PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP LOYALITAS …/Pengaruh... · barang atau jasa yang berkualitas...
-
Upload
phungnguyet -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP LOYALITAS …/Pengaruh... · barang atau jasa yang berkualitas...
1
PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP
LOYALITAS NASABAH KREDIT DIMEDIASI DENGAN
VARIABEL KEPUASAN (STUDI PERSEPSI NASABAH PADA UNIT-UNIT BANK BRI CABANG KARANGANYAR)
TESIS
Program Studi Magister Manajemen Minat Utama: Manajemen Pemasaran
Oleh :
OLYVIA IVONE NIM : S.4108032
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
2
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan bisnis dimasa kini telah memasuki era baru yang dinamis,
dimana tingkat persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat baik di pasar
domestik maupun pasar internasional. Perusahaan yang ingin berkembang dan
mendapatkan keunggulan kompetitif harus dapat memberikan produk berupa
barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang lebih murah, penyerahan
yang lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik.
Dalam industri jasa, kualitas pelayanan adalah faktor yang sangat penting
karena merupakan suatu profit strategi untuk memikat lebih banyak pelanggan
baru, mempertahankan pelanggan yang ada, menghindari berpindahnya
pelanggan dan menciptakan keunggulan khusus. Dunia perbankan sekarang ini
sangat bertumpu pada kualitas teknologi informasi yang digunakan, dimana
setiap bank mempunyai kemampuan teknologi yang hampir setara, persamaan
produk, fitur atau kemudahan pelayanan yang menjadikan perbankan menjadi
industri yang homogen. Untuk memenangkan persaingan dalam industri yang
homogen, salah satu cara adalah menyediakan jenis dan kualitas pelayanan yang
3
bisa membedakan suatu bank dengan bank yang lain dan membentuk customer
based yang kuat.
Bisnis perbankan merupakan bisnis jasa yang berdasarkan pada azas
kepercayaan sehingga masalah kualitas layanan menjadi faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu bentuk
penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima dengan tingkat
layanan yang diharapkan. Kondisi ini dikarenakan meningkatnya tuntutan
pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan dipasar, yang
menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dimana perusahaan yang
sebelumnya menganut konsep menghasilkan produk atau jasa lebih ditentukan
oleh persepsi perusahaan tetapi sekarang fokus pada pelanggan, artinya produk
yang dihasilkan harus sesuai dengan keinginan pelanggan ditambah value added
service.
Kemajuan perekonomian mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Peningkatan status sosial dan ekonomi masyarakat berakibat pada perilaku dan
gaya hidup, perubahan tersebut pada akhirnya mempengaruhi selera kepuasan
terhadap suatu produk. Masyarakat menginginkan produk dan layanan
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Agar dapat bersaing, bertahan
hidup dan berkembang bank dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah. Produk dan
jasa yang tidak memenuhi kualitas nasabah dengan sangat mudah ditinggalkan
dan akhirnya nasabah beralih ke bank lain. Untuk mengantisipasi hal tersebut
4
tentunya akan mengutamakan perluasan produk dan pelayanan yang berorientasi
pada pelayanan yang mengutamakan kepuasan nasabah.
Adanya perbedaan kriteria pemilihan bank oleh nasabah maka bank dituntut
untuk selalu berusaha meningkatkan layanan dan melakukan inovasi secara terus
menerus. Bank perlu melakukan riset konsumen dengan mengevaluasi kualitas
layanan untuk menghindari agar tidak terjadi perbedaan persepsi tentang apa
yang diberikan perusahaan dengan apa yang dibutuhkan konsumen itu sendiri,
pihak manajemen perlu mengidentifikasi apa yang dibutuhkan konsumen secara
tepat. Maka perusahaan menggunakan konsep berwawasan pelanggan yang
berarti perusahaan memusatkan perhatiannya terhadap kebutuhan dan keinginan
konsumen, sehingga tercipta kepuasan bagi konsumen.
Kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan adalah konsep yang berbeda
dengan argumen bahwa kualitas pelayanan yang dipersepsikan merupakan suatu
bentuk sikap, evaluasi menyeluruh dalam jangka panjang, sedangkan kepuasan
menunjukkan ukuran transaksi tertentu. Oleh karena itu kepuasan berlangsung
dalam jangka pendek. Semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan yang
dipersepsikan, semakin meningkatnya kepuasan konsumen. Pernyataan tersebut
menegaskan adanya hubungan yang erat antara kualitas pelayanan dengan
kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan memberikan dorongan kepada nasabah
untuk menjalin hubungan yang erat dengan bank sehingga memungkinkan bank
untuk memahami harapan dan kebutuhan, yang pada akhirnya kepuasan nasabah
akan menciptakan kesetiaan (loyalty) pada bank tersebut.
5
Bank Rakyat Indonesia cabang Karanganyar sebagai perusahaan jasa
perbankan tidak akan menghindar dari realita persaingan industri jasa perbankan
yang semakin meningkat. KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan) adalah salah satu
produk kredit dari BRI Unit yang bersifat umum, individual, selektif dan
berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha
mikro yang layak (eligible). Agar pemberian KUPEDES dilakukan secara lebih
terarah dan tepat sasaran sehingga pemanfaatan sumber daya yang dimiliki BRI
dapat memberikan hasil yang optimal dan memuaskan nasabah. Kredit, maka
BRI menggunakan prinsip kehati-hatian dalam menganalisa pemberian kredit
yang meliputi watak dan sifat (Character), kapasitas (Capasity), modal (Capital),
kondisi (Condition) dan Jaminan (Collateral).
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH
KUALITAS JASA TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT
DIMEDIASI DENGAN VARIABEL KEPUASAN” (Studi Persepsi
Nasabah pada Unit-unit BANK BRI CABANG KARANGANYAR).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lima variabel yang diduga
mempengaruhi kepuasan layanan nasabah kredit yaitu, keterhandalan
(reliability), cepat tanggap (Responsiveness), jaminan (assurance), empati
(empathy) dan nyata (tangible).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan antara kualitas jasa yang dirasakan nasabah kredit
dengan kualitas jasa yang diharapkan?
2. Apakah kualitas jasa berpengaruh terhadap loyalitas nasabah kredit dengan
kepuasan sebagai variabel mediasi?
3. Apakah kepuasan nasabah kredit berpengaruh terhadap loyalitas nasabah
kredit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam analisa ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan antara kualitas jasa yang dirasakan nasabah
kredit dengan kualitas jasa yang diharapkan nasabah kredit.
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah kredit
dengan kepuasan sebagai variabel mediasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan nasabah kredit terhadap loyalitas
nasabah kredit.
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan posisi
perusahaan di mata nasabah, sehingga dapat dijadikan database penentuan
kebijakan lanjutan dalam upaya meraih loyalitas nasabah dan sebagai bahan
pertimbangan dalam peningkatan layanan KUPEDES terhadap kepuasan
nasabah kredit pada BRI cabang Karanganyar.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dari hasil-
hasil penelitian sebelumnya, dan dapat dikembangkan untuk memberi
informasi yang berkaitan dengan layanan kredit.
3. Bagi Nasabah
Dapat memberikan tambahan wawasan bagi nasabah untuk
mengetahui upaya perusahaan dalam memuaskan nasabahnya. Sehingga
optimalisasi peran nasabah sebagai agen kontrol peningkatan mutu layanan
produk jasa dapat ditingkatkan guna peningkatan kepuasan nasabah sendiri.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. JASA
a. Pengertian Jasa
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan
oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. produknya bisa berkaitan
dengan produk fisik ataupun tidak (Kotler,2007;42). Dalam strategi
pemasaran, definisi jasa harus diamati dengan baik, karena pengertiannya
sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan cepat
lambatnya pertumbuhan jasa akan bergantung pada penilaian pelanggan
terhadap kinerja yang ditawarkan oleh produsen. Perbedaan antara barang
dan jasa sering sukar dilakukan, hal ini dikarenakan pembelian suatu
barang seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu dan sebaliknya
pembelian suatu jasa, seringkali melibatkan barang-barang yang
melengkapinya.
Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan
output selain produk dalam pengertian fisik dan pada umumnya
9
dikonsumsi bersamaan dengan proses produksinya dan memberikan nilai
tambah dalam bentuk yang tidak berwujud dari pembelian pertamanya.
Klasifikasi jasa menurut (M.Fuad, 2000:10) dapat digolongkan
dalam dua golongan besar, yaitu:
a. Jasa industri (industrial Service)
Jasa industri ini disediakan untuk organisasi dalam lingkup yang khas
termasuk pengelola pertambangan, pertanian, organisasi non laba dan
pemerintah.
b. Jasa Pelanggan (Consumer Service)
Jasa ini banyak digunakan secara luas dalam masyarakat, yang
termasuk dalam jasa ini adalah kendaraan, biro travel, jasa perbankan,
asuransi jiwa, real estate, dan sebagainya.
Klasifikasi Jasa menurut (Tjiptono, 1997 :134) dibagi menjadi
beberapa kriteria, Yaitu :
a. Berdasarkan sifat tindakan jasa
Sifat tindakan jasa terdiri dari dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya
menunjukkan sifat tindakan, sedangkan sumbu horizontalnya adalah
penerima jasa.
b. Berdasarkan hubungan dengan pelanggan
Berdasarkan hubungan dengan pelanggan, terdiri dari hubungan antara
perusahaan jasa dan pelanggannya dan sifat penyampaian jasa
(penyampaian secara berkesinambungan dan penyampaian diskret).
c. Berdasarkan tingkat customization dan judgment
10
Berdasarkan tingkat customization dan judgment, jasa terdiri dari jasa
yang menunjukkan tingkat customization karakteristik jasa dan tingkat
judgement yang diterapkan oleh contact personnel dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan.
d. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa
Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran terbagi menjadi jasa yang
menunjukkan sejauh mana penawaran jasa menghadapi masalah
sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak serta tingkat
fluktuasi permintaan sepanjang waktu.
e. Berdasarkan metode penyampaian jasa
Jasa berdasarkan metode penyampaian menunjukkan sifat interaksi
antara pelanggan dan perusahaan jasa serta ketersediaan outlet jasa.
Kharakteristik jasa menurut (Kotler, 2007;45) ada 4 yaitu:
a. Tidak berwujud (intangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan
dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen. Untuk mengurangi
ketidakpastian, konsumen akan mencari tanda atau bukti dari kualitas
jasa dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, symbol dan harga
yang mereka lihat.
b. Tidak terpisahkan (inseparability)
Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu bersamaan, dikarenakan
konsumen juga hadir saat suatu jasa dihasilkan, interaksi penyedia jasa
merupakan ciri khusus pemasaran jasa. Penyedia jasa perlu melatih diri
11
dan membangun kepercayaan konsumen untuk dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan ketidakterpisahan tersebut.
c. Bervariasi (variability)
Jasa sangat bervariasi, tergantung dari siapa yang menghasilkan jasa,
kapan dimana saja jasa tersebut diberikan.
d. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang tidak tahan lama tersebut
bukan menjadi suatu masalah apabila permintaan tetap, namun jika
permintaan berfluktuasi perusahaan jasa akan menghadapi masalah
yang rumit.
b. Kualitas Jasa
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan (Goetsh dan Davis dalam Suwandari,2005;11).
Menurut Wyckof (Tjiptono, 2002;59), kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan memenuhi keinginan pelanggan.
Dengan kata lain, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan konsumen secara
konsisten. Kepuasan konsumen menjadi titik acuan dalam meningkatkan
dan mempertahankan keunggulan pelayanan terhadap konsumen.
Sedangkan pengertian service quality atau kualitas jasa adalah
perbandingan antara harapan konsumen tentang jasa yang diterima dan
persepsi mereka tentang jasa yang benar. Jika harapan lebih tinggi dari
12
layanan yang sebenarnya diterima, maka kualitas jasa yang diterima
kurang memuaskan, maka ketidakpuasan konsumen terjadi
(Parasuraman et al, 1985). Jika layanan yang diterima atau dirasakan
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka kualitas layanan tersebut
dapat dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Dan jika pelayanan
yang diterima atau dirasakan dapat melampaui harapan konsumen, maka
kualitas pelayanan dapat dikatakan sangat memuaskan
(Martantyo,1998). Dengan demikian baik buruknya kualitas pelayanan
ditentukan oleh persepsi konsumen.
Menurut Parasuraman, et.al (Umar, 2003;152-154), menyatakan
bahwa untuk mengukur kualitas jasa dapat ditentukan berdasarkan 5
dimensi kualitas jasa yaitu :
a. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
Dimensi ini berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan,
kemampuan menyediakan pelayanan yang dijanjikan dengan akurat
dan dapat diandalkan, sikap simpatik dan dapat dipercaya dari para
karyawan dalam menangani masalah atau keluhan-keluhan para
pelanggan, dan kemampuan dalam menyimpan data secara benar dan
akurat (bebas dari kesalahan-kesalahan).
b. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan
untuk membantu dan menyediakan pelayanan dengan tanggap. Hal
ini tercermin pada kecepatan, ketepatan pelayanan yang diberikan
13
pada pelanggan, keinginan karyawan untuk membantu pelanggan
misalnya dalam memberikan informasi dengan jelas, serta
tersedianya karyawan pada jam-jam sibuk.
c. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki karyawan, bebas dari bahaya, resiko dan
keragu-raguan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan karyawan
dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggan, adanya perasaan
aman bagi pelanggan dalam melakukan transaksi, pengetahuan dan
sopan santun karyawan dalam memberikan layanan. Pengetahuan,
kesopanan dan kemampuan karyawan akan menimbulkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
d. Emphaty (empati), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
pelanggan. Hal ini berhubungan dengan perhatian atau kepedulian
karyawan kepada pelanggan, kemudahan mendapatkan pelayanan
(berkaitan dengan banyaknya outlet, kemudian mendapatkan
informasi melalui telepon), kepedulian karyawan terhadap
permasalahan yang dihadapi pelanggan. Perusahaan memiliki
obyektivitas yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua
pelanggan. Semua pelanggan berhak untuk memperoleh kemudahan
pelayanan yang sama tanpa disadari apakah mereka mempunyai
hubungan khusus dengan karyawan atau tidak.
14
e. Tangible (bukti langsung), yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai
dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik,
penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang digunakan dalam
memberikan layanan. Fasilitas fisik seperti gedung, ruang tempat
pelayanan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, tempat
parkir merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa karena akan
memberikan sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan
perusahaan. Penampilan karyawan yang baik akan memberikan rasa
dihargai bagi konsumen yang dilayani, sedang peralatan dan
teknologi yang digunakan dalam memberikan pelayanan akan
memberikan kontribusi positif pada kecepatan atau ketepatan
pelayanan.
Menurut Parasuraman et.al (1985), Gap model merupakan
pengembangan dari teknik SERVQUAL (Service Quality) yang
mengidentifikasikan bahwa persepsi kualitas konsumen dipengaruhi
oleh rangkaian 5 gap berbeda yang terjadi di organisasi, yang
menyebabkan kegagalan dalam penyampaian jasa, yaitu:
a. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen, yaitu
kesenjangan antara penilaian pelanggan dan persepsi manajemen
mengenai harapan pelanggan. Manajemen tidak selalu mengetahui
keinginan dan kebutuhan pelanggan dan bagaimana pelanggan
menilai jasa-jasa pendukung.
15
b. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan
spesifikasi kualitas jasa, yaitu standar mutu perusahaan yang belum
ditetapkan, atau barangkali standar mutu sudah ditetapkan namun
tidak realistis atau mungkin standar mutu yang realistis namun
perusahaan tidak mempunyai komitmen yang kuat untuk
mewujudkan. Gap ini terjadi karena komitmen perusahaan terhadap
kualitas jasa kurang memadai, kurangnya sumber daya dan tidak
tepatnya standar tugas maupun penyusunan tujuan.
c. Gap antara spesifikasi kualitas dan penyampaian jasa, yaitu tenaga
kerja yang kurang terampil, tidak dapat memenuhi standar kerja,
beban kerja yang melampaui batas, moral personel kurang. Tenaga
kerja yang menangani operasi pada umumnya memiliki dorongan
yang kuat untuk bekerja efisien dan ini kadang bertentangan dengan
dorongan menciptakan kepuasan konsumen.
d. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi internal, yaitu
kesenjangan yang disebabkan oleh janji yang diberikan perusahaan
tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Gap antara jasa yang diharapkan dengan jasa yang dirasakan
konsumen, yaitu apabila jasa yang diterima sama atau lebih dari yang
diharapkan maka konsumen akan merasa puas dan perusahaan akan
mendapat citra positif. Tetapi bila jasa yang diterima lebih kecil dari
yang diharapkan maka konsumen merasa tidak puas dan kecewa, hal
16
ini akan mengakibatkan perusahaan mendapat citra dan dampak
negative.
2. KEPUASAN KONSUMEN
a. Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler (2007;177), Kepuasan konsumen adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja
dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai
harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi
harapan maka pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta
janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan
setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar
yang baik tentang perusahaan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan Konsumen
Parasuraman, Zeithmal dan Bery (dalam Irawan, 2003)
mengemukakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan
konsumen yaitu:
1). Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan harapan
yang potensial.
17
2). Kebutuhan-kebutuhan pribadi (personel needs). Harapan konsumen
bervariasi tergantung dari karakteristik dan keadaan dari masing-masing
individu.
3). Pengalaman masa lalu (Past experience). Konsumen telah
berpengalaman menggunakan jasa, sudah tidak begitu mengharapkan
atribut-atribut yang bersifat perilaku seperti keramahan dan kesopanan
tetapi mengharapkan lebih seperti kecepatan pelayanan.
4). Komunikasi eksternal (External communication). Komunikasi eksternal
dari penyedia jasa memerankan suatu peran kunci dalam membentuk
harapan konsumen.
Day (Tjiptono dan Dianawati, 2000) mengemukakan empat faktor
yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah:
1). Penting tidaknya konsumsi dilakukan, yaitu menyangkut derajat
pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan
untuk mengkonsumsi produk.
2). Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya,
pemahaman akan produk, persepsi terhadap kemampuan sebagai
konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3). Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu
penyelesaian masalah, gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4). Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Menurut Irawan (2003), Tingkat kepuasan konsumen dapat
diketahui melalui aspek-aspek berdasarkan:
18
1). Kualitas produk, merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan
suatu produk yang memenuhi atau melebihi harapan.
2). Harga produk, merupakan nilai yang dapat dikenakan terhadap produk
tersebut.
3). Kualitas pelayanan, yakni seberapa baik pelayanan yang diterima oleh
konsumen.
4). Sikap terhadap produk, yakni berupa sikap yang muncul dari emosi atau
rasa dari dalam diri konsumen.
5). Biaya dan kemudahan mendapatkan produk, yaitu apakah dalam
memperoleh suatu produk dibutuhkan biaya yang cukup besar atau kecil,
termasuk juga konsumen mudah mendapatkannya atau tidak.
Menurut Zheithmal and Binner (2003;87), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan antara lain:
1). Fitur produk dan jasa
Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa secara signifikan
dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap fitur atau jasa. Untuk jasa
perbankan fitur yang penting meliputi karyawan yang sangat membantu
dan sopan, ruang transaksi yang nyaman, sarana pelayanan yang
menyenangkan, dan sebagainya. Dalam melakukan studi kepuasan
banyak, banyak perusahaan menggunakan kelompok fokus untuk
menentukan fitur dan atribut penting dari jasa kemudian mengukur
persepsi pelanggan terhadap fitur tersebut. Penelitian juga menunjukkan
bahwa pelanggan jasa akan membuat trade-off antara fitur jasa yang
19
berbeda tergantung pada tipe jasa yang dievaluasi dan tingkat kekritisan
jasa.
2). Emosi pelanggan
Emosi juga dapat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap
produk atau jasa. Emosi ini dapat stabil, seperti keadaan pikiran,
perasaan atau kepuasan hidup. Pikiran atau perasaan pelanggan dapat
mempengaruhi respon pelanggan terhadap jasa. Emosi spesifik juga
dapat disebabkan oleh pengalaman konsumsi, yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan terhadap jasa. Emosi positif seperti perasaan
bahagia, senang, gembira akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Sebaliknya, emosi negatif seperti kesedihan, penyesalan dan kemarahan
dapat menurunkan tingkat kepuasan.
3). Atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan jasa.
Atribusi – penyebab yang dirasakan dari suatu peristiwa _
mempengaruhi persepsi dari kepuasan. Ketika pelanggan dikejutkan
dengan hasil (jasa lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan),
pelanggan cenderung untuk melihat alasan dan penilaian mereka
terhadap alasan yang dapat mempengaruhi kepuasan.
4). Persepsi terhadap kewajaran dan keadilan (Equity and fairness).
Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh persepsi pelanggan
terhadap kewajaran dan keadilan. Pertanyaan pelanggan yang muncul
antara lain tentang perlakuan yang diperolehnya dibanding dengan
pelanggan lain yang berkaitan dengan sikap, harga, kualitas. Dugaan
20
mengenai equity dan fairness adalah penting bagi persepsi kepuasan
pelanggan terhadap produk atau jasa.
5). Pelanggan lain, keluarga dan rekan kerja.
Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh orang lain, keluarga,
sahabat atau rekan kerja.
c. Pengukuran Kepuasan konsumen
Menurut Kotler (Tjiptono, 2002:189) perusahaan dapat
menggunakan beberapa model berikut, untuk seberapa tingkat kepuasan
konsumen yang berhasil mereka ciptakan, yaitu:
1). System keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada konsumen perlu memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi para konsumennya untuk
menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka.
2). Survei kepuasan konsumen.
Pada umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen
dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik melalui pos,
telephone maupun wawancara pribadi.
3.). Ghost Shopping
Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang
(Ghost Shopper) untuk berperan sebagai konsumen atau pembeli
potensial atas produk perusahaan itu sendiri dan perusahaan pesaing,
lalu menyampaikan temuannya ini yang mengenai kekuatan dan
21
kelemahan produk perusahaan dan perusahaan pesaing berdasarkan
pengalaman mereka dalam melakukan pembelian produk tersebut.
4). Lest customer analisis
Didalam metode ini, perusahaan menghubungkan para konsumennya
yang telah berhenti membeli produk perusahaan atau yang telah beralih
ke perusahaan pesaing yang diharapkan akan diperolehnya informasi
penyebab terjadinya hal tersebut.
Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak
didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah menggunakan
produk atau jasa. Kepuasan dapat diartikan sebagai hasil dari penilaian
konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat
kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bias lebih atau kurang. Tingkat
kenikmatan yang dimaksud disini adalah kesesuaian antara apa yang
dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa yang
diharapkannya. Pelanggan yang puas akan merasa mendapatkan value dari
produsen atau penyedia jasa. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan,
system atau sesuatu yang bersifat emosi. Kalau pelanggan mengatakan
bahwa value adalah pelayanan yang berkualitas , maka kepuasan terjadi
kalau pelanggan mendapatkan pelayanan berkualitas tersebut.
(Payne,2001).
Variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu
expectations dan perceived performance. Apabila perceived performance
22
melebihi expectations maka pelanggan akan puas tetapi apabila sebaliknya
maka pelanggan akan merasa tidak puas. Pelanggan yang senang dan puas
cenderung akan berperilaku positif. Pelanggan membentuk suatu harapan
terhadap nilai dan bertindak, mereka memperhitungkan dan mengevaluasi
penawaran mana yang akan memberikan nilai tinggi. Penawaran yang
memenuhi harapan nilai pelanggan mempengaruhi kepuasan dan
kemungkinan pelanggan membeli kembali (Parasuraman, 1998).
3. LOYALITAS KONSUMEN
a. Pengertian Loyalitas Konsumen
Loyalitas diartikan sebagai suatu perilaku yang diharapkan atas
produk atau layanan yang antara lain meliputi kemungkinan pembelian
lebih lanjut atau sebaliknya perubahan perjanjian pelayanan atau seberapa
besar kemungkinan pelanggan akan beralih pada merk atau penyedia
layanan (Aaker; 1991).
Kualitas jasa mempunyai hubungan yang kuat dengan perusahaan
yang menyediakan pelayanan jasa kepadanya. Perusahaan dapat
memaksimumkan pengalaman konsumen dengan menyenangkan, serta
meminimumkan pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan.
Kepuasan konsumen dapat menciptakan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan yang memberikan kualitas pelayanan jasa yang memuaskan
(Fandy Tjiptono, 2002).
23
Menurut Mowen dan Minor dalam Dharmesta (1999) menggunakan
definisi loyalitas pelanggan dalam arti kondisi dimana konsumen
mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek dan bermaksud
meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Dan membedakan empat
macam loyalitas, yaitu:
1). Loyalitas merek fokal yang sesungguhnya, loyalitas merek tertentu yang
menjadi minatnya.
2). Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek fokal.
3). Pembelian merek fokal dari non loyal
4). Pembelian secara kebetulan merek fokal oleh pembeli-pembeli loyal dan
non loyal merek lain.
Pembelian secara kebetulan mencakup runtutan pembelian ulang
yang berkaitan dengan faktor-faktor selain loyalitas psikologis, seperti tidak
tersedianya merek favorit, pembelian yang bersifat mewakili merek favorit
dan kendala-kendala sementara.
Konsumen yang loyal terhadap suatu produk atau jasa memiliki
beberapa karakter (Assael, 2001:133), diantaranya:
1). Konsumen yang loyal cendung lebih percaya diri pada pilihannya.
2). Konsumen yang loyal lebih memilih untuk mengurangi resiko dengan
melakukan pembelian berulang terhadap merek yang sama.
3). Konsumen yang loyal lebih mengarah pada kesetiaan terhadap suatu
toko.
4). Kelompok konsumen minor cenderung untuk lebih loyal.
24
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas Konsumen
1). Kepuasan Pelanggan
Mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi adalah tujuan
utama pemasaran. Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian
tercurah pada konsep kepuasan menyeluruh, yang implikasinya adalah
mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup untuk membuat
pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan
pelayanan yang didapatkan pada saat proses transaksi dan juga puas
akan barang atau jasa yang mereka dapatkan, besar kemungkinan
mereka akan kembali lagi dan melakukan pembelian-pembelian yang
lain dan juga akan merekomendasikan pada teman-teman dan
keluarganya tentang perusahaan tersebut dan produk-produknya. Juga
kecil kemungkinannya mereka berpaling ke pesaing-pesaing perusahaan.
Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu akan
membina hubungan yang baik dengan pelanggan. Hal ini dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang (Kotler,
1994 dalam Nasution, 2004).
Namun demikian, perusahaan harus berhati-hati agar tidak
terjebak pada keyakinan bahwa pelanggan harus dipuaskan tak peduli
berapa pun biayanya. Tidak semua pelanggan memiliki nilai yang sama
25
bagi perusahaan. Beberapa pelanggan layak menerima perhatian dan
pelayanan yang lebih dibanding pelanggan lain. Ada pelanggan yang
tidak akan pernah memberikan umpan balik tak peduli berapa banyak
perhatian yang kita berikan pada mereka, dan tak peduli berapa puasnya
mereka. Dengan demikian, antusiasme tentang kepuasan pelanggan
harus didukung oleh analisa-analisa yang tajam (Kotler, 1994 dalam
Nasution, 2004).
Spreng et.al. (1996) menyatakan bahwa perasaan puas
pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka
mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Tse dan
Wilson (1988) menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan adalah respon
pelanggan terhadap ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Dan menguraikan dua variabel utama yang menentukan
kepuasan pelanggan yaitu harapan dan kinerja yang diterima. Apabila
kinerja yang dirasakan melebihi harapan maka pelanggan akan puas,
tetapi apabila sebaliknya maka pelanggan merasa tidak puas. Kotler dan
Keller (2006:136), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah
perasaan senang atau kecewa yang dialami seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya,
yang menghasilkan paradigma ketidaksesuaian.
26
Relevansi kepuasan dalam mendapatkan pelanggan yang loyal
dan menghasilkan komunikasi dari mulut ke mulut yang positif tidak
perlu dipermasalahkan lagi (Anderson dan Sullivan 1993; Oliver 1996).
2). Citra Perusahaan
Citra perusahaan didefinisikan sebagai persepsi kepada sebuah
perusahaan yang direfleksikan dalam asosiasi yang terdapat dalam
memori konsumen (Keller, 1983). Nguyen dan Leblanc (2001)
menyatakan citra perusahaan berhubungan dengan fisik dan atribut
perusahaan seperti nama, bangunan, produk/jasa, untuk mempengaruhi
kualitas yang dikomunikasikan oleh setiap orang supaya tertarik dengan
perusahaan. Citra menggambarkan keseluruhan kesan yang dibuat
publik tentang perusahaan dan produknya. Citra dipengaruhi oleh
banyak faktor diluar control perusahaan (Kotler 2006; 296).
Citra atau image merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
khususnya untuk sebuah penyedia jasa. Meskipun demikian, belum ada
konsensus tentang definisi image sendiri. Miniard (1995) menyatakan
bahwa image adalah cara dimana sebuah toko didefinisikan didalam
benak pembelanja, sebagian oleh kualitas fungsionalnya dan sebagian
lagi oleh atribut psikologis.
Suatu produk atau jasa yang dihasilkan membutuhkan waktu
yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang. Assael
27
(Siswanti, 2004) mengungkapkan loyalitas sebagai favourable
pelanggan adalah hasil kepuasan yang dirasakan yang ditunjukkan
dengan perilaku membeli secara konsisten.. Membeli secara konsisten
dapat diartikan ketika seseorang membutuhkan lagi produk atau jasa
tertentu ia akan kembali membeli produk atau jasa di tempat tersebut.
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan
seseorang atas sesuatu produk, baik barang maupun jasa tertentu.
Loyalitas konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari
kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa
pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap
menjadi konsumen dari perusahaan tersebut.
Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi
konsumen, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan
itu. Kesetiaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa merk tertentu
tergantung pada beberapa faktor: besarnya biaya untuk berpindah ke
merk atau jasa lain, adanya kesamaan mutu, kualitas atau pelayanan dari
jenis barang atau jasa pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang
didapat dari merk baru dibandingkan dengan pengalaman terhadap merk
sebelumnya yang pernah dipakai. Konsumen dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, akan membeli produk dengan merk
tertentu. Apabila merk yang dipilih konsumen itu dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginannya, maka konsumen akan memiliki suatu
ingatan yang dalam terhadap merk tersebut. Dalam keadaan semacam ini
28
kesetiaan konsumen akan mulai timbul dan berkembang, dan dalam
pembelian yang berikutnya konsumen tersebut akan memilih produk
dengan merk yang telah memberinya kepuasan, sehingga akan terjadi
pembelian yang berulang-ulang terhadap merk tersebut.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(1988) mengenai kualitas jasa dan faktor-faktor yang menentukan kualitas jasa
pada: Bank, Credit Card Co., Repair and Maintenance Co., L.D. Telephone Co.
Penelitian tersebut menggunakan lima dimensi kualitas meliputi: reliability,
responsiveness, assurance, empathy, dan, tangibles. Hasil tersebut menunjukkan
tingkat kepentingan masing-masing atribut kualitas pelayanan suatu perusahaan,
dan dapat digunakan untuk membandingkan nilai kualitas pelayanan perusahaan
dengan perusahaan pesaing. Namun khusus Bank mempunyai kecenderungan
bahwa dimensi yang lebih penting adalah dimensi reliability dan tangibles. Hal
ini dapat dipahami karena bisnis perbankan merupakan bisnis jasa yang
berdasarkan pada azas kepercayaan dan keamanan. Azas kepercayaan dan
keamanan ini tercermin pada gedung, peralatan, perlengkapan, dan
profesionalitas karyawan.
Muhaimin (2004) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan nasabah pada PT. Bank BPD Jawa Tengah cabang
Surakarta, menyimpulkan bahwa sumbangan variabel keandalan, ketanggapan,
ketegasan, kepastian dan keberwujudan terhadap variabel kepuasan nasabah
29
sebesar 94,4%. Hasil dari uji t diketahui variabel keandalan, ketanggapan, dan
kepastian secara individu mampu mempengaruhi kepuasan nasabah. Sedangkan
ketegasan dan keberwujudan tidak mampu berpengaruh terhadap kepuasan
nasabah dikarenakan nilai thitung < ttabel. Hasil dari uji F diketahui variabel
keandalan, ketanggapan, ketegasan, kepastian dan keberwujudan secara
bersama-sama mampu mempengaruhi kepuasan nasabah. Semua variabel
keandalan, ketanggapan, ketegasan, kepastian dan keberwujudan dalam
penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas. Semua variabel keandalan,
ketanggapan, ketegasan, kepastian dan keberwujudan dalam penelitian ini tidak
terdapat masalah heterokedastisitas, maka dapat disimpulkan bahwa estimasi dari
model analisis regresi yang ditentukan tidak terjadi autokorelasi dalam model
regresi yang digunakan.
Nugroho (2005), melakukan penelitian pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank Mandiri TBK cabang Solo Sriwedari,
menyimpulkan bahwa variabel kualitas tingkat pelayanan yang diharapkan
dengan tingkat kualitas pelayanan yang diterima berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat kepuasan nasabah. Dan tingkat kualitas pelayanan yang
diterima lebih besar dari kualitas pelayanan yang diharapkan. Ada perbedaan
antara tingkat kualitas pelayanan yang diterima dengan kualitas pelayanan yang
diharapkan secara nyata dan signifikan. Ada perbedaan (gap) antara dimensi
kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kualitas pelayanan yang diterima.
Gap negatif paling besar terdapat pada dimensi reliability sedangkan gap positif
terdapat pada dimensi empathy.
30
Karsono (2005), yang berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Loyalitas Anggota Dengan Kepuasan Anggota Sebagai Variabel Pemediasi)”,
diperoleh kesimpulan bahwa pertama, terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata kualitas pelayanan jasa yang diharapkan dengan rata-rata kualitas
pelayanan jasa yang diterima. Kedua, kualitas pelayanan berpengaruh positif
terhadap loyalitas anggota. Ketiga, bahwa kuantitas pelayanan berpengaruh
positif terhadap kepuasan anggota. Keempat, bahwa kepuasan anggota
berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota dan kualitas pelayanan
berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota dengan kepuasan anggota sebagai
variable pemediasi.
Abi Kusno (2006),dengan penelitian faktor-faktor kualitas pelayanan
jasa yang mempengaruhi nasabah dalam memilih bank (studi kasus terhadap
nasabah bank Permata dan BNI 46 di kota Surakarta), berdasarkan tingkat
kesesuaian antara tingkat harapan dengan persepsi kinerja pelayanan jasa
masing-masing bank, dapat dilihat bahwa tingkat harapan selalu lebih tinggi dari
tingkat kinerja. Hal tersebut berarti bahwa menurut persepsi nasabah, pelayanan
jasa yang diberikan kedua bank belum memenuhi harapan nasabah atau belum
memuaskan. Untuk perbedaan tingkat kesesuaian kinerja pelayanan jasa masing-
masing bank, nasabah mempersepsikan kinerja pelayanan jasa bank permata
lebih baik dibandingkan dengan kinerja pelayanan jasa Bank BNI 46 atau dengan
kata lain menurut persepsi nasabah kinerja pelayanan jasa bank swasta lebih baik
dibandingkan dengan bank pemerintah.
31
Novianto (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh kualitas
pelayanan Bank BRI unit kota Yogyakarta terhadap loyalitas konsumen (dengan
variabel pemediasi kepuasan konsumen dan citra korporasi), menyimpulkan
bahwa kualitas pelayanan Bank BRI memiliki pengaruh positif terhadap
kepuasan, citra korporasi dan loyalitas nasabah. Kepuasan nasabah dan citra
korporasi Bank BRI memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen.
C. Kerangka Pemikiran
1). Hubungan Kualitas jasa dan kepuasan nasabah
Kepuasan nasabah mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas
jasa. Kualitas jasa memberikan dorongan bagi pelanggan untuk menjalin
hubungan dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, perusahaan mampu
memahami harapan serta kebutuhan pelanggan. Dengan demikian perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Pada akhirnya kepuasan pelanggan
dapat menciptakan loyalitas pada perusahaan.
Menurut Kotler dalam Tjiptono (1996:61), kualitas harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti
bahwa citra kualitas pelayanan yang baik bukan berdasarkan persepsi pihak
perusahaan, namun persepsi pelanggan yang mengkonsumsi dan menikmati
jasa atau pelayanan perusahaan, sehingga merekalah yang menentukan
kualtas jasa atau pelayanan. Apabila pelayanan yang diterima dan dirasakan
belum sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan
buruk. Jika pelayanan yang diterima dan dirasakan sama dengan yang
diharapkan maka kualitas pelayanan dapat dipersepsikan ideal. Namun bila
32
bila pelayanan yang diterima dan dirasakan melebihi harapan maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan.
Menurut Hennig-Thurau dan Klee (1997), kepuasan secara positif
mempengaruhi komitmen. Tingkat kepuasan yang lebih tinggi menyediakan
pelanggan dengan suatu penguatan positif yang berulang dengan cara
menciptakan ikatan emosional. Kepuasan dihubungkan dengan pemenuhan
kebutuhan sosial pelanggan, dan pemenuhan yang berulang akan kebutuhan
ini perlu di dorong ke arah ikatan emosional yang juga mendasari komitmen.
Kepuasan Konsumen merupakan fungsi - fungsi dari kuantitas
pelayanan yang dikurangi harapan konsumen, menurut Parasuraman,
Zeithmal dan Berry (Tjiptono, 1996: 36) yang dirumuskan sebagai berikut:
Satisfaction = F (Service Quality – Performance)
Berdasarkan rumus diatas, maka terdapat 3 hal kemungkinan yang terjadi,
yaitu:
a. Service Quality < Expectation
Bila hal ini terjadi, dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan perusahaan
buruk, selain tidak memuaskan juga tidak sesuai harapan konsumen.
b. Service Quality = Expectation
Bila hal ini terjadi, dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan biasa-biasa
saja dimata konsumen, dan pelayanan yang diberikan tidak istimewa.
c. Service Quality > Expectation
33
Bila hal ini terjadi, dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan tidak hanya sesuai dengan kebutuhan, Tetapi sekaligus
memuaskan atau menyenangkan dan selalu diharapkan oleh konsumen.
2). Hubungan kepuasan dan loyalitas nasabah
Konsumen yang puas cenderung loyal terhadap merk sepanjang
waktu daripada konsumen yang membeli karena alasan lain keterbatasan
waktu atau informasi (Gommans, 2001). Konsumen yang puas cenderung
menjadi konsumen yang loyal (Kotler, 1999 : 547). Hubungan kesetiaan merk
dengan kepuasan dapat terlihat dari pendapat Barness (2001 : 41) yang
menyatakan bahwa untuk meningkatkan loyalitas maka harus meningkatkan
kepuasan konsumen.
Samuel dan Foedjiwati (2004) meneliti atribut kepuasan konsumen
terhadap loyalitas. Atribut kepuasan konsumen meliputi Related to the
product, Related to the service, dan related to the purchase. Loyalitas diukur
melalui Habitual behavior, Satisfaction, Liking the brand, dan switching
chost. Penelitian tersebut mengungkapkan adanya hubungan positif antara
kepuasan konsumen dan loyalitas.
3). Hubungan Kualitas jasa, kepuasan dan loyalitas nasabah
Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan para pelanggan, oleh karena itu hanya dengan memahami
proses dan pelanggan maka perusahaan dapat menyadari dan menghargai
makna kepuasan.
34
Kualitas jasa mempunyai hubungan yang kuat dengan perusahaan
yang menyediakan pelayanan jasa kepadanya, dengan demikian perusahaan
dapat memaksimumkan pengalaman pelanggan dengan menyenangkan, serta
meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan
loyalitas pelanggan terhadap perusahaan yang memberikan kualitas pelayanan
jasa yang memuaskan (Fandy Tjiptono, 2002).
Berdasarkan hubungan antar variabel diatas maka dapat diringkas
kerangka pemikiran dalam skema berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
D. HIPOTESIS
Pelayanan yang di Terima
Pelayanan yang di Diharapkan
Service Quality Gap
Kualitas Jasa: Reliability Responsiveness Assurance Emphaty Tangibles
Kepuasan Nasabah
Loyalitas Nasabah
35
Berdasarkan teori diatas hipotesis yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas jasa yang dirasakan
nasabah kredit dengan kualitas jasa yang diharapkan nasabah kredit.
H2 : Kualitas jasa berpengaruh positif dan signifikan secara tidak langsung
terhadap loyalitas nasabah kredit melalui kepuasan nasabah.
H3 : Kepuasan nasabah kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
loyalitas nasabah kredit.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode riset yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kausal, yang bertujuan meneliti pengaruh antara variabel yang satu dengan
variabel lainnya. Lebih lanjut, studi ini merupakan jenis penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Penelitian
ini merupakan penelitian survei karena pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner yang diberikan pada responden.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah nasabah kredit
di unit-unit BRI cabang Karanganyar pada bulan Agustus 2009, yang
36
berjumlah 35.540 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil 100 responden
yang akan mewakili nasabah kredit pada unit-unit BRI cabang Karanganyar.
Penetapan sampel berasal dari unit-unit wilayah bagian utara, selatan, tengah,
timur, dan barat, yang masing-masing wilayah bagian diwakili oleh 2 unit
dengan pengambilan responden secara proporsional. Teknik sampling yang
digunakan adalah Multistage Cluster sampling, yaitu pengambilan sampel
klaster yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama membagi
unit-unit dalam lima wilayah utara, selatan, tengah, timur, dan barat.
Kemudian tahap kedua mengambil masing-masing 2 unit sebagai wilayah
sampel. Tahap ketiga, 10 unit sampel diambil secara proporsional sehingga
jumlahnya mencapai 100 responden.
Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Wilayah Unit BRI Populasi Sampel
1 Utara 1. Pulosari
2. Munggur
3. Kutho
4. Mojogedang
5. Karangrejo
1.773
1.885
1.230
1.653
1.205
-
10
-
10
-
2 Timur 1. Tawangmangu
2. Karangpandan
3. Matesih
4. Ngargoyoso
5.Balong
1.575
1.554
1.648
1.161
1.186
10
-
10
-
-
3 Tengah 1. Popongan
2. Karanganyar
3. Lalung
1.789
1.262
814
10
-
-
37
4. Tasikmadu 2.074 10
4 Barat 1. Jaten
2. Ngringo
3. Papahan
4. Kebakkramat
1.531
1.858
1.142
2.379
-
10
-
10
5 Selatan 1. Jatiyoso
2. Jatipuro
3. Jumapolo
4. Jumantono
1.804
1.954
1.885
2.178
-
-
10
10
Jumlah 35.540 100
Sumber : Data primer diolah. 2009.
C. Sumber Data
a. Data Primer
Data diperoleh dari responden, yaitu nasabah kredit di unit. Untuk
mendapatkan data primer digunakan metode penelitian survei yaitu
dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada
responden.
b. Data Sekunder
Data penunjang dalam penelitian ini bersumber dari informasi yang
berasal dari kantor Bank BRI cabang Karanganyar.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner : Yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diberikan
pada responden yaitu nasabah kredit di unit untuk memperoleh data.
38
b. Observasi : Yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada
objek penelitian untuk melengkapi data yang diperlukan.
c. Wawancara : yaitu mengadakan wawancara langsung dengan pihak
manajemen atau nasabah BRI cabang Karanganyar untuk memperoleh data
yang diinginkan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Reliability adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai yang
dijanjikan kepada nasabah dengan cepat, akurat dan dapat diandalkan.
2. Responsiveness adalah keinginan untuk membantu nasabah dengan
menyediakan pelayanan dengan tepat.
3. Assurance adalah mencakup pengetahuan, kesopanan, kemampuan dari
petugas untuk menunjukkan kejujuran dan percaya diri.
4. Emphaty adalah kemampuan dalam memahami keinginan nasabah, meliputi
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kepedulian pada nasabah.
5. Tangibles adalah pelayanan yang berwujud, dapat berupa fasilitas fisik,
peralatan, serta penampilan petugas.
6. Kepuasan nasabah adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
7. Loyalitas nasabah adalah komitmen nasabah yang sangat dalam untuk selalu
menggunakan produk dan jasa BRI secara konsisten dimasa yang akan
datang dan mengakibatkan pengulangan.
39
E. Teknik Analisis Data
1). Analisis Instrumen Penelitian
a). Uji validitas
Validitas adalah suatu alat ukur (kuesioner) yang menunjukkan
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melaksanakan fungsi ukurannya. Adapun rumus untuk menguji tingkat
validitas dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment pearson
(Sugiyono,1999 ;101) adalah sebagai berikut :
rxy = n(Σxy)( ΣxΣy)
√ [(nΣx²- (Σx)²( nΣy²- (Σy)² )]
Keterangan:
Rxy = koefisien korelasi Product Moment pearson
n = jumlah responden
x = jumlah pertanyaan
y = skor total
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hasil yang diperoleh
dari perhitungan (Product Moment ) lebih besar dari pada nilai r tabel ( r
hasil > r tabel ) atau jika nilai koefisien korelasi lebih dari 0,3 menurut
(Sugiyono, 1999;101). Sehingga untuk mempermudah perhitungan uji
validitas maka dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan bantuan SPSS.
b). Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut
memberikan hasil yang relative tidak berbeda jika terhadap subjek yang
40
sama dan dilakukannya pengukuran kembali. Konsep reliabilitas berkaitan
dengan kesalahan pengukuran yang menunjukkan sejauh mana
inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran dilakukan
secara ulang terhadap objek yang sama, selain itu konsep reliabilitas
berkaitan dengan kesalahan sampel yang menumpuk pada sejauh mana
inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran dilakukan
secara ulang pada kelompok individu yang berbeda.
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach’s Alpha
(Supranto, 2001;160) dengan rumus:
Rxx = k x [1- Σxij] i#j k-1 Σxii+ Σxij
keterangan :
Rxx = koefisien reliabilitas
k = banyaknya item pertanyaan
xii dan xij = elemen matriks korelasi
koefisien alpha lebih dari 0,6 atau mendekati 1,0 menunjukkan tingkat
reliabilitas tinggi.
c). Uji data Deskriptif
Analisis ini berisi tentang penjelasan secara deskriptif mengenai
keadaan nasabah kredit dengan memberikan gambaran secara deskriptif
mengenai nama, jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan, pekerjaan
nasabah dan tanggapan responden mengenai tingkat kepuasan nasabah.
Pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu kuesioner, yang diisi oleh
41
responden dan dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup, artinya dalam
kuesioner sudah ditentukan alternatif jawaban yang sekiranya cocok
dengan keadaan yang dialaminya. Alternatif jawaban menggunakan skala
interval dengan ”Itemized rating scale” (Sekaran, 29-33) yang dibuat
menjadi empat alternative jawaban yaitu :
Setuju : S : Skor = 4
Cukup Setuju : CS : Skor = 3
Kurang setuju : KS : Skor = 2
Tidak Setuju : TS : Skor = 1
2) Teknik Uji Hipotesis
Untuk menguji peranan konsumen sebagai variabel mediasi pada
pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah kredit, digunakan
Metode Path Analysis. Analisis jalur ini merupakan perluasan dari analisa
regresi untuk mengukur hubungan kausalitas antar variabel, dengan Metode
Path Analysis akan diketahui hubungan-hubungan dimana X berpengaruh
terhadap Y dan juga berpengaruh tidak langsung terhadap Z, sedangkan Z
berpengaruh terhadap Y (Imam ghozali :2005).
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menggunakan path
analysis. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
dalam penelitian ini dituliskan dalam model sebagai berikut:
X2 = a + b1.X1 + e i ………..………………………...(1)
Y = a + b2.X1 + b3. X2 + e i ………………………….(2)
42
Keterangan :
Y : loyalitas nasabah
a : konstanta
b1 …b3 : koefisien regresi variabel independen
X1 : kualitas jasa
X2 : kepuasan nasabah
ei : standart error
3). Pengujian secara individual (Uji t)
Uji T test digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial
melalui masing-masing variable independent terhadap variable dependent.
Suatu variable independent berpengaruh terhadap variable
dependent.dikatakan sudah mempunyai nilai signifikan jika bernilai dibawah
α = 0,05 (Santosa, 2000:168). Adapun tahapannya sebagai berikut:
- Hipotesis yang akan diuji dengan α = 0,05
Ho = β1 = 0, artinya variable independent tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variable dependent.
Ho = β1 # 0, variable independent mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variable dependent
- Daerah kritis = Ho ditolak jika < α = 0,05
4). Uji F test
43
Uji F test untuk menunjukkan apakah semua variable bebas dan
variable moderasi yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variable terikat.
- Hipotesis yang akan diuji dengan α = 0,05
Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, artinya variable independent secara
bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variable dependent.
Ho = β1 # β2 # β3 # β4 # β5 # 0, variable independent secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependent
- Daerah kritis = Ho ditolak jika < α = 0,05
5). Uji R² (koefisien determinan)
Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh dari semua
variable bebas yang diteliti dan variable lain yang tidak diteliti. Hal ini
ditunjukkan dengan 0≤R²≥1. Jika R² mendekati 1, berarti variable bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable terkait sehingga model
yang digunakan dapat dikatakan baik. Sedangkan bila R² mendekati 0, berarti
variable bebas sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel terkait maka
model yang digunakan semakin kurang baik atau kurang tepat. Dirumuskan :
R² = 1 - Σei² Σyi²
Keterangan :
R² = koefisien determinan
ei² = nilai kuadrat regresi
44
yi² = nilai kuadrat variable residual
6). Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas untuk mengetahui ada tidaknya variable
independent yang memiliki kemiripan dengan variable independent lain
dalam suatu model. Kemiripan antar variabel menyebabkan terjadinya
korelasi yang sangat kuat antar suatu variabel independen dengan variabel
independen yang lain. Selain deteksi terhadap multikolinearitas, juga dapat
bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan
kesimpulan mengenai pengaruh uji parsial masing-masing variabel
independen terhadap dependen.
Deteksi Multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari
beberapa hal antara lain (Nugroho, 2005:58):
1). Jika nilai Variance Inflantion Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan
terbebas dari multikolinearitas.
2). Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen
kurang dari 0,70 maka model ini dapat dinyatakan bebas dari asumsi
klasik multikolinearitas.
3). Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R² diatas 0,60 namun
tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen, maka model tersebut terkena multikolinearitas.
b. Autokorelasi
45
Autokorelasi untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series)
atau secara ruang (cross sectional). Untuk mengetahui ada atau tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji statistic Durbin-Watson,
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil-hasil estimasi suatu
model regresi tidak mengandung korelasi serial diantara error termnya.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Dw =
nt
t
nt
t
et
etet
2
2
2
21
(Gujarati, 1997: 467)
Langkah-langkah menguji autokorelasi:
1). Meregres OLS
2). Menghitung DW
3). Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang
menjelaskan didapat nilai taksiran dL dan dU.
Gambar 3.1. Uji Durbin Watson
4). Jika Ho adalah ujung yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi positif
atau negatif maka:
46
d < dL = Ho ditolak (ada autokorelasi positif)
d> 4-dL = Ho ditolak (ada autokorelasi negatif)
dU < d < 4-dU = Ho diterima (tidak ada autokorelasi)
dL d dU atau 4-dU d 4-dL = Ho pengujian tidak dapat disimpulkan.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan tetap, maka disebut homokedastisitas, dan apabila berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedasitas muncul apabila kesalahan atau residual dari
model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi ke observasi lainnya. Untuk mengetahui adanya gejala ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tehnik Park yaitu dengan melakukan
analisis regresi dengan menggunakan nilai residual sebagai variabel
dependen yang diperoleh dari analisis regresi kemudian membandingkan
nilai thitung dan nilai ttabel.
Untuk pengujian heteroskedastisitas disini digunakan metode
Glejser yaitu dengan meregreskan nilai absolut residual terhadap variabel
bebas (Ghozali, 2001:76) dengan persamaan regresi sebagai berikut:
|Ut| = α + β Xt + vi -- /Ut/ Residual Populasi, vi Residual sampel
47
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian
heteroskedastisitas menurut metode Glejser adalah sebagai berikut :
1) Dalam uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Glejser
digunakan program SPSS.
2) Lakukan regresi model lengkap dan dapatkan variabel residual (res).
3) Absolutkan nilai residual (Absres).
4) Regresikan Variabel Absolut (Absres) sebagai variabel terikat dengan
variabel kestabilan perusahaan (X1), perusahaan maju dan inovatif
kontribusi pada masyarakat (X2), perusahaan menjadi pemimpin pasar
dalam industri (X3), dan citra perusahaan. (X4), kualitas pelayanan
(X2), promosi (X3), sehingga persamaan regresi menjadi:
AbsUt = b0 + b 1X 1 + b 2X 2 + b 3 X 3 +b4X4
Dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut:
1) Dalam melihat nilai thitung dibandingkan dengan ttabel.
a) Jika thitung>ttabel Ho ditolak. artinya ada heteroskedastisitas dalam
model regresi.
b) Jika thitung<ttabel Ho diterima artinya tidakada heteroskedastisitas
dalam model regresi.
2) Dalam melihat nilai probabilitas yang dihasilkan dengan
membandingkan level of significance (α = 0,05)
a) Jika angka probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima artinya tidak ada
heteroskedastisitas dalam model regresi.
48
b) Jika angka probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak artinya ada
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Menurut Ghozali (2005), dua cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola diagram pencar residual
yaitu:
1). Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.
2 ). Jika diagram pencar tidak membentuk pola-pola atau acak serta titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
dikatakan regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
d. Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variable yang akan digunakan dalam penelitian (Nugroho, 2005;18). Uji
Normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal P-P plot dimana
terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang
mengikuti arah garis linier dari kiri bawah ke kanan atas. Apabila titik-titik
mengikuti arah garis linier berarti terjadi adanya gejala normalitas.
7). Analisis Gap
Menurut Tjandra (dalam Tjiptono :2000), bahwa model analisis gap
terdapat lima kesenjangan yang berpengaruh terhadap kualitas jasa. Secara
umum kesenjangan dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu :
49
a. Kesenjangan dari dalam, yaitu kesenjangan yang muncul dari dalam
perusahaan. Hal ini dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang berkualitas. Kesenjangan dapat dibedakan :
1. Kesenjangan 1, yaitu kesenjangan antara harapan konsumen dengan
persepsi manajemen mengenai konsumen.
2. Kesenjangan 2, yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen
terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa.
3. Kesenjangan 3, yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa
dengan penyampaian jasa.
4. Kesenjangan 4, yaitu kesenjangan antara penyampaian jasa dan
komunikasi eksternal untuk konsumen.
b. Kesenjangan dari luar, yaitu kesenjangan yang muncul dari luar
perusahaan, ini adalah kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan
jasa yang diharapakan.
Pengukuran Gap antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan
kualitas pelayanan yang diteriama:
Skor Servqual = Skor diharapkan - Skor diterima
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BRI Cabang Karanganyar
1. Sejarah dan latar belakang berdirinya BRI
Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto,
Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en
Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari
kelahiran BRI. Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
51
1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah
pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan
kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara
waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun
1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada
waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani
dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani
Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan
Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke
dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani
dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun
1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara
Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani
dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara
Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-
undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang
Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang
Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya
52
berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-
tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya
masih 100% ditangan Pemerintah. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak
tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang
tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada
golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan
penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang
meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999
sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar. Seiring dengan
perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini
Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah,
yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi
/SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1
Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1
Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar,3.705 BRI UNIT dan
357 Pos Pelayanan Desa.
Visi BRI adalah menjadi bank komersial terkemuka yang selalu
mengutamakan kepuasan nasabah. Sedangkan misi BRI adalah
53
a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat.
b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja
yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang
profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.
c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Gambaran Bank BRI Cabang Karanganyar
Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Karanganyar merupakan
bagian dari Bank Rakyat Indonesia. Pendirian Bank Rakyat Indonesia Kantor
Cabang Karanganyar didirikan atas dasar Surat Menteri Keuangan Republik
Indonesia berkenaan dengan pemberian ijin kepada Bank Rakyat Indonesia
untuk mendirikan Cabang sebanyak 204 Kantor Cabang termasuk Bank
Rakyat Indonesia Karanganyar.
Bidang usaha yang ada pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Kantor Cabang Karanganyar diantaranya jasa simpanan, jasa
perkreditan dan jasa layanan. Produk simpanan yang dikeluarkan oleh PT.
54
Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Karanganyar diantaranya adalah
GIROBRI, simpanan dan DEPOSITO. Giro yang ada pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Kantor Cabang Karanganyar terdiri dari dua macam yaitu giro
dalam mata uang rupiah dan giro dalam mata uang asing. Tabungan yang ada
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Karanganyar ada dua
macam yaitu tabungan BRITAMA dan tabungan ONH. Deposito yang ada
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Karanganyar ada dua
macam pula yaitu DEPOBRI dan SERTI BRI. Jenis kredit yang ada pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Karanganyar diantaranya yaitu kredit
pegawai, kredit konsumtif, kredit investasi dan kredit modal kerja. Jenis jasa
lain yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang
Karanganyar diantaranya yaitu jasa transfer, CEPEBRI, inkaso, save deposit
box, kliring dan payment point.
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Karanganyar dalam kerjanya membawahi 22 unit Bank Rakyat Indonesia
Unit. Bank Rakyat Indonesia Unit yang merupakan wilayah kerja PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Karanganyar diantaranya
yaitu: BRI Unit Jaten, BRI Unit Jatipuro, BRI Unit Karangpandan, BRI Unit
Matesih, BRI Unit Tawangmangu, BRI Unit Munggur, BRI Unit Kutho, BRI
Unit Jatiyoso, BRI Unit Ngringo, BRI Unit Karangrejo, BRI Unit Lalung,
BRI Unit Balong, BRI Unit Jumapolo, BRI Unit Mojogedang, BRI Unit
Tasikmadu, BRI Unit Kebakkramat, BRI Unit Karanganyar, BRI Unit
55
Ngargoyoso, BRI Unit Popongan, BRI Unit Pulosari, BRI Unit Jumantono,
BRI Unit Papahan.
B. Gambaran Umum Responden Yang Diteliti
Sampel yang diteliti adalah nasabah yang menjadi nasabah kredit pada
Kantor Cabang BRI Kabupaten Karanganyar. Sampel diambil sebanyak 100
orang responden yang diperoleh dari 10 kantor unit dari wilayah timur, barat,
utara, selatan, dan tengah.. Dari 10 unit tersebut adalah BRI Unit Matesih, BRI
Unit Tawangmangu, BRI Unit Kebakkramat, BRI Unit Ngringo, BRI Unit
Munggur, BRI Unit Mojogedang, BRI Unit Jumapolo, BRI Unit Jumantono, BRI
Unit Tasikmadu, dan BRI Unit Popongan, dari masing-masing unit tersebut
diambil responden sebanyak 10 responden, sehingga diperoleh sampel sebanyak
100 orang responden.
Selanjutnya dari 100 kuesioner yang dibagikan kepada responden,
diperoleh data mengenai karakteristik, pendapat responden tentang kualitas jasa,
kepuasan nasabah, dan loyalitas nasabah atas pelayanan yang diberikan oleh
Bank BRI Kantor Cabang Karanganyar. Kemudian berdasarkan hasil tabulasi
atas data hasil kuesioner karakteristik responden yang diteliti yaitu, karakteristik
jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Table 4.1
Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Responden Jumlah Persentase
Perempuan 56 56,0
Laki-laki 44 44,0
56
Total 100 100,0
Sumber : Data primer diolah, 2009
Tabulasi menunjukkan bahwa dari 100 nasabah Bank BRI Kantor Cabang
Karanganyar mayoritas adalah responden yang berjenis kelamin perempuan
sebesar 56% dan responden laki-laki sebanyak 44%.
Tabel 4.2
Karakteristik Usia Responden
Usia (tahun) Jumlah Persentase
20 – 30 21 21,0
31 – 40 34 34,0
41 – 50 45 45,0
Total 100 100,0
Sumber : Data primer diolah, 2009
Tabulasi menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah nasabah yang
berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 45%, kemudian nasabah yang berusia antara
31 – 40 tahun sebanyak 34%, dan terendah adalah nasabah yang berusia 20 – 30
tahun (21%).
Tabel 4.3 Karakteristik Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 4 4,0 SLTP 29 29,0 SLTA 34 34,0 Akademi 7 7,0 Sarjana 26 26,0
Total 100 100,0 Sumber: Data primer diolah, 2009.
Tabulasi menunjukkan bahwa mayoritas nasabah Bank BRI Kantor
Cabang Karanganyar memiliki tingkat pendidikan setingkat SMA yaitu sebanyak
57
34%, kemudian lulusan SMP sebanyak 29%, lulusan sarjana sebanyak 26%,
lulusan akademi sebesar 7%, dan terendah adalah lulusan SD sebanyak 4%.
Tabel 4.4.
Karakteristik Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase
PNS/TNI/Polri 17 17,0 Pelajar dan mahasiswa 15 15,0 Swasta 53 53,0 Lain-lain 15 15,0
Total 100 100,0 Sumber : Data primer diolah, 2009
Tabulasi menunjukkan bahwa mayoritas nasabah Bank BRI Kantor
Cabang Karanganyar memiliki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 53%, kemudian
PNS/TNI/Polri sebanyak 17%, pelajar dan mahasiswa sebanyak 15%,dan
nasabah yang memiliki pekerjaan lain-lain (tani, pegadang, jasa, dan lain-lain),
adalah sebanyak 15%.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Skor hasil kuesioner sebelum digunakan untuk menganalisis data, maka
sebelumnya diuji tingkat kesahihan (validitas) dan tingkat keandalan
(reliabilitasnya) sebagai alat pengumpulan data.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan masing-
masing item pertanyaan dalam kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang
digunakan adalah korelasi product moment Pearson. Data diolah dengan
58
bantuan program SPSS for Windows release 15.0 dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji validitas dijabarkan
pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Tabulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner
Variabel rproduct moment r tabel 5% (df=100) Keterangan
Kualitas jasa 1 0,385 0,195 Valid 2 0,319 0,195 Valid 3 0,265 0,195 Valid 4 0,399 0,195 Valid 1 0,308 0,195 Valid 2 0,261 0,195 Valid 3 0,270 0,195 Valid 4 0,260 0,195 Valid 1 0,421 0,195 Valid 2 0,411 0,195 Valid 3 0,319 0,195 Valid 4 0,281 0,195 Valid
59
1 0,410 0,195 Valid 2 0,350 0,195 Valid 3 0,382 0,195 Valid 4 0,338 0,195 Valid 1 0,386 0,195 Valid 2 0,261 0,195 Valid 3 0,322 0,195 Valid 4 0,305 0,195 Valid
Kepuasan nasabah 1 0,689 0,195 Valid 2 0,725 0,195 Valid 3 0,713 0,195 Valid 4 0,684 0,195 Valid
Loyalitas nasabah 1 0,592 0,195 Valid 2 0,687 0,195 Valid 3 0,782 0,195 Valid 4 0,648 0,195 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2009 (Lampiran 5)
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam
kuesioner dinyatakan valid karena nilai rproduct moment > rtabel pada taraf
signifikansi 5%, maka seluruh item pertanyaan dinyatakan valid (sahih).
2. Uji Reliabilitas
Pengujian instrumen selanjutnya adalah uji reliabilitas yaitu
digunakan untuk mengetahui keandalah kuesioner atau sejauh mana suatu
kuesioner dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk menjadi alat
pengumpulan data. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach
Alpha dengan menguji tingkat keandalan (reliability) dari masing-masing
angket variabel. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 6. Adapun secara ringkas hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam
tabel 4.6 berikut ini.
60
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Koefisien Alpha Keterangan Kualitas jasa 0,7991 Reliabel Kepuasan nasabah 0,7584 Reliabel Loyalitas nasabah 0,7099 Reliabel Sumber: Data primer diolah, 2009.
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua kuesioner dinyatakan
reliabel karena nilai koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,6. Sesuai dengan
pendapat Ghozali (2001) bahwa pernyataan dinyatakan reliabel (handal) jika
nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Hasil uji reliabilitas menunjukkan
bahwa seluruh kuesioner dinyatakan reliabel (andal).
3. Tabulasi Hasil Kuesioner Tertutup
a. Tanggapan responden mengenai kualitas jasa
Skor hasil kuesioner terhadap kuesioner kualitas jasa dapat dilihat
dari proporsi jawaban responden sebagai berikut:
Tabel 4.7 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Jasa
No Aspek TS KS CS S Jml Reliability
1 Kemampuan memberi pelayanan 0,0 4,0 28,0 68,0 100,0
2 Jarang melakukan kesalahan 0,0 2,0 32,0 66,0 100,0
3 Selalu sedia melayani nasabah 0,0 3,0 41,0 56,0 100,0
4 Mutu pelayanan yang baik dan tepat 0,0 3,0 29,0 68,0 100,0 Rata2 0,0 3,0 32,5 64,5 100,0
Responsiveness
1 Kemampuan mengatasi masalah 0,0 3,0 34,0 63,0 100,0
2 Pelayanan yang cepat dan tepat 0,0 3,0 31,0 66,0 100,0
3 Kesediaan membantu nasabah 0,0 2,0 37,0 61,0 100,0
4 Transaksi cepat dan tepat 0,0 2,0 33,0 65,0 100,0 Rata2 0,0 2,5 33,8 63,8 100,0
Assurance
61
1 Jaminan keamanan transaksi 0,0 2,0 34,0 64,0 100,0
2 Jaminan perasaan nasabah 0,0 4,0 36,0 60,0 100,0
3 Bersikap ramah dan sopan 0,0 4,0 37,0 59,0 100,0
4 Kualitas pelayanan nasabah yang baik 0,0 3,0 37,0 60,0 100,0 Rata2 0,0 3,3 36,0 60,8 100,0
Empathy
1
Kemampunan menyampaikan
informasi 0,0 5,0 34,0 61,0 100,0
2 Menyediakan waktu melayani nasabah 0,0 4,0 44,0 52,0 100,0
3 Memahami keinginan nasabah 0,0 9,0 36,0 55,0 100,0
4 Memenuhi kebutuhan nasabah 0,0 4,0 43,0 53,0 100,0 Rata2 0,0 5,5 39,3 55,3 100,0 Tangibles
1 Bangunan yang memadai 0,0 5,0 34,0 61,0 100,0 2 Fasilitas fisik yang baik dan lengkap 0,0 1,0 29,0 70,0 100,0 3 Ketersediaan informasi 0,0 1,0 30,0 69,0 100,0 4 Penampilan yang menyenangkan 0,0 2,0 23,0 75,0 100,0 Rata2 0,0 2,3 29,0 68,8 100,0
Sumber: Skor hasil kuesioner (Lampiran 2)
Hasil uji proporsi pada aspek reliability, mayoritas responden
menyatakan setuju (64,5%) bahwa bank memiliki pelayanan yang andal. Hal
ini dapat dilihat dari kemampuan karyawan memberi pelayanan yang baik,
jarang melakukan kesalahan, selalu sedia melayani nasabah, dan mutu
pelayanan yang baik dan tepat.
Uji proporsi pada aspek responsiveness, mayoritas responden
menyatakan setuju (63,8%) bahwa bank memiliki pelayanan yang daya
tanggap. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan karyawan dalam mengatasi
masalah, pelayanan yang cepat dan tepat, kesediaan membantu nasabah, serta
transaksi yang cepat dan tepat.
Selanjutnya hasil uji proporsi pada aspek assurance, mayoritas
responden menyatakan setuju (60,8%) bahwa bank memiliki pelayanan yang
62
terjamin. Hal ini dapat dilihat dari jaminan terhadap keamanan transaksi,
jaminan terhadap perasaan nasabah, karyawan bersikap ramah dan sopan,
serta kualitas pelayanan nasabah yang baik.
Hasil uji proporsi pada aspek empathy, mayoritas responden
menyatakan setuju (55,3%) bahwa bank memiliki pelayanan yang berempati.
Hal ini dapat dilihat dari kemampunan menyampaikan informasi,
menyediakan waktu melayani nasabah, memahami keinginan nasabah, dan
memenuhi kebutuhan nasabah.
Hasil uji proporsi pada aspek tangibles, mayoritas responden
menyatakan setuju (68,8%) bahwa bank memiliki pelayanan yang terbukti
nyata. Hal ini dapat dilihat dari bangunan atau gedung yang memadai,
fasilitas fisik yang baik dan lengkap, ketersediaan informasi berupa brosur;
famlet, dan lainnya, serta penampilan karyawan yang menyenangkan.
b. Tanggapan responden mengenai kepuasan nasabah
Skor hasil kuesioner terhadap kuesioner kepuasan nasabah dapat
dilihat dari proporsi jawaban responden sebagai berikut:
Tabel 4.8 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Nasabah
No. Item Indikator TS KS CS S Jml
1 Pelayanan yang memuaskan 3,0 22,0 39,0 36,0 100,0
2 Menangani keluhan nasabah 5,0 35,0 37,0 23,0 100,0
3 Tempat transaksi yang menyenangkan 5,0 37,0 38,0 20,0 100,0
4 Karyawan dapat berkomunikasi dengan baik 4,0 20,0 44,0 32,0 100,0
Rata2 4,3 28,5 39,5 27,8 100,0 Sumber: Skor hasil kuesioner (Lampiran 2)
63
Hasil uji proporsi pada variabel kepuasan nasabah, mayoritas
responden menyatakan cukup setuju (39,5%) bahwa konsumen merasakan
cukup puas terhadap pelayanan bank BRI. Responden menyatakan bahwa
bank sudah memberikan pelayanan yang memuaskan, staf dan karyawan
mampu menangani keluhan nasabah dengan baik, bank BRI merupakan
tempat transaksi yang menyenangkan, dan karyawan memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Secara keseluruhan responden rata-rata memberikan
pendapat cukup setuju (39,5%) terhadap faktor-faktor yang menjadi indikator
dari kepuasan. Hal ini berarti responden cukup puas terhadap pelayanan yang
diberikan bank BRI.
Tabel 4.9 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Loyalitas Nasabah
No. Item Indikator TS KS CS S Jml
1 Kesetiaan terhadap bank 3,0 22,0 39,0 36,0 100,0
2
Selalu melakukan transaksi dengan bank
BRI
5,0 35,0 37,0 23,0 100,0
3
Mengajak keluarga dan rekan untuk
bertransaksi di bank BRI
5,0 37,0 38,0 20,0 100,0
4 Merekomendasikan kepada yang lain untuk
bertransaksi dengan BRI
4,0 20,0 44,0 32,0 100,0
Rata2 4,3 28,5 39,5 27,8 100,0 Sumber: Skor hasil kuesioner (Lampiran 2)
64
Hasil uji proporsi pada variabel loyalitas nasabah, mayoritas
responden menyatakan cukup setuju (39,5%). Artinya konsumen merasakan
cukup loyal kepada bank BRI. Responden menyatakan bahwa akan setia
kepada bank BRI, selalu melakukan transaksi dengan bank BRI, mengajak
keluarga dan rekan untuk bertransaksi di bank BRI, dan merekomendasikan
kepada yang lain untuk bertransaksi dengan BRI . Secara keseluruhan
responden rata-rata memberikan pendapat cukup setuju (39,5%) terhadap
faktor-faktor yang menjadi indikator dari kepuasan. Hal ini berarti responden
cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan bank BRI.
4. Tabulasi Hasil Kuesioner Terbuka
Tabel 4.10 Tabulasi Jawaban Responden atas kuesioner Terbuka
No Keterangan Frekuensi
1 Harapan menjadi nasabah Kredit di Bank BRI:
a. Kemudahan proses permohonan kredit
b. Kecepatan Pelayanan
c. Bunga kredit lebih rendah
d. Biaya lebih ringan
48
36
10
6
2 Kepuasan atas fasilitas dan layanan Bank BRI:
a. Aman dan nyaman
56
65
b. Keramahan dan kesopanan
c. Kecepatan proses pencairan kredit
d. Ketepatan janji
24
18
2
3 Kritik dan Saran untuk Bank BRI:
a. Melayani nasabah dengan setulus hati
b. Menambah produk BRI
c. Menerapkan Service Quality
d. Memperbaiki Teknologi
44
30
16
10
Sumber: Data Primer yang diolah, 2009.
Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa kualitas jasa dan fasilitas yang
diharapkan nasabah kredit yang paling tinggi adalah kemudahan permohonan
kredit (48), kecepatan pelayanan (36), bunga kredit diturunkan (10), dan
biaya administrasi diturunkan (6).
Sebagian besar nasabah kredit merasa puas dengan fasilitas dan
layanan bank BRI yang telah diterima. Keinginan untuk terus menjadi
nasabah disebabkan oleh faktor keamanan dan kenyamanan transaksi (56),
keramahan dan kesopanan karyawan (24), kecepatan proses pencairan kredit
(18), dan ketepatan janji (2).
Kritik dan saran untuk bank BRI yang diajukan adalah melayani
nasabah dengan setulus hati (44), menambah produk BRI (30), menerapkan
Service Quality (16), dan memperbaiki teknologi informasi (10).
D. Analisa Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
66
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji normalitas
data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian
untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-
value dengan taraf signifikansi () sebesar 0,05. Jika p-value > 0,05,
maka data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dari
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Lampiran 8. Secara ringkas
ditunjukkan tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Kolmogorov-
Smirnov p-Value Keterangan
Unstandardized residual 0,985 0,286 Normal
Sumber: Data Primer diolah, 2009.
Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diketahui
bahwa p-value dari unstandardized resdiual ternyata lebih besar dari
(p>0,05), sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki
distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada
korelasi di antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya.
Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat besarnya Tolerance
Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian
67
multikolinieritas dapat dilihat pada Lampiran 9. Secara ringkas dapat
ditunjukkan dalam tabel 4.12 berikut
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Kualitas jasa 0,528 1,895 Bebas multikolinieritas
Kepuasan nasabah 0,528 1,895 Bebas multikolinieritas
Sumber: Data primer diolah, 2009.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel bebas
yang memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas
memiliki nilai VIF kurang dari 10 (<10). Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi kesamaan varians (homoskedastisitas) dari residual
satu ke pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka
terjadi heteroskedastisitas. Dari hasil uji heteroskedastisitas dengan
metode Glejser diperoleh hasil sebagai berikut (Perhitungan lengkap pada
Lampiran 10):
Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel t Sig. p-value Keterangan
Kualitas jasa 0,962 0,338 p>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Kepuasan nasabah 0,538 0,592 p>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
68
Sumber: Data primer diolah, 2009.
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan
heteroskedastisitas, karena nilai thitung ditolak pada taraf signifikansi 5%
(p>0,05), maka secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa tidak ada
masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
di antara anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan
secara series dalam waktu (untuk data time series) atau korelasi antara
tempat yang berdekatan (untuk data cross sectional). Untuk menguji
adanya pengaruh autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode
Durbin-Watson test. Sampel sebanyak 100 data dan variabel yang
menjelaskan sebanyak 2 macam variabel, maka nilai D-W pada tingkat
kepercayaan 5% adalah dL = 1,61 dan nilai dU = 1,70, maka didapatkan
nilai 4 – dL yaitu 4 – 1,61 = 2,39 dan 4 – dU yaitu 4 – 1,70 = 2,30.
Hasil perhitungan memperoleh nilai Durbin-Watson (D-W) =
1,903 (Lampiran 11). Interpretasinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi
dU 4-dU DW Kriteria Keterangan Pengaruh kualitas jasa dan variabel mediasi kepuasan nasabah terhadap loyalitas nasabah
1,70 2,30 1,903 1,70 < 1,903 < 2,30 Bebas autokorelasi
69
Sumber: Data diolah, 2009.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai D-W berada di daerah bebas
autokorelasi, yaitu nilai du < D-W < 4-dU yaitu 1,70 < 1,903 < 2,30,
sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam
model regresi.
2. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Gap antara Harapan dan Kinerja
Tanggapan nasabah terhadap kinerja kualitas jasa yang diberikan
Bank BRI Cabang Karangyar berbeda dengan harapan nasabah. Berikut
ini tanggapan responden terhadap dimensi reliabilty dan sekaligus
harapan responden terhadap dimensi reliability:
Tabel 4.15 Tanggapan dan Harapan Responden pada Dimensi Reliability
Pertanyaan Pendapat Harapan Besarnya No Nasabah (P) Nasabah (E) Gap (P - E) 1 3,640 3,960 -0,320 2 3,640 3,970 -0,330 3 3,530 3,930 -0,400 4 3,650 4,000 -0,350
Jml 14,460 15,860 -1,400 Rata-rata 3,615 3,965 -0,233
Sumber: Data diolah, 2009.
Dari tanggapan di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata
hanya sebesar 0,233. Hal ini berarti kinerja kualitas jasa yang diberikan
70
khususnya pada dimensi reliability hampir mendekati harapan pelanggan
namun masih terdapat perbedaan.
Berikut ini tanggapan responden terhadap dimensi
responsiveness dan sekaligus harapan responden terhadap dimensi
responsiveness:
Tabel 4.16 Tanggapan dan Harapan Responden pada Dimensi Responsiveness
Pertanyaan Pendapat Harapan Besarnya No Nasabah (P) Nasabah (E) Gap (P - E) 1 3,600 3,920 -0,320 2 3,630 3,910 -0,280 3 3,590 3,940 -0,350 4 3,630 3,980 -0,350
Jml 14,450 15,750 -1,300 Rata-rata 3,613 3,938 -0,325
Sumber: Data diolah, 2009. Dari tanggapan di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata
hanya sebesar 0,325. Hal ini berarti kinerja kualitas pelayanan yang
diberikan khususnya pada dimensi responsiveness hampir mendekati
harapan pelanggan namun masih terdapat perbedaan.
Berikut ini tanggapan responden terhadap dimensi assurance
dan sekaligus harapan responden terhadap dimensi assurance:
Tabel 4.17 Tanggapan dan Harapan Responden pada Dimensi Assurance
Pertanyaan Pendapat Harapan Besarnya No Nasabah (P) Nasabah (E) Gap (P - E) 1 3,620 3,950 -0,330 2 3,560 3,950 -0,390 3 3,550 3,940 -0,390 4 3,570 3,950 -0,380
Jml 14,300 15,790 -1,490 Rata-rata 3,575 3,948 -0,298
71
Sumber: Data diolah, 2009. Dari tanggapan di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata
hanya sebesar 0,298. Hal ini berarti kinerja kualitas pelayanan yang
diberikan khususnya pada dimensi assurance hampir mendekati harapan
pelanggan namun masih terdapat perbedaan.
Berikut ini tanggapan responden terhadap dimensi empathy dan
sekaligus harapan responden terhadap dimensi empathy:
Tabel 4.18 Tanggapan dan Harapan Responden pada Dimensi Empathy
Pertanyaan Pendapat Harapan Besarnya No Nasabah (P) Nasabah (E) Gap (P - E) 1 3,560 3,910 -0,350 2 3,480 3,920 -0,440 3 3,460 3,910 -0,450 4 3,490 3,960 -0,470
Jml 13,990 15,700 -1,710 Rata-rata 3,498 3,925 -0,342
Sumber: Data diolah, 2009. Dari tanggapan di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata
hanya sebesar 0,342. Hal ini berarti kinerja kualitas pelayanan yang
diberikan khususnya pada dimensi empathy hampir mendekati harapan
pelanggan namun masih terdapat perbedaan.
Berikut ini tanggapan responden terhadap dimensi tangibles dan
sekaligus harapan responden terhadap dimensi tangibles:
Tabel 4.19 Tanggapan dan Harapan Responden pada Dimensi Tangibles
Pertanyaan Pendapat Harapan Besarnya No Nasabah (P) Nasabah (E) Gap (P - E) 1 3,560 3,890 -0,330 2 3,690 3,920 -0,230 3 3,680 3,940 -0,260
72
4 3,730 3,880 -0,150 Jml 14,660 15,630 -0,970
Rata-rata 3,665 3,908 -0,243 Sumber: Data diolah, 2009.
Dari tanggapan di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata
hanya sebesar 0,243. Hal ini berarti kinerja kualitas pelayanan yang
diberikan khususnya pada dimensi tangibles hampir mendekati harapan
pelanggan namun masih terdapat perbedaan.
Secara keseluruhan gap atau perbedaan harapan dan kenyataan
kualitas jasa masing-masing memiliki selisih sebagai berikut:
Tabel 4.20 Tanggapan dan Harapan Responden Terhadap Kualitas Jasa
Bank BRI Cabang Karanganyar
Dimensi Gap Harapan dan Kenyataan
Reliability -0,233
Responsiveness -0,325
Assurance -0,298
Empathy -0,342
Tangibles -0,243
Rata-rata -0,288
Sumber: Data diolah, 2009.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dimensi kualitas jasa yang
paling mendekati kenyataan adalah tangibles, dengan selisih hanya
73
0,243 dan secara keseluruhan selisih seluruh dimensi antara harapan dan
kenyataan adalah sebesar 0,288. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara kualitas jasa yang dirasakan nasabah dengan
kualitas jasa yang diharapkan nasabah dan hipotesis pertama (H1)
dinyatakan diterima. Artinya nasabah masih belum puas dengan
pelayanan yang diberikan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus
mempertahankan kinerja variabel pelayanan jasa yang meliputi
responsive, reliability, assurance, emphaty dan tangibles.
74
b. Path Analysis
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menggunakan path
analysis. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
dalam penelitian ini dituliskan dalam model sebagai berikut:
X2 = a + b1.X1 + e i ………..………………………...(1)
Y = a + b2.X1 + b3. X2 + e i ………………………….(2)
Keterangan :
Y : loyalitas nasabah
a : konstanta
b1 …b3 : koefisien regresi variabel independen
X1 : kualitas jasa
X2 : kepuasan nasabah
ei : standart error
Perhitungan dilakukan dengan analisis regresi yang dihitung
dengan bantuan Program SPSS for Windows Release 15.0 dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Adapun hasilnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil Path Analysis
Persamaan Koefisien thitung Sign. Fhitung R2 X1 = a + b1.X2 a = -28,347
b1 = 0,541
9,365
0,000
87,711
0,472 Y = a + b2X1 + b3X2 a = -17,738
b2 = 0,347 b3 = 0,337
5,425 4,156
0,000 0,000
73,628
0,603 Sumber: data primer diolah (Lampiran 12 dan 13)
75
1) Uji t
Uji t pada analisis regresi sederhana memperoleh nilai thitung sebesar
9,365 dengan nilai p-value sebesar 0,000. Dikarenakan thitung > ttabel pada
taraf signifikansi 5% (9,365 > 1,980) dengan p<0,05, maka Ho ditolak
pada taraf signifikansi 5%. Artinya kualitas jasa berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas nasabah.
Uji t untuk pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan nasabah
memperoleh nilai thitung sebesar 5,425 dengan nilai p-value sebesar 0,000.
Dikarenakan thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5% (5,425 > 1,980)
dengan p<0,05, maka kualitas jasa berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan nasabah.
Uji t untuk pengaruh kepuasan nasabah terhadap loyalitas nasabah
memperoleh nilai thitung sebesar 4,156 dengan nilai p-value sebesar 0,000.
Dikarenakan thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5% (4,156 > 1,980)
dengan p<0,05, maka kepuasan nasabah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas nasabah dan hipotesis ketiga (H3) dinyatakan dapat
diterima.
2) Uji F
Uji F pada analisis regresi sederhana memperoleh nilai Fhitung
sebesar 87,711 dengan nilai p-value sebesar 0,000. Dikarenakan Fhitung >
Ftabel pada taraf signifikansi 5% (87,711 > 3,92) dengan p<0,05, maka Ho
ditolak pada taraf signifikansi 5%, maka model regresi pengaruh kualitas
jasa terhadap loyalitas nasabah sudah fit atau sesuai
76
Uji F pada analisis regresi ganda memperoleh nilai Fhitung sebesar
73,628 dengan nilai p-value sebesar 0,000. Dikarenakan Fhitung > Ftabel
pada taraf signifikansi 5% (73,628 > 3,07) dengan p<0,05, maka kualitas
jasa dan kepuasan nasabah berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.
3) Uji R2
Hasil uji koefisien determinasi pada analisis regresi sederhana
memperoleh nilai R2 sebesar 0,472. Hal ini menunjukkan bahwa 47,2%
variasi dari loyalitas nasabah dapat dijelaskan oleh variabel kualitas jasa.
Sedangkan sisanya sebesar 52,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
Hasil uji koefisien determinasi analisis regresi ganda memperoleh
nilai R2 sebesar 0,603 Hal ini menunjukkan bahwa 60,3% variasi dari
loyalitas nasabah dapat dijelaskan oleh variabel kualitas jasa dan kepuasan
nasabah. Sedangkan sisanya sebesar 39,7% dijelaskan oleh variabel lain di
luar model.
4) Uji Hipotesis 2 (pengujian variabel mediasi)
Pengujian hipotesis kedua dengan Path Analysis. Berdasarkan hasil
analisis, maka dipeoleh nilai koefisien beta yang dapat disusun sebagai
berikut (lihat Lampiran 12 dan 13):
Tabel 4.22 Pengujian Koefisien Path Analysis
Pengaruh Koefisien Beta Standardized thitung Sign X1 Y 0,478 5,425 0,000* X1 X2 0,687 9,365 0,000* X2 Y 0,366 4,156 0,000*
Keterangan: * = signifikan pada taraf 5% (p<0,05)
77
Berdasarkan hasil-hasil analisis regresi di atas, maka hasil path
analysis dapat dinterpretasikan dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Path Analysis
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat ditabulasikan hubungan
langsung dan tidak langsung sebagai berikut:
Tabel 4.23 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Path Analysis
Pengaruh
Langsung
Pengaruh Tidak
Langsung
Total Pengaruh
X1 Y 0,478 0,478
X1 X2 0,687
Pengaruh tidak langsung
X1 terhadap Y melalui X2
0,687 X 0,366 = 0,251
0,251 0,729
Sumber: Data diolah, 2009.
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa kualitas jasa melalui kepuasan nasabah
sebagai variabel intervening berpengaruh sebesar 0,251 terhadap loyalitas
nasabah dan diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05), sehingga hipotesis
Loyalitas nasabah
Kualitas jasa
e2 = 0,158
Kepuasan nasabah
0,478
0,687 0,366
e1 = 0,279
78
kedua (H2) dinyatakan diterima. Artinya kepuasan nasabah berpengaruh
secara tidak langsung dan signifikan terhadap loyalitas nasabah melalui
kepuasan nasabah.
E. Pembahasan
1. Analisis Gap antara Harapan dan Kenyataan Kualitas Jasa
Hasil analisis gap antara harapan dan kenyataan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara kualitas jasa yang dirasakan nasabah dengan
kualitas jasa yang diharapkan nasabah dan hipotesis pertama (H1) dinyatakan
diterima. Artinya nasabah masih belum puas dengan pelayanan yang
diberikan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mempertahankan kinerja
variabel pelayanan jasa yang meliputi responsive, reliability, assurance,
emphaty dan tangibles.
Dimensi kualitas pelayanan yang dinilai oleh pelanggan adalah
reliability yaitu suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya, kemudian responsiveness yaitu kemauan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat/ketanggapan,
assurance yaitu pengetahuan dan kesopanan serta kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, empathy yaitu kepedulian dan
perhatian bagi pelanggan, serta tangible yaitu penampilan fisik, peralatan,
personal, dan media komunikasi.
Upaya untuk meminimalisir gap antara harapan nasabah dan
kenyataan yang diberikan, perusahaan berusaha meningkatkan kualitas jasa
melalui pelaksanaan tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan
79
empathy. Fungsi kualitas dari suatu produk jasa merupakan fokus perhatian
nasabah. Kebutuhan nasabah yang terus meningkat dan didasari oleh tingkat
kekritisan yang semakin tinggi, cenderung menuntut pelayanan secara
pribadi. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk tetap memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapan nasabah dalam segala perubahan sehingga
tidak akan berpaling ke bank lain.
Ditinjau dari aspek reliability (kehandalan) bank dibuktikan dengan
menjalin kerjasama dengan beberapa toko atau perusahaan untuk
memberikan kemudahan dalam transaksi. Langkah kerjasama ini dalam
rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah sesuai dengan
yang dijanjikan.
Ditinjau dari aspek responsiveness (ketanggapan) banyak hal yang
dapat dilakukan oleh manajemen bank dalam memberikan pelayanan.
Karyawan bagian pendaftaran yang cepat dan tepat, keahlian dan ketrampilan
teller, dan respon yang cepat dari customer service. Hal-hal tersebut sangat
ditunggu oleh nasabah.
Aspek assurance (jaminan) rasa aman dan percaya yang dapat
diberikan bank kepada nasabah dapat dilihat melalui jaminan terhadap
keamanan tabungan, kebenaran data angsuran, kemudian ditambah dengan
penampilan dan kesopanan dari petugas bank.
Aspek empathy (empati) merupakan hal yang sangat ditekankan pada
manajemen bank, hal ini terbukti dari adanya rasa kepedulian yang
ditunjukkan karyawan pada masalah yang dihadapi nasabah dan berusaha
80
membantu mencarikan solusi.. Sikap empati dalam memberikan pelayanan
sangat selaras dengan keinginan nasabah.
Kemudian ditinjau dari aspek tangible (bukti langsung) banyak hal
yang telah dilakukan manajemen bank dalam rangka memberikan pelayanan
yang terbaik kepada nasabah. Pelayanan yang selalu berorientasi pada
nasabah terbukti dari upaya dalam memberikan fasilitas fisik berupa kualitas
ruang tunggu yang nyaman, informasi produk yang tersedia lengkap, dan
kejelasan informasi.
2. Pengaruh kualitas jasa secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah
melalui kepuasan nasabah
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan Path Analysis kualitas jasa
melalui kepuasan nasabah sebagai variabel mediasi berpengaruh terhadap
loyalitas nasabah dengan nilai koefisien sebesar 0,251 diterima pada taraf
signifikansi 5% (p<0,05) dan hipotesis kedua (H2) dinyatakan diterima.
Artinya kualitas jasa berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan
terhadap loyalitas nasabah melalui kepuasan nasabah.
Dengan demikian untuk menjamin kepuasan nasabah salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menjamin kualitas jasa layanan agar
tetap baik. Sebab kontribusi atau pengaruh kualitas jasa layanan terhadap
kepuasan nasabah ini relatif tinggi. Tingginya pengaruh kualitas jasa layanan
terhadap kepuasan nasabah dikarenakan pada bisnis jasa, kualitas pelayanan
kedudukannya sangat vital untuk menjamin kepuasan nasabah. Orientasi
kepuasan nasabah diperlukan karena : (1) nasabah akan merasa loyal kepada
81
bank sehingga bank dapat mempertahankan nasabahnya tidak beralih ke bank
lainnya, (2) nasabah akan menceritakan mengenai pelayanan bank yang
memuaskan kepada orang lain yang pada akhirnya merupakan sarana promosi
yang efektif (Sunardi, 2003 : 69).
Apabila hasil pada penelitian ini dihubungkan dengan teori yang
dikemukakan oleh Nirwana (2004, 30) yang menyatakan bahwa pemasaran
jasa khususnya jasa perbankan yang bergerak di bidang finance sangat
bertumpu pada jasa pelayanan terutama peran dari para staf dan karyawan.
Pelayanan staf dan karyawan yang buruk akan menyebabkan nasabah enggan
berhubungan lebih lanjut dengan bank, bahkan tidak menutup kemungkinan
nasabah bank akan pindah ke bank lain yang memberikan pelayanan yang
lebih baik. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini mendukung
teori tersebut. Artinya kualitas pelayanan harus benar-benar dikelola secara
profesional, karena bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
yaitu memberikan pelayanan pada nasabahnya. Adapun tujuan dari
manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai kualitas pelayanan tertentu
dimana erat kaitannya bila dihubungkan dengan kepuasan konsumen. Jika
konsumen merasa puas terhadap pelayanan, maka nasabah akan loyal kepada
bank.
Loyalitas nasabah adalah kelekatan nasabah pada nilai yang tinggi
dari suatu produk, dengan kelekatan yang dibangun ini maka nasabah akan
menolak segala strategi yang dilakukan oleh kompetitor. Nasabah akan
memberikan loyalitas dan kepercayaannya pada perusahaan selama kualitas
82
jasa yang diberikan sesuai dengan harapan yang dimiliki oleh nasabah dan
memuaskan.
Menurut Swastha (2000), kepuasan merupakan fungsi dari kesan
kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan puas.
Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Tingkat
kepuasan yang tinggi dari nasabah akan menghasilkan kesetiaan pelanggan.
Kepuasan tidak akan pernah berhenti pada satu titik. Ia bergerak dinamis
mengikuti tingkat kualitas produk/jasa dan layanannya dengan harapan-
harapan yang berkembang di benak nasabah.
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa
mendapatkan value dari mengatakan bahwa value adalah pelayanan yang
berkualitas, maka kepuasan terjadi kalau pelanggan mendapatkan pelayanan
yang berkualitas. Nilai bagi pelanggan ini dapat diciptakan melalui atribut-
atribut kualitas jasa perusahaan yang dapat menjadi unsur-unsur stimuli bagi
perusahaan untuk mempengaruhi nasabah dalam pembelian ulang di masa
mendatang. Jika kualitas jasa mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya
atau mampu memberikan kepuasan, maka di masa datang akan terjadi
pembelian ulang (loyalitas), bahkan lebih jauh lagi, nasabah yang puas akan
menyampaikan rasa kepuasannya kepada orang lain, baik dalam bentuk cerita
(word of mouth), atau memberikan rekomendasi.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan jawaban responden atas
pertanyaan terbuka dalam kuesioner. Responden berpendapat bahwa kualitas
jasa dan fasilitas yang perlu dibenahi adalah kecepatan pelayanan (36%), dan
kemudahan proses permohonan kredit (48%). Pendapat responden ini
83
menunjukkan bahwa nasabah sudah merasa puas terhadap kualitas jasa yang
diberikan namun masih perlu dibenahi pada aspek pelayanan dalam proses
permohonan kredit yang kurang cepat, kemudian customer service yang
kadang melayani dengan ketus dan cemberut, serta sulitnya kredit cair. Jika
aspek-aspek ini ditingkatkan kualitasnya maka nasabah akan loyal pada bank.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Karsono (2005) dan Agnovera Prihasditya (2008) yang
membuktikan bahwa kepuasan nasabah berperan sebagai variabel mediasi
dalam pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah.
3. Pengaruh kepuasan nasabah terhadap loyalitas nasabah
Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan analisis regresi ganda
memperoleh nilai thitung sebesar 4,156 diterima pada taraf signifikansi 5%
(p<0,05), maka kepuasan nasabah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas nasabah dan hipotesis ketiga (H3) dinyatakan dapat
diterima.
James dan Sasser (1994:745) mengatakan bahwa, kesetiaan (loyality)
merupakan suatu variabel endogen yang disebabkan adanya kombinasi dari
kepuasan konsumen sehingga loyalitas merek merupakan fungsi dari
kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan tercipta melalui hasil pembelian
dan pengalaman dalam menggunakan suatu merek produk tertentu. Band
(1991:80) juga mengatakan bahwa, kepuasan konsumen merupakan suatu
tingkatan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan akan dapat
84
terpenuhi atau terlampaui melalui suatu transaksi yang akan mengakibatkan
terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang terus berlanjut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. Artinya semakin tinggi tingkat
kepuasan nasabah, maka nasabah akan semakin loyal kepada bank. Namun
demikian hasil analisis gap menunjukkan bahwa nasabah tidak puas terhadap
kinerja bank. Hal ini dapat dilihat dari adanya gap antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan nasabah, namun nasabah tetap bersedia menjadi
nasabah di masa mendatang karena telah memiliki kepercayaan kepada bank.
Hal ini berkaitan dengan sistem bunga kredit yang rendah, ataupun beban
angsuran yang ringan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nasabah tetap percaya
terhadap bank, dan menganggap bahwa penetapan tingkat suku bunga kredit
dianggap wajar dan telah diatur oleh pemerintah. Temuan ini sejalan dengan
pendapat dari Moorman, Deshpande dan Zaltman (1993:82), yang
mengatakan bahwa kepercayaan sebagai keinginan untuk menggantungkan
diri pada mitra yang dipercaya. Konsekuensi lain dari hubungan tersebut
adalah nasabah tidak akan pindah ke bank lain. Kepercayaan nasabah kepada
bank, ditunjukkan pula oleh tingginya persepsi nasabah terhadap citra
perusahaan. Selain itu, adanya kecenderungan pelanggan untuk tetap
berhubungan dengan pihak penyedia jasa disebabkan tingginya biaya
peralihan kredit. Hal ini memang dapat dipahami karena pengajuan kredit
membutuhkan prosedural yang rumit dan bunga yang cukup tinggi untuk
bank-bank tertentu. Hal ini senada yang dikemukankan oleh Bendapudi dan
85
Berry (1997) dalam Seyhmus (2002) bahwa motivasi pelanggan untuk tetap
menjaga hubungan dengan perusahaan karena constraint base (yaitu masalah
ekonomi, termasuk biaya pemindahan) dan dedication based (seperti
kepercayaan dan komitmen emosional). Walaupun demikian, jika
ketidakpuasan ini terus ber-tambah, maka dampak negatifnya adalah nasabah
tidak akan merekomendasikan dan menceritakan hal-hal yang positif
(membantu promosikan bank) kepada orang lain.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan jawaban responden atas
pertanyaan terbuka dalam kuesioner. Responden berpendapat bahwa faktor-
faktor yang membuat nasabah tertarik menanamkan uangnya di BRI adalah
faktor bank pemerintah sehingga lebih terjamin, aman dan nyaman (56%),
keramahan dan kesopanan petugas (24%), dan kecepatan proses pencairan
kredit (18%).
86
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan antara kualitas jasa yang dirasakan nasabah dengan
kualitas jasa yang diharapkan nasabah, artinya nasabah masih belum puas
dengan pelayanan yang diberikan Bank BRI Cabang Karanganyar.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua dengan Path Analysis kualitas jasa melalui
kepuasan nasabah sebagai variabel mediasi berpengaruh terhadap loyalitas
nasabah., bahwa kualitas jasa berpengaruh secara tidak langsung dan
signifikan terhadap loyalitas nasabah melalui kepuasan nasabah Bank BRI
Cabang Karanganyar.
3. Kepuasan nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah Bank BRI Cabang Karanganyar. Hal ini menunjukkan bahwa,
nasabah merasa puas atas jasa pelayanan yang diberikan bank BRI Cabang
Karanganyar sehingga menyebabkan nasabah menjadi loyal atau setia dan
memanfaatkan kembali jasa-jasa yang ditawarkan.
87
B. Saran
Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang
telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak bank lebih meningkatkan kualitas jasa yang diberikan,
sehingga masyarakat akan memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan
bank. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas yang lebih
lengkap, keramahan karyawan, dan menugaskan customer service untuk
menangani keluhan nasabah.
2. Peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan memberikan training
kepada karyawan agar keterampilan yang dimiliki dalam melayani
nasabah dapat lebih baik.
3. Perlu peningkatan pelayanan pada bukti fisik yaitu peningkatkan fasilitas
parkir kendaraan bermotor di dalam lingkungan kantor. Karena peranan
fasilitas parkir sangat berarti bagi kenyamanan nasabah.
4. Menambah ATM agar transaksi di bank tidak menyebabkan antrian panjang.
5. Untuk membentuk loyalitas nasabah yang tinggi, pihak bank hendaknya lebih
mengedepankan peningkatan kualitas jasa terlebih dahulu dan memuaskan
nasabah dengan pelayanan yang maksimal melalui pelayanan yang cepat,
tanggap, handal, terjamin, dan berempati.
6. Bagi penelitian berikutnya hendaknya menambah variabel lain karena pada
dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang diperkirakan lebih erat
hubungannya dengan loyalitas nasabah.
88
C. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini memberikan implikasi pada Unit-unit Bank BRI
Cabang Karanganyar tentang rumusan strategi bersaing dengan bank lain, yaitu
dengan cara memperhatikan kualitas jasa yang diberikan kepada nasabahnya.
Bagi nasabah Unit-unit Bank BRI Cabang Karanganyar hal yang paling penting
adalah bagaimana bank mampu memberikan pelayanan yang baik bagi nasabah,
yang dapat menciptakan kepuasan dan loyalitas pada nasabahnya. Adapun cara
yang ditempuh perusahaan untuk meningkatkan pelayanannya, yaitu melalui
lima dimensi kualitas jasa yang terdiri dari Reliability, Responsiveness,
Assurance, Emphaty dan Tangibles. Sehingga dengan adanya dimensi kualitas
jasa tersebut diharapkan para nasabah menjadi puas dan loyal terhadap Bank BRI
Cabang Karanganyar.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Lingkup Penelitian hanya dilakukan di Bank BRI Cabang Karanganyar.
2. Jumlah sample yang digunakan hanya nasabah Unit-unit Bank BRI Cabang
Karanganyar yang berjumlah 100 responden.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan,
loyalitas nasabah, dan kepuasan nasabah.
89
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 1996. Managing Brand Equity: Second edition. New York Maxwell
Macmillia. Canada, Inc. Agnovera Prihasditya, 2008, Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas
Konsumen Dimediasi dengan Kepuasan Konsumen. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Andrey, Bagus. 2005. Analisis Hubungan Dimensi Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan
Pelanggan PT.Telkom, Tbk. Unit Pelayanan Ambarawa. Tesis. Manajemen UNS. Surakarta
Ariani, Dorothea W. 2003. Manajemen Kualitas: Pendekatan sisi Kualitatif. Ghalia
Indonesia. Jakarta. Ari cahyanto, Septana. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap
Loyalitas Konsumen Dengan Dimediasi Oleh Kepuasan Konsumen, Tesis. Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Assael, Henry. 2001. Consumer Behavior and Marketing Action, 6th edition. New
York University. Thomson Learning. Djarwanto dan Pangestu. S. 1996. Statitik Induktif. Yogya. BPFE UGM. Imam Godzali, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP Undip. Karsono. 2005. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Anggota Dengan
Kepuasan Anggota Sebagai Variabel Pemediasi, Surakarta : Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol 5, No 2 hal 183-196
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran. 12th
edition.PT. INDEKS. Kusno, Aby. 2006. Faktor-faktor Kualitas Pelayanan Jasa Yang Mempengaruhi
Nasabah di Dalam Memilih Bank (Studi Kasus Terhadap Nasabah Bank Permata dan BNI 46 di kota Surakarta). Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta
90
Nugroho, Brian A. 2005. Analisa Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT. Bank Mandiri (persero) Tbk cabang Solo Sriwedari. Tesis. Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Novianto, Dody. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan Bank BRI Unit Kota
Yogyakarta Terhadap Loyalitas Konsumen. (Dengan Variabel Pemediasi Kepuasan Konsumen dan Citra Korporasi). Tesis. Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Mardirahayu, Novi. 2007. Peranan Variabel Kepuasan dan Keluhan Sebagai Mediasi
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan. (Study kasus Pelanggan Telkom Flexi Trendy di Surakarta). . Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Parasuraman, Valerie:Zeit hamll; Leonardo L Berry.1985. AConceptual Model
Service Quality and Its Implication For Future research. Journal of Marketing. Vol. 49 p.41-50.
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Edisi Bahasa Indonesia.
Salemba Empat. Jakarta. Stanton, William J. 1993. Fundamental Marketing. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Sugiarto, E. 2000. Psikology Pelayanan Dalam Industri Jasa. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta. Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta. Rineka Cipta. Swastha, Basu. 2001. Azas-azas Marketing. Edisi III. Liberty, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta. Andi Offset. Umar, Hussein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama. Penerbit
Ekonisi Kampus Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.