PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN...

144
PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN LONELINESS TERHADAP PELAKU CYBERBULLYING PADA GENERASI Z Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Rahmawati NIM : 11140700000047 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN...

Page 1: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN

LONELINESS TERHADAP PELAKU CYBERBULLYING PADA

GENERASI Z

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Rahmawati

NIM : 11140700000047

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL

DISENGAGEMENT DAN LONELINESS TERHADAP PELAKU

CYBERBULLYING PADA GENERASI Z” telah diajukan dalam sidang munaqosah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

07 Oktober 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi.

Jakarta, 14 Oktober 2019

Sidang Munaqosah

Dekan/ Wakil Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si Bambang Suryadi, Ph.D

NIP. 196207241989032001 NIP. 197005292003121002

Anggota

Page 3: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

iii

Page 4: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

iv

Page 5: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya

kepada Tuhanmu lah, hendaknya kamu berharap.

~QS. Al-Insyirah 94: 5-8~

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK

KEDUA ORANG TUA TERCINTA

Page 6: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Agustus 2019

C) Rahmawati

D) Pengaruh kepribadian, moral disengagement dan loneliness terhadap pelaku

cyberbullying pada generasi Z

E) xiv + 96 halaman + 34 lampiran

F) Cyberbullying adalah perilaku agresif terhadap orang lain dengan mengirim atau

mengunggah materi yang menyakitkan secara berulang terhadap korban yang

tidak dapat dengan mudah membela dirinya, melalui internet atau teknologi digital

lainnya. Cyberbullying memiliki bentuk dan aspek-aspek seperti flaming,

harassment, denigration, impersonation, outing, trickery dan exclusion.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepribadian, moral

disengagement dan loneliness terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

Penelitian ini melibatkan 257 partisipan berusia 15-22 tahun di wilayah

Jabodetabek yang diambil dengan teknik non probability sampling. CFA

(Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan

analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama variabel kepribadian, moral disengagement dan loneliness terhadap

pelaku cyberbullying pada generasi Z. Secara rinci, dimensi yang berpengaruh

signifikan terhadap cyberbullying adalah cognitive restructuring. Sedangkan

dimensi lainnya seperti extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, openness to experience, minimizing agency, distortion of negative

consequences, blaming / dehumanizing the victim dan variabel loneliness tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap cyberbullying. Hasil penelitian juga

menunjukkan proporsi varians dari pelaku cyberbullying pada generasi Z yang

dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 38.2% sedangkan 61.8%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti korban cyberbullying pada

generasi Z, agar dapat dilihat perbandingan hasil penelitian pada pelaku dengan

korban cyberbullying dan memberikan kontrol yang lebih jelas dalam teknik

pengambilan sampel, dengan tujuan saat disebarkan melalui kuesioner online,

sampel sesuai dengan kriteria dan kebutuhan penelitian.

G) Bahan bacaan : 79; 7 buku + 47 jurnal + 1 disertasi + 24 artikel

Page 7: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) August 2019

C) Rahmawati

D) The influence of personality, moral disengagement and loneliness towards

cyberbullying perpetrators in generation Z

E) xiv + 96 pages + 34 appendix

F) Cyberbullying is being cruel to others by sending or posting harmful material or

engaging in other forms of social aggression using the internet or other digital

technologies. Cyberbullying can take different forms: flaming, harassment,

denigration, impersonation, outing, trickery and exclusion.

This study aims to determine the effect of personality, moral disengagement and

loneliness towards cyberbullying perpetrators in generation Z.

This research involved 257 participants aged 15-22 years in Jabodetabek, taken by

non probability sampling technique. Confirmatory factor analysis (CFA) used to

test the validity of measuring instrument and multiple regression analysis used to

test the research hypothesis.

The results showed that there was a significant simultaneously influence of

personality, moral disengagement and loneliness to cyberbullying perpetrators in

generation Z. In detail, the dimension that significantly influenced cyberbullying

was cognitive restructuring. While other dimensions such as extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience,

minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming / dehumanizing

the victim and loneliness variable were not significant to cyberbullying.

The results also showed the proportion of variance of cyberbullying perpetrators

in generation Z explained by all independent variables was 38.2% while the

remaining 61.8% was influenced by other variables outside of this research.

Further research is expected to examine cyberbullying victims in generation Z, so

that we can see a comparison of the research result on cyberbullying perpetrators

with cyberbullying victims and provide clearer control over sampling techniques

so that when distributed via online questionnaire, the sample matches the research

criteria and needs.

G) Reading materials : 79; 7 books + 47 journals + 1 dissertation + 24 articles

Page 8: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena

berkat izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala kemudahan dan

kelancaran yang Allah berikan. Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai

pihak, baik bantuan secara ilmu, waktu, pikiran, tenaga, finansial maupun doa. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran.

2. Dr. Achmad Syahid, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang selalu sabar dalam

membimbing, membantu, mengingatkan, memberikan semangat, arahan dan

motivasi dalam penyelesaikan skripsi.

3. Dr. Rena Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bantuan serta arahan selama perkuliahan.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mendidik, mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis.

5. Kedua orang tua, Nenah (Ibu) dan Abdul Rodji (Bapak) yang selalu memberikan

doa, dukungan, bantuan dan motivasi kepada penulis. Terimakasih bu, pak.

6. Julian S.Kom yang selalu memberikan dukungan, motivasi, bantuan dan doa.

Terimakasih abang.

7. Teman-teman Psikologi UIN 2014, khususnya kepada Dwi Endang Lestari, Mahda

Dasilva, Annisa Khairun Nisa dan Vera Devi Yanti. Terima kasih atas dukungan,

Page 9: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

ix

doa, perjuangan, kebersamaan, suka-duka yang telah dilewati bersama, serta canda-

tawa kalian yang akan selalu terkenang.

8. Terimakasih kepada Hasan Basri Ramadan S.Psi, Verona Laksmita Kusuma S.Psi,

Fathiana Arshuha dan Nia Wahdaniyah S.Psi atas bantuan dan arahan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi.

9. Keluarga besar Excellant Community. Terimakasih atas kebersamaan, solidaritas,

pengalaman organisasi, ilmu yang bermanfaat, serta pelajaran hidup yang telah

diberikan selama ini.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, terima kasih atas bantuan,

kebaikan, dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga

kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

banyak pihak.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis

Page 10: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1-11

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8

1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 12-39

2.1 Cyberbullying ................................................................................ 12

2.1.1 Definisi cyberbullying ..................................................... 12

2.1.2 Dimensi cyberbullying .................................................... 14

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying ........... 16

2.1.4 Alat ukur cyberbullying ................................................... 19

2.2 Kepribadian ................................................................................... 20

2.2.1 Definisi kepribadian ........................................................ 20

2.2.2 Tipe kepribadian .............................................................. 22

2.2.3 Alat ukur kepribadian ...................................................... 24

2.3 Moral Disengagement ................................................................... 25

2.3.1 Definisi moral disengagement ........................................ 25

2.3.2 Dimensi moral disengagement ........................................ 27

2.3.3 Alat ukur moral disengagement ...................................... 31

2.4 Loneliness ...................................................................................... 32

2.4.1 Definisi loneliness ........................................................... 32

2.4.2 Dimensi loneliness .......................................................... 34

2.4.3 Alat ukur loneliness ......................................................... 34

2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 35

Page 11: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

xi

2.6 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 38

2.6.1 Hipotesis mayor ............................................................... 38

2.6.2 Hipotesis minor ............................................................... 39

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 40-69

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 41

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 44

3.3.1 Teknik pengumpulan data ............................................... 44

3.3.2 Instrumen penelitian ........................................................ 45

3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................. 49

3.4.1 Uji validitas skala cyberbullying ..................................... 51

3.4.2 Uji validitas skala kepribadian ........................................ 54

3.4.3 Uji validitas skala moral disengagement ........................ 59

3.4.4 Uji validitas skala loneliness ........................................... 64

3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 65

3.6 Prosedur Penelitian........................................................................ 68

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 70-82

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................. 70

4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian.......................................... 71

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .......................................... 72

4.4 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 73

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ................................. 73

4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing iv ................ 79

BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 83-89

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 83

5.2 Diskusi .......................................................................................... 83

5.3 Saran .............................................................................................. 87

5.3.1 Saran teoritis .................................................................... 88

5.3.2 Saran praktis .................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90-96

LAMPIRAN ......................................................................................................... 97-130

Page 12: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

xii

DAFTAR TABEL

3.1 Blue Print Skala Cyberbullying ................................................................. 46

3.2 Blue Print Skala Kepribadian ................................................................... 47

3.3 Blue Print Skala Moral Disengagement .................................................... 48

3.4 Blue Print Skala Loneliness ...................................................................... 48

3.5 Muatan Faktor Item Skala Cyberbullying ................................................. 52

3.6 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Extraversion ................................ 54

3.7 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Agreeableness.............................. 55

3.8 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Conscientiousness ....................... 57

3.9 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Neuroticism ................................. 58

3.10 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Openness To Experience ............. 59

3.11 Muatan Faktor Item Dimensi Cognitive Restructuring ............................. 60

3.12 Muatan Faktor Item Dimensi Minimizing Agency .................................... 61

3.13 Muatan Faktor Item Dimensi Distortion of Negative Consequences ........ 62

3.14 Muatan Faktor Item Dimensi Blaming / Dehumanizing the Victim .......... 63

3.15 Muatan Faktor Item Skala Loneliness ....................................................... 65

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ......................................................... 70

4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian – T Score ..................................... 71

4.3 Norma Skor Kategorisasi .......................................................................... 72

4.4 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel ................................................... 73

4.5 R Square .................................................................................................... 74

4.6 ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV ........................................................ 75

4.7 Koefisien Regresi ...................................................................................... 76

4.8 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable .......................... 79

Page 13: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................... 38

Page 14: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Adaptasi dan Modifikasi Alat Ukur ................................................. 98

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ........................................................................ 107

Lampiran 3 Format Kuesioner Online ................................................................. 115

Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram ................................................................ 117

Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Berganda ..................................................... 129

Page 15: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap tahun, pengguna internet di Indonesia meningkat. Survei Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus 2018, menunjukkan hasil

bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta. Jumlah tersebut

meningkat dari survei serupa pada tahun 2016 yaitu 132,7 juta (Damar, 2019). Akses

internet yang mudah membuat siapa saja dapat menggunakannya, termasuk akses ke

media sosial. Namun, kemudahan ini juga memberikan dampak negatif seperti

cyberbullying. Cyberbullying adalah perilaku agresif terhadap orang lain dengan

mengirim atau mengunggah materi yang menyakitkan secara berulang terhadap korban

yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya, melalui internet atau teknologi

digital lainnya (Willard, 2005).

Cyberbullying memiliki dampak yang berbahaya dan beresiko. Pelaku

cyberbullying lebih cenderung terlibat dalam berbagai perilaku maladaptif, anti-sosial,

serta berisiko ketergantungan alkohol dan narkoba. Sama seperti korban, pelaku juga

memiliki peningkatan resiko depresi dan memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Pelaku

cyberbullying dapat mengalami berbagai kesulitan sosial dan emosional, termasuk

merasa tidak aman di sekolah dan mempersepsikan bahwa dirinya tidak diberi

dukungan di sekolah. Pelaku cyberbullying dapat mengalami gangguan perilaku

Page 16: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

2

(conduct disorder) dan penyalahgunaan alkohol serta obat terlarang (Cowie, 2013). Di

Indonesia, cyberbullying sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data hasil survei

Ipsosiv terhadap 18.687 orang di 24 negara termasuk Indonesia, menemukan bahwa

orang Indonesia mengalami cyberbullying yang cukup tinggi (Nos, 2019).

Fenomena cyberbullying dapat ditemukan di berbagai media sosial, misalnya

di Instagram dan Youtube. Tahun 2017, Youtube menjadi media sosial nomer 1 paling

populer dan diminati oleh generasi Z (61%), posisi kedua adalah Instagram (15%),

Facebook (9%), Snapchat (9%) dan Twitter (6%) (Jarboe, 2019). Pada Agustus 2018,

pengguna Instagram menempati posisi ketiga sebanyak 1.000.000.000 (satu miliar)

diseluruh dunia setelah Facebook dan Youtube (Kallas, 2019).

Berdasarkan survei lembaga donasi anti-bullying Ditch The Label pada Juli

2017, Instagram menjadi media cyberbullying nomor 1 tertinggi dengan persentase

42%, Youtube 38%, Twitter 12% dan Tumblr 8% (Hackett, 2017). Di tahun yang sama,

Royal Society for Public Health (RSPH) melakukan survei untuk melihat jenis media

sosial yang berpengaruh pada masalah yang berkaitan dengan health dan well-being.

Hasil survei menunjukkan bahwa Instagram adalah media sosial yang paling merusak

kesehatan mental dan kesejahteraan anak muda (People, 2019).

Fenomena cyberbullying di Instagram sering terjadi. Harassment (pelecehan)

pernah dilakukan oleh istri dari Andre Taulany (dalam Erwanti, 2019). Flaming

(percekcokan) pernah dilakukan oleh Jerink dan Nikita Mirzani (Soraya, 2019), begitu

pula dengan Theresa Wienathan (dalam Rismoyo, 2019) yang pernah melakukan

Page 17: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

3

denigration (pencemaran nama baik). Di Youtube, cyberbullying pernah lakukan oleh

Brandon Kent (dalam Syno, 2019), Winson Reynaldi, Coki Pardede dan Tretan Muslim

(dalam Fatonah, 2019) yang melakukan harassment (pelecehan) kepada Atta

Halilintar.

Cyberbullying seringkali dilakukan oleh post millennials atau biasa disebut

dengan generasi Z (Risang, 2019), generasi Z yaitu orang-orang yang lahir antara tahun

1995 dan 2010 (Bejtkovský, 2016). Menurut Institute for Emerging Issues (Singh &

Dangmei, 2016) generasi Z adalah generasi yang paling beragam secara etnis dan

canggih secara teknologi. Generasi Z memiliki cara berkomunikasi yang informal,

individual dan jejaring sosial adalah bagian penting dari kehidupan mereka. Lekatnya

generasi Z dengan perkembangan terknologi, gadget dan internet yang canggih,

membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya sehingga peluang

untuk melakukan cyberbullying lebih terbuka.

Steyer (2012) mengungkapkan bahwa generasi Z adalah generasi yang sering

berhadapan dengan cyberbullying, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku.

Cyberbullying pada generasi Z lebih umum dan lebih sering dilakukan diantara

generasi millenial atau generasi sebelumnya (Twenge, 2017). Para peneliti di

Universitas Essex tahun 2015 melaporkan bahwa 53% generasi Z berjenis kelamin

perempuan berusia 15 tahun mengalami cyberbullying (Booker, 2018). American

Psychological Association (2018) melaporkan bahwa 45% generasi Z berusia 15

Page 18: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

4

sampai 21 tahun adalah kelompok manusia dengan kondisi kesehatan mental terburuk

dibandingkan dengan generasi lainnya, salah satu penyebabnya adalah cyberbullying.

Usia generasi Z saat ini (tahun 2019) berada pada periode masa remaja.

Menurut Santrock, masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berlangsung hingga

usia 18-22 tahun (Santrock, 2012). Menteri Sosial periode tahun 2014-2018, Khofifah

Indar Parawansa menyebutkan bahwa 84% anak berusia 12-17 tahun mengalami kasus

cyberbullying (Laksana, 2019). Data statistik Dewan Pencegahan Kejahatan Nasional

(National Crime Prevention Council) tahun 2014 menunjukkan bahwa 43% anak muda

menjadi korban cyberbullying. Semua orang bisa mengakses media sosial dan dapat

mengatakan apapun yang disukai, seringkali kaum muda adalah kelompok yang paling

rentan menjadi sasaran (Nessel, 2019).

Studi terbaru dari Pew Reseach Center selama tiga tahun terakhir, jumlah

berbagai bentuk cyberbullying meningkat. Pada 2017 hasil survei menunjukkan 41%

responden mengklaim pernah menjadi korban cyber harassment, sedangkan tahun

2014 hanya 36% responden yang mengaku pernah menjadi korban cyber harassment.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan cyberbullying 5%

selama 3 tahun terakhir (Wardani, 2017). Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan

Anak Indonesia) di bidang pendidikan, Retno Listyart mengatakan bahwa

cyberbullying di Indonesia pada tahun 2018 meningkat cukup signifikan dikalangan

para siswa seiring dengan penggunaan internet dan media sosial (Lazuardi, 2019).

Page 19: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

5

Sejumlah penelitian telah membahas dan mengidentifikasi faktor yang

berkaitan dengan cyberbullying. Terdapat perbedaan hasil penelitian dari beberapa

jurnal yang membahas kepribadian, moral disengagement dan loneliness. Berdasarkan

penelitian Celik, Atak dan Erguzen (2012) dari kelima tipe kepribadian, openness to

experience dan neuroticism ditemukan signifikan dan lainnya tidak signifikan.

Sementara Kokkinos, et.al (2013) hanya menemukan tipe kepribadian neuroticism

yang signifikan dalam penelitiannya. Tipe kepribadian openness to experience senang

mencoba sesuatu yang baru, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan pandai

menciptakan aktivitas di luar kebiasaan. Rasa ingin tahu yang besar membuat individu

penasaran dan ingin mencoba keluar dari zona nyaman dengan menjadi pelaku

cyberbullying, sedangkan tipe kepribadian neuroticism secara emosional tidak stabil,

sensitif dan intoleran. Sifat ini membuat individu cenderung mudah marah, tersinggung

dan tega untuk menyakiti korban di media sosial.

Van Geel, et.al (2017) hanya menemukan tipe kepribadian agreeableness yang

signifikan diantara lainnya. Tipe kepribadian agreeableness memiliki banyak teman di

dunia nyata maupun dunia maya dan dapat membentuk perilaku dengan

mempertimbangkan kondisi dimana individu perlu berperilaku. Sifat ini membuat

individu memiliki power untuk melakukan cyberbullying.

Semerci (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa extraversion,

agreeableness dan openness to experience adalah tipe kepribadian yang signifikan.

Tipe kepribadian extraversion, agreeableness berani dan memiliki relasi pertemanan

Page 20: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

6

yang luas. Sifat ini membuat individu dominan dan memiliki power untuk melakukan

cyberbullying. Sementara tipe kepribadian openness to experience senang mencoba

sesuatu yang baru, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan pandai menciptakan

aktivitas di luar kebiasaan. Rasa ingin tahu yang besar membuat individu penasaran

dan ingin mencoba keluar dari zona nyaman dengan menjadi pelaku cyberbullying.

Berdasarkan penelitian Kircaburun dan Tosuntas (2018), extraversion dan neuroticism

merupakan tipe kepribadian yang signifikan dan lainnya tidak. Tipe kepribadian

extraversion memiliki keberanian yang besar dan ingin selalu unggul. Sifat ini

membuat individu dominan dan memiliki power untuk melakukan cyberbullying.

Sedangkan tipe kepribadian neuroticism bersifat intoleran dan pemarah, sifat ini

membuat individu mudah tersinggung dan tega untuk menyakiti korbannya.

Faktor lain yang berkaitan dengan cyberbullying adalah moral disengagement.

Berdasarkan penelitian Moses (2013), blaming / dehumanizing the victim, cognitive

restructuring dan distortion of negative consequences merupakan dimensi yang

signifikan, sedangkan minimizing agency tidak signifikan. Cyberbullying terjadi ketika

individu yang mem-posting atau mengirimkan pesan kejam dan jahat kepada orang lain

di media sosial, akan menganggapnya layak mendapatkan perlakuan yang merugikan

(blaming / dehumanizing the victim), membenarkan perilakunya (cognitive

restructuring) dan melakukan pembenaran atas tindakannya merupakan strategi yang

membantu menjauhkan individu dari bahaya baginya, seperti merasa disalahkan

(distortion of negative consequences). Sementara Mayangsari (2015) menemukan

Page 21: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

7

bahwa hanya cognitive restructuring yang signifikan. Cyberbullying terjadi karena

individu menganggap tindakannya merupakan hal yang wajar dan dapat diterima oleh

kelompoknya atau orang lain.

Faktor lain yang berkaitan dengan cyberbullying adalah loneliness. Menurut

penelitian Saricam, Yaman dan Celik (2016) dan Anwarsyah (2017), loneliness

berpengaruh secara signifikan terhadap cyberbullying. Individu yang merasa kesepian

memiliki keterampilan sosial dan komunikasi yang buruk di dunia nyata, karena

ketidaksesuaian antara hubungan sosial aktual individu dengan keinginannya untuk

berkontak sosial, sehingga individu lebih memilih dunia maya sebagai tempat

berinteraksi dan menghabiskan banyak waktu. Hal ini memungkinkan individu untuk

terlibat dalam cyberbullying. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Sahin (2012),

Brewer dan Kerslake (2015) yang menemukan bahwa loneliness bukan prediktor yang

signifikan terhadap cyberbullying.

Dari uraian data dan fenomena mengenai cyberbullying, maka penelitian ini

penting dilakukan. Urgensi dilakukannya penelitian ini dikarenakan cyberbullying

dapat memberi berbagai dampak negatif, misalnya individu yang terlibat dan

melakukan cyberbullying meningkatkan depresi, kecemasan dan penggunaan alkohol

(Van Geel, et.al, 2017). Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang

cyberbullying. Maka dari itu, penelitian ini berjudul “Pengaruh Kepribadian, Moral

Disengagement dan Loneliness terhadap Pelaku Cyberbullying pada Generasi Z.”

Page 22: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

8

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah variabel kepribadian, moral disengagement dan loneliness berpengaruh

secara signifikan terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z?

2. Apakah tipe kepribadian dan dimensi moral disengagement berpengaruh secara

signifikan terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z?

3. Berapa sumbangan proporsi varians dari masing-masing variabel kepribadian,

moral disengagement dan loneliness?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dan lebih terarahnya pembahasan, maka peneliti

membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Cyberbullying yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku agresif terhadap

orang lain dengan mengirim atau mengunggah materi yang menyakitkan secara

berulang terhadap korban yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya,

melalui internet atau teknologi digital lainnya. Cyberbullying memiliki bentuk dan

aspek-aspek seperti flaming, harassment, denigration, impersonation, outing,

trickery dan exclusion (Willard, 2005).

2. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah organisasi psikologis yang

dinamis, yang mengkoordinasikan pengalaman dan tindakan, menjadi pembeda

individu dalam kecenderungan untuk menunjukkan pola pemikiran, perasaan dan

tindakan yang konsisten (McCrae & Costa, 1999). Teori kepribadian dibatasi pada

Page 23: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

9

big five personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism

dan openness to experience).

3. Moral disengagement yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses sosio

kognitif yang terjadi dalam diri individu yang membuatnya dapat melakukan

tindakan yang mengerikan terhadap orang lain dimana memungkinkan individu

untuk bertindak negatif dan tidak manusiawi, karena individu terlepas dari sikap

merasa bersalah dan kecaman diri (Hymel, Rocke-Henderson & Bonanno, 2005).

Teori moral disengagement dibatasi pada dimensi cognitive restructuring,

minimizing agency, distortion of negative consequences dan blaming /

dehumanizing the victim.

4. Loneliness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan, yang terkait dengan perasaan kekosongan, kecanggungan dan

kebosanan (Russel, 1978).

5. Penelitian ini dilakukan pada generasi Z yang dibatasi pada laki-laki dan

perempuan di Jabodetabek berusia 15-22 tahun.

6. Penelitian ini dilakukan pada pengguna media sosial Instagram dan Youtube dan

fokus dalam penelitian ini adalah pada pelaku cyberbullying.

Page 24: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

10

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh kepribadian, moral disengagement dan loneliness terhadap

pelaku cyberbullying pada generasi Z.

2. Mengetahui pengaruh masing-masing tipe kepribadian dan dimensi moral

disengagement terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

3. Mengetahui besar sumbangan proporsi varians dari masing-masing variabel

kepribadian, moral disengagement dan loneliness.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan khasanah keilmuan

psikologi kepribadian dan psikologi sosial pada teori: kepribadian, moral

disengagement, loneliness dan cyberbullying. Penelitian ini diharapkan juga dapat

melengkapi, memperkaya hasil-hasil penelitian terdahulu dan menjadi bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 25: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

11

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, diantaranya:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai cyberbullying

kepada generasi Z agar lebih bijak dan positif dalam menggunakan media

sosial.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

merencanakan program intervensi (pencegahan perilaku cyberbullying) pada

generasi Z.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi orang tua,

pendidik dan instansi terkait untuk memberikan pengarahan serta pengawasan

pada generasi Z dalam menggunakan media sosial.

Page 26: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Cyberbullying

2.1.1 Definisi cyberbullying

Dalam mendefinisikan cyberbullying, peneliti perlu merujuk kepada pembahasan

bullying terlebih dahulu. Olweus (1999) mendefinisikan bullying sebagai tindakan

agresif atau perilaku yang disengaja, yang dilakukan oleh kelompok atau individu

berulang kali dan dari waktu ke waktu terhadap korban yang tidak dapat dengan mudah

membela dirinya. Cyberbullying diidentifikasi sebagai penindasan yang disengaja dan

berulang melalui penggunaan komputer, ponsel dan perangkat elektronik lainnya

(Hinduja, 2007). Lebih khusus lagi, cyberbullying merupakan aktivitas komunikasi

yang menyakitkan (Erdur-Baker, 2010).

Cyberbullying didefinisikan sebagai perilaku yang dilakukan melalui media

elektronik atau digital oleh individu atau kelompok yang berulang kali

mengkomunikasikan pesan yang bersifat agresif dan dimaksudkan untuk menimbulkan

bahaya atau ketidaknyamanan pada orang lain (Wachs, Junger & Sittichai, 2015).

Cyberbullying berbeda dari bullying tradisional karena dapat bersifat anonim, memiliki

efek yang cepat ketika komentar atau sharing video dan foto, kemudian dikirim ke

seluruh dunia dalam hitungan menit. Hal ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

(Ozden & Icellioglu, 2014). Perbedaan antara bullying dan cyberbullying terletak pada

Page 27: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

13

penggunaan media. Bullying (traditional bullying) memiliki efek yang terlihat nyata

dan serangan dilakukan secara langsung, sementara cyberbullying menggunakan media

elektronik untuk melakukan tindakan agresif (Dooley, Pyzalski & Cross, 2009).

Menurut Willard (2005), cyberbullying adalah perilaku agresif terhadap orang

lain dengan mengirim atau mengunggah materi yang menyakitkan secara berulang

terhadap korban yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya, melalui internet

atau teknologi digital lainnya. Cyberbullying memiliki bentuk dan aspek-aspek seperti

flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery dan exclusion.

Kowalski, Limber dan Agatson (2008) mendefinisikan cyberbullying sebagai

perilaku penindasan dan intimidasi yang dilakukan individu melalui media elektronik,

email, pesan instan, ruang obrolan, situs web atau melalui pesan digital atau gambar.

Cyberbullying menurut Shariff (2009) adalah penindasan psikologis yang dilakukan

individu dan disampaikan melalui media elektronik seperti telepon seluler, blog, situs

web, chat room online, MUD rooms, Xangas, jaringan komunikasi sosial seperti

Facebook, Youtube, Orkut, Linkedin, Myspace dan lainnya.

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan, peneliti akan menggunakan

pengertian cyberbullying dari Willard (2005) yaitu perilaku agresif terhadap orang lain

dengan mengirim atau mengunggah materi yang menyakitkan secara berulang terhadap

korban yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya, melalui internet atau

teknologi digital lainnya. Cyberbullying memiliki bentuk dan aspek-aspek seperti

flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery dan exclusion.

Page 28: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

14

2.1.2 Dimensi cyberbullying

Willard membagi cyberbullying menjadi beberapa dimensi (Willard, 2005) yaitu:

1) Flaming (percekcokan)

Flaming mengacu pada percakapan singkat dan panas antar dua atau lebih individu

yang terjadi melalui teknologi komunikasi. Biasanya flaming terjadi dalam setting

publik, seperti chat room atau kelompok diskusi dan bukan percakapan pribadi.

Jika serangkaian pertengkaran dan penghinaan terjadi, maka perang berapi-api

telah dimulai dan flaming berarti pertengkaran yang terjadi secara online

menggunakan pesan elektronik dengan bahasa yang vulgar dan menunjukkan

kemarahan.

Flaming awalnya terjadi antara dua individu, namun tindakan agresif yang tidak

disangka oleh salah satu individu dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam

percakapan. Dalam hal ini, individu yang menjadi target tidak yakin siapa lagi yang

akan pelaku libatkan dalam perang tersebut.

2) Harassment (pelecehan)

Harassment umumnya dipandang sebagai bentuk unik dari cyberbullying yang

melibatkan pesan penyerangan secara berulang-ulang dan dikirim kepada target.

Harassment sering terjadi melalui saluran komunikasi pribadi seperti email, namun

juga dapat dikomunikasikan dalam forum publik seperti chat room dan kelompok

diskusi. Salah satu bentuk harassment yaitu perang teks (perang dalam berkirim

pesan), melibatkan satu pelaku dan satu target. Pelaku biasanya mengirim ratusan

Page 29: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

15

pesan teks kepada target dan berisi pesan yang melecehkan dengan berulang kali

mengirim pesan yang buruk, jahat dan bersifat menghina.

Meskipun secara konseptual serupa dengan flaming, namun harassment

berbeda. Harassment cenderung bersifat jangka panjang dan biasanya lebih lama

daripada flaming.

3) Denigration (pencemaran nama baik)

Denigration adalah informasi tentang orang lain yang tidak benar dan bersifat

penghinaan. Informasi dapat diunggah pada halaman web atau disebarluaskan ke

orang lain melalui email, pesan instan dan media sosial lainnya. Denigration juga

memiliki maksud yaitu mengunggah atau mengirim foto seseorang yang diubah

secara digital (edit) dan menggambarkannya secara seksual. Biasanya pelaku

melakukannya dengan tujuan untuk pencemaran nama baik, merusak reputasi atau

persahabatan target.

4) Impersonation (peniruan)

Impersonation adalah peniruan identitas, dimana pelakunya berpura-pura menjadi

target. Hal yang paling sering terjadi yaitu pelaku menggunakan password target

untuk mendapatkan akses ke akunnya, kemudian mengkomunikasikan informasi

negatif, kejam atau tidak sesuai dan seolah-olah targetnya menyuarakan pemikiran

tersebut. Selain itu, pelaku mencuri password target agar dapat mengubah profil

pribadi target pada situs jejaring sosial sehingga pelaku bisa menyertakan informasi

yang tidak pantas atau tidak masuk akal. Pelaku mencuri password sehingga bisa

mengirim pesan yang melecehkan kepada orang lain, seolah-olah pesan tersebut

Page 30: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

16

berasal dari target. Pelaku berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim atau

mengunggah sesuatu untuk membuat target dalam masalah, membuat target dalam

bahaya dan bertujuan untuk merusak reputasi atau persahabatan target.

5) Outing

Outing dimaksudkan membagikan informasi pribadi dan memalukan kepada orang

lain, informasi ini biasanya tidak boleh dibagikan. Outing berupa menerima email

atau pesan instan dari target yang berisi informasi atau foto pribadi yang

memalukan dan kemudian pelaku menyebarkannya kepada orang lain.

6) Trickery (Tipu daya)

Trickery mengacu pada menipu target. Pelaku akan berpura-pura menjadi orang

yang dipercaya oleh target, dengan tujuan agar target mengungkapkan rahasia serta

informasi pribadi tentang dirinya dan kemudian pelaku membagikan informasi

tersebut kepada orang lain secara online.

7) Exclusion (Pengucilan)

Mengucilkan individu di dalam group online, kemudian secara sengaja dan kejam

mengeluarkan individu tersebut dari group online.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cyberbullying, yaitu:

1. Kepribadian. Menurut hasil penelitian Celik, Atak dan Erguzen (2012), Kokkinos,

et.al (2013), Ozden dan Icellioglu (2014), Semerci (2017), Van Geel, et.al (2017),

Kircaburun dan Tosuntas (2018) serta Zhou, Zheng dan Gao (2018), kepribadian

Page 31: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

17

adalah faktor yang berpengaruh pada cyberbullying. Tipe kepribadian extraversion,

agreeableness berani dan memiliki relasi pertemanan yang luas. Sifat ini membuat

individu dominan dan memiliki power untuk melakukan cyberbullying. Sementara

tipe kepribadian openness to experience senang mencoba sesuatu yang baru,

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan pandai menciptakan aktivitas di luar

kebiasaan. Rasa ingin tahu yang besar membuat individu penasaran dan ingin

mencoba keluar dari zona nyaman dengan menjadi pelaku cyberbullying (Semerci,

2017).

2. Moral disengagement. Menurut hasil penelitian Lazuras, et.al (2013), Moses

(2013), Robson dan Witenberg (2013), Erdur-Baker, Tanrikulu dan Topcu (2016)

serta Meter dan Bauman (2016), moral disengagement adalah faktor yang terkait

dan signifikan terhadap hubungannya dengan cyberbullying. Level sosio kognitif

pada moral disengagement mengarah pada kecenderungan agresi yang

menyebabkannya berpengaruh pada perilaku cyberbullying (Meter & Bauman,

2016).

3. Loneliness. Menurut hasil penelitian Saricam, Yaman dan Celik (2016) dan

Anwarsyah (2017), loneliness berpengaruh secara signifikan terhadap

cyberbullying. Individu yang merasa kesepian memiliki keterampilan sosial dan

komunikasi yang buruk di dunia nyata, sehingga individu lebih sering

menghabiskan banyak waktu di dunia maya. Hal ini memungkinkan individu untuk

teribat dalam cyberbullying (Anwarsyah, 2017).

Page 32: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

18

4. Jenis kelamin (gender). Menurut hasil penelitian Kokkinos, et.al (2013), Xiao dan

Wong (2013), Wong, Chan dan Cheng (2014), Kircaburun dan Tosuntas (2018)

serta Zhou, Zheng dan Gao (2018), jenis kelamin (gender) merupakan salah satu

prediktor yang signifikan pada cyberbullying. Laki-laki secara signifikan lebih

memungkinkan untuk berperilaku agresif di dunia maya karena faktanya, mereka

lebih mudah untuk melakukan balas dendam kepada siapapun yang

mengganggunya dibandingkan wanita (Wong, Chan & Cheng, 2014).

5. Sadism. Menurut hasil penelitian Van Geel, et.al (2017), sadism adalah prediktor

yang signifikan terhadap cyberbullying. Cyberbullying terjadi karena didorong oleh

kesenangan yang sadis (sadistic pleasure) dan penganggu hanya ingin melihat

korbannya menderita.

6. Sleep quality. Menurut hasil penelitian Kircaburun dan Tosuntas (2018), sleep

quality memprediksi tindakan cyberbullying. Kualitas tidur yang buruk memiliki

banyak pengaruh psikologis dan emosi negatif seperti depresi, masalah kesehatan

mental, agresi verbal dan kemarahan yang berujung pada tindakan cyberbullying.

7. Chronotype. Menurut hasil penelitian Kircaburun dan Tosuntas (2018),

eveningness chronotype secara positif terkait dengan tindakan cyberbullying. Studi

sebelumnya menunjukkan bahwa individu yang terjaga pada malam hari

berhubungan positif dengan rendahnya harga diri, depresi yang lebih tinggi,

permusuhan, psikopati dan psikotisme yang terkait dengan tindakan cyberbullying.

8. Self-control. Menurut hasil penelitian Anwarsyah (2017), pada variabel self control

didapatkan dua dimensi yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan, yaitu

Page 33: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

19

cognitive control dan decisional control. Semakin rendah cognitive control dan

decisional control, semakin tinggi perilaku cyberbullying.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi cyberbullying, maka peneliti akan

menguji kepribadian, moral disengagement dan loneliness sebagai independent

variable dalam penelitian ini.

2.1.4 Alat ukur cyberbullying

Terdapat beberapa pengukuran cyberbullying, diantaranya:

1. Cyber Bullying Inventory (CBI). Alat ukur ini dibuat oleh Erdur-Baker (2007),

terdiri dari dua bentuk paralel yaitu cyberbullying dan cyber victimization. Untuk

cyberbullying terdapat 16 pertanyaan dan cyber victimization terdapat 18

pertanyaan. Item diukur dengan menggunakan skala Likert 1-4 (1= tidak pernah

terjadi pada saya, 2= terjadi sekali atau dua kali, 3= terjadi tiga-lima kali, 4= terjadi

lebih dari lima kali). Alat ukur ini memiliki nilai internal consistency (coefficient

α) sebesar .72 (Topcu & Erdur Baker, 2010).

2. The Cyberbullying Questionnaire (CBQ). Alat ukur ini dibuat oleh Calvete, et.al

(2010), bertujuan untuk menilai prevalensi berbagai modalitas cyberbullying pada

remaja. Terdiri dari 16 item yang menggambarkan 16 bentuk cyberbullying, seperti

mengirim pesan yang mengancam atau mengintimidasi, meniru seseorang,

hacking, merekam agresi melalui telepon seluler dan lainnya. Item diukur dengan

menggunakan skala Likert 0-2, (0= tidak pernah, 1= kadang-kadang, 2= sering).

Page 34: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

20

Alat ukur ini juga dilengkapi dengan beberapa pertanyaan terbuka untuk

menggambarkan perilaku yang dilakukan dan memiliki nilai internal consistency

(coefficient α) sebesar .81.

3. Kuesioner Cyberbullying I. Alat ukur ini dibuat oleh Mayangsari (2015) dengan

mengacu pada teori Willard (2005). Alat ukur ini terdiri dari 25 item dan mengukur

dimensi flaming, harrassment, denigration, impersonation, outing, trickery dan

exclusion. Alternatif jawaban menggunakan model skala Likert 4 poin dengan

pilihan jawaban yakni: SJ (sangat jarang), J (jarang), S (sering) dan SS (sangat

sering). Alat ukur ini memiliki nilai internal consistency (coefficient α) sebesar .82.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi alat ukur Kuesioner

Cyberbullying I (Mayangsari, 2015) karena alat ukur mencakup semua dimensi

cyberbullying pada teori Willard (2005), berfokus pada pelaku cyberbullying dan

sangat reliabel yang memiliki nilai internal consistency (coefficient α) sebesar .82. Alat

ukur ini dimodifikasi pada bagian media sosial yang diteliti, perbaikan kalimat agar

lebih mudah dimengerti dan menambah beberapa item untuk disesuaikan dengan

penelitian saat ini.

2.2 Kepribadian

2.2.1 Definisi kepribadian

Allport (1936) mengungkapkan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam

individu dari sistem psikofisik yang menentukan perilaku dan pemikiran

Page 35: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

21

karakteristiknya. Allport menambahkan bahwa kebanyakan manusia memiliki lima

sampai sepuluh trait utama (central traits) yang merefleksikan cara khusus manusia

dalam berperilaku, dalam berhubungan dengan orang lain dan dalam bereaksi terhadap

situasi baru.

Golberg (1981) menjelaskan bahwa big five adalah nama yang dipilih bukan

untuk mencerminkan kebesaran intrinsik, tetapi untuk menekankan bahwa masing-

masing faktor ini sangat luas. Dengan demikian, struktur big five tidak menyiratkan

bahwa perbedaan kepribadian dapat dikurangi menjadi hanya lima sifat. Sebaliknya,

lima dimensi ini mewakili kepribadian pada tingkat abstraksi terluas dan masing-

masing dimensi merangkum sejumlah besar karakteristik kepribadian yang berbeda

dan lebih spesifik.

Menurut Pervin (1994) kepribadian adalah organisasi yang kompleks dari

kognisi, perasaan dan perilaku yang memberikan arah dan pola (koherensi) dalam

kehidupan seseorang. Seperti tubuh, kepribadian terdiri dari struktur dan proses yang

mencerminkan sifat (gen) dan memelihara (pengalaman). Selain itu, kepribadian

termasuk efek dari masa lalu, termasuk kenangan masa lalu, serta konstruksi masa kini

dan masa depan. Menurut McCrae & Costa (1999), kepribadian adalah organisasi

psikologis yang dinamis, yang mengkoordinasikan pengalaman dan tindakan, menjadi

pembeda individu dalam kecenderungan untuk menunjukkan pola pemikiran, perasaan

dan tindakan yang konsisten.

Page 36: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

22

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari McCrae &

Costa (1999) yang mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi psikologis yang

dinamis, yang mengkoordinasikan pengalaman dan tindakan, menjadi pembeda

individu dalam kecenderungan untuk menunjukkan pola pemikiran, perasaan dan

tindakan yang konsisten.

2.2.2 Tipe kepribadian

Terdapat lima tipe kepribadian menurut McCrae & Costa (dalam Wade & Tavris,

2007), yaitu:

1) Extraversion

Extraversion mencakup trait seperti individu yang supel, banyak bicara, suka

bersosialisasi, senang berpetualang dan cenderung ingin tampil di depan umum.

Berbeda dengan sifat kebalikannya yaitu introvert, dimana trait ini cenderung

pemalu, pendiam, penyendiri, waspada dan lebih memilih untuk tampil di belakang

layar.

2) Agreeableness

Agreeableness mencakup trait seperti individu yang santai, kooperatif, cenderung

merasa aman dengan dirinya maupun lingkungan disekitarnya. Agreeableness

merefleksikan kecenderungan individu untuk memiliki hubungan yang baik dengan

rekan-rekannya. Berbeda dengan kebalikannya yaitu antagonisme yang mencakup

trait yang mudah merasa terganggu, cenderung pembangkang, mudah curiga,

Page 37: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

23

mudah cemburu serta memiliki hubungan yang penuh ketegangan dengan rekan-

rekan individu.

3) Conscientiousness

Conscientiousness menggambarkan individu yang bertanggung jawab, pantang

menyerah, tegas, rapi, serta disiplin. Sifat kebalikannya adalah impulsive yaitu

menggambarkan individu yang tidak dapat diandalkan, mudah menyerah, sulit

untuk menentukan pendapat, cenderung ceroboh dan impulsive.

4) Neuroticism

Neuroticism menggambarkan tingkat kecemasan seseorang, tidak mampu

mengontrol dorongan dan cenderung memiliki emosi negatif seperti kemarahan,

rasa bersalah, kebencian dan penolakan. Individu seperti ini akan sering merasa

khawatir, sering mengeluh dan cenderung pembangkang, bahkan ketika individu

yang bersangkutan tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Individu tersebut akan

selalu melihat sisi pahit dari kehidupan dan tidak dapat merasakan sisi kehidupan

yang menyenangkan.

5) Openness To Experience

Openness to experience menggambarkan kepribadian individu yang dipenuhi rasa

ingin tahu yang besar, imajinatif, selalu mempertanyakan segala hal, kreatif, senang

belajar sesuatu yang baru dan pandai menciptakan aktivitas diluar kebiasaan.

Openness to experience erat kaitannya dengan keterbukaan wawasan dan

orisinalitas ide.

Page 38: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

24

2.2.3 Alat ukur kepribadian

Terdapat beberapa pengukuran kepribadian, diantaranya:

1. Big Five Inventory (BFI). Alat ukur ini dikembangkan oleh John dan Srivastava

(1999), terdiri dari 44 item yaitu extraversion (8 item), agreeableness (9 item),

conscientiousness (9 item), neuroticism (8 item), openness to experience (10 item)

dengan nilai internal consistency (coefficient α) sebesar .83. Big Five Inventory

(BFI) menggunakan skala Likert 5 poin yang terdiri dari skala 1 (sangat tidak

setuju) sampai skala 5 (sangat setuju) (John, Robins & Pervin, 2008).

2. Ten-Item Personality Inventory (TIPI). Alat ukur ini dikembangkan oleh Gosling,

Rentfrow dan Swann (2003), terdiri dari 10 item yang mengukur extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience dengan

nilai internal consistency (coefficient α) sebesar .72. Alternatif jawaban

menggunakan model skala Likert 7 poin, yang terdiri dari skala 1 (sangat tidak

setuju) sampai skala 7 (sangat setuju).

3. Big Five Invertory Kurzversion (BFI-K). BFI-K merupakan adaptasi Jerman dan

versi singkat dari BFI (Big Five Inventory) (Blickle, et.al, 2008). Alat ukur ini

dikembangkan oleh Rammstedt dan John (2005) dan menggunakan skala Likert 5

poin. BFI-K memiliki 21 item dimana 4 skala (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism) terdiri dari 4 item, sedangkan openness to

experience terdiri dari 5 item (Kovaleva, et.al, 2013). BFI-K memiliki nilai internal

Page 39: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

25

consistency (coefficient α) sebesar .83 dengan korelasi test-retest berkisar antara

.76 dan .93.

Peneliti menggunakan dan melakukan adaptasi alat ukur BFI-K yang

dikembangkan oleh Rammstedt dan John (2005). Alasan dipilih karena efisiensi BFI-

K dan sifat psikometriknya yang relatif baik, yaitu memiliki nilai internal consistency

(coefficient α) sebesar .83 dengan korelasi test-retest berkisar antara .76 dan .93,

sehingga menjadikannya instrumen pilihan untuk beberapa penelitian selama beberapa

tahun terakhir (Kovaleva, et.al, 2013).

2.3 Moral Disengagement

2.3.1 Definisi moral disengagement

Bandura, et.al (1996) mendefinisikan moral disengagement sebagai proses sosio

kognitif dimana orang rata-rata mampu melakukan tindakan yang mengerikan terhadap

orang lain. Menurut Bandura, moral disengagement berfungsi untuk membinasakan

individu, membuat tindakan negatif dan tidak manusiawi, karena individu dibebaskan

dari kecaman diri dan potensi kesalahan. Definisi moral disengagement menurut

Hymel, Rocke-Henderson dan Bonanno (2005) adalah proses sosio kognitif yang

terjadi dalam diri individu yang membuatnya dapat melakukan tindakan yang

mengerikan terhadap orang lain dimana memungkinkan individu untuk bertindak

negatif dan tidak manusiawi, karena individu terlepas dari sikap merasa bersalah dan

kecaman diri.

Page 40: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

26

Detert, Trevino dan Sweitzer (2008) mendefinisikan moral disengagement

sebagai seperangkat mekanisme kognitif yang menonaktifkan proses pengaturan moral

diri (moral self-regulatory), sehingga individu sering membuat keputusan yang tidak

etis tanpa rasa bersalah atau kecaman diri (self-censure). Definisi moral disengagement

menurut Lazuras, et.al (2013) yaitu bahwa moral disengagement memungkinkan

moralisasi kognitif pada tindakan yang seharusnya dianggap tidak bermoral atau

bertentangan dengan norma moral pribadi. Dengan demikian, pelepasan moral dapat

menenangkan ketidaknyamanan mental yang terkait dengan perselisihan, argumen dan

bahkan bentuk-bentuk perilaku agresif yang lebih ekstrim yang mungkin terjadi dalam

interaksi sosial.

Menurut Robson dan Witenberg (2013), moral disengagement didasarkan pada

teori kognitif sosial dan didefinisikan sebagai proses kognitif dimana seseorang

membenarkan perilakunya yang berbahaya atau agresif, dengan melonggarkan

mekanisme pengaturan diri dalam dirinya yang biasanya menjaga perilaku sesuai

dengan standar pribadi. Definisi moral disengagement menurut Meter dan Bauman

(2016) adalah mekanisme kognitif dimana seseorang meyakinkan dirinya sendiri

bahwa perilaku yang bertentangan dengan standar moral pribadi mereka dapat

diterima. Mekanisme regulasi diri (self-regulation) yang mengatur perilaku moral,

apakah menjaga perilaku individu dalam ranah moral atau melepaskan diri dari

kepercayaan moral untuk memungkinkan pelanggaran, digunakan ketika diaktifkan.

Page 41: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

27

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, peneliti memilih definisi

moral disengagement dari Hymel, Rocke-Henderson dan Bonanno (2005) yaitu proses

sosio kognitif yang terjadi dalam diri individu yang membuatnya dapat melakukan

tindakan yang mengerikan terhadap orang lain dimana memungkinkan individu untuk

bertindak negatif dan tidak manusiawi, karena individu terlepas dari sikap merasa

bersalah dan kecaman diri.

2.3.2 Dimensi moral disengagement

Menurut Bandura, et.al (1996), terdapat delapan dimensi moral disengagement:

1) Moral justification

Mekanisme moral justification melibatkan rekonstruksi kognitif perilaku. Individu

biasanya tidak terlibat dalam perilaku berbahaya kecuali mereka secara moral

membenarkan tindakan seperti itu. Dalam proses ini, perilaku agresif dibuat dapat

diterima secara moral dan sosial dengan melampirkannya dengan nilai sosial atau

tujuan moral. Moral justification dapat disimpulkan bahwa individu

merekonstruksikan kerugian kepada orang lain dengan cara yang membuatnya

tampak dapat dibenarkan secara moral.

2) Euphemistic language

Bahasa eufemistik (euphemistic language) sering digunakan untuk membuat

konsekuensi dari perilaku berbahaya menjadi kurang berbahaya dan lebih dapat

diterima dengan menyembunyikan perilaku agresif dalam bahasa yang polos.

Misalnya "saya hanya membiarkan emosi saya keluar" ketika mendorong atau

Page 42: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

28

memprovokasi orang lain. Dengan bahasa eufemistik, individu menggunakan lebih

banyak bahasa netral untuk membuat perilaku tercela tampak kurang berbahaya

atau bahkan jinak.

3) Advantageous comparison

Menurut Bandura, et.al (1996), dengan advantageous comparison (perbandingan

yang menguntungkan) perilaku tidak etis (perilaku berbahaya) dibandingkan

dengan perilaku yang bahkan lebih berbahaya, sehingga membuat perilaku asli

tampak dapat diterima. Dalam mekanisme ini, perilaku dibandingkan dengan yang

lebih serius sehingga perilaku tercela dibuat lebih dapat diterima.

4) Displacement of responsibility

Displacement of responsibility (pemindahan tanggung jawab) dapat dikatakan

bahwa individu melihat perilaku agresif mereka sebagai hasil dari tuntutan pihak

berwenang atau tekanan sosial dan bukan tanggung jawab pribadi mereka. Dengan

demikian, karena individu tidak dipandang sebagai agen sebenarnya dari tindakan

tersebut, reaksi yang menyalahkan diri sendiri atau self-censuring (kecaman diri)

dapat dihindarkan (misalnya pelanggaran yang dilakukan oleh pemain dituntut oleh

pelatih).

5) Diffusion of responsibility

Rasa tanggung jawab dapat disebarkan dan dibagikan oleh pembagian kerja,

pengambilan keputusan kelompok atau tindakan kelompok. Individu dapat

bertindak lebih kejam dalam suatu kelompok karena tindakan mereka mungkin

tidak bertanggung jawab secara pribadi, melainkan menjadi tanggung jawab

Page 43: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

29

bersama. Misalnya "semua orang curang, jadi tidak apa-apa bagi saya untuk menipu

juga".

6) Distortion of consequences

Distortion of consequences (penyimpangan konsekuensi) yaitu dimana individu

mengurangi atau mengabaikan konsekuensi negatif yang disebabkan oleh tindakan

berbahaya mereka. Selama hasil yang merugikan diminimalkan, terdistorsi atau

diabaikan, penghukuman diri cenderung tidak diaktifkan.

7) Dehumanization

Dehumanisasi (penghilangan harkat manusia) terjadi dimana individu

menghilangkan karakteristik manusia kepada para korban tindakan agresif mereka,

sehingga kecaman diri (self-censuring) terhadap perilaku tersebut dapat dilepaskan.

Misalnya “lawan saya bertindak seperti binatang, jadi saya akan

memperlakukannya seperti itu".

8) Attribution of blame

Attribution of blame yaitu dimana individu menganggap bahwa mereka dipaksa

untuk mengambil tindakan agresif dengan provokasi, sehingga tindakan seperti itu

dibenarkan sebagai reaksi defensif dan menyalahkan para korban karena membawa

kesengsaraan pada diri mereka sendiri. Melihat perilaku berbahaya seseorang

karena didorong oleh situasi yang memaksa daripada keputusan pribadi juga dapat

menghindari penghukuman diri. Misalnya bertindak keras untuk “membalas”

perilaku agresif sebelumnya dari pihak lawan.

Page 44: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

30

Pada tahun 2005 dengan mengacu pada teori Bandura, et.al (1996), Hymel, Rocke-

Henderson dan Bonanno (2005) mengklasifikasikan delapan dimensi moral

disengagement tersebut menjadi empat dimensi.

1) Cognitive restructuring

Cognitive restructuring adalah kepercayaan dan argumen yang berfungsi untuk

membingkai perilaku berbahaya melalui hal-hal seperti pembenaran perilaku

(moral justification), penggunaan bahasa yang membuat perilaku negatif terdengar

kurang negatif (euphemistic labeling) dan perbandingan pada perilaku yang jauh

lebih negatif (advantageous comparisons).

2) Minimizing agency

Minimizing agency mengacu pada strategi kognitif yang memindahkan,

menyebarkan atau membagikan tanggung jawab atas tindakan negatif kepada orang

yang memiliki otoritas lebih besar atau kepada kelompok untuk meminimalkan

atau menutupi tanggung jawab pribadi.

3) Distortion of negative consequences

Distortion of negative consequences melibatkan strategi individu yang membantu

menjauhkan dirinya dari bahaya atau dampak negatif yang diperoleh dari

tindakannya, misalnya individu menghindari perasaan disalahkan.

4) Blaming / dehumanizing the victim

Individu mengurangi dampak moral dari perilaku negatif dengan menyalahkan dan

tidak memanusiakan korban (blaming / dehumanizing the victim). Melihat korban

Page 45: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

31

layak menerima tindakan yang merugikan dan bertanggung jawab atas tindakan

tersebut.

Peneliti menggunakan empat dimensi moral disengagement Hymel, Rocke-Henderson

dan Bonanno (2005), karena sudah mencakup delapan dimensi moral disengagement

Bandura, et.al (1996).

2.3.3 Alat ukur moral disengagement

1) Moral disengagement scale. Alat ukur ini dibuat oleh Bandura, et.al (1996) dan

ditujukan untuk sample anak-anak. Alat ukur ini berisi 32 item yang mengukur

dimensi moral justification, euphemistic language, advantageous comparison,

displacement of responsibility, diffusion of responsibility, distortion of

consequences, dehumanization dan attribution of blame, dengan skala Likert 3 poin

dan memiliki internal consistency (coefficient α = .80).

2) Moral disengagement scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh Hymel, Rocke-

Henderson dan Bonanno (2005) dengan mengklasifikasikan ke delapan dimensi

moral disengagement pada teori Bandura menjadi hanya empat dimensi. Alat ukur

ini terdiri dari 18 item yang mengukur 4 dimensi, yaitu: cognitive restructuring,

minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming / dehumanizing

the victim. Alternatif jawaban menggunakan skala Likert 4 poin dari “sangat tidak

setuju” (skala 1) sampai “sangat setuju” (skala 4). Alat ukur ini memiliki nilai

internal consistency (coefficient α = .81).

Page 46: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

32

Peneliti melakukan modifikasi alat ukur Moral Disengagement Scale yang

dikembangkan oleh Hymel, Rocke-Henderson dan Bonanno (2005). Alat ukur ini

dipilih karena lebih baru dan memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai internal

consistency (coefficient α = .81). Modifikasi dilakukan dengan perbaikan kalimat agar

lebih mudah dimengerti untuk disesuaikan dengan penelitian saat ini.

2.4 Loneliness

2.4.1 Definisi loneliness

Menurut Russell (1978) loneliness adalah pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan, yang terkait dengan perasaan kekosongan, kecanggungan dan

kebosanan. Perlman dan Peplau (1984) mendefinisikan loneliness sebagai pengalaman

tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial individu secara signifikan

kurang baik dalam kualitas maupun kuantitas. Definisi ini terbagi menjadi tiga poin

tentang bagaimana individu memandang loneliness. Pertama, loneliness disebabkan

oleh kekurangan dalam menjalin hubungan sosial. Loneliness terjadi ketika ada

ketidaksesuaian antara hubungan sosial aktual seseorang dan kebutuhan atau keinginan

seseorang untuk berkontak sosial. Terkadang loneliness dihasilkan dari perubahan

kebutuhan sosial individu, bukan dari perubahan dalam tingkat kontak sosial mereka

yang sebenarnya. Kedua, loneliness merupakan pengalaman subjektif dan tidak identik

dengan isolasi sosial yang objektif. Individu bisa sendirian tanpa merasa kesepian atau

merasa kesepian ditengah kerumunan. Ketiga, loneliness merupakan pengalaman yang

Page 47: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

33

tidak menyenangkan. Meskipun kesepian mungkin memacu pertumbuhan pribadi,

pengalaman itu sendiri tidak menyenangkan dan menyusahkan.

Menurut Gierveld dan Tilburg (1998) loneliness adalah situasi yang dialami

oleh individu dimana terdapat individu yang tidak suka dengan kurangnya (kualitas)

hubungan tertentu. Ini termasuk situasi dimana jumlah hubungan yang ada lebih kecil

dari yang diinginkan atau dapat diterima, serta situasi dimana keintiman yang

diinginkannya belum terwujud. Dengan demikian loneliness terlihat melibatkan cara

individu tersebut memandang, mengalami, mengevaluasi keterasingannya dan

kurangnya komunikasi dengan orang lain. Gierveld dan Tilburg (2006) menyebutkan

bahwa loneliness adalah indikator kesejahteraan sosial dan berkaitan dengan perasaan

kehilangan hubungan intim (kesepian emosional) atau kehilangan jaringan sosial yang

lebih luas (kesepian sosial).

Hawkley dan Cacioppo (2010) menegaskan bahwa loneliness identik dengan

isolasi sosial yang dirasakan, bukan dengan isolasi sosial yang objektif. Seseorang

dapat menjalani kehidupan yang relatif menyendiri dan tidak merasa kesepian dan

sebaliknya, mereka dapat menjalani kehidupan sosial yang kaya dan seolah-olah

merasa kesepian. Kesepian didefinisikan sebagai perasaan menyusahkan yang

menyertai persepsi bahwa kebutuhan sosial seseorang tidak terpenuhi oleh kuantitas

atau terutama kualitas hubungan sosial seseorang.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti mengacu pada definisi yang

dikemukakan oleh Russell (1978) bahwa loneliness merupakan pengalaman emosional

Page 48: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

34

yang tidak menyenangkan, yang terkait dengan perasaan kekosongan, kecanggungan

dan kebosanan.

2.4.2 Dimensi loneliness

Teori loneliness yang dikemukakan oleh Russell (1978) bersifat unidimensional.

Unidimensional adalah konstruk yang berhubungan langsung dengan item-itemnya dan

item-item tersebut bukan merupakan manifestasi dari sub-konstruk atau dimensi dari

konstruk tersebut (Purwanto, 2014).

2.4.3 Alat ukur loneliness

Terdapat beberapa pengukuran loneliness, diantaranya:

1. The Revised UCLA Loneliness Scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh Austin

(1983) yang terdiri dari 21 item dan digunakan untuk mengukur intimate others,

social others dan belonging and affiliation. Alat ukur ini memiliki nilai cronbach’s

alpha = .85.

2. UCLA Loneliness Scale (Version 3). Alat ukur ini dikembangkan oleh Russel

(1996) dan terdiri dari 20 item dengan menggunakan skala Likert 4 poin (1= tidak

pernah, 2= jarang, 3= kadang-kadang, 4= sering). Alat ukur ini memiliki nilai

internal consistency (coefficient α berkisar antara .89 sampai .94) dan reliabilitas

test-retest .73.

3. De Jong Gierveld Loneliness Scale. Alat ukur ini terdiri dari 6 item yang mengukur

emotional loneliness dan social loneliness dengan cronbach’s alpha = .84.

Page 49: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

35

Terdapat tiga alternatif pilihan jawaban, diantaranya “iya”, “lebih atau kurang” dan

“tidak” (Gierveld & Tilburg, 2006).

4. Loneliness Inventory. Alat ukur ini dikembangkan oleh Uma dan Krishnan, berisi

19 item dengan menggunakan skala Likert 5 poin dengan cronbach’s alpha = .72

(dalam Bhardwaj & Ashok, 2015).

Peneliti menggunakan dan melakukan adaptasi alat ukur UCLA Loneliness

Scale (Version 3) yang dikembangkan oleh Russel (1996), karena alat ukur ini sangat

reliabel yang memiliki nilai internal consistency (coefficient α berkisar antara .89

sampai .94) dan reliabilitas test-retest .73. Alat ukur ini valid diberbagai populasi dan

metode pengumpulan data, serta format respon dan item lebih sederhana dibandingkan

alat ukur lainnya.

2.5 Kerangka Berpikir

Hidup pada era generasi Z (post millennials) membuat individu tidak bisa lepas dari

penggunaan internet dan media sosial merupakan wadah yang penting untuk

berkomunikasi. Hal ini memberikan dampak negatif seperti cyberbullying. Lekatnya

generasi Z (post millennials) dengan perkembangan terknologi dan internet yang

canggih membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya dan lebih

terbuka untuk mengekspresikan dirinya tanpa harus terbentur norma sosial yang biasa

ditemukan pada interaksi langsung, sehingga peluang untuk melakukan cyberbullying

lebih terbuka. Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi cyberbullying.

Page 50: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

36

Kepribadian dapat memprediksi cyberbullying. Tipe kepribadian extraversion

cenderung percaya diri, berani, ingin selalu unggul dan menjadi pusat perhatian. Rasa

percaya diri dan keberanian yang besar membuat individu dominan dan memiliki

power, sehingga meningkatkan kemungkinan individu menjadi prediktor

cyberbullying. Tipe kepribadian agreeableness memiliki relasi pertemanan yang luas,

sehingga memiliki banyak teman di dunia nyata maupun dunia maya dan dapat

membentuk perilaku dengan mempertimbangkan kondisi dimana mereka perlu

berperilaku. Dengan banyaknya teman, individu semakin percaya diri dan memiliki

power untuk melakukan cyberbullying.

Tipe kepribadian openness to experience senang mencoba sesuatu yang baru,

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan pandai menciptakan aktivitas di luar kebiasaan.

Rasa ingin tahu yang besar membuat individu penasaran dan ingin mencoba keluar dari

zona nyamannya dengan menjadi pelaku cyberbullying, karena individu senang

membuat aktivitas di luar kebiasaan. Tipe kepribadian neuroticism secara emosional

tidak stabil, sensitif dan intoleran. Sifat ini membuat individu cenderung lebih mudah

marah dan tersinggung jika mendapati seseorang membuat masalah dengannya,

sifatnya yang intoleran membuat individu tega untuk menyerang dan menyakiti korban

di media sosial. Hal ini meningkatkan kemungkinan individu menjadi prediktor

cyberbullying. Tipe kepribadian conscientiousness cenderung pantang menyerah dan

tegas. Sifat tegas membuat individu berani untuk menindas seseorang dan individu

Page 51: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

37

akan muncul sebagai orang yang pantang menyerah dalam beradu mulut di media

sosial. Hal ini meningkatkan kemungkinan individu menjadi prediktor cyberbullying.

Moral disengagement dapat memprediksi cyberbullying. Individu yang mem-

posting atau mengirimkan pesan kejam dan jahat kepada orang lain di media sosial,

akan menganggapnya layak mendapatkan perlakuan yang merugikan (blaming /

dehumanizing the victim) dan membenarkan perilakunya (cognitive restructuring)

lebih memungkinkan terlibat dalam cyberbullying. Melakukan pembenaran atas

tindakannya merupakan strategi yang membantu menjauhkan individu dari bahaya

baginya, seperti merasa disalahkan (distortion of negative consequences). Individu

yang tidak merasa bersalah, merasakan suatu keuntungan atas perbuatannya dan akan

melemparkan tanggung jawab atas perbuatan cyberbullying terhadap orang lain

(minimizing agency). Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa moral disengagement

memiliki peran dalam terjadinya cyberbullying.

Loneliness dapat memprediksi cyberbullying. Individu yang merasa kesepian

memiliki keterampilan sosial dan komunikasi yang buruk di dunia nyata, karena

ketidaksesuaian antara hubungan sosial aktual individu dengan keinginannya untuk

berkontak sosial, sehingga individu lebih memilih dunia maya sebagai tempat

berinteraksi dan menghabiskan banyak waktu. Hal ini memungkinkan individu untuk

terlibat dalam cyberbullying.

Page 52: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

38

Berikut ini merupakan bagan dari kerangka berpikir penelitian:

\

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir penelitian.

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1 Hipotesis mayor:

Hipotesis mayor pada penelitian ini adalah: “Ada pengaruh yang signifikan dari

kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to

experience), moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency,

distortion of negative consequences, blaming / dehumanizing the victim) dan loneliness

terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.”

Big Five Personality

Moral Disengagement

Cyberbullying

Extraversion

Agreeableness

Conscientiousness

Neuroticism

Openness

Cognitive restructuring

Minimizing agency

Distortion of negative

consequences

Blaming / dehumanizing

the victim

Loneliness

Page 53: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

39

2.6.2 Hipotesis minor:

H1 : Ada pengaruh signifikan tipe kepribadian extraversion pada variabel kepribadian

terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H2 : Ada pengaruh signifikan tipe kepribadian agreeableness pada variabel kepribadian

terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H3 : Ada pengaruh signifikan tipe kepribadian conscientiousness pada variabel

kepribadian terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H4 : Ada pengaruh signifikan tipe kepribadian neuroticism pada variabel kepribadian

terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H5 : Ada pengaruh signifikan tipe kepribadian openness to experience pada variabel

kepribadian terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H6 : Ada pengaruh signifikan dimensi cognitive restructuring pada variabel moral

disengagement terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H7 : Ada pengaruh signifikan dimensi minimizing agency pada variabel moral

disengagement terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H8 : Ada pengaruh signifikan dimensi distortion of negative consequences pada

variabel moral disengagement terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H9 : Ada pengaruh signifikan dimensi blaming / dehumanizing the victim pada variabel

moral disengagement terhadap pelaku cyberbullying pada generasi Z.

H10 : Ada pengaruh signifikan variabel loneliness terhadap pelaku cyberbullying pada

generasi Z.

Page 54: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh generasi Z (laki-laki dan perempuan) di

Jabodetabek. Sampel dalam penelitian ini 257 generasi Z (laki-laki dan perempuan)

berusia 15-22 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Adapun kriteria sampel dalam

penelitian ini adalah individu yang memiliki akun Instagram dan Youtube, pernah

terlibat dalam cyberbullying di Instagram dan Youtube (menyindir, menghina,

melecehkan, stalking, hacking, terlibat percekcokan atau pertengkaran, berkomentar

negatif, membuat akun palsu dengan identitas orang lain atau lainnya) setidaknya satu

kali. Kuesioner dikontrol dengan pemberian kriteria dan pernyataan “Saya sudah

membaca kriteria responden untuk mengisi kuesioner” yang harus di-klik “Ya” pada

kuesioner online untuk memastikan jika responden benar telah membaca kriteria, agar

dapat melanjutkan untuk mengisi kuesioner.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-probability

sampling, yaitu setiap unsur yang terdapat di dalam populasi tidak memiliki peluang

yang sama untuk dijadikan sampel, bahkan probabilitasnya tidak diketahui. Jenis

sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu metode penetapan

sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan

bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel.

Page 55: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

41

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti yaitu:

1. Dependent variable (DV) : Cyberbullying

2. Independent variable (IV) : Variabel kepribadian (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, openness to experience), variabel moral

disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative

consequences, blaming / dehumanizing the victim) dan variabel loneliness.

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian berdasarkan penentuan

dependent variable dan independent variable sebagai berikut:

1. Cyberbullying adalah perilaku agresif terhadap orang lain dengan mengirim atau

mengunggah materi yang menyakitkan secara berulang terhadap korban yang tidak

dapat dengan mudah membela dirinya, melalui internet atau teknologi digital

lainnya. Cyberbullying memiliki bentuk dan aspek-aspek seperti flaming,

harassment, denigration, impersonation, outing, trickery dan exclusion. Dimensi

cyberbullying yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Flaming, yakni pertengkaran (perang berapi-api) yang terjadi secara online

menggunakan bahasa yang cenderung kasar, vulgar, menunjukkan kemarahan

dan biasa terjadi di setting publik.

b. Harassment, yakni mengirim pesan yang buruk, jahat, kasar, kejam, bersifat

melecehkan dan cenderung berulang.

Page 56: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

42

c. Denigration, yakni mengirim, mem-posting, menyebarluaskan rumor

(informasi yang tidak benar) dan bersifat penghinaan kepada seseorang dengan

tujuan pencemaran nama baik, merusak reputasi atau persahabatan orang

tersebut.

d. Impersonation, yakni peniruan identitas dengan berpura-pura menjadi orang

lain dan mengirim atau mem-posting hal-hal yang membuat orang tersebut

dalam masalah, dalam bahaya dan merusak reputasi atau persahabatan orang

tersebut.

e. Outing, yakni menyebarluaskan rahasia atau informasi yang mempermalukan

seseorang secara online.

f. Trickery, yakni membujuk seseorang untuk menceritakan informasi

memalukan atau rahasianya yang kemudian disebarluaskan secara online.

g. Exclusion, yakni mengucilkan seseorang dalam group online dan sengaja

mengeluarkan orang tersebut dari group online secara kasar.

2. Kepribadian adalah organisasi psikologis yang dinamis, yang mengkoordinasikan

pengalaman dan tindakan, menjadi pembeda individu dalam kecenderungan untuk

menunjukkan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten. Tipe

kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Extraversion, yakni menggambarkan individu yang bersemangat dan antusias,

senang bersosialisasi, senang menjalin relasi dengan orang lain, asertif dalam

bersikap dan ingin menjadi pusat perhatian.

Page 57: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

43

b. Agreeableness, yakni menggambarkan individu yang kooperatif, lembut, dapat

dipercaya dan memiliki relasi yang baik dengan teman-temannya.

c. Conscientiousness, yakni menggambarkan individu yang bertanggung jawab,

pantang menyerah, tegas, rapi, teliti serta disiplin.

d. Neuroticism, yakni menggambarkan individu yang cenderung memiliki emosi

negatif seperti kemarahan, rasa bersalah, kebencian, pencemas, tidak mampu

mengontrol dorongan, mudah mengeluh dan penolakan.

e. Openness to experience, yakni menggambarkan individu yang dipenuhi rasa

ingin tahu yang besar, imajinatif, selalu mempertanyakan segala hal,

keterbukaan wawasan dan kreatif.

3. Moral disengagement adalah proses sosio kognitif yang terjadi dalam diri individu

yang membuatnya dapat melakukan tindakan yang mengerikan terhadap orang lain

dimana memungkinkan individu untuk bertindak negatif dan tidak manusiawi,

karena individu terlepas dari sikap merasa bersalah dan kecaman diri. Dimensi

moral disengagement yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Cognitive restructuring, yakni kepercayaan dan argumen yang berfungsi untuk

membingkai perilaku berbahaya melalui hal-hal seperti pembenaran perilaku

(moral justification), penggunaan bahasa yang membuat perilaku negatif

terdengar kurang negatif (euphemistic labeling) dan perbandingan pada

perilaku yang jauh lebih negatif (advantageous comparisons).

b. Minimizing agency, yakni strategi kognitif yang memindahkan, menyebarkan

atau membagikan tanggung jawab atas tindakan negatif kepada orang yang

Page 58: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

44

memiliki otoritas lebih besar atau kepada kelompok untuk meminimalkan atau

menutupi tanggung jawab pribadi.

c. Distortion of negative consequences melibatkan strategi individu yang

membantu menjauhkan dirinya dari bahaya atau dampak negatif yang diperoleh

dari tindakannya, misalnya individu menghindari perasaan disalahkan.

d. Blaming / dehumanizing the victim, yakni individu mengurangi dampak moral

dari perilaku negatif dengan menyalahkan dan tidak memanusiakan korban

(blaming / dehumanizing the victim). Melihat korban layak menerima tindakan

yang merugikan dan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

4. Loneliness merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, yang

terkait dengan perasaan kekosongan, kecanggungan dan kebosanan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik pengumpulan data

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbeda untuk masing-masing variabel.

Cyberbullying diukur menggunakan model skala Likert 4 poin, dengan pilihan jawaban

yakni: SJ (sangat jarang), J (jarang), S (sering) dan SS (sangat sering). Pengukuran dari

kepribadian menggunakan model skala Likert 5 poin dari “sangat tidak sesuai” (skala

1) sampai “sangat sesuai” (skala 5).

Pengukuran moral disengagement menggunakan skala Likert 4 poin dari

“sangat tidak setuju” (skala 1) sampai “sangat setuju” (skala 4). Pengukuran loneliness

menggunakan model skala Likert 4 poin, dengan pilihan jawaban yakni: TP (tidak

pernah), J (jarang), KK (kadang-kadang), S (sering). Alat ukur dalam penelitian ini

Page 59: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

45

menggunakan item pernyataan positif (favorable) dan item pernyataan negatif

(unfavorable). Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang

tersedia, sesuai dengan apa yang dirasakan atau dialami partisipan.

3.3.2 Instrumen penelitian

1. Skala Cyberbullying

Pengukuran cyberbullying pada penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi alat

ukur Kuesioner Cyberbullying I yang dibuat oleh Mayangsari (2015). Alat ukur ini

terdiri dari 35 item dan terdapat 7 dimensi pada skala cyberbullying, yaitu: flaming,

harassment, denigration, impersonation, outing, trickery, exclusion. Alternatif

jawaban menggunakan model skala Likert 4 poin dengan pilihan jawaban yakni: SJ

(sangat jarang), J (jarang), S (sering) dan SS (sangat sering).

Page 60: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

46

Tabel 3.1 Blue Print Skala Cyberbullying Dimensi Indikator Item

Flaming Pertengkaran online

Penggunaan bahasa yang kasar

Penggunaan bahasa yang vulgar

1, 2, 3, 4,

5, 6*

Harassment Mengirim pesan secara kasar

Mengirim pesan menghina

Mengirim pesan berulang

7, 8, 9, 10,

11, 12

Denigration Mem-posting rumor mengenai seseorang secara online

Mengirim rumor mengenai seseorang secara online

Menyebarluaskan rumor mengenai seseorang secara online

Bertujuan pencemaran nama baik

Bertujuan merusak pertemanan

13, 14, 15,

16

Impersonation Berpura-pura menjadi orang lain

Mengirim hal-hal yang membuat orang tersebut dalam

masalah

Mem-posting hal-hal yang membuat orang tersebut dalam

masalah

17, 18, 19,

20, 21

Outing Menyebarluaskan rahasia seseorang secara online

Menyebarluaskan informasi seseorang yang memalukan

secara online

22, 23, 24,

25, 26

Trickery Membujuk seseorang untuk menceritakan rahasianya

Menghasut seseorang untuk menceritakan informasi

pribadinya

Menyebarkan informasi tersebut secara online

27, 28, 29,

30, 31

Exclusion Mengucilkan seseorang di group online

Secara sengaja mengeluarkan orang tersebut dari group online

dengan kasar

32, 33, 34,

35

Total 35

*Item unfavorable

2. Skala Kepribadian

Pengukuran kepribadian pada penelitian ini menggunakan alat ukur BFI-K (Big

Five Invertory Kurzversion) yang dikembangkan oleh Rammstedt dan John (2005)

(Kovaleva, et.al, 2013). Alat ukur ini terdiri dari 21 item dan terdapat 5 tipe

kepribadian, yaitu: extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism

dan openness to experience. Alternatif jawaban menggunakan model skala Likert

5 poin, dari “sangat tidak sesuai” (skala 1) sampai “sangat sesuai” (skala 5).

Page 61: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

47

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepribadian Dimensi Indikator Item

Extraversion Bersemangat

Antusias

Senang bersosialisasi

Asertif dalam bersikap

Ingin menjadi pusat perhatian

1, 2, 3*, 4*

Agreeableness Kooperatif

Lembut

Dapat dipercaya

Memiliki relasi baik dengan teman-teman

Fokus dengan hal-hal positif pada orang lain

5, 6*, 7*, 8*

Conscientiousness Bertanggung jawab

Pantang menyerah

Tegas

Rapi

Teliti

Disiplin

9, 10, 11,

12*

Neuroticism Emosi negatif

Kemarahan

Rasa bersalah

Kebencian

Pencemas

Tidak mampu mengontrol dorongan

Mudah mengeluh

13, 14, 15,

16*

Openness to experience Rasa ingin tahu yang besar

Imajinatif

Keterbukaan wawasan

Kreatif

17, 18, 19,

20, 21*

Total 21

*Item unfavorable

3. Skala Moral Disengagement

Pengukuran moral disengagement pada penelitian ini, peneliti melakukan

modifikasi alat ukur Moral Disengagement Scale yang dikembangkan oleh Hymel,

Rocke-Henderson dan Bonanno (2005). Alat ukur ini terdiri dari 18 item dan

terdapat 4 dimensi pada skala moral disengagement, yaitu: cognitive restructuring,

minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming / dehumanizing

Page 62: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

48

the victim. Alternatif jawaban menggunakan skala Likert 4 poin dari “sangat tidak

setuju” (skala 1) sampai “sangat setuju” (skala 4).

Tabel 3.3 Blue Print Skala Moral Disengagement Dimensi Indikator Item

Cognitive restructuring Menganggap cyberbullying adalah hal yang

wajar

Membenarkan perilaku cyberbullying

1, 2*, 3, 4, 5

Minimizing agency Tidak bertanggung jawab atas tindakan

cyberbullying

Melemparkan tanggung jawab atas tindakan

cyberbullying kepada orang lain

Melemparkan tanggung jawab atas tindakan

cyberbullying kepada orang yang memiliki

otoritas

6, 7, 8*

Distortion of negative

consequences Mengabaikan akibat dari perilaku

cyberbullying

9, 10, 11, 12

Blaming/ dehumanizing

the victim Menyalahkan korban

Menganggap cyberbullying terjadi karena

korban

13, 14, 15, 16,

17, 18

Total 18

*Item unfavorable

4. Skala Loneliness

Pengukuran loneliness pada penelitian ini menggunakan alat ukur UCLA

Loneliness Scale (Version 3) yang dikembangkan oleh Russel (1996). Terdiri dari

20 item, alternatif jawaban menggunakan model skala Likert 4 poin dengan pilihan

jawaban yakni: TP (tidak pernah), J (jarang), KK (kadang-kadang), S (sering).

Tabel 3.4 Blue Print Skala Loneliness Definisi Indikator Item

Loneliness merupakan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan, yang terkait

dengan perasaan kekosongan, kecanggungan

dan kebosanan.

Pengalaman emosional

yang tidak

menyenangkan

Perasaan kekosongan

Perasaan

kecanggungan

Perasaan kebosanan

1*, 2, 3, 4, 5*,

6*, 7, 8, 9*,

10*, 11, 12,

13, 14, 15*,

16*, 17, 18,

19*, 20*

Total 20

*Item unfavorable

Page 63: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

49

3.4 Uji Validitas Konstruk

Instrumen penelitian diuji validitas dengan menggunakan metode Confirmatory Factor

Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis faktor yang digunakan untuk

menguji sejauh mana masing-masing item valid dalam mengukur konstruk yang

hendak diukur. Confirmatory Factor Analysis (CFA) diuji dengan menggunakan

software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item dengan metode CFA menurut

Sorayah (dalam Umar, et.al, 2015) yaitu:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling

berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini diuji dengan Chi-

Square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan antara matriks korelasi

yang diperoleh dari data, dengan matriks korelasi yang dihitung menurut teori atau

model. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil yang

menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh

dari data dan model” tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu

faktor saja (unidimensional).

Sedangkan jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0.05) maka hipotesis nihil

tersebut ditolak, yang artinya item-item yang diuji ternyata mengukur lebih dari

satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian, maka peneliti melakukan

modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan kesalahan pengukuran

pada item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya

mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi

tetap unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.

Page 64: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

50

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak fit,

yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada

sebuah item tidak signifikan (t < 1.96) maka item tersebut akan dieliminasi,

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang

sedang dilakukan.

b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu item

memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut dieliminasi karena tidak

sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut,

semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).

c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi

partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu

item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada

suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga),

maka item tersebut juga akan dieliminasi. Alasannya adalah karena item yang

demikian, selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain

(multidimensional item).

d. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka

diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin diukur.

Page 65: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

51

3.4.1 Uji validitas skala cyberbullying

Peneliti menguji apakah 35 item dari skala cyberbullying bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur cyberbullying saja. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 2787.09,

df = 560, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.125. Setelah peneliti melakukan modifikasi

terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 354.67, df = 353, P-

value = 0.46498, RMSEA = 0.004.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item cyberbullying dijelaskan pada tabel

3.5 sebagai berikut:

Page 66: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

52

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Skala Cyberbullying

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

0.69

0.66

0.73

0.72

0.72

-0.40

0.61

0.79

0.78

0.78

0.71

0.86

0.78

0.79

0.86

0.75

0.73

0.77

0.64

0.90

0.59

0.74

0.60

0.78

0.84

0.84

0.85

0.94

0.93

0.89

0.94

0.65

0.52

0.76

0.74

0.06

0.06

0.06

0.06

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.06

0.05

0.05

0.05

0.05

0.05

0.05

0.05

0.05

0.06

0.06

0.06

0.06

11.99

11.12

12.81

12.68

12.34

-6.33

10.14

14.48

13.81

14.06

12.33

15.94

13.86

14.19

15.97

13.04

12.55

13.87

10.68

16.99

9.73

13.08

10.10

14.21

15.60

15.43

15.98

18.76

17.96

16.95

18.30

10.96

8.77

13.45

12.98

X

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Page 67: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

53

Pada tabel 3.5, terdapat item yang memiliki muatan faktor negatif (t < 1.96)

yaitu item nomor 6. Hal ini berarti bahwa item nomor 6 harus di-drop atau dihilangkan

dan tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.

Langkah terakhir yaitu dari item-item cyberbullying yang tidak di-drop,

dihitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Kemudian yang kedua, untuk menghidari nilai minus pada

faktor skor agar pembaca mudah memahami interpretasi nilai penelitian.

Perhitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item variabel pada

umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan faktor

skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi true score. True score ini

diharapkan dapat meniadakan skor negatif, sehingga lebih mudah dipahami dan

ditafsirkan. Jika pada Z score memiliki mean = 0 dan standar deviasi = 1, maka true

score memiliki mean = 50 dan standar deviasi = 10. Adapun rumus true score yaitu

true score = (faktor skor x 10) + 50.

Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah menjadi T score, nilai baku

inilah yang akan dijadikan data dalam uji hipotesis regresi. Perlu dicatat, bahwa hal

yang sama dilakukan pada semua variabel independen.

Page 68: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

54

3.4.2 Uji validitas skala kepribadian

3.4.2.1 Uji validitas tipe kepribadian extraversion

Peneliti menguji apakah 4 item dari tipe kepribadian extraversion bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur extraversion saja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-

Square = 82.09, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.396. Setelah peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item extraversion dijelaskan pada tabel 3.6

sebagai berikut:

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Extraversion

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

1

2

3

4

0.42

0.43

0.78

0.80

0.07

0.07

0.08

0.08

5.88

6.43

10.01

10.20

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Page 69: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

55

Pada tabel 3.6, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.2.2 Uji validitas tipe kepribadian agreeableness

Peneliti menguji apakah 4 item dari tipe kepribadian agreeableness bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur agreeableness saja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-Square

= 1.71, df = 2, P-value = 0.42630, RMSEA = 0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item agreeableness dijelaskan pada tabel

3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Agreeableness

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

5

6

7

8

0.04

0.51

0.25

1.00

0.06

0.14

0.07

0.27

0.65

3.67

3.53

3.70

X

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Page 70: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

56

Pada tabel 3.7, terdapat item yang memiliki muatan faktor negatif (t < 1.96)

yaitu item nomor 5. Hal ini berarti bahwa item nomor 5 harus di-drop atau dihilangkan

dan tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.2.3 Uji validitas tipe kepribadian conscientiousness

Peneliti menguji apakah 4 item dari tipe kepribadian conscientiousness bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur conscientiousness saja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-

Square = 8.09, df = 2, P-value = 0.01747, RMSEA = 0.109. Setelah peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df =

0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item conscientiousness dijelaskan pada

tabel 3.8 sebagai berikut:

Page 71: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

57

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Conscientiousness

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

9

10

11

12

0.66

0.85

0.73

0.21

0.06

0.06

0.06

0.08

10.64

13.69

11.82

2.44

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.8, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.2.4 Uji validitas tipe kepribadian neuroticism

Peneliti menguji apakah 4 item dari tipe kepribadian neuroticism bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur neuroticism saja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-

Square = 39.71, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.271. Setelah peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Page 72: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

58

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item neuroticism dijelaskan pada tabel 3.9

sebagai berikut:

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Neuroticism

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

13

14

15

16

1.02

0.90

0.46

0.24

0.07

0.07

0.06

0.06

13.91

12.68

7.08

3.77

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.9, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.2.5 Uji validitas tipe kepribadian openness to experience

Peneliti menguji apakah 5 item dari tipe kepribadian openness to experience bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur openness to experience saja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square = 54.38, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.196. Setelah peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

1.16, df = 3, P-value = 0.76222, RMSEA = 0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

Page 73: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

59

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item openness to experience dijelaskan

pada tabel 3.10 sebagai berikut:

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Tipe Kepribadian Openness To Experience

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

17

18

19

20

21

0.51

0.68

0.80

0.60

-0.16

0.07

0.06

0.06

0.06

0.08

7.67

10.81

12.40

9.40

-1.98

X

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.10, terdapat item yang memiliki muatan faktor negatif (t < 1.96)

yaitu item nomor 21. Hal ini berarti bahwa item nomor 21 harus di-drop atau

dihilangkan dan tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.3 Uji validitas skala moral disengagement

3.4.3.1 Uji validitas dimensi cognitive restructuring

Peneliti menguji apakah 5 item dari dimensi cognitive restructuring bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur cognitive restructuring saja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square = 73.23, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.231. Setelah peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

0.81, df = 2, P-value = 0.66814, RMSEA = 0.000.

Page 74: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

60

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item cognitive restructuring dijelaskan

pada tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dimensi Cognitive Restructuring

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

1

2

3

4

5

0.42

0.52

0.94

1.03

0.54

0.07

0.07

0.09

0.09

0.07

6.26

7.28

10.05

11.13

7.52

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.11, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.3.2 Uji validitas dimensi minimizing agency

Peneliti menguji apakah 3 item dari dimensi minimizing agency bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur minimizing agency saja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-Square

= 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Page 75: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

61

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item minimizing agency dijelaskan pada

tabel 3.12 sebagai berikut:

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Dimensi Minimizing Agency

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

6

7

8

0.32

0.57

0.90

0.08

0.10

0.13

4.28

5.84

6.70

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.12, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.3.3 Uji validitas dimensi distortion of negative consequences

Peneliti menguji apakah 4 item dari dimensi distortion of negative consequences

bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur distortion of negative

consequences saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 28.92, df = 2, P-value = 0.00000,

RMSEA = 0.229. Setelah peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka

Page 76: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

62

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA =

0.000.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item distortion of negative consequences

dijelaskan pada tabel 3.13 sebagai berikut:

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dimensi Distortion of Negative Consequences

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

9

10

11

12

0.71

0.72

0.70

0.63

0.07

0.07

0.08

0.07

10.18

10.27

8.94

9.19

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.13, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.4.3.4 Uji validitas dimensi blaming / dehumanizing the victim

Peneliti menguji apakah 6 item dari dimensi blaming / dehumanizing the victim bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur blaming / dehumanizing the victim saja.

Page 77: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

63

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit dengan Chi-Square = 33.39, df = 9, P-value = 0.00011, RMSEA = 0.103. Setelah

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square = 10.17, df = 7, P-value = 0.17926, RMSEA = 0.042.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item blaming / dehumanizing the victim

dijelaskan pada tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Dimensi Blaming / Dehumanizing The Victim

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

13

14

15

16

17

18

0.62

0.86

0.83

0.78

0.13

0.71

0.06

0.05

0.05

0.05

0.07

0.06

10.41

16.57

15.63

14.41

2.02

12.34

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.14, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

Page 78: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

64

3.4.4 Uji validitas skala loneliness

Peneliti menguji apakah 20 item dari skala loneliness bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur loneliness saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 1246.96, df = 170,

P-value = 0.00000, RMSEA = 0.157. Setelah peneliti melakukan modifikasi terhadap

model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 125.52, df = 105, P-value =

0.08401, RMSEA = 0.028.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop

atau tidak. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item loneliness dijelaskan pada tabel 3.15

sebagai berikut:

Page 79: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

65

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Loneliness

No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

0.42

0.54

0.66

0.79

0.58

0.56

0.78

0.53

0.56

0.59

0.78

0.63

0.70

0.79

0.62

0.68

0.22

0.73

0.68

0.59

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

0.06

0.05

0.06

0.06

6.88

9.20

11.54

14.73

9.83

9.61

14.75

9.04

9.35

10.31

14.80

10.96

12.49

14.79

10.74

12.24

3.53

13.34

12.05

10.18

Keterangan: tanda ✓ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel 3.15, seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Hal ini berarti bahwa semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item dan tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan, artinya

seluruh item disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap

dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda

Page 80: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

66

merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel

independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10+ e

Keterangan:

Y = Cyberbullying

a = intercept atau konstan

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = extraversion

X2 = agreeableness

X3 = conscientiousness

X4 = neuroticism

X5 = openness to experience

X6 = cognitive restructuring

X7 = minimizing agency

X8 = distortion of negative consquences

X9 = blaming / dehumanizing the victim

X10 = loneliness

e = residual

Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa pengujian

berikut (Janie, 2012):

1. R2 (Koefisien Determinasi)

Nilai R2 menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable terhadap

dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan 100% sehingga

Page 81: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

67

didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen. Sisa dari persentasi R2

merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent variable yang tidak diuji

dalam penelitian. Tabel model summary dalam SPSS juga menunjukkan nilai

Standard Error of Estimate dimana semakin kecil nilai SEE, maka model regresi

semakin tepat dalam memprediksi dependent variable. Nilai R2 diperoleh dari

rumus berikut:

R2 =SSreg

SSy

2. Uji F

Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig). Nilai Sig

<0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable secara simultan

memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig < 0.05 juga

menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan. Rumus dalam

penghitungan nilai F sebagai berikut:

F =𝑅2/𝑘

(1 − 𝑅2)/ (𝑁 − 𝑘 − 1)

K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.

3. Uji t

Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan dengan

menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized coefficients. Nilai

koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi pada variabel menunjukkan

Page 82: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

68

arah hubungan serta besaran koefisien masing-masing dimensi pada model regresi.

Adapun terdapat nilai signifikansi untuk mengetahui apakah masing-masing

dimensi berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable. Uji t

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑡 = 𝑏

𝑆𝑏

Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard

error dari b.

3.6 Prosedur Penelitian

Adapun mengenai prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahap awal, peneliti membuat proposal penelitian. Proposal penelitian terdiri

dari:

a) Variabel terikat dan variabel bebas yang akan diteliti.

b) Perumusan masalah.

c) Landasan teori yang digunakan.

d) Penentuan alat ukur yang akan digunakan.

e) Pembuatan kuesioner.

f) Teknik dan metode yang akan digunakan.

g) Penentuan subyek penelitian.

Page 83: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

69

2. Tahap pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pengambilan data. Pengambilan

data dilakukan secara online menggunakan google form. Penyebaran kuesioner

dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019 sampai 17 Juni 2019 melalui media sosial

Instagram, Youtube, Twitter, Facebook, Whatsapp dan Line. Laman kuesioner

yaitu https://forms.gle/2esbtUuVgRsdfm4T6. Jumlah data yang masuk sebanyak

269 data (laki-laki dan perempuan). Kemudian terjadi pengurangan data sebanyak

12 dikarenakan responden mengisi double, sehingga data yang digunakan untuk

dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 257 data.

3. Tahap olah data

Setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, peneliti kemudian melakukan

pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menginput data.

b. Melakukan coding dan scoring terhadap skala yang telah diisi oleh responden.

c. Melakukan uji validitas dengan teknik CFA (Confirmatory Factor Analysis)

dengan software LISREL 8.7.

d. Melakukan analisa data dengan metode analisis regresi berganda (multiple

regression analysis) menggunakan software SPSS 17.0.

4. Setelah proses pengolahan data dilakukan, tahapan selanjutnya yaitu membuat

laporan hasil analisis, diskusi serta kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini.

Page 84: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

70

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan gambaran data subjek penelitian seperti

usia, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal subjek penelitian. Partisipan dalam

penelitian ini merupakan generasi Z di Jabodetabek berusia 15-22 tahun, dengan total

subjek penelitian sebanyak 257 orang. Berikut merupakan gambaran subjek penelitian

secara keseluruhan.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Jumlah Persentase

Usia

15-22 tahun

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tempat tinggal

Jakarta

Bogor

Depok

Tangerang

Bekasi

257

72

185

119

17

26

65

30

100%

28,02%

71,98%

46,30%

6,63%

10,11%

25,29%

11,67%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam

penelitian ini berada pada kategori remaja madya sampai akhir (15-22 tahun) berjumlah

257 orang dengan persentase sebesar 100%. Jumlah responden laki-laki memiliki

persentase sebesar 28.02% (72 orang), sedangkan reponden perempuan memiliki

persentase sebesar 71.98% (185 orang). Dapat disimpulkan bahwa partisipan terbanyak

dalam penelitian ini adalah perempuan yakni 71.98% (185 orang).

Page 85: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

71

Data tempat tinggal partisipan penelitian menunjukkan sebaran partisipan dari

masing-masing wilayah. Partisipan penelitian yang tinggal di Jakarta sebanyak 46.30%

(119 orang), Bogor 6.63% (17 orang), Depok 10.11% (26 orang), Tangerang 25.29%

(65 orang) dan Bekasi 11.67% (30 orang). Dapat disimpulkan bahwa partisipan

terbanyak berasal dari Jakarta, yakni 46.30% (119 orang).

4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif tersebut bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan

dalam penelitian, guna memperoleh gambaran mengenai suatu variabel. Hasil analisis

deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, mean (rata-rata),

dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Selanjutnya nilai mean akan

digunakan untuk menentukan kategorisasi skor variabel penelitian. Deskripsi data

penelitian disajikan dalam tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian – T Score

Norma N Minimun Maximum Mean Std. Dev

Cyberbullying

Extraversion

Agreeableness

Conscientiousness

Neuroticism

Openness

Cognitive

Minimizing

Distortion

Blaming

Loneliness

Valid N (listwise)

257

257

257

257

257

257

257

257

257

257

257

257

42.58

22.72

32.46

24.33

25.96

16.41

37.68

36.39

37.19

34.52

26.39

107.11

66.30

63.54

65.02

62.22

62.57

76.98

70.57

75.08

70.78

71.86

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

50.0000

9.84248

8.75876

8.90600

8.89360

9.66179

8.52593

9.10574

8.65004

8.68655

9.17722

9.58762

Page 86: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

72

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk mengelompokkan atau menempatkan

individu ke dalam kelompok-kelompok menurut suatu jenjang kontinum tertentu.

Contoh dari jenjang kontinum adalah dari rendah ke tinggi. Jenjang kontinum ini akan

digunakan dalam kategorisasi skor variabel penelitian.

Kategorisasi skor variabel dilakukan dengan menggunakan norma tertentu.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan norma rendah dan tinggi seperti yang tertera

pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi

Kategori Norma

Rendah

Tinggi

X < Mean

X ≥ Mean

Keterangan dari penormaan sebagai berikut: X (skor yang diperoleh masing-

masing individu), Mean (nilai rata-rata skor keseluruhan). Setelah penetapan norma,

selanjutnya peneliti akan memaparkan perolehan nilai persentase untuk setiap kategori

skor (rendah dan tinggi) yang meliputi variabel cyberbullying, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, cognitive

restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming /

dehumanizing the victim dan loneliness pada tabel 4.4 berikut:

Page 87: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

73

Tabel 4.4 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel

Variabel

Frekuensi (%)

Rendah Tinggi

Cyberbullying 117 (68.9%) 80 (31.1%)

Extraversion 115 (44.7%) 142 (55.3%)

Agreeableness 136 (53.5%) 121 (46.5%)

Conscientiousness 129 (50.2%) 128 (49.8%)

Neuroticism 117 (45.5%) 140 (54.5%)

Openness to experience 115 (44.7%) 142 (55.3%)

Cognitive restructuring 132 (51.4%) 125 (48.6%)

Minimizing agency 132 (51.4%) 125 (48.6%)

Distortion of negative consequences 139 (54.3%) 118 (45.7%)

Blaming / dehumanizing the victim 135 (52.5%) 122 (47.5%)

Loneliness 128 (49.8%) 129 (50.2%)

Berdasarkan tabel 4.4, variabel cyberbullying, agreeableness,

conscientiousness, cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative

consequences dan blaming / dehumanizing the victim, pada generasi Z di Jabodetabek

cenderung rendah. Sedangkan variabel extraversion, neuroticism, openness to

experience dan loneliness pada generasi Z di Jabodetabek cenderung tinggi.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis regresi

dengan software SPSS 17.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi

terdapat 3 hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R Square untuk mengetahui berapa

persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable,

kedua apakah seluruh independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

Page 88: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

74

dependent variable, terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari

masing-masing independent variable. Langkah pertama peneliti melihat besaran R

Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 R Square

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .618a .382 .357 7.89016

a. Predictors: (Constant), loneliness, openness to experience, minimizing agency, blaming /

dehumanizing the victim, neuroticism, conscientiousness, extraversion, agreeableness,

distortion of negative consequences, cognitive restructuring

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R Square sebesar 0.382 atau

38.2%. Artinya, proporsi varian dari cyberbullying yang dijelaskan oleh kepribadian

(extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),

moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of

negative consequences, blaming / dehumanizing the victim) dan loneliness adalah

sebesar 38.2%, sedangkan 61.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian. Langkah kedua yaitu melihat hasil dari uji F untuk mengetahui pengaruh

independent variabel terhadap dependent variable signifikan atau tidak. Adapun hasil

uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Page 89: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

75

Tabel 4.6 ANOVA Pengaruh Independent Variable Terhadap Dependent Variable

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

9485.196

15314.632

24799.828

10

246

256

948.520

62.255

15.236 .000a

a. Predictors: (Constant), loneliness, openness to experience, minimizing agency, blaming /

dehumanizing the victim, neuroticism, conscientiousness, extraversion, agreeableness,

distortion of negative consequences, cognitive restructuring

b. Dependent Variable: Cyberbullying

Berdasarkan uji F pada tabel 4.6, terdapat nilai signifikansi dari keseluruhan

independent variable terhadap dependent variable. Nilai signifikansi dilihat dari kolom

sig. sebesar 0.000. Nilai sig < 0.05 menunjukkan bahwa pengaruh yang ada signifikan.

Hal ini bermakna bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel kepribadian

(extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),

moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of

negative consequences, blaming / dehumanizing the victim) dan loneliness terhadap

cyberbullying.

Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing

independent variable. Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan, yang

berarti independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

cyberbullying. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing independent

variable terhadap cyberbullying dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Page 90: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

76

Tabel 4.7 Koefisien Regresi

Unstanderdized Coefficients Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant)

Extraversion

Agreeableness

Conscientiousness

Neuroticism

Openness

Cognitive restructuring

Minimizing agency

Distortion of negative

Blaming/dehumanizing

Loneliness

19.550

-.029

-.067

-.017

.021

-.038

.432

-.002

.134

.123

.053

9.027

.064

.067

.061

.057

.064

.087

.058

.081

.079

.062

-.026

-.060

-.016

.021

-.033

.400

-.002

.118

.114

.052

2.166

-.460

-.988

-.284

.374

-.602

4.975

-.035

1.657

1.547

.850

.031

.646

.324

.777

.709

.547

.000*

.972

.099

.123

.396

a. Dependent Variable: Cyberbullying

Keterangan: (*) signifikan (< 0.05)

Berdasarkan data pada tabel 4.7, dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai

berikut: cyberbullying = 19.550 - 0.029 extraversion* - 0.067 agreeableness* - 0.017

conscientiousness* + 0.021 neuroticism* - 0.038 openness to experience* + 0.432

cognitive restructuring* - 0.002 minimizing agency* + 0.134 distortion of negative

consequences + 0.123 blaming / dehumanizing the victim* + 0.053 loneliness*

Berdasarkan tabel 4.7, signifikansi masing-masing independent variable dilihat

dari nilai sig. Nilai sig < 0.05 menunjukkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan

signifikan. Hasil yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 1

koefisien regresi yang signifikan, yaitu cognitive restructuring. Sedangkan variabel

lainnya yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to

experience, minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming /

dehumanizing the victim dan loneliness tidak menunjukkan nilai koefisien regresi yang

Page 91: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

77

signifikan. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-

masing independent variable sebagai berikut:

1. Extraversion

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.029 dengan taraf sigifikansi 0.646 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel extraversion tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap cyberbullying.

2. Agreeableness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.067 dengan taraf sigifikansi 0.324 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel agreeableness tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap cyberbullying.

3. Conscientiousness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.017 dengan taraf sigifikansi 0.777 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel conscientiousness tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap cyberbullying.

4. Neuroticism

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.021 dengan taraf sigifikansi 0.709 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel neuroticism tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap cyberbullying.

Page 92: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

78

5. Openness to experience

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.038 dengan taraf sigifikansi 0.547 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel openness to experience tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap cyberbullying.

6. Cognitive restructuring

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.432 dengan taraf sigifikansi 0.000 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel cognitive restructuring berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap cyberbullying.

7. Minimizing agency

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.002 dengan taraf sigifikansi 0.972 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel minimizing agency tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap cyberbullying.

8. Distortion of negative consequences

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.134 dengan taraf sigifikansi 0.099 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel distortion of negative consequences tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap cyberbullying.

9. Blaming / dehumanizing the victim

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.123 dengan taraf sigifikansi 0.123 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel blaming / dehumanizing the victim tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap cyberbullying.

Page 93: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

79

10. Loneliness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.053 dengan taraf sigifikansi 0.396 (sig

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel loneliness tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap cyberbullying.

4.4.2 Pengujian proporsi varian masing-masing iv terhadap dv

Hal selanjutnya yang dilihat dalam analisis regresi adalah proporsi varians masing-

masing independent variable terhadap dependent variable. Proporsi varians dilihat dari

nilai R Square Change. Apabila nilai Sig. F Change < 0.05, maka sumbangan proporsi

varians signifikan. Adapun proporsi varians masing-masing independent variable

terhadap dependent variable sebagai berikut:

Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

.108a

.351b

.352c

.355d

.355e

.602f

.602g

.612h

.617i

.618j

.012

.123

.124

.126

.126

.363

.363

.374

.381

.382

.008

.116

.113

.112

.109

.348

.345

.354

.358

.357

9.80367

9.25365

9.26882

9.27435

9.29076

7.95036

7.96564

7.90945

7.88572

7.89016

.012

.111

.001

.002

.000

.237

.000

.011

.007

.001

3.031

32.215

.169

.698

.110

92.770

.041

4.551

2.495

.722

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

255

254

253

252

251

250

249

248

247

246

.083

.000*

.681

.404

.740

.000*

.839

.034*

.116

.396

a. Predictors : (Constant), extraversion

b. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness

c. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness

d. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism

e. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness

Page 94: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

80

f. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness, cognitive

g. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness, cognitive, minimizing

h. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness, cognitive, minimizing, distortion

i. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness, cognitive, minimizing, distortion, blaming

j. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness, cognitive, minimizing, distortion, blaming, loneliness

Berdasarkan tabel 4.8, proporsi varians masing-masing independent variable

dan signifikansinya dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel extraversion memberikan sumbangan varians sebesar 0.012 atau 1.2%

dengan Sig. F Change = 0.083 (< 0.05). Sumbangan varians extraversion tidak

signifikan.

2. Variabel agreeableness memberikan sumbangan varians sebesar 0.111 atau 11.1%

dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0.05). Sumbangan varians agreeableness

signifikan.

3. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan varians sebesar 0.001 atau

0.1% dengan Sig. F Change = 0.681 (< 0.05). Sumbangan varians

conscientiousness tidak signifikan.

4. Variabel neuroticism memberikan sumbangan varians sebesar 0.002 atau 0.2%

dengan Sig. F Change = 0.404 (< 0.05). Sumbangan varians neuroticism tidak

signifikan.

Page 95: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

81

5. Variabel openness to experience memberikan sumbangan varians sebesar 0.000

atau 0% dengan Sig. F Change = 0.740 (< 0.05). Sumbangan varians openness to

experience tidak signifikan.

6. Variabel cognitive restructuring memberikan sumbangan varians sebesar 0.237

atau 23.7% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0.05). Sumbangan varians cognitive

restructuring signifikan.

7. Variabel minimizing agency memberikan sumbangan varians sebesar 0.000 atau

0% dengan Sig. F Change = 0.839 (< 0.05). Sumbangan varians minimizing agency

tidak signifikan.

8. Variabel distortion of negative consequences memberikan sumbangan varians

sebesar 0.011 atau 1.1% dengan Sig. F Change = 0.034 (< 0.05). Sumbangan

varians distortion of negative consequences signifikan.

9. Variabel blaming / dehumanizing the victim memberikan sumbangan varians

sebesar 0.007 atau 0.7% dengan Sig. F Change = 0.116 (< 0.05). Sumbangan

varians blaming / dehumanizing the victim tidak signifikan.

10. Variabel loneliness memberikan sumbangan varians sebesar 0.001 atau 0.1%

dengan Sig. F Change = 0.396 (< 0.05). Sumbangan varians loneliness tidak

signifikan.

Sumbangan varians terbesar adalah variabel cognitive restructuring yaitu

23.7%, sedangkan yang memberikan sumbangan terkecil adalah variabel openness to

experience dan minimizing agency yaitu sebesar 0%. Jumlah keseluruhan R Square

Change sebesar 38.2% sesuai dengan nilai R Square yang didapatkan. Berdasarkan

Page 96: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

82

tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan

sumbangannya terhadap cyberbullying yaitu agreeableness, cognitive restructuring

dan distortion of negative consequences jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang

dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen (sumbangan

proporsi varian yang diberikan).

Page 97: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

83

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan variabel

kepribadian, moral disengagement dan loneliness terhadap pelaku cyberbullying pada

generasi Z.

Hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien

regresi terhadap dependent variable (cyberbullying) menunjukkan terdapat 1 variabel

yang memiliki pengaruh signifikan, yaitu cognitive restructuring. Sedangkan 9

variabel lainnya memiliki nilai koefisien regresi yang tidak signifikan, yaitu

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience,

minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming / dehumanizing the

victim) dan loneliness.

5.2 Diskusi

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian berkaitan dengan kesepuluh

independen variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu: extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, cognitive

restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming /

dehumanizing the victim dan loneliness terhadap dependen variabel yaitu cyberbullying

Page 98: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

84

pada generasi Z, serta akan membahas penelitian dan literatur terdahulu mengenai

kesepuluh independen variabel yang dikaitkan dengan dependen variabel.

Dalam penelitian ini terdapat variabel demografi yang muncul yaitu jenis

kelamin, usia dan tempat tinggal. Diperoleh hasil bahwa responden terbanyak dalam

penelitian ini berjenis kelamin perempuan yakni 185 orang (71.98%), dengan usia

terbanyak 22 tahun (27.23%) dan kebanyakan berasal dari Jakarta, yakni 199 orang

(46.30%).

Berdasarkan hasil penelitian, tipe kepribadian extraversion, agreeableness,

conscientiousness pada variabel kepribadian tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap cyberbullying. Hasil ini didukung oleh Celik, Atak dan Erguzen (2012) yang

tidak menemukan pengaruh signifikan tipe kepribadian extraversion, agreeableness,

conscientiousness pada penelitiannya. Hal ini dijelaskan oleh Celik, Atak dan Erguzen

(2012) bahwa tipe kepribadian extraversion, agreeableness dan conscientiousness

memiliki sifat yang dominan ceria, senang bersosialisasi dan disiplin, dimana

kepribadian seperti ini tidak menunjukkan perilaku dan ciri seorang pem-bully. Selain

itu, tipe kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness cenderung lebih

menyukai interaksi secara langsung dibandingkan melalui dunia maya, sehingga

kemungkinan individu untuk terlibat dalam perilaku cyberbullying sangat kecil. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Semerci (2017) bahwa tidak ada pengaruh signifikan pada

tipe kepribadian conscientiousness terhadap cyberbullying, karena conscientiousness

Page 99: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

85

merupakan tipe kepribadian positif pada big five personality yang mengacu pada

keandalan, tanggung jawab, kepatuhan dan disiplin pada diri seseorang.

Tipe kepribadian neuroticism pada variabel kepribadian ditemukan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cyberbullying. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Semerci (2017), namun tidak sejalan dengan Celik, Atak dan Erguzen (2012).

Hal ini dijelaskan oleh Semerci (2017) bahwa perbedaan teknik analisis data dan

kelompok usia responden mempengaruhi perbedaan hasil penelitian. Selain itu, sikap

intoleran yang dimiliki neuroticism membuat individu bersikap apatis, tidak peduli dan

tidak tertarik untuk terlibat dalam aktivitas apapun, termasuk cyberbullying.

Tipe kepribadian openness to experience pada variabel kepribadian ditemukan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cyberbullying. Hasil ini didukung

oleh Kircaburun dan Tosuntas (2018) bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan

antara openness to experience dan cyberbullying. Hal ini dijelaskan oleh Kircaburun

dan Tosuntas (2018) bahwa tipe kepribadian openness to experience sebagian besar

mengekspresikan hal kreatif, unik dan berwawasan luas, sehingga tipe kepribadian

seperti ini tidak terkait dengan tindakan cyberbullying.

Berdasarkan hasil penelitian pada variabel moral disengagement, terdapat 1

dimensi yang ditemukan signifikan terhadap cyberbullying yaitu cognitive

restructuring. Hasil penelitian ini didukung oleh Moses (2013) dan Mayangsari (2015)

bahwa dimensi cognitive restructuring pada moral disengagement memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap cyberbullying. Hal ini dijelaskan oleh Moses (2013) bahwa

Page 100: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

86

individu yang melakukan cyberbullying cenderung terlibat dalam proses cognitive

restructuring pada moral disengagement untuk membenarkan perilakunya. Dalam hal

ini, individu yang melakukan cyberbullying menganggap bahwa tindakan tersebut

merupakan hal yang wajar dan dapat diterima, karena pada dasarnya individu telah

menganggap benar strategi pemikirannya dan menganggap cyberbullying bukan

merupakan hal yang memalukan (Mayangsari, 2015).

Hasil penelitian dimensi minimizing agency, distortion of negative

consequences dan blaming / dehumanizing the victim pada variabel moral

disengagement ditemukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

cyberbullying. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Moses (2013), hal ini dapat

disebabkan karena adanya keterbatasan individu dalam membuat dan memikirkan

strategi untuk membantu dirinya lepas dari konsekuensi negatif yang didapatkannya

dari melakukan cyberbullying. Menurut Hymel, Rocke-Henderson dan Bonanno

(2005) mekanisme kognitif pada moral disengagement berguna untuk membantu

individu mengurangi dampak dari tindakan negatif. Selain itu, dapat disebabkan karena

individu dalam kognitifnya tidak melepaskan self regulation maupun self-censuring

yang mana membuat individu masih berpegang teguh pada moral standarnya. Menurut

Bandura (2002) strategi kognitif yang terjadi pada moral disengagement tidak secara

instan mengubah individu melakukan hal yang kejam, karena perubahan itu hanya bisa

dicapai jika individu me-non aktifkan self-regulation dan melepaskan diri dari self-

censuring (kecaman diri) (dalam Hymel, Rocke-Henderson & Bonanno, 2005).

Page 101: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

87

Adapun penyebab lainnya karena adanya perbedaan wilayah atau negara.

Moses (2013) melakukan penelitian di Amerika Serikat, dimana merupakan negara

dengan kasus cyberbullying tertinggi ke 3 di dunia pada tahun 2018 (Dhiraj, 2019).

Sementara peneliti melakukan penelitian di Indonesia, dimana Indonesia tidak masuk

dalam daftar 28 negara yang memiliki kasus cyberbullying tertinggi di dunia pada tahun

2018. Data ini memberikan fakta bahwa Indonesia memiliki kasus cyberbullying yang

lebih rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Pada variabel loneliness, hasil penelitian ditemukan tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap cyberbullying. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sahin

(2012) yang tidak menemukan korelasi signifikan antara loneliness dan cyberbullying.

Hal ini dijelaskan oleh Sahin (2012) bahwa, individu yang kesepian cenderung menarik

dirinya dari kehidupan sosial, merasa tidak bahagia, tidak berdaya dan lebih

mengandalkan internet sebagai cara untuk mengisolasi dirinya dari masyarakat. Dalam

hal ini, individu yang kesepian lebih cenderung menjadi korban dibandingkan menjadi

pelaku cyberbullying.

5.3 Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti menyadari bahwa

terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Peneliti memberikan beberapa

saran yang mencakup saran teoritis dan saran praktis. Saran penelitian ini sebagai

bahan penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan topik cyberbullying.

Page 102: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

88

5.3.1 Saran teoritis

Saran teoritis penelitian didapatkan dari celah yang terdapat dalam proses maupun hasil

penelitian. Saran ini ditujukan terhadap penelitian selanjutnya agar dapat menutupi

kekurangan penelitian ini, yaitu:

1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk memberikan kontrol yang lebih jelas

dalam teknik pengambilan sampel, dengan tujuan saat disebarkan melalui

kuesioner online, sampel sesuai dengan kriteria dan kebutuhan penelitian. Misalnya

dengan memberikan pernyataan “Saya masuk ke dalam kriteria pelaku

cyberbullying”.

2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti korban cyberbullying pada

generasi Z, agar dapat dilihat perbandingan hasil penelitian pada pelaku dengan

korban cyberbullying.

5.3.2 Saran praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive restructuring pada variabel moral

disengagement menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap cyberbullying. Oleh

karena itu, peneliti menyarankan kepada:

1. Individu : Individu sebaiknya sering melakukan introspeksi, evaluasi diri serta

meningkatkan kesadaran diri pada nilai moral yang telah diajarkan di dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat. Individu sebaiknya menggunakan media sosial

dengan bijak, tidak terprovokasi oleh akun yang ikut serta menyebar kebencian di

media sosial.

Page 103: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

89

2. Orang tua : Orang tua harus membangun kesadaran moral, menanamkan akhlak

dan etika dengan mengajari anak memperlakukan orang lain dengan baik dan

memberikan edukasi tentang cyberbullying beserta dampaknya.

3. Sekolah / institusi pendidikan : Guru di sekolah hendaknya memberikan edukasi

tentang cyberbullying beserta dampaknya untuk menekan peningkatan

cyberbullying.

Page 104: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

90

DAFTAR PUSTAKA

Adnamazida, R. (2019, September 13). Merdeka.com. Retrieved from Cyberbullying juga

terjadi di dunia kerja: https://www.merdeka.com/gaya/cyberbullying-juga-terjadi-di-

dunia-kerja.html

American Psychological Association. (2018). Stress in America: Generation Z. Stress in

America™ Survey, 1-11.

Anwarsyah, F. (2017). Pengaruh loneliness, self-control, dan self esteem terhadap perilaku

cyberbullying pada mahasiswa. Tazkiya journal of psychology, 5(2), 2-9. Doi:

10.15408/tazkiya.v22i2.8401

Austin, B. A. (1983). Factorial structure of the UCLA loneliness scale. Psychological Reports,

53(3), 883-889. Doi: 10.2466/pr0.1983.53.3.883

Bandura, A., Barbaranelli, C., Caprara, G. V., & Pastorelli, C. (1996). Mechanisms of moral

disengagement in the exercise of moral agency. Journal of personality and social

psychology, 71(2), 364. Doi: http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.71.2.364

Bejtkovský, J. (2016). The current generations: The baby boomers, X, Y and Z in the context

of human capital management of the 21st century in selected corporations in the

Czech Republic. Littera Scripta, 9(2), 25-45.

Bhardwaj, M., & Ashok, M. S. J. (2015). Mobile phone addiction and loneliness among

teenagers. International Journal of Indian Psychology, 2(3), 28-34.

Blickle, G., Meurs, J. A., Zettler, I., Solga, J., Noethen, D., Kramer, J., & Ferris, G. R. (2008).

Personality, political skill, and job performance. Journal of Vocational Behavior,

72(3), 377-387. Doi: https://doi.org/10.1016/j.jvb.2007.11.008

Booker, C. L., Kelly, Y. J., & Sacker, A. (2018). Gender differences in the associations

between age trends of social media interaction and well-being among 10-15 year olds

in the UK. BMC public health, 18(1), 321. Doi: 10.1186/s12889-018-5220-4

Brewer, G., & Kerslake, J. (2015). Cyberbullying, self-esteem, empathy and loneliness.

Computers in human behavior, 48, 255-260. Doi:

https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.073

Brilio.net. (2019, April 22). Line Today. Retrieved from 4 konten youtube Atta Halilintar ini

viral tapi tuai hujatan:

https://today.line.me/id/pc/article/4+Konten+YouTube+Atta+Halilintar+ini+viral+ta

pi+tuai+hujatan-EjaDan

Calvete, E., Orue, I., Estévez, A., Villardón, L., & Padilla, P. (2010). Cyberbullying in

adolescents: Modalities and aggressors’ profile. Computers in Human Behavior,

26(5), 1128-1135. Doi: https://doi.org/10.1016/j.chb.2010.03.017

Page 105: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

91

Çelik, S., Atak, H., & Erguzen, A. (2012). The effect of personality on cyberbullying among

university students in Turkey. Eurasian Journal of Educational Research, 49, 129-

150.

Cowie, H. (2013). Cyberbullying and its impact on young people's emotional health and well-

being. The Psychiatrist, 37(5), 167-170. Doi:

https://doi.org/10.1192/pb.bp.112.040840

Damar, A. M. (2019, April 24). Liputan 6. Retrieved from Pengguna internet Indonesia tembus

143 juta: https://www.liputan6.com/tekno/read/3301353/pengguna-internet-di-

indonesia-tembus-143-juta

De Jong Gierveld, J. (1998). A review of loneliness: Concept and definitions, determinants

and consequences. Reviews in Clinical Gerontology, 8(1), 73-80. Doi:

https://doi.org/10.1017/S0959259898008090

Detert, J. R., Treviño, L. K., & Sweitzer, V. L. (2008). Moral disengagement in ethical decision

making: A study of antecedents and outcomes. Journal of Applied Psychology, 93(2),

374. Doi: 10.1037/0021-9010.93.2.374.

Dhiraj, A. B. (2019, July 28). Ceoworld Magazine. Retrived from Countries where

cyberbullying was reported the most in 2018:

https://ceoworld.biz/2018/10/29/countries-where-cyber-bullying-was-reported-the

most-in-2018/

Dooley, J. J., Pyżalski, J., & Cross, D. (2009). Cyberbullying versus face-to-face bullying: A

theoretical and conceptual review. Zeitschrift für Psychologie/Journal of Psychology,

217(4), 182-188. Doi: http://dx.doi.org/10.1027/0044-3409.217.4.182

Effendi, A. (2019, Februari 21). KapanLagi.com. Retrieved from Foto diedit, Prilly

Latuconsina difitnah sudah tidak suci lagi:

https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/foto-diedit-prilly-latuconsa-difitnah-

sudah-tidak-suci-lagi-3b443a.html

Eka, M. (2019, Februari 21). KapanLagi.com. Retrieved from Akun instagram kena hack,

Annisa Bahar tipu teman-teman artis:

https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/akun-instagram-kena-hack-annisa-

bahar-tipu-teman-teman-artis-f0880f.html

Erdur-Baker, Ö. (2010). Cyberbullying and its correlation to traditional bullying, gender and

frequent and risky usage of internet-mediated communication tools. New media &

society, 12(1), 109-125. Doi: https://doi.org/10.1177/1461444809341260

Erdur-Baker, Ö., Tanrıkulu, I., & Topcu, Ç. (2016). Gender differences in cyberbullying

perpetration: The role of moral disengagement and aggression. A social-ecological

approach to cyberbullying, 77-96.

Erwanti, M. O. (2019, April 23). Detiknews. Retrieved from Istri Andre Taulany hina Prabowo,

BPN: Keterlaluan! penghinaan luar biasa!: https://news.detik.com/berita/d-

4518607/istri-andre-taulany-hina-prabowo-bpn-keterlaluan-penghinaan-luar-biasa

Page 106: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

92

Fatonah, T. (2019, Oktober 13). Matamata. Retrieved from 5 kasus perseteruan youtuber dan

selebgram terheboh: Paling seru ya kontroversinya Atta Halilintar:

https://www.matamata.com/life/2018/10/03/160000/5-kasus-perseteruan-youtuber-

dan-selebgram-terheboh

Feist, J., & Feist, G. J. (2006). Theories of personality : Sixth edition. New York: The McGraw-

Hill Companies, Inc.

Gierveld, J. D. J., & Tilburg, T. V. (2006). A 6-item scale for overall, emotional, and social

loneliness: Confirmatory tests on survey data. Research on aging, 28(5), 582-598.

Doi: https://doi.org/10.1177/0164027506289723

Gosling, S. D., Rentfrow, P. J., & Swann Jr, W. B. (2003). A very brief measure of the Big-

Five personality domains. Journal of Research in personality, 37(6), 504-528. Doi:

https://doi.org/10.1016/S0092-6566(03)00046-1

Hackett, L. (2017). The Annual Bullying Survey 2017. Ditch The Label-your world, prejudice

free, 26.

Haryadi, S. K. (2019, September 9). Kompas. Retrieved from Darurat kesehatan mental

generasi Z: https://muda.kompas.id/baca/2019/04/12/darurat-kesehatan-mental-

generasi-z/

Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T. (2010). Loneliness matters: A theoretical and empirical

review of consequences and mechanisms. Annals of behavioral medicine, 40(2),

218-227. Doi: 10.1007/s12160-010-9210-8.

Hinduja, S. J. (2007). Cyberbullying research summary: Emotion and psychological

consequences. Journal of School Violence, 1.

Hymel, S., Rocke-Henderson, N., & Bonanno, R. A. (2005). Moral disengagement: A

framework for understanding bullying among adolescents. Journal of Social

Sciences, 8(1), 1-11.

Janie, D. N. A. (2012). Statistik deskriptif & regresi linier berganda dengan SPSS. Semarang:

Semarang University Press.

Jarboe, G. (2019, September 20). Tabular Insights. Retrieved from No matter how you define

it, generation Z can’t live without Youtube: https://tubularinsights.com/generation-z-

youtube/

John, O. P., Robins, R. W., & Pervin, L. A (2008). Handbook of personality: Theory and

research, third edition. New York: The Guilford Press.

Kallas, P. (2019, Februari 12). DreamGrow, FE International Company. Retrieved from Top

15 most popular social networking sites and apps [August 2018]:

https://www.dreamgrow.com/top-15-most-popular-social-networking-sites/

Kırcaburun, K., & Tosuntaş, Ş. B. (2018). Cyberbullying perpetration among undergraduates:

evidence of the roles of chronotype and sleep quality. Biological rhythm research,

49(2), 247-265. Doi: https://doi.org/10.1080/02723646.2017.1352918

Page 107: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

93

Kokkinos, C. M., Antoniadou, N., Dalara, E., Koufogazou, A., & Papatziki, A. (2013). Cyber-

bullying, personality and coping among pre-adolescents. International Journal of

Cyber Behavior, Psychology and Learning (IJCBPL), 3(4), 55-69. Doi:

10.4018/ijcbpl.2013100104

Kovaleva, A., Beierlein, C., Kemper, C. J., & Rammstedt, B. (2013). Psychometric properties

of the BFI-K: A cross-validation study. The International Journal of Educational and

Psychological Assessment, 13(1), 3-5.

Kowalski, R. M., Limber, S. P., & Agatson, P. W. (2008). Cyberbullying: Bullying in the

digital age. Oxford: Blackwell Publishing.

Laksana, B. A. (2019, Februari 21). Detik News. Retrieved from Mensos : 84% Anak usia 12-

17 tahun mengalami bullying: http://news.detik.com/berita/d-3568407/mensos-84-

anak-usia-12-17-tahun-mengalami-bullying

Lazuardi, G. (2019, Februari 19). Tribunnews.com. Retrieved from KPAI : Sepanjang 2018,

kasus 'cyberbully' meningkat: http://www.tribunnews.com/nasional/2018/12/27/kpai-

sepanjang-2018-kasus-cyberbully-meningkat

Lazuras, L., Barkoukis, V., Ourda, D., & Tsorbatzoudis, H. (2013). A process model of

cyberbullying in adolescence. Computers in Human Behavior, 29(3), 881-887. Doi:

10.1016/j.chb.2012.12.015

Mayangsari, D. (2015). Pengaruh self esteem, moral disengagement dan pola asuh terhadap

remaja pelaku cyberbullying. Jurnal Psikologi, 122-124.

McCrae, R. R., & Costa Jr, P. T. (1999). A five-factor theory of personality. Handbook of

personality: Theory and research, 139-153.

Meter, D. J., & Bauman, S. (2018). Moral disengagement about cyberbullying and parental

monitoring: Effects on traditional bullying and victimization via cyberbullying

involvement. The Journal of Early Adolescence, 38(3), 303-326. Doi:

10.1177/0272431616670752

Moses, H. T. (2013). Relationship between the processes of moral disengagement and youth

perceptions of cyberbullying behaviors during their final semester of high school.

Dissertation, Department of Philosophy. Florida: University of Florida.

Nessel, N. (2019, Maret 2). Gettinggenz.com. Retrieved from Gen Z Unplugged :

Cyberbullying: https://gettinggenz.com/2016/12/20/gen-z-unplugged-cyber-bullying/

Nissa, R. S. I. A. P. (2019, April 22). Hitekno.com. Retrieved from Buat prank PUBG tapi

ketahuan settingan, youtuber ini banjir bully:

https://www.hitekno.com/games/2019/03/13/131500/buat-prank-pubg-tapi-ketahuan-

settingan-youtuber-ini-banjir-bully

Nos. (2019, Februari 21). Berita Surabaya. Retrieved from Anak-anak Indonesia banyak alami

cyberbullying: http://beritasurabaya.net/index_sub.php?category=8&id=8668

Page 108: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

94

Ozden, M. S., & Icellioglu, S. (2014). The perception of cyberbullying and cybervictimization

by university students in terms of their personality factors. Procedia-Social and

Behavioral Sciences, 116, 4379-4383. Doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.951

People, R. (2019, Februari 12). RSPH (Royal Society for Public Health). Retrieved from

Instagram ranked worst for young people’s mental health:

https://www.rsph.org.uk/about-us/news/instagram-ranked-worst-for-young-people-s-

mental-health.html

Perlman, D., & Peplau, L. A. (1984). Loneliness research: A survey of empirical findings.

Preventing the harmful consequences of severe and persistent loneliness, 13, 46.

Purwanto, B. M. (2014). Beberapa isu pengukuran konstruk dalam riset keperilakuan dan

organisasi. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, 18(1), 2. Doi:

https://doi.org/10.23917/benefit.v18i1.1392

Rahmawati, P. E. (2019, April 22). TribunWOW.com. Retrieved from Buang squishy ke dalam

toilet, Ria Ricis dihujat dan ditantang duel oleh pecinta lingkungan ini:

http://wow.tribunnews.com/2017/12/28/buang-squishy-ke-dalam-toilet-ria-ricis-

dihujat-dan-ditantang-duel-oleh-pecinta-lingkungan-ini?page=3

Reginasart, A., & Gusniarti, U. (2016). Subjective well-being from the perspective of self-

compassion in adolescents. Jurnal Psikologi, 1.

Risang, P. (2019, September 10). Swara. Retrieved from Mendampingi generasi Z yang haus

eksistensi di dunia maya: https://swara.tunaiku.com/gayahidup/mendampingi-gen-z-

yang-haus-eksistensi-di-dunia-maya

Rismoyo, M. (2019, Oktober 13). Detikhot. Retrieved from Pesan menohok staf Raffi-Nagita

ke asisten Nia Ramadhani yang doyan gibah: https://hot.detik.com/celeb/d-

4732636/pesan-menohok-staf-raffi-nagita-ke-asisten-nia-ramadhani-yang-doyan-

gibah

Robson, C., & Witenberg, R. T. (2013). The influence of moral disengagement, morally based

self-esteem, age, and gender on traditional bullying and cyberbullying. Journal of

school violence, 12 (2), 211-231. Doi: https://doi.org/10.1080/15388220.2012.762921

Russell, D. W. (1996). UCLA loneliness scale (version 3): Reliability, validity, and factor

structure. Journal of personality assessment, 66(1), 20-40. Doi:

http://dx.doi.org/10.1207/s15327752jpa6601_2

Şahin, M. (2012). The relationship between the cyberbullying/cybervictmization and

loneliness among adolescents. Children and Youth Services Review, 34(4), 834-837.

Doi: https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2012.01.010

Santrock, J.W. Life-span development. Perkembangan masa hidup, edisi ketigabelas jilid 1.

Benedictine Wisdyasinta (terj). 2012. Jakarta: Erlangga.

Sarıçam, H., Yaman, E., & Çelik, İ. (2016). The mediator effect of loneliness between

perceived social competence and cyber bullying in turkish adolescents.

International Journal of Progressive Education, 12(1), 99-107.

Page 109: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

95

Semerci, A. (2017). Investigating the effects of personality traits on cyberbullying. Pegem

Egitim Ve Ogretim Dergisi= Pegem Journal of Education and Instruction, 7(2), 211.

Doi: 10.14527/pegegog.2017.008

Shariff, S. (2009). Confronting cyber-bullying what school need to know to control misconduct

and avoid legal consequences. Cambridge: Cambridge University Press.

Singh, A. P., & Dangmei, J. (2016). Understanding the generation Z, the future workforce.

South-Asian Journal of Multidisciplinary Studies, 3(3), 1-5.

Soraya, S. (2019, Oktober 13). KapanLagi.com. Retrieved from Nikita Mirzani ngamuk di

Instagram, gara-gara sindiran Jerinx SID?:

https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/nikita-mirzani-ngamuk-di-instagram-

gara-gara-sindiran-jerinx-sid-54e74b.html

Syno, B. (2019, Oktober 13). UC News. Retrieved from Di kritik pedas oleh Brandon Kent,

ini jawaban Atta Halilintar!: https://www.ucnews.id/news/Di-Kritik-Pedas-Oleh-

Brandon-Kent-Ini-Jawaban-Atta-Halilintar-/243427914621045.html

Topcu, Ç., & Erdur-Baker, Ö. (2010). The revised cyber bullying inventory (RCBI): Validity

and reliability studies. Procedia-social and behavioral sciences, 5, 660-664. Doi:

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.07.161

Twenge, J. M. (2019, Oktober 13). Child Mind Institute. Retrieved from Smartphones and

social media: https://childmind.org/report/2017-childrens-mental-health-

report/smartphones-social-media/

Umar, J., Mardapi, D., et.al (2015). JP3I. Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan

Indonesia, 4(1), 36-38. Doi: 10.15408/jp3i

Van Geel, M., Goemans, A., Toprak, F., & Vedder, P. (2017). Which personality traits are

related to traditional bullying and cyberbullying? A study with the big five, dark

triad and sadism. Personality and Individual Differences, 106, 231-235. Doi:

10.1016/j.paid.2016.10.063

Wachs, S., Junger, M., & Sittichai, R. (2015). Traditional, cyber and combined bullying roles:

Differences in risky online and offline activities. Societies, 5(1), 109-135. Doi:

https://doi.org/10.3390/soc5010109

Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi edisi ke sembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wardani, A. S. (2017, July 13). Liputan 6. Retrieved from Tekno.liputan6.com:

http://tekno.liputan6.com/read/3020349/studi-tindak-bullying-di-internet-meningkat

Willard, N. E. (2005). Educator’s guide to cyberbullying and cyberthreats. Center for safe and

responsible use of the internet, 1-2.

Wong, D. S., Chan, H. C. O., & Cheng, C. H. (2014). Cyberbullying perpetration and

victimization among adolescents in Hong Kong. Children and youth services review,

36, 133-140. Doi: https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2013.11.006

Page 110: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

96

Xiao, B. S., & Wong, Y. M. (2013). Cyber-bullying among university students: An empirical

investigation from the social cognitive perspective. International Journal of Business

and Information, 8(1).

Zhou, Y., Zheng, W., & Gao, X. (2018). The relationship between the big five and

cyberbullying among college students: the mediating effect of moral disengagement.

Current Psychology, 1-12. Doi: https://doi.org/10.1007/s12144-018-0005-6

Page 111: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

97

LAMPIRAN

Page 112: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

98

Lampiran 1

Modifikasi Alat Ukur Cyberbullying

No. Dimensi

cyberbullying

(Willard, 2005)

Item asli (Mayangsari, 2015) Modifikasi

1 Flaming :

pertengkaran

online dengan

menggunakan

bahasa yang kasar,

vulgar dan

menunjukkan

kemarahan. Biasa

terjadi di setting

public

1) Saya membalas seseorang yang menghina saya

di dunia maya

2) Saya mengirimkan kata-kata kasar kepada

seseorang di jejaring sosial ataupun chat room

ketika tersinggung

3) Saya meng-update status dalam akun jejaring

sosial menggunakan kata-kata yang menarik

perhatian

4) Saya sopan kepada siapapun dalam dunia maya

5) Saya menjaga perkataan saya ketika saya online

di jejaring sosial, forum, ataupun chat room

1) Saya membalas seseorang yang menghina

saya di Instagram / Youtube

2) Saya mengirimkan kata-kata kasar di

Instagram / Youtube ketika tersinggung

kepada seseorang

3) Saya mengirimkan kata-kata vulgar di

Instagram / Youtube ketika tersinggung

kepada seseorang

4) Saya mengirimkan pesan yang berisi ejekan

di Instagram / Youtube

5) Saya terlibat pertengkaran di kolom

komentar Instagram / Youtube dengan orang

lain

6) Saya sopan kepada siapapun di Instagram /

Youtube

2 Harassment :

berulangkali

mengirimkan

pesan penyerangan

dengan

melecehkan, jahat,

kasar, kejam dan

mengolok-olok

1) Saya meng-update status yang menghina

seseorang karena kesal terhadap orang tersebut

2) Saya berulangkali mengirimkan pesan melalui

situs jejaring sosial mengenai kebencian saya

terhadap seseorang secara online

1) Saya meng-update status di Instagram yang

menyindir seseorang karena kesal

terhadapnya

2) Saya mengomentari foto atau video

seseorang di Instagram / Youtube dengan

bahasa yang melecehkan

Page 113: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

99

3) Saya mengirimkan pesan kepada seseorang

di Instagram / Youtube dengan bahasa yang

kasar

4) Saya berulangkali mengirimkan pesan di

Instagram / Youtube mengenai kebencian

saya terhadap seseorang

5) Saya ikut berpartisipasi dalam polling di

Instagram / Youtube yang menunjukkan

kebencian atas seseorang

6) Saya mengirimkan pesan di Instagram /

Youtube yang berisi ancaman kepada orang

yang saya benci

3 Denigration :

mengirimkan atau

mem-posting

rumor mengenai

seseorang yang

tidak benar dan

bersifat

penghinaan, untuk

merusak

pertemanan atau

reputasi orang

tersebut

1) Saya menyebarkan gosip mengenai seseorang

melalui media online

2) Saya ikut berpartisipasi dalam polling yang

menunjukkan kebencian atas seseorang

3) Saya membuat atau ikut serta dalam group

facebook yang menunjukkan kebencian saya

terhadap seseorang

4) Saya mem-posting kata-kata kasar atau bohong

mengenai seseorang dalam situs jejaring sosial,

forum, blog atau chat room

5) Saya mengirimkan sms pesan melalui situs

jejaring sosial yang berisi ejekan dan atau

ancaman kepada seseorang yang saya benci

1) Saya menyebarkan gosip mengenai

seseorang di Instagram / Youtube

2) Saya menyebarkan informasi hoax (tidak

benar) mengenai seseorang di Instagram /

Youtube

3) Saya mem-posting kata-kata kebohongan

mengenai seseorang di Instagram / Youtube

4) Saya meng-edit dan upload foto seseorang di

Instagram / Youtube dengan tujuan

mempermalukannya

4 Impersonation :

berpura-pura

menjadi orang lain

dan mengirimkan

atau mem-posting

hal-hal yang dapat

membuat orang

1) Saya sign in menggunakan akun orang lain dan

meng-update status tanpa sepengetahuan orang

tersebut

2) Saya berpura-pura menjadi orang lain dan

mengirimkan pesan di media online atas

namanya, tanpa seizin orang tersebut

1) Saya log in Instagram / Youtube

menggunakan akun orang lain dan meng-

update status tanpa sepengetahuan orang

tersebut

2) Saya berpura-pura menjadi orang lain dan

mengirimkan pesan di Instagram / Youtube

atas namanya, tanpa seizin orang tersebut

Page 114: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

100

tersebut dalam

masalah atau

bahaya, merusak

pertemanan dan

reputasi orang

tersebut

3) Saya log in akun seseorang menggunakan

password-nya tanpa seizin orang tersebut

4) Saya mengirimkan email berisi hal yang tidak

benar dari akun orang lain tanpa sepengetahuan

orang tersebut

5) Saya sign in menggunakan akun orang lain untuk

mengumpulkan informasi

3) Saya log in akun Instagram / Youtube

seseorang menggunakan password-nya,

tanpa seizin orang tersebut

4) Saya mengirimkan pesan berisi hal yang

tidak benar dari akun Instagram / Youtube

orang lain, tanpa sepengetahuan orang

tersebut

5) Saya log in Instagram / Youtube

menggunakan akun orang lain untuk

mengumpulkan informasi

5 Outing :

menyebarkan

rahasia atau

informasi yang

mempermalukan

seseorang secara

online

1) Saya menyebarkan foto/video yang memalukan

mengenai seseorang dalam situs jejaring sosial,

forum atau chat room

2) Saya mem-forward percakapan pribadi dari IM

atau email tanpa persetujuan dari lawan bicara

3) Saya menggunakan informasi yang saya

dapatkan secara online untuk mengikuti,

mengejek, mempermalukan atau menghina

seseorang secara langsung

1) Saya menyebarkan foto atau video yang

memalukan mengenai seseorang di

Instagram / Youtube

2) Saya menyebarkan percakapan pribadi di

Instagram / Youtube tanpa persetujuan dari

lawan bicara

3) Saya menggunakan informasi yang saya

dapatkan untuk mengejek seseorang di

Instagram / Youtube

4) Saya menggunakan informasi yang saya

dapatkan untuk mempermalukan seseorang

di Instagram / Youtube

5) Saya menggunakan informasi yang saya

dapatkan untuk menghina seseorang di

Instagram / Youtube

6 Trickery :

membujuk

seseorang untuk

menceritakan

rahasia atau

informasi yang

memalukan, yang

1) Saya menguak rahasia seseorang dan

menyebarkan melalui media online

1) Saya dengan curang membujuk seseorang,

untuk mendapatkan kelemahannya dan

menyebarkannya di Instagram / Youtube

2) Saya membujuk seseorang agar ia mau

menceritakan aibnya, kemudian

menyebarkannya di Instagram / Youtube

Page 115: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

101

kemudian

disebarkan secara

online

3) Saya melakukan tipu daya untuk

mendapatkan informasi yang memalukan

mengenai seseorang, kemudian

menyebarkannya di Instagram / Youtube

4) Saya dengan tidak jujur, mendapatkan

informasi yang memalukan mengenai

seseorang, kemudian menyebarkannya di

Instagram / Youtube

5) Saya mendapatkan informasi rahasia tentang

seseorang dan menyebarkannya di

Instagram / Youtube

7 Exclusion :

mengucilkan

seseorang dan

secara sengaja

mengeluarkannya

dari group online

secara kasar

1) Saya menandai akun seseorang sebagai spam

agar orang tersebut tidak bisa mengakses

akunnya

2) Saya dan teman-teman sepermainan saya mem-

block akun seseorang, agar orang tersebut tidak

dapat mengakses informasi mengenai kami

3) Saya ikut ambil bagian dalam mengeluarkan

seseorang dari suatu group online

4) Saya mengajak teman-teman se-gang saya untuk

tidak mengajak salah satu teman yang saya tidak

sukai dalam suatu forum atau chat room online.

1) Saya menandai akun Instagram / Youtube

seseorang sebagai spam, agar saya tidak bisa

mengakses posting-an di akunnya

2) Saya dan teman-teman sepermainan mem-

block akun Instagram / Youtube seseorang,

agar orang tersebut tidak dapat mengakses

informasi mengenai kami

3) Saya ikut ambil bagian dalam mengeluarkan

seseorang dari suatu group di Instagram /

Youtube

4) Saya menghasut teman-teman saya untuk

tidak mengajak orang yang saya tidak sukai,

dalam suatu forum atau chat room di

Instagram / Youtube

Page 116: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

102

Adaptasi Alat Ukur BFI-K (Big Five Inventory-Kurzversion)

No Pernyataan Terjemahan

I see myself as someone who… Saya memandang diri saya sebagai seseorang yang...

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

…is outgoing, sociable

…generates a lot of enthusiasm

…tends to be quiet

…is reserved

…is generally trusting

…tends to find fault with others

…can be cold and aloof

…is sometimes rude to others

…does things efficiently

…does a thorough job

…makes plans and follows through with them

…tends to be lazy

…gets nervous easily

…worries a lot

…is depressed, blue

…is relaxed, handles stress well

…values artistic, aesthetic experiences

…is curious about many different things

…has an active imagination

…is ingenious, a deep thinker

…has few artistic interests

ramah, mudah bergaul

mudah membangkitkan antusiasme

cenderung pendiam

tidak mudah bergaul

secara umum, mudah percaya

cenderung mencari kesalahan orang lain

bisa menjadi dingin dan menyendiri

terkadang kasar kepada orang lain

melakukan berbagai hal dengan efisien

melakukan pekerjaan dengan menyeluruh

membuat perencanaan dan menindaklanjutinya

cenderung malas

mudah cemas

mudah khawatir

depresi, murung

santai, mengatasi stress dengan baik

menghargai seni dan pengalaman estetika

ingin tahu banyak hal yang berbeda

memiliki imajinasi yang aktif

pandai, seorang pemikir yang mendalam

tidak terlalu tertarik kepada artistik

Page 117: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

103

Modifikasi Alat Ukur Moral Disengagement Scale

No (Hymel, 2005) Modifikasi

1 Bullying is just a normal part

of being a kid

Bully di media sosial (cyberbullying) merupakan hal

yang biasa di kalangan remaja

2 Bullying is a criminal

offense

Bully di media sosial (cyberbullying) adalah sebuah

tindakan criminal

3 It’s okay to join in when

someone you don’t like is

being bullied

Tidak masalah bergabung dalam mem-bully

seseorang yang tidak kita sukai

4 Sometimes it’s okay to bully

other people

Terkadang tidak masalah mem-bully orang lain

5 In group of friends, bullying

is okay

Di antara kelompok pertemanan, mem-bully di

media sosial (cyberbullying) adalah hal yang biasa

6 Adults at school should be

responsible for protecting

kids from bullies

Orang dewasa di lingkungan sekolah seharusnya

bertanggung jawab melindungi murid dari

cyberbullying

7 When I see another kid

getting bullied, there’s

nothing I can do to stop it

Saat melihat orang lain di-bully, saya tidak bisa

berbuat apapun untuk menghentikannya

8 It’s my responsibility to

intervene or do something

when I see bullying

Saya bertanggung jawab untuk menolong seseorang

yang di-bully

9 Bullying gets kids to

understand what is

important to the group

Bully di media sosial (cyberbullying) menjadikan

seseorang lebih mengerti apa yang penting dalam

sebuah kelompok

10 Getting bullied helps to

make people tougher

Di-bully di media sosial (cyberbullying) membuat

orang lebih kuat

11 Some kids need to be picked

on just to teach them a lesson

Terkadang seseorang perlu di-bully untuk

mendapatkan pelajaran

12 Bullying can be a good way

to solve problems

Bully di media sosial (cyberbullying) bisa menjadi

cara yang baik untuk menyelesaikan masalah

Page 118: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

104

13 Kids get bullied because

they are different

Seseorang di-bully di media sosial (cyberbullying),

dikarenakan mereka berbeda

14 Some kids get bullied

because they deserve it

Beberapa orang di-bully di media sosial

(cyberbullying), karena mereka pantas

mendapatkannya

15 Some kids get bullied

because they hurt other kids

Beberapa orang di-bully di media sosial

(cyberbullying), karena mereka menyakiti orang lain

16 It’s okay to pick on losers Tidak masalah mem-bully seorang pecundang

17 If kids didn’t cry or give in

so easily they wouldn’t get

bullied so much

Orang yang tidak cengeng dan tidak mudah

menyerah, jarang di-bully di media sosial

(cyberbullying)

18 Most students who get

bullied bring it on

themselves

Kebanyakan orang yang di-bully di media sosial

(cyberbullying) dikarenakan perbuatan mereka

sendiri

Page 119: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

105

Adaptasi Alat Ukur UCLA Loneliness Scale (Version 3)

No. Pernyataan Terjemahan

1 How often do you feel that you are “in tune” with the people

around you?

Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu “selaras” dengan orang-

orang di sekitarmu?

2 How often do you feel that you lack companionship? Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu kurang bersahabat?

3 How often do you feel that there is no one you can turn to? Seberapa sering kamu merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat

kamu andalkan?

4 How often do you feel alone? Seberapa sering kamu merasa sendiri?

5 How often do you feel part of a group of friends? Seberapa sering kamu merasa menjadi bagian dari sekelompok

pertemanan?

6 How often do you feel that you have a lot in common with the

people around you?

Seberapa sering kamu merasa memiliki banyak kesamaan dengan

orang-orang di sekitarmu?

7 How often do you feel that you are no longer close to anyone? Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu sudah tidak lagi dekat

dengan siapapun?

8 How often do you feel that your interests and ideas are not

shared by those around you?

Seberapa sering kamu merasa bahwa minat dan idemu disimpan sendiri,

tanpa diceritakan dengan orang-orang di sekitarmu?

9 How often do you feel outgoing and friendly? Seberapa sering kamu merasa ramah dan bersahabat?

10 How often do you feel close to people? Seberapa sering kamu merasa dekat dengan orang lain?

11 How often do you feel left out? Seberapa sering kamu merasa ditinggalkan?

12 How often do you feel that your relationships with others are

not meaningful?

Seberapa sering kamu merasa bahwa hubunganmu dengan orang lain

tidak berarti?

13 How often do you feel that no one really knows you well? Seberapa sering kamu merasa bahwa tidak ada seorang pun yang benar-

benar mengenalmu dengan baik?

14 How often do you feel isolated from others? Seberapa sering kamu merasa terasing dari orang lain?

15 How often do you feel you can find companionship when you

want it?

Seberapa sering kamu merasa dapat menemukan persahabatan saat

kamu menginginkannya?

16 How often do you feel that there are people who really

understand you?

Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang yang benar-benar

mengerti kamu?

17 How often do you feel shy? Seberapa sering kamu merasa malu?

18 How often do you feel that people are around you but not with

you?

Seberapa sering kamu merasa bahwa banyak orang berada di

sekelilingmu, tapi tidak bersamamu?

Page 120: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

106

19 How often do you feel that there are people you can talk to? Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang yang bisa kamu ajak

bicara?

20 How often do you feel that there are people you can turn to? Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang yang bisa kamu

andalkan?

Page 121: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

107

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera, semoga kita selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Saya

Rahmawati, mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat ini

sedang melakukan penelitian skripsi mengenai cyberbullying (bully di media sosial). Bersama

dengan hal ini, saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Silahkan Anda mengisi kuesioner dengan mengikuti petunjuk pengisian yang diberikan, tidak

ada jawaban benar maupun salah dalam kuesioner ini. Jawablah pernyataan sesuai dengan

apa yang Anda rasakan atau alami saat ini. Data yang Anda berikan akan dijamin

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian dan

bantuannya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hormat saya,

Rahmawati

DATA REPONDEN

Nama : …………………………………………..

Usia : …………………………………………..

Jenis Kelamin : …………………………………………..

Daerah tempat tinggal : (Jakarta/Bogor/Depok/Tangerang/Bekasi)

*) Bulatkan sesuai daerah tempat tinggal

Nomor Hp / WhatsApp : ………………… (Harap diisi untuk undian saldo gopay/ovo/pulsa)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini.

…………………………..

(Nama dan Tanda Tangan)

Page 122: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

108

SKALA 1

INSTRUKSI

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah

pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan memberi tanda centang (✓).

Tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan

Anda.

Keterangan :

SS : Sangat Sering

S : Sering

J : Jarang

SJ : Sangat Jarang

No Pernyataan SJ J S SS

1 Saya membalas seseorang yang menghina saya di

Instagram / Youtube

2 Saya mengirimkan kata-kata kasar di Instagram /

Youtube ketika tersinggung kepada seseorang

3 Saya mengirimkan kata-kata vulgar di Instagram /

Youtube ketika tersinggung kepada seseorang

4 Saya mengirimkan pesan yang berisi ejekan di

Instagram / Youtube

5 Saya terlibat pertengkaran di kolom komentar

Instagram / Youtube dengan orang lain

6 Saya sopan kepada siapapun di Instagram /

Youtube

7 Saya meng-update status di Instagram yang

menyindir seseorang karena kesal terhadapnya

8 Saya mengomentari foto atau video seseorang di

Instagram / Youtube dengan bahasa yang

melecehkan

9 Saya mengirimkan pesan kepada seseorang di

Instagram / Youtube dengan bahasa yang kasar

10 Saya berulangkali mengirimkan pesan di

Instagram / Youtube mengenai kebencian saya

terhadap seseorang

Page 123: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

109

11 Saya ikut berpartisipasi dalam polling di Instagram

/ Youtube yang menunjukkan kebencian atas

seseorang

12 Saya mengirimkan pesan di Instagram / Youtube

yang berisi ancaman kepada orang yang saya benci

13 Saya menyebarkan gosip mengenai seseorang di

Instagram / Youtube

14 Saya menyebarkan informasi hoax (tidak benar)

mengenai seseorang di Instagram / Youtube

15 Saya mem-posting kata-kata kebohongan

mengenai seseorang di Instagram / Youtube

16 Saya meng-edit dan upload foto seseorang di

Instagram / Youtube dengan tujuan

mempermalukannya

17 Saya log in Instagram / Youtube menggunakan

akun orang lain dan meng-update status tanpa

sepengetahuan orang tersebut

18 Saya berpura-pura menjadi orang lain dan

mengirimkan pesan di Instagram / Youtube atas

namanya, tanpa seizin orang tersebut

19 Saya log in akun Instagram / Youtube seseorang

menggunakan password-nya, tanpa seizin orang

tersebut

20 Saya mengirimkan pesan berisi hal yang tidak

benar dari akun Instagram / Youtube orang lain,

tanpa sepengetahuan orang tersebut

21 Saya log in Instagram / Youtube menggunakan

akun orang lain untuk mengumpulkan informasi

22 Saya menyebarkan foto atau video yang

memalukan mengenai seseorang di Instagram /

Youtube

23 Saya menyebarkan percakapan pribadi di

Instagram / Youtube tanpa persetujuan dari lawan

bicara

24 Saya menggunakan informasi yang saya dapatkan

untuk mengejek seseorang di Instagram / Youtube

25 Saya menggunakan informasi yang saya dapatkan

untuk mempermalukan seseorang di Instagram /

Youtube

Page 124: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

110

26 Saya menggunakan informasi yang saya dapatkan

untuk menghina seseorang di Instagram / Youtube

27 Saya dengan curang membujuk seseorang, untuk

mendapatkan kelemahannya dan menyebarkannya

di Instagram / Youtube

28 Saya membujuk seseorang agar ia mau

menceritakan aibnya, kemudian menyebarkannya

di Instagram / Youtube

29 Saya melakukan tipu daya untuk mendapatkan

informasi yang memalukan mengenai seseorang,

kemudian menyebarkannya di Instagram / Youtube

30 Saya dengan tidak jujur, mendapatkan informasi

yang memalukan mengenai seseorang, kemudian

menyebarkannya di Instagram / Youtube

31 Saya mendapatkan informasi rahasia tentang

seseorang dan menyebarkannya di Instagram /

Youtube

32 Saya menandai akun Instagram / Youtube

seseorang sebagai spam, agar saya tidak bisa

mengakses posting-an di akunnya

33 Saya dan teman-teman sepermainan mem-block

akun Instagram / Youtube seseorang, agar orang

tersebut tidak dapat mengakses informasi

mengenai kami

34 Saya ikut ambil bagian dalam mengeluarkan

seseorang dari suatu group di Instagram / Youtube

35 Saya menghasut teman-teman saya untuk tidak

mengajak orang yang saya tidak sukai, dalam suatu

forum atau chat room di Instagram / Youtube

SKALA 2

INSTRUKSI

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan berupa "Bagaimana Anda memandang diri Anda".

Anda diminta untuk memilih salah satu bulatan yang tersedia dengan memberi tanda centang

(✓). Semakin ke kanan bulatan, pernyataan semakin sesuai menggambarkan diri Anda.

Sebaliknya, semakin ke kiri bulatan, pernyataan semakin tidak sesuai menggambarkan

diri Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai

dengan keadaan Anda.

Page 125: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

111

No Pernyataan Jawaban

Saya memandang diri saya sebagai

seseorang yang…

1 ramah, mudah bergaul Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

2 mudah membangkitkan antusiasme Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

3 cenderung pendiam Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

4 tidak mudah bergaul Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

5 secara umum, mudah percaya Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

6 cenderung mencari kesalahan orang lain Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

7 bisa menjadi dingin dan menyendiri Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

8 terkadang kasar kepada orang lain Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

9 melakukan berbagai hal dengan efisien Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

10 melakukan pekerjaan dengan menyeluruh Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

11 membuat perencanaan dan

menindaklanjutinya

Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

12 cenderung malas Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

13 mudah cemas Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

14 mudah khawatir Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

15 depresi, murung Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

16 santai, mengatasi stress dengan baik Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

17 menghargai seni dan pengalaman estetika Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

18 ingin tahu banyak hal yang berbeda Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

Page 126: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

112

19 memiliki imajinasi yang aktif Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

20 pandai, seorang pemikir yang mendalam Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

21 tidak terlalu tertarik pada artistik Sangat Tidak Sesuai O O O O O Sangat

Sesuai

SKALA 3

INSTRUKSI

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah

pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan memberi tanda centang (✓).

Tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan

Anda.

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1 Bully di media sosial (cyberbullying) merupakan

hal yang biasa di kalangan remaja

2 Bully di media sosial (cyberbullying) adalah

sebuah tindakan criminal

3 Tidak masalah bergabung dalam mem-bully

seseorang yang tidak kita sukai

4 Terkadang tidak masalah mem-bully orang lain

5 Di antara kelompok pertemanan, mem-bully di

media sosial (cyberbullying) adalah hal yang biasa

6 Orang dewasa di lingkungan sekolah seharusnya

bertanggung jawab melindungi murid dari

cyberbullying

7 Saat melihat orang lain di-bully, saya tidak bisa

berbuat apapun untuk menghentikannya

8 Saya bertanggung jawab untuk menolong

seseorang yang di-bully

Page 127: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

113

9 Bully di media sosial (cyberbullying) menjadikan

seseorang lebih mengerti apa yang penting dalam

sebuah kelompok

10 Di-bully di media sosial (cyberbullying) membuat

orang lebih kuat

11 Terkadang seseorang perlu di-bully untuk

mendapatkan pelajaran

12 Bully di media sosial (cyberbullying) bisa menjadi

cara yang baik untuk menyelesaikan masalah

13 Seseorang di-bully di media sosial

(cyberbullying), dikarenakan mereka berbeda

14 Beberapa orang di-bully di media sosial

(cyberbullying), karena mereka pantas

mendapatkannya

15 Beberapa orang di-bully di media sosial

(cyberbullying), karena mereka menyakiti orang

lain

16 Tidak masalah mem-bully seorang pecundang

17 Orang yang tidak cengeng dan tidak mudah

menyerah, jarang di-bully di media sosial

(cyberbullying)

18 Kebanyakan orang yang di-bully di media sosial

(cyberbullying) dikarenakan perbuatan mereka

sendiri

SKALA 4

INSTRUKSI

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah

pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan memberi tanda centang (✓).

Tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan

Anda.

Keterangan :

S : Sering

KK : Kadang-kadang

J : Jarang

TP : Tidak Pernah

Page 128: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

114

No Pernyataan TP J KK S

1 Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu

“selaras” dengan orang-orang di sekitarmu?

2 Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu kurang

bersahabat?

3 Seberapa sering kamu merasa bahwa tidak ada

seorang pun yang dapat kamu andalkan?

4 Seberapa sering kamu merasa sendiri?

5 Seberapa sering kamu merasa menjadi bagian dari

sekelompok pertemanan?

6 Seberapa sering kamu merasa memiliki banyak

kesamaan dengan orang-orang di sekitarmu?

7 Seberapa sering kamu merasa bahwa kamu sudah

tidak lagi dekat dengan siapapun?

8 Seberapa sering kamu merasa bahwa minat dan

idemu disimpan sendiri, tanpa diceritakan dengan

orang-orang di sekitarmu?

9 Seberapa sering kamu merasa ramah dan

bersahabat?

10 Seberapa sering kamu merasa dekat dengan orang

lain?

11 Seberapa sering kamu merasa ditinggalkan?

12 Seberapa sering kamu merasa bahwa hubunganmu

dengan orang lain tidak berarti?

13 Seberapa sering kamu merasa bahwa tidak ada

seorang pun yang benar-benar mengenalmu

dengan baik?

14 Seberapa sering kamu merasa terasing dari orang

lain?

15 Seberapa sering kamu merasa dapat menemukan

persahabatan saat kamu menginginkannya?

16 Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang

yang benar-benar mengerti kamu?

17 Seberapa sering kamu merasa malu?

18 Seberapa sering kamu merasa bahwa banyak orang

berada di sekelilingmu, tapi tidak bersamamu?

19 Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang

yang bisa kamu ajak bicara?

20 Seberapa sering kamu merasa bahwa ada orang

yang bisa kamu andalkan?

Page 129: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

115

Lampiran 3

FORMAT KUESIONER ONLINE

Page 130: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

116

Format kuesioner online ini diambil dengan menggunakan handphone.

Page 131: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

117

Lampiran 4

HASIL CFA KONSTRUK CYBERBULLYING

UJI VALIDITAS CYBERBULLYING

DA NI=35 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23

X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35

PM SY FI=CYBERBULLYING.COR

MO NX=35 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

CYBERBULLYING

FR TD 15 14 TD 26 25 TD 28 21 TD 3 2 TD 21 19 TD 20 19

FR TD 34 33 TD 9 8 TD 29 27 TD 18 17 TD 33 32 TD 24 12

FR TD 14 13 TD 28 13 TD 24 3 TD 31 17 TD 28 1 TD 20 2

FR TD 32 2 TD 28 7 TD 11 10 TD 25 24 TD 22 16 TD 32 10

FR TD 28 6 TD 26 24 TD 28 26 TD 31 26 TD 7 3 TD 31 20

FR TD 24 16 TD 23 8 TD 33 25 TD 18 10 TD 19 17 TD 35 2

FR TD 35 33 TD 24 22 TD 35 34 TD 27 22 TD 22 12 TD 32 22

FR TD 17 16 TD 31 24 TD 34 21 TD 10 7 TD 33 7 TD 33 21

FR TD 19 15 TD 32 19 TD 16 14 TD 29 14 TD 29 8 TD 17 14

FR TD 26 3 TD 10 9 TD 27 9 TD 22 9 TD 4 2 TD 4 3 TD 19 12

FR TD 12 5 TD 13 5 TD 5 1 TD 28 5 TD 22 18 TD 30 18 TD 33 18

FR TD 32 18 TD 23 18 TD 31 18 TD 23 3 TD 23 14 TD 23 12 TD 20 17

FR TD 27 14 TD 31 30 TD 15 1 TD 29 26 TD 32 1 TD 29 12 TD 31 22

FR TD 27 24 TD 14 2 TD 34 9 TD 32 29 TD 26 9 TD 28 9 TD 31 8

FR TD 32 5 TD 25 12 TD 34 12 TD 19 7 TD 32 16 TD 30 17 TD 30 27

FR TD 30 29 TD 27 8 TD 12 11 TD 35 28 TD 12 3 TD 9 6 TD 27 4

FR TD 23 21 TD 32 27 TD 27 10 TD 30 14 TD 30 16 TD 26 1 TD 27 25

FR TD 33 24 TD 6 5 TD 22 11 TD 10 2 TD 33 20 TD 33 26 TD 18 13

FR TD 34 14 TD 33 14 TD 14 11 TD 22 3 TD 12 6 TD 18 6 TD 8 6

FR TD 17 12 TD 21 17 TD 27 17 TD 29 17 TD 34 17 TD 21 2 TD 27 26 TD 23 19

FR TD 23 22 TD 25 4 TD 15 4 TD 15 3 TD 31 15 TD 19 14 TD 17 2 TD 21 5 TD 14 12

FR TD 28 14 TD 30 20 TD 20 18 TD 24 19 TD 31 19 TD 28 15 TD 15 9 TD 33 17 TD 30 6

FR TD 34 6 TD 19 5 TD 8 1 TD 27 18 TD 19 18 TD 21 18 TD 34 18 TD 21 16 TD 16 8 TD 19 16

FR TD 24 4 TD 24 21 TD 23 20 TD 28 20 TD 20 12 TD 26 12 TD 18 16 TD 33 31 TD 33 30

FR TD 16 12 TD 22 15 TD 29 23 TD 29 19 TD 15 12 TD 33 19 TD 33 23 TD 17 5 TD 14 5 TD 5 2

FR TD 35 13 TD 24 5 TD 23 5 TD 29 5 TD 35 11 TD 11 2 TD 35 7 TD 35 32 TD 32 28 TD 30 24

FR TD 26 16 TD 18 7 TD 20 13 TD 31 13 TD 29 13 TD 20 5 TD 20 15 TD 11 5 TD 10 5 TD 33 27

FR TD 33 3 TD 33 2 TD 34 29 TD 19 6 TD 7 6 TD 29 1 TD 10 6 TD 10 4

PD

OU TV SS MI AD=OFF

Page 132: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

118

Page 133: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

119

HASIL CFA KONSTRUK KEPRIBADIAN

1. EXTRAVERSION

UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION

DA NI=4 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=EXTRAVERSION.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

EXTRAVERSION

FR TD 2 1 TD 4 1

PD

OU TV SS MI

Page 134: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

120

2. AGREEABLENESS

UJI VALIDITAS AGREE

DA NI=4 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=AGREE.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST

LK

AGREE

PD

OU TV SS MI ME=UL

Page 135: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

121

3. CONCIENTIOUSNESS

UJI VALIDITAS CONSCIENTIOUSNESS

DA NI=4 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=CONSCIENTIOUSNESS.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

CONSCIENTIOUSNESS

FR TD 4 1 TD 4 2

PD

OU TV SS MI

Page 136: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

122

4. NEUROTICISM

UJI VALIDITAS NEUROTICISM

DA NI=4 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=NEUROTICISM.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

NEUROTICISM

FR TD 4 3 TD 3 2

PD

OU TV SS MI

Page 137: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

123

5. OPENNESS TO EXPERIENCE

UJI VALIDITAS OPENNESS TO EXPERIENCE

DA NI=5 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5

PM SY FI=OPENNESS.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

OPENNESS TO EXPERIENCE

FR TD 5 1 TD 5 3

PD

OU TV SS MI

Page 138: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

124

HASIL CFA KONSTRUK MORAL DISENGAGEMENT

1. COGNITIVE RESTRUCTURING

UJI VALIDITAS COGNITIVE RESTRUCTURING

DA NI=5 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5

PM SY FI=COGNITIVE.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

COGNITIVE RESTRUCTURING

FR TD 5 1 TD 2 1 TD 4 3

PD

OU TV SS MI

Page 139: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

125

2. MINIMIZING AGENCY

UJI VALIDITAS MINIMIZING AGENCY

DA NI=3 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3

PM SY FI=MINI.COR

MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST

LK

MINIMIZING

PD

OU TV SS MI

Page 140: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

126

3. DISTORTION OF NEGATIVE CONSEQUENCES

UJI VALIDITAS DNC

DA NI=4 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=DNC.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

DNC

FR TD 4 3 TD 3 1

PD

OU TV SS MI

Page 141: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

127

4. BLAMING / DEHUMANIZING THE VICTIM

UJI VALIDITAS BDC

DA NI=6 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6

PM SY FI=BDC.COR

MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

BDC

FR TD 6 5 TD 6 1

PD

OU TV SS MI

Page 142: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

128

HASIL CFA KONSTRUK LONELINESS

UJI VALIDITAS LONELINESS

DA NI=20 NO=257 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20

PM SY FI=LONELINESS.COR

MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

LONELINESS

FR TD 10 6 TD 16 15 TD 11 4 TD 20 16 TD 6 5 TD 10 9

FR TD 6 1 TD 10 5 TD 9 2 TD 19 9 TD 20 14 TD 8 7 TD 14 9

FR TD 13 12 TD 18 17 TD 12 6 TD 11 6 TD 19 16 TD 20 19 TD 15 11

FR TD 13 3 TD 18 1 TD 18 6 TD 7 6 TD 19 2 TD 10 1 TD 9 1 TD 5 1

FR TD 17 10 TD 7 5 TD 5 2 TD 20 8 TD 20 3 TD 12 5 TD 19 8 TD 7 3

FR TD 19 13 TD 13 9 TD 19 3 TD 15 4 TD 5 4 TD 14 6 TD 11 10 TD 2 1

FR TD 6 3 TD 15 5 TD 14 3 TD 19 11 TD 11 9 TD 19 4 TD 14 12 TD 10 3

FR TD 16 10 TD 15 10 TD 15 6 TD 20 12 TD 20 13 TD 14 13 TD 13 4 TD 11 1

FR TD 9 4 TD 10 4 TD 18 15 TD 15 8 TD 12 9

PD

OU TV SS MI

Page 143: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

129

Lampiran 5

HASIL ANALISIS REGRESI BERGANDA

Descriptive Statistics

Page 144: PENGARUH KEPRIBADIAN, MORAL DISENGAGEMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49619/1/RAHMA… · Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Agustus

130

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

.108a

.351b

.352c

.355d

.355e

.602f

.602g

.612h

.617i

.618j

.012

.123

.124

.126

.126

.363

.363

.374

.381

.382

.008

.116

.113

.112

.109

.348

.345

.354

.358

.357

9.80367

9.25365

9.26882

9.27435

9.29076

7.95036

7.96564

7.90945

7.88572

7.89016

.012

.111

.001

.002

.000

.237

.000

.011

.007

.001

3.031

32.215

.169

.698

.110

92.770

.041

4.551

2.495

.722

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

255

254

253

252

251

250

249

248

247

246

.083

.000

.681

.404

.740

.000

.839

.034

.116

.396

a. Predictors : (Constant), extraversion

b. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness

c. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness

d. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism

e. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness

f. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,

cognitive

g. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,

cognitive, minimizing

h. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,

cognitive, minimizing, distortion

i. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,

cognitive, minimizing, distortion, blaming

j. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,

cognitive, minimizing, distortion, blaming, loneliness