Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Menular DBD

download Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Menular DBD

of 10

description

enjoy

Transcript of Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Menular DBD

Pengaruh Lingkungan terhadap Penyakit Menular DBD

Meyliana NIM : 1020102542 desember 2010Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pengaruh Lingkungan terhadap Penyakit Menular DBDMeyliana*

PendahuluanSehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.[endnoteRef:2] Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat.[endnoteRef:3] Adapun pengertian dari upaya mewujudkan kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat, harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat dari dua aspek, yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut saran kesehatan.[endnoteRef:4] [2: Notoadmojo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: PT rineka cipta; 2003.] [3: Notoadmojo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Edisi ke-1. Jakarta: PT rineka cipta; 2007.] [4: Notoadmojo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku.]

Setiap manusia pasti ingin memiliki kondisi badan yang sehat, tidak ada orang yang ingin dirinya sakit. Sebab segala sesuatu aktifitas yang dilakukan manusia pasti memerlukan suatu kondisi badan yang sehat dan tetap terjaga kebugarannya. Akan tetapi tidak segampang yang kita bayangkan bila ingin menjadi sehat.

*meyliana, mahasiswa fakultas kedokteran universitas kristen krida wacana

Banyak hal yang harus diperhatikan, hal yang mudah misalkan saja memperhatikan lingkungan sekitar seperti membuang sampah pada tempatnya dan dibedakan antara sampah organik dan non organik, tetap mendukung go green indonesia, mengurangi pengunaan kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara. Sebab lingkungan menyebabkan beberapa penyakit. Selain menjaga kebersihan lingkungan bila, mengharapkan kondisi tubuh yang sehat tentu saja menjaga kebersihan diri sendiri sangat diperlukan. Jika tidak yang ada hanyalah penyakit yang menyerang kita, dan kondisi badan yang sakit. Maka dari itu perlu adanya dorongan dari dalam diri kita untuk berperilaku sehat yang diartikan sebagai tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.[endnoteRef:5] [5: Sarwono S. sosiologi kesehatan. Yogyakarta: Penerbit UGM; 2003]

Dengan begitu kita bisa memperoleh kesehatan yang di inginkan, dan terhindar oleh berbagai macam penyakit menular yang akhir-akhir ini semakin meningkat karena terpengaruh dari lingkungan kotor yang kurang diperhatikan oleh manusia juga. Penyakit sendiri timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan.2 oleh karena itu segera lah kita membenahi lingkungan sekitar yang dimulai dari hal yang kecil saja seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal yang kecil seperti itu lah yang akan merubah dan membawa kebaikan dalam kehidupan lingkungan sehat.

PembahasanLingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara lain :1. Lingkungan fisikBersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjan waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contoh: adanya jentik nyamuk di air yang bisa menyebabkan penyakit DBD atau malaria. Oleh karena itu diperlukan untuk membersihkan jamban air. 2. Lingkungan biologisBersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dpat berperan sebagai agens penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit.3. Lingkungan sosialBerupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama,sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV,pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain. Masalah kesehatan lingkungan di indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebuut disebabkan, antara lain oleh urbanisasi penduduk yang dalam jumlah besar dari desa ke kota, sistem pembuangan sampah di indonesia hampir di setiap tempat dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut sehingga mencemarkan udara, tanah dan air, penyediaan sarana air bersih yang kurang yang hanya sekita 60% penduduk indonesia mendapatkan air bersih PDAM, tingkat pencemaran udara yang tinggi akibat gas buangan kendaraan bermotor, pembuangan limbah cair baik berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut ditambah lagi kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai, bencana alam yang sering terjadi mengakibatkan penuduk mengungsi yang tentu menambah permasalahan kesehatan lingkungan.[endnoteRef:6] Hal-hal diatas lah yang menjadi pemicu utama penyakit timbul selain itu dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang, atau lingkungan. Di dalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas dasar model-model tersebut dilakukanlah eksperimen terkendali untuk menguji sampai di mana kebenaran dari model-model tersebut. Tiga model yang dikenal antara lain : (1) segitiga epidemiologi, (2) jaring-jaring sebab akibat, dan (3) roda. Keadaan lingkungan yang kurang bersih dan condong sangar kotor selalu menjadi timbulnya penyakit menular, yang paling umum misalkan saja DBD. Penyakit ini seringkali terkena pada anak-anak dan sudah dianggap sebagai penyakit pada anak kelompok umur < 15 tahun.[endnoteRef:7] Anehnya penyakit ini terjadi di negara berkembang bukan di negara maju. Namun secara umum, cara manusia menggunakan lingkungan membuat lingkungan menjadi tempat yang berbahaya untuk ditinggali. Dengan demikian, kita telah menciptakan lingkungan dan vektor-vektor baru untuk serangga dan beberapa pembawa penyakit lainnya.[endnoteRef:8] Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain karena 3 faktor berikut :2 [6: Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.] [7: Hadinegoro sri RS. Pitfalls & pearls dalam diagnosis dan tata laksana demam berdarah dengue. Pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu kesehatan anak XLVI, hal 63-70.] [8: Kesehatan lingkungan anak. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2005.]

1. Agent (penyebab penyakit), kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. 2. Host (induk semang), terjadinya suatu penyakit pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung/ditentukan oleh kekebalan/resistensi orang yang bersangkutan. 3. Route of transmission (jalannya penularan), penularan dapat di lalui berbagai cara antara lain: kontak, pernapasan, infeksi, penetrasi pada kulit, infeksi melalui placenta.Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease atau sering juga disebut sebagai vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian. Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, diantaranya faktor:51. CuacaIklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi.2. VektorOrganisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia disebut sebagai vektor. 3. Reservoir Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. 4. Geografis Insidensi penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis tempat reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agens penyakit bergantung pada iklm (suhu,kelembaban, dan curah hujan0 dan fauna lokal. 5. Perilaku manusiaInteraki antar-manusia, kebiasaan manusia untuk membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda. Akan tetapi dari faktor-faktor diatas, penyakit menular yang melalui vektor penyakit berupa serangga sering kali adalah demam berdarah dengue. Apalagi dalam kasus anak-anak, data menunjukkan bahwa puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun swasta, yang lebih banyak melayani kelompok sosial menengah ke atas dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah, dipadati oleh pasien DBD. Maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok masyarakat dapat terkena, baik kelompok sosial rendah maupun tingkat atas.[endnoteRef:9] Kejadian ini tidak telepas dari masalah daerah perkotaan yaitu perumahan yang relatif berdekatan, kepadatan penduduk tinggi, mobilitas masyarakat tinggi, banyak dijumpai tempat perindukan nyamuk, dan ada beberapa serotip virus dengue yang bersirkulasi secara bersamaan di satu area, menyebabkan penyebaran virus dengue dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.6 Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara diadakannya pencegahan dini dan penyuluhan kepada masyarakat setempat. Pengetahuan suatu penyakit menular seperti DBD yang pada kebanyakan anak sampai meninggal harus ditingkatkan dengan cara penyuluhan masyarakat terutama pada ibu-ibu yang kurang pengetahuannya. Hal ini bisa saja disebut dengan promosi kesehatan, dimana pengertiannya adalah sebuah proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan.[endnoteRef:10] Penyuluhan dapat dilakukan dimana saja tetapi bagus bila dilakukan di puskesmas atau posyandu saja. [9: Dengue hemorrhagic fever outbreak in indonesia 1997-1998. Diunduh dari www.w3.whosea/dengue22/chap8.htm pada tanggal 4 desember 2010.] [10: Maulana heri DJ. Promosi kesehatan. Jakarta: buku kedokteran EGC; 2009.]

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, dan disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup : (1) kesehatan ibu dan anak, (2) keluarga berencana, (3) gizi, (4) ksehatan lingkungan, (5) pencegahan penyakit menular, (6) penyuluhan kesehatan masyarakat, (7) pengobatan, (8) perawatan kesehatan masyarakat, (9) usaha kesehatan gizi, (10) usaha kesehatan sekolah, (11) usaha kesehatan jiwa, (12) laboratorium, (13) pencatatan dan pelaporan. Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yakni tipe A dan B, di mana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh seorang paramedis saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka akhrinya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter, pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian puskesmas, yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :a) Strata satu : puskesmas dengan presentassi sangat baik b) Strata dua : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standarc) Strata tiga : puskesmas dengan presentasi di bawah rata-rataSelanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial yang lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan loka karya mini untuk pengoperasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi, dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu). Program ini mencakup : (1) kesehatan ibu dan anak, (2) keluarga berencana, (3) gizi, (4) penanggulangan penyakit diare, (5) imunisasi. Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan posyandu di wilayah kerjanya masing-masing, tujuan dikembangkannya posyandu sejalan dengan pembangunan kesehatan yakni :a) Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.b) Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagian dan sejahtera (NKKBS).c) Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengankebutuhan dan kemampuannya. Pelayanan posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan sebagai berikut :a) Meja 1 : pendaftaran pengunjung posyandu dilayan oleh kader kesehatan.b) Meja 2 : penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader kesehatan.c) Meja 3 : pencatatan dan hasil penimbangan dari meja 2 di dalam KMS, dilayani oleh kader kesehatan.d) Meja 4 : penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.e) Meja 5 : pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yang memerlukan, dan periksa hamil, dilayani oleh kader kesehatan. Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk ke puskesmas.2

Kesimpulan Hampir semua orang pernah menderita suatu penyakit, dari yang ringan sampai berat, bahkan berakibat fatal berupa cacat atau kematian. Tidak ada yang selalu sehat, pasti mereka pernah merasakan sakit. Akan tetapi, sehat dapat diperoleh dengan mudah apabila ada dorongan dalam diri sendiri untuk menjadi sehat. Selain menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan lingkungan juga berpengaruh besar dalam kesehatan, lingkungan yang menjadikan diri kita lebih nyaman untuk hidup di sekitar kita. Lingkungan yang sehat lah yang harus kita ciptakan dari sekarang untuk menghindari segala macam penyakit. Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi teah berdampapak pada kualitas daya dukung lingkungan yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan oleh sekelompok manusia untuk kepentingan sesaat, telah mengurangi daya dukung lingkungan, yang pada akhrinya akan melanda manusia dalam jumlah besar. Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia, telah lama disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar. Sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit menular, andil faktor lingkungan sangat besar. Sampah padat, seperti kaleng, botol, ember, serta benda-benda lain yang tidak terpakai lain yang berserakan di sekeliling rumah, dapat merupakan tempat ideal bagi aedes aegypti terutama pada musim hujan. Oleh karena itu, barang-barang yang tidak terpakai tersebut harus dikelola dengan baik. Barang-barang dari pabrik atau gudang yang sudah tidak tepakai, harus disimpan dengan benar sampai saatnya untuk dibuang atau dikuburkan. Pagar yang terbuat dari bambu serta kayu berongga, merupakan tempat ideal bagi aedes. Oleh karena itu, babmbu harus dipotong di bagian ruasnya, dan rongga yang tampak sebaiknya diisi pasir, pecahan kaca atu beton, agar tidak menjadi habitat nyamuk tersebut. Pakaian mengurangi risiko tergigit nyamuk, jika pakaian tersebut cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang, dengan kaus kaki, dapat melindungi tangan dan kaki dari gigitan nyamuk karena merupakan bagian tubuh yang rawan. Beragam penyakit menular muncul, berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya. Namun selama ini ada yang salah. Sebagian besar dari penyakit-penyakit itu terkait erat dengan kondisi lingkungan, baik global maupun lokal. Maka manajemen penyakit tidak semestinya dilakukan hanya pada manusia atau sejumlah penduduk yang mengalami sesuatu penyakit. Tanpa melibatkan faktor lingkungan, mustahil akan membuahkan hasil yang diharapkan.[endnoteRef:11] [11: Anies. Manajemen berbasis lingkungan. Jakarta: PT elex media komputindo; 2006.]

Daftar pustaka