PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR...

21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN MAKALAH PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK Diajukan: Sang Putu Dian Dwipayana NPM: 144060006313 Kelas: 7/A, No. Absen: 30 Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi STAR BPKP Semester VII T.A. 2014/2015

description

BBM Bersubsidi meski secara keseluruhan, berdasarkan laporan keuangan menunjukkan rugi. Perhitungan CVP menunjukkan bahwa terdapat kerugian yang disumbangkan dari pemberiansubsidi pada minyak solar namun tertutupi dari pendapatan BBM jenis lain yaitu premium danminyak tanah. Perhitungan CVP ini dapat menunjukkan gambaran titik impas yang harusdicapai oleh PT Pertamina sehingga dengan penentuan titik impas ini akan mengarahkankeputusan dari manajemen untuk menaikkan volume penjualan atau menaikkan harga jualproduk. Arah kebijakan manajemen ini harus diantisipasi juga oleh pemerintah melaluikebijakan subsidi atau kebijakan lain yang dirasa mampu meredam dampak dari kebijakan yangakan dibuat manajemen.

Transcript of PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR...

Page 1: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG SELATAN

MAKALAH

PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS

TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

Diajukan:

Sang Putu Dian Dwipayana

NPM: 144060006313

Kelas: 7/A, No. Absen: 30

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

Akuntansi Manajemen Program Diploma IV Keuangan

Spesialisasi Akuntansi STAR BPKP Semester VII T.A. 2014/2015

Page 2: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

Abstrak

PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang berasal dari kekayaan pemerintah

yang dipisahkan yang mendapat mandat untuk menyediakan bahan bakar minyak untuk

keperluan masyarakat luas. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam usaha sektor privat,

maka tujuan utama dari PT Pertamina adalah memaksimalkan laba. Mengingat PT Pertamina

ditunjuk untuk menyediakan bahan bakar untuk konsumen tertentu, maka harga yang harus

diberikan juga berbeda. Untuk itu, pemerintah memberikan subsidi agar harga jual yang

ditetapkan oleh Pertamina masih bisa dijangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu besaran

subsidi yang diberikan oleh pemerintah harus tepat sesuai dengan tujuan dan sasaran

pemberian subsidi. CVP sebagai alat ukur untuk menilai perilaku dan hubungan antara biaya,

jumlah unit dan laba digunakan dalam pengambilan keputusan besaran subsidi yang akan

diberikan. Oleh karena itu, subsidi yang diberikan oleh pemerintah setidaknya dapat

mengarahkan produk BBM bersubsidi tersebut kepada titik impas atau Break Even Point.

Penelitian CVP kali ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif atas Laporan

Keuangan Konsolidasian PT Pertamina dan Entitas Anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perhitungan besar subsidi yang diberikan pemerintah masih memberikan laba atas penyediaan

BBM Bersubsidi meski secara keseluruhan, berdasarkan laporan keuangan menunjukkan rugi.

Perhitungan CVP menunjukkan bahwa terdapat kerugian yang disumbangkan dari pemberian

subsidi pada minyak solar namun tertutupi dari pendapatan BBM jenis lain yaitu premium dan

minyak tanah. Perhitungan CVP ini dapat menunjukkan gambaran titik impas yang harus

dicapai oleh PT Pertamina sehingga dengan penentuan titik impas ini akan mengarahkan

keputusan dari manajemen untuk menaikkan volume penjualan atau menaikkan harga jual

produk. Arah kebijakan manajemen ini harus diantisipasi juga oleh pemerintah melalui

kebijakan subsidi atau kebijakan lain yang dirasa mampu meredam dampak dari kebijakan yang

akan dibuat manajemen.

Keyword: CVP, BBM Subsidi, BEP, Akman, Kebijakan

Abstract

PT Pertamina is a State Owned Enterprises that comes from government equity separated

mandated to provide fuel for public purposes. As a company that is engaged in the private

sector, the main purpose of PT Pertamina is to maximize profit. appointment of PT Pertamina to

provide fuel for a specific consumer, then the price should be given also different. Therefore, the

granting of subsidies by the Government aims to set the selling price can be reached by the

community. So, the amount of subsidies given by the Government to be precise in accordance

with goals and objectives the granting of subsidies. The CVP as a measurement tool to assess

the behavior and the relationship between costs, profit and number of units used in decision-

making to determine number of subsidy that have to be provided. Therefore, subsidies granted

by the Government at least can lead the subsidized fiuel to the Break Even Point.

Page 3: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

Research this time done with CVP method descriptive study on consolidated financial

statements of PT Pertamina and the child Entity. The results showed that the calculation of the

subsidy given to the Government is still giving a return on provision of Subsidized fuel even

though overall, based on the financial report shows a loss. CVP calculation show that there

were losses that stemmed from the sale of petroleum diesel, but the losses may be covered by

other FUEL sales income i.e. premium and kerosene. The CVP calculation may described the

amout of breakeven to be achieved by PT Pertamina, so by the determination of the breakeven

will direct the decision of management to raise the volume of sales or increase the selling price

of the product. This management policy direction should be anticipated by the Government

through a policy of subsidies or other policies that might reduce the impact of the policy that will

be made by management.

Keyword: CVP, Fuel Subsidy, BEP, Management Accounting, Policy

Page 4: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 1

Bagian I Pendahuluan

Subsidi merupakan pemberian dalam bentuk uang sebagai penambah ekonomis yang dapat digunakan sebagai penambah konsumsi atau tujuan tertentu dari penerima subsidi. Dalam aspek luas, subsidi berhubungan dengan pengeluaran yang dianggarkan oleh pemerintah dan dituangkan dalam APBN atau APBD sebagai belanja pemerintah. Karakter subsidi yang merupakan bantuan sosial maka subsidi memiliki sifat yaitu berpengaruh jangka pendek dan untuk tujuan konsumtif. Besaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah setiap tahunnya berada pada kisaran 11% sampai dengan 13% dari nilai belanja APBN. Oleh karena itu, dalam menentukan besaran anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah diperlukan suatu perhitungan agar penganggaran dapat lebih realistis sehingga anggaran yang tepat akan dapat digunakan secara tepat juga.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Laba adalah tujuan utama dari perusahaan yang bergerak di sektor privat. Laba dijadikan fokus utama oleh perusahaan agar bisa mempertahankan kelangsungan usahanya dan sekaligus mengembangkan usahanya melalui invasi atau perluasan. Laba yang tinggi akan muncul jika pendapatan perusahaan juga tinggi dengan menekan biaya sekecil mungkin atau penggunaan biaya untuk mengolah sumber daya yang ada dengan biaya pada tingkat yang paling efisien. Untuk mempertahankan kelangsungan usaha, perusahaan memerlukan arus kas yang baik melalui penjualan dan atas kas yang diterima tersebut akan digunakan sebagai pembiayaan di masa yang akan datang. Untuk memastikan kas yang diterima akan dapat digunakan kembali untuk kegiatan operasi, maka dibutuhkan suatu perencanaan keuangan yang baik. Perencanaan keuangan ini tidak hanya bertujuan untuk menjadi acuan agar para manajer dan divisi bisa menentukan keputusan untuk pencapaian tujuan, tetapi juga melakukan pengawasan dan koreksi atas penyimpangan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat dikendalikan atau dioptimalkan.

Perencanaan yang baik terhadap keuangan akan memberikan manfaat kepada penentuan harga jual dan tingkat laba yang diinginkan (contribution margin). Namun sebelum bisa menentukan harga jual dan laba yang diharapkan dapat terealisasi, diperlukan perhitungan mengenai berapa besaran biaya minimum yang harus ditutupi melalui penjualan atas kegiatan pembuatan produk. Titik ini dikenal sebagai titik impas break even point (BEP) dimana perusahaan tidak untuk dan tidak rugi. Dengan kata lain, untuk dapat menentukan titik impas, perusahaan harus menentukan berapa jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba. Metode pengukuran yang dapat digunakan adalah metode Cost Volume Profit. Metode ini selain dapat memberikan gambaran pada unit dan harga berapa titik impas itu berada tetapi juga bisa menjadi acuan dalam perencanaan pengeluaran pemerintah dalam menganggarkan besaran nilai subsidi. Subsidi diperlukan karena tujuan agar pemerintah dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Jika suatu barang harganya naik, maka disinilah perlu dilakukan suatu kebijakan. Dalam praktiknya, pemberian subsidi dilakukan terhadap barang dan/atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat umum seperti jasa pelayanan rumah sakit, jasa transportasi publik seperti Transjakarta, dan juga misalnya bahan bakar minyak (BBM).

1.2 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran suatu kondisi yang terjadi pada tahun 2013 atas kondisi harga minyak dunia yang meningkat yang memaksa pemerintah menaikkan harga BBM. Dengan CVP, gambaran tersebut dapat ditangkap dan dituangkan ke dalam angka perhitungan. Hasil analisis CVP ini diharapkan mampu menunjukkan perilaku biaya, tingkat laba serta unit produksi sehingga dapat diketahui nilai BEP suatu produk. Dengan mengetahui nilai BEP tersebut dapat menjadi acuan bagi pemerintah terhadap penetapan besaran subsidi BBM pada APBN. Sebagai manajer puncak, peran CVP ini sangat penting untuk keberhasilan rencana kerja pada periode tahun anggaran selanjutnya.

Page 5: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 2

Bagian II Landasan Teoritis

1. Akuntansi manajemen a. Tujuan Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen dalam suatu perusahaan memiliki peranan yang penting karena akuntansi manajemen digunakan untuk tujuan: 1) Menyediakan informasi biaya dari suatu produk baik barang atau jasa; 2) Menyediakan informasi untuk tujuan perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan

perbaikan yang terus menerus (continuous improvement); dan 3) Membantu manjer dalam proses pengambilan keputusan atas beberapa alternatif

atau pilihan secara objektif. b. Peran Akuntansi Manajemen

Terdapat dua peran akuntansi manajemen bagi perusahaan yaitu sebagai fungsi lini dan fungsi staf. Fungsi lini merupakan fungsi yang ada pada manajer puncak yang menjadi pusat bisnis dari suatu perusahaan terkait dengan kebijakan yang berhubungan strategi jangka panjang perusahaan yang memiliki pengaruh luas bagi internal dan eksternal perusahaan. Sedangkan fungsi staf merupakan peran pendukung dari pelaksanaan strategi perusahaan.

c. Fokus Akuntansi Manajemen Dalam meningkatkan nilai perusahaan, akuntansi manajemen berfokus pada enam hal. Pertama, Activity Based Management yang mengarahkan fokus manajemen kepada penilaian biaya berdasarkan aktivitas dan analisis proses sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Kedua, Customer Oriented yang merupakan perspektif fokus untuk mencari cara terbaik dalam memberikan manfaat yang maksimal atas apa yang telah dikorbankan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan dan menjaga keberlangsungan dari value chain framework dan menjaga posisinya baik sebagai cost leadership ataupun bagaimana menciptakan superior product yang meskipun ada pesaing lain yang serupa. Ketiga, Cross Functional Perspective memaksa manajer untuk memahami berbagai rantai nilai (value chain) yang dimiliki perusahaan. Keempat, Total Quality Management bertujuan untuk mengarahkan perusahaan untuk melakukan perbaikan terus menerus hingga bisa menghasilkan produk atau jasa yang tidak ada kecacatan (zero defect). Kelima, Time as a Competitive Element merupakan fokus yang berhubungan dengan efisiensi. Penghematan waktu dengan aplikasi dan informasi yang ada akan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan. Keenam, E-Business atau electronic business merupakan bentuk transaksi bisnis dengan menggunakan informasi yang memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk memperluas usaha melalui perluasan area penjualan dengan biaya yang lebih rendah.

2. Cost Volume Profit Analysis (CVP Analysis)

Hansen & Mowen (2007) dalam bukunya Managerial Accounting disebutkan bahwa ”CVP analysis is a powerful tool for planning and decision making. Because CVP analysis emphasizes the interrelationships of costs, quantity sold, and price, it brings together all of the financial information of the firm”. Selain itu, pengertian senada juga dinyatakan oleh Garrison (2012) sebagaimana bukunya Managerial Accounting bahwa “CVP analysis is a powerful tool that helps managers understand the relationships among cost, volume, and profit”. Keduanya berasumsi bahwa CVP merupakan alat yang untuk mengerti hubungan antara biaya, jumlah unit dan laba untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, Horngren (2012) juga menyebutkan bhwa “CVP analysis examines the behavior of total revenues, total costs, and operating income as changes occur in the units sold, the selling price, the variable cost per unit, or the fixed costs of a product”.

Oleh karena itu, dapat disederhanakan bahwa Cost Volume Profit Analysis merupakan alat yang bisa menilai dengan kuat atas hubungan atau perilaku antara biaya, jumlah unit yang diproduksi, dengan harga, yang secara bersama-sama memberikan informasi keuangan bagi perusahaan untuk digunakan dalam perencanaan dan pengambilan

Page 6: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 3

keputusan. CVP Analysis mengkaji efek perubahan biaya dan jumlah unit terhadap laba perusahaan dengan mengaitkan level produksi, harga jual produk, biaya variabel dan biaya tetap, serta bauran produk. Dalam penerapan CVP analysis terdapat beberapa asumsi yang dibutuhkan yaitu:

1) Perilaku biaya dan pendapatan adalah linear selama masih relevan dari level aktivitas produksi;

2) Semua biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya variabel atau biaya tetap; 3) Perubahan pada suatu tingkat aktivitas merupakan faktor yang mempengaruhi biaya; 4) Semua unit yang diproduksi akan terjual habis; dan 5) Ketika salah satu produk yang terjual dari beberapa jenis produk yang diproduksi,

bauran produk lainnya relatif konstan.

Beberapa hal penting dalam Cost Volume Profit Analysis yaitu:

a. Unit Cost Unit cost merupakan biaya rata-rata per unit pada level produksi tertentu. Unit cost dihasilkan dari total biaya yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja, dan overhead, yang dibagi dengan output atau jumlah unit yang diproduksi .

b. Break Even Point Break even point (BEP) merupakan keadaan di mana jumlah biaya dengan jumlah penghasilan yang dihasilkan dari penjualan adalah sama sehingga perusahaan tidak mengalami untung dan tidak rugi. Pada kondisi ini disebut sebagai titik impas atau Break event point. Untuk mengetahui besaran nilai BEP, perusahaan dapat menerapkan salah satu pendekatan berikut:

1) Pendekatan metrik yaitu dengan perhitungan matematis yang mengaitkan hubungan antara penjualan dengan biaya variabel dan biaya tetap atas suatu level produk dengan keuntungan adalah nol. Perhitungan matematisnya adalah sebagai berikut:

( ) ( )

2) Pendekatan contribution margin (CM) menitik beratkan perhitungan kepada berapa besar CM yang diperlukan untuk menutupi biaya tetap dan mengkontribuksikan pendapatan. unit CM dapat diperoleh dari harga jual unit dengan biaya variabel. Selanjutnya, biaya tetap digunakan untuk mengetahui jumlah unit dan nilai yang harus didapat dari penjualan. Rumus menghitung nilai uang dari unit CM:

Rumus menghitung CM Ratio

Menghitung BEP

( )

c. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Menurut Hansen & Mowen (2007) menyebitkan bahwa “Cost behavior is the general term for describing whether costs change as output changes”. Sedangkan Garrison (2012) menyebutkan bahwa ”Cost behavior is the way in which a cost reacts to changes in the level of activity”. Oleh karena itu, Cost behavior atau perilaku biaya merupakan perilaku berubahnya biaya apabila terdapat perubahan aktivitas, dan bagaimana reaksi biaya terhadap perubahan aktivitas. Dengan memahami perilaku biaya, maka manajemen akan mampu menganalisa potensi biaya yang akan timbul sehubungan

Page 7: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 4

dengan rencana perusahaan untuk ekspansi, penutupan atau penghentian unit usaha tertentu dsb. Klasifikasi biaya menurut perilakunya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Biaya Tetap (Fixed Cost) Hansen & Mowen (2007) menyatakan bahwa “Fixed cost is a cost that stays the same as output changes”, dan Horngren (2012) menyatakan “A fixed cost remains unchanged in total for a given time period, despite wide changes in the related level of total activity or volume”. Sehingga biaya tetap dapat diartikan sebagai biaya yang secara keseluruhan adalah tetap ketika ada kenaikan atau penurunan aktivitas dalam suatu kisaran tertentu. Biaya tetap harus memperhatikan rentang biaya yang relevan dimana biaya akan berubah pada level-level tertentu ketika unit yang diproduksi berubah. Jika aktivitas ditingkatkan maka biaya tetap juga akan meningkat. Dontoh biaya tetap misalnya biaya mandor, biaya sewa bangunan, biaya utilitas, biaya penyusutan dsb.

2) Biaya Variabel atau Biaya Berubah (Variable Cost) “Variable cost is a cost that, in total, varies in direct proportion to changes in output” adalah pernyataan menurut Hansen & Mowen (2007). Sedangkan Horngren (2012) menyakan bahwa “A variable cost changes in total in proportion to changes in the related level of total activity or volume”. Dengan dua definisi tersebut, dapat didefinisikan bahwa biaya variabel adalah biaya yang secara proporsional berubah sejalan dengan peningkatan atau penurunan dalam aktivitas. Oleh karena itu, untuk mengetahui biaya variabel harus dilakukan penelusuran terhadap aktivitas yang merupakan faktor pemicu perubahan biaya variabel. Semua biaya tetap jika dilihat dalam jangka panjang juga merupakan biaya variabel. Contoh biaya biaya variabel yaitu biaya tenaga kerja, biaya material (bahan baku) perlengkapan, persediaan dsb.

3) Biaya Semivariabel (Mixed Cost) Hansen & Mowen (2007) menyatakan bahwa "A mixed cost is a cost that has both a fixed and a variable component. For example, sales representatives are often paid a salary plus a commission on sales". Dengan demikian, biaya semivariabel dapat diartikan sebagai biaya yang mengandung dua komponen sekaligus yaitu biaya tetap maupun biaya variabel.

Hal yang harus diperhatikan terkait dengan biaya variabel dan biaya tetap yaitu:

1) Kapasitas suatu aktivitas merupakan jumlah dari aktivitas yang perusahaan bisa lakukan.

2) Fleksibelitas kebutuhan sumber daya yang digunakan dalam kaitannya dengan komitmen jangka panjang. Dalam penggunaan sumbe daya, perusahaan akan menghitung berapa jumlah sumber daya yang harus dipesan dengan kebutuhan produksi.

3) Komitmen atas kebutuhan sumber daya terjadi jika sumber daya dieroleh untuk digunakan di masa yang akan datang atas suatu perjanjian/komitmen sehingga jumlah yang dipesan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi sering tidak sama.

d. Metode Pemisahan Biaya Sebelum melakukan analisa dengan menggunakan CVP analysis diperlukan pemisahan terhadap biaya yaitu dengan memisahkan biaya ke dalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk memisahkan biaya tersebut yaitu:

1. High-low Method (Metode Tinggi Rendah) Dikutip dari buku Principles of Cost Accounting oleh Vanderbeck (2010) disebutkan bahwa “The high-low method compares a high production volume and its related cost to a low production volume with its related cost”. Metode ini merupakan metode paling sederhana dan karena kesederhanaannya itu menjadikan metode ini sebagai metode paling lemah karena hasilnya yang dianggap kurang akurat. Metode ini akan

Page 8: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 5

menunjukkan sebaran biaya dengan cara menentukan persamaan biaya melalui suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (tinggi dan rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter pemintas dan kemiringan.

2. Scattergraph Method Oleh Vanderbeck (2010) disebutkan bahwa “The scattergraph method estimates a straight line along which the semivariable costs will fall. The cost being analyzed is plotted on the y-axis of the graph, and the activity level is plotted on the x-axis”. Metode ini dapat menentukan persamaan suatu garis dengan memplot data dalam grafik scatter dengan penilaian beberapa titik yang dapat ditarik menjadi suatu garus lurus yang dapat mewakilli berbagai tingkat biaya dan kegiatan. Garis tersebut tidak hanya menggambarkan hubungan antara deviasi dari adanya titik tertinggi dan terendah, tetapi juga pertimbangan visual.

3. Least Squares Regression Method (Metode Regresi Kuadrat Terkecil) Vanderbeck (2010) meyatakan “Least Squares Regression Method uses all of the data to separate a semivariable cost into its fixed and variable elements based on the equation for a straight line: Y = a + bX”. Metode ini memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data. Metode ini memerlukan perhitungan matematis sehingga menjadkan metode ini adalah metode yang paling akurat. Terdapat estmasi hubungan linear berdasarkan persamaam Least Squares Y = a + bX, dimana: Y = variabel tidak bebas (total biaya semivariabel) a = garis intercept vertikal (total biaya tetap) b = slope garis (tarif biaya variabel) x = variabel bebas (tingkat kejadian).

e. Perubahan Variabel CVP 1) Margin of Safety (MS)

Perubahan dari variabel CVP dapat dipengaruhi karena margin of safety yaitu perbedaan nilai penjualan aktual atau yang diharapkan dengan penjualan nilai penjualan yang menghasilkan BEP. Satuan dari MS yaitu bisa berupa satuan mata uang yaitu dollar atau rupiah, atau dalam rasio berupa hasil persentase sebagaimana rumus berikut:

( ) ( )

( ) ( )

( )

2) Operating Leverage Hansen & Mowen (2007) menyebutkan bahwa “Operating leverage is the use of fixed costs to extract higher percentage changes in profits as sales activity changes”. Operating Leverage merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan pengaruh biaya tetap untuk memperbesar volume penjualan terhadap Earning Before Interest and Tax (EBIT) atau dengan kata lain memperoleh laba setinggi mungkin hanya dengan menaikkan sedikit penjualan dan/atau menambah sedikit sumber daya (aktiva) perusahaan. Biaya tetap dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pada seluruh biaya operasi tetap dan variabel. Untuk itu, diperlukan tingkatan perubahan laba operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL). DOL merupakan ukuran pengaruh perubahan penjualan terhadap laba. Adapun menghitung DOL yaitu:

DOL sebelum adanya perubahan penjualan:

Page 9: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 6

Cara menghitung persentase perubahan pendapatan operasi akibat asumsi perubahan penjualan:

( )

Cara menghitung nilai perubahan pendapatan operasi setelah adanya perubahan penjualan:

( )

f. Strategi penerapan CVP Analysis Strategi dalam penerapan CVP analysis menurut Hansen & Mowen dijabarkan sebagai berikut:

1. Tentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai BEP atau untuk mendapatkan keuntungan yang ditargetkan.

2. Hitung jumlah pendapatan yang dibutuhkan untuk mencapai BEP atau untuk mendapatkan profit yang ditargetkan.

3. Bandingkan penerapan CVP analysis dalam single-product dan multiple-product Multiple product analysis mensyaratkan asumsi mengenai komposisi sales mix.

4. Siapkan grafik profit-volume dan grafik cost-volume-profit, dan jelaskan arti dari masing-masing.

5. Jelaskan dampak risiko, ketidakpastian, dan perubahan variabel pada CVP analysis. 6. Diskusikan dampak activity-based costing (ABC) pada CVP analysis.

Bagian III Pembahasan

1. Gambaran Umum Metode Penelitian Jenis penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data dan metode analisa

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual untuk pemecaham masalah praktis. Penelitian ini mengambil data yang bersumber dari beberapa literatur buku dan situs internet yang relevan dengan topik bahasan. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan kajian kepustakaan dan menggunakan metode analisa dengan bantuan aplikasi excel sederhana untuk perhitungan dan pengamatan trend.

2. Gambaran umum kondisi objek penelitian

Objek penelitian adalah harga dan volume dari BBM bersubsidi. Besaran tersebut akan mempengaruhi jumlah subsidi yang dikeluarkan pemerintah. Pengukuran besar subsidi yang dikeluakan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Tertentu, dan Peraturan Menteri Keuangan sebagai aturan turunan dari Perpres Nomor 71 Tahun 2005. Adapun perhitungan untuk menentukan harga jual dan subsidi adalah sebagaimana pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan nomor 65/PMK.02/2012 yaitu:

“Subsidi harga dihitung berdasarkan perkalian antara subsidi harga per liter dengan volume jenis BBM tertentu yang diserahkan kepada konsumen pengguna Jenis BBM Tertentu pada titik serah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Disebutkan juga dalam pasal 1 bahwa subsidi jenis BBM tertentu per liter adalah pengeluaran negara yang dihitung dari selisih kurang antara harga jual eceran per liter jenis BBM tertentu setelah dikurangi pajak-pajak, dengan harga patokan per liter jenis BBM tertentu. Sementara itu pada ayat 6 dinyatakan harga patokan adalah harga yang dihitung setiap bulan berdasarkan MOPS (mid Oil Platt’s Singapore) harga transaksi jual beli pada bursa minyak di singapura. Penentuan harga BBM berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.65/PMK.02/2012 adalah dengan menghitung besaran dari harga rata-rata

Page 10: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 7

MOPS sebagai acuan dari asumsi harga dasar ditambah dengan alpha yaitu besaran nilai margin keuntungan dan biaya yang untuk mendistribusikan BBM. Nilai alpha ditetapkan oleh DPR untuk tahun 2013 adalah sebesar 3,32% untuk premium, 2,17% untuk minyak solar, dan 2,49% untuk minyak tanah.

Berdasarkan MOPS dan nilai alpha akan dapat diketahui besar harga pokok BBM. Setelah mengetahui besar nilai harga pokok BBM maka akan diketahui titik impas dari BBM dan memperhitungkan keuntungan dari pihak pengelola pengadaan bahan bakar minyak.

Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

( )

( )

Dengan keterangan yaitu: SH =Subsidi harga SHL =Subsidi harga per liter V =Volume Jenis BBM Tertentu (liter) HJE BBM =Harga Jual Eceran BBM (Rp/liter) PPN =Pajak Pertambahan Nilai (Rp/liter) PBBKB =Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Rp/liter) HP BBM =Harga Patokan BBM (Rp/liter) MOPS = Mid Oil Platt’s Singapore (harga di bursa minyak Singapura) Alpha = Biaya distribusi + margin, ditetapkan melalui Kempen ESDM No 3794 K/12/MEM/2013 tanggal 11 November 2013 (http://lampost.co/berita/pemerintah-tambah-alfa-bbm-bersubsidi- ) Kempen ESDM No 3794 K/12/MEM/2013 tanggal 11 November 2013 tentang Perubahan Atas Kepmen ESDM No 2046 K/12/MEM/2013 tanggal 18 April 2013 tentang Patokan Jenis Bahan Bakar Tertentu Untuk PT Pertamina (persero) Tahun Anggaran 2013 yang dikeluarkan pada 11 November 2013 menetapkan harga patokan BBM subsidi jenis premium dengan alpha sebesar 3,32 persen MOPS+Rp 484 per liter dan solar sebesar 2,17 persen MOPS+Rp 521 per liter. Berdasarkan perhitungan akan dihasilkan harga jual sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Perkiraan Harga Pokok Bahan Bakar Minyak

Sumber: Data diolah dari berbagai sumber.

Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi PT Pertamina (Persero) dan Entitas Anak Tahun 2013 yang telah diolah, didapatkan data sebagai berikut:

No. UraianHarga

PremiumHarga Solar

Harga

Minyak

Tanah

Keterangan

1 Harga Menurut MOPS (US$/barel) 100 100 100

2 Kurs Rupiah 12.500 12.500 12.500

3 Harga Menurut MOPS (Rp) 1.250.000 1.250.000 1.250.000

4 Konversi barel ke liter (barel/liter) 159 159 159 1 barel = 159 lt

5 Harga bahan bakar MOPS 7.862 7.862 7.862

6 Alpha BBM 745 692 459 Biaya distribusi + margin

7 Harga Pokok Bahan Bakar 8.607 8.553 8.320

8 Harga Jual 6.500 5.500 2.500

9 Subsidi 2.107 3.053 5.820 berubah menurut harga

minyak dunia

Page 11: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 8

Tabel 3.2:Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian Tahun 2013

Sumber: Data diolah dari Laporan Keuangan PT. Pertamina Tahun 2013

Asumsi yang digunakan: 1. Biaya impor BBM bersubsidi dianggap sebagai pembelian bahan baku 2. Penjualan BBM diperoleh dari penjualan produk minyak ditmbah dengan subsidi dari

pemerintah 3. Persentase penjualan BBM dengan jumlah total pendapatan adalah 66,18% yang didapat

dari jumlah pendapatan setelah penyesuaian dibagi dengan jumlah pendapatan awal 4. Konsep matching cost digunakan untuk menyesuaikan jumlah beban yang terkait dengan

produksi BBM subsidi kecuali untuk impor BBM jadi. 5. Semua jenis BBM dipersamakan (tidak ada pembedaan antara solar, premium dan

minyak tanah

Berdasarkan data diolah dari laporan keuangan tahun 2013 diperoleh data sebagai berikut: Sales = $ 47.056.845 Variable Cost = $ 42.590.334 Fixed Cost = $ 1.063.588 Profit = $ 3.402.922 Berdasarkan data olah tersebut, jika diasumsikan penjualan dan beban didasarkan kepada persentase jumlah penjualan per jenis bahan bakar maka didapatkan perhitungan sebagai berikut:

Awal Keterangan

Penjualan

Produk Minyak

Minyak solar 16.803.326

Bensin Premium 13.107.192

Minyak tanah 350.383

Penjualan dalam negeri 30.260.901 Sales

SubsidiJumlah bersih penggantian biaya subsidi jenis BBM tertentu 16.795.944

Penggantian biaya subsidi dari pemerintah 16.795.944 Sales

Jumlah Pendapatan 47.056.845 71.102.102 Sales

HPP

Bahan baku 19.468.393 Variabel

Bahan pembantu 1.168.796 Variabel

Sewa 344.098 Fixed

Utilitas, prasarana, bahan bakar 337.041 Fixed

Gaji, upah, dan tunjangan karyawan lainnya 282.276 Variabel

Penyusutan 243.582 Fixed

Angkutan dan transportasi 176.047 Variabel

bea masuk 100.952 Variabel

Perawatan dan perbaikan 87.415 Variabel

Jasa profesional 81.790 Variabel

Material dan Peralatan 71.932 Variabel

Perjalanan dinas 17.556 Variabel

Overhead lainnya 47.173 Variabel

Penyesuaian persediaan 349.727

HPP 22.776.779 33.358.467

Pembelian produk minyak Variabel

impor bensin premium 13.531.907 Variabel

impor minyak solar 5.572.942 Variabel

Jumlah Pembelian produk minyak 19.104.849 27.551.741 Variabel

Lainnya

Beban produksi hulu dan lifting 1.633.427 Variabel

Beban eksplorasi 138.867 Fixed

Jumlah beban lainnya 1.772.294 3.192.643

Beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya 43.653.923 64.102.851

Laba kotor 3.402.922 6.999.251

Uraian Disesuaikan

Page 12: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 9

Tabel 3.3. Distribusi Pendapatan dan Biaya Produk BBM Bersubsidi

Sumber: Data diolah dari laporan keuangan PT Pertamina tahun 2013

Berdasarkan angka-angka tersebut dapat diperoleh perhitungan CVP analysis sebagai berikut:

Tabel 3.4. Perhitungan CVP Analysis Produk BBM Subsidi

Sumber: Data diolah dari laporan keuangan PT Pertamina tahun 2013

Berdasarkan MOPS, menurut perhitungan pertamina selama tahun berjalan terjadi kerugian sebesar US $32.198 untuk penyediaan BBM subsidi sebagaimana dituangkan dalam laporan keuagan tahun 2013. Subsidi pemerintah pada tahun 2013 atas subsidi energi adalah sebesar sebesar Rp 274.743.000.000.000 jika dikonversi ke dalam US dollar dengan asumsi kurs Rp1.000 adalah sama dengan $0,08 maka besar subsidi pemerintah sebesar US$21.979.440.000. Jika dibandingkan dengan subsidi yang diberikan pemerintah, maka subsidi BBM tersebut masih bisa membuat PT Pertamina mendapatkan laba kotor atas penyediaan BBM subsidi yaitu sebesar US$3.402.922. Meskipun terdapat selisih yang

Solar Premium Minyak Tanah Keterangan

Penjualan dan Subsidi

Jumlah Pendapatan 26.129.807 20.382.179 544.859 Sales

HPP

Bahan baku 10.810.443 8.432.530 225.419 Variabel

Bahan pembantu 649.011 506.252 13.533 Variabel

Sewa 191.071 149.042 3.984 Fixed

Utilitas, prasarana, bahan bakar 187.153 145.986 3.903 Fixed

Gaji, upah, dan tunjangan karyawan lainnya 156.743 122.265 3.268 Variabel

Penyusutan 135.257 105.505 2.820 Fixed

Angkutan dan transportasi 97.756 76.253 2.038 Variabel

bea masuk 56.057 43.726 1.169 Variabel

Perawatan dan perbaikan 48.540 37.863 1.012 Variabel

Jasa profesional 45.416 35.426 947 Variabel

Material dan Peralatan 39.943 31.157 833 Variabel

Perjalanan dinas 9.749 7.604 203 Variabel

Overhead lainnya 26.194 20.433 546 Variabel

Penyesuaian persediaan 194.197 151.481 4.049 Variabel

HPP 12.647.530 9.865.523 263.726

Pembelian produk minyak Variabel

impor bensin premium 13.531.907 Variabel

impor minyak solar 5.572.942 Variabel

Jumlah Pembelian produk minyak 13.531.907 5.572.942 - Variabel

Lainnya

Beban produksi hulu dan lifting 907.012 707.502 18.913 Variabel

Beban eksplorasi 77.110 60.149 1.608 Fixed

Jumlah beban lainnya 984.123 767.651 20.521

Beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya 27.163.560 16.206.116 284.247

Laba kotor (1.033.752) 4.176.063 260.612

Uraian

Solar Premium Minyak Tanah

Jumlah Pendapatan 26.129.807 20.382.179 544.859

Laba kotor (1.033.752) 4.176.063 260.612

Fixed Cost 590.591 460.682 12.315

Variable Cost 26.572.968 15.745.434 271.932

CM ($) (443.161) 4.636.745 272.927

CM (%) -1,70% 22,75% 50,09%

BEP ($) (34.822.607) 2.025.064 24.585

BEP (%) -133,27% 9,94% 4,51%

Harga Jual (Rp) 8607 8553 8548

BEP (Unit) = BEP (%) x Harga Jual (11.469,88) 849,80 385,72

Margin of Safety 60.952.414 18.357.115 520.274

Margin of Safety Ratio 233,27% 90,06% 95,49%

Operating Income (1.033.752) 4.176.063 260.612

DOL 0,43 1,11 1,05

Uraian

Page 13: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 10

cukup signifikan sebesar US$3.370.724 antara perhitungan menggunakan CVP analysis dengan hasil perhitungan dari PT Pertamina, perbedaan ini dapat diasumsikan sebagai selisih karena fluktuasi harga minyak dunia dan kurs mata uang yang mengalami perubahan. Berdasarkan perhitungan CVP terhadap pengaruh biaya, volume dan laba serta titik impas (BEP), maka perhitungan besaran subsidi BBM dengan menetapkan harga Premium sebesar Rp6.500 dan solar sebesar Rp5.500 sudah menunjukkan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas subsidi adalah dengan adanya subsidi tidak membuat harga BBM melambung tinggi sehingga masih bisa menjaga daya beli masyarakat. Efisiensi subdisi adalah dilihat dari deviasi nilai laba menurut CVP dengan besaran rugi menurut PT Pertamina yang tidak terlalu material. Untuk itu, diperlukan kajian mendalam atas efisiensi subsidi terutama untuk pemberian porsi subsidi kepada minyak solar agar dapat mengetahui faktor penyebab kerugian pada produk minyak solar serta kemingkinan risiko penimpangan dalam penggunaan subsidi.

Berdasarkan data di atas, PT Pertamina telah mendapat laba pada penjualan premium dan minyak tanah namun merugi pada penjualan solar. Sangat dapat dipahami bahwa dari penjualan solar pertamina mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan sebagian besar pengguna masyarakat kecil masih sangat membutuhkan solah untuk aktivitas baik untuk bahan bakar kendaraannya maupun keperluan sehari-hari lainnya. Selain itu, solar sangat banyak digunakan terutama pada jasa pengangkutan (transportasi) barang dan usaha mikro seperti nelayan untuk menjalankan perahu. Tidak hanya itu, pola dan budaya masyarakat di Indonesia juga masih kurang dalam hal tingkat keekonomisannya. Masyarakat cenderung menghambur-hamburkan sesuatu yang dirasa murah. Dengan masih tingginya permintaan pada solar maka nilai subsidi yang diberikan semakin besar porsinya untuk diberikan kepada solar.

Jika pertamina menginginkan untuk tidak rugi atau mencapai titik impas (BEP) pada penjualan solar, maka Pertamina dapat memilih cara berikut:

1) Pertamina meningkatkan jumlah produksi dan menjual solar lebih banyak hingga dua kali dari jumlah volume (liter) penjualan saat ini; atau

2) Pertamina menaikkan harga jual solar menjadi dua kali lipat dari harga saat ini.

Masing-masing pilihan akan memiliki dampak tersendiri yaitu:

1. Jika pilihan pertama diambil, maka akan berpengaruh kepada sisi nonkeuangan yaitu semakin banyak minyak bumi yang harus diambil atau dikonsumsi dan tejadi peningkatan gas buang atas pembakaran mesin. Hal ini akan berdampak pada lingkungan. Selain itu, dengan tidak adanya kontrol pengonsumsian bakan bakar akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang konsumtif terhadap bahan bakar yang dapat mengakibatkan risiko ketergantungan. Jika ketergantungan sampai terjadi maka akan dapat berdampak kepada krisis keuangan jika tiba-tiba nilai tukar rupiah melemah dan harga perbarel dari minyak dunia meningkat.

2. Jika pilihan kedua diambil maka akan dapat berdampak sisi keuangan pemerintah yaitu akan muncul masalah inflasi besar-besaran sehingga pemerintah harus mengamankan perekonomian dengan menggunakan cadangan devisa untuk menyelamatkan negara dari krisis. Isu kenaikan BBM sangat sensitif sebagai akibat dari asimetris informasi di masyarakat. Oleh karena itu, jika harga premium naik maka akan direspon negatif oleh rakyat dan investor serta menuai protes keras dari rakyat.

Perhitungan CVP hanya menampilkan kondisi suatu entitas secara parsial yang mengarahkan pengambilan keputusan berdasarkan kepada cost and benefit. Dengan CVP bisa tergambarkan bahwa pilihan yang akan diambil namun berisiko sangat besar.Untuk itu, dengan mengkaji sekali lagi atas laporan keuangan tahun 2013 bahwa PT Pertamina masih memperoleh laba dari total penjualan, maka sebaiknya pertamina dan pemerintah bekerja sama menanggulangi kondisi berdasarkan hasil perhitungan CVP ini. Adapun alternatif yang dapat diambil oleh PT Pertamina adalah:

Page 14: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 11

1. Pertamina tidak menaikkan harga atau menambah konsumsi solar mengingat secara keseluruhan penyediaan BBM bersubsidi masih menguntungkan.

2. Mulai menggiatkan kembali program edukasi dengan mengalihkan para pengguna kendaraan untuk menggunakan bahan bakar nonsubsidi seperti pertamax dan biosolar, pertamax plus, atau beralih dengan menggunakan moda transportasi lain seperti busway, atau program bike to work.

3. Kebijakan peremajaan kendaraan dengan bahan bakar solar akan dapat mengurangi efek pengonsumsian solar, selain lebih hemat juga mengurangi gas buang.

4. Kebijakan program subsidi tetap namun harga BBM yang dibuat mengambang akan mengajarkan masyarakat untuk menyadari pentingnya bahan bakar dan mengajarkan masyarakat untuk tidak panik apabila terjadi perubahan harga sehingga ekonomi semakin stabil.

Bab IV Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab III, dapat disimpulkan bahwa CVP sangat informatif dalam memberikan gambaran atas kondisi suatu dari produk PT Pertamina yang mendapat subsidi. CVP berperan dalam penyediaan informasi mengenai biaya, unit dan tingkat laba atas masing-masing jenis produk BBM subsidi baik premium, solar dan minyak tanah sehingga manajer puncak bisa mengambil keputusan terbaik dalam menangani situasi yang terjadi. Dengan menggunakan CVP analysis diketahui bahwa PT Pertamina mengaku rugi sebesar US$32.198 namun berdasarkan perhitungan CVP adalah laba. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termauk asumsi yang digunakan dalam penghitungan dengan CVP analysis. Di sisi lain, CVP analysis juga menyediakan informasi yang sangat relevan untuk diaplikasikan dalam menghitung besaran nilai minimal yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Dengan mengetahui nilai titik impas, manajer akan dapat menentukan langkah apa yang akan diambil untuk suatu menghadai suatu kondisi agar pencapaian tujuan orgasnisasi dapat berjalan dengan sukses. Selain itu, CVP secara tidak langsung dapat menggambarkan kelemahan dari suatu produk sehingga manajemen dapat memberikan fokus perbaikan kepada unit produk yang lemah dan mempertimbangkan dampak dari kebijakan yang akan diambil.

Page 15: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 1

DAFTAR PUSTAKA

Biswan, A. T. 2009. Membumikan Akuntansi Manajemen. InfoArtha, Jurnal Informasi

Keuangan dan Akuntansi Nomor 1 Tahun VII/2009 Garrison, R. H., E. W. Noreen, dan P. C. Brewer. 2012. Managerial Accounting, 14th edition.

McGraw-Hill/Irwin. Hansen, D. R., dan M. M. Mowen. 2007. Managerial Accounting, 8th edition. Thomson

South-Western. Horngren, C. T., S. M. Datar, dan M. V. Rajan. 2012. Cost Accounting: A Managerial

Emphasis, 14th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Munawar, Dungtji, 2013, Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam APBN.BDK

Cimahi Vanderbeck, E. J. 2010. Principles of Cost Accounting, 15th edition. South-Western Cengage

Learning. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pendistribusian

Bahan Bakar Minyak Tertentu Peraturan Menteri Keuangan No.65/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.02/2011 tentang Tata Cara PEnyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor Republik Indoesia Nomor 18

Tahun 2013 tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Untuk Konsumen Pengguna Tertentu

Kempen ESDM No 3794 K/12/MEM/2013 tanggal 11 November 2013 tentang Perubahan

Atas Kepmen ESDM No 2046 K/12/MEM/2013 tanggal 18 April 2013 tentang Patokan Jenis Bahan Bakar Tertentu Untuk PT Pertamina (persero) Tahun Anggaran 2013

Tim Penyusun, Kementerian ESDM, 2012.Kanjian Analis Isu-isu Sektor ESDM Laporan Keuangan Konsolidasi PT Pertamina (Persero) dan Entitas Anak Tahun Anggaran

2013/2012 [1] Kajian analisis isu isu sektor sdm

http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Hasil%20Kajian/ESDM%20Analis.pdf diakses

tanggal 25 Februari 2015

[2] Kwik Kian Gie: Naikan BBM, Pemerintah Untung Besar http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/14/11/25/nflodd-kwik-kian-gie-naikan-bbm-pemerintah-untung-besar diakses tanggal 25 Februari 2015

[3] Memahami Argumentasi Kwik Kian Gie Mengenai Subsidi BBM. Tepatkah untuk kasus

Indonesia? https://luthfiti96.wordpress.com/2014/11/18/memahami-argumentasi-kwik-kian-gie-mengenai-subsidi-bbm/ diakses tanggal 25 februari 2015

Page 16: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

CVP Analysis – Subsidi BBM | 2

[4] Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam APBN http://www.bppk.kemenkeu.go.id/bdk/cimahi/attachments/299_Memahami%20Subsidi.pdf diakses tanggal 25 Februari 2015

[5] Pemerintah Tambah Alfa BBM Bersubsidi http://www.lampost.co/berita/pemerintah-

tambah-alfa-bbm-bersubsidi- diakses tanggal 28 Februari 2015

Page 17: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

Lampiran I: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT Pertamina Tahun 2013

Page 18: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK
Page 19: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK
Page 20: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK
Page 21: PENGARUH MODEL PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS TERHADAP BESARAN ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

Lampiran II Besaran Anggaran Subsidi BBM Tahun 2013

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Pendapatan dan Hibah 723.058 781.354 985.725 949.656 1.104.902 1.311.387 1.529.673 1.662.500

Penerimaan Dalam Negeri 720.389 779.214 984.786 948.149 1.101.162 1.310.562 1.525.189 1.661.100

Penerimaan pajak 509.462 591.978 725.843 742.738 850.255 1.032.570 1.192.994 1.310.200

Penerimaan bukan pajak 210.927 187.236 258.944 205.411 250.907 277.992 332.195 350.900

Hibah 2.669 2.140 939 1.507 3.740 825 4.484 1.400

Pengeluaran 763.571 854.660 1.037.067 1.047.666 1.229.558 1.435.407 1.683.011 1.816.700

Pengeluaran Pemerintah Pusat 504.776 573.431 716.376 725.243 836.578 964.997 1.154.381 1.230.300

101.202 128.169 143.556 160.364 180.825 215.862 241.606 276.700

72.186 52.397 77.688 107.090 137.850 188.002 200.735 203.700

73.130 101.539 93.802 82.176 135.854 151.975 184.364 205.800

85.087 91.366 101.658 115.595 115.209 122.217 113.244 119.500

102.924 97.875 166.701 157.820 187.624 208.850 317.219 336.300

Subsidi BBM 61.838 45.807 103.568 106.527 136.614 168.560 274.743 284.718

Subsidi non BBM 41.086 52.068 63.133 51.293 51.010 40.290 42.476 51.582

- - – 7.192 771 1.797 3.621 3.500

51.409 67.402 67.848 64.291 63.184 47.764 73.609 55.900

18.838 34.683 65.123 30.715 15.261 28.530 19.983 28.900

258.795 281.229 320.691 322.423 392.980 470.410 528.630 586.400

44.574 18.060 50.316 17.585 9.447- 1.802- 40.094- 34.700

40.513- 73.306- 51.342- 98.010- 124.656- 124.020- 153.338- 154.200-

Catatan: 1 Angka RAPBN

Sumber: Kementerian Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (miliar rupiah), 2007-2014

Pengeluaran untuk Daerah

Surplus/Defisit Anggaran

Rincian

(1)

Keseimbangan Primer

Belanja pegawai

Belanja barang

Belanja modal

Pembayaran bunga utang

Subsidi

Belanja hibah

Bantuan sosial

Belanja lainnya