PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, …
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI,
VISUAL DAN INTELEKTUAL) TERHADAP KETERAMPILAN
BERCERITA DONGENG DENGAN MEDIA BONEKA
TANGAN PADA SISWA KELAS III SD INPRES
BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar
OLEH
FITRIANI
10540953814
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS,
AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) TERHADAP
KETERAMPILAN BERCERITA DONGENG DENGAN MEDIA
BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS III SD INPRES
BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar
OLEH
FITRIANI
10540953814
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
ii
iii
iv
MOTO
Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu
supaya menyerahkan amanat kepada orang yang
pantas menerimanya (ahlinya). Dan jika kamu
mempertimbangkan suatu perkara, kamu harus
memutuskannya secara adil. Sesungguhnya Allah
memberi sebaik-baik nasihat. Allah itu Maha
Mendengar dan Maha Melihat
(QS: An-Nisa” : 58)
Apabila suatu urusan atau pekerjaan diserahkan kepada
bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakan
(Hadis Bukhari)
Pengalaman adalah apa yang kita dapatkan ketika kita tidak mendapatkan apa
yang kita inginkan”
(Enio Carvallo)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah
SWT, karena kepadaNyalah kami menyembah dan
kepadaNyalah kami mohon pertolongan
Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada ::
Ayahanda Monggo dan Ibunda Nuha yang selalu
memberikan motivasi dalam hidupku
Kakak-kakakku (Jumadi, Rasna, Darwan, Mahmud, M
Risal) yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku
vi
ABSTRAK
FITRIANI (10540953814). 2018. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI
TerhadapKeterampilanBerceritadengan Media BonekaTanganpadaSiswaKelas
III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru SekolahDasar (PGSD) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Rahman
Rahim, Pembimbing II Haslinda.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen bentuk preeksperimental
design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaranSAVI
terhadap keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes lisan dan dokumentasi.
Teknik analisis data adalah analisis statistik deskriptif dan inferensial.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran SAVI terhadap keterampilan bercerita dengan media boneka tangan
pada kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar hal itu dapat
dilihat pada aspek 1) Keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar sebelum diajar dengan menggunakan
media boneka tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 46,4, hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan bercerita peserta didik berada pada
kategori rendah. 2)Keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan menggunakan
media boneka tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 83,68, hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik berada pada kategori
tinggi. 3) Berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh nilaithitung>ttabel dengan
nilai 35,44> 2,06. Ho ditolak dan H1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran SAVI dan pemanfaatan media boneka tangan
terhadap keterampilan bercerita peserta didik.
Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat pengaruh
model pembelajaran SAVI terhadap keterampilan bercerita dengan media boneka
tangan pada siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar
dinyatakan diterima.
Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, BonekaTangan, Bercerita
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin segala puji hanya milik Allah swt atas
rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis
haturkan kepada Rasulullah sebagai satu-satunya uswatun hasanah dalam
menjalankan keseharian kita.
Melalui tulisan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Monggo dan ibunda
Nuha yang telah mengasuh, membimbing dan member berbagai dukungan
kepada penulis selama dalam pendidikan sampai selesainya skripsi ini, kepada
beliau pula penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt mengasihi,
melimpahkan rezeki-Nya dan mengampuni dosanya. Aamiin.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan seperti yang diharapkan.
Penulis patut menyampaikan terima kasih kepada pihak yang
bersangkutan Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,
Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Makassar yang selama ini telah berusaha
memajukan Universitas Muhammadiyah Makassar
Ucapan terima kasih saya ucapkan setinggi-tingginya kepada
pembimbing I Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum dan juga kepada pembimbing II
Dr. Haslinda, S.Pd., M.Pd yang telah memberi arahan, pengetahuan baru dan
koreksi dalam penyusunan skripsi ini. Para dosen yang tidak sempat disebutkan
satu persatu yang telah banyak memitivasi, mendorong dan berdiskusi dengan
penulis hingga selesai dari program sarjana pendidikan.
Keluarga mega family yang telah memotivasi, mendoakan serta selalu
memberikan semangat dan bantuan baik moril dan materi sehingga penyusun
dapat menyelesaikan skripsi ini. Saudara-saudaraku Nur Afni Yusnaya, Dewi
viii
Rosmita, Nur Salha, Nur Rahayu, Nurhikma yang telah memberikan motivasi
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Saudara seperjuangan PGSD 14N yang
tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan do’a
Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kemungkinan
khilaf, penulis sangat mengharapkan berbagai kritikan yang bersifat membangun
dari pembaca untuk perbaikan hasil penulisan ini serta dapat dijadikan sebagai
panduan untuk penulisan-penulisan selanjutnya.
Makassar, 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi
MOTO ................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................. . ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masala ........................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 7
A. Kajian Pustaka ................................................................................... 7
B. Kerangka Pikir .................................................................................. 37
C. Hipotesis ............................................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 40
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................ 41
B. Pendekatan Penelitian ...................................................... 41
C. Populasi dan Sampel........................................................................... 41
x
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 42
E. Instrument Penelitian .......................................................................... 43
F. Desain Penelitian ................................................................................ 44
G. Variabel Penelitian ............................................................................. 45
H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 50
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 69
BAB V PENUTUP ................................................................................. 70
A. Kesimpulan......................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 74
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Bercerita Peserta Didik dalam
PembelajaranBahasa Indonesia Di Kelas III SD Inpres Bontomanai
Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar Dengan Model
Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III
SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan................................................................................................. 52
Tabel 4.3 Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar Dengan
Model Pembelajaran Savi Dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................53
Tabel 4.4 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD
Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................54
Tabel 4.5 Data Nilai Keterampilan Bercerita Peserta Didik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate
Kota Makassar Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan
Menggunakan Media Boneka
Tangan...................................................55
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III
SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................58
Tabel 4.7 Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar dengan
xii
Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................59
Tabel 4.8 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Peserta Didik Kelas II SD
Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Menggunakan Media Boneka
Tangan..................................................................................................60
Tabel 4.9 Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Sebelum dan Setelah
Pemanfaatan Media Boneka Tangan...................................................61
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Pre-Test yaitu Sebelum Digunakan Model
Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.................................62
Tabel 4.11 Uji Normalitas Data Post-Test yaitu Setelah Digunakan Model
Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.................................63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir..................................................................38
Gambar 3.1 Desain Penelitian.........................................................................43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang
perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah membuat
kurikulum bahasa Indonesia yang wajib diajarkan kepada seluruh jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), sampai dengan tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal itu
dimaksudkan agar siswa mampu menguasai, memahami dan dpat
mengimplementasikan keterampilan berbahasa dengan segala aspeknya, yakni
menyimak (mendengarkan) , berbicara, membaca dan menulis.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara di Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam
segala aspek di dalam kehidupan bermasyarakat.Bahasa Indonesia harus
dipelajari, dikembangkan dan dioptimalkan penggunannya maupun fungsinya.
Melalui mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan tumbuh sikap bangsa dalam
menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Indonesia.
Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan
tersendiri, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa
pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran lain. Pembelajaran
bahasa Indonesia berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpasrtisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan
bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif.
Untuk mewujudkan fungsi bahasa Indonesia, perlu diadakannya suatu
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dengan harapan bahasa
Indonesia bisa diakui oleh setiap warga negara Indonesia. Pengembangan bahasa
2
Indonesia dapat dilakukan dengan upaya strategis melalui pembelajaran bahasa
Indonesia. Pembinaan dan pengembangan yang berhasil akan memberikan suatu
dampak yang positif bagi kemajuan berbagai aspek bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sehair-hari, bahasa Indonesia digunakan untuk
berkomunikasi antara manusia satu dengan manusia yang lain agar tercipta suatu
kerja sama yang baik antar manusia tersebut. Selain itu, bahasa Indonesia juga
menjadi mata pelajaran yang wajib dalam dunia pendidikan.
Slamet (2008: 6) menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan dalam
berbahasa adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan
membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan dan berbicara).
Berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari sang pendengar dan
penyimak (Tarigan, 2008: 16). Jenis kegiatan dalam prose berbicara ada empat
yaitu : (1) percakapan (2) berbicara estetik (bercerita/berdongeng); (3) berbicara
untuk menyampaikan informasi; (4) kegiatan dramatik (Slamet, 2008: 123)
Keterampilan bercerita di SD sangat dibutuhkan, karena melalui cerita
anak bisa berimajinasi.Salah satu materi bercerita di SD yaitu mengapresisasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa
dongeng.Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita
yang tidak masuk akal (Musfiroh, 2008: 73).Melalui dongeng, siswa mampu
menumbuhkan daya imajinasi anak. Anak akan berimajinasi menjadi tokoh yang
yang diceritakan dalam dongeng. Dongeng juga berisi tentang nilsi-nilai
kehidupan, sehingga anak tahu mana yang baik dan buruk serta mana yang boleh
dicontoh dan tidak boleh dicontoh.
Berdasarkan hasil wawancara anatara peneliti dan guru kelas III SD Inpres
Bontomanai, diperoleh informasi bahwa ada beberapa nilai siswa dalam aspek
bercerita yang masih rendah. Nilai bercerita siswa masih ada yang dibawah KKM
sekitar 47,37%. Hal ini disebabkan karena: (1) model atau metode mengajar guru
yang monoton dan banyak berceramah; (2) media gambar yang digunakan guru
3
belum merangsang siswa untuk berimajinasi secara penuh.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti memilih model
pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dengan media boneka
tangan. Model pembelajaran SAVI merupakan model yang menekankan
penggunaan semua alat indra yang dimiliki siswa di dalam pembelajaran
(Shoimin, 2014: 177). Pembelajaran tersebut melibatkan seluruh alat indra yang
dimiliki siswa melalui unsur somatis, auditori, visual dan intelektual. Somatis
adalah menyajikan materi yang bisa melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran, auditori yaitu belajar dengan cara mendengarkan dan berbicara,
visual yaitu mengamati dan memperhatikan pembelajaran, sedangkan intelektual
yaitu belajar dengan memecahkan maslaah.
Boneka tangan dapat dijadikan suatu media dalam
pembelajaran.Menggunakan media boneka tangan tidak memerlkan keterampilan
yang rumit, efisien waktu, tempat dan biaya. Boneka tangan juga dapat
mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dalam suasana gembira sehingga
pembelajaran akan berlangsung menyenangkan serta akan meningkatkan antusias
anak dalam pembelajaran bercerita (Daryanto, 2013: 33)
Piage (Desmita, 2012: 46) mengungkapkan bahwa kelas III berasa pada
tahap operasional konkret, dimana anak dapat berpikir secara logis dan
mengklasifikasi benda ke dalam bentuk yang berbeda. Perpaduan antara model
pembelajaran SAVI dengan media boneka tangan mengajak siswa untuk
menggunakan kelima indranya, siswa berimajinasi melalui media boneka tangan,
sehingga pembelajaran akan berlangsung efektif dan menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran SAVI terhadap Keterampilan Bercerita Dongeng dengan Media
Boneka Tangan pada Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate
Kota Makassar”
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Pembelajaran masih bersifat teacher centered
2. Model pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu menarik minta siswa
untuk belajar
3. Pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya memanfaatkan seluruh
modalitas belajar siswa, seperti visual, audio dan intelektual
4. Belum diterapkannya model pembelajaran yang inovatif seperti SAVI
5. Belum digunakannya media boneka tangan sebagai alat untuk membantu
siswa dalam belajar
6. Tidak adanya kegiatan pemecahan masalah dalam bentuk tugas kelompok
maupun individu
7. Siswa kurang berpartisipasi aktif
8. Rendahnya nilai bercerita siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
III SD Inpres Bontomanai
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan seperti yang telah diungkapkan di atas, maka
peneliti membatasi permasalahan pada: (1) model pembelajaran SAVI, (2)
keterampilan bercerita dongeng
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Apakah ada Pengaruh yang
Signifikan Model Pembelajaran SAVI terhadap Keterampilan Bercerita Dongeng
dengan Media Boneka Tangan terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres
Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar?”
5
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap
keterampilan bercerita dongeng dengan media boneka tangan terhadap hasil
belajar siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota
Makassar”
F. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai khazanah
keilmuan dan wawasan dalam ruang lingkup PGSD dan mahasiswa pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
a) Siswa
Diterapkannya model pembelajaran SAVI dijadikan sebagai salah satu cara
mempermudah siswa dalam memahami mata pelajaran bahasa Indonesia dan lebih
termotivasi untuk mempelajari bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
b) Guru
Memberikan wawasan yang lebih untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalitas guru.
c) Sekolah
6
Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualits pembelajaran sehingga
meningkatkan mutu pendidikan di SD Inpres Bontomanai
d) Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan kepada peneliti tentang model
pembelajaran SAVI dan pelaksanaannya dalam pembelajaran yang ada di sekolah
dasar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengenai penggunaan model pembelajaran SAVI dan media
boneka tangan terhadap keterampilan bercerita dongeng siswa kelas III SD Inpres
Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang
berkaitan dengan penelitian ini antara lain :
a) Penelitian dari Rochana Mega Putri (2016) “Peningkatan Keterampilan
Menyimak Cerita Anak Melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual
dan Intelektual) dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri
KarangTengah Tahun Ajaran 2015/2016”. Dari hasil penelitian ini terealisasi
bahwa adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa cerita anak dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI dan media audio visual karena,
membuat siswa lebih aktif dan tertarik dengan pelajaran.
b) Selanjutnya, penelitian dari Kurnia Ramadhan (2017) “Peningkatan
Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui
Pendekatan SAVI Berbantuan Boneka Tangan pada Kelas III SDN Timuran
Yogyakarta”. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pendekatan SAVI
berbantuan boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI terhadap
Keterampilan Bercerita Dongeng dengan Media Boneka Tangan pada Siswa
Kelas III SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar”
7
8
2. Hakikat Bahasa Indonesia di SD
a) Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sekolah dasar merupakan
momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasa.Salah satu
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh anak dari sekolah dasar yaitu
keterampilan berbahasa, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia
sebagai makhluk sosial.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (Susanto, 2015: 245),
standar isi Bahasa Indonesia yaitu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, khususnya di kelas
rendah.Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah merupakan pembelajaran
untuk pemula.Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah yaitu
penguasaan keterampilan membaca dan menulis permulaan, menyimak, dan
berbicara pada tingkat sederhana.Pada kelas rendah, proses pembelajarannya
dilaksanakan secara tematik.Pembelajaran tematik merupakan suatu sistem
pembelajaran dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD dirancang untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis, menumbuhkan sikap yang positif terhadap Bahasa Indonesia
pada lingkup sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan diteliti
pada penelitian ini yaitu aspek berkomunikasi secara lisan.
9
b) Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, Susanto (2015:
245) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yaitu
bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus
pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran
membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian,
mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain :
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik
secara lisan maupun tulis.
b) Memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
d) Mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupan.
e) Menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan kesimpulan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang
disebutkan di atas, peneliti menekankan salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik
secara lisan maupun tulis.
c). Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Kelas III SD
Ruang lingkup Bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu: (1)
mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempat aspek
tersebut saling berhubungan erat satu sama lain.
10
Aspek mendengarkan antara lain seperti mendengarkan berita, petunjuk,
pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan,
penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, dialog atau percakapan.
Mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair,
pantun dan menonton drama.
Aspek berbicara antara lain seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan;
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan
diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman,
gambar seri, peristiwa, kegemaran, petunjuk dan laporan. Mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita
anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama.
Aspek membaca antara lain seperti membaca huruf, suku kata, kalimat,
paragraf, berbagai teks bacaan, petunjuk, pengumuman, kamus, ensiklopedia,
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu,
pantun dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan untuk
menumbuhkan budaya membaca pada anak.
Aspek menulis antara lain seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif
dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda
baca, menggunnakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.
Kompetensi menulis juga diarahkan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ruang lingkup Bahasa Indonesia
kelas III SD tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Ruang lingkup
Bahasa Indonesia SD yang digunakan pada penelitian ini adalah aspek berbicara
yaitu dikhususkan pada kegiatan mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
11
kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama.
3. Hakikat Keterampilan Bercerita
a) Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata dasar terampil, terampil berarti: (1) cakap
dalam menyelesaikan tugas; (2) mampu dan cekatan. Keterampilan berarti
kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan
cermat.
Setiap orang pasti mempunyai keterampilan. Keterampilan yang dimiliki
setiap orang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Keterampilan yang
dimiliki seseorang akan terus berkembang apabila orang tersebut sering melatih
keterampilan yang dimilikinya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai
dengan jalan praktik dan sering melakukan latihan. Oleh sebab itu, semakin sering
keterampilan seseorang tersebut dilatih, maka orang tersebut akan semakin
terampil.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian keterampilan adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperoleh melalui latihan secara terus
menerus.
b) Pengertian Bercerita
Berbicara merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Linguis (Tarigan, 2008: 3) mengatakan bahwa “speaking is language”.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak.Berbicara dan
menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah serta merupakan komunikasi
tatap muka atau face to face.
12
Slamet (2008: 12) mengungkapkan bahwa berbicara merupakan kegiatan
berbahasa lisan yang besifat produktif.Dalam peristiwa berbicara, pembicara
merupakan faktor yang utama dalam menciptakan kegiatan berbicara yang
komunikatif.Tingkat kekomunikatifan pembicara ditentukan oleh pembicara dan
penyimak. Pembicara berharap agar penyimak dapat memahami dan mengerti isi
pesan yang telah disampaikannya. Apabila isi pesan dapat diterima dengan baik,
maka akan terjadi komunikasi yang efektif antara pembicara dengan penyimak.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tarigan (2008: 16) bahwa, “Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak”. Kegiatan berbicara dapat efektif apabila pembicara menguasai bahasa
yang sama-sama dikuasai oleh penyimak.
Dalam pembelajaran berbicara, ada beberapa metode yang bisa digunakan
agar pembelajaran tidak monoton. Menurut Slamet (2008: 31), metode itu antara
lain: (1) metode ulang-ucap, (2) metode lihat-ucap, (3) metode memerikan, (4)
metode menjawab pertanyaan, (5) metode bertanya, (6) metode pertanyaan
menggali, (7) metode melanjutkan, (8) metode menceritakan kembali, (9) metode
percakapan, (10) metode parafrasa, (11) metode reka ceritagambar, (12) metode
bercerita, (13) metode memberi petunjuk, (14) metode melaporkan, (15) metode
wawancara, (16) metode bermain peran, (17) metode diskusi, (18) metode
bertelepon, dan (19) metode dramatisasi.
c) Manfaat Bercerita
Bercerita merupakan salah satu sumber pendidikan yang sangat dekat
dengan anak-anak.Bercerita memberi manfaat khususnya bagi anak-anak.
Di sisi lain, Musfiroh (Dewi, 2011: 34) berpendapat bahwa manfaat
bercerita bagi anak yaitu: (1) membantu pembentukan pribadi dan moral, (2)
menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi; (3) memacu kemampuan verbal, (4)
merangsang minat menulis, (5) merangsang minat baca, dan (6) membuka
cakrawala pengetahuan.
13
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
cerita bagi anak antara lain: (a) menumbuhkan daya imajinasi dan fantasi, (b)
menambah perbendaharaan kosa kata, (c) membantu pembentukan pribadi dan
moral, (d) memilih hal yang boleh ditiru dan yang tidak boleh ditiru, (e)
membantu menambah keterampilan berbahasa siswa secara terorganisasi.
d) Evaluasi Pembelajaran Bercerita
Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia
dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan atau menyimak.Nurgiyantoro
(2014: 399) berpendapat bahwa, “Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa
secara baik, pembicara harus menguasai lafal, sruktur, dan kosakata yang
bersangkutan.”Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sulit
penilaiannya.Oleh karena itu, kemampuan berbicara seharusnya mendapatkan
perhatian yang cukup dalam pembelajaran bahasa dan tes kemampuan berbahasa.
Untuk dapat berbicara dengan baik, seseorang harus menguasai secara aktif
struktur dan kosakata bahasa yang bersangkutan yang akan digunakan sebagai
wadah untuk menampung pikiran yang akan dikemukakan, masalah ketepatan dan
kelancaran bahasa serta kejelasan pikiran.
Nurgiyantoro (2014: 400) berpendapat bahwa kejelasan pembicara tidak
hanya ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal), melainkan dibantu oleh unsur-
unsur paralinguistik seperti gerakan tertentu, ekspresi wajah dan nada suara.
Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk
mengukur kompetensi berbicara, yaitu berbicara berdasarkan gambar, berbicara
berdasarkan rangsangan suara, berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara,
bercerita, wawancara, berdiskusi dan berdebat, serta berpidato (Nurgiyantoro,
2014: 401-420).Tugas bercerita dalam jenis asesmen otentik berupa tugas
menceritakan kembali teks atau cerita.Jadi, rangsang yang dijadikan bahan untuk
bercerita bisa dari buku yang sudah dibaca, cerita fiksi, maupun pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
penilaian keterampilan bercerita dongeng menggunakan tes kinerja atau unjuk
14
kerja yang dilengkapi dengan rubrik keterampilan bercerita dongeng. Secara rinci
penilaian bercerita yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa
aspek yaitu penggunaan bahasa, cara bercerita, kelancaran bercerita, kejelasan
pengucapan, dan pemahaman.
Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa kelas III SD, hakikat
pembelajaran Bahasa Indonesia SD, serta hakikat bercerita, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan bercerita dongeng siswa kelas III SD merupakan
suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyampaikan
sebuah cerita dongeng secara lisan kepada pendengar/penyimak berdasarkan
cerita yang didengar atau dibaca dengan memperhatikan penggunaan bahasa, cara
bercerita, kelancaran bercerita, kejelasan pengucapan, dan pemahaman.
4. Materi Bercerita Dongeng Kelas III SD
a) Sifat Tokoh Cerita Dongeng
Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat.Istilah dongeng dapat
diartikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal
sering tidak masuk akal (Musfiroh, 2008: 73).Jika dilihat dari segi penokohan,
tokoh dalam cerita dongeng umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh
berkarakter baik dan buruk, sehingga cerita dongeng mempunyai misi untuk
memberikan pelajaran moral kepada anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sifat tokoh dalam cerita
dongeng umumnya dibagi menjadi dua yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk.
Dalam penelitian ini, siswa dapat menyebutkan nama dan sifat tokoh dari cerita
yang sudah dibaca melalui kegiatan tanya jawab yang dibimbing oleh guru.
b) Menceritakan Kembali Isi Dongeng
Aarne & Thompson (Musfiroh, 2008: 74) mengklasifikasikan dongeng
menjadi subbentuk yang lebih terinci meliputi dongeng binatang, dongeng biasa,
anekdot, dan dongeng berumus.Dongeng binatang merupakan dongeng yang
ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar.Binatang tersebut dapat
15
berbicara dan berakal budi seperti manusia.Sifat yang dimiliki binatang tersebut
biasanya cerdik, licik, dan jenaka.Sedangkan dongeng biasa merupakan dongeng
yang ditokohi oleh manusia menceritakan kisah suka duka seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dongeng dibagi menjadi
beberapa bentuk, yaitu dongeng binatang, dongeng biasa, anekdot, dan dongeng
berumus.Dongeng yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dongeng binatang
(fabel).Kegiatan menceritakan kembali cerita dongeng dilaksanakan melalui tes
unjuk kerja. Siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita dongeng
menggunakan media boneka tangan. Berikut ini salah satu contoh cerita dongeng
yang akan digunakan dalam penelitian ini.
SINGA DAN LABA-LABA
Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Karena
perutnya sudah kenyang, ia pun tertidur. Di tengah-tengah tidurnya yang pulas
seekor lebah terbang mengelilingi sang raja hutan tersebut. Si lebah hendak
mengisap bunga dekat singa itu. Suara lebah yang mendengung membuat singa
terbangun..Ia merasa terusik dengan si nyamuk
”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku.Singa berusaha
menangkap si lebah tapi dengan gesitnya si lebah bisa menghindar.”Kau
menyombongkan dirimu sebagai raja binatang.Tetapi aku tak takut padamu,” ejek
Lebah.
Singa marah sekali.Sementara itu lebah mencari kesempatan untuk
menyengatnyaa. Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak
mampu menyakiti diriku. Nah sekarang giliranku,” kata lebah lagi. Kemudian ia
mengembangkan sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.
”Tolong...” teriak Singa sembari menggaruk wajahnya.Karena tak tahan,
Singa melompat ke sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak.”Sekarang
akuilah kekalahanmu,” seru Lebah. Lalu ia terbang dengan congkaknya. Tiba-tiba
16
ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri.
Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah
kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil
mengalahkan Singa si Raja hutan,” tangisnya..
c) Amanat dalam Cerita
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca dalam cerita dongeng.Pesan tersebut biasanya berupa nasehat atau
perbuatan baik yang seharusnya dilakukan.
Dalam penelitian ini, penyampaian amanat dilakukan setelah siswa selesai
bercerita dongeng menggunakan media boneka tangan. Siswa dan guru
melakukan kegiatan tanya jawab tentang amanat atau pesan yang ada dalam
cerita dongeng.
5. Keterampilan Bercerita Dongeng pada Siswa Kelas III SD
a) Karakteristik Siswa Kelas III SD
Pemahaman dan pengenalan terhadap karakteristik anak menjadi salah
satu bagian penting dalam pembelajaran, karena banyak persoalan yang akan
dihadapi dalam proses pembelajaran. Banyak teori dari ahli yang menjelaskan
proses dan tahapan pertumbuhan serta perkembangan peserta didik mulai dari
masa anak-anak sampai tumbuh dewasa.
Piaget (Desmita, 2012: 46) berpendapat bahwa perkembangan kognitif
peserta didik berlangsung dalam 4 tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun)
adalah tahap anak belum mengenal bahasa. Interaksi dengan lingkungan bersifat
sensorimotor dan anak menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal
lingkungannya, (2) tahap pra operasional (2-7 tahun) yaitu tahap anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, (3) tahap
operasional konkret (7-11 tahun) yaitu tahap anak dapat berpikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda
17
ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, (4) tahap operasional formal (11-15 tahun)
yaitu tahap anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis.
Pembagian fase dan tugas perkembangan juga dikemukakan oleh Buhler
(Sobur, 2011: 131) yaitu: (1) fase pertama (0-1 tahun) yaitu fase anak menghayati
berbagai objek di luar diri sendiri serta melatih fungsifungsi, khususnya fungsi
motorik, (2) fase kedua (2-4 tahun) yaitu tahap anak tidak mengenal dunia luar
berdasarkan pengamatan yang objektif, melainkan memindahkan keadaan
batinnya pada benda-benda di luar dirinya, (3) fase ketiga (5-8 tahun) yaitu tahap
anak mulai memasuki masyarakat luas misalnya taman kanak-kanak, kawan
sepermainan, dan sekolah dasar, (4) fase keempat (9-11 tahun) yaitu tahap anak
mencapai objektivitas tertinggi. Anak memasuki masa menyelidik, mencoba, dan
bereksperimen, (5) fase kelima (14-19 tahun) yaitu tahap anak mulai belajar
melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan minatnya
pada lapangan hidup konkret dan anak memasuki masa kedewasaan.
Jean Piaget (Zuchdi dan Budiasih, 2001: 2) menambahkan fasefase
perkembangan kebahasaan anak menjadi beberapa fase yaitu: (1) fase fonologis,
(2) fase sintaktik, dan (3) fase semantik.
Perkiraan Umur Fase-fase Perkembangan Kebahasaan Lahir-2 tahun Fase
Fonologis Anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa, mulai mengoceh sampai
menyebutkan katakata sederhana.2-7 tahun Fase Sintaktik Anak menunjukkan
kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat.7-11 tahun Fase Semantik
Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam
kata.
Berdasarkan teori perkembangan dari beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas III SD umumnya berada pada usia 8-
9 tahun. Anak dapat berpikir secara sistematis untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dan sudah bisa mengelompokkan benda-benda berdasarkan
bentuknya.Dalam perkembangan bahasa, anak sudah mampu membedakan kata
sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata.
18
Berdasarkan karakteristik siswa kelas III SD yang telah dipaparkan di atas,
diduga tepat jika dalam pembelajaran bercerita diterapkan pendekatan SAVI
dengan media boneka tangan, karena pendekatan dan media ini mengajak siswa
untuk menggunakan kelima alat indranya, siswa akan berimajinasi melalui media
boneka tangan sehingga siswa aktif, pembelajaran akan berlangsung dengan
efektif dan menyenangkan.
6. Media Pembelajaran Boneka Tangan
a) Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Menurut Heinich
(Daryanto, 2013: 4) bahwa istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan
informasi antar sumber dengan penerima.
Mengutip pendapat Gagne (Sadiman, dkk. 2007: 6) menyatakan bahwa,
“Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar.”Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Briggs bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat digunakan untuk menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, dkk. 2007: 6).
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA)
menambahkan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik visual
maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman, dkk. 2007: 7). Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
media pembelajaran adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi dan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan
belajar dapat tercapai dengan baik.
19
b) Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam membantu mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa landasan
penggunaan media pembelajaran yang antara lain sebagai berikut:
1) Landasan Empiris
Penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh
para pendidik. Banyak alternatif jenis media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran, namun para pendidik harus selektif dalam memilih media
pembelajaran agar tepat sasaran.Pemilihan dan penggunaan media hendaknya
jangan didasarkan pada kesukaan atau kesenangan pengajar, tetapi dilandaskan
pada kecocokan media itu dengan karakteristik peseta didik, disamping kriteria
lain, seperti kepraktisan dan kemudahan memperolehnya, kualitas teknis
penggunaan (Asyhar, 2012: 20).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daryanto (2013: 16) bahwa siswa akan
mendapatkan keuntungan apabila belajar dengan menggunakan media yang sesuai
dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Pemilihan media pembelajaran
harus disesuaikan dengan tujuan, dan materi pembelajaran, serta karakteristik
peserta didik. Peserta didik akan mendapatkan keuntungan apabila belajar dengan
menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristiknya.
2) Landasan Psikologis
Dalam landasan psikologis ini, anak lebih mudah mempelajari hal yang konkret
daripada yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkret-abstrak dan kaitannya
dengan penggunaan media pembelajaran, Bruner (Daryanto, 2013: 13)
menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran menggunakan urutan dari belajar
dengan gambaran film (iconic representation of experiment) kemudian belajar
dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation).
3) Landasan Teknologis
20
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini sangat membantu
para guru dan peserta didik dalam memperoleh informasi, khususnya dalam
proses belajar mengajar. Banyak media interaktif yang sudah diproduksi dan
diaplikasikan oleh sekolah dan institusi pendidikan.Media internetpun
menyediakan berbagai materi pelajaran yang tidak terbatas dan dapat diakses
kapan saja dan dimana saja sesuai dengan keperluan guru maupun peserta didik,
sehingga tidak ada lagi alasan kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media pembelajaran dilandasi oleh aspek empiris, psikologis, dan teknologis.Pada
aspek empiris, penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan
kemampuan atau perkembangan peserta didik. Pada aspek psikologis, penggunaan
media pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,
sehingga siswa akan mendapatkan keuntungan dan memperoleh pengalaman
belajar yang optimal. Pada aspek teknologis, penggunaan media pembelajaran
menjadikan proses pendidikan menjadi lebih langsung dan akses pendidikan
menjadi lebih sama bagi semua peserta didik.
c) Fungsi Media Pembelajaran
Pada awalnya, media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru.
Namun, setelah berkembang, media tidak hanya dijadikan sebagai alat bantu
mengajar guru, namun mempunyai fungsi yang beragam.
Daryanto (2013: 10) juga berpendapat bahwa fungsi media dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) menyaksikan benda atau peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, (2) mengamati benda/peristiwa yang sulit dikunjungi,
(3) memperoleh gambaran yang jelas tentang benda yang sulit diamati secara
langsung, (4) mendengar suara yang sulit ditangkap dengan telinga secara
langsung, (5) dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya, (6) dapat belajar
sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran m empunyai fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran.Fungsi
21
media tersebut yaitu: (1) membangkitkan motivasi dan minat belajar, (2)
menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, (3)
memperoleh gambaran yang jelas tentang benda yang sulit diamati secara
langsung, (4) dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya, (5) dapat
memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik,
(6) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
d) Kriteria Pemilihan dan Penggunaan Media
Sebelum memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar, ada beberapa hal yang harus dipehatikan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sudjana dan Rivai (2013: 4)
mengungkapkan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran
harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) ketepatannya dengan
tujuan pengajaran, (2) dukungan terhadap isi bahan pengajaran, (3) kemudahan
memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5) tersedia
waktu untuk menggunakannya, (6) sesuai dengan taraf berpikir siswa. Asyhar
(2011: 81) juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kriteria dalam memilih
media yang baik, yaitu: (1) jelas dan rapi, (2) bersih dan menarik, (3) cocok
dengan sasaran, (4) relevan dengan topik yang diajarkan, (5) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (6) praktis, luwes, dan tahan, (7) berkualitas baik, serta (8)
ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.
Dalam hal ini Dick dan Carey (Sadiman, dkk. 2007: 86) menambahkan
bahwa ada empat faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan media: (1)
ketersediaan sumber setempat, (2) apakah untuk membeli atau memproduksi
sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya, (3) faktor yang menyangkut
keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu
yang lama, (4) efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria
pemilihan media yang baik yaitu: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2)
sesuai dengan karakteristik siswa, (3) kemudahan dalam memperoleh media, (4)
22
keterampilan guru dalam menggunakan media, (5) bersih, rapi, dan menarik, (6)
praktis, luwes, dan tahan lama. Dengan kriteria tersebut, guru dapat lebih mudah
memilih media mana yang paling tepat untuk membantu menunjang proses belajar
mengajar. Media pembelajaran bukan suatu keharusan, tetapi sebagai pelengkap
jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.
e) Klasifikasi Media Pembelajaran
Ada banyak jenis media pembelajaran, semua jenis tersebut disesuaiakan
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta memperhatikan karakteristik
peserta didik. Asyhar (2011: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) media visual, yaitu jenis media yang
digunakan pembelajaran hanya mengandalkan indra penglihatan dari peserta
didik, antara lain buku, modul, peta, gambar, globe bumi, dan media realita alam
sekitar; (2) media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran hanya mengandalkan indera pendengaran dari peserta didik,
misalnya tape recorder, radio, dan CD player; (3) media audio-visual, yaitu jenis
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan indera
penglihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu kegiatan, misalnya film, video,
program TV; (4) multimedia, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa jenis media pembelajaran secara
terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.
Pengelompokan media juga dikemukakan oleh Setyosari dan Sihkabudden
(Asyhar, 2011: 46-47), yaitu: (1) pengelompokan berdasarkan ciri fisik, (2)
berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh, (3) berdasarkan
persepsi indra, (4) berdasarkan penggunaannya, dan (5) berdasarkan hirarki
pemanfaatannya. Pengelompokan media berdasarkan ciri fisik, dapat
dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu:
1) Media pembelajaran dua dimensi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat
diamati dari satu arah pandangan saja. Misalnya foto, grafik, peta, gambar,
bagan, dan lain-lain.
23
2) Media pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media pembelajaran yang
tampilannya dapat diamati dari arah mana saja dan mempunyai dimensi
panjang, lebar, dan tinggi. Misalnya model, prototipe, boneka, meja, kursi, dan
lain-lain.
3) Media pandang diam (still picture), yaitu media pembelajaraan yang
menggunakan media proyeksi menampilkan gambar diam saja pada layar.
Misalnya gambar binatang, gambar pemandangan alam.
4) Media pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media
proyeksi yang menampilkan gambar bergerak pada layar. Misalnya televisi,
film atau video.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa klasifikasi media pembelajaran, antara lain: (1) medai visual, (2) audio,
(3) audio visual, (4) multimedia, (5) media dua dimensi, (6) media tiga dimensi,
(7) media pandang diam, dan (8) media pandang gerak. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan media boneka tangan yang termasuk ke dalam media tiga
dimensi.
f) Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi (3D)
Media pembelajaran tiga dimensi (3D) adalah suatu media pembelajaran
yang tampilannya dapat diamati dari arah mana saja serta mempunyai dimensi
panjang, lebar, dan tinggi.Media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup
maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.
Daryanto (2013) juga mengemukakan karakteristik media pembelajaran
tiga dimensi antara lain: (1) belajar benda sebenarnya melalui widya wisata, (2)
belajar benda sebenarnya melalui specimen, (3) belajar melalui media tiruan, (4)
peta timbul, dan (5) boneka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik media pembelajaran tiga dimensi yaitu mempunyai dimensi panjang,
lebar, dan tinggi.Media tersebut dapat berwujud benda asli maupun benda tiruan
yang mewakili wujuad asli.Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
24
media boneka tangan.Media tersebut mempunyai dimensi panjang, lebar, dan
tinggi sehingga dikelompokkan ke dalam media tiga dimensi (3D).
7. Hakikat Media Boneka Tangan
a) Pengertian Boneka Tangan
Boneka merupakan salah satu bentuk media tiga dimensi (3D).Daryanto
(2013: 33) mengungkapkan bahwa boneka adalah benda tiruan dari bentuk
manusia dan binatang. Sejalan dengan pendapat Daryanto, Musfiroh (2008: 128)
menyatakan bahwa, “Boneka menjadi sesuatu yang hidup dalam imajinasi anak
dan menjadi peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita. Melalui
boneka, anak tahu tokoh mana yang sedang berbicara, apa isi pembicaraannya,
dan bagaimana perilakunya.”
Macam-macam boneka menurut Daryanto (2013: 33) dibedakan menjadi
boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan
memegang satu boneka), dan boneka tongkat seperti wayang-
wayangan.Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Sudjana dan Rivai (2013: 188)
yang mengatakan bahwa boneka tangan adalah boneka yang digerakkan oleh
tangan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian boneka tangan
adalah benda tiruan bentuk manusia atau binatang yang dimainkan dengan
tangan, yaitu satu tangan memainkan satu boneka untuk menirukan tokoh manusia
atau hewan yang hidup dalam imajinasi anak dan menjadi peraga yang dianggap
mendekati naturalitas bercerita.
b) Karakteristik Boneka Tangan
Boneka tangan mempunyai karakteristik khusus jika dibandingkan dengan
boneka-boneka yang lain. Menurut penjelasan Ocieta (2010) dijelaskan bahwa
boneka tangan hanya terdiri dari kepala dan dua tangan, bagian badan dan kaki
hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya.Cara
memainkannya yaitu satu tangan hanya dapat memainkan satu boneka.Jari
25
telunjuk digunakan untuk memainkan/menggerakkan kepala, ibu jari dan jari
tangan untuk menggerakkan tangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik boneka
tangan antara lain: (1) terdiri dari berbagai karakter, (2) hanya terdiri dari kepala
dan tangan saja, (3) memakai baju sesuai watak atau karakter boneka, (4)
menggerakan boneka tangan dengan jari-jari tangan.
c) Manfaat Media Boneka Tangan
Penggunaan media boneka tangan mempunyai beberapa manfaat dalam
dunia pendidikan. Menurut Daryanto (2013: 33) penggunaan boneka mempunyai
beberapa manfaat, antara lain: (1) waktu, tempat, biaya, dan persiapan cukup
efisien, (2) tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainya, (3) dapat
mengembangkan imanjinasi anak, (4) mempertinggi keaktifan anak; dan (5)
menambah susasana gembira.
Ismail (Dewi, 2012: 39) juga mengemukakan bahwa “untuk melatih
fantasi kreativitas dapat berupa boneka tangan”. Media boneka tangan dapat
meningkatkan daya fantasi anak, karena anak akan melihat tokoh atau karakter
dalam bentuk konkret sehingga imajinasi anak akan berjalan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat media
boneka tangan dalam dunia pendidikan adalah untuk meningkatkan fantasi atau
daya imajinasi anak serta kreativitas anak dalam bercerita.Boneka tangan juga
menghidupkan isi dari cerita yang diperankan oleh boneka tangan, karena boneka
tangan merupakan tiruan dari manusia atau hewan.Boneka tangan sangat sesuai
jika digunakan sebagai media yang edukatif dalam pembelajaran bercerita
dongeng.
d) Langkah Penggunaan Media Boneka Tangan
Daryanto (2013: 33) mengungkapkan bahwa agar penggunan media
boneka tangan menjadi efektif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan media boneka, yaitu: (1) merumuskan tujuan pengajaran
26
secara jelas, (2) didahului dengan pembuatan naskah, (3) lebih banyak
mementingkan gerak daripada verbal, (4) dimainkan sekitar 10-15 menit, (5)
diselingi dengan nyanyian, (6) cerita disesuaikan dengan umur anak, (7) diikuti
dengan tanya jawab, (8) siswa diberi peluang untuk memainkannya.
Musfiroh (2008: 129-130) juga menambahkan teknik dalam bercerita
dengan media boneka tangan, antara lain: (1) jarak boneka tidak terlalu dekat
dengan mulut pencerita, (2) kedua tangan harus lentur memainkan boneka, ada
kalanya melakukan gerakan secara bersama-sama tetapi ada kalanya diam, (3)
antara gerakan boneka dengan suara tokoh harus sinkron, (4) menyelipkan
nyanyian dalam cerita melalui perilaku tokoh, ajak anak-anak menyanyikan lagu
tersebut bersama tokoh cerita, (5) selipkan beberapa pernyataan non-cerita sebagai
pengisi cerita, sekaligus strategi pelibatan anak, seperti: “Boleh tidak, kita
bermain curang, anak-anak?”, (6) tutup cerita dengan membuat simpulan dan
ajukan pertanyaan cerita yang berfungsi sebagai latihan bagi siswa.
Dari uraian di atas, dapat simpulkan bahwa langkah penggunaan media
boneka tangan yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1)
guru mempersiapkan teks cerita yang akan dibaca siswa dan media boneka tangan
yang akan digunakan sebagai media dalam bercerita, 2) guru memberikan contoh
bercerita dengan menggunakan media boneka tangan, 3) siswa maju bercerita
menggunakan media boneka tangan dengan memperhatikan jarak boneka dengan
mulut pencerita, 4) sambil memainkan boneka, lafal dan intonasi harus jelas
ketika siswa bercerita, 5) boneka dimainkan sesuai dengan teks cerita, 6) tangan
harus lentur dan gerakan harus sinkron dengan suara ketika bercerita
menggunakan boneka tangan.
8. Model Pembelajaran
a) Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran diperlukan oleh guru untuk membantu melaksanakan
proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sagala
dalam Zusnani (2003:11) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
27
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi bagi
pedoman perancangan pembelajaran.
Menurut Trianto (2010: 22) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran.
Sedangkan menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2012: 132) model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar sebagai pedoman bagi pembelajar untuk melaksanakan
pembelajaran. Model pembelajaran menggambarkan secara umum bagaimana
pembelajaran itu dilaksanakan
b) Macam-macam Model Pembelajaran
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat kita terapkan,
pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
dan materi yang disampaikan. Macam-macam model pembelajaran menurut Huda
(2013: 271) antara lain: (1) Problem Based Learning, (2) Problem Solving
Learning, (3) Group Investigation, dan (4) Somatis auditori Visual dan Intelektual
(SAVI).
1) Problem Based Learning adalah strategi yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
28
2) Problem Solving Learning adalah aktivitas yang berhubungan dengan
pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan
kondisi sekarang menuju kondisi yang diharapkan.
3) Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran kelompok yang
mengharuskan siswa untuk menggunakan skill tingkat tinggi.
4) Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) adalah model pembelajaran
yang melibatkan seluruh panca indra peserta didik.
Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas,
penulis memilih model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Model
pembelajaran ini menggabungkan aktivitas fisik dan intelektual siswa dengan
memanfaatkan seluruh indra siswa, sehingga pembelajaran tidak membosankan
dan memberikan pengalaman belajar yang lebih kepada siswa.
9. Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)
a) Pengertian Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual
(SAVI)
Menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan
semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. De Porter dalam Sari
(2011: 27) mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang.Ketiga
modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditori, dan modalitas
kinestetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditori belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar
lewat gerak dan sentuhan
Meier dalam Rusman (2012: 373) menyajikan suatu sistem lengkap untuk
melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara
belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI. Istilah SAVI merupakan
kependekan dari Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual.
29
Sedangkan menurut Zusnani (2003:28) pembelajaran SAVI adalah
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat
indra yang dimiliki siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
model pembelajaran SAVI merupakan suatu model pembelajaran yang
menggabungkan gerak fisik dan aktivitas intelektual dengan memanfaatkan semua
indra dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar yang berdasarkan aktivitas
berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra
sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses
belajar.
b) Karakteristik Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual dan
Intelektual (SAVI)
Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan
model pembelajaran lainnya.Menurut Zusnani (2003: 11) sesuai dengan singkatan
dari SAVI itu sendiri yaitu Somatis Auditori Visual dan Intelektual, maka
karakteristiknya ada empat bagian.Belajar dapat optimal jika keempat
karakteristik SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran.
1) Belajar Somatis
Kata “Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Menurut
Meier (Dewi, 2011: 27), belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba,
kinestetik, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar. Namun, dalam pembelajaran di sekolah pada umumnya terdapat
pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlaku adalah “duduk manis,
jangan bergerak, dan tutup mulut”, karena beberapa guru di sekolah masih
menggunakan paradigma lama yaitu belajar hanya melibatkan otak saja. Kini,
pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena
penelitian neurologi menemukan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh atau
pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh, Rahmani Astuti
dalam Dewi (2011: 27).
30
Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan
karakteristik somatis menurut Meier (Dewi, 2011: 31) yaitu:
a) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
b) Secara fisik menggerakan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem
c) Menciptakan piktogram dan periferalnya
d) Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
e) Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya
f) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik
g) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)
h) Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang
dipelajari
i) Mewawancarai orang-orang di luar kelas
j) Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
2) Belajar Auditori
Menurut Meier (Dewi, 2011: 28), pikiran auditori lebih kuat daripada yang
kita sadari, telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori,
bahkan tanpa disadari ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa
area penting di otak menjadi aktif. Perancangan pembelajaran yang menarik bagi
saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajar dapat dilakukan dengan cara
mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.
Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan
karakteristik auditori menurut Meier (dalam Dewi, 2011: 32) yaitu:
a) Ajaklah pembelajar membaca keras-keras materi dari buku panduan danlayar
komputer
31
b) Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang
terkandung dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
c) Mintalah pembelajar berpasang-pasangan memperbincang-kan secara
terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan
menerapkanya
d) Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan
suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang
sedang mereka kerjakan
e) Ajaklah pembelajar membuat sajak atau hafalan dari yang mereka pelajari
f) Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun
pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang.
3) Belajar Visual
Ketajaman visual merupakan modalitas yang tidak kalah penting, karena
di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indra yang lain. Meier (Dewi, 2011: 29) mengatakan setiap orang
(terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang
sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat
melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan
gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar.
Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan
karakteristik visual menurut Meier (Dewi, 2011: 32) yaitu:
a) Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)
b) Grafik presentasi yang hidup
c) Benda 3 dimensi
d) Bahasa tubuh yang dramatis
32
e) Cerita yang hidup
f) Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)
g) Pengamatan lapangan
h) Dekorasi berwarna-warna
i) Ikon alat bantu kerja.
4) Belajar Intelektual
Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran
mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran;
sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar menurut Astuti (Dewi, 2011: 30).
Aktivitas/kegiatan belajar yang dapat dilakukan sesuai dengan
karakteristik visual menurut Meier (Dewi, 2011: 32) yaitu:
a) Memecahkan masalah
b) Menganalisis pengalaman
c) Mengerjakan perencanaan strategis
d) Memilih gagasan kreatif
e) Mencari dan menyaring informasi
f) Merumuskan pertanyaan
g) Menciptakan model mental
h) Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
i) Menciptakan makna pribadi
33
j) Meramalkan implikasi suatu gagasan.
Karakteristik dalam model SAVI sudah mencakup semua aktivitas yang
dibutuhkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik tidak
hanya mendapatkan pengetahuan melalui mendengarkan ataupun melihat saja.Di
sini guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi
siswa dengan ragam alat peraga atau media yang menarik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Misalnya alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran ini
adalah dengan menggunakan media gambar, kartu, maupun powerpoint
presentasi.
c) Tahap-tahap Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual
(SAVI)
Tahap-tahap yang jelas akan memudahkan guru dalam melaksanakan
model pembelajaran yang dipilih serta mendukung keberhasilan suatu
pembelajaran. Menurut Meier (Dewi, 2011: 33) pembelajaran SAVI akan tercapai
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan jika empat tahap berikut dilaksanakan
dengan baik. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut.
1) Memberikan sugesti positif 2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat
kepada siswa 3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna 4) Membangkitkan
rasa ingin tahu 5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif 6) Menciptakan
lingkungan emosional yang positif 7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif
8) Menenangkan rasa takut 9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar 10)
Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah 11) Merangsang rasa
ingin tahu siswa 12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
34
Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru
dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra, dan cocok
untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah berikut. 1) Uji
coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan2) Pengamatan fenomena dunia nyata 3)
Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh 4) Presentasi interaktif 5) Grafik dan
sarana yang presentasi berwarna-warni 6) Aneka macam cara untuk disesuaikan
dengan seluruh gaya belajar 7) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar
tim 8) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9) Pengalaman
belajar di dunia nyata yang kontekstual 10) Pelatihan memecahkan masalah
3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang
dilakukan guru adalah sebagai berikut. 1) Aktivitas pemrosesan siswa 2) Usaha
aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali 3) Simulasi dunia-nyata
4) Permainan dalam belajar 5) Pelatihan aksi pembelajaran 6) Aktivitas
pemecahan masalah 7) Refleksi dan artikulasi individu 8) Dialog berpasangan
atau berkelompok 9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif 10) Aktivitas praktis
membangun keterampilan 11) Mengajar balik.
4) Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)
Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat
dilakukan guru adalah sebagai berikut. 1) Penerapan dunia nyata dalam waktu
yang segera 2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi 3) Aktivitas penguatan
penerapan 4) Materi penguatan pascasesi 5) Pelatihan terus menerus 6) Umpan
balik dan evaluasi kinerja 7) Aktivitas dukungan kawan.
Tahap-tahap yang dikemukakan oleh Meier tersebut sejalan dengan tahap
model pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Rusman. Rusman (2012: 373-
35
374) mengemukakan empat langkah dalam model pembelajaran SAVI yaitu
sebagai berikut:
1) Persiapan.
Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,
memberi peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar.
2) Penyampaian.
Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar
yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca
indra, dan cocok untuk semua gaya belajar.
3) Pelatihan.
Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
4) Penampilan hasil.
Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik dengan pekerjaan, sehingga
hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.
Kedua ahli di atas mempunyai pendapat yang sama tentang tahap-tahap
pembelajaran SAVI, yaitu terdapat empat tahap yang harus dilaksanakan dalam
pembelajaran SAVI; (1) tahap persiapan, (2) tahap penyampaian, (3) tahap
pelatihan, dan (4) tahap penampilan hasil. Penulis memutuskan untuk
melaksanakan empat langkah pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Meier
.karena dijelaskan secara rinci kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
36
d) Kelebihan dan Kelemahan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual
(SAVI)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing
masing. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran SAVI menurut Meier
(Dewi, 2011) yang secara ringkas yaitu:
1. Kelebihan model pembelajaran SAVI antara lain:
a) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
b) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
c) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotor siswa
d) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara
visual, auditori dan intelektual.
2. Kelemahan model pembelajaran SAVI antara lain:
a) Model ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat
memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
b) Penerapan model ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan,
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran SAVI mempunyai kelebihan dan kelemahan. Penulis dapat
mengoptimalkan kelebihan model pembelajaran SAVI dalam penelitian yang akan
dilaksanakan dan meminimalisir kelemahan dengan menyiapkan pelaksanaan
penelitian dengan maksimal.
e) Langkah Penerapan Model Pembelajaran SAVI dengan Media Boneka
Tangan
Langkah-langkah penerapan pendekatan SAVI yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
37
1) Persiapan/kegiatan pendahuluan (kemampuan membangkitkan minat siswa
dan menempatkan siswa dalam situasi optimal untuk belajar).
2) Penyampaian/kegiatan inti dengan media boneka tangan (kemampuan
memberikan pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan meliputi
unsur Somatic, Auditory, Visualization dan Intelectually dengan media
boneka tangan).
3) Pelatihan/kegiatan inti dengan media boneka tangan (kemampuan guru untuk
membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan serta
keterampilan baru dengan media boneka tangan).
4) Penampilan hasil/kegiatan penutup (kemampuan guru untuk membantu siswa
menerapkan dan memperluas pengetahuan melalui evaluasi dan refleksi).
Berdasarkan pembahasan tentang pendekatan SAVI dan media boneka
tangan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI dengan
media boneka tangan adalah proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indra
yang dimiliki peserta didik di dalamnya terdapat empat unsur yaitu somatic,
auditory, visualization, dan intelectually melalui langkah-langkah yaitu
persiapan/kegiatan pendahuluan, penyampaian/kegiatan inti dengan media boneka
tangan, pelatihan/kegiatan inti dengan media boneka tangan, dan penampilan
hasil/kegiatan penutup.
B. Kerangka Pikir
Menutut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2014: 60) kerangka pikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran SAVI dan
bantuan media boneka tangan dalam pembelajaran bahasa inodonesia di kelas III
SD Inpres Bontomanai
38
Adapun kerangka pikir dari permasalahan yang telah dibahas adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS IIIA
SD INPRES BONTOMANAI
PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN SAVI
DAN MEDIA BONEKA
TANGAN TERHADAP
KETERAMPILAN
BERCERITA DONGENG
ANALISIS
HASIL BELAJAR
ADA
PENGARUH
TIDAK ADA
PENGARUH
39
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum diketahui kebenarannya
tetapi memungkinkan untuk diuji dalam keadaan empiris berdasarkan rumusan
masalah dan uraian kajian pustaka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran SAVI (somatis,
auditori, visual, intelektual) dengan media boneka tangan terhadap keterampilan
bercerita dongeng siswa kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota
Makassar”
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Menurut Sugiyono penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Sugiyono (2008: 107) dalam
penelitian eksperimen terdapat beberapa bentuk jenis eksperimen yaitu :
1) Pre-Eksperimental Design Desain ini dikatakan pra eksperimen karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen.
2) True eksperimental design Eksperimen yang sebenarnya, karena dalam desain
penelitian ini peneliti dapat mengontrol semua variable luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen.
3) Factorial design Selalu melibatkandua atau lebih variable bebas.
4) Quasi Eksperimental design. Desain penelitian ini mempunyai kelas control
tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PreEksperimental Design
2. Lokasi Penelitian
41
Adapun lokasi penelitian ini adalah SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate
Kota Makassar
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian terdiri dari pendekatan kuantitatif dan
kualitatif.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif.Menurut Creswel (Alsa, 2007: 13) penelitian kuantitatif merupakan
penelitian yang bekerja dengan angka dan data. Dalam penelitian ini berwujud
bilangan yang kemudian dianalisis dengan statistic untuk menjawab pertanyaan
atau hipotesis.Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dikarenakan hasil dari penelitian ini berupa angka-angka.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008: 6) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Sedangkan
Arikunto (2002: 109) menjelaskan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.Subjek pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IIIA SD
Inpres Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar yang berjumlah 25 siswa
dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari unit- unit yang ada dalam populasi yang ciri-cirinya
benar-benar diselidiki. Menurut Arikunto (2002: 109), bahwa sampel adalah
bagian atau wakil populasi yang diteliti dan dinamakan sampel apa bila kita
bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian. Senada dengan yang
dikemukakan oleh Sugiono bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Berdasarkan jumlah populasi
40
42
peserta didik dan berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu melihat peserta didik
memanfaatkan media boneka tangan sebagai media pembelajaran, maka cara
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampel
jenuh. Menurut Sugiyono sampling jenuh adalah teknik pengumpulan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
lisan,dan dokumentasi
1. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan Tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Menurut Thoha
(Maulana, 2011) tes ini termasuk kelompok tes verbal,yaitu tes soal dan
jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes
lisandapat dibedakan menjadi dua yakni:
a) Tes lisan bebas, yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik
tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
b) Tes lisan berpedoman, yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang
apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
2. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002, 231) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang diamati melalui benda mati.Menurut Sugiyono (2008, 329)
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapatberbentuk
tulisan,gambar atau karya seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Foto-foto tersebut digunakan
sebagai bukti jika penelitian sudah dilaksanakan serta mengetahui aktifitas siswa
selama pembelajaran.
43
E. Instrument Penelitian
1. Tes
Tes digunakan untuk mengukur keterampilan menyimak siswa . Tes yang
di gunakan yaitu tes hasil belajar peserta didik di kelas III yang akan dianalisis
adalah tes sebelum perlakuan (pretest) dan tes setelah diterapkan (posttest).
Bentuk tes yang digunakan adalah tes kinerja atau tugas-tugas berunjuk
kerja bahasa yang memakai saluran lisan misalnya, menceritakan kembali wacana
yang didengar atau dibaca, wawancara, berbagai jenis membaca bersuara seperti
membaca nyaring, membaca puisi, cerpen, drama, deklamasi,dan lain-lain.
Penilaian dalam penelitian ini mengacu pendapat Rofi’uddin &Zuhdi (1999: 244)
yang dibagi menjadi dua aspek,yaitu aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Aspek kebahasaan meliputi : tekanan, ucapan, nada dan irama,
kosakata,/ungkapan, dan struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan, aspek non
kebahasaan meliputi : kelancaran, pengungkapan materi wicara (penguasaan
materi), keberanian,keramahan dan sikap.
Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta Didik
No Aspek yang Dinilai Skor Maksimal
1
2
3
4
5
a. Kebahasaan
Tekanan
Pengucapan
Nada dan irama
Kosakata
Struktur kalimat yang digunakan
6
8
6
10
10
b. Non Kebahasaan
44
6
7
8
9
Kelancaran
Pennguasaan materi
Keberanian
Keramahan
Sikap
10
30
10
8
6
Skor Maksimal 100
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi artinya mengumpulkan
segala bentuk dokumen pada saat penelitian termasuk di dalamnya adalah data
nama-nama siswa kelas III, gambar-gambar kegiatan,dan dokumen lain.
F. Desain Penelitian
Menurut Sukardi (2011: 184) desain penelitian merupakan gambaran yang
memperjelas tentang hubungan antar variable,pengumpulan data dan analisis data.
Menurut Sugiyono (2008: 108-109) ada tiga bentuk dalam penelitian pra
eksperimen yaitu: 1) one shot case study, 2)one group pretest-posttes design,
3)intact group comparison. Desain yang dipilih peneliti dalam penelitian ini
adalah one group pretest-posttest design. Sugiyono menggambarkan one group
pretest-posttest design adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 = Nilai Posttest (setelah diberi perlakuan)
O1 X O2
45
X = perlakuan atau treatment
Pengaruh Perlakuan= O2-O1
G. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 118) variabel adalah objek penelitian atau
segala sesuatu yang menjadi pokok perhatian suatu penelitian. Variable-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Menurut Sugiyono (2008: 61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variable terikat.Jadi,
variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi hasil sebuah
penelitian.Variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SAVI
dan media boneka tangan.
2. Variabel Terikat
Sugiyono (2008: 61) berpendapat bahwa variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variable bebas.Variable terikat dalam
penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara adalah
kemampuan untuk mengeluarkan ide, gagasan secara lisan dengan menggunakan
bahasa yang baku dan runtut serta mudah dipahami. Keterampilan berbicara
diteliti dari tingkat hasil belajar kognitif, yaitu : pemahaman(C2), penerapan (C3),
analisis(C4), sintesis (C5).
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk
menuliskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik
kesimpulan atas populasi yang diamati. Statistik jenis ini memberikan cara untuk
46
mengurangi jumlah data ke dalam bentuk yang dapat diolah dan
menggambarkannya dengan tepat mengenai rata-rata, perbedaan, hubungan dan
sebagainya (Arikunto dan Safruddin , 2007: 107). Hasil analisis deskriptif tersebut
berfungsi mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk menjawab permasalahan
yang ada dengan menggunakanstatistik deskriptif.
Langkah-langkah dalam penyusunan data hasil penelitian adalah:
a. Membuat tabel DistribusiFrekuensi
Langkah langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1) Menghitung rentang nilai (R), yakni data terbesar dikurangi data yang terkecil
(Tiro, 2008: 163)
R = Xt–Xr
Keterangan:
R =RentangNilai
Xt= Data terbesar
Xr= Data terkecil
2) Menghitung jumlah kelas interval (Siregar, 2005:24)
(K) =1+(3,3)logn
Keterangan:
K= Kelas interval
n = banyaknya data
3) Menghitung panjang kelas interval (P) (Siregar, 2005:24)
47
P =
Keterangan :
P= Panjang kelas interval
R= Rentang nilai
K= Kelas interval
b. Mean ataurata-rata (Tiro, 2008: 133)
x =
Keterangan :
x = Rata-rata
fi= frekuensi
xi = Titik tengah
c. Standar Deviasi (Tiro, 2008: 133)
SD = √S2
Keterangan :
S2 = Simpangan baku
d. Menentukan Persentase (Sudjana, 2004: 130)
Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang dicari persentasenya
48
N: Banyaknya sampel responden.
Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh
peserta didik menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat daya serap
peserta didik mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Depdikbud yang di
adaptasikan sesuai dengan kebutuhan yaitu:
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Materi
Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar
40-60
61-80
81-100
Rendah
Sedang
Tinggi
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial, sering juga disebut statistik induktif atau statistik
probalitas, pada statistik inferensial teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian ini menggunakan rumus chi
kaudrat.Uji Normalitas ini dilakukan pada data kelas meliputi posttest dan pretest.
Prosedur untuk menghitung uji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Merumuskanhipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
2) Menentukan nilai uji statistik
x2hitung =
)
)
49
3) Menentukan taraf nyata (α)
Untuk mendapatkan nilai chi kuadrat tabel:
X2tabel = x
2 = x
2(1-α)(dk) = ?
4) Menentukan criteria pengujian hipotesis
Ho ditolak jika x2hitung >x
2tabel
Ha diterima jika x2hitung <x
2tabel
5) Memberikan kesimpulan
b. Uji t-test
Setelah pengumpulan data selesai, maka data-data tersebut akan dianalisis
dengan uji t.
Adapun rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:
t =
√
)
Keterangan:
t = koofisien perbedaan
Md = mean dari perbedaan pre-test dengan post-test
xd = deviasi masing-masing subjek(d-Md
= jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
d.b. = ditentukan N-1(Arikunto,2002:314)
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Pada tahapan ini peneliti akan membahas hasil penelitian secara rinci
dengan pendekatan analisis statistik. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu hasil keterampilan
bercerita peserta didik dengan menggunakan media boneka tangan.Sedangkan
analisis inferensial digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga
yaitu apakah terdapat pengaruh keterampilan bercerita peserta didik setelah
diterapkan media boneka tangan.Selain itu statistik inferensial juga digunakan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti.
a) Deskripsi Keterampilan Bercerita Peserta didik Kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar dengan Model
Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di SD Inpres
Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 23
April sampai dengan 28 April 2018, melalui instrumen tes lisan peneliti dapat
mengumpulkan data hasil belajar berupa nilai peserta didik kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar sebelum digunakan model
pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka tangan, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
50
51
Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Bercerita Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota
Makassar Sebelum Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan
Menggunakan Media Boneka Tangan.
No Nama Skor
1 Adheliya Qadrianti 37
2 Adrian Aditya Mustam 47
3 Ahmad Harif Budjang 50
4 Andika Saputra 40
5 Anggi Syifa Fauziah 43
6 Diah Yurika Ihsan 50
7 Eka Naurah Azifah 50
8 M. Fadil 43
9 Muh. Raihan Hidayatullah 53
10 Muh. Taslim 40
11 Mutiara Maharani Putri 40
12 Naila Marcella Rosma 53
13 Putri Aprilya 47
14 Raffi Zahran Razzaq 47
15 Reza Saputra 43
16 Sakinah Salsabilla 47
52
17 Shalsa Putri Amelia 50
18 Siti Aira Rahayu 40
19 Suci Regina Putri 53
20 Tegguh Kariati 53
21 Zahra Nur Faizah Ramlan 43
22 Zaskia Zanika Zarin 40
23 Dwi Raka 43
24 Kurniawan 50
25 Rahma Meutia Idris 47
Jumlah 1160
Adapun perhitungan selengkapnya analisis statistik deskriptif sebagai
berikut:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi
1) Menghitung rentang nilai (R)
R = Xt–Xr
= 53–37
= 16
2) Menghitung jumlah kelas interval (K)
K =1 + (3,3) log n
=1 + (3,3) log 25
53
=1 + (3,3) 140 =1+4,62 =5,62( dibulatkan 6)
3) Menhitung panjang kelas interval (P)
P =
=
2,6 (dibulatkan 3)
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik
SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Sebelum Diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.
Interval Fi(frekuensi) Xi (titik
tengah)
fi.xi Xi2
Fi.xi2
37-39 1 38 38 1444 1444
40-42 5 41 205 1681 8405
43-45 5 44 220 1936 9680
46-48 5 47 235 2209 11045
49-51 5 50 250 2500 12500
52-54 4 53 212 2809 11236
Jumlah 25 1.160 54310
Sebelum diterapkan media boneka tangan keterampilan bercerita peserta
didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar menunjukkan
nilai yang diperoleh peserta didik bervariasi mulai dari nilai terendah 37 dan nilai
tertinggi mencapai 53 dengan rentang nilai 16 menunjukkan kemampuan peserta
didik cukup merata.
Untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas III SD
Inpres Bontomanai dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut
54
a) Mean atau Rata-rata
x =
=
= 46,4
Hasil perhitungan di atas diperoleh rata-rata nilai Keterampilan Bercerita
peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai sebelum diajar (pretest) dengan
Media Boneka Tangan adalah 46,4.
b) Variansi (S2)
S2 =
)
=
– )
=
=
= 20,25
c) Standar Deviasi
SD = √S2 = √20,25 = 4,5
Table 4.3 : Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Sebelum diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 25
Skor maksimum 53
Skor minimum 37
Rentang Nilai 16
Panjang Kelas Interval 3
55
Rata-rata 46,4
Variansi 20,25
Standar Deviasi 4,5
d. Menentukan Persentasi
P =
x 100%
P =
x 100% = 4%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 16%
Table 4.4 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita sebelum Pemanfaatan
Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan
No. Nilai Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
1 0-39 Sangat rendah 1 4
2 40-54 Rendah 24 96
56
3 55-74 Sedang 0 0
4 75-89 Tinggi 0 0
5 90-100 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 25 100
Berdasarkan pengkategorian tabel di atas keterampilan bercerita peserta
didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar sebelum
diajar dengan menggunakan media boneka tangan, maka dapat diketahui bahwa
keterampilan bercerita peserta didik hampir sama dari kategori sedang, tinggi,dan
sangat tinggi dengan presentase 0% artinya tidak ada peserta didik dalam kategori
ini, kategori rendah dengan persentasi 4% ada 1 orang peserta didik, kategori
sedang dengan persentasi 96 % ada 24 orang peserta didik. Jadi berdasarkan
persentasi diatas maka dapat dikategorikan bahwa sebagian besar Keterampilan
bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota
Makassar sebelum diajar dengan media boneka tangan berada pada kategori
rendah .
b) Deskripsi Keterampilan Bercerita Peserta didik Kelas III SD Inpres
Bontomanai Kec.Tamalate Kota Makassar Setelah Diajar dengan Model
Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan.
Data keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai
setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan media
boneka tangan
57
Table 4.5 : Data Nilai Keterampilan Bercerita Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota
Makassar Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran SAVI dan
menggunakanj Media Boneka Tangan.
No Nama Skor
1 Adheliya Qadrianti 73
2 Adrian Aditya Mustam 83
3 Ahmad Harif Budjang 83
4 Andika Saputra 73
5 Anggi Syifa Fauziah 77
6 Diah Yurika Ihsan 90
7 Eka Naurah Azifah 93
8 M. Fadil 83
9 Muh. Raihan Hidayatullah 83
10 Muh. Taslim 73
11 Mutiara Maharani Putri 73
12 Naila Marcella Rosma 93
13 Putri Aprilya 90
14 Raffi Zahran Razzaq 97
15 Reza Saputra 77
16 Sakinah Salsabilla 73
58
17 Shalsa Putri Amelia 97
18 Siti Aira Rahayu 77
19 Suci Regina Putri 90
20 Tegguh Kariati 93
21 Zahra Nur Faizah Ramlan 80
22 Zaskia Zanika Zarin 80
23 Dwi Raka 80
24 Kurniawan 97
25 Rahma Meutia Idris 93
Jumlah 2092
a. Membuat tabel distribusi frekuensi
1. Menghitung rentang nilai (R)
R = Xt - Xr
= 97-73
= 24
2. Menghitung jumlah kelas interval (K)
K = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 25
= 1 + (3,3) 140
=1+ 4,62
59
= 5,62 (dibulatkan 6)
3. Menghitung panjang kelas interval (P)
P=
=
= 4
4. Tabel distribusi frekuensi
Table 4.6 : Distribusi Frekuensi Keterampilan Bercerita Peserta Didik SD
Inpres Bontomanai Kec. Tamalate Kota Makassar Setelah Diaja r dengan
Model Pembelajaran SAVI dan menggunakan Media Boneka Tangan.
Interval
Fi
(frekuensi)
Xi
(titik
tengah)
Fi.xi
Xi2
Fi.xi2
73-76 5 74,5 372,5 5550,25 27751,25
77-80 6 78,5 471 6162,25 36973,5
81-84 4 82,5 330 6806,25 27225
85-88 0 86,5 0 7482,25 0
89-92 7 90,5 633,5 8190,25 57331,75
93-97 3 95 285 9025 27075
Jumlah 25 2092 176.356,5
b. Mean atau rata-rata
x =
=
60
= 83,68
Nilai rata-rata keterampilan bercerita peserta didik SD Inpres Bontomanai
Kec. Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan media model pembelajaran
SAVI dan menggunakan media boneka tangan yaitu 83,68 terjadi peningkatan
keterampilan bercerita peserta didik yang sebelumnya hanya 46,4
c. Variansi (S2)
S2 =
)
=
– )
=
=
= 54,04
d. Standar Deviasi
SD = √S2 = √54,04 = 7,35
Tabel 4.7 :Statistik Keterampilan Bercerita Peserta Didik Setelah diajar
dengan Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 25
Skor maksimum 93
Skor minimum 73
Rentang Nilai 24
Panjang Kelas Interval 4
Rata-rata 83,68
Variansi 54,04
Standar Deviasi 7,35
61
d. Menentukan Persentasi
P =
x 100%
P =
x 100% = 20%
P =
x 100% = 24%
P =
x 100% = 16%
P =
x 100% = 28%
P =
x 100% = 12%
Tabel 4.8 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita setelah Pemanfaatan
Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka Tangan
No. Nilai Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
1 0-39 Sangat rendah 0 0
2 40-54 Rendah 0 0
3 55-74 Sedang 5 20
4 75-89 Tinggi 10 40
5 90-100 Sangat tinggi 10 40
Jumlah 25 100
Berdasarkan pengkategorian tabel di atas keterampilan bercerita peserta
didik kelas III SD Inpres Bontomanai setelah diajar dengan menggunakan media
boneka tangan, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik cukup
62
beragam dari kategori sangat rendah dan rendah dengan presentase 0 % artinya
tidak ada peserta didik dalam kategori ini, kategori sedang dengan persentasi 20
% ada 5 orang peserta didik, kategori tinggi dengan persentasi 40 % ada 10
peserta didik, dan ada 10 orang peserta didik dengan persentasi 40 % berada pada
kategori sangat tinggi. Berdasarkan persentasi diatas maka dapat dikategorikan
bahwa sebagian besar keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres
Bontomanai setelah diajar dengan media boneka tangan berada pada kategori
tinggi.
c) Peningkatan Keterampilan Bercerita Peserta didik Setelah Diterapkan
Model Pembelajaran SAVI dan Media Boneka tangan
Pengaruh media boneka tangan terhadap hasil belajar peserta didik dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9 : Persentasi Tingkat Keterampilan Bercerita Sebelum dan
Setelah Pemanfaatan Media Boneka Tangan
No Nilai Kategori Frekuensi Persentasi (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 0-39 Sangat rendah 1 0 4 0
2 40-54 Rendah 24 0 96 0
3 55-74 Sedang 0 5 0 20
4 75-89 Tinggi 0 10 0 40
5 90-10 Sangat tinggi 0 10 0 40
Jumlah 25 25 100 100
63
Berdasarkan pengktegorian diatas maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan bercerita peserta didik SD Inpres Bontomanai terjadi perubahan
setelah diterapkan media boneka tangan. Ini terlihat pada kategori sangat tinggi
terdapat 40% peserta didik yang sebelumnya hanya terdapat 0%, pada kategori
tinggi terdapat 40 % yang sebelumnya 0%, dan yang terakhir pada kategori
sedang terdapat 20% yang sebelumnya 0%.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Pengujian hipotesis menggunakan statistik inferensial yakni dengan uji t,
sebelum pengujian hipotesis dilakukan pengujian normalitas yang tujuannya
untuk mengetahui apakah sebaran datanya normal atau tidak.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.10 Uji normalitas data pre-test yaitu sebelum digunakan model
pembelajaran SAVI dan media boneka tangan
Data
Frekuensi
observasi
(Oi)
Batas kelas
Nilai Z
Luas tiap
Kelas
Interval
Frekuensi yang
diharapkan (Ei)
(Luas tiap kelas
interval x n)
)
)
37-39 1 36,5-39,5 -2,2 dan -
1,53
0,0491 1,2275 0,042
40-42 5 39,5-42,5 -1,53 dan -
0,86
0,1319 3,2975 0,879
43-45 5 42,5-45,5 -0,86 dan -
0,2
0,2258 5,645 0,073
46-48 5 45,5-48,5 -0,2 dan 0,46 0,0979 2,4475 2,66
49-51 5 48,5-51,5 0,46 dan 1.13 0,1936 4,84 0,0052
52-54 4 51,5-54,5 1.13 dan 1.8
0,0933 2,525 1,2067
Jumlah N= 25 x
2 hitung =
)
)= 4,8659
64
Untuk menentukan perbandingan antara x2hitung dan x
2tabel selanjutnya kita
menghitung x2tabel menggunakan rumus :
x2
tabel= x2(1-0.05)(6-3)
= x2(0,95)(3)
= 7,814
Pada tabel di atas hasil uji normalitas pretest dengan x2tabel yang diperoleh
adalah 7,184, sedangkan x2hitung yang diperoleh adalah 4,8659 (. Karna x
2hitung <
x2
tabel yaitu 4,8659< 7,184 maka dapat dikatakan bahwa pretes atau nilai
keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai sebelum
diajar dengan menggunakan media boneka tangan berdistribusi normal.
Tabel 4.11 Uji normalitas data post-test yaitu setelah digunakan model
pembelajaran SAVI dan media boneka tangan
Data
Frekuensi
observasi
(Oi)
Batas kelas
Nilai Z
Luas tiap
Kelas
Interval
Frekuensi yang
diharapkan (Ei)
(Luas tiap kelas
interval x n)
)
)
73-76 5 72,5-76,5 -1,52 dan -
0,97
0,1017 2,675 2,02
77-80 6 76,5-80,5 -0,97 dan -
0,43
0,1676 4,19 0,78
81-84 4 80,5-84,5 -0,43 dan 0,11 0,1226 3,165 0,22
85-88 0 84,5-88,5 0,11 dan 0,65 0,1984 4,96 (-4,96)
89-92 7 88,5-92,5 0,65 dan 1,2 0,1427 3,5675 3,30
93-97 3 92,5-97,5 1,2 dan 1,88
0,085 0,085 0,36
Jumlah N= 25 x2
hitung = )
)= 1,72
65
Untuk menentukan perbandingan antara x2hitung dan x
2tabel selanjutnya kita
menghitung x2tabel menggunakan rumus :
x2tabel= x2
(1-0.05)(6-3)
= x2(0,95)(3)
= 7,814
Pada tabel di atas hasil uji normalitas post-test dengan x2tabel yang
diperoleh adalah 7,184, sedangkan x2hitung yang diperoleh adalah 1,72. Karna
x2
hitung < x2tabel yaitu 1,72 < 7,184 maka dapat dikatakan bahwa posttest atau nilai
keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai setelah diajar
dengan model pembelajaran SAVI dengan menggunakan media boneka tangan
berdistribusi normal.
Data atau nilai keterampilan bercerita peserta didik kelas III SD Inpres
Bontomanai sebelum dan setelah diajar dengan media pembelajaran SAVI dan
menggunakan media boneka tangan kedua data (pretest dan postest) hitung
< tabeloleh karena itu dapat dikatakan bahwa kedua data atau hasil belajar
berdistribusi normal.
b. Pengujian Hipotesis
Tabel t-test yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh
Arikunto (2002: 272) yaitu :
t =
√
)
1. Tentukan Gain (d) seperti pada tabel berikut!
Responden Pre-test Post-test Gain(d)
1 37 73 36
2 47 83 36
66
3 50 83 33
4 40 73 33
5 43 77 34
6 50 90 40
7 50 93 43
8 43 83 40
9 53 83 30
10 40 73 30
11 40 73 33
12 53 93 40
13 47 90 43
14 47 97 50
15 43 77 34
16 47 73 34
17 50 97 47
18 40 77 37
19 53 90 37
20 53 93 40
21 43 80 37
22 40 80 40
23 43 80 37
24 40 97 47
25 47 73 46
N=25
2. Tentukan Md!
Md =
=
= 38,28
67
3. Tentukan d seperti tabel berikut!
Responden D Xd ( d-Md) d
1 36 -2,28 5,1984
2 36 -2,28 5,1984
3 33 -5,28 27,8784
4 33 -5,28 27,8784
5 34 -4,28 18,3184
6 40 1,72 2,9584
7 43 4,72 22,2784
8 40 1,72 2,9584
9 30 -8,28 68,5584
10 30 -8,28 68,5584
11 33 -5,28 27,8784
12 40 1,72 2,9584
13 43 4,72 22,2784
14 50 11,72 137,3584
15 34 -4,28 18,3184
16 34 -4,28 18,3184
17 47 8,72 76,0384
18 37 -1,28 1,6384
19 37 -1,28 1,6384
20 40 1,72 2,9584
21 37 -1,28 1,6384
22 40 1,72 2,9584
23 37 -1,28 1,6384
24 47 8,72 76,0384
25 46 7,72 59,5984
N = 25 = 701,04
68
4. Uji Hipotesis
t =
√
)
t =
√
)
t =
√
t =
√
t =
t = 35,44
5. Konsultasikan dengan t tabel!
thitung = 35,44> ttabel = 2,064
thitung> ttabel
Jadi, kesimpulannya adalah perbedaan antara hasil pre-test dan post-test
signifikan, dengan kata lain bahwa data atau hipotesis “Ada Pengaruh Model
Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan
Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai Kec. Tamalae Kota Makassar”
diterima.
69
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh model pembelajaran savi
menggunakan media boneka tangan terhadap keterampilan bercerita siswa kelas
iii sd inpres bontomanai kec. tamalae kota Makassar.
Berdasarkan hasil perhitungan t-test diperoleh thitung sebesar 35,44
sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5 persen dengan dk= 24 sebesar 2,064,
hal itu berarti thitung lebih besar daripada ttabel maka sebagai konsekuensinya adalah
hipotesis “Ada Pengaruh Model Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka
Tangan terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai
Kec. Tamalae Kota Makassar” dinyatakan diterima.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD
Inpres Bontomanai pada materi keterampilan bercerita dilakukan dengan tes lisan
dan dokumentasi pada pelaksanaan metode pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam satu kelas, selama enam kali pertemuan
pada materi keterampilan bercerita.Pertemuan pertama peserta didik diberi pretest
kemudian, pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat peserta
didik diajar dengan materi keterampilan bercerita dengan dengan model
pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka tangan dan pada pertemuan
keenam diberi postest.
Hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata keterampilan bercerita peserta
didik sebelum diajar menggunakan media boneka tangan yaitu 46,4 dan setelah
diajar dengan dengan model pembelajaran SAVI dan menggunakan media
boneka tangan dengan standar deviasi 7,35, dimana skor maksimum yang dicapai
peserta didik yaitu 53dan skor minimum 37 jarak antara skor maksimum dengan
skor minimum sebesar 16.
70
Dari keseluruhan nilai yang diperoleh, jika dikelompokkan kedalam 5
kategori berdasarkan Depdikbud yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi. Terdapat beberapa peserta didik pada kategori sangat
rendah dan rendah, 1 peserta didik pada kategori sangat rendah, 24 peserta didik
pada kategori rendah.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan
bercerita peserta didik sebelum dimanfaatkan media boneka tangan berada pada
kategori rendah. Hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata keterampilan bercerita
peserta didik setelah diajar dengan menggunakan media boneka tangan yaitu
83,68 dengan standar deviasi 7,35, dimana skor maksimum yang dicapai peserta
didik yaitu 93 dan skor minimum 73 jarak antara skor maksimum dengan skor
minimum sebesar 20.
Dari keseluruhan nilai yang diperoleh, jika dikelompokkan kedalam 5
kategori berdasarkan Depdikbud yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi. Tidak ada peserta didik pada kategori sangat rendah dan
rendah, 5 peserta didik pada kategori sedang, 10 peserta didik pada kategori
tinggi, dan 10 peserta didik pada kategori sangat tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan bercerita peserta didik setelah
diterapkan dengan model pembelajaran SAVI dan menggunakan media boneka
tangan berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan media boneka tangan
merupakan media belajar yang dapat menjadikan peserta didik santai, senang, dan
tidak kaku.Sehingga pada saat pemberian tes lisan keterampilan bercerita peserta
didik mereka memperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil perhitungan t-test diperoleh thitung sebesar 35,42
sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5 persen dengan dk= 24 sebesar 2,06, hal
itu berarti thitung lebih besar daripada ttabel maka sebagai konsekuensinya adalah
hipotesis “Ada Pengaruh Model Pembelajaran SAVI menggunakan Media Boneka
Tangan terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III SD Inpres Bontomanai
Kec. Tamalate Kota Makassar.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan nilai analisis data tentang pemanfaatan media boneka tangan
terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai
Kec. Tamalate Kota Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa:
Keterampilan Berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.
Tamalate Kota Makassar sebelum diajar dengan menggunakan media boneka
tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 46,4, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berbicara peserta didik berada pada
kategori rendah.
Keterampilan Berbicara peserta didik kelas III SD Inpres Bontomanai Kec.
Tamalate Kota Makassar setelah diajar dengan menggunakan media boneka
tangan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik yaitu 83,68, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik berada pada kategori
tinggi.
Berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh nilai thitung > ttabel dengan
nilai 35,44> 2,06. Ho ditolak dan H1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran SAVI dan pemanfaatan media boneka tangan
terhadap keterampilan berbicara peserta didik
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan :
1. Bagi Sekolah
Hendaknya Sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat
mendukung pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran SAVI
dengan media bonea tangan agar tujuan pembelajaran tercapai
71
72
2. Bagi Guru
Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa
menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi
untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi pembelajaran yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi
belajar dan mengembangkan keberanian dalam menyampaikan gagasan dalam
proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hemdak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajin teori-teori yang berkaitan dengan
keterampilan bercerita anak dengan menggunakan model SAVI dan media
boneka tangan guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan keterampilan siswa yang belum tercakup dalam
penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
73
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi. 2007. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
……………………. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto dan Safruddin.2007. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis
Bagi Praktisi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Asyhar, Rayanda. 2012. Kreatif Mengmbangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi Jakarta.
Daryanto, D. 2013. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam
mencapai Tujuan Pembelajaran.Yogyakarta. Gava Media.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dewi, Agustyani Ratna S. 2012.Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori,
Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII B SMP N 3 Depok
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.Universitas Negeri Yogyakarta.
(Skripsi),http://eprints.uny.ac.id/2381/1/AGUSTYANI_SARI_RATNA_D
EWI.pdf . Diakses tanggal 16 November 2016.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Maulana, Dayan. Tes Lisan. https//.dayanmaulana.blogspot.co.id/2018/06/22/tes-
lisan. Diakses pada tanggal 22 Juni 2018
Musfiroh, Tadrikroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Bandung: ALFABETA.
Putri, Rochana Mega. 2016. Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak
Melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual)
dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri
KarangTengah Tahun Ajaran 2015/2016.Universitas Negeri Yogyakarta.
(Skripsi),http://repository.upy.ac.id/1422/1/ROCHANA_MEGA_PUTRI.p
df . Diakses tanggal 20 Februari 2018.
Ramadhan, Kurnia. 2017. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan SAVI Berbantuan
Boneka Tangan pada Kelas III SDN Timuran
73
74
Yogyakarta.(Skripsi),http://repository.upy.ac.id/1422/1/RAMADHAN_K
URNIA.pdf . Diakses tanggal 20 Februari 2018.
Rofi’uddin dan Zuhdi.1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi.Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua.Jakarta: PT. Rajagrafindo Pustaka.
Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sari, Isnaini Fitrah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Somatis Auditori
Visual dan Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 2 Notoharjo. Universitas Lampung.
(Skripsi). http://digilib.unila.ac.id/11105/. Diakses pada 16 November 2017.
Shoimin, Rais. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Siregar, Syafruddin. 2005. Statistic Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS
Pres.
Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sudjana dan Rivai . 2013. Media dan model-model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian kuantitatif Kuslitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
…………, 2014.Metode Penelitian kuantitatif Kuslitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar.Prenadamedia Group. Jakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andhira
Publisher.
75
Trianto.2010. Pengembangan Model Tematik Pembelajaran Tematik.PT Prestasi
Pustakarya. Jakarta.
Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiadi Kelas
Rendah. Yogyakarta: PAS
Zusnani, Ida. 2003. Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP. Tugu Publisher.
Jakarta Selatan
76
L
A
M
P
I
R
A
N
77
Lampiran 1 Dokumentasi
78
79
80
Lampiran 2 RPP
RENCANA PERENCANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Hari / Tanggal :
A. Standar Kompetensi
Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan.
B. Kompetensi Dasar
Mengomentari, tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.
C. Indikator
1. Memahami cerita yang dilisankan secara singkat.
2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita.
D. Tujuan Pembelajaran
81
1. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami dongeng yang dilisankan
dengan benar
2. Melalui praktek, siswa dapat mengidentifikasi tokoh-tokoh yang ada di cerita
dengan benar.
E. Materi Pokok
Memahami Isi Dongeng
Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, dongeng hanya
sebuah cerita khayal. Ada dongeng tentang binatang-binatang, kejadian suatu
tempat, dan ada juga dongeng kepahlawanan seseorang.
Contoh dongeng seperti :
Legenda Tangkuban Perahu
Awal cerita ada seorang raja yang mempunyai seorang putri yang sangat cantik,
yaitu Dayang Sumbi. Setelah besar/dewasa, Singkat cerita Dayang Sumbi
kehilangan toraknya, dan dia berjanji jika ada yang menemukannya, kalau lelaki
dia akan jadikan suaminya, dan kalau perempuan akan di jadikan saudara, ternyata
yang menemukan toraknya itu adalah seekor anjing yang bernama Si Tumang,
lalu menikahlah Dayang Sumbi dengan Si Tumang.
Singkat cerita Dayang Sumbi mempunyai anak yang bernama
Sangkuriang. Pada suatu ketika saat sangkuriang berburu rusa di hutan, secara
tidak sengaja membunuh Si Tumang, tidak lain adalah ayah Kandung nya sendiri.
Singkat cerita Sangkuriang diusir karena sudah membunuh Si Tumang.
82
Setelah bertahun- tahun Sangkuriang pergi dari rumah, Sangkuriang kembali dan
bertemu Dayang Sumbi, dia jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, dia tidak tahu
bahwa wanita yang dicintainya adalah Ibunya sendiri.
Tetapi keinginannya tidak tercapai karena Sangkuriang tidak bis
menyelesaikan permintaan membuat sebuah kapal yang besar.
F. Metode
Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, dan Penugasan.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal ( 5 Menit )
a) Mengkondisikan siswa kedalam situasi kelas yang kondusif dengan cara
merapikan tempat duduk, berdoa, mengabsen, dan menyuruh siswa
menyiapkan siswa menyiapkan buku pelajaran dan alat-alat tulis.
b) Melakukan apersepsi melalui tanya jawab untuk untuk mengaitkan materi
yang akan dibahas. Pertanyaan : Tokoh Kancil ada di dalam sebuah....
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a) Melalui pengamatan, siswa akan tahu dongeng yang akan diceritakan.
b) Melalui penjelasan guru dan praktek melalui dongeng, agar siswa dapat
memahami dan mengidentifikasi dalam cerita.
c) Melakukan tanya jawab tentang isi dongeng.
d) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi.
83
e) Perwakilan kelompok melaporkan atau membacakan hasil diskusi.
f) Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi.
3. Kegiatan Akhir
1. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
disampaikan
2. Melaksanakan evaluasi akhir
3. Menindaklanjuti pembelajaran dengan pemberian PR
H. Sumber Pembelajaran
Sumber: : KTSP Bahasa Indonesia Kelas III. Semester 1 tahun 2006
Buku Bahasa Indonesia, karangan Ismoyo dan Romiyatun
I. Penilaian
1. Prosedur : : pretest
2. Jenis : Tulisan, pengamatan
3. Bentuk : Essay, Unjuk Kerja
4. Instrumen Soal, LKS
Butir Soal
Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !
1. Apa judul dongeng yang sudah diceritakan?
2. Siapa Suami dari Dayang Sumbi?
3. Mengapa Sangkuriang diusir dari rumahnya?
84
4. Sangkuriang ingin ........ Dayang Sumbi.
Kunci Jawaban
1. Legenda Tangkuban Perahu
2. Si Tumang
3. Karena membunuh Sangkuriang
4. Menikahinya
Jumlah Jawaban yang benar x 20
Skor Akhir = 100 = Nilai Akhir
Senin, Mei 2018
85
Guru Kelas IIIA Mahasiswa
Nuraeni, S.Pd Fitriani
Menyetujui,
Kepala SD Inpres Bontomanai
Alimuddin, S.Pd
LEMBAR KERJA SISWA
86
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III
Alokasi Waktu : 1 X 35 menit
Hri / Tanggal :
Nama Kelompok :......................................
Anggota : 1. ........................................
2..........................................
3. .........................................
Diskusikan dengan teman sekelompokmu!
1. Tuliskan kembali dongeng yang dilisankan dengan singkat.
87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III / 2
Waktu : 2 x 35 menit
Hari / Tanggal :
Standar Kompetensi
5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan
Kompetensi Dasar
5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain
Indikator
Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya
Tujuan pembelajaran
Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar
melalui percobaan
Materi pembelajaran
Anjing dan Bayangannya
88
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari
pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati
sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat
bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini
mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih
besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah
bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan
tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah
tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia
selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena
tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi
dan menyadari betapa bodohnya dirinya
Nilai Karakter Bangsa :
- Teliti
- Kerja sama
- Kerja keras
- Rasa ingin tahu
- Mandiri
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan pendahuluan :
89
1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif dengan
menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang akan
dilakukan
2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar
Kegiatan inti :
1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak ,
kemudian beberapa siswa melakukan percobaan mengungkapkan pesan
yang terdapat pada dongeng tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya
2. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng yang
didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut
3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat
dalam dongeng
Kegiatan akhir :
1. Mencatat tugas atau PR berupa mencari contoh dongeng anak yang
mengandung pesan moral
Model dan Metode Pembelajaran :
Ceramah
Demonstrasi
Percobaan
Penugasan
Bahan dan Sumber Ajar
90
Buku bahasa indonesia kelas III
Penilaian Hasil Belajar :
Prosedur penilaian : pretest
Jenis penilaian : pengamatan proses
Instrumen penilaian : format penilaian
Pengamatan proses
Jumlah 30 - 100
KKM : 70
NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG
1. menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50
2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30
3. Tata bahasa 6 _ 20
91
≤ 70 : Perbaikan
≥70 : Pengayaan
Bontomanai, Mei 2018
Guru Kelas IIIA Mahasiswa
Nuraeni, S.Pd Fitriani
Menyetujui,
Kepala SD Inpres Bontomanai
Alimuddin, S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
92
Kelas / Semester : III / 2
Waktu : 2 x 35 menit
Hari / Tanggal :
Standar Kompetensi
5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan
Kompetensi Dasar
5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain
Indikator
Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya
Tujuan pembelajaran
Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar
melalui percobaan
Materi pembelajaran
Anak Tikus Hendak Jadi Raja
Di sebuah lubang besar, tinggalah keluarga besar tikus. Tikus-tikus mencicit tiada
hentinya. Mereka saling bertengkar dan berkelahi, yang menjadi biang keladi
biasanya si Curut. Curut adalah seekor tikus kecil yang sombong
Badannya kurus, bulunya hitam, dan ekornya panjang. Sikapnya seperti
jagoan.Kalau berkelahi, Curut selalu memakai senjata.
Pada suatu hari Curut berpikir,“Andaikan aku jadi tikus raksasa, tidak
akan ada yang berani kepadaku. Semua tikus akan bertekuk lutut di hadapanku
karena aku akan menjadi raja mereka, Ha, ha, ha! Mulai sekarang, aku akan
makan sebanyak-banyaknya supaya tumbuh semakin besar.”
93
Sejak saat itu, Curut selalu makan dengan porsi yang sangat banyak.
Ibunya merasa herah melihat perubahan yang terjadi pada Curut. Pada saat makan,
Curut minta tambah berkalikali. Baru saja menghabiskan masakan ibunya, ia
sudah minta jajanan. Semua makanan dilahapnya dengan rakus. Ibunya berkata “
Jangan makan terlalu banyak, Curut, nanti kau bisa sakit perut.” Tapi curut tak
sedikitpun menghiraukan perkataan ibunya. Curut makan semakin banyak dan
terus menerus sampai perutnya benar-benar tidak mampu menampung makanan
yang ia makan. Ia merasa seakan-akan perutnya akan meledak.
Sore harinya Curut sakit. Ia terbaring di tempat tidur dan merintih.
Iamerasa kesakitan. “Aku tidak mau menjadi raja!” teriaknya berkali-kali.
“Engkau hanya keturunan tikus BIASA, Curut,” kata ibunya. “Kalau makan
jangan terlalu banyak dan berlebihan karena akan menyebabkanmu sakit seperti
ini. Curut menangis tersedu-sedu. “ Sudahlah jangan menangis, ibu sudah
memanggil dokter. Kau akan lekas sembuh.” Ibu Curut menenangkan. Dokter pun
datang dan menyuntik si Curut. Ia menyarankan agar curut tidak lagi
mengkonsumsi makanan secara berlebih.
Setelah dokter pulang, Curut pun segera tidur dan beristirahat. Dalam
tidurnya, Curut bermimpi. Ia bermimpi bahwa Ibu menasehatinya untuk bersikap
baik dan meminta maaf kepada teman-teman atas kenakalannya selama ini.
Keesokan harinya, Ibu tikus memberi Curut sebuah bola. ” Bermainlah sepak bola
dengan teman-temanmu kalau kau sudah sembuh dan minta maaf lah kepada
mereka. Tidak semua tikus harus menjadi raja. Engkau harus merasa bersyukur
sengan apa yang kau miliki dan tidak boleh sombong.,” kata Ibu Tikus.
Pada akhirnya, Curut pun telah sembuh lalu bermain bola bersama teman-
temannya. Setiap hari mereka selalu berlarih sepak bola hingga pada akhirnya
mereka membentuk kesebelasan sepak bola. Tidak ada lagi Curut yang sombong
dan suka berkelahi. Curut dan teman-temannya telah bersatu dengan penuh suka
cita
Nilai Karakter Bangsa :
- Teliti
- Kerja sama
- Kerja keras
94
- Rasa ingin tahu
- Mandiri
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan pendahuluan :
1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif
dengan menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang
akan dilakukan
2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar
3. Menyampaikan scenario pembelajaran
Kegiatan inti :
1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak
dengan media boneka tangan
2. Beberapa siswa melakukan percobaan mengungkapkan pesan yang
terdapat pada dongeng tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya
3. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng
yang didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut
Kegiatan akhir :
1. Guru bertanya jwab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
2. Guru memberikan penguatan
95
3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat
dalam dongeng
4. Guru menyampaikan pokok materi pada pertemuan berikutnya
5. Guru memberikan pesan moral dan berdoa
Model dan Metode Pembelajaran :
Metode : saintifik
Model : SAVI (Somatis. Auditori, Visual, Intelektual)
Media : Boneka Tangan
Bahan dan Sumber Ajar
- Buku bahasa indonesia kelas III
Penilaian Hasil Belajar :
prosedur penilaian : posttest
jenis penilaian : pengamatan proses
instrumen penilaian : format penilaian
NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG
1. Menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50
2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30
96
Pengamatan proses
Jumlah 30 - 100
KKM : 70
≤ 70 : perbaikan
≥70 : pengayaan
Bontomanai, Mei 2018
Guru Kelas IIIA Mahasiswa
Nuraeni, S.Pd Fitriani
Menyetujui,
Kepala SD Inpres Bontomanai
Alimuddin, S.
3. Tata bahasa 6 _ 20
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III / 2
Waktu : 2 x 35 menit
Hari / Tanggal :
Standar Kompetensi
5. Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan
Kompetensi Dasar
5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain
Indikator
Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya
Tujuan pembelajaran
Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya dengan benar
melalui percobaan
Materi pembelajaran
SINGA DAN LABA-LABA
Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Karena
perutnya sudah kenyang, ia pun tertidur. Di tengah-tengah tidurnya yang pulas
seekor lebah terbang mengelilingi sang raja hutan tersebut. Si lebah hendak
mengisap bunga dekat singa itu. Suara lebah yang mendengung membuat singa
terbangun.. Ia merasa terusik dengan si nyamuk
98
”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku. Singa berusaha
menangkap si lebah tapi dengan gesitnya si lebah bisa menghindar. ”Kau
menyombongkan dirimu sebagai raja binatang. Tetapi aku tak takut padamu,” ejek
Lebah.
Singa marah sekali. Sementara itu lebah mencari kesempatan untuk
menyengatnyaa. Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak
mampu menyakiti diriku. Nah sekarang giliranku,” kata lebah lagi. Kemudian ia
mengembangkan sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.
”Tolong...” teriak Singa sembari menggaruk wajahnya. Karena tak tahan, Singa
melompat ke sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak. ”Sekarang
akuilah kekalahanmu,” seru Lebah. Lalu ia terbang dengan congkaknya. Tiba-tiba
ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri.
Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah
kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil
mengalahkan Singa si Raja hutan,” tangisnya..
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan pendahuluan :
1. Mengkondisikan peserta didik pada kegiatan belajar yang kondusif
dengan menyampaikan tujuan , materi , dan proses pembelajaran yang
akan dilakukan
2. Memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari hasil belajar
3. Menyampaikan scenario pembelajaran
Kegiatan inti :
1. Siswa menyimak demonstrasi guru disertai pembacaan dongeng anak
dengan media boneka tangan
99
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk menceritakan kembali isi
dongeng dengan menggunakan boneka tangan
3. Kemudian siswa mengungkapkan pesan yang terdapat pada dongeng
tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya
4. Secara klasikal siswa mencatat pesan-pesan yang ada pada dongeng
yang didapat pada demonstrasi dan percobaan tersebut
Kegiatan akhir :
1. Guru bertanya jwab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
2. Guru memberikan penguatan
3. Bersama-sama menarik kesimpulan tentang pesan pesan yang terdapat
dalam dongeng
4. Guru menyampaikan pokok materi pada pertemuan berikutnya
5. Guru memberikan pesan moral dan berdoa
Model dan Metode Pembelajaran :
Metode : Saintifik
Model : SAVI (Somatis. Auditori, Visual, Intelektual)
Media : Boneka Tangan
Bahan dan Sumber Ajar
- Buku bahasa indonesia kelas III
100
Penilaian Hasil Belajar :
- prosedur penilaian : posttest
- jenis penilaian : pengamatan proses
- instrumen penilaian : format penilaian
Pengamatan proses
Jumlah : 30 - 100
KKM : 70
≤ 70 : perbaikan
≥70 : pengayaan
NO. ASPEK YANG DINILAI RENTANG
1. Menyebutkan pesan yang terdapat pada dongeng 15 - 50
2. Dapat menjelaskan pesan yang diungkapkan 9 _ 30
3. Tata bahasa 6 _ 20
101
Bontomanai, Mei 2018
Guru Kelas IIIA Mahasiswa
Nuraeni, S.Pd Fitriani
Menyetujui,
Kepala SD Inpres Bontomanai
Alimuddin, S.Pd
102
RIWAYAT HIDUP
Fitriani, lahir di Cendana pada hari Sabtu tanggal 17 Februari 1996, anak
keenam dari enam bersaudara, anak dari pasangan suami istri Monggo dan Nuha.
Akrab disapa Fitri memulai pendidikannya dengan memasuki jenjang pendidikan
formal di SD Negeri 50 Cendana dan selesai pada tahun 2008 dan melanjutkan
pendidikan ke jemjang berikutnya SMP Negeri 3 Enrekang dan selesai pada
tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 01 Cendana, selama tiga tahun dan selesai pada tahun 2014. Kemudian
melanjutkan pendidikan dui Universitas Muhammadiyah Makassar , Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.