PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN DAN WAKTU GENERASI …
Transcript of PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN DAN WAKTU GENERASI …
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
1
PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN DAN WAKTU GENERASI TERHADAP
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN KOLONI Klebsiella pneumoniae STRAIN ATCC
700603, CT1538 DAN S941 OLEH Lactobacillus bulgaricusKS1 DALAM SOYGHURT
Prima Nanda Fauziah1, Jetty Nurhajati2, Chrysanti3
1Prodi Analis Kesehatan, STIKes Jenderal Achmad Yani 2Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran
3Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran *Email: [email protected]
ABSTRAK
Suatu usaha pencegahan pertumbuhan berbagai strain bakteri Klebsiella pneumoniae dalam saluran pernapasan dengan menggunakan probiotik Lactobacillus bulgaricusdalam soyghurt telah dilakukan secara in vitrodi laboratorium mikrobiologi UPK FK Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju pertumbuhan dan waktu generasi terhadap penghambatan pertumbuhan koloni berbagai strain K.pneumoniaeoleh L.bulgaricus dalam soyghurt. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap penelitian, yaitu tahap pertama membuat kurva pertumbuhan untuk mengetahui laju pertumbuhan yang dilanjutkan dengan penentuan waktu generasi.Tahap kedua menguji penghambatan pertumbuhan koloni berbagai strain K.pneumoniae olehL.bulgaricus dalam soyghurt. Hasil penelitian tahap pertama diketahui bahwa L.bulgaricusKS1 dalam soyghurt mengalami pertumbuhan tertinggi (fase log) pada jam ke-18 inkubasi, K.pneumoniae ATCC 700603 dan K.pneumoniae CT1538 pada jam ke-10 inkubasi, sertaK.pneumoniae S941 pada jam ke-6 inkubasi.L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt memiliki waktu generasi selama 10.05 jam, K.pneumoniae ATCC 700603 selama 9.62 jam, K.pneumoniae CT1538 selama 5.32 jam, dan K.pneumoniae S941 selama 3.08 jam. Hasil penelitian tahap kedua diketahui bahwa L.bulgaricusKS1dalam soyghurtmemiliki sifat antagonisme terhadap berbagai strain K.pneumoniae, yang ditunjukkan dengan terhambatnya pertumbuhan koloni dari ketiga strain K.pneumoniae. Pengaruh penghambatan pertumbuhan koloni berbeda untuk masing-masing strain. Perbedaan laju pertumbuhan, waktu generasi dan penghambatan pertumbuhan koloni K.pneumoniaeoleh L.bulgaricus dalam soyghurt bergantung pada strain bakteri dan waktu inkubasi. Kata Kunci : lactobacillus bulgaricus, klebsiella pneumoniae, soyghurt
A. PENDAHULUAN
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah adekuat
akan memberikan manfaat kesehatan bagi penjamu (Kaboosi, 2011). Probiotik mampu
mengaktifkan sistem imunitas tubuh serta melawan bakteri dan virus patogen dengan cara
meningkatkan aktivitas sistem imun. Dengan begitu berbagai penyakit infeksi bisa dicegah
(Soeharsono dkk., 2010).
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
2
Agen antibakteri seperti asam laktat dan bakteriosin yang dimiliki bakteri probiotik juga
diketahui memiliki efek antagonisme yang sangat penting pada penghambatan
pertumbuhan bakteri patogen (Schifferli, 1988). Efek antagonisme terhadap bakteri
patogen ini disebabkan karena agen antibakteri yang dihasilkan probiotik mampu
menurunkan pH menjadi rendah sehingga bakteri patogen sulit bertahan hidup (Jay, 1996).
Salah satu bakteri probiotik yang paling umum digunakan adalah genus Lactobacillus.
Umumnya Lactobacillus merupakan bakteri yang termasuk dalam mikroflora normal usus
dan saluran pernapasan atas yang bersifat anaerob, termasuk diantaranya adalah
L.bulgaricus (Glück dan Gebbers, 2003).
L.bulgaricus merupakan salah satu bakteri probiotik dari genus Lactobacillus yang
telah lolos uji klinis dan mampu menyekresikan enzim yang dapat mengatasi intoleran
terhadap laktosa, menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan yang terbunuh
akibat konsumsi antibiotik (Waspodo, 2001). L.bulgaricus memiliki aktivitas lipolitik yang
tinggi dibandingkan bakteri asam laktat lainnya, sehingga memiliki cita rasa dan nilai gizi
yang tinggi saat dibuat suatu produk (Holt dkk., 1994).
Menurut Riskedas (2007) dalam Buletin Jendela Epidemiologi (2010), pneumonia
merupakan penyakit penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare diantara balita. Dinas
Kesehatan Jabar menyebutkan bahwa ditahun 2006 jumlah anak balita penderita
pneumonia mencapai 199.287 anak, dengan jumlah kematian akibat pneumonia pada bayi
mencapai 63 orang dan anak balita mencapai 19 orang (Nurhidayah dkk., 2008).
Ditinjau dari etiologinya, pneumonia dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi mikroba,
intoksikasi dan imunodefisiensi (Jawetz,1996; Qauliyah, 2010). Bakteri adalah penyebab
tersering dari pneumonia (90%). Bakteri – bakteri yang diketahui dapat menyebabkan
pneumonia, yaitu Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, danKlebsiella
pneumonia (Alsagaff dan Mukty, 2005; Ngastiah, 2008).
K.pneumoniae merupakan mikroflora normal pada mulut, selaput lendir saluran
pernapasan bagian atas, usus, saluran kemih dan alat kelamin manusia dan hewan (Ewing,
1986; Gutierrez dkk., 1999). Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan kolonisasi
mikroorganisme patogen yang disebabkan adanya mekanisme pertahanan tubuh dan paru-
paru. Jika terjadi ketidakseimbangan daya tahan tubuh, bakteri patogen ini mampu
berkembang biak lebih cepat dan menyebabkan penyakit pneumonia (Dalimunthe, 2008).
Pada bayi dan orang dewasa yang terserang pneumonia, memiliki keadaan tidak toleran
dengan susu sapi karena ketidakmampuan mencerna laktosa dapat memperberat penyakit
tersebut. Hal ini dapat dihindari dengan mengurangi asupan laktosa (Putra, 2007).
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
3
Soyghurt merupakan susu kedelai yang telah mengalami fermentasi salah satunya
oleh bakteri L.bulgaricus. Kedelai diketahui memiliki sumber prebiotik alami dan juga dapat
dikonsumsi oleh orang dengan ketidakmampuan mencerna laktosa (Winarno, 1993).
Saat ini antibiotik sering digunakan untuk menyembuhkan penyakit pneumonia
(Firmansyah, 2007). Akan tetapi memberikan efek negatif karena menyebabkan bakteri
patogen menjadi resisten terhadap antibiotik dan juga dapat membunuh mikroflora normal
dalam usus yang diketahui bermanfaat dalam meningkatkan sistem imun (Levy, 2000).
Oleh sebab itu diperlukan bahan alami seperti penggunaan mikroorganisme yang bersifat
menghambat kolonisasibakteri penyebab penyakit pneumonia.
Pengaruh bakteri probiotik dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri patogen
dapat dipelajari secara in vitro. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui sifat
antagonisme dari probiotik terhadap bakteri patogen pneumonia. Sebelum melakukan
pengujian antagonisme, hal yang harus dilakukan adalah membuat kurva pertumbuhan
untuk mengetahui laju pertumbuhan dan menentukan waktu generasi.
Pembuatan kurva pertumbuhan merupakan bagian yang penting dari suatu penelitian
karena dapat menggambarkan karakteristik kolonisasi bakteri. Selain itu, penghitungan
waktu generasi juga diperlukan untuk mengetahui prediksi populasi setiap mikroorganisme
dalam jangka waktu yang sama serta keaktifannya dalam proses metabolisme (Fardiaz,
1992).Sifat antagonisme bakteri probiotik terhadap bakteri patogen penyebab pneumonia
penting untuk diketahui dan dipelajari, maka dari itu perlu dilakukan proses penghambatan
terhadap infeksi bakteri K.pneumoniae secara in vitro. Pemberian L.bulgaricus sebagai
probiotik diharapkan dapat mencegah infeksi bakteri K.pneumoniae.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan dilakukan
dengan 2 tahap penelitian, yaitu:
1. Pembuatan kurva pertumbuhan dan penentuan waktu generasi bakteri L.bulgaricus
KS1 dan K.pneumoniae strain ATCC 700603. CT1538 serta S941. Bagian pertama,
yaitu pembuatan kurva pertumbuhan menggunakan metode TPC (Total Plate Count)
dan piringan tuang (pour plate method). Data kemudian dibuat kurva dan dianalisis
secara deskriptif. Bagian kedua, yaitu penghitungan waktu generasi dilakukan dengan
memasukan data hasil kurva pertumbuhan ke dalam rumus penghitungan waktu
generasi.Rumus penghitungan waktu generasi:
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
4
dimana G merupakan waktu waktu generasi, t merupakan selang waktu antara
pengukuran jumlah sel di dalam populasi pada suatu saat di dalam fase log (B) dan
kemudian lagi pada suatu titik waktu kemudian (b), B merupakan populasi awal, b
merupakan populasi setelah waktu t dan 3,3 merupakan faktor konversi log2 menjadi
log10 (Pelczar dan Chan, 2006).
2. Pengujianpenghambatan pertumbuhan koloni K.pneumoniae strain ATCC 700603,
CT1538 dan S941 oleh probiotik L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt dengan metode
piringan goresan (streak plate method). Hasil pengujian kemudian dianalisis secara
deskriptif.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Laju Pertumbuhan dan Waktu Generasi
Data hasil penghitungan koloni pada pertumbuhan L. bulgaricus dalam
soyghurt ditampilkan pada Tabel 1.1 yang menghasilkan kurva pertumbuhan
berdasarkan garis polinomial dengan persamaan Y = -0,003x2 + 0,096x + 6,072
dengan sumbu X yang menunjukan waktu inkubasi (jam) dan sumbu Y yang
menunjukan jumlah sel (Logx) seperti terlihat pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa L. bulgaricus dalam soyghurt masih
mengalami fase adaptasi (lag) yaitu pada jam ke-0 hingga jam ke-2. Hal ini juga terjadi
pada pertumbuhan L.bulgaricus dalam soyghurt pada penelitian Narwati (2002)
dengan fase adaptasi yang diperoleh adalah jam ke 0-2. Dalam fase lag ini,
L.bulgaricus berada dalam tahap penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Pada
fase adaptasi mikroba mengalami suatu masa dimana selnya menjadi lebih besar
tetapi jumlahnya tetap sama atau sedikit sekali terjadi perkembangan populasi
meskipun metabolisme sel terus berlangsung (Fauziah dkk., 2011).
Tabel 1. Data Jumlah Sel Bakteri L.bulgaricus KS1 dalam Soyghurt
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
5
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan L.bulgaricusKS1 dalam Soyghurt
Fase berikutnya adalah fase pertumbuhan logaritmik (log) yang dicapai oleh
L.bulgaricus yang dimulai setelah jam ke-2 hingga mencapai pertumbuhan maksimum
pada jam ke-18 inkubasi. Fase ini merupakan akhir fase lag yang ditandai dengan
terus membelahnya sel mikroba. Selama fase log, sel membelah terus-menerus
konstan dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi saat angka dan log dari angka
kelompok sel terhadap waktu pada garis lurus(Shantharam, 1997 dalam Nurhajati
dkk., 2009), sedangkan umur inokulum yang memperlihatkan konstanta laju
pertumbuhan yang merupakan nilai aktivitas sel tertinggi yaitu dicapai pada jam ke-6
inkubasi.
Fase stationer L.bulgaricus dalam soyghurt terlihat mulai setelah jam ke-20
hingga jam ke-22 inkubasi. Pada akhir fase log banyak sel akan mati, sedangkan yang
masih ada sudah tidak mampu lagi mengadakan pembelahan (Fauziah dkk., 2011).
Pada jam ke-22 hingga jam ke-24 L.bulgaricus dalam soyghurt telah memasuki fase
kematian. Habisnya nutrisi dan akumulasi produk inhibitor seperti asam adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi kematian sel (Shantharam, 1997 dalam
Nurhajati dkk., 2009).
Selain dapat mengetahui waktu dan umur kultur mikroba yang akan dipanen,
kurva pertumbuhan pun dapat menentukan lamanya waktu generasi mikroba (Pelczar
dan Chan, 2006). Dengan mengetahui waktu generasi setiap mikroba maka dapat
diprediksi populasi setiap mikroba dalam jangka waktu yang sama serta keaktifannya
dalam proses metabolisme (Fardiaz, 1992). Dari kurva pertumbuhan L.bulgaricus
dalam soyghurt, diketahui bahwa L.bulgaricus memiliki waktu generasi selama 10.05
jam.
Data hasil perhitungan koloni pada pertumbuhan K.pneumoniae strain ATCC
700603, CT1538 dan S941 dalam BHI broth ditampilkan pada Tabel 2, 3 dan 4 yang
menghasilkan kurva pertumbuhan berdasarkan garis polinomialdengan persamaan
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
6
Y=-0,001x2 + 0,043x + 10,47 untuk K. pneumoniae strain ATCC 700603, persamaan
Y=-0,033x2 + 0,95x + 4,93 untuk K. pneumoniae strain CT1538, dan persamaan Y =
-0,002x2 + 0,029x + 10,60 untuk K.pneumoniae strain S941 dengan sumbu X yang
menunjukan waktu inkubasi (jam) dan sumbu Y yang menunjukan jumlah sel (Logx)
seperti terlihat pada Gambar 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Data Jumlah Sel Bakteri K.pneumoniae ATCC 700603
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan K.pneumoniae ATCC 700603
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
7
Tabel 3. Data Jumlah Sel Bakteri K.pneumoniaeCT1538
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan K.pneumoniae CT1538
Tabel 4. Data Jumlah Sel Bakteri K.pneumoniae S941
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
8
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan K.pneumoniae S941
Dari Gambar kurva pertumbuhan 2, 3 dan 4 diketahui bahwa berbagai strain
K.pneumoniae masih mengalami fase adaptasi (lag) yaitu pada jam ke-0 hingga jam
ke-2. Hal ini juga terjadi pada pertumbuhan K.pneumoniae dalam luria bertani broth
pada penelitian Caliper (2012). K.pneumoniae strain ATCC 700603 dan strain CT1538
mengalami pertumbuhan tertinggi pada jam ke-10, sedangkan strain S941 pada jam
ke-6. Selama pertumbuhannya, suatu jenis mikroba memperbanyak diri dengan cara
membelah diri menjadi dua, kemudian masing-masing membelah lagi menjadi dua
sehingga pada setiap generasi jumlahnya menjadi dua kali populasi sebelumnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya proses ini disebut waktu generasi. Dengan
mengetahui waktu generasi setiap mikroba maka dapat diprediksi populasi setiap
mikroba dalam jangka waktu yang sama serta keaktifannya dalam proses metabolisme
(Fardiaz, 1992). Dari gambar kurva pertumbuhan ditunjukan bahwa K.pneumoniae
strain S941 memiliki waktu generasi tercepat yaitu 3.08 jam, disusul oleh
K.pneumoniae strain CT1538, yaitu 5.32 jam dan K.pneumoniae strain ATCC 700603
sebesar 9.62 jam. Selain itu, gambar menunjukkan bahwa K.pneumoniae baik strain
ATCC 700603, CT1538 dan S941 memiliki waktu generasi yang lebih cepat
dibandingkan L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt. Akan tetapi, bakteri L.bulgaricusKS1
dalam soyghurt memiliki fase logaritmik yang jauh lebih lama serta mengalami
peningkatan jumlah sel bakteri yang lebih stabil dibandingkan ketiga strain
K.pneumoniae.
2. Penghambatan Pertumbuhan Koloni Berbagai Strain K.pneumoniae oleh
Probiotik L. bulgaricus dalam Soyghurt
Hasil pengujian pengaruh probiotik L.bulgaricus dalam soyghurt terhadap
berbagai strain K.pneumoniae setelah diinkubasi pada temperatur 37°C pada
inkubator 5% CO2 selama 24 jam dalam media MCA (Mac Conkey Agar) terlihat pada
Gambar 5,6 dan 7. Pengujian ini menggunakan koloni bakteri L.bulgaricusKS1 dalam
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
9
soyghurt yang telah dipanen pada jam ke-18 inkubasi (sesuai hasil laju pertumbuhan),
K.pneumoniae ATCC 700603 dan CT1538 pada jam ke-10 inkubasi, serta
K.pneumoniaeS941 pada jam ke-6.
Gambar 5. (A) K.pneumoniae strain ATCC 700603 pada medium MCA
(B) Pengaruh sifat antagonisme L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt
terhadap pertumbuhan koloni K.pneumoniae strain ATCC 700603.
Gambar 6. (A) K.pneumoniae strain CT1538 pada medium MCA.(B) Pengaruh sifat
antagonisme L.bulgaricus KS1 dalam soyghurtterhadap pertumbuhan
koloni K.pneumoniae strain CT1538.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
10
Gambar 7. (A) K.pneumoniae strain S941 pada medium MCA. (B) Pengaruh sifat
antagonisme L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt terhadap pertumbuhan
koloni K.pneumoniae strain S941.
Gambar 5,6 dan 7 bagian B menunjukkan penghambatan pertumbuhan koloni
berbagai strain K.pneumoniaeoleh L.bulgaricusKS1 dalam soyghurt. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa L.bulgaricusKS1 dalam soyghurt yang telah dipanen pada fase log
mampu menghambat pertumbuhan koloniberbagai strain K.pneumoniae dengan menjadikan
koloni K.pneumoniaetumbuh tidak sebagaimana mestinya. Pada Gambar 5B terlihat bahwa
koloni K.pneumoniae ATCC 700603 yang seharusnya berwarna merah (seperti, Gambar 5A)
menjadi berwarna putih kekuningan dan menjadi tidak mengkilap sebagaimana seharusnya.
Hal ini dikarenakan K.pneumoniae tidak mampu memfermentasi laktosa yang terdapat di
dalam medium MCA, sehingga warna koloni K.pneumoniae ATCC 700603 tidak menjadi
merah dan mengkilap. Gambar 6B menunjukkan bahwa L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt
mampu menghambat pertumbuhan koloni K.pneumoniae strain CT1538. Penghambatan
pertumbuhan koloni ini menyebabkan koloni K.pneumoniae CT1538 menjadi sedikit dan
warna koloni menjadi putih kekuningan serta tidak mengkilap. Selain itu, Gambar
7Bmemperlihatkan bahwakoloni K.pneumoniae S941 menjadi putih susu, berukuran kecil,
tipis dan tidak mengkilap.
K.pneumoniae tumbuh pada medium spesifik MCA (Mac Conkey Agar) dengan
memperlihatkan karakteristik yang khas, yaitu koloni berukuran besar, berwarna merah,
mengkilap dan tebal. Warna merah yang dihasilkan oleh koloni K.pneumoniae disebabkan
adanya indikator neutral red pada medium MCA yang menandakan bahwa K.pneumoniae
mampu memfermentasi laktosa (Ewing, 1986).
Berdasarkan Gambar 5,6 dan 7 diketahui bahwa perbedaan laju pertumbuhan dan
waktu generasi bakteri yang digunakan menyebabkan perbedaan dalam proses
penghambatan pertumbuhan koloni pada berbagai strain K.pneumoniae.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
11
Hal ini ditunjukkan dengan berbedanya ciri-ciri koloni yang dihasilkan. Pengaruh
penghambatan pertumbuhan koloni oleh L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt terbesar terjadi
pada koloni K.pneumoniae CT1538 dan S941, karena koloni tidak hanya berwarna putih dan
tidak mengkilap, tetapi juga pertumbuhan koloni K.pneumoniae strain ini menjadi sangat
sedikit, tipis serta berukuran kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan koloni
K.pneumoniae strain ATCC 700603. Hal ini dikarenakan waktu generasi K.pneumoniae strain
CT1538 dan S941 berlangsung cepat namun tidak stabil. Setelah K.pneumoniae strain
CT1538 dan S941 sudah tidak mampu melakukan pertumbuhan dengan cepat, L.bulgaricus
KS1 dalam soyghurt justru sedang mengalami pertumbuhan yang cepat dan stabil, sehingga
L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt tetap mampu menghambat dan merusak koloni
K.pneumoniae CT1538 dan S941.
Penggunaan L.bulgaricus dalam soyghurt sebagai mikroba antagonismecukup efektif
dalam menghambat kolonisasi bakteri patogen. L.bulgaricus merupakan bakteri asam laktat
yang mampu memproduksi senyawa antimikroba berupa asam-asam organik, bakteriosin,
dan hidrogen peroksida. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan
mikroba antagonis untuk menghambat bahkan membunuh bakteri patogen adalah pH rendah
(<4,5), konsentrasi asam organik, kapasitas buffer dari substrat, kandungan hidrogen
peroksida, kompetisi nutrisi dengan bakteri lain, produksi antibiotik atau bakteriosin, dan
penurunan potensi oksidasi reduksi (Jay, 1996).
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan umum sebagai berikut:
a. K.pneumoniae strain ATCC 700603, CT1538 dan S941 memiliki laju pertumbuhan
tertinggi dan waktu generasi yang lebih cepat dibandingkan L.bulgaricus KS1 dalam
soyghurt. Namun demikian, bakteri L.bulgaricus KS1 dalam soyghurt memiliki fase
logaritmik yang jauh lebih lama serta mengalami peningkatan jumlah sel bakteri
yang lebih stabil dibandingkan ketiga strain K.pneumoniae.
b. L.bulgaricus dalam soyghurt diketahui menghasilkan zat antimikroba alami berupa
asam laktat dan bakteriosin, serta bersifat antagonisme terhadap bakteri patogen,
sehingga diharapkan mampu menghambat pertumbuhan koloni serta dapat
menghambat aktivitas K.pneumoniae pada saluran pernapasan dalam skala
laboratorium.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
12
2. Saran
L.bulgaricus merupakan bakteri probiotik juga memiliki sifat imunomodulator
dengan menghasilkan zat–zat antimikroba alami, sehingga dapat bersaing terhadap
kolonisasi bakteri patogen penyebab penyakit seperti K.pneumoniae di dalam saluran
pernapasan. Pemberian soyghurt yang merupakan hasil fermentasi susu kedelai oleh
L.bulgaricusdiharapkan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi yang meminumnya
berupa terbawanya bakteri probiotik hidup dan sumber prebiotik alami ke dalam saluran
pencernaan sehingga mampu memodulasi sistem kekebalan tubuh dan menekan
pertumbuhan bakteri patogen pada saluran tubuh lainnya termasuk saluran
pernapasan. Selain itu, perlu dilakukan juga penelitian mengenai sifat imunomodulator
dan adhesif pada bakteri L.bulgaricus dan bakteri Lactobacillus lainnya dalam
menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan infeksi saluran
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H., dan Mukty, H.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Airlangga
University Press. Surabaya.
Buletin Jendela Epidemiologi. 2010. Pneumonia Balita. Bakti Husada. Vol 3 September 2010.
ISSN 2087-1546.
Caliper. 2008. BiowareTM Microorganism – Klebsiella pneumoniae Xen39 In vitro
Characteristics. Caliper Life Science, Inc.P: 1-2.
Dalimunthe, Aminah. 2008. Pemantauan Efektivitas Gentamisin Dosis Berganda Intravenus
Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti (Community Aquired Pneumonia) Di Rumah Sakit
Umum Pusat H.Adam Malik Medan. (Dokumentasi Sekolah Pasca Sarjana USU).
Ewing, W.H. 1986. Identification of Enterobacteriaceae. Fourth Edition. Elsevier Science
Publishing co, Inc. New York.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pengolahan pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 3-23.
Fauziah N. Prima., dan R. Safitri. 2011. Pembuatan Starter Inokulum Jamur Aspergillus
oryzae, Rhizopus oligosporus dan Trichoderma viride untuk Bibit Fermentasi Kulit Pisang
Kepok (Musa balbisiana Colla). (Dokumentasi Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
FMIPA Unpad).
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
13
Firmansyah, A. 2007. Probiotik Atasi Diare, Cegah Sembelit. http://www.kompas.com. Hal: 1-
2.
Glück, Ulrich., and Gebbers, Jan-Olaf. 2003. Ingested Probiotics Reduce Nasal Colonization
with Pathogenic Bacteria (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, and β-
Haemolytic Streptococci). American Journal for Clinical Nutrition. 77:517-520.
Gutierrez R.C., Olga M.de Nader et al. 1999. Microbial Flora Variations in Respiratory Tract
of Mice. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro. Vol. 94(5): 701-707.
Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Stanley, and S.T. Wlliams. 1994. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology. Nine edition. William and Wilkins. Michigan State University.
Baltimore.
Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Jay, J.M. 1996. Modern Food Microbiology. Chapman & Hall. New York.
Kaboosi, Hami. 2011. Antibacterial Effects of Probiotics Isolated from Yoghurt Againts Some
Common Bacterial Pathogens. African Journal of Microbiology Research. Vol. 5(25),pp
4363-4367.
Koswara, S. 2006. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. www.ebookpangan.com . Hal:
1-2.
Levy, S.B. 2000. The Challenge of Antibiotics Resistance. http://scientific-american.com . P:
1-2.
Napitupulu, N., T. Yulinery, dan R. Hardiningsih. 2000. Pengaruh Lama Penyimpanan, Suhu
dan Media terhadap Kemampuan Antibakteri yang Dihasilkan Lactobacillus dalam
Menghambat pertumbuhan Beberapa Bakteri Patogen. LIPI. Bogor.
Ngastiah. 2008. Perawatan anak sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC Speirs, A.L. Jakarta.
Nurhajati, J.S., R. Sulistijowati., dan I. Amaliah. 2009. The Influence of Giving Various
Concentrations and Method of Inoculum Lactobacillus acidophillus According to Immersion
Time for Total Escherichia coli in Swordfish Stew (Auxis rochei). International Seminar
Biotechnology. Unpad. Bandung.
Nurhidayah, Ikeu., Sari, Fatimah., dan Windy, R. 2008. Upaya Keluarga dalam Pencegahan
dan Perawatan ISPA di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
(Dokumentasi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad).
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
14
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar – dasar Mikrobiologi (diterjemahkan oleh Ratna Siri
Hadieotomo). Jilid 2. Penerbit UI-Press. Jakarta.
Putra, D.S. 2007. Diare Persisten pada Anak. http://www.dr-rocky.com/ index.php/diare-
persisten-pada-anak.
Qauliyah, Asta. 2010. Referat Kedokteran Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Pneumonia.
http://astaqauliyah.com/2010/07/referat-kedokteran-etiologi-parafisiologi-penyakit-
pneumonia/. Hal: 1-2.
Schifferli, D. M., and E.H. Beachey. 1988. Bacterial Adhesion: Modulation by Antibiotics Which
Perturb Protein Synthesis. J. Antimicrob. Agents Chemother. 32:1603-1608.
Setyaningsih. 1992. Pengaruh Jenis Kultur Lactobacillus casei, Penambahan Susu Skim, dan
Glukosa terhadap Mutu Yakult Kedelai. (Dokumentasi Institut Pertanian Bogor).
Soeharsono, Lovita, A., Ratu, S., Osfar, S., Sirajuddin, A., Rita R., Hendronoto, A.W.L., dan Andi,
M. 2010. Probiotik : Basis Ilmiah, Aplikasi dan Aspek Praktis. Widya Padjadjaran. Bandung.
Hal : 50-54.
Waspodo, I.S. 2001. Efek Probiotik, Prebiotik dan Simbiotik Bagi Kesehatan.
http://www.kompas.com/kompascetak/0109/iptek/efek22.htm. Hal: 1-2.