PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL...

108
i PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Sarah Agustira 1112070000147 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL...

Page 1: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

i

PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN

EMOSIONAL TERHADAP KINERJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh :

Sarah Agustira

1112070000147

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

ii

PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN

EMOSIONAL TERHADAP KINERJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh :

Sarah Agustira

1112070000147

Dosen Pembimbing:

Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog

NIP. 19780502 200801 2 026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

iii

Page 4: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sarah Agustira

NIM : 1112070000147

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH MODAL

PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA

adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah

Saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai dengan peraturan yang berlaku jika ternyata skripsi

ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, Juli 2019

Sarah Agustira

NIM: 1112070000147

Page 5: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

v

MOTTO

“IT’S SO HARD WHEN I HAVE TO,

AND SO EASY WHEN I WANT TO”

(Annie Gottlier)

ADJUST THE STEPS OF ACTION,

ASO THAT LIFE GOALS CAN BE ACHIEVED

(Writer; S.A)

Persembahan:

Teruntuk keluargaku tercinta, yaitu;

Mama Irah

Papa Sudjati

Adita Hadistira

Dan untuk orang-orang yang selalu

bertanya “kapan skripsimu selesai?”

.......I DID IT

Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu bukanlah

sebuah kejahatan, dan bukan sebuah aib. Alangkah kerdilnya

jika mengukur kecerdasan seseorang hanya dari siapa yang

paling cepat lulus. Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah

skripsi yang selesai? Baik itu selesai tepat waktu maupun

tidak tepat waktu.

Page 6: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2019

C) Sarah Agustira

D) Pengaruh Modal Psikologis dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja

E) xiv + 78 Halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal

psikologis dan kecerdasan emosional terhadap kinerja. Kinerja yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja hasil, yaitu hasil yang

didapat dari usaha tenaga penjual. (Baldauf, et al., 2001:111).

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dengan responden

sebanyak 215 konsultan Oriflame yang tergabung dalam inspire team

cabang Daan Mogot Jakarta Barat.

Alat ukur yang digunakan adalah tabel jenjang karir Oriflame,

Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24), dan The Assessing

Emotions Scale (AES). Hasil menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan modal psikologis dan kecerdasan emosional terhadap kinerja.

Dalam penelitian ini terdapat dimensi modal psikologis, yaitu efikasi diri,

dan dalam dimensi kecerdasan emosional, yaitu persepsi emosi,

pengaturan emosi diri, penanganan emosi orang lain dan pemanfaatan

emosi, yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja.

Pengaruh dari seluruh IV terhadap DV sebesar 18.9%. Dan kontribusi

yang paling besar ialah dimensi harapan dari variabel modal psikologis

yaitu sebesar 43.1%. Dan sebesar 81.1% dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak diukur dalam penelitian ini.

G) Bahan bacaan: 30; 19 buku + 6 artikel + 5 jurnal

H) Kata kunci: kinerja, modal psikologis, dan kecerdasan emosional

Page 7: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) July 2019

C) Sarah Agustira

D) The Influence of Psychological Capital and Emotional Quotient toward

Performance

E) xiv + 78 Pages + appendix

F) This study aims to determine how the effect of psychological capital and

emotional quotient on performance. The performance intended in this

study is the performance of results, namely the results obtained from the

salesperson’s effort. (Baldauf, et al., 2001:111).

This study uses a regression analysis method with respondents as many as

215 Oriflame consultants who are members of the Inspire Team branch

Daan Mogot West Jakarta.

The measuring instruments used are Oriflame career path table,

Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24), and The Assesing

Emotions Scale (AES). The results show that there is a significant effect of

psychological capital and emotional quotient on the performance. In this

study there are psychological capital dimension, namely self efficacy, and

in the dimensions of emotional quotient, namely the perception of

emotions, managing emotions in the self, social skills or managing others

emotions and utilizing emotions, that do not have a significant effect on

the performance.

The influence of all IV on DV was 18.9%. And the biggest contribution of

hope from psychological capital variables is 43.1%. And 81.1% is

influenced by other factors not measured in this study.

G) Reading Materials: 30; 19 Books + 6 articles + 5 Journals

H) Keywords: performance, psychological capital and emotion quotient.

Page 8: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melalui proses studi dan menyelesaikan

sebagian syarat untuk mengakhiri pendidikannya, yakni skripsi. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW

beserta seluruh keluarga dan sahabat-Nya, serta pengikut-Nya yang Insya Allah

akan selalu istiqomah di atas sunnah-sunnah, serta ajaran yang Beliau bawa

sampai hari kiamat kelak.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari dukungan dan

bantuan banyak pihak yang senantiasa membimbing penulis dengan cara

memberikan ide-ide ataupun bertukar pikiran. Oleh karena itu, izinkanlah penulis

untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah memberi kesempatan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing penulis yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk memberikan

bimbingan, pengarahan, dan memberikan inspirasi kepada penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Ilmi Amalia, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing serta memberikan motivasi setiap semesternya agar penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan dengan sebaik-baiknya sejak awal hingga

akhir masa perkuliahan.

4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis.

5. Para staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses administrasi.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Sudjati dan Ibu Irah beserta adik tercinta Adita

Hadistira yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, serta tak

hentinya mendoakan penulis dalam menyelesaikan studi.

Page 9: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

ix

7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”, Marna “bonsay”,

Awang “awege”, beserta anak EEK, Aulia, Desita, dan Agia yang telah

menjadi bagian penting dalam hidup penulis. Terima kasih atas semua canda,

tawa, tangis, susah, dan senang yang telah kita lalui bersama. Serta terima

kasih atas seluruh doa dan dukungannya selama ini.

8. Calon big boss terkasih Arief Iskandar beserta sahabatnya Ony, dan keluarga

besar TK Islam Assalaam serta rekan kerja Dewi, Wati, ka Anggi, ka Adiyo,

dan Hadi yang telah memberi pengertian, motivasi dan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman kelas D 2012, Ganis, Amanda, Koco, Badruz, serta rekan-rekan

angkatan 2012, Restu, Syafril, Elin, Fuad, Sae, dan yang tergabung dalam

grup Angkatan 2012, Legend, maupun EG 2012 Psikologi UIN. Terima kasih

atas dukungan, bantuan serta kenangan indah yang telah diberikan kepada

penulis. Semoga silaturahim kita semua tidak terputus.

10. Konsultan Inspire Team Oriflame cabang Daan Mogot yang telah

meluangakan waktu dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner penelitian

penulis ditengah kesibukannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

memberikan do’a, dukungan serta berkontribusi dalam penyelesaian skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Tentu saja

tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Dan tidak ada pula

gading yang tak retak. Oleh sebab itu, kritik dan saran dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan

datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, 30 Juli 2019

Penulis

Sarah Agustira

1112070000147

Page 10: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1-12

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................... 9

1.2.1 Pembatasan masalah....................................................................... 9

1.2.2 Perumusan masalah ........................................................................ 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 11

1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................................ 11

1.3.2 Manfaat penelitian .......................................................................... 11

1.3.2.1 Manfaat teoritis .................................................................. 11

1.3.2.2 Manfaat praktis................................................................... 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................ 13-39

2.1 Kinerja ..................................................................................................... 13

2.1.1 Definisi kinerja ............................................................................... 13

2.1.2 Dimensi penilaian kinerja .............................................................. 14

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja .................................... 16

2.1.4 Pengukuran kinerja......................................................................... 18

2.2 Modal Psikologis ..................................................................................... 18

2.2.1 Definisi modal psikologis .............................................................. 18

2.2.2 Dimensi modal psikologis ............................................................. 20

2.2.3 Pengukuran modal psikologis ........................................................ 29

2.3 Kecerdasan Emosional ............................................................................ 30

2.3.1 Definisi kecerdasan emosional ....................................................... 30

2.3.2 Dimensi kecerdasan emosional ...................................................... 33

2.3.3 Pengukuran kecerdasan emosional ................................................ 33

Page 11: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

xi

2.4 Kerangka Berfikir.................................................................................... 34

2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 38

BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 40-59

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 40

3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 41

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 42

3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................ 46

3.4.1 Uji validitas modal psikologis ........................................................ 48

3.4.1.1 Uji validitas konstruk efikasi diri ....................................... 48

3.4.1.2 Uji validitas konstruk harapan ............................................ 49

3.4.1.3 Uji validitas konstruk optimisme ....................................... 50

3.4.1.4 Uji validitas konstruk resiliensi .......................................... 51

3.4.2 Uji validitas kecerdasan emosional ................................................ 52

3.4.2.1 Uji validitas konstruk persepsi emosi ................................. 52

3.4.2.2 Uji validitas konstruk pengaturan emosi diri ..................... 53

3.4.2.3 Uji validitas konstruk penanganan emosi orang lain ......... 54

3.4.2.4 Uji validitas konstruk pemanfaatan emosi ......................... 55

3.5 Uji Reliabilitas ........................................................................................ 56

3.6 Metode Analisis Data .............................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 60-69

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................................................... 60

4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 60

4.2.1 Kategorisasi variabel ...................................................................... 62

4.3 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................... 70-75

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 70

5.2 Diskusi ...................................................................................................... 71

5.3 Saran ......................................................................................................... 74

5.3.1 Saran teoritis ................................................................................... 74

5.3.2 Saran praktis ................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76

LAMPIRAN ....................................................................................................... 79

Page 12: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Skoring Skala Likert ............................................................... 43

Tabel 3.2 Jenjang Karir atau Level dalam Oriflame ........................................... 44

Tabel 3.3 Blue Print Skala Modal Psikologis ..................................................... 45

Tabel 3.4 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional ............................................. 46

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item untuk Efikasi Diri ............................................... 49

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item untuk Harapan .................................................... 50

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item untuk Optimisme ................................................ 50

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item untuk Resiliensi .................................................. 51

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item untuk Persepsi Emosi ......................................... 52

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item untuk Pengaturan Emosi Diri ........................... 53

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item untuk Penanganan Emosi Orang Lain .............. 54

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item untuk Pemanfaatan Emosi ................................ 55

Tabel 4.1 Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden.............................. 61

Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Skor Variabel ................................................... 62

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Variabel pada Keseluruhan Responden ................. 62

Tabel 4.4 R Square .............................................................................................. 63

Tabel 4.5 Anova .................................................................................................. 64

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ................................................................................ 65

Tabel 4.7 Proporsi Varians untuk Masing-masing Variabel Independen ........... 68

Page 13: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 37

Page 14: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner Penelitian ........................................................................... 80

Lampiran Syntax Uji Validitas Data ................................................................... 86

Lampiran Path Diagram ..................................................................................... 90

Lampiran Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 94

Page 15: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti saat ini banyak sekali peluang bisnis yang

bermunculan dan berkembang pesat, khususnya di Indonesia. Salah satu peluang

bisnis yang sedang trend dan banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia yaitu

bisnis Multi Level Marketing (MLM). MLM sendiri merupakan suatu metode

bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi. Perhatian

utama dari MLM adalah menentukan cara terbaik untuk menjual produk dari

suatu perusahaan. (Benny, 2003).

Keegan (2003) mendefinisikan MLM sebagai salah satu strategi

pemasaran dengan membangun saluran distribusi, untuk menyalurkan barang dari

produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri yang disebut dengan saluran

distribusi. Selain itu, MLM diartikan sebagai suatu cara atau metode menjual

barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan

oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya.

Pendapatan yang dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba grosir ditambah

dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok yang

dibentuk oleh sebuah distributor (Clothier, 1994).

MLM sendiri baru mendapat pengakuan hukum atau pengesahan secara

hukum pada tahun 1953 di A.S di negara bagian California. Pada tahun 1978

berdiri Federasi Penjual Langsung Dunia (WFDSA), yang merupakan Organisasi

non pemerintah yang mewakili industri penjualan langsung sedunia. Saat ini

Page 16: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

2

sudah terdapat 50 Asosiasi penjualan langsung di dunia yang menjadi anggota

federasi tersebut. Di Indonesia, asosiasi yang diakui oleh WFDSA adalah Asosiasi

Penjualan Langsung Indonesia (APLI) yang didirikan pada tahun 1984.

(www.apli.or.id).

APLI merupakan lembaga yang menaungi perusahaan-perusahaan yang

bergerak dalam industri penjualan langsung di Indonesia. Pada saat ini, terlah

tercatat 86 perusahaan yang tergabung dengan APLI. Perusahaan-perusahaan

tersebut menawarkan berbagai produk, mulai dari obat-obatan, tas, sepatu,

kosmetik, perlengkapan mobil, hingga koin emas. Salah satu perusahaan MLM

yang terdaftar dalam APLI adalah PT. Orindo Alam Ayu atau yang dikenal

dengan Oriflame. Oriflame merupakan perusahaan kecantikan yang didirikan pada

tahun 1967 di Swedia dengan sistem penjualan langsung (direct selling). Produk

yang ditawarkan ialah produk kosmetik dan perawatan kulit dengan bahan alami

berkualitas tinggi melalui jaringan penjual mandiri (independent sales force),

yang berbeda dengan sistem retail pada umumnya. (www.apli.or.id)

Bisnis Oriflame sendiri di Indonesia berkembang sejak tahun 1986.

Produk-produknya pun telah tembus BPOM dan terbukti Halal. Distributor

Oriflame sering disebut dengan sebutan konsultan. Selain itu, di dalam bisnis

Oriflame terdapat level (tingkatan) yang biasa dikenal dengan istilah upline

(tingkat atas) dan downline (tingkat bawah), dimana seseorang akan disebut

upline jika mempunyai downline. Secara global sistem bisnis Oriflame dilakukan

dengan cara membeli, menjual, dan merekrut calon konsultan yang sekaligus

berfungsi sebagai konsumen dan anggota Oriflame. Sedangkan bagi perorangan,

Page 17: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

3

Oriflame memberikan kesempatan bagi konsultan-nya untuk memiliki jenjang

karir dan mempunyai penghasilan lebih. (Consultant Manual. Getting Started. The

Oriflame Opportunity, 2015).

Keanggotaan dalam bisnis Oriflame dikenal dengan istilah independent

consultant, hal ini bermakna bahwa setiap orang yang tergabung di dalam bisnis

Oriflame berhak untuk memilih dan menentukan keinginannya dalam

menjalankan bisnis sesuai dengan minat dan tujuan dari konsultan tersebut.

Dimana Oriflame membagi tipe konsultannya dalam 3 kriteria yakni, Usser

(pengguna bagi kebutuhan pribadi), Seller (Penjual), dan Leader (Pembisnis).

(Consultant Manual. Getting Started. The Oriflame Opportunity, 2015).

Berusaha untuk mempertahankan level dan mencoba untuk meningkatkan

posisi pada level yang lebih tinggi merupakan prioritas dan cita-cita setiap

konsultan pada umumnya. Namun dalam realitanya terdapat beberapa tantangan

yang akan dilewati oleh seorang konsultan untuk meraih cita-citanya tersebut.

Salah satu kisah jatuh bangun konsultan Oriflame adalah kisah dari Anggi Tri.W.

Anggi adalah orang yang telah berhasil meraih tittle Sapphire Director Oriflame

Indonesia pada tahun 2015 dan mendapatkan Cash Award sebesar 28juta. Anggi

bergabung dengan Oriflame sejak tahun 2013. Anggi merasakan jatuh bangun

selama menjalani bisnis Oriflame, dia sering ditolak orang ketika menawarkan

produk atau merekrut, ditinggal downline, bahkan diremehkan oleh teman-

temannya sendiri. Selain itu, selama 3 tahun Anggi stuck pada level Director.

Namun, hal itulah membuat dia sadar bahwa menemukan impian di Oriflame itu

adalah salah satu cara terbaik untuk bisa menjaga semangat dan terus berjuang

Page 18: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

4

agar memiliki prestasi yang tinggi dalam menjalankan bisnis Oriflame. Dia pun

berpendapat bahwa kerja keras, usaha, dan doa tidak pernah menghianati hasil

(http://berbagitipsbisnis.blogspot.co.id/).

Tantangan-tantangan dalam menjalankan bisnis seperti kisah diatas secara

tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja konsultan. Jika dilihat dari

perkembangan Oriflame Indonesia, tercatat fluktuasi kinerja konsultan setiap

tahunnya. Pada tahap 10 tahun pertama (1986-1996) atau tahap permulaan

perusahaan, penjualan di tahun 1991 hanya sebesar Rp.117.000.000 dengan

konsultant sebanyak 800 orang dan perjalanan keluar negeri yang ditawarkan oleh

Oriflame juga hanya seputar negara-negara Asia saja. Selain itu, jika

dibandingkan dengan Oriflame seluruh dunia (lebih dari 60 negara), Indonesia

hanya berada pada peringkat No.2 dari bawah. (http://kukerjadirumah.com).

Namun pada tahap 10 tahun kedua (1996-2006) atau era “Membangun

Fondasi untuk Tinggal Landas”, penjualannya sempat melonjak pesat di tahun

1997 yaitu sebesar 51 Milyar. Akan tetapi pada saat krisis moneter di Indonesia

(1998), penjualan Oriflame mengalami penurunan menjadi 14 Miliyar. Walaupun

seperti itu, Oriflame Indonesia berhasil survive dan bertahan bisnisnya. Konsultan

yang tercatat dan aktif pada tahap 10 tahun kedua ini yaitu sebanyak 5.000 orang.

Perjalanan keluar negeri yang ditawarkan oleh Oriflame pun bertambah yaitu ke

negara-negara Asia, Australia, dan Afrika. bahkan Indonesia mulai masuk ke-10

besar Oriflame Global. Bahkan Indonesia mulai masuk ke-10 besar Oriflame

Global. (http://kukerjadirumah.com).

Page 19: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

5

Pada tahap 10 tahun ketiga (2006-2016) atau era Tinggal Landas,

penjualan Oriflame mencapai 1,21 Trilyun pada tahun 2015. Bahkan konsultan

yang tercatat dan aktif di Oriflame Indonesia terdapat >300.000 orang. Perjalanan

keluar negeri yang ditawarkan oleh Oriflame pun bertambah yaitu ke negara-

negara Asia, Australia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Bahkan pada Oriflame

Global, Indonesia telah menjadi peringkat ke-2 dari atas.

(http://kukerjadirumah.com).

Sama seperti yang telah terungkap pada wawancara pendahuluan yang

dilakukan peneliti pada hari Sabtu tanggal 21 Januari 2017 dengan Shappire

Director, Senior Manager, Manager, dan beberapa konsultan Inspire Team

Oriflame cabang Daan Mogot Jakarta Barat. Mereka berasumsi bahwa memang

tidak mudah untuk mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bergabung

dengan bisnis Oriflame atau untuk membeli produknya. Perlu kesabaran, keuletan,

dan sikap pantang menyerah dalam menjalankan bisnis ini. Banyak konsumen

yang hanya mau menggunakan produk saja, tanpa mau menjalankan sistemnya,

padahal penghasilan dan kesuksesan konsultan terletak pada semakin melebarnya

jaringan pemasaran selain berapa banyak produk yang terjual.

Dari beberapa hal di atas terlihat jelas bahwa para konsultan Oriflame

membutuhkan keterampilan dan dorongan yang luar biasa agar dapat memotivasi

dirinya dan mampu mempengaruhi orang lain dalam rangka menjalankan sistem

bisnis tersebut. Dalam bisnis Oriflame sendiri, kinerja diartikan sebagai hasil kerja

yang didapatkan dengan melakukan pembelian, penjualan dan merekrut anggota

baru dengan kurun waktu yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut Hasibuan

Page 20: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

6

(2005), kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu. Selain itu, kinerja juga

diartikan sebagai sesuatu yang dikerjakan yang dihasilkan atau diberikan

seseorang atau sekelompok orang (Dharma, 1991).

Dalam usaha meningkatkan kinerja diperlukan suatu dorongan atau faktor

yang dapat membuat kinerja tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu

faktor intrinsik yang dapat meningkatkan kinerja seseorang ialah dengan cara

meningkatkan modal psikologis yang merupakan aset atau modal yang telah ada

pada tiap diri individu. Modal psikologis inilah yang akan menyempurnakan

potensial sumber daya manusia tersebut. (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).

Menurut Luthans dan para koleganya dalam bukunya yang berjudul

“Psychological Capital: Developing the Human Competitive Edge” bahwa modal

psikologis merupakan suatu kapasitas psikologis yang dapat diukur, dapat

meningkatkan kinerja dan juga dapat dikembangkan. Modal psikologis

didefinisikan oleh Luthan dan kawan-kawan sebagai hal positif psikologis

perorangan yang ditandai oleh: (1) percaya diri (self efficacy/confidence) untuk

menyelesaikan pekerjaan, (2) memiliki pengharapan positif (optimism) tentang

keberhasilan saat ini dan di masa yang akan datang; (3) tekun dalam berharap

(hope) untuk berhasil; dan (4) tabah dalam menghadapi berbagai permasalahan

(resiliency) hingga mencapai sukses (Luthans, et al 2007).

Page 21: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

7

Seligman (2004) mendefinisikan modal psikologis sebagai sumber daya

psikologis yang berhasil dikembangkan seseorang untuk meraih penghargaan saat

ini dan masa yang akan datang.

Penelitian mengenai modal psikologis di suatu perusahaan di Indonesia

masih sangatlah minim. Pada konteks akademis, Tjakraatmadja dan Febriansyah

(2006 dan 2007) telah meneliti hubungan antara modal psikologis, lingkungan

belajar sebagai faktor eksternal (variabel moderator) dan nilai IPK mahasiswa

(sebagai indikator kinerja). Tjakraatmadja dan Febriansyah (2006) meneliti

pengaruh nilai SPMB dan psikotest terhadap indeks prestasi (IPK) mahasiswa

yang dipengaruhi oleh modal psikologis dan lingkungan belajar mahasiswa ITB

pada tahun 2006 dan pada mahasiswa SBM-ITB pada tahun 2007, serta

melakukan perbandingan hasil untuk masing-masing penelitian pada tahun 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal psikologis memiliki hubungan

pengaruh positif yang signifikan terhadap indeks prestasi mahasiswa. Beberapa

faktor lingkungan belajar memiliki hubungan pengaruh positif yang signifikan

terhadap IPK mahasiswa namun berada antara mahasiswa engeenering dan SBM

ITB.

Selain itu, Luthans, Avolio, Avey, dan Norman (2006) juga pernah

melakukan penelitian dengan hipotesis yaitu modal psikologis sebagai mediasi

hubungan antara iklim pendukung dengan kinerja karyawan. Hasil dari penelitian

ini menyatakan bahwa modal psikologis benar mempengaruhi atau sebagai

mediasi hubungan antaraiklim pendukung dengan kinerja karyawan.

Page 22: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

8

Mengingat tugas konsultan Oriflame yang mendistribusikan barang atau

menjual barang secara langsung dan juga menawarkan peluang kepada orang lain

untuk ikut bergabung menjadi seorang distributor yang bisa menjalankan

bisnisnya sendiri. Berinteraksi dengan orang lain adalah faktor yang penting juga

dalam menjalankan tugas sebagai distributor. Agar interaksi yang dilakukan

distributor berjalan efektif dan efisien, diperlukan kemampuan mengenali emosi

diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan

mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan baik dengan

orang lain. Kemampuan tersebut, menurut Goleman (2009) merupakan aspek dari

kecerdasan emosional.

Goleman (2009) mengatakan bahwa kecerdasan bila tidak disertai dengan

pengolahan emosi yang baik tidak akan mengantarkan kesuksesan seseorang,

bahkan peranan IQ hanya sekitar 20% untuk menopang kesuksesan hidup

seseorang, sedangkan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain, diantaranya adalah

kecerdasan emosi. Menurut Patton (Djuwarijah, 2002), orang yang kecerdasan

emosinya tinggi cenderung akan mengalami kesuksesan ditempat kerja.

Uraian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melianawati

dkk (2001), penelitian yang dilakukan terhadap karyawan/staf non-produksi

PT.Dharmabakti Pakindo (N=21) menunjukkan bahkan bahwa ada hubungan

yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan.

Dari pemaparan tentang pentingnya kinerja terhadap berbagai aspek, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kinerja ini. Dan berdasarkan

penelitian-penelitian terdahulu yang telah peneliti paparkan diatas, peneliti tertarik

Page 23: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

9

untuk meneliti pengaruh modal psikologis dan kecerdasan emosional terhadap

kinerja.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti membatasi ruang lingkup

masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (modal psikologis dan

kecerdasan emosional) terhadap variabel terikat (kinerja). Adapun batasan

masing-masing variabel adalah:

1. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja hasil, yaitu hasil

yang didapat dari usaha tenaga penjualan. (Baldauf, et al., 2001:111).

2. Modal psikologis dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai semacam modal

sikap dan perilaku yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan.

Adapun empat dimensi dari modal psikologis, yaitu (1) memiliki kepercayaan

diri untuk mengambil dan mengerjakan tugas-tugas yang menantang (efikasi

diri), (2) membuat atribusi positif tentang sukses pada masa kini dan masa

yang akan datang (optimisme), (3) tidak pantang menyerah untuk mencapai

tujuan dan mengarahkan jalan ke tujuan untuk sukses (harapan), dan (4) ketika

dihadapkan pada masalah dan kesulitan, mampu mempertahankan dan bangkit

kembali atau bahkan lebih untuk mencapai kesuksesan (resiliensi). (Luthans,

et al., 2007).

3. Kecerdasan emosional dalam penelitian ini yaitu kemampuan seseorang untuk

memahami dan mengendalikan emosi diri sendiri maupun orang lain, dan

menggunakannya untuk mengembangkan pikiran serta tindakan yang akan

Page 24: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

10

dilakukannya (Salovey & Mayer, 1990), yang memiliki ciri (1) mampu

mengenali emosi dirinya dan membentuk persepsi yang positif bahwa setiap

rintangan dapat terselesaikan (persepsi emosi), (2) mampu mengendalikan,

mengontrol, dan mengelola emosi (pengaturan emosi diri), (3) mampu

mengenali emosi orang lain (penanganan emosi orang lain), dan (4) mampu

memotivasi diri sendiri (pemanfaatan emosi). (Schutte, et al., 2009).

4. Sampel dalam penelitian ini adalah konsultan Oriflame yang tergabung dalam

inspire team cabang Daan Mogot Jakarta Barat, dengan rentangan usia 18

sampai 40 tahun, minimal bergabung sudah selama 2 bulan dan tercatat aktif.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis

mengajukan perumusan masalah yang akan menjadi dasar dalam penelitian dan

pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan modal psikologis dan kecerdasan

emosional terhadap kinerja?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi efikasi diri pada variabel modal

psikologis terhadap kinerja?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi harapan pada variabel modal

psikologis terhadap kinerja?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme pada variabel modal

psikologis terhadap kinerja?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi resiliensi pada variabel modal

psikologis terhadap kinerja?

Page 25: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

11

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi persepsi emosi pada variabel

kecerdasan emosional terhadap kinerja?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi pengaturan emosi diri pada

variabel kecerdasan emosional terhadap kinerja?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi penanganan emosi orang lain

pada variabel kecerdasan emosional terhadap kinerja?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi pemanfaatan emosi pada

variabel kecerdasan emosional terhadap kinerja?

10. Variabel apa sajakah yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja?

11. Seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap kinerja?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal psikologis

dan kecerdasan emosional terhadap kinerja. Serta untuk mengetahui variabel atau

dimensi mana yang memberikan kontribusi terbesar terhadap variabel kinerja.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

literatur bagi khazanah kajian psikologi, khususnya yang berhubungan dengan

psikologi umum, psikologi industri dan organisasi, psikologi positif, psikologi

sosial serta psikologi kepribadian. Selain itu, Penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berkaitan

Page 26: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

12

dengan kinerja, modal psikologis dan kecerdasan emosional serta pengembangan

instrumen pengukurannya.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan terhadap pihak terkait

untuk meningkatkan kinerja pada konsultan Oriflame yang tergabung dalam

Inspire Team cabang Daan Mogot Jakarta Barat.

Page 27: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja

2.1.1 Definisi Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002), kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja karyawan

mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada

perusahaan. Jadi pada dasarnya kinerja adalah sebuah pengabdian karyawan yang

diberikan kepada perusahaan.

Sedangkan, kinerja tenaga penjual adalah suatu evaluasi dari kontribusi

tenaga penjualan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (Baldauf, et al.,

2001:111). Selanjutnya menurut Baldauf, et al. (2001) kinerja tenaga penjualan

secara konseptual berguna untuk menguji kinerja yang berkenaan dengan perilaku

atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh tenaga penjualan, dan hasil-hasil yang

dapat didistribusikan pada usaha-usaha mereka. Kinerja tenaga penjualan

dievaluasi menggunakan faktor-faktor yang dikendalikan oleh tenaga penjualan

itu sendiri, yaitu berdasarkan perilaku tenaga penjualan dan hasil yang diperoleh

tenaga penjualan. Dimana kinerja perilaku adalah perilaku yang ditampilkan oleh

tenaga penjualan, dan kinerja hasil adalah hasil yang didapat dari usaha tenaga

penjualan.

Berdasarkan definisi kinerja yang telah dikemukakan diatas, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan definisi menurut Baldauf, et al. (2001) yang

Page 28: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

14

menyebutkan bahwa kinerja hasil, yaitu hasil yang didapat dari usaha tenaga

penjualan.

2.1.2 Dimensi Penilaian Kinerja

Dalam bisnis MLM, masing-masing tenaga penjualan itu sendiri yang lebih tahu

mengenai kemajuan dan perkembangan prestasinya. Sehingga penilaian kinerja

seorang tenaga penjualan dilakukan oleh mereka sendiri karena prestasi seorang

tenaga penjualan bukan hanya dilihat dari kenaikan jenjang kariernya saja,

melainkan dari perkembangan potensi pribadinya juga.

Sistem penilaian kerja dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menilai

kinerja karyawannya (dalam Prayitno, 1998), meliputi 3 dimensi. Apabila

dimensi-dimensi tersebut dikaitkan dengan aktivitas kerja dalam bisnis MLM

yang meliputi 3M (menjual, mengajak, dan membina), maka sebagai berikut:

1. Dimensi tugas dan sasaran kerja

Tugas seorang tenaga penjualan adalah menjual, mengajak, dan membina,

sedangkan sasaran kerjanya adalah konsumen dan downline (anggota). Setiap

orang yang baru bergabung dalam bisnis Oriflame tentu pada awalnya masih

mengalami kesulitan saat harus melakukan aktivitas 3M. Namun setelah melalui

proses belajar (pelatihan) lama kelaman ia akan terbiasa dan bisa melakukannya.

Kemajuan yang dialami tersebut sudah dapat dikatakan sebagai awal prestasi.

2. Dimensi penilaian perilaku kerja dan kepribadian

Seorang tenaga penjualan dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri saat

ia beraktivitas dalam bisnis MLMnya tersebut. Contohnya apakah dia mampu

berhadapan dengan konsumen?, apakah dia mampu menjelaskan manfaat produk

Page 29: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

15

dengan lancar?, dan lain-lain. Hal tersebut dapat teratasi apabila konsultan

tersebut memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki kepribadian yang

mantap. Bila seorang konsultan menganggap dirinya belum mampu, ia dapat

meminta bimbingan dengan upline-nya.

3. Dimensi penilaian kepemimpinan atau manajerial

Bagi tenaga penjualan yang baru, ia masih canggung bahkan tidak tahu sama

sekali bagaimana cara memimpin (dalam rangka membina dan mengarahkan) para

downline-nya. Rata-rata aspek kepemimpinan ini dimiliki setelah konsultan

tersebut berada pada posisi Senior Manager (SM) karena pada posisi ini

mayoritas para konsultan sudah memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan

bisnis MLM dan sudah sering mengikuti pelatihan-pelatihan.

Sementara dimensi kinerja menurut Baldauf, et al (2001) terdiri dari dua

dimensi, yaitu:

1) Kinerja perilaku adalah perilaku yang ditampilkan oleh tenaga penjualan

2) Kinerja hasil adalah hasil yang didapat dari usaha tenaga penjualan.

Mengingat banyaknya dimensi atau aspek yang mempengaruhi kinerja

tenaga penjual, maka dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan

dimensi kinerja hasil menurut Baldauf et al (2001), karena dimensi tersebut

dinilai cocok untuk menilai kinerja tenaga penjual yang dilihat dari hasil yang

didapat dari usaha tenaga penjualan.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tika (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

pekerjaan atau prestasi kerja seseorang atau kelompok, terdiri dari faktor internal

Page 30: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

16

(kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi, peran, kondisi

keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja), dan faktor

eksternal (peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai

sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi pasar).

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi

kinerja, karena kecerdasan emosional melibatkan kecerdasan, keterampilan,

kestabilan emosi, motivasi, dan persepsi. Pada penelitian ini, peneliti memakai

kecerdasan emosional karena sudah mencakup semua komponen tersebut.

Menurut Gibson (dalam ilyas, 1999) secara teoritis, kinerja seseorang

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor individu (kemampuan dan keterampilan,

atar belakang, dan demografis), faktor psikologis (persepsi, sikap, kepribadian,

keputusan kerja, dan motivasi), dan faktor organisasi (sumber daya,

kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain tugas).

Ketiga faktor tersebut mempengaruhi prilaku kerja yang pada akhirnya

erpengaruh terhadap kinerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk

mencapai sasaran suatu jabatan dan tugas. Dibawah ini merupakan penjelasan

lebih lengkap mengenai ketiga faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang:

1. Faktor individu

Faktor individu dikelompokkan pada sub faktor kemampuan dan keterampilan,

latar belakang, demografis, (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain). Sub

faktor kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.

Page 31: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

17

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis terdiri dari sub faktor persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan

motivasi. Modal psikologis merupakan salah satu faktor psikologis karena modal

psikologis melibatkan sub faktor persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi yang

dimiliki individu. Bila dikaji menggunakan model JD-R, faktor psikologis adalah

personal resources atau sumber daya personal yang meliputi efikasi diri,

optimisme, dan harapan. Pada penelitian ini, peneliti memakai modal psikologis

karena sudah mencakup semua komponen tersebut.

3. Faktor organisasional

Faktor organisasional berdampak tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja

individu. Faktor organisasional digolongkan dalam sub faktor sumber daya dan

desain tugas. Bila dikaji menggunakan model JD-R, faktor organisasional adalah

tuntutan pekerjaan yang meliputi beban pekerjaan, tuntutan emosional, emotional

dissonance, dan perubahan organisasi, serta job resources atau sumber daya

pekerjaan yang meliputi otonomi, dukungan sosial, kualitas hubungan dengan

atasan, dan umpan balik kinerja.

Dari beberapa faktor yang telah diungkapkan diatas, maka dalam

penelitian ini peneliti hanya akan membahas beberapa faktor tertentu saja seperti

modal psikologis dan kecerdasan emosional.

2.1.4 Pengukuran Kinerja

Kinerja setiap individu dapat diukur, namun masalahnya untuk mengukur prestasi

kerja diperlukan alat ukur yang tepat (acurate) dalam pelaksanaannya. Alat ukur

Page 32: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

18

yang tepat tidak dapat menjadi prediksi yang tepat jika kriteria alat ukur prestasi

kerja tersebut tidak memenuhi persyaratan (Wijono, 2010: 79).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari dimensi kinerja

hasil dalam mengukur kinerja tenaga penjualan, dimana hasil yang didapat dari

usaha tenaga penjualan dilihat dari omset bonus yang diperoleh dari hasil

pembelian produk setiap bulannya dengan batas minimal 100 point Rp. 750.000

setiap bulannya.

2.2 Modal Psikologis

2.2.1 Definisi Modal Psikologis

Psycap berasal dari Positive Organizational Behaviour (POB). POB

didefinisikan sebagai studi dan penggunaan “positive human strengths and

psychological capacities”, yang dapat dikembangkan dan diatur untuk

meningkatkan kinerja karyawan di tempat kerja (Luthans, Youssef, & Avolio,

2007a hlm. 59).

Dalam POB, Luthans, et al. (2007) mengindentifikasi konstruk-konstruk

positif dari self efficacy, hope, optimism, dan resiliency sebagai modal psikologis

yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan individu di dunia kerjanya,

tujuan menggabungkan empat komponen ini adalah karena keempat komponen

inilah yang mendasari sumber daya psikologis yang memungkinkan individu

memiliki tingkat kapasitas yang lebih tinggi untuk tampil konsisten daripada

hanya satu komponen saja.

Modal psikologis menurut Luthans, et, al., (2007) merupakan kondisi

perkembangan psikologi individu yang positif dengan karakteristik: memiliki

Page 33: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

19

kepercayaan diri untuk mengambil dan mengerahkan upaya agar berhasil dalam

melaksanakan tugas-tugas yang menantang (self efficacy), membuat atribusi

positif (optimism) tentang kesuksesan di masa kini dan masa datang, gigih dalam

mencapai tujuan, dan jika diperlukan mengalihkan tujuan dalam rangka meraih

keberhasilan (hope), dan jika masalah dan kesulitan menimpa, individu mampu

bertahan dan bangkit bahkan melebihi keadaan semula untuk meraih kesuksesan

(resiliency).

Selain itu, Luthans, et. al., (2007) juga mengartikan modal psikologis

sebagai semacam modal sikap dan perilaku yang berperan besar dalam

menentukan keberhasilan. Luthans, et, al., (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa

modal psikologi bersifat terbuka terhadap perubahan, dalam artian modal

psikologi dapat terus berkembang. Tidak seperti human capital yang berbicara

tentang apa yang seseorang ketahui, atau social capital yang berbicara tentang

siapa yang seseorang ketahui, modal psikologi lebih mengacu kepada diri individu

itu sendiri dan akan menjadi apa individu tersebut ke depannya.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti mengambil

kesimpulan dari pengertian modal psikologi Luthans, et. Al., (2007), yaitu modal

psikologi dapat diartikan sebagai semacam modal sikap dan perilaku yang

berperan besar dalam menentukan keberhasilan.

2.2.2 Dimensi Modal Psikologis

Terdapat empat dimensi yang menyusun modal psikologis (Luthans, Youssef &

Avolio, 2007), yaitu:

Page 34: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

20

1. Efikasi diri

Definisi efikasi diri dalam modal psikologi menurut Luthans, et. al., (2007a)

adalah suatu keyakinan atau kepercayaan diri seseorang mengenai kemampuannya

dalam mengerahkan motivasi, sumber-sumber kognisi, dan melakukan sejumlah

tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan

tugas pada konteks tertentu. Orang-orang dengan efikasi diri tinggi memiliki

karakteristik sebagai berikut, memiliki target yang tinggi untuk diri sendiri dan

secara sadar memilih tugas yang sulit, menyukai dan mengembangkan diri dengan

adanya tantangan, memiliki motivasi pribadi yang tinggi, memberikan usaha

untuk mencapai tujuan, ketika menemui kesulitan mereka bertahan. Dengan

adanya lima karakteristik tersebut orang-orang dengan efikasi diri yang tinggi

akan dapat berkembang secara independen dan menjalankan tugas secara efektif

(Luthans, et. al., 2007a).

Efikasi diri dapat dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu dengan

memberikan kesempatan untuk merasakan keberhasilan tertentu, dengan adanya

perasaan mendapatkan suatu keberhasilan yang berulang-ulang membuat efikasi

diri seseorang akan meningkat. Cara selanjutnya adalah menggunakan metode

vicarious learning/modeling dimana cara ini akan membuat seseorang mampu

mengobservasi orang lain dan mempelajari cara-cara orang lain mendapatkan

kesuksesan serta mempelajari kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang lain

sehingga dapat meningkatkan efikasi diri orang tersebut. Cara selanjutnya adalah

mendapatkan social persuasif ataupun umpan balik yang positif, contohnya

Page 35: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

21

“kamu pasti bisa”, sehingga dapat meningkatkan efikasi diri yang dimiliki

seseorang (Luthans, et. al., 2007a)

2. Harapan

Luthans, et, al., (2007) menjelaskan harapan sebagai keinginan yang dimiliki

individu untuk mencapai tujuan dan keyakinan bahwa individu tersebut

bertanggung jawab secara pribadi terhadap tujuannya sendiri serta dapat mencari

alternatif jalan untuk mencapai tujuannya ketika menemukan suatu hambatan.

Dalam bukunya, Luthans, Youssef, & Avolio (2007) mengutip pernyataan C. Rick

Snyder – seorang profesor psikologi klinis di University of Kansas – yang

mendefinisikan harapan sebagai “a positive motivational state that is based on an

interactively derived sense of successful (1) agency (goal-directed energy) and (2)

pathways (planning to meet goals)”.

Didasari oleh pengertian ini, harapan dapat dimengerti dalam pengertian

kognitif atau pemikiran di mana individu mampu membuat tujuan yang realistis

namun menantang dan mencapai tujuan tersebut dengan mandiri, energi, dan

persepsi yang berfokus pada kontrol personal atau sebagai kemampuan individu

dalam memfokuskan usaha mereka untuk mencapai tujuan dan membuat strategi

alternatif dalam mencapai tujuan tersebut ketika menemukan hambatan dalam

mencapainya.

Namun umumnya pembuatan jalan alternatif dalam mencapai tujuan ini

sering disalahartikan menjadi salah satu dari ketiga dimensi modal psikologis

lainnya (resiliensi, efikasi diri, dan optimisme).

Page 36: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

22

Terdapat 8 (delapan) pendekatan yang berkontribusi dalam pengembangan

PsyCap hope seseorang:

1) Goal-setting. Goal setting yang diciptakan individu, bersifat partisipatori,

dan tepat dapat mendorong individu melakukan kinerja yang lebih baik dan

mempengaruhi bagaimana seseorang mendesain cara yang kreatif untuk

dapat mencapai tujuan.

2) Stretch goals. Goal yang berperan baik dalam perkembangan dan

kematangan pikiran yang hopeful harus spesifik, dapat diukur, bersifat

menantang namun dapat dicapai. Stretch goals dapat dilihat dalam artian

hal-hal yang sulit memunculkan semangat dalam mencapai tujuan namun

tetap dapat dicapai.

3) Stepping. Dalam proses ini, tujuan yang sulit, berjangka panjang, bahkan

yang overwhelming dipecah menjadi bagian-bagian lebih kecil sehingga

dapat dikerjakan secara bertahap.

4) Involvement. Yang ditekankan dalam hal ini ialah pengambilan keputusan

yang bottom-up dan komunikasi, kesempatan untuk berpartisipasi,

employee empowerment, engagement, delegation, dan increased autonomy

have documented, hasil workplace yang diharapkan.

5) Reward systems. PsyCap hope dapat diberi penguatan dengan pemberian

reward bagi individu yang melakukan usaha untuk mencapai tujuan.

6) Resources. Pendekatan ini berhubungan dengan PsyCap hope. Menemukan

masalah dalam mencapai tujuan bukanlah suatu hal yang baru dan umum

terjadi. Untuk itu menjadi suatu hal yang penting bagi individu untuk

Page 37: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

23

mampu mengubah usaha-usahanya agar tujuan tetap dapat tercapai.

Pengubahan strategi dalam pencapaian tujuan ini tidak terlepas dari

resource yang tersedia. Individu yang sulit mendapatkan akses terhadap

hal-hal yang diperlukannya dalam mencapai tujuan lebih cepat

membuatnya merasa hopeless dan apatis. Untuk itu dalam hal ini

diperlukan resources yang berguna bagi individu dalam menemukan jalan

untuk mencapai tujuan. Selain yang bersifat materil, resouces di juga

berbicara mengenai hubungan yang baik antara individu dengan orang-

orang di sekitarnya, untuk itu diperlukan hubungan yang baik dari orang-

orang yang berpengaruh pada individu agar lebih mudah dalam

menemukan jalan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.

7) Strategic alignment. Pendekatan ini berbicara tentang kesesuaian strategi

dengan individu yang menjalankannya. Ketika individu menciptakan

strategi yang sesuai, maka kesempatannya untuk sukses akan tinggi, namun

ketika tidak sesuai, maka sedikit kemungkinan baginya untuk berhasil.

8) Training. Hal ini dibutuhkan agar individu lebih mudah dalam mencari cara

untuk mencapai tujuannya atau cara menyelesaikan masalah yang

dihadapinya. Training yang dapat meningkatkan hope mudah dilaksanakan,

interaktif, partisipatif, berorientasi pada kompetensi umum, dan dapat

mengembangkan bakat menjadi kekuatan yang dapat diterapkan dalam

berbagai situasi.

Page 38: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

24

3. Optimisme

Dikenal juga dengan realistic and flexible. Dalam bahasa sehari-hari, seseorang

dikatakan optimis ketika mereka mengharapkan kejadian yang positif di masa

yang akan datang, dan dikatakan pesimis ketika selalu memiliki pikiran negatif

dan berpikir akan kejadian negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Dalam konteks modal psikologis, pengertiannya tidak hanya sebatas demikian.

Optimisme tergantung pada alasan dan atribusi yang digunakan seseorang untuk

menjelaskan mengapa sesuatu terjadi, apakah bernilai positif atau negatif, apakah

itu terjadi pada masa lalu, sekarang, atau masa depan (tidak terikat waktu).

Luthans, et, al., (2007) menjelaskan optimisme sebagai explanatory atau

attributional style. Anggapan ini didasari oleh pernyataan Martin Seligman yang

mendefinisikan optimisme sebagai explanatory style yang mengatribusi kejadian

positif secara personal, permanen, dan pervasif dan kejadian negatif secara

eksternal, sementara, dan terjadi pada situasi spesifik saja (tidak menyeluruh atau

pervasif), sedangkan pesimistis sebaliknya.

Namun perlu diperhatikan bahwa individu yang terlalu atau over

optimistic tidak dapat dikatakan baik karena individu dapat menerima tantangan

yang sebenarnya terlalu ekstrim atau membahayakan bagi dirinya ataupun orang

lain. Untuk itu, Peterson (dalam Luthans, et, al., 2007) menekankan agar individu

memiliki “flexible optimism” dan Schneider (dalam Luthans, et, al., 2007)

menekankan agar memiliki “realistic optimism”. Optimism yang harus dimiliki

ialah yang efektif dan tidak ekstrim, serta harus dipandang sebagai pembelajaran

untuk disiplin diri, analisis hal-hal yang terjadi di masa lampau, perencanaan

Page 39: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

25

kontingen, dan program preventif yang tepat. Sehingga individu dengan optimism

yang positif, efektif, fleksibel, dan realistis dapat menikmati implikasinya baik

secara kognitif maupun emosional karena mampu bertanggung jawab atas

kesuksesannya dan memiliki kontrol atas tujuan pribadinya tanpa mengambil

resiko berbahaya baik bagi dirinya maupun orang lain secara tidak sadar.

Individu dengan optimisme yang positif juga mampu menunjukkan rasa

terima kasih mereka terhadap orang lain atau hal-hal yang berkontribusi terhadap

kesuksesan mereka. Ketika menghadapi masa-masa sulit, individu dapat

menyelidiki masalah, belajar dari kesalahan, menerima apa yang tidak dapat

diubahnya, dan kembali melanjutkan dan fokus pada apa yang harus

dikerjakannya. Optimisme yang positif dapat diperoleh individu dengan

melepaskan apa yang ada di masa lalu, baik itu yang bersifat positif maupun

negatif; menghargai apa yang sedang terjadi saat ini; dan mencari kesempatan

untuk masa yang akan datang.

4. Resiliensi

Disebut juga dengan bouncing back and beyond. Resiliensi tidak hanya berarti

kemampuan untuk menjadi teguh kembali setelah ditimpa kejadian atau hal buruk

atau kesulitan, namun juga menjadi lebih positif dan menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Suatu faktor yang mempengaruhi kualitas resiliensi individu ialah

gaya kepemimpinan orang yang berkuasa terhadap dirinya. Gaya kepemimpinan

yang berpengaruh positif terhadap perkembangan resiliensi ialah transformasional

yang dapat dirasakan dari kharisma, pengaruh idealis, stimulasi intelektual, dan

pertimbangan individualisasi orang yang berkuasa atas diri individu. Sedangkan

Page 40: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

26

gaya kepemimpinan yang berpengaruh negatif terhadap resiliensi ialah

transaksional. Di samping itu, psikologi positif mengidentifikasi dan menemukan

tiga faktor yang berkontribusi atau mengganggu perkembangan resiliency ini.

Ketiga faktor tersebut ialah:

1) Resiliency asets. Masten dan Reed (dalam Luthans, et, al., 2007)

mendefinisikan aset resiliensi sebagai karakteristik situasi dalam kelompok

individu yang dapat diukur yang memprediksi hasil positif di masa depan

dalam kriteria hasil yang spesifik. Faktor ini mengidentifikasi kemampuan

kognitif, temperamen, persepsi diri yang positif, keyakinan, pandangan

terhadap hidup, stabilitas emosi, regulasi diri, a sense of humor,

ketertarikan secara umum sebagai aset potensial yang dapat berkontribusi

terhadap peningkatan resiliensi (Masten dalam Luthans, et, al, 2007).

Wolin dan Wolin (dalam Luthans, et al., 2007) menambahkan daftar aset

dari resiliensi yakni insight, kemandirian, hubungan, inisiatif, kreativitas,

humor, dan moral. Berdasarkan aliran psikologi positif, beberapa

penekanan berada pada pentingnya aset hubungan dan kontribusinya

dengan resiliensi, khususnya dalam konteks menerima keragaman atau

pengalaman negatif. Gorman (dalam Luthans, et al., 2007) mendukung

hubungan integral baik secara personal maupun aset yang berdasarkan pada

hubungan dalam perannya meningkatkan resiliensi dengan menunjukkan

bahwa individu yang dapat menemukan dan mengasah talentanya dan

menemukan mentor yang efektif untuk dapat berhasil dalam bidangnya

akan memiliki kemampuan untuk bouncing back dan menjadi sukses.

Page 41: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

27

2) Resiliency risk factors. Masten dan Reed (dalam Luthans, et al., 2007)

mendefinisikan resiliency risk factors sebagai faktor-faktor yang

menyebabkan meningkatnya kemungkinan outcome yang tidak diharapkan.

Kirby & Fraser (dalam Luthans, et al., 2007) menyebutnya sebagai

“vulnerability factors” dan mengatakan faktor-faktor resiko ini mencakup

pengalaman yang jelas merusak dan disfungsi seperti penyalahgunaan

alkohol dan obat-obatan (Johnson, Bryant, Collins, Noe, Strader, &

Berbaum; & Sandau-Beckler, Devall, & de la Rosa dalam Luthans, et al.,

2007), dan pengalaman traumatik seperti kekerasan (Qouta, El-Sarraj, &

Punamaki dalam Luthans, et al., 2007). Resiko-resiko ini juga dapat

mencakup faktor yang samar dan bertahap namun merusak seperti stres dan

burnout (Baron, Eisman, Scuello, Veyzer, & Lieberman; & Smith &

Carlson dalam Luthans, et al., 2007), kesehatan yang tidak baik, pendidikan

rendah, dan pengangguran (Collins dalam Luthans, et al., 2007). Faktor-

faktor resiko ini dapat menyebabkan individu mengalami pengalaman yang

tidak diharapkan secara intens sehingga kemungkinan munculnya outcome

yang negatif dapat meningkat (Cowan, et al.; & Masten dalam Luthans, et

al., 2007). Namun, munculnya faktor-faktor resiko ini tidak dapat

dipandang sebagai hal yang menyebabkan kegagalan dan berkurangnya

resiliensi. Faktor-faktor resiko ini tidak dapat dielakkan. Oleh karena itu,

menghindar sepenuhnya dari resiko ini dan menutupi diri dan orang lain

dari sumber-sumber resiko ini merupakan hal yang tidak realistis. Lebih

lagi, tantangan sebenarnya dapat memberi kontribusi yang sangat baik

Page 42: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

28

dalam membantu menstimulasi perkembangan, pencapaian potensi diri dan

self-actualization individu. Proses penggunaan aset untuk mengatasi resiko

dapat membantu mengatasi rasa puas diri, menyelidiki bidang baru, bahkan

memanfaatkan talenta dan kekuatan yang mereka miliki, namun hanya

ketika proses ini dapat diidentifikasi dan dikelola dengan baik. Faktor-

faktor resiko ini penting untuk membantu individu dapat melakukan

“bouncing back and beyond” pada proses resiliensi. Resiliensi

memungkinan individu menemukan potensi latennya yang sebelumnya

tidak disadarinya. Baik aset dan faktor-faktor resiko ini harus

dipertimbangkan bersama dalam proses resiliensi karena keduanya bersifat

kumulatif dan saling berinteraksi.

3) The role of values in resiliency. Nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki

individu dapat membantu untuk mengangkat individu ke luar dari masa-

masa sulit yang sedang terjadi, membawa mereka melihat masa depan yang

lebih memuaskan. Avolio dan Luthans (dalam Luthans, et al., 2007)

mengatakan hal ini dapat memotivasi diri individu sehingga pada akhirnya

dapat memunculkan perilaku yang lebih baik. Individu dengan motivasi

untuk berkembang dan belajar akan cenderung berusaha untuk berhasil

mencapai tujuan dan harapan yang menantang. Motivasi untuk berkembang

dan belajar ini dapat dikembangkan dan/atau dapat dihilangkan dari diri

individu, sama halnya dengan resiliensi itu sendiri. Beberapa penelitian

mendukung peran dari nilai dan kepercayaan yang bermanfaat ini dalam

mempertahankan resiliensi lewat tantangan yang berat baik secara

Page 43: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

29

psikologis maupun fisik. Salah satu penelitian menemukan bahwa individu

yang bertindak sesuai dengan nilai-nilai dalam hidup akan mengalami

peningkatan yang konsisten dalam hal kebebasan, energi, dan resiliensinya

(Richardson dalam Luthans, et al., 2007). Wolin dan Wolin (dalam

Luthans, et al., 2007) berpendapat bahwa moral akan meningkatkan

resiliensi dengan menyesuaikan perilaku seseorang dengan sistem nilai

yang menuntun pada penilaian (membedakan antara baik dan buruk),

prinsip (memberi dasar dalam pembuatan keputusan), dan pelayanan

(berkontribusi terhadap well-being orang lain). Dapat dikatakan bahwa

kontribusi utama dari nilai yang dimiliki individu dalam meningkatkan

resiliensi ialah pada stabilitas nilai-nilai sebagai sumber yang bermanfaat

(Coutu & Kobsa dalam Luthans, et al., 2007).

2.2.3 Pengukuran Modal Psikologis

Dalam penelitian ini, pengukuran modal psikologis menggunakan skala Likert

yang mengacu pada alat ukur Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24)

yang dikembangkan oleh Luthan, et al., 2007. Modal psikologis memiliki 4 aspek,

setiap aspek terdiri atas 6 item dan total setiap item yaitu 24 item. Aspek modal

psikologi yaitu efikasi diri, harapan, optimisme, dan resiliensi. semua item

menggunakan 6 poin skala likert dengan respon pilihan dari 1 = sangat tidak

setuju to 6 = sangat setuju. Setiap item menggambarkan penetapan skala sebelum

diterbitkan dan diuji. Item efikasi diri diadaptasi dari Parker’s (1998) yang

mengukur efikasi diri dalam situasi kerja. Contoh item efikasi diri: “I feel

confident analyzing a long-term problem to find a solution,” and “I feel confident

Page 44: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

30

presenting information to a group of colleagues”. Item harapan diadaptasi dari

Snyder dan rekannya (1996). Contoh item dari subscale harapan yaitu: “There are

lots ways around any problem,” dan “Right now I see my self as being pretty

seccesful at work”. Item optimism diadaptasi dari Scheir dan Carver’s (1985),

contoh item optimisme yaitu: “I’m optimistic about what will happen to me in the

future as it pertains to work” dan “I approach this job as if ‘every cloud has a

silver lining.” Item resiliensi diadaptasi dari Wgnild dan Young’s (1993), contoh

item resiliensi yaitu “I usually manage difficulties one way or another at work,”

dan “I feel I can handle many things at a time at this job.”

2.3 Kecerdasan Emosional

2.3.1 Definisi Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer (1990) melihat emosi sebagai respon terorganisasi, melintasi

batas banyak subsistem psikologis, termasuk fisiologis, kognitif, motivasi, dan

sistem pengalaman. Emosi biasanya muncul dalam menanggapi suatu peristiwa,

baik internal maupun eksternal, yang memiliki arti hubungan positif atau negatif

bagi individu. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memonitor dan

membedakan perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, dan menggunakan

informasi ini untuk membimbing pemikiran dan tindakan seseorang.

Menurut Salovey dan Mayer (1990), kecerdasan emosional merupakan

kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan emosi diri sendiri

maupun orang lain, dan menggunakannya untuk mengembangkan pikiran serta

tindakan yang akan dilakukannya. Kondisi emosional seseorang mampu

Page 45: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

31

mempengaruhi pikiran, perkataan, serta perilaku seseorang, termasuk dalam

pekerjaan.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Goleman (2009) bahwa kecerdasan

emosional mampu mempengaruhi seseorang pada situasi kerja. Daniel Goleman

(2009) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang

dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi

kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan

jiwa. Kecerdasan emosi juga mengacu pada seberapa baik seseorang menangani

dirinya sendiri dan berhubungan dengan orang lain, yang meliputi kemampuan

untuk memahami, mengendalikan dan mengevaluasi emosi. Dengan kecerdasan

tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilih

kepuasan dan mengatur suasana hati.

Pernyataan Wechsler (dalam Salovey & Mayer, 1990) bahwa kecerdasan

adalah kapasitas keseluruhan atau global individu untuk bertindak secara sengaja,

untuk berpikir secara rasional, dan untuk menangani secara efektif terhadap

lingkungannya. Mayer dan rekan (dalam Slaski & Cartwright, 2003)

mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan dalam mengenali makna

emosi dan hubungannya serta memecahkan masalah yang dialami berdasarkan

kemampuan diri sendiri. Kecerdasan emosi yang terlibat dalam kapasitas untuk

merasakan emosi, mengasimilasi perasaan emosi yang terkait, memahami

informasi dari emosi dan mengaturnya.

Mayer dan rekan (dalam Slaski & Cartwright, 2003), mengatakan bahwa

kecerdasan emosi terdiri dari kemampuan yang berbeda (i) persepsi dan ekspresi

Page 46: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

32

emosi, (ii) mengintegrasikan emosi dengan pikiran, (iii) pemahaman dan

menganalisis emosi, dan (iv) regulasi reflektif dari emosi. Pendekatan ini berfokus

kepada fakta bahwa kecerdasan emosi sesuai dengan kemampuan pemrosesan

informasi dari berbagai wilayah otak.

Bar-On dan Parker (dalam Slaski & Cartwright, 2003) mendefinisikan

kecerdasan emosi sebagai susunan multifaktorial emosi yang terkait, kemampuan

pribadi dan sosial yang saling terkait yang mempengaruhi kemampuan diri sendiri

secara keseluruhan untuk secara aktif dan efektif mengatasi tuntutan dan tekanan.

Kemampuan ini meliputi (i) menilai diri sendiri secara cermat; (ii) kemampuan

merasakan dan memahami emosi sendiri dan emosi orang lain; (iii) kemampuan

untuk membentuk dan mempertahankan hubungan intim; (iv) kemampuan untuk

mengekspresikan dan mengelola emosi; (v) kemampuan untuk mengontrol diri;

(vi) kemampuan untuk memvalidasi pemikiran dan perasaan seseorang; (vii)

kemampuan untuk menangani perubahan dan memecahkan masalah secara efektif.

Kemampuan tersebut dapat dikonseptualisasikan lebih sebagai kompetensi emosi

daripada kecerdasan bawaan.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, peneliti memilih pengertian

kecerdasan emosional dari Salovey dan Mayer (1990), yaitu kemampuan

seseorang untuk memahami dan mengendalikan emosi diri sendiri maupun orang

lain, dan menggunakannya untuk mengembangkan pikiran serta tindakan yang

akan dilakukannya

Page 47: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

33

2.3.2 Dimensi Kecerdasan Emosional

Menurut Schutte, Malouff, dan Bhullar (2009), kecerdasan emosi terdiri dari 4

dimensi berdasarkan pengertian dari Salovey dan Mayer (1990), yaitu:

1. Persepsi emosi

Kemampuan mengenali emosi dirinya dan membentuk persepsi yang positif

bahwa setiap rintangan dapat terselesaikan. Seseorang dengan kemampuan ini,

dapat menyadari betul bahwa perasaannya mempengaruhi kinerjanya.

2. Pengaturan emosi diri

Kemampuan mengendalikan, mengontrol, dan mengelola emosi. Seseorang yang

memiliki kemampuan ini, mampu untuk tetap berpikir jernih dan fokus dengan

apa yang dilakukan meskipun berada dibawah tekanan.

3. Penanganan emosi orang lain

Kemapuan mengenali emosi orang lain. Seseorang dengan kemampuan ini, dapat

menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain.

4. Pemanfaatan emosi

Kemampuan memotivasi diri sendiri. Seseorang dengan kemampuan ini memiliki

semangat juang yang tinggi untuk dapat meraih tujuan dan memenuhi standar,

serta memiliki kecenderungan berani mengambil resiko dan terus belajar untuk

meningkatkan kinerja mereka.

2.3.3 Pengukuran Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian ini, pengukuran kecerdasan emosional menggunakan kuesioner

yang mengacu pada alat ukur The Assessing Emotions Scale (AES) yang

dikembangkan oleh Schutte, et al., (2009). AES didasarkan pada model

Page 48: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

34

kecerdasan emosional asli Salovey dan Mayer (1990). Dalam AES terdapat empat

dimensi dasar, yaitu persepsi emosi, pengaturan emosi diri, penanganan emosi

orang lain, dan pemanfaatan emosi. (Schutte, et al., 2009).

2.4 Kerangka Berpikir

Pada saat ini, maraknya bisnis Multi Level Marketing (MLM) di Indonesia

semakin tahun semakin meningkat. Banyak masyarakat Indonesia yang tertarik

untuk bergabung dengan perusahaan MLM karena program-program yang

ditawarkan perusahaan MLM tersebut. Mereka menawarkan pekerjaan dengan

modal dan resiko yang relatif kecil, namun memiliki peluang yang besar dan

waktu kerja yang fleksibel.

Secara global sistem bisnis MLM ini dilakukan dengan cara membeli,

menjual, dan merekrut calon konsultan yang sekaligus berfungsi sebagai

konsumen dan anggota. Sedangkan bagi perorangan, MLM ini biasanya

memberikan kesempatan bagi konsultannya untuk memiliki jenjang karir dan

mempunyai penghasilan lebih. Namun, dalam usaha untuk meningkatkan jenjang

karir (level) di MLM bukanlah suatu hal yang mudah. Terdapat beberapa

tantangan yang akan ditemui dan harus dilewati oleh seorang konsultan untuk

mendapatkan kinerja yang diharapkan.

Contoh tantangan yang berasal dari dalam diri konsultan antara lain rasa

malas, malu, tidak disiplin, gengsi, merasa tidak mampu dan putus asa. Sedangkan

bentuk tantangan yang berasal dari luar seperti penolakan konsumen, tidak ada

dukungan keluarga dan lingkungan, sulitnya merekrut orang untuk bergabung atau

ditinggal downline yang telah bergabung sebelumnya.

Page 49: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

35

Dengan adanya fluktuasi kinerja yang dialami konsultan MLM tersebut,

peneliti berasumsi bahwa seorang konsultan dapat dikatakan memiliki kinerja

yang baik apabila ia memiliki modal psikologis yang tinggi. Seperti yang telah

diungkapkan oleh Luthans, Avolio, Avey, dan Norman (2006) bahwa modal

psikologis benar mempengaruhi atau sebagai mediasi hubungan antara iklim

pendukung dengan kinerja karyawan.

Dimensi modal psikologis yang pertama (Luthans, Youssef & Avolio;

2007) adalah efikasi diri. Orang-orang dengan efikasi diri tinggi memiliki

karakteristik, seperti memiliki target yang tinggi untuk diri sendiri dan secara

sadar memilih tugas yang sulit, menyukai dan mengembangkan diri dengan

adanya tantangan, memiliki motivasi pribadi yang tinggi, memberikan usaha

untuk mencapai tujuan, dan ketika menemui kesulitan mereka bertahan. Sehingga

hasil kinerja yang ia dapatkan akan maksimal.

Dimensi kedua, yaitu harapan. Konsultan yang memiliki harapan yang

tinggi maka ia mampu mencapai tujuan dan yakin bahwa ia akan bertanggung

jawab secara pribadi terhadap tujuannya sendiri. Serta ia mampu mencari

alternatif jalan untuk mencapai tujuannya ketika menemukan suatu hambatan.

Sehingga hasil kinerja yang ia dapatkan akan maksimal.

Dimensi ketiga adalah optimisme. Seorang konsultan yang memiliki

optimisme yang positif akan menunjukkan rasa terima kasih terhadap orang lain

atau hal-hal yang berkontribusi terhadap kesuksesan mereka. Ketika menghadapi

masa-masa sulit, ia dapat menyelidiki masalah, belajar dari kesalahan, menerima

apa yang tidak dapat diubahnya, dan kembali melanjutkan dan fokus pada apa

Page 50: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

36

yang harus dikerjakannya. Sehingga hasil kinerja yang ia dapatkan akan

maksimal.

Dan dimensi yang terakhir ialah resiliensi. Seorang konsultan yang

memiliki resiliensi tinggi maka ia mampu menjadi teguh kembali setelah ditimpa

kejadian atau hal buruk atau kesulitan, seperti penolakan ketika menawarkan

produk dan merekrut orang untuk bergabung dalam bisnis MLM. Ia juga akan

menjadi lebih positif dan menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti menawarkan

produk dan merekrut orang lain dengan cara lain yang lebih inovatif. Sehingga

hasil kinerja yang ia dapatkan akan maksimal.

Selain dengan cara meningkatkan modal psikologis pada setiap individu,

kinerja pun dapat ditingkatkan dengan adanya kecerdasan emosional. Schutte, et,

al,. (2009) mengemukakan empat dimensi kecerdasan emosional, yaitu yang

pertama adalah persepsi emosi. Seorang konsultan MLM yang memiliki persepsi

emosi yang baik akan mampu mengenali emosi dirinya dan mampu membentuk

persepsi yang positif bahwa setiap rintangan dapat terselesaikan. Seseorang

dengan kemampuan ini, dapat menyadari perasaannya mempengaruhi kinerjanya.

Dimensi yang kedua yaitu, peraturan emosi diri. Seorang konsultan MLM

dengan pengaturan emosi diri yang baik akan mampu mengendalikan,

mengontrol, dan mengelola emosinya. Ia akan mampu untuk tetap berpikir jernih

dan fokus dengan apa yang dilakukan meskipun berada dibawah tekanan.

Dimensi yang ketiga yaitu, penanganan emosi orang lain. Seorang

konsultan MLM yang memiliki penanganan emosi orang lain yang baik akan

Page 51: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

37

mampu mengenali emosi orang lain. Ia dapat menunjukkan kepekaan dan

pemahaman terhadap perspektif orang lain.

Dan yang terakhir adalah pemanfaatan emosi. Seorang konsultan MLM

yang memiliki pemanfaatan emosi yang baik akan mampu memotivasi dirinya

sendiri. Ia memiliki semangat juang yang tinggi untuk dapat meraih tujuan dan

memenuhi standar, serta memiliki kecenderungan berani mengambil resiko dan

terus belajar untuk meningkatkan kinerjanya.

Dengan melihat kaitan antara modal psikologi dan kecerdasan emosi

mempengaruhi kinerja dari konsultan MLM ini, maka peneliti menggambarkan

kerangka berpikir dalam penelitian ini tertera pada bagan sebagai berikut:

Page 52: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

38

2.5 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tingkat kinerja tenaga penjual

yang merupakan dependent variable, bergantung pada tinggi rendahnya skor

pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu modal

psikologis dan kecerdasan emosional.

Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang

masih harus diujikan. Berdasarkan kerangka berpikir penelitian di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis Mayor

HA : Terdapat pengaruh yang signifikan modal psikologis dan kecerdasan

emosional terhadap kinerja.

Hipotesis Minor

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri pada modal psikologis

terhadap kinerja.

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan harapan pada modal psikologis terhadap

terhadap kinerja.

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan optimisime pada modal psikologis

terhadap kinerja.

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan resiliensi pada modal psikologis

terhadap kinerja.

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi emosi pada kecerdasan

emosional terhadap kinerja.

Page 53: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

39

H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan pengaturan emosi diri pada kecerdasan

emosional terhadap kinerja.

H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan penanganan emosi orang lain pada

kecerdasan emosional terhadap kinerja.

H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan pemanfaatan emosi pada kecerdasan

emosional terhadap kinerja.

Page 54: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah konsultan Oriflame yang tergabung dalam

Inspire Team cabang Daan Mogot Jakarta Barat. Adapun karakteristik sampel

yang digunakan oleh peneliti adalah konsultan Oriflame yang tercatat aktif,

minimal telah bergabung selama 2 bulan di Oriflame, berada pada rentang usia

18-40 tahun, dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan di dalam penelitian ini

adalah dengan cara non-probability sampling, yaitu menggunakan teknik

purposive sampling, dimana terdapat pertimbangan-pertimbangan di dalam

pengambilan sampel, yang diasumsikan sesuai dengan karakteristik populasi yang

telah ditetapkan (Sevilla, 1993). Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan

penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya.

Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya

penelitian.

Dalam pengambilan data, peneliti melakukan wawancara pendahuluan

dengan Shappire Director, Senior Manager, Manager, dan beberapa konsultan

inspire team Oriflame cabang Daan Mogot pada hari Sabtu tanggal 21 Januari

2017. Hasil dari wawancara pendahuluan tersebut membuktikan bahwa kinerja

para konsultan Oriflame memamg telah mengalami fluktuasi. Kemudian, peneliti

menyusun skala penelitian untuk disebarkan ke beberapa konsultan inspire team

Oriflame cabang Daan Mogot lainnya. Peneliti menyebar skala kuesioner pada

Page 55: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

41

hari Minggu tanggal 12 November 2017 pukul 13.00-16.00 WIB, yang bertepatan

dengan acara “The Magic Hero” di Gedung Pertunjukkan Bulungan Jakarta

Selatan. Skala kuesioner yang tersebar terdapat 250 skala, dan skala kuesioner

yang kembali terdapat 215 skala.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu kinerja sebagai variabel

terikat (Dependent Variable), sedangkan modal psikologis, kecerdasan emosional

dan dimensi-dimensinya sebagai variabel bebas (Independent Variable).

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja hasil, yaitu hasil

yang didapat dari usaha tenaga penjualan. (Baldauf, et al., 2001:111).

2. Modal psikologis adalah semacam modal sikap dan perilaku yang berperan

besar dalam menentukan keberhasilan. Adapun empat dimensi dari modal

psikologis, yaitu:

1) Efikasi diri adalah suatu keyakinan atau kepercayaan diri seseorang

mengenai kemampuannya dalam mengerahkan motivasi, sumber-sumber

kognisi, dan melakukan sejumlah tindakan yang dibutuhkan untuk

mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas pada konteks tertentu.

2) Harapan adalah harapan yang dimiliki individu untuk mencapai tujuan dan

keyakinan bahwa individu tersebut bertanggung jawab secara pribadi

terhadap tujuannya sendiri serta dapat mencari alternatif jalan untuk

mencapai tujuannya ketika menemukan suatu hambatan.

Page 56: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

42

3) Optimisme adalah explanatory style yang mengatribusi kejadian positif

secara personel, permanen dan pervasif serta kejadian negatif secara

eksternal, sementara dan terjadi pada situasi spesifik (tidak menyeluruh).

4) Resiliensi tidak hanya berarti kemampuan untuk menjadi teguh kembali

setelah ditimpa kejadian atau hal buruk atau kesulitan, namun juga menjadi

lebih positif dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. (Luthans, et al.,

2007).

3. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan

mengendalikan emosi diri sendiri maupun orang lain, dan menggunakannya

untuk mengembangkan pikiran serta tindakan yang akan dilakukannya

(Salovey & Mayer, 1990). Adapun empat dimensi dasar dari kecerdasan

emosional, yaitu:

1) Persepsi emosi adalah salah satu bentuk kemampuan individu dalam

mengenali emosi dirinya dan membentuk suatu persepsi yang positif,

bahwa setiap rintangan dapat terselesaikan.

2) Pengaturan emosi diri adalah kemampuan individu dalam mengendalikan,

mengontrol dan mengelola emosi.

3) Penanganan emosi orang lain adalah kemampuan individu dalam

mengenali dan memahami emosi orang lain.

4) Pemanfaatan emosi adalah kemampuan individu dalam memotivasi dirinya

sendiri. (Schutte, et al., 2009).

Page 57: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

43

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini adalah

kuesioner dalam bentuk skala Likert. Terdapat satu alat ukur yang dilihat dari

bonus yang diperoleh konsultan Oriflame cabang Daan Mogot Jakarta Barat, yaitu

untuk mengukur kinerja. Dan terdapat dua skala, yang pertama skala modal

psikologi yaitu Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24) yang terdiri dari

24 item, yang kedua skala kecerdasan emosional yaitu Emotional Quotient

Assesing Emotions Scale (AES) yang terdiri dari 33 item dalam model Likert yang

berisi pernyataan sesuai dengan indikator variabel yang digunakan dalam

penelitian ini. Peneliti memberikan kuesioner secara langsung pada responden dan

cara menjawabnya adalah dengan memberikan tanda checklist () pada salah satu

alternatif jawaban yang sudah disediakan.

Pada skala modal psikologis dan kecerdasan emosional digunakan empat

pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat

tidak setuju (STS) dengan tidak menggunakan pilihan jawaban tengah (netral /

ragu-ragu) guna menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau

menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Peneliti membagi dua kategori

pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable serta menentukan bobot nilai. Untuk

item favorable, skor subjek bergerak dari nilai 4, 3, 2, 1. Sementara untuk item

unfavorable, sebaliknya. Nilai untuk keempat pilihan jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.1

Format Skoring Skala Likert Alternatif Pilihan Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat tidak setuju (STS) 1 4

Tidak setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat setuju (SS) 4 1

Page 58: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

44

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan berjumlah 3 bagian. Pertama,

bagian yang mengungkap data diri responden dan jenjang karir di Oriflame.

Kedua, bagian yang membahas modal psikologis. Ketiga, bagian yang

mengungkap kecerdasan emosional. Adapun instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Kinerja

Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja dilihat dari jenjang karir yang didapat

oleh konsultan Oriflame, yaitu berdasarkan omset bonus yang diperoleh dari hasil

pembelian produk setiap bulannya dengan batas minimal 100 point atau Rp.

750.000 setiap bulannya. Responden diminta untuk menuliskan jenjang karir

terakhir yang mereka peroleh di Oriflame pada skala bagian pertama yang

mengungkap data diri dan jenjang karir responden di Oriflame.

Tabel 3.2

Jenjang Karir atau Level dalam Oriflame

Jenjang Karir Level Kebutuhan Poin Jumlah Tim (Orang) Bonus (Rp)

Consultant 0% 0 0 0

Consultant 3% 200 4 20.000-80.000

Consultant 6% 600 8 100.000-200.000

Consultant 9% 1.200 16 300.000-500.000

Manager 12% 12% 2.400 32 650.000-900.000

Manager 15% 15% 4.000 54 1.000.000-1.500.000

Manager 18% 18% 6.600 90 2.000.000-3.000.000

Senior Manager 21% 10.000 150 5.000.000-7.000.000

2. Modal Psikologis

Instrumen yang digunakan untuk mengukur modal psikologis dalam penelitian ini

yaitu dengan menggunakan skala Likert dan menggunakan alat ukur

Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24) yang dikembangkan oleh

Luthans, et al., 2007. Modal psikologis memiliki 4 dimensi, setiap dimensi terdiri

Page 59: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

45

atas 6 item dengan total 24 item. Dimensi modal psikologis terdiri atas efikasi

diri, harapan, optimisme, dan resiliensi. Adapun blue print dari skala modal

psikologis, dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Blue Print Skala Modal Psikologis

No Dimensi Indikator No. Item Jumlah

Item Fav Unfav

1 Efikasi diri Keyakinan individu terhadap

kemampuan yang dimilikinya

dalam mengarahkan segala

usaha agar berhasil

1, 5, 9, 13,

17, 21 - 6

Sukses dalam melaksanakan

tugas yang dihadapinya

2 Harapan Hasrat atau keinginan yang

disertai dengan pengharapan

akan pemenuhan dari hasrat

atau keinginan

2, 6, 10,

14, 18, 22 - 6

3 Optimisme Individu mensyukuri setiap

perubahan yang terjadi,

mampu berpikir positif

terhadap suatu yang akan

terjadi dimasa depan 4, 8, 12,

16, 24 20 6

Memiliki motivasi tinggi

Mampu melihat kesempatan

yang tersedia dan fokus untuk

mendapatkannya

4 Resiliensi Individu dapat bertahan dan

bangkit kembali dari

pengalaman yang negatif 7, 11, 15,

19, 23 3 6

Dapat beradaptasi kembali

dengan adanya perubahan

stress yang dihadapi

Total item 22 2 24

3. Kecerdasan Emosional

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional dalam

penelitian ini yaitu dengan The Assessing Emotions Scale (AES) yang

dikembangkan oleh Schutte (2009). Dalam AES terdapat empat dimensi dasar,

yaitu persepsi emosi, pengaturan emosi diri, penanganan emosi orang lain, dan

pemanfaatan emosi. Skala ini terdiri dari 33 item pernyataan dengan model skala

Likert 1 sampai 5 (Sangat tidak setuju, agak tidak setuju, netral, agak setuju, dan

Page 60: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

46

sangat setuju. Akan tetapi untuk mengurangi bias pada jawaban, maka peneliti

hanya menggunakan empat pilihan jawaban dengan membuang satu pilihan

jawaban netral. Adapun blue print dari skala kecerdasan emosional, dapat dilihat

pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Blue Print Skala Kecerdasan Emosional

No Dimensi Indikator No. Item Jumlah

Item Fav Unfav

1 Persepsi emosi Individu dapat mengenali

emosi dirinya dan membentuk

suatu persepsi yang positif

9, 15, 18,

19, 22, 29,

32

5, 33 9

2 Pengaturan

emosi diri

Individu dapat

mengendalikan, mengontrol

dan mengelola emosi

3, 6, 8, 10,

12, 21, 23 28 8

3 Penanganan

emosi orang

lain

Individu dapat mengenali dan

memahami emosi orang lain

1, 4, 11,

13, 16, 24,

26, 30

- 8

4 Pemanfaatan

emosi

Individu dapat memotivasi

dirinya sendiri

2, 7, 14,

17, 20, 25,

27, 31

- 8

Total item 30 3 33

3.4 Uji Validitas Konstruk

Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, penulis melakukan uji validitas

konstruk instrumen. Oleh karena itu, penulis menggunakan CFA (Confirmatory

Factor Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen 1) kinerja,

2) modal psikologis dan 3) kecerdasan emosional. Umar (2012) menjelaskan

langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik

adalah:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional

sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.

Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini

dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

Page 61: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

47

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala

bersifat unidimensional.

3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square

yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p > 0,05) berarti

semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square

signifikan (p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model

pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.

4. Jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model

pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan

pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin

diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu

konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran

dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka

model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.

5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan

melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai

koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih

besar dari 1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam

mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di-drop).

6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat

bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality

inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah

Page 62: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

48

skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku

perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.

7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka

item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga

mengukur hal lain.

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software

MPlus 7.0.

3.4.1 Uji Validitas Modal Psikologis

Pada uji validitas konstruk modal psikologis penulis menguji apakah 24 item

bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur modal psikologis.

3.4.1.1 Uji Validitas Konstruk Efikasi Diri

Dalam subbab ini penulis menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur

modal psikologis bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi Square =

39.646, df = 9, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.126, CFI = 0.973. Namun setelah

dilakukan modifikasi sebanyak tiga kali diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 3.504, df = 6, P-value = 0.7434, RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Hasil

RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

efikasi diri.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut

dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96

artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel 3.5

berikut ini :

Page 63: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

49

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item untuk Efikasi Diri

Item Estimate Std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.806 0.040 19.928 0.000 √

2 0.748 0.051 14.610 0.000 √

3 0.879 0.032 27.303 0.000 √

4 0.759 0.038 19.995 0.000 √

5 0.700 0.044 15.906 0.000 √

6 0.647 0.054 11.922 0.000 √

Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa dari enam item seluruh item

yang signifikan tidak di drop sehingga akan digunakan dalam analisis uji

hipotesis. Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala efikasi diri seluruh item yang

signifikan.

3.4.1.2 Uji Validitas Konstruk Harapan

Dalam subbab ini penulis menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur

harapan bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi Square =

27.975, df = 9, P-value = 0.0010, RMSEA = 0.099 CFI = 0.981. Namun setelah

dilakukan modifikasi sebanyak satu kali diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 5.728, df = 8, P-value = 0.6777, RMSEA = 0.000 CFI = 1.000. Hasil

RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

harapan.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut

dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96

artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel 3.6

berikut ini :

Page 64: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

50

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item untuk Harapan

Item Estimate Std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.772 0.040 19.444 0.000 √

2 0.873 0.040 21.786 0.000 √

3 0.791 0.042 18.754 0.000 √

4 0.588 0.054 10.913 0.000 √

5 0.578 0.062 9.303 0.000 √

6 0.669 0.050 13.383 0.000 √

Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa dari enam item seluruh item

yang signifikan dan tidak di drop sehingga akan digunakan dalam analisis uji

hipotesis. Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala harapan seluruh item

signifikan.

3.4.1.3 Uji Validitas Konstruk Optimisme

Dalam subbab ini penulis menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur

optimisme bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA ternyata

fit, dengan Chi Square = 15.212, df = 9, P-value = 0.0853, RMSEA = 0.057, CFI

= 0.988. Hasil RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu optimisme.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut

dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t <1,96

artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel 3.7

berikut ini :

Page 65: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

51

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Dimensi Optimisme

Item Estimate Std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.484 0.067 7.184 0.000 √

2 0.743 0.046 16.198 0.000 √

3 0.824 0.047 17.714 0.000 √

4 0.716 0.053 13.630 0.000 √

5 0.325 0.073 4.438 0.000 √

6 0.746 0.048 15.459 0.000 √ Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat 6 item yang signifikan. Item

yang signifikan tidak di drop dan di gunakan dalam analisis uji hipotesis. Dan

pada skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala

optimisme terdapat 6 item yang signifikan.

3.4.1.4 Uji Validitas Konstruk Resiliensi

Dalam subbab ini penulis menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur

resiliensi bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA ternyata fit,

dengan Chi Square = 7.955, df = 9, P-value = 0.5387, RMSEA = 0.000, CFI =

1.000. Hasil RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu resiliensi.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut dengan

melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96 artinya item

tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel 3.8 berikut ini :

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item untuk Resiliensi

Item Estimate Std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.215 0.070 3.055 0.002 √

2 0.542 0.058 10.047 0.000 √

3 0.819 0.044 18.755 0.000 √

4 0.854 0.044 19.225 0.000 √

5 0.854 0.043 19.685 0.000 √

6 0.417 0.057 7.308 0.000 √

Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Page 66: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

52

Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa terdapat 6 item yang signifikan. Item

yang signifikan tidak di drop dan di gunakan dalam analisis uji hipotesis. Dan

pada skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala

resiliensi terdapat 6 item yang signifikan.

3.4.2 Uji Validitas Kecerdasan Emosional

Pada uji validitas konstruk kecerdasan emosional penulis menguji apakah 33 item

bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur kecerdasan emosional.

3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Persepsi Emosi

Dalam subbab ini penulis menguji apakah sembilan item yang ada dalam alat ukur

persepsi emosi bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi Square =

58.448, df = 20, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.095, CFI = 0.952. Namun setelah

dilakukan modifikasi sebanyak sembilan kali diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 26.602, df = 18, P-value = 0.0868, RMSEA = 0.047, CFI = 0.990. Hasil

RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

persepsi emosi.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut

dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t >1,96

artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel 3.9

berikut ini :

Page 67: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

53

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item untuk Persepsi Emosi

Item Estimate std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.226 0.077 2.938 0.003 √

2 0.298 0.073 4.085 0.000 √

3 0.344 0.069 4.982 0.000 √

4 0.808 0.042 19.317 0.000 √

5 0.931 0.032 29.169 0.000 √

6 0.752 0.043 17.517 0.000 √

7 0.117 0.075 1.554 0.120 X

8 0.591 0.048 12.308 0.000 √

9 -0.088 0.075 -1.161 0.246 X

Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa dari sembilan item terdapat

tujuh item yang signifikan. Item 1,2,3,4,5,6 dan 8 terbukti signifikan Sementara

sisa item lainnya yaitu item 7 dan 9 terbukti tidak signifikan dan harus di drop.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala persepsi emosi terdapat 7 item yang

signifikan dan 2 item yang tidak signifikan.

3.4.2.2 Uji Validitas Konstruk Pengaturan Emosi Diri

Dalam subbab ini penulis menguji apakah delapan item yang ada dalam alat ukur

pengaturan emosi diri bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi Square =

58.448, df = 20, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.095, CFI = 0.952. Namun setelah

dilakukan modifikasi sebanyak empat kali diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 23.568, df = 16, P-value = 0.0994, RMSEA = 0.047, CFI = 0.990. Hasil

RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

pengaturan emosi diri.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut

dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96

Page 68: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

54

artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel

3.10 berikut ini :

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item untuk Pengaturan Emosi Diri Item Estimate std. Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.433 0.065 6.671 0.000 √

2 0.679 0.040 16.785 0.000 √

3 0.833 0.038 21.648 0.000 √

4 0.407 0.083 4.887 0.000 √

5 0.529 0.048 11.125 0.000 √

6 0.744 0.046 16.109 0.000 √

7 0.765 0.050 15.322 0.000 √

8 0.147 0.063 2.329 0.020 √

Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat delapan item yang

signifikan. Item yang signifikan tidak di drop dan digunakan dalam analisis uji

hipotesis. Dan pada skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat di simpulkan

bahwa dari skala pengaturan emosi diri terdapat 8 item yang signifikan.

3.4.2.3 Uji Validitas Konstruk Penanganan Emosi Orang Lain

Skala penanganan emosi orang lain dalam penelitian ini terdiri dari delapan item

yang diujikan pada 215 subjek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =

72.765, df = 20, P-value = 0.000 dan RMSEA = 0.111, CFI = 0.958. Namun,

setelah dilakukan modifikasi sebanyak lima kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,

maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 21.181, df = 15, P-value = 0.1311

dan RMSEA = 0.044. nilai RMSEA < 0.05 (signifikan) sehingga model menjadi

fit.

Page 69: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

55

Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar

mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu penanganan emosi orang lain.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item untuk Penanganan Emosi Orang Lain

No Estimate Std.Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.781 0.041 18.869 0.000 √

2 0.630 0.046 13.575 0.000 √

3 0.622 0.058 10.769 0.000 √

4 0.922 0.029 32.039 0.000 √

5 0.515 0.058 8.819 0.000 √

6 0.788 0.031 25.532 0.000 √

7 0.608 0.047 12.974 0.000 √

8 0.537 0.054 9.865 0.000 √

Keterangan: tanda √=signifikan (t>1.96); X=tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.11, dapat dilihat bahwa terdapat delapan item yang

signifikan. Item yang signifikan tidak di drop dan di gunakan dalam analisis uji

hipotesis. Dan pada skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat di simpulkan

bahwa dari skala penanganan emosi orang lain terdapat 8 item yang signifikan.

3.4.2.4 Uji Validitas Konstruk Pemanfaatan Emosi

Skala pemanfaatan emosi dalam penelitian ini terdiri dari delapan item yang

diujikan pada 215 subjek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 102.054, df =

20, P-value = 0.0000 dan RMSEA = 0.138, CFI = 0.932. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 28. 279, df = 19, P-value = 0.0782 dan RMSEA = 0.048, CFI =

0.992 nilai P-value > 0.05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.

Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar

mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu pemanfaatan emosi. Selain itu juga,

Page 70: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

56

ditentukan apakah terdapat item yang harus di drop dengan melihat nilai t dan

muatan koefisien pada setiap koefisien faktor.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item untuk Pemanfaatan Emosi

Item Estimate Std.Error T-Value P-Value Signifikan

1 0.833 0.028 29.250 0.000 √

2 0.706 0.044 15.989 0.000 √

3 0.397 0.057 6.983 0.000 √

4 0.721 0.043 16.681 0.000 √

5 0.855 0.031 27.662 0.000 √

6 0.229 0.070 3.252 0.001 √

7 0.800 0.048 16.620 0.000 √

8 0.236 0.068 3.453 0.001 √

Keterangan: tanda √=signifikan (t>1.96); X=tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.12, dapat dilihat bahwa terdapat delapan item yang

signifikan. Item yang signifikan tidak di drop dan digunakan dalam analisis uji

hipotesis. Dan pada skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa dari skala pemanfaatan emosi terdapat 8 item yang signifikan.

3.5 Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Penelitan

melakukan uji realibilitas karena pengukuran yang memilki reliabilitas tinggi,

yaitu mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Untuk mencari nilai

estimasi reliabilitas dari instrument yang digunakan, peneliti menggunakan

tekhnik Alpha Cronbach dalarh penghitungannya adalah dengan menggunakan

program SPSS versi 20. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji reliabilitas

kepada tiga skala yang digunakan. Hasil yang ditunjukan pada penelitian ini

adalah skala kinerja memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.947. Skala modal

psikologis memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.970. Dan skala kecerdasan

emosional memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.877. Diketahui nilai Alpha

Cronbach ketiga skala memiliki nilai reliabilitas diatas 0.8, kemudian

Page 71: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

57

dibandingkan dengan nilai r tabel pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% yaitu

sebesar 0.159. Kesimpulan dari nilai Alpha Cronbah ketiga skala lebih besar dari

rtabel = 0.159, hal ini menunjukan bahwa ketiga skala cukup reliabel untuk

digunakan dalam penelitian ini.

3.6 Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression yang

berfungsi untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk

mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen (IV), yaitu kecerdasan

emosional dan modal psikologi terhadap kinerja sebagai variabel dependen (DV).

multiple regression merupakan metode statistika yang digunakan untuk

membentuk model hubungan terikat (dependen respon; Y) dengan lebih dari satu

variabel terikat (independent; predictor; X).

Persamaan garis regresi penelitian adalah:

Keterangan:

Y = kinerja

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 = efikasi diri

X2 = harapan

X3 = optimisme

X4 = resiliensi

X5 = persepsi emosi

X6 = pengaturan emosi diri

X7 = penanganan emosi orang lain

X8 = pemanfaatan emosi

e = residual

Y = a+b1X1+ b2X2+ b3X3+…….. b8X8+e

Page 72: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

58

Kemudian untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan

model yang paling sesuai (memiliki eror terkecil), maka peneliti akan melakukan

pengujian dan analisis sebagai berikut:

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara kinerja dengan efikasi diri, harapan, optimisme,

resiliensi, persepsi emosi, pengaturan emosi diri, penanganan emosi orang lain,

dan pemanfaatan emosi. Besarnya kinerja yang disebabkan oleh faktor-faktor

yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau

R2. R

2 menunjukkan variasi atau perubahan variabel independen (Y) disebabkan

variabel dependen (X) atau merupakan proporsi varians dari salesperson

performance yang dijelaskan oleh independent variable.

Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka

peneliti akan melakukan uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan, akan terlihat

apakah variabel independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap variabel

dependen.

Uji t digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel

dependen (X) signifikan terhadap variabel independen (Y) secara sendiri-sendiri

atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel dependen

(X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel independen (Y). Hasil

uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan oleh peneliti nantinya.

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian

yang disumbangkan oleh masing masing IV dalam mempengaruhi DV. Dalam hal

ini peneliti melakukannya melakui analisis regresi berganda yang bersifat

Page 73: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

59

berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis regresi berulang-ulang

dimulai dengan hanya satu IV kemudian dengan dua IV, dilanjutkan dengan tiga

IV, dan seterusnya sampai IV ke delapan. Setiap kali dilakukan analisis regresi

akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahan IV baru diharpakan terjadi

peningkatan R2

secara signifikan.

Jika pertambahan R2

(R2

change) signifikan secara statistik maka berarti

IV baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara statistik maupun dalam

upaya memprediksi DV serta untuk menguji hipotesis apakah IV bersangkutam

signifikan pengaruhnya. Setiap pertambahan R2

ketika satu IV baru ditambahkan

adalah menunjukan besarnya sumbangan unik IV terebut terhadap bervariasinya

DV setelah pengaruh dari beberapa IV terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh

sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan

stepwise regression.

Page 74: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

60

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek di dalam penelitian ini adalah 215 orang konsultan Oriflame yang

tergabung dalam Inspire Team cabang Daan Mogot, Jakarta Barat. Mayoritas dari

subjek penelitian ini perempuan, yaitu sebanyak 96.30%, sisanya yaitu laki-laki

sebanyak 3.70%

Dalam penelitian ini membagi rentang usia dengan empat kategori, yaitu

rentang usia ≤ 20 tahun, usia 21-25 tahun, usia 26-30 tahun, dan usia ≥ 31 tahun.

Persantase subjek dalam penelitian ini menurut rentang usia adalah ≤ 20 tahun,

yaitu sebanyak 29.77%, rentang usia 21-25 tahun sebanyak 54.42%, rentang usia

26-30 tahun sebanyak 13.02% dan sisanya sebanyak 2.79% berada di rentang usia

≥ 31 tahun.

4.2 Analisis Deskriptif

Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif dari kinerja. Adapun skor yang

digunakan melakukan analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni (t-

score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan

untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil penelitian

dependent variable yang diteliti, dengan demikian raw score pada variabel harus

diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan mentransformasi raw

score menjadi z-score.

Page 75: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

61

Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi statistik dari variabel yang

diteliti, acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, median, standar deviasi,

nilai minimum, dan nilai maksimum dari independent variable. Skor tersebut

disajikan dalam tabel 4.1 di bawah ini

Tabel 4.1

Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden

N Minimum Maksimum Mean Std.

Deviation

Kinerja 215 0,00 20,000,000 1,454,456 3,107,255

Self Efficacy 215 12 24 19.48 2.59

Hope 215 11 24 18.65 2.95

Optimism 215 11 24 20.14 2.41

Resiliency 215 12 24 19.31 2.36

Perception of emotions 215 18 31 25.14 2.77

Managing emotions 215 17 32 25.72 2.73

Social skill 215 18 32 25.22 2.96

Utilizing emotions 215 15 54 24.88 3.69

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa nilai minimum dari variabel

kinerja adalah 0,00, maksimum 20,000,000, mean 1,454,456 dan standar deviasi

3,107,255. Variabel self efficacy memiliki nilai minimum 12. maksimum 24.

mean 19.48, dan standar deviasi 2.59. Variabel hope memiliki nilai minimum 11,

maksimum 24, mean 18.65, dan standar deviasi 2.95. Variabel optimism memiliki

nilai minimum 11, maksimum 24, mean 20.14, dan standar deviasi 2.41. Variabel

resiliency memiliki nilai minimum 12, maksimum 24, mean 19.31, dan standar

deviasi 2.36. Variabel perception of emotions memiliki nilai minimum 18,

maksimum 31, mean 25.14, dan standar deviasi 2.77. Variabel managing

emotions memiliki nilai minimum 17, maksimum 32, mean 25.72, dan standar

deviasi 2.73. Variabel social skill memiliki nilai minimum 18, maksimum 32,

mean 25.22, dan standar deviasi 2.96. Variabel utilizing emotions memiliki nilai

minimum 15, maksimum 54, mean 24.88, dan standar deviasi 3.69.

Page 76: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

62

4.2.1 Kategorisasi variabel

Peneliti menggunakan informasi pada tabel yang telah disajikan sebelumnya

sebagai acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini

menggunakan true score yang skalanya telah dipindah dengan menggunakan

rumus t score. Nilai tersebut menjadi batas bagi peneliti untuk menentukan

kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman

interpretasi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pedoman Interpretasi Skor Variabel

Kategori Norma

Tinggi X>Mean

Rendah X<Mean

Uraian megenai gambaran kategorisasi skor variabel secara keseluruhan

berdasarkan tinggi rendahnya tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah.

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Variabel pada Keseluruhan Responden

Variabel Frekuensi %

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Kinerja 105 110 48.84 51.56

Self Efficacy 100 115 46.51 53.49

Hope 119 96 55.35 44.65

Optimism 98 117 45.58 54.42

Resiliency 98 117 45.58 54.42

Perception of emotions 90 125 41.86 58.14

Managing emotions 99 116 46.05 53.95

Social skill 81 134 37.67 62.33

Utilizing emotions 113 102 52.56 47.44

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 215 subjek penelitian,

terlihat pada variabel kinerja skor tinggi sebanyak 48.84% dan rendah sebanyak

51.56%. Pada variabel self efficacy skor tinggi sebanyak 46.51% dan rendah

sebanyak 53.49%. Pada variabel hope skor tinggi sebanyak 55.35% dan rendah

sebanyak 44.65%. Pada variabel optimism skor tinggi sebanyak 45.58% dan

Page 77: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

63

rendah sebanyak 54.42%. Pada variabel resiliency skor tinggi sebanyak 45.58%

dan rendah sebanyak 54.42%. Pada variabel perception of emotions skor tinggi

sebanyak 41.86% dan rendah sebanyak 58.14%. Pada variabel managing emotions

skor tinggi sebanyak 46.05% dan rendah sebanyak 53.95%. Pada variabel social

skill skor tinggi sebanyak 37.67% dan rendah sebanyak 62.33%. Pada variabel

utilizing emotions skor tinggi sebanyak 52.56% dan rendah sebanyak 47.44%.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 20.0. Pada saat melakukan uji regresi

terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu, melihat besaran R-

square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable

yang dijelaskan oleh independent variable, yang berikutnya adalah melihat

apakah independent variable berpengaruh signifikan terhadap dependent variable,

dan kemudian melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing independent variable.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melihat besaran R-square

untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan

oleh independent variable. Untuk tabel R-square, dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.4

Tabel R-square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .434a .189 .157 9.181

a. Predictors: (Constant), self efficacy, hope, optimism, resiliency, perception of emotions,

managing emotions, social skills, utilizing emotions.

b. Dependent Variable: kinerja

Page 78: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

64

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.189

atau 18.9%. Artinya, proporsi varians dari kinerja yang dijelaskan self efficacy,

hope, optimism, dan resiliency, perception of emotions, managing emotions,

social skills, utilizing emotions adalah sebesar 18.9%, sedangkan 81.1% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah berikutnya, peneliti menganalisis dampak dari seluruh

independent variable terhadap kinerja. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut:

Tabel 4.5

Tabel Anova Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 4035.153 8 504.394 5.984 .000b

Residual 17364.847 206 84.295

Total 21400.000 214

a. Dependent Variable: kinerja

b. Predictors: (Constant), self efficacy, hope, optimism, resiliency, perception of emotions,

managing emotions, social skills, utilizing emotions.

Diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05), maka hipotesis

nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent

variable terhadap dependent variable, yaitu kinerja ditolak. Artinya, ada pengaruh

yang signifikan dari self efficacy, hope, optimism, resiliency perception of

emotions, managing emotions, social skills, dan utilizing emotions terhadap

kinerja.

Langkah terakhir adalah melihat nilai dari koefisien regresi dari setiap

independent variable. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut

signifikan, berarti independent variabel memiliki dampak yang signifikan

terhadap kinerja. Dan jika nilai t < 1.96 maka koefisien regresi tersebut tidak

signifikan. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.6 berikut:

Page 79: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

65

Tabel 4.6

Tabel Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 33.043 4.038 8.184 .000

Self Efficacy -.055 .119 -.055 -.461 .645

Hope .431 .104 .431 4.132 .000

Optimism -.356 .102 -.356 -3.492 .001

Resiliency .258 .101 .258 2.544 .012

Perception of emotions .006 .083 .006 .075 .941

Managing emotions .051 .107 .051 .473 .637

Social skill -.116 .107 -.116 -1.085 .279

Utilizing emotions .120 .087 .120 1.382 .169

a. Dependent Variable: kinerja

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan

persamaan regresi sebagai berikut: (*signifikan)

Kinerja = 33.043 – 0.55 * self efficacy + 0.431 * hope - 0.356 * optimism +

0.258 * resiliency + 0.006 * perception of emotions + 0.051 *

managing emotions - 0.116 * social skill + 0.120 * utilizing emotions

Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dapat melihat nilai sig. Pada kolom paling kanan (kolom ke-6), jika p

< 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

kinerja dan sebaliknya. Dari hasil di atas, koefisien regresi hope, optimism, dan

resiliency memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan sisanya tidak.

Penjelasan nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah

sebagai berikut:

1. Variabel self efficacy: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.055 dengan

signifikansi 0.645 (p > 0.05). Hal tersebut berarti bahwa variabel self efficacy

pengaruhnya tidak signifikan terhadap kinerja.

Page 80: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

66

2. Variabel hope: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.431 dengan

signifikansi 0.000 (p < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa variabel hope secara

positif dan signifikan memengaruhi kinerja. Jadi, semakin tinggi hope maka

semakin tinggi kinerja.

3. Variabel optimism: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.356 dengan

signifikansi 0.001 (p < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa variabel optimism

secara positif dan signifikan memengaruhi kinerja. Jadi, semakin rendah

optimism maka semakin tinggi kinerja.

4. Variabel resiliency: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.258 dengan

signifikansi 0.012 (p < 0.05). Hal tersebut berarti bahawa variabel resiliency

secara positif dan signifikan memngaruhi kinerja. Jadi, semakin tinggi

resiliency maka semakin tinggi kinerja.

5. Variabel perception of emotions: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.006 dengan signifikansi 0.941 (p > 0.05). Hal tersebut berarti bahwa

variabel perception of emotions tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja.

6. Variabel managing emotions: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.051

dengan signifikansi 0.637 (p > 0.05). Hal tersebut berarti bahwa variabel

managing emotions tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja.

7. Variabel social skill: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.116 dengan

signifikansi 0.279 (p > 0.05). Hal tersebut berarti bahwa variabel social skill

tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja.

Page 81: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

67

8. Variabel utilizing emotions: diperoleh nilai koefisien regresi yaitu sebesar

0.120 dengan signifikansi 0.169 (p > 0.05). Hal tersebut berarti bahwa

variabel utilizing emotions tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja.

Pada tabel 4.6 di atas, dari tiga IV (hope, optimism, dan resiliency) yang

berpengaruh signifikan terhadap DV (kinerja) dapat diketahui variabel yang

memiliki pengaruh lebih besar. Pada penelitian ini, hope memiliki koefisien (beta)

0.431 yang memberikan pengaruh paling besar terhadap DV. Untuk melihat

perbandingan besar kecilnya pengaruh tiap IV terhadap DV dapat diketahui

dengan dua cara, yaitu melihat signifikansi (p) dan melihat Standardized

coefficients (beta) (Umar, 2011). Maka dari tabel diatas dapat diketahui

perbandingan atau urutan IV yang memiliki pengaruh terbesar adalah sebagai

berikut:

1. Hope dengan beta = 0.431

2. Optimisme dengan beta = -0.356

3. Resiliency dengan beta = 0.258

Analisis Proporsi Varians

Pengujian pada tahapan ini dilakukan bertujuan untuk dapat melihat apakah

signifikan atau tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap independent

variable, yang mana independent variable akan dianalisis secara satu per satu.

Tabel kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per

satu, lalu dilihat di kolom ketiga yang merupakan total penambahan varians

dependent variable dari tiap independent variable yang dianalisis satu per satu,

lalu dilihat di kolom keenam, kolom keenam ini merupakan nilai murni varians

Page 82: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

68

dependent variable dari tiap independent variable yang dimasukkan sat per satu,

lalu dilihat di kolom df adalah derajat bebas bagi independent variable yang

bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan denumerator. Kolom terakhir yang

dilihat adalah kolom sig. F Change yang fungsinya untuk mengetahui

signifikansinya. Di dalam kolom ini dilihat, apabila nilai p < 0.05 maka

independent variable memiliki sumbangan yang signifikan, artinya penambahan

proporsi varians dari independent variable yang bersangkutan, dampaknya

signifikan. Dan sebaliknya, apabila nilai p > 0.05 maka independent variable yang

bersangkutan, dampaknya tidak signifikan. Besarnya proporsi varians pada kinerja

dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Variabel self efficacy memberikan sumbangan sebesar 5.9% dalam varians

kinerja dan pengaruhnya signifikan.

2. Variabel hope memberikan sumbangan sebesar 6.9% dalam varians kinerja

dan pengaruhnya signifikan.

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .244a .059 .055 9.72080 .059 13.470 1 213 .000

2 .358a .128 .120 9.38030 .069 16.744 1 212 .000

3 .391a .153 .141 9.26866 .025 6.138 1 211 .014

4 .422a .178 .162 9.15342 .025 6.346 1 210 .013

5 .422a .178 .158 9.17520 .000 .004 1 209 .950

6 .422a .178 .154 9.19646 .000 .035 1 208 .852

7 .425a .181 .153 9.20139 .003 .777 1 207 .379

8 .434a .189 .157 9.18125 .008 1.909 1 206 .169

a. Predictors: (Constant), self efficacy, hope, optimism, resiliency, perception of emotions,

managing emotions, social skills, utilizing emotions

Page 83: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

69

3. Variabel optimism memberikan sumbangan sebesar 2.5% dalam varians

kinerja dan pengaruhnya signifikan.

4. Variabel resiliency memberikan sumbangan sebesar 2.5% dalam varians

kinerja dan pengaruhnya signifikan

5. Variabel perception of emotions memberikan sumbangan sebesar 0.0% dalam

varians kinerja dan pengaruhnya tidak signifikan.

6. Variabel managing emotions memberikan sumbangan sebesar 0.0% dalam

varians kinerja dan pengaruhnya tidak signifikan.

7. Variabel social skill memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam varians

kierja dan pengaruhnya tidak signifikan.

8. Variabel utilizing emotions memberikan sumbangan sebesar 0.8% dalam

varians kinerja dan pengaruhnya tidak signifikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada tiga IV, yaitu hope,

optimism, dan resiliency yang signifikan sumbangannya terhadap kinerja. Jika

dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan

penambahan IV (sumbangan proporsi varians yang diberikan).

Page 84: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

70

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, bahwa secara keseluruhan ada pengaruh

yang signifikan antara modal psikologis dan kecerdasan emosional terhadap

kinerja. Berdasarkan proporsi varians yang telah dihitung, diperoleh hasil bahwa

modal psikologis dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh

independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV). Maka hipotesis

mayor dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara modal psikologis dan kecerdasan emosional terhadap kinerja

tidak ditolak.

Kemudian, peneliti menguji hipotesis untuk mengetahui signifikansi dari

masing-masing koefisien regresi independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV), diperoleh hasil bahwa dari delapan variabel, ternyata terdapat tiga

variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap kinerja, yaitu harapan, optimisme,

dan resiliensi. Sedangkan variabel efikasi diri, persepsi emosi, pengaturan emosi

diri, penanganan emosi orang lain, dan pemanfaatan emosi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja.

Page 85: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

71

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel modal

psikologis dan kecerdasan emosional, dari delapan variabel, terdapat tiga variabel

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja. Ketiga variabel tersebut

adalah harapan, optimisme, dan resiliensi.

Pada penelitian ini terbukti bahwa kecerdasan emosional memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Dibuktikan dengan adanya penelitian

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang ada antara kinerja dan

kecerdasan emosional telah diantisipasi. Fakta bahwa kecerdasan emosional

secara signifikan terkait dengan kinerja penjualan mungkin memiliki implikasi

yang berharga bagi perekrut penjualan, pelatih, dan manajer. Kecerdasan

emosional telah dideskripsikan sebagai komponen diri sendiri yang dapat

menerima perubahan dan pengembangan. Dengan demikian, dengan

mengevaluasi tingkat kecerdasan emosional seseorang, seorang tenaga penjualan

mungkin dapat mengidentifikasi bidang-bidang di mana peningkatan mungkin

diperlukan. Sejalan dengan itu, manajer tenaga penjualan dan pelatih penjualan

dapat mengidentifikasi bidang kekuatan dan kelemahan yang dapat berguna dalam

pelatihan dan penugasan pekerjaan. Jika diteliti dan divalidasi secara memadai,

dapat dibayangkan bahwa kecerdasan emosional mungkin berguna sebagai alat

seleksi dan rekrutmen.

Kompetensi kecerdasan emosional kesadaran emosional dan kontrol diri /

lainnya penting dalam kinerja penjualan. Temuan ini secara empiris

Page 86: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

72

mendukung gagasan bahwa kecerdasan emosional secara langsung terkait

dengan kinerja pada berbagai tugas (Goleman 1995).

Sebagaimana yang disebutkan dalam penelitian Luthans, Youssef, &

Avolio (2007) menjelaskan PsyCap hope sebagai harapan yang dimiliki

individu untuk mencapai tujuan dan keyakinan bahwa individu tersebut

bertanggung jawab secara pribadi terhadap tujuannya sendiri serta dapat

mencari alternatif jalan untuk mencapai tujuannya ketika menemukan suatu

hambatan. Didasari oleh pengertian ini, PsyCap hope dapat dimengerti dalam

pengertian kognitif atau pemikiran di mana individu mampu membuat tujuan

yang realistis namun menantang dan mencapai tujuan tersebut dengan mandiri,

energi, dan persepsi yang berfokus pada kontrol personal atau sebagai

kemampuan individu dalam memfokuskan usaha mereka untuk mencapai

tujuan dan membuat strategi alternatif dalam mencapai tujuan tersebut ketika

menemukan hambatan dalam mencapainya.

Optimisme dalam penelitian ini berarti sebagai explanatory atau

attributional style. Anggapan ini didasari oleh pernyataan Martin Seligman yang

mendefinisikan optimisme sebagai explanatory style yang mengatribusi kejadian

positif secara personal, permanen, dan pervasif dan kejadian negatif secara

eksternal, sementara, dan terjadi pada situasi spesifik saja (tidak menyeluruh atau

pervasif), sedangkan pesimistis sebaliknya. Namun perlu diperhatikan bahwa

individu yang terlalu atau over optimistic tidak dapat dikatakan baik karena

individu dapat menerima tantangan yang sebenarnya terlalu ekstrim atau

membahayakan bagi dirinya ataupun orang lain. Untuk itu, Peterson (dalam

Page 87: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

73

Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) menekankan agar individu memiliki “flexible

optimism” dan Schneider (dalam Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) menekankan

agar memiliki “realistic optimism”. Optimisme yang harus dimiliki ialah yang

efektif dan tidak ekstrim, serta harus dipandang sebagai pembelajaran untuk

disiplin diri, analisis hal-hal yang terjadi di masa lampau, perencanaan kontingen,

dan program preventif yang tepat. Sehingga individu dengan optimisme yang

positif, efektif, fleksibel, dan realistis dapat menikmati implikasinya baik secara

kognitif maupun emosional karena mampu bertanggung jawab atas kesuksesannya

dan memiliki kontrol atas tujuan pribadinya tanpa mengambil resiko berbahaya

baik bagi dirinya maupun orang lain secara tidak sadar.

Sedangkan, resiliensi dalam penelitian ini tidak hanya memiliki arti

kemampuan untuk menjadi teguh kembali setelah ditimpa kejadian atau hal buruk

atau kesulitan, namun juga menjadi lebih positif dan menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Suatu faktor yang mempengaruhi kualitas resiliensi individu ialah

gaya kepemimpinan orang yang berkuasa terhadap dirinya. Gaya kepemimpinan

yang berpengaruh positif terhadap perkembangan resiliensi ialah transformasional

yang dapat dirasakan dari kharisma, pengaruh idealis, stimulasi intelektual, dan

pertimbangan individualisasi orang yang berkuasa atas diri individu. Sedangkan

gaya kepemimpinan yang berpengaruh negatif terhadap resiliency ialah

transaksional.

Pada penelitian ini, terdapat lima variabel yang tidak memberikan pengaruh

secara signifikan terhadap kinerja, yaitu efikasi diri, persepsi emosi, pengaturan

emosi diri, penanganan emosi orang lain, dan pemanfaatan emosi. Efikasi diri

Page 88: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

74

dalam penelitian ini merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan diri seseorang

mengenai kemampuannya dalam mengerahkan motivasi, sumber-sumber kognisi,

dan melakukan sejumlah tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan

dalam melaksanakan tugas pada konteks tertentu. Orang-orang dengan efikasi diri

tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut, memiliki target yang tinggi untuk

diri sendiri dan secara sadar memilih tugas yang sulit, menyukai dan

mengembangkan diri dengan adanya tantangan, memiliki motivasi pribadi yang

tinggi, memberikan usaha untuk mencapai tujuan, ketika menemui kesulitan

mereka bertahan. Dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang siginifikan.

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian, peneliti

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Oleh karena itu,

peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan praktis agar

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, supaya

penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca, orang tua, dan masyarakat

umum, sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti kinerja pada sampel

perusahaan lain yang sama dengan sistem kerja oriflame. Bisa juga

meneliti dengan sampel laki-laki yang lebih banyak, kemudian dilakukan

perbandingan kinerja laki-laki dan perempuan.

2. Dari dua variabel besar yang diteliti pengaruhnya terhadap kinerja, yaitu

model psikologis dan kecerdasan emosional jika menggunakan lebih

Page 89: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

75

banyak variabel independen lagi mungkin akan terlihat lebih besar lagi

pengaruhnya. Dan gunakan variabel yang lain agar semua dimensi

memiliki pengaruh yang signifikan.

5.3.2 Saran praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa dimensi harapan, optimisme,

dan resiliensi dari modal psikologis berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Untuk itu, peneliti menyarankan agar para konsultan Oriflame dapat

mengembangkan modal psikologis dan kecerdasan emosional yang dimiliki, agar

mereka bisa meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya.

Page 90: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

76

DAFTAR PUSTAKA

Baldauf, A., Cravens, D. W., & Piercy, N. F. (2001). Examining Business

Strategy, Sales Management, and Salesperson Antecendents of Sales

Organization Effectiveness. Journal of Personal Selling & Management,

Vol. XXI, Number 2 (Spring). p. 109222.

Clothier, P.J. (1994). Meraup Uang dengan MLM: Pedoman Praktis Menuju

Network Selling yang Sukses. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Consultant Manual.Getting Started.The Oriflame Opportunity

Desita (2016). Apa itu Oriflame? Tentang bisnis dan perusahaan. Di unduh

tanggal 1 Maret 2017 dari http://kukerjadirumah.com/apa-itu-oriflame-

tentang-bisnis-dan-perusahaan/

Dharma, A. (1991). Manajemen Prestasi. Jakarta: Rajawali Press

Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New

York: Oxford University Press Inc.

Goleman, D. Ecological Intelligence. Kecerdasan ekologi. Lina Y. (terj). 2009.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hasibuan, Malayu S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

https://www.apli.or.id/

https://id.oriflame.com/business-opportunity

Jewell, L.N., & Siegall, M. (1990). Psikologi Industri Organisasi Modern (2nd

ed.). In Danuyasa (Ed.). Jakarta: Arcan.

Keegan, W. J. (2003). Manajemen Pemasaran Global. Jakarta: PT Indeks

Gramedia.

Kukila, Aditayani Indra. (2001). Kecerdasan Emosional dan Prestasi Kerja Agen

Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putra 1912 Cabang Jateng II/Yogyakarta.

Skripsi, f. Psikologi UGM

Luthans, F., J. B. Avolio, Fred O. Walumbwa and Weixing Li. (2006). The

Psychological Capital of Chinese Workers: Exploring the Relationship

with Performance: Management and Organization Review. Blackwell

Publishing Ltd, Oxford. UK.

Page 91: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

77

Luthans, F., Avey, J. B. Avolio, B.J., Norman, S. M. & Combs, G. M. (2007).

Positive Psychological Capital: Measurement and relationship with

Performance and Satisfaction. Personnel Psychology, 60, 541-572.

Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, B. J. (2007). Psychological capital:

Developing the human competitive edge. New York: Oxford University

Press.

Luthans, & Fred. Perilaku Organisasi.(terj). 2007. Yogyakarta: Andi

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia,

Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta

Pabundu Tika. (2006). Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. (1998). Pelayanan bimbingan dan konseling sekolah menengah umum

(SMU). Padang: Penebar Aksara.

Salovey, P & Mayer, J D. (1999). Emotional Inteligence. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Santoso, B. (2003). All about MLM. Memahami lebih jauh dan pernak perniknya.

Yogyakarta: Andi.

Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden,

C. J., et al. (1998). Development and validation of a measure of emotional

intelligence. Personality and Individual Differences, 25, 167-177.

doi:10.1016/S0191-8869(98)00001-4

Seligman, E. P. M., & Peterson, C. (2004). Character Strengths and Virtues, A

Handbook and Classification. American Psychological Association. New

York: Oxford University Press.

Sevilla, C. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.

Slaski, M, & Cartwright, S. (2003). Emotional intelligence training and it

simplications for stress, health and performance. Stress and Health, 19,

233-239.

Tjakraatmadja, Jann Hidajat and Febriansyah, Hary. (2007) “The Influence

Differences of National Admission Test (SPMB) Psychological Capital

and Learning Environment Toward The Academic Achievement Index

(GPA) Of Engineering and Management ITB Students”. Proceeding of

The 24th Pan Pacific Conference. New Zealand

Tjakraatmadja, Jann Hidajat dan Febriansyah, Hary. (2006). ”Pengaruh Nilai

SPMB dan Psikotest Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Yang

Dipengaruhi Oleh Modal Psikologi dan Lingkungan Belajar, Studi Kasus

Page 92: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

78

Mahasiswa ITB”, 2006. ICTOM Proceeding. Sekolah Bisnis dan

Manjemen ITB

Umar, Husein. (2010). Desain penelitian msdm dan perilaku karyawan :

Paradigma positivistik dan berbasis pemecahan masalah. Jakarta:

Rajawali Pers.

Page 93: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

79

LAMPIRAN

Lampiran 1 – Kuesioner Penelitian

INFORMED CONSENT

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Salam Sejahtera

Dengan hormat,

Saya Sarah Agustira mahasiswi tingkat akhir Program Strata 1 (S1) Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu, sangat

diharapkan sekali kesediaan Anda untuk berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian ini.

Anda diharapkan memberikan informasi yang dibutuhkan dengan mengisi

kuesioner yang terlampir dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah

diberikan. Tidak ada jawaban BENAR atau SALAH dalam kuesioner ini.

Jawaban terbaik adalah jawaban yang sesuai dengan kesadaran diri, perasaan, dan

pikiran Anda tanpa pengaruh apapun dan siapapun. Kejujuran Anda dalam

melengkapi kuesioner ini sangat Saya harapkan. Adapun informasi atau data yang

Anda berikan dalam penelitian ini akan DIJAGA KERAHASIAANNYA dan

digunakan hanya untuk kepentingan penelitian saja.

Atas bantuan dan kerjasama Anda dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hormat peneliti,

(Sarah Agustira)

Page 94: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

80

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini : (WAJIB DIISI)

Nama/Inisial :

*Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan

Usia : tahun

Lama Bekerja :

Jenjang Karir / Level :

Bonus Point :

Jumlah Orang / Tim :

Bonus (Rp) :

Email :

Jakarta, September 2017

*Coret yang tidak perlu ( )

Page 95: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

81

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum

mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah dengan seksama setiap

pernyataan yang diberikan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah

pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberikan tanda

checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.

Adapun kolom pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut :

SS : Bila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.

S : Bila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut.

TS : Bila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.

STS : Bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.

Contoh :

Pernyataan SS S TS STS

Saya gemar menyanyi

Artinya: Anda setuju dengan pernyataan “saya gemar menyanyi”

Bagian I

Pernyataan SS S TS STS

Saya memiliki kepercayaan diri tinggi

Saat berada di bawah tekanan, saya

memikirkan cara untuk keluar dari keadaan

sulit tersebut

Saya lebih memilih mengikuti lebih dari satu

jalan untuk mencapai tujuan

Ketika saya tidak yakin akan sesuatu, saya mengharapkan yang terbaik

Saya merasa mood terbaik saya ketika berada dalam situasi yang menantang

Saya memiliki kemauan yang kuat untuk

mencapai tujuan saya

Saya mengembalikan mood normal saya dengan

cepat setelah kejadian yang tidak

menyenangkan

Saya mudah merasa tenang

Saya menghadapi banyak masalah dan saya bisa menyelesaikannya

Saya memiliki beberapa cara untuk mengatasi masalah yang mungkin saya hadapi

Saya menikmati berurusan dengan kejadian

baru dan tidak biasa

Page 96: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

82

Saya selalu optimis tentang masa depan saya

Saya mempercayai diri saya dalam menemukan

solusi ketika menghadapi situasi yang salah

Saya merasa bahwa saya telah mencapai

kesuksesan besar dalam karir saya

Saya biasanya berhasil membentuk kesan

positif tentang orang lain

Saya mengharapkan perihal untuk memastikan kelanjutan dalam mencapai tujuan saya

Saya berpikir bahwa saya memiliki kesempatan

yang sangat bagus dalam menyesuaikan tujuan

hidup saya

Saya bisa memikirkan lebih dari satu cara untuk mencapai tujuan saya

Saya lebih memilih pekerjaan yang baru dan menantang

Saat saya merasa marah pada kinerja pekerjaan,

saya menundanya di lain waktu

saya menyelesaikan pekerjaan saya tepat waktu dan tidak menunggu sampai menit terakhir

Sebagian besar tujuan saya telah tercapai

Saya mengatasi perasaan marah yang mungkin saya alami terhadap orang tertentu

Saya mengharapkan kejadian menyenangkan, bukan kejadian yang tidak menyenangkan

Bagian II

Pernyataan SS S TS STS

Saya tahu kapan harus berbicara tentang

masalah pribadi saya kepada orang lain

Saat menghadapi rintangan, saya ingat saat

menghadapi hambatan yang sama dan

mengatasinya

Saya berharap bahwa saya akan melakukannya

dengan baik pada kebanyakan hal yang saya

coba

Ada orang yang merasa mudah untuk

menceritakannya kepada saya

Saya merasa sulit untuk memahami pesan non-

verbal orang lain

Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya

telah membuat saya mengevaluasi kembali apa

yang penting dan tidak penting

Page 97: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

83

Saat mood saya berubah, saya melihat

kemungkinan baru

Emosi adalah salah satu hal yang membuat

hidup saya layak untuk dijalani

Saya menyadari emosi saya saat mengalaminya

Saya berharap hal baik terjadi

Saya suka berbagi emosi dengan orang lain

Ketika saya mengalami emosi positif, saya tahu

bagaimana membuatnya bertahan

Saya mengatur acara yang disukai orang lain

Saya mencari kegiatan yang membuat saya

bahagia

Saya sadar akan pesan non-verbal yang saya

kirim kepada orang lain

Saya menampilkan diri dengan cara yang

membuat kesan baik pada orang lain

Saat saya dalam suasana hati yang positif,

memecahkan masalah itu mudah bagi saya

Dengan melihat ekspresi wajah mereka, saya

mengenali emosi yang dialami orang

Saya tahu mengapa emosi saya berubah

Saat saya dalam suasana hati yang positif, saya

bisa menemukan ide baru

Saya memiliki kendali atas emosi saya

Saya dengan mudah mengenali emosi saya saat

saya mengalaminya

Saya memotivasi diri saya dengan

membayangkan hasil yang baik untuk tugas

yang saya lakukan

Saya memuji orang lain ketika mereka telah

melakukan sesuatu dengan baik

Saya sadar akan pesan non-verbal yang dikirim

orang lain

Ketika orang lain menceritakan tentang sebuah

peristiwa penting dalam hidupnya, saya hampir

merasa seolah-olah saya mengalami kejadian ini

sendiri

Ketika saya merasakan perubahan emosi, saya

cenderung mengemukakan gagasan baru

Page 98: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

84

Saat menghadapi tantangan, saya menyerah

karena saya yakin saya akan gagal

Saya tahu apa yang orang lain rasakan hanya

dengan melihat mereka

Saya membantu orang lain merasa lebih baik

saat mereka berada di bawah

Saya menggunakan suasana hati yang baik

untuk membantu diri saya terus mencoba

menghadapi hambatan

Saya dapat mengetahui bagaimana perasaan

orang dengan mendengarkan nada suaranya

Sulit bagi saya untuk mengerti mengapa orang

merasakan apa yang mereka lakukan

Mohon periksa kembali jawaban Saudara/I, jangan sampai ada pernyataan yang

terlewatkan.

TERIMA KASIH

Page 99: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

85

Lampiran 2 – Syntax Uji Validitas Data

MODAL PSIKOLOGIS

Syntax Uji Validitas Konstruk Efikasi Diri

TITLE:UJI VALIDITAS SE;

DATA: FILE IS SE.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SE1-SE6;

USEVAR ARE SE1-SE6;

CATEGORICAL ARE SE1-SE6;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY SE1-SE6;

SE5 WITH SE4; SE6 WITH SE1; SE6 WITH SE2;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (3);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Konstruk Harapan

TITLE:UJI VALIDITAS HOPE;

DATA: FILE IS HOPE.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE H1-H6;

USEVAR ARE H1-H6;

CATEGORICAL ARE H1-H6;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY H1-H6;

H6 WITH H4;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Page 100: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

86

Syntax Uji Validitas Konstruk Optimisme

TITLE:UJI VALIDITAS OPTIMISM;

DATA: FILE IS OPTIMISM.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE O1-O6;

USEVAR ARE O1-O6;

CATEGORICAL ARE O1-O6;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY O1-O6;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Konstruk Resiliensi

TITLE:UJI VALIDITAS RESILIENCY;

DATA: FILE IS RESILIENCY.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE R1-R6;

USEVAR ARE R1-R6;

CATEGORICAL ARE R1-R6;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY R1-R6;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Page 101: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

87

KECERDASAN EMOSIONAL

Syntax Uji Validitas Persepsi Emosi

TITLE:UJI VALIDITAS POE;

DATA: FILE IS POE.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE P1-P9;

USEVAR ARE P1-P9;

CATEGORICAL ARE P1-P9;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY P1-P9;

P9 WITH P1; P7 WITH P2; P7 WITH P3;

P9 WITH P2; P9 WITH P7; P2 WITH P1;

P7 WITH P1; P8 WITH P1; P3 WITH P2;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (3);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Mengelola Emosi dalam Diri

TITLE:UJI VALIDITAS MES;

DATA: FILE IS MES.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE M1-M8;

USEVAR ARE M1-M8;

CATEGORICAL ARE M1-M8;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY M1-M8;

M4 WITH M1; M6 WITH M3; M4 WITH M3;

M8 WITH M6;

PLOT: TYPE=PLOT3;

Page 102: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

88

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (3);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Keterampilan Sosial atau Mengelola Emosi Orang Lain

TITLE:UJI VALIDITAS SS;

DATA: FILE IS SS.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SS1-SS8;

USEVAR ARE SS1-SS8;

CATEGORICAL ARE SS1-SS8;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY SS1-SS8;

SS8 WITH SS5; SS4 WITH SS1; SS3 WITH SS1;

SS6 WITH SS2; SS6 WITH SS3;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (3);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Syntax Uji Validitas Memanfaatkan Emosi

TITLE:UJI VALIDITAS UE;

DATA: FILE IS UE.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE U1-U8;

USEVAR ARE U1-U8;

CATEGORICAL ARE U1-U8;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;

MODEL: EXTRA BY U1-U8;

U6 WITH U3;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);

!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);

Page 103: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

89

Lampiran 3 – Path Diagram

MODAL PSIKOLOGIS

Model Fit Efikasi Diri

Model Fit Harapan

Page 104: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

90

Model Fit Optimisme

Model Fit Resiliensi

Page 105: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

91

KECERDASAN EMOSIONAL

Model Fit Persepsi Emosi

Model Fit Mengelola Emosi dalam Diri

Page 106: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

92

Model Fit Keterampilan Sosial atau Mengelola Emosi Orang Lain

Model Fit Memanfaatkan Emosi

Page 107: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

93

Lampiran 4 – Hasil Uji Hipotesis

Regresi

Model Summary

Mod

el

R R

Squar

e

Adjuste

d R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,434a ,189 ,157 9,18125 ,189 5,984 8 206 ,000

a. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL, TPOE, TMES, TSOCS, TUEM

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 4035,153 8 504,394 5,984 ,000b

Residual 17364,847 206 84,295

Total 21400,000 214

a. Dependent Variable: TPERF

b. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL, TPOE, TMES, TSOCS, TUEM

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 33,043 4,038 8,184 ,000

TSEF -,055 ,119 -,055 -,461 ,645

THOPE ,431 ,104 ,431 4,132 ,000*

TOPTM -,356 ,102 -,356 -3,492 ,001*

TRESIL ,258 ,101 ,258 2,544 ,012*

TPOE ,006 ,083 ,006 ,075 ,941

TMES ,051 ,107 ,051 ,473 ,637

TSOCS -,116 ,107 -,116 -1,085 ,279

TUEM ,120 ,087 ,120 1,382 ,169

a. Dependent Variable: TPERF

Page 108: PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Sahabat-sahabat penulis, Dini “kiting”, Firdaus “abenk”,

94

Proporsi Varian

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Chang

e

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,244a ,059 ,055 9,72080 ,059 13,470 1 213 ,000

2 ,358b ,128 ,120 9,38030 ,069 16,744 1 212 ,000

3 ,391c ,153 ,141 9,26866 ,025 6,138 1 211 ,014

4 ,422d ,178 ,162 9,15342 ,025 6,346 1 210 ,013

a. Predictors: (Constant), TSEF

b. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE

c. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM

d. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,422a ,178 ,162 9,15342 ,178 11,354 4 210 ,000

2 ,422b ,178 ,158 9,17520 ,000 ,004 1 209 ,950

3 ,422c ,178 ,154 9,19646 ,000 ,035 1 208 ,852

4 ,425d ,181 ,153 9,20139 ,003 ,777 1 207 ,379

5 ,434e ,189 ,157 9,18125 ,008 1,909 1 206 ,169

a. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL

b. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL, TPOE

c. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL, TPOE, TMES

d. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL, TPOE, TMES, TSOCS

e. Predictors: (Constant), TSEF, THOPE, TOPTM, TRESIL TPOE, TMES, TSOCS, TUEM