

post-positivism, yaitu paradigma yang meyakini bahwa sebab-sebab (faktor-faktor

kausatif) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir.1

Oleh karena itu, asumsi yang melandasi penelitian ini juga mengacu pada

asumsi paradigma post positivism, yaitu: Pertama, bahwa pengetahuan hasil

penelitian ini bersifat conjectural yaitu kebenarannya tidak bersifat absolut. Kedua,

penelitian merupakan proses membuat klaim dan menyaring klaim-klaim, sehingga

menghasilkan klaim yang lebih kuat. Ketiga, Pengetahuan dibentuk oleh data,

bukti, dan pertimbangan logis. Keempat, penelitian harus dapat menjelaskan relasi

kausalitas dari suatu persoalan. Kelima, penelitian bersifat objektif, dimana

validitas dan reliabilitas menjadi aspek penting di dalamnya.

Sementara itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif, yaitu metode untuk mengkaji teori-teori tertentu dengan cara meneliti

hubungan antar variabel.2 Variabel dependen penelitian ini adalah Perilaku Anti

1 John W Cressel, Research Desaign, 2nd , (California: Sage publication, 2003), h. 7. 2 John W Cresswel, Research Design, h. 18.

Page 72: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

55

Gratifikasi dan variabel indepennya adalah Pemahaman Hadis Nabi tentang

gratifikasi. Namun untuk mengurangi bias penghitungan, maka ditambahkan

beberapa variabel independen lain yang berdasarkan teori dan penelitian

sebelumnya (empiris) diduga mempengaruhi perilaku anti korupsi yaitu, tata kelola

yang baik (good governance), budaya masyarakat, orientasi keagamaan internal,

dan orientasi keagamaan eksternal.

Berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini masuk dalam kategori field

research (penelitian lapangan), dengan menggunakan istrumen kuesioner.

Penelitian lapangan (survey) digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif tentang

kecenderungan, sikap atau opini dari para pegawai KUA di Kabupaten Bogor dan

Bone tentang variabel independen dan dependen sebagaimana telah disebutkan

sebelumnya.

Namun, untuk mendukung analisis, digunakan pula library research (studi

literatur) yaitu ketika men-takhrij hadis Nabi Muhammad SAW yang berkaitan

dengan gratifikasi, serta analisis sekilas tentang kualitas hadis-hadis tersebut.

Kajian kualitas hadis hanya sebagai pendukung kajian utama yaitu menganalisis

pengaruh pemahaman hadis Nabi tentang gratifikasi dengan perilaku anti

gratifikasi.

B. Metode Takhrij Hadis Gratifikasi

Sebelum melakukan survey, langkah awal adalah mencari hadis-hadis tentang

gratifikasi. Untuk itu diperlukan metode takhrij hadis, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mencari padanan kata “hadiah” dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa arab:

الهدايا :dengan jamak ه دي ية

Page 73: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

56

2. Mencari akar kata ه دي ية , yaitu: هدى , karena yang dimaksud adalah hadiah yang

berkaitan dengan tugas/pekerjaan/jabatan, maka dicari pula padanan kata

“pekerja” dalam bahasa arab, yaitu: عا مل jamak: العمال

3. Mencari akar kata عا مل, yaitu عمل

4. Mencari kata هدى dan عمل dalam Mu’jam al Mufahrasy, kemudian mencari kata

berkaitan dengan العمال ,عامل ,ه د اي ا , ه دي ية.

5. Ditemukan hadis-hadis bertema hadiah beserta mukharij, kitab, bab, juz, atau

nomor urut hadis.3

6. Mencari hadis pada kitab-kitab hadis berdasarkan petunjuk yang diberikan kitab

mu’jam tersebut.

7. Memastikan bahwa hadis yang didapat tersebut sesuai dengan tema gratifikasi.

Berdasarkan langkah takhrij hadis tersebut, hadis-hadis gratifikasi yang

didapat, kemudian dikelompokan berdasarkan perbedaan isi hadis, yaitu sebagai

berikut:

1. Hadis terkait gratifikasi bagi petugas zakat.

2. Hadis terkait gratifikasi karena pertolongan yang diberikan

3. Hadis tentang hadiah bagi pejabat adalah ghulul

4. Hadis tentang hakim yang menerima hadiah (gratifikasi).

5. Hadis tentang gratifikasi bagi pejabat secara umum.

Berdasarkan pengelompokan ini, kemudian dari masing-masing kelompok

diambil satu hadis, dimana hadis yang dipilih diusahakan berbeda mukharij.

Hasilnya adalah hadis pertama diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri, hadis ke dua

3 Arentjan Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras lil alfadz al-Hadits al-Nabawî diterjemahkan

oleh Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dengan judul, al-Mu’jam al-Mufahras lil alfadz al-Hadits al-

Nabawî, (Leiden: E.J. Brill, 1943), h. 78-80.

Page 74: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

57

oleh Imam Abû Dâwud, hadis ke tiga oleh Imam Ahmad, hadis ke empat oleh Imam

al-Nasâ’i, dan hadis ke lima oleh Imam Muslim. Lima hadis terpilih ini kemudian

menjadi indikator dari variabel laten Pemahaman Hadis Nabi, dan dimasukan

dalam kuesioner. Kuesioner lengkap dapat dilihat pada lampiran-3.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Populasi

Penelitian ini memiliki dua (2) populasi, yaitu pegawai Kantor Urusan

Agama (KUA) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan pegawai KUA di Kabupaten

Bone, Sulawesi Selatan. Kabupaten Bogor mewakili wilayah Indonesia Bagian

Barat dan Kabupaten Bone mewakili Indonesia Bagian Timur.

Sebagaimana disebutkan pada Bab1 bahwa dipilihnya pegawai KUA

sebagai objek penelitian karena, Pertama: para pegawai KUA menjadi ujung

tombak Kementerian Agama dalam melayani masyarakat muslim terkait masalah

keagamaan, seperti pernikahan, penyuluhan, dan pengawasan pendidikan agama.

Kedua, para pegawai KUA banyak yang berlatar pendidikan keagamaan dan ada

pula yang berasal dari pendidikan non-agama, sehingga diharapkan ada keragaman

tingkat pemahaman hadis Nabi Muhammad SAW. Ketiga, pegawai KUA dalam

tugas sehari-harinya banyak berhubungan dengan masyarakat, sehingga cukup

rentan terhadap masalah gratifikasi.

Sementara itu, Pemilihan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bone didasari

oleh alasan bahwa: Pertama, kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang

wilayahnya relatif luas dengan KUA Kecamatan yang relatif lebih banyak

dibanding Kabupaten/Kota di wilayah provinsi masing-masing, sehingga sangat

mungkin ada keragaman perilaku pegawai di setiap KUA di wilayah tersebut.

Page 75: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

58

Kedua, Kabupaten Bogor dan Bone merupakan daerah yang relatif lebih

maju dibanding kabupaten yang ada di wilayah provinsi masing-masing.

Indikasinya adalah bahwa kedua daerah itu mendapatkan penghargaan sebagai

kabupaten terbaik per region berdasarkan Indonesia Attractive Award tahun 2017.

Kabupaten Bogor sebagai Kabupaten terbaik di Pulau Jawa dan bahkan Indonesia

Bagian Barat. Sedangkan Kabupaten Bone merupakan kabupaten terbaik di

Sulawesi bahkan di Indonesia Bagian Timur.4 Karena kedua alasan itulah maka

Kabupaten Bogor cocok untuk mewakili Indonesia bagian barat, dan Kabupaten

Bone mewakili Indonesia bagian timur.

a. Kabupaten Bogor

Pegawai KUA Kabupaten Bogor, menurut data Kemenag Bogor, pada tahun

2017 berjumlah 307 pegawai di luar pengawas sekolah dan tersebar pada 40 KUA

Kecamatan. Berikut adalah data jumlah pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) se

Kabupaten Bogor.

Tabel 3.1

Populasi Pegawai KUA Bogor

KUA Jumlah

Pegawai*

1. Kecamatan Gunung Putri 9 2. Kecamatan Cileungsi 7 3. Kecamatan Klapanunggal 7 4. Kecamatan Jonggol 8 5. Kecamatan Sukamakmur 5 6. Kecamatan Cariu 9 7. Kecamatan Tanjungsari 4 8. Kecamatan Gunung Sindur 10 9. Kecamatan Parung 8 10. Kecamatan Ciseeng 9 11. Kecamatan Kemang 10 12. Kecamatan Rancabungur 8

4 Indonesia Attractive Award, Daftar Pemenang Tahun 2017, Informasi diakses 1 Februari

2018 dari http://www.indonesiaattractiveness-award.com/the_winner.html.

Page 76: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

59

13. Kecamatan Bojonggede 11 14. Kecamatan Tajur Halang 10 15. Kecamatan Cibinong 12 16. Kecamatan Sukaraja 11 17. Kecamatan Dramaga 10 18. Kecamatan Cijeruk 10 19. Kecamatan Cigombong 9 20. Kecamatan Caringin 7 21. Kecamatan Ciawi 7 22. Kecamatan Megamendung 6 23. Kecamatan Cisarua 5 24. Kecamatan Citeureup 9 25. Kecamatan Babakan Madang 10 26. Kecamatan Ciomas 10 27. Kecamatan Tamansari 9 28. Kecamatan Jasinga 4 29. Kecamatan Parung Panjang 5 30. Kecamatan Tenjo 4 31. Kecamatan Cigudeg 6 32. Kecamatan Sukajaya 3 33. Kecamatan Nanggung 6 34. Kecamatan Leuwiliang 7 35. Kecamatan Leuwisadeng 5 36. Kecamatan Cibungbulang 8 37. Kecamatan Ciampea 8 38. Kecamatan Pamijahan 8 39. Kecamatan Rumpin 7 40. Kecamatan Tenjolaya 6

307 *Di luar Pengawas

Sumber: Kantor Kemenag Kabupaten Bogor

b. Kabupaten Bone

Populasi pegawai Kantor Urusan Agama Kabupaten Bone pada tahun 2017

berjumlah 199 pegawai (diluar pengawas) yang tersebar pada 27 KUA, dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Populasi Pegawai KUA Kabupaten Bone

KUA Jumlah Pegawai

1. Kecamatan Ajangale 10

2.Kecamatan Amali 7

3.Kecamatan Awangpone 9

4.Kecamatan Barebbo 11

Page 77: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

60

5.Kecamatan Bengo 4

6.Kecamatan Bonto Cani 4

7.Kecamatan Cenrana 9

8.Kecamatan Cina 8

9.Kecamatan Dua Boccoe 6

10.Kecamatan Kahu 8

11.Kecamatan Kajuara 9

12.Kecamatan Lamuru 5

13.Kecamatan Lappariaja 4

14.Kecamatan Libureng 6

15.Kecamatan Mare 6

16.Kecamatan Palakka 9

17.Kecamatan Ponre 4

18.Kecamatan Patimpeng 8

19.Kecamatan Salomekko 7

20.Kecamatan Sibulue 11

21.Kecamatan Tanete Riattang 13

22.Kecamatan Tanete Riattang Barat 10

23.Kecamatan Tanete Riattang Timur 9

24.Kecamatan Tellu Limpoe 3

25.Kecamatan Tellu Siattinge 3

26.Kecamatan Tonra 5

27.Kecamatan Ulaweng 11

Total 199 *Di luar Pengawas

Sumber: Kantor Kemenag Kabupaten Bone

2. Ukuran Sampel

Ukuran sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin:

N= N/ (1+ N α2).

Dimana: N: Ukuran Populasi dan α (alpha) adalah tingkat kesalahan maksimum

yang diinginkan.

Penelitian ini memiliki jumlah populasi sebanyak dua (2) populasi, yaitu

populasi pegawai KUA di Kabupaten Bogor dan populasi pegawai KUA di

Kabupaten Bone. Mengingat tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh dari

pemahaman hadis Nabi terhadap perilaku gratifikasi di masing-masing daerah

Page 78: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

61

tersebut, maka masing-masing populasi (daerah) tersebut memiliki sampelnya

sendiri-sendiri, sehingga penetapan sampelnya dilakukan secara terpisah

Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan maksimum

atau α (alpha) 8% untuk Kabupaten bogor dan 14% untuk Kabupaten Bone.

Perbedaan ini disebabkan letak Kabupaten Bone yang sangat jauh dari kediaman

penulis, besarnya biaya dan terbatasnya waktu penelitian.

a. Kabupaten Bogor memiliki 307 orang pegawai, yang terdiri atas pegawai

struktural dan pegawai fungsional Penghulu dan penyuluh (Pengawas tidak

diperhitungkan). Untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner sebanyak 32

orang, sehingga populasi menjadi 275 orang. Dengan tingkat kesalahan 8%,

maka sampel yang diambil adalah:

N = 275 / (1 + 275 * (8%)2) = 99,64 atau dibulatkan 100 orang.

b. Kabupaten Bone, sulawesi Selatan, memiliki jumlah pegawai 199 orang.

Dengan tingkat kesalahan maksimum (alpha) 14%, maka sampel yang diambil

sebanyak: N = 119 / (1 + 199 * (14%)2) = 41 orang.

3. Cara Pengumpulan Data Sampel

Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling, dimana

pengumpulan data dilakukan secara acak sederhana, yaitu dengan cara mengocok

nama-nama KUA di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bone. Nama-nama KUA

yang terpilih kemudian dijadikan tempat bagi pegawai yang dijadikan sampel.

Ukuran sampel per KUA didasarkan atas proporsionalitas jumlah pegawai

masing-masing KUA terhadap total pegawai KUA se-Kabupaten. Namun pada

kenyataannya, proporsionalitas tersebut bisa saja tidak terlalu tepat mengingat

jumlah kuesioner yang dikembalikan kadang tidak sesuai dengan yang

Page 79: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

62

direncanakan atau kuesioner yang dikembalikan tidak bisa diproses karena

sebagian pernyataan kuesioner tidak terisi.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan yang dikelompokkan dalam 5 bagian, sesuai variabel eksogen

(independen) dan endogen (dependen) dalam penelitian, yaitu: Perilaku Anti

Gratifikasi, Pemahaman tentang hadis hadiah (hadiah yang termasuk gratifikasi),

Orientasi Keagamaan (religius) Eksternal, Orientasi Keagamaan Internal, Persepsi

Terhadap Budaya Masyarakat Setempat, dan Tata Kelola yang Baik (Good

Governance).

Setiap variabel (konstruk) tersebut terdiri atas beberapa indikator yang

disusun dalam kalimat pernyataan. Setiap indikator yang sudah berupa kalimat

pernyataan ini kemudian menjadi unsur kuesioner yang disebarkan kepada para

responden untuk diberi penilaian.

Komponen kuesioner yang berisi variabel laten dan indikator, tercantum

pada tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Variabel Laten dan Indikator Sebelum Kuesioner Diuji

VARIABEL LATEN INDIKATOR LAMBANG

Pemahaman Hadis Nabi PHN

(Variabel

Eksogen/Independen)

Pemahaman secara umum tentang adanya

larangan korupsi dalam hadis

HN1

Keharusan menyampaikan semua yang didapat

kepada pemberi tugas

HN2

Larangan menerima hadiah dari orang yang

dibantu (dalam satu urusan)

HN3

Hadiah bagi para pekerja (di luar aturan) adalah

ghulul

HN4

Larangan Hakim menerima hadiah (dari kasus

yang ditangani)

HN5

Larangan mengambil sesuatu yang dilarang dari

tugas yang diemban

HN6

Page 80: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

63

Good Governance GG

(Variabel

Eksogen/Independen)

Adanya peraturan tentang profesionalisme dalam

pelayanan publik

GG1

Adanya visi yang jelas dari pimpinan GG2

Adanya akuntabilitas GG3

Adanya akses informasi bagi masyarakat

(Transparansi)

GG4

Berorientasi Kinerja GG5

Pelayanan Tidak Diskriminatif GG6

Mekanisme partisipasi masyarakat GG7

Budaya Masyarakat BM

(Variabel

Eksogen/Independen)

Adanya budaya memberi sebagai ucapan

terimakasih

BM1

Adanya budaya memberi petugas pernikahan BM2

Adanya pandangan Menolak hadiah adalah sikap

tidak menghargai

BM3

Adanya budaya dalam masyarakat yang

mengajarkan kejujuran

BM4

Adanya budaya dalam masyarakat yang

mengajarkan rasa malu

BM5

Orientasi Keagamaan

Eksternal

OKE

(Variabel

Eksogen/Independen)

Sikap ada faktor lain yang lebih penting dari

agama

OK1

Sikap yang menganggap keyakinan tidak penting,

yang penting menjunjung moralitas dan tidak

mengganggu orang lain.

OK2

Sikap menolak agama dijadikan pedoman dalam

kehidupan sehari-hari

OK3

Orientasi Keagamaan

Internal

OKI

(Variabel

Eksogen/Independen)

Sikap dan upaya memasukkan agama dalam

kehidupan sehari-hari

OK4

Melakukan ibadah, perenungan dan pemikiran

keagamaan

OK5

Membaca literatur keagamaan OK6

Perilaku Anti

Gratifikasi

PAG

(Variabel

Endogen/Dependen)

Tidak pernah berfikir untuk menerima hadiah dari

pekerjaan diluar aturan

PH1

Tidak menerima hadiah dari orang yang ingin

dimudahkan urusannya

PH2

Tidak menerima hadiah berkaitan tugas walaupun

sekedar ucapan terimakasih

PH3

Tidak memberikan hadiah kepada pejabat yang

lebih tinggi untuk memudahkan urusan

PH4

Tidak memberikan hadiah kepada pejabat yang

lebih tinggi walau untuk ucapan terimakasih

PH5

Page 81: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

64

Responden diminta untuk menilai pernyataan Indikator dalam kuesioner

dengan menggunakan skala 1 sampai 6 (modifikasi skala likert), yaitu:

- Angka 1 menunjukkan sangat tidak setuju atau sangat tidak paham,

- Angka 2 menunjukkan tidak setuju atau tidak paham,

- Angka 3 menunjukkan setuju atau paham,

- Angka 4 menunjukkan cukup setuju atau cukup paham,

- Angka 5 menunjukkan setuju atau paham,

- Angka 6 menunjukkan sangat setuju atau sangat paham.

Sebelum melakukan survey lapangan yang sebenarnya, terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa kuesioner tersebut memenuhi persyaratan validitas dan

reliabilitas sehingga hasilnya layak untuk dianalisis lebih lanjut.

Pengujian dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 32 kuesioner

pada beberapa KUA di Kabupaten Bogor. Jumlah 32 kuesioner ini ditetapkan untuk

memenuhi syarat minimal pengujian yang disarankan para ahli, yaitu 30 data.

Kuesioner sebelum dan sesudah uji validitas dan reliabilitas bisa saja

berbeda jumlah indikatornya, tergantung hasil uji validitas dan reliabilitas

kuesioner tersebut. Hanya indikator yang memenuhi validitas dan reliabilitas

kuesioner saja yang akan digunakan pada kuesioner penelitian yang siap untuk

disebarkan kepada para responden.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, terdiri dari:

Hasil Kuesioner Penelitian

Page 82: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

65

Kitab-Kitab Hadis, seperti: Sahih al-Bukhâri, Sahih Muslim, Sunan Abû

Dȃwud, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan Al-Nasa’i, Musnad Ahmad bin Hambal

Al-Muwatta’ Imam Mȃlik, dan Sunan Al-Darimi.

b. Sumber Sekunder, yaitu bahan atau data yang memberikan penjelasan

mengenai sumber primer. Sumber data ini berupa:

Kitab suci Al-Qur’an al-Karim.

Hasil penelitian sebelumnya.

Kitab-kitab Mustalah Hadis.

Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 Junto Undang-undang Nomor 21

Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Laporan Survey Indeks Persepsi Korupsi oleh Tranparency International

Indonesia.

Buku-buku tentang korupsi di Indonesia

Buku-buku Korupsi dalam perspektif Islam.

Jurnal dan artikel tentang korupsi dalam Islam.

Media Sosial: internet, majalah dan koran.

Kamus: Kamus Hadis, Kamus Arab- Indonesia dan Inggris-Indonesia.

E. Model, Definisi Variabel dan Hipotesis

1. Model Kausalitas

Hubungan kausalitas antara variabel-variabel eksogen (independen) dengan

variabel endogen (dependen) dalam penelitian ini dapat dimodelkan sebagai

berikut:

PAG = ɣ1 PHN + ɣ2 GG + ɣ3 BM + ɣ4 OKE + ɣ5 OKI + Ϛ

Dimana:

Page 83: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

66

Variabel Dependen (Endogen) Perilaku Anti Gratifikasi (PAG)

Variabel Independen (Exogen) Pemahaman Pegawai KUA terhadap Hadis

Gratifikasi (PHN)

Variabel Independen lainnya

(Exogen)

- Good Governance (GG)

- Persepsi Budaya Masyarakat (BM

- Orientasi Keagamaan Internal (OKI)

- Orientasi Keagamaan Eksternal (OKE)

Koefisien dan Error - Koefisien Jalur (ɣ)

- Error (Ϛ)

Secara visual model dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Kausalitas Antar Variabel

Dalam penelitian ini, hubungan kausalitas akan lebih banyak ditampilkan

dalam bentuk gambar dibanding dalam bentuk persamaan matematika.

2. Definisi Variabel

Perilaku Anti Gratifikasi adalah tindakan yang tidak menyetujui terhadap

berbagai hadiah yang diberikan oleh setiap orang yang bertujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

Perilaku Anti

Gratifikasi

Pemahaman Hadis Nabi

Orientasi Keagamaan

internal

Orientasi Keagamaan Eksternal

Good Governance

Budaya Masyarakat

Page 84: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

67

Pemahaman Hadis Gratifikasi adalah tingkat pemahaman responden terhadap

isi hadis tentang gratifikasi.

Orientasi Keagamaan adalah perspektif individu terhadap posisi agama dalam

kehidupannya, yang menentukan pola hubungan antara individu dengan

agamanya.

Orientasi Keagamaan Eksternal adalah orientasi keagamaan dari orang yang

menjadikan agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan lain diluar

agama tersebut.

Orientasi Keagamaan Internal adalah orientasi keagamaan seseorang yang

menjadikan agama sebagai tujuan hidupnya.

Persepsi Budaya Masyarakat adalah cara pandang pegawai KUA terhadap

Budaya Masyarakat lokal/daerah dimana KUA tersebut berada (Kabupaten

Bogor dan Bone).

Good Governance adalah prinsip-prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara,

dalam hal ini adalah KUA, dalam melaksanakan pelayanan publik, seperti

transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi.

3. Hipotesis

Berdasarkan model persamaan di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis-1: Ada hubungan kausalitas positif antara Tingkat Pemahaman Hadis

Nabi tentang gratifikasi dengan Perilaku Anti Gratifikasi

Hipotesis-2: Ada hubungan kausalitas positif antara Persepsi Budaya Lokal

dengan Perilaku Anti Gratifikasi

Hipotesis-3: Ada hubungan kausalitas positif antara Good Governance dengan

Perilaku Anti Gratifikasi.

Page 85: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

68

Hipotesis-4: Ada hubungan kausalitas positif antara Orientasi Keagamaan

Internal dengan Perilaku Anti Gratifikasi.

Hipotesis-5: Ada hubungan kausalitas negatif antara Orientasi Keagamaan

Ekternal dengan Perilaku Anti Gratifikasi.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2017 hingga Januari 2018,

melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap persiapan, yaitu pembacaan

literatur, pengembangan proposal menjadi Bab 1, 2, dan 3, serta penyusunan

kuesioner. Tahap kedua, melakukan uji coba kuesioner dan penelitian lapangan

(survey) dengan menyebarkan kuesioner yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya kepada sejumlah pegawai KUA terpilih di Kabupaten Bogor dan

Bone. Tahap ketiga, adalah melakukan pengolahan data dan penulisan bab 4 dan 5

serta kelengkapan tesis lainnya.

G. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan metode Structural Equation

Model (SEM) jenis Partial Least Square (PLS). Metode ini digunakan untuk

menganalisis hubungan antara variabel yang abstrak dan sulit diukur, atau yang

dikenal dengan variabel laten.

Perilaku anti gratifikasi, Pemahaman Hadis Nabi, Orientasi Kegamaan

Internal dan Eksternal, Persepsi Budaya Masyarakat Lokal, dan Good Governance

adalah variabel-variabel abstrak yang sulit diukur. Sehingga metode SEM cocok

digunakan dalam penelitian ini.

Mengingat sampel data yang diambil dari survey pada KUA Kecamatan di

Kabupaten Bogor dan Bone berjumlah kecil (100 dan 41 responden), jenis data

Page 86: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

69

yang didapat berskala ordinal, dan distribusi data dikhawatirkan tidak normal,

maka metode SEM yang digunakan adalah SEM-Partial Least square (PLS).

Keunggulan Metode PLS, sebagaimana telah disebutkan pada Bab II, adalah tidak

mensyaratkan kondisi data seperti metode SEM lainnya.

Adapun software yang digunakan dalam pengolahan data hasil survey

(kuesioner) adalah Smart PLS 3 versi student. Software ini merupakan software

terbaru yang membantu pengolahan data model SEM-PLS.

Secara ringkas, langkah pengolahan data kuesioner dengan Smart-PLS

dilakukan dalam tiga (3) tahap, yaitu analisis outer model, analisis inner model, dan

analisis hipotesis. Analisis outer model adalah analisis kelayakan (validitas dan

reliabilitas) suatu indikator merefleksikan variabel latennya. Analisis inner model

adalah analisis sejauh mana variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Sedangkan uji hipotesis adalah analisis tingkat signifikansi suatu variabel

independen mempengaruhi variabel dependennya.

Page 87: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengantar Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum melakukan analisis bagaimana pengaruh pemahaman hadis Nabi

Muhammad SAW tentang larangan menerima gratifikasi, akan disampaikan

terlebih dahulu analisis secara sekilas tentang kualitas hadis-hadis yang dimasukan

dalam kuesioner penelitian. Hal ini diperlukan untuk mendukung kebijakan yang

tepat terhadap implikasi dari hasil analisis kuantitatif, terutama terkait pertanyaan

penelitian ke dua dan tiga.

Selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperlukan agar data yang dikumpulkan dari

kuesioner tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Kemudian akan dipaparkan sebaran sampel dan analisis karakteristik dari

responden. Hal ini diperlukan agar dapat diketahui di KUA mana saja penelitian ini

dilakukan dan apa latar belakang responden yang mengisi kuesioner, seperti usia,

lama kerja, tingkat pendidikan, dan jurusan pendidikan.

Setelah itu, akan dilakukan pembahasan atau analisis sesuai dengan

pertanyaan penelitian ini, yaitu: Pertama, kondisi pemahaman hadis Nabi tentang

gratifikasi dan variabel independen lainnya. Kedua, pengaruh pemahaman hadis

Nabi tentang gratifikasi dan variabel independen lainnya terhadap perilaku anti

gratifikasi. Ketiga, menenentukan indikator apa yang paling berpengaruh terhadap

perilaku anti gratifikasi.

Page 88: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

71

B. Analisis Sekilas Kualitas Hadis Nabi Tentang Gratifikasi

Hadis-hadis Nabi tentang gratifikasi yang menjadi fokus penelitian ini, akan

dianalisis secara sekilas, apakah hadis-hadis tersebut termasuk sahih, hasan atau

da’îf.

1. Hadis-1 (lambang HN2): HR Imam al-Bukhâri

Hadis-1 yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri menurut

pengamatan peneliti memiliki banyak hadis yang setema. Setidaknya ada 14 hadis

yang setema dengan hadis Imam al-Bukhâri ini, yaitu riwayat Imam al-Bukhâri

sendiri ada empat, riwayat Imam Muslim ada lima, riwayat Imam al-Darimi ada

dua, riwayat Imam Ahmad ada satu, dan riwayat Imam Abû Dâwud ada dua.

Mengingat setidaknya ada 14 hadis yang setema, maka disini hanya akan dituliskan

hadis utama yang menjadi fokus penelitian saja, sedangkan hadis-hadis yang

setema diletakan dalam lampiran-1. Hadis itu adalah sebagai berikut:

يانعن ريحدث ناعب داللب نممدحدث ناس عر وةالز ه أبعن ب نالز ب ي عن ت ع ملالنب صلىاللعلي هوسلمرجال قالاس رضياللعن ه حي دالساعدي من

ز دي ق ت بيةعلىالصدقةف لماقدمقالهذالكم وهذاال أ اللهاب نال لهد سي دىلهأم لوالذين هف ي ن ظري ه ب ي أم قالف هالجلسفب ي أبيهأو

ئاإلجاءبهي و مال قيامةي ملهعلىرق بتشمن كم بيدهلي خذأحد كاني هإن رة عرثرفعبيدهحترأي ناع شاةت ي أو ب قرةلاخوار إب طي هبعيالهراء أو

اللهمهل ب لغ اللهمهل ب لغ ثالث1Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari al-Zuhrî dari 'Urwah bin al-

Zubair dari Abî Humaidi as-Sa'idî radiallahu 'anhu berkata, Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam menugaskan seorang laki-laki dari suku

al-Azdî sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari tugasnya, dia

1 Abû ‘Abdullah Muhammad bin ‘Ismâ’il al-Bukhâri, Ṣahih al-Bukhâri, kitâb al Hibah, bâb

Man lam yaqbal al-Hadiyata li’illah, No. 2597, (Kairo: Dâr Ibnul Jauzi, 1431 H/2010 M), h. 304.

Page 89: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

72

berkata: "Ini untuk kalian sebagai zakat dan ini dihadiahkan

untukku". Beliau berkata: "Biarkanlah dia tinggal di rumah ayahnya

atau ibunya, lalu dia lihat apakah benar itu dihadiahkan untuknya

atau tidak. Dan demi Dzat yag jiwaku di tangan-Nya, tidak

seorangpun dari pada kalian mengambil sesuatu (yang bukan

haknya), kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan

dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak, atau sapi

yang melenguh atau kambing yang mengembik". Kemudian Beliau

mengangkat tangan Beliau sehingga terlihat oleh kami ketiak Beliau

yang putih dan (berkata,): "Ya Allah, bukankah aku sudah

sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan"…. sebanyak tiga kali ".

(HR al-Bukhâri No 2597).

Skema sanad dari hadis Imam al-Bukhâri dan hadis setema dapat dilihat

pada gambar 4.1. Skema hadis ini menunjukkan bahwa hanya ada satu sahabat Nabi

yang meriwayatkan hadis ini, yaitu Abû Humaidi Assa’idi dan ada dua Tabi’in yang

meriwayatkan, yaitu al-Zuhrî dan Hisyam. Sehingga, hadis ini tidak punya

syawâhid dan hanya punya satu tabi’. Hadis ini termasuk hadis ahad, karena tidak

memenuhi syarat mutawâtir.

Dari sisi mata rantai sanad, hadis ini memiliki sanad yang bersambung

hingga ke Rasulullah SAW (muttasil). Sedikit catatan, tahun wafat Sufyan bin

‘Uyainah bin Abî ‘Imran Maimun dengan al-Zuhrî atau Muhammad bin Muslim

bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin Syihab berjarak 74 tahun. Namun bila dilihat usia

Sufyan yang mencapai 91 tahun, maka ketika al-Zuhrî wafat, Sufyan sudah berusia

17 tahun, sehingga ada kemungkinan kedua orang tersebut bertemu.

Dari sisi perawi, semua perawi tsiqah, hanya perawi ‘Abdullah bin

Muhammad bin ‘Abdullah bin Ja’far bin al-Yaman yang dianggap sadûq oleh Abû

Hâtim.2 Namun, Ibnu Hajar al-‘Asqalâni menyatakan beliau tsiqah hâfidz.3

2 Abû al-Hajjaj Jamaluddin Yusuf bin ‘Abdurrahman al-Mizzi, Tahdzibul Kamal Fi Asma’i

Rijal, Jilid 16, (Beirut: Muasasah Ar Risalah, 1403H/1983M), h. 59. 3 Ibnu Hajar al-Asqalâni, Taqribut Tahdzib, Cet 2, (Riyad: Dârul Asimah, 1423H/2003M),

h.542.

Page 90: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

73

Gambar 4.1

Skema Sanad Hadis 1

و ع مر

w232 H

ر ابنأ بييعم

w 243 H

ميد بن عبد ح

w 245 H

ق إيسح

w 238

H

س لم و ي ل ه ع لىالل ص النبيي

w 11 H

ي ي دي هدالساعي أ بييحم w 60 H

ب هري الز بني ة عرو

w 93 H

ي ي هري الز

w 124 H

ام ش هي

w 145 H

سفه ان

w 198 H

شع هب

w 162 H

بد ة ع w 187 H

ة ام أ بوأس

w 201 H

ل ف ابنأ بييخ

w 236 H

أ بوب كري

w 235H

ابنالسرحي

w 250 H

يع بد الل

w 229 H

اني أ بواله م

w 222 H

عب هد

250 H

م د مح

w 224 H

يبي أ بوكر

w 248 H

ي الل بنع بدي ع ليي

w 234 H

د أ حم w 241 H

البخاري

w 256 H

الدارمي

w 255 H

أبيداوود

w 275 H مسلم

w 261 H

Page 91: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

74

Matan hadis ini tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, hadis lain yang kuat,

dan akal sehat. Selain itu kalimat dalam hadis ini tidak ada yang aneh yang

menyalahi kata-kata seorang Nabi. Dengan demikian, matan hadis ini tidak

bermasalah.

Berdasarkan hal tersebut maka hadis ini berderajat saẖiẖ. Hal ini sejalan

dengan Ijma’ Ulama bahwa hadis riwayat Imam al-Bukhâri dalam Kitab Sahih al-Bukhâri

berderajat Sahih.1

2. Hadis ke-2 (HN3): HR Abû Dâwud

Hadis riwayat Abû Dâwud ini berbicara tentang larangan menerima hadiah

bagi orang yang telah melakukan pertolongan kepada orang lain (berdasarkan

jabatan yang disandangnya). Matan hadis ini adalah sebagai berikut:

عمرب نمالك روب نالسر ححدث نااب نوه بعن حدث ناأح دب نعم ال قاسمعن رانعن خالدب نأبعم رعن عب ي داللب نأبجع عن

صلىاللعلي هوس النب علخيهبأبأمامةعن ش اعةلمقالمن ش أب وابالرب2 أتىببعظيمامن هدية علي هاف قبلهاف قد دىله فأه

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Amru bin al-Sarh telah

menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari ‘Umar bin Mâlik dari

'Ubaidullah bin Abî Ja'far dari Khâlid bin Abî ‘Imrân dari al-Qâsim

dari Abî Umamah dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, beliau

bersabda: " Barangsiapa menolong saudaranya, kemudian dia diberi

hadiah, lalu dia menerimanya, maka dia telah mendatangi pintu

besar riba." (Sunan Abû Dâwud, No.3541).

1 Imam Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhin Nawawi, Diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi

Soffandi dengan judul: Syarah Imam Muslim, Cet1, Jilid1, (Jakarta: Mustaqiim, 1423H/2003M),

h. 53. 2 Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abû Dâwud, No 3541,

(Beirut: Dârul Risalah al-‘Alamiyah, 1430H/2009M), h. 399.

Page 92: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

75

Menurut pengamatan peneliti, hadis ini memiliki satu hadis setema yang

diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, yaitu sebagai berikut:

خالدب نأ رعن بحدث ناحسن حدث نااب نليعةحدث ناعب ي داللب نأبجع أبأمامةقالقالرسولاللصلىاللعلي هوسلم رانعنال قاسمعن عم

اعة علحدش ش دىلهمن أتىببعظيهدية فأه الربف قبلهاف قد مامن Telah bercerita kepada kami Hasan telah bercerita kepada kami

Ibnu Lahi'ah telah bercerita kepada kami 'Ubaidullah bin Abî Ja'far

dari Khâlid bin Abî 'Imrân dari al-Qâsim dari Abî Umamah

berkata; Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam bersabda;

"Barangsiapa menolong saudaranya, kemudian dia diberi hadiah,

lalu dia menerimanya, maka dia telah mendatangi pintu besar riba."

(Musnad Ahmad: 21221)

Skema sanad dari kedua hadis tersebut tertera pada gambar 4.2. Pada skema

tersebut nampak bahwa sanad ke dua hadis tersebut bertemu pada rawi ‘Abdullah

bin Abî Ja’far, dan seterusnya hingga ke Rasulullah SAW melalui jalur tunggal.

Dengan demikian hadis ini adalah hadis ahad, karena tidak memenuhi kriteria

mutawâtir.

Kualitas rawi sebagian besar tsiqah baik dari jalur Abû Dâwud maupun

Ahmad, hanya Khâlid bin Abî ‘Imrân yang menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalâni

berpredikat faqîh sadûq.3 Sementara itu, al-Qasim bin ‘Abdul Rahman, menurut

Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, sadûq dan banyak di-gharib-kan.4 Sadûq artinya adalah

bahwa perawi ini adil namun kurang kuat hafalannya.

Matan hadis ini tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, hadis lain yang lebih

kuat, dan akal sehat. Selain itu kalimat dalam hadis ini tidak ada yang aneh yang

3 Ibnu Hajar al-Asqalâni, Taqribut Tahdzib, h. 289. 4 Ibnu Hajar al-Asqalâni, Taqribut Tahdzib, h. 793.

Page 93: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

76

menyalahi kata-kata seorang Nabi. Dengan demikian, matan hadis ini tidak

bermasalah.

Kesimpulannya adalah karena ada perawi yang dianggap sadûq, maka hadis

yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud dan Imam Ahmad ini berderajat hasan

lidzatihi.

ة ام أ بييأم w 86 H

مي الق اسيw 112 H

ان مر أ بييعي بني اليدي خ

w 129 H

س لم و ي ل ه ع لىالل ص النبييw 11 H

عف ر أ بييج يبني الل عب هدي

w 135 H

هع ة ابنل هي

w 174 H

اليك م بني ر عم

w - H

هب ابنو w 197 H

س ن ح w 209 H

و دبنع مري أ حم

w 250 H

أبيداوود

w 275 H

د أ حم w 241 H

Gambar 4.2

Skema Sanad Hadis-2

Page 94: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

77

3. Hadis ke-3 (HN4): HR Ahmad

Hadis Imam Ahmad berbicara tentang hadiah yang diterima oleh para

pejabat (diluar ketentuan yang berlaku) adalah ghulul. Hadis ini menurut

pengamatan peneliti, sejauh ini, tidak memiliki hadis lain yang setema, sehingga

hadis ini berdiri sendiri. Matan hadis ini adalah sebagai berikut:

عر وة ي يب نسعيدعن اعيلب نعياشعن اقب نعيسىحدث ناإس حدث ناإس أبحي د أنرسولاللصلىاللعلي هوسلب نالز ب ي عن هداي مقالالساعدي

العمال غلول 5Telah menceritakan kepada kami Ishâq bin ‘Isa telah

menceritakan kepada kami Ismâ'îl bin Ayyasy dari Yahya bin

Sa'id dari Urwah bin al-Zubair dari Abû Humaid Al-Sa'idi

bahwasanya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"hadiah bagi para pejabat adalah ghulul. (HR Ahmad:

22495)

Skema sanad dari hadis ini nampak pada gambar 4.3. Berdasarkan skema

sanad hadis, nampak bahwa hadis ini hanya diriwayatkan dalam satu jalur melalui

sahabat Abû Humaidi al-Sa’idi. Hadis ini adalah hadis ahad, karena tidak

memenuhi kriteria mutawâtir. Kualitas dari perawinya tsiqah, kecuali Ishaq bin

‘Isa, yang menurut Ibnu Hajar Al ‘Asqalâni, ia sadûq.6

Berdasarkan tahun wafatnya, semua rawi memiliki kemungkinan bertemu

atau setidaknya sezaman. Sehingga dapat dikatakan hadis ini muttasil.

5 Ahmad Bin Hambal, Musnad Ahmad, No 22495, (Riyad: Baitul Afkar Ad-Dauliyah.

1419H/1998M). 6 Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, Taqribut Tahdzib, h. 131

Page 95: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

78

Matan hadis ini tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, hadis lain yang lebih

kuat, dan akal sehat. Selain itu kalimat dalam hadis ini tidak ada yang aneh yang

menyalahi kata-kata seorang Nabi. Dengan demikian, matan hadis ini tidak

bermasalah.

Kesimpulannya adalah karena ada perawi yang dianggap sadûq, maka hadis

yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ini berderajat hasan lidzatihi.

4. Hadis ke-4 (HN5): HR al-Nasa’i

Hadis riwayat al-Nasa’i ini berbicara tentang larangan bagi seorang hakim

menerima hadiah terkait dengan tugasnya (gratifikasi). Menurut pengamatan

penulis, hadis ini tidak memiliki hadis setema. Matan hadis ini adalah sebagai

berikut:

س لم و ي ل ه ع لىالل ص النبييw 11 H

ي ي دي هدالساعي أ بييحم w - H

ب هري الز بني ة عرو w 93 H

هد عي س ي حه ىبنيw 144 H

هلبنع هاش اعي إيسم w 181 H

هس ى اقبنعي إيسح w 215 H

د أ حم w 241 H

Gambar 4.3

Skema Sanad Hadis-3

Page 96: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

79

من صورب ةعن ي ع ناب نخلي رقالحدث ناخلف ب نحج بةوعلي ب رنق ت ي نأخ روققالال قاضيإ مس أبوائلعن بةعن كمب نعت ي ال ذ زاذانعن الدية ا أ

السحت شربوف قد أ من روق روقالمس بهال ك وةب لغ إذاقبلالرش لي سلهصالة 7 رهأن روك ك رف قد م ال

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dan ‘Ali bin Hujr

keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Khalaf -

yaitu Ibnu Khalîfah- dari Mansûr bin Zadzan dari al-Hakam bin

‘Utaibah dari Abî Wail dari Masrûq, ia berkata, "Seorang hakim,

jika ia memakan hadiah, maka sungguh ia telah makan

kemurkaan, dan jika ia menerima suap, maka itu akan

menariknya kepada kekufuran." Masrûq menyebutkan,

"Barangsiapa minum khamer maka ia telah kafir, dan

kekafirannya adalah tidak diterimanya ibadah salatnya.

(Sunan al-Nasa'i 5676).

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh satu (1) jalur melalui Masrûq bin al-Ajda

bin Mâlik bin ‘Umayyah, seorang generasi tabi’in tua. Dari sisi sanad, hadis ini

terputus hanya sampai Masrûq, tidak sampai Nabi Muhammad SAW. Redaksi dari

hadis ini memperlihatkan bahwa pernyataan itu berasal dari Masrûq, sehingga hadis

ini digolongkan hadis maqtu’.

Dari sisi perawi, semua perawi tsiqah kecuali Khâlaf ibnu Khalîfah, yang

dianggap oleh Ibnu Hajar al–‘Asqalâni sebagai sadûq dan hafalannya bercampur di

akhir hidupnya.8

Secara matan, hadis ini tidak bertentaangan dengan Al Qur’an, Hadis Nabi

yang lebih kuat, dan akal sehat. Matan hadis ini juga tidak terindikasi adanya

7 Abû ‘Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali al-Kharasani al-Nasâi, Sunan al-Nasâi,

No 5676, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah. 1434H/2013M), h. 894. 8 Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, Taqribut Tahdzib, h. 299.

Page 97: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

80

keganjilan yang tidak sesuai dengan perkataan seorang Nabi. Sehingga secara

matan hadis ini tidak bermasalah.

Walaupun para perawi tsiqah dan sadûq serta matannya dapat diterima,

namun karena hadis ini maqtu’, maka hadis ini berderajat da’îf.

5. Hadis ke-5 (HN6): HR Imam Muslim

Hadis riwayat Imam Muslim ini, berbicara tentang larangan

mengambil sesuatu yang tidak sesuai dengan ketentuan atau peraturan.

Redaksi hadis ini adalah sebagai berikut:

راححدث ناإس عيلب نأب بةحدث ناوكيعب نا رب نأبشي خالدحدث ناأبوبك قالسع رسولاللصلى ب نعميةال كن دي عدي ق ي سب نأبحازمعن عن

ائيل أ بييو

w 82 H

عت هب ة بني مي ك الح

w 113 H

سروق م

w 63 H

اذ ان ز بني نصوري م

w 129 H

ليهف ة خ ي عنييابن ل ف خ

w 181 H

بنحجر ع ليي

w 244 H

قت هب ة

w 240 H

النسائي

w 303 H

Gambar 4.4

Skema Sanad Hadis-4

Page 98: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

81

فكتمنا ميطا اللعلي هوسلمي قولمن عملناه منكم على عم فما ف وقه است ان غلول أ كأن ن صار ال ودمن ن ظري تبهي و مال قيامةقالف قامإلي هرجل أس كذاوإلي هف قال ع تكت قول عملكقالومالكقالس كذايرسولاللاق بل عن

بقليلهوكثيهفم ت ع مل ناهمن كم علىعملف ل يجئ اس نمن اأوتقالوأنأقولهال .من هأخذومانيعن هان ت هى9

Telah menceritakan kepada kami Abû Bakar bin Abî Syaibah telah

menceritakan kepada kami Waki' bin Jarrah telah menceritakan

kepada kami Ismâ'îl bin Abî Khâlid dari Qais bin Abî Hâzim dari

'Adi bin ‘Amîrah al-Kindi, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah

sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa dari kalian yang

aku beri suatu tugas, kemudian dia menyembunyikan dari kami

(meskipun) sebuah jarum, atau sesuatu yang lebih kecil dari itu,

maka itu adalah ghulul (pengkhianatan) yang pada hari kiamat akan

ia bawa." 'Adi bin 'Amîrah berkata, "Kemudian seorang laki-laki

hitam dari Anshar-sepertinya saya pernah melihatnya- berdiri

sambil berkata, "Wahai Rasulullah, kalau begitu saya akan tarik

kembali tugas yang pernah anda bebankan kepada saya!" Beliau

balik bertanya: "Ada apa denganmu?" dia menjawab, "Saya telah

mendengar bahwa Anda pernah bersabda seperti ini dan seperti ini."

Beliau bersabda: "Sekarang saya sampaikan, bahwa barangsiapa

dari kalian yang aku beri suatu tugas, hendaklah ia datang baik

dengan sedikit atau banyak, apa yang memang diberikan untuknya

ia boleh mengambilnya, dan apa yang memang dilarang baginya,

maka ia harus dapat menahan diri." " (HR. Muslim No 3415)

Menurut pengamatan penulis, hadis ini memiliki delapan (8) hadis

setema, yaitu empat (4) riwayat Imam Muslim sendiri, dua (2) hadis riwayat

Abû Dâwud, dan dua (2) hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal.

Semua hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim beredaksi sama.

Sehingga hadis yang dituliskan disini hanyalah hadis riwayat Imam Abû

Dâwud dan Imam Ahmad bin Hambal, yaitu sebagai berikut:

9 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisyâbûri, Sahih Muslim, No. 3415,

(Riyad: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1420H/1999M).

Page 99: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

82

Hadis Setema-1: Sunan Abû Dâwud 2554

عب دال وارثب نسعيدعن زمأبوطالبحدث ناأبوعاصمعن حدث نازي دب نأخ

أبيه عب داللب نب ري دةعن ال معلمعن صلحسي النب ىاللعلي هوسلمعن

ت ع مل ن اس رز قاقالمن لول فما أخذ ب عد ذلك ف هو غ اهعلىعملف رزق ناه

Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Akhzam Abu Talib, telah

menceritakan kepada kami Abû 'Asim dari Abdul Warits bin Sa'id

dari Husain al-Mu'allim dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya,

dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa

yang kami beri jabatan untuk mengurusi suatu pekerjaan kemudian

kami berikan kepadanya suatu pemberian (gaji), maka apa yang ia

ambil setelah itu (selain gaji) adalah suatu bentuk pengkhianatan."

(Sunan Abû Dâwud:2554)

Hadis Setema-2: Sunan Abû Dâwud 3110

قالحدثن إس عيلب نأبخالدحدثنق ي س حدث نامسدد حدث ناي يعن أنرسولاللصلىاللعلي هوسلم ب نعمي رةال كن دي اليأي هاالناسقعدي

لمن كم عم ي تبهي و م غ لناعلىعملفكتمنامن هم يطافماف و قهف هومن أن ظرإلي هف قاليرسولاللاق بل عن كأن ود ن صارأس ال ال قيامةف قامرجل من

عملكقالوماذاكقالس كذاوكذاقالوأنأقولذلكمن ع تكت قولت ع مل ناهعلىعملف ل يأ تبقليلهوكثيهفماأوتمن هأخذهومانيعن ان ت هىاس ه

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan

kepada kami Yahya dari Isma'il bin Abû Khâlid telah menceritakan

kepadaku Qais ia berkata; telah menceritakan kepadaku ‘Adi bin

'Umairah al-Kindi bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Wahai para manusia, barangsiapa yang di antara kalian

diserahi jabatan untuk mengurus pekerjaan, kemudian

menyembunyikan sebuah jarum atau lebih dari itu dari kami, maka

hal itu adalah sebuah pengkhianatan yang akan ia bawa pada Hari

Kiamat." Kemudian seorang laki-laki ansar berkulit hitam berdiri

seakan aku pernah melihatnya, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah,

terimalah dariku pekerjaan anda! Beliau bersabda: "Apakah itu?"

laki-laki itu menjawab, "Saya mendengar anda mengatakan

demikian dan demikian." Beliau bersabda: "Dan aku katakan:

Barangsiapa yang kami beri jabatan untuk melakukan suatu

pekerjaan maka hendaknya ia melakukan yang sedikit dan yang

banyak! Lalu apa yang diberikan kepadanya boleh ia

Page 100: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

83

mengambilnya, dan apa yang dilarang darinya maka ia tinggalkan."

(Sunan Abû Dâwud: 3110)

Hadis Setema-3: Musnad Ahmad 17056

عن اعيلب نأبخالدقالحدثنق ي س إس حدث ناي يب نسعيدعن مرت ي قال اب نعميةال كن دي ي هاالناسقالرسولاللصلىاللعلي هوسلميأعدي

عملمن ك لي تبهمن لناعلىعملفكتمنامن هميطافماف و قهف هو ي و مم أن ظر كأن هوسع دب نعبادة ودقالمالد ن صارأس ال ال قيامةقالف قامرجل من

كإلي هقاليرسولاللا ع تكت قول عملكف قالوماذاكقالس ذاوكذاق بل عنبقليلهوكثيهفماأو ت ع مل ناهعلىعملف ل يجئ اس نمن تقالوأنأقولذلكال

ب رنإس حدث نامن هأخذهومانيعن هان ت هى يزيدب نهارونقالأخ اعيلعن ديثحدث ناق ي س حدث ناوكيع قالحدثنعدي اب نعميةفذكرال

قال اب نعميةال كن دي عدي ق ي سب نأبحازمعن ع ساب نأبخالدعن علىعملفذكرمع ناه ت ع مل ناه اس رسولاللصلىاللعلي هوسلمي قولمن

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Ismâ'il bin

Abî Khâlid ia berkata; telah menceritakan kepadaku Qais dari ‘Adi

bin ‘Amîrah al-Kindi ia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, siapa di antara kalian

yang bekerja untuk kami, lalu ia menyembunyikan sesuatu darinya

meskipun hanya benang jahit atau lebih rendah dari itu, maka hal itu

adalah pengkhianatan yang akan dibawanya kelak pada hari

kiamat." ‘Adi bin ‘Amîrah al-Kindi berkata, "Seorang laki-laki

hitam dari kalangan Ansar kemudian berdiri, Mujalid berkata, 'Laki-

laki itu adalah Sa'd bin ‘Ubâdah, ' seolah-olah saya melihatnya, ia

berkata, "Wahai Rasulullah, saya tidak mau menangani

pekerjaanmu." Beliau bertanya: "Kenapa begitu?" laki-laki itu

menjawab, "Saya telah mendengarmu berkata begini dan begini."

Beliau bersabda: "Dan saya mengatakannya sekarang, siapa yang

kami beri tugas untuk melaksanakan suatu pekerjaan, hendaklah ia

membawanya baik sedikit maupun banyak. Apa yang diberikan

hendaklah ia mengambilnya dan apa yang dilarang hendaklah ia

meninggalkannya." Telah menceritakan kepada kami Yazid bin

Harun ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Isma'il dari Qais

ia berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Adi bin ‘Amîrah lalu ia

menyebutkan hadis tersebut." Telah menceritakan kepada kami

Waki' Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abû Khâlid dari Qais

bin Abû Hazim dari ‘Adi bin ‘Amîrah al-Kindi ia berkata, "Saya

mendengar Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa

yang kami beri tugas untuk melaksanakan suatu pekerjaan.... lalu ia

menyebutkan makna hadis tersebut." (Musnad Ahmad 17056)

Page 101: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

84

Hadis Setema-4: Musnad Imam Ahmad 17059

رب نممدحدث نا:٩٥٠٣١أحدمسند قالاعيلإس عن شع بةحدث ناقالجع وسلمعلي هاللصلىالنبعن عميةاب نعديعن يدثق ي ساسع ت ع مل ناهمن قالأنه ال قيامةي و مبهي تلف هوميطافكتمناعملعلىم من كاس ن صارمن طوال آدمال قو ممن رجل ف قام لهف قالملكعفلحاجةلف قالال قاللوسلمعلي هاللصلىاللرسول اسع تكإن نأقولفأنقالقولت آن ال ت ع مل ناهمن ءتأفإن وكثيهبقليلهف ل يأ تعملعلىمن كم اس نيوإن أخذهبشي ان ت هىعن ه

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far ia berkata,

Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ismâ'îl ia berkata,

saya mendengar Qais menceritakan dari ‘Adi bin Ibnu ‘Amîrah dari

Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Siapa pun dari

kalian yang kami beri tugas untuk melakukan pekerjaan, kemudian

ia menyembunyikan sesuatu meskipun seutas benang, maka itu

merupakan pengkhianatan yang akan dibawanya kelak pada hari

kiamat." Seorang laki-laki Ansar berkulit sawo matang dengan

postur tubuh yang tinggi berdiri seraya berkata, "Saya tidak

berminat sedikit pun terhadap tawaran pekerjaanmu." Maka

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya:

"Kenapa?" laki-laki itu menjawab, "Saya telah mendengar apa yang

tuan katakan." Beliau berkata: "Jika demikian maka saya katakan,

bahwa barang siapa dari kalian yang kami beri tugas untuk

melakukan pekerjaan, hendaklah ia datang dengan hasilnya, baik

sedikit atau banyak. Jika diberi sesuatu hendaklah ia ambil, jika

dilarang dari sesuatu maka hendaklah ia tinggalkan." (HR Ahmad:

17059)

Skema sanad pada gambar 4.5 memperlihatkan bahwa hadis-hadis tersebut

diriwayatkan melalui dua (2) orang sahabat, yaitu ‘Adî bin ‘Amîrah dan Buraidah

bin al-Hasib bin ‘Abdullah bin al-Harits. Imam Muslim dan Imam Ahmad

meriwayatkan dari satu jalur sahabat yaitu ‘Adî bin ‘Amîrah, sedangkan Imam Abû

Dâwud meriwayatkan dari kedua jalur sahabat tersebut. Hadis-hadis ini adalah

hadis ahad, karena tidak memenuhi kriteria mutawâtir.

Page 102: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

85

Dari sisi mata rantai sanad, Riwayat Imam Muslim, Imam Ahmad dan satu

riwayat dari Imam Abû Dâwud bertemu pada rawi Ismȃ’îl bin Abî Khâlid,

kemudian ke Qais, lalu ke ‘Adi bin ‘Amîrah. Sedangkan satu riwayat dari Abû

Dâwud berbeda jalur periwayatan, yaitu dari Husain, ke ‘Abdillah, lalu ke

Buraidah. Semua jalur periwayatan tersebut menunjukkan ketersambungan sanad.

Semua rawi pada semua jalur dapat diterima (tsiqah), hanya dari riwayat

Imam Muslim ada rawi bernama Abû Bakar bin Abû Syaibah atau ‘Abdullah bin

Muhammad bin Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dinilai berbeda, yaitu sadûq menurut

Imam Ahmad bin Hambal, namun tsiqah hâfidz menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalâni.10

Matan hadis ini tidak bertentangan dengan Al Qur’an, hadis lain yang lebih

kuat, dan akal sehat. Selain itu kalimat dalam hadis ini tidak ada yang aneh yang

menyalahi kata-kata seorang Nabi. Dengan demikian, matan hadis ini tidak

bermasalah.

Hadis riwayat Imam Muslim ini berderajat sahih. Hal ini sesuai dengan

ijma’ ‘ulama yang menyatakan bahwa hadis dalam Sahih Muslim berderajat

sahih.11 Sedangkan riwayat Imam Abû Dâwud dan Imam Ahmad, karena tidak ada

perbedaan pandangan terhadap para perawinya, yaitu tsiqah, maka hadis-hadis

tersebut berderajat sahih.

10 Ibnu Hajar Al-Asqalâni, Taqribut Tahdzib, h. 540 11 Imam Nawawi, Syarah Imam Muslim, Jilid 1, h 53

Page 103: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

86

م يدبنأ خز ز

w 257 H

ة هر ع مي بني ي ي ع ديw 40 H

ق هسيw 97 H

اليد هلبنأ بييخ عي إيسم

w 146

هع كي و

w 196 H

ي الل ع بدي

هر نم بني

w 199 H

أ بو

ة أس ام

w 201 H

س لم و ي ع ل ه لىالل ص النبيي

w 11 H

دبن م مح

بيشر

w 203 H

الف ضلبن

موس ىw 192 H

يد ة بر

w 63 H

ي الل بدي ع

w 115 H

مي هنالمع ل ي حس

w 145 H

ع بدي

ثي اري الو

w 180 H

ي حه ى

w 198 H

ي حه ى

w 198 H

شعب ة

w 160 H

أ بوب كر

w 235 H

دبن م مح

ي الل بدي ع

w 234 H

دبن م مح

ي الل بدي ع

w 234 H

دبن م مح افيع ر

w 245 H

قبن إيسح

هم اهي إيبر

w 245 H

م أ بوع اصي

w 212 H

مس دد

w 228 H

دبن م مح عف ر ج

w 193 H

أبيداوود

w 275 H

مسلم

w 261 H

د أ حم

w 241 H

Gambar 4.5

Skema Sanad Hadis-5

Page 104: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

87

C. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Sebelum melakukan survey sesungguhnya, langkah yang dilakukan adalah

melakukan uji coba kuesioner untuk menentukan apakah kuesioner yang akan

digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut sudah

mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk

mengetahui apakah kuesioner ini akan memberikan hasil yang sama bila dilakukan

berulang kali.

Jumlah kuesioner yang disebar pada tahap uji coba ini berjumlah 45

kuesioner yang disebar pada lima (5) Kantor Urusan Agama di Kabupaten Bogor.

Kuesioner yang kembali berjumlah 32 kuesioner. Angka ini sudah memenuhi

anjuran para ahli yang menyarankan bahwa pada uji coba kuesioner, minimal ada

30 data (responden). Rincian jumlah data pada masing-masing KUA adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Kuesioner Uji Coba per KUA

No. KUA

Jumlah

Kuesioner

yang disebar

Jumlah

Kuesioner

yang kembali

1 KUA Kecamatan Citeureup 9 8

2 KUA Kecamatan Ciawi 7 4

3 KUA Kecamatan Caringin 9 9

4 KUA Kecamatan Cijeruk 10 7

5 KUA Kecamatan Ciomas 10 4

45 32

Kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri atas 29 pertanyaan yang

merefleksikan 5 variabel konstruk, yaitu Pemahaman Hadis Nabi tentang hadiah

(PHN), Good Governance (GG), Persepsi terhadap Budaya Masyarakat (BM),

Page 105: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

88

Orientasi Keagamaan Eksernal (OKE), Orientasi Keagamaan Internal (OKI), dan

Perilaku Anti Gratifikasi (PAG). Adapun variabel teramati (indikator) yang

ditanyakan dalam kuesioner serta kriteria penilaiannya dapat dilihat pada lampiran.

A. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin:

Berdasarkan jenis kelaminnya, responden laki-laki berjumlah 18 orang,

responden wanita 8 orang, dan yang tidak mengisi jenis kelaminnya sebanyak 6

orang.

2. Usia

Berdasarkan usia, responden yang berumur 45 – 55 tahun merupakan

responden terbanyak yaitu 15 orang, disusul oleh responden berusia 35-45 tahun

sebanyak 11 orang, responden berusia di atas 55 tahun sebanyak 4 orang dan

terakhir responden berusia 20-35 tahun sebanyak 2 orang.

3. Lama Kerja

Berdasarkan lama kerja, responden terbanyak berasal dari pegawai yang

telah bekerja di atas 10 tahun yaitu 24 orang, kemudian disusul oleh pegawai junior

yang baru bekerja 1 – 5 tahun sebanyak 4 orang, selanjutnya pegawai baru 1 tahun

sebanyak 2 orang dan pegawai yang tidak mengisi sebanyak 2 orang.

4. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar responden berlatar

belakang strata 1 (S1) yaitu sebanyak 26 orang, sedangkan S2 sebanyak 2 orang,

dan SLTA sebanyak 2 orang.

Page 106: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

89

5. Jurusan Pendidikan

Umumnya para responden berasal dari jurusan keagamaan yaitu sebanyak

26 orang, dari jurusan umum sebanyak 3 orang, responden yang tidak mengisi

sebanyak 3 orang.

Secara lebih detail, karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Karakteristik Jumlah

Responden %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 18 56

Wanita 8 25

Tidak Mengisi 6 19

32 100

Usia

20 – 35 Tahun 2 6

35 – 45 Tahun 11 34

45 – 55 Tahun 15 47

> 55 Tahun 4 13

32 100

Lama Bekerja

< 1 Tahun 1 3

1-5 tahun 3 9

6-10 tahun 2 6

> 10 tahun 24 75

Tidak Mengisi 2 6

32 100

Pendidikan

SLTA 3 9

S1 26 81

S2 3 9

32 100

Jurusan

Keagamaan 26 81

Umum/Non

Keagamaan 3 9

Tidak Mengisi 3 9

32 100

Page 107: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

90

B. Hasil Pengolahan Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pengolahan data kuesioner untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

kuesioner dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS versi

23. Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Indikator

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha

GG1 0.374 0.675

GG2 0.285 0.683

GG3 0.238 0.685

GG4 0.203 0.685

GG5 0.048* 0.693

GG6 0.219 0.685

GG7 0.048* 0.698

OK1 0.008* 0.711

OK2 0.120 0.719

OK3 0.142 0.710

OK4 0.103 0.692

OK5 0.450 0.662

OK6 0.422 0.676

BM1 0.000* 0.707

BM2 0.031* 0.704

BM3 0.050* 0.698

BM4 0.014* 0.700

BM5 0.331 0.675

PH1 0.275 0.681

PH2 0.499 0.659

PH3 0.274 0.680

PH4 0.185 0.687

PH5 0.178 0.688

HN1 0.459 0.672

HN2 0.493 0.665

HN3 0.687 0.647

HN4 0.635 0.653

HN5 0.477 0.666

HN6 0.605 0.657

Page 108: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

91

Validitas kuesioner ditunjukan oleh nilai product moment pearson,

sedangkan tingkat reliabilitas ditunjukan oleh nilai Cronbach’s Alpha. Hasil

pengolahan data dengan menggunakan software SPSS, menunjukkan bahwa semua

variabel memiliki nilai reliabilitas yang baik yaitu di atas 0.6, namun nilai validitas

beberapa variabel tidak valid karena berada di bawah 0.3.

Peneliti menganggap bahwa karena kuesioner tersebut reliabel, maka

peneliti hanya menghilangkan beberapa variabel dengan validitas yang sangat

buruk yaitu variabel yang memiliki nilai korelasi di bawah 0.1, yaitu GG5, GG7,

OK1, BM1, BM2, BM3, dan BM4.

Penghilangan indikator tersebut, menyebabkan variabel konstruk persepsi

terhadap Budaya Masyarakat (BM) tinggal memiliki 1 variabel teramati, padahal

setidaknya setiap variabel konstruk memiliki 2 buah indikator, maka peneliti

memasukkan kembali variabel teramati yang dianggap kuat secara teori atau konsep

yaitu BM4 (sifat kejujuran).

Kuesioner yang telah diuji coba tersebut kemudian diperbaiki. Kuesioner

baru hanya berisi variabel teramati atau indikator yang memenuhi uji validitas dan

reliabilitas saja. Kuesioner siap survey ini terdiri atas 6 variabel laten dan 23 buah

variabel teramati (indikator). Daftar variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Page 109: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

92

Tabel 4.4

Indikator-Indikator Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

VARIABEL LATEN INDIKATOR LAMBANG

Pemahaman Hadis Nabi PHN

(Variabel Eksogen/Independen) Pemahaman secara umum tentang adanya larangan korupsi dalam hadis HN1

Keharusan menyampaikan semua yang didapat kepada pemberi tugas HN2

Larangan menerima hadiah dari orang yang dibantu (dalam satu urusan) HN3

Hadiah bagi para pekerja (di luar aturan) adalah ghulul HN4

Larangan Hakim menerima hadiah (dari kasus yang ditangani) HN5

Larangan mengambil sesuatu yang dilarang dari tugas yang diemban HN6

Good Governance GG

(Variabel Eksogen/Independen) Adanya peraturan tentang profesionalisme dalam pelayanan publik GG1

Adanya visi yang jelas dari pimpinan GG2

Adanya akuntabilitas GG3

Adanya akses informasi bagi masyarakat (Transparansi) GG4

Pelayanan Tidak Diskriminatif GG6

Budaya Masyarakat BM

(Variabel Eksogen/Independen) Adanya budaya dalam masyarakat yang mengajarkan kejujuran BM4

Adanya budaya dalam masyarakat yang mengajarkan rasa malu BM5

Orientasi Keagamaan Eksternal OKE

(Variabel Eksogen/Independen) Sikap yang menganggap keyakinan tidak penting, yang penting menjunjung

moralitas dan tidak mengganggu orang lain. OK2

Sikap menolak agama dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari OK3

Orientasi Keagamaan Internal OKI

(Variabel Eksogen/Independen) Sikap dan upaya memasukkan agama dalam kehidupan sehari-hari OK4

Melakukan ibadah, perenungan dan pemikiran keagamaan OK5

Membaca literatur keagamaan OK6

Perilaku Anti Gratifikasi PAG

(Variabel Endogen/Dependen) Tidak pernah berfikir untuk menerima hadiah dari pekerjaan diluar aturan PH1

Tidak menerima hadiah dari orang yang ingin dimudahkan urusannya PH2

Tidak menerima hadiah berkaitan tugas walaupun sekedar ucapan terimakasih PH3

Tidak memberikan hadiah kepada pejabat yang lebih tinggi untuk memudahkan

urusan PH4

Tidak memberikan hadiah kepada pejabat yang lebih tinggi walau untuk ucapan

terimakasih PH5

Page 110: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

93

D. Sampel dan Karakteristik Responden

1. Sampel dan Karakteristik Responden di Kabupaten Bogor

Kuesioner yang telah direvisi, kemudian disebar ke berbagai KUA di

Kabupaten Bogor, dengan ukuran sampel sesuai perhitungan di Bab 3, yaitu 100

responden di KUA Kabupaten Bogor.

a. Sebaran Sampel di Kabupaten Bogor

Sebaran sampel yang di dapat dari metode simple random sampling di

berbagai KUA di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Sebaran Sampel di Kabupaten Bogor

KUA Sebaran

Sampel

1. KUA Kecamatan Gunung Putri 6

2. KUA Kecamatan Klapanunggal 5

3. KUA Kecamatan Gunung Sindur 7

4. KUA Kecamatan Parung 10

5. KUA Kecamatan Ciseeng 5

6. KUA Kecamatan Kemang 7

7. KUA Kecamatan Rancabungur 6

8. KUA Kecamatan Bojong Gede 5

9. KUA Kecamatan Tajur Halang 6

10. KUA Kecamatan Cibinong 9

11. KUA Kecamatan Sukaraja 8

12. KUA Kecamatan Dramaga 8

13. KUA Kecamatan Mega Mendung 4

14. KUA Kecamatan Leuwiliang 4

15. KUA Kecamatan Cibungbulang 5

16. KUA Kecamatan Ciampea 5

Total Sampel 100

Page 111: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

94

b. Karakteristik Responden di Kabupaten Bogor

Berdasarkan data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner kepada 100

pegawai di 16 KUA Kabupaten Bogor tersebut, maka dapat diidentifikasi

karakteristik responden, yaitu sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin:

Berdasarkan jenis kelaminnya, responden laki-laki berjumlah 69 orang,

responden wanita 29 orang, dan yang tidak mengisi jenis kelaminnya sebanyak 2

orang. Secara prosentasi, komposisis responden dapat dilihat pada gambar berikut

ini

Gambar 4.6

Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Usia

Berdasarkan usia, responden yang berumur 46 – 55 tahun merupakan

responden terbanyak yaitu 55 orang, disusul oleh responden berusia 36-45 tahun

sebanyak 25 orang, responden berusia di atas 55 tahun sebanyak 15 orang dan

terakhir responden berusia 20-35 tahun sebanyak 5 orang. Secara prosentase,

komposisi respon dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Laki-Laki69%

Wanita29%

Tidak Mengisi2%

Page 112: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

95

Gambar 4.7

Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Usia

3. Lama Kerja

Berdasarkan lama kerja, responden terbanyak berasal dari pegawai yang

telah bekerja di atas 10 tahun yaitu 78 orang, kemudian disusul oleh pegawai yang

telah bekerja 6-10 Tahun sebanyak 15 orang, pegawai junior yang baru bekerja

1 – 5 tahun sebanyak 5 orang. Responden dengan masa kerja 1 tahun tidak ada dan

pegawai yang tidak mengisi sebanyak 2 orang. Secara prosentase komposisi

responden dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.8

Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Lama Kerja

20-35 Tahun5%

36-45 Tahun25%

46-55 Tahun55%

> 55 Tahun15%

< 1 Tahun0%

1-5 tahun5%

6-10 tahun15%

> 10 tahun78%

Tidak Mengisi2%

Page 113: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

96

4. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar responden berlatar

belakang strata 1 (S1) yaitu sebanyak 56 orang, sedangkan S2 sebanyak 18 orang,

SLTA sebanyak 13 orang dan Diploma sebanyak 4 orang. Responden yang tidak

mengisi pendidikannya sebanyak 9 orang. Komposisi responden berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.9

Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Pendidikan

5. Jurusan Pendidikan

Umumnya para responden berasal dari jurusan keagamaan yaitu sebanyak

64 orang, dari jurusan umum sebanyak 26 orang, responden yang tidak mengisi

sebanyak 10 orang. Secara prosentase, komposisi responden dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

SLTA13%

Diploma4%

S156%

S218%

S30%

Tidak Mengisi9%

Page 114: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

97

Gambar 4.10

Komposisi Responden KUA Kab Bogor Berdasarkan Jurusan Pendidikan

2. Sebaran dan karakteristik Responden di Kabupaten Bone

a. Sebaran Responden Kabupaten Bone

Ukuran sampel di Kabupaten Bone sebagaimana telah ditentukan pada Bab

III, berjumlah 41 responden. Sampel ini kemudian dipilih secara acak sederhana

(simple random sampling) dengan cara mengundinya. Sebaran sampel yang di

dapat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Sebaran Sampel di Kabupaten Bone

KUA Sebaran

Sampel

1.Kecamatan Barebbo 5

2.Kecamatan Bengo 4

3.Kecamatan Kahu 5

4.Kecamatan Lamuru 4

5.Kecamatan Lappariaja 4

6.Kecamatan Libureng 5

7.Kecamatan Salomekko 5

8.Kecamatan Tanete Riattang 6

9.Kecamatan Tellu Siattinge 3

41

Keagamaan64%

Umum/Non Keagamaan

26%

Tidak Mengisi10%

Page 115: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

98

b. Karakteristik Responden Kabupaten Bone

Berdasarkan 41 data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner kepada

pegawai di sembilan (9) KUA Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, maka dapat

diidentifikasi karakteristik responden, yaitu sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin:

Berdasarkan jenis kelaminnya, responden laki-laki berjumlah 23 orang,

responden wanita 17 orang, dan yang tidak mengisi jenis kelaminnya sebanyak

1 orang. Secara prosentasi, komposisis responden dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Gambar 4.11

Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Usia

Berdasarkan usia, responden yang berumur 46 – 55 tahun merupakan

responden terbanyak yaitu 14 orang, disusul oleh responden berusia 36-45 tahun

sebanyak 11 orang, responden berusia di atas 55 tahun sebanyak 4 orang dan

terakhir responden berusia 20-35 tahun sebanyak 2 orang. Secara prosentase,

komposisi respon dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Laki-Laki56%

Wanita42%

Tidak Mengisi2%

Page 116: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

99

Gambar 4.12

Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Usia

3. Lama Kerja

Berdasarkan lama kerja, responden terbanyak berasal dari pegawai yang

telah bekerja 6-10 tahun yaitu 17 orang, kemudian disusul oleh pegawai yang telah

bekerja lebih dari 10 Tahun sebanyak 11 orang, pegawai junior yang baru bekerja

1 – 5 tahun sebanyak 10 orang. Responden dengan masa kerja kurang dari 1 tahun

sebanyak 4 orang dan pegawai yang tidak mengisi sebanyak 3 orang. Secara

prosentase komposisi responden dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.13

Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Lama Kerja

20 – 35 Tahun34%

36 – 45 Tahun29%

46 – 55 Tahun34%

> 55 Tahun0%

Tidak Mengisi3%

< 1 Tahun9%

1-5 tahun22%

6-10 tahun38%

> 10 tahun24%

Tidak Mengisi7%

Page 117: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

100

4. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar responden berlatar

belakang strata 1 (S1) yaitu sebanyak 29 orang, disusul Diploma sebanyak 9 orang,

S2 sebanyak 2 orang, dan tidak mengisi 1 orang. Komposisi responden berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.14

Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Pendidikan

5. Jurusan Pendidikan

Umumnya para responden berasal dari jurusan keagamaan yaitu sebanyak

27 orang, sedangkan dari jurusan umum (non keagamaan) sebanyak 14 orang.

Secara prosentase, komposisi responden dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.15

Komposisi Responden KUA Kab Bone Berdasarkan Jurusan Pendidikan

SLTA0%

Diploma22%

S171%

S25%

S30%

Tidak Mengisi2%

Keagamaan66%

Umum/Non Keagamaan

34%

Page 118: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

101

E. Kondisi Tingkat Pemahaman Hadis Nabi dan Variabel Independen

Lainnya.

1. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi dan Variabel Lainnya

di Kabupaten Bogor.

a. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi di Kabupaten Bogor

Kondisi pemahaman hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi oleh

para pegawai KUA Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7

Kondisi Pemahaman Hadis Nabi di KUA Kab Bogor (%)

Jawaban HN1 HN2 HN3 HN4 HN5 HN6

6 (sangat paham) 37 14 10 10 13 13

5 (paham) 51 34 42 46 46 40

4 (cukup paham) 10 30 31 27 31 24

3 (kurang paham) 0 12 12 10 7 14

2 (tidak paham) 1 10 5 5 3 9

1 (sangat tidak paham) 1 0 0 2 0 0

100 100 100 100 100 100

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa pemahaman responden terhadap adanya

ajaran Islam yang melarang gratifikasi sangat baik, hal ini ditandai dengan besarnya

prosentase pegawai yang masuk area paham yaitu 98%, hanya 2 % yang

menyatakan sangat tidak paham. Kategori paham ini dibedakan atas 37%

menyatakan sangat paham, 51% menyatakan paham, dan 10% menyatakan cukup

paham. Sedangkan kategori tidak paham terdiri atas 1% menyatakan tidak paham

dan 1% menyatakan sangat tidak paham.

Sementara itu, pemahaman responden terhadap hadis yang melarang

mengambil hadiah bagi petugas zakat (HN2) juga masuk kategori baik, yaitu 78%

berada pada area paham. Sebanyak 14% menyatakan sangat paham, 34%

menyatakan paham, dan 10% menyatakan cukup paham. Sedangkan yang masuk

Page 119: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

102

kategori tidak paham hanya 2% dari responden, yaitu 1% menyatakan tidak paham

dan 1% menyatakan sangat tidak paham.

Tingkat pemahaman para responden terhadap hadis bahwa hadiah bagi para

pekerja adalah ghulul (HN3) masuk kategori baik, yaitu 78% masuk kategori

paham. Rinciannya adalah 10% menyatakan sangat paham, 42% paham, 32%

cukup paham. Sedangkan yang tidak pahan sebanyak 22%, yaitu 12% menyatakan

kurang paham dan 10% menyatakan sangat tidak paham.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis Nabi tentang hadiah dari suatu tugas

sebagai ghulul (HN4) sudah relatif baik karena 83% responden berada pada kategori

paham, yaitu 10% menyatakan sangat paham, 46% menyatakan paham, dan 27%

menyatakan cukup paham. Sementara itu, hanya 17% responden masuk kategori tidak

paham, yaitu 10% menyatakan kurang paham, 5% menyatakan tidak paham, dan 2%

menyatakan sangat tidak paham.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis tentang larangan hakim

menerima hadiah (HN5) juga masuk kategori baik, yaitu sekitar 90% responden

menyatakan paham, yaitu 13% responden menyatakan sangat paham, 46%

menyatakan paham, dan 31% menyatakan cukup paham. Hanya ada 10% responden

berada pada area tidak paham, yaitu 7% responden menyatakan kurang paham dan

3% responden menyatakan tidak paham.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis tentang larangan mengambil

sesuatu yang bukan haknya dari suatu tugas (HN6) masuk kategori baik, yaitu 87%

responden berada pada kategori paham. Dengan rincian, 13% menyatakan sangat

paham, 40% responden menyatakan paham, dan 24% menyatakan cukup paham.

Ada sekitar 13% responden masuk kategori tidak paham, yaitu 14% menyatakan

kurang paham, 9% menyatakan tidak paham.

Page 120: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

103

Nilai modus dari semua indikator Pemahaman Hadis Nabi berada pada

penilaian paham (rata-rata 43.13%), sehingga dapat dikatakan secara umum

pegawai KUA di Kabupaten Bogor memahami hadis Nabi tentang gratifikasi

dengan baik

b. Kondisi Good Governance di Kabupaten Bogor

Kondisi implementasi prinsip-prinsip good governance di KUA kabupaten

Bogor menurut para responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Kondisi Good Governance di KUA Kab Bogor (%)

Kondisi GG1 GG2 GG3 GG4 GG6

6 (sangat baik) 43 38 36 28 60

5 (baik) 49 42 45 52 33

4 (cukup baik) 6 16 17 16 5

3 (kurang baik) 1 4 2 3 0

2 (tidak baik) 1 0 0 0 0

1 (sangat tidak baik) 0 0 0 1 2

Total (%) 100 100 100 100 100

Tersedianya peraturan tentang anti gratifikasi di KUA Kabupaten Bogor

(GG1) menurut pegawainya sudah sangat baik. Hal ini ditandai dengan besarnya

responden (98%) yang menyatakan adanya peraturan terkait gratifikasi. Hanya 2%

dari responden menyatakan bahwa tidak tersedia peraturan terkait gratifikasi.

Sebanyak 96% responden menyatakan bahwa Visi pemimpin KUA masuk

kategori baik., yaitu sebanyak 43% menyatakan sangat baik, 49% menyatakan baik,

dan 6% menyatakan cukup baik. Hanya 1% responden menyatakan kurang baik dan

1% menyatakan tidak baik.

Menurut sebagian besar responden (98%), pelaksanaan Akuntabilitas di

KUA Bogor masuk kategori baik. Hal ini ditandai dari 36% responden menyatakan

Page 121: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

104

sangat baik, 45% menyatakan baik, dan 17% menyatakan cukup baik. Hanya 2%

responden menyatakan akuntabilitas di KUA kurang baik.

Prinsip transparansi atau tersedianya akses bagi masyarakat di KUA

Kabupaten Bogor dianggap oleh 96% responden sudah masuk kategori baik, hanya

4% menganggap masih tidak baik. Secara rinci, 28% responden menyatakan bahwa

akses bagi masyarakat sudah sangat baik, 52% menyatakan baik, dan 16%

menyatakan cukup baik. Sebanyak 3% responden menyatakan kurang baik dan 1%

menyatakan sangat tidak baik.

Prinsip tidak diskriminatif, menurut 98% pegawai KUA sudah sangat baik.

Hanya 2% responden menyatakan prinsip ini tidak berjalan dengan baik. Secara

rinci, 60% responden menyatakan sudah sangat baik, 33% menyatakan baik, 5%

responden menyatakan cukup baik.

Nilai rata-rata modus dari semua indikator good governance sebesar 44.2%

terletak pada setuju, sehingga dapat dikatakan secara umum pegawai KUA di

Kabupaten Bogor memanndang bahwa good governance sudah dilaksanakan

dengan baik.

c. Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal di Kabupaten Bogor

Kondisi orientasi keagamaan eksternal adalah kondisi pandangan para

responden yang menjadikan agamanya sebagai sarana mencapai tujuan di luar

agama tersebut. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.9.

Orientasi keagamaan eksternal dari pegawai KUA Kabupaten Bogor relatif

hampir merata antara yang setuju dengan yang tidak setuju. Untuk variabel OK2

(sikap yang menganggap keyakinan tidak penting, yang penting menjunjung moralitas dan

Page 122: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

105

tidak mengganggu orang lain), yang masuk kategori tidak setuju (55%), sedikit lebih

banyak dari yang setuju (45%).

Tabel 4.9

Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal

di KUA Kab Bogor (%)

Jawaban OK2 OK3

6 (sangat setuju) 11 4

5 (setuju) 19 3

4 (cukup setuju) 15 8

3 (kurang setuju) 9 1

2 (tidak setuju) 26 22

1 (sangat tidak setuju) 20 62

100 100

Sedangkan untuk OK3 (Sikap menolak agama dijadikan pedoman dalam

kehidupan sehari-hari), 85% menyatakan tidak setuju dan 15 % menyatakan setuju.

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai KUA Kabupaten Bogor cukup relijius.

Secara umum, modus dari dua indikator OKE berada pada sangat tidak

setuju dengan nilai rata-rata 41%. Sehingga dapat dikatakan bahwa umumnya para

pegawai KUA di Kabupaten Bogor sangat tidak setuju dengan indikator pada

variabel Orientasi Keagamaan Eksternal.

d. Kondisi Orientasi Keagamaan Internal di Kabupaten Bogor

Kondisi orientasi keagamaan internal adalah kondisi pandangan para

responden yang menjadikan agamanya sebagai tujuan hidupnya. Kondisi ini dapat

dilihat pada tabel 4.10.

Pada Orientasi Keagamaan Internal (OKI), pegawai KUA Kabupaten Bogor

yang menyatakan sangat setuju dengan sikap dan upaya memasukkan agama dalam

kehidupan sehari-hari (OK4) sebanyak 54%, setuju 30%, dan cukup setuju 5%.

Sedangkan yang kurang setuju ada 2%, tidak setuju 2%, dan sangat tidak setuju 7%.

Page 123: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

106

Tabel 4.10

Kondisi Orientasi Keagamaan Internal

di KUA Kab Bogor (%)

Jawaban OK4 OK5 OK6

6 (sangat setuju) 54 20 48

5 (setuju) 30 42 47

4 (cukup setuju) 5 8 3

3 (kurang setuju) 2 20 0

2 (tidak setuju) 2 8 1

1 (sangat tidak setuju) 7 2 1

100 100 100

Pada variabel OK5, yaitu melakukan ibadah, perenungan, dan pemikiran

keagamaan, yang menyatakan sangat setuju 20%, setuju 42%, dan cukup setuju 8%.

Sedangkan yang menyatakan kurang setuju 20%, tidak setuju 8%, dan sangat tidak

setuju 2%.

Sementara itu, pegawai KUA yang menyatakan sangat setuju bahwa mereka

membaca literatur keagamaan sebanyak 48%, setuju 47%, cukup setuju 3%.

Sedangkan yang tidak membaca literatur sebanyak 1% dan yang sangat tidak

membaca literatur keagamaan 1%.

Secara umum, para pegawai KUA di Kabupaten Bogor menyatakan sangat

setuju dengan indikator-indikator pada variabel Orientasi Keagamaan Internal. Hal

ini diindikasikan dengan nilai rata-rata sangat setuju sebanyak 41%.

e. Kondisi Persepsi Pegawai KUA terhadap Budaya Masyarakat

Kondisi persepsi pegawai KUA terhadap Budaya Masyarakat adalah

pandangan para responden terhadap budaya masyarakat sekitar saat survey

dilakukan. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.11.

Berkaitan dengan budaya masyarakat di Kabupaten Bogor, sebanyak 41%

pegawai menyatakan sangat setuju bahwa ada budaya yang mengajarkan kejujuran

Page 124: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

107

(BM4), 46% menyatakan setuju, dan 9% menyatakan cukup setuju. Hanya

sebanyak 4% saja yang menyatakan kurang setuju.

Tabel 4.11

Kondisi Budaya Masyarakat di KUA Kab Bogor (%)

Jawaban BM4 BM5

6 (sangat setuju) 41 34

5 (setuju) 46 48

4 (cukup setuju) 9 18

3 (kurang setuju) 4 0

2 (tidak setuju) 0 0

1 (sangat tidak setuju) 0 0

100 100

Sedangkan yang menyatakan adanya budaya yang mengajarkan rasa malu

sebanyak 34% menyatakan sangat setuju, 48% menyatakan setuju, dan 18%

menyatakan cukup setuju. Tidak ada yang menyatakan cukup/tidak/sangat tidak

setuju terhadap variabel ini.

Nilai rata-rata terbesar pada indikator-indikator variabel Budaya

Masyarakat ada pada pandangat setuju yaitu 47%, sehingga dapat dikatakan, para

pegawai KUA Kabupaten Bogor setuju terhadap adanya budaya jujur dan malu

berbuat buruk sebagai bagian dari Budaya Masyarakat setempat.

2. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi dan Variabel Lainnya

di KUA Kabupaten Bone

a. Kondisi Pemahaman Hadis Nabi tentang gratifikasi di KUA

Kabupaten Bone

Tingkat pemahaman para pegawai KUA di Kabupaten Bone terhadap Hadis

Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi ketika survey dilakukan dapat dilihat

pada tabel 4.12.

Page 125: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

108

Tabel 4.12

Kondisi Pemahaman Hadis di Kab Bone (%)

Jawaban HN1 HN2 HN3 HN4 HN5 HN6

6 (sangat paham) 26.83 9.76 7.32 7.32 12.20 4.88

5 (paham) 53.66 29.27 31.71 29.27 24.39 34.15

4 (cukup paham) 19.51 46.34 41.46 39.02 34.15 43.90

3 (kurang paham) 0.00 14.63 17.07 17.07 24.39 12.20

2 (tidak paham) 0.00 0.00 2.44 7.32 4.88 2.44

1 (sangat tidak paham) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.44

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Secara umum para pegawai KUA paham bahwa ada hadis Nabi yang

berbicara tentang larangan korupsi atau gratifikasi (HN1). Hal ini terlihat bahwa

semua pegawai (100%) menyatakan berada di wilayah paham, yaitu 19.51%

menyatakan cukup paham, 53.66% menyatakan paham, dan 26.83% menyatakan

sangat paham. Tidak ada yang menyatakan tidak paham tentang adanya larangan

korupsi dalam Islam.

Untuk Hadis Nabi tentang larangan mengambil hadiah (gratifikasi) bagi

petugas zakat (HN2), responden yang menyatakan sangat paham berjumlah sedikit

yaitu 9.76% atau sekitar 10 orang, sedangkan yang menyatakan paham sebanyak

29.27% atau sekitar 29 orang. Responden yang menyatakan cukup paham sebanyak

46.34% atau 46 orang. Hanya sekitar 15 orang atau 14.63% responden yang

menyatakan bahwa mereka kurang paham dengan hadis yang diriwayatkan oleh

Imam al-Bukhâri ini.

Pemahaman responden terhadap hadis Nabi untuk tidak mengambil hadiah

(gratifikasi) atas orang yang ditolong (HN3) juga cukup tinggi, hal ini terlihat

bahwa sebanyak 7.32% atau 7 orang menyatakan sangat paham. Sebanyak 31.7%

atau sekitar 32 orang menyatakan paham, dan 41.46% atau sekitar 41 orang

Page 126: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

109

menyatakan cukup paham. Namun, ada sekitar 17.07% atau 17 orang menyatakan

kurang paham dan ada 2.44% atau 2 orang menyatakan sangat tidak memahami

hadis tersebut.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis yang menyatakan bahwa

pengambilan hadiah dari suatu tugas adalah ghulul, masuk kategori baik, sebab 75%

responden berada di daerah paham, yaitu 7.32% menyatakan sangat paham, 29.27%

menyatakan paham, dan 39.02% menyatakan cukup paham. Ada sekitar 24.39%

yang berada di area tidak paham, yaitu 17.07% menyatakan kurang paham dan

7.32% menyatakan tidak paham.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis tentang larangan hakim

menerima gratifikasi juga masuk kategori baik, yaitu sekitar 75% responden

menyatakan paham, yaitu 12.20% responden menyatakan sangat paham, 24.39%

atau 24 orang menyatakan paham, dan 34.15% atau 34 orang menyatakan cukup

paham. Ada sekitar 29. 7% responden berada pada area tidak paham, yaitu 24.39%

atau sekitar 24 orang menyatakan kurang paham dan 4.88% atau sekitar 5 orang

menyatakan tidak paham.

Pemahaman pegawai KUA terhadap hadis tentang larangan mengambil

hadiah dari suatu tugas (gratifikasi) masuk kategori baik, yaitu 81.02% responden

menyatakan paham. Dengan rincian 4.88% menyatakan sangat paham, 34.15%

responden menyatakan paham, dan 43.90% menyatakan cukup paham. Ada sekitar

19.64% responden masuk kategori tidak paham, yaitu 12.20% menyatakan kurang

paham, 2.22% menyatakan tidak paham, dan 2.22% menyatakan sangat tidak

paham.

Page 127: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

110

Nilai modus dari semua indikator Pemahaman Hadis Nabi berada pada

penilaian cukup paham (rata-rata 37.4%), sehingga dapat dikatakan secara umum

bahwa pegawai KUA di Kabupaten Bone memahami hadis Nabi dengan cukup baik

b. Kondisi Good Governance di Kabupaten Bone

Kondisi implementasi prinsip-prinsip good governance di KUA kabupaten

Bone menurut para responden pada saat survey dilakukan, dapat dilihat pada

Tabel.4.13.

Tabel 4.13

Kondisi Good governance di KUA Kab Bone

Jawaban GG1 GG2 GG3 GG4 GG6

6 (sangat setuju) 48.78 36.59 21.95 14.63 29.27

5 (setuju) 43.90 43.90 56.10 43.90 58.54

4 (cukup setuju) 4.88 17.07 17.07 14.63 7.32

3 (kurang setuju) 2.44 2.44 4.88 14.63 4.88

2 (tidak setuju) 0.00 0.00 0.00 12.20 0.00

1 (sangat tidak setuju) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Tersedianya peraturan tentang anti gratifikasi di KUA Kabupaten Bone

(GG1) menurut pegawainya sudah sangat baik. Hal ini ditandai dengan besarnya

responden (97.56%) yang menyatakan adanya peraturan terkait gratifikasi. Hanya

2.44% dari responden menyatakan bahwa tidak tersedia peraturan terkait

gratifikasi.

Sebanyak 97.56% responden menyatakan bahwa Visi pemimpin KUA

masuk kategori baik., yaitu sebanyak 36.59% menyatakan sangat baik, 43.90%

menyatakan baik, dan 17.07% menyatakan cukup baik. Hanya 2.44 % responden

menyatakan kurang baik.

Menurut sebagian besar responden (95.12%), pelaksanaan Akuntabilitas di

KUA Bone masuk kategori baik. Hal ini ditandai dari 21.95% responden

Page 128: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

111

menyatakan sangat baik, 56.10% menyatakan baik, dan 17.07% menyatakan cukup

baik. Hanya 4.88% responden menyatakan akuntabilitas di KUA Bone kurang baik.

Prinsip transparansi atau tersedianya akses bagi masyarakat di KUA

Kabupaten Bone dianggap oleh 73.17% responden sudah masuk kategori baik,

sebesar 26.83% menganggap masih tidak baik. Secara rinci, 14.63% responden

menyatakan bahwa akses bagi masyarakat sudah sangat baik, 43.90% menyatakan

baik, dan 14.63% menyatakan cukup baik. Sebanyak 14.63% responden

menyatakan kurang baik dan 12.20% menyatakan idak baik.

Prinsip tidak diskriminatif, menurut 95.12% pegawai KUA menyatakan

masuk kategori baik. Hanya 4.88% responden menyatakan prinsip ini tidak berjalan

dengan baik. Secara rinci, 29.27% responden menyatakan sudah sangat baik,

58.54% menyatakan baik, 7.32% responden menyatakan cukup baik. Sisanya

sebanyak 4.88% menyatakan kurang baik.

Nilai rata-rata modus dari semua indikator good governance sebesar 49.3%

terletak pada setuju, sehingga dapat dikatakan secara umum pegawai KUA di

Kabupaten Bone memandang bahwa good governance sudah dilaksanakan dengan

baik.

c. Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal di Kabupaten Bone

Kondisi orientasi keagamaan eksternal adalah pandangan para responden yang

menggunakan agamanya untuk tujuan di luar agamnya itu. Kondisi ini dapat dilihat pada

tabel 4.14.

Orientasi keagamaan eksternal dari pegawai KUA Kabupaten Bone relatif

hampir merata antara yang setuju dengan yang tidak setuju. Untuk variabel OK2

(sikap yang menganggap keyakinan tidak penting, yang penting menjunjung

moralitas dan tidak mengganggu orang lain), yang masuk kategori tidak setuju

Page 129: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

112

(60.97%), lebih banyak dari yang setuju (39.03%). Dengan rincian, 4.88%

menyatakan sangat setuju, 21.95% setuju, 12.20% cukup setuju. Dari sisi yang tidak

setuju, 14.63% kurang setuju, 14.63% tidak setuju, dan 31.71% sangat tidak setuju.

Tabel 4.14

Kondisi Orientasi Keagamaan Eksternal

di KUA Kab Bone (%)

Jawaban OK2 OK3

6 (sangat setuju) 4.88 0.00

5 (setuju) 21.95 12.20

4 (cukup setuju) 12.20 2.44

3 (kurang setuju) 14.63 14.63

2 (tidak setuju) 14.63 26.83

1 (sangat tidak setuju) 31.71 43.90

100.00 100.00

Sedangkan untuk OK3 (Sikap menolak agama dijadikan pedoman dalam

kehidupan sehari-hari), 84.36% masuk kategori tidak setuju dan 14.64 % masuk

kategori setuju. Secara rinci, 12.20% menyatakan setuju, 2.44% cukup setuju.

Sedangkan 14.63% menyatakan kurang setuju, 26.83% tidak detuju, dan 43.9%

sangat tidak setuju.

Nilai rata-rata modus dari semua indikator Orientasi Keagamaan Eksternal

sebesar 37.8% terletak pada sangat tidak setuju, sehingga dapat dikatakan secara

umum bahwa pegawai KUA di Kabupaten Bone memandang sangat tidak setuju

terhadap indikator pada variabel OKE.

d. Kondisi Orientasi Keagamaan Internal di Kabupaten Bone

Kondisi orientasi keagamaan internal adalah pandangan para responden

yang menjadikan agama sebagai tujuannya. Kondisi OKI saat survey dilakukan

dapat dilihat pada tabel 4.15.

Page 130: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

113

Tabel 4.15

Kondisi Orientasi Keagamaan Internal

di KUA Kab Bone (%)

Jawaban OK4 OK5 OK6

6 (sangat setuju) 31.71 41.46 39.02

5 (setuju) 51.22 41.46 58.54

4 (cukup setuju) 4.88 14.63 2.44

3 (kurang setuju) 4.88 2.44 0.00

2 (tidak setuju) 4.88 0.00 0.00

1 (sangat tidak setuju) 2.44 0.00 0.00

100.00 100.00 100.00

Tabel 4.15 di atas memperlihatkan bahwa pandangan pegawai KUA

Kabupaten Bone yang menyatakan sangat setuju dengan sikap dan upaya

memasukkan agama dalam kehidupan sehari-hari (OK4) sebanyak 31.71%, setuju

51.22%, dan cukup setuju 4.88%. Sedangkan yang kurang setuju ada 4.88%, tidak

setuju 4.88%, dan sangat tidak setuju 2.44%. Dengan demikian yang masuk

kategori setuju sebanyak 87.81% dan masuk kategori tidak setuju 12.19%.

Pada variabel OK5, yaitu melakukan ibadah, perenungan, dan pemikiran

keagamaan, yang masuk kategori setuju 97.55% dan masuk kategori tidak setuju

hanya 12.45%. Rinciannya adalah sebagai berikut, yang menyatakan sangat setuju

41.46%, setuju 41.46%, dan cukup setuju 14.63%. Sedangkan yang menyatakan

kurang setuju 2.4%.

Sementara itu, pegawai KUA yang menyatakan sangat setuju bahwa mereka

membaca literatur keagamaan (OK6) sebanyak 39.02%, setuju 58.54%, cukup

setuju 2.44%. Sehingga 100% pandangan pegawai KUA Kabupaten Bone masuk

kategori setuju bahwa mereka membaca literatur keagamaan.

Page 131: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

114

Secara umum, para pegawai KUA di Kabupaten Bone menyatakan setuju

dengan indikator-indikator pada variabel Orientasi Keagamaan Internal. Hal ini

diindikasikan dengan nilai rata-rata sangat setuju sebanyak 50.4%.

e. Kondisi Persepsi Terhadap Budaya Masyarakat di Kabupaten Bone

Kondisi persepsi pegawai KUA terhadap Budaya Masyarakat adalah

pandangan para responden terhadap budaya masyarakat sekitar, saat survey

dilakukan. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Kondisi Budaya Masyarakat di KUA Kab Bone (%)

Jawaban BM4 BM5

6 (sangat setuju) 31.71 29.27

5 (setuju) 58.54 63.41

4 (cukup setuju) 2.44 7.32

3 (kurang setuju) 2.44 0.00

2 (tidak setuju) 4.88 0.00

1 (sangat tidak setuju) 0.00 0.00

100.00 100.00

Taberl 4.16 tersebut menunjukkan bahwa di KUA Kabupaten Bone,

sebanyak 31.71% pegawai menyatakan sangat setuju bahwa budaya lokal

mengajarkan kejujuran (BM4), 58.54% menyatakan setuju, dan 2.44% menyatakan

cukup setuju. Ada sebanyak 2.44% yang menyatakan kurang setuju dan 4.88%

menyatakan tidak setuju. Dengan demikian yang masuk kategori setuju ada 92.69%

dan yang masuk kategori tidak setuju 7.31%.

Sedangkan yang menyatakan bahwa budaya lokal mengajarkan rasa malu

sebanyak 29.27% menyatakan sangat setuju, 63.41% menyatakan setuju, dan

7.32% menyatakan cukup setuju. Tidak ada yang menyatakan cukup/tidak/sangat

Page 132: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

115

tidak setuju terhadap variabel ini. Sehingga pandangan responden 100% masuk

kategori setuju bahwa budaya lokal mengajarkan rasa malu (berbuat buruk).

Nilai rata-rata terbesar pada indikator-indikator variabel Budaya

Masyarakat ada pada pandangat setuju yaitu 61%, sehingga dapat dikatakan, para

pegawai KUA Kabupaten Bone setuju terhadap adanya budaya jujur dan malu

berbuat buruk sebagai bagian dari Budaya Masyarakat setempat.

F. Proses dan Hasil Pengolahan Data dengan SEM-PLS

Sebagaimana telah disebutkan pada Bab 3 bahwa untuk menganalisis

pengaruh Pemahaman Hadis terhadap Perilaku Anti Gratifikasi, penelitian ini

menggunakan metode Structural Equation Modelling - Partial Least Square (SEM-

PLS). Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan software Smart

PLS versi 3.

Pemrosesan data dilakukan dengan 3 tahap: Tahap pertama adalah analisis

outer model, tahap dua adalah analisis Inner Model, dan Tahap 3 adalah analisis uji

hipotesis.

Analisis outer model juga dilakukan bertahap: tahap pertama memproses

semua data indikator yang tersedia dari hasil survey, tahap dua menghilangkan

indikator-indikator yang memiliki loading factor di bawah 0.6 dan variabel

konstruk memiliki validitas rendah (AVE di bawah 0.5) dan reliabilitas rendah

(composite reliability di bawah 0.7). Proses ini berlanjut hingga semua indikator

memiliki loading factor di atas 0.6 dan memiliki validitas dan reliabilitas konstruk

yang tinggi, yaitu AVE di atas 0.5 dan Composite Reliability di atas 0.7.

Page 133: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

116

Analisis Inner Model atau structural model dilakukan dengan melihat nilai

koefisien determinasi R2, Q2, dan Goodness of Fit (GoF) dari model yang

terbentuk.

Tahap terakhir dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan nilai ‘t student’

dan ‘P values’. Uji ini untuk mengetahui apakah variabel eksogen (independen)

secara signifikan mempengaruhi variabel endogen (dependen).

1. Proses dan Hasil Pengolahan Data Kabupaten Bogor dengan SEM-PLS

a. Analisis Outer Model

i. Outer Model Tahap Pertama

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran

yang dilakukan itu absah (valid dan reliabel). Hasil dari pengolahan data survey

dengan menggunakan Smart PLS 3 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.16

Hasil Outer Model tahap 1 (Bogor)

Page 134: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

117

Hasil pada tahap pertama ini menunjukkan bahwa loading factor pada

indikator-indikator tersebut bervariasi antara -0.072 hingga 0.930. Sehingga

sebagian indikator-indikator tersebut berpotensi dihilangkan dari model, yaitu

indikator yang memiliki faktor loading di bawah 0.6. Untuk indikator yang

memiliki loading factor antara 0.6 – 0.7, akan dilihat nilai validitas dan reliabilitas

konstruknya. Bila AVE di bawah 0.5 dan Composite Reliability di bawah 0.7, maka

indikator yang memiliki faktor loading antara 0.6 – 0.7 akan dihilangkan dari

model, namun bila nilai AVE di atas 0.5 dan CR di atas 0.7, maka indikator dengan

loading factor 0.6 - 0.7 akan dipertahankan. Berikut adalah nilai validitas dan

reliabilitas hasil proses tahap pertama.

Tabel 4.17

Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk

Cronbach's

Alpha rho_A

Composite

Reliability

Average

Variance

Extracted

(AVE)

BM 0.810 0.826 0.913 0.84

GG 0.630 0.571 0.734 0.364

OKE 0.481 0.485 0.793 0.658

OKI 0.541 -1.622 0.380 0.303

PAG 0.701 0.716 0.809 0.467

PHN 0.763 0.765 0.803 0.411

Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa nilai AVE dari variabel konstruk

PHN, PAG, OKI, dan GG masih di bawah 0.5, sehingga indikator-indikator pada

variabel-variabel laten tersebut harus dihilangkan. Daftar indikator yang

dihilangkan dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini:

Page 135: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

118

Tabel 4.18

Indikator yang dihilangkan pada Tahap 2

INDIKATOR LAMBANG

Keharusan menyampaikan semua yang didapat kepada

pemberi tugas HN2

Hadiah bagi para pekerja (di luar aturan) adalah ghulul HN4

Adanya visi yang jelas dari pimpinan GG2

Adanya akses informasi bagi masyarakat (Transparansi) GG4

Pelayanan Tidak Diskriminatif GG6

Sikap dan upaya memasukkan agama dalam kehidupan

sehari-hari OK4

Membaca literatur keagamaan OK6

Tidak pernah berfikir untuk menerima hadiah dari

pekerjaan (diluar aturan) PH1

ii. Analisis Outer Model Tahap Kedua

Hasil pemrosesan tahap 2 pada outer model adalah sebagai berikut:

Gambar 4.17

Hasil Outer Model Tahap 2 (Bogor)

Page 136: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

119

Hasil pemrosesan tahap 2 menunjukkan bahwa nilai loading factor

bervariasi antara 0.495 sampai dengan 1.0, sehingga ada potensi beberapa indikator

akan dihilangkan dari model. Untuk memastikan hal ini, maka perlu dilihat nilai

validitas dan reliabilitas konstruk tahap 2 ini.

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai composite reliability di atas 0.7 dan

nilai AVE di atas 0.5, sehingga variabel-variabel tersebut valid dan reliabel. Namun

karena penelitian ini menggunakan cut off 0.6, maka indikator yang memiliki nilai

loading factor di bawah 0.6 tetap dihilangkan.

Tabel 4.19

Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk tahap 2

Cronbach'

s Alpha

Composite

Reliability

Average

Variance

Extracted

(AVE)

BM 0.81 0.912 0.838

GG 0.312 0.741 0.590

OKE 0.481 0.792 0.656

OKI 1.000 1.000 1.000

PAG 0.735 0.836 0.565

PHN 0.701 0.803 0.507

Indikator-indikator yang dihilangkan tersebut adalah HN1 dan PH2,

sebagaimana dituliskan pada tabel 4.20 berikut ini.

Tabel 4.20

Indikator yang dihilangkan pada Tahap 2

INDIKATOR LAMBANG

Pemahaman secara umum tentang adanya larangan korupsi dalam

hadis HN1

Tidak menerima hadiah dari orang yang ingin dimudahkan

urusannya PH2

Page 137: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

120

iii. Analisis Outer Model tahap 3

Setelah dua indikator kembali dihilangkan dari model, maka proses

pengolahan data dilakukan kembali. Pengolahan data tahap 3 ini menghasilkan

model sebagaimana pada gambar 4.18.

Pada tahap 3 ini, semua indikator sudah memiliki nilai loading factor di atas

0.6, artinya sudah di atas cut off point yang dijadikan pedoman pada penelitian ini.

Nilai loading factor antara 0.6 – 0.7 masuk kategori very good dan di atas 7 masuk

kategori excellent.

Gambar 4.18

Hasil Outer Model Tahap 3 (Bogor)

Hal ini juga didukung oleh nilai AVE semua variabel yang bernilai di atas

0.5 (lihat tabel 4.21), artinya semua indikator sudah memenuhi validitas konvergen.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa indikato-indikator tersebut valid

merefleksikan variabel-variabel konstruknya.

Page 138: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

121

Sementara itu, nilai reliabilitas konstruk dapat dilihat dari nilai Cronbach’s

Alpha, dan Composite Reliability (CR). Suatu konstruk dikatakan reliabel bila nilai

cronbach’s alpha di atas 0.6 atau nilai composite reliability di atas 0.7.

Tabel 4.21

Nilai Validitas dan Reliabilitas Konstruk tahap 3

Cronbach's

Alpha

Composite

Reliability

Average

Variance

Extracted

(AVE)

BM 0.810 0.913 0.84

GG 0.312 0.739 0.589

OKE 0.481 0.787 0.651

OKI 1.000 1.000 1.000

PAG 0.762 0.864 0.681

PHN 0.857 0.912 0.775

Pada tabel 4.21 nampak bahwa konstruk BM, GG, OKI, PAG, dan PHN

memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0.6, dan CR di atas 0.7, sehingga konstruk-

konstruk ini reliabel.

Sementara itu, variabel OKE memiliki nilai cronbach’s alpha di bawah 0,6.

Namun nilai ini ditutupi oleh nilai CR di atas 0,7, sehingga konstruk OKE juga

dapat dikatakan reliabel, karena Composite Reliability lebih kuat dibanding

Cronbach’s Alpha.12

Ukuran validitas selanjutnya adalah validitas diskriminan (Discriminant

Validity). Suatu indikator dikatakan valid bila nilai loading factor terhadap

konstruk yang ditujunya lebih besar dari nilai loading factor terhadap variabel

konstruk yang lainnya (yang tidak berhubungan langsung). Sebaliknya bila lebih

12Menurut Chin, nilai Composite Reliability lebih baik dibanding nilai Conbach alpha, karena

CR mengukur nilai sesungguhnya suatu konstruk sedangkan conbach alpha mengukur batas bawah

reliabilitas. Hal ini diungkapkan oleh Jogiyanto HM dan Willy Abdillah, pada buku: PLS dalam

Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: CV Andi Offset,2015), h. 196.

Page 139: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

122

kecil maka dikatakan bahwa indikator tersebut tidak valid. Berikut adalah nilai

cross loading dari setiap indikator terhadap variabel konstruknya.

Tabel 4.22

Validitas Discriminant (Metode Cross Loading)

BM GG OKE OKI PAG PHN

BM4 0.904 0.441 -0.205 -0.142 0.218 -0.034

BM5 0.929 0.393 -0.039 -0.187 0.251 0.201

GG1 0.203 0.848 -0.380 0.086 0.31 0.133

GG3 0.558 0.677 -0.153 -0.197 0.224 -0.039

HN3 0.057 0.05 -0.026 0.137 0.167 0.835

HN5 0.123 0.121 0.229 0.095 0.222 0.933

HN6 0.069 0.004 0.100 0.049 0.123 0.870

OK2 -0.138 -0.351 0.717 0.243 -0.123 0.186

OK3 -0.081 -0.267 0.889 0.134 -0.187 0.054

OK5 -0.181 -0.042 0.216 1.000 -0.19 0.110

PH3 0.198 0.363 -0.128 -0.113 0.748 0.125

PH4 0.287 0.281 -0.250 -0.227 0.888 0.058

PH5 0.149 0.228 -0.110 -0.130 0.834 0.318

Tabel 4.22 memperlihatkan bahwa nilai loading dari semua indikator

terhadap variabel konstruk yang dituju lebih besar dari nilai loading indikator

terhadap variabel konstruk lainnya. Sehingga semua indikator dan variabel

konstruknya memiliki validitas diskriminan.

b. Analisis Inner Model

Evaluasi inner model (struktural) dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

melihat nilai R2 dan nilai signifikansi dari path coefficientnya. Nilai R2 pada model

tersebut adalah 0.203. Makna dari nilai ini adalah bahwa variasi dari variabel

dependen Perilaku Anti Gratifikasi (PAG) dapat dijelaskan oleh variabel

independen Good Governance (GG), Budaya Masyarakat (BM), Orientasi

Keagamaan Eksternal (OKE), Orientasi Keagamaan Internal (OKI), dan

Page 140: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

123

pemahaman Hadis Nabi (PHN) sebesar 20.3%. Nilai ini di atas 10%, sehingga

masuk kategori baik.13

Nilai Q square predictive relevance di dapat dari Q2 = 1 – (1-R2) = R2. Pada

kasus ini, nilai predictive relevance sama dengan nilai R2 yaitu sebesar 20.3%. Arti

Q2 sama dengan R2 yaitu variasi dari PAG dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 20.3%.

Nilai Goodnes of Fit (GoF) didapat dengan rumus (rata-rata AVE * rata-

rata R2)1/2 atau (0.660*0.203)^1/2, yaitu sebesar 0.392. Nilai ini berada di atas

kriteria GoF yaitu 0.36 (large), 0.25 (medium), dan 0.10 (small). Dengan demikian

model yang dihasilkan memiliki goodness of fit yang sangat baik.

c. Uji Hipotesis (Analisis Signifikansi)

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis, yaitu dengan cara

menguji signifikansi koefisien jalur (path coefficient) dari variabel konstruk

tersebut. Nilai koefisien jalur dari variabel laten beserta tingkat signifikansinya

dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut ini:

Tabel 4.23

Nilai Koefisien Jalur Pada Variabel Laten

Coef.Path T statistics P Values

BM --> PAG 0.075 0.626 0.531

GG --> PAG 0.267 2.283* 0.023*

OKE -->PAG -0.080 0.634 0.527

OKI--> PAG -0.171 1.937 0.053

PHN-->PAG 0.204 2.169* 0.031*

Ket: * signifikan pada α = 5%

Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa nilai ‘P Value’ yang lebih kecil dari

alpha 0.05 atau 5% adalah pengaruh Pemahaman Hadis Nabi (PHN) terhadap

13 Jogiyanto HM dan Willy Abdillah, Partial Least Square dalam Penelitian Bisnis, h. 185.

Page 141: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

124

Perilaku Anti Gratifikasi dan Pengaruh Good Governance terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi, yaitu masing masing sebesar 0.031 dan 0.023.

Hal ini berarti bahwa pada tingkat keyakinan 95%, pemahaman pegawai

KUA di Kabupaten Bogor tehadap hadis Nabi tentang gratifikasi dan implementasi

Good Governance di KUA Kabupaten Bogor berpengaruh secara signifikan

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi pegawai KUA.

Sementara itu, variabel laten lainnya, seperti Budaya Masyarakat, Orientasi

Keagamaan Eksternal dan Orientasi Keagamaan Internal, pada tingkat keyakinan

95% tidak berpengaruh terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para pegawai KUA. Hal

ini tergambarkan pada nilai ‘P value’ dari variabel-variabel laten tersebut lebih

besar dari 0.05, yaitu masing-masing sebesar 0.531 (BMPAG), 0.527

(OKEPAG), dan 0.053 (OKIPAG).

2. Proses dan Hasil Pengolahan Data Kabupaten Bone dengan SEM-PLS

Sebagaimana pengolahan data pada Kabupaten Bogor, pemrosesan data

pada Kabupaten Bone dilakukan dengan beberapa tahap pemrosesan. Tahap

pertama menggunakan semua data indikator yang didapat dari survey. Keluaran

(output) dari tahap pertama dievaluasi model pengukurannya (measurement

model/outer model) berdasarkan kriteria validitas konvergenitas, yaitu nilai factor

loading dari indikator memiliki cut off point 0.6. 14 Kecuali bila factor loading 0.6-

0.7 (very good) memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang buruk yaitu bila nilai

14 Comrey and Lee menyarankan menggunakan cut-off dari 0.32 (poor), 0.45 (fair), 0.55

(good), 0.63 (very good) or 0.71 (excellent) dalam: Comrey AL and Lee HB. A first course in factor

analysis, Ed. 2, (NJ: Lawrence Erlbaum Associates. 1992).

Page 142: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

125

Average Variance Extracted (AVE) di bawah 0.5 dan Composite Reliability (CR)

di bawah 0.7, maka indikator tersebut akan dihilangkan juga. Demikian seterusnya

hingga semua Indikator-indikator layak untuk dipertahankan dalam model.

Setelah out put dari outer model (measuring model) menghasilkan nilai

factor loading, validitas dan reliabilitas yang sesuai dengan kriteria di atas, maka

analisis dilanjutkan dengan analisis inner model (structural model).

Analisis Inner Model (model structural) dilakukan dengan menguji apakah

model yang dibangun sudah fit (sesuai) dengan fakta yang ada. Penilaian ini

dilakukan dengan menganalisis koefisien determinasi (R2), GoF, f2, dan Q2.

Tahap akhir adalah menguji hipotesis, dengan menganalisis tingkat

signifikansi dari pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Tahap ini

menggunakan nilai ‘P Value”, dimana bila nilai ‘p value’ kurang dari 5%, maka

dikatakan variabel endogen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel endogen (dependen).

a. Analisis Outer Model (Bone)

i. Outer Model Tahap Pertama

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang

digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). Hasil dari

pengolahan data pada tahap pertama dapat dilihat pada gambar 4.19.

Page 143: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

126

Gambar 4.19

Hasil Outer Model Tahap 1 (Bone)

Hasil pada tahap pertama ini menunjukkan bahwa loading factor pada

indikator-indikator tersebut bervariasi antara -0.295 sampai dengan 0.962. Oleh

karena itu, ada indikator yang memiliki potensi untuk dihilangkan dari model.

Nilai ini kemudian dipadukan dengan nilai validitas dan reliabilitas

konstruk, terutama composite reliability dan nilai Average Variance Extracted

(AVE), yang dapat dilihat pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24

Construct Validity and Reliability

Cronbach's

Alpha

Composite

Reliability

Average

Variance

Extracted

(AVE)

BM 0.497 0.785 0.651

GG 0.720 0.396 0.273

OKE 0.860 0.932 0.872

OKI 0.679 0.806 0.588

PAG 0.790 0.856 0.544

PHN 0.579 0.684 0.294

Page 144: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

127

Nilai CR dan AVE pada tabel 4.24 selaras dengan nilai loading factor, yaitu

variabel yang memiliki indikator dengan faktor loading rendah ternyata memiliki

nilai AVE dan CR rendah pula, yaitu variabel laten Pemahaman Hadis Nabi (PHN)

dan Good Governance (GG). Sehingga, indikator yang memiliki faktor loading di

bawah 0.6, pada PHN dan GG harus dihilangkan dari model. Indikator-indikator

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.25

Indikator yang hilang pada tahap-1 di Kab Bone

Indikator Lambang

Keharusan menyampaikan semua yang didapat kepada

pemberi tugas HN2

Hadiah bagi para pekerja (di luar aturan) adalah ghulul HN4

Larangan mengambil sesuatu yang dilarang dari tugas yang

diemban HN6

Adanya akuntabilitas GG3

Adanya akses informasi bagi masyarakat (Transparansi) GG4

Pelayanan Tidak Diskriminatif GG6

ii. Analisis Outer Model Tahap 2

Setelah 6 indikator yang memiliki faktor loading di bawah 0.6 dihilangkan,

maka dilakukan proses penghitungan kembali, dan hasilnya dapat dilihat pada

gambar 4.20.

Page 145: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

128

Gambar 4.20

Hasil Outer Model Tahap 2 (Bone)

Pada tahap 2 ini, loading factor berada pada kisaran nilai 0.659 sampai

dengan 0.962. Nilai ini masuk dalam kisaran very good (0.6 – 0.7) dan Excellent

(>0.7). Namun demikian akan dikaji terlebih dahulu nilai validitas dan reliabiltas

indikator-indikator tersebut, terutama indikator yang memiliki loading factor antara

0.6-0.7. Bila tidak valid dan tidak reliabel maka indikator tersebut akan dihilangkan,

namun bila valid, indikator tersebut akan dipertahankan.

Berdasarkan tabel 4.26, ternyata nilai AVE berada di atas 0.5. Artinya

semua indikator-indikator tersebut memiliki validitas konvergen yang baik.

Walaupun beberapa variabel memiliki nilai Cronbach’s alpha di bawah 0.6, yaitu

Budaya Masyarakat, Orientasi Keagamaan, dan Pemahaman Hadis Nabi. Namun

semua nilai composite reliability dari semua variabel berada di atas 0.7, artinya

Page 146: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

129

semua variabel memiliki reliabilitas yang baik dan dapat diterima. Nilai Composite

Reliability dianggap lebih baik dari cronbach’s alpha, karena CR menilai

reliabilitas yang sesungguhnya, sedangkan cronbach’s alpha menilai reliabilitas

minimal.

Tabel 4.26

Validitas dan Reliabilitas Konstruk

Cronbach'

s Alpha

Composite

Reliability

Average

Variance

Extracted

(AVE)

BM 0.497 0.785 0.651

GG 0.760 0.882 0.791

OKE 0.860 0.932 0.872

OKI 0.679 0.806 0.587

PAG 0.790 0.856 0.544

PHN 0.529 0.758 0.513

Nilai validitas ini juga didukung oleh adanya validitas diskriminan

(discriminant validity) pada semua indikator. Validitas ini menguji apakah nilai

korelasi antara indikator dengan variabel konstruknya lebih tinggi dibandingkan

nilai korelasi antara indikator dengan variabel konstruk lainnya. Hal ini dapat

dilihat pada table 4.27

Tabel 4.27 itu menunjukkan bahwa nilai korelasi antara indikator-indikator

dengan variable latennya lebih besar dibanding nilai korelasi indikator-indikator

tersebut terhadap variable laten lain yang tidak berhubungan secara langsung.

Misal: nilai korelasi antara indikator HN1 dengan PHN adalah 0.804. Nilai ini lebih

besar daripada nilai hubungan antara HN1 dengan variable laten BM (-0.004), GG

(0.052), OKE (0.328), OKI (0.113) dan PAG (0.462). Maka dikatakan variabel

HN1 memiliki validitas diskriminan yang baik.

Page 147: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

130

Tabel 4. 27

Discriminant Validity

BM GG OKE OKI PAG PHN

BM4 0.918 0.416 0.047 0.566 0.492 -0.019

BM5 0.679 0.457 0.100 0.254 0.266 0.028

GG1 0.503 0.957 0.068 0.419 0.251 0.112

GG2 0.403 0.815 -0.245 0.512 0.125 -0.036

HN1 -0.004 -0.052 0.328 0.113 0.462 0.804

HN3 -0.179 -0.025 -0.013 0.106 0.324 0.664

HN5 0.161 0.265 0.507 0.103 0.333 0.671

OK2 0.135 -0.021 0.962 -0.108 0.195 0.375

OK3 -0.021 -0.063 0.904 -0.070 0.124 0.353

OK4 0.429 0.365 0.087 0.659 0.136 -0.015

OK5 0.514 0.498 -0.164 0.938 0.388 0.158

OK6 0.302 0.208 -0.021 0.669 0.152 0.153

PH1 0.445 0.284 0.197 0.463 0.661 0.297

PH2 0.489 0.299 0.034 0.316 0.716 0.177

PH3 0.181 -0.027 0.234 -0.003 0.716 0.547

PH4 0.390 0.176 -0.007 0.234 0.747 0.230

PH5 0.359 0.155 0.162 0.285 0.836 0.595

b. Analisis Inner Model (Structural Model)

Analisis inner model melihat besaran pengaruh dari variable laten eksogen

terhadap variabel laten Endogen. Dalam hal ini variabel dependen atau endogen

adalah Perilaku Anti Gratifikasi (PAG), dan variable independen adalah

Pemahaman Hadis Nabi (PHN), Budaya Masyarakat (BM), Good Governance

(GG), Orientasi Keagamaan Eksternal (OKE), dan Orientasi Keagamaan Internal

(OKI).

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variable-variabel

independen terhadap variable dependennya adalah dengan melihat nilai determinan

atau R2. Nilai R2 model tersebut adalah 54.0 %, artinya bahwa variable-variabel

PHN, BM, OKE, dan OKI mempengaruhi variable PAG sebesar 54%. Sisanya

dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar variabel independen tersebut. Menurut Chin

Page 148: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

131

Nilai 63% adalah kuat, 33% adalah moderat, dan 19% adalah lemah. Dengan

demikian, nilai ini termasuk kategori moderat dan kuat.

Nilai Q square predictive relevance di dapat dari Q2 = 1 – (1-R2) = R2. Pada

kasus ini, nilai predictive relevance sama dengan nilai R2 yaitu sebesar 54%. Arti

Q2 sama dengan R2 yaitu variasi dari PAG dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 54%.

Nilai Goodnes of Fit (GoF), yaitu (rata-rata AVE * rata-rata R2 )1/2 atau

(0.660*0.54)^1/2, sebesar 0.597. Nilai ini jauh di atas kriteria GoF yaitu 0.36 (large),

0.25 (medium), dan 0.10 (small). Dengan demikian model yang dihasilkan

memiliki goodness of fit yang sangat baik.

c. Uji Hipotesis (Analisis Signifikansi)

Nilai koefisien jalur (path coefficient) pada variabel eksogen dan endogen

pada model tersebut di atas belum diuji tingkat signifikansinya, apakah variabel-

variabel eksogen (GG, BM, OKE, OKI, dan PHN) tersebut benar berpengaruh

terhadap variabel endogen (PAG) atau tidak.

Berikut adalah nilai koefisien jalur, ‘t statistik’, dan ‘p values’ dari pengaruh

variabel laten eksogen (PHN, BM, GG, OKE dan OKI) terhadap variabel endogen

(PAG).

Tabel 4. 28

Nilai t statistik dan P values.

Path

Coefficient

T

Statistics P Values

BM --> PAG 0.558 3.225 0.001*

GG --> PAG -0.099 0.557 0.577

OKE -->PAG -0.096 0.764 0.445

OKI--> PAG -0.006 0.034 0.973

PHN-->PAG 0.577 4.289 0.000* Ket. *Signifikan pada alpha 1%

Page 149: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

132

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95%, bahkan 99 %,

variabel Pemahaman Hadis Nabi (PHN) tentang gratifikasi dan Budaya Masyarakat

(BM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Anti Gratifikasi (PAG)

para pegawai KUA di Kabupaten Bone. Hal ini ditandai dengan nilai P value dari

PHN dan BM sebesar 0.000 dan 0.001 yang jauh lebih kecil dari alpha 1%.

Variabel laten Good Governance (GG), Orientasi Keagamaan Eksternal

(OKE), dan Orientasi Keagamaan Internal (OKI) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Perilaku Anti Gratifikasi (PAG), karena nilai ‘P value’ dari GG

0.577, ‘P value’ dari OKE adalah 0.445, dan ‘P value’ dari OKI sebesar 0.973.

Semuanya jauh di atas alpha 1%, 5%, ataupun 10%.

G. Analisis Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi dan Variabel Independen

Lainnya terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

1. Analisis Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi tentang Gratifikasi

Terhadap Perilaku Anti Gratifikasi di Kabupaten Bogor dan Bone.

Berdasarkan hasil pengolahan data survey yang telah dipaparkan di atas,

diketahui bahwa variabel Pemahaman Hadis Nabi berpengaruh secara signifikan

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi. Berikut ringkasan hasil olah data tersebut.

Tabel 4.29

Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

KUA VARIABEL

LATEN

PATH

COEFFICIENT

P

VALUES INDIKATOR

BOGOR PHN --> PAG

0.031

HN3

0.204 HN5

HN6

BONE PHN --> PAG

0.000

HN1

0.577 HN3

HN5

Page 150: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

133

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa baik di Kabupaten Bogor (Jawa Barat)

maupun Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan), nilai ‘P values’ (0.031 dan 0.000)

lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 5% (0.05).

Hal ini membuktikan bahwa tingkat pemahaman para pegawai Kantor Urusan

Agama (KUA) terhadap hadis Nabi Muhammad SAW tentang larangan melakukan

gratifikasi berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para

pegawai KUA.

Koefisien jalur (coefficient path) antara variabel Pemahaman Hadis Nabi

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi bernilai positip, yaitu 0.204 di Kabupaten Bogor

dan 0.577 di Kabupaten Bone. Hal ini berarti bahwa semakin paham seorang

pegawai KUA terhadap Hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi, maka

semakin kuat pegawai tersebut berperilaku anti gratifikasi. Sebaliknya semakin

kurang paham seorang pegawai KUA terhadap Hadis Nabi tentang gratifikasi,

maka semakin lemah pula perilaku anti gratifikasi pegawai tersebut.

Besaran koefisien jalur juga menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor,

Pemahaman Hadis Nabi tentang gratifikasi berpengaruh sebesar 20.4% terhadap

Perilaku Anti Gratifikasi. Sedangkan di Kabupaten Bone, Pemahaman Hadis Nabi

tentang gratifikasi berpengaruh sebesar 57.7% terhadap Perilaku Anti Gratifikasi.

Bila diperhatikan tabel di atas dari 5 hadis Nabi yang ditanyakan kepada

responden, ternyata tidak semua hadis Nabi yang ditanyakan dalam kuesioner,

dipahami oleh pegawai KUA di Kabupaten Bogor dan Bone.

Hadis Nabi yang merefleksikan dengan kuat variabel Pemahaman Hadis

Nabi (PHN), baik oleh pegawai KUA di Bogor maupun di Bone, adalah hadis Nabi

Page 151: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

134

Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abû Dâwud (HN3) dan Imam al-Nasa’i

(HN5).

Sedangkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (HN6),

merefleksikan dengan kuat variabel Pemahaman Hadis Nabi di Kabupaten Bogor,

namun lemah di Kabupaten Bone.

Sebaliknya, variabel pengetahuan umum responden tentang adanya

larangan gratifikasi (korupsi) dalam ajaran Islam yang tertulis dalam hadis (HN1)

terefleksikan dengan kuat di KUA Kabupaten Bone, namun lemah di KUA

Kabupaten Bogor.

Hadis Nabi yang sama sekali tidak terefleksikan pada variabel Pemahaman

Hadis Nabi, baik di KUA Kabupaten Bogor maupun KUA Kabupaten Bone, adalah

hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri (HN2) dan Imam Ahmad

(HN4). Namun hal ini bukan berarti bahwa kedua hadis Nabi tersebut tidak penting.

Hal ini hanya menunjukan bahwa para responden lebih memahami hadis Nabi

tentang gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud, Imam an- Nasa’i dan

Imam Muslim dibanding hadis riwayat Imam al-Bukhâri dan Imam Ahmad.

Ibn Hajar Al-‘Asqalâni dalam kitab Fathul Bâri, terkait dengan hadis

larangan gratifikasi ini menyatakan bahwa larangan mengambil hadiah dari suatu

tugas (gratifikasi) adalah karena ada kekhawatiran berdampak negatif. Para salaf

al-salih juga tidak mau menerima gratifikasi agar tidak terjerumus dalam

kemaksiatan. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah menolak hadiah dari

seseorang, dan si pemberi hadiah bertanya: “kenapa tuan tidak mau menerima

hadiah padahal Nabi dan para penggantinya (Khulafâ’ al-Râsyidịn) mereka

menerima hadiah?” kemudian ‘Umar menjawab: “benar, hadiah di zaman Nabi

Page 152: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

135

tetap sebagai hadiah, tapi (hadiah) sekarang adalah risywah (suap)”. Dalam riwayat

lain dikatakan: “sungguh bagi Nabi dan sahabat adalah hadiah, tapi bagi pejabat

sesudah mereka adalah risywah).15

Bahkan, Imam Nawawi tidak hanya mengatakan bahwa hadiah

(gratifikasi) itu haram tapi juga sebuah penghianatan terhadap amanah dan

jabatan.16

Berdasarkan tafsir para ‘ulama terhadap hadis gratifikasi tersebut, maka

sudah sepantasnya para pejabat atau pegawai di KUA khususnya dan Kemenag

pada umumnya lebih memahami hadis Nabi Muhammad SAW terkait larangan

gratifikasi, sehingga pegawai KUA semakin bersih, terpercaya, dan profesional

dalam melayani masyarakat.

2. Analisis Variabel Selain Hadis Nabi yang Mempengaruhi Perilaku Anti

Gratifikasi di Kabupaten Bogor dan Bone.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa, selain pemahaman terhadap

hadis Nabi tentang gratifikasi, ada faktor-faktor lain yang berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku anti gratifikasi dari para pegawai KUA di Kabupaten

Bogor dan Bone, yaitu Good Governance dan Budaya Masyarakat.

Tabel 4.30 berikut ini adalah ringkasan hasil olah data tersebut:

15 Ibnu Hajar al-‘Asqalâni, Fathul Bâri Syarh Ṣahih al-Bukhâri, cet. 1, Jilid VI, (Riyad: Dâr

Thoyibah, 1426H/2005), h. 450. 16 Abû Zakaria Yahya bin Syarf bin Muri Al-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Sahih Muslim bin al-

Hajjaj, Kitab al-Imarah, Bab Tahrim Hadayal ‘Umal, (Riyad: Baitul afkar Al-Dauliyah.

1421H/2000M), h. 1188.

Page 153: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

136

Tabel 4.30

Pengaruh Good Governance dan Budaya Masyarakat

Terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

KUA VARIABEL

LATEN

PATH

COEFFICIENT

P

VALUES INDIKATOR

BOGOR GG --> PAG 0.267 0.023 GG1

GG3

BONE BM --> PAG 0.558 0.001 BM4

BM5

a. Good Governance

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai ‘P Value’ dari pengaruh Good

Governance terhadap Perilaku Anti Korupsi (PAG) di Kabupaten Bogor (Jawa

Barat) adalah 0.023, lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan dalam penelitian

ini yaitu 5% (0.05). Hal ini membuktikan bahwa implementasi prinsip Good

Governance di Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Bogor berpengaruh

secara signifikan terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para pegawai KUA.

Nilai koefisien jalur antara variabel Good Governance dengan Perilaku Anti

Gratifikasi bernilai positif (0.267). Ini berarti bahwa semakin kuat prinsip Good

Governance dilaksanakan di KUA, maka perilaku anti gratifikasi dari para pegawai

KUA akan semakin kuat pula. Sebaliknya bila, prinsip-prinsip Good Governance

tidak atau kurang diterapkan di KUA, maka perilaku anti gratifikasi dari para

pegawai KUA akan melemah.

Besaran koefisien jalur juga menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor,

variabel good governance berpengaruh sebesar 26.7% terhadap Perilaku Anti

Gratifikasi. Sedangkan di Kabupaten Bone, Budaya Masyarakat berpengaruh

sebesar 55.8 % terhadap Perilaku Anti Gratifikasi.

Page 154: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

137

Nilai koefisien jalur dari Good Governance (GG) dengan Perilaku Anti

Gratifikasi (PAG) adalah yang paling besar diantara nilai koefisien jalur dari

variabel konstruk lainya, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh Good

Governance terhadap Perilaku Anti Gratifikasi adalah yang paling besar diantara

variabel independen lainnya.

Bila diteliti lebih dalam, indikator yang merefleksikan Good Governance

pada KUA di Kabupaten Bogor adalah adanya peraturan yang mengatur tentang

gratifikasi (GG1) serta adanya akuntabilitas yang dilaksanakan di KUA (GG3).

Dibanding indikator-indikator lainnya dalam good governance, seperti Visi

Pemimpin (GG2), Transparansi (GG4), dan Tidak diskriminatif (GG6), maka faktor

adanya peraturan tentang gratifikasi dan akuntabilitas dianggap oleh pegawai KUA

di Kabupaten Bogor paling merefleksikan implementasi Good Governance di

KUA.

Pada kenyataanya peraturan terkait gratifikasi memang sudah dinyatakan

secara eksplisit dalam UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Gratifikasi menurut UU

tersebut adalah:

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,

barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket

perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan

cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Termasuk gratifikasi adalah

segala yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang

dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana

elektronik.17

17 Republik Indonesia.UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Pasal 12B.

Page 155: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

138

Sangsi atas pelanggaran dalam melakukan gratifikasi juga sudah dinyatakan

dalam pasal 12, yaitu bahwa pelaku PNS yang melakukam gratifikasi dapat

dihukum pidana 4–20 tahun penjara atau denda Rp. 200 Juta–Rp.1 milyar.

Terkait penerimaan negara di Kementerian Agama, ada Peraturan

Pemerintah No 48 Tahun 2014 yang mengubah PP NO 47 tahun 2001 Tentang Tarif

atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian

Agama. Kemudian terkait KUA, PNBP yang khusus berasal dari biaya nikah dan

rujuk, diatur lebih detail dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No 24 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan PNBP atas biaya nikah dan rujuk yang dilakukan di luar

KUA.

Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata peraturan yang jelas disertai sangsi

yang berat dan tegas akan mempengaruhi perilaku para pegawai KUA. Peraturan

yang jelas dan rasa takut atas sangsi yang berat mendukung secara signifikan

menguatnya perilaku anti korupsi di kalangan pegawai KUA.

Berkaitan dengan akuntabilitas, hasil penilaian responden mengindikasikan

bahwa Kantor Urusan Agama di Kabupaten Bogor dianggap telah melaksanakan

akuntabilitas yang baik. Responden beranggapan bahwa KUA telah menjalankan

pertanggungjawaban yang salah satunya adalah memberikan laporan kepada yang

memberikan amanah, dalam hal ini adalah Kementerian Agama Tingkat

Kabupaten. Kondisi ini menggembirakan sebab akuntabilitas akan membawa KUA

ke arah pelaksanaan pelayanan yang bersih, prima, dan terpercaya.

Dengan demikian, faktor akuntabilitas dan faktor adanya peraturan yang

tegas dan bersangsi berat, harus diperkuat terus agar pelaksanaan good governance

semakin baik, dan pada akhirnya perilaku anti gratifikasi akan semakin kuat.

Page 156: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

139

b. Budaya Masyarakat

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai ‘P Value’ dari pengaruh Budaya

Masyarakat terhadap Perilaku Anti Korupsi (PAG) di Kabupaten Bone (Sulawesi

Selatan) adalah 0.001, lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan dalam penelitian

ini yaitu 5% (0.05). Hal ini membuktikan bahwa budaya masyarakat setempat

dimana Kantor Urusan Agama (KUA) berada, berpengaruh secara signifikan

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para pegawai KUA di Kabupaten Bone.

Nilai koefisien jalur antara variabel Budaya Masyarakat dengan Perilaku

Anti Gratifikasi bernilai positif (0.558). Ini berarti bahwa semakin kuat pegawai

KUA melaksanakan budaya lokal, maka perilaku anti gratifikasi dari para pegawai

KUA akan semakin kuat pula. Sebaliknya bila, ajaran budaya lokal tidak atau

kurang diterapkan di KUA, maka perilaku anti gratifikasi dari para pegawai KUA

akan melemah.

Hasil kajian ini menyiratkan bahwa budaya masih cukup kuat dipegang oleh

masyarakat Kabupaten Bone. Hal ini didukung oleh kondisi masyarakat Bone yang

dapat dikatakan relatif homogen, dan secara umum masih berpegang kuat pada

budaya Bugis dan Islam.

Salah satu budaya Bugis yang dipegang masyarakat Bone, yaitu budaya

yang disebut pappasang. Budaya pappasang atau pesan leluhur yang tertulis dalam

aksara lontar ditemukan banyak kearifan lokal di masyarakat Bugis. Orangtua yang

hendak melepas anaknya merantau, berpesan agar sang anak berpegang teguh pada

dua kuala sappo (dua yang saya ambil sebagai pagar): unganna panasae–lempu

(tunas nangka yang disebut lempu), belona kanukue–pacce (hiasan pewarna kuku

yang disebut pacce). Kata lempu metafor untuk hidup lurus dan jujur, sedangkan

Page 157: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

140

pacce metafor hidup bersih. Kejujuran dan kebersihan adalah pagar yang selalu

harus dibangun masyarakat Bugis mengelilingi dirinya di mana pun ia bekerja.

Kuatnya kearifan lokal pada masyarakat Bone, membuat variabel Budaya

Masyarakat mempengaruhi Perilaku Anti Gratifikasi secara signifikan (bahkan

pada tingkat keyakinan 99%).

H. Analisis Indikator Paling Berpengaruh Terhadap Perilaku anti

Gratifikasi

Variabel laten yang berpengaruh terhadap perilaku anti gratifikasi

sebagaimana telah dibahas sebelumnya, memiliki indikator-indikator yang

merefleksikan variabel laten tersebut. Sehingga indikator-indikator ini juga

berpengaruh terhadap perilaku anti gratifikasi. Tabel 4.31 menunjukkan pengaruh

dari indikator-indikator terhadap perilaku anti gratifikasi.

Tabel 4.31

Indikator Paling Berpengaruh

KUA

Variabel

Laten

Berpengaruh

Indikator

Valid dan

Reliabel

Loading

Factor

(LF)

Bogor

PHN

HN3 0.835

HN5 0.933

HN6 0.870

GG GG1 0.848

GG3 0.677

Bone

PHN

HN1 0.804

HN3 0.664

HN5 0.671

BM BM4 0.918

BM5 0.679

Berdasarkan tabel 4.31 di atas, diantara indikator-indikator yang valid dan

reliabel, ternyata indikator yang memiliki loading factor terbesar di Kabupaten

Bogor adalah HN5 (Hadis Riwayat Imam Nasa’i). Dengan demikian, faktor atau

Page 158: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

141

indikator yang paling menentukan Perilaku Anti Gratifikasi di Kabupaten Bogor

adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i (HN5).

Namun karena berdasarkan hasil kajian kualitas hadis pada awal Bab 4 ini,

ditemukan bahwa hadis Imam Nasa’i ini berkualitas da’îf, maka hadis ini tidak

dapat digunakan. Sehingga, dipilih indikator dengan nilai loading factor terbesar

kedua, yaitu hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (HN6). Dengan

demikian, hadis Nabi Muhammad SAW yang menjadi penentu Perilaku Anti

Gratifikasi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (HN6), yang artinya

sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami Abû Bakar bin Abî Syaibah telah

menceritakan kepada kami Waki' bin Jarrah telah menceritakan

kepada kami Ismâ'îl bin Abî Khâlid dari Qais bin Abî Hâzim dari

'Adi bin ‘Amîrah al-Kindi, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah

sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa dari kalian yang

aku beri suatu tugas, kemudian dia menyembunyikan dari kami

(meskipun) sebuah jarum, atau sesuatu yang lebih kecil dari itu,

maka itu adalah ghulul (pengkhianatan) yang pada hari kiamat akan

ia bawa." 'Adi bin 'Amîrah berkata, "Kemudian seorang laki-laki

hitam dari Anshar-sepertinya saya pernah melihatnya- berdiri

sambil berkata, "Wahai Rasulullah, kalau begitu saya akan tarik

kembali tugas yang pernah anda bebankan kepada saya!" Beliau

balik bertanya: "Ada apa denganmu?" dia menjawab, "Saya telah

mendengar bahwa Anda pernah bersabda seperti ini dan seperti ini."

Beliau bersabda: "Sekarang saya sampaikan, bahwa barangsiapa

dari kalian yang aku beri suatu tugas, hendaklah ia datang baik

dengan sedikit atau banyak, apa yang memang diberikan untuknya

ia boleh mengambilnya, dan apa yang memang dilarang baginya,

maka ia harus dapat menahan diri." " (HR. Muslim No 3415)

Sementara itu di KUA Kabupaten Bone, faktor yang paling berpengaruh

terhadap perilaku anti gratifikasi adalah budaya yang mengajarkan kejujuran

(BM4), karena loading factor indikator ini adalah yang paling besar diantara

indikator-indikator lainnya.

Page 159: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

142

Hasil penelitian di KUA Kabupaten Bogor maupun di KUA Kabupaten

Bone ini sejalan dengan focus norm theory, yaitu teori yang menyatakan bahwa

norma atau konteks dapat mempengaruhi perilaku individu. Teori ini pertama kali

disampaikan oleh Robert R. Cialdini pada tahun 1900.18

Cialdini, Reno dan Kallgren (1990), membagi norma sosial ke dalam dua

tipe, yaitu norma deskriptif (descriptive norm) dan norma injungtif (injunctive

norm). Norma deskriptif merujuk pada informasi mengenai apa yang dilakukan

oleh kebanyakan orang. Norma ini dapat memotivasi individu untuk ikut serta

dalam perilaku serupa dengan cara memberikan bukti bahwa karena kebanyakan

orang melakukan suatu perilaku tertentu, maka pasti perilaku inilah yang tepat

untuk dilakukan. Sementara norma injungtif merujuk pada aturan atau keyakinan

yang secara moral menerima atau menolak perilaku tertentu. Norma ini

mempersuasi individu untuk berperilaku tertentu melalui penggunaan sangsi

sosial.19

Berdasarkan teori ini, maka ajaran agama atau dalam hal ini hadis Nabi

Muhammad SAW dan budaya masyarakat dapat dikategorikan sebagai norma

injungtif, karena sifatnya yang tegas dan ada sangsi sosial bagi yang melanggarnya.

Namun, kenyataannya ada orang yang mengikuti dan ada orang yang tidak

mengikuti norma tersebut. Menurut focus norm theory, hal ini tergantung pada

norma apa yang menjadi fokus individu pada situasi tertentu.20

Berdasarkan teori ini, maka perilaku anti korupsi yang baik pada pegawai

KUA Kabupaten Bogor, disebabkan karena para pegawai lebih fokus pada norma

18 Whinda Yustisia, Focus Norm Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial Kontemporer, Cet 1,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h. 60. 19 Whinda Yusticia, Focus Norm Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial Kontemporer, hal 61. 20 Whinda Yusticia, Focus Norm theory dalam: Teori Psikologi Sosial Kontemporer, hal 61

Page 160: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

143

atau ajaran agama dalam hal ini hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang

gratifikasi. Tingkat pemahaman mereka yang baik terhadap hadis Nabi tentang

larangan gratifikasi telah mempengaruhi perilaku mereka.

Demikian juga dengan perilaku pegawai KUA di Kabupaten Bone yang

memiliki perilaku anti korupsi yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh budaya se

tempat, yaitu ajaran untuk berperilaku jujur.

Ajaran berperilaku jujur ini sejalan dengan budaya pappasang,

sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Budaya pappasang atau pesan leluhur

yang tertulis dalam aksara lontar ini mengajarkan kejujuran dan kebersihan di mana

pun mereka bekerja.

Selain focus norm theory, hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan dengan

teori identitas sosial (social identification). Teori ini menyatakan bahwa norma

diartikan sebagai sesuatu yang merefleksikan kelompok atau yang dikenal dengan

group prototypicality. Konsep group prototypacality, menjelaskan bahwa norma

kelompok merupakan ciri sebuah kelompok. Individu yang ingin menunjukkan

dirinya sebagai bagian dari kelompok tersebut, akan berperilaku sesuai dengan

norma yang ada.21

Dalam kasus pegawai KUA Kabupaten Bogor, mereka memiliki perilaku

anti gratifikasi yang baik, karena mereka ingin mengidentifikasikan diri sebagai

kelompok umat Islam yang menjunjung tinggi ajaran Islam, dalam hal ini adalah

hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang gratifikasi.

Dalam kasus pegawai KUA Kabupaten Bone, mereka hidup dalam

masyarakat yang relatif homogen. Pengaruh budaya luar belum terlalu banyak

21 Whinda Yusticia, Focus Norm Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial Kontemporer, h. 67

Page 161: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

144

mempengaruhi masyarakat. Sehingga masyarakat masih memiliki identifikasi kuat

dengan kelompok masyarakat setempat. Dengan demikian, pegawai KUA

Kabupaten Bone juga berupaya mengidentifikasikan dirinya sebagai masyarakat

Bone. Sehingga dapat dimengerti bahwa budaya jujur yang diajarkan budaya lokal

mempengaruhi secara signifikan terhadap perilaku anti gratifikasi dari para

pegawai KUA di Kabupaten Bone.

Hal ini berbeda dengan Kabupaten Bogor yang masyarakatnya sangat

heterogen, sehingga identifikasi terhadap kelompok budaya lokal tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku anti gratifikasi dari pegawai KUA

Kabupaten Bogor. Mereka lebih taat pada aturan formal, seperti undang-undang

atau peraturan pemerintah pada setiap levelnya. Sehingga, peraturan tentang

gratifikasi (GG1) dan akuntabilitas (GG3), berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku anti gratifikasi, walaupun bukan faktor yang paling berpengaruh.

Cottam, dkk (2010), menegaskan bahwa pada dasarnya perilaku merupakan

fungsi atau hasil interaksi antara individu dan lingkungan.22 Dengan demikian,

peneliti menganggap bahwa untuk mengurangi korupsi atau meningkatkan perilaku

anti gratifikasi adalah dengan memadukan strategi pengembangan individu dan

masyarakat (lingkungan) sekaligus.

Sejalan dengan itu, maka kebijakan atau strategi yang dapat dilakukan

pemerintah dalam meningkatkan perilaku anti gratifikasi/korupsi di Indonesia,

khususnya di KUA ataupun Kementerian Agama, adalah dengan mensosialisasikan

dan menginternalisasikan ajaran agama, khususnya hadis Nabi Muhammad SAW

22 Pitaloka Ardiningtiyas, Social Dominance Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial

Kontemporer, Cet 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h. 105

Page 162: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

145

tentang larangan gratifikasi, mengimplementasikan tata kelola yang baik (good

governance), dan memperkuat budaya lokal yang positif.

Secara praktis, strategi tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan (diklat) yang mengajarkan hadis Nabi tentang gratifikasi,

Good Governance dan Budaya Masyarakat. Selain itu, dapat juga melalui

sosialisasi di berbagai media seperti website, stiker dan standing banner yang

dipasang disetiap KUA. Dan yang tak kalah penting adalah melakukan pengawasan

yang efektif dan penerapan sangsi yang tegas terhadap siapa saja yang melanggar

peraturan.

Page 163: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

146

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kondisi Tingkat Pemahaman Pegawai KUA terhadap Hadis Nabi

a. Kondisi tingkat pemahaman para pegawai KUA Kabupaten Bogor terhadap

Hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi rata-rata baik (43.17%).

Sedangkan tingkat implementasi prinsip-prinsip Good Governance rata-rata

baik (44.2%), Orientasi Keagamaan Eksternal rata-rata rendah (41%),

Orientasi Keagamaan Internal sangat baik (40.67%), Budaya Masyarakat

rata-rata baik (47%), dan Perilaku Anti Gratifikasi rata-rata baik (39.6%).

b. Kondisi tingkat pemahaman para pegawai KUA Kabupaten Bone terhadap

Hadis Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi rata-rata cukup baik

(37.4%). Sedangkan tingkat implementasi prinsip-prinsip Good

Governance rata-rata baik (49.27%), Orientasi Keagamaan Eksternal rata-

rata sangat rendah (37.40%), Orientasi Keagamaan Internal rata-rata sangat

baik (50.41%), Budaya Masyarakat rata-rata baik (60.98%), dan Perilaku

Anti Gratifikasi rata-rata baik (40.98%).

2. Pengaruh Pemahaman Hadis Nabi terhadap Perilaku Anti gratifikasi

a. Pemahaman para pegawai KUA di Kabupaten Bogor dan Bone, terhadap

Hadis Nabi Muhammad SAW, terbukti berpengaruh secara signifikan

(alpha 5%) terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para pegawai KUA di kedua

Page 164: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

147

daerah tersebut. Hubungan kausalitas tersebut bernilai positif, yang berarti

semakin kuat pemahaman para pegawai KUA terhadap hadis Nabi

Muhammad SAW, semakin besar perilaku anti gratifikasi para pegawai

KUA.

b. Implementasi Good Governance di KUA Kabupaten Bogor berpengaruh

secara signifikan (alpha 5%) terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para

pegawai KUA Kabupaten Bogor. Hubungan kausalitas kedua variabel

tersebut bernilai positif, artinya semakin baik pelaksanaan prinsip-prinsip

good governance, maka semakin tinggi perilaku anti korupsi para pegawai

KUA Kabupaten Bogor.

c. Budaya Masyarakat di Kabupaten Bone berpengaruh secara signifikan

(alpha 1%) terhadap Perilaku Anti Gratifikasi para pegarai KUA di

Kabupaten Bone. Hubungan kausalitas kedua variabel tersebut bernilai

positif, artinya bahwa semakin ditanamkan budaya masyarakat, maka

semakin kuat perilaku anti gratifikasi para pegawai KUA Kabupaten Bone.

3. Indikator yang paling berpengaruh terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

a. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku anti gratifikasi para

pegawai KUA di Kabupaten Bogor adalah Hadis Nabi Muhammad SAW

yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang larangan bagi pejabat untuk

melakukan gratifikasi.

b. Sedangkan di KUA Kabupaten Bone, faktor yang paling berpengaruh

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi adalah Budaya Masyarakat yang

mengajarkan kejujuran.

Page 165: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

148

B. Saran

2. Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama, hendaknya

memperkuat pemahaman para pegawai KUA terhadap Hadis Nabi

Muhammad SAW yang berbicara tentang gratifikasi untuk meningkatkan

perilaku anti gratifikasi para pegawai KUA.

3. Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama, hendaknya

memelihara dan memperkuat budaya masyarakat lokal terutama budaya

jujur, untuk meningkatkan perilaku anti gratifikasi para pegawai KUA.

4. Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama, hendaknya

meningkatkan pelaksanaan Good Governance di KUA, seperti penegakan

peraturan dan akuntabilitas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

perilaku anti gratifikasi para pegawai KUA.

5. Wujud program atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk implementasi

saran poin 1, 2 dan 3 di atas, adalah Kementerian Agama dapat

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para pegawai KUA yang

di dalamnya terdapat materi Hadis Nabi Muhammad SAW tentang

gratifikasi, Budaya Masyarakat, dan Good Governance. Selain itu,

Kementerian Agama dapat mengadakan sosialisasi bentuk lainya, seperti

meletakan stiker dan standing banner di kantor KUA yang bertuliskan hadis

Nabi Muhammad SAW tentang gratifikasi, prinsip-prinsip Good

Governance, dan Budaya Masyarakat.

6. Para akademisi atau peneliti yang berminat terhadap tema ini, hendaknya

dapat lebih menyempurnakan penelitian ini, seperti meningkatkan jumlah

Page 166: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

149

responden dan jumlah daerah yang diteliti, serta memperdalam analisis

kualitatif disamping analisis kuantitatif.

Page 167: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

150

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal dan Siswadi, AGP. Psikologi Korupsi. Cet 1. Jakarta: Rosdakarya.

Jakarta. 2015

Albarnoz, Facundo dan Cabrales, Antonio. Decentralization, Political Competition,

and Corruption. Paper diambil dari www.ucl.ac.uk/~uctpcab/research/AC-

2013.pdf pada 29 oktober 2017. Pukul 21.00

Al-Adabi, Salahudin Ibn Ahmad. Manhaj Naqd al Matn ind Ulama’ al Hadist an

Nabawi. Diterjemahkan oleh Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq dengan

judul: Metodologi Kritik Matan Hadis. Cet 1. Jakarta: Gaya Media Pratama.

2004.

Abû Zahw, Muhammad. The History of Hadith. Penerjemah Abdi Pemi Karyanto

dan Mukhlis Yusuf Arbi. Cet 1. Depok-Jawa barat: Keira Publishing. 2015.

Al ‘Asqalȃni, Ibnu Hajar. Fath al-Bâri Syarh Sahih al-Bukhârî. Jilid 5. cet. 1.

Riyad: Dār al-Salām. 1421H/2000M.

_____________________.Taqribut Tahdzib. Cet 2. Riyad: Dȃrul Asimah.

1423H/2002M.

Alatas, Syed Hussain. Korupsi, sifat, sebab dan fungsi. Penejemah Nirwono.

Jakarta: LP3ES. 1987.

Arsyianti, Laily dwi dan Beik, Irfan Syauqi. Ekonomi Pembangunan Syariah.

Jakarta: Raja Grafindo. 2016.

Badru Salam, Abu Yahya. Kunci Memahami Hadis. Cet 1. Jakarta: Nashirussunnah.

2014.

Baidan, N dan Aziz, Erwati. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir. Cet 1.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016.

Bin Hambal, Ahmad. Musnad Ahmad. Riyad: Baitul Afkar Ad Dauliyah.

1419H/1998M.

Al-Bukhârị, Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismȃ’il. Ṣahih al-Bukhâri. Kairo:

Dȃrul Ibnul Jauzi. 1431H/2010 M.

Bustamin dan Isa, Muhammad. Metodologi Kritik Hadis. Cet 1. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2004

Cialdini, RB, dkk. “A Focus Theory of Normative Conduct: When Norms Do and

Do Not Affect Behavior.” Diakses dari psp.sagepub.com at Sage

Publication. 12 Februari 2018.

Clark, George RG. “Does Over Regulation led to Corruption?.” Texas A&M

International University. LV14025. Tidak diketahui penerbit dan Tahun.

Comrey AL, dan Lee HB. A first course in factor analysis. Edisi 2. Hillsdale, NJ:

Lawrence Erlbaum Associates. 1992.

Page 168: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

151

Creswell, John W. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches. 2nd Edition. California: Sage Publication Inc. 2003.

Al-Dzahabi. Al Kabair. Riyad: Dȃr Ibnu Jauzi.2013. Diterjemahkan oleh Mukrima

Azzahra dengan judul: Ensiklopedia Dosa Dosa Besar. Cet1. Jakarta:

Zaman. 2016.

Farida, P dan Jurdi, F. Korupsi Kekuasaan: Dilema Penegakan Hukum di atas

Hegemoni Oligarki. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Press. 2016.

Hair, Joseph, et all. Multivariate Analysis. Ed 7. Edinburgh: Pearson Education

Limited.2010.

Haryatmoko. Etika Politik dan Kekuasaan. Cet 3. Jakarta: Kompas. 2014.

Hudijana, Joevarian, dkk. Teori Psikologi Sosial Kontemporer. Cet.1. Jakarta:

Rajawali Pers.2017.

Irfan, Nurul. Korupsi dalam Hukum Pidana Islam. Ed 2. Jakarta: Amzah. 2014

Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Cet 2. Jakarta: Bulan

Bintang. 2007.

_______________. Cara Praktis Mencari Hadis. Jakarta: Bulan Bintang. 1991.

Itr, Nuruddin. Manhaj an Naqd Fî ‘Ulûm al Hadits. Diterjemahkan oleh Mujiyo

dengan judul: Ulumul Hadis. Cet 2. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.

Jogiyanto, HM. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Berbasis

Varian dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: STIM YKPN. 2011

Jogiyanto, PhD dan Abdilah, Willy, DR. Partial Least Square (PLS) dalam

Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2015.

Kementerian agama. Al-Qur’anul Karim. Cet.1. Bandung: Syamil Quran. 2007

Khon, Abd. Madjid. Takhrij dan Metode Memahami Hadis. Cet 1. Jakarta: Amzah.

2014.

_________________. Ulumul Hadis. Cet 1. Jakarta: Amzah. 2012.

Kotera Go, Okada, dan Samreth. Study on Relationship between corruption and

Government Size: The Role of Democrazy. Jurnal MPRA No 20515. 2010.

Lamsdorf. Causes and Consequences of Corruption: what We Do know from across

section of Countries. Dalam: International Handbook on economics of

corruption. Editor Susan-Eckerman. Cheltenham UK: Edward Elgard

Publishing. 2006.

Listianingsih, DM dan Rosikah, CD. Pendidikan Anti Korupsi. Jakarta: Sinar

Grafika. 2016.

Mila, Mirra Noor dan Yustisia, Whinda. Teori Identitas Sosial, dalam: Teori

Psikologi Sosial Kontemporer. Editor: Ardiningtyas pitaloka. Cet.1.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2017.

Al-Mizzi, Abu al-Hajjaj Jamaluddin Yusuf bin Abdurrahman. Tahdzibul Kamal Fi

Asmai Rijal. Beirut: Muasssasah ar Risalah. 1403H/1983M.

Page 169: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

152

Nachrowi, D dan Usman, H. Ekonometri. Jakarta: LP FEUI. 2006.

Al-Naisaburi, Abû Al-Husain Muslim bi al-Hajjaj al-Qusyairi. Sahih Muslim.

Riyad: Bait al-Afkar al-Dauliyah. 1420H/1999M.

Al-Nasa’i, Abu A’bdurrahman Ahmad bin Syua’ib bin ‘Ali Al-Kharasani. Sunan

Nasa’i. Beirut: Dȃr Al-Kutub Al-Ilmiyah. 1434H/2013M.

Al-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syarf bin Muri. Sahih Muslim bi Syarhin

Nawawi. Diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul:

Syarah Imam Muslim. Cet1. Jilid 1 dan 5. Jakarta: Penerbit Mustaqiim.

1423H/2002M.

Paldam, Martin. “Corruption and Religion”. Department of Economics. University

of Aarhus, Denmark.2001.

Pitaloka, Ardiningtiyas. Social Dominance Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial

Kontemporer. Editor: Ardiningtyas pitaloka. Cet1. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2017.

Qardawi, Yusuf. Kaifa Nata’amal Ma’a As-Sunnah an Nabawiyah. Diterjemahkan

oleh Muhammad al Baqir berjudul: Bagaimana Memahami Sunah Nabi.

Bandung: Karisma. 1993.

Qudsy, SZ dan Imron, Ali. Model-Model Penelitian Hadis Kontemporer. Cet.1.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.

Al-Rasyid, Harun. Fikih Korupsi: Analisis Politik Uang di Indonesia dalam

perspektif Maqoshid Syari’ah. Cet 1. Jakarta: Kencana. 2016.

Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No 31

Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Rose, Sussan dan Ackerman. Corruption and Government: Causes, Consequences,

and Reform. Cet 1. London: Cambridge University Press. 1999.

Sarwono, W Sarlito. Psikologi Lintas Budaya. Cet 3. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2016

Shadabi, Laila. The Impact of Religion on Corruption. The journal of business

Inquiry. 2013. h. 102-117.

Al-Sijistani, Abû Dȃwud Sulaiman bin Al Asy’ats Al azdi. Sunan Abû Dȃwud.

Beirut: Dȃrul Risalah Al Alamiyah. 1430H/2009M

Tajfel, Henry dan Turner, John C. The Social Identity Theory of Intergroup

Behavior, dalam J. T. Jost & J. Sidanius (Eds.), Key readings in social

psychology. Political psychology: Key readings (pp. 276-293). New York:

Psychology Perss. 2004

Tim Penyusun KPK. Buku Saku Memahami Gratifikasi. Cet 1. Jakarta: Penerbit

KPK. 2010.

Tjiptoherijanto, Prijono dan Manurung, Mandala. Paradigma Administrasi Publik

dan Perkembangannya. Cet.1. Jakarta: Penerbit UI. 2010.

Toegarisman M, Adi. Pemberantasan Korupsi dalam Paradigma Efisiensi. Cet 1.

Jakarta: Kompas. 2016.

Page 170: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

153

Umar, Haryono. Corruption The Devil. Universitas Trisakti. Cet 1. Jakarta. 2016

Wahyuni, ZI, dkk. “The Relationship between Religious Orientation, Moral

Integrity, Personality, Organizational Climate, and Anti Corruptions in

Indonesia.” International Journal of social Science and Humanity. Vol V.

No 10 Oktober 2015.

Waluyo, Bambang. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Cet 1. Jakarta: Sinar

Grafika. 2016

Wensinck, Arentjan. al-Mu’jam al-Mufahras lil Alfadz al-Hadits al-Nabawî.

diterjemahkan oleh Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dengan judul, al-

Mu’jam al-Mufahras lil Alfadz al-Hadits al-Nabawiy. Leiden: E.J. Brill.

1943.

Yustisia, Whinda. Focus Norm Theory, dalam: Teori Psikologi Sosial

Kontemporer. Editor: Ardiningtyas pitaloka. Cet1. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2017.

Page 171: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

154

LAMPIRAN-1

Hadis-Hadis Setema dengan

Hadis Imam al-Bukhâri (HN2)

1. Sahih al-Bukhâri 6145

أبحي دالساعدي ب رنعر وةعن قالأخ ري الز ه عن ب رنشعي ب أنهحدث ناأبوال يمانأخ

ت ع ملعامالفجاءهال عاملحيف ر ب رهأنرسولاللصلىاللعلي هوسلماس عملهف قاليرسولاللهذاغمأخ ن

دىلكأم لث كف نظر تأي ه تفب ي أبيكوأم ديلف قاللهأفالق عد قامرسولاللصلىلكم وهذاأه

لهثقالأماب ع دفماباللعلي هوسلمعشيةب ع دالص ت ع ملهالةف تشهدوأث نعلىاللباهوأه لال عاملنس

هف نظرهل ي ديلأفالق عدفب ي أبيهوأم عملكم وهذاأه سه ف يأ تيناف ي قولهذامن دىلهأم لف والذين

ئاإلجاءبهي و مال قيامةي ملهعلىعنقهإن هاشي من انبعياجاءبهلهراء وإن كممدبيدهلي غل أحدكم

وإ ب قرةجاءبالاخوار ب لغ ف قالأبوحي دثرفعرسولكان عرف قد شاةجاءبات ي كان اللصلىاللن

عذلكمعي س رةإب طي هقالأبوحي دوقد صلىاللي دب زعلي هوسلميدهحتإنلن ن ظرإلع النب نثب من

علي هوسلمفسلوه

Sahih al-Bukhâri 6145: Telah menceritakan kepada kami Abû al-Yaman telah

memberitakan kepada kami Syu'aib dari Az-Zuhrî mengatakan; telah menceritakan

kepadaku ‘Urwah dari Abû Humaid As-Sa'idi bahwasanya ia mengabarkan

kepadanya, bahwa Rasulullah Sallallahu'alaihi wa sallam mempekerjakan

karyawan zakat ('amil). Setelah selesai dari kerjanya, 'amil tadi mendatangi Nabi

dan berujar; 'Wahai Rasulullah, ini untuk kalian dan ini dihadiahkan untukku'.

Lantas Nabi bersabda: "tidakkah kamu duduk-duduk saja di rumah ayahmu atau

ibumu kemudian kamu cermati, apakah kamu memperoleh hadiah ataukah tidak?"

Kemudian Rasulullah Sallallahu'alaihi wa sallam berdiri diwaktu sore setelah

berdoa, bersyahadat, dan memuji Allah dengan puji-pujian yang semestinya bagi-

Nya, kemudian beliau memulai: "Amma ba'du. Ada apa gerangan dengan 'amil

zakat yang kami pekerjakan, dia mendatangi kami dan berujar; 'Ini dari pekerjaan

kalian dan ini hadiah untukku, tidakkah ia duduk-duduk saja di rumah ayahnya atau

ibunya lantas ia cermati, apakah ia memperoleh hadiah ataukah tidak? Demi Dzat

yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, tidaklah seseorang diantara kalian

mengambil harta tanpa haknya, selain pada hari kiamat nanti harta itu ia pikul diatas

tengkuknya, dan jika unta, ia akan memikulnya dan mengeluarkan suara unta, dan

Page 172: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

155

jika sapi, maka sapi itu dipikulnya dan melenguh, dan jika harta yang ia ambil

berupa kambing, maka kambing itu akan mengembik. Sungguh telah

kusampaikan." Kata Abû Humaid, kemudian Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam

mengangkat tangannya hingga kami melihat warna putih ketiaknya. Abu Humaid

berkata, dan telah mendengar hal itu bersamaku adalah Zaid bin Tsabit, dari Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam, maka tanyailah dia.'

2. Sunan Ad-Darimi 1609

ب ن٩٠٠١سننالدارمي حدثنعر وة ري الز ه عن ب رنشعي ب كمب ننفعأخ ب رنأبوال يمانال :أخ

ب رهأ أنهأخ ثالساعدي ن صاري أبحي دال ت ع ملعامالنالنبصلىاللالز ب ي عن علي هوسلماس

عملهف قاليرسولاللهذاالذيلكم وهذاأ ال عاملحيف رغمن ديله علىالصدقةفجاءه

تفب ي أبيكوأمكف نظر تأي ه ف قالالنب صلىاللعلي هوسل دىلكأم لثقاممف هالق عد

قالالنب صلىاللعلي هوسلمعشيةب ع دالصالةعلىال من بف تشهدوأث نعلىالل لهث باهوأه

ديلف هال عملكم وهذاأه ت ع ملهف يأ تيناف ي قولهذامن عدفب ي ق أماب ع دمابلال عاملنس

سممدبيدهلي غل أحدك دىلهأم لوالذين هف ي ن ظرهل ي ه ئاإلجاءي و مم أبيهوأم من هاشي

ب قرةجاءبالا كان كانبعياجاءبهلهراء وإن خال قيامةي ملهعلىعنقهإن كان وإن وار

ب لغ قالأبوحي دث عرف قد ي هوسلميدي هحتإنرفعرسولاللصلىاللعلشاةجاءبات ي

صلىاللعلي ه النب عذلكمعيمن س رةإب طي هقالأبوحي دوقد سلمزي دب نثب ولن ن ظرإلع

فسلوه

Sunan ad-Darimi 1609: Telah mengabarkan kepada kami Abû Al Yaman Al

Hakam bin Nafi' telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah

menceritakan kepadaku 'Urwah bin Az Zubair dari Abû Humaid Al Ansari As

Sa'idi, bahwa ia mengabarkan kepadanya, bahwa Nabi sallallahu 'alaihi wasallam

menggunakan pekerja untuk mengurusi zakat. Kemudian pekerja tersebut datang

kepadanya saat pekerjaannya telah selesai. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, ini yang

menjadi bagian anda dan yang ini dihadiahkan kepadaku." Lalu Nabi sallallahu

'alaihi wasallam bersabda: "Perhatikanlah, jika kamu duduk di rumah bapak dan

Page 173: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

156

ibumu, apakah engkau akan mendapatkan hadiah atau tidak?" Kemudian setelah

shalat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di atas mimbar seraya

mengucapkan syahadat dan memuji Allah dengan pujian yang menjadi milik-Nya.

Kemudian beliau bersabda: "Bagaimana dengan seorang pekerja yang kami

pekerjakan, kemudian datang kepada kami dan berkata, 'Ini hasil dari kerja anda

dan ini dihadiahkan kepadaku.' Lihatlah, jika engkau duduk di rumah bapak dan

ibumu, apakah engkau akan diberi hadiah atau tidak? Demi Dzat yang jiwa

Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang di antara kalian mengambil

sesuatupun darinya yang bukan haknya kecuali pada hari Kiamat ia datang dengan

membawanya pada lehernya, apabila sesuatu tersebut adalah unta maka ia datang

membawanya dengan bersuara unta, apabila sesuatu tersebut adalah sapi maka ia

datang membawanya dengan bersuara sapi, dan apabila sesuatu tersebut adalah

kambing maka ia datang membawanya dengan suara kambing, sungguh aku telah

menyampaikannya." Abû Humaid berkata, "Kemudian Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam mengangkat kedua tangannya hingga kami melihat putihnya kedua ketiak

beliau." Abû Humaid berkata, "Sungguh, Zaid bin Tsabit bersamaku telah

mendengar hal itu tersebut dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, maka tanyakanlah

kepada dia." (Ad Darimi 1609)

3. Sunan ad-Darimi 2382

ب نالز ب ي ع٢٥٣٢سننالدارمي ب رنعر وة أخ ري الز ه عن كمب ننفعحدث ناشعي ب ب رنال :أخ ن

ت ع ملعامالع ب رهأنالنبصلىاللعلي هوسلماس أنهأخ ىالصدقةفجاءهلأبحي دالساعدي

ديلف قالالنب عملهف قاليرسولاللهذاالذيلكم وهذاأه صلىاللال عاملحيف رغمن

دى كف نظر تأي ه تفب ي أبيكوأم امالنب صلىاللعلي هلكأم لثقعلي هوسلمف هالق عد

لهث مداللوأث نعلي هباهوأه قالأماب ع دفماوسلمعشيةب ع دالصالةعلىال من بف تشهدف

ت ع ملهف يأ ت ديلف هالق عدفب ي بلال عاملنس عملكم وهذاأه هيناف ي قولهذامن أبيهوأم

ئاإلجا من هاشي سممدبيدهلي غل أحد من كم دىلهأم لوالذين بهي و مال قيامةءف ي ن ظرأي ه

وإن ب قرةجاءبالاخوار كان كانبعياجاءبهلهراء وإن شاةي ملهعلىعنقهإن كان

رفعالنب صلىاللعلي هوسل ب لغ قالأبوحي دث يدي هحتإنلن ن ظرإلمجاءبات ي عرف قد

Page 174: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

157

رسولاللصلىاللعلي هوسلمز عذلكمعيمن س رةإبطي هقالأبوحي دوقد دب نثب ي ع

فسلوه

Sunan Darimi 2382: Telah mengabarkan kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah

menceritakan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhrî telah mengabarkan kepadaku

'Urwah bin Az Zubair dari Abû Humaid As Sa'idi bahwa ia telah mengabarkan

kepadanya, bahwa Nabi sallallahu 'alaihi wasallam pernah mengangkat seorang

sebagai amil zakat untuk mengambil harta sedekah, ketika amil zakat tersebut

selesai mengambil harta sedekah, ia datang kepada beliau seraya berkata; "Wahai

Rasulullah, ini bagian anda dan ini dihadiahkan kepadaku." Lalu Nabi sallallahu

'alaihi wasallam bersabda: "Tidakkah kamu duduk-duduk saja di rumah ayah dan

ibumu, kemudian kamu lihat, apakah kamu akan diberi hadiah ataukah tidak?"

Ketika sore hari, yaitu setelah salat (Ashar) Nabi sallallahu 'alaihi wasallam berdiri

di atas mimbar, setelah mengucapkan syahadat dan memuji Allah dengan pujian

milikNya, beliau bersabda: "Bagaimana dengan seorang amil zakat yang kami

pekerjakan, kemudian datang kepada kami sambil berkata; "ini adalah bagian anda

dan ini dihadiahkan kepadaku." Tidakkah ia duduk-duduk di rumah ayah dan

ibunya saja, kemudian melihat apakah ia akan diberi hadiah ataukah tidak? Demi

Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang diantara kalian

mengambil sesuatupun yang bukan haknya, kecuali pada hari Kiamat ia akan

datang dengan memikulnya dilehernya, apabila sesuatu itu adalah unta, maka ia

datang memikulnya sambil melenguh, apabila sesuatu itu adalah sapi maka ia

memikulnya sambil mengemoh, dan apabila sesuatu itu adalah kambing, maka ia

datang memikulnya sambil mengembek, sungguh aku telah menyampaikannya."

Abû Humaid berkata; "Setelah itu Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam

mengangkat kedua tangannya hingga kami melihat putih ketiaknya. Abû Humaid

berkata; "Dan sungguh Zaid bin Tsabit telah mendengar hal itu bersamaku dari Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam, (jika tidak percaya) tanyalah kepadanya. (Sunan al-

Darimi 2382)

4. Sahih al-Bukhâri 6464

أبحي دالساعدي أبيهعن هشامعن اعيلحدث ناأبوأسامةعن القحدث ناعب ي دب نإس عىاب نال لتب ت ع ملرسولاللصلىاللعلي هوسلمرجالعلىصدقاتبنسلي ميد ةف لماجاءحاسبهقالهذاياس

كحتت تيكهدي تكأمالكم وهذاهدية ف قالرسولاللصلىاللعلي هوسلمف هالجلس فب ي أبيكو م

مدالل كن صادقاثخطب ناف ت ع ملالرجلمن كم علىإن أس ال عملماولنوأث نعلي هثقالأماب ع دفإن

هحت لأفالجلسفب ي أبيهوأم دي يههدي تهوالللي خذت تاللف يأ تف ي قولهذامالكم وهذاهدية أه

Page 175: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

158

ئابغي حقهإللقياللي ملهي و مال قيامةفلع رفنأحدامن كم ب قرةأحد من كم شي لقياللي ملبعيالهراء أو

شاةت ي أو رعي نوس عألاخوار ذنعرثرفعيدهحترئيب ياضإب طهي قولاللهمهل ب لغ بص

Sahih al-Bukhâri 6464: Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid bin Ismȃ'il, telah

menceritakan kepada kami Abû ‘Usamah dari Hisyam dari ayahnya, dari Abû

Humaid al-Sa'idi mengatakan, Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam pernah

mempekerjakan seorang laki-laki untuk mengelola zakat bani Sulaim yang sering

dipanggil dengan nama Ibnu Al Lutbiyah, tatkala dia datang, dia menghitungnya

dan berkata; 'Ini adalah hartamu dan ini hadiah.' Spontan Rasulullah Sallallahu

'alaihi wasallam berujar: "kenapa kamu tidak duduk-duduk saja di rumah ayahmu

atau ibumu sampai hadiahmu datang kepadamu jika kamu jujur." Kemudian beliau

berpidato di hadapan kami, memuja dan memuji Allah terus bersabda: "Amma ba'd.

Sesungguhnya saya mempekerjakan salah seorang diantara kalian untuk

mengumpulkan zakat yang telah Allah kuasakan kepadaku, lantas ia datang dan

mengatakan; 'ini hartamu dan ini hadiah yang diberikan kepadaku, ' kenapa dia tidak

duduk-duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya sampai hadiahnya datang

kepadanya? Demi Allah, tidaklah salah seorang diantara kalian mengambil sesuatu

yang bukan haknya, selain ia menjumpai Allah pada hari kiamat dengan memikul

hak itu, aku tahu salah seorang diantara kalian menjumpai Allah dengan memikul

unta yang mendengus, atau sapi yang melenguh, atau kambing yang mengembik."

Kemudian beliau mengangkat tangannya hingga terlihat putih ketiaknya seraya

mengatakan: "Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan apa yang kulihat

dengan mataku dan kudengar dengan dua telingaku?"

5. Sahih al-Bukhâri 6658

أبحي دالساعدي٠٠٣٣صيحالبخاري أبيهعن ب رنعب دةحدث ناهشامب نعر وةعن :حدث ناممد أخ

تبيةعلىصدقاتبنسلي م ت ع ملاب نال لماجاءإلرسولاللصلىاللعلي هف أنالنبصلىاللعلي هوسلماس

لف قالرسولاللصلىاللعل دي ي هوسلمف هالجلس فوسلموحاسبهقالهذاالذيلكم وهذههدية أه

ك كن صادقاثقامرسولاللصلىاللعلي هوسلب ي أبيكوب ي أم مفخطبالناسحتت تيكهدي تكإن

ت ع ملرجالمن كم علىأمورماو أس داللوأث نعلي هثقالأماب ع دفإن ف ي قولهذالنوح اللف يأ تأحدكم

هحتت تيههدي تهإ لف هالجلسفب ي أبيهوب ي أم دي كانصادقاف والللي خذن لكم وهذههدية أه

ئاقاله هاشي من بعيلهراء شام بغي حقهإلجاءاللي ملهي و مال قيامةألفلع رفنماجاءاللرجل بأحدكم

شاةت ي عرثرفعيدي هحترأي ب ياضإب طي هأل أو بب قرةلاخوار غ هل ب لأو

Page 176: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

159

Sahih al-Bukhâri 6658: Telah menceritakan kepada kami Muhammad Telah

mengabarkan kepada kami 'Abdah telah menceritakan kepada kami Hisyam bin

‘Urwah dari ayahnya dari Abû Humaid as Sa'idi, bahwa Nabi sallallahu 'alaihi

wasallam pernah mempekerjakan Ibnu lutbiyah untuk menghimpun sedekah bani

Sulaim. Tatkala ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan

Rasulullah mengevaluasinya, ia mengatakan; 'Ini bagian untukmu dan ini hadiah

untukku.' Spontan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "tidakkah jika

engkau duduk saja di rumah ayahmu dan rumah ibumu, maka apakah akan datang

hadiahmu kepadamu jika memang engkau jujur." kemudian Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam berdiri dan berpidato kepada manusia, beliau memuja

dan memuji Allah, kemudian mengatakan: 'Amma ba'du. Sesungguhnya saya

mempekerjakan beberapa orang diantara kalian untuk urusan yang Allah

menguasakannya kepada saya, lantas salah seorang diantara kalian mengatakan ini

bagian untukmu dan ini hadiah untukku. tidakkah jika dia duduk saja di rumah

ayahnya dan rumah ibunya, maka apakah akan datang hadiahnya kepadanya jika

memang dia juju… Demi Allah, tidaklah salah seorang diantara kalian mengambil

sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah dengan memikul

barang yang diambilnya, ketahuilah, aku tahu ada seseorang yang menghadap Allah

dengan memikul untanya yang mendengus, ada yang memikul sapinya yang

melenguh, ada yang memikul kambingnya yang mengembik." kemudian beliau

mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih kedua ketiaknya.

6. Sahih Muslim 3414

أبح٥٣٩٣صيحمسلم أبيهعن كري بممدب نال عالءحدث ناأبوأسامةحدث ناهشام عن ي د:حدث ناأبو

ز دعل ال ت ع ملرسولاللصلىاللعلي هوسلمرجالمن قالاس ت بيةىصدقاتبنالساعدي عىاب نال سلي ميد

الجلس فب ي أبيكهف لماجاءحاسبهقالهذامالكم وهذاهدية ف قالرسولاللصلىاللعلي هوسلمف

كحتت تيكهدي تك وأم مداللوأث نعلي هثقالأماب ع دفإن كن صادقاثخطب ناف ت ع ملالرجلإن أس

لأفال دي هحتمن كم علىال عملماولناللف يأ تف ي قولهذامالكم وهذاهدية أه جلسفب ي أبيهوأم

ئابغي حقهإللق هاشي من كانصادقاوالللي خذأحد من كم ياللت عالي ملهي و مال قيامةت تيههدي تهإن

عرثرفعيدي هحتفلع رفنأحدامن كم شاةت ي أو ب قرةلاخوار رئيب ياضإب طي هلقياللي ملبعيالهراء أو

ي ن ثقالاللهمهل ب لغ بصر

Page 177: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

160

كري بحدث ن عأذنوحدث ناأبو رب نأبشوس بةحدث ناعب داعب دةواب نني وأبومعاويةحوحدث ناأبوبك ي

ناد س هشامبذااإل كل هم عن يان ب دةواب نوفحديثعالرحيمب نسلي مانحوحدث نااب نأبعمرحدث ناس

كماقالأبوأسامةوفحديثاب نني ت ع لمنواللوالذين ني ف لماجاءحاسبه سيبيدهلي خذأحدكم

ع يانقالبصرعي نوس ئاوزادفحديثس هاشي كانمن حاضرامعيوحدث ناهأذنيوسلوازي دب نثب فإنه

وانوهوأبوالزند عب داللب نذك عن بان الشي عن ب رنجرير قب نإب راهيمأخ أبإس عر وةب نالز ب ي عن عن

ت ع ملرجالعلىالصدقةفجاءبسح أنرسولاللصلىاللعلي هوسلماس كثيفجعلي قولهذاوي دالساعدي اد

ديإلفذكرن وهقالعر وةف قل لبحي دال رسولالللكم وهذاأه ع تهمن أس صلىاللعلي هوسلمساعدي

فيهإلأذن ف قالمن

Sahih Muslim 3414: Telah menceritakan kepada kami Abû Kuraib, Muhammad

bin al-'Ala' telah menceritakan kepada kami Abû ‘Usamah telah menceritakan

kepada kami Hisyam dari ayahnya dari Abû Humaid As Sa'idi dia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengangkat seorang laki-laki dari

Azdi yang bernama Ibnu Al Lutbiyah untuk memungut zakat Bani Sulaim, ketika

sekretarisnya datang dia berkata, "Ini adalah harta kalian sedangkan ini adalah

hadiah untukku." Maka Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidakkah

kamu duduk-duduk saja di rumah ibu atau bapakmu sehingga datang orang yang

memberi hadiah kepadamu, jika kamu benar demikian." Setelah itu beliau

berkhutbah, setelah beliau memuji dan menyanjung Allah, beliau sampaikan:

"Amma ba'du. Sesungguhnya saya telah meemngangkat seseorang dari kalian

sebagai pegawai untuk suatu pekerjaan yang Allah bebankan kepadaku, kemudian

dia datang seraya berkata, 'Ini adalah hartamu, sedangkan yang ini adalah hadiah

yang diberikan kepadaku, tidakkah dia duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibunya

menunggu sampai ada orang yang memberi hadiah kepadanya, jika dia orang yang

benar. Demi Allah, tidaklah salah seorang dari kalian mengambil sesuatu darinta

tanpa hak, kecuali ia akan bertemu Allah Ta'ala pada hari Kiamat dengan membawa

(harta tersebut). Dan sungguh saya akan mengenal salah seorang dari kalian saat ia

datang menemui Allah dengan membawa unta atau sapi yang melenguh-lenguh,

atau kambing yang mengembek-embek." Setelah itu beliau mengangkat kedua

tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya, kemudian beliau mengucapkan:

"Ya Allah, telah saya sampaikan. Mataku telah melihatnya dan kedua telingaku

telah mendengarnya." Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah

menceritakan kepada kami 'Abdah dan Ibnu Numair serta Abû Mu'awiyah. (dalam

jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abû Bakar bin Abû Syaibah

telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahim bin Sulaiman. (dalam jalur lain

Page 178: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

161

disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abû 'Umar telah menceritakan

kepada kami Sufyan mereka semua dari Hisyam dengan isnad ini, dan dalam hadits

'Abdah dan Ibnu Numair disebutkan, 'Kemudian pencatatnya (sekretarisnya)

datang, ' seperti yang disebutkan oleh Abû ‘Usamah. Dan dalam hadits Ibnu Numair

disebutkan, 'Sungguh kalian telah mengetahuinya, demi Allah yang jiwaku berada

di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian mengambil sesuatupun darinya

…', dan dalam hadis Sufyan ditambahkan, 'Beliau bersabda: "Mataku telah

melihatnya dan kedua telingaku juga telah mendengarnya." Kemudian mereka

bertanya kepada Zaid bin Tsabit yang saat itu dia menyaksikan peristiwa tersebut

bersamaku." Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah

mengabarkan kepada kami Jarir dari Asy Syaibani dari ‘Abdullah bin Dzakwan -

yaitu Abû Az Zinnad- dari 'Urwah bin Zubair dari Abû Humaid As Sa'idi bahwa

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam pernah mengangkat seorang laki-laki untuk

memungut zakat, tidak lama kemudian dia datang dengan membawa hasil yang

banyak, lalu dia berkata, 'Ini adalah harta anda sedangkan yang ini adalah hadiah

untukku…kemudian dia menyebutkan hadits seperti itu." 'Urwah berkata, "Lalu

saya bertanya kepada Abû Humaid As Sa'idi, "Apakah kamu mendengarnya dari

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam?" dia menjawab, "Dari mulut beliau ke kedua

telingaku."

7. Sahih al-Bukhâri 6639

يان ب نعب داللحدث ناس ب رنأبوحي دالساعدي حدث ناعلي ععر وةأخ أنهس ري الز ه عن

تبيةع دي قاللهاب نال بنأس ت ع ملالنب صلىاللعلي هوسلمرجالمن م ىصدقةف لماقدمقالهذالكلقالاس

يانأي ضافصعد ديلف قامالنب صلىاللعلي هوسلمعلىال من بقالس مداللوأث نعلي هاوهذاأه ب رف ل من

عثهف يأ تي قولهذالكوهذا هف ثقالمابلال عاملن ب دىلهأم للف هالجلسفب ي أبيهوأم ي ن ظرأي ه

كان ءإلجاءبهي و مال قيامةي ملهعلىرق بتهإن سيبيدهلي تبشي ب قرةلاخوبوالذين عيالهراء أو ار

عرثرفع شاةت ي أو

رت إب طي هألهل ب لغ ثالث يدي هحترأي ناع

ري ي قل الز ه عهمعيول عأذنيوأب صرت هعي نوسلوازي دب نثب فإنهس عأذنقالس س

{ ت أرون }:كصو تال ب قرة ؤارمن وا صو ت { خوار }:

Sahih al-Bukhâri 6639: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari Al-Zuhrî, ia mendengar 'Urwah telah

Page 179: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

162

mengabarkan kepada kami, Abû Humaid al-Sa'idi mengatakan, pernah Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya

Ibnul Utbiyah untuk menggalang dana sedekah. Orang itu datang sambil

mengatakan; "Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku." Secara spontan Nabi shallallahu

'alaihi wasallam berdiri diatas minbar -sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi;

'naik minbar-, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda; "ada apa

dengan seorang amil zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan; ini

untukmu dan ini hadiah untukku! Cabalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau

rumah ibunya, dan cermatilah, apakah ia menerima hadiah ataukah tidak? Demi

Dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, tidaklah seorang amil zakat membawa

sesuatu dari harta zakat, selain ia memikulnya pada hari kiamat diatas tengkuknya,

jikalau unta, maka unta itu mendengus, dan jika sapi, ia melenguh, dan jika

kambing, ia mengembik, " kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga

kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan: " ketahuilah, bukankah

telah kusampaikan?" (beliau mengulang-ulanginya tiga kali). Sedang Sufyan

mengatakan; Al-Zuhrî telah mengisahkannya kepada kami, dan Hisyam

menambahkan dari ayahnya dari Abû Humaid mengatakan; 'kedua telingaku

mendengar dan mataku melihatnya, ' dan mereka menanyakan kepada Zaid bin

Tsabit bahwasanya ia mendengarnya bersamaku, sedang Az Zuhrî tidak

mengatakan; 'telingaku mendengar lenguh'.

8. Musnad Ahmad 22492

ععر وةي قولأنأبوحي دالساعدي قال٢٢٣١٢مسندأحد س ري يانعنالز ه :حدث ناس

ز دي قاللهاب نالل ت بيةعلىصدق ال ت ع ملالنب صلىاللعلي هوسلمرجالمن ف قالهذالكم وهذاةفجاءاس

عث ديلف قامرسولاللصلىاللعلي هوسلمعلىال من بف قالمابلال عاملن ب هف يجيءف ي قولهذالكم أه

ه ديلأفالجلسفب ي أبيهوأم سممدبيدهوهذاأه دىإلي هأم لوالذين ف ي ن ظرأي ه لي تأحد من كم

ب قرةلا كانبعيالهراء أو ءإلجاءبهي و مال قيامةعلىرق بتهإن هابشي عرخمن شاةت ي أو ثرفعيدي هحتوار

رةيدي هثقال رأي ناع

عأذنوأب صرعي نوسلوازي دب نثب اللهمهل ب لغ ثالث وزادهشامب نعر وةقالأبوحي دس

Musnad Ahmad 22492: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhrî

dia mendengar Urwah berkata; bahwasanya Abû Humaid As Sa'idi berkata; Nabi

Sallallahu 'Alaihi wa Salam menugaskan seseorang dari Al Azdi bernama Ibnu Al

Lutbiyyah untuk mengurus zakat, ia datang lalu berkata: Ini untuk Tuan dan ini

hadiah yang diberikan padaku. Lalu Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Salam berdiri

Page 180: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

163

diatas mimbar dan bersabda: "Ada apa dengan seorang petugas yang kami utus lalu

datang dan berkata; Ini untuk Tuan dan ini hadiah yang diberikan padaku. Kenapa

ia tidak duduk saja dirumah ayahnya dan ibunya lalu menunggu apakah ada yang

memberinya hadiah atau tidak. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada

ditanganNya, tidaklah seorang dari kalian membawanya sedikit pun melaikan akan

membawanya pada hari kiamat dilehernya meski berupa unta yang berbusa, sapi

lemah atau kambing bercacat." Kemudian beliau mengangkat kedua tangan hingga

kami melihat kelabunya tangan beliau lalu beliau bersabda: "Ya Allah! Apakah

telah aku sampaikan?" beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Hisyam bin

'Urwah menambahkan: Berkata Abû Humaid: Telingaku mendengar dan mataku

melihat, tanyakan kepada Zaid bin Tsabit.

9. Sahih Muslim 3413

ر والناقدواب نأبعمروالل٥٣٩٥صيحمسلم بةوعم رب نأبشي ظلب:حدث ناأبوبك رقالواحدث نا بك

قال أبحي دالساعدي عر وةعن عن ري الز ه نةعن يانب نعي ي س

دي قاللهاب نالل ت بية س ال ت ع ملرسولاللصلىاللعلي هوسلمرجالمن ر وواب نأبعمرعلىالصدقةقااس لعم

ديلقالف قامرسولاللصلىاللعلي هوسلمع مداللوأث نف لماقدمقالهذالكم وهذالأه لىال من بف

هعلي هوقالمابلعامل فب ي أم ديلأفالق عدفب ي أبيهأو حتي ن ظرأب عثهف ي قولهذالكم وهذاأه

ئاإلجاءبه هاشي من سممدبيدهلي نالأحد من كم دىإلي هأم لوالذين مال قيامةي ملهعلىعنقهي و أي ه

رت إب ط شاة ت ي عرثرفعيدي هحترأي ناع أو ب قرة لاخوار ي بعي لهراء أو هثقالاللهمهل ب لغ مرت ي

قب نإب ر عر وةعن حدث ناإس عن ري الز ه عن ب رنعب دالرزاقحدث نامع مر أبحي داهيموعب دب نحي دقالأخ

ال ت ع ملالنب صلىاللعلي هوسلماب نالل ت بيةرجالمن قالاس ىالصدقةفجاءبل مالفدف عهإلز دعلالساعدي

لف قاللهالنب دي صلىاللعلي هوسلمف قالهذامالكم وهذههدية أه تالنب صلىاللعلي هوسلمأفالق عد

دىإلي كأم لثقامالنب صلىاللعلي هوسلمخطيباثذكفب ي أبيك كف ت ن ظرأي ه يانروأم ن وحديثس

Sahih Muslim 3413: Telah menceritakan kepada kami Abû Bakar bin Abi Syaibah

dan 'Amru An Naqid serta Ibnu Abî ‘Umar sedangkan lafadznya dari Abû Bakar,

mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari Az

Zuhrî dari 'Urwah dari Abû Humaid Al-Sa'idi dia berkata, "Rasulullah sallallahu

'alaihi wasallam memperkerjakan seorang laki-laki dari suku Al Asad bernama Ibnu

Luthbiyah -Amru dan Ibnu Abû 'Umar berkata- untuk mengumpulkan harta

Page 181: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

164

sedekah (zakat). Ketika menyetorkan zakat yang dipungutnya, dia berkata, "Zakat

ini kuserahkan kepada anda, dan ini pemberian orang kepadaku." Abû Humaid

berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berpidato di atas mimbar,

setelah beliau memuji dan menyanjung Allah, beliau sampaikan: "Ada seorang

petugas yang aku tugaskan memungut zakat, dia berkata, 'Zakat ini yang kuberikan

(setorkan) kepada anda, dan ini pemberian orang kepadaku.' Mengapa dia tidak

duduk saja di rumah ibu bapaknya menunggu orang mengantarkan hadiah

kepadanya? Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, tidak ada

seorangpun di antara kalian yang mengambil sesuatu (yang bukan haknya),

melainkan pada hari kiamat kelak dia akan memikul unta yang digelapkannya itu

melenguh-lenguh di lehernya, atau sapi (lembu) yang melenguh, atau kambing yang

mengembek-embek." Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga

kami melihat putih kedua ketiaknya, kemudian beliau bersabda: 'Ya Allah, telah

aku sampaikan.' Beliau mengatakannya dua kali." Telah menceritakan kepada kami

Ishaq bin Ibrahim dan ‘Abd bin Humaid keduanya berkata; telah mengabarkan

kepada kami ‘Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Az

Zuhrîdari 'Urwah dari Abû Humaid As Sa'idi dia berkata, "Nabi sallallahu 'alaihi

wasallam pernah mengangkat Ibnu Lutbiyah, yaitu seorang laki-laki dari Asd

(menjadi seorang pegawai), untuk memungut zakat, kemudian dia datang kepada

Nabi sallallahu 'alaihi wasallam dan menyerahkan zakat yang di pungutnya, lalu dia

berkata, "Ini adalah zakat yang aku setorkan kepada anda, dan ini adalah pemberian

orang kepadaku." Kemudian beliau bersabda: "Mengapa dia tidak duduk saja di

rumah ibu bapaknya sambil menunggu apakah ada orang yang hendak

mengantarkan hadiah kepadanya ataukah tidak." Setelah itu Nabi sallallahu 'alaihi

wasallam berdiri berkhutbah." Kemudian dia menyebutkan hadis seperti Sufyan."

10. Sunan Abû Dâwud 2557

أبحي دحدث نااب نا عر وةعن عن ري الز ه يانعن ظهقالحدث ناس لسر حواب نأبخلفل

ز دي قاللهاب نالل ت ال ت ع ملرجالمن أنالنبصلىاللعلي هوسلماس ت بيةبيةالساعدي قالاب نالسر حاب نال

ديلف قامالنب صلىاللعلي هوسلمعل مداللوأث نىعلىالصدقةفجاءف قالهذالكم وهذاأه ال من بف

عثه أبعلي هوقالمابلال عاملن ب هأو ديلألجلسفب ي أم يهف ي ن ظرف يجيءف ي قولهذالكم وهذاأه

كانبع ذلكإلجاءبهي و مال قيامةإن ءمن دىلهأم للي تأحد من كم بشي ب قرةف لهاف لهراء ياأي ه أو

رةإبطي هثقالاللهمهل ب لغ عرثرفعيدي هحترأي ناع شاةت ي أو للهمهل ب لغ اخوار

Sunan AbûDȃwud 2557: Telah menceritakan kepada kami Ibnu As Sarh, dan Ibnu

Abû Khalaf, dengan lafadznya, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami

Page 182: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

165

Sufyan dari Al-Zuhrî dari 'Urwah, dari Abû Humaid Al-Sa'idi, bahwa Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam mengangkat seorang laki-laki dari Azd yang bernama

Ibnu Al Lutbiyyah sebagai pegawai. -Ibnu As Sarh berkata; Ibnu Al Utbiyyah-.

Untuk mengurusi zakat, kemudian ia datang dan berkata; ini yang menjadi untuk

anda dan yang ini dihadiahkan kepadaku. Kemudian Nabi sallallahu 'alaihi

wasallam berdiri di atas mimbar lalu memuji Allah dan bersabda: "Bagaimana

dengan seorang pekerja yang kami utus, kemudian datang dan berkata; ini untuk

anda dan ini dihadiahkan kepadaku. Tidakkah sekiranya ia duduk di rumah ayah

atau ibunya kemudian menunggu, apakah ia akan diberi hadiah atau tidak? Tidaklah

seseorang diantara kalian mengambil sesuatu (dari suatu tugas), kecuali pada Hari

Kiamat ia datang dengan membawa pada lehernya, apabila sesuatu tersebut adalah

unta maka unta tersebut bersuara unta, apabila atau sapi maka sapi tersebut bersuara

sapi, dan kambing yang mengembik." Kemudian Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam mengangkat kedua tangannya hingga kami melihat putih kedua

ketiaknya. Kemudian beliau mengucapkan: "Ya Allah, bukankah aku telah

menyampaikan? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan?"

Page 183: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

166

LAMPIRAN-2

Ringkasan Analisis Kualitas Hadis Gratifikasi

A. Kelompok Hadis-1 (HN2): HR al-Bukhȃri

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai Al-

Qur’an, Hadis

Sahih, Akal

sehat?

Abû Humaid as-

Sa'idî

(‘Abdurrahman

bin Sa’ad)

60 H Muttasil Tsiqah Sahabat Sesuai dengan

Al-Qur’an.

Hadis Nabi

yang kuat, dan

akal sehat atau

empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

'Urwah bin al-

Zubair (bin al-

‘Awwam bin

Khuwailid bin

asad bin ‘Abdul

Izzi)

94 H Muttasil Tsiqah

Faqih

Masyhur

IHA.Taqribut

Tahdzib.

h.674.

Al-Zuhrî

(Muhammad bin

Muslim bin

‘Ubaidillah bin

‘Abdullah bin

Syihab)

124 H Muttasil Faqih

Hȃfidz

Tsiqah

IHA.Taqribut

Tahdzib.

h.896.

Al-Mizzi.

Tahdzibul

Kamal.jilid26.

h. 433.

Sufyan (bin

‘Uyainah bin

Abî ‘Imrȃn

Maimun)

198 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

Faqih

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.395

'Abdullah bin

Muhammad (bin

‘Abdullah bin

Ja’far)

229 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

IHA. Taqribut

Tahdzib. h542

Al-Bukhâri (Abû

‘Abdullah

Muhammad bin

Ismȃ’îl)

256 H Muttasil Jabal

Hȃfidz

Imam

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.825.

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Derajat Hadis: Sahih

Page 184: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

167

B. Kelompok Hadis-2 (HN3): HR Abû Dȃwud

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai Al-

Qur’an, Hadis

Sahih, Akal

sehat?

Abû Umamah

(Sadli bin Azlan) 86 H Muttasil Tsiqah Sahabat Sesuai dengan

Al-Qur’an.

Hadis Nabi

yang kuat, dan

akal sehat atau

empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

Al Qȃsim (Al

Qȃsim bin

‘Abdur Rahman)

112H Muttasil Sadûq IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.792

Khȃlid bin abî

‘Imrȃn 129 H Muttasil Faqih

Sadûq

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.289.

‘Abdullah Ibnu

Ja’far 135 H Muttasil Tsiqah IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.497

‘Umar bin Mȃlik - Muttasil La Ba’sa

bihi

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.726

Ibnu wahab

(‘Abdullah bin

Wahab bin

Muslim)

197 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

‘Abid

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.556

Ahmad bin

‘Amru (bin

abdullah bin

‘Amru al-Sarh)

250 H Muttasil Tsiqah IHA. Taqribut

Tahdzib. h.96

Abû Dȃwud

(Sulaiman bin

asy’at bin Ishaq

bin Basyir bin

Syaddad Al Azdi

as-Sijistani)

275 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

IHA. Taqribut

Tahdzib.

h.404

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Catatan: * Tahun wafat ‘Umar bin Mȃlik tidak dijelaskan dalam kitab Tahdzibul

Kamal dan Taqribut Tahdzib. Namun dalam Tahdzibul Kamal hal 493, dijelaskan

bahwa salah seorang guru dari ‘Umar bin Mȃlik adalah ‘Ubaidullah bin Abî Ja’far

dan salah seorang murid beliau ‘Abdullah bin Wahab. Sehingga sanadnya muttasil.

Derajat Hadis: Hasan

Page 185: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

168

C. Kelompok Hadis-3 (HN4): HR Ahmad

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai Al-

Qur’an, Hadis

Sahih, Akal

Sehat?

Abû Humaid al-

Sa'idî

60 H Muttasil Tsiqah Sahabat Sesuai dengan

Al-Qur’an.

Hadis Nabi

yang kuat,

dan akal sehat

atau empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

'Urwah bin Al-

Zubair

93 H Muttasil Tsiqah

Faqih

Masyhur

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.674.

Yahya bin Said

bin Qais

144 H Muttasil Tsiqah

Tsabat

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.1056

Ismȃ’îl bin

Ayyasy bin

Sulaim

181 H Muttasil Sadûq IHA.Taqribut

Tahdzib. h.142

Ishaq bin ‘Isa

bin Najih

215 H Muttasil Sadûq

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.131

Ahmad bin

Hanbal

241 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

Imam

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.88

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Derajat Hadis: Hasan

Page 186: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

169

D. Kelompok Hadis-4 (HN5): HR Al-Nasa’i

1. Hadis al-Nasa’i dari ‘Ali bin Hijr

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai Al-

Qur’an,

Hadis Sahih,

Akal sehat ?

Masrûq bin al-

Ajda’ bin Mȃlik

bin ‘Umayyah

63 H Hanya

sampai

Tabiin

Tsiqah

Faqih

‘Abid

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.935.

Sesuai

dengan Al-

Qur’an.

Hadis Nabi

yang kuat,

dan akal

sehat atau

empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

Abû Wa’il

(Syaqiq bin

Salamah)

82 H Muttasil Tsiqah IHA.Taqribut

Tahdzib. h.439

Al-Hakam bin

Utaibah

113 H Muttasil Tsiqah

tsabat

Faqih

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.263

Mansûr bin

Zadzan

129 H Muttasil Tsiqah

tsabat

‘Abid

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.972

Ibnu khalîfah

(Khalaf bin

khalîfah bin

sha’id)

181 H Muttasil Sadûq,

Ikhtilat

di masa

tua.

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.299

‘Ali bin Hijr bin

Iyasy

244 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.691.

Al-Nasa’i

(Ahmad bin

Syuaib bin ‘Ali

bin Sinan bin

Bahr)

303 H Muttasil Al hȃfidz

Sahibul

Sunan

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.91

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Derajat Hadis: Da’îf ( Maqtu’)

Page 187: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

170

2. Hadis al-Nasa’i Dari Qutaibah

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai Al-

Qur’an,

Hadis Sahih,

Akal sehat?

Masrûq 60 H Hanya

sampai

Tabiin

Tsiqah

Faqih

‘Abid

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.935.

Sesuai

dengan Al-

Qur’an,

Hadis Nabi

yang kuat,

dan akal

sehat atau

empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

Abû Wa’il

(Syaqiq bin

Salamah)

93 H Muttasil Tsiqah IHA.Taqribut

Tahdzib. h.439

Hakam bin

‘Utaibah

144 H Muttasil Tsiqah

tsabat

Faqih

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.263

Mansûr bin

Zadzan

181 H Muttasil Tsiqah

tsabat

‘Abid

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.972

Ibnu khalîfah

(Khalaf bin

khalîfah bin

sa’id)

215 H Muttasil Sadûq,

Ikhtilat

di masa

tua.

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.299

Qutaibah bin

Sa’id

240 H Muttasil Tsiqah

Tsabat

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.799

Al-Nasai

(Ahmad bin

Syuaib bin ‘Ali

bin Sinan bin

Bahr)

303 H Muttasil Al-

Hafidz

Sahibul

Sunan

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.91

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Derajat Hadis: Da’îf (Maqtu’)

Page 188: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

171

E. Kelompok Hadis-5 (HN6): HR Muslim

Perawi

Tahun

Wafat

Kritik Sanad Kritik Matan

Muttasil? Tsiqah? Keterangan Sesuai

Al-Qur’an,

hadis sahih,

akal sehat?

‘Adi bin

‘Amîrah al-

Kindi

58 H Muttasil Tsiqah Sahabat Sesuai

dengan Al-

Qur’an.

Hadis Nabi

yang kuat,

dan akal

sehat atau

empiris

(kenyataan di

Masyarakat).

Qais bin Abû

Hazim 97 H Muttasil Tsiqah IHA.Taqribut

Tahdzib. h.803

Ismȃ’îl bin Abî

Khȃlid

128 H Muttasil Tsiqah

Tsabat

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.138

Waki’ bin al

Jarrah bin Malih 196 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

‘Abid

IHA.Taqribut

Tahdzib. h.1037

Abû Bakar

(‘Abdullah bin

Muhammad bin

abi Syaibah

Ibrahim bin

‘Utsman)

235 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

IHA.Taqribut

Tahdzib.h.540

Muslim (bin al-

Hajjaj bin

Muslim al-

Kusairi an-

Naisaburi)

261 H Muttasil Tsiqah

Hȃfidz

Imam

IHA.Taqribut

Tahdzib.h.938.

Ket. IHA: Ibnu Hajar al-‘Asqalȃni

Derajat Hadis: Sahih

Page 189: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

172

LAMPIRAN-3

Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kemenag Kabupaten Bogor

Page 190: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

173

LAMPIRAN-4

Kuesioner

Pengaruh Pemahaman Hadis Tentang Gratifikasi

Terhadap Perilaku Anti Gratifikasi

Studi Kasus: Pegawai KUA Di Kabupaten Bogor Dan Bone

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Pegawai KUA, Kementerian Agama

di Kabupaten Bogor/Bone

Dengan Hormat,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan Tesis, sabagai syarat

mendapatkan gelar Master Agama di Program Magister Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Tafsir Hadis, Program Studi Hadis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Judul penelitian ini adalah Pengaruh Pemahaman Hadis Tentang Gratifikasi

terhadap Perilaku Anti Gratifikasi. Studi kasus pegawai KUA di Kabupaten Bogor

dan Bone.

Saya memohon kesediaan bapak/ibu, untuk mengisi kuesioner di bawah ini.

Jawaban yang bapak/ibu berikan tidak dinilai dari benar atau salah, tetapi

berdasarkan penilaian objektif terhadap pernyataan yang tertulis di kuesioner ini.

Perlu saya jelaskan bahwa penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan

akademis semata. Outputnya diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah

khususnya Kementerian Agama dan KUA, masyarakat dan para akademisi.

Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu mengisi kuesioner ini, kami ucapkan

banyak terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak/ibu dengan

pahala yang besar. Aamiin.

Salam,

Untung Afandi

I. PERTANYAAN UMUM

1. KUA KECAMATAN:…………………………………………………

2. Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan

3. Usia: a. 20-35 tahun b. 35-45 tahun

c. 45 tahun-55 tahun d. > 55 tahun

4. Lama Bekerja : a. < 1 Tahun b. 1 – 5 Tahun

c. 6 – 10 d. > 10 Tahun.

Page 191: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

174

5. Pendidikan: a. SLTA/Aliyah b. Diploma c. S1

d. S2 e. S3

6. Jurusan Pendidikan (terkait no 6) :

a. Keagamaan (Usuluddin/Syariah, dsb)

b. Umum (FISIP/Ekonomi, dsb)

II. PERTANYAAN KHUSUS

PETUNJUK :

Untuk bagian A, B, C, D berilah tanda silang (X) pada kolom penilaian

sesuai pandangan saudara.

1 STS : Sangat Tidak setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa

pernyataan yang ada disebelah kiri salah sama sekali. Pernyataan

tersebut tidak ada kebenarannya.

2 TS : Tidak setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa pernyataan yang

ada disebelah kiri salah besar, hanya sedikit sekali kebenarannya.

3 KS : Kurang setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa pernyataan yang

ada disebelah kiri mengandung kesalahan sedikit lebih besar dibanding

kebenarannya.

4 CS : Cukup setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa pernyataan yang

ada disebelah kiri mengandung kebenarannya sedikit lebih besar

dibanding kesalahannya.

5 S : Setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa pernyataan yang ada

disebelah kiri sangat besar kebenarannya, hanya sedikit kesalahannya.

6 SS : Sangat Setuju. Menunjukkan sikap saudara bahwa pernyataan yang

ada disebelah kiri benar sama sekali. Pernyataan tersebut tidak ada

kesalahannya.

Page 192: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

175

A. GOOD GOVERNANCE

PERNYATAAN STS TS KS CS S SS

1

Ada Peraturan khusus di KUA (tempat saya bekerja) tentang profesionalisme dalam memberikan pelayanan publik.

1

2

3

4

5 6

2

Pemimpin di lingkungan KUA (tempat saya bekerja) memiliki visi dan program yang jelas.

1

2

3

4

5

6

3

KUA (tempat saya bekerja) membuat dokumen perencanaan dan anggaran, laporan keuangan, serta laporan kinerja dengan baik.

1

2

3

4

5 6

4

Masyarakat mudah mendapatkan akses informasi KUA terkait mekanisme pelayanan, tarif pelayanan, pengadaan barang dan jasa, dan informasi lainnya baik melalui website maupun cara lainnya.

1

2

3

4

5 6

5

Pelayanan publik di KUA tempat saya bekerja tidak diskriminatif. Semua masyarakat diperlakukan sama.

1

2

3

4

5 6

B. PERSEPSI TERHADAP BUDAYA MASYARAKAT

PERNYATAAN STS TS KS CS S SS

1

Budaya, di daerah saya bekerja, menanamkan sifat kejujuran dalam bekerja dan kehidupan sehari hari.

1

2

3

4

5 6

2

Budaya, di daerah saya bekerja, menanamkan sifat malu bila melakukan pelanggaran terhadap peraturan.

1

2

3

4

5 6

C. ORIENTASI KEAGAMAAN (INTERNAL DAN EKSTERNAL)

PERNYATAAN STS TS KS CS S SS

1

Apa yang saya yakini tidaklah penting, yang penting saya menjunjung kehidupan yang bermoral dan tidak menganggu orang lain.

1

2

3

4

5 6

2

Walaupun saya seorang yang beragama, namun saya menolak agama dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari.

1

2

3

4

5 6

3

Saya berusaha keras untuk memasukkan agama dalam kehidupan sehari-hari. 1 2 3 4

5 6

4

Penting bagi saya untuk menghabiskan waktu untuk ibadah, perenungan dan pemikiran keagamaan

1

2

3

4

5 6

5

Saya membaca literatur tentang agama dan keyakinan saya untuk menambah ilmu dan keyakinan saya.

1

2

3

4

5 6

Page 193: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

176

D. PERILAKU TERHADAP PEMBERIAN HADIAH

PERNYATAAN STS TS KS CS S SS

1

Dalam menjalankan tugas, saya tidak pernah berfikir untuk meminta hadiah atas pekerjaan yang saya lakukan, selain yang sudah ditetapkan dalam peraturan.

1

2

3

4

5 6

2

Bila seseorang memberi saya hadiah agar saya memudahkan urusannya, saya tidak akan menerimanya.

1

2

3

4

5 6

3

Saya tidak akan menerima hadiah atas pekerjaan saya, walaupun hanya sekedar ucapan terimakasih.

1

2

3

4

5 6

4

Saya biasa memberikan hadiah kepada pejabat publik yang lebih tinggi untuk memudahkan urusan saya.

1

2

3

4

5 6

5

Saya biasa memberikan hadiah kepada pejabat publik yang lebih tinggi hanya sebagai ucapan rasa terimakasih.

1

2

3

4

5 6

E. PEMAHAMAN HADIS

Untuk bagian E ini berilah silang (X) pada kolom penilaian sesuai pandangan saudara.

Keterangan Skala:

1 STP (Sangat tidak paham). Saudara sama sekali belum pernah tahu ajaran/hadis yang

tertulis di kolom sebelah kiri .

2 TP (Tidak Paham). Saudara pernah mendengar/membaca sekilas ajaran/hadis yang

tertulis di kolom sebelah kiri dan tidak tahu maksudnya.

3 KP (Kurang Paham). Saudara sudah mengetahui ajaran/hadis yang tertulis di kolom

sebelah kiri, tapi tidak paham maksudnya.

4 CP (Cukup Paham). Saudara sudah mengetahui ajaran/hadis yang tertulis di kolom

sebelah kiri, tapi hanya sedikit paham maksudnya.

5 P (Paham). Saudara sudah mengetahui ajaran/hadis yang tertulis di kolom sebelah kiri

dan paham maksudnya.

SP (Sangat Paham). Saudara sudah mengetahui ajaran/hadis yang tertulis di kolom

sebelah kiri dan sangat paham maksudnya.

Page 194: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

177

AJARAN/HADIS NABI STP TP KP CP P SP

1

Secara umum, saya memahami bahwa

ajaran Islam, diantaranya tertulis pada

hadis Nabi Muhammad SAW,

melarang korupsi.

1

2

3

4

5

6

2

Telah menceritakan kepada kami

'Abdullah bin Muhammad telah

menceritakan kepada kami Sufyan

dari Az-Zuhrî dari 'Urwah bin Az

Zubair dari Abû Humaid as-Sa'idiy

radiallahu 'anhu berkata; Nabi

sallallahu 'alaihi wasallam

memperkerjakan seorang laki-laki dari

suku Al Azdî sebagai pemungut zakat.

Ketika datang dari tugasnya, dia

berkata: "Ini untuk kalian sebagai

zakat dan ini dihadiahkan

untukku". Beliau berkata:

"Biarkanlah dia tinggal di rumah

ayahnya atau ibunya lalu dia lihat

apakah benar itu dihadiahkan untuknya

atau tidak. Dan demi Dzat yag jiwaku

di tangan-Nya, tidak seoragpun yang

mengambil sesuatu (yang bukan

haknya), kecuali dia akan datang

pada hari qiyamat dengan

dipikulkan di atas lehernya berupa

unta yang berteriak, atau sapi yang

melenguh atau kambing yang

mengembik". Kemudian Beliau

mengangkat tangan Beliau sehingga

terlihat oleh kami ketiak Beliau yang

putih dan (berkata,): "Ya Allah

bukankah aku sudah sampaikan,

bukankah aku sudah sampaikan"….

sebanyak tiga kali." (HR al-Bukhâri).

1

2

3

4

5

6

3

Telah menceritakan kepada kami

Ahmad bin 'Amru bin As Sarh telah

menceritakan kepada kami Ibnu Wahb

dari ‘Umar bin Mȃlik dari 'Ubaidullah

bin Abû Ja'far dari Khȃlid bin Abû

‘Imran dari Al-Qȃsim dari Abû

1

2

3

4

5

6

Page 195: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

178

Umamah dari Nabi sallallahu 'alaihi

wasallam, beliau bersabda: "

Barangsiapa memberi pertolongan

kepada seseorang, kemudian diberi

suatu hadiah dan diterima, maka ia

telah mendatangi pintu besar

riba".(HR Abû Dâwud)

4

Telah menceritakan kepada kami Ishaq

bin Isa telah menceritakan kepada kami

Ismȃ'îl bin Ayyasy dari Yahya bin Sa'id

dari ‘Urwah bin Az Zubair dari Abû

Humaid As Sa'idi bahwasanya

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "hadiah bagi para pejabat

adalah ghulul”. (HR Imam Ahmad)

1

2

3

4

5

6

5

Telah mengabarkan kepada kami

Qutaibah dan ‘Ali bin Hujr keduanya

berkata; telah menceritakan kepada

kami Khalaf -yaitu Ibnu Khalifah- dari

Mansur bin Zadzan dari Al Hakam bin

‘Utaibah dari Abû Wail dari Masrûq ia

berkata, "Jika seorang hakim makan

barang yang dihadiahkan maka ia

telah makan kemurkaan, dan jika

menerima suap maka itu akan

menariknya kepada kekufuran."

(HR Imam Nasa’i)

1

2

3

4

5

6

6

Telah menceritakan kepada kami Abû

Bakar bin Abû Syaibah telah

menceritakan kepada kami Waki' bin

Jarrah telah menceritakan kepada kami

Ismȃ'îl bin Abî Khȃlid dari Qais bin

Abû Hazim dari 'Adi bin ‘Amîrah Al

Kindi dia berkata, "Saya mendengar

Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Barangsiapa

dari kalian yang aku angkat atas

suatu pekerjaan, kemudian dia

menyembunyikan dari kami

(meskipun) sebuah jarum, atau

sesuatu yang lebih kecil dari itu,

1

2

3

4

5

6

Page 196: PENGARUH PEMAHAMAN HADIS GRATIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40150...tentang larangan gratifikasi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedangkan pada pegawai

179

maka itu adalah ghulul (pencurian)

yang pada hari kiamat akan ia

bawa." 'Adi bin 'Amirah berkata,

"Kemudian seorang laki-laki hitam

dari Anshar-sepertinya saya pernah

melihatnya- berdiri sambil berkata,

"Wahai Rasulullah, kalau begitu saya

akan tarik kembali tugas yang pernah

anda bebankan kepada saya!" Beliau

balik bertanya: "Ada apa denganmu?"

dia menjawab, "Saya telah mendengar

bahwa Anda pernah bersabda seperti

ini dan seperti ini." Beliau bersabda:

"Sekarang saya sampaikan, bahwa

barangsiapa dari kalian yang aku

tugasi atas suatu pekerjaan,

hendaklah ia datang baik dengan

sedikit atau banyak, apa yang

memang diberikan untuknya ia

boleh mengambilnya, dan apa yang

memang dilarang untuknya, maka

ia harus dapat menahan diri."

(HR. Muslim)

TERIMA KASIH