PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN …eprints.ums.ac.id/60083/1/NASKAH PUBLIKASI OKE.pdf ·...

16
PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN MUNCULNYA KOMPLIKASI PADA PASIEN DM DI RS “X” PERIODE SEPTEMBERNOVEMBER 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi Oleh: FITRIA SEPTIN AZIZA K 100140143 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN …eprints.ums.ac.id/60083/1/NASKAH PUBLIKASI OKE.pdf ·...

PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN

MUNCULNYA KOMPLIKASI PADA PASIEN DM DI RS “X”

PERIODE SEPTEMBER–NOVEMBER 2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Fakultas Farmasi

Oleh:

FITRIA SEPTIN AZIZA

K 100140143

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN

MUNCULNYA KOMPLIKASI PADA PASIEN DM DI RS “X”

PERIODE SEPTEMBER–NOVEMBER 2017

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

FITRIA SEPTIN AZIZA

K 100140143

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Hidayah Karuniawati, M.Sc.,Apt.

NIK.1606

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN

MUNCULNYA KOMPLIKASI PADA PASIEN DM DI RS “X”

PERIODE SEPTEMBER–NOVEMBER 2017

OLEH

FITRIA SEPTIN AZIZA

K 100140143

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ……., ………. 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hidayah Karuniawati, M.Sc. (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Tanti Azizah Sujono, M.Sc., Apt. (……………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt. (…………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

NIK. 956

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 9 Februari 2018

Penulis

FITRIA SEPTIN AZIZA

K 100140143

1

PENGARUH KEPATUHAN PENGGUNAAN OHO DENGAN

MUNCULNYA KOMPLIKASI PADA PASIEN DM DI RS “X”

PERIODE SEPTEMBER–NOVEMBER 2017

Abstrak

Kepatuhan pasien dalam meminum obat hipoglikemi oral merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan terapi, akan tetapi kepatuhan dalam meminum obat oleh pasien

sering kali rendah. Beberapa parameter keberhasilan terapi adalah kadar gula darah yang

terkontrol dan tidak munculnya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kepatuhan penggunaan obat hipoglikemi oral dengan munculnya komplikasi di

RS “X”. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional yang menggunakan

rancangan analisis cross sectional dengan 98 responden. Pengambilan data melalui

wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan metode purposive sampling.

Sampel adalah pasien yang didiagnosa diabetes melitus tipe 2 di RS “X” yang

menggunakan minimal 1 jenis obat hipoglikemi oral dan datang berobat pada bulan

September-November 2017. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh kepatuhan penggunaan obat hipoglikemi oral pada pasien diabetes melitus

dengan munculnya komplikasi di RS “X”. Hasil uji Chi Square didapatkan p value

sebesar 0,000 dengan OR 20,000 menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus yang tidak

patuh terhadap penggunaan obat hipoglikemi oral memiliki resiko terkena komplikasi

sebesar 20,000 kali dibandingkan pasien diabetes melitus yang patuh terhadap

penggunaan obat hipoglikemi oral.

Kata kunci : Kepatuhan, Diabetes melitus, Komplikasi, cross sectional.

Abstract

The patient’s obedience on taking oral hypoglycemic drugs is one of the factors in the

success of a therapy, but in fact patient’s adherence on taking pills is low. Parameters of

the success of therapy are controlled blood glucose levels and no complications. This

study aims to determine the effect of adherence to the use of oral hypoglycemic drugs

with the emergence of complications in RS “X”. This study was observational method

using cross sectional analysis planand involving 98 respondents. The technique of

collecting data was done through direct interview using questioner. This was undertaken

using purposive sampling method. The samples are patients who were diagnosed with

having type 2 diabetes mellitus in RS “X”. They were chosen as the patients who used at

least 1 type of oral hypoglycemic drugs and came treatment in September-November

2017. Based on the results of the study, there is influence of adherence to the use of oral

hypoglycemic drugs in patients of diabetes mellitus with the emergence of complications

in RS “X”. The results of the Chi Square test shows p value of 0.001 with OR 20,000. It

indicates that the patients with diabetes mellitus who do not adhere to the use of oral

hypoglycemic drugs have a risk of complications by 20,000 times compared to patients

with diabetes mellitus who adheres to the use of oral hypoglycemic drugs.

Keywords: Adherence, Diabetes Mellitus, Complication,Cross Sectional.

2

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi karena tubuh tidak dapat

memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif

(International Diabetes Federation, 2013). Data International Diabetes

Federation (2013) menyatakan lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur

20-79 tahun menderita penyakit diabetes melitus. Indonesia merupakan negara

dengan urutan ke-7 prevalensi diabetes melitus tertinggi. Terjadi kenaikan dari

5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2014). Kaus diabetes melitus tipe 2 di Kota Surakarta

sebanyak 22.534 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Diabetes

melitus merupakan suatu penyakit kronik yang membutuhkan kepatuhan dalam

pengobatanya. Kepatuhan penggunaan obat adalah salah satu upaya agar tercapai

keberhasilan terapi, kepatuhan penggunaan obat antidiabetik merupakan hal

penting karena jika tidak tercapai keberhasilan terapi akan menyebabkan

terjadinya kegagalan terapi, kegagalan terapi adalah penyebab timbulnya penyakit

tambahan yang lain atau sering disebut komplikasi (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007). Pasien diabetes melitus beresiko mendapatkan

komplikasi akut maupun kronis akibat kegagalan terapi. Komplikasi akut pada

penderita diabetes melitus antara lain hiperglikemia dan hipoglikemia dan

komplikasi kronik antara lain mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati,

neuropati dan makrovaskuler seperti jantung koroner, stroke, dan gangren/ulkus

pada kaki (Udayani, 2011).

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional atau non eksperimental.

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu pengukuran atau

pengumpulan data yang dilakukan pada saat yang bersamaan atau satu waktu

untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sampel

diambil berdasarkan metode non probability sampling dengan teknik purposive

sampling. Alat yang digunakan adalah kuesioner dan bahan yang digunakan

adalah data rekam medik dan jawaban kuesioner secara langsung yang didapatkan

3

dari responden. Teknik pengolahan data menggunakan analisis bivariat yang

dilakukan dengan uji chi square menggunakan aplikasi SPSS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Di RS “X”

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 98 responden yang memenuhi

kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Data profil dan karakteristik pasien

diabetes melitus di “X” dapat dilihat pada 1.

Tabel 1. Data profil dan karakteristik pasien diabetes melitus di RS “X” periode

September-November 2017

No. Profil Pasien Jumlah Persentase (%) N=98

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

44

54

44,89

55,10

2. Usia

a. 15-24 tahun

b. 25-34 tahun

c. 35-44 tahun

d. 45-54 tahun

e. 55-64 tahun

f. 65-74 tahun

g. ≥75 tahun

2

0

5

27

48

15

1

2,04

0

5,10

27,55

48,97

15,30

1,02

3. Pendidikan terakhir

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Diploma/S1/S2/S3

3

13

11

30

41

3,06

13,27

11,22

30,61

41,84

4. Pekerjaan

a. Tidak bekerja

b. Pegawai

c. Wiraswasta

d. Buruh/petani/nelayan

e. Lainya

25

44

19

6

4

25,51

44,89

19,38

6,12

4,08

5 Aktivitas Fisik

a. Tidak Olahraga 35 35,71

b. Olahraga 63 64,29

6 IMT

a. Obesitas 17 17,35

b. Non Obesitas 81 82,65

3.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden terdiri dari perempuan

(55,10%) dan laki-laki (44,89%), jumlah responden wanita lebih banyak daripada

laki-laki hal ini sesuai dengan data RISKESDAS (2013) yang menyatakan bahwa

penderita diabetes paling banyak adalah wanita. Wanita lebih beresiko terkena

4

diabetes melitus tipe 2 karena secara fisik memiliki peluang peningkatan IMT

yang lebih besar. Sindrom siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-

menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi lebih mudah

terakumulasi akibat proses hormonal tersebut (Trisnawati, 2013).

3.1.2 Usia

Menurut Betteng et al (2014) salah satu faktor terjadinya diabetes melitus adalah

karena usia ≥45 tahun, karena pada usia tersebut terjadi penurunan kemampuan

sel β-pankreas dalam memproduksi insulin. Hasil yang diperoleh sebagian besar

pasien diabetes melitus berusia 55-64 tahun dengan persentase 48,97%, Pada usia

tersebut kemungkinan karena glukosa meningkat seiring dengan bertambahnya

usia, maka pada usia diatas >45 tahun harus dilakukan pemeriksaan Diabetes

Melitus (Perkumpulan endokrinologi Indonesia, 2015). Ada beberapa responden

dengan usia <45 tahun dalam penelitian ini hal ini karena faktor resiko terkena

diabetes melitus karena pasien tersebut berjenis kelamin perempuan dan juga

tidak melakukan aktivitas fisik (olahraga) sehingga memiliki IMT yang besar

(obesitas) dan hal ini merupakan pemicu terjadinya diabetes melitus tipe 2.

3.1.3 Pekerjaan

Sebagian besar responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai (44,89%).

Apabila seseorang dalam pekerjaannya kurang latihan fisik menyebabkan jumlah

timbunan lemak dalam tubuh tidak akan berkurang dan menyebabkan berat badan

lebih dan menyebabkan diabetes melitus tipe-2 (Soewondo,2006). Dari hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zahtamal (2009) responden bekerja

dalam posisi gerak yang terbatas memiliki kadar glukosa darah tidak terkontrol

dibandingkan responden yang banyak melakukan aktifitas gerak dalam

pekerjaannya memiliki kadar glukosa darah terkontrol.

3.1.4 Pendidikan

Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tamat perguruan tinggi

(41,84%) yang dapat dilihat pada tabel 1. Pendidikan dapat memberikan penilaian

akan pentingnya tingkat kepatuhan, pengetahuan dan jadwal kontrol pasien

diabetes melitus. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

mudah pula mereka untuk menerima informasi, sehingga semakin tinggi tingkat

5

pengetahuan yang dimiliki pasien maka semakin tinggi tingkat kepatuhannya

(Prayogo, 2013).

3.1.5 Aktivitas Fisik

Menurut tabel 1 didapatkan hasil bahwa responden yang tidak melakukan

aktivitas fisik (olahraga) sebanyak 35,71% dan yang melakukan aktivitas fisik

sebanyak 64,29%. Sedangkan pasien yang obesitas sebanyak 17,35% dan non

obesitas 82,65%. Jumlah responden yang didapatkan lebih banyak responden

yang melakukan aktivitas fisik sehingga jumlah responden juga lebih banyak yang

non obesitas. Aktivitas fisik merupakan salah satu dari empat pilar pengendalian

penyakit diabetes melitus. Aktivitas fisik seperti jalan cepat, bersepeda santai,

joging dan benerang dapat memperbaiki sensitivitas insulin serta menurunkan

berat badan pada penderita kelebihan berat. Aktivitas fisik perlu dilakukan agar

penderita diabetes melitus memiliki kadar gula darah yang terkonrol dan dengan

terkontrolnya gula darah akan mencegah terjadinya komplikasi pada pasien

diabetes melitus.

3.2 Profil Obat Hipoglikemi Oral (OHO) Pasien Pasien Diabetes Melitus

Di RS “X” Periode September-November 2017

Tabel 2. Profil Obat Hipoglikemi oral (OHO) No Pola pemberian Jenis OHO N (98) (%)

1 Obat tunggal Metformin 24 24,49 Acarbose 10 10,20

Gliclazid 8 8,16

Glimepiride 4 4,08

Gliquidone 1 1,02 total 47 47,96

2 Kombinasi Metformin dan Acarbose 11 11,22

Metformin dan Thiazolidinedione 8 8,16

Metformin dan Gliclazid 8 8,16 Acarbose dan Gliclazid 7 7,14

Metformin dan Glimepiride 3 3,06

Acarbose dan Glimepiride 3 3,06

Glimepiride dan Gliquidone 1 1,02 Acarbose dan Glibenklamid 1 1,02

Metformin, Glibenklamid, Acarbose 2 2,04

Metformin, Acarbose, Gliclazid 5 5,10

Metformin, Acarbose, Glimepiride 1 1,02 Acarbose, Gliclazid, Thiazolidinedione 1 1,02

total 51 52,04

Terapi pada pasien diabetes melitus rawat jalan di Poli penyakit dalam RS “X”

periode September-November 2017 dapat dilihat pada tabel 2. Obat oral yang

digunakan penderita diabetes melitus di RS “X” adalah metformin, glibenklamid,

6

gliclazid, pioglitazone (thiazolidinedione), acarbose, glimepiride, gliquidone.

Berdasarkan hasil pada tabel 7 terdapat sebanyak 47 orang (47,96%) yang

menerima terapi tunggal dan 51 orang (52,04%) menerima terapi kombinasi.

Terapi obat hipoglikemi oral (OHO) yang sering digunakan adalah metformin

yaitu sebanyak 24,49% (tabel 7). Berdasarkan Triplitt et al (2017) metformin

merupakan drug of choice monoterapi yang disarankan untuk terapi pasien

diabetes melitus. Metformin merupakan golongan biguanide yang memiliki

aktivitas mengurangi glukoneogenesis dan meningkatkan pemanfaatan glukosa

perifer (BNF staff, 2011). Pada penelitian ini didapatkan ada satu pasien yang

diresepkan glimepiride dan gliquidone atau golongan sulfonilurea secara

bersamaan. Penggunaan secara bersamaan tidak dianjurkan karena sulfonilurea

bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin. Obat ini memiliki efek

hipoglikemia yang dapat mengancam nyawa (Nathan et al., 2008).

3.3 Profil Kepatuhan Pasien Pasien Diabetes Melitus Di RS “X” Periode

September-November 2017

Profil kepatuhan pasien pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 3. Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Di RS “X” Periode September-

November 2017

Kepatuhan Jumlah Responden (n=98) Persentase (%)

Tidak Patuh 51 52

Patuh 47 48

Berdasarkan tabel 3 didapatkan pasien tidak patuh dalam penggunaan OHO

sebanyak 51 (52%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 47 (48%). Salah satu

elemen pengobatan untuk pasien diabetes melitus sangat erat kaitanya dengan

kepatuhan. Apabila lebih banyak regimen obat yang diberikan maka akan lebih

sedikit pasien yang mematuhi pengobatanya (Purba, 2008). Penelitian oleh

Dinaryanti et al (2012) ketidakpatuhan dalam penggunaan obat hipoglikemi oral

yaitu 60%. Perilaku tidak patuh akan memperberat penyakit yang dideritanya

(Cramer, 2004). Pasien diabetes melitus yang menerima terapi tunggal lebih patuh

minum obat dibandingkan dengan pasien yang menerima terapi kombinasi

(Dailey et al., 2002). Hubungan antara jumlah regimen obat yang digunakan

dengan ketidakpatuhan adalah semakin sedikit jumlah obat yang diberikan maka

kepatuhan semakin tinggi (Rubin, 2005). Penelitian yang lain, menunjukkan

7

bahwa tingkat kepatuhan pada pasien diabetes melitus yang mendapatkan terapi

kombinasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan apabila pasien menerima

monoterapi (Melikian et al., 2002). Menurut Purba (2008) apabila jumlah regimen

pengobatan lebih banyak maka akan lebih sedikit pasien yang mematuhinya. Pada

penelitian ini lebih banyak pasien yang tidak patuh yaitu sebanyak 52%, salah

satu penyebab terjadinya ketidakpatuhan adalah banyaknya regimen obat yang

diperoleh karena pada penelitian ini lebih banyak pasien yang mendapatkan terapi

kombinasi daripada monoterapi. Penderita diabetes melitus yang tidak patuh

disebabkan karena anggapan pasien diabetes melitus merasa kadar gula yang ada

pada dirinya telah normal, padahal kenormalan atau stabilitas kadar gula pasien

diabetes melitus dipengaruhi OHO (obat hipoglikemi oral) yang diminum.

Persepsi yang muncul ini akan menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien dalam

menggunakan OHO (Pratita, 2012). Pada tabel 3 didapatkan jumlah pasien yang

tidak patuh lebih banyak daripada pasien yang patuh. Sehingga Apoteker harus

dapat mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati) agar dapat memberikan

konseling dengan efektif sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien hal ini

sesuai yang termuat dalam Dpartemen Kesehatan Republik Indonesia (2007).

Dukungan dan cara pemberian pelayanan kesehatan merupakan suatu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien dalam meminum OHO seperti yang dimuat

dalam BPOM RI (2006). Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam

meningkatkan tingkat kepatuhan adalah bahwa: pasien memerlukan dukungan,

bukan disalahkan, konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka

panjang adalah tidak tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan

kesehatan, peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan

penggunaan obat, kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam

mencapai efektifitas suatu sistem kesehatan, memperbaiki kepatuhan dapat

merupakan intervensi terbaik dalam penanganan secara efektif suatu penyakit

kronis, sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi

berbagai tantangan baru dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam

menyelesaikan masalah ketidakpatuhan.

8

3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi Pasien Pasien

Diabetes Melitus Di RS “X” Periode September-November 2017

Distribusi responden berdasarkan komplikasi kronis yang terjadi setelah penderita

di diagnosa diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Komplikasi kronik pada pasien diabetes melitus di RS “X” periode September-

November 2017

No Komplikasi N (98) (%)

1 Stroke 12 12,24

2 Jantung 9 9,18

3 Nefropati 4 4,08

4 Neuropati 1 1,02

Total pasien komplikasi 26 26,53

Tidak ada komplikasi 72 73,46

Berdasarkan pada tabel 4 didapatkan responden yang mengalami komplikasi yaitu

sebanyak 26 (26,53%) responden dan 72 (73,46%) responden tidak mengalami

komplikasi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien diabetes

melitus yang mengalami komplikasi sebanyak 70 orang (73,1%) (Rosyada and

Trihandini, 2013). Komplikasi yang paling banyak diderita ialah stroke yaitu

sebanyak 12 (12,24%) responden. Data komplikasi didapatkan dari data rekam

medis pasien yaitu berupa diagnosis penyakit dari dokter dan data laboratorium

pasien. Pada pasien dengan komplikasi nefropati didukung dengan adanya data

laboratorium berupa nilai serum kreatinin dan kada urea. Penyandang diabetes

tipe 2 berisiko sekitar empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi stroke

(Meneilly and Tessier, 2001). Sebagaimana penyakit kronik lainnya, diabetes

melitus juga dapat menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain seperti

neuropati, retinopati, nefropati, penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit

arteri perifer (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015). Menurut

Salistyaningsih (2011) secara teoritis kepatuhan penggunaan obat lebih tinggi

pada pasien yang baru didiagnosis dan akan mengalami penurunan setelah satu

semester pertama program terapi. Komplikasi pada pasien terjadi pada sebagian

besar pasien yang telah menderita diabetes melitus lebih dari 10 tahun, lamanya

durasi menderita diabetes melitus merupakan salah satu penyebab tidak patuhnya

pasien dalam menjalani terapinya. Kepatuhan minum OHO berpengaruh terhadap

terkontrolnya kadar gula dalam darah, salah satu faktor pencegahan komplikasi

adalah dengan mengontrol kadar gula dalam darah.

9

3.5 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil chi square hubungan beberapa

variabel terhadap munculnya komplikasi pada pasien diabetes melitus dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Beberapa Variabel Terhadap Munculnya Komplikasi

Pasien Diabetes Melitus

Variabel Komplikasi Tidak Komplikasi Nilai CI 95%

Jumlah % Jumlah % ρ OR Min Maks

Kepatuhan

0,000* 20,000 4,377 91,385 Tidak patuh 24 24,49 27 27,55

Patuh 2 2,04 45 45,92

Total 26 26,53 72 73,47

Ket : *Bermakna secara statistik

Menurut tabel 5 terdapat responden yang tidak patuh dan mengalami komplikasi

sebanyak 24 orang (24,49%) dan tidak mengalami komplikasi sebanyak 27 orang

(27,55%), sedangkan responden yang patuh dan komplikasi sebanyak 2 orang

(2,04%) dan yang tidak mengalami komplikasi 45 orang (45,92%). Berdasarkan

hasil uji bivariat pada tabel 10 diperoleh p value sebesar 0,000 dengan OR 20,000

menunjukkan hubungan yang signifikan bahwa pasien diabetes melitus yang tidak

patuh terhadap penggunaan OHO (obat hipoglikemi oral) memiliki resiko terkena

komplikasi sebesar 20,000 kali dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang

patuh terhadap penggunaan OHO (obat hipoglikemi oral). Penelitian sebelumnya

oleh Pratiwi (2009), penderita diabetes melitus yang tidak patuh memiliki risiko

2,774 kali terkena komplikasi kronis dibandingkan penderita diabetes melitus

yang patuh, diperoleh hasil p value = 2,774. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri pada tahun 2010 dengan 57

responden didapatkan 33 orang mengalami komplikasi (57,89 %). Dari penelitian

di wilayah Amerika Serikat menemukan bahwa diabetes melitus adalah salah satu

penyebab kebutaan yang baru diantara penduduk yang berusia 50 sampai 74 tahun

dan juga menjadi penyebab utama amputasi di luar trauma kecelakaan.

Komplikasi yang serius dan dapat membawa kematian pada penderita diabetes.

Diabetes berada dalam urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian akibat

penyakit dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh penyakit arteri koroner yang

tinggi pada para penderita diabetes ( Brunner & Suddarth, 2002).

10

3.6 Keterbatasan Penelitian

Peneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat berpengaruh terhadap

hasil penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain yaitu kepatuhan diukur

secara cross sectional pada saat pengambilan data, sedangkan komplikasi pada

beberapa pasien mulai terjadi sebelum dilakukan wawancara.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan 98 responden dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara kepatuhan penggunaan obat hipoglikemi oral (OHO)

pada pasien diabetes melitus dengan munculnya komplikasi di RS “X” pada

periode September-November 2017 yang dibuktikan dengan hasil uji Chi Square

didapatkan p value sebesar 0,000 dengan OR 20,000 menunjukkan hubungan

yang signifikan bahwa pasien diabetes melitus yang tidak patuh terhadap

penggunaan OHO memiliki resiko terkena komplikasi sebesar 20,000 kali

dibandingkan pasien diabetes melitus yang patuh terhadap penggunaan OHO.

4.2 Saran

Kepatuhan pasien diabetes melitus dalam meminum OHO di RS “X” perlu

ditingkatkan lagi. Hal ini sesuai dengan tugas apoteker untuk memberikan edukasi

kepada pasien agar tercapai keberhasilan terapi dan tidak terkena komplikasi.

Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan prospektif karena

pendekatan ini dapat mengetahui yang muncul terlebih dahulu antara sebab atau

akibat.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2014, Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care, 37(SUPPL.1), 81–90.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM), 2006,

Kepatuhan Pasien : Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi, Jakarta.

BNF, 2011, British National Formulary 61, Pharmaceutical Press, London.

Case Management Society of America, 2006, Case Management Adherence

Guidelines, Case Managemet Society of America, USA.

11

Chamer J.A., 2004, A Systematic Review of Adherence with Medication for

Diabetes, Diabetes Care, 27 (August 2003), 1218–1224.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba

Medika. Jakarta Timur.

Darmono, 2007, Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus, Dalam :

Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari

Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ

Djokomoeljanto, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang,

Semarang, p15-30.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Konseling Pelayanan

Kefarmasian di Sarana Kesehatan, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Pedoman Konseling Pelayanan

Kefarmasian di Sarana Kesehatan, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014, Profil Kesehatan Jawa Tengah

2013, Semarang.

Dusing, Rainer, Katja Lottermoser dan Thomas Mengden, 2001, Compliance to

Drug Therapy – New Answer to An Old Question, Nephrol Dial Transpl.

International Diabetes Federation (IDF), 2013, IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,

International Diabetes Federation (IDF).

Koizer, 2010, Fundamentals Of Nursing, EGC, Jakarta.

Kurniasih, N., Supadmi, W., and Darmawan, E., 2014, Evaluasi Pengaruh

Pemberian Konseling dan Short Messages Service (SMS) Terhadap

Kepatuhan Terapi Hipertensi Pasien Hemodialisis Di RSUD Banjar, Thesis,

Magister Program In Clinical Pharmacy, Ahmad Dahlan University,

Yogyakarta.

Lind M., Odén A., Fahlén M., Eliasson B., 2009, The True Value of HbA1c as a

Predictor of Diabetic Complications: Simulations of HbA1c Variables. PLoS

ONE, USA, 4(2): 4412.

Morisky, D.E., Ang A Krousel-Wood, M.A., Ward H, 2008, Predictive Validity

if A Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting, Journal

Health-System Pharmacist, 10:348-54.

Osterberg, L., dan Blaschke, T., 2005, Adherence to Medication, The New

12

England Journal of Medicine, 353, 487-97.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015, Pengelolaan dan pencegahan

diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2015, Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia, Jakarta.

Plakas, S., Mastrogiannis, D., Mantzorous, M., Adamakidou, T., Fouka, G.,

Bouziou, A, et al, 2016, Validation of the 8-item Morisky Medication

Adherence Scale in Chronically Ill Ambulatory Patients inRural Greece,

Open journal of nursing, (6), 158-169.

Purba, C.I, 2008, Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien Terhadap Penatalaksanaan

Diabetes Millitus (Studi Fenomenologi dalam konteks asuhan keperawatan di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta), Tesis, Program Pasca Sarjana

Universitas Indonesia, Depok.

Rustiana, E., 2006, Psikologi Kesehatan, Unnes Press, Semarang.

Salistyaningsih, W., Puspitawati T. and Nugroho D.K., 2011, Hubungan Tingkat

Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat,

Yogyakarta, 27(4).

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND, Alfabeta,

Bandung, 44-50.

Trisnawati, S.K., 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di

Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah

Kesehatan, Jakarta, Vol.5 No.1:1-11.

Udayani, N. N., 2011, Analisis Penggunaan Obat Hipoglikemik dan Dislipidemia

Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Dislipidemia

Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Tesis, Program Pasca

Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Waspadji, S., 2006, Komplikasi kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya,

Diagnosis dan Strategi pengelolaan, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta.

World Health Organization (WHO), 2003, Adherence to Long-Term Therapies,

Switzeland.