PENGARUH KARAT TUMOR TERHADAP SIFAT FISIK...
Transcript of PENGARUH KARAT TUMOR TERHADAP SIFAT FISIK...
PENGARUH KARAT TUMOR
TERHADAP SIFAT FISIK BATANG SENGON (Falcataria moluccana)
Ahmad Ali Musthofa
Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Jl. A. Yani Km 28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70721 E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Sengon (Falcataria moluccana) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat. Kebutuhan kayu
sengon semakin meningkat dan harga pasar yang tinggi menuntut podusen menyediakan bahan baku kayu sengon. Akan tetapi, peningkatan produktifitas karat tumor. Tujuan penelitian ini adalah untuk me karat tumor dengan
kayu sengon tanpa tumor (sehat).
Penelitian ini menggunakan 7 batang sengon yang berasal dari di desa Umbul Harjo. Rancangan penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu ukuran karat tumor terhadap batang
(tanpa tumor, tumor kecil dan tumor besar) dan kedudukan arah aksial kayu (ujung, tengah dan pangkal). Parameter yang diamati berupa sifat fisik kayu (kadar Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, kadar air mengalami peningkatan dari ujung ke pangkal. Berat
jenis pada tumor besar bagian tengah lebih rendah dibandingkan ujung maupun pangkal. Kondisi tersebut diketahui dari perbandingan kisaran sifat fisik kayu dengan tumor 52,45% – 60,46%, kadar air kering tanpa tumor 14,96% –
15,77% dengan tumor 15,42% – 15,84%, kadar air basah tanpa tumor 177,31% – 205,07% dengan tumor 145,64% – 185,05%, berat jenis segar
tanpa tumor 0,20 – 0,26 dengan tumor 0,24 – 0,32; berat jenis kering udara tanpa tumor 0,20 – 0,26 dengan
tumor 0,24 – 0,33; berat jenis basah tanpa tumor 0,18 – 0,24 dengan tumor 0,23 – 0,32; berat jenis kering tanur tanpa tumor 0,20 – 0,26 dengan tumor 0,24 – 0,3 dengan tumor maupun tanpa tumor menunjukkan rerata yang hampir
sama. Dengan demikian, kondisi sifat fisik dari batang dimungkinkan masih normal da terhadap sifat fisik kayu (kadar air dan berat jenis)
Kata Kunci : Tanaman sengon, gejala karat tumor, sifa
I. PENDAHULUAN Sengon adalah nama jenis pohon penghasil kayu anggota family Fabaceaee. Sengon memiliki kayu teras
berwarna hampir putih atau coklat muda, kayu gubalnya hampir tidak dapat dibedakan dari kayu terasnya.
Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu, memiliki
permukaan yang licin atau hampir licin, dan mengkilap. Kayu yang masih segar berbau seperti petai, yang
lambat laun menghilang apabila kayunya menjadi kering. Sengon termasuk ke dalam kayu ringan dengan
9
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru berat jenis sekitar 0,33 (0,24 - 0,49). Kayu ini te tergolong kayu lunak yang mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial
dan tangensial berturut-turut 2,5% dan 5,2% persen (basah sampai kering tanur). (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).
Secara tradisional, kayu sengon di Jawa Barat banyak digunakan sebagai bahan kontruksi rumah:
papan-papan, kasau, balok, tiang dan sebagainya. Di Maluku, pada masa lalu kayu sengon biasa digunakan
sebagai bahan pembuatan perisai karena sifatnya yang ringan, liat dan sukar ditembus. Sekarang kayu
sengon biasa digunakan untuk pembuatan papan, peti-peti pengemas, venir, pulp (bubur kayu), papan
serat (fiber), papanboardpartikel (particle board ), papan lapis (blockboard ), korek api, kelom (alas kaki) dan
kayu bakar (Martawijaya, A. dkk., 1987). Penyakit karat tumor pertama kali diketahui di kepulauan Mindanau (Filipina) pada tahun 1990. Pada
tahun 1994, penyakit telah menyebar sampai kepulaua telah mencapai kepulauan Luzon (Braza, 1997). Di Indonesia,
penyakit karat tumor pada tanaman sengon pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di pulau Seram, Maluku (Anggraeni, 2006).
Penyebab penyakit karat tumor pada sengon ialah jenis jamur Uromycladium tepperianum (Sacc.)
McAlpine. Jamur ini diketahui memiliki inang yang cukup banyak, salah satu diantaranya adalah tanaman
sengon. Penyakit karat tumor merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat menginfeksi semua
bagian tanaman muda maupun tanaman dewasa. Bagian tersebut meliputi pucuk, cabang, ranting, daun,
batang, bunga dan biji (Rahayu, 2010).
Jamur karat tumor merupakan parasit obligat dan miselia di dalam jaringan tanaman bersifat laten. Miselia
tetap berada di dalam jaringan kayu selama tanaman masih hidup. Dengan demikian, pada bagian kayu yang
tidak menunjukkan tumor, juga mengandung miselia jamur karat tumor. Adanya miselia di dalam
jaringan kayu ini dikhawatirkan akan dapat menurun Sifat-sifat kayu ditentukan oleh faktor-faktor intern pada struktur kayu. Faktor-faktor tersebut adalah banyaknya zat
dinding sel yang ada pada sepotong k jaringan-jaringan, serta susunan kimia zat dinding sel.
Menurut kasmujo, (1990/1991) yang termasuk sifat perubahan dimensi kayu, berat jenis kayu, sifat termis kayu, sifat
elektrisnya serta sifat-sifat resonansi dan akuistiknya. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang ada dalam sepotong kayu dinyatakan sebagai
prosentase dari berat kering tanur. Berat kering tanur dipakai sebagai dasar oleh karena berat ini merupakan
petunjuk banyaknya zat padat dalam kayu. Kayu merupakan zat yang higrokopis artinya kayu mempunyai afinitas terhadap air baik dalam bentuk uap atau c dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu (Soenardi, 1976).
Berat jenis merupakan nilai perbandingan antara kerapatan suatu benda dengan benda standar pada
suhu tertentu. Sementara kerapatan adalah perbandingan massa suatu benda dengan volumenya (Brown
dkk., 1952).
Sengon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan jenis tanaman yang lain. Kebutuhan kayu sengon semakin hari semakin meningkat dan
harga pasar yang tinggi membuat sengon semakin banyak ditanam baik di hutan produksi maupun hutan rakyat
serta banyaknya industri-industri kayu sengon menuntut podusen untuk selalu menyediakan bahan baku kayu sengon, akan tetapi peningkatan produkti hama dan penyakit terutama penyakit karat tumor. Penyakit ini
dapat menghambat pertumbuhan sengon,
10
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
selain itu kayu yang sudah terserang karat tumor akan keropos dan mudah patah. Dengan demikian, dimungkinkan
akan terjadi penurunan kualitas k perubahan sifat fisik kayu pada batang sengon y ada. Oleh karena itu, penelitian
tentang sifat fi tumor ini dilakukan.
II. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di dusun Balong, desa Umbul Harjo, kecamatan Cangkringan,
Yogyakarta. Sampel diambil dari tegakan sengon milik masyarakat yang berasal dari pengembangbiakan
dengan cara generatif. Penebangan dilaksanakan pada 16 oktober 2012, kemudian sampel yang diperoleh diamati sifat fisiknya meliputi kadar air, berat Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, mulai dari 23 Oktober sampai dengan 8 Januari 2013.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : kapak, pita ukur, gergaji tangan, kantong
plastik, penggaris, gergaji bundar, keranjang kawat, spidol warna, kaliper digital, timbangan analitis, gelas
ukur, oven pengering kayu, desikato, buku dan alat tulis.
Bahan penelitian ini berasal dari pohon sengon berumur ± 5 tahun. Kriteria pohon yang diambil
sebagai sampel adalah batang pokok yang menunjukan gejala penyakit karat tumor dan yang tidak
menunjukan gejala penyakit karat tumor (sebagai kontrol). Pohon yang ditebang sebanyak 7 pohon
dengan diameter ± 15 cm yang terdiri dari :
• Pohon dengan ukuran =karat3pohontumor besar • Pohon dengan ukuran =karat3pohontumor kecil • Pohon yang tidak menunjukan=1pohongejala tumor
Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized
Design) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor yang menjadi pengujian adalah ukuran
karat tumor terhadap batang dan kedudukan arah aksial batang. Faktor ukuran karat tumor terhadap batang yang terdiri dari : • Tumor besar : lebih dari 50% diameter batang m • Tumor kecil : kurang dari 50% diameter batang
• Tanpa tumor : batang, cabang dan rantingnya ti
11
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
a b c
Gambar 1. Faktor ukuran karat tumor terhadap batang a. tanpa tumor, b. tumor
kecil dan c. tumor besar
Faktor kedudukan arah aksial batang yang terdiri dari : • Bagian pangkal
• Bagian tengah • Bagian ujung
Gambar 2. Faktor kedudukan arah aksial (ujung, tengah dan pangkal)
Pembuatan contoh uji lempengan/ disk
Pada setiap batang kayu sengon diambil bagian pangkal, tengah dan ujung dengan cara memotong
hingga berbentuk lempengan/ disk dengan tebal ± 5 cm. Skema pemotongan lempengan/ disk bisa dilihat
pada gambar 2. Setelah lempengan/ disk diambil dari batang pohon, kemudian dilakukan pemotongan
menjadi ukuran 2x2x2 cm
Ukuran sampel uji 2x2x2 cm untuk melihat KA dan BJ.
Gambar 3. Sampel uji 2x2x2 cm untuk melihat KA dan BJ
12
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
Pengujian Kadar Air (KA)
Pengujian kadar air kayu dilakukan dengan metode British standard. Sampel uji 2x2x2 pada kondisi
segar ditimbang terlebih dahulu sebagai berat segar (BS), kemudian dikering anginkan hingga konstan,
berat ini dinyatakan sebagai berat kering udara (BKU). Setelah konstan BKU ini ditimbang secara
keseluruhan, lalu dikeringtanurkan dengan dimasukan ke dalam oven pada suhu 103 ±20C. setelah 12 jam,
contoh uji dikeluarkan dari oven dan dimasukan ke dalam desikator selama 10 – 15 menit. Setelah itu
ditimbang beratnya dan dicatat nilainya. Pengovenan dan penimbangan ini dilakukan berulang-ulang
sampai dicapai kondisi kering tanur (BKT). Nilai kadar air kayu dihitung untuk mengetahui kadar air dalam
keadaan kering udara dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KAS = BS-BKT x 100% KA KU = BKU-BKT
x 100% KA B = BB-BKT x 100%
BKT BKT BKT
Keterangan :
KA S : Kadar Air Segar
KA KU : Kadar Air Kering Udara
KA B : Kadar Air Basah
BS : Berat Segar
BKU : Berat Kering Udara
BB : Berat Basah
BKT : Berat Kering Tanur
Pengujian Berat Jenis (BJ)
Pengukuran berat jenis kayu dalam penelitian ini menggunakan metode British Standard. Yaitu
berdasarkan pada berat kering tanur pada volume kering tanur, volume kering angin, dan volume kayu
dalam keadaan segar. Pengukuran volume dengan cara timbangan adalah dengan mencelupkan sampel uji
2x2x2 ke dalam gelas ukur berisi air yang diletakan diatas timbangan analitik. Untuk mempermudah
pengamatan, digunakan jarum penusuk untuk mencelupkan sampel uji dan statif untuk menstabilkan
pegangan saat pencelupan. Pada saat sebelum pencelupan, skala penunjuk harus konstan, lalu diukur
volumenya dengan cara yang sama. Setelah didapatkan volume kayu kering angin kemudian dilanjutkan
dengan perendaman selama 2-3 hari untuk mendapatkan volume kayu dalam keadaan basah. Setelah
didapatkan volume kayu dalam keadaan basah, kemudian sampel kayu ditiriskan selama 1 minggu, setelah
kadar air berkurang sampel uji dimasukan ke dalam oven untuk mendapatkan volume kayu dalam keadaan
kering tanur. Pengukuran berat jenis berdasarkan volume basah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BKT BKT VS VKU BJ S = BJ KU = Kerapatan Air Kerapatan Air
BKT/VB BKT/VT BJ B = BJ KT = Kerapatan Air Kerapatan Air
13
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Keterangan : BJS: Berat Jenis SegarVS:Volume Segar BJKU: Berat Jenis KeringVKU:VolumeUdaraKering Udara BJ :B Berat Jenis BasahVB:Volume Basah
BJ KT : Berat Jenis Kering Tanur VKT: Volume Kering Tanur
Analisis data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil dan berat jenis) dilakukan menggunakan software Microsoft excel
2007
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air kayu sengon dengan tumor maupun tanpa tumor
Menurut Brown dkk., (1995) kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa kadar air
dalam pohon hidup bervariasi antara 30% sampai dengan 300%, tergantung dari spesies pohon, posisi
dalam kayu, dan musim.
Kadar Air Segar
Kadar air segar pada bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon yang terserang karat
tumor baik dengan ukuran tumor besar, kecil maupun tanpa tumor memiliki variasi yang berbeda seperti
terlihat pada Gambar 4.
Kad
ar A
ir S
ega
r (%
)
85
75
65 Ujung
55
Tengah
45 Pangkal
35
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 4. Kadar air segar pada bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon berumur 5 tahun
tanpa tumor dan dengan tumor kecil maupun tumor besar
Kadar air segar merupakan kadar air kayu pada pohon yang masih segar (baru ditebang). Berdasarkan
pengamatan kadar air segar pada batang sengon berumur 5 tahun menunjukkan bahwa, pada batang baik tanpa
tumor maupun dengan tumor mengalami kenaikan dari ujung ke pangkal. Menurut Bakar dkk., (1998) hal
tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi yang menyebabkan pengiriman air ke tempat yang lebih tinggi
memerlukan tekanan kapiler yang lebih besar, sehingga air di pangkal lebih banyak daripada di bagian
14
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
tengah maupun ujung. Kadar air segar tanpa tumor menunjukkan nilai kadar air terendah dibandingkan
dengan tumor kecil maupun tumor besar, hal ini diduga karena adanya kerusakan sel-sel batang pada kayu
dengan tumor kecil maupun tumor besar. Menurut Agrios (1996), patogen dapat memproduksi hormon
yang dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu
patogen juga dapat memproduksi enzim yang dapat menghancurkan komponen sel inang. Dengan adanya
jamur karat tumor menyebabkan sel yang terdapat pada batang mengalami pembelahan dan pembesaran,
sehingga kadar air segar pada batang lebih besar dari pada batang tanpa tumor.
Secara umum, hasil penelitian pada batang sengon berumur 5 tahun menunjukkan nilai kadar air segar
batang tanpa tumor berkisar antara 46,74% sampai dengan 50,04%, sedangkan nilai kadar air segar
batang sengon yang terserang tumor berkisar antara 52,45% sampai dengan 60,46%. Kisaran tersebut
menujukkan bahwa, adanya jamur karat tumor tidak memberikan pengaruh besar terhadap kadar air segar
batang, karena rentang kadar air segar antara batang tanpa tumor dengan batang yang terserang tumor
berada pada rentang yang hampir sama. Pada kondisi batang dengan kadar air segar tinggi cenderung
kurang baik untuk dilakukan pengolahan kayu karena pada saat kayu kering akan mengalami penyusutan
yang besar dan mengakibatkan kayu melengkung. Dengan demikian untuk kayu sengon dengan tumor
besar maupun kecil perlu dilakukan proses pengeringan terlebih dahulu.
Kadar Air Kering Udara
Kad
ar A
ir K
eri
ng
Ud
ara
(%)
24
22
20
Ujung
18
Tengah
16
14
Pangkal
12
10
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 5. Kadar air kering udara bagian batang aksial ujung, tengah dan pangkal batang sengon
berumur 5 tahun tanpa tumor dan dengan tumor kecil maupun tumor
Kadar air kering udara merupakan kadar air kayu setelah kayu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
pada suhu kamar (ruangan). Berdasarkan pengamatan batang sengon berumur 5 tahun menunjukkan bahwa,
batang sengon memiliki kadar air kering udara yang hampir sama baik itu pada bagian ujung, tengah maupun
pangkal dari batang tanpa tumor, tumor kecil maupun tumor besar (Gambar 5). Praptoyo (2007) menyatakan
bahwa, kayu merupakan material yang bersifat higroskopis, artinya kayu dapat menyerap air dari udara maupun
melepaskan air dari dalam kayu. Apabila kayu kondisi basah dimasukkan ke dalam ruangan dengan kelembaban
nisbi yang lebih rendah, maka kayu akan melepaskan air (desorpsi) atau dengan kata lain kayu akan melepaskan
air bila tekanan uap air di dalam kayu lebih tinggi dibandingkan
15
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru tekanan uap air di udara.
Secara keseluruhan, nilai kadar air kering udara pada kayu sengon berumur 5 tahun dengan kondisi
batang tanpa tumor berkisar antara 14,96% sampai dengan 15,77%, sedangkan pada kayu sengon dengan
tumor berkisar antara 15,42% sampai dengan 15,84%. Dari kisaran tersebut menujukkan bahwa, adanya
jamur karat tumor tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air kering udara pada batang, karena
rentang kadar air kering udara antara batang tanpa tumor dengan batang yang terserang tumor berada
pada rentang yang hampir sama.
Kadar Air Basah
Kadar air basah pada bagian batang ujung, tengah dan pangkal kayu sengon yang terserang karat
tumor baik dengan ukuran tumor besar, kecil maupun tanpa tumor memiliki variasi yang berbeda seperti
terlihat pada Gambar 6.
Kad
ar A
ir B
asah
(%
)
240
215
190 Ujung
165
Tengah
140
Pangkal
115
90
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 6. Kadar air basah bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon berumur 5 tahun tanpa tumor dan dengan tumor kecil maupun tumor besar
Kadar air basah merupakan kadar air saat kayu dalam kondisi basah (direndam dalam air). Secara
umum kadar air basah pada batang tanpa tumor maupun dengan tumor besar dan kecil menurun dari
ujung ke pangkal, kecuali pada kayu dengan tumor besar yang mengalami kenaikan pada bagian tengah.
Hal ini dimungkinkan karena pohon yang diamati, keberadaan tumor berada di bagian tengah (Gambar 7).
Gambar 7. Batang sengon dengan serangan tumor besar pada bagian tengah
16
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
Jamur karat tumor yang ada pada batang dimungkinan merusak sel-sel batang sehingga
menyebabkan kerapatan kayu berkurang. Agrios (1996) menyatakan bahwa, patogen dapat memproduksi
hormon yang dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan pembelahan dan pembesaran sel.
Selain itu patogen juga dapat memproduksi enzim yang dapat menghancurkan komponen sel inang.
Penurunan sel-sel pada batang membuat kerapatan batang lebih rendah sehingga kemampuan mengikat
air dalam rongga sel maupun dinding sel lebih besar.
Kadar air basah meningkat dari bagian pangkal menuju bagian ujung yang terjadi pada batang tanpa
tumor maupun tumor kecil. Kondisi ini diduga karena bagian ujung merupakan bagian juvenil. Praptoyo
(2007) mengungkapkan bahwa, kayu juvenil memiliki kerapatan kayu lebih rendah dibandingkan kayu
dewasa. Sehingga rongga sel pada kayu bagian ujung cenderung lebih besar dibandingkan bagian pangkal,
dengan rongga sel yang lebih besar menyebabkan daya serap kayu bagian ujung lebih besar dari pada
bagian pangkal.
Berdasarkan hasil penelitian, kadar air basah kayu sengon tanpa tumor berkisar antara 177,31% sampai
dengan 205,07%, sedangkan kadar air basah pada kayu yang terserang karat tumor berkisar antar 145,64%
sampai dengan 185,05%. Jadi pada batang tumor kecil maupun tumor besar menunjukkan kondisi yang
hampir sama dengan batang tanpa tumor, karena masih dijumpai rentang kadar air basah yang sama. Sehingga pada batang tumor kecil maupun tumor bes batang tanpa tumor normal. Berat Jenis kayu sengon dengan tumor maupun tanpa tumor
Berat jenis kayu merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan perbandingan antara kerapatan
kayu dengan kerapatan air. Nilai berat jenis biasanya bertambah jika kadar air kayu berkurang di bawah
titik jenuh serat (Haygreen dan Bowyer 1996). Berdasarkan penelitian pada batang sengon berumur 5
tahun, dilakukan pengamatan berat jenis meliputi : berat jenis segar, berat jenis kering udara, berat jenis
basah dan berat jenis kering tanur.
Hasil dari penelitian menunjukkan berat jenis segar, berat jenis kering udara, berat jenis basah dan berat jenis
kering tanur memiliki pola grafik ya kecil mengalami peningkatan dari ujung ke pangkal, akan tetapi pada batang tumor
besar bagian tengah menunjukkan berat jenis lebih rendah daripada bagian ujung, seperti yang terlihat pada Gambar 8
- 11.
Be
rat
Jen
is S
ega
r
0,40
0,35
0,30 Ujung
0,25
Tengah
0,20
Pangkal
0,15
0,10
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 8. Berat jenis segar bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon
berumur 5 tahun tanpa tumor dan dengan tumor kecil maupun tumor besar
17
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Be
rat
Jen
is K
eri
ng
Ud
ara
0,45
0,40
0,35
Ujung
0,30
Tengah
0,25
Pangkal
0,20
0,15
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisibatang
Gambar 9. Berat jenis kering udara bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon
berumur 5 tahun tanpa tumordan dengan tumor kecil maupun tumor besar
Be
rat
Jen
is B
asah
0,40
0,35
0,30 Ujung
0,25 Tengah
0,20 Pangkal
0,15
0,10
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 10. Berat jenis basah bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang sengon
berumur 5 tahun tanpa tumor dan dengan tumor kecil dan maupun tumor besar
Be
rat
Jen
is K
eri
ng
Tan
ur
0,40
0,35
0,30
Ujung
0,25
0,20 Tengah
Pangkal
0,15
0,10
Tanpa Tumor Tumor Kecil Tumor Besar
Kondisi batang
Gambar 11. Berat jenis kering tanur bagian batang ujung, tengah dan pangkal batang
sengon berumur 5 tahun tanpa tumor dan dengan tumor kecil maupun tumor besar
Secara keseluruhan Gambar 8 - 11, menunjukkan peningkatan berat jenis dari ujung ke pangkal pada
batang tanpa tumor dan tumor kecil, peningkatan berat jenis tersebut disebabkan karena pada bagian
pangkal berfungsi untuk menahan beban sehingga kerapatan kayu pada bagian pangkal lebih rapat
18
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
daripada bagian tengah dan ujung. Tsoumis (1991) menyatakan bahwa, berat jenis kayu terbesar berada di
pangkal kayu dan semakin menurun dari pangkal ke ujung. Pada batang tanpa tumor bagian ujung dan
tengah menunjukkan berat jenis segar yang hampir sama. Kondisi tersebut diduga karena bagian tengah
pada batang tanpa tumor masih menunjukkan kondisi kayu juvenil, dimana kayu juvenil memiliki tingkat
kerapatan lebih rendah dibandingkan kayu dewasa (Praptoyo, 2007). Sehingga berat jenis pada bagian
tengah batang tanpa tumor, menunjukkan nilai yang hampir sama dengan bagian ujung.
Pada batang dengan tumor besar bagian tengah menunjukkan berat jenis lebih rendah dibandingkan
bagian ujung, kondisi tersebut diduga karena batang bagian tengah merupakan lokasi gejala jamur karat
tumor (Gambar 7). Jamur karat tumor tersebut dimungkinan merusak sel-sel batang sehingga
menyebabkan kerapatan kayu berkurang. Agrios (1996) menyatakan bahwa, patogen dapat memproduksi
hormon yang dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan pembelahan dan pembesaran sel.
Selain itu patogen juga dapat memproduksi enzim yang dapat menghancurkan komponen sel inang.
Penurunan sel-sel pada batang membuat kerapatan batang lebih rendah, dengan demikian menyebabkan
berat jenis segar dari batang tumor besar memiliki nilai yang rendah.
Berat jenis segar kayu sengon kondisi batang tanpa tumor berumur 5 tahun berkisar antara 0,20
sampai dengan 0,26 sedangkan, berat jenis kayu sengon yang terserang karat tumor berkisar antara 0,24
sampai dengan 0,32. Berat jenis kering udara kayu sengon tanpa tumor berkisar antara 0,20 sampai
dengan 0,26 sedangkan, pada kayu sengon yang terserang karat tumor berkisar antara 0,24 sampai
dengan 0,33. Kisaran nilai berat jenis kering udara lebih tinggi dibandingkan rentang berat jenis segar.
Adanya peningkatan kisaran berat jenis kering udara dari kondisi berat jenis segar disebabkan karena
pengaruh keluarnya air dalam kayu yang mengakibatkan volume kayu menjadi turun (dari kondisi segar ke
kondisi kering udara). Sementara itu berat kering tanur yang digunakan dalam rumus mencari berat jenis
dalam kondisi tetap, sehingga turunnya volume kayu, menjadikan nilai berat jenis kering udara meningkat.
Praptoyo (2007) mengungkapkan bahwa, kayu basah apabila dimasukkan ke dalam ruangan dengan
kelembaban nisbi yang lebih rendah maka kayu akan melepaskan air (desorpsi).
Berat jenis basah batang tanpa tumor berkisar antara 0,18 sampai dengan 0,24 sedangkan pada
batang dengan jamur karat tumor berkisar antara 0,23 sampai dengan 0,32. Kadar air basah memiliki nilai
kisaran kadar air yang lebih rendah dibandingkan kisaran kadar air segar maupun kadar air kering udara.
Adanya penurunan nilai berat jenis basah dari kondisi berat jenis kering udara dikarenakan pengaruh
masuknya air ke dalam kayu, sehingga terjadi peningkatan volume kayu. Sementara itu berat kering tanur
yang digunakan dalam rumus mencari berat jenis dalam kondisi tetap. Praptoyo (2007) mengungkapkan
bahwa, kayu kering yang dimasukkan ke dalam ruangan dengan kelembaban nisbi yang lebih tinggi maka
kayu tersebut akan menyerap air (absorbs).
Berat jenis kering tanur kayu sengon tanpa tumor berkisar antara 0,20 sampai dengan 0,26 sedangkan
kayu sengon yang terserang karat tumor berkisar antara 0,24 sampai dengan 0,34. Secara keseluruhan
yang membedakan berat jenis kering tanur dengan berat jenis yang lain yaitu, berat jenis kering tanur
menunjukkan nilai lebih besar daripada pada berat jenis kering segar, berat jenis kering udara dan berat
jenis basah, karena pada berat jenis kering tanur semua air yang ada di dalam kayu dianggap sudah keluar
semua termasuk air yang berada di dalam dinding sel karena pengeringan dengan oven.
Dari kisaran berat jenis segar, berat jenis kering udara, berat jenis basah dan berat jenis kering tanur
tersebut, diketahui rentang berat jenis yang hampir sama antara batang tanpa tumor maupun batang
19
Galam Volume VII Nomor 2, Desember 2014 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru dengan tumor. Dengan demikian kondisi sifat fisik d tumor pada batang tidak berpengaruh pada berat jenis kayu baik itu
berat jenis segar, berat jenis kering udara, berat jenis basah dan berat jenis kering tanur.
Bowyer (2003) menegaskan bahwa, kayu dengan berat jenis tinggi umumnya memiliki kekuatan serta
kualitas yang tinggi dan apabila diolah akan menghasilkan rendemen yang tinggi. Sehingga kayu yang
terserang karat tumor maupun tanpa tumor memiliki kekuatan kayu yang sama serta dapat dimanfaatkan
sebagaimana fungsi kayu sengon seperti : sebagai bahan korek api, kayu perkakas, veneer, papan partikel
dan peruntukan lainnya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan penelitian sifat fisik kayu sengon ya sifat fisik (kadar air dan berat jenis) kayu sengo menunjukkan :
• Kayu sengon tanpa tumor menunjukkan kadar air: segar (46,74%-50,04%); kering udara (14,96%-
15,77%) basah (177,31%-205,07%) yang hampir sama dengan kayu tumor kecil maupun besar dengan
kadar air: segar (52,45%-60,46%); kering udara (15,42%-15,84%) dan basah (145,64%-185,05%).
• Kayu sengon tanpa tumor menunjukkan berat jenis: segar (0,20-0,26); kering udara (0,20-0,26);
basah (0,18-0,24) dan berat jenis kering tanur (0,20-0,26) yang lebih kecil dibanding kayu tumor
kecil maupun tumor besar dengan berat jenis: segar (0,24-0,32); kering udara (0,24-0,33); basah
(0,23-0,32) dan kering tanur (0,24-0,34).
• Dengan demikian kondisi sifat fisik dari batang pada batang tidak berpengaruh pada sifat fisik Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikanan adalah: 1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sifat kimia dan mekanik pada kayu sengon
yang terserang penyakit karat tumor, sehingga mampu menambah informasi dari hasil penelitian
yang telah diperoleh.
2. Perlunya dilakukan pengendalian penyakit karat tumor baik itu pada tanaman sengon yang telah
ditanam pada hutan rakyat (tanaman dewasa/masak tebang), tanaman muda maupun tanaman
yang masih di persemaian, supaya hasil kayu sengon yang dipanen memiliki kualitas baik, tidak
cacat seperti yang diinginkan pasar.
DAFTAR PUSTAKA Agrious, G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 713 hal. Anggraeni, I. 2006. Penyakit Karat Puru pada Sengon (Paraserianthes falcataria) (Gall Rust Disease on
Paraserianthes falcataria)Probolinggo.Paper.PusatPenelitianon HutanScientifi Tanaman
20
Pengaruh Karat Tumor Terhadap Sifat Fisik Batang Sengon (Falcataria Moluccana) Ahmad Ali Musthofa
Brown, H.P.,A.J. Panshin, dan C.C Forsaith. 1952.
York. Haygreen JG dan JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gajah Mada University Press. Heri, A. 2008. Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan Martawijaya, A. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid-II: 59-64. Bogor. Badan Litbang Kehutanan, Departemen
Kehutanan Praptoyo, H. 2007. Ilmu Kayu. Yogyakarta. Fakultas Kehutanan UGM Rahayu, S. 2008. Penyakit Karat Tumor pada Sengon. Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat
Puru pada Tanaman Sengon 19 November 2008. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Bogor.
. S., Lee, S.S., Nor Aini. 2010. Gall Rust Disease ON Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes
In Malaysia and Indonesia Hand book. UPM Press,Serdang, Selangor Malaysia (in press) Riasnasari,I. 2008. Kajian Sifat Fisis Kayu Sengon Pada Berbagai Bagian Dan Posisi Batang. Universitas
Sumatera Utara. Medan Soenardi. 1976. Sifat-sifat Fisika Kayu.Yogyakarta: Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan UGM . 2012. Sifat-sifat Fisika Kayu. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM
Soerianegara, I dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia tenggara 5(1): Pohon Penghasil
Kayu Perdagangan yang Utama. Jakarta: PROSEA - Balai Pustaka Sucipto, T. 2009. Pengerjaan Kayu dan Sifat Pemesinan kayu. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Suhendra, H. 2013. Peneliti IPB Temukan Sengon Tahan Hama Boktor. Bisnis.com. Bogor Tobing T. L. 1976. Kayu sebagai Bahan Bangunan. Proyek Penterjemah Literatur Kehutanan. Fakultas
Kehutanan. IPB. Bogor. Tobing TL. 1976. Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utili
New York.
21