PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

21
PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (Studi Kasus Karyawan Bagian Keuangan Universitas Brawijaya Malang) 1 Rahayu Wilujeng [email protected] University of Brawijaya 2 Nurlita Novianti [email protected] University of Brawijaya ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Sampel penelitian ini adalah karyawan bagian keuangan di Universitas Brawijaya Malang. Terdapat 94 data berhasil dikumpulkan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis, perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan, dan love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Love of money juga berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Implikasi dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam dunia kerja untuk menghindari dari perilaku tidak etis terutama tindakan kecenderungan kecurangan. Kata Kunci: Love of money, Perilaku Tidak Etis, Kecenderungan Kecurangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang merupakan hal yang sangat didambakan oleh banyak orang. Dengan uang, seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang juga bisa digunakan untuk mendongkrak status sosial di masyarakat. Hal tersebut telah merubah pola pikir seseorang terhadap uang, sehingga akan menimbulkan kecintaan terhadap uang. Menurut Mulyani (2015) kecintaan terhadap uang adalah sebagai perilaku individu, keinginan dan inspirasi terhadap uang, serta pengertian individu terhadap uang. Dengan adanya kecintaan individu terhadap uang akan membuat mereka lupa akan moral serta nilai etika yang dimilikinya. Perilaku love of money merupakan pemicu berbagai krisis etika karena: 1) uang merupakan alat utama untuk memotivasi karyawan; 2) uang merupakan ukuran yang paling mudah untuk menilai kinerja perusahaan; 3) uang merupakan ukuran kesejahteraan bagi sebagian besar pegawai (Singhapakdi dkk, 2013).Tang dan Chiu (2003) menyatakan bahwa orang-orang dengan orientasi love of money yang tinggi memiliki kepuasaan yang rendah terhadap gaji, sebab konsep love ofmoney sangat terkait dengan konsep ketamakan dan akar dari kejahatan. Oleh sebab itu, love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis (Tang dan Chiu, 2003). Kecintaan terhadap uang tanpa disadari secara tidak langsung membentuk sifat manusia yang semakin egois, tidak peka sosial, dan semakin rendahnya nilai etika yang dimiliki. Sementara itu etika diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain guna tercapainya ketentraman dalam bermasyarakat. Etika dianggap penting dalam berhubungan dengan masyarakat karena etika dapat mengendalikan adanya perilaku yang menyimpang. Dalam dunia kerja,perilaku

Transcript of PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Page 1: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP

KECENDERUNGAN KECURANGAN

(Studi Kasus Karyawan Bagian Keuangan Universitas Brawijaya Malang)

1Rahayu Wilujeng

[email protected]

University of Brawijaya

2Nurlita Novianti

[email protected]

University of Brawijaya

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money dan

perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Sampel penelitian ini adalah

karyawan bagian keuangan di Universitas Brawijaya Malang. Terdapat 94 data berhasil

dikumpulkan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner. Pengujian hipotesis

penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS 3. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis, perilaku

tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan, dan love of money

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Love of money juga berpengaruh

positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Implikasi dari

penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam dunia kerja untuk menghindari dari perilaku

tidak etis terutama tindakan kecenderungan kecurangan.

Kata Kunci: Love of money, Perilaku Tidak Etis, Kecenderungan Kecurangan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uang merupakan hal yang sangat didambakan oleh banyak orang. Dengan uang, seseorang

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang juga bisa digunakan untuk mendongkrak status

sosial di masyarakat. Hal tersebut telah merubah pola pikir seseorang terhadap uang,

sehingga akan menimbulkan kecintaan terhadap uang. Menurut Mulyani (2015) kecintaan

terhadap uang adalah sebagai perilaku individu, keinginan dan inspirasi terhadap uang, serta

pengertian individu terhadap uang. Dengan adanya kecintaan individu terhadap uang akan

membuat mereka lupa akan moral serta nilai etika yang dimilikinya.

Perilaku love of money merupakan pemicu berbagai krisis etika karena: 1) uang merupakan

alat utama untuk memotivasi karyawan; 2) uang merupakan ukuran yang paling mudah untuk

menilai kinerja perusahaan; 3) uang merupakan ukuran kesejahteraan bagi sebagian besar

pegawai (Singhapakdi dkk, 2013).Tang dan Chiu (2003) menyatakan bahwa orang-orang

dengan orientasi love of money yang tinggi memiliki kepuasaan yang rendah terhadap gaji,

sebab konsep love ofmoney sangat terkait dengan konsep ketamakan dan akar dari kejahatan.

Oleh sebab itu, love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis (Tang dan

Chiu, 2003).

Kecintaan terhadap uang tanpa disadari secara tidak langsung membentuk sifat manusia yang

semakin egois, tidak peka sosial, dan semakin rendahnya nilai etika yang dimiliki. Sementara

itu etika diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain guna tercapainya ketentraman

dalam bermasyarakat. Etika dianggap penting dalam berhubungan dengan masyarakat karena

etika dapat mengendalikan adanya perilaku yang menyimpang. Dalam dunia kerja,perilaku

Page 2: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

yang menyimpang akan menimbulkan adanya perilaku tidak etis. Salah satu bentuk perilaku

tidak etis dalam dunia kerja yang sering menjadi isu akhir-akhir ini adalah korupsi. Korupsi

merupakan salah satu jenis kecenderungan kecurangan atau fraud.

Hal tersebut senada dengan apa yang dicatat oleh ICW perihal penindakan kasus korupsi

semester I tahun 2018. Pada semester I tahun 2018, penegakhukum melakukan penindakan

terhadap 139 kasus korupsi dengan 351 orang ditetapkansebagai tersangka (Kompas.com,

2018). Nilai kerugian negara yang ditimbulkan akibat perbuatan korupsi yaitu sebesar Rp1,09

triliun dan nilai suap sebesar Rp42,1 miliar (Kompas.com, 2018). Jumlah penindakan kasus

korupsi tersebut turun dibandingkan semester I tahun 2016 sebanyak 210 kasus dan semester

I tahun 2017 sebanyak 266 kasus (Kompas.com, 2018). Namun berdasarkan rata-rata jumlah

kerugian negara per kasus, penindakan kasus korupsi selama semester I tahun

2018mengalami peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Temuan ICW lainnya,

penyalahgunaan anggaran menjadi modus korupsi terbanyak yakni 39 kasus dengan kerugian

mencapai Rp 86,5 miliar (Kompas.com, 2018). Sementara itu penyalahgunaan wewenang

menjadi modus korupsi dengan kerugian tertinggi yakni Rp 569 miliar meski hanya terjadi

dalam empat kasus korupsi (Kompas.com, 2018).

Potensi tindak pidana korupsi tidak hanya terjadi di lingkungan kerja tapi bisa terjadi di

lingkungan perguruan tinggi. Hasil kajian Polling Center yang diungkap ICW mengungkap

bahwa universitas masuk dalam salah satu dari 10 kategori lembaga yang rawan korupsi

(Hukumonline.com, 2017). Kampus menempati ranking 7 dengan nilai 9 persen. Angka ini

berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 2.335 orang pada 34 provinsi di Indonesia

pada 2017 (Hukumonline.com, 2017). Menurut KPK, korupsi di dunia pendidikan rentan

terjadi pada pengadaan barang dan jasa, anggaran internal, penjualan aset perguruan tinggi

yang hasilnya tidak masuk ke kampus, korupsi dalam pembagian beasiswa, juga praktik

pungutan liar (Hukumonline.com, 2017).

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan menjadikan karyawan bagian keuangan

sebagai sampel dalam penelitian ini. Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada salah satu

pertimbangan yaitu karyawan bagian keuangan sangat mengetahui arus masuk dan arus

keluar kas yang terdapat dalam anggaran kampus. Hal tersebut akan memicu bagaimana

karyawan menyikapi adanya perilaku tidak etis yang dapat menyebabkan fraud.

Terjadinya fraud juga tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu

faktor yang mempengaruhi fraud adalah perilaku tidak etis. Menurut penelitian yang

dilakukan Wilopo (2009) yang menunjukkan bahwa perilaku tidak etis memberikan pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan.

Semakin rendah perilaku tidak etis dari manajemen pada perusahaan publik dan BUMN di

Indonesia, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansinya.

Peneliti juga akan menambahkan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya

kecenderungan kecurangan yaitu love of money. Love of money adalah sikap cinta terhadap

uang yang berlebihan. Menurut Sardzoska dan Tang (2011) love of money adalah akar dari

semua kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer yang mempunyailove of

money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi. Sardzoska dan Tang (2011)

juga menambahkan bahwa love of money dapat menjadi salah satu faktor mengapa seseorang

melakukan fraud (kecenderungan kecurangan).

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan kecenderungan kecurangan sebagai

variabel dependen serta love of money dan perilaku tidak etis sebagai variabel independen.

Peneliti juga akan menambahkan variabel mediasi yaitu perilaku tidak etis. Variabel-variabel

tersebut untuk menjelaskan bagaimana perilaku tidak etis maupun love of money akan

mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan. Peneliti juga akan mengaitkan pengaruh

love of money terhadap perilaku tidak etis sebagai variabel mediasi yang akan mempengaruhi

terjadinya kecenderungan kecurangan.

Page 3: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Mengacu pada fenomena yang terjadi dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruhlove of

money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Selain itu peneliti ingin

mengetahui bagaimana persepsi setiap karyawan terhadap sikap love of money, sebab love of

money akan mempengaruhi terjadinya perilaku tidak etis maupun kecenderungan kecurangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah love of money berpengaruh terhadap

perilaku tidak etis?; (2) Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan?; (3) Apakah love of money berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan?;

(4) Apakah love of money berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku

tidak etis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh sikap love of money terhadap perilaku

tidak etis.

2. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh sikap perilaku tidak etis terhadap

kecenderungan kecurangan.

3. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money terhadap kecenderungan

kecurangan.

4. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money terhadap kecenderungan

kecurangan melalui perilaku tidak etis.

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Literatur

2.1.1 Jenis-jenis Kecenderungan Kecurangan (Fraud)

Association of Certified Fraud Examiners(ACFE, 2016) membagi frauddalam tiga

jenisberdasarkan perbuatan, yaitu :

1. Asset Misappropriation.

Penyalahgunaan aset merupakan bentuk kecurangan dengan cara menggunakan atau

mengambil aset (harta) perusahaan untuk kepentingan pribadi. Penyalahgunaan aset dapat

berupa mengambil uang perusahaan, mencuri barang dagang yang dimiliki perusahaan, dan

menggunakan mobil dinas untuk keperluan pribadi. Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan

oleh pegawai maupun pihak-pihak internal lainnya.

2. Fraudulent Statements.

Kecurangan laporan keuangan merupakan bentuk kecurangan dengan menyembunyikan

informasi keuangan, mengatur laporan keuangan dan mengubah laporan keuangan (window

dressing) dengan tujuan mengelabuhi pembaca laporan keuangan untuk kepentingan pribadi

atau perusahaan. Misalnya perusahaan mengatur laporan keuangan agar harga sahamnya

meningkat, menyembunyikan kerugian yang diderita oleh perusahaan (dalam hal ini terjadi

asimetri informasi) dan terkadang mencoba menurunkan laba untuk menghindari tarif pajak

dari pemerintah.

3. Corruption.

Korupsiadalah salah satu bentuk kecurangan dengan menyalahgunakankewenangan jabatan

atau kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Perbuatan ini dapat merugikan kepentingan umum

(perusahaan) maupun masyarakat secara luas. Korupsi adalah salah satu bentuk fraudyang

Page 4: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

sering dilakukan oleh karyawan karena sulit dideteksi. Hal tersebut terjadi karena korupsi

biasanya melibatkan banyak pihak yang terkait.

2.1.2 Penyebab Terjadinya Kecenderungan Kecurangan (Fraud)

Fraud pada dasarnya tidak terjadi begitu saja di perusahaan. Fraud terjadi karena berbagai

penyebab dan biasanya dijadikan alasan untuk melakukan tindakan fraud. Menurut

Tuanakotta (2013) ada tiga kondisi yang menyebabkan fraud terjadi. Tiga kondisi tersebut

disebut dengan fraud triangle (segitiga kecurangan).

Gambar 2.1

Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)

Sumber: Wordpress.com

1. Tekanan (Pressure)

Tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Pada

umumnya, sesuatu yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah

keuangan. Tapi, tidak sedikit yang melakukan fraud karena menuruti keserakahan. Tekanan

juga bisa disebabkan karena sikap love of money. Tang dkk (2008) menyebutkan bahwa uang

dapat memberikanefek negatif untuk melakukan kecurangan sehingga memperoleh tambahan

bonus berupa uang. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Iqbal dan Murtanto

(2016) bahwa love of money berdampak terhadap tekanan keuangan yang berupa

keserakahan, hidup dibawah kehendak orang lain, banyak hutang, kerugian ekonomi, maupun

kebutuhan yang mendadak.

2. Peluang

Ada banyak peluang yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Biasanya

disebabkan pengendalian internal yang lemah, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan

wewenang. Peluang merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir.

3. Rasionalisasi

Pembenaran menjadi bagian penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari

pembenaran atas tindakan atau perbuatannya.

2.1.3 Love of money

Luna-Arocas dan Tang (2004) meringkas definisi Love of Money sebagai berikut:

a. Pengukuran terhadap nilai seseorang, atau keinginan akan uang tetapi bukan

kebutuhan mereka.

b. Makna dan pentingnya uang serta perilaku terhadap uang

Teori tersebut berusaha mengukur perasaan subjektif seseorang terhadap uang. Tang dan

Chiu (2003) berteori bahwa love of money sangat terkait dengan konsep "ketamakan." Tang

dan Chiu (2003) menemukan bahwa karyawan Hong Kong dengan tingkat love of money

yang lebih tinggi kurang puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan rekan-rekan

mereka. Chen dan Tang (2006) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan

perilaku yang tidak etis. Bahkan, Tang dan Chiu (2003) juga menemukan hubungan yang

langsung antara love of money dan perilaku tidak etis di antara karyawan Hong Kong.

Page 5: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Singkatnya, cinta uang adalah akar penyebab kejahatan (skandal, korupsi, dan perilaku tidak

etis) dalam masyarakat(Sloan, 2002).Love of moneysangat terkait dengan konsep

"keserakahan," yang memiliki banyak hubungan negatif, dan telah dianggap"tabu" oleh

masyarakat (Luna-Arocas dan Tang, 2004). Love of moneyadalah kepentingan tertinggi

secara konseptual dan empiris dan layak mendapat perhatian lebih lanjut dari para peneliti

karena membantu kita memahami, memprediksi, dan mengendalikan perilaku jahat atau tidak

etis (Luna-Arocas dan Tang, 2004).

2.1.4 Pengukuran Love of Money

Tang dan Chiu (2003) menggunakan skala pandangan cinta terhadap uang atau The Love of

Money Scale (LOMS). Pengukuran Love of Money Scales secara subjektif dilakukan melalui

perasaan seseorang terhadap uang sedangkan pengukuran objektif dari uang berkaitan dengan

perilaku seseorang demi mendapatkan uang (Tang dan Chiu, 2003). Untuk mengukurLove of

Money digunakan Money Ethics Scale (MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala

ini mengukur sikap manusia terhadap uang. Tang dan rekan-rekannya kemudian

mengembangkan versi beberapa skala yang lebih pendek, tetapi penelitian ini menggunakan

skala asli karena kedalaman dan cakupan yang komprehensif dari sikap terhadap uang. Tiga

puluh lima item kuesioner diterjemahkan ke banyak bahasa dan berhasil digunakan dalam

banyak studi sejak publikasi aslinya. Namun, peneliti akan menggunakan empat belas

pertanyaan dari kuesioner tersebut. Sebab, ketika peneliti melakukan pilot test, terdapat dua

puluh satu pertanyaan yang tidak valid. Kuesioner menghasilkan enam faktor yang

diidentifikasi sebagai berikut:

a. Success

Faktor sukses mencerminkan seberapa banyak uang yang dimiliki, sebab di Amerika,

kesuksesan seseorang diukur dengan menggunakan uang. Gaji atau pendapatan digunakan

untuk menilai keberhasilan seseorang (Rubenstein, 1981). Beberapa orang memiliki "obsesi

dengan uang sebagai tanda keberhasilan" (Furnham dan Argyle, 1998).

b. Social Influence

Uang dapat membantu orang mengekspresikan kompetensi dan kemampuan mereka,

mendapatkan harga diri dan rasa hormat di masyarakat. Otomatis fungsi uang banyak

digunakan untuk mendongkrak popularitas di mata orang lain.

c. Power of Control

Uang adalah kekuatan. Uang dapat memiliki kekuatan untuk mempengaruhi diri sendiri atau

orang lain agar terlibat dalam perilaku tidak etis. Uang bisa mengendalikan diri seseorang

untuk menyimpang dari perbuatan etis.

d. Happiness

Uang dapat membuat seseorang merasa bahagia dan tentram. Sebab uang adalah alat

transaksi untuk mengukur tingkat sosialita di masyarakat. Segala kebutuhan dapat dipenuhi

jika mempunyai uang.

e. Richness

Mencerminkan bahwa kebanyakan orang ingin menjadi kaya dan memiliki banyak uang.

Semakin kaya maka akan semakin bangga dengan apa yang dimiliki. Kekayaan berfungsi

sebaga alat untuk mengukur status sosial di masyarakat.

f. Motivator

Perilaku yang dimotivasi oleh uang atau uang dipandang sebagai motivator dalam kehidupan

seseorang dan penggerak untuk mencapai tujuan. Faktor motivator menekankan gagasan

orang termotivasi untuk bekerja keras demi mendapatkan uang(Gupta dan Shaw, 1998).

Semakin tinggi motivasi untuk mendapatkan uang maka semakin orang tersebut akan bekerja

keras meski terkadang dengan cara yang tidak etis.

Page 6: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

2.1.5 Perilaku Tidak Etis

Menurut Griffin danEbert (2006:58) pengertian “etika” merupakan keyakinan mengenai

tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang

mempengaruhi hal lainnya. Etika digunakan sebagai pedoman hidup dalam masyarakat untuk

mengukur seberapa besar seseorang bertindak etis. Etika juga identik dengan moral sebab

seseorang dikatakan mempunyai moral jika bertindak etis. Oleh sebab itu, etika penting untuk

mengendalikan perilaku manusia.

Etika biasanya terkait dengan perilaku. Sebab etika adalah wujud penerapan dari perilaku

manusia. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku etis dan perilaku tidak etis.

Peneliti akan membahas mengenai perilaku tidak etis karena perilaku tidak etis merupakan

salah satu dari tiga variabel yang akan dibahas oleh peneliti. MenurutGriffin danEbert

(2006:58)perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan

norma-norma sosial dianggap salah atau buruk. Perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang

sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara

situasi serta karakteristik pribadi pelakunya (Buckley dkk, 1998). Dijk (2000:297-

305)menjelaskan perilaku tidak etis adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau

tujuan utama yang telah disepakati. Perilaku tidak etis seharusnya tidak bisa diterima secara

moral karena mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan (Beu dan Buckley,

2001: 57-73).Buckley dkk (1998) menyatakan bahwa dalam praktiknya perilaku tidak etis

memiliki pola yang rumit. Hal ini disebabkan perilaku tidak etis akan menimbulkan gejala

yang kompleks pada interaksi antar manusia.

2.1.6 Indikator Perilaku Tidak Etis

Tang dkk (2003) menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis dalam

instansi yaitu :

1. Abuse position : perilaku yang menyalahgunakan kedudukan atau posisi.

Seringkali manajemen memanfaatkan jabatan atau posisinya untuk melakukan hal yang

bertentangan dengan aturan yang berlaku, hal yang bertentangan tersebut seperti menurunkan

laba untuk mengurangi tarif pajak atau menaikkan laba untuk menarik minat para investor.

Kecurangan dalam pelaporan keuangan dilakukan untuk menipu para pemakai laporan

keuangan. Biasanya hal tersebut dilakukan oleh karyawan untuk mendapatkan penghargaan.

2. Abuse power : perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan.

Seorang pimpinan perusahaan atau manajemen puncak memiliki kekuasaan tertinggi di dalam

sebuah perusahaan dan memiliki keputusan mutlak. Namun tidak jarang seorang pimpinan

menyalahgunakan kekuasaannya untuk bertindak tidak etis seperti melakukan pencurian

aktiva dimana hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi dan hal

tersebut sangat merugikan perusahaan. Hal tersebut dapat ditemui ketika pimpinan ingin

bekerja sama dengan lembaga lain yang dapat menguntungkan dirinya.

3. Abuse resource : perilaku yang menyalahgunakan sumberdaya organisasi.

Pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan dalam suatu perusahaan mungkin saja bisa

memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

Pemanfaatan tersebut bisa berupa tindakan yang menyimpang seperti melakukan kecurangan

dalam pelaporan keuangan maupun penyalahgunaan aktiva. Apabila kejadian ini terus

berlanjut perusahaan akanmengalami kerugian dimana perusahaan tidak bisa bertahan lama

dalam persaingan bisnis sekarang dan mendatang. Hal ini sering ditemui ketika terdapat

karyawan menggunakan mobil dinas untuk keperluan pribadi sehari-hari.

4. No Action : perilaku yang tidak berbuat apa-apa.

Perilaku ini menjelaskan bagaimana seorang pimpinan yang memiliki kewenangan penuh

dalam suatu perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa ketika mengetahui karyawan dalam

perusahaannya melakukan suatu tindakan kecurangan maupun perilaku yang tidak wajar.

Page 7: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Pemimpin tersebut akan diam meskipun mengetahui bahwa karyawan lain melakukan

tindakan yang merugikan di lingkungan kantor. Lebih spesifik lagi, atasan tidak berani

menegur secara langsung karyawan yang melanggar peraturan.

2.2 Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Berikut adalah rerangka teoritis dan penjelasan hipotesis :

Gambar 2.2

Bagan Rerangka Teoritis

H3

H1 H2

Love of money adalah suatu teori yang mengukur perasaan subjektif seseorang terhadap uang.

Menurut Tang dan Luna-Arocas (2004) love of money mempunyai definisi sebagai

pengukuran terhadap nilai seseorang atau keinginan akan uang tetapi bukan untuk

kebutuhan.Singkatnya, love of money adalah akar penyebab kejahatan (skandal korupsi dan

perilaku tidak etis) dalam masyarakat (Sloan, 2002). Kondisi ini terjadi karena uang

dibutuhkan oleh semua orang.

MenurutGriffin danEbert (2006:58)perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut

keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk. Perilaku tidak

etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada

interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya (Buckley dkk,

1998).

Menurut Tuanakotta (2013:28) definisi fraud adalah setiap tindakan ilegal (tidak resmi) yang

ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak

bergantung pada penerapan ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Fraud yang dilakukan

oleh individu dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa ; untuk

menghindari pembayaran atau kerugian jasa ; atau untuk mengamankan keuntungan bisnis

pribadi.

Berdasarkan rerangka konseptual yang telah dipaparkan, hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagaiberikut :

2.2.1 Pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis

Hasil penelitian Tang dan Chiu (2003) menyimpulkan bahwa love of money berdampak

signifikan terhadap perilaku tidak etis. Widiyasari (2017) juga menyatakan bahwa pengaruh

love of money terhadap perilaku tidak etis berdampak positif dan signifikan. Tang dan Chen

(2008) menambahkan bahwa love of money secara langsung atau tidak langsung berkaitan

dengan kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku tidak etis.

Berdasarkan teori mengenai love of money dan perilaku tidak etis, serta didukung dengan

penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang digunakan peneliti adalah love

of money memberikan pengaruh terhadap perilaku tidak etis. Semakin tinggi love of money

maka perilaku tidak etis juga akan semakin tinggi. Semakin rendah love of money, maka

perilaku tidak etis juga akan semakin rendah sehingga dapat dirumuskan hipotesis berikut :

H1 : Love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis.

2.2.2 Pengaruh Perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan

Hasil penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) menyatakan bahwa perilaku tidak etis

berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada

perusahaan.Penelitian mengenai fraud juga dilakukan oleh Zulkarnain (2013) yang

Love of money Perilaku tidak Etis Kecenderungan Kecurangan

Page 8: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

menyebutkan perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud. Hal tersebut juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan Faisal (2013) bahwa perilaku tidak etis

berpengaruh positif terhadap fraud.

Berdasarkan teori perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan serta penelitian

terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang dapat digunakan peneliti adalah perilaku

tidak etis dari karyawan akan memberikan pengaruh terhadapfraud. Semakin tinggi tingkat

perilaku tidak etis karyawan, semakin tinggi tingkat terjadinya fraud. Sedangkan semakin

rendah tingkat perilaku tidak etis maka semakin rendah tingkat terjadinya fraud sehingga

dapat dirumuskan hipotesis yaitu :

H2 : Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungankecurangan.

2.2.3 Pengaruh love of money terhadap Kecenderungan Kecurangan

Penelitian Tang dan Chiu (2003) menyatakan bahwa love of money manajer Hong Kong

secara langsung terkait dengan niat yang tidak etis, dan secara tidak langsung terkait dengan

korupsimelalui kepuasan gaji yang rendah. Jika seseorang ingin kaya, pikiran mereka

dikendalikan oleh uang yang dapat menyebabkan mereka menjadi korup. Karena Love of

money adalah akar dari semua kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer

yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi

(Sardzoska dan Tang, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Tripermata (2016) menunjukkan

hasil bahwa love of money berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi. Singkatnya, love of money adalah akar penyebab kejahatan (skandal

korupsi dan perilaku tidak etis ) dalam masyarakat (Sloan, 2002). Kondisi ini terjadi karena

uang dibutuhkan oleh semua orang.

Berdasarkan teori mengenai love of money dan kecenderungan kecurangan serta penelitian

terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang dapat digunakan peneliti adalah love of

money memberi pengaruh terhadap terjadinya kecenderungan kecurangan. Semakin tinggi

love of money maka terjadinya kecenderungan kecurangan juga semakin tinggi. Sedangkan,

semakin rendah love of money maka kecenderungan kecurangan juga semakin rendah

sehingga dapat diperoleh hipotesis yaitu :

H3 :Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan.

2.2.4 Pengaruh Love of money terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku

tidak etis

Hasil penelitian Tang dan Chiu (2003) menyimpulkan bahwa love of money berdampak

signifikan terhadap perilaku tidak etis. Hasil penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009)

menyatakan bahwa perilaku tidak etis berpengaruhsignifikan dan positif terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) pada perusahaan. Love of money adalah akar dari semua

kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer yang mempunyailove of money

yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi (Sardzoska dan Tang, 2011).

Berdasarkan teori love of money, perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan serta

penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, maka logika yang dapat peneliti gunakan

adalah love of money dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan seseorang melalui

perilaku tidak etis karena orang yang memiliki love of money yang tinggi cenderung untuk

berperilaku tidak etis yang akan menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan.

Sebaliknya, jika love of money rendah maka orang tersebut akan berperilaku etis yang

berdampak pada rendahnya minat untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Tingginya

tingkat love of money berbanding lurus dengan perilaku tidak etis. Semakin tinggi tingkat

love of money maka maka akan semakin tinggi tingkat perilaku tidak etisnya. Hal tersebut

dikarenakan seseorang akan berusaha untuk melakukan segala cara agar kebutuhannya

terpenuhi namun tidak sesuai dengan etika. Sebaliknya seseorang yang cenderung memiliki

Page 9: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

tingkat love of money yang rendah akan berdampak pada rendahnya perilaku tidak etis yang

mana hal tersebut juga akan berdampak terhadap tindakan kecenderungan kecurangan

sehingga dapat diperoleh hipotesis:

H4 : Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

melalui perilaku tidak etis

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan atau pegawai bagian

keuangan masing-masing fakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya. Perlu diketahui

bahwa terdapat 15 fakultas di Universitas Brawijaya. Prosedur pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur penyampelan non-probabilitas dengan teknik

penyampelan mudah (convenience sampling). Mengingat peneliti tidak dapat mengetahui

jumlah karyawan bagian keuangan setiap fakultas maka jumlah karyawan tersebut dihitung

berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala bagian tata usaha maupun kepala bagian

keuangan fakultas sebab setiap fakultas mempunyai jumlah karyawan bagian keuangan yang

jumlahnya berbeda dengan fakultas lain. Untuk penentuan jumlah sampel didasarkan pada

pendapat Sekaran (2006:161), yaitu sebagai aturan umum, ukuran sampel antara 30 dan 500

bisa efektif tergantung pada tipe desain pengambilan sampel yang dipakai dan pertanyaan

penelitian yang diteliti.

3.2 Data Penelitian dan Sumbernya

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data yang

digunakan berupa kuesioner. Kuesioner merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang

efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur

variabel penelitian. Kuesioner diberikan ke setiap fakultas oleh peneliti dan diberi rentang

waktu selama seminggu untuk mengisinya. Setelah itu, peneliti akan mengambil kuesioner

tersebut.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner

disebarkan secara langsung ke responden, demikian pula pengembaliannya akan diambil oleh

peneliti sesuai dengan janji pada setiap fakultas. Responden diharapkan mengembalikan

kembali kuesioner kepada peneliti dalam waktu yang telah ditentukan.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu love of money,perilaku tidak etis, dan

kecenderungan kecurangan. Sedangkan untuk definisi operasional masing–masing variabel

yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Kecenderungan Kecurangan

Kecenderungan kecurangan berhubungan dengan jenis kecurangan yang biasanya

dilakukan di instansi / tempat kerja. Variabel ini terdiri dari 9 pernyataan yang dikembangkan

dari jenis-jenis kecurangan akuntansi menurut ACFE (2016) yang terdiri dari : (1)

kecurangan laporan keuangan, (2) penyalahgunaan aset, dan (3) korupsi.

Pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5. Semakin tinggi poin maka orang

tersebut semakin setuju untuk berbuat curang dan semakin rendah poin maka orang tersebut

dapat dikatakan tidak setuju untuk berbuat curang. Responden mencatat kecenderungan

kecurangan pada skala lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) ini berarti tindakan

tersebut tidak curang, sampai 5 (sangat setuju) yang berarti tindakan tersebut sangat curang.

Page 10: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

3.3.2 Variabel Love of money Tang dan Chiu (2003) menggunakan skala pandangan cinta terhadap uang atau The Love of

Money Scale (LOMS). Pengukuran Love of Money Scales secara subjektif dilakukan melalui

perasaan seseorang terhadap uang sedangkanpengukuran objektif dari uang berkaitan dengan

perilaku seseorang demimendapatkan uang (Tang dan Chiu, 2003). Untuk mengukur Love of

Moneydigunakan Money Ethics Scale (MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala ini

mengukur sikap manusia terhadap uang. Kuesioner menghasilkan enam faktor yang

diidentifkasi sebagai berikut : (1) Success, (2) Social influence, (3) Power of Control, (4)

Happiness, (5) Richness, dan (6) Motivator.

Peneliti menggunakan 14 dari 35 pertanyaan setelah melakukan uji coba (pilot test)

kepada 30 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari pertanyaan tersebut.

Responden menyatakan kesepakatan atau ketidaksetujuan dengan setiap pernyataan pada

skala lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Semakin besar

poin yang diperoleh maka responden memiliki tingkat Love of money yang tinggi. Sedangkan

semakin kecil poin yang diperoleh maka responden memiliki tingkat love of money yang

rendah.

3.3.3 Variabel Perilaku Tidak Etis

Menurut Griffin dan Ebert (2006:58) perilaku tidak etis adalah adalah perilaku yang

menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk.

Perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya

tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya

(Buckley dkk, 1998). Tang dkk (2003) menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang

atau tidak etis dalam instansi yaitu : (1) Abuse position, (2) Abuse resource, (3) Abuse power,

(4) No action.

Variabel ini terdiri dari 10 pernyataan dengan skala likert 1-5 yang mengukur perilaku

tidak etis, semakin tidak etis dengan skor tinggi dan semakin etis dengan skor rendah.

Responden mencatat perilaku tidak etis tersebut pada skala lima poin mulai dari 1 (sangat

tidak setuju) ini berarti tindakan tersebut sangat etis, sampai 5 (sangat setuju) yang berarti

tindakan tersebut sangat tidak etis.

3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan metode analisis Partial Least Square (PLS). PLS adalah

teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan antara variabel dependen

berganda dan variabel independen berganda (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:161). PLS adalah

salah satu metode statistik SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi

berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian

kecil, adanya data yang hilang (missing value), dan multikolinearitas (Abdillah dan

Jogiyanto, 2015:161). Sedangkan pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan

menggunakan softwareSmart PLS 3.

3.4.1 Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen

(Abdillah dan Jogiyanto, 2015:194).

Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu:

Tabel 3.1

Parameter Uji Validitas dan Reliabilitas dalam Model Pengukuran PLS

Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs

Page 11: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Konvergen Faktor loading Lebih dari 0.7

Average Variance Extracted

(AVE)

Lebih dari 0.5

Communality Lebih dari 0.5

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Parameter Uji Validitas dan Reliabilitas dalam Model Pengukuran PLS

Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs

Diskriminan Akar AVE dan korelasi variabel

laten

Akar AVE > Korelasi

varabel laten

Cross loading Lebih dari 0.7 dalam

satu variabel

Uji Reliabilitas Parameter Rule of Thumbs

Cronbach’s alpha Lebih dari 0,6

Composite reliability Lebih dari 0,7

Sumber : Diadaptasi dari Chin (1995)

3.4.2 Model Struktural (Inner Model)

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk

dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk

dalam model struktural (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197). Nilai R2 digunakan untuk

mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen

(Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197). Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model

prediksi dari model penelitian yang diajukan.

3.4.3 Pengujian Hipotesis

Menguji hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian

hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan

adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan/penolakan Hipotesis adalah Ha diterima dan H0 di

tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/menerima Hipotesis menggunakan probabilitas

maka Ha di terima jika nilai p < 0,05 (Hussein, 2015:20).

3.4.4 Uji Sobel

Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel

(1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji

kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui

variabel intervening (M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c’),

dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien

pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standard error koefisien a dan b ditulis

dengan Sa dan Sb,besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect) Sab

dihitung dengan rumus dibawah ini:

��� = √�2��2 + �2�2 + ��2��2 Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari

koefisien ab dengan rumus sebagai berikut :

t =

Page 12: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu ≥ 1,96 untuk signifikan 5% dan t

tabel ≥ 1,64 menunjukkan nilai signifikansi 10%. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t

tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2009).

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Hasil Pengujian Data

Tabel 4.1

Rincian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang disebar 102

Kuesioner yang kembali 94

RespondRate 92,15%

Kuesioner yang dapat diolah 94

Usable Respond Rate 92,15%

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif meliputi transformasi data mentah ke dalam bentuk yang akan memberi

informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006:285).

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data berdasarkan kecenderungan jawaban

yang diperoleh dari responden terhadap masing-masing variabel. Analisis dengan

menggunakan statistik deskriptif dilakukan terhadap 94 responden yang telah memenuhi

kriteria untuk diolah lebih lanjut.

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

No. Variabel Mean Median Min Max Standard

Deviation

1. Love of Money 2,032 2,000 1,000 5,000 0,877

2. Perilaku Tidak Etis 1,575 2,000 1,000 4,000 0,561

3. Kecenderungan

Kecurangan

1,518 2,000 1,000 4,000 0,528

Sumber : Output PLS (2019)

4.2.2 Hasil Outer Model

Pengujian menunjukkan bahwa seluruh indikator pertanyaan sudah memenuhi uji validitas

danuji reliabilitasdimana nilaiAVE>0,5, nilaicronbach’s alpha>0,6, dan nilai composite

reliability>0,7.

4.2.3 Hasil Inner Model

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Inner Model

Variabel R-Square Adjusted R Square

Kecenderungan Kecurangan 0,883 0,880

Perilaku Tidak Etis 0,096 0,860

Sumber : Output PLS (2019)

Page 13: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa nilai R-Square variabel kecenderungan kecurangan

sebesar 0,883. Hal tersebut berarti variabel kecenderungan kecurangan dapat dijelaskan oleh

variabel love of money dan perilaku tidak etis sebesar 88,3 % dan sisanya dijelaskan oleh

variabel lain. Sedangkan nilai R-Square variabel perilaku tidak etis sebesar 0,096. Hal

tersebut berarti love of money mampu menjelaskan perilaku tidak etis sebesar 9,6 % dan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.4.1. Pengujian Hipotesis 1 (Love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak

etis)

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Koefisien Jalur

Hipotesis Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T

Statistics

P

Values

Love of Money -

> Perilaku Tidak

Etis

0,309 0,352 0,097 0,097 3,196 0,001

Sumber : Output PLS (2019)

Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat terdapat hubungan yang positif (original sample

0,309) dan hubungan signifikan antara love of money dengan perilaku tidak etis karena

memiliki t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor yakni sebesar 3,196 dan P Values

kurang dari 5%, maka H1 yang menyebutkan love of moneyberpengaruh positif terhadap

perilaku tidak etis diterima. Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukanoleh

Tang dan Chiu (2003)yang menyimpulkan bahwa love of money berdampak signifikan

terhadap perilaku tidak etis.

4.2.4.2 Pengujian Hipotesis 2 (Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap

kecenderungan kecurangan)

Tabel 4.5

Hasil pengujian Koefisien Jalur

Hipotesis Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T

Statistics

P

Values

Perilaku Tidak

Etis ->

Kecenderungan

Kecurangan

0,920 0,927 0,023 0,023 39,770 0,000

Sumber : Output PLS (2019)

Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat terdapat hubungan positif (original sample 0,920) dan

hubungan signifikan antara perilaku tidak etis dengan kecenderungan kecurangan karena

memiliki nilai t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) yakni sebesar

39,770 dan P Values kurang dari 5%, maka H2 yang menyebutkan perilaku tidak etis

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecuranganditerima. Dari hasil analisis dapat

dijelaskan bahwa karyawan yang memiliki perilaku tidak etis yang tinggi cenderung untuk

melakukan kecenderungan kecurangan. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian

Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis

Page 14: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada

perusahaan.

4.2.4.3 Pengujian Hipotesis 3 (Love of Money berpengaruh positif terhadap

Kecenderungan Kecurangan)

Tabel 4.6

Hasil pengujian Koefisien Jalur

Hipotesis Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T

Statistics

P

Values

Love of Money -

>

Kecenderungan

Kecurangan

0,059 0,054 0,022 0,022 2,723 0,007

Sumber : Output PLS (2019)

Dari tabel 4.12 di atas, dapat dilihat terdapat hubungan yang positif (original sample

0,059) dan hubungan signifikan antara love of money dengan kecenderungan kecurangan

karena memiliki nilai t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan P

Values kurang dari 5%, maka H3 yang menyebutkanlove of moneyberpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecuranganditerima. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa

karyawan yang memiliki sikap love of money yang tinggi cenderung untuk berbuat curang.

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Tang dan Sardzoska (2011) yang menyatakan

bahwamanajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup

yang tinggi.

d.Pengujian Hipotesis 4 (Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan melalui perilaku tidak etis)

Tabel 4.7

Hasil pengujian Koefisien Jalur

Hipotesis Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T

Statistics

P

Values

Love of Money -

> Perilaku Tidak

Etis

0,309 0,352 0,097 0,097 3,196 0,001

Perilaku Tidak

Etis ->

Kecenderungan

Kecurangan

0,920 0,927 0,023 0,023 39,770 0,000

Sumber : Output PLS (2019)

Pengujian hipotesis keempat untuk menguji pengaruh tidak langsung variabel love of

money terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Pengujian pengaruh

Page 15: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus Sobel. Hasil pengujian pengaruh perilaku

tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan menunjukkan nilai original sample sebesar

0,920. Nilai t statistik diperoleh sebesar 39,770. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960)

untuk hipotesis dua ekor. Hasil ini berarti perilaku tidak etis memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Pengujian hipotesis keempat dilakukan

dengan perhitungan rumus Sobel. Hasil dari kedua pengujian pada tabel diringkas sebagai

berikut:

P1 = 0,309

Se1 = 0,097

P2 = 0,920

Se2 = 0,023

Besarnya koefisien tidak langsung variabel love of money terhadap kecenderungan

kecurangan merupakan perkalian dari pengaruh love of money terhadap variabel perilaku

tidak etis dengan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan, sehingga diperoleh

sebagai berikut:

P12 = P1.P2

= (0,309). (0,920)

= 0,28428

= 0,2843

Besarnya standard error tidak langsung love of money terhadap kecenderungan

kecurangan merupakan perkalian dari pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis

dengan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan, sehingga diperoleh sebagai

berikut:

Sab = √P12.Se1

2 + P2

2.Se2

2 + Se1

2.Se2

2

= √(0,309)2. (0,097)

2 + (0,920)

2 . (0,023)

2 + (0,097)

2 . (0,023)

2

= √(0,095481).(0,009409)+(0,8464).(0,000529)+(0,009409).(0,000529)

= √(0,0008983807) + (0,0004477456) + (0,0000049774)

= √0,0013511037

= 0,0367573625

= 0,0368

Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut:

t = P12 / Se12

= 0,2843 / 0,0368

= 7,726

Nilai t sebesar 7,726 tersebut lebih besar dari 1,96 yang berarti bahwa parameter mediasi

tersebut signifikan maka dengan demikian model pengaruh tidak langsung dari variabel love

of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis

diterima. Dengan demikian hipotesis empat diterima. Love of money dapat mempengaruhi

kecenderungan kecurangan seseorang melalui perilaku tidak etis sebab orang yang memiliki

love of money yang tinggi cenderung untuk berperilaku tidak etis yang akan menyebabkan

terjadinya kecenderungan kecurangan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan pada 94 karyawan bagian keuangan seluruh fakultas di

Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan

pengaruh love of money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan.

Page 16: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Pengujian hipotesis

penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS 3.

Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa love of money berpengaruh positif

terhadap perilaku tidak etis, sehingga hipotesis 1 diterima. Karyawan bagian keuangan

Universitas Brawijaya Malang memiliki love of money yang rendah sehingga hal tersebut

berdampak terhadap rendahnya perilaku tidak etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang telah dilakukan Tang dan Chiu (2003) yang menyatakan bahwa love of money

berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis. Penelitian Widiyasari (2017) juga

menyatakan bahwa pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis berdampak positif

dan signifikan.

Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecurangan. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya

Malang memiliki perilaku tidak etis yang rendah sehingga hal tersebut berdampak terhadap

rendahnya perbuatan untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Menurut hasil analisis

dapat dijelaskan bahwa karyawan yang memiliki perilaku tidak etis yang rendah cenderung

untuk tidak melakukan kecenderungan kecurangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang telah dilakukan Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) yang menyatakan

bahwa perilaku tidak etis berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) pada perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa love of moneyberpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecurangan. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya

Malang memiliki love of money yang rendah sehingga hal tersebut berdampak terhadap

rendahnya tindakan untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tang dan Sardzoska (2011) yang

menyatakan bahwamanajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai

niat korup yang tinggi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tripermata (2016) yang

menyatakan bahwa Love of Money berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi.

Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa love of moneyberpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Karyawan bagian keuangan

Universitas Brawijaya Malang memiliki love of money, perilaku tidak etis serta

kecenderungan kecurangan yang rendah. Hal tersebut berdasarkan analisis bahwa love of

money dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan seseorang melalui perilaku tidak etis

sebab orang yang memiliki love of money yang tinggi cenderung untuk berperilaku tidak etis

yang akan menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan. Sebaliknya, jika love of

money rendah maka orang tersebut akan berperilaku etis yang berdampak pada rendahnya

minat untuk melakukan kecenderunan kecurangan.

5.2 Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang dapat mempengaruhi

kecenderungan kecurangan adalah love of money dan perilaku tidak etis. Dari hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia kerja untuk meningkatkan perilaku etis

guna menghindari terjadinya kecenderungan kecurangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi pertimbangan bagi karyawan untuk tidak melakukan perilaku tidak etis

terutama kecenderungan kecurangan yang dapat merugikan banyak pihak.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang menjadi kelemahan dan kekurangan penelitian ini adalah pada

variabel yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskanterjadinya kecenderungan

kecurangan yaitu love of money dan perilaku tidak etis yang mana variabel yang digunakan

Page 17: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

sangat sedikit. Selain itu, jumlah sampel yang diteliti sangat sedikit hanya karyawan bagian

keuangan masing-masing fakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya Malang.

5.4 Saran untuk Penelitian Berikutnya

Berdasarkan keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka saran untuk penelitian

berikutnya diharapkan dapatmenambah variabel independen lainnya yang berhubungan

dengan kecenderungan kecurangan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas

mengenai variabel apa saja yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan selain love of

money dan perilaku tidak etis. Selain itu, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

terlalu sedikit. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah sampel

yang akan digunakan, sehingga akan mendapatkan hasil yang signifikan dan lebih

mendekati kondisi yang sebenarnya.

Daftar Pustaka

Abdillah, Willy dan Jogiyanto,Hartono. 2015. Partial Least Square (PLS): Alternatif

Structural Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Bisnis.Yogyakarta : CV Andi

Offset.

Albrecht, S., Chad A., Conan A., and Mark Z.2012. FraudExamination(FourthEdition).

SouthWestern: USA.

Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). 2012. Fraud Examiner Manual Book

(International Edition ).USA : ACFE.

Association of Certified Fraud Examiner Indonesia (ACFE). 2016. SurvaiFraud Indonesia.

Jakarta : ACFE Chapter Indonesia.

Association of Certified Fraud Examiner (ACFE).2018. Report to the Nation on

Occupational Fraud and Abuse, Global Fraud Study. New York : ACFE.

Beu, D., and Buckley, M. R. 2001. The Hypothesized Relationship BetweenAccountability

And Ethical Behavior. Journal of Business Ethics, 34, 5773.

Buckley, M. R., D. S. Wiese., and M. G. Harvey. 1998. An Investigation into theDimension

of Unethical Behavior. Journal of Education for Business, 98(5): 284-290.

Chen, Y. J and Tang , T.L.P .2006.Attitude Toward and Propensity to Engage in Unethical

Behavior: Measurement Invariance Across Major amongUniversityStudents.Journal

of Business Ethics,60, 77 – 93.

Chin, W.C. and Todd, P.A. 1995. On the Use, Usefulness and Ease of Use of Structural

Equation Modelling in MIS Research: A Note of Caution. MISQuarterly, 19(2), 237

-46.

Chin, W.W., Gopal, A., and Salinsbury, W. D. 1997.Advancing the theory of adaptive

structuration: The development of a scale to measure faithfulnessofappropriation.

Information System Research.

Page 18: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Chiu, M.H., Chin C.C., and Chia J.L . 2002.Dynamic Processess ofConceptual Change:

Analysis of Constructing Mental Models of Chemical Equilibrium.Journal of

Research in ScienceTeaching, 39(8), 688-712.

Cooper, Donald R. 2006. Business Research Method (9 edition). NewYork:McGraw-Hill

Diana, Ana Risma. 2017. Pengaruh Pengetahuan Etika, Religiusitas Dan Love Of Money

Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi(Studi Kasus PadaMahasiswa

Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Dan MahasiswaAkuntansi Syariah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).SkripsiProgram Studi

Akuntansi, Jurusan PendidikanAkuntansi, FakultasEkonomi, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Dijk, M. V. 2000. The Influence of Publication of Financial Statement, Risk ofTakeover and

Financial Position of the Auditee on Public Auditors’UnethicalBehaviour.Journal of

Business Ethics, 28(4), 297-305.

Faisal, Muhammad. 2013. Analisis Fraud Di Sektor Pemerintahan KabupatenKudus.

Accounting Analysis Journal, 2 (1), 68-73.

Furnham, Adrian dan Michael Argyle. 1998. The Psychology of money. London:Psychology

Press.

Gozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang :

UNDIP.

Gupta, N., Mitra, A., and Shaw, J. 1998. Are Financial Incentives Related toPerformance? A

Meta-Analytic Review of Empirical Research. Journal ofAppliedPsychology,83, 777

-787.

Griffin,Ricky dan Ronald J. Ebert. (2006). Bisnis(Edisi 8). Jakarta:Erlangga.

Hair, Joseph F., Black W.C., Babin B.J., and Anderson R.E. 2010. MultivariateData

Analysis(7th Edition). New York: Prentice Hall International, Inc.

Hussein, Ananda Sabil. 2015. Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least

Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0. Modul Bahan Ajar.

Ikatan Akuntansi Indonesia .2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : SalembaEmpat.

Indonesia Corruption Watch. 2017. Kampus Masih Rawan Korupsi, Ada Cara

Menghindarinya. Jakarta :hukumonline.com. Diakses dari

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59e56d53210e3/kampus-masih-rawan-

korupsi-ada-cara-menghindarinya/

Indonesia Corruption Watch (ICW). 2018. Catatan ICW soal Penindakan KasusKorupsi

Semester I 2018. Jakarta : kompas.com. Diakses dari

Page 19: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/18/15475381/catatan-icw-soal

-penindakan-kasus-korupsi-semester-i-2018

Iqbal, Muhammad dan Murtanto. 2016. Analisa Pengaruh Faktor-Faktor FraudTriangle

Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada PerusahaanProperty dan Real

Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. SeminarNasional Cendekiawan: 1-20

Kumparan. 2019. Aroma Suap Pemilihan Rektor Unpad. Jakarta : Kumparan.com.

diakses dari https://kumparan.com/@kumparannews/aroma-suap- pemilihan-rektor

-unpad-1qtIL1bcNTs.

Lea, S. E. G., and Webley, P. 2006. Money as tool, money as drug: The biologicalpsychology

of a strong incentive. Behavioral and Brain Sciences, 29(2),161–209.

Lemrova S., Fatenova R., Reiterova E., and Lemr K. 2013. Money Is Power:Monetary

Intelligence—Love of Money andTemptation ofMaterialismamongCzech University

Students.Journal ofBusiness Ethics, 125, 329-348.

Liu, B. C., and Tang, T. L. P. 2011. Does the love of money moderate the relationship

between public service motivation and job satisfaction? Thecase of Chinese

professionals in the public sector.Public AdministrationReview, 71(5),718–727.

Luna-Arocas, R. and Tang, T.L.P. 2004. The love of money, satisfaction, and theprotestant

work ethic: money profiles among university professors in theUSA and Spain,

Journal of Business Ethics,50, 329-54.

McClelland, D.C. 1967. The achieving society. New Jersey: D. Van Nostrand

Mulyani, Sri. 2015. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan terhadapPersepsi

Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love of Moneysebagai Variabel Intervening.

Majalah Ilmiah Solusi,14,3.

Mustika,Dian dan Sri Hastuti. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas KabupatenWay

KananLampung. Paper dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIX.

Rubenstein, C. .1981. Money and self-esteem, relationships, secrecy, envy,satisfaction.

Psychology Today,15 (5),94-118.

Salisbury, W.D., Chin, W.W., Gopal, A., and Newsted, P. R. 2002. Research report:Better

Theory through measurment-developing a scale to capture consensusonappropiation.

Information System Research, 13(1), 91-103.

Sardzoska, E.G, and Tang T.L.P. 2011. Work-RelatedBehavioral Intentions inMacedonia:

Coping Strategies, WorkEnvironment,Love of Money, Job Satisfaction,and

DemographicVariables. Journal BusinessEthics,108,373–391.

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Page 20: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Shintadevi,Prekanida Farizqa. 2015. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan

Aturan Akuntansi Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak EtisSebagai Variabel Intervening Pada

Universitas Negeri Yogyakarta.JurnalNominal, 4(2), 111-126.

Singhapakdi, A., Vitell, S. J., Lee, D. J., Nisius, A.M., and Yu, G.B. 2013. TheInfluenceof

Love of Money and Religiosity on Ethical Decision-Making inMarketing.Journal

Business Ethics,114,183–191.

Sloan, A. 2002. The jury’s in: greed isn’t good. News Week.37.

Sobel, M. E. 1982. Asymptotic confidence intervals for indirect effect in structural equation

models.Washington DC: American Sociological Association

Tang, T.L.P. 1992. The Meaning of Money Revisited. Journal of OrganizationalBehavior,13,

197-202.

Tang, T.L.P. and Chiu, R.K. 2003. Income, money ethics, pay satisfaction, commitment, and

unethical behavior: is the love of money the root of evilforHong Kong employees?.

Journal of Business Ethics,46, 13-30.

Tang, T.L.P., Tillery, K.R., Lazarevski, B. and Luna-Arocas, R. 2004. The love of money and

work related attitudes: money profiles in Macedonia. Journal ofManagerial

Psychology,19(5),542-8.

Tang, T.L.P and Chen Y.J. 2008. Intelligence Vs. Wisdom: The Love of Money,

Machiavellianism, and Unethical Behavior across College Major andGender. Journal

of Business Ethics,82,1–26

Tang, TLP. 2016. Theory of Monetary Intelligence : Money Attitudes-religious

Values, Making Money, Making Ethical Decisions and Making the

Grade.Journal of business Ethics,133,583-603.

Thoyibatun, Siti. 2009. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku TidakEtis dan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya terhadapKinerja Organisasi.

Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 16(2),245 – 260.

Tripermata, Lukita. 2016. Pengaruh Love Of Money, Perilaku Etis MahasiswaDan Komitmen

Organisasi Terhadap Kecenderungan KecuranganAkuntansi dengan Gender Sebagai

Variabel Pemoderasi. Jurnal IlmiahEkonomi Global Masa Kini,7 (1),55-62.

Tuanakotta, Theodorus. 2013. ”Akuntansi Forensik & Audit Investigatif” Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Widiyasari, Dessy Prita. 2017. Pengaruh Love of money, Machiavellian danIncome Terhadap

Perilaku Tidak Etis Pada Mahasiswa Akuntansi di UniversitasKatolik

Soegijapranata (Skripsi). Jurusan Akuntansi, FakultasEkonomi dan Bisnis,

Universitas Katolik Soegijapranata,Semarang.

Page 21: PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS …

Wilopo. 2006.Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, KesesuaianKompensasi,

Ketaatan Aturan Akuntansi, Asimetri Informasi, SertaMoralitas Manajemen

Terhadap Perilaku Tidak Etis Dan KecenderunganKecurangan Akuntansi : Studi Pada

Perusahaan Terbuka Dan BadanUsaha Milik Negara Di Indonesia(Disertasi).

Universitas Airlangga,Surabaya.

Zelizer, V. 1994. The social meaning of money, New York, NY: Basic Books

Zulkarnain, Rifqi Mirza. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi TerjadinyaFraud Pada

Dinas Kota Surakarta. Accounting Analysis Journal, 2 (2),126-131.