Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

10
PENGARUH KEBIASAAN MENGGUNAKAN EMPENG (PACIFIERS) TERHADAP KESEHATAN ANAK A. LATAR BELAKANG Ngempeng bukan hanya perkara mengisap jari atau jempol. Kebiasaan memegang telinga, memilin-milin rambut, ujung baju orang terdekat (biasanya ibu), selimut, guling semasa bayi, boneka, dan lainnya juga termasuk ngempeng . Perilaku ngempeng muncul semenjak bayi dan mencapai puncaknya di usia 2 tahun. Biasanya ngempeng dilakukan menjelang anak tidur karena dengan mengempeng, ia merasa nyaman dan mudah terlelap. Kebiasaan mengempeng atau mengisap jari muncul pada fase oral. Fase dimana anak mendapat kepuasan dengan sensasi pada mulutnya. Fase ini berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 18 bulan. Aktivitas pada fase oral adalah makan, mengedot, mengempeng dan mengisap jari. Pada sebagian anak, aktivitas tersebut berhubungan dengan kemampuannya mendapatkan kenyamanan. Ketika orangtua memberikan empeng, dot, atau membiarkan anak mengisap jarinya untuk menenangkan diri tanpa mau tahu penyebabnya, berarti orangtua secara tidak langsung memberi penguatan pada perilaku ini hingga berkembang menjadi kebiasaan sampai di usia prasekolah. Padahal kerewelan anak dapat disebabkan berbagai faktor. Bisa karena kesepian, ingin diajak main, kepanasan, kedinginan, lapar, tidak nyaman karena popoknya basah atau merasa tidak aman.

description

dot

Transcript of Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

Page 1: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

PENGARUH KEBIASAAN MENGGUNAKAN EMPENG (PACIFIERS) TERHADAP

KESEHATAN ANAK

A. LATAR BELAKANG

Ngempeng bukan hanya perkara mengisap jari atau jempol. Kebiasaan memegang

telinga, memilin-milin rambut, ujung baju orang terdekat (biasanya ibu), selimut,

guling semasa bayi, boneka, dan lainnya juga termasuk ngempeng . Perilaku ngempeng

muncul semenjak bayi dan mencapai puncaknya di usia 2 tahun. Biasanya ngempeng

dilakukan menjelang anak tidur karena dengan mengempeng, ia merasa nyaman dan

mudah terlelap. Kebiasaan mengempeng atau mengisap jari muncul pada fase oral. Fase

dimana anak mendapat kepuasan dengan sensasi pada mulutnya. Fase ini berlangsung

sejak anak lahir hingga berusia 18 bulan. Aktivitas pada fase oral adalah makan,

mengedot, mengempeng dan mengisap jari. Pada sebagian anak, aktivitas tersebut

berhubungan dengan kemampuannya mendapatkan kenyamanan.

Ketika orangtua memberikan empeng, dot, atau membiarkan anak mengisap

jarinya untuk menenangkan diri tanpa mau tahu penyebabnya, berarti orangtua secara

tidak langsung memberi penguatan pada perilaku ini hingga berkembang menjadi

kebiasaan sampai di usia prasekolah. Padahal kerewelan anak dapat disebabkan

berbagai faktor. Bisa karena kesepian, ingin diajak main, kepanasan, kedinginan, lapar,

tidak nyaman karena popoknya basah atau merasa tidak aman.

Sebab lain adalah dominasi emosi negatif. Bila anak lebih banyak mengalami

emosi negatif atau yang kurang baik dan hanya sedikit sekali mengalami emosi yang

menyenangkan, akan memunculkan rasa gelisah dan kurang aman sehingga dapat

mendorong anak menjadi bergantung atau terikat secara emosional dengan mainan atau

benda-benda lainnya. Ngempeng bisa menyebabkan serangkaian dampak kesehatan,

terutama untuk yang mengemut jari. Di antaranya adalah mengganggu pertumbuhan

gigi, mulut dan rahang, serta diare karena empeng atau jari yang tidak steril. Terlepas

dari semua itu, ada juga beberapa orang tua yang merasakan manfaat positifnya, yakni

membantu anak yang rewel untuk tenang.

Banyak ibu yang menggunakan empeng sebagai media untu menenangkan ketika balitanya

menangis. Akibatnya balita menjadi tergantung dengan empeng dan enggan untuk

melepaskannya. Memang benar, empeng dapat menghentikan tangis anak. Bahkan beberapa

penelitian menyebutkan, penggunaan empeng justru dianjurkan bagi bayi-bayi prematur

Page 2: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

maupun bayi-bayi yang kerap terserang kolik. Tujuannya untuk menenangkan mereka.

Namun, penggunaan empeng dalam jangka panjang dapat merusak struktur mulut dan posisi

gigi bayi. Bahkan terkadang penggunaan empeng yang terlalu lama dapat menimbulkan

masalah bagi kemampuan bicara balita.

Jika pada usia lebih dari 2 tahun anak belum dapat menghentikan kebiasaan

ngempeng atau mengisap jarinya, akan berdampak pada perkembangan konsep diri

anak. Ketika anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah, anak akan

menjadi bahan ejekan teman-temannya. Perlakuan semacam ini secara terus-menerus

akan membuat anak rendah diri, dan pada tingkat yang lebih ekstrem anak akan

menarik diri dari pergaulan.

Tidak higienis. Empeng sering jatuh ke lantai dan diberikan ke bayi tanpa disterilkan lagi. Ini berisiko memindahkan kuman dari lantai ke mulut bayi

Memengaruhi lengkung rahang. Ketika anak tumbuh gigi, adakalanya dia menggigit atau menarik empeng dengan giginya. Tekanan yang ditimbulkan bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi

Dikhawatirkan kebiasaan akan berlanjut sampai anak masuk usia sekolah, sehingga semakin sulit dihentikan. Bisa berdampak secara psikologis jika anak diejek akibat masih ngempeng

Orang tua kerap menggunakan empeng sebagai sarana menenangkan anak. Artinya tidak mendidik anak dalam proses menumbuhkan rasa percaya diri.

Kenyataannya

Empeng bisa menjadi teman tidur bayi bayi rewel yang tidak bisa ditenangkan dengan cara lain seperti mendongeng atau mengusap-usap bagian tubuh. Ia memerlukan kondisi yang menenangkan dirinya sebelum bisa tertidur.

Mengurangi kebiasaan bayi mengisap ibu jarinya

Empeng masih jadi andalan beberapa ibu untuk membuat bayi tenang. Padahal tidak

semua bayi membutuhkan empeng. Sebelum Anda memutuskan untuk memberi bayi

empeng, kenali dulu pro dan kontranya.

Dalam bukunya 'Anak Sehat: 100 Solusi dr. Tiwi', dr. Tiwi menjelaskan bayi sebaiknya

hanya menyusu ASI dan tidak memakai empeng. Namun khusus bagi bayi prematur dan

dengan gangguan perkembangan, empeng bisa digunakan.

Berikut ini pro dan kontra pemakaian empeng seperti dipaparkan dokter lulusan

Universitas Airlangga itu:

Pro

- Empeng dapat membantu bayi prematur untuk melewati transisi dari pemberian minum

Page 3: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

lewat tube ke minum lewat botol. Empeng juga dapat membantu menimbulkan refleks isap

yang biasanya kurang optimal pada bayi prematur.

Empeng untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan seperti PDD (Pervasive

Developmental Disorder atau kasus autisme) kadang-kadang dibutuhkan untuk membantunya

'menyimak' sesuatu. Anak dengan gangguan perkembangan biasanya mengalami masalah

dalam memproses rangsangan yang diterima melalui panca indra. Memberi empeng pada

mereka yang memerlukan rangsangan lebih sering berguna, terutama bila mereka sedang

dalam proses belajar suatu hal. Kegiatan ini dapat diganti bertahap dengan memberi rangsan

lain yang berkonsentrasi di daerah mulut, seperti minum dengan sedotan atau makan buah

atau wortel.

Mark L. Brenner, terapis anak dan penulis buku Pacifiers , Blankets, Bottles & Thumbs

menyatakan, jika di usia 2 tahun anak masih jalan-jalan dan main sambil menghisap empeng,

perkembangan sosialnya bisa tertunda. Di usia ini orang tua harus mempersiapkannya ke

tingkat perkembangan berikutnya. Karena itu anak harus segera dihentikan dari menghisap

empeng di usia 22 bulan.

Ahli lain, Patricia Hamaguchi penullis buku Childhood, Speech, Language and Listening

Problems: What Every Parent Should Know mengungkap, empeng menyulitkan anak untuk

belajar bicara. Karena saat menghisap empeng, mulut anak terkunci pada posisi yang tidak

natural atau tidak wajar, sehingga menyulitkan anak untuk mengembangkan otot lidah dan

bibir secara normal.

Kebiasaan ngempeng (menghisap) jari, dot botol susu atau dot empeng mungkin mempengaruhi perkembangan bicara balita jika kebiasaan tersebut berlangsung lama. Dalam suatu penelitian di Patagonia, Chili, peneliti menduga adanya hubungan antara kebiasaan ngempeng dengan meningkatnya resiko gangguan bicara pada anak usia pra-sekolah (balita). Balita-balita ini kesulitan melafalkan kata yang tepat.

Hasil penelitian ini dipublikasikan pada tanggal 21 oktober di BMC Pediatric, suatu jurnal kesehatan yang bisa diakses bebas di internet. Tim dipimpin oleh Barbosa dari Corporacion de Rehabilitacion Club De Leones Cruz Del Sur, berkolaborasi dengan  para peneliti yang tergabung dalam Multidisciplinary International Research Training (MIRT) dari  Universitas Washington.

Mereka meneliti 128 anak berusia 3-5 tahun, mengumpulkan data dari orangtua mereka tentang kebiasaan makan dan 'ngempeng dan kemudian mengevaluasi kemampuan bicaranya. Peneliti menemukan menunda pemberian dot sampai setidaknya 9 bulan, mengurangi resiko gangguan bicara, sementara balita yang ngempeng jari atau dot botol susu sampai berumur lebih 3 tahun, mengalami kemungkinan 3 x lipat gangguan bicara (melafalkan kata).

Page 4: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

"Hasil penelitian ini menduga ngempeng selain minum ASI langsung dari payudara ibu menurunkan kemampuan perkembangan bicara pada balita tersebut." kata Barbosa. Penemuan ini relevan dengan kenyataan meningkatnya gangguan perkembangan bicara seiring meningkatnya pemakaian dot beberapa dekade belakangan. Barbosa menambahkan dibutuhkan penelitian lanjutan mengenai hubungan hal ini dengan manfaat ditundanya masa menyapih ASI sampai bayi berusia 2 tahun.

Penelitian sebelumnya (oleh peneliti yang berbeda) menyebutkan kebiasaan ngempeng mempengaruhi anatomi mulut, rahang dan gigi mereka. Penelitian lain menyebutkan pemberian ASI menguntungkan bagi kontrol pernafasan, menelan dan artikulasi balita.(Science News/fer)

Page 5: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

TIP & TRIK MENGATASI

* Tumbuhkan rasa percaya diri anak

Inilah yang pertama kali harus dilakukan orangtua, dan semestinya sudah dilakukan semenjak

usia batita melalui aktivitas sehari-hari di rumah. Yakni dengan cara memberikan kesempatan

pada anak untuk makan sendiri, memilih sendiri baju atau sepatu yang akan digunakan untuk

bepergian, dan lain-lain. Bila telah tumbuh rasa percaya dirinya, maka dapat meningkatkan

kemandirian anak. Selanjutnya, seiring dengan semakin kuatnya kemandirian, maka akan

mudah bagi si prasekolah untuk menghilangkan kebiasaan ngempeng -nya.

* Berikan pengertian yang masuk akal

Sampaikan dampak yang ditimbulkan bila anak tetap mengempeng. Contoh, kerap mengemut

jari tangan akan membuat jemarinya keriput dan kukunya jelek, juga bisa memengaruhi

bentuk rahang mulutnya. Perlihatkan gambarnya atau bila perlu ajak anak melihat langsung

orang yang rahang mulutnya maju alias bergigi tonggos.

* Tidak memaksa

Menghilangkan suatu kebiasaan membutuhkan waktu, apalagi bila kebiasaan itu sudah

berlangsung bertahun-tahun. Jadi perlu dilakukan secara bertahap, tunggu saat (timing) yang

tepat, dan ajarkan serta dorong agar dia mau mencoba melepaskan benda yang jadi

empengnya itu. Sikap yang tidak memaksa tetapi mengajak untuk bekerja sama lebih bisa

diterima oleh anak.

* Lakukan negosiasi

Misal, ia tidak boleh membawa boneka dekilnya ke rumah Eyang, sebagai gantinya dia boleh

Page 6: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

memilih tempat rekreasi yang disukainya di rumah Eyang. Bantulah anak untuk menyusun

alternatif kegiatan yang dapat dilakukan bersama saudaranya di rumah Eyang dan pastikan

bahwa kegiatan-kegiatan tersebut cukup menyita waktu anak sehingga anak dapat melupakan

boneka kesayangannya.

* Tawarkan benda pengganti

Khusus untuk "empeng" selimut/guling/boneka, bujuk anak untuk mengganti "empeng"nya itu

dengan mainan/benda lain yang juga menjadi kesayangan anak. Atau, sesekali katakan bahwa

selimut/boneka/gulingnya belum kering dan tanyakan kira-kira benda pengganti lain yang mau

dia pilih untuk dibawa menemaninya tidur. Strategi ini diterapkan agar ada fleksibilitas pada

anak, sehingga ia tak terpaku pada satu benda saja.

* Yakinkan anak bahwa ia mampu melakukannya

Katakan, misal, "Ibu tahu Adek sangat sayang pada si selimut, tapi boneka Pooh ini juga ingin

bergiliran tidur dengan Adek. Ayo, kita ajak si Pooh. Pasti Adek juga bisa tidur bersama si

Pooh." Atau, "Ibu tahu Adek sangat sayang pada si guling, tapi sayangnya cukup malam hari

kalau mau tidur saja, jangan dibawa ke mana-mana. Kita coba, ya, pasti Adek bisa." Ajaklah dia

bekerja sama untuk menata selimut/guling/boneka itu di tempat tidurnya setiap bangun tidur

pagi agar benda itu tak usah dibawa ke mana-mana.

* Alihkan perhatian anak

Ajak anak bercerita dengan menggunakan jari-jemarinya sehingga ia tak sempat lagi untuk

mengisap jari maupun menggunakannya untuk memegangi selimut/boneka/gulingnya

maupun memilin-milin rambut/kuping ibu. Atau, sambil orangtua memainkan jari-jemarinya,

alihkan perhatiannya dengan membacakan buku cerita atau mendengarkan musik pengantar

tidur yang lembut. Bila perhatiannya sudah teralihkan, tarik perlahan tangan Anda. Lakukan

hal yang sama keesokan harinya hingga si anak terbiasa dengan rutinitas barunya. Saat

memasuki situasi baru, alihkan perhatian anak dengan mengajaknya melakukan aktivitas yang

menyenangkan, semisal bermain bola, petak umpet, dan lain-lain. Sehingga perasaan tak

nyaman hilang tergantikan dengan suasana riang bermain, dan ia pun lupa pada

"empeng"nya.

Page 7: Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Empeng

* Ajak menginap tanpa "empeng"

Saat anak sudah cukup siap tidur tanpa benda kesayangannya, lakukan perjalanan yang

membuatnya tidur di tempat lain. Tinggalkan benda kesayangannya itu di rumah. Jangan panik

bila anak menangis saat menjelang tidur karena benda kesayangannya tak ada. Tangani

dengan tenang dan katakan serta buktikan bahwa ibu atau ayahnya siap menemani dia sambil

bercerita atau memainkan boneka tangan/jari jemari.

* Beri penghargaan

Sebaiknya anak diberi tanggung jawab untuk mencoba mengontrol tindakannya, antara lain

dengan memintanya menandai pada kalender, kapan dia bisa melepas jari/benda

kesayangannya itu. Sebagai penghargaan atas usahanya, di akhir minggu boleh memberikan

hadiah kecil kesukaan anak agar ia semakin termotivasi untuk menghentikan kebiasaannya

mengempeng.

* Bersikaplah konsisten

Bila si prasekolah telah bersedia menghentikan kebiasaan ngempengnya, jangan sampai ia

"mencuri" kesempatan untuk melakukannya lagi. Biasanya, ketika sedang lelah, orangtua

"malas" untuk mengalihkan perhatian anak dari "empeng"nya, lantas membiarkan si kecil

mengempeng. Ingatlah, ketidakkonsistenan hanya akan membuat si kecil bingung, dan pada

akhirnya target untuk menghentikan kebiasaan mengempeng malah tak akan tercapai.