PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL , …
Transcript of PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL , …
PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL , DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP TAX AVOIDANCE DALAM PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2014 –2018
SKRIPSI
OLEH :
KEZIA
20160100154
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERPAJAKAN
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL , DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP TAX AVOIDANCE DALAM PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2014 –2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
OLEH :
KEZIA
20160100154
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
i
PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang
Terdaftar di BEI Pada Tahun 2014-2018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komite audit,
kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen terhadap tax
avoidandce. Variabel independen yang digunakan adalah komite audit
diproksikan dengan KA, kepemilikan institusional yang diproksikan dengan KI,
dan dewan komisaris independen yang diproksikan dengan DKI. Variabel
dependen yang digunakan adalah tax avoidance yang diproksikan dengan Cash
Effective Tax Rate (CETR).
Populasi penelitian ini menggunakan 25 perusahaan Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-
2018. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, sehingga memperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan Makanan dan
Minuman, dengan 5 perusahaan yang menjadi outlier dalam penelitian ini. Maka,
jumlah sampel akhir yang layak di observasi yaitu 6 perusahaan. Metode analisis
data menggunakan regresi linier berganda, dan untuk pengolahan data
menggunakan SPSS versi 23.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit berpngaruh
terhadap tax avoidance, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax
avoidance, dan dewan komisairs independen berpengaruh terhadap tax
avoidance dan komite audit, kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance.
Kata kunci : Tax Avoidance, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan
Komisaris Independen
ii
THE EFFECT OF AUDIT COMMITTEE, INSTITUTIONAL
OWNERSHIP,INDEPENDENT BOARD OF COMMISSIONERS
AGAINST TAX AVOIDANCE
(Empirical Study on Food and Beverages Producers Listed on the Indonesia
Stock Exchange Period 2014-2018)
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of audit committee,
institutional ownership, independent board of commissioners on tax
avoidance. The independent variable used is audit committee that is
proxied by KA, institutional ownership which is proxied by KI, and
independent board of commissioners that is proxied by DKI. The
dependent variable used is tax avoidance which is proxied by cash
effective tax rate (CETR).
The population used in this study were 25 food and beverage
r componies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during
period 2014-2018. The determination of the study sample used a
purposive sampling method, so that obtained a sample of 5 Food and
Beverage companies, with 5 companies being the outlier in this study.
So, the number of finar observable sample is 6 companies. Data
analysis method use multiple linier regression, and for processing data
using SPSS version 23.
The results of this study show that audit committee effect on
tax avoidance, institutional ownership effect on tax avoidance,
independent board of commissioners effect on tax avoidance and audit
committee, institutional ownership, and independent board of
commissioners simultaneously influence to tax avoidance.
Keywords : Tax Avoidance, Audit Committee, institutional ownership,
independent board of commissioners
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen Terhadap Tax Avoidance dalam Perusahaan Manufaktur Sektor
Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018”. Skripsi
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
program Studi Akuntansi Strata 1 (S1), Fakultas Bisnis di Universitas Buddhi
Dharma Tangerang.
Banyak rintangan dan hambatan yang ditemui penulis selama menyusun dan
membuat skripsi ini.Namun penulis menyadari sepenuhnya, telah banyak
mendapatkan dukungan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah
menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sofian Sugioko,M.M., CPMA. selaku Rektor Universitas Buddhi
Dharma Tangerang.
2. Ibu Rr Dian Anggraeni, SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang.
3. Bapak Susanto Wibowo, SE., M.Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi (S1)
Fakultas Bisnis Univeritas Buddhi Dharma Tangerang.
4. Ibu Etty Herijawati, SE.,MM selaku dosen Pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak perhatian, bimbingan dan waktu selama penulis
menyelesaikan skripsi.
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi
penulis dan karyawan Universitas Buddhi Dharma Tangerang yang telah
memberikan bantuan.
iv
6. Seluruh Staff Perpustakaan di Universitas Buddhi Dharma yang telah saya
repotkan untuk membereskan tumpukan skripsi yang saya gunakan
sebagai panduan.
7. Kepada Orang Tua tercinta dan keluarga. Terima kasih atas doa dan
dukungan selama ini. Dan kepada mama yang sudah membiayai kuliah
saya dari awal sampai lulus.
8. Kepada teman-teman yang sudah mendukung, kepada Any Veronica yang
sudah mau membantu mengajarkan materi Akuntansi di awal-awal
semester, dan Renny Sadikin yang juga sudah membantu selama proses
belajar di kelas, kepada teman grup Boomgenk yang sudah memberikan
dukungan selama saya skripsi. Terima kasih banyak.
9. Kepada teman-teman yang mengerjakan skripsi Lidya Puspita terimakasih
sudah membantu dan menjadi teman bimbingan selama mengerjakan
skripsi, Sheren yang mau berbagi data, Novita, , Vicaya, Visakha, Elsa
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat disebutkan oleh penulis satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat skripsi ini masih banyak
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, dan dengan terbatasnya
kemampuan dan waktu yang ada, penulis telah berusaha secara maksimal
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi yang dibuat ini dapat berguna bagi pihak-
pihak yang memerlukan.
Tangerang, 6 Desember 2019
Kezia
20160100154
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 6
C. Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 10
A. Gambaran Umum Teori .......................................................................................... 10
1. Perpajakan .......................................................................................................... 10
2. Corporate Governance ....................................................................................... 14
3. Komite Audit ...................................................................................................... 16
4. Kepemilikan Institusional ................................................................................... 20
vi
5. Dewan Komisaris Independen ............................................................................. 23
6. Tax Avoidance .................................................................................................... 25
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 36
D. Perumusan Hipotesa ............................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 41
A. Jenis Penelitian ....................................................................................................... 41
B. Objek Penelitian ..................................................................................................... 42
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 42
D. Populasi dan Sampel ............................................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 45
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................................... 46
1. Variabel Independen ........................................................................................... 46
2. Variabel Dependen ............................................................................................. 47
G. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 48
1. Uji Statistik Deskriptif ........................................................................................ 48
2. Uji Asumsi Klasik............................................................................................... 49
3. Uji Regresi Berganda .......................................................................................... 53
4. Uji Hipotesis ....................................................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 57
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................................... 57
1. Tax Avoidance .................................................................................................... 57
2. Komite Audit ...................................................................................................... 61
3. Kepemilikan Institusional ................................................................................... 64
4. Dewan Komisaris Independen ............................................................................. 67
B. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................................... 70
1. Uji Asumsi Klasik............................................................................................... 73
C. Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 80
1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................... 80
2. Uji Parsial (Uji T) .............................................................................................. 82
vii
3. Uji Simultan (Uji F) ............................................................................................ 84
4. Uji Koefesien Determinasi (R2) .......................................................................... 85
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 87
1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance ............................................... 87
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance ............................. 88
3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI) Terhadap Tax Avoidance ............ 89
4. Pengaruh Komite Audit (KA), Kepemilikan Institusional (KI), Dewan
Komisaris Independen (DKI)Terhadap Tax Avoidance. ....................................... 90
BAB V PENUTUP................................................................................................ 91
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 91
B. Implikasi ................................................................................................................ 92
C. Saran ...................................................................................................................... 94
DAFTAR PUSAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN RISET
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Pengukuran Penghindaran Pajak .......................................................... 30
Tabel II.2 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 33
Tabel III.1 Proses Pemilihan Sampel ....................................................................... 44
Tabel III.2 Daftar Sampel Perusahaan ..................................................................... 45
Tabel IV.1 Data Untuk Menghitung CETR ............................................................. 58
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan CETR ....................................................................... 59
Tabel IV.3 Cara Menghitung KA ............................................................................ 61
Tabel IV.4 Hasil Perhitungan KA ........................................................................... 62
Tabel IV.5 Cara Menghitung KI.............................................................................. 64
Tabel IV.6 Hasil Perhitungan KI ............................................................................. 65
Tabel IV.7 Cara Menghitung DKI ........................................................................... 67
Tabel IV.8 Hasil Perhitungan DKI .......................................................................... 68
Tabel IV.9 Hasil Uji Statistik Deskriptif................................................................. 71
Tabel IV.10 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 74
Tabel IV.11 Hasil Uji Kolmogorav Smirnov ............................................................ 75
Tabel IV.12 Hasil Uji Multikolonieritas .................................................................. 76
Tabel IV.13 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 77
Tabel IV.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 80
Tabel IV.15 Hasil Uji Statistik T ............................................................................. 82
Tabel IV.16 Hasil Uji Statistik F ............................................................................. 85
Tabel IV.17 Hasil Uji Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................ 86
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 36
Gamabr IV.1 Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ...................................... 79
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2 : Perhitungan Variabel Komite Audit (KA)
Lampiran 3 : Perhitungan Variabel Kepemilikan Institusional (KI)
Lampiran 4 : Perhitungan Variabel Dewan Komisaris Independen (DKI)
Lampiran 5 : Perhitungan Tax Avoidance (CETR)
Lampiran 6 : Hasil Output SPSS Versi 23
Lampiran 7 : Laporan Keuangan Sampel
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari segi ekonomi pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor
privat ke sektor publik. bagi negara, pajak merupakan sumber penerimaan penting
dan terbesar yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik
pengeluaran rutin pembangunan. Direktorat Jenderal Pajak menyatakan bahwa
pajak menurut Pasal 1 UU No 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Berdasarkan
pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan pungutan yang
sifatnya wajib yang dilakukan oleh pemerintah, karena menjadi sumber
penerimaan terbesar bagi negara dan akan digunakan untuk kepentingan
masyarakat, sehingga wajib pajak harus mentaati peraturan perpajakan yang
berlaku. Manfaat pajak dapat dirasakan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung. Fasilitas yang diberikan pemerintah dari pungutan pajak diantaranya
fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi maupun sarana dan prasarana umum
seperti perbaikan jalan raya dan lain sebagainya.
2
Di Indonesia penerimaan dari sektor pajak menempati persentase paling
tinggi dibandingkan dengan sumber penerimaan yang lain. Oleh sebab itu pajak
merupakan tulang punggung penerimaan negara. Salah satu kendala dalam rangka
optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak (tax
avoindance), bahkan tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran
pajak. Penghindaran pajak (tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan legal.
Penghindaran pajak dapat saja dikategorikan sebagai kegiatan legal dan dapat juga
dikategorikan kegiatan illegal apabila transaksi yang dilakukan semata-mata untuk
tujuan penghindaran pajak atau transaksi tersebut tidak mempunyai usaha yang
baik. Dilakukannya tax avoidance. Sebagai suatu kesalahan alokasi yang terjadi di
dunia nyata, kemerosotan etika bisnis, hilangnya indepensasi auditor dan
interferensi dengan suatu sistem kendali.
Beberapa permasalahan penghindaran pajak yang terjadi pada perusahaan
adalah pada kasus Google dan Lotte Group (Sindonews, 2016). Perusahaan
Google sendiri melakukan penghindaran sebesar Rp. 5,5 triliun dalam kurun
waktu 5 tahun, penghindaran pajak tersebut dilakukan oleh perusahaan Google
dengan menggunakan skema perencanaan pajak (tax planning) internasional.
Skema tersebut dilakukan perusahaan Google dengan cara mendirikan perusahaan
di negara-negara yang dengan tarif pajak rendah dan banyak memberikan fasilitas
pajak (tax havens). Negara-negara seperti Irlandia, Belanda, lalu Singapura.
Sebagai contoh Google mendirikan perusahaan di Irlandia,namun manajemennya
di negara Irlandia untuk menghindari pajak alasannya berdasarkan hukum pajak di
Irlandia, penetapan status subjek pajak bagi perusahaan jika manajemen subjek
3
pajak berada di Irlandia. Aturan perpajakan negara inilah yang dimanfaatkan
Google.
Selain perusahaan Google, perusahaan multinasional makanan dan belanja
yang aktif di Jepang dan Korsel yaitu Lotte Group juga pernah terlibat kasus
penghindaran pajak. Kasus ini melibatkan 22 orang petinggi Lotte Group yang
telah melakukan penghindaran pajak sebesar total USD76 juta atau setara dengan
Rp988.38 miliar dan menggelapkan dana perusahaan sebesar USD46 juta. Hal
tersebut dilakukan dengan cara menggunakan pengaruh mereka untuk menguasai
dana perusahaan dan membuat keputusan dalam kepentingan sendiri
dibandingkan pemegang saham serta dianggap sebagai salah satu keluarga yang
memiliki struktur kepemilikan yang kompleks. Hal tersebut yang menyebabkan
Lotte Group dapat melakukan penggelapan dan penghindaran pajak
(Sindonews,2016).
Hal ini memunculkan anggapan luasnya literatur terkait dengan efek good
corporate governance terkait penghindaran pajak ini terhadap pengambilan
keputusan keuangan. Isu mengenai good corporate governance mulai
mengemukan, ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. corporate
governance sendiri merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahan yang menentukan arah
kinerja perusahaan . Banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak
membuktikan bahwa corporate governance belum sepenuhnya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan publik.
4
Mekanisme dalam pengawasan corporate governance (CG) ada dua yaitu
internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan
perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum
pemegang saham, komposisi dewan direksi, proporsi dewan komisaris
independen, dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan mekanisme
eksternal adalah seperti pengendalian oleh perusahaan, struktur kepemilikan, dan
pengendalian pasar. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada komite audit,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen.
Komite audit sebagai indikator corporate governance yang juga memiliki
pengaruh terhadap tindakan tax avoidance didefinisikan sebagai komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Semakin banyak jumlah
komite audit dalam perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan akan
semakin ketat sehingga sulit untuk perusahaan dalam melakukan tindakan tax
avoidance. Dengan terbentuknya komite audit menjadikan performa auditor
menjadi lebih independen dikarenakan praktek kolusi antara manajemen dengan
auditor menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
Tanggung jawab Komite Audit dalam bidang corporate governance
adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-
undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika,
melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Pada umumnya komite ini
berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang
5
berhubungan dengan kebijakan keuangan dan pengendalian intern. Kebijakan
keuangan yang baik akan meningkatkan pertumbuhan laba yang baik bagi
perusahaan, ini akan cenderung membuat perusahaan melakukan penekanan
terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan terutama pajak.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pemerintah, perusahaan asuransi,investor luar negeri atau bank . Kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Semakin
tinggi kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula jumlah beban pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Karena ada tanggung jawab perusahaan
kepada pemegang saham, maka pemilik instisusional memiliki intensif untuk
memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesehjahteraan pemegang saham. Pada pengungkapan suka rela
menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilkan institusional yang lebih besar
lebih memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan
sesuatu lebih spesifik, akurat dan optimis.
Dewan Komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam
menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Dewan
Komisaris sendiri dibagi menjadi dua yaitu Komisaris Independen dan Komisaris
non-independen. Komisaris Independen merupakan Komisaris yang tidak berasal
dari pihak terafiliasi, sedangkan Komisaris non-independen merupakan komisaris
yang terafiliasi. Pengertian terafiliasi sendiri adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota
Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri .
6
Keberadaan Dewan Komisaris Independen di dalam perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan pengawasaan kepada manajemen perusahaan sehingga dapat
mencegah agresifitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen
perpajakan dan cenderung melakukan penggelapan pajak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul ” Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, dan
Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, peneliti
dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Masih tingginya tingkat penghindaran pajak yang dilakukan pihak manajemen
perusahaaan,dalam rangka mengurangi besarnya pajak terutang.
2. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik suatu perusahaan berkaitan
dengan baik-buruknya tata kelola suatu perusahaan dengan tindakan
pengambilan keputusan perpajakannya.
3. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak dewan komisarias terhadap
manajemen perusahaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan idenfikasi masalah diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
7
1. Apakah komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018?
3. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018?
4. Apakah komite audit, kepemilikan instusional, dewan komisaris
independen secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini antara lain:
a) Untuk menganalisi pengaruh komite audit terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-
2018.
b) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2018.
8
c) Untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2018.
d) Untuk menguji pengaruh komite audit, kepemilikan instusional, dewan
komisaris independen secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai kegunaan penelitian sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Bagi akademis
Mampu memberikan sumbangan pada ilmu ekonomi umumnya dan
akuntansi pada khususnya terutama yang berkaitan dengan pengaruh
komite audit, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen
terhadap tax avoidance.
Bagi peneliti lain
Penelitian ini juga dapat menjadi masukan selanjutnya yang dapat
digunakan sebagai dasar memperluas penelitian dan dapat memberikan
bahan tambahan sebagai referensi penelitian selanjutnya.
9
b. Manfaat praktis
Bagi investor
Memberikan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan sehingga
yang dapat membantu pengambilan keputusan untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan.
Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan, penelitian ini dapat menjadi masukan bahwa
betapa pentingnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
penghindaran pajak, sehingga manajemen perusahaan dapat mengambil
kebijakan yang tepat dan tidak melanggar hukum dalam menentukan
besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada negara.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian dana sistematika
penulisan skripsi.
BAB II LANDADASAN TEORI
10
Berisi Gambaran umum teori terkait variable independen dan
dependen, hasil penelitian dahulu, kerangka pemikiran dan perumusan
hipotesa.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi jenis penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data,
populasi dan sampe, teknik pengumupulan dat, operasionalisasi
variabel penelitian dan teknik analisi data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi deskripsi data hasil penelitian variabel independen dan
dependen, analisis hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan
pembahasan.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan implikasi dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Teori
1. Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang
KetentuanUmum dan Tatacara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Abas (2016, 26) dalam bukunya Dasar-dasar perpajakan
mengemukan beberapa definisi pajak menurut para ahli, sebagai berikut :
a. P.J.A.Andriani
pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh wajib pajak membayarnya peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum
12
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
b. Rochmat Soemitro
pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Pengertian pajak secara umum adalah pungutan yang sifatnya
wajib dan bersifat memaksa yang dilakukan oleh pemerintah kepada wajib
pajak, baik wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan yang bersifat
memaksa untuk kepentingan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, surplus tersebut
dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu fungsi
mengatur.
13
b. Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi yang sangat strategis bagi berlangsungnya
pembangunan suatu negara. Menurut Hasibuan Fari (2018,2), pajak antara
lain memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi
pembiayaan pengeluaran pemerintah. Dalam APBN pajak merupapakan
sumber penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regulatior)
pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, misalnya PPn BM untuk
minuman keras dan barang-barang mewah lainnya.
c. Fungsi Demokrasi
pajak fungsi demokrasi merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi
ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat
membayar pajak.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang
digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib
pajak ke negara.
14
Menurut Mardiasmo (2018,9) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi
tiga macam, sebagai berikut :
a. Official Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak. Untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang .
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada Wajib
Pajak sendiri .
15
2) Wajib pajak aktif mulai menghitung,menyetor,dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
c. Withholding System
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak
terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya : wewenang memotong atau memungut pajak yang
terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib
Pajak.
Di Indonesia menganut sistem Self Assessment sehingga melapor,
menyetor, menghitung nya oleh Wajib Pajak sendiri.
2. Corporate Governance
Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input,
proses,output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan (Annisa dikutip dalam Hidayana, 2017).
Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), konsep
good corporate governance (GCG) dapat di definisikan sebagai serangkaian
mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar
16
operasional perusahaan berjalan sesuai harapan para pemangku kepentingan
(shareholders). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa corporate
governance pada intinya adalah suatu sistem dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris,dan dewan
direksi agar kinerja perusahaan dijalankan dengan efektif,efisien,transparan
dan akuntabel demi tercapainya tujuan organisasi dan menghindari
kecurangan-kecurangan dalam manajemen perusahaan , selain itu juga dapat
menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel yang berguna bagi para
penggunanya untuk mengambil keputusan.
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari corporate governance yaitu
yang pertama transparency (transparansi) adalah keterbukaan informasi yang
cukup, akurat, dan tepat waktu kepada para pemangku kepentingan
(stakeholder). Kedua adalah accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan
fungsi , pelaksanaan, dan pertanggung jawaban perusahaan sehingga
pengelolaan terlaksana dengan efektif. Ketiga adalah responsibility
(pertanggungjawaban) yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan dan prinsip korporasi yang sehat. Keempat adalah independency
(kemandirian) yaitu pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
undang – undang serta prinsip korporasi yang sehat. Dan yang kelima adalah
fairness (kewajaran) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak
pemangku kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasar perjanjian dan
peraturan undang – undang.
17
Ketika prinsip corporate governance yaitu transparency, accountability,
responbilitity, independency, fairness dijalankan dengan pengawasan yang
dilakukan sedemikian rupa baik dalam sebuah perusahaan, maka perusahaan
tersebut bisa dikatakan memiliki tata kelola perusahaan yang baik termasuk
salah satunya dalam hal memenuhi kewajiban pajaknya.
3. Komite Audit
Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh dewan komisaris. Komite audit juga penghubung antara
dewan komisaris dan pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan
untuk memecahkan masalah.
Komite audit merupakan komite tambahan yang bertujuan untuk
melakukan pengawasan dalam proses penyusunan laporan keuangan
perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Komite audit
juga berfungsi memberikan pandangan mengenai masalah yang berhubungan
dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal perusahaan
(Diantari dan Ulupui, 2016).
Menurut tunggal (2013,169), menjelaskan bahwa komite audit juga
merupakan salah satu kode mekanisme penting yang diatur dalam Code for
Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh komite nasional kebijakan
18
GCG pada maret 2000. Beberapa hal penting ditetapkan dalam kode tersebut
yaitu hak pemegang saham dan prosedur RUPS, dewan komisaris, direksi,
sistem audit, sekretaris korporasi, stakeholders, pengungkapan, kerahasiaan,
dan insider information.
Menurut Hanggeraeni (2015:81) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Risiko Perusahaan terintegrasi (Enterprise Risk Manajemen) dan
Good Corporate Governance menjelaskan komite audit sebagai :
“Komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris dan anggotanya
terdiri dari komisaris serta pihak luar yang independen dan memiliki
keahlian, pengalaman,dan kualitas lain yang diperlukan. Komite audit
bertanggung jawab dalam mengawasi dan memeriksa laporan
keuangan, pengendalian internal, dan proses audit.”
Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
55/POJK.O4/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit, tugas komite audit sebagai berikut:
a. melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara
lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan
informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
b. melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik.
c. memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat
antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
19
d. memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan
Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan
imbalan jasa.
e. melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal
dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor
internal.
Komite audit yang memiliki keahlian memadai, pengawasan
terhadap kegiatan perusahaan akan lebih baik dan konflik keagenan yang
terjadi akibat keinginan manajemen untuk melakukan kecurangan dapat
diminimalisasi. Komite audit dapat diproksikan dengan jumlah rapat yang
dilakukan komite audit dan jumlah anggota komite audit dalam perusahaan.
Namun dalam penelitian ini, proksi komite audit yang digunakan diukur
dengan jumlah anggota komite audit dalam perusahaan, pengukuran ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014).
Tanggung jawab komite audit dalam corporate governance adalah
untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan
pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan
yang dilakukan karyawan perusahaan. Didalam perusahaan komite audit
berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan (Fatimah,2016).
20
Menurut Indriawati (2017), menjelaskan pada umumnya komite audit
mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang , yaitu :
a. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan yang
dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang
kondisi keuangan, hasil usaha, rencana, dan komitmen perusahaan jangka
panjang.
b. Pengawasan Perusahaan
Komite Audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk
di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem
pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan
auditor internal.
c. Tata Kelola Perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan
kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
Tugas dan fungsi Komite Audit adalah mengawasi tata kelola
perusahaan dan mengawasi audit eksternal atas laporan keuangan
perusahaan. Komite Audit dibentuk oleh dewan komisaris sehingga Komite
Audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite Audit juga
digambarkan sebagai mekanisme monitoring yang dapat meningkatkan
fungsi audit untuk pelaporan eksternal perusahaan. Para dewan perusahaan
21
sering memberikan tanggung jawab kepada Komite Audit terhadap
kesalahan pelaporan keuangan agar laporan keuangan dapat dipercaya
(relevant dan realialible). Oleh karena itu Komite Audit dapat
memonitoring mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas informasi bagi
pemilik perusahaan atau Shareholders dan manajemen perusahaan, karena
kedua belah pihak tersebut memiliki level informasi yang berbeda (Susanto,
2015).
4. Kepemilikan Institusional
Dhypalonika (2018) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional
adalah Kepemilikan institusional adalah kepemilikan jumlah saham yang
dimiliki oleh beberapa lembaga yang non-bank diantaranya seperti perusahaan
reksadana, perusahaan asuransi dan perusahan nonbank lainnya.
Menurut Robertus dan Bambang Gunawan (2016:78) dalam bukunya
Good Governance, Risk Management, And Compliance menjelaskan bahwa :
”Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh sebuah
lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang
dilakukannya. Kepentingan institusi memberikan keuntungan yang lebih
besar, karena dengan kepemilikan yang lebih besar sehingga mempunyai
kekuasaan melakukan pengawasan terhadap aktivitas perusahaan.”
Pujiati (2015,42) menjelaskan bahwa kepemilkan instusional dapat
mengurangi keagaenan dengan cara meningkatkan pengawasan dari investor-
22
inverstor institusional. Hal ini dimungkinkan karena institusi pemegang saham
perusahaan sering merupakan pemegang saham mayoritas sehingga memiliki
pengendalian atas perusahaan. Pengawasan dilakukan untuk menjamin
implementasi good corporate governance oleh perusahaan, yang salah satunya
ditandai dengan tranparasi pengungkapan perusahaan, sebagai jaminan atas
investasi yang mereka lakukan.
Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam memantau
manajemen karena adanya kepemilikan institusional akan meningkatkan
pengawasan yang lebih optimal karena dianggap mampu memonitor setiap
keputusan yang diambil oleh para manajer secara efektif. Dengan tingginya
tingkat kepemilikan institusional, maka semakin besar tingkat pengawasan ke
manajer dan dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajemen
sehingga masalah keagenan menjadi berkurang dan mengurangi peluang
terjadinya penghindaran pajak (Winata ,2014).
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional adalah pemegang saham perusahaan oleh institusi esternal dan
bukan atas nama perseorangan, yang biasanya kepemilkan saham ini dalam
jumlah besar atau mayoritas dalam perusahaan publik tersebut.
Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional adalah
sebagai berikut :
1. Professionalisme dalam analisa informasi yang berdampak pada
keterandalan informasi.
23
2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas
aktivitas perusahaan.
Kepemilikan institusional memperlihatkan adanya kepemilikan yang
bersifat komperatif. Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan
akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan
yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap manajemen.
Semakin banyak nilai investasi yang diberikan kedalam sebuah organisasi,
akan membuat sistem monitoring dalam organisasi lebih tinggi (Diantari dan
ulupui,2016).
Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula
jumlah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. karena ada
tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham, dengan menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka perusahaan
cenderung tidak melakukan tax avoidance.
Pemilik institusional pada dasarnya mempunyai kendali yang cukup
besar dalam berlangsungnya kegiatan operasional perusahaan dan
menginginkan laba setinggi-tingginya. Dalam pencapaian tersebut, terkadang
pemegang saham institusi yang merupakan pemegang saham mayoritas
mengorbankan kepentingan pemegang saham lainnya. Namun bagi
manajemen, laba yang tinggi ada pengaruhnya dengan jumlah pajak yang
harus dibayakan oleh perusahaan (Hidayah, 2015). Keberadaan investor
24
institusional mengindikasikan adanya tekanan dari pihak institusional kepada
manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif dalam
rangka memperoleh laba yang maksimal untuk investor institusional (Dewi
dan Jati, 2014).
Variabel kepemilikan instusional ini dapat diukur melalui jumlah
kepemilikan saham oleh investor dalam suatu perusahaan dibandingkan
dengan seluruh jumlah saham yang beredar perusahaan tersebut. Kepemilikan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
KI= 𝐽umlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
5. Dewan Komisaris Independen
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 33/POJK 04/2014
tentang Direksi dan Dewan komisaris Emiten atau Perusahaan Publik
mengatakan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan dan harus memenuhi persyaratan sebagai
komisaris independen.
Menurut Hanggraeni (2015:79) dari buku yang berjudul Manajemen
Risiko Perusahaan (Enterprise Risk Management) dan Good Corporate
Governance, menjelaskan pengertian dari Dewan Komisaris adalah
25
“ Dewan komisaris, secara hokum dewan komisaris bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Dewan komisaris
dituntut untuk dapat mengawasi seluruh pemenuhan kepentingan semua
stakeholders dengan berasaskan kesetaraan .”
Komisaris independen memiliki peran penting dalam perusahaan yaitu
sebagai pengawas dan memberi nasihat kepada direksi secara efektif agar
perusahaan beroperasi sesuai peraturan yang ada. Komisaris independen
menjadi penengah antara komisaris dalam dan pihak pemegang saham apabila
terjadi konflik ( Ardyansyah,2014).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 33/POJK 04/2014 menetapkan
bahwa komisaris independen wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali
perusahaan tercatat yang bersangkutan.
b. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris
lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.
c. Tidak bekerja rangkap sebagai direkur di perusahaan lainnya yang terafiliasi
dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
d. Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak
terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak
memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak
26
menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan
perusahaan pemilik menurut peraturan yang dikelurkan oleh BEI, jumlah
komisaris independen proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan ketentuan
jumlah komisaris independen sekurang - kurangnya tiga puluh persen (30%)
dari seluruh anggota komisaris, disamping undang dan peraturan tentang pasar
modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang
saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham Cahayo, Andini,
Raharjo (2016).
Komisaris independen akan mampu meningkatkan peran
pengawasan terhadap manajemen berkaitan dengan pelaporan keuangan
khususnya berkaitan dengan pembayaran pajak Aris dan Rejeki (2018). Dalam
penelitian ini pengukuran dewan komisaris independen sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Diantari dan Ulupui (2016) dihitung dengan rumus:
KDKI=Jumlah anggota komisaris independen
Total anggota dewan komisaris
6. Tax Avoidance
Menurut Pohan (2014:23) dalam Manajemen Perpajakan, menyatakan
bahwa :
“Tax Avoidance adalah upaya penghindaran yang dilakukan secara legal
dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
27
perpajakan, di mana metode dan teknik yang digunakan cenderung
memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam undang-undang
dan peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang”.
Menurut (Halim,Bawono,dan Dara 2016, 6) dalam buku perpajakan
menjelaskan bahwa :
“Tax Avoidance adalah perencanaan pajak yang dilalukan secara legal
dengan cara mengecilkan objek pajak menjadi dasar pengenaan pajak yang
masih sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku”.
Menurut Pohan (2013) definisi dari penyelundupan pajak dan
penghindaran pajak adalah:
1. Penyeludupan pajak adalah upaya wajib pajak menghindari pajak terutang
secara illegal dengan cara menyembunyikan dengan keadaan yang
sebenarnya.
2. Penghindaran pajak adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan
secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan dimana metode dan teknik yang digunakan
memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam undang-
undang dan peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil pajak
yang terutang.
28
Definisi penghindaran pajak di atas menunjukan bahwa penghindaran
pajak merupakan upaya pengurangan atau pengehematan pajak sepanjang hal
ini dimungkinkan oleh peraturan yang ada.
Menurut komite fiscal dari Organization for Economic Cooperation
(OECD) dalam Simarmata (2014) terdapat tiga karakter dari penghindaran
pajak, yaitu :
a. Adanya unsur astifical arrangement, dimana berbagai peraturan seolah-
olah terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena
ketiadaan factor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes (celah) dari undnag-
undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan,
padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-
undang.
C. Kerahasiaan juga berbagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak
dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.
Menurut (Sumarsan 2015,9) dalam bukunya yang berjudul Perpajakan
Indonesia menyatakan bahwa penghindaran pajak dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
a. Menahan diri, yang dimaksud menhan idri yaitu wajib pajak tidak
melakukan sesuatu yang bisa dikenakan pajak.
29
b. Lokasi Terpencil, memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi
yang tarif pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk meminimalisasi beban pajak
yang sering dilakukan dalam perusahaan secara legal (lawful) yang terdapat
dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak,
sedangkan penggelapan pajak usaha meminimalisasi beban pajak secara tidak
legal (unlawful).
Penghindaran pajak berkaitan dengan perencanaan pajak (Tax Planning),
dimana antara keduanya sama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
dengan benar dan menimalisasi beban pembayaran pajak untuk
memaksimalkan keuntungan. Perencanaan perpajakan tidak maksudkan
untuk mengelak dari kewajiban perpajakan (Tax Evasion) melalui cara-cara
yang melanggar peraturan perpajakan. Namun demikian, dalam praktik sulit
dibedakan antara cara-cara yang tidak melanggar dan yang melanggar aturan
karena banyaknya peraturan perpajakan yang bisa ditafsirkan berbeda.
Pelaksanaan pemungutan pajak tidak selalu mendapat tanggapan yang
baik dari perusahaan. Perusahaan berusaha membayar pajak serendah
mungkin karena pajak akan mengurangi pendapatan atau laba bersih yang di
dapat oleh perusahaan, sedangkan bagi pemerintah mengharapkan pajak yang
tinggi untuk dipergunakan membiayai pembangunan dan pengeluaran negara.
Perbedaan inilah yang menyebabkan wajib pajak cenderung untuk
30
mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal
(Darmawan dan Sukartha, 2014).
Rendahnya kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak merupakan
salah satu penyebab terjadinya kasus-kasus penghindaran pajak. Selain itu
bisa juga disebabkan karena lemahnya sistem perpajakn di Indonesia dan
adanya kolusi dengan aparat negara.
Beberapa akibat dari penghindaran wajib pajak adalah
a. Hilangnya potensi pendapatan negara.
b. Membuat sistem perpajakan menjadi kurang prospektif.
c. Membuat pajak tidak bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan
Puspita (2014) menjelaskan beberapa cara perusahaan untuk melakukan
penghindaran pajak :
1. Menampakan laba dari aktivitas operasional sebagai laba dari
modal sehingga mengurangi laba bersih dan hutang pajak
perusahaan.
2. Mengukur pembelanjaan modal sebagai pembelanjaan operasional,
dan memberikan yang sama terhadap laba bersih sehingga
mengurangi hutang pajak perusahaan.
31
3. Membebankan biaya personal sebagai biaya bisnis sehingga
mengurangi laba bersih.
4. Membebankan depresiasi produksi yang berlebihan dibawah nilai
penutupan peralatan sehingga mengurangi laba kena pajak.
5. Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam
industry manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.
Praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan dapat diukur
dengan banyak cara. Menurut Hanlon dan Heitzman (2010) dalam Simarmarta
(2014) membuat daftar 12 cara pengukuran penghindaran pajak yang biasanya
digunakan di berbagai literature, yaitu:
Tabel II.1
Pengukuran penghindaran pajak
Metode
pengukuran
Cara Perhitungan Keterangan
GAAP
ETR
𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Total I tax espenser
dollar of pre-tax
book income
Current 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Current tax expense
32
ETR per dollar of pre-tax
book income
Long-Run
ETR
𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑖𝑑
𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Sum of cash taxes
paid over and years
devided by the sum
of pre-tax earning
over and years
ETR
differensial
Staturory ETR- GAAP ETR The difference of
between the
staturory ETR and
firm’s GAAP ETR
DTAX Error term form following regression : ETR
diffrensial × 𝑝𝑟𝑒 − 𝑡𝑎𝑥 𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 =
𝛼 + 𝑏𝑥 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 + 𝑒
Current tax expense
per dollar of pre-tax
book income
Total BTD Pre-tax book income−(( 𝑈. 𝑆 𝐶𝑇𝐸 +
𝐹𝑔𝑛 𝐶𝑇𝐸/𝑈.ST) – (𝑁𝑂𝐿𝑡 − 𝑁𝑜𝑙𝑡 − 𝐼))
The total difference
of between book and
taxable income
Temporary Differed tax expense / U.S STR The total difference
of between book and
33
BTD taxable income
Abnormal
Total BTD
Residual from BTD/Tait = 𝛽𝑇𝑎𝑖𝑡 + 𝛽𝑚𝑖 A measure of
unexplained total
book-tax diffrences
Unrecogniz
ed tax
Benefit
Discolsed amount post= FIN 48 Tax liability accrued
for taxes not yet paid
on uncertain
positions
Tax Shelter
Actovity
Indicator variable for firms accused of
enganging in a tax shelter
Firm identified via
firm disclousure,the
pres, or IRS
confidential data
Marginal Tax
Rate
Simulated marginal tax rate Present value of
taxes on an
additional of income
34
Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran CETR ( Cash EffectiveTax
Rate). CETR merupakan tarif pajak efektif yang dihitung dengan pembayaran
pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak.
Tax Avoidance yang diproksikan dengan CETR ini mengindentigikasikan
bahwa semakin tinggi tingat presentase CETR maka semakin rendah tingkat
penghindaran pajak, sebaliknya semakin rendah tingkat presentase CETR maka
semakin tinggi tingkat penghindaran pajak perusahaan. CETR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CETR it = Cash Tax Period it
Per Tax income it
Sumber : Budiman 2012
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menganalisi pengaruh dilakukannya
tax avoidance, beberapa di antaranya sebagai berikut
Tabel II.2
Penelitian Terdahulu
Tahun Nama
peneliti
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil penelitian
2018 Wulandari Pengaruh
Profitabilitas,
Komite Audit,
Variabel
independen
1. Profitabilitas
Profitabilitas
berpengaruh
positif dan
35
Kualitas Audit,
Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Institusional,
Dewan Direksi
dan Financial
Distress terhadap
Penghindaran
Pajak
2. Komite
Audit
3. Kualitas
Audit
4. Komisaris
Independen
5. Kepemilikan
Instusional
6. Dewan
Direksi
7. Financial
Distress
Variabel
dependen
1. Penghindaran
Pajak
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak, Komite
audit berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak, Kualitas
audit berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak, Komisaris
independen dan
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak, Financial
distress tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak
2016 Diantari dan
Ulupui
Pengaruh Komite
Audit, Proporsi
Komisaris
Independen, dan
Proporsi
Kepemilikan
Institusional
Terhadap Tax
Avoidance
Variabel
independen
1. Komite
Audit
2. Proporsi
Komisaris
Independen
3. Proporsi
Kepemilikan
Institusional
Variabel
Komite audit
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance,
Proporsi
komisaris
independen
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance,
Proporsi
36
dependen
1. Tax
Avoidance
Kepemilikan
Institusional tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap tax
avoidance.
2019 Munawaroh,
Sari
Pengaruh Komite
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas,
dan Kompensasi
Rugi Fiskal
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Variabel
independen
1.Komite Audit
2. Kepemlikan
Institusional
3. Profitabilitas
4. Kompensansi
Rugi Fiskal
Variabel
Dependen
1. Penghindaran
Pajak
Komite audit
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak,
kepemilikan
institusional dan
Profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak,Kompensasi
rugi fiskal
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak
2017 Oktamawati Pengaruh
Karakter
Eksekutif,Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan,
Leverage, dan
Pertumbuhan
Penjualan
Terhadap Tax
Avoidance
Variabel
independen
1.Karakter
Eksekutif
2.Komite Audit
3.Ukuran
Perusahaan
4. Leverage
5. Pertumbuhan
Penjualan
Variabel
dependen
1. Tax
Avoidance
Karakter eksekutif
berpengaruh
positif terhadap
tax avoidance,
Komite audit
tidak berpengaruh
terhadap tax
avoidance, ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance,
leverage
berpengaruh
positif terhadap
tax avoidance,
pertumbuhan
37
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarakan uraian sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang diajukan
dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
H1
H2
H3
H4
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
penjualan
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance.
Komite Audit,
Kepemilikan
Instusional,
Dewan Komisaris
Independen
(X4)
(X3)
Komite Audit
(X1)
Kepemilikan
Institusional
(X2)
Dewan
Komisaris
Independen
(X3)
(X3)
Tax Avoidance
(Y)
38
D. Perumusan Hipotesa
Hipotesa merupakan gambaran yang menjelaskan hubungan antara dua
variabel atau lebih . Hipotesa menyampaikan pernyataan peneliti tentang
hubungan anatara variabel- variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan
yang paling spesifik. Hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini terkait
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengaruh
komite audit, kepemilikan instusional, dewan komisaris indenpenden terhadapa
tax avoidance.
D.1 Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance
Tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang mengawasi
perusahaan agar terhindar dari konflik keagenan. Dengan adanya mekanisme tata
kelola perusahaan yang baik, kinerja perusahaan dapat terkontrol.
Dalam menerapkan corporate governance, komite audit memainkan
peran penting karena membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan dan efektifitas audit internal maupun eksternal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2019) menunjukan bahwa
banyak sedikitnya jumlah anggota komite audit memberikan jaminan dapat
melakukan intervensi dalam peran penentuan kebijakan besaran tarif pajak efektif
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit
akan lebih bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan
39
karena komite audit akan memonitor segala kegiatan yang berlangsung di dalam
perusahaan.
Semakin banyak jumlah anggota komite audit mka pengawasan terhadap
manajemen perusahaan menjadi semakin ketat , sehingga akan memperkecil
kemungkinan dilakukannya tax avoidance.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesa kesatu sebagai
berikut :
H1 : Komite Audit berpengaruh terhadap tax avoidance
D.2 Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap tax avoidance
Kepemilikan Institusional merupakan lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham
(Cahyono, Andini, dan Raharjo :2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Diantari dan Ulupui (2016) menunjukan bahwa kepemilikan institusional yang
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Mekanisme
pemegang saham institusional dalam tata kelola perusahaan berfungsi sebagai
penghambat keputusan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan pemegang saham
Institusional cenderung kurang agresif dalam strategi perusahaan dan
mengharapkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan dalam pembayaran
pajak.
40
H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap tax avoidance
D.3 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Menurut peraturan Otoritas jasa keuangan Nomor 33/PJOK/04/2014
tentang direksi dan dewan komisaris emiten atau perusahaan public menyatakan
jumlah komisaris independen wajib kurang lebih 33% dari jumlah seluruh anggota
dewan komisaris.
Hasil penelitian Fauziyah (2019) dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini berarti proporsi dewan komisaris
independen perusahaan manufaktur selama periode penelitian akan mempengaruhi
secara negatif kegiatan tax avoidance yang dilakukan perusahaan.
Berdasarkan para dewan komisaris independen sebagai pihak yang dapat
melakukan pengawasan dengan baik terhadap manajemen maka diprediksi bahwa
semakin besar proporsi dewan komisaris independen semakin bisa manejekan
manajemen untuk tidak melakukan penghindaran pajak. Serta berdasarkan hasil
beberapa penelitian terdahulu yang belum memberikan hasil yang konsisten maka
penelitian ini mengajukan hipotesis ketiga sebagai berikut :
H3 : Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance
41
D.4 Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Dewan
Komisaris Independen secara bersamaan terhadap Tax Avoidance
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2019) menunjukan bahwa
banyak sedikitnya jumlah anggota komite audit memberikan jaminan dapat
melakukan intervensi dalam peran penentuan kebijakan besaran tarif pajak efektif
perusahaan. Wulandari (2018) berarti besar kecilnya kepemilikan saham
institusional belum mampu menurunkan perusahaan akan melakukan
penghindaran pajak. Hasil penelitian oleh Hidayah (2017) membuktikan bahwa
semakin banyak komisaris independen dalam perusahaan belum berhasil
mengurangi praktik penghindaran pajak.
Berdasarka uraian tersebut dapat disumpulkan bahwa komite audit,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen memiliki pengaruh
terhadap tax avoidance, maka hipotesa yang diajukan sebagai berikut :
H4 : Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Dewan Komisaris
Independen berpengaruh simultan terhadap tax avoidance
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan
data numerik dan menekankan proses penelitian pada pengukuran hasil yang
objektif menggungakan analisis statistik. Jenis penelitian sangat efektif untuk
mengukur variabel, serta untuk menemukan fakta dan teori-teori yang timbul.
Menurut (Sujarweni 2015,39) dalam bukunya “Metode Penelitian
Bisnis & Ekonomi” menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif merupakan :
“ jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara-
cara lain dari kuantifikasi”.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, komite audit, dewan
komisaris indepeden terhadap tax avoidance yang bersumber dari laporan
keuangan perusahaan.
43
B. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang
digunakan untuk pengukuran penghindaran pajak (tax avoidance) dan
corporate governance yang di proksi dengan kepemilikan institusional, komite
audit, dewan komisaris indepeden. Peneliti ini mengambil sampel pada
perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2014 sampai dengan 2018.
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan ke masyarakat sebagai informasi atau untuk bahan penelitian.
Data yang digunakan berupa laporan keuangan selama 5 tahun yaitu dari tahun
2014- 2018 yang dipublikasikan seperti annual report dan laporan laba rugi
perusahaan-perusahaan Manufaktur sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia yaitu www.idx.co.id.
44
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kesuluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai karekteristik dan kualitas tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sejarweni
2015,80). Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018 dengan jumlah populasi sebanyak 25
perusahaan dan tidak semua populasi ini akan menjadi objek penelitian,
sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel lebih lanjut.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak
diteliti. Pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,yaitu
peengambilan sample dengan krtiteria tertentu. Adapun kriterian penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014-2018
2. Perusahaan yang mengalami pindah sektor
3. Perusahaan yang menghasilkan laba negatif.
4. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir 31
Desember selama periode pengamatan 2014-2018.
5. Perusahaan yang memiliki data outlier.
45
Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
(purposive sampling) sebagai berikut :
Tabel III.1
Proses Pemilihan Sampel
No Kriteria Perusahaan
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun
2014-2018 25
2 Perusahaan yang mengalami pindah sektor (1)
3 Perusahaan yang menghasilkan laba negatif. (4)
4 Perusahaan yang laporan keuangan nya tidak lengkap
selama periode pengamatan 2014-2018. (9)
5 Perusahaan memiliki data outlier (5)
JUMLAH SAMPEL PER TAHUN 6
JUMLAH DATA OBSERVASI SELAMA PERIODE
PENGAMATAN (5 TAHUN) 30
Sumber : BEI, data diolah (2019)
46
Berikut adalah nama perusahaan yang telah memenuhi kriteria dan
menjadi sampel dalam penelitian ini :
Tabel III.2
Daftar Sampel Perusahaan
NO Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 DLTA Delta Djakarta Tbk
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
4 SKBM Sekar Bumi Tbk
5 STTP Siantar Top Tbk
6 UTLJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
Sumber : BEI, data diolah (2019)
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi pusaka dan dokumentasi. Studi pusaka yang digunakan dengan
memahami penelitian dahulu,membaca buku dan jurnal, mengolah data, dan
melalui internet sebagai acuan yang berhubungan dengan penelitian.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data
sekunder yang berhubungan dengan variabel yang diteliti seperti laporan
tahunan perusahaan yang telah di publikasikan oleh BEI.
47
F. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas adalah variabel-variabel yang mempengaruhi variabel
tersebut yang dapat diukur dan diamati. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah :
1.1 Komite Audit
Pengukuran yang digunakan untuk variabel komite audit yang dilihat dari
jumalah anggota komite audit, sesuai dengan peraturan yang telah di
keluarkan di Bursa Efek Indonesia bahwa jumlah komite audit yang
beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang. Pada penelitian ini variabel
Komite Audit diukur menggunakan perhitungan KA diukur dengan model
dalam penelitian ini yaitu:
KA= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 𝐿𝑢𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡
1.2 Kepemilikan Institusional
Besar kecilnya pengaruh variabel kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam
penelitian ini kepemilikan institusional diukur menggunakan presentase.
kepemilikan institusional dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai
berikut (Fadhilah, 2014) :
48
Kepemilikan Institusional = Proporsi Saham yang dimiliki Intitusi
Jumlah Saham yang diterbitkan
Kepemilikan institusional dilambangkan dengan INST.
1.3 Dewan Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai
hubungan afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan
direksi dan pemegang saham pengendali (Samsul,2015:119). Dalam
penelitian ini dewan komisaris independen dapat dihitunmg dengan
menggunakan rumus:
Dewan Komisaris Independen = Jumlah Komisaris Independen
Total Komisaris
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel dependen dalam peneitian ini adalah tax avoidance. Pengukuran
tax avoidance dalam penelitian ini yakni menggunak CETR perusahaan,
Dimana semakin besar CETR ini mengidenfikasikan semakin rendah tingkat
penghindaran pajak. Adapun rumus untuk menghitung CETR adalah sebagai
berikut :
CETR = Pembayaran Pajak
Laba Sebelum Pajak
49
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan regresi liner berganda untuk menganalisis
pengaruh tiap variabel independen dan dependen. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan program SPSS versi 23. Adapun pengujian yang dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami. Menurut Ghozali (2016 : 19) dalam buku Aplikasi Analisis
Multivariete dengan program IBM SPSS 23 menyatakan bahwa, Statistik
Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suaru data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, makmimum, minimum,
sum,range, kurstosis, dan swekness (kemenangan distribusi).
Sweknes dan kurtosis merupakan ukuran untuk melihat apakah data
EARNS terdistribusi secara normal atau tidak. Swekness mengukur
kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data.
Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai swekness dan
kurtosis mendekati nol.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan suatu uji kualitas data yang dilakukan
sebelum dilakukannya pengujian regresi linier berganda. Pengujian asumsi
50
klasik bertujuan untuk menguji dan mengetahui kelayakan model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016:154) dalam buku Aplikasi Analisi
Multivariate dengan program IBM SPSS 23 menyatakan bahwa:
”Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.”
Dalam uji normalitas dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
Jika nilai signifikan dari uji K-S >0.05 maka data residual
berdistribusi normal.
Jika nilai signifikan dari uji K-S <0,05 maka data residual
tidak berdistribusi normal.
Dalam pengujian normalitas juga dapat melihat penyebaran data
yang ditunjukan dalam grafik normal probality plot dan dinyatakan
dengan titik. Jika model regresi memenuhi syarat normalitas apabila
penyebaran titik-titik bereda disekitar garis diagonal dalam grafik normal
probality plot. Jika model regresi tidak memenuhi syarat normalitas
apabila penyeberan titik-titik tidak disekitar garis diagonal dalam grafik
normal probality plot.
b. Uji Multikolinearitas
51
Menurut Ghozali (2016:103) dalam buku Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 menyatakan bahwa:
“Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen)”.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
didalam regresi adalah sebagai berikut:
Jika nilai tolenrance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak
terjadi multikolinearitas.
Jika nilai tolenrance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Uji autokoleransi ini bertujuan untuk meguji apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dianamakan ada
masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokoleransi (Ghozali 2016,107).
52
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015:177) dalam buku metedologi
penelitian menyatakan bahwa :
“Menguji autokolerasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel sebelumnya”.
Untuk mendeteksi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW
test). Pengambilan keputusan dengan menggunakan angka Durbin
Watson dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokolerasi positif.
b. Angka D-w dianatara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokoleransi
c. Angka D-W diatas -2 berarti ada autokolerasi negatif.
d. Uji Heterosdatistitas
Menurut (Ghozali 2016, 139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke satu pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian
ini yaitu dengan cara melihat scatter plot. Model regresi yang tidak
terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut :
53
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu y, makan tidak terjadi heteroskeadastisitas.
3. Uji Regresi Berganda
a. Uji Regresi Linear Berganda
Menurut Ghozali (2016,8) dalam buku Aplikasi Analisis Multivariete
dengan program IBM SPSS 23 menyatakan bahwa :
“Regresi adalah metode statistik untuk menguji hubungan antara satu
variabel terikat dan satu atau lebih variabel bebas”.
Regresi ini diukur diukur membentuk persamaan yang melibatkan
hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Model penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
CETR = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ∈
Keterangan :
CETR = Cash Effective Tax Rate
54
α = Konstanta
β1,2,3 = Koefisien regresi untuk setiap variabel x
X1 = Komite Audit
X2 = Kepemilikan Instusional
X3 = Dewan Komisaris Independen
∈ = Standar Error
b. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut (Ghozali 2016, 95), koefisien derminasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel independen memberikan hamper semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunakan koefisiensi determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasuka kedalam model. Setiap
tambahan satu variabel bebas maka R2 pasti akan meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terkait. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan
nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regeresi terbaik.
55
Tidak seperti R2 , nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis
regresi liner berganda yaitu analisi yang untuk mengetahui sejuah mana
pengaruh komite audit, kepemilikan instusional, dan dewan komisaris
independen sebagai variabel independen dan tax avoidande sebagai variabel
dependen. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh komite audit,
kepemilikan instusional, dan dewan komisaris independen secara simultan dan
parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance , digunakan pengujian
hipotesis secara simultah secara dengan uji F dan secara parsial dengan uji t.
a. Uji F
Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model penelitian memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali 2016 :97). Dasar
pengambilan keputusan yang digunakan dengan cara membandingkan nilai
F hitung dengan nilai F tabel, sebagai berikut:
1. Apabila F hitung < F tabel, maka H4 ditolak.
2. Apabila F dihitung > F tabel, maka H4 diterima.
56
b. Uji T
Uji statistic t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (Ghozali 2016, 97). Pengujian hipotesis penelitian didasarkan
pada kriteria pengambilan keputusan, sebagai berikut:
1. Jika nilai sig. < 0,05, maka Ha ditolak
2. Jika nilai sig. > 0,05, maka Ha ditolak.
57
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini melakukan pengujian tentang pengaruh komite audit,
kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen terhadap tax
avoidance. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
makanan dan minuman selama tahun 2014-2018 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel dari penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yang memperoleh sampel sebanyak 25 perusahaan.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel jumlah sampel yang diperoleh 6
perusahaan selama 5 tahun periode penelitian dari 2014-2018, Sehingga
jumlah data yang digunakan 30 data. Penelitian ini menggunakan variabel
independen komite audit (KA), kepemilikan institusional (KI) , dewan
komisaris independen (DKI), dan variabel dependen menggunakan tax
avoidance yang diolah dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018.
Berikut ini nilai dari masing-masing variabel penelitian.
1. Tax Avoidance
Tax avoidance adalah usaha wajib pajak untuk meminimumkan,
mengurangi, menghindari, atau meringankan beban pajak dengan cara sesuai
dengan Undang-Undang Pajak bukan pelanggaran Undang-Undang perpajakan.
58
Tax Avoidance diukur dengan menggunakan proksi CETR (cash
effective tax rate). CETR memperlihatkan seberapa besar tingkat penghindaran
pajak yang dilakukan dalam suatu perusahaan. Dari perhitungan yang didapat
maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai CETR maka
memperlihatkan semakin tinggi praktik tax avoidance dilakukan. Berikut tabel
data cara perhitungan CETR :
Tabel IV.1
Data Untuk Menghitung CETR
NO EMITEN TAHUN PEMBAYARAN
PAJAK
LABA SEBELUM
PAJAK
CETR
1
DLTA
2014 Rp 82,105,863,000 Rp 379,518,812,000 0.21634
2015 Rp 69,234,006,000 Rp 285,564,550,000 0.24244
2016 Rp 77,889,052,000 Rp 327,047,654,000 0.23816
2017 Rp 95,717,980,000 Rp 369,012,853,000 0.23816
2018 Rp 62,615,003,000 Rp 300,973,248,000 0.20804
2 ICBP
2014 Rp 1,106,699,000,000 Rp 3,388,725,000,000 0.32658
2015 Rp 1,189,923,000,000 Rp 4,009,634,000,000 0.29677
2016 Rp 1,530,642,000,000 Rp 4,989,254,000,000 0.30679
2017 Rp 1,862,383,000,000 Rp 5,206,561,000,000 0.35770
2018 Rp 2,005,525,000,000 Rp 6,446,785,000,000 0.31109
3
INDF
2014 Rp 2,398,644,000,000 Rp 6,340,185,000,000 0.37832
2015 Rp 2,333,641,000,000 Rp 6,340,185,000,000 0.36807
2016 Rp 2,678,358,000,000 Rp 7,385,228,000,000 0.36266
2017 Rp 3,422,799,000,000 Rp 7,594,822,000,000 0.45068
2018 Rp 3,460,973,000,000 Rp 7,446,966,000,000 0.46475
4
SKBM
2014 Rp 33,848,984,710 Rp 109,761,131,334 0.30839
2015 Rp 24,432,811,781 Rp 60,842,705,614 0.40157
2016 Rp 12,702,356,112 Rp 30,809,950,308 0.41228
2017 Rp 13,706,785,039 Rp 31,761,022,154 0.43156
2018 Rp 10,858,232,331 Rp 20,887,453,647 0.51984
5
STTP
2014 Rp 53,340,816,264 Rp 167,977,695,749 0.31755
2015 Rp 51,222,193,820 Rp 232,005,398,773 0.22078
2016 Rp 45,345,049,181 Rp 217,746,308,540 0.20825
2017 Rp 60,687,733,168 Rp 288,545,819,603 0.21032
2018 Rp 89,810,904,314 Rp 324,694,650,175 0.27660
59
Sumber : www.idx.co.id
Dengan demikian, hasil perhitungan CETR dapat dilihat dari tabel IV.2 dibawah ini:
Tabel IV.2
Hasil Perhitungan CETR
NO EMITEN
TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
1 DLTA 0.21634 0.24244 0.23816 0.23816 0.20804
2 ICBP 0.32658 0.29677 0.30679 0.35770 0.31109
3 INDF 0.37832 0.36807 0.36266 0.45068 0.46475
4 SKBM 0.30839 0.40157 0.41228 0.43156 0.51984
5 STTP 0.31755 0.22078 0.20825 0.21032 0.27660
6 UTLJ 0.33487 0.15945 0.27135 0.33813 0.30760
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan CETR pada tabel IV.2 diatas, nilai
tertinggi untuk CETR pada tahun 2014 dimiliki oleh PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk (INDF) dengan nilai 0.37832 (37,832 %), sedangkan nilai
terendah dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan nilai 0.21634
(21,634%). Pada tahun 2015 untuk CETR dimiliki oleh PT Sekar Bumi Tbk
6
UTLJ
2014 Rp 125,695,094,342 Rp 375,356,927,774 0.33487
2015 Rp 111,720,131,452 Rp 700,675,250,229 0.15945
2016 Rp 253,029,785,147 Rp 932,482,782,655 0.27135
2017 Rp 347,000,000,000 Rp 1,026,231,000,000 0.33813
2018 Rp 291,922,000,000 Rp 949,018,000,000 0.30760
60
(SKBM) dengan nilai 0.40157 ( 40,157%), sedangkan untuk nilai terendah
dimiliki oleh PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ). Pada tahun 2016 nilai
tertinggi untuk CETR dimiliki oleh PT Sekar bumi Tbk (SKBM) dengan nilai
0.41228 (41,228 %), sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh PT Siantar
Top Tbk (STTP). Pada tahun 2017 nilai tertinggi untuk CETR dimiliki oleh PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan nilai 0.45068 ( 45,068%),
sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh PT Siantar Top Tbk (STTP)
dengan nilai 0.21032 (21,032%). Pada tahun 2018 nilai tertinggi untuk CETR
dimiliki oleh PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) dengan nilai 0.51984 ( 51,984 %) ,
sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA)
dengan nilai 0.20804 (20,804 %).
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, perusahaan yang
memiliki nilai CETR tertinggi adalah PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) sebesar
0.51984 ( 51,984 %). Semakin tinggi nilai CETR maka memperlihatkan
semakin rendah tax avoidance dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut baik. Sedangkan perusahaan yang memiliki CETR
terendah adalah PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 0.20804 (20,804 %).
Hal ini memperlihatkan bahwa tax avoidance yang dilakukan PT Delta
Djaktarta Tbk (DLTA) sangat tingi.
61
2. Komite Audit
Data diperoleh dari laporan annual report pada laporan keuangan tahunan
perusahaan (struktur dewan komite audit) selama periode penelitian. Dalam
penelitian ini komite audit diukur dengan cara membagi jumlah komite audit
luar dengan total komite audit. Sebagian besar jumlah komite audit hanya
memenuhi ketentuan yang ditetapkan BAPEPAM yaitu minmal 3 (tiga) orang.
Dengan semakin kecil nya jumlah komite audit yang ada diperusahaan, maka
tingkat pengawasan kurang efektif, sehingga kemungkinan pihak manajemen
melakukan tax avoidance cukup tinggi. Berikut cara menghitung komite audit
(KA) :
Tabel IV.3
Cara Menghitung KA
NO EMITEN TAHUN
Jumlah komite
audit luar
Total komite
audit KA
1 DLTA
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
2 ICBP
2014 1 2 0.50000
2015 1 2 0.50000
2016 1 2 0.50000
2017 1 2 0.50000
2018 1 2 0.50000
3 INDF
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
4 SKBM 2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
62
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
5 STTP
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
6 UTLJ
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
Sumber : www.idx.co.id
Dengan demikian, hasil perhitungan KA dapat dilihat dari tabel IV.4 dibawah ini:
Tabel IV.4
Hasil perhitungan KA
NO EMITEN
TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
1 DLTA 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667
2 ICBP 0.50000 0.50000 0.50000 0.50000 0.50000
3 INDF 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333
4 SKBM 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667
5 STTP 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667
6 ULTJ 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667 0.66667
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan KA pada tabel IV.4 diatas, nilai tertinggi
untuk KA pada tahun 2014 dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT
63
Sekar Bumi Tbk, PT Siantar Top Tbk (STTP), PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.66667 (66,667%) , sedangkan nilai terendah
dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan nilai 0.33333
(33,333%). Pada tahun 2015 nilai tertinggi untuk KA dimiliki oleh PT Delta
Djakarta Tbk (DLTA), PT Sekar Bumi Tbk, PT Siantar Top Tbk (STTP), PT
Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.66667 (66,667%) ,
sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) dengan nilai 0.33333 (33,333%). Pada tahun 2016 nilai tertinggi untuk
KA dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Sekar Bumi Tbk, PT
Siantar Top Tbk (STTP), PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai
0.66667 (66,667%) , sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan nilai 0.33333 (33,333%). Pada tahun 2017
nilai tertinggi untuk KA dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT
Sekar Bumi Tbk, PT Siantar Top Tbk (STTP), PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.66667 (66,667%) , sedangkan nilai terendah
dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan nilai 0.33333
(33,333%). Pada tahun 2018 nilai tertinggi untuk KA dimiliki oleh PT Delta
Djakarta Tbk (DLTA), PT Sekar Bumi Tbk, PT Siantar Top Tbk (STTP), PT
Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.66667 (66,667%) ,
sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) dengan nilai 0.33333 (33,333%).
Dari pernjelasan tersebut, semua perusahaan memiliki jumlah komite audit
yang cukup pada periode 2014-2018, sehingga dapat disimpulkan perusahaan
64
yang memliki jumlah KA yang paling sedikit 33,333% dari jumlah seluruh
komite audit. Semakin banyak proporsi komite audit, maka semakin efektif
tingkat pengawasan terhadap manajemen, sehingga semakin rendah tax
avoidance yang dilakukan perusahaan.
3. Kepemilkan Intitusional
Data kepemilkan saham institusional diperoleh dari laporan annual report
pada laporan keuangan tahunan perusahaan. Kepemilikan institusional diukur
dengar cara membagi jumlah saham institusional dengan jumlah saham yang
beredar. Berikut cara menghitung Kepemilikan Institusional (KI) :
Tabel IV.5
Cara Menghitung KI
NO EMITEN TAHUN Saham Institusi Saham Beredar KI
1 DLTA
2014 9,341,223 16,013,181 0.58335
2015 467,061,150 800,659,050 0.58335
2016 467,061,150 800,659,050 0.58335
2017 467,061,150 800,659,050 0.58335
2018 467,061,150 800,659,050 0.58335
2 ICBP
2014 4,695,839,000 5,830,954,000 0.80533
2015 4,695,839,000 5,830,954,000 0.80533
2016 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
2017 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
2018 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
3 INDF
2014 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2015 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2016 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2017 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2018 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
4 SKBM
2014 762,561,509 936,530,894 0.81424
2015 753,778,709 936,530,894 0.80486
2016 755,074,606 936,530,894 0.80625
2017 755,074,606 936,530,894 0.80625
2018 1,323,097,448 1,726,003,217 0.76657
65
5 STTP
2014 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2015 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2016 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2017 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2018 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
6 UTLJ
2014 1,345,697,026 2,888,382,000 0.46590
2015 1,285,697,026 2,888,382,000 0.44513
2016 1,071,348,565 2,888,382,000 0.37092
2017 4,258,588,260 11,553,528,000 0.36860
2018 4,193,338,260 11,553,528,000 0.36295
Sumber : www.idx.co.id
Dengan demikian, hasil perhitungan KA dapat dilihat dari tabel IV.6 dibawah ini:
Tabel IV.6
Hasil Perhitungan KI
NO EMITEN
TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
1 DLTA 0.58335 0.58335 0.58335 0.58335 0.58335
2 ICBP 0.80533 0.80533 0.80533 0.80533 0.80533
3 INDF 0.50067 0.50067 0.50067 0.50067 0.50067
4 SKBM 0.81424 0.80486 0.80625 0.80625 0.76657
5 STTP 0.56763 0.56763 0.56763 0.56763 0.56763
6 ULTJ 0.46590 0.44513 0.37092 0.36860 0.36295
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan KI pada tabel IV.6 diatas, nilai
tertinggi untuk KI pada tahun 2014 dimiliki oleh PT Sekar Bumi Tbk (SKBM)
dengan nilai 0.81424 (81,424%) , sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai 0,46590 (46,590%).
Pada tahun 2015 nilai tertinggi untuk KI dimiliki oleh PT Indofood CBP
66
Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai 0.80533 (80,533%) , sedangkan
untuk nilai terendah dimiliki PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan
nilai 0.44513 (44,153%). Pada tahun 2016 nilai tertinggi untuk KI dimiliki
oleh PT Sekar Bumi Tbk dengan nilai 0.80625 (80,625%) , sedangkan nilai
terendah dimiliki oleh PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai
0.37092 (37,092%). Pada tahun 2017 nilai tertinggi dimiliki PT Sekar Bumi
Tbk dengan nilai 0.80625 (80,625%) , sedangkan nilai terendah dimiliki oleh
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.36860 (36,860%).
Pada tahun 2018 nilai tertinggi dimiliki oleh PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai 0.80533 (80,533%), sedangkan untuk nilai
terendah dimiliki oleh PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai
0.36295 (36,295%).
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat perusahaan dengan nilai KM
tertinggi dimiliki oleh PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) sebesar 0.81424
(81,424%). Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi nilai kepemilikan
institusional semakin ketat pula pengawasan institusi dalam perusahaan yang
berdampak pada semakin kecilnya dilakukan praktik tax avoidance.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai KI terendah adalah PT Ultra Jaya
Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan nilai 0.36295 (36,295%). Hal ini
memperlihatkan pengawasan institusi dalam perusahaan tidak ketat yang
berdampak pada tingginya dilakukan tax avoidance.
67
4. Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen diukur dengan menggunakan persentase komisaris
independen terhadap total komisaris dalam perusahaan. Semakin besar proporsi
dewan komisaris independen maka semakin tinggi dalam pengawasan terhadap
manajemen dan berakibat semakin rendah tax avoidance. Namun sebaliknya
semakin kecil proporsi dewan komisaris semakin tinggi melakukan tax
avoidance. Berikut cara perhitungan dewan komisaris independen :
Tabel IV.7
Cara menghitung DKI
NO EMITEN TAHUN
JUMLAH
KOMISARIS
INDEPENDEN
TOTAL
KOMISARIS DKI
1 DLTA
2014 2 5 0,40000
2015 2 5 0,40000
2016 2 5 0,40000
2017 2 5 0,40000
2018 2 5 0,40000
2 ICBP
2014 3 6 0.50000
2015 3 6 0.50000
2016 3 6 0.50000
2017 3 6 0.50000
2018 3 6 0.50000
3 INDF
2014 3 8 0.37500
2015 3 8 0.37500
2016 3 8 0.37500
2017 3 8 0.37500
2018 3 8 0.37500
4 SKBM
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
68
Sumber : www.idx.co.id
Dengan demikian, hasil perhitungan DKI dapat dilihat dari tabel IV.8
dibawah ini:
Tabel IV.8
Hasil Perhitungan DKI
NO EMITEN
TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
1 DLTA 0.40000 0.40000 0.40000 0.40000 0.40000
2 ICBP 0.42857 0.33333 0.50000 0.50000 0.50000
3 INDF 0.37500 0.37500 0.37500 0.37500 0.37500
4 SKBM 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333
5 STTP 0.50000 0.50000 0.50000 0.50000 0.50000
6 UTLJ 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333 0.33333
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan variabel dewan komisaris independen
pada tabel IV.8 diatas, nilai tertinggi untuk proporsi dewan komisaris
5 STTP
2014 1 2 0.50000
2015 1 2 0.50000
2016 1 2 0.50000
2017 1 2 0.50000
2018 1 2 0.50000
6 UTLJ
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
69
independen pada tahun 2014 dimiliki oleh PT Siantar Top Tbk (STTP) dengan
nilai 0.50000 (5%), nilai terendah dimiliki oleh PT. Sekar Bumi Tbk (SKBM),
dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (UTLJ) dengan nilai 0.33333 (33,333%).
Pada tahun 2015 nilai tertinggi untuk proposi DKI dimiliki oleh PT Siantar
Top Tbk dengan nilai 0.50000 (5%), sedangkan nilai terendah dimiliki oleh
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM),
dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (UTLJ) dengan nilai 0.33333
(33,333%). Pada tahun 2016 nilai tertinggi untuk proporsi DKI dimiliki oleh
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Siantar Top Tbk (STTP)
dengan nilai 0.50000 (5%), sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT Sekar
Bumi Tbk (SKBM), dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (UTLJ) dengan
nilai 0.33333 (33,333%). Pada tahun 2017 nilai tertinggi untuk proporsi DKI
dimiliki oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Siantar Top
Tbk (STTP) dengan nilai 0.50000 (5%), sedangkan nilai terendah dimiliki
oleh PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
(UTLJ) dengan nilai 0.33333 (33,333%). Pada tahun 2018 nilai tertinggi untuk
proporsi DKI dimiliki oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),
PT Siantar Top Tbk (STTP) dengan nilai 0.50000 (5%), %), sedangkan nilai
terendah dimiliki oleh PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT Ultra Jaya Milk
Industry Tbk (UTLJ) dengan nilai 0.33333 (33,333%).
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat perusahaan dengan nilai KM
tertinggi dimiliki oleh PT Siantar Top Tbk (STTP) dengan nilai 0.50000
(5%). Hal ini berarti dengan semakin besarnya proporsi dewan komisaris
70
independen yang ada di perusahaan, maka tingkat pengawasa yang dilakukan
terhadap pihak manajemen akan lebih efektif, sehingga semakin efektifnya
pengawasan yang dilakukan dewan komisaris independen dapat menekan
pihak manajemen untuk tidak melakukan tax avoidance. Sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai DKI terendah adalah PT. Sekar Bumi Tbk
(SKBM), dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (UTLJ) dengan nilai 0.33333
(33,333%). Hal menunjukkan kurang efektifnya manajemen dalam
perusahaan, sehingga semakin kurang efektifnya pengawasan yang dilakukan
dewan komisaris independen dapat berdampak pada tingginya dilakukan tax
avoidance.
B. Analisis Statistik Dekriftif
Analisis statistic deskriftif dilakukan agar memberikan gambaran terhadap
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Informasi mengenai
statistic deskriptif tersebut meliputi : nilai minimum, nilai maksimum, rata-
rata (mean), dan standar deviasi. Penelitian ini menggunakan tiga variabel
independen yaitu komite audit (KA), kepemilikan institusional (KI), dewan
komisaris independen (DKI) serta variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tax avoidance (CETR). Hasil uji deskriptif tabel IV.9 dibawah ini :
71
Tabel IV.9
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 30 .15945 .51984 .3195773 .09164495
KA 30 .33333 .66667 .5833350 .12947248
KI 30 .36295 .81424 .6098857 .15185084
DKI 30 .33333 .50000 .4045623 .06892417
Valid N (listwise) 30
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Pada tabel IV.10 diatas menunjukkan deskriptif statistika bahwa kolom N
adalah data yang valid dan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel
data. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Variabel dependen (Y) yaitu tax avoidance yang diproksikan dengan
CETR menunujukkan nilai rata-rata 0,3195773 dengan standar deviasi
0,09164495. Praktik tax avoidance nilai terendah (minimum) 0,15945 dan
nilai tertinggi (maksimum) 0, .51984 artinya bahwa semakin rendah CETR
maka semakin tinggi tax avoidance, dilihat dari hasil CETR menunjukkan
nilai yang tinggi sehingga menandakan bahwa sebagian besar perusahaan
sampe yang diteliti tidak melakukan praktik tax avoidance. Dilihat dari jarak
tersebut mengidenfikasikan bahwa data pada variabel praktik tax avoidance
memiliki sebaran data yang kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai standar
deviasi yang lebih kecil disbanding nilai rata-ratanya ini menunjukkan bahwa
data yang digunakan baik.
72
Variabel independen (X1) yaitu komite audit yang diproksikan dengan KA
menunujukkan nilai rata-rata 0,5833350 dengan standar deviasi 0,12947248.
Komite audit dengan nilai terendah (minimum) 0,33333 dan nilai tertinggi
(maksimum) 0,66667. Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel komite
audit memiliki sebaran data kecil karena memiliki standar deviasi yang lebih
kecil disbanding dengan nilai rata-rata yaitu 0,12947248 < 0,5833350. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil perusahaan sampel yang
diteliti mampu mendapatkan komite audit dari luar peruahaan sesuai dengan
rata-rata diatas, hal ini menunjukkan penyebaran data baik.
Variabel independen (X2) yaitu kepemilikan institusional yang diproksikan
dengan KI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,6098857 dan standar deviasi
0,15185084. Kepemilikan institusional dengan nilai terendah (minimum)
0,36295 dan nilai tertinggi (maksimum) 0,81424. Hal ini menunjukkan bahwa
data pada variabel kepemilikan institusional memiliki sebaran data kecil
karena memiliki standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-
rata yaitu 0,15185084 < 0,6098857.
Variabel independen (X3) yaitu dewan komisaris independen yang
diproksikan dengan DKI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,4045623 dan
standar deviasi 0,06892417. Dewan komisaris independen dengan nilai
terendah (minimum) 0,33333 dan nilai tertinggi (maksimum) 0,50000. Hal ini
menunjukkan bahwa data pada variabel dewan komisaris independen memiliki
sebaran data yang baik, karena nilai standar deviasi lebih kecil dibanding
dengan nilai rata-ratanya yaitu 0,06892417 < 0,4045623. Dari hasil diatas,
73
nilai DKI menunjukkan nilai yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian perusahaan sampel memiliki persentase dewan komisaris yang cukup
baik dan pelaksanaan corporate governance telah berjalan dengan baik.
1. Uji Asumsi Klasik
Disajikan hasil pengujian asumsi klasik terhadap model regresi,
yang meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Hasil Uji Normalitas
dilakukan uji normalitas memiliki tujuan apakah dalam sebuah
model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi data normal atau tidak. Karena model regresi
yang baik mempunyai data normal agar penelitian yang dilakukan valid.
Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji One Sampel
Kolmogorov-Smirnov(K-S). Pengujian normalitas ini akan melihat
penyebaran data yang ditunjukkan dalam grafik dan dinyatakan dengan
titik. Model regresi yang memenuhi uji normalitas, apabila penyebaran
titik-titiknya berada disekitar garis diagonal dalam grafik normal
probability plot, sedangkan model regresi yang tidak memenuhi uji
normalitas, apabila titik menyebar jauh dari garis diagonal dalam grafik
normal probability plot. Hasil uji normalitas ditunjukkan dalam tabel
IV.10 sebagai berikut :
74
Tabel IV.10
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
Dari gambar diatas grafik normal probability plot diatas dapat
diketahui bahwa sebaran data (titik) menyebar sekitar garis diagonal
dan cenderung dapat membentuk garis lurus, sehingga asumsi
kenormalan tidak dilanggar dan berarti lulus uji normalitas. Jadi model
regresi layak digunakan untuk memprediksi pengaruh komite audit,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen terhadapa tax
avoidance.
Pada penjelasan sebelumnya, dalam pengujian terhadap
normalitas data dapat juga dilakukan dengan uji One Sampel
Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,05. Jika nilai asymp.sig. (2-tailed)>
α, maka data residual terdistribusi normal, tetapi jika nilai asymp.sig.
(2-tailed)< α, maka data residual tidak terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas ditunjukkan dalam tabel IV.11 sebagai berikut :
75
Tabel IV.11
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .06006691
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.071
Test Statistic .085
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai asymp.sig. (2-
tailed) sebesar 0,200. Nilai asymp.sig. (2-tailed)> 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal dan model
penelitian memenuhi kriteria asumsi klasik.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance
76
dan varianceinflantor factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau nilai VIF ≥ 10. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada
tabel IV.12 sebagai berikut
Tabel IV.12
Hasil Uji Multikolonieritas
S
umber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui hasil pengujian
multikolonieritas, variabel komite audit menunjukkan nilai VIF 1,008 <
10 dan tolerance 0,992 > 0,1 , variabel kepemilikan institusional
menunjukkan nilai VIF 1,082 < 10 dan tolerance 0,924 > 0.1 , variabel
dewan komisaris independen menunjukkan nilai VIF 1,086 < 10 dan
tolerance 0,920 > 0,1. Berdasarkan hasil tersebut diketahui semua variabel
independen, baik variabel komite audit, kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen tidak memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan nilai
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KA .992 1.008
KI .924 1.082
DKI .920 1.086
a. Dependent Variable: CETR
77
tolerance kurang dari 0,1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi sehingga
persamaan regresi ini layak untuk digunakan analisis selanjutnya.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan
kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-
Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin-Watson hitung (d)
dengan nilai batas tinggi (upper bond atau du). Model regresi dikatakan
bebas dari autokorelasi jika dl du < DW < 4-dl. Tingkat signifikan yang
digunakan dalam uji Durbin – Watson ini adalah 0,005. Uji autokorelasi
penelitian ini disajikan dalam tabel IV.13:
Tabel IV.13
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .755a .570 .521 .06343772 1.319
a. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
78
Dari tabel IV.13 diketahui bahwa nilai Durbin-Watson dalam
model regresi ini adalah 1,319 dengan n = 30, k = 3 diperoleh nilai
du1,6498. Karena ketentuan nilai uji Durbin-Watson terpenuhi yaitu dl ≤
d≤ du sama dengan 1,1010 < 1,319 < 1,6498. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada
autokorelasi positif.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat
titik pola pada scatterplot antara SRESID (studentized residual) dan
ZPRED (standardized predicted value). Jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji
heteroskedastisitas disajikan dalam gamabar IV.1 dibawah ini :
79
Gambar IV.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan gambar IV.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
CETR berdasarkan masukan variabel independen KA,KI,DKI.
80
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Uji analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen. Dalam penelitian ini analisis regresi linier berganda digunakan
untuk menunjukkan arah hubungan antara komite audit, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen terhadap tax avoidance. Hasil
dari analisis regresi linier berganda pada tabel IV.14 sebagai berikut :
Tabel IV.14
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .692 .095 7.295 .000
KA -.398 .091 -.563 -4.359 .000
KI .230 .081 .381 2.853 .008
DKI -.694 .178 -.522 -3.893 .001
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel IV.14 dapat dibentuk persamaan regresi linier
berganda untuk penelitian ini, yaitu :
CETR = 0,692 - 0,398 KA + 0,230 KI - 0,694 DKI + 𝜺
81
Persamaan regresi diatas, dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai koefesien konstanta sebesar 0,692 nilai konstanta ini
menunjukkan bahwa apabila variabel komite audit, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen bernilai 0 maka nilai
variabel dependen ( tax avoidance) bernilai 0,692.
2. Komite Audit
Nilai koefesien X1 komite audit sebesar – 0,398. Hal ini dapat di
interprestasikan bahwa apabila komite audit (KA) sebesar 1 satuan,
maka akan mengakibatkan penurunan tingkat tax avoidance sebesar
0,398 satuan, sedangkan sisanya sebesar 0,602 dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Kepemilikan Institusional
Nilai koefesien X2 kepemilikan institusional sebesar 0,230. Hal ini
dapat di interprestasikan bahwa apabila kepemilikan institusional (KI)
sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan peningkatan tingkat tax
avoidance sebesar 0,230 satuan, maka kenaikkan nya sebesar 1,230
dipengaruhi oleh variabel lain secara teliti dalam penelitian ini.
82
4. Dewan Komisaris Independen
Nilai keofesien X3 dewan komisaris independen sebesar – 0,694.
Hal ini dapat di interprestasikan bahwa dewan komisaris independen
penurunan tingkat tax avoidance sebesar 0,694 satuan, sedangkan
sisanya 0,306 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
2. Uji Parsial (T)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen. Jika taraf
signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya, jika
taraf signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Variabel
dikatakan berpengaruh signifikan secara statistic apabila nilai uji
statistic berada di daerah dimana H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil
pengujian ini dapat dilihat pada tabel IV.15 :
Tabel IV.15
Hasil Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant)
.692 .095 7.295 .000
KA -.398 .091 -.563 -4.359 .000
KI .230 .081 .381 2.853 .008
DKI -.694 .178 -.522 -3.893 .001
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
83
Berdasarkan hasil pengujian tabel IV.15 berikut ini adalah hasil
uraian yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang telah
diajukan sebagai berikut :
a) Pengaruh Komite Audit (KA) terhadap Tax Avoidance.
Berdasarkan hasil uji tabel IV.15 , diperoleh nilai signifikan 0,000
< 0,05 dengan nilai koefisien X1 sebesar – 0,398. Hal ini menunjukkan
bahwa secara parsial KA berpengaruh terhadap tax avoidance. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
tax avoidande
b) Pengaruh Kepemililkan Institusional (KI) terhadap Tax
Avoidance
Berdasarkan hasil uji tabel IV.15 , diperoleh nilai signifikan 0,008
< 0,05 dengan nilai koefisien X2 sebesar 0,230. Hal ini menunjukan
bahwa kepemilikan institusional secara parsial KI berpengaruh terhadap
tax avoidance. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional terhadap tax avoidance.
84
c) Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax
Avoidance
Berdasarkan hasil uji tabel IV.15 , diperoleh nilai signifikan 0,001
< 0,05 dengan nilai koefisien X3 sebesar -0,694. Hal ini menunjukan
dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian H3 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap tax avoidance.
3. Uji Simultan ( uji F)
Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model penelitian memiliki
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali 2016
:97).
Rumus mencari nilai F tabel adalah (k; n-k), dimana k merupakan
jumlah variabel independen dan n merupakan jumlah sampel yang
digunakan. Dalam penelitian ini, diperoleh nilai F tabel untuk probabilitas
0,05 yaitu (3; 30-3) = 2,96. Jika F hitung > 2,96 atau nilai signifikan <
0,05 , maka semua variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependennya. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada
tabel IV.16 :
85
Tabel IV.16
Hasil Uji Simultan F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1. Regression .139 3 .046 11.508 .000b
Residual .105 26 .004
Total .244 29
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPPS
Hasil uji simultan F pada tabel IV.16 menunjukkan nilai F 11,508
> 2,96 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menggambarkan bahwa ketiga variabel independen yaitu komite audit,
kepemilikan institusional , dewan komisaris independen , berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap variabel dependen yaitu tax
avoidance.
4. Uji Koefesien Determinasi (R2)
Uji koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar presentasi pengaruh variabel independen (X) secara
bersama-sama dapat mempengaruhi atau menjelaskan variabel
dependen (Y). Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel IV.17
86
Tabel IV.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .521 .06343772
a. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) pada tabel IV.17
diatas , diketahui bahwa nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,521
dan sangat mendekati 0 yang berarti menunjukkan lemahnya pengaruh
variabel independen (Komite audit, kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen) terhadap variabel dependen (tax avoidance).
Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya indikasi bahwa variabel
independen mempunyai pengaruh yang tidak cukup baik terhadap
variabel dependen. Jika nilai R2 semakin mendekati 1 yang berarti
menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen (Komite
audit, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen) terhadap
variabel dependen (tax avoidance).
87
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komite audit,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai pengaruh tiga variabel independen tersebut secara
parsial terhadap variabel dependennya.
1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil uji T pada tabel IV.15 , variabel komite audit
(KA) memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien X1
sebesar – 0,398. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial KA
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa komite audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus
mengikuti standar yang diberikan. Salah satu nya komite audit. Komite
audit bertugas untuk mengawasi operasional perusahaan. Menurut standar
BEI minimal anggota komite audit dalam perusahaan minimal 3 orang
anggota komite audit.
Tax avoidance merupakan meminimalkan laba yang yang
bertujuan agar pajak yang dibayarkan lebih kecil. Hal ini dapat terjadi
bahwa komite audit bertanggung jawab dan keterbukaan dalam
menyajikan laporan keuangan karena pengawasan dan saran-saran yang
88
diberikan komite audit sudah cukup baik, sehingga memberikan pengaruh
terhadap jumlah pajak terhutang yang akan dibayarkan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fadhilah
(2014), yang membuktikan terdapat pengaruh positif terhadap Tax
Avoidance.
2. Pengaruh Kepemilikan Instituional terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan uji tabel IV.15 , variabel kepemilikan institusional (KI)
memiliki nilai signifikan 0,008 < 0,05 dengan nilai koefisien X2 sebesar
0,230. Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional secara parsial
KI berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah
kepemilikan institusional kecenderungan untuk melakukan Tax Avoidance
akan semakin rendah. Semakin tinggi kepemilikan saham yang dimiliki
institusional maka semakin besar tingkat pengawasan terhadap manajer
lebih efektif dan dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajemen
sehingga institusi tidak ingin perusahaan terkena kasus perpajakan dan
sadar untuk melakukan kewajiban perusahaan dengan membayar pajak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Devi dan Sari (2018), yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Tax
Avoidance.
89
3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan uji tabel IV.15 , variabel dewan komisaris independen
memiliki nilai signifikan 0,001 < 0,05 dengan nilai koefisien X3 sebesar -
0,694. Hal ini menunjukan dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian H3 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Semakin banyak jumlah komisaris independen, maka semakin
besar pengawasan terhadap kinerja manajemen. Dengan pengawasan
cukup efektif dilakukan komisaris independen ini dapat mengurangi
konflik, sehingga manajemen yang berkepentingan untuk mengurangi
pembayaran pajak untuk memaksimalkan bonus yang diterima
transparan dalam menjalankan operasional perusahaan sehingga tax
avoidance dapat diminimalkan.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK
No.33/POJK.04/2014 dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) anggota
dewan komisaris, jumlah dewan komisaris independen paling sedikit
33% (tiga puluh tiga persen) dari jumlah anggota dewan komisaris serta
1 (satu) diantara anggota dewan komisaris diangkat menjadi komisaris
utama atau presiden komisaris.
90
Hasil penelitian ini sejalan dengan Eksandy (2017) yang
menyatakan bahwa dewan komisaris independen terhadap Tax
Avoidance.
4. Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan uji simultan F pada tabel IV.16 menunjukkan nilai F
11,508 > 2,96 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menggambarkan bahwa ketiga variabel independen yaitu komite audit,
kepemilikan institusional , dewan komisaris independen , berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap variabel dependen yaitu Tax
Avoidance.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh komite audit, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2014-2018.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Komite audit secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance dengan
nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa H1 yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan terbukti.
2. Kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh terhadap tax
avoidance dengan nilai signifikan 0,008 < 0,05. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa H2 yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan
terbukti.
3. Dewan komisaris independen secara parsial berpengaruh terhadap tax
avoidance dengan nilai signifikan 0,008 < 0,05 Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa H3 yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan
terbukti.
4. Komite audit, kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen
yang diproksikan denga cash effective tax rate (CETR) secara simultan
92
berpengaruh terhadap tax avoidance dengan nilai siginifikan sebesar 11,508
> 2,96.
B. Implikasi
Implikasi penelitian adalah sebuah metode untuk membandingkan
suatu penelitian terlebih dahulu dengan hasil penelitian sekarang. Implikasi
dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis implikasi, yaitu:
a. Implikasi Teoritis
1. Variabel Komite Audit dihitung dengan cara jumlah komite audit luar
dibagi dengan total komite audit, terhadap tax avoidance. Diproksikan
dengan menggunakan CETR (cash effective tax rate). Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa komite audit berpengaruh terhadap tax
avoidance. Penelitian ini juga didukung oleh Wardani (2019) yang
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
2. Varibel Kepemilikan Institusional dihitung dengan cara membagi
jumlah saham institusional dibagi jumlah saham yang beredar,
terhadap tax avoidance yang dihitung menggunakan proksi CETR
(cash effective tax rate). Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh Mahulae,Pratomo, dan Nurbaiti (2016)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
tax avoidance.
93
3. Variabel Dewan Komisaris Independen dihitung dengan cara membagi
jumlah komisaris independen dengan total seluruh dewan komisaris,
terhadap tax avoidance yang dihitung menggunakan proksi CETR
(cash effective tax rate). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Diantari dan
Ulupui (2016) menunjukkan bahwan dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap tax avoidance.
b. Implikasi Manajerial
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan infomasi bagi pemerintah,
perusahaan, mahasiswa untuk menyelesaikan penelitian atau pemecahan
masalah yang berkaitan dengan komite audit, kepemilikan institusional,
dewan komisaris independen terhadap tax avoidance pada peusahaan
manufaktur sub sektor makananan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
c. Implikasi Metodelogi
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder untuk mengolah data
melalui bantuan SPSS 23. Peneliti juga menggunakan studi pusaka dan
dokumentasi. Studi pusaka yang digunakan adalah situs internet, buku,
penelitian sebelumnya atau jurnal yang berkaitan dengan penelitian dan
94
dijadikan sebagai referensi. Sedangkan dokumentasi dengan
mengumpulkan, memilih, mencatat yang berkaitan dengan variabel yang
akan diteliti. Penelitian ini mengambil data laporan keuangan perusahaan
manufaktur sektor makanan dan minuman periode 2014-2018 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia di situs web www.idx.co.id.
C. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa
rekomendasi agar penelitian semakin baik kedepannya.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya menambah variabel yang dapat mempengaruhi
tax avoidance.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan meggunakan objek penelitian pada
perusahaan sektor selainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia seperti sektor pertambangan, keuangan.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengukur tax
avoidance mengunakan pengukuran lain seperti ETR.
2. Bagi Perusahaan
a. Manajemen Perusahaan lebih berhati-hati lagi dalam
mengambil keputusan mengenai keputusan perpajakan.
95
b. Bagi perusahaan diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang tax avoidance, agar manajemen perusahaan
bisa lebih teliti dalam melalakukan tax avoidance.
c. Bagi Perusahaan diharapkan melakukan tindakan tax avoidance
sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku di
Indonesia agar terhindar dari sanksi administrasi pajak.
3. Bagi Investor
Investor yang ingin berinvestasi diperusahaan diharapkan untuk
mengetahui terlebih dahulu kinerja perusahaan dan menganalisis laporan
keuangan untuk memahami tindakan tax avoidance yang dilakukan
perusahaan.
DAFTAR PUSAKA
Abas. Dasa-Dasar Perpajakan. Bandung : Mega Rancage
Press.2016
Amin Widjaja Tunggal. The Fraud Audit: Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan
Akuntansi. Jakarta: Harvarindo. 2013
Ardyansah, Danis dan Zulaikha. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital
Intensity Ratio dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR).
Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro, 2014.
Aris, dan Rejeki. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018.
Budiman, Judi dan Setiyono. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Simposium Nasional Akuntansi XV,
2012.
Cahyono, Andini, dan Raharjo. Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitablitas terhadap Penghindaran Pajak.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Pandanaran Semarang. Vol. 2, No, 2, 2016.
Cahyani,Ad. Pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen,komite audit dan kualitas audit terhadap tax avoidance. (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2018.
Darmawan , IG.H & Sukartha .IM. Pengaruh Penerapan Corporate Governance,
Leverage, Return On Assets, dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran
Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 9.1, halaman 143-161,
ISSN: 2302-855. Universitas udayana, 2014.
Devi dan Sari. Pengaruh Corporate Governance dan Profitabilitas terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas PGRI Madiun., Vol.2, No.2.
Universitas PGRI Madiun, 2018.
Dewi, K. Dan I Ketut Jati. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Corporate Governance Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 14 (3): 1584-1613,
2014.
Diantari, P. R. & Ulupui. IGK. A. Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris
Independen dan Proporsi Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 16, Halaman 702-732, ISSN:
2302-8556. Universitas Udayana, 2016.
Dhypalonika. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, ,
Profitabilitas, Leverage dan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Pada Industri Perbankan. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
Surabaya, 2018.
Eksandy. Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit
Terhadap Penghindaran Pajak (TAX AVOIDANCE). E-Jurnal : Jurnal
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Tangerang, Vol.1 no.1. Universitas
Muhammadiyah Tangerang, 2017.
Fadhilah Rahmi. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance.
E-Jurnal Akuntansi : Universitas Negeri Padang, 2014.
Fatimah. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit,Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax
Avoidance. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.
Fauziyah. Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Dewan Komisaris Independen
dan Corporate Social Responbility terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal
Akuntansi Sekolah Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Sekolah Ilmu Ekonomi
Perbanas Surabaya,2019.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2016.
Hanggeraini. Manajemen Risiko Perusahaan teintegrasi ( Enterprise Risk
Manajemen) dan Good Corporate Governance.
Hasibuan, Fahri. Pelatihan Pajak Terapan Brevet AB Terpadu. Tangerang :
AOKlandz Publishing, 2018.
Hidayah, N. Perusahaan Keluarga, Multinational Company dan Kepemilikan
Institusional terhadap Tax Avoidance. E-jurnal : Jurnal Akuntansi Universitas
Riau, Vol 2 no.2. Universitas Riau, 2015.
Halim, Bawono dan Dara. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat. 2016.
Mahulae, Pratomo, dan Nurbaiti. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, dan Komite Audit terhadap Tax Avoidance. E-Proceeding :
manajemen Universitas Telkom, Vol.3, No.2, Halaman 1626, ISSN : 2355-
9357.
Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Andi ,2018.
Munawaroh, Sari. Pengaruh Komite audit, Proporsi Kepemilikan Institusional,
Profitabilitas,dan Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Penghindaran Pajak. E-
Jurnal Akuntansi: Universitas Muhammdiyah Surakarta, ISSN : 2685-1474.
Oktamawati . Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Profitabilitas terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Akuntansi : Universitas Katolik Soegijapranata, Vol. 15, no.1.
Universitas Katolik Soegijapranata,2017.
Pohan, Chairil Anwar . Manajemen Perpajakan. Jakarta : Mitra Wacana
Media,2014.
Pujiati. Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen dengan likuiditas
sebagai variabel pemoderasi (studi empiris pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
(2008-2013). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,2015.
Rosalia, Y., & Sapari. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi,Vol6, No. 3, Maret 2017 ISSN : 2460-0585.
Robertus & Bambang Gunawan. Good Corporate Governance, Risk Management,
and Compliance. Jakarta : Rajawali Press, 2016.
Simarmata, Ari Putra Permata. Pengaruh Penghindaran Pajak Jangka
Panjang pada Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional sebagai
Variabel Pemoderasi. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.2014
Sumarsan. Perpajakan Indonesia. Medan : PT Indeks, 2015.
Susanto Tridahus, Fitri Damayanti. Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return On Assets Terhadap
Tax Avoidance. Jurnal Bisnis dan Manajemen: Universitas Negeri Islam
Jakarta, Vol 5 (No. II), hal 187-206. Universitas Negeri Islam Jakarta, 2015.
Wardani, Dyah Ayu. Pengaruh Komite Audit , Leverage, Return of Asetts, Ukuran
Perusahaan , dan Sales Growth terhadap Tax Avoidance. Skripsi. Program
sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019
Winata, Fenny.. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tax & Accounting
Review, Vol.4, No.1. Universitas Kristen Petra, 2014.
Wulandari. Pengaruh Profitabilaitas, Komite Audit, Kualitas Audit, Komisaris
Independen, Kepemilikan Instusional,Dewan Direksi, Financial Distress
terhadap Tax Avoidance. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Univerisitas Islam Yogyakarta. Yogyakarta : Univerisitas Islam
Yogyakarta,2018.
www.Sindonews.com www.idx.co.id
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Kezia
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juni 199
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Villa Tangerang Indah Jl.Gunung Sundoro 4
GB 8/3, RT 003 RW 013 Kec. Periuk, Kel.
Gebang Raya
Nomor Telepon : 087882591159
Email : [email protected]
IPK Terakhir : 3,25
Riwayat Pendidikan
SD : SD Penerus Bangsa (2004-2010)
SMP : SMP Penerus Bangsa (2010-2013)
SMA : SMA Tarsisius Vireta (2010-2016)
Perguruan Tinggi : Universitas Buddhi Dharma (2016-2020)
Tangerang, 6 Desember 2019
Kezia
SURAT IZIN SURVEI & RISET
No.SISR-11011/ICaMEL/02-2020
Menunjuk surat nomor 094/FB-III/KP-KM.10/01/2020 tanggal 02 Januari 2020
perihal permohonan izin penelitian bagi Mahasiswa Universitas Buddhi Dharma
bersama ini kami memberikan izin mengakses dan menggunakan data-data pasar
modal yang tersimpan di perusahaan kami untuk keperluan riset dan penyusunan
Skripsi kepada peneliti di bawah ini:
Demikian surat izin ini dikeluarkan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 10 Februari 2020
PT Indonesian Capital Market Electronic
Library
Hery Mulyawan
Head of Data Services
Nama Pemohon : Kezia
Nomor Pokok : 20160100154
Jurusan/Prog.Studi : S1 Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Indepeden Terdahap Tax Avoidance dalam Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan
NO Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 DLTA Delta Djakarta Tbk
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
4 SKBM Sekar Bumi Tbk
5 STTP Siantar Top Tbk
6 UTLJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
Sumber : data diperoleh dari www.idx.co.id
Lampiran 2
Perhitungan Variabel Komite Audit (KA)
NO EMITEN TAHUN Jumlah komite
audit luar
Total komite
audit KA
1 DLTA
2014 2 3 0.66667
2015 1 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
2 ICBP
2014 1 2 0.50000
2015 1 2 0.50000
2016 1 2 0.50000
2017 1 2 0.50000
2018 1 2 0.50000
3 INDF
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
4 SKBM
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
5 STTP
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
6 UTLJ
2014 2 3 0.66667
2015 2 3 0.66667
2016 2 3 0.66667
2017 2 3 0.66667
2018 2 3 0.66667
Sumber : Laporan Keuangan Audited diolah, 2019
Lampiran 3
Perhitungan Variabel Kepemilikan Institusional (KI)
NO EMITEN TAHUN Saham Institusi Saham Beredar KI
1 DLTA
2014 9,341,223 16,013,181 0.58335
2015 467,061,150 800,659,050 0.58335
2016 467,061,150 800,659,050 0.58335
2017 467,061,150 800,659,050 0.58335
2018 467,061,150 800,659,050 0.58335
2 ICBP
2014 4,695,839,000 5,830,954,000 0.80533
2015 4,695,839,000 5,830,954,000 0.80533
2016 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
2017 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
2018 9,391,678,000 11,661,908,000 0.80533
3 INDF
2014 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2015 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2016 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2017 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
2018 4,396,103,450 8,780,426,500 0.50067
4 SKBM
2014 762,561,509 936,530,894 0.81424
2015 753,778,709 936,530,894 0.80486
2016 755,074,606 936,530,894 0.80625
2017 755,074,606 936,530,894 0.80625
2018 1,323,097,448 1,726,003,217 0.76657
5 STTP
2014 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2015 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2016 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2017 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
2018 743,600,500 1,310,000,000 0.56763
6 UTLJ
2014 1,345,697,026 2,888,382,000 0.46590
2015 1,285,697,026 2,888,382,000 0.44513
2016 1,071,348,565 2,888,382,000 0.37092
2017 4,258,588,260 11,553,528,000 0.36860
2018 4,193,338,260 11,553,528,000 0.36295
Sumber : Laporan Keuangan Audited diolah, 2019
Lampiran 4
Perhitungan Variabel Dewan Komisaris Independen (DKI)
Sumber : Laporan Keuangan Audited diolah, 2019
NO EMITEN TAHUN
JUMLAH
KOMISARIS
INDEPENDEN
TOTAL
KOMISARIS DKI
1 DLTA
2014 2 5 0,40000
2015 2 5 0,40000
2016 2 5 0,40000
2017 2 5 0,40000
2018 2 5 0,40000
2 ICBP
2014 3 6 0.50000
2015 3 6 0.50000
2016 3 6 0.50000
2017 3 6 0.50000
2018 3 6 0.50000
3 INDF
2014 3 8 0.37500
2015 3 8 0.37500
2016 3 8 0.37500
2017 3 8 0.37500
2018 3 8 0.37500
4 SKBM
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
5 STTP
2014 1 2 0.50000
2015 1 2 0.50000
2016 1 2 0.50000
2017 1 2 0.50000
2018 1 2 0.50000
6 UTLJ
2014 1 3 0.33333
2015 1 3 0.33333
2016 1 3 0.33333
2017 1 3 0.33333
2018 1 3 0.33333
Lampiran 5
Data Perhitungan Tax Avoidance (CETR) Tahun 2014-2018
Sumber : Data Sekunder diolah,2019
NO EMITEN TAHUN PEMBAYARAN
PAJAK
LABA SEBELUM
PAJAK
CETR
1
DLTA
2014 Rp 82,105,863,000 Rp 379,518,812,000 0.21634
2015 Rp 69,234,006,000 Rp 285,564,550,000 0.24244
2016 Rp 77,889,052,000 Rp 327,047,654,000 0.23816
2017 Rp 95,717,980,000 Rp 369,012,853,000 0.23816
2018 Rp 62,615,003,000 Rp 300,973,248,000 0.20804
2 ICBP
2014 Rp 1,106,699,000,000 Rp 3,388,725,000,000 0.32658
2015 Rp 1,189,923,000,000 Rp 4,009,634,000,000 0.29677
2016 Rp 1,530,642,000,000 Rp 4,989,254,000,000 0.30679
2017 Rp 1,862,383,000,000 Rp 5,206,561,000,000 0.35770
2018 Rp 2,005,525,000,000 Rp 6,446,785,000,000 0.31109
3
INDF
2014 Rp 2,398,644,000,000 Rp 6,340,185,000,000 0.37832
2015 Rp 2,333,641,000,000 Rp 6,340,185,000,000 0.36807
2016 Rp 2,678,358,000,000 Rp 7,385,228,000,000 0.36266
2017 Rp 3,422,799,000,000 Rp 7,594,822,000,000 0.45068
2018 Rp 3,460,973,000,000 Rp 7,446,966,000,000 0.46475
4
SKBM
2014 Rp 33,848,984,710 Rp 109,761,131,334 0.30839
2015 Rp 24,432,811,781 Rp 60,842,705,614 0.40157
2016 Rp 12,702,356,112 Rp 30,809,950,308 0.41228
2017 Rp 13,706,785,039 Rp 31,761,022,154 0.43156
2018 Rp 10,858,232,331 Rp 20,887,453,647 0.51984
5
STTP
2014 Rp 53,340,816,264 Rp 167,977,695,749 0.31755
2015 Rp 51,222,193,820 Rp 232,005,398,773 0.22078
2016 Rp 45,345,049,181 Rp 217,746,308,540 0.20825
2017 Rp 60,687,733,168 Rp 288,545,819,603 0.21032
2018 Rp 89,810,904,314 Rp 324,694,650,175 0.27660
6
UTLJ
2014 Rp 125,695,094,342 Rp 375,356,927,774 0.33487
2015 Rp 111,720,131,452 Rp 700,675,250,229 0.15945
2016 Rp 253,029,785,147 Rp 932,482,782,655 0.27135
2017 Rp 347,000,000,000 Rp 1,026,231,000,000 0.33813
2018 Rp 291,922,000,000 Rp 949,018,000,000 0.30760
Lampiran 6
Hasil Output SPSS Versi 23
ANALISIS DATA DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 30 .15945 .51984 .3195773 .09164495
KA 30 .33333 .66667 .5833350 .12947248
KI 30 .36295 .81424 .6098857 .15185084
DKI 30 .33333 .50000 .4045623 .06892417
Valid N (listwise) 30
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
UJI NORMALITAS
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .06006691
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.071
Test Statistic .085
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
UJI MULTIKOLONIERITAS
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
UJI AUTOKORELASI
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .755a .570 .521 .06343772 1.319
a. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KA .992 1.008
KI .924 1.082
DKI .920 1.086
a. Dependent Variable: CETR
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .692 .095 7.295 .000
KA -.398 .091 -.563 -4.359 .000
KI .230 .081 .381 2.853 .008
DKI -.694 .178 -.522 -3.893 .001
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
UJI PARSIAL (UJI t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .692 .095 7.295 .000
KA -.398 .091 -.563 -4.359 .000
KI .230 .081 .381 2.853 .008
DKI -.694 .178 -.522 -3.893 .001
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
UJI SIMULTAN (UJI F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1. Regression .139 3 .046 11.508 .000b
Residual .105 26 .004
Total .244 29
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPPS
UJI KOEFESIEN DETERMINASI (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .521 .06343772
a. Predictors: (Constant), DKI, KA, KI
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil pengolahaan data SPSS
Lampiran 7
Laporan Keuangan Sampel