PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION...

189
PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh SOFIYAH NIM : 103016327172 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Transcript of PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION...

  • PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP

    HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan)

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    SOFIYAH

    NIM : 103016327172

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1431 H/2010 M

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP

    HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

    (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan)

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    SOFIYAH

    NIM : 103016327172

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Zulfiani, M. Pd. Erina Hertanti, M. Si.

    NIP. 19760309 200501 2 002 NIP. 19720419 199903 2 002

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1431 H/2010 M

  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

    Skripsi berjudul : "Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa", oleh : Sofiyah, NIM : 103016327172, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S.1 (S.Pd.) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

    Jakarta, September 2010

    Panitia Ujian Munaqasyah

    Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc. NIP. 19700209 20003 2 001

    ....................

    ..........................

    Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih, M.Pd. NIP. 19790510 200604 2 001

    ....................

    ..........................

    Penguji I Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si. NIP. 19540310 198803 1 001

    ....................

    ..........................

    Penguji II Drs. Hasian Pohan, S. Pd. M. Si NIP. 130 805 861

    ....................

    ..........................

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

    Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003

  • LEMBAR UJI REFERENSI

    Dosen Pembimbing No. Footnote I II

    BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan

    Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.html

    2 Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas, artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi-pembelajaran-fisika-dengan.html

    3 Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.html

    4 Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Muallimat NW Pancor, artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html), h. 17

    5 Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd Edition, (London : SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29

    BAB II 1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan

    Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.26

    2 Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat, (Jakarta : Depdiknas, 2002), h. 18

    3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning, artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari http://xpresiriau.com/teroka/artikel-tulisan-pendidikan/ teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning/

    4 Trianto, Op. Cit., h. 27

    5 Ibid., h. 28

    6 Ibid.,

    http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.htmlhttp://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.htmlhttp://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi-pembelajaran-fisika-dengan.htmlhttp://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi-pembelajaran-fisika-dengan.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.htmlhttp://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html

  • 7 Ibid.,

    8 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008), h. 124

    9 Trianto, Op. Cit., h. 29

    10 Baharuddin, Op. Cit., h. 127

    11 Trianto, Op. Cit., h. 30

    12 Ibid.,

    13 Ibid., h. 30

    14

    Anwar Holil, Teori Pembelajaran Sosial, artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.html.

    15 Ibid.,

    16 S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unesa-University Press, 2000), h. 13

    17 Ibid.,h. 14

    18 Ibid., h. 15

    19 Trianto, Op. Cit., h.. 33

    20

    Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.html

    21

    Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung, artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57

    http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.htmlhttp://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.htmlhttp://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57

  • 22 Ibid.,

    23 Muhammad Faiq Dzaki, Op. Cit.,

    24 S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 6

    25 Ibid., h. 3

    26

    Hari Van Java, Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di http://educationforourcountry.com/model-pembelajaran-langsung.

    27 Baharuddin, Op. Cit., h. 97

    28 Ibid., h. 98

    29 S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 5

    30 Ibid., h. 7

    31 Ibid., h. 8

    32

    Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/model-pengajaran-langsung.html

    33 S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 8-9

    34 S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 17

    35 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h. 90

    36 Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, (Pustekkom, Jurnal Teknodik, Edisi No. 1/VII/Oktober/2003), h. 188

    http://educationforourcountry.com/model-pembelajaran-langsunghttp://educationforourcountry.com/model-pembelajaran-langsunghttp://anwarholil.blogspot.com/

  • 37 Ibid.,

    38 Sri Esti W. Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Gramedia, 2006), h. 412

    39 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 164-165

    40 Tatang M. Amirin, Taksonomi Bloom Versi Baru, artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di http://tatangmanguny. ordpress.com/ 001/01/19/taksonomi-bloom-versi-baru/)

    41 Ibid.,

    42 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 117

    43 Ibid., h. 118

    44 Ella Yulaelawati, Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung : Pakar Raya, 2004), h. 60

    45 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 119

    46 Tatang M. Amirin, Op. Cit.,

    47

    I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung, artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung/.

    48

    Sidik Purnomo, Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008, artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di http://digilib.uinsuka.ac.id/download.php?id=2161

    49

    A. Grummy W, dkk., Laporan Penelitian LPTK : Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA, (Surabaya : FT Unesa, 2004), h.14

    http://tatangmanguny/http://pustakailmiah/

  • 50 Ibid., h. 15

    51 S. Kardi dan Muh. Nur, Op. Cit., h. 17

    52

    Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks, artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

    BAB III

    1 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 98

    2 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2001), h. 161 dan h. 168

    3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002), h. 7

    4

    Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), h. 79, h. 100-101, h. 208, dan h. 213

    5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, cet. ke-12, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), h. 264

    6 Sudjana, Op. Cit., h. 466-467,h. 261-263

    BAB IV

    1

    Nurman, Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI), artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/.

    2

    Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks, artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai.

    http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertaihttp://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertaihttp://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/http://www.docstoc.com/doc/22293108/

  • 3 S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unesa-University Press, 2000), h. 17

    4

    Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Muallimat NW Pancor, artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di ; http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html), h. 66

    http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html

  • ABSTRAK SOFIYAH (103016327172). Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control. Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional). Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas, Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas. Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 6,76 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk dk 58 adalah sebesar 2,00. Terlihat bahwa nilai t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung adalah -2,00 < 6,76 atau 2,00 < 6,76. Kata kunci : hasil belajar fisika, model pengajaran langsung.

    i

  • ABSTRACT SOFIYAH (103016327172). The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics. S1 thesis of Physics Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

    This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts. Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design. An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th June 12th of 2010. The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models). Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique. Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items. In this research, the analysis technique used is Liliefors test to test the normality, Bartlett test to test the homogenity, and t-test to there are significant affect of DI to student achievement. Based on result of the analysis, get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics. The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes. The result get is, t0 price is 6,76 and ttable price in degree of significance 5% for the dk of 58 is 2,00. Can be seen that t tabel < t hitung or t tabel < t hitung price is -2,00 < 6,76 or 2,00 < 6,76.

    Keywords : physics subject achievement, Direct Instruction.

    ii

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta

    salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

    keluara, para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

    langkahnya.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak

    luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

    terima kasih kepada :

    1. Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail, yang telah memotivasi

    penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

    dan materil. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

    keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini.

    2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

    stafnya.

    3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

    Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti, M. Si.,

    Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

    untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan kepada penulis selama

    penyusunan skripsi.

    5. Para dosen Prodi Pendidikan Fisika, yang telah mencurahkan pengabdiannya

    mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

    insan akademis menjadi pribadi yang beriman, berakhlak dan berwawasan.

    iii

  • 6. Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

    sekolah tersebut.

    7. Mas dan Mbakku A. Komar, Istirochah, Syaiful Azis, A. Chaeron, Choiriyah,

    Nurchasanah, Cholifah, A. Ichsan, dan keponakanku yang selalu memberikan

    senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku.

    8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003,

    khusus Febi, Reni, Te Fina, Te Upie, Liana, Nurokhman, Masamah, dan

    Ucie.

    9. Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

    waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan.

    Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

    phak. Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT. Semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

    Jakarta, Agustus 2010 M

    Ramadhan 1431 H

    Penulis

    iv

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5 D. Perumusan Masalah....................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6

    BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ............................................................................. 7

    1. Teori Belajar Konstruktivisme................................................. 7 a. Konstruktivisme Sosial Vygotsky...................................... 8

    2. Teori Pembelajaran Sosial ....................................................... 10 a. Pemodelan (Modelling) ...................................................... 10 b. Penguatan Diri (Self-Regulatuin) ....................................... 13

    3. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI) .............. 13 a. Pengertian Direct Instruction............................................. 13 b. Ciri-ciri Direct Instruction ................................................. 16 c. Tujuan Direct Instruction .................................................. 16 d. Sintaks Direct Instruction .................................................. 17 e. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan .................... 22 f. Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction.................... 22

    4. Hakikat Hasil Belajar Siswa..................................................... 23 a. Pengertian Belajar .............................................................. 23 b. Pengertian Hasil Belajar..................................................... 25

    B. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................... 30 C. Kerangka Pikir............................................................................... 32 D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 35

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 36

    v

  • B. Metode Penelitian ......................................................................... 36 C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 37 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37 E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 38 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data....................................................................................... 49 B. Hasil Analisis Data......................................................................... 53 C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 56 D. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian........................................ 59

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan.................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................. 61

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

    vi

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 34

    Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 50

    Gambar 4.2. Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 52

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1. Sintaks Direct Instruction ................................................................. 18

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design ....................................................... 36

    Tabel 3. 2 Kriteria Validitas ............................................................................... 39

    Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas ........................................................................... 40

    Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ............................................................. 41

    Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ..................................................... 42

    Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 43

    Tabel 4.1. Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................ 51

    Tabel 4.2. Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................. 53

    Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ................................................... 53

    Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Posttest .................................................... 54

    Tabel 4.5. Kesimpulan Uji Normalitas ............................................................... 55

    Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ................................................. 55

    viii

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol ............................................. 65

    Lampiran 2. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol ............................................ 68

    Lampiran 3. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen ...................................... 71

    Lampiran 4. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen ..................................... 74

    Lampiran 5. Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol ................................................................................ 77

    Lampiran 6. Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol ................................................................................ 80

    Lampiran 7. Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen .......................................................................... 83

    Lampiran 8. Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen ......................................................................... 86

    Lampiran 9. Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest ................................ 89

    Lampiran 10. Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest ........................... 91

    Lampiran 11. Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest .................................... 93

    Lampiran 12. Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest ................................... 95

    Lampiran 13. Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen..................... 97

    Lampiran 14. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol ............................................. 98

    Lampiran 15. Penghitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen....................................... 101

    Lampiran 16. Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol ..................................................................................................... 104

    Lampiran 17. Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen .............................................................................................. 107

    Lampiran 18. Penghitungan Homogenitas N-Gain ............................................. 110

    Lampiran 19. Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................. 112

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

    pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

    menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

    maupun dalam teknologi.1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

    menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

    tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

    (learning to do), mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

    tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.

    Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

    diharapkan, maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

    dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain.

    Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

    demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

    laboratorium. Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

    pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar,

    yaitu mengobservasi atau mengamati, menghitung, mengukur,

    mengklasifikasi, dan berpresentasi.2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

    keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

    konsep.

    Namun kenyataanya, pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

    aspek penguasaan konsep. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

    latihan keterampilan bagi siswa, sehingga learning to do dalam pembelajaran

    1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

    Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, (Tersedia : http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses pada tanggal 09 April 2010)

    2 Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas, (Tersedia : http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi -pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses pada tanggal 09 April 2010)

    1

    http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.htmlhttp://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi%20-pembelajaran-fisika-dengan.html

  • 2

    belum tercapai. Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

    pengajaran konvensional, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

    untuk aktif dalam proses belajar mengajar.

    Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

    dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

    disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa. Pemilihan model

    pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

    materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

    dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping

    itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

    yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu

    dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan. Oleh karena itu guru perlu

    menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat

    mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

    sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan.3

    Pada pelajaran fisika kelas VIII, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan, terdapat konsep cahaya. Dalam konsep cahaya, siswa dituntut

    untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

    dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

    bentuk cermin dan lensa. Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

    berpikir. Pertama, tingkat paling bawah berupa informasi faktual, yaitu

    pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu, seperti

    pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa.

    Kedua, Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu pengetahuan

    prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, seperti

    melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya. Oleh sebab

    itu, pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

    dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

    penting agar dapat memahami konsep tersebut.

    3 Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia : http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.html. Diakses pada tanggal 09 April 2010)

    http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.html

  • 3

    Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

    menerapkan model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI). Model

    pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) adalah suatu model pengajaran

    yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model

    pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

    keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah.

    Pada kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran sangat dominan, maka

    guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

    Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

    ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Dalam

    menggunakan Direct Instruction, seorang guru juga dapat mengkaitkan

    dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Sebagaimana dikemukakan oleh

    Kardi, bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

    mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok. Hal

    tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir, menerapkan keterampilan

    yang baru diperolehnya, serta membangun pemahamannya sendiri tentang

    materi pembelajaran4.

    Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

    meningkatkan hasil belajar. Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

    tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

    bertaraf internasional. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

    Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

    Inggris dan Singapura. Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

    satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

    itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

    salah satu faktor utama Direct Instruction (DI).5

    4 Muh. Makhrus, Laporan Penelitian Dosen Muda : Pengembangan Kompetensi

    Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Muallimat NW Pancor, (STKIP Hamzanwadi Selong : 2007), h. 17

    5 Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd Edition, (London : SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29

  • 4

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian

    eksperimen yang berjudul : Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

    Instruction/DI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah pada

    penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

    1. Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika.

    2. Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

    to do).

    3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika.

    4. Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

    cahaya.

    5. Rendahnya hasil belajar fisika siswa.

    C. Pembatasan Masalah Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

    semua karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian

    perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

    kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

    tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall), C2 pemahaman

    (comprehension), C3 penerapan (application), dan C4 analisis (analysis).

    2. Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

    adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII.

    D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah

    penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

    instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa?

  • 5

    E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

    langsung (Direct Instruction).

    F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

    pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

    belajar fisika, dapat mengurangi kebosanan, dan menambah pengalaman

    belajar selama pembelajaran fisika berlangsung.

    2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

    menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika.

  • BAB II

    KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS

    A. Kajian Teoretis 1. Teori Belajar Konstruktivisme

    Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

    kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

    siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

    kompleks, mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

    merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar

    benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

    bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,

    berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.1

    Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

    membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

    yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya.2

    Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

    mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan

    dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran

    merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru

    secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting

    dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai

    pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran.

    Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi

    pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

    pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

    sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

    1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi

    Pustaka Publisher, 2007), h.26 2 Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

    Masyarakat, (Jakarta : Depdiknas, 2002), h. 18

    7

  • 8

    didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

    tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.

    Berpijak dari uraian di atas, maka pada dasarnya aliran

    konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

    individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna.

    Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

    ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain.3

    Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

    kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan

    bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri.4

    Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

    tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya.

    Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat,

    mendengar, mencium, menjamah, dan merasakannya. Hal ini

    menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

    seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri.5

    a. Konstruktivisme Sosial Vygotsky Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

    psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pentingnya

    peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Menurut

    Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

    zone of proximal development, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

    seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone ini juga dapat

    dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

    sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.

    Dalam belajar, zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

    antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

    kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa. Singkatnya,

    3 Trianto, Op. Cit., h. 28 4 Ibid., 5 Ibid.,

  • 9

    perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

    antara seseorang dengan lingkungan sosial.6

    Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

    mengajarkan materi pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat

    pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa sudah

    memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

    lurus, siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

    pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki

    prasyarat pengetahuan seperti itu, maka dalam menyampaikan materi

    hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, di

    samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

    tersebut.7

    Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

    scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

    kepada seorang anak pada awal pembelajaran, kemudian sedikit demi

    sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

    mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.8

    Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,

    menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,

    memberikan contoh, ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

    tumbuh mandiri. Contoh dalam pembelajaran adalah pada

    pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

    cahaya, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

    penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen, atau

    bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

    pemantulan cahaya.9

    6 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008),

    h. 124 7 Trianto, Op. Cit., h. 29 8 Baharuddin, Op. Cit., h. 127 9 Trianto, Op. Cit., h. 30

  • 10

    Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan.

    Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

    kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

    tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

    pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

    mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

    scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

    terhadap pembelajaran sendiri.10

    Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

    belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

    berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

    kegiatan pembelajaran.

    2. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori

    ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku.

    Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

    perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Inti dari teori

    pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), yang merupakan salah

    satu langkah penting dalam Direct Instruction.11

    a. Pemodelan (Modelling) Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

    pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain. Ada

    dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning).

    Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

    kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning. Apabila

    seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

    melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

    melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

    10 Ibid., 11 Ibid., h. 30

  • 11

    yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

    Vicarious Reinforcement.12

    Kedua, pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

    (pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

    mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

    memperhatikan. Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

    ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

    apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak

    harus diperagakan oleh orang secara langsung, tetapi dapat juga

    menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model.13

    Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

    adalah perhatian, retensi, produksi, dan motivasi.

    1) Atensi (Perhatian) Menurut hasil penelitian Bandura, pengamat dapat

    memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

    jelas dan tidak terlampau kompleks. Dari segi model Direct

    Instruction, pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

    pembelajaran, yaitu : 14

    a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

    menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

    dapat menarik perhatian siswa.

    b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

    sub-sub keterampilan, lalu diajarakan secara terpisah.

    2) Retensi Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

    laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

    observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang

    bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

    12Ibid., 13 Ibid., 14 Ibid., h. 27

  • 12

    hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

    melakukan hal-hal sebagai berikut :15

    a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

    siswa, pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

    keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

    yang telah diketahui, dan dapat dilakukannya.

    b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, pengajara

    dapat menyediakan periode latihan, yang memungkinkan siswa

    mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

    mental.

    3) Produksi Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

    kegiatan/keterampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

    sangat penting. Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

    pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

    merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan. Terutama pada awal

    pembelajaran, umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin, positif

    dan korektif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

    menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

    korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut :16

    a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru,

    pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

    aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar, lalu

    mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

    menimbulkan permasalahan.

    b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah, pertama kali

    pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar, kemudian

    siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya.

    4) Motivasi

    15 Ibid., 16 Ibid., h.27-28

  • 13

    Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

    pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

    penguatan pada saat meniru suatu model, maka ia akan lebih

    termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat, dan memproduksi

    perilaku itu. Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

    pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

    mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan. Di dalam kelas,

    tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

    pujian atau angka yang baik.17

    b. Penguatan Diri (Self-Regulation) Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

    pengaturan diri (self Relugation). Menurut bandura bahwa manusia

    mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku itu

    terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberikan

    penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

    terhadap dirinya sendiri. Untuk dapat membuat pertimbangan-

    pertimbangan ini, seseorang harus mempunyai harapan tentang

    penampilan sendiri. Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

    secara langsung dan dialami oleh orang lain, menentukan sejauh mana

    perilaku yang baru itu akan ditampilkan.18

    3. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI) a. Pengertian Direct Instruction

    Dalam terjemahan bahasa Indonesia, Direct Instruction atau

    directive instruction adalah pembelajaran langsung. Dalam pendidikan,

    model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL).

    Menurut Arends,

    17 A. Grummy W, dkk., Laporan Penelitian LPTK : Pengembangan Model Pengajaran

    Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA, (Surabaya : FT UNESA, 2004), h. 10

    18 Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 28

  • 14

    A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model.19

    Menurutnya, model yang dapat membantu siswa dalam

    mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

    tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction).

    Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

    kognitif maupun psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang

    merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

    kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

    besar informasi yang akan diterimanya, mereka harus menguasai

    terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

    merangkum isi materi bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara

    kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

    dengan logika, membuat referensi dari data, dan mengenal

    ketidakobyektifan dalam presentasi.20

    Dalam pelaksanaannya, guru mempunyai peran tanggung jawab

    untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

    besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan

    kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan

    dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

    menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

    memberikan umpan balik.21

    Menurut Arends, yaitu :

    The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

    19 Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia :

    http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.html) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung,

    (Tersedia : http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57) 21 Ibid.,

  • 15

    declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.22

    Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

    secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

    pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, serta dapat

    dilakukan secara tahap demi tahap.

    Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

    diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu,

    sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

    bagaimana melakukan sesuatu.23 Proses pembelajaran dengan model

    pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

    deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

    keterampilan akademik siswa.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

    secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

    hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap.24

    Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

    adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

    mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

    kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur. Model pengajaran

    langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

    belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran

    yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

    dapat meningkat dengan baik pula.

    22 Muhammad Faiq Dzaki, Op. Cit., 23 S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 6 24 Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 16

  • 16

    b. Ciri-ciri Direct Instruction Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

    termasuk prosedur penilaian hasil belajar

    Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

    Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

    agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

    berhasil.

    c. Tujuan Direct Instruction Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

    bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

    banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

    kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

    latihan terbimbing.

    Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

    memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan

    dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

    dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

    belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

    tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung

    dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

    berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai

    penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat

    menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar,

    peragaan, dsb.

    Menurut Arends, bahwa para pakar teori belajar membedakan

    dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

    prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

    kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, contohnya siswa akan dapat

    menyebutkan sifat-sifat cahaya. Pengetahuan prosedural adalah

  • 17

    pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, contohnya siswa

    akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

    percobaan dengan cermin datar. Sering kali penggunaan pengetahuan

    prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif. Para

    guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

    pengetahuan tersebut, supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

    dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

    d. Sintaks Direct Instruction Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

    pembelajaran langsung, yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

    menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

    belakang dan pentingnya materi pembelajaran, (2) guru

    menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

    mendemonstrasikan secara benar, (3) guru membimbing pelatihan

    awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

    dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS, (4)

    guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

    pekerjaannya sambil memberi umpan balik, (5) guru memberikan

    kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

    kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentuk tugas.25 Secara

    sistematis dapat dilihat pada tabel 2.1.26

    25 Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 18 26 S. Kardi dan Moh. Nur, Op.Ccit, h. 8

  • 18

    Tabel 2.1 Sintaks Direct Instruction

    Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

    Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

    Fase 2

    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

    Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

    Fase 3

    Membimbing pelatihan

    Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

    Fase 4

    Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

    Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

    Fase 5

    Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

    Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

    Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

    detail seperti berikut:27

    1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa a) Menjelaskan Tujuan

    Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa

    mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan

    mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

    setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru

    mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswasiswanya

    melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

    menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi

    tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya,

    27 Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, (Tersedia : http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/model-pengajaran-langsung.html)

    http://anwarholil.blogspot.com/

  • 19

    serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan

    demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

    dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.

    b) Menyiapkan Siswa

    Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa,

    memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan

    mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

    dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

    akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

    mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan

    sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

    pelajaran yang lalu.

    2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

    pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

    langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

    a) Menyampaikan informasi dengan jelas

    Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

    kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

    pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan

    presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

    kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

    dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

    selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

    penyampaian informasi/presentasi adalah: (1) kejelasan tujuan

    dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik,

    arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

    penyimpangan dari pokok bahasan/LKS; (2) presentasi

    selangkah demi selangkah; (3) prosedur spesifik dan kongkret,

    yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau

  • 20

    berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

    untuk poin-poin yang sulit; (4) pengecekan untuk pemahaman

    siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

    sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan

    kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

    yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan

    poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan

    ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan

    penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa.

    b) Melakukan demonstrasi

    Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

    sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

    terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun

    yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat

    bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

    terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar.

    Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu

    keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu

    sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

    didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

    menguasai komponen-komponennya.

    3) Menyediakan Latihan Terbimbing Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

    cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan

    terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

    meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar,

    dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada

    situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang

    dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

    melakukan pelatihan adalah seperti berikut :

    a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna.

  • 21

    b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

    konsep/keterampilan yang dipelajari.

    c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

    berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

    (distributed practiced).

    d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.

    4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang

    kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat

    menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

    kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

    efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:

    a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan.

    b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik.

    c) Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud.

    d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

    e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

    f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan

    bagaimana melakukannya dengan benar.

    g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan

    bukan pada hasil.

    h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri,

    dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.

    5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

    sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

    pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri,

    merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

    baru yang diperolehnya secara mandiri. Pekerjaan rumah diberikan

    berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

    berikutnya.

  • 22

    d. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

    yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung

    mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

    seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

    dilaksanakan secara seksama.

    Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

    guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem

    pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

    terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,

    mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak

    berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor.

    Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

    harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

    e. Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction Model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) dirancang

    secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

    dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah.

    Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

    selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

    ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

    Stalling, dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

    kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

    terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

    belajar yang tinggi pula. Adapun kelemahan model pengajaran

    langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

  • 23

    atau kreativitas, proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

    abstrak.28

    4. Hakikat Hasil Belajar Siswa a. Definisi Belajar

    Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage

    (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisme

    berubah perilakunya. Cronbach mendefinisikan belajar adalah

    "learning is shown by a change in behavior as a result of experience"

    (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

    sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa

    learning is to observe, to read, to imitate, to try something

    themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk

    mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu,

    mendengarkan, mengikuti arahan).29

    Adapun Geoch, menegaskan bahwa "learning is a change in

    performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di

    dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik). Kemudian, menurut Ratna

    Willis Dahar,30 "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

    diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku

    perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

    dasar dalam belajar: (1) pada tingkat emosional yang paling primitif,

    terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

    tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi

    pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

    kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam

    28 Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

    belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang. (Tersedia: http://library.um.ac.id/ images/stories/lptk/suw1209/Content%20Penerapan%20Model%20Siklus%20Belajar%20LC5E%20untuk%20meningkatkan%20Motivasi%20dan%20Prestasi%20belajar%20Fisika%20Siswa%20Kelas%20VIIIA%20SMP%20Negeri%208%20Malang%20Tahun%20Ajaran%202008%202009.pdf), [27 Januari 2010]

    30 Ibid.,

    http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://library.um.ac.id/%20images/stories/lptk/suw1209/Content%20Penerapanhttp://library.um.ac.id/%20images/stories/lptk/suw1209/Content%20Penerapan

  • 24

    ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana

    para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

    bidang studi, (2) belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa

    dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini

    banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

    menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-stereotipe,

    (3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

    apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar

    pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant,

    (4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

    kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

    mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

    observasional, (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita

    melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan

    insight, belajar menyelami pengertian.

    Akhirnya, Depdiknas mendefinisikan 'belajar' sebagai proses

    membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau

    pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

    sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan

    persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa.31 Belajar

    bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

    guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

    padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan

    pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa,

    yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai

    merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

    Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

    dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

    Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),

    menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

    31 Ibid.,

    http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf

  • 25

    pengalaman. Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

    berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

    mempunyai karakteristik individunya yang khas, seperti minat,

    intelegensi, perhatian, bakat dan sebaginya. Perubahan perilaku akibat

    kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

    terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

    mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.32

    Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

    membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir,

    berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru;

    baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun

    pengalaman sosial.

    b. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

    membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product)

    menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

    atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

    Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

    kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

    (finished goods).33

    Siswa yang melakukan kegiatan belajar, akan terjadi proses

    berpikir yang melibatkan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental,

    terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

    sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

    yang diberikan. Oleh karena itu, hasil belajar diartikan adalah sebagai

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

    yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif

    32 Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, (Pustekkom, Jurnal Teknodik, Edisi

    No. 1/VII/Oktober/2003. Tersedia : http.//www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#5#5)[19 Januari 2010]

    33 Ibid.,

    http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdfhttp://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf

  • 26

    maupun psikomotorik. Pada pembelajaran Fisika, penilaian hasil

    belajar diukur melalui ulangan, penugasan, penilaian kinerja

    (performance assesment), penilaian hasil karya (product assesment),

    atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

    dinilai.34

    Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

    akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

    mengingat/C1 (remembering), aspek memahami/C2 (understanding),

    aspek aplikasi/C3 (applying), dan aspek menganalisis/C4 (analyzing).

    Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

    tertentu, yaitu :35

    1. Aspek Mengingat/C1 (Remembering)

    Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

    materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan, maka

    kategori yang relevan yaitu ingatan (remember). Ingatan termasuk

    dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

    pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta, konseptual,

    prosedural, atau metakognitif, atau gabungannya. Untuk mencapai

    kemampuan mengingat, maka siswa harus melalui tahap :

    - Mengenal (Recognizing), mengenal bertujuan untuk

    membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada. Dalam

    kesadaran, siswa mencari informasi yang ada. Saat informasi

    baru datang, siswa harus menentukan bahwa informasi yang

    diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

    dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan.

    - Memanggil kembali (Recalling), termasuk dalam pengetahuan

    dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat. Soal

    34 Moh. Nurudin, perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

    Based Instruction dengan Direct Instruction, (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38

    35 Triyoga, Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII, (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung, 2010), h. 13-18

  • 27

    ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

    dicari dengan mudah pada buku atau catatan.

    2. Aspek Memahami/C2 (Understanding)

    Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

    mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami

    berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

    bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

    apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

    menggunakan kata-katanya sendiri.

    - Interpretasi (Interpreting), terjadi ketika seorang siswa dapat

    mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

    lainnya. Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

    fasor.

    - Exemplifying, menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

    sebuah konsep atau prinsip. Terjadi ketika siswa diberikan

    sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum. Menerangkan

    dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

    identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

    dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

    sebuah contoh khusus.

    - Mengklasifikasikan (Classifying), terjadi ketika siswa

    menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori.

    Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

    cocok dari contoh khusus dan konsep dasar.

    Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

    mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

    konsep/prinsip-prinsip dasar.

    - Meringkas (Summarizing), merangkum gambaran umum atau

    poin-poin penting. Meringkas termasuk dalam sebuah

    informasi yang membangun, seperti pengertian sebuah

    fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya.

  • 28

    - Inferensi (Inferring), menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

    sementara secara logis dari informasi yang disajikan. Inferensi

    terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

    dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

    menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

    dengan menuliskan hubungan di antara semuanya.

    - Membandingkan (Comparing), mencari hubungan antara dua

    ide, objek, dan sejenisnya. Dalam membandingkan, ketika

    informasi baru diberikan, siswa mendeteksi hubungannya

    dengan pengetahuan yang memang sudah ada. Contohnya

    membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

    mengalir yan melewati sebuah pipa.

    - Menjelaskan (Explaining), terjasi ketika seorang siswa dapat

    membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

    pada sebuah sistem. Beberapa tugas dapat digunakan dalam

    menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

    pendapat, perbaikan masalah, perancangan kembali, prediksi.

    3. Aspek Mengaplikasikan/C3 (Applying)

    Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret.

    Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atau

    prosedur, metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide dan

    teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan. Sementara

    menurut Arikunto, soal aplikasi adalah soal yang mengukur

    kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

    pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

    persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

    keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat.

    - Melaksanakan (Executing), secara rutin siswa membawa

    sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

    dikenalnya. Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

    yang cukup untuk menggunakan prosedur/cara yang dipilih.

  • 29

    Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

    diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik. Contohnya

    mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

    menggunakan mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup.

    - Implementasi (Implementing), digunakan saat siswa memilih

    dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

    belum dikenal. Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

    berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

    menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

    memungkinkan).

    4. Aspek Menganalisis/C4 (Analyzing)

    Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

    menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

    yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

    mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

    faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

    - Membedakan (Differentiating), menentukan ciri-ciri yang

    relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan.

    Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

    atau tugas pilihan. Dalam tanggapan, siswa diberikan beberapa

    bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

    mana yang penting.

    - Mengorganisasikan (Organizing), yaitu mengidentifiaksi

    sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

    mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

    pengelompokkan. Siswa membuat hubungan yang sistematik

    dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan.

    - Melengkapi (Attributing), terjadi ketika siswa dapat

    menentukan ide utama, dugaan, nilai-nilai atau tujuan utama.

    Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

    memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

  • 30

    penulis untuk interpretasi. Siswa mencari untuk memahami

    pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

    perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

    dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang,

    penyimpangan, harga, atau tujuan dasar materi yang disajikan.

    Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar fisika

    adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

    melakukan pembelajaran Fisika.

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

    pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) adalah sebagai berikut :

    1. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

    Distrik di SMAN 13 Bandarlampung, menunjukkan bahwa dengan

    menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

    pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat.

    Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 21,2%,

    kemudian mengalami peningkatan menjadi 160% pada siklus II dan

    menjadi 265% pada siklus III. Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

    konsep yang meningkat dari 63.0 pada siklus I menjadi 69,1 pada siklus II,

    dan mencapai nilai 79,4 pada siklus III. Peningkatan juga dialami oleh

    hasil belajar siswa, dimana pada siklus I diperoleh 74,73 kemudian

    meningkat menjadi 79,13 pada siklus II dan menjadi 87,03 pada siklus

    III.36

    2. Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

    dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis. Hal ini

    didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

    36 I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

    Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung, (Tersedia : http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung/)

    http://pustakailmiah/

  • 31

    Gondowulung Bantul Yogyakarta. Menurut peningkatan aktivitas dan

    hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

    terlibat langsung dalam pembelajaran.37

    3. Penelitian oleh Good, Grows dkk., antara 1972-1973 tentang keefektifan

    guru dan prestasi yang dicapai siswa. Mereka menyimpulkan bahwa

    keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

    yang mengikutinya. Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

    dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

    langsung.38

    4. Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz,

    menunjukkan bahwa pentingnya waktu da