ANALISIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, DAN ...
Transcript of ANALISIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, DAN ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, DAN
FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) TAHUN 2006-2009
SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Oleh:
IVAN NUGROHO
F 0207079
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua dan kakakku yang
tak pernah putus memberikan
doa dan dukungan-dukungannya
Teman-teman seperjuangan yang
telah memberikan persahabatan
terindah dan pelajaran hidup
yang berharga
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
"Karena Yesus Kristus adalah Allah dan telah mati bagiku,
maka tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk kupersembahkan
bagi-Nya"
(C.T. Studd)
“Kau memperoleh kekuatan, keberanian dan rasa percaya diri
dari setiap pengalaman yang membuatmu berhenti sejenak untuk
menghadapi rasa takutmu”
(Eleanor Roosevelt)
“Sola Fide (hanya oleh iman), Sola Gratia (hanya oleh Anugerah),
dan Sola Scriptura (hanya oleh Alkitab sebagai Firman Allah)”
(Martin Luther)
“Hidup merupakan suatu pilihan maka tentukan pilihan hidupmu sesuai
dengan hati nurani walaupun itu bertentangan dengan orang lain”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”ANALISIS KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2006-2009”.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dari
bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Bapak Drs. Harmadi, M.M., selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dan atas
segenap kesempatan yang diberikan untuk berdiskusi banyak hal.
5. Ibu Dra. Soemarjati Tj., M.M. selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan masukan-masukan yang membangun, serta pengarahan yang
sangat bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
7. Teman-teman manajemen keuangan, yaitu Trisu, Ida, Arip, Tami, Bobi,
Lailam, Azifa, dan Tiffani. Teman-teman dekat di akhir semester, yaitu Ayu
dan Cita. Teman-teman kampus, yaitu Putri, Diana, Yeyen, Bambang, Mili,
Ardian, Dj, Purwo, Sakti, dan Yuda. Mereka adalah teman yang bisa diajak
berbagi canda tawa, pengalaman, dan ilmu yang berharga.
8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta, 15 Maret 2011
Penulis
Ivan Nugroho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv HALAMAN MOTTO …………………………………………………… v KATA PENGANTAR ............................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................... xi ABSTRAK ................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………............ 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 7 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 8 D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Keagenan ……………………………………….. 10 2. Kebijakan Hutang …………………………………….. 12 3. Kepemilikan Institusional …………………………….. 16 4. Profitabilitas …………………………………………... 18 5. Free Cash Flow ……………………………………….. 20 6. Konsep Investment Opportunity Set (IOS) …………... 22
B. Penelitian Terdahulu ………………………………………….. 27 C. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 29 D. Hipotesis ………………………………………………………. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian 1. Tujuan Studi …………………………………………… 36 2. Tipe Hubungan Antar Variabel ……………………….. 36 3. Lingkungan (Setting) Penelitian ………………………. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
4. Unit Analisis …………………………………………... 37 5. Horison Waktu ………………………………………… 37 6. Pengukuran Construct …………………………………. 38
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel …………. 38
C. Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen ……………………………………. 40 2. Variabel Independen …………………………………... 40 3. Variabel Pengontrol …………………………………… 42
D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik ……………………………………... 43 2. Analisis Regresi Linier Berganda ……………………... 46
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data …………………………………………………. 50 B. Statistik Deskriptif ……………………………………………... 51 C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas ……………………………………….... 53 2. Uji Multikolonieritas ………………………………….. 54 3. Uji Heteroskedastisitas ………………………………... 55 4. Uji Autokorelasi ………………………………………. 56
D. Analisis Regresi Linier Berganda 1. Uji F atau Uji Secara Simultan …..…………………… 57 2. Uji T atau Uji Secara Parsial ………………………….. 59 3. Koefisien Determinasi (R2) …………………………… 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….... 66 B. Keterbatasan ………………………………………………….. 67 C. Saran ………………………………………………………….. 67
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 69 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR Gambar II. C …………………………………………………………….... 29 Gambar IV. C. 3 …………………………………………………………... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II. B …………………………………………………………………. 27 Tabel IV. A ………………………………………………………………... 49 Tabel IV. B. 1 ……………………………………………………………... 50 Tabel IV. B. 2 ……………………………………………………………... 51 Tabel IV. C. 1 ……………………………………………………………... 53 Tabel IV. C. 2 ……………………………………………………………... 54 Tabel IV. C. 4……………………………………………………………… 56 Tabel IV. D. 1-1 …………………………………………………………... 57 Tabel IV. D. 1-2 …………………………………………………………... 60 Tabel IV. D. 2-1 …………………………………………………………... 62 Tabel IV. D. 2-2 …………………………………………………………... 62 Tabel IV. D. 3-1 …………………………………………………………... 63 Tabel IV. D. 3-2 …………………………………………………………... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK ANALISIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, DAN
FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) TAHUN 2006-2009
IVAN NUGROHO F0207079
Penelitian ini berkaitan tentang bagaimana cara mengurangi konflik keagenan yang terjadi pada perusahaan melalui kebijakan hutang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini juga menggunakan satu variabel pengontrol, yaitu Investment Opportunity Set (IOS) dengan proksi market to book value of assets. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dengan sampel perusahaan manufaktur selama tahun 2006-2009. Metode pengumpulan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang diperoleh yaitu 131 perusahaan. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan Software SPSS Statistics 17.0. Untuk memenuhi syarat model regresi dilakukan pengujian normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian hipotesis dilakukan berdasar pada t-value dan F-value. Hasil yang diperoleh dari uji F bahwa kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA), dan free cash flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang (LEV) sebelum dan sesudah dimasukkan variabel pengontrol IOS (MBVA). Dari uji T diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional (INST) dan free cash flow (FCF) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang (LEV), sedangkan profitabilitas (ROA) dan IOS (MBVA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Kata kunci: konflik keagenan, kepemilikan institusional, profitabilitas, free
cash flow, kebijakan hutang, market to book value of assets
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY, AND FREE CASH FLOW ON DEBT POLICY IN MANUFACTURING
COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) DURING 2006-2009
IVAN NUGROHO
F0207079 This study relates about how to reduce the agency conflict that occurs in the company through debt policy. The purpose of this study was to obtain evidence of the influence of institutional ownership, profitability, and free cash flow to debt policy. This study also uses a single control variable, there is Investment Opportunity Set (IOS) with the proxy market to book value of assets. The population in this study are all companies listed on the Stock Exchange with a sample of manufacturing firms during 2006-2009. Method of sample collection by using purposive sampling technique. The samples came from 131 companies. The analysis instrument used was a multiple linear regression with SPSS Statistics 17.0 software. To qualify for regression model testing normality, multikolonierity, heteroscedasticity, and autocorrelation. Hypothesis testing is done based on the t-value and F-value. The results obtained from the F-test that institutional ownership (INST), profitability (ROA), and free cash flow (FCF) significantly affects the debt policy (LEV) before and after the control variables included IOS (MBVA). From T test it is found that institutional ownership (INST) and free cash flow (FCF) was not significantly affect the debt policy (LEV), while the profitability (ROA) and IOS (MBVA) significantly affects debt policy. Keywords: agency conflicts, institutional ownership, profitability, free cash flow,
debt policy, market to book value of assets
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, telah
menuntut berbagai perusahaan baik manufaktur, dagang, maupun jasa untuk
bersaing dan mengembangkan usahanya dalam berbagai kondisi. Untuk itu,
perusahaan memerlukan dana yang berasal dari pihak investor (shareholder)
guna menumbuhkan perusahaannya. Perusahaan bertujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau
kebijakan investasi, kebijakan pengambilan hutang, keputusan pendanaan, dan
keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal,
demikian jika dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan.
Perusahaan yang dikelola oleh manajer diharapkan oleh pemilik untuk
menghasilkan keuntungan yang tinggi dan memberikan keuntungan tersebut
kepada pemilik sebagai konsekuensi modal yang telah diberikan pada
perusahaan. Untuk perusahaan yang telah go public dan mencatatkan
sahamnya pada bursa efek, hasil yang diberikan oleh perusahaan pada pemilik
(pemegang saham) tersebut dikenal dengan sebutan dividen. Para pemilik
modal mengharapkan pembayaran dividen yang tinggi, namun terkadang
pengelola perusahaan atau manajer memiliki kepentingan lain tentang
pembayaran dividen yang berbeda dengan kepentingan para pemilik, seperti
menahan pembayaran dividen untuk diinvestasikan ke dalam perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada suatu perusahaan sering terjadi konflik antara pemegang saham dengan
manajer. Konflik tersebut terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dan manajer yang disebut sebagai masalah keagenan
(agency problem). Masalah keagenan tersebut dapat terjadi antara pemilik
(shareholders) dengan manajer, manajer dengan debtholder, serta antara
manajer, shareholders dan debtholder.
Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas
saham suatu perusahaan kurang dari seratus persen, sehingga manajer
mendapatkan insentif dan kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak
menguntungkan bagi pemilik lain, melainkan cenderung bertindak untuk
mengejar kepentingan dirinya. Insentif tersebut ada karena manajer
memperoleh keuntungan dari tindakan mereka tanpa harus menanggung
semua biaya finansial atas kesalahan dalam pengambilan keputusan dan tidak
berdasarkan maksimalisasi nilai dalam keputusan pendanaan. Sedangkan
kesempatan (peluang) muncul sebagai akibat ketidakmampuan pemegang
saham luar untuk melakukan pengawasan atas semua tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Apabila keputusan yang
diambil manajer salah, pemegang sahamlah yang merasakan akibatnya, seperti
apabila perusahaan kekurangan dana, investasi yang dilakukan oleh pemegang
sahamlah yang akan dipakai selain hutang. Jensen (1976) menyatakan bahwa
perusahaan yang semakin besar akan potensial terkena agency problem
sebagai akibatnya adanya pemisahan antara fungsi pengambilan keputusan
dan penanggung risiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat
diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
menyejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut. Namun adanya mekanisme
pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Agency cost pun dapat berupa pemberian insentif yang layak kepada manajer.
Terdapat beberapa mekanisme untuk mengatur konflik keagenan (Jensen &
Meckling, 1976). Pertama, meningkatkan kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen. Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham
yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan
perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan menyejajarkan
kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan
merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan
akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah. Kedua, meningkatkan dividend payout ratio, sehingga tidak
tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa harus mencari
sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi. Perusahaan yang
membagikan dividen dapat saja diartikan bahwa perusahaan tersebut benar-
benar mengalami keuntungan sehingga keuntungan yang ada di perusahaan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Ketiga, meningkatkan
pendanaan dengan hutang yang akan menurunkan free cash flow yang ada
dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen (Jensen et al., 1992). Keempat, yaitu dengan
adanya kepemilikan institusional sebagai monitoring agent. Adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kepemilikan pemegang saham dari luar yaitu kepemilikan institusional seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Penelitian ini mengambil salah satu
alternatif untuk mengurangi biaya keagenan yaitu pendanaan melalui hutang.
Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel independen dan satu
variabel pengontrol. Alasan penulis memakai tiga variabel independen dan
satu variabel pengontrol ini adalah:
1. Variabel free cash flow dan profitabilitas ini diambil dari penelitian Neti
(2009). Penelitian ini digunakan untuk membuktikan bahwa penelitiannya
sudah konsisten atau belum dan mengembangkan penelitian terdahulu.
Dimana terdapat beberapa perbedaan pada penelitian terdahulu yaitu
seperti sampel yang digunakan oleh Neti (2009) adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI sedangkan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, tahun yang digunakan pun
lebih baru (up to date) yaitu 2006-2009 dengan kriteria sampel tertentu
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.
2. Ada satu variabel yang belum konsisten pada penelitian terdahulu, yaitu
kepemilikan institusional. Pada penelitian yang dilakukan Isrina (2006)
dan Lisya (2009) dimana kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap hutang, sedangkan menurut Neti (2009) kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap hutang. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
peneliti ingin melakukan penelitian ulang terhadap variabel kepemilikan
institusional.
3. Variabel pengontrol IOS (Investment Opportunity Set) dengan proksi
market to book value of asset memang dalam penelitian terdahulu belum
dimasukkan ke dalam penelitian. Oleh karena itu, dengan adanya variabel
ini peneliti ingin mengembangkan lebih lanjut lagi penelitian yang
sebelumnya apakah ketiga variabel independen ini memang benar-benar
memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap kebijakan hutang
meskipun terdapat variabel pengontrol.
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham
oleh investor-investor institutional seperti perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-
perusahaan lain. Dengan peningkatan mekanisme pengawasan dalam
perusahaan yaitu dengan mengaktifkan monitoring melalui investor-investor
institutional dapat mengurangi agency cost. Dengan adanya kepemilikan
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinerja manajemen. Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan
struktur kepemilikan yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berpengaruh
terhadap keputusan pendanaan perusahan. Semakin tinggi kepemilikan
institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan
mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan dividen
yang rendah. Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer
menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan. Para pemilik perusahaan
lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk
menaikkan nilai perusahaan.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba merupakan indikator bahwa semakin tinggi profitabilitas
yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil kebijakan hutang yang
diambil oleh perusahaan sehingga dapat mengurangi agency cost. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi tingkat hutang perusahaan akan semakin tinggi
kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan atau risiko tinggi jika
tidak mampu membayar hutang.
Obyek lain yang memungkinkan terjadinya agency cost yaitu free cash
flow. Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada pemegang saham yang tidak digunakan untuk operasi
atau investasi. Pemegang saham menginginkan kelebihan dana tersebut
dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sedangkan manajer
berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada
proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan
menambah insentif bagi manajer. Para manajer mempunyai kecenderungan
untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku
opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari
kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang
dikeluarkan tersebut. Dengan kata lain manajer lebih mementingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kepentingan pribadinya. Dengan adanya utang dapat digunakan untuk
mengendalikan penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer.
Dengan demikian dapat menghindari investasi yang sia-sia karena ketika
hutang meningkat maka manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar
untuk membayar bunga dan pinjaman pokoknya secara periodik, sehingga
dana yang tersisa menjadi kecil.
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi variabel-variabel yang
digunakan, seperti kebijakan hutang, kepemilikan institusional, profitabilitas,
dan free cash flow, selain itu ada satu variabel tambahan sebagai variabel
kontrol dalam penelitian ini, yaitu proksi set kesempatan investasi (IOS).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
PROFITABILITAS, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN
HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2006-2009”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Apakah terdapat pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
4. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas dan free
cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang yang pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh Profitabilitas
terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh free cash flow
terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
4. Untuk menemukan bukti empiris secara simultan mengenai pengaruh
kepemilikan manajerial, pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas
dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian, yaitu:
1. Bagi kalangan akademik, dapat memberikan bukti empiris berupa
gambaran tentang pengaruh struktur kepemilikan institusional,
profitabilitas, dan free cash flow perusahaan terhadap kebijakan hutang
dan juga sebagai referensi tambahan tentang isu agency cost, terutama
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dan terdaftar di BEI.
Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan dasar dan perbandingan
dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada investor mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang.
3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman kepada manajer agar dapat membuat kebijakan keuangan
yang baik. Kebijakan hutang, profitabilitas dan free cash flow diharapkan
menjadi hal yang diperhatikan oleh manajer dalam upaya mengurangi
konflik keagenan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan
mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal (beberapa orang) dan
manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak
oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.
Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat
keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu,
manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada
pemegang saham. Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah
kontrak yang melandasi hubungan antara prinsipal (pemegang saham) dan
agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling
efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen. Jika kedua
belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan keuntungan dari dana yang ada, maka diyakini agen
akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara
manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antar
pemegang saham, kreditur dan manajer disebabkan adanya hubungan
keagenan atau agency relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perbedaan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak
kepada agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau
monitoring cost untuk mencegah penyimpangan (hazard) dari agen. Hal
tersebut dinamakan dengan biaya keagenan atau agency cost. Biaya
keagenan merupakan jumlah dari pengeluaran-pengeluaran monitoring
oleh pemegang saham, pengeluaran-pengeluaran penggunaan hutang oleh
manajer, residual loss.
Sedangkan konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara
kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik
keagenan atau agency conflict. Jika suatu perusahaan berbentuk
perseorangan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat
diasumsikan bahwa manajer-pemilik tersebut akan mengambil setiap
tindakan yang mungkin untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama
diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan fasilitas
eksekutif seperti tunjangan, kantor yang mewah fasilitas transportasi dan
sebagainya.
Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan
antara (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3)
manajer, pemegang saham dan kreditor (Brigham & Gapenski, 1999
dalam Nuringsih, 2005), sedangkan biaya yang timbul atau dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya
keagenan. Penyebab lainnya dalam konflik antara manajer dengan
pemegang saham adalah keputusan pendanaan. Para manajer lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menginginkan pendanaan dibiayai dari modal internal yang berasal dari
laba ditahan sedangkan para pemilik modal menentang hal itu dan
menginginkan laba ditahan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai dividen dan cenderung lebih menyukai pendanaan dari hutang.
2. Kebijakan Hutang
Kebijakan pendanaan dalam sebuah perusahaan haruslah bertujuan
untuk memaksimalkan kemakmuran. Dalam hal ini kebijakan tersebut
harus mempertimbangkan dan menganalisa kombinasi sumber-sumber
dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membiayai kebutuhan-
kebutuhan rutin serta investasi perusahaan. Hutang merupakan salah satu
mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang
saham, hutang memberikan sinyal tentang status kondisi keuangan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kebijakan hutang merupakan
salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar
modal. Hutang adalah instrumen yang sangat sensitf terhadap perubahan
nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) mengemukakan bahwa
dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin
sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga
pasar saham perusahaan.
Kebijakan utang perusahaan yang merupakan hasil pembagian
antara kewajiban jangka panjang dengan jumlah total antara kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
jangka panjang dan modal sendiri. Pendanaan dari luar akan menurunkan
besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen disamping
itu utang juga akan menurunkan excess cash flow (free cash flow) yang
ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan
yang dilakukan manajemen. Tetapi bila penggunaan hutang terlalu besar
dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan sehingga
membuat para investor pun resah.
Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa dalam teori
keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan
pemegang saham mungkin bertentangan. Pemegang saham menginginkan
agar pendanaan tersebut dibiayai hutang karena dengan penggunaan
hutang, hak pemegang saham terhadap perusahaan tidak akan berkurang.
Akan tetapi, pihak manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa hutang
mengandung risiko tinggi.
Dalam penelitian ini, fokus utama penelitian yaitu tentang sumber
pendanaan yang diperoleh dari hutang. Hutang atau leverage dalam
manajemen keuangan adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources
of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan
maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika
perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari
biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pemegang saham. Brigham dan Houston (2006) mengemukakan bahwa
penggunaan hutang memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan.
Adapun keuntungan dalam penggunaan hutang, yaitu:
1. Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi
penghasilan kena pajak sehingga dapat menurunkan biaya
efektif atas hutang yang digunakan perusahaan tersebut.
2. Pemegang hutang (debtholder) mendapat pengembalian yang
tetap atas biaya bunga yang relatif tetap, sehingga kelebihan
keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan.
Sedangkan kelemahan penggunaan hutang, yaitu:
1. Semakin tinggi rasio hutang yang dimiliki perusahaan maka
akan semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan atas
penggunaan hutang tersebut.
2. Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga,
maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu dan
perusahaan akan mengalami kebangkrutan apabila tidak
sanggup menutup beban bunga tersebut.
Menurut Husnan, leverage dibagi menjadi dua macam, yaitu
operating leverage dan financial leverage. Operating leverage merupakan
hutang yang terjadi setiap saat perusahaan mempunyai biaya tetap yang
harus ditutup berapapun unit yang dihasilkan. Konsekuensinya analisa
operating leverage ini menyangkut hanya analisa jangka pendek. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
suatu perusahaan kekurangan dana pada biaya tetapnya, maka
digunakanlah dana eksternal untuk menutupinya yang disebut dengan
operating leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan
mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan
perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Oleh karena
itu, operating leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar
penggunaan biaya tetap operasi dalam suatu perusahaan.
Sedangkan financial leverage merupakan hutang yang menyangkut
penggunaan dana yang diperoleh pada biaya tetap tertentu dengan harapan
bisa meningkatkan bagian pemilik modal sendiri dan memberikan
tambahan keuntungan. Dengan kata lain financial leverage bisa dikatakan
menguntungkan (“favorable”) apabila perusahaan memperoleh
keuntungan lebih besar dari dana yang “dibeli” tadi daripada biaya tetap
penggunaan dana tersebut. Penggunaan dana tersebut menimbulkan biaya
tetap yaitu bunga atau dividen.
Pada penelitian ini, menggunakan jenis financial leverage karena
dalam hubungannya dengan konflik agensi, pihak manajemen perusahaan
(manajer) menginginkan perusahaan yang telah ia jalankan terus tumbuh
dan berkembang. Hasil penggunaan financial leverage pun dapat berupa
dividen sehingga tidak hanya pihak manajemen perusahaan saja yang
diuntungkan tetapi pihak shareholder pun diuntungkan juga. Jadi dalam
hal ini untuk mengurangi konflik agensi digunakanlah hutang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
harapan diperiode mendatang financial leverage tersebut bisa
menguntungkan perusahaan.
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional menggambarkan tingkat kepemilikan
saham oleh institusional dalam perusahaan sebagai monitoring agent, yang
termasuk pemilik institusional antara lain perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain. Adanya
kepemilikan institusional ini dimaksudkan untuk mengawasi manajemen
suatu perusahan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu,
monitoring agent dapat memainkan peranan secara aktif dan konsisten
guna melindungi investasi saham yang dipertaruhkan di dalam perusahaan.
Rachmawati dan Triatmoko (2007) dalam Ari (2010) menyatakan
bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional
diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen
lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat
mengenai investor institusional, yaitu
1. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor
institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga
hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada
laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional.
Jika perubahan ini dirasakan tidak menguntungkan oleh investor, maka
investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka
melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham keseluruhan.
2. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor
yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor
lebih fokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar
relatif dari laba sekarang. Lebih lanjut Rachmawati dan Triatmoko
(2007) menyebutkan bahwa investor institusional akan melakukan
monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan
tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
Kepemilikan institusional diharapkan dapat membantu mengurangi
biaya keagenan atas free cash flow dan menjadi pengganti dari hutang jika
kepemilikan institusi dapat memonitor aktivitas manajemen. Adanya
pengawasan yang efektif berkaitan dengan kebijakan hutang maka
penggunaan hutang pun bisa menurun karena peranan hutang sebagai
salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh pihak institusional. Hal
ini disebabkan karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan
(source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Semakin tinggi kepemilikan
institusional diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan
dimana akan dapat mengurangi agency cost pada perusahaan.
Menurut Jensen (1986), Semakin besar prosentase saham yang
dimiliki investor institusional akan menyebabkan pengawasan yang
dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
oportunistik manajer dan mengurangi agency cost. Adanya kontrol ini
membuat manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan dan
kebangkrutan perusahaan. Investor institusional memiliki beberapa
kelebihan dibanding investor individual, antara lain:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih dibanding
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam
menganalisis informasi sehingga dapat menguji tingkat keandalan
informasi.
3. Investor institusional secara umum memiliki relasi bisnis yang
lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk
melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan.
5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham
sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat
tingkat harga saham.
4. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba merupakan indikator bahwa semakin tinggi profitabilitas yang
dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil kebijakan hutang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diambil oleh perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauhmana investasi yang dilakukan investor di suatu
perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor, misalnya bagi pemegang saham dalam memprediksi
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Oleh
karena itu, dividen diambil dari keuntungan bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya
dividend payout ratio yang dibagikan perusahaan.
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam
menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan
akan senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal
ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer
lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan,
kemudian utang dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara
teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang,
kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta
laba ditahan (Sartono, 2001).
Pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan
dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan
sebagian besar keuntungan sebagai sumber dana internal untuk
membangun perusahaan. Pada ROA tinggi dibayarkan dividen rendah
karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Dengan
cara ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menunda penggunaan utang atau emisi saham baru. Sebaliknya bila ROA
rendah maka dibayarkan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan karena
perusahaan mengalami penurunan profit sehingga untuk menjaga reputasi
di mata investor, perusahaan akan membagikan dividen besar. Oleh karena
itu, tinggi rendahnya profitabilitas berpengaruh pada jumlah kompensasi
bagi manajemen yang salah satu bentuknya berupa saham untuk
manajemen (kepemilikan manajerial) (Nuringsih,2005).
Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam
mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena rasio profitabilitas
merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai
dengan tingkat risiko. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Profitabilitas sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan oleh investor di
suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat
yang disyaratkan investor.
5. Free Cash Flow
Aliran kas bebas (free cash flow) adalah cash flow yang tersedia
untuk dibagikan kepada investor setelah perusahaan melakukan investasi
pada fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungannya (Sartono, 2001), dengan kata lain
aliran kas bebas adalah kas yang tersedia diatas kebutuhan investasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
profitable. Free cash flow ini sebenarnya merupakan hak pemegang
saham. Free cash flow merupakan aliran kas yang tersedia untuk
didistribusikan pada investor setelah perusahaan memperhitungkan
keseluruhan investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja yang dibutuhkan
untuk menopang kelangsungan aktivitas perusahaan. Free cash flow
digunakan untuk membayar bunga dan hutang kepada kreditur, membayar
dividen pada pemegang saham, dan membeli kembali saham perusahan
dan saham di pasar saham. Jika tidak ada kepastian yang besar dalam
peramalan free cash flow, maka yang terbaik adalah bersikap konservatif
dan menetapkan dividen tunai masa berjalan yang rendah. Nilai operasi
perusahaan ditentukan oleh aliran kas yang akan dihasilkan sekarang dan
di masa datang. Nilai dari operasi perusahaan bergantung pada aliran kas
bebas yang diharapkan terjadi, nilai ini merupakan laba operasi sesudah
pajak dikurangi nilai investasi fixed asset dan working capital yang
diperlukan untuk mempertahankan operasi perusahaan (Sartono, 2001:
102).
Free cash flow digunakan untuk membayar bunga, dan hutang
kepada kreditur, membayar deviden pada pemegang saham dan membeli
kembali saham perusahaan dan saham di pasar saham, jika tidak ada
kepastian yang besar dalam peramalan free cash flow maka yang terbaik
adalah bersikap konservatif dan menetapkan dividen tunai masa berjalan
yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus
kas bebas, manajer perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham
untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk
mencegah pihak manajemen menggunakan free cash flow untuk hal-hal
yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan
para pemegang saham. Free cash flow yang besar akan mengarah pada
perilaku manajer yang salah dan keputusan buruk yang bukan untuk
kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, para manajer mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk
konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima
manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung
risiko dari biaya yang dikeluarkan. Tetapi para pemegang saham
menginginkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga meningkatkan
kesejahteraan mereka. Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham mengenai pengelolaan free cash flow, maka timbullah
agency problem. Oleh karena itu, pihak manajemen lebih baik
membagikan free cash flow agar dapat menekan biaya agensi atau agency
cost.
6. Konsep Investment Opportunity Set (IOS)
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang
menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Informasi keuangan dari kegiatan ekonomi masa lalu (historical) dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
laporan keuangan digunakan sebagian pihak sebagai dasar menilai
perusahaan, namun hal ini hanya dapat menilai perusahaan berdasar nilai
bukunya, sementara pihak lain memandang nilai perusahaan bukan hanya
dari aset yang mereka miliki tapi juga investasi yang akan dikeluarkan di
masa datang. Adanya pilihan investasi yang dapat menghasilkan
keuntungan di masa datang merupakan kesempatan bertumbuh bagi
perusahaan yang akan menaikkan nilai perusahaan. Pilihan-pilihan
investasi di masa datang ini kemudian dikenal dengan istilah Set
Kesempatan Investasi atau Investment Oportunity Set (IOS).
Proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah
digunakan oleh para peneliti (Gaver dan Gaver, 1993; Jones dan Sharma,
2001; dan Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Isrina Damayanti, 2006)
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Price-based proxies (proksi berdasarkan harga), pendekatan ini berdasar
pada pemikiran bahwa harapan pertumbuhan perusahaan dinyatakan,
paling tidak, secara parsial dalam harga saham, sehingga perusahaan
bertumbuh akan memiliki nilai pasar lebih tinggi relatif terhadap aset
yang dimiliki (asset in place). Proksi berdasarkan harga ini berbentuk
rasio sebagai suatu ukuran aset yang dimiliki dengan nilai pasar
perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar harga dalam
pengukuran IOS antara lain adalah: market to book value of equity,
market to book value of assets, torbin’s Q, earnings to price ratios dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ratio of property, plant, and equipment to firm value serta ratio of
depreciation to firm value.
2. Investment–based proxies (proksi berdasarkan investasi), pendekatan
ini berdasar pada pemikiran bahwa tingkat aktivitas investasi yang
tinggi secara positif berhubungan dengan IOS suatu perusahaan.
Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan memiliki investasi dengan
tingkat yang tinggi pula sebagaimana IOS telah dikonversikan ke
dalam assets in place waktu demi waktu. Proksi berdasarkan investasi
ini berbentuk rasio yang membandingkan ukuran investasi dengan
ukuran asset yang telah miliki atau hasil operasi dari asset yang telah
dimiliki. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitianpenelitian
sebelumnya sebagai proksi berdasar investasi dalam pengukuran IOS
anrata lain adalah: ratio of R&D expense to assets, ratio of R&D to
sales, ratio of capital expenditure to total assets, ratio of capital
expenditure to firm value, investment intensity, investment to sales
ratio, ratio of capital additional to assets book value dan log of firm
value.
3. Variance measures (proksi berdasarkan varian), pengukuran ini
berdasar pada pemikiran bahwa opsi-opsi investasi menjadi lebih
bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan
besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yangmendasari
peningkatan aktiva. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar varian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengukuran IOS antara lain adalah: variance of returns, assets betas
dan the variance of assets deflated sales.
Penelitian ini menggunakan proksi IOS berdasarkan harga dengan
rasio market to book value of asset (MBVA). Rasio MBVA
menggambarkan pertumbuhan aktiva dan ekuitas perusahaan. Perusahaan
yang memiliki rasio MBVA yang tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan
ekuitas yang besar. Semakin tinggi MBVA semakin besar aset yang
digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan tersebut untuk tumbuh, sehingga harga sahamnya akan
meningkat, return saham meningkat dan hutang pun akan meningkat
karena itu semua memerlukan dana yang cukup untuk semua kegiatan
operasinya.
Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan yang diinginkan oleh
pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak eksternal
perusahaan yaitu investor dan kreditor. Menurut Barclay et al (1998)
perusahaan yang pertumbuhannya tinggi akan mempunyai kesempatan
yang besar yang memungkinkan untuk membayar dividen yang rendah
karena mereka mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai
investasinya secara internal sehingga perusahaan tidak tergoda untuk
membayar bagian yang lebih besar labanya kepada pihak luar. Sebaliknya
perusahaan yang pertumbuhannya rendah berusaha menarik dana dari luar
untuk mendanai investasinya dengan mengorbankan sebagian besar
labanya dalam bentuk dividen maupun bunga. Penentuan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pendanaan dan dividen ini berkaitan dengan masalah free cash flow
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini adalah tabel hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti:
Tabel II. B
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun Variabel Hasil
1 Isrina Damayanti 2006 Free cash flow, kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional, rasio market to book
value of asset, dividend yield,
debt to equity ratio.
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap hutang. Sedangkan free cash flow dan rasio market to book value of asset
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Lalu dividend yield
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang.
2 Lisya Hayuning
Westri
2009 Kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dividend
payout ratio, debt ratio
(leverage), firm size, growth.
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Namun variabel kontrol firm size dan growth berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, serta firm size dan growth tidak
berpengaruh terhadap hutang.
3 Neti Kurniasih 2009 Kepemilikan institusional,
profitabilitas, free cash flow, rasio
leverage.
Kepemilikan institusional, profitabilitas, free cash flow secara simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap rasio leverage. Kepemilikan institusional dan profitabilitas
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4 Dewi
2008 Ukuran perusahaan, pertumbuhan
aktiva dan profitabilitas, hutang.
Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap hutang. Sedangkan
pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.
5 Intan Putri Wijaya 2009 Penjualan, Dividend Payment,
Cash Flow, Kebijakan Hutang
Variabel penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Dividend payments
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Cash Flow berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang.
6 Ari Hidayat
Yulianto
2010 Kepemilikan institusional, free
cash flow, kebijakan dividen,
kebijakan hutang.
Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
Free cash flow berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara
simultan, kepemilikan institusional, free cash flow, dan kebijakan dividen berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar II. C Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti ingin mengetahui
variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang suatu
perusahaan.
Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow merupakan
faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan.
Dalam penelitian ini, baik secara simultan maupun parsial ingin membuktikan
bahwa ketiga variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tetapi, untuk mengetahui apakah ketiga variabel independen ini memang
Independen Dependen
Kepemilikan Institusional
Profitabilitas
Free Cash Flow
Kebijakan Hutang
Variabel Kontrol
IOS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
benar-benar memiliki pengaruh yang kuat atau tidak dimasukkanlah variabel
kontrol, yaitu IOS.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan,
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis yang berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang,
yaitu:
Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow merupakan
faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik agensi.
Masing-masing variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan
suatu perusahaan dalam mengambil hutang. Secara parsial faktor-faktor
tersebut memberikan kontribusi dalam menentukan kebijakan hutang.
Artinya bahwa masing-masing variabel secara parsial berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Maka peneliti berasumsi bahwa faktor-faktor
tersebut secara simultan juga berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Dengan adanya asumsi tersebut maka hipotesis yang didapat adalah:
H1 : adanya pengaruh secara simultan variabel kepemilikan institusional,
profitabilitas, free cash flow terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Hipotesis yang berpengaruh secara parsial dari masing-masing faktor yang
diteliti terhadap kebijakan hutang, yaitu:
a. Kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang
Kepemilikan institusional merupakan persentase
kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan
investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga
dan perusahaan lain. Dengan adanya kepemilikan institusional
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinerja perusahaan karena orang yang memiliki saham
diluar manajemen perusahaan pasti menginginkan agar
investasinya tersebut mendatangkan keuntungan dan tidak dipakai
untuk kegiatan perusahaan yang tidak diperlukan.
Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang
dimiliki oleh investor institutional akan menyebabkan usaha
monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan
perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer.
Kepemilikan institusional diharapkan dapat membantu mengurangi
biaya keagenan atas free cash flow dan menjadi pengganti hutang
jika kepemilikan institusi dapat memonitor aktivitas manajemen.
Hal ini disebabkan karena kepemilikan mewakili suatu sumber
kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan
dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan, serta
penggunaan hutang oleh manajer. Adanya kontrol ini akan
menyebabkan manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kesulitan keuangan dan
risiko kebangkrutan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Neti (2009)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang
dirumuskan adalah:
H2 : adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan
hutang.
b. Profitabilitas terhadap kebijakan hutang
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung
menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan laba
ditahan yang tinggi sudah menutup sebagian besar kebutuhan
pendanaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang
tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta
memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan
perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi
menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Penelitian Nuringsih (2005), variabel ROA mempunyai
pengaruh negatif signifikan artinya bahwa semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu perusahaan maka akan memperkecil besarnya
penggunaan hutang sehingga dapat mengurangi agency cost. Ini
pun sesuai dengan penelitian Neti (2009) bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
kebijakan karena perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
cenderung untuk memperkecil hutang. Jika tingkat profitabilitas
suatu perusahaan tinggi tetapi tetap menggunakan tingkat hutang
yang tinggi pula, kemungkinan perusahaan mengalami financial
distress dan diprediksi mengalami kebangkrutan oleh debtholder
jika tidak mampu membayar hutang.
Dengan adanya penelitian yang sebelumnya maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut:
H3 : adanya pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang.
c. Free cash flow terhadap kebijakan hutang
Free cash flow menggambarkan kepada investor bahwa
dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi”
menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan.
Sementara bagi perusahaan yang mengeluarkan pengeluaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai
perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa
depan atau tidak. Pasar akan bereaksi jika terlihat ada free cash
flow yang dapat meningkatkan harapan mereka untuk mendapatkan
dividen di masa depan.
Kas tersebut biasanya akan menimbulkan konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Free cash flow
yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan
keputusan buruk yang bukan untuk kepentingan pemegang saham.
Penggunaan hutang memungkinkan manajer untuk secara efektif
mengikat janji mereka untuk mengeluarkan arus kas di masa depan.
Hutang dapat merupakan suatu substitusi yang efektif untuk
dividen. Sehingga hutang dapat mengurangi agency cost pada free
cash flow dengan pengurangan arus kas yang tersedia dengan
membelanjakan sesuai kebutuhan manajer perusahaan.
Bila hutang meningkat maka manajer harus menyisihkan
dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman
pokoknya secara periodik sehingga dana yang tersisa menjadi kecil.
Hal ini dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1986)
menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara free cash
flow dengan kebijakan hutang. Hal ini serupa dengan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Neti (2009) dan Isrina (2006) bahwa free cash flow mempunyai
pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan
bahwa free cash flow mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan,
maka didapatlah hipotesis sebagai berikut:
H4 : adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999: 86), secara umum yang perlu
ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari
penelitian yang meliputi: tujuan studi, tipe hubungan antar variabel,
lingkungan (setting) penelitian, unit analisis, horizon waktu, dan pengukuran
construct.
1. Tujuan Studi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis (hypotheses
testing) yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow terhadap
kebijakan hutang.
2. Tipe Hubungan Antar Variabel
Ada dua jenis tipe hubungan antar variabel, yaitu hubungan
korelasional (asosiasi) dan hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian ini,
tipe hubungan antar variabelnya adalah hubungan korelasional (asosiasi)
karena terdapat banyak variabel independen yang menjelaskan atau
mempengaruhi suatu variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3. Lingkungan (Setting) Penelitian
Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada
lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan).
Berdasarkan kondisi lingkungan penelitian dan tingkat keterlibatan
peneliti, penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu studi
lapangan, eksperimen lapangan, dan eksperimen laboratorium. Penelitian
ini menggunakan lingkungan (setting) yang natural dan tipe studi
lapangan, yaitu dengan menggunakan data dari ICMD dan laporan
keuangan di situs IDX.
4. Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis
dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian
karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan data, dan analisis
data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tingkat multi industri, yaitu
data yang didapat dari seluruh perusahaan yang terdaftar di suatu bursa
efek tepatnya Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Horison Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu
(satu titik) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa periode
waktu yang relatif lama (lebih dari dua titik waktu), tergantung pada
karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini menggunakan
periode waktu time series yang menekankan pada data penelitian berupa
data rentetan waktu, yaitu penelitian pada tahun 2006 sampai 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. Pengukuran Construct
Construct adalah abstraksi dari fenomena yang dapat berupa
kejadian, proses, atribut, subyek atau obyek tertentu. Sesuai dengan sifat
dan jenis fenomena yang diabstraksikan construct dapat diukur dengan
tipe skala pengukuran, seperti skala nominal (nominal scale), skala ordinal
(ordinal scale), skala interval (interval scale), dan skala rasio (ratio scale).
Dalam penelitian ini menggunakan skala rasio yaitu skala pengukuran
yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan construct
yang diukur. Skala rasio ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian
akuntansi dan manajemen keuangan.
B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115), populasi yaitu
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006-2009. Dipilihnya bursa
efek Indonesia sebagai tempat penelitian karena bursa efek Indonesia
merupakan bursa pertama di Indonesia yang dianggap memiliki data yang
lebih lengkap dan terorganisasi dengan baik.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi.
Anggota dari sampel disebut dengan subyek. Sampel penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Teknik penarikan sampel penelitian ini dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu sampel dipilih atas dasar kriteria tertentu. Kriteria
tersebut adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-
2009.
2. Perusahaan melaporkan labanya selama tahun 2006-2009.
3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit selama tahun 2006-2009.
4. Memiliki data lengkap selama periode pengamatan untuk faktor-
faktor yang diteliti, yaitu leverage, kepemilikan institusional,
profitabilitas, free cash flow, dan market to book value of asset
pada periode 2006-2009.
Pengambilan data sampel penelitian ini dilakukan dengan metode
penggabungan atau pooled data atau time series cross sectional
(Wahidahwati). Pooling data dilakukan dengan cara menjumlahkan
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria selama periode pengamatan
untuk memungkinkan diperolehnya jumlah sampel yang lebih besar.
C. PENGUKURAN VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
dependen, variabel independen, dan variabel kontrol dengan rincian sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang
perusahaan. Dalam usahanya untuk mengelola dan menjalankan
kegiatan perusahaan, manajer memerlukan dana untuk kegiatan
ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam
memenuhi dana tersebut adalah dengan menerbitkan hutang.
Kebijakan hutang perusahaan dalam penelitian ini dapat diukur dengan
menggunakan rasio Book Debt to Asset Ratio (BDA) atau leverage
(LEV) yang dihitung dengan membagi total debt dengan total asset
pada tahun t. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang
memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya
sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham (Agus Sartono, 2001). Rasio ini digunakan untuk
menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. Formulasinya adalah
sebagai berikut:
Leverage(LEV)assettotal
debttotal=
2. Variabel Independen
a. Kepemilikan Institusional (INST)
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pihak institusi lain, yaitu kepemilikan oleh perusahaan (lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
lain) seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan oleh institusi lain. Dalam penelitian Fitri dan Mamhud
(2003) menyebutkan dengan tingginya kepemilikan manajerial,
para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol
perusahaan yang lebih sedikit. Semakin tinggi kepemilikan
institusional diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap
perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost pada
perusahaan sehingga dalam penelitian ini variabel kepemilikan
institusional mengacu pada penelitian Wahidahwati (2002) yang
diukur dengan rumus:
INST = %100´BeredarSahamTotal
InstitusiPihakSahamJumlah
b. Profitabilitas (PROF)
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan
profit. Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini dapat diukur
dengan menggunakan rasio ROA. ROA menunjukkan ukuran
tingkat pengembalian perusahaan. Tendelilin (2001) menyatakan
bahwa salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. ROA dinyatakan sebagai
perbandingan EAT terhadap total asset. Profitabilitas dalam
penelitian ini diukur dengan rasio seperti berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ROA it
it
AsetTotal
EAT
_=
c. Free Cash Flow (FCF)
Free Cash Flow merupakan aliran kas yang tersedia untuk
didistribusikan pada investor setelah perusahaan memperhitungkan
keseluruhan investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja yang
dibutuhkan untuk menopang kelangsungan aktivitas perusahaan.
Hipotesis Jensen (1986) menunjukkan bahwa free cash flow
perusahaan yang rendah dapat mengurangi agency cost. Dalam hal
ini free cash flow dihubungkan dengan total aset karena dianggap
sebagai proksi free cash flow untuk agency cost yang muncul
terhadap free cash flow. Dengan pembagi total aset, perusahaan
besar bisa dibandingkan dengan perusahaan kecil dilihat dari
seberapa besar aset yang dimilikinya. Dalam penelitian Mollah
(2000), variabel ini diproksikan sebagai berikut:
FCF AssetsTotal
onDepreciatiDividendTaxAfterofitNet )Pr( +-=
3. Variabel Pengontrol
Investment Opportunity Set adalah suatu variabel yang tidak
dapat di observasi, sehingga diperlukan suatu proksi agar bisa
dilakukan suatu analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
assettotal
pricegcloberedarsahamlembarekuitastotalassettotal )sin( ´+-
Adapun proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio market to book value of assets (MBVA) karena proksi ini secara
signifikan berhubungan dengan nilai peluang tumbuh investasi suatu
perusahaan dan merupakan proksi IOS yang paling informatif. Proksi
ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan
berdasarkan banyaknya aset yang digunakan dalam menjalankan
usahanya. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan
dalam penilaian kondisi perusahaan. Dalam penelitian Isrina (2006),
variabel ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
MBVA =
D. METODE ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Metode dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah satu variabel terikat (metrik) dan satu atau lebih
variabel bebas (metrik). Menurut Ghozali, alat analisis yang digunakan sesuai
dengan metode tersebut adalah:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah salah satu asumsi untuk menguji apakah
data variabel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampe kecil. Untuk
mengujinya dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, perhitungan
dilakukan dengan Software SPSS Statistics 17.0. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi statistik yang dihasilkan
dari perhitungan, jika signifikansi >0,05 maka data adalah bersifat
distribusi normal, bila tidak sebaliknya. Apabila hasil uji tidak
terdistribusi normal maka variabel yang tidak normal
ditransformasikan dengan menggunakan uji outlier atau Log Natural
(LN). Dasar pengambilan keputusan didasari oleh pendapat Ghozali
(2006) yaitu:
a) Jika data menyebar di sekitar garis normal dan mengikuti arah
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal. Maka model regeresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (non-multikolonieritas).
Umumnya multikoleniaritas dapat diketahui dari nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Jika nilai tolerance value
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas, demikian juga sebaliknya (Ghozali, 2006).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas.
Metode ini mendeteksi jika terdapat pola tertentu seperti titik-
titik membentuk satu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka disinyalir ada gejala
Heteroskedasitas, Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titiknya menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2006).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada
kolerasi antara pengganggu pada periode waktu t dengan kesalahan
pada periode waktu t-1 (sebelumnya), atau ada hubungan di antara
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (non-
autokorelasi). Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji Durbin Watson.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, jika nilai
du<d<4-du berarti tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif
(Ghozali, 2006). Setelah diolah program SPSS, nilai Durbin-Watson
dibandingkan dengan table Durbin-Watson pada tingkat signifikan 5%
(α =5%).
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Ghozali, regresi linier berganda merupakan persamaan
matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak bebas
(variabel dependen) dengan variabel bebas (variabel independen).
Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan
memilahkan data ke dalam variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Dari hasil operasionalisasi variabel yang akan diuji, nilai
variabel tersebut dimasukkan dalam program Software SPSS Statistics
17.0. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Tetapi disini juga ditambah satu
variabel kontrol didalam analisis data. Variabel kontrol tersebut akan
dimasukkan ke dalam persamaan regresi apakah terdapat pengaruh yang
kuat atau tidak terhadap variabel dependennya. Akan ada dua hasil analisis
yang akan disajikan dalam penelitian ini sebelum dan sesudah dimasukkan
variabel kontrol itu sendiri. Adapun persamaan regresi yang utama dalam
penelitian ini sebelum dimasukkan variabel kontrol, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
eFCFPROFINSTaLR ++++= 321 bbb
Lalu untuk persamaan regresi setelah dimasukkan variabel kontrol menjadi
sebagai berikut:
eMBVAFCFPROFINSTaLR +++++= 4321 bbbb
Keterangan:
LR = rasio leverage
INST = persentase kepemilikan saham oleh institusional
PROF = profitabilitas
FCF = free cash flow
MBVA= rasio market to book value of asset
a = intercept persamaan regresi (konstanta)
e = error term
Dalam persamaan regresi yang kedua terdapat variabel MBVA, dimana
variabel tersebut adalah variabel pengontrol. Dalam penelitian ini, akan
terlihat hasilnya sebelum dan setelah dimasukkan variabel kontrol apakah
memiliki hasil yang sama atau berbeda.
Dari analisis regresi diatas akan dapat disimpulkan bagaimana
pengaruhnya antara variabel independen terhadap variabel dependen
dengan melihat koefisien regresi. Apabila koefisien regresi variabel
independen positif maka akan berpengaruh positif terhadap variabel
dependen, begitu juga sebaliknya. Alat analisis yang digunakan dalam
regresi yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
atau serentak dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat atau
digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependen. Uji F menunjukkan pengaruh
semua variabel independen secara simultan atau bersama-sama
terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan cara
menggunakan tingkat signifikansi dan analisa hipotesa, yaitu tingkat
signifikansi atau α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%
(0,05). Dan untuk membuktikan apakah H1 diterima atau ditolak dalam
penelitian ini digunakan dengan melihat nilai Sig. F. Bila nilai
Sig.F<α=5% maka H1= diterima, artinya secara simultan variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai Sig. F ≥ α = 5% maka H1= ditolak, artinya secara
simultan variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
b. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui koefisien regresi secara
parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji T dilakukan
dengan cara melihat tingkat signifikansi atau α, dimana dalam
penelitian ini α yang digunakan adalah 5% (0,05). Dan untuk
membuktikan apakah H2 sampai H4 diterima atau ditolak dalam
penelitian ini digunakan dengan melihat nilai Sig.t. Bila nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sig.t<α=5% maka H2= diterima, artinya secara parsial variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai Sig. t ≥ α = 5% maka H2= ditolak, artinya secara
parsial variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunujukkan berapa besar persentase
variasi dalam variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukan
oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Tingkat ketepatan yang
digunakan antara 0<R²<1. Apabila koefisien determinasi mendekati 1
berarti perubahan dari variabel independen semakin menjelaskan
perubahaan variabel dependen dan apabila koefisien determinasi
mendekati 0 berarti perubahan variabel independen semakin tidak
dapat menjelaskan perubahan variabel dependen. Atau dengan kata
lain semakin besar adjusted R² akan semakin baik bagi model regresi,
karena variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen
secara lebih baik, sehingga akan semakin besar tingkat hubungan linier
statistik dalam observasi (Ghozali, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
ANALISIS DATA
A. DESKRIPSI DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari buku ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan laporan
keuangan masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006-2009. Data ini berupa data leverage, persentase
kepemilikan saham institusional, profitabilitas, free cash flow, dan market to
book value of assets.
Berdasarkan kriteria yang telah dicantumkan sebelumnya, diperoleh
sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut:
Tabel IV. A
Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Jumlah Perusahaan Manufaktur 2006 142
Jumlah Perusahaan Manufaktur 2007 151
Jumlah Perusahaan Manufaktur 2008 149
Jumlah Perusahaan Manufaktur 2009 146
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap (444)
Perusahaan yang memiliki data ekstrim (13)
Jumlah observasi tahun 2006-2009 131
Sumber: Hasil Pengolahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. STATISTIK DESKRIPTIF
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel
yang digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah tabel statistik deskriptif
sebelum dilakukan eliminasi data ekstrim.
Tabel IV. B. 1 Statistik Deskriptif
Sebelum dilakukan eliminasi data ekstrim
Sumber: Hasil Output SPSS 17.0
Melalui statistik deskriptif ini bisa dilihat tingkat normalitas data
apakah sudah terdistribusi secara normal atau tidak, yaitu pada skewness dan
kurtosis. Skewness mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur
puncak dari distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai
nilai skewness dan kurtosis mendekati nol. Hasil tampilan output SPSS
terdapat nilai skewness yang cukup besar yaitu pada variabel MBVA sebesar
3,78 dan nilai kurtosis yang cukup besar yaitu pada variabel ROA sebesar
3,457, FCF sebesar 5,169, dan MBVA sebesar 17,195 berarti variabel-variabel
tersebut memiliki data yang ekstrim. Nilai skewness berada pada -1,067
sampai 3,78 sedangkan nilai kurtosis berada pada -0,879 sampai 17,195.
N Minimum Maximum Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
INST 144 ,1232 ,9900 ,1901669 -1,067 ,202 1,083 ,401
LEV 144 ,0500 ,8940 ,1907000 ,030 ,202 -,879 ,401
ROA 144 ,0060 ,4116 ,0859761 1,804 ,202 3,457 ,401
FCF 144 -,2039 ,3572 ,0662573 -,498 ,202 5,169 ,401
MBVA 144 ,3288 11,7694 1,7360249 3,780 ,202 17,195 ,401
Valid N (listwise) 144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Untuk memperoleh tingkat normalitas data yang lebih baik maka data
esktrim perlu dihilangkan atau dengan melognaturalkan data. Jumlah data
yang digunakan dalam penelitian ini semula berjumlah 144 data, setelah
dilakukan eliminasi data ekstrim jumlah data menjadi 131 data.
Pengeliminasian data ekstrim dilakukan berdasarkan pada besarnya nilai
skewness variabel tersebut, semakin kecil nilai skewness maka data akan
semakin baik.
Tabel IV. B. 2 Statistik Deskriptif
Setelah dilakukan eliminasi data ekstrim
N Minimum Maximum Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
INST 131 ,3218 ,9800 ,1663796 -,621 ,212 -,181 ,420
LEV 131 ,0500 ,8800 ,1892055 ,034 ,212 -,965 ,420
ROA 131 ,0060 ,3199 ,0629372 1,304 ,212 2,184 ,420
FCF 131 -,0468 ,2155 ,0476580 ,101 ,212 -,310 ,420
MBVA 131 ,3288 5,2612 ,8986199 1,436 ,212 1,951 ,420
Valid N (listwise) 131
Sumber: Hasil Output SPSS 17.0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan
pengeliminasian data ekstrim, tingkat normalitas data menjadi lebih baik
sehingga terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan nilai skewness pada
-0,621 sampai 1,436 dan kurtosis pada -0,965 sampai 2,184. Masing-masing
variabel memiliki skewness dan kurtosis yang mendekati nol.
Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum
0,3218, nilai maksimum 0,98, nilai standar deviasi 0,166, nilai skewness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
-0,621, dan nilai kurtosis -0,181. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai
minimum 0,05, nilai maksimum 0,88, nilai standar deviasi 0,189, nilai
skewness 0,034, dan nilai kurtosis -0,965. Variabel profitabilitas (ROA)
memiliki nilai minimum 0,006, nilai maksimum 0,3199, nilai standar deviasi
0,063, nilai skewness 1,304, dan nilai kurtosis 2,184. Variabel free cash flow
(FCF) memiliki nilai minimum -0,0468, nilai maksimum 0,2155, nilai standar
deviasi 0,0477, nilai skewness 0,101, dan nilai kurtosis -0,31. Lalu variabel
market to book value of assets (MBVA) memiliki nilai minimum 0,3288, nilai
maksimum 5,2612, nilai standar deviasi 0,899, nilai skewness 1,436, nilai
kurtosis 1,951.
C. UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
Untuk menentukan normal atau tidaknya sebuah data dapat
dilakukan dengan memakai uji Kolmogorov-Smirnov. Jika p-value lebih
besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.
Pengujian normalitas data memberikan hasil sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV. C. 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
INST LEV ROA FCF
N 131 131 131 131
Normal Parametersa,,b Mean ,724081 ,428373 ,088479 ,089234
Std. Deviation ,1663796 ,1892055 ,0629372 ,0476580
Most Extreme Differences Absolute ,085 ,081 ,107 ,060
Positive ,066 ,081 ,107 ,060
Negative -,085 -,071 -,095 -,048
Kolmogorov-Smirnov Z ,970 ,930 1,230 ,682
Asymp. Sig. (2-tailed) ,303 ,353 ,097 ,742
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Dari hasil uji Kolmogorof-Smirnov (tabel IV. C. 1) menunjukkan
bahwa variabel kepemilikan institusional (INST) dengan nilai 0,303,
leverage (LEV) dengan nilai 0,353, profitabilitas (ROA) dengan nilai
0,097, dan free cash flow (FCF) dengan nilai 0,742 terdistribusi secara
normal karena p-value > 0,05.
2. Uji Multikolonieritas
Suatu variabel dapat dikatakan bebas dari multikolonieritas (non-
multikolonieritas) apabila nilai tolerance value > 0,1 dan nilai VIF < 10.
Hasil uji multikolonieritas dapat ditunjukkan pada tabel IV. C. 2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel IV. C. 2
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,508 ,074 6,849 ,000
INST ,034 ,095 ,030 ,359 ,720 ,942 1,061
ROA -1,272 ,309 -,423 -4,120 ,000 ,624 1,603
FCF ,089 ,399 ,022 ,223 ,824 ,653 1,532
a. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Dari hasil uji multikolonieritas (tabel IV. C. 2) menunjukkan
bahwa ketiga variabel independen memiliki nilai tolerance value > 0,1,
yaitu kepemilikan institusional (INST) dengan nilai 0,942, profitabilitas
(ROA) dengan nilai 0,624, dan free cash flow (FCF) dengan nilai 0,653.
Pada nilai VIF < 10, yaitu kepemilikan institusional (INST) dengan nilai
1,061, profitabilitas (ROA) dengan nilai 1,603, free cash flow (FCF)
dengan nilai 1,532. Apabila nilai tolerance value > 0,1 dan VIF < 10 dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan cara melihat
grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Hasil uji heteroskedastisitas
(gambar IV. C. 3) adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar IV. C. 3
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
leverage (LEV) berdasarkan masukan variabel independen kepemilikan
institusional (INST), profitabilitas (ROA), dan free cash flow (FCF).
4. Uji Autokorelasi
Cara yang digunakan dalam uji autokorelasi pada penelitian ini
adalah uji Durbin-Watson. Uji ini tepat digunakan apabila data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
digunakan dalam penelitian merupakan time series. Hasil uji Durbin-
Watson dalam penelitian ini adalah:
Tabel IV. C. 4
Dari hasil uji Durbin-Watson terlihat nilai yang didapat yaitu
1,881. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai table Durbin-Watson
dengan tingkat signifikansi 5%., jumlah sampel (n) 131 dan jumlah
variabel independen (k) 3. Nilai yang diperoleh, yaitu dl (1,6682), du
(1,7617). Oleh karena nilai Durbin-Watson (1,881) lebih besar dari dari
batas atas du (1,7617) dan kurang dari 4 -1,7617 sehingga
1,7617<1,881<4 -1,7617 (du<d<4 -du), dapat disimpulkan bahwa variabel
independen bebas dari autokorelasi (non-autokorelasi).
D. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
1. Uji F atau Uji Secara Simultan
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Pada
uji F ini akan dibedakan menjadi 2 yaitu sebelum dan sesudah dimasukkan
variabel pengontrol. Berikut ini adalah hasil uji F pada penelitian:
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,405a ,164 ,144 ,1750136 1,881
a. Predictors: (Constant), FCF, INST, ROA
b. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel IV. D. 2-1
Sebelum Dimasukkan Variabel Pengontrol
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji F sebelum
dimasukkan variabel pengontrol yang ditunjukkan pada tabel diatas dapat
dilihat p-value < 0,05 yaitu sebesar 0,000a dengan nilai F sebesar 8,313
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis ke-1 diterima, adanya
pengaruh signifikan secara simultan variabel kepemilikan institusional,
profitabilitas, free cash flow terhadap kebijakan hutang.
Selanjutnya berikut ini adalah hasil penelitian uji F setelah
dimasukkan variabel pengontrol:
Tabel IV. D. 2-2
Setelah Dimasukkan Variabel Pengontrol
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,922 4 ,231 7,784 ,000a
Residual 3,732 126 ,030
Total 4,654 130
a. Predictors: (Constant), MBVA, INST, FCF, ROA
b. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,764 3 ,255 8,313 ,000a
Residual 3,890 127 ,031
Total 4,654 130
a. Predictors: (Constant), FCF, INST, ROA
b. Dependent Variable: LEV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji F setelah
dimasukkan variabel pengontrol yang ditunjukkan pada tabel diatas dapat
dilihat p-value < 0,05 yaitu sebesar 0,000a dengan nilai F sebesar 7,784
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga variabel independen
tetap memiliki pengaruh yang kuat terhadap dependen meskipun
dimasukkan variabel pengontrol kedalam uji F.
2. Uji T atau Pengaruh Secara Parsial
Uji T merupakan uji pengaruh satu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut
ini adalah hasil uji T dalam penelitian dengan menggunakan tingkat
signifikansi 5% (0,05):
Tabel IV. D. 1-1
Sebelum Dimasukkan Variabel Pengontrol
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,508 ,074 6,849 ,000
INST ,034 ,095 ,030 ,359 ,720
ROA -1,272 ,309 -,423 -4,120 ,000
FCF ,089 ,399 ,022 ,223 ,824
a. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Hipotesis ke-2 bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan. Pada tabel IV. D. 1
menunjukkan bahwa arah koefisien regresi kepemilikan institusional
(INST) positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang (LEV) perusahaan,yaitu nilai koefisien regresi 0,034 dengan nilai
p-value 0,72 (>0,05) sehingga H2 ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan pendapat Shleifer dan Vishny (1986) dalam Yani (2002) bahwa
dengan adanya konsentrasi kepemilikan maka pemegang saham besar
seperti institutional investor akan dapat memonitor tim manajemen secara
lebih efektif sehingga akan membatasi perilaku opportunistik yang
mungkin akan diambil manajer. Semakin tinggi kepemilikan institutional
maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan
dimana akan dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan serta
penggunaan utang oleh manajer. Adanya kontrol ini akan menyebabkan
manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi financial distress dan risiko kebangkrutan. Hasil ini
pun bertolak belakang dengan penelitian Wahidahwati (2002), bahwa
kehadiran kepemilikan institusional pada industri manufaktur mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap rasio hutang. Pengaruh yang
tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena kepemilikan silang dalam
perusahaan yang digunakan sebagai sampel tidak terdeteksi secara akurat,
jenis pihak institusional pun dapat mempengaruhi hasil dari penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
karena jenis dari pihak institusional dapat berupa kepemilikan pemerintah
maupun swasta.
Hipotesis ke-3 bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas
(ROA) terhadap kebijakan hutang. Pada tabel IV. D. 1 menunjukkan
bahwa arah koefisien regresi profitabilitas (ROA) negatif dan secara
statistik signifikan terhadap kebijakan hutang (LEV) perusahaan,yaitu nilai
koefisien regresi -1,272 dengan nilai p-value 0,000 (<0,05) sehingga H3
diterima. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu
perusahaan, maka kebijakan hutang akan mengalami penurunan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Neti (2009), Dewi (2008), dan
Jensen et, al (1992). Semakin besar tingkat profitabilitas yang dimiliki
suatu perusahaan, maka kebijakan hutangnya pun akan semakin berkurang
karena ketersediaan dana yang dimiliki sudah mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan sehingga tidak perlu dana eksternal dari luar
perusahaan.
Hipotesis ke-4 bertujuan untuk menguji pengaruh free cash flow
(FCF) terhadap kebijakan hutang. Pada tabel IV. D. 1 menunjukkan bahwa
arah koefisien regresi free cash flow (FCF) positif dan secara statistik tidak
signifikan terhadap kebijakan hutang (LEV) perusahaan, yaitu nilai
koefisien regresi 0,089 dengan nilai p-value 0,824 (>0,05) sehingga H4
ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Jensen
(1986), Neti (2009), dan Isrina (2006) yang menjelaskan bahwa free cash
flow mempunyai hubungan yang signifikan dan positif. Walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
demikian penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu bahwa hubungan
antara free cash flow dan kebijakan hutang yang positif. Dengan adanya
utang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaaan aliran kas yang
berlebihan oleh manajer, dengan demikian dapat menghindari investasi
yang sia-sia, karena ketika utang meningkat maka manajer harus
menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman
pokoknya secara periodik sehingga dana yang tersisa menjadi kecil. Hal
ini dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas perusahaan.
Dengan kata lain perusahaan-perusahaan dengan free cash flow besar yang
mempunyai level utang tinggi akan menurunkan agency cost of free cash
flow (Jensen, 1986) karena peningkatan utang akan menurunkan
pelanggaran dalam penggunaan cash flow yang ada dalam perusahaan
sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan
oleh manajer. Penulis menduga perbedaan hasil penelitian ini disebabkan
karena perbedaan periode dan sampel penelitian serta proksi yang
digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang (LEV)
dipengaruhi signifikan oleh profitabilitas (ROA) dengan persamaan
matematis:
LEV= 0,508+ 0,034 INST- 1,272 ROA+ 0,089 FCF
Lalu untuk hasil uji T setelah dimasukkan variabel pengontrol
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel IV. D. 1-2
Setelah Dimasukkan Variabel Pengontrol
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,451 ,077 5,855 ,000
INST ,066 ,094 ,058 ,698 ,486
ROA -1,646 ,344 -,548 -4,785 ,000
FCF ,018 ,393 ,005 ,046 ,963
MBVA ,048 ,021 ,227 2,312 ,022
a. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Setelah uji T dimasukkan oleh variabel pengontrol, tidak
mengubah hasil hipotesis dalam penelitian ini. Dari ketiga variabel
independen hanya satu yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, yaitu ROA dengan tingkat signifikan 0,000 (<0,05) dan
mempunyai pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang (LEV). Tetapi
hasil uji T ini menunjukkan bahwa variabel pengontrol (MBVA)
mempunyai pengaruh signifikan (0,022<0,05) dan positif terhadap
kebijakan hutang (LEV) sehingga apabila tingkat set kesempatan investasi
suatu perusahaan (MBVA) besar, maka kebijakan hutang (LEV) pun
meningkat pula. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tettet dan Jogiyanto (1999) bahwa rasio MVABVA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang. Lalu
persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:
LEV= 0,451+ 0,066 INST- 1,646 ROA+ 0,018 FCF+ 0,048 MBVA
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan sampai seberapa besar
proporsi perubahan variabel independen mampu menjelaskan variasi
perubahan dependen. Hasil pengujian yang menunjukkan besarnya
koefisien determinasi (R2) sebelum dimasukkan variabel pengontrol
adalah sebagai berikut:
Tabel IV. D. 3-1 Sebelum Dimasukkan Variabel Pengontrol
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,405a ,164 ,144 ,1750136
a. Predictors: (Constant), FCF, INST, ROA
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Berdasarkan tabel IV. D. 3-1 diatas menunjukkan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,144, hal ini berarti 14,4% variasi kebijakan
hutang (LEV) dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel
independen, yaitu kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA),
dan free cash flow (FCF). Sedangkan sisanya (100%-14,4%= 85,6%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Standard Error of Estimate
(SEE) sebesar 0,175. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Lalu setelah pengujian dimasukkan variabel pengontrol, koefisien
determinasi (R2) adalah sebagai berikut:
Tabel IV. D. 3-2
Setelah Dimasukkan Variabel Pengontrol
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,445a ,198 ,173 ,1720953
a. Predictors: (Constant), MBVA, INST, FCF, ROA
Sumber: Hasil output SPSS 17.0 Berdasarkan tabel IV. D. 3-2 diatas menunjukkan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,173, hal ini berarti 17,3% variasi kebijakan
hutang (LEV) dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen
dan satu variabel pengontrol, yaitu kepemilikan institusional (INST),
profitabilitas (ROA), free cash flow (FCF), dan market to book value of
assets (MBVA). Sedangkan sisanya (100%-17,3%= 82,7%) dijelaskan
oleh sebab-sebab lain diluar model. Standard Error of Estimate (SEE)
sebesar 0,172. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi
semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Dalam hal ini
koefisien determinasi (R2) setelah dimasukkan variabel pengontrol
menjadi besar dan nilai SEE menjadi kecil, hal ini berarti variabel
pengontrol dalam hal ini mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen
walaupun hanya kecil. Selisih nilai koefisien determinasi (R2) setelah
dimasukkan variabel pengontrol adalah 17,3% -14,4% =2,9%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan dalam bab empat dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara simultan kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA),
dan free cash flow (FCF) berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan hutang (LEV) sebelum dimasukkan variabel pengontrol
(MBVA). Setelah dimasukkan variabel pengontrol pun ketiga variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Variabel kepemilikan institusional (INST) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kebijakan hutang (LEV) baik sebelum maupun
sesudah dimasukkan variabel pengontrol (MBVA).
3. Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh secara signifikan dan negatif
terhadap kebijakan hutang (LEV) baik sebelum maupun sesudah
dimasukkan variabel pengontrol (MBVA).
4. Variabel free cash flow (FCF) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kebijakan hutang (LEV) baik sebelum maupun sesudah
dimasukkan variabel pengontrol (MBVA).
5. Variabel pengontrol (MBVA) berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap kebijakan hutang (LEV).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
B. KETERBATASAN
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan sebagai
berikut:
1. Peneliti membatasi data hanya pada perusahaan yang menerbitkan
kepemilikan institusional, profitabilitas, free cash flow, leverage, dan
market to book value of assets.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Data yang dikeluarkan dari perusahaan sampel banyak yang tidak
memenuhi kriteria dikarenakan data tidak lengkap, seperti tidak
mengeluarkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit.
4. Periode penelitian ini terlalu sempit hanya 4 tahun.
C. SARAN
Berdasarkan atas kesimpulan dan keterbatasan yang ada pada
penelitian ini, maka saran-saran yang diajukan peneliti sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas batasan-batasan
yang ada pada penelitian ini, seperti memperpanjang periode penelitian,
menambah variabel-variabel yang diteliti, sampel diperluas (tidak hanya
perusahaan manufaktur), dan menggunakan proksi lain dari kebijakan
hutang.
2. Bagi investor yang ingin berinvestasi sebaiknya memperhatikan dan
menganalisa berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
perusahaan baik faktor keuangan maupun non-keuangan, seperti tingkat
profitabilitas (ROA) suatu perusahaan. Secara tidak langsung kebijakan
hutang mempengaruhi jumlah return yang diharapkan oleh investor jarena
laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan diprioritaskan untuk
memenuhi beban bunga dan membayar cicilan sebelum memberikan
return kepada investor.
3. Bagi perusahaan yang ingin mengurangi konflik keagenan sebaiknya
memperhatikan kebijakan hutang yang ingin diambil oleh perusahaan,
seperti mengurangi peminjaman hutang ketika tingkat profitabilitas suatu
perusahaan naik.