PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS …eprints.undip.ac.id/32610/1/JURNAL.pdf ·...
Transcript of PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS …eprints.undip.ac.id/32610/1/JURNAL.pdf ·...
1
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN, DENGAN KEPUASAN
KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING STUDI PADA WATERPARK SEMAWIS SEMARANG
Elita Mieke Wijaya
Dra. Hj. Intan Ratnawati, M.Si
ABSTRACT
This research was motivated by the declining number in 2008-2011 of subscribers indicates that consumer satisfaction in Waterpark Semawis Semarang declined. By looking at existing problems, the study aimed to analyze how to improve their customer satisfaction, supported by improved service quality.
This study collected data from 100 respondents Waterpark Semawis Semarang users. The questionnaire consist of closed. The answer of closed questions that represent the observed variables were then being analyzed by value of Structural Equation Modeling which is run by Amos 16.0 programme.
The results of analysis showed that service quality has a significant and positive impact on customer satisfaction and customer satisfaction also has a positive and significant influence on consumer loyalty Waterpark Semawis Semarang.
Key words: service quality, customer satisfaction, customer loyalty.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dalam dunia usaha membawa akibat timbulnya persaingan
yang semakin ketat. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat,
maka kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk jasa semakin meningkat
pula, sehingga memicu banyak perusahaan jasa bergerak dibidang jasa yang
serupa. Persaingan usaha juga dapat kita lihat dari perkembangan bidang rekreasi
keluarga yang kini mulai banyak bermunculan.
Kotler (2004) mendefinisikan jasa sebagai segala tindakan atau kinerja
yang seseorang berikan kepada orang lain biasanya berupa sasuatu yang tidak
terlihat dan tidak menimbulkan kepemilikan.
Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut
perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan
kepada konsumen yang lebih memuaskan dari pada yang dilakukan oleh pesaing.
Dengan demikian, hanya perusahaan yang berkualitas yang dapat bersaing dan
menguasai pasar (Atmawati dan Wahyudin, 2007).
Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk
menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang,
ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama
harapan konsumen serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat
meningkatkan kepuasan konsumen di mana perusahaan memaksimumkan
pengalaman konsumen yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman
konsumen yang kurang menyenangkan (Atmawati dan Wahyuddin, 2007).
Untuk memenuhi kepuasan konsumen pada industri jasa seperti usaha
rekreasi keluarga, kualitas pelayanan sangat penting dikelola perusahaan dengan
baik. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi
pelanggan (Kotler, 2004). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan
dilihat dari persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasar persepsi konsumen.
Persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh
atas keunggulan suatu jasa.
3
Dengan adanya kualitas pelayanan yang baik dalam suatu perusahaan, akan
menciptakan kepuasan bagi para konsumennya. Setelah konsumen puas dengan
produk atau jasa yang diterimanya, konsumen akan membandingkan dengan
pelayanan yang diberikan. Apabila konsumen merasa benar-benar puas, mereka
akan memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk membeli di tempat yang
sama. Oleh karena itu, perusahaan harus mulai memikirkan pentingnya pelayanan
pelanggan secara lebih matang melalui kualitas pelayanan, karena kini disadari
bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek vital dalam bertahan
didunia bisnis untuk memenangkan persaingan (Tjiptono, 2006).
Tjiptono (2006) berpendapat, kesuksesan dalam persaingan akan dipenuhi
apabila perusahaan bisa menciptakan dan dapat mempertahankan pelanggannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka sebuah perusahaan memerlukan berbagai
usaha agar tujuan yang telah direncanakan tercapai.
Ada 6 alasan mengapa suatu institusi perlu mendapatkan loyalitas
pelanggannya (Kotler, Hayes dan Bloom, 2002; dalam Kotler, 2004):
1. Pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi
keuntungan besar kepada institusi
2. Biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibanding menjaga dan
mempertahankan pelanggan yang ada
3. Pelanggan yang sudah percaya kepada institusi dalam suatu urusan akan
percaya juga dengan urusan lainnya
4. Biaya operasi institusi akan menjadi efisien jika memiliki banyak pelanggan
yang loyal
5. Institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan
pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan
institusi
6. Pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula untuk
menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
Waterpark Semawis Semarang berdiri sejak tahun 2008, merupakan salah
satu dari sekian banyak perusahaan jasa yang bergerak pada bidang rekreasi
keluarga di Semarang. Dibangun di areal tanah seluas 3.000 m, dengan lokasi
4
yang strategis yaitu didaerah perumahan kampoeng semawis di jalan Semawis
Raya No. 1 Kedungmundu Semarang, Waterpark Semawis ini memiliki banyak
wahana permainan seperti flying fox, torpedo, kolam anak-anak, kolam arus,
kolam keceh, kolam tanding, dilengkapi dengan cafeteria, mandi air panas, kamar
ganti dan toilet, yang dapat menjadi salah satu tempat liburan segar dan rekreasi
keluarga bagi seluruh anggota keluarga warga kota Semarang dan sekitarnya.
Menurut hasil wawancara dengan pihak pengelola Waterpark Semawis
Semarang, kualitas pelayanan dirasakan cukup penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Jika kualitas pelayanan kepada konsumen baik, maka kepuasan
konsumen akan tercipta. Kepuasan konsumen dapat kita lihat dari jumlah
pengunjung yang datang. Semakin banyak konsumen yang puas, semakin banyak
pengunjung yang datang. Ketika konsumen sudah merasa puas, maka dapat
menimbulkan loyalitas konsumen. Ketika ketiga aspek ini tercipta, perusahaan
akan dapat memaksimalkan keuntungannya.
Waterpark Semawis Semarang mentargetkan jumlah pengunjung selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tetapi pada kenyataanya perusahaan belum
mampu untuk memenuhi target tersebut. Menurut hasil wawancara dengan pihak
Waterpark Semawis Semarang, terdapat beberapa keluhan yang telah disampaikan
konsumen Waterpark Semawis Semarang mengenai kualitas pelayanan ke pihak
manajemen selama tahun 2011, misalnya: kebersihan toilet, jumlah loker yang
tersedia tidak memenuhi, air kolam yang terlalu banyak mengandung kaporit yang
dapat membuat mata pedih serta kurang ramahnya karyawan terhadap para
pengunjung. Dengan demikian, menurunnya tingkat pengunjung yang datang,
manajemen Waterpark Semawis Semarang terpacu untuk berusaha memperbaiki
kualitas dari segi pelayanan dan fasilitasnya. Terbukti dengan mulai diadakannya
briefing karyawan dan pengecekan seluruh fasilitas area pelayanan setiap pagi
sebelum jam operasional buka.
Berdasarkan uraian di muka, sangat menarik untuk menjadikan Waterpark
Semawis Semarang sebagai objek pengamatan dengan judul “Pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Loyalitas Konsumen, dengan Kepuasan Konsumen sebagai
Variabel Intervening Studi pada Waterpark Semawis Semarang”.
5
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, maka dapat
diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi ialah menurunnya jumlah konsumen
secara signifikan. Sesungguhnya setiap perusahaan mengharapkan untuk dapat
terus meningkatkan jumlah konsumennya, dan selanjutnya berupaya untuk
mempertahankannya sepanjang masa. Begitu juga dengan Waterpark Semawis
Semarang yang juga terus berusaha untuk mempertahankan kepuasan konsumen
dengan memberikan kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen.
Maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apa pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen?
2. Apa pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen Waterpark Semawis Semarang.
b. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen Waterpark Semawis Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2004) Jasa ialah aktivitas atau keuntungan yang dapat
ditawarkan seseorang kepada orang lain dimana secara essensial tidak berwujud
(intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun juga.
Menurut Lupiyoadi (2001) definisi jasa adalah semua aktifitas ekonomi
yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk: fisik atau konstruksi, yang
biasanya dikonsumsi pada waktu yang sama pada waktu dihasilkan dan
memberikan nilai tambah (seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau
kesehatan) atau pemecahan akan masalah yang dihadapi konsumen.
6
Dari pengertian tentang jasa, Menurut Kotler (2004), ada empat
karekteristik utama jasa yang berpengaruh besar pada perencanaan program
pemasaran yaitu :
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,
didengar, atau diraba sebelum jasa itu dibeli. Bila barang merupakan suatu
objek, alat, material, atau benda; maka jasa merupakan perbuatan,
tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Kegiatan jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa, baik perorangan
ataupun organisasi serta perangkat mesin atau teknologi.
3. Variability (berubah-ubah atau aneka ragam)
Bahwa kualitas jasa yang diberikan oleh manusia dan mesin atau peralatan
berbeda-beda, tergantung pada siapa yang memberi, bagaimana
memberikannya, waktu dan tempat jasa tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Bahwa jasa tidak bisa disimpan untuk kemudian dijual atau digunakan,
sehingga pada dasarnya jasa langsung dikonsumsi pada saat diberi. Daya
tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika permintaan selalu ada
dan mantap karena menghasilkan jasa di muka dengan mudah.
Kualitas Pelayanan
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1985; dalam Lupiyoadi, 2001,
mengemukakan bahwa kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa
jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas pelayanan yang
mereka terima atau diperoleh. Sedangkan menurut Kotler, 1996; dalam Subihaini,
2001, kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap
tingkat pelayanan yang dipersepsikan (perceived service) dengan tingkat
pelayanan yang diharapkan (expected value).
Perlu dipahami pula bahwa kualitas meliputi keseluruhan aspek organisasi.
Parasuraman, Zeithmal, dan Berry (1988) mengatakan terdapat 5 dimensi yang
menentukan kualitas pelayanan ditinjau dari sudut pandang pelanggan:
7
1. Reliability : kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan
memuaskan
2. Responsiveness : kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.
3. Assurance : kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dari keraguan.
4. Emphaty : kemudahan melakukan hubungan komunikasi dan memahami
kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles : fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan saran komunikasi.
Terdapat dua jenis penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan yaitu,
superior dan inferior, dimana jika penilaian konsumen konsumen terhadap
kualitas pelayanan adalah tinggi, maka disebut superior. Dan sebaliknya, jika
penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan adalah rendah maka disebut
inferior. Selain itu behavioural intentions juga dibedakan menjadi dua, yaitu
perilaku yang menyenangkan atau favourable, sedangkan yang lainnya adalah
perilaku yang tidak menyenangkan atau disebut juga unfavourable.
Menurut Subhaini (2001), jika penilaian konsumen terhadap kualitas
pelayanan adalah tinggi atau superior, maka behavioural intentions konsumen
tersebut akan bersifat favourable atau menyenangkan, yaitu konsumen berusaha
memperkuat hubungan dengan perusahaan, seperti mengatakan hal yang positif
mengenai perusahaan, merekomendasikan kepada orang lain, meningkatkan
volume pembeliannya atau bersedia membayar dengan harga premium.
Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler, 1994 dalam Tjptono 2006
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Sedangkan menurut Tjiptono (2006)
Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja
lainnya) dan kinerja produk yang dirasakan setelah pemakainnya.
Ada kesamaan antara beberapa definisi di atas, yaitu menyangkut komponen
kepuasan pelanggan atau harapan dan kinerja hasil yang dirasakan. Umumnya
8
harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan terhadap apa
yang akan diterima bila konsumen membeli atau menggunakan suatu produk
(barang atau jasa).
Mengukur Kepuasan Jasa
Dalam hal ini, menurut Kotler, 1996; dalam Tjiptono, 2006, ada beberapa
metode yang dapat digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau
kepuasan pelanggannya (jasa pelanggan perusahaan pesaing) yaitu:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pelanggannya untuk menyampaikan
saran, pendapat, keluhan mereka. Informasi yang diperoleh melalui metode ini
dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan,
sehingga memungkinkannya untuk memberikan respon secara cepat dan tanggap
terhadap setiap masalah yang timbul.
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda signal
positif bagi perusahaan terhadap pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan
melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Directly reported satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung melalui ungkapan pertanyaan
dengan kata-kata seperti: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat
puas.
b. Derived dissatisfaction
Pertanyaan yang diajukan menyangkut 2 hal utama yakni, besarnya
harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang
mereka rasakan.
c. Problem analysis
Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan 2 hal
pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan
9
penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan
perbaikan.
d. Importance performance analysis
Dalam teknik pengukuran, responden diminta untuk meranking berbagai
elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap
elemen tersebut.
3. Ghost shopping
Metode ini dilaksanakannya dengan cara mempekerjakannya beberapa
orang (ghost shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau
pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Lalu ghost shopping tersebut
menyampaikan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman dalam pembelian produk-produk
tersebut.
4. Last customer analysis
Metode ini sedikit unik. Perusahaan berusaha menghubungi para
pelangganya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok yang
diharapkan adalah akan diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut.
Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan
selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan.
Dengan adanya metode untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan
seperti yang disebutkan diatas, maka perusahaan jasa seperti Waterpark Semawis
Semarang dapat lebih mudah untuk instropeksi terhadap keluhan dan kekurangan
dari perusahaan dan menjadikannya suatu kelebihan untuk tetap menjaga loyalitas
konsumennya.
Loyalitas Konsumen
Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar,
dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa)
dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. (Tjiptono, 2006).
Pada hakikatnya, loyalitas pelanggan merupakan suatu hubungan antara
perusahaan dan publik (pelanggan), Hubungan ini bisa langgeng dilandasi sepuluh
prinsip pokok loyalitas pelanggan (Tjiptono, 2006) yaitu:
10
1. Kemitraan yang didasarkan pada etika dan integritas utuh.
2. Nilai tambah (kualitas, biaya, waktu siklus, teknologi, profitabilitas, dan
seterusnya) dalam kemitraan antara pelanggan dan pemasok.
3. Saling percaya antara manajer dan karyawan, serta antara perusahaan dan
pelanggan.
4. Keterbukaan (saling berbagi data teknologi, strategi, dan biaya) antara
pelanggan dan pemasok.
5. Saling membantu secara aktif dan konkrit
6. Bertindak berdasarkan semua unsur Customer Enthusiasm. Dalam bidang
jasa unsur-unsur tersebut terdiri dari kualitas, ketepatan waktu,
dependability, cooperativeness, dan komunikasi.
7. Berfokus pada faktor-faktor tak terduga (unexpected) yang dapat
menghasilkan Customer Delight.
8. Kedekatan dengan pelanggan.
9. Tetap menjalin relasi dengan pembeli pada tahap purna beli.
10. Antisipasi kebutuhan dan harapan pelanggan di masa datang.
Loyalitas konsumen merupakan kesetiaan konsumen terhadap penyedia jasa
yang telah memberikan pelayanan kepadannya. Menurut Tjiptono (2006) loyalitas
disini dapat diukur dengan 3 indikator, yaitu:
a. Repeat, yaitu apabila pelanggan membutuhkan barang atau jasa yang
disediakan oleh penyedia jasa yang bersangkutan
b. Retention, yakni ia tidak terpengaruh jasa yang ditawarkan oleh pihak lain.
c. Refferal, apabila jasa yang diterima memuaskan, maka pelanggan akan
memberitahukan kepada pihak lain, dan sebaliknya apabila ada
ketidakpuasan atas pelayanan yang diterima ia tidak akan bicara pada
pihak lain, tapi justru akan memberitahukan pelayanan yang kurang
memuaskan tersebut pada pihak penyedia dana.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988, bahwa kualitas
pelayanan inheren dengan kepuasan pelanggan dimana meningkatnya kualitas
pelayanan digunakan sebagai refleksi dari meningkatnya kepuasan pelanggan.
11
Lupiyoadi dan Hamdani (2009), juga mengemukakan bahwa kualitas
pelayanan karyawan terhadap pelanggan berpengaruh secara asimetris terhadap
kepuasan pelanggan, dimana pelayanan yang buruk berakibat lebih besar terhadap
kepuasan pelanggan daripada pelayanan yang dikategorikan baik. Implementasi
strategi dengan kategori terbaik akan meningkatkan kepuasan dan kesetiaan
pelanggan lebih besar daripada tidak ada pemasaran yang relasional yang
dilakukan. Dan sebaliknya, implementasi strategi yang dikategorikan terburuk
akan menurunkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan lebih besar daripada tidak
ada pemasaran relasional yang dilakukan.
Seperti disimpulkan Budi Suharjo (2009), layanan bukanlah sebuah usaha
yang membutuhkan dana besar. Namun, efeknya mampu menciptakan ikatan
emosional dan hubungan yang kuat dengan konsumen. Jadi, hal kecil dan
sederhana ternyata dapat berarti besar bagi konsumen. Dan, pada akhirnya dapat
mempengaruhi kepuasan konsumen. Oleh karena itu, kualitas pelayanan
mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan
konsumen.
Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen
Hasil penelitian yang dilakukan Bloemer dan Ruyter, 1997; dalam Rivai,
2005, menjelaskan bahwa kepuasan sering kali dipandang sebagai dasar
munculnya loyalitas. Kepuasan ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap
loyalitas. Seorang konsumen yang merasa puas setelah menggunakan jasa yang
diberikan, akan menimbulkan keinginan konsumen untuk menggunakannya jasa
tersebut dikemudian hari.
Penelitian Nguyen dan Le Blanc, 1994; dalam Rivai, 2005, juga
membuktikan adanya pengaruh positif dan signifikan antara kepuasan dengan
loyalitas pelanggan. Kepuasan merupakan hasil evauasi atas pengalaman transaksi
sebelumnya. Kepuasan akan muncul jika pelanggan menilai positif pengalaman
transaksinya. Dengan adanya kesan atau penilaian positif tersebut maka pelanggan
12
akan bersedia untuk tetap loyal terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2: Kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas
konsumen.
Kerangka Pemikiran
Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini
Definisi Operasional dan Indikator
1. Kualitas pelayanan
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988, mengemukakan bahwa kualitas
pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan
dan harapan pelanggan atas pelayanan yang mereka terima atau diperoleh. Pada
dasarnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi
antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Adapun
indikator variabel kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithmal, & Berry
(1988) :
a. Kehandalan dalam melayani
b. Kemauan melayani konsumen
c. Kepercayaan atau kepastian dalam melayani
d. Kepedulian pada konsumen
e. Fasilitas layanan
2. Kepuasan konsumen
Tse dan Wilton, 1998; dalam Tjiptono dan Chandra, 2005, menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan pada evaluasi persepsi
Loyalitas Pelanggan
Kualitas Pelayanan
Kepuasan Konsumen
H1 H2
13
terhadap perbedaan antara ekspektasi awal (atau standar kinerja tertentu) dan
kinerja aktual produk sebagaimana dipresepsikan setelah konsumsi produk.
Indikator-indikatornya adalah Tse dan Wilton, 1998; dalam Rivai, 2005:
a. Pilihan tepat
b. Kesesuaian harapan
c. Kepuasan fasilitas
3. Loyalitas konsumen
Menurut Tjiptono (2006) loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan
terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif
dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan
keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja
perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan
sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.
Adapun indikator variabel ini menurut Tjiptono (2006), yaitu:
a. Repeat, yaitu apabila konsumen membutuhkan barang atau jasa yang
disediakan oleh penyedia jasa yang bersangkutan
b. Retention, yakni apabila ia tidak terpengaruh jasa yang ditawarkan oleh
pihak lain.
c. Refferal, apabila jasa yang diterima memuaskan, maka konsumen akan
memberitahukan kepada pihak lain, dan sebaliknya apabila ada
ketidakpuasan atas pelayaan yang diterima ia tidak akan bicara pada
pihak lain, tapi justru akan memberitahukan pelayanan yang kurang
memuaskan tersebut pada pihak penyedia dana.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Waterpark Semawis
Semarang sejumlah 10.688 pengunjung.
Untuk menentukan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut dapat
digunakan rumus Slovin oleh Sevilla et. Al, 1993; dalam Pratiwi, 2010, yaitu :
14
� ��
1 � ���
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen
kelonggaran karena ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
populasi), yaitu 10%.
Jika tingkat kesalahan yang diinginkan (e) adalah 10% ; N= 10.688, maka
jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak :
� �10.688
1 � 10.688�0.10 �
= 99,9905 dibulatkan menjadi 100.
Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
Besarnya sampel memiliki peran penting dalam interprestasi SEM. Dengan
metode estimasi menggunakan Maximum Likehood (MC) minimum diperlukan
sampel 100 dan maksimum 200 (Imam Ghozali, 2008). Responden dalam
penelitian ini sejumlah 100, sehingga telah memenuhi syarat untuk dapat estimasi
modal dengan menggunakan Maximum Likehood (MC).
Dalam menentukan data yang akan diteliti teknik pengambilan sampling
yang digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu teknik yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dengan salah satu metodenya adalah
accidental sampling. Metode accidental sampling yaitu metode dalam memilih
sampel, dimana peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan
kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi
ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. (Hasan Mustofa, 2000).
Sehingga dalam metode accidental sampling di sini, peneliti mengambil
responden yang pada saat itu berada di Waterpark Semawis Semarang sejumlah
100 orang.
15
Metode Pengumpulan Data
Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan
kuesioner dan dokumen.
1. Kuesioner, yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mendistribusikan kuesioner kepada responden. Pada penelitian ini, kuesioner
dibagikan kepada responden selanjutnya diwawancarai di lokasi penjualan untuk
memudahkan pendataan.
2. Dokumen, cara ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu
dengan mencatat data yang telah diterbitkan oleh perusahaan, seperti data jumlah
pengunjung yang datang, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi
perusahaan, job description, dll.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waterpark
Semawis Semarang yang dipimpin oleh Direktur Utama J.M Priejohartono.
Menjadi salah satu tempat rekreasi keluarga Semarang yang terletak didaerah
perumahan kampoeng semawis di jalan Semawis Raya No. 1 Kedungmundu
Semarang. Tempat rekreasi ini dikelola secara swasta, berdiri pada tahun 2008,
saat ini memiliki 30 orang karyawan.
Gambaran Umum Responden
Gambaran umum responden diperoleh dari identitas diri responden yang
tercantum pada masing-masing jawaban terhadap kuesioner. Jumlah responden
yang dijadikan acuan pengolahan data berjumlah 100 orang.
Berdasarkan hail penelitian dapat diketahui bahwa dari 38 orang (38%)
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 62 orang (62%) lainnya berjenis kelamin
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tercatat lebih banyak yang
mengunjungi Waterpark Semawis Semarang.
Berdasarkan umur, bagian terbesar adalah kelompok umur 26 – 30 tahun
dan 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 32 orang (32%) diikuti oleh manajerial pada
16
kisaran umur 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 20 orang (20%). Hal ini menunjukkan
bahwa pengunjung Waterpark Semawis Semarang mayoritas adalah dewasa.
Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai
karyawan swasta atau wiraswasta yaitu sebanyak 48 orang (48%) dan diikuti oleh
pekerjaan sebagai PNS sebanyak 19 orang (19%).
Analisis Data
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Variabel Kualitas Pelayanan
Hasil pengujian kelayakan model untuk konstruk kualitas pelayanan
menunjukkan nilai chi-square sebesar 7,960 dengan signifikansi sebesar 0,158.
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan kovarians sampel dengan kovarians dari model prediksi. Dengan kata
lain variabel laten kualitas pelayanan tersebut dapat secara baik membentuk
konstruk variabel.
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Variabel Kepuasan Konsumen
Hasil pengujian kelayakan model untuk konstruk kepuasan menunjukkan
nilai chi-square sebesar 0,000. Nilai Chi square sebesar dari 0 menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan kovarians sampel dengan kovarians dari model
prediksi. Dengan kata lain variabel laten kepuasan tersebut dapat secara baik
membentuk konstruk variabel.
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Variabel Loyalitas Konsumen
Hasil pengujian kelayakan model untuk konstruk loyalitas menunjukkan
nilai chi-square sebesar 0,000. Nilai chi square sebesar 0 menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan kovarians sampel dengan kovarians dari model prediksi.
Dengan kata lain, variabel laten loyalitas konsumen tersebut dapat secara baik
membentuk konstruk variabel.
Analisis Full Model SEM
Penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM).
Model teoritis yang telah digambarkan pada diagram sebelumnya yang akan
dilakukan analisis berdasarkan data yang telah diperoleh. Metode analisis SEM
akan menggunakan input matriks kovarians dan menggunakan metode estimasi
maximum likelihood. Pemilihan input dengan matriks kovarian adalah karena
17
matriks kovarian memiliki keuntungan dalam memberikan perbandingan yang
valid antar populasi atau sampel yang berbeda, yang kadang tidak memungkinkan
jika menggunakan model matriks korelasi.
Sebelum membentuk suatu full model SEM, terlebih dahulu akan dilakukan
pengujian terhadap faktor-faktor yang membentuk masing-masiong variabel.
Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan model confirmatory factor
analysis. Kecocokan model (goodness of fit), untuk confirmatory factor analysis
juga akan diuji. Dengan program AMOS 16.0, ukuran-ukuran goodness of fit
tersebut akan nampak dalam outputnya. Selanjutnya kesimpulan atas kecocokan
model yang dibangun akan dapat dilihat dari hasil ukuran-ukuran goodness of fit
yang diperoleh. Pengujian goodness of fit terlebih dahulu dilakukan terhadap
model confirmatory factor analysis. Berikut ini merupakan bentuk analisis
goodness of fit tersebut.
Pengujian dengan menggunakan model SEM dilakukan secara bertahap.
Jika belum diperoleh model yang tepat (fit), maka model yang diajukan semula
perlu direvisi. Perlunya revisi dari model SEM muncul dari adanya masalah yang
muncul dari hasil analisis. Masalah yang mungkin muncul adalah masalah
mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Apabila masalah-masalah tersebut muncul dalam analisis
SEM, maka mengindikasikan bahwa data penelitian tidak mendukung model
struktural yang dibentuk. Dengan demikian model perlu direvisi dengan
mengembangkan teori yang ada untuk membentuk model yang baru.
Asumsi SEM
Setiap model SEM yang baik harus memenuhi asumsi. Untuk itu sebelum
membahas pengujian hipotesis pada masing-masing model, terlebih dahulu akan
dilihat mengenai asumsi-asumsi SEM.
1. Normalitas Data
Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio
skewness value dan kurtosis value, menunjukkan meskipun berdistribusi normal
secara univariate, maupun normalitas multivariate sudah menujukkan data yang
18
normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CR yang berada di bawah + 2,58.
Dengan demikian maka uji normalitas tersebut dapat diterima.
2. Evaluasi atas Outlier
Untuk menghitung mahalanobis distance berdasarkan nilai chi-square pada
derajad bebas sebesar 11 (jumlah indikator) pada tingkat p<0.001 adalah δ2(11,0.001)
= 31,264 (berdasarkan tabel distribusi δ2 ). Dari hasil pengolahan data dapat
diketahui bahwa jarak Mahalanobis maksimal adalah 26,700. yang masih berada
di bawah batas maksimal Multivariate Outliers.
3. Evaluasi atas Multikolineritas dan Singularitas
Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat
multikolineritas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel. Indikasi
adanya multikolineritas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan
matriks kovarians yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Dari hasil
pengolahan data nilai determinan matriks kovarians sampel adalah :
Determinant of sample covariance matrix = 0,003
Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui nilai determinant of
sample covariance matrix berada cukup jauh dari nol. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa data penelitian yang digunakan masih belum menunjukkan
adanya gejala multikolineritas atau singularitas yang tinggi.
4. Reliability dan Variance Extract
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang dapat
memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada
obyek yang sama.
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing
variabel laten atas dimensi-dimensi pembentuknya menunjukkan bahwa semua
variabel menunjukkan sebagai suatu ukuran yang reliabel karena masing-masing
memiliki reliability yang lebih besar dari 0,70.
Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing-
masing variabel laten merupakan hasil ekstraksi yang cukup besar dari dimensi-
dimensinya. Hal ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-masing
variabel adalah lebih dari 0,5.
19
Pengujian Hipotesis
Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan
melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analisis
full model SEM ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2
Hasil Pengujian Structural Equation Model (SEM)
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Uji terhadap kelayakan full model SEM ini diringkas sebagaimana dalam
tabel berikut :
Tabel 1
Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model
Goodness of Fit
Indeks
Cut-off Value Hasil Evaluasi Model
Chi – Square ≤ 56.942 51,883 Baik Probability ≥ 0.05 0.141 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.049 Baik
GFI ≥ 0.90 0,914 Baik
AGFI ≥ 0.90 1,235 Marginal
CMIN / DF ≤ 2.00 1,235 Baik
TLI ≥ 0.95 0,981 Baik
CFI ≥ 0.95 0,986 Baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat diterima,
dimana diperoleh nilai chi-square sebesar 51,883 dengan tingkat signifikansi
kualitaspelayanan
kepuasankonsumen loyalitas
konsumen
x5e5
1
1
x4e41
x3e31
x2e21
x1e11
x8
e8
1
1
x7
e7
1
x6
e6
1
x9 e911
x10 e101
x11 e111
z1
z21
1
20
sebesar 0,141. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan sebagai
suatu model persamaan struktural yang baik. Indeks pengukuran RMSEA, GFI,
CMIN/DF TLI, dan CFI, juga berada dalam rentang nilai yang diharapkan,
meskipun nilai AGFI diterima secara marginal. Hal ini disebabkan karena variasi
data dan jumlah data yang minimal. Dengan demikian uji kelayakan model SEM
sudah memenuhi syarat penerimaan.Dengan adanya model yang sudah fit maka
pengujian parameter sebagaimana yang dihipotesiskan dapat diinterpretasikan.
Hasil pengujian parameter diperoleh sebagai berikut :
Tabel 2
Regression Weight Structural Equational
Estimate S.E.
Std.
Estimate C.R. P
Kepuasan <-- Kualitas_Pelayanan 0.616 0.097 0.675 6,331 0.000
Loyalitas <-- Kepuasan 0.692 0.112 0.679 6,203 0.000
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Model persamaan struktural berdasarkan hasil tersebut dapat ditulis
sebagai berikut :
KEPUASAN = 0.675 KUALITAS PELAYANAN + z2
LOYALITAS = 0,679 KEPUASAN + z2
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan koefisien kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen
diperoleh sebesar 0,675. Hal ini berarti bahwa kualitas pelayanan yang tinggi
akan memberikan kepuasan konsumen yang tinggi.
b. Hubungan koefisien kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen
diperoleh sebesar 0,679. Hal ini berarti bahwa kepuasan konsumen yang tinggi
akan memberikan loyalitas konsumen yang tinggi.
21
Pengujian Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model dengan
menggunakan bantuan program AMOS 16.0. Hasil pengujian hipotesis dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis 1
Parameter estimasi hubungan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,675. Nilai
pengujian C.R = 6,331 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan. Hasil statistik ini berhasil menerima
hipotesis 1 yang diajukan.
2. Pengujian Hipotesis 2
Parameter estimasi hubungan kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,679. Nilai
pengujian C.R = 6,203 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hasil statistik ini berhasil
menerima hipotesis 2 yang diajukan.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya variabel terikat yang dapat
dijelaskan oleh variabel terikatnya. Penelitian ini memiliki 3 model persamaan,
sehingga akan memiliki nilai 2 koefisien determinasi. Hasil dari masing-masing
nilai koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Koefisien Determinasi
Variabel
Koef. Determinasi
(R2)
Kepuasan 0.456
Loyalitas 0.462
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
22
Variansi variabel kepuasan konsumen mampu dijelaskan oleh variabel
kualitas pelayanan sebesar 45,6% dan sisanya 54,4 dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak digunakan dalam model penelitian ini. Variabel loyalitas konsumen
mampu dijelaskan oleh variabel kepuasan konsumen dan kualitas pelayanan
sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
digunakan dalam model penelitian ini.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Waterpark Semawis Semarang mengenai
pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen dengan kepuasan
konsumen sebagai variabel intervening. Dari hasil perhitungan angka indeks dapat
dilihat bahwa variabel kualitas pelayanan, kepuasan konsumen dan loyalitas
konsumen sama-sama menunjukkan nilai yang sedang.
Dalam penelitian ini variabel kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen.
Pernyataan hipotesis pertama bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif
dan signifikan. Hal tersebut sesuai dengan parameter estimasi hubungan kualitas
pelayanan terhadap kepuasan menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar
0,675. Nilai pengujian C.R = 6,331 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik
kualitas pelayanan Waterpark Semawis Semarang, maka akan meningkatkan
kepuasan konsumen.
Seperti yang dikatakan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988, bahwa
kualitas pelayanan inheren dengan kepuasan pelanggan dimana meningkatnya
(semakin positif) kualitas pelayanan digunakan sebagai refleksi dari
meningkatnya kepuasan pelanggan.
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988, mengemukakan bahwa kualitas
pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan
dan harapan pelanggan atas pelayanan yang mereka terima atau diperoleh. Pada
dasarnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi
antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.
23
Pernyataan hipotesis kedua bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif
dan signifikan. Hal tersebut sesuai dengan nilai koefisien standardized sebesar
0,679. Nilai pengujian C.R = 6,203 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kepuasan konsumen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Semakin tinggi
kepuasan konsumen pada Waterpark Semawis Semarang, maka semakin tinggi
loyalitas konsumen.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bloemer
dan Ruyter, 1997; dalam Rivai, 2005, menjelaskan bahwa kepuasan sering kali
dipandang sebagai dasar munculnya loyalitas konsumen. Kepuasan konsumen
ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Seorang
konsumen yang merasa puas setelah menggunakan jasa yang diberikan, akan
menimbulkan keinginan konsumen untuk menggunakannya jasa tersebut
dikemudian hari.
Pada koefisien determinasi, variansi variabel kepuasan konsumen mampu
dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan sebesar 45,6% dan sisanya 54,4
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.
Variabel loyalitas konsumen mampu dijelaskan oleh variabel kepuasan konsumen
dan kualitas pelayanan sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.
24
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin ketatnya persaingan pada sektor
jasa terutama di bidang rekreasi keluarga, dimana saat ini rekreasi juga sudah
menjadi kebutuhan pendukung penting bagi masyarakat. Secara khusus peneliti
memilih Waterpark Semawis Semarang karena perusahaan jasa ini telah
mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2008-2011. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif dan signifikan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen di Waterpark Semawis Semarang dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000. Pengaruhnya, semakin meningkatnya kualitas pelayanan,
akan semakin meningkatkan kepuasan konsumen.
2. Ada pengaruh positif dan signifikan kualitas pelayanan terhadap loyalitas
konsumen di Waterpark Semawis Semarang dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000. Pengaruhnya, semakin meningkatnya kualitas pelayanan,
akan semakin meningkatkan loyalitas konsumen.
3. Hasil uji nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa variansi variabel
kepuasan konsumen mampu dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan
sebesar 45,6% dan sisanya 44,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
digunakan dalam model penelitian ini. Variabel loyalitas mampu dijelaskan
oleh variabel kepuasan konsumen sebesar 46,2% dan sisanya 53,8%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian
ini.
Saran Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
diajukan saran-saran sebagai hasil penelitian sebagai berikut :
1. Perhatian pertama adalah kualitas pelayanan yang berkaitan dengan upaya
memberi jaminan atau kepastian keselamatan selama konsumen
menggunakan jasa Waterpark Semawis Semarang. Pada saat ini jumlah
lifeguard (penyelamat renang) yang bertugas berjumlah 2 orang untuk
25
mengawasi wahana permainan. Peningkatan jaminan keselamatan untuk
pengunjung ini dapat dilakukaan dengan penambahan jumlah lifeguard di
tiap kolam untuk peningkatan keamanan dan keselamatan pengunjung
terutama pada hari libur dan hari besar.
2. Keluhan konsumen mengenai karyawan Waterpark Semawis Semarang
yang kurang tanggap dan tidak membantu memberikan solusi dalam hal
pelayanan juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, peneliti memberikan
saran dengan pemberian product knowladge kepada setiap karyawan. Agar,
ketika konsumen menanyakan sesuatu kepada karyawan, karyawan dapat
dengan cepat dan tepat menjawab. Kemudian, untuk daya tanggap
karyawan yang kurang, peneiti memberikan saran agar setiap karyawan di
berikan pelatihan mengenai standar pelayanan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen Waterpark Semarang.
3. Kebersihan, kerapihan dan keindahan Waterpark Semawis Semarang untuk
terus ditingkatkan. Dimana kebersihan toilet harus lebih diperhatikan,
karena terdapat beberapa keluhan dari pengunjung yang merasa toilet
Waterpark Semawis Semarang kurang bersih. Sehingga, saran yang dapat
peneliti berikan adalah dengan menambah tenaga kebersihan.
4. Jumlah fasilitas loker sebaiknya ditambah, karena konsumen merasa jumlah
fasilitas loker tidak sebanding dengan jumlah konsumen yang datang,
terlebih pada hari libur atau hari besar lainnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Mohammad.2009. “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Pelanggan (Studi Pada Perusahaan Penerbangan PT. Garuda di Kota
Semarang)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 10. No.2 Juli. Hal 171-186.
Unisula semarang. Semarang.
Atmawati, R dan M, Wahyudin. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Matahari Departement Store Di Solo
Grand Mall. Surakarta: Jurnal Daya Saing, Program MM-UMS.
Budi Suharjo,2009. Pemahaman Salah Loyalitas Pelanggan.6 Mei.
www.budisuharjo.com
Ferdinand, Augusty, 2006, Metodologi Penelitian Ilmiah, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam, (2008), Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos 16.0, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Hasan, Mustofa. 2000. Teknik Sampling. Erlangga. Jakarta
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. CV Andi Offset.
Yogyakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi
Kesembilan, PT. Indeks Gramedia. Jakarta.
Kotler, Philip, 2004, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium, Prehallindo.
Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta.
27
Lupiyoadi, R. dan Hamdani, A. 2009, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba
Empat, Jakarta.
Parasuraman, V., A. Zeithaml and L.L. Bery. 1988. Servqual A Multiple Item
scale For Measuring Customer Perception of Service Quality, Journal of
Retailing. 64. Pp. 12-40.
Subihaini. Analisis Konsekuensi Kualitas Layanan pada Perilaku Konsumen.
Jurnal Bisnis Strategi (JBS) : vol. 8, Des 2001/Th,VI, 2002 p.99, 2001.
Sugiyono. 2004. Metode penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Tjiptono, Fandy. 2002. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy ; Chandra, Gregorious. 2005. “Service Quality A satisfaction”.
Andi. Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa. Edisi keempat. Andi. Yogyakarta.