PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP...
Transcript of PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP...
PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP SELF-EFFICACY ANAK JALANAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Dhio Adityawarman
NIM: 11150700000082
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIALTERHADAP SELF-E FFIC.4CY ANAK JALANAN
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Dhio AdityawarmanNIM: 11150700000082
Pembim bing:
Dr. Diana Mutiah. M.Si.NIP: 196710291996032001
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTAt44tIJt20t9ls{
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP SELF-EFFICACv ANAK JALANAN" telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 23 September 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
lakarta, 23 Septernber 201 9
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Merangkap Anggota
Dr. Rachmat Mulvono. M.Si. PsikolosNrP. 196s0220 199903 1 003
Anggota
Dr. Diana Mutiah" M.SiNIP. 19671029 199603 2 001
Wakil DekadSekretaris Merangkap Anggota
NIP. 19720415 199903 2 001
111
Dr. Zahrotun Ni//vahNLP.19620724 198903 2 001
Bambans Sur
1.
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkaa
sesuai dengan keterrtuan yang berlaku.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asii saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dhio AciitvarvarmanNIM: i 1 150700000082
lv
v
MOTTO
“Orang yang gagal dalam usahanya, masih tetap lebih baik
daripada orang yang sama sekali tidak mau mencoba.”
-James Douglas
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk lingkungan sosial yang
senantiasa memberikan dukungan serta doa kepadaku.
Terimakasih.
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Oktober 2019
(C) Dhio Adityawarman
(D) Pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap self-efficacy anak
jalanan
(E) Xv + 94 halaman
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara
optimisme dan dukungan sosial terhadap self-efficacy pada anak jalanan.
Sampel berjumlah 103 anak jalanan yang diambil dari tujuh rumah singgah
yang tersebar di DKI Jakarta dan Tangerang. Penelitian ini
menggunakan teknik non-probability sampling, dengan metode yang
digunakan purposive sampling. Penulis menggunakan alat ukur General
Self-Efficacy Scale (GSES-12) oleh Bosscher dan Smit (1998) untuk
mengukur self-efficacy, alat ukur berdasarkan konstruk teori Seligman
(2006) untuk mengukur optimisme dan alat ukur berdasarkan konstruk teori
Sarafino (2011) untuk menukur dukungan sosial. Uji validitas alat ukur
menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA), analisis data
menggunakan teknik analisis regresi berganda dalam SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
optimisme dan dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan dengan
R-square 0,729. Artinya, proporsi varians terhadap variabel self-efficacy
yang diberikan oleh variabel optimisme dan dukungan sosial dalam
penelitian ini sebesar 72.9%, sedangkan 27.1% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Hasil uji hipotesis minor ditemukan
bahwa terdapat satu dimensi dari optimisme yang berpengaruh secara
signifikan terhadap self-efficacy anak jalanan, yaitu permanence, dan
terdapat satu dimensi dari dukungan sosial berpengaruh secara signifikan
terhadap self-efficacy anak jalanan, yaitu dukungan nyata atau instrumental.
Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan
dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan menambahkan variabel-
variabel lainnya.
(G) 61; buku: 25 + jurnal: 34 + skripsi: 2
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) October 2019
(C) Dhio Adityawarman
(D) The effect optimism and social support on the self-efficacy of street children
(E) Xv + 94 pages
(F) This study aims to determine the effects of optimism and social support on
self-efficacy of street children. The sample were 103 street childrens from
seven halfway houses in DKI Jakarta and Tangerang. This study used
purposive sampling which was classified into non probability sampling
model. The author used the General Self-Efficacy Scale (GSES-12)
measurement tool by Bosscher and Smit (1998) to measure self-efficacy, a
measurement tool based on the construct of Seligman's theory (2006) to
measure optimism and a measurement tool based on the construct of
Sarafino theory (2011) to measure social support. The validity test of the
measuring instrument used was confirmatory factor analysis (CFA), the data
analyzed using multiple regression analysis in SPSS.
The results of this study indicate that there is a significant influence of
optimism and social support on self-efficacy of street children with 0.729 R-
square. That is, the proportion of variance on the self-efficacy variable
provided by the optimism and social support variables in this study
amounted to 72.9%, while the remaining 27.1% was influenced by other
variables outside this study. The results of the minor hypothesis test found
that there is one dimension of optimism that significantly influences the
self-efficacy of street children, that is permanence, and there is one
dimension of social support that has a significant effect on self-efficacy of
street children, that is tangible or instrumental support. The author hopes the
implications of the results of this study can be reviewed and developed in
subsequent studies by adding other variables.
(G) 61; books: 25 + journals: 34 + thesis: 2
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh
dari kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta pengikutnya.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024, sekaligus selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membantu dan mendukung, penulis
sejak awal perkuliahan, serta senantiasa memberikan motivasi kepada
penulis untuk menjalankan perkuliahan dengan baik.
2. Dr. Diana Mutiah, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan
kepada penulis serta mengarahkan penulis dengan sangat baik selama
proses penyusunan skripsi ini, dan senantiasa memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat kepada penulis yang bersifat moral maupun akademik.
3. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan
dan menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI
Jakarta yang telah memberikan rekomendasi izin penelitian untuk
melaksanakan angket/kuesioner.
5. Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Pintu Provinsi DKI Jakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memfasilitasi penulis dengan memberikan data penyebaran anak jalanan
yang berada di DKI Jakarta.
6. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4, Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3, Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2, Yayasan Dilts,
Yayasan taruna Pertiwi, Save Street Child dan Rumah Belajar Walad yang
memberikan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan
pengambilan data responden.
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Herman dan Ibu Ita Eva Kartika, serta
adik penulis, Fadillah Nur Azizah, yang tidak hentinya memberikan
seluruh waktu, tenaga, kasih sayang serta doa kepada penulis.
8. Desri Rodhiatun Mardhiah S. Psi yang senantiasa memberikan bantuan
berupa materiil maupun moril kepada penulis.
9. Keluarga besar Komunitas Pecinta Alam Mahachala yang telah
memberikan dukungan emosional, instrumental dan informasional serta
dukungan persahabatan kepada penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, pencapaian ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan serta doa dari kalian.
x
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
banyak sekali kekurangannya dalam penulisan maupun penyusunan karena
adanya keterbatasan pengalaman, pengetahuan, serta analisis. Maka dari itu
dengan sangat terbuka penulis menerima adanya saran dan kritik dari pembaca
sebagai masukkan yang membangun untuk penyusunan skripsi dengan lebih baik
lagi. Penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Jakarta, 03 Oktober 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1-12
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................. 9
1.2.1 Pembatasan masalah ............................................................. 9
1.2.2 Perumusan masalah .............................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 11
1.3.1 Tujuan penelitian .................................................................. 11
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................ 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 13-32
2.1 Self-Efficacy ................................................................................... 13
2.1.1 Definisi self-efficacy ............................................................. 13
2.1.2 Dimensi self-efficacy ............................................................ 14
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi self-efficacy ..................... 16
2.1.4 Pengukuran self-efficacy ....................................................... 18
2.2 Optimisme ..................................................................................... 19
2.2.1 Definisi optimisme ............................................................... 19
2.2.2 Dimensi optimisme ............................................................... 21
2.2.3 Pengukuran optimisme ......................................................... 22
2.3 Dukungan Sosial ............................................................................ 23
2.3.1 Definisi dukungan sosial ...................................................... 23
2.3.2 Dimensi dukungan sosial ...................................................... 24
2.3.3 Pengukuran dukungan sosial ................................................ 25
2.4 Kerangka Berpikir ......................................................................... 26
2.5 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 31
2.5.1 Hipotesis mayor .................................................................... 31
2.5.2 Hipotesis minor..................................................................... 32
xii
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 33-52
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 33
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 34
3.2.1 Variabel penulisan ................................................................ 34
3.2.2 Definisi operasional .............................................................. 34
3.3 Prosedur dan Instrumen Pengumpulan Data ................................. 37
3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................... 41 3.4.1 Uji validitas konstruk skala self-efficacy........................................ 43
3.4.2 Uji validitas konstruk skala permanence ....................................... 44
3.4.3 Uji validitas konstruk skala pervasiveness ..................................... 45
3.4.4 Uji validitas konstruk skala personalization .................................. 46
3.4.5 Uji validitas konstruk skala dukungan emosional atau penghargaan 47
3.4.6 Uji validitas konstruk skala dukungan nyata atau instrumental ..... 48
3.4.7 Uji validitas konstruk skala dukungan informasional .................... 48
3.4.8 Uji validitas konstruk skala dukungan persahabatan ..................... 49
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 53-62
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................. 53
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................... 54
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ........................................... 55
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................. 56
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ....................................... 56
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing variabel............. 60
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 63-70
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 63
5.2 Diskusi ........................................................................................... 63
5.3 Saran .............................................................................................. 68
5.3.1 Saran metodologis ................................................................. 68
5.3.2 Saran praktis .......................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71-75
LAMPIRAN .................................................................................................. 76-94
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala self-efficacy ........................................................ 39
Tabel 3.2 Blue print skala optimisme .......................................................... 40
Tabel 3.3. Blue print skala dukungan sosial ................................................ 41
Tabel 3.4 Muatan faktor item self-efficacy .................................................. 44
Tabel 3.5 Muatan faktor item permanence .................................................. 45
Tabel 3.6 Muatan faktor item pervasiveness................................................ 46
Tabel 3.7 Muatan faktor item personalization ............................................. 46
Tabel 3.8 Muatan faktor item dukungan emosional atau penghargaan ....... 47
Tabel 3.9 Muatan faktor item dukungan nyata atau instrumental ................ 48
Tabel 3.10 Muatan faktor item dukungan informasi ...................................... 49
Tabel 3.11 Muatan faktor item dukungan persahabatan ................................ 49
Tabel 4.1 Penyebaran subjek penelitian ....................................................... 53
Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian .......................................... 54
Tabel 4.3 Norma skor variabel penelitian .................................................... 55
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel penelitian ........................................... 55
Tabel 4.5 R-square ....................................................................................... 56
Tabel 4.6 Anova ........................................................................................... 57
Tabel 4.7 Koefisien regresi .......................................................................... 58
Tabel 4.8 Proporsi varians self-efficacy pada setiap independent variable . 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir ........................................................... 31
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................... 76
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ........................................................... 82
Lampiran 3 Hasil Uji Regresi ........................................................................ 86
Lampiran 4 Data Rekapitulasi Rumah Singgah Provinsi DKI Jakarta .......... 88
Lampiran 5 Data PSAA Dinas Sosial ............................................................ 92
Lampiran 6 Surat Rekomendasi Izin Penelitian ............................................. 93
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai anak dengan usia maksimal 18
tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah. Dalam
Peraturan Kementerian Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012, anak
jalanan dijelaskan sebagai anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja
di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan. Pasal 34 ayat (1)
UUD 1945 menyebutkan bahwa anak jalanan dipelihara oleh negara, bermakna
bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan dalam perkembangan kehidupan anak-anak jalanan.
Definisi anak jalanan tetap menjadi masalah yang menantang karena ada
beragam anak dengan berbagai pengalaman hidup, latar belakang keluarga, dan
keadaan lingkungan yang berbeda (Sanji, 2018). Hidup menjadi anak jalanan pada
dasarnya bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, mereka berada dalam
kondisi yang serba terbatas dan banyak pihak seperti keluarga dan masyarakat
memiliki stigma buruk terhadap keberadaannya. Anak jalanan juga adalah
kelompok yang memiliki kehidupan yang rentan terhadap masalah-masalah sosial,
seperti pelecehan seksual, eksploitasi anak, dan perdagangan narkoba (Sanji,
2018).
2
Anak jalanan yang sebagian besar hidupnya berada di jalan, secara
simultan terpapar oleh lingkungan jalanan. Lingkungan yang apatis, keras dan
eksploitatif hampir selalu dihadapi oleh anak jalanan (Astuti, 2004). Namun dari
kehidupan jalanan yang keras, anak menjadi pribadi yang kuat dan berkeinginan
keras untuk maju serta memperbaiki kehidupan mereka. Berbagai macam
stimulasi dari lingkungan jalanan inilah yang selanjutnya membentuk persepsi
anak jalanan tentang situasi pembelajaran (Walgito, 2010).
Lima variabel telah digunakan untuk menyelidiki kondisi anak jalanan.
Variabel tersebut adalah hope, resiliensi, self-esteem dan self-efficacy (Sanji,
2018). Pada penelitan ini, penulis memilih variabel self-efficacy untuk diteliti
lebih lanjut. Sanji (2018) menjelaskan bahwa self-efficacy memberikan anak
jalanan kesempatan untuk melakukan tugas dalam jangkauan kemampuan mereka,
kemudian self-efficacy akan semakin kuat jika LSM dan pemerintah membuka
peluang bagi anak-anak setelah program studi mereka.
Chairani, Hamid, Sahar dan Budhi (2019) menemukan bahwa self-efficacy
menjadi prediktor terkuat dalam mendorong anak-anak jalanan (usia 12-20 tahun)
memanfaatkan layanan untuk mereka. Self-efficacy menjadi faktor predisposisi
internal yang dapat memotivasi anak jalanan untuk memecahkan masalah
mereka. Anak jalanan dengan self-efficacy yang tinggi akan berusaha untuk
mengembangkan fungsi kognitif dan moral untuk membentuk persepsi positif
tentang diri mereka sendiri dan keyakinan tentang kemampuan mereka dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
3
Teori self-efficacy telah banyak dipelajari dalam berbagai bidang
psikologi. Teori ini telah banyak mengalami perkembangan dari pengembang
awal teori yaitu Bandura (1997) yang self-efficacy yang mendefinisikan keyakinan
akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Keyakinan ini akan menentukan pola pikir, bagaimana individu
berperilaku, dan reaksi emosional dalam berbagai situasi. Individu akan
menghindari situasi yang mereka yakini tidak mampu menangani. Tingkat self-
efficacy mereka akan menentukan seberapa banyak usaha yang mereka lakukan
dan seberapa lama bertahan dalam menghadapi kegagalan.
Rustika (2012) menjelaskan bahwa teori self-effiacy mudah dapat
diterapkan sejalan dengan teori-teori lainnya. Apabila dikaitkan dengan teori
perkembangan, dimana terdapat krisis-krisis psikososial yang harus dilalui dalam
tahap perkembangan, maka teori self-efficacy dengan mudah masuk ke dalam
perkembangan anak. Dalam tahap awal misalnya, seorang anak akan menghadapi
krisis otonomi melawan keragu-raguan untuk mencoba menghadapi suatu
tantangan. Faktor pengalaman keberhasilan seorang anak akan meningkatkan self-
efficacy, kebanggaan terhadap kemampuan dirinya akan membantu mereka
menguatkan otonomi karena berhasil melewati suatu permasalahan yang
menantang.
Schunk dan Hanson (1985) dengan fokus pada perolehan keterampilan
pada anak-anak (usia 8-10 tahun), menyajikan model motivasi belajar di mana
ditemukan bahwa self-efficacy memainkan peran pusat. Hal itu terjadi sebagai
4
hasil dari bakat dan pengalaman masa lalu, anak-anak mengembangkan self-
efficacy dan hasil harapan untuk berbagai tugas kognitif. Penelitian, yang
dilakukan dengan sampel anak-anak sekolah dasar tersebut secara umum telah
mendukung hubungan yang dihipotesiskan antara keyakinan self-efficacy anak,
motivasi, dan kinerja.
Anak yang memiliki self-efficacy tinggi akan lebih siap berpartisipasi,
bekerja lebih keras, bertahan lebih lama dan memiliki reaksi emosional merugikan
yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang memiliki self-efficacy yang lebih
rendah (Zimmerman, 2000). Berdasarkan pengalaman penulis menjadi pengajar di
salah satu komunitas pendamping anak-anak jalanan, tergambar keseriusan dari
anak-anak jalanan saat mengikuti kegiatan belajar yang diberikan. Mereka mampu
berpartisipasi dengan baik dan cenderung sopan. Namun, ada kala dimana mereka
tidak mengikuti kegiatan belajar bersama komunitas karena memilih melakukan
kegiatan ekonomi seperti mengamen, mengasong atau ojek payung.
Barbaranelli (2001) meneliti struktur self-efficacy pada anak usia 10-15
tahun, ditemukan bahwa self-efficay pada anak dapat menahan tekanan sosial
mereka ketika terlibat dalam tatanan kehidupan yang semakin sulit
diprediksi. Self-efficay tidak hanya beroperasi untuk satu bidang tetapi berada di
berbagai bidang fungsi, mereka memengaruhi fungsi sosial lainnya, seperti
penentu kognitif dan emosional. Pajares (2005) yang membahas tentang self-
efficacy anak dan remaja mengatakan bahwa ketika peneliti menguji kontribusi
self-efficacy dan kecerdasan terhadap prediksi prestasi, mereka menemukan
bahwa keyakinan self-efficacy membuat kekuatan kontribusi penuh dan
5
independen terhadap prediksi kinerja anak. Jelas, ini bukan hanya soal seberapa
cakap anak; ini juga soal seberapa mampu anak yakin pada dirinya.
Rentangan umur anak jalanan sebagian telah masuk ke dalam masa remaja.
Batasan usia masa remaja menurut Hurlock (2003) berlangsung dari usia 13 tahun
sampai 18 tahun. Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat
penting dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Istilah adolescence
yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang mencangkup kematangan
mental, sosial dan emosional. Urdan dan Pajares (2006) dalam bukunya yang
berjudul “Self-Efficacy Beliefs of Adolescents” mengatakan bahwa self-efficacy
menyentuh hampir setiap aspek kehidupan remaja; apakah mereka berpikir secara
produktif, apakah mereka pesimis atau optimis, seberapa besar usaha yang mereka
keluarkan untuk suatu kegiatan, seberapa baik mereka memotivasi diri mereka dan
bertahan dalam menghadapi kesulitan, bagaimana mereka mengatur pemikiran
dan perilaku mereka, dan bagaimana kerentanan mereka terhadap stres dan
depresi.
Salah satu faktor internal yang mungkin memengaruhi self-efficacy pada anak
jalanan adalah optimisme. Alfianita (2016) menjelaskan bahwa optimisme
merupakan suatu pertahanan diri yang dilakukan oleh anak jalanan untuk
meningkatkan keyakinan dan melakukan suatu perubahan yang lebih baik di masa
yang akan datang. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa anak jalanan
memiliki optimisme yang ditunjukkan oleh anak jalanan dengan berusaha
sungguh-sungguh dan kerja keras. Usaha dan kerja keras yang ditunjukkan anak
6
jalanan membuat mereka yakin bahwa dirinya dapat menjadi lebih baik. Sikap
optimis yang berisi daya tahan dan daya juang dapat membuat anak jalanan
bertahan saat kesulitan datang dan berusaha untuk menyelesaikan masalah sebaik
mungkin.
Yeo (2012) menemukan hubungan yang signifikan antara optimisme dan self-
efficacy dengan arah positif. Partisipan dalam penelitian tersebut adalah 533 siswa
kelas tujuh: 294 anak laki-laki (usia rata-rata 12,9 tahun, SD = 0,34) dan 239 anak
perempuan (usia rata-rata 12,9 tahun, SD = 0,44). Seluruh dimensi optimisme
pada penelitian tersebut yaitu permanence, pervasiveness dan personalization
berkorelasi positif dengan variabel self-efficacy. Anak dan remaja yang
memberikan makna positif dari setiap peristiwa dalam hidupnya cenderung
memiliki self-efficacy yang tinggi. Optimisme anak dan remaja tercermin pada
kepercayaannya yang penuh semangat dalam memenuhi harapan-harapan dalam
kehidupannya.
Agustika dan Hary (2012) menemukan bahwa otimisme menyumbangkan
pengaruh sebesar 14% terhadap variabel self-efficacy pada anak (usia dibawa 16
tahun) yang menjadi siswa sekolah sepak bola (SSB). Optimisme
mengimplikasikan bahwa anak meyakini dirinya memiliki kemampuan untuk
mengatasi adveisitas yang tidak dapat dielakkan di masa yang akan datang.
Dengan demikian, anak yang optimis memandang masa depannya relatif lebih
cerah.
7
Optimisme akan memotivasi individu untuk bekerja keras mencari solusi dan
memperbaiki keadaan. Optimisme membuat individu mengantisipasi dan
mengatasi segala ancaman melalui keyakinan yang ada dalam dirinya (Reivich &
Shatte, 2002). Pada dasarnya optimisme adalah keadaan yang selalu
berpengharapan baik. Seligman (1995) dalam bukunya “The Optimistic Child”
menjelaskan optimisme sebagai suatu pandangan dalam melihat hal yang baik,
berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi diri sendiri. Anak dengan
optimisme yang kuat akan lebih mudah memahami dirinya dan kemampuan yang
dimilikinya. Anak yang optimis merasa lebih baik tentang dirinya sendiri karena
dia tahu cara memperbaiki keadaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Multasih (2013), terdapat
beberapa dukungan yang didapatkan oleh anak jalanan yaitu kepedulian dan
perhatian, penilaian positif dan dorongan semangat dan bantuan materi yang
dibantu oleh Dinas Sosial dan Kementrian Sosial RI serta bantuan jasa, nasehat
serta interaksi sosial di berbagai aktivitas sosial. Ketika anak jalanan merasa
dihargai, dinilai positif serta diberikan semangat oleh orang di sekitarnya
khususnya dalam penelitian ini pihak Rumah Singgah, maka mereka akan lebih
yakin dalam memandang masa depan. Anandar, R., Wibhawa, B., Wibowo, H.
(2015) mengatakan bahwa kebutuhan anak jalanan akan dukungan sosial sangat
penting. Dengan adanya dukungan sosial maka kesehatan anak jalanan baik
kesehatan fisik serta mental akan terjaga dan lebih baik.
Hasan (2017) memberikan gambaran yang relatif kuat tentang bagaimana anak
jalanan di Bangladesh meyakini dirinya mampu melewati pelecehan sehari-hari
8
dengan memanfaatkan dukungan sosial. Dukungan social memberikan kekuatan
anak jalanan untuk dapat meningkatkan keyakinan bahwa dirinya mampu
menghadapi masalah. Peterson, S., Hannah G., Dawn K., Fairchild, A., dan Horn,
M. L. (2013) menemukan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh
signifikan terhadap aktivitas fisik remaja melalui variabel self-efficacy. Self-
efficacy secara langsung dipengaruhi oleh dukungan sosial untuk meningkatkan
aktivitas fisik seorang remaja. Penelitian tersebut memaparkan bahwa dukungan
sosial memberikan prediksi 10-25% pada variabel self-efficacy.
Zulfia (2018) menemukan hubungan antara dukungan sosial dengan self-
efficacy pada siswa SMP dengan arah koefisien korelasi yang positif. Artinya,
apabila tingkat dukungan sosial tinggi maka tingkat self-efficacy juga tinggi.
Koefisien korelasi sebesar 0,513 yang memiliki arti bahwa kedua variabel
memiliki hubungan yang kuat. Dukungan sosial yang diterima anak dan remaja
yang diberikan oleh lingkungannya memberikan efek rasa nyaman, merasa
dicintai, diperhatikan, dihargai dan dianggap keberadaanya. Hal tersebut mampu
membantunya untuk menumbuhkan keyakinan akan kemampuan yang
dimilikinya dalam mencapai suatu hasil atau tujuan.
Individu yang memiliki keyakinan untuk menyelesaikan masalahnya adalah
ketika individu tersebut selalu mendapat dukungan positif dari orang-orang
terdekatnya (Amjad, 2008). Dukungan sosial membuat individu memiliki
keyakinan bahwa dirinya dapat melewati hambatan yang terlihat sulit. Sarafino
(2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai persepsi individu pada rasa
nyaman, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima dari
9
orang lain. Dukungan sosial sangat efektif ketika jenis dukungan yang ditawarkan
cocok dengan penerima, beberapa situasi memerlukan berbagai bentuk dukungan
yang berbeda (Cutrona, 1990). Dukungan sosial adalah pemenuhan atas
kebutuhan dasar dari orang lain untuk mendapatkan kebahagiaan disetiap situasi
dengan bentuk dukungan yang tidak sama. Dukungan sosial menjadi akses untuk
memenuhi jenis-jenis kebutuhan individu.
Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan dan uraian dari penelitian
sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Optimisme dan Dukungan Sosial terhadap Self-efficacy Anak Jalanan”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ketidakjelasan dan melebarnya permasalahan penelitian ini,
maka penulis perlu memberikan batasan penelitian sebagai berikut:
1. Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan
seseorang akan pemahaman kemampuannya untuk mengatasi hambatan
dalam kehidupan (Sherer, 1982). Dari kehidupan jalanan yang keras, anak
dapat menjadi pribadi yang kuat dan berkeinginan keras untuk maju serta
memperbaiki kehidupan mereka dengan keyakinan yang ada dalam dirinya.
2. Optimisme dalam penelitian ini dibatasi pada suatu pandangan secara
menyeluruh dalam melihat hal yang baik, berfikir positif, dan mudah
memberikan makna bagi diri sendiri (Seligman, 1995).
10
3. Dukungan sosial dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi individu pada
rasa kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang
diterima dari orang lain (Sarafino, 2011).
4. Sampel pada penelitian ini adalah anak jalanan dengan kriteria: (1) berusia
13 hingga 18 tahun, (2) tidak tinggal menetap dengan keluarga, dan (3)
memiliki kegiatan ekonomi dijalan maupun tempat umum.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap self-
efficacy anak jalanan?
2. Apakah ada pengaruh dimensi permanence dalam variabel optimisme
terhadap self-efficacy anak jalanan?
3. Apakah ada pengaruh dimensi pervasiveness dalam variabel optimisme
terhadap self-efficacy anak jalanan?
4. Apakah ada pengaruh dimensi personalization dalam variabel optimisme
terhadap self-efficacy anak jalanan?
5. Apakah ada pengaruh dimensi dukungan emosional atau penghargaan
dalam variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan?
6. Apakah ada pengaruh dimensi dukungan nyata atau instrumental dalam
variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan?
11
7. Apakah ada pengaruh dimensi dukungan informasi dalam variabel
dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan?
8. Apakah ada pengaruh dimensi dukungan persahabatan dalam variabel
dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan?
9. Berapa besar sumbangan optimisme dan dukungan sosial terhadap self-
efficacy anak jalanan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variabel optimisme
(permanence, pervasiveness dan personalization) dan dukungan sosial (dukungan
emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan
informasi dan dukungan persahabatan) terhadap self-efficacy anak jalanan serta
mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh masing-masing
variabel terhadap self-efficacy anak jalanan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan psikologi,
khususnya bagi psikologi positif mengenai self-efficacy, dan juga
12
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anak jalanan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui fakta mengenai self-efficacy
anak jalanan. Bagi pihak pihak-pihak terkait seperti rumah singgah, panti
sosial, masyarakat dan orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pengetahuan mengenai seputar self-efficacy anak jalanan. Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rancangan pengembangan
program pembinaan anak jalanan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi para peneliti lain untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut.
13
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Self-Efficacy
2.1.1 Definisi self-efficacy
Self-efficacy menjadi penggerak motivasi, kemampuan kognitif dan
tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi untuk menuju
kesuksesan. Self-efficacy adalah tentang keyakinan menilai kemampuan diri
sendiri, apakah dapat melakukan suatu tindakan, tepat atau salah, bisa atau tidak
mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Self-efficacy memegang peran
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan mampu
menggunakan potensi dalam dirinya secara optimal apabila self-efficacy
mendukungnya. Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, individu
perlu meningkatkan keyakinan terhadap kemampuannya (Rustika, 2012).
Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan akan
kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian
tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Hampir sama dengan yang didefiniskan oleh Bandura, Bosscher dan Smit (1998)
yang mengembangkan self-efficacy berdasarkan teori Sherer (1982)
mendefiniskan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan pemahaman
kemampuannya. Perbedaan antara keduanya adalah Bosscher dan Smit (1998)
14
menekankan keyakinan tersebut pada individu yang mengatasi hambatan atau
kesulitan dalam kehidupan.
Gibson, Ivancevich & Donnelly (2000) menjelaskan bahwa self-efficacy
merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat berprestasi dalam segala situasi.
Jika Bandura (1997) dan juga Bosscher dan Smit (1998) mendefinisikan self-
efficacy sebagai keyakinan akan kemampuan individu, namun Gibson et.al (2000)
mendefinisikannya sebagai keyakinan terhadap tercapainya tujuan yang telah
individu tetapkan. Definisi self-efficacy juga diberikan oleh Schultz dan Schultz
(1994), menurutnya self-efficacy adalah perasaan individu terhadap kecukupan,
efisiensi dan kemampuan dalam menjalani kehidupan. Schultz dan Schultz (1994)
mendefinisikan self-efficacy sebagai suatu perasaan yang ada pada individu saat
dirinya merasa memiliki kemampuan yang cukup
Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis menggunakan definisi yang
dikemukakan oleh Bosscher dan Smit (1998) yaitu self-efficacy sebagai keyakinan
seseorang akan pemahaman kemampuannya untuk mengatasi hambatan atau
kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Alasan penulis menggunakan definisi
tersebut yaitu karena penulis menganggap bahwa definisi tersebut sesuai dengan
tujuan penulisan. Penulis ingin melihat bagaimana keyakinan anak jalanan dalam
memahami kemampuan dirinya yang digunakan untuk melewati hambatan atau
kesulitan dalam kehidupannya sehari-hari.
15
2.1.2 Dimensi self-efficacy
Bosscher dan Smit (1998) mengungkapkan tiga dimensi dari self-efficacy, yaitu:
a. Initiative
Initiative merupakan kesediaan seseorang untuk berperilaku atau
mengerjakan sesuatu lebih dulu dari orang lain. Dimensi ini mengacu
pada perilaku anak jalanan untuk siap menghadapi suatu situasi.
Beberapa anak jalanan percaya bahwa mereka hanya mampu
menghasilkan beberapa perilaku tertentu dalam keadaan tertentu saja.
Sementara itu ada juga anak jalanan yang mampu beradaptasi dengan
kondisi apapun.
b. Effort
Effort merupakan kesediaan untuk berusaha dalam menyempurnakan
sesuatu, berkaitan dengan keyakinan dalam menghadapi tantangan.
Pandangan, penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas
berbeda-beda, mungkin anak jalanan hanya terbatas pada tugas-tugas
yang sederhana, menengah atau bahkan yang sulit. Ada yang
menganggap suatu tugas itu sulit, sedangkan anak jalanan lain
mungkin tidak merasa demikian. Lalu pengalaman, harapan dan
dukungan dari pihak lain menjadi kekuatan anak jalanan untuk terus
berusaha menyempurnakan perilaku.
c. Persistence
Persistence merupakan ketekunan dalam menghadapi kesulitan.
Dimensi ini berkaitan dengan ketekunan anak jalanan dalam
16
menghadapi kesulitan yang dihadapi. Anak jalanan yang memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan
suatu tugas akan terus bertahan dalam usahanya menghadapi dan
mengatasi rintangan ataupun tantangan. Begitu pula sebaliknya, anak
jalanan dengan keyakinan lemah akan lebih mudah jatuh dalam
menghadapi tantangan yang datang.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy
Beberapa faktor yang memengaruhi self-efficacy yaitu:
1. Pengalaman Keberhasilan
Faktor pengalaman keberhasilan seorang anak akan meningkatkan self-
efficacy, kebanggaan terhadap kemampuan dirinya akan membantu mereka
menguatkan otonomi karena berhasil melewati suatu permasalahan yang
menantang (Rustika, 2012). Keberhasilan yang didapatkan dengan melalui
hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangan sendiri, maka hal itu
akan membawa pengaruh pada peningkatan self-efficacy (Bandura 1997).
2. Optimisme
Optimisme merupakan suatu pertahanan diri yang dilakukan oleh anak
jalanan untuk meningkatkan keyakinan dan melakukan suatu perubahan
yang lebih baik di masa yang akan datang (Afianita, 2016). Optimisme
akan memotivasi individu untuk bekerja keras mencari solusi dan
memperbaiki keadaan. Optimisme membuat individu mengantisipasi dan
17
mengatasi segala ancaman melalui keyakinan yang ada dalam dirinya
(Reivich & Shatte, 2002).
3. Pengalaman Orang Lain
Self-efficacy anak tumbuh seiring dengan pengalaman ketika orang-orang
di sekitar mereka memperoleh hasil yang memuaskan dari layanan yang
juga mereka terima (Chairani et.al., 2019). Pengalaman yang diperoleh dari
orang lain akan menjadi pemodelan sosial, anak yang mengalami
pemodelan sosial ini terjadi karena melihat orang lain atau mengamati cara
kerja yang menimbulkan keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan
yang sama baiknya (Oktaviani, 2018). Pengalaman keberhasilan orang lain
yang memiliki kemiripan dengan pengalaman individu dalam mengerjakan
suatu tugas akan meningkatkan self-efficacy seseorang dalam mengerjakan
tugas yang sama (Bandura, 1997).
4. Persuasi Sosial
Bandura (1997) mengemukakan bahwa informasi tentang kemampuan yang
disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh akan
meyakinkan seseorang bahwa dirinya cukup mampu melakukan suatu
tugas. Komunikasi yang dibangun dapat mempengaruhi keyakinan
individu. Penguatan kepada anak akan meningkatkan self-efficacy (Feist &
Feist, 2008).
18
5. Dukungan sosial
Faktor eksternal yang bisa membuat individu yakin bisa menyelesaikan
masalah adalah ketika individu tersebut selalu mendapat dukungan positif
dari orang-orang terdekatnya. Ketika keyakinan dalam diri individu
mengendur, maka akan ada pemberi dukungan positif yang memberikan
dampak dalam proses pencapaiannya. Individu yang memiliki keyakinan
untuk menyelesaikan masalahnya adalah ketika individu tersebut selalu
mendapat dukungan positif dari orang-orang terdekatnya (Amjad, 2008).
Dukungan sosial yang diterima anak dan remaja yang diberikan oleh
lingkungannya memberikan efek rasa nyaman, merasa dicintai,
diperhatikan, dihargai dan dianggap keberadaanya. Hal tersebut mampu
membantunya untuk menumbuhkan keyakinan akan kemampuan yang
dimilikinya dalam mencapai suatu hasil atau tujuan (Zulfia, 2018).
2.1.4 Pengukuran self-efficacy
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur self-efficacy, yaitu:
1. General Self-Efficacy Scale (GSE), dikembangkan pada tahun 1995 oleh
Ralf Schwarzer dari Universitas Freie, Berlin. Alat ukur ini disusun
berdasarkan dimensi yang dikeluarkan Bandura (1986) yaitu magnitude,
strength dan generality. Realibilitas alat ukur ini berkisar dari 0,76 hingga
0,90 alpha cronbach. Untuk validitasnya, alat ukur ini berkorelasi dengan
19
emosi dan kepuasan kerja, sedangkan koefisien negatif ditemukan untuk
depresi, stres, keluhan kesehatan, kelelahan, dan kecemasan.
2. General Self-Efficacy Scale Sherer (GSES), alat ukur ini merukapan alat
ukur self-efficacy yang dikembangkan oleh Sherer (1982). Alat ukut ini
terdiri dari 17 item yang mengukur keyakinan seseorang akan pemahaman
kemampuannya dalam mengatasi hambatan untuk sukses. Alat ukur ini
disusun berdasarkan dimensi initiative, effort dan persistence.
Untuk mengukur self-efficacy pada penelitian ini, penulis menggunakan
alat ukur yang bernama General self-efficacy Scale (GSES-12) yang
dikembangkan oleh Bosscher dan Smit (1998). Alat ukur ini dipilih karena telah
digunakan oleh beberapa penelitian sebelumnya dengan sampel anak. Reliabilitas
yang baik dari alat ukur juga merupakan alasan mengapa alat ukur ini dipilih
untuk mengukur self-efficacy dalam penelitian ini (α: 0,69). Penulis mengadaptasi
item-item dalam alat ukur ini agar sesuai dengan tujuan penelitian.
2.2 Optimisme
2.2.1 Definisi optimisme
Optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu Optimism yang berarti keadaan
selalu berpengharapan baik. Selama ini pandangan umum masyarakat mengenai
optimisme adalah cara memandang suatu hal seperti melihat gelas yang tidak
penuh sebagai gelas yang setengah berisi, dan bukan setengah kosong atau
bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada dirinya sendiri.
20
Tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu. Dasar dari optimisme
adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu masalah.
Seligman (1995) mendefinisikan optimisme sebagai suatu pandangan
dalam melihat hal yang baik, berfikir positif, dan mudah memberikan makna bagi
diri sendiri. Seligman menjelaskan bagaimana sikap individu dalam memandang
hal baik dalam segala situasi. Individu yang memiliki optimisme yang tinggi akan
memberikan makna yang positif pada setiap kejadian yang menimpanya.
Sedangkan Scheier, Carver dan Bridges (1994) menggambarkan optimisme
sebagai kecenderungan individu untuk mengharapkan hasil positif. Berbeda
dengan Seligman, definisi optimsme tersebut digambarkan sebagai tindakan yang
diinginkan atau tidak diinginkan individu untuk mencapai tujuan. Jika Seligman
menekankan optimisme sebagai pemberian pemberikan makna pada setiap
kejadian yang menimpa individu, Scheier et.al (1994) menekankan penyesuaian
tindakan individu dengan apa yang dia inginkan dan menjauhkan diri dari apa
yang tidak dia inginkan. Sementara itu, Goleman (2000) melihat optimisme
melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada
seseorang agar tidak terjatuh ke dalam masa kebodohan, putus asa dan depresi
bila mendapat kesulitan. Goleman (2000) menjelaskan optimisme sebagai sikap
yang memiliki pengharapan yang kuat, secara umum segala sesuatu dalam
kehidupan akan beres, kendati ditimpa kemunduran dan kefrustasian.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, penulis
menggunakan definisi optimisme yang dikemukakan oleh Seligman (1995) yaitu
optimisme sebagai suatu pandangan secara menyeluruh dalam melihat hal yang
21
baik, berfikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri sendiri. Alasan
penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Seligman (1995) yaitu karena
definisi ini sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis ingin melihat bagaimana anak
jalanan menjelaskan dan memberikan makna pada setiap keberhasilan yang
didapatkan dalam keadaan hidupnya. Penulis ingin melihat bagaimana anak
jalanan memandang keberhasilan pada kondisi hidupnya yang terbatas.
2.2.2 Dimensi optimisme
Seligman (2006) mendeskripsikan sikap optimis berdasarkan dimensi-dimensi
dibawah ini.
a. Permanence
Permanence adalah sikap individu yang memandang hal baik bersifat
menetap dalam dirinya, sedangkan hal buruk bersifat sementara. Anak
jalanan yang optimis melihat peristiwa baik sebagai suatu hal yang bersifat
menetap, sedangkan anak jalanan yang tidak optimis melihat peristiwa baik
tidak akan bertahan lama.
b. Pervasiveness
Pervasiveness adalah sikap individu yang memandang hal baik bersifat
mudah menyebar ke seluruh area kemampuan dirinya, sedangkan hal buruk
bersifat khusus atau hanya ada dalam satu area dirinya dan tidak akan
menyebar. Anak jalanan yang optimis bisa saja tidak berdaya pada satu
area kemampuan dirinya, tapi ia melangkah dengan mantap dengan area
kemampuannya yang lain.
22
c. Personalization
Personalization adalah sikap individu yang memandang hal baik bersumber
dari faktor internal dirinya, sedangkan hal buruk berasal dari faktor
eksternal. Anak jalanan yang optimis akan menganggap peristiwa yang
baik merupakan berasal dari dalam dirinya. Anak jalanan yang optimis
akan menganggap peristiwa yang baik merupakan hal yang disebabkan
oleh faktor dalam dirinya dan akan berpikir bahwa peristiwa yang buruk
sebagai hal yang disebabkan oleh faktor eksternal.
2.2.3 Pengukuran optimisme
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur optimisme, yaitu:
1. Life Orientation Test – Revisi (LOT-R), dirancang oleh Scheier, Carver
dan Bridges (1994). Alat ukur ini disusun berdasarkan dimensi goal dan
expectancy. Nilai realibilitas alat ukur ini 0.78 alpha cronbach. Validitas
alat ukur ini ditunjukkan dengan korelasi signifikan dalam arah yang
positif dengan konstruk lainnya; depresi, pengambilan keputusasaan, harga
diri dan stres (Herzberg, Glaesmer & Hoyer, 2006).
2. Rotter’s I-E Scale, dirancang oleh Rotter pada tahun 1966. Alat ukur ini
memerkenalkan konsep pengendalian internal versus penguatan eksternal.
Alat ukur ini memiliki nilai realibilitas sebesar 0.57 alpha cronbach
(Cherlin & Bourque, 1974).
23
Untuk mengukur optimisme pada penelitian ini, penulis menggunakan alat
ukur berdasarkan konstruk teori Seligman (2006) yang terdiri dari dimensi
permanence, pervasiveness dan personalization. Penulis mengembangkan
beberapa indikator yang merepresentasikan dimensi sesuai dengan tujuan
penelitian. Alat ukur ini terdiri dari 17 item. Penulis menguji validitas konstruk
alat ukur dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA), diperoleh t-
value yang signifikan (t > 1,96) dari seluruh item.
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi dukungan sosial
Sarafino (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai bentuk kenyamanan,
perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan materi yang diterima individu
dari orang lain. Sarafino menekankan pembagian dukungan sosial menjadi bentuk
yang berbeda-beda walaupun dari sumber yang sama. Taylor (2006)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai pengalaman individu bahwa ada orang
lain yang mencintai dan memperhatikan dirinya. Jika Sarafino (2011)
menekankan bentuk-bentuk dukungan sosial, Taylor lebih menekankan perasaan
yang diterima individu penerima dukungan, seperti dihargai dan dianggap
bernilai.
Cohen (2004) mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada
ketersediaan hubungan sosial dari sumber psikologis dan materi yang
dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dan kemampuan individu dalam
mengatasi tekanan. Cohen dukungan sosial menjadi dua jenis yaitu dukungan
24
yang diterima dan dukungan yang benar-benar dibutuhkan oleh individu.
Dukungan sosial juga diartikan sebagai ketersediaan, penghargaan, kasih sayang,
dan kepedulian dari orang-orang yang diandalkan oleh seseorang (Sarason, 1981).
Sarason menekankan dukungan sosial kepada sumber-sumber (orang lain) yang
dapat diandalkan saat dibutuhkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis menggunakan definisi yang
dikemukakan oleh Sarafino (2011) yaitu dukungan sosial sebagai bentuk
kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima
individu dari orang lain. Alasan penulis menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Sarafino (2011) yaitu karena penulis menganggap bahwa definisi tersebut
sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis ingin melihat bagaimana anak jalanan
mengenali dan menafsirkan bentuk-bentuk dukungan sosial berupa rasa nyaman,
perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan materi dari lingkungannya.
2.3.2 Dimensi dukungan sosial
Sarafino (2011) mengemukakan empat dimensi dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan emosional atau penghargaan
Bentuk dukungan ini berupa rasa empati, pendampingan, suasana
kehangatan dan rasa diperhatikan. Hal tersebut akan membuat anak jalanan
memiliki perasaan nyaman, diyakinkan, dipedulikan dan dicintai oleh
sumber dukungan sosial sehingga anak jalanan dapat menghadapi masalah
dengan lebih baik.
25
b. Dukungan nyata atau instrumental
Bentuk dukungan berupa penyediaan barang dan jasa yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis, seperti pinjaman atau
sumbangan uang dari orang lain.
c. Dukungan informasi
Dukungan infromasi adalah bentuk dukungan berupa pemberian informasi
baik berupa nasihat, saran atau cara-cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
d. Dukungan persahabatan
Dukungan persahabatan adalah dukungan teman sebaya, bentuk dukungan
ini membuat anak jalanan merasa memiliki teman senasib sebagai anggota
dari kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial
dengannya.
2.3.3 Pengukuran dukungan sosial
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur dukungan sosial, yaitu:
1. Social Support Questionnaire (SSQ) yang dikembangkan oleh Sarason.,
Levine dan Basham (1983). Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan
dukungan sosial (emosional, interpersonal, dan material) dan selanjutnya
mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima. Sedangkan nilai
26
realibilitas alat ukut ini adalah 0,91 alpha cronbach (Furukawa, Harai,
Hirai, Kitamura &Takahashi, 1999)
2. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh
Dunkel, Folkman, dan Lazarus (1987). Alat ukur ini terdiri dari 40 item
yang mengukur empat dimensi, yaitu tangible support, belonging support,
self-esteem support dan appraisal support. Validitas alat ukur ini
ditunjukan dalam korelasinya dengan depresi, psikotik dan kepekaan
interpersonal. Alat ukur ini memiliki nilai realibilitas sebesar 0.45–0.75
alpha cronbach (Delistamati, et.al., 2006).
Untuk mengukur optimisme pada penelitian ini, penulis menggunakan alat
ukur berdasarkan konstruk teori Sarafino (2011) yang terdiri dari dimensi
dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan
persahabatan. Penulis mengembangkan beberapa indikator yang
merepresentasikan dimensi sesuai dengan tujuan penelitian. Alat ukur ini terdiri
dari 14 item. Penulis menguji validitas konstruk alat ukur dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA), diperoleh t-value yang signifikan (t > 1,96)
dari seluruh item.
2.4 Kerangka Berpikir
Self-efficacy menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan dan seberapa
lama individu mampu bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman
yang kurang menyenangkan. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan
memandang tugas yang sulit sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai, bukan
27
sebagai ancaman yang harus dihindari. Individu akan mengatur sendiri orientasi
yang penuh tantangan dan mempertahankan komitmen yang kuat untuk dirinya
jika memiliki self-efficacy yang tinggi. Individu tersebut juga akan mempertinggi
dan meningkatkan usahanya dalam menghadapi kegagalan dan secara cepat pula
akan memulihkan kembali self-efficacy nya setelah mengalami kegagalan.
Sebaliknya dengan self-efficacy yang rendah akan menghindari tugas-tugas yang
sulit yang dianggapnya merupakan ancaman bagi dirinya.
Jika individu memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya,
maka individu tersebut akan memandang tugas yang sulit sebagai suatu tantangan
yang harus dikuasai, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Self-efficacy
perlu dimiliki oleh individu untuk menggerakan motivasi, sumber-sumber kognitif
dan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari
situasi yang dihadapi.
Anak jalanan yang memiliki self-efficacy tinggi akan mengatur
kehidupannya yang penuh tantangan dan mempertahankan komitmen yang kuat
untuk dirinya. Anak jalanan dengan self-efficacy tinggi juga akan meningkatkan
usahanya dalam menghadapi kegagalan dan secara cepat pula akan memulihkan
kembali self-efficacy-nya setelah mengalami kegagalan. Sebaliknya, anak jalanan
dengan self-efficacy yang rendah akan menghindari tugas-tugas yang sulit, mereka
menganggap tugas tersebut merupakan ancaman bagi dirinya untuk melakukan
suatu pencapaian hidup.
28
Diperlukan sebuah optimisme agar anak jalanan dapat meraih suatu hasil
yang baik. Sikap optimis juga adalah energi yang dapat digunakan untuk
melakukan tindakan-tindakan terbaik dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Penulis menggunakan teori optimisme yang dikemukakan oleh Seligman (1995).
Seligman menjelaskan behawa terdapat tiga dimensi dari variabel optimisme,
yaitu permanence, pervasiveness dan personalization.
Dimensi optimsme yang pertama adalah permanence, dimensi ini
menggambarkan sikap individu yang memandang hal baik memiliki sifat menetap
dalam diri, sedangkan hal buruk bersifat sementara. Penulis berasumsi bahwa
ketika anak jalanan memandang suatu kebaikan menetap dalam dirinya, anak
jalanan tersebut akan lebih mudah untuk memahami kemampuannya dan yakin
bahwa dirinya mampu menghadapi hambatan atau kesulitan pada kehidupannya
sehari-hari. Dimensi optimisme selanjutnya adalah pervasiveness, dimensi ini
menggambarkan sikap individu yang memandang suatu kebaikan bersifat mudah
menyebar ke seluruh area kemampuan diri dan keburukan hanya ada dalam satu
area kemampuan dirinya dan tidak akan menyebar. Penulis berasumsi bahwa
ketika anak jalanan memiliki pervasiveness yang tinggi maka anak jalanan
tersebut akan mengolah sebuah kejadian dengan mengetahui area kemampuan
dirinya. Dengan mengetahui area kemampuan dirinya, kemudian anak jalanan
tersebut akan memiliki keyakinan untuk mampu melewati hambatan tertentu
dalam hidupnya. Dimensi optimisme yang terakhir adalah personalization,
dimensi ini mengacu pada sikap individu yang memandang kebaikan bersumber
dari faktor internal dirinya. Dengan kata lain, dimensi ini menggambarkan
29
individu yang memiliki keyakinan atas potensi yang dimilikinya. Peneliti
berasumsi bahwa semakin tinggi personalization maka semakin tinggi pula
keyakinan anak jalanan bahwa kemampuan dirinya akan dapat mengatasi
hambatan dalam kehidupannya.
Selain optimisme, self-efficacy juga dipengaruhi dari faktor eksternal.
Orangtua dan lingkungan adalah faktor yang penting dalam proses pencapaian
anak. Anak jalanan memerlukan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, informasi
ataupun bantuan yang diterima dari orang lain agar kesehatan fisik serta
mentalnya akan terjaga dan lebih baik. Dukungan sosial memberikan informasi
serta rasa dicintai, diperhatikan, dihormati dan dihargai melalui orang tua, kekasih
atau kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan
masyarakat. Ada beberapa jenis dukungan dalam dukungan sosial, jenis dukungan
yang berbeda akan cocok dengan penerima dengan situasi berbeda. Penulis
menggunakan teori dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino (2011).
Sarafino membagi bentuk dukungan sosial menjadi empat dimensi, yaitu dimensi
dukungan emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental,
dukungan informasi dan dukungan persahabatan.
Dimensi dukungan sosial yang pertama adalah dukungan emosional atau
penghargaan, dimensi ini berbentuk perasaan empati, nyaman dan diperhatikan.
Individu yang merasakan dukungan ini akan memiliki perasaan nyaman,
dipedulikan dan dicintai. Penulis berasumsi bahwa ketika anak jalanan memiliki
perasaan bahwa dirinya diberikan rasa nyaman, dipedulikan dan dicintai,
kesehatan anak jalanan baik kesehatan fisik serta mental akan terjaga dan lebih
30
baik. tersebut akan lebih mudah untuk meyakini dirinya bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk melewati sebuah kesuliatan dalam hidup. Dimensi dukungan
sosial yang selanjutnya adalah dukungan nyata atau instrumental, dimensi ini
berbentuk penyediaan barang dan jasa seperti pinjaman atau sumbangan uang dari
orang lain. Dimensi ini membantu individu memecahkan masalah dengan praktis.
Penulis berasumsi bahwa ketika anak jalanan mendapatkan bantuan berupa barang
dan jasa, anak jalanan tersebut akan lebih mudah untuk meyakini dirinya bahwa
dia mampu menghadapi sebuah hambatan.
Selanjutnya terdapat dimensi dukungan informasional, dukungan ini
berbentuk pemberian informasi. Dukungan pada dimensi ini berupa nasihat atau
saran. Peneliti berasumsi bahwa nasihat atau saran yang diberikan orang lain
mampu meningkatkan keyakinan anak jalanan bahwa dia mampu memahami
kemampuannya untuk melewati suatu hambatan. Dimensi yang terakhir adalah
dukungan persahabatan, dukungan ini membuat anak jalanan merasa memiliki
teman senasib. Dukungan ini menjadikan individu memiliki kesamaan minat dan
aktifitas sosial dengan sumber dukungan. Dengan begitu, peneliti berasumsi
bahwa keyakinan anak jalanan akan kemampuannya dalam menghadapi masalah
akan meningkat ketika dia menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu.
Berdasarkan pemaparan kerangka berpikir di atas, pada penelitian kali ini
penulis ingin melihat bagaimana pengaruh dari optimisme dan dukungan sosial
terhadap self-efficacy yang secara singkat diilustrasikan pada bagan berikut ini.
31
Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir
2.5 Hipotesis Penulisan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penulis membuat hipotesis penulisan, sebagai berikut:
2.5.1 Hipotesis mayor
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari optimisme dan dukungan sosial
terhadap self-efficacy anak jalanan.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari optimisme dan dukungan sosial
terhadap self-efficacy anak jalanan.
32
2.5.2 Hipotesis minor
Ha-1 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi permanence dalam variabel
optimisme terhadap self-efficacy anak jalanan.
Ha-2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi pervasiveness dalam variabel
optimisme terhadap self-efficacy anak jalanan.
Ha-3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi personalization dalam
variabel optimisme terhadap self-efficacy anak jalanan.
Ha-4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan emosional atau
penghargaan dalam variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak
jalanan.
Ha-5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan nyata atau
instrumental dalam variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak
jalanan.
Ha-6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan informasi dalam
variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan.
Ha-7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan persahabatan
dalam variabel dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan.
33
BAB 3
METODE PENULISAN
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penulisan ini adalah 2.975 jiwa anak jalanan yang dibina di 24
rumah singgah yang tersebar di DKI Jakarta. Data populasi tersebut didapatkan
penulis dari Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang
beralamat di Jalan Gunung Sahari II No. 6, Jakarta Pusat pada tahun 2019.
Kemudian penulis juga melakukan pengambilan data di dua rumah singgah yang
berada di Tangerang Selatan, total keseluruhan anak jalanan yang ada di dua
rumah singgah tersebut berjumlah 90 anak. Data penyebaran populasi pada
penulisan ini dapat dilihat dibagian lampiran penulisan.
Anak jalanan yang dijadikan responden penulisan ini merupakan 103
sampel anak jalanan yang diambil dengan teknik non-probability sampling
dengan bentuk sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Penggunaan purposive sampling dipakai agar penulis
mendapatkan sampel dengan kriteria yang ditentukan dari hasil observasi penulis
di rumah singgah dan panti sosial sebelum dilakukannya penyebaran kuesioner.
Berikut adalah kriteria sampel yang telah penulis tentukan:
a. Berusia 13-18 tahun
b. Tidak tinggal menetap dengan keluarga
c. Memiliki kegiatan ekonomi dijalan maupun ditempat umum
34
3.2 Variabel Penulisan dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel penulisan
a. Variabel self-efficacy dalam penulisan ini berperan sebagai dependent variable
(DV)
b Variabel optimisme yang terdiri dari dimensi initiative, effort dan persistence
dan variabel dukungan sosial yang terdiri dari dimensi dukungan emosional
atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasional
dan dukungan persahabatan berperan sebagai independent variable (IV)
3.2.2 Definisi operasional
Penulis menjelaskan definisi operasional yang akan digunakan dalam penulisan ini
berdasarkan penentuan dependent variable dan independent variable. Adapun definisi
operasional masing-masing variabel dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Self-efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan individu akan pemahaman kemampuannya untuk
mengatasi hambatan dalam kehidupan. Keyakinan tersebut adalah suatu sikap
yang dimiliki oleh individu saat ia merasa tahu akan setiap kemampuan yang
dimiliki dirinya yang akan digunakan untuk mengatasi kesulitan. Pada penulisan
ini self-efficacy terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu initiative, effort dan
persistence (Bosscher & Smit, 1998). Berikut adalah definisi dari setiap dimensi.
a. Initiative: individu bersedia untuk berperilaku atau mengerjakan
sesuatu lebih dulu dari orang lain
35
b. Effort: individu bersedia untuk berusaha dalam menyempurnakan
sesuatu yang sedang dikerjakan.
c. Persistence: individu tekun dalam menghadapi kesulitan.
2. Optimisme
Optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh dalam melihat hal baik,
berfikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri sendiri. Pandangan
tersebut bersifat positif sehingga individu dapat memberikan makna yang baik
dalam setiap kejadian di kehidupannya. Pada penulisan ini optimisme terbagi
menjadi tiga dimensi, yaitu permanence, pervasiveness dan personalization
(Seligman, 2006). Berikut adalah definisi dari setiap dimensi.
a. Permanence: individu memandang keberhasilan atau kebaikan yang
didapat akan menetap dalam dirinya, sedangkan hal buruk bersifat
sementara.
b. Pervasiveness: individu memandang keberhasilan atau kebaikan yang
didapat akan menyebar ke seluruh area kemampuan dirinya, sedangkan
hal buruk bersifat khusus atau hanya ada dalam satu area dirinya dan
tidak akan menyebar.
c. Personalization: individu memandang keberhasilan atau kebaikan
yang didapat bersumber dari faktor internal dirinya, sedangkan hal
buruk berasal dari faktor eksternal.
36
3. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi
ataupun bantuan materi yang diterima dari orang lain. Individu mengenali dan
menafsirkan bentuk-bentuk dukungan sosial dari sumber yang sama ataupun
berbeda. Pada penulisan ini dukungan sosial terbagi menjadi empat dimensi, yaitu
dukungan emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental,
dukungan informasional dan dukungan persahabatan (Sarafino, 2011). Berikut
adalah definisi dari setiap dimensi.
a. Dukungan emosional atau penghargaan: individu mendapatkan
dukungan berbentuk rasa empati, pendampingan, suasana kehangatan
dan rasa diperhatikan.
b. Dukungan nyata atau intrumental: individu mendapatkan dukungan
berbentuk penyediaan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah secara praktis.
c. Dukungan informasional: individu mendapatkan dukungan berbentuk
pemberian informasi baik berupa nasihat atau saran.
d. Dukungan persahabatan: individu mendapatkan dukungan berbentuk
rasa memiliki teman senasib karena individu memiliki kesamaan minat
dan aktifitas sosial dengan teman tersebut.
37
3.3 Prosedur dan instrumen pengumpulan data
Pada awal penulisan, penulis melakukan pengumpulan fenomena dan penulisan
sebelumnya terkait dengan subjek penulisan. Penulis juga melakukan studi
pendahuluan berupa wawancara untuk memperkuat asumsi. Setelah
mengemukakan masalah dan variabel pada subjek penulisan, penulis menetapkan
judul beserta populasi subjek penulisan.
Penulis mengajukan surat izin penelitian yang diberikan pihak universitas
kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 25 Maret 2019. Izin penelitian tersebut
mengacu pada Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penulisan, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Selanjutnya pihak pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut mengeluarkan Surat
Rekomendasi Izin Penelitian pada tanggal 02 April 2019 dengan nomer surat:
228/AF.1.31/-1.862.9/2019. Surat Rekomendasi Izin Penelitian tersebut
digunakan sebagai izin untuk melaksanakan Angket/Kuesioner pada subjek
penulisan. Menggunakan surat tersebut, penulis juga mendapatkan Data
Rekapitulasi Rumah Singgah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 dari Dinas Sosial
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta jumlah anak pada setiap rumah singgah.
Penulis melakukan pengambilan data penelitian pada subjek berdasarkan kriteria
sampel yang telah ditetapkan penulis.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini
berbentuk kuesioner dengan menggunakan model Likert. Pada skala Penulisan ini
38
digunakan empat alternatif pilihan jawaban menggunakan empat pilihan jawaban
yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), dan “Sangat Tidak
Sesuai” (STS).
1. Sangat sesuai, apabila subjek merasa sangat sesuai berdasarkan pernyataan
yang diberikan.
2. Sesuai, apabila subjek merasa sesuai berdasarkan pernyataan yang diberikan.
3. Tidak sesuai, apabila subjek merasa tidak sesuai berdasarkan pernyataan yang
diberikan.
4. Sangat tidak sesuai, apabila subjek merasa sangat tidak sesuai berdasarkan
pernyataan yang diberikan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya jumlah respon yang
bersifat netral dan memudahkan responden dalam memilih. Model ini terdiri dari
pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable). Skor
tertinggi untuk pilihan sangat setuju dan skor terendah untuk pilihan sangat tidak
setuju pada pernyataan favourable. Sedangkan skor tertinggi untuk pernyataan
unfavourable untuk pilihan sangat tidak setuju dan skor terendah untuk pilihan
sangat setuju.
Didalam kuesioner terdapat lembar pengisian data responden berupa
kategori jenis kelamin, usia, tingkat Pendidikan, tingkat kelahiran, hobi, prestasi
dan frekuensi pertemuan dengan orangtua. Data kategori tersebut diolah dengan
uji t-test untuk mengetahui perbedaan tingkat self-efficacy pada setiap
39
kategorinya. Selanjutnya responden memilih empat pilihan jawaban yang ada
pada 44 pernyataan. Pernyataan yang digunakan terdiri dari tiga skala, yaitu skala
self-efficacy, skala optimisme, dan skala dukungan sosial. Berikut adalah
penjelasan dari setiap skala.
1. Skala self-efficacy
Untuk mengukur variabel self-efficacy pada penelitian ini, penulis
memodifikasi alat ukur yang bernama General self-efficacy Scale (GSES-
12) oleh Bosscher dan Smit (1998). Penulis menambahkan 1 item menjadi
13 item untuk mengantisipasi gugurnya item karena hanya ada 3 item (1
item favourable dan 2 item unfavourable) pada salah satu dimensi. Item
yang ditambahkan penulis berada pada nomor item ke 13. Penulis
melakukan perubahan bahasa pada alat ukur ini dari english ke bahasa
indonesia. Alat ukur ini mengukur ketiga dimensi self-efficacy dari
penulisan ini, yaitu initiative, effort dan persistence.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Self-Efficacy
No. Dimensi Indikator No. Item
Jumlah Fav Unfav
1. Initiative Siap menghadapi berbagai
situasi
7, 13 1, 4 4
2. Effort Bersedia untuk berusaha
menyempurnakan sesuatu
2, 10, 12 5, 8 5
3. Persistence Tekun dalam menghadapi
kesulitan
6, 11 3, 9 4
Total 13
40
2. Skala optimisme
Untuk mengukur variabel optimisme pada penelitian ini, alat ukur yang
digunakan adalah alat ukur yang dibuat oleh penulis yang mengacu pada
teori Seligman (2006). Alat ukur ini disusun penulis berdasarkan dimensi-
dimensi optimisme dari teori tersebut yaitu permanence, pervasiveness
dan personalization.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Optimisme
No. Dimensi Indikator No. Item
Jumlah Fav Unfav
1. Pemanence Memandang keberhasilan
atau kebaikan yang didapat
akan menetap dalam diri
1, 13 7 6
Memandang kegagalan atau
keburukan yang didapat
tidak akan menetap dalam
diri
8, 14 2
2. Pervasiveness Memandang keberhasilan
atau kebaikan yang didapat
akan menyebar ke seluruh
area kemampuan diri
3, 15 9 6
Memandang kegagalan atau
keburukan yang didapat
tidak akan menyebar ke
seluruh area kemampuan
diri
10, 16 4
3. Personalization Memandang keberhasilan
atau kebaikan yang didapat
bersumber dari faktor
internal diri
5, 17 11 5
Memandang kegagalan atau
keburukan berasal dari
faktor eksternal
12 6
Total 17
41
3. Skala dukungan sosial
Untuk mengukur variabel dukungan sosial pada penelitian ini, alat ukur
yang digunakan adalah alat ukur yang dibuat oleh penulis yang mengacu
pada teori Sarafino (2011). Alat ukur ini disusun penulis berdasarkan
dimensi-dimensi dukungan sosial dari teori tersebut yaitu dukungan
emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan
informasional dan dukungan persahabatan.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No. Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Fav Unfav
1. Dukungan
emosional atau
penghargaan
Mendapatkan rasa empati dari
orang lain
1 7 4
Mendapatkan kasih sayang 8 2
2. Dukungan nyata
atau instrumental
Mendapatkan bantuan berupa
materi
3 9 4
Mendapatkan bantuan berupa
jasa
10 4
3. Dukungan
informational
Mendapatkan informasi berupa
nasihat atau saran dari untuk
memecahkan masalah
5, 13 11 3
4. Dukungan
persahabatan
Merasa memiliki teman senasib 6, 12 14 3
Total 14
3.4 Uji validitas konstruk
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistik yang disebut
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software LISREL 8.70
42
untuk pengujian validitas intrumen. Analisis ini mengharuskan penulis
memiliki harapan khusus mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel mana
yang mencerminkan faktorfaktor yang ada, dan (c) apakah faktor-faktor
berkorelasi. CFA secara eksplisit dan langsung digunakan untuk menguji
kecocokan dari model faktor (Thompson, 2004).
Thompson (2004) menyatakan bahwa CFA lebih bermanfaat dikarenakan
(a) teori secara langsung diuji oleh analisis dan (b) tingkat ketepatan model dapat
diukur dengan berbagai cara. Adapun kriteria item yang baik pada CFA
adalah sebagai berikut (Umar, 2012):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan
pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas
itemitemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
43
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chisquare. Jika hasil chi square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-
value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian
dikeluarkan dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di keluarkan. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
3.4.1 Uji validitas konstruk skala self-efficacy
Penulis menguji apakah tiga belas item yang terdapat dalam skala self-efficacy
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel tersebut. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai yang belum
fit. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
membebaskan parameter kesalahan pengukuran sehingga dapat saling berkolerasi.
Maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=49.95, df=41, P-value=0.15935,
RMSEA=0.046.
44
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Self-Efficacy
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.39 0.10 4.00 √
2 0.81 0.09 9.36 √
3 0.58 0.10 6.06 √
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
0.43
0.35
0.55
0.82
0.56
0.34
0.45
0.77
0.70
0.73
0.10
0.10
0.09
0.08
0.09
0.10
0.10
0.08
0.09
0.09
4.36
3.41
5.85
9.99
5.95
3.22
4.77
9.09
8.08
7.94
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.4, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam variabel self-efficacy tidak ada yang di-drop dan dapat diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
3.4.2 Uji validitas konstruk skala permanence
Penulis menguji apakah enam item yang terdapat dalam skala permanence bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai yang belum fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
parameter kesalahan pengukuran sehingga dapat saling berkolerasi. Maka diperoleh
model fit dengan nilai Chi-Square=7.36, df=6, P-value=0.28923, RMSEA=0.047.
45
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Permanence
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.74 0.09 8.52 √
2 0.64 0.10 6.22 √
3
4
5
6
0.43
0.65
0.78
0.96
0.09
0.09
0.08
0.08
4.54
7.09
9.17
12.24
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.5, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi permanence tidak ada yang di-drop dan dapat diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
3.4.3 Uji validitas konstruk skala pervasiveness
Penulis menguji apakah enam item yang terdapat dalam skala pervasiveness bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai yang belum fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
parameter kesalahan pengukuran sehingga dapat saling berkolerasi. Maka diperoleh
model fit dengan nilai Chi-Square=3.07, df=5, P-value=0.68920, RMSEA=0.000
46
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Pervasiveness
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.80 0.10 8.10 √
2 0.51 0.10 5.27 √
3
4
5
6
0.55
0.64
0.60
0.60
0.13
0.09
0.10
0.10
4.15
6.75
5.84
5.86
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.6, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi pervasiveness tidak ada yang di-drop dan dapat diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
3.4.4 Uji validitas konstruk skala personalization
Penulis menguji apakah lima item yang terdapat dalam skala personalization bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai yang belum fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
parameter kesalahan pengukuran sehingga dapat saling berkolerasi. Maka diperoleh
model fit dengan nilai Chi-Square=0.92, df=4, P-value=0.92115, RMSEA=0.000.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Personalization
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.76 0.13 5.93 √
2 0.79 0.13 6.20 √
3
4
5
0.52
0.29
0.58
0.11
0.10
0.11
4.90
2.85
5.39
√
√
√
47
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.7, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi personalization tidak ada yang di-drop dan dapat diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
3.4.5 Uji validitas konstruk skala dukungan emosional atau penghargaan
Penulis menguji apakah empat item yang terdapat dalam skala dukungan emosional
atau penghargaan bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi
tersebut. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan
nilai yang belum fit. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model
dengan cara membebaskan parameter kesalahan pengukuran sehingga dapat saling
berkolerasi. Maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.02, df=1, P-
value=0.90019, RMSEA=0.000.
Tabel 3.8.
Muatan Faktor Item Dukungan Emosional atau Penghargaan
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.84 0.13 6.31 √
2 0.57 0.11 5.22 √
3
4
0.58
0.56
0.14
0.11
4.22
5.11
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.8, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
48
dalam dimensi emosional atau penghargaan tidak ada yang di-drop dan dapat
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.6 Uji validitas konstruk skala dukungan nyata atau instrumental
Penulis menguji apakah tiga item yang terdapat dalam skala dukungan informasional
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai Chi-
Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000, yang artinya model sudah fit
dan tidak perlu dilakukan modifikasi.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Dukungan Nyata atau Instrumental
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.09 0.12 0.75 √
2 0.82 0.12 6.78 √
3
4
0.94
0.33
0.13
0.10
7.39
3.20
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.9, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi dukungan nyata atau instrumental tidak ada yang di-drop dan dapat
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.7 Uji validitas konstruk skala dukungan informasional
Penulis menguji apakah tiga item yang terdapat dalam skala dukungan informasional
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapatkan nilai Chi-
49
Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000, yang artinya model sudah fit
dan tidak perlu dilakukan modifikasi.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Dukungan informasional
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.56 0.11 4.99 √
2 0.57 0.11 5.06 √
3 0.87 0.13 6.68 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.10, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi dukungan informasional tidak ada yang di-drop dan dapat
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.8 Uji validitas konstruk skala dukungan persahabatan
Penulis menguji apakah tiga item yang terdapat dalam skala dukungan persahabatan
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur dimensi tersebut. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, didapatkan nilai Chi-
Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000, yang artinya model sudah fit
dan tidak perlu dilakukan modifikasi.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Dukungan Persahabatan
Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan
1 0.76 0.13 5.74 √
2 0.86 0.14 6.11 √
3 0.36 0.11 3.38 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
50
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.11, dapat diketahui bahwa seluruh item
signifikan (t > 1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya, seluruh
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian, item
dalam dimensi dukungan persahabatan tidak ada yang di-drop dan dapat
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap
dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam Penulisan ini
adalah multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis regresi
berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan lebih dari
satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada Penulisan ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Self-efficacy
a = Konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Permanence
X2 = Pervasiveness
X3 = Personalization
X4 = Dukungan emosional atau penghargaan
51
X5 = Dukungan nyata atau instrumental
X6 = Dukungan informasional
X7 = Dukungan persahabatan
e = Residu
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable terhadap
dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan 100% sehingga
didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen. Sisa dari persentasi R2
merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent variable yang tidak diuji
dalam Penulisan. Tabel model summary dalam SPSS juga menunjukkan nilai
Standard Error of Estimate dimana semakin kecil nilai SEE, maka model regresi
semakin tepat dalam memprediksi dependent variable. Nilai R2 diperoleh dari
rumus berikut:
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig). Nilai Sig <
0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable secara simultan
memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig < 0.05 juga
52
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan. Rumus dalam
penghitungan nilai F sebagai berikut:
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan dengan
menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized coefficients. Nilai
koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi pada variabel
menunjukkan arah hubungan serta besaran koefisien masing-masing dimensi pada
model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi untuk mengetahui apakah
masing-masing dimensi berpengaruh secara signifikan terhadap dependent
variable. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error
dari b.
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 103 anak jalanan di rumah singgah yang
berada di DKI Jakarta dan Tangerang. Subjek dipilih berdasarkan kriteria: (1)
Berusia 13-18 tahun, (2) Tidak tinggal menetap dengan keluarga (3) Memiliki
kegiatan ekonomi dijalan maupun ditempat umum. Rentangan umur anak jalanan
sebagian telah masuk ke dalam masa remaja.
Penulis memilih subjek dengan usia 13-18 tahun karena menurut Hurlock
(2001) usia tersebut merupakan masa perkembangan remaja. Pada masa tersebut
individu memiliki kematangan mental, sosial dan emosional yang lebih baik
dibanding usia dibawahnya, sehingga diasumsikan dapat menghasilkan skor
penelitian yang lebih akurat.
Selanjutnya penyebaran subjek berdasarkan rumah singgah dan domisili
disebutkan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Penyebaran Subjek Penelitian
Rumah Singgah Domisili Jumlah Subjek
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Jakarta Barat 32
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Jakarta Utara 19
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Jakarta Timur 12
Yayasan Dilts Jakarta Selatan 11
Yayasan Taruna Pertiwi Jakarta Selatan 14
Save Street Child Tangerang 4
Rumah Belajar Walad Tangerang 11
Jumlah 103
54
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Untuk lebih detail, dalam penelitian ini peneliti menggunakan skor analisis
statistika dengan skor faktor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari
kesalahan pengukuran. Perhitungan skor faktor pada tiap variabel tidak
menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan
menggunakan maximum likelihood, skor ini disebut dengan true score. Item-item
yang dianalisis oleh maximum likelihood adalah item yang bermuatan positif dan
signifikan.
Adapun true score yang dihasilkan oleh maximum likelihood satuannya
berbentuk Z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua
skor ditransformasikan ke skala T yang semuanya positif dengan menetapkan nilai
mean = 50 dan standar deviasi = 10, selanjutnya melakukan proses komputasi
melalui formula T-score= 50 +10*Z, seperti yang sudah dijelaskan di bab
sebelumnya. Nilai-nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Self-Efficacy 103 16.14 64.07 50.0005 9.33285
Permanence 103 16.88 60.53 49.9997 9.20978
Pervasiveness 103 19.14 63.85 49.9996 8.66078
Personalization 103 19.61 62.58 50.0006 8.12870
Dukungan emosional atau penghargaan 103 23.57 62.30 49.9996 8.05481
Dukungan nyata atau instrumental 103 26.81 62.89 49.9999 9.35566
Dukungan informasional 103 25.81 61.63 49.9997 8.50014
Dukungan persahabatan 103 25.19 59.80 49.9995 8.54130
Valid N (listwise) 103
55
4.3 Kategorisasi skor variabel penelitian
Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Adapun norma yang ditetapkan untuk
penghitungan ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi Rumus
Rendah X < M – 1 SD
Tinggi X ≥ M + 1 SD
Setelah norma kategorisasi didapatkan, selanjutnya akan dipaparkan
perolehan nilai persentase kategorisasi skor untuk setiap variabel dalam penelitian
ini dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel Frekuensi
Tinggi (%) Rendah (%)
Self-efficacy 61 59.2% 42 40.8%
Permanence 56 54.4% 47 45.6%
Pervasiveness 63 61.2% 40 38.8%
Personalization 59 57.3% 44 42.7%
Dukungan emosional atau penghargaan 56 54.4% 47 45.6%
Dukungan nyata atau instrumental 72 69.9% 31 30.1%
Dukungan informasional 53 51.5% 50 48.5%
Dukungan persahabatan 54 52.4% 49 47.6%
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai
kategorisasi yang lebih dominan pada kategori tinggi berada pada seluruh variabel
penelitian.
56
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dengan
bantuan software SPSS 20.0. Seperti yang telah dijelaskan pada bab tiga, dalam
regresi ada tiga hal yang perlu dilihat, pertama adalah besaran R-square (R2) untuk
mengetahui berapa persen (%) varians variabel terikat (dependent variable) yang
dijelaskan oleh variabel bebas (independent variable), kedua apakah keseluruhan
variabel bebas (independent variable) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat (dependent variable), dan terakhir melihat signifikansi koefisien
regresi dari masing-masing variabel bebas (independent variable).
Pengujian hipotesis pertama adalah melihat besaran R-square (R2) untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependen variabel yang dijelaskan oleh
independen variabel. Selanjutnya untuk tabel R-square, dapat dilihat pada tabel
4.5. berikut.
Tabel 4.5
R-Square
Model R R-square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .854a .729 .709 5.03626
Sebagaimana disebutkan dalam table 4.5, dapat dilihat bahwa perolehan
R-square sebesar 0.729 atau 72.9%. Artinya, proporsi varians terhadap variabel
self-efficacy yang diberikan oleh variabel optimisme dan dukungan sosial dalam
penelitian ini sebesar 72.9%, sedangkan 27.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian ini.
57
Langkah selanjutnya, penulis menguji apakah keseluruhan independent
variable dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-
efficacy dari hasil uji F. Adapun hasil uji F tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6
Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6474.847 7 924.978 36.468 .000b
Residual 2409.574 95 25.364
Total 8884.420 102
a. Dependent variable: self-efficacy
b. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization, dukungan
emosional atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan
informasional, dukungan persahabatan
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.)
pada kolom paling kanan adalah p = 0.000 dengan nilai p < 0.05. Sedangkan
diketahui bahwa syarat terpenuhinya nilai Sig. Adalah < 0.05, maka hipotesis
mayor yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan dari optimisme (permanence,
pervasiveness dan personalization) dan dukungan sosial (dukungan emosional
atau penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasional dan
dukungan persahabatan) terhadap self-efficacy” diterima.
Langkah terakhir yang peneliti lakukan adalah melihat koefisien regresi
dari masing-masing variabel bebas (independent variable). Jika nlai p < 0,05
maka koefisien regresi yang dihasilkan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penggunaan media sosial, begitupun sebaliknya. Besaran koefesien
regresi dari masing-masing variabel bebas (independent variable) terhadap
penggunaan media sosial untuk informasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
58
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std.
Error Beta
(Constant) -7.092 3.693 -1.920 .058
Permanence .252 .089 .248 2.813 .006
Pervasiveness .154 .087 .143 1.771 .080
Personalization .083 .103 .072 .807 .422
Dukungan emosional atau
penghargaan .186 .111 .160 1.667 .099
Dukungan nyata atau instrumental .254 .065 .255 3.886 .000
Dukungan informasional .076 .091 .069 .842 .402
Dukungan persahabatan .137 .086 .126 1.604 .112
self-efficacy = -7.092 + 0.248 (permanence) + 0.143 (pervasiveness) + .072
(personalization) + 0.160 (dukungan emosional atau penghargaan) + 0.255 (dukungan
nyata atau instrumental) + 0.069 (dukungan informasional) + 0.126 (dukungan
persahabatan) + e.
Sebagaimana disebutkan dalam tabel hasil tabel 4.7, uji regresi dalam
penelitian ini melihat ada dua dimensi yang memengaruhi self-efficacy (sig <
0.050); satu dimensi dari variabel optimisme yaitu permanence (0.006) dan satu
dimensi dari variabel dukungan sosial yaitu dukungan nyata atau instrumental
(0.000). Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari
masing-masing independent variable adalah sebagai berikut.
1. Permanence
Permanence memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.248 dengan
signifikansi sebesar 0.006 (sig < 0.050). Artinya Permanence memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap self-efficacy. Nilai koefisien variabel
permanence menunjukan arah positif, artinya bahwa semakin tinggi
59
permanence dalam diri seorang individu, maka semakin tinggi self-
efficacy individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah permanence dalam
diri seorang individu, maka semakin rendah self-efficacy individu tersebut
2. Pervasiveness
Pervasiveness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.143 dengan
signifikansi sebesar 0.080 (sig > 0.050). Artinya, pervasiveness tidak
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap self-efficacy.
3. Personalization
Personalization memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.072 dengan
signifikansi sebesar 0.080 (sig < 0.050). Artinya, pervasiveness tidak
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap self-efficacy.
4. Dukungan emosional atau penghargaan
Dukungan emosional atau penghargaan memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.160 dengan signifikansi sebesar 0.099 (sig > 0.050). Artinya,
dukungan emosional atau penghargaan tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap self-efficacy.
5. Dukungan nyata atau instrumental
Dukungan nyata atau instrumental memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0.255 dengan signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.050). Artinya dukungan
nyata atau instrumental memiliki pengaruh secara signifikan terhadap self-
efficacy. Nilai koefisien variabel dukungan nyata atau instrumental
menunjukan arah positif, artinya bahwa semakin tinggi dukungan nyata
atau instrumental yang diterima seorang individu, maka semakin tinggi
60
self-efficacy individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah dukungan
nyata atau instrumental yang diterima seorang individu, maka semakin
rendah self-efficacy individu tersebut
6. Dukungan informasi
Dukungan informasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.069 dengan
signifikansi sebesar 0.402 (sig > 0.050). Artinya, dukungan informasi
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap self-efficacy.
7. Dukungan persahabatan
Dukungan persahabatan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.126
dengan signifikansi sebesar 0.112 (sig > 0.050). Artinya, dukungan
persahabatan tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap self-
efficacy.
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing variabel
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui besarnya sumbangan proporsi varians dari
masing-masing variabel bebas (independent variable) terhadap self-efficacy. Pada
tabel 4.8 akan diketahui proporsi varians dari masing-masing variabel bebas
(independent variable) dengan melihat nilai R-square Change, kemudian kolom
F-Change merupakan hasil uji F dari masing-masing variabel bebas (independent
variable), serta kolom Sig. F-change digunakan untuk melihat signifikan atau
tidaknya hasil uji F yang telah dilakukan. Berikut ini adalah tabel proporsi varians
penggunaan media sosial untuk informasi pada setiap variabel bebas (independent
variable)
61
Tabel 4.8
Proporsi Varians Self-Efficacy pada Setiap Independent Variable
Model R R-
Square
Adjusted
R Square
Change Statistics Sig. F
Chang
e R-Square
Change
F
Change
Permanence .722a .521 .516 .521 109.813 .000
Pervasiveness .771b .594 .586 .073 18.081 .000
Personalization .791c .626 .615 .032 8.493 .004
Dukungan emosional atau
penghargaan .820d .672 .659 .046 13.799 .000
Dukungan nyata atau instrumental .848e .719 .704 .046 15.875 .000
Dukungan informasional .849f .721 .704 .003 1.010 .317
Dukungan persahabatan .854g .729 .709 .007 2.574 .112
Sebagaimana disebutkan dalam tabel 4.8, dapat diperoleh informasi proporsi
varians setiap variabel bebas (independent variable) sebagai berikut ini.
1. Permanence
Permanence memiliki sumbangan sebesar 0.521 atau 52.1% terhadap
varians self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan karena secara
statistik nilai sig. F change = 0.000 (sig < 0.050).
2. Pervasiveness
Pervasiveness memiliki sumbangan sebesar 0.073 atau 7.3% terhadap
varians self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan karena secara
statistik nilai sig. F change = 0.000 (sig < 0.050).
3. Personalization
Personalization memiliki sumbangan sebesar 0.032 atau 3.2% terhadap
varians self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan karena secara
statistik nilai sig. F change = 0.004 (sig < 0.050).
62
4. Dukungan emosional atau penghargaan
Dukungan emosional atau penghargaan memiliki sumbangan sebesar
0.046 atau 4.6% terhadap varians self-efficacy. Sumbangan tersebut
signifikan karena secara statistik nilai sig. F change = 0.000 (sig <
0.050).
5. Dukungan nyata atau instrumental
Dukungan nyata atau instrumental memiliki sumbangan sebesar 0.046
atau 4.6% terhadap varians self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan
karena secara statistik nilai sig. F change = 0.000 (sig < 0.050).
6. Dukungan informasional
Dukungan informasional memiliki sumbangan sebesar 0.003 atau 0.3%
terhadap varians self-efficacy. Sumbangan tersebut tidak signifikan
karena secara statistik nilai sig. F change = 0.317 (sig > 0.05).
7. Dukungan persahabatan
Dukungan persahabatan memiliki sumbangan sebesar 0.007 atau 0.7%
terhadap varians self-efficacy. Sumbangan tersebut tidak signifikan
karena secara statistik nilai sig. F change = 0.112 (sig > 0.05).
63
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan
dari optimisme dan dukungan sosial terhadap self-efficacy anak jalanan.
Berdasarkan proporsi varian seluruhnya, sumbangan independen variable pada
penelitian ini dalam mempengeruhi variabel self-efficacy sebesar 72.9%.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-
masing koefisien regresi yang signifikan dari persamaan regresi tersebut, dapat
diketahui bahwa terdapat dua variabel yang nilai koefisien regresinya signifikan
yaitu: (1) permanence dan (2) dukungan nyata atau instrumental. Kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh secara positif, artinya ketika permanence dan
dukungan nyata atau instrumental tinggi, maka semakin tinggi pula self-efficacy
anak jalanan tersebut.
5.2 Diskusi
Penelitian ini berusaha untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya yaitu mengetahui pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap
self-efficacy anak jalanan. Self-efficacy dengan sangat jelas memberi wawasan
baru tentang suatu aspek mental yang menjadi penghubung antara potensi yang
dimiliki seseorang dengan hasil akhir. Mengingat variabel self-efficacy memegang
peran penting dalam mengoptimalkan potensi individu, hal ini tentu tidak terlepas
64
dari faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi variabel tersebut. Oleh
karenanya, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh internal yaitu
optimisme dan pangaruh eksternal yaitu dukungan sosial terhadap variabel self-
efficacy.
Berdasarkan hasil penelitian, self-efficacy dikategorikan pada tingat tinggi,
artinya anak jalanan yang memiliki self-efficacy yang kuat berjumlah lebih dari
setengah populasi yang diteliti. Hal ini berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chairani et.al (2019) bahwa self-efficacy menjadi faktor yang
memotivasi anak jalanan dapat memecahkan masalah mereka. Anak jalanan
dengan self-efficacy yang tinggi akan berusaha untuk mengembangkan fungsi
kognitif dan moral untuk membentuk persepsi positif tentang diri mereka sendiri
dan keyakinan tentang kemampuan mereka dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Salah satu variabel bebas dalam penelitian ini adalah optimisme.
Ditemukan bahwa optimisme secara signifikan berpengaruh terhadap self-efficacy.
Hal ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan Robinson dan Snipes
(2009), Yeo (2012), Saleem, Ghayas, dan Adil (2013) dan Harjot (2015) yang
menemukan korelasi possitif antara variabel optimisme dan self-efficacy. Temuan
ini juga sesuai dengan literatur coping remaja yang mengungkapkan bahwa
remaja dengan optimisme yang baik cenderung menampilkan perilaku dan strategi
yang lebih efektif ketika berurusan dengan tekanan di sekolah dan situasi lain
(Roesch, Vaughn, Aldridge, & Villodas, 2009; Suldo, Shaunessy, & Hardesty,
2008)
65
Ditemukan bahwa satu dari tiga dimensi optimisme secara signifikan
memengaruhi self-efficacy, yaitu dimensi permanence. Dimensi permanence
memiliki nilai koefisien regresi dengan arah positif yang menjelaskan bahwa
semakin tinggi permanence maka semakin tinggi self-efficacy individu. (Yeo
(2012) menemukan bahwa adanya keterkaitan yang kuat antara permanence dan
self-efficacy pada remaja. Weiner (1972) menjelaskan bahwa permanence
berkontribusi terhadap tingkat motivasi dan harapan yang lebih besar dari
keberhasilan untuk masa depan. Anak jalanan dengan permanence yang tinggi
akan berusaha lebih keras setelah mereka mengalami keberhasilan, sedangkan
remaja dengan permanence yang rendah melihat sebuah kesuksesan sebagai suatu
kebetulan. Semakin tinggi permanence anak jalanan maka semakin tinggi pula
keyakinan bahwa dirinya mampu melewati kesulitan atau hambatan.
Sementara itu, dimensi pervasiveness pada penelitian ini ditemukan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap self-efficacy. Temuan ini tidak sejalan
dengan penelitian Flammer (2001) yang mengungkapkan bahwa pervasiveness
penting untuk membantu individu membangun dan mempertahankan keyakinan
self-efficacy pada tingkat tinggi, dan untuk membimbing individu yang gagal
mengekspos pada pengalaman positif. Pervasiveness akan menunjukkan
kecenderungan untuk menghancurkan kegagalan dengan harapan bahwa hal-hal
negatif tidak akan terjadi dalam aspek kehidupan lainnya (Kelley, 1972). Temuan
ini dapat terjadi karena pandangan negatif dari keluarga, masyarakat dan diri
sendiri dapat menghambat anak jalanan untuk mengetahui dalam mengetahui area
kemampuan dalam dirinya. Stigma tersebut memiliki kecenderungan dengan
66
pemecahan masalah yang buruk, keterasingan sosial, dan pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan pengetahuan akan kemampuan diri (Peterson, Maier &
Seligman, 1993)
Kemudian dimensi personalization pada penelitian ini juga tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap self-effcacy. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Yeo (2012) yang menemukan korelasi positif antara personalization
dan self-efficacy. Seharusnya individu yang memiliki keyakinan adalah ketika
individu tersebut memiliki kendali atas sesuatu yang sedang dijalaninya dan
kemudian percaya bahwa faktor dari dirinya yang menciptakan suatu keberhasilan
(Seligman, 1975). Temuan ini dapat terjadi karena kehidupan yang cenderung
rentan terhadap masalah-masalah sosial, seperti pelecehan seksual, eksploitasi
anak, dan perdagangan narkoba membuat anak jalanan kesulitan dalam
mengetahui sumber keberhasilan yang telah didapatkan. Sementara itu, mereka
yang dapat menghindari penyalahgunaan narkoba atau masalah-masalah sosial
lainnya seringkali dapat mengembangkan keterampilan pribadi dan harga diri
yang cukup besar (Aptekar, 1994; Ribeiro & Ciampone, 2001).
Variabel independen selanjutnya dalam penelitian ini adalah dukungan sosial.
Ditemukan bahwa dukungan secara signifikan berpengaruh terhadap self-efficacy
dengan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang diterima
anak jalanan maka semakin tinggi pula self-efficacy pada anak jalanan tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peterson et.al (2013) yang
menemukan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh yang signifikam
terhadap self-efficacy remaja. Teori sosial kognitif ( Bandura, 1989)
67
mengemukakan bahwa dukungan sosial yang kuat akan meningkatkan self-
efficacy individu untuk mengatasi hambatan. Dukungan sosial yang diterima anak
jalanan akan membantu anak jalanan menguatkan self-efficacy yang digunakannya
untuk mengatasi kesulitan.
Yang menarik pada hasil penelitian ini adalah hanya terdapat satu jenis
dukungan sosial yang berpengaruh secara signifikan terhadap self-efficacy yaitu
dukungan nyata atau instrumental. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Peterson (2013) yang menemukan bahwa dukungan nyata atau
instrumental memiliki pengaruh terhadap self-efficacy remaja. Cutrona (1990)
yang menjelaskan bahwa dukungan sosial sangat efektif ketika jenis dukungan
yang ditawarkan cocok dengan penerima, beberapa situasi memerlukan berbagai
bentuk dukungan yang berbeda. Sarafino (2011) menjelaskan bahwa dukungan
nyata atau instrumental adalah dukungan yang paling efektif dalam kasus individu
yang berada dalam tekanan atau rintangan.
Dukungan nyata atau instrumental melibatkan bantuan langsung, seperti
ketika orang lain memberi atau meminjamkan uang, atau membantu dengan
menyelesaikan tugas-tugas disaat stress. Anak jalanan memiliki status marjinal
(terpinggirkan) dan merasakan kerasnya jalanan, dan karenanya dia tidak bisa
berbuat banyak untuk melindungi diri dari masalah-masalah sosial. Untuk dapat
menangani masalah tersebut, anak jalanan akan mencari keadilan dengan
kapasitas mereka yang sederhana yaitu mencari bantuan nyata dari pihak rumah
singgah, panti sosial, masyarakat dan orang tua. Dukungan instrumental
merupakan bentuk dukungan protektif telah dilaporkan efektif dalam menangani
68
kasus anak jalanan beberapa penelitian lain (Conticini, 2005; Mizen & Ofosu,
2010).
Sementara itu, dukungan emosional, informasional dan persahabatan dalam
penelitian ini ditemukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap self-efficacy
anak jalanan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan
(2017) yang memberikan gambaran yang relatif kuat tentang bagaimana anak
jalanan di Bangladesh meyakini dirinya mampu melewati pelecehan sehari-hari
dengan memanfaatkan dukungan emosional, informasional, dan persahabatan dari
jaringan sosial mereka. Temuan ini dapat terjadi karena penelitian yang dilakukan
penulis berada di Indonesia dan memiliki budaya yang berbeda. Ditambah kriteria
responden yang ditetapkan adalah anak jalanan yang dibina di rumah singgah atau
panti sosial, di mana pada tempat tersebut keseharian anak jalanan relatif lebih
terhindar dari pelecehan.
5.3 Saran
5.3.1 Saran teoritis
1. Dalam penelitian ini ditemukan proporsi varian dari self-efficacy yang
dijelaskan oleh variabel optimisme dan dukungan sosial adalah sebesar
72.9%, sedangkan 27,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Artinya, masih ada variabel lain di luar penelitian ini yang
dapat memberikan pengaruh terhadap self-efficacy anak jalanan, seperti
konsep diri, orientasi masa depan, serta variabel demografi.
69
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti memasukan kategori usia
anak jalanan dibawah 13 tahun sebagai subjek, sehingga dapat dilihat
perbandingan diantara usia perkembangan anak jalanan tersebut.
3. Penelitian selanjutnya juga diharapkan agar menggunakan jumlah responden
yang lebih banyak, sehingga hasil penelitian yang dilakukan memiliki
tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
5.3.2 Saran praktis
1. Diharapkan kepada pihak-pihak terkait seperti rumah singgah, panti sosial,
masyarakat dan orang tua agar dapat lebih mengingatkan kepada anak
jalanan akan pentingnya sikap yang optimis. Sikap optimis yang berisi daya
tahan dan daya juang dapat membuat anak jalanan bertahan saat kesulitan
datang dan berusaha untuk menyelesaikan masalah sebaik mungkin.
2. Pihak-pihak tersebut juga diharapkan tidak berhenti memberi dukungan
kepada anak jalanan. Ketika anak jalanan merasa dihargai, dinilai positif
serta diberikan semangat oleh orang di sekitarnya, maka mereka akan lebih
yakin bahwa dirinya mampu mengatasi kesulitan dan hambatan.
3. Berdasarkan dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa dimensi
permanence secara signifikan memengaruhi self-efficacy anak jalanan. Hal
ini menunjukan pentingnya kesadaran akan sikap anak jalanan bahwa
keberhasilan yang mereka capai akan membawa kebaikan untuk jang waktu
panjang. Untuk dapat meningkatkan self-efficacy, anak jalanan diharapkan
dapat memaknai keberhasilan yang mereka capai sebagai suatu kebaikan
70
yang akan menetap dalam dirinya dengan cara mengadakan konseling atau
seminar dengan tema optimisme.
4. Kemudian penelitian ini juga menemukan pengaruh yang signifikan dari
dukungan nyata atau instrumental terhadap self-efficacy anak jalanan.
Penulis mengharapkan agar anak jalanan dapat memanfaatkan dukungan
nyata dan instrumental dengan baik dan juga melihat seluruh bentuk
dukungan sosial sebagai sesuatu yang berharga untuk dirinya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Amjad, Q. (2008). Hafal al-qur’an dalam sebulan. Solo: Qiblat Press.
Anandar, R., Wibhawa, B., & Wibowo, H. (2015). Dukungan sosial terhadap anak
jalanan di rumah singgah. Share Social Work Journal, 5(1), 1.
doi:10.24198/share.v5i1.13122.
Agustika, I. W. P. & Hary, T. A. (2012). Pengaruh optimisme dan empati
terhadap efikasi diri siswa sekolah sepak bola. Jurnal Spirits, 3 (1), 1.
doi:10.30738/spirits.v3i1.1125.
Alfianita, N. (2016). Optimisme anak jalanan dalam menghadapi masa depan.
Skripsi. Fakultas Psikilogi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/46677/1/naskah%20publikasi.pdf
Aptekar, L. (1994). Street children in the developing world: a review of their
condition. Cross-Cultural Research. 28(3), 195-224.
doi:10.1177/106939719402800301.
Astuti, D. (2004). Upaya pemberdayaan anak jalanan. Surabaya: Unair.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy the exercise of control. New York: W. H.
Freeman and Company.
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social
cognitivetheory. New York: Prentice Hall.
Barbaranelli, C. (2001). The Structure of Children's Perceived Self-Efficacy: A
Cross-National Study. European Journal of Psychological Assessment,
17(2), 87-97. doi:10.1027//1015-5759.17.2.87.
Bosscher, R. J. & Smit, J. H. (1998). Confirmatory factor analysis of the general
self-efficacy scale. Behaviour Research and Therapy, 36(3), 339-343.
doi:10.1016/S0005-7967(98)00025-4.
Chairani, R., Hamid, A. Y. S., Sahar J. & Budhi, T. E., (2019). Self-efficacy of
street children in jabodetabek in utilizing health services. IOP Conf.
Series: Earth and Environmental Science, 1, 248. doi:10.1088/1755-
1315/248/1/012023.
Cherlin, A., & Bourque, L. B. (1974). Dimensionality and reliability of the Rotter
IE scale, 37(4), Sociometry, 565-582. doi:10.2307/2786428
Conticini, A. (2005). Urban livelihoods from children’s perspectives: Protecting
and promoting assets on the streets of Dhaka. Environment and
Urbanization, 17, 69–81. doi:10.1177/095624780501700206
72
Cohen, S. (2004). Social relationships and health. American Psychologist, 59(8),
676-684. doi:10.1037/0003-066X.59.8.676.
Cutrona, C. E. (1990). Stress and social support—In search of optimal matching.
Journal of Social and Clinical Psychology, 9(1), 3–14.
doi:10.1521/jscp.1990.9.1.3
Delistamati, E., Samakouri, M. A., Davis, A. E. Vorvolakos, T., Xenitidis, K. &
Livaditis, M. (2006). Interpersonal support evaluation list (isel) – college
version: validation and application in a greek sample. International
Journal of Social Psychiatry, 52(6), 552-60.
doi:10.1177/0020764006074184
Feist, J. & Feist, G. (2008). Theories of personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Flammer, A. (2001). Self-efficacy: self-development in childhood. International
Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences. 13812-13815.
doi:10.1016/B0-08-043076-7/01726-5
Furukawa, T. A., Harai, H., Hirai, T., Kitamura, T., & Takahashi, K. (1999).
Social Support Questionnaire among psychiatric patients with various
diagnoses and normal controls. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemio. 34(4),
216-222. doi:10.1007/s001270050136
Gibson, L., Ivancevich, J. & Donnelly, J. (2000). Organizations behavior
structure processes: tenth edition. Boston: McGraw-Hill.
Goleman, D. (2000). Emotional intelligence. Jakata: Gramedia Pustaka Utama.
Harjot, K. D. (2015). Study of self-efficacy and optimism of b.ed. students.
European Journal of Academic Essays, 2(9), 102-107. Retrieved from
https://www.academia.edu/25288553/Study_of_Self-
efficacy_and_Optimism_of_B.Ed._Students
Hasan, M. D. (2017): Street children's use of social support against everyday
abuse in Bangladesh. Child & Youth Services.
doi:10.1080/0145935X.2017.1326307
Herzberg, P. Y., Glaesmer, H., & Hoyer, J. (2006). Separating optimism and
pessimism: A robust psychometric analysis of the Revised Life
Orientation Test (LOT-R). Psychological assessment, 18(4), 433.
doi:10.1037/1040-3590.18.4.433
Hurlock, E. B. (2003). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kelly, H. H. (1972). Causal schemata and the attribution process. Morristown,
NJ: General Learning Press.
Mizen, P., & Ofosu, K., Y. (2010). Asking, giving, receiving: Friendship as
survival strategy among Accra’s street children. Childhood, 17, 441–454.
doi:10.1177/0907568209350511
73
Multasih, E. (2013). Pengaruh Self-Esteem dan Dukungan Sosial Terhadap
Optimisme Masa Depan Anak Jalanan di Rumah Singgah Jakarta Selatan.
Tazkiya: Journal of Psychology, 1 ,1. doi:10.15408/tazkiya.v18i1.9377
Pajares, F. (2005). Self-efficacy during childhood and adolescence: self-efficacy
beliefs of adolescents. Information Age Publishing, 15, 339–367.
Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org/bb2f/53f4ba6dd197ce64673f880869286e
b4ebed.pdf
Peraturan Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2012). Pedoman pendataan
dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan
potensi dan sumber kesejahteraan sosial. No. 08 Hal. 02. Retrieved from
https://www.slideshare.net/IdnJournal/permensos-no-08-tahun-2012-idn-
journal
Peterson, S., Hannah G., Dawn K., Fairchild, A., dan Horn, M. L. (2013). The
Association of Self-Efficacy and Parent Social Support on Physical
Activity in Male and Female Adolescents. Health Psychology, Vol. 32, No.
6, 666-674. doi:10.1037/a0029129
Peterson, C., Maier, S. F., & Seligman, M. E. P. (1993). Learned helplessness: A
theory for the age of personal control. New York: Oxford University
Press.
Reivich, K & Shatte, A. (2002). The resilience factor; 7 essential skill for
overcoming life's inevitable obstacle. New York, Broadway Books.
Ribeiro, O. M. and Ciampone, T. M. H. (2001), Homeless Children: The Lives of
a Group of Brazilian Street Children, Journal of Advanced Nursing 35(1),
42-49. doi:10.1046/j.1365-2648.2001.01847.x
Robinson, C. & Snipes, K. (2009). Hope, optimism and self-efficacy: A system of
competence and control enhancing African American college student’s
academic well-being. Multiple linear regression viewpoints, 35(2), 16-26.
Retrieved from https://www.semanticscholar.org/paper/Hope%2C-
Optimism-and-Self-Efficacy%3A-A-System-of-and-
Robinson/c9beed42ada032e35c94db522271c23882200b74#paper-header
Roesch, S.C., Vaughn, A.A., Aldridge, A.A., & Villodas, F. (2009). Daily diaries
and minority adolescents: Random coefficient regression modeling of
attributional style, coping, and affect. International Journal of Psychology,
44, 393–400. doi: 10.1080/00207590802644758
Russel, J. C. (2015). The differential impact of social support types in promoting
new entrant job search self-efficacy and behavior. Communication
Research Reports, 32 (2), 170–179. doi:10.1080/08824096.2015.1016150
Rustika, I. (2012). Efikasi diri: tinjauan teori albert bandura. Yogyakarta: Buletin
Psikologi Universitas Gajah Mada.
74
Saleem, A., Ghayas, S. & Adil, A. (2013). Self-efficacy and optimism a predictors
of organizational commitment among bank employees. International
Journal of Research Studies in Psychology. doi: 10.5861/ijrsp.2012.131
Sanji, W. M. (2018). Resilience and the re-integration of street children and youth
in sub-saharan africa. Cameroon: SpringerBriefs in Psychology.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E. P., Timothy W. Smith. (2011). Health psychology biopsychosocial
interactions seventh edition. United States of America: Laserwords.
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., & Sarason, B. R. (1983). Assessing
social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and
Social Psychology, 44(1), 127-139. Doi: 10.1037/0022-3514.44.1.127
Scheier, M. F., Carver, C. S., & Bridges, M. W. (1994). Distinguishing optimism
from neuroticism (and trait anxiety, self-mastery, and self-esteem): a
reevaluation of the life orientation test. Journal of Personality and Social
Psychology , 67 (6), 1063-1078. doi:10.1037//0022-3514.67.6.1063
Schultz, D., & Schultz, S.E. (1994). Theories of Personality 5th Edition.
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Schunk, D. H., &. Hanson, A. R. (1985). Peer models: Influence on
children's self-efficacy and achievement. Journal of Educational
Psychology, 77, 313-322. doi:10.1037/0022-0663.77.3.313
Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1995). Generalized self-efficacy scale, measures
in health psychology: A user’s portfolio, causal and control beliefs. United
Kingdom: NFER-NELSON.
Seligman, M. E. P. (1975). Helplessness. on depression, development and death.
San Francisco: Freeman.
Seligman, M. E .P. (1995). The optimistic child. New York: Houghton Mifflin
Company
Seligman, M. E. P. (2006). Learned optimism: how to change your mind and your
life. New York: Vintage Books
Sherer, M., Maddux, J. E., Mercandante, B., Prentice-Dunn, S., Jacobs, B., &
Rogers, R. W. (1982). The self-efficacy scale: construction and validation.
Psychological Reports, 51. 663-671. doi:10.2466/pr0.1982.51.2.663
Suldo, S.M., Shaunessy, E., & Hardesty, R. (2008). Relationships among stress,
coping, and mental health in high-achieving high school students.
Psychology in the Schools, 45, 273–290. doi:10.1002/pits.20300
Thompson, B. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis:
understanding concepts and applications. Washington DC: American
Psychological Association.
75
Umar, J. (2012). Confirmatory factor analysis. Bahan Ajar Perkuliahan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah
Urdan, T., & Pajares, F. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents. USA:
Information Age Publishing
Walgito, B. (2010). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Weiner, B. (1972). Theories of motivation: From mechanism to cognition.
Morristown, NJ: General Learning Press.
Yeo, L. S. (2012). Attributional style and self-efficacy in singaporean adolescents.
National Institute of Education, Nanyang Technological University,
Singapore, 22 (1), 82–101. doi:10.1017/jgc.2012.1
Zimmerman, B. J. (2000). Self-Efficacy: an Essential Motive to
Learn. Contemporary Educational Psychology, 25 (1), 82-91.
doi:10.1006/ceps.1999.1016
Zulfa, M. (2018). Hubungan Dukungan Sosial dan Efikasi Diri pada Siswa SMP.
Skripsi. Fakultas Psikologi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Retrieved from http://etheses.uin-malang.ac.id/12432/1/14410086.pdf
76
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP SELF-EFFICACY ANAK JALANAN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
77
INFORMED CONSENT
Bissmillahirahmanirahiim.
Saya, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengadakan penelitian dalam bidang psikologi. Saya mengharapkan kesediaan
anda untuk turut serta menjadi responden penelitian ini. Informasi atau data yang
anda berikan akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya bidang ilmu perilaku (psikologi). Data penelitian akan dijamin
kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Berilah tanda
checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan anda,
dengan pilihan jawaban sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Sesuai (STS)
2. Tidak Sesuai (TS)
3. Sesuai (S)
4. Sangat Sesuai (SS)
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya semangat pergi belajar. √
Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya anda sangat setuju bahwa anda
adalah seorang yang semangat pergi belajar.
Terima kasih atas kesediaan waktu yang anda berikan untuk mengisi angket
penelitian ini.
Jakarta, April 2019
Tanda Tangan Kesediaan Responden
(……………….…….)
78
DATA RESPONDEN
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *
Usia : ............. tahun ............. bulan
Pendidikan : SD/SMP/SMA *
Anak ke : ……. Dari: ……. bersaudara
Hobi :
Prestasi (jika ada) :
Apa anda masih rutin bertemu orang tua? (Ya/Tidak) *
Jika ya, berapa kali sekali anda bertemu orang tua? *
(1) 1 minggu
(2) 2 minggu
(3) 1 bulan
(4) Lainnya ……
(*) Lingkari salah satu
79
SKALA 1
No Pernyataan STS TS S SS
1.
Saya tidak akan mencoba suatu tugas yang
terlihat sulit.
2.
Saya yakin rencana yang saya buat akan
berjalan dengan baik.
3.
Saya tidak pernah mencapai tujuan-tujuan yang
saya tetapkan untuk diri saya.
4.
Saya tidak akan mencoba hal baru jika terlihat
sulit.
5.
Saya tidak akan terus menyelesaikan suatu
tugas jika pada awalnya saya mendapatkan
kesulitan.
6. Saya mampu menangani sebagian besar
kesulitan yang muncul dalam hidup saya.
7.
Saya tidak akan menyerah dalam mempelajari
hal baru meskipun pada awalnya saya
mendapatkan kesulitan.
8.
Saya tidak akan menyelesaikan tugas yang
tidak menyenangkan bagi saya.
9.
Saya tidak dapat menangani masalah dengan
baik.
10.
Saya akan langsung mengerjakan tugas yang
saya ingin kerjakan.
11. Saya merasa yakin dengan kemampuan saya.
12.
Saya akan berusaha lebih keras jika saya
mengalami kegagalan.
13. Saya selalu menyiapkan diri untuk menghadapi
situasi buruk.
80
SKALA 2
No Pernyataan STS TS S SS
1.
Setiap kebaikan yang saya dapat adalah awal
dari keberhasilan saya di masa depan.
2.
Karena kemampuan saya minim, bagaimana
pun saya berusaha saya tidak akan berhasil.
3.
Bila kelak saya mendapat pekerjaan yang
layak, itu dikarenakan saya bisa diandalkan.
4.
Saya tidak dapat berprestasi karena saya selalu
sial.
5.
Nilai bagus yang saya dapat adalah hasil dari
kemampuan saya.
6. Saya mendapatkan kebaikan karena banyak
orang yang kasihan dengan saya.
7. Keberhasilan saya merupakan suatu kebetulan.
8.
Jika saya mengalami kegagalan saat ini, belum
tentu besok saya gagal lagi.
9.
Saya dapat menyelesaikan suatu tugas karena
saya memang hanya mampu di bidang tersebut.
10.
Saya mampu belajar dengan baik walaupun
saya berasal dari keluarga miskin.
11.
Nilai bagus yang saya dapat adalah karena
usaha orang lain.
12.
Saya mendapatkan nilai buruk bukan karena
saya bodoh.
13. Saya yakin kebaikan akan terus berlanjut jika
saya tidak pernah putus asa.
14. Saya yakin nasib buruk saya masih bisa dapat
diubah dengan usaha dan doa.
15.
Saya bisa menghasilkan uang karena saya
banyak menghabiskan waktu dan energi untuk
berusaha.
16.
Saya tidak mahir bahasa inggris, namun saya
memiliki kemampuan lain sebagai modal
mendapat pekerjaan yang bagus.
17. Jika saya berusaha keras, saya pasti akan
81
mendapatkan pekerjaan yang layak.
SKALA 3
No Pernyataan STS TS S SS
1.
Saya mendapatkan kepedulian dari orang-orang
di lingkungan saya ketika saya sedang
menghadapi kesulitan.
2. Saya dijauhi oleh orang-orang di lingkungan
saya ketika saya mendapatkan kesulitan.
3. Saya sering menerima bantuan berupa uang.
4.
Saya dijauhi oleh orang-orang dilingkungan
ketika saya butuh bantuan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
5. Saya mendapatkan nasihat dari orang-orang di
lingkungan saya.
6. Saya memiliki teman untuk melakukan
kegiatan bersama.
7. Saya merasa orang-orang di lingkungan saya
tidak peduli dengan kesulitan yang saya hadapi.
8. Saya mendapatkan kasih sayang dari orang-
orang di lingkungan saya.
9.
Saya dijauhi oleh orang-orang dilingkungan
ketika saya membutuhkan bantuan berupa
uang.
10. Saya menerima bantuan dalam menyelesaikan
perkerjaan saya.
11.
Saya tidak memiliki orang yang dapat
memberikan saya saran ketika menghadapi
kesulitan.
12.
Saya dan teman-teman saya sering meluangkan
waktu untuk melakukan kegiatan bersama-
sama
13.
Saya sering diberikan saran dari orang-orang di
lingkungan saya ketika saya menghadapi
kesulitan.
14. Saya tidak memiliki seorang teman untuk
melakukan kegiatan yang saya sukai.
82
LAMPIRAN 2
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
Syntax dan Path Diagram Self-Efficacy
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY DA NI=13 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 PM SY FI=SE.COR MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY LK SE FR LX(1,1) LX(2,1) LX(3,1) LX(4,1) LX(5,1) LX(6,1) LX(7,1) LX(8,1)
LX(9,1) FR LX(10,1) LX(11,1) LX(12,1) LX(13,1) TD(3,1) TD(6,2) TD(7,6)
TD(9,1) TD(9,7) FR TD(10,6) TD(12,4) TD(13,3) TD(13,5) TD(5,8) TD(9,3) TD(12,9)
TD(13,4) TD(8,4) TD(10,8) TD(2,1) TD(9,6) TD(5,3) TD(8,7) TD(5,1)
TD(13,2) TD(13,8) TD(12,2) TD(10,7) PD OU TV SS MI
83
Syntax dan Path Diagram Permanence
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERMANENCE DA NI=6 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=ENCE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK PERMANENCE FR TD 6 2 TD 4 2 TD 3 1 PD OU TV SS MI
Syntax dan Path Diagram Pervasiveness
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERVASIVENESS DA NI=6 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=NESS.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK PERVASIVENESS FR TD 3 1 TD 6 3 TD 5 3 TD 6 2 PD OU TV SS MI
Syntax dan Path Diagram Personalization
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERSONAIZATION DA NI=5 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 PM SY FI=TION.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY LK PERSONALIZATION FR TD 2 1 PD
84
Syntax dan Path Diagram Dukungan Emosional atau Penghargaan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL DA NI=4 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=DE.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK EMOSIONAL FR TD 3 1 PD OU TV SS MI
Syntax dan Path Diagram Dukungan Nyata atau Instrumental
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN NYATA DA NI=4 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=DN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK NYATA FR TD 4 1 TD 3 1 PD OU TV SS MI
Syntax dan Path Diagram Dukungan Informasional
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMASIONAL DA NI=3 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=DI.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY LK INFORMASIONAL PD OU TV SS MI
85
Syntax dan Path Diagram Dukungan Persahabatan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PERSAHABATAN DA NI=3 NO=103 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=DP.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY LK PERSAHABATAN PD OU TV SS MI
86
LAMPIRAN 3
HASIL UJI REGRESI
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .854a .729 .709 5.03626 .729 36.468 7 95 .000
a. Predictors: (Constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional, nyata, informasional,
persahabatan.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -7.092 3.693
-1.920 .058
PERMANENCE .252 .089 .248 2.813 .006
PERVASIVENESS .154 .087 .143 1.771 .080
PERSONALIZATION .083 .103 .072 .807 .422
EMOSIONAL .186 .111 .160 1.667 .099
NYATA .254 .065 .255 3.886 .000
INFORMASIONAL .076 .091 .069 .842 .402
PERSAHABATAN .137 .086 .126 1.604 .112
a. Dependent Variable: self-efficacy
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6474.847 7 924.978 36.468 .000b
Residual 2409.574 95 25.364
Total 8884.420 102
a. Dependent Variable: self-efficacy
b. Predictors: (Constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional, nyata, informasional,
persahabatan.
87
Model Summary (Proporsi Varians)
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .722a .521 .516 6.49182 .521 109.813 1 101 .000
2 .771b .594 .586 6.00394 .073 18.081 1 100 .000
3 .791c .626 .615 5.79092 .032 8.493 1 99 .004
4 .820d .672 .659 5.44937 .046 13.799 1 98 .000
5 .848e .719 .704 5.07763 .046 15.875 1 97 .000
6 .849f .721 .704 5.07738 .003 1.010 1 96 .317
7 .854g .729 .709 5.03626 .007 2.574 1 95 .112
A. Predictors: (constant), permanence
B. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness
C. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization
D. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional
E. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional, nyata
F. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional, nyata, informasional
G. Predictors: (constant), permanence, pervasiveness, personalization, emosional, nyata, informasional,
persahabatan
LAMPIRAN 4
DATA REKAPITULASI RUMAH SINGGAH
PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2018
No. Provinsi Kab./Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Jenis
Pelayanan Nama LKSA Alamat LKSA
Status
Kepemilika
n
Telepon
LKSA
Nama
Pimpinan
HP Pimpinan atau
Staff
Jumlah
Anak di
Luar
LKSA/
Non
Panti
1 DKI Jakarta Jakarta Timur Jatinegara Cipinang Besar
Utara 3
Rumah Singgah
SWARA
Jl. Bekasi Timur
VI No. 24 Rt.
001/011
5
021-
8591535
3
Endang
Mintaraja 085283474974 164
2 DKI Jakarta Jakarta Timur Matraman Pisangan Baru 3 Rumah Singgah
Sahabat Kita
Jl. Pisangan
Baru Utara Rt.
009/014
5
021-
9150627
3
Nurhayati,
S.Pd 08161987434 85
3 DKI Jakarta Jakarta Timur Jatinegara Kamp. Melayu 3 Rumah Singgah
Permata
Jl. Kebon Pala
II Rt. 006/05 5
021-
2962174
4
Oseng
Supriatna,
S.Sos
081290470874 57
4 DKI Jakarta Jakarta Timur Cakung Penggilingan 3 Balarenik
Jl. Pahlawan
Komarudin II
Dalam No. 61
Rt. 04/05
5
021-
4870391
2
Agusman
A.Ks 08137834959 75
5 DKI Jakarta Jakarta Timur Jatinegara Cipinang 3
Rumah Singgah
Al-Muanah
Paskam
Jl. Otista III
Dalam Rt. 02/01 5
021-
2982798
7
Umi
Rohmawati 081310134804 139
6 DKI Jakarta Jakarta Timur Kramat Jati Cempedak Tengah 3 Rumah Singgah
Akur Kurnia
Jl. H Sidih No.
66 Rt. 04/07 5
021-
8412848
H Otong
Suryana 082260773225 80
7 DKI Jakarta Jakarta Timur Cakung Penggilingan 3 Balarenik
Jl. Pahlawan
Komarudin II
Dalam No. 61
Rt. 04/05
5
021-
4870391
2
Agusman
A.Ks 081317834959 75
.: , ,. ,. ,A!'
"'.....' .' '.', :J;'-~-C.:' :,,::~:.vp-<:"--::y>(.:~;~,,'~,~t ~:.,.-e. :":'... ;;. "-'~l
.. .... .•.•,<. , .,_'"0.'.' .": o. .,·i (',; ·.iil':: .
1/:'.,:. ,J.::L:-.~· .. '.:.t .;,>.f,,'\~[_~~; J:~, .' .:.. c,~;:·}< :.-;~~~",~J~: "j"l'A;' :~;:t\·~K~~ .. t }~.·; Jr~r.r:':_ '13
Duren JI. Rawadas Rt 0038' DKI IJakarta I I Pondok 1235 1YAYASAN 5Jakarta Timur Sawit Kopi ' , ERBE Rw03
Abdul 0897214886
- 1/0838770041 - 1 194 Rohim
515
9
10
lOKI Jakarta
,DKI JAKARTA
IJakarta Ipenjaringanl Penjaringan IUtara
IJAKARTA ITANJUNG IKEBON BAWANGUTARA PRIOK
3
3
JUMLAH
Jl.Tanah Pa!;ir No 15 setia Kawan Rt 008 Rw ('09
1Raharja(SEK Kel/Kec AR) Penjaringan,Jakarta
Utara
JL. UPAY~, I JTARA KUMALA NO.110 RT 013 RW
Ino/;
,
I 5
5
i • i i
1081281114621 Wardoyo 108128111462 I
BUOI HERMAWA 1081287284363 1 N c; q
-
-
I i
1
869
74
60
11 DKl
IJakarta IJakarta Utara 1Koja
IRawa Badak Selatan
3 Yayasan Himmata
JI.Plumpang B No.30 5 0214303949 Sarkono, S.Sos I
1°8121863977, , 087885820203
_ I 120
Ora.Semper RSG JI. Kenari Kebon BaruOKl IJAKARTA CHincing 3 5 021-4403139 INondang 081284888308 19912 IJAKARTA UTARA Barat KENARl NO.5 RT. 002/010
Ritonga
KELAPA 0811333416PEGANGSAA SANGGAR IJL. BANYO RAYA NO SRIDKI IJAKARTA 3 6 5913 IJAKARTA UTARA N DUA KARTINI N34 RTOOB/008 ROSYATIGADING 02
'I'
"\ " ".
~,1"'"., ·..... ··f : . 'l-~-':~-'(_": ':'.' '~~
-.' '. . . ..' '.. ',' .,(,~~:a I :;~)~;itk~> ", .•. 'l' .,-_._'piSl~~? :.. ' •• ·-'-.m. ..' ". ,:~f. '::~. A~' . No jProvinsi ',1 Kab/Kota I KeCarilatanl"'~\f:;~:h\'::' ::Pi:!·~v.a· <Nama UClA· '. A1anlat lKSA; . -Keperil.1lj:'relepon lKSA""p( ~;l' " ...lemb~giil·Yang, ~b;"i,l.· ,luar
,~l:Ir~arh,~,tfiiif,;:", . .""; '.. kari,'" , mp nan,¥Uda~ .' ~.a LKsA/Non
. Dlhubungt tlC$A Pantl
"'1" -''1.' I
.t:: , ~,.,,;.~~ t~1tt~"t, ''; - " .'~". 2:1: ;) ....1:."•• . .{IL "'-'_ .-...~,' " ":\"'.
't,>. ,~)~;~';~:':J;: ·:.·]~L.L}8~ ,L: i1 .\2<t 13 " ..:~~.:""'.,,'.
Tugu Kurnia Mukhtar ,08128679427JakartaDKI JI. Balai Rakyat IX 021 Koja 2,3,5 5 177Haji Yasin (Mukhtar 'Haji 14 'Jakarta Utara Selatan Jakarta 03/03 No. 66 4372214
Yasin)
JUMLAH 689
JI. Manggarai Utara 2 021No. 009/0~ Kel.
D!G \ Jakarta , .,
I
I II83705120/ wy~~~ 0813·8117·Manggara; kec. 5Tebet 3 9315 I Jakarta Selatan Manggaral 021- A D 7510I I Cil~~ng I Tebet, Jakarta 83705120 N ,S.sOS
Selatan
DKI IJakarta Ipasar Ipejaten 1 Yayasan IJI. Swadaya 1/11 5 1021 7805134 IwahYu , 10856~4020504 60I 316 'Jakarta 5elatan Minggu Timur Dilts RT003/09 1 Setyowatl (Surdlyana)
Lentera JI. Karet Karya II No 26JakartaDKl
2 INusantara 5 021-52921121 IMuhyidin5etiabudi Karet 085811733517 10617 'Jakarta Rt 3/5 Selatan Raya
jl.Masjid A!rnakmur 0812941392 AliTarunaPasar Pejaten 08788868690DK! Jakarta 5 8118 l LKSA 'Pertiwi Rt01j08 03 AmbranMinggu Timur 3jakarta Selatan
--
~
, _. ,~ 1 f. I ... ,""
....-:"", IT~\,; r":'(tT :::: ..." ., [1\" .,. C,'" .•",,,",,' .' '.- .' " - L· . _ .LA"."" . . . . 'iiiiit.;~-
Rumah Singgah
021-4288KI 9028JI.Perc.Negara IX AIKPIM (KaryaIJakarta Icempaka Rawasari19 b I I 3 5 HP.0838akarta Pusat Putih Putra No.74 Rt.OOS/004
Indonesia 7079 8835 Mandiri)
I M r1-42889028 . 95SUHERMA HP - 0878 8756
N 2640
JI. Rawa selat3n G~..,. 081284647799MayaI Jakarta IJh B I Kampung I I KESUMA3 Kenanga RT. 1:-01/0;·20 I DK! 5 021-4250242 1009/- Pusat 0 ar aru Rawa SyafrlnlNo.2i' 085210898997
JUMLAH 195.--'...~
I 21 I . DK! I jakarta Icen karen ICengkarengI 3 IUswataun IJI cendrawasih 2 N°'1 5
Jakarta barat 9 9 Barat Hasanah 1 Cengkareng
Yay.
Pengemban
I JI. Tanjung Pura RTII
gan Ternak 004/08 Kel.OK] (ota AdmI I I I22 I Jakarta J::a~ Kalideres Pegadungan 3 5
Terpadu Pegadungan Kec. (RSg Binus Kalideres Kalideres)
I I I I I
JUMLAH~=~
I (TIp) 021I 5457149 IMuhamma (Fax) 021- d Sidik
54396437
I IM. ArifI 021 Arachman,41212415
S.Ag
- 164I 8129.:l34836
r81297470189 / 82
021.99866096
246
JUMLAH TOTAL 2.339
LAMPIRAN 5
DATA PSAA DINAS SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2018
No. Nama Alamat Jumlah Anak No. Tlp
1. PSAA PU 1 Jl. KH. Maisin No. 107,
Jaktim 240 021 8614102
2. PSAA PU 2 Jl. Jati IX Rawa Gelam
Plumpang, Jakut 100 021 6505131
3. PSAA PU 3 Jl. Tebet Barat Raya,
Jaksel 170 021 8291582
4 PSAA PU 4 Jl. Kamal Cengkareng,
Jakbar 126 021 8291582
YU'-ltKlf'J I AH fJKUVIN~1 UAERAH KHUSUS fBUKOTA JAKARTA
DrNAS PENANAMA MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU C;edung Mal Pelayanan Publik JL HR Rasuna Said Kav C 22 Telepon : 021-5081090-0
JAKARTA Kode Pos : 12940
Z'+ • REKOMENDASIIZIN PENELITIAN
!'JOMOR: 228/AF.l/31/-1.862.9/2019
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem r\)(1sional Penelitian, Pengc:mba"gan rl2n Penprapan IImu Penpctahu,,'l 0iV Tr'kn~lngj·
2. h'ratw:,'l Menteri Dalam N"'l;pri ''':l'1l0 c G!l Tahul" 2G] =- tcnlclllg Pcdoman ?,:nel u,u n
Rekomendasi Penelitian sebagaiman2 telah diubah dellg,?~)i Deratu:':;n Mcnteri Da!J:~l Nrg,'ri
"Jamor 7 tahun 2014; 3. Peraturan Oaerah Provinsi DKI JakJrta Nomor 12 Tahun 2013 tenlang PenyelcnggarJiln
Pelavanan Terpadu Satu Pintu;
4. PNaturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 281 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
5. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jai<arta Nomor 47 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelava'l:in
Izin Per.eiitian.
6. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomcr 549 Tahun 2016 tentang Tim Pemantauan
Orang Asing, Organisasi Masyarakat Asing dan Tenaga Kerja Asing.
iVlenimbang a. Bahwa sesuai surat Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Svarif Hidayatullah Jakarta Nomor B·175/D/DI/KM.0l.03/lll/2019 tanggal25 Maret 2019;
b. Bahwa untuk tertib administrasi dan pengendalian pelaksanaan penelitian serta pengembangan __p_S'rl_u. diterbitk<in SlIr"t l:>inllr"!g~9VV:C:;'::8~2~;
c. Sahwa berdasarkar. pertimbangan sebagaimCina dimaksud dalam huruf a dan b, serta hasli verifikasi da.n validasi Dina, Penanaman Modal dan Pe1ayanan Terpadu Satu Pintu Provinsl 0,(/
Jakarta, berkas persvaratan administrasi sur"t izin penelitian telah memenuhi svarat.
j(er:;ala Oi;l; Penanaman Modal dan Peiayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi OKI Jakarta,memberikan Surat Rekomendasi Izin Penelitian kepada : 1. Nama . Dio Aditvawarman
2. No. KTP 3674040310960010 3. Alamat Kf..I PR Benying RT 004/003 Kel Serua Kec Ciputat, Tangerang Selatan 4. Pekerjaan Ma~3sis\'Va
Untuk melaksanakan AngketjKuisioner, dengan rincic:n sebagai berikut:
a. Judul Penelitian Pengaru~ Optimisme dan Social Support terhadap Self-Efficacy Anak Jalanan
b. Tempat/Lokasi Rumah Singgah (Anak Jalanan) Prov DKI Jakarta
C. Bidang Penelitian PsikCllogi
d. Waktu 01 April 2019 s.d 31 Mei 2019 e. Nama Lembaga Universitas Islam Negeri SVarif Hidayatullah Jakarta
Oengan ketentuan vang harus ditaati sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu melaporkan kepada Pejabat setempat/lembaga swasta vang akan
dijadikan obyek lokasi;
7... Mematuhi ketentuan peraturan vang berlaku di daerah/wilayah setempat;
3. Tidak dibenaikan melakukan penelitia:l yang materinva bertentangan dengan topik/judu! penelitian dimaksud;
4. Rekomendasi Izin Penelitian vang diberikan dapat dibatalkan sewaktu-waktu apabila tidak sesuai dengan ketentuan
vang berla ku.
Demikian Surat Izin Penelitian ini dibuat untuk dipergunakan seperlunva
Jakarta, 2 April 2019
a.n Kep_~Qjnas Penanaman Modal dan
_;R~(a.¥:~~n:T:~rpadu Satu Pintu <Pr(ri/irisTUae~.a'h:'Kh'l'J-susIbukota Jakarta
,/ i·;G)·~;iY,'\ ! ; ; .;.' V!/.f.:.~.. f"'b.".: {'''':',','.:'''''' 1\ fj·_If.~ .. I ....\f~
'. Denny Wahyu Haryan~~ . :>NIPl·97112041991011001
Tembusan:
I(epala Badan Kesatuan Bangsa dan PoUtik Provinsi DKI Jakarta.
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS SOSIAL
Jalan Gunung Sahari II NO.6 - Jakarta Pusat Telp. (021) 4265115 - 4222497 - 4222498,4264679,4264678 Fax 4253639
Website: www.dinsos.jakarta.go.id e-mail: [email protected] JAKARTA
Kode Pos : 10610
Nomor : .2206/-1.851.8 12 April 2019 Sifat : Biasa Lampiran: Hal : Jawaban Permohonan Ijin Kepada
Penelitian Yth. Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
di Jakarta
~v~8~;~dCik:CiiijUli i:>ura( Saudara tanggai 25 Maret 2019
nomor B-175/D/DIIKM.01.03/1I1/201 9 hal seperti tersebut pada pokok surat,
pada prinsipnya kami memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah yang akan melaksanakan Penelitian Pengaruh Optimisme dan
Social Support terhadap Self-Effcacy anak Jalanan di Bidang Rehabilitasi Sc>sial
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta atas nama Dio Adityawarman yang akan
dilaksanakan pada tanggal 1 April s.d 31 Mei 2019.
Sefll~Q.ungan dengan h~' rt~rsebut di atas, kami minta agar para
praktikafif'mEmgik~tj tata tertib yang '~erlaku di tempat praktik dan melaporkan ~ j;.-.
hasilnya' kepada Kepala Dinas Sosi~1 Provinsi OK! Jakarta cq .Ka Sub Bagian . .
Umum dan Kepegawaian Dinas Sosial Provinsi OKI Jakarta.
Atas perhatian Saudara disampalkan terima kasih.
na, M.Si 1993032005
Tembusan: <a. Bidang Rehabilitasi Sosial