PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH...

103
PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK ALUMINA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Disusun Oleh : Putri Mawardani 1110097000020 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools

Transcript of PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH...

Page 1: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP

TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK

KERAMIK ALUMINA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Disusun Oleh :

Putri Mawardani

1110097000020

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 2: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

i

PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP

TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK

KERAMIK ALUMINA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains ( S.Si )

Disusun Oleh :

Putri Mawardani

1110097000020

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 3: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

ii

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 4: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

iii

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 5: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2014

Putri Mawardani

NIM. 1110097000020

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 6: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

v

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian “Pengaruh Kemurnian Bahan Baku Alumina

terhadap Temperatur Sintering dan Karakteristik Keramik Alumina”. Riset

dilakukan dengan menggunakan dua jenis bahan baku yaitu alumina PA dan

alumina teknis. Sintesa alumina dilakukan melalui tahapan kompaksi dengan

tekanan sebesar 12 metrik ton (679 MPa), dilanjutkan pembakaran (sintering)

dengan variasi temperatur 12500, 1350

0, 1450

0,1550

0, dan 1600

0C dengan holding

temperature pada 9500C, heating rate 2

0C/min dan holding time 2 jam, serta

karakterisasi. Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji densitas dan porositas,

observasi struktur mikro, analisa elemen, serta pengujian kekerasan dan fracture

toughness. Dari hasil karakterisasi diketahui bahwa kemurnian bahan baku

berpengaruh terhadap temperatur sintering keramik alumina, dimana semakin

tinggi tingkat kemurnian bahan alumina, maka semakin rendah temperatur

sintering keramik alumina. Hasil ini didukung oleh hasil foto SEM yang

menunjukan sampel keramik alumina PA setelah disinter pada 15500C

memperlihatkan proses densifikasi keramik dimulai pada temperatur ini.

Sementara sampel keramik alumina teknis baru memperlihatkan proses

densifikasi setelah proses sinter hingga 16000C. Hasil karakterisasi juga

menunjukan bahwa kemurnian bahan baku alumina berpengaruh terhadap sifat

fisis dan sifat mekanis keramik alumina, dimana semakin tinggi kemurnian bahan

alumina, dihasilkan keramik alumina dengan nilai densitas, nilai kekerasan dan

nilai fracture toughness yang lebih tinggi. Keramik alumina PA memiliki nilai

densitas, nilai kekerasan dan nilai fracture toughness yang lebih tinggi

dibandingkan dengan alumina teknis. Karakteristik tertinggi keramik α-alumina

PA dicapai pada saat temperatur sintering 16000C dengan densitas 3.489 g/cm

3,

nilai kekerasan 1668 VHN dan ketangguhan retak (fracture toughness) 5.774 MPa

m1/2

. Karakteristik tertinggi keramik alumina teknis dicapai pada temperatur sinter

16000C dengan densitas 3.082 gr/cm

3, nilai kekerasan 999 VHN dan ketangguhan

retak (fracture toughness) 1.564 Mpa m1/2

.

Kata Kunci : alumina PA, alumina teknis, temperatur sintering, densitas keramik,

kekerasanvickers, ketangguhan retak (fracture touhgness).

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 7: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

vi

ABSTRACT

A research had been done to find out “The Effect of Alumina Raw Material

Purity Level to Temperature Sintering and Alumina Ceramics

Characteristics”. This research was done with two types of raw material of

alumina, PA alumina and technical alumina. Alumina synthesis was done under

compacting step with pressure 12 metrics ton (679 MPa), the next step is sintering

with various heating temperature 12500, 1350

0, 1450

0, 1550

0, and 1600

0C with

holding temperature 9500C, heating rate 2

0C/min and holding time 2 hours, and

characterization. Characterization was works with several tests such as test of

density and porosity, microstructure observation, elemental analysis, vickers

hardness and fracture toughness. From that characterization known that the purity

of raw material affected temperature of sintering alumina ceramics, the higher

purity made lower temperature. This result is supported by SEM photo result that

showed sample of PA alumina ceramic after sintered with temperature 15500C

which the densification process is started at that temperature. While on the other

hand technical alumina starts its densification process in temperature 16000C. The

characterization also showed that the level of purity of alumina raw materials

affected physical and mechanical properties of alumina ceramic, the higher level

of purity product makes higher level of density, hardness, and fracture toughness.

PA alumina has higher level of density, hardness, and fracture toughness compare

with technical alumina. The highest characteristic of α-alumina PA ceramics is

started when sintering temperature level reached 16000C with density level 3.489

gr/cm3, the hardness 1668 VHN, and fracture toughness 5.774 MPa m

1/2. The

highest characteristic of alumina technical ceramics is started when sintering

temperature level reached 16000C with density level 3.082 gr/cm

3, the hardness

999 VHN and fracture toughness 1.545 MPa m1/2

.

Keywords : PA alumina, technical alumina, sintering temperature, ceramics

density, vickers hardness, fracture toughness.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 8: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur kepada Allah SWT atas segala

kemudahan yang telah diberi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan untuk baginda Rosululloh SAW,

keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan

dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat

mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di

kemudian hari.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Sutrisno, M.Si. Selaku Ketua Prodi Fisika Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Arif Tjahjono, M.Si selaku dosen pembimbing satu yang selalu memberikan

saran dan motivasi.

5. Dr. Tika Mustika, B.Eng, M.T. selaku pembimbing dua sekaligus

pembimbing lapangan saya yang rela meluangkan waktu kepada penulis

ditengah kesibukan beliau dan selalu mensupport penulis.

6. Dr. Ir. Jarot Raharjo M.Sc selaku pembimbing yang selalu mensupport

penelitian penulis.

7. Ambran Hartono, M.Si selaku dosen penguji.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 9: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

viii

8. Ibu Daumi tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi serta mendoakan.

Bapak Sutiyasono yang selalu bekerja keras untuk membiayai pendidikan

penulis hingga selesai.

9. Kakak-kakak tercinta Hapsari Dewi dan Setio Adi Saputro yang selalu setia

menemani Penulis dan selalu memotivasi penulis. Juga teman satu perjuangan

Jayanti Puspita Dewi, Nur Oktiviani, Bella Yunita, yang selalu menghibur

dan menyemangati penulis ditengah kebimbangan saat proses penelitian.

10. Kepada pembimbing lapangan saya Mba Sri, Mba Rina, Mba Idam, Mas

Lukmana seluruh keluarga besar Pusat Teknologi Material.

11. Seluruh dosen Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, Ibu Riri, Ibu

Tati, Pak Edi, Pak Oki, Pak Agus, Ibu Nunung, Pak Wahyudi dan Pak Pri

yang tak lelah menjawab semua pertanyaan penulis. Terima kasih semua atas

ilmu yang telah diberikan.

12. Teman-teman satu perjuangan Material 2010 (Izza Farhatin Ilmi, Desti

Suryani, Febri Rosandi, Muhammad Fajar, Deden Mid`zanul Akbar) dan

Keluarga Besar Fisika (Komikus) 2010 Nurul Aqidah, Erlita Lilian, Annisa

Nurul Aini, Fitria Ariani, Apriyanti Nurani, Rizki Maharani, Rahma Dwi

Prasetya, Desri Akbari, Muhammad Andri, Abdurahman Aziz Akbar, Irman

Supriyadi, Bangun Budiono, Fatturahman Surya Kartadinata, Dewo Kusumo,

Agung Nurani, Rino Amalsa, Kevin Bangun Sentono, Nur Taufik Zamari,

Mamduh Dliyaul Jawad, yang saling support satu sama lain.

13. Keluarga besar KomDa FaST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT berkenan untuk membalas kebaikan

dari semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, Oktober 2014

Putri Mawardani

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 10: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

ix

DAFTAR ISI

Lembar Judul............................................................................................... i

Lembar Pengesahan Pembimbing.............................................................. ii

Lembar Pengesahan Ujian.......................................................................... iii

Lembar Pernyataan..................................................................................... iv

Abstrak......................................................................................................... v

Abstract......................................................................................................... vi

Kata Pengantar............................................................................................ vii

Daftar Isi....................................................................................................... ix

Daftar Tabel................................................................................................. xii

Daftar Gambar............................................................................................. xiii

Daftar Lampiran.......................................................................................... xv

Bab I Pendahuluan...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Permasalahan Penelitian......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 5

1.4 Batasan Masalah..................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

1.6 Sistematika Penulisan............................................................................. 6

Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................. 7

2.1 Keramik....................................................................................................7

2.2 Keramik Alumina.....................................................................................8

2.3 Metalurgi Serbuk..................................................................................... 14

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 11: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

x

2.3.1 Teori Serbuk.................................................................................. 17

2.3.2 Pemprosesan Pemisah Ukuran Partikel Serbuk............................. 19

2.4 Sintering................................................................................................... 20

2.5 Densitas.................................................................................................... 26

2.6 Porositas................................................................................................... 27

2.7 Kekerasan................................................................................................. 27

2.8 Fracture Toughness.................................................................................. 29

2.9 Penyusutan............................................................................................... 30

2.9.1 Susut Massa................................................................................... 30

2.9.2 Susut Volume................................................................................. 30

2.10 Karakterisasi Material SEM................................................................... 31

Bab III Metode Penelitian........................................................................... 34

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian................................................................. 34

3.2 Alat Dan Bahan........................................................................................ 34

3.2.1 Alat Penelitian................................................................................34

3.2.2 Bahan Penelitian............................................................................ 36

3.2.3 Alat Karakterisasi.......................................................................... 37

3.3 Diagram Alir Penelitian........................................................................... 39

3.4 Variabel Penelitian................................................................................... 40

3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................. 40

3.5.1 Penimbangan Bahan...................................................................... 40

3.5.2 Pengayakan Bahan......................................................................... 40

3.5.3 Pembuatan Sampel Uji Dengan Kompaksi.................................... 40

3.5.4 Sintering......................................................................................... 41

3.6 Karakterisasi............................................................................................ 42

3.6.1 Sifat Fisis Dan Mekanis................................................................... 42

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 12: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

xi

3.6.1.1 Susut Volume......................................................................... 42

3.6.1.2 Densitas Dan Porositas.......................................................... 42

3.6.1.3 Kekerasan Vickers................................................................. 44

3.6.1.4 Pengujian Fracture Toughness............................................... 45

3.6.2 Struktur Mikro SEM-EDX............................................................... 46

Bab IV Hasil Dan Pembahasan.................................................................. 47

4.1 Penyusutan Volume Setelah Sintering..................................................... 47

4.2 Densitas Dan Porositas............................................................................ 49

4.3 Struktur Mikro......................................................................................... 54

4.4 Sifat Mekanis........................................................................................... 61

Bab V Penutup............................................................................................. 66

5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 66

5.2 Saran........................................................................................................ 67

Daftar Pustaka............................................................................................. 68

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 13: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan sifat alumina kemurnian 94%, 96%, dan 99.5....... 11

Tabel 2.2 Ukuran dari Partikel...................................................................... 18

Tabel 4.1 Penyusutan Keramik Alumina Setelah Sintering.......................... 47

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Densitas dan Porositas Keramik Alumina..50

Tabel 4.3 Tabel Nilai Kekerasan Vickers keramik alumina PA dan teknis.. 61

Tabel 4.4 Nilai fracture toughness keramik Alumina PA dan Teknis......... 64

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 14: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Korundum................................................................ 10

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk Partikel Serbuk.............................................. 18

Gambar 2.3 Pemodelan Partikel................................................................ 21

Gambar 2.4 Tahap Pertama Proses Sintering............................................ 23

Gambar 2.5 Tahap Pertengahan Sintering................................................. 24

Gambar 2.6 Tahap Akhir Sintering............................................................24

Gambar 2.7 Pertumbuhan Ikatan Mikrostruktur Antar Partikel Keramik

Selama Proses Sinter.............................................................. 25

Gambar 2.8 Model Sintering Dua Partikel................................................ 25

Gambar 2.9 Bentuk Identer vickers........................................................... 27

Gambar 2.10 Pengujian vickers................................................................... 28

Gambar 2.11 Berkas Elektron...................................................................... 31

Gambar 2.12 Skematik SEM....................................................................... 32

Gambar 3.1 Alat-alat Penelitian.................................................................36

Gambar 3.2 Bahan-bahan penelitian.......................................................... 37

Gambar 3.3 Alat Karakterisasi...................................................................38

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian......................................................... 39

Gambar 3.5 Skema Proses Kompaksi........................................................ 41

Gambar 4.1 Penyusutan Keramik Alumina............................................... 48

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Densitas keramik alumina PA dan keramik

Alumina teknis....................................................................... 50

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Porositas keramik alumina PA dan keramik

Alumina teknis....................................................................... 52

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 15: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

xiv

Gambar 4.4 SEM 2000x Serbuk Alumina Sebelum Sintering................... 54

Gambar 4.5 Hasil Identifikasi elemen serbuk alumina teknis.................... 55

Gambar 4.6 Cross Section keramik alumina PA dan alumina teknis Pebesaran

10.000x.................................................................................. 57

Gambar 4.7 Cross Section keramik alumina PA dan alumina teknis

Pebesaran 2.000x................................................................. 57

Gambar 4.8 Hasil identifikasi elemen cross section alumina teknis.......... 60

Gambar 4.9 Grafik perbandingan Nilai Kekerasan keramik alumina PA dan

alumina teknis ....................................................................... 62

Gambar 4.10 Grafik Nilai Fracture Toughness Keramik Alumina dengan

P=9.8..................................................................................... 64

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 16: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran Susut Massa dan Volume Alumina PA..............72

Lampiran 2 Pengukuran Susut Massa dan Volume Alumina teknis......... 74

Lampiran 3 Perhitungan Densitas dan Porositas Alumina PA.................. 76

Lampiran 4 Perhitungan Densitas dan Porositas Alumina teknis............. 79

Lampiran 5 Pengolahan Data Kekerasan Vickers untuk Alumina PA...... 82

Lampiran 6 Pengolahan Data Kekerasan Vickers untuk Alumina teknis. 84

Lampiran 7 Pengolahan Data Fracture Toughness Alumina PA.............. 86

Lampiran 8 Pengolahan Data Fracture Toughness Alumina teknis......... 87

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 17: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alumina dengan rumus kimia Al2O3 merupakan material yang sering

digunakan dalam berbagai aplikasi karena mempunyai sifat fisika dan kimia

yang tinggi, seperti kekuatan yang sangat tinggi, sangat keras, isolasi elektrik

yang baik, ketahanan panas yang tinggi, temperatur lebur yang tinggi,

ketahanan abrasi dan korosi yang tinggi. Bahkan dalam beberapa tahun

terakhir, permintaan alumina dengan kemurnian tinggi berkembang pesat

diberbagai sektor seiring dengan meningkatnya pertumbuhan mobil,

komputer, semikonduktor, dan sektor lain.

Umumnya, alumina diproduksi dengan tingkat kemurnian 99.6-

99.9%1melalui proses bayer dan material bauksit sebagai bahan baku

pembuatan alumina.2 Proses ini digunakan untuk produk refraktori, busi,

armor, tabung termokopel, substrat IC dan elektronik. Semua alumina

kemurnian tinggi dengan kadar 99.99% serta memiliki partikel halus yang

seragam, telah banyak digunakan dalam tabung transluen untuk lampu sodium

bertekanan tinggi, material kristal tunggal seperti safir, dan material abrasif

untuk pita magnetik.3

Alumina bagi industi keramik sama halnya seperti baja bagi industri

logam dan termasuk salah satu jenis keramik yang paling sering digunakan.

Aplikasinya sangat luas dipakai di berbagai bidang. Lee dan Rainforth (1994)

(dalam Juliana Anggono (2008)) menyatakan, pangsa pasar bahan berbasis

alumina dalam jumlah berat adalah dalam aplikasi refraktoris (50%), abrasif

1 Shinji Fujiwara, et al. Development of New high-Purity Alumina Vol. I, (Sumitomo

Kagaku, 2007), h. 1 2 Prof. DR. Ir. D.N Adnyana, APU., Aluminium dan Aplikasinya, (Depok: Universitas

Indonesia), h. 15 3 Shinji Fujiwara, et al, Op.Cit., h.1

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 18: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

2

(20%), porselen dan busi (15%), sebagai keramik teknik (10%).4 Di Indonesia

belum terdapat pabrik pemurnian atau pengolahan bauksit menjadi alumina,

upaya penguasaan teknologi pengolahan saat ini adalah pada tahap penelitian

lebih lanjut mengenai proses pemurnian alumina.

Alumina mempunyai beberapa bentuk fasa altropik, antara lain fasa γ-

Al2O3, delta-Al2O3, theta- Al2O3 dan α-Al2O3. Alumina fasa alpha merupakan

salah satu bahan keramik yang banyak digunakan dan dikembangkan dalam

industri dan laboratorium penelitian untuk berbagai keperluan.5Fasa alpha

merupakan fasa paling stabil pada alumina, terutama pada temperatur tinggi.

Alpha alumina atau korundum mempunyai struktur kristal heksagonal dengan

parameter kisi a = 4.7588, c = 12.9910 nm.6 Kation (Al

3+) menempati 2/3

bagian dari sisipan oktahedral sedangkan anion (O2-

) menempati HCP.

Bilangan koordinasi dari struktur korundum adalah 6, maka tiap ion Al3+

dikelilingi 6 ion O2-

dan tiap ion O2-

dikelilingi oleh 4 ion Al3+

untuk

mencapai muatan netral.7 Aplikasi korundum (α-Al2O3) disamping sebagai

bahan paling tahan temperatur tinggi sampai 17000C, juga merupakan material

yang sangat keras dan kuat sehingga sering dipakai sebagai bahan mekanik.

Disamping itu sifat listrik atau konduktivitas listriknya sangat rendah sehingga

sangat cocok digunakan sebagai bahan isolator listrik.8

Proses pembuatan keramik secara konvensional dibuat menggunakan

metode metalurgi serbuk. Beberapa tahap proses yang panjang melibatkan

proses penentuan distribusi ukuran serbuk, pencampuran (mixing),

penambahan aditif/binders, proses kompaksi dan pembakaran (sintering) dan

4 Juliana Anggono, Penyusutan dan Densifikasi Keramik Alumina : Perbandingan Antara

Hasil Proses Slip Casting dengan Reaction Bonding, (Surabaya : Universitas Kristen Petra, 2008),

h. 2 5Tumpal P, et al., Pembuatan dan Karakterisasi termal Keramik Alpha-Alumina,

(Serpong: Prosiding Pertemuan ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan, 2004), h. 220. 6Akmal Johan, Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanik Bahan Refraktori α-Al2O3

Pengaruh Penambahan TiO, (Palembang: Jurnal Penelitian Sains, Universitas Sriwijaya, 2009), h.

1-2 7Muhammad Rais, Studi Analisis Simulasi tentang korelasi Temperatur Sintering dan

Presentase Aditif Mulit dengan Sifat Mekanik Keramik Alumina, (Medan : USU, 2007), h. 4 8 Ramlan, et al., Pembuatan Keramik Beta Alumina (Na2O-Al2O3) dengan Aditif MgO dan

Karakterisiasi Sifat Fisis serta Struktur Kristalnya, Vol 7 No. 1, Juni, (Serpong: Jurnal Fisika

Himpunan Fisika Indonesia Publishing, 2007), h. 11.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 19: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

3

terakhir proses permesinan. Pada proses metalurgi serbuk, proses sinter

merupakan proses untuk mendapatkan bahan yang padat dan kompak.9

Metode metalurgi serbuk bekerja dengan baik apabila ukuran alumina yang

digunakan dalam skala nanopartikel. Metode ini cenderung lebih

membutuhkan biaya relatif tinggi karena bahan baku serbuk yang mahal (high

cost material) dan prosesnya yang panjang (blending, pressing, sintering)

memakan waktu yang lama. Borgonovo (2010) menyatakan, keuntungan dari

metode ini adalah kecenderungan partikel alumina untuk teraglomerasi sangat

rendah jika ukuran serbuk matriks sama dengan fase penguatnya dan produk

akhirnya mendekati bentuk cetakannya.10

Beberapa cara digunakan untuk mengurangi temperatur sintering keramik

alumina antara lain: memperkecil ukuran butiran hingga ukuran nano, atau

dengan menambahkan bahan aditif yang memiliki titik lebur yang lebih

rendah dari alumina.11

Beberapa variabel yang mempengaruhi mikrostruktur

dan sintering ada dua, yaitu variabel material dan variabel proses. Variabel

material atau variabel yang berkorelasi dengan bahan dasar meliputi Serbuk

(ukuran, bentuk, distribusi ukuran, aglomerasi, distribusi jenis mateial dll) dan

chemistry (komposisi, impuritas, non-stokiometri, dll). Variabel proses atau

variabel yang berhubungan dengan sintering meliputi temperatur, waktu,

tekanan, atmosfer, heating dan cooling rate.12

Kirk (1995) (dalam Tino Umbar (2013)) menyatakan, densitas maksimum

dapat dicapai melalui temperatur sintering yang mendekati titik leleh bahan.13

Mekanisme sintering dimulai dengan adanya kontak antara butir yang

dilanjutkan dengan pelebaran titik kontak akibat proses difusi atom-atom.

9Tino Umbar, et al., Pembuatan Keramik Alumina dengan menggunakan Metode

Metalurgi Serbuk dengan Variasi Temperatur dan Komposisi, (Serpong: STTN-BATAN, 2013), h.

6 10

Anonim, Aplikasi Komposit Alumina Berpenguat Al2O3 Pada Temperatur Tinggi, pada

http://gogetitnararia.wordpree.com/2012/03/13/aplikasi-komposit-alumina-berpenguat-al2o3-pada-

temperatur-tinggi dengan sumber Cecilia Borgonovo. 2010. ―Thesis : Aluminium Nano-composite

for Elevated Temperatur Application, diakses pada 1 Maret 2014, pukul 13.27 11

Muhammad Rais, op.Cit., h. 9. 12

Ender Suvaci, Sintering of Ceramics Theory and Practice, Anadolu University, Dept.

Of Material Science and Engineering Turkey, (South Africa : Element Six, Spring, 2008), h.7 13

Tino Umbar, loc.Cit., h. 6

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 20: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

4

Difusi yang berlebihan menyebabkan penyusutan volum pori yang terjadi

selama proses sintering berlangsung.14

Temperatur sintering untuk densifikasi

alumina meningkat seiring dengan peningkatan kemurnian alumina. Penelitian

terbaru menyatakan bahwa serbuk alumina kemurnian tinggi yang dibuat

dengan metode kimia memungkinkan alumina untuk disinter pada temperatur

dibawah 16000C.

15

Rao (2003) telah melakukan riset temperatur sintering dengan

menggunakan α-alumina kemurnian tinggi. Hasil variasi temperatur sintering

menunjukan bahwa pada temperatur sintering rendah yaitu 13000C, densitas

alumina sebesar 98% telah tercapai bahkan dihasilkan sifat mekanis dan

ketahanan aus yang baik.

Juliana Anggono (2008) meneliti proses pembuatan keramik alumina

yang menggunakan bahan baku α-Al2O3 (bentuk polygon dan flakes) dengan

dua metode berbeda yaitu slip casting dan reaction bonding. Setelah proses

sinter sampai 16000C dihasilkan keramik alumina dengan berat jenis paling

tinggi dicapai oleh 60% Wt α-Al2O3 paling tinggi, yaitu tercapainya 49% berat

jenis (b.j) teoritis dan menunjukan keberadaan porositas paling rendah

dibandingkan sampel dengan 40% dan 50% Wt α-Al2O3. Perbandingan

densitas dengan sampel hasil reaction bonding yang disinter pada temperatur

14000C mencapai 47% b.j teoritis serta menunjukan bahwa tidak terjadi

penyusutan (zero shrinkage) pada sampel yang dipanasi sampai 13000C dan

14000C.

16

Pada penelitian ini, riset akan difokuskan untuk mengetahui pengaruh

kemurnian bahan baku alumina terhadap temperatur sintering dan karakteristik

keramik alumina. Alumina disinter pada rentang temperatur 12500C hingga

16000C dalam lingkungan normal. Digunakan 2 jenis alumina yaitu alumina

kemurnian tinggi dan alumina teknis. Dilakukan karakterisasi untuk

mengetahui sifat fisis, sifat mekanis serta struktur mikro dari alumina,

14

Ibid., h. 6 15

Pinggen Rao, et al. Mechanichal and Wear Properties of Low Temperatur Sintered

High Purity α-Al2O3 Ceramics, (Jepang : Osaka National Research Institute, 2003), h. 1 16

Juliana Anggono, loc.Cit., h. 2

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 21: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

5

meliputi pengukuran densitas/porositas, pengukuran kekerasan dan fracture

toughness, serta observasi struktur mikro menggunakan SEM.

1.1 Permasalahan Penelitian

Pada sintesa keramik alumina dengan metode metalurgi serbuk terdapat

beberapa masalah, yaitu :

1. Belum diketahui pengaruh kemurnian bahan baku alumina terhadap

temperatur sintering dari keramik alumina.

2. Belum diketahui pengaruh kemurnian alumina yang disintesa dengan

parameter proses yang sama, terhadap sifat fisis dan mekanis alumina.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Mengetahui pengaruh kemurnian bahan baku alumina terhadap temperatur

sintering keramik alumina.

2. Mengetahui pengaruh kemurnian bahan baku alumina terhadap sifat fisis

dan sifat mekanis keramik alumina.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini batasan masalah yang dibahas meliputi :

1. Alumina yang digunakan adalah alumina dengan kemurnian tinggi (PA

99%) dan alumina teknis.

2. Sintering dilakukan dengan variasi temperatur pada 12500

C, 13500

C,

14500

C, 15500 C, dan 1600

0 C dengan holding temperature pada 950

0C,

holding time 2 jam dan heating rate 20C/min.

3. Karakterisasi Material meliputi

a. Karakterisasi sifat fisis: uji densitas/porositas dan observasi morfologi

menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy).

b. Pengujian sifat mekanis: uji kekerasan (vickers) dan fracture

toughness.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 22: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

6

1.4 Manfaat Penelitian

Pemahaman mengenai pengaruh kemurnian bahan baku alumina terhadap

temperatur sintering dan karakteristik keramik alumina diharapkan dapat

dijadikan acuan dalam pemilihan bahan dan penentuan parameter proses

sintesa alumina untuk mendapatkan karakteristik yang lebih unggul.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Adapun

sistematika dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan, rumusan, batasan masalah dan

manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian-kajian dasar sebagai teori pendukung

penelitian yang berisi tentang keramik alumina yang didapat dari berbagai

sumber buku, e-book maupun jurnal.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang alat dan bahan, langkah-langkah, variabel penelitian

dan pengujian atau karakterisasi bahan.

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisa dari data yang diperoleh pada saat penelitian

dan pembahasan dari data yang diperoleh.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merisi kesimpulan dari proses dan hasil penelitian yang telah

dilakukan, serta saran untuk penelitian selanjutnya.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 23: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keramik

Johnson dan Alan (1995) menyatakan, material keramik merupakan kandidat

yang ideal dalam berbagai aplikasi karena mempunyai karakteristik seperti

kekerasan, kekakuan, dan stabilitas temperatur yang baik. Selain itu, untuk

meningkatkan karakteristik menjadi high melting atau memiliki temperatur

dekompsosisi yang tinggi, banyak keramik yang didesain dengan sifat seperti

densitas rendah, kuat pada temperatur tinggi, tahan terhadap reaksi kimia dan

korosi, serta mempunyai ketahaan aus yang tinggi. Namun keramik pada

umumnya mempunyai sifat fractrure toughness yang rendah, seperti rendahnya

ketahanan keramik terhadap perambatan retak bahkan pada kerusakan retak yang

sangat kecil.17

Van Vlanck (1985) (dalam Haries (2009)) menyatakan, keramik mengandung

senyawa antara logam dan non logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan

ikatan kovalen, berbeda sifat dengan logam.18

Demikian pula Ismunandar (2004)

menyatakan, dua ikatan yang dapat terjadi dalam keramik, yaitu ikatan ionik dan

kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan.

Keramik juga memiliki karakteristik lainnya seperti kapasitas panas yang baik dan

kondukstivitas listrik yang rendah, sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor,

konduktor bahkan superkonduktor, dan dapat bersifat magnetik dan non-

magnetik.

Klasifikasi bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas : kristal dan

amorf (non crystaline). Dalam bahan kristal terdapat keteraturan unsur-unsurnya

17

William B. Johnson and Alan S. Nagelberg, Phase Diagram in advance ceramics :

Aplication of Phase to the Produsction of Advance Composite, (Delware : Academic Press Inc,

1995), h.86 18

Haries Handoyo, Pembuatan Keramik dengan Metode Metalurgi Serbuk, (Yogyakarta :

2009), h.6

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 24: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

8

untuk jarak dekat maupun jauh, sedangkan dalam bahan amorf dimungkinkan

keteraturan unsur dan ukuran butirnya tidak ada jenis ikatan yang dominan (ionik

atau kovalen) dan struktur internal (kristal atau amorf) mempengaruhi sifat-sifat

bahan keramik. Aplikasi bahan keramik maju diterapkan pada komponen mesin

mobil dan struktur pesawat. Misalnya bahan titanium karbida (TiC) mempunyai

kekerasan 4 kali lebih besar dari baja. Jadi, kawat baja dalam struktur pesawat

dapat diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama dengan

diameter dan berat separuhnya. Contoh lainnya adalah semen dan tanah liat,

keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan menghasilkan

objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat seperti alumina

(Al2O3) dan silikon karbida (SiC) merupakan bahan yang tahan abrasi sehingga

sering digunakan sebagai alat grinding dan polishing.19

Menurut Ismunandar (2004), kelemahan utama keramik adalah

kerapuhannya, yakni kecendrungan untuk patah dengan tiba-tiba saat terjadi

deformasi plastis. Ini merupakan masalah khusus jika bahan ini digunakan untuk

aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang terdelokalisasi

memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tanpa semua ikatan dalam

strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi dibawah

pengaruh tekanan. Tetapi, dalam keramik karena kombinasi ikatan ion dan

kovalen tadi menyebabkan partikel-partikelnya tidak mudah bergeser. Sehingga

keramik dengan mudah putus bila gaya yang diberikan terlalu besar. 20

2.2 Keramik Alumina

Salah satu penggunaan bahan keramik adalah Alumina (Al2O3). Alumina

dengan rumus kimia Al2O3 merupakan material yang sering digunakan dalam

berbagai aplikasi karena alumina mempunyai karakteristik sifat fisika dan kimia

yang tinggi, seperti kekuatan yang sangat tinggi, sangat keras, isolasi elektrik

yang baik, ketahanan panas yang tinggi, temperatur lebur yang tinggi, ketahanan

19

Ismunandar, Keramik, pada http://kimianet.lipi.go.id, diakses pada 6 Juli 2014, pukul

16.05. 20

Ibid., h. 1

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 25: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

9

abrasi dan korosi yang tinggi. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, permintaan

alumina dengan kemurnian tinggi berkembang pesat diberbagai sektor seiring

dengan meningkatnya pertumbuhan mobil, komputer, semikonduktor, dan sektor

lain.

Alumina merupakan oksida keramik atau keramik teknik yang paling banyak

digunakan diantara dua puluh macam oksida keramik yang ada dan dianggap

sebagai pelopor keramik rekayasa material. Kandungan alumina (Al2O3)

bergantung pada permintaan pasar biasanya berkisar 85-99.9%.21

Alumina murni

diproduksi dengan menggunakan proses bayer dengan material bauksit sebagai

bahan baku pembuatan alumina. Proses ini digunakan untuk produk refraktori,

busi, armor, tabung termokopel, substrat IC dan elektronik. Alumina kemurnian

tinggi dengan kadar 99.99% mempunyai partikel halus yang seragam dan telah

banyak digunakan dalam tabung transluen untuk lampu sodium bertekanan tinggi,

material kristal tunggal seperti safir, dan material abrasif untuk pita magnetik.22

Lee and Rainforth (1994) (dalam Juliana Anggono (2008)) mengatakan, pangsa

pasar bahan berbasis alumina dalam jumlah berat adalah dalam aplikasi refraktoris

(50%), abrasif (20%), porselen dan busi (15%), sebagai keramik teknik (10%) .23

Alumina Oksida (Al2O3) memiliki struktur keramik heksagonal dimana

parameter kisi a = 4.7588, c= 12.991, c/a = 2.72.24

Densitas alumina 3.97-3.986

g/cm3.25

Alumina oksida (Al2O3) mempunyai dua fasa dasar yaitu α-Al2O3 dan γ-

Al203 atau biasa digolongkan ke dalam alumina murni, sedangkan diantara kedua

fasa itu ada β-Al2O3 yang merupakan bentuk alumina tidak murni. Worall (1986)

(dalam Rais (2007)) menyatakan, α-Alumina merupakan bentuk struktur yang

paling stabil dari struktur alumina sampai temperatur tinggi. α-Alumina atau yang

21

R.E Smallman, Metalurgi Fisika Modern & Rakayasa Material. (Jakarta : Erlangga,

2001), h.356 22

Shinji Fujiwara, et al. Development of New high-Purity Alumina Vol. I, (Sumitomo

Kagaku, 2007), h. 1 23

Juliana Anggono, Penyusutan dan Densifikasi Keramik Alumina : Perbandingan

Antara Hasil Proses Slip Casting dengan Reaction Bonding, (Surabaya : Universitas Kristen

Petra), h. 2 24

James F. Shackelford and Wiliam Alexander, Material Science and Engineering

Handbook Third Edition, (USA : CRC Press LLC, 2001), h.70 25

Ibid, h. 103

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 26: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

10

biasa disebut korundum memiliki struktur dasar kristal heksagonal (hexsagonal

closed packed-HCP). Kation korundum (Al3+

) menempati 2/3 bagian dari sisipan

oktahedral, anion (O2-

) menempati posisi HCP. Bilangan koordinasi dari struktur

korundum adalah 6, maka tiap ion Al3+

dikelilingi 6 ion O2-

dan tiap ion O2-

dikelilingi oleh 4 ion Al3+

untuk mencapai muatan netral.26

Aplikasi korundum (α-

Al2O3) disamping sebagai bahan paling tahan temperatur tinggi sampai 17000C,

juga merupakan material yang sangat keras dan kuat sehingga sering dipakai

sebagai bahan mekanik. Disamping itu sifat listrik atau konduktivitas listriknya

sangat rendah sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan isolator listrik.27

β-

Alumina (β‖-Al2O3) merupakan nama dari aluminat yang memiliki komposisi

perbandingan masa Na2O terhadap Al2O3, dengan kisaran 1 : 5 sampai 1 : 11 yang

dikenal sebagai konduktor ion Na’. β-Alumina sendiri adalah salah satu jenis

superionik yang dapat digunakan sebagai elektrolit baterai. Bahan ini digunakan

pada sistem penyimpanan energi listrik yang menyediakan bentuk baterai siap

pakai dan dapat digunakan di daerah yang jauh dari jaringan listrik.28

Gambar 2.1. Struktur Korundum 29

26

Muhammad Rais, Studi Analisis Simulasi tentang korelasi Temperatur Sintering dan

Presentase Aditif Mulit dengan Sifat Mekanik Keramik Alumina, (Medan : USU, 2007), h. 4 27

Ramlan, et al., Pembuatan Keramik Beta Alumina (NA2O-Al2O3) dengan Aditif MgO

dan Karakterisiasi Sifat Fisis serta Struktur Kristalnya Vol 7 No. 1 Juni, (Serpong : Jurnal Fisika

Himpunan Fisika Indonesia Publishing, 2007), h. 11 28

Marzuki Silalahi, Pembuatan Tabung Keramik β”-Alumina, JUSAMI Vol. 10, No. 3,

Juni, (Serpong : Jusami press, 2009), h.261-262 29

Philippe Boch and Jean Claude Niepce, Ceramic Materials Processes, Properties and

Applications, (USA : ISTE, 2007), h. 201

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 27: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

11

Sifat fisis dan Mekanis Keramik Alumina secara umum, yaitu:

1. Sinonim : Aluminium Oksida

2. Rumus Molekul : Al2O3

3. Berat Molekul : 101,96

4. Deskripsi : Berbentuk serbuk berwarna putih

5. Densitas : 3960 kg/m3

6. Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air

7. Titik didih : ~ 30000C

8. Titik leleh : 20500C

9. ∆Hf0 solid : -1675.7 kJ/mol

10. Kekerasan : 1500-1800 kgf/mm2

11. Kuat Tekan : 230-350 MPa

12. Koefisien Ekspansi termal : 8-9 X 10-6 0

C-1

13. Konduktivitas termal : 24-26 W/m0K

Secara spesifik, sifat-sifat alumina dengan kemurnian 94%. 96%, dan 99.5%

dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :30

Tabel 2.1 Perbandingan sifat-sifat alumina kemurnian 94%, 96%, dan 99.5%

ALUMINA

Mechanical 94 % 96 % 99.5 %

Density (gm/cc) 3.69 3.72 3.89

Porosity (%) 0 0 0

Color White white Ivory

Flexural Strength (MPa) 330 345 379

Elastic Modulus (GPa) 300 300 375

30

Anonim, Aluminium Oxcide, Al2O3 Ceramics Properties, pada http://accuratus.com,

diakses pada 17 April 2014, pukul 12.46 wib

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 28: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

12

Shear Modulus (GPa) 124 124 152

Bulk Modulus (GPa) 165 172 228

Poisson’s Ratio 0.21 0.21 0.22

Compressive Strength (MPa) 2100 2100 2600

Hardness (Kg/mm2) 1175 1100 1440

Fracture Toughness KIC (MPa.m1/2

) 3.5 3.5 4

Maximum Use Temperature

(no load) (°C)

1700 1700 1750

Thermal

Thermal Conductivity (W/m.°K) 18 25 35

Coefficient of Thermal Expansion

(10–6

/°C)

8.1 8.2 8.4

Specific Heat (J/Kg.°K) 880 880 880

Electrical

Dielectric Strength (ac-kv/mm) 16.7 14.6 16.9

Dielectric Constant (@ 1 MHz) 9.1 9.0 9.8

Dissipation Factor (@ 1 kHz) 0.0007 0.0011 0.0002

Loss Tangent (@ 1 kHz) — — —

Volume Resistivity (ohm.cm) >1014

>1014

>1014

Karakteristik keramik alumina memiliki kekerasan yang tinggi, modulus

elastisitas tinggi, kekuatan mekanis yang baik, tahan aus, namun, sifat listrik atau

konduktivitas listriknya sangat rendah, tahan korosi dan bahan kimia. Dense fine-

grained alumina keramik mempunyai nilai modulus young 400 GPa (dua kali

modulus baja), rasio poisson 0.25, kekerasan vickers 20 GPa dan kekuatan

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 29: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

13

bending σF 300-500 MPa. 31

Untuk aplikasi pada temperatur tinggi yang tahan

korosi, sinteri alumina dapat dicapai pada temperatur 16000C, namun nilai

tegangan (stress) tidak lebih dari beberapa MPa.

Chawla (1993) dan Kai et al. (1991) (dalam Akmal Johan (2009))

menyatakan, untuk pengaplikasian alumina ada beberapa karakteristik yang

diperlukan, antara lain32

:

1. Mempunyai densitas yang tinggi dan porositas rendah

2. Mempunyai ukuran butir yang kecil untuk aplikasi temperatur rendah

3. Mempunyai ukuran butir yang besar untuk aplikasi temperatur tinggi

4. Mempunyai kemurnian yang tinggi.

Menurut Akmal Johan (2009), ukuran butir yang sangat kecil sangat

diperlukan pada aplikasi temperatur rendah karena pada temperatur rendah

kekuatan dan ketangguhan alumina meningkat dengan menurunya ukuran butir.

Untuk aplikasi temperatur tinggi diperlukan alumina dengan ukuran butir besar

agar tidak terjadi pertumbuhan butir yang tidak terkendali yang dapat menurunkan

kekuatan alumina tersebut. Proses sintering pada temperatur rendah dapat

menghasilkan butir alumina yang relatif kecil, tetapi pada saat yang sama terdapat

pula porositas dalam jumlah besar. Pada sintering temperatur tinggi, porositas

dapat dikurangi dengan adanya pergerakan batas butir akan tetapi terjadi pula

pertumbuhan butir yang tidak terkendali.33

Penggunaan keramik alumina pada armor (jaket anti peluru, lapisan -

pelindung helikopter atau tank) mampu menghentikan kecepatan proyektil yang

tinggi (~1.000 m/s) atau lelehan lemparan logam tinggi dengan kecepatan

(~10.000 m/s). Sehingga dibutuhkan produk dengan modulus tinggi dan kekuatan

mekanis yang tinggi dibawah tekanan untuk aplikasi armor.34

Selain itu, keramik

alumina secara luas digunakan untuk industri elektronik. Sparks plugs untuk

31

Philippe Boch and Jean Claude Niepce, op.Cit., h. 205 32

Akmal Johan, Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori α-Al2O3

Pengaruh Penambahan TiO2,(Sumatra Selatan : Jurnal Penelitian Sains Publisher, 2009) h. 2 33

Akmal Johan, loc.Cit., h. 2 34

Philippe Boch and Jean Claude Niepce, op.Cit., h. 208

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 30: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

14

automobil menggunakan material antara aluminous ceramic dan alumina dengan

komposisi ~94% Al2O3. Pada bidang elektronik, substrat insulasi seperti kapasitor

dan resistor. Kelebihan alumina adalah sifat resistivitas yang tinggi, sifat mekanik

bagus (kekerasan, kekuatan mekanik). Aplikasi lainnya, α-Al2O3 porous dengan

ketahanan kimia dan panas yang dimilikinya digunakan dalam aplikasi seperti

sebagai membran ultrafiltrasi, pemisah gas.35

2.3 Metalurgi Serbuk

Callister (1994) (dalam Daniel (2011)) mengatakan, metalurgi serbuk adalah

proses pembentukan produk dari serbuk dengan atau tanpa penekanan, yang

diikuti dengan proses perlakuan panas untuk memperoleh kepadatan yang

diinginkan. Dalam metalurgi serbuk, serbuk dapat berfungsi sebagai bahan utama

produk atau bahan pengikat sehingga dalam prosesnya, serbuk dapat dicampur

dari dua jenis bahan serbuk atau lebih.36

Suryana (1986) (dalam Haries (2009))

mengatakan, metalurgi serbuk adalah pengetahuan dan seni tentang pembuatan

dan pemakaian serbuk logam atau paduannya. Teknik metalurgi serbuk meliputi

pembuatan benda yang tidak dapat atau tidak mudah dihasilkan dengan peleburan,

contohnya pembuatan logam-logam refraktori dan benda berpori. Benda jenis

tersebut lebih ekonomis daripada metode casting. Barang-barang hasil metalurgi

serbuk memiliki beberapa sifat yang lebih unggul daripada yang dibuat dengan

proses peleburan.37

Proses metalurgi serbuk melibatkan tiga langkah dasar yaitu pembentukan

serbuk, pencetakan serbuk, dan pen-sinter-an serbuk. Sementara Haries (2009)

menyatakan, metode pembuatan keramik secara garis besar meliputi tahapan-

tahapan berikut ini:

35

Ibid, h. 209-210 36

Daniel Subekti, Analisa Sifat Fisik, Sifat Mekanik, Struktur produk Proses indirect

Pressureless Sintering Berbahan Serbuk Ni dan Sifat Termal Berbahan Serbuk Cu Dengan

Supporting Powder Besi Cor, (Semarang : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 2011),

diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/41328/2/halaman_isi.pdf, pada 13 Agustus 2014, pukul

14.43 37

Haries Handoyo, Op.Cit., h.10

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 31: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

15

1. Pemilihan Bahan dasar (raw material selection)

Pada tahap ini, bahan dipilih berdasarkan kebutuhan. Beberapa hal yang

dipertimbangkan adalah karakteristik material yang dihasilkan, biaya dan

kemudahan dalam memperoleh bahan tersebut. Bahan dasar kemudian

diolah lebih lanjut sehingga siap untuk diproses.

2. Persiapan Powder (powder preparation)

Umumnya bahan dasar pembuatan keramik selalu dalam bentuk serbuk.

Beberapa keuntungan serbuk diantaranya dapat diperkecil ukuran partikel

dan memodifikasi distribusi ukurannya. Serbuk harus dibuat sekecil

mungkin karena kekuatan mekanik dari keramik berbanding terbalik

dengan ukuran serbuk. Pembuatan serbuk dapat dilakukan dengan

menggunakan penggerus manual seperti mortar, ayakan atau dapat juga

menggunakan ball mill.

3. Pencetakan (molding)

Secara umum ada tiga metode pencetakan keramik, yaitu pressing,

casting, dan plastic molding. Dry pressing dan slip casting merupakan

teknik pencetakan yang dapat digunakan untuk membuat keramik berpori.

Menurut Askeland (1987) (dalam Tino Umbar (2013)), dalam proses

pencetakan keramik biasanya digunakan aditif untuk mempermudah

pencetakan dan untuk membantu mengontrol struktur mikro dari material

yang akan dihasilkan. Dalam proses pencetakan, aditif memiliki berbagai

fungsi antara lain sebagai bahan pengikat (binder), plasticizer, dispersant

dan lubricant. Fungsi penting dari binder adalah untuk meningkatkan

kekuatan dari keramik hasil pencetakan, sebelum mengalami perlakuan

panas atau biasa disebut green body. Binder/lubricant yang biasa

digunakan antara lain PVA dan PEG. Sunendar (2005) (dalam Haries

(2009)) menyatakan PVA merupakan polimer yang tidak berbau dan tidak

beracun dan dapat terdekomposisi pada temperatur diatas 2000C.

4. Pengeringan (drying)

Pada tahap ini, green body hasil proses kompaksi dikeringkan agar kadar

air yang terdapat didalamnya berkurang. Pengeringan dapat dilakukan

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 32: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

16

secara alami dengan didiamkan di udara terbuka, desikator ataupun dengan

bantuan alat pemanas.

5. Pembakaran (sintering)

Setelah pengeringan, green body dipanaskan lebih lanjut untuk

menghilangkan binder yang terdapat didalamnya. Aditif lain seperti

plasticizer, lubricant dan dispersant juga dihilangkan pada tahap ini.

Temperatur pemanasan harus memperhatikan temperatur dekomposisi dari

aditif yang digunakan dan titik leleh bahan yang dicampur. Pada proses

sintering terjadi pengikatan zat berbentuk bubuk dengan reaksi keadaan

padat oleh pemanasan pada temperatur solid solution yang tingkatannya

lebih rendah dari temperatur leleh. Proses sintering dipengaruhi oleh fakto-

faktor seperti ukuran partikel, temperatur, waktu, energi permukaan dan

lain-lain.38

Faktor terpenting dalam proses metalurgi serbuk adalah sebagai berikut

berdasarkan ASM Handbook Vol. 7, 1998:

1. Ukuran serbuk (size)

Ukuran serbuk berpengaruh pada beberapa parameter yaitu tingkat

keakuratan atau geometri karena semakin kecil serbuk maka ketelitiannya

semakin tinggi sehingga dimensi produk yang dihasilkan sesuai dengan

keinginan, mampu alir yang menggambarkan sifat alir serbuk dan

kemampuan memenuhi ruangan cetak sehingga mengecilnya ukuran

partikel serbuk akan mempersempit rongga atau celah antar partikel.

2. Tingkat kerumitan produk (shape complexity) dan toleransi (tolerance)

PM (Powder Metallurgy) adalah proses pembuatan produk yang

memungkinkan untuk dapat menghasilkan produk hasil akhir yang

komplek. Kemampuan untuk menghasilkan bentuk yang komplek pada

PM tergantung pada metode yang digunakan untuk menyatukan serbuk.

Untuk mengendalikan toleransi, yang berarti bentuk hasil akhir dari

produk mendekati bentuk yang diinginkan merupakan masalah yang

38

Ibid., h. 10-12

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 33: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

17

komplek pada PM. Toleransi berkaitan erat dengan beberapa parameter,

diantaranya adalah karakteristik serbuk, penekanan yang dilakukan dan

sintering.

3. Material yang dipakai (Material system)

Bentuk serbuk, ukuran, dan kemurnian serbuk adalah faktor yang penting

dalam proses PM. Untuk beberapa proses PM, serbuk haruslah berukuran

kecil, dengan bentuk yang seragam (berbentuk bola) sedangkan untuk

penggunaan yang lain diperlukan bentuk serbuk yang tidak beraturan. Pada

umumnya semua jenis material dan paduan dapat dijadikan serbuk.

4. Produk yang dihasilkan dan biaya (quantity and cost).39

2.3.1 Teori Serbuk

Serbuk adalah partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm. Pengembangan

teknologi untuk pembuatan produk dengan menggunakan serbuk merupakan suatu

langkah yang tepat untuk menghasilkan produk dengan bentuk yang komplek,

memiliki kualitas atau tingkat ketelitian yang bagus dan lebih ekonomis. Ukuran

partikel, bentuk, dan distribusi ukuran serbuk mempengaruhi karakteristik dan

sift-sifat fisis dari benda yang akan dibuat dengan proses penekanan. Spesifikasi

pembuatan serbuk, antara lain:

a. Bentuk Partikel (particle shape)

Bentuk dari partikel tergantung pada cara pembuatannya. Bentuk partikel

ini akan mempengaruhi packing, aliran (flow) dan kompresitas. Bentuk

partikel ada bermacam-macam seperti ditunjukan pada gambar 2.2.

39

Daniel Subekti, op.Cit., h. 5-6

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 34: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

18

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk Partikel Serbuk

b. Ukuran Partikel Serbuk (kehalusan)

Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel, keduanya memiliki

pengaruh yang signifikan dalam mampu alir dan sifat lainnya. Seperti bulk

density, angle of reposse dan compressibility dari bulk solid. Perubahan

kecil pada ukuran partikel bisa menyebabkan perubahan yang signifikan

dalam menghasilkan mampu alir. Dimensi serbuk yang halus akan lebih

mudah bereaksi apabila dibandingkan dengan dimensi serbuk yang lebih

besar sehingga dapat menurunkan mampu alir material. Dalam

kebanyakan kasus, ketika serbuk menjadi lebih halus maka serbuk akan

menjadi lebih kohesif dan sulit untuk dikendalikan.

Tabel 2.2 Ukuran dari Partikel (Brown and Richard (1970) dan

Nedderman. (1992))

Tingkat ukuran

partikel (μm) Klasifikasi Kategori

< 1 Serbuk sangat halus

Serbuk

1 – 100 Serbuk super lembut

10 – 100 Butiran serbuk Material

butiran 100 – 3000 Butiran padat

>3000 Pecahan padat

c. Distribusi Ukuran Partikel

Dalam memproduksi serbuk ukuran partikel yang dihasilkan tidaklah

seragam, tetapi terdapat ukuran partikel serbuk. Ukuran partikel yang

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 35: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

19

terkumpul tersebut lalu dianalisa distribusi ukuran partikelnya kemudian

distribusi ukuran partikel dibuat dalam bentuk histogram atau frekuensi

yang menunjukan jumlah dari serbuk pada tiap-tiap ukuran.

d. Mampu Alir (flowability)

Mampu alir merupakan karakteristik yang menggambarkan sifat alir

serbuk dan kemampuan memenuhi ruangan cetak. Kemampuan alir

berkaitan erat dengan sifat kohesi antar partikel sehingga partikel yang

memiliki kemampuan pemadatan (packabillity) bagus akan memiliki

kemampuan alir yang bagus juga.

e. Sifat kimia

Terutama menyangkut kemurnian serbuk dan pengotor (impurity) yang

berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

f. Kompresibilitas (compressibility)

Compresibility adalah perbandingan volume serbuk semula dengan

volume benda yang sudah ditekan. Jika volume serbuk mula-mula

didefinisikan V0 dan volume benda yang sudah ditekan didefinisikan

dengan V1, maka kompresibilitas sama dengan V0/V1. Nilai yang

ditunjukan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan

bentuk butir, kekuatan tekan green body tergantung pada kompresibilitas.

g. Apparent density

Apparent density atau berat jenis serbuk dinyatakan dalam gr/cm3.

Apparent density merupakan serbuk yang ditempatkan pada sebuah

silinder yang sudah diketahui volumenya lalu berat serbuk yang memenuhi

silinder ditimbang beratnya.

2.3.2 Pemprosesan Pemisah Ukuran Partikel Serbuk (Pengayakan)

Salah satu teknik untuk menganalisis ukuran partikel adalah pengayakan

(sieve analysis). Ayakan merupakan kisi-kisi yang terbuat dari kawat per unit

panjang. Semakin besar ukuran mesh maka semakin kecil ukuran bukaan. Proses

dasar pengayakan adalah lolosnya serbuk dari sebuah ayakan dengan beberapa

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 36: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

20

bukaan. Partikel yang lolos dari ayakan adalah partikel yang lebih kecil dari

ukuran bukaan, dan partikel yang tertinggal adalah partikel yang lebih besar.40

2.4 Sintering

Fayed and Otten (1997) (dalam Daniel (2011)) menyatakan, proses sintering

merupakan proses pemadatan material serbuk dengan cara membentuk ikatan

batas butir antar serbuk penyusunnya. Ikatan antar butir terjadi akibat pemanasan

dengan atau tanpa penekanan dan temperatur sintering yang diatur di bawah

temperatur leleh dari partikel penyusunnya. Menurut German (1994), pada proses

sinter, benda padat terjadi karena terbentuknya ikatan-ikatan antar partikel.

Pemanasan menyebabkan bersatunya partikel dan efektivitas reaksi tegangan

permukaan meningkat. Sehingga, proses sinter menyebabkan bersatunya partikel

sedemikian rupa sehingga kepadatan serbuk bertambah. Selama proses sinter

terbentuklah batas-batas butir yang merupakan tahap permulaan rekristalisasi. Di

samping itu, gas yang ada menguap dan temperatur sinter umumnya berada di

bawah titik cair unsur serbuk, selama proses sinter terjadi perubahan dimensi, baik

berupa pengembangan maupun penyusutan tergantung pada bentuk dan distribusi

ukuran partikel serbuk, komposisi serbuk, prosedur sinter dan tekanan

pemampatan.41

Menurut Marzuki (2007), proses sintering adalah proses pemadatan atau

konsolidasi dari sekumpulan serbuk pada temperatur mendekati titik leburnya.

Sintering merupakan tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan

menentukan sifat-sifat produk keramik. Energi yang digunakan untuk

menggerakan proses sintering disebut gaya dorong (driving force) yang ada

hubungannya dengan energi permukaan butir. Pengaruh temperatur sintering

terhadap perubahan densitas dengan porositas saling berlawanan. Jika temperatur

sintering semakin tinggi maka densitas, kekuatan mekanik dan ukuran butir

40

Ibid, Analisa Sifat Fisik, Sifat Mekanik, Struktur produk Proses indirect Pressureless

sintering Berbahan Serbuk Ni dan Sifat Termal Berbahan Serbuk Cu Dengan Supporting Powder

Besi Cor, , h. 7-10 41

Ibid, h. 12

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 37: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

21

semakin besar sedangkan porositas menurun.42

German (1994) menyatakan,

energi permukaan tiap satuan volume berbanding terbalik dengan diameter

partikel jadi partikel berukuran kecil mempunyai energi lebih besar daripada

partikel dengan ukuran besar. Selama proses sintering terjadi perpindahan massa

dari partikel ke neck dan perpindahan massa ini terjadi untuk mengurangi energi

permukaan partikel dengan cara memperluas permukaan partikel. Jadi, selama

proses sintering terjadi eliminasi atau pengurangan energi permukaan. Sehingga

parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat sintering (degree of sintering)

adalah luas permukaan. Parameter lain yang bisa digunakan dalam mengukur

tingkat sintering adalah perbandingan antara ukuran neck (x) dengan diameter

partikel (D), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3.43

Gambar 2.3 Pemodelan Partikel

Sementara itu, Suvaci (2008) menyatakan, sintering merupakan proses heat

treatment, sebuah langkah proses untuk memproduksi material dengan

mengontrol mikrostruktur dan porositas secara konstan. Hasil dari proses sintering

bertujuan untuk mengurangi porositas dan meningkatkan kekuatan mekanik

setelah kompaksi.44

Selain itu, Randall (1991) berpendapat bahwa pada proses

sintering terjadi perubahan mikrostruktur seperti pertumbuhan butir (grain

growth), peningkatan densitas, dan penyusutan (shrinkage). Sintering merupakan

tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan sangat menentukan sifat-

sifat dari produk keramik.45

Seperti yang dijelaskan Randall (1991) sebelumnya

42

Marzuki Silalahi, loc.Cit., h. 263 43

Daniel Subekti, op.Cit., h.15-16 44

Ender Suvaci, Sintering of Ceramics Theory and Practice, Anadolu University, Dept.

Of Material Science and Engineering Turkey, (South Africa : Element Six, Spring, 2008), h.7 45

Randal. Fundamental of Sintering. Engineering Material Handbook Vol. 4, (USA :

ASM Internasional Handbook Committee, 1991), h. 260-270

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 38: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

22

bahwa proses sintering sangat mempengaruhi perubahan dimensi sampel

(shrinkage). Semakin tinggi temperatur maka nilai penyusutannya semakin

meningkat.

Menurut Suvaci (2008), ada beberapa variabel yang mempengaruhi

mikrostruktur dan sintering yaitu variabel material dan variabel proses. Pertama,

variabel yag berkorelasi dengan bahan dasar (variabel material) meliputi serbuk

(bentuk, ukuran, distribusi ukuran, aglomerasi, campuran bahan) dan Chemistry

(komposisi, impuritas, non-stokiometri, homogenitas). Kedua, variabel yang

berhubungan dengan sintering (variabel proses) meliputi temperatur, waktu,

tekanan, atmosfer, heating dan cooling rate.46

Pada dasarnya, proses sintering

dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu solid state sintering dan liquid state

sintering.

Menurut Ristic (1989) dan Randall (1991) (dalam Rais (2007)), proses

sintering dapat berlangsung apabila:47

1. Adanya transfer materi diantara butiran (proses difusi).

2. Adanya sumber energi yang dapat mengaktifkan transfer materi, kemudian

energi tersebut digunakan untuk menggerakan butiran sehingga terjadi

kontak dan ikatan yang sempurna.

Kaston (2008) menyatakan, mekanisme proses sinter materi (difusi) selama

proses sintering dapat berlangsung melalui: difusi volume, difusi permukaan,

difusi batas butir, difusi secara penguapan dan kondensasi.48

Tiap-tiap mekanisme

difusi akan memberikan efek terhadap perubahan sifat fisik bahan setelah

sintering antara lain perubahan: densitas, porositas, penyusutan, dan pembesaran

butir. Dengan adanya difusi tersebut maka akan terjadi kontak antara partikel dan

46

Ender Suvaci, op.Cit., h. 16 47

Muhammad Rais, Studi Analisis Simulasi Tentang Korelasi Temperatur Sintering dan

Presentase Adtif Mullit 3Al2O3.2SiO2 dengan Sifat Mekanik Keramik Alumina Al2O3, (Medan :

USU, 2007), h. 11 48

Kaston Sijabat, Pembuatan Keramik Paduan Cordierit-Alumina Sebagai Bahan

Refraktori dan Karakterisasinya, (Medan : USU, 2008)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 39: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

23

terjadi suatu ikatan yang kuat diantara partikel-partikel, disamping itu terjadi

rekonstruksi susunan partikel. Menurut Ristic (1989) (dalam Kaston (2008)),

umumnya peningkatan densitas, pengurangan pori dan penyusutan disebabkan

karena adanya difusi volume dan difusi batas butir. Faktor-faktor yang dapat

mempercepat laju proses sintering antara lain: ukuran partikel, dan penggunaan

aditif. Untuk penggunaan partikel yang lebih kecil maka proses sintering akan

dapat berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pengunaan partikel yang lebih

besar.49

Mekanisme sintering dimulai dengan adanya kontak antara butir yang

dilanjutkan dengan pelebaran titik kontak akibat proses difusi atom-atom. Difusi

yang berlebihan menyebabkan penyusutan volume pori yang terjadi selama proses

sintering berlangsung. Densitas alumina meningkat dengan peningkatan

temperatur sintering. Secara umum, perubahan yang terjadi saat proses sintering

berlangsung dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang ditandai dengan peningkatan

temperatur sintering dan densifikasi material.50

1. Tahap awal (initial stage), secara umum ditandai dengan penyusunan

kembali formasi leher, yang meliputi penyusunan kembali partikel dan

formasi leher awal di titik kontak antar partikel. Porositas pada tahap ini

tidak banyak berkurang, begitu pula penyusutan tidak banyak terjadi.

Tahap pertama dalam proses sinter ditunjukan Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Tahap pertama proses sinter, (a) partikel awal, (b) penyusunan

kembali, (c) terbentuknya formasi leher (diadopsi dari German, 1994)

49

Ibid., h. 20 50

Anonim, Sintering, pada http://en.wikipedia.org/wiki, diakses pada 28 Maret 2014,

pukul 10.15

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 40: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

24

2. Tahap pertengahan (intermediate stage), pertumbuhan terus berlanjut yang

diikuti dengan pertumbuhan butir dan pertumbuhan pori. Perubahan fisik

yang terjadi pada tahap dua, meliputi pertumbuhan ukuran leher antar

partikel, porositas menurun atau berkurang, pusat partikel bergerak

semakin dekat secara bersama-sama. Batas butir mulai berpindah sehingga

butir mulai tumbuh, terbentuk saluran yang saling berhubungan (continous

channel) dan berkahir ketika porositas terisolasi. Densifikasi paling

banyak terjadi pada tahap ini. Akibatnya material yang menjalani tahap ini

akan mengalami penyusutan yang cukup signifikan. Pada tahap ini masih

terdapat banyak pori meskipun bentuknya telah berubah. Tahap kedua

ditunjukan pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Tahap Pertengahan Sinter (a) pertumbuhan leher dan volume

penyusutan, (b) perpanjangan dari batas butir, (c) pertumbuhan butir

berlanjut dan batas butir meluas, volume penyusutan dan pertumbuhan

butir. (diadopsi dari German, 1994)

3. Tahap akhir (final stage), ditandai dengan hilangnya struktur pori dan

munculnya batas butir. Tahap ini batas butir bergerak dan terjadi

pembesaran ukuran butir sampai kanal-kanal pori tertutup dan sekaligus

terjadi penyusutan. Tahap akhir sinter ditunjukan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Tahap Akhir Sinter (a) Pertumbuhan leher dengan

discontinues pore-phase, (b) pertumbuhan butir dengan pengurangan

porositas, (c) pertumbuhan butir. (diadopsi dari German, 1994).

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 41: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

25

Gambar 2.7 Pertumbuhan ikatan mikrostruktur antar partikel keramik selama

proses sinter (diadopsi dari German, 1994)

Model sinter dapat digambarkan dalam bentuk dua partikel yang membentuk

ikatan antar partikel selama sintering. Dimulai dengan kontak titik dan dilanjutkan

dengan pertumbuhan leher yang terjadi pada batas butir kontak partikel. Jika

waktu cukup, dua partikel akan bergambung menjadi satu partikel besar seperti

pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Model sinter dua partikel (German, 1994)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 42: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

26

Laju penyusutan dipengaruhi oleh waktu dan temperatur sintering. Randall

(1991) (dalam Rais (2007)) menyatakan, pengaruh temperatur sintering terhadap

perubahan densitas dan porositas saling berlawanan. Apabila temperatur sintering

semakin tinggi maka kekuatan mekanik dan ukuran butir semakin besar,

sedangkan porositas dan sifat listriknya menurun.51

Dalam tahap pembuatan

bahan keramik, proses pembakaran merupakan proses yang sangat menentukan

sifat bahan. Temperatur pembakaran ditentukan oleh bahan yang ingin dibuat.

Bahan dasar yang digunakan dapat digolongkan sebagi bahan teknis yang rendah

kemurniannya, atau bahan p.a (pro analysis) yang tinggi kemurniannya. Dalam

proses sintering, berbagai bahan yang tidak diharapkan dapat dihilangkan agar

bahan dengan komposisi tertentu yang diinginkan terbentuk.52

William C (1991)

(dalam Kaston (2008)) menyatakan, melalui proses pencetakan terjadi

penggabungan atau pengelompokan beberapa butiran, tetapi butiran satu dengan

yang lainnya belum terikat kuat. Ikatan antara butiran setelah proses sintering,

dimana akan terjadi penyusutan dimensi yang disertai pengurangan pori yang ada

diantara butiran. Dengan demikian material yang telah disintering akan menjadi

semakin padat dan kuat.53

Semakin banyak jumlah partikel yang kecil maka nilai

densitas sintering semakin besar atau persen kepadatannya semakin besar.

Pengaruh temperatur sintering terhadap perubahan densitas, kekuatan mekanik

dan ukuran butir adalah berbanding lurus akan tetapi sebaliknya terhadap

porositas, resistivitas.

2.5 Densitas

Densitas pada material didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m)

dengan volume. Densitas dinyatakan dalam g/cm3 dan dilambangkan dengan ρ

(rho).

ρ =

51

Muhammad Rais, op.Cit., h. 14 52

Tino Umbar, et al. Pembuatan Keramik Alumina dengan menggunakan Metode

Metalurgi Serbuk dengan Variasi Temperatur dan Komposisi, (Serpong : STTN-BATAN, 2013),

h. 12 53

Kaston Sijabat, op.Cit., h. 20

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 43: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

27

dimana : m = massa (g)

V = volume (cm3)

ρ = densitas (g/cm3)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik material uji, dalam hal ini

densitas spesimen Alumina hasil sintering yang mengacu pada standar ASTM

C.373-88. Pengujian dilakukan dengan menggunakan prinsip Archimedes.

2.6 Porositas

Pengukuran porositas bertujuan mengetahui pori-pori yang terdapat dalam

sampel. Porositas merupakan satuan yang menyatakan keporositasan suatu

material yang dihitung dengan mencari persen (%) berdasarkan daya serap bahan

terhadap air dengan perbandingan volume air yang diserap terhadap volume total

sampel.

2.7 Kekerasan

Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada

dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut permukaan piramida intan yang

saling berhadapan adalah 1360. Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian besar

nilai perbandingan yang diinginkan antar diameter lekukan dan diameter bola

penumbuk pada uji kekerasan brinell.54

Gambar 2.9 Bentuk Identer vickers

54

Geoege Dieter, Mechanichal Metallurgy, (Mc. Grow Hill Book Co., 1987)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 44: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

28

Gambar.2.10 Pengujian vickers

Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan

lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang

diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan berikut : 55

VHN =

=

Dengan :

P = beban yang digunakan (kg)

D = panjang diagonal rata-rata (mm)

Θ = sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 136

Karena jejak yang dibuat dengan penekanan piramida serupa secara geometris

dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak bergantung

kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat

ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers berkisar antara 1-120 kg.

55

Penulis, Uji Kekerasan Vickers, pada http://teknik-mesin1.blogspot.com/2011/06/uji-

kekerasan-vickers.html, diakses pada 12 Juli 2014 pukul 15.28

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 45: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

29

Tergantung pada kekerasan logam yang diuji. Hal-hal yang menghalangi

keuntungan pemakaian metode vickers adalah :

1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini

sangat lamban.

2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji.

3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang

diagonalnya.

Keuntungan metode vickers :

Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras sehingga dimungkinkan

dilakukan untuk berbagai jenis logam.

Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat

digunakan untuk menentukan kekerasan pada material yang sangat lunak.

Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis

sampai 0.006 inchi.

Harga kekerasan yang didapat dari uji vickers tidak bergantung pada besar

beban identor.56

2.8 Fracture Tougness (KIC )

Fracture Toughness merupakan kemampuan material untuk menahan beban

atau deformasi yang terjadi akibat retak dengan memperhatikan faktor cacat

material, geometri material, kondisi pembebanan, dan tentunya property material

yang digunakan. Secara umum, fracture toughness merupakan ketangguhan retak

suatu material untuk mengevaluasi kemampuan komponen yang mengandung

cacat untuk melawan fracture (pecah/patah). Besarnya nilai fracture toughness

dipengaruhi oleh ketebalan suatu material. Semakin tebal suatu material maka

nilai fracture toughness akan semakin besar akan tetapi jika tebal material

melebihi batas kritis maka akan menyebabkan nilai fracture toughness cenderung

konstan. Ketebalan suatu material dipengaruhi oleh kondisi pembebanan, jika

56

William Calister, Material and Science Engineering : An Introduction”, 6th edition,

(John Wiley & Sons, Inc., 2003)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 46: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

30

beban yang diberikan merupakan plain strain (regangan/tarikan) maka akan

membutuhkan nilai ketebalan yang lebih besar sedangkan jika beban yang

diberikan merupakan plane stress (tekanan) maka membutuhkan nilai ketebalan

yang relatif lebih kecil.57

2.9 Penyusutan Massa dan Volume

2.9.1 Susut Massa

Pengukuran susut massa dilakukan pada sampel uji yang berbentuk pelet

dengan massa awal (sebelum dibakar).

Susut massa =

x 100%

Dimana : mo = massa sebelum dibakar

ms = massa sesudah dibakar

2.9.2 Susut Volume

Pengukuran susut volume dilakukan pada benda uji berbentuk pelet dengan

volume awal (sebelum dibakar).

Susut massa =

x 100%

Dimana : Vo = volume sebelum dibakar

Vs = volume sesudah dibakar

57

Putu Aditya Setiawan, Fracture Toughness, pada

http://putukebaronga.blogspot.com/2011/05/fracture-toughness.html diakses pada 28 Agustus

2014 pukul 11.40 WIB

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 47: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

31

2.10 KARAKTERISASI MATERIAL

2.10.1 SEM (Scanning Electron Microscopy)

Mikrajuddin dan Khairurrijal (2009) menyatakan, SEM adalah salah satu

jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambar

profil permukaan benda. Prinsip kerja SEM adalah menembakan permukaan

benda dengan berkas elektron berenergi tinggi. Permukaan benda yang dikenai

berkas akan memantulkan kembali berkas tersebut atau menghasilkan elektron

sekunder ke segala arah. Tetapi ada satu arah dimana berkas dipantulkan dengan

intensitas tertinggi. Detektor di dalam SEM mendeteksi elektron yang dipantulkan

dengan intensitas tertinggi. Arah tersebut memberi informasi profil permukaan

benda seperti seberapa landai dan kemana arah kemiringan. Pada saat dilakukan

pengamatan, lokasi permukaan benda yang ditembak dengan berkas elektron di-

scan ke seluruh area daerah tembak pengamatan. Sehingga dapat dibatasi lokasi

pengamatan dengan melakukan zoom in atau zoom out. Berdasarkan arah pantulan

berkas pada berbagai titik pengamatan maka profil permukaan benda dapat

dibangun menggunakan program pengolahan gambar yang ada dalam komputer.

Gambar. 2.11 Dalam SEM berkas elektron berenergi tinggi mengenai permukaan

material. Elektron pantulan dan elektron sekunder dipancarkan kembali dengan

sudut yang bergantung pada profil permukaan material.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 48: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

32

SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Hal ini

disebabkan oleh panjang gelombang de broglie yang dimiliki elektron lebih

pendek daripada gelombang optik. Makin kecil gelombang yang digunakan maka

makin tinggi resolusi mikroskop. Panjang gelombang de broglie elektron adalah λ

= h / p, dengan h konstanta planck dan p adalah momentum elektron. Momentum

elektron dapat ditentukan dari energi kinetik melalui hubungan K = p2

/2m,

dengan K energi kinetik elektron dan m adalah massanya.58

Trewin (1988) (dalam

Nuha (2008) menyatakan, SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang

memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2-30 kV. Berkas

elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk

menghasilkan image berukuran, ~10 nm pada sampel yang ditampilkan dalam

bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar.59

Diagram skematik dan cara kerja SEM digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.12 Gambar Skematik SEM

58

Mikrajuddin Abdullah and Khairurrijal. Review : Karakteristik Nanomaterial. Jurnal

Nanosains dan Nanoteknologi. Vol 2 No. 1, Februari 2009. (Bandung : Jurnal Nanosains dan

Nanoteknologi, 2008) 59

Nuha Desi Anggraeni, Analisis SEM dalam Pemantauan Proses Oksidasi Magnetite

menjadi Hematite, Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri,

(Bandung : ITN, 2008), h. 52

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 49: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

33

Nuha (2008) menyatakan, SEM sangat cocok digunakan dalam situasi yang

membutuhkan pengamatan permukaan kasar dengan pembesaran berkisar antara

20 – 500.000 kali. Sebelum melalui lensa elektromagnetik terakhir scanning

raster mendefleksikan berkas elektron untuk men-scan permukaan sampel. Hasil

scan ini tersinkronisasi dengan tabung sinar katoda dan gambar sampel akan

tampak pada area yang di-scan. Tingkat kontras yang tampak pada tabung sinar

katoda timbul karena hasil refleksi yang berbeda-beda dari sampel. Sewaktu

berkas elektron menumbuk permukaan sampel sejumlah elektron direfleksikan

sebagai backscattered electron (BSE) dan yang lainnya membebaskan

membebaskan energi rendah secondary electron (SE). Emisi radiasi

elektromagnetik dari sampel timbul pada panjang gelombang yang bervariasi,

tetapi pada dasarnya panjang gelombang yang lebih menarik untuk digunakan

adalah daerah panjang gelombang cahaya tampak (cathodoluminescence) dan

sinar-x. Elektron-elektron BSE dan SE yang direfleksikan dan dipancarkan

sampel dikumpulkan oleh sebuah scintillator yang memancarkan sebuah pulsa

cahaya pada elektron yang datang. Cahaya yang dipancarkan kemudian diubah

menjadi sinyal listrik dan diperbesar oleh photomultiplier. Setelah melalui proses

pembesaran, sinyal tersebut dikirim ke bagian grid tabung sinar katoda.

Scintillator biasanya memiliki potensial sebesar 5-10 kV untuk mempercepat

energi rendah yang dipancarkan elektron agar cukup untuk mengemisikan cahaya

tampak ketika menumbuk scintillator. Scintillator harus dilindungi agar tidak

terkena defleksi berkas elektron utama yang memiliki potensial tinggi. Pelindung

metal yang mengandung metal gauze terbuka yang menghadap sampel

memungkinkan hampir seluruh elektron melalui permukaan scintillator.60

60

Ibid., h. 52-53

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 50: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan. Pada bulan Maret–September 2014

di laboratorium Pusat Teknologi Material (PTM), Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Puspitek, Serpong, Tangerang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Spatula

Berfungsi sebagai sendok untuk mengambil bahan.

b. Cawan

Berfungsi sebagai tempat meletakan sampel saat pengovenan.

c. Oven

Berfungsi untuk mengeringkan sampel setelah mengalami pencampuran

dan pencetakan.

d. Timbangan Digital

Berfungsi untuk menimbang massa bahan.

e. Ayakan (Test Sieve)

Berfungsi untuk menyaring serbuk sesuai dengan ukuran yang diinginkan

dengan mesh 625.

f. Botol kecil

Berfungsi untuk wadah untuk mencampur bahan dengan binder yang akan

dikompaksi.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 51: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

35

g. Furnace

Berfungsi untuk tempat pembakaran sampel dalam proses sintering,

dengan kapasitas sintering sampai dengan 16000C.

h. Mold

Berfungsi sebagai tempat untuk mencetak sampel berbentuk silinder

dengan diameter 1.5 cm.

i. Mesin Press

Berfungsi untuk menekan pada proses cold compaction sampel yang telah

dimasukan kedalam cetakan dengan kekuatan tekan tertentu dengan

kapasitas tekanan sampai dengan 100 ton (700 kg/cm2).

j. Jangka sorong

Berfungsi untuk mengukur dimensi sampel

k. Magnetic stirer

Berfungsi untuk merebus sampel

l. Gelas beker 100mL

Berfungsi sebagai wadah air saat uji densitas dan porositas.

m. Pinset

Berfungsi untuk mengambil sampel basah dan panas

n. Hair dryer

Berfungsi untuk mengeringkan alat

o. Mesin Polishing Struers

berfungsi untuk polishing sampel yang akan diuji keras dan untuk

preparasi SEM.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 52: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

36

a. Test Sieve 625 b. Mesin Press c. Mould

d. Magnetic Stirer e. Oven f. Mesin Polishing

Gambar 3.1 Alat-alat Penelitian

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. P.A α-Al2O3 (corundum), produksi PT. Merck, Tbk.

Berfungsi sebagai bahan baku pembuatan keramik dengan tingkat

kemurnian serbuk 99% yang merupakan α-phase-100 mesh dengan ukuran

140 μm = 0.140 mm.

b. α-Al2O3 teknis

Berfungsi sebagai bahan baku pembuatan keramik. Mesh 625 dengan

ukuran 20 μm = 0.020 mm.

c. PVA dan PEG (binder), produksi PT. Brataco Chemistry

Berfungsi sebagai pengikat atau perekat saat pembentukan sampel berupa

pelet.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 53: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

37

d. Aseton

Berfungsi untuk membersihkan molding saat kompaksi.

e. Resin

Berfungsi untuk me-mounting sampel.

f. Hardener

Berfungsi sebagai katalisator untuk menguatkan resin saat proses

mounting.

a. Al2O3 P.A b. PEG c. PVA

d. Resin Bening e. Aseton

Gambar 3.2 Bahan-bahan Penelitian

3.2.3 Alat Karakterisasi

a. Alat Uji Kekerasan (Vickers Hardness)

Berfungsi untuk mengukur nilai kekerasan keramik dengan satuan VHN

b. Mikroskop

Berfungsi untuk melihat daerah retakan saat uji fracture toughness.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 54: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

38

c. Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX)

Berfungsi untuk observasi morfologi permukaan material.

a. Alat Uji Keras b. Mikroskop

c. SEM-EDX

Gambar 3.3 Alat Karakterisasi

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 55: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

39

3.3 Diagram Alir Penelitian

Sintering

12500C, 13500C, 14500C, 15500C,

16000C

Analisis Data

Karakterisasi

Pengukuran shrinkage,

densitas dan Porositas

Uji Kekerasan

(Vickers Hardness)

Uji Ketangguhan Retak

(Fracture Toughness)

SEM-EDX

Pencetakan

P = 12 metriks ton, m = 2 gr, Ф =

1.5 cm, binder PVA dan PEG 3%

30 gram

Serbuk α-Al2O3 99%,

100 mesh

Studi Literatur

30 gram

Serbuk α-Al2O3 teknis,

625 mesh

Mulai

Preparasi Bahan

Pengeringan 800C, 17 jam

Pengolahan Data

Selesai

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 56: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

40

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah kemurnian bahan baku yang digunakan

yaitu bahan alumina pure analysis dan alumina teknis serta variabel suhu sintering

yang dimulai dari temperatur 12500C, 1350

0 C, 1450

0C, 1550

0C dan 1600

0C

dengan holding temperature 9500C waktu tahan (holding time) selama 2 jam dan

heating rate 2°C/min. Kegiatan penelitian meliputi pengujian dan analisis sifat

fisis dan mekanis setiap bahan baku dan temperatur sintering yaitu pengujian

kekerasan dan pengujian fracture toughness. Karakterisasi struktur mikro pada

beberapa temperatur sintering yang mewakili nilai densitas dan kekerasan tinggi

menggunakan SEM-EDX.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian sintesa keramik alumina ini

menggunkan metode metalurgi serbuk dan karakterisasi dimulai dengan

penimbangan, pengayakan, pembuatan sampel uji melalui tahapan kompaksi,

sintering, dan karakterisasi.

3.5.1 Penimbangan Bahan

Untuk pembuatan 15 sampel dibutuhkan bahan alumina PA sebanyak 30 gr

dan alumina teknis 30 gr. Selanjutnya masing-masing bahan ditimbang sebanyak

30 gr dengan menggunkan neraca digital.

3.5.2 Pengayakan Bahan

Alumina teknis dihaluskan dengan cara pengayakan atau sieve analisis

dengan menggunakan mesh 625.

3.5.3 Pembuatan Sampel Uji dengan kompaksi

Bahan yang sudah lolos ayakan dengan mesh 625, selanjutnya dikompaksi

menjadi 30 sampel dengan masing-masing bahan alumina. Proses kompaksi ini

merupakan proses pembentukan keramik alumina dengan memasukkan serbuk ke

dalam cetakan (mold). Proses kompaksi pada umumnya dilakukan dengan

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 57: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

41

penekanan satu arah. Pada penekanan satu arah penekan atas bergerak kebawah.

Jenis dan macam produk yang dihasilkan oleh proses metalurgi serbuk sangat

ditentukan pada tahap kompaksi sehingga membentuk serbuk dengan tingkat

kepadatan yang baik. Proses kompaksi serbuk meliputi pengepresan suatu bentuk

di dalam cetakan.61

Untuk mencegah terjadinya retakan maka sebelum kompaksi

alumina dicampurkan dengan bahan PVA dan PEG sebanyak 3% berat, yang

berfungsi sebagai perekat (binder) kemudian diaduk rata dan selanjutnya

dikompaksi dengan gaya tekan 12 ton. Hasil sampel adalah berbentuk silinder

dengan diameter 1.5 cm dan massa 2 gram.

Gambar 3.5 Skema Proses Kompaksi

3.5.4 Sintering

Proses sintering dilakukan pada lingkungan atmosfer dengan variasi

temperatur sinter pada 12500C, 1350

0C, 1450

0C, 1550

0C dan 1600

0C selama 2

jam, terdiri dari 2 jenis kelompok bahan baku yaitu alumina PA 15 sampel dan

alumina teknis 15 sampel. Sehingga jumlah sampel yang disintering sebanyak 30.

Pada tahap sintering sering terjadi perubahan dimensi sampel (shrinkage).

Dalam rangka mempelajari perilaku penyusutan sampel selama proses sintering,

maka dilakukan pengukuran dimensi (diameter dan tinggi) sampel sebelum dan

sesudah pemanasan.

61

Toto Rusianto, Hot Pressing Metalurgi Serbuk Aluminium dengan Variasi Suhu

Pemanasan, Jurnal Teknologi Indonesia, Vol. 2 No. 1. (Yogyakarta : AKPRINDO, 2009).

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 58: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

42

3.6 Karakterisasi

Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: pengukuran

densitas, porositas, pengujian kekerasan mikro, dan observasi struktur mikro.

3.6.1 Sifat Fisis dan Mekanis

A. Susut Volume

Pengukuran susut volume dilakukan pada benda uji berbentuk pelet dengan

volume awal (sebelum dibakar).

Susut volume =

x 100% .............................................. 2.1

Dimana : Vo = volume sebelum dibakar

Vs = volume sesudah dibakar

B. Densitas dan Porositas

Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pengukuran densitas dilakukan dengan metode Archimedes. Pengukuran densitas

dan porositas dilakukan bersamaan yang mengacu pada standar American

Standard Test Method (ASTM) : Standard test method for water absorption, bulk

density, porosity, and apparent specific gravity of fired whiteware product dengan

kode ASTM C.373-88. Prosedur kerja untuk menentukan densitas (g/cm3) dan

porositas dengan sampel berbentuk pelet adalah sebagai berikut :

a. Spesimen dikeringkan dalam oven pada temperatur 1500C (302

0F) selama

24 jam, kemudian dikeringkan di desikator. Penentuan massa kering (D)

mendekati 0.01g (sampai massanya konstan).

b. Spesimen yang telah dikeringkan kemudian ditempatkan dalam wadah

untuk selanjutnya direbus selama 5 jam pada temperatur 2000C. Usahakan

seluruh spesimen tertutup air selama perebusan. Setelah 5 jam direbus,

biarkan spesimen direndam selama 24 jam.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 59: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

43

c. Setelah spesimen direndam selanjutnya ditimbang massa basah (M)

dengan cara mengeringkan permukaan spesimen.

d. Selanjutnya untuk menentukan massa yang tergantung atau setelah

impregnasi. Masing-masing spesimen digantungkan di dalam air kemudian

ditimbang massa rendam/gantung (S). Beker glass yang berisi air suling

dan kawat halus yang tergantung diletakan di atas penimbang dengan

setting nilai nol. Sampel dikeluarkan dari beker glass dan berat basah

sampel (Wsat) dicatatkan setelah penimbang menunjukan nilai stabil.

e. Kepadatan (densitas) dan % porositas dihitung dengan persamaan.

Menghitung volume total spesimen:

V = M – S ................................ (2.2)

Menghitung Volume porositas terbuka (volumes of open pore) dan

volume porositas dalam (impervious portion):

Vop = M – D ................................ (2.3)

Vip = D – S ................................ (2.4)

Menghitung apparent porosity (P), hubungan volume porositas

terbuka (Vop) dengan volume total spesimen (V) dinyatakan dalam

persen:

P = ( Vop / V ) x 100 .............................. (2.5)

Menghitung daya serap air (water absorption) A, hubungan massa

serap air dengan massa kering spesimen, dinyatakan dengan

persen:

A = ( Vop / D ) x 100 ................................ (2.6)

Menghitung kepadatan sebenarnya (apparent specific gravity) T:

T = D / Vip ................................ (2.7)

Menghitung kepadatan ketara (bulk density) B, hubungan antara

massa kering dibagi dengan volume total, termasuk pori,

dinyatakan dalam gram/cm3:

B = D / V ................................ (2.8)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 60: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

44

C. Kekerasan Vickers

Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada

dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut permukaan piramida intan yang

saling berhadapan adalah 1360. Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai

beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari

pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari

persamaan berikut :

VHN =

=

........................... (2.9)

dengan :

P = beban yang digunakan (kg)

D = panjang diagonal rata-rata (mm)

Θ = sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 1360.

Pengujian vickers mengacu pada standar American Standard Test Method

(ASTM): Vickers indentation Hardness of Advanced Ceramics dengan kode

ASTM C.1327-08. Langkah pengujian vickers sebagai berikut:

a. Menyiapkan sampel yang akan diamati

b. Sampel ditanam di dalam resin (mounting)

c. Mengamplas permukaan sampel

d. Memoles permukaan sampel yang telah halus dan rata menggunakan

lubricant yang dituangkan diatas polishing hingga permukaan sampel

mengkilat dan bebas dari goresan.

e. Menempatkan spesimen pada stage alat uji. Mentukan posisi sampel

yang akan diuji.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 61: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

45

f. Menyalakan mesin. Identer perlahan turun dan bersentuhan dengan

spesimen. Beban disesuaikan dengan kekerasan sampel. Tekan sampel

dengan identer dengan beban dan waktu yang sesuai.

g. Spesimen terbaca alat dan ditampilkan pada monitor kemudian

operator melakukan akurasi sehingga angka kekerasan spesimen

terbaca oleh alat.

D. Ketangguhan Retak (Fracture toughness (KIC))

Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin uji keras. Proses pengujian

dilakukan dengan cara mengidentasi sampel menggunakan identor vickers pada

beban 10 Kg. Ketika sampel telah diidentasi, maka akan terbentuk crack pada

bagian sudut diagonal jejak identasi. Kemudian nilai fracture toughness dihitung

menggunakan persamaan berikut :

KIC = 0.941 Pc-3/2

(MPa m1/2

)

dimana :

P = beban inden (N)

c = panjang retak (meter)

Langkah pengujian fracture toughness sebagai berikut :

1. Menyiapkan sampel uji yang telah dipolishing dengan ketabaln 1 cm.

2. Mengidentasi sampel menggunakan identor vickers dengan beban 10 kg.

3. Melakukan pengamatan dengan menggunkan mikroskop polarisasi untuk

menentukan panjang daerah retakan.

4. Menghitung harga Kic dengan menggunakan rumus sesuai ASTM.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 62: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

46

3.6.2 Observasi morfologi dan analisa elemen menggunakan Scanning

Electron Microscopy (SEM-EDX)

Observasi menggunakan alat ini dilakukan untuk melihat morfologi

permukaan material serta analisa elemen material yang diobservasi. Langkah-

langkah pengujian analisa struktur mikro dengan menggunakan SEM-EDX

sebagai berikut:

a. Menyiapkan sampel yang akan diamati.

b. Untuk sampel berbentuk pelet telebih dahulu dilakukan termal etsa yaitu

membakar sampel dibawah temperatur sinter selama 30 menit.

c. Memotong sampel agar penampang melintang dari sampel dapat diamati.

d. Sampel keramik bentuk pelet yang telah dipecahkan, dipreparasi dengan

carbon tape kemudian divakum.

e. Mengamati mikrostruktur dan komposisi yang terbentuk secara berurut

dengan SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDX (Energy

Disperse Spectroscopy)

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 63: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemurnian alumina

terhadap temperatur sintering keramik alumina, serta mengetahui pengaruh

tingkat kemurnian bahan baku alumina terhadap sifat fisis dan sifat mekanis

keramik alumina. Riset dilakukan melalui tahapan sintesa alumina dengan metode

metalurgi serbuk, karakterisasi, pengolahan data dan analisa.

Karakterisasi yang dilakukan meliputi: pengukuran susut volum, densitas dan

porositas, observasi SEM-EDX, uji kekerasan vickers dan fracture toughness.

4.1 Penyusutan Volume Setelah Sintering

Dilakukan pengukuran penyusutan volume sampel alumina PA dan alumina

teknis setelah proses sintering. Sintering dilakukan dengan variasi temperatur

1250°, 1350

°, 1450

°, 1550

°, dan 1600

°C dengan holding temperature 950

0C,

holding time 2 jam dan heating rate 20C/min. Hasil pengukuran nilai penyusutan

disajikan pada tabel 4.1, dan grafik hubungan antara temperatur sintering dengan

nilai penyusutan disajikan pada gambar 4.1.

Tabel 4.1 Penyusutan Kearmik Alumina setelah Sintering

Temperatur

Sintering (0C)

Alumina PA Alumina Teknis

Susut

Massa (gr)

Susut Volume

(cm3)

Susut

Massa (gr)

Susut Volume

(cm3)

1250 0.0564 0.0313 0.0488 -0.0047

1350 0.0546 0.0661 0.0459 0.016

1450 0.0807 0.1167 0.0577 0.05

1550 0.056 0.1700 0.0568 0.03509

1600 0.066 0.2379 0.0588 0.145

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 64: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

48

Gambar 4.1 Penyusutan Keramik Alumina PA dan Alumina Teknis

Grafik pada gambar 4.1 menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kemurnian

bahan alumina yang digunakan, maka semakin besar penyusutan yang dialami

sampel keramik alumina. Peningkatan temperatur sintering juga mengakibatkan

kecenderungan penyusutan keramik alumina PA dan alumina teknis meningkat

seiring peningkatan temperatur sintering. Pada grafik 4.1 juga terlihat bahwa

penyusutan keramik alumina PA lebih besar dibandingkan penyusutan pada

keramik alumina teknis. Hal ini disebabkan karena proses densifikasi pada

keramik alumina PA lebih cepat sehingga penyusutan (shrinkage) pada sampel

lebih banyak dari penyusutan keramik alumina teknis.

Menurut R. Simanjuntak (2011), pada dasarnya proses densifikasi pada

proses sintering telah menyebabkan terjadinya penyusutan, besar penyusutan ini

bergantung pada besarnya temperatur dan lamanya waktu pembakaran, juga erat

hubungannya dengan keadaan awal porositas. Tidak semua proses penyusutan

berlangsung merata. Penyusutan yang terjadi dapat terjadi karena perbedaan

ukuran butir, distribusi temperatur tidak merata, waktu sintering yang berbeda

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 65: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

49

untuk setiap titik, adanya penyusutan anisotropik dan orientasi partikel, komposisi

dari campuran dan pada proses pencetakan, dan pembentukan sampel dengan cara

dry pressing kurang teliti.

Penyusutan (shrinkage) mengakibatkan sampel keramik alumina PA dan

alumina teknis mengalami perubahan atau pengurangan dimensi baik massa

maupun volume sampel. Keadaan ini berhubungan dengan proses densifikasi

(pemadatan) yang terjadi saat proses sintering. Proses ini meliputi difusi atom-

atom yang mengarah kepada pergerakan dari batas butir dimana ikatan terjadi

antar partikel-partikel yang berdekatan sehingga membentuk pertumbuhan leher

yang mengakibatkan pusat partikel bergerak semakin dekat. Tahap penyusutan

inilah yang menyebabkan penurunan massa dan volume setelah sintering.

Hal ini sesuai dengan penelitian Juliana Anggono, et al. (2008) yang

mengatakan proses sintering sangat mempengaruhi perubahan dimensi sampel

(shrinkage). Semakin tinggi temperatur sintering maka nilai penyusutannya

semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh transport massa (difusi) atom antar

partikel yang menyebabkan terbentuknya butir dan eliminasi pori.

4.2 Densitas Dan Porositas

Pengukuran densitas dan porositas keramik alumina dilakukan menggunakan

metode archimedes mengacu pada standar pengujian ASTM C-373 88, dihitung

menggunakan persamaan 2.3-2.9. Hasil perhitungan densitas dan porositas

keramik alumina yang disintering pada temperatur 12500C, 1350

0C, 1450

0C,

15500C dan 1600

0C disajikan pada tabel 4.2-4.3 dan disajikan dalam bentuk

grafik pada gambar 4.2 dan 4.3.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 66: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

50

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Densitas dan Porositas Keramik Alumina

Temperatur

Sintering (0C)

Keramik Alumina PA Keramik Alumina Teknis

Densitas

(gr/cm3)

Porositas (%) Densitas

(gr/cm3)

Porositas (%)

1250 2.578 37.15 2.693 33.52

1350 2.689 31.51 2.642 32.83

1450 2.832 27.14 2.735 30.37

1550 3.174 17.82 2.875 26.75

1600 3.489 9.097 3.082 22.76

Perbandingan densitas keramik alumina PA dan alumina teknis terhadap

pengaruh temperatur sintering disajikan pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Densitas keramik alumina PA dan Alumina

teknis

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 67: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

51

Grafik pada gambar 4.2 menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kemurnian

bahan yang digunakan, maka semakin tinggi densitas keramik yang dihasilkan.

Peningkatan temperatur sintering yang dilakukan juga menambah peningkatan

nilai densitas keramik dan sebaliknya menurunkan porositas keramik alumina.

Dengan demikian tingkat kemurnian bahan dan temperatur sintering akan

meningkatkan bj (berat jenis) keramik yang telah disinter.

Besar butir yang berbeda diantara alumina PA dan alumina teknis menjadi

penyebab berbedanya hasil sintering butir dari keramik alumina yang dihasilkan.

Ukuran butir alumina PA yang digunakan adalah 150 μm sedangkan alumina

teknis 20 μm. Selain itu, distribusi sebaran ukuran butir alumina PA jauh lebih

seragam dibanding alumina teknis. Disamping itu, nilai densitas bahan baku

alumina PA yang digunakan sudah sejak awal lebih besar daripada alumina teknis.

Selain itu, serbuk alumina teknis mengandung unsur lain selain Al dan O,

impuritas dan heterogenitas ini juga memiliki pengaruh terhadap proses

densifikasi yang berlangsung pada saat proses sintering, sehingga densifikasi

keramik alumina teknis memakan waktu lebih lama yang menyebabkan densitas

yang tercapai lebih rendah daripada keramik alumina PA.

Densitas tertinggi dimiliki oleh keramik alumina PA yang disintering pada

temperatur 16000C yaitu 3.489 gr/cm

3, dan densitas terendah pada temperatur

12500C yaitu 2.578 gr/cm

3. Densitas keramik alumina P.A dan alumina teknis

pada temperatur 12500C masih sangat rendah yaitu 2.57 g/cm

3 dan 2.69 gr/cm

3.

Hal ini karena temperatur 12500C adalah temperatur dibawah temperatur sintering

alumina (20500C), oleh karena itu butiran pada sebuk alumina belum sepenuhnya

mengalami sintering antar butir, sehingga densifikasi belum sepenuhnya terjadi,

dengan nilai penyusutan yang kecil.

Densitas tertinggi dimiliki oleh keramik alumina teknis yang disintering pada

temperatur 16000C yaitu 3.082 gr/cm

3 dengan porositas sebesar 22.76%.

Nilai porositas pada keramik alumina teknis relatif masih sangat besar meskipun

pada sampel yang disintering pada temperatur tinggi 16000C. Hal ini diduga

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 68: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

52

pengaruh distribusi ukuran butir yang tidak seragam dan impuritas yang

terkandung didalam serbuk alumina teknis. Penelitian yang telah dilakukan oleh

Cho et al., (2000) dan Sone et al., (2001), menunjukan bahwa impuritas dan

ketidakhomogenan butiran pada alumina dapat menyebabkan pertumbuhan butir

yang tidak normal. Indikasi ini yang menyebakan nilai porositas keramik alumina

teknis jauh lebih tinggi dibandingkan porositas keramik alumina PA. Baik

keramik alumina PA dan alumina teknis mempunyai trend densitas dan porositas

yang sama, yaitu densitas meningkat seiring kenaikan temperatur sintering dan

porositas menurun sejalan dengan peningkatan temperatur sintering.

Dari tabel 4.2 dibuat grafik hubungan perbandingan porositas keramik

alumina PA dan alumina teknis terhadap temperatur sintering, dapat dilihat pada

gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Grafik perbandingan porositas keramik alumina PA dan alumina

Teknis

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 69: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

53

Grafik pada gambar 4.3 menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kemurnian

alumina yang digunakan, maka semakin kecil porositas keramik yang dihasilkan.

Selain kemurnian bahan baku, nilai porositas juga dapat dipengaruhi oleh

temperatur sintering. Semakin tinggi temperatur sintering, maka porositas akan

semakin kecil. Nilai porositas berbanding terbalik dengan nilai penyusutan dan

densitas. Adanya penurunan porositas menunjukan terjadinya proses pemadatan

dimana partikel-partikel keramik akan saling berdekatan dan bentuk pori menjadi

lebih steris dan ukurannya mengecil sehingga menyebabkan porositas menurun.

Keramik alumina yang disintesa pada temperatur sintering 12500C memiliki

nilai porositas paling besar dibandingkan temperatur sintering lain. Mengingat

titik lebur alumina sangat tinggi yaitu pada temperatur 20500C, maka pada saat

sintering 12500C energi yang diberikan belum cukup besar untuk mengaktifkan

transfer materi. Hal ini menyebabkan pergerakan butiran terbatas atau terhenti dan

menjadi sebab mengapa porositas alumina pada temperatur sintering 12500C

sangat besar, yaitu baik alumina P.A maupun alumina teknis adalah 37.15% dan

33.52%. Demikian pula pengaruh temperatur sintering 13500C dan 1450

0C, baik

alumina P.A maupun alumina teknis masih memiliki porositas yang relatif tinggi

yaitu 31.51% dan 32.82% pada temperatur 13500C serta 27.14% dan 30.37.%

pada temperatur 14500C. Hal ini karena lingkungan sintering yang belum cukup

untuk sepenuhnya membuat butir-butir serbuk bersintering.

Pada temperatur sintering 15500C diduga sudah mulai terjadi pergerakan

butir, berasal dari transfer energi yang cukup besar untuk terjadinya sintering

antar butir. Porositas pengaruh temperatur sintering 15500C keramik alumina PA

dan alumina teknis adalah 17.82% dan 26.75%. Temperatur sintering 16000C

memiliki porositas paling kecil dibandingkan dengan 4 temperatur sintering

sebelumnya. Meningkatnya temperatur sintering yang hingga mencapai 16000C,

menyebabkan terjadinya sintering antar butir yang menyebabkan penyusutan serta

peningkatan rapat massa (densitas). Hal ini menyebabkan pori mengecil.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 70: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

54

4.3 Struktur Mikro

Pengujian SEM-EDX dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi

sintering antar partikel pengaruh temperatur, serta melihat distribusi partikel, dan

distribusi porositas secara umum. Uji SEM-EDX dilakukan di LIPI Laboratorium

Puslit Metalurgi, Serpong.

Observasi struktur mikro dilakukan pada serbuk bahan baku alumina PA dan

alumina teknis sebelum proses kompaksi dan sintering menggunakan SEM. Foto

serbuk alumina PA dan alumina teknis disajikan pada gambar 4.4

(a)

(b)

Gambar 4. 4 SEM 2000x serbuk Alumina sebelum sintering

(a) Alumina PA (b) Alumina Teknis

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 71: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

55

Pada Gambar 4.4 (a) terlihat bahwa serbuk alumina PA mempunyai bentuk

flakes yang tersebar, dan pada gambar 4.4 (b) terlihat bahwa serbuk alumina

teknis terbentuk dari butir bulat pipih dan lonjong pipih membentuk suatu gugus.

Identifikasi elemen dilakukan pada serbuk alumina teknis menggunakan

SEM-EDX dan ditunjukan pada gambar 4.5

Gambar 4.5. Hasil identifikasi elemen serbuk alumina teknis dengan SEM-EDX

0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00

keV

003

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

Co

unts

OK

aN

aK

aA

lKa

Tm

Mz

Tm

Ma

Tm

Mr

Tm

Ll

Tm

La

Tm

Lb

Tm

Lb

2

Tm

Lr

Tm

Lr3

003

003

10 µm10 µm10 µm10 µm10 µm

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 72: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

56

Hasil identifikasi elemen pada serbuk alumina teknis menggunakan SEM-

EDX menunjukan bahwa serbuk alumina teknis selain mengandung unsur Al dan

O, juga mengandung unsur Na (9.63%) dan Tm (1.73%). Hal ini menunjukan

bahwa serbuk alumina teknis memiliki impuritas meskipun dalam jumlah sedikit.

Unsur Na dan Tm menyebabkan titik leleh pada proses sintering sedikit

meningkat sehingga proses densifikasi berjalan lebih lambat yang mampu

menurunkan nilai densitas, kekerasan dan fracture toughness pada keramik

alumina teknis. Unsur Na sendiri mempunyai bentuk struktur kristal bcc yang

berbeda dengan struktur kristal heksagonal pada alumina dan unsur Tm.

Perbedaan struktur kristal ini juga mempengaruhi kepadatan pada keramik dimana

struktur kristal bcc kurang padat dibandingkan struktur hcp. Green body alumina

teknis mengandung struktur kristal hcp dan bcc, sedangkan green body alumina

PA hanya mengandung unsur hcp saja. Ini akan mengakibatkan sampel keramik

alumina teknis berkurang kepadatan dan kekerasannya karena terdapat struktur

bcc. Sementara sampel keramik alumina PA mempunyai struktur kristal hcp

semua sehingga lebih padat dan keras struktur yang dihasilkan pada sampel

keramik alumina PA setelah proses sintering.

Hasil pengamatan terhadap daerah cross section sampel keramik alumina PA

dan alumina teknis setelah proses sintering pada temperatur 15500C dan 1600

0C,

memperlihatkan struktur leher (neck) antar butir yang terbentuk serta setelah

sintering serta memberikan gambaran distribusi partikel yang bersintering maupun

distribusi pori yang ada. Foto struktur mikro keramik alumina PA pada cross

section diperlihatkan pada gambar 4.6 dan 4.7.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 73: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

57

a) Alumina PA - 1550°C b) Alumina PA - 1600°C

c) Alumina Teknis - 1550°C d) Alumina Teknis - 1600°C

Gambar 4.6 Cross Section keramik alumina PA dan alumina teknis- perbesaran

10.000x.

a) Keramik Alumina PA - 1550°C

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 74: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

58

b) Keramik Alumina PA - 1600°C

c) Keramik Alumina teknis - 1550°C

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 75: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

59

d) Keramik Alumina Teknis - 1600°C

Gambar 4.7 Cross Section Keramik alumina PA dan alumina teknis- perbesaran

2.000x

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 76: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

60

Gambar 4.8. Hasil identifikasi elemen cross section alumina teknis menggunakan

SEM-EDX

Gambar 4.6-4.7 (a) dan 4.6-4.7 (c) menunjukan keramik Alumina PA dan

alumina teknis yang disintering pada temperatur 15500C masih banyak terdapat

rongga atau pori. Foto SEM tersebut juga menunjukan kerapatan partikel yang

berbeda antara keramik alumina PA dan alumina Teknis. Pada keramik alumina

PA setelah sintering 15500C sudah banyak terjadi pertumbuhan leher (neck

formation) bahkan beberapa partikel sudah mulai bersatu membentuk partikel

berukuran besar namun masih terdapat pori yang belum tertutup seperti yang

terlihat pada gambar 4.6-4.7 (a). Sementara pada gambar 4.6-4.7 (c) keramik

alumina teknis yang disintering pada temperatur 15500C menunjukan beberapa

pertumbuhan leher belum terlihat dan masih terlihat banyak pori. Hal ini juga

dibuktikan pada pengukuran densitas (berat jenis) keramik alumina PA dan

alumina teknis dari pengamatan struktur mikro membuktikan bahawa proses

sintering keramik alumina teknis baru ditahap awal pada temperatur 15500C,

0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00

keV

0

1500

3000

4500

6000

7500

9000

10500

12000

Counts

OK

a

AlK

a

ZAF Method Standardless Quantitative Analysis

Fitting Coefficient : 0.3636

Element (keV) Mass% Error% Atom% Compound Mass% Cation K

O K 0.525 40.02 0.68 52.95 44.3532

A

l K 1.486 59.98 0.42 47.05 55.6468

Total 100.00 100.00

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 77: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

61

besarnya ukuran dan distribusi butir alumina teknis juga menyebabkan proses

sintering berjalan lebih lambat dibandingkan keramik alumina PA.

Pada gambar 4.6-4.7 (b) menunjukan hasil sintering 16000C keramik

alumina PA. Pada gambar tersebut terlihat bahwa partikel-partikel kecil

bergabung dengan partikel besar disekelilingnya sehingga terbentuk poros tertutup

dan berkurang secara perlahan. Sementara pada gambar 4.6-4.7 (d) menunjukan

keramik alumina teknis yang disintering pada temperatur 16000C pertumbuhan

leher sudah banyak terjadi bahkan beberapa butir sudah terlihat bergabung

menjadi partikel yang lebih besar namun masih menyisahkan pori yang cukup

besar. Hal ini dibuktikan dengan pengujian porositas keramik alumina teknis

sebesar 22.76%. Menurut Chinelatto dan Tomasi (2009), kehadiran pori yang

besar kemungkinan disebabkan oleh interaglomerasi pori yang tidak tereliminasi

pada saat proses sintering.

4.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis yang diamati pada penelitian ini adalah kekerasan dan fracture

toughness menggunakan alat uji kekerasan vickers yang mengacu pada standar

pengujian ASTM C 1327-08. Pengujian kekerasan menggunakan beban 0.3 – 1

kg. Nilai kekerasan vickers setiap sampel dapat dilihat pada tabel 4.4, dan

disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.9

Tabel 4.3 Tabel Nilai Kekerasan Vickers keramik alumina PA dan alumina teknis

Temperatur Sintering (0C)

Alumina P.A Alumina Teknis

Kekerasan (VHN) Kekerasan (VHN)

1250 216 101.74

1350 621.55 367.33

1450 783.33 371.33

1550 1154.2 476.33

1600 1668.4 999.44

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 78: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

62

Perbandingan kekerasan Alumina PA dan Alumina teknis dapat dilihat pada

gambar 4.9

Gambar 4.9 Grafik perbandingan Nilai Kekerasan keramik alumina PA dan

alumina teknis

Grafik pada gambar 4.9 di atas terlihat bahwa kemurnian bahan alumina yang

tinggi menghasilkan keramik alumina dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi.

Kekerasan tertinggi diperoleh saat temperatur sintering 16000C masing-masing

pada Alumina PA dan teknis yaitu sebesar 1621.8 VHN dan 950.33 VHN. Hal ini

karena struktur keramik alumina pada temperatur sintering 16000C lebih padat

dan kuat. Sesuai dengan hasil penelitian Heidy L. Calambas Pulgarin dan Maria P.

Albano (2013) dimana grafiknya menunjukkan nilai kekerasan (hardness)

meningkat dengan peningkatan temperatur sintering sebagai akibat dari

peningkatan densitas (relative sinteringed density).

Namun hasil tersebut berbeda dengan hasil uji kekerasan pada Akmal Johan

(2009), dengan judul ―Karakterisasi sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori α-

Al2O3 Pengaruh Penambahan TiO2‖. Hasil kekerasan alumina tanpa aditif pada

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 79: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

63

penelitian tersebut, menurun dengan meningkatnya temperatur sintering, dan nilai

kekerasan terendah berada pada temperatur sintering 16000C sebesar 183 kg/mm

2.

Menurunnya kekerasan alumina karena adanya pertumbuhan butir alumina dari

temperatur 13000C hingga 1600

0C, karena butir yang besar menyebabkan

dislokasi mudah bergerak sehingga mengakibatkan kekerasan bahan menjadi

rendah. Perbedaan hasil ini bisa terjadi disebabkan karena perbedaan jenis serbuk

alumina yang digunakan yaitu γ-Al2O3, perbedaan binder dan tekanan saat

kompaksi.

Nilai kekerasan keramik alumina PA yang ditunjukan pada gambar 4.9 cukup

linear. Saat temperatur sintering 12500C, nilai kekerasan keramik alumina PA

hanya sebesar 216 VHN, kemudian meningkat tajam pada temperatur 13500C

bahkan memiliki nilai keras lebih besar dibandingkan keramik alumina teknis

yang disintering pada temperatur 15500C sebesar 621.55 VHN. Selanjutnya nilai

kekerasan mengalami peningkatan cukup besar lagi pada temperatur 14500C-

16000C. Sedangkan nilai kekerasan keramik alumina teknis pada temperatur

12500C sangat kecil hanya 101.74 VHN. Nilai kekerasan keramik pada temperatur

13500C-1450

0C hampir sama. Selanjutnya, pada temperatur 1550

0C nilai

kekerasan mulai mengalami peningkatan menjadi 476.33 VHN dan meningkat

cukup besar pada temperatur 16000C sebesar 999.44 VHN. Rendahnya nilai

kekerasan pada temperatur sintering di bawah 16000C dimungkinkan karena

proses densifikasi sampel belum sempurna pada temperatur rendah sehingga

mengakibatkan porositas sampel sangat tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan

harga kekerasan sampel pada temperatur 12500C, 1350

0C, 1450

0C sangat kecil

karena pada sampel banyak terdapat pori. Hal ini sesuai dengan hasil SEM sampel

yang disintering pada temperatur 16000C cukup padat meskipun porositasnya

masih sangat besar akibatnya nilai kekerasan keramik alumina teknis lebih rendah

daripada alumina PA.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 80: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

64

Nilai Fracture Toughness

Data pengujian fracture toughness diperoleh dari pengukuran daerah retakan

sampel. Pengujian fracture touhgness dilakukan dengan beban 10 kg. Adapun

hasil dari pengujian disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nilai fracture toughness keramik Alumina PA dan Alumina Teknis

Temperatur

(0C)

Alumina PA Alumina Teknis

Kic (MPa) Kic (MPa)

P = 9.8 P =10 P = 9.8 P = 10

1550 3.24972 3.31604 0.98514 1.00524

1600 5.77475 5.89261 1.56414 1.59606

Gambar 4.10 Grafik Nilai Fracture Toughness Keramik Alumina dengan P = 9.8

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 81: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

65

Sampel keramik alumina yang disintering pada temperatur 12500C-1450

0C

tidak dilakukan uji fracture toughness karena sampel rusak akibat tidak mampu

menahan beban inden sebesar 10 kg.

Grafik pada gambar 4.10 menunjukkan bahwa tingginya kadar kemurnian

bahan alumina dapat meningkatkan nilai fracture toughness keramik. Selain itu,

nilai fracture toughness juga meningkat seiring peningkatan temperatur sintering.

Nilai fracture toughness keramik alumina yang disintering pada temperatur

16000C memiliki nilai fracture toughness yang lebih besar dari keramik yang

disintering pada temperatur 15500C. Nilai fracture toughness keramik alumina PA

yang disintering pada 16000C dan 1550

0C adalah 5.774 MPa dan 3.249 MPa.

Sedangkan nilai fracture toughness keramik alumina teknis pada temperatur

16000C dan 1550

0C sebesar 1.564 MPa dan 0.985 MPa. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian P. Bai dan Y. Li (2009) dimana grafiknya menunjukkan trend

yang sama, nilai fracture toughness (Kic) meningkat dengan peningkatan

temperatur sintering.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 82: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Kemurnian bahan baku alumina berpengaruh terhadap temperatur sintering

keramik alumina. Dimana semakin tinggi kemurnian bahan alumina, maka

semakin rendah temperatur sintering keramik alumina. Hasil ini didukung

oleh hasil foto SEM yang menunjukan sampel keramik alumina PA setelah

disinter pada 15500C memperlihatkan proses densifikasi keramik dimulai

pada temperatur ini. Sementara sampel keramik alumina teknis baru

memperlihatkan proses densifikasi setelah proses sinter hingga 1600

0C.

2. Kemurnian bahan alumina berpengaruh terhadap sifat fisis dan sifat mekanis

alumina, dimana semakin tinggi kemurnian bahan alumina dihasilkan

keramik alumina dengan nilai densitas, nilai kekerasan dan nilai fracture

toughness yang lebih tinggi, serta nilai porositas yang lebih rendah.

Alumina PA memiliki nilai densitas, nilai kekerasan dan nilai fracture

toughness yang lebih tinggi dibandingkan dengan alumina teknis.

Karakteristik tertinggi keramik α-alumina PA dicapai pada saat temperatur

sintering 16000C dengan densitas 3.489 g/cm

3, nilai kekerasan 1668 VHN

dan ketangguhan retak (fracture toughness) 5.774 MPa m1/2

. Karakteristik

tertinggi keramik alumina teknis dicapai pada temperatur sinter 16000C

dengan densitas 3.082 gr/cm3, nilai kekerasan 999 VHN dan ketangguhan

retak (fracture toughness) 1.564 MPa m1/2

.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 83: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

67

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian alumina yang telah dilakukan, saran untuk

penelitian selanjutnya adalah :

1. Riset pengaruh ukuran partikel bahan baku alumina terhadap karakteristik

alumina yang dihasilkan, khususnya penggunaan serbuk dalam ukuran

nano.

2. Riset penambahan aditif terhadap peningkatan karakteristik alumina.

3. Riset optimasi tekanan pada proses kompaksi, untuk menghasilkan green

body yang padat (dense) dan mencegah terjadinya retakan pada saat

proses pengeluaran sampel setelah kompaksi.

4. Riset rute sintering yaitu tingkat kenaikan temperatur dan penahanan

(holding temperatur) pada tahap sintering, khususnya terhadap bahan

alumina teknis.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 84: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin and Khairurrijal. 2009. Review : Karakteristik

Nanomaterial. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. Vol 2 No. 1,

Februari 2009. Bandung : Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi.

Adnyana, D.N,. Aluminium dan Aplikasinya, Depok : Universitas Indonesia.

Anggono, Juliana. 2008. Penyusutan dan Densifikasi Keramik Alumina:

Perbandingan Antara Hasil Proses Slip Casting dengan Reaction

Bonding, Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Anggraeni, Desi Nuha. 2008. Analisis SEM dalam Pemantauan Proses Oksidasi

Magnetite menjadi Hematite, Seminar Nasional VII Rekayasa dan

Aplikasi Teknik Mesin di Industri. Bandung: ITN.

Anonim. Aluminium Oxcide, Al2O3 Ceramics Properties. Pada

http://accuratus.com, diakses pada 17 April 2014, pukul 12.46 wib

Anonim. Aplikasi Komposit Alumina Berpenguat Al2O3 Pada Temperatur Tinggi.

Pada http://gogetitnararia.wordpree.com/2012/03/13/aplikasi-komposit-

alumina-berpenguat-al2o3-pada-temperatur-tinggi dengan sumber Cecilia

Borgonovo. 2010. ―Thesis : Aluminium Nano-composite for Elevated

Temperatur Application, diakses pada 1 Maret 2014, pukul 13.27

Anonim. Sintering. Pada http://en.wikipedia.org/wiki, diakses pada 28 Maret

2014, pukul 10.15

Anonim. Uji Kekerasan Vickers, pada http://teknik-

mesin1.blogspot.com/2011/06/uji-kekerasan-vickers.html, diakses pada 12

Juli 2014 pukul 15.28

Bai, P., and Y. Li. 2009. Study On High Temperature Sintering Processes of

Selective Laser Sintered Al2O3/ZrO2/TiC Ceramics. China : Jurnal Sience

of Sintering, 41 (2009) 35-41.

Boch, Philippe and Jean Claude Niepce. 2007. Ceramic Materials Processes,

Properties and Applications, USA : ISTE.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 85: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

69

Calister, William. 2003. Material and Science Engineering : An Introduction”,

6th edition. John Wiley & Sons, Inc., 2003

Dieter, George. 1987. Mechanichal Metallurgy. Mc. Grow Hill Book Co.

Fujiwara, Shinji., et al. 2007. Development of New high-Purity Alumina Vol. I,

Sumitomo Kagaku.

Handoyo, Haries. 2009. Pembuatan Keramik dengan Metode Metalurgi Serbuk.

Yogyakarta.

Ismunandar. Keramik. Pada http://kimianet.lipi.go.id, diakses pada 6 Juli 2014,

pukul 16.05.

Johan, Akmal. 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori α-

Al2O3 Pengaruh Penambahan TiO2. Sumatra Selatan : Jurnal Penelitian

Sains Publisher.

Johnson, William B. and Alan S. Nagelberg. 1995. Phase Diagram in advance

ceramics : Aplication of Phase to the Produsction of Advance Composite,

Delware : Academic Press Inc.

Mustain, Muhammad. 2012. X-Ray Diffaction (XRD). Surakarta : Universitas

Sebelas Maret.

P, Tumpal., et al. 2004. Pembuatan dan Karakterisasi termal Keramik Alpha-

Alumina, Serpong: Prosiding Pertemuan ilmiah Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Bahan.

Pulgarin, Heidy L. Calambás., and Maria P. Albano. 2013. Sintering,

Microstructure and Hardness of Different Alumina Composite. Ceramics

Internasional 40 (2014) 5289-5298. Elsevier. Diakses melalui

www.sciencedirect.com.

Rais, Muhammad. 2007. Studi Analisis Simulasi tentang korelasi Suhu Sintering

dan Presentase Aditif Mulit dengan Sifat Mekanik Keramik Alumina,

Medan : USU

Ramlan, et al. 2007. Pembuatan Keramik Beta Alumina (Na2O-Al2O3) dengan

Aditif MgO dan Karakterisiasi Sifat Fisis serta Struktur Kristalnya, Vol 7

No. 1, Juni. Serpong: Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia Publishing.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 86: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

70

Randal. 1991. Fundamental of Sintering. Engineering Material Handbook Vol. 4,

USA : ASM Internasional Handbook Committee.

Rao, Pinggen., et al. 2003. Mechanichal and Wear Properties of Low Temperatur

Sintered High Purity α-Al2O3 Ceramics, (Jepang : Osaka National

Research Institute.

Rusianto, Toto. 2009. Hot Pressing Metalurgi Serbuk Aluminium dengan Variasi

Suhu Pemanasan, Jurnal Teknologi Indonesia, Vol. 2 No. 1. (Yogyakarta :

AKPRINDO.

Setiawan, Putu Aditya. Fracture Toughness, pada

http://putukebaronga.blogspot.com/2011/05/fracture-toughness.html

diakses pada 28 Agustus 2014 pukul 11.40 WIB

Setyadhani, Riana Tri. X-Ray Diffraction (XRD), pada

http://rianudz.blog.uns.ac.id/2012/12/28/x-ray-diffraction-xrd, diakses

pada 12 Juli 2014, pukul 12.49

Shackelford, James F and Wiliam Alexander. 2001. Material Science and

Engineering Handbook Third Edition. USA : CRC Press LLC

Sijabat, Kaston. 2008. Pembuatan Keramik Paduan Cordierit-Alumina Sebagai

Bahan Refraktori dan Karakterisasinya. Medan : USU.

Silalahi, Marzuki. 2009. Pembuatan Tabung Keramik β”-Alumina, JUSAMI Vol.

10, No. 3, Juni. Serpong : Jusami press.

Simanjuntak, Rikardo. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Konstruksi

dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp dengan Bahan Baku Kaolin

Surabaya. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Smallman, R.E. 2001. Metalurgi Fisika Modern & Rakayasa Material. Jakarta :

Erlangga.

Subekti, Daniel. 2011 Analisa Sifat Fisik, Sifat Mekanik, Struktur produk Proses

indirect Pressureless Sintering Berbahan Serbuk Ni dan Sifat Termal

Berbahan Serbuk Cu Dengan Supporting Powder Besi Cor. Semarang :

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Diakses melalui

http://eprints.undip.ac.id/41328/2/halaman_isi.pdf, pada 13 Agustus 2014,

pukul 14.43

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 87: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

71

Suvaci, Ender. 2008. Sintering of Ceramics Theory and Practice, Anadolu

University, Dept. Of Material Science and Engineering Turkey. South

Africa : Element Six, Spring.

Umbar, Tino., et al. 2003. Pembuatan Keramik Alumina dengan menggunakan

Metode Metalurgi Serbuk dengan Variasi Suhu dan Komposisi. (Serpong :

STTN-BATAN.

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 88: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

72

Lampiran 1 Pengukuran Susut Massa dan Susut Volume Alumina PA

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 12500C Setelah Sinter 1250

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volum

e (cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

P1 2.004 1.506 0.457 1.9552 1.496 0.455 0.0488 0.0143

P2 1.998 1.509 0.455 1.9410 1.496 0.453 0.057 0.0175

P3 2.0043 1.507 0.459 1.9409 1.497 0.454 0.0634 0.0634

Mean 2.0021 1.507 0.457 1.9457 1.496 0.454 0.0564 0.0313

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 13500C Setelah Sinter 1350

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volum

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

P1 2.0068 1.506 0.455 1.9566 1.469 0.445 0.0502 0.0563

P2 2.0095 1.508 0.457 1.9481 1.466 0.441 0.0614 0.0718

P3 2.0071 1.508 0.461 1.9547 1.468 0.445 0.0524 0.0702

Mean 2.0078 1.507 0.457 1.9531 1.467 0.443 0.0546 0.0661

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 14500C Setelah Sinter 1450

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

P1 2.0169 1.507 0.457 1.903

1.47

2 0.418 0.114 0.104

P2 2.0077 1.508 0.457

1.934

9 1.43 0.432 0.0728 0.1224

P3 2.0108 1.505 0.46

1.955

5

1.42

9 0.433 0.0553 0.1239

Mean 2.0118 1.506 0.458 1.931

1

1.44

3 0.427 0.0807 0.1167

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 89: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

73

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 15500C Setelah Sinter 1550

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

P1 2.0089 1.507 0.458 1.9568 1.382 0.432 0.052 0.169

P2 2.0024 1.509 0.449 1.9444 1.393 0.412 0.058 0.175

P3 1.9767 1.509 0.444 1.9186 1.391 0.413 0.058 0.166

Mean 1.996 1.508 0.450 1.9399 1.388 0.419 0.056 0.17

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 16000C Setelah Sinter 1600

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

P1 2.0183 1.514 0.455 1.9482 1.346 0.405 0.070 0.2430

P2 1.9938 1.514 0.450 1.9316 1.348 0.401 0.0620 0.2380

P3 1.9779 1.507 0.451 1.9319 1.344 0.403 0.066 0.2327

Mean 1.9966 1.511 0.452 1.9372 1.346 0.403 0.066 0.2379

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 90: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

74

Lampiran 2 Pengukuran Susut Massa dan Susut Volume Alumina Teknis

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 12500C Setelah Sinter 1250

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

T1 1.9533 1.498 0.421 1.9136 1.498 0.424 0.0397 -

0.0053

T2 2.0143 1.5 0.433 1.9607 1.5 0.436 0.0536 -

0.0053

T3 2.0212 1.499 0.432 1.968 1.499 0.434 0.0532 -

0.0035

Mean 1.9962 1.499 0.4286 1.9474 1.499 0.4313 0.0488 -

0.0047

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 13500C Setelah Sinter 1350

0C Susut

Massa

(gr)

Susut

Volum

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

T1 2.0073 1.502 0.432 1.9516 1.490 0.430 0.0557 0.0156

T2 1.9833 1.502 0.432 1.9593 1.490 0.431 0.024 0.0139

T3 2.0208 1.504 0.435 1.9627 1.491 0.432 0.0581 0.0185

Mean 2.0038 1.502 0.433 1.9578 1.490 0.431 0.0459 0.0160

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 14500C Setelah Sinter 1450

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr) D(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

T1 2.0084 1.503 0.438 1.9539 1.471 0.424 0.0545 0.0565

T2 2.0075 1.502 0.434 1.9305 1.473 0.425 0.077 0.0447

T3 2.0128 1.506 0.436 1.9711 1.473 0.427 0.0417 0.049

Mean 2.0095 1.503 0.436 1.9518 1.472 0.425 0.0577 0.0500

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 91: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

75

Kode

Sampel

Sebelum Sinter

15500C

Setelah Sinter 15500C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

T1 1.998 1.506 0.431 1.9457 1.447 0.412 0.052 0.0902

T2 2.023 1.508 0.435 1.9635 1.449 0.422 0.0591 0.08104

T3 2.015 1.508 0.432 1.9566 1.448 0.415 0.0595 0.8817

Mean 2.012 1.507 0.4326 1.9552 1.448 0.4163 0.05687 0.035098

Kode

Sampel

Sebelum Sinter 16000C Setelah Sinter 1600

0C Susut

massa

(gr)

Susut

volume

(cm3)

Massa

(gr) D(cm)

Tebal

(cm)

Massa

(gr)

D

(cm)

Tebal

(cm)

T1 2.0148 1.505 0.433 1.9577 1.422 0.408 0.0571 0.1223

T2 2.0247 1.505 0.435 1.9605 1.422 0.416 0.0642 0.1131

T3 2.0168 1.504 0.435 1.9615 1.428 0.415 0.0553 0.1081

Mean 2.0187 1.504 0.434 1.9599 1.424 0.413 0.0588 0.1145

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 92: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

76

Lampiran 3 Perhitungan Densitas dan Porositas Alumina PA

K

o

d

e

Sintering 12500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/

D)*10

0

T =

D/Vip

B =

D/V

P

1

1.954

7

2.233

5

1.513

9

0.719

6 0.2788 0.4408

38.74

37

14.26

3 4.4344

2.716

4

P

2

1.940

9

2.222

6

1.488

9

0.733

7 0.2817 0.452

38.39

44

14.51

4 4.292

2.645

4

P

3

1.939

9

2.220

6

1.403

1

0.817

5 0.2807 0.5368

34.33

64 14.17 3.6138 2.373

∑ 1.945

17

2.225

57

1.468

63

0.756

93 0.2804

0.4765

3

37.15

82

14.31

57 4.1134

2.578

27

K

o

d

e

Sintering 13500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

P

1 1.955 2.186 1.450 0.736 0.2314 0.5046 31.44 11.83 3.87 2.656

P

2 1.947 2.173 1.446 0.726 0.2258 0.5009 31.07 11.59 3.88 2.679

P

3 1.954 2.183 1.468 0.715 0.229 0.4861 32.02 11.71 4.02 2.733

∑ 1.952 2.180 1.454 0.725 0.2283 0.4972 31.51 11.71 3.92 2.689

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 93: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

77

K

o

d

e

Sintering 14500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

P

1 1.959 2.135 1.445 0.690 0.1757 0.5145 25.45 8.9657 3.808 2.839

P

2 1.949 2.129 1.453 0.676 0.1801 0.4964 26.62 9.2373 3.922 2.882

P

3 1.958 2.166 1.460 0.705 0.2072 0.4981 29.37 10.577 3.932 2.777

∑ 1.955 2.143 1.452 0.690 0.1876 0.503 27.14 9.5933 3.887 2.832

K

o

d

e

Sintering 15500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

P

1

1.942

2

2.049 1.445

2

0.603

8

0.1068 0.497 17.68

8

5.4989 3.907

8

3.216

6

P

2

1.943

8

2.053

4

1.434

1

0.619

3

0.1096 0.5097 17.69

7

5.6384 3.813

6

3.138

7

P

3

1.918

5

2.028 1.422

5

0.605

5

0.1095 0.496 18.08

4

5.707 3.867

9

3.168

5

∑ 1.934

83

2.043

47

1.433

93

0.609

53

0.1086

33

0.5009 17.82

3

5.6147

7

3.863

1

3.174

6

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 94: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

78

K

o

d

e

Sintering 16000C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/V

)*100

A =

(Vop/

D)*10

0

T =

D/Vip

B =

D/V

P

1 1.948 2.002 1.453 0.549 0.0548 0.4942 9.982

2.813

0 3.941 3.548

P

2 1.933 1.984 1.423 0.561 0.0513 0.5102 9.136

2.653

4 3.789 3.443

P

3 1.932 1.977 1.421 0.555 0.0454 0.5101 8.173

2.349

9 3.787 3.477

∑ 1.937 1.987 1.432 0.555 0.0505 0.5048 9.097 2.605

4 3.839 3.489

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 95: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

79

Lampiran 4 Perhitungan Densitas dan Porositas Alumina Teknis

K

o

d

e

Sintering 12500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

T

1

1.912

5

2.162

7

1.443

9

0.718

8

0.2502 0.4686 34.80

8

13.082

4

4.081

3

2.660

7

T

2

1.960

4

2.185

7

1.457

4

0.728

3

0.2253 0.503 30.93

5

11.492

6

3.897

4

2.682

1

T

3

1.967

5

2.217

7

1.499

2

0.718

5

0.2502 0.4683 34.82

3

12.716

6

4.201

4

2.738

3

∑ 1.946

8

2.188

7

1.466

83

0.721

87

0.2419 0.4799

7

33.52

2

12.430

5

4.060

03

2.693

7

K

o

d

e

Sintering 13500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

T

1 1.949 2.193 1.450 0.742 0.2444 0.4983 32.90 12.538 3.911 2.624

T

2 1.958 2.199 1.464 0.735 0.2413 0.4937 32.83 12.322 3.966 2.664

T

3 1.961 2.205 1.462 0.743 0.2435 0.4996 32.76 12.412 3.926 2.64

∑ 1.956 2.199 1.458 0.740 0.2430 0.4972 32.83 12.424 3.934 2.642

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 96: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

80

K

o

d

e

Sintering 14500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

T

1 1.948 2.160 1.454 0.705 0.2122 0.493 30.07 10.892 3.948 2.761

T

2 1.955 2.174 1.454 0.72 0.2197 0.5003 30.51 11.237 3.907 2.715

T

3 1.957 2.176 1.459 0.717 0.2192 0.4981 30.55 11.196 3.930 2.729

∑ 1.953 2.170 1.455 0.714 0.2170 0.4971 30.37 11.108 3.928 2.735

K

o

d

e

Sintering 15500C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

T

1

1.945

1

2.123

1

1.451 0.672

1

0.178 0.4941 26.48

4

9.5151

2

3.936

7

2.894

1

T

2

1.964

1

2.150

2

1.461

5

0.688

7

0.1861 0.5026 27.02

2

9.4750

8

3.907

9

2.851

9

T

3

1.956

3

2.138

2

1.458

7

0.679

5

0.1819 0.4976 26.77 9.2981

6

3.931

5

2.879

∑ 1.955

17

2.137

17

1.457

07

0.680

1

0.182 0.4981 26.75

87

9.4294

5

3.925

37

2.875

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 97: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

81

K

o

d

e

Sintering 16000C

massa

kering

(D)

massa

basah

(M)

massa

renda

m (S)

V =

M-S

Vop =

M-D

Vip =

D-S

P =

(Vop/

V)*10

0

A =

(Vop/D

)*100

T =

D/Vip

B =

D/V

T

1 1.957 2.095 1.459 0.636 0.1382 0.4984 21.70 7.0593 3.928 3.075

T

2 1.96 2.103 1.459 0.644 0.1433 0.5007 22.25 7.3112 3.914 3.043

T

3 1.961 2.114 1.487 0.626 0.1527 0.474 24.35 7.7856 4.136 3.128

∑ 1.959 2.104 1.468 0.635 0.1447 0.491 22.76 7.3853 3.992 3.082

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 98: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

82

Lampiran 5 Pengolahan Data Kekerasan Vickers untuk Alumina P.A

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 12500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

P1 0.5 172 148 129 149.667

P2 0.2 232 232 275 246.333

P3 0.5 284 271 201 252

P125 Mean 216

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 13500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

P1 0.5 691 826 852 789.667

P2 0.5 434 444 520 466

P3 0.5 632 619 576 609

P135 Mean 621.556

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 14500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

P1 0.5 727 522 638 629

P2 0.5 511 845 691 682.333

P3 0.5 859 1200 1057 1038.67

P145 Mean 783.333

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 99: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

83

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 15500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

P1 0.5 1263 1137 1074 1158

P2 0.5 957 1383 882 1074

P3 0.5 1190 1230 1272 1230.67

P155 Mean 1154.22

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 16000C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

P1 1 1289 1122 1590 1333.67

P2 1 1941 1759 1222 1640

P3 1 1833 2377 1883 2031

P160 Mean 1668.44

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 100: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

84

Lampiran 6 Pengolahan Data Kekerasan Vickers untuk Alumina Teknis

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 12500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

T1 0.2 82.9 84.5 116 94.4667

T2 0.2 182 171 93.1 148.7

T3 0.3 69.3 56.2 60.7 62

T125 Mean 101.744

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 13500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

T1 1 233 223 219 225

T2 1 361 511 340 404

T3 1 619 304 496 473

T135 Mean 367.333

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 14500C

Uji Kekerasan (HV)

1 3 4 Mean

T1 1 454 465 627 364

T2 1 657 550 654 401.333

T3 1 479 606 440 348.667

T145 Mean 371.333

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 101: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

85

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 15500C

Uji Kekerasan (HV)

1 2 3 Mean

T1 1 487 428 460 458.333

T2 1 606 632 451 563

T3 1 354 443 426 407.333

T155 Mean 476.333

Kode Sampel Beban (kg)

Sintering 16000C

Uji Kekerasan (HV)

1 3 4 Mean

T1 1 1022 1028 757 935.667

T2 1 1683 1122 1151 1318.67

T3 1 738 898 596 744

T160 Mean 999.444

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 102: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

86

Lampiran 7 Pengolahan Data Fracture Toughness Alumina P.A

SINTER15500C

No P (N) c (m)

Kic (Pa) Kic (Mpa)

P = 9.8 P = 10 P = 9.8 P = 10

1 9.8 0.001911 1103540.628 1126061.86 1.103541 1.126062

2 10 0.000945 3175252.691 3240053.77 3.175253 3.240054

3 0.001427 1710903.017 1745819.41 1.710903 1.745819

4 0.000993 2948638.14 3008814.43 2.948638 3.008814

5 0.001683 1335973.717 1363238.49 1.335974 1.363238

6 0.000719 4784839.183 4882488.96 4.784839 4.882489

7 0.000809 4010057.92 4091895.84 4.010058 4.091896

8 0.000562 6928516.445 7069914.74 6.928516 7.069915

Rata-

rata 3.249715 3.316036

SINTER16000C

No P (N) c (m)

Kic (Pa) Kic (Mpa)

P = 9.8 P = 10 P = 9.8 P = 10

1 9.8 0.001451 1669110.956 1703174.44 1.669111 1.703174

2 10 0.000433 10245196.71 10454282.4 10.2452 10.45428

3 0.000423 10597727.58 10814007.7 10.59773 10.81401

4 0.000572 6734423.208 6871860.42 6.734423 6.87186

5 0.000584 6533756.796 6667098.77 6.533757 6.667099

6 0.001067 2644311.997 2698277.55 2.644312 2.698278

7 0.00076 4405618.403 4495528.98 4.405618 4.495529

8 0.000908 3367882.912 3436615.22 3.367883 3.436615

Rata-rata 5.77475 5.89260

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools

Page 103: PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA ......PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools i PENGARUH KEMURNIAN BAHAN BAKU ALUMINA TERHADAP TEMPERATUR SINTERING DAN KARAKTERISTIK KERAMIK

87

Lampiran 8 Pengolahan Data Fracture Toughness Alumina Teknis

SINTER 15500C

No P (N) c (m)

Kic (Pa) Kic (Mpa)

P = 9.8 P = 10 P = 9.8 P = 10

1 9.8 0.002332 819037.7 835752.8 0.819038 0.835753

2 10 0.002088 966540.3 986265.6 0.96654 0.986266

3 0.001555 1504470 1535173 1.50447 1.535173

4 0.002204 891241.4 909430 0.891241 0.90943

5 0.002151 924428.3 943294.2 0.924428 0.943294

6 0.002326 821875.3 838648.2 0.821875 0.838648

7 0.001919 1096837 1119222 1.096837 1.119222

8 0.002263 856666.7 874149.7 0.856667 0.87415

Rata-

rata 0.985137 1.005242

SINTER 16000C

No P (N) c (m)

Kic (Pa) Kic (Mpa)

P = 9.8 P = 10 P = 9.8 P = 10

1 9.8 0.00115 2365556 2413833 2.365556 2.413833

2 10 0.002295 838795 855913.3 0.838795 0.855913

3 0.001741 1269871 1295787 1.269871 1.295787

4 0.001641 1387320 1415633 1.38732 1.415633

5 0.001177 2284957 2331588 2.284957 2.331588

6 0.001745 1265180 1291000 1.26518 1.291

7 0.001419 1725630 1760847 1.72563 1.760847

8 0.00165 1375797 1403874 1.375797 1.403874

Rata-rata 1.564138 1.596059

PDFi

ll PD

F Ed

itor w

ith F

ree

Writ

er a

nd T

ools