Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Pemahaman...
Transcript of Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Pemahaman...
3
PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP PEMAHAMAN
BENDAHARAWAN MENGENAI WITHHOLDING SYSTEM
Pendahuluan
Bagi setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara
maju, sumber pendapatan bagi modal dan pembiayaan pembangunan adalah suatu
hal yang senantiasa terus diusahakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Pentingnya aspek ini, pemerintah terkadang menambah bahkan mengubah suatu
sistem tertentu untuk mencapai suatu usaha dalam rangka penggalian sumber
pendapatan negara tersebut. Negara atau pemerintah sebagai pihak yang
menjalankan penyelenggaraan pembangunan guna menyediakan infrastruktur
publik dan pemeliharaan kesejahteraan masyarakat, membutuhkan dana untuk
membiayai semua pengeluaran negara. Dana yang diperlukan oleh pemerintah
salah satunya bersumber dari rakyat dalam bentuk pajak.
Struktur pendapatan negara didominasi sumber-sumber penerimaan dari
pos-pos perpajakan karena pemerintah lebih memfokuskan menggali sumber-
sumber dana di dalam negeri. Pajak dalam APBN Indonesia adalah sumber
penerimaan negara terbesar seperti terlihat dari UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang
APBN Tahun Anggaran 2012, dari total penerimaan negara lebih dari
Rp1.311.386.679.466.000,00, sebanyak Rp1.032.570.205.000.000,00 berasal dari
penerimaan pajak atau sekitar 78%.
Pemerintah gencar menggenjot penerimaan negara, untuk itu aturan
perpajakan merupakan faktor penting yang harus dipahami wajib pajak, terutama
bendaharawan pemerintah. Bendaharawan pemerintah adalah bendaharawan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga
negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia yang membayar gaji,
upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan (www.pajak.go.id).
Bendaharawan adalah Pegawai Negeri Sipil pada instansi pemerintah yang
ditunjuk untuk menghitung sekaligus memotong berbagai jenis pajak,
menyetorkan (ke bank atau kantor pos) kemudian melaporkannya ke kantor
4
pelayanan pajak (KPP) terdekat. Jenis pajak yang dipungut adalah PPh pasal 21,
PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, dan PPN.
Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib
pajak(Mardiasmo 2008:8). Bendaharawan sebagai salah satu bagian dari unsur
withholding system yang memliki kewajiban menghitung, menyetor, dan
melaporkan kewajiban perpajakan dituntut untuk selalu mengupdate peraturan
perpajakan yang terus berubah mengikuti perkembangan dan kebijakan
pemerintah.
Kesalahan yang dilakukan bendahara pemerintah dalam melakukan
pemungutan PPh Pasal 23, adalah kerap menyetorkan pajak atas nama rekanan
dan jarang melakukan pemungutan PPh Pasal 4 (2) atas penggunaan Jasa
Kontruksi (www.medanbisnisdaily.com), diduga bahwa undang-undang mengenai
withholding system belum dipahami oleh bendaharawan. Apabila bendaharawan
kurang memahami aturan withholding system, dimungkinkan terjadinya kesalahan
menghitung dan memungut pajak, hal ini mengakibatkan penerimaan pajak
menjadi tidak optimal. Untuk bisa memahami perubahan dalam aturan
perpajakan, diperlukan adanya suatu pemrosesan informasi yang tepat. Seorang
bendaharawan yang sebelumnya memiliki pengetahuan tentang aturan terdahulu
baik karena latar belakang pendidikan di bidang perpajakan, pelatihan, atau
pengalaman kerja akan lebih mudah memahami perubahan aturan dibandingkan
seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tersebut.
Penelitian berikut memberikan dasar rujukan penting pada studi ini.
Penelitian Lianawati(2006) menyimpulkan bahwa rata-rata pemahaman petugas
pajak di KPP Pratama Salatiga yakni Staf Akuntansi, Staf Admin, Bagian Pajak
berada pada kategori cukup paham mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Sedangkan penelitian Gloria(2012) yang membandingkan
pemahaman bendaharawan dan non bendaharawan, hasilnya tingkat pemahaman
bendaharawan lebih tinggi dibandingkan pada non bendaharawan terhadap aturan
withholding system. Bendaharawan memiliki pemahaman yang tinggi dalam unsur
5
tarif dan saat terutang dibandingkan dengan non bendaharawan. Sedangkan
pemahaman non bendaharawan paling tinggi dalam unsur objek. Namun tidak
ditunjukkan oleh kedua peneliti diatas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pemahaman aparatur pajak tersebut. Pada penelitian Halida(2010) yang berjudul
pemahaman bendaharawan mengenai aturan withholding tax menggunakan 2
variabel yaitu determinan pribadi(motivasi, pengetahuan, persepsi) dan
determinan stimulus(Linguistik, Efek Urutan, Konteks). Hasilnya, determinan
pribadi dan determinan stimulus tidak berpengaruh terhadap pemahaman
bendaharawan. Penelitian Swasti(2012) menyimpulkan bahwa faktor sosial yang
meliputi lingkungan, kesempatan dan imbalan tidak berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman bendaharawan. Namun faktor individu yang meliputi motivasi,
latihan dan pengetahuan berpengaruh terhadap pemahaman bendaharawan.
Bertitik total dari belum adanya penelitian sebelumnya yang memerlukan
tambahan bukti empiris mengenai pemahaman aparatur pajak dan faktor individu
pada penelitian Swasti(2012) yang mendasari pemilihan karakteristik individu
pada penelitian ini maka hendak menguji apakah karakteristik individu yang
meliputi tingkat pendidikan, gender, usia dan masa kerja mempengaruhi
pemahaman bendaharawan terkait aturan withholding system. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak terkait sehubungan dengan
penempatan pegawai yang menjalankan peran withholding system pada instansi
pemerintah.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Karakteristik Individu yang Mempengaruhi Pemahaman
Salah satu sumber daya terpenting dalam organisasi adalah sumber daya
manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreatifitas dan usaha
mereka kepada organisasi. Setiap manusia memiliki karakteristik individu
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa ahli yang meneliti tentang karakteristik individu manusia,
menemukan pandangan yang beragam dan berbeda-beda. Dalam penelitian yang
6
dilakukan oleh Agus (2001), mencatat pendapat dari Bashaw dan Grant yang
mengemukakan beberapa ciri-ciri pribadi meliputi: jenis kelamin, status
perkawinan, usia, pendidikan, pendapatan keluarga, dan masa jabatan. Individu
memiliki beberapa karakteristik, yaitu meliputi : Karakteristik biografis(seperti
usia, gender, ras, masa jabatan), kemampuan(kemampuan intelektual dan fisik),
nilai, sikap, kepribadian dan emosi(Robbin & Judge, 2008). Robbins(2006)
menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data
yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi yang tersedia dalam berkas
personalia seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia,
jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam
organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas, diperoleh karakteristik individu yang
meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, gender, status perkawinan,
pendapatan keluarga, banyaknya tanggungan, masa kerja/jabatan dan ras.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih beberapa karakteristik individu
yang nantinya akan digunakan untuk menentukan pemahaman bendaharawan
sehubungan dengan penempatan pegawai yang menjalankan peran withholding
system karena tidak semua karakteristik individu yang diperoleh dari para ahli
diatas dapat digunakan.Karakteristik individu dan hal yang perlu diperhatikan
terkait penempatan pegawai meliputi pengetahuan(pendidikan formal dan
informal), ketrampilan(Schuler & Jackson, 1997) dan pengalaman kerja,
usia(Siagian, 1998).
Berdasarkan kriteria tersebut, karakteristik individu yang diduga memiliki
pengaruh terhadap pemahaman bendaharawan yaitu tingkat pendidikan, usia,
gender, masa kerja. Yang berikut akan dikaji definisi terkait karakteristik individu
dan pengaruhnya tehadap tingkat pemahaman.
Tingkat Pendidikan
Menurut Heidjarachman(1990) pendidikan yaitu suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan
penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang
7
menyangkut kegiatan untuk mencapai tujuan. Tingkat pendidikan adalah jenjang
pendidikan formal tertinggi yang sudah dicapai seseorang yang sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku dan pendidikan informal berupa pelatihan/
kursus dan sosialisasi. Pendidikan dapat melalui jalur formal yaitu pendidikan
atau pelatihan yang diberikan secara teroganisasi dan berjenjang, baik yang
bersifat umum atau khusus dan pendidikan informal yang terdapat dalam
masyarakat.
Usia
Usia memiliki pengertian yang sama dengan umur. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, umur berarti lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan); hidup, nyawa. Usia dapat digolongkan kedalam usia
produktif dalam kisaran usia 15-64 tahun dan usia yang tidak produktif 65 tahun
ke atas(www.bappenas.go.id). Edwin B. Flippo (1997), membagi daur (cycle)
kehidupan pertumbuhan manusia terdiri dari tahap-tahap pengembangan karir
yaitu :
a) Usia 0 – 14, merupakan tahap pengembangan.
b) Usia 15 – 24, merupakan tahap penjajagan.
c) Usia 25 – 44, merupakan tahap pembentukan.
d) Usia 45-64, merupakan tahap pemeliharaan.
e) Usia 65 tahun keatas merupakan tahap penurunan.
Dalam hal ini pada usia 65 tahun akan menunjukkan semakin rendah
kemampuan seseorang dalam karena pikirannya semakin lemah.
Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya waktu yang sudah dilalui, dikerjakan dan
dikuasai dalam satu tempat dimana seseorang bekerja (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002). Soesarsono (1989) mengemukakan pendapat bahwa seseorang
yang telah lama bekerja atau mengerjakan pekerjaan yang relatif sama selama
bertahun-tahun akan lebih mahir daripada orang yang belum berpengalaman.
8
Gender
Gender kerap didefinisikan sebagai seks namun perlu ditekankan bahwa
konsep gender berbeda dengan konsep seks atau jenis kelamin. Epstein (1988)
menjelaskan konsep seks atau jenis kelamin merujuk pada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan yang disebabkan oleh perbedaan karakteristik biologisnya.
Sementara istilah gender merujuk pada kualitas yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan yang diciptakan oleh budaya. Abbot (Eviandaru, 2003) membedakan
antara gender dengan jenis kelamin, dimana jenis kelamin didefinisikan sebagai
yang kodrati karena ciri biologisnya. Sedangkan gender adalah peran sosial.
Deaux dan Lewis (Eviandaru, 2003) menyatakan bahwa ada komponen peran
gender yaitu ciri sifat kepribadian, peran sosial, posisi sosial dan tampilan fisik.
Robbins (1996) mengatakan tidak ada beda pria dan wanita yang konsisten
dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan
kompetitif, motivasi sosiabilitas dan kemampuan belajar. Menurut Robbins
(2006), bukti menunjukkan bahwa tempat terbaik untuk memulai adalah dengan
pengakuan bahwa terdapat hanya sedikit, jika ada, perbedaan penting antara pria
dan wanita yang akan mempengaruhi kinerja kerja mereka.
Pemahaman Bendaharawan mengenai Withholding System
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi
dari ingatan dan hafalan Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah cara
memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak
(Anas, 1996).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
2005 membedakan dua jenis bendahara yaitu bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran. Menurut peraturan pemerintah tersebut, bendahara
penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
9
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Sedangkan
bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD dan SKPD.
Bendaharawan diasosiasikan sebagai sebuah pekerjaan yang
membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya, jujur dan memiliki ketelitian
serta handal dalam mengelola keluar-masuknya keuangan suatu
organisasi/perusahaan. Terkait dengan aturan withholding system yaitu bendahara
pengeluaran yakni bendaharawan yang melakukan pembayaran yang dananya
berasal dari ABPN/ABPD yang ditetapkan sebagai pemotong dan pemungut pajak
sesuai ketentuan yang berlaku. Pajak yang dipotong oleh bendaharawan adalah
pajak penghasilan(PPh) pasal 21, PPh pasal 23 dan PPh pasal 26. Sedangkan
pajak yang dipungut oleh bendaharawan yaitu PPh pasal 22 dan PPN.
Di Indonesia terdapat tiga sistem pemungutan pajak yaitu official
assesment system, self assesment system dan withholding system. Bendaharawan
termasuk dalam withholding system yang merupakan pihak ketiga yang diberi
wewenang oleh fiskus untuk memotong dan memungut besarnya pajak terutang
oleh Wajib Pajak. Bendaharawan pemerintah adalah Bendaharawan Pemerintah
Pusat, Pemerintah daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara
Lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia yang membayar gaji, upah,
tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan (Waluyo, 2008:192).
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap tingkat pemahaman bendaharawan
mengenai aturan withholding system.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara berpikir, cara
pandang seseorang terhadap sesuatu. Martha (2004) dalam Prasetyo (2010)
mengatakan bahwa tingkat pendidikan formal seseorang berpengaruh terhadap
jalan pikiran dan tindakan yang akan diambil seseorang dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang dihadapinya.
10
Apabila bendaharawan memiliki tingkat pendidikan formal serta pernah
mendapatkan pelatihan perpajakan berkaitan dengan kewajibannya maka
bendaharawan akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mengetahui
informasi yang berkaitan dengan pajak sehingga mereka akan paham dalam
melaksanakan tugasnya untuk memotong dan memungut pajak dan sadar terhadap
sanksi yang akan diterima apabila tidak mematuhi aturan withholding system.
Berdasarkan uraian di atas maka diduga bahwa tingkat pendidikan
bendaharawan dapat mempengaruhi pemahaman mengenai aturan withholding
system, sehingga dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H1 : Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman
bendaharawan mengenai aturan withholding system.
Pengaruh Usia terhadap tingkat pemahaman bendaharawan mengenai
aturan withholding system.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Rusli
(1992) mengatakan bahwa tingkat usia sangat berperan pada kemampuan fisik
dalam kegiatan usaha, karena mempunyai pengaruh besar kemampuan berpikir
dan bereaksi terhadap lingkungan dalam menjalankan usaha mereka.
Apabila semakin matang umur seseorang akan semakin trampil dalam
melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari
makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari pengalaman hidup terutama
pengalaman yang berakhir pada kesalahan.
Berdasarkan uraian di atas maka diduga bahwa usia yang dimiliki
bendaharawan dapat mempengaruhi pemahaman mengenai aturan withholding
system, sehingga dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H2 : Usia berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bendaharawan mengenai
aturan withholding system
11
Pengaruh Masa Kerja terhadap tingkat pemahaman bendaharawan
mengenai aturan withholding system.
Masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia,
sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul secara otomatis dalam
tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Sejauh mana
tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari
kemampuan, kecakapan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik.
Soesarsono (1989) mengemukakan pendapat bahwa seseorang yang telah
lama bekerja atau mengerjakan pekerjaan yang relatif sama selama bertahun-tahun
akan lebih mahir daripada orang yang belum berpengalaman. Masa kerja
seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama
bekerja pada perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang
berkaitan dengan bidangnya masing-masing, dalam pelaksanakan kerja sehari-
harinya karyawan menerima berbagai input mengenai pelaksanaan kerja dan
berusaha untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul, sehingga dalam
segala hal kehidupan karyawan menerima informasi atau sebagai pelaku segala
kegiatan yang mereka lakukan. Maka karyawan tersebut telah memperoleh
pengalaman kerja dan pemahaman akan tugas-tugasnya. Dalam kaitannya dengan
bendaharawan, semakin lama masa kerja seseorang sebagai bendaharawan,
semakin banyak pengalaman yang diperoleh dan semakin terampil di dalam
menyelesaikan tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa masa kerja
bendaharawan dapat mempengaruhi pemahamannya mengenai withholding
system, sehingga dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H3 : Masa kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman
bendaharawan mengenai withholding system.
12
Pengaruh Gender terhadap pemahaman bendaharawan mengenai
withholding system.
Studi gender mengkaji perkembangan aspek maskulinitas dan femininitas
seseorang. Gender memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan seseorang
dan dapat menentukan pengalaman hidup yang akan ditempuhnya. Gender dapat
menentukan akses seseorang terhadap pendidikan, dunia kerja, dan sektor-sektor
publik lainnya. Gender juga dapat menentukan kesehatan, harapan hidup, dan
kebebasan gerak seseorang. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan,dan
kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan bertindak secara otonom
(Marzuki n.d.). Namun Robbins(1996) menyimpulkan tidak ada beda pria dan
wanita yang konsisten dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan
analisis, dorongan kompetitif, motivasi sosiabilitas dan kemampuan belajar.
Wanita yang terlibat dalam proses pembelajaran, pada dasarnya telah
memperoleh hak dan kesempatan yang sama untuk aktif dalam proses
pembelajarannya. Wanita dan pria dalam setiap situasi pendidikan tersebut sama-
sama terbuka untuk mengakses buku-buku di kelas dan terlibat dalam setiap
diskusi (Nanang, et. al n.d.). Untuk bisa mencapai posisi sebagai bendaharawan,
seseorang telah melewati berbagai seleksi pegawai negeri yang mempersyaratkan
tingkat pendidikan tertentu. Apabila seseorang memiliki kesempatan yang sama
dalam hal pembelajaran maka dimungkinkan memiliki kesamaan cara berpikir,
bertindak dan bertingah. Berdasarkan uraian di atas bahwa gender tidak
berpengaruh terhadap pemahaman bendaharawan mengenai aturan withholding
system. Untuk itu dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H4 : Gender tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bendaharawan
mengenai aturan withholding system.
13
Variabel-variabel tersebut dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu variabel
dependen yang dinyatakan dengan notasi “Y” dan keempat variabel lainnya
sebagai variabel independen dengan notasi “X”. Dengan demikian hubungan
antara variabel ini dinyatakan sebagai berikut :
Tingkat Pendidikan (X1)
METODE PENELITIAN
Gambaran populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah bendaharawan yang
bekerja di Instansi pemerintah dikota Salatiga, Ungaran dan Boyolali. Responden
dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan memberikan kuisioner
kepada bendaharawan pengeluaran yang ada di instansi pemda di Salatiga,
Ungaran dan Boyolali.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan
analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan analisis statitik deskriptif,
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk melihat apakah instrumen –
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini layak
untuk digunakan. Uji validitas diukur dengan menggunakan teknik Pearson
Product Moment. Suatu item dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar
daripada r tabel(Sugiono, 2003 :213). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menghitung Cronbach Alpha masing-masing instrumen. Nilai kritis instrumen
dikatakan reliabel apabila Cronbach Alpha nya lebih besar dari 0,60 (Supramono
dan Utami, 2003). Kemudian, dilakukan analisis regresi untuk mengetahui ada
Usia (X2)
Pemahaman
bendaharawan (Y)
Masa Kerja (X3)
Gender (X4)
+
+
14
atau tidaknya pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen dalam
penelitian ini.
Analisis selanjutnya adalah regresi linier berganda karena variabel
indipendennya lebih dari satu yaitu tingkat pendidikan, pendidikan informal, masa
kerja. Adapun langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan uji asumsi klasik regresi linear berganda yang meliputi:
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi normalitas residual digunakan uji
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan
ketentuan: bila angka signifikansi < 0,05 maka distribusi data
residualnya adalah tidak normal, dan sebaliknya apabila angka
signifikansi > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal
(Ghozali, 2005).
b. Pengujian Multikolinearitas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi adalah melihat nilai tolerance dan nilai VIF. Jika nilai
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka menunjukan
multikolonieritas (Ghozali, 2005).
c. Pengujian Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
menggunakan metode grafik. Pengujiannya adalah sebagai berikut:
Hasil analisis metode grafik untuk model regresi, sebaran plot data
tidak membentuk pola yang jelas, serta plot-plot data menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Ghozali, 2005).
15
Model penelitian ini adalah : Y = α + β1 + β 2 + β 3 + β 4 + β5 + ε.
Dimana :
Y: Tingkat Pemahaman β 4 : Gender
α : Konstanta β 5 : Masa Kerja
β1: Tingkat Pendidikan ε : Error
β2: Pendidikan Informal
β3 : Usia
Kemudian, tabulasi distribusi frekuensi yaitu mengelompokan jawaban
kuesioner dari responden ke tabel, menjumlah jawaban dan mempersentasekan.
Selanjutnya dicari jumlah jawaban dan nilai persentase yang paling tinggi diantara
jawaban tersebut, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Formula yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Rata-rata distribusi frekuensi
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut
Dimana :
X = Rata-rata tanggapan responden terhadap pernyataan
Bobot = Skor untuk kategori jawaban yang dipilih responden
Absolut = Jumlah responden yang menjawab kategori jawaban tersebut
Total = Jumlah responden.
Rata- rata distribusi Frekuensi variabel, digunakan rumus :
Dimana :
= rata-rata jawaban responden terhadap variabel
∑ X = rata-rata tanggapan responden
n = jumlah pertanyaan
b. Mengklasifikasikan rata-rata tertimbang aturan withholding system
Interval klasifikasi digunakan rumus :
16
I =
Dimana :
I = interval kelas
H = nilai jawaban tertinggi
L = nilai jawaban terendah
K = banyaknya kelas (klasifikasi ditetapkan sebanyak 3 kelas)
dimana : I = = 2
Tabel 1. Kategori Pemahaman Aturan Withholding System
Nilai Kategori
0,00 – 2,00 Tidak paham
2,01 – 4,00 Paham
4,01 – 6,00 Sangat paham
c. Mengklasifikasikan rata-rata tertimbang unsur withholding system
Interval klasifikasi digunakan rumus :
I =
Dimana :
I = interval kelas
H = nilai jawaban tertinggi yaitu 4
L = nilai jawaban terendah yaitu 0
K = banyaknya kelas (klasifikasi ditetapkan sebanyak 3 kelas)
Dimana: I = = 1,34
Tabel 2. Kategori Pemahaman Unsur Withholding System
Nilai Kategori
0,00 – 1,34 Tidak paham
1,35 – 2,68 Paham
2,69 – 4,00 Sangat paham
17
ANALISIS DATA
Analisis data dimulai dengan analisis deskriptif yang sebelumnya
dilakukan uji validitas dan realibilitas kuisioner. Kemudian dilakukan uji asumsi
klasik dan analisis regresi linier berganda, serta dilakukan pengujian hipotesis.
Sejumlah 58 kuisioner yang dibagikan dan kuisioner yang kembali berjumlah 58
eksemplar, sehingga dapat diolah. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan
mendatangi dinas-dinas Pemda di Salatiga, Ungaran dan Boyolali.
Responden dalam penelitian ini adalah bendahara pengeluaran di dinas
Pemda kota Salatiga, Ungaran dan Boyolali. Tidak semua bendaharawan dapat
dijadikan sampel penelitian karena hanya bendahara pengeluaran yang bertugas
membayarkan dana yang berasal dari APBN/APBD dan hal ini terkait dengan
aturan withholding system.
Tabel 3 berikut menjelaskan karakteristik responden yang digunakan untuk
mengetahui latar belakang bendaharawan adalah berdasarkan umur, jenis kelamin,
jurusan, frekuensi sosialisasi, pendidikan informal, kota.
Tabel 3. Karakteristik Responden
Latar Belakang Kriteria Jumlah %
Usia
25-44
45-64
37
21
64
36
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
20
38
35
65
Jurusan Akuntansi
Hukum
Lainnya
6
5
21
10
9
36
Frekuensi
Sosialisasi
Tidak Pernah
1-3 kali
> dari 3 kali
3
54
1
5
93
2
Pendidikan
Informal
Brevet
Diklat Perpajakan
Lainnya
3
10
5
5
17
9
Kota Salatiga
Ungaran
Boyolali
21
24
13
36
41
23
Sumber : data primer yang diolah, 2012
18
Berdasarkan tabel 3 diatas tentang karakteristik responden maka dapat
disimpulkan bahnwa mayoritas umur responden adalah 25-44 yaitu sebanyak 37
bendaharawan (64%) dan usia 45-64 dengan 36% atau 21 bendaharawan dimana
sebanyak 38 responden (65%) adalah perempuan sedangkan 35% adalah laki-laki
atau sejumlah 20 bendaharawan.
Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa bendaharawan yang
bekerja pada dinas pemerintah daerah berlatar belakang jurusan akuntansi
sebanyak 6 orang atau 10%, dimana sebagian besar bendaharawan berasal dari
jurusan selain akuntansi dan hukum ialah sejumlah 21 orang atau 36% dan pernah
menerima sosialisasi sebanyak 1-3 yaitu 54 orang atau 93%.
Berdasarkan tabel 3 diatas juga dapat disimpulkan bahwa bendaharawan
yang pernah mendapat pendidikan informal berupa diklat perpajakan sebanyak 10
orang atau 17% sedangkan brevet sejumlah 3 orang atau 5% dan yang selain
brevet dan diklat perpajakan yaitu 5 orang atau 9%.
Grafik 1 berikut menjelaskan karakteristik responden yang digunakan
untuk mengetahui latar belakang bendaharawan adalah tingkat pendidikan formal.
19
Grafik 1. Data Responden berdasarkan pendidikan terakhir
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan pie chart di atas dapat dilihat bahwa mayoritas bendaharawan
dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir Perguruan Tinggi yang
jumlahnya 46,55% dari keseluruhan responden dan yang memiliki pendidikan
terakhir SMA/sederajat adalah 43,1%, sedangkan untuk Diploma hanya sebesar
10,3% atau sebanyak 6 responden. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
bendaharawan sudah memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi.
Uji Validitas
Tabel 4. Pengujian Validitas Kuisioner
Variabel No. Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan
Pemahaman
Pph 21
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.458
.531
.228
.314
.288
.274
.222
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Pemahaman
Pph 22
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.455
.243
.359
.279
.322
.458
.222
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
20
Pemahaman
Pph 23
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.358
.384
.337
.347
.337
.329
.222
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Pemahaman
PPN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.344
.403
.403
.293
.305
.306
.222
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada pengujian validitas diatas, semua indikator empirik mempunyai nilai
r hitung positif dan r hit > r0,05 (0,222) sehingga indikator-indikator empirik
tersebut dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Tabel 5. Pengujian Reliabilitas Kuisioner
Variabel Nilai Cronbach
Alpha
Nilai Kritis
Keterangan
Pemahaman
PPh 21
.607
0,60
Reliabel
Pemahaman
PPh 22
.605
0,60
Reliabel
Pemahaman
PPh 23
.612
0,60
Reliabel
Pemahaman
PPN
.603
0,60 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2012
Demikian halnya pada pengujian reliabilitas, menunjukkan nilai Cronbach
alpha > 0,60 sehingga indikator-indikator empirik tersebut dinyatakan reliabel.
21
Analisis Deskriptif
Variabel ini menguji apakah wajib pajak paham terhadap aturan
withholding system yang meliputi PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh Pasal 23, dan
PPN. PPh Pasal 26, tidak dimasukkan karena bendaharawan tidak memungut PPh
Pasal 26. Tabel 3 dibawah ini memuat hasil tabulasi distribusi frekuensi.
Tabel 6. Tingkat pemahaman bendaharawan
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari hasil dapat disimpulkan bahwa bendaharawan sangat paham
terhadap aturan withholding system. Nilai = 4,017 menunjukan bahwa tingkat
pemahaman bendaharawan paling rendah pada unsur PPN. Sedangkan nilai =
4,67 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman bendaharawan tinggi pada PPh
Pasal 21.
Dibawah ini ditunjukkan grafik yang menunjukkan pemahaman
bendaharawan terhadap unsur-unsur yang terkandung dalam tiap pasal yang
meliputi subyek, obyek, tarif, saat terutang, saat setor, saat lapor.
No Tingkat Pemahaman Kategori
1 Pemahaman terhadap PPh pasal 21 4,64 Sangat Paham
Sangat Paham
Sangat Paham
Sangat Paham
2 Pemahaman terhadap PPh pasal 22 4,22
3 Pemahaman terhadap PPh pasal 23 4,24
4 Pemahaman terhadap PPN 4,017
22
Grafik 2. Pemahaman Bendaharawan Terhadap Unsur Pajak
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari grafik diatas, unsur withholding system terdiri atas subyek, obyek,
tarif, saat terutang, setor dan lapor yang masing-masing unsur tersebut dimiliki
oleh setiap aturan withholding system(Pph 21, 22, 23, PPN). Pemahaman
bendaharawan terhadap subyek, obyek, saat terutang, setor diatas angka 1,34 yang
berarti bendaharawan paham terhadap keempat unsur dalam aturan withholding
system tersebut. Sedangkan unsur lapor dan tarif bendaharawan termasuk pada
kategori sangat paham.
Uji Asumsi Klasik
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas
Model Regresi Unstandardized
Residual
Withholding System Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig (2-tailed)
0.743
0.638
Sumber: Data primer diolah, 2012
2,689655172
2,482759
3,3621
2,655172
2,62069
3,362069
0 0,5
1 1,5
2 2,5
3 3,5
4 Subyek
Obyek
Tarif
Saat terutang
Setor
Lapor
23
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa model regresi
mempunyai angka signifikan yang lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan
bahwa distribusi data residualnya adalah normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 8. Uji Multikolinearitas
Model Regresi Variabel Tolerance VIF
Withholding System Tingkat pendidikan
Pendidikan informal
Usia
Gender
Masa kerja
.767
.885
.859
.968
.830
1.304
1.130
1.164
1.033
1.204
Sumber: Data primer diolah, 2012
Dari Tabel di atas mengacu pada nilai tolerance tampak bahwa semua
nilai tolerance untuk masing-masing variabel bebas (independent variable) > 0,1
maka tidak ada multikolinearitas diantara variabel bebasnya. Mengacu pada nilai
VIF tampak bahwa semua nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas
(independent variable) < 10 maka tidak ada multikolinearitas diantara variabel
bebasnya.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode grafik.
Dari hasil analisis metode grafik untuk model regresi withholding system
diketahui bahwa sebaran plot data tidak membentuk pola yang jelas, serta plot-
plot data menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi terjadi kesamaan
variance dari residual yang ada.
24
Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis pada model regresi terhadap withholding system
Tabel 9. Uji Hipotesis
Sumber: Data primer diolah, 2012
Keterangan : * = signifikan pada = 5 %
** = signifikansi pada = 10%
t 0,025 = 2,007 ( = 5 %, df = 52)
t 0,050 = 1,675 ( = 10 %, df = 52)
Tidak ada perbedaan pemahaman bendaharawan mengenai withholding
system dilihat dari tingkat pendidikannya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung
-0,026 < 2,007 pada tingkat kepercayaan 5%. Posisi bendaharawan pengeluaran
merupakan pekerjaan yang terkait dengan akuntansi maupun pajak namun justru
diisi oleh mereka yang bukan dari lulusan terkait seperti terlihat pada karakteristik
responden dengan jumlah bendaharawan yang berlatang belakang jurusan
akuntansi sejumlah 6 orang dari 58 responden dan tidak ada bendaharawan yang
berlatar belakang perpajakan. Begitu pula dengan pendidikan informal juga tidak
membuat perbedaan terhadap tingkat pemahaman bendaharawan. Hal Ini
ditunjukkan oleh nilai t hitung 0,088 < 2,007 selain itu tidakn semua
bendaharawan memperoleh pendidikan informal terkait pajak, dari 58
bendaharawan, yang pernah mendapat brevet, diklat perpajakan sebanyak 18
orang. Dengan demikian tingkat pendidikan yang tinggi yang didukung dengan
masukan pendidikan informal berupa brevet, diklat perpajakan tidak menjamin
bendaharawan akan lebih paham mengenai aturan withholding system.
Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa pemahaman mengenai
withholding system didominasi oleh bendaharawan pada kelompok usia 25-44
tahun(usia pembentukan). Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung 1,740 > 1,675
Model Regresi Variabel t hitung Sig
Withholding
System
Tingkat pendidikan
Pendidikan Informal
Usia**
Gender
Masa kerja*
-0.026
0.088
1.740
-0.528
4.843
0.979
0.930
0.088
0.600
0.000
25
pada tingkat kepercayaan 10%. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Rusli(1992)
yang mengatakan tingkat usia berperan pada kemampuan fisik karena mempunyai
pengaruh besar kemampuan berpikir dan bereaksi terhadap lingkungan dalam
menjalankan usaha mereka.
Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa tidak ada beda
pemahaman bendaharawan mengenai withholding system dilihat dari gendernya.
Hal ini ditunjukkan dengan oleh nilai t hitung -0,528 < t tabel 2,007 pada
signifikansi 5%. Terlihat dari karakteristik responden, bahwa meski jumlah
bendaharawan wanita lebih banyak dari bendaharawan pria, dimana
bendaharawan wanita yang dianggap lebih teliti, dapat dipercaya dan lebih pantas
menjabat sebagai bendaharawan namun konstruksi masyarakat terhadap hal ini
tidak membuat perbedaan terhadap tingkat pemahaman mengenai withholding
system karena untuk posisi sebagai bendarawan tentu terlebih dahulu telah
melewati seleksi PNS dan tahap-tahap ilmu pengetahuan tertentu dan memiliki
masa kerja tinggi terkait pengalamannya.
Berdasarkan hasil analisis regresi, pemahaman mengenai withholding
system didominasi oleh bendaharawan yang memiliki masa kerja 1 tahun.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Soesarsono(1989) yang mengatakan bahwa
seseorang dengan lama bekerja atau mengerjakan pekerjaan yang relatif sama
selama bertahun-tahun akan lebih mahir daripada orang yang belum
berpengalaman.
Kontribusi dari faktor demografi terhadap pemahaman bendaharawan
mengenai withholding system dilihat dari nilai R Square yang sebesar 0,370 atau
37%. Ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lainnya yakni sebanyak 63%
yang dapat menentukan pemahaman mengenai withholding system yang masih
perlu dikaji.
26
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
Penelitian ini menunjukkan bahwa bendaharawan berada pada tingkat
sangat paham terhadap peraturan withholding system yang meliputi PPh
21, PPh 22, PPh 23, PPN dan paham pada unsur subyek, obyek, saat
terutang, setor. Untuk unsur lapor dan tarif termasuk kategori sangat
paham.
Masa kerja 1 tahun memiliki dominasi terhadap pemahaman mengenai
withholding system dan ini berarti bahwa semakin lama masa kerja sebagai
bendaharawan maka tingkat pemahaman mengenai withholding system
semakin tinggi.
Terdapat dominasi tingkat pemahaman bendaharawan mengenai
withholding system pada bendaharawan dengan kelompok usia
pembentukan(25-44 tahun).
Sedangkan untuk tingkat pendidikan formal, pendidikan informal dan
gender tidak berpengaruh terhadap pemahaman bendaharawan mengenai
withholding system.
IMPLIKASI TEORITIS
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rusli
(1992) yang mengatakan bahwa usia berperan pada kemampuan fisik,
berpikir dan bereaksi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Soesarsono
(1989) yang mengatakan bahwa seseorang yang telah lama bekerja atau
mengerjakan pekerjaan yang relatif sama selama bertahun-tahun akan
lebih mahir daripada orang yang belum berpengalaman.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Bida(2001) yang
mengatakan bahwa tingkat pendidikan dapat menyebabkan perbedaan
tingkat pengetahuan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan formal maupun perolehan pendidikan informal tidak
berpengaruh terhadap pemahaman seseorang
27
IMPLIKASI TERAPAN
Pendelegesian tugas dan tanggung jawab sebagai bendaharawan
pengeluaran hendaknya mempertimbangkan usia dan masa kerjanya karena posisi
bendaharawan membutuhkan kematangan seseorang dalam berpikir dan bertindak
dan lama bekerja sebagai pengalamannya sehingga kecil kemungkinan
penyelewengan dan kesalahan memotong dan memungut pajak sesuai ketentuan
yang berlaku. Faktor tersebut yang minimal harus diperhatikan.
KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut :
Pengisian kuesioner tidak didampingi langsung sehingga dapat
dimungkinkan salah intepretasi atau pernyataan tidak dipahami dengan
baik oleh bendaharawan dan kuisioner penelitian tidak benar-benar diisi
sendiri oleh bendaharawan sehingga mengakibatkan biasnya informasi
yang diperoleh.
Pernyataan mengenai PPh 26 tidak dijawab oleh responden karena semua
objek penelitian tidak melakukan kegiatan memotong dan memungut atas
PPh 26 sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat pengetahuan
responden terkait PPh pasal 26.
PENELITIAN YANG MENDATANG
Memasukkan faktor-faktor lain ke dalam model penelitian yang diduga
dapat mempengaruhi pemahaman bendaharawan mengenai withholding
system seperti nilai, sikap, kepribadian dan emosi.
Apabila memungkinkan, pengisian kuisioner hendaknya didampingi,
sehingga diharapkan informasi yang diberikan dapat menjadi lebih akurat.
28
Tabel 10
Pengukuran Konsep : Karakteristik Individu
Subkonsep Definisi Operasional Indikator Empirik
Tingkat
Pendidikan
merujuk pada pendidikan formal
dan informal yang ditempuh
seseorang.
SMA, Diploma, Perguruan
Tinggi
Brevet dan Diklat Perpajakan
Usia merujuk pada lama hidup dari
seseorang dilahirkan.
Usia 25 – 44, merupakan tahap
pembentukan.
Usia 45-64, merupakan tahap
pemeliharaan.
Masa Kerja merujuk pada masa seseorang
menjalankan pekerjaan tertentu.
Jumlah tahun kerja sebagai
bendaharawan
Gender merujuk pada kualitas yang
berbeda antara laki-laki dan
perempuan yang diciptakan oleh
budaya
Pria
Wanita
29
Tabel 11
Pengukuran Konsep : Tingkat Pemahaman
Konsep Definisi Operasional Indikator empirik
Pemahaman
Bendaharawan
terhadap pemotongan
PPH 21
Pengetahuan bendaharawan
mengenai pemotongan pajak
penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama
apa pun sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan
yang dilakukan oleh wajib
pajak orang pribadi dalam
negri
Tingkat pemahaman
tentang subyek,
obyek, tarif, saat
terutang, saat lapor
pajak PPh 21
Pemahaman
bendaharawan
terhadap pemungutan
Pph 22
Pengetahuan bendaharawan
mengenai pemungutan pajak
oleh bendaharawan berkenaan
dengan pembayaran atas
penyerahan barang, dan
badan-badan tertentu
berkenaan dengan kegiatan di
bidang import atau kegiatan
usaha di bidang lain
Tingkat pemahaman
tentang subyek,
obyek, tarif, saat
terutang, saat lapor
pajak PPh 22.
Pemahaman
bendaharawan
terhadap pemotongan
PPh 23
Pengetahuan bendaharawan
mengenai pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak
dalam negri dan bentuk usaha
tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong
Pph21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan
pemerintah atau subyek pajak
dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, BUT atau
perwakialan perusahaan luar
negri lainnya.
Tingkat pemahaman
tentang subyek,
obyek, tarif, saat
terutang, saat lapor
pajak PPh 23
Pemahaman
bendaharawan
terhadap pemotongan
Pengetahuan bendaharawan
mengenai pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak luar
Tingkat pemahaman
tentang subyek,
obyek, tarif, saat
30
PPh 26 negri dari indonesia, selain
penghasilan usaha yang
diperoleh melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
terutang, saat lapor
pajak PPh 26.
Pemahaman
bendaharawan
terhadap Pemugutan
PPN
Pengetahuan bendaharawan
mengenai pemungutan pajak
atas penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP) di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh
pengusaha, impor BKP,
pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar daerah
Pabean di dalam daerah
pabean , serta ekspor BKP
oleh pengusaha kena pajak.
Tingkat pemahaman
tentang subyek,
obyek, tarif, saat
terutang, saat lapor
pajak PPN
31
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Halida Dyah, 2010, Pemahaman Bendaharawan Mengenai Aturan
Withholding Tax, Skripsi program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Bida, Yance. 2001, Pengaruh Faktor-Faktor yang Melekat pada Wajib Pajak (WP)
terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
(survey terhadap Wajib Pajak Pajak Bumi dan Bangunan di Salatiga).
Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana
(tidak dipublikasikan).
Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Difa : Publisher.
Engel, James, Roger Blackwell, and Paul Miniard, 1995, Perilaku Konsumen,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Epstein, C. F. (1988). Deceptive distinction sex, gender and the social order. New
Haven & New York: Yale University Press & Russel Sage Foundation.
Eviandaru, M. (2003). Hubungan antara sikap terhadap stereotip peran gender
dengan objektivitas diri. Anima Psychological Journal, 18(4), 362-375.
Ghozali, H. Imam., 2005. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS.
Universitas Diponegoro, Semarang
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnely Jr, 2000, Organizations,
Mc.Graw-Hill International, Boston.
Lianawati, Yeni, 2006, Analisis Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, skripsi program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
Mardiasmo, 2008. Perpajakan : Edisi Revisi, Andi Yogyakarta;Yogyakarta
Marzuki, n.d. Kajian Awal Tentang teori-teori gender. Pkn dan Hukum FISE
UNY.
Martono, Nanang, Elis, P, Mintarti, Rin, R., n.d. Perbedaan Gender dalam Prestasi
Belajar Mahasiswa Unsoed, Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto
32
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I : PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Purwaningtyas, Swasti, 2012, Pengaruh Faktor Individu dan Sosial terhadap
pemahaman bendaharawan mengenai withholding system, skripsi program
S1 Fakultas Ekonomikan dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Ramli, Rusli, 1992, Sektoral Informal Perkotaan Kewiraswastaan Pedagang Kaki
Lima, Indonesia Hill co.
Randupandojo, Heidjaracman / Husnand / Suad, 1990 Manajemen Personalia,
Yogyakarta.
Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi
Kedua Belas, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Schuler, Randall S, Jackson, Susan E. 1997. Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad ke-21. Edisi Keenam Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Setianingsih, Gloria, D. N., 2012, Perbedaan Tingkat Pemahaman Pemahaman
dan Non Bendaharawan mengenai Withholding System, skripsi program S1
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Sudijono, Anas, 1996, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Soesarsono, Wijandi. 1989, Pengantar Kewiraswastaan, Sinar Bandung.
Siagian, Sondang P. 1998. Manajemen Abad 21. Bumi Aksara: Jakarta.
Thoha, Miftah, 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Waluya, Bagja, 2007. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat
untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, PT. Setia Purna
Inves, Bandung
Waluyo, 2008. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta
Yustono, Ali. 2011. “Bendahara Pemerintah Sering Lakukan Kesalahan
Administrasi”.http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/10/14/60
554/bendahara_pemerintah_sering_lakukan_kesalahan_administrasi/#.UA
uh1_KTeKF
33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Gifson Soni Siagian
NIM : 232008063
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomika dan Bisnis
Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 16 November 1990
Alamat : Pondok Sedati Asri GD-15, Juanda, Sidoarjo,
Jawa Timur
E-mail : niggazwith.attitude @yahoo.com
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
B. Latar Belakang Pendidikan
1. 1996 – 2002 : SD Hang Tuah X Juanda, Sidoarjo
2. 2002– 2005 : SMP Negeri 2 Waru, Sidoarjo
3. 2005– 2008 : SMA Negeri 1 Gedangan, Sidoarjo
4. 2008-2012 : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga
C. Pengalaman Berorganisasi
2009 : - Panitia Retreat FE “Who am i”
- Panitia Accounting Competition FE
- Satgas Rapat Kerja LK FEB
- Satgas Christmas Charity FEB
2010 : - Panitia kegiatan Motivation and Strategy Accounting
- Ketua Panitia Retreat FEB “Anak Turun Sing Nduweni
Karakter”
- Kepengurusan LK FEB ‘PERMEN’
- Ketua Satgas Rapat Kerja LK FEB
- Panitia Dies Natalis ke-51 FEB
2011 : - Panitia Youth Camp “We’re the World” FEB
- Kepengurusan LK FEB ‘PERMEN’
2012 : - Team Musik Retreat FEB “Giving With Love”