Pengaruh Kehadiran Perusahaan Asing terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Lokal dalam...

download Pengaruh Kehadiran Perusahaan Asing terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Lokal dalam Industri Manufaktur Indonesia Periode 2004-2008

of 55

description

Penelitian ini mempunyai tiga buah tujuan yang hendak dicapai. Pertama,mengonfirmasi anggapan umum bahwa MNC di Indonesia mempunyaiproduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lokal. Kedua,menganalisis pengaruh kehadiran MNC intra-industri dalam kabupaten/kota yangsama di industri manufaktur Indonesia selama periode 2004-2008 dan ketiga,menganalisis pengaruh dari absorptive capacity bagi produktivitas tenaga kerjasetiap perusahaan, baik MNC maupun perusahaan lokal.Kebijakan untuk menarik masuk MNC melalui mekanisme Penanaman ModalAsing (PMA) sangat umum dijalankan oleh pemerintah di negara berkembang,tidak terkecuali Indonesia karena dipercaya MNC membawa teknologi yangsuperior sehingga diharapkan teknologi ini dapat menciptakan spillover effectberupa kenaikan produktivitas tenaga kerja di perusahaan lokal. Spillover dalampenelitian ini diukur melalui rasio antara jumlah tenaga kerja MNC terhadap totaltenaga kerja di setiap industri 5-digit KBLI.Melalui teknik estimasi fixed effect data panel, kesimpulan yang didapat daripenelitian ini adalah bahwa MNC di Indonesia tidak terbukti mempunyaiproduktivitas tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan perusahaan lokal sehinggatidak terdapat spillover dari kehadiran MNC bagi perusahaan lokal. Selain itu,absorptive capacity terbukti berpengaruh positif bagi produktivitas MNC danperusahaan lokal.

Transcript of Pengaruh Kehadiran Perusahaan Asing terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Lokal dalam...

  • 1

    Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PENGARUH KEHADIRAN MULTINATIONAL COMPANIES

    (MNC) TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

    PERUSAHAAN LOKAL DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR

    INDONESIA PERIODE 2004-2008

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi

    DWI INDAHAYU

    0906490576

    FAKULTAS EKONOMI

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    DEPOK

    JUNI 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Deindustrialisasi dapat digambarkan secara garis besar sebagai penurunan

    kinerja sektor industri manufaktur dalam perekonomian dari sebuah negara.

    Terdapat beberapa indikator dari deindustrialiasasi, dimana dua diantaranya

    adalah pertama, perlambatan pertumbuhan industri manufaktur dalam struktur

    PDB negara dan kedua adalah perlambatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja

    di dalam industri manufaktur (Pieper, 1999). Mengacu pada dua indikator utama

    ini, Mansur (2008) mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara

    yang mengalami deindustrialisasi, dimana gejala ini semakin jelas terlihat pasca

    krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia pada tahun 1997.

    Gambar 1.1 Pertumbuhan Nilai Tambah Industri Manufaktur Indonesia

    Sumber: Bank Dunia, diolah

    Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa tercatat sejak tahun 1988,

    pertumbuhan industri manufaktur Indonesia semakin melambat dimana apabila

    pada tahun 1988, industri manufaktur tumbuh di tingkat 12% sedangkan pada

    tahun 2004, industri manufaktur hanya tumbuh dengan tingkat 6,32% Salah satu

    fenomena yang menyebabkan shock pada sektor industri manufaktur Indonesia

    adalah krisis ekonomi yang melanda selama periode 1997-1998.

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    19

    88

    19

    89

    19

    90

    19

    91

    19

    92

    19

    93

    19

    94

    19

    95

    19

    96

    19

    97

    19

    98

    19

    99

    20

    00

    20

    01

    20

    02

    20

    03

    20

    04

  • 3

    Universitas Indonesia

    Gambar 1.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja

    Industri Manufaktur Indonesia (%)

    Sumber: Bank Dunia, diolah

    Gambar di atas membuktikan indikator lain dari gejala deindustrialisasi,

    yaitu penurunan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri

    manufaktur. Apabila periode dalam perekonomian Indonesia dibagi menjadi pra-

    krisis yaitu sebelum tahun 1997 dan pasca-krisis, yang dimulai dari tahun 1998,

    maka terlihat bahwa dalam periode pra-krisis, penyerapan tenaga kerja di sektor

    industri manufaktur mengalami pertumbuhan sebesar rata-rata 7,2% per tahun

    sementara dalam periode pasca-krisis penyerapan tenaga kerja hanya tumbuh

    sebesar rata-rata 3,42% per tahun.

    Memburuknya kinerja industri manufaktur Indonesia berimbas pada

    penurunan daya saing Indonesia sebagaimana dibuktikan oleh peringkat yang

    dicapai Indonesia dalam Global Competitiveness Index (GCI). Apabila

    dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Malaysia,

    Singapura, Thailand dan Vietnam, Indonesia mempunyai peringkat yang kian

    menurun sepanjang tahun 2000-2003. Apabila pada tahun 2000 Indonesia masih

    menempati posisi ke-43, pada tahun-tahun setelahnya, posisi Indonesia semakin

    terpuruk karena pada tahun 2003, Indonesia menjadi menempati posisi ke-72 atau

    turun 29 peringkat dari posisi yang diraih di tahun 2000. Dibandingkan dengan

    negara lainnya, penurunan daya saing Indonesia sangat signifikan karena negara

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    19

    88

    19

    89

    19

    90

    19

    91

    19

    92

    19

    93

    19

    94

    19

    95

    19

    96

    19

    97

    19

    98

    19

    99

    20

    00

    20

    01

    20

    02

    20

    03

    20

    04

  • 4

    Universitas Indonesia

    lainnya kecuali Filipina, hanya mencapai penurunan maksimum dibawah 10

    peringkat.

    Gambar 1.3 Peringkat Global Competitiveness Index

    Beberapa Negara ASEAN

    Sumber: Global Competitivess Report, diolah

    Mengacu pada tolok ukur WEF (World Economic Forum), terindentifikasi

    lima hal yang menyebabkan penurunan daya saing Indonesia dimana tiga hal

    diakibatkan oleh kondisi makroekonomi diantaranya lemahnya kondisi

    makroekonomi Indonesia, buruknya kualitas kelembagaan publik dalam

    menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan serta lemahnya

    pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan

    produktivitas industri.

    Satu faktor yang perlu mendapat perhatian lebih dari kelima faktor yang

    disebutkan diatas adalah penguasaan teknologi. Indonesia tercatat sebagai negara

    yang mengalami penurunan peringkat terkait penguasaan teknologi yang terparah.

    Apabila pada tahun 2001 Indonesia masih menempati posisi ke-61, hanya dua

    tahun setelahnya, yaitu pada tahun 2003, Indonesia menempati posisi ke-78 atau

    turun sebanyak 17 peringkat. Padahal, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.3, baik

    Malaysia maupun Singapura justru mengalami kenaikan peringkat.

    43

    64 69 72

    24 30 30 29

    2 4 7 6

    36

    48

    63 66

    30 33 37

    32

    52 60 63 60

    2000 2001 2002 2003

    Indonesia Malaysia Singapura

    Filipina Thailand Vietnam

  • 5

    Universitas Indonesia

    Gambar 1.4 Peringkat Technology Index Beberapa Negara ASEAN

    Sumber: Global Competitiveness Report, diolah

    Dalam rangka meningkatkan kembali daya saing industri manufaktur

    Indonesia, kemudian pemerintah Indonesia merespon dengan menyusun RPJMN

    (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2004-2009 dengan salah satu sasaran

    utama berupa meningkatnya proses alih teknologi dari PMA (Penanaman Modal

    Asing) karena mengacu pada laporan RPJMN, pemerintah menilai masih adanya

    masalah lemahnya penguasaan teknologi dan penerapan teknologi di dalam sektor

    industri manufaktur Indonesia dan menilai bahwa kehadiran PMA yang

    mempunyai potensi sebagai sumber dari tercapainya proses alih teknologi kepada

    perusahaan lokal masih belum dapat dimanfaatkan. Atas alasan tersebut, selama

    periode implementasi RPJMN diharapkan jumlah dari PMA dapat terus

    meningkat karena dengan semakin meningkatnya arus masuk dari PMA maka

    potensi bagi tercapainya proses alih teknologi akan semakin tinggi.

    Dalam tabel dibawah, selama periode 2004-2008 terlihat bahwa aliran

    PMA ke Indonesia secara umum menunjukkan pola peningkatan meskipun

    terdapat tahun-tahun dimana aliran modal menurun sebagai akibat dari kondisi

    perekonomian global. Meski demikian, kita tidak dapat menarik kesimpulan

    apakah telah terjadi peningkatan penguasaan teknologi oleh perusahaan-

    perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia.

    61

    78

    22 20 18 12

    40

    56

    39 39

    65 73

    2001 2003

    Indonesia Malaysia Singapura

    Filipina Thailand Vietnam

  • 6

    Universitas Indonesia

    Tabel 1.1 Realisasi Penanaman Modal Asing di Indonesia

    Realisasi PMA

    Tahun Jumlah Proyek Nilai (Juta USD)

    2004 547 4571.9

    2005 907 8911

    2006 869 5991.7

    2007 982 10341.4

    2008 1138 14870

    Sumber: BKPM, diolah

    Anggapan bahwa PMA, terutama yang berasal dari negara-negara maju,

    merupakan sumber dari terjadinya proses spillover effect bagi perusahaan lokal

    tidak hanya tercipta di Indonesia saja melainkan di banyak negara lainnya.

    Spillover effect dapat dijelaskan sebagai dampak positif berupa kenaikan

    produktivitas perusahan lokal yang dimungkinkan akibat akses yang dimiliki

    perusahaan lokal terhadap teknologi superior yang dimiliki oleh MNC melalui

    mekanisme informal (Feinberg dan Majumdar, 2001). Hoang dan Pham (2010)

    menyatakan bahwa menarik PMA merupakan kebijakan penting yang dilakukan

    oleh banyak negara berkembang dalam rangka meningkatkan angka pertumbuhan

    ekonomi. Hal ini dilakukan karena MNC yang masuk melalui mekanisme PMA

    tidak hanya membawa alat-alat modal yang lebih canggih dan modern, melainkan

    juga membawa teknologi produksi yang lebih maju dibandingkan yang dimiliki

    oleh perusahaan lokal yang dapat meningkatkan kapabilitas produksi perusahaan

    lokal. Blomstrom (1989) dan Romer (1993) dalam Kokko (1994) berpendapat

    bahwa fenomena spillover effect dari PMA seringkali menjadi cara yang paling

    signifikan dalam proses penyebaran teknologi baru dibandingkan penyebaran

    teknologi baru yang dilakukan secara formal.

    Knowledge sharing merupakan salah satu mekanisme penyebaran

    pengetahuan secara informal yang dimungkinkan melalui aglomerasi industri.

    Teori ini memandang bahwa lokasi merupakan faktor kunci dari terjadinya

    spillover sehingga ini menjelaskan mengapa banyak perusahaan dalam industri

    yang sama berkumpul di suatu tempat dalam menjalankan aktivitas produksinya.

    Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lokasi juga menentukan

  • 7

    Universitas Indonesia

    magnitude dari spillover effect tersebut, apabila perusahaan lokal berada dalam

    lokasi yang sama dengan MNC maka peluang bagi dirasakannya spillover akan

    meningkat.

    Namun demikian, penggunaan mekanisme yang berbeda terkait bagaimana

    spillover effect dapat terjadi, teknik pengukuran dari spillover effect serta

    penggunaan metode estimasi yang berbeda dalam penelitian-penelitian yang

    dilakukan menyebabkan hasil yang didapat pun saling berbeda. Tidak ada

    kesepakatan terkait apakah spillover effect secara pasti akan terjadi di industri

    manufaktur suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh Sjoholm (1997),

    Blomstrom dan Sjoholm (1999), Blalock dan Gertler (2004), Takii (2004), Takii

    (2005) dan Cuyvers et.al (2008) adalah beberapa yang menyatakan bahwa

    kehadiran MNC mampu mendorong peningkatan produktivitas di perusahaan

    lokal atau dengan kata lain, terdapat spillover effect. Sementara itu, penelitian

    yang dilakukan oleh Proenca et. al (2002) dan Suyanto et. al (2009) menemukan

    kesimpulan penting bahwa sebenarnya bagaimana kehadiran MNC mempengaruhi

    produktivitas perusahaan lokal turut ditentukan oleh tingkat kapabilitas adopsi

    teknologi (absorptive capacity) yang dimiliki oleh perusahaan lokal sehingga

    dipandang bahwa proses spillover effect bersifat kondisional. Selain faktor

    kapabilitas adopsi teknologi, faktor jarak antar-MNC dengan perusahaan lokal

    diduga dapat mempengaruhi peluang perusahaan lokal mendapatkan spillover

    Melalui penelitian ini, penulis mencoba mengevaluasi implementasi dari RPJMN

    2004-2009, secara khusus terkait fenomena spillover effect yang terjadi antara

    MNC dengan perusahaan lokal di industri manufaktur Indonesia dengan turut

    memperhitungkan faktor kapabilitas adopsi teknologi dan aglomerasi ekonomi.

    1.2 Perumusan Masalah

    Global Competitiveness Index menunjukkan dari tiga buah variabel utama

    penilaian, Indonesia sangat lemah dalam pengembangan teknologi dalam rangka

    memfasilitasi peningkatan produktivitas industri Indonesia sehingga berakibat

    Indonesia kalah bersaing dan peringkat daya saing Indonesia menurun setiap

    tahun. Pemerintah kemudian mengatasi masalah ini melalui kebijakan penarikan

  • 8

    Universitas Indonesia

    PMA ke Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2004-2009 dengan

    pertimbangan bahwa MNC mempunyai teknologi yang superior dibandingkan

    dengan yang dimiliki perusahaan lokal dan adanya anggapan umum bahwa MNC

    mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    perusahaan lokal sehingga diharapkan dengan masuknya MNC, maka proses

    spillover effect akan terjadi. Namun, hasil yang didapat dari penelitian terdahulu

    menyimpulkan bahwa spillover effect tidak terjadi begitu saja, melainkan turut

    ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya absorptive capacity perusahaan lokal

    dan jarak geografis antara MNC dengan perusahaan lokal dimana apabila MNC

    dengan perusahaan lokal berada dalam lokasi yang sama atau dalam jarak

    berdekatan, maka peluang bagi terjadinya spillover akan semakin tinggi.

    Evaluasi atas implementasi RPJMN 2004-2009 masih terbatas pada

    analisis deskriptif, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan terkait ada tidaknya

    spillover dari kehadiran MNC. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mencoba

    menganalisis secara empiris pengaruh dari kehadiran MNC bagi produktivitas

    perusahaan lokal dalam industri dan lokasi yang sama menggunakan pendekatan

    fungsi produksi dan konsep aglomerasi ekonomi.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    Terdapat tiga pertanyaan utama yang diajukan dalam penelitian ini,

    sebagaimana dijabarkan berikut.

    1. Apakah MNC di Indonesia mempunyai tingkat produktivitas tenaga kerja

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lokal?

    2. Bagaimana pengaruh dari kehadiran MNC terhadap produktivitas tenaga

    kerja perusahaan lokal intra-industri dalam kabupaten/kota yang sama?

    3. Bagaimana pengaruh absorptive capacity bagi produktivitas tenaga kerja

    perusahaan lokal?

  • 9

    Universitas Indonesia

    1.4 Tujuan Penelitian

    Pada penelitian ini, terdapat tiga tujuan utama yang hendak dicapai.

    Pertama, untuk mengonfirmasi anggapan umum bahwa MNC, tidak terkecuali di

    Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan

    perusahaan lokal. Kedua, menganalisis pengaruh dari kehadiran MNC terhadap

    produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal intra-industri dalam kabupaten/kota

    yang sama dan ketiga, menganalisis pengaruh absorptive capacity bagi

    produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal.

    1.5 Metodologi Penelitian

    1.5.1 Metode Pengumpulan Data

    Data utama yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan

    data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan,

    data-data pendukung diambil dari Departemen Perindustrian dan Bank Dunia

    serta sumber-sumber publikasi lainnya.

    1.5.2 Metode Pengolahan Data

    Dalam penelitian ini, pengolahan data akan dilakukan dengan teknik data

    panel; secara spesifik, unbalanced panel data. Hal ini karena jumlah perusahaan

    setiap tahunnya bersifat fluktuatif.

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Unit observasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang berada

    dalam setiap kelompok 5-digit yang tercatat dalam Statistik Industri Sedang dan

    Besar BPS selama kurun waktu 2004-2008. Periode ini dipilih dengan

    pertimbangan bahwa pada tahun tersebut, RPJMN yang mendukung masuknya

    MNC dengan tujuan menciptakan spillover effect tengah direalisasikan.

    Disamping itu, alasan teknis yang mendasarinya adalah karena data ID perusahaan

    dengan teknik pengkodean yang sama bagi periode ini tersedia di Statistik

    Industri.

  • 10

    Universitas Indonesia

    1.7 Sistematika Penulisan

    Penulisan penelitian ini akan terdiri dari lima bab dengan susunan sebagai

    berikut.

    Bab 1. Pendahuluan

    Bab ini menjabarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang

    lingkup dan metodologi serta sistematika penulisan penelitian.

    Bab 2. Tinjauan Literatur

    Bab ini berisi tinjauan teoritis dan literatur yang berkaitan dan dapat mendukung

    topik penelitian ini.

    Bab 3. Metodologi Penelitian

    Bab ini menjelaskan secara detail konsep pengolahan data yang akan digunakan,

    terutama terkait model estimasi. Selain hal tersebut, bab ini turut memuat jenis

    data, sumber data, definisi operasional dari setiap variabel yang digunakan serta

    prosedur estimasi.

    Bab 4. Analisis dan Pembahasan

    Bab ini berisi dua hal penting, yaitu deskriptif data yang digunakan dalam

    penelitian dan hasil pengolahan data. Secara spesifik, hal yang diuraikan adalah

    jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam Bab 1.

    Bab 5. Penutup

    Bab ini memuat kesimpulan dan keterbatasan penelitian. Disamping itu, akan

    turut dituliskan saran yang dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan bagi

    institusi terkait.

  • 11

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan Teori

    2.1.1 Konsep MNC dan Spillover Effect

    Mengacu pada UU No. 25 Tahun 2007, PMA merupakan kegiatan

    menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang

    dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

    sepenuhnya dengan membuka anak perusahaan di negara lain (subsidiary)

    maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (joint venture).

    Blomstrom dan Kokko (1998) menjelaskan bahwa kehadiran MNC dapat

    mempengaruhi perekonomian negara penerima melalui dua mekanisme, yaitu

    direct effect dan indirect effect. Adapun yang termasuk ke dalam direct effect

    diantaranya kenaikan penyerapan tenaga kerja, kenaikan jumlah modal yang

    dimiliki oleh negara penerima dan penggunaan peralatan khususnya di sektor

    industri yang lebih canggih. Sedangkan, kehadiran MNC dapat berpengaruh

    secara indirect bagi perekonomian negara penerima melalui apa yang disebut

    dengan technology spillover. Teknologi dalam hal ini tidak terbatas pada alat

    produksi yang canggih saja, melainkan turut mencakup teknik berproduksi yang

    lebih efisien serta kemampuan manajerial dan pemasaran yang baik. Hal ini

    mungkin terjadi karena umumnya teknologi yang digunakan dalam aktivitas

    produksi MNC lebih baik dari perusahaan lokal dan teknologi ini mempunyai

    karakteristik barang publik tertentu yang ketika digunakan, dapat menciptakan

    eksternalitas ke perusahaan lainnya, termasuk perusahaan lokal.

    Lebih lanjut, Blomstrom dan Kokko menjelaskan bahwa spillover ini

    dapat terjadi apabila MNC dan perusahaan lokal berada dalam industri yang sama

    (intra-industri) maupun dalam industri yang berbeda (inter-industri). Mekanisme

    dari terjadinya spillover inter-industri adalah melalui backward dan forward

    linkage, yang umumnya tercipta akibat hubungan supplier customer antara

    MNC dan perusahaan lokal. Sedangkan, mekanisme dari terjadinya spillover

    intra-industri dimungkinkan melalui tiga hal, yaitu sebagai berikut.

  • 12

    Universitas Indonesia

    Demonstration Effect

    Kehadiran MNC umumnya dibarengi dengan adanya teknologi

    yang lebih maju dibandingkan dengan yang dimiliki perusahaan lokal.

    Ketika MNC dan perusahaan lokal berada dalam industri yang sama,

    perusahaan lokal dapat terdorong untuk meningkatkan teknologi yang

    dimilikinya melalui proses imitasi atau reverse engineering (Wang dan

    Blomstrom, 1992). Dengan demikian, melalui proses adopsi teknik

    produksi yang lebih baik, perusahaan lokal pun dapat meningkatkan

    produktivitas.

    Labor Mobility

    Pada umumnya, MNC hanya menyerap tenaga kerja yang

    berpendidikan dari negara penerima. Tidak hanya itu, pada awal masa

    penerimaan tenaga kerja, umumnya MNC juga menyediakan training bagi

    tenaga kerja yang telah direkrutnya. Spillover dapat terjadi ketika tenaga

    kerja yang semula diserap oleh MNC ini kemudian berpindah kerja ke

    perusahaan lokal atau mendirikan perusahaan secara mandiri dan

    membawa pengetahuan manajerial yang mereka dapatkan melalui training

    ketika bekerja di MNC sehingga produktivitas dari perusahaan lokal dapat

    meningkat.

    Competition Effect

    Mekanisme spillover melalui competition effect adalah mekanisme

    yang paling umum digunakan dalam penelitian yang dilakukan

    sebelumnya dan akan digunakan sebagai kerangka teori penelitian ini.

    2.1.2 Kerangka Teori Competition Effect

    Analisis terkait kehadiran MNC dan pengaruhnya bagi produktivitas

    perusahaan lokal melalui mekanisme competition effect salah satunya dijelaskan

    oleh Aitken dan Harrison (1999) dalam tulisannya yang berjudul Do Domestic

    Firms Benefit from Foreign Direct Investment? Evidence from Venezuela.

  • 13

    Universitas Indonesia

    Dalam tulisannya, Aiken dan Harrison menyatakan bahwa ketika MNC

    masuk ke sebuah industri yang berbentuk imperfect competition, akan ada dua

    pengaruh yang dirasakan oleh perusahaan lokal. Apabila pengaruh tersebut

    bersifat positif maka dinamakan dengan spillover effect tetapi bila pengaruh

    tersebut bersifat negatif, hal tersebut dinamakan dengan market stealing effect.

    Dengan adanya asumsi bahwa MNC menggunakan metode produksi yang lebih

    efisien dari perusahaan lokal, menggunakan mesin-mesin yang lebih canggih dan

    juga mempunyai sistem manajemen dan pemasaran yang lebih baik dari

    perusahaan lokal maka dalam periode awal setelah MNC masuk ke industri, akan

    tercipta spillover effect yang dirasakan oleh perusahaan lokal yaitu dalam bentuk

    kenaikan produktivitas tenaga kerja. Adapun magnitude dari spillover effect ini

    berbeda antar-perusahaan lokal karena turut ditentukan oleh absorptive capacity

    perusahaan lokal. Umumnya, perusahaan lokal yang merasakan spillover dengan

    magnitude tersebesar adalah yang mempunyai kualitas tenaga kerja yang baik dan

    yang aktif melakukan aktivitas R&D. Namun, seiring berjalannya waktu dimana

    MNC telah mampu menyesuaikan sistem operasi terhadap host country, akan

    terjadi suatu persaingan yang meningkat antara MNC dan perusahaan lokal.

    Melalui process innovation yang dilakukan baik oleh MNC maupun perusahaan

    lokal, apabila perusahaan lokal kalah bersaing dengan MNC maka yang terjadi

    adalah market stealing effect yang merupakan kondisi dimana MNC mampu

    merebut demand yang semula dimiliki perusahaan lokal sehingga perusahaan

    lokal akan terinsentif untuk mengurangi output yang diproduksi sehingga biaya

    produksi rata-rata akan meningkat dan berpotensi menyebabkan perusahaan lokal

    terdepak dari pasar dalam jangka panjang.

    Penjelasan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah grafik dimana

    variabel production cost berada pada sumbu-Y sementara variabel output

    berada pada sumbu-X. Spillover effect ditunjukkan oleh biaya produksi

    perusahaan lokal yang menurun, atau AC0 (kurva biaya produksi rata-rata

    sebelum ada MNC) turun menjadi AC1 yang diakibatkan oleh adanya learning

    process oleh perusahaan lokal. Namun, seiring berjalannya waktu, bagi

    perusahaan lokal yang tidak mampu bersaing kecendrungan yang terjadi adalah

  • 14

    Universitas Indonesia

    market stealing effect, dimana biaya produksi yang sebelumnya sudah berada

    pada tingkat AC1 akan meningkat dan menyebabkan perusahaan lokal kehilangan

    economies of scale yang semula dialaminya.

    Gambar 2.1 Skema Kehadiran MNC dan Pengaruh Bagi Produktivitas

    Perusahaan Lokal

    Sumber: Aitken & Harrison (1999)

    2.1.3 Konsep Aglomerasi Ekonomi dan Produktivitas Perusahaan

    Marshall (1920) mendefinisikan aglomerasi ekonomi sebagai kekuatan

    ekonomi yang berasal dari luar atau eksternal, yang tidak tergantung oleh satu

    perusahaan, melainkan tergantung pada semua perusahaan yang berada dalam satu

    area. Sumber aglomerasi ekonomi dapat berasal dari perusahaan-perusahaan

    dalam satu industri yang berkumpul di suatu lokasi dan dapat juga berasal dari

    berkumpulnya perusahaan-perusahaan dari industri yang berbeda dalam suatu

    lokasi. Aglomerasi ekonomi secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu

    penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi.

    Penghematan lokalisasi dikatakan dapat terjadi ketika perusahaan-

    perusahaan dengan industri yang sama terkonsentrasi di suatu lokasi.

    Penghematan lokalisasi terjadi jika biaya produksi sebuah perusahaan turun saat

    total output dari konsentrasi industri (dengan produk yang sama) meningkat.

    Adapun salah satu keuntungan dari penghematan lokalisasi yaitu spillover effect

    yang didapat melalui (sharing information). Lokasi yang berdekatan antar-

  • 15

    Universitas Indonesia

    perusahaan dalam industri yang sama mengakibatkan terjadinya suatu spillover

    yang timbul ketika tenaga kerja setiap perusahaan saling bertukar informasi.

    Dengan adanya sharing informasi ini kemudian tumbuh ide baru dan inovasi

    teknologi yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

    Pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan tidak hanya dapat terjadi

    secara informal saja misalnya ketika para tenaga kerja perusahaan saling

    berbincang-bincang berbagi informasi, melainkan dapat terjadi juga melalui

    mekanisme formal misalnya ketika beberapa perusahaan melakukan kerja sama

    penelitian dan pengembangan produk dalam rangka menghasilkan suatu inovasi.

    Berbeda dengan penghematan lokalisasi, jenis aglomerasi kedua yang

    disebut dengan penghematan urbanisasi terjadi ketika biaya produksi sebuah

    perusahaan turun saat output dari kota meningkat. Penghematan urbanisasi

    berbeda dengan penghematan lokalisasi oleh sebab dua hal. Pertama,

    penghematan urbanisasi dihasilkan oleh skala dari perekonomian kota dan kedua,

    penghematan urbanisasi memberi keuntungan bagi seluruh perusahaan yang

    berada di sebuah kota, atau dengan kata lain manfaat tidak hanya dirasakan oleh

    perusahaan dalam industri tertentu saja.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan estimasi dengan spesifikasi

    mengacu pada Aitken dan Harrison (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Do

    Domestic Firms Benefit from Direct Foreign Investment? Evidence from

    Venezuela.

    Penelitian tersebut mempunyai dua tujuan yang serupa dengan penelitian

    ini. Pertama, bertujuan untuk melihat apakah secara empiris, MNC mempunyai

    tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    produktivitas tenaga kerja di perusahaan lokal; dan kedua, untuk menganalisis

    pengaruh dari kehadiran MNC intra-industri terhadap produktivitas tenaga kerja

    perusahaan lokal di dalam industri yang sama. Unit analisis yang digunakan di

    dalam penelitian tersebut adalah perusahaan yang tergabung dalam industri

    manufaktur Venezuela selama periode 1976-1989.

  • 16

    Universitas Indonesia

    Hasil estimasi yang dilakukan menghasilkan dua buah kesimpulan.

    Pertama, bahwa MNC secara umum mempunyai tingkat produktivitas tenaga

    kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja di

    perusahan lokal. Kesimpulan kedua dari penelitian tersebut adalah bahwa

    kehadiran MNC, yang direpresentasikan oleh rasio jumlah tenaga kerja MNC

    terhadap keseluruhan jumlah tenaga di setiap industri, berpengaruh negatif

    signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di perusahaan lokal. Dengan

    demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat market stealing effect dari kehadiran

    MNC di industri manufaktur Venezuela. Selain variabel bebas utama, dalam

    penelitian tersebut turut didapat hasil estimasi dimana variabel kontrol yang

    merupakan variabel dalam fungsi produksi Cobb Douglas, yaitu jumlah modal

    dan jumlah bahan berpengaruh positif bagi produktivitas perusahaan serta variabel

    yang merepresentasikan absorptive capacity yaitu tenaga kerja yang

    berpendidikan berpengaruh positif bagi produktivitas.

    Untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah dituliskan

    dalam bab 1, penulis akan menggunakan variabel bebas yang digunakan dalam

    penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang diuraikan dalam tabel 2.1 seperti

    intensitas modal, kualitas tenaga kerja dan pengeluaran R&D untuk

    merepresentasikan absorptive capacity serta tingkat konsentrasi industri yang

    dicerminkan oleh HHI.

    Intensitas Modal

    Intensitas modal merupakan sebuah variabel yang umum

    digunakan dalam menggambarkan tingkat utilisasi alat-alat modal dalam

    aktivitas produksi, sehingga dengan semakin meningkatnya nilai intensitas

    modal, aktivitas produksi akan semakin cepat dalam mencapai titik

    maksimal (Mankiw, 1998).

    Modal merupakan salah satu input inti dalam kegiatan produksi

    sebagaimana yang dijelaskan dalam fungsi produksi Cobb Douglas,

    dimana apabila nilai intensitas modal tinggi, dapat disimpulkan bahwa

    perusahaan lebih bersifat capital intensive.

  • 17

    Universitas Indonesia

    Variabel ini hampir selalu digunakan sebagai variabel bebas dalam

    penelitian yang berkaitan dengan produktivitas atau penelitian yang

    menggunakan kerangka dasar Cobb Douglas seperti penelitian yang

    dilakukan oleh Sjoholm (1997), Aitken dan Harrison (1999), Blomstrom

    dan Sjoholm (1999), Proenca et. al (2002), Suyanto et. al (2009) serta

    Hoang dan Pham (2010) dimana koefisien dari intensitas modal dalam

    penelitian tersebut seluruhnya signifikan secara statistik dan mempunyai

    nilai positif.

    Kualitas Tenaga Kerja dan Pengeluaran R&D

    Kedua variabel ini dimasukkan sebagai variabel bebas dalam

    penelitian ini atas pertimbangan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan

    serta aktivitas R&D dapat berperan dalam meningkatkan absorptive

    capacity perusahaan lokal atas teknologi yang relatif lebih canggih yang

    digunakan oleh MNC. Dasar pemikirannya adalah bahwa apabila

    perusahaan lokal mempunyai absorptive capacity yang baik, maka

    kemampuan perusahaan lokal dalam melakukan learning activities akan

    semakin meningkat sehingga tenaga kerja dapat mengaplikasikan

    teknologi baru dalam aktivitas produksi yang membawa dampak pada

    kenaikan produktivitas.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aitken dan Harrison (1999),

    Blomstrom dan Sjoholm (1999), Proenca et. al (2002) serta Hoang dan

    Pham (2010), variabel absorptive capacity yang dalam penelitian tersebut

    diwakili oleh tenaga kerja berpendidikan menengah tinggi di perusahaan

    lokal terbukti dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan,

    hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto et. al (2009) menemukan

    bahwa pengeluaran R&D berpengaruh bagi kenaikan produktivitas dalam

    perusahaan di industri manufaktur Indonesia.

  • 18

    Universitas Indonesia

    Konsentrasi Industri (HHI)

    Peltzman (1777) dalam Suyanto et. al (2009) menyatakan bahwa

    konsentrasi industri digunakan untuk menggambarkan tingkat persaingan

    antar-perusahaan dalam industri yang sama. Terdapat dua pandangan

    terkait interpretasi nilai konsentrasi industri. Pandangan pertama yaitu

    bahwa konsentrasi yang tinggi dikatakan berkorelasi dengan tingkat

    efisiensi yang rendah apabila konsentrasi yang tinggi justru melindungi

    perusahaan yang inefisien. Dengan demikian, pandangan pertama ini

    secara tidak langsung menyimpulkan bahwa konsentrasi industri justru

    mendorong rendahnya produktivitas perusahaan.

    Pandangan kedua adalah bahwa konsentrasi industri dikatakan

    dapat berpengaruh positif apabila industri yang terkonsentrasi merupakan

    hasil dari persaingan yang dinamis antar-perusahaan dalam industri yang

    sama sehingga perusahaan yang tidak efisien sudah terlebih dahulu keluar

    dari pasar. Dari pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa pandangan kedua

    menyatakan bahwa konsentrasi industri yang tinggi mendorong tingginya

    produktivitas perusahaan.

    Hasil yang didapat oleh penelitian sebelumnya terkait pengaruh

    dari konsentrasi industri bagi produktivitas perusahaan pun saling berbeda.

    Proenca et. al (2002) serta Hoang dan Pham (2010) menemukan bahwa

    konsentrasi industri mendorong kenaikan produktivitas perusahaan. Hasil

    yang didapat dalam penelitian Suyanto et. al (2009) dimana objek

    observasi adalah perusahaan di Indonesia adalah konsentrasi industri

    berkorelasi negatif dengan produktivitas sementara hasil yang didapat oleh

    Sjoholm (1997), masih dengan menggunakan objek observasi berupa

    perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa konsentrasi industri justru

    tidak signifikan bagi produktivitas perusahaan. Hal ini menunjukkan

    bahwa periode observasi yang berbeda akan menghasilkan korelasi yang

    berbeda pula antara konsentrasi industri terhadap produktivitas

    perusahaan.

  • 19

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

    Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Objek

    Penelitian Variabel yang Digunakan Kesimpulan

    Fredrik Sjoholm

    (1997).

    Technology Gap,

    Competition and Spillovers

    from Direct Foreign

    Investment: Evidence from

    Established Data.

    Melihat bagaimana

    keberadaan

    MNC,technology gap dan

    persaingan dalam industri

    mempengaruhi

    produktivitas perusahaan

    lokal.

    Seluruh

    perusahaan di

    industri

    manufaktur

    Indonesia pada

    tahun 1980

    dan 1991.

    Var. Dependen

    Nilai tambah per tenaga

    kerja.

    Var. Independen

    Intensitas modal, skala

    produksi, foreign presence,

    technology gap dan HHI.

    Intensitas modal (+), foreign

    presence (+), technology gap

    (+), HHI dan skala produksi

    tidak signifikan.

    Brian J. Aitken dan

    Ann E. Harrison

    (1999).

    Do Domestic Firms Benefit

    from Direct Foreign

    Investment? Evidence from

    Venezuela.

    Melihat pengaruh jumlah

    modal asing terhadap

    produktivitas tenaga kerja

    perusahaan tsb dan melihat

    apakah tercipta spillover

    dari MNC terhadap

    perusahaan lokal.

    Seluruh

    perusahaan di

    industri

    manufaktur

    Venezuela

    selama 1976-

    1989.

    Var. Dependen

    Output per tenaga kerja.

    Var. Independen

    Modal, jumlah tenaga kerja,

    jumlah bahan baku, kualitas

    tenaga kerja, jumlah modal

    asing dan foreign presence.

    Modal (+), jumlah tenaga kerja

    (+), jumlah bahan baku (+),

    kualitas tenaga kerja (+), jumlah

    modal asing (+), foreign

    presence tidak signifikan.

    Magnus Blomstrom

    dan Fredrik

    Sjoholm (1999).

    Technology Transfer and

    Spillovers: Does Local

    Participation with

    Multinationals Matter?

    Melihat apakah struktur

    kepemilikan asing dalam

    sebuah perusahaan

    berkorelasi dengan tingkat

    produktivitas perusahaan

    lokal.

    Seluruh

    perusahaan di

    Indonesia, di

    berbagai

    sektor industri

    selama tahun

    1991.

    Var. Dependen

    Nilai tambah per tenaga

    kerja.

    Var. Independen

    Intensitas modal, kualitas

    tenaga kerja, skala produksi,

    foreign presence, jumlah

    modal asing dan ekspor.

    Intensitas modal (+), kualitas

    tenaga kerja (+), skala produksi

    (+), foreign presence (+), ekspor

    (+), jumlah modal asing (+).

    Isabel Proenca,

    Maria Paula

    Productivity Spillovers

    from Multinational

    Menganalisis bagaimana

    pengaruh dari keberadaan

    1604

    perusahaan di

    Var. Dependen

    Nilai tambah per tenaga

    Pengaruh kehadiran MNC

    terhadap produktivitas

  • 20

    Universitas Indonesia

    Fontoura dan Nuno

    Crespo (2002).

    Companies in the

    Portuguese Case: Evidence

    from a Short Time Period

    Panel Data.

    MNC terhadap

    produktivitas perusahaan

    lokal.

    Portugal

    selama periode

    1996-1998.

    kerja.

    Var. Independen

    Foreign presence, intensitas

    modal, skala produksi,

    kualitas tenaga kerja, HHI

    dan technological gap.

    perusahaan lokal ambigu karena

    ditentukan oleh gap teknologi

    keduanya. Spillover hanya

    tercipta apabila gap ini tidak

    terlalu jauh.

    Garrick Blalock dan

    Paul J. Gertler

    (2004).

    Firm Capabilities and

    Technology Adoption:

    Evidence from Foreign

    Direct Investment in

    Indonesia.

    Melihat bagaimana FDI

    dan kapabilitas adopsi

    teknologi perusahaan

    mempengaruhi tingkat

    produktivitas firm di

    Indonesia.

    Seluruh

    perusahaan di

    industri

    manufaktur

    Indonesia

    selama 1988-

    1996.

    Var. Dependen

    Output perusahaan.

    Var. Independen

    Jumlah tenaga kerja,

    intensitas modal, nilai

    tambah per tenaga kerja,

    foreign presence dan

    intensitas bahan baku.

    Jumlah tenaga kerja (+),

    intensitas modal (+), nilai

    tambah per tenaga kerja (+),

    foreign presence (+), intesitas

    bahan baku (+).

    Cuyvers et.al.

    (2008).

    Productivity Spillovers

    from FDI in the

    Cambodian Manufacturing

    Sector: Evidence from

    Establishment-Level Data.

    1. Melihat apakah terdapat perbedaan

    produktivitas antara

    MNC dengan

    perusahaan lokal.

    2. Melihat apakah perbedaan jumlah

    kepemilikan asing di

    suatu perusahaan

    menciptakan perbedaan

    produktivitas.

    932

    perusahaan di

    industri

    manufaktur

    Kamboja

    selama periode

    2002-2003.

    Var. Dependen

    Nilai tambah per tenaga

    kerja.

    Var. Independen

    Intensitas modal, intensitas

    bahan baku, jumlah modal

    asing, kualitas tenaga kerja,

    jumlah tenaga kerja, foreign

    presence.

    MNC terbukti lebih produktif dibandingkan

    perusahaan lokal.

    Terdapat spillover dari adanya MNC bagi

    produktivitas perusahaan

    lokal.

    Suyanto, Ruhul A.

    Salim dan Harry

    Bloch (2009).

    Does Foreign Direct

    Investment Lead to

    Productivity Spillovers?

    Firm Level Evidence from

    Indonesia.

    Menganalisis pengaruh dari

    MNC di industri kimia dan

    farmasi terhadap

    produktivitas perusahaan

    lokal di industri yang sama

    di Indonesia.

    Perusahaan

    yang

    tergabung

    dalam industri

    kimia dan

    farmasi selama

    tahun 1988-

    2000.

    Var. Dependen

    TFP.

    Var. Independen

    Jumlah tenaga kerja, jumlah

    modal, foreign presence,

    HHI, R&D, usia perusahaan.

    Seluruh variabel bebas signifikan

    positif dan perusahaan lokal

    yang melakukan R&D

    mempunyai produktivitas yang

    lebih tinggi.

  • 21

    Universitas Indonesia

    Hoang van Thanh

    dan Pham Thien

    Hoang. (2010)

    Productivity Spillover from

    FDI: The Case of Vietnam.

    Melihat pengaruh

    keberadaan MNC terhadap

    produktivitas perusahaan

    lokal, serta melihat faktor

    yang paling menentukan

    bagi terjadinya spillover.

    Seluruh

    perusahaan di

    Vietnam

    selama periode

    2003-2007.

    Var. Dependen

    Nilai tambah per tenaga

    kerja.

    Var. Independen

    Jumlah modal, jumlah tenaga

    kerja, HHI, foreign presence,

    technological gap dan

    kualitas tenaga kerja.

    Seluruh variabel bebas

    mempengaruhi variabel terikat

    secara positif, kecuali variabel

    technological gap.

  • 22

    Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Spesifikasi

    Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi penelitian

    yang dilakukan oleh Aitken dan Harrison (1999) dalam tulisannya yang berjudul

    Do Domestic Firms Benefit from Direct Foreign Investment? Evidence from

    Venezuela yaitu sebagai berikut.

    Dimana:

    lnYit merupakan output dari perusahaan.

    DFI_Plantit merupakan jumlah kepemilikan modal asing dalam sebuah

    perusahaan dimana nilainya berkisar 0-100% dan digunakan untuk melihat

    apakah terdapat perbedaan produktivitas antara perusahaan lokal dengan

    MNC.

    DFI_Sectorit digunakan untuk melihat apakah tercipta spillover effect dari

    adanya MNC dalam sebuah industri. Dalam penelitian ini, pendekatan

    yang digunakan dalam melihat ada tidaknya spillover adalah melalui

    penyerapan tenaga kerja.

    DFI_Plantit*DFI_Sectorit merupakan variabel yang digunakan untuk

    melihat apakah kehadiran MNC akan memberi pengaruh bagi MNC

    lainnya yang berada dalam industri yang sama.

    lnKit adalah jumlah modal dari perusahaan. Dalam penelitian Aitken dan

    Harrison, variabel ini diukur melalui nilai aset tetap yang dimiliki

    perusahaan pada awal tahun.

  • 23

    Universitas Indonesia

    lnMit adalah jumlah bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dalam

    aktivitas produksi yang juga menggambarkan volume produksi dari

    perusahaan.

    lnSKLit adalah jumlah tenaga kerja berpendidikan yang dimiliki oleh

    perusahaan yang menggambarkan absorptive capacity dari perusahaan.

    lnUNSKLit adalah jumlah tenaga kerja yang tidak berpendidikan dalam

    sebuah perusahaan dimana hipotesis yang diajukan adalah variabel ini

    berkorelasi negatif terhadap output perusahaan.

    Tabel 3.1 Perbedaan Spesifikasi 1 dan 2 Penelitian Acuan

    Variabel Terikat Spesifikasi 1 Spesifikasi 2

    Output seluruh perusahaan (lnYit) -

    Output perusahaan lokal (LPit) -

    Variabel Bebas Spesifikasi 1 Spesifikasi 2

    DFI_Plantit -

    DFI_Sectorit -

    DFI_Plantit* DFI_Sectorit -

    lnKit

    lnMit

    lnSKLit

    lnUNSKLit

    Sumber: Aitken dan Harrison (1999), diolah

    Adapun perbedaan antara spesifikasi Aitken dan Harrison dengan

    penelitian ini terutama terletak pada variabel yang digunakan dan metode

    pengukuran dari beberapa variabel. Hal ini karena variabel tersebut tidak ada di

    dalam Statistik Industri Indonesia sehingga harus dicari alternatif metode

    pengukuran. Spesifikasi yang diajukan dalam upaya menjawab pertanyaan

    penelitian nomor 1 dan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam bab 1 dari

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 24

    Universitas Indonesia

    lnLPit adalah produktivitas tenaga kerja, baik di seluruh perusahaan

    maupun di perusahaan lokal.

    lnCIit adalah intensitas modal yang dimasukkan dalam model untuk

    menggambarkan jumlah modal yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja.

    dshareit adalah variabel dummy yang bernilai 1 apabila dalam sebuah

    perusahaan terdapat modal asing didalamnya dan bernilai 0 apabila tidak

    terdapat modal asing.

    spilloverjt adalah variabel yang menggambarkan pengaruh kehadiran MNC

    dalam sebuah industri yang sama (intra-industri) dan dalam lokasi yang

    sama dengan perusahaan lokal.

    Konsentrasi Industri (HHIjt) yang digunakan untuk melihat bagaimana

    pengaruh dari konsentrasi industri terhadap produktivitas perusahaan.

    Apabila dirangkum, maka penggunaan variabel dari setiap spesifikasi

    adalah seperti yang diperlihatkan oleh tabel di bawah ini.

    Tabel 3.2 Perbedaan Spesifikasi 1 dan 2 Penelitian

    Variabel Terikat Spesifikasi 1 Spesifikasi 2

    Produktivitas tenaga kerja seluruh perusahaan (LPit) -

    Produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal (LPit) -

    Variabel Bebas Spesifikasi 1 Spesifikasi 2

    Intensitas modal (lnCIit)

    Jumlah modal asing (dshareit) -

    Kehadiran MNC (spilloverjt) -

    Konsentrasi Industri (HHIjt)

    Sumber: Olahan penulis

    Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian acuan adalah

    bahwa penelitian ini juga akan mengestimasi pengaruh dari absorptive capacity

    perusahaan lokal, yang direpresentasikan oleh variabel pengeluaran R&D dan

  • 25

    Universitas Indonesia

    kualitas tenaga kerja perusahaan tetapi dengan estimasi yang dilakukan secara

    terpisah. Hal ini karena data bagi pengeluaran R&D dan data pendidikan dari

    tenaga kerja hanya tersedia pada tahun 2006 sehingga khusus untuk melihat

    pengaruh dari absorptive capacity, metode yang digunakan adalah cross section.

    Adapun spesifikasi yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian nomor

    3 adalah sebagai berikut.

    3.1.1 Definisi dan Pengukuran Variabel

    3.1.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja (LPit)

    Produktivitas tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    produktivitas parsial, yang merupakan rasio antara nilai tambah per tenaga kerja

    dari setiap perusahaan. Pada kasus ini, jumlah tenaga kerja yang digunakan

    mencakup tenaga kerja produksi dan tenaga kerja non-produksi, sedangkan nilai

    tambah dihitung dengan rumus output input + upah tenaga kerja produksi +

    upah tenaga kerja nonproduksi + hibah + pajak tidak langsung + sewa tanah +

    bunga atas pinjaman.

    Mengacu pada konsep awal produktivitas seperti yang dijelaskan oleh

    Pindyck dan Rubinfeld (2005), produktivitas tenaga kerja sebaiknya dihitung

    terhadap jumlah jam kerja sehingga dapat memperlihatkan efisiensi kinerja karena

    definisi produktivitas adalah rasio dari efektivitas terhadap efisiensi. Namun,

    karena data jumlah jam kerja bagi perusahaan dalam industri manufaktur

    Indonesia tidak tersedia, maka alternatif yang dapat digunakan adalah jumlah

    tenaga kerja.

    3.1.1.2 Intensitas Modal (CIit)

    Intensitas modal umumnya dihitung melalui rasio stok modal tetap

    perusahaan terhadap jumlah tenaga kerja. Namun, perhitungan dengan cara ini

    tidak dilakukan dalam penelitian ini. Proxy yang akan digunakan dalam penelitian

  • 26

    Universitas Indonesia

    ini untuk menghitung intensitas modal adalah rasio konsumsi listrik per tenaga

    kerja dimana konsumsi listrik mempunyai satuan kwh. Penggunaan proxy ini

    dinilai cukup dapat mewakili karena menggambarkan intensitas penggunaan

    mesin sehingga bila intensitas modal sebuah perusahaan bernilai tinggi, hal ini

    menggambarkan perusahaan tersebut cukup capital intensive.

    3.1.1.3 Jumlah Modal Asing (dshareit)

    Variabel ini merupakan variabel inti yang digunakan untuk melihat

    perbedaan produktivitas tenaga kerja antara MNC dengan perusahaan lokal dan

    seperti dapat dilihat dalam tabel 3.2, variabel ini hanya digunakan dalam

    spesifikasi 1. Pengukuran dari variabel ini adalah dengan menggunakan variabel

    dummy dimana variabel dummy akan bernilai 0 apabila tidak terdapat modal asing

    sedikitpun dalam sebuah perusahaan dan dummy akan bernilai 1 apabila terdapat

    modal asing lebih dari 0%. Hal ini karena tidak terdapat kesepakatan di Indonesia

    terkait minimum modal asing yang dibutuhkan untuk dapat menyebut sebuah

    perusahaan sebagai MNC, disamping itu, mengacu pada Narjoko (2009b),

    besarnya jumlah modal asing tidak menggambarkan besarnya kontrol manajemen.

    Pada banyak kasus di Indonesia, Aswicahyono dan Hill (1995) menyatakan

    bahwa local partner memainkan peran sangat minim dalam kontrol perusahan,

    sekalipun local partner ini mempunyai saham yang besar di sebuah perusahaan.

    3.1.1.4 Kehadiran MNC (spilloverjt)

    Dalam penelitian ini, metode perhitungan dari variabel spillover sedikit

    berbeda karena juga memperhitungkan faktor aglomerasi ekonomi kedalamnya

    yang dicerminkan oleh kode kabupaten/kota. Namun demikian, pendekatan yang

    digunakan tetap menggunakan penyerapan tenaga kerja. Hal ini didasarkan atas

    pertimbangan bahwa mengacu pada Caves (1974) dalam Kokko (1994),

    pengukuran dengan pendekatan tenaga kerja lebih baik dibandingkan dengan

    pengukuran menggunakan output. Dengan demikian, dalam penelitian ini variabel

    spillover dihitung sebagai rasio dari jumlah tenaga kerja yang dimiliki MNC dari

  • 27

    Universitas Indonesia

    setiap industri yang sama di setiap kab/kota terhadap keseluruhan jumlah tenaga

    kerja perusahaan dalam setiap industri yang sama di setiap kab/kota.

    3.1.1.5 Konsentrasi Industri (HHIjt)

    Variabel ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari

    konsentrasi industri terhadap produktivitas perusahaan. Adapun HHI dalam

    penelitian ini dihitung sebagai penjumlahan dari pangsa pasar kuadrat setiap

    perusahaan dari setiap industri 5-digit KBLI.

    3.1.1.6 Pengeluaran R&D (drdit)

    Dalam penelitian ini, pengeluaran R&D dalam perusahaan digunakan

    sebagai proxy dari absorptive capacity perusahaan lokal dimana apabila

    perusahaan lokal mempunyai pengeluaran untuk R&D di tahun 2006, maka

    variabel ini akan bernilai 1 dan sebaliknya bernilai 0.

    3.1.1.7 Kualitas Tenaga Kerja (unedu_ratioit)

    Variabel kedua yang digunakan dalam upaya melihat pengaruh dari

    absorptive capacity perusahaan lokal terhadap produktivitas adalah kualitas

    tenaga kerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan tenaga kerja. Dalam

    penelitian ini, yang digunakan adalah rasio dari tenaga kerja yang berpendidikan

    S1 kebawah terhadap seluruh jumlah tenaga kerja.

    3.2 Periode, Jenis dan Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan objek observasi berupa seluruh perusahaan

    yang berada di industri manufaktur Indonesia selama kurun waktu 2004-2008.

    Dengan demikian, unit analisis yang digunakan adalah plant/firm-level. Terkait

    sumber data, seluruh variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini tersedia

    di dalam Statistik Industri.

  • 28

    Universitas Indonesia

    3.3 Hipotesis Penelitian

    Tabel 3.3 Hipotesis Penelitian

    Variabel Bebas Hipotesis Keterangan

    Intensitas modal (CIit) +

    Semakin tinggi penggunaan modal di dalam

    sebuah perusahaan, kecendrungan bagi

    kenaikan produktivitas tenaga kerja akan

    semakin tinggi.

    Jumlah modal asing

    (dshareit) +

    Agar sebuah PMA dapat terjadi, maka yang

    dibutuhkan adalah efisiensi dari MNC.

    Sehingga, MNC harus lebih efisien dengan

    cara menguasai teknologi yang lebih maju

    (termasuk metode produksi, kemampuan

    manajemen dan pemasaran). Maka dengan

    adanya modal asing dalam sebuah

    perusahaan, produktivitas MNC dikatakan

    akan lebih tinggi dibandingkan dengan

    perusahaan lokal.

    Kehadiran MNC

    (spilloverjt) +/-

    Kehadiran MNC dapat menciptakan

    pengaruh berbeda bagi perusahaan lokal,

    tergantung pada absorptive capacity

    perusahaan lokal.

    Konsentrasi industri

    (HHIjt) +/-

    Konsentrasi industri dapat berkorelasi

    positif maupun negatif terhadap

    produktivitas perusahaan, mengikuti

    argumen Peltzman (1977).

    Pengeluaran R&D

    (drdit) +

    Bila perusahaan lokal melakukan R&D

    maka process innovation yang dihasilkan

    akan semakin tinggi sehingga mendorong

    kenaikan produktivitas.

    Kualitas Tenaga Kerja

    (unedu_ratioit) -

    Tenaga kerja yang berpendidikan

    meningkatkan peluang perusahaan lokal

    dalam menangkap spillover effect yang

    dihasilkan oleh MNC. Sumber: Olahan penulis

  • 29

    Universitas Indonesia

    BAB 4

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisis Deskriptif

    4.1.1 Gambaran Umum MNC di Industri Manufaktur Indonesia

    Salah satu target yang harus dicapai melalui RPJMN 2004-2009 adalah

    arus masuk PMA yang harus meningkat. Evaluasi atas implementasi RPJMN

    2004-2008 seperti yang dilakukan oleh Idris (2009) memperlihatkan bahwa

    sepanjang tahun tersebut, tercatat bahwa arus masuk PMA secara umum memang

    mengalami peningkatan, meskipun memang berfluktuatif yang ditandai oleh

    menurunnya nilai arus masuk pada tahun 2006.

    Gambar 4.1 Arus Masuk PMA ke Indonesia

    Sumber: Bank Dunia, diolah

    Mengacu pada definisi dimana suatu perusahaan dapat disebut sebagai

    MNC apabila terdapat lebih dari 0% jumlah modal asing didalamnya, tercatat

    setiap tahunnya, sepanjang periode 2004-2008 terdapat kenaikan jumlah MNC di

    dalam industri manufaktur. Apabila pada tahun 2004 jumlah MNC hanya 1.258

    perusahaan, maka pada tahun 2008, jumlah MNC dalam industri manufaktur

    Indonesia mencapai 1.752. Meski demikian, dibandingkan dengan jumlah

    perusahaan lokal, jumlah MNC masih berada dibawah 10% jumlah perusahaan

    -2E+09

    -1E+09

    0

    1E+09

    2E+09

    3E+09

    4E+09

    5E+09

    6E+09

    2004 2005 2006 2007 2008

    Inflow FDI (Current US$) Linear (Inflow FDI (Current US$))

  • 30

    Universitas Indonesia

    lokal. Pola lain yang terlihat dari Gambar 4.2 adalah bahwa jumlah MNC relatif

    stabil setiap tahunnya dimana hanya berkisar di tingkat 1.800 sementara jumlah

    perusahaan lokal berfluktuatif dengan perbedaan yang signifikan. Sebagai contoh,

    pada tahun 2006 jumlah perusahaan lokal bertambah sekitar 9.000 dibandingkan

    tahun sebelumnya, tetapi di tahun 2007 dan 2008, jumlah ini menurun sebesar

    sekitar 2.000 dibandingkan tahun sebelumnya. Sekilas terlihat bahwa perusahaan

    lokal cenderung mudah keluar-masuk pasar apabila perusahaan tersebut tidak

    mampu bersaing, berbeda dengan MNC. Hal ini seolah membuktikan kebenaran

    anggapan umum bahwa perusahaan yang mampu berekspansi ke negara lainnya

    merupakan perusahaan yang sudah efisien dalam berproduksi sehingga relatif kuat

    dalam menghadapi persaingan.

    Gambar 4.2 Perbandingan Jumlah MNC dan Perusahaan Lokal

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    Sedangkan, apabila dirinci menurut golongan pokok KBLI 2005, terdapat

    tiga golongan pokok dengan jumlah MNC terbanyak sepanjang tahun 2004-2008.

    Ketiga golongan pokok tersebut adalah golongan pokok 15 (industri makanan dan

    minuman), golongan pokok 24 (industri kimia dan barang-barang dari kimia) serta

    golongan pokok 36 (industri furnitur dan pengolahan lain) seperti yang

    ditunjukkan oleh Gambar 4.3. Dari gambar ini terlihat bahwa industri golongan

    pokok 15 dan golongan pokok 24 menarik jumlah MNC terbanyak karena

    masing-masing industri ini mempunyai jumlah MNC sekitar 11% dari

    -

    5,000

    10,000

    15,000

    20,000

    25,000

    2004 2005 2006 2007 2008

    MNC

    Local Firm

  • 31

    Universitas Indonesia

    keseluruhan MNC yang berproduksi dalam industri manufaktur Indonesia. Di sisi

    lain, golongan pokok 36 menarik sekitar 9% total MNC yang berproduksi di

    dalam industri manufaktur Indonesia.

    Gambar 4.3 Jumlah MNC dalam Golongan Pokok 15, 24 dan 36

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    Namun demikian, banyaknya jumlah MNC dalam ketiga industri ini tidak

    lantas berarti ketiga industri ini menarik modal asing terbanyak didalamnya

    karena seperti diperlihatkan dalam lampiran, rata-rata modal asing dalam industri

    golongan pokok 15, 24 dan 36 hanya sebesar masing-masing 2,94%, 5,94% dan

    14,98%. Kemungkinan yang terjadi adalah pihak asing hanya melakukan

    penyertaan modal (joint venture) di dalam ketiga jenis industri ini.

    Gambar 4.4 menunjukkan jumlah MNC menurut provinsi di Indonesia.

    Dari gambar ini terlihat bahwa sepanjang periode implementasi RPJMN 2004-

    2009, industri manufaktur masih terpusat di Pulau Jawa. Terdapat lima provinsi

    yang mempunyai jumlah MNC terbanyak dalam industri manufakturnya,

    diantaranya Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Jawa

    Barat memegang posisi sebagai provinsi dengan MNC terbanyak didalamnya

    yaitu mencapai sekitar 39% dari keseluruhan MNC yang berproduksi di

    Indonesia. Apabila melihat persebaran MNC menurut kabupaten/kota di Jawa

    Barat, data Statistik Industri menunjukkan bahwa Bekasi mempunyai jumlah

    MNC terbanyak yaitu mencapai 1.362 perusahaan, disusul oleh Bogor dan

    11%

    11%

    9%

    69%

    15

    24

    36

    Lainnya

  • 32

    Universitas Indonesia

    Karawang yang masing-masing mempunyai 367 dan 364 MNC didalamnya

    sepanjang periode 2004-2008.

    Gambar 4.4 Jumlah MNC dalam Industri Manufaktur Menurut Provinsi

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    4.1.2 Perkembangan Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal

    MNC dipercaya mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi

    dibandingkan perusahaan lokal. Hal ini akibat efisiensi yang dimilikinya sehingga

    MNC mampu berproduksi dengan input yang sedikit sementara mampu

    menghasilkan output yang banyak. Pada kasus di Indonesia, tampaknya anggapan

    umum tersebut terbukti benar. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dalam industri

    bergolongan pokok 15, MNC mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih

    tinggi dibandingkan perusahaan lokal. Banyaknya jumlah MNC di dalam industri

    ini tampaknya tidak berkorelasi dengan spillover yang tinggi. Ini diperlihatkan

    oleh tingkat produktivitas perusahaan lokal yang sepanjang 2004-2008 relatif

    stabil di rentang 30 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Hal ini mungkin

    diakibatkan oleh sifat dari industri itu sendiri yang relatif tidak membutuhkan

    teknologi tinggi.

    Hal serupa juga diperlihatkan oleh MNC dan perusahaan lokal dalam

    industri kimia dan bahan-bahan dari kimia atau industri golongan pokok 24.

    Meskipun industri ini tergolong dalam industri berteknologi menengah dan tinggi,

    sepertinya tidak tercipta spillover effect. Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa gap

    DKI Jakarta, 7.83%

    Jawa Barat, 39.04%

    Jawa Tengah, 7.08%

    Jawa Timur, 12.76%

    Banten, 16.72%

    Lainnya, 16.57%

  • 33

    Universitas Indonesia

    produktivitas antara MNC dengan perusahaan lokal dalam industri ini juga relatif

    tinggi. Apabila pada tahun 2004 produktivitas MNC mencapai sekitar tiga kali

    lipat dari yang dicapai perusahaan lokal, gap ini semakin tinggi di tahun 2008.

    Hal ini karena produktivitas MNC yang meningkat cukup signifikan sementara

    produktivitas perusahaan lokal justru menurun sehingga di tahun 2008, gap

    produktivitas keduanya mencapai sekitar delapan kali lipat. Mencermati sifat

    industri ini yang membutuhkan teknologi tinggi, dugaan dibalik tidak terjadinya

    spillover effect adalah MNC menjaga dengan ketat teknologi yang dimilikinya

    sehingga produktivitas MNC dapat meningkat tanpa harus menyebar ke

    perusahaan lokal. Sementara itu, dalam industri furnitur (industri dengan

    golongan pokok 36) terlihat bahwa terjadi konvergensi produktivitas antara

    perusahaan lokal dengan MNC meskipun hal ini hanya terjadi sampai tahun 2007.

    Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa gap produktivitas antara MNC dengan

    perusahaan lokal di industri ini relatif rendah dengan gap terendah di tahun 2007.

    Mungkin saja hal ini terjadi akibat perusahaan lokal yang memperoleh spillover

    effect dari kehadiran MNC. Namun demikian, di tahun 2008 gap ini berubah

    dengan cukup signifikan karena di tahun tersebut, produktivitas MNC mencapai

    sekitar lima kali produktivitas perusahaan lokal.

    Gambar 4.5 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 15

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2004 2005 2006 2007 2008

    Juta

    Rp

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a

    MNC

    Local Firm

  • 34

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.6 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 24

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    Gambar 4.7 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 36

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    4.1.3 Perkembangan Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal

    Apabila melihat perbandingan intensitas modal antara MNC dan

    perusahaan lokal sepanjang periode 2004-2008, terlihat bahwa MNC di ketiga

    jenis industri yaitu industri golongan pokok 15, 24 dan 36 memang lebih capital

    intensive dibandingkan dengan perusahaan lokal. Pada industri makanan dan

    minuman, terlihat bahwa MNC mempunyai intensitas modal yang mencapai

    empat kali lipat dari yang dimiliki oleh perusahaan lokal meskipun baik MNC

    maupun perusahaan lokal mengalami penurunan nilai intensitas modal menjelang

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    900

    2004 2005 2006 2007 2008

    Juta

    Rp

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a

    MNC

    Local Firm

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    2004 2005 2006 2007 2008

    Juta

    Rp

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a

    MNC

    Local Firm

  • 35

    Universitas Indonesia

    tahun 2006. Oleh sebab dalam penelitian ini intensitas modal diukur dari

    penggunaan listrik, dugaan yang mendasari penurunan intensitas modal ini adalah

    adanya pencabutan subsidi BBM di tahun 2005 sehingga menyebabkan insentif

    bagi perusahaan untuk melakukan cost saving dengan jalan mengurangi produksi.

    Gambar 4.8 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 15

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    Industri kimia dan bahan kimia, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar

    4.9, terlihat mempunyai gap dalam intensitas modal yang rendah antara MNC dan

    perusahaan lokal dimana kedua jenis perusahaan ini juga mempunyai pola

    fluktuatif yang serupa. Dugaan dibalik rendahnya gap ini adalah karena industri

    bergolongan pokok 24 merupakan industri berteknologi menengah dan tinggi

    sehingga perusahaan lokal pun menggunakan mesin produksi dengan intensitas

    yang cukup tinggi.

    Di sisi lain, industri bergolongan pokok 36 tercatat mempunyai gap

    intensitas modal yang rendah antara MNC dengan perusahaan lokal. Dugaan

    dibalik hal ini adalah karena industri furnitur tidak membutuhkan teknologi tinggi

    dalam aktivitas produksi dan masih terdapat kecendrungan menggunakan input

    tenaga kerja dengan jumlah yang lebih banyak sehingga baik MNC maupun

    perusahaan lokal mempunyai gap intensitas modal yang rendah.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    2004 2005 2006 2007 2008

    Rib

    u K

    wh

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a

    MNC

    Local Firm

  • 36

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.9 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 24

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    Gambar 4.10 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 36

    Sumber: Statistik Industri, diolah

    4.1.4 Perkembangan Absorptive Capacity MNC dan Perusahaan Lokal

    Absorptive capacity menggambarkan kemampuan dari perusahaan untuk

    melakukan peningkatan produktivitas yang diantaranya dilakukan melalui

    penciptaan inovasi. Adalah aktivitas R&D dan kualitas tenaga kerja yang baik

    yang umumnya dijadikan sebagai representasi dari absoptive capacity. Apabila

    melihat dari pengeluaran R&D perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia

    pada tahun 2006 terlihat bahwa baik MNC maupun perusahaan lokal tidak banyak

    yang melakukan aktivitas R&D. Secara keseluruhan, dari sekitar 1.000 MNC

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    2004 2005 2006 2007 2008

    Rib

    u K

    wh

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a MNC

    Local Firm

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    4

    4.5

    5

    2004 2005 2006 2007 2008Rib

    u K

    wh

    /Te

    nag

    a K

    erj

    a

    MNC

    Local Firm

  • 37

    Universitas Indonesia

    yang berproduksi dalam industri manufaktur Indonesia, hanya 179 perusahaan

    yang melakukan aktivitas R&D. Sedangkan dari sekitar 23.000 perusahaan lokal,

    hanya 9,54% yang melakukan R&D. Kondisi kualitas tenaga kerja dalam MNC

    dan perusahaan lokal di industri manufaktur Indonesia pun tidak berbeda jauh.

    Apabila melihat keseluruhan industri, sebanyak 94,2% tenaga kerja di MNC

    mempunyai tingkat pendidikan S1 kebawah sementara bagi perusahaan lokal,

    nilainya jauh lebih tinggi karena mencapai 97,9%. Namun, kondisi yang lebih

    baik diperlihatkan oleh industri golongan pokok 24 karena didalam industri ini,

    tenaga kerja di MNC yang berpendidikan S1 kebawah hanya sekitar 86,2%

    sementara di perusahaan lokal sekitar 93%.

    4.2 Analisis Pengolahan Data

    Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 3, penelitian ini menggunakan

    tiga buah spesifikasi dalam upaya menjawab ketiga pertanyaan penelitian.

    Pertama, apakah MNC mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi

    dibandingkan perusahaan lokal? Kedua, apakah terdapat spillover effect dari

    kehadiran MNC intra-industri dan dalam kabupaten/kota yang sama dengan

    perusahaan lokal? Ketiga, bagaimana pengaruh dari pengeluaran R&D dan

    kualitas tenaga kerja bagi produktivitas tenaga kerja?

    4.2.1 Analisis Estimasi Spesifikasi 1

    Spesifikasi 1 berusaha mengonfirmasi anggapan umum bahwa MNC di

    Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan

    dengan perusahaan lokal. Penelitian ini menggunakan estimasi data panel fixed

    effect.

    Dalam proses estimasi yang dilakukan, hasil awal estimasi menunjukkan

    bahwa terdapat masalah heterokedastisitas, tetapi bebas dari masalah

    multikolinearitas sehingga perlu dilakukan treatment agar hasil estimasi yang

    dihasikan robust. Berikut adalah hasil estimasi ekonometrika atas spesifikasi 1.

  • 38

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.1 Hasil Uji Panel Fixed Effect Robust Spesifikasi 1

    Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas tenaga kerja di seluruh perusahaan)

    Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis

    lnCI (intensitas modal) 0,1768 0,000 + +

    dshare (dummy modal

    asing)

    0,01797 0,578 + +

    Konsentrasi (HHI) -0,0129 0,627 - +/-

    Konstanta 8,7301

    Prob > F 0,0000

    R2 within 0,1018

    Sumber: Olahan penulis

    Secara umum, dilihat dari tingkat signifikansi global, spesifikasi ini dapat

    digunakan karena mampu mewakili kondisi sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh

    nilai Prob

  • 39

    Universitas Indonesia

    kenaikan dalam output lebih kecil apabila dibandingkan dengan kenaikan

    intensitas modal.

    4.2.1.2 Pengaruh Jumlah Modal Asing terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

    Seluruh Perusahaan

    Meskipun secara grafis, sebagaimana ditunjukan dalam bagian analisis

    deskriptif, produktivitas tenaga kerja di MNC jauh lebih tinggi dibandingkan

    produktivitas di perusahaan lokal, hasil estimasi menunjukkan fakta yang berbeda.

    Secara statistik, modal asing tidak mempunyai pengaruh yang jelas terhadap

    produktivitas tenaga kerja. Dalam tabel hasil estimasi, variabel dshare

    mempunyai nilai P > |t| = 0,575 yang mana tidak signifikan secara statistik dalam

    = 1%, 5% atau 10%.

    Penyebab dibalik hal ini mungkin karena MNC banyak yang masuk ke

    subsektor industri yang tidak membutuhkan teknologi tinggi seperti industri

    makanan dan minuman. Dengan demikian, perusahaan dalam rangka mencapai

    penghematan biaya produksi akan menjadi cenderung labor intensive dimana

    MNC ini lebih memilih untuk menggunakan tenaga kerja banyak dibandingkan

    menggunakan barang modal yang berteknologi tinggi padahal tenaga kerja lebih

    mudah mengalami dimishing marginal productivity sehingga pengaruhnya ke

    produktivitas menjadi ambigu. Kita tidak dapat menarik kesimpulan terkait

    bagaimana modal asing dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.

    Dugaan lain untuk menjelaskan mengapa dalam kasus ini MNC tidak

    terbukti signifikan secara statistik mempunyai produktivitas yang lebih tinggi

    dibandingkan perusahaan lokal adalah karena tingkat agregasi data dimana dalam

    penelitian ini, kita hanya fokus pada industri manufaktur secara keseluruhan

    sehingga sekalipun memang terbukti MNC mempunyai produktivitas yang lebih

    tinggi dibandingkan perusahaan lokal, hasil tersebut hanya terjadi di industri-

    industri tertentu dimana dalam hal ini pada industri yang mempunyai nilai rata-

    rata modal asing tertinggi. Hasil dalam penelitian ini serupa dengan penelitian

    Ramstetter (2001) dimana pada kasus industri manufaktur Thailand, perbedaan

    produktivitas MNC dan perusahaan lokal juga ditemukan tidak signifikan secara

  • 40

    Universitas Indonesia

    statistik meskipun secara deskriptif, MNC mempunyai intensitas modal serta

    produktivitas lebih tinggi dari perusahaan lokal. Diduga hal ini terjadi karena

    memang MNC tidak terlalu produktif bagi kasus di Thailand.

    4.2.1.3 Pengaruh Konsentrasi Industri (HHI) terhadap Produktivitas Tenaga

    Kerja Seluruh Perusahaan

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa konsentrasi industri tidak signifikan

    secara statistik, yang bermakna bahwa analisis terkait pengaruh konsentrasi

    industri bagi produktivitas tenaga kerja seluruh perusahaan tidak dapat dilakukan

    meskipun bila dilihat dari tanda koefisien HHI, terlihat bahwa industri yang

    terkonsentrasi justru mendorong penurunan produktivitas.

    4.2.2 Analisis Estimasi Spesifikasi 2

    Tabel ringkasan hasil estimasi diperlihatkan oleh tabel 4.2. Dari tabel ini

    terlihat bahwa spesifikasi ini dapat digunakan untuk melakukan estimasi, seperti

    dibuktikan oleh nilai Prob>F (0,000) yang berada dibawah = 1%. Selanjutnya,

    variabel terikat mempunyai kemampuan menjelaskan variasi-variasi dari variabel-

    variabel bebas yang digunakan dalam model sebesar 10,79%.

    Tabel 4.2 Hasil Uji Panel Fixed Effect Robust Spesifikasi 2

    Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas di perusahaan lokal)

    Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis

    lnCI (intensitas modal) 0,1842 0,000 + +

    Spillover 0,0318 0,249 + +/-

    Konsentrasi (HHI) -0,0120 0,659 - +/-

    Konstanta 8,6114

    Prob > F 0,0000

    R2 within 0,1079

    Sumber: Olahan penulis

  • 41

    Universitas Indonesia

    4.2.2.1 Pengaruh Intensitas Modal dan Intensitas Bahan Baku terhadap

    Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Lokal

    Intensitas modal bernilai signifikan secara statistik dengan koefisien yang

    bernilai 0,18. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan intensitas modal

    sebesar 1% mempunyai pengaruh dalam menaikkan produktivitas tenaga kerja

    perusahaan lokal sebesar 0,18%. Hasil yang didapat sesuai dengan hipotesis yang

    diajukan di awal dan sesuai dengan fungsi Cobb Douglas dimana modal, sebagai

    salah satu input produksi mempunyai pengaruh positif bagi produktivitas

    meskipun pada kasus Indonesia selama periode 2004-2008, terjadi diminishing

    marginal productivity dari modal.

    4.2.2.2 Pengaruh Kehadiran MNC terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

    Perusahaan Lokal

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel spillover tidak signifikan

    secara statistik. Hasil yang didapat berkaitan dengan hasil estimasi pada

    spesifikasi 1 dimana tidak terdapat produktivitas yang berbeda antara MNC

    dengan perusahaan lokal. Hal ini tidak begitu mengherankan karena sebagaimana

    analisis deskriptif menunjukkan, pada industri-industri dengan jumlah MNC

    terbanyak didalamnya (industri bergolongan pokok 15, 24 dan 36) tidak terdapat

    konvergensi produktivitas dari perusahaan lokal. Sepanjang 2004-2008, yang

    terjadi justru gap produktivitas yang semakin tinggi. Disamping itu, melihat dari

    data pengeluaran R&D dari MNC sebagaimana dijelaskan di analisis deskriptif,

    terlihat bahwa MNC di Indonesia tidak terlalu aktif melakukan inovasi dan

    kualitas tenaga kerja di MNC dalam industri manufaktur secara keseluruhan tidak

    berbeda jauh dengan yang dimiliki perusahaan lokal. Disamping itu, melihat dari

    jumlah modal asing rata-rata di setiap industri, terlihat bahwa mayoritas industri

    hanya mempunyai nilai modal asing dibawah 51% sehingga kemungkinan besar

    di Indonesia pihak asing hanya masuk dalam bentuk penyertaan modal bukan

    dengan secara aktif terlibat dalam manajemen sehingga yang lebih aktif dalam

    manajemen adalah pihak Indonesia. Ini mungkin menjadi alasan mengapa

    spillover effect tidak terjadi.

  • 42

    Universitas Indonesia

    4.2.2.3 Pengaruh Konsentrasi Industri terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

    Perusahaan Lokal

    Variabel HHI mengacu pada tabel hasil estimasi mempunyai nilai yang

    tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian, kita tidak dapat menarik

    kesimpulan terkait pengaruh dari konsentrasi industri bagi produktivitas

    perusahaan.

    4.2.3 Analisis Estimasi Spesifikasi 3

    Spesifikasi 3 bertujuan untuk melihat pengaruh dari absorptive capacity

    terhadap produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal pada tahun 2006. Adapun

    dua buah variabel yang merepresentasikan absorptive capacity yaitu dummy

    pengeluaran R&D dan kualitas tenaga kerja yang dihitung melalui rasio dari

    jumlah tenaga kerja yang berpendidikan S1 ke bawah terhadap keseluruhan

    jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan.

    Tabel 4.3 Pengaruh Absorptive Capacity

    bagi Produktivitas Perusahaan Lokal

    Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas di perusahaan lokal)

    Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis

    lnCI (intensitas modal) 0,2629 0,000 + +

    Spillover 0,6897 0,000 + +/-

    Konsentrasi (HHI) 0,6420 0,000 + +/-

    Dummy R&D 0,4168 0,000 + +

    Uneducated labor ratio -3,4986 0,000 - -

    Konstanta 11,4901

    Prob > F 0,0000

    R2 adj 37,77%

    Sumber: Olahan penulis

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa spesifikasi ini dapat digunakan untuk

    memprediksi pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal ini

  • 43

    Universitas Indonesia

    dibuktikan oleh nilai Prob > F yang dibawah 1%. Seluruh variabel bebas pun

    secara parsial bernilai signifikan secara statistik sehingga pengaruh dari masing-

    masing variabel tersebut terhadap variabel terikat dapat dijelaskan.

    Fokus utama dari spesifikasi 3 adalah melihat bagaimana pengaruh dari

    absorptive capacity terhadap produktivitas perusahaan lokal. Hasil menunjukkan

    bahwa bagi perusahaan lokal dalam industri manufaktur Indonesia, pengeluaran

    R&D berkorelasi positif terhadap produktivitas dimana perusahaan lokal yang

    melakukan R&D akan mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi

    sebesar 0,517% dibandingkan dengan produktivitas perusahaan yang tidak

    melakukan R&D. Sementara itu, kualitas tenaga kerja yang digambarkan oleh

    varabel rasio jumlah tenaga kerja berpendidikan S1 ke bawah terhadap total

    tenaga kerja mempunyai koefisien bertanda negatif yang dapat dimaknai sebagai

    pertambahan tenaga kerja yang berkualitas buruk dalam perusahaan menyebabkan

    penurunan produktivitas tenaga kerja di perusahaan tersebut. Hasil yang didapat

    dari estimasi variabel absorptive capacity dengan demikian dapat disimpulkan

    sesuai dengan hipotesis dan teori.

  • 44

    Universitas Indonesia

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Penelitian ini dilakukan dengan tiga tujuan. Pertama, mengonfirmasi

    anggapan umum bahwa MNC di Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lokal. Kedua, menganalisis

    pengaruh dari kehadiran MNC dalam industri dan lokasi yang sama dengan

    perusahaan lokal dan ketiga, bertujuan untuk melihat pengaruh absorptive

    capacity perusahaan lokal bagi produktivitas perusahaan tersebut. Berdasarkan

    hasil pengolahan data deskriptif dan estimasi kedua spesifikasi secara ekonometri,

    didapat beberapa kesimpulan.

    Intensitas modal

    Intensitas modal mempunyai pengaruh positif bagi produktivitas tenaga

    kerja, tetapi dalam kasus Indonesia selama 2004-2008, intensitas modal

    mengalami diminishing marginal productivity dimana penambahan

    modal akan menyebabkan kenaikan produktivitas dengan tingkat di

    bawah jumlah modal yang ditambahkan. Selain itu, dari hasil deskriptif,

    terlihat bahwa MNC lebih bersifat capital intensive dibandingkan

    perusahaan lokal.

    Jumlah modal asing

    Jumlah modal asing, yang merupakan variabel utama dalam spesifikasi 1

    justru terbukti tidak signifikan yang bermakna dengan adanya modal

    asing dalam sebuah perusahaan, tidak selalu hal tersebut menyebabkan

    produktivitas tenaga kerja perusahaan itu lebih tinggi dibandingkan

    dengan produktivitas tenaga kerja perusahaan yang tidak mempunyai

    modal asing didalamnya. Hasil yang didapat dalam penelitian ini

    bertentangan dengan hipotesis yang diajukan, tetapi serupa dengan hasil

    penelitian yang dilakukan di Thailand oleh Ramstetter (2001). Argumen

  • 45

    Universitas Indonesia

    untuk menjelaskan hal ini adalah adanya kemungkinan bahwa MNC di

    Indonesia memang tidak begitu produktif, meskipun mempunyai

    intensitas modal yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lokal.

    Kehadiran MNC

    Adanya MNC dalam industri yang sama dengan perusahaan lokal tidak

    terbukti menyebabkan spillover effect bagi perusahaan lokal. Dugaan

    dibalik hal ini adalah karena MNC di Indonesia tidak produktif dan

    cenderung menggunakan teknologi yang relatif sama dengan perusahaan

    lokal.

    Konsentrasi industri

    Hasil estimasi dalam penelitian ini membuktikan bahwa konsentrasi

    industri, yang dalam kasus ini direpresentasikan oleh Herfindahl

    Hirschman Index tidak signifikan secara statistik sehingga kita tidak bisa

    menarik kesimpulan terkait pengaruh konsentrasi industri bagi

    produktivitas perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia.

    Absorptive capacity

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa kedua variabel yang menggambarkan

    absorptive capacity perusahaan lokal yaitu pengeluaran R&D dan

    kualitas tenaga kerja terbukti berpengaruh positif bagi produktivitas

    tenaga kerja.

    5.2 Keterbatasan Penelitian

    Kelemahan utama penelitian ini adalah karena pendekatan yang digunakan

    dalam menganalisis pengaruh MNC hanya melalui competition effect sehingga

    ada baiknya penelitian berikutnya menggunakan pendekatan lain atau mencoba

    bagi kasus inter-industri agar hasil yang didapat lebih valid. Kemudian, karena

    data R&D dan tingkat pendidikan tenaga kerja hanya tersedia di tahun 2006,

  • 46

    Universitas Indonesia

    sebaiknya dicari variabel lain yang menggambarkan absorptive capacity dan data

    variabel tersebut tersedia setiap tahun.

    5.3 Saran

    Dari kesimpulan yang didapat, dapat ditarik sejumlah rekomendasi

    kebijakan. Pertama, bahwa adanya MNC intra-industri sekalipun berada dalam

    lokasi yang sama dengan perusahaan lokal tidak berhasil menciptakan spillover

    effect. Dengan demikian, pemerintah seharusnya hanya menggalakan arus masuk

    PMA ke sektor industri yang memang membutuhkan teknologi tinggi. Kedua,

    bahwa absorptive capacity berperan penting bagi peningkatan produktivitas

    sehingga seharusnya setiap perusahaan melakukan aktivitas R&D dan juga

    merekrut tenaga kerja yang berpendidikan baik karena hasil estimasi

    menunjukkan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan S1 ke bawah hanya

    menyebabkan penurunan produktivitas.

  • 47

    Universitas Indonesia

    DAFTAR PUSTAKA

    Aitken, Brian J. & Harrison, Ann E. (1999). Do Domestic Firms Benefit from

    Direct Foreign Investment? Evidence from Venezuela. The American

    Economic Review, 89(3), pp. 605-618.

    Blalock, Garrick & Gertler, Paul J. (2004). How Firm Capabilities Affect Who

    Benefits from Foreign Technology. NBER Working Paper Series.

    Blomstrom, Magnus & Wang, Jian-Ye. (1992). Foreign Investment and

    Technology Transfer: A Simple Model. NBER Working Paper Series No.

    2958.

    Blomstrom, Magnus & Sjoholm, Fredrik. (1999). Technology Transfer and

    Spillover: Does Local Participation with Multinationals Matter? European

    Economic Review No. 43, pp.915-923.

    Cuyvers et.al. (2008). Productivity Spillovers from Foreign Direct Investment in

    the Cambodian Manufacturing Sector: Evidence from Establishment-Level

    Data. Antwerp Research Paper No. 004.

    Gachino, Geoffrey. (2007). Foreign Direct Investment and Firm Level

    Productivity a Panel Data Analysis. UNU Merit Working Paper Series No.

    16.

    Gorg, Holger & Strobl, Eric. (2000). Multinational Companies, Technology

    Spillovers and Firm Survival: Evidence from Irish Manufacturing. GLM

    Research Paper No.12.

    Hoang, V.T. & T.H. Pham. (2010). Productivity Spillovers from Foreign Direct

    Investment: The Case of Vietnam. ERIA Research Project Paper pp. 228-

    246.

    Hsieh, Chang-Tai. (2006). Do Domestic China Firms Benefit from Foreign Direct

    Investment? ICSEAD Working Paper Series No. 30.

  • 48

    Universitas Indonesia

    Idris, Fahmi. (2009). Pencapaian Pengembangan Industri Selama Periode 2005-

    2009. Jurnal Sekretariat Negara RI No. 13.

    Kokko, Ari. (1994). Foreign Direct Investment, Host Country Characteristics and

    Spillovers. The Economic Research Institute EFI.

    Konings, Jozef. (2000). The Effect of Direct Foreign Investment on Domestic

    Firms: Evidence from Firm Level Panel Data in Emerging Economics.

    LICOS Working Paper.

    Mankiw, Gregory. (1998). Principles of Economics: 2nd Edition. New York:

    Harcourt College Publishers.

    Mansur, Ahmad. (2008). Is Indonesia Undergoing a Process of

    Deindustrialization? Institute of Social Studies Research Paper.

    Narjoko, Dionisius A. (2009a). Plant Entry in a More Liberalised Industrialisation

    Process: An Experience of Indonesian Manufacturing during the 1990s.

    ERIA Discussion Paper Series No. 6.

    Narjoko, Dionisius A. (2009b). Foreign Presence Spillovers and Firms Export

    Response: Evidence from the Indonesian Manufacturing. ERIA Discussion

    Paper Series No. 23.

    Pindyck, Robert S. & Rubinfeld, Daniel L. (2005). Microeconomics: 7th Edition.

    New York: Pearson.

    Proenca, Isabel, Fontoura, Maria Paula & Crespo, Nuno. (2002). Productivity

    Spillovers from Multinational Companies in the Portuguese Case:

    Evidence from a Short Time Period Panel Data. ISEG Research Paper.

    Ramstetter, Eric D. (2001). Labor Productivity in Foreign Multinationals and

    Local Plants in Thai Manufacturing, 1996 and 1998. The International

    Centre for the Study of East Asian Development Working Paper Series No.

    13.

  • 49

    Universitas Indonesia

    Sjoholm, Fredrick. (1997). Technology Gap, Competition and Spillovers from

    Direct Foreign Investment: Evidence from Establishment Data. Working

    Paper Series in Economics and Finance No. 211.

    Suyanto, Salim, Ruhul. A & Bloch, Harry. (2009). Does Foreign Direct

    Investment Lead to Productivity Spillovers? Firm Level Evidence from

    Indonesia. World Development Journal 37(12) pp. 1861-1876.

    Takii, Sadayuki & Ramstetter, Eric D. (2000). Foreign Multinationals in

    Indonesian Manufacturing 1985-1998: Shares, Relative Size and Relative

    Labor Productivity. ICSEAD Working Paper Series No. 18.

    Takii, Sadayuki & Ramstetter, Eric D. (2005a). Multinational Presence and Labor

    Productivity Differentials in Indonesian Manufacturing, 1975-2001.

    ICSEAD Working Paper Series No. 15.

    Takii, Sadayuki. (2005b). Productivity Spillovers and Characteristics of Foreign

    Multinational Plants in Indonesian Manufacturing 1990-1995. Journal of

    Development Economics No.76, pp. 521-542.

    Torlak, Elvisa. (2004). Foreign Direct Investment, Technology Transfer and

    Productivity Growth in Transition Countries Empirical Evidence from

    Panel Data. CeGe Discussion Paper No. 26.

    World Economic Forum. (2002). The Global Competitiveness Report 2001-2002.

    New York: Oxford University Press.

    _________. Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang Indonesia

    2004-2009.

  • 50

    Universitas Indonesia

    LAMPIRAN

    Lampiran A.1 Hasil Estimasi Awal Spesifikasi 1

    . xtreg lnlp_va lnci dshare hhi, fe

    Fixed-effects (within) regression Number of obs = 103368

    Group variable: id Number of groups = 31928

    R-sq: within = 0.1018 Obs per group: min = 1

    between = 0.4594 avg = 3.2

    overall = 0.3753 max = 5

    F(3,71437) = 2698.52

    corr(u_i, Xb) = 0.3787 Prob > F = 0.0000

    ------------------------------------------------------------------------------

    lnlp_va | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

    -------------+----------------------------------------------------------------

    lnci | .176801 .0019658 89.94 0.000 .1729479 .180654

    dshare | .0179725 .0220438 0.82 0.415 -.0252334 .0611783

    hhi | -.0128993 .0222642 -0.58 0.562 -.0565371 .0307385

    _cons | 8.730056 .013076 667.64 0.000 8.704427 8.755685

    -------------+----------------------------------------------------------------

    sigma_u | .85853647

    sigma_e | .57588423

    rho | .68968457 (fraction of variance due to u_i)

    ------------------------------------------------------------------------------

    F test that all u_i=0: F(31927, 71437) = 5.45 Prob > F = 0.0000

    Lampiran A.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Spesifikasi 1

    xttest3

    Modified Wald test for gr