Pengaruh Metde Pemberian Tugas Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan...
-
Upload
onix-radempthus-obinayonk -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
description
Transcript of Pengaruh Metde Pemberian Tugas Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru yang kreatif dan selalu mencari cara bagaimana proses
pembelajaran itu berlangsung dengan mengoptimalkan aktivitas dan
kreativitas siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan dinamis
serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih ditentukan. Kreativitas
seorang guru akan dapat menemukan bentuk atau model-model pembelajaran
yang dapat member peluang dan memotivasi siswa untuk mengembangkan
potensi yang ada pada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dengan belajar
secara aktif dan efektif.
Di dalam tulisannya yang berjudul Manajemen Kreatif sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru. Sohari (2002 : 77-78) menjelaskan bahwa :
Kreativitas diartikan sebagai kemempuan untuk membuat/menciptakan produk baru, baik yang benar-benar baru maupun hasil modivikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang telah ada. Bila dihubungkan dengan kreativitas guru, maka seorang guru dimungkinkan dapat menciptakan strategi atau model pembelajaran yang benar-benar baru atau memodivikasi model pembelajaran yang sudah ada sebagai strategi sehingga menghasilkan model yang baru. Kreativitas guru dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : (1) fasilitas yang dimiliki, (2) minat positif pada bidang pekerjaan, dan (3) kecakapan dalam melaksanakan tugas.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka jelaslah bahwa kreativitas sangat
erat kaitannya dengan ide atau gagasan dan kemempuan menghasilkan gaya
cipta Kreativitas ini harus didukung oleh sarana, minat, dan kecakapan.
Setelah kreativitas tumbuh dan berkembang, maka diupayakan agar dilakukan
pengaturan yang baik dengan manajemen yang tepat agar terus tumbuh dan
berkembang dengan optimal. Sedangkan cara mengembangkan kreativitas
guru banyak ragamnya, di antaranya melalui penciptaan : iklim keija yang
kodusif, kerjasama yang harmonis antar-personal, motivasi, penghargaan, rasa
percaya diri, dan lain-lain. Oleh karena itu, kreativitas seorang guru akan
sangat besar pengaruhnya terhadap warna, bentuk, atau dinamisasi proses
pembelajaran.
Banyak cara atau ide tentang peningkatan kreativitas bagi siswa dan
guru atau bahkan pembaharuan dalam pendidikan dan pembelajaran, baik
yang berasal dari lingkungan intrinsic guru itu sendiri maupun ekstrinsik dari
atas atau anjuran para penentu kebijakan di Dinas Pendidikan. Namun, di
lapangan atau dalam aplikasi pembelajaran di sekolah sering tidak dilakukan.
Akibatnya, timbul kesan bahwa guru kurang kreatif dalam menenrukan dan
menciptakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan proses serta
kuialitas hasil mengajar. Hal ini sesuai dengan ungkapan berikut:
Seorang guru pagi berangkat ke sekolah, mengajar, kemudian pulang. Esoknya kembali seperti itu, rutinitas pekerjaan yang berlangsung cukup lama dan dilaksanakan monoton tanpa inovasi dan pembaharuan, maka akan mengakibatkan timbul kebosanan dan puncaknya sampai pada kejenuhan, baik pada guru atau siswa (Sohari, dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 :77).
Pemikiran dan perilaku kreatif sangat penting, bukan hanya hal
pembelajaran tetapi dalam segala hal. Di dalam diri setiap orang terdapat
kemauan dan upaya untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, setiap orang
memerlukan motivasi, pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif. Upaya setiap
orang untuk mengembangkan diri, memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya dalam upaya mencapai suatu perubahan dan
peningkatan jelas memerlukan kreativitas. Sebagaimana diungkapkan oleh
Kumiawan (dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 : 80) bahwa :
Setiap individu memiliki kemampuan kreatif. Kreativitas tidak bergantung pada bakat yang diturunkan tetapi dia merupakan fungsi ego setiap orang. Memang, terdapat kreativitas unggul, tetapi terdapat pula kreativitas biasa manakal ia melepaskan diri dan cara-cara biasanya, mengubah cara-cara lama dan mengembangkan cara-cara baru (inovatif) sesuai dengan tunrutan perkembangan zaman.
Melihat kenyatan yang terjadi di lapangan dan mengacu pada
kenyataan di atas, maka sangat dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan
motivasi yang tinggi unruk menumbuhkembangkan kreativitas diri melalui
berbagai inovasi atau pembaharuan yang diawali oleh keinginan mengubah
sesuatu yang biasa menjadi lebih baik atau luar biasa. Adapun bagi seorang
guru, sudah layaknya terus berupaya mencari alternatif dan menciptakan
sesuatu model pembelajaran yang efektif dan dinamis, sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang kodusif dengan indikator, siswa senang belajar
dan guru senang mengajar.
Pengembangan kapasitas kreatif melibatkan pengembangan pikiran,
perasaan, penginderaan, dan intuisi. Dalam memecahkan suatu masalah,
manusia tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir saja, tetapi
mengarahkan totalitas kemampuan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu,
kemampuan berpikir, berasa, menginderai, dan inruitif menipakan suatu
kesatuan potensi yang kesemuanya membangun kemampuan kreatif.
Bentuk nyata dan kreativitas guru adalah dengan upaya-upaya yang
dilakukan dalam memperbaiki, memperbaharui, bahkan menciptakan model
pembelajaran yang baru, sehingga kualitas hasil pembelajaran dapat di
tingkatkan. Upaya penciptaan model pembelajaran yang kreatif tidak harus
benar-benar baru.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pembahaman boleh
berupa pemodivikasian dari hal-hal yang telah ada sebelumnya. Oleh sebab
itu, dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran Pengetahuan
Sosial di kelas V SD, maka penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan
berupa makalah dengan judul, "Penggunaan Metode Pemberian Tugas dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan Sosial di
kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya".
1.2 Masalah
Salah satu penyebab kegagalan proses pembelajaran adalah dengan
tidak utuh dan tidak saling menunjangnya komponen pembelajaran. Dengan
kata lain, kegagalan pembelajaran salah sarunya disebabkan oleh hilangnya
salah satu atau lebih peran komponen pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
pemyataan berikut:
Pembelajaran sebagai sebuah system ditunjang oleh beberapa komponen. Kegagalan dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya komponen yang kurang mendukung terhadap keutuhan system tersebut. Penyajian bahan menyangkut penggunaan metode dan media menyangkut alat-alat Bantu atau alat peraga, pengalokasian waktu, pemilihan materi, dan kondisi kelas, serta evaluasi menjadi sangat penting keutuhannya. Sebab satu saja dari komponen tersebut tidak berfungsi, maka kemungkinan untuk berhasilnya suatu pembelajaran sangat tipis (1980:31).
Berdasarkan kutipan di atas, maka hal yang terpenting dari keutuhan
komponen berkaitan dengan masalah efektivitas komponen pembelajaran. Jika
dihubungkan dengan judul makalah ini, maka hal yang sangat esensial sebagai
masalah, di antaranya masalah efektivitas metode pemberian rugas dalam
pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD. Selam metode dan sarana,
evaluasi sangat berpengaruh dalam mengetahi kualitas pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran harus mampu mencerminkan hasil belajar, baik
langsung maupun tidak langsung. Artinya, kualitas hasil pembelajaran yang
telah dilakukan akan diketahui melalui kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai
dengan apa yang tersurat dalam kxitipan berikut:
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, teipadu, dan objektif dalam KBM sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Depdiknas, 2002 : 28).
Kutipan di atas, memberikan suatu arah kejelasan fungsi evaluasi
dalam pembelajaran. Banyak kasus yang menunjukan pencapaian suatu
perubahan dan penambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tidak
mencapai kualitas atau target yang diinginkan. Oleh karena itu, melalui
kualitas hasil pembelajaran yang terus ditingkatkan, maka tuntutan efektivitas
penggunaan metode mengajar serta alat peraga sebagai media pembelajaran
akan mampu mencerminkan dinamika model pembelajaran yang efektif untuk
peningkatan kualitas hasil mengajar. Dengan demikian, masalahnya
bergantung pada tuntutan peningkatan kualitas hasil belajar dan metode yang
digunakan. Artinya, efektivitas metode pemberian rugas dalam proses
pembelajaran Pengetahuan Sosial, dan efektivitas metode pemberian tugas
terhadap peningkatan kualitas hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas
V SD Negeri 2 Mangunjaya merupakan masalah utama yang akan dibahas
dalam makalh ini.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah akan sangat membantu dalam pembahasan, sebab
arah atau sasaran dari masalahnya sangat jelas dalam masalah yang telah
dirumuskan. Oleh karena itu, penetapan masalah harus terus diikuti oleh
langkah perumusan masalah sebagaimana dikemukakan oleh Engkoswara dkk
(1995 : 77) sebagai berikut:
Setelah kita menentukan masalah yang akan diteliti secara spesifik dan operasional/jelas, maka langkah berikutnya kita perlu menentukan rumusan masalah. Perumusan masalah ini sangat penting, karena rumusan masalah dapat dijadikan penuntun/pedoman untuk langkah-langkah berikutnya. Pada umunya pedoman untuk merumuskan suatu masalah adalah sebagai berikut:a. masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya; b. rumusan masalah hendaknya padat, singkat, jelas, dan operasional; c. rumusan tersebut hendaknya mampu memberi petunjuk
yang memungkinkan dapat mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan tersebut secara baik.
Berdasarkan kutipan di atas, maka masalah yang telah ditetapkan di
atas dan akan dibahas dalam masalah ini dirumuskan secara singkat dan jelas
dalam bentuk kalimat tanya sebagai berikut:
1) Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pemberian tugas dalam
pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya ?
2) Bagaimanakah dampak penggunaan metode pemberian tugas terhadap
peningkatan kualitas hasil belajar Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD
Negeri 2 Mangunjaya ?.
BAB II
KAJIAN TERORETIS DAN ANALISIS MASALAH
2.1 Kajian Teoretis
Kajian teoretis sangat perlu di dalam penyusunan sebuah makalah, sebab
kajian teoritis merupakan kajian konseptual yang akan dijadikan acuan teori
dalam pembahasan selanjutnya. Artinya, tinjauan terhadap suatu teori sangat
menunjang kejelasan langkah aplikatif dan konsep pengembangan suatu
pemikiran, maka segala bentuk aplikasi tentang suatu hal harus didasarkan pada
teori. Dengan demikian tidak akan terjadi miss-teori.
2.1.1 Pembelajaran
Salah satu batasan pengertian pembalajaran ditemukan dalam majalah
pendidikan 'Gerbang' sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut:
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian bahan ajar melalui kegiatan (aktivitas pemberdayaan potensi siswa) untuk mencapai tujuan tertentu dari apa yang telah disampaikan atau diajarkan. Pembelajaran efektif bukan hanya memorasi dan bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan (Dikmenum dalam Gerbang, 2003 : 70).
Adapun menurut Adam Hamalik (1993 : 1) dinyatakan bahwa, "mengajar
merupakan upaya pemberian bimbingan kepada siswa untuk belajar menciptakan
lingkungan dan berbagai kemudahan belajar".
Didasarkan pada pernyataan dan batasan di atas, maka dapat dijelaskan
kembali bahwa pembelajaran merupakan proses penyajian bahan pelajaran dengan
cara memberi bimbingan, arahan, dan memberdayakan potensi siswa agar
mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran banyak faktoraya, sebab pembelajaran merupakan suatu
system, Hamalik (1993 : 2-3) menjelaskan bahwa :
Banyak faktor yang mempengaruhi suatu pembelajaran, maka keutuhan totalitas factor membentuk system pembelajaran. Sedikitnya ada lima faktor yang sangat penting di dalam suatu pembelajaran, yaitu : tujuan pembelajaran, mated atau bahan pelajaran, metode mengajar, siswa, guru, alat atau media, dan alokasi waktu.
Sedangkan menurut Misdan (1980 : 18) dapat dilihat dari kutipan berikut:
Faktor-faktor pembelajaran satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah system, yakni system pembelajaran. Faktor-faktor pembelajaran yang dimaksud, di antaranya : kurikulum, mated pelajaran, sarana atau alat, guru, siswa, metode mengajar, dan alokasi waktu. Keseluruhan faktor pembelajaran ini harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka jelas pulalah bahwa
faktor-faktor pembelajaran sangat kompleks. Oleh karena itu, keberhasilan suatu
pembelajaran tetap diwarnai oleh optimal atau tidaknya dalam proses
pembelajaran menggunakan berbagai faktor pembelajaran.
Tidak hanya faktor atau komponen pembelajaran yang berkaitan dengan
proses pembelajaran, melainkan ada hal lain yaitu tahapan pembelajaran. Tahap-
tahap pembelajaran dikemukakan secara gamblang sebagaimana terlihat pada
kutipan berikut:
Tahapn-tahapan umum pembelajaran dinamakan juga sintaks. Sintaks ini menggambarkan model serta pelaksanaan pembelajaran, yakni melalui penyususnan kegiatan-kegiatan dalam tahapan yang tegas. Pada umumnya tahapan pembalajaran terbagi tiga, yakni : pendahuluan, penyajian bahan, postes atau penutupan (Misdan, 1985 : 7).
2.1.2 Metode Pemberian Tugas
Mengenai metode mengajar dijelaskan oleh seorang ahli sebagai berikut,
"Metode mengajar adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai suatu tujuan" (Surakhmad, 1982 : 76). Dengan demikian, maka
jelaslah bahwa yang dimaksud dengan metode mengajar atau metode
pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru dengan
maksud agar pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar, dinamis,
hidup, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sebab metode mengajar yang digunakan dalam pembahasan masalah
sesuai dengan judul penelitian adalah metode mengajar dengan pemberian tugas,
maka yang akan dipaparkan adalah metode pemberian tugas atau metode
penguasaan. Adapun pengertian baku dari metode pemberian tugas sebagaimana
yang terlihat pada kutipan berikut:
Metode pemberian tugas merupakan metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah disiapkan oleh guru. Dengan metode pemberian tugas, siswa dapat mengenali fungsi secara nyata. Tugas bisa diberikan secara berkelompok atau perseorangan. Hal yang perlu sekali diperhatikan dalam penggunaan metode ini, yaitu : fungsi, sifat, dan bentuk tugas yang diberikan, serta tingkat kemampuan siswa untuk melaksanakan tugas tersebut (Depdikbud, 1987 : 30).
2.1.3 Kualitas Hasil Pembelajaran
Kualitas hasil pembelajaran merupakan gambaran atas tinggi rendahnya
angka atau nilai yang diperoleh dalam suatu pembelajaran. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia tersurat, "Kualitas adalah tingkat baik buruknya
sesuatu; kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu
(Poerwadarminta, 1982 : 467). Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran
merupakan kadar, derajat, atau taraf keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran
yang dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa, yakni dengan melihat
perbandingan atau selisih antara nilai tes awal dengan tes akhir yang berupa
produktivitas hasil belajar. Kualitas hasil belajar dapat dilihat minimal yang harus
dicapai oleh suatu pembelajaran atau oleh masing-masing siswa maupun rata-rata
kelas.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka kualitas hasil belajar
Pengetahuan Sosial adalah jumlah rata-rata atau hasil akhir suatu pembelajaran
dalam bentuk nilai tes yang diperoleh siswa, baik individual maupun klasikal
dalam sisi pencerminan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran
Pengetahuan Sosial sesuai penentuan dan penetapan mated atau bahan ajar yang
telah disampaikan serta harus dikuasai, baik secara teori maupun praktiknya.
Adapun penilaiannya dibuat dalam bentuk angka atau pernyataan lain yang dapat
mencerminkan kualitas hasil pembelajaran Pengetaliuan Sosial, khususnya bagi
siswa kelas V SD.
2.2 Analisis Masalah
2.2.1 Analisis Masalah Efektivitas Mctode Pemberian Tugas dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kleas V SD Negeri 2
Mangunjaya
Efektivitas sebuah metode mengajar sangat berpengaruh terhadap kualitas
hasil pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Mukti dan Sayekti (dalam,
Gerbang, 2003 : 36) bahwa :
Metode mengajar sebagai suatu komponen system pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Efektif tidaknya suatu pembelajaran yang dilakukan bermula dari efektif tidaknya metode yang dipilih oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran, sebab tidak semua materi efektif disampaikan oleh satu metode mengajar saja.
Perayataan tersebut didukung pula oleh apa yang dikemukakan oleh
Adiwijaya (dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 : 46) bahwa :
Efektivitas sebuah metode mengajar sangat mempengaruhi efektivitas proses dan kualitas hasil belajar siswa. Satu metode mengajar tidak mungkin efektif untuk semua bahan ajar, sebab setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kepiawaian dan kecermatan guru dalam memilih dan menetapkan metode mengajar yang digunakannya.
Dengan melihat pernyataan-perayataan di atas, maka jelaslah bahwa
metode mengajar sangat berpengaruh terhadap efektivitas proses dan kualitas hasil
belajar siswa. Melihat masing-masing metode mengajar memiliki kelebihan dan
kekurangan, maka guru harus cermat dalam memilih dan menetapkan metode
mengajar yang akan digunakan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar melalui penggunaan metode mengajar yang
benar-benar efektif untuk menyajikan materi pelajaran tertentu.
Metode pemberian tugas merupakan metode mengajar yang dianggap tepat
untuk materi pembelajaran yang membutuhkan aplikasi kerja siswa secara aktif
dan mandiri. Pada pembelajaran Pengetahuan Sosial, metode ini sangat tepat,
sebab untuk belajar Pengetahuan Sosial anak tidak hanya mengingat atau
menghapal rumus-rumus (teori), tetapi memerlukan latihan praktik secara
mandiri. Akan tetapi, usia siswa SD kelas V belum matang dan masih berada pada
fase berpikir konkret. Oleh karena itu, siswa masih membutuhkan bantuan untuk
lebih memahami materi. Dengan demikian, metode pemberian tugas merupakan
inovasi guru dalam melakukan pembaharuan/modivikasi metode pembelajaran,
untuk kemudian diterapkan dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan
harapan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa.
2.2.2 Analisis Masalah Dampak Penggunaan Metode Pemberian Tugas
terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan
Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya.
Metode pemberian tugas yang digunakan dalam pembelajaran
Pengetahuan Sosial memiliki kelemahan apabila tidak didukung oleh bentuk
perhatian baik melalui reward ataupun punishmen yang tepat pada siswa. Bentuk
perhatian tersebut sangat menunjang terhadap kualitas pelaksanaan tugas yang
diberikan guru terhadap siswanya. Pemberian tugas merupakan upaya guru dalam
memberikan pengalaman belajar yang harus dilalui siswa dalam prosesnya
mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu intensitas siswa dalam melaksanakan
tugas akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya.
Dengan demikian, metode pemberian tugas memberikan dampak terhadap
peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Namun demikian, peran orang tua juga
sangat membantu, sebab motivasi di sekolah harus dibarengi oleh motivasi dari
orang tua di rumah, sehingga tercipta saling menunjang dan mendukung agar
siswa rajin belajar dan guru serius mengajar demi tercapainya peningkatan
kualitas hasil belajar,khususnya kualitas hasil belajar Pengetahuan Sosial di kelas
V SD.
Penggunaan metode pemberian tugas dipandang sebagai suatu upaya yang
akan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa pada pelajaran
Pengetahuan Sosial di SD. Terlebih lagi jika guru mampu mengkolaborasikan
berbagai faktor penunjang pembelajaran lainnya dengan metode mengajar yang
digunakan. Amsyar (dalam Gerbang, 2003 : 43) menjelaskan bahwa :
Efektivitas sebuah metode mengajar akan lebih optimal jika divariasikan dengan metode atau aspek lain yang sekiranya menunjang terhadap penggunaan metode mengajar ttrsebut. Oleh sebab itu, guru seyogyanya lebih kreatif di dalam merangcang langkah-langkah pembelajaran dan lebih cermat dalam memilih metode serta bantuan alat peraga bisa diupayakan lebih optimal dalam upaya pencapaian kualitas hasil belajar.
Dengan melihat fungsi metode mengajar begitu erat kaitannya dengan
kualitas hasil belajar siswa. Disesuaikan pula dengan apa yang dipaparkan pada
pernyataan di atas, maka penggunaan metode mengajar yang kurang tepat
diasumsikan sebagai penyebab kurang optimalnya pencapaian tujuan dan kualitas
hasil pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan penggunaan metode pembenan
tugas di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya berdampak terhadap semakin
meningkatnya kualitas hasil pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
Pengetahuan Sosial. Metode pemberian tugas diharapkan akan memudahkan
siswa dalam memahami sesuatu yang disampaikan dalam proses pembalajaran.
Karena itu, masalah peningkatan kualitas hasil belajar siswa kelas V SD
melalui penggunaan metode pemberian tugas merupakan masalah yang layak
untuk dijadikan masalah ilmiah dalam bidang pendidikan dan perlu mendapat
respon berupa pembahasan dan upaya pemecahan.
BAB III
UPAYA PEMECAHAN MA^ALAH
3.1 Upaya Pemecahan Masalah Efektivitas Metode Pemberian Tugas dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya.
Masalah efektivitas penggunaan metode mengajar dapat dilihat dari tujuan
juga proses pembelajaran yang berlangsung. Artinya, apakah proses pembelajaran
tersebut lancar dan mampu mengaktifkan siswa, sehingga siswa belajar dengan
dinamis dan bersungguh-sungguh dan mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan denga kualitas yang memuaskan.
Kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat dari kualitas proses yang
dievaluasi oleh guru selama pembelajaran berlangsung dan kualitas hasil yang
dilakukan melalui postes atau tes akhir setelah materi pelajaran disampaikan.
Kualitas tersebut dilihat dari selisih nilai rata-rata individu atau klasikal pada tes
awal dengan tes akhir. Selisih kenaikan prates ke postes itulah yang disebut
produktivitas hasil belajar. Sebagaimana dikemukakan dalam kutipan berikut:
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya dilihat dari evaluasi akhir pelajaran (tes akhir), tapi dilihat pula prosesnya. Selama PBM itu berlangsung dilihat minat dan perhatian siswa, aktivitas dan krearivitasnya, dan inisiatif untuk bertanya atau mengajukan suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang belum dipahami. Oleh sebab itu, efektivitas metode pembelajaran yang digunakan akan sangat menentukan kondisi pembelajaran (Mugiarsih, dalam Gerbang, 2003 : 36).
Berdasarkan kutipan dan paparan diatas, maka dapat dijelaskan kembali
bahwa efektivitas pembelajaran benar-benar mempengaruhi peningkatan kualitas
hasil belajar. Oleh karena itu, pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V
SD Negeri 2 Mangunjaya dengan menggunakan metode pemberian tugas tersebut
dapat dikatakan efektif, apabila setelah dilihat dari proses belajar mengajar yang
dilakukan temyata siswa cukup serius belajarnya, mereka menampakan minat
belajar yang cukup tinggi, dan dengan penuh kreatif para siswa mencari alternatif
untuk mengerjakan rugas yang diterimanya, kemudian suasana dan kondisi belajar
cukup dinamis, para siswa secara mandiri mengerjakan tugas, dan sesekali siswa
meminta guru mengarahkan pekerjaannya atau bertanya tentang materi yang
belum dipahami dan dikuasainya.
Melihat kenyataan seperti itu maka metode pemberian tugas dapat
dikatakan mampu meningkatkan motivasi belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa
berkembang, dan guru hanya tinggal mengarahkannya saja. Namun demikian, jika
masih terdapat siswa yang harus diberikan perhatian khusus, sebab mengalami
kesulitan belajar maka perlu dilakukan penanganan khusus sebagai antisipatif
dampak penggunaan metode pemberian tugas, tindakan antisipatif didasarkan atas
pertimbangan dampak penggunaan metode pemberian tugas sebagaimana terlihat
pada kutipan berikut:
Salah satu kelemahan metode pemberian tugas adalah jika tugas yang diberikan tingkat kesulitannya berada di atas kemampuan siswa, maka tindakan atraktif dari siswa akan muncul menjadi suatu kegelisahan, keengganan mengerjakan tugas atau tindakan can perhatian, bahkan bertanya atau mengganggu rekan-rekan lain yang sedang bekerja (Hamalik, 1993 : 197).
Dengan melihat kutipan dan kenyataan yang diungkapkan di atas. maka
upaya guru untuk menghindari kesulitan belajar harus dilakukan, khususnya
dengan memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan
kematangan berpikir siswa. Setelah dilakukan, temyata masih saja ada siswa yang
kelihatan gelisah, namun tidak banyak dan dapat segera di arahkan sehingga bisa
belajar serius seperti siswa yang lain.
Meskipun masih ada hal yang kurang pada penggunaan metode pemberian
tugas pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya,
namun pembelajaran yang berlangsung secara umum efektif. Hal ini
mencerminkan bahwa metode pemberian tugas cukup efektif untuk mengajarkan
pelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD. Meskipun efektivitasnya tidak
sempurna, namun masih bisa dibilang efektif dengan dasar kutipan berikut:
Penggunaan metode apapun efektivitasnya sangat sulit untuk dioptimalisasikan jika guru tidak terampil mengendalikan suasana. Apalagi metode yang tanpa divariasikan atau tanpa bantuan media visiual lain sangat memungkinkan terjadinya kesulitan pada siswa, yang pada akhirnya mengurangi efektivitas suasana dan kondisi pembelajaran (Mudjakir, dalam Gerbang, 2003 :42).
Didasarkan pada kutipan di atas, maka jelaslah bahwa metode pemberian
tugas cukup efektif untuk menyajikan bahan pelajaran Pengetahuan Sosial di kelas
V SD Negeri 2 Mangunjaya. oleh karena itu, penggunaan metode pemberian tugas
merupakan suaru upaya guru dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
melalui inovasi dan modivikasi metode pembelajaran.
3.2 Upaya Pemecahan Masalah Dampak Penggunaan Metode Pemberian
Tugas terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Perabelajaran Pengetahuan
Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya.
Peningkatan kualitas hasil pembelajaran yang diperoleh siswa dilakukan
melalui upaya pemberian tugas yang benar-benar ada relevansinya dengan
kebutuhan siswa dan tingkat kematangan serta kemampuan berpikir siswa benar-
benar diperhatikan. Dengan begitu, maka siswa terhindar dari kesulitan belajar.
Materi yang diberikan sebagai tugas banyak disesuaikan dengan alokasi
waktu yang tersedia, sehingga siswa tidak bekerja secara terburu-buru serta
seluruhnya dapat diarahkan dan dibantu kesulitan belajarnya. Oleh karena itu,
pemberian materi yang ditugaskan kepada siswa adalah materi-materi pokok atau
yang esensial. Adapun penambahan dan pemantapan materi dilakukan dengan
cara mengulang materi yang masih sulit untuk dipahami. Hal ini sejalan dengan
apa yang diungkapkan oleh (Mudjakir, dalam Gerbang, 2003 : 44) sebagaimana
yang terlihat pada kutipan berikut:
Alokasi waktu yang tersedia harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode mengajar yang akan digunakan. Selain itu, pemberian materi tugas harus disesuaikan tingkat kesulitan dengan jumlah tugas dan alokasi waktu, sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan tugasnya serta bisa terpantau dan dibantu kesulitan belajarnya.
Hal-hal yang dipaparkan dalam bahasan dan kutipan harus terlaksana
secara cermat dalam pembelajaran yang duakukan. Dampak dari penggunaan
metode pemberian tugas terhadap peningkatan kualitas hasil pembelajarn dapat
diketahui berdasarkan hasil proses penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah
penilaian pendidikan, menurut beberapa sumber (dalam LPMP, 2004 : 5)
diuraikan pengertian penilaian pendidikan sebagai berikut:
a. Penilaian pendidikan merupakan suatu proses trasformasi yang dilakukan sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suharsimi).
b. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Balitbang Depdiknas).
c. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan atau basil belajar siswa selama program pendidikan (Sisijian).
Hasil proses penilaian dapat menunjukan tingkat kualitas hasil belajar
siswa. Artinya, apabila siswa menunjukan minat dan perhatian yang cukup tinggi
terhadap tugas dan pengalaman belajar yang diberikan guru dengan perolehan
nilai hasil belajar siswa yang cukup bagus maka secara objektif dapat dikatakan
bahwa metode pemberian tugas memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas
hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangiuijaya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode
pemberian tugas di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya cukup efektif. Metode
pemberian tugas ini mampu membangkitkan minat belajar siswa dan aktivitas,
serta kreativitas yang ditandai dengan kagiatan belajar mandiri dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun guru melalui
pemberian reward dan punishment yang konsisten dapat membantu dalam
membimbing, mengarahkan proses belajar siswa. Dengan demikian, metode
pemberian tugas mampu menciptakan kondisi belajar yang dinamis dan
memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya.
Dengan demikian efektivitas pembelajaran Pengetahuan Sosial yang
dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya melalui penggunaan metode
pemberian tugas memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas belajar
siswa.
4.2 Saran
Pembelajaran Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang
sangat membutuhkan latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan berbagai masalah. Oleh karena itu. metode pemberian
tugas bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar,
kemandirian, dan kualitas hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, Soleh, "Pengembangan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran". Bhineka Karya Winaya, September 2002.
Depdikbud. (1987). Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjen Dikmenum.
...............(1996). Alat Peraga dan Asas-asas Peragaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Dinas Pendidikan Prop. Jabar. (2002). Bhineka Karya Winaya. Bandung : Unit KORPRI Dinas Pendidikan Prop. Jabar.
Dikmenum. (2003). Majalah Pendidikan Gerbang. Yogyakarta: LP-3 UMY.
Engkoswara, dkk (1995). Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah untuk Angka Kredit Guru SD. Bandung : C.V Karang Sewu.
Hamalik, Oemar. (1993). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Mandar Maju.
Misdan, K. Undang. (1980). Pendekatan Metode dan Teknik. Bandung : FKSS-IKIP Bandung.
.....................(1985). Metode sebagai Komponen GBPP. Bandung : Proyek Peningkatan SMP di Jawa Barat.
Mukti, Abdul dan Suyekti Adjie, "Pengajaran Berdiferensiasi : Suatu Pendekatan untuk Anak Berbakat". Gerbang, Edisi 4, Tahun III, Oktober2003.
Poerwadarminta, W.J.S. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Surakhmad, Winarno. (1982) Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito