PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA...
Transcript of PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA...
PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP
REAKSI REDOKS
(Penelitian Kuasi Eksprimen di SMAN 87 Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
O L E H
ZULKIFLI NIM: 105016200567
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
i
ABSTRAK Zulkifli. “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”, Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN-87 Jakarta dimulai tanggal 8 Februari sampai tanggal 5 Maret 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dan dilanjutkan dengan uji siknifikansi menggunakan uji “t” diperoleh thitung = 4,6492. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,0000. Dengan kata lain thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bawa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks diterima. Jadi pembelajaran dengan menggunakan media komik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: Media Komik, Hasil Belajar, Reaksi Redoks.
ii
ABSTRACT Zulkifli. The Influence of Comics toward the Result of Student’s Achievement on Redoks Reaction concept, skripsi, The Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research has purpose to know the existence of influence from comics media to toward the Result of Student’s Achievement on Redoks Reaction concept, this research is done in SMAN-87 Jakarta at February 8th to March 5th 2010. The method of research uses quasy expriment. The instrument which is used are tes. Before the research instrument are used, the instrument has validity. Through the validity account from 11 questons, taken 7 question which considered have validity. The technique of data analysis which is used is normality test through Lilliefors test and homogeneity test through Fischer test and continued with significance test through “t” test, with is resulted account: 4,6492, while table “t” at 5% significant level is 2,0000. So, we can conclude that Ha who said that there is student’s achievement on Redoks Reaction concept through comics media is accepted. Therefore teaching by using comics media significance effected toward student’s achievement in chemistry. Keyword : Comics, Student’s Achievement, Redoks Reaction.
iii
KATA PENGANTAR
ÉO ó¡ Î0 «! $# Ç`» uH ÷q§�9$# ÉO�Ïm§�9$#
Tiada kata yang paling indah dan pantas peneliti ucapkan selain kata
Alhamdulillah, karena berkat Rahmat dan Hidayah dari Allah Yang Maha Luas
Ilmu-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat, semoga dengan bershalawat
kepada Rosul-Nya, kita diajarkan dan ditambahkan oleh Allah SWT Ilmu
Pengetahuan dan senantiasa mendapatkan syafaat dari Rasulullah di hari kiamat
nanti, Amin.
Dengan penuh kesadaran, peneliti menyadari penyusunan skripsi ini tidak
akan dapat dilaksanakan dan ditulis tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Sehingga sudah sepantasnya peneliti
mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan terhadap penyusunan skripsi ini. Maka peneliti mengaturkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA
4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik
peneliti.
5. Bapak Munasprianto Ramli, M.A., Selaku dosen pembimbing II penilis yang
selalu meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan kepada peneliti
selama penyusunan skripsi ini.
iv
6. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., Sebagai dosen pembimbing I peneliti yang
selalu meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan kepada peneliti
selama penyusunan skripsi ini.
7. Segenap dosen Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Kimia
yang telah mengajarkan ilmu kepada peneliti
8. Ayah Bunda tercinta yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan
peneliti serta memeras keringat untuk membiayai studi peneliti. Semoga Allah
SWT. selalu mencurahkan Rahmat dan Kasih Sayang kepada keduanya.
9. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan semangat kepada peneliti
dalam melaksanakan studi.
10. Pak Cik Mois yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti baik
materil maupun moril, dan segenap paman, bibi yang selalu memberikan
dukungan terhadap studi peneliti.
11. Keluarga di negeri jiran Malaysia yang juga banyak memberikan dukungan
terhadap studi peneliti, baik materil maupun moril.
12. Teman-teman mahasiswa yang seperjuangan khususnya teman-teman kimia
angkatan 2005 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada
peneliti baik langsung maupun tidak langsung.
Peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi tugas yang telah ditentukan
dan peneliti telah berusaha untuk menyusun skripsi ini seoptimal mungkin, maka
penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun pengetahuan
peneliti. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak.
Ciputat, 20 Maret 2010 M
Peneliti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG MUNAQASYAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Malah ...................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ....................................................................... 7
1. Hakikat Media Pembelajaran ................................................. 7
a. Pengertian Media Pembelajaran ......................................... 7
b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran .................................. 10
b. Manfaat Media Pembelajaran ............................................. 10
c. Klasifikasi dan Jenis-jenis Media Pembelajaran.................. 12
2. Hakikat Media Komik ............................................................ 14
a. Definisi Komik................................................................... 14
b. Sejarah Komik ................................................................... 15
c. Unsur-unsur Komik ............................................................ 16
d. Macam-Macam Komik ...................................................... 19
e. Komik Sebagai Media Pembelajaran .................................. 20
vi
3. Hakikat Modul ....................................................................... 23
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar .......................................... 26
a. Belajar ............................................................................... 26
b. Teori-teori Belajar ............................................................. 28
c. Hasil Belajar...................................................................... 30
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 35
5. Hakikat Ilmu Kimia ............................................................... 38
6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks ............................................. 41
B. Hasil Penelititian yang relevan ................................................... 43
C. Kerangka Pikir ........................................................................... 44
D. Perumusan Hipotesis .................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 46
B. Metode Penelitian ....................................................................... 46
C. Desain Penelitian ........................................................................ 46
D. Populasi dan Sampel................................................................... 47
E. Variabel Penelitian ..................................................................... 47
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 48
G. Instrumen Penelitian ................................................................... 48
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 55
I. Hipotesis Statistik ....................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 58
B. Pembahasan................................................................................ 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................. 68
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 69
Lampiran 2. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ............................... 95
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen....... 104
Lampiran 4. Soal Instrumen Tes yang Digunakan ........................................ 106
Lampiran 5. Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Eksprimen ........ 108
Lampiran 6. Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Kontrol ............. 109
Lampiran 7. Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksprimen .............. 110
Lampiran 8. Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksprimen ............. 111
Lampiran 9. Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol .................. 112
Lampiran 10. Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol .................. 113
Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes .................................. 114
Lampiran 12. Uji Hipotesis Skor Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 115
Lampiran 13. Uji Hipotesis Skor Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 116
Lampiran 14. Media Komik Pada Konsep Reaksi Redoks .............................. 117
Lampiran 15. Media Modul Pada Konsep Reaksi Redoks .............................. 144
Lampiran 16. Surat Bimbingan Skripsi........................................................... 155
Lampiran 17. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 156
Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 157
Lampiran 19. Uji Referensi ............................................................................ 158
Lampiran 20. Riwayat Hidup ......................................................................... 166
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Buku Teks Biasa Dengan Modul .................................. 24
Tabel 2.2. Perbedanaan dan Kelebihan Media Komik Dibandingkan Modul .. 26
Tabel 3.1. Desain Penelitian .......................................................................... 47
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 50
Tabel 3.3. Kriteria Taraf Kesukaran .............................................................. 54
Tabel 4.1. Deskripsi Data Mean Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol.. 58
Tabel 4.2. Deskripsi Data Mean Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 59
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors pada kelas eksprimen
dan kealas kontrol ......................................................................... 59
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fischer ................................... 60
Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji “t” Pretes dan Postes Kelas
Eksprimen dan Kelas Kontrol ....................................................... 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Klasifikasi dan Jenis Media Pemblajaran .................................... 13
Gambar 2.2. Contoh Sampul Depan Pada Komik ............................................ 17
Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik........................................ 17
Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik ................................................ 19
Gambar 2.5. Penjenjangan Domain kognitif .................................................... 31
Gambar 2.6. Penjenjangan Domain Afektif ..................................................... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan Bangsa dan Negara dimasa depan, sehingga kualitas pendidikan
dapat menentukan kualitas suatu Bangsa dan Negara. Tugas dunia
pendidikan, terutama pendidikan sains adalah melahirkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan.
Begitu juga halnya dengan tugas guru selain membantu siswa memahami
konsep-konsep materi pelajaran yang diberikan dan mengaplikasikan konsep-
konsep tersebut, tetapi juga harus mampu menumbuhkan minat siswa
terutama terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa melihat
keterkaitan bidang yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Guru harus menggunakan berbagai pendekatan, model, metode, dan
media pembelajaran supaya tugas di atas dapat dilaksanakan dengan efektif
dan efisien. Efektif berarti dapat mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan
efisien berarti hemat waktu, biaya, bahan dan energi dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan
harapan.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam
kurikulum pendidikan menengah di Indonesia adalah ilmu kimia. Ilmu kimia
disebut juga “Central Science” karena peranannya yang sangat penting dalam
ilmu sains lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam atau yang biasa kita
kenal dengan istilah ilmu sains yang tidak bergantung pada ilmu kimia.
Pengembangan dalam ilmu kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, dan
sebagainya dapat berjalan seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam ilmu
kimia.1 Sehingga ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
1 Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalam
http://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGENALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.htm diakses 16 Januari 2009.
2
yang penting untuk dipelajari dan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran
di sekolah.
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib yang harus
diikuti oleh seluruh siswa SMA di Indonesia, khususnya siswa kelas X,
sedangkan siswa kelas XI dan XII hanya yang memilih jurusan IPA saja yang
mendapatkan mata pelajaran kimia. Sedangkan Konsep tentang Reaksi redoks
merupakan salah satu konsep dalam mata pelajaran kimia SMA di Indonesia.
Menurut kurikulum dan silabus mata pelajaran kimia KTSP 2006, konsep
reaksi redoks dicantumkan dalam mata pelajaran kimia SMA kelas X
semester 2,2 kemudian pembahasan reaksi redoks dengan penyetaraan reasi
secara mendalam dilanjutkan di kelas XII.
Meskipun ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat penting, tapi
mata pelajaran kimia masih dianggap oleh sebagian besar siswa adalah mata
pelajaran yang sulit dan bahkan dianggap sebagai beban, bukan sebagai
kebutuhan.
Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu kimia dapat
bersumber pada beberapa hal berikut:
1. Kesulitan dalam memahami istilah
Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah,
tetapi tidak memahami dengan benar maksud dari istilah tersebut.
2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia
Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep atau
materi yang bersifat abstrak dan belum dirasakan maknanya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Kesulitan dalam menghitung angka
Dalam pembelajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam operasi
rumus matematis. Namun sering ditemukan siswa yang kurang memahami
rumusan matematis tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
menguasai dasar-dasar matematika dengan baik, sehingga siswa kurang
2 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5.
3
terampil mengaplikasikan operasi-operasi dasar matematika dalam ilmu
kimia.3
Jika siswa sudah menganggap mata pelajaran kimia sulit dan sebagai
beban sehingga minat mereka untuk mempelajari kimia menjadi kurang,
maka hasil belajar kimia mereka juga kurang optimal. Kesulitan siswa dalam
mempelajari kimia dan kurang optimalnya hasil belajar kimia siswa
merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru, kimia adalah mata
pelajaran menakutkan dan membosankan, itulah keluhan yang sering
terdengar dari para siswa. Hal tersebut disebabkan karena konsep kimia
dipenuhi oleh rumus-rumus yang harus dihafal dan difahami serta teori-teori
yang bersifat abstrak.
Hasil survei di Philifina menunjukkan bahwa setiap minggu anak-
anak berusia lebih dari 14 tahun sekitar 16% membaca komik, usia 17-19
tahun sekitar 29,9%, usia 20-29 tahun sekitar 24,9%, usia 30-44 tahun sekitar
24,6%, dan diatas 45 tahun sekitar 4,6%. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan,
maka pembaca komik tersebut yang berpendidikan tingkat sekolah dasar
sekitar 19,1%, sekolah lanjutan sekitar 43,7%, dan tinggat perguruan tinggi
sekitar 37,2%.4
Berdasarkan hasil survei di atas, maka perlu dicari alternatif strategi
pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata
pelajaran kimia, sehingga mereka senang mempelajari kimia dan selalu
diingat dalam memori jangka panjang mereka. Salah satu strateginya adalah
dengan menggunakan media komik, sebab pada umumnya jika seorang siswa
disuruh membaca sebuah komik, maka siswa tersebut mudah untuk
memahami isi bacaannya. Berbeda halnya jika disuruh membaca buku
pelajaran, siswa tersebut mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan
tersebut, terlebih lagi jika yang dibaca adalah buku pelajaran kimia.
3 Sri Retno, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai (Team Assisted
Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008, h. 60.
4 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55 -56.
4
Diharapkan melalui media komik tersebut siswa dapat termotivasi
untuk belajar, mencari, dan mengembangkan pemahamannya sendiri,
sehingga apa yang dibaca dan dipelajarinya tidak mudah dilupakan seperti
halnya membaca komik pada umumnya, dan pada akhirnya akan memberikan
hasil belajar yang optimal.
Konsep reaksi redoks dipilih karena reaksi redoks merupakan suatu
konsep dasar dan penting dalam ilmu kimia. Konsep reaksi redoks juga
sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada
perkaratan logam, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi
logam, dan daur ulang perak.5
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di
atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah
tersebut menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: “Pengaruh Media Komik
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Ilmu kimia sangat penting tapi siswa menganggap materi pelajaran kimia
sulit.
2. Mata pelajaran kimia dianggap sebagai beban oleh siswa.
3. Siswa tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran kimia.
4. Siswa senang membaca komik daripada buku pelajaran kimia.
5. Media pembelajaran yang digunakan guru belum mampu untuk
menumbuhkan minat baca dan menarik perhatian siswa terhadap mata
pelajaran kimia.
6. Hasil belajar kimia siswa kurang optimal.
5 Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 228
– 232.
5
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti sangat
menyadari bahwa dalam melakukan penelitan ini, peneliti memiliki
keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik tenaga, biaya, maupun waktu.
Agar lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh
penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Siswa yang diteliti hanya dua kelas yang berasal dari kelas X-4 dan X-6
SMA Negeri 87 Jakarta.
2. Penelitian hanya pada konsep reaksi redoks kelas X SMA.
3. Media yang digunakan yaitu media komik untuk kelas eksprimen dan
media modul untuk kelas kontrol .
4. Hanya mengukur hasil belajar kognitif (C2 – C6).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media
komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia
siswa.
2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menggunakan media
komik dalam pembelajaran.
b. Manfaat bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam bidang penelitian pendidikan dan
menumbuhkan kreatifitas peneliti dalam membuat media pembelajaran.
6
c. Manfaat bagi siswa
Sebagai bahan acuan dan bacaan bagi siswa dalam pembelajaran
khususnya pada konsep reaksi redoks.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi aktif
antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran.1 Interaksi
komunikasi yang aktif melibatkan beberapa komponen yaitu
komunikator, komunikan, dan pesan. Istilah komunikasi atau dalam
bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio,
yang berarti pemberi tahuan, pemberi bagian, dan pertukaran
pembicaraan, pembicara mengharapkan pertimbangan dan tanggapan
dari pendengarnya. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau
bersama-sama. Kata kerjanya communicare artinya berdialog,
berunding atau bermusyawarah.2
Ditinjau dari efek yang diharapkan, tujuan komunikasi bersifat
umum, maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti
penerangan, propaganda, indoktrinasi, pendidikan, pembelajaran dan
lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran adalah bagian
khususnya komunikasi, karena memiliki tujuan yang bersifat khusus.
Komunikasi dalam pembelajaran terjadi karena ada rencana dan tujuan
yang ingin dicapai.3
Dalam lingkup pendidikan, khususnya pendidikan formal di
Indonesia, komunikator dapat sebagai “guru” sedangkan komunikan
sebagai “siswa”. Sedangkan pesan yang disampaikan oleh “guru” tiada
lain berupa pengetahuan atau kemampuan baru yang harus dimiliki oleh
1 Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA IMSTEP,
2000), h. 8. 2 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 2. 3 Ibid. h. 3.
8
siswa. Jadi tidak dapat disangkal bahwa proses yang menghantarkan
siswa agar memiliki pengetahuan dan kemampuan baru yang digariskan
oleh kurikulum memerlukan alat bantu.4 Alat bantu tersebut disebut
media pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara
harfiah berarti “tengah”, “pengantar” atau “perantara”. Dalam bahasa
Arab media disebut “wasail” bentuk jamak dari “wasilah” yakni
sinonim “al wasth” artinya juga “tengah”. Kata “tengah” itu sendiri
berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara”
atau yang mengantarai. Karena posisinya berada di tengah maka
“perantara” disebut sebagai “pengantar” atau “penghubung”, yakni
mengantarkan, menghubungkan, dan menyalurkan sesuatu hal dari satu
sisi ke sisi lainnya.5 Jadi media dapat diartikan sebagai perantara,
penghubung, dan pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan.
Banyak batasan yang dikemukakan para ahli tentang media,
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan atau informasi.6 Gagne (1970) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar.7 Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Association/NEA) memberikan pengertian media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual
serta peralatan-peralatannya, media hendaknya dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, dan dibaca.8
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala bentuk yang dipergunakan orang untuk
4 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 161. 5 Yudhi Munadi, op.cit. h. 6. 6 Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 6. 7 Ibid. 8 Ibid. h. 7.
9
proses informasi dalam pembelajaran baik dalam bentuk tercetak
maupun audiovisual serta peralatan-peralatan yang mendukungnya guna
memberikan motivasi dan inovasi pada pembelajaran, supaya terjadi
proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam hal ini efektif
berarti memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya
dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Sedangkan efisien artinya
memiliki daya guna ditinjau dari cara penggunaannya, waktu, dan
tempat. Media dikatakan efisien apabila penggunaannya mudah, dalam
waktu yang singkat dapat mencapai isi yang luas dan tempat yang
diperlukan tidak terlalu luas. Media juga harus bersifat komunikatif,
artinya media tersebut mudah dimengerti maksudnya, dengan kata lain
apa yang ditampilkan media tersebut mudah untuk difahami siswa.
Menurut Ade Kosnandar, penggunaan media dalam pembelajaran
dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya,
menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi
kesalah pemahaman, dan informasi yang disampaikan menjadi lebih
konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam
struktur kognitif siswa dan dapat mencapai hasil belajar seperti yang
diharapkan dibandingkan dengan tanpa menggunakan media.9
Peran media pembelajaran menurut Smaldino seperti dikutip oleh
Dilaga, diantaranya sebagai berikut:
1) Diatur oleh Pengajar (instructor-directed)
Media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dan menjadi
bagian dari penyajian materi pembelajaran yang disajikan oleh
pengajar tersebut.
2) Diatur oleh Peserta Didik (learner-directed)
Media pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik itu sendiri,
karena ia ingin terlibat lansung dalam kegiatan belajar tersebut.
9 Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik No. 13 Tahun VII,
Desember 2003, h. 77.
10
3) Belajar Jarak Jauh (distance education)
Belajar jarak jauh adalah belajar dimana peserta didik tidak
berhadapan lansung dengan pengajar, belajar jarak jauh memerlukan
sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang
bersifat searah maupun dua arah.10
b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran adalah:
1) Media pembelajaran berupa benda yang dapat diamati dengan panca
indra.
2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis sehingga perbedaan persepsi antar siswa pada suatu
informasi dapat diperkecil.
3) Media pembelajaran merupakan alat bantu belajar yang dapat
digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.
4) Media pembelajaran digunakan untuk memperlancar komunikasi
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.11
c. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Mulyati Arifin, dkk. Media pembelajaran memiliki manfaat
sebagai berikut:
1) Mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi.
2) Membantu retensi dan daya ingat.
3) Mengurangi keraguan pengertian.
4) Memperjelas struktur dan sistematika.
5) Meningkatkan relevansi arah pembicaraan.
6) Memperpendek waktu dan usaha belajar.
7) Bahan kajian menjadi lebih utuh dan tuntas.12
10Dewi Salma Prawira Dilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Predana Media Group, 2007), h. 64. 11Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11. 12Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 165.
11
Selain beberapa manfaat di atas, terdapat beberapa fungsi media
pembelajaran, sebagai berikut:
1) Siswa dapat menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, contohnya dengan media gambar, film,
video, dan lain-lain sehingga siswa dapat memperoleh gambaran
yang nyata.
2) Siswa dapat mengamati benda atau pristiwa yang sukar dikunjungi
baik disebabkan oleh jarak yang jauh atau berbahaya, contohnya
siswa dapat melihat kesibukan di pusat reaktor nuklir, kehidupan di
bawah laut dan lain sebagainya.
3) Memperoleh gambaran yang jelas terhadap benda-benda
mikroskopik atau makroskopik yang sukar diamati secara lansung.
Contohnya dengan menggunakan slide, gambar, dan film siswa
dapat melihat dengan jelas bentuk virus, bateri, dan benda-benda
mikroskopik lainnya. Dengan menggunakan model, globe, dan
miniatur. Dengan globe siswa dapat melihat dan mempelajari
bentuk bumi, dengan miniatur siswa dapat mengamati pusat
pembangkit listrik tanpa harus ke lokasinya.
4) Dapat mendengarkan suara yang sukar didengar telinga secara
lansung. Misalnya suara detak jantung.
5) Dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak atau
susah diawetkan. Contohnya dengan menggunakan model siswa
dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh
manusia dan lain sebagainya.
6) Mempermudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar
misalnya, siswa dengan mudah dapat membandingkan dua atau
lebih benda yang berbeda sifat, ukuran, warna, dan lainnya.
7) Dapat melihat secara jelas gerakan-gerakan yang berlansung sangat
lambat dengan bantuan video, gambar, dan lain sebagainya.
Contohnya pada proses mekarnya bunga, peroses evolusi ulat
menjadi kupu-kupu.
12
8) Dapat melihat secara lambat gerakan yang berlansung cepat dengan
bantuan film, video atau gambar. Contohnya siswa dapat
mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, gerakan mesin yang
berlansung cepat dan sebagainya.
9) Media pembelajaran dapat menjangkau audiens yang berjumlah
besar dan siswa dapat mengamati objek secara serempak.
10) Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, hobi, dan
temponya masing-masing. Misalnya dengan media komik siswa
yang memang memiliki hobi membaca komik akan senang
membaca media tersebut.13
11) Media mampu memberikan kesempatan belajar yang lebih merata.
Dengan menggunakan berbagai media memungkinkan orang dapat
belajar dimana saja dan kapan saja.
12) Pembelajaran menjadi lebih berdasarkan ilmu. Dengan
menggunakan media, proses belajar mengajar menjadi lebih
terencana dengan baik. Sebab media dianggap seabagai bagian
yang intgral dari sistem pembelajaran, sehingga sebelum
pelaksanaan pembelajaran guru terlebih dahulu harus
mengidentifikasi siswanya sehubugan dengan penggunaan media
tersebut.14
d. Klasifikasi Dan Jenis-jenis Media Pembelajaran
Klasifikasi media pembelajaran pada umumnya terbagi dua yaitu media
non elektronik dan media elektronik. Namun klasifikasi berikut dapat
memberikan gambaran lingkup media yang erat kaitannya dengan
proses pembelajaran.
13I Wayan Santyasa, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan
dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, (Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007) h. 5 – 6.
14Cepi Riyana, “Peran Teknologi dalam Pembelajaran”, http://www.cepiriyana.com, diakses 27 Desember 2009, h. 8.
13
Gambar 2.1. Klasifikasi dan jenis-jenis media pembelajaran.15
15Yudhi Munadi, op.cit. h. 58 – 184.
Audiovisual
Media
Visual
1. Pesan visual a. Gambar b. Grafik c. Diagram d. Bagan e. Peta
2. Penyalur pesan visual verbal-nonverbal a. Buku dan modul b. Komik c. Majalah dan jurnal d. Poster e. Papan visual ü papan tulis ü papan magnetik ü papan lembar balik ü papan flannel ü papan buletin ü papan peragaan
3. Model
1. Film gerak bersuara
2. Video 3. Televisi
Proyeksi
1. Overhead projector (OHP)
2. Slide (film bingkai) 3. Film strip (film
rangkai 4. Opaque projector
(proyektor tak tembus pandang)
5. Digital projector (infokus)
Audio
1. Phonograph 2. Open reel tapes 3. Casette tapes 4. Compact disc 5. Radio 6. Laboratorium
bahasa
Multimedia
1. Berbasis computer a. Multimedia
presentasi b. Multimedia
interaktif c. Mulitimedia
simulasi d. Internet-learning
2. Pengalaman lansung a. Pengalaman
berbuat b. Pengalaman
terlibat ü Permainan
dan simulasi ü Bermain peran ü Forum teater
14
2. Hakikat Media Komik
a. Definisi Komik
Komik memiliki banyak arti dan sebutan yang disesuaikan
dimana tempat masing-masing komik terebut berada. Secara umum
komik berarti cerita bergambar atau disingkat dengan cargam. Scoud
McCloud seperti dikutip oleh Waluyanto, berpendapat bahwa komik
memiliki arti gambar-gambar serta lambang atau simbol lain yang ter-
jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk
menyampaikan informasi atau mencapai tanggapan estetis dari
pembacanya.16 Sedangkan menurut menurut Ensiklopedi Nasional
Indonesia, komik adalah cerita serial bergambar yang merupakan
perpaduan seni gambar dan seni sastra, gambar-gambar pada komik
umumnya dilengkapi dengan balon-balon kata dan terkadang disertai
narasi sebagai penjelasan.17 Sementara itu I Wayan Santyasa
menyatakan bahwa komik adalah suatu bentuk sajian cerita yang
dilengkapi dengan gambar.18 Komik dapat diterbitkan dalam berbagai
bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga
berbentuk buku tersendiri.
Dari beberapa pengertian komik di atas maka dapat disimpulkan
bahwa komik merupakan sajian cerita yang dilengkapi dengan gambar-
gambar, simbol-simbol, dan balon kata yang berdekatan dalam urutan
tertentu untuk menyampaikan informasi. Komik dapat diterbitkan
dalam berbagai bentuk seperti Koran, majalah, dan berbentuk buku
tersendiri.
Komik merupakan bentuk media komunikasi visual yang
memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan
mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik memadukan
kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita
16Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”,
Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005, h. 51. 17Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54. 18I Wayan Santyasa, op.cit. h. 14.
15
yang membuat informasi menjadi lebih mudah diserap. Teks dan
gambar membuat komik menjadi lebih mudah dimengerti, sedangkan
alur membuatnya menjadi lebih mudah untuk diikuti dan diingat.19
Sehingga pesan yang disampaikan melalui komik tersimpan dalam
memori jangka panjang yang tidak mudah dilupakan meskipun telah
lama dibaca, dan sewaktu-sewaktu dengan mudah dapat
diceritakan/recall kembali.
b. Sejarah Komik
Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu
orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf
mesir kuno. Adapun komik dengan bentuk yang dikenal sekarang mula-
mula berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik
Amerika lebih banyak menceritakan tentang super hero, pahlawan
antariksa, dan tema sains fiksi, seperti superman, batman, dan
spiderman. Sedangkan komik Eropa lebih berbentuk petualangan dan
humor, seperti Tintin, Aterix, Lucy Luke, dan Mobieus.
Saat ini yang sedang populer adalah komik Jepang atau komik
manga. Bentuk bukunya kecil, tidak berwarna, dan tokoh-tokohnya
bermata bulat besar. Komik jepang lebih banyak menceritakan tema-
tema keseharian. Di Jepang komik tidak hanya diterbitkan sebagai
bahan hiburan semata tetapi juga dikembangkan komik untuk
membantu pengajararan baik dikalangan masyarakat umum maupun di
sekolah. Temanya lumayan berat tetapi dapat dibaca dengan santai,
diantaranya mengenai masalah sosial, politik, ekonomi, sains, etika, dan
falsafah konfusaisme.
Sedangkan di Indonesia cerita gambar dijumpai di Candi
Prambanan dan candi Brobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh
tingkat Borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel
berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di
19Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
16
Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian
gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana.
Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat
perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan
komik, Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia yang
di filmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 980-an merupakan
masa subur bagi pemasaran komik-komik luar negeri yang
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut
umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta dari
Jepang.20
c. Unsur-unsur Komik
Secara sepintas komik dipandang hanya sebagai media visual
yang terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjadin menjadi
sebuah cerita. Namun bagi para komikus, komik memiliki unsur-unsur
yang terdiri dari sampul depan, sampul belakang, dan halaman isi.
Pada halaman sampul depan sebuah komik biasanya terdapat
komponen-komponen sebagai berikut:
1). Judul cerita atau judul serial
Judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat. Ukuran
huruf pada judul dibuat huruf kapital dengan ukuran besar dan
mencolok sehingga menarik perhatian dan mudah ditanggkap oleh
pembaca.
2). Credits
Yaitu keterangan tentang pengarang komik tersebut, seperti penulis
skenario, penggambar, dan sebagainya.
3). Indicia
Yaitu keterangan tentang penerbit maupun percetakan lengkap
dengan waktu terbit dan pemegang hak cipta.21
20Ensiklopedi Nasional Indonesia, loc.cit. h. 55 – 56. 21Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik, (Jakarta: Kreatif Media, 2007), h. 12.
17
Berikut contoh gambar sampul depan pada sebuah komik.
Gambar 2.2. Contoh Sampul Depan Pada Komik.22
Sedangkan pada halaman sampul belakang biasanya tertera
ringkasan cerita yang terdapat dalam komik tersebut untuk memberikan
gambaran umum tentang isi komik kepada pembaca. Berikut contoh
gambar sampul belakang pada sebuah komik:
Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik.23
22M. Tatalovic, “Science comics as tools for science education and communication: a
brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009, h. 9.
23Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, (Bandung: Dar! Mizan, 2010).
18
Sementara itu halaman isi komik terdiri dari unsur-unsur sebagai
berikut:
1). Panel
Panel berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya gambar-
gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik
dan sesuai alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel
lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.
2). Gang
Gang adalah ruang atau jarak yang menjembatani antara satu panel
dengan panel lainnya.
3). Narasi
Narasi berfungsi menerangkan dialog, waktu, tempat, kejadian, dan
situasi yang digambarkan dalam komik tersebut.
4). Balon kata
Adalah suatu bulatan dengan garis penunjuk yang di dalamnya
terdapat tulisan yang berisi ucapan yang disampaikan oleh tokoh
dalam komik tersebut. Balon kata dengan garis penunjuk lansung
menunjukkan tokok berbicara, sedangkan garis penunjuk dengan
bulatan putus-putus menunjukkan tokoh bergumam atau berbicara
dalam hati.
5). Efek suara
Adalah menunjukkan suara-suara yang terjadi dalam certia
tersebut, misalnya suara angin, suara ranting patah, suara bel dan
sebagainya. 24
24Toni Masdiono, op.cit. h. 13.
19
Berikut contoh gambar halaman isi pada sebuah komik:
Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik.25
d. Macam-macam Komik
Komik hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan
pembaca. Dalam hal ini Marcel Bonnef membagi komik Indonesia
kedalam beberapa jenis, yaitu:
1). Komik Wayang
Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis komik asli
indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah
hasil tradisi lama yang lahir dari sumber hindu, kemudian diolah
dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal
dari kesusteraan jawa kuno seperti Mahabrata dan Ramayana.
2). Komik silat
Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana
halnya Judo dari jepang, atau Kun Tao dari cina. Komik silat ini
banyak diilhami dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat.
Pada umumnya kisah dalam komik silat bercerita tentang
25M. Tatalovic, loc.cit.
20
pertualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan
memerangi kejahatan, dan kebenaranlah yang akan menang.
3). Komik humor
Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang
lucu dan membuat pembacanya tertawa. Karakter tokoh biasanya
diggambarkan dengan fisik yang lucu dan jenaka, begitu juga tema
yang diangkat, memanfaatkan banyak segi anekdotis.
4). Komik roman remaja
Dalam bahasa Indonesia, kata “roman” jika digunakan sendiri
selalu berarti kisah cinta, dan kata “remaja” adalah menunjukkan
anak muda. Sehingga komik roman remaja menunjukkan bahwa
komik ini ditujukan untuk kaum muda, cerita komik tersebut harus
romantis. Tema yang diambil berkisar tentang kehidupan cinta
kaum muda dan lika likunya.26
5). Komik didaktis
Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan idiologi,
ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan materi-
materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi
pembacanya. Komik ini memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu
sebagai hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau
tidak langsung untuk tujuan edukatif/pendidikan.27 Komik didaktis
inilah yang digunakan dalam penelitian ini.
e. Komik Sebagai Media Pembelajaran
Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai
media (alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi
secara efektif dan efisien,28 Komik dapat menjadi pilihan sebagai media
pembelajaran karena adanya kecenderungan banyak siswa lebih
menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan
26Marcell Bonneff, Komik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 104 – 130. 27Ibid. h. 65 – 67. 28Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
21
membaca buku pelajaran dan menggunakan waktu mereka untuk belajar
atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR).29 Jika pelajaran disajikan
dalam bentuk komik maka siswa diharapkan dapat tertarik untuk
membaca pelajaran tersebut.
Berikut beberapa kelebihan penggunaan media komik dalam
pembelajaran, yaitu:
a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya.
b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi
disajikan secara ringkas dan mudah dicerna.
c) Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis.
d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal,
dapat mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya,
karena pembaca terbantu utuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya.30
e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara
emosional, mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga
selesai.
f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi
sebagai sumber belajar.
Selain beberapa kelebihan dan keunggulan di atas, Gane Yang
dalam artikelnya menyebutkan bahwa komik memiliki lima kekuatan
atau keunggulan, yaitu dapat memberikan motivasi, visualisasi
/gambaran yang jelas, bersifat konsisten/tetap maksudnya isi bacaannya
lebih menetap dalam pikiran pembaca, sebagai perentara atau media,
dan lebih populer dan dikenal oleh siswa, sehingga dapat digunakan
secara praktis disemua subjek dan semua jenjang pendidikan.31
29Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan
Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
30Yudhi Munadi, op.cit. h. 100. 31Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h. 1 – 4, dalam
http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 5 Desember 2009.
22
Sedangkan Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa
penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai
dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, untuk pelajaran
bahasa Inggris, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan
matematika. Komik dapat membantu para siswa meneliti, menyatukan,
dan menyerap isi materi pelajaran yang sulit.32 Selain itu media komik
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan belajar para siswa
yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.33
Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang
berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal
ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa
dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran atau penulis
komik tersebut). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal
jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan
menarik.34 Sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan siswa
tersebut termotivasi untuk belajar.
Meskipun banyak keunggulan dari pemanfaatan media komik
sebagai media pembelajaran, guru harus berhati-hati dalam
penggunaannya sebab seringkali komik tersebut lebih bersifat komersil
tanpa mempertimbangkan isi dan akibat yang ditimbulkannya.35 Untuk
menghindari hal tersebut, guru tidak hanya menganjurkan siswa
membeli komik pembelajaran yang dijual dipasaran, namun sebaiknya
guru membuat sendiri media pembelajaran komik tesebut, mulai dari
alur cerita dan tokoh komik yang akan diambil, topik-topik apa saja
yang akan dijadikan komik, sehingga sesuai dengan materi yang akan
diajarkan di kelas.
32Charles Thacker, How to Use Comic Life in the Classroom, h. 7. dalam
http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010. 33Ibid. 34Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52. 35Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 55.
23
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman membuat komik
pembelajaran pada konsep reaksi redoks dan membagikannya kepada
siswa yang dijadikan sebagai kelompok eksprimen. Jadi media komik
yang dimaksud adalah komik yang telah disusun dan dibuat oleh
peneliti.
3. Hakikat Modul
Menurut Yunus modul adalah sarana atau media pembelajaran
tertulis yang berisi suatu yunit konsep materi pelajaran yang disusun
secara sistematis sehingga siswa dapat menyerap sendiri materi pelajaran
tersebut.36 Sedangkan Mulyasa mendefinisikan modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan atau materi pelajaran tertentu
yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan
oleh siswa.37
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa
modul adalah sarana atau media pembelajaran secara tertulis yang disusun
secara sistematis dan memuat suatu unit konsep bahan pelajaran agar
peserta didik dapat lebih mudah bahkan dapat memahami sendiri materi
pelajaran yang disajikan oleh modul tersebut.
Modul berbeda dengan buku teks biasa, karena cakupan bahan
dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih memikirkan aktifitas
belajar pembacanya, sajiannya disampaikan dalam bahasa yang
komunikatif, dengan sifat penyajiannya tersebut maka diharapkan terjadi
komunikasi dua arah. Untuk memudahkan pembedaan antara buku dengan
modul berikut tabel perbedaan antara buku teks biasa dengan modul:38
36Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5.
37E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43.
38Yudhi Munadi, op.cit. h. 98.
24
Tabel 2.1. Perbedaan buku teks biasa dengan modul.
No. Buku Teks Biasa Modul
1 Untuk keperluan umum/tatap muka
Untuk sistem pembelajaran mandiri
2 Tidak terlalu terprogram Program pembelajaran yang utuh dan sistematis
3 Lebih menekankan sajian materi ajar
Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi
4 Cendrung informatif atau searah Disajikan secara komunikatif atau dua arah
5 Menekankan fungsi penyajian materi/informasi
Cakupan bahasan terfokus dan terukur
6 Pembaca cendrung pasif Mementingkan aktifitas belajar pengguna
Dalam sistem pembelajaran dengan modul peserta didik mendapat
kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca materi, dan
mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam modul tersebut, sehingga
setiap siswa dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai dengan
kecepatan dan kemampuan belajar mereka masing-masing. Pada umumnya
sebuah modul mencakup semua kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh
siswa, sehingga guru bukan lagi sebagai sumber utama dalam
pemelajaran.39
Pada pembelajaran dengan sistem modul tugas guru adalah
sebagai fasuilitator. Guru membagi materi pembelajaran dalam bentuk
tertulis yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa membaca modul
tersebut dan berusaha memahaminya sendiri, guru hanya menjelaskan
materi pelajaran jika tidak ada siswa yang dapat menjelaskannya dengan
baik.40
Berikut beberapa tugas utama guru dalam pembelajaran dengan
sistem modul:
39 E. Mulyasa, op.cit. h. 45. 40 Falah Yunus, loc.cit.
25
a. Menyiapkan situasi belajar yang kondusif dan mengarahkan siswa
dengan baik.
b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi
modul.
c. Melakukan pengamatan terhadap siswa.41
Menurut Mulyasa penggunaan modul dalam pembelajaran
memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Berfokus pada kemampuan idividual siswa, karena pada hakekatnya
siswa memiliki kemampuan untuk belajar sendiri.
b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara
penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara
pelajaran yang dipelajari dan hasil yang akan diperolehnya.42
Disamping kelebihan-kelebihan di atas modul junga memiliki
kelemahan, antara lain:
a. Penyusunan modul membutuhkan keahlian tertentu.
b. Membutuhkan manajemen pendidikan yang baik, karena setiap peserta
didik memiliki kecepatan yang berbeda-beda dalam memahami isi
modul tersebut.43
c. Modul hanya berbentuk tulisan yang membuat siswa cepat bosan untuk
membaca dan mempelajarinya.
Modul berbeda dengan komik, modul hanya berbentuk tulisan,
sedangkan komik terdapat gambar-gambar dan bahasa yang dialogis serta
adanya alur cerita, sehingga media komik menjadi lebih unggul dari pada
media modul. Tabel berikut menunjukkan perbedaan dan kelebihan media
komik dibandingkan dengan media modul.
41E. Mulyasa, loc.cit. h. 45. 42Ibid. h. 46. 43Ibid. h. 47.
26
Tabel 2.2. perbedaan dan kelebihan media komik dibandingkan modul
No Media Komik Media Modul 1 Adanya gambar-gambar yang
disiusun secara runut membentuk cerita
Hanya tulisan
2 Adanya alur cerita yang membuat siswa terus ingin membacanya
Hanya uraian tentang materi pembelajaran
3 Bahasa yang dialogis Bahasa bersifat penjelasan dan uraian
4 Perpaduan bahasa verbal dan non verbal
Hanya bahasa verbal
4 Ekspresi yang divisualisasikan membuat siswa terlibat secara emosional
Tidak ada ekspresi yang divisualisasikan hanya tulisan
5 Sebagai bacaan kegemaran/hobi siswa sehingga mereka lebih tertarik
Cendrung membosankan siswa, sebab tidak jauh berbeda dengan buku-buku lainnya
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Belajar
Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala potensi yang
dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai
kesempurnaan baik secara jasmani maupun rohani. Demi mencapai
kesempurnaan tersebut manusia dituntut untuk menjaga hubungan
dengan orang lain dan alam semesta yang senantiasa berubah-ubah
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
mempertahankan kehidupannya.
Menurut Mulyati Arifin, dkk. Belajar merupakan proses aktif
siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.44 Belajar adalah peroses
perubahan dari belum bisa menjadi bisa yang terjadi dalam jangka
44Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 8.
27
waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus permanen dan tidak hanya
terjadi pada prilaku yang saat ini kelihatan, tetapi juga pada prilaku
yang mungkin terjadi pada masa mendatang. Sehingga perubahan-
perubahan terebut dapat juga terjadi karena pengalaman.45 Belajar
merupakan suatu proses usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan secara keseluruhan dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, 46 dan bahkan peningkatan keimanan.
Dalam Islam belajar merupakan kegitan yang wajib dilakukan
oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dengan belajar
seseorang akan memperoleh ilmu pengetahuan, Islam sangat
menghargai ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan janji Allah
SWT. bahwa Ia akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Seperti yang terdapat dalam
Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
$pk�� r' ¯» t� tûï Ï% ©!$# (#þq ãZtB#uä #s�Î) �@�Ï% öN ä3 s9 (#q ßs¡¡ xÿs? � Îû ħÎ=» yfyJ ø9$# (#q ßs|¡ øù$$sù
Ëx|¡ øÿt� ª!$# öN ä3 s9 ( #s�Î) ur �@�Ï% (#râ� à±S$# (#râ� à±S$$sù Æìsùö� t� ª!$# tûï Ï% ©!$# (#q ãZtB#uä öN ä3ZÏB
tûï Ï% ©!$#ur (#q è?ré& zO ù=Ïèø9$# ;M» y_u�y� 4 ª!$#ur $yJ Î/ tbq è=yJ ÷ès? ×��Î7 yz ÇÊÊÈ
Artinya:
“Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Q:S. Al-Mujadilah: 11).47
45Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), h. 76. 46Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), h. 2. 47Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar,
2002), h. 793.
28
Menurut ayat di atas untuk mencapai derajat yang tinggi tidak
cukup hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas,
namun terdapat suatu persyaratan yang paling penting yaitu orang
tersebut harus beriman. Jadi hasil dari proses belajar diharapkan terjadi
perubahan dalam diri seseorang yang meliputi tingkah laku, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan meningkatnya keimanan kepada Allah
SWT.
Proses pembelajaran di kelas tujuannya diketahui dengan jelas
oleh guru dan murid. Berbagai usaha dikerahkan semaksimal mungkin
agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, dengan menggunakan
berbagai strategi, pendekatan, model, metode, dan penggunaan berbagai
media.
Proses pembelajaran tesebut dapat dikatakan berhasil apabila
siswa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, dan bertambah tingkat
keimanannya kepada Sang Pencipta, sebagai akibat dari pengetahuan
yang telah ia peroleh. Salah satu indikator hasil pembelajaran adalah
dengan melihat hasil belajar siswa.
b. Teori-teori Belajar
Proses perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar yang
terjadi pada diri individu merupakan proses internal psikologis yang
tidak diketahui secara nyata. Oleh karena itu, terjadinya proses belajar
tersebut tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah pendapat
dikalangan ahli psikologi, sehingga timbul bermacam-macam teori
belajar, antara lain:
1) Teori Conditioning
Pelopor teori conditioning ini adalah Palvov, seorang ahli
psikologi-refleksologi dari rusia. Menurut teori ini, belajar itu adalah
suatu proses perubahan yang terjadi akibat adanya syarat-syarat yang
kemudian menimbulkan reaksi atau respon. Hal yang paling penting
29
dalam teori ini adalah harus adanya latihan yang kontinu. Para
penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia
juga tidak lain adalah conditioning, yakni hasil daripada latihan-
latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap peransang-
peransang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan.48
2) Teori Operant Conditioning
Pelopor teori ini adalah Skinner, seperti halnya Palvov Skinner
juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara peransang
dan respons. Perbedaannya adalah Skinner membuat perincian yang
lebih jauh. Ia menyarankan suatu kelas lain dari prilaku, yang
disebutnya prilaku-prilaku operant. Studi Skinner terpusat pada
hubungan antara prilaku dan konsekuensi-konsekuensinya.49 Sebagai
contoh, jika prilaku seseorang segera diikuti oleh kosekuensi-
konsekuensi berupa reinforcement yaitu suatu stimulus yang dapat
memberikan penguatan yang menyenangkan (misalnya hadiah atau
pujian), maka orang tersebut akan sering melakukan prilaku tersebut.
3) Teori connectionisme
Menurut teori ini belajar adalah penguatan hubungan stimulus
dengan respons. Menurut Thorndike, belajar melalui proses sebagai
berikut:
a) Trial and error (coba-coba dan gagal)
Menurut teori ini setiap organisme jika dihadapkan pada situasi
baru, maka ia akan melakukan tidakan mencoba-coba. Jika dalam
perbuatan mencoba-coba tersebut ada perbuatan yang dianggap
memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan tersebut akan
dipegangnya. Karena adanya latihan yang terus menerus maka
waktu yang diperguanakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang sesuai tersebut semakin lama semakin efesien.
48Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91. 49Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 24.
30
b) Law of Effect
Segala perbuatan yang berakibat pada suatu keadaan yang
memuaskan atau menyenangkan akan diingat dan dipelajari
dengan sebaik-baiknya.50 Hubungan stimulus respon bertambah
kuat jika disertai dengan perasaan senang atau puas. Oleh karena
itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau
membesarkan hati siswa bahkan dengan menggunakan media
pembelajaran yang membuat siswa senang akan lebih baik dalam
pembelajaran.
c. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang/siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.51
Sedangkan menurut Muhibbin Syah hasil belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.52 Jadi
hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai
oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang melibatkan proses
kognitif dan siswa tersebut mengalami perubahan tingkah laku yang
relatif menetap.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil
belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang
setelah melakukan kegiatan belajar, yang menghasilkan perubahan
kearah yang lebih baik pada diri seseorang tersebut, baik dalam hal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang
bersifat menetap dan konsisten.
50Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100. 51Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 22. 52Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 92.
31
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara
garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik.53
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif atau penguasaan materi meliputi, kemampuan
menyatakan kembali konsep-konsep atau prinsip yang telah
dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual. Sebagian besar
tujuan-tujuan instuktisional berada dalam ranah kognitif tersebut.
Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
kegiatan otak, pada ranah kognitif terdapat enam jenjang, yaitu: (C1)
hafalan/ingatan, (C2) pemahaman, (C3) penerapan, (C4) analisis, (C5)
sintesis, dan (C6) evaluasi.54
Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks
dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih
rendah, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.5. Penjenjangan Domain Kognitif.55
53Nana Sudjana, loc.cit. 54Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 14 – 15. 55Ibid. h. 15 – 17.
C1 = hafalan
C6 = evaluasi
C2 = pemahaman
C3 = penerapan
C4 = analisis
C5 = sintesis
32
a) Jenjang ingatan/hafalan(C1)
Adalah poses mengingat materi yang telah dipelajari, mencakup
fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
b) Jenjang pemahaman (C2)
Adalah kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang
dipelajari, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam rumusan
matematis, meramalkan berdasarkan kecendrungan tertentu,
menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri.
c) Janjang penerapan (C3)
Adalah kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan,
atau metode yang telah dipelajari dalam situasi baru atau situasi
konkrit. d) Jenjang analisis (C4)
Adalah kemampuan untuk menguraikan suatu materi kedalam
bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang
dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur
informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut
menjadi jelas.
e) Jenjang sintesis (C5)
Adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian yang
terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk
didalamnya kemampuan merencanakan eksprimen, menyusun
karangan, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-
objek, peristiwa, dan informasi lainnya.
f) Jenjang evaluasi (C6)
Adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi
(pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan. Untuk menilai hasil belajar pada ranah kognitif (penguasaan
materi) ini digunakan bentuk instumen evaluasi tes yang dapat
33
mengukur keenam tingkatan tersebut.56 Tes tersebut bisa berbetuk
tes essay, pilihan ganda, benar salah, melengkapi, dan lain
sebagainya.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil
belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi
belajar, hormat pada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci
menjadi lima jenjang, yaitu perhatian/penerimaan, tanggapan,
penilaian/penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi terhadap
sesuatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar aspek ranah
afektif ini dapat digunakan instumen evaluasi yang bersifat non tes,
seperti kuesioner dan observasi.57
Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif ini
diklasifikasikan oleh David Kratwohl, dkk. Kedalam lima jenjang
secara herearkis seperti skema berikut ini:
Taksonomi Kratwohl
Internalisasi
Gambar 2.6. Penjenjangan Domain Afektif.58
56Ibid. h. 15. 57Ibid. h. 19 – 20. 58Ibid. h. 20.
1.0 = receiving
2.0= responding
3.0 = valuing
4.0= organization
5.0 = caracterization
34
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk
ketrampilan (skill) kemampuan bertindak individu.59 Ranah
psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pelajaran
tertentu. Pada ranah psikomotor ini terdapat tujuh tingkatan, yaitu
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Untuk menilai
hasil belajar psikomotor ini dapat digunakan instrument tes kinerja
atau non tes dengan pedoman observasi.60
Domain psikomotor tersebut dapat diklasifikasikan kedalam
empat kategori, yaitu:
a) Bergerak (moving)
Yaitu sejumlah gerak tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-
gerakan fisik.
b) Memanipulasi (manipulating)
Yaitu aktifitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari
gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagain tubuh.
c) Mengkomunikasikan (communicating)
Yaitu aktifitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk
diketahui oleh orang lain.
d) Menciptakan (creating)
Yaitu proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan
yang baru.61
Diantara ketiga ranah tersebut di atas (kognitif, afektif, dan
psikomotor), maka ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru dalam pembelajaran disekolah, karena berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai isi bahan
pelajaran.
59Nana Sudjana, op.cit. h. 30. 60Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24. 61Ibid. h. 24 – 25.
35
Selain untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran, hasil belajar juga
bermanfaat untuk keperluan penelitian terhadap proses pembelajaran,
sehingga apabila hasil belajar siswa tidak sesuai seperti dengan yang
diharapkan, maka dapat dilakukan perbaikan terhadap metode atau
unsur-unsur lain yang berperan dalam proses pembelajaran tersebut.
Hasil belajar siswa juaga dapat untuk mengetahui sifat-sifat siswa, baik
dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar
Seperti telah dikemukakan, bahwa belajar merupakan suatu
proses. Artinya hasil dan proses belajar tersebut akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Hasil dan proses belajar siswa secara garis besar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam/faktor internal dan
dari luar/faktor eksternal, dengan rincian sebagai berikut:
a). Faktor dari dalam terdiri dari
1). Faktor fisiologis yang meliputi kondisi fisik dan panca indra.
Kondisi fisik misalnya kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah, dan kondisi panca indra yang tidak cacat,
seperti dapat melihat dengan jelas, mendengar dengan jelas,
dan sebagainya akan membantu dalam proses pembelajaran.62
2). Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat dan
bakat, motif dan motivasi, kemampuan kognitif dan daya
nalar.63
a) Intelegensi
Menurut Zikri Neni Iska, intelegensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara
rasional. Intelegensi tidak dapat diamati secara langsung
tetapi harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
62Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25. 63Ibid. h. 27 – 29.
36
merupakan perwujudan dari proses berfikir rasional
tersebut.64
Sedangkan Cp. Chaplin seperti dikutip Munadi
mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat
dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak
secara efektif, kemampuan memahami pertalian-pertalian
dan mampu belajar dengan cepat.65
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang sangat tinggi, jiwa
semata-mata tertuju kepada suatu objek ataupun
sekumpulan objek tertentu.66 Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada
objek-objek belajar yang dapat menarik perhatiannya,
misalnya dengan menggunakan media komik dalam
pembelajaran, sehingga perhatian siswa akan terarah atau
fokus pada objek yang sedang dipelajarinya.
c) Minat dan bakat
Minat merupakan kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengingat beberapa kegiatan.67
Sedangkan bakat adalah kemampuan untuk belajar,
kemampuan ini baru akan terwujud menjadi suatu
kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan
berlatih.68
d) Motif dan motivasi
Motif digunakan untuk menunjukkan keadaan dalam
diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan.
64Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89. 65Yudi Munadi, op.cit. h. 26. 66Slameto, op.cit. h. 56. 67Ibid. h. 57. 68Yudi Munadi, op.cit. h. 27.
37
Sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisme yang mendorong prilaku individu
tersebut kearah tujuannya.69
e) Kognitif dan daya nalar
Terdapat tiga hal berkenaan dengan kognitif, yaitu
persepsi, mengingat, dan berfikir. Persepsi adalah
pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
lingkungannya. Pengindraan tersebut dipengaruhi oleh
pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.70 Sedangkan
berfikir dibagi menjadi dua macam, yaitu berfikir autistik
dan berfikir realistik.71
Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media
pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah berusaha
untuk membawa para siswanya pada pemahaman yang
realistis. Sehingga pemanfaatan media dalam proses
pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya
nalar siswa.
Istilah penalaran menurut kamus The Random Hause
dalam Munadi berarti the act or process of a person who
reasons (proses nalar yang dilakukan oleh seseorang).
Sedangkan reasons berarti the mental power concerned
with forming conclutions, judgements, or inferences
(kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan
kesimpulan dan penilaian.72 Jadi salah satu yang
membedakan seseorang dengan orang lainnya adalah
berdasarkan daya nalarnya.
69Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39. 70Yudi Munadi, op.cit. h. 29. 71Ibid. h. 30 – 31. 72Ibid. h. 31.
38
b). Faktor dari luar terdiri dari
1) Faktor lingkungan yang meliputi alam dan sosial
(a) Lingkungan alam, seperti keadaan suhu, kelembaban,
kepengapan udara, beredebu, dan sebagainya dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
(b) Lingkungan sosial, baik manusia maupun makhluk lainnya,
juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.73
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasikan untuk mencapai hasil belajar
yang diinginkan. Faktor instrumental ini meliputi
kurikulum/bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas termasuk
media pembelajaran, administrasi/manajemen.74
Media komik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
masuk pada faktor eksternal instrumental ini. Sebab media
tersebut merupakan instrumen yang sengaja peneliti rancang
untuk menumbuhkan faktor internal siswa, sehingga pada
akhirnya siswa menjadi lebih senang dan mudah dalam
mempelajari pelajaran khususnya pelajaran kimia.
5. Hakikat Ilmu Kimia
Kimia merupakan ilmu yang masuk dalam rumpun Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), sehingga ilmu kimia memiliki karakteristik yang
mirip dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara
memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merpakan ilmu yang pada awalnya
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada
perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori.75
73Ibid. h. 31 – 32. 74Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107. 75E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 132.
39
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamikan, dan energetika zat.
Ada dua hal dalam kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai
produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan teori) temuan ilmuan, dan kimia sebagai proses kerja ilmiah.76
Menurut Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, kimia adalah
ilmu yang mempelajari bahan, yaitu penggolongan bahan kedalam
baberapa kategori seperti zat, unsur, senyawa, campuran homogen atau
campuran hererogen.77 Sedangkan menurut keenan, Ilmu kimia adalah
suatu ilmu yang mempelajari bangun/struktur materi dan perubahan-
perubahannya baik terjadi secara alamiah di alam maupun dalam
eksprimen yang direncanakan di laboratorium.78
Ilmu kimia sangat bergantung pada pengukuran, contohnya
seorang ahli kimia menggunakan pengukuran untuk membandingkan sifat
dari berbagai zat dan untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada zat
tersebut dalam sebuah pecobaan. Suatu hasil pengukuran biasanya
menggunakan bilangan yang disertai dengan satuan untuk bilangan
tersebut, tanpa adanya satuan bilangan maka hasil pengukuran tersebut
tidak ada artinya. Dalam sains termasuk kimia, satuan sangat diperlukan
supaya dapat menyatakan hasil pengukuran tersebut secara benar.79
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu
kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, sifat, dan struktur materi
serta perubahan-perubahan materi tersebut baik yang terjadi secara
alamiah di alam, maupun yang sengaja dirancang di laboratorium. Kimia
tidak bisa dipisahkan antara kimia sebagai produk dan kimia sebagai
keterampilan proses ilmiah. Ilmu kimia sangat bergantung pada
76Ibid. h. 132 – 133. 77Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19. 78Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi keenam, (Jakarta: PT. Glora
Aksara Pratama, 1984), h. 2. 79Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2005), h. 10.
40
pengukuran, hasil pengukuran tersebut harus memiliki satuan. Tanpa
adanya satuan maka hasil pengukuran tersebut tidak memiliki arti.
Bahan kimia atau materi bukan hanya merupakan bahan abstrak
beracun yang mematikan dan perlu ditakuti, bahan kimia adalah semua
bahan-bahan yang ada di sekeliling manusia seperti buku, udara, bahan
bakar, makanan dan lain sebagainya, bahkan tubuh manusia sendiri
merupakan bahan kimia.80
Ilmu kimia di SMA dipelajari mulai dari kelas X sampai dengan
kelas XII. Adapun materi atau Konsep yang diajarkan di SMA meliputi,
aspek-aspek dasar tentang struktur, dinamika, transformasi, dan energitika
mengenai zat. Sedangkan pengajaran kimia kelas X semester 2 di SMA
terdiri dari Konsep larutan non elektrolit dan larutan elektrolit, konsep
oksidasi dan reduksi, hidrokarbon, dan minyak bumi.81
Adapun tujuan kurikulum mata pelajaran kimia di SMA/MA
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam, serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Membentuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dapat menjalin kerjasama denga sesama.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksprimen, dimana peserta didik melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,
pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta melaporkan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang bermanfaat dan
yang merugikan individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
pentingnya upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan demi
kesejahteraan masyarakat. 80James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara,
1999), h. 2. 81Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5 – 8.
41
e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan
dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi.82
6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan suatu konsep dalam ilmu kimia, di
SMA pengenalan reaksi redoks dipelajari di kelas X semester 2 tanpa
penyetaraan reaksi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penyetaraan
reaksi secara mendalam di kelas XII semester 1.
Reaksi oksidasi reduksi merupakan gabungan dari dua reaksi
yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada awalnya istilah oksidasi
diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan oksigen,
sedangkan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi bahwa
oksigen diambil dari suatu senyawa atau dengan kata lain peristiwa
pelepasan oksigen.83
Setelah ilmu kimia terus berkembang maka dapat diketahui
banyak reaksi yang terjadi tanpa melibatkan oksigen, misalnya tembaga
(Cu) tidak hanya dapat bereaksi dengan oksigen (O2), tetapi juga dapat
bereaksi dengan Cl2 namun memiliki persamaan dengan reaksi antara Cu
dan O2 yaitu molekul O2 atau Cl2 menerima elektron dari Cu, sehingga
fakta tersebut menjadi dasar pengembangan konsep redoks, jadi
berdasarkan konsep tersebut reduksi adalah reaksi penerimaan elektron
sedangkan oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron.84
Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, maka redoks
adalah suatu senyawa yang bereaksi dengan oksigen. Reaksi pembakaran
karbon merupakan reaksi oksidasi (C + O2 → CO2), namun menurut teori
ikatan kimia, senyawa CO2 bukan senyawa ionik melainkan senyawa
82E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, op.cit. h. 133 – 134. 83Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat-Jilid 3,
(Jakarta: Erlangga, 1987), h. 1 – 2. 84Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007),
h. 215.
42
kovalen, sehingga jika mengacu pada konsep reaksi redoks berdasar pada
konsep perpindahan elektron, reaksi pembakaran karbon bukan reaksi
redoks karena tidak terjadi penerimaan maupun pelepasan elektron.85
Untuk menjelaskan masalah di atas para ahli kimia
mengemukakan konsep redoks berdasarkan bilangan oksidasi (biloks).
Setiap atom mempuyai muatan yang disebut bilangan oksidasi, yaitu angka
yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau diterima
oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Biloks diberi tanda positif (+) jika
atom tersebut melepaskan elektron, dan diberi tanda negatif (-) jika atom
tersebut menerima elektron.86
Pada reaksi redoks ada unsur yang bertindak sebagai reduktor,
dan ada unsur yang bertindak sebagai oksidator. Reduktor adalah zat yang
mengalami oksidasi, sedangkan oksidator adalah zat yang mengalami
reduksi. Pada reaksi redoks ada juga istilah reaksi autoredoks, yaitu reaksi
redoks dengan satu jenis unsur yang bilangan oksidasinya berubah
mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus.87
Reaksi redoks merupakan reaksi penting dalam kimia, biokimia,
dan industri. Pembakaran batu bara, gas alam, bensin, pengolahan logam
besi dan alumunium dari bijih oksidanya, produksi bahan kimia seperti
asam sulfat dari sulfur, udara, air, bahkan tubuh manusia memetabolisme
gula melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi.88 Dengan semakin
berkembangnya ilmu kimia dewasa ini, konsep reaksi redoks juga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan, seperti pada daur
ulang perak dan pada energi alternatif tenaga fuel cell yang tidak
berpolusi.
85Ibid. h. 217. 86Ibid. 87Ibid. h. 222 – 223. 88David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 163 – 164.
43
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini antara lain
adalah penelitian Gladis Rota dan Juan Izquierdo dalam Electronic Journal of
Biotechnology, yang berjudul “Comics as a tool for teaching biotechnology
in primary schools”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media komik
dapat menimbulkan rasa penasaran yang besar dikalangan para siswa
terhadap topik pelajaran, khususnya agribioteknologi. Sehingga membuat
para siswa banyak bertanya, dan termotivasi untuk mencari informasi dari
berbagai sumber lainnya seperti majalah, koran, internet dan lain
sebagainya.89
Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof dalam dalam artikelnya
yang berjudul “Using comics and graphic novels in school and libraries to
promote literacies”, menyimpulkan bahwa penggunaan media komik mampu
membantu membuka potensi-potensi yang tersembunyi serta berkontribusi
terhadap minat baca siswa disetiap jenjang pendidikan.90
Sofowora Olaniyi Alaba dalam Journal of Applied Sciences
Research, yang berjudul “The Use of Educational Cartoons and Comics in
Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State,
Nigeria” menyatakan bahwa penggunaan media komik dan film kartun dapat
menambah kreatifitas siswa.91
Syaiful Hadi dalam laporan penelitiannya yang berjudul
“Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan
Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik”, diperoleh
kesimpulan bahwa penggunaan media komik dalam pembelajaran matematika
89Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in
primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h. 88.
90Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
91Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913.
44
pada konsep pecahan mendapatkan respon yang positif baik dari guru
maupun siswa.92
Maifalinda Fatra dalam Jurnal ALGORITMA vol.3 no.1 Juni
2008 yang berjudul “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada
Pembelajaran Matematika di MI”, diperoleh kesimpulan pembelajaran
dengan menggunakan media komik dapat efektif dalam membangkitkan
minat belajar matematika siswa sekolah dasar.93
C. Kerangka Pikir
Pada kenyataannya bahan-bahan kimia sangat dekat dengan
kehidupan manusia bahkan tubuh manusia sendiri sebenarnya terdiri dari
bahan kimia. Namun mata pelajaran kimia masih dianggap sulit oleh sebagian
besar siswa karena banyak konsep kimia yang bersifat abstrak, sehingga
sebagian besar siswa tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran kimia, dan
mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep kimia pada siswa.
Tanpa disadari terkadang guru turut memberikan kesan kepada
siswa bahwa mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang sulit, hal
tersebut terlihat dari penyampaian materi yang masih menggunakan cara
konvensional dan kurang kontekstual, guru hanya menggunakan media
seperti papan tulis dan buku paket serta menekankan pada hitungan-
hitungannya saja tanpa mengaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, guru
juga tidak melihat tren apa yang digemari oleh siswa-siswinya seperti komik
misalnya.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu strategi yang baik
dan tepat dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai. Salah satunya
adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media yang peneliti
sajikan dalam penelitian ini berupa media komik pembelajaran kimia pada
konsep reaksi redoks, komik memang bacaan tren anak-anak sekarang.
92Syaiful Hadi, op. cit. h. 30. 93Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran
Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.
45
Jadi dengan penggunaan media komik tersebut diharapkan dapat
meningkatkan minat baca dan motivasi siswa dalam belajar kimia, sehingga
diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Artinya penggunaan media komik
tersebut diduga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir yang telah
dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini
adalah terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan media komik
terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Februari – 5 Maret 2010
terhadap kelas X semester 2 tahun ajaran 2009/2010 yang bertempat di SMA
Negeri-87 Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah Quasi-
Eksperimental Design yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti
melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel kondisi Eksperimen.1
Peneliti menganalisis pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan
variabel terikat berdasarkan perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang
menggunakan media komik sebagai kelas eksperimen dengan kelas kontrol
yang menggunakan media modul. Eksperimen merupakan kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-
bukti yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan, meneliti adanya
akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebasnya.
Subjek diambil dari kelompok tertentu yang terbagi menjadi
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan dari metode ini yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh suatu variabel dengan variabel
lain yang menjadi objek penelitian melalui pengumpulan data, pengolahan
data, dan analisa data serta pengambilan kesimpulan.
C. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini tertera
dalam table 3.1. berikut:
1 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2006), h. 62.
47
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pre Tes Perlakuan Post Tes Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
X = Pembelajaran pada kelas Eksperimen dengan menggunakan media
komik.
Y = Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan modul.
T1 = Hasil pre tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
T2 = Hasil post tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 87-
Jakarta tahun ajaran 2009/2010. Populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri-87 Jakarta semester 2 tahun
ajaran 2009/2010.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau dengan
tekinik Purpossive Sample, yakni pengambilan atas dasar tujuan dan
pertimbangan tertentu.2
Dengan teknik Porpossive Sample tersebut dipilih dua kelas sebagai
sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X-4 Sebagai kelas eksperimen
dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah penggunaan media komik dalam
pembelajaran kimia, dan Variabel terikat (Y) adalah hasil belajar kimia siswa
pada konsep reaksi redoks.
2 Ibid. h. 70.
48
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan data adalah
dengan menggunakan tes hasil belajar siswa sebagai insrtumen penelitian
yang dilakukan setelah penulis menyelasaikan pengajaran pada konsep reaksi
redoks pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis tes yang digunakan
adalah tes formatif yang bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk atau telah menguasai materi pelajaran setelah mengikuti
perogram pembelajaran tertentu. Tes formatif dapat juga berfungsi sebagai
tes diagnostik pada akhir pelajaran.3 Sebelum melalukan kegiatan
pembelajaran penulis terlebih dahulu melakukan pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah tes formatif yang berbentuk
uraian, terdiri dari tujuh butir soal yang mewakili jengang kognitif dari C2 –
C6. setiap jawaban diberi nilai skor tertentu, dengan skor ideal empat. Materi
tes yang diberikan kepada siswa mencakup konsep reaksi redoks.
1. Variabel X (Penggunaan media komik)
a. Definisi Konsep
Media pembelajaran merupakan segala bentuk benda yang
dipergunakan orang untuk proses informasi dalam pembelajaran baik
dalam bentuk cetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatan yang
mendukungnya, guna memberikan motivasi dan inofasi pada proses
pembelajaran. Komik merupakan bentuk media komunikasi visual
yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara
populer dan mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik
memadukan kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu
alur cerita yang membuat informasi menjadi lebih mudah diserap.
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 36.
49
b. Definisi Operasional
Komik sebagai media pembelajaran adalah komik yang berisikan
materi pembelajaran dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran
sekaligus sebagai hiburan bagi pembacanya. Komik menjadi pilihan
sebagai media pembelajaran karena adanya kecendrungan siswa lebih
menyenangi media hiburan seperti komik dibandingkan dengan
menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan
rumah (PR).
2. Variabel Y (Hasil Belajar Kimia Siswa)
a. Definisi Konsep
Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
terjadi pada seseorang (siswa) yang meliputi aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan),
sehingga penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari ketiga aspek di
atas.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks adalah hasil yang
telah dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran kimia pada konsep
reaksi redoks. Hasil belajar kimia aspek kognitif dapat diketahui dari
hasil tes formatif yang telah dikerjakan oleh siswa.
Dalam penelitian ini yang diukur adalah aspek kognitif yaitu aspek
pengetahuan atau penguasaan materi. Hasil belajar aspek kognitif
dapat diketahui dari hasil tes formatif mata pelajaran tersebut.
c. Kisi-kisi Instrumen
Sebelum instrumen yang berbentuk soal tersebut dipergunakan,
instrumen tersebut diuji coba terlebih dahulu. Dari hasil uji coba
instrumen tes yang berjumlah 11 soal. Diperoleh 9 butir soal yang
memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen dalam
penelitian. Dari hasil uji coba terlihat banyak siswa yang kekurangan
50
waktu dalam mengisi jawaban, maka peneliti hanya mengambil 7 butir
soal sebagai instrumen dalam penelitian ini. Berikut kisi-kisi kalibrasi
instrumen dalam penelitian ini.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kompetisi Dasar Indikator Soal Jumlah
Butir Nomor
Soal Jenjang Kognitif
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
1 1 C2
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
1 3 C3
Siswa mampu membedakan reaksi redoks, autoredoks, dan bukan redoks, serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
1 5 C3
Siswa mampu menuliskan reaksi pada pencemar udara dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan. Serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya.
1 7 C5
Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
1 9 C3
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
1 10 C4
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
1 11 C6
Jumlah 7 7 7
51
d. Kalibrasi Instrumen
Untuk menghitung kalibrasi instrumen dalam penelitian ini penulis
menggunakan program anates yang dikembangkan oleh Karno TO dan
Wibisono. Berikut langkah-langkan penggunaan anates:
(a) Buka program anates
(b) Pilih jalankan anates uraian
(c) Pilih buat file baru
(d) Tentukan jumlah subjek/siswa
(e) Tentukan jumlah butir soal
(f) Masukkan skor ideal/skor tertinggi pada kolom yang telah
disediakan
(g) Masukkan nama/kode subjek pada kolom yang telah disediakan
(h) Masukkan skor perbutir soal pada kolom yang telah disediakan
(i) Kembali ke menu utama
(j) Pilih penyekoran
(k) Olah automatis
(l) Simpan data
Berikut penjelasan dan hasil dari kalibrasi instrumen tersebut:
1. Perhitungan Validitas
Salah satu ciri tes yang baik adalah tes tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur yaitu tes tersebut valid. Pengujian validitas
butir soal atau butir instrumen dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total tes. Soal
dianggap valid jika skor soal tersebut memiliki koefisien korelasi
signifikan dengan skor total tes.
Berikut rumus validitas untuk soal uraian: 4
4 Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 106.
rit = ∑
∑ ∑
52
Keterangan:
rit = Koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor
total
∑ = Jumlah devesiasi skor dari skor butir soal dikali dengan
jumlah skor total tes
∑ = Jumlah kuadrat devisiasi skor dari kuadrat butir skor tes
∑ = Jumlah kuadrat devisiasi skor dari kuadrat skor total tes.
Dalam penelitian ini perhitungan validitas menggunakan program
ANATES.5 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program
anates tersebut terdapat dua butir soal yang tidak valid. Yaitu soal
nomor 2 dan 8. Sehingga kedua soal ini tidak penulis masukkan
dalam instrumen penelitian.6
2. Perhitungan Reliabilitas
Instrument tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas
yang dapat diandalkan. Reliabilitas tes bermakna tes tersebut
memiliki keterpercayaan, keandalan, keajegan, kesetabilan dan
konsisten. Berikut rumus reabilitas:7
Keterangan:
rii = Koefisien reliabilitas tes
k = Jumlah butir tes
= Varians skor butir tes
= Varians skor total tes.
5 Karno TO, dan Wibisono. 6 Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 7 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 108.
rii = 1− ∑
53
Untuk mengetahui reliabilitas tes dalam penelitian ini peneliti
menggunakan program ANATES.8 Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program anates tersebut diperoleh nilai reliabilitas
tes sebesar 0,80.9
3. Perhitungan Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif untuk
mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal, indeks kesukaran
rentangnya dari 0,0 – 1,0, semakin besar indeks kesukaran
menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab
dengan benar oleh sebagian besar siswa.10
Berikut rumus taraf kesukaran:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
∑A = Jumlah skor kelompok atas
∑B = Jumlah skor kelompok bawah
N = 25% peserta tes
Skor maks = Skor maksimal setiap butir tes
Skor min = Skor minimal setiap butir tes
Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal instrumen
dalam penelitian ini penulis menggunakan program ANATES.11
Dari pengujian dengan menggunakan progaram anates ini maka
diperoleh hasil sebagai berikut:12
8 Karno TO, dan Wibisono. 9 Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 10Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 103. 11Karno TO, dan Wibisono. 12Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
P = ∑ ∑ ( . ). ( )
54
Tabel 3.3. Kriteria Taraf Kesukaran
Taraf Kesukaran Jumlah Butir Soal Mudah 1 Sedang 6 Sukar 2 Sangat Sukar 2
4. Perhitungan Daya Beda
Pengujian daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan
butir soal dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai.13
Berikut rumus daya beda:
Keterangan:
D = Daya beda
∑A = Jumlah skor kelompok atas
∑B = Jumlah skor kelompok bawah
N = 25% peserta tes.
Berikut klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 = jelek
D = 0,21 – 0,40 = cukup
D = 0,41 – 0,70 = baik
D = 0,71 – 1,00 = baik sekali
Untuk mengetahui daya beda pada soal instrumen dalam penelitian
ini penulis menggunakan program ANATES.14
Dari perhitungan dengan menggunakan progaram anates ini maka
diperoleh hasil semua butir soal masuk dalam kategori baik dan
baik sekali.15
13Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 104. 14Karno TO, dan Wibisono. 15Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
D = ∑ ∑ . ( )
55
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu
peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian
tersebut. Dalam analisis data dilakukan beberapa tahapan yang meliputi: uji
perasyarat analisis (uji normalitas dan uji homogenitas) kemudian dilanjutkan
dengan pengujian hipotesis.
Namun sebelum data tersebut dianalisis, skor yang diperoleh dari
jawaban siswa dikonversikan menjadi skala 100. Setiap butir jawaban yang
benar dari siswa diberikan skor 4, oleh karena jumlah soal adalah 7 butir
maka skor tertinggi adalah 28. Untuk mengkonversi skor tersebut menjadi
100 maka menggunakan rumus 2828 x 100 = 100. Jadi data yang dianalisis
adalah data hasil pengkonversian tersebut.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini sangat penting sebab
teknik yang akan digunakan selanjutnya akan ditentukan normal atau
tidaknya distribusi populasi dimana sampel penelitian itu berasal. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
Liliefors.16 Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Untuk (Xi) urutkan data sampel dari kecil ke besar.
b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus Z =
Keterangan:
= Data tunggal
= Rata-rata data tunggal
= Simpangan baku.
c. Untuk kolom F(Zi), Jika Zi bernilai pisitif maka F(Zi) = 0,5 + Zt,
jika Zi bernilai negatif maka F(Zi) = 0,5 – Zt.
16Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
56
d. Untuk kolom S(Zi)
S(Zi) =
e. Kolom |F(Zi) – S(Zi)| merupakan harga mutlak dari selisih tersebut.
f. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut sebagai L0.
g. Jika Lo ≤ Lt , maka sampel berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas
yang berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok populasi
tersebut (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) homogen atau
heterogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fischer, Sebagai
berikut:17
Keterangan :
F = Homogenitas
12 = Varians yang besar
22 = Varians yang kecil.
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas ini adalah:
H0 diterima jika Fhit ≤ Ftab; H0 : data memiliki varians homogen
H0 ditolak jiak Fhit > Ftab; Ha : data tidak memiliki varian homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka untuk
pengujian hipotesis digunakan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon.
Jika data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
17Ibid. h. 249.
F =
57
menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan rumus uji-t, sebagai
berikut: 18
Dengan
Keterangan:
1 = Rata-rata hasil belajar kelas Eksperimen
X2 = Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
S12 = Varians kelas eksperimen
S22 = Varians kelas kontrol.
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:
H0 : diterima jika thit < ttab
H0 : ditolak jika thit > ttab.
I. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 19
H0 : µx = µy
Ha : µx > µy
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar kelas
ekseperimen dengan kelas kontrol.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar kelas
eksprimen dengan kelas kontrol.
µx : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan
menggunakan media komik.
µy : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan
menggunakan modul.
18Ibid. h. 239. 19Ibid. h. 243.
t =
S = ( ) ( )
( )
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Data Pretes dan Postes
a. Deskripsi Rata-rata Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil penghitungan data pretes pada kelas
eksperimen diperoleh nilai tertinggi 32,14 dan nilai terendah 3,57.1
Sedangkan hasil penghitungan data pretes kelas kontrol deperoleh nilai
tertinggi 32,14 dan nilai terendah 3,57.2
Sedangkan data rata-rata dan standar deviasi pretes dapat dilihat
pada tabel 4.1. brikut:
Tabel 4.1. Deskripsi Data Mean Pretes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 n (jumlah siswa) 38 38 2 Rata-rata (mean) 16,26 15,13 3 Standar deviasi (SD) 7,99 7,16
b. Deskripsi Rata-rata Postes Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol
Berdasarkan hasil penghitungan data postes pada kelas
eksperimen diperoleh nilai tertinggi 92,86, dan nilai terendah 53,57.3
Sedangkan hasil penghitungan data postes pada kelas kontrol diperoleh
nilai tertinggi 78,56, sedangkan nilai terendah 39,29.4
Sedangkan rata-rata dan standar deviasi pos tes dapat dilihat
pada tabel 4.2. berikut:
1 Lampiran 5. 2 Lampiran 6. 3 Lampiran 5. 4 Lampiran 6.
59
Tabel 4.2. Deskripsi Data Mean Postes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 n (jumlah siswa) 38 38 2 Rata-rata (mean) 73,68 62,31 3 Standar deviasi (SD) 13,06 10,59
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
uji normalitas menggunakan uji Lilliefors.
Hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel
4.4. berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors Pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
α
Lhiutng
Ltabel Kesimpulan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretes Postes Pretes Postes
0,05 0,1049 0,1284 0,1271 0,1089 0,1437 H0 diterima
Berdasarkan data pada tabel 4.4. di atas, untuk pretes dan postes
kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat Lhitung > Ltabel. Sehingga
diperoleh kesimpulan H0 diterima. Artinya semua data berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya pada kelas sampel tesebut dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji Fischer,
60
hasil yang diperoleh dari penghitungan uji homogenitas adalah sebagai
berikut:5
Fhitung pretes kelas eksprimen dan kontrol = 1,2452
Fhitung postes kelas eksprimen dan kontrol = 1,5208
Ftab = 1,7800
Dari data di atas terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis
nol (H0) diterima. Artinya kedua sampel bersifat homogen. Untuk lebih
jelas dapat digambarkan dalam tabel 4.5. berikut.
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fischer
α Nilai Fhitung Ftabel Kesimpulan
0,05 Pretes 1,2452
1,7800 H0 diterima Postes 1,5208
c. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis, yaitu uji
normalitas dan homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas sampel
tersebut berdistribusi normal dan bersifat homogen. Karena kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis penelitian
diuji dengan menggunakan uji “t” untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep
reaksi redoks.
Dari hasil penghitungan untuk membandingkan pretes kelas
eksprimen dan kelas kontrol diperoleh thitung sebesar 0,6492, sedangkan
ttabel sebesar 2,0000.6 (untuk dk = 74 pada taraf signifikansi 0,05). thitung
yang didapatkan tersebut berada pada daerah penerimaan H0. Maka
hipotesis nol (H0) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan nilai pretes/pengetahuan awal antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Pengujian hipotesis selanjutnya adalah membandingkan nilai
postes antara kelas eksperimen dengan postes kelas kontrol. Dari hasil
5 Lampiran 11. 6 Lampiran 12.
61
penghitungan diperoleh thitung sebesar 4,1685, sedangkan ttabel untuk dk =
74 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 2,0000.7 thitung yang diperoleh
tersebut berada pada daerah penolakan H0, maka H0 ditolak sehingga Ha
diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai postes
kelas eksperimen dengan nilai postes kelas kontrol.
Hasil uji hipotesis dengan uji “t” pretes dan postes kedua kelas
eksprimen dan kelas kontrol tesebut dapat digambarkan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotsis dengan Uji “t” Pretes dan Postes Kelas
Eksprimen dan Kelas kontrol
α Tes thitung ttabel Kesimpulan
0,05 Pretes 0,6492 2,0000 H0 diterima Postes 4,1685 2,0000 H0 ditolak
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dari kedua kelas tersebut dilihat
dari hasil pretes tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata pretes
pada kelas eksperimen sebesar 16,26, sedangkan nilai rata-rata pretes kelas
kontrol sebesar 15,32. Sementara itu nilai rata-rata hasil belajar konsep reaksi
redoks kelas eksperimen lebih baik dari nilai rata-rata hasil belajar kelas
kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksprimen sebesar 73,68, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 62,31.
Kesamaan rata-rata pengetahuan awal (pretes) kedua kelas eksperimen
dan kontrol tersebut dibuktikan dengan hasil penghitungan uji “t” yang telah
dilakukan, yaitu thitung < ttabel (0,6492 < 2,0000), berarti H0 diterima dan Ha
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pengetahuan
awal tentang konsep reaksi redoks siswa kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
7 Lampiran 13.
62
Sedangkan perbedaan rata-rata hasil belajar (postes) kelas eksperimen
dan kelas kontrol tersebut dibuktikan juga dengan hasil penghitungan uji
hipotesis (uji “t”) yang telah dilakukan, yaitu thitung > ttabel (4,6492 > 2,0000),
yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, (rata-rata hasil belajar kimia siswa
dengan menggunakan media komik lebih besar dari rata-rata hasil belajar kimia
siswa dengan menggukan media modul). Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada
konsep reaksi redoks.
Perbedaan hasil belajar yang tejadi antara kedua kelas tersebut yaitu
kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol bukanlah suatu kebetulan, tetapi
perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan perlakuan guru dalam
mengajar selama proses pembelajaran berlansung. Konsep reaksi redoks yang
diajarkan pada kelas eksprimen dan kelas kontrol adalah suatu konsep yang
sama, namun pada kelas eksperimen menggunakan media komik sedangkan
pada kelas kontrol menggunakan media modul.
Pembelajaran dengan menggunakan media komik dan media modul
sebenarnya memiliki persamaan yaitu sama-sama media bacaan, sehingga
metode pembelajaran yang digunakan juga sama, yaitu pada awalnya siswa
diajak membaca komik untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontol
siswa diajak membaca modul, kemudian guru/peneliti meminta siswa yang
bersedia untuk menjelaskan hasil bacaan mereka didepan kelas, setelah tidak
ada lagi siswa yang bersedia menjelaskannya maka guru memberikan
penjelasan dan tambahan-tambahan dari penjelasan yang telah diuraikan oleh
siswa yang maju ke depan kelas.
Selanjutnya setelah guru memberikan penjelasan-penjelasan guru
mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan, jika ada yang
bertanya guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawabnya dan kemudian
menambahkan. Selanjutnya pada tahap akhir guru mempersilahkan siswa utuk
menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Dengan menggunakan media bacaan seperti media komik dan media
modul dalam pembelajaran dapat membuat siswa menjadi aktif, terutama
63
dalam membaca dan memahami pelajaran, namun media bacaan mereka
tersebut harus menarik perhatian, sehingga ketika guru mengajak para
siswanya membaca materi pembelajaran terlabih dahulu, kemudian baru
menyuruh siswanya untuk menjelaskan hasil bacaan mereka, para siswa benar-
benar membaca dan banyak yang bersedia menjelaskannya dengan benar di
depan kelas.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Hadi,
menyatakan penggunaan media komik dalam pembelajaran mendapatkan
respon yang positif baik dari guru maupun siswa.8 Demikian juga dengan hasil
penelitian Maifalinda yang diperoleh kesimpulan pembelajaran dengan
menggunakan media komik dapat efektif dalam membangkitkan minat belajar
matematika siswa sekolah dasar.9
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian,
pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat menarik perhatian
siswa, sehingga ketika guru mengajak para siswa untuk membaca komik
tersebut sebagian besar siswa membacanya. Artinya media komik dapat lebih
meningkatkan minat baca siswa, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Faezal
Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, menyimpulkan bahwa penggunaan media
komik mampu membantu membuka potensi-potensi yang tersembunyi serta
berkontribusi terhadap minat baca siswa.10
Jika siswa membaca materi pelajaran maka pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran tersebut juga lebih tinggi, artinya kesulitan siswa dalam
mempelajari kimia menjadi berkurang. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata
hasil belajar siswa kelas eksprimen yang lebih baik dari pada hasil belajar
siswa kelas kontrol.
8Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 30. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
9Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.
10Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik
terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Hal ini terlihat
dari perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksprimen
dengan hasil belajar siswa kelas kontrol, dibuktikan dengan hasil penghitungan
uji “t” yang telah dilakukan yaitu thitung > ttabel (4,1685 > 2,0000).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan di atas,
dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru diharapkan menggunakan media komik sebagai salah satu media
dalam pembelajaran, sebab media komik dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kimia pada
konsep reaksi redoks.
2. Guru hendaknya lebih kreatif dalam menentukan dan mengunakan media
pembelajaran, seperti melihat secara cermat hobi dan kegemaran para
siswanya dan mengusahakan menggunakan media yang sesuai dengan hobi
dan kegemaran para siswanya tersebut.
3. Dengan adanya berbagai keterbatasan pada penelitian ini, maka hendaknya
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pembelajaran
dengan menggunakan media komik dapat diterapkan dan memberikan hasil
yang lebih baik pada semua mata pelajaran dengan materi yang berbeda,
serta pada setiap jenjang pendidikan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Alaba, Sofowora Olaniyi, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, Journal of Applied Sciences Research, 2007
Arifin, Mulyati, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: JICA IMSTEP, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Bonneff, Marcell, Komik Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008.
Brady, James E., Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2005.
Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, Surabaya: Mekar, 2002.
Dilaga, Dewi Salma Prawira, Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007
Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, Bandung: Dar! Mizan, 2010.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997.
Fatra, Maifalinda, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta: Ciputat Press, 2006.
Hadi, Syaiful, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa Sd Kelas IV Semen Gresik, dalamhttp://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994.
66
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006.
Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jiid 1, Edisi keenam, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984.
Kosnandar, Ade, “Guru dan Media Pembelajaran”, Jurnal Teknodik No.13 Tahun. VII, Desember 2003.
Masdiono, Toni, 14 Jurus Membuat Komik, Jakarta: Kreatif Media, 2007.
Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, Bandung: Quadra, 2007.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Muniran, Faezal dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
Oxtobi, David W. dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , Jakarta: Erlangga, 2001.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalamhttp://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGENALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.htm diakses 5 Januari 2010.
Retno, Sri, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai (Team Assisted Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008.
Rota, Gladis dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile.
Sadiman, Arief S. dkk., Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
67
Santyasa, I Wayan, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007.
Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Sofyan, Ahmad, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, Bogor: IPB, 1997.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2001, cet. 6.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Tatalovic, M., “Science comics as tools for science education and communication: a brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009.
Thacker, Charles, How to Use Comic Life in the Classroom, dalam http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010.
Waluyanto, Heru Dwi, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005.
Wikipidia Indonesia, Karakteristik Ilmu Kimia, dalam http://aliciacomputer.wordpress.com/ diakses 5 Januari 2010.
Yang, Gane, Strengths of Comics in Education, dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 5 Desember 2009.
Yunus, Falah, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004.
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPRIMEN
Nama Sekolah : SMA Negeri – 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (5 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk ulangan harian/posttest)
Pertemuan Ke : 1, 2, 3, 4 dan 5
SK.3. : Memahami sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi.
KD.3.2. : Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
1. Materi ajar Konsep oksidasi dan reduksi, bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion, tata nama menurut IUPAC, aplikasi redoks dalam dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
2. Pendekatan, metode, media a. Pendekatan : Konsep.
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab.
c. Media : Komik
3. Langkah-langkah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
b. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
2
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa pembuka (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh dan manfaat dari
mempelajari materi tentang reaksi redoks. Diantaranya:
a. bagaimana warna daging buah apel sesaat setelah diiris?
b. bagaimana warna daging buah apel yang telah diiris tersebut jika
dibiarkan di udara terbuka?
c. Perubahan warna daging buah apel yang diiris dan dibiarkan beberapa
lama di udara terbuka tersebut merupakan gejala adanya reaksi kimia
yaitu reaksi redoks. Jadi reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan
kita sehari-hari.
5. Melakukan pretes, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
reaksi redoks.
6. Menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dengan
materi yang akan diajarkan.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. Menjawab pertanyaan guru.
a. putih.
b. warnanya berubah menjadi kecoklatan.
c. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang
diberikan oleh guru.
5. Mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh guru.
6.-
Inti 1. Membagikan komik reaksi redoks.
2. Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks yang telah dibagikan.
(Diberikan watu ±15 menit).
3. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Menerima komik reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
2. Membaca komik reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
3. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas.
a. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
pengikatan dan pelepasan oksigen .
3
4. Menambahkan atau meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa
(seperti menjelaskan kembali pengertian biloks berdasarkan pengikatan
dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, aturan menentukan biloks,
dan penentuan biloks berdasarkan perubahan biloks dengan memberikan
beberapa contoh reaksinya).
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
7. Menambahkan, menjelaskan kembali dan meluruskan jawaban yang
kurang tepat.
Oksidasi adalah pengikatan atom oksigen sedangkan
reduksi adalah pelepasan atom oksigen.
b. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
perpindahan elektron.
Oksidasi adalah pelepasan elektron sedangkan reduksi
adalah penerimaan elektron.
c. Menjelaskan bilangan oksidasi (biloks).
Biloks adalah bilangan yang diberikan (+) atau (-) pada
atom dalam senyawa, ion, atau unsur berdasarkan
aturan tertentu.
d. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
perubahan bilangan oksidasi.
Oksidasi adalah naiknya biloks sedangkan reduksi
adalah turunnya biloks.
4. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
5. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
6. Siswa yang besedia ditunjuk menjawab pertanyaan
temannya.
7. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
4
8. Memberikan contoh soal penentuan bilangan oksidasi.
9. Memberikan latihan soal penentuan bilangan oksidasi.
10. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
tulis.
11. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan oleh
siswa
8. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
oleh guru
9. Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.
10. Beberapa orang siswa yang bersedia atau ditunjuk maju ke
papan tulis mengerjakan latihan soal.
11. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang reaksi
redoksyang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Menegaskan kembali kesimpulan materi tentang reaksi redoksyang telah
dipelajari.
3. Memberikan PR kepada siswa.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
5. Menunjuk seorang siswa memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi tentang reaksi redoks yang telah dipelajari dan
didiskusikan. Contohnya:
Reaksi redoks dapat ditinjau dari beberapa konsep sesuai
dengan perkembangannya, yaitu berdasarkan pengikatan
dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan
perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi ditentukan
dengan beberapa aturan.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3. Mencatat PR yang diberikan guru.
4. Mendengarkan instruksi guru.
5. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
6. Menjawab salam guru.
5
Pertemuan ke-dua (1 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
b. Siswa mampu menuliskan reaksi kimia dari gejala pencemaran dan mampu menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan serta dapat
menentukan oksidator dan reduktornya.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. mengingatkan kembali materi pelajaran yang terlah dipelajari sebelumnya,
dengan mengajukan bebepa pertanyaan. Diantaranya:
a. jelaskan reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen.
b. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron.
c. jelaskan biloks, dan bagaimana aturan penentuannya.
d. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan biloks.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau
meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
Inti 1. Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks dimulai dari topik
menentukan suatu reaksi redoks atau bukan redoks. Yaitu dimulai dari
halaman 12. (Diberikan watu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Membaca komik reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas. Contohnya:
Dalam suatu reaksi kimia kita dapat membedakan apakah
reaksi tersebut termasuk reaksi redoks atau bukan dengan
cara mengecek biloks atom dalam reaksi tesebut satu
6
3. Menambahkan penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan
menambahkan beberapa contoh.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
6. Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang
kurang tepat.
7. Memberikan contoh soal membedakan suatu reaksi apakah redoks atau
bukan, dan menentukan oksidasi reduksi serta oksidator dan reduktornya.
8. Memberikan latihan soal membedakan suatu reaksi redoks atau bukan,
dan menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktornya.
9. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
tulis.
10. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
11. Mengajukan pertanyaan tentang reaksi autoredoks.
Apakah yang dimaksud dengan reaksi autoredoks?
12. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa. Contohnya:
persatu, jika terdapat atom yang mengalami kenaikan
biloks maka disebut oksidasi, dan jika terdapat unsur yang
mengami penurunan biloks maka disebut reduksi. Atom
yang mengalami oksidasi bertindak sebagai reduktor dan
atom yang mengalami reduksi bertindak sebagai oksidator.
(dengan menuliskan contoh reaksinya di papan tulis).
3. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik tambahan dan penjelasan dari
guru.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
oleh guru.
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
9. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis
mengerjakan latihan soal.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan hanya
satu jenis atom yang biloksnya berubah.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
7
Dengan kata lain hanya satu jenis atom mengalami reaksi oksidasi dan
reduksi sekaligus.
13. Memberikan latihan soal reaksi autoredoks.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa yang bersedia mengerjakan latihan
soal di papan tulis
15. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
13. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
14. Beberapa orang siswa yang bersedia atau yang ditunjuk
maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
15. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
dan didiskusikan.
2. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Memberikan PR kepada siswa.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
5. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3. Mencatat PR yang diberikan oleh guru.
4. Mendengarkan instruksi guru.
5. Siswa yang ditunujuk memimpin do’a penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-tiga (2 x 45 menit)
Indikator
a. Siswa mampu memberi nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
b. Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
8
4. Mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan mengajukan
pertanyaan:
a. bagaimana cara menentukan suatu raksi apakah reaksi redoks atau
bukan?
b. bagaimana menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan
reduktor?
c. jelaskan reaksi autoredoks?
5. Memotivasi siswa dengan menyebutkan pentingnya mengetahui nama
suatu senyawa. Contohnya: nama sangat penting, dengan nama kita dapat
membedakan antara seorang dengan orang lain, nama berfungsi sebagai
identitas. Begitu juga halnya dengan senyawa kimia kita dapat
membedakan dari namanya, selain itu nama-nama senyawa juga sangat
diperlukan untuk arsip dan data ilmiah.
4. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau
meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
5. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
oleh guru.
Inti 1. Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks. Dimulai dari cara
memberi nama senyawa berdasarkan biloks pada halaman 15. (diberikan
waktu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Membaca komik reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas: contohnya:
Penamaan senyawa yang mengandung atom yang
berbiloks lebih dari satu berdasarkan sistem stock, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memasukkan angka Romawi sesuai dengan biloks
logam dalam tanda kurung dibelakang nama logam.
b. masukkan nama atom non logam.
9
3. Menambahkan penjelasan siswa.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya. (jika
ada yang bersedia).
6. Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang
kurang tepat.
7. Memberikan contoh soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
satu.
8. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
satu.
9. Mempersilahkan atau menunjuk beberapa orang siswa untuk mengerjakan
latihan soal di papan tulis.
10. Mengecek dan meluruskan jawaban siswa.
11. Mengajukan pertanyaan bagaimana jika senyawa tersebut ion poliatomik?
12. Meluruskan, menambahkan atau menjelaskan kembali jawaban siswa.
13. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion poliatomik berdasarkan
sistem stock.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan soal di
papan tulis.
c. tambahkan akhiran Ida.
3. Mendengarkan tambahan penjelasan dari guru dengan
baik.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh yang diberikan oleh
guru.
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
9. Beberapa orang siswa yang besedia atau yang ditunjuk
maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang
diberikan oleh guru.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
contohnya: juga dengan menggunakan sistem stock.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan
oleh guru.
13. Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
14. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan
tulis mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
10
15. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
16. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
17. Menjelaskan dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
15. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
16. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjawab
pertanyaan temannya.
17. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
dan didiskusikan.
2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
3. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
4. Memberikan PR.
5. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
6. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
7. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4. Mencatat PR yang dibrikan guru.
5. Mendengarkan instruksi dari guru.
6. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a penutup.
7. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-empat (1 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
b. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. Memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dan manfaat reaksi redoks
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
11
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
Reaksi redoks dalam kehidupan seri-hari sangat banyak, bahkan proses
metabolisme dalam tubuh manusia sendiri melibatkan reaksi redoks. Untuk
memecahkan masalah lingkungan dapat dengan menemukan energi altern
atif yang ramah lingkungan.
5. Melakukan tes terhadap materi sebelumnya.
oleh guru.
5. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru tentang
penamaan senyawa berdasarkan biloks.
Inti 1. Mengajak siswa membaca komik reaksi redoks dimulai dari pembahasan
tentang redoks dalam kehidupan sehari-hari pada halaman 19. (diberikan
waktu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan reaksi redoks
dalam kehidupan sehari-hari beserta contoh reaksinya.
3. Menambahkan penjelasan siswa.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
yang bersedia).
6. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
7. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan bagaimana
konsep reaksi redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
1. Membaca komik reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan
tentang reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari pada
perkaratan besi, pemutih pakaian, penyentruman
akumulator, ekstraksi logam. (dengan menuliskan
reaksinya).
3. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
7. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjelaskan
konsep redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
Reaksi redoks untuk memecahkan masalah lingkungan
12
8. Menambahkan penjelasan siswa.
9. Mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada)
10. Mepersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
yang bersedia).
11. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
pada daur ulang perak dan pada fuel cell. (dengan
menuliskan reaksinya).
8. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
9. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
10. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
11. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
3. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
4. Mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan ulangan
harian/posttest.
5. Menyuruh seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4. Mendengarkan dan menyatakan siap untuk ulangan
harian/posttest.
5. Siswa yang disuruh memimpin do’a penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-lima
Ulangan harian/Post tes
4. Sumber Belajar Buku kimia kelas X SMA dan sumber-sumber lainnya yang relevan.
5. Penilaian a. Jenis tagihan : soal posttest
b. Bentuk instrumen : tes tertulis berbentuk essay.
13
skor 0 – 4, dengan kreteria sebagai berikut:
No. Skor Kreteria
1. 0 Jika siswa tidak menjawab/menyimpang
2. 1 Jika siswa sedikit menjawab pertanyaan
3. 2 Jika siswa hanya menjawab sebagian dan tidak lengkap
4. 3 Jika siswa menjawab dengan benar, tetapi masih kurang lengkap
5. 4 Jika siswa menjawab dengan benar dan lengkap
Guru Mata Pelajaran Peneliti
(Dra. Hj. Ratih) (Zulkifli) NIP. 130799206 NIM. 105016200567
14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMA Negeri – 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (5 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk ulangan harian/posttest)
Pertemuan Ke : 1, 2, 3, 4 dan 5
SK.3. : Memahami sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi.
KD.3.2. : Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
1. Materi ajar Konsep oksidasi dan reduksi, bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion, tata nama menurut IUPAC, aplikasi redoks dalam dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
2. Pendekatan, metode, media a. Pendekatan : Konsep.
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab.
c. Media : Modul
3. Langkah-langkah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
b. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
15
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa pembuka (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh dan manfaat dari
mempelajari materi tentang reaksi redoks. Diantaranya:
a. bagaimana warna daging buah apel sesaat setelah diiris?
b. bagaimana warna daging buah apel yang telah diiris tersebut jika
dibiarkan di udara terbuka?
c. perubahan warna daging buah apel yang diiris dan dibiarkan beberapa
lama di udara terbuka tersebut merupakan gejala adanya reaksi kimia
yaitu reaksi redoks. Jadi reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan
kita sehari-hari.
5. Melakukan pretes, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
reaksi redoks.
6. Menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dengan
materi yang akan diajarkan.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. Menjawab pertanyaan guru.
a. putih.
b. warnanya berubah menjadi kecoklatan.
c. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang
diberikan oleh guru.
5. Mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh guru.
6.-
Inti 1. Membagikan modul reaksi redoks.
2. Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks yang telah dibagikan.
(Diberikan watu ±15 menit).
3. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Menerima modul reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
2. Membaca modul reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
3. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas.
a. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
pengikatan dan pelepasan oksigen .
16
4. Menambahkan atau meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa
(seperti menjelaskan kembali pengertian biloks berdasarkan pengikatan
dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, aturan menentukan biloks,
dan penentuan biloks berdasarkan perubahan biloks dengan memberikan
beberapa contoh reaksinya).
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
7. Menambahkan, menjelaskan kembali dan meluruskan jawaban yang
kurang tepat.
Oksidasi adalah pengikatan atom oksigen sedangkan
reduksi adalah pelepasan atom oksigen.
b. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
perpindahan elektron.
Oksidasi adalah pelepasan elektron sedangkan reduksi
adalah penerimaan elektron.
c. Menjelaskan bilangan oksidasi (biloks).
Biloks adalah bilangan yang diberikan (+) atau (-) pada
atom dalam senyawa, ion, atau unsur berdasarkan
aturan tertentu.
d. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep
perubahan bilangan oksidasi.
Oksidasi adalah naiknya biloks sedangkan reduksi
adalah turunnya biloks.
4. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
5. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
6. Siswa yang besedia ditunjuk menjawab pertanyaan
temannya.
7. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
17
8. Memberikan contoh soal penentuan bilangan oksidasi.
9. Memberikan latihan soal penentuan bilangan oksidasi.
10. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
tulis.
11. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan oleh
siswa
8. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
oleh guru
9. Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.
10. Beberapa orang siswa yang bersedia atau ditunjuk maju ke
papan tulis mengerjakan latihan soal.
11. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang reaksi
redoksyang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Menegaskan kembali kesimpulan materi tentang reaksi redoksyang telah
dipelajari.
3. Memberikan PR kepada siswa.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
5. Menunjuk seorang siswa memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi tentang reaksi redoks yang telah dipelajari dan
didiskusikan. Contohnya:
Reaksi redoks dapat ditinjau dari beberapa konsep sesuai
dengan perkembangannya, yaitu berdasarkan pengikatan
dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan
perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi ditentukan
dengan beberapa aturan.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3. Mencatat PR yang diberikan guru.
4. Mendengarkan instruksi guru.
5. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
6. Menjawab salam guru.
18
Pertemuan ke-dua (1 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
b. Siswa mampu menuliskan reaksi kimia dari gejala pencemaran dan mampu menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan serta dapat
menentukan oksidator dan reduktornya.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. mengingatkan kembali materi pelajaran yang terlah dipelajari sebelumnya,
dengan mengajukan bebepa pertanyaan. Diantaranya:
a. jelaskan reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen.
b. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron.
c. jelaskan biloks, dan bagaimana aturan penentuannya.
d. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan biloks.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau
meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
Inti 1. Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks dimulai dari topik
menentukan suatu reaksi redoks atau bukan redoks. Yaitu dimulai dari
halaman 4. (Diberikan watu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Membaca modul reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas. Contohnya:
Dalam suatu reaksi kimia kita dapat membedakan apakah
reaksi tersebut termasuk reaksi redoks atau bukan dengan
cara mengecek biloks atom dalam reaksi tesebut satu
19
3. Menambahkan penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan
menambahkan beberapa contoh.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
6. Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang
kurang tepat.
7. Memberikan contoh soal membedakan suatu reaksi apakah redoks atau
bukan, dan menentukan oksidasi reduksi serta oksidator dan reduktornya.
8. Memberikan latihan soal membedakan suatu reaksi redoks atau bukan,
dan menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktornya.
9. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
tulis.
10. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
11. Mengajukan pertanyaan tentang reaksi autoredoks.
Apakah yang dimaksud dengan reaksi autoredoks?
12. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa. Contohnya:
persatu, jika terdapat atom yang mengalami kenaikan
biloks maka disebut oksidasi, dan jika terdapat unsur yang
mengami penurunan biloks maka disebut reduksi. Atom
yang mengalami oksidasi bertindak sebagai reduktor dan
atom yang mengalami reduksi bertindak sebagai oksidator.
(dengan menuliskan contoh reaksinya di papan tulis).
3. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik tambahan dan penjelasan dari
guru.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
oleh guru.
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
9. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis
mengerjakan latihan soal.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan hanya
satu jenis atom yang biloksnya berubah.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
20
Dengan kata lain hanya satu jenis atom mengalami reaksi oksidasi dan
reduksi sekaligus.
13. Memberikan latihan soal reaksi autoredoks.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa yang bersedia mengerjakan latihan
soal di papan tulis
15. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
13. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
14. Beberapa orang siswa yang bersedia atau yang ditunjuk
maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
15. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
dan didiskusikan.
2. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Memberikan PR kepada siswa.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
5. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3. Mencatat PR yang diberikan oleh guru.
4. Mendengarkan instruksi guru.
5. Siswa yang ditunujuk memimpin do’a penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-tiga (2 x 45 menit)
Indikator
a. Siswa mampu memberi nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
b. Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
21
4. Mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan mengajukan
pertanyaan:
a. bagaimana cara menentukan suatu raksi apakah reaksi redoks atau
bukan?
b. bagaimana menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan
reduktor?
c. jelaskan reaksi autoredoks?
5. Memotivasi siswa dengan menyebutkan pentingnya mengetahui nama
suatu senyawa. Contohnya: nama sangat penting, dengan nama kita dapat
membedakan antara seorang dengan orang lain, nama berfungsi sebagai
identitas. Begitu juga halnya dengan senyawa kimia kita dapat
membedakan dari namanya, selain itu nama-nama senyawa juga sangat
diperlukan untuk arsip dan data ilmiah.
4. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau
meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
5. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
oleh guru.
Inti 1. Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks. Dimulai dari cara
memberi nama senyawa berdasarkan biloks pada halaman 6. (diberikan
waktu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
di depan kelas.
1. Membaca modul reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil
bacaannya di depan kelas: contohnya:
Penamaan senyawa yang mengandung atom yang
berbiloks lebih dari satu berdasarkan sistem stock, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memasukkan angka Romawi sesuai dengan biloks
logam dalam tanda kurung dibelakang nama logam.
b. masukkan nama atom non logam.
22
3. Menambahkan penjelasan siswa.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya. (jika
ada yang bersedia).
6. Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang
kurang tepat.
7. Memberikan contoh soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
satu.
8. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
satu.
9. Mempersilahkan atau menunjuk beberapa orang siswa untuk mengerjakan
latihan soal di papan tulis.
10. Mengecek dan meluruskan jawaban siswa.
11. Mengajukan pertanyaan bagaimana jika senyawa tersebut ion poliatomik?
12. Meluruskan, menambahkan atau menjelaskan kembali jawaban siswa.
13. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion poliatomik berdasarkan
sistem stock.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan soal di
papan tulis.
c. tambahkan akhiran Ida.
3. Mendengarkan tambahan penjelasan dari guru dengan
baik.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh yang diberikan oleh
guru.
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
9. Beberapa orang siswa yang besedia atau yang ditunjuk
maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang
diberikan oleh guru.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
contohnya: juga dengan menggunakan sistem stock.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan
oleh guru.
13. Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
14. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan
tulis mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
23
15. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
16. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
ada yang bersedia).
17. Menjelaskan dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
15. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
16. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjawab
pertanyaan temannya.
17. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
dan didiskusikan.
2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
3. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
4. Memberikan PR.
5. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
6. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
7. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4. Mencatat PR yang dibrikan guru.
5. Mendengarkan instruksi dari guru.
6. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a penutup.
7. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-empat (1 x 45 menit)
Indikator a. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
b. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
Kegiatan Guru Siswa
Awal/
Pembuka
1. Memberi Salam Pembuka.
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
3. Mengabsen siswa.
4. Memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dan manfaat reaksi redoks
1. Menjawab salam guru.
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
24
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
Reaksi redoks dalam kehidupan seri-hari sangat banyak, bahkan proses
metabolisme dalam tubuh manusia sendiri melibatkan reaksi redoks. Untuk
memecahkan masalah lingkungan dapat dengan menemukan energi altern
atif yang ramah lingkungan.
5. Melakukan tes terhadap materi sebelumnya.
oleh guru.
5. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru tentang
penamaan senyawa berdasarkan biloks.
Inti 1. Mengajak siswa membaca modul reaksi redoks dimulai dari pembahasan
tentang redoks dalam kehidupan sehari-hari pada halaman 19. (diberikan
waktu ±10 menit).
2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan reaksi redoks
dalam kehidupan sehari-hari beserta contoh reaksinya.
3. Menambahkan penjelasan siswa.
4. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Mempersilahkan siswa untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
yang bersedia).
6. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
7. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan bagaimana
konsep reaksi redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
1. Membaca modul reaksi redoks.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan
tentang reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari pada
perkaratan besi, pemutih pakaian, penyentruman
akumulator, ekstraksi logam. (dengan menuliskan
reaksinya).
3. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
6. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
7. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjelaskan
konsep redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
Reaksi redoks untuk memecahkan masalah lingkungan
25
8. Menambahkan penjelasan siswa.
9. Mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada)
10. Mepersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
yang bersedia).
11. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
pada daur ulang perak dan pada fuel cell. (dengan
menuliskan reaksinya).
8. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
9. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
10. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
11. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
guru.
Akhir/
Penutup
1. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
3. Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
4. Mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan ulangan
harian/posttest.
5. Menyuruh seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Memberi salam penutup.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4. Mendengarkan dan menyatakan siap untuk ulangan
harian/posttest.
5. Siswa yang disuruh memimpin do’a penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-lima
Ulangan harian/Post tes
4. Sumber Belajar Buku kimia kelas X SMA dan sumber-sumber lainnya yang relevan.
5. Penilaian a. Jenis tagihan : soal posttest
b. Bentuk instrumen : tes tertulis berbentuk essay.
26
skor 0 – 4, dengan kreteria sebagai berikut:
No. Skor Kreteria
1. 0 Jika siswa tidak menjawab/menyimpang
2. 1 Jika siswa sedikit menjawab pertanyaan
3. 2 Jika siswa hanya menjawab sebagian dan tidak lengkap
4. 3 Jika siswa menjawab dengan benar, tetapi masih kurang lengkap
5. 4 Jika siswa menjawab dengan benar dan lengkap
Guru Mata Pelajaran Peneliti
(Dra. Hj. Ratih) (Zulkifli) NIP. 130799206 NIM. 105016200567
95
KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA TES
Nama Sekolah : SMA – Negeri 87 Jakarta Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Reaksi Redoks Kelas/Semester : X/2 Standar Kompetensi. 3. : Memahami sifat larutan non elektrolit dan elektrolit
serta reaksi oksidasi reduksi. Kompetensi Dasar. 3.2. : Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi
reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
No Indikator Soal Jumlah Butir
Nomor Soal
Jenjang Kognitif
1.
Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
1 1 C2
2 Siswa mampu menuliskan contoh reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen dan berdasarkan perpindahan electron.
1 2* C2
3
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
1 3 C3
4 Siswa mampu menjelaskan beberapa senyawa yang tidak dapat dioksidasi.
1 4* C6
5 Siswa mampu membedakan reaksi redoks, autoredosk, dan bukan redoks, serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
1 5 C3
6 Siswa mampu menuliskan reaksi pada gas klor dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya.
1 6* C5
7 Siswa mampu menuliskan reaksi pada pencemar udara dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya.
1 7 C5
8. Siswa mampu menuliskan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi.
1 8* C3
9 Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
1 9 C3
Lampiran 2.
96
10. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
1 10 C4
11 Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
1 11 C6
Jumlah 11 11 11 Keterangan : Tanda bintang (*) menyatakan soal tersebut tidak dipakai pada instrumen penelitian.
Instrumen
1. Jelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan
oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi!
2. Buatlah contoh reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
dan berdasarkan perpindahan elektron, masing-masing satu contoh berikan
penjelasan!
3. Tentukanlah bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa berikut:
a. NaCl
b. PO43-
c. Cl2O5
d. Cr2O72-
4. Mengapa S dalam SO42- dan N dalam ion NO3
- tidak dapat dioksidasi lagi?
Berikan alasannya!
5. Tentukanlah apakah reaksi berikut termasuk reaksi redoks, autoredoks atau
bukan redoks, jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan
oksidatornya!
a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4
b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
c. CaCO3 → CaO + CO2
d. 2H2O2 → 2H2O + O2
6. Gas klor (Cl2) dapat digunakan sebagai pembasmi bakteri dalam air, ketika
gas klor ditambahkan ke dalam air terjadi reaksi kimia yang menghasilkan ion
H+, ion Cl-, dan HOCl. Buatlah persamaan reaksi yang terjadi, Apakah reaksi
97
tersebut merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks
tentukan oksidator dan reduktornya!
7. Pencemar udara “smog”, diketahui mengandung gas nitrogen dioksida (NO2).
Adanya NO2 di udara dapat menyebabkan hujan asam karena NO2 dapat
bereaksi dengan air membentuk gas nitrogen monoksida (NO), dan asam
nitrat HNO3, buatlah persamaan reaksi yang terjadi, apakah reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks tentukan
reduktor dan oksidatornya!
8. Tentukanlah nama dari senyawa berikut: a. MnO2 b. CuCl2 c. NaNO2 d. K2CrO4
9. Tentukanlah rumus kimia pada senyawa berikut: a. Mangan (II) oksida b. Besi (III) sulfat c. Timbal (IV) oksida d. Kromium (III) oksida
10. Mengapa pada saat akan menggunakan pemutih pakaian terlebih dahulu harus
dipisahkan pakaian putih dan pakaian berwarna, dengan kata lain pemutih
hanya digunakan untuk pakaian putih! berikan alasan Anda berdasarkan cara
kerja pemutih tersebut.
11. Dewasa ini telah ditemukan berbagai energi alternatif untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan, energi alternatif tersebut antara lain fuel cell dan sel surya yang
keduanya merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks. Bandingkan
manakah yang lebih efektif dan lebih efesien dari penggunaan kedua energi
alternatif tersebut? berikan alasannya!
98
Kunci Jawaban:
Nomor Soal Kemungkinan Jawaban Siswa Skor
1. 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa menjawab reaksi redoks secara umum, contohnya: Reaksi redoks adalah penambahan dan pengurangan atom aksigen
1
3. Jika Siswa menjawab salah satu pengertian dengan benar, contohnya:
Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah penambahan atom oksigen. Reduksi adalah pengurangan atom oksigen....
2
4. Jika Siswa menjawan dua pengertian dengan benar, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah
proses penambahan atom oksigen, reduksi adalah proses pengurangan atom oksigen. Berdasarkan perpindahan elektron oksidasi adalah proses pelepasan elektron, reduksi adalah proses penerimaan elektron....
3
5. Jika Siswa menjawab semua pengertian dengan benar dan lengkap, contohnya:
Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah proses penambahan atom oksigen, reduksi adalah proses pengurangan atom oksigen. Berdasarkan perpindahan elektron oksidasi adalah proses pelepasan elektron, reduksi adalah proses penerimaan elektron. Berdasarkan peubahan bilangan oksidasi, oksidasi adalah terjadinya kenaikan bilangan oksidasi, reduksi adalah terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
4
2. 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika siswa menjawab satu contoh yang tidak legkap, contohnya: 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4
1
3. Jika Siswa menjawab satu contoh okidasi dan reduksi dengan benar, namun tanpa penjelasan, contohnya:
Contoh oksidasi 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4 Contoh reduksi HgO, 2HgO → 2H + O2
2
4. Jika Siswa menjawab dua contoh oksidasi dan reduksi reduksi dengan benar, namun hanya satu penjelasannya, contohnya:
Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, contoh reaksi oksidasi terjadi pada oksida senyawa sulfida menghasilkan oksida unsur logam penyusunnya 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4
Contoh reasksi reduksi oksida logam melepaskan oksigen jika
3
99
dipanaskan misalnya pemanasan HgO, 2HgO → 2H + O2 Berdasarkan perpindahan elektron, redoks cotohnya pada reaksi
berikut: 2Na + Cl2 → 2NaCl 5. Jika Siswa menjawab kedua contoh tersebut dengan benar dan
lengkap, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen contoh oksidasi,
oksida senyawa sulfida menghasilkan oksida unsur logam penyusunnya 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4
Reduksi oksida logam melepaskan oksigen jika dipanaskan misalnya pemanasan HgO, 2HgO → 2H + O2
Berdasarkan perpindahan elektron, redoks cotohnya pada reaksi berikut: 2Na + Cl2 → 2NaCl
Pada beberapa reaksi diatas terlihat bahwa Cl2 mengalami reduksi menjadi 2Cl- dengan memperoleh 2 elektron yang berasal dari atom Na. Sedangkan atom Na mengalami oksidasi karena melepaskan elektron.
4
3. 1. Jika Siswa tidak menjawab. 0 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 1 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 2 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 3 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar 4 Jabawan: a. NaCl. biloks Na = +1, biloks Cl = -1 b. PO4
3-. (1 x bl P) + (4 x bl O) = -3 bl P + (4 x (-2)) = -3 bl P + -8 = -3 bl P = 8 – 3 = +5 c. Cl2O5. (2 x bl Cl) (2 x bl Cl) + (5 x (-2)) = 0 (2 x bl Cl) + (-10) = 0 (2 x bl Cl) = +10 → bl Cl = +5 d. Cr2O7
-2
(2 x bl Cr) + (7 x (-2)) = -2 (2 x bl Cr) + (-14) = -2 (2 x bl Cr) = 14 – 2 = 12 → bl Cr = +6
-
4 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Karena biloksnya sudah maksimum
1
100
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: SO4
2-; (bl S) + (4 x bl O) = -2 (bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 Biloks S = +6, sudah maksimum sehingga tidak dapat di oksidasi
lagi
2
4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengklap, contohnya:
SO42-; (bl S) + (4 x bl O) = -2
(bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 NO3
- ; (bl N) + (3 x bl O) = -1 (bl N) + (-6) = -1 (bl N) = 6 – 1 = +5 Biloks S = +6, sedangkan biloks N = +5, biloks S maksimum +6
sedangkan biloks N maksimum +5, sehingga tidak dapat dioksidasi lagi.
3
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: SO4
2-; (bl S) + (4 x bl O) = -2 (bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 NO3
- ; (bl N) + (3 x bl O) = -1 (bl N) + (-6) = -1 (bl N) = 6 – 1 = +5 Biloks S dalam SO4
2- adalah +6, sedangkan biloks N dalam NO3
adalah +5. Konfigurasi elektron 16S adalah 2, 8, 6. jadi memiliki elektronvalensi = 6, sedangkan konfugurasi 7N adalah 2, 5. Jadi N memiliki elektronvalensi = 5. Sehingga S dalam SO4
2- dan N dalam NO3
- sudah tidak dapat dioksidasi lagi, sebab jika dioksidasi berarti biloksnya dinaikkan, maka akan melebihi jumlah elektron terluarnya.
4
5 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 1 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 2 3. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 3 4. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar
4
Jawaban: a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4
Reaksi redoks Oksidatornya = Cl2 Reduktornya = SnCl2
-
+2 -1 0 +4 -1
Reduksi oksidasi
101
b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
Reaksi redoks Reduktornya = Cl2 Oksidatornya = Ag
c. CaCO3 → CaO +CO2
Bukan redoks, sebab tidak ada unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
d. 2H2O2 → 2H2O + O2
Reaksi autoredoks sebab O2 mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus.
6 1. Jika siswa tidak menjwab/menyimpang 0 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Cl2 + H2O ↔ ......
1
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl
2
4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya:
Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl Reaksi tersebut reaksi redoks
3
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl Reaksi tersebut reaksi redoks, tetapi bukan autoredoks. Oksidatornya = H2O; Reduktornya = Cl2
4
0 +1 0 +1
Reduksi
oksidasi
0 +1 0 +1
Reduksi
oksidasi
0 0 +1 -1
oksidasi Reduksi
+2 +4 +4 +4 -2 -2 -2
+1 -1 +1 -2 0
Reduksi oksidasi
102
7 1. Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: NO2 + H2O ......
1
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO
2
4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya:
NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO Reaksi tersebut reaksi redoks.
3
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO Reaksi tersebut reaksi autoredoks. Sebab oksidatornya dan
reduktornya NO2.
4
8 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 1 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 2 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 3 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar 4 Jawaban: a. Biloks Mn = +2 → Mangan (II) oksida b. Biloks Cu = +2 → Tembaga (II) klorida c. Biloks Na = +1 → Natrium (I) nitrit d. Biloks Cr = + 6 → Kalium kromat (VI)
-
9 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 1 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 2 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 3 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar 4 Jawaban: a. Mangan (II) oksida = MnO2 b. Besi (III) sulfat = Fe2(SO4)3 c. Timbal (IV) oksida = PbO2 d. Kromium (III) oksida = Cr2O3
-
10 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Jika pada pakaian berwarna akan luntur
1
+4 +5 +2
Oksidasi Reduksi
+5 +2
Oksidasi Reduksi
+4
103
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Jika pada pakaian berwarna, maka warna pakaian tersebut akan
dioksidasi oleh NaOCl
2
4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya:
Jika pada pakaian berwarna maka pakaian tersebut akan luntur, disebabkan NaOCl dalam air akan akan terurai menjadi Na+ dan OCl-, ion OCl- akan terduksi menjadi ion Cl dan ion OH, Cl mengalami reaksi reduksi, berarti warna tersebut akan dioksidasi oleh NaOCl.
3
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Jika pada pakaian berwarna maka pakaian tersebut akan luntur,
karena di dalam air NaOCl teruarai menjadi Na+ dan OCl-. Kemudian ion OCl- akan teruduksi menjadi ion klorin (Cl-) dan ion hidroksida (OH-) menurut reaksi OCl- + 2ě + H2O → Cl- + 2OH-, dari reaksi tersebut terlihat Cl mengalami penurunan bilangan oksidasi sehingga Cl bertindak sebagai oksidator, sifat oksidator inilah yang menyebabkan NaOCl dapat mengoksidasi noda pada pakaian bahkan warna pakaian sekalipun hingga larut dalam air.
4
11 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 0 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya:
Lebih efektif dan efesien sel surya 1
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Sel surya lebih efektif dan lebih efesien sebab menggunakan tenaga
matahari
2
4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya:
Jika keduanya dibandingkan maka sel surya lebih efektif dan lebih efesien, sebab sel surya menggunakan sinar matahari yang diperoleh gratis tanpa biaya, sedangkan fuel cell menggunakan bahan bakar hidrogen, hidrogen tersebut diperoleh dari serangkaian proses yang menggunakan biaya
3
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Kedua energi alternatif tersebut merupakan aplikasi dari reaksi
redoks, fuel cell berdasarkan reaksi redoks antara H2 dan O2, sedangkan pada sel surya berdasarkan reaksi redoks dari dua semikonduktor. Jika dilihat dari sumber energi yang dibutuhkan maka sel surya lebih efisien, sebab sel surya memperoleh energi lansung free dari sinar matahari, sedangkan fuel cell dari H2 yang memerlukan biaya untuk memperolehnya. Sel surya tidak efektif jika musim hujan, sedangkan fuel cell selain menghasilkan energi listrik juka dapat menghasilkan air bersih sehingga sangat efektif untuk daerah yang kekurangan air bersih. Jadi jika tinjau dari segi efesiensi untuk menghasilkan listrik maka sel surya lebih efesien, namun jika ditinjau dari efektifitasnya maka fuel cell lebih efektif terutama untuk daerah yang sulit air bersih.
4
104
Skor ideal adalah 4, sehingga skor total diperoleh dari penjumlahan
seluruh skor tiap butir soal, (4 x jumlah butir soal) dengan skor terendah adalah 0.
Jakarta, 25 Nopember 2009
Peneliti/guru mata pelajaran
Zulkifli
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txtDATA MENTAH===========
Jumlah Subyek= 40Jumlah Butir Soal= 11Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama|Skor Ideal -> 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 A 1 2 1 0 1 0 0 2 1 2 2 B 4 4 3 1 0 0 0 2 1 3 3 C 1 3 2 0 3 0 0 3 3 4 4 D 3 4 3 1 2 0 0 2 3 5 5 E 3 3 3 2 2 0 0 1 1 6 6 F 2 3 2 1 2 0 0 2 2 7 7 G 3 2 2 0 2 1 0 3 2 8 8 H 3 4 2 0 2 2 0 3 2 9 9 I 4 4 3 2 2 0 0 2 2 10 10 J 4 4 1 0 1 2 0 2 2 11 11 K 3 3 2 1 2 0 0 2 1 12 12 L 3 2 2 0 1 0 0 3 1 13 13 M 2 2 2 1 2 1 1 2 2 14 14 N 2 2 2 0 3 1 1 1 2 15 15 O 4 4 4 0 1 0 0 3 2 16 16 P 2 2 2 1 3 1 1 3 2 17 17 Q 2 2 1 0 3 0 0 2 2 18 18 R 2 3 2 0 3 0 0 3 2 19 19 S 4 2 3 1 2 1 1 3 3 20 20 T 3 1 3 2 2 1 2 3 2 21 21 U 2 3 1 0 1 0 0 2 3 22 22 V 3 3 1 0 1 0 0 2 2 23 23 W 1 3 1 0 1 1 0 3 1 24 24 X 2 4 2 1 2 1 1 2 2 25 25 Y 2 2 1 1 1 1 1 2 2 26 26 Z 1 3 2 1 1 0 0 2 2 27 27 AB 1 2 1 0 1 0 0 2 1 28 28 AC 1 4 3 1 2 0 0 2 1 29 29 AD 2 2 3 0 2 2 0 2 3 30 30 AE 2 2 2 1 2 1 1 1 1 31 31 AF 3 2 1 0 0 0 0 2 2 32 32 AG 2 4 2 1 2 1 1 3 2 33 33 AH 2 4 1 0 1 1 0 1 2 34 34 AI 3 2 2 1 3 1 1 1 1 35 35 AJ 3 3 2 1 3 1 1 3 2 36 36 AK 4 4 3 3 4 2 2 3 3 37 37 AL 4 4 3 2 1 1 1 2 2 38 38 AM 4 3 4 1 3 1 1 2 2 39 39 AN 4 3 2 1 1 1 1 2 3 40 40 AO 2 4 2 3 1 1 0 3 2
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 10 11 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 10 11 Nama|Skor Ideal -> 4 4 1 1 A 0 0 2 2 B 1 0 3 3 C 0 0 4 4 D 2 0 5 5 E 1 0 6 6 F 1 0 7 7 G 0 0 8 8 H 1 1 9 9 I 1 0 10 10 J 2 1 11 11 K 1 0 12 12 L 2 1 13 13 M 2 1
Page 1
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 14 14 N 2 2 15 15 O 2 0 16 16 P 1 1 17 17 Q 2 2 18 18 R 2 1 19 19 S 1 1 20 20 T 2 1 21 21 U 2 0 22 22 V 2 1 23 23 W 0 0 24 24 X 1 1 25 25 Y 1 1 26 26 Z 1 0 27 27 AB 0 0 28 28 AC 1 0 29 29 AD 1 0 30 30 AE 1 1 31 31 AF 1 0 32 32 AG 2 1 33 33 AH 0 0 34 34 AI 1 1 35 35 AJ 2 1 36 36 AK 3 2 37 37 AL 1 1 38 38 AM 2 1 39 39 AN 1 1 40 40 AO 0 1
RELIABILITAS TES================
Rata2= 17,25Simpang Baku= 4,54KorelasiXY= 0,66Reliabilitas Tes= 0,80Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 A 4 4 8 2 2 B 8 8 16 3 3 C 9 6 15 4 4 D 11 9 20 5 5 E 9 7 16 6 6 F 8 7 15 7 7 G 9 6 15 8 8 H 10 10 20 9 9 I 11 9 20 10 10 J 9 10 19 11 11 K 8 7 15 12 12 L 8 7 15 13 13 M 10 8 18 14 14 N 12 6 18 15 15 O 11 9 20 16 16 P 11 8 19 17 17 Q 10 6 16 18 18 R 10 8 18 19 19 S 14 8 22 20 20 T 13 9 22 21 21 U 7 7 14 22 22 V 8 7 15 23 23 W 4 7 11 24 24 X 10 9 19 25 25 Y 8 7 15 26 26 Z 6 7 13 27 27 AB 4 4 8 28 28 AC 7 8 15
Page 2
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 29 29 AD 10 7 17 30 30 AE 9 6 15 31 31 AF 6 5 11 32 32 AG 10 11 21 33 33 AH 6 6 12 34 34 AI 11 6 17 35 35 AJ 12 10 22 36 36 AK 18 15 33 37 37 AL 12 10 22 38 38 AM 15 9 24 39 39 AN 12 8 20 40 40 AO 8 11 19
KELOMPOK UNGGUL & ASOR======================
Kelompok UnggulNama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
1 2 3 4 5 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 36 AK 33 4 4 3 3 4 2 38 AM 24 4 3 4 1 3 3 19 S 22 4 2 3 1 2 4 20 T 22 3 1 3 2 2 5 35 AJ 22 3 3 2 1 3 6 37 AL 22 4 4 3 2 1 7 32 AG 21 2 4 2 1 2 8 4 D 20 3 4 3 1 2 9 8 H 20 3 4 2 0 2 10 9 I 20 4 4 3 2 2 11 15 O 20 4 4 4 0 1 Rata2 Skor 3,45 3,36 2,91 1,27 2,18 Simpang Baku 0,69 1,03 0,70 0,90 0,87
6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 36 AK 33 2 2 3 3 3 2 38 AM 24 1 1 2 2 2 3 19 S 22 1 1 3 3 1 4 20 T 22 1 2 3 2 2 5 35 AJ 22 1 1 3 2 2 6 37 AL 22 1 1 2 2 1 7 32 AG 21 1 1 3 2 2 8 4 D 20 0 0 2 3 2 9 8 H 20 2 0 3 2 1 10 9 I 20 0 0 2 2 1 11 15 O 20 0 0 3 2 2 Rata2 Skor 0,91 0,82 2,64 2,27 1,73 Simpang Baku 0,70 0,75 0,50 0,47 0,65
11 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 1 36 AK 33 2 2 38 AM 24 1 3 19 S 22 1 4 20 T 22 1 5 35 AJ 22 1 6 37 AL 22 1 7 32 AG 21 1 8 4 D 20 0 9 8 H 20 1 10 9 I 20 0 11 15 O 20 0
Page 3
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt Rata2 Skor 0,82 Simpang Baku 0,60
Kelompok AsorNama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
1 2 3 4 5 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 22 V 15 3 3 1 0 1 2 25 Y 15 2 2 1 1 1 3 28 AC 15 1 4 3 1 2 4 30 AE 15 2 2 2 1 2 5 21 U 14 2 3 1 0 1 6 26 Z 13 1 3 2 1 1 7 33 AH 12 2 4 1 0 1 8 23 W 11 1 3 1 0 1 9 31 AF 11 3 2 1 0 0 10 1 A 8 1 2 1 0 1 11 27 AB 8 1 2 1 0 1 Rata2 Skor 1,73 2,73 1,36 0,36 1,09 Simpang Baku 0,79 0,79 0,67 0,50 0,54
6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 22 V 15 0 0 2 2 2 2 25 Y 15 1 1 2 2 1 3 28 AC 15 0 0 2 1 1 4 30 AE 15 1 1 1 1 1 5 21 U 14 0 0 2 3 2 6 26 Z 13 0 0 2 2 1 7 33 AH 12 1 0 1 2 0 8 23 W 11 1 0 3 1 0 9 31 AF 11 0 0 2 2 1 10 1 A 8 0 0 2 1 0 11 27 AB 8 0 0 2 1 0 Rata2 Skor 0,36 0,18 1,91 1,64 0,82 Simpang Baku 0,50 0,40 0,54 0,67 0,75
11 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 1 22 V 15 1 2 25 Y 15 1 3 28 AC 15 0 4 30 AE 15 1 5 21 U 14 0 6 26 Z 13 0 7 33 AH 12 0 8 23 W 11 0 9 31 AF 11 0 10 1 A 8 0 11 27 AB 8 0 Rata2 Skor 0,27 Simpang Baku 0,47
DAYA PEMBEDA============
Jumlah Subyek= 40Klp atas/bawah(n)= 11Butir Soal= 11Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang BakuNama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
Page 4
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 3,45 1,73 1,73 0,69 0,79 0,31 5,48 43,18 2 2 3,36 2,73 0,64 1,03 0,79 0,39 1,63 15,91 3 3 2,91 1,36 1,55 0,70 0,67 0,29 5,27 38,64 4 4 1,27 0,36 0,91 0,90 0,50 0,31 2,91 22,73 5 5 2,18 1,09 1,09 0,87 0,54 0,31 3,52 27,27 6 6 0,91 0,36 0,55 0,70 0,50 0,26 2,10 13,64 7 7 0,82 0,18 0,64 0,75 0,40 0,26 2,47 15,91 8 8 2,64 1,91 0,73 0,50 0,54 0,22 3,27 18,18 9 9 2,27 1,64 0,64 0,47 0,67 0,25 2,57 15,91 10 10 1,73 0,82 0,91 0,65 0,75 0,30 3,04 22,73 11 11 0,82 0,27 0,55 0,60 0,47 0,23 2,37 13,64
TINGKAT KESUKARAN=================
Jumlah Subyek= 40Butir Soal= 11Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 64,77 Sedang 2 2 76,14 Mudah 3 3 53,41 Sedang 4 4 20,45 Sukar 5 5 40,91 Sedang 6 6 15,91 Sukar 7 7 12,50 Sangat Sukar 8 8 56,82 Sedang 9 9 48,86 Sedang 10 10 31,82 Sedang 11 11 13,64 Sangat Sukar
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================
Jumlah Subyek= 40Butir Soal= 11Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0,633 Sangat Signifikan 2 2 0,316 - 3 3 0,624 Sangat Signifikan 4 4 0,592 Signifikan 5 5 0,545 Signifikan 6 6 0,515 Signifikan 7 7 0,653 Sangat Signifikan 8 8 0,331 - 9 9 0,488 Signifikan 10 10 0,623 Sangat Signifikan 11 11 0,582 Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
Page 5
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
REKAP ANALISIS BUTIR=====================
Rata2= 17,25Simpang Baku= 4,54KorelasiXY= 0,66Reliabilitas Tes= 0,80Butir Soal= 11Jumlah Subyek= 40Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 5,48 43,18 Sedang 0,633 Sangat Signifikan 2 2 1,63 15,91 Mudah 0,316 - 3 3 5,27 38,64 Sedang 0,624 Sangat Signifikan 4 4 2,91 22,73 Sukar 0,592 Signifikan 5 5 3,52 27,27 Sedang 0,545 Signifikan 6 6 2,10 13,64 Sukar 0,515 Signifikan 7 7 2,47 15,91 Sangat Sukar 0,653 Sangat Signifikan 8 8 3,27 18,18 Sedang 0,331 - 9 9 2,57 15,91 Sedang 0,488 Signifikan 10 10 3,04 22,73 Sedang 0,623 Sangat Signifikan 11 11 2,37 13,64 Sangat Sukar 0,582 Signifikan
Page 6
93
SOAL INSTRUMEN TES REAKSI REDOKS KELAS X SMA
Petunjuk Pengisian
a) Sebelum menjawab sebaiknya berdo’a terlebih dahulu.
b) Tulislah nama dan kelas di pojok kanan lembar soal dan lembar jawaban.
c) Baca dan pahami tiap butir soal dengan teliti sebelum menjwabnya.
d) Isilah jawaban dan penjelasan Anda pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
e) Jawablah soal yang mudah terlebih dahulu dan gunakanlah waktu Anda
dengan baik.
f) Jika telah selesai menjawab semua butir soal, sebaiknya periksa kembali
jawaban Anda (jika masih ada waktu).
g) Kumpulkan jawaban Anda tepat pada waktunya.
Selamat Mengerjakan! Semoga Sukses....
Soal
1. Jelaskan pengertian reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan
pengikatan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi!
2. Tentukanlah bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa berikut:
a. NaCl
b. PO43-
c. Cl2O5
d. Cr2O72-
3. Tentukanlah apakah reaksi berikut termasuk reaksi redoks, autoredoks atau
bukan redoks, jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan
oksidatornya!
a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4
b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
c. CaCO3 → CaO + CO2
d. 2H2O2 → 2H2O + O2
Lampiran 4.
94
4. Pencemar udara “smog”, diketahui mengandung gas nitrogen dioksida (NO2).
Adanya NO2 di udara dapat menyebabkan hujan asam karena NO2 dapat
bereaksi dengan air membentuk gas nitrogen monoksida (NO), dan asam nitrat
HNO3, buatlah persamaan reaksi yang terjadi, apakah reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks tentukan
reduktor dan oksidatornya!
5. Tentukanlah rumus kimia pada senyawa berikut:
a. Mangan (II) oksida
b. Besi (III) sulfat
c. Timbal (IV) oksida
d. Kromium (III) oksida
6. Mengapa pada saat akan menggunakan pemutih pakaian terlebih dahulu harus
dipisahkan pakaian putih dan pakaian berwarna, dengan kata lain pemutih
hanya digunakan untuk pakaian putih! berikan alasan Anda berdasarkan cara
kerja pemutih tersebut.
7. Dewasa ini telah ditemukan berbagai energi alternatif untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan, energi alternatif tersebut antara lain fuel cell dan sel surya yang
keduanya merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks. Bandingkan manakah
yang lebih efektif dan lebih efesien dari penggunaan kedua energi alternatif
tersebut? berikan alasannya!
Semoga Sukses
108
DISTRIBUSI DATA PRETES DAN POSTES SISWA KELAS EKSPRIMEN
NO KODE SISWA NILAI PRETES
NO KODE SISWA NILAI POSTES 1 A 17,86
1 A 82,14
2 B 14,29
2 B 71,42 3 C 10,71
3 C 71,42
4 D 21,43
4 D 78,56 5 E 21,43
5 E 92,86
6 F 21,43
6 F 64,28 7 G 3,57
7 G 57,14
8 H 17,86
8 H 82,14 9 I 10,71
9 I 71,42
10 J 17,86
10 J 71,42 11 K 17,86
11 K 75,00
12 L 17,86
12 L 92,86 13 M 10,71
13 M 71,42
14 N 21,43
14 N 71,42 15 O 10,71
15 O 60,71
16 P 32,14
16 P 71,42 17 Q 14,29
17 Q 89,28
18 R 25,00
18 R 89,28 19 S 3,57
19 S 60,71
20 T 10,71
20 T 60,71 21 U 17,86
21 U 92,86
22 V 17,86
22 V 92,86 23 W 3,57
23 W 53,57
24 X 10,71
24 X 64,28 25 Y 17,86
25 Y 78,56
26 Z 21,43
26 Z 89,28 27 AB 32,14
27 AB 78,56
28 AC 25,00
28 AC 60,71 29 AD 10,71
29 AD 71,42
30 AE 3,57
30 AE 57,14 31 AF 21,43
31 AF 89,28
32 AG 32,14
32 AG 57,14 33 AH 3,57
33 AH 57,14
34 AI 17,86
34 AI 92,86 35 AJ 3,57
35 AJ 57,14
36 AK 14,29
36 AK 82,14 37 AL 25,00
37 AL 53,57
38 AM 17,86
38 AM 85,71 Mean (Rata-rata) 16,26
Mean (Rata-rata) 73,68
Standar Deviasi (S) 7,99
Standar Deviasi (S) 13,06 Nilai Tertinggi 32,14
Nilai Tertinggi 92,86
Nilai Terendah 3,57
Nilai Terendah 53,57
Lampiran 5.
109
DISTRIBUSI DATA PRETES DAN POSTES SISWA KELAS KONTROL
NO KODE SISWA NILAI PRETEST
NO KODE SISWA NILAI POSTES 1 A 14,29
1 A 53,57
2 B 25,00
2 B 78,56 3 C 10,71
3 C 57,14
4 D 10,71
4 D 57,14 5 E 17,86
5 E 60,71
6 F 21,43
6 F 78,56 7 G 21,43
7 G 75,00
8 H 17,86
8 H 67,85 9 I 25,00
9 I 64,28
10 J 21,43
10 J 57,14 11 K 21,43
11 K 75,00
12 L 21,43
12 L 60,71 13 M 32,14
13 M 78,56
14 N 17,86
14 N 64,28 15 O 7,14
15 O 39,29
16 P 10,71
16 P 64,28 17 Q 14,29
17 Q 67,85
18 R 10,71
18 R 57,14 19 S 17,86
19 S 67,85
20 T 10,71
20 T 60,71 21 U 7,14
21 U 60,71
22 V 14,29
22 V 53,57 23 W 10,71
23 W 60,71
24 X 3,57
24 X 39,29 25 Y 14,29
25 Y 53,57
26 Z 17,86
26 Z 78,56 27 AB 21,43
27 AB 39,29
28 AC 32,14
28 AC 60,71 29 AD 17,86
29 AD 50,00
30 AE 10,71
30 AE 53,57 31 AF 3,57
31 AF 60,71
32 AG 3,57
32 AG 64,28 33 AH 3,57
33 AH 57,14
34 AI 14,29
34 AI 75,00 35 AJ 10,71
35 AJ 64,28
36 AK 14,29
36 AK 78,56 37 AL 10,71
37 AL 64,28
38 AM 14,29
38 AM 67,85 Mean (Rata-rata) 15,13
Mean (Rata-rata) 62,31
Standar Deviasi (S) 7,16
Standar Deviasi (S) 10,59 Nilai Tertinggi 32,14
Nilai Tertinggi 78,56
Nilai Terendah 3,57
Nilai Terendah 39,29
Lampiran 6.
110
110
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksprimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi) - S(Zi)| 1 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 2 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 3 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 4 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 5 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 6 3,57 -1,59 0,0559 0,1579 0,1020 7 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 8 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 9 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970
10 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 11 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 12 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 13 10,71 -0,69 0,2451 0,3421 0,0970 14 14,29 -0,25 0,4013 0,4211 0,0198 15 14,29 -0,25 0,4013 0,4211 0,0198 16 14,29 -0,25 0,4013 0,4211 0,0198 17 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 18 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 19 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 20 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 21 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 22 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 23 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 24 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 25 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 26 17,86 0,20 0,5793 0,6842 0,1049 27 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 28 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 29 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 30 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 31 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 32 21,43 0,65 0,7422 0,8421 0,0999 33 25,00 1,09 0,8621 0,9211 0,0590 34 25,00 1,09 0,8621 0,9211 0,0590 35 25,00 1,09 0,8621 0,9211 0,0590 36 32,14 1,99 0,9767 1,0000 0,0233 37 32,14 1,99 0,9767 1,0000 0,0233 38 32,14 1,99 0,9767 1,0000 0,0233
Mean 16,26 SD 7,99
Lhitung = 0,1049 Lhitung < Ltabel (0,1049 < 0,1437)
α = 0,05 Kesimpulannya
Ltabel = ,√
= 0,1437 Data berdistribusi normal
Lampiran 7.
111
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksprimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi) - S(Zi)| 1 53,57 -1,54 0,0618 0,0526 0,0092 2 53,57 -1,54 0,0618 0,0526 0,0092 3 57,14 -1,27 0,1020 0,1842 0,0822 4 57,14 -1,27 0,1020 0,1842 0,0822 5 57,14 -1,27 0,1020 0,1842 0,0822 6 57,14 -1,27 0,1020 0,1842 0,0822 7 57,14 -1,27 0,1020 0,1842 0,0822 8 60,71 -0,99 0,1611 0,2895 0,1284 9 60,71 -0,99 0,1611 0,2895 0,1284 10 60,71 -0,99 0,1611 0,2895 0,1284 11 60,71 -0,99 0,1611 0,2895 0,1284 12 64,28 -0,72 0,2358 0,3421 0,1063 13 64,28 -0,72 0,2358 0,3421 0,1063 14 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 15 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 16 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 17 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 18 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 19 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 20 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 21 71,42 -0,17 0,4325 0,5526 0,1201 22 75,00 0,10 0,5398 0,5789 0,0391 23 78,56 0,37 0,6443 0,6579 0,0136 24 78,56 0,37 0,6443 0,6579 0,0136 25 78,56 0,37 0,6443 0,6579 0,0136 26 82,14 0,65 0,7422 0,7368 0,0054 27 82,14 0,65 0,7422 0,7368 0,0054 28 82,14 0,65 0,7422 0,7368 0,0054 29 85,71 0,92 0,8112 0,7632 0,0480 30 89,28 1,19 0,8830 0,8684 0,0146 31 89,28 1,19 0,8830 0,8684 0,0146 32 89,28 1,19 0,8830 0,8684 0,0146 33 89,28 1,19 0,8830 0,8684 0,0146 34 92,86 1,47 0,9292 1,0000 0,0708 35 92,86 1,47 0,9292 1,0000 0,0708 36 92,86 1,47 0,9292 1,0000 0,0708 37 92,86 1,47 0,9292 1,0000 0,0708 38 92,86 1,47 0,9292 1,0000 0,0708
Mean 73,68 SD 13,06
Lhitung = 0,1284 Lhitung < Ltabel (0,1284 < 0,1437)
α = 0,05 Kesimpulannya
Ltabel = ,√
= 0,1437 Data berdistribusi normal
Lampiran 8.
112
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi) - S(Zi)| 1 3,57 -1,61 0,0537 0,1053 0,0516 2 3,57 -1,61 0,0537 0,1053 0,0516 3 3,57 -1,61 0,0537 0,1053 0,0516 4 3,57 -1,61 0,0537 0,1053 0,0516 5 7,14 -1,12 0,1314 0,1579 0,0265 6 7,14 -1,12 0,1314 0,1579 0,0265 7 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 8 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 9 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 10 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 11 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 12 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 13 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 14 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 15 10,71 -0,62 0,2676 0,3947 0,1271 16 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 17 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 18 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 19 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 20 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 21 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 22 14,29 -0,12 0,4522 0,5789 0,1267 23 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 24 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 25 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 26 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 27 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 28 17,86 0,38 0,6480 0,7368 0,0888 29 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 30 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 31 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 32 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 33 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 34 21,43 0,88 0,8106 0,8947 0,0841 35 25,00 1,38 0,9162 0,9474 0,0312 36 25,00 1,38 0,9162 0,9474 0,0312 37 32,14 2,38 0,9913 1,0000 0,0087 38 32,14 2,38 0,9913 1,0000 0,0087
Mean 15,13 SD 7,16
Lhitung = 0,1271 Lhitung < Ltabel (0,1271 < 0,1437)
α = 0,05 Kesimpulannya
Ltabel = ,√
= 0,1437 Data berdistribusi normal
Lampiran 9.
113
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi) - S(Zi)| 1 39,29 -2,17 0,0150 0,0789 0,0639 2 39,29 -2,17 0,0150 0,0789 0,0639 3 39,29 -2,17 0,0150 0,0789 0,0639 4 50,00 -1,16 0,1230 0,1053 0,0177 5 53,57 -0,83 0,2033 0,2105 0,0072 6 53,57 -0,83 0,2033 0,2105 0,0072 7 53,57 -0,83 0,2033 0,2105 0,0072 8 53,57 -0,83 0,2033 0,2105 0,0072 9 57,14 -0,49 0,3121 0,3421 0,0300
10 57,14 -0,49 0,3121 0,3421 0,0300 11 57,14 -0,49 0,3121 0,3421 0,0300 12 57,14 -0,49 0,3121 0,3421 0,0300 13 57,14 -0,49 0,3121 0,3421 0,0300 14 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 15 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 16 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 17 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 18 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 19 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 20 60,71 -0,15 0,4404 0,5263 0,0859 21 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 22 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 23 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 24 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 25 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 26 64,28 0,19 0,5753 0,6842 0,1089 27 67,85 0,52 0,6985 0,7895 0,0910 28 67,85 0,52 0,6985 0,7895 0,0910 29 67,85 0,52 0,6985 0,7895 0,0910 30 67,85 0,52 0,6985 0,7895 0,0910 31 75,00 1,20 0,8849 0,8684 0,0165 32 75,00 1,20 0,8849 0,8684 0,0165 33 75,00 1,20 0,8849 0,8684 0,0165 34 78,56 1,53 0,9370 1,0000 0,0630 35 78,56 1,53 0,9370 1,0000 0,0630 36 78,56 1,53 0,9370 1,0000 0,0630 37 78,56 1,53 0,9370 1,0000 0,0630 38 78,56 1,53 0,9370 1,0000 0,0630
Mean 62,31 SD 10,59
Lhitung = 0,1089 Lhitung < Ltabel (0,1089 < 0,1437)
α = 0,05 Kesimpulannya
Ltabel = 0,886√38
= 0,1437 Data berdistribusi normal
Lampiran 10.
0
Lampiran 16. 105
1
Komik reaksi redoks ini berisi topik-topik sebagai berikut:
1. Konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan
atom oksigen, perpindahan elektron, dan berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi.
2. Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3. Tata nama menurut IUPAC.
4. Aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
memecahkan masalah lingkungan.
Setelah mempelajari komik ini diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan konsep oksidsi reduksi berdasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
2. Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3. Membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
4. Meberi nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan
oksidsasi.
5. Mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam memecahkan masalah lingkungan.
2
3
4
5
6
7
8
9
Aturan Contoh
1. Biloks unsur bebas adalah 0. Biloks atom-atom Ne, H2, O2, Cl2, P4, S8, C, Cu, Fe, dan Na adalah 0.
2. Biloks ion monoatom sama dengan muatan ionnya
Biloks Na+ = +1, Mg2+ = +2, S-2 = -2
3. Jumlah biloks untuk semua atom adalah 0
Cu dan O dalam CuO = 0
4. Jumlah biloks atom-atom pembentuk ion poliatom sama dengan muatan ion poliatom tersebut
Jumlah biloks atom O dan atom H dalam OH- = -1
5. Biloks unsur-unsur golongan IA dalam senyawa adalah +1, sedangkan biloks unsur-unsur golongan IIA dalam senyawa adalah +2
Biloks K dalam KCl, KNO3, dan K2SO4 = +1. Mg dalam MgSO4 dan Ca dalam CaSO4 = +2
6. Biloks unsur-unsur golongan VIIA dalam senyawa biner logam adalah -1
Biloks Cl dalam NaCl, MgCl2, FeCl3 = -1
7. Biloks hidrogen dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam hidrida logam hidrogen mempunyai biloks -1
Biloks H dalam H2O, NH3 dan HCl = +1. Biloks H dalam NaH dan CaH2 = -1
8. Biloks oksigen dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam peroksida (biloks oksigen = -1) dan dalam senyawa biner dengan flour (biloks oksigen = +2)
Biloks O dalam H2O = -2. Biloks O dalam OF2 = +2 Bilok O dalam peroksida, contoh H2O2 dan BaO2 = -1
Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Setelah pulang sekolah Andre mengamati perkaratan pada pagar rumahnya, Ia pun lansung teringat pada pelajaran kimia yang baru saja Ia pelajari, yaitu reaksi redoks. Ternyata reaksi perkaratan pada logam besi yang terjadi pada pagar rumahnya adalah reaksi redoks.
Sedangkan Nina pada saat mencuci pakaiannya, seperti biasa untuk pakaian putih Ia menggunakan zat pemutih pakaian, sebelum menuangkan zat pemutih tersebut Ia sempat membaca tulisan yang tertera pada botol zat pemutih tersebut, mengandung NaClO, ternyata reaksi antara NaClO dengan air merupakan reaksi redoks, sehingga dapat melarutkan noda pada pakaian, bahkan warna pakaian.
Sementara itu Sarah, ketika pulang sekolah melihat ayahnya sedang memperbaiki mobilnya, ternyata akumulator mobil tersebut sudah kurang sentrum, sehingga perlu dilakukan penyentruman. Ternyata reaksi pada penyentruman dan listrik yang dihasilkan oleh akumulator juga merupakan reaksi redoks.
Dari penelusuran ketiga sahabat tersebut, ternyata reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, jadi mempelajari reaksi redoks sangat penting dan mengasyikkan.
EDUKOMIK
REAKSI REDOKS
0
MODUL REAKSI REDOKS
UNTUK SMA KELAS X
DITULIS OLEH
ZULKIFLI
Lampiran 17. 132
1
Modul reaksi redoks berisi topik-topik sebagai berikut:
1. Konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan atom oksigen,
perpindahan elektron, dan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
2. Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3. Tata nama menurut IUPAC.
4. Aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah
lingkungan.
Setelah mempelajari konsep ini diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen,
perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
2. Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3. Membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta menentukan oksidator dan
reduktor dalam reaksi redoks.
4. Meberi nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidsasi.
5. Mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan
masalah lingkungan.
Selamat Belajar
Anda tentu pernah membelah atau mengiris buah apel, sesaat setelah diiris daging
buah apel tersebut berwarna putih bersih, namun setelah dibiarkan beberapa saat daging
buah apel tersebut warnanya berubah menjadi kecoklatan, perubahan tersebut
menunjukkan adanya reaksi kimia yang terjadi, reaksi tersebut adalah reaksi oksidasi dan
reduksi atau biasa disebut reaksi redoks.Umumnya energi yang diperoleh oleh makhluk
hidup di dunia ini bersal hasil reaksi redoks. Untuk itu mempelari reaksi redoks sangat
penting! Mari kita bahas satu persatu:
1. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Dari asal katanya oksidasi berasal dari gas oksigen, salah satu sifat oksigen adalah
memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan berbagai unsur membentuk oksida. Pada
awalnya osidasi diartikan sebagai peristiwa bereaksinya suatu zat dengan oksigen.
Menurut konsep tersebut, suatu zat dikatakan mengalami oksidasi jika bereaksi dengan
oksigen. Berikut contoh reaksi oksidasi berdasarkan konsep ini:
2
4Fe + 3O2 → 2Fe2O3 dan 2Mn + O2 → 2MnO.
Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa oksidasi adalah
penambahan atom oksigen, sedangkan reduksi adalah pengurangan atom oksigen,
contohnya pada oksida logam jika dipanaskan akan melepaskan oksigen menurut
reaksi: 2HgO → 2Hg + O2.
2. Pengertian Reaksi Redioks Berdasarkan Konsep Perpindahan Elektron
Perkembangan ilmu kimia memperlihatkan banyak reaksi yang terjadi tampa
memlibatkan oksigen. Misalnya tembaga (Cu) tidak hanya dapat bereaksi dengan O2
tetapi juga dapat bereaksi dengan Cl2 seperti reaksi berikut:
2Cu + O2 → 2CuO
Cu + Cl2 → CuCl2
Dari kedua reaksi tersebut di atas terlihat bahwa reaksi antara Cu dengan O2 serta
reaksi antara Cu dengan Cl2 memiliki persamaan, yaitu molekul O2 atau Cl2 menerima
elektron yang berasal dari Cu, atau dengan kata lain Cu melepaskan elektronnya pada
O2 dan Cl2. Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa oksidasi adalah pelepasan
elektron sedangkan reduksi adalah penerimaan elektron, berikut beberapa contoh
reaksinya:
2Cu → 2Cu2+ + 4e (oksidasi)
O2 + 4e → 2O2- (resuksi)
2Cu + O2 → 2CuO (redoks)
Cu → Cu2+ + 2e (oksidasi)
Cl2 + 2e → 2Cl- (reduksi)
Cu + Cl2 → CuCl2 (redoks)
3. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Perubahan Bilangan Oksidasi
Pengertian redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi yaitu reaksi oksidasi
adalah unsur yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi andalah
unusur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi.
a. Pengertian Bilangan Oksidasi
Seperti telah disebutkan, pada awalnya oksidasi diartikan sebagai reaksi antara
suatu zat dengan oksigen (O2). Berdasarkan hal tersebut, reaksi pembakaran karbon
3
berikut merupakan reaksi oksidasi: C + O2 → CO2, namun menurut teori ikatan
kimai, senyawa CO2 bukanlah senyawa ionik melainkan senyawa kovalen, sehingga
tidak cocok pada konsep reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron.
Untuk menjelaskan masalah tersebut, ahli kimia mengemukakan konsep redoks
berdasarkan bilangan oksidasi (biloks), setiap atom memiliki muatan yang disebut
biloks, yaitu angka yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau
diterima oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Biloks diberi tanda positif jika atom
melepaskan elekttron dan bermuatan negatif jika menerima elektron.
b. Cara Menentukan Bialangan Oksidasi
Bilangan oksidasi unsur bebas maupun dalam senyawanya dapat ditentukan
dengan beberapa aturan berikut:
Aturan Contoh 1. Biloks unsur bebas adalah 0. Biloks atom-atom Ne, H2, O2, Cl2, P4, S8,
C, Cu, Fe, dan Na adalah 0. 2. Biloks ion monoatom sama dengan muatan
ionnya Biloks Na+ = +1, Mg2+ = +2, S-2 = -2
3. Jumlah biloks untuk semua atom adalah 0 Cu dan O dalam CuO = 0 4. Jumlah biloks atom-atom pembentuk ion
poliatom sama dengan muatan ion poliatom tersebut
Jumlah biloks atom O dan atom H dalam OH- = -1
5. Biloks unsur-unsur golongan IA dalam senyawa adalah +1, sedangkan biloks unsur-unsur golongan IIA dalam senyawa adalah +2
Biloks K dalam KCl, KNO3, dan K2SO4 = +1. Mg dalam MgSO4 dan Ca dalam CaSO4 = +2
6. Biloks unsur-unsur golongan VIIA dalam senyawa biner logam adalah -1
Biloks Cl dalam NaCl, MgCl2, FeCl3 = -1
7. Biloks hidrogen dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam hidrida logam hidrogen mempunyai biloks -1
Biloks H dalam H2O, NH3 dan HCl = +1. Biloks H dalam NaH dan CaH2 = -1
8. Biloks oksigen dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam peroksida (biloks oksigen = -1) dan dalam senyawa biner dengan flour (biloks oksigen = +2)
Biloks O dalam H2O = -2. Biloks O dalam OF2 = +2 Bilok O dalam peroksida, contoh H2O2 dan BaO2 = -1
4
Contoh Soal Penentuan Bilangan Oksidasi
Tentukanlah biloks masing-masing unsur dalam senyawa berikut:
1) NaCl
2) HNO3
3) KClO4
Jawaban:
a) NaCl ; bl Na = +1
bl Cl = -1
b) HNO3 ; (bl H) + (bl N) + (3 x bl O) = 0
+1 + (bl N) + (3 x (-2)) = 0
bl N = +6 – 1 = +5
c) KClO4 ; (bl K) + (bl Cl) + (4 x bl O) = 0
+1 + (bl Cl) + (4 x (-2)) = 0
bl Cl = +8 – 1 = +7
Latihan Soal
1. Tentukanlah biloks tiap unsur dalam senyawa Cr2O7-2
2. Tentukan reaksi-reaksi berikut, termasuk oksidasi atau reduksi:
a) KNO2 → KNO3
b) KMnO4 → Mn2+
c. Cara Menentukan Reaksi Redoks atau bukan, Redutor dan Oksidator, serta reaksi
autoredoks
1. Reaksi Redoks atau Bukan Redoks
Suatu reaksi disebut redoks, jika pada reaksi tersebut terdapat zat yang
mengalami reduksi dan zat yang mengalami oksidasi. Jadi jika dalam suatu raksi
terdapat unsur yang mengalami kenaikan biloks dan penurunan biloks maka reaksi
tersebut termasuk reaksi redoks.
2. Reduktor dan Oksidator
Dalam sauatu reaksi redoks ada yang disebut dengan reduktor dan oksidator. Zat
yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi dan zat itu sendiri mengalami
reduksi disebut oksidator, sedangkan zat yang menyebabkan zat lain mengalami
reduksi sedangkan zat itu sendiri mengalami oksidasi disebut reduktor. Jadi
5
oksidator akan menerima elektron dan bilangan oksidasinya berkurang, sedangkan
reduktor akan melepaskan elektron dan bilangan oksidasinya bertambah.
3. Reaksi autoredoks
Pada beberapa reaksi redoks kadang terdapat zat-zat yang bertindak sebagai
oksidator dan reduktor merupakan zat yang sama, reaksi redoks tersebut disebut
reaksi autoredoks. Perhatikan contoh berikut:
Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O
Pada reaksi tersebut terlihat Cl2 merupakan oksidator sekaligus reduktor.
Untuk lebih mamahami ketiga penjelasan di atas perhatikan contoh soal dan
kerjakan latihan soal berikut:
Contoh Soal
Tentukanlah reaksi berikut redoks, autoredoks atau bukan, jika redoks/autoredoks
tentukanlah oksidator dan reduktornya:
a. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
b. SnCl2 + I2 → SnCl4 + 2HI
c. CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O
d. 2TiCl3 → TiCl4 + TiCl2
Jawaban:
a) 2Ag + Cl2 → 2AgCl
reaksi tersebut reaksi redoks
oksidatornya Cl2; reduktornya Ag
b) SnCl2 + I2 → SnCl4 + 2HI
reaksi tersebut reaksi redoks → oksidatornya I2; reduktornya SnCl2
0 +1 0 -1
oksidasi reduksi
oksidasi reduksi
+2 +4 0 -1
0
+1
-1
oksidasi
reduksi
6
c) CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O
reaksi tersebut bukan reaksi redoks
d) 2TiCl3 → TiCl4 + TiCl2
Reaksi tersebut reaksi autoredoks, dengan Ti sebagai oksidator sekaligus
reduktornya.
Latihan Soal
Periksalah apakah reaksi berikut tergolong reaksi redoks, autoredoks atau bukan?
Jika redoks/autoredoks, tentukan oksidator dan reduktornya:
a) CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + CO2 + H2O
b) H2S + 2H2O + 3Cl2 → SO2 + 6HCl
c) CuO2 + 2HCl → Cu + CuCl2 + H2O
4. Menentukan Nama Senyawa Berdasarkan Biloks
Pada bab tata nama telah dibahas cara pemberian nama berdasarkan muatannya.
Muatan suatu unsur disebut juga biloks. Beberapa atom memiliki biloks lebih dari
satu, perhatikan tabel berikut:
Unsur Biloks Fe +2, +3 Pb +2, +4 Cu +1, +2 Cr +3, +6 Mn +2, +4, +6, +7 Sn +2, +4
Bagaimana cara pemberian nama senyawa yang mengandung unsur unsur
tersebut? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan konsep reaksi
redoks.
Bukan redoks
+2 +2
+3 +2 +4 oksidasi
Reduksi
7
a) Penamaan Senyawa Ion Biner Unsur Logamnya Berbiloks Lebih Dari Satu
Penamaan senyawa yang mengandung unsur logam berbiloks lebih dari satu
didasarkan pada sistem stock. Berikut langkah-langkahnya:
1) Masukkan angka romawi sesuai dengan biloks logam dalam tanda kurung
dibelakang nama logam
2) Kemudian masukkan nama unsur nonlogam
3) Ditambah akhiran ida...
Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Unsur Jenis Kation Biloks Jenis
Anion Biloks Rumus Kimia Nama Senyawa
Fe Fe2+ +2
Cl- -1 FeCl2 Besi (II) klorida
Fe3+ +3 -1 FeCl3 Besi (III) klorida
Pb Pb2+ +2
O2- -2 PbO Timbel (II) oksida Pb4+ +4 -2 PbO2 Timbel (IV) oksida
Cu Cu+ +1
SO42-
-2 Cu2SO4 Tembaga (I) sulfat Cu2+ +2 -2 CuSO4 Tembaga (II) sulfat
b) Penamaan Senyawa Ion Poliatomik Berdasarkan Sistem Stock
Umumnya senyawa ion poliatom terseusun atas logam yang berbiloks satu dan
ion poliatom yang salah satu unsurnya lebih dari satu, penamaan senyawa seperti
tersebut juga didasarkan pada sistem stock dengan cara memasukkan angka Romawi
yang sesuai dengan biloks unsur dalam tanda kurung dibelakang nama ianion
poliatom. Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Senyawa Jenis ion Biloks Nama
Nama biasa Nama sistem stock
KClO K+ +1
Kalium hipoklorit Kalium klorat (I) ClO- +1 (Cl)
KClO3 K+ +1
Kalium klorat Kalium klorat (V) ClO3
- +5 (Cl)
Contoh Soal
Tentukan nama senyawa berikut:
1. K2CrO4
2. K2CrO7
8
Jawaban:
1. K2CrO4 : Biloks Cr = +6
nama senyawanya kalium kromat (VI)
2. K2Cr2O7 : Biloks Cr = +6
Nama senyawanya kalium dikromat (VI)
Latihan Soal:
1. Tentukanlah nama dari senyawa berikut:
a. Cu2O
b. SnO2
c. MnBr3
2. Tentukanlah rumus kimia dari senyawa berikut:
a. Tembaga (II) sulfida
b. Kobal (II) florida
4. Reaksi Redoks di Sekitar Kita
Sangat banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan reaksi
redoks, misalnya besi berkarat, noda pakaian yang dibersihkan dengan menggunakan
zat pemutih, dan penyetruman akumulator. Selain itu reaksi redoks juga dimanfaatkan
dalam beberapa kegiatan industry, seperti ekstraksi dan pemurnian logam serta daur
ulang perak.
a. Reaksi Redoks Pada Perkaratan Logam Besi
Anda tentu pernah melihat benda-benda yang terbuat dari besi berkarat, contohnya
pagar ramah anda, pipa besi, dan badan mobil. Apakah yang menyebabkan benda-
benda tersebut berkarat? Kebanyakan logam bersifat mudah teroksidasi oleh oksigen
dari udara. Peristiwa tersebut disebut korosi atau pengaratan. Pengaratan tersebut
dapat terjadi jika ada air dan oksigen.
Ketika air yang mengandung sedikit oksigen bercampur dengan logam besi, besi
akan mengalami oksidasi. Elektron pada besi berpindah ke molekul oksigen,
kemudian ion oksigen yang bermuatan negatif akan masuk ke permukaan besi.
Reaksi besi dengan oksigen akan menghasilkan besi oksida sehingga besi menjadi
keropos. Berikut reaksinya: 4Fe + 3O2 + 6H2O → 2Fe2O3. 3H2O. Pada reaksi
tersebut, biloks Fe sebagai pereaksi adalah 0, sedangkan biloks Fe pada Fe2O3.3H2O
9
adalah +3. Berarti, Fe mengalami oksidasi karena biloksnya bertambah. Adapun
biloks O pada O2 adalah 0, sedangkan biloks O pada Fe2O3 adalah -2, berarti otom O
mengalami reduksi.
b. Reaksi Redoks Pada Pemutih Pakaian
Pemutih pakaian sudah tentu menggunakan zat pemutih. Jenis zat pemutih yang
banyak digunakan dalam produk-produk pemutih pakaian adalah natrium hipoklorit
(NaOCl). Noda pada pakian putih akan hilang setelah direndam dalam air yang
mengandung NaOCl.
Jika dilarutkan dalam air, NaOCl akan terurai menjadi Na+ dan OCl-. Ion OCl- akan
tereduksi menjadi ion klorin dan ion hidroksida. Berikut reaksinya:
OCl- + 2e + HOH → Cl- + 2OH-
Biloks Cl dalam OCl- adalah +1, sedangkan biloks Cl- adalah -1. Berarti Cl
mengalami reduksi atau bertindak sebagai oksidator. Sifat oksidator inilah yang
menyebabkan NaOCl dapat mengoksidasi noda pada kain.
c. Reaksi Redoks Pada Penyetruman Akumulator
Suatu akumulator mengandung larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Akumulator
tersusun atas kutub negatif dan kutub positif, kutub negatif terbuat dari logam timbel
(Pb), sedangkan kutub positifnya terbuat dari timbel (IV) oksida (PbO2). Di kutub
negatif terjadi reaksi oksidasi sedangkan di kutub positif terjadi reaksi reduksi,
perhatikan tabel berikut:
Kutub Reaksi Negatif Pb + SO4
2- → PbSO4 + 2ě Positif PbO2 + 4H+ + SO4
2- + 2ě → PbSO4 + 2H2O Reaksi keseluruhan Pb + SO4
2- + PbO2 + 4H+ → 2PbSO4 + 2H2O
Reaksi keseluruhan pada tabel di atas merupakan reaksi akumulator menghasilkan
listrik, sedangkan untuk reaksi penyentruman akumulator adalah kebalikannya, yaitu
sebagai berikut: 2PbSO4 + 2H2O → Pb + SO42- + PbO2 + 4H+
d. Reaksi Redoks Pada Ekstraksi Logam
Proses peleburan logam disebut juga ekstraksi karena pada proses tersebut logam
dari diekstraksi dari bijihnya. Logam dapat diekstraksi dari bijihnya dengan cara
10
mereduksi bijih logam dengan menggunakan reduktor. Berikut contoh reaksi
peleburan bijih besi menjadi logam besi yang dikenal dengan nama reaksi termit:
Fe2O3 + 2Al → 2Fe + Al2O3
Pada reaksi tersebut, biloks Fe berkurang (dari +2 menjadi 0) sehingga Fe2O3
bertindak sebagai oksidator atau mengalami reduksi. Adapun biloks Al bertambah
(dari 0 menjadi +3) sehingga Al bertindak sebagai sebagai reduktor atau mengalami
oksidasi.
e. Reaksi Redoks Pada Daur Ulang Perak
Logam perak banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti perkakas, kerajinan,
dan perhiasan. Perak juga merupakan salah satu bahan kimia yang sering digunakan
dalam laboratorium kimia. Untuk alasan ekonomi dan lingkungan, banyak industri
dan laboratorium kimia yang melakukan daur ulang perak. Dengan mendaur ulang
perak, maka biaya dapat dihemat sekaligus menjaga lingkungan dari limbah perak.
Proses daur ulang perak melibatkan reaksi redok sebagai berikut: Cu + 2Ag+ → Cu2+
+ 2Ag, perak didaur ulang dengan cara menambahkan logam Cu sebagai oksidator
sehingga Ag+ akan tereduksi menjadi logam Ag.
f. Reaksi Redoks Pada Fuel Cell
Fuel cell bekerja berdasarkan prinsip reaksi redoks antara H2 dan O2, pereaksi yang
berlebih dapat di daur ulang sehingga memperoduksi air bersih. Berikut reaksi
redoks pada fuel cell:
2H2 + 4H+ → 4e
4H+ + 4e + O2 → 2H2O
2H2 + O2 → 2H2O
Latihan Soal:
Buatlah reaksi redoks pada pengaratan logam besi, pemutih pakaian, penyentruman
akumulator, ekstraksi logam, daur ulang perak, dan pada fuel cell, tentukan unsur
yang mengalami oksidasi dan reduksi, serta oksidator dan reduktornya!
114
Uji Homogenitas Data Pretes Dan Postes
Uji homogenitas menggunakan rumus Fisher, sebagai berikut:
F =
F = homogenitas
S2 = Varian
1. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
S dari kelas eksprimen = 7,99, sehingga Varian (S2) kelas eksprimen = 63,8401
S dari kelas kontrol = 7,16, sehingga Varian (S2) kelas kontrol = 51,2656
F = 63,840151,2656
= 1,2452
db = n – 1
db1 = 38 – 1 = 37
db2 = 38 – 1 = 37
Ftab = 1,78
Karena Fhit < Ftab (1,2452 < 1,78) maka H0 diterima dengan kata lain kedua data
tersebut bersifat homogen
2. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
S dari kelas eksprimen = 13,06, sehingga Varian (S2) kelas eksprimen =
170,5636
S dari kelas kontrol = 10,59, sehingga Varian (S2) kelas kontrol = 112,1481
F = 170,5636112,1481
= 1,5208
db = n – 1
db1 = 38 – 1 = 37
db2 = 38 – 1 = 37
Ftab = 1,78
Karena Fhit < Ftab (1,5208 < 1,78) maka H0 diterima dengan kata lain kedua data
Tersebut bersifat homogen.
Lampiran 14.
115
Uji Hipotesis Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
dengan
Keterangan:
X = Rata-rata hasil pretes kelas eksprimen = 16,26
X2 = Rata-rata hasil pretes kelas kontrol = 15,13
n1 = Jumlah siswa kelas eksprimen = 38
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol = 38
S12 = Varians pretes kelas eksprimen = 63,8401
S22 = Varians pretes kelas kontrol = 51,2656
S = (38 1).(63,8401) (38 1).(51,2656)(38 38) 2
= 4258,910974
= √57, 55285
= 7,5863
t = 16,26 15,13
7,5863 138 1
38
= 1,131,7404
= 0,6492
dk = (n1 + n2) – 2 = (38 + 38) – 2 = 67
ttab = 2,0000
thit < ttab (0,6492 < 2,0000), maka H0 diterima dan Ha ditolak,
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan.
t =
S = ( ) ( )
( )
Lampiran 15.
116
Uji Hipotesis Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
dengan
Keterangan:
X = Rata-rata hasil postes kelas eksprimen = 73,68
X2 = Rata-rata hasil postes kelas kontrol = 62,31
n1 = Jumlah siswa kelas eksprimen = 38
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol = 38
S12 = Varians postes kelas eksprimen = 170,5636
S22 = Varians postes kelas kontrol = 112,1481
S = (38 1).(170,5636) (38 1).(112,1481)(38 38) 2
= 10460,332974
= √141,35585
= 11,8893
t = 73,68 – 62,31
11,8893 138 1
38
= 11,372,7276
= 4,1685
dk = (n1 + n2) – 2 = (38 + 38) – 2 = 67
ttab = 2,0000
thit > ttab (4,6492 > 2,0000), maka H0 ditolak dan Ha diterima,
dengan kata lain terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan.
t =
S = ( ) ( )
( )
Lampiran 16.
1
UJI REFERENSI
Nama : Zulkifli
NIM : 105016200567
Judul Skripsi : “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Konsep Reaksi Redoks”.
Pembimbing I : Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd.
Pembimbing II : Munasprianto Ramli, M.A.
No Referensi Paraf Pembimbing
I II
BAB I PENDAHULUAN
1 Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang
Ilmu Pengetahuan Alam, dalam
http://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGEN
ALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.htm diakses 16
Januari 2009.
2 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota
Tangerang, 2006, h. 7.
3 Wikipidia Indonesia, Karakteristik Ilmu Kimia, dalam
http://aliciacomputer.wordpress.com/ diakses 16 Januari
2009.
4 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media
Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55-56.
5 Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X,
(Bandung: Quadra, 2007), h. 228 – 232.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS
1 Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia,
(Bandung: JICA IMSTEP, 2000), h. 8.
2 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah
2
Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 2.
3 Ibid. h. 3.
4 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 161.
5 Yudhi Munadi, op.cit. h. 6.
6 Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6.
7 Ibid.
8 Ibid. h. 7.
9 Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran”
Jurnal Teknodik No. 13 Tahun VII, Desember 2003, h.
77.
10 Dewi Salma Prawira Dilaga, Prinsip Desain
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media
Group, 2007), h. 64.
11 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1994), h. 12.
12 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 165.
13 I Wayan Santyasa, “Landasan Konseptual Media
Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop
Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri
Banjar Angkan, (Fakutas MIPA Universitas Pendidikan
Ganesha, 2007) h. 5 – 6.
14 Cepi Riyana, “Peran Teknologi dalam Pembelajaran”,
http://www.cepiriyana.com, diakses 27 Desember 2009,
h. 8.
15 Yudhi Munadi, op.cit. h. 58 – 184.
16 Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media
Komunikasi Visual Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol.
7, No. 1, Januari 2005, h. 51.
17 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta
Pamungkas, 1997), h. 54.
3
18 I Wayan Santyasa, op.cit. h. 14.
19 Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
20 Ensiklopedi Nasional Indonesia, op.cit. h. 55 – 56.
21 Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik, (Jakarta:
Kreatif Media, 2007), h. 12.
22 M. Tatalovic, “Science comics as tools for science
education and communication: a brief, exploratory
study”, Journal of Science Communication,
International School for Advanced Studies, 2009, h. 9.
23 Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, (Bandung:
Dar! Mizan, 2010).
24 Toni Masdiono, op.cit. h. 13.
25 M. Tatalovic, loc.cit.
26 Marcell Bonneff, Komik Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2008), h. 104 – 130.
27 Ibid. h. 65 – 67.
28 Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
29 Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan
Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain
Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6.
dalam
http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_pe
serta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
30 Yudhi Munadi, op.cit. h. 100.
31 Gane Yang, Strengths of Comics in Education, dalam
http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html,
diakses 5 Desember 2009.
32 Charles Thacker, How to Use Comic Life in the
Classroom, h. 7. Dalam
http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april
2010.
33 Ibid.
4
34 Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52.
35 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media
Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55.
36 Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul,
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5.
37 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43.
38 Yudhi Munadi, op.cit. h. 98.
39 E. Mulyasa, op.cit. h. 46.
40 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 8.
41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri
dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 76.
42 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
h. 2.
43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar, 2002), h. 793.
44 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91.
45 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta:
Erlangga, 1989), h. 24.
46 Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100.
47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 22.
48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 92.
49 Nana Sudjana, loc.cit.
5
50 Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 14 – 15.
51 Ibid. h. 15 – 17.
52 Ibid. h. 15.
53 Ibid. h. 19 – 20.
54 Ibid. h. 20.
55 Nana Sudjana, op.cit. h. 30.
56 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24.
57 Ibid. h. 24 – 25.
58 Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25.
59 Ibid. h. 27 – 29.
60 Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89.
61 Yudi Munadi, op.cit. h. 26.
62 Slameto, op.cit. h. 56.
63 Ibid. h. 57.
64 Yudi Munadi, op.cit. h. 27.
65 Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39.
66 Yudi Munadi, op.cit. h. 29.
67 Ibid. h. 30 – 31.
68 Ibid. h. 31.
69 Ibid. h. 31 – 32.
70 Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107.
71 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132.
72 Ibid. h. 32 – 33.
73 Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar
I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19.
74 Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi
keenam, (Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984), h.
2.
6
75 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti
Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 10.
76 James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid
1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 2.
77 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota
Tangerang, 2006, h. 5 – 8.
78 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
op.cit. h. 133 – 134.
79 Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern Edisi ke Empat-Jilid 3, (Jakarta: Erlangga,
1987), h. 1 – 2.
80 Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X,
(Bandung: Quadra, 2007), h. 215.
81 Ibid. h. 217.
82 Ibid.
83 Ibid. h. 222 – 223.
84 David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern
Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 163
– 164.
85 Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for
teaching biotechnology in primary schools”, Electronic
Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August
15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h.
88.
86 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using
comics and graphic novels in school and libraries to
promote literacies”, h. 127. dalam
http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1
1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
87 Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational
Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in
Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”,
7
Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913.
88 Syaiful Hadi, op. cit. h. 30.
89 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik
Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”,
Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta:
Ciputat Press, 2006), h. 62.
2 Ibid. h. 70.
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 36.
4 Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 106.
5 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 105.
6 Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 103.
7 Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 104.
8 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005),
h. 466.
9 Ibid. h. 249.
10 Ibid. h. 239.
11 Ibid. h. 243.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan
Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain
Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 30.
dalam
http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_pe
serta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
8
2 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik
Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”,
Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.
3 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using
comics and graphic novels in school and libraries to
promote literacies”, h. 127. dalam
http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1
1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Munasprianto Ramli, M.A.
NIP: 19650115 198703 1020 NIP: 19791029 200604 1001
RIWAYAT HIDUP
Zulkifli. Anak ke empat dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Ismail
Mahmuddin dan Hasrah Mukti. Lahir di desa Bente pada tangga 5 Februari 1986.
Memulai pendidikan di MI Tarbiyah Islamiyah Bente Berkat Kecamatan Mandah
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, lulus tahun 1998. Melanjutkan sekolah di
MTs Annahdatul Muhibbah Bente Berkat, masih di desa yang sama, lulus tahun
2001. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Madrasah Tarbiyah
Islamiyah Candung, Sumbar. Tetapi tidak tamat. Pada tahun 2002 melanjutkan
kembali di Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Pekanbaru Riau, lulus tahun 2005.
Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Jurusan Pendidikan IPA
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Email: [email protected] dan [email protected]