PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN …
Transcript of PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN …
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEMAUAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK DENGAN SISTEM
PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (STUDI KASUS PADA KPP
ILIR BARAT I PALEMBANG)
SKRIPSI
Disusun Oleh
Peter Sintaro
1721210025
STIE MULTI DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PALEMBANG
2021
vii
STIE MULTI DATA PALEMBANG
Program Studi Akuntansi
Skripsi Sarjana Ekonomi
Semester Gasal Tahun 2020/2021
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEMAUAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK DENGAN
SISTEM PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (STUDI KASUS PADA KPP
ILIR BARAT I PALEMBANG)
Peter Sintaro
1721210025
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemajuan teknologi dan
pengetahuan perpajkan terhadap kemauan wajib pajak dalam membayar pajak
dengan sistem perpajakan sebagai variabel intervening. Variabel independen
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kemajuan teknologi, pengetahuan
perpajakan sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah kemauan
membayar pajak dan variabel interveningnya adalah sistem perpajakan. Populasi
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah adalah sebanyak 6.120 populasi.
Penentuan sampel pada peneitian ini menggunakan metode rumus slovin dan
memperoleh sampel sebanyak 98 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kemajuan teknologi dan sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan
waji pajak dalam membayar pajak, kemajuan teknologi berpengaruh terhadap
sistem perpajakan sedangkan pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemauan membayar pajak dan sistem perpajakan.
Kata kunci : Kemajuan Teknologi, Pengetahuan Perpajakan, Kemauan
Membayar Pajak, dan Sistem Perpajakan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan
pembangunan di segala bidang, sebagai wujud pemenuhan kewajibannya
terhadap masyarakat Indonesia. Tentunya dibutuhkan pula biaya yang tidak
sedikit untuk melaksanakan pemenuhan kewajiban negara terhadap rakyatnya
tersebut. Salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin
diandalkan dalam kepentingan perkembangan serta pembiayaan pemerintah
adalah pajak. Pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan
baik. Siapapun terutama Wajib Pajak pasti akan berurusan dengan pajak. Hal
itu disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik
sehingga kurang memahami tentang pajak. Pajak menurut Pasal 1 Undang-
Undang No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, adalah : “Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara
yang terhutang oleh orang atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dimana dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya dalam
kemakmuran rakyat.” Sumber utama dari penerimaan Negara Indonesia
terletak pada sektor pajak. Setiap tahun, nominal pendapatan pajak selalu
mengalami peningkatan. Dilihat dari nilai persentasenya, pendapatan pajak
selalu menduduki persentase di atas 70%. Dengan angka yang sedemikian
2
tinggi, maka penerimaan pajak memegang peranan yang sangatlah penting
dalam roda perekonomian Indonesia (Jannah, 2016, h.1). Salah satu dasar
penerimaan pajak sesuai target adalah kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak. Kepatuhan Wajib Pajak adalah kondisi dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan
(Rohmawati dkk, 2012, h.55). Kepatuhan Wajib Pajak yang baik akan dapat
dilihat dari keteraturannya untuk menyetorkan pajak (Fatimah dan Wardani,
2017, h.4). Widyowati (2015, h.7) menyatakan dengan adanya kepatuhan dari
Wajib Pajak diharapkan Wajib Pajak berusaha untuk memenuhi peraturan
hukum perpajakan yang berlaku, baik memenuhi kewajiban ataupun
melaksanakan hak perpajakannya. Pada saat sekarang ini banyak hal yang
dapat dilakukan oleh seoerang Wajib Pajak dalam membayar pajak yaitu
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini sehingga
mempermudah dalam melakukan pembayaran pajak, namun hal ini juga harus
didukung oleh pengetahuan akan perpajakan yang dimiliki, maka baru dapat
menciptakan sebuah kesadaran dalam membayar pajak.
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, Pada tahun 2020 penerimaan
pajak yang ditargetkan sebesar 1.865,7 Triliun. Adanya wabah virus corona
atau Covid-19 yang melanda Indonesia membuat aktivitas menjadi tidak
kondusif. Segala aspek penting kehidupan terkena imbas karena hadirnya
wabah ini. Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan mengakui pemerintah
fokus menangani sistem keuangan negara saat wabah virus corona atau
Covid-19 masuk Indonesia pada Maret 2020 lalu. Pemerintah fokus kepada
3
keuangan negara karena untuk menghadapi penularan virus corona
dibutuhkan penanganan kesehatan yang didukung keuangan negara
(cnnindonesia). Diharapkan wajib pajak tetap melaksanakan kewajiban
perpajakan, terutama kemauan dalam membayar pajak tanpa merasa
terbebani di saat pandemi Covid-19 ini. Dengan demikian, diharapkan tidak
menunda pembayaran pajak karena dengan menunda pembayaran pajak
akan memperlambat realisasi penerimaan pajak (Sumber: Media sosial KPP
Ilir Barat Palembang).
Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar kewajibannya merupakan
hal penting dalam penarikan pajak tersebut, suatu hal yang paling
menentukan dalam keberhasilan pemungutan pajak adalah kemauan Wajib
Pajak untuk membayar kewajiban pajaknya. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah baik upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya, tidak
akan berarti banyak dalam membangun kesadaran Wajib Pajak untuk
membayar pajak, jika pemerintah tidak melakukan sosialisasi terhadap
sistem perpajakan yang memadai dan mudah dipahami oleh masyarakat
terutama para Wajib Pajak itu sendiri. Kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak adalah hal yang penting dalam penarikan pajak.
Masyarakat sendiri dalam kenyataannya tidak suka membayar pajak. Hal ini
disebabkan masyarakat tidak pernah tahu wujud konkrit imbalan dari uang
yang dikeluarkan untuk membayar pajak (Widayati dan Nurlis, 2013). Salah
satu upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan
memberikan suatu pelayanan yang bermutu terhadap Wajib Pajak selaku
4
pelanggan. Masih ada Wajib Pajak yang menunggu ditagih baru membayar
pajak, seperti peraturan pajak pada periode lama. Dalam Supadmi (2009)
peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan. Adapun
jumlah Wajib Pajak pribadi yang melakukan pelaporan SPT Tahunan 2015-
2019 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM dalam Pelaporan
SPT Tahunan Tahun 2015-2019
Tahun
Jumlah WPOP
(a)
Jumlah yang
Melaporkan SPT
Tahunan (b)
Tingkat
Kepatuhan
2015 4.370 2.143 49,03%
2016 5.055 2.473 48,92%
2017 5.532 2.776 50,18%%
2018 6.782 3.509 51,73%%
2019 6.823 3.541 51,89%%
Sumber : KPP Pratama Ilir Barat Kota Palembang, 2020
Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat kepatuhan dalam lima tahun
terakhir terjadi peningkatan di tahun 2015-2019. Penurunan hanya terjadi
pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,11% setelah itu tahun berikutnya mengalami
kenaikan. Namun, jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya mengalami
peningkatan dengan tingkat kepatuhan yang justru tidak begitu signifikan.
Dalam meningkatkannya pendapatan Negara dan kesadaran Wajib pajak,
5
Direktorat Jenderal Pajak mulai dari tahun 2016 hingga tahun 2017 telah
mengeluarkan kebijakan pengampunan pajak yang dimana penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak akan dikenai sanksi administrasi
perpajakan ataupun sanksi pidana di bidang perpajakan bagi Wajib Pajak
yang dikenal dengan tax amnesty. Pada dasarnya tax amnesty bertujuan untuk
mendorong Wajib Pajak supaya lebih jujur, konsisten, patuh, dan sukarela
dalam menjalankan kewajiban pajaknya, yang pada saat sebelumnya tidak
sepenuhnya dilakukan oleh Wajib pajak. Peraturan perundangan dengan
konsep tax amnesty berlaku dalam periode waktu tertentu saja, setelah itu
peraturannya tidak berlaku lagi.
Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak melalui tax amnesty ini
diharapkan akan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak di masa yang akan
datang. Kebijakan ini untuk meningkatkan keterbukaan atas kewajiban
perpajakan, sebelum diterapkannya penegakan hukum pajak. Setelah tax
amnesty berakhir, Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan upaya
penegakan hukum berdasarkan informasi yang telah dimiliki.
Kemajuan teknologi di dunia sangatlah pesat tidak terkecuali di
Indonesia hal ini menyebabkan segala hal dapat mudah untuk dilakukan baik
dekat maupun jauh, kemajuan teknologi pun tidak luput dari bidang
perpajakan hampir semua bidang perpajakan memanfaatkan teknologi yang
ada sekarang sehingga sangat memudahkan seorang Wajib Pajak dalam
membayar pajak. Teknologi komunikasi mempunyai pengertian segala hal
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
6
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, teknologi
informasi dan komunikasi adalah suatu paduan yang tidak terpisahkan yang
mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan
pemrosesan.
Kemajuan teknologi informasi saat ini pun sangatlah pesat dapat
dilihat dari beberapa dekade trakhir dimana kemajuan teknologi informasi ini
setiap harinya semakin pesat dan maju. Penerapan teknologi informasi dan
komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan
biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi
informasi dalam lingkungan kerja. Penerapan teknologi informasi dan
komunikasi menyebabkan perubahan pada kebiasaan kerja. Tetapi sayangnya
masih banyak usaha retail atau bahkan suatu perusahaan yang belum
menerapkan teknologi informasi agar siap bersaing di masa yang akan datang.
Salah satu peranan teknologi informasi bagi perusahaan yang paling nyata
adalah semua pekerjaan akan lebih cepat dan akurat. Penerapan teknologi
informasi yang efektif akan mengurangi biaya yang tidak diharapkan dan
dapat meningkatkan fleksibilitas. Hal ini akan terlihat dalam alur bisnis yang
menjadi lebih terorganisir dan tersentralisasi. Adapun atas kemajuan
teknologi ini sangat di sambut baik oleh fiskus karena dengan adanya
kemajuan teknologi ini wajib pajak dapat lebih mudah membayar pajak tanpa
harus mengantri lagi di kantor pajak sehingga sangat membantu apalagi di
saat corona seperti ini kemajuan teknologi sangat di butuhkan sehingga fiskus
sangat menyambut baik dengan kemajuan teknologi ini dan juga dengan
7
adanya kemajuan teknologi ini pekerjaan fiskus akan menjadi lebih mudah
dan cepat di slesaikan, fiskus sendiri di artikan sebagai pejabat pajak yang
berkewajib memungut pajak kepada wajib pajak. Persepsi sendiri di artikan
sebagai sebuah tanggapan terhadap sesuatu jadi persepsi fiskus adalah sebuah
tanggapan yang di berikan oleh pejabat pajak atas suatu hal yang sedang di
hadapi.
Adapun hal yang dapat menyebabkan seorang Wajib Pajak mau
membayar pajak adalah yaitu pengetahuan yang luas akan pentingnya pajak
karena jika seorang Wajib Pajak mempunyai pengetahuan pajak yang luas
maka Wajib Pajak tersebut akan rutin dalam membayar pajak. Dan
sebaliknya, jika Wajib Pajak tersebut tidak memiliki pengetahuan akan
pajak yang luas maka Wajib Pajak tersebut akan cenderung tidak membayar
pajak karena hanya akan merasa dirugikan apabila membayar pajak.
Pengetahuan perpajakan adalah proses mengubah sikap dan tata laku wajib
pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pelatihan (Anwar, 2015, h.17). Adanya pengetahuan
perpajakan yang baik dapat membantu meningkatkan kemauan wajib pajak
akan pentingnya membayar pajak dan wajib pajak dapat melakukannya
sesuai dengan aturan perundang-undangan perpajakan. Jika wajib Pajak
tidak memiliki pengetahuan mengenai peraturan dan proses perpajakan,
maka Wajib Pajak tidak dapat menentukan perilakunya dengan tepat
(Tambun, 2016, h.28). Hal ini didukung oleh penelitian Witono (2008,
h.206) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pengetahuan
8
pajak terhadap tingkat kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak dan
penelitian Tambun (2016, h.36) yang menyatakan bahwa pengetahuan
Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak. Berbeda dengan penelitian Hardiningsih dkk (2011, h.138)
yang menyatakan pengetahuan peraturan perpajakan tidak berpengaruh
terhadap kemauan membayar pajak dan Susanto (2013, h.12) yang
menyatakan bahwa persepsi pengetahuan Wajib Pajak tidak mempengaruhi
kepatuhan.
Sistem perpajakan yang ada di Indonesia juga dapat mempengaruhi
seorang Wajib Pajak dalam membayar pajak karena apabila sistem
perpajakan yang ada sangat rumit dan susah maka akan menyebabkan
kecenderungan seorang Wajib Pajak tidak mau membayar pajaknya dan jika
sebaliknya apabila sistem yang ada mudah maka akan menyebabkan
seorang Wajib Pajak mau dalam membayar pajak. Sistem pemungutan pajak
sendiri merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayar Wajib Pajak ke negara. Sistem
pemungutan pajak berbeda-beda untuk setiap negara. Sedangkan untuk di
Indonesia sendiri memakai 3 sistem pemungutan pajak yang digunakan
dalam keseharian, yaitu self assesment system, official assesment system,
dan witholding system. Namun dari ketiga sistem yang ada tersebut di
Indonesia cenderung menggunakan self assesment system karena Indonesia
memberikan kemudahan dan kepercayaan kepada rakyatnya untuk
menghitung, membayar, dan menyetorkan sendiri pajaknya
9
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ayu (2016) menemukan
bahwa kemajuan teknologi berpengaruh signifikan terhadap kemauan Wajib
Pajak dalam membayar pajak. Namun berbeda dengan penelitian Kusuma
(2017) yang menemukan bahwa kemajuan teknologi tidak berpengaruh
terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Adapun penelitian
tentang pengetahuan perpajakan yang dilakukan oleh Putri (2017)
menemukan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak. Namun berbeda dengan penelitian Yolanda (2016)
menemukan bahwa pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Lalu penelitian
tentang sistem perpajakan yang diteliti oleh Kartini, Lambey dan
Walandouw (2017) menemukan bahwa sistem perpajakan tidak
berpengaruh terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Begitu
pula dengan penelitian Melati (2017) yang menemukan bahwa sistem
perpajakan berpengaruh terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar
pajak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena maraknya penggelapan pajak yang terjadi
di Indonesia. Peneliti akan melakukan penelitian ini dengan judul
“Pengaruh Kemajuan Teknologi dan Pengetahuan Perpajakan
terhadap Kemauan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak dengan
Sistem Perpajakan sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada
10
KPP Pratama Ilir Barat 1 Kota Palembang) ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Apakah kemajuan teknologi berpengaruh terhadap kemauan Wajib
Pajak dalam membayar pajak ?
2. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kemauan
Wajib Pajak dalam membayar pajak ?
3. Apakah kemajuan teknologi berpengaruh terhadap sistem perpajakan?
4. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap sistem
perpajakan?
5. Apakah sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan Wajib
Pajak dalam membayar pajak?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup masalah yang
akan diteliti agar tidak menyimpang dari permasalahan yang ada yaitu
pengaruh kemajuan teknologi dan pengetahuan perpajakan terhadap
kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak dengan sistem perpajakan
sebagai variabel intervening. Penelitian ini difokuskan pada Wajib Pajak
yang terdaftar di KPP Pratama Ilir Barat 1 kota Palembang.
11
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis
merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah kemajuan teknologi berpengaruh atas
kemauan wajib pajak dalam membayar pajak
2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh atas
kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.
3. Untuk mengetahui apakah kemajuan teknologi berpengaruh terhadap
sistem perpajakan?
4. Untuk mengetahui apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh
terhadap sistem perpajakan?
5. Untuk mengetahui apakah sistem perpajakan berpengaruh atas
kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
1.5 Manfaat Peneltian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara
akademis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar
ilmu perpajakan dapat lebih berkembang lagi terutama tentang
pengaruh kemajuan teknologi dan pengetahuan perpajakan terhadap
12
kemauan wajib pajak dalam membayar pajak dengan sistem
perpajakan sebagai variabel intervening.
2. Secara Praktis
a. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Bagi Dirjen Pajak Kota Palembang, penelitian ini diharapkan sebagai
bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi
pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam
penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem
pemungutan yang telah diterapkan untuk meningkatkan penerimaan pajak
daerah di sektor pajak Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan,
informasi, dan referensi untuk membantu memberikan gambaran yang
lebih jelas bagi pihak lain atau para peneliti selanjutnya yang ingin
melakukan penelitian mengenai perpajakan khususnya pengaruh
kemajuan teknologi dan pengetahuan perpajakan terhadap kemauan Wajib
Pajak dalam membayar pajak dengan sistem perpajakan sebagai variabel
intervening.
1.6 Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka penulis menguraikan
mengenai sistematika penelitian dari proposal secara singkat yaitu :
13
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pertama ini, penulis menjabarkan mengenai latar
belakang dan rumusan masalah mengenai topik pengaruh
kemajuan teknologi dan pengetahuan perpajakan terhadap
kemauan wajib pajak dalam membayar pajak dengan sistem
perpajakan sebagai variabel intervening.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis membahas teori yang digunakan dalam
penelitian mengenai pengaruh kemajuan teknologi dan
pengetahuan perpajakan terhadap kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak dengan sistem perpajakan sebagai variabel
intervening, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka
pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran mengenai
jenis penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel dan
populasi, jenis data penelitian, teknik pengumpulan data dan
analisis data yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis akan membahas mengenai pengolahan terhadap data
yang telah diperoleh yang berkaitan dengan pembahasan
masalah yang sedang diteliti penulis. Di dalam bab ini terdapat
14
gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian serta
pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah diperoleh dan penulis akan
DAFTAR PUSTAKA
Anisa. (2017). Populasi penelitian.Jakarta Journal of Accounting 2(2).
Anwar .(2015).Pengertian pengetahuan perpajakan. Detik.com.
Arifin, Adhitya Febrian. (2015). Pengaruh modernisasi sistem administrasi
perpajakan, kesadaran perpajakan, sanksi pajak dan pelayanan fiskus
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama ilir
timur palembang.
Arum,H.P.,dan Zulaikha. (2014). Pengaruh kesadaran wajib pajak,pelayana
fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas (studi di wilayah
KPP Pratama Cilacap). Diponegoro journal of accounting.
Aryanto. (2016). Pengaruh Sitem Perpajakan,Pengetahuan Perpajakan, dan
Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kemauan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak.
Azizah,I. N., Nurlaela,S. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan
membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas.
Basit, A. (2014). Pengaruh persepsi kontrol perilaku, pengetahuan pajak dan
persepsi keadilan pajak,serta pemanfaatan kemajuan teknologi terhadap
kepatuhan wajib pajak pada KPP Batu.
Cahyo. (2017). Definisi pengetahuan pajak. Kompas.com.
Devona,Rahayu. (2014). Faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak.
Jurnal Perpajakan.
Diana. (2017). Pengaruh Tarif Pajak, kualitas pelayana fiskus,dan pengetahuan
perpajak terhadap Kemauan Wajib Pajak Membayar Pajak dengan
Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening.
Fahluzy,S dan Agustina. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
membayar pajak UMKM di Kabupaten Kendal. Accounting Analysis
Journal, 3(3).
Fauziati, P., dan Syahri, A. (2015). Pengaruh efektifitas sistem perpajakan dan
pelayanan fiskus terhadap kemauan untuk membayar pajak sebagai
variabel intervening.
Hardiningsih dan Pancawati. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan
membayar pajak. Dinamika Keuangan dan Perbankan.
Huda, A. (2015). Pengaruh persepsi atas efektifitas sistem perpajakan,
kepercayaan, tarif pajak dan kemanfaatan NPWP terhadap kepatuhan
membayar pajak (studi empiris pada wajib pajak UMKM makanan di
KPP Pratama Pekanbaru).
Indrawan, D. (2019). Pengaruh pengetahuan dan pemahaman perpajakan,
efektifitas sistem perpajakan,kemajuan teknologi dan pelayanan fiskus
terhadap kemauan membayar pajak dengan kesadaran membayar pajak
sebagai variabel intervening (studi empiris pada KPP Pratama ilir barat
palembang).
Indriantoro. (2016). Metode kuisioner.Jurnal Akuntansi.
Jaman,dkk. (2016). Kemajuan teknologi dan sistem perpajakan.google scololar.
Joko,P,C, dan Mangoting,Y.(2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak,kualitas
pelayanan fiskus,sanksi perpajakanlingkungan wajib pajak berada
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya.
Lisa. (2018). Pengaruh kemajuan teknologi dan sistem perpajakan terhadap
kemauan wajib pajak membayar pajak.
Laras. (2017). Uji multikolinieritas. journal of accounting 3(15)
.
Martin. (2017). Kemajuan teknologi. Detik.com.
Noviyanti,S., Effendi,R. Dan W.C.Y. (2014). Pengaruh kesadaran wajib
pajak,pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan,kualitas
pelayanan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan WPOP.
Nugroho, A (2016). Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan
wajib pajak, dan kemajuan toknologi di bidang perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan (studi kasus
pada KPP Semarang Candi). Journal of Accounting, 2(2).
Nugroho, E. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak
wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di KPP
Pratama Batu.
Nugroho, R dan Zulaikha. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan
untuk membayar pajak dengan kesadaran membayar pajak sebagai
variabel intervening ( studi kasus wajib pajak orang pribadi yang
melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama palembang
). Journal of Accounting, 1(28), 1–11.
Pancawati. (2017). Pengaruh pengetahuan perpajakan ,kemajuan teknologi,dan
kualitas pelayanan fiskus terhadap kemauan membayar pajak
dengankepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.
Rohmawati, l., Prasetyono (2012). Pengarus sosialisasi dan pengetahuan
perpajakan terhadap tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.
Sanusi. (2016). Teknik analisi data. Detik.com.
Sugiyono. (2016). Penelitian kuantitatif. Journal Of Accounting 2(10).
Supadmi. (2009). Peningkatan kualitas dan pelayanan pajak.Palembang Direktorat
Jendral pajak.
Tabun. (2016). Perilaku pajak. Kompas.com.
Warohmah, Mawadda. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak pekerjaan bebas untuk membayar pajak pada KPP Pratama
Ilir Timur Palembang.
Widayati, dan Nurlis. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk
membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas ( studi kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga).
Winda. (2016). Pengaruh pengetahuan perpajakan,sanksi pajak dan sistem
perpajakan terhadap kemauan membayar pajak.
Yanti. (2014). Kemajuan teknologi. Tribun news.com