PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT...

88
i PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA NEGARA NEGARA ASEAN TERPILIH TAHUN 2002 - 2017 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Azalia Nada Bayanilah NIM : 11150840000076 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019

Transcript of PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT...

Page 1: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

i

PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN PADA NEGARA – NEGARA ASEAN

TERPILIH TAHUN 2002 - 2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Azalia Nada Bayanilah

NIM : 11150840000076

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019

Page 2: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN PADA NEGARA – NEGARA ASEAN

TERPILIH TAHUN 2002 – 2017

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Azalia Nada Bayanilah

NIM. 11150840000076

Di bawah bimbingan :

Pembimbing I

Arisman, M.Si

NIP.197305102014111003

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Page 4: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Azalia Nada Bayanilah

NIM : 11150840000076

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :

1. Tidak Mengembangkan ide orang lain tanpa mampu

mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain tanpa

menyebutkan sumber asli ataupun tanpa izin pemilik karya.

3. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab

atas karya ini.

Jika kemudian hari ada tuntutan atas karya saya dan melalui pembuktian

yang dipertanggung jawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya

telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan

aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juni 2019

Azalia Nada Bayanilah

NIM. 11150840000076

Page 5: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Page 6: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Azalia Nada Bayanilah

Tempat, Tanggal

Lahir : Sukabumi, 06 Januari 1997

Alamat : Jl. Jambu No.82 RT 01 RW 04, Kelurahan Kedaung Kec.Sawangan

Kab. Depok Jawa Barat

Telepon : 085716307630

Email : [email protected]

II. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Drs. Yayan Dahlan

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 2 Maret 1969

Ibu : Dra. Imas Nuraeni

Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 17 Mei 1970

III. Pendidikan

1. SD Negeri Kedaung Tahun 2003-2009

2. SMP Negeri 3 Cibadak Tahun 2009-2012

3. SMA Swasta Daar El- Qolam 2 Tahun 2012-2015

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

IV. Pengalaman Organisasi

HMJ Ekonomi Pembangunan Priode Tahun 2016 - 2017

Page 7: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

vi

ABSTRACT

Tourism is one of the country's revenue sectors that can boost the economy

quickly in several aspects such as; availability of employment, and creating a

multiplier effect on the creative economy industry and poverty reduction in the

tourism area. Tourism in this all-modern world is not just a primary need but

rather a way for modern society to fulfill their needs in providing entertainment

physically and spiritually.

This study aims to determine whether there is an influence of tourism

performance (consumption of tourists, investment, and employment in the tourism

sector) on poverty levels in selected ASEAN countries namely (Indonesia,

Vietnam, Thailand, Malaysia and the Philippines) in the period 2002 - 2017. The

data used is quantitative data with secondary data in the form of numbers. The

method used in this study is the Data Panel method with the FEM model (fixed

effect model) with the E-views 8 program.

The results of the study that simultaneous capital investment in the tourism

sector, tourism sector labor, and tourist consumption in selected ASEAN countries

jointly affected the poverty rate significantly below the 5% level. The partial test

results show that the variable employment absorption in the tourism sector is

negatively and significantly related, where every increase in the variable

employment will reduce the level of poverty. While the investment variable and

tourist consumption has a positive and insignificant relationship. Where any

increase in tourism investment and consumption will increase poverty levels or

not affect poverty levels.

Key words : tourism, investment, consumption, labor, poverty

Page 8: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

vii

ABSTRAK

Pariwisata merupakan salah satu sektor pendapatan negara yang mampu

mendongkrak perekonomian dengan cepat dalam beberapa aspek seperti ;

ketersediaan lapangan kerja, dan menciptakan efek pengganda pada industri

ekonomi kreatif dan pengurangan kemiskinan di kawasan pariwisata tersebut.

Pariwisata dalam dunia yang serba moderen ini bukan sekedar kebutuhan primer

saja melainkan menjadi suatu cara masyarakat moderen untuk memenuhi

kebutuhannya dalam memberikan hiburan secara jasmani dan rohani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kinerja

pariwisata ( konsiumsi wisatwan, investasi, dan penyerapan tenaga kerja pada

sektor pariwisata) terhadap tingkat kemiskinan pada Negara ASEAN terpilih yaitu

(Indonesia,Vietnam,Thailand,Malaysia,dan Pilipina) priode 2002 – 2017. Jenis

data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan data skunder berbentuk angka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Data Panel dengan

model FEM (fixed Effect Model) dengan program E-views 8.

Hasil dari penelitian secara simultan investasi modal pada sektor pariwisata,

tenaga kerja sektor pariwisata, dan konsumsi wisatawan di negara ASEAN

terpilih secara bersama- sama mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan

di bawah taraf 5%. Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel penyerapan

tenaga kerja pada sektor pariwisata berhubungan negatif dan signifikan, dimana

setiap terjadi kenaikan pada variabel penyerapan tenaga kerja maka akan

mengurangi tingkat kemiskinan. Sedangkan veriabel investasi dan konsumsi

wisatawan memiliki hubugan positif dan tidak signifikan. Dimana setiap kenaikan

pada investasi pariwisata dan konsumsi wisatawan akan meningkatkan tingkat

kemiskinan atau tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan.

Kata kunci : pariwisata, invesatsi, konsumsi, teanaga kerja, kemiskinan

Page 9: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Allhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan kasih sayang-Nya kepada

penulis selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN PADA NEGARA – NEGARA ASEAN TERPILIH TAHUN

2002 – 2017. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa‟atnya kepada

umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat – syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini,

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terimakasih ini

penulis tunjukan kepada :

1. Orang tua saya, yang tiada henti – hentinya berdoa, restu serta dukungan

moril maupun materil kepada penulis, sehingga penulis tetap semangat,

terpaacu, dan optimis dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala daya dan

usaha yang orang tua penulis berikan untuk mendukung selama ini,

rasanya tidak akan pernah cukup terbalaskan oleh penulis, semoga ayah

dan bunda selalu dalam kasih sayang dan lindungan Allah SWT. Amin.

2. Kedua adik laki – laki penulis, M.Gabriel Bayanilah dan M.Zian Al- Haq

yang telah menjadi penghibur dan penyemangat penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

3. Keluarga besar dari ibu dan ayah saya yang telah memberikan restu,

dukungan, dan doanya selama penulis menjalani kuliah.

Page 10: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

ix

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak, M.Si., CA, QIA, BKP.,CRMP selaku

dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si. dan Bapak Sofyan Rizal, M.Si.selaku ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian perkuliahan ini.

6. Bapak Arisman, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan memberikan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat

selama proses bimbingan berlangsung hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah

SWT.

7. Seluruh jajaran dosen - dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan serta jajaran

karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pelayanan selama perkuliahan.

8. Teman – teman seperjuangan Minceu Lovers (Diyah Ayu Setyo Nur Zam-

Zami, Diyah Ayu Fatimah, Maria Ulfa, Andini, Rara Min Arsyillah,

Resha Ayu Nuvisa, Kurniasih Anderesta, Khairun Nisa, Sofi Pratiwi,

Oktavira Mareta, Tenty Apriyanti Rukmana, Priska Fatma Anggita).

Trimakasi atas kebersamaannya selama ini, dunia perkuliahan tidak akan

seseru ini tanpa kalian.

9. Teman – teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2015.

10. Teman – teman KKN Desa Pasir kelompok 25 trimakasi atas kebersamaan

dan kerjasamanya selama dalam masa program KKN, tempat KKN

merupakan tempat belajar dalam dunia masyarakat yang sangat kompleks

dan menyenangkan.

Page 11: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu,

penulis mengharapkan segala bentuk dan saran yang membangun untuk

pencapaian yang lebih baik.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Juni 2019

Azalia Nada Bayanilah

Page 12: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Batasan Maslah ............................................................................................ 8

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................................... 9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................................... 15

B. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 38

C. Hipotesis ..................................................................................................... 39

Page 13: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 40

B. Sumber Data ............................................................................................... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41

D. Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 49

B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 60

B. Saran ........................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 63

LAMPIRAN ............................................................................................................. 66

Page 14: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 4. 1 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 49

Page 15: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kurva Fungsi Konsumsi Keynes ...................................................... 30

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 38

Page 16: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kedatangan Wisatawan Internasional ASEAN Tahun 2013 - 2017 ....................... 3

Tabel 1. 2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap GDP, Investasi, Dan Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Negara - Negara ASEAN Tahun 2013 – 2017.......................................................4

Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Total GDP Pada Negara - Negara ASEAN

Terpilih Tahun 2015 – 2017.....................................................................................................5

Tabel 3. 1 Variabel, Simbol, Ukuran, Dan Sumber Data.......................................................41

Tabel 4. 1 Hasil Uji Multikolinearitas....................................................................................50

Tabel 4. 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................................. ...51

Tabel 4. 3 Hasil Uji Chow Dan Uji Hausman ....................................................................... 52

Tabel 4. 4 Hasil Estimasi Model............................................................................................ 53

Page 17: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas ................................................................................... 66

Lampiran 2 Uji Multikolinearitas.......................................................................... 66

Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji White ........................................ 66

Lampiran 4 Uji Chow............................................................................................ 67

Lampiran 5 Uji Hausman ...................................................................................... 68

Lampiran 6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan FEM ........................................... 68

Lampiran 7 Data Penelitian ................................................................................... 69

Page 18: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Salah Wahab yang di kutip oleh (Pleanggra 2012), pariwisata

merupakan salah satu sektor pendapatan negara yang mempu mendongkrak

perekonomian dengan cepat dalam beberapa aspek seperti ; ketersediaan lapangan

kerja, dan menciptakan efek pengganda pada industri ekonomi kreatif dan

pengurangan kemiskinan di kawasan pariwisata tersebut. Pariwisata dalam dunia

yang serba moderen ini bukan sekedar kebutuhan primer saja melainkan menjadi

suatu cara masyarakat moderen untuk memenuhi kebutuhannya dalam

memberikan hiburan secara jasmani dan rohani. Semakin meningkatnya taraf serta

gaya hidup masyarakat di era globalisasi ini, konsumen membutuhkan produk

dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka akan hiburan dan kesenangan.

Peningkatan kebutuhan konsumen dalam melakukan konsumsi terhadap jasa

wisata berakibat pada semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dunia.

Pendapat ini sama dengan yang dikemukakan oleh (Sunarti 2017), Seiring dengan

berkembangnya zaman, padatnya aktivitas, dan tingginya tuntutan hidup,

menciptakan tingkat stress yang cukup tinggi pada masyarakat modern sehingga

meningkatkan kebutuhan masyarakat akan konsumsi jasa wisata. Perubahan

prilaku dan cara pandang masyarakat yang mulai berkembang dengan menjadikan

pariwisata sebagai kebutuhan hidupnya.

Perubanhan gaya hidup dan prilaku masyarakat yang berubah diakibatkan

oleh adanya globalisasi.(Giddens 2003) berpendapat bahwa globalisasi bukan

hanya fenomena ekonomi, melainkan mengenai transformasi ruang dan waktu,

Giddens menggambarkan globalisasi sebagai action at distance, dimana

globalisasi sangat erat kaitan dan intensitasnya seiring dengan berkembangnya

teknologi komunikasi. Lebih lanjut, Giddens menjelaskan bahwa globalisasi tidak

hanya berkaitan dengan transformasi media komunikasi saja, tetapi juga

transformasi dalam konteks pengalaman sosial baik berdimensi lokal maupun

Page 19: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

2

personal. Dari Giddens kita dapat menyimpulkan bahwa pertumbuhan pada sektor

pariwisata merupakan salah satu pengaruh dari liberalisasi perdagangan jasa yang

tidak lain sebagai bagian dari globalisasi. Menurut Nirwandar yang dikutip oleh

(Nurjaya 2014) pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang dan jasa bertujuan

untuk menghilangkan hambatan dalam aktifitas perdagangan, yang meliputi:

transaksi perdagangan barang dan jasa, sumber daya modal (investasi), dan

pergerakan manusia. Kemudahan dan kebebasan ini yang menjadi pendorong

masyarakat modern untuk melakukan konsumi jasa dalam bentuk aktifitas

perjalanan wisata. Globalisasi ekonomi telah memperluas jangkauan kegiatan

ekonomi khususnya pada sektor pariwisata dunia dengan berkurangnya batas-

batas antar negara menjadikan banyak turis dengan mudah pergi berlibur maupun

mengunjungi negara-negara lainnya. Oleh karena itu, sektor pariwisata berpeluang

besar untuk menjaga atau bahkan ikut aktif berperan dalam pertumbuhan

perekonomian negara yang bersangkutan. Berkembangnya sektor pariwisata yang

diakibatkan oleh globalisasi juga dapat berimplikasi pada pengurangan jumlah

kemiskinan di negara – negara ASEAN. Hal ini juga telah di sampaikan dalam

agenda SDGs 2015 bahwa sektor pariwisata memiliki potensi untuk berkontribusi,

secara langsung atau tidak langsung ke semua tujuan, dimana tujuan SDGs untuk

mengakhiri kemiskinan ekstrim dan ketidaksetaraan di tahun 2030 mendatang.

Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan internasional ke

wilayah ASEAN menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun selama lima tahun

terakhir (WTTC, 2018).

Tabel 1.1 Kedatangan Wisatawan Internasional Pada Wilayah ASEAN

Tahun 2013 -2017

No Negara Kedatangan Wisatawan Asing (dalam ribu „000)

Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

1 Thailand 15.936 24.810 29.923 32.588 35.381

2 Indonesia 7.003 9.435 9.963 11.072 12.948

3 Malaysia 24.557 27.437 25.721 26.757 25.948

Page 20: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

3

4 Filipina 3.520 4.833 5.361 5.967 6.621

5 Vietnam 5.050 7.960 7.944 10,013 12,922

ASEAN 102,199 105,084 108,904 110,830 120,362

1. 1 Sumber : World Tourism Organization (UNWTO) Tabel 1. 1 Kedatangan Wisatawan Internasional Pada Wilayah ASEAN Tahun 2013 - 2017

Pada tahun 2013 hingga tahun 2017 kedatangan wisatawan asing terus

bertambah dari 102,199 ribu wisatawan hingga 120,362 ribu wisatawan pada

tahun 2017. Negara – negara ASEAN terpilih yang menempati posisi pertama

sebagai negara dengan kedatangan wisatawan asing tertinggi adalah negara

Thailand dengan jumlah kedatangan 35.381 ribu orang pada tahun 2017,

sedangkan yang terendah negara Filipina dengan kedatangan wisatawan asing

sebesar 6.621 ribu pada tahun 2017(UNWTO 2018). Kedatangan wisatawan asing

dapat meningkatkan pendapatan devisa dari ekspor pariwisata yang terjadi akibat

konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan asing di negara – negara tujuan wisata.

Asia Tenggara merupakan wilayah yang strategis untuk mengembangkan

sektor pariwisata, selain karena biaya akomodasi yang murah, keindahan alam dan

iklim tropis serta keberagaman budaya yang khas menjadikannya menarik bagi

wisatawan dunia hal ini dapat dilihat pada investasi modal di sektor pariwisata

ASEAN mencapai USD $48.8 milyar menempatkan ASEAN berada pada posisi

ke -4 dengan nilai investasi terbanyak . Namun di sisi lain Asia tenggara juga

menjadi salah satu pengekspor wisatawan terbanyak ke-4 dunia dengan nilai

ekspor sebesar USD$ 135.6 milyar pada tahun 2017 di susul oleh wilayah

Amerika Utara, Asia Timur, dan Uni Eropa pada posisi pertama. WTTC (World

Tourism Travel Council), memperkirakan industri pariwisata Asia Tenggara akan

mencapai kontribusi 13,0% dari total GDP Asia Tenggara pada tahun 2028

mendatang. Pada tahun 2017 sektor pariwisata ASEAN berhasil menyerap pekerja

sebanyak 14,456.9 ribu pekerja dan Capital investment USD$48,8 milyar atau

tumbuh sebanyak 4.5% dari tahun 2016. WTTC juga memprediksi sektor

investasi modal pada tahun 2028 akan mencapai USD$86.8 milyar.

Page 21: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

4

Tabel 1.2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap GDP,Investasi , Dan Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Negara – Negara ASEAN Tahun 2013 – 2017

Tahun Kontribusi

Langsung Terhadap

GDP

(milyar USD)

Total Kontribusi

Terhadap GDP

(milyar USD)

Investasi

(milyar USD)

Penyerapan Tenaga

Kerja

(dalam ribu „000)

2013 111.2 268.3 44.9 12,254.0

2014 114.4 277.7 45.6 12,571.6

2015 116.9 285.4 45.0 13,418.0

2016 124.8 305.2 45.7 13,982.1

2017 135.8 329.5 48.8 14,456.9 Sumber : World Travel & Tourism Council (WTTC) 1Tabel 1. 2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap GDP, Investasi, Dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Negara - Negara ASEANTahun 2013 - 2017

Pada tabel 1.2 memperlihatkan kontribusi sektor pariwista terhadap kinerja

perekonomian di Asia Tenggra. Pada tahun 2013 sampai 2017 kontribusi

langsung sektor pariwisata terhadap GDP secara terus meningkat dari USD$111.2

milyar pada tahun 2013 menjadi US$135.8 milyar pada tahun 2017. Untuk

kontribusi pariwisata terhadap total GDP juga meningkat dari US$268.3 milyar

pada tahun 2013 menjadi US$329.5 milyar pada tahun 2017 ,diperkirakan pada

tahun 2028 total kontribusi sektor pariwisata akan meningkat sebanyak 5.5%

menjadi US$598.3 milyar (13.0% dari GDP). Pariwisata menjadi sektor yang

dapat meningkatkan produktivitas barang dan jasa di kawasan ASEAN. Hal

tersebut di karenakan industri pendukung pariwisata seperti hotel, restoran,dan

transportasi juga turut berkembang seiring dengan banyaknya volume kedatangan

wisatawan ke ASEAN. Investasi menjadi menarik tidak hanya bagi pihak swasta

namun juga pemerintah ikut ambil bagian dalam penanaman modal pada sektor

pariwisata tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian

sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di negara – negara

berkembang.

Selain berkontribusi terhadap pendapatan nasional, sektor pariwisata juga

berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pariwisata merupakan sebuah

sektor yang didukung oleh berbagai usaha terutama usaha yang menghasilkan

produk jasa, transportasi, penginapan, makanan,dan lain sebagainya yang pada

akhirnya peningkatan produksi secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja sehingga jumlah dari angkatan kerja yang mengaggur

akan berkurang. Keberadaan pengagguran pada suatu negara berpengaruh pada

Page 22: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

5

tidak maksimalnya produktivitas bahkan dapat mengganggu kestabilan politik (I

Made Putra 2015). Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk mereka yang berada

dalam keadaan yang miskin (Fields 2007). Industri – industri yang bergerak di

sektor pariwisata pada umumnya merupakan industri yang memerlukan banyak

tenaga kerja, seperti industri akomodasi, restoran, hiburan, dan industri cendara

mata, meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada industri – industri tersebut

akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke

negara tersebut. Sektor pariwisata diestimasikan akan menjadi salah satu kegiatan

ekonomi yang penting pada abad ke- 21 ini (Sunarti 2017).

Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Total GDP Pada Negara –

Negara ASEAN Terpilih 2015 - 2017

No Negara Total GDP (milyar

USD $)

Growth (%)

2015 2016 2017 2015 2016 2017

1 Indonesia 53,7322 55,3584 58,8822 5,2 3,0 6.4

2 Malaysia 38,0777 40,6962 41,8676 -0,664 6,9 2.9

3 Filipina 53,385 61,1676 66,3209 24,3 14,6 8.4

4 Thailand 82,7743 89,6332 95,0045 15,9 8,3 6.0

5 Vietnam 17,904 19,0468 20,6056 7,7 6,4 8.2 Sumber : World Travel & Tourism Council (WTTC) Tabel 1. 3 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Total GDP Pada Negara - Negara ASEAN Terpilih Tahun 2015 - 2017

Kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP (gross domestic product) di

negara – negara ASEAN dalam tiga tahun terakhir menunjukan peningkatan

secara terus menerus sejak tahun 2015. Kontribusi total pariwisata terhadap GDP

di negara – negara ASEAN pada tahun 2017 cukup tinggi terutama pada negara

Thailand berkontribusi sebesar US $95.0 milyar atau 21.2% dari total GDP

sebesar US $455,7 milyar di susul oleh negara Filipina yang menyumbang sekitar

US $66.3 milyar atau, 21.1% dari total GDP yang sebesar US $313,19 milyar.

Sedangkan, Indonesia berkontribusi sebesar US $58.9 milyar atau, 5.8% dari total

GDP sebesar US $1 triliun dan negara Malaysia yang berhasil menyumbang US

$41.9 milyar atau 13.4% dari total GDP yaitu sebesar US $317,3 milyar.

Sedangkan kontribusi GDP sektor pariwisata selanjutnya yaitu negara Vietnam

Page 23: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

6

sebesar US $20,6056 juta dengan kontribusi sebesar 8.2% dari total GDP yaitu

sebesar US $223,8 milyar (WTTC Report,2018).

Maraknya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ASEAN pada sektor

pariwisata terdapat suatu permasalahan yang dapat menghambat pertumbuhan dan

pembangunan negara yaitu adalah kemiskinan. Salah satu usaha untuk

mengurangi tingkat kemiskinan adalah dengan melakukan pembangunan yang

berpihak pada masyarakat miskin (pro poor development) dalam beberapa tahun

ini telah menjadi perhatian penting dalam agenda pembangunan global. Pro poor

tourism merupakan metode dengan strategi yang berfokus untuk meningkatkan

kegiatan pariwisata sehingga mampu memberikan keuntungan ekonomis bagi

orang miskin (Harrison 2008). Orientasi pembangunan pariwisata yang

mendorong usaha – usaha pengurangan kemiskinan dituangkan dalam konsep

“pro poor tourism development”, konsep ini dipandang akan sangat efektif untuk

membantu dalam uasaha pengurangan kemiskinan hal ini dikarenakan pariwisata

yang memiliki keterkaitan lintas sektor dan lintas usaha (I Made Putra 2015). Hal

ini dapat di buktikan dengan berkembangnya pariwisata akan menggerakan

uasaha – usaha terkait di dalamnya sehingga akan menciptakan multiplier effect,

hal ini dapat dilihat dari tabel 1.3 dimana kontribusi sektor pariwisata terhadap

total GDP di negara – negara ASEAN selama tiga tahun terakhir terus mengalami

peningkatan, seperti yang kita ketahui sektor pariwisata terbentang hingga ke

wilayah- wilayah terpencil pada suatu negara yang dimana ¾ (tiag per empat)

dari orang yang tergolong sangat miskin berada di daerah terpencil. Di sisi lain

sektor pariwisata merupakan sektor yang membutuhkan banyak tenaga kerja, hal

ini juga telah di jelaskan pada tabel 1.2 dimana penyerapan tenaga kerja pada

sektor pariwisata di ASEAN terus mengalami peningkatan selama lima tahun

terakhir sejak tahun 2013.

Pariwisata akan berkontribusi maksimal pada perekonomian negara, bila

dikembangkan secara berencana dan terpadu, peranan sektor pariwisata akan lebih

tinggi kontribusinya di bandingkan dengan sektor migas (minyak bumi dan gas

alam) serta industri lainnya. Dengan begitu sektor pariwisata akan berfungsi

sebagai penggerak kinerja perekonomian, sehingga diharapkan dapat mengurangi

Page 24: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

7

tingkat kemiskinan di negara – negara berkembang, seperti yang dikatakan dalam

SDGs 2015 “ sektor pariwisata secara langsung maupun tidak langsung memiliki

potensi untuk berkontribusi terhadap penguragan kemiskinan”(ASEAN

Secertariat 2016).

Melihat fenomena yang terjadi mengenai kinerja sektor pariwisata bagi

kemiskian di negara – negara ASEAN, menjadikan para pemangku kebijakan

terkait terus berupaya membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

mengembangkan sektor pariwisata.Kehadiran pemerintah dalam pengembangan

pariwisata melalui regulasi penanaman modal akan meningkatkan investasi pada

sektor pariwisata dan memberikan manfaat pada masyarakat melalui kegiatan

ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat(I Made Putra 2015).

Potensi yang besar pada sektor pariwisata telah lama menjadi perhatian

ASEAN, sehingga pada tahun 1981 diadakanlah ASEAN Tourism Forum (ATF)

sebagai forum yang mendiskusikan pengembangan pariwisata di negara- negara

ASEAN. Pada tahun 2002 terjadilah kesepakan yaitu ASEAN Tourism Agreement

(ATA) dengan tujuan meningkatkan industri pariwisata dengan investasi dan

promosi demi meningkatkan pertumbuhan sosial dan ekonomi dikawasan

ASEAN. Keunggulan – keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pembangunan

pariwisata ASEAN sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, dan

kesejahteraan negara – negara anggota ASEAN.

Namun sayangnya dalam penerapan kebijakan yang dibuat pemerintah

disetiap negara berbeda – beda. Tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali

kebijakan yang dibuat pemerintah di beberapa negara berjalan tidak efektif yang

disebabkan oleh kurangnya pemahaman peranannya sendiri dalam merencanakan

dan mengimplementasikan program pengembangan industri sektor pariwisata

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, dan kesejahteraan. Maka dari itu

berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis akan

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KINERJA PARIWISATA

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA NEGARA – NEGARA ASEAN

TAHUN 2002 – 2017 “.

Page 25: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

8

B. Batasan Maslah

Pada penelitian ini, penulis akan memberi batasan permasalahan yakni

menganai :

1. Variabel investasi moadal pada sektor pariwisata, penyerapan tenaga

kerja pada sektor pariwisata, dan jumlah konsumsi domestik

wisatawan merupakan variabel bebas (X). Ketiga hal tersebut

merupakan variabel yang mempengaruhi variabel tingkat kemiskinan,

sebagai variabel terkait (Y).

2. Penelitian ini hanya meneliti wilayah negara – negara ASEAN terpilih

khususnya Indonesia pada priode 2002– 2017.

3. Penelitian ini hanya mengkaji mengenai bagaimana hubungan,

investasi, dan penyerapan tenaga kerja, pada sektor pariwisata dapat

mempengaruhi tingkat kemiskinan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan yang akan di kaji dan di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat kinerja pariwisata terhadap tingkat

kemiskinan pada lima negara di ASEAN priode tahun 2002 – 2017 ?

2. Bagaimana pengaruh tingkat investasi modal pada sektor pariwisata

terhadap tingkat kemiskinan pada lima negara di ASEAN priode tahun

2002 – 2017 ?

3. Bagaimana pengaruh tingkat tenaga kerja pada sektor pariwisata terhadap

tingkat kemiskinan pada lima negara di ASEAN priode tahun 2002 –

2017?

4. Bagaimanakah pengaruh tingkat konsumsi wisatawan terhadap tingkat

kemiskinan pada lima negara di ASEAN priode tahun 2002 – 2017 ?

Page 26: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

9

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, berikut tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kinerja pariwisata terhadap tingkat

kemiskinan di lima negara ASEAN priode tahun 2002 – 2017.

b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat investasi modal pada sektor

pariwisata terhadap tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN priode

tahun 2002 – 2017.

c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat tenaga kerja pada sektor pariwisata

terhadap tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN priode tahun 2002 –

2017.

d. Untuk mengetahui pengaruh tingkat konsumsi wisatawan terhadap

tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN priode tahun 2002 – 2017.

b. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diuraikan diatas, adapun manfaat yang

dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh pariwisata terhadap

tingkat kemiskinan di ASEAN.

2. Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan dan wawasan serta informasi tentang pariwisata di

wilayah ASEAN serta pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan

selain itu hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi

penelitian berikutnya.

3. Bagi pelaku industri pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan masukan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di negara –

negara ASEAN.

Page 27: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

10

4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam

merumuskan kebijakan atau program pada sektor pariwisata guna

meningkatkan kinerja perekonomian dan pengurangan tingkat

kemiskinan di negara – negara ASEAN.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Dody Harris Darmawan dan Adi Yunanto pada

tahun 2016, dengan judul, “Peluang Pariwisata Dalam Menurunkan Kemiskinan

Di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh sektor pariwisata dan pendapatan perkapita terhadap

penurunan kemiskinan pada 30 provinsi di Indonesia pada tahun 2004 – 2012.

Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data skunder

menggunakan model estimasi Fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini

menunjukan sektor pariwisata dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan

terhadap penurunan kemiskinan dimana setiap kenaikan 1% kontribusi pada

sektor pariwisata dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap

penuruanan kemiskinan sebesar 0.005%. (Darmawan and Yunanto 2017)

Penelitian ini dilakukan oleh Syed Ali Raza & Nida Shah pada tahun 2017,

dengan judul “ Tourism Growth and Income Inequality: Does Kuznets Curve

Hypothesis Exist In Top Tourist Arrival Countries”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan dan pengaruh kedatangan wisatawan dengan tingkat

ketimpangan pada 43 negara tujuan pariwisata. Penelitian ini menggunakan

analisis kuantitativ dengan data skunder dari tahun1995 – 2015. Dengan

menggunakan data panel dan hipotesis kurva Kuznets. Hasil yang didapatkan

adalah, peningkatan 1% dalam pendapatan pariwisata dan keterbukaan

perdagangan meningkatkan ketimpangan pendapatan masing-masing sebesar

0,450% dan 0,070%. Sedangkan peningkatan 1% PDB per kapita dan FDI dapat

menurunkan ketimpangan pendapatan masing-masing sebesar 0,306% dan

0,168%. Selanjutnya, semua variabel secara signifikan mempengaruhi

ketimpangan pendapatan kecuali untuk investasi keterbukaan perdagangan yang

memiliki efek tidak signifikan. Pada ke- 43 negara, hubungan positif dan

signifikan antara pariwisata dan ketimpangan pendapatan.

Page 28: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

11

Penelitian ini dilakukan oleh I Made Patera, dan I Wayan Suardana pada

tahun 2015, dengan judul “Model Hubungan Pariwisata Kinerja Perekonomian

Dan Kemiskinan Di Kabupaten Badung, Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata dan kinerja perekonomian

terhadap kemiskinan di kabupaten Badung Selatan. Dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif didukung data skunder tahun 2000 sampai

2013 dan pendekatan kualitatif dengan data primer melalui wawancara dan

diskusi kelompok. Analisis yang dipakai menggunakan patrial least square

(PLS). Hasil dari penelitian ini menunjukan nilai koefsien jalur pengaruh

perkembangan pariwisata terhadap kemiskinan menunjukkan bahwa

perkembangan pariwisata memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap

kemiskinan, sedangakan nilai koefisien jalur kinerja perekonomian menunjukkan

bahwa variabel perkembangan pariwisata berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja perekonomian. Artinya bahwa semakin baik perkembangan pariwisata

maka kinerja perekonomian juga akan meningkat.

Penelitian ini dilakukan oleh Hanitra Rakotondramaro, dan Louisa

Andriamsy pada tahun 2016, dengan judul “Multivariate Granger Causality

Among Tourism, Poverty And Growth in Madagascar “. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dampak dari pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dan

pengurangan tingkat kemiskinan di Madagaskar selama priode 1988 –2013.

Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan menggunakan data

skunder. Analisis yang digunakan adalah degan model granger causality berbasis

ECM (error-correction mechanism) dengan program SPSS. Hasil dari penelitian

ini menunjukan Pengembangan pariwisata memiliki hubungan positif signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi dengan signifikasi sebesar 5% ,tetapi hubungan

pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif

namun tidak signifikan dengan variabel kemiskinan di Madagaskar.

Penelitian ini dilakukan oleh Pudin Sepudin tahun 2016, dengan judul

“Analisis Peran Pro- Poor Tourism Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masayarakat Miskin Di Desa Wisata Pasanggrahan Purwakarta”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran pro- poor tourism dapat

Page 29: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

12

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Desa Pariwisata

Pesanggarahan. Pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif

deskriptif dengan menggunakan data sampeling jenuh dengan membagikan

kuesioner ke pada masyarakat miskin setempat, dan observasi secara langsung

terhadap 122 kepala keluarga (KK) yang masuk kedalam kriteria miskin. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa peranan pro-poor tourism terhadap kemiskinan

di wilayah terkait jika dilihat dari 122 KK hanya 32 KK yang memiliki hunian

tetap dan 27,78% atau 5 KK pasca desa dijadikan kawasan wisata masih

menganggur. Adapun pendapatan masyarakat yang berada diantara Rp. 200.000

per bulan pada saat sebelum menjadi desa wisata mencapai 79 KK atau 65% dari

total semua KK yang tergolong miskin, namun setelah dijadikan desa wisata

terjadi penurunan sebesar 43,4% menjadi 45 KK. Hal ini menjadi pertanda baik

bagi perbaikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

Penelitian ini dilakukan oleh Renuka Mahadevana and Sandy Suardib pada

tahun 2017. dengan judul “Panel Evidence On The Impact Of Tourism Growth

On Poverty, Poverty Gap And Income Inequality”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pertumbuhan pariwisata terhadap kemiskinana, dan

ketimpangan pendapatan, pada 13 negara pariwisata pada periode 1995 – 2012.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data skunder. Data

pada penelitian ini diolah menggunakan metode Menggunakan metode Vector

Autoregression panel. Hasilnya pertumbuhan pariwisata dapat mengurangi jumlah

penduduk miskin namun tidak mengurangi jumlah ketimpangan dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Penelitian ini dilakukan oleh Carmen María Llorca-Rodríguez, Rosa María

García-Fernández, dan Amalia Cristina Casas-Jurado pada tahun 2018, dengan

judul “Domestic Versus Inbound Tourism In Poverty Reduction: Evidence From

Panel Data”. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas dari

kedatangan wisatwan domestik dan luar negri (inbound) dalam pengentasan

kemiskinan absolut pada 60 negara untuk periode 1995 - 2014. Menggunakan data

kuantitatif, pada penelitian ini menggunakan metode regresi data panel. Hasil dari

penelitian ini adalah wisatawan domestik dan asing (inbound) memiliki efek yang

Page 30: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

13

signifikan dalam mengurangi kemiskinan di dua garis absolut internasional yaitu,

$ 3,10 dan $ 1,90 per hari. Pengaruh yang jauh lebih tinggi dalam mengurangi

kemiskinan absolut adalah wisatwan domestik daripada untuk wisatawan asing.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan pada skrpsi ini, maka

penulis membagi dalam beberapa bab dan sistematika sebagai berikut.

BAB I, PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Batasan

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan Kajian Terdahulu dan Sistematika Penulisan.

BAB II, TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas tentang teori-teori terkait dengan

Pariwisata yaitu Investasi, Tenaga Kerja, Konsumsi dan

Kemiskinan. Selain itu akan membahas tentang Kerangka

Pemikiran dan Hipotesis.

BAB III, METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan beberapa poin yang berkaitan dengan

metedeologi penelitian yang dipakai dalam penulisan ini, antara

lain:

A. Ruang Lingkup Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Pengolahan Data

BAB IV, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan beberapa point yaitu:

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

Page 31: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

14

BAB V, SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan berupa

jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang

dikemukakansebelumnya. Bab ini juga berisi saran-saran yang

sifatnya membangun sebagai solusi dari permasalahan yang

dikemukakan.

Page 32: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pariwisata

a. Definisi Pariwisata

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai

kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk tinggal diluar tempat tinggalnya

sendiri untuk sementara waktu, tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk

tujuan wisata atau tujuan lainnya yang tidak bertujuan untuk mendapatkan

pekerjaan atau gaji ditempat yang dikunjungi. Menurut (Mujaidi, A., & Warman

2014) pengertian pariwisata adalah kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan

bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Pariwisata terbangun dari hubungan antara wisatawan dengan perusahaan

yang menyediakan layanan wisata, di dukung oleh pemerintah dan badan usaha

yang bergerak dibidang pariwisata untuk menyiapkan sarana yang di butuhkan

oleh wisatawan (Theobald 2005). Menurut (Jamieson,2004) dan (Reisinger,2009),

pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan yang dimana melibatkan pemerintah,

perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan masyarakat dengan tujuan

untuk menyediakan dan mengatur kebutuhan wisatawan seperti menyiapkan

penginapan, kegiatan perjalanan pelayanan barang dan jasa yang menjadi

kebutuhan wisatawan.

Menurut Yoeti (2008), bahwa pengertian pariwisata adalah, berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang di

sediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dari

banyaknya paparan di atas dapat di simpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan

individu atau kelompok yang melakukan perjalanan dengan berbagai macam

Page 33: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

16

tujuan yang tidak ada kaitannya dengan mendapatkan perkerjaan atau

penghasilan, di mana dalam pariwisata tersebut terjadi hubungan dan sinergi

antara pemerintah, usahawan, masyarakat setempat dengan wisatawan terkait.

b. Pengertian Wisatawan

Kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang. Secara umum wisatawan

menjadi bagian dari traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan,

seseorang haruslah seorang traveller atau seorang visitor. Seorang pengunjung

atau visitor adalah seorang orang yang melakukan perjalanan atau traveller, tetapi

tidak semua traveller adalah tourist (Sunarti, 2017). Dengan kata lain traveller

memiliki konsep yang lebih luas yang dapat mengacu kepada orang yang

mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang menjadikan kegiatan wisata

sebagi layaknya kegiatan rutin di tempat kerja, sekolah, dan sebagainya atau

dapat dikatakan sebagai aktivitas sehari hari.

Wisatawan menurut The International Union Of Office Travel Organization

(IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO) adalah Seseorang yang

melakukan perjalanan ke negara lain selain selain negaranya di luar tempat

kediamannya dengan tujuan utama kunjungan selain alasan untuk melakukan

kegiatan yang menghasilkan upah.

WTO juga menambahkan wisatawan atau visitor adalah pengunjung

sementara yang tinggal disuatu negara atau tempat yang mereka kunjungi tanpa

menginap di dalamnya, penumpang atau wisatawan kapal pesiar. Dapat

disimpulkan bahwa, wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata

dimana wisata sendiri diartikan sebagai seorang atau kelompok yang

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan dan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.

c. Industri Pariwisata

(Muljadi 2012) memaparkan bahwa Industri pariwisata merupkan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan pendukung lainnya antara lain meliputi fasilitas atau

sarana penunjang yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara langsung.

Page 34: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

17

Dengan adanya penyedia jasa sebagai sarana penunjang akan lebih membantu

wisatawan dalam memperlancar perjalanannya. Jenis dari perusahaan pendukung

tersebut antara lain : toko suvenir, jaringan telfon dan internet, bank, tempat

penukaran uang, tempat pelayanan kesehatan, tempat pelayanan keamanan, dan

perusahaan – perusahaan jasa lain yang sekiranya di butuhkan oleh wisatawan

(Mujaidi & Warman, 2014).

d. Ciri – ciri industri pariwisata

1) Industri Jasa atau Service Industry

Pariwisata di sebut juga sebagai industri jasa. Hal ini dikarenakan

perusahaan atau industri yang membentuknya merupakan perusahaan

jasa yang secara bersama- sama menghasilkan produk barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berwisata di daerah tujuan

wisata. Dalam ilmu ekonomi cara berproduksi dimana masing – masing

produk saling melengkapi produk lainnya dalam memberikan kepuasan

terhadap konsumen di sebut sebgai garis produksi. Adapun faktor –

faktor produksinya adalah: Kekayaan alam, Modal, Teanag kerja, dan

Keterampilan.

2) Padat Karya atau Labor Intensive

Labor intensive pada pariwiwsata adalah menunjukan bahwa

pariwisata merupakan salah satu industri yang dapat menyerap banyak

tenaga kerja.

3) Padat Modal atau Capital Intesive

Industri pariwisata di sebut juga sebagai capital intensive

dikarenakan dalam pembangunannya industri pariwisata membutuhkan

modal yang besar, namun disisi lain pengembalian modalnya

membutuhkan waktu yang relatif lama.

Page 35: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

18

4) Peka atau Sensitive

Industri pariwisata sangat peka terhadap keamanan dan kenyamanan,

karena wisatawan itu merupakan orang – orang yang berpergian untuk

mendapatkan ketenagan dan kesenangan. Maka dari itu keamanan dan

kenyamanan daerah tujuan wisata harus pandai menjaga keamanan dan

keteangan agar jumlah wisatwan tidak menurun.

5) Musiman atau Seasonal

Industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim. Misalnya saja

ketika tiba liburan musim panas atau libur panjang lainnya maka akan

terjadi peak season atau kapasitas yang di tawarkan habis, namun ketika

masa liburan usai akan terjadi idle dimana kamar hotel banyak yang

kosong ,restoran dan taman bermain sepi pengunjung.

6) Industri Yang Cepat Menghasilkan atau Quick Yielding

Industry

Industri pariwisata disebut juga industri yang cepat menghasilkan,

hal ini dikarenakan dengan mengembangkan industri pariwisata akan

dapat meningkatkan devisa lebih cepat daripada melakukan ekspor. Hal

ini dikarenakan devisa dapat langsung diperoleh pada saat wisatwan

menginjakan kakinya di negara yang dikunjungi karena wisatawan

tersebut harus memenuhi kebutuhan berwisatanya dengan valuta asing

yang sebelumnya telah di tukarkan ke dalam mata uang negara tujuan

wisata terkait, fenomena ini juga yang biasa disebut sebagai ekspor tidak

terlihat atau invisible export (Yoeti 2008).

e. Jenis – Jenis Usaha Pariwisata Pada Industri Pariwisata

Menurut Mujaidi (2014) menjelaskan mengenai industri pariwisata yang

terdiri dari jenis – jenis usaha pariwisata sebagai berikut :

Page 36: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

19

1) Usaha daya tarik wisata, adalah usaha yang kegiatannya mengelola

daya tarik alam, daya tarik budaya, dan daya tarik buatan/ bina

manusia.

2) Usaha kawasan pariwisata, adalah usaha yang kegiatannya

membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk

memenuhi kebutuhan pariwisata.

3) Usaha jasa transportasi wisata, adalah usaha khusus yang menyediakan

angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan

transportasi reguler atau umum.

4) Usaha jasa perjalanan wisata, adalah usaha biro perjalanan wisata dan

agen perjalanan wisata. Yang termasuk kedalam usaha ini adalah agen

perjalanan wisata termasuk perjalanan ibadah meliputi usaha jasa

pemesanan sarana seperi pemesanan tiket dan akomodasi serta

pengurusan dokumen.

5) Usaha jasa makanan dan minuman, adalah usaha jasa penyediaan

makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe, jasa

boga dan bar atau kedai minuman.

6) Usaha penyedia akomodasi, adalah usaha yang menyediakan

pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan

pariwisata lainnya. Usaha ini dapat berupa hotel, vila, pondok wisata,

bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang

digunakan untuk tujuan pariwisata.

7) Usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, adalah usaha

yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena

permainan, karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan, dan rekreasi

lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.

8) Usaha penyelenggara pertemuan, perjalanan intensif, konfrensi, dan

pameran, dalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemua

sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan

mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta

menyelenggarakan pameran dalam rangkaian menyebarluaskan

Page 37: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

20

informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasiona,

regional, dan internasional.

9) Usaha jasa informasi pariwisata, adalah yang menyediakan data,

berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai

kepariwisataan yang disebarkan dalambentuk bahan cetak atau

elektronik.

10) Usaha jasa konsultan pariwisata, usaha yang menyediakan sarana dan

rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelola usaha,

penelitian, dan usaha pemasaran di bidang pariwisata.

11) Usaha jasa pramuwisata, adalah usaha yang menyediakan atau

mengkoordinasi tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan

wisatwan atau kebutuhan biro perjalanan wisata.

12) Usaha wisata tirta, adalah usaha yang yang menyediakan wisata dan

olahlaraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa

lainnya yang dikelola secara komersial di wilayah perairan seperti laut,

pantai, sungai, danau, dan waduk (Mujaidi & Warman, 2014).

2. Investasi

a. Definisi Investasi

Investasi dalam dalam teori ekonomi didefinisikan sebagai pengeluaran

pemerintah untuk membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan

produksi dengan tujuan untuk menggati dan terutama menambah barang – barang

modal yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang

akan datang.

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan di masa – masa yang akan datang (Sadono, 2013). Pengertian

investasi secara luas dalam perhitungan pendapatan nasional investasi meliputi :

(1) seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang – barang dan modal dalam

pemmbelanjaan untuk mendirikan industri – industri; (2) pengeluaran masyarakat

Page 38: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

21

untuk mendirikan rumah tempat tingga; (3) pertumbuhan dalam nilai stok barang

perusahaan berupa behan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang

jadi (Sadono, 2013). Sedangkan menurut Samuelson (2004), investasi meliputi

penambahan stok modal atau barang disuatu negara, seperti bagunan, peralatan

produksi, dan barang – barang invesntaris dalam jangka waktu kurang lebih satu

tahun atau dengan kata lain investasi merupakan bentuk mengorbankan konsumsi

untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Investasi merupakan salah satu komponen dalam GDP (Gross Domestic

Product). Hal ini dikarenakan pengeluaran investasi lebih tidak satabil jika

dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat

menyebabkan resesi. Selain itu investasi sangat merupakan salah satu variabel

penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan produktivitas tenaga kerja

dalam suatu perekonomian. Pertumbuhan sangat bergantung pada tenaga kerja

dan jumlah stok perkapita (E. Case, Karl & C.Fair 2007). Berdasarkan pengertian

– pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan

pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk barang modal, bangunan, peralatan

modal, dan barang – barang inventaris yang dapat meningkatkan kemampuan

dalam produksi barang tau jasa sehingga dapat mempengaruhi produktivitas

tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara.

b. Teori Investasi (Teori Neo Klasik)

Dalam teori ini tabungan merupakan sumber utama investasi. Investasi

merupakan salah satu penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi dari pada laju pertumbuhan

penduduk maka, semakin cepat pula perkembangan volume stok kapital rata – rata

per tenaga kerja. Semakin tinggi rasio kapital per tenaga kerja maka akan semakin

tinggi kapasitas prroduksi per tenaga kerjanya. Salah satu tokoh teori neo klasik,

Sollow dan Swan menggambarkan bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi

modal, kemajuan teknologi, dan output saling berhubungan dalam mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi(E. Case, Karl & C.Fair 2007).

Page 39: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

22

c. Jenis – Jenis Investasi

Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) pertama,

investasi yang dilakukan oleh pemerintah, dimana investasi ini dilakukan oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Umumnya investasi yang dilakukan

oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; (2) kedua,

adalah investasi yang dilakukan oleh sektor swasta, merupakan investasi yang

dilakukan oleh sektor perusahaan swasta domestik atau biasa di sebut penanam

modal dalam negri (PMDN) dan investasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan

asing swasta di sebut penanaman modal asing (PMA). Investasi yag dilakukan

oleh pihak swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh

pendapatan. Dapat di asumsikan jika pendapatan seseorang bertambah maka,

konsumsi orang tersebut juga akan bertambah dan berdampak pada peningkatan

permintaan terhadap permintaan barang (demand). Invesatasi ada dikarenakan

oleh bertambahnya permintaan yang sebenarnya terletak pada penambahan

pendapatan investasi, ini disebut juga dengan induced invesment. Dana investasi

menurut asalnya terdiri dari dua macam, yaitu : (1) penanaman modal asing, jenis

infestasi yang sumber modalnya berasal dari luar negri, (2) PMDN (penanaman

modal dalam negri) ialah jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari

dalam negri. Penanaman modal asing adalah salah satu upaya untuk

meningkatkan jumlah modal dalam pembangunan ekonomi yang bersumber dari

luar negri. PMA sendiri terdiri dari :

1. Investasi protofolio (protofolio investment), yakni investasi yang

melibatkan aset – aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang

didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan –

kegiatan investasi protofolio atau finansial ini biasanya berlangsung

melaui lembaga – lembaga keuangan seperti bank, perusahaa dan

investasi, yayasan pensiun dan sebagainya.

2. Investasi asing langsung (foreign direct invesment), merupakan PMA yang

meliputi investasi ke dalam aset – aset secara nyata berupa pembangunan

pabrik – pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian

tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Investasi asing secara

Page 40: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

23

langsung dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal dalam

pembangunan ekonomi. Pada negara – negara berkembang seperti negara -

negara di ASEAN khususnya Indonesia, modal asaing sangat diperlukan

untuk memenuhi kekurangan modal dalam negri.

Peneneman modal dalam negri (PMDN) adalah bentuk dari upaya

pemerintah untuk menambah modal dalam melakukan pembagunan memalui

investor domestik. Modal dari dalam negri tersebut bisa di dapatkan melalui

sektor swasta maupun pemerintah.

Penggolongan investasi berdasarkan pembentukan modal terdiri dari 2 (dua)

jenis investasi yaitu : (1) investasi bruto, adalah investasi yang dilakukan oleh

pemerintah yang belum dikurangi depresiasi. Kedua (2) Investasi netto, adalah

investasi bruto dikurangi depresiasi (perkiraan sejauh mana barang modal telah

digunakan dalam priode yang bersangkutan).

Investasi adalah pengeluaran yang di lakukan oleh pelaku ekonomi untuk

pemebelian atau penambahan barang modal. Barang modal sendiri adalah barang

yang harus melalui proses produksi lebih lanjut untuk menjadi barang jadi. Jenis

investasi menurut sektornya dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu : (1) Investasi

Sektor Rill, dimana investasi pada sektor rill adalah investasi terhadap barang –

barang yang tahan lama (barang – barang modal) ; (2) Investasi Sektor finansial,

merupakan investasi terhadap surat – surat berharga yang di perjual belikan di

pasar modal seperti : saham, obligasi dan lain – lain.

Investasi jika dilihat dari timbulnya : yang pertama (1) investasi otonomi,

berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional ; yang

kedua (2) investasi terpengaruh (induced invesment) atau dimana investasi timbul

karena dipengaruhi oleh pendapatan nasional.

Page 41: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

24

3. Penyerapan Tenaga Kerja

a. Devinisi Tenaga kerja

Sember daya manusia (SDM) mengandung dua pengertian. Pengertian

pertama mengandung arti usaha kerja atau jasa yang dapat di berikan dalam

proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang di

berikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa

atau usaha kerja tersebut. Kedua SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja

untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Atau dengan kata lain mampu

melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kemampuan bekerja secara fisik, dapat di ukur dengan usia. Dengan kata lain,

orang yang masuk ke dalam usia kerja di anggap mempu bekerja, yang biasa kita

sebut sebagai tenaga kerja atau man power. Dari pemeparan tersebut dapat di

simpulkan secara singkat bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang masuk

dalam usia tenaga kerja work-ing population (Hasyim 2016).

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang

sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah

dan mengurus rumah tangga (Hasyim 2016). Tenaga kerja atau man power terdiri

dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force

adalah bagian dari tenaga kerja yang ingin dan benar – benar menghasilkan

barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan

yang menganggur dan menciptakan pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja

terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga,

dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan. Ketiga adalah golongan

kelompok bukan angkatan kerja yang sewaktu – waktu dapat menawarkan jasanya

untuk bekerja atau biasa di sebut dengan tenaga kerja potensial (Hasyim 2016).

penawaran tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang

menawarkan jasanya untuk proses produksi. Di antara mereka terdapat golongan

yang sudah bekerja , mereka di namakan golongan yang bekerja atau employed

persons. Sebagain golongan yang lain merupakan golongan yang siap bekerja dan

Page 42: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

25

sedang mencari pekerjaan, mereka, di sebut sebagai pengangguran atau pencari

kerja. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor

force (Hasyim 2016).

b. Angkatan Kerja

Sebelumnya telah di paparkan mengenai angkatan kerja, yaitu adalah

penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang mampu terlibat dalam proses

produksi. Yang termasuk ke dalam golongan bekerja yaitu mereka yang sudah

aktif dalam kegiatannya menghasilkan barang atau jasa, atau orang – orang yang

selama seminggu melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh

penghasilan selama paling tidak 1 (satu) jam dalam seminggu tanpa terputus.

Sedangkan pencari kerja adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak

bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan (Hasyim 2016) .

Golongan yang di maksud bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk

selama seminggu mempunyai kegiatan seperti bersekolah, mengurus rumah

tangga tanpa mendapat upah, dan penerima pendapatan yang tidak melakukan

kegiatan namun memperoleh penghasilan seperti pensiunan,bunga simpanan dan

lain – lain. Terakhir adalah mereka yang sudah tidak dapat melakukan kegiatan

seperti yang termasuk dalam kategori sebelumnya misalnya, karena orang tersebut

telah lanjut usia (lansia), memiliki keterbatasan (difabel) dan hal – hal lainnya

yang menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja secara produktif (Sukirno

2013).

c. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat ditampung untuk

bekerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja ini akan menampung semua

tenaga kerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja menampung semua tenaga

kerja apabila lapangan kerja yang tersedia sebanding dengan jumlah tenaga kerja

yang ada. Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha, instansi, di mana

seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2017). Menurut (Sukirno 2013),

kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh suatu perekonomian tergantung pada

Page 43: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

26

pertumbuhan dan daya serap masing – masing sektor. Berikut merupakan faktor –

faktor yang mempengaruhi daya serap tenaga kerja yaitu :

1) Kemungkinan subtitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain.

2) Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan.

3) Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.

4) Elastisitas persediaan faktor produksi perlengkapan lainnya.

d. Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa

banyak suatu perusahaan akan memperkerjakan tenaga kerja dengan berbagai

tingkat upah pada suatu priode tertentu. Permintaan tenaga kerja berlainan dengan

permintaan konsumen terhadap barang dan jasa (Hasyim 2016). Orang akan

membeli barang atau jasa karena barang tersebut memberikan kegunaan pada

pembeli. Namun bagi pengusaha, memperkerjakan seseorang bertujuan untuk

membantu produksi barang ataupun jasa untuk di jual kembali kepada konsumen.

Oleh karena itu, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja

tergantung dari pertumbuhan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa

yang diproduksi. Fungsi permintaan suatu perusahaan akan tenaga kerja

didasarkan pada :

1) Tambahan hasil marjinal yaitu tambahan hasil (output) yang diproduksi

pengusaha dengan menambah seorang pekerja. Tambahan hasil tersebut

dinamakan tambahan marjinal atau marjinal physical produk ( ) dari

tenaga kerja.

2) Permintaan marjinal yaitu jumlah uang yang akan di peroleh pengusaha

dengan tambahan hasil marjinal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan

penerimaan marjinal atau merjinal revenue (MR). Permintaan marjinal

merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per

unit, sehingga dapat di tunjukan dengan persamaan berikut,

. P.

3) Biaya marjinal yaitu jumlah biaya yang di keluarkan pengusaha dengan

memperkerjakan tambahan seorang karyawan berupa upah. Apabila

Page 44: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

27

tambahan marjinal lebih tinggi dari biaya marjinal, maka pengusaha akan

mendapatkan keuntungan sehingga pengusaha akan terus menambah

jumlah karyawan selama asumsi MR > tingkat upah (w) (Hasyim 2016).

e. Pasar Tenaga Kerja

Merupakan seluruh aktivitas dari pelaku – pelaku yang mempertemukan

pencarian kerja dan lowongan kerja. Pelaku - pelaku ini terdiri dari pengusaha

yang membeutuhkan tenaga kerja, pencari kerja, dan perantara atau pihak ketiga

yang meberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling

berhubungan (Hasyim 2016).

f. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap

pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Penyerapan tenaga kerja ini merupakan

turunan dari fungsi produksi dari suatu aktivitas perekonomian. Produksi

merupakan perubahan dari imput menjadi output. Diasumsikan bahwa suatu

proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja

(L) dan modal (K), berikut fungsi produksinya :

.....................................................................................................................(1.1)

Sedangkan persamaan keuntungan yang di peroleh suatu perusahaan menurut

model ekonomi neoklasik adalah sebagai berikut :

.....................................................................................................................(1.2)

Dimana :

.....................................................................................................................(1.3)

Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenaga kerja ,diasumsikan bahwa ada

dua input yang digunakan, yaitu kapital (K) dan tenaga kerja (L) di ukur dengan

Page 45: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

28

tingkat upah yang deberikan ke pada pekerja (w). Sedangkan untuk kapital (K) di

ukur dengan tingkat suku bunga (r).

.............................................................................................................(1.4)

Dengan mensutitusikan persamaan (1.1), (1.3), (1.4) ke dalam persamaan maka

dapat diperoleh :

.............................................................................................(1.5)

Untuk mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi di atas

harus sama dengan nol ( , sehingga didapatkan :

.............................................................................................(1.6)

..........................................................................................(1.7)

Dimana :

Berdasarkan hasil persamaan di atas, maka dapat diketahui bahwa permintaan

tenaga kerja ( merupkan fungsi dari kapital (investasi), output (pendapatan),

tingkat suku bunga (r) dan tingkat upah (w) (Hasyim 2016).

Page 46: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

29

4. Konsumsi

a. Penegertian Konsumsi

Menurut Mankiw (2006) konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan

jasa oleh rumah tangga. Barang meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang

yang tahan lama seperti kendaraan,alat rumah tangga, dan barang tidak tahan lama

seperti makanan, pakaian, dan jasa meliputi barang yang tidak berwujud seperti

layanan kesehatan, berwisata, dan memotong rambut. Sedangkan (Hasyim 2016)

mengatakan konsumsi merupakan penggunaan barang – barang dan jasa – jasa

yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau lebit

tepatnya penegluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga

atas barang – barang akhir dan jasa. Dari pengertian yang telah dipaparkan

sebelumnya dapat didimpulkan bahwa konsumsi merupakan pengeluaran yang

dilakukan oleh masyarakat sebagai pelaku ekonomi untuk memperoleh barang

dan jasa pada priode tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Teori Konsumsi

1) Jhon Marynard Keynes Dan Funsi Konsumsi

Keynes pada tahun 1936 telah membuat teori umum mengenai konsumsi

dengan membuat fungsi konsumsi sebagai pusat dari teori fluktuasi ekonominya.

Teori ini menunjukan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan

tingkat pendapatan. Terdapat tiga asumsinpenting yang digunakan Keynes dalam

teori fungsi konsumsinya.

Asumsi pertama, keynes berasumsi bahwa kecenderungan mengkonsumsi

marginal (marginal propensity to consume) dimana, jumlah barang dan jasa yang

dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu.

Asumsi kedua menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang

disebut kecenderungan mengkonsumsi rata- rata (average prospensity to

consume), turun ketika pendapatan naik. Keynes berasumsi bahwa orang yang

memiliki pendapatan tinggi akan menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari

pendapatan mereka dari pada orang – orang dengan pendapatan rendah.

Page 47: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

30

Asumsi ketiga, pendapatan merupakan determinant konsumsi yang penting

sedangakan tingkat bunga tidak. Keynes mengatakan bahwa pengaruh tingkat

suku bunga terhadap konsumsi hanyalah sebatas teori, berdasarkan ketiga asumsi

Keynes maka untuk selanjutnya fungsi konsumsinya dinyatakan dalam persamaan

berikut :

C =

Dimana C adalah konsumsi, dan Y adalah pendapatan disposibel, adalah

konstanta, dan t adalah kecenderungan marjinal dalam mengkonsumsi,

selanjutnya fungsi konsumsi ini ditunjukan dalam Gambar 1.1 dimana

menunjukan perpotongan pada garis vertikal dan C merupakan kemiringan

(Mankiw 2006).

Gambar 2.1 Kurva Fungsi Konsumsi Keynes

Sumber : Mankiw 2006 Gambar 2. 1 Kurva Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi konsumsi ini menunjukan tiga asumsi yang dinyatakan oleh Keynes.

Fungsi konsumsi ini memenuhi asumsi pertama dimana kecenderungan konsumsi

marginal C adalah antara nol dan satu, sehingga pendapatan yang lebih tinggi

menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi dan juga tabungan yang lebih tinggi

Page 48: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

31

sehingga memenuhi asumsi Keynes yang kedua, karena kecenderungan rata – rata

APC adalah :

AC =

Ketika Y mengalami peningkatan,

turun, dan begitu pula kecenderungan

mengkonsumsi rata – rata yaitu

akan turun. Akhirnya, fungsi konsumsi ini

memenuhi alasan ketiga Keynes karena tingkat tabungan tidak timasukan dalam

persamaan tersebut sebagai determinan konsumsi (Mankiw 2006).

5. Kemiskinan

a. Devinisi akemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata – rata masyarakat di suatu negara. Kondisi tersebut

ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan

yang rendah berdampak dengan berkurangnya kemampuan untuk memenuhi

standar hidup rata – rata seperi standar kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya

(Rofiq,2014).

Chambers (2000) yang dikutip oleh (Rofiq,2014) menerangkan bahwa

kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep atau integration concept yang memiliki

lima dimensi, yaitu :

1) Kemiskinan (proper), permasalahan kemiskinan seperti halnya pada

pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam

mencukupi kebutuhan pokoknya, pandangan ini tidak berlaku hanya pada

kelompok yang tidak memiliki pendapatan melainkan pada golongan yang

memiliki pendapatan juga.

2) Ketidakberdayaan (powerless), pada umumnya rendahnya kemampuan

pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial dari seseorang atau

Page 49: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

32

kelompok orang dalam memperoleh keadilan atau persamaan hak untuk

mendapatkan penghidupan yang layak.

3) Kerentanan dalam menghadapi situasi darurat (State of emergency),

seseorang atau kelompok yang disebut miskin tidak memiliki kemampuan

dalam menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini

membutuhkan pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya pada saat

terkena bencana alam atau kondisi kesehatan yang memerlukan biaya

pengobatan yang relatif mahal.

4) Ketergantungan (dependency), kemiskinan akan menyebabkan seseorang

atau kelompok tidak memiliki kemampuan untuk menciptakansolusi atau

penyelesaian masalahnya sendiri terutama yang berkaitan dengan

penciptaan pendapatan baru.

5) Keterasingan (isolation), dimensi keterasingan yang di maksud oleh

Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang menjadi

miskin. Pada umumnya, masyarakat yang dikatakan miskin ini berada jauh

dari daerah pusat – pusat pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tingga

di daerah terpenci relatif memiliki taraf hidup yang rendah dikarenakan

sebagian besar fasilitas kesejahteraan terutama di negara berkembang

terkonsentrasi di pusat – pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah

perkotaan.

b. Bentuk Dan Jenis Kemiskinan

Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk

permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 (empat) bentuk. Adapun

keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah (Rofiq,2014) :

1) Kemiskinan absolut, adalah suatu kondisi dimana pendapatan seseorang

atau sekelompok orang yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga

tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam mengkonsumsi pangan, sandang,

dan papan yang di perlukan dalam meningkatkan kualitas hidup. Garis

kemiskinan sendiri adalah rata – rata pengeluaran atau konsumsi untuk

kebutuhan pokok yang berkaitan dengan standar kesejahteraan seseorang.

Page 50: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

33

Bentuk dari kemiskinan absolut sering dipakai sebagai konsep dalam

mendefinisikan seseorang atau kelompok yang disebut miskin.

2) Kemiskinan relatif, diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi

karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau

keseluruh lapisan masyarakat, atau bisa dikatakan distribusi pedapatan

yang tidak merata, sehingga terjadilah ketimpangan dalam standar

kesejahteraan.

3) Kemiskinan kultural, adalah bentuk kemiskinan yang terjadi akibat

adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya

berasal dari budaya ataua adat istiadat yang relatif tidak mau untuk

memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan ini seperti

bersikap malas, pemboros, kurang kreatif, dan relatif memiliki sifat yang

bergantung pada pihak lain.

4) Kemiskinan struktural, adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan

karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi pada suatu

tatanan sosial budaya atau politik yang kurang mendukung adanya

pembebasan kemiskinan, biasanya bentuk dari kemiskinan ini memiliki

unsur diskriminatif.

Setelah membahasan bentuk – bentuk dari kemiskina, kini akan di bahas jenis –

jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya yaitu sebagai berikut :

1) Kemiskinan alamiah, adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat

dari adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya prasarana umum

(jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur.

2) Kemiskinan buatan, adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem

moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkanmasyarakat tidak

memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan

fasilitas ekonomi secara merata. Konsep kemiskinan ini merupakan

Page 51: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

34

dampak negatif dari pembangunan yang umumnya di jalankan oleh negara

– negara berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan

perekonomian yang tinggi mengakibatkan tidak meratanya hasil – hasil

pembangunan.di mana biasanya sektor industri lebih menikmati hasil dari

keuntungan pembangunan daripada sektor pertanian (Rofiq,2014).

Pada umumnya untuk mengindentifikasi kemiskinan biasanya hanya

dilakukan pengukuran – pengukuran pada indikator yang relatif dapat diukur

seperti pendapatan GDP atau pengeluaran konsumsi. Ciri- ciri kemiskinan yang

hingga saat ini masih dipakai untuk menentukan kondisi kemiskinan adalah

sebagai berikut :

1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti modal, tanah,

keterampilan, tenaga kerja dan teknologi.

2) Tingkat pendidikan yang rendah.

3) Bekerja dalam lingkup yang kecil dengan modal yang kecil pula atau bisa

dikatan bekerja pada sektor informal atau terkadang dapat disebut juga

setengah menganggur.

4) Tinggal dikawasan pedesaan dan kawasan yang jauh dari pusat – pusat

pertumbuhan atau bisa juga bertempat tinggal di kawasal slum area

perkotaan.

5) Memiliki kesempatan yang rendah dalam memperoleh bahan kebutuhan

pokokyang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan

dan pendidikan.

Ciri – ciri kemiskinan yang disebutkan di atas tidak memiliki sifat mutlak

untuk dijadikan kebenaran secara universal terutama dalam menerangkan faktor –

faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan atau bentuk kemiskinan. Sifat –

sifat kemiskinan di atas hanya merupakan temuan lapangan yang paling umum

dan banyak diidentifikasi atau diukur sebelumnya.

c. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Ekonomi

Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidak

mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Menurut Rofiq

Page 52: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

35

(2014), kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat

digunakan atau dimanfaatkan untuk meningkatkantaraf kesejahteraan seseorang

baik secara finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari pengertian kemiskinan yang telah

dipaparkan tersebut, pada dimensi ekonomi kemiskinan memiliki dua aspek, yaitu

aspek pendapatan yang dijadikan sebagai indikator kemiskinan adalah pendapatan

per kapita, sedangkan untuk aspek konsumsi yang dapat digunakan sebagai

indikator kemiskinan adalah garis kemiskinan.berikut indikator kemiskinan yaitu:

2) Pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita menyatakan besarnya rata – rata pendapatan

masyarakat disuatu negara selama kurun waktu satu tahun. Besarnya pendapatan

per kapita dihitung dari besarnya output dibagi dengan jumlah penduduk di suatu

negara dalam priode 1 (satu) tahun (E. Case, Karl & C.Fair 2007). Indikator

pendapatn per kapita menerangkan terbetuknya pemerataan pendapatan yang

merupakan salah satu indikasi terbetuknya kondisi yang disebut miskin.

Pendapatan perkapita dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Variabel pendapatan dapat dinyatakan sebagai gross domestic product

(GDP), sedangkan jumlah penduduk menyatakan banyaknya penduduk pada

priode t di suatu negara yang di ukur pendapatan perkapitanya.

Page 53: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

36

3) Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan merupakan salah satu indikator kemiskinan yang

menyatakan rata – rata pengeluaran makanan dan non – makanan per kapita pada

kelompok referensi reference population yang telah ditetapkan (BPS, 2017).

Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marjinal, yaitu

mereka yang hidupnya dikategorikan berada sedikit di atas garis kemiskinan.

Berdasarkan pengertian dari BPS, garis kemiskinan dapat dikatan sebagai batas

konsumsi minimum dari kelompok masyarakat marjinal yang dimana pada

referensi pendapatannya sedikit lebih besar daripada pendapatan terendah. Pada

dasarnya, indikator garis kemiskinan mengukur kemampuan pendapatan dalam

memenuhi kebutuhan dasar atau mengukur daya beli minimum masyarakat di

suatu wilayah atau negara. Konsumsi yang dimaksudkan disini yaitu meliputi

konsumsi untuk sandang , pangan, perumahan, kesehatan dan juga pendidikan

(Rofiq 2014).

6. Hubungan Kinerja Pariwisata,Terhadap Tingkat Kemiskinan

Banyak sektor ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung

berkaitan dengan sektor pariwisata. Industri pariwisata mempunyai dampak efek

pengganda atau multiplier effect terhadap perekonomiaan dan kemiskianan. Selain

itu pariwisata juga memberikan keuntungan ke pada kalangan masyarakat

menegah ke bawah di sekitar wilayah pariwisata terkait. Pada keadaan yang ideal,

pariwisata dapat menghidupkan pasar lokal, dan mengurangi ketergantungan

terhadap impor. Efek pengganda ini juga akan berpengaruh terhadap semakin

membaiknya kualitas pelayanan lokal melalui investasi dan belanja dalam negri

(Fields ,2007).

(Bryden 1973), yang dikutip oleh (Sunarti 2017) menyatakan bahwa

pembangunan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan

mutualisme untuk mengentaskan kemisknan. Pendapat yang sama juga

dikemukakan oleh (Ashley 2001), yang menyatakan bahwa pariwisata merupakan

saranan yang efektif untuk menurunkan kemiskinan. Pro Poor Tourism (PPT)

atau industri pariwista yang berpihak pada rakyat miskin berpengaruh signifikan

Page 54: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

37

terhadap terbukanya lapangan kerja baru, terjadinya peningkatan pendapatan,

kesejahteraan masyarakat, pertumbunya pelaku kegiatan ekonomi mikro, dan

berkurangnya jumlah penduduk miskin.

Dari pemaparan diatas dapat dikatan bahwa, pariwisata merupakan salah

satu sektor yang kegiatannya memiliki keterkaitan lintas sektor dan lintas skala

usaha. Berkembangnya kegiatan sektor pariwisata akan menggerakan berlapis –

lapis mata rantai usaha terkait sehingga akan menciptakan multiplier effect

terhadap pelaku usaha sekitar tempat wisata yang pada umumnya berupa usaha –

usaha skala kecil dan menengah maupun usaha – usaha sektor pertanian dimana,

masyarakat tempat pariwisata akan diuntungkan dengan banyanknya permintaan

akan tenaga kerja karena industri pariwisata merupakan industri yang

membutuhkan banyak tenaga kerja. Nizar, (2015) mengatakan hubungan kinerja

pariwisata dan kemiskinan dapat ditunjukan dengan dua Keterkaitan kinerja

pariwisata terhadap kesejahteraan sebagai berikut:

Pertama, pariwisata memiliki dampak langsung terhadap perekonomian,

antara lain terhadap penciptaan lapangan kerja, retribusi pendapatan, dan

penguatan neraca pembayaran. Konsumsi wisatawan mancanegara sebagai bentuk

alternatif dari ekspor dengan berkontribusi berupa penerimaan devisa. Penerimaan

devisa dari sektor pariwisata disa digunakan untuk mengimpor barang – barang

modal dan menghasilkan barang – barang dan jasa, yang pada gilirannya

menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan kerja dan retribusi

pendapatan berimplikasi pada pengurangan kemiskinan masyarakat sekitar tempat

wisata. Kedua, efek stimulasi atau induced affects terhadap pasar produk tertentu,

sektor pemerintah, pajak dan juga efek imitasi atau imitation effect terhadap

komunitas masyarakat. Salah satu komunitas lokal yang diharapkan dari

pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat dan peningkatan lapangan kerja baru di sekitar tempat wisata

diharapkan dapat memperbaiki perekonomian dan mengurangi tingkat

pengangguran.

Page 55: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

38

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dan landasan teori

yang menjelaskan pengaruh kinerja pariwisata (investasi, penyerapan tenaga kerja

pada sektor pariwisata,dan konsumsi wisatawan) terhadap kemiskinan di negar –

negara ASEAN pada priode 2002 sampai 2017, maka disusunlah kerangka

berfikir penelitian kedalam gambar berikut.

Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Page 56: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

39

Keterangan : = variabel yang tidak masuk ke dalam penelitian

= variable yang masuk ke dalam penelitian

Variabel bebas (X) terdiri dari investasi modal sektor pariwisata (X1),

penyerapan tenaga kerja (X2), dan konsumsi wisatawan (X3), sedangkan untuk

variabel terkait (Y) adalah tingkat kemiskinan pada lima negara ASEAN.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

H1 : Investasi modal pada sektor pariwisata berpengaruh signifikan secara parsial

terhadap tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN pada priode 2002 – 2017.

H2 : Konsumsi wisatawan domestik dan mancanegara berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN pada priode

2002 – 2017.

H3 : Penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN pada priode

2002 – 2017.

H4 : Ivestasi modal, penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata, dan

konsumsi wisatawan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kemiskinan di

lima negara ASEAN pada priode 2002 – 2017.

Page 57: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh kinerja pariwisata yaitu :

investasi, penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata dan konsumsi

wisatawan terhadap tingkat kemiskinan di negara – negara ASEAN terpilih

selama priode 2002 sampai dengan tahun 2017. Penelitian ini bersifat kuantitatif,

dengan data skunder dimana terdapat satu variabel dependen dan tiga variabel

independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tingkat kemiskinan di lima negara ASEAN, sedangkan variabel independennya

adalah investasi, penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata dan konsumsi

wisatawan domestik dan mancanegara. Semua data yang dikumpulkan dalam

penelitian adalah data cross section dan time series. Negara – negara ASEAN

terpilih pada penelitian ini adalah : Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan

Pilipina sebagai data cross section. Sedangkan yang meliputi data time series

adalah data tahun 2002 sampain dengan tahun 2017. Selanjutnya, penelitian ini

menggunakan metode data panel statis untuk melihat pengaruh kinerja pariwisata

terhadap tingkat kemiskinan. Data tersebut dihitung dan diolah menggunakan

program E-views 8.

B. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari beberapa

lembaga, melalui proses observasi terhadap laporan dan hasil publikasi dari

institusi terkait. Berikut uraian dari data skunder tersebut.

Tabel 3.1 Variabel, Simbol, Ukuran, Dan Sumber Data Penelitian

No Variabel Simbol Ukuran Sumber Data

1 Pertumbuhan Investasi

Modal Sektor Pariwisata

IS Persen (%) World Travel and

Tourism Council

(WTTC)

Page 58: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

41

2 Penyarapan Tenaga

Kerja Sektor Pariwisata

TKS Persen (%) World Travel and

Tourism Council

(WTTC)

3 Konsumsi Wisatawan CS Persen (%) World Travel and

Tourism Council

(WTTC)

4 Jumlah Penduduk

Miskin

YPOOR Persen (%) ASEAN Development

Bank, ASEAN

Statistical Year Book,

dan ASEAN

Secertariat 3. 1 Variabel, Simbol, Ukuran, Dan Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

Data skunder adalah data yaang digunakan dalam penelitian ini dalam

bentuk time series dan cross section. Data tersebut didapat dari beberapa sumber

seperti ASEAN Development Bank (ADB), ASEAN Statistical Year Book,

ASEAN Secertariat dan World Travel and Tourism Council (WTTC) dan sumber

– sumber terkait lainnya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dalah

sebagai berikut :

1) Observasi terhadap hasil laporan dan hasil publikasi

Merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari

hasil laporan maupun hasil dari publikasi dari instansi – instansi atau lembaga

yang terkait dengan variabel penelitian ini.

2) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan membuat

catatan yang bersumber pada bahan – bahan pustaka yang mendukung dan

memiliki kaitan dengan pengaruh kinerja pariwisata terhadap kemiskinan di

ASEAN beserta variabel – variabel terkait di dalamnya. Selanjutnya dengan cara

mempelajari dan memahami sistematis yang berhubungan dengan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini.

Page 59: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

42

D. Teknik Pengolahan Data

1. Metode Analisis Data Panel

Model data panel adalah suatu model analisis yang menggabungkan data

time series dan cross section sehingga jumlah dari observasi yang diamati menjadi

lebih besar (Firdaus 2012). Model data panel juga dapat meningkatkan derajat

kebebasan (degree of freedom) yang artinya meningkatkan efisiensi. Terdapat

beberapa keunggulan dari metode ini yaitu :

1) Metode data panel dapat mengontrol keberadaan unobserved

heterogenity, karena data ini memesukan data individu ke dalam deret

waktu.

2) Data panel mampu memberikan data yang informatif, mengurangi

kolineritas antar variabel , data menjadi lebih bervariasi, memperbesar

derajar kebebasan, dan lebih efisien.

3) Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek dari

pada penggunaan time series saja atau cross section saja.

4) Dapat mengurangi bias pada analisis yang mengagregasi individu yang

lebih luas.

5) Data panel menggunakan data dari individu – individu yang berulang

dari tahun ke tahun, sehingga dapat mempelajari bentuk perubahan

yang dinamis dan model prilaku yang lebih kompleks.

Menurut (Firdaus 2012), yang dikutip oleh (Hakim 2016) data panel (pooled

data) atau yang disubut data logitudinal merupakan gabungan antara data cross

section dan data time series. Dengan begitu, jumlah data observasi dalam data

penel merupakan hasil perkalian atara data time series (t > 1) dengan data

observasi cross section (n >1). Model yang digunakan pada pendekatan ini adalah:

Page 60: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

43

Keterangan :

: presentase dari jumlah jiwa (%)

: investasi modal pada sektor pariwisata (%)

: penyerapan tenaga kerja (%)

: tingkat konsumsi wisatawan (domestik dan mancanegara) (%)

: slop : error : intersep

2. Pemilihan Model Estimasi

Terdapat tiga pendekatan dalam pemilihan model estimasi regresi data

panel, yaitu pooled least square (PLS), Fixed Effect atau Least Square Dependent

Variabel (LSDV), dan Random Effect (Hakim 2016). Berikut penjelasan dari

masing – masing pendekatan :

a. Pooled Least Square (PLS)

Pendekatan PLS merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam

pengelolaan data panel. Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data

(pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N merupakan jumlah cross

section dan T menunujukan time series pada penelitain. Model yang digunakan

pada pendekatan ini adalah :

Keterangan :

= variabel dependen

= variabel independen

= intersep

= slope

= error

Page 61: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

44

Keterbatasan asumsi ini dikarenakan model mengasumsikan bahwa intersep

dan koefisien dari setiap variabel individu dianggap sama. Oleh karena itu, model

ini kurang tepat untuk data panel. Penggunaan parameter akan bias karena metode

ini tidak sesuai dimana metode ini tidak dapat membedakan observasi yang

berbeda pada priode yang sama ataupun tidak dapat membedakan observasi yang

sama pada priode yang berbeda(Firdaus 2012).

b. Pendekatan Fixed Effect

Fixed Effect merupakan pendekatan dimana metode yang digunakan ketika

antara efek individu dan variabel penjelas memiliki hubungan dengan variabel Xit

atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi tersebut membuat komponen

eror dari efek individu dan waktu yang dimasukan sebagai bagian dari intersep

(Hakim 2016). Dalam model ini dimungkinkan untuk memasukan variabel

dummy (D) untuk memudahkan adanya perubahan intersep. Model yang

digunakan dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut :

Pada pendekatan ini dilakukan pembobotan (no wighted) atau dengan

pembobotan (cross section weight) atau yang sering disebut General Least Square

(GLS). Pembobotan pada model inidilakukan dengan tujuan untuk mengurangi

heterogenitas antar unit cross section.

c. Pendekatan Random Effect

Pendekatan random effect digunakan ketika tidak adanya korelasi antara

efek individu dan regresor. Hal ini menunjukan bahwa komponen error dari efek

individu dan waktu dimasukan kedalam error (Firdaus, 2012). Model yang

digunakan dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: komponen cross section eror

Page 62: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

45

: komponen time series eror

: komponen combinations eror

3. Metode Pemilihan Data

Untuk menentukan model pendekatan terbaik pada metode data panel perlu

dilakukan pengujian menggunakan uji statistik. Pengujian tersebut meliputi uji

Chow, dan uji Hausman. Adapun tahapan dalam pengujian ini yaitu adalah

sebagai berikut :

a. Uji Chow

Uji Chow adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model PLS

atau model Fixed Effect yang digunakan. Hipotesis yang digunakan pada

pengujian ini adalah sebagai berikut :

maka menggunakan PLS

: maka menggunakan Fixed Effect dan lanjut uji Hausman

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Chow

adalah sebagai berikut :

- Jika nilai probabilitas F > 0,05 artinya H0 diterima, maka menggunakan

model PLS.

- Jika nilai probabilitas F < 0,05 artinya H0 ditolak, maka menggunakan

model fixed effect atau random effect.

b. Uji Hausman

Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga di regresikan dengan

model random effect, kemudian bandingkan antara fixed effect dan random

effect dengan hipotesis dibawah ini:

H0 : maka menggunakan random effect

H1 : maka menggunakan fixed effect

Page 63: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

46

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

hausman adalah sebagai berikut :

- jika nilai probabilitas Chi Square > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya

model random effect.

- Jika nilai probabilitas Chi Square < 0,05 maka H1 diterima, yang artinya

model fixed effect.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menganalisis apakah variabel – variabel yang

digunakan pada medel regresi signifikan atau tidak. Terdapat tiga jenis uji

hipotesis yang dapat dilakukan pada model regresi yaitu : uji- F, uji- t, dan

Koefisien determinasi.

a. Uji- F

Uji – F digunakan untuk mengetahui apakah variabel – variabel bebas

yang digunakan secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel terikat.

Hipotesis pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

H1 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

b. Uji parsial (uji- t)

Uji –t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan

signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang

digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : variabel independen tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel dependen.

H1 : variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel dependen.

Page 64: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

47

5. Uji Koefisien Determinasi ( )

Menurut Gujarati (2006) menjelaskan bahwa koefisien determinasi ( )

yaitu angka yang menunjukan besarnya derajat kemampuan menerangkan

variabel bebas terhadap variabel terkait dari fungsi tersebut. Kefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa baik modelyang diperoleh

sesuai dengan data yang digunakan, mengukur besarnya presentase variasi

dalam perubahan variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh perubahan

variabel bebas. Nilai koefisien determinasi yaitu 0 < > 1. Model dikatakan

baik apabila nilai koefisien ini semakin mendekati angka 1 (satu).

6. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk mendapatkan hasil model yang efisien dan

konsisten, sehingga uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pelanggaran asumsi klasik seperti normalitas, heteroskedastisitas,

multikolinearitas, dan autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual (error

term) terdistribusi normal atau tidak.adapun hipotesis yang digunakan dalam

uji ini adalah sebagai berikut :

H0 :

H1

Jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih besar dari taraf nyata (

menandakan residual terdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan variasi residual yang tidak sama

untuk semua pengamatan. Sedangkan homoskedastisitas merupakan variasi

residual yang sama untuk semua pengamatan. Pengujian dapat dilakukan

dengan cara melaukukan uji White. Jika probabilitas signifikasi dari koefisien

Page 65: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

48

variabel bebas nilainya lebih besar dari taraf nyata ) menunjukan

bahwa pada data tersebut tidak ditemukan adanya heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan

linear antara variabel bebas . indikasi terdapatnya multikolinearitas pada hasil

estimasi adalah jika koefisien parameter dari t– statistik banyak yang tidak

signifikan sementara F- statistiknya signifikan. Jika terdapat multikolinearitas

maka dapat diatasi dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan,

menambah variabel, dan pembobotan (cross section weight) atau biasa disebut

dengan GLS. Pengujian dapat dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi

antara masing – masing variabel bebas, apabila nilai dari koefisien korelasi

kurang dari 0,8 maka, dalam model tidak terdapat multikolinearitas.

Page 66: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data skunder yang di preroleh dari

ASEAN Development Bank (ADB), ASEAN Statistical Year Book, ASEAN

Secertariat dan World Travel and Tourism Council (WTTC) dan sumber –

sumber terkait lainnya. Analisis data melibatkan satu variabel dependen yaitu

jumlah masyarakat dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan pada 5

negara di kawasan asia tenggara yaitu Indonesia,Vietnam, Thailand, Malaysia,

dan Pilipina. Sedangkan terdapat tiga variabel independen yaitu investasi

modal pada sektor pariwisata, jumlah tenaga kerja pada sektor pariwisata, dan

konsumsi wisatawan pada negara - negara ASEAN terpilih selama priode tahun

2002 sampai 2017, total dari observasi pada penelitian ini adalah 80 observasi.

1. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error yang terdapat pada

model sudah terdistribusi secara normal. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai

dari probabilitas Jarque Bera pada uji normalitas, jika probabilitasnya lebih

besar dari taraf nyata lima persen atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

error pada model terdistribusi normal.

Bagan 4.1 Hasil Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-15 -10 -5 0 5 10 15

Series: Standardized Residuals

Sample 2002 2017

Observations 80

Mean 1.55e-15

Median 0.376240

Maximum 17.40180

Minimum -15.00712

Std. Dev. 8.692614

Skewness -0.108057

Kurtosis 1.953538

Jarque-Bera 3.805963

Probability 0.149123

Sumber :

Output Eviews 8 Bagan 4. 1 Hasil Uji Normalitas

Page 67: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

50

Bagan 4.1 menunjukan hasil yang diperoleh dalam uji normalitas data ini

ditemukan nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,149123. Dimana nilainya

lebih besar dari taraf nyata lima persen atau 0,05 dimana probabilitas Jarque-

Bera 0,149123 > taraf nyata 0,05. Hal tersebut menandakan eror yang terdapat

pada model sudah terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Keberadaan multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan hasil uji korelasi

antar variabel bebas seperti pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas

IS TKS CS

IS 1.000000 -0.031315 0.065634

TKS -0.031315 1.000000 0.454558

CS 0.065634 0.454558 1.000000

Sumber : Output Eviews 8 Tabel 4. 1 Hasil Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarati (2013), jika koefisien korelasi antar variabel

independen lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa model mengalami

masalah multikolinearitas. Sebaliknya, jika koefisien korelasi kurang dari 0,8

maka model bebas dari masalah multikolinearitas. Dari hasil uji yang

dilakukan, semua koefisien korelasi kurang dari 0,8. Maka dapat disimpulkan

model tersebut bebas dari masalah multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisiats

Untuk menguji apakah model terbebas dari heterokedastisitas dapat

dilakukan uji White diagonal standard errors & covariance. Hasil uji White

dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikasi dari koefisien variabel bebas

yang lebih besar dari taraf nyata ) dimana hasil tersebut menunjukan

bahwa pada data tersebut tidak ditemukan adanya heteroskedastisitas seperti

yang di tunjukan pada tabel 4.2 berikut.

Page 68: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

51

Tabel 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisiats

Variabel Probabilitas

C 0.6973

IS 0.2121

TKS 0.3595

CS 0.0573

Sumber : Output Eviews 8 Tabel 4.

2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

2. Penentuan Teknik Analisis Model Data Panel

Tahap awal metode data panel adalah dengan cara mengestimasi model

untuk mendapatkan model yang dapat menggambarkan tentang pengaruh

sektor pariwisata terhadap tingkat kemiskinan.

Estimasi model data panel dilakukan dengan melakukan tiga pendekatan

model yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan

Random Effect Model (REM). Penentuan dalam menemukan estimasi terbaik

dilakukan melalui dua uji yaitu uji Chow dan Uji Hausman Uji ini bertujuan

untuk mengetahui model terbaik antara fixed effect atau Random effect. Hasil

dari estimasi dapat dilihat pada tabel 4.3.

H 0: Random Effect

H 1: Fixed Effect

Page 69: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

52

Tabel 4.3 Hasil Uji Chow Dan Uji Hausman.

Uji Model Terbaik Probabilitas Hipotesis

Uji Chow 0.0000 Tolak H0

Uji Hausman 0.0097 Tolak H0

Sumber : Output Eviews 8 Tabel 4. 3 Hasil Uji Chow Dan Uji Hausman

Nilai probabilitas yang ditunjukan pada hasil estimasi uji Chow sebesar

0,0000. Karena hasil estimasi pada uji Chow menunjukan nilai probabilitas

0.0000 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05

sehingga tolak H0, diamana model Fixed Effect Model (FEM) lebih baik dari

Pooled Least Square (PLS).

Hasil Uji Hausman menunjukan bahwa nilai probabilitas 0,0097 dimana

nilai tersebut menunjukan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata yang

digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05 sehingga tolak H0, dimana yang artinya

model Fixed Effect Model (FEM) lebih baik dari Random Effect Model (REM).

Adapun hasil estimasi dari pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dapat dilihat

pada tabel 4.4.

3. Analisis Data Panel

Dari uji spesifikasi di atas, maka model terbaik untuk penelitian ini adalah

dengan menggunakan fixed effect model (FEM). Pada pengujian sebelumnya,

model telah lolos dari uji asumsi klasik, sehingga hasil estimasi konsisten dan

tidak bias.

Hasil estimasi model regresi data panel menggunakan fixed effect model

(FEM) adalah sebagai berikut:

Page 70: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

53

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Model

Variabel Koefisisen t- statistik Probabilitas

IS 0.020181 0.916425 0,3625

TKN -0.646759 -2.359628 0.0210

CS 3.242614 1.209349 0.2305

C 15.96538 6.124413 0.0000

R-squared 0.906311

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Output Eviews 8 Tabel 4. 4 Hasil Estimasi Model

Nilai koefisien menunjukan bahwa variabel tenaga kerja pada sektor

pariwisata, pada negara - negara ASEAN terpilih memiliki hubungan negatif

terhadap tingkat kemiskinan, dimana setiap terjadi kenaikan terhadap variabel

tenaga kerja pada sektor pariwisata, makan akan mengurangi variabel dependen

yaitu tingkat kemiskinan. Sedangkan variabel investasi modal dan konsumsi

wisatawan pada sektor pariwisata memiliki hubungan positif tidak signifikan

terhadap variabel dependen dimana setiap terjadi kenaikan terhadap variabel

investasi modal pada sektor pariwisata dan konsumsi wisatawan terindikasi dapat

meningkatkan tingkat kemiskinan atau tidak mempengaruhi variabel tingkat

kemiskinan.

4. Hasil Uji Signifikasi

a. Uji Simultan

Nilai probabilitas F- statistik yang ditunjukan pada tabel 4.4 adalah 0.000.

Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar lima persen

(0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukan bahwa investasi modal pada sektor

pariwisata, tenaga kerja sektor pariwisata, dan konsumsi wisatawan di negara

ASEAN terpilih secara bersama sama mempengaruhi tingkat kemiskinan secara

signifikan.

Page 71: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

54

b. Uji Parsial

Hasil uji-t pada model menunjukan bahwa masing – masing variabel

independen yaitu variabel tenaga kerja sektor pariwisata, di negara ASEAN

terpilih berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di negara ASEAN terpilih.

Sedangkan, variabel investasi modal pada sektor pariwisata dan konsumsi

wisatawan tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Hasil uji-t didapatkan

dari nilai probabilitas masing – masing variabel independen yang jika nilainnya

kurang dari taraf lima persen maka variabel bebas tersebut signifikan atau

mempengaruhi variabel terkait secara individu. Sedangkan jika lebih besar dari

taraf nyata (0,05) maka variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang tidak

signifikanan atau dengan kata lain tidak mempengaruhi variabel terkait secara

individu.

1) Investasi Modal

Hasil analisis menunjukan bahwa investasi modal memiliki t-

hitung sebesar 0.916425 dan probabilitas sebesar 0.3625 dengan

taraf nyata 5%. Sehingga variabel investasi modal secara individu

tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan negara

ASEAN terpilih. Nilai koefisien regresi sebesar 0.020181

menunjukan bahwa variabel investasi memiliki hubungan positif

tidak sgnifikan terhadap tingkat kemiskinan pada negara ASEAN

terpilih. Hal ini berarti variabel investasi modal tidak

mempengaruhi variabel kemiskinan secara individu.

2) Tenaga Kerja

Hasil analisis menunjukan bahwa tenaga kerja memiliki t-

hitung sebesar -2.359628 probabilitas sebesar 0.0210 dengan taraf

nyata 5%. Sehingga variabel tenaga kerja secara individu

signifikan dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan negara

ASEAN terpilih. Nilai koefisien regresi sebesar -0.646759

menunjukan bahwa variabel tenaga kerja memiliki hubungan

negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada lima negara

Page 72: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

55

ASEAN terpilih. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pada

tenaga kerja 1%, akan menyebabkan penurunan kemiskinan

sebesar 0,6 %.

3) Konsumsi Wisatawan

Hasil analisis menunjukan bahwa konsumsi wisatwan memiliki

t-hitung sebesar 1.209349 dan probabilitas sebesar 0.2305 dengan

taraf nyata 5%. Sehingga variabel konsumsi wisatawan secara

individu tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan

negara ASEAN terpilih. Nilai koefisien regresi sebesar 3.242614

menunjukan bahwa variabel konsumsi wisatawan memiliki

hubungan positif terhadap tingkat kemiskinan pada negara ASEAN

terpilih. Hal ini berarti variabel konsi wisatawan tidak

mempengaruhi variabel kemiskinan secara individu.

c. Koefisien Deretninasi ( )

Hasil estimasi pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinasi model Fixed Effect Model (FEM) sebesar 0.906311. Hasil ini

menunjukan bahwa 90 persen keragaman sektor pariwisata pada negara ASEAN

terpilih dapat dijelaskan oleh model. Sedangkan 10 persen lainnya dipengaruhi

oleh faktor lain diluar model.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Investasi Modal

Industri pariwisata merupakan industri yang padat modal atau capital

intensive, dimana untuk membangun sarana dan prasarana industri pariwisata

diperlukan modal yang besar untuk investasi, negara – negara ASEAN terpilih

telah melakukan investasi pada sektor pariwisatanya. Salah satu investasi adalah

dengan melakukan promosi produk pariwisatanya masing – masing. akan tetapi

dilain pihak pengembalian modal yang diinvestasikan itu relatif lama

dibandingkan dengan yang investasi pada sektor lain. Berdasarkan hasil estimasi

Page 73: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

56

pada data panel, pengeluaran wisatawan di negara – negara ASEAN terpilih tidak

berpengaruh signifikan terhadap tigkat kemiskinan pada kawasan tersebut. Hasil

analisis menunjukan bahwa investasi modal memiliki probabilitas sebesar 0.3625

dengan taraf nyata 5%. Sehingga variabel investasi modal secara individu tidak

signifikan dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan negara ASEAN terpilih.

Sektor pariwisata seharusnya berkontribusi dalam meningkatkan jumlah investasi

yang masuk ke suatu negara, sehingga dapat meningkatkan produktivitas negara

dan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di negara ASEAN melalui peningkatan

pendapatan negara (Renaldy 2018), (Rahmah 2018) menambahkan kehadiran

pemerintah dalam pengembangan pariwisata melalui regulasi dan penanam modal

akan meningkatkan investasi pembangunan dibidang pariwisata dan memberi

manfaat kepada masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan meningkatkan daya

beli masyarakat. Di sisi lain memang pariwisata dapat menciptakan kesempatan

berusaha dan mendorong terjadinya ivestasi sehingga dapat menciptakan lapangan

kerja yang dapat meningkatkan tingkat produktivitas dan mempercepat

pemerataan pendapatan atau mengurangi jumlah masyarakat miskin. Namun

keberhasilan dari investasi pariwista yang berpihak pada masyarakat miskin akan

berjalan dengan baik dan tepat sasaran apabila industri pariwisata mendapatkan

perhatian dan dukungan dari pejabat tinggi terkait (I Made Putra 2015). Sejalan

dengan Made, penelitian yang dilakukan (Llorca-Rodríguez, García-Fernández,

and Casas-Jurado 2018) mengatakan bahwa investasi pada sektor pariwisata dapat

memberdayakan masyarakat miskin melalui program Proo-poor Tourism, dimana

untuk menjalankannya dibutuhkan kebijakan dan dukungan pemerintah, namun

jika kondisi tersebut tidak terpenuhi dengan tepat, maka pariwisata akan

mengarah pada peningkatan kemiskinan atau tidak berpengaruh sama sekali

terhadap kemiskinan. Investasi pada sektor pariwisata dalam sakala besar masih

dikuasai oleh perusahaan besar dan investor asing sedangkan masyarakat dengan

perekonomian menengah kebawah meramaikan industri pariwista dalam skala

kecil atau UMKM dimaan kemampuan manejemen dan pemasarannya terbatas

dengan modal dan keuntungan yang kecil (Yoeti,2008). Raza and Shah (2017)

menambahkan kebijakan yang kurang tepat dari pemerintah dapat mengakibatkan

peningkatan terhadap ketimpangan diwilayah tujuan wisata.

Page 74: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

57

2. Tenaga Kerja

Industri pariwisata disebut juga sebagai padat karya atau labor intensive

dimana industri pariwisata merupakan suatu industri yang banyak menyerap

tenaga kerja. Jika suatu hotel dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, paling

sedikit karyawan yang diperlukan sebanyak 600 orang dengan rasio 1 : 1,5. Hasil

analisis menunjukan bahwa tenaga kerja memiliki probabilitas sebesar 0.0210

dengan taraf nyata 5%. Sehingga variabel tenaga kerja secara individu signifikan

dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan pada lima negara ASEAN terpilih. Hasil

dari penelitian ini sejalan dengan penemuan Yildirum dan Ocal (2004) yang dikuti

poleh Rahmah (2017) dimana sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja,

mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan dalam perkembangan

ekonomi yang terjadi antar negara. Seperti yang kita ketahui Industri pariwisata

memang merupakan industri padat karya atau labor intensive pembangunan

daerah secara regional dapat dengan mudah dilakukan dengan pembangunan dan

pengembangan industri pariwisata sehingga dapat mencegah urbanisasi secara

besar – besaran ke kota - kota besar karena banyaknya proyek – proyek pariwisata

di daerah (Yoeti 2008). Sejalan dengan temuan (Mahadevan and Suardi 2017)

diamana, pertumbuhan pariwisata pada daerah tujuan wisata menunjukan hubugan

yang negatif terhadap tingkat kemiskinan dari bertambahnya jumlah lapangan

kerja yang disebabakan pertumbuhan industri pariwisata. Menurut (Spenceley and

Meyer 2012) pada negara – negara berkembang yang merupakan tujuan wisata,

orang miskin memiliki potensi untuk menangkap sebagian dari pengeluaran ini

melalui pekerjaan dan, mungkin yang paling penting, melalui menyediakan

produk atau layanan yang dibutuhkan sektor pariwisata dan wisatawan.

3. Konsumsi

Pariwisata memiliki sifat sebagai quick yielding industry yang artinya

industri pariwisata merupakan industri yang cepat menghasilkan, dengan industri

pariwisata negara dapat dengan cepat menghasilkan penerimaan negara melaui

konsumsi wisatawan. Menurut temuan Ashley & Mitchell yang dikutip oleh

(Hummel, Gujadhur, and Ritsma 2013) dimana dari empat sub rantai pariwisata

yaitu: akamodasi, makanan, dan minuman, kerajinan tangan, dan perjalanan,

Page 75: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

58

dimana hampir dari US $ 6 juta dari konsumsi wisatawan langsung mengalir pada

orang miskin. Hasil tertinggi dampaknya terhadap masyarakat miskin yaitu pada

sektor makanan, minuman, dan kerajinan tangan. Hasil analisis menunjukan

bahwa konsumsi wisatwan memiliki probabilitas sebesar 0.2305 dengan taraf

nyata 5%. Sehingga variabel konsumsi wisatawan secara individu tidak signifikan

dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan negara ASEAN terpilih. Hasil tersebut

sejalan dengan dengan Melville Saayman (2012) dalam penelitiaannya

menunjukan bahwa pengeluaran wisatawan pada jangka pendek tidak

berpengaruh secara signifikan pada berkurangnya masyarakat miskin di kawasan

tujuan wisata. Hal ini dikarenakan dengan wisatawan melakukan konsumsi di

wilayah tujuan wisata belum tentu dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

yang hidup dalam kemiskinan, manfaat tersebut pada umumnya hanya dirasakan

oleh lapisan masyarakat yang secara komparatif memiliki pengetahuan,

keterampilan dan daya saing yang lebih baik. Sementara itu masyarakat yang

hidup di bahawah garis kemiskinan tidak benar – benar dapat merasakan manfaat

tersebut sehingga dengan tingginya pengeluaran konsumsi wisatawan bahkan

membuat mereka semakin miskin hal ini disebebkan karena : 1) Pekerjaan yang

diciptakan melalui pariwisata kemungkinan rendah bayarannya dan memerlukan

keterampilan khusus. Pendapat ini sejalan dengan Wyllie (1993) yang dikutip oleh

(Llorca-Rodríguez, 2018), tidak dapat diasumsikan bahwa proporsi utama

konsumsi wisatawan akan mengalir ke pekerja yang relatif miskin. Transfer

kekayaan dari pariwisata domestik tergantung pada sifat dan tingkat regulasi

negara seperti, undang-undang, upah minimum, pajak industri, dll. 2) Peningkatan

harga merupakan hasil dari bisnis lokal yang mencoba meningkatkan keuntungan

atau menutupi biaya karyawan tambahan selain itu meningkatnya daya beli akibat

meningkatnya konsumsi wisatawan domestik dan asing juga merupakan salah satu

penyeabnya. Pendapat ini sejalan dengan Hyytiä & Kola (2013) dan Ayres (2000)

yang dikutip oleh (Llorca-Rodríguez, 2018) dimana, konsumsi pariwisata akan

mempengaruhi distribusi pendapatan melalui perubahan harga, barang, upah,

pengembalian modal, dan, akhirnya, pendapatan pemerintah, tingkat pengeluaran

dan pajak namun, pariwisata juga dapat menyebabkan tekanan inflasi di wilayah

tujuan wisata terkait. 3) Nilai properti meningkat. Hal ini akan mengakibatkan

Page 76: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

59

pajak properti yang lebih tinggi untuk penduduk lokal wilayah tujuan wisata.

Pendapat ini sejalan dengan Bartik (1991) yang di kutip oleh (Llorca-Rodríguez,

2018) berpendapat bahwa ketika pengembangan pariwisata terjadi, distribusi

pendapatan akan memburuk karena pertumbuhan ekonomi yang timbul dari

ekspansi pariwisata akan meningkatkan nilai properti ke tingkat yang lebih besar

daripada meningkatkan upah riil atau prospek pekerjaan.

Page 77: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Negara – negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Thailand,

Pilipina, dan Vietnam merupakan beberapa negara ASEAN yang yang

menyediakan beragam jenis pariwisata terutama pariwisata yang berkaitan

dengan keindahan alam, seni budaya, sejarah, kuliner dan lain sebagainya.

Pendapatan ASEAN pada sektor pariwisata pada tahun 2017 mencapai USD

135,8 milyar dan diestimasikan akan meningkat sebesar 5,2% pada tahun 2028

nanti. Potensi yang besar pada sektor pariwisata telah lama menjadi perhatian

ASEAN, sehingga pada tahun 1981 diadakanlah ASEAN Tourism Forum (ATF)

sebagai forum yang mendiskusikan pengembangan pariwisata di negara- negara

ASEAN. Pada tahun 2002 terjadilah kesepakan yaitu ASEAN Tourism Agreement

(ATA) dengan tujuan meningkatkan industri pariwisata dengan investasi dan

promosi demi meningkatkan pertumbuhan sosial dan ekonomi dikawasan

ASEAN. Melalui hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Investasi modal pada sektor pariwisata berpengaruh positif tidak

signifikan secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di lima negara

ASEAN pada priode 2002 – 2017. investasi pada sektor pariwisata

dalam sakala besar masih dikuasai oleh perusahaan besar dan investor

asing dikarenakan untuk membuat industri pariwisata dibutuhkan modal

yang besar. Sedangkan masyarakat dengan perekonomian menengah

kebawah meramaikan industri pariwista dalam skala kecil atau UMKM

dimaan kemampuan manejemen dan pemasarannya terbatas dengan

modal dan keuntungan yang relatif rendah.

2. Konsumsi wisatawan domestik dan mancanegara berpengaruh positif

tidak signifikan secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di lima

negara ASEAN pada priode 2002 – 2017. Konsusmi wisatawan sendiri

Page 78: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

61

dibutuhkannya kebijakan yang menagtur program industri pariwisata

berkelanjutan berbasis masyarakat atau biasa di sebut dengan pro-poor

tourism sehingga konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan dapat ikut

dirasakan oleh masyarakat miskin. Pendapat yang sama dikemukakan

oleh Yoeti (2008) dimana, keterlibatan langsung masyarakat yang

berpendapatan rendah dalam program – program pengembangan

pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan, peternakan,

pertanian, produk wisata hasil seni dan budaya tradisional atau

pengembangan desa wisata atau desa tematik dapat membantu

mengurangi tingkat kemiskinan.

3. Penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata berpengaruh negatif dan

signifikan secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di lima negara

ASEAN pada priode 2002 – 2017. Pariwisata merupakan industri padat

karya sehingga dapat banyak menciptakan lapangan kerja yang dapat

meningkatkan tingkat produktivitas dan mengurangi jumlah masyarakat

miskin.

4. Kinerja pariwisata (Ivestasi modal, penyerapan tenaga kerja pada sektor

pariwisata, dan konsumsi wisatawan domestik dan mancanegara)

berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kemiskinan di lima negara

ASEAN pada priode 2002 – 2017.

B. Saran

Hasil dan kesimpulan pada penelitian ini dapat memberikan rekomendasi

bagi pihak – pihak terkait :

a. Bagi pemerintah negara – negara ASEAN diharapkan mengembangkan

program Pro Poor Tourism atau industri pariwisata yang bebasis pada

pengembangan masyarakat miskin yang sesuai dengan karakteristik daya

saing pariwisatanya masing - masing. Untuk itu di perlukannya kerja sama

antara pemerintahan, organisasi masyarakat, paea pelaku usaha, dan

tentunya masyarakat terkait demi menciptakan kebijakan yang efektif

Page 79: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

62

untuk melakukan pembangunan industri pariwisata dan program

pengurangan kemiskinan melalui industri pariwisata.

b. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal

menejemen dan pemasaran yang baik untuk UMKM pada sektor

pariwisata seperti pada industri kerajinan tangan, kuliner, dan lain

sebaginnya. Selain itu mempermudah para pelaku usaha kecil dan

menegah dalam mengakses modal untuk ekspansi usahanya.sehingga

profesionalisme meraka dapat ditingkatkan secara berkelanjutan, sehingga

dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan produk.

c. Diperlukannya kebijakan moneter yang tepat untuk menjaga daya beli

masyarakat untuk menjaga tingkat harga pariwisata domestik dipasar

internasional.

Page 80: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

63

DAFTAR PUSTAKA

Archer, Brian. 1977. “The Economic Cost And Benefits Of Tourism.” In Tourism

A Tool For Regional Development. Edinburg : Leisure Studies Association

Conference.

Ashley, C. 2001. “Pro Poor Report No.1 "Pro Poor Tourism Strategies: Making

Tourism Work For The Poor "I.” Pro Poor Report No.1 "Pro Poor Tourism

Strategies: Making Tourism Work For The Poor "I 1 (Pro Poor Tourism

Strategies).

Bryden, J. 1973. “Tourism And Development: A Case Study of Commenwealth

Carribean.” Tourism And Development: A Case Study of Commenwealth

Carribean 1 (Tourism And Development). https://doi.org/Cambridge:

Cambridge Press.

Darmawan, Dody Harris, and Adi Yunanto. 2017. “Peluang Pariwisata Dalam

Menurunkan Kemiskinan Di Era Masyarakat Ekonomi Asean (Mea).” Jurnal

Riset Ekonomi Dan Manajemen 16 (2): 199.

https://doi.org/10.17970/jrem.16.160203.id.

E. Case, Karl & C.Fair, Ray. 2007. Prinsip - Prinsip Ekonomi. Edited by H Wibi

& Barnadi Devri Hardani. 8th ed. Vol. 1. Jakarta: Erlangga.

Fields, G. S. 2007. “LRI Impact Breaf-Economic Development, Labor Markets

And Poverty Reduction.” ILRI Impact Breaf-Economic Development, Labor

Markets And Poverty Reduction, no. Development, Labor Markets And

Poverty Reduction. https://doi.org/ILR School.

Firdaus, Muhammad. 2012. “Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel Dan Time

Series.” Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel Dan Time Series 1

(Ekonometrik Untuk Data Panel).

Giddens, A. 2003. “Beyon Left And Ringht :Tarian Indeologi Alternatif Di Atas

Pusaran Sosialisme Dan Kapitalisme.” Yogyakarta: IRCiSoD, no.

Globalisasi.

Hakim, Abdul. 2016. Pengantar Ekonometrika Dengan Aplikasi EViews. 1st ed.

Universitas Indonesia, Condongcatur, Depok, Seleman, Yogyakarta:

Ekonesia.

Harrison, D. 2008. “„Pro-Poor Tourism: A Critique.‟” Third World Quartertly 29.

No. 5 (pro poor tourism).

Hasyim, A. I. 2016. Ekonomi Makro Edisi Pertama. Prenadamedia Group. 1st ed.

Vol. 1. Jakarta: Prenadamedia Group.

Hummel, John, Tara Gujadhur, and Nanda Ritsma. 2013. “Evolution of Tourism

Approaches for Poverty Reduction Impact in SNV Asia: Cases from Lao

PDR, Bhutan and Vietnam.” Asia Pacific Journal of Tourism Research 18

Page 81: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

64

(4): 369–84. https://doi.org/10.1080/10941665.2012.658417.

I Made Putra, d. I. 2015. “Model Hubungan Pariwisata Kinerja Perekonomian

Dan Kemiskinan Di Kabupaten Badung, Bali.” Fakultas Studi Industri

Perjalanan Pariwisata, Universitas Udayana. 1.

Llorca-Rodríguez, Carmen María, Rosa María García-Fernández, and Amalia

Cristina Casas-Jurado. 2018. “Domestic versus Inbound Tourism in Poverty

Reduction: Evidence from Panel Data.” Current Issues in Tourism 0 (0): 1–

20. https://doi.org/10.1080/13683500.2018.1494701.

Mahadevan, Renuka, and Sandy Suardi. 2017. “Panel Evidence on the Impact of

Tourism Growth on Poverty, Poverty Gap and Income Inequality.” Current

Issues in Tourism 22 (3): 253–64.

https://doi.org/10.1080/13683500.2017.1375901.

Mankiw, N. G. 2006. Makroekonomi Ed Ke-6. 6th ed. Jakarta: Erlangga.

Mujaidi, A., & Warman, H. A. 2014. Pariwisata Dan Perjalanan. 1st ed. Depok:

PT. Raja Grafindo Persada.

Muljadi, A. 2012. Kepariwisataan Dan Perjalanan Cetakan Ke-Tiga. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Nizar, Muhammad. Afdi. 2015. “Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia.” Jurnal Kepariwisataan Indonesia 6 (June): 195 – 211.

https://ideas.repec.org/p/pra/mprapa/65628.html.

Nurjaya, P. 2014.“ Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian Negara-

Negara ASEAN+4 . Bogor: Institut Pertanian Bogor.” Skripsi.

Pleanggra, Ferry, and Edy Yusuf a G. 2012. “Analisis Pengaruh Jumlah Obyek

Wisata,Jumlah Wisatawan Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan

Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah.”

Diponegoro Journal of Economics 1 (1): 1–8.

Rahmah. 2018. “Analilis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Negara ASEAN Tahun 2004 – 2016.” Ilmu Ekonomi.

Universitas Islam Indonesi.

Raza, Syed Ali, and Nida Shah. 2017. “Tourism Growth and Income Inequality:

Does Kuznets Curve Hypothesis Exist in Top Tourist Arrival Countries.”

Asia Pacific Journal of Tourism Research 22 (8): 874–84.

https://doi.org/10.1080/10941665.2017.1343742.

Renaldy, M.REZA. 2018. “ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025

Dalam Mendorong Daya Saing Pariwisata Untuk Meningkatkan

Pembangunan Ekonomi Di Neagara-Negara ASEAN.” Skripsi, 2016–25.

Rofiq, Aunur. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan. Edited by Irwan

Arifyanto. Pasar Minggu,Jakarta: Republika.

Page 82: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

65

Spenceley, Anna, and Dorothea Meyer. 2012. “Tourism and Poverty Reduction:

Theory and Practice in Less Economically Developed Countries.” Journal of

Sustainable Tourism 20 (3): 297–317.

https://doi.org/10.1080/09669582.2012.668909.

Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sunarti, D. O. 2017. “Pengaruh Leisure Benefit Terhadap Kepuasan Pengunjung

(Survey Pengunjung Hawai Waterpark Malang).” Fakultas Ilmu Admnistrasi

Universitas Brawijaya.

Theobald, W. F. 2005. “Global Tourism Third Edition.” Elsevier Inc, New York.

Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi ,Informasi, Dan

Implementasi. Edited by Bambang Pribadi. Jakarta, Jl Palmera Selatan: PT

Kompas Media Nusantara.

Page 83: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

66

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-15 -10 -5 0 5 10 15

Series: Standardized Residuals

Sample 2002 2017

Observations 80

Mean 1.55e-15

Median 0.376240

Maximum 17.40180

Minimum -15.00712

Std. Dev. 8.692614

Skewness -0.108057

Kurtosis 1.953538

Jarque-Bera 3.805963

Probability 0.149123

Lampiran 2 Uji Multikolinearitas

IS TKS CS

IS 1.000000 -0.031315 0.065634

TKS -0.031315 1.000000 0.454558

CS 0.065634 0.454558 1.000000

Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji White

Dependent Variable: RESABS

Method: Panel Least Squares

Date: 08/08/19 Time: 23:32

Page 84: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

67

Sample: 2002 2017

Periods included: 16

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 80

White diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.322541 0.825923 -0.390522 0.6973

IS -0.006691 0.005315 -1.258925 0.2121

TKS -0.132100 0.143238 -0.922241 0.3595

LOGCS 1.830539 0.812275 2.253597 0.0573

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.270675 Mean dependent var 1.017244

Adjusted R-squared 0.199769 S.D. dependent var 0.979785

S.E. of regression 0.876473 Akaike info criterion 2.668817

Sum squared resid 55.31072 Schwarz criterion 2.907020

Log likelihood -98.75268 Hannan-Quinn criter. 2.764319

F-statistic 3.817355 Durbin-Watson stat 1.459207

Prob(F-statistic) 0.001402

Lampiran 4 Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 37.782160 (4,72) 0.0000

Cross-section Chi-square 90.486587 4 0.0000

Page 85: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

68

Lampiran 5 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic

Chi-Sq.

d.f. Prob.

Cross-section random 1.424899 3 0.0097

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

IS 0.050496 0.050616 0.000003 0.9461 TKS -0.595438 -0.578342 0.002172 0.7138

LOGCS 4.702423 4.632295 0.236777 0.8854

Lampiran 6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan FEM

Dependent Variable: POVER Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 08/08/19 Time: 23:20 Sample: 2002 2017 Periods included: 16 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 80 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.96538 2.606842 6.124413 0.0000

IS 0.020181 0.022021 0.916425 0.3625 TKS -0.646759 0.274094 -2.359628 0.0210

LOGCS 3.242614 2.681289 1.209349 0.2305 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.906311 Mean dependent var 20.80290

Page 86: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

69

Adjusted R-squared 0.897203 S.D. dependent var 16.98001 S.E. of regression 5.055672 Sum squared resid 1840.307 F-statistic 99.50037 Durbin-Watson stat 0.440480 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.683720 Mean dependent var 13.98613

Sum squared resid 1972.816 Durbin-Watson stat 0.679339

Lampiran 7 Data Penelitian

No Negara Tahun Y poor %

x1 INV

grow

x2 TKS share

% x3 CS share %

1 Indonesia 2002 18,20% -8,96% 12,36% 5,02%

2 Indonesia 2003 17,40% -11,66% 10,70% 4,15%

3 Indonesia 2004 16,70% -0,58% 10,05% 3,80%

4 Indonesia 2005 16,70% -0,96% 8,98% 3,24%

5 Indonesia 2006 17,80% 10,20% 8,33% 2,98%

6 Indonesia 2007 16,60% 26,70% 8,62% 3,08%

7 Indonesia 2008 15,40% 29,32% 9,06% 2,97%

8 Indonesia 2009 14,20% 47,88% 9,05% 2,82%

9 Indonesia 2010 13,30% -6,32% 8,56% 2,69%

10 Indonesia 2011 12,50% 12,22% 8,29% 2,53%

11 Indonesia 2012 12,20% 10,39% 8,26% 2,48%

12 Indonesia 2013 11,40% 5,42% 8,29% 2,45%

13 Indonesia 2014 11,30% 5,80% 8,98% 2,72%

14 Indonesia 2015 11,20% 4,10% 9,68% 2,80%

15 Indonesia 2016 11,20% -0,80% 9,84% 2,84%

16 Indonesia 2017 11,10% 3,63% 9,96% 2,89%

1 vietnam 2002 28,90% 48,76% 9,28% 4,89%

2 vietnam 2003 21,50% 82,83% 8,39% 4,55%

3 vietnam 2004 19,50% 36,18% 9,69% 4,50%

4 vietnam 2005 16,00% 4,44% 9,90% 4,12%

5 vietnam 2006 15,50% -11,59% 12% 4,98%

6 vietnam 2007 14,80% 77,84% 9,16% 4,64%

7 vietnam 2008 14,50% 6,45% 10,69% 4,12%

8 vietnam 2009 14,30% -31,16% 8,27% 3,64%

9 vietnam 2010 14,20% 4,09% 9,07% 4,12%

10 vietnam 2011 12,60% -4,36% 7,79% 4,09%

Page 87: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

70

11 vietnam 2012 11,10% 1,26% 7,97% 4,35%

12 vietnam 2013 9,80% 8,42% 7,75% 4,13%

13 vietnam 2014 8,40% 4,84% 7,58% 4,01%

14 vietnam 2015 7,00% -1,78% 7,46% 4,02%

15 vietnam 2016 6,00% -3,82% 7,49% 4,06%

16 vietnam 2017 5,00% 19,12% 7,58% 3,94%

1 Thailand 2002 9,80% 11,70% 14,52% 8,18%

2 Thailand 2003 27,00% 20,89% 13,59% 7,69%

3 Thailand 2004 26,90% 12,26% 14,52% 7,59%

4 Thailand 2005 25,00% 15,28% 12,99% 6,71%

5 Thailand 2006 23,43% -2,11% 13,97% 2,68%

6 Thailand 2007 20,94% 6,49% 13,95% 2,74%

7 Thailand 2008 20,49% -4,14% 14,17% 2,69%

8 Thailand 2009 19,08% -14,05% 13,46% 2,79%

9 Thailand 2010 16,91% -36,72% 11,53% 3,12%

10 Thailand 2011 13% 13,43% 11,31% 3,28%

11 Thailand 2012 13,15% 11,55% 13,09% 3,35%

12 Thailand 2013 11% 1,43% 14,88% 3,37%

13 Thailand 2014 9,40% -4,93% 12,90% 3,38%

14 Thailand 2015 7,20% 7,30% 14,63% 3,39%

15 Thailand 2016 6,30% 8,05% 15,27% 3,71%

16 Thailand 2017 5,50% 2,90% 15,52% 3,61%

1 Malaysia 2002 5% -15,14% 12,33% 6,18%

2 Malaysia 2003 5,40% -4,95% 10,81% 5,28%

3 Malaysia 2004 5,70% 2,73% 11,33% 5,55%

4 Malaysia 2005 4,00% 4,55% 11,47% 5,62%

5 Malaysia 2006 3,00% 19,57% 11,87% 5,85%

6 Malaysia 2007 3,60% 6,68% 14,75% 7,15%

7 Malaysia 2008 3,70% -11,40% 11,33% 5,80%

8 Malaysia 2009 3,80% -5,50% 12,08% 6,65%

9 Malaysia 2010 2,80% 5,50% 11,79% 6,39%

10 Malaysia 2011 2,50% -2,72% 11,15% 6,40%

11 Malaysia 2012 1,70% 13,66% 11,16% 6,46%

12 Malaysia 2013 1,60% 6,77% 11,97% 6,93%

13 Malaysia 2014 1,20% 8,76% 12,14% 7,26%

14 Malaysia 2015 N/A 2,45% 11,76% 6,95%

15 Malaysia 2016 N/A 5,10% 12,11% 7,22%

16 Malaysia 2017 N/A 5,84% 11,81% 6,87%

1 Philipine 2002 30,10% -13,67% 9,72% 4,89%

2 Philipine 2003 30,00% -1,85% 9,30% 4,84%

3 Philipine 2004 27,00% 13,34% 9,99% 5,49%

4 Philipine 2005 26,00% 7,25% 10,50% 6,39%

5 Philipine 2006 26,60% 49,58% 10,99% 6,79%

Page 88: PENGARUH KINERJA PARIWISATA TERHADAP TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46981/1/AZALIA NADA... · Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

71

6 Philipine 2007 26,50% 21,30% 12,42% 7,95%

7 Philipine 2008 26,40% 0,40% 8,57% 5,75%

8 Philipine 2009 26,30% 25,28% 9,04% 6,05%

9 Philipine 2010 25,60% -23,10% 10,18% 6,83%

10 Philipine 2011 23,60% 2,10% 12,28% 8,06%

11 Philipine 2012 22,60% -6,76% 13,02% 8,53%

12 Philipine 2013 22,50% -19,82% 13,42% 9,00%

13 Philipine 2014 22,40% 13,63% 15,12% 9,97%

14 Philipine 2015 22,30% 19,93% 17,89% 11,53%

15 Philipine 2016 22,20% 18,10% 19,13% 12,15%

16 Philipine 2017 22,10% 8,92% 19,20% 12,12%

Keterangan :

Ypoor : Jumlah masyarakat miskin

X1 IN : Pertumbuhan investasi sektor pariwisataa

X2 TKS: Penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata

X3 CS : Konsumsi wisatawan domestik dan asing