PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS...
Transcript of PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS...
PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP DUA MEI-CIPUTAT
Disusun Oleh :
TIRWAN
1050 15000 659
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
2010 M/1430 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
” PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA DI SMP DUA MEI CIPUTAT”.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Guna memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada jenjang Strata Satu (S.1)
Oleh :
TIRWAN
NIM 1050 15000 659
Dibawah bimbingan
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
NIP. 19
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Bahwasanya dengan ini menerangkan skripsi yang berjudul ” Pengaruh
Kompetensi Sosial Guru terhadap Motivasi belajar Siswa di SMP Dua Mei
Ciputat”,, yang disusun oleh :
NAMA : Tirwan
NIM : 1050 15000 659
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Telah melalui proses bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah
yangberhak untuk diajukan pada sidang Munaqasah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Jakarta, Maret 2010
Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
NIP. 19
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “ Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap motivasi
belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat “ diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosyah pada 17 Maret 2010 diahadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan IPS.
Jakarta, 17 Maret 2010
Ketua Panitia (Ka Jur) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM ............. .......................
NIP. 19590715 198403 1 003
Penguji I
Abdul Rozak, M.S.i ............. ........................
NIP.19690908 199603 1 004
Penguji II
Drs. H. Nurochim, MM .............. .......................
NIP. 19590715 198403 1 003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 195710 051987 03 1 003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “ Efektifitas pelaksanaan Strategi Pembelajaran Sosiologi
model Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Investigation
(TI) terhadap hasil belajar siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus
dalam ujian Munaqosyah pada 17 Maret 2010 diahadapan dewan penguji. Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang
Pendidikan IPS.
Jakarta, 17 Maret 2010
Ketua Panitia (Ka Jur) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM ............. .......................
NIP. 19590715 198403 1 003
Penguji I
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA ............. ........................
NIP. 1947114 198510 110
Penguji II
Drs. H. Syaripulloh, M. Si .............. .......................
NIP. 150 389 364
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 195710 051987 03 1 003
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : Tirwan
NIM : 105015000659
JURUSAN : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ANGKATAN : 2005
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap
Motivasi Belajar Siswa di SMP Dua Mei Ciputat” adalah benar hasil karya sendiri
dibawah bimbingan dosen:
NAMA : Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
NIP : 1947114 198510 110
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan karya sendiri.
Jakarta, 4 Maret 2010
Yang menyatakan,
Tirwan
LEMBAR UJI REFERENSI
NAMA : Tirwan
NIM : 105015000659
Jurusan : Pendidikan IPS
Judul Skripsi : Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhaap Motivasi
belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
No
Judul Buku dan Nama Pengarang
Paraf Pembimbing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Sardiman, AM.
Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Ngalim Purwanto.
Pola Asuh Orang Tua, Moch. Sochub.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun
2003 .
Pendidikan Guru, Oemar Hamalik.
Guru dalam Proses Belajar Mengaja, Muhammad Ali.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Muhibbin
Syah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Menjadi Guru Profesional, Muhamad Uzer Usman.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Pembelajaran Visioner , Isjoni.
Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman
Individu dalam KBK., Syafruddin Nurdin.
Blog Dunia Psikologi » Blog Archive » Aspek Kompetensi
Sosial.htm
Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, E.Mulyasa.
“Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan
dan Tantangan, Sapriya.
Psikologi Sutau Pengantar Dalam Perspektif Islam, Abdul
Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab.
Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkunga, Zikri
Neni Iska.
Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan
Organisasi ,Sahlan Asnawi.
Psikologi Pendidika, M. Alisuf Sabri.
Blog. Dede Rosyada.com.
Psikologi Umum dan Perkembangan, Akhyas Azhar.
“ Teori-teori Motivasi, Akhmad Sudrajat.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Psikologi Pendidikan, Abd. Rahman Abror.
Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Abdul Mujib.
Teori-Teori Belajar , Ratna Wilis Dahar.
Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, S.
Margono.
Statistik Untuk Penelitian, Sugiyono.
Metode Penelitian Sosial , Ulber silalahi.
Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Suharsimi
Arikunto.
Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Sugiyono.
Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Peneliti Pemula, Riduwan.
Pengantar Statistik, Husaini Usman dan Purnomo Setiady
Akbar.
Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS,.
Purbayu Budi Santosa dan Ashari.
Pengantar Statsistik Pendidikan, Anas Sudijono.
Pembimbing,
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor,
MA
NIP.19…
QUISIONER (Yang Valid)
”Mengenai Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Di SMP Dua Mei-Ciputat”
Petunjuk :
1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi
2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
3. Pertanyaan ini tidak ada hubunganya dengan penilaian hasil belajar
4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama : __________________ Hari/Tanggal :_______/__________ 2010
Kelas : VIII (A/B)
Pertanyaan
1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman
juga benar.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas
a. Selalu c. Kadang-kadang
1
b. Sering d. Tidak pernah
7. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang
pelajaran sekolah.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas,
ketika pembelajaran berlangsung
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya
lebih mudah memahaminya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (rangkuman pelajaran) di
white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
2
b. Sering d. Tidak pernah
16. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya
menyukai pelajaran ini
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan
bermasyarakat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3
4
25. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop supaya
mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
ABSTRACT
Tirwan. Education Department of Social Sciences Faculty of Science and
Teaching tarbiyah. The influence of Social Competence Social Science
teacher to students' learning motivation in junior high school in May Ciputat
Two. The purpose of this research is to determine whether there is influence of
social competence of teachers to students' learning motivation and how the nature
of these effects. The method used in this study is a quantitative approach to the
instrument used is the method of interviews and questionnaire surveys conducted
by first testing the validity, reliability and normality of the data. Then the data is
processed by using the formula of Pearson Product Moment and interpreted by the
numbers Pearson Product Moment correlation is simple. From the data obtained
was obtained r values of 0.659 with a significance level of 0.00 means that the
correlation has statistical significance level, because the confidence level of more
than 0.01 and calculated values of r> r table. And the t value of 6.54 calculated
with N = 48 and t t table tables obtained for 2, 563, so t count> t table. Therefore,
it can be concluded that there is the influence of social competence of teachers to
students' learning motivation, then the null hypothesis (Ho) is rejected and the
initial hypothesis (Ha) accepted
ABSTRAK
Tirwan. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu
tarbiyah dan Keguruan. Pengaruh Kompetensi Sosial guru IPS terhadap
Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap
motivasi belajar siswa dan bagaimanakah sifat pengaruhnya tersebut. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan
instrument yang digunakan adalah metode wawancara dan angket kuisioner
dengan terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas dan normalitas datanya.
Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan
diinterpretasikan dengan dengan angka korelasi Pearson Product Moment secara
sederhana. Dari data yang diperoleh ternyata didapat nilai r sebesar 0,659 dengan
taraf signifikansi 0,00 berarti korelasi tersebut memiliki taraf signifikansi secara
statistik, karena tingkat kepercayaannya lebih dari 0,01 dan nilai r hitung > r tabel.
Dan nilai t hitung sebesar 6,54 dengan N = 48 dan t tabel diperoleh t tabel sebesar 2,
563, jadi nilai t hitung > t tabel. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, maka Hipotesa
nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima.
This is the html version of the file http://www.depkes.go.id/downloads/bab_6.pdf. Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.
Page 1Renstra Depkes 2005-2009 31
BAB VI PROGRAM-PROGRAM Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran, maka disusunlah program-program Departemen Kesehatan untuk kurun waktu 2005- 2009, yakni sebagai berikut: A. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Tujuan program: memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini
meliputi: 1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE): (a) Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan; (b) Mengembangkan pendekatan dan teknologi promosi kesehatan; (c) Mengembangkan model promosi kesehatan melalui pendekatan lokal spesifik. 2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dan generasi muda: (a) Pemberdayaan/ penggerakan masyarakat dalam upaya kesehatan; (b) Peningkatan kelembagaan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat: (a) Menyusun kerangka dan materi kebijakan promosi kesehatan; (b) Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan; (c) Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, sektor, LSM, dan swasta; (d) Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan
Page 2
Renstra Depkes 2005-2009 32 melalui berbagai saluran media; (e) Menyusun rencana dan pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; (f) Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan pedoman promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; (g) Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. B. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT Tujuan program: mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (c) Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (g) Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (h) Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat; (i) Meningkatkan dan mengembangkan klinik sanitasi; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Page 3
Renstra Depkes 2005-2009 33 2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (c) Melakukan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan terutama dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiap-siagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/Bencana maupun kesehatan matra; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman untuk pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (g) Melakukan kajian upaya pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (h) Mengembangkan surveilans faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan lingkungan sehat; (i) Mengembangkan upaya pengawasan lingkungan dan kesehatan kerja; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan. 3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (c) Menyediakan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan
bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (f)
Page 4
Renstra Depkes 2005-2009 34 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (g) Melakukan analisis dampak dan risiko kesehatan terhadap rencana pembangunan serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pembangunan; (h) Melakukan kajian upaya pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (i) Menanggulangi Kejadian Luar Biasa yang berhubungan dengan lingkungan dan keracunan; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan. 4. Pengembangan wilayah sehat: (a) Menyiapkan materi dan menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pengembangan wilayah sehat dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengembangan wilayah sehat; (c) Menyusun perencanaan terpadu kawasan lingkungan spesifik dan menyediakan kebutuhan pengembangan wilayah sehat sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengembangan wilayah sehat; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pengembangan wilayah sehat; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pengembangan wilayah sehat; (g) Melakukan kajian upaya pengembangan wilayah sehat; (h) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengembangan wilayah sehat; (i) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengembangan wilayah sehat. C. PROGRAM UPAYAKESEHAT AN MASYARAKAT Tujuan program: meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan bidan di desa.
Page 5
Renstra Depkes 2005-2009 35 Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya; (a) Menyusun kerangka kebijakan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (b) Menyusun pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis pelayanan kesehatan
gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (c) Melakukan fasilitasi penyediaan pembiayaan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (d) Melakukan penggerakan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi, termasuk penanganan keluhan masyarakat. 2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya: (a) Menyusun kebijakan peningkatan/pengadaan/perbaikan, standarisasi sarana/prasarana Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas; (b) Melakukan fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya; (c) Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat bencana, terutama yang berskala nasional; (d) Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana UPT Ditjen Bina Kesmas; (e) Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana UPT Kesmas milik Dinas Kesehatan Provinsi. 3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial: (a) Menyusun standarisasi peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana; (b) Melakukan fasilitasi pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana. 4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan
Page 6
Renstra Depkes 2005-2009 36 gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar: (a) Menyusun kerangka kebijakan pengembangan upaya kesehatan keluarga (kesehatan ibu, bayi, anak, usia sekolah, remaja, usia subur, dan usila), kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (b) Menyiapkan materi dan menyusun peraturan dan perundangan serta petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis/pedoman upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (c) Melakukan fasilitasi, pemantauan, dan pembinaan upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (d) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan di bidang upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah
kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat. 5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan: (a) Menyelenggarakan administrasi dan operasional bina kesehatan masyarakat; (b) Menyelenggarakan administrasi dan operasional upaya penanggulangan masalah kesehatan. D. PROGRAM UPAYAKESEHATAN PERORANGAN Tujuan program: meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS: (a) Menyusun kerangka kebijakan dan standar pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III RS; (b) Menyusun dan sosialisai standar, pedoman, dan prosedur pentarifan bagi penduduk miskin di kelas III RS; (c) Bimbingan teknis dan penanganan kasus dalam
Page 7
Renstra Depkes 2005-2009 37 pelaksanaan pelayanan terhadap pasien Gakin di kelas III RS; (d) Sosialisasi, monitoring dan evaluasi pelayanan dan penanganan pasien Gakin, termasuk KLB dan kegawat daruratan medik/bencana di RS; (e) Operasional Yankes Gakin di rawat jalan & rawat inap kelas III RS. 2. Pembangunan Sarana dan Prasarana RS di Daerah tertinggal secara selektif: (a) Menyusun kerangka kebijakan sarana dan prasarana kesehatan RS termasuk SPGDT di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan pemekaran; (b) Menyusun kerangka kebijakan, standar dan pedoman pendirian RS di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan pemekaran; (c) Sosialisasi kebijakan, pedoman dan standar pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran; (d) Melakukan bimbingan teknis dan monev pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran; (e) Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana RS Daerah Tertinggal. 3. Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit: (a) Menyusun kebijakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan; (b) Menyusun standar dan pedoman mengenai sarana dan prasarana RS, termasuk SPGDT pra-RS & RS; (c) Pemutakhiran data sarana, prasarana dan alat medik serta non medik di RS, SPGDT pra-RS & RS; (d) Perbaikan sarana dan prasarana RS/UPT Vertikal; (e) Fasilitasi Perbaikan sarana dan prasarana RS Daerah khususnya RS Pendidikan termasuk RS Pendidikan Afiliasi dan RS Pendidikan Satelit, RS Non Pendidikan dalam rangka memenuhi standar kelas RS; (f) Bimbingan teknis mengenai sarana dan prasarana RS dan sarana Gawat Darurat Pra RS dan RS; (h) Monitoring dan evaluasi perbaikan sarana
dan prasarana RS. 4. Pengadaan obat dan perbekalan RS: (a) Menyusun kriteria alat peraga/manikin untuk peningkatan keterampilan dokter dan awam umum/khusus; (b) Menyusun pedoman dan standar peralatan di RS termasuk SPGDT Pra RS & RS serta pelayanan dasar; (c) Menyusun Standar Nasional
Page 8
Renstra Depkes 2005-2009 38 Indonesia (SNI) alat kesehatan; (d) Pengadaan peralatan kesehatan dan penunjang untuk RS Vertikal,serta labkes termasuk perangkat lunak dan perangkat keras dan untuk operasional Dit Yanmed dan Gigi Dasar; (e) Fasilitasi pengadaan peralatan RS Daerah; (f) Bimtek pengadaan peralatan di RS. 5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan: (a) Menyusun kebijakan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan Upaya Kesehatan Perorangan di RS dan Labkes; (b) Menyusun standar, pedoman dan peta/pola pelayanan kesehatan rujukan; (c) Menyusun Grand Desain Safe Community (SC); (d) Meningkatkan upaya jangkauan kwalitas dan citra pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan; (e) Menyusun sistem rujukan dalam peningkatan jejaring pelayanan medik termasuk jejaring rujukan medik pada kegawatdaruratan; (f) Peningkatan pelayanan, kualitas dan jejaring labkes; (g) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan melalui sosialisasi dan advokasi akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya; (h) Pengembangan dan pemenuhan sumberdaya manusia termasuk pendidikan dokter spesialis berbasis kompetensi; (i) Penapisan teknologi dan pengembangan pelayanan unggulan serta pelayanan kedokteran komplementer dan alternatif; (j) Bimbingan teknis dan pelatihan tenaga kesehatan di sarana kesehatan dan pengembangan sistem pelayanan darah; (k) Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi pelayanan gawat darurat pra-RS dan RS, Pedoman kerja Brigade Siaga Bencana (BSB) pengembangan model Safe Community, Disaster Victims Identification (DVI), penatalaksanaan DBD, penyakit tropik dan infeksi serta hospital disaster preparedness; (l) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana induk rekam medis dan manajemen informasi kesehatan di RS; (m) Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi peningkatan pelayanan kesehatan rujukan termasuk pelayanan PONEK; (n) Bimbingan teknis, advokasi, sosialisasi, informasi kesehatan/RS, SPGDT/SC, Humas dan pelaksanaan pelayanan medik dan Gigi Dasar; (o) Pengembangan sistem Informasi RS secara elektronik.
Page 9
Renstra Depkes 2005-2009
39 6. Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga: (a) Menyusun kebijakan praktik kedokteran keluarga; (b) Menyusun pedoman pengembangan kedokteran keluarga; (c) Menyusun standar akreditasi kedokteran keluarga; (d) Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi penerapan kebijakan praktik kedokteran keluarga; (e) Advokasi, sosialisasi, dan uji coba pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga. 7. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan: (a) Menyusun rencana jangka panjang, jangka menengah, dan rencana kerja tahunan upaya kesehatan perorangan/ pelayanan medik; (b) Menyusun dan sosialisasi kebijakan pemberlakuan perundang-undangan di bidang pelayanan medik dan kegiatan penunjangnya/manajemen; (c) Menyu- sun perencanaan dan perhitungan anggaran UPT Pelayanan medik; (d) Asistensi pelaksanaan anggaran subsidi; (e) Peningkatan kemampuan tenaga di bidang manajemen pelayanan medik; (f) Evaluasi kinerja program dan keuangan upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (g) Implementasi sistem akuntansi keuangan RS; (h) Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Ditjen Yan Medik; (i) Menyusun dan sosialisasi berbagai pedoman manajemen upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (j) Advokasi penyelenggaraan UKP; (k) Penataan organisasi RS dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik; (l) Perencanaan dan Monev PHLN; (m) Biaya operasional fungsional dan administrasi kantor pusat, serta RS dan UPT Vertikal; (n) Operasional dan dukungan program. 8. Peningkatan Peran Serta Sektor Swasta dalam UKP: (a) Menyusun kebijakan peningkatan peran serta sektor swasta dalam penyelenggaraan RS dan sarana pelayanan medik dasar serta spesialistik; (b) Menyusun kebijakan dan bimbingan teknis serta sosialisasi peran serta swasta pada SPGDT/SC dan kewaspadaan dini serta penanggulangan bencana; (c) Menyusun pedoman kerja sama perumahsakitan; (d) Sosialisasi, monitoring dan evaluasi kebijakan liberalisasi perdagangan bebas bidang kesehatan;
Page 10
Renstra Depkes 2005-2009 40 (e) Sosilisasi pedoman kemitraan Humas di lingkungan Ditjen Bina Yanmed dengan LSM. E. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT Tujuan program: menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (c) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (h) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (j) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Page 11
Renstra Depkes 2005-2009 41 2. Peningkatan imunisasi: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi; (c) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasi; (e) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program imunisasi; (g) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi; (h) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi; (i) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi; (j) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang- undangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita; (c) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana penderita; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita; (h) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita; (j)
Page 12
Renstra Depkes 2005-2009 42 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita. 4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (c) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (e) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencana; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (g) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (h) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (i) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (j) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. 5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (c) Menyediakan
Page 13
Renstra Depkes 2005-2009 43 kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (h) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (j) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit. F. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Tujuan program: meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak Balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Peningkatan pendidikan gizi; (a) Menyiapkan kerangka
kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi masyarakat; (b) Mengembangkan materi KIE gizi; (c) Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal, non formal, dan institusi masyarakat; (d) Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan; (e) Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen; (f) Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program perbaikan gizi.
Page 14
Renstra Depkes 2005-2009 44 2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; (a) Pemantauan dan promosi pertumbuhan; (b) Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan, suplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makanan; (c) Tatalaksana kasus kelainan gizi; (d) Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang; (e) Melakukan pendampingan. 3. Penanggulangan gizi lebih; (a) Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih; (b) Konseling gizi; (c) Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih. 4. Peningkatan surveilens gizi; (a) Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan status gizi lainnya; (b) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB; (c) Meningkatkan SKPG secara lintas sektor; (d) Pemantauan dan evaluasi program gizi; (e) Mengembangkan jejaring informasi gizi. 5. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi; (a) Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader keluarga, positif deviant (pos gizi), kelas ibu; (b) Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan masyarakat; (c) Mengembangkan upaya- upaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga; (d) Fasilitasi revitalisasi Posyandu; (e) Advokasi program gizi; (f) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi G. PROGRAM SUMBERDAYAKESEHATAN Tujuan program: meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Page 15
Renstra Depkes 2005-2009 45 Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan; (a)
Menyusun petunjuk/pedoman penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan; (b) Melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan; (c) Pengembangan dan pemanfaatan tenaga kesehatan; (d) Melaksanakan penyusunan perencanaan program, monitoring dan evaluasi, dan pengembangan sistem informasi PPSDMK; (e) Menyusun kerangka kebijakan pengembangan SDM Kesehatan; (f) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendayagunaan tenaga kesehatan. 2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan; (a) Pengembangan SDM Kesehatan; (b) Pengembangan manajemen pelatihan; (c) Pengembangan metode dan teknologi pelatihan; (d) Pengendalian mutu pelatihan; (e) Pengembangan sumberdaya pelatihan; (f) Penyelenggaraan pelatihan di Bapelkes; (g) Pengembangan manajemen pendidikan tenaga kesehatan; (h) Pengembangan kurikulum dan sistem PBM pendidikan tenaga kesehatan; (i) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan tenaga kesehatan; (j) Pengendalian mutu pendidikan tenaga kesehatan; (k) Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di institusi penyelenggara pendidikan tenaga kesehatan; (l) Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan provinsi; (m) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendidikan tenaga kesehatan, serta pelatihan. 3. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan; (a) Pengendalian mutu dan standarisasi kompetensi tenaga kesehatan; (b) Melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem karir tenaga kesehatan; (c) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program PPSDM Kesehatan. 4. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan: (a) Peningkatan kemadirian organisasi profesi; (b) Pemberdayaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar
Page 16
Renstra Depkes 2005-2009 46 negeri; (c) Memfasilitasi pembentukan dan pembinaan konsil; (d) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pemberdayaan profesi dan tenaga kesehatan luar negeri. H. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN Tujuan program: menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di sektor
publik; (b) Melaksanakan pengadaan buffer stock obat dan perbekalan kesehatan essensial untuk pelayanan kesehatan dasar, obat-obatan jangka panjang yang tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat dan orphan drugs (obat-obatan langka) serta obat dan perbekalan kesehatan untuk keluarga miskin; (c) Memfasilitasi daerah dalam penyediaan obat-obatan, alat-alat medis, peralatan terapi medis dan perbekalan kesehatan; (d) Melaksanakan monitoring ketersediaan obat dan perbekalan di sarana distribusi maupun di sarana pelayanan kesehatan termasuk survei cepat ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiapsiagaan dan penang- gulangan serta pasca KLB/bencana; (e) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program obat dan perbekalan kesehatan. 2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; (b) Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di pelayanan kesehatan dasar; (c) Membina dan mengembangkan serta mengoptimalkan industri farmasi nasional berbasis
Page 17
Renstra Depkes 2005-2009 47 keanekaragaman sumberdaya alam dan keunggulan daya saing. 3. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan pembinaan produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan; (b) Pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui kegiatan advokasi dengan pemerintah daerah, lintas sektor terkait, LSM, perguruan tinggi dan ikatan profesi; (c) Membina, mengembangkan dan penerapan standar mutu obat dan perbekalan kesehatan; (d) Memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui komunikasi, informasi dan edukasi terhadap risiko penggunaan produk yang tidak memenuhi persyaratan; (e) Membina dan mengembangkan sarana produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan. 4. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan keterjangkauan serta pembinaan penggunaan obat rasional dan perbekalan kesehatan; (b) Menerapkan penggunaan obat esensial melalui pengembangan monitoring dan evaluasi daftar obat esensial nasional secara berkala; (c) Merevitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah; (d) Meningkatkan penggunaan obat rasional antara lain mencakup pengembangn dan penerapan pedoman pengobatan yang
rasional di berbagai tingkat pelayanan, pemberdayaan komite farmasi dan terapi di RS serta pendidikan dan pelatihan; (e) Pengendalian terhadap promosi/iklan obat dan perbekalan kesehatan serta pengembangan sistem monitoring efek samping; (f) Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional melalui mengembangkan sumberdaya kesehatan yang tersedia. 5. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit. (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di komunitas dan rumah sakit; (b) Meningkatkan profesionalisme tenaga
Page 18
Renstra Depkes 2005-2009 48 farmasi melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker; (c) Membina dan meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian. I. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN Tujuan program: mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan nasional. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan: (a) Melaksanakan pengkajian kebijakan dan pembangunan kesehatan; (b) Merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan; (c) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan kesehatan; (d) Mengembangkan metode dan teknik pengkajian dan pembangunan kesehatan; (e) Melakukan pembinaan kajian kebijakan dan pembangunan kesehatan; (f) Mengembangkan sumberdaya kajian pembangunan kesehatan; (g) Mengembangkan jejaring kajian dan data based pembangunan kesehatan; (h) Menyediakan dukungan administrasi dan manajemen kajian pembangunan kesehatan. 2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan: (a) Menyusun rencana kinerja pembangunan kesehatan; (b) Menyusun standar pembiayaan pembangunan kesehatan; (c) Menyusun indikator kinerja pembangunan kesehatan; (d) Menyusun rencana kerja dan penganggaran departemen; (e) Melakukan koordinasi dalam perencanaan dan penganggaran; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga dalam manajemen perencanaan dan penganggaran; (g) Melaksanakan perencanaan kerjasama luar negeri; (h) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan
pembangunan kesehatan; (i) Menyelenggarakan pembinaan
Page 19Renstra Depkes 2005-2009 49 hukum kesehatan; (j) Mengembangkan organisasi dan tatalaksana kesehatan; (k) Mengembangkan sistem informasi keuangan; (l) Menyelenggarakan administrasi keuangan dan perlengkapan departemen; (m) Melaksanakan pembinaan dan penatausahaan BUMN/BLU. 3. Pengembangan sistem informasi kesehatan: (a) Melak- sanakan penataan Sistem Informasi Kesehatan (SIK); (b) Memfasilitasi Pengembangan SIK Daerah; (c) Melaksa- nakan pengelolaan Data/Informasi Kesehatan; (d) Mengem- bangkan Sumber Daya Informasi Kesehatan; (e) Menye- lenggarakan administrasi dan operasional pengembangan sistem informasi kesehatan. 4. Pengembangan sistem kesehatan daerah: (a) Melaksanakan advokasi dan fasilitasi penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKP dan SKK); (b) Melaksanakan kajian pelaksanaan Sistem Kesehatan Daerah. 5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan: (a) Menyusun kerangka kebijakan pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK); (b) Melaksanakan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kebijakan pembiayaan dan JPK; (c) Melakukan fasilitasi, monitoring dan Evaluasi, dan SIM kegiatan pembiayaan dan JPK; (d) Melaksanakan pengembangan kendali biaya dan kendali mutu JPK; (e) Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dalam pengembangan pembiayaan, dan JPK; (f) Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional pengembangan JPK. J. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Tujuan program: meningkatkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
Page 20
Renstra Depkes 2005-2009 50 Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penelitian dan pengembangan: (a) Merumuskan kebijakan litbangkes; (b) Meningkatkan manajemen litbangkes; (c) Melaksanakan penelitian kesehatan di bidang sistem dan kebijakan kesehatan, biomedis dan farmasi termasuk tanaman obat bahan alam Indonesia, ekologi dan status kesehatan, gizi dan makanan; (d) Melaksanakan studi strategi antara lain meliputi rapid assessment, survei cepat dan studi kedaruratan; (e) Melaksanakan fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan litbangkes daerah antara lain meliputi prioritas dan agenda litbangkes daerah, survei kesehatan daerah dan riset pembinaan kesehatan; (f) Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangkes dalam pembangunan kesehatan. 2. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian: (a) Meningkatkan kapasitas kelembagaan; (b) Mengembangkan laboratorium litbangkes; (c) Meningkatkan jumlah, jenis dan kompetensi tenaga peneliti dan penunjang; (d) Meningkatkan jumlah dan mutu sarana dan prasarana litbangkes dan penunjang; (e) Menyelenggarakan dukungan administrasi dan operasional program litbangkes 3. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan: (a) Meningkatkan promosi litbangkes; (b) Mengembangkan jaringan informasi litbangkes; (c) Meningkatkan diseminasi, dokumentasi dan publikasi hasil litbangkes; (d) Mengembangkan perpustakaan dan museum litbangkes; (e) Mengembangkan wisata ilmiah litbangkes; (f) Mengembangkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). K. PROGRAM PENDIDIKAN KEDINASAN Tujuan program: untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri departemen kesehatan atau lembaga pemerintah non departemen yang berkaitan dengan kesehatan, dalam
Page 21
Renstra Depkes 2005-2009 51 pelaksanaan tugas kedinasan yang di selenggarakan melalui jalur pendidikan formal. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Penguatan keterampilan dan profesionalisme pendidikan dan kependidikan: (a) Peningkatan kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik dan pendidikan melalui pendidikan dan latihan baik gelar maupun non gelar; (b) Riset pembinaan tenaga kesehatan (Risbinakes). L. PROGRAM PENGELOLAAN SDM APARATUR Tujuan program: meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas sumberdaya manusia aparatur sesuai dengan
kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Menata kembali SDM aparatur sesuai dengan kebutuhan akan jumlah dan kompetensi serta perbaikan distribusi pegawai: (a) Pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian; (b) Penyusunan rencana kebutuhan, pelaksanaan seleksi, pengangkatan dan penempatan pegawai, serta evaluasinya; (c) Percepatan penyelesaian pemindahan, pemberhentian sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Menyempurnakan sistem manajemen pengelolaan SDM aparatur pada sistem karier dan remunerasi: (a) Pengelolaan Sistem Karier PNS; (b) Operasional dan dukungan administrasi kepegawaian. 3. Meningkatkan kompetensi SDM aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung Jawabnya: (a) Peningkatan kapasitas SDM kepegawaian; (b) Peningkatan pelayanan kesehatan pegawai Depkes; (c) Peningkatan
Page 22
Renstra Depkes 2005-2009 52 koordinasi pengelola kepegawaian Depkes; (d) Peningkatan kesejahteraan pegawai. 4. Menyiapkan dan menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijakan manajemen Kepegawaian: (a) Penyusunan rancangan peraturan pelaksanaan kepegawaian; (b) Penyusunan petunjuk pelaksanaan peraturan kepegawaian. 5. Mengembangkan profesionalisme pegawai melalui penyempurnaan aturan, etika dan mekanisme penegakkan hukuman disiplin: (a) Penyempurnaan peraturan tentang etika; (b) Pelaksanaan penegakkan hukuman disiplin. M. PROGRAM PENYELENGGARAAN PIMPINAN KENEGA- RAAN DAN KEPEMERINTAHAN Tujuan program: membantu kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Menyediakan fasilitas kebutuhan kerja pimpinan: (a) Pelayanan ketatausahaan Pimpinan; (b) Peningkatan koordinasi dan hubungan kerja sama di dalam dan luar negeri; (c) Penyediaan sarana dan prasarana kerja Pimpinan; (d) Penyediaan dukungan kegiatan pengendalian dan pembinaan teknis Pimpinan. 2. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi kantor kepemerintahan: (a) Penyediaan gaji dan belanja pegawai; (b) Penyediaan, pemeliharaan dan pengamanan gedung, sarana dan prasarana kantor Departemen; (c) Pengelolaan aset dan inventaris milik negara di lingkungan Setjen; (d) Peningkatan dan peremajaan sarana dan prasarana kantor.
Page 23
Renstra Depkes 2005-2009 53 3. Menyelenggarakan koordinasi dan konsultasi rencana dan program kerja kementerian: (a) Penyusunan rencana strategis dan program kerja; (b) Penyusunan anggaran 4. Meningkatkan fungsi manajemen yang efisien dan efektif: (a) Peningkatan kualitas SDM; (b) Peningkatan administrasi hubungan luar negeri dan rekrutmen petugas kesehatan haji (TKHI); (c) Pengembangan manajemen kearsipan departemen; (d) Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan; (e) Peningkatan koordinasi dan sinergi internal; (f) Peningkatan administrasi umum dan kepegawaian; (g) Peningkatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan; (h) Peningkatan pelayanan kehumasan departemen dan komunikasi publik; (i) Peningkatan pelayanan keprotokolan pimpinan; (j) Pengembangan sistem, dan protap pelayanan; (k) Pengembangan dan penerapan instrumen-instrumen manajemen, khususnya manajemen sumberdaya kesehatan (l) Pengembangan organisasi dan kelembagaan kesehatan; (m) Pengembangan tata laksana dan tata hubungan kerja; (n). Dukungan Operasional Program; N. PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARAT UR NEGARA Tujuan program: menyempurnakan dan mengefektifkan sistem pengawasan dan audit serta sistem akuntabilitas kinerja dalam mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel, dan bebas KKN. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan masyarakat: (a) Peningkatan pengawasan langsung; (b) Peningkatan pengawasan tidak langsung; (c) Pengembangan tenaga pemeriksa yang profesional melalui Capacity building. 2. Menata dan menyempurnakan kebijakan, sistem dan struktur kelembagaan serta prosedur pengawasan yang
Page 24
Renstra Depkes 2005-2009 54 independen, efektif, transparan, dan terakunkan: (a) Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program pengawasan; (b) Penyelenggaraan/perumusan sistem dan
prosedur teknis pengawasan. 3. Meningkatkan tindak lanjut temuan hasil pengawasan: (a) Pemutakhiran data hasil pengawasan; (b) Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. 4. Meningkatkan koordinasi pengawasan yang lebih komprehensif: (a) Koordinasi internal, eksternal dan pengawasan masyarakat; (b) Koordinasi internal dalam tindak lanjut hasil pengawasan. 5. Mengembangkan pengawasan berbasis kinerja: (a) Penyusunan standar/pedoman pengawasan; (b) Penelitian dan pengembangan pengawasan; (c) Bimbingan teknis pengawasan 6. Mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja dan mendorong peningkatan impelementasinya pada seluruh instansi: (a) Perumusan sistem akuntabilitas; (b) Monitoring penerapan sistem akuntabilitas. 7. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi APFP dan perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan: (a) Pengembangan dan peningkatan sistem informasi hasil pengawasan; (b) Perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan. 8. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan: (a) Evaluasi hasil pengawasan; (b) Evaluasi kinerja.
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kenikmatan kepada makhluknya dengan tanpa pilih kasih, dan senantiasa
memberikan kemudahan bagi hamba-hambanya yang selalu berusaha dengan
sekuat tenaga dan tanpa kenal lelah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda alam, manusia
yang penuh dengan ketawadu’an dan sifat kesahaajaan. Kepada keluarga, sahabat-
sahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasa menjalankan sunnahnya.
Selanjutnya penulis menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang
setinggi-tingginya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian
ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik.
Secara khusus, apresiasi dan rasa terima kasih penulis sampaikain kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM., Ketua Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak masukan kepada penulis, baik secara langsung
maupun tidak.
4. Bapak Prof. Dr. Rusmin tumanggor, M.A, Dosen Pembimbing telah
memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Enjang Supyan, S. Pd, Kepala Sekolah SMP Dua Mei Ciputat dan
Bapak Saptono, S. Pd dan Ibu Dra. Sofarida, Guru Mata Pelajaran IPS serta
staff TU SMP Dua Mei Ciputat. Terima kasih atas semua bantuannya selama
ini kepada penulis.
6. Orang tua penulis yaitu Bapak Soleman dan Mih Casriti yang telah meniti
akhlak penulis untuk menata kehidupan dimasa mendatang. Terima kasih atas
semua sokongan moriil dan materiil, semoga Allah selalu memberikan kasih
i
sayangnya pada kalian seperti kalian memberikannya kepada penulis dan
terima kasih atas segala kepercayaannya selama ini, hingga penulis sampai
pada jenjang ini.
7. Kakak tercinta Ceu Neni, terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan
pengertiannya selama ini kepada penulis, adikku Neng Ani yang selalu
memberikan dorongan semangat kepada penulis, serta Keponakanku Ella yang
selalu memberikan keceriaan ketika bertemu.
8. Keluarga di Ciputat, Mang Warlan, Bi Yati dan sepupuku Wiwid serta Uwak
Etom, Uwak Nyai, terima kasih atas bantuannya selama ini kepada penulis,
hanya Allah yang bisa membalas kalian semua.
9. Rekan-rakan mahasiswa IPS angkatan 2005, Mas Heri, Babeh Andri, BeQi,
Tri Sutaji (Joly/Ibenk), Abi Fi’i, Muhai, Wawan, dan para ibu-ibu muda yang
luar biasa serta semua kawan-kawan perempuan yang tidak penulis sebut,
namun tidak mengurangi rasa Mahabbah dan hormat pada kalian semua.
Terima kasih atas semua pembelajaran yang kalian berikan.
10. Supporting team di ISO Tarbiyah, Ramdani, Yoni, Lesly, Uni, Adet dan
lainnya, terima kasih atas segala pengalaman yang diberikan kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang telah memberikan bantuan
moril dan materiilnya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan
yang lebih baik. Amiiin.
Dan akhirnya saya ucapkan Alhamdulillah, skripsi ini selesai juga dan
penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak sekali
kekurangannya. Karenanya, diharapkan para semua pihak dapat memberikan
saran konstruktif demi perbaikan itu. Atas hal tersebut, semoga Allah SWT
membalas dengan balasan yang lebih baik, jazákum ahsan al-jazâ’.
Ciputat, Maret 2010 M
Tirwan
ii
iii
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 7
D. Rumusan Masalah .......................................................... 7
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESA
A. Konsep Kompetensi Sosial ........................................... 9
1. Pengertian Kompetensi ........................................... 9
2. Pengertian Sosial ..................................................... 10
3. Pengertian Kompetensi Sosial ................................ 11
4. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial .... 13
a. Pengertian P. IPS ............................................... 13
b. Tujuan Pembelajaran IPS .................................. 14
B. Konsep Motivasi Belajar .............................................. 15
1. Pengertian Motivasi ............................................... 15
2. Macam-Macam Motivasi ....................................... 16
3. Fungsi Motivasi ..................................................... 18
4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar …………... 19
iii
C. Teori Motivasi Belajar ............................................... 20
D. Konsep Belajar ........................................................... 24
1. Pengertian Belajar ................................................ 24
2. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Belajar ........ 25
3. Teori-Teori Belajar .............................................. 26
4. Motivasi Belajar ............................................. 29
E. Kerangka Berfikir ………………………………….. 30
F. Hipotesis Penelitian ………………………………… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................... 32
B. Metodologi Penelitian ................................................. 32
C. Populasi Dan Sampel .................................................. 33
1. Populasi ................................................................. 33
2. Sampel .................................................................. 34
D. Variabel Penelitian ..................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 35
1. Instrumen Penelitian ............................................ 36
2. Uji coba instrumen …………………………….. 37
a) Pengujian Validitas ....................................... 37
b) Pengujian Reliabilitas ................................... 37
2. Syarat penganalisisan data ................................ 38
F. Teknik Analisa Data .................................................. 39
iv
v
1. Uji Normalitas ..................................................... 39
2. Teknik Pengolahan Data ……………………….. 39
G. Hipotesis Statistik ..................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah ........................................................... 43
1. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei ..................... 43
2. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana
Prasarana ............................................................ 44
B. Deskripsi Data …………………………………….. 49
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan …………….. 58
1. Uji Normalitas data …………………………….. 58
2. Teknik Pengolahan Data ……………………….. 62
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................... 68
B. Saran ................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Angket Kuisioner uji coba (40)
Lampiran II Angket Kuisioner valid (25)
Lampiran III Pedoman wawancara
Lampiran IV Berita acara wawancara
Lampiran V Surat pengajuan skripsi
Lampiran VI Surat Kterangan dari Sekolah
viii
vi
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Populasi Target Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 3.2 Sampel penelitian di SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.
Tabel 3.4 Penetapan skor untuk skala Kompetensi sosial Guru
Tabel 3.5 penetapan skor angket skala Motivasi belajar siswa
Tabel 3.6 Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 4.1 Data Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.2 Data Guru SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.3 Keadaan Karyawan SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.4 Struktur Organisasi Smp Dua Mei Ciputat
Tabel 4.5 Jawaban butir pertanyaan Uji Coba
Tabel 4.6 Validitas Pertanyaan uji coba
Tabel 4.7 Reliabilitas pertanyaan uji coba
Tabel 4.8 Jawaban angket dari variabel X
Tabel 4. 9 Jawaban angket variabel Y
Tabel 4.10 Validitas variabel X
Tabel 4.11 Reliabilitas variabel X
Tabel 4.12 Validitas variabel Y
Tabel 4.13 Reliabilitas variabel X
Tabel 4.14 Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. X
vii
Tabel 4.15 Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. Y
Tabel 4.16 Uji Normalitas variabel X dan Y.
Tabel 4.17 Tabel Bantu Korelasi Product Moment
Tabel 4. 18 Perhitungan Korelasi Pearson Product Moment dengan
menggunakan SPSS.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, dalam hubungannya dengan manusia lain sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja ataupun tidak disengaja.1
Setiap manusia yang hidup di dunia dan melakukan sosialisasi dan interaksi
pasti melakukan apa yang dinamakan belajar. Baik belajar dalam arti yang sempit
tentang segala hal yang tidak perlu ada pihak yang ditunjuk sebagai pengajarnya,
seperti belajar berjalan, belajar berbicara, dan lain–lain, maupun belajar dalam arti
yang lebih luas lagi, yaitu dalam arti pendidikan itu sendiri.
1 Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta: Rajawali Press,
1990), h.1.
1
2
Disamping belajar, sebagai makhluk manusia kita juga perlu menempuh
pendidikan agar derajat kita tidak sama dengan hewan dan binatang -karena
hewan juga melakukan pembelajaran dengan insting mereka-.
”Pendidikan sebagai upaya mamanusiakan manusia pada dasarnya adalah
upaya mengembangkan potensi, maupun sebagai anggota masyarakat yang
memiliki nilai–nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup”.2
Oleh sebab itu, pendidikan bisa dijadikan sebagai pijakan manusia dalam
melakukan sesuatu, baik itu yang berhubungan dengan urusan hidupnya sendiri
maupun yang berhubungan dengan orang lain, agar dalam hidupnya bisa
mencapai kepuasan secara moral dengan mengembangkan potensi yang ada
padanya tersebut.
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan sebagaimana yang dikutip Mohammad
Sochub : ” Bahwa keluarga pusatnya pendidikan yang pertama dan terpenting
karena sejak budaya adat kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu
mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap–tiap manusia.” 3
UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengemukakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.4
“Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa/pendidik untuk membant
membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kedewasaan”.5
Dari beberapa pengertian pendidikan diatas, kiranya dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh
pendidik terhadap peserta didik dengan tujuan agar sipeserta didik tersebut
2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1990), Cet. X. h. 11 3 Moch. Sochub, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998 ), Cet. Ke- 1.
h.10 4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 5 Muhammada Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007),
h. 10
3
mempunyai bekal dalam menghadapi kehidupan, baik pengetahuan, aspek sosial
maupun aspek mentalnya.
Dalam dimensi pendidikan, proses belajar mengajar tidak akan terlaksana
apabila salah satu komponen dari kegiatan tersebut tidak ada, dan salah satu
komponen tersebut adalah adanya seorang guru atau tenaga pendidik. Akan tetapi,
keberadaan guru dimasa sekarang ini kebanyakan tidak lebih hanya sebagai
seorang pengajar saja, yang hanya mentransfer pengetahuan kepada murid-
muridnya, mereka terkadang melupakan tugas utama dari seorang guru yaitu
menghaluskan budi pekerti anak didiknya.
Guru adalah sebuah kata keramat yang mempunyai arti yang sangat
diagungkan oleh masyarakat, bahkan ada yang mengartikan guru itu digugu dan di
tiru, yang berarti segala tingkah laku guru diperhatikan selama 24 jam penuh oleh
masyarakat, karena segala tindak tanduk guru biasanya dijadikan teladan bagi
masyarakat sekelilingnya. Oleh karenanya, profesi seorang guru sangatlah mulia
dan sangat terhormat, sehingga tidak sembarang orang dapat memakainya.
Seorang guru hendaknya menyadari bahwa tugas yang diembannya tidaklah
mudah, tetapi tidak juga sulit, karena jika guru tersebut mematuhi persyaratan
yang harus dipenuhi oleh seorang guru, maka tugas guru itu akan mudah untuk
dijalankan.
“ Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada masyarakat,
dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur bagaimana
seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya,
baik dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam hubungan dengan
teman sejawatnya”.6
Oleh sebab itu, tidak sembarang dan semua orang bisa menjadi seorang guru
yang sebenar-benarnya. Seorang guru hendaknya selalu memberikan suri tauladan
bagi masyarakat yang ada disekitarnya, karena pekerjaan guru adalah pekerjaan
24 jam yang tidak mengenal waktu, maka tidaklah salah jika ada sebuah kiasan
bahwa guru itu adalah di gugu dan di tiru, yang menggambarkan bahwa pekerjaan
guru tidaklah mudah dan tidak juga sulit yang artinya kalau seorang guru tersebut
6 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta ; PT. Bumi Aksara, 2006), h. 7
4
benar-benar tulus, ikhlas dan kompeten dalam menjalani pekerjaannya maka
secara otomatis pekerjaan tersebut akan mudah untuk dijalankan, dan sebaliknya
jika tidak ada ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan maka pekerjaan tersebut
akan dirasakan sangat sulit.
“Dan sebagai konsekuensi logis tersebut, setiap guru harus memiliki
kompetesi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan.
Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk diberikan imbalan
secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Dengan demikian seorang calon
guru seharusnya telah mampu menempuh program pendidikan guru pada suatu
lembaga pendidikan guru tertentu”.7
Seorang guru hendaknya dapat mengembangkan keterampilan mengajar yang
sesuai dengan kemajuan zaman dan lingkungan lokal dimana proses pendidikan
itu dilaksanakan. Jika guru bersifat statis (merasa cukup dengan yang sudah ada)
maka proses pendidikan itupun akan statis bahkan cenderung untuk mundur. Oleh
karena posisi guru yang demikian itulah maka para ahli, antara lain Muhammad
Ali, menyatakan bahwa “guru adalah komponen pendidikan yang memegang
peranan sentral dalam proses belajar mengajar.”8
“Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru tidak hanya berorientasi pada
kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja, tetapi kecakapan yang
berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab dalam persepektif psikologi pendidikan,
mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang yang membuat orang
lain belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya”.9
Oleh sebab itu, seorang guru hendaknya memenuhi semua criteria yang harus
dimilikinya, misalkan kompetensi profesional, kompetensi kepribadian,
kompetensi keimanan dan khusunya kompetensi sosial guru, karena kompetensi
social itu sangat diperlukan untuk menarik minat siswa dalam proses belajar
mengajar dan dalam memberikan tauladan bagi muridnya.
7 Oemar Hamalik, Pendidikan …,h. 7 8 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Algesindo,
1996), hlm 4. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 1997), h.223.
5
Kalau kita perhatikan secara lebih mendalam, kebanyakan siswa sekarang
tidak menghormati gurunya, mungkin karena sudah berubah zamannya ataukan
memang guru tersebut tidak pantas untuk dihormati. Banyak sekali contoh
penghinaan dan tepatnya ketidakpuasan siswa terhadap gurunya,, baik dicurahkan
lewat sms (short massage service) ataupun di jaringan sosial seperti facebook.
Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas
guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Guru yang terbuka secara
psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman
sejawat dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru dituntut untuk bias
berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat sekolah, keluarga maupun
sosialnya.
Jadi seorang guru itu tidaklah harus eksklusif, tetapi tidak juga harus terlalu
dekat dengan siswanya, artinya Guru harus bisa mengkondisikan dirinya dalam
setiap situasi dan kondisi sekitarnya.
Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar selain sebagai anutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar mengajar. Karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berfikir dan bertindak sesuai kebutuhan para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri.10
Akan tetapi dalam kenyataannya, banyak ditemukan guru ataupun tenaga
pendidik yang mempunyai nilai kompetensi sosial yang rendah yang tidak mau
untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya dan terutama dengan murid-
muridnya, sehingga proses pembelajaran dikelas sering tidak kondusif karena
adanya prasangka dari murid-murid tentang kepribadian gurunya yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang ada.
Sudah banyak pemberitaan diberbagai media, baik elektronik maupun cetak
yang mengabarkan tentang banyaknya murid sekolah yang mendapat perlakuan
kasar dari oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja
10 Syah, Psikologi... hlm. 229
6
pemberitaan tersebut sangat memprihatinkan kalangan pemerhati pendidikan dan
orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Ini seolah menggambarkan
bahwa para pendidik kita tidak memiliki kompetensi yang seharusnya mereka
miliki, terutama kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Disamping itu, kemajuan diberbagai bidang terutama bidang teknik informasi
sudah sedikit banyak mempengaruhi proses belajar siswa, dimana aspek
negatifnya tersebut berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Oleh sebab itu guru
juga diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin
modern ini, diantaranya dengan membekali diri dengan pengetahuan tentang ilmu-
ilmu teknologi seperti komputer dan sebagainya.
Karena hanya dengan mengikuti perkembangan zaman itu, selain menjadi
nilai tambah bagi guru sendiri juga agar dapat memacu motivasi siswanya dalam
belajar. Jangan sampai didalam kelas para siswa lebih mengerti teknologi daripada
gurunya itu sendiri, setidak-tidaknya seorang guru dapat mengoperasikan
komputer/laptop walaupun dalam kriteria sangat dasar, sehingga pembelajaran
akan lebih menarik bagi siswa tersebut.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka kami
menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi dan diperlukannya sebuah
penyelesaian untuk masalah-masalah tersebut.
Adapun beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Masih ditemukannya guru yang bersifat kaku dalam berinteraksi terhadap
siswanya.
2. Kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Kurangnya kesadaran siswa dan guru itu sendiri dalam berdisiplin untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4. Berkurangnya tingkat kewibawaan guru dimata masyarakat pada masa
sekarang.
7
5. Masih banyaknya guru yang mengabaikan tentang kompetensinya, terutama
kompetensi sosialnya.
6. Kurangnya interaksi antara guru, guru dengan peserta didik, orang tua siswa
dan masyarakat sekitarnya.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membatasi permasalahan pada :
1. Masih banyaknya guru yang mengabaikan nilai kompetensi sosialnya dalam
bergaul dengan lingkungan sekitarnya maupun saat mengajar.
2. Masih rendahnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi
D. PERUMUSAN MASALAH
Beranjak dari permasalahan yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti
tentang masalah :
1. Apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa?
2. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan bagi pihak-
pihak yang terkait. Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru,
terutama guru IPS.
2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei
Ciputat.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap
motivasi belajar siswa.
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini, ditujukan kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti itu sendiri, yaitu sebagai implementasi dari proses perkuliahan
yang telah dijalankan.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sosial guru terhadap
motivasi belajar siswa.
3. Pengelola sekolah dalam mengambil suatu kebijakan dimasa mendatang,
agar dapat memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya.
4. Para pendidik, agar lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
5. Para siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan kependidikan itu sendiri.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. KONSEP KOMPETENSI SOSIAL
1. Pengertian Kompetensi
“Kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti wenang; cakap; berkuasa
menentukan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan kompetensi itu sendiri berarti
kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal”.1
“Dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Bab I, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.2
Istilah Kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi
mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka) hal. 453 2 UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Surabaya : Pustaka Eureka
Surabaya, 2006), hal. 8
10
keterampilan dan kamampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
“Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan
tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan”.3
Menurut Schalock dalam Isjoni mengatakan bahwa kompetensi adalah ”The
ability to do something well or the ability to junction effectivelly in a job or life
roles” (Schalock 1981: Harris, 1995). Sedangkan menurut Parnell (1978 ; 18)
kompetensi adalah ” A demonstrated ability to apply knowledge, understanding,
or skills assumed to contribute to succes at life”4
Jadi kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk
dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, baik secara teori maupun
impelementasi dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam melaksanakan tugas yang
diembannya bisa dilaksanakan secara maksimal dan menghasilkan sesuatu yang
maksimal juga sehingga mencapai kepuasan yang maksimal.
Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani kehidupan didunia ini
dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh Tuhan padanya, agar
kompetensi yang ada lebih tergali lagi.
2. Pengertian Sosial
”Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu
yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosialisasi diartikan
sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
mengahayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya”.5
Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan
orang lain yang berada dilingkungan sekitar kita hidup, karena manusia tidak akan
mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
3 Muhamad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), h. 4
4 Isjoni, Pembelajaran Visioner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007). h. 112 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka)
11
3. Pengertian Kompetensi Sosial
Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
“kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.6
Kompetensi sosial adalah aspek prososial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (empaty), memahami orang lain (understanding of others), penanganan konflik (conflik handling), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social intiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan withdawal behavior (perilaku yang menarik) dalam situasi tertentu.7
Dari beberapa pengertian diatas bisa dismpulkan bahwa kompetensi sosial
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat menghargai
orang lain, menghormati orang lain, menjadi bagian dari masyarakat dan
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP RI No. 74 tentang Guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat. b) Menggunakan tekknologi komunikasi dan informasi secara fungsioal c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 8
Jadi dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan guru akan mudah untuk
berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat yang ada dilingkungannya dan
terutama lingkungan sekolah dimana si guru tersebut bertugas.
”Dalam Bab IV pasal 8 UU Guru dan Dosen tahun 2005 dijelaskan : guru
wajib memiliki Kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
6 PP Republik Indonesia, Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005. 7 http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/, Senin 11
Januari 2010 Pukul 13.35. 8 PP Republik Indonesia Nomor 74, Tentang Guru tahun 2008.
12
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”.9
Jadi seorang guru tidak hanya cakap dalam kompetensi pedagogiknya saja,
akan tetapi sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari makhluk
lainnnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomuikasi dengan baik.
Karena sebagai guru yang profesional, akan menjadikan profesinya tersebut tidak
hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia
berada.
Dalam Peraturan Mentri No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial inti dan 5
Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu :
Kompetensi Sosial Inti seorang guru, yaitu ;
1. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
2. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
4. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.10
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari
kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karenanya, guru dituntut
untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya
dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tatapi juga
pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPS, yaitu ; 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik
dalam lingkup lokal, nasional, maupun global. 2. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial. 3. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS.
9 UU RI Nomor 14......h.32 10 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru,
tahun 2007.
13
4. Menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.11
Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru juga
diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya masing-masing,
karena dengan begitu diaharapkan tidak ada kekeliruan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat pelajarannya, membedakan dengan
konsep-konsep pelajaran yang lainnya.
Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar
dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di
masyarakatnya. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi. c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. d) Memiliki pengetahuan tentang estetika. e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.12
Dari tujuh kriteria diatas, diharapkan semua guru mempunyai kapasitas untuk
mewujudkan hal tersebut diatas, karena ketujuh kriteria itu akan sangat
berpengaruh terhadap guru itu sendiri maupun terhadap lingkungan yang ada
disekitar guru tersebut, baik itu keluarga, siswa, maupun guru lainnya.
5. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian IPS
Nu’man sumantri (2001:44) mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan
sekolah sebagai “ (1) pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-
nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) pendidikan IPS
yang menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; (3) pendidikan
11 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar …, tahun 2007. 12 E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja Rosda
Karya, 2007).h. 176
14
IPS yang menekankan pada reflective in quiry; (4) pendidikan IPS yang
mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1,2,3,diatas”.
Sedangkan menurut Saxe, “pengertian pendidikan IPS adalah delimiting the
social science for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk
penggunaan secara pedagogik)”.13
Dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah cabang disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia
dengan lingkungan yang dikaji dalam suatu tempat yang akademis, baik
lingkungan manusia itu sendiri maupun lingkungan dalam arti yang luas.
b. Tujuan pengajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk “ mengembangkan kemampuan
berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial
budaya”. (Hasan, 1993 : 92).
Sunal and Has menekankan bahwa studi sosial menekankan pada enam hal poko, yaitu :
1) Mengajarkann sejarah dan geografi. 2) Pengertian ilmu sosial. 3) Perubahan fasilitas budaya. 4) Mendukung pembangunan diri. 5) Membangun keterampilan berfikir cepat. 6) Encouraging rational problem solving, disicion making, dan tindakan
sosial.14
Bila tujuan-tujuan tersebut dikaitkan dengan taksonomi Bloom, maka secara
garis besar terdapat tiga sasarann pokok dari pembelajaran IPS, yaitu : (1)
pengembangan aspek pengetahuan (cognitive); (2) pengembangan aspek nilai dan
kepribadian (affective); (3) pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).
13 Sapriya, “Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan.”,
Makalah Seminar Nasional. 14 Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman Individu
dalam KBK,(Jakarta : Ciputat Press, 2005).
15
B. Konsep Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
”Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada dalam diri
seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna
mencapai tujuan tertentu”.15
Motif dipakai untuk menunjukan kedaan dalam diri seseorang yang berasal
dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang tidak berdiri sendiri,
tatapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain dan motif muncul sebagai
akibat dari adanya suatu kebutuhan.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang
medorong perilaku kearah tujuan. Oleh karena itu, motivasi mempunyai tiga
aspek,yaitu;
(1) Keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena
kebutuhan, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti
berfikir dan ingatan (2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan (3)
Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
Menurut Mc Donald dalam Zikri Neni Iska mengatakan bahwa “motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.16
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc Donald, mengandung 3 (tiga) unsur penting, yaitu : 1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu
manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya maerupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. 17
15 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Sutau Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2004), h.131 16 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi
Brother’s, 2006), h. 40 17 Zikri Neni Iska, Psikologi …, 40
16
Callahan and Clark (1988) dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa “motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk
melakukan sesuatu untuk dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan”.18
“Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan ketika dalam diri kita
muncul keinginan (Initiate) dan menggerakkan, serta mengarahkan tingkah laku.
Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi intensitas perilakunya”.19
Dari beberapa pengertian motivasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri manusia dimana
faktor pendorongnya bisa berasal dari dalam (intrinsik) maupun berasal dari luar
diri seseorang itu (Ekstrinsik), sehingga orang tersebut mampu menjalankan
segala aktivitasnya.
Sejumlah konsep motivasi sering digunakan dalam teori motivasional. Helbert
L. Petri (1986) dalam Asnawi mengemukakan beberapa konsep motivasi yaitu :
1. Energi 2. Pewarisan/bawaan (Heredity) 3. Pembelajaran (Learning) 4. Interaksi sosial (Sosial Interaksi) 5. Proses kognitif (Cognitive Process) 6. Aktivitas motivasi (Activity Of Motivation) 7. Homeostatis 8. Hedonisme, dan 9. Motivasi pertumbuhan (Growth Motivation).20
2. Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis moitvasi ini dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif itu akan sangat
bervariasi sesuai dengan kehendak si pelakunya.
Woodworth dan Marquish menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
18 Mulyasa, Standar Kompetensi... hlm.58. 19 Sahlan Asnawi, Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan Organisasi,
(Jakarta : Studia Press, 2007),, cet. III, h. 21 20 Asnawi, Teori Motivasi ......... h. 22
17
a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam, seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur dan sebagainya.
b. Motivasi darurat, yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar.
c. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.21
Karena motivasi bertujuan dengan tujuan yang hendak dicapai, maka Sardiman memberikan 3 (tiga) fungsi dari motivasi dalam belajar, yaitu: a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai rumusan tujuannya.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus. Tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.22
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi,
maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Alisuf Sabri membedakan motivasi menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan belajar. Misal ingin menguasai konsep, memperoleh pengetahuan, memperoleh kemampuan dan sebagainya.
21 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi...hlm.138 22 Sardiman, AM, ..............., Hal.85
18
Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, misal belajar karena takut kepada guru, karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi, dll.23
Jadi, alangkah lebih baiknya jika motivasi belajar siswa itu muncul dari dalam
dirinya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh motif-motif ekstrinsik yang hanya
akan membiasakan siswa tersebut belajar hanya karena ingin sesuatu hal yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai pendidikan.
Sebaliknya, jika seorang siswa yang belajar dengan dilandasi oleh motif
instrinsik yang muncul dari dalam dirinya sendiri, maka bisa dipastikan siswa
tersebut akan menikmati segala proses pembelajaran yang ia hadapi di Sekolah
maupun ditempat lainnya dengan penuh kesabaran dan konsentrasi yang
maksimal, sehingga hasilnya pun bisa dipastikan akan sangat maksimal.
3. Fungsi Motivasi
Dalam kegiatan belajar, keberlangsungan dan keberhasilannya bukan hanya
ditentukan oleh faktor-faktor intelektual saja, tetapi juga faktor-faktor non-
intelektual, termasuk salah satunya motivasi.
Menurut Cecco dalam Abd.Rahman Abror, ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar-mengajar, yaitu : a) Fungsi membangkitkan (arousal function), fungsi ini menyangkut
tanggung jawab terus menerus untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan juga luapan emosional.
b) Fungsi harapan (expectansy function), fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam mencapai tujuan instruktusional.
c) Fungsi insentif (incentive function), fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan tujuan agar siswa lebih memacu lag belajarnya dalam mencapai tujuan instruktusional.
d) Fungsi disiplin (disciplinary function), fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah kepada siswanya.24
23 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 85 24 Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1983), h.
19
Dari uraian tersebut, bisa dilihat bahwa fungsi motivasi sangatlah penting
untuk menjalani pembelajaran bagi siswa, karena dengan adanya motivasi
diharapkan para siswa bisa terus memacu dirinya untuk lebih baik secara
keilmuan maupun akhlak.
4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut Dede Rosyada, ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi
siswa agar bersemangat dalam belajar, diantaranya:
a. Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri
b. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
c. Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.
d. Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan.
e. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.
f. Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya.
g. Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.25
25http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=cBJ&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&q=motivasi+dede+rosyada&btnG=Telusuri&meta=&aq=f&oq=. , 11 Januari 2010, Pukul 14.30.
20
Ketujuh teknik diatas sejatinya digunakan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran, karena dengan cara-cara tersebut diharapkan motivasi belajar siswa
akan tumbuh. Akan tetapi, ketujuh teknik tersebut daam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena guru dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
C. Teori-Teori Motivasi
”Para ahli ilmu jiwa menjelaskan bahwa ragam motivasi itu berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis, tersusun dari bawah
ke atas, dimana perubahan kebutuhan tahap yang paling rendah menjadi prasyarat
bagi tercapainya kebutuhan yang lebih tinggi”.26
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167)
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.27
Jadi menurut Maslow, seseorang akan mencapai tahap tertinggi dalam
hidupnya jika kebutuhan primer, sekunder, dan tersiernya telah terpenuhi, akan
tetapi tidak sampai disitu saja kebutuhan manusia menurut Maslow. Manusia
26 Akhyas Azhar, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Mizan Publika, 2004),
h. 71 27 Akhmad Sudrajat, “ Teori-teori Motivasi”, www. Let’s Talk About Education.com.25
Agustus 2009.
21
dikatakan sudah mencapai puncak kebutuhannya jika manusia tersebut sduah bisa
mengaktualisasikan dirinya sendiri, artinya setiap perilaku manusia tersebut tidak
hanya bertujuan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi lebih kepada untuk mencapai
kepuasan dalam dirinya.
Begitupun dalam hal belajar, seorang siswa akan dikatakan mempunyai
motivasi yang tinggi, bila dalam hal pembelajaran, dia tidak hanya menunggu
umpan dari gurunya saja, tetapi siswa tersebut mencari sendiri bahan yang sesuai
dengan pelajaran yang akan dihadapinya.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.28
Jadi menurut McClelland, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi
akan lebih termotivasi dalam mengerjakan sesuatu jika pekerjaan tersebut
mempunyai kesulitan dan orang tersebut mampu memecahkan masalahnya
dengan usaha sendiri serta selalu meminta dan menerima masukan dan kritikan
dari orang lain.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan) Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
28 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009.
22
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.29
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.
Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri
pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.30
Jadi menurut teori Herzberg, motivasi tumbuh dari dalam diri seseorang itu
sendiri maupun faktor dari luar, misalnya keluarga, teman dekat dan sebagainya.
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai
persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, “dua kemungkinan
dapat terjadi, yaitu :
a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya”.31
29 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 30 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 31Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009.
23
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
”Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan”.32
Jadi, dalam upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
pembelajaran, siswa harus benar memperhatikan tujuan pembelajaran, menyusun
upaya-upaya agar semua strategi yang disusun dapat menunjang semua rencana
yang telah disusun.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.33
Jadi seorang pelajar/siswa akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk dapat
memperoleh hasil yang baik, karena dia tahu bahwa dengan belajar tekun dia akan
memperoleh nilai yang baik tersebut.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
“Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk
modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang
harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya”
yang manusiawi pula”.34
Jadi menurut teori ini, motivasi belajar seseorang akan tinggi dan bertambah
jikalau hasil belajarnya diharai sesuai dengn kerja kerasny selama ini.
32 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 33 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 34 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009.
24
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.35
D. Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
Wittig dalam bukunya Psycology Of Learning, seperti yang dikutip oleh
Muhibbin Syah menyatakan bahwa belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman.
”Belajar adalah sebuah tahapan perubahan seluruh tigkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan ligkungan yang
melibatkan proses kognitif”.36
Semenatara itu, Ernest R. Hilgard seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata
dalam A. Rahman Abror mengatakan bahwa ”belajar adalah proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya beerbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya”.37
Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan “belajar
adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian.”38
35 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 36 Syah, Psikologi..., Hal. 92 37 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1983),
h. 66 38 Witherington, Psychology Pendidikan, (Jakarta : Yayasan Penerbitan Franklin, 1978)
25
Dari definisi-defnisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu
bahwa:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan penglaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seprti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Perubahan itu harus bersifat menetap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.39
Dalam arti luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko fisik menuju ke
perkembanagan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Jadi belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada diri si
pembelajar yang sifatnya relatif menetap dalam jangka waktu yang lama.
2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum, faktor–faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi 2 aspek, yaitu : a. Aspek fisiologis Keadaan umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ–organ tubuh dan sendi-sendinya dalam mengikuti pelajaran.
Walaupun tidak terlalu signifikan dalam hal pembelajaran, akan tetapi keadaan fisik seseorang menentukan kapasitas dalam menerima pelajaran. Siswa yang fit secara fisik tentunya akan lebih siap untuk menerima pelajaran, sedangkan siswa yang kurang fit tentunya dia akan memikirkan bagaimana supaya fisiknya dulu merasa nyaman untuk menerima segala pelajaran sebelum dia memikirkan pelajaran itu sendiri.
39 Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung ; Remaja Rosda Karya, 1990) , h. 84-85.
26
b. Aspek psikologis Faktor–faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensi adalah intelegensi siswa atau tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa dan minat serta motivasi siswa.
2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, dibagi kedalam 2 bagian, yaitu : a. Lingkungan non sosial Faktor–faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga siswa tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Faktor–faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi dan teman–teman sekolah, lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman- teman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat difahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efktifitas dan efisisensi proses pembelajaran materi–materi tertentu. Strategi dalam hal ini bearti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.40
Dalam hal pembelajaran, tidaklah cukup hanya kemauan dari siswa untuk
belajar, akan tetapi faktor yang ada diluar yang biasanya lebih menentukan
keberhasilan siswa. Dikarenakan faktor psikologis siswa yang masih labil, apalagi
pada siswa-siswa pada jenjang pendidikan yang masih rendah.
3. Teori-Teori Belajar
Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli, dan biasanya
berisi tentang konsep dan prinsip. Berikut ini akan diuraikan beberapa mcam teori
belajar, diantaranya :
1) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya.
2) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi.
3) Teori belajar sosial.41
40 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ... h.90. 41 Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung ; Remaja Rosda Karya, 1990), hal. 92
27
1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Cara belajar dengan teori ini ialah: untuk mengasah/melatih daya berpikir dilakukan dengan cara siswa disuruh mengerjakan soal-soal hitungan/ilmu pasti sebanyak-banyaknya setiap hari, sedangkan untuk melatih daya ingatan dilakukan dengan cara siswa disuruh menghafal angka-angka, kata-kata yang sedikitpun tidak mengandung arti.42
Dengan demikian tujuan belajar menurut teori ini bukan untuk menguasai
materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk kemampuan daya
jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan formil.
2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Menurut teori ilmu jiwa Assosiaasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat
hubungan stimulus degan respon, atau teori ini digambarkan dengan rumus : R – S
= Bond.
Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu Teori Connectionisme dan Teori Conditioning. Teori conditioning dibagi kedalam tiga macam, yakni : teori classical conditioning dari Pavlov, teori operant conditioning dari Skinner dan teori conditioning dari Guthrie. a. Teori Connectionisme (Thorndike) Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan respon (R). Untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respon, Thorndike mengemukakan beberapa hukum atau ketentuan, yaitu ;
1) Law Effect 2) Law of Exercise atau Law of Use And Disuse 3) Law of Multiple Response 4) Law of Assimilation, and 5) Law of Readiness.43
b. Teori Conditioning
Ada beberapa teori macam teori conditioning yang akan diuraikan yaitu:
Teori Conditioning Pavlov Dan Watson
Menurut teori ini, “belajar adalah merupakan proses terjadinya reflek-reflek
atau reaksi-reaksi bersyarat yang terjadi melalui stimulus pengganti yang
dibiasakan menyertai stimulus yang sebenarnya”.44
42 Purwanto, Psikologi …, hal. 92 43 Purwanto, Psikologi …, hal. 93
28
Jadi menurut teori ini, seseorang belajar apabila dia mendapat stimulus yang
ditujukan kepadanya, baik stimulus yang sebenarnya maupun stimulus pengganti.
Teori Condidtioning Skinner
Skinner menyatakan bahwa “conditioning yang memperkuat hubungan
stimulus respon yang menjadi pembentuk tingkah laku itu adalah sesuatu yang
“operant” atau “reinnforcement” yaitu stimulus yang dapat memberikan
penguatan, seperti hadiah dan hukuman”.45
Jadi menurut Skinner, seseorang akan tertarik dan termotivasi untuk belajar
apabila dalam pembelajaran tersebut dia berhasil, maka akan diberikan hadiah dan
apabila gagal, maka dia mendapat hukuman.
Teori Conditioning Oleh Guthrie
“Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan
dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit
tingkah laku ini merupakan respon dari perangsang/stimulus sebelumnya, dan
kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan
respon bagi unit tingkah laku yang terus menerus”.46
Jadi menurut Guthrie, seseorang belajar itu harus melalui proses yang biasanya
dilakukan, artinya bahwa proses-proses tersebut tidak boleh hilang salah satunya
apalagi sebagian bahkan seluruhnya, karena pembelajaran tidak akan berhasil dan
sebaliknya jika kebiasaan dari proses belajar itu dilakukan, maka proses
pembelajaran akan tercapai.
3 )Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
“Belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut;
a. Dalam belajar faktor pemahaman/pengertian (inisght) merupakan faktor
yang penting.
44 Purwanto, Psikologi … hal. 94 45 Purwanto, Psikologi … hal. 95 46 Purwanto, Psikologi …, hal. 96
29
b. Pribadi memegang peranan yang paling sentral”.47
Jadi, menurut psikologi Gestalt belajar tidak hanya reaksi manusia belaka
terhadap respon yang ada, akan tetapi juga manusia memiliki tindakan dalam
belajar tersebut sesuai dengan motif yang berada dalam dirinya tersebut.
4 )Teori Belajar Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Dalam pandangan belajar
sosial “ manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, dan juga
tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi
diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan-
determinan lingkungan”.48
Sangatlah mustahil seseorang belajar, jika dia tidak bergaul dengan
lingkungan sekitarnya. Jadi Bandura menafikan dengan adanya kemajuan dizaman
sekarang, karena dizaman sekarang hanya dengan duduk di depan internet orang
juga bisa belajar apapun. Bahkan dizaman yang serba iptek ini, orang diharuskan
melek terhadap teknologi untuk dapat menguasai dunia.
E. Motivasi Belajar
Motivasi dn belajar merupakan paduan dari dua kata, yaitu kata motivasi dan
kata belajar. Motivasi sendiri berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk melakukan suatu tujuan, dan dorongan tersebut bisa berasal dari dalam
dirinya maupun dri luar.
Dan kata “belajar sering diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.49
Hakikat dari “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.50
47 Purwanto, Psikologi ... hal. 100 48 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal. 27 49 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ... h.92.
30
Jadi motivasi belajar yaitu dorongan yang tumbuh dari pembelajar untuk
melakukan perubahan pada dirinya, sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
F. Kerangka Berfikir
Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian tersebut, sebuah pendidikan tidak hanya berorientasi pada
kecakapan ranah intelektual saja, akan tetapi seluruh ranah yang ada pada diri
manusia itu sendiri, baik ranah rasa, karsa dan karya.
Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan tercapai, jika pihak-pihak yang terlibat
didalamnya tidak membekali diri dengan kemampuan dan kompetensi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Begitupun dengan seorang guru, seorang guru
hendaknya memiliki semua kompetensi yang disyaratkan oleh pemerintah, baik
kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional dan sosial. Dalam hal ini, penulis
mencoba mencermati tentang kompetensi sosial guru yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa, dan seberapa besar pengaruh kompetensi yang ada dalam
mempengaruhi motivasi belajar itu.
Dari masalah dan teori yang telah dikemukakan diatas, akhirnya penulis bisa
mengambil sebuah kesimpulan, bahwa Kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru
disekolah sangatlah penting bagi motivasi belajar siswa di sekolah. Walaupun
mungkin tidak hanya kompetensi sosial guru saja yang mempemgaruhi, akan
tetapi banyak faktor.
50 Hamah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2008), cet. 3 h. 23.
31
G. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka rumusan
hipotesis dimana uji yang dipakai adalah uji test dengan hukum korelasi Produk
Moment, maka hipotesanya dapat dirumuskan sebagaii berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel (X) Kompetensi Sosial Guru IPS
dengan (Y) terhadap Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
Ha : Terdapat pengaruh variabel (X) Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap
variabel (Y) Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, saya mengambil tempat penelitian di SMP Dua Mei yang
beralamat di Jl. H. Abdul Gani, No.135, Kelurahan Cempaka Putih-Ciputat
Selatan, Kabupaten Tangerang Selatan.
B. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
dengan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai
apa yang ingin kita ketahui”.1
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, ( Rineka Cipta,
2007), Cet. VI, h.105-106.
32
33
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.2
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa–siswa SMP DUA MEI
Ciputat angkatan 2009/2010 yang berjumlah sekitar 235 orang.
Tabel 3.1
Populasi Target Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Jumlah siswa No Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
VII. 1
VII. 2
VIII. 1
VIII. 2
IX. 1
IX. 2
14
14
24
22
23
22
22
23
15
17
18
20
36
37
39
39
41
42
Jumlah 235
Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Dua Mei
Ciputat yang terdaftar pada tahun 2008/2009.
2. Sampel
Sedangkan ”sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan cara random atas dasar himpunan (Cluster Random Sampling) bisa
dengan cara merandom kelas yang ada, undian dan bisa juga dengan tabel
bilangan random”. 3
2 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, ( Bandung : CV. Alfabetha, 2002 ), Cet. IV, h.55 3 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : Rajawali Press, 2001)
Cet.5, hlm.66.
34
Dan sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil secara acak dari populasi
terjangkau yaitu siswa kelas VIII, dalam hal ini yang dirandom adalah
himpunannya ; suatu himpunan yang terpilih sebagai sampel, keseluruhan
warganya menjadi sampel penelitian. Sampel
Tabel 3.2
Sampel penelitian di SMP Dua Mei Ciputat
Jumlah siswa No Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
VIII. 1
VIII.2
24
22
15
17
39
39
Jumlah 78
D. Variabel Penelitian
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian, baik yang brsifat kuaitatif maupun kuantitatif.
Sutrisno hadi mendefinisikan ”variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya
jenis kelamin memunyai variasi: laki-laki – perempuan; berat badan, karena ada
berat 40 Kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel
adalah objek penelitian yang bervariasi”.4
Sugiyono mendefinisikan ”variabel sebagai segala sesuatu yan berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.5
Dalam penelitian disini, peneliti menggunakan 2 variabel yaitu :
1. Variabel Independent (X) adalah Kompetensi sosial Guru IPS, peneliti
menggunakan instrumen kuisioner/angket.
2. Variabel Dependent (Y) adalah Motivasi Belajar Siswa, seperti halnya
variabel X, variabel Y pun peneliti menggunakan instrumen
kuisioner/angket.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :Rineka Cipta, 2006) cet. VI. h.116
5 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabetha, 2008) Cet. V, h. 38
35
E. Teknik Pengumpulan Data
“Metode/teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris. Paradigm
penelitian, tingkat data atau bentuk data yang akan diperoleh dan subjek penelitian
(Populasi dan Sampel) menentukan pilihan atas metode pengumpulan data”.6
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut :
• Wawancara.
• Penyebaran angket/Kuisioner.
6 Silalahi, Metode …. hal. 268.
36
Setelah data-data tersebut kita peroleh, maka kemudian data yang diperoleh
melalui angket di uji validitas, reliabilitas dan normalitas datanya dengan
mengunakan program SPSS 13.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner dengan cara
menyebarkan angket kepada responden.
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir Pertanyaan Jumlah
Berkomunikasi secara Lisan
13, 14, 2
Berkomunikasi secara Tulisan
21, 33 2 Berkomunikasi dengan Efektif
Berkomunikasi secara Isyarat
15, 34,37 3
Menggunakan Teknologi Secara
fungsional
Dapat menggunakan media pembelajaran secara baik (Misal : Laptop).
19, 20, 40 3
Bergaul dengan sesama pendidik
27,28 2
Bergaul dengan peserta didik
22, 23, 25, 39 4
Bergaul dengan Tenaga Kependidikan
26, 29 2
Kompetensi Sosial Guru IPS
(X)
Bergaul secara efektif
Bergaul dengan Orang Tua/Wali dan Lingkungan
24, 32 2
Ingin menambah pengetahuan
1, 8, 10, 38 4
Ingin Memperoleh kemampuan
6, 17, 3, 35,36 5 Motivasi Instrinsik
Ingin menguasai Konsep
9, 11, 16, 18 4
Reward (Hadiah) 7, 31 2 Punishment (Hukuman)
2, 30, 2
Motivasi Belajar (Y)
Motivasi Ekstrinsik Ingin mendapat penghargaan
4, 5, 12, 3
37
2. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang dugunakan dalam pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS
terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat, terlebih dahulu
dilakukan uji coba angket kepada 29 orang responden diluar sampel. Pelaksanaan
uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana instrumen
penelitian yang akan digunakan layak dipakai dan pantas digunakan sebagai alat
ukur yang cocok untuk mendapatkan data sebagaimana diharapkan. Instrumenn
penelitian dinyatakan layak pakai apabila hasil uji coba dapat memenuhi kriteria
validitas dan reliabilitas setelah dianalisis.
a) Pengujian Validitas
“Validitas suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur”.7 Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang diukur. Pengujian validitas pada instrumen ini digunakan uji validitas pada
setiap butir soal secara manual dengan menggunakan rumus r Product Moment,
yaitu sebagai berikut:
Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS 13.
7 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005), cet.II. h. 97
38
b) Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah mengukur keajegan dari suatu butir soal penelitian yang
dilakukan beberapa kali kepada objek penelitian. Secara manual, peneliti
menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu :
Keterangan :
= reliabilitas instrument.
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
= jumlah varians butir.
= varians total. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS 13.
2. Syarat Penganalisisan Data
Prasyarat analisa data digunakan sebagai acuan penulis dalam mengkorelasikan
data-data yang didiapat oleh penulis dilapangan dan sebagai alasan kenapa penulis
menggunakan analisa korelasi Pearson Produk Momen (PPM).
Husaini Usman mengungkapkan beberapa asumsi atau persyaratan yang
setidaknya harus dipenuhi dalam menggunakan korelasi PPM adalah :
a. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal. b. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear. c. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak
(random). d. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang
sama pula.
39
e. Variabel yang dihubungkan mempunyai interval rasio.8
F. Teknik Analisa Data
1. Uji Normalitas
“Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisa statistiik parametrik, asumsi yang
harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut berdistribusi secara normal.
Maksud data berdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti
bentuk distribusi normal, yaitu data memusat pada nilai rata-rata dan median”. 9
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap
berikutnya adalah pengolahan data. Untuk mengolah data, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kelngkapan dan pengisian angket yang berhasil
dikumpulkan.
b. Skoring, yaitu memberikan skor/nilai pada setiap jawaban angket. Untuk
mengetahui pengaruh Kompetensi sosial Guru IPS terhadap motivasi
belajar siswa SMP Dua Mei Ciputat, penulis mendapatkan data dengan
menggunkan angket berbentuk skala dengan berisi 40 butir pertanyaan dan
pernyataan dengan 4 alternatif jawaban. Selanjutnya pertanyaan dan
pernyataan pada angket tersebut diberi skor sebagai berikut :
Tabel 3.4
Penetapan skor untuk skala Kompetensi sosial Guru
Pilihan Jawaban S SR K TP
Positif 4 3 2 1 Pernyataan dan
Pertanyaan. Negatif 1 2 3 4
8 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara), Cet. II, h. 200.
9 Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta : ANDI, 2005), h. 231.
40
Keterangan :
S = Selalu K = Kadang-kadang
SR = Sering TP = Tidak Pernah
Tabel 3.5
Penetapan skor untuk skala Motivasi Belajar Siswa
Pilihan Jawaban S SR K TP
Positif 4 3 2 1 Pernyataan dan
Pertanyaan. Negatif 1 2 3 4
Keterangan :
S = Selalu K = Kadang-kadang
SR = Sering TP = Tidak Pernah
G. Hipotesis Statistik
“Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah stastistik
koefisien korelasi bivariat yaitu ststistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel”.10
Dan untuk memperoleh frekuensi relatifnya (angka persenan), digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. N = Number of Case ( Jumlah frekuensi/banyaknya individu). P = Angka persentase. 11 Selanjutnya dilakukan pengujian Hipotesis untuk mengetahui kedudukan suatu
hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Pada pengujian tahap pertama
adalah mencari nilai koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
10 Arikunto, Prosedur ....... h.271 11 Anas Sudijono, Pengantar Statsistik Pendidikan, ( Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada,
2005), Cet.XV, h. 43.
41
Setelah memperoleh nilai “r”, kemudian untuk mengetahui apakah hipotesis
diterima atau ditolak, maka dilakukan hipotesis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Adapun hipotesis statistik yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Ho :
Ha : , dimana
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Variabel X dan
Variabel Y.
Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara variabel X dan variabel Y. Kriteria pengujian : Ho diterima, jika T hitung < T table
Ha ditolak, jika T hitung > T table
Interpretasi kasar atau sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” product Moment, seperti dibawah ini:
Table 3.6
Korelasi Pearson Product Moment
Besar “r” Product Moment Interpretasi
0,00-0,20
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat pengaruh yang sangat
lemah/sangat rendah.
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat pengaruh yang lemah/ rendah.
42
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat pengaruh yang sedang/cukup..
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat pengaruh yang kuat/tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat pengaruh yang sangat
kuat/sangat tinggi.
Dan untuk mengetahui Pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka
digunakan rumus Koefisien Determinasi, dengan rumus sebagai berikut :
Atau
KD = r ² × 100 %
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi Pearson
100 % = angka tetap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah 1. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei
Sekolah menengah peretama (SMP) Dua Mei beralamat di Jalan H. Abdul
Gani No. 135 Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Atimur Kabupaten
Tangerang Selatan Provinsi Banten berdiri tahun 1986 dengan Nomor Statistik
Sekolah /NSS 204020417107 dan Nomor Data Sekolah 2002040034 dengan Sk
Pendirian No. 841/102.e/1986. dalam membantu pemerintah menyediakan sarana
dan prasarana dalam bidang pendidikan formal yang bertujuan untuk
mencerdaskan bangsa. SMP Dua Mei didirikan setelah Taman Kanak-Kanak Dua
Mei berdiri lebih awal dan SD Dua Mei berdiri.
SMP Dua Mei bedriri tahun 1986 yang pada saat itu masih memiliki jenjang
kelas 1 SMP yang berjumlah 146 siswa degan jjumlah 4 kelas. Selanjutnya, pada
tahun 1989 SMP Dua Mei memiliki 3 jenjang kelas 1, 2, dan 3 dengan jumlah
siswa 311 orang.
Sejak berdiri sampai dengan tahun 2007 SMP Dua Mei telah menamatkan
sebanyak 1888 orang siswa yang sebagian besar melanjutkan ke tingkat SMA dan
SMK baik negeri maupun swasta.
43
44
Didorong oleh komitmen terhadap kualitas tamatan yang dihasilkan dan sesuai
dengan anjuran Direktorat Pendidikan Menengah Umum, kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum 2004 dan KTSP.
Keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat
dan keluarga. Berarti penyelengaraan pendidikan tidak hanya dilaksanakan oleh
satu pihak, melainkan scara simultan dilaksanakan oleh tiga unsur tadi, masing-
masing berperan sesuai dengan fungsinya.
SMP Dua Mei yang merupakan mitra pemerintah atau patner dalam
menyelengarakan sistem pendidikan membantu program pemerintah dalam upaya
mencrdaskan kehidupan bangsa.
Prioritas pebangunan pendidikan diarahkan untuk perluasan pemerataan
kesempatan belajar yang saat ini salah satu realitasnya adalah pelaksanaan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.
SMP Dua Mei Ciputat merupakan lembaga pendidikan yang berada dibwah
naumhan Yayasan Pendidikan Dua Mei, dengan status akreditasi Disamakan No.
2002040034 dengan nilai A.1
2. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru merupakan salah satu bagian yang integral dalam keseluruhan proses
belajar mengajar. Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan
yang harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, denga tersedianaya para
guru atau penidik maka proses beajar mengajar dapat dilaksanakan.
Di SMP Dua Mei Ciputat, jumlah keseluruhan tenaga pedidik tahun ajaran
2008/2009 adalah 17 orang yang terdiri dari 8 orang guru laki-laki dan 9 orang
guru perempuan, yang sebagian besar merupakan lulusan sarjana (S-1). Untuk
lebih jelasnya tentang keadaan pendidik atau guru di SMP Dua Mei Ciputat dapat
dilihat pada tabel berikut ;2
1 Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat 2 Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
45
Tabel 4.1
Data Guru
SMP Dua Mei Ciputat
MULAI
NO
NAMA GURU
L/P
IJAZAH
Dari Disini
Tugas
Mengajar
B. Studi
JABATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Enjang Supyan,
S.Pd
L IKIP JKT, B.
Indonesia 1994
1992 1992 B. Indonesia Kep.
Sekolah
2 Saptono, S.Pd L IKIP JKT,
Geografi, 1996
1995 1998 Geografi,
Sejarah
Wakasek
Kurikulum
3 Siti Aisyah,
S.Pd
P IKIP JKT, B.
Indonesia, 2003
1986 1986 B. Indonesia Wakasek
Kesiswaan
4 Susi Herawati P IKIP JKT, Seni
Musik, 1986
1986 1986 KTK/Tata
Busana
Guru
5 FN Isme
Tambunan
P IKIP JKT, B.
Inggris, 1986
1986 1990 B. Inggris Wl. Kelas
91
6 Drs. Mukhirin L IAIN JKT, PAI
1990
1990 1990 PAI Guru
7 Drs. Djumaroh
Ibnu
L IAIN SMG, PAI
1994
1990 1994 PAI Guru
8 M. Gunawan L UBL, Komputer
1997
1997 1997 Komputer Guru
9 Dra Sofaridah P IKIP Kediri,
Sejarah 1991
1991 2001 Sejarah Guru
10 Elly
Rahmawati,
S.Pd
P IKIP
Muhammadiyah
JKT, B. Indonesia
1997 1997 Jasa
Pembukuan
Wl. Kelas
8.1
11 Dwi Yuli
Prihani, S.Pd
P D3 IKIP JKT, B.
Inggris
1999 1999 B Inggris Wl. Kelas
7.1
12 Suwarsih P IMKI, Komputer
1997
1998 1998 Komputer Wl. Kelas
8.2
13 Monang S, S.Si L USU, Kimia 1998 1998 IPA Terpadu Guru
14 Galih PS, S.Pd L S1, Matematika 2006 2006 Matematika Wl. Kelas
46
9.2
15 Drs. Undang
Ahmad
L Penjaskes Guru
16 Ermalina, S.Pd P UIN JKT,
Matematika 2007
2008 2008 Matematika Wl. Kelas
7.2
17 Febri Widianti P UIN JKT, Fisika,.... 2008 2008 IPA Terpadu Guru
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
b. Keadaan Karyawan
Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oelh peran
serta karyawan. Kelancaran pendidikan di Sekolah tidak terlepas dari administrasi
yang baik, teratur serta terencana. Yang dimaksud pegaawai pada unit
pelaksanaan teknis SMP Dua Mei Ciputat adalah seluruh karyawan sekolah
diantaranya staf tata usaha, staf kebersihan dan satpam.3
Selanjutnya, untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini ;
Tabel 4.2
Keadaan Karyawan SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2008/2009
MULAI
NO
Nama Karyawan
dan Petugas
Keamanan
L/P
IJAZAH Dari Di
Sini
TUGAS
JABATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Esti Wijayanti P SMA 2002 2002 Keuangan Tata Usaha
2 Ahmad
Mustarsyidin
L SMA 2008 2008 Administrasi Tata Usaha
3 Darsito L SD 1989 1989 Keamanan Satpam
4 Suyitno L SD 1992 Keamanan Satpam
5 Joko Priyanto L SMA 1990 1998 Keamanan Satpam
6 Sukarna L SMA 2002 Keamanan Satpam
7 Ihad L SMA Kebersihan P. Kebersihan
8 Ili L SD Kebersihan P. Kebersihan
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
3 Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
47
c. Keadaan Siswa
Data yang didapatkan oleh peneliti mengenai data jumlah siswa SMP Dua Mei
yaitu jumlah data siswa pada tahun ajaran 2005/2006, dimana tercatat sebanyak
433 siswa terdiri dari kelas VII sebanyak 149 siswa yang terdiri dari 82 siswa
laki-laki dan 67 siswa perempuan, kelas VIII berjumah 148 siswa dimana 81
siswa laki-laki dan 67 siswa siswa perempuan, dan kelas IX berjumlah 136 siswa
yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sedangkan pada
tahun ajaran 2006/2007 jumlah siswa sebanyak 386 siswa terdiri dari kelas VII
sebanyak 135 siswa yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 72 siswa perempuan,
kelas VIII berjumah 126 siswa dimana 60 siswa laki-laki dan 62 siswa siswa
perempuan, dan kelas IX berjumlah 125 siswa yang terdiri dari 60 siswa laki-laki
dan 63 siswa perempuan. Selanjutnya data terakhir siswa SMP Dua Mei Ciputat
pada tahun ajaran 2007/2008 tercatat sebanyak 300 siswa terdiri dari kelas VII
sebanyak 86 siswa yang terdiri dari 48 siswa laki-laki dan 38siswa perempuan,
kelas VIII berjumah 86 siswa dimana 54 siswa laki-laki dan 32 siswa siswa
perempuan, dan kelas IX berjumlah 128 siswa yang terdiri dari 69 siswa laki-laki
dan 59 siswa perempuan.4
Dan untuk lebih jelasnya, data tentang keadaan siswa-siswi SMP Dua Mei
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Data Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Tahun Ajaran 2009/2010
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
NO
TAHUN
AJARAN L P L P L P
JUMLAH
1 2006/2007 82 67 81 67 63 73 433
2 2007/2008 63 72 60 66 60 65 386
3 2008/2009 48 38 54 32 69 59 300
4 2009/2010 28 45 46 32 45 38 234
4 Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
48
Jumlah 221 222 241 197 237 235 1353 Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data jumlah siswa SMP Dua Mei Ciputat
dari tahun 2005 s/d 2008 semakin berkurang keyataan ini terjadi karena
pembayaran awal masuk SMP Dua Mei Ciputat masih gratis, sehingga banyak
masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah ini. Namun, seiring
berjalannya waktu, dikarenakan dibebani uang pembayaan masuk sekolah, maka
berkurang juga minat orang tua siswa untuk memasukkan anak mereka ke sekolah
ini. Apalagi ditambah dengan biaya bulanan yang setiap tahun terus bertambah.
d. Keadaan sarana dan prasarana
Dalam upaya meningkakan mutu dan kualitas pendidikan, maka sekolah perlu
menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, sehingga mampu
menunang dan menigkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. Sebab, dengan
adanya penyediaan saana dan prasarana dalam pendidikan, maka akan tersedia
fasilitas-fasilias pendidikan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan
akan dapat memberi pengaruh yang baik pada peningkatan muu serta kualitas
pendidikan pada sekolah tersebut.5
Kondisi SMP Dua Mei Ciputat secara umum dapat dikatakan cukup baik,
karena semua bangunan dan ruangan yang tersedia dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Namun terdapat beberapa sarana dan prasarana yang ukuran luas
tanahnya masih kurang memenuhi syarat, misalnya ruang Kepala Sekolah dan
ruang guru yang masih satu ruang dan hanya disekat oleh papan tripleks.
Selain itu, ruang Tata Usaha dan Administrasi SMP Dua Mei Ciputat masih
digabung dengan ruang administrasi SMA dan SMK nya. Hal ini menyebabkan
pelayanan yang dilakukanpun dirasa kurang maksimal oleh para orang tua siswa
3. Struktur Organisasi SMP Dua Mei Ciputat
(Lampiran Tabel 4.4)
5Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
49
B. Deskripsi Data
Dari data yang diperoleh oleh peneliti dilapangan, maka jawaban hasil
kuisioner/angket percobaan sebanyak 30 butir pertanyaan yang disebarkan kepada
20 responden uji coba dapat dilihat pada tabel 4.5 di lampiran.
Kemudian data tersebut kita uji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu
(Lampiran Tabel 4.6 Uji Validitas). Dari tabel 4.6 tersebut bisa dilihat bahwa
dari 29 butir pertanyaan, hanya 11 butir pertanyaan yang valid yaitu nomor butir
pertanyaan 2,3,4,5,8,9,12,14,21,23 dan 30, sisanya sebanyak 18 pertanyaan belum
valid, sehingga perlu dirubah dengan pertanyaan baru yang lebih fokus terhadap
apa yang akan diteliti yaitu tentang Kompetensi sosial guru IPS dan Motivasi
belajar siswa.
Tabel 4.7 Reliabilitas pertanyaan Uji Coba
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .687 .771 30
Dan dari reliabilitas diatas, dapat diketahui bahwa butir pertanyaan tersebut
sudah reliabel atau ajeg, karena nilai reliabilitasnya sebesar 0,687 dan lebih besar
dari batas kereliabelan yaitu sebesar 0, 60.
Kemudian data yang sudah di ketahui validitas dan reliabilitasnya, kita
sebarkan kepada responden yang kita tuju. Akan tetapi, sebelum angket disebar,
angket tersebut sudah kita sempurnakan butir pertanyaannya menjadi 40 butir
pertanyaan. (lihat lampiran Quisioner).
Untuk memudahkan dalam mengidentifikasinya, maka antara jawaban variabel
X dan variabel Y, penulis pisahkan antara kedua variabel tersebut.
1. Kompetensi Sosial Guru IPS (Variabel X)
Untuk jawaban angket variabel X dapat dilihat pada table 4. 8, kemudian kita
lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap butir pertanyaan tersebut. Untuk
50
validitas, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.10 dan untuk reliabilitasnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabell 4.11
Reliabilitas Validitas X
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .651 .668 21
Dari tabel 4.10 tersebut terlihat bahwa setelah divaliditas dan direliabilitaskan,
maka dari 20 butir pertanyaan variabel X, terdapat 13 butir pertanyaan yang valid
dan 7 petatnyaan yang tidak valid, sedangkan nilai reliabilitasnya yaitu sebesar
0.651 dan lebih besar dari 0.6 yang berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada
variabel X tersebut reliabel.
Dengan cara built in, maka pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid kita
abaikan, dan yang kita gunakan adalah butir pertanyaan valid untuk digunakan
kembali dalam perhitungan korelasi.
Setelah jawaban dari kuisioner tersebut diperoleh, maka selanjutnya data yang
valid dianalisis dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis kedalam
tabulasi, kemudian data jawaban tersebut dipresentasikan terhadap jumlah
jawaban sesuai dengan masing-masing variabel dan item.Dari tabel tersebut
diperoleh prosentase tiap butir pertanyaan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
, dan hasilnya dari 12 butir pertanyaan tersebut dapat
dilihat dalam tabel 4.14.
51
Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel X.
13. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang
pelajaran sekolah.
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 14 orang atau 29 %,
yang menjawab sering 28 orang atau 58 %, menjawab kadang-kadang 6 orang
atau 13 % dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Data tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa sebanyak 58 % siswa menyatakan gurunya sering
berdiskusi diwaktu luang dengan muridnya
14. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas,
ketika pembelajaran berlangsung
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 15 orang atau 31 %, menjawab kadang-
kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang
atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru sebanyak 33 %
persen tidak memberikan kebebasan berpendapat muridnya didalam kelas.
15. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di
kelas
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang
12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54
%. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut siswa kebanyakan 54 %,
guru tidak memberikan motivasi belajar kepada siswanya.
20. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya
lebih mudah memahaminya
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1
orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadang-
kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang
52
atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebnayak 46 % siswa
sering menyukai penyajian materi dengan menggunakan laptop.
21. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (mind mapping) di white
board yang memudahkan siswa memahami pelajaran
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-
kadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang
atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 54 % siswa
menyatakan guru tidak pernah membuat peta konsep dalam memberikan
pelajarannya.
22. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 13 orang atau 27 %, menjawab kadang-kadang 9
orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 54 %
mempersepsikan guru kurang ramah terhadap siswa yang tidak belajar padanya.
26. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 12
orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut para siswa guru tidak
bersikap ramah terhadap karyawan yang ada di Sekolah.
27. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 8
orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut kebanyakan siswa yaitu 70
53
%, guru IPS tidak bersikap ramah terhadap seluruh guru yang ada di lingkungan
sekolah.
28. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-
kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang
atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa,
guru tidak bergaul dengan baik dan yang menjawab guru selalu baik hanya 2
orang atau 4 %.
29. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-kadang 15
orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa (63%) menjawab
guru IPS tidak berkomunikasi dengan baik dengan staff sekolah.
33. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya
menyukai pelajaran ini
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3
orang atau 6 %, yang menjawab sering 21 orang atau 44 %, menjawab kadang-
kadang 14 orang atau 29 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 10 orang
atau 21 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa
menyatakanbahwa tulisan guru enak untuk dibaca sehingga menarik siswa untuk
menikmati elajaran tersebut.
39. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 4
orang atau 8 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-
54
kadang 23 orang atau 48 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 17 orang
atau 35 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa
(48 %), guru terkadang masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran.
40. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop
supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1
orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadang-
kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang
atau 29 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru IPS menurut
kebanyakan siswa (46 %) sering menggunakan laptop untuk memberikan
penjelasan agar lebih menarik minat siswa.
2. Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)
Untuk jawaban angket variabel Y dapat dilihat pada table 4. 9, kemudian kita
lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap butir pertanyaan tersebut , dan dari
20 butir pertanyaan yang diajukan kepada responden, hanya 12 butir pertanyaan
yang valid Untuk validitas, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.12 dan untuk
reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13
Reliabilitas variabel Y
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .625 .555 21
Dari table diatas, siperoleh nilai reliabilitasnya sebesar 0.625 yang berarti
bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel Y juga reliabel, karena lebih besar dari
0.60.
55
Dari tabel tersebut diperoleh prosentase tiap butir pertanyaan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
, dan hasilnya dari 12 butir pertanyaan tersebut dapat dilihat
dalam tabel 4.15.
Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel Y.
1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri.
Dari pertanyaan no. 1 diatas, yang menjwab selalu sebanyak 1 orang atau 2.1
%, yang menjawab sering 17 orang atau 35 %, menjawab kadang-kadang 11
orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 19 orang atau 40 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor intrinsik daripada faktor intrinsik yang ada pada dirinya, seperti
keinginan untuk belajar sendiri tanpa harus disuruh oleh orang tua atau gurunya.
3. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ?
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %,
yang menjawab sering 23 orang atau 48 %, menjawab kadang-kadang 11 orang
atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 13 orang atau 27 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar siswa menyukai
materi yang ada pada pelajaran IPS.
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 7 orang atau 15 %,
yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-kadang 21 orang atau
44 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang atau 33 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar kadang-kadang kalau ada
ulangan, bisa jadi siswa melihat tingkat kesulitan dari materi yang akan diujikan.
5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 35
orang atau 73 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-
56
kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau
2 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 73 % siswa belajar
karena ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban
teman juga benar.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3
orang atau 6 %, yang menjawab sering 29 orang atau 60 %, menjawab kadang-
kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 11 orang
atau 23 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa sebanyak 60 % tidak
mencontek terhadap temannya karena jawaban temannya juga belum tentu benar.
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %,
yang menjawab sering 11 orang atau 28 %, menjawab kadang-kadang 15 orang
atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 20 orang atau 42 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan siswa yaitu 42 % tidak
menyukai model pembelajaran IPS yang selama ini diterapkan oleh Guru IPS.
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang
menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 %
dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 32 orang atau 67 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa 67 % motif siswa belajar bukan karena ingin
menambah pengetahuan, tetapi motif-motif ekstrinsik yang ada pada dirinya.
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 16 orang atau 33 %,
yang menjawab sering 9 orang atau 19 %, menjawab kadang-kadang 22 orang
atau 46 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data
57
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 49 % kadang-kadang saja siswa
menyukai pelajaran IPS.
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 0 orang atau 0 %, yang
menjawab sering 11 orang atau 23 %, menjawab kadang-kadang 4 orang atau 8 %
dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 33 orang atau 69 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 69 % tidak mengerjakan
tugas guru yang dianggap sulit.
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang
menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 10 orang atau 21
% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 orang atau 50 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu sebanyak 50 % tidak
mengerjakan tugas guru.
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 8 orang atau 17 %,
yang menjawab sering 20 orang atau 42 %, menjawab kadang-kadang 5 orang
atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 15 orang atau 31 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa kebanyakan siswa sering mendapat
hukuman jika mendapat nilai yang kurang baik di sekolah.
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan
bermasyarakat
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang
menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 16 orang atau 33
% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 25 orang atau 52 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa siswa berpendapat, pembelajaran IPS tidak
menambah kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
58
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Normalitas
Sebelum mengkorelasikan antara Variabel X dan variable Y, maka terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal, maka kita hitung dengan menggunakan SPSS 13, danhasilnya dapat
diliihat pada table dan grafik-grafik dibawah ini :
Tabel 4.16
Uji Normalitas variabel X dan Y.
X Y JUMLAH Valid 48 48 48N Missing 0 0 0
Mean 40.21 33.88 74.08Median 40.00 34.50 74.00Mode 40(a) 35 81Std. Deviation 5.210 4.394 8.754Variance 27.147 19.303 76.631Skewness -.087 .210 .099Std. Error of Skewness .343 .343 .343Kurtosis -.875 -.716 -.991Std. Error of Kurtosis .674 .674 .674Sum 1930 1626 3556
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Dari hasil uji normalitas data antara variabel Kompetensi sosial Guru (X)
dengan variabel motivasi belajar siswa (Y), dapat diketahui bahwa mean (rata-
rata)-nya sebesar 40.21 untuk variabel X dan 33.88 untuk variabel Y, sedangkan
mediannya sebesar 40.00 untuk variabel X dan 34.50 untuk variabel Y.
59
Grafik 4.1
Uji normalitas data X
5045403530
X
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
Mean = 40.21Std. Dev. = 5.21N = 48
X
Dari grafik uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat
pada variabel Kompetensi social (X) adalah berdistribusi normal, karena skewness
(kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai rata-rata
(mean) dan median, yaitu meannya 40.21 dan mediannya 40.00.
60
Grafik 4.2
Uji normalitas data Y
4540353025
Y
12
10
8
6
4
2
0
Fre
qu
ency
Mean = 33.88Std. Dev. = 4.394N = 48
Y
Dari grafik uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat
pada variabel Motivasi belajar siswa (Y) adalah berdistribusi normal, karena
skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai rata-
rata (mean) dan median, yaitu mean 33.88 dan mediannya 34.5.
61
Grafik 4.3
Uji normalitas variabel X dan Y
9080706050
JUMLAH
7
6
5
4
3
2
1
0
Freq
uenc
y
Mean = 74.08Std. Dev. = 8.754N = 48
JUMLAH
Dari tabel uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat
pada variabel Kompetensi sosial guru (X) dan Motivasi belajar siswa (Y) adalah
berdistribusi normal, karena skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-
nya memusat pada nilai rata-rata (mean) dan median, yaitu pada Mean 74.08 dan
median 74.0.
62
2. Teknik Pengolahan/Interpretasi Data
Setelah dilakukan Uji normalitas variabel X dan variabel Y, diperoleh
kesimpulan bahwa dua variabel tersebut berdistribusi normal, karena karena
skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai rata-
rata (mean) dan median. Dan selanjutnya kita korelasikan dengan rumus Pearson
Product Moment berikut ini :
Tabel 4.17
Tabel Bantu Korelasi Product Moment
No Kompetensi Sosial (X)
Motivasi Belajar
(Y) Jumlah X² Y² (X-Y) (X-Y)²
1 41 33 74 1681 1089 8 64 2 44 37 81 1936 1369 7 49 3 47 42 89 2209 1764 5 25 4 43 42 85 1849 1764 1 1 5 38 26 64 1444 676 12 144 6 40 35 75 1600 1225 5 25 7 46 38 84 2116 1444 8 64 8 47 42 89 2209 1764 5 25 9 40 34 74 1600 1156 6 36 10 30 28 58 900 784 2 4 11 38 32 70 1444 1024 6 36 12 48 35 83 2304 1225 13 169 13 43 35 78 1849 1225 8 64 14 31 35 66 961 1225 -4 16 15 34 28 62 1156 784 6 36 16 42 36 78 1764 1296 6 36 17 46 35 81 2116 1225 11 121 18 40 36 76 1600 1296 4 16 19 35 29 64 1225 841 6 36 20 36 29 65 1296 841 7 49 21 47 32 79 2209 1024 15 225 22 37 30 67 1369 900 7 49 23 37 28 65 1369 784 9 81 24 31 28 59 961 784 3 9 25 37 35 72 1369 1225 2 4 26 48 33 81 2304 1089 15 225
63
27 36 30 66 1296 900 6 36 28 49 39 88 2401 1521 10 100 29 35 28 63 1225 784 7 49 30 35 28 63 1225 784 7 49 31 36 28 64 1296 784 8 64 32 31 35 66 961 1225 -4 16 33 39 31 70 1521 961 8 64 34 38 37 75 1444 1369 1 1 35 40 38 78 1600 1444 2 4 36 39 35 74 1521 1225 4 16 37 37 34 71 1369 1156 3 9 38 39 30 69 1521 900 9 81 39 47 42 89 2209 1764 5 25 40 44 37 81 1936 1369 7 49 41 48 38 86 2304 1444 10 100 42 43 38 81 1849 1444 5 25 43 42 35 77 1764 1225 7 49 44 43 33 76 1849 1089 10 100 45 40 33 73 1600 1089 7 49 46 33 32 65 1089 1024 1 1 47 47 42 89 2209 1764 5 25 48 43 30 73 1849 900 13 169 ∑ 1930 1626 3556 78878 55988 304 2690
Setelah data-data diatas diperoleh, maka kita masukkan kedalam rumus
korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut :
Keterangan :
N = 48
= 55988 = 78878
= 2690 = 1930 = 1626
64
Tabel 4.18
Perhitungan Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan SPSS
Variabel X Variabel Y Variabel X Pearson Correlation 1 ,659(**) Significance(2-tailed) . ,000 N 48 48Variabel Y Pearson Correlation ,659(**) 1 Significance(2-tailed) ,000 . N 48 48** Corelation at 00.1 (2 tailed)
Dari perhitungan korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment dan perhitungan SPSS, didapat nilai r hitung sebesar 0,659. Dan
jika dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5 % yaitu 0,284 dan pada
65
taraf signifikansi 1 % sebesar 0,368, berarti korelasi tersebut memiliki taraf
signifikansi yang tinggi secara statistik, karena nilai r hitung > r tabel.
Setelah memperoleh nilai r, untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau
ditolak, maka dilakukan hipotesis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t hitung sebesar 6,54 dengan N = 48 dan
kalau kita bandingkan dengan t tabel diperoleh t tabel sebesar 2,021 dengan taraf
siginifikansi 0.5, jadi nilai t hitung > t tabel. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, maka
Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima.
Dan dari hasil diatas, untuk mengetahui pengaruh variabel Kompetensi sosial
Guru (X) terhadap variabel Motivasi belajar siswa (Y), maka digunakan rumus
Koefisien Determinasi (KD), yaitu :
66
KD = r ² × 100 %
KD = r ² × 100 %
= 0,659² × 100 %
= 0, 434 × 100 %
= 43, 4 % Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variabel
Kompetensi Sosial Guru (X) mempengaruhi variabel Motivasi belajar siswa (Y)
yaitu sebesar 43, 4 %, maka pengaruhnya berada pada taraf yang sedang atau
cukup dan selebihnya dipengaruhi oleh aspek lain, bisa jadi ada pada guru itu
sendiri seperti kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian atau kompetensi
profesionalnya atau dari pihak siswanya.
3. Keterbatasan Penelitian
Kajian dan interpertasi hasil penelitian antara Kompetensi sosial Guru IPS
dengan Motivasi belajar siswa
Namun demikian, diakui dan disadari oleh peneliti bahwa dalam penelitianini
masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari hasil penelitian ini.
a. Banyak hal diluar kemampuan peneliti yang tidak terjangkau, seperti
waktu, tenaga, biaya dan fikiran, sehingga memungkinkan penelitian ini
tidak maksimal.
b. Kuisioner yang dikembangkan dan diterapkan untuk menjaring tentang
pengaruh Kompetensi sosial guru IPS terhadap motivsai belajar siswa
belum mengungkapkan keseluruhan dari aspek yang seharusnya diteliti,
meskipun sudah dilakukan uji coba instrumen penelitian.
c. Responden dalam memberikan jawaban angket penelitian terkesan bersifat
kurang antusias, sehingga hasil penelitian ini dinilai kurang representative
dalam mewakili semua siswa yang ada.
67
d. Dalam hal pengambilan sampel dirasa kurang oleh peneliti, karena sangat
terbatas dari segi waktu dan populasi, sehingga ditakutkan sampel yang
diambil kurang mewakili dari populasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan dan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab
sebelumnya, penulis dapat mengemukakan beberapa keimpulan, yaitu :
1. Korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment
dan perhitungan SPSS, didapat nilai r sebesar 0,659 dengan taraf signifikansi 5 %
sebesar 0,284 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,368 berarti korelasi
tersebut memiliki taraf signifikansi yang tinggi, karena nilai r hitung > r tabel.
2. Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t hitung sebesar 0,654 sedangkan nilai > t
tabel sebesar 2,02 pada taraf signifikansi 0.05 dengan N=48. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi
belajar siswa, maka Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima.
3. Variabel Kompetensi Sosial Guru (X) mempengaruhi variabel Motivasi belajar
siswa (Y) yaitu sebesar 43, 4 %, dan kalau kita sinkronkan dengan tabel korelasi
68
69
Pearson Product Moment, maka pengaruhnya berada pada taraf yang sedang atau
cukup dan selebihnya dipengaruhi oleh aspek lain, bisa jadi ada pada guru itu
sendiri seperti kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian atau kompetensi
profesionalnya atau dari pihak siswanya.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dengan seksama dan meperoleh hasil
penelitian, maka penulis mempnyai beberapa saran bagi pihak-pihak terkait :
1. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi dalam peningkatkan kompetensi guru,
terutama kompetensi sosialnya dengan salah satu caranya adalah mengadakan
banyak acara yang lebih melibatkan guru didalamnya untuk lebih banyak
berinteraksi dengan guru lainnya, dengan tenaga kependidikan, masyarakat
disekitar sekolah, orang tua siswa ataupun dengan siswa-siswinya agar
hubungan antar guru dengan pihak lain lebih erat.
2. Guru seharusnya lebih banyak meluangkan waktu diluar jam pelajaran
sekolah untuk berhubungan dengan masayarakat di lingkungan sekolah dan
sosial, terutama hubungan dengan siswanya dalam memotivasi semangat
belajarnya, agar semangat siswa dapat lebih dipacu lagi dan supaya lebih peka
dalam menyikapi setiap masalah yang dilakukan oleh siswanya, sehingga guru
mengetahui faktor lain dari siswa itu sendiri. Selain kompetensi sosialnya,
kompetensi guru yang lainnya pun sangat penting untuk lebih ditingkatkan
agar lebih memacu siswa dalam peningkatan prestasinya.
3. Siswa hendaknya lebih meningkatkan motivasi dalam belajarnya, sebab
motivasi tidak muncul hanya dari faktor luar saja (eksternal), akan tetapi
dalam hal belajar motivasi yang lebih penting adalah motivasi yang timbul
dari dalam diri (internal) siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1983.
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Algesindo, 1996.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, cet. VI, 2006. Asnawi, Sahlan, Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan
Organisasi, Jakarta : Studia Press, cet. III,2007.
Azhar, Akhyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Mizan Publika, 2004.
Budi Santosa, Purbayu dan Ashari, Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta : ANDI, 2005.
Dahar, Ratna Wilis, Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2001. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta : Rajawali Press,
Cet.5,2001. Hamalik, Oemar Pendidikan Guru, Jakarta ; PT. Bumi Aksara, 2006.
Isjoni, Pembelajaran Visioner, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta
: Kizi Brother’s, 2006. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, Rineka Cipta,
Cet. VI, 2007. Mujib, Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2002.
Mulyasa, E, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007.
Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman
Individu dalam KBK, Jakarta : Ciputat Press, 2005.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung : Remaja Rosda Karya, Cet. X, 1990.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,
Bandung: Alfabeta, cet.II, 2005.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sapriya, “Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan.”, Makalah Seminar Nasional.
Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 1990.
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Sutau Pengantar
Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media, 2004.
Silalahi, Ulber , Metode Penelitian Sosial, Bandung : Unpar Press, 2006.
Sochub, Moch., Pola Asuh Orang Tua, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. Ke- 1,1998.
Sudijono, Anas, Pengantar Statsistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, Cet.X, 2005.
Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Motivasi, www. Let’s Talk About Education.com. Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : CV.
Alfabetha, Cet. V, 2008.
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabetha, Cet. IV,2002.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003. Uno, Hamah B, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta : PT Bumi Aksara,
cet. 3, 2008. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Jakarta : PT.
Bumi Aksara, Cet. II, 2007. Usman, Muhamad Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1990.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Surabaya : Pustaka Eureka Surabaya, 2006.
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=cBJ&rls=org.mozilla
%3Aid%3Aofficial&q=motivasi+dede+rosyada&btnG=Telusuri&meta=&aq=f&oq=.
BERITA ACARA WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
SMP Dua Mei CIPUTAT
Nama : Enjang Supyan, S. Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal Wawancara : Jum’at / 19 Februari 2010
1. Bagaimana sejarah/latar belakang berdirinya Sekolah ini?
Jawab :
“ Sekolah ini adalah bagian dari Yayasan Pendidikan Dua Mei (YPDM), pada awalnya
yayasan mendirikan TK pada tahun 1983-1984, sebagai respon dari permintaan
masyarakat dan Program Wajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah pada
waktu itu. Setelah hampir 3 tahun, sekitar tahun 1986-1987, Yayasan mendirikan SMP
Dua Mei kemudian disusul dengan pendirian SD tahun 1987-1988 dan selanjutnya
jenjang SMA dan SMK.”
2. Apa visi dan misi dari sekolah yang Bapak pimpin ini?
Jawab :
“ Adapun Visi dari Sekolah ini adalah : “Mewujudkan lulusan yang bermutu, berakhlak
dan berbudi pekerti luhur”, sedangkan Misinya ada beberapa poin, yaitu :
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan pendidikan yang berdasarkan akhlak mulia.
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan Kependidikan yang
berbudi pekerti luhur, jujur, professional, terampil, tangguh dan kompeten dibidangnya.
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan.
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang lengkap, Up to
date dan canggih.
• Bernutu dalam mewujudkan peningkatan Standar Kelulusan dan prestasi non akademik.
• Bernutu dalam peningkatan kelembagaan serta manajemen.
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan standar pembiayaan.
1
• Bernutu dalam mewujudkan pengembangan Standar Penilaian Pendidikan.
3. Apa langkah konkrit pihak sekolah untuk merealisasikan visi dan misi tersebut?
Jawab :
“Kami dari pihak Sekolah dan jajaran guru berupaya semaksimal mungkin untuk
menerapkan standar minimal S1 bagi tenaga pendidik, mengikuti setifikasi Guru,
mengikuti berbagai peatihan, workshop dan lain-lain, supaya kualitas guru dan tenaga
kependidikan meningkat.
4. Bagaimana motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, menurut Bapak?
Jawab :
”Kalau saya lihat, motivasi belajar siswa disini cukup tinggi, ini bisa diindikasikan dari
hasil Try Out untuk rayon Ciputat ini cukup lumayan, Alhamdulillah kita masuk kedalam
10 besar. Selain itu, untuk motivasi diluar Akademik.”
5. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Sekolah untuk terus memacu motivasi
belajar siswa?
Jawab :
”Mungkin secara formal, kami belum melaksanakannya hal tersebut, misalnya dengan
mendatangkan Traineer dari luar. Tapi kami berusaha untuk mencapai kearah tersebut,
selama ini usaha yang kami lakukan masih terbatas hanya dengan mendatangkan
alumni-alumni dari sekolah ini yang sudah berhasil di Masyarakat, untuk sharing
dengan adik-adik kelas mereka.”
6. Bagaimana kompetensi yang dimiliki guru IPS disini, terutama kompetensi sosialnya?
Jawab :
” Secara keseluruhan kompetensi sosial yang dimiliki oleh Guru IPS disini sudah cukup
baik, misalnya mereka sudah mulai menggunakan ICT (misal laptop) dalam proses
pembelajaran, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh Sekolah baik yang sifatnya akademik maupun Non –Akademik.
2
3
7. Apakah guru IPS suka melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan sekolah atau karena
ada instruksi saja?
Jawab :
” Alhamdulilah selama ini Guru-Guru disini, dan khususnya Guru IPS sering melibatkan diri
dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Sekolah maupun oleh Yayasan. Kalau ada
instruksi atau tidaknya, saya rasa karena disisni guru jumlahnya sangat terbatas, secara
otomatis mereka akan melibatkan diri.”
8. Apakah guru IPS disini suka berkomunikasi dengan semua masyarakat yang ada
dilingkungan luar Sekolah, terutama Orang Tua Siswa?
Jawab :
” Kalau secara formal, komunikasi yang terjalin anatara Guru dengan Orang tua,
biasanya terjadi diawal Tahun pelajarn baru,, pada saat akan diadakan Ujian dan pada
saat pembagian raport, tetapi untuk komunikasi yang besifat kontinu, mungkin untuk
kejadian-kejadian yang sifatnya insidential, seperti Siswa ada masalah di sekolah, atau
mungkin siswa terkena musibah.”
9. Bagaimana hubungan komunikasi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya ?
Jawab :
” Sangat baik ya, karena antara guru yang satu dengan guru yang lainnya terjalin
komunikasi yang intens, misalnya dalam setiap rapat mereka akansaling bertukar pikiran
demi kemajuan sekolah ini. Selain itu juga, walaupun masyarakat lingkungan sekolah ini
plural, baik suku maupuun agamanya, tetapi sifat toleransinya sangat tiinggi sekali.”
Ciputat, 19 Februari 2010
Interviewer Interview Tirwan Enjang Supyan, S. Pd NIP.
ix
Daftar Grafik
Grafik 4.1 Uji normalitas data X
Grafik 4.2 Uji normalitas data Y
Grafik 4.3 Uji normalitas variabel X dan Y
QUISIONER UJI COBA
”Mengenai Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Di SMP Dua Mei-Ciputat”
Petunjuk :
1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi
2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
3. Pertanyaan ini tidak ada hubunganya dengan penilaian hasil belajar
4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama : __________________ Hari/Tanggal :_______/__________ 2010
Kelas : VIII (A/B)
Pertanyaan
1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Saya belajar karena disuruh oleh orang tua.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Apakah anda menyukai materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban
teman juga benar.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
1
7. Saya akan mendapatkan hadiah jika nilai di Sekolah saya bagus.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di
Kelas
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Saya biasa saja/tidak malu jika mendapatkan nilai ulangan/ujian yang buruk,
karena pelajaran ini kurang penting
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Guru saya memberikan pujian jika ada diantara kami yang mendapat nilai
bagus.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang
pelajaran sekolah.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam
kelas, ketika pembelajaran berlangsung
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar
di kelas
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Saya tidak mengerjakan tugas IPS, apabila pelajaran itu tidak saya sukai
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Guru IPS tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi yang
diajarkan, padahal materi tersebut perlumenggunakan media
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga
saya lebih mudah memahaminya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (rangkuman pelajaran)
di white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun
tidak
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Guru tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada seluruh siswa
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Apabila ada masalah dengan siswa, guru mengkomunikasikannya dengan
orang tua sebelum memberikan keputusan.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3
25. Guru berbincang (ngobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan diluar
pelajaran sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
26. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
31. Guru IPS memberikan hadiah jika ada muridnya yang mendapat nilai bagus
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
32. Guru berkomunikasi dengan orang tua setiap ada kegiatan diluar
kelas/sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
33. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya
menyukai pelajaran ini
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
34. Jika guru tidak setuju atau sedang marah, maka dia hanya memberikan isyarat
a. Selalu c. Kadang-kadang
4
5
b. Sering d. Tidak pernah
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal
kehidupan bermasyarakat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
36. Pembelajran IPS, tidak ada efeknya terhadap kehidupan bermasyarakat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Guru IPS tidak memberikan isyarat apapun, jika siswa bercanda ketika
pembelajaran berlangsung
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
38. Saya tidak pernah belajar, walaupun besok akan ada ulangan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
39. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop
supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
49
Tabel 4.4
STRUKTUR ORGANISASI SMP DUA MEI CIPUTAT 2009/2010
YPDM
OSIS KEPALA SEKOLAH
TATA USAHA
WAKA KESISWAAN WAKA KURIKULUM
KELAS VII.1 KELAS VII. 2
KELAS VIII. 1 KELAS VIII. 2
KELAS IX. 1 KELAS IX. 2
SISWA SMP Dua Mei
49
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.15
Tabel Persentase Perhitungan Jawaban Angket Var. Y
No Butir Pertanyaan 1 3 4 5 6 8 10 11 16 18 30 35
Jumlah Vld F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P P F
S 1 2 1 2 7 15 35 73 3 6 2 4,2 1 2,1 16 33 0 0 4 8,4 8 17 1 2,1 79 164,8
SR 17 35 23 48 4 8 7 15 29 60 11 23 7 15 9 19 11 23 10 21 20 42 6 13 154 320,8
K 11 23 11 23 21 44 5 10 5 10 15 31 8 17 22 46 4 8,3 10 21 5 10 16 33 133 277
TP 19 40 13 27 16 33 1 2,1 11 23 20 42 32 67 1 2,1 33 69 24 50 15 31 25 52 210 437,7
48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 576 1200
Keterangan :
F = Frekuensi. S = Selalu K = Kadang-kadang
P = Persentase. SR = Sering TP = Tidak Pernah
Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel Y.
1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri.
Dari pertanyaan no. 1 diatas, yang menjwab selalu sebanyak 1 orang atau 2.1
%, yang menjawab sering 17 orang atau 35 %, menjawab kadang-kadang 11
orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 19 orang atau 40 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor intrinsik daripada faktor intrinsik yang ada pada dirinya, seperti
keinginan untuk belajar sendiri tanpa harus disuruh oleh orang tua atau gurunya.
3. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran
IPS ?
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %,
yang menjawab sering 23 orang atau 48 %, menjawab kadang-kadang 11 orang
atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 13 orang atau 27 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar siswa menyukai
materi yang ada pada pelajaran IPS.
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 7 orang atau 15 %,
yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-kadang 21 orang atau
44 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang atau 33 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar kadang-kadang kalau ada
ulangan, bisa jadi siswa melihat tingkat kesulitan dari materi yang akan diujikan.
5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 35
orang atau 73 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-
kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau
2 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 73 % siswa belajar
karena ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban
teman juga benar.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3
orang atau 6 %, yang menjawab sering 29 orang atau 60 %, menjawab kadang-
kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 11 orang
atau 23 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa sebanyak 60 %
tidak mencontek terhadap temannya karena jawaban temannya juga belum tentu
benar.
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di
Kelas
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %,
yang menjawab sering 11 orang atau 28 %, menjawab kadang-kadang 15 orang
atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 20 orang atau 42 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan siswa yaitu 42 % tidak
menyukai model pembelajaran IPS yang selama ini diterapkan oleh Guru IPS.
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang
menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 %
dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 32 orang atau 67 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa 67 % motif siswa belajar bukan karena ingin
menambah pengetahuan, tetapi motif-motif ekstrinsik yang ada pada dirinya.
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 16 orang atau 33 %,
yang menjawab sering 9 orang atau 19 %, menjawab kadang-kadang 22 orang
atau 46 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 49 % kadang-kadang saja siswa
menyukai pelajaran IPS.
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 0 orang atau 0 %, yang
menjawab sering 11 orang atau 23 %, menjawab kadang-kadang 4 orang atau 8 %
dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 33 orang atau 69 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 69 % tidak mengerjakan
tugas guru yang dianggap sulit.
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang
menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 10 orang atau 21
% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 orang atau 50 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu sebanyak 50 % tidak
mengerjakan tugas guru.
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 8 orang atau 17 %,
yang menjawab sering 20 orang atau 42 %, menjawab kadang-kadang 5 orang
atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 15 orang atau 31 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa kebanyakan siswa sering mendapat
hukuman jika mendapat nilai yang kurang baik di sekolah.
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal
kehidupan bermasyarakat
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang
menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 16 orang atau 33
% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 25 orang atau 52 %. Data tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa siswa berpendapat, pembelajaran IPS tidak
menambah kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tabel 4. 14
Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. X
NO BUTIR PERTANYAAN
13 14 15 20 21 22 26 27 28 29 33 39 40 Jumlah
Vld
F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P F P
S 14 29 2 4,2 0 0 1 2,1 2 4,2 0 0 0 0 0 0 2 4,2 0 0 3 6,3 4 8,3 1 2,1 29 61
SR 28 58 15 31 10 21 22 46 10 21 13 27 6 13 6 13 3 6,3 3 6,3 21 44 4 8,3 22 46 163 340
K 6 13 15 31 12 25 9 19 10 21 9 19 12 25 8 17 9 19 15 31 14 29 23 48 11 23 153 319
TP 0 0 16 33 26 54 16 33 26 54 26 54 30 63 34 71 34 71 30 63 10 21 17 35 14 29 279 581
48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 624 1301
Keterangan :
F = Frekuensi. S = Selalu K = Kadang-kadang
P = Persentase. SR = Sering TP = Tidak Pernah
1. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang
pelajaran sekolah.
Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 14 orang atau 29 %,
yang menjawab sering 28 orang atau 58 %, menjawab kadang-kadang 6 orang
atau 13 % dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Data tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa sebanyak 58 % siswa menyatakan gurunya sering
berdiskusi diwaktu luang dengan muridnya
2. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam
kelas, ketika pembelajaran berlangsung
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 15 orang atau 31 %, menjawab kadang-
kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang
atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru sebanyak 33 %
persen tidak memberikan kebebasan berpendapat muridnya didalam kelas.
3. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar
di kelas
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang
12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54
%. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut siswa kebanyakan 54 %,
guru tidak memberikan motivasi belajar kepada siswanya.
4. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga
saya lebih mudah memahaminya
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1
orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadang-
kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang
atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebnayak 46 % siswa
sering menyukai penyajian materi dengan menggunakan laptop.
5. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (mind mapping) di
white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-
kadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang
atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 54 % siswa
menyatakan guru tidak pernah membuat peta konsep dalam memberikan
pelajarannya.
6. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun
tidak
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 13 orang atau 27 %, menjawab kadang-kadang 9
orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 54 %
mempersepsikan guru kurang ramah terhadap siswa yang tidak belajar padanya.
7. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 12
orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut para siswa guru tidak
bersikap ramah terhadap karyawan yang ada di Sekolah.
8. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 8
orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut kebanyakan siswa yaitu 70
%, guru IPS tidak bersikap ramah terhadap seluruh guru yang ada di lingkungan
sekolah.
9. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2
orang atau 4 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-
kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang
atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa,
guru tidak bergaul dengan baik dan yang menjawab guru selalu baik hanya 2
orang atau 4 %.
10. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada
atau 0 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-kadang 15
orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %.
Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa (63%) menjawab
guru IPS tidak berkomunikasi dengan baik dengan staff sekolah.
11. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya
menyukai pelajaran ini
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3
orang atau 6 %, yang menjawab sering 21 orang atau 44 %, menjawab kadang-
kadang 14 orang atau 29 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 10 orang
atau 21 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa
menyatakanbahwa tulisan guru enak untuk dibaca sehingga menarik siswa untuk
menikmati elajaran tersebut.
12. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 4
orang atau 8 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-
kadang 23 orang atau 48 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 17 orang
atau 35 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa
(48 %), guru terkadang masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran.
13. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop
supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1
orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadang-
kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang
atau 29 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru IPS menurut
kebanyakan siswa (46 %) sering menggunakan laptop untuk memberikan
penjelasan agar lebihmenarik minat siswa.
Tabel 4. 5
Jawaban butir pertanyaan Uji Coba
No butir pertanyaan Rpd 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 ∑
1 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 73
2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 74
3 4 4 2 4 1 2 4 2 2 1 4 2 3 2 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 1 4 1 3 4 85
4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 2 4 2 4 4 4 3 1 4 2 4 4 4 1 2 2 4 4 90
5 4 3 4 3 1 2 4 4 4 1 4 3 2 2 3 2 4 4 2 2 2 4 2 3 2 2 2 3 4 82
6 2 3 3 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 1 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 1 3 4 77
7 3 3 2 2 1 2 3 2 4 1 3 2 2 2 4 2 2 4 4 4 3 2 2 2 4 4 1 3 4 77
8 4 4 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 1 4 4 3 4 4 4 2 3 3 2 4 4 1 3 4 86
9 3 4 2 3 1 2 3 2 3 2 4 2 4 1 2 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 85
10 2 3 2 3 1 2 2 2 4 1 3 2 1 1 4 2 3 3 3 2 2 2 4 2 4 4 1 2 3 70
11 2 4 4 3 4 2 4 4 4 1 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 4 85
12 2 3 2 4 1 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 1 4 2 3 4 87
13 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 90
14 4 3 4 1 1 2 4 2 4 2 4 2 2 1 4 2 4 4 3 4 2 2 4 2 3 4 1 1 4 80
15 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 4 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 72
16 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 66
17 3 3 2 1 1 2 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 4 3 1 4 4 2 4 2 1 2 1 3 4 81
18 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 2 2 3 3 80
19 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 69
20 4 3 3 3 1 2 2 3 4 3 4 2 2 2 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 85
Keterangan :
F = Frekuensi. S = Selalu K = Kadang-kadang
P = Persentase. SR = Sering TP = Tidak Pernah
Tabel 4.6 Validitas pertanyaan uji coba
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 QPearson Correlation 1 -.139 -.391 -.011 -.497(*) -.152 -.209 -.285 .065 .226 .543(*) -.017 .089 -.060
Sig. (2-tailed) .558 .088 .964 .026 .523 .376 .223 .785 .337 .013 .942 .709 .801
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.139 1 .427 .387 .069 -.426 .192 .442 .172 -.123 -.192 .803(**) -.107 .265 -
Sig. (2-tailed) .558 .060 .092 .772 .061 .416 .051 .468 .607 .416 .000 .654 .259
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.391 .427 1 .196 .473(*) .104 .288 .504(*) .196 -.372 -.329 .588(**) .183 .340 -
Sig. (2-tailed) .088 .060 .407 .035 .662 .218 .023 .407 .106 .157 .006 .440 .143
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.011 .387 .196 1 .075 .066 .288 .518(*) .609(**) .104 -.280 .500(*) .583(**) .072 -
Sig. (2-tailed) .964 .092 .407 .752 .781 .218 .019 .004 .663 .233 .025 .007 .762
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation
-.497(*) .069 .473(*) .075 1 .112 .474(*) .129 .377 -.322 -.202 .060 .141 .104 -
Sig. (2-tailed) .026 .772 .035 .752 .638 .035 .587 .101 .166 .392 .801 .554 .661
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.152 -.426 .104 .066 .112 1 -.250 .038 .000 .031 -.059 -.159 .520(*) -.092
Sig. (2-tailed) .523 .061 .662 .781 .638 .287 .874 1.000 .895 .804 .503 .019 .700
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.209 .192 .288 .288 .474(*) -.250 1 .255 .550(*) -.485(*) .000 .105 -.147 .303
Sig. (2-tailed) .376 .416 .218 .218 .035 .287 .279 .012 .030 1.000 .660 .537 .195
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.285 .442 .504(*) .518(*) .129 .038 .255 1 .429 -.220 -.319 .571(**) .466(*) .412
Sig. (2-tailed) .223 .051 .023 .019 .587 .874 .279 .059 .350 .170 .008 .038 .071
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .065 .172 .196 .609(**) .377 .000 .550(*) .429 1 .104 .140 .375 .583(**) .217
Sig. (2-tailed) .785 .468 .407 .004 .101 1.000 .012 .059 .663 .557 .103 .007 .359
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .226 -.123 -.372 .104 -.322 .031 -
.485(*) -.220 .104 1 .265 .000 .277 -.343 -
Sig. (2-tailed) .337 .607 .106 .663 .166 .895 .030 .350 .663 .258 1.000 .238 .139
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .543(*) -.192 -.329 -.280 -.202 -.059 .000 -.319 .140 .265 1 -.112 -.209 .194
Sig. (2-tailed) .013 .416 .157 .233 .392 .804 1.000 .170 .557 .258 .639 .378 .413
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.017 .803(**) .588(**) .500(*) .060 -.159 .105 .571(**) .375 .000 -.112 1 .280 .462(*)
Sig. (2-tailed) .942 .000 .006 .025 .801 .503 .660 .008 .103 1.000 .639 .232 .040 1
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .089 -.107 .183 .583(**) .141 .520(*) -.147 .466(*) .583(**) .277 -.209 .280 1 .054
Sig. (2-tailed) .709 .654 .440 .007 .554 .019 .537 .038 .007 .238 .378 .232 .822
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.060 .265 .340 .072 .104 -.092 .303 .412 .217 -.343 .194 .462(*) .054 1
Sig. (2-tailed) .801 .259 .143 .762 .661 .700 .195 .071 .359 .139 .413 .040 .822
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .111 -.115 -.224 -.161 -.215 .038 .045 .122 .286 -.034 .399 .000 .067 .330
Sig. (2-tailed) .640 .630 .342 .498 .362 .874 .851 .607 .222 .887 .081 1.000 .780 .155
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.236 .125 .187 .102 .328 .072 .257 .311 .017 -.113 -.228 -.136 .000 -.157 -
Sig. (2-tailed) .316 .600 .430 .669 .158 .762 .274 .182 .943 .635 .333 .567 1.000 .508
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .213 .056 .266 -.339 .074 .065 .181 .141 -.031 -
.599(**) .206 .246 -.115 .569(**)
Sig. (2-tailed) .366 .813 .258 .144 .756 .784 .446 .554 .898 .005 .383 .295 .630 .009
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.209 .524(*) .384 .489(*) -.020 -.364 .376 .419 .408 .039 -.073 .587(**) .030 .188 -
Sig. (2-tailed) .376 .018 .095 .029 .934 .115 .102 .066 .074 .871 .760 .006 .899 .427
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .121 .535(*) .000 .117 -.084 -.272 .049 .200 .233 .277 .104 .280 -.043 -.269 -
Sig. (2-tailed) .610 .015 1.000 .625 .724 .246 .838 .398 .323 .238 .662 .232 .856 .251
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .110 .097 .146 -.318 .160 -.141 -.300 -.212 -.318 .226 -.059 .000 -.148 -.367 -.54
Sig. (2-tailed) .643 .683 .540 .172 .501 .554 .199 .370 .172 .337 .804 1.000 .533 .111
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.020 .542(*) .507(*) .127 .102 -.269 .318 .386 .197 .027 .189 .563(**) -.052 .520(*) -
Sig. (2-tailed) .935 .014 .022 .595 .669 .252 .171 .093 .405 .911 .426 .010 .826 .019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .279 .069 .029 -.131 -.248 -.218 -.212 -.203 -.037 .293 .418 .224 -.035 .561(*)
Sig. (2-tailed) .234 .774 .902 .583 .292 .355 .371 .391 .876 .210 .067 .342 .884 .010
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.359 .385 .329 .210 .742(**) -.178 .352 .160 .349 -.133 .063 .335 .000 .387 -
Sig. (2-tailed) .120 .094 .157 .375 .000 .453 .128 .501 .131 .577 .794 .148 1.000 .092
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.135 .295 .292 .220 .061 -.161 .305 .203 .135 .104 .076 .473(*) -.095 .351 -
Sig. (2-tailed) .571 .207 .212 .352 .798 .497 .192 .391 .570 .662 .752 .035 .692 .129
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.123 -.093 .027 .304 .550(*) .197 .305 .203 .304 -.377 -.076 -.068 .284 .273
Sig. (2-tailed) .605 .697 .912 .192 .012 .405 .192 .391 .192 .101 .752 .777 .226 .244
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.087 .000 .000 -.133 -.240 .070 -.417 -.341 -.531(*) .346 -.356 -.159 -.124 -.460(*) .64Sig. (2-tailed) .714 1.000 1.000 .577 .308 .768 .067 .141 .016 .135 .123 .503 .603 .041
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.059 .381 .265 -.208 .141 -.427 -.060 -.200 -.273 .240 .000 .156 -.412 -.270 -.54
Sig. (2-tailed) .806 .097 .259 .380 .554 .060 .802 .397 .245 .307 1.000 .512 .071 .250
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .155 -.289 -.123 .157 .284 .250 .231 .105 .419 -.236 .117 -.105 .342 .182
Sig. (2-tailed) .515 .217 .604 .508 .224 .287 .328 .660 .066 .316 .623 .660 .140 .444
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.209 -.043 .255 -.093 .504(*) .148 .448(*) .027 .371 -.485(*) .000 .000 .087 .429
Sig. (2-tailed) .376 .858 .278 .697 .023 .534 .048 .912 .107 .030 1.000 1.000 .717 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation .000 .494(*) .564(**) .292 .054 -.334 .169 .462(*) .292 .085 .000 .539(*) .084 .207 -
Sig. (2-tailed) 1.000 .027 .010 .212 .821 .151 .475 .040 .212 .721 1.000 .014 .726 .380
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Pearson Correlation -.129 .607(**) .650(**) .445(*) .471(*) -.072 .419 .559(*) .606(**) .015 .096 .746(**) .314 .530(*) -
Sig. (2-tailed) .587 .005 .002 .050 .036 .762 .066 .010 .005 .949 .687 .000 .177 .016
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20on is significant at the 0.05 level (2-tailed). tion is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.12
Validitas Variabel Y
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q16 Q17 Q18 Q30 Q31 Q35 Q36 Q38 JUMLAH Pearson Correlation 1 .101 .364(*) .411(**) -
.511(**) .200 .517(**) .663(**) .000 .615(**) -.446(**) .193 .434(**) -.090 .270 -.042 .308(*) .117 -.247 -.151 .659(**)
Sig. (2-tailed) .496 .011 .004 .000 .173 .000 .000 1.000 .000 .001 .189 .002 .541 .063 .779 .033 .426 .091 .304 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .101 1 -.164 .125 -.350(*) -
.541(**) -.082 -.017 .376(**) .203 .104 -.249 -.001 .471(**) -.077 -.266 -.472(**) -.100 .408(**) .360(*) .130
Sig. (2-tailed) .496 .267 .395 .015 .000 .579 .911 .009 .165 .482 .088 .994 .001 .605 .068 .001 .497 .004 .012 .379
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .364(*) -.164 1 .154 -.281 .208 .526(**) .563(**) -.188 .342(*) -
.722(**) .050 .240 -.024 .059 .189 .467(**) .038 -.443(**)
-.377(**) .355(*)
Sig. (2-tailed) .011 .267 .295 .053 .156 .000 .000 .202 .017 .000 .735 .100 .874 .693 .198 .001 .797 .002 .008 .013
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .411(**) .125 .154 1 -.252 .206 .048 .121 .160 .357(*) -.242 .055 .420(**) .291(*) .293(*) .116 .202 .180 -.263 -.088 .573(**)
Sig. (2-tailed) .004 .395 .295 .084 .161 .748 .412 .277 .013 .098 .710 .003 .045 .043 .431 .169 .221 .071 .552 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation
-.511(**) -.350(*) -.281 -.252 1 .000 -.341(*) -.340(*) -.193 -
.726(**) .467(**) .029 -.267 -.160 -.284 .044 -.152 -.038 .198 .093 -.370(**)
Sig. (2-tailed) .000 .015 .053 .084 1.000 .018 .018 .189 .000 .001 .845 .067 .277 .050 .768 .303 .796 .178 .529 .010
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .200 -
.541(**) .208 .206 .000 1 .000 .217 -.240 .014 -.347(*) .169 .054 -.287(*) .383(**) .281 .450(**) .308(*) -.224 -.314(*) .286(*)
Sig. (2-tailed) .173 .000 .156 .161 1.000 1.000 .139 .100 .925 .016 .251 .714 .048 .007 .053 .001 .033 .125 .030 .049
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .517(**) -.082 .526(**) .048 -.341(*) .000 1 .449(**) -.186 .186 -
.399(**) .488(**) .267 .021 .034 .302(*) .231 -.203 -.441(**)
-.451(**) .375(**)
Sig. (2-tailed) .000 .579 .000 .748 .018 1.000 .001 .207 .207 .005 .000 .067 .890 .819 .037 .114 .165 .002 .001 .009
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .663(**) -.017 .563(**) .121 -.340(*) .217 .449(**) 1 -.003 .473(**) -
.577(**) .031 .241 -.103 .284 .004 .197 .187 -.215 -.250 .510(**)
Sig. (2-tailed) .000 .911 .000 .412 .018 .139 .001 .986 .001 .000 .836 .099 .485 .050 .979 .180 .204 .141 .086 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .000 .376(**) -.188 .160 -.193 -.240 -.186 -.003 1 .148 .139 -.232 .027 .420(**) .339(*) -.231 -
.465(**) .103 .198 .223 .203
Sig. (2-tailed) 1.000 .009 .202 .277 .189 .100 .207 .986 .314 .346 .113 .854 .003 .019 .114 .001 .486 .178 .127 .167
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .615(**) .203 .342(*) .357(*) -
.726(**) .014 .186 .473(**) .148 1 -.522(**) -.115 .378(**) .026 .255 -.022 .269 .127 -.224 -.006 .482(**)
Sig. (2-tailed) .000 .165 .017 .013 .000 .925 .207 .001 .314 .000 .438 .008 .861 .080 .883 .064 .391 .126 .970 .001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation
-.446(**) .104 -
.722(**) -.242 .467(**) -.347(*) -.399(**)
-.577(**) .139 -
.522(**) 1 .000 -.368(*) .025 -.290(*) -.217 -.407(**) -.170 .274 .318(*) -.425(**)
Sig. (2-tailed) .001 .482 .000 .098 .001 .016 .005 .000 .346 .000 1.000 .010 .866 .045 .139 .004 .248 .059 .028 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .193 -.249 .050 .055 .029 .169 .488(**) .031 -.232 -.115 .000 1 .249 -.022 .120 .577(**) .365(*) -.050 -
.411(**) -
.391(**) .359(*)
Sig. (2-tailed) .189 .088 .735 .710 .845 .251 .000 .836 .113 .438 1.000 .088 .883 .418 .000 .011 .738 .004 .006 .012
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .434(**) -.001 .240 .420(**) -.267 .054 .267 .241 .027 .378(**) -.368(*) .249 1 .132 .300(*) .127 .163 .326(*) -.166 -.023 .612(**)
Sig. (2-tailed) .002 .994 .100 .003 .067 .714 .067 .099 .854 .008 .010 .088 .370 .038 .390 .269 .024 .258 .879 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation -.090 .471(**) -.024 .291(*) -.160 -.287(*) .021 -.103 .420(**) .026 .025 -.022 .132 1 .173 -.033 -
.461(**) -.021 .214 .143 .271
Sig. (2-tailed) .541 .001 .874 .045 .277 .048 .890 .485 .003 .861 .866 .883 .370 .239 .824 .001 .885 .144 .332 .062
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .270 -.077 .059 .293(*) -.284 .383(**) .034 .284 .339(*) .255 -.290(*) .120 .300(*) .173 1 .162 .128 .473(**) -.111 .046 .623(**)
Sig. (2-tailed) .063 .605 .693 .043 .050 .007 .819 .050 .019 .080 .045 .418 .038 .239 .272 .386 .001 .452 .755 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation -.042 -.266 .189 .116 .044 .281 .302(*) .004 -.231 -.022 -.217 .577(**) .127 -.033 .162 1 .285(*) .182 -.191 -.257 .395(**)
Sig. (2-tailed) .779 .068 .198 .431 .768 .053 .037 .979 .114 .883 .139 .000 .390 .824 .272 .049 .216 .193 .077 .005
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson Correlation .308(*) -
.472(**) .467(**) .202 -.152 .450(**) .231 .197 -.465(**) .269 -
.407(**) .365(*) .163 -.461(**) .128 .285(*) 1 .171 -
.651(**) -.310(*) .260
Sig. (2-tailed) .033 .001 .001 .169 .303 .001 .114 .180 .001 .064 .004 .011 .269 .001 .386 .049 .244 .000 .032 .075
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .117 -.100 .038 .180 -.038 .308(*) -.203 .187 .103 .127 -.170 -.050 .326(*) -.021 .473(**) .182 .171 1 .015 .137 .469(**)
Sig. (2-tailed) .426 .497 .797 .221 .796 .033 .165 .204 .486 .391 .248 .738 .024 .885 .001 .216 .244 .917 .353 .001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation -.247 .408(**) -
.443(**) -.263 .198 -.224 -.441(**) -.215 .198 -.224 .274 -
.411(**) -.166 .214 -.111 -.191 -.651(**) .015 1 .522(**) -.141
Sig. (2-tailed) .091 .004 .002 .071 .178 .125 .002 .141 .178 .126 .059 .004 .258 .144 .452 .193 .000 .917 .000 .338
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation -.151 .360(*) -
.377(**) -.088 .093 -.314(*) -.451(**) -.250 .223 -.006 .318(*) -
.391(**) -.023 .143 .046 -.257 -.310(*) .137 .522(**) 1 .036
Sig. (2-tailed) .304 .012 .008 .552 .529 .030 .001 .086 .127 .970 .028 .006 .879 .332 .755 .077 .032 .353 .000 .809
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Pearson Correlation .659(**) .130 .355(*) .573(**) -
.370(**) .286(*) .375(**) .510(**) .203 .482(**) -.425(**) .359(*) .612(**) .271 .623(**) .395(**) .260 .469(**) -.141 .036 1
Sig. (2-tailed) .000 .379 .013 .000 .010 .049 .009 .000 .167 .001 .003 .012 .000 .062 .000 .005 .075 .001 .338 .809
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 4.10
Validitas Variabel X
Q13 Q14 Q15 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Q26 Q27 Q28 Q29 Q32 Q33 Q34 Q37 Q39 Q40 JUMLAH Q13 Pearson
Correlation 1 -.056 .153 -.094 .206 .217 .278 -.208 -.030 .202 .142 -.063 .148 .137 .077 .197 -.089 -.106 .109 .238 .323(*)
Sig. (2-tailed) .707 .298 .523 .161 .139 .055 .156 .841 .169 .337 .668 .314 .353 .601 .180 .547 .472 .463 .103 .025
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q14 Pearson
Correlation -.056 1 .348(*) -.344(*) .390(**) .119 .345(*) .138 -.063 -.214 .147 .388(**) .197 .216 -.159 .157 .148 .122 -.231 .349(*) .455(**)
Sig. (2-tailed) .707 .015 .017 .006 .420 .016 .351 .668 .144 .317 .006 .180 .140 .279 .287 .316 .410 .114 .015 .001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q15 Pearson
Correlation .153 .348(*) 1 -.184 .274 .056 .293(*) -.007 -.177 .043 .221 .285(*) .397(**) .385(**) -.204 .049 -.043 -
.207 -.140 .244 .373(**)
Sig. (2-tailed) .298 .015 .210 .060 .703 .043 .960 .230 .774 .131 .050 .005 .007 .163 .738 .769 .157 .344 .094 .009
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q19 Pearson
Correlation -.094 -.344(*) -.184 1 -.280 -.335(*) -.094 -.013 .291(*) -.296(*) -.031 -.210 -.168 -.073 .102 .084 -
.339(*) .197 .524(**) -.232 -.059
Sig. (2-tailed) .523 .017 .210 .054 .020 .524 .933 .044 .041 .833 .152 .253 .624 .489 .571 .018 .180 .000 .113 .691
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q20 Pearson
Correlation .206 .390(**) .274 -.280 1 .294(*) .215 .186 -.432(**) -.018 .128 .312(*) .158 .167 -
.141 .314(*) .166 .101 -.056 .263 .498(**)
Sig. (2-tailed) .161 .006 .060 .054 .043 .142 .206 .002 .901 .386 .031 .284 .256 .338 .030 .259 .495 .704 .071 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q21 Pearson
Correlation .217 .119 .056 -.335(*) .294(*) 1 .177 -.038 -.042 .326(*) .000 -.064 -.021 .231 -.175 .263 .214 -
.043 .123 .393(**) .425(**)
Sig. (2-tailed) .139 .420 .703 .020 .043 .229 .796 .776 .024 1.000 .665 .885 .114 .235 .071 .144 .771 .406 .006 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q22 Pearson
Correlation .278 .345(*) .293(*) -.094 .215 .177 1 -.151 .288(*) .172 .463(**) .394(**) .452(**) .266 .187 .127 -.080 .096 .268 .101 .704(**)
Sig. (2-tailed) .055 .016 .043 .524 .142 .229 .306 .047 .243 .001 .006 .001 .068 .202 .389 .590 .515 .065 .494 .000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q23 Pearson
Correlation -.208 .138 -.007 -.013 .186 -.038 -.151 1 -.403(**)
-.300(*) .175 -.008 -.090 -.203 -
.120 -.148 .077 .129 .169 .066 .105
Sig. (2-tailed) .156 .351 .960 .933 .206 .796 .306 .004 .038 .234 .955 .544 .166 .418 .316 .604 .381 .251 .654 .478
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q24 Pearson
Correlation -.030 -.063 -.177 .291(*) -.432(**) -.042 .288(*) -
.403(**) 1 .030 -.142 -.098 -.027 .149 .199 .190 .010 .046 .186 -.089 .137
Sig. (2-tailed) .841 .668 .230 .044 .002 .776 .047 .004 .842 .336 .508 .858 .314 .175 .196 .945 .756 .206 .549 .353
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q25 Pearson
Correlation .202 -.214 .043 -.296(*) -.018 .326(*) .172 -.300(*) .030 1 .217 .099 .206 .065 .065 -.143 .168 -.192 .033 .074 .224
Sig. (2-tailed) .169 .144 .774 .041 .901 .024 .243 .038 .842 .139 .502 .161 .661 .661 .332 .254 .192 .825 .619 .125
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q26 Pearson
Correlation .142 .147 .221 -.031 .128 .000 .463(**) .175 -.142 .217 1 .336(*) .542(**) -.073 -.047 -.252 -.206 .113 .321(*) -.133 .420(**)
Sig. (2-tailed) .337 .317 .131 .833 .386 1.000 .001 .234 .336 .139 .020 .000 .624 .750 .084 .159 .446 .026 .369 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q27 Pearson
Correlation -.063 .388(**) .285(*) -.210 .312(*) -.064 .394(**) -.008 -.098 .099 .336(*) 1 .649(**) .256 .235 .099 -.153 -.066 .003 .028 .477(**)
Sig. (2-tailed) .668 .006 .050 .152 .031 .665 .006 .955 .508 .502 .020 .000 .079 .107 .505 .298 .655 .985 .851 .001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q28 Pearson
Correlation .148 .197 .397(**) -.168 .158 -.021 .452(**) -.090 -.027 .206 .542(**) .649(**) 1 .122 .083 .077 -.169 -.265 .188 -.130 .449(**)
Sig. (2-tailed) .314 .180 .005 .253 .284 .885 .001 .544 .858 .161 .000 .000 .409 .575 .602 .252 .069 .202 .378 .001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q29 Pearson
Correlation .137 .216 .385(**) -.073 .167 .231 .266 -.203 .149 .065 -.073 .256 .122 1 .034 -.056 -.013 -.049 .007 .409(**) .401(**)
Sig. (2-tailed) .353 .140 .007 .624 .256 .114 .068 .166 .314 .661 .624 .079 .409 .817 .705 .931 .741 .960 .004 .005
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q32 Pearson
Correlation .077 -.159 -.204 .102 -.141 -.175 .187 -.120 .199 .065 -.047 .235 .083 .034 1 .098 -.062 -.273 -.041 -.095 .107
Sig. (2-tailed) .601 .279 .163 .489 .338 .235 .202 .418 .175 .661 .750 .107 .575 .817 .508 .674 .061 .782 .521 .468
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q33 Pearson
Correlation .197 .157 .049 .084 .314(*) .263 .127 -.148 .190 -.143 -.252 .099 .077 -.056 .098 1 .011 -.042 .103 .092 .347(*)
Sig. (2-tailed) .180 .287 .738 .571 .030 .071 .389 .316 .196 .332 .084 .505 .602 .705 .508 .941 .779 .487 .532 .016
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q34 Pearson
Correlation -.089 .148 -.043 -.339(*) .166 .214 -.080 .077 .010 .168 -.206 -.153 -.169 -.013 -.062 .011 1 .126 -.190 .162 .171
Sig. (2-tailed) .547 .316 .769 .018 .259 .144 .590 .604 .945 .254 .159 .298 .252 .931 .674 .941 .393 .195 .270 .244
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q37 Pearson
Correlation -.106 .122 -.207 .197 .101 -.043 .096 .129 .046 -.192 .113 -.066 -.265 -.049 -.273 -.042 .126 1 .110 -.104 .160
Sig. (2-tailed) .472 .410 .157 .180 .495 .771 .515 .381 .756 .192 .446 .655 .069 .741 .061 .779 .393 .456 .480 .278
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q39 Pearson
Correlation .109 -.231 -.140 .524(**) -.056 .123 .268 .169 .186 .033 .321(*) .003 .188 .007 -.041 .103 -.190 .110 1 .136 .417(**)
Sig. (2-tailed) .463 .114 .344 .000 .704 .406 .065 .251 .206 .825 .026 .985 .202 .960 .782 .487 .195 .456 .358 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 Q40 Pearson
Correlation .238 .349(*) .244 -.232 .263 .393(**) .101 .066 -.089 .074 -.133 .028 -.130 .409(**) -.095 .092 .162 -
.104 .136 1 .423(**)
Sig. (2-tailed) .103 .015 .094 .113 .071 .006 .494 .654 .549 .619 .369 .851 .378 .004 .521 .532 .270 .480 .358 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 JUMLAH Pearson
Correlation .323(*) .455(**) .373(**) -.059 .498(**) .425(**) .704(**) .105 .137 .224 .420(**) .477(**) .449(**) .401(**) .107 .347(*) .171 .160 .417(**) .423(**) 1
Sig. (2-tailed) .025 .001 .009 .691 .000 .003 .000 .478 .353 .125 .003 .001 .001 .005 .468 .016 .244 .278 .003 .003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48