PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR...

81
PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial oleh ANNE NORMADIAH NIM. 106083003623 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR...

Page 1: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK

PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial

oleh

ANNE NORMADIAH

NIM. 106083003623

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

ii

PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK

PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Hubungan Internasional

oleh :

ANNE NORMADIAH

NIM. 106083003623

di Bawah Bimbingan

Pembimbing Penasehat Akademik

Kiky Rizky, M.Si Ali Munhanif, Ph.D

NIP. 197303212008011002 NIP. 196902011994031002

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepentingan Minyak Pada Kebijakan

Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Invasi Irak Tahun 2003” telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Program Strata 1 (S1) Jurusan Ilmu Hubungan Intenasional.

Jakarta, 16 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Jurusan Sekretaris Jurusan

Dina Afrianty, Ph.D Agus Nilmada Azmi, M.Si.

NIP. 1973041199032002 NIP.197808042009121002

Pembimbing

Kiky Rizky, M.Si.

NIP. 197303212008011002

Penguji I Penguji II

Dina Afrianty, Ph.D M. Adian Firnas, M.Si.

NIP. 1973041199032002

Page 4: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Juni 2011

Anne Normadiah

Page 5: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

v

ABSTRAK

Pada 20 Maret 2003 Amerika Serikat melakukan serangan invasi militer ke

Irak yang tidak mendapatkan justifikasi dari dunia internasional, meskipun

Amerika Serikat telah mengemukakan alasan dan justifikasinya sendiri. Terdapat

kecenderungan bahwa alasan kerentanan keamanan energi dalam negeri Amerika

Seerikat telah menuntut Amerika Serikat untuk tetap menyerang Irak agar

mendapatkan akses terhadap cadangan minyak di Irak

Penelitian ini memiliki temuan bahwa bertambahnya jumlah penduduk

dunia, kemajuan industri dan transportasi telah membuat semakin tingginya

tingkat ketergantungan terhadap minyak dunia, hal ini akan menyebabkan

cadangan minyak dunia akan semakin menipis dan lama kelamaan akan habis.

Amerika Serikat sebagai negara industri maju memiliki kepentingan untuk

mengamankan suplai minyak di berbagai wilayah di dunia termasuk di Irak,

mengingat Irak memiliki cadangan minyak yang cukup besar yakni sekitar 112

miliar barel. Kebijakan invasi pun digunakan Amerika Serikat untuk mencapai

kepentingannya tersebut karena selain bertujuan untuk mencapai kepentingan

akan minyak milik Irak, keuntungan ekonomi lain pun akan diperoleh Amerika

Serikat sebagai dampak dipilihnya kebijakan tersebut.

Berdasarkan persoalan penelitian, maka konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan

nasional. Skripsi ini menggunakan metode dengan teknik pengumpulan data

berupa studi kepustakaan melalui buku-buku, jurnal, koran, hasil penelitian, dan

terbitan-terbitan lainnya.

Kata Kunci : Kepentingan Minyak, Kebijakan Luar Negeri, Invasi Irak

Page 6: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepentingan Minyak Pada

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Invasi Irak Tahun 2003”.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Bahtiar Effendy, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kiky Rizky, M.Si., sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah

memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

4. Agus Nilmada Azmi, S.Ag., M.Si., sebagai Sekretaris Jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

5. Ali Munhanif, Ph.D., sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan berbagai

ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai

mahasiwi.

7. Yang tercinta Ibunda Eneng Rodiah dan Ayahanda Syahrul Basir selaku orang

tua penulis yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral

maupun material selama penulis menuntut ilmu. Penulis akan selalu ingat akan

jerih payah kalian, terutama ibunda tercinta yang selalu sabar tanpa pernah

mengeluh dan putus asa menanti ananda tercinta dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Teruntuk Hj. Maemunah, dan Hj. Yuyu Suprihatin selaku nenek penulis yang

telah memberi dorongan, baik moral maupun material selama penulis

Page 7: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

vii

menuntut ilmu, serta Aa Ardi Ferdiansyah san Rose Irma Anggraini selaku

kakak dan adik yang penulis sayangi, terima kasih atas dukungan dan do’a

kalian.

9. Teruntuk sahabat-sahabat terbaik penulis di HI; Ita Fatimah, Ayu Yukhaeroh,

Ikrimah, Hazrina, Dzuriah Tiara Hany. Kalian semua telah memberikan

pertemanan yang indah dengan segala suka duka dan canda tawa selama lima

tahun terakhir ini, serta telah memberikan dorongan semangat di saat penulis

putus asa dalam pembuatan skripsi ini. ”Love you guys....! ”

10. Ragil Wibisono yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluh kesah

penulis.

11. Terima kasih kepada sahabat penulis sejak masa kecil Mba Indah Fitriana

Hapsari, Dwi Pursitasari, dan Niar Daniar.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Rifqi Sazali, Muhammad Zubir, Maya Damayanti, Sabriela Yolanda, yang

telah sama-sama berjuang dalam proses pembuatan skripsi ini.

13. Seluruh teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional

kelas A angkatan 2006, kalian telah banyak memberikan warna dalam

kehidupan penulis, serta seluruh teman-teman Mahasiswa Jurusan Hubungan

Internasional angkatan 2006.

14. Teman-teman BEMJ Hubungan Internasional 2007/2008, yang telah banyak

mengajarkan dan membantu penulis dalam berorganisasi.

15. Teman-teman Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2007, 2008, dan 2009

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Page 8: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

viii

Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat

imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-

perbaikan ke depan.

Jakarta, 6 Juni 2011

Anne Normadiah

Page 9: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

D. Kerangka Pemikiran ................................................................... 8

E. Metode Penelitian ..................................................................... 16

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 16

BAB II KEPENTINGAN MINYAK AMERIKA SERIKAT

A. Pengertian Energi ...................................................................... 19

B. Jenis-Jenis Energi Amerika Serikat ........................................... 21

C. Kepentingan Keamanan Energi Bagi Amerika Serikat ............. 23

C.1. Nilai Penting Energi Bagi Amerika Serikat ..................... 23

C.2. Minyak dan Keamanan Energi Amerika Serikat .............. 27

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

A. Kebijakan Luar Negeri AS Pasca-Tragedi 9/11 ........................ 31

B. Kebijakan Bidang Politik Amerika Serikat di Timur Tengah ... 36

C. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Irak ............. 40

Page 10: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

x

BAB IV PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK DALAM

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS PADA PERANG IRAK

TAHUN 2003 ................................................................................... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 65

Daftar Pustaka ..................................................................................................... xi

Page 11: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tragedi penyerangan terhadap gedung kembar pencakar langit World

Trade Center (WTC) di New York serta gedung Pentagon di Washington DC,

Amerika Serikat pada 11 September 2001 telah membawa banyak perubahan pada

kebijakan luar negeri AS.1 Pascatragedi tersebut, AS terus-menerus

mengkampanyekan perang melawan terorisme ke berbagai negara di dunia.

Doktrin pre-emptive strike pun dianut AS. Inti dari doktrin ini adalah bahwa AS

harus melancarkan serangan terlebih dulu terhadap siapa atau negara manapun

yang oleh AS dipersepsikan potensial dapat menjadi ancaman bagi kepentingan

nasional AS.2 Dengan doktrin baru ini, AS melegalkan setiap serangannya

terhadap pihak yang menjadi ancaman bagi AS.

Dalam usahanya untuk memerangi terorisme, AS mengajak negara-negara

lain untuk ikut serta dalam perang melawan terorisme. AS pun membagi dunia ini

hanya menjadi dua, yaitu kami atau mereka yang dikenal dengan prinsip either or

(either you are with us or with our enemy), dan yang dimaksud dengan our enemy

oleh AS adalah kelompok teroris internasional.3 Jadi, siapa pun yang tidak mau

memerangi atau membantu AS dalam memerangi kaum teroris, apalagi yang

dicurigai atau dituduh mempunyai kaitan dengan kelompok teroris internasional,

maka mereka dapat dianggap sebagai musuh AS dan dengan sendirinya boleh

1Dalam penelitian ini tragedi penyerangan tersebut selanjutnya disebut sebagai Tragedi

9/11. 2Riza Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak,” Jurnal Demokrasi dan HAM, vol. 3, no. 2

(Mei-September 2003), h. 36. 3Ibid.

Page 12: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

2

untuk diperangi. Hal ini sesuai dengan isi pidato Presiden George Walker Bush

tanggal 11 September 2001 yang mengatakan bahwa AS tidak akan membedakan

antara teroris yang melakukan tindakan teror itu dan mereka yang melindungi.4

Ada yang menarik dari pernyataan Bush itu. Ia membuat pernyataan yang

cenderung tidak membedakan antara teroris dan mereka yang memberi tempat

atau melindungi teroris tersebut. Implikasi dari pernyataan tersebut adalah

dilancarkannya invasi militer terhadap Afganistan pada awal Oktober 2001. Invasi

dilaksanakan AS setelah pemerintahan Afganistan yang dikuasai Taliban menolak

untuk menyerahkan pemimpin Al-Qaeda, yakni Osama bin Laden yang diyakini

oleh AS sebagai yang bertanggung jawab atas terjadinya Tragedi 9/11.5

Selain melancarkan invasi terhadap Afganistan, implikasi lain dari

kampanye perang melawan terorisme tersebut adalah invasi militer terhadap Irak.

Invasi tersebut dilancarkan setelah tuduhan AS mengenai keterlibatan

pemerintahan Saddam Hussein dengan jaringan Al-Qaeda.6 Menurut AS, Irak

turut serta dalam jaringan teroris Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang

dituduh sebagai tokoh utama di balik Tragedi 9/11 yang menelan ribuan korban

jiwa.7 Bahkan selain tuduhan tersebut, AS juga menuduh Irak memiliki senjata

pemusnah massal. Dalam pidato tahunan Presiden George W. Bush yang dikenal

dengan sebutan pidato state of the union di hadapan Kongres AS pada 29 Januari

2002, Irak disebut-sebut sebagai negara yang memproduksi senjata pemusnah

massal. Irak juga dituding sebagai negara yang mendukung terorisme. Bersama

4Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum “Hawkish” (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2005), h . 96. 5Ibid., h. 97.

6Dhurorudin Mashad, Saddam Melawan AS (Jakarta: Pensil-324, 2003), h. 152.

7Para pejabat Irak diketahui berulang kali telah melakukan pertemuan dengan anggota Al-

Qaeda, khususnya dengan para anggota sel yang dipimpin Al Zarkawi yang tinggal di suatu tempat

di Irak bagian Timur Laut. Irak aktif berhubungan dengan Al-Qaeda terutama setelah peristiwa

peledakan bom di Kedutaan Besar AS di Kenya tahun 1998. Ibid.

Page 13: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

3

Korea Utara dan Iran, Irak dimasukkan dalam “poros setan” (axis of evil), dan

digolongkan sebagai rezim yang sangat berbahaya di dunia, yang mengancam AS

dengan senjata pemusnah dunia.8 Sehingga bagi Bush tidak ada pilihan lain selain

peran, kendati laporan hasil tim United Nations Monitoring, Verification and

Inspection Comission (UNMOVIC), yaitu tim inspeksi senjata yang diketuai Hans

Blix, maupun Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic

Energy Association (IAEA) sudah menyatakan tidak menemukan bukti-bukti

yang otentik dan akurat perihal kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak.9

Dijadikannya invasi Irak sebagai bagian dari kampanye perang melawan

terorisme AS merupakan hal yang cukup menarik. Meskipun tuduhan-tuduhan

AS terhadap Irak yang dikatakan memiliki senjata pemusnah massal dan Saddam

Hussein dituding memiliki hubungan dengan Al Qaeda tidak berhasil dibuktikan,

dalam kenyataannya AS pun tetap melancarkan invasi militernya ke Irak bahkan

meskipun tanpa mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).10

Pada awal Maret 2003, sebelum dilancarkannya invasi tersebut, AS dan

Inggris mengultimatum Irak, jika sampai 17 Maret 2003 belum menghancurkan

senjata pemusnah massalnya, negeri Saddam Hussein ini akan diserang.11

Waktu

itu Gedung Putih mengaku menemukan bukti-bukti baru bahwa Irak belum

menghancurkan senjata pemusnah massalnya. Sebelumnya, dalam konferensi pers

8Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum “Hawkish”, h. 73.

9Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h.147.

10AS tetap memutuskan untuk menyerang Irak secara unilateral dengan didukung oleh

beberapa negara yang termasuk dalam coalition of the willing, antara lain Inggris dan Australia,

pasukan AS menyerbu Irak tanpa mandat PBB. Anwar, Dewi Fortuna. “Tatanan Dunia Baru di

Bawah Hegemoni Amerika Serikat.” Jurnal Demokrasi dan HAM, vol. 3, no. 2 (Mei-September

2003): h. 8. 11

Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, h.147.

Page 14: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

4

yang diadakan pada 6 Maret 2003, Bush kembali menegaskan niatnya untuk

menginvasi Irak dengan atau tanpa persetujuan DK PBB.12

Presiden George W. Bush sendiri kembali menegaskan, Saddam Hussein

harus disingkirkan, kalau perlu dengan kekuatan.13

Tidak ada perubahan dari

posisi Presiden Bush yang tetap akan menginvasi Irak dengan atau tanpa payung

PBB. Perang menjadi satu-satunya tujuan untuk mencapai sasaran utamanya yaitu

menguasai minyak Ira.14

Sebaliknya, Irak justru menunjukkan sikapnya yang

kooperatif dengan membuka seluruh akses, termasuk ke Istana Kepresidenan, bagi

UNMOVIC maupun IAEA.15

Menurut juru bicara PBB di Irak Yasuhiro Ueki,

Irak pun kembali menghancukan tiga rudal dan lima mesin rudal.16

Sebelumnya,

Irak telah menghancurkan enam rudalnya. Sejak Februari 2003, Irak memang

telah memusnahkan puluhan Rudal Al-Samoud II yang dicurigai AS akan

menjangkau Israel.17

Meskipun tuduhan-tuduhan yang sebelumnya telah diutarakan

pemerintahan Presiden Bush terhadap Irak tidak terbukti kebenarannya, AS tetap

melancarkan invasi militernya ke Irak. Jelas terdapat perhitungan ekonomi dan

bisnis yang mendasari invasi AS ke Irak.18

Faktor minyak merupakan alasan lain

yang dapat menjelaskan ambisi besar AS menginvasi Irak, di samping faktor lain

seperti proyek rekonstruksi pascaperang yang akan menguntungkan AS.

12

Ibid. 13

Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak,” h. 33. 14

Ibid. 15

Pada awal Januari 2003, pemerintah Irak menyatakan menerima Resolusi Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 1441. Resolusi 1441 disahkan pada 8 November

2002, yang isinya antara lain menuntut Irak untuk mengizinkan dan memberikan akses sepenuhnya

kepada UNMOVIC dan IAEA untuk meneliti segala hal yang berkaitan dengan persenjataan yang

dimiliki Irak. Ibid. 16

Ibid. 17

Ibid. 18

Ibid., h. 38.

Page 15: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

5

Potensi minyak Irak menduduki urutan kedua terbesar di dunia. Menurut

Centre for Global Energy Studies (CGES) London, Irak diperkirakan memiliki

112 miliar barel cadangan minyak.19

Bahkan cadangan minyak Irak diperkirakan

lebih tinggi dari angka itu. Dengan kepemilikan jumlah cadangan minyak sebesar

itu, Irak merupakan pemilik 11% cadangan minyak dunia.

Minyak merupakan faktor yang cukup diperhitungkan pada kebijakan luar

negeri AS dalam hubungannya dengan berbagai kawasan di dunia, khususnya

dengan kawasan Timur Tengah termasuk Irak.20

Timur Tengah memiliki arti

yang menjadi lebih besar terlebih dengan cadangan minyak yang dimilikinya.

Minyak adalah bahan bakar utama dan bahan mentah yang paling diperlukan

dalam peradaban industrial kontemporer. Sampai sekarang komoditas minyak

memang belum dapat digantikan oleh energi lain untuk kebutuhan industri. Jadi,

penguasaan minyak sangat strategis untuk negara maju seperti AS. Terlebih

cadangan minyak yang dimiliki negara seperti Irak merupakan terbesar ke dua di

dunia setelah Arab Saudi. Inilah faktor yang menyebabkan AS ingin menguasai

Irak. Selain itu, dengan menguasai Irak, AS juga mendapatkan pijakan baru di

kawasan Teluk Parsi karena setelah Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979, AS

kehilangan basis utamanya di kawasan ini.21

Tingginya perhatian AS terhadap minyak di kawasan Timur Tengah

menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang cukup diperhitungkan oleh AS,

terlebih semenjak Dolar Amerika digunakan dalam transaksi perdagangan minyak

19

Ibid. 20

Timur Tengah merupakan terjemahan dari Middle East, suatu istilah yang sejak Perang

Dunia II digunakan orang-orang Inggris dan AS untuk menyebutkan kawasan yang sebagian besar

terletak di Asia Barat Daya dan Afrika Timur Laut, dan oleh sebab itu dapat dibatasi sebagai

jembatan antara Eropa, Asia, dan Afrika. Dipoyudo, Timur Tengah dalam Pergolakan, 2nd

ed.

(Jakarta: CSIS, 1982), h. 4. 21

Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak,” h. 30.

Page 16: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

6

internasional.22

Sejak digunakannya Dolar Amerika dalam transaksi perdagangan

minyak internasional, telah menjadikan AS sebagai hegemoni ekonomi dunia.

Namun demikian, terdapat kekhawatiran tersendiri bagi AS jika suatu saat negara-

negara produsen minyak mulai beralih dengan menggunakan mata uang lain

dalam penjualan minyaknya yakni dengan mengganti penggunaan Dolar Amerika

ke Euro. Dapat diketahui bahwa sejak munculnya Euro sampai terjadinya invasi

AS, Dolar Amerika perlahan demi perlahan mengalami keterpurukan dan Irak

yang menambah keterpurukan Dolar Amerika karena Irak yang pasca-Perang

Teluk II terkena sanksi ekonomi telah mengambil sikap dengan mengganti

penggunaan mata uang dalam transaksi penjualan minyaknya, yakni dari Dolar

Amerika ke Euro pada akhir tahun 2000. Padahal pada waktu itu nilai mata uang

Euro sangat rendah dibandingkan dengan Dolar Amerika. Sikap Irak itu dilihat

semata-mata hanya merupakan suatu gertakan politik, bukan merupakan suatu

pertimbangan ekonomi. Berdasarkan hal ini, maka dalam invasinya ke Irak, AS

sekaligus juga ingin menjaga stabilitas nilai Dolar Amerika terhadap Euro. Selain

itu, dengan cara menginvasi Irak, AS dapat menggertak negara-negara

Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) agar tetap menggunakan

Dolar Amerika sebagai alat pembayaran dalam transaksi penjualan minyaknya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keuntungan demi keuntungan khususnya

yang terkait dengan masalah ekonomi diperoleh pemerintah AS serta korporasi-

22

Pada tahun 1971 para anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

mengadakan pertemuan di Teheran (OPEC merupakan organisasi negara-negara pengekspor

minyak dunia yang terdiri dari 11 negara yaitu: Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Irak, Iran, Qatar,

Kuwait, Indonesia, Nigeria, Venezuela, dan Libya). Pertemuan ini disebabkan karena setelah

sepuluh tahun terbentuk, OPEC tidak dapat menstabilkan harga minyak. Pertemuan ini

membuahkan hasil agenda bersama yang berkaitan dengan harga minyak yaitu memberlakukan

penggunaan mata uang Dolar Amerika untuk pembelian minyak. Alasan yang sangat mendasar

atas penggunaan mata uang Dolar Amerika yakni agar terhindar dari fluktuasi nilai tukar yang

tidak stabil.

Page 17: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

7

korporasi yang berasal dari AS pascainvasi militer ke Irak. Perang Irak, perang

yang pada dasarnya didorong oleh imperialisme AS untuk menguasai sumber

minyak di Timur Tengah, yang diharapkan mampu menyediakan pasokan minyak

yang cukup bagi AS, memaksanya untuk mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Namun, jika diamati bahwa besarnya jumlah dana tersebut ternyata sebuah

investasi bisnis jangka panjang bagi kepentingan ekonomi AS di dunia.

Pemerintah AS menganggap, bahwa anggaran yang telah dikeluarkan akan

dikembalikan secara bertahap pascaperang. Uang yang dihasilkan dari adanya

bisnis rekonstruksi Irak ini akan disalurkan juga ke kas negara AS sebagai bentuk

kompensasi dan relasi yang kuat antara pihak korporasi dengan pemerintah.23

Infrastruktur Irak yang hancur setelah invasi AS membutuhkan sebuah program

rekonstruksi yang cepat di segala bidang. Beberapa bidang infrastruktur

merupakan aset ekonomi yang sangat berharga bagi AS. Aset ekonomi seperti

kilang minyak dan jalur pipanya adalah yang menjadi motif dominan serangan AS

atas Irak. Oleh karena itu, atas dasar inilah penulis merasa tertarik untuk

membahas lebih lanjut mengenai pengaruh minyak yang melatarbelakangi

kebijakan luar negeri AS dalam melancarkan Perang Irak tahun 2003.

B. Identifikasi Masalah

Dalam perkembangannya, pertanyaan yang muncul terkait tema yang

diangkat adalah:

“Mengapa kepentingan minyak mempengaruhi kebijakan luar negeri

Amerika Serikat dalam Perang Irak tahun 2003?”

23

Wirawan Sukarwo, Tentara Bayaran AS di Irak: Sebuah Konspirasi Neoliberal AS

untuk Memimpin Dunia (Jakarta: GagasMedia, 2009), h. 235.

Page 18: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kepentingan

minyak mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam Perang Irak

tahun 2003.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam melihat isu yang akan diteliti, yakni mengenai pengaruh

kepentingan ekonomi pada kebijakan luar negeri AS dalam Perang Irak tahun

2003, penulis menggunakan konsep tentang kebijakan luar negeri dan kepentingan

nasional, mengingat bahwa setiap kebijakan luar negeri yang diambil oleh

pemerintah menghadapi dunia internasional mengacu kepada kepentingan

nasional, sehingga keduanya merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan.

Setiap negara di dunia ini pasti memiliki kebijakan luar negeri dalam

melakukan hubungan internasionalnya dengan negara lain. Konsep mengenai

kebijakan luar negeri sebenarnya telah banyak dibahas oleh para peneliti ilmiah.

K. J. Holsti sebagai contohnya menganalisis kebijakan luar negeri menurut politik

internasional. Holsti menyebutkan bahwa kebijakan luar negeri dirancang untuk

mempertahankan atau mengubah suatu tujuan, keadaan, atau praktek dalam

lingkungan eksternal.24

Beberapa tujuan dirancang untuk mengubah keadaan-

keadaan luar negeri demi kepentingan mereka, kebanyakan dirancang untuk

memajukan tujuan-tujuan domestik, seperti: 1) keamanan, 2) otonomi, 3)

kesejahteraan ekonomi, 4) status atau prestise.25

24

K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, 6th

ed. (New Jersey:

Prenctice Hall, Inc., 1992) h. 269. 25

Ibid.

Page 19: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

9

Sementara menurut Prakash Chandra, kebijakan luar negeri adalah

aktivitas yang dilakukan oleh komunitas yang bertujuan untuk mempengaruhi dan

mengubah perilaku negara lain serta menyesuaikan diri mereka sendiri ke dalam

lingkungan eksternal.26

Kebijakan luar negeri ini bertujuan untuk memelihara

integritas negara, memajukan kepentingan ekonomi, menjamin keamanan

nasional, menjaga prestise nasional dan memperkuat kekuatan nasional, dan

memelihara tatanan dunia.27

Pokok permasalahan dalam penentuan kebijakan luar negeri pada

umumnya dititikberatkan pada usaha untuk memecahkan berbagai permasalahan,

baik yang berkaitan dengan masalah domestik maupun masalah eksternal suatu

negara serta mempromosikan sebuah perubahan. Sehingga studi ini memusatkan

perhatian pada usaha-usaha yang menggambarkan kepentingan, tindakan, dan

elemen-elemen kekuasaan negara-negara.

Berdasarkan kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan

dari lingkungan domestik dan eksternal merupakan suatu input yang kemudian

mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dan dipersepsikan oleh para

pembuat keputusan dalam suatu proses konversi menjadi output.28

Dalam hal ini,

faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri disederhanakan ke dalam

dua variabel di mana proses kebijakan luar negeri diposisikan sebagai variabel

dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diposisikan sebagai variabel

independen.

26

Prakash Chandra, International Politics (New Delhi: Vikas Publishing House PVT

LTD, 1979), h. 81. 27

Ibid. 28

Yayan Moch. Yani dan Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional

(Bandung: Rosda Karya, 2006), h.49.

Page 20: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

10

Kebijakan luar negeri sebagai output merupakan hasil pilihan yang

dilakukan oleh pejabat pemerintah. Untuk menerangkan atau mengerti output ini,

kita harus memperhatikan persepsi, citra, sikap, nilai-nilai, dan kepercayaan, dari

mereka yang bertanggung jawab dalam merumuskan tujuan dan pengaturan

tindakan. Kita dapat mengkombinasikan bermacam-macam faktor yang

mempengaruhi pilihan tujuan, keputusan, dan tindakan, menjadi definisi situasi.29

Definisi situasi harus mencakup faktor eksternal dan domestik, kondisi

kontemporer dan historis yang dianggap pembuat kebijakan relevan dengan setiap

masalah politik tertentu. Hal ini meliputi kejadian-kejadian penting, kebutuhan-

kebutuhan politik domestik dan luar negeri, nilai-nilai sosial dan imperatif

ideologis, keadaan pendapat umum, adanya kapabilitas, tingkat ancaman,

kesempatan yang dilaksanakan dalam satu situasi, konsekuensi yang telah diduga,

biaya untuk mempersiapkan tindakan, dan elemen-elemen waktu atau tuntutan

situasi tertentu.30

Tujuan dan tingkah laku politik luar negeri dapat berhubungan dengan: (1)

kesan, nilai-niilai, kepercayaan, dan personalitas atau kebutuhan politik dari

individu yang bertanggung jawab dalam penentuan tujuan, prioritas di antara

mereka, dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya; (2) struktur dan

kondisi internasional; (3) kebutuhan domestik; (4) atribut dan tingkah laku

nasional; (5) kapabilitas; (6) nilai-nilai sosial yang umum, dan berbagai

kepentingan kelompok khusus; (7) kebutuhan, nilai-nilai dan tradisi-tradisi

organisasi. Relevansi dari semua faktor ini sebagian besar tergantung pada sikap,

29

K. J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisa (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1987), h. 469. 30

Ibid.

Page 21: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

11

pendapat, dan maksud dari para pembuat kebijakan yang bertugas dalam

organisasi pengambilan keputusan yang mempunyai sasaran, fungsi, dan aturan.31

Setiap kebijakan luar negeri diformulasikan untuk mencapai suatu tujuan

nasional. Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui kebijakan luar negeri

merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan

nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang

dimiliki untuk menjangkaunya.

Keputusan dan tindakan dalam menentukan kebijakan luar negeri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal baik dari lingkungan eksternal

maupun lingkungan internal. Faktor-faktor yang mendasari dan menentukan

rencana-rencana dan pilihan-pilihan yang dibuat oleh para pembuat keputusan

sangatlah banyak untuk disebutkan. Karena itu, perlu suatu pengelompokkan

faktor-faktor tersebut. Howard Lentner mengklasifikasikannya ke dalam dua

kelompok yaitu determinan luar negeri dan determinan domestik.32

Determinan

luar negeri mengacu kepada keadaan sistem internasional dan situasi pada suatu

waktu tertentu. Sistem internasional didefinisikan sebagai pola interaksi di antara

negara-negara yang terbentuk atau dibentuk oleh stuktur interaksi di antara

pelaku-pelaku yang paling kuat.33

Sedangkan konsep situasi diartikan sebagai pola

interaksi yang tidak tercakup atau mencakup keseluruhan sistem internasional.34

Penggunaan kedua konsep tersebut (sistem internasional dan situasi)

dimaksudkan sebagai upaya teoritis untuk menyederhanakan lingkungan

internasional (eksternal) yang demikian kompleks ke dalam model-model

31

Ibid. 32

Howard Lentner, Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach

(Ohio: Bill and Howell Co., 1974), h. 105. 33

Ibid., h. 5. 34

Ibid.

Page 22: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

12

deskripsi yang sistematis dan utuh. Manfaat penggambaran kondisi lingkungan

eksternal ini, yaitu dapat memberikan setting (latar belakang) munculnya

peristiwa-peristiwa dalam politik luar negeri, serta dapat membantu peneliti

memunculkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung (constraining and

facilitating factors) dalam interaksi antar negara.35

Determinan domestik menunjuk pada keadaan di dalam negeri yang

terbagi dalam tiga kategori berdasarkan waktu untuk berubah, yaitu highly stable

determinants; terdiri atas luas geografi, lokasi, bentuk daratan, iklim, populasi,

serta sumber daya alam.36

Moderately stable determinants; terdiri atas budaya

politik, gaya politik, kepemimpinan politik, dan proses politik.37

Unstable

determinants; yaitu sikap dan persepsi jangka panjang serta faktor-faktor

ketidaksengajaan.38

Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara

memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang

diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu

ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu.39

Kepentingan nasional

sangat penting untuk menjelaskan analisa hubungan internasional, baik untuk

mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, ataupun menganjurkan perilaku

internasional.40

Joseph Frankel merumuskan kepentingan nasional sebagai aspirasi dari

suatu negara yang dapat diwujudkan secara operasional dalam upaya mencapai

35

Ibid., h. 105. 36

Ibid., h. 136. 37

Ibid., h. 143. 38

Ibid., h. 168. 39

Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta:

LP3ES, 1990), h. 184. 40

Ibid., h. 162.

Page 23: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

13

suatu tujuan yang spesifik.41

Kepentingan nasional menyangkut kebijakan-

kebijakan negara serta rencana-rencana yang hendak dituju. Oleh karena itu,

sering kepentingan nasional menjadi bahan polemik, bahkan sering kepentingan

nasional dipakai untuk memberikan justifikasi bagi tindakan negara-negara.42

Kepentingan nasional ini dapat dirumuskan secara luas sehingga perlu

memasukkan pertimbangan-pertimbangan moral, agama, kesejahteraan dan hal-

hal yang bersifat altruitis lainnya.43

Prakash Candra menilai setidaknya ada lima national interest sebagai

tujuan dari politik luar luar negeri, antara lain, untuk mempertahankan integrasi

negara, mewujudkan kepentingan ekonomi, melindungi national prestige dan

membangun national power, menjaga keamanan nasional, serta mewujudkan

tatanan dunia.44

Frankel menggambarkan kepentingan nasional ke dalam tiga kategori.45

Kepentingan nasional dapat digambarkan sebagai aspirasi dari sebuah negara;

dapat juga digunakan sebagai operasional dalam aplikasinya pada kebijakan yang

aktual serta program-program yang hendak dicapai; namun dapat juga menjadi

bahan polemik dalam argumen politik, untuk menjelaskan, membenarkan ataupun

mengkritik bagi tindakan negara.

Pada tingkat aspirasi, kepentingan nasional dipakai untuk menunjukan

gambaran tentang kehidupan yang baik, serangkaian tujuan ideal yang jika

41

Joseph Frankel, International Relations in A Changing World, 4th

ed (Oxford: Oxford

University Press,1988), h. 93. 42

R. Suprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1997), h. 144. 43

Ibid. 44

Prakash Chandra, International Politics (India: Vikas Publishing House PVT LTD,

1979), h. 81-82. 45

Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta;

LP3ES, 1990), h.148.

Page 24: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

14

memungkinkan, hendak dicapai oleh negara.46

Jika kepentingan nasionalnya

hanya diajukan pada tingkat ini, berarti kebijakan tersebut tidak sedang

dilaksanakan, tetapi hanya menunjukan garis besar haluan kebijakan tersebut.

Tingkat aspirasi memiliki tujuh sifat konsepsi, yaitu kepentingan nasional itu

berjangka panjang, berakar dalam sejarah dan ideologi, merupakan sumber kritik

oleh oposisi terhadap pemerintah tetapi bukan merupakan pusat perhatian

pemerintah, memberikan kesadaran akan tujuan atau harapan terhadap kebijakan,

tidak perlu diartikulasikan dan dikoordinasikan secara penuh dan bisa saling

bertentangan, tidak memerlukan studi kelayakan, dan lebih ditentukan oleh

kehendak politik dari pada oleh kemampuan nyata.47

Pada tingkat operasional, kepentingan nasional menunjuk pada

keseluruhan kebijaksanaan yang betul-betul dilaksanakan.48

Pada tingkat ini, ada

delapan hal yang membedakannya dengan kategori sebelumnya, yaitu

kepentingan nasional itu berjangka pendek dan bisa dicapai dalam waktu yang

tidak terlalu lama; sering muncul dari pertimbangan keharusan atau keperluan;

merupakan perhatian utama pemerintah dan partai yang berkuasa; lebih

dipergunakan dalam cara yang deskriptif dari pada yang normatif; karena

keharusan penerapannya, kontradiksi tidak mudah ditolerir; diterjemahkan ke

dalam kebijakan berdasar perhitungan akan prospek keberhasilannya; lebih

ditentukan oleh kemampuan untuk melaksanakan dari pada oleh kehendak politik;

dan kepentingan itu dapat diatur ke dalam program-program.49

46

Ibid. 47

Ibid. 48

Ibid. 49

Ibid.

Page 25: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

15

Sedangkan pada tingkat polemik, kepentingan nasional dipakai untuk

menjelaskan, mengevaluasi, merasionalisasikan dan mengritik politik luar

negeri.50

Alasan utama penggunaan ini adalah untuk membuktikan kebenaran

argumen sendiri dan kesalahan argumen lawan. Konsep ini tidak dipakai sebagai

sarana untuk mendeskripsikan dan menganjurkan perilaku, walaupun nampaknya

demikian.

Pengertian atau definisi mengenai konsep kebijakan luar negeri dan

kepentingan nasional yang telah dipaparkan di atas, digunakan untuk menjelaskan

perumusan kebijakan luar negeri sebagai suatu output yang terkait dengan

eksternal dan internal input. Dalam kasus invasi AS ke Irak ini, dapat dipahami

bahwa kebijakan Amerika Serikat lebih dipengaruhi oleh faktor domestik

daripada faktor internasional. Faktor domestik dapat berupa nilai-nilai utama

(core values) yang dianut oleh negara tersebut, keadaan sosial, politik, dan

ekonomi atau pun tarik-menarik kepentingan antar aktor-aktor pemerintah di

dalamnya. Sedangkan faktor internasional dapat berupa kondisi internasional yang

mempengaruhi lahirnya suatu kebijakan luar negeri.

Atas pemaparan kedua konsep tersebut di atas, yakni konsep kebijakan

luar negeri dan kepentingan nasional maka untuk kepentingan analisa penulis

menggunakan kedua konsep tersebut yang akan diaktualisasikan dalam BAB IV.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif. Istilah penelitian kualitaif pada mulanya

bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan

50

Ibid., h. 149.

Page 26: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

16

kuantitatif.51

Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu cara

tertentu. Sedangkan, penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak

mengandalkan perhitungan.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dari berbagai

sumber. Penelitian ini mengandalkan data sekunder, yaitu data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh

pihak atau instansi lain. Menurut Cresswell, dalam penelitian kualitatif, pustaka

harus digunakan secara induktif sehingga tidak mengarahkan pertanyaan yang

diajukan peneliti.52

Salah satu alasan penting yang mendasari hal tersebut karena

penelitian kualitatif bersifat penyelidikan. Sumber-sumber data ini berupa buku,

majalah, jurnal, hasil penelitian, laporan ataupun laman jaringan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kerangka pemikiran

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan

51

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2002), h. 2. 52

John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches

(Thousand Oaks: SAGE Publications, Inc., 1994), h. 145.

Page 27: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

17

Bab II Kepentingan Minyak Amerika Serikat

A. Pengertian Energi

B. Jenis-Jenis Energi Amerika Serikat

C. Kepentingan Keamanan Energi Bagi Amerika Serikat

C.1. Nilai Penting Energi Bagi Amerika Serikat

C.2. Minyak dan Keamanan Energi Amerika Serikat

Bab III Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

A. Kebijakan Luar Negeri AS Pasca-Tragedi 9/11

C. Kebijakan Bidang Politik Amerika Serikat di Timur Tengah

D. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Irak

Bab IV Pengaruh Kepentingan Minyak pada Kebijakan Luar Negeri AS

Dalam Perang Irak Tahun 2003

Bab V Penutup

Page 28: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

18

BAB II

KEPENTINGAN MINYAK AMERIKA SERIKAT

Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya energi yang sangat

penting bagi setiap negara, salah satunya Amerika Serikat. Dalam sejarah, minyak

bumi mampu mempengaruhi dinamika hubungan internasional, baik itu dalam

bentuk kerjasama maupun dalam bentuk konflik atau perang. Minyak bumi

bukanlah satu-satunya sumber daya energi yang dimiliki oleh AS, masih ada

sumber daya energi lainnya yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi

dalam negei AS, seperti gas alam, batu bara, dan nuklir. Meskipun demikian AS

masih memposisikan minyak bumi sebagai prioritas sumber energi utamanya,

sebab keunggulannya yang lebih mudah diakses dan dimobilisasikan dibanding

gas alam, sifatnya yang lebih ramah lingkungan dan minim polusi bila

dibandingkan dengan batu bara, serta penggunaannya yang lebih aman dan mudah

diakses dibandingkan nuklir. Oleh karena itu, minyak bumi merupakan sumber

daya energi yang utama bagi AS.

Dalam pembahasan selanjutnya, fokus pembahasan akan lebih diarahkan

pada pembahasan mengenai kepentingan energi terkait dengan minyak bumi,

sebab minyak bumi merupakan sumber daya energi paling utama bagi kebanyakan

negara sehingga sangat berpengaruh dalam tatanan sistem internasional, terutama

kaitannya dengan AS. Bab ini akan membahas mengenai keterkaitan antara

kepentingan minyak dengan keamanan energi Amerika Serikat yang terlebih

dahulu akan dipaparkan mengenai pengertian energi pada tataran konseptual.

Page 29: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

19

A. Pengertian Energi

Kemajuan ilmu dan teknologi membuat perubahan dalam pemanfaatan

energi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia telah menemukan

cara untuk memperpanjang dan memperluas usaha untuk mencari energi, pertama

dengan memanfaatkan tenaga hewan dan kemudian dengan menciptakan mesin-

mesin untuk memperoleh tenaga dari angin dan air. Selanjutnya muncul

pembangunan sosial dan ekonomi yang membawa dunia menjadi lebih modern

dengan ditemukannya bahan bakar fosil.

Perkembangan penemuan bahan bakar fosil telah membebaskan manusia

dari keterbatasan penggunaan energi dengan ditemukannya batu bara, minyak, dan

gas alam. Hasilnya adalah satu dari transformasi sosial yang sangat besar dalam

sejarah. Dengan adanya energi yang diolah, membawa perubahan yang sangat

besar dan belum pernah terjadi sebelumnya. Pengalaman masyarakat tradisional

dalam melakukan transformasi energi dari mulai menggunakan tenaga manusia,

tenaga hewan, dan kemudian kincir angin dan kincir air pada sat itu berjalan

sangat lambat, dan sebagai konsekuensinya sama-sama memperlambat kerja

manusia pada saat itu. Tetapi sebaliknya, pada masa industrialisasi telah

membawa perubahan secara sosial ekonomi pada manusia umumnya.

Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, energi didefinisikan sebagai

the ability to do work.53

Energi menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi

manusia. Manusia memperoleh energi dari sumber daya alam yang ada

disekitarnya dan mengubah sumber daya alam tersebut sehingga dapat digunakan

sebagai energi. Sumber daya alam secara umum dapat dikelompokkan dalam dua

53

http://www.eia.gov/kids/whatsenergy.html, diakses pada 25April 2011, pukul. 08.00.

Page 30: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

20

kategori, yaitu sumber daya dapat diperbaharui (renewable resource) dan sumber

daya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resource).54

Pengelompokkan

tersebut sangat dipengaruhi oleh peran variabel waktu. Sumber daya alam yang

dapat diperbaharui merupakan sumber daya yang dapat terus-menerus tersedia

sebagai input produksi dengan batas waktu tak terhingga. Air, hutan, panas

matahari, dan sebagainya termasuk dalam sumber daya alam yang dapat

diperbaharui.55

Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui

adalah sumber daya yang persediaannya sebagai input produksi sangat terbatas

dalam jangka waktu tertentu, yang termasuk di sini adalah minyak bumi, gas

bumi, batu bara, dan sebagainya.

Tabel 2.1 Klasifikasi Sumber Energi56

Berdasarkan

ketersediaan (stock)

Berdasarkan

nilai komersial

(commercial)

Berdasarkan

pemakaian

(use)

1. Dapat Diperbaharui:

Panas bumi

Tenaga air

Tenaga surya

Tenaga angin

dan sebagainya

2. Tidak Dapat Diperbaharui:

Minyak bumi

Gas bumi

Batu bara

Uranium

dan sebagainya

1. Komersial:

Minyak bumi

Gas bumi

Batu bara

Tenaga air panas bumi

Uranium

dan sebagainya

2. Nonkomersial:

Kayu bakar

Limbah pertanian

Tenaga surya

Tenaga angin

Tenaga samudera

Biomassa

Padat, cair, dan gas

Gambut

1. Primer:

Minyak bumi

Gas bumi

Batu bara

Tenaga air

Panas bumi

2. Sekunder:

Listrik

LPG

BBM

Non-BBM

Gas bumi

Briket batu bara

Dan sebagainya

54

Purnomo Yusgiantoro, Ekonomi Energi: Teori dan Praktik (Jakarta: Pustaka LP3ES,

2000), h. 5. 55

Perlu diingat bahwa sumber daya alam yang dapat diperbaharui suatu saat dapat

berubah menjadi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hal demikian terjadi karena

permintaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu membuat laju pengurasan sumber daya

tersebut menjadi lebih besar dibandingkan laju generasinya. 56

Yusgiantoro, Ekonomi Energi, h. 6.

Page 31: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

21

Di antara semua jenis energi, minyak kenyataannya sampai saat ini masih

menjadi bentuk utama dari energi yang dikonsumsi sejak pasca-Perang Dunia.

Minyak menjadi pilihan utama saat ini karena memiliki kelebihan, yaitu murah,

ketersediaannya, fleksibilitasnya, dan relatif mudah proses pengirimannya. Hal

inilah yang telah membuat minyak menjadi sumber energi utama bagi sebagian

besar negara-negara industri. Penggunaan bahan bakar minyak tidak saja terbatas

pada bidang industri, tetapi juga untuk kepentingan militer. Semua negara

menempatkan perhatian serius terhadap kestabilan suplai energi sebagai aspek

mendasar bagi kepentingan keamanan dalam negeri.57

B. Jenis-Jenis Energi Amerika Serikat

Sumber-sumber energi yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam jumlah

yang cukup besar adalah gas alam dan batu bara. Namun, sumber-sumber energi

tersebut pemanfaatannya kurang efisien dan efektif sehingga tidak banyak

digunakan oleh AS dalam bidang industri dan bahan bakar lainnya. Berikut adalah

gambar grafik mengenai konsumsi energi AS menurut sumber energi.

57

Mohammad Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak

Amerika Serikat,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2005),

h. 27.

Page 32: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

22

Gambar 2.1 Konsumsi Energi AS Menurut Sumber Energi (1775-2000)

(Dalam Quadrillion BTU)

Sumber: www.eia.gov/mer/overview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul.

08.00.

Sejarah penggunaan energi di AS dapat dilihat pada gambar di atas.

Sebagai contoh, penggunaan kayu sebagai energi telah menjadi bagian yang

sangat penting bagi AS sejak masa kolonial. Pada kenyataannya, bahan bakar

kayu ketersediaannya sangat berlimpah sehingga menjadi sumber energi yang

dominan. Tetapi kemudian, era modern muncul dengan ditemukannya sumber-

sumber energi baru yang tidak pernah dibayangkan pada masa sebelumnya.

Batu bara menggantikan dominasi bahan bakar kayu yang pernah bertahan

lama di AS pada sekitar tahun 1885, batu bara kemudian dilampaui oleh bahan

bakar minyak pada tahun 1951 dan kemudian ditemukan pula gas alam beberapa

tahun kemudian. Tetapi, bagaimanaupun juga minyak dan gas adalah penemuan

yang paling menarik. Pada gambar 2.1 di atas menggambarkan penggunaan yang

Page 33: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

23

sedikit selama beberapa dekade, tetapi kemudian mulai meningkat kebutuhan

akan minyak secara bertahap pada tahun 1920-an.58

C. Kepentingan Keamanan Energi Bagi Amerika Serikat

C.1. Nilai Penting Energi Bagi Amerika Serikat

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, minyak bumi mampu menarik

perhatian masyarakat AS. Penggunaan minyak bumi cenderung lebih mudah dan

lebih efektif. Sepanjang sejarah energi AS, AS memiliki sumber daya energi yang

berlimpah sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Namun,

seiring dengan perkembangannnya, peningkatan tingkat konsumsi energi pun

tidak dapat dielakkan, sehingga pada periode 1950-an merupakan masa di mana

produksi dan konsumsi energi AS hampir mencapai titik keseimbangan. Pada

periode selanjutnya, tingkat konsumsi AS terus meningkat secara tajam sehingga

melebihi tingkat produksi dalam negeri AS. Oleh karena itu AS dituntut untuk

mengeksplorasi sumber daya energi dari wilayah lain dan mengimpornya. Berikut

ini adalah gambar mengenai grafik konsumsi, produksi, dan impor energi AS.

58

www.eia.gov/mer/overview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00.

Page 34: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

24

Gambar 2.2 Konsumsi, Produksi, dan Impor Energi AS

(Dalam Quadrillion BTU)

Sumber: www.eia.gov/mer/overview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul.

08.00.

Pada tabel di atas tergambar proses peningkatan kebutuhan energi dalam

negeri AS. Pada periode 1970-an, AS telah mengimpor energi dari luar sebagai

tanda pasokan energi dalam negeri AS tidak mampu menutupi kebutuhan energi

AS sehingga harus mengimpor dari luar. Dari grafik impor dapat dipahami bahwa

peningkatan terus terjadi sejak pertengahan periode 1980-an. Kemudian, seiring

dengan perkembangan inovasi teknologi yang semakin menyerap energi maka

peningkatan konsumsi energi AS pun terjadi, dan hal ini berdampak pada

peningkatan impor energi AS. Peningkatan juga dipengaruhi oleh penurunan

tingkat produksi energi dalam negeri AS sehingga semakin memperlebar gap

antara konsumsi dan produksi energi.

Pada tahun 1973, AS telah mengimpor energi sebesar 15 quadrillion

British Thermal Unit (BTU) dari total konsumsi energi AS sebesar 76 quadrillion

Page 35: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

25

BTU, atau sekitar 20% dari total konsumsi AS.59

Upaya untuk mengimpor energi

dikarenakan tingkat konsumsi minyak yang tinggi. Pada tanggal 17 Oktober 1973,

negara Arab Saudi yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting

Countries (OPEC) melakukan embargo minyak bumi terhadap AS, sehingga harga

minyak bumi dunia melambung tinggi dan negara-negara importir minyak bumi

mengalami kejatuhan ekonomi selama dua tahun.

Harga minyak meningkat secara drastis pada tahun 1979 sampai tahun

1981 dan telah menekan impor minyak pada saat itu. Kecenderungan impor AS

terjadi pada tahun 1986, namun kemudian pada tahun 1990, 1991, dan 1995

mengalami sedikit penurunan, setelah itu kembali mengalami peningkatan.

Salah satu faktor meningkatnya tingkat konsumsi energi AS adalah

pertumbuhan penduduk yang terus berkembang sehingga menuntut perkembangan

ekonomi yang sejalan. Dengan semakin banyaknya populasi penduduk AS dari

sekitar 149 juta jiwa pada tahun 1949 menjadi 281 juta jiwa pada tahun 2000.60

Artinya, peningkatan yang terjadi sekitar 89%. Sederhananya, peningkatan tingkat

konsumsi energi AS juga akan setara dengan nilai tersebut.

Konsumsi energi yang tinggi tersebut berasal dari kebutuhan energi pada

empat sektor utama, yaitu perumahan, perdagangan, industri, dan transportasi.

Sektor industri merupakan sektor terbesar yang mengkonsumsi energi untuk

kepentingan perkembangan industrialisasi dan ekonomi AS, seperti terlihat pada

gambar berikut :

59

www.eia.gov/mer/overview.html, diakses pada tanggal 25April 2011, pukul. 08.00. 60

Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika

Serikat,” h. 37.

Page 36: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

26

Gambar 2.3 Konsumsi Energi AS Menurut Kegunaannya

Sumber: www.eia.gov/mer/overview.html, diakses pada tanggal 25 April 2011, pukul.

08.00.

Pada sektor industri, konsumsi terhadap gas alam dan minyak mengalami

peningkatan dan puncaknya pada saat embargo minyak tahun 1973, setelah

peristiwa tersebut penggunaan minyak mengalami fluktuasi. Konsumsi batu bara

menjadi sektor andalan, namun kemudian mengalami penyusutan. Hal yang sama

terjadi juga pada energi listrik yang mengalami penyusutan, seperti yang terlihat

pada grafik berikut :

Gambar 2.3. Konsumsi Energi AS untuk Keperluan Industri

Sumber: http://www.eia.doe.gov/emeu/aer/pdf/perspectives_2009.pdf, diakses pada

tanggal 1 Mei 2011, pukul. 15.20.

Page 37: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

27

Sekitar 3/5 dari konsumsi energi untuk sektor industri digunakan untuk

pabrik-pabrik.61

Sisanya untuk keperluan bidang pertambangan, konstruksi,

pertanian, perikanan, dan kehutanan. Pada industri pabrik-pabrik energi yang

dibutuhkan dalam jumlah besar adalah produk-produk minyak dan batu bara,

bahan-bahan kimia dan produk sejenis, kertas, dan bahan sejenisnya, dan industri

logam-logam besar.

C.2. Minyak dan Keamanan Energi Amerika Serikat

Minyak menjadi komoditas penting bagi pembangunan di negara-negara

maju untuk kebutuhan industri, transportasi, dan perumahan. Cadangan minyak

dunia yang terbesar terdapat di negara-negara anggota OPEC, sedangkan

konsumsi minyak dunia terbesar terdapat pada negara-negara industri maju seperti

AS, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Jika pada suatu saat negara-negara OPEC secara serentak mengurangi atau

menghentikan produksi minyaknya, maka akan mengacaukan negara-negara

industri maju. Kepentingan negara-negara industri maju berbeda dengan

kepentingan negara-negara berkembang sebagai penghasil minyak utama dunia.

Negara-negara industri maju sebagai pengimpor minyak, sangat memerlukan

suplai minyak untuk kebutuhan dalam negeri seperti untuk transportasi, industri,

perumahan, keperluan militer, dan lain-lain. Sementara itu, negara berkembang

yang memiliki minyak dunia berlaku sebagai penyedia.

Sebagai negara industri maju, AS tentunya memiliki kepentingan

tersendiri terhadap negara berkembang. Negara berkembang yang sebagian besar

61

Ibid., h. 41.

Page 38: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

28

terletak pada kawasan strategis dan penting bagi kepentingan AS bersama sekutu-

sekutunya. Sebut saja Timur Tengah, Teluk Persia, Laut Kaspia, Amerika Latin,

dan lainnya. Kawasan-kawasan tersebut menyimpan cadangan minyak bumi dunia

yang banyak dan sangat berpengaruh bagi kepentingan AS, terutama terkait

kepentingan keamanan energi AS. Secara umum, inilah yang menjadi perhatian

AS agar tidak sampai berdampak negatif bagi kepentingan-kepentingan

nasionalnya.

Konsentrasi AS terhadap negara berkembang yang tidak stabil dan rawan

konflik mulai meningkat ketika instabilitas negara berkembang produsen minyak

mampu mempengaruhi akses impor minyak dalam negeri AS sehingga

kecenderungannya meningkat menjadi ancaman bagi keamanan energi AS. Hal ini

terlihat dari ketergantungan AS akan impor minyak yang selalu meningkat seiring

peningkatan tingkat konsumsi dalam negeri AS.

Bagi AS yang merupakan salah satu negara konsumen minyak bumi,

alasan yang selalu dihadapi terkait ketersediaan cadangan minyak dunia adalah

keterbatasan cadangan minyak dunia. Mencermati krisis minyak bumi yang

pernah terjadi, serta instabilitas kawasan yang mengandung cadangan minyak

bumi, maka AS meningkatkan perhatian seriusnya terhadap akses suplai minyak

bumi.

Tingginya intensitas ketergantungan AS terhadap stabilitas cadangan

minyak bumi dunia mendorong AS untuk turut berpartisipasi baik secara politis

maupun militer di sejumlah kawasan yang menyimpan cadangan minyak bumi

dalam jumlah besar, salah satunya adalah Timur Tengah. Sejarah menunjukkan

bahwa instabilitas kawasan Timur Tengah yang telah menimbulkan konflik dan

Page 39: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

29

perang berdampak pada stabilitas tingkat produksi dan harga minyak bumi dunia.

Dalam kasus Irak, keterlibatan AS secara militer menunjukkan adanya keinginan

untuk mengontrol dan menguasai sumber minyak yang merupakan bagian dari

masalah keamanan energi AS.

Momentum yang paling tepat dalam perubahan kebijakan luar negeri AS

adalah pascatragedi pemboman WTC pada tanggal 11 September 2001. AS

semakin meningkatkan intensitasnya dalam penempatan tentaranya di kawasan

strategis akan cadangan minyak bumi, dengan dalih perang melawan terorisme.62

Afganistan merupakan negara pertama yang diinvasi AS pasca tragedi tersebut.

Dalam kasus Perang Irak 2003, salah satu dalih yang digunakan AS dalam

penempatan pasukan militer AS di Irak adalah upaya pembelaan rakyat Irak dari

sikap pemerintahan Saddam Hussein yang otoriter dan represif.63

Melalui kebijakan luar negeri AS, isu keamanan energi merupakan salah

satu agenda penting yang harus diperhatikan. Sebagai prioritas utamanya, AS

selalu mengupayakan langkah-langkah antisipasinya terhadap terjadinya

ketidakpastian pasokan dengan mempertahankan hubungan kerjasama ekspor dan

impor minyak bumi dengan negara produsen minyak. Dengan jelas dinyatakan di

dalam kebijakan energi nasional AS (National Energy Policy 2001) bahwa

“...energy security must be priority of US trade and foreign policy.”64

Di samping itu juga ditegaskan bahwa kepentingan AS akan stabilitas

cadangan minyak bumi dunia akan berdampak pada kepentingan nasional AS. Hal

62

Ibid., h. 57. 63

Siti Muti‟ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaaan Amerika (Yogyakarta: PPMTT

HI FISIPOL UGM), h. 15. 64

Lihat “National Energy Policy: Report of the National Energy Policy Development

Group, May 2001,” dalam www.wtrg.EnergyReport/National-Energy-Policy.pdf, diunduh pada

tanggal 25 April 2011, pukul 8.30. Kebijakan Energi Nasional Amerika Serikat ini sering juga

disebut dengan “Chenney Energy Plan” karena ide kebijakan tersebut berasal dari Wakil Presiden

AS, Dick Chenney.

Page 40: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

30

ini semakin menunjukkan tingginya kepentingan dan ketergantungan AS akan

cadangan minyak bumi dunia.

Kebutuhan AS terhadap minyak yang begitu besar dengan cara

mengimpor sekitar 53%, telah mendorong Washington untuk mencari sumber-

sumber cadangan minyak untuk mengamankan kepentingan minyaknya.

Cadangan minyak mentah yang dimiliki oleh AS hanya berjumlah 22 milyar

barel. 65

Apabila kebutuhan minyak AS dibandingkan dengan cadangan minyak

mentahya, maka AS hanya akan mampu memenuhi kebutuhan minyak dalam

negerinya selama tiga tahun. Sedangkan pada saat ini, AS menempati urutan

pertama sebagai negara paling banyak mengkonsumsi minyak dunia.66

Alasan AS sebagai negara pengimpor terbesar minyak dunia di antaranya

adalah karena wilayah negara AS yang sangat luas sehingga memerlukan

penggunaan bahan bakar bensin untuk keperluan kendaraan bermotor, keperluan

untuk industri-industri dalam negeri AS, dan bahan bakar untuk pemanas rumah

yang biasanya digunakan warga AS. Di samping itu juga, jumlah penduduk AS

yang terus bertambah, membuat tingkat konsumsi terhadap energi semakin

meningkat.67

Kesulitan bagi AS dalam mencari sumber energi alternatif yang lebih

murah dan aman membuat negara tersebut mulai melihat kawasan Timur Tengah.

Kekhawatiran AS akan kenaikan harga minyak dunia dapat terjadi kapan saja. Hal

ini membuat pemerintahan Bush untuk segera menemukan sumber minyak di

kawasan yang dapat mengamankan kepentingan AS dalam jangka panjang.

65

Mohammad Safari dan Al-Muzammil Yusuf, ed. Perang Iraq-AS: Hegemoni Baru AS di

Timur Tengah dan Dampak Globalnya (Jakarta: COMES, 2003), h. 141. 66

Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika

Serikat,” h. 66. 67

Ibid., h. 59.

Page 41: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

31

BAB III

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

Sebagai satu-satunya negara super power saat ini, Amerika Serikat

tentunya memiliki kebijakan luar negeri yang dirancang untuk mencapai tujuan

nasionalnya baik dalam bidang ekonomi, politik maupun pertahanan dan

keamanan. Jika pada masa Perang Dingin kebijakan luar negeri AS lebih

ditujukan untuk membendung ancaman pengaruh komunisme, maka hal yang

berbeda terjadi pada masa setelah Perang Dingin terlebih dengan terjadinya

Tragedi 9/11 yang tentunya membuat AS harus menata ulang kembali kebijakan

luar negerinya. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan mengenai perubahan

kebijakan luar negeri AS pasca-Tragedi 9/11. Selain itu, bab ini pun akan

membahas mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat di kawasan Timur

Tengah, khususnya Irak.

A. Kebijakan Luar Negeri AS Pasca- Tragedi 9/11

Serangan gerakan teroris internasional pada 11 September 2001 atau yang

terkenal dengan sebutan Tragedi 9/11 dijadikan momentum awal diterapkannya

strategi dan kebijakan baru AS untuk memulihkan kembali perannya sebagai

polisi dunia yang tangguh. Serangan terorisme tersebut, terlepas dari kontroversi

yang muncul, menjadi bukti bahwa betapa negara yang sangat kuat itu masih

dapat diserang. Betapa negara yang diproteksi oleh perlengkapan senjata

tercanggih di dunia masih mempunyai celah untuk diserang.

Page 42: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

32

Momen ini direspon oleh pemerintahan Presiden George W. Bush untuk

mengubah haluan politik luar negerinya yang telah ditetapkan oleh presiden

pendahulunya, yakni Presiden Bill Clinton. Pada era Presiden Clinton, kebijakan

luar negeri AS lebih bersifat akomodatif terhadap keinginan dunia internasional

yang mendambakan demokratisasi. Presiden Clinton membawa AS tunduk pada

aturan atau rezim internasional. Presiden Clinton sangat mengedepankan masalah-

masalah humanistis dalam kebijakan luar negerinya, termasuk menghukum rezim-

rezim yang dinilai melanggar hak asasi manusia.68

Dalam masa pemerintahannya,

kepemimpinan AS diraih melalui penggunaan soft power dengan tetap

memperhatikan aspirasi negara-negara lain, terutama negara-negara sahabat.69

Walaupun AS merupakan satu-satunya negara adidaya, AS tidak dapat seenaknya

memaksakan kehendaknya pada negara lain.

Politik luar negeri AS mengalami perubahan fundamental ketika Presiden

George W. Bush terpilih pada tahun 2001 menggantikan Presiden Clinton.

Meskipun Jenderal Collin Powell yang dianggap tokoh moderat dan pendukung

multilateralisme ditunjuk menjadi menteri luar negeri, Presiden Bush sendiri

cenderung berpendirian unilateralis. Di samping itu, anggota kabinet Presiden

Bush dalam bidang luar negeri dan pertahanan didominasi oleh tokoh-tokoh

konservatif yang berpandangan unilateralis.70

Mereka ini antara lain, Wakil

Presiden Dick Cheney, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, Kepala Dewan

68

Sugeng Riyanto, “Imperium Amerika: Krisis Legitimasi dan Implikasi,” Jurnal

Hubungan Internasional, vol. II, no. 1 (Mei 2005), h. 245. 69

Soft power diartikan dengan menerapkan hegemoni melalui upaya-upaya persuasi dan

pengaruh daripada melalui tekanan dan ancaman semata. Ibid., h. 12. 70

Dalam pandangan kelompok konservatif yang memiliki perspektif realis garis keras ini

prioritas AS adalah melindungi kepentingan nasional AS sendiri, terutama keamanan nasional,

tanpa perlu mempertimbangkan komitmen-komitmen internasional yang selama ini mengikat

Washington. Sebagai negara adidaya, AS harus berani bertindak sendiri untuk melindungi

kepentingan nasionalnya serta tidak perlu ragu menggunakan kekuatan militer untuk mencapai

tujuan, karena militer dianggap sebagai instrumen yang sah dalam politik internasional.

Page 43: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

33

Kebijakan Pertahanan Richard Perle, Wakil Menteri Pertahanan Paul Wolfowitz,

Asisten Menteri Luar Negeri Bidang Kontrol Senjata John Bolton, dan Kepala

Staf Kantor Wakil Presiden Lewis Libby.71

Presiden Bush menemukan alasan bagi AS untuk menggunakan kekuatan

yang selama ini masih belum dimaksimalkan. Tragedi 9/11 memberikan

legitimasi kepada Bush utuk kembali membawa AS memimpin dunia

melenyapkan apapun yang dianggap membahayakan dunia.

Ancaman keamanan nontradisional yang dihadapi AS, seperti terorisme

internasional, telah membawa konsekuensi pada persepsi dan tingkat ancaman

yang dihadapi AS ketika kekuatan militer semata tidak memadai untuk

melindungi kepentingan keamanan AS. Tabel berikut menggambarkan

kepentingan nasional AS dan persepsi ancaman yang dimilikinya.

Tabel 3.1 Kepentingan nasional Amerika Serikat dan beberapa ancaman

utamanya:

Interest Prime Threats Status of Threats

Defense of homeland Grand terror attacks and

spread of WMD to hard-to-

deter state leaders and

fanatical terrorists

Partially present

Deep peace among the

Eurasian great powers

Aggressive great powers

and hegemons

Not present

Secure access to Persian Gulf

oil at stable, reasonable price

A hegemonic Iran and Iraq Not present

International economic

opennes

Great power security

competitions, great power

wars, economic nationalism

Not present

Consolidation of democracy

and spread and observance of

human rights

Ruthless leaders, civil wars,

and the thwarting of

economic growth

Partially present

71

Dewi Fortuna Anwar, “Tatanan Dunia Baru di Bawah Hegemoni Amerika Serikat,”

Jurnal Demokrasi dan HAM, vol. 3, no. 2 (Mei-September 2003), h. 16.

Page 44: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

34

No severe climate change Unconstrained carbon

emmisions

Partially present

Sumber: Anak Agung Banyu Perwita, “Perubahan Lingkungan Keamanan Global dan Politik Luar

Negeri Amerika Serikat,” Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, vol. 1, no. 2 (Mei

2005), h. 90.

Tabel di atas menunjukkan ancaman terbesar bagi keamanan global AS

adalah serangan-serangan besar yang dilancarkan aktor nonnegara atau kelompok

terorisme internasional dan penyebaran senjata nuklir, biologi, dan kimia. Tabel di

atas sekaligus pula memperlihatkan berbagai bentuk ancaman baik yang bersifat

tradisional maupun nontradisional terhadap kepentingan nasional AS. Lebih jauh,

tabel di atas juga menekankan bahwa empat ancaman pertama (tradisional dan

nontradisional) terhadap AS dapat berupa militer yang tentunya akan

mengharuskan AS untuk mempersiapkan respon yang bersifat militer pula.

Dalam salah satu pidatonya, Presiden George W. Bush mengatakan

bahwa:

“Pertahanan dalam negeri dan pertahanan peluru kendali adalah bagian

dari keamanan yang lebih kuat, dan mereka adalah prioritas penting bagi

Amerika. Kita menggempur musuh, merusak rencananya dan menghadapi

ancaman terburuk sebelum mereka muncul. Di dunia yang telah kita

masuki, satu-satunya jalan menuju keselamatan adalah tindakan, dan

negara ini akan bertindak.”72

Pernyataan Bush dalam pidatonya tersebut kemudian dikenal dengan

istilah pre emptive strike.73

Inti dari doktrin ini adalah bahwa pertahanan yang

paling baik adalah menyerang. Artinya AS harus melancarkan serangan terlebih

dulu terhadap siapa dan negara mana pun yang oleh AS dipersepsikan potensial

dapat menjadi ancaman bagi kepentingan nasional AS. Selain itu, AS secara hitam

72

George W. Bush, “Pidato di West Point”, lihat A. Zaim Rofiqi, Amerika dan Dunia

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 427. 73

Riza Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak,” h. 36.

Page 45: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

35

putih membagi dunia menjadi dua yaitu kami atau mereka yang kadangkala

dikenal dengan prinsip either or (either you are with us or with our enemy), dan

yang dimaksud dengan our enemy oleh AS adalah kelompok teroris

internasional.74

Dengan kebijakan ini, AS secara leluasa menggerakkan semua

elemen militernya ke berbagai wilayah dunia sebagai penanggung jawab

keamanan global.75

Siapa berani menghalangi pasti kena sanksi.

Presiden Bush menyatakan tidak akan membedakan antara teroris dan

mereka yang memberi tempat atau melindungi teroris, seperti yang ia katakan

dalam pidatonya pada 11 September 2001, petang harinya setelah Tragedi 9/11.

Dalam pidato ntersebu, Bush mengatakan bahwa AS tidak akan membedakan

antara teroris yang melakukan tindakan teror itu (11 September 2001) dan mereka

yang melindungi.76

Jadi, siapa pun yang tidak mau memerangi atau membantu AS

dalam memerangi kelompok teroris, apalagi yang dicurigai atau dituduh

mempunyai kaitan dengan kelompok teroris internasional, maka mereka dapat

dianggap sebagai musuh AS, dan dengan sendirinya bebas untuk diperangi.

Namun sayangnya, AS bebas menerjemahkan siapa saja yang berhak

dikategorikan sebagai teroris. Tragedi 9/11 telah memperkuat pembenaran AS

untuk mencapai tujuan hegemoniknya, yaitu dominasi geopolitik dan ekonomi di

dunia.77

Presiden Bush ingin menegaskan kehadiran AS sebagai pemimpin dunia,

apapun caranya. Presiden Bush telah berupaya agar dunia yang mengikutinya,

bukan AS yang tunduk kepadanya.

74

Ibid. 75

Hendrajit, dkk, Tangan-Tangan Amerika: Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan

Dunia (Jakarta: Global Future Institute, 2010), h. 114. 76

Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum “Hawkish” (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2005), h. 96. 77

Istilah hegemoni diturunkan dari sebuah kata Yunani yang sederhananya berarti

kepemimpinan, lihat Nur Rahmat Yuliantoro, “Hegemoni Amerika Pasca 11/9: Menuju Sebuah

„Imperium Amerika Baru‟?,” vol. 9, no. 1 (Juli 2005, )h. 96.

Page 46: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

36

Upaya menangani terorisme ini juga dilakukan dengan mengedepankan

aspek militer. Sangat nyata bahwa Tragedi 9/11 terjadi di AS, tetapi reaksi

Presiden George W. Bush paling menonjol adalah invasi militer ke Afganistan

dan Irak. Ini menunjukkan bahwa Presiden Bush lebih mengedepankan

penggunaan hard power, yakni kekuasaan yang ditegakkan dengan paksaan.78

Presiden George W. Bush telah mendapatkan situasi yang kondusif untuk

melancarkan penggunaan hard power dalam melangsungkan kebijakan luar

negerinya. Terorisme telah dijadikan alasan untuk itu, dan dunia cukup

mempercayainya, setidaknya para sekutu AS. Presiden Bush yakin AS berada

dalam posisi yang benar dan merasa berkewajiban untuk menyebarluaskan

kebenaran serta melawan kekuatan jahat (evil) secara unilateral di seluruh penjuru

dunia dengan menggunakan kekuatan militer AS yang tidak tertandingi dan tidak

boleh ditandingi.79

AS di bawah Presiden Bush merupakan misionaris bersenjata

yang percaya bahwa AS ditakdirkan untuk memimpin dunia untuk kebaikan itu

sendiri. Di samping itu, AS pun akan secara aktif mendukung freedom atau

kebebasan di seluruh dunia.80

Penggulingan rezim Taliban di Afganistan dan

rezim Saddam Hussein di Irak yang bertujuan untuk membentuk pemerintahan

yang demokratis merupakan wujud dari dukungan AS terhadap freedom atau

kebebasan itu sendiri.

B. Kebijakan Bidang Politik Amerika Serikat di Timur Tengah

Penjelasan mengenai kebijakan politik Amerika Serikat di kawasan Timur

Tengah guna mengamankan kepentingan nasionalnya dapat dilihat dengan

78

Ibid., h. 248. 79

Anwar, “Tatanan Dunia Baru di Bawah Hegemoni Amerika Serikat,” h. 23. 80

Ibid.

Page 47: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

37

menggunakan The Truman Doctrine serta The Eisenhower Doctrine. Doktrin

Truman, yang berawal dari pernyataan Presiden Harry S. Truman pada tanggal 12

Maret 1947 di hadapan Kongres, secara khusus mengulas perlunya AS

menyelamatkan krisis ekonomi dan politik di Yunani dan Turki.81

Upaya

penyelamatan terhadap krisis ini dilakukan dengan memberikan bantuan berupa

bantuan ekonomi dan perlindungan militer kepada negara tersebut atau yang

dikenal dengan sebutan Marshall Plan dengan tujuan agar Yunani dan Turki tetap

berada dalam Pax Americana (Amerika Raya).82

Doktrin Truman yang semula diterapkan pada Yunani dan Turki, pada

akhirnya juga berkembang ke seluruh dunia bebas (free world) yang menghadapi

sebuah ancaman bagi dominasi keamanan dan kepentingan nasional AS, termasuk

di kawasan Timur Tengah. Perluasan Doktrin Truman di Timur Tengah diperkuat

dengan adanya Doktrin Eisenhower.

Pada 5 Januari 1957, Presiden Eisenhower dalam pidato di depan Kongres

menekankan perlunya AS memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

kawasan Timur tengah dengan langkah antara lain: Pertama, mengadakan bantuan

program dengan pendekatan bilateral dan multilateral untuk memperkuat

penguasa-penguasa yang pro AS di Timur tengah agar tetap dalam kekuasaan AS;

Ke dua, memperluas bantuan dan kerjasama militer untuk memperkuat dan

memperluas dominasi AS di kawasan itu; Ke tiga, memperkuat integritas teritorial

dan kemerdekaan bangsa-bangsa Timur Tengah dari kemungkinan agresi

81

Azman Ridha Zain, “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak (Analisis terhadap

Invasi AS ke Irak),” (Tesis S2 Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 2004), h. 47. 82

Istilah Pax Americana muncul untuk menggambarkan situasi dan posisi yang sama

seperti yang pernah dinikmati Inggris pada Perang Dunia I, ketika negara ini dapat mengontrol

wilayah Timur Tengah tanpa ada perlawanan yang berarti, baik yang bersifat regional maupun

internasional. Siti Muti‟ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi

Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia (Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL

UGM, 2004), h. 36.

Page 48: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

38

kekuatan musuh.83

Untuk menjalankan kebijakan tersebut, AS memerlukan

dukungan kerjasama yang sangat kuat. Sejak tahun 1940-an pemerintah AS telah

menetapkan kebijakan untuk menjaga kepentingannya di Timur Tengah.

Alasannya jelas, bumi gersang dan tandus Jazirah Arab dan Parsi itu ternyata

menyimpan dua pertiga cadangan minyak dunia.84

Presiden Eisenhower, pernah menggambarkan bahwa Timur Tengah

merupakan tanah yang kaya yang harus dijaga oleh AS. “Di sanalah tempat paling

terpenting di dunia berada,” kata Eisenhower. Selanjutnya, muncul anggapan

bahwa, siapa yang menguasai Timur Tengah, dia akan menguasai dunia.

Kalangan militer juga berpendapat bahwa, siapa yang menguasai energi, akan

dapat mengontrol dunia. Ini terus dilakukan AS bersama sekutunya.85

Politik luar negeri AS di kawasan Timur Tengah pasca-Perang Dingin

setidaknya dilatarbelakangi oleh dua kepentingan utama yakni, Israel dan

minyak.86

Pada masa Perang Dingin, AS juga sangat berkepentingan untuk dapat

membendung pengaruh komunis Uni Soviet di kawasan ini. Namun, setelah

berakhirnya Perang Dingin, AS tampak tidak lagi menjalankan politik

pembendungannya.

Terdapat dua aliran pemikiran di kalangan intelektual dan politisi AS

perihal politik Washington terhadap kawasan Timur Tengah. Pertama, aliran yang

membela hal apa yang disebut sebagai doktrin Israel First. Ke dua, aliran yang

83

Zain, “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak,” h. 48. 84

Kirdi Dipoyudo, Timur Tengah dalam Pergolakan, 2nd

ed. (Jakarta: CSIS, 1982), h. 30. 85

Elba Damhuri, Di balik Invasi AS ke Irak (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003), h.

41. 86

Riza Sihbudi, Eksistensi Palestina: Di Mata Teheran dan Washington (Bandung:

Mizan, 1992), h. 23.

Page 49: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

39

menghendaki agar AS bersikap lebih adil di Timur Tengah atau disebut sebagai

aliran evenhanded .87

Bagi pendukung doktrin Israel First yang ditokohi mantan Menteri Luar

Negeri Henry Kissinger, kepentingan AS di Timur Tengah akan sangat terjamin

jika Washington meneruskan dukungannya terhadap posisi dominan Israel di

kawasan ini. Doktrin Israel First memandang Israel tidak hanya sebagai sebuah

aset strategis, tetapi juga sebagai yang pantas didukung penuh atas dasar-dasar

moral, bentuk pemerintahannya yang demokratis, norma-norma budaya Baratnya,

dan di atas segalanya, fungsi Israel sebagai tempat perlindungan dan pengganti

kerugian bagi orang-orang Yahudi yang telah mengalami penderitaan historis.88

Sebaliknya, bagi pengikut aliran evenhanded, dukungan AS terhadap Israel

tidak menjamin sejumlah kepentingan vital AS di Timur Tengah dan dunia Islam.

Menurut mereka, doktrin Israel First justru menyulitkan posisi rezim-rezim Arab

moderat yang selama ini bergantung pada batuan militer dan ekonomi AS.

Menurut pengikut aliran ini, doktrin Israel First justru menimbulkan gerakan-

gerakan fundamentalis Islam radikal yang mengancam keamanan warga AS di

kawasan ini.89

Namun, sampai saat ini pendukung Israel First masih jauh lebih unggul

dibandingkan dengan pendukung aliran evenhanded. Dominasi pengikut doktirn

Israel First dalam proses pembuatan kebijakan di AS dikarenakan doktrin ini

didukung sepenuhnya oleh sebuah aliansi kekuatan politik yang sangat kuat dan

87

Ibid. 88

Ibid., h. 24. 89

Ibid.

Page 50: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

40

yang secara efektif mampu memobilisasi kepentingan maupun sentimen pro

Israel.90

Kebijakan politik AS di kawasan Timur Tengah yang mayoritas

penduduknya beragama Islam yang menyebabkan kawasan tersebut disebut

dengan Dunia Islam, mengalami banyak ketegangan dan bahkan permusuhan,

terutama pasca Tragedi 9/11. Tragedi 9/11 ini membawa dampak sangat besar

bagi hubungan AS dengan dunia Islam. AS cenderung melihat Islam sebagai

musuh atau ancaman, begitu pula sebaliknya, kebanyakan masyarakat di Dunia

Islam memandang AS sebagai lawan yang berniat menghancurkan Islam.

Ketegangan AS-Dunia Islam lebih banyak disebakan karena kebijakan AS

di bawah Presiden George W. Bush yang selalu mengidentikkan Islam dengan

terorisme. Di satu sisi, dengan alasan memerangi terorisme internasional, Presiden

Bush melancarkan invasi dan kemudian menduduki serta menghancurkan negara-

negara muslim yang lemah, seperti Afganistan dan Irak. Sementara di sisi lain,

Presiden Bush justru terus memberikan dukungan terhadap terhadap Israel yang

terus menindas bangsa Palestina.

C. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Irak

Pasang surut hubungan antar negara memang kerap terjadi. Begitu pun

dengan Amerika Serikat dan Irak. Konflik yang timbul antara AS dan Irak secara

faktual bermula dari kebijakan Saddam Hussein untuk melakukan invasi militer

ke wilayah negara Kuwait. Perang itu pun kemudian lebih dikenal sebagai Perang

Kuwait atau Perang Irak melawan pasukan multinasional (aliansi anti-Irak) di

90

Ibid.

Page 51: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

41

bawah pimpinan AS, yang seringkali disebut juga sebagai Perang Teluk II untuk

membedakan dengan Perang Teluk I.91

Perang ini bermula dari: (1) terjadinya

perselisihan antara Irak dan Kuwait; (2) disusul dengan terjadinya invasi pasukan

Irak ke Kuwait (2 Agustus 1990); (3) aneksasi Irak atas Kuwait (8 Agustus 1990),

di mana Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak; (4) terjadinya pengeboman besar-

besaran pasukan sekutu terhadap Irak dan Kuwait (17 Januari 1991).92

Kemudian,

invasi dan aneksasi Irak atas Kuwait berkembang menjadi konflik terbuka antara

Irak dan AS.93

Perang Teluk II yang dilancarkan oleh pasukan multinasional menamakan

misinya sebagai Operation Desert Shield atau Operasi Perisai Gurun, yang sejak

17 januari 1991 diubah menjadi Operation Desert Storm atau Operasi Badai

Gurun.94

Perang Teluk II secara langsung mengancam kepentingan AS. Ladang

minyak Kuwait yang setiap hari mengalirkan Dolar Amerika ke AS direbut oleh

pihak lain. Sejak itu, AS merasa serangan Irak terhadap Kuwait itu

membahayakan kepentingannya. Oleh karena itu, AS lantas merancang resolusi

dan dengan segala kekuatan berupaya meminta pengesahan Dewan Keamanan

PBB untuk mengusir dan melumpuhkan militer Irak. Alasan yang dikemukakan

91

Perang ini merupakan perang yang terjadi antara Iran dan Irak pada tahun 1980 sampai

1988. 92

Dhurorudin Mashad, Saddam Melawan Amerika (Jakarta: Pensil-324, 2003), h. 103. 93

Perang Teluk II ini disebabkan oleh tuduhan Saddam Hussein yang menyatakan, bahwa

sementara negara Arab telah menjalankan kebijakan perminyakan yang menikam Irak dari

belakang. Bahkan, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA) dinilai telah mengadakan persekongkolan

dengan AS untuk menurunkan harga minyak di pasaran internasional karena setiap penurunan

harga minyak sebesar 1 dolar Amerika per barel akan mengurangi penerimaan Irak sebesar 1

miliar Dolar Amerika. Irak diperkirakan mengalami kerugian sebesar 14 miliar dolar Amerika

akibat jatuhnya harga minyak. Lihat Ibid., h. 108. 94

Sihbudi, Eksistensi palestina, h. 29.

Page 52: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

42

AS, Irak telah melanggar hukum internasional dan hak rakyat Kuwait untuk

bernegara harus dipulihkan.95

Dengan hancurnya reaktor nuklir Irak di Osirak, sesungguhnya tinggal

selangkah lagi bagi AS untuk menjatuhkan Saddam Hussein. Namun, AS tidak

lantas melakukannya. Bukan AS tidak mampu menjatuhkan Saddam Hussein, AS

sengaja menjadikan Saddam Hussein sebagai monster bagi negara-negara Arab

lain agar tetap berlindung kepada AS. Artinya, jika Saddam Hussein digulingkan,

tidak ada lagi yang ditakuti, dengan begitu fungsi AS sebagai pelindung tidak

diperlukan lagi. Padahal AS masih ingin memainkan peranan sebagai pelindung

negara-negara Arab yang sangat dibutuhkan minyaknya.96

Berbagai upaya AS untuk mengkoersi Irak memperlihatkan bahwa

Saddam Hussein sangat rentan. Oleh karena itu, kemungkinan besar akan kalah

apabila basis kekuatannya secara efektif diancam. Berkenaan dengan

mempertahankan dukungan dan loyalitas suku-suku utama agaknya kurang

menjadi perhatian para pejabat Partai Baath, pejabat militer, dan elit lainnya.97

Setelah terjadinya Operasi Badai Gurun, posisi domestik Saddam Hussein

sangat lemah dan ia takut bahwa pukulan lain dari koalisi anti-Irak akan

menghancurkannya. Responnya atas ancaman berikutnya dan serangan udara serta

rudal yang lemah pada tahun-tahun selanjutnya memperlihatkan rasa takutnya

bahwa serangan koalisi dapat menjatuhkan rezimnya. Serangan militer AS dan

bentuk tekanan lainnya yang dapat menjatuhkan Saddam Hussein memperlihatkan

95

Muhammad Soelhi, Demi Harga Diri Mereka Melawan AS (Jakarta: Pustaka Zaman,

2003), h. 102. 96

Ibid., h. 108. 97

Partai Baath merupakan Partai yang dipimpin oleh Saddam Hussein.

Page 53: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

43

ketidakmampuannya untuk merespon atas tekanan AS dan mengancam kontrolnya

atas basis kekuasaannya.

Pada akhir Perang Teluk II, posisi AS sangatlah kuat di kawasan tersebut.

Militer Irak hancur dan rezim Saddam Hussein sedang tertatih-tatih. Sebaliknya,

AS mempunyai tekanan yang kuat baik di tingkat regional maupun dunia. Untuk

meningkatkan posisi militernya, Washington menandatangani serangkaian

persetujuan akses penjualan persenjataan dalam jumlah besar-besaran ke negara-

negara sekutunya di Teluk Persia dan merencanakan kehadiran kekuatan AS

secara substansial di kawasan ini.

AS mengejar beberapa tujuan yang sangat bertentangan atas Irak. Pertama,

AS berupaya mencegah tindakan agresi Irak dengan mempertahankan Irak tetap

lemah dan kehadiran negeri ini di tingkat regional secara kuat. Ke dua, negara

adidaya ini berupaya membalikkan program NBC (Nuclear Biological Chemical)

Irak. Ke tiga, negara adidaya ini berupaya menggulingkan rezim Irak. Ke empat,

mencegah instabilitas di antara para sekutunya yang dapat diakibatkan oleh

tindakan AS.98

Empat tujuan inilah yang mendasari upaya AS untuk melakukan

tindakan koersi atas Irak sejak Perang Teluk II.

Tindakan koersi yang dilakukan AS atas Irak selama Perang Teluk II

justru berlawanan dengan tindakan yang diambil AS pada saat Perang Teluk I.

Jika pada Perang Teluk II atau Perang antara Irak dengan Kuwait, AS berada pada

pihak Kuwait dalam menghadapi Irak, hal yang sebaliknya justru terjadi ketika

Perang Teluk I atau Perang antara Iran dan Irak berlangsung, saat AS lebih

berpihak kepada Irak.

98

Zain, “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak,” h. 49.

Page 54: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

44

Perang Teluk I atau Perang antara Iran dan Irak yang dimulai dengan

tindakan Saddam Hussein yang mengirim ribuan tentara menyerang Iran pada

tanggal 22 September 1980 ini disebabkan oleh Saddam Hussein yang

membatalkan secara sepihak perjanjian damai Irak-Iran yang disepakati lewat

Perjanjian Aljier 1975.99

Saddam Hussein mengemukakan bahwa Perjanjian

Aljier dianggap tidak adil karena ditandatangani dalam situasi Irak sedang lemah.

Iran ketika itu berada di puncak kekuatan, bahkan memiliki angkatan bersenjata

terkuat di Teluk Parsi atau Teluk Arab. Iran yang kala itu berhubungan baik

dengan AS, ibaratnya sedang menjadi polisi kawasan. Oleh karena itu, Perjanjian

Aljier yang ditandatangani pada 6 Maret 1975 oleh Saddam Hussein dilihat tidak

layak dipertahankan. Namun, di balik itu ada alasan lain yang sebenarnya lebih

mendasar. Sebab, jika faktor ketidakadilan Perjanjian Aljier yang menjadi titik

picu, sebenarnya Saddam Hussein tidak perlu membatalkan secara sepihak,

apalagi dengan menyerang Iran.100

Terdapat alasan tersembunyi Saddam Hussein

dibalik invasinya terhadap Iran. Pertama, invasi Irak lebih merupakan artikulasi

dari ambisi Saddam Hussein yang ingin tampil sebagai tokoh yang diperhitungkan

di Dunia Arab dan kawasan Timur Tengah.101

Ke dua, keberhasilan Revolusi

Islam Iran membuat resah Saddam Hussein atau bahkan seluruh pemimpin negara

kawasan Teluk. Revolusi itu dicemaskan dapat mempengaruhi tumbuhnya

99

Isi perjanjian Aljier antara lain: (1) Shat al Arab sebagai jalur pelayaran internasional.

Batas perairan antara Irak-Iran didasarkan pada Protokol Konstantinopel 1913, peninggalan

persetujuan Persia dengan Ottoman (Irak sekarang), (2) Irak-Iran bekerjasama melakukan

pengawasan atas perbatasan. Irak menghentikan bantuan pada pemberontak Kurdi di Iran,

sebaliknya Iran juga tidak lagi membantu pemberontak Kurdi di Irak. Berdasarkan perjanjian itu

pula, Irak memenuhi permintaan Syah Iran mengusir Khomeini dari Irak, pada Oktober 1978,

sejak ia diusir dari Iran sendiri pada Oktober 1964. Mashad, Saddam Melawan Amerika, h. 82. 100

Sebab, dalam perjanjian terdapat klausul bahwa, perbedaan penafsiran dan pelanggaran

perjanjian dapat diselesaikan melalui arbitrase atau penengahan melalui Mahkamah Internasional.

Ibid., h. 83. 101

Ibid.

Page 55: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

45

kekuatan fundamentalis, termasuk khususnya di Irak yang 52% penduduknya

bermazhab Syiah, sama seperti penduduk Iran.102

Perang Teluk I, selain melibatkan dua negara, yaitu Irak dan Iran, juga

telah membawa dua negara adikuasa AS dan Uni Soviet untuk terlibat dalam

perang tersebut. Sebelum terjadinya revolusi, Iran memiliki hubungan yang sangat

kuat dengan AS. Bahkan Syah Iran yang menjadi penguasa secara turun temurun

dianggap sebagai “boneka” AS. Berbagai peralatan perang AS pun dikirim ke Iran

untuk memperkuat negara tersebut. Akan tetapi, pascarevolusi, Iran justru sangat

jauh dari AS, karena Ayatullah Khomeini, penguasa Iran pengganti Syah sangat

membenci AS. Khomeini berusaha melepaskan pengaruh AS di Iran. Sementara

itu, pada sisi lain, sebelum berperang dengan Iran, Irak lebih dekat dengan Uni

Soviet, terutama sebelum Perang Arab-Israel tahun 1973. Saddam Hussein,

sebagai pemimpin Irak, menjalin hubungan yang erat dengan Uni Soviet agar

negara komunis itu dapat mengalirkan berbagai persenjataan yang mereka miliki

ke Irak. Suasana perang Dingin telah mengantarkan Uni Soviet membantu Irak

guna menyeimbangkan kekuatan di wilayah Teluk.

Ketika terjadi Perang Teluk I pada tahun 1980-1989, kondisi di atas

mengalami perubahan. Iran tidak lagi dekat dengan AS. Sedangkan Irak tetap

berhubungan baik dengan Uni Soviet dan bahkan AS juga ikut merangkulnya.

Dengan demikian, Irak tidak hanya mendapat bantuan persenjataan dari Uni

Sovet, tetapi dari AS. Bantuan AS pada Irak itu adalah dalam rangka melawan

Iran. Meskipun secara resmi AS tidak memihak siapapun dalam Perang Teluk I,

102

Ibid.

Page 56: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

46

tetapi di belakang, AS justru membantu Irak, hal ini dilakukan untuk

menyelamatkan kepentingan minyaknya di Timur Tengah.103

Keberpihakan AS terhadap Irak dalam Perang Teluk I tersebut memang

berlawanan dengan sikap AS terhadap Irak ketika berlangsungnya Perang Teluk

II, di mana AS berpihak kepada Kuwait dalam menghadapi Irak seperti yang telah

penulis paparkan sebelumnya. Pasang surut hubungan antara dua negara memang

lazim terjadi. Begitu pula dengan hubungan antara AS dan Irak. Bahkan hubungan

AS dan Irak ini mengalami titik terendahnya yakni ketika AS melancarkan invasi

militernya terhadap Irak pada 20 Maret 2003 tanpa dikutuk apalagi dicegah oleh

PBB. Invasi ini memperoleh kesempatannya setelah terjadinya Tragedi 9/11.

Dengan terjadinya tragedi tersebut maka AS mempunyai kesempatan untuk

menyerang Irak setelah dikeluarkannya tuduhan AS mengenai keterlibatan

pemerintahan Saddam Hussein dengan jaringan Al-Qaeda.104

Menurut AS, Irak

terlibat dalam jaringan teroris Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang

dituduh sebagai tokoh utama di balik Tragedi 9/11.105

Bahkan selain tuduhan

tersebut, AS juga menuduh Irak memiliki senjata pemusnah massal. AS

memberikan label terorisme pada setiap negara yang tidak mau bekerjasama

dengan AS dalam menumpas terorisme. Dalam kesempatan ini pula AS

memberikan label kepada Irak, Iran, dan Korea Utara sebagai negara-negara

103

Ibid., h. 93. 104

Ibid., h. 152. 105

Para pejabat Irak diketahui berulang kali telah melakukan pertemuan dengan anggota

Al-Qaeda, khususnya dengan para anggota sel yang dipimpin Al Zarkawi yang tinggal di suatu

tempat di Irak bagian Timur Laut. Irak aktif berhubungan dengan Al-Qaeda terutama setelah

peristiwa peledakan bom di Kedutaan Besar AS di Kenya tahun 1998. Ibid.

Page 57: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

47

pendukung terorisme atau negara-negara axis of evil. Akibatnya ketiga negara itu

selalu diawasi oleh AS setiap saat.106

Peristiwa tersebut mengangkat kata terorisme menjadi kata yang paling

sering digunakan oleh AS dan melahirkan sebuah doktrin yang disebut doktrin

Bush “either you are with us or with our enemy,” yaitu tindakan untuk mencari

dan mendapatkan dukungan ke negara-negara lain dalam hal mendukung

pemberantasan terorisme di dunia.107

Doktrin Bush ini mampu mempengaruhi

hubungan AS dengan negara-negara lain, karena doktrin tersebut menjadi tolak

ukur dalam membina hubungan dengan negara-negara lain.

Aksi AS untuk memberantas terorisme ini diawali dengan aksi militer ke

Afganistan yang didukung oleh Inggris sebagai sekutu terdekat AS merupakan

salah satu usahanya untuk menumpas terorisme karena Washington berkeyakinan

bahwa Tragedi 9/11 dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda pimpinan Osama bin

Laden. Walaupun pada akhirnya tuduhan yang dilemparkan kepada Osama bin

Laden tidak terbukti seluruhnya. Untuk menjaga keutuhan kredibilitas AS

sebagai super power dan perannya sebagai “polisi dunia”, maka AS membuka

kembali kasusnya dengan Irak di masa lalu. Hal ini merupakan sebuah pengalihan

atas tidak berhasilnya AS menemukan Osama bin Laden.

Bush, yang didukung sepenuhnya oleh Inggris, Australia, dan Spanyol,

tetap bersikeras menyerang Irak dan menggulingkan Saddam Hussein dengan

dalih kepemilikan senjata pemusnah massal (WMD) Irak, keterkaitan Baghdad

dengan jaringan teroris Al-Qaeda, serta pembebasan rakyat Irak dari belenggu

106

Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum “Hawkish”, h. 73. 107

Sihbudi, Pasca Agresi Amerika ke Irak, h. 36.

Page 58: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

48

rezim tirani Saddam.108

Namun, satu demi satu kebohongan Bush mulai

terungkap. Setelah lebih dari setahun menduduki Irak, para petinggi AS tak

mampu membuktikan kebenaran tuduhannya perihal keberadaan WMD Irak.109

Terjadinya Tragedi 9/11 akan mempermudah bagi Presiden George W.

Bush untuk menjalankan ambisinya menggulingkan Saddam Hussein serta

mengganti sistem pemerintahannya menjadi sistem yang lebih demokratis,

sehingga mempermudah AS untuk menguasai Irak. Paling tidak, ada enam faktor

yang memotivasi Presiden Bush di balik ambisi perangnya.110

Pertama, Presiden

Bush menggunakan isu perang Irak untuk menutupi berbagai

ketidakberhasilannya dalam mengatasi persoalan sosial-ekonomi di dalam

negerinya sendiri. Ke dua, keinginan Presiden Bush untuk melampiaskan dendam

keluarganya terhadap Saddam. Ke tiga, Presiden Bush ingin menutupi

kegagalannya dalam memburu Osama bin Laden dan Mullah Umar di Afganistan.

Ke empat, terinspirasi oleh keberhasilannya dalam menghancurkan rezim Taliban

dan menciptakan rezim boneka di Afganistan, Presiden Bush berusaha melakukan

hal yang sama di Irak yakni mendirikan rezim boneka di Irak yang dapat didikte

oleh Washington dengan tujuan, tidak lain, untuk menguasai minyak Irak. Ke

lima, seperti dalam kasus kampanye anti-terorisme yang dikembangkan AS pasca-

Tragedi 11 September 2001, dalam kasus Irak pun tampak jelas kuatnya pengaruh

faksi garis keras di lingkaran elite politik Gedung Putih yang selalu

mengedepankan pendekatan pragmatis dan sangat militeristis. Ke enam, selain

108

Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 388. 109

Bahkan di antara para petinggi AS dan Inggris sendiri justru terjadi saling tuding, yang

salah satunya berujung pada mundurnya Direktur CIA (Central Intellegence Agency atau dinas

intelijen AS) George Tenet, awal Juni 2004. Kendati di depan publik Tenet menyebut “alasan

keluarga” di balik pengunduran dirinya, banyak kalangan yakin ia dipaksa mundur akibat

kekacauan kinerja CIA baik dalam kasus 9/11 maupun invasi ke Irak. Ibid. 110

Sihbudi, Pasca Agresi Amerika ke Irak, h. 34-36.

Page 59: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

49

berwatak militeristis, mereka juga dikenal sangat pro Israel. Oleh karena itu,

ambisi Presiden Bush untuk melucuti senjata Irak juga dimaksudkan untuk

mengeliminir ancaman militer Arab terhadap Israel.

Tuduhan-tuduhan AS terhadap Irak mengenai senjata pemusnah massal

menimbulkan pro dan kontra dari berbagai negara karena tuduhan yang

dilemparkan oleh AS terhadap Irak belum seluruhnya terbukti. Walaupun begitu,

seluruh pro dan kontra dari berbagai negara tersebut tidak menyurutkan keinginan

AS untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.

Page 60: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

50

BAB IV

PENGARUH KEPENTINGAN EKONOMI

DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

PADA PERANG IRAK TAHUN 2003

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bahwa kepentingan minyak

merupakan alasan utama yang melatarbelakangi invasi Amerika Serikat terhadap

Irak. Berbagai dalih yang dipakai AS untuk menyerang Irak dengan mudah dapat

dipatahkan. Oleh sebab itu, sangat sulit mempercayai begitu saja argumen-

argumen yang dipakai oleh Presiden Bush untuk melancarkan invasinya di Irak,

seperti yang telah penulis utarakan sebelumnya yakni mengenai masalah

kepemilikan senjata pemusnah massal Irak, keterkaitan Saddam Hussein dengan

jaringan terorisme internasional, dan sikap represif rezim Saddam Hussein.

Irak adalah sebuah negara yang memiliki cadangan minyak ke dua

terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Faktor minyak selalu menjadi isu sentral dan

senantiasa dilihat sebagai salah satu pemicu konflik di Timur Tengah, tak

terkecuali pula dalam konflik AS-Irak.111

Namun, isu ini kurang diekspos karena

111

Dalam konteks konflik AS-Irak, isu minyak memang makin membayangi konflik

tersebut, terutama setelah tercapai kesepakatan ekspor minyak Irak sesuai dengan perjanjian

minyak dengan imbalan makanan (oil for food) pada tahun 1996. Irak berusaha menggunakan

senjata minyak dengan tujuan tercabutnya embargo total PBB atas negeri itu yang berlangsung

sejak tahun 1990. Misalnya, Baghdad menawarkan proyek eksplorasi minyak pada sejumlah

negara dengan imbalan negara-negara tersebut mendukung dan membantu upaya pencabutan

embargo PBB atas Irak. Sejumlah negara seperti Rusia, Cina, Perancis, dan India telah

mendapatkan proyek raksasa di Irak. Barangkali faktor inilah yang menyebabkan Rusia, Cina,

Perancis, dan juga Jerman masih menolak keras serangan AS ke Irak, kecuali dalam naungan PBB.

Selain itu, ketergantungan negara-negara Uni Eropa, Jepang, dan Cina pada minyak Timur Tengah

jauh lebih besar dibanding AS. AS sendiri masih dapat mengandalkan minyak dari Kanada,

Meksiko, dan Venezuela. Harmiyati, “Dimensi Teknologi, Keamanan, dan Ekonomi dalam Invasi

AS ke Irak,” Jurnal Paradigma, vol. VII, no. 20 (Maret 2003), h. 36.

Page 61: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

51

AS lebih mengedepankan isu mengenai hal memerangi terorisme yang ada di

setiap negara.

Timur Tengah memang bukan hanya hamparan Padang Pasir yang luas,

jauh di bawah tanahnya tersimpan setidaknya 70% cadangan minyak dunia. Dari

catatan terakhir OPEC, cadangan minyak yang ada di Timur Tengah sedikitnya

ada 800 miliar barel dan tersebar hanya di beberapa negara, seperti Arab Saudi,

Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar.112

Perhatian AS pada minyak di

wilayah ini semakin besar setelah aksi boikot minyak Arab menyusul Perang

Arab-Israel tahun 1973.

Sebagai salah satu negara industri besar, sangat wajar jika AS memerlukan

minyak dalam jumlah yang begitu besar untuk menjalankan kegiatan industrinya

baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri. AS sendiri memiliki

cadangan minyak mentah sejumlah 22 miliar barel, dan apabila kebutuhan minyak

AS dibandingkan dengan cadangan minyak mentahnya, maka AS hanya akan

mampu memenuhi kebutuhan minyak dalam negerinya selama tiga tahun. Oleh

karena itu, AS harus memenuhi kebutuhannya akan minyak dengan jalan

melakukan impor. AS mengimpor 53% dari kebutuhan minyaknya, dan impornya

akan meningkat hingga 62% pada tahun 2020.113

Sebanyak 30% dari total impor

AS ini berasal dari negara-negara Timur Tengah. Ketergantungan terhadap

minyak dari Timur Tengah akan semakin meningkat di masa yang akan

mendatang, mengingat selain Timur Tengah memiliki cadangan minyak yang

112

Elba Damhuri, Di balik Invasi AS ke Irak (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003),

h. 11. 113

Mustafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam (Laporan dari

Lapangan) (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2003), h. 59.

.

Page 62: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

52

besar, produksi minyak di AS semakin menurun akibat terus dimanfaatkannya

cadangan minyak di sana.114

Berdasarkan National Energy Policy Report AS yang diumumkan Gedung

Putih pada Mei 2001, ketergantungan minyak dari Teluk Parsi telah mencapai

setengah dari total konsumsi AS, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan

ketergantungan ini akan mencapai dua pertiga dari seluruh konsumsi minyak

AS.115

Oleh karena itu, sesuai kebijakan luar negerinya di Timur Tengah, AS

harus memperoleh strategi yang dapat digunakan sebagai pijakan menopang

kepentingannya itu.

AS tidak bisa lepas, bahkan masih sangat tergantung pada suplai minyak

Timur Tengah. Presiden George W. Bush di depan Kongres pada 17 Mei 2001

menyampaikan strategi pengadaan energi AS dengan slogan “Tingkatkan

mengalirnya minyak”.116

Dalam konsep Presiden Bush tersebut ditegaskan, tujuan

strategisnya sudah jelas, yaitu terjaminnya persediaan minyak hingga pada tingkat

yang tidak mengancam keamanan nasional dan ekonomi AS.117

Pada bulan Mei 2001, AS kembali menempatkan keamanan energi sebagai

masalah prioritas, di mana diupayakan untuk menghindari terjadinya

ketidakpastian pasokan dengan memprioritaskan di dalam hubungan luar negeri

dan perdagangan AS. Di dalam kebijakan energi nasional AS (National Energy

Policy 2001), dikatakan bahwa “...energy security must be priority of US trade

114

Kebutuhan AS akan minyak per hari adalah 20 juta barel dan AS hanya memenuhi

40% nya. Damhuri, Di balik Invasi AS ke Irak, h. 15. 115

Ibid. 116

Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h. 59. 117

Ibid.

Page 63: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

53

and foreign policy.”118

Pada Kebijakan Energi Nasional juga dikatakan bahwa

ketergantungan AS pada pasar energi yang stabil dan kebutuhan pada kebijakan

luar negeri yang akan mendukung suplai energi AS. Di samping itu juga

dikatakan bahwa:

“Gangguan yang besar pada suplai minyak dunia dapat mempengaruhi

ekonomi dan kemampuan AS untuk memproduksi tujuan kebijakan luar

negeri dan kebijakan ekonomi tanpa menghiraukan pada tingkat

ketergantungan AS pada impor minyak. Selain itu juga, negara-negara

penghasil minyak di Timur Tengah tetap akan menjadi pusat keamanan

minyak dunia. Kawasan Teluk tetap akan menjadi fokus utama kebijakan

energi nasional AS.”119

Merujuk kepada hal tersebut, terlihat bahwa keamanan energi atas akses

terhadap sumber-sumber minyak merupakan prioritas bagi AS dan karenanya

dibutuhkan kebijakan luar negeri yang akan mendukung hal tersebut. Oleh karena

itu, inti dari kebijakan AS di kawasan Timur Tengah yang mengandung cadangan

minyak bumi dalam jumlah yang sangat besar, termasuk Irak adalah demi

kepentingan nasionalnya yakni mengenai akses terhadap minyak yang terdapat di

kawasan tersebut untuk kepentingan industri AS sendiri atau demi sekuritisasi

kepentingan nasional AS di kawasan tersebut.

Menurut Riza Sihbudi, selain cadangan minyak yang dimiliki Irak,

terdapat perhitungan-perhitungan ekonomi bisnis lainnya yang mendasari invasi

AS ke Irak, antara lain bahwa minyak dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi

dunia dan jika harganya tidak stabil, terutama jika harga minyak naik secara

118

“National Energy Policy: Report of the National Energy Policy Development Group,

May 2001”, Chapter 8, h. 4. Kebijakan Energi Nasional AS ini sering disebut juga dengan

“Cheney Energy Plan”, karena ide kebijakan tersebut berasal dari Wakil Presiden Amerika Serikat,

Dick Cheney. Lihat www.wtrg.com/EnergyReport/National-Energy-Policy.pdf, diakses pada 1 1

Mei 2011, pukul 15.20. 119

Ibid., h. 3.

Page 64: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

54

tajam.120

Hal ini menyebabkan nilai impor minyak meningkat, biaya produksi

meningkat yang akhirnya akan menurunkan produktivitas. Produktivitas ekonomi

yang turun akan memerosotkan perekonomian dan menghambat pertumbuhan

kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi tentu penting bagi AS.

Dalam harian The Washington Post edisi 15 September 2001, dikatakan

dengan jelas, niat AS menjatuhkan Saddam Hussein akan membuka pintu bagi

perusahaan minyak di AS menguasai minyak Irak121

Namun, obsesi AS untuk

dapat menguasai minyak Irak masih terbentur oleh hambatan yang lain, yakni

kepentingan negara-negara besar seperti Perancis, Rusia, dan Jerman yang tidak

menyukai dominasi AS dalam bisnis minyak di Irak.122

Negara-negara tersebut

telah menjalin kerjasama bisnis minyak Irak sejak program oil for food

diberlakukan.123

Di tengah-tengah penerapan sanksi embargo ekonomi terhadap

Irak, mereka bahkan berhasil meningkatkan kontrak-kontrak dagang dengan

menandatangani sejumlah MoU dengan Irak, yang realisasinya akan terwujud

segera setelah sanksi embargo ekonomi dicabut. Sebaliknya, maksud lain dari

pendekatan Irak terhadap negara-negara besar anggota DK PBB (Perancis, Rusia,

dan Cina) itu tidak lain adalah mengupayakan dukungan bagi pencabutan

sanksi.124

Selain negara-negara tersebut, terdapat beberapa negara lain yang telah

mengikat kontrak kerjasama bisnis dengan Irak seperti Jerman, Spanyol, Italia,

Belanda, Portugal, Cina, dan masih banyak lagi yang lain. Mayoritas mereka

120

Riza Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak.” Jurnal Demokrasi dan HAM, vol. 3, no.

2 (Mei-September 2003), h. 39. 121

Mashad, Saddam Melawan Amerika, h. 156. 122

Harmiyati, “Dimensi Teknologi, Keamanan, dan Ekonomi dalam Invasi AS ke Irak,” h.

36. 123

Program oil for food ini dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa pada bulan Desember 1991 berdasarkan keputusan No. 706 yang mengizinkan Irak untuk

mengekspor minyak untuk membeli kebutuhan pangan dan obat-obatan. 124

Ibid.

Page 65: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

55

khawatir jika Saddam Hussein tersingkir nanti, perusahaan minyak AS akan

mendominasi dan mereka akan tersingkir, kendati pemerintah AS sudah berulang

kali berusaha meyakinkan mereka untuk memberikan jaminan keuntungan jika

mereka bersedia membantu penggulingan Saddam Hussein.125

Fenomena

kekhawatiran negara-negara non-Amerika ini agaknya kian terbukti pascainvasi

AS ke Irak, yang ditunjukkan dengan adanya persiapan Bush yang telah menunjuk

lima perusahaan minyak AS untuk merekonstruksi Irak pascaperang. Lima

perusahaan pemenang tender itu adalah Kellog Brown and Root dari Halliburton

di Houston; Bechtel Group dari San Fransisco; Fluor dari Aliso Viejo, California;

Louis Berger Group dari East Orange, New Jersey; dan Parsons Corp. dari

Pasadena, California.126

Bahkan Halliburton, sebagai perusahaan yang

mendapatkan keuntungan paling besar dari proyek rekonstruksi Irak,

mendapatkan salah satu kontrak tersebut, yakni dengan total 1,2 miliar dolar

Amerika untuk memperbaiki jasa minyak (restore oil service) di kawasan Irak

Selatan.127

Pemerintah AS telah menyediakan biaya talangan untuk program

rekonstruksi Irak sebesar 1,7 miliar dolar Amerika, dengan harapan biaya itu

dapat kembali setelah AS berhasil mengontrol industri minyak Irak pascainvasi.128

Sementara, oleh pihak Pentagon, sejumlah perusahaan minyak non-Amerika telah

125

Sekalipun demikian, pihak negara-negara non-Amerika tetap bersikap skeptis akan

prospek bisnisnya di Irak, apalagi dengan adanya pernyataan pemimpin INC (Iraqi National

Congress), Ahmed Chalabi, yang berterus terang akan lebih berpihak pada konsorsium pimpinan

AS untuk mengembangkan perminyakan Irak. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa

perusahaan-perusahaan AS seperti Exxon Mobil Oil, Chevron, Standard Oil, dan sebagainya, akan

memainkan peranan besar. Lihat Ibid., h. 37. 126

Ibid. 127

Griff Witte, “Iraq: Army to End Expansive, Exclusive Halliburton Deal”, dalam

Washington Post, 12 Juli 2006. Diakses dari http://www.corpwatch.org/article.php?id=13870,

pada 20 November 2010, pukul. 20.00. 128

Harmiyati, “Dimensi Teknologi, Keamanan, dan Ekonomi dalam Invasi AS ke Irak,” h.

37.

Page 66: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

56

direncanakan untuk masuk ke dalam daftar blacklist, yang termasuk di dalamnya

adalah Shell dari Inggris, Total dari Perancis, dan ENI dari Italia.129

Industri minyak lahir di AS dan secara otomatis membawa mata uang

Dolar Amerika sebagai patokan harga minyak, begitu juga untuk

pembayarannya.130

Sekitar dua pertiga cadangan devisa negara-negara di dunia

disimpan dalam mata uang Dolar Amerika. Semenjak digunakan dalam transaksi

perdagangan minyak internasional telah menjadikan AS sebagai hegemoni

ekonomi dunia. Oleh karena itu, kemunculan mata uang Euro yang semakin hari

mampu menunjukkan kemampuan untuk menjadi pesaing terkuat Dolar Amerika

menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

Sejak kemunculannya pada tanggal 1 Januari 1999, Euro sudah mampu

menggeser hegemoni dolar Amerika. Empat hari setelah kemunculannya, nilai

Euro di pasar mencapai 1,19 dolar Amerika. Artinya, Euro mengalami apresiasi

dengan signifikan. Memang Euro pernah terhempas di bawah satu dolar Amerika.

Namun, tak lama kemudian terjadi pergeseran, Euro kembali menguat setelah

pada tahun 2000 sempat terperosok hingga 0,85 per dolar Amerika. Penguatan itu

terus berjalan, per 19 Maret misalnya, nilai Euro mencapai 1,063 per dolar

Amerika.131

Fluktuasi ini juga tak terlepas dari pengaruh banyaknya negara yang

melakukan transaksi dengan Euro. Dengan begitu, ketergantungan mereka

terhadap AS akan semakin berkurang dan mengikis kepercayaan terhadap dolar

Amerika.

129

Ibid. 130

Purbo, Geopolitik Perminyakan, h. 185. 131

M. Hamidi Luthfi, Dolar VS Euro, Awal Kebangkrutan AS (Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2003), h. 76-77.

Page 67: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

57

Sejak mata uang Euro pertama kali diluncurkan, sebagian besar pengamat

telah menegaskan bahwa Euro memiliki kekuatan untuk tampil sebagai pesaing

bagi dolar Amerika dalam perekonomian dunia.132

Sekalipun posisi dan kekuatan

Euro pada fase-fase awal peluncurannya cenderung tidak stabil terhadap mata

uang kuat lainnya termasuk dolar Amerika, tetapi mata uang ini telah berhasil

menampilkan dirinya sebagai mata uang alternatif bagi aktivitas ekonomi global,

termasuk dalam urusan jual-beli minyak dunia. Hanya beberapa waktu sebelum

pemerintah AS melansir kampanye perangnya, pemerintah Irak mengeluarakan

sebuah ancaman bagi kepentingan AS ketika pemerintah ini berniat menjual

minyaknya dalam Euro.133

Dalam perspektif ini, serangan AS terhadap Irak lebih mudah dimengerti.

Iraklah yang pertama kali yang meminta oil for food mereka dibayar oleh PBB

dengan menggunakan mata uang Euro. Ternyata bukan hanya penjualan minyak

yang dikonversikan ke Euro, Saddam Hussein pun memerintahkan aparatnya

untuk mengganti cadangan devisanya sebesar 10 miliar dolar Amerika, dengan

Euro. Padahal nilai Euro saat itu masih 90% dari nilai dolar Amerika dan sejak

diluncurkan sejak Januari 1999, nilai Euro terus terdepresiasi terhadap dolar

Amerika, namun Irak seakan tidak peduli.134

Puncak kekhawatiran itu terjadi bila ternyata solidaritas anggota OPEC

memutuskan pembayaran minyaknya hanya dalam bentuk mata uang Euro.

Karena dari 75 miliar barel produksi minyak pertahun, 60% nya dihasilkan

anggota OPEC. Dapat dibayangkan, apabila semua anggota OPEC mengganti

132

Siti Muti‟ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi

Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia (Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL

UGM, 2004), h. 110. 133

Ibid. 134

Damhuri, Di balik Invasi AS ke Irak, h. 56.

Page 68: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

58

pembayarannya dari dolar Amerika ke Euro, maka dolar Amerika akan

terdepresiasi besar-besaran.135

Untuk itu, AS memerlukan tekanan politik dan

bahkan militer yang besar untuk menggertak negara-negara OPEC agar tak beralih

ke Euro dengan cara menjatuhkan Saddam Hussein. Sebab, dengan cara

menjatuhkan Saddam Hussein sebagai pemimpin Irak, AS dapat menggertak

negara-negara OPEC yang telah menggunakan Euro agar kembali menggunakan

dolar Amerika sebagai alat pembayaran internasional.

Perubahan status Euro dalam perdagangan minyak seperti yang diutarakan

di atas memiliki implikasi geopolitik. Perubahan ini di antaranya membuka

peluang bagi Eropa untuk menjalankan peran yang lebih dominan di Timur

Tengah.136

Dapat diperkirakan, dengan kehadiran Eropa di Timur Tengah akan

berdampak luas pada konstelasi kekuatan di kawasan ini yang selama ini berada di

bawah dominasi AS dan sekutu-sekutu terdekatnya. Karena itu, bagi

pemerintahan Presiden George W. Bush, menguatnya posisi Euro dalam pasar

minyak merupakan ancaman serius, bukan saja bagi kepentingan minyak AS,

tetapi juga dominasi negara ini di Timur Tengah.

Perang Irak yang dilancarkan pemerintahan Presiden Bush dapat dilihat

sebagai kebijakan luar negeri yang rasional, yang bertumpu pada kepentingan

minyak dan pelestarian dominasi AS. Tetapi penggunaan istilah kepentingan AS

itu sendiri cenderung mengaburkan. Perang Irak membuktikan bahwa minyak

yang menjadi salah satu isu sentral dari perang tersebut berkaitan erat dengan

kepentingan perusahaan-perusahaan multinasional. Seringkali yang dimaksudkan

135

Sebagai gambaran, nilai ekspor Iran mencapai 16 miliar dolar Amerika. Lihat Hasan

Basri Sagala, “Kebijakan George Walker Bush Tentang Isu Senjata Pemusnah Massal Irak,” (Tesis

Pascasarjana Universitas Indonesia), h. 111. 136

Setiawati, Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 111.

Page 69: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

59

dengan kepentingan nasional AS adalah kepentingan perusahaan-perusahaan ini

untuk memperoleh akses ke ladang-ladang minyak di Irak dan juga untuk

memperoleh hak rekonstruksi pascaperang.137

Sekedar tambahan bahwa pemerintah Presiden George W. Bush

mendapatkan persetujuan Kongres AS untuk biaya awal rekonstruksi Irak sebesar

2,45 miliar dolar Amerika.138

Bahkan pemerintah Presiden Bush telah menerima

anggaran tambahan dari Kongres sebesar 80 miliar dolar Amerika. Biaya yang

dibutuhkan oleh pemerintahan Presiden Bush untuk melakukan proses

rekonstruksi Irak yang akan semakin membesar dan kemungkinan akan adanya

dana tambahan yang sangat besar.

Perang Irak atas nama pembebasan negeri Irak dari pemerintahan Saddam

Hussein yang diktator juga menunjukkan kemenangan industri dan perusahaan

kontraktor militer AS. Dengan kata lain, langkah Presiden Bush yang tampak

menyukai perlombaan senjata ketika menyerang Irak juga tidak dapat dipisahkan

dari kepentingan industri senjata dalam negeri AS. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan anggaran pertahanan AS setelah terjadinya Tragedi WTC pada tahun

2001 yang mencapai 450 miliar dolar Amerika.139

Padahal, total anggaran

pertahanan dunia berjumlah 900 miliar dolar Amerika. Artinya, setengah dari

biaya pertahanan dunia telah didominasi oleh AS. Dengan angka tersebut, AS

menjadi satu-satunya negara di dunia yang paling banyak menghabiskan uang

untuk bidang pertahanan.

137

Ibid., h. 112. 138

Sihbudi, “Pasca Agresi Amerika ke Irak,” h. 42. 139Mohammad Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan

Minyak Amerika Serikat,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia, 2005), h. 87.

Page 70: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

60

Perang Irak benar-benar telah memamerkan kecanggihan teknologi

persenjataan yang dimiliki AS. Berbagai senjata maupun produk militer paling

canggih dikeluarkan oleh AS, mulai dari pesawat intai tanpa awak (Unmanned

Aerial Vehicle), pesawat pengacau sinyal elektronik (jammer), pesawat pembom

siluman, bom cluster, hingga armada laut berupa Carrier Battle Group (CBG).140

Dalam hal ini, Perang Irak dijadikan oleh AS sebagai pameran peralatan tempur

untuk pasar internasional. Seluruh dunia bisa menyaksikan bagaimana kehebatan

peralatan tempur AS menghancurkan Irak sekaligus menjadi semacam justifikasi

bagi peralatan tempur AS untuk dapat dikategorikan battle proven (terbukti di

medan perang).141

Tentu saja yang paling gembira dalam gelar persenjataan ini adalah

kalangan industri militer AS. Perang Irak selain memuluskan keinginan kelompok

garis keras yang mendominasi pemerintahan Presiden Bush, juga menguntungkan

perusahaan-perusahaan senjata di AS.

Industri pertahanan dan kontraktor militer merupakan salah satu dari para

pelobi yang paling berpengaruh di AS, khususnya sejak Perang Dunia II. Industri

militer tersebut juga merupakan salah satu sumber dana bagi calon wakil-wakil

rakyat di Kongres dan Senat AS. Bahkan Presiden Bush sendiri dalam

kampanyenya pada tahun 2000, juga ikut menikmati kucuran dana dari sumber

tersebut. Paling tidak, industri militer AS telah memberikan sumbangan politik

sebesar 72,5 juta dolar Amerika.142

Karenanya tidak heran jika pejabat-pejabat

tinggi di AS dapat terpengaruh oleh lobi para pemegang kekuasaan di bidang

140

Wirawan Sukarwo, Tentara Bayaran AS di Irak (Jakarta: GagasMedia, 2009), h. 198-

199. 141

Ibid., h. 202. 142

Rizki, “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan Minyak Amerika

Serikat,” h. 91.

Page 71: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

61

industri senjata. Apalagi menurut sebuah lembaga penelitian militer di AS, Arms

Trade Resources Center, menyatakan bahwa sebanyak 32 dari pejabat tinggi

pemerintahan Presiden Bush adalah mantan direksi, konsultan, dan pemegang

saham pada industri pertahanan dan perusahaan kontraktor.143

Bagaimanapun juga, Perang Irak itu sendiri dan kerusakan yang

ditimbulkannya juga membawa keuntungan lain bagi perusahaan-perusahaan AS.

Tak lama setelah perang dimulai, Presiden Bush menegaskan bahwa, semua

kontrak bagi rekonstruksi pascaperang akan diberikan kepada perusahaan-

perusahaan AS. Sebagian besar perusahaan-perusahaan ini adalah donatur Partai

Republik. Halliburton, diantaranya, merupakan salah satu perusahaan yang

memperoleh keuntungan besar dari Perang Irak. Bersama dengan perusahaan yang

dekat dengan Partai Republik lainnya, yakni Bechtel, Halliburton juga termasuk

dalam daftar perusahaan-perusahaan AS yang akan menerima dana dengan jumlah

melebihi 900 juta dolar Amerika untuk pembangunan kembali infrastruktur dan

fasilitas umum di irak.144

Dipilihnya kebijakan untuk melancarkan perang dengan Irak secara

unilateral oleh AS yang bertujuan untuk menguasai sumber-sumber minyak yang

strategis dapat dijelaskan dengan tiga argumen penyebab perang. Terdapat tiga

argumen yang dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya perang yaitu faktor

geopolitik, ketamakan, dan “negara minyak”.145

Penjelasan geopolitik pada

143

Ibid. 144

Setiawati, Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 113. 145

Sukawarsini Djelantik, “Minyak dalam Diplomasi dan Politik Global,” Jurnal Ilmiah

Hubungan Internasional, vol. 6, no. 1, (Maret 2010), h. 55.

Page 72: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

62

intinya menggambarkan upaya untuk mengejar kepentingan nasional melalui

penguasaan atas minyak, baik untuk alasan-alasan ekonomi maupun strategis.146

Minyak menguasai sektor-sektor industri yang menjadi jantung

perekonomian di negara-negara Barat. Kekuatan militer AS terletak pada

penguasaan akses sumber-sumber minyak, bahkan tidak dapat bertahan tanpa

terjaminnya pasokan.147

Karena minyak merupakan kepentingan vital negara-

negara Barat, maka tidak ada satu negarapun diizinkan untuk mendominasi

pasokan minyak dunia. Kalau perlu, kekuatan senjata menjadi penjamin terakhir

keamanan pasokan. Negara-negara industri maju menjadi lebih tergantung pada

impor minyak dan lebih sering mengalami kekurangan pasokan. Maka minyak

tidak saja menjadi isu kebijakan luar negeri, tetapi juga keamanan nasional.

Kekuatan minyak juga dibuktikan dengan fakta bahwa kekuatan militer AS lebih

banyak dipakai sebagai alat untuk jasa mengamankan minyak. Ladang-ladang

minyak di luar negeri dan rute-rute pasokan dilindungi oleh militer agar pasokan

terjamin.148

Analisis geopolitis relevan dengan konsep perang lama, seperti dalam

Perang Dunia I dan II, ketika minyak memegang peran strategis yang mendasar

sehingga menjadi komoditas vital.149

Minyak penting sebagai modal dalam kedua

perang besar ini, mengingat revolusi persenjatan militer sangat mengandalkan

kendaraan darat, tank, pesawat udara, dan kapal perang yang digerakkan dengan

minyak. Kemudian, Minyak dianggap sebagai pusat gravitasi baru pada tata

146

Ibid. 147

Ibid. 148

Ibid. 149

“Perang lama” merupakan istilah yang dipakai untuk perang yang sifatnya geopolitis,

melibatkan persaingan antar negara, khususnya negara-negara besar. Perang lama atau

konvensional juga terkait upaya menguasai wilayah dan membagun aliansi yang kuat dengan

aktor-aktor domestik, membangun dan mempengaruhi pemerintahan yang kuat dan otoriter, selain

mendapatkan kontrak dan konsesi. Lihat Ibid., h. 52.

Page 73: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

63

pemerintahan pasca perang Dunia II, khususnya ketika AS mulai tergantung pada

pasokan minyak dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan terhadap energi yang

semakin besar.

Mengamankan kepentingan minyak di Timur Tengah telah menjadi bagian

dari kebijakan pemerintah AS. Pemerintah AS telah memiliki komitmen kuat

untuk menjaga dan melindungi minyak di kawasan Teluk. Dalam Prinsip Carter

dinyatakan bahwa, kawasan Persia merupakan a vital interest of the United States,

dan diikuti dengan suatu pernyataan secara terbuka bahwa, “an attempt by outside

force to gain control on the Persian Gulf region will be regarded regarded as an

assault on the vital interest of the United States of America, and such an will be

repelled by any means necessary, including military force.”150

Dengan adanya invasi AS ke Irak dapat menjaga keamanan cadangan

minyak strategis AS dari berbagai gangguan seperti bencana alam, masalah politik

dalam negeri negara lain, dan stabilitas harga minyak dunia. Jika AS menyerang

Irak dan berhasil menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein di Baghdad, hal

itu akan membentangkan jalan bagi perusahaan-perusahaan minyak AS untuk

beroperasi di Irak dan mengeksplorasi cadangan minyaknya yang sangat besar itu

secara aman. Bila skenario itu dapat terwujud, Irak dapat menambah kemampuan

produksi minyaknya hingga mencapai 3,5 juta barel/hari, lalu lambat laun sampai

6 juta barel/hari setelah lima tahun mendatang. Penambahan produksi minyak Irak

itu akan membawa dampak terjadinya surplus minyak di pasar yang menyebabkan

semakin lemahnya OPEC mengontrol harga. Jika skenario itu terjadi, maka akan

membuat Washington makin berani menekan negara-negara Arab Teluk yang

150

Dirgo D. Purbo, Geopolitik Perminyakan (Jakarta: Verbum-Centre for the Study of

Intellegence and Counter Intelligence), h. 170.

Page 74: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

64

kaya minyak itu untuk melakukan reformasi ekonomi dan politik. Untuk

diketahui, AS mengimpor minyak dari negara-negara Arab Teluk dan Irak pada

tahun 2001 sekitar 2,7 juta barel sehari yakni 30% dari keseluruhan impor minyak

AS. Impor minyak terbesar AS berasal dari Arab Saudi, yaitu sekitar 1,6 juta barel

sehari atau 18% dari keseluruhan impor minyak AS.

Page 75: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

65

BAB V

PENUTUP

Pada 20 Maret 2003 Amerika melakukan invasi ke Irak atas tuduhan

mengenai keterlibatan pemerintahan Saddam Hussein dengan jaringan terorisme

internasional dan kepemilikan senjata pemusnah massal. Meski dalam

kenyataannya tuduhan tersebut tidak terbukti kebenarannya, AS tetap

menjalankan invasi tersebut. Alasan yang melatarbelakangi pemerintah AS dalam

invasi tersebut adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya sendiri, salah

satunya adalah kepentingan ekonomi. Dalam hal ini tidak terlepas dari

kepentingan energi AS yaitu minyak, di samping kepentingan menjaga eksistensi

Dolar Amerika setelah munculnya Euro.

AS merupakan negara paling besar mengkonsumsi minyak. AS

mengimpor 53% dari kebutuhan minyaknya, dan impornya akan meningkat

hingga 62% pada tahun 2020. Sementara cadangan minyak mentah yang dimiliki

oleh AS hanya berjumlah 22 miliar barel. Apabila kebutuhan minyak AS

dibandingkan dengan cadangan minyak mentahnya, maka AS hanya akan mampu

memenuhi kebutuhan minyak dalam negerinya selama tiga tahun. Jika tidak ada

suplai tambahan dalam beberapa tahun mendatang, maka akan sulit bagi AS untuk

mempertahankan, apalagi meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dengan

tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap minyak AS memiliki

kepentingan untuk mengamankan cadangan minyak yang ada di seluruh dunia,

termasuk di kawasan Timur Tengah.

Page 76: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

66

AS berkepentingan untuk mengamankan cadangan minyak yang ada di

kawasan Timur Tengah dari berbagai ancaman seperti, gangguan teroris dan

penguasaan minyak oleh rezim-rezim yang bertentangan dengan pemerintah AS.

Meskipun AS lebih banyak mengimpor minyak dari negara tetangganya yaitu

Kanada, Meksiko, Venezuela, Arab Saudi, dan Inggris. Namun, terdapat indikasi

bahwa invasi AS ke Irak ditujukan untuk menjaga ketersediaan suplai minyak

dalam negeri. Terlebih Irak memiliki cadangan minyak yang berjumlah 112 miliar

barel. Ini berarti Irak merupakan pemilik 11% cadangan minyak dunia.

Selama ini AS nyaris tidak mendapatkan tempat dalam mengelola ladang

minyak di Irak, sedangkan Irak lebih mempercayakan kepada perusahaan-

perusahaan Eropa dalam program oil for food. Sementara AS sendiri sangat

memerlukan banyak energi untuk menjaga hegemoninya di dunia dan harus

mengamankan pasokan minyaknya di masa depan, karena AS merupakan negara

yang menggunakan energi minyak terbesar di dunia, sementara AS sendiri tidak

mampu memenuhi semua kebutuhan energinya. Oleh karena itu, dengan alasan

apapun AS tetap menyerang Irak, karena Irak merupakan penghasil minyak kedua

terbesar di dunia. Dengan menguasai Irak, maka AS akan menguasai minyaknya,

sehingga AS tidak perlu merasa khawatir guna mengamankan pasokan energinya

di masa depan. Selain itu, Irak yang hancur pascainvasi mambutuhkan

pembangunan kembali atau rekonstruksi yang tentunya akan menjadi sebuah

bisnis yang cukup menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan asal AS.

Megingat pascainvasi hanya perusahaan-perusahaan asal AS yang diberi izin

untuk melakukan proyek tersebut.

Page 77: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

67

AS merasa perlu menginvasi Irak, selain karena cadangan minyaknya yang

besar, juga karena terpuruknya nilai tukar Dolar Amerika terhadap Euro.

Keterpurukan tersebut tidak lepas dari peran Irak karena Saddam Hussein lah

yang pertama kali mengganti pembayaran minyaknya dari Dolar Amerika ke Euro

dan mengkonversikan cadangan devisanya ke Euro. Bahkan langkah Saddam

Hussein ini pun diikuti oleh beberapa negara lainnya. Akibatnya, nilai Euro

mengungguli Dolar Amerika. Inilah yang membuat AS merasa terancam. Maka

dengan menguasai Irak, AS juga sekaligus menguasai minyak Irak. Dengan

demikian, AS dapat mengatur pasokan minyak dunia dan hasil penjualannya akan

mengembalikan eksistensi nilai tukar Dolar Amerika terhadap Euro sebagai satu-

satunya mata uang internasional. Kepentingan-kepentingan ekonomi inilah yang

mempengaruhi dipilihnya kebijakan invasi AS dalam Perang Irak tahun 2003.

Page 78: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

xi

Daftar Pustaka

Buku

Chandra, Prakash. 1979. International Politics. New Delhi: Vikas Publishing

House PVT LTD.

Creswell, John W. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches.

Thousand Oaks: SAGE Publications, Inc., 1994.

Damhuri, Elba. Di balik Invasi AS ke Irak. Jakarta: Senayan Abadi Publishing,

2003.

Dipoyudo, Kirdi. Timur Tengah dalam Pergolakan, 2nd

ed. Jakarta: CSIS, 1982.

Frankel, Joseph. 1988. International Relations in A Changing World. Oxford:

Oxford University Press.

Hendrajit, dkk. Tangan-Tangan Amerika: Operasi Siluman AS di Pelbagai

Belahan Dunia. Jakarta: Global Future Institute, 2010.

Holsti, K. J. Politik Internasional: Kerangka Analisa. Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya,1987.

--------------. International Politics: A Framework for Analysis (Sixth Edition).

New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1992.

Ikbar, Yanuar. Ekonomi Politik Internasional: Konsep dan Teori (Jilid I).

Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

Kegley Jr, Charles W. and Wittkopf, Eigene R. American Foreign Policy. New

York: St. Martin Press, 1996.

Kegley Jr., Charles W. World Politics: Trend and Transformation. New York:

Macmillan Press, 1999.

Kuncahyono, Trias. Irak Korban Ambisi Kaum “Hawkish”. Jakarta: Penerbit

Buku Kompas, 2005.

Lentner, Howard. Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual

Approach. Ohio: Bill and Howell Co., 1974.

Lovel, John P. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision

Making. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1970.

Page 79: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

xii

Luthfi, M. Hamidi. Dolar VS Euro, Awal Kebangkrutan AS. Jakarta: Senayan

Abadi Publishing, 2003.

Mashad, Dhurorudin, dkk. Saddam Melawan Amerika. Jakarta: Pensil-324, 2003.

Mas‟oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: LP3ES, 1990.

McCan, Robert L. Garis Besar Ekonomi Amerika. Penerjemah Budi Prayitno.

Jakarta: Dinas Penerangan AS, 1996.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002.

Purbo, Dirgo D. Geopolitik Perminyakan. Jakarta: Verbum-Centre for The Study

of Intelligence and Counter Intelligence, 2006.

Rahman, Mustafa Abd. Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam (Laporan dari

Lapangan). Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2003.

Rofiqi, A. Zaim. Amerika dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Safari, Mohammad dan Yusuf, Al-Muzammil, ed. Perang Iraq-AS: Hegemoni

Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya. Jakarta: COMES, 2003.

Setiawati, Siti Muti‟ah, dkk. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi

Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia.

Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL UGM, 2004.

Sihbudi, Riza. Eksistensi Palestina: Di Mata Teheran dan Washington. Bandung:

Mizan, 1992.

Sihbudi, Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: PT Mizan Publika, 2007.

Soelhi, Muhammad. Demi Harga Diri Mereka Melawan AS. Jakarta: Pustaka

Zaman, 2003.

Stiglitz, Joseph E. dan Linda J. Bilmes. Perang Tiga Triliun Dolar: Bencana

Ekonomi di Balik Invasi Amerika ke Irak. Jakarta: Penerbit Mizan, 2009.

Sukarwo, Wirawan. Tentara Bayaran AS di Irak. Jakarta: GagasMedia, 2009.

Suprapto, R. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1997.

Yayan Moch. Yani dan Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional

(Bandung: Rosda Karya, 2006), h.49.

Page 80: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

xiii

Tesis

Rosyadi, Imron. “Pengaruh Minyak dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika

Serikat di Timur Tengah: (Studi Kasus Kehadiran Pasukan Amerika

Serikat di Irak Pasca Kejatuhan Saddam Hussein).” Tesis S2 Program

Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007.

Zain, Azman Ridha. “Realitas Dibalik Konflik Amerika Serikat-Irak (Analisis

terhadap Invasi AS ke Irak).” Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas

Indonesia, 2004.

Sagala, Hasan Basri. “Kebijakan George Walker Bush Tentang Isu Senjata

Pemusnah Massal Irak: Analisis Ekonomi Politik terhadap Invasi Amerika

Serikat ke Irak (2002-2004).” Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas

Indonesia, 2005.

Tobing, Rosalina. “Neoliberalisme dalam Kebijakan Ekonomi Politik Luar Negeri

Amerika.” Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2000.

Rizki, Mohammad. “Dampak Invasi Amerika Serikat ke Irak Terhadap Pasokan

Minyak Amerika Serikat.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, 2005.

Jurnal

Anwar, Dewi Fortuna. “Tatanan Dunia Baru di Bawah Hegemoni Amerika

Serikat.” Jurnal Demokrasi dan HAM, vol. 3, no. 2 (Mei-September 2003):

h. 7-28.

Sukawarsini Djelantik. “Minyak dalam Diplomasi dan Politik Global,” Jurnal

Ilmiah Hubungan Internasional, vol. 6, no. 1, (Maret 2010): h. 43-60.

Harmiyati. “Dimensi Teknologi, Keamanan, dan Ekonomi dalam Invasi AS ke

Irak,” Jurnal Paradigma, vol. VII, no. 20 (Maret 2003): h. 29-38.

Notosusanto, Indrya Smita. “Politik Global Amerika Serikat Pasca Perang

Dingin.” Dalam Zainuddin Djafar, ed. Perkembangan Studi Hubungan

Internasional dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: PT Dunia Pustaka

Jaya, 1996: h. 110-122.

Perwita, Anak Agung Banyu. “Perubahan Lingkungan Keamanan Global dan

Politik Luar Negeri Amerika Serikat.” Jurnal Ilmiah Hubungan

Internasional, vol. 1, no. 2 (Mei 2005): h. 83-95.

Riyanto, Sugeng. “Imperium Amerika: Krisis Legitimasi dan Implikasi.” Jurnal

Hubungan Internasional, vol. II, no. 1 (Mei 2005): h. 239-251.

Page 81: PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079... · 2014-03-05 · penelitian ini adalah konsep kebijakan luar negeri

xiv

Sihbudi, Riza. “Pasca Agresi Amerika ke Irak.” Jurnal Demokrasi dan HAM, vol.

3, no. 2 (Mei-September 2003): h. 29-50.

Yuliantoro, Nur Rahmat. “Hegemoni Amerika Pasca 11/9: Menuju Sebuah

„Imperium Amerika Baru‟?,” Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik, vol. 9, no. 1

(Juli 2005): h. 91-108.

Laman Jaringan

Griff Witte, “Iraq: Army to End Expansive, Exclusive Halliburton Deal”, dalam

Washington Post, 12 Juli 2006. Diakses dari

http://www.corpwatch.org/article.php?id=13870.

National Energy Policy: Report of the National Energy Policy Development

Group, May 2001”, www.wtrg.com/EnergyReport/National-Energy-Policy

www.eia.gov/mer/overview.html

http://www.eia.doe.gov/emeu/aer/pdf/perspectives_2009.pdf