PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

116
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) TERHADAP KETERAMPILAN BERCERITA DONGENG DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS III SD INPRES BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH FITRIANI 10540953814 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI,

VISUAL DAN INTELEKTUAL) TERHADAP KETERAMPILAN

BERCERITA DONGENG DENGAN MEDIA BONEKA

TANGAN PADA SISWA KELAS III SD INPRES

BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar

OLEH

FITRIANI

10540953814

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS,

AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) TERHADAP

KETERAMPILAN BERCERITA DONGENG DENGAN MEDIA

BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS III SD INPRES

BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar

OLEH

FITRIANI

10540953814

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

ii

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

iii

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

iv

MOTO

Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu

supaya menyerahkan amanat kepada orang yang

pantas menerimanya (ahlinya). Dan jika kamu

mempertimbangkan suatu perkara, kamu harus

memutuskannya secara adil. Sesungguhnya Allah

memberi sebaik-baik nasihat. Allah itu Maha

Mendengar dan Maha Melihat

(QS: An-Nisa” : 58)

Apabila suatu urusan atau pekerjaan diserahkan kepada

bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakan

(Hadis Bukhari)

Pengalaman adalah apa yang kita dapatkan ketika kita tidak mendapatkan apa

yang kita inginkan”

(Enio Carvallo)

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah

SWT, karena kepadaNyalah kami menyembah dan

kepadaNyalah kami mohon pertolongan

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada ::

Ayahanda Monggo dan Ibunda Nuha yang selalu

memberikan motivasi dalam hidupku

Kakak-kakakku (Jumadi, Rasna, Darwan, Mahmud, M

Risal) yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

vi

ABSTRAK

FITRIANI (10540953814). 2018. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI

TerhadapKeterampilanBerceritadengan Media BonekaTanganpadaSiswaKelas

III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Guru SekolahDasar (PGSD) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Rahman

Rahim, Pembimbing II Haslinda.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen bentuk preeksperimental

design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaranSAVI

terhadap keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes lisan dan dokumentasi.

Teknik analisis data adalah analisis statistik deskriptif dan inferensial.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh model

pembelajaran SAVI terhadap keterampilan bercerita dengan media boneka tangan

pada kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar hal itu dapat

dilihat pada aspek 1) Keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar sebelum diajar dengan menggunakan

media boneka tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 46,4, hal

ini menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan bercerita peserta didik berada pada

kategori rendah. 2)Keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan menggunakan

media boneka tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 83,68, hal

ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik berada pada kategori

tinggi. 3) Berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh nilaithitung>ttabel dengan

nilai 35,44> 2,06. Ho ditolak dan H1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh model pembelajaran SAVI dan pemanfaatan media boneka tangan

terhadap keterampilan bercerita peserta didik.

Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat pengaruh

model pembelajaran SAVI terhadap keterampilan bercerita dengan media boneka

tangan pada siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar

dinyatakan diterima.

Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, BonekaTangan, Bercerita

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin segala puji hanya milik Allah swt atas

rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam

menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis

haturkan kepada Rasulullah sebagai satu-satunya uswatun hasanah dalam

menjalankan keseharian kita.

Melalui tulisan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Monggo dan ibunda

Nuha yang telah mengasuh, membimbing dan member berbagai dukungan

kepada penulis selama dalam pendidikan sampai selesainya skripsi ini, kepada

beliau pula penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt mengasihi,

melimpahkan rezeki-Nya dan mengampuni dosanya. Aamiin.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan seperti yang diharapkan.

Penulis patut menyampaikan terima kasih kepada pihak yang

bersangkutan Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Makassar yang selama ini telah berusaha

memajukan Universitas Muhammadiyah Makassar

Ucapan terima kasih saya ucapkan setinggi-tingginya kepada

pembimbing I Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum dan juga kepada pembimbing II

Dr. Haslinda, S.Pd., M.Pd yang telah memberi arahan, pengetahuan baru dan

koreksi dalam penyusunan skripsi ini. Para dosen yang tidak sempat disebutkan

satu persatu yang telah banyak memitivasi, mendorong dan berdiskusi dengan

penulis hingga selesai dari program sarjana pendidikan.

Keluarga mega family yang telah memotivasi, mendoakan serta selalu

memberikan semangat dan bantuan baik moril dan materi sehingga penyusun

dapat menyelesaikan skripsi ini. Saudara-saudaraku Nur Afni Yusnaya, Dewi

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

viii

Rosmita, Nur Salha, Nur Rahayu, Nurhikma yang telah memberikan motivasi

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Saudara seperjuangan PGSD 14N yang

tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan do’a

Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kemungkinan

khilaf, penulis sangat mengharapkan berbagai kritikan yang bersifat membangun

dari pembaca untuk perbaikan hasil penulisan ini serta dapat dijadikan sebagai

panduan untuk penulisan-penulisan selanjutnya.

Makassar, 2018

Penulis

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ......................................................................... v

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi

MOTO ................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................. . ix

KATA PENGANTAR ........................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL.................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

C. Pembatasan Masala ........................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 7

A. Kajian Pustaka ................................................................................... 7

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 37

C. Hipotesis ............................................................................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 40

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................ 41

B. Pendekatan Penelitian ...................................................... 41

C. Populasi dan Sampel........................................................................... 41

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

x

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 42

E. Instrument Penelitian .......................................................................... 43

F. Desain Penelitian ................................................................................ 44

G. Variabel Penelitian ............................................................................. 45

H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 50

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 69

BAB V PENUTUP ................................................................................. 70

A. Kesimpulan......................................................................................... 72

B. Saran ................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 74

LAMPIRAN

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Bercerita Peserta Didik dalam

PembelajaranBahasa Indonesia Di Kelas III SD Inpres Bontomanai

Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar Dengan Model

Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III

SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan................................................................................................. 52

Tabel 4.3 Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar Dengan

Model Pembelajaran Savi Dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................53

Tabel 4.4 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD

Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................54

Tabel 4.5 Data Nilai Keterampilan Bercerita Peserta Didik dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate

Kota Makassar Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan

Menggunakan Media Boneka

Tangan...................................................55

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III

SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................58

Tabel 4.7 Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar dengan

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

xii

Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................59

Tabel 4.8 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas II SD

Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka

Tangan..................................................................................................60

Tabel 4.9 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Sebelum dan Setelah

Pemanfaatan Media Boneka Tangan...................................................61

Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Pre-Test yaitu Sebelum Digunakan Model

Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.................................62

Tabel 4.11 Uji Normalitas Data Post-Test yaitu Setelah Digunakan Model

Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.................................63

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir..................................................................38

Gambar 3.1 Desain Penelitian.........................................................................43

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang

perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah membuat

kurikulum bahasa Indonesia yang wajib diajarkan kepada seluruh jenjang

pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), sampai dengan tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal itu

dimaksudkan agar siswa mampu menguasai, memahami dan dpat

mengimplementasikan keterampilan berbahasa dengan segala aspeknya, yakni

menyimak (mendengarkan) , berbicara, membaca dan menulis.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara di Negara

Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam

segala aspek di dalam kehidupan bermasyarakat.Bahasa Indonesia harus

dipelajari, dikembangkan dan dioptimalkan penggunannya maupun fungsinya.

Melalui mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan tumbuh sikap bangsa dalam

menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan

pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Indonesia.

Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan

tersendiri, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa

pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran lain. Pembelajaran

bahasa Indonesia berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan

gagasan dan perasaan, berpasrtisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan

bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan

imajinatif.

Untuk mewujudkan fungsi bahasa Indonesia, perlu diadakannya suatu

pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dengan harapan bahasa

Indonesia bisa diakui oleh setiap warga negara Indonesia. Pengembangan bahasa

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

2

Indonesia dapat dilakukan dengan upaya strategis melalui pembelajaran bahasa

Indonesia. Pembinaan dan pengembangan yang berhasil akan memberikan suatu

dampak yang positif bagi kemajuan berbagai aspek bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan sehair-hari, bahasa Indonesia digunakan untuk

berkomunikasi antara manusia satu dengan manusia yang lain agar tercipta suatu

kerja sama yang baik antar manusia tersebut. Selain itu, bahasa Indonesia juga

menjadi mata pelajaran yang wajib dalam dunia pendidikan.

Slamet (2008: 6) menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan dalam

berbahasa adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan

membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan dan berbicara).

Berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang

disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari sang pendengar dan

penyimak (Tarigan, 2008: 16). Jenis kegiatan dalam prose berbicara ada empat

yaitu : (1) percakapan (2) berbicara estetik (bercerita/berdongeng); (3) berbicara

untuk menyampaikan informasi; (4) kegiatan dramatik (Slamet, 2008: 123)

Keterampilan bercerita di SD sangat dibutuhkan, karena melalui cerita

anak bisa berimajinasi.Salah satu materi bercerita di SD yaitu mengapresisasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa

dongeng.Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita

yang tidak masuk akal (Musfiroh, 2008: 73).Melalui dongeng, siswa mampu

menumbuhkan daya imajinasi anak. Anak akan berimajinasi menjadi tokoh yang

yang diceritakan dalam dongeng. Dongeng juga berisi tentang nilsi-nilai

kehidupan, sehingga anak tahu mana yang baik dan buruk serta mana yang boleh

dicontoh dan tidak boleh dicontoh.

Berdasarkan hasil wawancara anatara peneliti dan guru kelas III SD Inpres

Bontomanai, diperoleh informasi bahwa ada beberapa nilai siswa dalam aspek

bercerita yang masih rendah. Nilai bercerita siswa masih ada yang dibawah KKM

sekitar 47,37%. Hal ini disebabkan karena: (1) model atau metode mengajar guru

yang monoton dan banyak berceramah; (2) media gambar yang digunakan guru

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

3

belum merangsang siswa untuk berimajinasi secara penuh.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti memilih model

pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dengan media boneka

tangan. Model pembelajaran SAVI merupakan model yang menekankan

penggunaan semua alat indra yang dimiliki siswa di dalam pembelajaran

(Shoimin, 2014: 177). Pembelajaran tersebut melibatkan seluruh alat indra yang

dimiliki siswa melalui unsur somatis, auditori, visual dan intelektual. Somatis

adalah menyajikan materi yang bisa melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam

pembelajaran, auditori yaitu belajar dengan cara mendengarkan dan berbicara,

visual yaitu mengamati dan memperhatikan pembelajaran, sedangkan intelektual

yaitu belajar dengan memecahkan maslaah.

Boneka tangan dapat dijadikan suatu media dalam

pembelajaran.Menggunakan media boneka tangan tidak memerlkan keterampilan

yang rumit, efisien waktu, tempat dan biaya. Boneka tangan juga dapat

mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dalam suasana gembira sehingga

pembelajaran akan berlangsung menyenangkan serta akan meningkatkan antusias

anak dalam pembelajaran bercerita (Daryanto, 2013: 33)

Piage (Desmita, 2012: 46) mengungkapkan bahwa kelas III berasa pada

tahap operasional konkret, dimana anak dapat berpikir secara logis dan

mengklasifikasi benda ke dalam bentuk yang berbeda. Perpaduan antara model

pembelajaran SAVI dengan media boneka tangan mengajak siswa untuk

menggunakan kelima indranya, siswa berimajinasi melalui media boneka tangan,

sehingga pembelajaran akan berlangsung efektif dan menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran SAVI terhadap Keterampilan Bercerita Dongeng dengan Media

Boneka Tangan pada Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate

Kota Makassar”

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Pembelajaran masih bersifat teacher centered

2. Model pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu menarik minta siswa

untuk belajar

3. Pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya memanfaatkan seluruh

modalitas belajar siswa, seperti visual, audio dan intelektual

4. Belum diterapkannya model pembelajaran yang inovatif seperti SAVI

5. Belum digunakannya media boneka tangan sebagai alat untuk membantu

siswa dalam belajar

6. Tidak adanya kegiatan pemecahan masalah dalam bentuk tugas kelompok

maupun individu

7. Siswa kurang berpartisipasi aktif

8. Rendahnya nilai bercerita siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas

III SD Inpres Bontomanai

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan seperti yang telah diungkapkan di atas, maka

peneliti membatasi permasalahan pada: (1) model pembelajaran SAVI, (2)

keterampilan bercerita dongeng

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Apakah ada Pengaruh yang

Signifikan Model Pembelajaran SAVI terhadap Keterampilan Bercerita Dongeng

dengan Media Boneka Tangan terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres

Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar?”

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

5

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap

keterampilan bercerita dongeng dengan media boneka tangan terhadap hasil

belajar siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota

Makassar”

F. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai khazanah

keilmuan dan wawasan dalam ruang lingkup PGSD dan mahasiswa pada

umumnya.

2. Manfaat Praktis

a) Siswa

Diterapkannya model pembelajaran SAVI dijadikan sebagai salah satu cara

mempermudah siswa dalam memahami mata pelajaran bahasa Indonesia dan lebih

termotivasi untuk mempelajari bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa

b) Guru

Memberikan wawasan yang lebih untuk dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran dan dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

profesionalitas guru.

c) Sekolah

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

6

Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualits pembelajaran sehingga

meningkatkan mutu pendidikan di SD Inpres Bontomanai

d) Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan kepada peneliti tentang model

pembelajaran SAVI dan pelaksanaannya dalam pembelajaran yang ada di sekolah

dasar.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengenai penggunaan model pembelajaran SAVI dan media

boneka tangan terhadap keterampilan bercerita dongeng siswa kelas III SD Inpres

Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang

berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

a) Penelitian dari Rochana Mega Putri (2016) “Peningkatan Keterampilan

Menyimak Cerita Anak Melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual

dan Intelektual) dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri

KarangTengah Tahun Ajaran 2015/2016”. Dari hasil penelitian ini terealisasi

bahwa adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa cerita anak dengan

menggunakan model pembelajaran SAVI dan media audio visual karena,

membuat siswa lebih aktif dan tertarik dengan pelajaran.

b) Selanjutnya, penelitian dari Kurnia Ramadhan (2017) “Peningkatan

Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui

Pendekatan SAVI Berbantuan Boneka Tangan pada Kelas III SDN Timuran

Yogyakarta”. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pendekatan SAVI

berbantuan boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa

kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI terhadap

Keterampilan Bercerita Dongeng dengan Media Boneka Tangan pada Siswa

Kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar”

7

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

8

2. Hakikat Bahasa Indonesia di SD

a) Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena

itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sekolah dasar merupakan

momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasa.Salah satu

kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh anak dari sekolah dasar yaitu

keterampilan berbahasa, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia

sebagai makhluk sosial.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (Susanto, 2015: 245),

standar isi Bahasa Indonesia yaitu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, khususnya di kelas

rendah.Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah merupakan pembelajaran

untuk pemula.Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah yaitu

penguasaan keterampilan membaca dan menulis permulaan, menyimak, dan

berbicara pada tingkat sederhana.Pada kelas rendah, proses pembelajarannya

dilaksanakan secara tematik.Pembelajaran tematik merupakan suatu sistem

pembelajaran dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia di SD dirancang untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tertulis, menumbuhkan sikap yang positif terhadap Bahasa Indonesia

pada lingkup sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan diteliti

pada penelitian ini yaitu aspek berkomunikasi secara lisan.

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

9

b) Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Berkaitan dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, Susanto (2015:

245) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yaitu

bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus

pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran

membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian,

mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain :

a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik

secara lisan maupun tulis.

b) Memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

d) Mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupan.

e) Menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan kesimpulan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang

disebutkan di atas, peneliti menekankan salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu

berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik

secara lisan maupun tulis.

c). Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Kelas III SD

Ruang lingkup Bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu: (1)

mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempat aspek

tersebut saling berhubungan erat satu sama lain.

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

10

Aspek mendengarkan antara lain seperti mendengarkan berita, petunjuk,

pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan,

penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, dialog atau percakapan.

Mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra

berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair,

pantun dan menonton drama.

Aspek berbicara antara lain seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan;

menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan

diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman,

gambar seri, peristiwa, kegemaran, petunjuk dan laporan. Mengapresiasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita

anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama.

Aspek membaca antara lain seperti membaca huruf, suku kata, kalimat,

paragraf, berbagai teks bacaan, petunjuk, pengumuman, kamus, ensiklopedia,

mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra

berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu,

pantun dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan untuk

menumbuhkan budaya membaca pada anak.

Aspek menulis antara lain seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif

dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda

baca, menggunnakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, mengapresiasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.

Kompetensi menulis juga diarahkan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ruang lingkup Bahasa Indonesia

kelas III SD tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Ruang lingkup

Bahasa Indonesia SD yang digunakan pada penelitian ini adalah aspek berbicara

yaitu dikhususkan pada kegiatan mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

11

kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita

binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama.

3. Hakikat Keterampilan Bercerita

a) Pengertian Keterampilan

Keterampilan berasal dari kata dasar terampil, terampil berarti: (1) cakap

dalam menyelesaikan tugas; (2) mampu dan cekatan. Keterampilan berarti

kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan

cermat.

Setiap orang pasti mempunyai keterampilan. Keterampilan yang dimiliki

setiap orang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Keterampilan yang

dimiliki seseorang akan terus berkembang apabila orang tersebut sering melatih

keterampilan yang dimilikinya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai

dengan jalan praktik dan sering melakukan latihan. Oleh sebab itu, semakin sering

keterampilan seseorang tersebut dilatih, maka orang tersebut akan semakin

terampil.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian keterampilan adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperoleh melalui latihan secara terus

menerus.

b) Pengertian Bercerita

Berbicara merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Linguis (Tarigan, 2008: 3) mengatakan bahwa “speaking is language”.

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan

anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak.Berbicara dan

menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah serta merupakan komunikasi

tatap muka atau face to face.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

12

Slamet (2008: 12) mengungkapkan bahwa berbicara merupakan kegiatan

berbahasa lisan yang besifat produktif.Dalam peristiwa berbicara, pembicara

merupakan faktor yang utama dalam menciptakan kegiatan berbicara yang

komunikatif.Tingkat kekomunikatifan pembicara ditentukan oleh pembicara dan

penyimak. Pembicara berharap agar penyimak dapat memahami dan mengerti isi

pesan yang telah disampaikannya. Apabila isi pesan dapat diterima dengan baik,

maka akan terjadi komunikasi yang efektif antara pembicara dengan penyimak.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tarigan (2008: 16) bahwa, “Berbicara adalah

suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau

penyimak”. Kegiatan berbicara dapat efektif apabila pembicara menguasai bahasa

yang sama-sama dikuasai oleh penyimak.

Dalam pembelajaran berbicara, ada beberapa metode yang bisa digunakan

agar pembelajaran tidak monoton. Menurut Slamet (2008: 31), metode itu antara

lain: (1) metode ulang-ucap, (2) metode lihat-ucap, (3) metode memerikan, (4)

metode menjawab pertanyaan, (5) metode bertanya, (6) metode pertanyaan

menggali, (7) metode melanjutkan, (8) metode menceritakan kembali, (9) metode

percakapan, (10) metode parafrasa, (11) metode reka ceritagambar, (12) metode

bercerita, (13) metode memberi petunjuk, (14) metode melaporkan, (15) metode

wawancara, (16) metode bermain peran, (17) metode diskusi, (18) metode

bertelepon, dan (19) metode dramatisasi.

c) Manfaat Bercerita

Bercerita merupakan salah satu sumber pendidikan yang sangat dekat

dengan anak-anak.Bercerita memberi manfaat khususnya bagi anak-anak.

Di sisi lain, Musfiroh (Dewi, 2011: 34) berpendapat bahwa manfaat

bercerita bagi anak yaitu: (1) membantu pembentukan pribadi dan moral, (2)

menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi; (3) memacu kemampuan verbal, (4)

merangsang minat menulis, (5) merangsang minat baca, dan (6) membuka

cakrawala pengetahuan.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat

cerita bagi anak antara lain: (a) menumbuhkan daya imajinasi dan fantasi, (b)

menambah perbendaharaan kosa kata, (c) membantu pembentukan pribadi dan

moral, (d) memilih hal yang boleh ditiru dan yang tidak boleh ditiru, (e)

membantu menambah keterampilan berbahasa siswa secara terorganisasi.

d) Evaluasi Pembelajaran Bercerita

Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia

dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan atau menyimak.Nurgiyantoro

(2014: 399) berpendapat bahwa, “Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa

secara baik, pembicara harus menguasai lafal, sruktur, dan kosakata yang

bersangkutan.”Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sulit

penilaiannya.Oleh karena itu, kemampuan berbicara seharusnya mendapatkan

perhatian yang cukup dalam pembelajaran bahasa dan tes kemampuan berbahasa.

Untuk dapat berbicara dengan baik, seseorang harus menguasai secara aktif

struktur dan kosakata bahasa yang bersangkutan yang akan digunakan sebagai

wadah untuk menampung pikiran yang akan dikemukakan, masalah ketepatan dan

kelancaran bahasa serta kejelasan pikiran.

Nurgiyantoro (2014: 400) berpendapat bahwa kejelasan pembicara tidak

hanya ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal), melainkan dibantu oleh unsur-

unsur paralinguistik seperti gerakan tertentu, ekspresi wajah dan nada suara.

Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk

mengukur kompetensi berbicara, yaitu berbicara berdasarkan gambar, berbicara

berdasarkan rangsangan suara, berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara,

bercerita, wawancara, berdiskusi dan berdebat, serta berpidato (Nurgiyantoro,

2014: 401-420).Tugas bercerita dalam jenis asesmen otentik berupa tugas

menceritakan kembali teks atau cerita.Jadi, rangsang yang dijadikan bahan untuk

bercerita bisa dari buku yang sudah dibaca, cerita fiksi, maupun pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

penilaian keterampilan bercerita dongeng menggunakan tes kinerja atau unjuk

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

14

kerja yang dilengkapi dengan rubrik keterampilan bercerita dongeng. Secara rinci

penilaian bercerita yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa

aspek yaitu penggunaan bahasa, cara bercerita, kelancaran bercerita, kejelasan

pengucapan, dan pemahaman.

Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa kelas III SD, hakikat

pembelajaran Bahasa Indonesia SD, serta hakikat bercerita, maka dapat

disimpulkan bahwa keterampilan bercerita dongeng siswa kelas III SD merupakan

suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyampaikan

sebuah cerita dongeng secara lisan kepada pendengar/penyimak berdasarkan

cerita yang didengar atau dibaca dengan memperhatikan penggunaan bahasa, cara

bercerita, kelancaran bercerita, kejelasan pengucapan, dan pemahaman.

4. Materi Bercerita Dongeng Kelas III SD

a) Sifat Tokoh Cerita Dongeng

Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat.Istilah dongeng dapat

diartikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal

sering tidak masuk akal (Musfiroh, 2008: 73).Jika dilihat dari segi penokohan,

tokoh dalam cerita dongeng umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh

berkarakter baik dan buruk, sehingga cerita dongeng mempunyai misi untuk

memberikan pelajaran moral kepada anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sifat tokoh dalam cerita

dongeng umumnya dibagi menjadi dua yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk.

Dalam penelitian ini, siswa dapat menyebutkan nama dan sifat tokoh dari cerita

yang sudah dibaca melalui kegiatan tanya jawab yang dibimbing oleh guru.

b) Menceritakan Kembali Isi Dongeng

Aarne & Thompson (Musfiroh, 2008: 74) mengklasifikasikan dongeng

menjadi subbentuk yang lebih terinci meliputi dongeng binatang, dongeng biasa,

anekdot, dan dongeng berumus.Dongeng binatang merupakan dongeng yang

ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar.Binatang tersebut dapat

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

15

berbicara dan berakal budi seperti manusia.Sifat yang dimiliki binatang tersebut

biasanya cerdik, licik, dan jenaka.Sedangkan dongeng biasa merupakan dongeng

yang ditokohi oleh manusia menceritakan kisah suka duka seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dongeng dibagi menjadi

beberapa bentuk, yaitu dongeng binatang, dongeng biasa, anekdot, dan dongeng

berumus.Dongeng yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dongeng binatang

(fabel).Kegiatan menceritakan kembali cerita dongeng dilaksanakan melalui tes

unjuk kerja. Siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita dongeng

menggunakan media boneka tangan. Berikut ini salah satu contoh cerita dongeng

yang akan digunakan dalam penelitian ini.

SINGA DAN LABA-LABA

Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Karena

perutnya sudah kenyang, ia pun tertidur. Di tengah-tengah tidurnya yang pulas

seekor lebah terbang mengelilingi sang raja hutan tersebut. Si lebah hendak

mengisap bunga dekat singa itu. Suara lebah yang mendengung membuat singa

terbangun..Ia merasa terusik dengan si nyamuk

”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku.Singa berusaha

menangkap si lebah tapi dengan gesitnya si lebah bisa menghindar.”Kau

menyombongkan dirimu sebagai raja binatang.Tetapi aku tak takut padamu,” ejek

Lebah.

Singa marah sekali.Sementara itu lebah mencari kesempatan untuk

menyengatnyaa. Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak

mampu menyakiti diriku. Nah sekarang giliranku,” kata lebah lagi. Kemudian ia

mengembangkan sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.

”Tolong...” teriak Singa sembari menggaruk wajahnya.Karena tak tahan,

Singa melompat ke sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak.”Sekarang

akuilah kekalahanmu,” seru Lebah. Lalu ia terbang dengan congkaknya. Tiba-tiba

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

16

ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri.

Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah

kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil

mengalahkan Singa si Raja hutan,” tangisnya..

c) Amanat dalam Cerita

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca dalam cerita dongeng.Pesan tersebut biasanya berupa nasehat atau

perbuatan baik yang seharusnya dilakukan.

Dalam penelitian ini, penyampaian amanat dilakukan setelah siswa selesai

bercerita dongeng menggunakan media boneka tangan. Siswa dan guru

melakukan kegiatan tanya jawab tentang amanat atau pesan yang ada dalam

cerita dongeng.

5. Keterampilan Bercerita Dongeng pada Siswa Kelas III SD

a) Karakteristik Siswa Kelas III SD

Pemahaman dan pengenalan terhadap karakteristik anak menjadi salah

satu bagian penting dalam pembelajaran, karena banyak persoalan yang akan

dihadapi dalam proses pembelajaran. Banyak teori dari ahli yang menjelaskan

proses dan tahapan pertumbuhan serta perkembangan peserta didik mulai dari

masa anak-anak sampai tumbuh dewasa.

Piaget (Desmita, 2012: 46) berpendapat bahwa perkembangan kognitif

peserta didik berlangsung dalam 4 tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun)

adalah tahap anak belum mengenal bahasa. Interaksi dengan lingkungan bersifat

sensorimotor dan anak menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal

lingkungannya, (2) tahap pra operasional (2-7 tahun) yaitu tahap anak mulai

mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, (3) tahap

operasional konkret (7-11 tahun) yaitu tahap anak dapat berpikir secara logis

mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

17

ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, (4) tahap operasional formal (11-15 tahun)

yaitu tahap anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis.

Pembagian fase dan tugas perkembangan juga dikemukakan oleh Buhler

(Sobur, 2011: 131) yaitu: (1) fase pertama (0-1 tahun) yaitu fase anak menghayati

berbagai objek di luar diri sendiri serta melatih fungsifungsi, khususnya fungsi

motorik, (2) fase kedua (2-4 tahun) yaitu tahap anak tidak mengenal dunia luar

berdasarkan pengamatan yang objektif, melainkan memindahkan keadaan

batinnya pada benda-benda di luar dirinya, (3) fase ketiga (5-8 tahun) yaitu tahap

anak mulai memasuki masyarakat luas misalnya taman kanak-kanak, kawan

sepermainan, dan sekolah dasar, (4) fase keempat (9-11 tahun) yaitu tahap anak

mencapai objektivitas tertinggi. Anak memasuki masa menyelidik, mencoba, dan

bereksperimen, (5) fase kelima (14-19 tahun) yaitu tahap anak mulai belajar

melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan minatnya

pada lapangan hidup konkret dan anak memasuki masa kedewasaan.

Jean Piaget (Zuchdi dan Budiasih, 2001: 2) menambahkan fasefase

perkembangan kebahasaan anak menjadi beberapa fase yaitu: (1) fase fonologis,

(2) fase sintaktik, dan (3) fase semantik.

Perkiraan Umur Fase-fase Perkembangan Kebahasaan Lahir-2 tahun Fase

Fonologis Anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa, mulai mengoceh sampai

menyebutkan katakata sederhana.2-7 tahun Fase Sintaktik Anak menunjukkan

kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat.7-11 tahun Fase Semantik

Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam

kata.

Berdasarkan teori perkembangan dari beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas III SD umumnya berada pada usia 8-

9 tahun. Anak dapat berpikir secara sistematis untuk menyelesaikan suatu

permasalahan dan sudah bisa mengelompokkan benda-benda berdasarkan

bentuknya.Dalam perkembangan bahasa, anak sudah mampu membedakan kata

sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata.

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

18

Berdasarkan karakteristik siswa kelas III SD yang telah dipaparkan di atas,

diduga tepat jika dalam pembelajaran bercerita diterapkan pendekatan SAVI

dengan media boneka tangan, karena pendekatan dan media ini mengajak siswa

untuk menggunakan kelima alat indranya, siswa akan berimajinasi melalui media

boneka tangan sehingga siswa aktif, pembelajaran akan berlangsung dengan

efektif dan menyenangkan.

6. Media Pembelajaran Boneka Tangan

a) Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar.

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Menurut Heinich

(Daryanto, 2013: 4) bahwa istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan

informasi antar sumber dengan penerima.

Mengutip pendapat Gagne (Sadiman, dkk. 2007: 6) menyatakan bahwa,

“Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar.”Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Briggs bahwa

media adalah segala alat fisik yang dapat digunakan untuk menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, dkk. 2007: 6).

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA)

menambahkan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik visual

maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman, dkk. 2007: 7). Media

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

media pembelajaran adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk menyampaikan

informasi dan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan

belajar dapat tercapai dengan baik.

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

19

b) Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting

dalam membantu mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa landasan

penggunaan media pembelajaran yang antara lain sebagai berikut:

1) Landasan Empiris

Penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh

para pendidik. Banyak alternatif jenis media yang dapat digunakan dalam

pembelajaran, namun para pendidik harus selektif dalam memilih media

pembelajaran agar tepat sasaran.Pemilihan dan penggunaan media hendaknya

jangan didasarkan pada kesukaan atau kesenangan pengajar, tetapi dilandaskan

pada kecocokan media itu dengan karakteristik peseta didik, disamping kriteria

lain, seperti kepraktisan dan kemudahan memperolehnya, kualitas teknis

penggunaan (Asyhar, 2012: 20).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daryanto (2013: 16) bahwa siswa akan

mendapatkan keuntungan apabila belajar dengan menggunakan media yang sesuai

dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Pemilihan media pembelajaran

harus disesuaikan dengan tujuan, dan materi pembelajaran, serta karakteristik

peserta didik. Peserta didik akan mendapatkan keuntungan apabila belajar dengan

menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristiknya.

2) Landasan Psikologis

Dalam landasan psikologis ini, anak lebih mudah mempelajari hal yang konkret

daripada yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkret-abstrak dan kaitannya

dengan penggunaan media pembelajaran, Bruner (Daryanto, 2013: 13)

menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran menggunakan urutan dari belajar

dengan gambaran film (iconic representation of experiment) kemudian belajar

dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation).

3) Landasan Teknologis

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

20

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini sangat membantu

para guru dan peserta didik dalam memperoleh informasi, khususnya dalam

proses belajar mengajar. Banyak media interaktif yang sudah diproduksi dan

diaplikasikan oleh sekolah dan institusi pendidikan.Media internetpun

menyediakan berbagai materi pelajaran yang tidak terbatas dan dapat diakses

kapan saja dan dimana saja sesuai dengan keperluan guru maupun peserta didik,

sehingga tidak ada lagi alasan kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

media pembelajaran dilandasi oleh aspek empiris, psikologis, dan teknologis.Pada

aspek empiris, penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan

kemampuan atau perkembangan peserta didik. Pada aspek psikologis, penggunaan

media pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,

sehingga siswa akan mendapatkan keuntungan dan memperoleh pengalaman

belajar yang optimal. Pada aspek teknologis, penggunaan media pembelajaran

menjadikan proses pendidikan menjadi lebih langsung dan akses pendidikan

menjadi lebih sama bagi semua peserta didik.

c) Fungsi Media Pembelajaran

Pada awalnya, media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru.

Namun, setelah berkembang, media tidak hanya dijadikan sebagai alat bantu

mengajar guru, namun mempunyai fungsi yang beragam.

Daryanto (2013: 10) juga berpendapat bahwa fungsi media dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) menyaksikan benda atau peristiwa yang

terjadi pada masa lampau, (2) mengamati benda/peristiwa yang sulit dikunjungi,

(3) memperoleh gambaran yang jelas tentang benda yang sulit diamati secara

langsung, (4) mendengar suara yang sulit ditangkap dengan telinga secara

langsung, (5) dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya, (6) dapat belajar

sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran m empunyai fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran.Fungsi

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

21

media tersebut yaitu: (1) membangkitkan motivasi dan minat belajar, (2)

menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, (3)

memperoleh gambaran yang jelas tentang benda yang sulit diamati secara

langsung, (4) dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya, (5) dapat

memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik,

(6) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.

d) Kriteria Pemilihan dan Penggunaan Media

Sebelum memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

belajar mengajar, ada beberapa hal yang harus dipehatikan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sudjana dan Rivai (2013: 4)

mengungkapkan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran

harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) ketepatannya dengan

tujuan pengajaran, (2) dukungan terhadap isi bahan pengajaran, (3) kemudahan

memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5) tersedia

waktu untuk menggunakannya, (6) sesuai dengan taraf berpikir siswa. Asyhar

(2011: 81) juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kriteria dalam memilih

media yang baik, yaitu: (1) jelas dan rapi, (2) bersih dan menarik, (3) cocok

dengan sasaran, (4) relevan dengan topik yang diajarkan, (5) sesuai dengan tujuan

pembelajaran, (6) praktis, luwes, dan tahan, (7) berkualitas baik, serta (8)

ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.

Dalam hal ini Dick dan Carey (Sadiman, dkk. 2007: 86) menambahkan

bahwa ada empat faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan media: (1)

ketersediaan sumber setempat, (2) apakah untuk membeli atau memproduksi

sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya, (3) faktor yang menyangkut

keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu

yang lama, (4) efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria

pemilihan media yang baik yaitu: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2)

sesuai dengan karakteristik siswa, (3) kemudahan dalam memperoleh media, (4)

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

22

keterampilan guru dalam menggunakan media, (5) bersih, rapi, dan menarik, (6)

praktis, luwes, dan tahan lama. Dengan kriteria tersebut, guru dapat lebih mudah

memilih media mana yang paling tepat untuk membantu menunjang proses belajar

mengajar. Media pembelajaran bukan suatu keharusan, tetapi sebagai pelengkap

jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.

e) Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada banyak jenis media pembelajaran, semua jenis tersebut disesuaiakan

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta memperhatikan karakteristik

peserta didik. Asyhar (2011: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) media visual, yaitu jenis media yang

digunakan pembelajaran hanya mengandalkan indra penglihatan dari peserta

didik, antara lain buku, modul, peta, gambar, globe bumi, dan media realita alam

sekitar; (2) media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran hanya mengandalkan indera pendengaran dari peserta didik,

misalnya tape recorder, radio, dan CD player; (3) media audio-visual, yaitu jenis

media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan indera

penglihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu kegiatan, misalnya film, video,

program TV; (4) multimedia, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran yang melibatkan beberapa jenis media pembelajaran secara

terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.

Pengelompokan media juga dikemukakan oleh Setyosari dan Sihkabudden

(Asyhar, 2011: 46-47), yaitu: (1) pengelompokan berdasarkan ciri fisik, (2)

berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh, (3) berdasarkan

persepsi indra, (4) berdasarkan penggunaannya, dan (5) berdasarkan hirarki

pemanfaatannya. Pengelompokan media berdasarkan ciri fisik, dapat

dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu:

1) Media pembelajaran dua dimensi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat

diamati dari satu arah pandangan saja. Misalnya foto, grafik, peta, gambar,

bagan, dan lain-lain.

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

23

2) Media pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media pembelajaran yang

tampilannya dapat diamati dari arah mana saja dan mempunyai dimensi

panjang, lebar, dan tinggi. Misalnya model, prototipe, boneka, meja, kursi, dan

lain-lain.

3) Media pandang diam (still picture), yaitu media pembelajaraan yang

menggunakan media proyeksi menampilkan gambar diam saja pada layar.

Misalnya gambar binatang, gambar pemandangan alam.

4) Media pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media

proyeksi yang menampilkan gambar bergerak pada layar. Misalnya televisi,

film atau video.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa klasifikasi media pembelajaran, antara lain: (1) medai visual, (2) audio,

(3) audio visual, (4) multimedia, (5) media dua dimensi, (6) media tiga dimensi,

(7) media pandang diam, dan (8) media pandang gerak. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan media boneka tangan yang termasuk ke dalam media tiga

dimensi.

f) Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi (3D)

Media pembelajaran tiga dimensi (3D) adalah suatu media pembelajaran

yang tampilannya dapat diamati dari arah mana saja serta mempunyai dimensi

panjang, lebar, dan tinggi.Media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup

maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.

Daryanto (2013) juga mengemukakan karakteristik media pembelajaran

tiga dimensi antara lain: (1) belajar benda sebenarnya melalui widya wisata, (2)

belajar benda sebenarnya melalui specimen, (3) belajar melalui media tiruan, (4)

peta timbul, dan (5) boneka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik media pembelajaran tiga dimensi yaitu mempunyai dimensi panjang,

lebar, dan tinggi.Media tersebut dapat berwujud benda asli maupun benda tiruan

yang mewakili wujuad asli.Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

24

media boneka tangan.Media tersebut mempunyai dimensi panjang, lebar, dan

tinggi sehingga dikelompokkan ke dalam media tiga dimensi (3D).

7. Hakikat Media Boneka Tangan

a) Pengertian Boneka Tangan

Boneka merupakan salah satu bentuk media tiga dimensi (3D).Daryanto

(2013: 33) mengungkapkan bahwa boneka adalah benda tiruan dari bentuk

manusia dan binatang. Sejalan dengan pendapat Daryanto, Musfiroh (2008: 128)

menyatakan bahwa, “Boneka menjadi sesuatu yang hidup dalam imajinasi anak

dan menjadi peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita. Melalui

boneka, anak tahu tokoh mana yang sedang berbicara, apa isi pembicaraannya,

dan bagaimana perilakunya.”

Macam-macam boneka menurut Daryanto (2013: 33) dibedakan menjadi

boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan

memegang satu boneka), dan boneka tongkat seperti wayang-

wayangan.Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Sudjana dan Rivai (2013: 188)

yang mengatakan bahwa boneka tangan adalah boneka yang digerakkan oleh

tangan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian boneka tangan

adalah benda tiruan bentuk manusia atau binatang yang dimainkan dengan

tangan, yaitu satu tangan memainkan satu boneka untuk menirukan tokoh manusia

atau hewan yang hidup dalam imajinasi anak dan menjadi peraga yang dianggap

mendekati naturalitas bercerita.

b) Karakteristik Boneka Tangan

Boneka tangan mempunyai karakteristik khusus jika dibandingkan dengan

boneka-boneka yang lain. Menurut penjelasan Ocieta (2010) dijelaskan bahwa

boneka tangan hanya terdiri dari kepala dan dua tangan, bagian badan dan kaki

hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya.Cara

memainkannya yaitu satu tangan hanya dapat memainkan satu boneka.Jari

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

25

telunjuk digunakan untuk memainkan/menggerakkan kepala, ibu jari dan jari

tangan untuk menggerakkan tangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik boneka

tangan antara lain: (1) terdiri dari berbagai karakter, (2) hanya terdiri dari kepala

dan tangan saja, (3) memakai baju sesuai watak atau karakter boneka, (4)

menggerakan boneka tangan dengan jari-jari tangan.

c) Manfaat Media Boneka Tangan

Penggunaan media boneka tangan mempunyai beberapa manfaat dalam

dunia pendidikan. Menurut Daryanto (2013: 33) penggunaan boneka mempunyai

beberapa manfaat, antara lain: (1) waktu, tempat, biaya, dan persiapan cukup

efisien, (2) tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainya, (3) dapat

mengembangkan imanjinasi anak, (4) mempertinggi keaktifan anak; dan (5)

menambah susasana gembira.

Ismail (Dewi, 2012: 39) juga mengemukakan bahwa “untuk melatih

fantasi kreativitas dapat berupa boneka tangan”. Media boneka tangan dapat

meningkatkan daya fantasi anak, karena anak akan melihat tokoh atau karakter

dalam bentuk konkret sehingga imajinasi anak akan berjalan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat media

boneka tangan dalam dunia pendidikan adalah untuk meningkatkan fantasi atau

daya imajinasi anak serta kreativitas anak dalam bercerita.Boneka tangan juga

menghidupkan isi dari cerita yang diperankan oleh boneka tangan, karena boneka

tangan merupakan tiruan dari manusia atau hewan.Boneka tangan sangat sesuai

jika digunakan sebagai media yang edukatif dalam pembelajaran bercerita

dongeng.

d) Langkah Penggunaan Media Boneka Tangan

Daryanto (2013: 33) mengungkapkan bahwa agar penggunan media

boneka tangan menjadi efektif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penggunaan media boneka, yaitu: (1) merumuskan tujuan pengajaran

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

26

secara jelas, (2) didahului dengan pembuatan naskah, (3) lebih banyak

mementingkan gerak daripada verbal, (4) dimainkan sekitar 10-15 menit, (5)

diselingi dengan nyanyian, (6) cerita disesuaikan dengan umur anak, (7) diikuti

dengan tanya jawab, (8) siswa diberi peluang untuk memainkannya.

Musfiroh (2008: 129-130) juga menambahkan teknik dalam bercerita

dengan media boneka tangan, antara lain: (1) jarak boneka tidak terlalu dekat

dengan mulut pencerita, (2) kedua tangan harus lentur memainkan boneka, ada

kalanya melakukan gerakan secara bersama-sama tetapi ada kalanya diam, (3)

antara gerakan boneka dengan suara tokoh harus sinkron, (4) menyelipkan

nyanyian dalam cerita melalui perilaku tokoh, ajak anak-anak menyanyikan lagu

tersebut bersama tokoh cerita, (5) selipkan beberapa pernyataan non-cerita sebagai

pengisi cerita, sekaligus strategi pelibatan anak, seperti: “Boleh tidak, kita

bermain curang, anak-anak?”, (6) tutup cerita dengan membuat simpulan dan

ajukan pertanyaan cerita yang berfungsi sebagai latihan bagi siswa.

Dari uraian di atas, dapat simpulkan bahwa langkah penggunaan media

boneka tangan yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1)

guru mempersiapkan teks cerita yang akan dibaca siswa dan media boneka tangan

yang akan digunakan sebagai media dalam bercerita, 2) guru memberikan contoh

bercerita dengan menggunakan media boneka tangan, 3) siswa maju bercerita

menggunakan media boneka tangan dengan memperhatikan jarak boneka dengan

mulut pencerita, 4) sambil memainkan boneka, lafal dan intonasi harus jelas

ketika siswa bercerita, 5) boneka dimainkan sesuai dengan teks cerita, 6) tangan

harus lentur dan gerakan harus sinkron dengan suara ketika bercerita

menggunakan boneka tangan.

8. Model Pembelajaran

a) Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran diperlukan oleh guru untuk membantu melaksanakan

proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sagala

dalam Zusnani (2003:11) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

27

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi bagi

pedoman perancangan pembelajaran.

Menurut Trianto (2010: 22) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran.

Sedangkan menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2012: 132) model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar sebagai pedoman bagi pembelajar untuk melaksanakan

pembelajaran. Model pembelajaran menggambarkan secara umum bagaimana

pembelajaran itu dilaksanakan

b) Macam-macam Model Pembelajaran

Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat kita terapkan,

pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik

dan materi yang disampaikan. Macam-macam model pembelajaran menurut Huda

(2013: 271) antara lain: (1) Problem Based Learning, (2) Problem Solving

Learning, (3) Group Investigation, dan (4) Somatis auditori Visual dan Intelektual

(SAVI).

1) Problem Based Learning adalah strategi yang melibatkan siswa dalam

memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan

keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

28

2) Problem Solving Learning adalah aktivitas yang berhubungan dengan

pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan

kondisi sekarang menuju kondisi yang diharapkan.

3) Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran kelompok yang

mengharuskan siswa untuk menggunakan skill tingkat tinggi.

4) Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) adalah model pembelajaran

yang melibatkan seluruh panca indra peserta didik.

Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas,

penulis memilih model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Model

pembelajaran ini menggabungkan aktivitas fisik dan intelektual siswa dengan

memanfaatkan seluruh indra siswa, sehingga pembelajaran tidak membosankan

dan memberikan pengalaman belajar yang lebih kepada siswa.

9. Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)

a) Pengertian Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

(SAVI)

Menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan

semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. De Porter dalam Sari

(2011: 27) mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang.Ketiga

modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditori, dan modalitas

kinestetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar

auditori belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar

lewat gerak dan sentuhan

Meier dalam Rusman (2012: 373) menyajikan suatu sistem lengkap untuk

melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara

belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI. Istilah SAVI merupakan

kependekan dari Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual.

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

29

Sedangkan menurut Zusnani (2003:28) pembelajaran SAVI adalah

pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat

indra yang dimiliki siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

model pembelajaran SAVI merupakan suatu model pembelajaran yang

menggabungkan gerak fisik dan aktivitas intelektual dengan memanfaatkan semua

indra dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar yang berdasarkan aktivitas

berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra

sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses

belajar.

b) Karakteristik Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual dan

Intelektual (SAVI)

Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan

model pembelajaran lainnya.Menurut Zusnani (2003: 11) sesuai dengan singkatan

dari SAVI itu sendiri yaitu Somatis Auditori Visual dan Intelektual, maka

karakteristiknya ada empat bagian.Belajar dapat optimal jika keempat

karakteristik SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran.

1) Belajar Somatis

Kata “Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Menurut

Meier (Dewi, 2011: 27), belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba,

kinestetik, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh

sewaktu belajar. Namun, dalam pembelajaran di sekolah pada umumnya terdapat

pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlaku adalah “duduk manis,

jangan bergerak, dan tutup mulut”, karena beberapa guru di sekolah masih

menggunakan paradigma lama yaitu belajar hanya melibatkan otak saja. Kini,

pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena

penelitian neurologi menemukan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh atau

pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh, Rahmani Astuti

dalam Dewi (2011: 27).

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

30

Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan

karakteristik somatis menurut Meier (Dewi, 2011: 31) yaitu:

a) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur

b) Secara fisik menggerakan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem

c) Menciptakan piktogram dan periferalnya

d) Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep

e) Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya

f) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik

g) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)

h) Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang

dipelajari

i) Mewawancarai orang-orang di luar kelas

j) Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.

2) Belajar Auditori

Menurut Meier (Dewi, 2011: 28), pikiran auditori lebih kuat daripada yang

kita sadari, telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori,

bahkan tanpa disadari ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa

area penting di otak menjadi aktif. Perancangan pembelajaran yang menarik bagi

saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajar dapat dilakukan dengan cara

mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.

Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan

karakteristik auditori menurut Meier (dalam Dewi, 2011: 32) yaitu:

a) Ajaklah pembelajar membaca keras-keras materi dari buku panduan danlayar

komputer

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

31

b) Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang

terkandung dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka

c) Mintalah pembelajar berpasang-pasangan memperbincang-kan secara

terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan

menerapkanya

d) Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan

suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang

sedang mereka kerjakan

e) Ajaklah pembelajar membuat sajak atau hafalan dari yang mereka pelajari

f) Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun

pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang.

3) Belajar Visual

Ketajaman visual merupakan modalitas yang tidak kalah penting, karena

di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual

daripada semua indra yang lain. Meier (Dewi, 2011: 29) mengatakan setiap orang

(terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang

sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat

melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan

gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar.

Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan

karakteristik visual menurut Meier (Dewi, 2011: 32) yaitu:

a) Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)

b) Grafik presentasi yang hidup

c) Benda 3 dimensi

d) Bahasa tubuh yang dramatis

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

32

e) Cerita yang hidup

f) Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)

g) Pengamatan lapangan

h) Dekorasi berwarna-warna

i) Ikon alat bantu kerja.

4) Belajar Intelektual

Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran

mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk

merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan

nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran;

sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,

menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar menurut Astuti (Dewi, 2011: 30).

Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan

karakteristik visual menurut Meier (Dewi, 2011: 32) yaitu:

a) Memecahkan masalah

b) Menganalisis pengalaman

c) Mengerjakan perencanaan strategis

d) Memilih gagasan kreatif

e) Mencari dan menyaring informasi

f) Merumuskan pertanyaan

g) Menciptakan model mental

h) Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan

i) Menciptakan makna pribadi

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

33

j) Meramalkan implikasi suatu gagasan.

Karakteristik dalam model SAVI sudah mencakup semua aktivitas yang

dibutuhkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik tidak

hanya mendapatkan pengetahuan melalui mendengarkan ataupun melihat saja.Di

sini guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi

siswa dengan ragam alat peraga atau media yang menarik dalam pelaksanaan

pembelajaran. Misalnya alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran ini

adalah dengan menggunakan media gambar, kartu, maupun powerpoint

presentasi.

c) Tahap-tahap Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

(SAVI)

Tahap-tahap yang jelas akan memudahkan guru dalam melaksanakan

model pembelajaran yang dipilih serta mendukung keberhasilan suatu

pembelajaran. Menurut Meier (Dewi, 2011: 33) pembelajaran SAVI akan tercapai

dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan jika empat tahap berikut dilaksanakan

dengan baik. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan

positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka

dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut.

1) Memberikan sugesti positif 2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat

kepada siswa 3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna 4) Membangkitkan

rasa ingin tahu 5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif 6) Menciptakan

lingkungan emosional yang positif 7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif

8) Menenangkan rasa takut 9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar 10)

Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah 11) Merangsang rasa

ingin tahu siswa 12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

34

Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru

dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra, dan cocok

untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah berikut. 1) Uji

coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan2) Pengamatan fenomena dunia nyata 3)

Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh 4) Presentasi interaktif 5) Grafik dan

sarana yang presentasi berwarna-warni 6) Aneka macam cara untuk disesuaikan

dengan seluruh gaya belajar 7) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar

tim 8) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9) Pengalaman

belajar di dunia nyata yang kontekstual 10) Pelatihan memecahkan masalah

3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap

pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang

dilakukan guru adalah sebagai berikut. 1) Aktivitas pemrosesan siswa 2) Usaha

aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali 3) Simulasi dunia-nyata

4) Permainan dalam belajar 5) Pelatihan aksi pembelajaran 6) Aktivitas

pemecahan masalah 7) Refleksi dan artikulasi individu 8) Dialog berpasangan

atau berkelompok 9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif 10) Aktivitas praktis

membangun keterampilan 11) Mengajar balik.

4) Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas

pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar

akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat

dilakukan guru adalah sebagai berikut. 1) Penerapan dunia nyata dalam waktu

yang segera 2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi 3) Aktivitas penguatan

penerapan 4) Materi penguatan pascasesi 5) Pelatihan terus menerus 6) Umpan

balik dan evaluasi kinerja 7) Aktivitas dukungan kawan.

Tahap-tahap yang dikemukakan oleh Meier tersebut sejalan dengan tahap

model pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Rusman. Rusman (2012: 373-

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

35

374) mengemukakan empat langkah dalam model pembelajaran SAVI yaitu

sebagai berikut:

1) Persiapan.

Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,

memberi peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan

datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar.

2) Penyampaian.

Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar

yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca

indra, dan cocok untuk semua gaya belajar.

3) Pelatihan.

Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan

menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

4) Penampilan hasil.

Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas

pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik dengan pekerjaan, sehingga

hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

Kedua ahli di atas mempunyai pendapat yang sama tentang tahap-tahap

pembelajaran SAVI, yaitu terdapat empat tahap yang harus dilaksanakan dalam

pembelajaran SAVI; (1) tahap persiapan, (2) tahap penyampaian, (3) tahap

pelatihan, dan (4) tahap penampilan hasil. Penulis memutuskan untuk

melaksanakan empat langkah pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Meier

.karena dijelaskan secara rinci kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam proses

pembelajaran.

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

36

d) Kelebihan dan Kelemahan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual

(SAVI)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing

masing. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran SAVI menurut Meier

(Dewi, 2011) yang secara ringkas yaitu:

1. Kelebihan model pembelajaran SAVI antara lain:

a) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui

penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual

b) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif

c) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan

psikomotor siswa

d) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara

visual, auditori dan intelektual.

2. Kelemahan model pembelajaran SAVI antara lain:

a) Model ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat

memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.

b) Penerapan model ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana

pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan,

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran SAVI mempunyai kelebihan dan kelemahan. Penulis dapat

mengoptimalkan kelebihan model pembelajaran SAVI dalam penelitian yang akan

dilaksanakan dan meminimalisir kelemahan dengan menyiapkan pelaksanaan

penelitian dengan maksimal.

e) Langkah Penerapan Model Pembelajaran SAVI dengan Media Boneka

Tangan

Langkah-langkah penerapan pendekatan SAVI yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

37

1) Persiapan/kegiatan pendahuluan (kemampuan membangkitkan minat siswa

dan menempatkan siswa dalam situasi optimal untuk belajar).

2) Penyampaian/kegiatan inti dengan media boneka tangan (kemampuan

memberikan pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan meliputi

unsur Somatic, Auditory, Visualization dan Intelectually dengan media

boneka tangan).

3) Pelatihan/kegiatan inti dengan media boneka tangan (kemampuan guru untuk

membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan serta

keterampilan baru dengan media boneka tangan).

4) Penampilan hasil/kegiatan penutup (kemampuan guru untuk membantu siswa

menerapkan dan memperluas pengetahuan melalui evaluasi dan refleksi).

Berdasarkan pembahasan tentang pendekatan SAVI dan media boneka

tangan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI dengan

media boneka tangan adalah proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indra

yang dimiliki peserta didik di dalamnya terdapat empat unsur yaitu somatic,

auditory, visualization, dan intelectually melalui langkah-langkah yaitu

persiapan/kegiatan pendahuluan, penyampaian/kegiatan inti dengan media boneka

tangan, pelatihan/kegiatan inti dengan media boneka tangan, dan penampilan

hasil/kegiatan penutup.

B. Kerangka Pikir

Menutut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2014: 60) kerangka pikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran SAVI dan

bantuan media boneka tangan dalam pembelajaran bahasa inodonesia di kelas III

SD Inpres Bontomanai

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

38

Adapun kerangka pikir dari permasalahan yang telah dibahas adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS IIIA

SD INPRES BONTOMANAI

PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN SAVI

DAN MEDIA BONEKA

TANGAN TERHADAP

KETERAMPILAN

BERCERITA DONGENG

ANALISIS

HASIL BELAJAR

ADA

PENGARUH

TIDAK ADA

PENGARUH

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

39

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum diketahui kebenarannya

tetapi memungkinkan untuk diuji dalam keadaan empiris berdasarkan rumusan

masalah dan uraian kajian pustaka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: “terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran SAVI (somatis,

auditori, visual, intelektual) dengan media boneka tangan terhadap keterampilan

bercerita dongeng siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota

Makassar”

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Menurut Sugiyono penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Sugiyono (2008: 107) dalam

penelitian eksperimen terdapat beberapa bentuk jenis eksperimen yaitu :

1) Pre-Eksperimental Design Desain ini dikatakan pra eksperimen karena belum

merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar

yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen.

2) True eksperimental design Eksperimen yang sebenarnya, karena dalam desain

penelitian ini peneliti dapat mengontrol semua variable luar yang

mempengaruhi jalannya eksperimen.

3) Factorial design Selalu melibatkandua atau lebih variable bebas.

4) Quasi Eksperimental design. Desain penelitian ini mempunyai kelas control

tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PreEksperimental Design

2. Lokasi Penelitian

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

41

Adapun lokasi penelitian ini adalah SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate

Kota Makassar

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian terdiri dari pendekatan kuantitatif dan

kualitatif.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif.Menurut Creswel (Alsa, 2007: 13) penelitian kuantitatif merupakan

penelitian yang bekerja dengan angka dan data. Dalam penelitian ini berwujud

bilangan yang kemudian dianalisis dengan statistic untuk menjawab pertanyaan

atau hipotesis.Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dikarenakan hasil dari penelitian ini berupa angka-angka.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008: 6) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Sedangkan

Arikunto (2002: 109) menjelaskan populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.Subjek pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IIIA SD

Inpres Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar yang berjumlah 25 siswa

dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari unit- unit yang ada dalam populasi yang ciri-cirinya

benar-benar diselidiki. Menurut Arikunto (2002: 109), bahwa sampel adalah

bagian atau wakil populasi yang diteliti dan dinamakan sampel apa bila kita

bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian. Senada dengan yang

dikemukakan oleh Sugiono bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Berdasarkan jumlah populasi

40

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

42

peserta didik dan berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu melihat peserta didik

memanfaatkan media boneka tangan sebagai media pembelajaran, maka cara

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampel

jenuh. Menurut Sugiyono sampling jenuh adalah teknik pengumpulan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini dilakukan karena

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

lisan,dan dokumentasi

1. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan Tanya

jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Menurut Thoha

(Maulana, 2011) tes ini termasuk kelompok tes verbal,yaitu tes soal dan

jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes

lisandapat dibedakan menjadi dua yakni:

a) Tes lisan bebas, yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik

tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis

b) Tes lisan berpedoman, yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang

apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002, 231) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang diamati melalui benda mati.Menurut Sugiyono (2008, 329)

dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapatberbentuk

tulisan,gambar atau karya seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa

foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Foto-foto tersebut digunakan

sebagai bukti jika penelitian sudah dilaksanakan serta mengetahui aktifitas siswa

selama pembelajaran.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

43

E. Instrument Penelitian

1. Tes

Tes digunakan untuk mengukur keterampilan menyimak siswa . Tes yang

di gunakan yaitu tes hasil belajar peserta didik di kelas III yang akan dianalisis

adalah tes sebelum perlakuan (pretest) dan tes setelah diterapkan (posttest).

Bentuk tes yang digunakan adalah tes kinerja atau tugas-tugas berunjuk

kerja bahasa yang memakai saluran lisan misalnya, menceritakan kembali wacana

yang didengar atau dibaca, wawancara, berbagai jenis membaca bersuara seperti

membaca nyaring, membaca puisi, cerpen, drama, deklamasi,dan lain-lain.

Penilaian dalam penelitian ini mengacu pendapat Rofi’uddin &Zuhdi (1999: 244)

yang dibagi menjadi dua aspek,yaitu aspek kebahasaan dan non kebahasaan.

Aspek kebahasaan meliputi : tekanan, ucapan, nada dan irama,

kosakata,/ungkapan, dan struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan, aspek non

kebahasaan meliputi : kelancaran, pengungkapan materi wicara (penguasaan

materi), keberanian,keramahan dan sikap.

Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta Didik

No Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

1

2

3

4

5

a. Kebahasaan

Tekanan

Pengucapan

Nada dan irama

Kosakata

Struktur kalimat yang digunakan

6

8

6

10

10

b. Non Kebahasaan

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

44

6

7

8

9

Kelancaran

Pennguasaan materi

Keberanian

Keramahan

Sikap

10

30

10

8

6

Skor Maksimal 100

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi artinya mengumpulkan

segala bentuk dokumen pada saat penelitian termasuk di dalamnya adalah data

nama-nama siswa kelas III, gambar-gambar kegiatan,dan dokumen lain.

F. Desain Penelitian

Menurut Sukardi (2011: 184) desain penelitian merupakan gambaran yang

memperjelas tentang hubungan antar variable,pengumpulan data dan analisis data.

Menurut Sugiyono (2008: 108-109) ada tiga bentuk dalam penelitian pra

eksperimen yaitu: 1) one shot case study, 2)one group pretest-posttes design,

3)intact group comparison. Desain yang dipilih peneliti dalam penelitian ini

adalah one group pretest-posttest design. Sugiyono menggambarkan one group

pretest-posttest design adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

O2 = Nilai Posttest (setelah diberi perlakuan)

O1 X O2

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

45

X = perlakuan atau treatment

Pengaruh Perlakuan= O2-O1

G. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 118) variabel adalah objek penelitian atau

segala sesuatu yang menjadi pokok perhatian suatu penelitian. Variable-variabel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2008: 61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variable terikat.Jadi,

variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi hasil sebuah

penelitian.Variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SAVI

dan media boneka tangan.

2. Variabel Terikat

Sugiyono (2008: 61) berpendapat bahwa variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variable bebas.Variable terikat dalam

penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara adalah

kemampuan untuk mengeluarkan ide, gagasan secara lisan dengan menggunakan

bahasa yang baku dan runtut serta mudah dipahami. Keterampilan berbicara

diteliti dari tingkat hasil belajar kognitif, yaitu : pemahaman(C2), penerapan (C3),

analisis(C4), sintesis (C5).

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu :

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk

menuliskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik

kesimpulan atas populasi yang diamati. Statistik jenis ini memberikan cara untuk

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

46

mengurangi jumlah data ke dalam bentuk yang dapat diolah dan

menggambarkannya dengan tepat mengenai rata-rata, perbedaan, hubungan dan

sebagainya (Arikunto dan Safruddin , 2007: 107). Hasil analisis deskriptif tersebut

berfungsi mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk menjawab permasalahan

yang ada dengan menggunakanstatistik deskriptif.

Langkah-langkah dalam penyusunan data hasil penelitian adalah:

a. Membuat tabel DistribusiFrekuensi

Langkah langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

1) Menghitung rentang nilai (R), yakni data terbesar dikurangi data yang terkecil

(Tiro, 2008: 163)

R = Xt–Xr

Keterangan:

R =RentangNilai

Xt= Data terbesar

Xr= Data terkecil

2) Menghitung jumlah kelas interval (Siregar, 2005:24)

(K) =1+(3,3)logn

Keterangan:

K= Kelas interval

n = banyaknya data

3) Menghitung panjang kelas interval (P) (Siregar, 2005:24)

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

47

P =

Keterangan :

P= Panjang kelas interval

R= Rentang nilai

K= Kelas interval

b. Mean ataurata-rata (Tiro, 2008: 133)

x =

Keterangan :

x = Rata-rata

fi= frekuensi

xi = Titik tengah

c. Standar Deviasi (Tiro, 2008: 133)

SD = √S2

Keterangan :

S2 = Simpangan baku

d. Menentukan Persentase (Sudjana, 2004: 130)

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang dicari persentasenya

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

48

N: Banyaknya sampel responden.

Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh

peserta didik menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat daya serap

peserta didik mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Depdikbud yang di

adaptasikan sesuai dengan kebutuhan yaitu:

Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Materi

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

40-60

61-80

81-100

Rendah

Sedang

Tinggi

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial, sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probalitas, pada statistik inferensial teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian ini menggunakan rumus chi

kaudrat.Uji Normalitas ini dilakukan pada data kelas meliputi posttest dan pretest.

Prosedur untuk menghitung uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Merumuskanhipotesis

Ho : data berdistribusi normal

Ha : data tidak berdistribusi normal

2) Menentukan nilai uji statistik

x2hitung =

)

)

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

49

3) Menentukan taraf nyata (α)

Untuk mendapatkan nilai chi kuadrat tabel:

X2tabel = x

2 = x

2(1-α)(dk) = ?

4) Menentukan criteria pengujian hipotesis

Ho ditolak jika x2hitung >x

2tabel

Ha diterima jika x2hitung <x

2tabel

5) Memberikan kesimpulan

b. Uji t-test

Setelah pengumpulan data selesai, maka data-data tersebut akan dianalisis

dengan uji t.

Adapun rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:

t =

)

Keterangan:

t = koofisien perbedaan

Md = mean dari perbedaan pre-test dengan post-test

xd = deviasi masing-masing subjek(d-Md

= jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

d.b. = ditentukan N-1(Arikunto,2002:314)

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Pada tahapan ini peneliti akan membahas hasil penelitian secara rinci

dengan pendekatan analisis statistik. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif

digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu hasil keterampilan

bercerita peserta didik dengan menggunakan media boneka tangan.Sedangkan

analisis inferensial digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga

yaitu apakah terdapat pengaruh keterampilan bercerita peserta didik setelah

diterapkan media boneka tangan.Selain itu statistik inferensial juga digunakan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti.

a) Deskripsi Keterampilan Bercerita Peserta didik Kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar dengan Model

Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di SD Inpres

Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 23

April sampai dengan 28 April 2018, melalui instrumen tes lisan peneliti dapat

mengumpulkan data hasil belajar berupa nilai peserta didik kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar sebelum digunakan model

pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka tangan, dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

50

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

51

Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Bercerita Dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota

Makassar Sebelum Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan

Menggunakan Media Boneka Tangan.

No Nama Skor

1 Adheliya Qadrianti 37

2 Adrian Aditya Mustam 47

3 Ahmad Harif Budjang 50

4 Andika Saputra 40

5 Anggi Syifa Fauziah 43

6 Diah Yurika Ihsan 50

7 Eka Naurah Azifah 50

8 M. Fadil 43

9 Muh. Raihan Hidayatullah 53

10 Muh. Taslim 40

11 Mutiara Maharani Putri 40

12 Naila Marcella Rosma 53

13 Putri Aprilya 47

14 Raffi Zahran Razzaq 47

15 Reza Saputra 43

16 Sakinah Salsabilla 47

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

52

17 Shalsa Putri Amelia 50

18 Siti Aira Rahayu 40

19 Suci Regina Putri 53

20 Tegguh Kariati 53

21 Zahra Nur Faizah Ramlan 43

22 Zaskia Zanika Zarin 40

23 Dwi Raka 43

24 Kurniawan 50

25 Rahma Meutia Idris 47

Jumlah 1160

Adapun perhitungan selengkapnya analisis statistik deskriptif sebagai

berikut:

a. Membuat tabel distribusi frekuensi

1) Menghitung rentang nilai (R)

R = Xt–Xr

= 53–37

= 16

2) Menghitung jumlah kelas interval (K)

K =1 + (3,3) log n

=1 + (3,3) log 25

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

53

=1 + (3,3) 140 =1+4,62 =5,62( dibulatkan 6)

3) Menhitung panjang kelas interval (P)

P =

=

2,6 (dibulatkan 3)

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik

SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.

Interval Fi(frekuensi) Xi (titik

tengah)

fi.xi Xi2

Fi.xi2

37-39 1 38 38 1444 1444

40-42 5 41 205 1681 8405

43-45 5 44 220 1936 9680

46-48 5 47 235 2209 11045

49-51 5 50 250 2500 12500

52-54 4 53 212 2809 11236

Jumlah 25 1.160 54310

Sebelum diterapkan media boneka tangan keterampilan bercerita peserta

didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar menunjukkan

nilai yang diperoleh peserta didik bervariasi mulai dari nilai terendah 37 dan nilai

tertinggi mencapai 53 dengan rentang nilai 16 menunjukkan kemampuan peserta

didik cukup merata.

Untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas III SD

Inpres Bontomanai dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

54

a) Mean atau Rata-rata

x =

=

= 46,4

Hasil perhitungan di atas diperoleh rata-rata nilai Keterampilan Bercerita

peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai sebelum diajar (pretest) dengan

Media Boneka Tangan adalah 46,4.

b) Variansi (S2)

S2 =

)

=

– )

=

=

= 20,25

c) Standar Deviasi

SD = √S2 = √20,25 = 4,5

Table 4.3 : Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Sebelum diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 25

Skor maksimum 53

Skor minimum 37

Rentang Nilai 16

Panjang Kelas Interval 3

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

55

Rata-rata 46,4

Variansi 20,25

Standar Deviasi 4,5

d. Menentukan Persentasi

P =

x 100%

P =

x 100% = 4%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 16%

Table 4.4 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita sebelum Pemanfaatan

Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentasi

(%)

1 0-39 Sangat rendah 1 4

2 40-54 Rendah 24 96

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

56

3 55-74 Sedang 0 0

4 75-89 Tinggi 0 0

5 90-100 Sangat tinggi 0 0

Jumlah 25 100

Berdasarkan pengkategorian tabel di atas keterampilan bercerita peserta

didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar sebelum

diajar dengan menggunakan media boneka tangan, maka dapat diketahui bahwa

keterampilan bercerita peserta didik hampir sama dari kategori sedang, tinggi,dan

sangat tinggi dengan presentase 0% artinya tidak ada peserta didik dalam kategori

ini, kategori rendah dengan persentasi 4% ada 1 orang peserta didik, kategori

sedang dengan persentasi 96 % ada 24 orang peserta didik. Jadi berdasarkan

persentasi diatas maka dapat dikategorikan bahwa sebagian besar Keterampilan

bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota

Makassar sebelum diajar dengan media boneka tangan berada pada kategori

rendah .

b) Deskripsi Keterampilan Bercerita Peserta didik Kelas III SD Inpres

Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar dengan Model

Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.

Data keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai

setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan media

boneka tangan

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

57

Table 4.5 : Data Nilai Keterampilan Bercerita Dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota

Makassar Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan

menggunakanj Media Boneka Tangan.

No Nama Skor

1 Adheliya Qadrianti 73

2 Adrian Aditya Mustam 83

3 Ahmad Harif Budjang 83

4 Andika Saputra 73

5 Anggi Syifa Fauziah 77

6 Diah Yurika Ihsan 90

7 Eka Naurah Azifah 93

8 M. Fadil 83

9 Muh. Raihan Hidayatullah 83

10 Muh. Taslim 73

11 Mutiara Maharani Putri 73

12 Naila Marcella Rosma 93

13 Putri Aprilya 90

14 Raffi Zahran Razzaq 97

15 Reza Saputra 77

16 Sakinah Salsabilla 73

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

58

17 Shalsa Putri Amelia 97

18 Siti Aira Rahayu 77

19 Suci Regina Putri 90

20 Tegguh Kariati 93

21 Zahra Nur Faizah Ramlan 80

22 Zaskia Zanika Zarin 80

23 Dwi Raka 80

24 Kurniawan 97

25 Rahma Meutia Idris 93

Jumlah 2092

a. Membuat tabel distribusi frekuensi

1. Menghitung rentang nilai (R)

R = Xt - Xr

= 97-73

= 24

2. Menghitung jumlah kelas interval (K)

K = 1 + (3,3) log n

= 1 + (3,3) log 25

= 1 + (3,3) 140

=1+ 4,62

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

59

= 5,62 (dibulatkan 6)

3. Menghitung panjang kelas interval (P)

P=

=

= 4

4. Tabel distribusi frekuensi

Table 4.6 : Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik SD

Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diaja r dengan

Model Pembelajaran SAVI dan menggunakan Media Boneka Tangan.

Interval

Fi

(frekuensi)

Xi

(titik

tengah)

Fi.xi

Xi2

Fi.xi2

73-76 5 74,5 372,5 5550,25 27751,25

77-80 6 78,5 471 6162,25 36973,5

81-84 4 82,5 330 6806,25 27225

85-88 0 86,5 0 7482,25 0

89-92 7 90,5 633,5 8190,25 57331,75

93-97 3 95 285 9025 27075

Jumlah 25 2092 176.356,5

b. Mean atau rata-rata

x =

=

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

60

= 83,68

Nilai rata-rata keterampilan bercerita peserta didik SD Inpres Bontomanai

Kec. Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan media model pembelajaran

SAVI dan menggunakan media boneka tangan yaitu 83,68 terjadi peningkatan

keterampilan bercerita peserta didik yang sebelumnya hanya 46,4

c. Variansi (S2)

S2 =

)

=

– )

=

=

= 54,04

d. Standar Deviasi

SD = √S2 = √54,04 = 7,35

Tabel 4.7 :Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Setelah diajar

dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 25

Skor maksimum 93

Skor minimum 73

Rentang Nilai 24

Panjang Kelas Interval 4

Rata-rata 83,68

Variansi 54,04

Standar Deviasi 7,35

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

61

d. Menentukan Persentasi

P =

x 100%

P =

x 100% = 20%

P =

x 100% = 24%

P =

x 100% = 16%

P =

x 100% = 28%

P =

x 100% = 12%

Tabel 4.8 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita setelah Pemanfaatan

Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentasi

(%)

1 0-39 Sangat rendah 0 0

2 40-54 Rendah 0 0

3 55-74 Sedang 5 20

4 75-89 Tinggi 10 40

5 90-100 Sangat tinggi 10 40

Jumlah 25 100

Berdasarkan pengkategorian tabel di atas keterampilan bercerita peserta

didik kelas III SD Inpres Bontomanai setelah diajar dengan menggunakan media

boneka tangan, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik cukup

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

62

beragam dari kategori sangat rendah dan rendah dengan presentase 0 % artinya

tidak ada peserta didik dalam kategori ini, kategori sedang dengan persentasi 20

% ada 5 orang peserta didik, kategori tinggi dengan persentasi 40 % ada 10

peserta didik, dan ada 10 orang peserta didik dengan persentasi 40 % berada pada

kategori sangat tinggi. Berdasarkan persentasi diatas maka dapat dikategorikan

bahwa sebagian besar keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres

Bontomanai setelah diajar dengan media boneka tangan berada pada kategori

tinggi.

c) Peningkatan Keterampilan Bercerita Peserta didik Setelah Diterapkan

Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka tangan

Pengaruh media boneka tangan terhadap hasil belajar peserta didik dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Sebelum dan

Setelah Pemanfaatan Media Boneka Tangan

No Nilai Kategori Frekuensi Persentasi (%)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 0-39 Sangat rendah 1 0 4 0

2 40-54 Rendah 24 0 96 0

3 55-74 Sedang 0 5 0 20

4 75-89 Tinggi 0 10 0 40

5 90-10 Sangat tinggi 0 10 0 40

Jumlah 25 25 100 100

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

63

Berdasarkan pengktegorian diatas maka dapat dikatakan bahwa

keterampilan bercerita peserta didik SD Inpres Bontomanai terjadi perubahan

setelah diterapkan media boneka tangan. Ini terlihat pada kategori sangat tinggi

terdapat 40% peserta didik yang sebelumnya hanya terdapat 0%, pada kategori

tinggi terdapat 40 % yang sebelumnya 0%, dan yang terakhir pada kategori

sedang terdapat 20% yang sebelumnya 0%.

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Pengujian hipotesis menggunakan statistik inferensial yakni dengan uji t,

sebelum pengujian hipotesis dilakukan pengujian normalitas yang tujuannya

untuk mengetahui apakah sebaran datanya normal atau tidak.

a. Uji Normalitas

Tabel 4.10 Uji normalitas data pre-test yaitu sebelum digunakan model

pembelajaran SAVI dan media boneka tangan

Data

Frekuensi

observasi

(Oi)

Batas kelas

Nilai Z

Luas tiap

Kelas

Interval

Frekuensi yang

diharapkan (Ei)

(Luas tiap kelas

interval x n)

)

)

37-39 1 36,5-39,5 -2,2 dan -

1,53

0,0491 1,2275 0,042

40-42 5 39,5-42,5 -1,53 dan -

0,86

0,1319 3,2975 0,879

43-45 5 42,5-45,5 -0,86 dan -

0,2

0,2258 5,645 0,073

46-48 5 45,5-48,5 -0,2 dan 0,46 0,0979 2,4475 2,66

49-51 5 48,5-51,5 0,46 dan 1.13 0,1936 4,84 0,0052

52-54 4 51,5-54,5 1.13 dan 1.8

0,0933 2,525 1,2067

Jumlah N= 25 x

2 hitung =

)

)= 4,8659

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

64

Untuk menentukan perbandingan antara x2hitung dan x

2tabel selanjutnya kita

menghitung x2tabel menggunakan rumus :

x2

tabel= x2(1-0.05)(6-3)

= x2(0,95)(3)

= 7,814

Pada tabel di atas hasil uji normalitas pretest dengan x2tabel yang diperoleh

adalah 7,184, sedangkan x2hitung yang diperoleh adalah 4,8659 (. Karna x

2hitung <

x2

tabel yaitu 4,8659< 7,184 maka dapat dikatakan bahwa pretes atau nilai

keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai sebelum

diajar dengan menggunakan media boneka tangan berdistribusi normal.

Tabel 4.11 Uji normalitas data post-test yaitu setelah digunakan model

pembelajaran SAVI dan media boneka tangan

Data

Frekuensi

observasi

(Oi)

Batas kelas

Nilai Z

Luas tiap

Kelas

Interval

Frekuensi yang

diharapkan (Ei)

(Luas tiap kelas

interval x n)

)

)

73-76 5 72,5-76,5 -1,52 dan -

0,97

0,1017 2,675 2,02

77-80 6 76,5-80,5 -0,97 dan -

0,43

0,1676 4,19 0,78

81-84 4 80,5-84,5 -0,43 dan 0,11 0,1226 3,165 0,22

85-88 0 84,5-88,5 0,11 dan 0,65 0,1984 4,96 (-4,96)

89-92 7 88,5-92,5 0,65 dan 1,2 0,1427 3,5675 3,30

93-97 3 92,5-97,5 1,2 dan 1,88

0,085 0,085 0,36

Jumlah N= 25 x2

hitung = )

)= 1,72

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

65

Untuk menentukan perbandingan antara x2hitung dan x

2tabel selanjutnya kita

menghitung x2tabel menggunakan rumus :

x2tabel= x2

(1-0.05)(6-3)

= x2(0,95)(3)

= 7,814

Pada tabel di atas hasil uji normalitas post-test dengan x2tabel yang

diperoleh adalah 7,184, sedangkan x2hitung yang diperoleh adalah 1,72. Karna

x2

hitung < x2tabel yaitu 1,72 < 7,184 maka dapat dikatakan bahwa posttest atau nilai

keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai setelah diajar

dengan model pembelajaran SAVI dengan menggunakan media boneka tangan

berdistribusi normal.

Data atau nilai keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres

Bontomanai sebelum dan setelah diajar dengan media pembelajaran SAVI dan

menggunakan media boneka tangan kedua data (pretest dan postest) hitung

< tabeloleh karena itu dapat dikatakan bahwa kedua data atau hasil belajar

berdistribusi normal.

b. Pengujian Hipotesis

Tabel t-test yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh

Arikunto (2002: 272) yaitu :

t =

)

1. Tentukan Gain (d) seperti pada tabel berikut!

Responden Pre-test Post-test Gain(d)

1 37 73 36

2 47 83 36

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

66

3 50 83 33

4 40 73 33

5 43 77 34

6 50 90 40

7 50 93 43

8 43 83 40

9 53 83 30

10 40 73 30

11 40 73 33

12 53 93 40

13 47 90 43

14 47 97 50

15 43 77 34

16 47 73 34

17 50 97 47

18 40 77 37

19 53 90 37

20 53 93 40

21 43 80 37

22 40 80 40

23 43 80 37

24 40 97 47

25 47 73 46

N=25

2. Tentukan Md!

Md =

=

= 38,28

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

67

3. Tentukan d seperti tabel berikut!

Responden D Xd ( d-Md) d

1 36 -2,28 5,1984

2 36 -2,28 5,1984

3 33 -5,28 27,8784

4 33 -5,28 27,8784

5 34 -4,28 18,3184

6 40 1,72 2,9584

7 43 4,72 22,2784

8 40 1,72 2,9584

9 30 -8,28 68,5584

10 30 -8,28 68,5584

11 33 -5,28 27,8784

12 40 1,72 2,9584

13 43 4,72 22,2784

14 50 11,72 137,3584

15 34 -4,28 18,3184

16 34 -4,28 18,3184

17 47 8,72 76,0384

18 37 -1,28 1,6384

19 37 -1,28 1,6384

20 40 1,72 2,9584

21 37 -1,28 1,6384

22 40 1,72 2,9584

23 37 -1,28 1,6384

24 47 8,72 76,0384

25 46 7,72 59,5984

N = 25 = 701,04

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

68

4. Uji Hipotesis

t =

)

t =

)

t =

t =

t =

t = 35,44

5. Konsultasikan dengan t tabel!

thitung = 35,44> ttabel = 2,064

thitung> ttabel

Jadi, kesimpulannya adalah perbedaan antara hasil pre-test dan post-test

signifikan, dengan kata lain bahwa data atau hipotesis “Ada Pengaruh Model

Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan

Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalae Kota Makassar”

diterima.

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

69

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh model pembelajaran savi

menggunakan media boneka tangan terhadap keterampilan bercerita siswa kelas

iii sd inpres bontomanai kec. tamalae kota Makassar.

Berdasarkan hasil perhitungan t-test diperoleh thitung sebesar 35,44

sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5 persen dengan dk= 24 sebesar 2,064,

hal itu berarti thitung lebih besar daripada ttabel maka sebagai konsekuensinya adalah

hipotesis “Ada Pengaruh Model Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka

Tangan terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai

Kec. Tamalae Kota Makassar” dinyatakan diterima.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD

Inpres Bontomanai pada materi keterampilan bercerita dilakukan dengan tes lisan

dan dokumentasi pada pelaksanaan metode pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan dalam satu kelas, selama enam kali pertemuan

pada materi keterampilan bercerita.Pertemuan pertama peserta didik diberi pretest

kemudian, pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat peserta

didik diajar dengan materi keterampilan bercerita dengan dengan model

pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka tangan dan pada pertemuan

keenam diberi postest.

Hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata keterampilan bercerita peserta

didik sebelum diajar menggunakan media boneka tangan yaitu 46,4 dan setelah

diajar dengan dengan model pembelajaran SAVI dan menggunakan media

boneka tangan dengan standar deviasi 7,35, dimana skor maksimum yang dicapai

peserta didik yaitu 53dan skor minimum 37 jarak antara skor maksimum dengan

skor minimum sebesar 16.

Page 84: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

70

Dari keseluruhan nilai yang diperoleh, jika dikelompokkan kedalam 5

kategori berdasarkan Depdikbud yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi. Terdapat beberapa peserta didik pada kategori sangat

rendah dan rendah, 1 peserta didik pada kategori sangat rendah, 24 peserta didik

pada kategori rendah.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan

bercerita peserta didik sebelum dimanfaatkan media boneka tangan berada pada

kategori rendah. Hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata keterampilan bercerita

peserta didik setelah diajar dengan menggunakan media boneka tangan yaitu

83,68 dengan standar deviasi 7,35, dimana skor maksimum yang dicapai peserta

didik yaitu 93 dan skor minimum 73 jarak antara skor maksimum dengan skor

minimum sebesar 20.

Dari keseluruhan nilai yang diperoleh, jika dikelompokkan kedalam 5

kategori berdasarkan Depdikbud yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi. Tidak ada peserta didik pada kategori sangat rendah dan

rendah, 5 peserta didik pada kategori sedang, 10 peserta didik pada kategori

tinggi, dan 10 peserta didik pada kategori sangat tinggi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan bercerita peserta didik setelah

diterapkan dengan model pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka

tangan berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan media boneka tangan

merupakan media belajar yang dapat menjadikan peserta didik santai, senang, dan

tidak kaku.Sehingga pada saat pemberian tes lisan keterampilan bercerita peserta

didik mereka memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan hasil perhitungan t-test diperoleh thitung sebesar 35,42

sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5 persen dengan dk= 24 sebesar 2,06, hal

itu berarti thitung lebih besar daripada ttabel maka sebagai konsekuensinya adalah

hipotesis “Ada Pengaruh Model Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka

Tangan terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai

Kec. Tamalate Kota Makassar.

Page 85: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan nilai analisis data tentang pemanfaatan media boneka tangan

terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai

Kec. Tamalate Kota Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa:

Keterampilan Berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.

Tamalate Kota Makassar sebelum diajar dengan menggunakan media boneka

tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 46,4, hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berbicara peserta didik berada pada

kategori rendah.

Keterampilan Berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.

Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan menggunakan media boneka

tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 83,68, hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik berada pada kategori

tinggi.

Berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh nilai thitung > ttabel dengan

nilai 35,44> 2,06. Ho ditolak dan H1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh model pembelajaran SAVI dan pemanfaatan media boneka tangan

terhadap keterampilan berbicara peserta didik

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan :

1. Bagi Sekolah

Hendaknya Sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat

mendukung pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran SAVI

dengan media bonea tangan agar tujuan pembelajaran tercapai

71

Page 86: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

72

2. Bagi Guru

Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa

menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan

bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi

untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi pembelajaran yang pada

akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi

belajar dan mengembangkan keberanian dalam menyampaikan gagasan dalam

proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hemdak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih

cermat dan lebih mengupayakan pengkajin teori-teori yang berkaitan dengan

keterampilan bercerita anak dengan menggunakan model SAVI dan media

boneka tangan guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan keterampilan siswa yang belum tercakup dalam

penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Page 87: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

73

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. 2007. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

……………………. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto dan Safruddin.2007. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis

Bagi Praktisi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Asyhar, Rayanda. 2012. Kreatif Mengmbangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi Jakarta.

Daryanto, D. 2013. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam

mencapai Tujuan Pembelajaran.Yogyakarta. Gava Media.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dewi, Agustyani Ratna S. 2012.Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori,

Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII B SMP N 3 Depok

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.Universitas Negeri Yogyakarta.

(Skripsi),http://eprints.uny.ac.id/2381/1/AGUSTYANI_SARI_RATNA_D

EWI.pdf . Diakses tanggal 16 November 2016.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan

Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Maulana, Dayan. Tes Lisan. https//.dayanmaulana.blogspot.co.id/2018/06/22/tes-

lisan. Diakses pada tanggal 22 Juni 2018

Musfiroh, Tadrikroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi.

Bandung: ALFABETA.

Putri, Rochana Mega. 2016. Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak

Melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual)

dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri

KarangTengah Tahun Ajaran 2015/2016.Universitas Negeri Yogyakarta.

(Skripsi),http://repository.upy.ac.id/1422/1/ROCHANA_MEGA_PUTRI.p

df . Diakses tanggal 20 Februari 2018.

Ramadhan, Kurnia. 2017. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan SAVI Berbantuan

Boneka Tangan pada Kelas III SDN Timuran

73

Page 88: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

74

Yogyakarta.(Skripsi),http://repository.upy.ac.id/1422/1/RAMADHAN_K

URNIA.pdf . Diakses tanggal 20 Februari 2018.

Rofi’uddin dan Zuhdi.1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Tinggi.Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua.Jakarta: PT. Rajagrafindo Pustaka.

Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sari, Isnaini Fitrah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Somatis Auditori

Visual dan Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 2 Notoharjo. Universitas Lampung.

(Skripsi). http://digilib.unila.ac.id/11105/. Diakses pada 16 November 2017.

Shoimin, Rais. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Siregar, Syafruddin. 2005. Statistic Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS

Pres.

Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Sudjana dan Rivai . 2013. Media dan model-model Pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian kuantitatif Kuslitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

…………, 2014.Metode Penelitian kuantitatif Kuslitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah

Dasar.Prenadamedia Group. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andhira

Publisher.

Page 89: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

75

Trianto.2010. Pengembangan Model Tematik Pembelajaran Tematik.PT Prestasi

Pustakarya. Jakarta.

Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiadi Kelas

Rendah. Yogyakarta: PAS

Zusnani, Ida. 2003. Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP. Tugu Publisher.

Jakarta Selatan

Page 90: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

76

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 91: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

77

Lampiran 1 Dokumentasi

Page 92: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

78

Page 93: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

79

Page 94: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

80

Lampiran 2 RPP

RENCANA PERENCANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : III/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Hari / Tanggal :

A. Standar Kompetensi

Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan.

B. Kompetensi Dasar

Mengomentari, tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.

C. Indikator

1. Memahami cerita yang dilisankan secara singkat.

2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita.

D. Tujuan Pembelajaran

Page 95: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

81

1. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami dongeng yang dilisankan

dengan benar

2. Melalui praktek, siswa dapat mengidentifikasi tokoh-tokoh yang ada di cerita

dengan benar.

E. Materi Pokok

Memahami Isi Dongeng

Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, dongeng hanya

sebuah cerita khayal. Ada dongeng tentang binatang-binatang, kejadian suatu

tempat, dan ada juga dongeng kepahlawanan seseorang.

Contoh dongeng seperti :

Legenda Tangkuban Perahu

Awal cerita ada seorang raja yang mempunyai seorang putri yang sangat cantik,

yaitu Dayang Sumbi. Setelah besar/dewasa, Singkat cerita Dayang Sumbi

kehilangan toraknya, dan dia berjanji jika ada yang menemukannya, kalau lelaki

dia akan jadikan suaminya, dan kalau perempuan akan di jadikan saudara, ternyata

yang menemukan toraknya itu adalah seekor anjing yang bernama Si Tumang,

lalu menikahlah Dayang Sumbi dengan Si Tumang.

Singkat cerita Dayang Sumbi mempunyai anak yang bernama

Sangkuriang. Pada suatu ketika saat sangkuriang berburu rusa di hutan, secara

tidak sengaja membunuh Si Tumang, tidak lain adalah ayah Kandung nya sendiri.

Singkat cerita Sangkuriang diusir karena sudah membunuh Si Tumang.

Page 96: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

82

Setelah bertahun- tahun Sangkuriang pergi dari rumah, Sangkuriang kembali dan

bertemu Dayang Sumbi, dia jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, dia tidak tahu

bahwa wanita yang dicintainya adalah Ibunya sendiri.

Tetapi keinginannya tidak tercapai karena Sangkuriang tidak bis

menyelesaikan permintaan membuat sebuah kapal yang besar.

F. Metode

Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, dan Penugasan.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal ( 5 Menit )

a) Mengkondisikan siswa kedalam situasi kelas yang kondusif dengan cara

merapikan tempat duduk, berdoa, mengabsen, dan menyuruh siswa

menyiapkan siswa menyiapkan buku pelajaran dan alat-alat tulis.

b) Melakukan apersepsi melalui tanya jawab untuk untuk mengaitkan materi

yang akan dibahas. Pertanyaan : Tokoh Kancil ada di dalam sebuah....

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a) Melalui pengamatan, siswa akan tahu dongeng yang akan diceritakan.

b) Melalui penjelasan guru dan praktek melalui dongeng, agar siswa dapat

memahami dan mengidentifikasi dalam cerita.

c) Melakukan tanya jawab tentang isi dongeng.

d) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi.

Page 97: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

83

e) Perwakilan kelompok melaporkan atau membacakan hasil diskusi.

f) Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi.

3. Kegiatan Akhir

1. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah

disampaikan

2. Melaksanakan evaluasi akhir

3. Menindaklanjuti pembelajaran dengan pemberian PR

H. Sumber Pembelajaran

Sumber: : KTSP Bahasa Indonesia Kelas III. Semester 1 tahun 2006

Buku Bahasa Indonesia, karangan Ismoyo dan Romiyatun

I. Penilaian

1. Prosedur : : pretest

2. Jenis : Tulisan, pengamatan

3. Bentuk : Essay, Unjuk Kerja

4. Instrumen Soal, LKS

Butir Soal

Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

1. Apa judul dongeng yang sudah diceritakan?

2. Siapa Suami dari Dayang Sumbi?

3. Mengapa Sangkuriang diusir dari rumahnya?

Page 98: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

84

4. Sangkuriang ingin ........ Dayang Sumbi.

Kunci Jawaban

1. Legenda Tangkuban Perahu

2. Si Tumang

3. Karena membunuh Sangkuriang

4. Menikahinya

Jumlah Jawaban yang benar x 20

Skor Akhir = 100 = Nilai Akhir

Senin, Mei 2018

Page 99: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

85

Guru Kelas IIIA Mahasiswa

Nuraeni, S.Pd Fitriani

Menyetujui,

Kepala SD Inpres Bontomanai

Alimuddin, S.Pd

LEMBAR KERJA SISWA

Page 100: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

86

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : III

Alokasi Waktu : 1 X 35 menit

Hri / Tanggal :

Nama Kelompok :......................................

Anggota : 1. ........................................

2..........................................

3. .........................................

Diskusikan dengan teman sekelompokmu!

1. Tuliskan kembali dongeng yang dilisankan dengan singkat.

Page 101: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

87

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : III / 2

Waktu : 2 x 35 menit

Hari / Tanggal :

Standar Kompetensi

5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan

Kompetensi Dasar

5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain

Indikator

Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya

Tujuan pembelajaran

Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar

melalui percobaan

Materi pembelajaran

Anjing dan Bayangannya

Page 102: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

88

Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari

pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati

sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat

bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini

mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih

besar dari miliknya.

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah

bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan

tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah

tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia

selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena

tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi

dan menyadari betapa bodohnya dirinya

Nilai Karakter Bangsa :

- Teliti

- Kerja sama

- Kerja keras

- Rasa ingin tahu

- Mandiri

Langkah – Langkah Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan :

Page 103: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

89

1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif dengan

menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang akan

dilakukan

2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar

Kegiatan inti :

1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak ,

kemudian beberapa siswa melakukan percobaan mengungkapkan pesan

yang terdapat pada dongeng tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya

2. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng yang

didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut

3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat

dalam dongeng

Kegiatan akhir :

1. Mencatat tugas atau PR berupa mencari contoh dongeng anak yang

mengandung pesan moral

Model dan Metode Pembelajaran :

Ceramah

Demonstrasi

Percobaan

Penugasan

Bahan dan Sumber Ajar

Page 104: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

90

Buku bahasa indonesia kelas III

Penilaian Hasil Belajar :

Prosedur penilaian : pretest

Jenis penilaian : pengamatan proses

Instrumen penilaian : format penilaian

Pengamatan proses

Jumlah 30 - 100

KKM : 70

NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG

1. menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50

2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30

3. Tata bahasa 6 _ 20

Page 105: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

91

≤ 70 : Perbaikan

≥70 : Pengayaan

Bontomanai, Mei 2018

Guru Kelas IIIA Mahasiswa

Nuraeni, S.Pd Fitriani

Menyetujui,

Kepala SD Inpres Bontomanai

Alimuddin, S.Pd

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Page 106: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

92

Kelas / Semester : III / 2

Waktu : 2 x 35 menit

Hari / Tanggal :

Standar Kompetensi

5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan

Kompetensi Dasar

5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain

Indikator

Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya

Tujuan pembelajaran

Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar

melalui percobaan

Materi pembelajaran

Anak Tikus Hendak Jadi Raja

Di sebuah lubang besar, tinggalah keluarga besar tikus. Tikus-tikus mencicit tiada

hentinya. Mereka saling bertengkar dan berkelahi, yang menjadi biang keladi

biasanya si Curut. Curut adalah seekor tikus kecil yang sombong

Badannya kurus, bulunya hitam, dan ekornya panjang. Sikapnya seperti

jagoan.Kalau berkelahi, Curut selalu memakai senjata.

Pada suatu hari Curut berpikir,“Andaikan aku jadi tikus raksasa, tidak

akan ada yang berani kepadaku. Semua tikus akan bertekuk lutut di hadapanku

karena aku akan menjadi raja mereka, Ha, ha, ha! Mulai sekarang, aku akan

makan sebanyak-banyaknya supaya tumbuh semakin besar.”

Page 107: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

93

Sejak saat itu, Curut selalu makan dengan porsi yang sangat banyak.

Ibunya merasa herah melihat perubahan yang terjadi pada Curut. Pada saat makan,

Curut minta tambah berkalikali. Baru saja menghabiskan masakan ibunya, ia

sudah minta jajanan. Semua makanan dilahapnya dengan rakus. Ibunya berkata “

Jangan makan terlalu banyak, Curut, nanti kau bisa sakit perut.” Tapi curut tak

sedikitpun menghiraukan perkataan ibunya. Curut makan semakin banyak dan

terus menerus sampai perutnya benar-benar tidak mampu menampung makanan

yang ia makan. Ia merasa seakan-akan perutnya akan meledak.

Sore harinya Curut sakit. Ia terbaring di tempat tidur dan merintih.

Iamerasa kesakitan. “Aku tidak mau menjadi raja!” teriaknya berkali-kali.

“Engkau hanya keturunan tikus BIASA, Curut,” kata ibunya. “Kalau makan

jangan terlalu banyak dan berlebihan karena akan menyebabkanmu sakit seperti

ini. Curut menangis tersedu-sedu. “ Sudahlah jangan menangis, ibu sudah

memanggil dokter. Kau akan lekas sembuh.” Ibu Curut menenangkan. Dokter pun

datang dan menyuntik si Curut. Ia menyarankan agar curut tidak lagi

mengkonsumsi makanan secara berlebih.

Setelah dokter pulang, Curut pun segera tidur dan beristirahat. Dalam

tidurnya, Curut bermimpi. Ia bermimpi bahwa Ibu menasehatinya untuk bersikap

baik dan meminta maaf kepada teman-teman atas kenakalannya selama ini.

Keesokan harinya, Ibu tikus memberi Curut sebuah bola. ” Bermainlah sepak bola

dengan teman-temanmu kalau kau sudah sembuh dan minta maaf lah kepada

mereka. Tidak semua tikus harus menjadi raja. Engkau harus merasa bersyukur

sengan apa yang kau miliki dan tidak boleh sombong.,” kata Ibu Tikus.

Pada akhirnya, Curut pun telah sembuh lalu bermain bola bersama teman-

temannya. Setiap hari mereka selalu berlarih sepak bola hingga pada akhirnya

mereka membentuk kesebelasan sepak bola. Tidak ada lagi Curut yang sombong

dan suka berkelahi. Curut dan teman-temannya telah bersatu dengan penuh suka

cita

Nilai Karakter Bangsa :

- Teliti

- Kerja sama

- Kerja keras

Page 108: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

94

- Rasa ingin tahu

- Mandiri

Langkah – Langkah Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan :

1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif

dengan menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang

akan dilakukan

2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar

3. Menyampaikan scenario pembelajaran

Kegiatan inti :

1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak

dengan media boneka tangan

2. Beberapa siswa melakukan percobaan mengungkapkan pesan yang

terdapat pada dongeng tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya

3. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng

yang didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut

Kegiatan akhir :

1. Guru bertanya jwab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui

siswa

2. Guru memberikan penguatan

Page 109: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

95

3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat

dalam dongeng

4. Guru menyampaikan pokok materi pada pertemuan berikutnya

5. Guru memberikan pesan moral dan berdoa

Model dan Metode Pembelajaran :

Metode : saintifik

Model : SAVI (Somatis. Auditori, Visual, Intelektual)

Media : Boneka Tangan

Bahan dan Sumber Ajar

- Buku bahasa indonesia kelas III

Penilaian Hasil Belajar :

prosedur penilaian : posttest

jenis penilaian : pengamatan proses

instrumen penilaian : format penilaian

NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG

1. Menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50

2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30

Page 110: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

96

Pengamatan proses

Jumlah 30 - 100

KKM : 70

≤ 70 : perbaikan

≥70 : pengayaan

Bontomanai, Mei 2018

Guru Kelas IIIA Mahasiswa

Nuraeni, S.Pd Fitriani

Menyetujui,

Kepala SD Inpres Bontomanai

Alimuddin, S.

3. Tata bahasa 6 _ 20

Page 111: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : III / 2

Waktu : 2 x 35 menit

Hari / Tanggal :

Standar Kompetensi

5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan

Kompetensi Dasar

5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain

Indikator

Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya

Tujuan pembelajaran

Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar

melalui percobaan

Materi pembelajaran

SINGA DAN LABA-LABA

Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Karena

perutnya sudah kenyang, ia pun tertidur. Di tengah-tengah tidurnya yang pulas

seekor lebah terbang mengelilingi sang raja hutan tersebut. Si lebah hendak

mengisap bunga dekat singa itu. Suara lebah yang mendengung membuat singa

terbangun.. Ia merasa terusik dengan si nyamuk

Page 112: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

98

”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku. Singa berusaha

menangkap si lebah tapi dengan gesitnya si lebah bisa menghindar. ”Kau

menyombongkan dirimu sebagai raja binatang. Tetapi aku tak takut padamu,” ejek

Lebah.

Singa marah sekali. Sementara itu lebah mencari kesempatan untuk

menyengatnyaa. Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak

mampu menyakiti diriku. Nah sekarang giliranku,” kata lebah lagi. Kemudian ia

mengembangkan sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.

”Tolong...” teriak Singa sembari menggaruk wajahnya. Karena tak tahan, Singa

melompat ke sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak. ”Sekarang

akuilah kekalahanmu,” seru Lebah. Lalu ia terbang dengan congkaknya. Tiba-tiba

ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri.

Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah

kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil

mengalahkan Singa si Raja hutan,” tangisnya..

Langkah – Langkah Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan :

1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif

dengan menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang

akan dilakukan

2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar

3. Menyampaikan scenario pembelajaran

Kegiatan inti :

1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak

dengan media boneka tangan

Page 113: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

99

2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk menceritakan kembali isi

dongeng dengan menggunakan boneka tangan

3. Kemudian siswa mengungkapkan pesan yang terdapat pada dongeng

tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya

4. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng

yang didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut

Kegiatan akhir :

1. Guru bertanya jwab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui

siswa

2. Guru memberikan penguatan

3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat

dalam dongeng

4. Guru menyampaikan pokok materi pada pertemuan berikutnya

5. Guru memberikan pesan moral dan berdoa

Model dan Metode Pembelajaran :

Metode : Saintifik

Model : SAVI (Somatis. Auditori, Visual, Intelektual)

Media : Boneka Tangan

Bahan dan Sumber Ajar

- Buku bahasa indonesia kelas III

Page 114: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

100

Penilaian Hasil Belajar :

- prosedur penilaian : posttest

- jenis penilaian : pengamatan proses

- instrumen penilaian : format penilaian

Pengamatan proses

Jumlah : 30 - 100

KKM : 70

≤ 70 : perbaikan

≥70 : pengayaan

NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG

1. Menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50

2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30

3. Tata bahasa 6 _ 20

Page 115: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

101

Bontomanai, Mei 2018

Guru Kelas IIIA Mahasiswa

Nuraeni, S.Pd Fitriani

Menyetujui,

Kepala SD Inpres Bontomanai

Alimuddin, S.Pd

Page 116: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …

102

RIWAYAT HIDUP

Fitriani, lahir di Cendana pada hari Sabtu tanggal 17 Februari 1996, anak

keenam dari enam bersaudara, anak dari pasangan suami istri Monggo dan Nuha.

Akrab disapa Fitri memulai pendidikannya dengan memasuki jenjang pendidikan

formal di SD Negeri 50 Cendana dan selesai pada tahun 2008 dan melanjutkan

pendidikan ke jemjang berikutnya SMP Negeri 3 Enrekang dan selesai pada

tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 01 Cendana, selama tiga tahun dan selesai pada tahun 2014. Kemudian

melanjutkan pendidikan dui Universitas Muhammadiyah Makassar , Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.