Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

download Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

of 5

Transcript of Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    1/9

    1

    Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan

    Budaya Organisasi Terhadap Profesionalisme Guru Dalam

    Mewujudkan Perilaku Dan Prestasi Belajar Siswa

    Ade Ruslan [email protected]

    Abstrak -  Mengkaji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional 

    kepala sekolah dan budaya organisasi terhadap profesionalisme guru dalam

    mewujudkan perilaku dan prestasi belajar siswa. Metodologi penelitian yang

    digunakan adalah pendekatan kualitatif berbasis model analisis kausal efektual.

     Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala

     sekolah dan budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru dalam mewujudkan perilaku dan prestasi belajar siswa.

    Kata Kunci  – Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Profesionalisme guru, prestasi, dan perilaku

    1 Pendahuluan

    Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusiayang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Di dalamnya tercakupkegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Istilah mendidik menunjukkan usaha menekankan pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, ketaqwaan dan lain-lain.Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang berupa bantuan yang diberikan kepada orangyang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan kepadapeserta didikagar dapat mempelajari hal-hal yang positif yangmenunjang perkembangannya.

    Salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang sering mendapatkan perhatian secara luasdari masyarakat adalah masalah rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan datadalam  Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCOdan diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan

    69 dari 127 negara yang disurvei.(Kompas, 3/3/2011 halaman 12).

    Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, di antaranyarendahnya perilaku belajar dan prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Mulyasa(2011) bahwa persoalan yang dihadapi hari ini adalah kurang bermaknanya pendidikan bagi

     pengembangan pribadi dan watak peserta didik, hal ini menurutnya mengakibatkan menurunnyamoralitas dan kesadaran makna hakiki kehidupan. Lebih jauhnya, lulusan pendidikan cenderungkurang memiliki kepekaan untuk membangun silaturahmi, toleransi, dan kebersamaan dalamkehidupan masyarakat yang majemuk.

    Dewasa ini kita masih sering melihat perilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang diperolehnya dari lembaga pendidikan yang sedang ditempuhnya. Sebagai

    contoh, banyak siswa yang terjerat narkoba, masih seringnya terjadi tawuran antarpelajar, dansiswa yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

    Berkaitan dengan masalah perilaku belajar Mulyasa(2009) mengemukakan beberapa penyebab penyimpangan perilaku belajar siswa, yaitu: 1) masih banyak guru yang tidak memiliki

    kompetensi keguruan (salah satunya kompetensi kepribadian), 2) banyak guru yang tidak

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    2/9

    JurnalIlmuPendidikandanHumanioraISSN: 2301-5004

    Vol. 01, No. 01, Jan 2013 pp. 1-9

    2

    menekuni profesinya secara utuh, 3) belum adanya standar profesional guru, 4) kemungkinandisebabkan maraknya perguruan tinggi yang mencetak guru asal jadi, dan 5) kurangnyamotivasi guru dalam meningkatkan kualitas.

    Sementara itu, terkait dengan prestasi belajar peserta didik, Kunandar (2007) menyatakan

     bahwa perubahan pendidikan terkait dengan etos kerja tenaga pendidik dan kependidikan masihrendah sehingga menghambat percepatan penguasaan kompetensi yang dibutuhkan tenagakependidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan iptek dan kurikulum.

    Perilaku belajar dan prestasi belajar nampaknya dua hal yang saling berkaitan. Bila diibaratkan

     bagaikan dua sisi mata uang, yang hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Perilaku belajar siswa memiliki relasi yang signifikan dengan prestasi belajar siswa. Dengan kata lain,

     prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh perilaku belajar siswa.

    Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan adalah faktor kualitas guru.

    Dalam tingkatan operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui

    kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial (Surya, 2005). Senadadengan pendapat di atas, Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa guru merupakan komponenyang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.Oleh karena itu upaya apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidakakan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.

    Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Permendiknas

    nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, kemampuan profesionalguru dapat dilihat dari penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh guru yang meliputi :kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik (kompetensi pedagodik), sikap, sifatdan perilaku yang mulia (kompetensi kepribadian), kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi

    dengan masyarakat (kompetensi sosial), dan penguasaan pengetahuan bidang ilmu, teknologi,dan/seni budaya yang diampunya (kompetensi profesional).

    Melihat strategisnya peranan guru dalam dunia pendidikan, maka meningkatkan kemampuan profesional guru merupakan suatu keharusan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan danmemberikan respon terhadap rendahnya kualitas pendidikan di tanah air. Terdapatnyakesenjangan antara harapan dengan kenyataan kualitas lulusan menyebabkan dunia pendidikanmenjadi sorotan masyarakat dan menempatkan guru pada posisi yang dianggap paling bertanggung jawab untuk memenuhi harapan masyarakat.

    Dalam melaksanakan tugasnya, guru berada di dalam lingkungan organisasi sekolah sebagailembaga penyelenggara pendidikan. Lingkungan organisasi sekolah yang berinteraksi langsung

    dengan aktivitas guru di antaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, nilai-nilai, norma serta pola interaksi yang dianut dan dikembangkan di antara komponen-komponen sekolah yanglainnya.

    Kepala sekolah sebagai administrator, supervisor, dan pemimpin pendidikan bertanggung jawabatas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga kepala sekolah mempunyai kewajibanuntuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan, dan pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.Kompetensi-kompetensi di atas diklasifikasikan ke dalam lima dimensi kompetensi dandituangkan di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentangStandar Kepala Sekolah/Madrasah. Dimensi kompetensi dimaksud adalah kompetensikepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial.

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    3/9

    www.insanakademika.com InsanAkademika Publications

    3

    Guru sebagai salah seorang staf kepala sekolah, dapat dipandang sebagai suatu instrumen penting untuk pencapaian tujuan pendidikan dengan mengikuti aturan serta kebijakan yangdigariskan kepala sekolah sebagai atasan. Di sisi lain, guru juga adalah manusia yang memilikidimensi kejiwaan. Hal ini berarti bahwa guru berinteraksi dengan suasana atau keadaan tempatguru tersebut bekerja. Bagaimana guru berinteraksi, menyelesaikan masalah, menanggapi isu-

    isu baru, dipengaruhi oleh cara pandang, nilai-nilai dan norma yang dianut dan dikembangkanoleh komunitas sekolah tempat guru tersebut bekerja. Dengan kata lain, secara kejiwaan gurudipengaruhi oleh budaya organisasi sekolah bersangkutan.

    Budaya organisasi akan dirasakan oleh siapapun yang mengunjungi suatu sekolah. Perilaku

    setiap personal sekolah mencerminkan nilai-nilai, norma, dan hubungan sosial yang terjadi diantara mereka. Suatu sekolah mungkin akan menunjukkan semangat kerja tinggi dan

     penghargaan tulus satu dengan yang lain. Sekolah lain mungkin akan menunjukkan halsebaliknya. Dengan kata lain, setiap sekolah memiliki karakteristik khusus yang terkait eratdengan nilai-nilai yang dianut dan dikembangkan bersama oleh setiap orang di dalam sekolah

    tersebut.

    Guru dan kepala sekolah berada pada organisasi serta budaya organisasi yang sama dantercermin melalui interaksi sehari-hari. Melalui interaksi ini, terbentuklah suatu organisasisekolah yang memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dari organisasi lain. Wewenangformal yang dimiliki kepala sekolah memungkinkan tercipta dan terkelolanya perubahanmelalui transformasi budaya organisasi sekolah bersangkutan.

    Pemahaman terhadap aspek-aspek kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam

    mengelola budaya organisasi dapat memberikan informasi tentang pengaruhnya terhadapkemampuan profesional guru yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan perilaku belajarsiswa dan prestasi belajar siswa.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh kepemimpinantransformasional kepala sekolah dan budaya organisasi terhadap profesionalisme guru dalammeningkatkan perilaku siswa dan prestasi belajar siswa.

    2 Tinjauan Pustaka

    2.1 Kepemimpinan Transformasional

    Burn dalam Komariah dan Triatna, (2006) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasionalsebagai suatu proses yang pada dasarnya “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.” Para pemimpin adalah seorang yang sadarakan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupayamengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap staf danmenyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dankemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, kecemburuan, ataukebencian.Seorang pemimpin tranformasional menurut Bass dalam Robbin (2008) memiliki karakteristiksebagai berikut:

    1. Kharisma: yaitu memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggan,meraih kehormatan dan kepercayaan.

    2. Inspirasi: yaitu mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol untuk

    memfokuskan pada usaha, menngambarkan maksud penting secara sederhana.3. Simulasi intelektual: Yaitu mendorong intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan

    masalah secara hati-hati.

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    4/9

    JurnalIlmuPendidikandanHumanioraISSN: 2301-5004

    Vol. 01, No. 01, Jan 2013 pp. 1-9

    4

    Kepekaan individual: yaitu memberikan perhatia pribadi, melayani karyawan secara pribadi,melatih dan menasihati.

    2.2 Budaya Organisasi

    Budaya sekolah merupakan karakter khas yang dimiliki sekolah sesuai dengan norma, nilai, dankebiasaan di sekolah itu dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menumbuhkembangkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas. Perbedaan budaya setiap sekolah adalah dalam bentuk operasional dan kebijakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekitar sekolahitu. Akan tetapi, esensi budaya setiap sekolah tetaplah sama, Jadi, yang membedakan setiapsekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya adalah situasi dan kondisi masing-masingsekolah.

    Menurut Miller (dalam Sutrisno 2010) ada beberapa butir nilai-nilai primer yang seharusnya ada pada tiap-tiap organisasi yang jika dikelola dengan baik dapat menjadi budaya organisasi yang positif, dan akan mengakibatkan efektivitas, inovasi, loyalitas, dan produktivitas. Delapan butir

    nilai-nilai budaya itu adalah:1. Aspek tujuan, ialah menyediakan produk atau jasa yang berkualitas dan bermanfaat bagi

    konsumen dan sekaligus memberi indpirasi dan memotivasi anggota organisasi.2. Aspek konsensus, ialah kebersamaan cita-cita, memikir, dan merasakan yang dinyatakan

    dalam musyawarah untuk mufakat.

    3. Aspek keunggulan, ialah usaha menciptakan ketidakpuasan yang kreatif di kalangan paraanggota organisasi, supaya perusahaan dapat mencapai keunggulan.

    4. Aspek prestasi, ialah memberi penghargaan yang layak atas prestasi pegawai.5. Aspek kesatuan, ialah perasaan satu di antara karyawan denga pra karyawan lainnya

    dalam organisasi karena adanya berbagai kesamaan-kesamaan.6. Aspek empiris, ialah menggunakan data nyata atau statistik sebagai dasar peretimbangan

    dan pengambilan keputusan.

    7. Aspek keakraban, ialah saling memberikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan emosionaldan spriritual di antara para anggota organisasi.

    Aspek integritas, ialah kejujuran, adil, dapat dipercaya, mampu, dan dapat diandalkan.

    2.3 Profesionalisme Guru

    Guru profesional terlihat dari kompetensi yang dimilikinya. Hal ini sebagaimana dikemukakanHamalik (1995) bahwa kompetensi profesional seorang guru mencakup kemampuan dalam hal:

    a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan, baik secara filosofis, psikologis, dan sebagainya.

     b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik.

    c. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskankepadanya.

    d. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan situasi,kondisi, dan kebutuhan.

    e. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajarlain.

    f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran.g. Mampu melaksanakan evaluasi belajar.h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

    Senada dengan pendapat di atas, Rusyan (1990) mengemukakan bahwa untuk mengukur

    kemampuan profesional guru dapat dilihat dari dimensi berikut:

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    5/9

    www.insanakademika.com InsanAkademika Publications

    5

    1. Kompetensi pribadi, yang meliputi sikap simpati, empati, terbuka, berwibawa, danresponsibility.

    2. Kompetensi profesional, yang meliputi penguasaan bidang studi, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan kelas, dan penggunaan media.

    Kompetensi sosial, yang meliputi aktivitas guru sebagai petugas kemasyarakatan dan sebagai

    anggota masyarakat, serta tangung jawabnya sebagai pendidik dalam lingkunag sosialnya.

    2.4 Prestasi

    Menurut Syamsudin (1992) prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yangmenunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan atau diujikan karenamerupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan metode, bahkan di dalam hal-hal tertentu

    yang dijalani. Hal ini berati bahwa prestasi belajar dalah perubahan yang dihasilkan seseorangatau hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar, baik berupa nilai atau berupa

    kecakapan-kecakapan yang lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan siswa lainnya sebagaiusaha dari kegiatan belajar yang ditempuh.

    Sehubungan dengan itu, ada beberapa indikator untuk menentukan kualitas prestasi belajarsiswa. Secara operasional, indikator penentuan kualitas prestasi belajar siswa ini berhubungan

    dengan ranah psikologis, yang meliputi dimensi cipta (kognitif), dimensi rasa (afektif), dandimensi karsa (psikomotor). Dalam menentukan indikator dari dimensi prestasi belajar siswatersebut ditemukan beberapa variasi. Menurut Sudjana (1998) indikator dari dimensi-dimensi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut:1. Dimensi kognitif dengan indikator sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, penerapan,

    analisis, sintesis, dan evaluasi.2. Dimensi afektif dengan indikator sebagai beruikut: kemampuan menerima rangsangan,

    kemampuan menjawab, kemampuan menilai, kemampuan berorganisasi, dan kemampuan pendalaman nilai.

    Dimensi psikomotor dengan indikator sebagai berikut: keterampilan gerak, keterampilan erakandasar, keperampilan berprestasi, keterampilan dalam penampilan fisik, keterampilan gerakanskil, keterampilan komunikasi dekursif.

    2.5 Perilaku

    Menurut Sobur (2009) yang dimaksud dengan perilaku atau tingkah laku adalah aktivitas yang

    dapat diobsevasi yang dapat digunakan sebagai alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Syah (1995)menyimpulkan beberapa pendapat tentang definisi belajar yaitu sebagai tahapan perubahan

    seluruh tingkah laku individu yang relatif menatap sebagai hasil pengalaman dan interaksidengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

    Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dirumuskan bahwa perilaku belajar siswa adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah pembelajaran baik bersifat kognitif, afektif, dan

     psikomotor. Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesipik.Sehingga perilaku belajar menurut Syah (1995) dapat dilihat dari perubahan intensional, perubahan positif dan aktif, perubahan efektif dan fungsional. Hal-hal tersebut meliputi: b. Perubahan intensional

    1) Motivasi belajar siswa tinggi

    2) Perubahan yang disadari oleh siswa baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor c. Perubahan positif dan aktif 

    1) Perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor bersifat positif 2) Siswa merasakan manfaat dari pembelajaran

    3) Hasil pembelajarean yang diraih sesuai dengan harapan siswa

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    6/9

    JurnalIlmuPendidikandanHumanioraISSN: 2301-5004

    Vol. 01, No. 01, Jan 2013 pp. 1-9

    6

    d. Perubahan afektif dan fungsional1) Dampak dari pembelajaran membawa pengaruh (berdaya guna) dalam kehidupan

    sehari-hari2) Perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap

    dan tersedia setiap saat apabila dibutuhkan

    3) Hasil pembelajarean yang diraih sesuai dengan harapan siswa

    Sobur (2009) mengemukakan tiga asumsi berhubungan dengan perilaku yaitu bahwa perilakumanusia itu ada sebabnya. Di sini tersirat bahwa lingkungan mempengaruhi tingkah laku.Asumsi yang kedua adalah perilaku manusia tidak hanya disebabkan oleh sesuatu tetapi juga

    menuju sesuatu, dengan kata lain manusia melakukan sesuatu karena mempunyai tujuan.Konsep motivasi merupakan asumsi ketiga, dalam hal ini perilaku dilatarbelakangi oleh sesuatu

    yang dikenal sebagai desakan, keinginan, kebutuhan ataupun dorongan. Maka perilakuseseorang dipengaruhi oleh keinginan dirinya, pengaruh dari luar dirinya (lingkungan) dandipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapainya. Perilaku seorang siswa dipengaruhi oleh

    lingkungannya (guru, teman, dan masyarakat), motivasi yang ada dalam dirinya dan tujuan yang

    ingin dicapai oleh siswa tersebut.

    3 Metodologi

    Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan mengkaji

    hubungan konseptual antar variabel berdasarkan pendekatan analisis causal efektual. Penulis berperan sebagai participant observer , analisis dilakukan dengan mengamati dan mengevaluasi berbagai fenomena yang terjadi pada objek penelitian, kemudian dilakukan pembahasan atasfenomena tersebut berdasarkan logika penulis yang kemudian dikonfirmasikan pada kerangkateori pada berbagai literatur dan/ atau hasil penelitian yang relevan dengan topik utama studi ini.

    4 Pembahasan

    Masih banyaknya pelajar yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan, masih belum optimalnya prestasi belajar siswa, dan kurang profesionalismenya guru dalam

    melaksanakan tugasnya merupakan beberapa fenomena yang menyebabkan kualitas pendidikandi Indonesia masih rendah. Di samping itu, hal lain yang ikut berperan dalam upaya peningkatankualitas pendidikan di Indonesia adalah faktor kepemimpinan kepala sekolah yang belummenerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekolah yangdipimpinya.

    Profesionalisme guru diasumsikan cenderung menurun, sehingga diperlukan upaya-upayaantisipatif yang tepat sesuai dengan target yang ingin dicapai. Banyak faktor yangmempengaruhi menurunnya profesionalisme guru, di antaranya faktor kepemimpinan kepalasekolah dan budaya organisasi. Hal ini dapat terlihat ketika adanya pergantian kepala sekolah.Gaya kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru yang padaakhirnya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tingkat perilaku dan prestasi belajar siswa.

    Dari beberapa fenomena permasalahan di atas, dapat ditarik suatu pernyataan masalah yaitu perilaku siswa dan prestasi belajar siswa belum maksimal, hal ini disebabkan antara lain karenaguru yang belum profesional. Banyak faktor yang menyebabkan belum profesionalnya guru, diantaranya faktor kepemimpinan kepala sekolah dan kurang kondusifnya budaya organisasi disekolah.

    Melihat kepada permasalahan yang muncul sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka

    dapat diketahui bahwa masalah penelitian ini termasuk salah satu pendidikan yang merupakan

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    7/9

    www.insanakademika.com InsanAkademika Publications

    7

    salah satu tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaannya. Karena pendidikan merupakansalah satu tugas pokok negara, maka pendidikan merupakan salah satu kajian dalam ilmuadministrasi negara. Dan untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan keterlibatan berbagaikomponen pemerintahan. Administrasi negara merupakan suatu proses penentuan dan pencapaian tujuan negara dengan menggunakan semua sumber yang ada dengan efisiensi

    melalui pejabat-pejabatnya secara terorganisir dan terkoordinir.

    Penyelenggaraan administrasi terdapat dalam organisasi yang formal dan lengkap, sehingga didalam setiap organisasi akan selalu terdapat apa yang disebut administrasi, Islamy (2009)memberikan batasan terhadap administrasi sebagai berikut :

    Administrasi adalah seluruh proses organisasi yang terdiri atas penentuan sasaran dan pencapaian sasaran tersebut dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efesien

    melalui dan bersama orang-orang secara terkoordinir dengan menerapkan perencanaan, pembuatan keputusan pelaksanaan, pengorganisasian, persuasi, pemimpin dan penilaian dantermasuk didalamnnya pengawasan.

    Dalam perkembangannya administrasi mencakup proses penentuan arah, tujuan, sasaran dannorma-norma atau cara-cara untuk mencapai berupa kebijakan atau program-program yang bersifat menyeluruh. Sistem administrasi dapat dijadikan sebagai media atau wahana bagimetodologi integralistik untuk memadukan secara utuh dan menyeluruh semua nilai-nilai yangada dari domain subyek yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa yang dapat dipergunakanuntuk memadukan masalah yang timbul dari interaksi nilai-nilai itu adalah administrasi.

    Dalam setiap organisasi selalu terdapat seorang pemimpin yang memerintah, mengarahkan

     bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok, dan organisasi. Melalui peranannya,seorang pemimpin dapat menjadikan organisasi yang dipimpinnya maju atau mundur, efektifatau tidak efektif. Yukl (2010) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses untukmempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan

     bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individudan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

    Kepala sekolah adalah seorang pemimpin pendidikan yang harus mengampil keputusan yangtepat, mengomunikasikan dan menginformasikan serta menggerakan berbagai kekuatan sumberdaya supaya mau dan mampu melaksanakan manajemen atau administrasi pendidikan untukmencapai produktivitas pendidikan yang tinggi.Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga dengandemikian dia mempunyai kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusahaagar pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan, dan pengembangan pendidikan dapatdilaksanakan dengan lebih baik.Di antara penyelenggaraan pendidikan yang harus dibina secara terus-menerus oleh seorang

    kepala sekolah adalah: b. program pengajaran;c. sumber daya manusia;d. sumber daya yang bersifat fisik; dane. hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat (Wahyosumidjo, 2010).

    Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah mempunyai pengaruh yang besar untuk membuatsekolah menjadi maju atau mundur. Gaya kepemimpinan yang dikembangkan menentukanefektivitas kepemimpinan. Kepala Sekolah yang efektif, menurut penelitian Tiong (dalamHusaini,2007) berkarakteristik:2) adil dan tegas dalam mengambil keputusan;3) membagi tugas secara adil kepada guru;4) menghargai partisipasi staf;

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    8/9

    JurnalIlmuPendidikandanHumanioraISSN: 2301-5004

    Vol. 01, No. 01, Jan 2013 pp. 1-9

    8

    5) memahami perasaan guru;6) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan;7) terampil dan tertib;8) berkemampuan dan efisien;9) memiliki dedikasi dan rajin;

    10) tulus; dan11) percaya diri

    Budaya organisasi dapat merupakan aset atau hambatan di dalam organisasi. Budaya yang kuatmerupakan sumber komitmen dan stabilitas organisasi, namun budaya yang lemah dapat

    menjadi sumber resistensi terhadap perubahan dan menimbulkan ketertutupan anggota-anggotaorganisasi terhadap pengaruh luar. Baker (dalam Laksmi, 2011) mengemukakan tiga kondisi di

    mana budaya organisasi menjadi tidak relevan, yaitu:(1) Budaya yang dahulu sukses dijalankan organisasi menjadi ketinggalan zaman karena

     perubahan gradual pada lingkungan organisasi.

    (2) Terjadi perubahan dramatis atau tiba-tiba pada lingkungan.

    (3) Organisasi memasuki bisnis baru atau diakuisisi oleh perusahaan yang berbeda tipe bisnisnya, atau terjadi pergantian CEO (Chief Executive Officer ) atau pimpinan puncakyang baru.

    Sekolah sebagai sebuah organisasi pasti memiliki satu karakteristik tertentu. Dengan kata lain, budaya organisasi sekolah merupakan seperangkat pengetahuan, nilai-nilai, norma yang dianut

    oleh komunitas sekolah untuk merespons peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di lingkunganinternal maupun lingkungan eksternal organisasi.

    Kadang-kadang dijumpai sebuah sekolah yang mencerminkan semangat dan kinerja tinggi,tetapi tidak jarang pula ditemukan sekolah dengan kinerja seadanya. Dalam kasus demikian,diperlukan perubahan yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah dibantu oleh agen-agen

     pembaharuan. Perubahan-perubahan dilakukan melalui tahapan unfreezing, moving, refreezingseperti yang telah dikemukakan terdahulu. Aspek-aspek yang membentuk karakteristik suatusekolah merupakan sasaran utama untuk diperbaiki dengan mengemukakan kerangka pikir barumenggantikan kerangka pikir yang lama.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat pengetahuan,nilai-nilai, norma yang dianut oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk merespon

     peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternalorganisasi

    Kemampuan profesional guru merupakan pengejawantahan kompetensi-kompetensi yangterkandung dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dengan telahditetapkannya standar kompetensi dan pengakuan legalitas dalam bentuk undang-undang serta

     peraturan pemerintah lainnya, maka secara formal guru merupakan sebuah profesi. Beberapaindikator yang menunjukkan masih lemahnya profesionalisme guru seperti yang telah diuraikan,mengharuskan guru untuk bekerja lebih sungguh-sungguh melalui penghayatan, penguasaan dan pelaksanaan kompetensi yang telah ditetapkan guna menyejajarkan diri dengan profesi lainyang telah mapan. Dengan demikian, profesi guru akan mendapat pengakuan penuh secaraformal dan informal dari masyarakat.Dengan adanya guru yang profesional kualitas pendidikan lebih meningkat dan lulusannyamemiliki kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, perilaku belajar siswa akan meningkatseiring dengan peningkatan dalam hal prestasi belajarnya.

    5 Kesimpulan

  • 8/19/2019 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja (ILMU KEPEMIMPINAN

    9/9

    www.insanakademika.com InsanAkademika Publications

    9

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profesionalisme gurudalam mewujudkan perilaku dan prestasi belajar siswa.

    Daftar Pustaka

    Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

    Islamy, Irfan, 2009.  Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bina Aksara:

    Jakarta.

    Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif .

    Jakarta: PT Bumi Aksara

    Koran Kompas, 3/3/2011 halaman 12.

    Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

    Mulyasa. 2009.  Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi .

    Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Mulyasa. 2011.  Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya.

    Mulyasa. 2011.  Menjadi GurunProfesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

     Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Riani, A. L. 2011. Budaya Organisasi . Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Robbins, P. S. 2008. Organizational Behaviour (10thedition). New Jersey. Prentice Hall, Inc.

    Indeks (versi Bahasa Indonesia)

    Rusyan, A. T. 1990.  Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan Karya

    Sarjana Mandiri.

    Safaria, T.2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

    Sudjana, Nana. 1998. Cara Belajar Siswa Objektif . Bandung: Tarsito.Sutrisno, Edy.2010. Budaya Organisasi . Kencana: Jakarta.

    Syamsudin, Abin. 1992.  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

    Rineka Cipta.

    Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Usman, Husaini. 2010.  Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi 3. Jakarta:

    PT Bumi Aksara.

    Wahjosumidjo. 2010.  Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

     Permasalahannya. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada.

    Yukl, Gary. 2010.  Kepemimpinan dalam Organisasi alih bahasa oleh Budi Supriyanto.

    Jakarta: PT Indeks.

    Dokumen-Dokumen

    Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

    Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru