PENGARUH LABEL HALAL PADA KEMASAN TERHADAP...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PENGARUH LABEL HALAL PADA KEMASAN TERHADAP...
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
874
PENGARUH LABEL HALAL PADA KEMASAN
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ES KRIM
Nor Wulan P1)
, Sri Hastuti2)
, Burhan2)
Alumni Prodi TIP, Universitas Trunojoyo Madura
Dosen Prodi TIP, Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK
Salah satu usaha dari produsen untuk meyakinkan konsumen bahwa
produknya bebas dari bahaya hal yang diharamkan adalah dengan mencantumkan
label halal pada kemasan produknya. Masyarakat sebagai konsumen harus berhati-hati
dalam melakukan keputusan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh adanya label halal terhadap keputusan pembelian produk es
krim dengan menggunakan metode angket/kuesioner. Populasi yang digunakan adalah
mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura berjumlah 4.460 orang yang diambil
sebagai sampel sebanyak 98 orang dengan rumus Slovin. Teknik analisis data
yaitu analisis deskriptif serta analisis kuantitatif seperti uji validitas dan reliabilitas, uji
asumsi klasik, analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Berdasarkan pengolahan
data diperoleh persamaan linear Y = 5,583 + 0,198X1 + 0,267X2 + 0,451X3 + e,
dimana variabel X1 (proses pembuatan), X2 (bahan utama) dan X3 (bahan tambahan)
memiliki hubungan yang kuat dengan Y (keputusan pembelian) yang ditunjukkan
dengan koef R bernilai 0,735. Secara simultan, X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap
Y, namun secara parsial X2 tidak berpengaruh terhadap Y karena nilai thitung lebih
kecil dibanding ttabel (1,903<1,9852). Variabel Y dipengaruhi X1, X2 dan X3
sebesar 52,5% sementara sisanya 47,5% dipengaruhi faktor lain.
Kata kunci: label halal, keputusan pembelian
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan teknologi telah merambah ke berbagai bidang kerja
termasuk dalam bidang industri pangan. Teknologi yang diterapkan dalam industri
pangan yaitu dalam hal mengembangkan teknik pengolahan dan teknik pengawetan
pangan. Proses pengolahan pangan dalam skala industri bertujuan untuk menghasilkan
produk pangan dalam jumlah besar, memiliki daya simpan yang lama, mempunyai
karakteristik fisik dan nutrisi yang baik serta bernilai ekonomis. Untuk mendapatkan
produk yang sesuai dengan kriteria tersebut maka dibutuhkan penanganan dan proses
dengan melibatkan berbagai macam bahan baku maupun bahan aditif (bahan
tambahan pangan) yang dapat membantu proses pengolahan atau memperbaiki kualitas
(Apriyantono 2009).
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
875
Bahan aditif merupakan bahan yang ditambahkan secara sengaja pada bahan
makanan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas atau kenampakan makanan.
Bahan aditif tersebut ada yang alami dan ada yang buatan. Bahan aditif alami
berasal dari unsur nabati atau tumbuh- tumbuhan, sedangkan bahan aditif buatan
berasal dari unsur nabati atau hewani yang mengalami proses pengolahan. Bahan
aditif buatan ini cenderung masih diragukan kehalalannya dilihat dari sumber dan
proses pembuatan bahan aditif tersebut. Oleh karena itu, bahan aditif yang
ditambahkan dalam jumlah sedikit pada bahan makanan ini berpengaruh dalam
menentukan kehalalan suatu produk pangan.
Masyarakat sebagai konsumen semakin kritis dalam memilih produk pangan.
Konsumen tidak hanya sekedar menuntut produk pangan yang terjamin kandungan
gizinya, namun juga keamanan. 90% konsumen pangan di Indonesia merupakan
konsumen muslim. Bagi konsumen muslim produk pangan yang aman bukan
hanya sekedar terbebas dari cemaran fisik, kimia maupun biologis, namun juga
ada suatu unsur yang hakiki, yaitu aman dari bahaya barang yang diharamkan atau
diragukan (Adisasmito 2008). Salah satu usaha dari produsen untuk meyakinkan
konsumen bahwa produknya bebas dari bahaya hal yang diharamkan adalah dengan
mencantumkan label halal pada kemasan produknya yang dikeluarkan oleh Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI).
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat dihebohkan dengan adanya kabar bahwa
produk es krim Magnum yang beredar di pasaran mengandung babi.
Kesimpangsiuran adanya unsur babi pada es krim Magnum berdasarkan tulisan kode
E472 yang terdapat di bagian komposisi bahan pada kemasan es krim. Masyarakat
termakan isu bahwa kode E tersebut bermakna mengandung babi, padahal
sebenarnya kode E atau yang biasa disebut E-Number merupakan kode yang
digunakan untuk bahan aditif makanan pada label makanan di Eropa.
Menghadapi banyaknya isu tentang produk-produk di pasaran yang diragukan
kehalalannya, konsumen harus lebih berhati-hati sebelum membuat keputusan
pembelian. Menurut Hatane (2007), keputusan pembelian merupakan kesimpulan
terbaik dari seorang individu konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam membuat
suatu keputusan pembelian produk halal, konsumen memiliki patokan paling aman
yaitu tersedianya sertifikat halal yang dikeluarkan MUI dalam bentuk adanya label
halal pada kemasan produk pangan (Andani 2011). Penelitian ini akan
menggambarkan bagaimana pengaruh label halal yang ada pada kemasan terhadap
keputusan pembelian konsumen produk es krim.
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
876
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Bangkalan, tepatnya di Universitas Trunojoyo
Madura yang disesuaikan dengan sampel yang akan digunakan. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura
(UTM) yang pernah membeli produk es krim. Jumlah mahasiswa yang ada di UTM
yang terbagi menjadi lima fakultas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah mahasiswa UTM (Angkatan 2008/2009 sampai 2011/2012)
Fakultas (orang) Jumlah Mahasiswa
Pertanian 888
Ekonomi 1183
Teknik 1009
Hukum 508
Fisib 872
Total 4460
Sumber : BAAK UTM (2012)
Untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan pendekatan rumus Slovin:
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional (membagi) untuk
setiap fakultas dengan rumus:
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian (10%)
ni = ukuran sampel yang harus diambil
Ni = ukuran sub populasi ke-i
Dari hasil perhitungan diperoleh:
1. Fakultas Pertanian diambil sampel sebanyak 20 orang
2. Fakultas Ekonomi diambil sampel sebanyak 26 orang
3. Fakultas Teknik diambil sampel sebanyak 22 orang
4. Fakultas Hukum diambil sampel sebanyak 11 orang
5. Fakultas Fisib diambil sampelsebanyak 19 orang
maka diperoleh besarnya sampel sebesar 98 mahasiswa
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
877
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Accidental
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila
dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2006).
Variabel Penelitian
Variabel independen adalah variabel bebas sebagai penyebab atau pendahulu
variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Label
Halal yang terdiri dari tiga variabel sebagai berikut:
1. Proses pembuatan (X1)
2. Bahan utama (X2)
3. Bahan tambahan (X3)
sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah keputusan
pembelian konsumen (Y) dengan indikator:
1. Tingkat keyakinan
2. Kepercayaan
3. Minat
4. Pengenalan Informasi
5. Kualitas produk
Pengukuran variabel-variabel tersebut menggunakan skala likert yang
digunakan untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi yang dijabarkan menjadi
indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2006). Tabel
2 menunjukkan skor yang digunakan dalam kuesioner menggunakan skala likert.
Tabel 2. Instrumen skala Likert
Teknik Analisis Data
Uji validitas dan reliabilitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai
korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total memakai
rumus
rhitung
rtabel
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
878
keterangan:
r = nilai korelasi
n = jumlah responden (sampel)
X = nilai skor pada masing-masing pertanyaan
Y = total nilai skor tiap responden
α = taraf signifikan (5%)
Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah sebagai berikut :
1) Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid
2) Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang kali
(Sugiyono 2006). Pengujian secara reliabilitas instrument dilakukan dengan
menggunakan rumus alpha cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,60 (Ghozali 2001).
Analisis regresi linear berganda
Menurut Riduwan (2007), analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa
besar pengaruh dua atau lebih variable bebas secara bersama-sama terhadap suatu
variabel terikat. Besarnya pengaruh ditunjukkan oleh koefisien regresi (b) yang dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e
Keterangan:
Y = keputusan pembelian
a = bilangan konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
X1 = var. proses pembuatan
X2 = var. bahan utama X3 = var. bahan tambahan e = error atau galat
Untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara
bersama-sama digunakan analisis korelasi ganda (R). Tabel 3 merupakan pedoman
untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono 2007).
Tabel 3. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0, 799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
879
Uji asumsi klasik
Pengajuan asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model
regresi linier berganda tersebut telah memenuhi asumsi klasik atau belum. Agar
menghasilkan persamaan terbaik linier yang tidak mengandung kesalahan(BLUE/Best
Linier Unbiased Estimator) digunakan asumsi-asumsi model linier klasik (Gujarati
2000). Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi atau
sebaran data. Normalitas data dideteksi dengan melihat penyebaran titik (data) pada
sumbu diagonal dari grafik normal plot. Selain melihat penyebaran data di
grafik, uji normalitas juga menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov agar lebih akurat.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikoleniaritas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
atau faktor pertambahan ragam. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
multikolinieritas, begitupun sebaliknya (Bhuono 2005).
3. Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas yaitu untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pangamatan
lain. Heteroskedastisitas diukur dengan metode plot, jika scatterplot menunjukkan
adanya titik-titik yang membentuk pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas.
Uji hipotesis
1. Uji F (Signifikansi simultan) Uji ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variable
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
2. Uji t (Signifikansi parsial)
Uji t bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel-variabel
bebas secara terpisah terhadap variabel terikat.
3. Uji Koef Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pengaruh antar variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau ketepatan
suatu instrumen, dalam hal ini adalah kuesioner. Kriteria untuk menentukan
validitas kuesioner dengan membandingkan nilai rhitung dan rtabel, dimana jika rhitung
lebih besar dari rtabel, maka dikatakan valid. Uji validitas juga dapat dilihat dari nilai
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
880
signifikansinya. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dikatakan signifikan
(Ghazali 2001). Hasil pengujian validitas yang telah dilakukan terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji validitas instrumen Variabel Item
Pernyataan
Signifikansi rhitung r tabel Ket
X1(Proses pembuatan X11 0,000 0,753 0,1986 Valid X12 0,000 0,833 0,1986 Valid X13 0,000 0,841 0,1986 Valid X14 0,000 0,722 0,1986 Valid X15 0,000 0,718 0,1986 Valid X2 (Bahan utama) X21 0,000 0,618 0,1986 Valid X22 0,000 0,718 0,1986 Valid X23 0,000 0,782 0,1986 Valid X24 0,000 0,692 0,1986 Valid X3 (Bahan Tambahan) X31 0,000 0,718 0,1986 Valid X32 0,000 0,783 0,1986 Valid X33 0,000 0,686 0,1986 Valid X34 0,000 0,77 0,1986 Valid Y (Keputusan Pembelian Y11 0,000 0,748 0,1986 Valid Y12 0,000 0,745 0,1986 Valid Y13 0,000 0,825 0,1986 Valid Y14 0,000 0,713 0,1986 Valid Y15 0,000 0,731 0,1986 Valid
Tabel 4 menunjukkan semua item pernyataan mempunyai rhitung yang lebih besar
dari rtabel dan nilai significansi kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa
instrumen dalam penelitian ini adalah valid.
Uji Realibilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi dari instrument
penelitian, dalam hal ini kuesioner, artinya kuesioner memiliki hasil pengukuran yang
relatif konsisten atau stabil jika dilakukan berulang- ulang. Dalam penelitian ini,
untuk mengetahui apakah kuesioner reliabel atau tidak dapat dilihat dari nilai
Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Ghazali 2001). Hasil pengujian realibilitas
terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji Realibilitas instrumen
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
X1 (Proses Pembuatan) 0,8 Reliabel
X2 (Bahan Utama) 0,779 Reliabel
X3 (Bahan Tambahan) 0,793 Reliabel
Y(Keputusan Pembelian) 0,794 Reliabel
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat keempat variabel memiliki nilai Cronbach Alpha
di atas 0,60, yaitu masing-masing sebesar 0,8; 0,779; 0,793; dan 0,794. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
881
Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (proses pembuatan,
bahan utama dan bahan tambahan) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian)
maka dibutuhkan analisis regresi linier berganda. Analisis dilakukan dengan bantuan
program SPSS versi 16.0 dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai koefisien regresi
Model Koefisien Tidak Baku
B
Std. Error
Konstanta 5,583 1,379
X1 0,198 0,088
X2 0,267 0,140
X3 0,451 0,147
Dari Tabel 6. dapat diambil persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 5,583 + 0,198X1 + 0,267X2 + 0,451X3 + e
persamaan tersebut menunjukkan semua koefisien bernilai positif, itu artinya
variabel proses pembuatan (X1), bahan utama (X2) dan bahan tambahan (X3)
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y). Sementara nilai konstanta
sebesar 5,583, menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh dari variabel bebas atau
variabel bebas bernilai nol maka keputusan pembelian akan bernilai 5,583.
Variabel proses pembuatan (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,198. Itu
artinya ketika terjadi kenaikan proses pembuatan sebesar satu satuan, maka
keputusan pembelian akan naik sebesar 0,198 dengan asumsi semua variabel bebas
bernilai tetap atau tidak mengalami kenaikan atau penurunan. Sedangkan untuk
variabel bahan utama diperoleh koefisien sebesar 0,267, dan sama halnya dengan
variabel proses pembuatan, apabila nilai bahan utama ditingkatkan sebesar satu satuan
maka akan terjadi peningkatan sebesar 0,267 pada keputusan pembelian dengan
asumsi semua variabel bebas bernilai tetap. Koefisien pada variable bahan
tambahan bernilai 0,451 dan bertanda positif, hal ini berarti keputusan pembelian
akan meningkat sebesar 0,451 ketika nilai dari bahan tambahan dinaikkan sebesar satu
satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain bernilai tetap.
Selain itu untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara variable bebas
(proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan) dengan variabel keputusan
pembelian, dapat dilihat pada nilai koefisien R seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai koefisien korelasi R
Model R R kuadrat Adj R Square Standar
Kesalahan dari
Nilai Prediksi
1 0,735 0,540 0,525 190,601
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh koefisien R bernilai 0,753, dan berada diantara nilai
0,60 – 0,799 yang artinya proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
882
memiliki hubungan yang kuat dengan keputusan pembelian (Sugiyono 2007).
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi atau sebaran
data. Dalam penelitian ini untuk mengetshui kenormlan data dilihat dari penyebaran
titik (data) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Selain itu, agar lebih akurat
menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof.
Gambar 1. Normal P-P plot
Berdasarkan Gambar 1 terlihat penyebaran data mengikuti garis diagonal
dan menyebar di sekitar garis diagonal atau tidak melenceng dari garis diagonal. Hal ini
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (Ghozali 2001). Selain itu untuk
mendapatkan data yang lebih akurat, menggunakan uji Kolmogorof- Smirnov seperti
pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji Kolmogorof- Smirnov
N Nilai Prediksi tidak baku
Parameter Normal Rata-rata 98
Standar 19,4183673
Deviasi 2,03159765
Perbedaan paling besar Nilai mutlak 0,049
Positif 0,040
Negatif 0,049
Kolmogorof- Smirnov Z 0,488
Asymp.Sig (2-tailed) 0,971
Terlihat pada Tabel 8. nilai signifikansi sebesar 0,971, jauh lebih besar
dibanding 0,05. Menurut Ghozali (2001) bila nilai signifikansi > 0,05, maka uji
normalitas dapat terpenuhi.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
883
2. Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas yaitu untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
yang tinggi antar variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Uji ini
dapat diketahui dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor), dimana jika nilai
VIF > 10, maka terjadi multikolinieritas dan sebaliknya (Bhuono, 2005). Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil uji multikolinieritas
Model Konstanta Toleransi VIF
X1 0,417 2,397
X2 0,387 2,587
X3 0,371 2,693
Variabel proses pembuatan (X1), bahan utama (X2), dan bahan tambahan (X3)
memiliki nilai VIF < 10, yaitu berturut-turut sebesar 2,397; 2,587; dan 2,693. Hal
ini berarti tidak terjadi multikolinieritas dan model regresi yang baik tidak terjadi
korelasi antar variabel bebas.
3. Uji Heterokedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID).
Jika dalam plot, terdapat titik-titik yang membentuk pola tertentu, maka dapat
dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Ghazali 2001).
Gambar 2. Scatterplot
Gambar 2. menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk sebuah pola,
melainkan menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y yang disebut
dengan homokedastisitas. Hasil ini sesuai dengan model regresi yang digunakan
yaitu model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
4) Uji F (Simultan)
Uji F untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel terikat. Pengujian ini dengan Uji F, jika Fhitung ≤ Ftabel
maka H0 diterima (Sugiyono 2009). Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh F
hitung sebesar 36,735 jauh lebih besar disbanding Ftabel yaitu 2,70. Untuk nilai
signifikansi diperoleh 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini berarti variabel proses pembuatan
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
884
(X1), bahan utama (X2) dan bahan tambahan (X3) secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y).
5) Uji t (Parsial)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara
terpisah terhadap variabel terikat. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel
bebas secara terpisah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
(Sugiyono 2009).
Tabel 10. Uji t
Model T Sig
Konstanta 4,047 0,000
X1 2,264 0,026
X2 1,903 0,060
X3 3,060 0,003
Variabel proses pembuatan (X1) memiliki t hitung sebesar 2,264, lebih besar
dibanding t tabel, yaitu 1,98552. Sedangkan untuk signifikansinya diperoleh 0,000,
artinya proses pembuatan secara terpisah (parsial) berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian. Untuk variabel bahan utama (X2) diperoleh t
hitung sebesar 1,903 dan signifikansi 0,060. Hal ini berarti bahan utama secara
terpisah tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan t hitung dari
variable tambahan (X3) adalah 3,060 lebih besar dibanding t tabel dan mempunyai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,03, artinya bahan tambahan secara
terpisah berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Pada uji parsial, didapatkan bahwa variabel proses pembuatan berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen melakukan berbagai pertimbangan
sebelum memutuskan untuk membeli produk es krim, salah satu pertimbangan
tersebut yaitu dengan adanya label halal pada kemasan produk es krim. Faktor
yang menentukan apakah produk es krim dikatakan halal dapat dilihat dari proses
pembuatannya. Proses pembuatan es krim yang sesuai dengan syariat Islam dan
prosedur pembuatan, penggunaan mesin dan peralatan yang steril, penggunaan air
yang bersih dan suci sebagai utilitas serta memperhatikan sanitasi pekerja akan
membuat produk es krim lebih berkualitas dan aman untuk dikonsumsi
sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat.
Secara parsial variabel bahan utama tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk es krim yaitu dilihat dari nilai t hitung sebesar 1,903 yang lebih
kecil dibanding t table 1,98552. Bahan utama tentunya sangat menentukan kualitas
dari produk es krim sehingga perusahaan benar-benar memilih bahan utama yang
berkualitas dan layak untuk diproses menjadi es krim. Masyarakat sebagai
konsumen tidak meragukan kehalalan dari bahan utama produk es krim, yaitu susu.
Untuk variabel bahan tambahan berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian. Seperti yang diketahui, tahapan dalam keputusan pembelian yaitu
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
885
proses pencarian informasi mengenai produk es krim, salah satunya tentang bahan
apa saja yang terkandung dalam produk es krim. Beredarnya kabar penggunaan
lemak babi dalam es krim sebagai pengemulsi atau pelembut menyebabkan masyarakat
sangat memperhatikan kandungan apa saja yang ada di dalam es krim dengan melihat
komposisi pada kemasan. Saat ini dimana teknologi mulai berkembang, banyak
bahan- bahan aditif yang terbuat dari bahan yang masih belum pasti kehalalannya
dan juga keamanannya. Penggunaan bahan aditif berbahaya ini karena faktor harga
yang lebih murah sehingga mampu menekan biaya produksi namun tetap bias
meningkatkan kualitas es krim. Masyarakat sebagai konsumen mulai pintar memilih
produk yang aman untuk dikonsumsi dengan memperhatikan bahan tambahan apa
yang digunakan dalam produk es krim.
6) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar kemampuan semua variabel bebas (X) dalam menjelaskan
variabel terikat (Y) (Sugiyono 2007). Koefisien determinasi (R2) dapat dilihat dari
nilai Adjusted R Square seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Koefisien determinasi
Model R R kuadrat Adjusted R
square
Standar Kesalahan
dari Nilai Prediksi
1 0,735 0,54 0,525 1,90601
Dari Tabel 11 diperoleh nilai adjusted square sebesar 0,525 atau 52,5%, artinya
variabel keputusan pembelian (Y) dipengaruhi variabel bebas (proses pembuatan, bahan
utama dan bahan tambahan) sebesar 52,5% dan sisanya 47,5% dipengaruhi faktor
lain yang bukan termasuk variabel bebas tersebut.
Berdasarkan nilai koefien determinasi (R2) keputusan pembelian pada produk
es krim dipengaruhi oleh adanya label halal yang diwakilkan dengan variabel proses
pembuatan, bahan utama, dan bahan tambahan sebesar 52,5%, sedangkan sisanya
sebesar 47,5% dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Ini
berarti konsumen (dalam hal ini mahasiswa UTM) melakukan keputusan untuk
membeli produk es krim dengan mempertimbangkan adanya label halal pada
kemasan es krim. Selain dengan adanya label halal, konsumen juga
mempertimbangkan faktor lain dalam membeli produk es krim, misalnya merek
atau harga dari es krim tersebut.
KESIMPULAN
Label halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk es krim
sebesar 52,5% yang diwakilkan dengan variable proses pembuatan, bahan utama dan
bahan tambahan. Secara simultan, proses pembuatan, bahan utama dan bahan
tambahan berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sementara secara parsial
bahan utama tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
886
SARAN
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh hasil bahwa label halal
berpengaruh terhadap keputusan pembelian, maka diharapkan perusahaan-
perusahaan yang memproduksi pangan untuk mencantumkan label halal pada
kemasan produknya.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan membandingkan tingkat
penjualan dari sebuah produk sebelum diberi label halal dengan setelah diberi
label halal
DAFTAR PUSTAKA
Andani YM. 2011. Hunting kuliner halal dan thayyib. [Online]
http://www.salimah.or.id/huntin g-kuliner-halal-dan-thayyib/. diakses pada 17
Januari 2012
Apriyantono A. 2009. Masalah halal: kaitan antara syar’i, teknologi dan sertifikasi.
[Online]. http://www.azhar.jp/info/local- copies/halal-syari-tek-
sertifikasi.html diakses pada 23 Juli 2011
Bhuono NA. 2005. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS.
Yogyakarta:
Ghozali I. 2001. Aplikasi analisa multivariate dengan program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro
Gujarati D. 2000. Ekonometrika dasar. Terjemahan Sumarno Zain, Cetakan 6. Gelora
Aksara Pratama
Hatane. 2007. Perilaku dan keputusan pembelian konsumen restoran melalui
stimulus 50% diskon di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran
LPPOM MUI. 2008. Panduan umum system jaminan halal. [Online].
http://jambi.kemenag.go.id/file/dokumen/PEDOMANSISTEMJAMINANHA
LAL.pdf diakses pada 23 Juli 2011
Sugiyono. 2006. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2007. Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta