PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK...
-
Upload
nguyenlien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK...
PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN KEPATUHAN WAJIB
PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ARYA HERWIN SAFITRI
NIM: 206082003942
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Arya Herwin Safitri
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Mei 1988
3. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15
No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang-Tangsel 15416
4. Nomor Telepon : 021-92534943
5. Status : Belum menikah
6. Agama : Islam
7. Kewarganegaraan : Indonesia
B. Data Pendidikan Formal
1. 1994 - 1996 : SDN Benda Baru II
2. 1996 - 2000 : SD Tirta Buaran
3. 2000 - 2003 : SLTPN 2 CIPUTAT
4. 2003 - 2006 : SMAN 1 CIPUTAT
5. 2006 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Suyitno
2. Tempat & Tanggal Lahir : Madiun, 29 Januari 1960
3. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15
No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang- Tangsel 15416
4. Ibu : Siti Layinah
5. Tempat & Tanggal Lahir : Ambarawa, 07 November 1966
6. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15
No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang- Tangsel 15416
7. Telepon : 081388695101
v
Hari ini Kamis 2 bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Sidang Skripsi atas nama Arya Herwin Safitri NIM 206082003942 dengan judul
skripsi “PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING” (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Mampang Prapatan). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Desember 2010
Tim Penguji Sidang Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yusro Rahma,SE.,M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS Rahmawati,SE,MM
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
vi
INFLUENCE THE AMOUNT OF TAX AUDITS,, AND TAX PENALTIES
ON INCOME TAX RECEIPTS WITH TAXPAYER COMPLIANCE AS AN
INTERVENING VARIABLE
By:
Arya Herwin Safitri
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
This study is aimed to analyze influence the amount of tax audits and tax
penalties on income tax receipts with taxpayers compliance as an intervening
variable in the Tax Office (KPP) Pratama Mampang Prapatan. This study uses
primary data by conducting direct research in the field by providing in
questionnaire/worksheet questions to 50 respondents with Likert Scale. The
statistical method used is path analysis. Sampling method used was purposive
sampling. The quality test of data used in this study are test of validity and
reliability test. Meanwhile, in testing the hypothesis of this research uses path
analysis.
Path analysis test results from this study are : (a) there is significant
influence the amount of tax audits and tax penalties on income tax receipts, (b)
there is significant influence the amount of tax audits, tax penalties, and taxpayer
compliance on income tax receipts, (c) there is not significant influence the
amount of tax audits and tax penalties on income tax receipts thoroughly taxpayer
compliance as an intervening variable.
Keywords : The amount of tax audits, tax penalties, tax compliance, and income
tax receipts.
vii
PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
Oleh:
Arya Herwin Safitri
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan
pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui
kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Penelitian ini menggunakan data
primer dengan melakukan penelitian langsung di lapangan sebanyak 50 responden
melalui kuesioner dengan skala likert. Metode statistik yang digunakan dengan
Path Analysis. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
reliabilitas menggunakan cronbach alpha dan uji validitas menggunakan pearson
correlation serta uji hipotesis dengan menggunakan metode analisis jalur atau path
analysis method (model trimming) dengan menggunakan program SPSS 17,0.
Hasil path analysis ditemukan bahwa: (a) jumlah pemeriksaan pajak dan
sanksi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
(b) jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, (c) jumlah
pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel
intervening.
Kata Kunci: Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, Kepatuhan
Wajib Pajak, dan Penerimaan Pajak Penghasilan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang
dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus,
membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan
semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Makasih Ibu dan
Bapak,,aya sayang kalian...
3. Adikku tercinta (wahyu) yang tak pernah henti memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan watu, memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan
kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Ibu Yusro Rahma SE.,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Segenap dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mba
Ani, Empo, Mas Heri, Mas Ajiz, Mas Alfred) penulis ucapkan terima kasih
atas partisipasinya dan segala bantuannya selama penulis menuntut ilmu.
10. Kawan-kawanku di Akuntansi A, Akuntansi B, Manajemen A, dan
Manajemen B yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga
tersusunnya skripsi. Terus berjuang dan semangat.
11. Teman seperjuangan kompre dan sidang (Dwino, Sugi, Nopi, Mila, Tomi,
Iras, Rhaina, Rika, Avrie, Luthfi, Ka Rifki),,akhirnya lulus juga kita....
12. Sutiawati, Adik Febria, Fitri sartika, qory, marina, Kholifah, Dian, Rike, Ana,
Rina, Cicih dan semuanya yang telah memberi semangat dan dukungan
kepada saya dari mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya,
“Moga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”.
13. Buat Alya, Fachry, Mba Dina, Asep, Diky, Deva, Veris, Mas Dedwi.
Akhirnya aya menyusul kalian juga,,,ngerasain di wisuda juga akhirnya
akyu..he...
14. Kawan-kawanku tercinta yang tergabung dalam The End Touch Family (Akil,
Abi, Pandu, Wahyu, Ucup, Asep, Tomi, Berli, Tio) pokonya smua deh, maap
kalu aku lupa menyebutkan nama kalian yaaaa. Pokonya aku sayang kalian.
Cepet nyusul ya..
15. Jamhuri Akil Muhlis,,maksih yaa A’ udah selalu semangatin aya. Perjuangan
kita berdua akhirnya berhasil juga. Hasil dari kita keliling-keliling Jakarta,
panas-panasan buat nyari KPP. Panas, haus, puasa juga kita jalanin demi
dapetin KPP. Kita bisa ngewujudin impian orangtua kita, semoga kita bisa
bikin bangga mereka yaa. Wisuda bareng kita,,,hehe..(tapi perjuangan kita
x
belum berhenti sampe disini, masih panjang jalan kita). Jangan lupa kado buat
aya...(Aa paling T.O.P B.G.T deh)
16. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, November 2010
(Arya Herwin Safitri)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi............................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Kompre .................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iv
Abstract ................................................................................................................ v
Abstrak ................................................................................................................. vi
Kata Pengantar....................................................................................................vii
Daftar Isi .............................................................................................................. x
Daftar Tabel.........................................................................................................xiv
Daftar Gambar....................................................................................................xvi
Daftar Lampiran................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Tinjauan Umum tentang Pajak ............................................................ 10
1. Pengertian Pajak ..........................................................................10
2. Fungsi Pajak ................................................................................12
3. Jenis-jenis Pajak ..........................................................................12
4. Teori Pemungutan Pajak .............................................................14
xii
5. Penggolongan Jenis Pajak ...........................................................16
6. Sistem Pemungutan Pajak ...........................................................17
7. Azas-azas Pemungutan Pajak ......................................................19
B. Pemeriksaan Pajak ............................................................................... 21
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak .................................................... 21
2. Tujuan Pemeriksaan Pajak .......................................................... 22
3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan ........................ 23
4. Norma Pemeriksaan .................................................................... 25
5. Hak dan Kewajiban saat Dilakukan Pemeriksaan ....................... 29
6. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ..................................................... 31
C. Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................... 31
1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak .................................................31
2. Faktor yang Menentukan Tinggi Rendahnya Kepatuhan ............33
3. Kriteria Wajib Pajak Patuh ..........................................................35
D. Sanksi Perpajakan ............................................................................... 36
1. Sanksi Administrasi ....................................................................36
2. Sanksi Pidana ..............................................................................37
E. Pajak Penghasilan ................................................................................ 37
1. Definisi Pajak Penghasilan ..........................................................37
2. Subjek Pajak Penghasilan ............................................................38
3. Objek Pajak Penghasilan .............................................................40
4. Pajak Penghasilan Pasal 25 .........................................................42
F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis ...............................43
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 51
B. Metode Pengumpulan Sampel ............................................................ 51
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 52
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 53
1. Uji Kualitas Data ........................................................................... 53
xiii
a. Uji Validitas .............................................................................. 53
b. Uji Reliabilitas .......................................................................... 53
2. Uji Analisis Jalur (Model Trimming) ............................................ 54
a. Analisis Jalur Sub-Struktur 1 .................................................... 54
1. Pengujian secara simultan ................................................... 55
2. Pengujian secara individual ................................................. 56
a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak ..................................................... 56
b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak ..................................................... 56
b. Analisis Jalur Sub-Struktur 2 ....................................................57
1. Pengujian secara simultan ....................................................58
2. Pengujian secara individual ..................................................59
a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap
Penerimaan pajak penghasilan .......................................59
b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan
Pajak penghasilan ...........................................................59
c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
Penerimaan pajak penghasilan .......................................60
3. Pengujian Kesesuaian Model Koefisien : Q ..................................60
4. Uji Asumsi Klasik .........................................................................62
E. Operasionaisasi Variabel Penelitian ................................................... 62
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 68
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 68
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan ........... 68
2. Wilayah Kerja ................................................................................ 69
3. Struktur Organisasi ........................................................................70
4. Kebijakan Ditjen Pajak ..................................................................72
5. KPP Pratama ................................................................................ 73
B. Karakteristik Kantor Pelayanan Pajak................................................ 75
xiv
1. Tingkat Pengembalian Kuesioner.................................................. 75
2. Deskripsi Statistik Demografi Responden..................................... 76
C. Penemuan dan Pembahasan ............................................................... 77
1. Hasil Uji Kualitas Data .................................................................. 77
a. Hasil Uji Validitas ................................................................... 77
b. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................81
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 84
a. Hasil Uji Normalitas ................................................................ 84
3. Hasil Analisis Jalur (Model Trimming) ...................................... 87
a. Menguji Sub-Struktur 1........................................................... 87
1. Pengujian secara simultan .................................................. 89
2. Pengujian secara Individual ............................................... 90
a. Jumlah pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wp ....... 90
b. Sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak ........ 90
b. Menguji Sub-Struktur 2........................................................... 93
3. Pengujian secara simultan .................................................. 95
4. Pengujian secara individual ................................................ 96
a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan ........................ 96
b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan ....................................... 96
c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
Penerimaan pajak penghasilan ..................................... 97
4. Hasil Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q ......................102
D. Pembahasan ......................................................................................104
E. Interpretasi …………………………………………………………107
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................109
A. Kesimpulan .......................................................................................109
B. Implikasi ...........................................................................................109
C. Saran ……………………………………………………………….110
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................109
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian sebelumnya 46
3.1 Tabel Definisi Operasionalisasi 65
4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian 75
4.2 Deskripsi Statistik Demografi Responden
Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin 75
4.3 Deskripsi Statistik Demografi Responden
Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin 76
4.4 Hasil Uji Validitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 78
4.5 Hasil Uji Validitas Sanksi Perpajakan 79
4.6 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak 80
4.7 Hasil Uji Validitas Penerimaan Pajak Penghasilan 81
4.8 Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 82
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Sanksi Perpajakan 83
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak 83
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Penerimaan Pajak Penghasilan 84
4.12 Hasil Uji summary Model 1 Sub-Struktur 1 87
4.13 Hasil Uji ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 1 88
4.14 Hasil Uji Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 1 88
4.15 Hasil Uji Summary Model 2 Sub-Struktur 2 91
4.16 Hasil Uji ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 1 91
4.17 Hasil Uji Coefficient (a) Model 2 Sub-Struktur 1 91
xvi
Nomor Keterangan Halaman
4.18 Hasil Uji Summary Model 1 Sub-Struktur 2 93
4.19 Hasil Uji ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 2 94
4.20 Hasil Uji Coefficient (a) Model 1 Sub-Struktur 2 94
4.21 Hasil Uji Summary Model 2 Sub-Struktur 2 98
4.22 Hasil Uji ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 2 98
4.23 Hasil Uji Coefficient (a) Model 2 Sub-struktur 2 98
4.24 Hasil Uji Korelasi 100
4.25 Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh Total dan Pengaruh Bersama Variabel Jumlah
Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan 102
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 50
4.2 Uji Normalitas 86
4.3 Hubungan Kausal Empiris Sub-Struktur 1 Variabel
Jumlah Pemeriksaan Pajak (X1) dan Kepatuhan Wajib
Pajak (X3) 93
4.4 Hubungan Kausal Sub-Struktur 2 Variabel Jumlah
Pemeriksaan Pajak (X1) terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan (Y) 100
4.5 Hubungan Kausal Empiris Variabel Jumlah Pemeriksaan
Pajak (X1), Sanksi Perpajakan (X2), Kepatuhan Wajib
Pajak (X3) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) 101
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Permohonan Pengisian Kuesioner 101
2 Identitas Responden 102
3 Pernyataan Jumlah Pemeriksaan Pajak 103
4 Pernyataan Sanksi Perpajakan 104
5 Pernyataan Kepatuhan Wajib Pajak 105
6 Pernyataan Penerimaan Pajak Penghasilan 106
7 Jawaban Pernyataan Jumlah Pemeriksaan Pajak 107
8 Jawaban Pernyataan Sanksi Perpajakan 109
9 Jawaban Pernyataan Kepatuhan Wajib Pajak 111
10 Jawaban Pernyataan Penerimaan Pajak Penghasilan 113
11 Hasil Uji Validitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 115
12 Hasil Uji Validitas Sanksi Perpajakan 117
13 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak 118
14 Hasil Uji Validitas Penerimaan Pajak Penghasilan 119
15 Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 120
16 Hasil Uji Reliabilitas Sanksi Perpajakan 122
17 Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak 124
18 Hasil Uji Reliabilitas Penerimaan Pajak Penghasilan 126
19 Hasil Uji Hipotesis (1) 128
20 Hasil Uji Hipotesis (2) 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pemerintah suatu Negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan
kegiatannya memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat.
Perkembangan perekonomian global, seperti AFTA 2003 maupun APEC 2010
ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor perekonomian. Dalam
membenahi berbagai sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit
jumlahnya, dan ironisnya akhir-akhir ini pemerintah terlihat sangat sibuk dalam
membenahi sektor penerimaan negara yang jumlah defisitnya mencapai angka
puluhan milyar rupiah. Peningkatan penerimaan luar negeri berupa ekspor dan
penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak sangat penting mengingat
fungsi pajak yang salah satunya adalah sebagai fungsi budgetair, yaitu pajak
adalah sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya, dari penerimaan dikedua sektor tersebut diharapkan akan
tercapai fundamental ekonomi yang kuat, yang dilandasi oleh kemandirian
pembiayaan negara. Porsi penerimaan pajak dalam APBN kita terus mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Bila pada tahun 1970-an
hingga awal tahun 1980-an penerimaan masih bertumpu pada sektor minyak dan
gas bumi (migas), namun dengan seiring dinamika pasar dunia yang kurang
menguntungkan saat itu, dominasi dari sektor migas lambat laun mulai menyusut.
2
Pemerintah tidak lagi mengandalkan penerimaan negara dari sektor ini. Kemudian
dicari alternatif penerimaan dari sektor lain yang relatif aman dan mendukung
kesinambungan anggaran yaitu dengan memilih pajak sebagai primadona baru
penerimaan Negara (Hendra, 2008).
Menurut Taufan, penerimaan selalu dikaitkan dengan kebutuhan investasi
dalam negeri yang terus menerus akibat proyek-proyek pembangunan nasional
yang terus bertambah, dimana dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus
sesuai kemampuan sendiri. Penerimaan pajak salah satunya dari Pajak
Penghasilah (PPh). Dalam perkembangan selama lebih dari dua dasawarsa
terakhir, penerimaan dari sektor pajak mengalami tren yang selalu meningkat dan
puncak penerimaan pajak tertinggi yaitu pada tahun 2007 penerimaan mencapai
Rp. 426,22 triliun atau 98,5% dari target APBN-P 2007 sebesar Rp 432,5 triliun.
Meski kekurangan (short fall) Rp 6,23 triliun, realisasi penerimaan pajak 2007
merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hingga saat ini tidak kurang
dari 80% APBN penerimaan dari sektor pajak (Kompas, 12 April 2008). Sebagai
sebuah kebijakan yang lebih memandang ke dalam (inward looking policy),
penerimaan dari sektor pajak diharapkan mampu mengurangi dari ketergantugan
dari hutang luar negeri serta mampu membangkitkan kembali kepercayaan diri
bangsa kita dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Ini selaras benar dengan misi
yang diemban Ditjen Pajak selaku otoritas pajak yang berkompeten di negeri ini,
yaitu : menghimpun sumber dana dari sektor perpajakan guna menunjang
kemandirian pembiayaan APBN.
3
Dalam usaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, antara lain fiskus
melakukan grand strategy, yaitu extensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi
adalah upaya mencari Wajib Pajak yang bersembunyi ditempuh dengan
meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Intensifikasi adalah upaya untuk
meningkatkan penerimaan melalui peningkatkan kepatuhan Wajib Pajak,
kemampuan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak,
dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan,
penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Handayani,
2009).
Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan
Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali
Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran
pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan
menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan
upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang
mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas Negara (Taufan
Sofyan, 2005).
Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada Negara
berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat dipaksakan
dan pembayaran pajak tidak menerima imbalan/kontribusi yang dapat secara
langsung dapat dihubungkan dengan pihak yang dibayarnya. Sedangkan pajak
penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang
4
berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun
pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan
bernegara sebagai suatu kewajiban yang dilaksanakannya (Hendra, 2008). Karena
sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya wajib pajak
cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau memperkecil kewajiban
pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh Wajib Pajak lebih
banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan
self assessment. Sistem yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung
jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang terhutang dan sebagai konsekuensi yuridis melaporkan pajak
yang telah dihitung dan disetor melalui SPT baik secara bulanan (masa) maupun
akhir tahun (tahunan).
Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan
pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan
hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan
penagihan pajak (Handayani, 2009). Penegakan hukum di bidang perpajakan
merupakan tindakan yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib
pajak dan para calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang
perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan
informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan
penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib
Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
5
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sanksi perpajakan ini
terdiri atas sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Menurut Burton (2002),
sanksi pidana maupun sanksi administrasi dalam hukum pajak secara luas dapat
diartikan sebagai tujuan untuk kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat
dan sebagai salah satu kewajiban asasi manusia terhadap masyarakat tempat
dimana wajib pajak berada adalah dengan membayar pajak. Apabila pelanggaran
yang dilakukan sifatnya ringan cukup diselesaikan secara administratif, tetapi
kalau pelanggarannya berat maka sanksi pidana yang diterapkan. Sebagaimana
telah diatur berdasarkan Pasal 29 ayat 1 UU KUP tahun 2000 menyatakan bahwa:
“Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan atau menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Norman (1973:68) menekankan bahwa pemeriksaan pajak memberikan
pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh WP yang
diperiksa. Kepatuhan ini akan sangat berdampak baik secara langsung maupun
tidak langsung pada penerimaan pajak.
Penelitian mengenai pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak
sebelumnya telah dilakukan, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
6
Salip (2006). Ia melakukan penelitian tentang pengaruh pemeriksaan pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Jakarta Kebon Jeruk. Penelitian ini ingin
mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak. Melalui
pemeriksaan yang merupakan upaya untuk penegakan hukum (law enforcement),
diteliti apakah penerimaan pajak dari masing-masing sumber mengalami
peningkatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil pemeriksaan pajak secara
nominal telah meningkatkan penerimaan pajak, namun penerimaan secara
nominal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata
rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan
pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani
(2009). Dalam penelitian ini ia menguji apakah terdapat pengaruh dari jumlah
pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak
penghasilan. Hasil dari pengujian hipotesa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dari jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh dan tidak
terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
Handayani (2009). Penelitian ini betujuan untuk menguji konsistensi hasil
penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan yang ada
dalam penelitian tersebut. Ada hal yang membedakan penelitian kali ini dengan
penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah penulis menambahkan variabel
independen, yaitu variabel sanksi perpajakan.
7
Dari upaya Direktorat Jendral Pajak melakukan pemeriksaan hasilnya ada
yang berpengaruh sangat rendah tetapi ada juga yang berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak penghasilan. Maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan,
dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
wilayah Jakarta Selatan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian lebih
lanjut dengan memberi judul : “Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan
Sanksi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dengan
Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel Intervening Pada KPP Pratama
Jakarta Mampang Prapatan”.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini:
1. Apakah jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak ?
2. Apakah jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib
pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan?
3. Apakah jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak
sebagai variabel intervening?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi
perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak
penghasilan.
c. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi
perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan
wajib pajak sebagai variabel intervening.
2. Manfaat penelitian :
a. Bagi Praktisi
Bagi perusahaan (aparat pajak) sebagai informasi yang mungkin berguna
untuk menilai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengoptimalkan pemeriksaan dalam meningkatkan penerimaan Negara
dari sektor perpajakan. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi
tentang pemeriksaan secara umum, kepatuhan Wajib Pajak, dan sanksi
perpajakan.
b. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Sebagai masukan dan tambahan informasi khususnya dalam bidang
perpajakan.
9
c. Bagi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh
jumlah pemeriksaan, kepatuhan wajib pajak, dan sanksi perpajakan
terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di dalam studi perpajakan.
d. Bagi Penulis
1. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai bahan informasi ilmiah dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang perpajakan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pajak
1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada
Negara berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat
dipaksakan dan pembayaran pajak tidak menerima imbalan/kontribusi yang
dapat secara langsung dapat dihubungkan dengan pihak yang dibayarnya.
Untuk mengetahui apa arti pajak, Santoso Brotodiharjo dalam
bukunya “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” mengemukakan beberapa pendapat
pakar tentang definisi pajak yang antara lain sebagai berikut :
Menurut Feldmann (2004:4) berpendapat bahwa :
“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum”.
Menurut Smeets (2004:4) :
“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-
norma umum, dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontra-prestasi
yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah”.
11
Menurut Soeparman Soemahamidjaja :
“ Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.
Menurut Lhia (2008) berpendapat bahwa:
“Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh para Wajib Pajak
kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa
(kontraprestasi) yang secara langsung diterima oleh pembayar (Wajib Pajak)”.
Jadi, dapat disimpulkan pajak merupakan suatu iuran wajib yang harus
dibayarakan warga negara khususnya Wajib Pajak kepada Pemerintah/Negara
yang mana iuran ini sifatnya memaksa dan akan dikenai sanksi apabila ada
Wajib Pajak yang melanggarnya. Iuran ini nantinya digunakan untuk
membiayai seluruh pengeluaran Negara dan tidak ada imbalan secara
langsung yang dapat dinikmati oleh Wajib Pajak tersebut.
Dari pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu (Ilyas, 2004:5):
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak.
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta).
12
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
(rutin dan bangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
2. Fungsi Pajak
Menurut Marsyahrul (2005:3), fungsi pajak antara lain:
a. Fungsi Budgeter
Sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke
dalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran Negara,
yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.
b. Fungsi Regulerend
Ragulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang
ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan seperti:
1. Mengadakan perubahan-perubahan tarif dan
2. Memberikan pengecualian-pengecualian, keringanan-keringanan atau
sebaliknya, yang ditujukan kepada masalah tertentu.
3. Jenis-jenis Pajak
Menurut Lubis (2006:35), jenis-jenis pajak dibagi berdasarkan:
a. Berdasarkan pembagian antar tingkat pemerintah di suatu Negara, antara
lain adalah :
1. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, sebagai berikut:
13
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Materai.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah daerah.
e. Berdasarkan sifatnya pajak tersebut dibagi menjadi dua (2), yaitu:
1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah suatu jenis pajak yang kewajiban pajaknya
sangat ditentukan pertama-tama oleh keadaan subjektif subjek pajak,
walaupun untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak
tergantung pada keadaan objek pajaknya. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pajak penghasilan
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang timbulnya kewajiban
pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh objek pajak. Keadaan
subjektif subjek pajak tidak relevan, walaupun dalam kasus-kasus
tertentu ikut dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak
Kendaraan Bermotor.
14
c. Berdasarkan Golongan
1. Pajak Langsung (direct taxes)
Pajak langsung adalah pajak yang langsung dipikul sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan, tidak dapat dialihkan kepada orang lain dan
dipungut secara berkala atau periodik, seperti Pajak Penghasilan
(PPh).
2. Pajak Tidak Langsung (indirect taxes)
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kalau ada peristiwa,
perbuatan tertentu, dimana pembebanan pembayaran pajaknya dapat
dialihkan kepada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung adalah PPN,
PPnBM, dan Bea Materai.
4. Teori Pemungutan Pajak
Menurut Suandy (2005:28), teori pemungutan pajak antara lain :
a. Teori Asuransi
Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugas melindungi
jiwa raga dan harta benda perseorangan. Oleh sebab itu, negara disamakan
dengan perusahaan asuransi, untuk mendapat perlindungan warga negara
harus membayar pajak sebagai premi. Namun, teori ini sudah lama
ditinggalkan dan sekarang praktis tidak ada pembelanya lagi.
b. Teori Kepentingan
Menurut teori ini pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan
kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak
15
individu mengenyam atau menikmati jasa dari pekerjaan pemerintah,
makin besar pula pajaknya.
c. Teori Daya Pikul
Teori ini mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan
kekuatan membayar dari Wajib Pajak (individu-individu). Jadi, tekanan
semua pajak-pajak harus sesuai dengan daya pikul Wajib Pajak dengan
memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga
pengeluaran belanja Wajib Pajak tersebut.
d. Teori Daya Beli
Menurut teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai
gejala dalam masyarakat, dapat disamakan dengan pompa yaitu
mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga
negara dan kemudian memelihara hidup masyarakat dan untuk
membawanya ke arah tertentu. Teori ini mengajarkan bahwa
menyelenggarakan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap
sebagai dasar keadilan pemungut pajak, bukan kepentingan individu, juga
bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang
meliputi keduanya.
e. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti
Teori ini didasari paham organisasi negara (Organische Staatsleer) yang
mengajarkan bahwa negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan
16
atau keputusan yang diperlukan termasuk keputusan di bidang pajak.
Dengan sifat seperti itu maka negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda
baktinya. Menurut teori ini dasar hukum pajak terletak pada hubungan
antara rakyat dengan negara, dimana negara berhak memungut pajak dan
rakyat berkewajiban membayar pajak.
5. Penggolongan Jenis Pajak
Penggolongan jenis pajak menurut Ilyas (2004:17) yaitu :
a. Menurut Sifatnya
1. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain serta dikenakan pajak secara berulang-ulang pada waktu-waktu
tertentu, misalnya pajak penghasilan.
2. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan kepada hal-hal
tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak
Pertambahan Nilai.
17
b. Menurut Sasaran/Obyeknya
1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-
tama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya).
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan/melihat obyeknya baik berupa keadaan perbuatan atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
yang dalam pelaksanaanya sehari-hari dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dipenda).
6. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Resmi (2009:11) dalam memungut pajak dikenal sistem
pemungutan yaitu:
a. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
18
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian,
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada aparatur perpajakan.
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam
sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Dengan demikian berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib
Pajak sendiri.
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan
lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
19
7. Azas-Azas Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak harus adil dalam pelaksanaannya dan bebannya
juga dipikul oleh masyarakat, tidak boleh melakukan diskriminasi atau
pemberian keistimewaan kepada salah satu golongan wajib pajak, terdapat
kepastian hukum bagi wajib pajak maupun aparatur pajak (Lubis, 2006:26).
Beberapa Azas-azas pemungutan pajak yang menjadi dasar
penyusunan hukum pajak, yaitu terdiri dari:
a. Azas Falsafah Hukum
Undang-undang perpajakan harus mengabdi kepada keadilan, baik dalam
arti perundang-undangan maupun pelaksanaanya. Oleh karena itu undang-
undang perpajakan harus memperhatikan teori seperti teori bakti, teori
asuransi, teori kepentingan, taori daya pikul, teori daya beli.
b. Azas Yuridis
Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan/kepastian hukum yang
perlu untuk menyatakan keadilan bagi warga negara dan warganya. Oleh
karena itu pemungutan pajak negara hukum haruslah berdasarkan undang-
undang, agar tercapai kepastian hukum. Hal-hal yang perlu diperhatikan
ialah:
1. Hak-hak aparatur perpajakan harus dijamin dapat dilaksanakan dengan
lancar.
2. Wajib pajak harus mendapat jaminan hukum agar tidak diperlakukan
dengan semena-mena oleh aparatur pajak. Wajib pajak tidak hanya
20
dituntut memenuhi kewajibannya, tetapi hak wajib pajak juga harus
diperhatikan.
3. Harus ada jaminan terhadap kerahasiaan diri wajib pajak orang pribadi
maupun perusahaan.
c. Azas Finansial
Sesuai dengan fungsi budgeter, maka biaya pemungutan pajak harus
seminimal mungkin, dan hasil pungutan pajak hendaknya cukup untuk
menutupi pengeluaran negara. Harus pula diperhatikan saat pengenaan
pajak hendaknya sedekat mungkin dengan terjadinya perbuatan, peristiwa,
keadaan yang menjadi dasar pengenaan pajak.
d. Azas Ekonomis
Selain fungsi budgeter, pajak juga dipergunakan sebagai alat untuk
menentukan politik perekonomian, tidak mungkin suatu negara
menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat, karena itu
pemungutan pajak sebagai berikut:
1. Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat lancarnya
produksi dan perdagangan.
2. Harus diusahakan, supaya jangan menghalang-halangi rakyat dalam
usahanya menuju kemakmuran dan jangan sampai merugikan
kepentingan umum.
21
B. Pemeriksaan Pajak
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak
Beberapa pengertian tentang pemeriksaan pajak antara lain :
Pengertian pemeriksaan pajak menurut Pasal 1 angka 25 Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
28 tahun 2007 (selanjutnya ditulis UU.No.28/2007) adalah :
“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Menurut Lubis (2006:84), pengertian pemeriksaan pajak adalah :
“Pemeriksaan pajak merupakan law enforcement, yaitu salah satu kebijakan
dari Direktorat Jenderal Pajak secara office assessment menetapkan pajak
terutang atas surat pemberitahuan pajak (SPT) yang disampaikan wajib pajak
secara self assessment”.
Menurut ketentuan dalam Pasal 1 Angka 24 KUP dikatakan :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Jadi, dapat disimpulkan pengertian pemeriksaan pajak adalah suatu
proses kegiatan untuk menghimpun, mencari, dan mengolah data atau
keterangan lainnya yang digunakan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, berupa penyampaian Surat
22
Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dihitung oleh Wajib Pajak dengan
prinsip self assessment.
2. Tujuan Pemeriksaan Pajak
Menurut Pardiat (2007:6), pemeriksaan pajak yang dilakukan
Pemeriksa pajak Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketantuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap SPT WP, yang bertujuan
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan akan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti permulaan tindak pidana di bidang
perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti yang disebutkan
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:199/PMK.03/2007 Tanggal 28
Desember 2000, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto.
23
f. Pencocokkan data dan atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
j. Menentukan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan dan Jangka Waktu Pemeriksaan
a. Menurut Suandy (2005:211), ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari:
1. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh
jenis pajak, untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya
dan/atau untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik
tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
b. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap
atau pemeriksaan sederhana.
c. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan
sederhana.
d. Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan
dapat diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan.
24
e. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu 1
(satu) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan.
f. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4
(empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam)
bulan.
g. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor ditemukan indikasi
adanya transaksi unsur transfer pricing, maka lingkup pemeriksaan
ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan.
h. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi adanya
unsur transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaan yang lebih
mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun.
Pemeriksaan lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat
wajib pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan/atau tujuan lain baik tahun
berjalan dan/atau tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada
umumnya.
Pemeriksaan sederhana lapangan adalah pemeriksaan pajak meliputi
seluruh jenis pajak, dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan dan/atau tahun-
tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.
25
Pemeriksaan sederhana kantor adalah pemeriksaan pajak meliputi jenis
pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang
dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan
kedalaman yang sederhana.
4. Norma Pemeriksaan
Norma pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 545/KMK.04/2000 meliputi Norma Pemeriksaan
lapangan, Norma Pemeriksaan Kantor, dan Norma Pelaksanaan Pemeriksan.
a. Norma Pemeriksan Lapangan
Norma pemeriksan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pemeriksaan Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksa pajak harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu
melaksanakan pemeriksan.
2. Wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada wajib pajak.
3. Wajib pajak memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa dan surat
perintah pemeriksaan kepada wajib pajak.
4. Wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksan kepada wajib pajak
yang diperiksa.
5. Wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).
26
6. Wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat
Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib
Pajak.
7. Wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya
8. Wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 14
(empat belas) hari sejak selesainya pemeriksaan.
9. Dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala
sesuatu diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan lapangan, pemeriksa pajak mempunyai wewenang
sebagai berikut:
1. Memeriksa, dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media
komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya.
2. Meminta keterangan lisan atau tertulis dari wajib pajak yang diperiksa
3. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat
menyimpan dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk
tentang keadaan usaha wajib pajak dan atau tempat-tempat lain yang
27
dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat
tersebut.
4. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut, apabila wajib
pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk
memasuki atau ruangan dimaksud, dan atau kesempatan untuk
memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada di tempat
pada saat pemeriksaan dilakukan.
5. Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa
b. Norma Pemeriksaan Kantor
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak dalam
rangka pemeriksaan kantor adalah sebagai berikut :
1. Memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan, dengan menggunakan
surat panggilan.
2. Wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada wajib
pajak yang akan diperiksa.
3. Wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).
4. Wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hal-
hal yang berbeda antar SPT dengan hasil pemeriksaan.
5. Wajib memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya.
28
6. Wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak paling lama 7
(tujuh) hari sejak selesainya pemeriksaan.
7. Dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak atas
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak mempunyai wewenang
sebagai berikut:
1. Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan wajib
pajak.
2. Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang
diperiksa.
3. Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.
c. Norma Pelaksanaan Pemeriksan
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pelaksanaan pemeriksaan
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemeriksa pajak.
2. Pemeriksaan dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, di kantor
Wajib pajak atau di kantor lainnya atau di pabrik atau di tempat usaha
atau di tempat pekerjaan bebas atau di tempat tinggal wajib pajak atau
di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
29
3. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu
dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
4. Hasil pemeriksan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
5. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) disusun berdasarkan Kertas Kerja
Pemeriksaan (KPP).
6. Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak
atau kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut
dan ditandatangani oleh wajib pajak yang bersangkutan atau kuasanya.
7. Hasil pemeriksaan lengkap yang tidak atau seluruhnya disetujui oleh
wajib pajak, dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan.
8. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak, kecuali pemeriksaan
dilanjutkan dengan tindakan penyelidikan.
5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Menurut Pardiat (2008:2) adanya hak dan kewajiban Wajib Pajak
apabila dilakukan pemeriksaan yaitu:
a. Hak-Hak Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:
1) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda
pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.
2) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
30
3) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.
4) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat tugas
apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan.
5) Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
6) Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak
dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.
b. Kewajiban Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:
1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
Wajib pajak.
3) Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberikan
bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan.
5) Memberikan keterangan lisan dan atau tertulis yang diperlukan.
31
6. Jumlah Pemeriksaan Pajak
Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah aktifitas pemeriksaan pajak
yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktivitas pemeriksaan
pajak adalah dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat
ketetapan pajak yang mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah
pemeriksaan pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
7. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(Resmi, 2009:51).
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
C. Kepatuhan Wajib Pajak
1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan perpajakan menurut Pakde Sofa (2008) dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
32
Menurut Nurmantu (2009), terdapat 2 (dua) macam kepatuhan yaitu
kepatuhan formal dan kepatuhan materiil.
a. Kepatuhan formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk
kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya
menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT)
PPh tersebut sudah benar atau belum dan hal yang terpenting SPT PPh
sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.
b. Kepatuhan Materiil
Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain
memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk
kewajiban perpajakan, juga terutama memenuhi hakekat kewajiban
perpajakannya. Di sini wajib pajak yang bersangkutan, selain
memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan
kebenaran yang sesungguhnya dari isi SPT PPh tersebut.
Menurut Gunadi (2005:5) kepatuhan Wajib Pajak adalah bahwa
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan
peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi,
seksama, peringatan, atau ancaman dan partisipasi sanksi baik hukum maupun
administrasi.
33
Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari kepatuhan Wajib Pajak yaitu
suatu keadaan dimana Wajib Pajak memiliki kesediaan untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya tanpa adanya pemeriksaan ataupun sanksi yang
diberikan dan secara sukarela mau membayar kewajibannya berupa pajak
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan yaitu:
Menurut Nurmantu (2009), ada beberapa faktor yang menentukan
tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan, antara lain kejelasan (clarity) undang-
undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan, besarnya biaya kepatuhan
(compliance cost), dan adanya panutan.
a. Kejelasan
Makin jelas undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan, makin
mudah bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Makin berbelit aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi kalau terdapat
ketidakpastian dan ketidaksinambungan peraturan, maka makin sulit bagi
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
b. Biaya kepatuhan
Untuk mewujudkan pemasukan pajak ke dalam kas negara, maka
dibutuhkan biaya-biaya yang dalam literatur perpajakan disebut sebagai
tax operating cost, yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
pemerintah untuk memungut pajak yang disebut administrative cost dan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi
34
kewajiban perpajakannya yang disebut compliance cost atau biaya
kepatuhan. Biaya kepatuhan adalah semua biaya baik secara fisik maupun
psikis yang harus dipikul oleh wajib pajak untuk memnuhi kewajiban
perpajakannya. Biaya kepatuhan terdiri dari fee untuk konsultan/akuntan,
biaya pegawai, biaya transport ke kantor pajak/bank/kas negara, biaya
fotocopy sebagai biaya fisik, dan biaya psikis berupa stress,
keingintahuan, dan kekhawatiran. Makin rendah biaya kepatuhan, makin
mudah bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Permintaan lembar fotocopy lebih dari satu kali oleh seksi/petugas kantor
pajak di bawah satu atap merupakan contoh dari biaya kepatuhan yang
tidak perlu.
c. Panutan
Sistem panutan di kalangan masyarakat wajib pajak di Indonesia untuk
menjadi wajib pajak ”terbesar” dapat merupakan faktor yang
meningkatkan rasa kepatuhan perpajakan. Menjadi salah satu dari 100
pembayar pajak terbesar mendorong konglomerat baik pada tingkat pusat
maupun daerah untuk meningkatkan pembayaran pajaknya yang sekaligus
mendekatkan dirinya pada tingkat kepatuhan. Contoh yang diberikan
presiden untuk mengisi SPT dan menyampaikannya ke KPP sebelum
tanggal 31 Maret ikut mendorong pimpinan Departemen, pimpinan
Perusahaan untuk mengajak anggota organisasinya untuk mengikuti jejak
presiden menyampaikan SPT sebelum batas waktu. Sebaliknya, apabila
35
pimpinan bahkan tetangga yang tidak membayar pajak, atau tidak
menyampaikan SPT bahkan tidak atau belum memiliki NPWP akan
merupakan panutan yang negatif bagi anggota masyarakat wajib pajak
untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Kriteria Wajib Pajak Patuh
Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor : 544/KMK.04/2000,
kriteria wajib pajak patuh adalah:
a. Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga
Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 tahun berturut-turut
4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
36
b.Tepat Waktu
Tepat waktu menyampaikan SPT meliputi penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) yang tidak terlambat dalam tahun terakhir untuk
masa pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak
setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. Surat Pemberitahuan Masa yang
terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya
D. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi
perpajakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan perpajakan (Lubis, 2006:55).
Menurut Resmi (2009:71) sanksi pajak terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu
sanksi administrasi dan sanksi pidana. Adapun pengertian dari sanksi-sanksi
tersebut adalah:
1. Sanksi Adminsitrasi
Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat
tagihan pajak. Sanksi Administrasi adalah sanksi yang ditetapkan oleh
undang-undang kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban-
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam undang-undang perpajakan yaitu
berupa :
37
a. Denda (Pasal 7, Undang-undang No.6 tahun 1983).
b. Bunga (Pasal 8, ayat (2) dan Pasal 13, ayat (2) undang-undang No.6 tahun
1983).
c. Kenaikan (Pasal 13, ayat (1), (2), (3), dan pasal 15, ayat (1), (2), Undang-
undang No.6 tahun 1983).
2. Sanksi Pidana
Sanksi pidana adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada
wajib pajak karena melakukan tindak pidana, yaitu berupa :
a. kurungan (pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983).
b. denda (pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari sanksi perpajakan adalah sanksi yang
diberikan kepada Wajib Pajak karena tidak mematuhi perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Sanksi tersebut bisa berupa sanksi adminitrasi ataupun
sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa denda, sedangkan sanksi pidana
berupa kurungan penjara. Sanksi tersebut diberikan agar mampu memberikan
efek jera bagi WP yang telah melakukan pelanggaran pajak.
E. Pajak Penghasilan (PPh)
1. Definisi Pajak Penghasilan (PPh)
Menurut Resmi (2009:80), pengertian pajak penghasilan adalah :
“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah
diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak ”.
38
Menurut Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 :
“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun”.
Menurut Suandy (2005:45) pengertian Pajak penghasilan (PPh)
adalah:
“PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena
ada subjeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak
ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh”.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada subjeknya yaitu
Wajib Pajak atas penghasilan yang diperolehnya baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang menambah kekayaan WP yang
bersangkutan dalam satu tahun pajak.
2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)
Subjek pajak PPh terdiri atas orang pribadi, badan, dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT). Disamping itu, ditentukan bahwa selama warisan tidak/belum
dibagi maka warisan itu sendiri ditunjuk sebagai subjek pajak pengganti.
Yang dimaksud dengan subjek pajak orang pribadi adalah setiap orang tidak
memandang mereka itu warga negara atau bukan, keturunan atau pribumi,
laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat
39
tinggal di luar Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia. (Marsyahrul, 2005:98).
Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang PPh, subjek pajak
dalam PPh terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni:
a. Subjek pajak dalam negeri
Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis dapat
dilihat dalam ketentuan berikut:
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atau juga orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia. Disamping itu, juga tidak harus
secara berturut-turut 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tinggal di
Indonesia, namun bisa jadi secara tidak kontinyu sepanjang jumlahnya
memenuhi 183 hari selama 12 bulan.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
b. Subjek pajak luar negeri
Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah:
40
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
2. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia.
3. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Yang dimaksud
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang digunakan
baik untuk investasi maupun konsumsi. (Ilyas, 2006:85).
Meskipun UU No.17 Tahun 2000 menetapkan bahwa objek pajak
adalah “penghasilan”, tetapi sebagai dasar penghitungan pajak (tax basic)
adalah Penghasilan Kena Pajak (PKP). Oleh karena itu, ukuran untuk
41
menentukan bahwa wajib pajak terutang pajak atau tidak tergantung ada
tidaknya PKP tersebut.
Berdasarkan undang-undang pajak penghasilan tahun 2000, Objek
Pajak Penghasilan (PPh) antara lain:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang PPh.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota.
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi
42
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
a. Definisi Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25
Menurut Resmi (2009:355) pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25,
selanjutnya disingkat PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus
dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
b.Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh pasal 21 ayat 1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak lalu dikurangi dengan:
1. PPh pasal 21 dan pasal 23
2. PPh pasal 22
3. PPh pasal 24 dibagi 12
c. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25
43
1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 (lima belas) bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis
1. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
Pemeriksaan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian
bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur dari suatu entitas usaha yang
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Variabel pemeriksaan pajak disini memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Fadilah (2008).
Jatmiko (2006) meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan
sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Kemudian diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan
sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap
kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepatuhan WP.
44
Ha1 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2. Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara simultan
Jumlah pemeriksaan pajak merupakan jumlah aktifitas pemeriksaan
pajak yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktifitas pemeriksaan
pajak adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Variabel jumlah
pemeriksaan pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak
penghasilan (PPh). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Handayani (2009).
Penelitian lain yang mendukung keterkaitan kedua variabel ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Salip (2006). Penelitiannya menjelaskan
bahwa ternyata hasil pemeriksaan pajak meningkatkan penerimaan pajak
penghasilan badan untuk masing-masing wajib pajak secara nominal.
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib
pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Misalnya dengan tidak melakukan penyelundupan pajak yang nantinya akan
mengurangi penerimaan pajak.
Dalam penelitian Jatmiko (2006) di Kota Semarang, ia meneliti
pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus,
45
dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian
diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP
terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP. Dari hasil
penelitian diatas dapat disimpulkan dengan meningkatnya kepatuhan wajib
pajak ditinjau dari besarnya sanksi denda, maka akan meningkatkan pula
penerimaan pajak penghasilan.
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak
memiliki kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa adanya
pemeriksaan ataupun sanksi yang diberikan dan secara sukarela mau
membayar kewajibannya berupa pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan jumlah kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak baik
orang maupun badan yang terdaftar di KPP dan telah melakukan kewajiban
perpajakannya yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT tepat waktu.
Dalam penelitian ini, variabel kepatuhan wajib pajak dipilih sebagai
variabel intervening. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Direktorat jenderal Pajak. Dari upaya DJP menguji kepatuhan wajib pajak,
ternyata hasilnya signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Namun,
Handayani (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepatuhan wajib
pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Ha2 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan
wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.
46
3. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
Variabel Intervening
Ha3 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap
penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai
variabel intervening.
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No. Judul
Penelitian
Variabel Alat Analisis Hasil
1. Pengaruh
Reformasi
Administrasi
Perpajakan
terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Chaizi
Nasucha,
2004)
1. Reformasi
Administras
i Perpajakan
2. Kepatuhan
Wajib Pajak
Analisis Regresi
Linier Berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa reformasi administrasi
perpajakan berpengaruh cukup
signifikan terhadap
akuntabilitas organisasi dan
berpengaruh sangat signifikan
terhadap kepatuhan pajak,
akuntabilitas organisasi
berpengaruh relatif signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak, dan reformasi
administrasi perpajakan
bersama akuntabilitas
organisasi berpengaruh sangat
signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
2. An
Examination
of Taxpayer’s
Attitudes
Towards The
Australian
Tax System :
Findings
From a
1.Pemeriksaan
Pajak
2.Sistem Pajak
Uji Beda Hasilnya menunjukkan bahwa
kepercayaan dan sikap yang
diselenggarakan oleh Sampel
Nasional Pajak berbeda secara
substansial dari orang-orang
populasi umum.
47
Survey Of Tax
Scheme
Investors
(Kristina
Murphy,
2004)
3. Pengaruh
Sikap Wajib
Pajak pada
Pelaksanaan
Sanksi Denda,
Pelayanan
Fiskus, dan
Kesadaran
perpajakan
terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak.
(Agus
Nugroho
Jatmiko,
2006)
1.Sikap WP
pada sanksi
denda
2.Sikap WP
pada
pelayanan
fiskus
3.Sikap WP
pada
kesadaran
perpajakan
4.Kepatuhan
Wajib Pajak
Teknik analisis
dengan
menggunakan
analisis regresi
berganda.
Maka kesimpulannya bahwa
sikap WP terhadap
pelaksanaan sanksi denda,
sikap WP terhadap pelayanan
fiskus, dan sikap WP terhadap
kesadaran perpajakan memiliki
pengaruh positif signifikan
terhadap kepatuhan WP.
4. Pengaruh
pemeriksaan
Pajak
terhadap
Penerimaan
Pajak
(Salip
dan
Tedy
Wanto,2006)
1. Pemeriksaan
Pajak
2. Penerimaan
Pajak
1.Uji normalitas
dengan
metode one-
sample
Kolmogorov-
Smirnov Test
2.Uji peringkat
bertanda
3.Uji jumlah
Peringkat
Wilcoxon.
Hasil penelitian dapat
diketahui bahwa hasil
pemeriksaan pajak secara
nominal telah meningkatkan
penerimaan pajak, namun
peningkatan penerimaan secara
nominal tersebut tidak diikuti
oleh peningkatan yang
signifikan pada rata-rata rasio
Laba sebelum Pajak terhadap
penjualan (EBT) dan rata-rata
penerimaan pajak berdasarkan
rasio pajak Penghasilan Badan
terhadap penjualan. Hal ini
berarti bahwa penerimaan
Pajak Penghasilan Badan
secara nominal diperoleh dari
peningkatan tambahan atas
penjualan yang diikutin oleh
pelaporan penjualan yang
48
meningkat pada tahun-tahun
berikutnya.
5. Pengaruh
Jumlah
Pemeriksaan
Pajak dan
Kepatuhan
Wajib Pajak
terhadap
Penerimaan
Pajak
Penghasilan
(Retno
Handayani,
2009)
1. Jumlah
Pemeriksaan
Pajak
2. Kepatuhan
Wajib Pajak
3. Penerimaan
Pajak
Penghasilan
Alat analisa
yang digunakan
untuk menguji
hipotesa adalah
regresi linier
berganda.
Hasil pengujian hipotesa
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dari jumlah
pemeriksaan pajak terhadap
penerimaan PPh dan tidak
terdapat pengaruh kepatuhan
wajib pajak terhadap
penerimaan PPh.
6. Increasing
Tax
Compliance
in
Washington
State : A
Field
Experiment
(Govind S.
Iyer, Philip
M.J Reckers
and Debra L.
Sanders,
2010)
1.Tax
Compliance
2.Use Tax
3.Field
Experiment
Analysis of
Covariance
(ANCOVA)
and Analysis of
Variance
(ANOVA)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mengirmkan
komunikasi pendidikan
mengenai hukuman untuk
ketidakpatuhan kepada
perusahaan atau meningkatkan
kesadaran pembayar pajak dari
risiko deteksi dikaitkan dengan
peningkatan yang signifikan
dalam dasar penggunaan
melaporkan pajak setidaknya
untuk periode dimana
komunikasi pertama dikirim
keluar.
G. Kerangka Pemikiran
Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
49
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Karena sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya
wajib pajak cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau
memperkecil kewajiban pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh
Wajib Pajak lebih banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia
yang menggunakan self assessment. Sistem yang memberikan wewenang,
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang dan sebagai
konsekuensi yuridis melaporkan pajak yang telah dihitung dan disetor melalui
SPT baik secara bulanan (masa) maupun akhir tahun (tahunan).
Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan
pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan
hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan
penagihan pajak. Penegakan hukum di bidang perpajakan merupakan tindakan
yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib pajak dan para calon
Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang
relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang
diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian
dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
50
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan dengan adanya
sanksi perpajakan, akan meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak. Jika kepatuhan wajib pajak telah meningkat akan berdampak
pula pada penerimaan pajak penghasilan.
Gambar 2.1
Model Penelitian
Jumlah Pemeriksaan
Pajak (X1)
Sanksi Perpajakan
(X2)
Kepatuhan Wajib
Pajak (X3)
Penerimaan Pajak
Penghasilan (Y)
Ha4
Ha5
Ha2
Ha1
Ha3
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil objek penelitian yaitu Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Mampang Prapatan yang terdapat di Jakarta Selatan. Rancangan
penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian
kausalitas yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya pengaruh dari
jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak
penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Dalam penelitian ini, berdasarkan tujuan dan masalah penelitian maka
penulisan menggunakan metode penelitian maka penulis menggunakan metode
pemilihan sampel nonprobabilitas, yaitu pemilihan sampel bertujuan (Purposive
Sampling) (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Adapun elemen populasi
penelitian ini adalah para pegawai dan pemeriksa pajak, dengan pemilihan
sampel yaitu kepala kantor, supervisor dan staff yang telah bekerja minimal
selama 1 (satu) tahun.
52
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Di dalam metode
survei ini terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan survei
(Indriantoro dan Supomo, 2002:152).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dari pihak lain
(Indriantoro dan Supomo, 2005), data sekunder penelitian ini mengambil dari
buku dan literatur lainnya yang terdiri dari:
(1) Buku-buku teks yang berkaitan dengan auditing yang datanya masih
relevan untuk digunakan.
(2) Tesis, skripsi, jurnal-jurnal, artikel, majalah, serta dari internet yang
berkaitan.
53
D. Metode Analisis data
Metode analisis data yang akan dilakukan yaitu:
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang
digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian
validitas dengan dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan
cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor (Ghozali, 2005). Kriteria valid atau tidak valid adalah
jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor
mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor maing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai signifikan di atas 0,05 maka
butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2005)
b. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran
yang sama. Huck dan Cormier (1996) dalam Novitasari (2007)
mengemukakan bahwa kualitas data yang diperoleh dari penggunaan
instrument penelitian dapat dievaluasi melalui uji realibilitas dan
validitas. Peneliti melakukan uji reabilitas dengan menghitung
54
Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel.
Instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut dikatakan andal
(reliabel) apabila memiliki Croanbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly,
1978). Uji kualitas data ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
2. Uji Analisis Jalur (Model Trimming)
Analisis jalur model trimming digunakan untuk memperbaiki suatu model
struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan model variabel eksogen yang
koefisien jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969 dalam Oktafani, 2009). Jaid,
model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji secara keseluruhan ternyata
ada variabel yang tidak signifikan, maka perlu memperbaiki model struktur
jalur yang telah dihipotesiskan. Analisis jalur yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut :
a. Analisis Jalur Sub-Struktur 1
ρX3X1
r12
ρX3X2
X3 = ρX3X1X1 + ρX3X2X2 +ρX3ε1
X1
X2
X3
55
X1 = Jumlah Pemeriksaan Pajak
X2 = Sanksi Perpajakan
X3 = Kepatuhan Wajib Pajak
ε = Error
ε1
ρX3X1 ρX3ε1
X3 = ρX3X1X1 + ρX3ε1
ε1
ρX3ε1
ρX3X2 X3 = ρX3X2X2 +ρX3ε1
1. Pengujian Secara Simultan
Uji simultan dirumuskan dengan hipotesis :
Ho : ρX3X1 = ρX3X2 = 0
Ha : ρX3X1 = ρX3X2 ≠ 0
X1
X3
X2
X3
56
Ho : Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Ha : Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Pengujian secara Individual
a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak
Hipotesisnya adalah :
Ho : ρX3X1 = 0
Ha : ρX3X1 > 0
Ho : Jumlah pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Ha : Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.
b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak
Hipotesisnya adalah :
Ho : ρX3X2 = 0
Ha : ρX3X2 > 0
Ho : Sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak.
57
Ha : Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Hasil Analisis Jalur Sub-Struktur 2
r12
Y = ρyx1X1 + Ρyx2X2 + Ρyx3X3 + ρyε2
X1 = Jumlah pemeriksaan pajak
X2 = Sanksi perpajakan
X3 = Kepatuhan Wajib Pajak
Y = Penerimaan pajak penghasilan
ε = Error
Y = ρyx1X1 + ρyε2
X1
X2
X3 Y
ρX3X2
ρX3X1
ρyx1 ε1
ρX3ε1
Ρyx2
Ρyx3
ε2
ρyε2
X1
Y
ρyx1
ε2
ρyε2
58
Y = ρyx2X2 + ρyε2
Y = ρyx3X3 + ρyε2
1. Pengujian Simultan
Uji simultan dirumuskan sebagai berikut :
Ho : ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 = 0
Ha : ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 ≠ 0
Ho : Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan
wajib pajak tidak berpengaruh secara simultan terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
Ha : Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan
wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Y
X2 ρyx2
ε2
ρyε2
X3 Y
ρx3x1
ε1
ρyx1
ε2
ρyε2
59
2. Pengujian secara Individual
a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan pajak pengahasilan
Hipotesisnya adalah :
Ho : ρyx1 = 0
Ha : ρyx1 ≠ 0
Ho : jumlah pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
Ha : jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan
b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan
Hipotesisnya adalah :
Ho : ρyX2 = 0
Ha : ρyX2 ≠ 0
Ho : Sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan.
Ha : Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan.
60
c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan
Hipotesisnya adalah :
Ho : ρyX3 = 0
Ha : ρyX3 > 0
Ho : Kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Ha : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan.
3. Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q
Uji kesesuaian model (goodness-of-fitt test) dimaksudkan unttuk
menguji apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian (fitt) dengan data
atau tidak. Analisis jalur suatu model diusulkan dikatakan fitt dengan data
apabila matriks korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi
estimasi (reproduced correlation matrikx) atau korelasi yang diharapkan
(expected correlation matrix). Rumus kesesuaian model analisis jalur :
Dimana : Q = Koefisien Q
= 1- (1-
).(1- )........(1-
)
= setelah dilakukan trimming
61
Apabila Q =1 mengindikasikan model fit sempurna. Jika Q < 1 untuk
menentukan fit tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji dengan
statistik W yang dihitung dengan rumus :
W hitung = -(N-d) 1nQ
Keterangan :
N = menunjukkan ukuran sampel
d = banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan sama dengan (degree of
freedom = derajat bebas)
= Koefisien determinasi determinan multiple untuk model yang diusulkan.
M = Menunjukkan koefisien determinan multilpel (R) setelah koefisien jalur
yang tidak signifikan yang dihilangkan.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika W hitung ≥ X2 (df ; a) tolak Ho (berarti matriks korelasi sampel
berbeda dengan matriks korelasi estimasi), kedua model tersebut signifikan.
Jika W hitung ≤ X2 (df ; a) terima Ho (berarti matriks korelasi sampel tidak
berbeda (sama) dengan matriks korelasi estimasi), kedua model tersebut
tidak signifikan.
Hipotesisnya adalah :
Ha : R ≠ R (ᴓ) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks korelasi
sampel.
62
Ho : R = R (ᴓ) : Matriks korelasi estimasi tidak berbeda (sama) dengan
matriks korelasi sampel.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini hanya uji normalitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang normal
atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak pertama melalui
kuesioner. Dalam Ghozali (2005) Screening terhadap normalitas data
merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis
multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability
plot dimana data dikatakan normal jika nilai selebaran data berada di
sekitar garis lurus diagonal.
E. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2005:2), variabel penelitian adalah suatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel
penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang
ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar
variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya.
63
1. Variabel bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Jumlah Pemeriksaan Pajak
Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah aktivitas pemeriksaan pajak
yang dilakukan fiskus. Respon dari responden direkam dengan skal Likert
mulai dari tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
b. Sanksi Perpajakan
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar
wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Lubis, 2006:55).
Respon dari responden direkam dengan sklala Likert mulai dari skala
tertinggi (nilai 5) menggunakan nilai komitmen yang sangat tinggi.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Penerimaan pajak yang dimaksud disini adalah penerimaan pajak yang
berasal dari pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini. Variabel independen yang digunakan adalah jumlah pemeriksaan pajak
dan sanksi perpajakan.
Variabel ini diukur berdasarkan aspek penerimaan pajak dan diukur
menggunakan skala Likert (likert scale) yang berkaitan dengan 5 (lima)
64
pilihan, yaitu : (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1)
Sangat tidak setuju.
3. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah tipe variabel-variabel yang mempengaruhi
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel intervening
terletak diantara variabel independen dan variabel dependen, sehingga
variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel
dependen. Dalam penelitian ini variabel interveningnya adalah kepatuhan
wajib pajak.
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasionalisasi
Variabel Indikator Skala
Jumlah
Pemeriksaan
Pajak
1.Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah
aktivitas pemeriksaan pajak yang dilakukan
oleh fiskus.
2.Produk dari aktivitas pemeriksaan pajak
adalah dengan diterbitkannya SKP (Surat
Ketetapan Pajak).
3.Surat Ketetapan Pajak yang mempunyai
potensi untuk meningkatkan jumlah
penerimaan pajak adalah SKPKB (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar).
4.Semakin banyak jumlah pemeriksaan pajak
yang dilakukan oleh fiskus, maka
penerimaan pajak akan semakin baik.
5.Wajib pajak yang dilakukan pemeriksaan
pajak adalah wajib pajak yang memiliki
indikasi lebih bayar.
Likert
65
Variabel Indikator Skala
6.Pemeriksa pajak meminta dan menjanjikan
sesuatu yang berhubungan dengan keputusan
pemeriksaan.
7.Pemeriksa pajak memberikan kesempatan
kepada wajib pajak untuk memberikan
tanggapan dan penjelasan atas temuan
pemeriksaan.
8.Semakin berpengalaman seorang pemeriksa,
maka akan semakin peka dan cepat tanggap
dalam mendeteksi adanya kekeliruan.
9.Sikap independesi merupakan cermin
ketaatan pemeriksa pajak
10.Dalam melakukan pemeriksaan pajak,
pemeriksa harus bersikap jujur dan adil.
11.Pemeriksa pajak telah melakukan
pemeriksaan dengan baik.
12.pemeriksa pajak harus objektif dalam
melakukan pemeriksaan terhadap wajib
pajak.
13.Rasa tanggung jawab yang tinggi tidak
harus dimiliki pemeriksa dalam melakukan
pemeriksaan pajak.
14.Pemeriksa pajak memiliki kepentingan
Keuangan dengan klien yang diperiksa.
15.Semakin sering fiskus melakukan
pemeriksaan, maka penerimaan yang
diperoleh semakin baik.
16.Tidak adanya sanksi bagai pemeriksa pajak
yang tidak independen saat melakukan
pemeriksaan.
Likert
Sanksi
Perpajakan
1.Wajib pajak yang melanggar peraturan pajak
harus dihukum.
2.Pemberian sanksi administrasi bagi wajib
pajak yang telat bayar.
3.Besarnya sanksi bisa dinegosiasi antara
wajib pajak dan fiskus.
4.Sanksi pajak bisa dihapuskan.
5.Sanksi perpajakan dapat memberikan efek
jera bagi pelanggar pajak.
6.Terdapat perbedaan besarnya sanksi antara
wajib pajak pejabat dengan wajib pajak
Likert
66
Variabel Indikator Skala
Kepatuhan
Wajib Pajak
orang biasa.
7.Lama pidana kurungan dan pidana penjara
sama.
8.Pemberian sanksi pajak yang lebih berat bagi
WP yang pernah melanggar pajak.
9.Sanksi denda dan sanksi administratif cukup
efektif.
10.Sanksi perpajakan belum memberikan efek
jera.
1.Pengetahuan yang baik dari wajib pajak
mengenai pajak.
2.Definisi kepatuhan wajib pajak.
3.Kepatuhan formal.
4.Kepatuhan materill.
5.Kesadaran WP mendaftar tanpa pengaruh
siapapun.
6.Kejelasan mengenai undang-undang pajak.
7.Biaya kepatuhan yang rendah.
8.Tepat waktu.
9.Mempunyai tunggakan pajak.
10.Kepatuhan yang membutuhkan panutan.
11.Kurangnya sosialisasi tentang pajak.
Likert
Likert
Penerimaan
pajak
penghasilan
1.Semakin banyak jumlah wajib pajak, maka
penerimaan pajak penghasilan di KPP
Mampang Prapatan akan semakin baik.
2.Semakin disiplin wajib pajak dalam
membayar pajak, maka penerimaan pajak
penghasilan akan bertambah
3.Peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam
pemeriksaan pajak penghasilan, dan
pemberian sanksi yang tegasndapat
meningkatkan penerimaan pajak
penghasilan.
4.Pemeriksaan pajak dilakukukan dengan
tujuan untuk menambah penerimaan pajak
penghasilan.
5.Semakin disiplin pemeriksa pajak dan
semakin tegas sanksi yang diberikan, akan
meningkatkan penerimaan pajak
Likert
67
Variabel Indikator Skala
penghasilan.
6.Tindakan pemeriksa pajak berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan.
7.Sanksi perpajakan yang tegas lebih
berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan dibandingkan dengan pemeriksa
pajak.
8.Dengan dilaksanakannya pemeriksaan pajak,
dapat meningkatkan realisasi penerimaan
pajak pada KPP Mampang.
9.Dengan pemberian sanksi yang tegas, dapat
meningkatkan realisasi penerimaan pajak
pada KPP Pratama Mampang Prapatan.
10.Semakin sering pemeriksaan yang
dilakukan dapat meningkatkan realisasi
penerimaan pajak pada KPP Pratama
Mampang Prapatan.
Likert
68
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Mampang
Prapatan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mampang Prapatan yang
merupakan pemecahan/pemekaran dari KPP Jakarta Selatan Empat, yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
276/KMK.01/1989 tanggal 25 Mei 1989.
KPP Jakarta Selatan Empat yang semula berkedudukan di Jl. Taman
Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, wilayah kerjanya meliputi 4
(empat) kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Mampang Prapatan
2. Kecamatan Pancoran
3. Kecamatan Pasar Minggu
4. Kecamatan Jagakarsa
Dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
94/KMK.01/194 tanggal 29 Maret 1994, KPP Jakarta Selatan Empat dipecah
menjadi 2 (dua) KPP yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Mampang Prapatan, dengan wilayah kerja
meliputi Kecamatan Mampang dan Kecamatan Pancoran.
69
2. KPP Jakarta Pasar Minggu, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa.
Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah, Kantor
Pelayanan Pajak, KPP Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi
Perpajakan, maka KPP Jakarta Mampang Prapatan dipecah menjadi KPP
Jakarta Mampang Prapatan dan KPP Jakarta Pancoran.
Berdasarkan SK tersebut, wilayah kerja KPP Jakarta Mampang
Prapatan, meliputi:
a. Kelurahan Kuningan Barat
b. Kelurahan Mampang Prapatan
c. Kelurahan Pela Mampang
d. Kelurahan Tegal Parang.
e. Kelurahan Bangka.
2. Wilayah Kerja
Pembagian Wilayah kerja KPP Pratama Mampang Prapatan meliputi :
a. Kelurahan Kuningan Barat
b. Kelurahan Mampang Prapatan
c. Kelurahan Pela Mampang
70
d. Kelurahan Tegal Parang.
e. Kelurahan Bangka.
3. Struktur Organisasi
KPP Pratama terdiri dari :
a. Subbagian Umum
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
c. Seksi Pelayanan.
d. Seksi Penagihan.
e. Seksi Pemeriksaan.
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.
h. Seksi pengawasan dan Konsultasi II.
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III.
j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
71
Gambar 4.1
Bagan Organiasi KPP Pratama Mampang Prapatan
Kepala Kantor
Sub-Bagian Umum
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
Seksi Pelayanan
Seksi Pemeriksaa
n
Seksi Penagihan
Seksi Ekstensifikasi
Seksi
Konwas I
Seksi
Konwas II
Seksi
Konwas III
Seksi
Konwas IV
Kelompok Jabatan Fungsional
72
4. Kebijakan DITJEN PAJAK
a. Prinsip Dasar Pajak
Keterbukaan, langsung, kejujuran.
b. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi model pelayanan masyarakat dengan sistem administrasi
modern yang berkelas dunia, dipercaya, dan dibanggakan dunia.
2. Misi
Menghimpun penerimaan Negara dari sektor perpajakan guna
menunjang kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
3. Motto
Mewujudkan masyarakat sadar dan peduli pajak.
4. Tujuan
Mewujudkan citra dan target pajak menjadi nyata.
5. Sasaran
Ekstensifikasi (cari yang tersembunyi) dan intensifikasi (ungkap yang
tidak jujur).
6. Strategi
Reformasi Perpajakan :
a. Reformasi moral, etika, dan integritas.
b. Reformasi kebijakan perpajakan.
73
c. Reformasi pelayanan terhadap WP.
d. Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan WP.
7. Program
a. Meningkatkan konsolidasi internal.
b. Meningkatkan kebijakan perpajakan dengan equal treatment.
c. Meningkatkan penyuluhan dan pelayanan dengan e-system.
d. Meningkatkan pengawasan atas kepatuhan Wajib Pajak dengan
Bank Data.
e. Meningkatkan Bank Data menjadi Bank Data Nasional melalui
Nomor Identitas Tunggal (Single Identification Number SIN).
f. Meluruskan ketentuan peraturan perundang-undangan yang belum
lurus sesuai ketentuan yang berlaku.
5. KPP Pratama
KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan,
dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama menyelenggarakan
fungsi :
74
1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan lainnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan regristrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
11. Pelaksanaan intensifikasi
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan.
14. Pelaksanaan administrasi kantor.
75
B. Karakteristik Kantor Pelayanan Pajak
1. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Jumlah kuesioner yang disebar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Mampang Prapatan sebanyak 70 (tujuh puluh) dan yang kembali
sebanyak 50 (lima puluh) kuesioner. Para pegawai diharapkan mampu
mengemban tugas dan misi Direktorat Jenderal Pajak, dengan pembagian
sebagai berikut :
Kepala Kantor : 1 orang
Kepala Seksi : 9 orang
Supervisor : 4 orang
Staff/Pelaksana : 36 orang
Total 50 orang
Berikut adalah sampel dan tingkat pengembalian kuesioner yang disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Sampel dan Tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Presentase
Total kuisioner yang dikirim
Total kuisioner yang tidak kembali
Total kuisioner yang kembali
Kuesioner yang dapat diolah
70
20
50
50
100%
28%
72%
72%
Sumber : Hasil Penelitian 2010
76
Total kuesioner yang direspon sebanyak 50 kuesioner yaitu 72% dari
total kuesioner yang dikirim. Sedangkan sebanyak 20 kuesioner yaitu 28 %
tidak kembali disebabkan karena jumlah karyawan yang terdapat di KPP
Pratama Mampang Prapatan hanya 50 (lima puluh) orang.
2. Deskripsi Statistik Demografi responden
Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan
jenis kelamin yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Demografi Responden
Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin
Keterangan Laki-Laki Perempuan Total
Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
D3 10 20% 6 12% 16 32%
S1 18 36% 11 22% 29 58%
S2 4 8% 1 2% 5 10%
S3 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 32 64% 18 36% 50 100%
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari hasil uji statistik pada tabel 4.2 tersebut memberikan informasi
mengenai deskripsi statistik demografi responden berdasarkan pendidikan
dan jenis kelamin, yang didalamnya dijelaskan mengenai frekuensi jumlah
dan persentase responden. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa
responden laki-laki mendominasi (64%) daripada responden wanita (36%).
Pendidikan terakhir dari para responden mayoritas adalah lulusan S1 yaitu
77
berjumlah 29 responden (58%). Dari jumlah tersebut 32 responden berjenis
kelamin laki-laki dan 18 responden berjenis kelamin wanita.
Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan jabatan dan jenis
kelamin yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3
Deskripsi Statistik Demografi Responden
Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin
Keterangan Laki-Laki Perempuan Total
Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kepala Kantor 1 2% 0 0% 1 2%
Kepala
Seksi
5 10% 4 8% 9 18%
Supervisor 2 4% 2 4% 4 8%
Staff/Pelaksana 24 48% 12 24% 36 72%
Jumlah 32 64% 18 36% 50 100%
Sumber : Hasil penelitian yang dolah, 2010
Dari hasil uji statistik pada tabel 4.3 menjelaskan bahwa jabatan yang dimiliki
oleh responden terbanyak adalah staff/pelaksana yaitu sebanyak 36 responden
(72%). Dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24
responden (48%) dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 12 responden
(24%).
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
78
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid.
Pada tabel 4.4 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik
variabel jumlah pemeriksaan pajak.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Instrumen Jumlah Pemeriksaan Pajak
Pernyataan Sig Pearson
Correlation
Keterangan
JPP1 .001 .469** Valid
JPP2 .000 .767** Valid
JPP3 .000 .534** Valid
JPP4 .000 .661** Valid
JPP5 .000 .620** Valid
JPP6 .555 .086 Tidak Valid
JPP7 .410 .119 Tidak Valid
JPP8 .000 .788** Valid
JPP9 .000 .714** Valid
JPP10 .000 .890** Valid
JPP11 .014 .344** Valid
JPP12 .000 .766** Valid
JPP13 .000 .535** Valid
JPP14 .000 .490** valid
JPP15 .001 .443** Valid
JPP16 .085 .246 Tidak Valid
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas variabel jumlah pemeriksaan pajak
(JPP) terdiri dari 16 butir pertanyaan tersebut terdapat 3 butir pertanyaan
yang tidak valid yaitu item pertanyaan JPP6 (0,555), JPP7 (0,410), JPP16
(0,085). pernyataan tersebut tidak valid karena nilai signifikansi diatas
79
0,05, untuk itu pernyataan nomor 6, 7, dan 16 dikeluarkan dalam
pengujian berikutnya.
Pada tabel 4.5 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik
variabel sanksi perpajakan.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Instrumen Sanksi Perpajakan
Pertanyaan Sig Pearson
Correlation
Keterangan
SP1 .000 .542** Valid
SP2 .000 .800** Valid
SP3 .000 .579** Valid
SP4 .000 .692** Valid
SP5 .000 .563** Valid
SP6 .149 .207 Tidak Valid
SP7 .214 .179 Tidak Valid
SP8 .000 .800** Valid
SP9 .000 .717** Valid
SP10 .000 .869** Valid
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada variabel
sanksi perpajakan yang terdiri dari 10 butir pertanyaan terdapat 2 butir
pertanyaan tidak valid yaitu pada item pertanyaan SP6 (0,149), SP7
(0,214). Untuk itu pernyataan nomor 6, dan 7 dikeluarkan dalam
pengujian berikutnya.
Pada tabel 4.6 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik
variabel kepatuhan wajib pajak
80
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak
Pertanyaan Sig Pearson
Correlation
Keterangan
KWP1 .000 .542** Valid
KWP2 .000 .712** Valid
KWP3 .538 .089 Tidak Valid
KWP4 .000 .709** Valid
KWP5 .000 .707** Valid
KWP6 .296 -.151 Tidak Valid
KWP7 .000 .481** Valid
KWP8 .000 .587** Valid
KWP9 .003 .416** Valid
KWP10 .292 .152 Tidak Valid
KWP11 .451 -.109 Tidak Valid
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.6 variabel kepatuhan wajib
pajak (KWP) yang merupakan variabel intervening terdiri atas 11 butir
pertanyaan tersebut terdapat 4 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu
pada item pertanyaan KWP3 (0,538), KWP6 (0,296), KWP10 (0,292),
KWP11 (0,451). Pertanyaan tersebut tidak valid karena memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05. Untuk itu pernyataan nomor 3, 6, 10, dan 11
dikeluarkan dalam pengujian berikutnya.
Pada tabel 4.7 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik
variabel penerimaan pajak penghasilan.
81
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas
Variabel Dependen (Penerimaan Pajak Penghasilan)
Pertanyaan Sig Pearson
Correlation
Keterangan
PPH1 .000 .747** Valid
PPH2 .000 .741** Valid
PPH3 .000 .747** Valid
PPH4 .000 .548** Valid
PPH5 .000 .683** Valid
PPH6 .000 .584** Valid
PPH7 .251 .165 TidakValid
PPH8 .000 .816** Valid
PPH9 .000 .736** Valid
PPH10 .000 .784** Valid
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.7 diatas menunjukkan
bahwa pada variabel penerimaan pajak penghasilan terdiri dari 10 butir
pertanyaan tersebut terdapat 1 butir pertanyaan tidak valid yaitu pada item
pertanyaan PPH7 (0,251). Pertanyaan tersebut tidak valid karena
memiliki signifikansi diatas 0,05. Untuk itu pernyataan nomor 7
dikeluarkan dalam pengujian selanjutnya.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah
instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu
yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner
82
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha,
dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien
kehandalan atau alpha : <0,6 tidak reliabel, 0,6-0,7 acceptable, 0,7-0,8
reliabel, dan > 0.8 sangat reliabel (Hasanah, 2008 dalam Adisti, 2010).
Berikut adalah hasil uji reliabilitas jumlah pemeriksaan pajak, sanksi
perpajakan, kepatuhan wajib pajak, dan penerimaan pajak penghasilan.
Pada tabel 4.8 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
statistik variabel jumlah pemeriksaan pajak.
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen Jumlah Pemeriksaan Pajak
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas
variabel jumlah pemeriksaan pajak setelah pernyataan yang tidak valid
dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,865 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner penelitian ini adalah reliabel.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.865 .876 13
83
Pada tabel 4.9 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil uji
statistik variabel sanksi perpajakan :
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen Sanksi Perpajakan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.857 .865 8
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.9 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas
variabel sanksi perpajakan setelah pernyataan yang tidak valid
dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,857 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner penelitian ini adalah reliabel.
Pada tabel 4.10 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
uji statistik kepatuhan wajib pajak.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.747 .820 7
84
Tabel 4.10 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas
variabel kepatuhan wajib pajak setelah pernyataan yang tidak valid
dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,747 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner penelitian ini adalah reliabel.
Pada tabel 4.11 berikut disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
statistik penerimaan pajak penghasilan.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen Penerimaan Pajak Penghasilan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.880 .885 9
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 Reliability Statistics
dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Y
(Penerimaan Pajak Penghasilan) dikatakan reliabel karena nilai
Cronbach’s Alpha 0,880 > 0,60.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Menguji suatu model regresi yaitu variabel dependen, variabel
independen maupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak
85
(Ghozali, 2005: 110). Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas
dapat menggunakan analisa grafik dengan melihat grafik normal P-P Plot
Of Regression Standardized Residual. Deteksinya dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Pada penelitian ini uji normalitas terlihat dalam grafik berikut yang
merupakan hasil output pengujian normalitas dengan media bantuan
SPSS seri 17,0.
Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut adalah:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Hasil pengujian normalitas berupa grafik dan histogram, berikut
pengujian normalitas.
86
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas
Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
Variabel Intervening
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.2
(histogram) maupun 4.3 (normal probability plot) dapat disimpulkan
87
bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, hal ini
didukung oleh grafik normal plot menunjukkan adanya persebaran data
(titik) pada sumbu diagonal yang sangat mendekati garis diagonal.
Pedoman uji normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik)
mengikuti atau mendekati garis normal. Pada gambar histogram juga
menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian ini. Melihat dari hal
tersebut, penelitian ini bisa disimpulkan memenuhi uji normalitas.
3. Hasil Analisis Jalur (Model Trimming)
a. Menguji Sub-Struktur 1
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil dari pengujian
variabel jumlah pemeriksaan pajak (X1) dan Sanksi Perpajakan (X2)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Tabel 4.12
Summary Model 1 Sub-Struktur 1
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .850a .722 .710 1.686
a. Predictors: (Constant), SP, JPP
b. Dependent Variable: KWP
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 17.0
88
Tabel 4.13
ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 1
Tabel 4.14
Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 1
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant)
JPP
SP
4.220
.506
-.102
2.080
.153
.229
.976
-.131
2.028
3.318
-.446
.048
.002
.658
a. Dependent Variable: KWP
Sumber : Hasil olah SPSS17.0
Tabel 4.12 sampai dengan tabel 4.14 menggambarkan hasil output
path analysis model trimming sub struktur 1 model 1, dimana tabel 4.12
Summary memperoleh nilai R = 0,850 yang menunjukkan nilai koefisien
jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1) dan Sanksi Perpajakan (X2) terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (X3) sebagai variabel interveningnya sebesar
85,0% dengan koefisien determinan atau kontribusi sebesar 0,722 atau
ANOVAb(1)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 347.237 2 173.618 61.086 .000a
Residual 133.583 47 2.842
Total 480.820 49
a. Predictors: (Constant), SP, JPP
b. Dependent Variable: KWP
89
72,2% dan besar koefisien residu ρx3ε1 = √ 1- 0,722 = 0,527. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh
variabel jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan sebesar 52,7%.
Tabel 4.13 menunjukkan nilai F sebesar 61,086 dengan signifikan sebesar
0,000. Karena sig < 0,05 maka keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak.
Tabel 4.14 menunjukkan Coefficient Beta untuk jumlah pemeriksaan
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,976 atau 97,6% pada
tingkat signifikan 0,002, sedangkan Coefficient Beta untuk sanksi
perpajakan sebesar -0,131 atau -13,1% pada tingkat signifikan 0,658 yang
berarti sanksi perpajakan tidak signifikan dan dilakukan trimming untuk
mengeluarkan variabel sanksi perpajakan yang tidak signifikan, dan
diperoleh hasil setelah di trimming pada tabel 4.15 sampai dengan tabel
4.17.
1. Pengujian Secara Simultan
Pengujian secara simultan pada tabel 4.13 ( Anova) diperoleh
nilai F untuk model sub-struktur sebesar 61,086 dengan signifikansi
sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,005, maka keputusannya adalah
Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah pemeriksaan pajak dan semakin tinggi sanksi
perpajakan, maka tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut semakin baik
dan pernyataan ini mendukung hipotesis pertama yaitu jumlah
90
pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Pengujian Secara individual
a. Jumlah Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kolom signifikan pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 didapat
nilai signifikan 0,002. Nilai signifikan 0,002 < 0,005, maka nilai
Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib pajak
semakin baik.
b. Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kolom signifikan pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 didapat
nilai signifikan 0,658. Nilai signifikan 0,658 > 0,005, maka nilai
Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa sanksi
perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan hasil analisis jalur sub-struktur 1 (X1, X2, dan X3) yang
terlihat pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 masing-masing diperoleh
nilai :
1. ρx3x1 = Beta = 0,976 dan signifikan = 0,002
2. ρx3x2 = Beta = -0,131 dan signifikan = 0,658
Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien analisis jalur yang
tidak signifikan yaitu variabel sanksi perpajakan, maka pengujian
91
kembali mengeluarkan variabel sanksi perpajakan. Hasil perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15
Summary Model 2 Sub-Struktur 1
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .849a .721 .715 1.672
a. Predictors: (Constant), JUMLAH PEMERIKSAAN
PAJAK
b. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Tabel 4.16
ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 1
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 346.671 1 346.671 124.04
3
.000a
Residual 134.149 48 2.795
Total 480.820 49
a. Predictors: (Constant), JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK
b. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Tabel 4.17
Coefficients (a) Model 2 Sub-Struktur 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.262 2.061 2.069 .044
JPP .441 .040 .849 11.13
7
.000
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
92
Tabel 4.15 sampai dengan tabel 4.17 menggambarkan hasil output
path analysis model trimming sub struktur 1 model 2 setelah variabel
sanksi perpajakan dikeluarkan dari model sub struktur 1 dan diuji
kembali, dimana tabel 4.15 Summary memperolah nilai R = 0,849 yang
menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1)
terhadap kepatuhan wajib pajak (X3) sebesar 84,9% dengan koefisien
determinan atau kontribusi sebesar 0,721 atau 72,1% dan besar koefisien
residu ρx3ε1 = √1-0,721 = 0,5282. Tabel 4.16 Anova menunjukkan nilai
F sebesar 124,043 dengan signifikan 0,000. Karena sig < 0,05 maka
keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel 4.17 Coefficients Beta
untuk jumlah pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
sebesar 0,849 atau 84,9% pada tingkat signifikan 0,000.
Berdasarkan hasil analisis jalur sub-struktur 1 (X1 dan X3) yang
terlihat pada tabel 4.18 Coefficients Model 2 diperolah nilai :
1. ρx3x1 = Beta = 0,849 dan signifikan 0,000
Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh nilai koefisien jalur jumlah
pemeriksaan pajak (X1) terhadap kepatuhan wajib pajak (X3) sebesar
ρx3x1 = 0,849 dengan koefisien determinan atau kontribusi (Rsquare =
R2x3x1) = 0,721 (Pada model 2 tabel 4.15) dan besar koefisien residu
ρx3ε1 = √1-0,721 = 0,5282. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh variabel jumlah
93
pemeriksaan pajak sebesar 52,82% dan didapat diagram jalur sub-
struktur 1 yang mengalami perubahan menjadi sebagai berikut :
Gambar 4.3
Hubungan Kausal Empiris Sub-Struktur 1 Variabel Jumlah
Pemeriksaan Pajak (X1) dan Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
b. Menguji Sub-Struktur 2
Berikut ini adalah hasil pengujian variabel jumlah pemeriksaan pajak
(X1), sanksi perpajakan (X2), dan kepatuhan wajib pajak (X3) terhadap
penerimaan pajak penghasilan :
Tabel 4.18
Summary Model 1 Sub-Struktur 2
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .844a .713 .694 2.532
a. Predictors: (Constant), KWP, SP, JPP
b. Dependent Variable: PPH
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 17.0
X1
X3
ρx3x1 =0,849
ε1 = 0,529
94
Tabel 4.19
ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 2
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 733.370 3 244.457 38.125 .000a
Residual 294.950 46 6.412
Total 1028.320 49
a. Predictors: (Constant), KWP, SP, JPP
b. Dependent Variable: PPH
Tabel 4.20
Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 2
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant)
JPP
SP
KWP
.422
.780
-.470
.340
3.258
.255
.345
.219
1.028
-.412
.233
.130
3.063
-1.362
1.554
.897
.004
.180
.127
a Dependent Variable: PPH
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0
Tabel 4.18 sampai dengan tabel 4.20 manggambarkan hasil output
path analysis model trimming sub-struktur 2 model 1, dimana tabel 4.18
Summary memperolah nilai R = 0,844 yang menunjukkan bahwa nilai
koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1), sanksi perpajakan (X2)
dan kepatuhan wajib pajak (X3) terhadap penerimaan pajak penghasilan
95
(Y) sebesar 84,4% dengan koefisien determinan atau kontribusi sebesar
0,713 atau 71,3% dan besar koefisien residu ρyε2 = √1-0,844 = 0,3949.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak penghasilan dapat
dijelaskan oleh variabel jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan,
dan kepatuhan wajib pajak sebesar 39,49%. Tabel 4.19 Anova
menunjukkan nilai F sebesar 38,125 dengan signifikan sebesar 0,000.
Karena sig < 0,05, maka keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel
4.20 Coefficients Beta untuk jumlah pemeriksaan pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan sebesar 1,028 atau 102,8% pada tingkat
signifikan 0,004 yang berarti variabel jumlah pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Coefficients Beta
untuk variabel sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan
sebesar -0,412 atau -41,2% pada tingkat signifikan 0,180 yang berarti
variabel sanksi perpajakan tidak signifikan dan Coefficients Beta untuk
kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan sebesar
0,233 atau 23,3% pada tingkat signifikan 0,127 sehingga dilakukan
trimming untuk mengeluarkan variabel sanksi perpajakan dan kepatuhan
wajib pajak yang tidak signifikan, dan diperoleh hasil setelah trimming
pada tabel 4.21 sampai dengan tabel 4.23 model sub-struktur 2.
1. Pengujian Secara Simultan
Pengujian secara simultan pada tabel 4.19 Anova diperolah nilai F
untuk model sub-struktur sebesar 38,125 dengan signifikansi 0,000.
96
Karena nilai signifikan < 0,05 maka keputusannya adalah Ha diterima
dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemeriksaan pajak
yang tinggi, sanksi perpajakan yang tinggi, dan kepatuhan wajib pajak
yang tinggi akan menghasilkan penerimaan pajak penghasilan yang
tinggi pula. Pernyataan ini mendukung hipotesis kedua yaitu jumlah
pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.
2. Pengujian Secara Individual
a. Jumlah Pemeriksaan Pajak Berpengaruh terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan
Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat
nilai signifikan 0,004. Nilai signifikan 0,004 < 0,05 maka nilai Ha
diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
pemeriksaan pajak yang tinggi akan menghasilkan jumlah
penerimaan pajak penghasilan yang tinggi. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani
(2009).
b. Sanksi Perpajakan Berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan
Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat
nilai signifikan 0,180. Nilai signifikan 0,180 > 0,05 maka nilai Ha
97
ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sanksi
perpajakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jatmiko (2006).
c. Kepatuhan Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan
Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat
nilai signifikan 0,127. Nilai signifikan 0,127 > 0,05 maka nilai Ha
ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap jumlah
penerimaan pajak penghasilan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2009).
Berdasarkan analisis jalur sub struktur 2 (X1, X2, X3, dan Y) yang
terlihat pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 masing-masing diperoleh
nilai :
1. ρyx1 = Beta = 1,028 dan signifikan 0,004
2. ρyx2 = Beta = -0,412 dan signifikan 0,180
3. ρyx3 = Beta = 0,233 dan signifikan 0,127
Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien analisis jalur yang
tidak signifikan yaitu variabel sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib
98
pajak, maka dilakukan pengujian kembali dengan mengluarkan variabel
sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. Hasil perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.21
Summary Model 2 Sub-Struktur 2
Tabel 4.22
ANOVA (b) Model Sub-Struktur 2
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 704.108 1 704.108 104.244 .000a
Residual 324.212 48 6.754
Total 1028.320 49
a. Predictors: (Constant), JPP
b. Dependent Variable: PPH
Tabel 4.23
Coefficients (a) Model 2 Sub-Struktur 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.070 3.203 .646 .521
JPP .628 .062 .827 10.210 .000
a. Dependent Variable: PPH
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .827a .685 .678 2.599
a. Predictors: (Constant), JPP
b. Dependent Variable: PPH
99
Tabel 4.21 sampai dengan tabel 4.23 menggambarkan hasil output
path analysis model trimming sub struktur 2 model 2, dimana tabel 4.21
Summary memperoleh nilai R = 0,827 yang menunjukkan bahwa nilai
koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1) terhadap penerimaan pajak
penghasilan (Y) sebesar 82,7% dengan koefisien determinan atau
kontribusi sebesar 0,685 atau 68,5% dan besar koefisien residu ρyε2 = √1-
0,685 = 0,5612. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak
penghasilan dapat dijelaskan oleh variabel jumlah pemeriksaan pajak
sebesar 56,12%. Tabel 4.22 Anova menunjukkan nilai F sebesar 104,244
dengan signifikan sebesar 0,000. Karena sig < 0,05 maka keputusannya
Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel 4.23 Coefficients Beta untuk jumlah
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan sebesar 0,827
atau 82,7% pada tingkat signifikan 0,000. Berdasarkan hasil analisis jalur
sub-strruktur 2 (X1 dan Y) yang terlihat pada tabel 4.23 Coefficients
Model 2 diperolah nilai :
ρyx1 = Beta = 0,827 dan signifikan 0,000
Besarnya koefisien determinan atau kontribusi jumlah pemeriksaan
pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y) sebesar :
(Rsquare = R2yx1) = (ρyx1). (ryx1)
R2yx1 = (0,827).(0,827)
100
R2yx1 = 0,684 (Summary Model 2 tabel 4.21) dan besar koefisien residu
untuk ρyε1 = √1-0,684 = 0,5621 dan didapat diagram jalur sub struktur 2
yang mengalami perubahan menjadi sebagai berikut :
Gambar 4.4
Hubungan Kausal Sub-Struktur 2 Variabel Jumlah Pemeriksaan
Pajak (X1) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
Tabel 4.24 menunjukkan tingkat korelasi antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya.
X1
Y
ρyx1 = 0,827 ε2 = 0,5621
101
Tabel 4.24
Correlations
JPP SP KWP PPH
JPP Pearson
Correlation
1 .384**
.849**
.827**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000
N 50 50 50 50
SP Pearson
Correlation
.384**
1 .344* .339
*
Sig. (2-tailed) .006 .014 .016
N 50 50 50 50
KWP Pearson
Correlation
.849**
.344* 1 .771
**
Sig. (2-tailed) .000 .014 .000
N 50 50 50 50
PPH Pearson
Correlation
.827**
.339* .771
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .016 .000
N 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil koefisien jalur pada sub struktur 1 dan sub-struktur
2 maka dapat digambarkan secara keseluruhan yang menggambarkan
hubungan kausal empiris antar variabel X1, X2, X3, dan Y adalah sebagai
berikut :
102
Gambar 4.5
Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y
Hasil dari koefisien jalur pada sub-struktur 1 dan sub-struktur 2
menjadi persamaan struktur :
X3 = ρx3x1 X1 + ρx3ε1 dan R2x3x1
= 0,849 X1 + 0,5282 dan R2x3x1 = 0,721
Y = ρyx1 + ρyε2 dan R2yx1
= 0,827 + 0,5612 dan R2yx1 = 0,685
4. Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q
Koefisien determinasi multipel dari diagram jalur diperoleh koefisien
determinasi untuk nilai :
= 0,722 (Tabel 4.12 Summary Model 1 Sub-Struktur 1)
= 0,713 (Tabel 4.18 Summary Model 2 Sub-Struktur 2)
Rumus = 1- (1-0,722).(1-0,713) = 1-(0,278).(0,287)= 1-0,0079786 =0,993
X1
X2
X3 Y ρx3x1 = 0,849
ε1 = 0,5282
ρyx1 = 0,827 ε2 = 0,5621
103
Koefisien determinan multiple ( ) setelah koefisien jalur yang tidak
signifikan yang dihilangkan dan nilai tersebut diambil dari :
= 0,721 (Tabel 4.15 Summary Model 2 Sub-Struktur 1)
= 0,685 (Tabel 4.21 Summary Model 2 Sub-Struktur 2)
Rumus : M = setelah dilakukan trimming
M = 1-(1-R2).(1-R
2yx3x2)
M = 1-(1-0,721).(1-0,685)
M = 1-(0,279).(0,315)
M = 1-(0,087885)
M = 0,912
Mencari nilai : Rumus Q =
=
=
= 0,079
Tabel 4.25
Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Pengaruh
Total dan Pengaruh Bersama Variabel Jumlah Pemeriksaan Pajak (X1),
Sanksi Perpajakan (X2), dan Kepatuhan Wajib Pajak (X3) terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
Variabel
Koefisien
Jalur
Pengaruh Pengaruh
Bersama
(R2yxk)
Langsung Tidak
Langsung
Melalui
X3
Total
X1 0,849 0,849 0,827 0,022 -
X2 - - - - -
X3 - - - - -
ε1 0,5282 0,52822=0,2789 - - -
ε2 0,5612 0,56122=0,3149 - - -
X2 dan X3 - - - - 0,684
Keterangan :
Kontribusi hasil sudah dikuadratkan
Pengaruh hasil yang belum dikuadratkan
104
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan secara keseluruhan, maka dapat
dimaknai dan dibahas sehingga memberikan informasi secara objektif sebagai
berikut :
1. Jalur Sub-Struktur 1 menjelaskan “jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak”. Pengujian
tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah pemeriksaan pajak dan
sanksi perpajakan, maka kepatuhan wajib pajak semakin meningkat. Pada
kerangka yang telah berubah diatas menjelaskan bahwa jumlah
pemeriksaan pajak memiliki hubungan langsung terhadap kepatuhan wajib
pajak. Berdasarkan pengujian secara individual, bahwa tidak semua
variabel yang diterima, karena berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-
struktur 1 hanya koefisien jalur sanksi perpajakan (X2) terhadap kepatuhan
wajib pajak (X3) secara statistik tidak signifikan. Sedangkan koefisien
jumlah pemeriksaan pajak (X1) terhadap kepatuhan wajib pajak (X3)
signifikan. Dengan demikian hasil temuan analisis ini memberikan
informasi, bahwa jumlah pemeriksaan pajak berkontribusi terhadap
kepatuhan wajib pajak. Besarnya kontribusi jumlah pemeriksaan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,8492 x 100% = 72,08% dan
sisanya 0,52822 x 100% = 27,89% merupakan kontribusi dari variabel lain
diluar variabel jumlah pemeriksaan pajak. Kontribusi antara jumlah
105
pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak berbanding lurus, dimana
jika jumlah pemeriksaan pajak tinggi maka kepatuhan wajib pajak akan
baik.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama bahwa jumlah
pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini
berarti kepatuhan wajib pajak yang baik dapat dicapai jika jumlah
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak tinggi. Karena
tujuan dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib
pajak. Semakin tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib
pajaknya semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Fadilah (2008) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Jalur Sub-struktur 2 menjelaskan “jumlah pemeriksaan pajak, sanksi
perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan”. Pengujian tersebut menjelaskan bahwa, semakin
tinggi jumlah pemeriksaan pajak, sanksi, dan kepatuhan wajib pajak, maka
penerimaan pajak penghasilan akan semakin meningkat. Pada kerangka
hubungan yang telah berubah diatas menjelaskan bahwa jumlah
pemeriksaan pajak memiliki hubungan langsung terhadap jumlah
penerimaan pajak tanpa melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel
intervening. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah
pemeriksaan pajak maka akan semakin tinggi penerimaan pajak
106
penghasilan yang diperoleh KPP Pratama Mampang Prapatan.
Berdasarkan pengujian secara individual, bahwa tidak semua variabel
yang diterima, sanksi perpajakan (X2) dan kepatuhan wajib pajak (X3)
tidak signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y). Berdasarkan
pengujian koefisien sub-struktur 2 hanya koefisien jalur jumlah
pemeriksaan pajak (X1) terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y) yang
secara statistik signifikan. Kontribusi antara jumlah pemeriksaan pajak
berbanding lurus dengan penerimaan pajak penghasilan, dimana jika
jumlah pemeriksaan pajak meningkat maka penerimaan pajak penghasilan
akan meningkat.
Hasil temuan analisis ini memberikan informasi, bahwa jumlah
pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Besarnya pengaruh dijelaskan sebagai berikut :
a. Besarnya kontribusi jumlah pemeriksaan pajak yang secara langsung
mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan 0,8272
x 100% =
68,39%.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Handayani (2009)
membuktikan bahwa jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak penghasilan. Penelitian lain yang mendukung
adalah yang dilakukan oleh Dewi (2010) yang membuktikan hal yang
sama.
107
E. Interpretasi
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama bahwa jumlah
pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini
berarti kepatuhan wajib pajak yang baik dapat dicapai jika jumlah
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak tinggi. Karena tujuan
dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Semakin
tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib pajaknya semakin
baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fadilah
(2008) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Untuk variabel sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena pada masa sekarang ini
sanksi tidak benar-benar diterapkan pada sistem perpajakan. Contohnya
seperti kasus pajak yang dilakukan oleh Gayus yang banyak dibicarakan.
Sanksi pidana yang seharusnya dijalankan oleh Gayus tidak benar-benar
diterapkan. Gayus masih dapat keluar-masuk penjara dengan bebas. Hal inilah
merupakan salah satu contoh penerapan sanksi yang tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Biarpun sanksi telah diberikan, namun masih
dapat dilanggar yang mengindikasikan bahwa kepatuhan wajib pajak tidak
terbentuk. Dampak lain yang terjadi adalah jumlah penerimaan pajak yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan partsisipasi
108
aktif aparatur pajak agar mampu mengatasi permasalahan yang terjadi supaya
timbul kepercayaan masyarakat kepada pemerintahannya lebih baik.
109
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada data yang dikumpulkan dan pengujian yang dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2008), namun bertolak belakang
dengan penelitian Jatmiko (2006).
2. Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Handayani
(2009).
3. Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak.
B. IMPLIKASI
Implikasi pada penelitian ini dari kesimpulan bahwa jumlah
pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak secara
bersama-sama mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan. Implikasinya
adalah sebagai berikut :
110
1. Memberikan informasi kepada pemeriksa pajak dalam rangka
melaksanakan tugasnya terutama dalam hal pemeriksaan pajak dan
pemberian sanksi terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan di
KPP Pratama Mampang Prapatan.
2. Membantu para pemeriksa pajak dalam menilai kepatuhan wajib pajak
yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, sehingga diharapkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak dan sanksi
perpajakan dapat diminimalisasi.
C. SARAN
Adapun saran yang diberikan setelah melakukan penelitian ini antara lain :
1. Jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan Dirjen Pajak sebaiknya lebih
memperhatikan kualitas dari pemeriksaan, yaitu pemeriksaan yang
objektif dan pemeriksaan yang dapat memberikan hasil yang signifikan
terhadap penerimaan pajak penghasilan.
2. Dari hasil penelitian ini terdapat aspek yang dapat mempengaruhi
penerimaan pajak penghasilan, yaitu jumlah pemeriksaan pajak. Namun,
variabel diatas bukanlah semata-mata faktor yang dapat mempengaruhi
penerimaan pajak penghasilan. Untuk itu penulis mengharapkan
partsispasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang
mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan.
111
3. Selain itu, walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan, peneliti menyarankan untuk menguji lebih
dalam pengaruh sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan, dimensi manakah yang mempengaruhi
penerimaan pajak penghasilan.
112
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard. ”Penerapan Sanksi Pidana dan Sanksi Administrasi dalam Hukum
Pajak”. Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1, Nomor 6, Januari 2002.
Dewi, Fitria. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Tagihan dengan Surat Paksa
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2010.
Fadilah, Lili. ”Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Bekasi Utara”, Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Semarang,
Badan Penerbit UNDIP, 2005.
Gunadi, Djoned, M, “Ketentuan Formal Perpajakan dalam Pemeriksaan Pajak”,
Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1, Nomor 9, April 2002.
________________ “Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib
Pajak”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 4, Nomor 5, Februari 2005.
Hamid, Abdul. “ Buku Pedoman Penulisan Skripsi FEIS-UIN Jakarta”.2007
Handayani, Retno, “Pengaruh Jumlah Pemeriksaan dan Kepatuhan Wajib Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Cilandak” , Universitas Trisakti, Jakarta, 2009.
Hasanah,Fitri. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Sistem Akuntansi
Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial”. Skripsi S1, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008
Hendra. ”Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Efektif Pajak Penghasilan Pasal 21
Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees ”, Bandung, 2008.
113
Hutagaol, John. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Perpajakan
Indonesia, Volume 5, Nomor 6, Agustus-September 2006.
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. “Hukum Pajak”, Salemba Empat, Jakarta,
2008.
Indiantoro, Nur & Bambang Supomo. ”Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
Per 1 Oktober 2004”, Salemba Empat, Jakarta, 2004.
Iskandar. ”Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”, Gaung Persada Press,
Tangerang Jawa Barat, 2009.
Iyer, Govind. S, Philip M.J, and Debra L.Sanders. “Increasing Tax Compliance in
Washington State : A Field Experiment”, diakses pada 5 Juli 2010 dari
http://www.google.com
Jatmiko, Agus Nugroho. ”Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak”.Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000
Tentang Kriteria Wajib Pajak Patuh.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 545/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Tanggal 22 Desember 2000.
Lhia. “Pelayanan Publik”, artikel diakses pada 17 Oktober 2008 dari
http://www.google.com
Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, Edisi Revisi, Yayasan
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta (YP2SDM
Jakarta), Jakarta, 2006.
Marsyahrul,Tony. “Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2000”, PT. Grasindo,
Jakarta, 2004.
______________. “ Pengantar Perpajakan”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.
114
Murphy, Kristina. “An Examination of Taxpayer’s Attitudes Towards The Australian
Tax System : Findings From a Survey Of Tax Scheme Investors”. Artikel
diakses pada 17 September 2004 dari http://www.google.com
Nasucha, Chaizi. “Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Keuangan Publik, Volume 1, Nomor 2,
April 2004.
Nurmantu, Safri. ”Kepatuhan Perpajakan” , artikel diakses pada tanggal 30 April
2009 dari http://www.safri-nurmantu.com.
Oktafani, Defi. “Kontribusi Personal Auditor dan Kompetensi terhadap Kualitas
Audit dengan Kinerja Auditor sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Pardiat. “Akuntansi Pemeriksaan Pajak”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 199/PMK.03/2007 Tentang Pemeriksaan
Pajak, Tanggal 28 Desember 2000.
Resmi, Siti. ”Perpajakan : Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5, Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
Salip. ”Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak”, Jurnal Keuangan
Publik, Volume 4, Nomor 2, September 2006.
Santoso, Singgih. ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000.
Sofyan, Marcus Taufan. “Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar”, Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang, 2005.
Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2005
115
Sunyoto, Danang. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Yogyakarta, Media
Pressindo, 2009.
Sugiyono. ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Waluyo. “Perpajakan Indonesia”, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Wuri, Mayang Liandhika. “Analisis Pengaruh Penghapusan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Barang Mewah Elektronik (PPnBM) dan Fluktuasi Kurs Rupiah
terhadap Penjualan Pada Tingkat Pedagang Eceran Wilayah Kramat Jati
dengan Harga sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2010.
HASIL UJI VALIDITAS JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK Correlations
Correlations
JPP1
JPP2
JPP3
JPP4
JPP5
JPP6
JPP7
JPP8
JPP9
JPP10
JPP11
JPP12
JPP13
JPP14
JPP15
JPP16 TOT
JPP1 Pearson Correlation 1 .438** .438
** .310
* .173 -
.097 .113 .303
* .228 .516
** .306
* .329
* .038 .206 .212 -
.137 .469
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .504 .435 .033 .111 .000 .030 .020 .792 .152 .140 .344 .001
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP2 Pearson Correlation .438**
1 .395** .473
** .379
** .201 .050 .512
** .612
** .730
** .074 .541
** .370
** .222 .414
** .146 .767
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .161 .730 .000 .000 .000 .612 .000 .008 .122 .003 .312 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP3 Pearson Correlation .438** .395
**
1 .541** .136 -
.259 .214 .580
** .136 .521
** .453
** .090 .075 .301
* .268 .090 .534
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .070 .135 .000 .347 .000 .001 .532 .603 .033 .060 .534 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP4 Pearson Correlation .310* .473
** .541
**
1 .295* .075 .071 .548
** .318
* .661
** .357
* .421
** .118 .399
** .138 .197 .661
**
Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .606 .625 .000 .024 .000 .011 .002 .414 .004 .341 .171 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295
*
1 .012 -.279
.366** .572
** .500
** .129 .616
** .353
* .565
** .137 .040 .620
**
Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .935 .050 .009 .000 .000 .371 .000 .012 .000 .342 .785 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP6 Pearson Correlation -.097
.201 -.259
.075 .012 1 -.267
.051 .193 .023 -.403
**
.063 -.056
.047 -.206
.018 .086
Sig. (2-tailed) .504 .161 .070 .606 .935 .060 .727 .180 .876 .004 .663 .700 .747 .152 .899 .555
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP7 Pearson Correlation .113 .050 .214 .071 -.279
-.267
1 .275 -.031
.006 .196 -.033
-.070
-.243
.301*
-.020
.119
Sig. (2-tailed) .435 .730 .135 .625 .050 .060 .054 .829 .966 .172 .821 .627 .089 .034 .890 .410
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP8 Pearson Correlation .303* .512
** .580
** .548
** .366
** .051 .275 1 .463
** .661
** .281
* .524
** .414
** .294
* .402
** .048 .788
**
Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .727 .054 .001 .000 .048 .000 .003 .038 .004 .741 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318
* .572
** .193 -
.031 .463
**
1 .643** .080 .665
** .543
** .281
* .105 -
.008 .714
**
Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .180 .829 .001 .000 .583 .000 .000 .048 .466 .955 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP10 Pearson Correlation .516** .730
** .521
** .661
** .500
** .023 .006 .661
** .643
**
1 .393** .641
** .393
** .445
** .292
* .260 .890
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .876 .966 .000 .000 .005 .000 .005 .001 .040 .068 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP11 Pearson Correlation .306* .074 .453
** .357
* .129 -
.403**
.196 .281* .080 .393
**
1 .029 -.082
.404** .410
**
-.143
.344*
Sig. (2-tailed) .030 .612 .001 .011 .371 .004 .172 .048 .583 .005 .840 .572 .004 .003 .320 .014
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP12 Pearson Correlation .329* .541
** .090 .421
** .616
** .063 -
.033 .524
** .665
** .641
** .029 1 .623
** .251 .202 .248 .766
**
Sig. (2-tailed) .020 .000 .532 .002 .000 .663 .821 .000 .000 .000 .840 .000 .078 .160 .083 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP13 Pearson Correlation .038 .370** .075 .118 .353
*
-.056
-.070
.414** .543
** .393
**
-.082
.623**
1 .031 .108 .113 .535**
Sig. (2-tailed) .792 .008 .603 .414 .012 .700 .627 .003 .000 .005 .572 .000 .833 .453 .436 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP14 Pearson Correlation .206 .222 .301* .399
** .565
** .047 -
.243 .294
* .281
* .445
** .404
** .251 .031 1 .088 -
.050 .490
**
Sig. (2-tailed) .152 .122 .033 .004 .000 .747 .089 .038 .048 .001 .004 .078 .833 .542 .730 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP15 Pearson Correlation .212 .414** .268 .138 .137 -
.206 .301
* .402
** .105 .292
* .410
** .202 .108 .088 1 .162 .443
**
Sig. (2-tailed) .140 .003 .060 .341 .342 .152 .034 .004 .466 .040 .003 .160 .453 .542 .262 .001
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP16 Pearson Correlation -.137
.146 .090 .197 .040 .018 -.020
.048 -.008
.260 -.143
.248 .113 -.050
.162 1 .246
Sig. (2-tailed) .344 .312 .534 .171 .785 .899 .890 .741 .955 .068 .320 .083 .436 .730 .262 .085
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .469** .767
** .534
** .661
** .620
** .086 .119 .788
** .714
** .890
** .344
* .766
** .535
** .490
** .443
** .246 1
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .555 .410 .000 .000 .000 .014 .000 .000 .000 .001 .085
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK (Setelah Variabel yang Tidak Valid Dikeluarkan)
Correlations Correlations
JPP1
JPP2
JPP3
JPP4
JPP5
JPP8
JPP9
JPP10
JPP11
JPP12
JPP13
JPP14
JPP15 TOT
JPP1 Pearson Correlation 1 .438** .438
** .310
* .173 .303
* .228 .516
** .306
* .329
* .038 .206 .212 .507
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .033 .111 .000 .030 .020 .792 .152 .140 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP2 Pearson Correlation .438*
*
1 .395** .473
** .379
** .512
** .612
** .730
** .074 .541
** .370
** .222 .414
**
.740**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .000 .000 .000 .612 .000 .008 .122 .003 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP3 Pearson Correlation .438*
* .395
**
1 .541** .136 .580
** .136 .521
** .453
** .090 .075 .301
* .268 .555
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .000 .347 .000 .001 .532 .603 .033 .060 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP4 Pearson Correlation .310* .473
** .541
**
1 .295* .548
** .318
* .661
** .357
* .421
** .118 .399
** .138 .639
**
Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .000 .024 .000 .011 .002 .414 .004 .341 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295
*
1 .366** .572
** .500
** .129 .616
** .353
* .565
** .137 .673
**
Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .009 .000 .000 .371 .000 .012 .000 .342 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP8 Pearson Correlation .303* .512
** .580
** .548
** .366
**
1 .463** .661
** .281
* .524
** .414
** .294
* .402
**
.769**
Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .001 .000 .048 .000 .003 .038 .004 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318
* .572
** .463
**
1 .643** .080 .665
** .543
** .281
* .105 .718
**
Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .001 .000 .583 .000 .000 .048 .466 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP10 Pearson Correlation .516*
* .730
** .521
** .661
** .500
** .661
** .643
**
1 .393** .641
** .393
** .445
** .292
*
.886**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .005 .001 .040 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP11 Pearson Correlation .306* .074 .453
** .357
* .129 .281
* .080 .393
**
1 .029 -.082
.404** .410
**
.414**
Sig. (2-tailed) .030 .612 .001 .011 .371 .048 .583 .005 .840 .572 .004 .003 .003
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP12 Pearson Correlation .329* .541
** .090 .421
** .616
** .524
** .665
** .641
** .029 1 .623
** .251 .202 .757
**
Sig. (2-tailed) .020 .000 .532 .002 .000 .000 .000 .000 .840 .000 .078 .160 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP13 Pearson Correlation .038 .370** .075 .118 .353
* .414
** .543
** .393
**
-.082
.623**
1 .031 .108 .559**
Sig. (2-tailed) .792 .008 .603 .414 .012 .003 .000 .005 .572 .000 .833 .453 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP14 Pearson Correlation .206 .222 .301* .399
** .565
** .294
* .281
* .445
** .404
** .251 .031 1 .088 .541
**
Sig. (2-tailed) .152 .122 .033 .004 .000 .038 .048 .001 .004 .078 .833 .542 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JPP15 Pearson Correlation .212 .414** .268 .138 .137 .402
** .105 .292
* .410
** .202 .108 .088 1 .431
**
Sig. (2-tailed) .140 .003 .060 .341 .342 .004 .466 .040 .003 .160 .453 .542 .002
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .507*
* .740
** .555
** .639
** .673
** .769
** .718
** .886
** .414
** .757
** .559
** .541
** .431
**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .002
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN
Correlations Correlations
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SP10 TOT
SP1 Pearson Correlation 1 .438** .438
** .310
* .173 -.097 .113 .303
* .228 .516
** .542
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .504 .435 .033 .111 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP2 Pearson Correlation .438** 1 .395
** .473
** .379
** .201 .050 .512
** .612
** .730
** .800
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .161 .730 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP3 Pearson Correlation .438** .395
** 1 .541
** .136 -.259 .214 .580
** .136 .521
** .579
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .070 .135 .000 .347 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP4 Pearson Correlation .310* .473
** .541
** 1 .295
* .075 .071 .548
** .318
* .661
** .692
**
Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .606 .625 .000 .024 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295
* 1 .012 -.279 .366
** .572
** .500
** .563
**
Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .935 .050 .009 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP6 Pearson Correlation -.097 .201 -.259 .075 .012 1 -.267 .051 .193 .023 .207
Sig. (2-tailed) .504 .161 .070 .606 .935 .060 .727 .180 .876 .149
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP7 Pearson Correlation .113 .050 .214 .071 -.279 -.267 1 .275 -.031 .006 .179
Sig. (2-tailed) .435 .730 .135 .625 .050 .060 .054 .829 .966 .214
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP8 Pearson Correlation .303* .512
** .580
** .548
** .366
** .051 .275 1 .463
** .661
** .800
**
Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .727 .054 .001 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318
* .572
** .193 -.031 .463
** 1 .643
** .717
**
Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .180 .829 .001 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP10 Pearson Correlation .516** .730
** .521
** .661
** .500
** .023 .006 .661
** .643
** 1 .869
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .876 .966 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .542** .800
** .579
** .692
** .563
** .207 .179 .800
** .717
** .869
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .149 .214 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN
(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)
Correlations
Correlations
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP8 SP9 SP10 TOT
SP1 Pearson Correlation 1 .438** .438
** .310
* .173 .303
* .228 .516
** .571
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .033 .111 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP2 Pearson Correlation .438** 1 .395
** .473
** .379
** .512
** .612
** .730
** .785
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP3 Pearson Correlation .438** .395
** 1 .541
** .136 .580
** .136 .521
** .627
**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .000 .347 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP4 Pearson Correlation .310* .473
** .541
** 1 .295
* .548
** .318
* .661
** .697
**
Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .000 .024 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295
* 1 .366
** .572
** .500
** .644
**
Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .009 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP8 Pearson Correlation .303* .512
** .580
** .548
** .366
** 1 .463
** .661
** .776
**
Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .001 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318
* .572
** .463
** 1 .643
** .716
**
Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .001 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
SP10 Pearson Correlation .516** .730
** .521
** .661
** .500
** .661
** .643
** 1 .907
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .571** .785
** .627
** .697
** .644
** .776
** .716
** .907
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK Correlations
Correlations
KWP1
KWP2
KWP3
KWP4
KWP5
KWP6
KWP7
KWP8
KWP9
KWP10
KWP11 TOT
KWP1 Pearson Correlation 1 .645** -.222 .402
** .561
** -.452
** .486
** .542
** -.024 .096 -.340
* .542
**
Sig. (2-tailed) .000 .122 .004 .000 .001 .000 .000 .866 .508 .016 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP2 Pearson Correlation .645** 1 -.050 .606
** .666
** -.221 .336
* .522
** .071 .000 -.153 .712
**
Sig. (2-tailed) .000 .731 .000 .000 .123 .017 .000 .624 1.000 .289 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP3 Pearson Correlation -.222 -.050 1 -.028 -.214 .681** -.621
** -.218 .189 -.617
** .448
** .089
Sig. (2-tailed) .122 .731 .846 .136 .000 .000 .129 .188 .000 .001 .538
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP4 Pearson Correlation .402** .606
** -.028 1 .595
** -.252 .425
** .542
** .255 .020 -.328
* .709
**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .846 .000 .077 .002 .000 .074 .889 .020 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP5 Pearson Correlation .561** .666
** -.214 .595
** 1 -.404
** .592
** .473
** .261 .162 -.490
** .707
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .136 .000 .004 .000 .001 .067 .260 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP6 Pearson Correlation -.452** -.221 .681
** -.252 -.404
** 1 -.590
** -.423
** -.040 -.598
** .529
** -.151
Sig. (2-tailed) .001 .123 .000 .077 .004 .000 .002 .782 .000 .000 .296
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP7 Pearson Correlation .486** .336
* -.621
** .425
** .592
** -.590
** 1 .492
** -.094 .423
** -.484
** .481
**
Sig. (2-tailed) .000 .017 .000 .002 .000 .000 .000 .517 .002 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP8 Pearson Correlation .542** .522
** -.218 .542
** .473
** -.423
** .492
** 1 -.067 .123 -.328
* .587
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .129 .000 .001 .002 .000 .642 .395 .020 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP9 Pearson Correlation -.024 .071 .189 .255 .261 -.040 -.094 -.067 1 .010 -.081 .416**
Sig. (2-tailed) .866 .624 .188 .074 .067 .782 .517 .642 .943 .578 .003
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP10 Pearson Correlation .096 .000 -.617** .020 .162 -.598
** .423
** .123 .010 1 -.382
** .152
Sig. (2-tailed) .508 1.000 .000 .889 .260 .000 .002 .395 .943 .006 .292
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP11 Pearson Correlation -.340* -.153 .448
** -.328
* -.490
** .529
** -.484
** -.328
* -.081 -.382
** 1 -.109
Sig. (2-tailed) .016 .289 .001 .020 .000 .000 .000 .020 .578 .006 .451
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .542** .712
** .089 .709
** .707
** -.151 .481
** .587
** .416
** .152 -.109 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .538 .000 .000 .296 .000 .000 .003 .292 .451
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK (SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)
Correlations
Correlations
KWP1 KWP2 KWP4 KWP5 KWP7 KWP8 KWP9 TOT
KWP1 Pearson Correlation 1 .645** .402
** .561
** .486
** .542
** -.024 .705
**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .866 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP2 Pearson Correlation .645** 1 .606
** .666
** .336
* .522
** .071 .725
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .017 .000 .624 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP4 Pearson Correlation .402** .606
** 1 .595
** .425
** .542
** .255 .760
**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .002 .000 .074 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP5 Pearson Correlation .561** .666
** .595
** 1 .592
** .473
** .261 .843
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .067 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP7 Pearson Correlation .486** .336
* .425
** .592
** 1 .492
** -.094 .724
**
Sig. (2-tailed) .000 .017 .002 .000 .000 .517 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP8 Pearson Correlation .542** .522
** .542
** .473
** .492
** 1 -.067 .722
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .642 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
KWP9 Pearson Correlation -.024 .071 .255 .261 -.094 -.067 1 .332*
Sig. (2-tailed) .866 .624 .074 .067 .517 .642 .019
N 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .705** .725
** .760
** .843
** .724
** .722
** .332
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .019
N 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Correlations
Correlations
PPH1 PPH2 PPH3 PPH4 PPH5 PPH6 PPH7 PPH8 PPH9 PPH10 TOT
PPH1 Pearson Correlation 1 .574** .731
** .388
** .318
* .686
** -.024 .583
** .359
* .473
** .747
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .024 .000 .870 .000 .011 .001 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH2 Pearson Correlation .574** 1 .568
** .295
* .515
** .573
** .021 .490
** .393
** .475
** .741
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .037 .000 .000 .884 .000 .005 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH3 Pearson Correlation .731** .568
** 1 .497
** .379
** .735
** -.080 .498
** .337
* .397
** .747
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .579 .000 .017 .004 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH4 Pearson Correlation .388** .295
* .497
** 1 .479
** .200 -.312
* .488
** .301
* .228 .548
**
Sig. (2-tailed) .005 .037 .000 .000 .163 .027 .000 .034 .111 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH5 Pearson Correlation .318* .515
** .379
** .479
** 1 .095 .206 .500
** .431
** .391
** .683
**
Sig. (2-tailed) .024 .000 .007 .000 .511 .151 .000 .002 .005 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH6 Pearson Correlation .686** .573
** .735
** .200 .095 1 -.017 .244 .195 .325
* .584
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .163 .511 .907 .087 .174 .021 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH7 Pearson Correlation -.024 .021 -.080 -.312* .206 -.017 1 -.081 .056 .129 .165
Sig. (2-tailed) .870 .884 .579 .027 .151 .907 .575 .701 .370 .251
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH8 Pearson Correlation .583** .490
** .498
** .488
** .500
** .244 -.081 1 .807
** .803
** .816
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .087 .575 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH9 Pearson Correlation .359* .393
** .337
* .301
* .431
** .195 .056 .807
** 1 .871
** .736
**
Sig. (2-tailed) .011 .005 .017 .034 .002 .174 .701 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH10 Pearson Correlation .473** .475
** .397
** .228 .391
** .325
* .129 .803
** .871
** 1 .784
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .004 .111 .005 .021 .370 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .747** .741
** .747
** .548
** .683
** .584
** .165 .816
** .736
** .784
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .251 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)
Correlations
Correlations
PPH1 PPH2 PPH3 PPH4 PPH5 PPH6 PPH8 PPH9 PPH10 TOT
PPH1 Pearson Correlation 1 .574** .731
** .388
** .318
* .686
** .583
** .359
* .473
** .762
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .024 .000 .000 .011 .001 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH2 Pearson Correlation .574** 1 .568
** .295
* .515
** .573
** .490
** .393
** .475
** .747
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .037 .000 .000 .000 .005 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH3 Pearson Correlation .731** .568
** 1 .497
** .379
** .735
** .498
** .337
* .397
** .772
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .000 .017 .004 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH4 Pearson Correlation .388** .295
* .497
** 1 .479
** .200 .488
** .301
* .228 .613
**
Sig. (2-tailed) .005 .037 .000 .000 .163 .000 .034 .111 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH5 Pearson Correlation .318* .515
** .379
** .479
** 1 .095 .500
** .431
** .391
** .654
**
Sig. (2-tailed) .024 .000 .007 .000 .511 .000 .002 .005 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH6 Pearson Correlation .686** .573
** .735
** .200 .095 1 .244 .195 .325
* .595
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .163 .511 .087 .174 .021 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH8 Pearson Correlation .583** .490
** .498
** .488
** .500
** .244 1 .807
** .803
** .843
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .087 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH9 Pearson Correlation .359* .393
** .337
* .301
* .431
** .195 .807
** 1 .871
** .736
**
Sig. (2-tailed) .011 .005 .017 .034 .002 .174 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PPH10 Pearson Correlation .473** .475
** .397
** .228 .391
** .325
* .803
** .871
** 1 .771
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .004 .111 .005 .021 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOT Pearson Correlation .762** .747
** .772
** .613
** .654
** .595
** .843
** .736
** .771
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS
JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.865 .876 13
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
JPP1 3.9200 .63374 50
JPP2 4.2600 .66425 50
JPP3 4.4400 .64397 50
JPP4 4.3400 .55733 50
JPP5 3.5000 .93131 50
JPP8 4.0800 .77828 50
JPP9 4.0400 .72731 50
JPP10 4.2200 .67883 50
JPP11 3.6600 .59281 50
JPP12 3.8600 .72871 50
JPP13 3.6000 1.17803 50
JPP14 4.0200 .79514 50
JPP15 3.8000 .63888 50
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
JPP1 47.8200 32.967 .422 .447 .861
JPP2 47.4800 30.949 .683 .749 .848
JPP3 47.3000 32.541 .474 .636 .859
JPP4 47.4000 32.449 .580 .610 .855
JPP5 48.2400 29.737 .575 .608 .853
JPP8 47.6600 29.821 .708 .654 .844
JPP9 47.7000 30.663 .652 .665 .849
JPP10 47.5200 29.642 .857 .820 .838
JPP11 48.0800 33.830 .328 .598 .865
JPP12 47.8800 30.312 .698 .763 .846
JPP13 48.1400 29.878 .402 .534 .874
JPP14 47.7200 31.879 .438 .499 .861
JPP15 47.9400 33.527 .339 .536 .865
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
51.7400 36.441 6.03666 13
HASIL UJI RELIABILITAS
VARIABEL SANKSI PERPAJAKAN
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.857 .865 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
SP1 3.9200 .63374 50
SP2 4.2600 .66425 50
SP3 4.4400 .64397 50
SP4 4.3400 .55733 50
SP5 3.5000 .93131 50
SP6 4.0800 .77828 50
SP7 4.0400 .72731 50
SP8 4.2200 .67883 50
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
SP1 28.8800 13.618 .450 .350 .856
SP2 28.5400 12.376 .707 .584 .828
SP3 28.3600 13.296 .513 .511 .849
SP4 28.4600 13.315 .614 .511 .841
SP5 29.3000 12.173 .474 .368 .863
SP6 28.7200 11.879 .678 .548 .830
SP7 28.7600 12.472 .608 .597 .839
SP8 28.5800 11.636 .869 .782 .809
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.8000 16.122 4.01528 8
HASIL UJI RELIABILITAS
VARIABEL KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.747 .820 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KWP1 4.1400 .49528 50
KWP2 4.0400 .49322 50
KWP4 4.0600 .46991 50
KWP5 4.2600 .52722 50
KWP7 3.2200 1.05540 50
KWP8 4.1200 .77301 50
KWP9 3.2200 .91003 50
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
KWP1 22.9200 7.871 .610 .533 .700
KWP2 23.0200 7.816 .636 .654 .696
KWP4 23.0000 7.796 .684 .541 .691
KWP5 22.8000 7.306 .782 .671 .666
KWP7 23.8400 6.137 .490 .523 .728
KWP8 22.9400 6.915 .566 .470 .692
KWP9 23.8400 8.749 .044 .267 .830
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
27.0600 9.813 3.13252 7
HASIL UJI RELIABILITAS
VARIABEL PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.880 .885 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PPH1 3.9800 .55291 50
PPH2 4.0600 .71171 50
PPH3 4.0000 .60609 50
PPH4 3.5400 .81341 50
PPH5 3.8800 .79898 50
PPH6 3.7600 .68690 50
PPH8 3.7600 .74396 50
PPH9 3.8000 .69985 50
PPH10 3.7800 .76372 50
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
PPH1 30.5800 17.432 .704 .704 .863
PPH2 30.5000 16.622 .665 .577 .863
PPH3 30.5600 17.068 .709 .731 .861
PPH4 31.0200 17.081 .482 .457 .881
PPH5 30.6800 16.834 .536 .499 .875
PPH6 30.8000 17.714 .484 .752 .878
PPH8 30.8000 15.796 .784 .835 .852
PPH9 30.7600 16.758 .653 .815 .864
PPH10 30.7800 16.175 .688 .826 .861
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
34.5600 20.986 4.58106 9
HASIL UJI HIPOTESIS
VARIABEL JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KEPATUHAN WAJIB
PAJAK
Regression
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak
a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .850a .722 .710 1.68588
a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 347.237 2 173.618 61.086 .000a
Residual 133.583 47 2.842
Total 480.820 49
a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.220 2.080 2.028 .048
umlah Pemeriksaan Pajak .506 .153 .976 3.318 .002 .068 14.632
Sanksi Perpajakan -.102 .229 -.131 -.446 .658 .068 14.632
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
UJI ANALISIS JALUR
(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DI TRIMMING)
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 umlah Pemeriksaan Pajak
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .849a .721 .715 1.67176
a. Predictors: (Constant), umlah Pemeriksaan Pajak
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 346.671 1 346.671 124.043 .000a
Residual 134.149 48 2.795
Total 480.820 49
a. Predictors: (Constant), umlah Pemeriksaan Pajak
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.262 2.061 2.069 .044
umlah Pemeriksaan Pajak .441 .040 .849 11.137 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
UJI HIPOTESIS
VARIABEL JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
Regression
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak
a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .844a .713 .694 2.53218
a. Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 733.370 3 244.457 38.125 .000a
Residual 294.950 46 6.412
Total 1028.320 49
a. Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .422 3.258 .130 .897
Jumlah Pemeriksaan Pajak .780 .255 1.028 3.063 .004 .055 18.059
Sanksi Perpajakan -.470 .345 -.412 -1.362 .180 .068 14.694
Kepatuhan Wajib Pajak .340 .219 .233 1.554 .127 .278 3.599
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan
HASIL UJI HIPOTESIS
(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK SIGNIFIKAN DI TRIMMING)
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Jumlah Pemeriksaan Pajak
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .827a .685 .678 2.59893
a. Predictors: (Constant), Jumlah Pemeriksaan Pajak
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 704.108 1 704.108 104.244 .000a
Residual 324.212 48 6.754
Total 1028.320 49
a. Predictors: (Constant), Jumlah Pemeriksaan Pajak
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.070 3.203 .646 .521
Jumlah Pemeriksaan Pajak .628 .062 .827 10.210 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan