PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP KEBERHASILAN...
Transcript of PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP KEBERHASILAN...
1
PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAPKEBERHASILAN PAI DI SMA MANDIRI ‘99
TANGERANG
Oleh:ANWARUDDIN
NIM: 101011020661
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1430 H / 2009 M
2
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Keberhasilan PAI diSMA Mandiri ’99 Tangerang” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam UjianMunaqosah pada 16 September 2009 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulisberhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd. I.) dalam bidang Pendidikan AgamaIslam.
Jakarta, 16 September 2009
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
(Dr. H. AF. Wibisono, MA.) .…………….. ……………….Nip. 19580112 198803 1 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
(Drs. Sapiudin Shiddiq, M. Ag.) ..…………….. .……………….Nip. 19670328 200003 1 001
Penguji I
(Dr. H. AF. Wibisono, MA.) …………….. ……………….Nip. 19580112 198803 1 002
Penguji II
(Siti Khadijah, MA.) …………….. ……………….Nip. 19700727 199703 2 004
Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(Prof. Dr. Dede Rosyada, MA)Nip. 19571005 198703 1 003
3
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anwaruddin
NIM : 101011020661
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperolehgelar strata satu (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2009
Penulis
Anwaruddin
4
بسم االله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
taufiq, hidayat serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke jalan yang benar dan diridhoi
Allah, demikian pula kepada keluarga dan para sahabatnya.
Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalamai kesulitan,
hambatan, namun berkat usaha serta bantuan dari berbagai pihak, semua kesulitan
dapat teratasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Bpk Drs. H.M. Alisuf Sabri, dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat
kepada penulis.
4. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi.
5. Pimpinan Perpustakaan Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah beserta
stafnya yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana
perpustakaan.
6. Bapak Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi PAI, Staf Tata Usaha, serta Dewan
Guru SMA Mandiri’99 Tangerang.
5
7. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan hormati, yaitu ayahanda
H.M. Madun (alm) dan ibunda Hj. Enok Sumyati serta keluarga tercinta yang
telah memberikan do’a, dorongan dan bantuan baik moril maupun materil.
8. Kakak dan Adik-adik tercinta, Aa Elso dan family, Ceuceu dan family, Japra,
Yuli dan family, Kezenk dan family, Buyunk, Belo, Nok O’ah, Ade Lala.
9. Dede Haeriah, terima kasih atas motivasi, cinta dan kasih sayangnya.
10. Teman-teman PAI kelas D terutama Tatkul Anwar Natsir, MA., Q-noy,
Nyamuk, Izeh, yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca, semoga Allah SWT selalu membimbing kita agar selalu di
jalan-Nya. Amiin.
Jakarta, 22 Juli 2009
Penulis
6
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................................5
C. Metode Pembahasan................................................................................................8
D. Sistematika Penulisan.............................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Metode Demonstrasi.............................................................................................10
B. Pendidikan Agama Islam......................................................................................14
C. Keberhasilan PAI di SMA.....................................................................................18
D. Pelaksanaan Metode Demonstrasi di SMA...........................................................22
E. Faktor Keberhasilan Belajar Mengajar ................................................................24
F. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Metode Demonstrasi...................................32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................35
B. Tujuan Penelitian.................................................................................................. 36
C. Populasi dan Sampel.............................................................................................36
7
D. Tehnik Pengumpulan Data....................................................................................36
E. Tehnik Analisa Data..............................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Mandiri ’99....................................................................41
1. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan..............................................................41
2. Struktur Organisasi..........................................................................................45
3. Sarana dan Prasarana.......................................................................................46
B. Deskripsi Data.......................................................................................................47
C. Analisis Data ........................................................................................................48
D. Interpretasi Data....................................................................................................57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................59
B. Saran......................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari kamis, 20 Maret 2008
di SMA Mandiri ‘99, terlihat guru pendidikan agama Islam ketika membahas
materi tentang mengurusi jenazah, murid hanya menulis dan mendengarkan
penjelasan guru. Setelah pelajaran selesai, guru memberikan pertanyaan
kepada murid dan ternyata banyak murid yang tidak faham, hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya siswa yang dapat menjelaskan bagaimana
melakukan semua hal tersebut di atas.
Dari fakta tersebut, perlu diadakan penelitian tentang apa yang
sebenarnya dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, sehingga energi
yang dihabiskan oleh guru tidak terbuang percuma.
Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Mager
adalah menitik beratkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance)
sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa dan dapat dicermati serta
menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar.
Pengajar mengemban tugas utamanya adalah mendidik dan
membimbing siswa-siswi untuk belajar serta mengembangkan dirinya. Di
dalam tugasnya seorang guru diharapkan dapat membantu siswa dalam
1
9
memberi pengalaman-pengalaman lain untuk membentuk kehidupan individu
yang dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat modern.
Sebagai salah satu alternatif, metode demonstrasi dapat digunakan
untuk membentuk siswa yang mandiri di tengah kehidupan masyarakat. Ini
karena metode demonstrasi menghadirkan sesuatu yang imajinatif menjadi
sesuatu yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan oleh siswa.
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada
siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di
samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya
perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam
upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. Padahal hal terpenting dalam
pengajaran agama Islam adalah kegiatan yang mendorong supaya yang diajar
terampil memperbuat pekerjaan ibadat itu, baik dari segi kegiatan badan,
ataupun dari segi bacaan. Oleh karena itu dari pengajaran tersebut yang diajar
diharapkan dapat melakukan ibadat dengan mudah.1
Bertitik tolak pada pengertian metode pengajaran, yaitu suatu cara
penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka
fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar
tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan
merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.2
Salah satu keberhasilan impelementasi kurikulum tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan
mengaktualisasikan kurikulum itu. Kemampuan guru tersebut terutama
berkaitan dengan kemampuan dan pengetahuan, serta tugas yang dibebankan
1 Zakiyah daradjat, dkk., Metode Khusus pengajaran Agama Islam, jakarta: P.T. BumiAksara, agustus, 2001. cet. II., h. 31.
2 Basyiruddin Utsman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers. Juni,2002) cet. I., h. 31.
10
kepadanya.3 Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat
berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang
paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.
Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan
karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran. Bila ditinjau
lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor
yang berpengaruh, antara lain tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi,
kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.4
Salah satu metode mengajar yang sering digunakan oleh guru dalam
penyampaian materi di kelas adalah metode konvesnsional atau metode
ceramah. Metode mengajar ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang
dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung
terhadap siswa.
Meskipun metode ini mempunyai banyak keunggulan, namun karena
dalam metode ini siswa tidak dituntut aktif walaupun diberi kesempatan untuk
bertanya. Sedangkan hasil belajar yang bisa menumbuhkan hasil belajar yang
langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif,5 maka metode ini tidak dapat
dipertahankan begitu saja tanpa adanya perubahan dan perbaikan dari guru
maupun sekolah.
Sebagai salah satu alternatif dari metode pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, metode demonstrasi dapat diterapkan di kelas yang
diharapkan dapat meningkatkan tingkat pemikiran dan pengalaman siswa,
terutama jika siswa diharapkan mempraktekkan tentang suatu materi yang
difahami.
3 E. Mulyasa, ImplementasiKurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:Remaja Rosdakarya, Juni, 2004), h. 4.
4 Basyiruddin Utsman, op cit., h. 110.5 Melvin L. Silberman, active Learning, 101 Cara Belajar siswa Aktif, (Bandung: Nusantara
dengan Nuansa, September, 2004), Cet ke-1, h. 1-2
11
Seperti halnya metode-metode yang lainnya, metode demonstrasipun
mempunyai kelemahan, namun apabila hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi ini lebih menunjukan angka yang membaik
maka guru harus belajar menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
Sekolah umum adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan
jam pelajaran agama jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah
Madrasah. Alokasi waktu yang diberikan masing-masing kelas yaitu 2 jam
pelajaran untuk SD, SLTP dan SMA dari seluruh jam pelajaran yang
dibebankan kepada siswa yaitu 30 sampai 41 jam pelajaran, (selain 4-6 jam
pelajaran untuk evaluasi pelajaran pada setiap akhir tahun ajaran dan akhir
belajar di sekolah).6
Dari semua jenjang sekolah umum tersebut, yang memberikan jam
pelajaran terbanyak adalah SMA, kurang lebih 41 jam pelajaran (selain
kebijakan yang diterapkan oleh setiap sekolah). Karena banyaknya jam
pelajaran yang dibebankan kepada siswa dan sedikitnya jam pelajaran
pendidikan agama Islam tersebut timbul untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa terhadap pendidikan agama Islam (meliputi mata pelajaran
al-qur’an hadits, Aqidah Akhlak, fiqh, dan lain-lain) dengan hanya 2 jam
pelajaran. Apakah perhatian siswa terhadap pendidikan agama Islam tidak
terganggu oleh mata pelajaran yang lain atau siswa siswa dapat memberikan
perhatiannya terhadap mata pelajaran ini?
6 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Visi, Misi Dan Aksi, (Jakarta:P.T. gemawindu Pancaperkasa, maret, 2000), h. 41
12
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan sehubungan dengan proses
belajar mengajar di kelas sebagai usaha pencapaian tujuan pendidikan
agama Islam, seperti yang ada dalam identifikasi masalah di atas dan agar
penelitian ini lebih maksimal maka pembatasan permasalahan yang akan
diteliti yaitu pada masalah
a. Bagaimanakah metode yang digunakan oleh guru pendidikan agama
Islam di kelas? Meliputi proses penggunaan metode tersebut dan hasil
belajar dengan metode itu.
b. Bagaimanakah metode yang diujikan yaitu metode demonstrasi di
kelas? Meliputi proses penggunaan metode ini dan hasil belajar
dengan menggunakan metode konvensional.
c. Apakah antara kedua hasil belajar dengan metode tersebut terdapat
perbedaan yang signifikan yang pada nantinya dapat ditentukan
apakah metode baru tersebut dapat memberikan pengaruhnya yang
nyata pada proses pembelajaran ataukah tidak?
Meski tidak dapat ditarik satu kesimpulan dari satu sisi saja,
namun pengaruh suatu metode sudah dapat dilihat dari penggunaan
metode itu di kelas dan hasil yang diperoleh dari penggunaan metode
tersebut.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
PAI di sekolah, seperti:
a. Guru; meliputi kompetensi, persiapan, dan metode yang digunakan
dalam mengajar.
b. Murid; tingkat kecerdasan, perhatian, keikut sertaan, motivasi dan
lain-lain.
13
c. Sarana dan prasarana
d. Materi; diantaranya tingkat kesulitan.
Karena banyaknya persoalan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran PAI di SMA seperti yang telah dijelaskan di
atas, maka dalam skripsi ini akan membatasi permasalahan yaitu
pengaruh metode demonstrasi terhadap keberhasilan PAI di SMA.
Terdapat banyak sekolah di Tangerang, dan setelah diamati serta
membandingkan beberapa sekolah. Maka peneliti memutuskan untuk
mengadakan penelitian ini di SMA Mandiri 99. meski tidak mewakili
secara keseluruhan terhadap proses pembelajaran di sekolah umum pada
umumnya. Namun sekolah tersebut sudah dapat memberikan gambaran
kepada kita tentang proses belajar mengajar pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah umum.
Pembatasan masalah ini tidak berarti menafikkan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran PAI di SMA
melainkan agar penelitian ini lebih fokus dan terarah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang
akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di SMA Mandiri ‘ 99?”
14
Untuk membahas masalah tersebut dikembangkan beberapa
pertanyaan penelitian yaitu:
a. Bagaimana metode yang digunakan selama ini dalam pembelajaran
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan bagaimana
hasilnya?
b. Bagaimana metode demonstrasi yang diujikan dan bagaimana pula
hasilnya?
c. Adakah perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
diterapkannya metode demonstrasi dalam proses pembelajaran di
kelas?
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah metode demonstrasi diterapkan di kelas maka metode
demonstrasi yang diujikan di SMA Mandiri’99 tersebut benar-benar dapat
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan pembelajaran
PAI.
Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah metode demonstrasi diteapkan di kelas maka
metode demonstrasi yang diujikan di SMA Mandiri’99 tersebut tidak
dapat menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan
pembelajaran PAI.
15
C. Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis dan di lengkapi oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian
kerpustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (field research).
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian melakukan pengambilan data yang diperoleh dari
kepustakaan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang
dibahas, berupa buku-buku maupun literature yang berhubungan dengan
masalah yang peneliti lakukan.
2. Penelitian Lapangan (Field research)
Peneliti melakukan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan
objek penelitian, yakni SMA Mandiri 99 Tangerang.
Adapun pedoman yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang di
susun oleh tim Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2007.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, dan tiap-tiap
bab dibagi lagi kepada sub bab. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang: Latar Belakang, Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metode Pembahasan, Sistematika
Penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, berisi tentang: Pengertian Metode
Demonstrasi, Keberhasilan PAI di SMA, Faktor Keberhasilan Belajar
Mengajar, Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Metode Demonstrasi.
16
BAB III Metode Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Tujuan
Penelitian, Populasi dan Sampel, Tehnik Pengumpulan Data, Tehnik Analisa
Data.
BAB IV Hasil Penelitian, berisi tentang: Gambaran Umum SMA
Mandiri, Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan, Struktur Organisasi, Sarana
dan Prasarana, Deskriptif Data Penelitian, Instrument Penelitian, Analisa Data
dan Interpretasi Hasil Penelitian, Pelaksanaan Metode Demonstrasi Di SMA
Mandiri ’99 Tangerang, dan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah
Diterapkan Metode Demonstrasi.
BAB V Penutup berisi tentang: Kesimpulan dan Saran
17
BAB II
KAJIAN TEORITIS
G. Metode Demonstrasi
Secara etimologi Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan
Hodos. Metha berarti melalui atau melewati, dan Hodos yang berarti jalan
atau cara.7 Sedangkan menurut terminologi metode berarti suatu alat atau cara
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.
Berbeda dengan metode eksperimen, metode demonstrasi titik
tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu,
sementara metode eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung
atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya
adalah metode demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti
oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa
secara bersama-sama.
7 H.M.Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976),h.141
10
18
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran fiqh, misalnya bagaimana cara berwudlu yang benar, bagaimana
cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari
“demonstration: (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan
proses kelangsungan sesuatu.
Pengertian lain dari metode seperti yang diungkapkan oleh para ahli di
bawah ini:
1. Samsul Nizar mengartikan metode sebagai suatu tehnik mengetahui yang
dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi
tertentu.8
2. Ahmad Tafsir mengartikan metode sebagai cara yang paling tepat dan
cepat dalam melaksanakan sesuatu.9
Dari beberapa pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa metode
mengajar adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Sedangkan demonstrasi adalah upaya peragaan atau penunjukan
tentang cara mengerjakan atau melakukan sesuatu.10
Demonstrasi menurut M. Uzer Usman adalah memperagakan apa yang
diajarkan guru dengan cara didaktis, maksudnya agar apa yang disampaikan
betul-betul dimiliki oleh peserta didik. Dikatakan lebih lanjut bahwa dalam
belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau
8 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis Dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.66
9 Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya,1995), h.9
10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000),h.208
19
pengalaman kongkrit menuju pengalaman yang lebih abstrak. Artinya tidak
cukup bagi seorang siswa mempelajari teori saja tanpa adanya peragaan yang
kongkrit pula.
Demonstrasi sebagai suatu metode mengajar berarti seorang guru atau
demonstrator memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses.
Misalnya dalam mengajarkan cara melaksanakan berwudhu diperlihatkan
seluruh proses pelaksanaannya kepada seluruh siswa, atau dengan cara
mempergunakan sumber-sumber lain sebagai alat demonstrasi bantuan.
Metode demonstrasi sangat tepat digunakan karena pengalaman dan
pengalaman langsung dari seorang siswa akan dengan mudah tersimpan
dalam memorinya. Dengan demikian, mereka dengan sendirinya memahami
penjelasan dari gurunya tanpa harus bersusah payah.
Jadi metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan mempertunjukan atau memperagakan kepada peserta didik suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
maupun contoh atau tiruan yang sering disertai dengan penjelasan secara
lisan.
Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan seperti: Bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur
apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya?
Melalui pengamatan induktif.
Metode demonstrasi dapat dilaksanakan;
1. Manakala kegiatan bersifat formal, magang atau latihan kerja.2. Bila materi pelajaran berbentuk gerak, petunjuk sederhana untuk
melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, danprosedur melaksanakan suatu kegiatan.
3. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakanpenyelesaian kegiatan yang panjang. Baik yang menyangkut pelaksanaansuatu prosedur maupun dasar teorinya.
4. Pengajar bermaksud menunjukan suatu standar keterampilan.5. Untuk menumbuh motivasi tentang latihan/praktik yang dilaksanakan.
20
6. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengankegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku, karenasiswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
7. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapatdijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen.
8. Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperolehpengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.
Batas-batas metode demonstrasi sebagai berikut;
1. Demonstrasi akan merupakan metode yang tdak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah
aktivitas di mana para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan
menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi.
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok.
4. Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian
didemonstrasikan, terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam
situasi nyata.
5. Manakala setiap orang yang diminta mendemonstrasikan dapat menyita
waktu yang banyak, dan membosankan bagi peserta yang lain.
21
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara:.11
Pendidikan menurut bahasa berasal dari kata “didik” dengan
memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan”
(hal, cara dan sebagainya).12 Istilah pendidikan ini bermula dari bahasa
Yunani yaitu “Pedagogis” Yang berarti bimbingan yang diberikan
kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
dengan istilah “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan,
sedangkan dalam bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”.13
Kata “Islam” dalam pendidikan Islam memiliki arti pendidikan
tertentu, yaitu pendidikan yang bercirikan dan berdasarkan ajaran agama
Islam.14 Oleh sebab itu para ahli berbeda pendapat dalam
merumuskannya.
Menurut Zakiyah Daradjat “pendidikan Agama Islam adalah
usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).15
11 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, (Jogjakarta:Media Wacana Press, 2003) cet ke-1, h. 9
12 Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) h. 25013 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994) h. 114 Ahmad d Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1980),
cet.4, h. 1915 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) cet ke-3, h. 86
22
Sedangkan menurut Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, “Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”
Sedangkan dalam artian yang lebih spesifik, seperti yang telah
dinyatakan di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa “Pendidikan
Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan Hadits,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan
pemgamaan dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.”16
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara
sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan ajaran agama Islam dan dapat
mengamalkan ajaran Islam, serta dapat menjadikan ajaran agama Islam
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan
di dunia dan akhirat.
16 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan AgamaIslam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003) h. 3
23
2. Tujuan pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam secara Umum adalah
meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengamalan peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman, dan bertaqwa kepadaAllah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.17
Menurut Zakiyah daradjat tujuan Pendidikan Agama Islam secara
garis besar adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah
yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan
perasaannya. Secara terperinci tujuan pendidikan agama Islam adalah:
a. Mengetahui dan melaksanakan ibadah yang disebutkan dalam Hadits
Nabi yang antara lain menyebutkan bahwa Islam ini dibangun atas
lima pilar, yaitu:
1) Pengakuan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu
hamba dan utusanNya.
2) Mendirikan Sembahyang
3) Menunaikan Zakat
4) Puasa di bulan Ramadhan
5) Menunaikan ibadah haji.
b. Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perbuatannya diperlukan untuk mendapatkan rezeki untuk dirinya dan
keluarganya.
c. Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan
kemasyarakatannya dengan baik (akhlak terpuji) yang dikelompokkan
kedalam dua kategori:
17 Muhaimin, M. A, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2001) cetke-1, h. 78
24
1) Dalam hubungan manusia dengan orang lain untuk kepentingan
umat
2) Sayang kepada orang lemah dan kasih sayang kepada hewan.18
Di dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata
pelajaran PAI kurikulum tahun 1999, sebagaimana yang dikutip oleh Drs.
Muhaimin, MA, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah ”agar siswa
memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah
SWT dan berakhlak mulia”.19
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya
d. Hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Umum berfokus padaaspek:
a. Keimanan
b. Al-Qur’an dan Hadits
c. Akidah Akhlak
d. Fiqh
e. Tarikh.
18 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, i(Jakarta: CV. Ruhama,1995) cet ke-2, h. 35
19 Muhaimin, Paradigma pendidikan Islam (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2001), cet ke-1, h.78
25
C. Keberhasilan PAI di SMA
Pendidikan agama Islam di SMA dapat dikatakan berhasil apabila
telah mencapai tujuannya. Pendidikan agama Islam secara umum bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi.20
Dalam petunjuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional 1993-1994
disebutkan bahwa mata pelajaran pendidikan agama dimaksudkan untuk
memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama yang dianut oleh siswa yang bersangkutan yang
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungannya
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
peraturan nasional, bahkan kajian masing-masing agama adalah sebagai
berikut: materi pelajaran agama Islam berisi bahan kajian tentang keimanan,
ibadah, al-Qur’an, akhlak, syari’ah, muamalah dan tarikh.21
20 Ramayulis, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia. Januari, 2001),Cet. Ke-3, h. 104
21 Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 1993-1994, i(Jakarta: Eko Jaya, 1994),h. 79
26
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah atas
(SMA) dalam segala tingkatannya secara garis besar dapat disajikan sebagai
berikut:
1. Menanamkan perasaan cinta, taat dan i’tikad yang benar kepada Allahdalam hati peserta didik yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yangtidak terhitung banyaknya.
2. Mendidik para pelajar agar membiasakan akhlak yang mulia dan adatkebiasaan yang baik.
3. Mendidik mereka agar mengikuti semua perintah meninggalkanlarangan-Nya.
4. Memberikan pelajaran mengenai macam-macam ibadat yang wajibdikerjakan dan cara melakukannya, faedah-faedah dan pengaruhnya, danhukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang Islam.
5. Memberikan contoh kepada mereka bagaimana sebaiknya hidup di dunia.6. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang
berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaranagama.22
Target yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran pendidikan
agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa,
supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan
berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang
sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti
kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.
Sedangkan kompetensi dasar yang ingin diraih dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA sebagaimana tertuliskan
dalam kurikulum 2004 berbasis kompetensi meliputi 5 aspek, yaitu:
1. Aspek al-Qur’an: mendeskripsikan ayat-ayat al-Qur’an serta
mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Aspek aqidah: menerapkan aqidah Islam dalam kehidupan sehar-hari
3. Aspek syariah: melaksanakan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari
4. Aspek akhlak: menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
22 Ramayulis, Ibid., h. 103-104
27
5. Aspek tarikh: mendeskripsikan perkembangan tarikh Islam dan
hikmahnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.23
Selain itu pendidikan Islam di SMA dapat dikatakan berhasil apabila
telah menjalankan Fungsi Bidang Studi Aqidah Akhlak, Fungsi Bidang Studi
al-Qur’an dan al-Hadits, Fungsi bidang studi syari’ah, dan Fungsi Bidang
Studi Sejarah Islam.
1. Fungsi Bidang Studi Aqidah Akhlak
a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah Islam.
b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada Allah
swt.
c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah awt.
d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia.
2. Fungsi Bidang Studi al-Qur’an dan al-Hadits
a. Membimbing siswa kearah pengenalan, pengetahuan, pemahaman,
dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan ayat-ayat suci al-
Qur’an dan al-Hadits.
b. Menunjang bidang-bidang studi lain dalam kelompok pengajaran
agama Islam, khususnya bidang studi aqidah akhlak dan syari’ah.
c. Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa kearah
pribadi utama menurut norma-norma agama.
3. Fungsi bidang studi syari’ah
a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan (habit vorming) dalam
melaksanakan amal ibadah kepada Allah swt, ketentuan-ketentuan
agama (syari’ah) dengan ikhlas, dan tuntutan akhlak yang mulia.
b. Mendorong tumbuh dan menebalnya iman.
23 Tim Cendikia, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas 1 Kurikulum 2004 BerbasisKompetensi, (Bandung, Ganeca exact, 2004)
28
c. Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar,
anugerah Allah swt.
d. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah swt, dan terlaksananya
syariat Islam untuk dirinya, keluarga dan masyarakat.
e. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syariat yang bersumber dari
al-Qur’an dan al-Hadits.
4. Fungsi Bidang Studi Sejarah Islam
a. Membantu peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan
pribadi muslim, di samping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman
terhadap Islam dan kebudayaannya.
b. Memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk menjalani
kehidupan pribadi mereka, bila mereka putus sekolah.
c. Mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang, di
samping meluaskan cakrawala pandangannya terhadap makna Islam
bagi kepentingan kebudayaan umat manusia.24
24 Dr. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara:1995), Cet. I, h. 171-175.
29
D. Pelaksanaan Metode Demonstrasi di SMA
Penggunaan metode ini menurut Basyirudin Usman dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
1. Peragaan langsung
Yaitu bentuk demonstrasi dengan menunjukkan benda aslinya
ketika akan mengadakan percobaan-percobaan yang dapat langsung
diamati oleh siswa.
2. Peragaan tidak langsung
Yaitu bentuk demonstrasi dengan menunjukkan benda tiruan atau
suatu model seperti gambar, boneka, media visual, dan lain-lain.
Metode demonstrasi juga terdiri dari 3 komponen utama, yaitu :
a) Showing
Yaitu guru menunjukkan suatu proses atau alat peraga yang
akan digunakan.
b) Doing
Yaitu guru mengerjakan proses yang akan diajarkan sesuai
materi.
c) Telling
Yaitu guru menjelaskan proses yang diperagakan atau alat
peraga yang digunakan. 25
25 Basyirudin Utsman, Metodelogi Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat press, 2002), h.7
30
Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan demonstrasi dapat pula
dibagi menjadi tiga tahap kegiatan yang harus dilalui, yaitu:
2. Kegiatan Pra-Pengembangan
Kegiatan pra-pengembangan merupakan persiapan yang harus
dilakukan guru sebelum memulai kegiatan demonstrasi. Kegiatan pra-
pengembangan terdiri atas :
a. Kegiatan penyiapan bahan dan alat yang akan dipergunakan untuk
menunjukan – mengerjakan – menjelaskan secara terpadu dalam
demonstrasi sesuai dengan urutan langkah-langkah demonstrasi yang
sudah ditetapkan.
b. Kegiatan penyiapan bahan dan alat untuk menirukan pekerjaan seperti
yang dicontohkan guru dalam demonstrasi.
c. Kegiatan penyiapan siswa dalam mengikuti kegiatan demonstrasi dan
diikuti peniruan contoh pekerjaan sesudah demonstrasi, pertama-tama
guru mengkomunikasikan tujuan kegiatan demonstrasi yang harus
dilakukan oleh guru dan kegiatan menirukan yang harus dilakukan
siswa setelah guru selesai demonstrasi.
3. Kegiatan pengembangan
Guru mengajak anak untuk memperhatikan apa yang akan
dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan kepada anak yang
mengikuti demonstrasi. Misalnya dengan pertanyaan retoris.
Pertanyaan retoris mengandung arti pertanyaan itu tidak
memerlukan jawaban dari anak.
4. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup dapat dipergunakan guru untuk
memotivasi anak yang berhasil untuk menunjukkan kinerja yang
baik maupun kepada siswa yang kurang berhasil.
31
Kepada siswa yang berhasil guru mendorong siswa untuk
berusaha menciptakan yang lain yang lebih bagus sesuai dengan
kreativitas yang ingin diwujudkan. Sedangkan kepada siswa yang
kurang berhasil dapat diberikan layanan khusus untuk memperoleh
keterampilan yang lebih baik atau menjadikan siswa yang lebih
berprestasi menjadi tutor rekannya.
Berdasarkan perincian di atas dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan metode demonstrasi terlebih dahulu harus mempersiapkan
ruangan, kesiapan media atau alat peraga, guru juga para siswa. Setelah
ada dan siap, kemudian guru langsung mempraktekkan materi yang akan
disampaikan kemudian siswa diharapkan untuk mengikutinya. Setelah
selesai diharapkan guru untuk mengulang kembali materi-materi yang
telah disampaikan dan dipraktekkan.
E. Faktor Keberhasilan Belajar Mengajar
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai setelah
proses belajar mengajar terjadi yang diwujudkan dengan angka nilai sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa ahli pendidikan dan psikologi mengemukakan beberapa
aspek teknis yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar. Sarlito Wirawan mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi
proses belajar yaitu:26
1. Waktu Istirahat: khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi
bahan yang banyak.
26 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),Cet. Ke-7, h. 45-46
32
2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh, dalam
mempelajari sesuatu lebih baik kalau dipelajari terlebih dahulu materi
dan bahan secara integral setelah itu baru dipelajari secara seksama.
3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari: dalam mempelajari sesuatu,
harus mengerti apa yang dikandungnya.
4. Transfer pengetahuan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari
sebelumnya.
5. Pengertian akan hasil belajar sendiri, bila seseorang tiap kali dapat
mengetahui hasil belajar, maka akan mempercepat dalam mempelajari
sesuatu.
Sebenarnya ada banyak faktor penyebab yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Dan faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat
digolongkan kedalam dua macam, yaitu : faktor yang berasal dari dalam diri
siswa ( internal ) dan faktor yang berasal dari luar siswa ( Eksternal )27.
Faktor internal yang ada pada diri siswa itu adalah faktor kemampuan
intelektual, faktor efektif, seperti perasaan, minat, motivasi, kematangan
untuk belajar, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat dan kemampuan
panca inderanya dalam melihat, mendengar. Sedangkan faktor eksternal yang
ada di luar diri siswa adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
belajar mengajar seperti guru, kualitas PBM (proses belajar mengajar) serta
lingkungan seperti teman sekelas, keluarga dan sebagainya.28
27 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : CV. Rajawali,1985), hal. 1
28 Drs. H. M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. I, h.74
33
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, dirumuskan kedalam tiga macam, yaitu:
1. Faktor dari dalam diri siswa (internal), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor dari luar siswa (eksternal), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni sejenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Sumber bahan ajar Pendidikan Agama Islam di SMA yaitu al-Qur’an
dan hadits. Hal itu apabila melihat pada sumber asal materi pendidikan agama
Islam, namun apabila segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
untuk belajar seseorang maka sumber bahan pendidikan agama Islam yaitu:
1. Manusia
Manusia dapat menjadi sumber belajar, karena merupakan tempat
untuk mendapatkan sesuatu yang baru bagi anak dan orang lain.
2. Buku atau Perpustakaan
Merupakan hasil budi manusia untuk mengasetkan dan
meneruskan kebudayaan umat manusia, khususnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Termasuk di dalamnya adalah buku paket pendidikan agama
Islam yang direkomendasikan oleh sekolah.
3. Mass Media
Merupakan sumber informasi dan mengetengahkan hal-hal yang
aktual dan serba baru dari berbagai penjuru dunia serta digunakan untuk
berbagai kepentingan, sehingga penggunaanya relatif efektif.
4. Media Pengajaran
Yang dimaksud media pengajaran adalah segala alat bantu siswa
termasuk laboratorium. Segala macam bentuk alat peragaan dan alat-alat
34
yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, selain berfungsi
sebagai alat bantu juga dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi
siswa.
5. Alam Lingkungan
Dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: alam terbuka, alam
lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah, dan alam lingkungan
manusia.
Tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana tersebut di atas tidak
dapat dicapai dengan sekaligus saja, atau dalam masa setahun dua tahun saja,
akan tetapi dengan berangsur-angsur sesuai dengan pertumbhan jasmani, akli
dan perasaan peserta didik dan melalui berbagai macam strategi.
Diantara strategi untuk mensukseskan pendidikan agama Islam,
sehingga tercapai tujuan itu menurut Mahmud Yunus sebagai berikut:
1. Menghubungkan pelajaran agama dengan kehidupan murid-murid dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Dalam menerangkan
hukum-hukum dan dasar-dasar agama, diberikan contoh-contoh yang
hidup dalam alam sekitar murid-murid, sehingga mereka mengetahui
bahwa dasar-dasar agama itu adalah dasar-dasar yang hidup, bukan dasar-
dasar yang mati.
2. Membangunkan semangat murid-murid dan perasaan mereka sehingga
mereka menerima ajaran agama yang diberikan kepada mereka.
3. Menarik murid-murid, supaya menunaikan kewajiban agama sejak dari
kecilnya, agar menjadi adat kebiasaan baginya, seperti mengerjakan
sembahyang, piuasa, dan sebagainya.
4. Mengadakan aktivitas keagamaan di luar kelas, seperti mengadakan
panitia untuk menyambut hari besar Islam, mengadakan tablig agama,
menghadiri ceramah agama, dan menghadiri shalat jum’at.
35
5. Dalam pelajaran kisah dan riwayat nabi, orang-orang shalih, pembesar
agama dan nasional, ditegaskan pengajaran dan ibarat yang dipetik arinya
supaya menjadi contoh dan suri tauladan bagi mereka.
6. Dalam memberikan materi ditekankan amal perbuatan, bukan teori yang
mendalam. Begitu juga dalam praktek akhlak, dipentingklan
mempraktekkan akhlak yang telah diajarkan itu, seperti berkata benar,
jujur, berani berkata benar, takut karena salah, suka menolong dan
sebagainya.
7. Menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi serta artinya yang sesuai
dengan usia dan kecerdasan murid-murid, seperti surat-surat pendek yang
mudah difahami oleh mereka dan hadits-hadits Nabi yang berhubungan
dengan akhlak.
8. Diadakan diskusi kelompok untuk membahas persoalan-persoalan yang
ada di masyarakat dan bagaiman cara menyelesaikan persoalan itu
menurut petunjuk agama.29
Pendekatan dalam pembelajaran, dalam buku strategi Pembelajaran
disebut sebagai tipe belajar dan kegiatan pembelajaran, dapat dibedakan
menjadi lima macam:
1. Pendekatan Belajar keterampilan
Pendekatan belajar keterampilan berfokus kepada pengalaman
belajar di dalam dan melalui gerak yang dilakukan peserta didik.
Kegiatan belajar terjadi apabila peserta didik menerima stimulis
kemudian merespons dengan menggunakan gerak. Kegiatan belajar
dalam bidang hukum, kedokteran, manajemen, dan perdagangan adalah
contoh-contoh yang menjelaskan adanya kegiatan belajar melalui gerak.
29 MahmudYunus, Metodik Khuuss Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hindakarya Agung,1983), Cet. Ke-11, h. 82
36
2. Pendekatan Belajar Sikap
Sikap dapat diartikan sebagai pola tindakan peserta didik dalam
merespons stimulus tertentu. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya
pendidik ialah membantu peserta didik untuk memiliki dan
mengembangkan perubahan sikap.
3. Pendekatan Belajar Pengetahuan
Kegiatan belajar pengetahuan termasuk pada ranah kognitif.
Ranah ini mencakup pemahaman terhadap suatu pengetahuan,
perkembangan kemampuan, keterampilan berfikir. Aspek-aspek yang
termasuk di dalamnya adalah:
a. Kegiatan belajar informasi
Meliputi kegiatan peserta didik yang diprogram untuk
memahami simbol (lambang) seperti kata-kata, istilah, pengertian, dan
peraturan. Informasi yang dipelajari ini sering disebut fakta atau
pengetahuan.
b. Kegiatan belajar konsep
Konsep dapat diartikan sebagai rangkaian stimuli yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Contoh, seorang dikenalkan bahwa
lembaran-lembaran yang dijilid itu adalah buku. Kapanpun ia
menemui ciri-ciri tersebut maka ia akan menyebutnya buku.
c. Kegiatan Belajar Prinsip
Prinsip dapat diartikan sebagai pola-pola atau rangkaian
hubungan fungsional atau konsep. Belajar prinsip berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyatakan hubungan
sebab akibat antar peristiwa atau objek sehingga peristiwa atau objek
itu mudah untuk dipahami atau diingat. Apabila prinsip telah dikuasai
dengan baik, maka fakta-akta akan apat diperoleh dari prinsip
tersebut.
37
4. Pendekatan Belajar Pemecahan Masalah
Masalah timbul tatkala peserta didik mempunyai suatu tujuan
tetapi ia tidak mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan itu. Masalah
juga dapat muncul apabila kebutuhan peserta didik tidak terpenuhi
dengan baik.
Masalah yang digunakan dalam pembelajaran memiliki arti
tersendiri. Masalah yang dimaksud di sini adalah suatu “jarak antara
sesuatu keadaan pada saat ini dengan keadaan yang diinginkan di masa
yang akan datang (Sayer, 1979,2). Sesuatu itu dapat berujud pendidikan,
kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu keadaan
tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
A C B
Keterangan:
A = keadaan pada saat ini
B = keadaan yang diinginkan
C = pemecahan masalah
Secara luas, pemecahan masalah adalah upaya yang dilakukan
peserta didik untuk mencari dan menetapkan alternatif kegiatan dalam
menjembatani suatu keadaan pada saat ini dengan keadaan yang
diinginkan. Pemecahan masalah adalah jawaban yang tepat terhadap
pertanyaan tentang apakah upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah
keadaan pada saat ini kepada keadaan yang ingin dicapai pada masa yang
akan datang.
38
5. Pendekatan Belajar Partisipatif
Kegiatan pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai upaya
pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran partisipatif mengandung arti ikut
sertanya peserta didik di dalam program pembelajaran partisipatif.
Keikutsertaan peserta didik itu diwujudkan dalam tiga tahapan
kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program (program planning),
pelaksanaan (program implementation), dan penilaian (program
evaluation) kegiatan pembelajaran.30 Pendekatan belajar partisipatif ini
juga peneliti gunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi karena pendekatan belajar yang digunakan dalam
demonstrasi tersebut lebih tepat dengan menggunakan pendekatan
partisipatif jika dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan belajar
yang lain.
Berbeda dengan yang telah dituliskan oleh Sudjana tersebut,
Basyiruddin menyebutkan bahwa pendekatan dalam belajar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu expository approach dan inquiry approach.
Expository approach adalah pendekatan apabila peranan pengajar lebih
besar dibanding dengan siswa. Guru biasanya berdiri di depan kelas dan
menerangkan pelajaran dengan berveramah. Para siswa diharapkan dapat
menangkap dan memperhatikan sambil memproses informasi yang
diceramahkan oleh guru, kadang-kadang siswa juga diberi tugas untuk
membaca teks tertentu kemudian disuruh membuat resume dari apa yang
dibacakan tersebut.
30 Sudjana S., S.Pd., M.Ed., Phd., Strategi Pemelajaran., (Bandung: Juli 2000), cet. Ke-3, h.120-155
39
Sedangan pada inquiry approach guru hanya menampilkan faktor,
kejadian, atau demonstrasi. Siswa berusaha mengumpulkan informasi dan
mencari sendiri dari buku teks, kitab, data, publikasi dan sebagainya.31
Pendekatan yang digunakan oleh guru pendidikan agama islam di
SMA pada saat ini adalah pendekatan yang disesuaikan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran tersebut
dengan mengacu pada pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu ada lima macam.
Dengan pendekatan dan strategi tersebut, usaha memaksimalkan
kompetensi anak didik menjadi lebih mudah. Usaha-usaha lain seperti
membelajarkan siswa, mengaktifkan siswa dan menanamkan materi
kepada siswa pun gampang tercapainya karena siswa mengalami sendiri
pengalaman belajar itu.
F. Indikator keberhasilan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Pada variabel ini akan diteliti penggunaan metode demonstrasi oleh
guru dalam proses pembelajaran PAI di kelas menggunakan indikasi:
1. Penguasaan materi akademik (kognitif)
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilikan konsep dasar keilmuan
(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci
dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih
banyak melibatkan kegiatan mental atau otak, pada ranah ini terdapat
enam jenjang proses berpikir, yaitu:
31 Basyiruddin Usman, op., cit., h. 121-122
40
a. Pengetahuan atau ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (komprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Atau yang biasa dikenal dengan taksonomi bloom, untuk menilai
aspek penguasaan materi (kognitif) ini digunakan bentuk test yang dapat
mengukur keenam tingkatan tadi.
2. Hasil belajar yang bersifat normatif (Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi
pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri
belajar ini akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti:
perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat
pada guru, dan sebagainya.
Untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen
evaluasi yang bersifat nontest, misalnya kuisioner dan obsrvasi. Penilaian
ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, sikap, minat,
emosi atau nilai.
3. Hasil belajar aplikatif produktif (Psikomotorik)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956) menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan
dan kemampuan bertindak individu, hasil belajar tampak setelah siswa
41
menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun kebanyakan prestasi belajar cenderung bersifat
kuantitatif, lantaran penggunaan simbol angka atau skor namun hal
tersebut harus bisa meliputi seluruh kemampuan ranah cipta (kognitif),
rasa (afektif), dan karsa (psikomotor) siswa. Karena prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa dari mata pelajaran tertentu yang
telah diikuti, dan hasil prestasi siswa dapat dilihat dari nilai-nilai raport
tiap semester atau nilai ujian akhir tiap jenjang sekolah yang dilalui.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini bernama SMA
Mandiri’99, berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Mandiri
(YAPMI). Sekolah ini berada di jalan Periuk KM.4, Villa Mutiara Pluit,
Tangerang. Didirikan pada tahun 1999 dengan nomor izin SK DEPDIKNAS
PROVINSI BANTEN NO : 02 / BAS / MN / IV / 2005.
SMA Mandiri’99 ini berbentuk biasa atau konvensional, status yang
disandangnya masih swasta. Waktu yang digunakan untuk proses
pembelajaran di sekolah ini adalah pagi. Di SMA Mandiri’99 ini hanya
membuka satu jurusan pada kelas XI dan kelas XII yaitu jurusan IPS.
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan sejak Kamis 4 April 2008
sampai dengan Rabu 19 Juni 2008.
Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah
diperlukannya perizinan baik dari pihak universitas yaitu Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta pihak sekolah yaitu SMA Mandiri’99
Tangerang, yang kemudian kedua lembaga tersebut memberikan izin untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan Pengaruh metode demonstrasi
terhadap keberhasilan PAI.
35
43
F. Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan metode demonstrasi di SMA
Mandiri 99 Tangerang.
2 Untuk mengetahui penggunaaan metode demonstrasi terhadap
keberhasilan PAI di SMA Mandiri 99.
G. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu.32 Sedangkan sample adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.33
Menurut Suharismi Arikunto bahwa apabila subyek penelitian kurang
dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi apabila populasi lebih dari 100,
maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.34
Dalam penelitian ini populasi berjumlah 134 siswa, sedangkan yang
dijadikan sebagai sample berjumlah 40 siswa.
H. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpuan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya
merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun
32 Sutisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), cet. Ke-22, h. 333 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1990), Cet. Ke-22, h. 112.34 Suharismi Arikunto, Ibid., h. 112
44
tidak langsung. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kondisi objektifitas:
a. Proses pembelajaran yang diadakan di kelas selama ini oleh guru yang
bersangkutan.
b. Keadaan siswa saat metode demonstrasi diterapkan di kelas.
c. Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode demonstrasi.
2. Wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.
Berkaitan dengan hal ini maka wawancara dilakkan dengan
Kepala Sekolah SMA Mandiri “99 yaitu Bapak Drs. Muhammad, dan
Bapak Diki Masdi S.Pd.I selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Mandiri “99.
3. Posttest, untuk mengukur keberhasilan dari metode demonstrasi yaitu
dengan memberikan test kepada siswa setelah diterapkannya metode
demonstrasi atau dengan metode One Group Pretest-Posttest Design.
Dalam metode ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama
dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu
tertentu, perlakukan tersebut dalam penelitian ini adalah diterapkannya
metode demonstrasi di dalam satu kelompok subjek, kemudian dilakukan
pengukuran untuk kedua kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
45
Pretest Treatment Posttest
Keterangan:
1) T1, yaitu pretest, untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum
subjek diajar dengan metode demonstrasi.
2) Subjek dikenakan X, yaitu diterapkannya metode demonstrasi untuk
jangka waktu tetentu.
3) T2, yaitu posttest, untuk mengukur mean prestasi belajar setelah
subyek dikenakan variabel eksperimental X.
4) T1 dan T2 dibandingkan untuk menentukan seberapakah perbedaan
yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya
variabel eksperimental X.
5) Untuk mengukur perbedaan antara T1 dan T2 digunakan jenis Uji Beda
Rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan, dengan rumus:
t = B
SEB
6) Dari hasil pengukuran tersebutlah diambil kesimpulan yang
merupakan hasil penelitian yaitu:
a. Apabila Thit lenih besar atau sama dengan Tt, maka Hipotesis
Nihil (Ho) ditolak, sebaliknya Hipotesis alternatif (Hi) diterima
atau disetujui. Berarti antara kedua variabel yang akan diteliti
secara sinifikan memang terdapat perbedaan dan metode
demonstrasi yang diterapkan tersebut telaj memberikan
keberhasilannya yang nyata.
T1 X T2
46
b. Namun apabila Thit lebih kecil daripada Tt maka Hiotesis Nihil
diterima atau disetujui; sebaliknya Hipotesis alternatif ditolak.
Berarti bahwa perbedaan antara variabel I dan variabel II itu
bukanlah perbedaan yang berarti, atau bukan perbedaan yang
signifikan dan metode demonstrasi yang diterapkan tersebut tidak
memberikan keberhasilannya yang nyata.
I. Tekhnik Analisa Data
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian diolah
dengan metode deskriptif dan analisis sehingga menjadi penjelasan-
penjelasan yang gamblang mengenai penggunaan metode demonstrasi di
kelas, baik dari aspek siswa maupun dari aspek guru.
Data yang diperoleh melalui posttest yang diujikan kepada siswa
setelah diterapkannya metode demonstrasi tersebut dihitung dengan
menggunakan uji “t”.
Sebelum penghitungan melalui uji “t” dilaksanakan, peneliti
mengajukan Hipotesis alternatif (Hi) dan Hipotesis nihil (Ho) sebagai berikut:
Hi : “Metode demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMA Mandiri’99 memperlihatkan
keberhasilan yang nyata; dalam arti kata dapat diandalkan sebagai
metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi pendidikan agama
Islam di sekolah ini”.
47
Ho : “Metode demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMA Mandiri’99 tidak memperlihatkan
keberhasilan yang nyata; dalam arti kata dapat diandalkan sebagai
metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi pendidikan agama
Islam”.
Meskipun metode penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, namun
pretest itu memberikan landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang
sama sebelum dan sesudah dikenai X (eksperimntal treatment).35
35 Sumardi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, Mei 2003),Cet ke-13, h. 101-103
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum SMA Mandiri ‘99
4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
a. Guru
Jumlah pengajar yang ada di SMA Mandiri’99 berjumlah 19
orang, yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 18 tenaga pengajar. Dari
19 orang itu yang menjadi guru pendidikan agama hanya 1 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel yang akan
dicantumkan nama guru pendidikan agama sebagai berikut:
TABEL 1
Data Nama Guru Pendidikan Agama SMA Mandiri’99
No Nama Kelas Bidang Studi
1 Diki Masdi, S.Pd X - XII PAI
2 Abd.Rohim, S.Pd X - XII Aqidah Akhlak
41
49
TABEL 2
Daftar Para Pembina SMA Mandiri’99
No. Nama Guru Bidang StudyKelas
JabatanX XI XII
1 Drs. H. Muhammad - Kepala Sekolah
2 Darwati, Amd Matematika √ √ √ Guru/Bid.Kurikulum
3 Diki Masdi, S.Pd PAI √ √ √ Guru/Bid.Kesiswaan
4 Dedi Yahadian, S.Ag Geografi √ √ √ Guru
5 Dewi Retno Wulan, S.Sos Sosiologi √ √ √ Guru
6 Indah Permata W, S.SBhs. Inggris √ √ √ Guru
Bhs. Asing √ √ √ Guru
7 Leti Lutfiati, SEEkonomi √ √ √ Guru
Akuntansi √ √ √ Guru
8 Drs. Miftahul Alim Bhs. Indonesia √ √ Guru
9 Dina Kusumawati, SPs Bhs. Indonesia √ Guru
10 Sri Hartati, SPd Biologi √ Guru
11 Busro, Amd Penjas √ √ √ Guru
12 M.Sopyan, SPd Sejarah √ √ √ Guru
13 Eem Suhaemah
Pendidikan
Seni √ √ √ Guru
14 Sri Winartin, S.Pd PPKn √ √ √ Guru
15 Abd.Rohim, S.Pd Aqidah Akhlak √ √ √ Guru
16 Chaerul Chandra, SE TIK √ Guru
17 Rohadi Kimia √ Guru
18 Rundanasti, S.Pd Fisika √ Guru
19 Siti Komat, S.Kom TIK √ √ Guru
50
20 Siti Rahmawati TU
21 Hj. Muamimah Bendahara
5. Siswa
Selain guru, muridpun sangat berperan dalam kegiatan
pendidikan. Karena tanpa adanya murid mustahil terjadi sesuatu
pembelajaran.36 Murid adalah seseorang yang berada pada sesuatu masa
perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.37
Posisi murid berperan sebagai subyek dan juga sebagai obyek dalam
proses belajar mengajar. Dikatakan demikian, karena anak didik
diharapkan mampu menjadi komponen pendidikan yang kreatif dan
dinamis dalam memperoleh pengetahuan, tidak hanya menerima secara
bulat-bulat pengetahuan itu tanpa perencanaan dan penalaran yang logis.
Berbicara mengenai siswa atau anak didik yang ada di SMA
Mandiri’99 ini, dari tahun ke tahun penerimaan siswa baru selalu
meningkat. Hal ini dilatar belakangi oleh semakin meningkatnya kualitas
pendidikan yang diberikan kepada anak didik sehingga kepercayaan
masyarakat semakin bertambah.
Jumlah keseluruhan siswa SMA Mandiri’99 saat ini berjumlah
134 siswa. Terdiri dari 71 orang laki-laki dan 63 orang perempuan.Untuk
lebih jelasnya berikut ini daftar jumlah siswa SMA Mandiri’99.
Jumlah keseluruhan siswa SMA Mandiri’99 saat ini berjumlah
134 siswa. Terdiri dari 71 orang laki-laki dan 63 orang perempuan.
36 Abu ahmadi dan Tri Joko Prasetya, SBM (Strategi Belajar Mengajar) Untuk FakultasTarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet Pertama, h.11
37 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta:PT Rineka Cipta, April 2003), Cet ke-4, h. 176
51
TABEL 3
Data Siswa SMA Mandiri’99
No TingkatJumlah
Kelas
SiswaJumlah
L P
1 X 2 25 21 46
2 XI 2 24 22 46
3 XII 2 22 20 42
Jumlah 6 71 63 134
6. Karyawan
Sebagai pendukung kelangsungan untuk menunjang lancarnya
mekanisme kerja yang ada di SMA Mandiri’99 ini adalah unsur
karyawan. Walaupun karyawan tidak bertugas seperti guru, mereka tetap
memiliki peranan dalam kelangsungan proses pendidikan secara umum.
Sebagaian dari karyawan ada yang bertugas sebagai karyawan
administrasi, penjaga keamanan sekolah, dan lainnya. Mengenai jumlah
karyawan seluruhnya berjumlah sebagai berikut:
TABEL 4
Data Karyawan SMA Mandiri’99
No Nama Jabatan
1 Siti Rahmawati TU
2 Hj. Muamimah Bendahara
52
7. Struktur Organisasi
Dari struktur organisasi SMA Mandiri’99, sebagaimana terlampir,
dapat dilihat bahwa Yayasan adalah pimpinan tertinggi dari struktur
organisasi itu. Jadi Yayasan membawahi seluruh komponen organisasi
(seksi-seksi) yang mempunyai tugas masing-masing, yaitu:
a. Kepala Sekolah, sebagai pengambil kebijakan tertinggi di bawah ketua
yayasan Mandiri Indonesia (YAPMI). Membawahi beberapa staf
seperti guru bidang dan seksi-seksi yang lain. Ia mempunyai mandat
langsung dari ketua Yayasan untuk mengatur sekolah Mandiri’99.
Meskipun demikian kebijakan-kebijakan yang diambilnya masih atas
persetujuan ketua Yayasan Pendidikan Mandiri Indonesia (YAPMI).
b. OSIS, bersama kepala sekolah dan ketua Yayasan membawahi siswa.
Bertugas sebagai penyambung lidah antara kepala sekolah dan ketua
Yayasan sebagai pengambil kebijakan dengan siswa. Atau
penampung aspirasi seluruh siswa SMA Mandiri’99 untuk ketua
Yayasan dan Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan.
c. Ketua Yayasan Mandiri, meskipun mempunyai kedudukan tertinggi di
struktur organisasi tersebut namun ia mempunyai kedudukan yang
sama dengan OSIS dan Kepala Sekolah dalam mengurus siswa.
d. Tata Usaha, tugasnya adalah mengurus semua administrasi sekolah.
Mulai dari keuangan, administrasi guru, administrasi siswa dan lain
sebagainya.
e. Wakasek Bid. Kesiswaan, yaitu kepala bidang kesiswaan yang
ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mengurus semua hal berkenaan
dengan masalah kesiswaan.
f. Wakasek Bid. Kurikulum, yaitu kepala bidang kurikulum yang
ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mengurus semua hal yang
berkenaan dengan masalah kurikulum.
53
g. Wali Kelas, yaitu guru yang diberi tanggung jawab oleh kepala
sekolah untuk mengurusi kelas.
8. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimaksud adalah apa saja yang dapat
membantu tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Dengan
demikian sarana dan Prasarana di sini dapat berupa bangunan/gedung,
tanah maupun fasilitas yang lainnya yang dapat membantu lancarnya
kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan ini.
Adapun data tentang sarana dan Prasarana yang dimiliki SMA
Mandiri’99 ini dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah dan observasi di SMA Mandiri’99. Untuk lebih jelasnya sarana
dan prasarana yang ada di SMA Mandiri’99 adalah sebagai berikut:
a. Ruang teori 6 lokal
b. Ruang Kepala Sekolah
c. Ruang guru
d. Ruang TU
e. Ruang OSIS
f. Ruang Perpustakaan
g. Ruang Komputer
h. Kamar mandi/WC guru
i. Kamar mandi/WC murid
j. Mushala
k. Halaman olahraga
l. Ruang penjaga
54
B. Deskripsi Data
Sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa persiapan atau
beberapa hal yang dirumuskan, tentukan dan lakukan, diantaranya adalah:
1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dijadikan peneliti untuk mengukur
keberhasilan dari penggunaan metode demonstrasi yang peneliti terapkan
dalam pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Untuk mengukur keberhasilan proses demonstrasi di kelas peneliti
menggunakan pedoman observasi sebagaimana telampir.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati penggunaan metode
demonstrasi dalam proses belajar di kelas. Baik itu penggunaan metode
demonstrasi oleh siswa, dalam hal ini aspek siswalah yang diteliti.
Maupun penggunaan metode demonstrasi oleh guru, aspek guru yang
diteliti. Kesemuanya ditulis dalam matrik pedoman observasi.
Sesuai dengan pedoman observasi (terlampir) tersebut jika pada matrik
observasi tersebut terisi secara penuh atau maksimal maka metode
demonstrasi di kelas telah memberikan pengaruh yang nyata. Namun
apabila hanya beberapa kolom saja yang terisi, maka metode demonstrasi
tidak dapat memperlihatkan pengaruhnya yang nyata.
Di akhir penulisan, akan mewawancarai Kepala Sekolah dan guru bidang
studi Pendidikan Agama Islam mengenai metode demonstrasi di kelas.
Setelah data terkumpul maka peenulis akan memberikan interpretasi
terhadap data tersebut.
Data yang peneliti peroleh dari hasil penelitian di SMA Mandiri’99
Tangerang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:
55
2. Data pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan metode
ceramah di SMA Mandiri ’99 Tangerang yang meliputi pendahuluan,
inti dan penutup.
3. Data pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan metode
Demonstrasi di SMA Mandiri ’99 Tangerang yang meliputi
pendahuluan, inti dan penutup.
4. Data Skor hasil belajar PAI dengan menggunakan metode ceramah
dan metode demonstrasi di SMA Mandiri ’99 Tangerang.
C. Analisa Data
Berdasarkan deskripsi data tersebut maka dapat dianalisa sebagai
berikut.
1. Data Pelaksanaan Mengajar PAI dengan Menggunakan Metode Ceramah
Di SMA Mandiri ’99 Tangerang
Pelaksanaan metode Ceramah di SMA Mandiri’99 Tangerang
selama ini adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
10 menit awal guru mereview materi yang telah diberikan pada
minggu lalu, siswa diberikan pertanyaan seputar materi tersebut.
b. Inti
Guru menyampaikan materi tentang mengurus jenazah.
Pertama-tama jenazah dimandikan, yaitu dibasuh dengan air bersih,
dari atas kepala hingga ujung kaki, lebih diutamakan sebelah kanan
didahulukan. Kemudian disabuni dan terakhir mayat dibasuh dengan
air bersih secara meratake seluruh tubuh.
56
c. Penutup
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang telah dijelaskan.
2. Data Pelaksanaan Mengajar PAI Dengan Menggunakan Metode
Demonstrasi Di SMA Mandiri ’99 Tangerang
a. Pendahuluan
10 menit awal digunakan untuk menyiapkan tempat yaitu di
halaman sekolah serta mengkondisikan siswa. Serta menjelaskan alat-
alat yang pelaksanaan memandikan jenazah: boneka, air, ember,
gayung, sabun, handuk, dan kain sarung,
b. Inti (50 menit)
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa.
Setiap kelompok mempraktekkan proses memandikan mayat dengan
bimbingan guru. Setiap kelompok mendapatkan waktu 10 menit.
Sebelum siswa mempraktekkan memandikan mayat guru terlebih
dahulu memperlihatkan kepada meraka cara memandikan mayat
sebagai berikut.
1) Boneka di siram dengan air menggunakan gayung dari atas kepala
sampai kaki. Kemudian dibersihkan dengan sabun (bagian depan).
2) Lalu boneka didudukan agar kotoran keluar semua.
3) Boneka dimiringkan ke sebelah kanan kemudian disiram dan
dibersihkan dengan sabun sampai bagian belakang mayat, begitu
pula sebaliknya yaitu dimiringkan ke sebelah kiri.
4) Setelah semua proses itu dilakukan boneka dibasuh dengan air
secara merata. Kemudian di seka dengan handuk
57
c. Penutup
Guru menjelaskan kepada siswa apa yang telah dipelajari,
kemudian memberikan kuis. Untuk praktek mengkafani akan
dilakukan pada minggu depan.
3. Data Skor Hasil Belajar PAI Dengan Menggunakan Metode Ceramah dan
Metode Demonstrasi di SMA Mandiri ’99 Tangerang
Sekor yang melambangkan nilai PAI dari sejumlah 26 Orang
Siswa kelas XI A SMA Mandiri ’99 Tangerang pada saat pre-test dan
Post-test:
Tabel 5
Skor Hasil Ulangan Siswa
Sebelum Diterapkan Metode Demonstrasi
No Nama SiswaSkor Dengan Metode
Ceramah
1 Abdul Wahab 89
2 Ade Sahruddin 86
3 Amir Yuniarto 78
4 Andi Kurniawan 80
5 Annisa Amalia 89
6 Ardi Winarno 89
7 Budi Setiawan 93
8 Dedi Kuncoro 82
9 Desi Ira Wati 91
10 Desi Setianingrum 91
58
11 Didik TB Dinar 88
12 Fajriansyah 65
13 Febrina mulyati 95
14 Ferdy Jurjani 91
15 Ika Rahmawati 74
16 Kiki Maulani 89
17 Nabila Rosyidah 91
18 Nurhidayati 95
19 Rahmaniasih 94
20 Retno Handayani 95
21 Riki Fahreza 91
22 Riki Supendi 83
23 Rio Handika 88
24 Syaifullah 95
25 Syifana Puteri 91
26 Zulfikar 94
Rata-rata 87,96
Tabel 6
Skor Hasil Ulangan Siswa
Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi
No Nama SiswaSkor Dengan Metode
Demonstrasi
1 Abdul Wahab 93
2 Ade Sahruddin 83
3 Amir Yuniarto 83
59
4 Andi Kurniawan 83
5 Annisa Amalia 90
6 Ardi Winarno 93
7 Budi Setiawan 88
8 Dedi Kuncoro 93
9 Desi Ira Wati 86
10 Desi Setianingrum 95
11 Didik TB Dinar 90
12 Fajriansyah 86
13 Febrina mulyati 95
14 Ferdy Jurjani 89
15 Ika Rahmawati 90
16 Kiki Maulani 90
17 Nabila Rosyidah 95
18 Nurhidayati 95
19 Rahmaniasih 95
20 Retno Handayani 95
21 Riki Fahreza 95
22 Riki Supendi 93
23 Rio Handika 83
24 Syaifullah 88
25 Syifana Puteri 93
26 Zulfikar 92
Rata-rata 90,43
60
Tabel 7
Skor Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Ceramah
dan Metode Demonstrasi
No Nama Siswa
Skor Hasil Ulangan 26 Siswa
Dengan Metode
Ceramah
Dengan Metode
Demontrasi
1 Abdul Wahab 89 93
2 Ade Sahruddin 86 83
3 Amir Yuniarto 78 83
4 Andi Kurniawan 80 83
5 Annisa Amalia 89 90
6 Ardi Winarno 89 93
7 Budi Setiawan 93 88
8 Dedi Kuncoro 82 93
9 Desi Ira Wati 91 86
10 Desi Setianingrum 91 95
11 Didik TB Dinar 88 90
12 Fajriansyah 65 86
13 Febrina mulyati 95 95
14 Ferdy Jurjani 91 89
15 Ika Rahmawati 74 90
16 Kiki Maulani 89 90
17 Nabila Rosyidah 91 95
18 Nurhidayati 95 95
19 Rahmaniasih 94 95
20 Retno Handayani 95 95
21 Riki Fahreza 91 95
61
22 Riki Supendi 83 93
23 Rio Handika 88 83
24 Syaifullah 95 88
25 Syifana Puteri 91 93
26 Zulfikar 94 92
Rata-rata 87,96 90,43
Secara umum data tersebut sudah dapat menunjukkan
keberhasilan metode demonstrasi jika dilihat dari nilai rata-rata siswa.
Namun karena secara ilmiah hal ini belum dapat diterima, maka akan
menghitungnya menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan berikut:
Tabel 8
Perhitungan untuk Memperoleh “t”
No
Hasil UlanganD =
(Y – X)
D² =
(Y - X)²Dengan Metode
Ceramah
Dengan Metode
Demontrasi
1 89 93 -4 16
2 86 83 3 9
3 78 83 -5 25
4 80 83 -3 9
5 89 90 -1 1
6 89 93 -4 16
7 93 88 5 25
8 82 93 -11 121
9 91 86 5 25
62
10 91 95 -4 16
11 88 90 -2 4
12 65 86 -21 441
13 95 95 0 0
14 91 89 2 4
15 74 90 -16 256
16 89 90 -1 1
17 91 95 -4 16
18 95 95 0 0
19 94 95 -1 1
20 95 95 0 0
21 91 95 -4 16
22 83 93 -10 100
23 88 83 5 25
24 95 88 7 49
25 91 93 -2 4
26 94 92 2 4
26=N 2287 2351 -64=²∑D 1184=∑D²
Tanda – (“minus) di sini bukanlah tanda aljabar; karena itu
hendaknya dibaca: ada selisih/beda sekor antara Variabel X dan Variabel
Y sebesar 64.Dari table telah diberhasil kita peroleh : ∑D = 64 dan ∑D² =
1184.
63
Dengan diperolehnya ∑D dan ∑D² itu, maka dapat kita ketahui
besarnya Deviasi standar perbedaan skor antara Variabel X dan Variabel
Y (dalam hal ini SDD):38
SDD = √ ∑D² - (∑D)² = √ 1184 - (64)²
N (N) (26)
= √ 45,5 - (2,5)² = √ 45,5 - 6,25
= √ 39,25 = 6,264982 = 6,265
Dengan diperolehnya SDD sebesar 6,265, lebih lanjut dapat kita
perhitungkan Standard Error dari Mean perbedaan skor antara variabel X dan
variabel Y:
SEMD = SDD = 6,265 = 6,265 = 6,265 = 6,265
√N-1 √ 26 – 1 √25 5
= 0,251
Langkah berikutnya adalah mencari harga to dengan menggunakan rumus:
to = MD
SEMD
MD telah diketahui yaitu 2,462, sedangkan SEMD = 0,251, jadi:
to = 2,462
0,251
= 9,823
38 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), cet:11, 2003. h: 293-296.
64
Langkah berikutnya, kita berikan interpretasi terhadap to, dengan
terlebih dahulu memperhitungkan df atau db-nya: df = N – 1 = 26 – 1 = 25.
dengan df sebesar 25 kita konsultasi pada Tabel Nilai “t”, baik taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%.
Ternyata dengan df sebesar 25 itu diperoleh harga kritik t atau ttable
pada signifikansi 5% sebesar 2,06; sedangkan pada taraf signifikansi 1% tt
diperoleh sebesar 2,79.
Dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam
perhitungan (to = 9,823) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nlai “t”
(tt.ts.5% = 2,06 tt.ts.1% = 2,79) maka dapat kita ketahui bahwa to adalah lebih
besar dari pada tt ; yaitu :
2,06 < 9,823 > 2,79
D. Interpretasi Data
Data yang diperoleh peneliti di atas, yaitu tentang pelaksanaan metode
konvensional dan pelaksanaan metode demonstrasi serta hasil skor dari
keduanya dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut.
Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi dibandingkan dengan skor nilai rata-rata
siswa dari hasil metode demonstrasi, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Mandiri ’99 sudah memberikan pengaruhnya yang nyata. Oleh
karena itu dapat dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan materi
Pendidikan Agama Islam di SMA Mandiri ’99 Tangerang.
65
Karena to lebih besar dari pada tt maka Hipotesa Nihil yang diajukan
di muka ditolak; ini berarti bahwa adanya perbedaan sekor nilai para siswa
SMA Mandiri ’99 Tangerang sebelum dan sesudah diterapkannya metode
baru “M” merupakan perbedaan yang meyakinkan (=signifikan).
66
BAB V
PENUTUP
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Mandiri’99 Tangerang,
selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai tangal 20 Maret sampai dengan 15
Mei 2008, serta berdasarkan uji coba dengan menggunakan Uji Beda Rata-rata
untuk Sampel Yang Saling Berhubungan, seperti yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya, maka sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dibuat kesimpulan dan
saran sebagaimana di bawah ini:
A. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan melalui uji “t” sebagaimana dijelaskan pada Bab
IV, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan di SMA
Mandiri ’99 Tangerang adalah bahwa memang metode demonstrasi yang
diterapkan di SMA Mandiri ’99 Tangerang telah memberikan
keberhasilan yang nyata. Ini berarti bahwa meode demonstrasi ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif oleh guru dalam proses belajar
mengajar selanjutnya.
2. Diantara kelemahan metode demonstrasi ini adalah tidak semua hal dapat
didemonstrasikan, metode demonstrasi banyak memerlukan waktu
sehingga dapat mengganggu pelajaran lain, apabila proses pertama
59
67
berlainan dengan proses kedua maka siswa sukar menentukan mana
proses yang benar, apabila alat-alat demonstrasi kurang maka siswa tidak
dapat memahami materi pelajaran yang sedang berlangsung.
3. Dapat disimpulkan juga bahwa pelaksanaan metode demonstrasi di
sekolah tersebut cukup berhasil dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan
dengan indikasi-indikasi sebagai berikut :
a. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya metode
demonstrasi.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan hasil belajar siswa dengan
tidak menggunakan metode demonstrasi.
Keberhasilan demonstrasi tersebut tidak terlepas dari sikap
antusias dan keinginan siswa dalam mendalami dan mempelajari
Pendidikan Agama Islam.
Dengan demikian hipotesis alternatif yang dirumuskan telah dapat
diketahui kebenarannya pada penelitian kali ini sehingga dapat diambil
sebagai kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa “Metode demonstrasi
yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Mandiri ’99 Tangerang telah memberikan pengaruh yang nyata, dalam arti
kata dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk mengajarkan
bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah ini.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode demonstrasi yang dilaksanakan
di SMA Mandiri ’99 Tangerang, hendaknya siswa diberi rangkuman atau
catatan tentang materi yang akan dibahas, sehingga siswa dapat
memahami poin-poin penting dari metode demonstrasi yang akan mereka
lakukan.
68
2. Murid membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka dapat
belajar dengan aktif, apalagi dalam memahami pengetahuan agama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadits Nabi), bukan
pengalaman empiris.
3. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMA Mandiri’99 Tangerang, hendaknya guru mata pelajaran pendidikan
agama Islam mengusahakan adanya pembaharuan, dalam hal ini
khususnya pembaharuan dalam penggunaan metode pengajaran yang
sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran.
4. Hendaknya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA
mandiri’99 Tangerang terlibat langsung dengan murid dalam upaya
menciptakan iklim belajar, menyiapkan bahan ajar serta membina
keakraban diantara peserta didik. Bahan-bahan belajar perlu diperoleh
siswa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai agar siswa tidak sama
sekali tidak tahu tentang materi yang akan dikaji atau dipelajari.
5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih banyak
lagi berkenaan dengan materi pelajaran agama. Sehingga siswa tidak
kesulitan dalam mencari sumber literatur yang lain.
69
REFERENSI
Ahmadi, Abu dan Prasetya, Tri Joko, SBM (Strategi Belajar Mengajar) Untuk
Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, Cet
Pertama.
Arifin, H.M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
1976.
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek, Yogyakarta:
Andi Offset, 1990, Cet. Ke-22.
Daradjat, Zakiah, Dr., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Bumi
Aksara: 1995, Cet. I.
, dkk., Metode Khusus pengajaran Agama Islam, Jakarta: P.T. Bumi
Aksara, agustus, 2001.
, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) cet ke-3.
, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta: CV.
Ruhama, 1995) cet ke-2.
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Hadi, Sutisno, Metodelogi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990, cet. Ke-22.
Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV.
Rajawali, 1985.
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif,
1980, cet.4.
Muhaimin, M.A., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001) cet ke-1.
Mulyasa, E., ImplementasiKurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, Juni, 2004).
70
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis Dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 1993-1994, I Jakarta: Eko Jaya,
1994.
Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994).
, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia.
Januari, 2001), Cet. Ke-3.
Sabri, Alisuf, Drs. H. M., Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1999,
cet. I.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
1996, Cet. Ke-7.
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Visi, Misi Dan Aksi,
Jakarta: P.T. gemawindu Pancaperkasa, maret, 2000.
Silberman, Melvin L., active Learning, 101 Cara Belajar siswa Aktif, (Bandung:
Nusantara dengan Nuansa, September, 2004), Cet ke-1.
Sudjana, S., S.Pd., M.Ed., Phd., Strategi Pemelajaran., (Bandung: Juli 2000), cet. Ke-
3.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada),
cet: 11, 2003.Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Suryabrata, Sumardi, Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT Raja grafindo Persada, Mei
2003, Cet ke-13.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
Jakarta: PT Rineka Cipta, April 2003, Cet ke-4.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000).
Tafsir, Ahmad, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995.
71
Tim Cendikia, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas 1 Kurikulum 2004
Berbasis Kompetensi, Bandung, Ganeca exact, 2004.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional,
(Jogjakarta: Media Wacana Press, 2003) cet ke-1.
Utsman, Basyirudin, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2002.
Yunus, Mahmud, Metodik Khuuss Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hindakarya
Agung, 1983), Cet. Ke-11.