PENGARUH NILAI TUKAR, PERTUMBUHAN EKONOMI,...
Transcript of PENGARUH NILAI TUKAR, PERTUMBUHAN EKONOMI,...
PENGARUH NILAI TUKAR, PERTUMBUHAN EKONOMI, HARGA
EKSPOR, TERHADAP EKSPOR IKAN TUNA INDONESIA TAHUN 2002
- 2014 (EKSPOR INDONESIA TERHADAP JEPANG)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Agus Setiawan
NIM. 1110084000001
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Agus Setiawan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Lebak, 25 Agustus 1991
3. Alamat : Taman Banten Lestari blok c19b no. 29 RT/RW
08/16 Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota
Serang, Banten
4. Telepon : 087774805519
5. E-mail : [email protected] B. Pendidikan Formal
1. SDN Cilangkahan II Tahun 1998 - 2004
2. MTs Al-Ihsan Pandeglang Tahun 2004 - 2007
3. MA Al-Ihsan Pandeglang Tahun 2007 - 2010
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 - 2016
C. Pendidikan Non Formal
1. Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Latansa Tahun 2010
2. Sekolah Demokrasi Banten Tahun 2014
D. Pengalaman Organisasi
1. Ketua OSIS MTs Al-Ihsan pandeglang Tahun 2006
2. Ketua OSIS MA Al-Ihsan pandeglang Tahun 2009
3. Anggota HMJ IESP UIN Jakarta Tahun 2010 - 2011
4. Anggota PMII KOMFEIS Tahun 2011 - 2012
5. Sekretaris Wilayah IMEPI JABAGBAR Tahun 2011 - 2013
6. Wasejend IMEPI Tahun 2012 – 2014
E. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Peluang Berkarir di Dunia Syariah, UIN Jakarta, 2010
2. Kongres Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia di UNNES
Semarang 2010
vi
3. Rakerwil Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia di UNPAR
Bandung 2011
4. Rakernas Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia di UNMUL
Samarinda 2011
5. Kongres Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia di Udayana
Bali 2012
6. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan
dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012
7. Stadium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012
8. Rakernas Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia di UNEJ
Jember 2013
9. Kongres Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indoesia di UNS Solo
2014
F. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : H. Khotib Salam
2. Tempat/Tanggal Lahir : Lebak, 1 Januari 1954
3. Ibu : Hj. Acih Setiawati
4. Tempat/Tanggal Lahir : Lebak, 07 April 1973
5. Alamat : Taman Banten Lestari blok c19b no. 29 RT/RW
08/16, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota
Serang, Banten
6. Telepon : 0812 745 8910
7. Anak ke dari : 5 dari 5 bersaudara
vii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE EXCHANGE RATE, ECONOMIC GROWTH, THE PRICE OF EXPORTS, AGAINST THE INDONESIAN TUNA FISH EXPORTS IN 2002-2014 (INDONESIAN EXPORTS AGAINST JAPAN)
Agus Setiawan
NIM. 1110084000001
This research aims to understand how the influence in partial exchange rate against the amount of export tuna fish done indonesia against japan, to know how the influence of economic growth in partial against the amount of export tuna fish done indonesia against japan, to know how to influence the price of exports in partial against the amount of export tuna fish done indonesia against japan, to know how the influence of exchange rate, economic growth and the price of exports simultaneously against the amount of fish export done indonesia towards japan.The data used in this research was secondary data 2002-2014 period. The sample collection techniques conducted with judgment of sampling. Analysis method used is linear regression analysis worship of idols.
Based on the results of tests carried out on research is obtainable that on partial variables that affect on the export of fish tuna is the price of exports, While the exchange rate variables and economic growth has no effect against the export of tuna fish. Keywords: the exchange rate, economic growth, the price of exports, indonesian
tuna fish exports
viii
ABSTRAK
PENGARUH NILAI TUKAR, PERTUMBUHAN EKONOMI, HARGA EKSPOR, TERHADAP EKSPOR IKAN TUNA INDONESIA TAHUN 2002 - 2014 (EKSPOR
INDONESIA TERHADAP JEPANG)
Agus Setiawan NIM. 1110084000001
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kurs secara parsial terhadap besaran jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang, untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi secara parsial terhadap besaran jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang, untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga ekspor secara parsial terhadap besaran jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang, untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kurs, pertumbuhan ekonomi dan Harga Ekspor secara simultan terhadap besaran jumlah Ekspor ikan yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode 2002-2014. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan judgment sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada penelitian ini didapat bahwa secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap ekspor ikan tuna adalah harga ekspor, sedangkan variabel nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap ekspor ikan tuna.
Kata Kunci: nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, harga ekspor, ekspor ikan tuna
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar,
Pertumbuhan Ekonomi, Harga Ekspor terhadap Ekspor Ikan Tuna
Indonesia Tahun 2002-2014 (Ekspor Indonesia Terhadap Jepang)” dengan
baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di
sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala
nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2. Keluarga tercinta dan terbaik yang saya miliki, Ayahanda H. khotib salam
yang telah banyak menginspirasi saya serta memberi dukungan baik moril
maupun materil karena beliau tekad kuat untuk mendapatkan pendidikan
setinggi-tingginya selalu ada dalam benak saya, Ibunda Hj. Acih Setiawati
yang selalu memberikan kasih sayang penuh cinta dan doa agar anaknya
selalu mendapatkan yang terbaik, Kakak-kakak saya ujang, dede, asep dan
neng elis yang memberikan semangat serta memberikan dukungan, Tanpa
didikan, dukungan dan pengorbanan kalian saya tidak akan menjadi pribadi
seperti sekarang.
x
3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si selaku sekretaris jurusan iesp Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan, serta bimbingan yang sangat berarti
selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang
Bapak berikan selama proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
4. Arif Fitijanto, M.Si selaku ketua jurusan iesp yang telah meluangkan waktu,
memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti kepada penulis.
Terima kasih atas semua saran dan arahan yang bapak berikan sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
5. Dr. Ahmad Ghazali (Alm), Utami Baroroh, M.Si dan Hartana I Putra, M.Si
selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kelancaran
dan saran-saran mengenai akademik kepada saya dalam hal perkuliahan.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB
UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani dan membantu saya selama perkuliahan.
7. Sahabat-sahabat terbaik, M Aryadillah, Rizki Fauzi, Diki Ade Putra,
Miftacul Ulum, Alfian Isnan, M Ali Sobri, Ratu Shodfatul Munifah, Rian
Chaidar, Citra Sundawa, M ali umayudin, Ibnu Qusyari, imam kafilah yang
selalu mengingatkan bukan melarang, merangkul bukan melepaskan,
menemani dari masa-masa awal kuliah hingga akhir dalam suka maupun
duka, dan yang selalu memberikan dukungan serta doanya. Semoga Allah
SWT senantiasa membalas kebaikan kalian.
8. Bang khoer, yang selalu meluangkan waktunya untuk memberi masukan
dan mengajari saya dalam hal pembuatan skripsi.
xi
9. Siti Latifah, yang selalu menemani dan memberikan support dalam
pembuatan skripsi.
10. Teman-teman kelas konsentrasi pembangunan terbaik yang saya miliki,
Muhammad Adi Rahman dan Muhammad Reza Hermanto atas ilmu yang
telah dibagikan semasa kuliah, Sigit Aji Pambudi, Ravindra Bramastyo,
Miftachul Ulum, Deni Iswanto, Dio Syahrulah, Nujma Faradisi, Amalia
Adani, Muhamad Burhanudin, Hadi Setiawan, Wildan Hidayatullah, ijatun
purnami. Terima kasih atas perjuangan dan waktu yang telah dihabiskan
bersama saya selama menjadi mahasiswa.
11. Sahabat-sahabat MA Al-ihsan 2007 Pandeglang, yang saya cintai dan
banggakan atas semua kegilaan, kebodohan, pembelajaran, canda dan tawa,
serta ilmu yang dibagikan kepada saya selama ini.
12. keluarga besar Pesantren Al-ihsan pandeglang, bapak KH. Asmuni M Noor
dan keluarga, para asatid dan pengurus, dari sanalah saya banyak belajar
mengenai ilmu agama islam, terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah
membalas semua amal ibadah dengan ridhoNya.
13. Kelompok KKN Pelukis Desa sukaluyu, Ari, Asa, diki, mutia, mutiara,
Arum, Monyok, Rizki, Putri, Wenni, Ranti, Farah, Ani, Aji, Caca, farida
yang telah menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama dengan canda dan
tawa serta pelajaran hidup yang sangat berkesan bagi saya.
14. Teman-teman IESP angkatan 2010 yang saya cintai dan tidak bisa saya
sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas kebersamaan dengan kalian yang
penuh warna, semoga bermanfaat ilmu yang didapat.
15. Teman-teman ikatan mahasiswa ekonomi pembangunan Indonesia (IMEPI)
yang saya banggakan dan tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima
kasih atas pengalaman dan relasi yang sudah terjalin baik selama ini.
16. Teman-teman pengurus dan staff sekolah demokrasi banten yang sudah
berbagi ilmu dan pengalaman selama masa pendidikan, terima kasih dan
sukses untuk kita semua
xii
17. Kakak-kakak dan adik-adik jurusan IESP yang telah berbagi ilmu dan
memberikan banyak saran dan dukungan bagi saya selama perkuliahan
maupun penulisan skripsi.
18. Semua pihak yang telah menginsfirasi dalam kehidupan saya, yang telah
membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung hingga saat
ini. Tanpa kehadiran mereka mungkin saya tidak dapat berada sampai di
titik ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 Mei 2016
(Agus Setiawan)
xiii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ......................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v
Abstrack ........................................................................................................ viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................ x
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................. xvi
Daftar Gambar ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
A. Kurs (Exchange Rate) / (X1) ...................................................... 8
B. Pertumbuhan Ekonomi / (X2) ..................................................... 16
C. Harga Ekspor / (X3) ................................................................... 27
D. Ekspor / (Y) ............................................................................... 29
E. Penelitian Terdahulu .................................................................. 39
F. Kerangka Berfikir ...................................................................... 47
G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 49
xiv
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 50
D. Metode Analisis Data ................................................................ 50
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 61
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 81
A. Kesimpulan ............................................................................... 81
B. Saran ......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN ................................................................................................. 86
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Nilai Ekspor Non Migas dan Migas .............................................. 2
1.2 Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Indonesia Ke Jepang ................ 3
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 44
4.1 Hasil Perhitungan Data Nilai Tukar US$ Periode 2002 - 2014 ...... 64
4.2 Hasil Perhitungan Data Pertumbuhan Ekonomi Periode
2002 - 2014 .................................................................................. 65
4.3 Hasil Perhitungan Data Harga Ekspor Periode 2002 - 2014 ........... 66
4.4 Hasil Perhitungan Data Ekspor Ikan Tuna Periode 2002 - 2014 .... 68
4.5. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 70
4.6 Hasil Uji Heteroskedasticity Test ................................................. 71
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 72
4.8 Tabel Uji Durbin-Watson ............................................................. 73
4.9 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ................... 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 47
4.1 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 69
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Mentah ................................................................................ 86
2 Hasil Pengolahan Data .................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekspor merupakan salah satu variabel injeksi dalam perekonomian
suatu negara, artinya jika ekspor suatu negara meningkat maka perekonomian
negara tersebut akan lebih meningkat lagi, karena adanya proses multiplier
dalam perekonomian tersebut. Ekspor (export) adalah berbagai macam barang
dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu di jual di luar negeri. Ekspor
adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean (Sasono, 2012:120).
Perkembangan perdagangan internasional setiap negara tidak terlepas dari hal-
hal yang sedang dan akan berlangsung dalam kegiatan perekonomian global.
Arus globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas memberikan peluang serta
hambatan terhadap aktivitas perdagangan yang berdampak pada perekonomian
Indonesia. Secara umum negara Indonesia melakukan aktivitas perdagangan
berupa ekspor dan impor dari dan ke berbagai negara di dunia, yang terdiri dari
ekspor migas dan non migas. Ekspor non migas Indonesia merupakan ekspor
unggulan selain dari sektor migas. Salah satu komoditi ekspor non migas
Indonesia dihasilkan oleh sektor perikanan, sektor perikanan yang
mendominasi pasar ekspor berasal dari hasil tangkapan laut. Produk ekspor
sektor perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng (Siombo,
2010:76).
2
Sektor perikanan yang menjadi salah satu penopang kemajuan
perekonomian Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, berikut
adalah data ekspor non migas dan migas indonesia:
Tabel 1.1 Nilai Ekspor Non Migas dan Migas (Juta US$)
Tahun Non Migas Migas
Ekspor Ekspor
2001 43684.6 12636.3
2002 45046.1 12112.7
2003 47406.8 13651.4
2004 55939.3 15645.3
2005 66428.4 19231.6
2006 79589.1 21209.5
2007 92012.3 22088.6
2008 107894.2 29126.3
2009 97491.7 19018.3
2010 129739.5 28039.6
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Sektor hasil prikanan diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk- produk dari sektor
hasil perikanan dinilai memiliki nilai yang tinggi atau lebih menguntungkan
serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan produk
sektor lain. Sampai saat ini, sektor hasil perikanan memberikan kontribusi
besar terhadap pembentukan ekspor di banding dengan sektor-sektor lainnya
yang artinya sektor hasil perikanan berkontribusi besar dengan pertumbuhan
nasional. Maka dari itu apabila terjadi gangguan kinerja pada sektor hasil
perikanan, secara tidak langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.
3
Sebagai salah satu negara pengekspor tuna dunia, Indonesia
memandang bahwa perdagangan bebas menjadi peluang yang sangat terbuka
untuk kegiatan ekspor perikanan, di lain sisi adanya perdagangan bebas juga
memberikan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing agar
dapat menghasilkan produk yang kompetitif di pasar internasional.
Perkembangan nilai ekspor tuna Indonesia dari tahun 2002 - 2013 cenderung
fluktuatif atau tidak stabil seperti yang di tunjukkan pada tabel 1.2 di bawah ini
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Indonesia Ke Jepang
Tahun Total Ekspor / Ton
2002 30 724.90
2003 23 881.30
2004 22 770.10
2005 21 298.10
2006 21 657.50
2007 19 808.60
2008 18 921.00
2009 22 557.20
2010 30 282.30
2011 35 010.20
2012 29 236.60
2013 33 116,6
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa selama periode 2002-2013
cenderung fluktuatif, perkembangan nilai ekspor ikan tuna Indonesia pada
tahun 2002 nilai ekspor mengalami pertumbuhan dengan persentase sebesar
30724,90 Ton. Sedangkan pada tahun 2003 nilai ekspor mengalami penurunan
menjadi 23 881,30 Ton. Penurunan nilai ekspor terjadi pula pada tahun 2004
4
hingga tahun 2009. Penurunan nilai ekspor tersebut disebabkan oleh krisis
finansial yang melanda sejumlah negara tujuan ekspor tuna Indonesia,
ditambah lagi tidak stabilnya nilai kurs mata uang asing yang digunakan. Pada
tahun 2010 nilai ekspor kembali mengalami kenaikan yaitu sebesar 30282,30
Ton.
Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor ikan tuna di Indonesia salah
satunya adalah nilai tukar, yang dimaksud dengan nilai tukar adalah kurs valuta
asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu
negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga
dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing, semakin tinggi nilai mata uang asing maka akan semakin tinggi uang
yang harus dibayarkan (Sukirno, 2010:176).
Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs dollar
karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini dijelaskan pula oleh Salvatore
(1997) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara,
mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. kurs disini
sebagai fasilitator untuk membandingkan nilai suatu mata uang ke mata uang
lainnya. Dalam penelitian ini digunakan mata uang Dollar Amerika Serikat
(US$) sebagai pembanding mata uang Rupiah (Rp).
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor ikan tuna di Indonesia adalah
pertumbuhan ekonomi, yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan
5
perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu (Putong, 2010:142).
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan total output suatu perekonomian.
Jika output lebih cepat daripada jumlah penduduk, output per kapita meningkat
dan standar kehidupan terangkat (Case dan Fair, 2007:19).
Pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pendapatan suatu negara berpengaruh
terhadap ekspor. Dengan pendapatan yang besar, suatu wilayah akan dapat
menghasilkan barang lebih banyak, sehingga kelebihan barang/jasa tersebut
akan di ekspor ke luar negeri dalam hal ini tujuan ekspor ikan tuna Indonesia
adalah jepang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah ekspor ikan tuna adalah
harga ekspor, jika harga ekspor tinggi akan meningkatkan jumlah ekspor yang
akan dilakukan Indonesia. Harga barang merupakan aspek pokok dalam
pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di
pasar melalui suatu mekanisme. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan
pokok yang saling berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang
tersebut. Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta
melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya
bila kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak
daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun. Tingginya harga
mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Sampai pada tingkat harga
tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang
lain yang mempunyai hubungan dekat dan relatif lebih murah (Budiono,
2001:24).
6
Berdasarkan dari penjelasan di atas, disini peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ekspor ikan tuna yang dilakukan oleh Indonesia terhadap
jepang dengan judul “Pengaruh Nilai Tukar, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Ekspor terhadap Ekspor Ikan Tuna Indonesia Tahun 2002 - 2014
(Ekspor Indonesia terhadap Jepang)”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah sangatlah penting karena dapat digunakan untuk
mengarahkan analisis dan pengumpulan data. Dalam kawasan ASEAN,
Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah
Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi
jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan
Indonesia masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar
dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah
devisa negara juga besar.
Maka dari itu untuk menganalisis permasalahan tadi, maka munculah
pertanyaan - pertanyaan seperti berikut ini:
1. Bagaimana pengaruh kurs terhadap besaran jumlah ekspor ikan tuna yang
dilakukan Indonesia terhadap Jepang?
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap besaran jumlah ekspor
ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang?
3. Bagaimana pengaruh harga ekspor terhadap besaran jumlah ekspor ikan
tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang?
4. Bagaimana pengaruh kurs, pertumbuhan ekonomi dan harga ekspor secara
simultan terhadap besaran jumlah ekspor ikan yang dilakukan Indonesia
terhadap Jepang?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, adapun tujuan dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kurs secara parsial terhadap besaran
jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi secara
parsial terhadap besaran jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia
terhadap Jepang.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga ekspor secara parsial terhadap
besaran jumlah Ekspor ikan tuna yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kurs, pertumbuhan ekonomi dan
Harga Ekspor secara simultan terhadap besaran jumlah Ekspor ikan yang
dilakukan Indonesia terhadap Jepang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian, Manfaat yang ingin
dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara
nyata sehingga dapat dijadikan bahan referensi yang berharga bagi penulis
2. Bagi Pihak Lain
Hasil dari penulisan ini dapat digunakan sebagai tambahan bacaan bagi
perpustakaan dan juga sebagai bahan tambahan literatur dan referensi bagi
penelitian sejenis di masa mendatang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurs (Exchange Rate) / (X1)
1. Pengertian Nilai Tukar
Dalam perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia, tentu
tidak terlepas dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Tanpa adanya nilai tukar
perdagangan internasional tidak dapat berjalan karna masing-masing negara
memiliki mata uang yang berbeda. Menurut Sadono Sukirno, besarnya
jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit
valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Pengertian dari nilai
tukar itu sendiri ialah harga sebuah uang dari suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Nilai tukar yang lazim disebut kurs,
yang mempunyai peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi dan
tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha.
(Hamdani, 2012:33).
Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat
dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain (Sartono, 2001:52).
Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi,
nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan
ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar
AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Dalam transaksi
valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate)
dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut,
9
transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot).
Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan
penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah
disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward
transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru
berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini
kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010).
Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Tingkat suku bunga dalam negeri;
b. Inflasi;
c. Intervensi bank central terhadap pasar uang
Kurs dibedakan menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs
nominal (nominal exchange rate) merupakan harga relative dari mata uang
dua negara. Sedangkan kurs riil (real exchange rate) merupakan harga
relative dari barang-barang diantara dua negara. kurs riil menyatakan tingkat
dimana barang-barang dari suatu negara bisa diperdagangkan ke negara lain.
Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan permintaan dan
penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna
melakukan pembayaran ke luar negeri (impor). Perubahan dalam kurs itu
sendiri akan menimbulkan ongkos (riil) dalam proses penyesuaian produksi
dan konsumsi. Berhasil tidaknya devaluasi untuk mengilangkan /
mengurangi ketidakseimbangan bergantung pada elastisitas ekspor-impor
dan penawaran valuta asing. Semakin elastis permintaan barang ekspor-
impor dari negara lain, devaluasi akan makin efektif. (Hamdani, 2012:35).
10
Nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan
kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga
mata uang domestik atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing. Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga dari
pertukaran dari satu mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai
transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi
internasional ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati
batas-batas geografis ataupun aliran ataupun batas-batas hukum (Karim,
2002:87).
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali
menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya
terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri.
Pengelolaan nilai mata uang (nilai tukar) yang relatif stabil menjadi salah
satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro.
(Angkouw, 2013:984).
Rayun (2007:4) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang atau sering
disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs
merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka
mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lainnya.
Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro
ekonomi yang lain. ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan
11
nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar.
Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai
harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang
domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan
permintaan uang.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan
berhati-hatiuntuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap
mata uang asingkhususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap
ekonomi dan pasarmodal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau
nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain,
kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik
yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176).
2. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001:26), ada beberapa sistem kurs mata uang
yangberlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau
tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang
ditentukansepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
12
pemerintah.Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di
dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas
moneter tidak berupayauntuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange
rate)dimanaotoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs
pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya
dibutuhkan karenaotoritas moneter perlu membeli atau menjual valas
untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
b. Sistem Kurs Tertambat (peged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi
tetapihanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang
yang menjadi tambatannya.
c. Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan
dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak
menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya
dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh
karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap
perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
13
d. Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan
nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari
sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“
umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan
negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.
e. Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu
atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk
menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs
tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas
yang sangat sempit.
Menurut Karim (2002:88), ada beberaa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem Kurs Mengambang
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:
14
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di
dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas
moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali dimana otoritas moneter berperan aktif dalam
menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan
devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli
atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
b. Sistem Kurs Tertambat
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan
suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya
merupakan mata uang negara partner dengan yang utama
“menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi
hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang
menjadi tambatannya.
c. Sistem kurs tertambat merangkat
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai
mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai
tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah
suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang
lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini
dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat
revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
15
d. Sistem sekaranjang mata uang
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari
sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi
mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang” umumnya ditentukan
oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata
uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran
relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi
suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan
bobot yang berbeda.
e. Sistem kurs tetap
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual
atau membeli valas dalam jumlah tidak berbatas pada kurs tersebut. Kurs
biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat
sempit.
3. Penentuan Nilai Tukar
Menurut Karim (2002:88), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pergerakan nilai tukar, yaitu:
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,
ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
16
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa
pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
c. Sentiment Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita
sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
B. Pertumbuhan Ekonomi / (X2)
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2004:423), pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila
terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output
perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup
diukur dengan output riil per orang.
2. Teori - Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain:
(Sadono Sukirno, 2006:243-270).
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus,
dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi
17
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang
modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan.
Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah
dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori
yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah
penduduk disebut dengan teori penduduk optimal. Menurut teori ini, pada
mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan
pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah
maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi
fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan
akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan
produksi marginal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai
yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk
optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal
maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai
pertumbuhan ekonomi.
b. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh
Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika
Serikat. Mereka menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi
memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap
mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini
melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka
18
pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam
jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan pada
asumsi:
1) Perkonomian bersifat tertutup
2) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
3) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to
scale).
4) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan
tingkat pertumbuhan penduduk.
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian
dapat mencapai pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka
panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang
modal telah mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki proposional
yang ideal dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal
dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri
dari dua sektor (Y = C + I).
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka
panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh
pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan
sebagai berikut:
g = K = n
Dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
19
Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme
pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya
menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi
agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan permintaan
barang.
Harrod Domar menganalisis tentang syarat-syarat yang
diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam
jangka panjang dengan mantap (steady growth). Menurut Harrod Domar
investasi memberikan peranan kunci dalam prosers pertumbuhan yang
disebabkan karena:
1) Investasi dapat menciptakan pendapatan yang merupakan dampak dari
penawaran.
2) Investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian
dengan cara meningkatkan stock modal yang merupakan dampak dari
penawaran.
3) Teori Pertumbuhan Baru
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis
pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan
hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan
berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang
endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku
ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar
dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan
hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.
20
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan
ekonomi. Definisi modal atau kapital diperluas dengan memasukkan
model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan
teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi
teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam
teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal
manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan (Mankiw, 2000:165).
c. Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M.
Solow (1970) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan
unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi,
dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan
model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi
dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi
produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan
tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan
ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang restriktif
disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal
ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-
tenaga kerja. Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal
mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah
tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar.
21
Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi
modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan
teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut,
masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu. Teori neo-klasik
sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu
diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar
sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam
ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah
meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang,
barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, dan
tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus
diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan
terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan
dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu
pertumbuhan yang mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat
saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan
kembali.
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow
Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar
adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern
Lewis yakni:
22
Y = Ae µt. K . L1-.................................................................................(1)
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
eµt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
= melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase
kenaikan PDB yang bersumber dar 1% penambahan modal fisik dan
modal manusia. dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal
(tabungan dan investas) dan penyempurnaan teknologi (Todaro,
2004:112).
d. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para
pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan
oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu
melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru,
maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha
baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk
menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya. Didorong oleh
adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi tersebut,
maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara.
Kenaikan tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-
pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi
agregat akan bertambah.
23
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat
kemajuan suatu perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk
melakukan inovasi semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh karena
masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya dan pada akhirnya
tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary state). Namun
keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan
pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak
berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi.
Sedangkan dalam pandangan klasik, keadaan tidak berkembang terjadi
pada waktu perekonomian berada pada kondisi tingkat pendapatan
masyarakat sangat rendah.
e. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow yang memberikan
lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi. Analisis ini Universitas
Sumatera Utara didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi
akan tercapai sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental
dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan
hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Adapun kelima
tahapan tersebut adalah:
1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai
suatu masyarakat yang:
a) Cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap masyarakat
serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
24
dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh
kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun. Tingkat
produksi yang dapat dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu
pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum
digunakan secara sistematis dan teratur.
b) Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja
masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-
sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor
pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat
hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam masyarakat
sedikit sekali.
c) Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerahdaerah
dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, dan kebijakan-
kebijakan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan
tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.
2) Tahap Prasyarat Lepas Landas
Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat
masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan dari luar
untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus
berkembang (self-sustain growth). Pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Tahap prasyarat
lepas landas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-
negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan
dengan merubah struktur masyarakat tradisional yang sudah ada.
25
b) Yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas landas
yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia
Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat yang
tradisional, karena masyarakat negaranegara itu terdiri dari emigran
yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat
untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.
3) Tahap Lepas Landas (Take Off)
Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat
tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada
periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan dan
kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas
dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat sehingga
menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan
masyarakat. Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:
a) Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang
produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional
Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).
b) Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju
perkembangan yang tinggi.
c) Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan
institusional yang akan menciptakan:
d) Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern.
e) Potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan petumbuhan terus-
menerus berlangsung.
26
4) Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive of Maturity)
Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode
ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam
mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan
alamnya. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:
a) Kematangan teknologi, dimana struktur keahlian tenaga kerja
mengalami perubahan.
b) Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.
c) Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban
yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum
kegunaan batas semakin berkurang.
5) Tahap Masa Konsumsi Tinggi.
Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada
masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi. Leading sectors,
bergerak ke arah barang-barang konsumsi yang tahan lama serta jasa-
jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk
mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan
politis, yaitu:
a) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar
negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas
negara-negara lain.
b) Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih
merata kepada pendukungnya dengan cara mengusahakan
terciptanya pembagian pendapatan yang Universitas Sumatera
27
Utara lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam
sistem perpajakan seperti ini makin besar pendapatan maka makin
besar pajaknya.
c) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar
yang sederhana atas makanan, pakaian, rumah keluarga secara
terpisah dan juga barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-
barang mewah.
C. Harga Ekspor (X3)
Dolan and Simon (2000) dalam Effendi (2009:249-250) mendefinisikan
harga sebagai sejumlah uang atau barang atau jasa yang ditukar pembeli untuk
produk atau jasa yang ditawarkan penjual. Harga juga merupakan pengorbanan
ekonomis oleh pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Peranan harga
dalam ekonomi pasar adalah untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan
permintaan dan penawaran. Harga yang melekat pada setiap produk dapat
mencerminkan kualitas produk itu sendiri, dimana harga untuk jenis produk-
produk tertentu bukan hanya besararan uang yang dikeluarkan, tapi juga
mencerminkan kualitas produk tersebut.
Perdagangan akan terjadi pada suatu perbandingan harga tertentu.
Perbandingan harga ini disebut harga relatif atau rasio harga atau terkadang
disebut penukaran. Harga relatif setelah terjadi perdagangan akan terletak
diantara harga relatif di masing-masing negara sebelum terjadi perdagangan.
Bila diluar batas-batas ini, maka perdagangan tidak akan terjadi. Tingkat harga
relatif keseimbangan (setelah terjadi perdagangan) ditentukan oleh Tarik
menarik antara kekuatan ekonomi dari kedua belah pihak.
28
Harga relatif dalam kondisi equilibrium ketika perdagangan
internasional telah berlangsung tercipta melalui proses yang cukup lama.
Artinya, harga tidak tercipta begitu saja melainkan baru tercipta setelah
hubungan dagang antara kedua negara berlangsung dalam kurun waktu yang
cukup panjang. Sehingga tersedia cukup waktu bagi kekuatan-kekuatan
penawaran dan permintaan untuk saling bertemu dan menentukan harga
tersebut (Salvatore, 2005:8).
Ekspor sangat tergantung dengan harga relatif, apabila terjadi kenaikan
harga barang ekspor, maka akan memacu produksi domestik sehingga volume
ekspor mengalami perningkatan yang dampaknya dapat memperbaiki neraca
perdagangan. Harga menentukan besarnya keuntungan. Bila harga ekspor lebih
besar dari harga domestik, ekspor akan meningkat karena menjual keluar
negeri memberikan keuntungan yang lebih besar bagi eksportir, akan tetapi
penurunan harga relatif atau harga ekspor lebih rendah dari harga domestik
akan berakibat sebaliknya.
Harga internasional (world price) merupakan harga suatu barang yang
berlaku di pasar dunia. Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga
domestik, maka ketika perdagangan mulai dilakukan suatu negara akan
cenderung menjadi eksportir. Para produsen di negara tersebut tertarik untuk
memanfaatkan harga yang lebih tinggi di pasar dunia dan mulai menjual
produknya pada pembeli di negara lain. Sebaliknya, ketika harga internasional
lebih rendah daripada harga domestik, maka ketika hubungan perdagangan
mulai dilakukan, negara tersebut akan menjadi pengimpor karena konsumen di
negara tersebut akan tertarik untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah
29
yang ditawarkan oleh negara lain. Harga relatif dapat dilihat dari perbandingan
harga dunia yang merupakan harga yang berlaku di pasar dunia dan domestik,
maka begitu hubungan dagang dibuka maka negara tersebut akan cenderung
mengekspor, para produsen akan tertarik untuk mengambil keuntungan harga
yang tinggi di pasar dunia. Sebaliknya jika harga dunia lebih rendah dari harga
domestik maka begitu hubungan dagang dibuka maka negara akan menjadi
pengimpor.
Dengan kata lain harga relatif akan sangat menentukan besarnya
keuntungan bagi eksportir. Dengan demikian, hubungan antara harga relative
dengan ekspor adalah positif. Jika harga ekspor lebih besar dari harga
domestik, ekspor akan meningkat karena menjual keluar negeri memberikan
keuntungan yang lebih besar bagi eksportir, akan tetapi penurunan harga relatif
atau harga ekspor lebih rendah dari harga domestik akan berakibat selanjutnya.
(Mankiw, 2004:177).
D. Ekspor (Y)
1. Pengertian Ekspor
Dalam kegiatan perdagangan internasional tentu kata ekspor tidak
akan pernah luput dari setiap pembahasan. Ekspor dan Impor merupakan
kegiatan utama dalam perdagangan internasional. Setiap negara melakukan
kegiatan ekspor atas permintaan dari negara lain. Tentu hal ini memberikan
keuntungan bagi negara-negara yang mengekspor komoditas tertentu ke
negara lain yang kemudian disebut dengan salah satu sumber pendapatan
negara.
30
Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa keluar negara. Selain
merupakan kegiatan penjualan, ekspor menjadi salah satu komponen
perdagangan luar negeri yang memberikan sumber devisa bagi negara yang
bersangkutan. (Nugroho, 2011:29).
Mankiw (2006:128) juga memaparkan bahwa ekspor adalah
penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
ke luar negeri. Sedangkan menurut Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus, faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu
negara tergantung pada pendapatan dan output luat negeri, nilai tukar uang
(kurs) serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri.
Sadono Sukirno berpendapat bahwa ekspor merupakan salah satu
komponen atau bagian dari pengeluaran agregat. Namun, menurut
Deliarnov (1995) semakin besar pengeluaran agregat, semakin tinggi
pendapatan nasional negara yang bersangkutan. Pendapatan nasional yang
tinggi tidak menjamin ekspor akan tinggi pula. (Nugroho, 2011:29-30).
Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang
Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah
yuridiksi Indonesia. Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan
upaya mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan
mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004:25).
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor
terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan
berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga
31
akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara
akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap
keguncangan - keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran
internasional maupun di perekonomian dunia. Berikut ini penulis akan
memberikan beberapa pengertian ekspor dari beberapa ahli ekonomi.
Menurut Irham dan Yogi (2003), mendefinisikan ekspor sebagai berikut:
Menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa
yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri/pembangunan di
negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah dengan
diversifikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian dalam satu macam
barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya.
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa
yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-
barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang - barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa
yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-
barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Priadi, 2000).
Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang
dijual secara luas ke luar negeri (Mankiw, 2006:25).
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan
32
total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa- jasa pada suatu tahun
tertentu (Sasandara, 2005).
Selanjutnya pengertian ekspor menurut Todaro dan Smith (2004:15)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah: Kegiatan
perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna
membutuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya
industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil
dan lembaga sosial yang fleksibel. Berdasarkan uraian di atas, terlihat
bahwa ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antarbangsa yang dapat
memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan
internasional, sehingga suatu negara-negara yang sedang berkembang
kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setaraf dengan
negara-negara yang lebih maju. Selanjutnya menurut Baldwin (2005:24)
yang dimaksud dengan ekspor adalah: Salah satu sektor perekonomian
yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa
negara, di mana dapat mengadakan perluasan dalam suatu industri, sehingga
mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari
perekonomian.
2. Manfaat Ekspor
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri
adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang
pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan
33
ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan
kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan
(Jhingan, 2006:12).
Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar
kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar
internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa
produk-produk tersebut, maka negara- negara miskin tidak akan mampu
mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha
pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor
ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa
ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah,
atau keunggulan efisiensi alias produktivitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat
membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi
yang mereka miliki (Todaro dan Smith, 2004:22).
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada
umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-
kebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus,
kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang
hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya
daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas
tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004:29). Dari
definisi di atas dapat dilihat peranan ekspor, yaitu:
34
a. Pasar di seberang lautan memperluas pasar bagi barang-barang tertentu
sebagaimana ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri
dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya di
seberang lautan daripada hanya di pasar dalam negeri yang lebih sempit.
b. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru, akibatnya
permintaan barang-barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya
persaingan mendorong industry dalam negeri mencari inovasi yang
ditujukan untuk menaikkan produktivitas.
c. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena
industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital
sosial sebanyak yang dibutuhkannya seandainya barang-barang itu akan
dijual di dalam negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri
akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi
yang belum memadai.
Selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim ke
luar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga
secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan
secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk
mempergunakan faktor produksinya, misalnya modal, dan juga
menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien
sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.
3. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekspor
Dilihat dari segi pertumbuhan ekspor, terdapat faktor-faktor penentu
pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan dan perkembangan ekspor dipengaruhi
secara bersamaan oleh banyak faktor. Faktor tersebut dibagi kedalam dua
sifat, yakni faktor-faktor di sisi permintaan dan faktor-faktor di sisi
35
penawaran. (Kadin Indonesia, 2012). Faktor-faktor tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Sisi permintaan
Faktor-faktor di sisi permintaan bersifat eksogen bagi Indonesia,
termasuk perubahan harga di pasar Internasional untuk semua produk
yang diekspor. Menurut laporan tahunan WTO, berdasarkan
sumbangannya terhadap nilai total ekspor dunia, Indonesia tidak
termasuk negara-negara eksportir penting untuk hampir semua barang
dan jasa yang diperdagangkan secara internasional. Jadi dalam
perdagangan dunia, Indonesia bukan penentu harga, melainkan price
taker.
2) Sisi penawaran
Faktor-faktor yang bersifat endogen bagi Indonesia adalah dari
sisi penawaran. Diantara faktor-faktor endogen ini antara lain :
1) Sumber Daya Manusia (SDM);
2) Ketersediaan atau penguasaan teknologi;
3) Kemampuan melakukan inovasi di tingkat perusahaan;
4) Pendanaan seperti ketersediaan pinjaman dan pendanaan ekspor;
2) dan impor dari sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya;
3) Ketersediaan bahan baku baik dari sisi jumlah, kualitas dan harga;
4) Infrastruktur dan logistik dalam kuantitas dan kualitas;
5) Pembangunan industri-industri pendukung.
4. Karakteristik Ekspor
Ekspor memiliki ciri sebagai pemindahan barang dari negara satu
dengan negara lainnya. Menurut Hutauruk (2003), ekspor berarti:
Membawa barang ke dalam kapal laut atau kapal terbang unuk diangkut ke
36
luar Indonesia, kecuali perbuatan ini berhubungan dengan daya
pengangkutan lanjutan. Pengertian ekspor menurut Hutauruk (2003) adalah:
Sepanjang mengenai daerah pabean Indonesia yaitu mengeluarkan dari
peredaran bebas. Sepanjang mengenai daerah hukum Indonesia di luar
daerah pabean, yaitu membawa barang ke dalam kapal laut atau ke
dalam kapal terbang untuk diangkut ke luar negeri. Yang termasuk ke dalam
komponen-komponen ekspor adalah:
a. Melaporkan barang untuk diekspor kepada pegawai pabean yang
bersangkutan.
b. Menyerahkan barang kepada seorang pengusaha pengangkutan atau
diangkat keluar negeri.
c. Memasukkan barang ke dalam alat pengangkutan atau memasangnya
pada sebuah alat pengangkutan yang langsung atau tidak langsung
diberangkatkan ke luar negeri, jikalau tidak dapat dianggap bahwa
bauran itu dimaksudkan untuk tinggal di dalam negeri.
d. Menyediakan sebuah alat pengangkutan untuk diangkat, jikalau alat jelas
dimaksudkan untuk diekspor.
e. Tidak membongkar barang di tempat yang telah ditentukan yang
mungkin diperpanjang dalam hal barang itu memuat dokumen-
dokumen yang telah diserahkan kepada pabean atau yang telah dibuat
berdasarkan keterangan lisan yang diangkat ke tempat tujuan yang lain di
wilayah Indonesia.
Pengertian ekspor menurut Hutauruk di atas tampak bahwa dari
pengertian ekspor itu ditentukan pada kegiatan perdagangan luar negeri atau
37
dengan perkataan lain adalah aktivitas pengiriman barang ke luar negeri.
Pengertian ekspor menurut Abdulrahman (2003) adalah Mengirimkan
barang-barang keluar dari satu daerah atau wilayah, ke negara-negara atau
wilayah lain, baik dalam suatu rangkaian perdagangan yang normal maupun
sebagai tindakan pribadi, juga barang-barang itu sendiri yang dikirimkan
dari suatu negara atau wilayah ke negara atau wilayah lain. Sedangkan
pengertian ekspor menurut Abdulrahman di atas adalah ekspor merupakan
tindakan pengiriman barng-barang ke luar negeri baik dengan menggunakan
rangkaian perdagangan maupun sebagai tindakan pribadi.
Pengertian ekspor menurut Amir (2005). Adalah aktivitas jual
barang-barang atau invisible goods di dalam perdagangan luar negeri.
Sedangkan pengertian ekspor menurut Winardi (2006) adalah: Barang-
barang (termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk negara lain
ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan kepada penduduk
negara tersebut berupa pengangkutan dengan kapal, pemodalan dan lain
yang membantu ekspor tersebut.
5. Teori Permintaan Ekspor
Permintaan dari suatu barang atau komoditi timbul dikarenakan
adanya keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli suatu barang
tertentu. Pengertian dari permintaan (Lipsey, 1995) itu sendiri adalah jumlah
suatu komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga. Hubungan antara harga
dengan jumlah yang diminta adalah negative sehingga hukum permintaan
menyebutkan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah
yang akan diminta semakin besar, begitupula sebaliknya. Sementara itu,
38
penentuan permintaan dari suatu pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Lipsey, 1995), yaitu:
a. Harga komoditi itu sendiri
b. Rata - rata pendapatan rumah tangga
Kenaikan pendapatan rata - rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah
komoditi yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu.
c. Harga - harga lainnya
Harga-harga lainnya yang dimaksud adalah harga barang substitusi dan
harga barang komplementer. Naiknya harga pada barang substitusi suatu
komoditi maka akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu
meningkat. Sedangkan naiknya harga barang komplementer suatu
komoditi akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu turun.
d. Selera
Selera mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan
keputusan seseorang untuk membeli suatu barang.
e. Distribusi pendapatan
Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan semakin
banyak jumlah komoditi atau barang yang akan dibeli bagi mereka yang
memperoleh tambahan pendapatan, begitu pula sebaliknya.
f.Jumlah penduduk
Kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang
akan dibeli pada setiap tingkat harga.
39
E. Penelitian Terdahulu
Komang Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi (2013) pun
melakukan penelitian yang berjudul Variabel - variabel yang mempengaruhi
ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat. Tujuan dari penelitian yang
dilakukan Komang Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi ini
adalah untuk mengetahui pengaruh secara parsial maupun simultan antara
variabel kurs dollar AS, Penanaman Modal Asing (PMA), suku bunga kredit
dan indeks harga perdagangan besar terhadap ekspor non migas Indonesia ke
Amerika Serikat periode 1991-2011. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variable kurs dollar AS, penanaman modal asing (PMA), suku bunga
kredit dan indeks harga perdagangan besar terhadap ekspor non migas
Indonesia ke Amerika Serikat. Hasil dari penelitian yang dilakukan Komang
Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi ini adalah variable kurs
dollar Amerika dan PMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor
non migas Indonesia. Variabel IHPB berpengaruh negative dan signifikan
terhadap ekspor non migas Indonesia ke Amerika. Variabel suku bunga kredit
berperngaruh negative dan tidak signifikan terhadap ekspor non migas
Indonesia ke Amerika.
Dewi Navulan Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan (2013) pun
melakukan penelitian yang berjudul analisis factor factor yang mempengaruhi
ekspor kopi arabica aceh. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Dewi Navulan
Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan ini adalah untuk mengidentifikasi factor
40
factor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabica aceh. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui apakah Kurs, Produksi Kopi dan Harga Luar Negeri memiliki
pengaruh terhadap Ekspor kopi Arabica Aceh. Hasil dari penelitian yang
dilakukan Dewi Navulan Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan ini adalah
variabel produksi kopi Arabika Aceh, nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika dan harga kopi Arabika di luar negeri berpengaruh nyata terhadap
volume ekspor kopi Arabika Aceh, baik secara parsial maupun secara
serempak pada tingkat signifikan 95%.
Rubiyanto, dkk (2013) pun melakukan penelitian yang berjudul
“analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor minyak nilam
(patchouli oil) di Indonesia”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh
Rubiyanto, dkk adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor minyak nilam di Indonesia dan mengetahui pola
perdagangan minyak nilam Indonesia. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskripsi analitis, dengan teknik pelaksanaan
pencatatan dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan analisis
dengan regresi linear berganda berbentuk pangkat. Jenis data adalah data
sekunder dan data primer. Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel yang
diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor
minyak nilam Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Hasil uji t
menunjukkan bahwa variabel produksi, volume ekspor tahun sebelumnya,
harga internasional dan mutu secara individu berpengaruh nyata terhadap
41
volume ekspor minyak nilam di Indonesia. Pola perdagangan minyak nilam di
ekspor secara langsung ke negara tujuan yaitu Singapura, Amerika Serikat,
Perancis, dan Swiss.
Ari Mulianta Ginting (2013) pun melakukan penelitian yang berjudul
pengaruh nilai tukar terhadap ekspor Indonesia. Tujuan dari penelitian yang
dilakukan Ari Mulianta Ginting ini adalah untuk menganalisis pengaruh nilai
tukar Rupiah terhadap kinerja ekspor Indonesia menggunakan data tahun 2005
kuartal I sampai tahun 2012 kuartal III dengan menggunakan Error Correction
Model (ECM). Studi ini menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang
dan jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ekspor Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya kebijakan nilai tukar untuk
memicu peningkatan ekspor Indonesia.
Putra, dkk (2011) pun melakukan penelitian yang berjudul “analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi net ekspor dan pertumbuhan ekonomi di
provinsi jambi”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Putra ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi net ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, secara parsial konsumsi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi
berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi. Pengeluran pemerintah berpengaruh signifikan dan arahnya
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Net ekspor berpengaruh signifikan dan
arahnya positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Nilai
42
produksi, kurs, pendapatan luar negeri dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan terhadap net ekspor di Provinsi Jambi. Sementara itu, secara parsial
nilai produksi berpengaruh signifikan dan positif terhadap net ekspor. Kurs
berpengaruh signifikan dan arahnya negatif terhadap net ekspor di Provinsi
Jambi. Pendapatan luar negeri berpengaruh tidak signifikan dan arahnya positif
terhadap net ekspor di Provinsi Jambi. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan dan positif terhadap net ekspor di Provinsi Jambi.
Deni Iswanto (2013) pun melakukan penelitian yang berjudul analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan Deni Iswanto ini adalah untuk
menganalisis sejauh mana pengaruh produksi, pendapatan negara tujuan, kurs
dan dummy kebijakan pemerintah terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke
Jepang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
regresi linier berganda (OLS) untuk mengetahui pengaruh produksi,
pendapatan Negara tujuan, kurs dan dummy kebijakan pemerintah terhadap
ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang. Hasil dari penelitian yang dilakukan
Deni Iswanto ini adalah bahwa produksi berpengaruh signifikan dan positif
terhadap Ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang, pendapatan negara tujuan
berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke
Jepang, Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kayu lapis
Indonesia ke Jepang dan dummy kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang.
Aygul Isayeva (2012) pun melakukan penelitian yang berjudul
Comparative analysis of economics factor affecting export and import in the
43
Countries of south caucasus. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Aygul
Isayeva ini adalah mengamati factor yang mempengaruhi ekspor dan impor.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh Penanaman Modal Asing,
Pendapatan Domestik Bruto dan Inflasi terhadap ekspor dan impor pada negara
kaukasian selatan. Hasil dari penelitian yang dilakukan Aygul Isayeva ini
adalah berdasarkan hasil regresi hubungan antara PDB, inflasi pada ekspor dan
impor signifikan pada tiga Negara kaukasian. Tetapi hubungan antara
Penanaman Modal Asing dengan ekspor dan impor tidak signifikan.
Muhammad Nadeem, Muhammad Azam dan Rabiul Islam (2012) pun
melakukan penelitian yang berjudul An Investigation of Various Factors
Influence on Exports. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Muhammad
Nadeem, Muhammad Azam dan Rabiul Islam ini adalah untuk mengamati
secara empiris impact pengaruh beberapa determinan yang mempengaruhi
ekspor di Pakistan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
penanaman modal asing, pendapatan dunia, nilai tukar, PDB, pajak tidak
langsung, tabungan dan nilai tambah industry terhadap ekspor Pakistan. Hasil
dari penelitian yang dilakukan Muhammad Nadeem, Muhammad Azam dan
Rabiul Islam ini adalah penanaman modal asing, pendapatan dunia, nilai tukar,
PDB, pajak tidak langsung, tabungan dan nilai tambah industri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ekspor Pakistan.
44
Tabel 2.I Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Komang
Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi (2013)
Variabel - variabel yang mempengaruhi ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat.
Dependen : -Ekspor Non Migas Independen : -Kurs dollar Amerika -Penanaman Modal Asing -IHPB -Suku bunga kredit
Ordinary Least Square (OLS)
variable kurs dollar Amerika dan PMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia. Variabel IHPB berpengaruh negative dan signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia ke Amerika. Variabel suku bunga kredit berperngaruh negative dan tidak signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia ke Amerika
2. Dewi Navulan Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan (2013)
analisis factor faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabica Aceh.
Dependen : -Ekspor kopi Arabica Aceh Independen : -Produksi kopi Arabica Aceh -Nilai tukar rupiah -Harga kopi Arabica Aceh
Ordinary Least Square (OLS)
variabel produksi kopi Arabika Aceh, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan harga kopi Arabika di luar negeri berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh, baik secara parsial maupun secara serempak pada tingkat signifikan 95%.
3. Rubiyanto, dkk (2013)
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor minyak nilam (patchouli oil) di Indonesia
Dependen : - volume ekspor minyak nilam Independen : - Produksi minyak nilam - Produksi minyak nilam tahun sebelumnya - Volume ekspor minyak nilam tahun sebelumnya - Harga internasional minyak nilam - Harga ekspor minyak nilam - Harga domestik minyak nilam - Nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah
Regresi linier berganda
Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak nilam Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel produksi, volume ekspor tahun sebelumnya, harga internasional dan mutu secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak nilam di Indonesia. Pola perdagangan minyak nilam di ekspor secara langsung ke negara tujuan yaitu Singapura, Amerika Serikat, Perancis, dan Swiss.
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
45
Tabel 2.I (Lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian 4. Deni Iswanto
(2013) analisis faktor - faktor yang mempengaruhi ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang
Dependen : -Ekspor kayu lapis Independen : -Produksi kayu -Pendapatan negara tujuan -Kurs -Kebijakan pemerintah (dummy)
Ordinary Least Square (OLS)
produksi berpengaruh signifikan dan positif terhadap Ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang, pendapatan negara tujuan berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang, Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang dan dummy kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang.
5. Aygul Isayeva (2012)
Comparative analysis of economics factor affecting export and import in the Countries of south caucasus
Dependen : -Ekspor -Impor Independen : -PDB -Inflasi -Penanaman Modal Asing
Ordinary Least Square (OLS)
hubungan antara PDB, inflasi pada ekspor dan impor signifikan pada tiga Negara kaukasian. Tetapi hubungan antara Penanaman Modal Asing dengan ekspor dan impor tidak signifikan.
6. Muhammad Nadeem, Muhammad Azam dan Rabiul Islam (2012)
An Investigation of Various Factors Influence on Exports
Dependen : -Ekspor Pakistan Independen : -Penanaman Modal Asing -Pendapatan Dunia -Nilai tukar -PDB -Pajak tidak langsung -Tabungan -Nilai tambah industri
Ordinary Least Square (OLS)
penanaman modal asing, pendapatan dunia, nilai tukar, PDB, pajak tidak langsung, tabungan dan nilai tambah industry berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor Pakistan.
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
46
Tabel 2.I (Lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian 7. Ari Mulianta
Ginting (2013) pengaruh nilai tukar terhadap ekspor Indonesia
Dependen : - ekspor Indonesia Independen : - nilai tukar
Error Correction Model (ECM)
Studi ini menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya kebijakan nilai tukar untuk memicu peningkatan ekspor Indonesia
8. Putra, dkk (2011)
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi net ekspor dan pertumbuhan ekonomi di provinsi jambi
Dependen : - ekspor Indonesia Independen : - nilai tukar
Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, secara parsial konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Pengeluran pemerintah berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Net ekspor berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Nilai produksi, kurs, pendapatan luar negeri dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap net ekspor di Provinsi Jambi.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
47
F. Kerangka Berfikir
Dalam rumusan masalah penelitian telah menetapkan akan mengkaji
pengaruh kurs (exchange rate), pertumbuhan ekonomi dan Harga Ekspor
terhadap Ekspor Ikan Tuna Indonesia tahun 2002-2013 (Ekspor Indonesia
Terhadap Jepang).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bagaimana variabel-
variabel yang berkaitan dengan penelitian ini. Dan diduga Ekspor Ikan Tuna
Indonesia dipengaruhi oleh kurs (exchange rate), pertumbuhan ekonomi dan
harga ekspor. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = f (x1, x2, D)
Dimana:
Y : Ekspor Ikan Tuna Indonesia
X1 : Kurs (Exchange Rate)
X2 : Pertumbuhan Ekonomi
X3 : Harga Ekspor
Agar dapat lebih dipahami, kurs (exchange rate), pertumbuhan
ekonomi dan harga ekspor terhadap ekspor ikan tuna indonesia dapat
dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kurs (Exchange Rate) (X1)
Pertumbuhan Ekonomi (X2)
Harga Ekspor (X3)
Ekspor Ikan Tuna Indoneisa (Y)
48
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012:93). Hipotesis yang diajukan
sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara nilai tukar, pertumbuhan ekonomi dan harga
ekspor secara bersama-sama terhadap ekspor ikan tuna dengan asumsi
ceteris paribus.
2. Terdapat pengaruh secara parsial antara nilai tukar terhadap ekspor ikan
tuna dengan asumsi ceteris paribus.
3. Terdapat pengaruh secara parsial antara pertumbuhan ekonomi terhadap
ekspor ikan tuna dengan asumsi ceteris paribus.
4. Terdapat pengaruh secara parsial antara harga ekspor terhadap ekspor ikan
tuna dengan asumsi ceteris paribus.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel terikat yaitu Ekspor
Ikan Tuna merupakan sektor yang memberi kontribusi besar pada ekspor non
migas. Variabel bebas yaitu nilai tukar, pertumbuhan ekonomi dan harga
ekspor. Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan
penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara dua variabel. Data
operasional yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data runtut
waktu (time series). Semua data dalam tahunan dimulai dari 2002 sampai 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian
yang dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Data yang
digunakan berupa data sekunder periode 2002 - 2014. Objek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Ekspor Ikan Tuna Indonesia terhadap Jepang.
Adapun sampel yang digunakan merupakan Judgement Sampling atau
purposive sample.
Pada metode judgement sampling atau purposive sample pengumpulan
data diakukan atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.
Pada dasarnya sampel dipilih berdasarkan pendapat analis dan hasil penelitian
digunakan untuk menarik kesimpulan tentang item - item di dalam sampel.
Pemilihan ekspor Ikan Tuna Indonesia terhadap Jepang karena ekspor
Ikan Tuna Indonesia terhadap Jepang merupakan yang tertinggi dibandingkan
Negara lain.
50
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber
yang telah ada. Data seperti referensi ini diambil dari Bank Indonesia (BI),
dan BPS.
2. Library research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan
dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang
valid.
3. Internet research
Internet Research adalah data yang peneliti peroleh dari internet yang
berhubungan dengan tema skripsi ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil
biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk model regresi linier berganda
dengan didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model
ekonometrik untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan
alat bantu ekonometrika (software) yaitu Eviews. Menurut Winarno (2009:4.1)
OLS bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dan
51
variabel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen. Untuk
analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu, program
Excel 2010 dan Program EViews 6. Dalam metode OLS ini dapat memberikan
koefisien yang baik atau bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang
dalam hal ini harus bebas dari Uji Asumsi Klasik.
Dalam penelitian model-model yang parameternya linier, atau yang
dapat dibuat linier melalui transformasi yang sesuai, namun variabel-
variabelnya tidak perlu linier. Ada banyak model semacam itu, yang masing
masing memiliki penerapan khusus. Ada lima jenis model penting yang
parameternya linier namun variabelnya tak linier, yaitu :
1. Model log-linier, dimana variabel tak bebas maupun variabel penjelasnya
dinyatakan dalam bentuk logaritma.
2. Model log-lin atau model pertumbuhan, dimana variabel tak bebasnya
berbentuk logaritma namun variabel bebasnya berbentuk linier.
3. Model lin-log, dimana variabel tak bebasnya berbentuk linier namun
variabel bebasnya berbentuk logaritma.
4. Model kebalikan, dimana variabel tak bebasnya berbentuk linier namun
variabel bebasnya tidak.
5. Model polynomial, dimana variabel bebasnya memiliki pangkat yang
berbeda-beda.
Tak ada alasan yang menghalangi untuk menggabungkan fitur - fitur
dari satu atau lebih model diatas. Jadi dapat memiliki model regresi berganda
dimana variabel tak bebasnya berbentuk logaritma dan beberapa variabel X
yang juga berbentuk logaritma, namun sebagian lainnya berbentuk linier
(Gujarati, 2006:238).
52
Hubungan variabel Ekspor Ikan Tuna dengan variabel Nilai Tukar,
GDP dan Harga Ekspor diformulasikan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, D)
Sedangkan model ekonometrika ditulis:
Y = 1ߚ +0ߚX1 + 2ߚX2 + 3ߚD…………………….(3.1)
X = 1ߚ + 0ߚNT + 2ߚPMA + 3ߚD + e….(3.2)
Dimana:
X = Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia
βo = Constanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi dari masing - masing variabel yang
mempengaruhi Volume Ekspor Ikan Tuna indoensia
KURS = Nilai Tukar
PE = pertumbuhan ekonomi
HE = Harga Ekspor
Menurut (gujarati, 2006:236) berbagai variabel ekonomi atau bukan,
dinyatakan dalam berbagai satuan pengukuran. Sebagai contoh temperatur
dalam satuan Fahrenheit dan Celcius yang berbeda pengukurannya. Dalam
penelitian ini variabel bebas dan variabel tak bebas diukur dalam satuan miliar
dan ton. Hasil regresi memang sensitif sedangkan beberapa lainnya tidak.
Semua hasil regresi akan mempunyai penafsiran yang sama.
1. Uji Asumsi Klasik.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias
53
dengan varian yang minimum (Best Linear Unbiased Estimator = BLUE),
yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukan
pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data
dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan uji Jarque-Bera
atau Histogram Test. Suatu variabel dikatakan normal jika korelogram
pada gambar menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal
(Winarno, 2009:5.24).
Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting sekali mengingat
uji validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F)
maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen
mensyaratkan hal ini. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji
ini dan estimasi nilai variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel
kecil atau tertentu (Gujarati, 2006:67)
Salah satu asumsi dalam analisis statistik adalah data berdistribusi
normal. Dalam analisis multivariate, para peneliti menggunakan
pedoman jika tiap variabel terdiri dari 30 data, maka data sudah
berdistribusi normal. Apabila melibatkan 3 variabel, maka diperlukan 3 x
30 = 90. Meskipun demikian, untuk menguji dengan lebih akurat,
diperlukan alat analisis dan EViews menggunakan 2 (dua) cara, yaitu
dengan Histogram dan Uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera adalah uji
statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini
54
mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan
dengan apabila datanya bersifat normal. Rumus yang digunakan adalah:
(Winarno, 2009:5.37) Hal ini ditunjukkan oleh:
Dimana:
N = ukuran sampel
S = skewness/kemencengan
K =kurtosis/peruncingan
K = banyaknya koefisien yang digunakan di dalam persamaan
Berikut hipotesis langkah-langkah pengujian normalitas:
Hipotesis : Ho : Model tidak normal.
Ha : Model normal.
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → signifikan, Ho ditolak.
Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → tidak signifikan, Ho diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi linier yang sempurna antara variabel-
variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas namun variabel beabas tersebut mempunyai
hubungan dengan variabel terikat. Dalam praktiknya, umumnya
multikolonieritas tidak dapat dihindari dalam artian sulit menemukan dua
variabel bebas secara matematis tidak berkorelasi sekalipun secara
substansi tidak berkorelasi (Nachrowi, 2006:95)
55
Multikolonieritas sempurna melonggarkan asumsi klasik yang
menyatakan bahwa tidak ada variabel independen merupakan sebuah
fungsi linier sempurna dari variabel-variabel independen yang lain. Kata
sempurna dalam konteks ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
variasi satu variabel independen sama sekali dapat dijelaskan oleh
perubahan-perubahan variabel independen yang lain. Hubungan linier
sempurna semacam itu dapt dilukiskan antara dua variabel berikut ini :
X1i= α0 + α1 X2i
Dimana koefisien – koefisien, α merupakan konstanta dan
variabel-variabel independen, X berada dalam sempurna (hamja,
2012:13). Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan (independen) dari model regresi.Ada atau tidaknya
multikolonieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-
masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi multikolonieritas
(Ajija, 2011:35).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau
sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel
independen (Gujarati, 2006). Untuk melacak keberadaan
heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji White.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
56
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi,
2006:109). Secara simbolis, heteroskedastisitas dinyatakan sebagai
berikut:
E(u2i) = σ2
i
Gangguan uiyang tercakup dalam fungsi regresi populasi bersifat
homokedastis artinya, semua memiliki varians yang sama, σ2. Jika tidak
demikian – jika varians ui adalahσ2i, yang menunjukkannya bervariasi
dari observasi ke observasi – berarti kita menghadapisituasi
heteroskedastisitas, atau varians tak sama, atau nonkonstan (gujarati,
2006:82). Langkah-langkah pegujian sebagai berikut:
Hipotesis : Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas
Ha: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di antara
anggota serangkaian observasi yang di urutkan menurut waktu atau
ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu memperhatikan t-
statistik, R-Square, uji F, dan Durbin Watson (DW). Atau melakukan uji
LM (metode Bruesch godfrey) (Ajija, 2011:35).
57
Autokorelasi murni terjadi apabila asumsi klasik yang
menyatakan bahwa tidak ada korelasi antar error term pada periode
pengamatan – pengamatan yang berbeda diperlonggar dalam sebuah
persamaan yang telah terspesifikasi dengan benar. Asumsi itu adalah
sebagai berikut :
E(rui uj) = 0 atau Cov(ui uj) = 0 i ≠ j
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana
antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol,
maka error term tersebut dikatakan memiliki otokorelasi tanpa sifat
perubahan, maka disebut otokorelasi murni (pure autocorrelation)
(hamja, 2012 : 25). Langkah-langkah pengujian autokorelasi sebagai
berikut :
Hipotesis : Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi.
Ha : Terdapat Autokorelasi.
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Ho ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka
modeltersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2
lebihkecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi. Selain itu,
ada salah satu cara lagi yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi
adalah uji Durbin Watson (D-W). Berikuttable 3.1 yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin-Watson.
(Gujarati, 2006:119):
58
Tabel 3.1 Uji ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (DW)
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
positif
Daerah
meragukan
Terima Ho,
tidak ada
Autokorelasi
Daerah
meragukan
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
2. Uji Statistik.
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2010 dan
Eviews 6. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi uji-t dan
uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependent) pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t
yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17).
Hipotesis : Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan dari variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas
berpengaruh signifikan dari variabel terikat.
59
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho terima, Ha
tolak).
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha terima).
b. Uji Fisher (Uji-F).
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%).
Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan
dengan uji-F dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16).
Hipotesis: Ho: βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama berpengaruh signifikan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat.
c. Koefisien Determinasi ().
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2
atau (R2adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan
garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2atau (R2adjusted)
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.
60
E. Operasional Variabel Penelitian.
Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yang terdiri atas
variabel eksogen dan variabel endogen.Variabel eksogen adalah variabel yang
ditentukan diluar model, sedangkan variabel endogen adalah variabel yang
terdapat dalam penelitian ini, yaitu Ekspor Ikan Tuna, Nilai Tukar,
pertumbuhan ekonomi dan Harga Ekspor. Definisi operasional variabel dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Variabel Dependen.
Ekspor Ikan Tuna adalah penjualan hasil tangkapan ikan berupa ikan tuna
yang dihasilkan oleh suatu Negara ke Negara lain.
2. Variabel Independen.
a. Nilai Tukar (X1)
Nilai Tukar adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang asing yang
diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis
mata uang lainnya.
b. Pertumbuahan Ekonomi (X2)
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno, 1994:10).
c. Harga Ekspor (X3)
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang - barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang
61
dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-
barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Priadi, 2000).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai
peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat
kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki
luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan
perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis
ikan dan hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat
penting. Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah
menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US250.567 juta atau naik
sebesar17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai
US250.567 juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada
tahun 2002 yang mencapai US212.426 juta (http://repository.ipb.ac.id/, diakses
pada tanggal 28 April 2016).
Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki
pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume
sebesar 6.03persen dan 11.79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar
ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni
Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat
62
17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu
sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati
urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini
disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun
teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia
masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu
berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa
negara juga besar (http://repository.ipb.ac.id/, diakses pada tanggal 28 April
2016).
Kerjasama Indonesia - jepang bukanlah sesuatu yang baru bagi kedua
belah negara. Sudah sejak lama Indonesia dan Jepang melakukan kegiatan
kerjasama ekonomi di sektor industri manufaktur, bahkan juga pengembangan
usaha kecil dan menengah. Kesepakatan diantara kedua belah negara antara
Indonesia dengan Jepang dilakukan karena keduanya telah memiliki hubungan
ekonomi yang sangat lama. Alasan lainnya tentu karena masing – masing
negara menganggap negara mitra adalah negara yang penting bagi
ekonominya.
Terlebih lagi sejak dimulai dari tahun 1954, dalam bentuk penerimaan
trainee untuk mendapatkan pelatihan di bidang industri, komunikasi
transportasi, pertanian dan kesehatan. Bantuan ODA Jepang yang telah
memberikan kontribusi besar melalui di bidang pengembangan SDM,
pembangunan infrastruktur sosial ekonomi. Misalnya, pada saat krisis ekonomi
melanda Asia sejak Agustus 1997, Jepang membantu Indonesia yang sedang
63
berusaha keluar dari krisis dalam bentuk pinjaman khusus, perpanjangan
kewajiban pembayaran, dukungan strategi pemerintah, dan lain-lain.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Deskriptif Perhitungan Data Mentah
Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam
model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (ekspor ikan tuna) dan
(nilai tukar, pertumbuhan ekonomi dan harga ekspor) sebagai variabel
bebas. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software excel sesuai
perhitungan berdasarkan rumus, adapun penjelasan lengkap masing-masing
variabel adalah sebagai berikut:
a. Nilai Tukar
Nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan
kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing dalam
harga mata uang domestik atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar merepresentasikan tingkat
harga dari pertukaran dari satu mata uang yang lainnya dan digunakan
dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional,
turisme, investasi internasional ataupun aliran uang jangka pendek
antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun aliran ataupun
batas-batas hukum (Karim, 2002:87).
Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan
nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. perdagangan antar
negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri
mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata
64
uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Sukirno, 2004:85).
Berikut hasil perhitungan Nilai Tukar periode penelitian 2002 - 2014:
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Data Nilai Tukar US$ Periode 2002 - 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Nilai Tukar Rupiah 2002 5057,11 2003 5573,42 2004 6569,43 2005 7398,92 2006 6906,04 2007 7652,64 2008 8180,39 2009 8163,04 2010 8352,91 2011 9048,16 2012 9712,41 2013 10091,95 2014 10704,37
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan perkembangan nilai tukar
pada periode 2002 - 2014. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa nilai
tukar terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp. 5057,11 dan
nilai tukar tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 10704,37.
b. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2004:423), pertumbuhan ekonomi
adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau
pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan
ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
65
kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Data pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah data
pertumbuhan ekonomi periode 2002-2014. Berikut hasil perhitungan
pertumbuhan ekonomi:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Data Pertumbuhan Ekonomi Periode 2002 - 2014
(Dalam Persen) Tahun Pertumbuhan Ekonomi 2002 0.031 2003 0.034 2004 0.037 2005 0.047 2006 0.040 2007 0.048 2008 0.045 2009 0.032 2010 0.049 2011 0.047 2012 0.046 2013 0.041 2014 0.036
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan perkembangan
pertumbuhan ekonomi pada periode 2002 - 2014. Pada penelitian ini
dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun
2002 yaitu sebesar 0,031 dan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun
2010 yaitu sebesar 0,049.
c. Harga Ekspor
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu
faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan
66
berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung
juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu
negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif
terhadap keguncangan - keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di
pasaran internasional maupun di perekonomian dunia. Berikut ini penulis
akan memberikan beberapa pengertian ekspor dari beberapa ahli
ekonomi. Menurut Irham dan Yogi (2003), mendefinisikan ekspor
sebagai berikut: Menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor
memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan
industri/pembangunan di negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi
haruslah dengan diversifikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian
dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari
komoditi lainnya. Berikut hasil perhitungan harga ekspor periode
penelitian 2002 - 2014:
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Data Harga Ekspor Periode 2002 - 2014
(Dalam Dolar) Tahun Harga Ekspor 2002 909441000000.00 2003 731644000000.00 2004 875668000000.00 2005 766225000000.00 2006 762503000000.00 2007 704996000000.00 2008 737186000000.00 2009 853959000000.00 2010 1154406000000.00 2011 1182348000000.00 2012 1110557000000.00 2013 1067632000000.00 2014 747631000000.00
67
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan perkembangan harga
ekspor pada periode 2002 - 2014. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa
harga ekspor terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar
704996000000 dan harga ekspor tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar
1182348000000.
d. Ekspor Ikan Tuna
Kegiatan ekspor adalah system perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang - barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan
jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara
barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Priadi,
2000). Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri yang dijual secara luas ke luar negeri (Mankiw, 2006:25).
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan
jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara
barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso,
2004).
Selanjutnya pengertian ekspor menurut Todaro dan Smith
(2004:15) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah:
Kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna
68
membutuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya
industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang
stabil dan lembaga sosial yang fleksibel.
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan
total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa- jasa pada suatu
tahun tertentu (Sasandara, 2005). Adapun ekspor ikan tuna Indonesia
untuk periode tahun 2002 - 2014 dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Data Ekspor Ikan Tuna Periode 2002 - 2014
(Dalam Ton) Tahun Ekspor Ikan Tuna 2002 30724.9 2003 23881.3 2004 22770.1 2005 21298.1 2006 21657.5 2007 19808.6 2008 18921.0 2009 22557.2 2010 30282.3 2011 35010.2 2012 29236.6 2013 33116.6 2014 25118.1
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan perkembangan ekspor ikan
tuna pada periode 2002 - 2014. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa
ekspor ikan tuna terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 18921
dan harga ekspor tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 35010.2.
69
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data
pada penelitian ini bersifat normal atau tidak.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Gambar 4.1 menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar
0,723700 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0,05 > dari derajat
kesalahan α = 5% yaitu signifikan menyatakan Ho ditolak, sehingga
dikatakan data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas berfungsi untuk apakah ditemukan
adanya kolerasi antar variabel independen. Ada tidaknya
multikolinieritas dapat di lihat dari koefesien kolerasi masing - masing
variable bebas, jika koefesien kolerasi di antara masing - masing variabel
bebas dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini uji
multikolinieritas dengan menggunakan matriks.
70
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
KURS PE HE
KURS 1.000000 0.456410 0.381008 PE 0.456410 1.000000 0.274673 HE 0.381008 0.274673 1.000000
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.5 hasil analisis uji multikolinearitas dengan
correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi tidak ada
yang di atas 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak
terdapat masalah multikolinearitas. Dengan terpenuhinya uji
multikolonieritas maka model regresi tidak ditemukan adanya korelasi
linier yang sempurna antar variabel-variabel bebas.
c. Hasil Uji Heteroskedastis
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi,
2006:109).
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastis atau
tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05 maka data tidak terdapat
heteroskedastisitas. Begitu sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05
maka data terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan aplikasi eviews 7 dengan menggunakan uji White,
diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
71
Table 4.6 Hasil Uji Heteroskedasticity Test
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 3.204114 Prob. F(9,3) 0.1837
Obs*R-squared 11.77501 Prob. Chi-Square(9) 0.2263 Scaled explained SS 3.819860 Prob. Chi-Square(9) 0.9229
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:03 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.37E+08 77482468 -1.769537 0.1749
KURS 27976.49 10106.52 2.768163 0.0697 KURS^2 -1.245891 0.948026 -1.314196 0.2802
KURS*PE 114863.6 300069.9 0.382790 0.7274 KURS*HE -1.27E-08 6.18E-09 -2.048010 0.1330
PE -3.90E+09 2.26E+09 -1.723025 0.1834 PE^2 3.22E+10 3.56E+10 0.906222 0.4316
PE*HE -0.000293 0.001557 -0.188161 0.8628 HE 0.000252 0.000139 1.818342 0.1666
HE^2 -6.77E-17 9.69E-17 -0.698547 0.5351 R-squared 0.905770 Mean dependent var 4340310.
Adjusted R-squared 0.623080 S.D. dependent var 5256064. S.E. of regression 3226896. Akaike info criterion 32.88406 Sum squared resid 3.12E+13 Schwarz criterion 33.31864 Log likelihood -203.7464 Hannan-Quinn criter. 32.79474 F-statistic 3.204114 Durbin-Watson stat 3.120194 Prob(F-statistic) 0.183664
Sumber: Data diolah
Dari tabel tabel 4.6 diketahui bahwa nilai OBS*R2 adalah
11,77501 dan probabilitas dari Chi-Square sebesar 0,2263 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0,05. Karena nilai probabilitas Chi-square > 5%
maka dalam hal ini Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat homokedastis setelah dilakukan Uji White. Dengan
lolosnya uji heteroskedastisitas maka dalam model regresi dapat
dikatakan homokedastisitas yaitu varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap.
72
d. Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada
data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengarui oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun
demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang
bersifat antarobjek (cross section).
Dalam mendeteksi masalah autokorelasi digunakan dengan Uji
Durbin-Watson.
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: E Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:02 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6521.676 4795.297 1.360015 0.2069
KURS 0.257156 0.504585 0.509639 0.6226 PE -183186.1 98373.13 -1.862156 0.0955 HE 2.79E-08 4.47E-09 6.235191 0.0002
R-squared 0.833520 Mean dependent var 25721.73
Adjusted R-squared 0.778027 S.D. dependent var 5314.477 S.E. of regression 2503.864 Akaike info criterion 18.73672 Sum squared resid 56424024 Schwarz criterion 18.91055 Log likelihood -117.7887 Hannan-Quinn criter. 18.70099 F-statistic 15.02020 Durbin-Watson stat 1.663784 Prob(F-statistic) 0.000753
Sumber: data diolah
73
Tabel 4.8 Tabel Uji Durbin-Watson
Ada Tidak dapat Tidak ada Tidak dapat Ada Autokorelasi diputuskan Autokorelasi diputuskan Autokorelasi Positif 1,663784 Negatif 0 dl du 4-du 4-dl 4 0 1,10 1,54 2,90
Dari table 4.7 uji Durbin-Watson dapat dilihat nilai uji Durbin-
Watson sebesar 1,663784. Hal ini berarti nilai hasil uji Durbin-Watson
terletak diantara 1,54 - 2,90 sehingga dapat disimpulkan menerima
hipotesis nol atau penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi.
Tabel 4.9 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: E Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:02 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6521.676 4795.297 1.360015 0.2069
KURS 0.257156 0.504585 0.509639 0.6226 PE -183186.1 98373.13 -1.862156 0.0955 HE 2.79E-08 4.47E-09 6.235191 0.0002
R-squared 0.833520 Mean dependent var 25721.73
Adjusted R-squared 0.778027 S.D. dependent var 5314.477 S.E. of regression 2503.864 Akaike info criterion 18.73672 Sum squared resid 56424024 Schwarz criterion 18.91055 Log likelihood -117.7887 Hannan-Quinn criter. 18.70099 F-statistic 15.02020 Durbin-Watson stat 1.663784 Prob(F-statistic) 0.000753
Sumber: Data diolah
3. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakan hipotesis
yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian
hipotesis ini dilakukan dengan uji statistic t dan Uji Adj R2 (Adjusted R
74
Square). Model penelitian yang menggunakan Ordinary Least Square ini
dapat dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
E = 6521,676 + 0,257156 KURS - 183186,1 PE + 2,79E-08 *HE
Dimana:
E = Jumlah Ekspor
Kurs = Nilai tukar rupiah
PE = Pertumbuhan Ekonomi
HE = Harga Ekspor
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol,
artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan
maka besarnya Ekspor adalah sebesar 6521,676.
b. Nilai koefisien regresi variabel kurs sebesar 0,257156 atau dibulatkan
menjadi 0,26, yang berarti setiap peningkatan kurs sebesar 1% akan
meningkatkan ekspor sebesar 0,26%.
c. Nilai koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar -183186,1
atau dibulatkan menjadi -183186,1 yang berarti setiap peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengurangi ekspor sebesar
183186,1%.
d. Nilai koefisien regresi variabel harga ekspor sebesar 2,79E-08 atau
dibulatkan menjadi 2,7, yang berarti setiap peningkatan penanaman
modal asing sebesar 1% akan meningkatkan ekspor sebesar 2,7%.
75
4. Hasil Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model
regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari
satu variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa
nilai Adjusted R Squared sebesar 0,778027 ini menunjukkan bahwa
variabel dependen ekspor ikan tuna secara bersama-sama mampu
dijelaskan oleh variabel independen kurs, pertumbuhan ekonomi dan
harga ekspor sebesar 77,80%. Sedangkan sisanya sebesar 22,20%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.
b. Hasil Uji Parsial (Uji-t).
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel independen (kurs, pertumbuhan ekonomi dan harga
ekspor) terhadap variabel dependen yaitu Ekspor ikan tuna. Salah satu
cara untuk melakukan uji t adalah dengan melihat nilai probabilitas t-
statistik hasil regresi model penelitian. Uji t digunakan untuk
membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Selain melihat uji t dari nilai t-
statistic, uji t dapat dilihat melalui nilai probabilitas t-statistik. Jika nilai
probabilitas t-statistik lebih besar dari a = 5% maka = 5% maka Ho
diterima Ha ditolak, namun jika lebih kecil dari a = 5% maka Ho ditolak
Ha diterima.
76
Penelitian ini menggunakan a = 5 % atau a = 0,05. Adapun
hipotesisnya sebagai berikut:
1) Ho : β1 = 0 : diduga tidak terdapat pengaruh kurs secara parsial
terhadap jumlah ekspor ikan tuna.
Ha : β1 ≠ 0 : diduga terdapat pengaruh kurs secara parsial terhadap
jumlah ekspor ikan tuna.
2) Ho : β2 = 0 : diduga tidak terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi
secara parsial terhadap jumlah ekspor ikan tuna.
Ha : β2 ≠ 0 : diduga terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi secara
parsial terhadap jumlah ekspor ikan tuna.
3) Ho : β3 = 0 : diduga tidak terdapat pengaruh harga ekspor secara
parsial terhadap jumlah ekspor ikan tuna.
Ha : β3 ≠ 0 : diduga terdapat pengaruh harga ekspor secara parsial
terhadap jumlah ekspor ikan tuna.
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.4 maka
pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:
1) Nilai probabilitas t-Statistik variabel kurs sebesar 0,6226 lebih besar
dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Nilai probabilitas t-Statistik variabel pertumbuhan ekonomi sebesar
0,0955 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
3) Nilai probabilitas t-Statistik variabel harga ekspor sebesar 0,0002
lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
77
Pada variabel kurs, menunjukan nilai t-statistic sebesar
0,509639 dengan tingkat signifikansi 0,6226. Tingkat signifikansi
yang lebih besar dari 0,05 dan t-statistic yang bernilai positif
menunjukan bahwa secara parsial kurs tidak berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap jumlah ekspor ikan tuna. Hal ini berarti
peningkatan nilai kurs akan berbanding lurus dengan peningkatan
jumlah ekspor ikan tuna. Dimana peningkatan kurs akan
meningkatkan jumlah ekspor ikan tuna. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Deni Iswanto (2013), yang
menyatakan bahwa produksi berpengaruh signifikan dan positif
terhadap Ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang, pendapatan negara
tujuan berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor kayu lapis
Indonesia ke Jepang, Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap
Ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang dan dummy kebijakan
pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kayu
lapis Indonesia ke Jepang. Hasil juga sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Sjamsul Arifin (Wellya Exiani 2008:375) Deputi
Direktur Bank Indonesia yang menyatakan suatu negara tidak akan
mengaitkan nilai tukarnya ke mata uang negara lain hanya untuk
mempertahankan daya saingnya dan volume perdagangan dunia lebih
berkaitan erat dengan kinerja ekspor di bandingkan dengan
perkembangan nilai tukar. Hal ini di sebabkan karena: a) Pangsa
komoditas yang bersaing belum tentu signifikan dibandingkan dengan
jumlah ekspor keseluruhan, b) Nilai tukar bukan merupakan satu-
78
satunya faktor yang menetukan daya saing suatu produk. c) Nilai
tukar negara pesaing juga bisa berfluktuasi atau bahkan bergejolak
sehingga pengaitan mata uang tersebut juga akan menimbulkan
gejolak pada perekonomian dalam negeri.
Pada variabel pertumbuhan ekonomi, menunjukan nilai t-
statistic sebesar -1,862156 dengan tingkat signifikansi 0,0955. Tingkat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan t-statistic yang bernilai
negatif menunjukan bahwa secara parsial peertumbuhan ekonomi
tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap jumlah
ekspor ikan tuna. Hal ini berarti peningkatan pertumbuhan ekonomi
akan berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah ekspor ikan
tuna. Dimana peningkatan pertumbuha ekonomi akan menurunkan
jumlah ekspor ikan tuna. Hal ini didukung dengan teori yang
diungkapkan oleh Sukirno (2004:207) yang menyatakan bahwa
semakin besar pendapatan suatu negara maka menyebabkan impor
semakin meningkat yaitu karena Kenaikan PDB menyebabkan
meningkatnya tabungan domestik menjadi investasi yang besar pula.
Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan
barang-barang modal atau bahan mentah sehinga input dalam proses
produksi naik. Hasil juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi tahun
2002 sebesar 3% memiliki nilai ekspor sebesar 30724,90, sedangkan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 sebesar 4% memiliki nilai
ekspor 22770,10. Hal ini membutikan bahwa semakin tingginya
pertumbuhan ekonomi maka akan semakin menurun jumlah ekspor.
79
Pada variabel harga ekspor, menunjukan nilai t-statistic
sebesar 6,235191 dengan tingkat signifikansi 0,0002. Tingkat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan t-statistic yang bernilai
positif menunjukan bahwa secara parsial harga ekspor berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap jumlah ekspor ikan tuna. Hal ini
berarti peningkatan harga ekspor akan berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah ekspor ikan tuna. Dimana peningkatan harga
ekspor akan meningkatkan jumlah ekspor ikan tuna. Hal ini didukung
oleh Dewi Navulan Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan (2013) hasil
penelitiannya menyatakana bahwa variabel produksi kopi Arabika
Aceh, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan harga kopi
Arabika di luar negeri berpengaruh nyata terhadap volume ekspor
kopi Arabika Aceh, baik secara parsial maupun secara serempak pada
tingkat signifikan 95%. Hasil membuktikan bahwa harga ekspor juga
merupakan variabel yang mempengaruhi secara positif terhadap
ekspor ikan tuna ke jepang. Hal ini cukup menjelaskan bahwa ekspor
ikan tuna Indonesia tidak mengalami penurunan ketika ada
peningkatan harga ekspor. Kualitas ikan tuna yang semakin baik akan
meningkatkan harga yang ditawarkan oleh negara eksportir kepada
negara importir dalam melakukan perdagangan internasional.
c. Uji-F
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
variabel-variabel independen (kurs, pertumbuhan ekonomi dan harga
ekspor) secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu ekspor
ikan tuna.
80
Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara
simultan terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji-F dengan cara
melihat nilai probabilitas dari F-statistic. Dari hasil regresi diperoleh F-
Statistic sebesar 15,02020 dengan nilai probabilitas F-Statistic sebesar
0,000753 yang berarti lebih kecil dari a = 5 %.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho = 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi
nasional, harga dunia, dan nilai tukar rupiah secara simultan
terhadap ekspor biji kakao Indonesia.
Ha = 0 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi
nasional, harga dunia, dan nilai tukar rupiah secara simultan
terhadap ekspor biji kakao Indonesia.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil F-statistik sebesar
15,02020 dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0,000753. Karena
nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,000753 <
0,05) berarti dapat disimpulkan bahwa kurs, pertumbuhan ekonomi dan
harga ekspor secara bersama-sama berpengaruh signifikan sebesar 15%
terhadap ekspor ikan tuna ke jepang, dengan asumsi ceteris paribus.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan beberapa uraian di atas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Secara parsial kurs tidak berpengaruh positif terhadap ekspor ikan tuna
Indonesia ke jepang dengan asumsi ceteris paribus.
2. Secara parsial pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh negatif terhadap
ekspor ikan tuna Indonesia ke jepang dengan asumsi ceteris paribus.
3. Secara parsial harga ekspor berpengaruh terhadap terhadap ekspor ikan tuna
Indonesia ke jepang dengan asumsi ceteris paribus.
4. Secara bersama - sama variabel kurs, pertumbuhan ekonomi dan harga
ekspor berpengaruh signifikan terhadap terhadap ekspor ikan tuna Indonesia
ke jepang dengan asumsi ceteris paribus.
B. Saran
Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, ada
beberapa saran yang diberikan oleh peneliti untuk pemerintah Indonesia dan
peneliti selanjutnya adalah:
1. Harga ekspor memiliki pengaruh signifikan terhadap Ekspor ikan tuna
Indonesia ke jepang, oleh karena itu hendaknya pemerintah Indonesia
perlu menjaga stabilitas harga, agar nelayan dapat meningkatkan mutu dan
kualitas serta kuantitas sehingga akan memperbesar ekspor ke jepang dan
negara-negara lainya yang akan berdampak pada tingginya devisa negara.
82
2. Untuk peneliti yang juga ingin membahas tentang Ekspor ikan tuna
Indonesia ke jepang, diharapkan peneliti selanjutnya menambahkan
variable lagi agar penelitian menjadi lebih baik lagi.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data yang lebih
banyak lagi, sehingga akan menghasilkan data yang baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Aygul Isayeva. “Comparative Analysis of Economics Factor Affecting Export and Import in the Countries of South Caucasus”. 2012.
Baldwin, 2005. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur, Prilaku dan
Kinerja Pasar, BPFE, Anggota IKAPI, Yogyakarta. Boediono. 2001. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
Yogyakarta: BPFE. Case, karl E. & Fair, Ray C.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8
Deterjemahkan Oleh Y. Andri Zaimur. Erlangga; Jakarta Deni Iswanto. “ Analisis Factor Factor yang Mempengaruhi Ekspor Kayu Lapis
Indonesia ke Jepang ”. 2013 Dewi Navulan Sari, Moh. Nur Syechalad dan Sofyan. “ Analisis Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabica Aceh ”. 2013 Gujarati, Damodar. 2006, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Edisi Kelima, Jakarta. Ginting, Ari Mulianta. 2013. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ekspor Indonesia.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Jakarta. Hamid, Abdul. 2012. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta. Hutauruk, Alfred. 2003, Ekspor Impor, Teori dan Penerapannya, Pustaka
Binaman, Pressindo, Jakarta. Jhingan M.L. 2006, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerjemah: D.
Guritno, Edisi Pertama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Komang Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi. “ Variabel -
Variabel yang Mempengaruhi Ekspor Non Migas Indonesia ke Amerika Serikat ”. 2013
Lipsey, Richard G. 1995. Pengantar Mikroekonomi Edisi Kesepuluh Jilid 1. A.
Jaka Wasana dan Kirbrandoko [penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta. Mankiw, N. G., 2000. Macroeconomics, Fifth Editions. New York; Worth
Publisher,41 Medison Avenue. Mankiw N. Gregory. 2006, Teori Makro Ekonomi, Terjemahan Erlangga, Edisi
Ketiga, Jakarta.
84
Muhammad Nadeem, Muhammad Azam dan Rabiul Islam. “ An Investigation of Various Factors Influence on Exports ”. 2012
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Makro dan Mikro Edisi 2. Ghalia
Indonesia, Jakarta. Putra, Sev Eka, Syamsul Amar, Efrizal Syofyan. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Net Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Jambi. Jurnal Kajian Ekonomi, Juli, Vol III, No. 5. Jambi
Rayun Sekar Meta. 2007. Perbedaan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Dan
Nilai Tukar Rupiah/Us Dollar Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Saham Properti Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta 2000 - 2005). Jurnal Manajemen.
Rubiyanto, Cahyo Wisnu, Suwarto, Erlyna Wida Riptanti. 2013. Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Nilam (Patchouli Oil) Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Semarang.
Sasandara, Rudy. 2005, Ekspor Indonesia: Kinerja, Permasalahan serta Strategi
Peningkatannya. Jurnal Ekonomi. Sasono, 2012. Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor. Yogyakarta:
Penerbit Andi Siombo Marhaeni Ria. 2010. Hukum Perikanan Nasional dan Internasional,
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikator-
Indikator Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, vol.3 no.3.
Subalno. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi
terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007). Jurnal ORBITH. Vol. 6 No. 1 Maret 2010.
Sukirno, Sadono, 2004. Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada. _______, Sadono. 2006. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. _______, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ke 3. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
85
Thobarry, Achmad ATH, 2009. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008)”, Semarang : Tesis Fakultas Ekonomi UNDIP
Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith. 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Triyoso, Bambang. 2004. Analisis Kausalitas Antara Ekspor dan Pertumbuhan
Ekonomi di Negara ASEAN. FE USU : Medan. Winardi. 2006, Ekonomi Internasional, Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistik : EViews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2009.
86
Lampiran 1: Data Mentah
Hasil Perhitungan Data Nilai Tukar US$ Periode 2002 - 2014
Tahun Nilai Tukar Rupiah 2002 5057,11 2003 5573,42 2004 6569,43 2005 7398,92 2006 6906,04 2007 7652,64 2008 8180,39 2009 8163,04 2010 8352,91 2011 9048,16 2012 9712,41 2013 10091,95 2014 10704,37
Hasil Perhitungan Data Pertumbuhan Ekonomi Periode 2002 - 2014
Tahun Pertumbuhan Ekonomi 2002 0,031 2003 0,034 2004 0,037 2005 0,047 2006 0,040 2007 0,048 2008 0,045 2009 0,032 2010 0,049 2011 0,047 2012 0,046 2013 0,041 2014 0,036
87
Hasil Perhitungan Data Harga Ekspor Periode 2002 - 2014
Tahun Harga Ekspor 2002 909.441.000.000.00 2003 731644000000.00 2004 875668000000.00 2005 766225000000.00 2006 762503000000.00 2007 704996000000.00 2008 737186000000.00 2009 853959000000.00 2010 1154406000000.00 2011 1182348000000.00 2012 1110557000000.00 2013 1067632000000.00 2014 747631000000.00
Hasil Perhitungan Data Ekspor Ikan Tuna Periode 2002 - 2014
Tahun Ekspor Ikan Tuna 2002 30724.9 2003 23881.3 2004 22770.1 2005 21298.1 2006 21657.5 2007 19808.6 2008 18921.0 2009 22557.2 2010 30282.3 2011 35010.2 2012 29236.6 2013 33116.6 2014 25118.1
88
Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data
Hasil Pengolahan Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas Data
0
1
2
3
4
-5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000
Series: ResidualsSample 1 13Observations 13
Mean 1.40e-12Median 655.1578Maximum 3024.680Minimum -4393.767Std. Dev. 2168.410Skewness -0.440536Kurtosis 2.353686
Jarque-Bera 0.646756Probability 0.723700
b. Hasil Uji Multikolinearitas
KURS PE HE KURS 1.000000 0.456410 0.381008
PE 0.456410 1.000000 0.274673 HE 0.381008 0.274673 1.000000
c. Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: E Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:02 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6521.676 4795.297 1.360015 0.2069
KURS 0.257156 0.504585 0.509639 0.6226 PE -183186.1 98373.13 -1.862156 0.0955 HE 2.79E-08 4.47E-09 6.235191 0.0002
R-squared 0.833520 Mean dependent var 25721.73
Adjusted R-squared 0.778027 S.D. dependent var 5314.477 S.E. of regression 2503.864 Akaike info criterion 18.73672 Sum squared resid 56424024 Schwarz criterion 18.91055 Log likelihood -117.7887 Hannan-Quinn criter. 18.70099 F-statistic 15.02020 Durbin-Watson stat 1.663784 Prob(F-statistic) 0.000753
89
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.204114 Prob. F(9,3) 0.1837
Obs*R-squared 11.77501 Prob. Chi-Square(9) 0.2263 Scaled explained SS 3.819860 Prob. Chi-Square(9) 0.9229
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:03 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.37E+08 77482468 -1.769537 0.1749
KURS 27976.49 10106.52 2.768163 0.0697 KURS^2 -1.245891 0.948026 -1.314196 0.2802
KURS*PE 114863.6 300069.9 0.382790 0.7274 KURS*HE -1.27E-08 6.18E-09 -2.048010 0.1330
PE -3.90E+09 2.26E+09 -1.723025 0.1834 PE^2 3.22E+10 3.56E+10 0.906222 0.4316
PE*HE -0.000293 0.001557 -0.188161 0.8628 HE 0.000252 0.000139 1.818342 0.1666
HE^2 -6.77E-17 9.69E-17 -0.698547 0.5351 R-squared 0.905770 Mean dependent var 4340310.
Adjusted R-squared 0.623080 S.D. dependent var 5256064. S.E. of regression 3226896. Akaike info criterion 32.88406 Sum squared resid 3.12E+13 Schwarz criterion 33.31864 Log likelihood -203.7464 Hannan-Quinn criter. 32.79474 F-statistic 3.204114 Durbin-Watson stat 3.120194 Prob(F-statistic) 0.183664
90
2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: E Method: Least Squares Date: 06/24/16 Time: 16:02 Sample: 1 13 Included observations: 13
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6521.676 4795.297 1.360015 0.2069
KURS 0.257156 0.504585 0.509639 0.6226 PE -183186.1 98373.13 -1.862156 0.0955 HE 2.79E-08 4.47E-09 6.235191 0.0002
R-squared 0.833520 Mean dependent var 25721.73
Adjusted R-squared 0.778027 S.D. dependent var 5314.477 S.E. of regression 2503.864 Akaike info criterion 18.73672 Sum squared resid 56424024 Schwarz criterion 18.91055 Log likelihood -117.7887 Hannan-Quinn criter. 18.70099 F-statistic 15.02020 Durbin-Watson stat 1.663784 Prob(F-statistic) 0.000753