PENGARUH MODEL TANGGA, KEGIATAN NAIK DAN TURUN …/Pengaruh... · Pengujian eksperimen dilakukan...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of PENGARUH MODEL TANGGA, KEGIATAN NAIK DAN TURUN …/Pengaruh... · Pengujian eksperimen dilakukan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH MODEL TANGGA, KEGIATAN NAIK DAN TURUN
SERTA BERAT BADAN DALAM PERUBAHAN NILAI GRF
(GROUND REACTION FORCE)
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RIDHA AULIYA
I 0307081
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah swt. Atas berkat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini tentu tidak terlepas dari peran
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan Ibu, kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa memberikan
perhatian, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada pernah ada hentinya.
2. Dian Anggun Safitri, my lovely soulmate yang selalu ada untuk mendukung
dan memberi motivasi.
3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Industri atas segala bimbingan dan nasehatnya selama ini.
4. Ibu Dr. Ir. Susy Susmartini, MSIE dan Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II atas kesabaran, bimbingan,
motivasi, dan bantuan yang diberikan selama penyelesaian laporan tugas akhir
ini.
5. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. dan Ibu Retno Wulan Damayanti,
S.T., M.T. selaku dosen penguji I dan dosen penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya hasil tugas akhir yang
lebih baik.
6. Seluruh dosen-dosen Teknik Industri Universitas Sebelas Maret atas
pendidikan yang diberikan dan seluruh staf-staf yang telah banyak membantu.
7. Bitayani Widihastanti, atas kebersamaan dan kesediaan waktunya selama ini.
Tengkyu, mbeh.
8. Teman-teman badminton, Mega, Andi, Dian, Ragil, Bayu R, Bita, Bunyan,
Hendy, Topik, Agung, Taruna, Habibie, Elan, Hindy, Aris, Wisnu, Wiwin,
Dias, dan David atas keceriaan dan kekompakannya selama di lapangan.
9. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, atas segala kenangan indah yang diberikan.
10. Seluruh keluarga besar Teknik Industri, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
11. Semua pihak yang belum tertulis di atas, yang telah membantu dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi Panulis pribadi, bagi
Jurusan Teknik Industri dan siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari
bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
akhir ini.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Ridha Auliya, NIM : I 0307081. PENGARUH MODEL
TANGGA, KEGIATAN NAIK DAN TURUN TANGGA, SERTA
BERAT BADAN DALAM PERUBAHAN NILAI GRF
(GROUND REACTION FORCE). Tugas Akhir. Surakarta :
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas
Maret, Januari 2013.
Tangga sering menjadi kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
oleh seseorang yang memiliki berat badan berlebih. Meskipun orang sehat
menaiki tangga dengan cukup mudah, tapi fungsi penggerak akan berkurang
keseimbangannya seiring dengan bertambahnya berat badan. Pengaruh
kemiringan sudut tangga memiliki peran penting terhadap keseimbangan tubuh
ketika melakukan aktivitas naik dan turun tangga. Sendi lutut merupakan anggota
tubuh yang secara terus menerus mengalami tekanan dan ketika naik tangga maka
beban pada sendi lutut lebih kecil daripada turun tangga. Saat naik tangga tekanan
akan meningkat hingga 3 kali dan saat turun tangga tekanan yang dialami sendi
lutut mencapai 5 kali dari berat tubuh yang disebabkan karena gaya grativasi.
Terdapat beberapa faktor mempengaruhi perubahan nilai GRF itu sendiri
yaitu model tangga, pergerakan naik dan turun, serta berat badan. Untuk lebih
memperjelas bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perubahan nilai
GRF maka dilakukan suatu pengukuran dengan menggunakan alat pengukur gaya
yang dinamakan force platform. Hasil data yang dihasilkan force platform adalah
dalam bentuk grafik maupun angka kemudian diolah dan dilakukan analisis
dengan metode ANOVA.
Pengujian eksperimen dilakukan kepada 12 reponden yang berjalan naik dan
turun tangga sebanyak 4 kali pada kemiringan berbeda (180, 22
0, 27
0). Sebelum
dilakukan uji ANOVA terlebih dahulu dilakukan uji sebelum ANOVA. Setelah
uji asumsi ANOVA memenuhi syarat maka dilakukan uji analisis varian
(ANOVA) untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang diteliti mempunyai
pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai GRF. Pengujian selanjutnya adalah
uji Student Newman Keults.
Pada uji ANOVA yang telah dilakukan dari semua faktor hanya faktor berat
badan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF.
Untuk mengetahui faktor berat badan dari fase mana yang paling berpengaruh
terhadap perubahan nilai GRF, dapat dilihat nilai signifikansi yang terbesar dari
tiap fase dan ternyata diperoleh fase toe off yang memiliki nilai signifikansi
terbesar diikuti fase loading respon kemudian fase mid stance.
Keywords: ground reaction force, ANOVA, berat badan, tangga
xv + 104 halaman, 31 gambar; 51 tabel
Daftar pustaka: 14 (1991-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Ridha Auliya, NIM : I 0307081. INFLUENCE MODEL STAIRS,
UP AND DOWN STAIRS ACTIVITY, AND WEIGHT GAIN IN
VALUE CHANGE OF GRF (GROUND REACTION FORCE).
Final Assignment. Surakarta : Industrial Engineering Department,
Engineering Faculty, Sebelas Maret University, January 2013.
Stairs often constrained faced in the daily life by someone who has excess
weight. Although a healthy person climb stairs easily enough, but the function of
the activator balance will be reduced along with increase of weight gain. Effect of
slope angle ladder have an important role to body balance when doing up and
down stairs activity. Knee joint is part body which is continuously subjected to
pressure and when up the stairs then the load on the knee joint is smaller than
down stairs. When up the stairs pressure will increase to 3 times and while going
down the stairs pressure on the knee joint up to 5 times the weight of the body
caused by gravity force.
There are several factors affecting the change in the value of GRF is a
model stairs , up and down activity, and weight gain. To clarify these factors have
effect in the changing value of GRF so it was done a measurement using a force
measuring device called a force platform. The data results of force platform is the
form graphs and figures then processed and analyzed by ANOVA method.
The test of experiments was done with 12 respondents who walk up and
down stairs as much as 4 times on different slope (180, 220, 270). Before the
ANOVA test was done, first tested the pre - ANOVA test. After the pre - ANOVA
test qualified then analysis of variance (ANOVA) test was done to determine
whether the observed factors have a significant effect on changes in the value of
GRF. The next test is the test of Student Newman Keults.
In the ANOVA test was done of all these factors the weight factor is only the
most influential factor to changes in the value of GRF. To determine the weight
gain factor of what phase the most influence on GRF value changes, it can be
seen that the greatest significance value of each phase and toe off phases was
obtained which has the greatest significance value followed loading response
phase later mid stance phase.
Keywords : ground reaction force, ANOVA, weight gain, stairs
xv + 104 pages, 31 pictures; 51 tables
references: 14 (1991-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH........................
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...............................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................
ABSTRACT...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
DAFTAR PERSAMAAN....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ I - 1
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................I - 2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................I - 2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... I - 3
1.5 Batasan Masalah............................................................................. I - 3
1.6 Asumsi Penelitian............................................................................I - 3
1.7 Sistematika Penulisan......................................................................I - 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gait Cycle Pada Naik Turun Tangga………...................................II - 1
2.2 GRF (Ground Reaction Force)………............................................II - 4
2.3 Force Platform…………..................................................................
2.3.1 Kontruksi Dasar Force Platform…………………………….
2.3.2 Sistem Mekanik Force Platform………………………………..
II - 5
II - 6
II - 6
2.4
2.5
2.6
Desain Tangga Pada Fasilitas Rumah, Gedung,Outdoor ………
Identifikasi Desain Tangga………………………………………
Bentuk Postur Tubuh pada Pengguna Tangga………………….
II - 8
II - 10
II – 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
2.7 Analisis Statistik……......................................................................
2.7.1 Pengujian ANOVA………………………………………….
2.7.2 Pengujian Student Newman Keuls………………………………
II – 15
II – 15
II – 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Identifikasi Masalah………………................................................. III - 4
3.2 Pengumpulan Data…………...........................................................
3.2.1 Identifikasi Tangga Secara Umum…………………………..
3.2.2 Pengambilan Data Anthropometri Biomekanika……………
3.2.3 Pengumpulan dan Pembuatan Tangga Eksperimen……….
3.2.4 Penentuan Waktu dan Tempat Penelitian……………………
3.2.5 Pengambilan Data Eksperimen……………………………...
3.2.6 Interpretasi Pengumpulan Data Ground Reaction Force……
III - 5
III - 5
III - 5
III - 6
III - 6
III - 7
III - 9
3.3
3.4
3.5
Pengolahan Data……………….......................................................
3.3.1 Pengujian ANOVA…………………………………………..
3.3.2 Pengujian Standar Newman Keuls……………………………...
Analisis dan Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
III - 9
III - 9
III -14
III -15
III -15
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data........................................................................
4.1.1 Langkah-Langkah Eksperimen………………………..….
4.1.2 Rancangan Tangga Pada Eksperimen Biomekanika ……...
4.1.3 Data Anthropometri Pada Responden……… …………….
4.1.4 Data Hasil Eksperimen Biomekanika……………. ………
IV - 1
IV - 1
IV - 2
IV - 4
IV - 6
4.2
Pengolahan Data…………………………………........................
4.2.1 Uji Sebelum ANOVA……………………………………..
4.2.1.1 Uji Normalitas……………………………………..
4.2.1.2 Uji Homogenitas…………………………………..
4.2.1.3 Uji Independensi…………………………………..
4.2.2 Uji ANOVA………………………………………………..
4.2.3 Uji Setelah ANOVA……………………………………….
4.2.3.1 Uji SNK Faktor Model Tangga (SSa)……………..
IV - 10
IV - 14
IV - 14
IV - 17
IV - 21
IV - 26
IV - 45
IV - 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
4.2.3.2 Uji SNK Faktor Pergerakan Jalan (SSb)…………..
4.2.3.3 Uji SNK Faktor Berat Badan (SSc)……………......
IV - 58
IV - 51
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Uji ANOVA....................................................................... V - 1
5.2 Analisis Uji Setelah ANOVA........................................................V - 4
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.......................................................................................VI - 1
6.2 Saran.................................................................................................VI - 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai
batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika
penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sebuah penelitian Badan Statistik Kanada menggambarkan perbandingan
cedera karena jatuh akibat kecelakaan kendaraan bermotor dengan cedera karena
jatuh pada tangga akibat faktor berat badan menunjukkan persamaan jumlah
korban yang meningkat. Ini bisa dilihat mulai dari berat badan normal yaitu 25-39
kg korban jatuh karena kecelakaan bermotor berjumlah 13 orang dan korban jatuh
pada naik turun tangga berjumlah 19 orang. Pada berat badan 40-59 kg korban
jatuh karena kecelakaan bermotor berjumlah 27 orang dan korban jatuh pada naik
turun tangga berjumlah 23 orang. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan
bertambahnya berat badan pada seseorang (Winter, 1995)
Tangga sering menjadi kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
oleh seseorang yang memiliki berat badan berlebih. Meskipun orang sehat
menaiki tangga dengan cukup mudah, tapi fungsi penggerak akan berkurang
keseimbangannya seiring dengan bertambahnya berat badan. Sendi lutut
merupakan anggota tubuh yang secara terus menerus mengalami tekanan dan
ketika naik tangga maka beban pada sendi lutut lebih kecil daripada turun tangga.
Saat naik tangga tekanan akan meningkat hingga 3 kali dan saat turun tangga
tekanan yang dialami sendi lutut mencapai 5 kali dari berat tubuh yang
disebabkan karena gaya grativasi. Itu sangat bermasalah bagi seseorang yang
memilik berat badan berlebih dan berpengaruh terhadap gerakan naik turun tangga
(Wibudi, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 2
Pengaruh kemiringan sudut tangga memiliki peran penting terhadap
keseimbangan tubuh ketika melakukan aktivitas naik dan turun tangga. Oleh
karena itu, diperlukan suatu analisis untuk memperbaiki keseimbangan tubuh
untuk mencegah terjadinya cidera. Kontrol keseimbangan tubuh sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Investigasi mengenai mekanisme keseimbangan dan
kontrol orientasi tubuh telah membangkitkan kepentingan profesional di beberapa
bidang, termasuk terapi fisik, pendidikan jasmani, teknik, fisika, kedokteran, dan
psikologi (Duarte, 2005). Contoh kontrol keseimbangan tubuh yaitu pengukuran
gaya reaksi tanah (ground reaction force) dan sudut segmen tubuh ketika
melakukan aktivitas naik dan turun tangga.
Dari penjelasan yang telah dijelaskan pada latar belakang dapat dilihat
bahwa faktor berat badan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam gerakan
naik turun tangga. Selain faktor berat badan ada juga faktor sudut kemiringan
tangga dan faktor gerakan naik turun tangga itu sendiri. Untuk lebih memperjelas
bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam gerakan naik turun tangga maka
dilakukan pengukuran GRF (ground reaction force). Pengukuran GRF (ground
reaction force) menggunakan alat pengukur gaya yang dinamakan force platform
(Hikmat, 2008). Hasil data yang dihasilkan force platform adalah dalam bentuk
grafik maupun angka kemudian diolah dan dilakukan analisis dengan metode
ANOVA.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh model tangga, kegiatan naik
dan turun tangga serta berat badan terhadap perubahan nilai GRF (ground
reaction force).
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh kemiringan model tangga terhadap perubahan nilai pada
ground reaction force.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 3
2. Mengetahui pengaruh gerakan naik turun tangga terhadap perubahan nilai pada
ground reaction force.
3. Mengetahui pengaruh berat badan terhadap perubahan nilai pada ground
reaction force.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui faktor apa yang paling
berpengaruh terhadap perubahan nilai ground reaction force (GRF).
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan dalam penelitian ini yaitu :
1. Eksperimen menggunakan tangga kayu yang dilengkapi dengan 3 anak tangga.
2. Sudut kemiringan tangga yang digunakan yaitu: sudut minimal sebesar 180,
yang diambil dari nilai minimal tangga pada fasilitas out door dengan kisaran
antara 180 sampai 27
0. Sudut normal sebesar 22
0, yang diambil dari nilai tengah
kisaran tangga pada fasilitas out door. Sudut maksimal sebesar 270, yang
diambil dari nilai minimal tangga pada fasilitas rumah tinggal dengan kisaran
antara 270 sampai 30
0.
3. Penelitian menggunakan data ground reaction force yang terjadi karena
loading dan unloading saat naik dan turun tangga.
4. Penelitian melibatkan responden yang diukur berdasarkan kategori Body Mass
Index.
1.6 ASUMSI PENELITIAN
Asumsi yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini, yaitu:
1. Kondisi fisik responden sehat dan tidak lelah saat penelitian mulai sampai
selesai.
2. Penempatan force platform pada suatu anak tangga tidak berpengaruh terhadap
nilai ground reaction force yang dihasilkan jika ditempatkan pada anak tangga
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 4
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang
diangkat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, penetapan asumsi-asumsi serta sistematika
penelitian.
BAB II STUDI PUSTAKA
Bab ini membahas tentang gambaran umum komponen-komponen objek
penelitian serta teori-teori yang digunakan sebagai dasar pendukung hasil
dari penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini membahas tentang teknik pengumpulan data, eksperimen
pengolahan data dengan menggunakan iji sebelum ANOVA, uji ANOVA,
dan uji setelah ANOVA.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
nilai ground reaction force (GRF).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan hasil eksperimen serta saran
perbaikan yang perlu dilakukan pada obyek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II
STUDI PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar penelitian
pada analisis penentuan ground reaction force dan center of pressure dengan
menggunakan force platform pada sikap postur dan kemiringan anak tangga yang
berbeda-beda.
2.1 Gait Cycle Pada Naik Turun Tangga
Siklus berjalan pada turun naik tangga sama dengan siklus berjalan pada
umumnya, perbedaanya terdapat kemiringan pada pijakan atau tumpuan kontak kaki
dengan tangga. Siklus berjalan pada turun naik tangga terdapat dua fase yang
berbeda, fase pertama adalah stance phase (fase berdiri), yaitu ketika kaki berada
diatas tanah. Fase kedua adalah swing phase (fase mengayun), yaitu digunakan untuk
periode ketika kaki tidak menyentuh tanah. Analogi siklus cara orang berjalan dapat
diibaratkan dengan gerak putar roda. Dengan menggambar siklus pola gerakan roda
tersebut, maka titik awal roda akan berputar berulan-ulang, langkah demi langkah.
Dalam persentase waktu siklus berjalan, 60% dilakukan pada periode berdiri (stance)
dan 40% pada periode berayun (swing) (Vaughan C.L., 1992). Persentase siklus pola
berjalan diperlihatkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Persentase fase siklus pola jalan
Sumber : Vaughan C.L., 1992
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
Periode stance dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Initial Contact
Initial contact merupakan koneksi awal dari cara fase berjalan dimana menjadi
periode pertama dari stance phase, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Gambar 2.2 Gerakan kaki pada fase initial contact Sumber : Whittle, 2006
2. Loading Respon
Selama fase loading respon, kaki melakukan kontak sepenuhnya dengan
landasan. Berat badan secara penuh dipindahkan kepada kaki kanan sedangkan kaki
lainnya berada pada fase preswing, seperti ditunjukkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Gerakan kaki pada fase loading respon Sumber : Whittle, 2006
3. Mid Stance
Pada fase loading respon dimulai sesaat sebelum meninggalkan landasan
sehingga kaki berada sejajar dengan kaki bawah bagian depan. Bersamaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
fase ini, terjadi perpindahan berat oleh kaki kanan sedangkan kaki kiri berada pada
fase mid-swing, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Gerakan kaki pada fase mid stance Sumber : Whittle, 2006
4. Heel Off
Fase heel off terjadi pada saat heel kaki kanan meninggi atau mulai
meninggalkan landasan dan dilanjutkan sampai dengan heel dari kaki kiri mengenai
landasan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gerakan kaki pada fase heel off Sumber : Whittle, 2006
5. Toe Off
Fase toe off dimulai dengan fase initial contact oleh kaki kiri dan kaki kanan
berada pada posisi meninggalkan landasan untuk melakukan periode mengayun,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
Gambar 2.6 Gerakan kaki pada fase toe off Sumber : Whittle, 2006
2.2 GRF (Ground Reaction Force)
Ground reaction force pada fase stance mempunyai pola seperti grafik pada
gambar 2.7. Grafik tersebut mempunyai 2 puncak yang dipisahkan oleh satu lembah.
Gambar 2.7 Grafik Ground Reaction Force
Sumber : Robert van Deursen, 2012
Pada gambar 2.7, F1 terjadi pada awal mid stance sebagai respon untuk penerimaan
berat tubuh selama loading respon. Saat F1, pusat massa tubuh menurun secara cepat
yang menimbulkan percepatan pada berat tubuh. Pada akhir mid stance,pusat massa
tubuh beralih kesatu kaki yang lain dalam posisi mengayun. Puncak kedua (F3), pada
akhir terminal stance, mengindikasikan pusat massa tubuh mengalami percepatan ke
F1 F2
F3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
bawah. Keadaan tersebut dapat dijelaskan secara matematis dengan 2 persamaan
dibawah ini:
F-W= m.a .................................................................... (2.1)
W= m.g .................................................................... (2.2)
F merupakan gaya reaksi tanah, W merupakan berat tubuh, m merupakan massa
dari subjek, g merupakan konstanta gravitasi, dan a merupakan percepatan vertikal.
Jika kedua persamaan tersebut digabungkan akan didapat persamaan
F= m(g+a) ............................................................. (2.3)
Karena m dan g bernilai tetap, gaya reksi tanah berubah sesuai perubahan
percepatan vertikal. Ketika a=0, gaya reaksi tanah sama dengan berat tubuh. Jika a>0,
gaya reaksi tanah akan meningkat, sebaliknya jika a<0, gaya reaksi tanah menjadi
lebih kecil dari berat tubuh.
2.3 Force Platform
Force platform memungkinkan mengukur total gaya vector dari berbagai
kegiatan selama pergerakan kontak antara kaki dan landasan tenpat perangkat ini
diposisikan.
Gambar 2.8 Model 3d desain force platform
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
2.3.1 Konstruksi dasar Force Platform
Force platform tersusun dari empat load cell, bagian atas terdapat plat yang
berfungsi sebagai top platform. Pada saat platform ditekan oleh injakan kaki, maka
load cell mengalami regangan dan terjadi perubahan nilai pada resistansinya. Sinyal
keluaran dari load cell sangat kecil sehingga perlu dikondisikan oleh operational
amplifier, selanjutnya dikonversi kerangkaian digital oleh rangkaian analog to digital
converter.
z
Gambar 2.9 Konstruksi dasar Force platform
Adanya konstruksi empat load cell, sebelum masuk rangkaian ADC perlu
sebuah Multiplexer sebagai saklar otomatis (scanner) untuk memilih sinyal masukan
dari keempat transduser. Sinyal digital ini ditransmisikan melalui wireless ke
seperangkat komputer, kemudian ditampilkan dalam layar LCD dalam bentuk angka
atau grafik dan disimpan ke dalam sistem database.
2.3.2 Sistem mekanik Force platform
Sistem mekanik pada force platform terdiri dari plat atas, plat bawah, plat
bawah dan load cell. Secara umum rancangan Force Platform berbentuk segiempat,
sederhana, portable, dan rangkaian elektronik ditempatkan pada bagian konstruksi
Force Platform. Load cell dipasang pada setiap sudut konstruksi rangka dengan
posisi orthogonal. Load cell yang digunakan pada Force platform ini yaitu load cell
Load Cell
Load Cell
Load Cell
Load Cell
Pengkondisian Sinyal
Pengkondisian Sinyal
Pengkondisian Sinyal
Pengkondisian Sinyal
Multiplexer Konversi ke digital Tranmitter
Receiver PC Komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
L6E dengan kapasitas 100 kg sebanyak 4 buah. Pada Force platform terdapat strain
gage yang terhubung dengan rangkaian jembatan wheatstone. Ketika voltase masuk,
timbul tegangan keluaran yang proposional atau sesuai dengan beban yang
ditimbulkan. Load cell yang digunakan memiliki rated output sebesar 2mV/V dan
excitation voltage sebesar 5 VDC, beban maksimum 100 kg, keluaran dari load cell
ini sebesar 10 mV (diperoleh dari perkalian antara rated output dengan excitation
voltage). Resistansi tegangan dari load cell ini terhitung sangat kecil (10 milivolt ),
sehingga dikeluarkan terlebih dahulu dengan rangkaian amplifier.
Ketika load cell ditekan, load cell mengalami perubahan panjang karena bagian
yang ditekan akan melengkung kebawah. Load cell L6E memiliki dimensi sebagai
berikut:
Lebar (b) =0.035 m
Tiggi (h) =0.04 m
l =0.117 m
Modulus elastistas dari bahan load cell, E=70 x 10� N/ m�
Momen inersia bidang kontak, I =12
. 3hb
=12
)04.0.(035.0 3mm
= 1,8667 x 10-7
m4
Jika mendapat tekanan sebesar 1000 N, maka defleksi maksimumnya dapat
dihitung sebagai berikut:
γ =lE
ip
.
. 3
=( )
4729
3
108667,1/1070
117,01000
mmN
mN−×⋅×
⋅
= 1.2257 x 10-7
m4
Jadi defleksi maksimum load cell jika diberi tekanan 1000 N sebesar
1.2257x10-7
m4 atau sama dengan 0,1257 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.4 Desain Tangga Pada Fasilitas Rumah, Gedung, Dan
Model tangga baik untuk fasilitas
karakteristik konstruksi berbeda. Perbedaan utama ter
kemiringan yang mempengaruhi bent
konstruksi tangga untuk fasilitas
1. Tangga pada fasilitas gedung.
Desain tangga pada fasilitas gedung
lurus. Tangga ini menerus dari bawah ke
terkadang ditengah terdapat
membutuhkan ruang tangga yang panjang dengan
horizontal. Desain pada fasilitas gedung yang
ini dibangun pada ketinggian tertentu dengan berbelok arah (atau seperti membentuk
huruf L) karena panjang tangga tidak memungkinkan untuk di
model I. Desain tangga fasilitas gedung yang terakhir adalah desain tangga U.
Desain tangga ini paling umum digunakan oleh gedung bertingkat tinggi yang
memiliki tingkatan lantai sampai di
hanya saja tangga model ini pada ketinggian tertentu tidak hanya berbelok arah tapi
berbalik arah dari arah datang
Gambar 2.10
2. Tangga pada fasilitas
Desain tangga fasilitas rumah tinggal yang pertama adalah tangga bercabang.
Desain ini 2 cabang pada ujung tangga dan berbentuk mirip huruf ‘Y’ dengan
sebagai pusat tangga. Model tangga seperti ini
jenis ini memakan ruang yang cukup luas bahkan sangat luas untuk menampilkan
II-8
Desain Tangga Pada Fasilitas Rumah, Gedung, Dan Outdoor
Model tangga baik untuk fasilitas indoor maupun outdoor
karakteristik konstruksi berbeda. Perbedaan utama terdapat pada letak dan ukuran
kemiringan yang mempengaruhi bentuk postur pengguna tangga. P
konstruksi tangga untuk fasilitas indoor maupun outdoor terdiri dari 3 macam, yaitu:
Tangga pada fasilitas gedung.
Desain tangga pada fasilitas gedung yang pertama adalah model I
. Tangga ini menerus dari bawah ke atas dalam satu arah tanpa berbelok dan
terkadang ditengah terdapat bordes sebagai area transisi atau istirahat. Tangga lurus
hkan ruang tangga yang panjang dengan tempat yang lebih banyak secara
. Desain pada fasilitas gedung yang kedua adalah desain tangga L.
ini dibangun pada ketinggian tertentu dengan berbelok arah (atau seperti membentuk
huruf L) karena panjang tangga tidak memungkinkan untuk dibuat lurus seperti
model I. Desain tangga fasilitas gedung yang terakhir adalah desain tangga U.
Desain tangga ini paling umum digunakan oleh gedung bertingkat tinggi yang
memiliki tingkatan lantai sampai di atas 10. Hampir sama dengan tangga model L,
ya saja tangga model ini pada ketinggian tertentu tidak hanya berbelok arah tapi
berbalik arah dari arah datang (Afridjal, 2010).
Gambar 2.10 Desain tangga fasilitas gedung Sumber: Afridjal, 2010
asilitas rumah tinggal.
Desain tangga fasilitas rumah tinggal yang pertama adalah tangga bercabang.
Desain ini 2 cabang pada ujung tangga dan berbentuk mirip huruf ‘Y’ dengan
sebagai pusat tangga. Model tangga seperti ini terdapat pada rumah
ruang yang cukup luas bahkan sangat luas untuk menampilkan
outdoor memiliki
pada letak dan ukuran
uk postur pengguna tangga. Perbedaan
terdiri dari 3 macam, yaitu:
model I atau tangga
atas dalam satu arah tanpa berbelok dan
sebagai area transisi atau istirahat. Tangga lurus
tempat yang lebih banyak secara
adalah desain tangga L. Tangga
ini dibangun pada ketinggian tertentu dengan berbelok arah (atau seperti membentuk
buat lurus seperti
model I. Desain tangga fasilitas gedung yang terakhir adalah desain tangga U.
Desain tangga ini paling umum digunakan oleh gedung bertingkat tinggi yang
atas 10. Hampir sama dengan tangga model L,
ya saja tangga model ini pada ketinggian tertentu tidak hanya berbelok arah tapi
Desain tangga fasilitas rumah tinggal yang pertama adalah tangga bercabang.
Desain ini 2 cabang pada ujung tangga dan berbentuk mirip huruf ‘Y’ dengan bordes
besar. Tangga
ruang yang cukup luas bahkan sangat luas untuk menampilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
kesan megah dan mewah dengan alur naik dari bawah kemudian pada area peralihan
atau bordes, arah tangga berikutnya bercabang ke kiri dan ke kanan. Desain pada
fasilitas rumah tinggal yang kedua adalah desain tangga melingkar. Jenis tangga ini
merupakan desain yang paling mewah dengan bentuknya artistik karena
kelengkungannya menciptakan keindahan ruang. Desain ini digunakan pada rumah
yang luas dan memiliki atap yang tinggi.
Desain tangga melingkar lebih cocok untuk model rumah tipe klasik meskipun
tidak menutup kemungkinan untuk yang diterapkan pada rumah minimalis. Desain
tangga pada fasilitas rumah tinggal yang terakhir adalah model tangga putar. Tangga
putar ini kadang ada yang menyebutnya tangga spiral dan desain tangga yang paling
hemat tempat karena hanya membutuhkan area tidak lebih dari 1,5mx1,5m. Desain
tangga jenis spiral digunakan sebagai tangga menuju loteng atau tempat jemuran dan
penempatannya terkadang berada di luar ruangan. Bahan material pembuat tangga ini
terbuat dari besi karena relatif mudah untuk dibuat melengkung atau spiral dengan
lebar rata-rata anak tangga horizontal adalah 60 cm sedangkan tinggi injakan anak
tangga biasanya lebih tinggi dari tangga lain yaitu rata-rata 25 cm (Afridjal, 2006).
Gambar 2.11 Desain tangga fasilitas rumah tinggal Sumber: Afridjal, 2006
3. Tangga pada fasilitas out door.
Konstruksi tangga yang digunakan untuk fasilitas out door adalah 270-28
0 dengan
luas tangga digunakan sebuah patokan yang mencakup seluruh dunia 60 cm (1orang),
80 cm (1-2 orang), dan 100 cm (2 orang). Sudut kemiringan tangga ini sangat kecil
karena penggunaan dan letak tangga ini tidak mempertimbangkan ruang sehingga
pengguna dengan mudah dan nyaman ketika menaiki dan menuruni tangga. Model
tangga pada fasilitas out door dapat dilihat pada gambar 2.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
Gambar 2.12 Model desain tangga fasilitas outdoor Sumber: Neufert, 1996
Tangga ini digunakan pada area rekreasi alam dan bangunan umum untuk lalu
lintas. Tangga dengan kemiringan rendah ini membuat postur bagian atas pengguna
tidak akan membungkuk ketika naik maupun turun karena kemiringan tangga rendah.
Sketsa postur pengguna tangga pada kemiringan tangga 270-28
0 memiliki anak tangga
yang tidak terlalu tinggi sehingga memudahkan pengguna tangga ketika menaiki dan
menuruni tangga.
2.5 Identifikasi Desain Tangga
Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak-undak menghubungkan satu
lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan
turun antara lantai tingkat (Bochari, 2009). Pada bagian identifikasi desain tangga ini
berisi tentang susunan dan bentuk tangga serta penentuan desain tangga, yaitu:
1. Susunan dan Bentuk Tangga.
Tangga memiliki bentuk yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Bentuk dasar tangga terdiri dari elemen utama, yaitu:
a. Pondasi tangga, digunakan sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak
mengalami penurunan, pergeseran.
b. Ibu tangga, merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang
berfungsi untuk mendukung anak tangga.
c. Anak tangga, berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, jaraknya dibuat sama
supaya ketika kaki melangkah menjadi nyaman.
d. Pagar tangga atau reilling tangga merupakan bagian dari struktur tangga sebagai
pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
e. Pegangan tangga atau balluster, merupakan batang yang di pasang sepanjang anak
tangga untuk bertumpunya tangan agar proses turun naik tangga menjadi aman.
f. Bordes, merupakan pelat datar diantara anak-anak tangga sebagai tempat
beristirahat sejenak.
Gambar 2.13 Struktur tangga Sumber: Bochari, 2009
2. Penentuan Desain Tangga.
Berdasarkan Standar Internasional, seperti tertuang pada buku The Handbook of
Building Type, Neufect Architect Data New International Edition, terdapat pula
beberapa hal yang akan menentukan desain tangga, yaitu:
a. Gradien.
Gradien merupakan tingkat ketegakan tangga yang dihitung berdasarkan
perbandingan antara sisi tegak/tinggi dibagi sisi mendatarnya dikalikan 100 dengan
satuannya adalah % (persen). Semakin besar persentase gradien semakin curam
tangga tersebut. Hal ini bisa didesain dengan menambah sisi tinggi ataupun
mengurangi sisi mendatarnya. Transformasi persentase gradien terhadap visual
ketegakan tangga seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Transformasi Persentasi Gradien
Gradien Kemiringan Visual Tangga
10%-36% 60-20
0 Lantai miring
36%-44% 200-24
0 Tangga landai
44%-100% 240-45
0 Tangga biasa
100%-370% 450-75
0 Tangga curam
>370% 750-90
0 Tangga naik vertikal
Sumber: Fa’izin, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
b. Densitas.
Densitas merupakan tingkat kepadatan pengguna ruang tangga dan juga
merupakan standar maksimal agar pengguna dapat bergerak bebas sesuai kecepatan
optimal alamiah yang dimiliki setiap orang. Standar densitas maksimal tangga adalah
0,3 orang/m2 atau 3,3 m
2/orang dan bila melebihi angka tersebut maka kecepatan
gerakan akan menurun (Fa’izin, 2009).
c. Bordes dan Jumlah Anak Tangga.
Jumlah anak tangga ideal bagi kenyamanan serta keamanan sebuah tangga
sekitar 12 – 14 anak tangga per segmen dan bila dalam satu segmen jumlah anak
tangga melebihi jumlah tersebut tanpa adanya jeda maka pemakai tangga dapat
merasakan kelelahan yang berlebihan dan bahkan dapat menimbulkan gangguan
kesehatan serta keselamatan. Secara internasional jumlah maksimal anak tangga juga
sebagai petunjuk akan adanya rest area bagi pengguna yang memiliki cacat mata/buta
dan dengan adanya jeda antar segmen ini dibuat bordes sebagai rest area.
Bordes bagi pengguna tangga dapat dimanfaatkan sebagai tempat istirahat
sejenak untuk mengendurkan otot saat naik/turun tangga. Bordes berupa bidang datar
yang luas sepanjang 120 cm dengan lebar sesuai lebar tangga. Bordes ini dapat
didesain sebagai tempat maneuver tangga, baik berbelok, berbalik arah, ataupun arah
lurus. Bordes harus didesain untuk membagi jumlah anak tangga sedemikian rupa
sehingga sama di setiap segmennya. Misalnya, segmen pertama terdiri dari 13 anak
tangga, maka segmen berikutnya harus berjumlah sama agar tercapai tingkat
kenyamanan dan keamanan maksimal (Fa’izin, 2009).
2.6 Bentuk Postur Tubuh Pada Pengguna Tangga
Secara alami ketika melakukan aktivitas naik turun tangga tentunya bentuk
postur tubuh berubah menyesuaikan kondisi bentuk fisik tangga. Terdapat 3 aspek
yang mempengaruhi bentuk postur tubuh saat naik turun tangga, yaitu:
1. Bentuk postur terhadap sudut ayunan kaki.
Fase pada saat naik turun tangga sama halnya dengan fase berjalan, perbedanya
bentuk postur tubuh pengguna tangga cenderung membungkuk pada saat naik
maupun turun tangga karena momen fleksi yang dihasilkan lebih besar daripada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
berjalan. Gerakan naik turun tangga terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase ketika kaki
menyentuh tanah (stance) dan fase ketika kaki mengayun (swing).
Gambar 2.14 Bentuk postur terhadap ayunan kaki Sumber: Alison dkk., 2010
Bentuk postur tubuh menyesuaikan ayunan kaki ketika melakukan naik turun
tangga. Postur tubuh berubah sesuai sudut yang dibentuk oleh hip, knee dan ankle.
Fase saat berjalan pada naik turun tangga terdiri dari 5 fase (Vaughan, 1992), yaitu:
a. Heel strike, fase awal dimana salah satu kaki mulai menginjak anak tangga kedua
sehingga anak tangga menerima beban (weight acceptance). Pada fase ini terjadi
gerakan fleksi pada sudut hip, knee dan ankle
b. Loading Response, fase ini merupakan fase dimana kaki pada anak tangga pertama
memberikan dorongan (pull up). Pada fase ini terus terjadi gerakan fleksi sehingga
postur tubuh cenderung membungkuk untuk mengimbangi sudut pada knee yang
mengecil akibat dorongan dari ankle kaki pada anak tangga pertama
c. Mid stance, fase dimana salah satu kaki menginjak pada anak tangga kedua,
sedangkan kaki lainnya mengayun menuju anak tangga ketiga (forward
continuance). Terjadi gerakan ekstensi pada paha untuk mempertahankan tubuh
hingga postur kembali tegak.
d. Heel off, merupakan fase dimana kaki yang semula menginjak anak tangga kedua
menuju anak tangga selanjutnya (foot clearance). Terjadi gerakan fleksi pada
sudut hip, knee dan ankle dikedua kaki
e. Toe Off, merupakan fase akhir dari gerakan naik tangga dimana kaki dari anak
tangga kedua berpindah ke anak tangga ketiga (foot placement).Terjadi gerakan
ekstensi sehingga posisi postur tubuh perlahan kembali ke keadaan semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
Pada proses gerakan turun tangga, fase yang terbentuk sama halnya dengan fase
ketika naik tangga. Perbedaannya terletak pada fase loading response. Pada fase naik,
loading response terjadi karena terdapat beban pada ankle bagian bawah saat berada
pada anak tangga kedua. Sedangkan pada fase turun, loading response terjadi karena
terdapat beban pada ankle bagian atas saat berada pada anak tangga kedua.
2. Bentuk Postur Terhadap Posisi Paha/pinggul Sebagai Penyeimbang
Aktivitas naik turun tangga menghasilkan kekuatan internal yang timbul ketika
melakukan gerakan antagonis dari kekuatan eksternal yang bekerja sepanjang
pergerakan (ground reaction force). Naik turun tangga membutuhkan kontraksi otot
lebih besar untuk mengendalikan penurunan tubuh daripada berjalan pada umumnya
(Alison dkk., 2010). Lutut dan pergelangan kaki banyak melakukan aktivitas selama
fase naik dan turun tangga, sementara itu paha berfungsi untuk mengontrol gerakan
lateral trunk, dan pelvis (Alison dkk., 2010). Momen fleksi pada paha adalah arah
antagonis pada saat ekstensi untuk mengontrol kesetimbangan trunk, dan pelvis
sehingga bentuk postur tetap tegak.
3. Bentuk Postur Terhadap Engkel Sebagai Pendorong.
Pergelangan kaki pada saat plantar fleksor memberikan kontribusi utama ketika
melakukan aktivitas naik tangga karena selain befungsi mempertahankan posisi tubuh
tegak, juga memberikan dorongan ke tahap anak tangga selanjutnya.
Gambar 2.15 Gerakan engkel saat naik turun tangga Sumber: Alison dkk., 2010
Gambar 2.15 menunjukkan bahwa aktivitas pergelangan kaki pada saat plantar
fleksor memiliki kontribusi utama sebagai pendorong pada saat naik tangga. Semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
besar sudut yang dibentuk pergelangan kaki, maka semakin besar sudut yang
dibentuk oleh lutut sedangkan sudut yang dibentuk pinggul kecil.
2.7 Analisis Statistik
2.7.1 Pengujian ANOVA
Apabila menggunakan analisis variansi sebagai alat analisa data eksperimen,
maka seharusnya sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi-asumsi
ANOVA berupa uji normalitas, homogenitas variansi, dan independensi, terhadap
data hasil eksperimen.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan cara membuat gambar normal
plot probability dan gambar histogram dari data residual. Cara ini merupakan cara
yang paling sederhana dan mudah. Data dinyatakan normal apabila hasil dari gambar
normal plot probability menunjukkan data residual membentuk garis lurus atau
mendekati lurus. Sedangkan dengan hasil histogram ditunjukkan dengan adanya
gambar residual yang membentuk lonceng. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
lilliefors jika data tiap perlakuannya tidak terlalu kecil dari jumlah minimum statistik
yang diperbolehkan yaitu sebanyak 30 sampel
Pemilihan uji lilliefors sebagai alat uji normalitas didasarkan oleh:
a. Uji lilliefors adalah uji kolmogorov-smirnov yang telah dimodifikasi dan secara
khusus berguna untuk melakukan uji normalitas bilamana mean dan variansi tidak
diketahui, tetapi merupakan estimasi dari data (sampel). Uji kolmogorov-smirnov
masih bersifat umum karena berguna untuk membandingkan fungsi distribusi
kumulatif data observasi dari sebuah variabel dengan sebuah distribusi teoritis,
yang mungkin bersifat normal, seragam, poisson, atau exponential.
b. Uji lilliefors sangat tepat digunakan untuk data kontinu dan data tidak disusun
dalam bentuk interval (bentuk frekuensi). Apabila data tidak bersifat seperti di atas
maka uji yang tepat untuk digunakan adalah khi-kuadrat.
Langkah-langkah perhitungan uji lilliefors adalah sebagai berikut :
a. Urutkan data dari yang terkecil sampai terbesar.
b. Hitung rata-rata (x bar) dan standar deviasi (s) data tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
n
x
x
n
i
i
=∑=1 .......................................................................................... (2.4)
( )
1
2
2
−
−=
∑∑n
n
XX
s ................................................................................ (2.5)
c. Transformasikan data tersebut menjadi nilai baku (z)
........................................................................................ (2.6)
dimana xi = nilai pengamatan ke-i
= rata-rata
= standar deviasi
d. Dari nilai baku (z), tentukan nilai probabilitasnya P(z) berdasarkan sebaran normal baku,
sebagai probabilitas pengamatan. Gunakan tabel standar luas wilayah di bawah kurva
normal, atau dengan bantuan Ms. Excel dengan function NORMSDIST.
e. Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan cara sebagai berikut :
................................................................................................. (2.7)
f. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(z) dan P(x) yaitu maks | P(z) -
P(x)| , sebagai nilai L hitung.
g. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(xi-1
) dan P(z) yaitu maks | P(xi-1
)
- P( ) | maks | P(xi-1
) - P( ) |
Tahap berikutnya adalah menganalisis apakah data observasi dalam beberapa
kali replikasi berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah :
H 0: data observasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data observasi berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf nyata yang dipilih α = 0.05, dengan wilayah kritik Lhitung
> Lα(n).
Apabila
nilai Lhitung
< Ltabel
, maka terima H0
dan simpulkan bahwa data observasi berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
2. Uji homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tiap faktor
yang dieksperimenkan bersifat homogen atau tidak. Prosedur pengukuran uji
homogenitas dapat dilakukan dengan cara membuat plot data residual tiap faktor
yang dieksperimenkan. Dari plot data residual tersebut dapat dilihat apakah data
residual antara satu dengan yang lain dalam suatu faktor tiap levelnya memiliki jarak
yang jauh atau tidak. Data dinyatakan homogen apabila data residual antara satu
dengan yang lain dalam suatu faktor tiap levelnya memiliki jarak yang tidak jauh.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan uji lavene, uji ini dilakukan dengan
menggunakan analisis ragam terhadap selisih absolut dari setiap nilai pengamatan
dalam sampel dengan rata-rata sampel yang bersangkutan.
Prosedur uji homogenitas levene adalah sebagai berikut :
a. Kelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji.
b. Hitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratanya pada tiap level.
c. Hitung nilai-nilai berikut ini :
� Faktor Koreksi (FK) = ( )
n
x2∑
Dimana x i = data hasil pengamatan
i = 1, 2, …, n ( n banyaknya data)
� SS faktor = ( )
∑k
xi
2
Dimana k = banyaknya data pada tiap level
� SS total = ( ) FKyi
−∑ 2
Dimana yi = selisih absolut data hasil pengamatan dengan rata-ratanya untuk tiap
level
SSeror = SStotal – Ssfaktor .............................................................. (2.11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
Nilai-nilai hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam sebuah daftar
analisis ragam sebagaimana Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Skema umum daftar analisis ragam homogenitas
Sumber
Keberagaman
Df SS MS F
Faktor F SS(Faktor) SS(Faktor) / Df MSfaktor / MSeror
Error n-1-f SSe SSe / Df
Total n-1 SStotal
Sumber : Douglas, 1991
d. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0
: σ1
2
= σ2
2
H 1: Ragam seluruh level faktor tidak semuanya sama
e. Taraf nyata yang dipilih adalah α = 0.05
Wilayah kritik : F > Fα(v1 ; v2)
3. Uji independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini diragukan
maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus urutan
pengambilan observasinya. Hasil plot tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya
pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti ada korelasi antar residual atau error
tidak independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen
tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak). Selain itu juga bias dilakukan uji
Durbin-Watson untuk mengetahui apakah data bersifat acak atau tidak.
Langkah-langkah perhitungan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai residual (ei)
b. Hitung nilai Durbin-Watson (d) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
( )
∑
∑ −−=
n
i
n
i
ii
e
ee
d2
2
1
.................................................................................(2.12)
c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu, dapatkan nilai kritis dL dan d
U (lihat tabel statistik d dari Durbin-
Watson).
d. Selanjutnya dilakukan analisis apakah data bersifat acak atau tidak.
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi positif,
maka jika
d < dL : menolak H
0
d > dU : tidak menolak H
0
dL ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi negatif,
maka jika
d > 4-dL : menolak H
0
d < 4-dU : tidak menolak H
0
4- dU ≤ d ≤ 4-d
L : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah dua ujung, bahwa tidak ada serial autokorelasi
baik positif maupun negatif, maka jika
d < dL : menolak H
0
d > 4- dL : menolak H
0
dU < d < 4- d
U : tidak menolak H
0
4- dU ≤ d ≤ 4- d
L atau d
L ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
2.7.2 Pengujian Student Newman Keuls
Pengujian ANOVA hanya memberikan keputusan mengenai berpengaruh atau
tidaknya suatu faktor terhadap variabel respon. Langkah selanjutnya setelah
pengujian ANOVA adalah membandingkan hasil eksperimen antar treatment untuk
melihat level mana yang memberikan sumbangan paling baik pada variabel respon.
Salah satu pengujian setelah ANOVA untuk membandingkan beberapa level dengan
data yang seimbang adalah pengujian Student Newman Keuls. Langkah-langkah
pengujian Student Newman Keuls menurut Douglas (1991) adalah sebagai berikut:
1. Urutkan nilai rata-rata setiap level dari yang terkecil hingga terbesar.
2. Lihat Tabel ANOVA untuk menentukan nilai MSerror
dan df.
3. Hitung standar error untuk mean dengan rumus
4. Lihat tabel studentized range table untuk melihat range signifikan pada nilai α
yang diinginkan, gunakan n 2yaitu nilai df
error dan ambil nilai p = 2, 3, …, k dan
daftar nilai range signifikan untuk k – 1.
5. Hitung LSR (Least Sisgnificance Range) dengan rumus LSR = SY.j
* range
signifikan.
6. Bandingkan range observasi antar mean, dimulai dengan membandingkan yang
paling besar dengan yang paling kecil, dilanjutkan dengan membandingkan mean
yang paling besar dengan yang paling kecil kedua dan seterusnya.
7. Bandingkan selisih mean dengan nilai LSR, jika selisih mean > LSR maka mean
berbeda secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian, yaitu tahapan-
tahapan dalam proses penelitian. Metodologi penelitian ini digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan penelitian, agar hasil yang dicapai tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
Pengambilan data
Ground Reaction Force
A
Pengumpulan data
Ground Reaction Force
Data primer
Penentuan waktu dan
tempat penelitian
Pengumpulan dan
perancangan tangga
eksperimen
Identifikasi tangga secara
umum
B
Gambar 3.2 Metodologi Penelitian ( lanjutan )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
Gambar 3.3 Metodologi Penelitian ( lanjutan )
Pada Gambar 3.1 ditunjukkan langkah-langkah penelitian mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai ground reaction force (GRF)
pada orang normal dalam keadaan berjalan di atas anak tangga dengan tingkat
kemiringan yang berbeda-beda.
Pengolahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
3.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Pendahuluan merupakan awal dalam penelitian. Pada tahap ini terdiri dari
latar belakang, perumusan masalah, menentukan tujuan dan manfaat, studi
pustaka, dan studi lapangan, yang diuraikan, sebagai berikut:
1. Latar belakang,
Manusia bergerak di atas tanah dengan berbagai gerakan seperti berjalan,
berlari, atau berdiri menciptakan tantangan utama bagi sistem kontrol
keseimbangan tubuh. Akan tetapi dengan berat manusia yang semakin
bertambah sangat penting bagi kita dalam menjaga kestabilan gerakan berjalan.
Cedera yang disebabkan jatuh dengan berat badan berlebih merupakan salah
satu faktor utama yang dihadapai oleh manusia.
Tangga sering menjadi kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
oleh seseorang yang memiliki berat badan berlebih. Meskipun orang sehat
menaiki tangga dengan cukup mudah, tapi fungsi penggerak akan berkurang
keseimbangannya seiring dengan bertambahnya berat badan. Sendi lutut
merupakan anggota tubuh yang secara terus menerus mengalami tekanan.
Ketika naik tangga maka beban pada sendi lutut lebih kecil daripada turun
tangga. Saat naik tangga tekanan akan meningkat hingga 3 kali dan saat turun
tangga tekanan yang dialami sendi lutut mencapai 5 kali dari berat tubuh yang
disebabkan karena gaya grativasi. Itu sanagt bermasalah bagi seseorang yang
memilik berat badan berlebih.
2. Perumusan masalah,
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah memberi usulan perbaikan
model tangga agar proses aktivitas naik dan turun tangga menjadi aman dan
nyaman.
3. Penentuan tujuan dan manfaat penelitian,
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Mengetahui pengaruh kemiringan model tangga terhadap perubahan nilai
pada ground reaction force.
b. Mengetahui pengaruh gerakan naik turun tangga terhadap perubahan nilai
pada ground reaction force.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
c. Mengetahui pengaruh berat badan terhadap perubahan nilai pada ground
reaction force.
4. Studi lapangan,
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti memahami kinerja alat pengukur gaya
(force platform) yang memiliki kemampuan mentranfer data ke media
penyimpanan tanpa kabel (melalui gelombang frekuensi radio) dan alat
pengukur sudut (goniometer) yang memiliki kemampuan yang sama, semua
studi lapangan dilakukan di laboratorium Perencanaan dan Perancangan
Produksi, Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret.
5. Studi literatur,
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan studi literatur berupa
pengkajian ground reaction force, konsep mekanisme gerakan saat naik turun
tangga dan lain-lain melalui jurnal-jurnal internasional, tugas akhir angkatan
atas dan artikel-artikel yang mendukung kajian. Setelah itu dilakukan
pengkajian metode yang mendukung teknik pengolahan data yang didapat dari
referensi sumber-sumber buku teknik industri beserta artikel-artikel ilmiah
lainnya.
3.2 PENGUMPULAN DATA
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data dari kegiatan eksperimen
yang melibatkan aktivitas responden yang melakukan gerakan naik turun tangga.
Proses pengumpulan data ini akan diuraikan sebagai berukut:
3.2.1 Identifikasi Tangga Secara Umum
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data referensi mengenai tipe-tipe
tangga secara umum. Tangga secara umum dibagi menjadi 3 macam yaitu tangga
pada fasilitas gedung, tangga pada rumah tinggal dan tangga pada fasilitas
outdoor. Informasi yang diambil dari tipe tangga secara umum adalah tingkat
kemiringan tangga (Afridjal, 2010). Data tersebut dikumpulkan sebagai acuan
dalam perancangan tangga yang akan digunakan sebagai eksperimen biomekanika.
3.2.2 Pengambilan Data Anthropometri Eksperimen Biomekanika
Pengambilan data antropometri masing-masing responden dilakukan secara
insidental. Responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini sejumlah
12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan. Responden berasal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
mahasiswa dengan latar belakang yang sama sehingga memiliki bentuk postur
biasa yang relatif sama.
3.2.3 Pengumpulan dan Pembuatan Tangga Eksperimen
Pada tahap ini dilakukan proses desain dan pembuatan tangga eksperimen.
Proses desain awal menggunakan software solidwork 2011, sedangkan
pembuatannya menggunakan bahan kayu multiplex. Desain ini merupakan tahap
lanjutan dari tahap kajian mengenai rancangan tangga secara umum yang telah
dipilih menjadi acuan dalam pembuatan tangga eksperimen.
Proses pemilihan referensi tangga secara umum sebagai acuan dasar pembuatan
tangga eksperimen, sebagai berikut:
Gambar 3.4 Proses Pemilihan Referensi Tangga Konvensional
Pemilihan kemiringan tangga sebagai acuan perancangan tangga eksperimen
memiliki kemiringan 18,440
≈ 180 ( tangga model 1), 22,89
0 ≈ 22
0 (tangga model
2) dan 27,070 ≈ 27
0 ( tangga model 3 ), sedangkan lebar bordes dan lebar pijakan
diukur menyesuaikan anthropometri responden.
3.2.4 Penentuan Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari sabtu tanggal 11 Februari 2012 di
Laboratorium Sistem Produksi, Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
3.2.5 Pengambilan Data Eksperimen
Data Ground Reaction Force diambil dari 6 subjek laki laki dan 6 subjek
perempuan. Pada saat eksperimen kondisi fisik responden dalam keadaan sehat.
Pengambilan data dilakukan dengan 2 tahap, tahap pertama adalah pengambilan
data GRF (Ground Reaction Force) dengan menggunakan force platform, tahap
kedua adalah pengambilan sudut dengan menggunakan goniometer. Skema
penyajian sistem kerja dalam eksperimen pengujian biomekanika pada subjek
yang berjalan naik dan turun tangga disajikan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Skema sistem kerja eksperimen biomekanika
Eksperimen biomekanika dilakukan secara digital menggunakan force
platform dan goniometer. Force platform berfungsi sebagai alat pencatat ground
reaction force yang diletakkan pada anak tangga kedua, sedangkan goniometer
berfungsi sebagai alat pencatat sudut pada saat naik dan turun tangga yang
dilengkapi dengan marker set pada sudut hip, knee dan ankle. Keterangan dari
gambar 3.5, sebagai berikut:
A : Receiver gelombang radio frekuensi dari pemancar gelombang goniometer.
B : Receiver gelombang radio frekuensi dari pemancar gelombang force platform.
C : Laptop sebagai media penyimpanan data goniometer dan ground reaction
force.
D : Force platform dengan alat pemancar gelombang frekuensi radio.
E : Tangga eksperimen biomekanika.
F : Pemancar gelombang dari data goniometer.
G : Goniometer dengan beberapa marker set
H
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
H : Video kamera.
Proses pengambilan data ground reaction force dan data sudut segmen
tubuh dilakukan secara urut, sehingga data yang diperoleh selama eksperimen
akurat dan terintegrasi.
Pengambilan data ground reaction force dan data sudut segmen tubuh
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sebelum eksperimen. Pada tahap
pengambilan data ground reaction force, prosedur eksperimen biomekanika yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Force platform diletakkan pada anak tangga kedua.
2. Subjek (responden) melakukan gerakan naik tangga dengan cara ketika salah
satu kaki subjek berada pada anak tangga pertama, maka kaki lainnya berada
pada anak tangga selanjutnya (tidak bersamaan dalam satu anak tangga).
3. Saat subjek berada pada anak tangga ke-3, subjek berhenti sejenak selama 5
detik dengan kedua kaki bersama-sama pada anak tangga ke-3.
4. Kemudian subjek membalikkan badan untuk melakukan gerakan turun tangga
dengan fase berjalan sama seperti fase naik.
5. Data GRF yang keluar dari force platform terekam langsung di media
penyimpanan (laptop).
6. Semua subjek melakukan gerakan naik dan turun tangga pada kemiringan
tangga tertentu dengan 3 kali pengulangan.
7. Setiap jeda pengulangan, responden diharuskan istirahat 1 menit agar tidak
kelelahan.
8. Sebelum subjek berpindah ke tangga selanjutnya (kemiringan berbeda),
subjek diharuskan istirahat selama 3 menit untuk melakukan aktivitas yang
sama seperti pada tangga sebelumnya.
9. Kegiatan tersebut dilakukan dengan 3 model tangga yang tersedia.
Pada tahap pengambilan data sudut, setiap subjek melakukan sekali gerakan
naik dan turun tangga (tanpa ada pengulangan). Sudut segmen tubuh yang
terekam goniometer dimulai dari titik 0-3600. Prosedur eksperimen biomekanika
pada tahap pengambilan data segmen tubuh, sebagai berikut:
1. Goniometer dan marker set dipasang pada ankle, hip dan knee responden
yang akan melakukan percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-9
2. Subjek (responden) melakukan gerakan naik tangga dengan cara ketika salah
satu kaki subjek berada pada anak tangga pertama, maka kaki lainnya berada
pada anak tangga selanjutnya (tidak bersamaan dalam satu anak tangga).
3. Saat subjek berada pada anak tangga ke-3, subjek langsung membalikkan
badan tanpa istirahat untuk melakukan gerakan turun tangga dengan fase
berjalan sama seperti fase naik.
4. Data segmen tubuh yang keluar dari goniometer tersimpan langsung pada
laptop.
5. Selanjutnya subjek berpindah ke tangga lainnya(kemiringan berbeda) dengan
melakukan aktivitas yang sama seperti pada tangga sebelumnya.
Setiap pergerakan subjek ketika naik dan turun tangga direkam oleh sebuah video
kamera untuk analisa fase gerakan.
3.2.6 Interpretasi Pengumpulan Data Ground Reaction Force
Output dari force platform berupa data ground reaction force. Ground
reaction force merupakan gaya yang dihasilkan dari akumulasi gaya yang
diterima oleh masing-masing load cell pada force platform. Pada penelitian ini,
data diperoleh dari 12 responden laki-laki dan perempuan saat melakukan
aktivitas naik maupun turun tangga.
Interpretasi data ground reaction force yang dilakukan yaitu menafsirkan
grafik ground reaction force saat naik maupun turun tangga sekaligus faktor-
faktor yang terlibat dari aktivitas gerakan tersebut seperti model tangga, gerakan
naik-tangga, dan berat badan. Beberapa aktivitas gerakan bawah kaki ketika naik
dan turun tangga membentuk 3 fase peak to peak yaitu fase loading response, fase
mid stance dan fase push off yang mengakibatkan terbentuknya 2 puncak dan 1
lembah pada grafik ground reaction force. Fase-fase ini digunakan sebagai input
dalam pengolahan data ground reaction force.
3.3 PENGOLAHAN DATA
3.3.1 Pengujian ANOVA
Apabila menggunakan analisis variansi sebagai alat analisa data eksperimen,
maka seharusnya sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi-
asumsi ANOVA berupa uji normalitas, homogenitas variansi, dan independensi,
terhadap data hasil eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-10
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan cara membuat gambar normal
plot probability dan gambar histogram dari data residual. Cara ini merupakan cara
yang paling sederhana dan mudah. Data dinyatakan normal apabila hasil dari
gambar normal plot probability menunjukkan data residual membentuk garis
lurus atau mendekati lurus. Sedangkan dengan hasil histogram ditunjukkan
dengan adanya gambar residual yang membentuk lonceng. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan uji lilliefors jika data tiap perlakuannya tidak terlalu kecil dari
jumlah minimum statistik yang diperbolehkan yaitu sebanyak 30 sampel
Pemilihan uji lilliefors sebagai alat uji normalitas didasarkan oleh:
a. Uji lilliefors adalah uji kolmogorov-smirnov yang telah dimodifikasi dan secara
khusus berguna untuk melakukan uji normalitas bilamana mean dan variansi
tidak diketahui, tetapi merupakan estimasi dari data (sampel). Uji kolmogorov-
smirnov masih bersifat umum karena berguna untuk membandingkan fungsi
distribusi kumulatif data observasi dari sebuah variabel dengan sebuah
distribusi teoritis, yang mungkin bersifat normal, seragam, poisson, atau
exponential.
b. Uji lilliefors sangat tepat digunakan untuk data kontinu dan data tidak disusun
dalam bentuk interval (bentuk frekuensi). Apabila data tidak bersifat seperti di
atas maka uji yang tepat untuk digunakan adalah khi-kuadrat. (Douglas, 1991).
Langkah-langkah perhitungan uji lilliefors adalah sebagai berikut :
a. Urutkan data dari yang terkecil sampai terbesar.
b. Hitung rata-rata (x bar) dan standar deviasi (s) data tersebut.
n
x
x
n
i
i
=∑=1 ....................................................................................... (3.1)
( )
1
2
2
−
−=
∑∑n
n
XX
s ....................................................................... (3.2)
c. Transformasikan data tersebut menjadi nilai baku (z)
...................................................................................... (3.3)
dimana xi = nilai pengamatan ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-11
= rata-rata
= standar deviasi
d. Dari nilai baku (z), tentukan nilai probabilitasnya P(z) berdasarkan sebaran
normal baku, sebagai probabilitas pengamatan. Gunakan tabel standar luas
wilayah di bawah kurva normal, atau dengan bantuan Ms. Excel dengan
function NORMSDIST.
e. Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan cara sebagai
berikut :
...................................................................................... (3.4)
f. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(z) dan P(x) yaitu maks | P(z) -
P(x)| , sebagai nilai L hitung.
g. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(xi-1
) dan P(z) yaitu maks |
P(xi-1
) - P( ) | maks | P(xi-1
) - P( ) |
Tahap berikutnya adalah menganalisis apakah data observasi dalam
beberapa kali replikasi berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah :
H 0: data observasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data observasi berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf nyata yang dipilih α = 0.05, dengan wilayah kritik Lhitung
> Lα(n).
Apabila nilai Lhitung
< Ltabel
, maka terima H0
dan simpulkan bahwa data observasi
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tiap faktor
yang dieksperimenkan bersifat homogen atau tidak. Prosedur pengukuran uji
homogenitas dapat dilakukan dengan cara membuat plot data residual tiap faktor
yang dieksperimenkan. Dari plot data residual tersebut dapat dilihat apakah data
residual antara satu dengan yang lain dalam suatu faktor tiap levelnya memiliki
jarak yang jauh atau tidak. Data dinyatakan homogen apabila data residual antara
satu dengan yang lain dalam suatu faktor tiap levelnya memiliki jarak yang tidak
jauh. Selain itu juga dapat dilakukan dengan uji lavene, uji ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-12
menggunakan analisis ragam terhadap selisih absolut dari setiap nilai pengamatan
dalam sampel dengan rata-rata sampel yang bersangkutan.
Prosedur uji homogenitas levene adalah sebagai berikut :
a. Kelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji.
b. Hitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratanya pada tiap level.
c. Hitung nilai-nilai berikut ini :
Faktor Koreksi (FK)= ( )
n
x2∑ ................................................................. (3.5)
Dimana x i = data hasil pengamatan
i = 1, 2, …, n ( n banyaknya data)
SS faktor = ( )
∑k
xi
2
............................................................................ (3.6)
Dimana k = banyaknya data pada tiap level
SS total = ( ) FKyi
−∑ 2 .......................................................................... (3.7)
Dimana yi = selisih absolut data hasil pengamatan dengan rata-ratanya untuk
tiap level
SSeror = SStotal – Ssfaktor .................................................................... (3.8)
Nilai-nilai hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam sebuah daftar
analisis ragam sebagaimana Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Skema umum daftar analisis ragam homogenitas
Sumber Keberagaman Df SS MS F
Faktor F SS(Faktor) SS(Faktor) / Df MSfaktor / MSeror
Error n-1-f SSe SSe / Df
Total n-1 SStotal
Sumber : Douglas, 1991
d. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0
: σ1
2
= σ2
2
H 1: Ragam seluruh level faktor tidak semuanya sama
e. Taraf nyata yang dipilih adalah α = 0.05
Wilayah kritik : F > Fα(v1 ; v2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-13
3. Uji independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini diragukan
maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus urutan
pengambilan observasinya. Hasil plot tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya
pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti ada korelasi antar residual atau error
tidak independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan
eksperimen tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak). Selain itu juga bias
dilakukan uji Durbin-Watson untuk mengetahui apakah data bersifat acak atau
tidak.
Langkah-langkah perhitungan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai residual (ei)
b. Hitung nilai Durbin-Watson (d) sebagai berikut:
( )
∑
∑ −−=
n
i
n
i
ii
e
ee
d2
2
1
.............................................................................. (3.9)
c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu, dapatkan nilai kritis dL dan d
U (lihat tabel statistik d dari Durbin-
Watson).
d. Selanjutnya dilakukan analisis apakah data bersifat acak atau tidak.
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi positif,
maka jika
d < dL : menolak H
0
d > dU : tidak menolak H
0
dL ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi negatif,
maka jika
d > 4-dL : menolak H
0
d < 4-dU : tidak menolak H
0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-14
4- dU ≤ d ≤ 4-d
L : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah dua ujung, bahwa tidak ada serial
autokorelasi baik positif maupun negatif, maka jika
d < dL : menolak H
0
d > 4- dL : menolak H
0
dU < d < 4- d
U : tidak menolak H
0
4- dU ≤ d ≤ 4- d
L atau d
L ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan.
3.3.2 Pengujian Student Newman Keuls
Pengujian ANOVA hanya memberikan keputusan mengenai berpengaruh
atau tidaknya suatu faktor terhadap variabel respon. Langkah selanjutnya setelah
pengujian ANOVA adalah membandingkan hasil eksperimen antar treatment
untuk melihat level mana yang memberikan sumbangan paling baik pada variabel
respon. Salah satu pengujian setelah ANOVA untuk membandingkan beberapa el
dengan data yang seimbang adalah pengujian Student Newman Keuls. kah-
langkah pengujian Student Newman Keuls menurut Douglas (1991) adalah
sebagai berikut:
1. Urutkan nilai rata-rata setiap level dari yang terkecil hingga terbesar.
2. Lihat Tabel ANOVA untuk menentukan nilai MSerror
dan df.
3. Hitung standar error untuk mean dengan rumus
..................................................... (3.10)
4. Lihat tabel studentized range table untuk melihat range signifikan pada nilai α
yang diinginkan, gunakan n 2yaitu nilai df
error dan ambil nilai p = 2, 3, …, k dan
daftar nilai range signifikan untuk k – 1.
5. Hitung LSR (Least Sisgnificance Range) dengan rumus LSR = SY.j
* range
signifikan.
6. Bandingkan range observasi antar mean, dimulai dengan membandingkan yang
paling besar dengan yang paling kecil, dilanjutkan dengan membandingkan
mean yang paling besar dengan yang paling kecil kedua dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-15
7. Bandingkan selisih mean dengan nilai LSR, jika selisih mean > LSR maka
mean berbeda secara signifikan.
3.4 Analisis dan Interpretasi Hasil
Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data.
Analisis dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai ground reaction force yang
optimal beserta aspek keseimbangan lainnya sehingga dapat diketahui dampak
positif dari perbaikan perancangan kemiringan tangga.
3.5 Kesimpulan dan Saran
Merupakan tahap terakhir dari penelitian yang berisi kesimpulan secara
keseluruhan dari analisis optimalisasi biomekanika sehingga tercapainya tujuan
dan manfaat dari penelitian yaitu kenyamanan saat berjalan naik turun tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
4.2 PENGOLAHAN DATA
Pada pengolahan data ini berisi desain eksperimen untuk melihat pengaruh
tiap faktor terhadap perubahan data GRF (Ground Reaction Force) secara
keseluruhan. Sebelum dilakukan uji ANOVA terlebih dahulu dilakukan uji
sebelum ANOVA yang meliputi pengujian kenormalan distribusi data,
homogenitas tiap level dan pengujian independensi. Setelah melalui tahap
pengujian asumsi ini kemudian dilanjutkan pada pengujian ANOVA untuk
pengaruh tiap faktor terhadap perubahan data GRF (Ground Reaction Force).
Setelah uji asumsi ANOVA memenuhi syarat maka dilakukan uji analisis varian
(ANOVA) untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang diteliti mempunyai
pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai GRF. Pengujian selanjutnya adalah
uji Student Newman Keults. Uji ini dilakukan bila pada uji ANOVA terdapat
faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
Sebelumnya berikut adalah data eksperimen secara keseluruhan yang dapat
dilihat pada tabel berikut dan untuk contoh tabel sum square mengambil contoh
fase loading respond, untuk fase mid stance dan toe off dapat dilihat pada halaman
lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Tabel 4.6 Data Eksperimen Loading Respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Tabel 4.7 Data Eksperimen Mid Stance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Tabel 4.8 Data Eksperimen Toe Off
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
4.2.1 UJI SEBELUM ANOVA
Uji sebelum ANOVA merupakan pengujian asumsi-asumsi residual yang
meliputi uji kenormalan, uji homogenitas, dan uji independensi. Apabila seluruh
hasil pengujian terhadap asumsi ANOVA tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan
peninjauan kembali terhadap metode eksperimen dan dilakukan kembali proses
pengambilan data. Pengujian asumsi residual dilakukan terhadap variabel respon
yaitu jumlah data yang dimasukkan secara tepat oleh seluruh responden.
Pengujian asumsi residual dilakukan secara bertahap. Pengujian asumsi
yang pertama adalah pengujian kenormalan distribusi data. Setelah dilakukan
pengujian kenormalan distribusi data, kemudian dilakukan pengujian homogenitas
data dan pengujian independensi data. Ketiga pengujian asumsi residual ini
dilakukan dengan metode plot residual data. Adapun nilai residual data diperoleh
dengan rumus . Nilai residual data observasi dapat dilihat
pada Lampiran.
4.2.1.1 UJI NORMALITAS
Pengujian normalitas data dilakukan terhadap data secara keseluruhan dan
data masing-masing perlakuan satu persatu untuk melihat apakah data dari setiap
perlakuan berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan dua cara,
pertama dilakukan dengan plot probabilitas normal dan metode lilliefors. Plot
probabilitas normal adalah suatu grafik dari distribusi kumulatif residual pada
kertas probabilitas normal. Untuk pengujian normalitas dengan plot residual
digunakan nilai residual yang diurutkan dari kecil ke besar dan nilai % PK. Nilai
PK dan % PK diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Tabel Pk dan residual dapat dilihat pada lampiran. Data dikatakan
berdistribusi normal jika plot ini membentuk suatu garis lurus. Pengujian dengan
plot residual pada normal probability paper ditunjukkan pada gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
Gambar 4.5 Uji Normalitas Dengan Plot Residual Fase Loading Respon
Selain pengujian dengan grafik juga dilakukan pengujian normal dengan
metode lilliefors untuk membuktikan secara matematis apakah data tersebut
berdistribusi normal. Uji lilliefors merupakan suatu uji hipotesis dengan hipotesis
yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Wilayah kritik penolakan H0 adalah L
hitung > Ltabel .
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas dengan metode lilliefors
adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data observasi dari yang terkecil sampai terbesar sebagaimana
ditunjukkan oleh kolom x pada lampiran.
b. Hitung rata-rata ( ) dan standar deviasi ( ) data tersebut.
n
x
x
n
i
i
=∑=1
252.5972
575.82....75.4295.41=
+++=x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
( )
1
2
2
−
−=
∑∑n
n
XX
s
( ) ( )137.9
172
72
.258771575.82......75.4295.41
2
222
=−
−+++=s
c. Transformasikan data (x) tersebut menjadi nilai baku ( ).
dimana xi = nilai pengamatan ke-i
= rata-rata
= standar deviasi
misal :
( )
55.2137.9/)25.59575.82(
89.1137.9/25.5995.41
96
1
=−=
−=−=
z
z
Dengan cara yang sama diperoleh seluruh nilai baku sebagaimana pada kolom
z pada lampiran.
d. Dari nilai baku (z), tentukan nilai probabilitasnya P(z) berdasarkan sebaran
normal baku, sebagai probabilitas pengamatan. Gunakan tabel standar luas
wilayah di bawah kurva normal, atau dengan bantuan Ms. Excel dengan
function NORMSDIST.
e. Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan cara sebagai
berikut :
Misal :
( )03.072/2)(
01.072/1
2
1
==
==
xP
xP
Dengan cara yang sama akan diperoleh seluruh nilai P(x) sebagaimana pada
kolom P( ) pada lampiran.
f. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(z) dan P(x) yaitu
maks | P(z) - P(x)| , sebagai nilai L hitung.
maks | P(z) - P(x)| = 0.079
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
g. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(xi-1
) dan P(z) yaitu maks |
P(xi-1
) - P( ) | = 1.059
Dengan menggunakan maka diperoleh nilai dari tabel sebesar
0.1044. Titik kritik H0 adalah L
hitung > . Perhitungan uji lilliefors di atas
menghasilkan nilai Lhitung
adalah 0.079 sehingga Lhitung
< , maka hipotesis
nol diterima dan disimpulkan bahwa data pada fase mid stance berdistribusi
normal.
Pada fase Loading respon dengan menggunakan maka diperoleh
nilai dari tabel sebesar 0.1044. Titik kritik H0 adalah L
hitung > . Perhitungan
uji lilliefors menghasilkan nilai Lhitung
adalah 0.139 sehingga Lhitung
< ,
maka hipotesis nol diterima dan disimpulkan bahwa data pada fase loading respon
berdistribusi normal. Begitu juga pada fase toe off dengan menggunakan
maka diperoleh nilai dari tabel sebesar 0.1044. Titik kritik H0 adalah L
hitung >
. Perhitungan uji lilliefors menghasilkan nilai Lhitung
adalah 0.078 sehingga
Lhitung
< , maka hipotesis nol diterima dan disimpulkan bahwa data pada
fase toe off berdistribusi normal.
4.2.1.2 UJI HOMOGENITAS
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah variansi pada setiap
perlakuan sama. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengeplotkan residual
sesuai masing-masing level terhadap levelnya masing-masing. Hasil plot residual
tiap faktor ditunjukkan pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Gambar 4.6 Plot Residual Faktor Model Tangga Fase Loading Respon
Gambar 4.7 Plot Residual Faktor Naik Turun Fase Loading Respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Gambar 4.8 Plot Residual Faktor Berat Badan Fase Loading Respon
Selain pengujian dengan plot residual, pengujian homogenitas data juga
dilakukan dengan uji hipotesis formal yaitu dengan uji Levene . Hipotesis yang
ingin diuji dalam uji homogenitas adalah:
H0 : Ragam seluruh level semuanya sama
H1 : Ragam seluruh level tidak semuanya sama
Untuk pengujian homogenitas dengan metode Levene ini diperlukan data
selisih absolut untuk tiap data terhadap rata-rata pada tiap levelnya. Data selisih
absolut ini ditunjukkan pada lampiran.
Selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut:
• Penghitungan Faktor Koreksi (FK)
( )
( )
08.1455
216
35.647
216
)15.1746.1537.1449.174(
2
2
2
=
=
+++=
= ∑
FK
FK
FK
n
xFK
• Penghitungan Sum Square (SS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
( )
( )
49.9
88.145572
3.105449
88.145572
15.1746.1537.1449.174 2222
2
=
−=
−
+++=
−
=∑
faktor
faktor
faktor
i
faktor
SS
SS
SS
FKk
xSS
( )( )
842.4063
49.93.4073
3.4073
88.1455415.5528
88.1454.1.....45.11.1 222
2
=
−=
−=
=
−=
−+++=
−= ∑
eror
eror
faktortotaleror
total
total
total
itotal
SS
SS
SSSSSS
SS
SS
SS
FKySS
• Perhitungan Mean Square (MS)
678.0
14
49.9
=
=
=
faktor
faktor
faktor
faktor
faktor
MS
MS
dF
SSMS
88.14
273
842.4063
=
=
=
eror
eror
eror
eror
eror
MS
MS
dF
SSMS
• Perhitungan F
045.0
88.14
678.0
=
=
=
eror
eror
faktor
MS
F
MS
MSF
Maka untuk 05.0=α , F
hitung < F
(0.05,14,274) = 1.728 sehingga hipotesis awal
diterima dan terbukti bahwa data dari fase mid stance homogen.
Untuk fase loading respon dengan nilai Fhitung = 1.69 dan 05.0=α , F
hitung
< F(0.05,14,274)
= 1.728 sehingga hipotesis awal diterima dan terbukti bahwa data
dari fase loading respon homogen. Sedangkan untuk fase toe off dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
Fhitung = 1.575 dan 05.0=α , F
hitung < F
(0.05,14,274) = 1.728 sehingga hipotesis awal
diterima dan terbukti bahwa data dari fase toe off homogen.
4.2.1.3 UJI INDEPENDENSI
Uji independensi dilakukan dengan dua cara yaitu plot residual data
terhadap urutan waktu dan pengujian hipotesis dengan uji Durbin-Watson. Uji
independensi dilakukan untuk melihat apakah urutan pengambilan data turut
mempengaruhi hasil eksperimen. Data hasil eksperimen memenuhi asumsi jika
urutan waktu pengambilan data tidak berpengaruh terhadap hasil. Data
eksperimen untuk pengujian independensi merupakan data menurut urutan waktu
pengambilan data. Pengujian independensi dengan plot residual dapat dilihat pada
gambar 4.9, 4.10, 4.11. Data residual menurut urutan waktu ditunjukkan dalam
tabel berikut.
Tabel 4.9 Data Residual Menurut Urutan Waktu Eksperimen
Fase Loading Respon
Urutan Praktikum e
1 0.05
2 -4.25
3 0.025
4 2.175
5 -3.275
6 -2.35
7 -1.775
8 0.525
9 0.525
10 -0.675
11 -3.325
12 0.35
95 -0.25
96 -0.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
Tabel 4.10 Data Residual Menurut Urutan Waktu Eksperimen
Fase Mid Stance
Urutan Praktikum E
1 1.1
2 1.2
3 -2.2
4 0
5 -0.575
6 0.125
7 -0.275
8 0.625
9 -1.45
10 0.15
11 1.45
12 -0.15
95 2
96 -1.4
Tabel 4.11 Data Residual Menurut Urutan Waktu Eksperimen
Fase Toe Off
Urutan Praktikum E
1 4.025
2 7.4
3 -3.2
4 2.55
5 7.525
6 9.6
7 9.525
8 2.95
9 5.875
10 8.15
11 3.7
12 4.65
95 -0.25
96 -0.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
Gambar 4.9 Uji Independensi Fase Loading Respon
Gambar 4.10 Uji Independensi Fase Mid Stance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Gambar 4.11 Uji Independensi Fase Toe Off
Dari ketiga grafik plot data hasil eksperimen dapat dilihat bahwa data bersifat
acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga data memenuhi asumsi
independent terhadap waktu pengambilan data. Untuk lebih memperkuat asumsi
independent perlu dilakukan pengujian independensi dengan cara pengujian
hipotesis secara formal. Pengujian independensi dengan uji hipotesis formal
dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan mengambil contoh fase mid stance.
Langkah-langkah uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai residual (ei) seperti ditunjukkan pada tabel data residual
menurut urutan waktu eksperimen.
2. Penghitungan nilai Durbin-Watson (d) sebagai berikut:
( )
65.2
......)2.2()2.1()1.1(
.......)2.1)2.2(()1.12.1()1.1((222
222
2
2
1
=
+−++
+−−+−+=
−=
∑
∑ −
d
d
e
ee
dn
i
n
i
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
3. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu, dapatkan nilai kritis dL dan d
U (lihat tabel statistik d dari Durbin-
Watson). Dengan menggunakan nilai 05.0=α diperoleh nilai dL dan d
U
sebagai berikut:
dL = 0.9708
dU = 1.3314
4. Selanjutnya dilakukan analisis apakah data bersifat acak atau tidak.
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi positif,
maka jika
d < dL : menolak H
0
d > dU : tidak menolak H
0
dL ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah bahwa data tidak ada serial korelasi negatif,
maka jika
d > 4-dL : menolak H
0
d < 4-dU : tidak menolak H
0
4- dU ≤ d ≤ 4-d
L : pengujian tidak meyakinkan
Jika hipotesis nol (H0) adalah dua ujung, bahwa tidak ada serial autokorelasi
baik positif maupun negatif, maka jika
d < dL : menolak H
0
d > 4- dL : menolak H
0
dU < d < 4- d
U : tidak menolak H
0
4- dU ≤ d ≤ 4- d
L atau d
L ≤ d ≤ d
U : pengujian tidak meyakinkan.
Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa nilai d (2.65) > nilai d
U
(1,33), maka terima H0, dari hasil tersebut menyatakan bahwa bahwa data fase
mid stance tidak ada serial korelasi positif atau data bersifat acak. Begitu juga
dengan nilai d pada fase loading respond dan toe off yaitu 1.75 dan 1.6 yang
nilainya lebih besar dari du yaitu 1.33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
4.2.2 UJI ANOVA
Uji ANOVA yang dilakukan menggunakan desain faktorial blok dengan
rumus variabel responnya adalah :
)(ijklmijkikikijijklm ABCBCACABCkBjAiY εµ ++++++++=
dengan : Faktor A = model tangga
Faktor B = pergerakan jalan (naik-turun)
Faktor C = berat badan
a = jumlah level faktor A
b = jumlah level faktor B
c = jumlah level faktor C
n = jumlah replikasi
a. Hipotesis dalam Uji ANOVA
H0A : tidak ada pengaruh perbedaaan model tangga terhadap
perubahan nilai GRF
H1A : ada pengaruh perbedaaan model tangga terhadap perubahan
nilai GRF
H0B : tidak ada pengaruh perbedaan pergerakan jalan terhadap
perubahan nilai GRF
H1B : ada pengaruh perbedaan pergerakan jalan terhadap perubahan
nilai GRF
H0C : tidak ada pengaruh perbedaan berat badan terhadap perubahan
nilai GRF
H1C : ada pengaruh perbedaan berat badan terhadap perubahan nilai
GRF
b. Penentuan tingkat signifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan sebesar 0.05
c. Penentuan daerah kritis
Ho ditolak bila Fratio > Fα(v1:v2)
d. Pengujian Statistik
Perhitungan berikut menggunakan contoh dari fase loading respon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
Tabel 4.12 Tabel Sum Square Total Fase Loading Respon
SUM SQUARE TOTAL 12001,57204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
SS Total = 12001,57204
SSTotal = ∑∑∑= = =
−3
1
2
1
4
1
22
i j k
ijk
ijkN
TY
Perhitungan Manual :
SSTotal = ∑∑∑= = =
−3
1
2
1
4
1
2 2
i j k
ijk
ijkN
TY
= 341974,394 - 96
67,31677385
= 12001,57204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
Tabel 4.13 Tabel Sum Of Square Faktor Model Tangga (SSA) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR MODEL TANGGA 122,7461343
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
SSA = 122,746
Perhitungan Manual :
SSA = ∑=
−3
1
22
i
ijk
N
T
nbc
Ti
= )4)(2)(4(
11,37107604,345724492,3395051 ++-
96
67,31677385
= 122,746
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
Tabel 4.14 Tabel Sum Of Square Faktor Pergerakan Jalan (SSB) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR NAIK-TURUN 26,42501157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
SSB = 26,425
SSB = ∑=
−2
1
22
i
ijk
N
T
nac
Tj
Perhitungan Manual :
SSB = ∑=
−2
1
22
i
ijk
N
T
nac
Tj
= )4)(3)(4(
1,77782421,8061719 +-
96
67,31677385
= 26,425
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
Tabel 4.15 Tabel Sum Of Square Faktor Berat Badan (SSC) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR BERAT BADAN 6349,382431
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
SSC = 6349,382
SSC = ∑=
−3
1
22
i
ijk
N
T
nab
Tk
Perhitungan Manual :
SSC = ∑=
−3
1
22
i
ijk
N
T
nab
Tk
= )2)(3)(4(
81,270898601,2160606214,198166656,1220472 +++-
96
67,31677385
= 6349,382
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
Tabel 4.16 Tabel Sum Of Square Faktor Model Tangga dan Pergerakan Jalan (SSAB) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR MODEL TANGGA DAN NAIK-TURUN 70,68175926
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-36
SSAB = 70,682
SSAB = ∑∑ −−− BA
ijkijSSSS
N
T
nc
T22
Perhitungan Manual :
SSAB = ∑∑ −−− BA
ijkijSSSS
N
T
nc
T22
= 96
67,316773085
)4)(4(
247565949,4− - 122,746 – 24,425
= 70,682
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-37
Tabel 4.17 Tabel Sum Of Square Faktor Model Tangga dan Berat Badan (SSAC) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR MODEL TANGGA DAN BERAT BADAN 66,86340278
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-38
SSAC = 66,863
SSAC = ∑∑ −−− CA
ijkik SSSSN
T
nb
T22
Perhitungan Manual :
SSAC = ∑∑ −−− CA
ijkik SSSSN
T
nb
T22
= 96
67,31677385
)2)(4(
52692094,07− - 122,746 - 6349,38
= 66,863
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-39
Tabel 4.18 Tabel Sum Of Square Faktor Pergerakan Jalan dan Berat Badan (SSBC) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR PERGERAKAN JALAN DAN BERAT BADAN 94,97704861
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-40
SSBC = 94,977
SSBC = ∑∑ −−− CB
ijkjkSSSS
N
T
na
T22
Perhitungan Manual :
SSBC = ∑∑ −−− CB
ijkjkSSSS
N
T
na
T22
= 96
67,31677385
)3)(4(
52692094,07− - 26,425 – 6349,38
= 94,977
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-41
Tabel 4.19 Tabel Sum Of Square Faktor Model Tangga, Pergerakan Jalan dan Berat Badan (SSABC) Fase Loading Respon
SUM SQUARE FAKTOR MODELTANGGA, NAIK-TURUN DAN BERAT BADAN 110,5684722
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-42
SSABC =∑∑∑= = =
−−−−−−−3
1
2
1
3
1
22
i j
BCACABCBA
k
ijkijkSSSSSSSSSSSS
N
T
n
T
= 977,94863,6668,7038,6349425,26746,12296
67,31677385
4
34037322,62−−−−−−−
= 110,568
� Menghitung Sum Of Square Error (SSerror).
SSerror = SStotal – SSA – SSB – SSC– SSAB– SSAC– SSBC– SSABC
= 12001,572 – 122,746 - 26,425 - 6349,38 - 70,68 - 66,863
- 94,977-110,56
SSerror = 28638,6
� Menghitung Nilai Mean Square (MS)
MSfaktor = SSfaktor / dffaktor
• Mean Square Faktor Model Tangga
SSA / dfA = 122,746/ (2)
= 61,37
MSA = 61,37
• Mean Square Faktor Pergerakan Jalan
SSB / dfB = 26,425/ (1)
= 26,425
MSB = 26,425
• Mean Square Faktor Berat Badan
SSC / dfC = 6349,38/ (3)
= 2116,46
MSC = 2116,46
• Mean Square Faktor Model Tangga dan Pergerakan Jalan
SSAB / dfAB = 70,68/ (2)
= 35,34
MSAB = 35,34
• Mean Square Faktor Model Tangga dan Berat Badan
SSAC / dfAC = 66,86/ (6)
= 11,14
MSAC = 11,14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-43
• Mean Square Faktor Pergerakan Jalan dan Berat Badan
SSBC / dfBC = 94,977/ (3)
= 31,659
MSBC = 31,659
• Mean Square Faktor Model Tangga, Pergerakan Jalan dan Berat
Badan
SSABC / dfABC = 110,568/ (6)
= 18,428
MSABC = 18,428
• Mean Square Error
SSerror / dferror = 28638,065 / (72)
= 397,75
MSerrof = 397,75
� Menghitung Nilai Fhitung
Fhitung = MSfaktor / MSerror
• Fhitung = MSA / MSerror
= 61,37/ 397,75
= 0,154
• Fhitung = MSB / MSerror
= 26,425 / 397,75
= 0,066
• Fhitung = MSC / MSerror
= 2116,46 / 397,75
= 5,321
• Fhitung = MSAB / MSerror
= 35,34 / 397,75
= 0,00067
• Fhitung = MSAC / MSerror
= 11,14 / 397,75
= 0,000214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-44
• Fhitung = MSBC / MSerror
= 31,659 / 397,75
= 0,0006
• Fhitung = MSABC / MSerror
= 18,428 / 397,75
= 0,00035
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Manual Fase Loading Respon
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 122,7461343 61,3730671 0,15430026 3,123907449 Terima
SSb 1 26,42501157 26,4250116 0,06643608 3,973896992 Terima
SSc 3 6349,382431 2116,46081 5,32107093 2,73180701 Tolak
SSab 2 70,68175926 35,3408796 0,00067628 2,996004721 Terima
SSac 6 66,86340278 11,1439005 0,00021325 2,098871558 Terima
SSbc 3 94,97704861 31,6590162 0,00060582 2,605178757 Terima
SSabc 6 110,5684722 18,4280787 0,00035264 2,098871558 Terima
error 72 28638,0656 397,750911 1 1,477376311
Untuk fase loading respon hanya faktor berat badan yang memasuki
wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan faktor model tangga dan pergerakan jalan
serta interaksi dari semua antar faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > Ftabel
maka interaksi antar faktor tidak perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu
pengujian setelah ANOVA.
Berikut adalah hasil perhitungan dari fase mid stance dan toe off :
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Manual Fase Mid Stance
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 110,66575 55,33287 2,16190 3,03767 Terima
SSb 1 171,64584 171,64584 6,70635 3,88487 Tolak
SSc 3 9130,26927 3043,42309 118,90920 2,64640 Tolak
SSab 2 47,46671 23,73335 0,00037 2,99601 Terima
SSac 6 45,86328 7,64388 0,00012 2,09887 Terima
SSbc 3 56,31024 18,77008 0,00029 2,60518 Terima
SSabc 6 56,76075 9,46012 0,00015 2,09887 Terima
error 72 15024,55649 54,83415 1 1,35472
Untuk fase mid stance, hanya faktor pergerakan jalan dan berat badan yang
memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel maka perlu dilakukan pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-45
selanjutnya yaitu pengujian setelah ANOVA dengan metode student-newman
keuls.
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Manual Fase Toe Off
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 525,60632 262,80316 16,67687 3,03767 Tolak
SSb 1 682,22229 682,22229 32,68963 3,88487 Tolak
SSc 3 9197,52591 3065,84197 32,03207 2,64640 Tolak
SSab 2 121,51627 60,75814 0,00127 2,99607 Terima
SSac 6 53,23479 8,87247 0,00019 2,09894 terima
SSbc 3 11,23591 3,74530 0,00008 2,60524 terima
SSabc 6 29,96979 4,99497 0,00010 2,09894 terima
error 72 15024,55649 54,83415 1 1,35472
Untuk fase toe off, hanya faktor model tangga, pergerakan jalan, dan berat
badan yang memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan interaksi dari
semua antar faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > F tabel maka interaksi
antar faktor tidak perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian setelah
ANOVA.
4.2.3 UJI SETELAH ANOVA
Uji ANOVA hanya dapat memberikan keputusan berupa berpengaruh atau
tidaknya suatu faktor. Untuk dapat melihat level mana yang memiliki pengaruh
yang paling optimum perlu dilakukan suatu uji lebih lanjut yaitu uji setelah
ANOVA. Uji setelah ANOVA yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
uji student-newman keuls. Uji setelah ANOVA ini membandingkan seluruh faktor
untuk memilih faktor mana yang memiliki pengaruh paling optimum.
4.2.3.1 Uji SNK Faktor Model Tangga (SSa)
Dikarenakan fase loading respon dan mid stance tidak diperlukan uji setelah
anova pada faktor model tangga, maka perhitungan berikut adalah perhitungan uji
setelah anova dari fase toe off.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-46
1. Fase Toe Off
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.23 Mean Faktor Model Tangga Fase Toe Off
Model tangga (SSa)
1 2 3
mean 57.940 61.502 63.610
Urutan mean 57.940 61.502 63.610
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 54.83
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
3
54.83==
i
error
YjN
MSS = 4.275
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n1 = dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
Tabel 4.24 Range
P 2 3
range 2.772 3.314
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.25 LSR
p 2 3
ranger 11.85063771 14.16775
Perhitungan manual :
LSR = 4.275 x 2.772 = 11.85
LSR = 4.275 x 3.314 = 14.167
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.26 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
Lawan selisih mean LSR Signifikan
3 vs 1 5.67 14.16775 tidak signifikan
3 vs 2 2.11 11.85064 tidak signifikan
2 vs 1 3.56 11.85064 tidak signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-47
Perhitungan Manual :
• 3 lawan 1
Beda mean = mean N(3) – mean N(1)
= 63.610 – 57.94
= 5.67
LSR = 14.16
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 6.15 < 14.16 → tidak signifikan
• 3 lawan 2
Beda mean = mean N(3) – mean N(2)
= 63.610 – 61.502
= 2.11
LSR = 11.85
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 2.62 < 11.85 → tidak signifikan
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 61.502 – 57.940
= 3.56
LSR = 11.85
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 3.53 < 11.85 → tidak signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR , perbandingan a3 lawan
a2 , a3 lawan a1, dan a2 lawan a1 tidak signifikan terhadap
perubahan nilai GRF. Padahal dalam uji ANOVA, didapatkan
bahwa model tangga berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF.
Perbedaan ini dikarenakan faktor model tangga pada fase toe off
mempunyai pengaruh yang relatif sangat kecil terhadap perubahan
nilai GRF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-48
4.2.3.2 Uji SNK Faktor Pergerakan Jalan (SSb)
Dikarenakan fase loading respon tidak diperlukan uji setelah anova pada
faktor pergerakan jalan, maka perhitungan berikut adalah perhitungan uji setelah
anova dari fase mid stance dan toe off.
1. Fase Mid Stance
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.27 Mean Faktor Pergerakan Jalan Fase Mid Stance
NAIK TURUN(SSb)
1 2
MEAN 61 58
Urutan Mean 58 61
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 54.83
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
2
54.83==
i
error
YjN
MSS = 5.236
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n2 = dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
Tabel 4.28 Range
p 2
range 2.772
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.29 LSR
p 2
ranger 14.514
Perhitungan manual :
LSR = 5.236x 2.772 = 14.514
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-49
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.30 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
Lawan selisih mean LSR Signifikan
2 vs 1 3 14.51456 tidak signifikan
Perhitungan Manual :
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 61 – 58
= 3
LSR = 14.514
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 3 < 14.514 → tidak signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR , perbandingan b2 lawan
b1 tidak signifikan terhadap perubahan nilai GRF. Padahal dalam
uji ANOVA, didapatkan bahwa pergerakan jalan berpengaruh
terhadap perubahan nilai GRF. Perbedaan ini dikarenakan faktor
pergerakan jalan pada fase mid stance mempunyai pengaruh yang
relatif sangat kecil terhadap perubahan nilai GRF.
2. Fase Toe Off
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.31 Mean Faktor Pergerakan Jalan Fase Toe Off
NAIK TURUN(SSb)
1 2
MEAN 64 58
Urutan Mean 58 64
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 54.83
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
2
31.88==
i
error
YjN
MSS = 5.24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-50
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n2 = dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
Tabel 4.32 Range
p 2
range 2.772
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.33 LSR
p 2
ranger 14.514
Perhitungan manual :
LSR = 5.24 x 2.772 = 14.514
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.34 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
Lawan selisih mean LSR Signifikan
2 vs 1 6 14.514 tidak signifikan
Perhitungan Manual :
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 63 – 58
= 6
LSR = 14.514
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 6 < 14.514 → tidak signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR , perbandingan b2 lawan
b1 tidak signifikan terhadap perubahan nilai GRF. Padahal dalam
uji ANOVA, didapatkan bahwa pergerakan jalan berpengaruh
terhadap perubahan nilai GRF. Perbedaan ini dikarenakan faktor
pergerakan jalan pada fase toe off mempunyai pengaruh yang
relatif sangat kecil terhadap perubahan nilai GRF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-51
4.2.3.3 Uji SNK Faktor Berat Badan (SSc)
1. Fase Loading Respon
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.35 Mean Faktor Berat Badan Fase Loading Respon
1 2 3 4
Mean 46.03125 58.65486 61.24583 68.57917
Urutan mean 46.031 58.655 61.246 68.579
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 397.75
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
72
397.75==
i
error
YjN
MSS = 9.97
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n3= dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
Tabel 4.36 Range
P 2 3 4
range 2.772 3.314 3.633
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.37 LSR
P 2 3 4
ranger 27.64196 33.0467 36.22772
Perhitungan manual :
LSR = 9.971 x 2.772 = 27.64
LSR = 9.971 x 3.314 = 33.04
LSR = 9.971 x 3.633 = 36.22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-52
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.38 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
LAWAN selisih mean LSR Signifikan
4 VS 1 22.55 36.22772 tidak signifikan
4 VS 2 9.92 33.0467 tidak signifikan
4 VS 3 7.33 27.64196 tidak signifikan
3 VS 1 15.21 3.314 signifikan
3 VS 2 2.59 2.772 tidak signifikan
2 VS 1 12.62 2.772 signifikan
Perhitungan Manual :
• 4 lawan 1
Beda mean = mean N(4) – mean N(1)
= 68.579 – 46.031
= 22.55
LSR = 36.22
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 22.55 < 36.22 → signifikan
• 4 lawan 2
Beda mean = mean N(4) – mean N(2)
= 68.579 – 58.655
= 9.92
LSR = 33.0467
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 9.92 < 33.0467 → tidak signifikan
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 58.655 – 46.031
= 12.62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-53
LSR = 2.772
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 12.62 > 2.772 → signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR, terdapat beragam
perbandingan yang signifikan dan tidak signifikan. Akan tetapi
perbandingan mean dan LSR yang signifikan mempunyai jumlah
yang lebih sedikit yaitu dengan jumlah 2 daripada perbandingan
mean dan LSR yang tidak signifikan yang berjumlah 4. Dalam uji
ANOVA, didapatkan juga bahwa berat badan berpengaruh
terhadap perubahan nilai GRF. Hasil yang demikian menyatakan
bahwa berat badan memberikan pengaruh yang kecil pada fase
loading respon terhadap GRF. Kata “signifikan” di sini berarti
bahwa faktor tersebut berpengaruh besar terhadap perubahan nilai
GRF sedangkan untuk yang “ tidak signifikan” mempunyai
pengaruh yang kecil.
2. Fase Mid Stance
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.39 Mean Faktor Berat Badan Fase Mid Stance
Berat badan (SSc)
1 2 3 4
mean 45.860 59.419 58.021 73.379
Urutan mean 45.860 58.021 59.419 73.379
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 54.83
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
4
54.83==
i
error
YjN
MSS = 3.7
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n3= dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-54
Tabel 4.40 Range
p 2 3 4
range 2.772 3.314 3.633
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.41 LSR
P 2 3 4
ranger 10.26334 12.2701 13.4512
Perhitungan manual :
LSR = 3.7 x 2.772 = 10.263
LSR = 3.7 x 3.314 = 12.270
LSR = 3.7 x 3.633 = 13.451
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.42 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
LAWAN selisih mean LSR Signifikan
4 VS 1 27.52 13.4512 signifikan
4 VS 2 15.36 12.2701 signifikan
4 VS 3 13.96 10.26334 signifikan
3 VS 1 13.56 12.2701 signifikan
3 VS 2 1.40 10.26334 tidak signifikan
2 VS 1 12.16 10.26334 signifikan
Perhitungan Manual :
• 4 lawan 1
Beda mean = mean N(4) – mean N(1)
= 73.379 – 45.860
= 27.52
LSR = 13.45
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 27.52 > 13.45 → signifikan
• 4 lawan 2
Beda mean = mean N(4) – mean N(2)
= 73.379 – 58.021
= 15.36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-55
LSR = 12.27
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 15.36 > 12.27 → signifikan
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 58.860 – 45.860
= 12.16
LSR = 10.26
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 12.16 > 10.26 → signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR, terdapat beragam
perbandingan yang signifikan dan tidak signifikan. Akan tetapi
perbandingan mean dan LSR yang signifikan mempunyai jumlah
yang lebih banyak yaitu dengan jumlah 5 daripada perbandingan
mean dan LSR yang tidak signifikan yang hanya berjumlah 1.
Dalam uji ANOVA, didapatkan juga bahwa berat badan
berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF. Hasil yang demikian
menyatakan bahwa berat badan pada fase mid stance memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap GRF sehingga faktor berat
badan pada fase mid stance tidak dapat diabaikan dalam perubahan
nilai GRF. Kata “signifikan” di sini berarti bahwa faktor tersebut
berpengaruh besar terhadap perubahan nilai GRF sedangkan untuk
yang “ tidak signifikan” mempunyai pengaruh yang kecil.
3. Fase Toe Off
Menyusun mean-mean setiap treatment dari kecil ke besar
Tabel 4.43 Mean Faktor Berat Badan Fase Toe Off
Berat badan (SSc)
1 2 3 4
mean 47.444 60.583 60.925 75.117
Urutan mean 47.444 60.583 60.925 75.117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-56
� Mengambil nilai MSerror dan dferror dari tabel ANOVA
MSerror = 54.83
dferror = 72
� Menghitung Error Standar untuk jumlah mean treatment
4
54.83==
i
error
YjN
MSS = 3.7
� Menentukan taraf signifikasi (α ) dan rentang student
Dengan α = 0.05 ; V = n3= dferror = 72 ; p=2,3,..., k
Maka didapat nilai range dari tabel studentized range table
Tabel 4.44 Range
p 2 3 4
range 2.772 3.314 3.633
� Menghitung Least Significant Range
LSR = SYj x nilai tiap range
Tabel 4.45 LSR
p 2 3 4
ranger 10.26295 12.26963 13.45069
Perhitungan manual :
LSR = 3.7 x 2.772 = 10.262
LSR = 3.7 x 3.314 = 12.269
LSR = 3.7 x 3.633 = 13.450
� Perbandingan beda mean dan LSR
Tabel 4.46 Perbandingan Beda Mean
Pengujian
LAWAN selisih mean LSR Signifikan
4 VS 1 27.67 13.45069 signifikan
4 VS 2 14.53 12.26963 signifikan
4 VS 3 14.19 10.26295 signifikan
3 VS 1 13.48 12.26963 signifikan
3 VS 2 0.34 10.26295 tidak signifikan
2 VS 1 13.14 10.26295 signifikan
Perhitungan Manual :
• 4 lawan 1
Beda mean = mean N(4) – mean N(1)
= 75.117 – 47.444
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-57
= 27.67
LSR = 13.450
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 27.67 > 13.450 → signifikan
• 4 lawan 2
Beda mean = mean N(4) – mean N(2)
= 75.177 – 60.583
= 14.53
LSR = 12.269
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 14.53 > 12.269 → signifikan
• 2 lawan 1
Beda mean = mean N(2) – mean N(1)
= 60.583 – 47.444
= 13.14
LSR = 10.262
Perbandingan = beda mean lawan LSR
= 13.24 > 10.262 → signifikan
� Intrepetasi Hasil Perbandingan
Pada perbandingan beda mean dan LSR, terdapat beragam
perbandingan yang signifikan dan tidak signifikan. Akan tetapi
perbandingan mean dan LSR yang signifikan mempunyai jumlah
yang lebih banyak yaitu dengan jumlah 5 daripada perbandingan
mean dan LSR yang tidak signifikan yang hanya berjumlah 1.
Dalam uji ANOVA, didapatkan juga bahwa berat badan
berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF. Hasil yang demikian
menyatakan bahwa berat badan pada fase toe off memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap GRF sehingga faktor berat
badan pada fase toe off tidak dapat diabaikan dalam perubahan
nilai GRF. Kata “signifikan” di sini berarti bahwa faktor tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-58
berpengaruh besar terhadap perubahan nilai GRF sedangkan untuk
yang “ tidak signifikan” mempunyai pengaruh yang kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini merupakan tahap pelaksanaan dari proses pengumpulan dan pengolahan
data yang diawali dengan identifikasi karakteristik tipe tangga dan bentuk postur
pengguna tangga dilanjutkan dengan merancang dan memilih model tangga
eksperimen yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pada tahap pengumpulan data berisi tentang langkah-langkah eksperimen,
diskripsi tangga eksperimen biomekanika, pengambilan data anthropometri, protokol
eksperimen biomekanika dan data hasil percobaan biomekanika (ground reaction
force dan sudut segmen tubuh).
4.1.1 Langkah-Langkah Eksperimen
Eksperimen merupakan suatu test atau deretan test untuk melihat pengaruh
perubahan variable input dari suatu proses atau sistem terhadap variable respon atau
variable output yang ingin diamati. Langkah-langkah dalam eksperimen adalah
sebagai berikut :
1. Problem statement mengenai masalah yang akan diuji yaitu adanya pengaruh
model tangga, kegiatan naik dan turun serta berat badan terhadap nilai GRF
(Ground Reaction Force). Dimana, experimental unit-nya adalah responden dan
universe-nya adalah seluruh responden mahasiswa UNS yang mempunyai berat
badan antara 45 – 75 kg.
2. Variabel respon yang dihasilkan berupa pengaruh responden terhadap GRF, nilai
0 jika tidak ada pengaruh terhadap nilai GRF, nilai 1 jika ada pengaruh terhadap
nilai GRF.
3. Independent variable (faktor) yang mempunyai pengaruh terhadap nilai GRF
yaitu model tangga, kegiatan naik dan turun serta berat badan.
4. Jumlah observasi dalam eksperimen ini adalah 12 responden.
5. Model matematik untuk variabel respon dalam eksperimen ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-2
6. )(ijklmijkikikijijklm ABCBCACABCkBjAiY εµ ++++++++=
dengan; Faktor A = model tangga
Faktor B = pergerakan jalan (naik-turun)
Faktor C = berat badan
a = jumlah level faktor A
b = jumlah level faktor B
c = jumlah level faktor C
n = jumlah replikasi
4.1.2 Rancangan Tangga Pada Eksperimen Biomekanika
Pada eksperimen ini dibuat tiga buah tangga dengan yang mengacu pada
informasi dari identifikasi tipe tangga. Tingkat kemiringan yang di dapat dari
identifikasi terdiri dari 4 tingkatan yaitu lantai miring, landai, biasa, curam, dan naik
vertikal. Informasi yang diambil dari identifikasi tipe tangga terdapat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Transformasi persentasi gradien
Kemiringan Visual Tangga Rancangan Tangga
Pada Eksperimen
60-20
0 Lantai miring Tangga Model I
200-24
0 Tangga landai Tangga Model II
240-45
0 Tangga biasa Tangga Model III
Sumber: Fa’izin, 2009
Desain model tangga eksperimen mengambil 3 kemiringan yaitu rendah,
sedang dan landai. Model kemiringan curam tidak digunakan pada eksperimen ini
karena sudut yang dibentuk terlalu besar sehingga dikhawatirkan responden cidera
pada saat percobaan. Desain model tangga eksperimen terdiri dari 3 macam, yaitu:
tangga model 1, tangga model 2 dan tangga model 3.
1. Tangga Model I
Tangga model 1 adalah tangga eksperimen yang memiliki kemiringan paling
rendah. Tangga ini merujuk pada model tangga untuk fasilitas out door yang
memiliki kemiringan paling rendah. Model tangga I ini masuk dalam kategori lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-3
miring merujuk pada tabel 4.2 diatas. Pada eksperimen ini model tangga I
menggunakan kemiringan 18,430 ≈ 18
0. Sketsa tangga eksperimen untuk model 1
dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Tangga model I
Lebar anak tangga (aantrede) model 1 adalah 45 cm, tinggi anak tangga
(optrede) adalah 19 cm. Ukuran lebar tangga (bordes) adalah 63 cm diukur
berdasarkan antrhopometri maksimal panjang pundak responden yaitu 50 cm.
2. Tangga Model II
Tangga model 2 adalah tangga eksperimen yang memiliki kemiringan sedang.
Tangga ini merujuk pada model tangga untuk rumah tinggal yang memiliki
kemiringan landai. Pada eksperimen ini digunakan tangga dengan kemiringan 22,890.
Sketsa tangga eksperimen untuk model II dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Tangga model II
Lebar anak tangga (aantrede) model 2 adalah 45 cm, tinggi anak tangga
(optrede) adalah 19 cm, lebar tangga (bordes) adalah 63 cm. kemiringan yang
digunakan adalah 22,890 ≈ 22
0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-4
3. Tangga Model III
Tangga model 3 adalah tangga eksperimen yang memiliki kemiringan tangga
biasa. Tangga ini merujuk pada model tangga untuk bagunan gedung yang memiliki
kemiringan tangga biasa. Sketsa tangga eksperimen untuk model III dapat dilihat
pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Tangga model III
Lebar anak tangga (aantrede) model 3 adalah 45 cm, tinggi anak tangga
(optrede) adalah 23 cm, lebar tangga (bordes) adalah 63 cm. kemiringan yang
digunakan adalah 27,070 ≈ 27
0.
4.1.3 Data Anthropometri Pada Responden Pengujian Biomekanika
Data Anthropometri responden digunakan sebagai pertimbangan dalam
perancangan tangga dan penentuan nilai ground reaction force. Data diambil dari 12
responden berasal dari kalangan mahasiswa berumur 20-24 tahun yang dilakukan
secara insidental dengan postur relatif sama. Body Mass Index merupakan sebuah
ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan
orang dewasa kedalam kategori underweight (kekurangan berat badan), overweight
(kelebihan berat badan) dan obesitas (kegemukan). Formula untuk menghitung BMI
responden, sebagai berikut:
x10000Tinggi
BeratBMI
2=
Berdasarkan BMI (Body Mass Index), maka pengukuran kategori kenormalan
responden disesuaikan table berikut:
…………................. 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-5
Tabel 4.2 Tabel Body Mass Index
Klasifikasi
BMI(Kg/m2)
Participal cut-off
point
Underweight < 18.5
Severe thinness <16
Moderate thinness 16-16.99
Mild thiness 17-18.49
Normal 18.50-24.99
Overweight ≥25
Pre-obesitas 25.00-29.99
Obesitas ≥30
Obesitas Klas 1 30-34.99
Obesitas Klas II 35.00-39.99
Obesitas Klas III ≥40 Sumber: WHO, 2004
Data anthropometri dari 12 responden terbagi menjadi 2 yaitu responden laki-
laki dan responden perempuan. Perincian data anthropometri responden laki-laki
terdapat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Anthropometri responden laki-laki
No Nama Tinggi
(cm)
Berat
Badan
(kg)
BMI Kategori
1 Responden 1 169 60 21.01 Normal
2 Responden 2 172 72 24.34 Normal
3 Responden 3 168 61 21.61 Normal
4 Responden 4 169 52 18.64 Normal
5 Responden 5 167 51 18.51 Normal
6 Responden 6 171 73 24.96 Normal
Rata-rata kategori BMI responden laki-laki yang digunakan dalam eksperimen
adalah normal, sehingga responden dapat digunakan dalam eksperimen biomekanika
naik dan turun tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-6
Jumlah data anthropometri untuk responden perempuan sama dengan
responden laki-laki. Perincian data anthropometri responden perempuan terdapat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Anthropometri responden perempuan
No Nama Tinggi
(cm)
Berat
Badan (kg) BMI Kategori
1 Responden 1 155 57 23.73 Normal
2 Responden 2 158 44 17.63 Mild thiness
3 Responden 3 156 45 18.49 Mild thiness
4 Responden 4 161 56 21.60 Normal
5 Responden 5 162 62 23.62 Normal
6 Responden 6 163 58 21.83 Normal
Rata-rata kategori BMI responden perempuan yang digunakan dalam
eksperimen adalah normal, sehingga responden dapat digunakan dalam eksperimen
biomekanika naik dan turun tangga.
Pengukuran data responden laki-laki dan perempuan terdiri dari 2 macam, yaitu
tinggi badan dan berat badan. Meteran digunakan untuk mengambil data tinggi badan
mahasiswa dan timbangan digunakan untuk mengambil data berat badan mahasiswa.
4.1.4 Data Hasil Eksperimen Biomekanika
Output dari force platform berupa data GRF (ground reaction force) saat subjek
naik dan turun tangga. Ground reaction force terjadi pada force platform karena gaya
yang diberikan oleh force platform pada tubuh akibat gerakan antagonis tubuh
terhadap force platform yang bekerja sepanjang pergerakan naik turun tangga. Load
cell pada force platform berfungsi sebagai alat penerima dan pencatat gaya, 4 load
cell dipasang pada tiap-tiap ujung force platform. Nilai ground reaction force
merupakan penjumlahan dari gaya yang diterima oleh masing-masing load cell.
Grafik ground reaction force berupa 2 puncak dan satu lembah yang dibentuk
oleh masing-masing fase. Hasil ground reaction force pada responden laki-laki dan
perempuan saat naik turun tangga model 1, model 2 dan model 3 dikelompokkan
menjadi data GRF pada saat naik tangga dan data GRF pada saat turun tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-7
A. Ground Reaction Force (GRF) pada eksperimen naik tangga.
Hasil percobaan biomekanika memiliki grafik yang terbentuk berdasarkan
akumulasi gaya yang diterima oleh masing-masing load cell pada saat percobaan naik
tangga. Grafik tersebut merupakan nilai kontinu GRF yang membentuk 2 puncak dan
1 lembah. Besar GRF pada masing-masing responden, sebagai berikut:
1. Eksperimen naik tangga pada responden laki-laki.
Pada hasil percobaan laki-laki terdapat 6 data GRF pada masing-masing tangga
model 1, model 2, dan model 3. Data GRF yang dihasilkan oleh responden laki-laki,
sebagai berikut:
a. Eksperimen naik tangga pada responden laki-laki 1.
Nilai GRF (Ground Reaction Force) pada saat responden naik tangga model 1
terdapat pada tabel 4.6 yang merupakan output dari force platform saat salah satu
kaki responden mulai menempel pada force platform yang diletakkan pada anak
tangga ke-2 sampai responden meninggalkan force platform.
Tabel 4.5 Nilai GRF saat responden 1 naik tangga model 1
No Waktu A B C D GRF
1 5:21:53 PM 0 0 0 0 0
2 5:21:53 PM 5,8 4,5 2,8 0,8 13,9
3 5:21:54 PM 8,8 14,9 2,8 0,3 26,8
4 5:21:54 PM 18,8 14,8 2,8 6,4 42,8
5 5:21:54 PM 27,8 22,9 2,9 6,3 59,9
6 5:21:54 PM 27,8 27,3 5,1 4 64,2
7 5:21:54 PM 27,8 27,3 5,1 4 64,2
8 5:21:54 PM 23,5 14 12,6 10 60,1
9 5:21:54 PM 22,6 13,3 12,1 8,7 56,7
10 5:21:55 PM 22,6 13,3 12,1 8,7 56,7
11 5:21:55 PM 22,6 15,5 12,1 8,7 58,9
12 5:21:55 PM 19,3 21,9 10,9 15,8 67,9
13 5:21:55 PM 19,3 24,9 10,9 15,5 70,6
14 5:21:55 PM 19,3 22,9 10,5 15,8 68,5
15 5:21:55 PM 21,4 22,9 2,9 6,3 53,5
16 5:21:55 PM 5,9 4,8 7,8 0,8 19,3
17 5:21:56 PM 0,1 4,5 0,1 2,8 7,5
18 5:21:56 PM 0 0 0 0 0
Nilai A, B, C, D merupakan gaya yang diterima oleh masing-masing load cell
ketika responden menempel pada force platform, Nilai ground reaction force
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-8
merupakan akumulasi dari gaya yang diterima masing-masing load cell. Grafik yang
dibentuk dari GRF kontinu tersaji pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Ground reaction force responden saat naik tangga model 1
Pada waktu 5:21:53, responden dengan berat badan (Body Weight) 60 kg
mulai menempelkan kaki pada platform sehingga belum ada GRF yang dihasilkan
pada fase ini. Pada waktu 5:21:54, terjadi puncak pertama (loading response) dengan
GRF sebesar 64,2 NKg karena terjadi dorongan yang diakibatkan oleh plantar fleksi
engkel agar terjadi kontak ujung kaki bawah (heel) terhadap force platform. Pada
waktu peralihan antara 5:21:54 - 5:21:55, terjadi fase mid stance (lembah) dimana
salah satu permukaan kaki menyentuh platform sedang kaki yang lain dalam keadaan
swing. Pada fase ini terjadi penurunan GRF karena terjadi unloading dengan GRF
sebesar 56,7 NKg. Penurunan juga dipengaruhi oleh sudut hip, knee dan ankle dalam
keadaan ekstensi sehingga gerakan antagonis terhadap force platform berkurang.
Pada waktu 5:21:55, terjadi puncak kedua (push off) akibat dari dorongan yang kuat
oleh plantar fleksi engkel untuk berpindah ke anak tangga ke-3 dengan GRF sebesar
70,6 NKg, Pada fase ini terjadi puncak yang kedua (push off) dengan nilai yang lebih
tinggi daripada puncak pertama karena beban dan gaya dorong beralih pada ujung
kaki atas (toe) yang berada pada force platform.
Sudut fleksi yang dibentuk ankle pada saat fase loading response sebesar
1130, yaitu pada saat terjadi plantar fleksi oleh engkel saat berada pada anak tangga 1.
BW (Kg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-9
Momen fleksi sudut knee sebesar 1220 untuk berpindah dari anak tangga ke-1 ke
anak tangga ke-2, sedangkan momen fleksi hip sebesar 1550 sebagai reaksi dari
gerakan fleksi knee. Sudut fleksi yang dibentuk ankle pada saat fase push off sebesar
1170. Pada fase ini ankle melakukan gerakan plantar fleksi dengan sudut untuk
mengangkat ujung bawah kaki (heel) dan ujung atas kaki (toe) dari force platform
sehingga memberikan dorongan yang kuat untuk berpindah ke anak tangga ke-3,
sedangkan momen fleksi sudut hip dan knee masing-masing sebesar 1650 dan 154
0.
Dengan prosedur eksperimen yang sama, penyampaian data eksperimen ground
reaction force lainnnya disajikan dalam lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-1
BAB V
ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi tentang analisis pengujian yaitu analisis uji sebelum Anova (Uji
Kenormalan, Uji Indepedensi, Uji Homogenitas), Uji Anova, dan Uji setelah
Anova.
5.1. Analisis Uji ANOVA
Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui apakah faktor model tangga,
pergerakan jalan dan berat badan berpengaruh pada perubahan nilai GRF (Ground
Reaction Force). Uji ANOVA menghasilkan keputusan apakah H0 ditolak atau H0
diterima. Pemilihan keputusan ditentukan dengan membandingkan antara f hitung
dan f tabel. H0 diterima bila f hitung lebih kecil dari f tabel .
Uji ANOVA adalah uji univariate, maksudnya adalah uji terhadap satu hasil
perlakuan dengan kombinasi tiga faktor yang berpengaruh masing-masing pada
tiga level yang berbeda. Faktor yang dimaksud adalah model tangga, pergerakan
jalan dan berat badan dan dari perhitungan pada bab IV dari tiap-tiap fase dapat
dihasilkan pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Fase Loading Respon
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 122,7461343 61,3730671 0,15430026 3,123907449 Terima
SSb 1 26,42501157 26,4250116 0,06643608 3,973896992 Terima
SSc 3 6349,382431 2116,46081 5,32107093 2,73180701 Tolak
SSab 2 70,68175926 35,3408796 0,00067628 2,996004721 Terima
SSac 6 66,86340278 11,1439005 0,00021325 2,098871558 Terima
SSbc 3 94,97704861 31,6590162 0,00060582 2,605178757 Terima
SSabc 6 110,5684722 18,4280787 0,00035264 2,098871558 Terima
error 72 28638,0656 397,750911 1 1,477376311
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-2
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa:
a. Faktor model tangga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan nilai GRF.
b. Faktor pergerakan jalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan nilai GRF.
c. Faktor berat badan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai
GRF.
d. Interaksi antara faktor model tangga dan pergerakan jalan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
e. Interaksi antara faktor model tangga dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
f. Interaksi antara faktor pergerakan jalan dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
g. Interaksi antara faktor model tangga, pergerakan jalan dan berat badan tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
Dari pengujian ANOVA fase loading respon di atas dapat dilihat bahwa
hanya faktor berat badan yang memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel maka hanya
faktor berat badan yang perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian
setelah ANOVA dengan metode student-newman keul.
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Manual Fase Mid Stance
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 110,66575 55,33287 2,16190 3,03767 Terima
SSb 1 171,64584 171,64584 6,70635 3,88487 Tolak
SSc 3 9130,26927 3043,42309 118,90920 2,64640 Tolak
SSab 2 47,46671 23,73335 0,00037 2,99601 Terima
SSac 6 45,86328 7,64388 0,00012 2,09887 Terima
SSbc 3 56,31024 18,77008 0,00029 2,60518 Terima
SSabc 6 56,76075 9,46012 0,00015 2,09887 Terima
error 72 15024,55649 54,83415 1 1,35472
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-3
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa:
a. Faktor model tangga tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
perubahan nilai GRF.
b. Faktor pergerakan jalan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
nilai GRF.
c. Faktor berat badan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai
GRF.
d. Interaksi antara faktor model tangga dan pergerakan jalan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
e. Interaksi antara faktor model tangga dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
f. Interaksi antara faktor pergerakan jalan dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
g. Interaksi antara faktor model tangga, pergerakan jalan dan berat badan tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
Untuk fase mid stance, hanya faktor pergerakan jalan dan berat badan yang
memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan interaksi dari semua antar
faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > F tabel maka interaksi antar faktor
tidak perlu dilakukan pengujian setelah ANOVA.
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Manual Fase Toe Off
Variasi Df SS MS F Hitung F tabel H0
SSa 2 525,60632 262,80316 16,67687 3,03767 Tolak
SSb 1 682,22229 682,22229 32,68963 3,88487 Tolak
SSc 3 9197,52591 3065,84197 32,03207 2,64640 Tolak
SSab 2 121,51627 60,75814 0,00127 2,99607 Terima
SSac 6 53,23479 8,87247 0,00019 2,09894 terima
SSbc 3 11,23591 3,74530 0,00008 2,60524 terima
SSabc 6 29,96979 4,99497 0,00010 2,09894 terima
error 72 15024,55649 54,83415 1 1,35472
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-4
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa:
a. Faktor model tangga berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai
GRF.
b. Faktor pergerakan jalan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
nilai GRF.
c. Faktor berat badan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai
GRF.
d. Interaksi antara faktor model tangga dan pergerakan jalan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
e. Interaksi antara faktor model tangga dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
f. Interaksi antara faktor pergerakan jalan dan berat badan tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
g. Interaksi antara faktor model tangga, pergerakan jalan dan berat badan tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai GRF.
Untuk fase toe off, hanya faktor model tangga, pergerakan jalan, dan berat
badan yang memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan interaksi dari
semua antar faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > F tabel maka interaksi
antar faktor tidak perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian setelah
ANOVA.
5.2. Analisis Uji Setelah ANOVA
Dari hasil pengujian ANOVA terhadap masing-masing faktor dan
interaksinya dari tiap fase baik dari fase loading respon, mid stance maupun toe
off dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fase Loading Respon
Pada uji ANOVA fase loading respon hanya faktor berat badan yang
memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel maka hanya faktor berat badan yang perlu
dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian setelah ANOVA dengan metode
student-newman keul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-5
2. Fase Mid Stance
Untuk fase mid stance, hanya faktor pergerakan jalan dan berat badan yang
memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan faktor model tangga dan
interaksi dari semua antar faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > F tabel
maka tidak perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian setelah
ANOVA dan setelah dilakukan uji setelah ANOVA hanya faktor berat badan yang
memiliki nilai signifikan maka dapat disimpulkan bahwa faktor berat badan
mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap perubahan nilai GRF.
Padahal dalam uji ANOVA, didapatkan bahwa pergerakan jalan
berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF. Hasil ini dikarenakan faktor
pergerakan jalan pada fase mid stance mempunyai pengaruh yang relatif sangat
kecil terhadap perubahan nilai GRF.
3. Fase Toe Off
Untuk fase toe off, hanya faktor model tangga, pergerakan jalan, dan berat
badan yang memasuki wilayah kritis Fhitung
> Ftabel sedangkan interaksi dari
semua antar faktor tidak memasuki wilayah kritis Fhitung > F tabel maka interaksi
antar faktor tidak perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu pengujian setelah
ANOVA dan setelah dilakukan uji setelah ANOVA hanya faktor berat badan yang
memiliki nilai signifikan maka dapat disimpulkan bahwa faktor berat badan
mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap perubahan nilai GRF.
Padahal dalam uji ANOVA, didapatkan bahwa model tangga dan
pergerakan jalan berpengaruh terhadap perubahan nilai GRF. Hasil ini
dikarenakan faktor model tangga dan pergerakan jalan pada fase toe off
mempunyai pengaruh yang relatif sangat kecil terhadap perubahan nilai GRF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir yang membahas tentang kesimpulan
yang diperoleh serta saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Penjelasan
dari kesimpulan dan saran tersebut diuraikan pada sub bab di bawah ini.
6.1 KESIMPULAN
Dari seluruh tahap-tahap penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pada uji ANOVA yang telah dilakukan dari semua faktor-faktor mulai dari
faktor model tangga, pergerakan jalan, dan berat badan terhadap semua fase
mulai dari fase loading respon, mid stance maupun toe off ternyata hanya
faktor berat badan yang mempunyai nilai signifikan dan dapat disimpulkan
bahwa faktor berat badan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap
perubahan nilai GRF.
2. Untuk mengetahui faktor berat badan dari fase mana yang paling berpengaruh
terhadap perubahan nilai GRF, dapat dilihat nilai signifikansi yang terbesar
dari tiap fase dan ternyata diperoleh fase toe off yang memiliki nilai
signifikansi terbesar diikuti fase loading respon kemudian fase mid stance.
3. Faktor yang mempunyai pengaruh terkecil dan dari semua fase mulai dari fase
loading respon, mid stance maupun toe off ternyata faktor pergerakan jalan
(naik-turun) mempunyai nilai signifikansi yang paling kecil. Itu berarti faktor
pergerakan jalan (naik-turun) merupakan faktor yang paling kecil mempunyai
pengaruh terhadap perubahan nilai GRF.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemberian pelatihan kepada responden sebelum melakukan
eksperimen biomekanika naik dan turun tangga, sehingga output yang
dihasilkan dari force platform lebih akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-2
2. Sebelum pelaksanaan eksperimen dilakukan pertimbangan yang matang
dalam memilih lokasi eksperimen, karena frekuensi dari peralatan-peralatan
lain berpotensi mengganggu frekuensi radio force platform.