PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK...

153
PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh ARYA HERWIN SAFITRI NIM: 206082003942 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

Transcript of PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK...

PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN KEPATUHAN WAJIB

PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

ARYA HERWIN SAFITRI

NIM: 206082003942

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

i

ii

iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Arya Herwin Safitri

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Mei 1988

3. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15

No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang-Tangsel 15416

4. Nomor Telepon : 021-92534943

5. Status : Belum menikah

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

B. Data Pendidikan Formal

1. 1994 - 1996 : SDN Benda Baru II

2. 1996 - 2000 : SD Tirta Buaran

3. 2000 - 2003 : SLTPN 2 CIPUTAT

4. 2003 - 2006 : SMAN 1 CIPUTAT

5. 2006 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

C. Latar Belakang Keluarga

1. Ayah : Suyitno

2. Tempat & Tanggal Lahir : Madiun, 29 Januari 1960

3. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15

No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang- Tangsel 15416

4. Ibu : Siti Layinah

5. Tempat & Tanggal Lahir : Ambarawa, 07 November 1966

6. Alamat : Perumahan Benda Baru Jl. Alpukat 2 Blok E 15

No. 7 Rt 02 Rw 18 Pamulang- Tangsel 15416

7. Telepon : 081388695101

v

Hari ini Kamis 2 bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian

Sidang Skripsi atas nama Arya Herwin Safitri NIM 206082003942 dengan judul

skripsi “PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI

PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING” (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Mampang Prapatan). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Desember 2010

Tim Penguji Sidang Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yusro Rahma,SE.,M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Abdul Hamid, MS Rahmawati,SE,MM

Penguji Ahli I Penguji Ahli II

vi

INFLUENCE THE AMOUNT OF TAX AUDITS,, AND TAX PENALTIES

ON INCOME TAX RECEIPTS WITH TAXPAYER COMPLIANCE AS AN

INTERVENING VARIABLE

By:

Arya Herwin Safitri

State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

This study is aimed to analyze influence the amount of tax audits and tax

penalties on income tax receipts with taxpayers compliance as an intervening

variable in the Tax Office (KPP) Pratama Mampang Prapatan. This study uses

primary data by conducting direct research in the field by providing in

questionnaire/worksheet questions to 50 respondents with Likert Scale. The

statistical method used is path analysis. Sampling method used was purposive

sampling. The quality test of data used in this study are test of validity and

reliability test. Meanwhile, in testing the hypothesis of this research uses path

analysis.

Path analysis test results from this study are : (a) there is significant

influence the amount of tax audits and tax penalties on income tax receipts, (b)

there is significant influence the amount of tax audits, tax penalties, and taxpayer

compliance on income tax receipts, (c) there is not significant influence the

amount of tax audits and tax penalties on income tax receipts thoroughly taxpayer

compliance as an intervening variable.

Keywords : The amount of tax audits, tax penalties, tax compliance, and income

tax receipts.

vii

PENGARUH JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI

PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING

Oleh:

Arya Herwin Safitri

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan

pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui

kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Penelitian ini menggunakan data

primer dengan melakukan penelitian langsung di lapangan sebanyak 50 responden

melalui kuesioner dengan skala likert. Metode statistik yang digunakan dengan

Path Analysis. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

reliabilitas menggunakan cronbach alpha dan uji validitas menggunakan pearson

correlation serta uji hipotesis dengan menggunakan metode analisis jalur atau path

analysis method (model trimming) dengan menggunakan program SPSS 17,0.

Hasil path analysis ditemukan bahwa: (a) jumlah pemeriksaan pajak dan

sanksi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,

(b) jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, (c) jumlah

pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel

intervening.

Kata Kunci: Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, Kepatuhan

Wajib Pajak, dan Penerimaan Pajak Penghasilan.

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan

dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung

dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada:

1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang

dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus,

membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan

semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Makasih Ibu dan

Bapak,,aya sayang kalian...

3. Adikku tercinta (wahyu) yang tak pernah henti memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis.

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix

7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan watu, memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan

kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Yusro Rahma SE.,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Segenap dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mba

Ani, Empo, Mas Heri, Mas Ajiz, Mas Alfred) penulis ucapkan terima kasih

atas partisipasinya dan segala bantuannya selama penulis menuntut ilmu.

10. Kawan-kawanku di Akuntansi A, Akuntansi B, Manajemen A, dan

Manajemen B yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga

tersusunnya skripsi. Terus berjuang dan semangat.

11. Teman seperjuangan kompre dan sidang (Dwino, Sugi, Nopi, Mila, Tomi,

Iras, Rhaina, Rika, Avrie, Luthfi, Ka Rifki),,akhirnya lulus juga kita....

12. Sutiawati, Adik Febria, Fitri sartika, qory, marina, Kholifah, Dian, Rike, Ana,

Rina, Cicih dan semuanya yang telah memberi semangat dan dukungan

kepada saya dari mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya,

“Moga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”.

13. Buat Alya, Fachry, Mba Dina, Asep, Diky, Deva, Veris, Mas Dedwi.

Akhirnya aya menyusul kalian juga,,,ngerasain di wisuda juga akhirnya

akyu..he...

14. Kawan-kawanku tercinta yang tergabung dalam The End Touch Family (Akil,

Abi, Pandu, Wahyu, Ucup, Asep, Tomi, Berli, Tio) pokonya smua deh, maap

kalu aku lupa menyebutkan nama kalian yaaaa. Pokonya aku sayang kalian.

Cepet nyusul ya..

15. Jamhuri Akil Muhlis,,maksih yaa A’ udah selalu semangatin aya. Perjuangan

kita berdua akhirnya berhasil juga. Hasil dari kita keliling-keliling Jakarta,

panas-panasan buat nyari KPP. Panas, haus, puasa juga kita jalanin demi

dapetin KPP. Kita bisa ngewujudin impian orangtua kita, semoga kita bisa

bikin bangga mereka yaa. Wisuda bareng kita,,,hehe..(tapi perjuangan kita

x

belum berhenti sampe disini, masih panjang jalan kita). Jangan lupa kado buat

aya...(Aa paling T.O.P B.G.T deh)

16. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, November 2010

(Arya Herwin Safitri)

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi............................................................................... i

Lembar Pengesahan Ujian Kompre .................................................................. ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iii

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iv

Abstract ................................................................................................................ v

Abstrak ................................................................................................................. vi

Kata Pengantar....................................................................................................vii

Daftar Isi .............................................................................................................. x

Daftar Tabel.........................................................................................................xiv

Daftar Gambar....................................................................................................xvi

Daftar Lampiran................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

A. Tinjauan Umum tentang Pajak ............................................................ 10

1. Pengertian Pajak ..........................................................................10

2. Fungsi Pajak ................................................................................12

3. Jenis-jenis Pajak ..........................................................................12

4. Teori Pemungutan Pajak .............................................................14

xii

5. Penggolongan Jenis Pajak ...........................................................16

6. Sistem Pemungutan Pajak ...........................................................17

7. Azas-azas Pemungutan Pajak ......................................................19

B. Pemeriksaan Pajak ............................................................................... 21

1. Pengertian Pemeriksaan Pajak .................................................... 21

2. Tujuan Pemeriksaan Pajak .......................................................... 22

3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan ........................ 23

4. Norma Pemeriksaan .................................................................... 25

5. Hak dan Kewajiban saat Dilakukan Pemeriksaan ....................... 29

6. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ..................................................... 31

C. Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................... 31

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak .................................................31

2. Faktor yang Menentukan Tinggi Rendahnya Kepatuhan ............33

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh ..........................................................35

D. Sanksi Perpajakan ............................................................................... 36

1. Sanksi Administrasi ....................................................................36

2. Sanksi Pidana ..............................................................................37

E. Pajak Penghasilan ................................................................................ 37

1. Definisi Pajak Penghasilan ..........................................................37

2. Subjek Pajak Penghasilan ............................................................38

3. Objek Pajak Penghasilan .............................................................40

4. Pajak Penghasilan Pasal 25 .........................................................42

F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis ...............................43

G. Kerangka Pemikiran ............................................................................48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 51

B. Metode Pengumpulan Sampel ............................................................ 51

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 52

D. Metode Analisis Data ......................................................................... 53

1. Uji Kualitas Data ........................................................................... 53

xiii

a. Uji Validitas .............................................................................. 53

b. Uji Reliabilitas .......................................................................... 53

2. Uji Analisis Jalur (Model Trimming) ............................................ 54

a. Analisis Jalur Sub-Struktur 1 .................................................... 54

1. Pengujian secara simultan ................................................... 55

2. Pengujian secara individual ................................................. 56

a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak ..................................................... 56

b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak ..................................................... 56

b. Analisis Jalur Sub-Struktur 2 ....................................................57

1. Pengujian secara simultan ....................................................58

2. Pengujian secara individual ..................................................59

a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap

Penerimaan pajak penghasilan .......................................59

b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan

Pajak penghasilan ...........................................................59

c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap

Penerimaan pajak penghasilan .......................................60

3. Pengujian Kesesuaian Model Koefisien : Q ..................................60

4. Uji Asumsi Klasik .........................................................................62

E. Operasionaisasi Variabel Penelitian ................................................... 62

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 68

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 68

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan ........... 68

2. Wilayah Kerja ................................................................................ 69

3. Struktur Organisasi ........................................................................70

4. Kebijakan Ditjen Pajak ..................................................................72

5. KPP Pratama ................................................................................ 73

B. Karakteristik Kantor Pelayanan Pajak................................................ 75

xiv

1. Tingkat Pengembalian Kuesioner.................................................. 75

2. Deskripsi Statistik Demografi Responden..................................... 76

C. Penemuan dan Pembahasan ............................................................... 77

1. Hasil Uji Kualitas Data .................................................................. 77

a. Hasil Uji Validitas ................................................................... 77

b. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................81

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 84

a. Hasil Uji Normalitas ................................................................ 84

3. Hasil Analisis Jalur (Model Trimming) ...................................... 87

a. Menguji Sub-Struktur 1........................................................... 87

1. Pengujian secara simultan .................................................. 89

2. Pengujian secara Individual ............................................... 90

a. Jumlah pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wp ....... 90

b. Sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak ........ 90

b. Menguji Sub-Struktur 2........................................................... 93

3. Pengujian secara simultan .................................................. 95

4. Pengujian secara individual ................................................ 96

a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh

terhadap penerimaan pajak penghasilan ........................ 96

b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan ....................................... 96

c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap

Penerimaan pajak penghasilan ..................................... 97

4. Hasil Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q ......................102

D. Pembahasan ......................................................................................104

E. Interpretasi …………………………………………………………107

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................109

A. Kesimpulan .......................................................................................109

B. Implikasi ...........................................................................................109

C. Saran ……………………………………………………………….110

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................109

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian sebelumnya 46

3.1 Tabel Definisi Operasionalisasi 65

4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian 75

4.2 Deskripsi Statistik Demografi Responden

Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin 75

4.3 Deskripsi Statistik Demografi Responden

Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin 76

4.4 Hasil Uji Validitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 78

4.5 Hasil Uji Validitas Sanksi Perpajakan 79

4.6 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak 80

4.7 Hasil Uji Validitas Penerimaan Pajak Penghasilan 81

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 82

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Sanksi Perpajakan 83

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak 83

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Penerimaan Pajak Penghasilan 84

4.12 Hasil Uji summary Model 1 Sub-Struktur 1 87

4.13 Hasil Uji ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 1 88

4.14 Hasil Uji Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 1 88

4.15 Hasil Uji Summary Model 2 Sub-Struktur 2 91

4.16 Hasil Uji ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 1 91

4.17 Hasil Uji Coefficient (a) Model 2 Sub-Struktur 1 91

xvi

Nomor Keterangan Halaman

4.18 Hasil Uji Summary Model 1 Sub-Struktur 2 93

4.19 Hasil Uji ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 2 94

4.20 Hasil Uji Coefficient (a) Model 1 Sub-Struktur 2 94

4.21 Hasil Uji Summary Model 2 Sub-Struktur 2 98

4.22 Hasil Uji ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 2 98

4.23 Hasil Uji Coefficient (a) Model 2 Sub-struktur 2 98

4.24 Hasil Uji Korelasi 100

4.25 Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Pengaruh Total dan Pengaruh Bersama Variabel Jumlah

Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib

Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan 102

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 50

4.2 Uji Normalitas 86

4.3 Hubungan Kausal Empiris Sub-Struktur 1 Variabel

Jumlah Pemeriksaan Pajak (X1) dan Kepatuhan Wajib

Pajak (X3) 93

4.4 Hubungan Kausal Sub-Struktur 2 Variabel Jumlah

Pemeriksaan Pajak (X1) terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan (Y) 100

4.5 Hubungan Kausal Empiris Variabel Jumlah Pemeriksaan

Pajak (X1), Sanksi Perpajakan (X2), Kepatuhan Wajib

Pajak (X3) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) 101

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Permohonan Pengisian Kuesioner 101

2 Identitas Responden 102

3 Pernyataan Jumlah Pemeriksaan Pajak 103

4 Pernyataan Sanksi Perpajakan 104

5 Pernyataan Kepatuhan Wajib Pajak 105

6 Pernyataan Penerimaan Pajak Penghasilan 106

7 Jawaban Pernyataan Jumlah Pemeriksaan Pajak 107

8 Jawaban Pernyataan Sanksi Perpajakan 109

9 Jawaban Pernyataan Kepatuhan Wajib Pajak 111

10 Jawaban Pernyataan Penerimaan Pajak Penghasilan 113

11 Hasil Uji Validitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 115

12 Hasil Uji Validitas Sanksi Perpajakan 117

13 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak 118

14 Hasil Uji Validitas Penerimaan Pajak Penghasilan 119

15 Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Pemeriksaan Pajak 120

16 Hasil Uji Reliabilitas Sanksi Perpajakan 122

17 Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak 124

18 Hasil Uji Reliabilitas Penerimaan Pajak Penghasilan 126

19 Hasil Uji Hipotesis (1) 128

20 Hasil Uji Hipotesis (2) 130

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pemerintah suatu Negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan

kegiatannya memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat.

Perkembangan perekonomian global, seperti AFTA 2003 maupun APEC 2010

ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor perekonomian. Dalam

membenahi berbagai sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit

jumlahnya, dan ironisnya akhir-akhir ini pemerintah terlihat sangat sibuk dalam

membenahi sektor penerimaan negara yang jumlah defisitnya mencapai angka

puluhan milyar rupiah. Peningkatan penerimaan luar negeri berupa ekspor dan

penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak sangat penting mengingat

fungsi pajak yang salah satunya adalah sebagai fungsi budgetair, yaitu pajak

adalah sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya, dari penerimaan dikedua sektor tersebut diharapkan akan

tercapai fundamental ekonomi yang kuat, yang dilandasi oleh kemandirian

pembiayaan negara. Porsi penerimaan pajak dalam APBN kita terus mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Bila pada tahun 1970-an

hingga awal tahun 1980-an penerimaan masih bertumpu pada sektor minyak dan

gas bumi (migas), namun dengan seiring dinamika pasar dunia yang kurang

menguntungkan saat itu, dominasi dari sektor migas lambat laun mulai menyusut.

2

Pemerintah tidak lagi mengandalkan penerimaan negara dari sektor ini. Kemudian

dicari alternatif penerimaan dari sektor lain yang relatif aman dan mendukung

kesinambungan anggaran yaitu dengan memilih pajak sebagai primadona baru

penerimaan Negara (Hendra, 2008).

Menurut Taufan, penerimaan selalu dikaitkan dengan kebutuhan investasi

dalam negeri yang terus menerus akibat proyek-proyek pembangunan nasional

yang terus bertambah, dimana dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus

sesuai kemampuan sendiri. Penerimaan pajak salah satunya dari Pajak

Penghasilah (PPh). Dalam perkembangan selama lebih dari dua dasawarsa

terakhir, penerimaan dari sektor pajak mengalami tren yang selalu meningkat dan

puncak penerimaan pajak tertinggi yaitu pada tahun 2007 penerimaan mencapai

Rp. 426,22 triliun atau 98,5% dari target APBN-P 2007 sebesar Rp 432,5 triliun.

Meski kekurangan (short fall) Rp 6,23 triliun, realisasi penerimaan pajak 2007

merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hingga saat ini tidak kurang

dari 80% APBN penerimaan dari sektor pajak (Kompas, 12 April 2008). Sebagai

sebuah kebijakan yang lebih memandang ke dalam (inward looking policy),

penerimaan dari sektor pajak diharapkan mampu mengurangi dari ketergantugan

dari hutang luar negeri serta mampu membangkitkan kembali kepercayaan diri

bangsa kita dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Ini selaras benar dengan misi

yang diemban Ditjen Pajak selaku otoritas pajak yang berkompeten di negeri ini,

yaitu : menghimpun sumber dana dari sektor perpajakan guna menunjang

kemandirian pembiayaan APBN.

3

Dalam usaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, antara lain fiskus

melakukan grand strategy, yaitu extensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi

adalah upaya mencari Wajib Pajak yang bersembunyi ditempuh dengan

meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Intensifikasi adalah upaya untuk

meningkatkan penerimaan melalui peningkatkan kepatuhan Wajib Pajak,

kemampuan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak,

dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan,

penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Handayani,

2009).

Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan

Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali

Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran

pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan

menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan

upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang

mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas Negara (Taufan

Sofyan, 2005).

Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada Negara

berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat dipaksakan

dan pembayaran pajak tidak menerima imbalan/kontribusi yang dapat secara

langsung dapat dihubungkan dengan pihak yang dibayarnya. Sedangkan pajak

penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang

4

berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun

pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan

bernegara sebagai suatu kewajiban yang dilaksanakannya (Hendra, 2008). Karena

sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya wajib pajak

cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau memperkecil kewajiban

pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh Wajib Pajak lebih

banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan

self assessment. Sistem yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung

jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang terhutang dan sebagai konsekuensi yuridis melaporkan pajak

yang telah dihitung dan disetor melalui SPT baik secara bulanan (masa) maupun

akhir tahun (tahunan).

Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan

pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan

hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan

penagihan pajak (Handayani, 2009). Penegakan hukum di bidang perpajakan

merupakan tindakan yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib

pajak dan para calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang

perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan

informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan

penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib

Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

5

Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi

perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sanksi perpajakan ini

terdiri atas sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Menurut Burton (2002),

sanksi pidana maupun sanksi administrasi dalam hukum pajak secara luas dapat

diartikan sebagai tujuan untuk kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat

dan sebagai salah satu kewajiban asasi manusia terhadap masyarakat tempat

dimana wajib pajak berada adalah dengan membayar pajak. Apabila pelanggaran

yang dilakukan sifatnya ringan cukup diselesaikan secara administratif, tetapi

kalau pelanggarannya berat maka sanksi pidana yang diterapkan. Sebagaimana

telah diatur berdasarkan Pasal 29 ayat 1 UU KUP tahun 2000 menyatakan bahwa:

“Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan atau menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Norman (1973:68) menekankan bahwa pemeriksaan pajak memberikan

pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh WP yang

diperiksa. Kepatuhan ini akan sangat berdampak baik secara langsung maupun

tidak langsung pada penerimaan pajak.

Penelitian mengenai pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak

sebelumnya telah dilakukan, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

6

Salip (2006). Ia melakukan penelitian tentang pengaruh pemeriksaan pajak

terhadap penerimaan pajak di KPP Jakarta Kebon Jeruk. Penelitian ini ingin

mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak. Melalui

pemeriksaan yang merupakan upaya untuk penegakan hukum (law enforcement),

diteliti apakah penerimaan pajak dari masing-masing sumber mengalami

peningkatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil pemeriksaan pajak secara

nominal telah meningkatkan penerimaan pajak, namun penerimaan secara

nominal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata

rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan

pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani

(2009). Dalam penelitian ini ia menguji apakah terdapat pengaruh dari jumlah

pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak

penghasilan. Hasil dari pengujian hipotesa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif dari jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh dan tidak

terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

Handayani (2009). Penelitian ini betujuan untuk menguji konsistensi hasil

penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan yang ada

dalam penelitian tersebut. Ada hal yang membedakan penelitian kali ini dengan

penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah penulis menambahkan variabel

independen, yaitu variabel sanksi perpajakan.

7

Dari upaya Direktorat Jendral Pajak melakukan pemeriksaan hasilnya ada

yang berpengaruh sangat rendah tetapi ada juga yang berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak penghasilan. Maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan,

dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP

wilayah Jakarta Selatan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian lebih

lanjut dengan memberi judul : “Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan

Sanksi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dengan

Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel Intervening Pada KPP Pratama

Jakarta Mampang Prapatan”.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini:

1. Apakah jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak ?

2. Apakah jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib

pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan?

3. Apakah jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh

terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak

sebagai variabel intervening?

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi

perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak

penghasilan.

c. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi

perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan

wajib pajak sebagai variabel intervening.

2. Manfaat penelitian :

a. Bagi Praktisi

Bagi perusahaan (aparat pajak) sebagai informasi yang mungkin berguna

untuk menilai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk

mengoptimalkan pemeriksaan dalam meningkatkan penerimaan Negara

dari sektor perpajakan. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi

tentang pemeriksaan secara umum, kepatuhan Wajib Pajak, dan sanksi

perpajakan.

b. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi

Sebagai masukan dan tambahan informasi khususnya dalam bidang

perpajakan.

9

c. Bagi Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh

jumlah pemeriksaan, kepatuhan wajib pajak, dan sanksi perpajakan

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di dalam studi perpajakan.

d. Bagi Penulis

1. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah dalam rangka mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang perpajakan.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada

Negara berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat

dipaksakan dan pembayaran pajak tidak menerima imbalan/kontribusi yang

dapat secara langsung dapat dihubungkan dengan pihak yang dibayarnya.

Untuk mengetahui apa arti pajak, Santoso Brotodiharjo dalam

bukunya “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” mengemukakan beberapa pendapat

pakar tentang definisi pajak yang antara lain sebagai berikut :

Menurut Feldmann (2004:4) berpendapat bahwa :

“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa

adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum”.

Menurut Smeets (2004:4) :

“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum, dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontra-prestasi

yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah”.

11

Menurut Soeparman Soemahamidjaja :

“ Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi

barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Menurut Lhia (2008) berpendapat bahwa:

“Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh para Wajib Pajak

kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa

(kontraprestasi) yang secara langsung diterima oleh pembayar (Wajib Pajak)”.

Jadi, dapat disimpulkan pajak merupakan suatu iuran wajib yang harus

dibayarakan warga negara khususnya Wajib Pajak kepada Pemerintah/Negara

yang mana iuran ini sifatnya memaksa dan akan dikenai sanksi apabila ada

Wajib Pajak yang melanggarnya. Iuran ini nantinya digunakan untuk

membiayai seluruh pengeluaran Negara dan tidak ada imbalan secara

langsung yang dapat dinikmati oleh Wajib Pajak tersebut.

Dari pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat

unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu (Ilyas, 2004:5):

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh

pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat

maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta).

12

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

(rutin dan bangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

2. Fungsi Pajak

Menurut Marsyahrul (2005:3), fungsi pajak antara lain:

a. Fungsi Budgeter

Sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke

dalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran Negara,

yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.

b. Fungsi Regulerend

Ragulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang

ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan seperti:

1. Mengadakan perubahan-perubahan tarif dan

2. Memberikan pengecualian-pengecualian, keringanan-keringanan atau

sebaliknya, yang ditujukan kepada masalah tertentu.

3. Jenis-jenis Pajak

Menurut Lubis (2006:35), jenis-jenis pajak dibagi berdasarkan:

a. Berdasarkan pembagian antar tingkat pemerintah di suatu Negara, antara

lain adalah :

1. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh

pemerintah pusat, sebagai berikut:

13

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan

Bangunan, Bea Materai.

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh

pemerintah daerah.

e. Berdasarkan sifatnya pajak tersebut dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1. Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah suatu jenis pajak yang kewajiban pajaknya

sangat ditentukan pertama-tama oleh keadaan subjektif subjek pajak,

walaupun untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak

tergantung pada keadaan objek pajaknya. Yang termasuk dalam

kelompok ini adalah pajak penghasilan

2. Pajak Objektif

Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang timbulnya kewajiban

pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh objek pajak. Keadaan

subjektif subjek pajak tidak relevan, walaupun dalam kasus-kasus

tertentu ikut dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini

adalah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak

Kendaraan Bermotor.

14

c. Berdasarkan Golongan

1. Pajak Langsung (direct taxes)

Pajak langsung adalah pajak yang langsung dipikul sendiri oleh wajib

pajak yang bersangkutan, tidak dapat dialihkan kepada orang lain dan

dipungut secara berkala atau periodik, seperti Pajak Penghasilan

(PPh).

2. Pajak Tidak Langsung (indirect taxes)

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kalau ada peristiwa,

perbuatan tertentu, dimana pembebanan pembayaran pajaknya dapat

dialihkan kepada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung adalah PPN,

PPnBM, dan Bea Materai.

4. Teori Pemungutan Pajak

Menurut Suandy (2005:28), teori pemungutan pajak antara lain :

a. Teori Asuransi

Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugas melindungi

jiwa raga dan harta benda perseorangan. Oleh sebab itu, negara disamakan

dengan perusahaan asuransi, untuk mendapat perlindungan warga negara

harus membayar pajak sebagai premi. Namun, teori ini sudah lama

ditinggalkan dan sekarang praktis tidak ada pembelanya lagi.

b. Teori Kepentingan

Menurut teori ini pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan

kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak

15

individu mengenyam atau menikmati jasa dari pekerjaan pemerintah,

makin besar pula pajaknya.

c. Teori Daya Pikul

Teori ini mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan

kekuatan membayar dari Wajib Pajak (individu-individu). Jadi, tekanan

semua pajak-pajak harus sesuai dengan daya pikul Wajib Pajak dengan

memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga

pengeluaran belanja Wajib Pajak tersebut.

d. Teori Daya Beli

Menurut teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai

gejala dalam masyarakat, dapat disamakan dengan pompa yaitu

mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga

negara dan kemudian memelihara hidup masyarakat dan untuk

membawanya ke arah tertentu. Teori ini mengajarkan bahwa

menyelenggarakan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap

sebagai dasar keadilan pemungut pajak, bukan kepentingan individu, juga

bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang

meliputi keduanya.

e. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini didasari paham organisasi negara (Organische Staatsleer) yang

mengajarkan bahwa negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk

menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan

16

atau keputusan yang diperlukan termasuk keputusan di bidang pajak.

Dengan sifat seperti itu maka negara mempunyai hak mutlak untuk

memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda

baktinya. Menurut teori ini dasar hukum pajak terletak pada hubungan

antara rakyat dengan negara, dimana negara berhak memungut pajak dan

rakyat berkewajiban membayar pajak.

5. Penggolongan Jenis Pajak

Penggolongan jenis pajak menurut Ilyas (2004:17) yaitu :

a. Menurut Sifatnya

1. Pajak langsung

Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul

sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang

lain serta dikenakan pajak secara berulang-ulang pada waktu-waktu

tertentu, misalnya pajak penghasilan.

2. Pajak tidak langsung

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya dapat

dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan kepada hal-hal

tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak

Pertambahan Nilai.

17

b. Menurut Sasaran/Obyeknya

1. Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-

tama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya).

2. Pajak Objektif

Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama

memperhatikan/melihat obyeknya baik berupa keadaan perbuatan atau

peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan.

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

yang dalam pelaksanaanya sehari-hari dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Daerah (Dipenda).

6. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi (2009:11) dalam memungut pajak dikenal sistem

pemungutan yaitu:

a. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

18

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian,

berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung

pada aparatur perpajakan.

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam

sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Dengan demikian berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib

Pajak sendiri.

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan

lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan

mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.

19

7. Azas-Azas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak harus adil dalam pelaksanaannya dan bebannya

juga dipikul oleh masyarakat, tidak boleh melakukan diskriminasi atau

pemberian keistimewaan kepada salah satu golongan wajib pajak, terdapat

kepastian hukum bagi wajib pajak maupun aparatur pajak (Lubis, 2006:26).

Beberapa Azas-azas pemungutan pajak yang menjadi dasar

penyusunan hukum pajak, yaitu terdiri dari:

a. Azas Falsafah Hukum

Undang-undang perpajakan harus mengabdi kepada keadilan, baik dalam

arti perundang-undangan maupun pelaksanaanya. Oleh karena itu undang-

undang perpajakan harus memperhatikan teori seperti teori bakti, teori

asuransi, teori kepentingan, taori daya pikul, teori daya beli.

b. Azas Yuridis

Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan/kepastian hukum yang

perlu untuk menyatakan keadilan bagi warga negara dan warganya. Oleh

karena itu pemungutan pajak negara hukum haruslah berdasarkan undang-

undang, agar tercapai kepastian hukum. Hal-hal yang perlu diperhatikan

ialah:

1. Hak-hak aparatur perpajakan harus dijamin dapat dilaksanakan dengan

lancar.

2. Wajib pajak harus mendapat jaminan hukum agar tidak diperlakukan

dengan semena-mena oleh aparatur pajak. Wajib pajak tidak hanya

20

dituntut memenuhi kewajibannya, tetapi hak wajib pajak juga harus

diperhatikan.

3. Harus ada jaminan terhadap kerahasiaan diri wajib pajak orang pribadi

maupun perusahaan.

c. Azas Finansial

Sesuai dengan fungsi budgeter, maka biaya pemungutan pajak harus

seminimal mungkin, dan hasil pungutan pajak hendaknya cukup untuk

menutupi pengeluaran negara. Harus pula diperhatikan saat pengenaan

pajak hendaknya sedekat mungkin dengan terjadinya perbuatan, peristiwa,

keadaan yang menjadi dasar pengenaan pajak.

d. Azas Ekonomis

Selain fungsi budgeter, pajak juga dipergunakan sebagai alat untuk

menentukan politik perekonomian, tidak mungkin suatu negara

menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat, karena itu

pemungutan pajak sebagai berikut:

1. Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat lancarnya

produksi dan perdagangan.

2. Harus diusahakan, supaya jangan menghalang-halangi rakyat dalam

usahanya menuju kemakmuran dan jangan sampai merugikan

kepentingan umum.

21

B. Pemeriksaan Pajak

1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Beberapa pengertian tentang pemeriksaan pajak antara lain :

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Pasal 1 angka 25 Undang-

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor

28 tahun 2007 (selanjutnya ditulis UU.No.28/2007) adalah :

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Menurut Lubis (2006:84), pengertian pemeriksaan pajak adalah :

“Pemeriksaan pajak merupakan law enforcement, yaitu salah satu kebijakan

dari Direktorat Jenderal Pajak secara office assessment menetapkan pajak

terutang atas surat pemberitahuan pajak (SPT) yang disampaikan wajib pajak

secara self assessment”.

Menurut ketentuan dalam Pasal 1 Angka 24 KUP dikatakan :

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian pemeriksaan pajak adalah suatu

proses kegiatan untuk menghimpun, mencari, dan mengolah data atau

keterangan lainnya yang digunakan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, berupa penyampaian Surat

22

Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dihitung oleh Wajib Pajak dengan

prinsip self assessment.

2. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Pardiat (2007:6), pemeriksaan pajak yang dilakukan

Pemeriksa pajak Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketantuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap SPT WP, yang bertujuan

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan akan diterbitkan Surat

Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti permulaan tindak pidana di bidang

perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan.

Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti yang disebutkan

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:199/PMK.03/2007 Tanggal 28

Desember 2000, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan

Netto.

23

f. Pencocokkan data dan atau alat keterangan.

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.

i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

j. Menentukan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu

kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.

k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda.

3. Ruang Lingkup Pemeriksaan dan Jangka Waktu Pemeriksaan

a. Menurut Suandy (2005:211), ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari:

1. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh

jenis pajak, untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya

dan/atau untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik

tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di

kantor Direktorat Jenderal Pajak.

b. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap

atau pemeriksaan sederhana.

c. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan

sederhana.

d. Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan

dapat diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan.

24

e. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu 1

(satu) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan.

f. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4

(empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam)

bulan.

g. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor ditemukan indikasi

adanya transaksi unsur transfer pricing, maka lingkup pemeriksaan

ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan.

h. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi adanya

unsur transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaan yang lebih

mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam

jangka waktu 2 (dua) tahun.

Pemeriksaan lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat

wajib pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan/atau tujuan lain baik tahun

berjalan dan/atau tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan

teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada

umumnya.

Pemeriksaan sederhana lapangan adalah pemeriksaan pajak meliputi

seluruh jenis pajak, dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan dan/atau tahun-

tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik

pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.

25

Pemeriksaan sederhana kantor adalah pemeriksaan pajak meliputi jenis

pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang

dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan

kedalaman yang sederhana.

4. Norma Pemeriksaan

Norma pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan RI Nomor 545/KMK.04/2000 meliputi Norma Pemeriksaan

lapangan, Norma Pemeriksaan Kantor, dan Norma Pelaksanaan Pemeriksan.

a. Norma Pemeriksan Lapangan

Norma pemeriksan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka

Pemeriksaan Lapangan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksa pajak harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan

dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu

melaksanakan pemeriksan.

2. Wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan

pemeriksaan kepada wajib pajak.

3. Wajib pajak memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa dan surat

perintah pemeriksaan kepada wajib pajak.

4. Wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksan kepada wajib pajak

yang diperiksa.

5. Wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).

26

6. Wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang

hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat

Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib

Pajak.

7. Wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai

penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya

8. Wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen

pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 14

(empat belas) hari sejak selesainya pemeriksaan.

9. Dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala

sesuatu diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak

dalam rangka pemeriksaan.

Dalam pemeriksaan lapangan, pemeriksa pajak mempunyai wewenang

sebagai berikut:

1. Memeriksa, dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan

dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media

komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya.

2. Meminta keterangan lisan atau tertulis dari wajib pajak yang diperiksa

3. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat

menyimpan dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk

tentang keadaan usaha wajib pajak dan atau tempat-tempat lain yang

27

dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat

tersebut.

4. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut, apabila wajib

pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk

memasuki atau ruangan dimaksud, dan atau kesempatan untuk

memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada di tempat

pada saat pemeriksaan dilakukan.

5. Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga

yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa

b. Norma Pemeriksaan Kantor

Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak dalam

rangka pemeriksaan kantor adalah sebagai berikut :

1. Memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal

Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan, dengan menggunakan

surat panggilan.

2. Wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada wajib

pajak yang akan diperiksa.

3. Wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).

4. Wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hal-

hal yang berbeda antar SPT dengan hasil pemeriksaan.

5. Wajib memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai

penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya.

28

6. Wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen

pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak paling lama 7

(tujuh) hari sejak selesainya pemeriksaan.

7. Dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak atas

segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh

Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

Dalam pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak mempunyai wewenang

sebagai berikut:

1. Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan wajib

pajak.

2. Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang

diperiksa.

3. Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga

yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.

c. Norma Pelaksanaan Pemeriksan

Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pelaksanaan pemeriksaan

adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemeriksa pajak.

2. Pemeriksaan dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, di kantor

Wajib pajak atau di kantor lainnya atau di pabrik atau di tempat usaha

atau di tempat pekerjaan bebas atau di tempat tinggal wajib pajak atau

di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

29

3. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu

dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

4. Hasil pemeriksan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).

5. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) disusun berdasarkan Kertas Kerja

Pemeriksaan (KPP).

6. Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak

atau kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut

dan ditandatangani oleh wajib pajak yang bersangkutan atau kuasanya.

7. Hasil pemeriksaan lengkap yang tidak atau seluruhnya disetujui oleh

wajib pajak, dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan

dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan.

8. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), diterbitkan Surat

Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak, kecuali pemeriksaan

dilanjutkan dengan tindakan penyelidikan.

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Menurut Pardiat (2008:2) adanya hak dan kewajiban Wajib Pajak

apabila dilakukan pemeriksaan yaitu:

a. Hak-Hak Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda

pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.

2) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan pemberitahuan

secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

30

3) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan

tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.

4) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat tugas

apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan.

5) Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka waktu

yang telah ditentukan.

6) Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak

dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.

b. Kewajiban Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain

termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas

Wajib pajak.

3) Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau

ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberikan

bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan

Hasil Pemeriksaan.

5) Memberikan keterangan lisan dan atau tertulis yang diperlukan.

31

6. Jumlah Pemeriksaan Pajak

Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah aktifitas pemeriksaan pajak

yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktivitas pemeriksaan

pajak adalah dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat

ketetapan pajak yang mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah

pemeriksaan pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

7. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

(Resmi, 2009:51).

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

C. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan menurut Pakde Sofa (2008) dapat didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

32

Menurut Nurmantu (2009), terdapat 2 (dua) macam kepatuhan yaitu

kepatuhan formal dan kepatuhan materiil.

a. Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk

kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya

menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP), dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT)

PPh tersebut sudah benar atau belum dan hal yang terpenting SPT PPh

sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.

b. Kepatuhan Materiil

Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain

memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk

kewajiban perpajakan, juga terutama memenuhi hakekat kewajiban

perpajakannya. Di sini wajib pajak yang bersangkutan, selain

memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan

kebenaran yang sesungguhnya dari isi SPT PPh tersebut.

Menurut Gunadi (2005:5) kepatuhan Wajib Pajak adalah bahwa

mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan

peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi,

seksama, peringatan, atau ancaman dan partisipasi sanksi baik hukum maupun

administrasi.

33

Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari kepatuhan Wajib Pajak yaitu

suatu keadaan dimana Wajib Pajak memiliki kesediaan untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya tanpa adanya pemeriksaan ataupun sanksi yang

diberikan dan secara sukarela mau membayar kewajibannya berupa pajak

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan yaitu:

Menurut Nurmantu (2009), ada beberapa faktor yang menentukan

tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan, antara lain kejelasan (clarity) undang-

undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan, besarnya biaya kepatuhan

(compliance cost), dan adanya panutan.

a. Kejelasan

Makin jelas undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan, makin

mudah bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Makin berbelit aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi kalau terdapat

ketidakpastian dan ketidaksinambungan peraturan, maka makin sulit bagi

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

b. Biaya kepatuhan

Untuk mewujudkan pemasukan pajak ke dalam kas negara, maka

dibutuhkan biaya-biaya yang dalam literatur perpajakan disebut sebagai

tax operating cost, yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan

pemerintah untuk memungut pajak yang disebut administrative cost dan

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi

34

kewajiban perpajakannya yang disebut compliance cost atau biaya

kepatuhan. Biaya kepatuhan adalah semua biaya baik secara fisik maupun

psikis yang harus dipikul oleh wajib pajak untuk memnuhi kewajiban

perpajakannya. Biaya kepatuhan terdiri dari fee untuk konsultan/akuntan,

biaya pegawai, biaya transport ke kantor pajak/bank/kas negara, biaya

fotocopy sebagai biaya fisik, dan biaya psikis berupa stress,

keingintahuan, dan kekhawatiran. Makin rendah biaya kepatuhan, makin

mudah bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Permintaan lembar fotocopy lebih dari satu kali oleh seksi/petugas kantor

pajak di bawah satu atap merupakan contoh dari biaya kepatuhan yang

tidak perlu.

c. Panutan

Sistem panutan di kalangan masyarakat wajib pajak di Indonesia untuk

menjadi wajib pajak ”terbesar” dapat merupakan faktor yang

meningkatkan rasa kepatuhan perpajakan. Menjadi salah satu dari 100

pembayar pajak terbesar mendorong konglomerat baik pada tingkat pusat

maupun daerah untuk meningkatkan pembayaran pajaknya yang sekaligus

mendekatkan dirinya pada tingkat kepatuhan. Contoh yang diberikan

presiden untuk mengisi SPT dan menyampaikannya ke KPP sebelum

tanggal 31 Maret ikut mendorong pimpinan Departemen, pimpinan

Perusahaan untuk mengajak anggota organisasinya untuk mengikuti jejak

presiden menyampaikan SPT sebelum batas waktu. Sebaliknya, apabila

35

pimpinan bahkan tetangga yang tidak membayar pajak, atau tidak

menyampaikan SPT bahkan tidak atau belum memiliki NPWP akan

merupakan panutan yang negatif bagi anggota masyarakat wajib pajak

untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor : 544/KMK.04/2000,

kriteria wajib pajak patuh adalah:

a. Wajib Pajak Patuh

Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga

Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian selama 3 tahun berturut-turut

4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

36

b.Tepat Waktu

Tepat waktu menyampaikan SPT meliputi penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT) yang tidak terlambat dalam tahun terakhir untuk

masa pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak

setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. Surat Pemberitahuan Masa yang

terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu

penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya

D. Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi

perpajakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan

perundang-undangan perpajakan (Lubis, 2006:55).

Menurut Resmi (2009:71) sanksi pajak terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu

sanksi administrasi dan sanksi pidana. Adapun pengertian dari sanksi-sanksi

tersebut adalah:

1. Sanksi Adminsitrasi

Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat

tagihan pajak. Sanksi Administrasi adalah sanksi yang ditetapkan oleh

undang-undang kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban-

kewajiban sebagaimana ditentukan dalam undang-undang perpajakan yaitu

berupa :

37

a. Denda (Pasal 7, Undang-undang No.6 tahun 1983).

b. Bunga (Pasal 8, ayat (2) dan Pasal 13, ayat (2) undang-undang No.6 tahun

1983).

c. Kenaikan (Pasal 13, ayat (1), (2), (3), dan pasal 15, ayat (1), (2), Undang-

undang No.6 tahun 1983).

2. Sanksi Pidana

Sanksi pidana adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada

wajib pajak karena melakukan tindak pidana, yaitu berupa :

a. kurungan (pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983).

b. denda (pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983).

Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari sanksi perpajakan adalah sanksi yang

diberikan kepada Wajib Pajak karena tidak mematuhi perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Sanksi tersebut bisa berupa sanksi adminitrasi ataupun

sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa denda, sedangkan sanksi pidana

berupa kurungan penjara. Sanksi tersebut diberikan agar mampu memberikan

efek jera bagi WP yang telah melakukan pelanggaran pajak.

E. Pajak Penghasilan (PPh)

1. Definisi Pajak Penghasilan (PPh)

Menurut Resmi (2009:80), pengertian pajak penghasilan adalah :

“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah

diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak ”.

38

Menurut Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 :

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun”.

Menurut Suandy (2005:45) pengertian Pajak penghasilan (PPh)

adalah:

“PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena

ada subjeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak

ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh”.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada subjeknya yaitu

Wajib Pajak atas penghasilan yang diperolehnya baik yang berasal dari

Indonesia maupun luar Indonesia yang menambah kekayaan WP yang

bersangkutan dalam satu tahun pajak.

2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)

Subjek pajak PPh terdiri atas orang pribadi, badan, dan Bentuk Usaha

Tetap (BUT). Disamping itu, ditentukan bahwa selama warisan tidak/belum

dibagi maka warisan itu sendiri ditunjuk sebagai subjek pajak pengganti.

Yang dimaksud dengan subjek pajak orang pribadi adalah setiap orang tidak

memandang mereka itu warga negara atau bukan, keturunan atau pribumi,

laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat

39

tinggal di luar Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia. (Marsyahrul, 2005:98).

Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang PPh, subjek pajak

dalam PPh terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni:

a. Subjek pajak dalam negeri

Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang

berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis dapat

dilihat dalam ketentuan berikut:

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi

yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atau juga orang pribadi

yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat

untuk bertempat tinggal di Indonesia. Disamping itu, juga tidak harus

secara berturut-turut 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tinggal di

Indonesia, namun bisa jadi secara tidak kontinyu sepanjang jumlahnya

memenuhi 183 hari selama 12 bulan.

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

b. Subjek pajak luar negeri

Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah:

40

1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan

yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

2. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan

yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang

dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia.

3. Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Yang dimaksud

penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang digunakan

baik untuk investasi maupun konsumsi. (Ilyas, 2006:85).

Meskipun UU No.17 Tahun 2000 menetapkan bahwa objek pajak

adalah “penghasilan”, tetapi sebagai dasar penghitungan pajak (tax basic)

adalah Penghasilan Kena Pajak (PKP). Oleh karena itu, ukuran untuk

41

menentukan bahwa wajib pajak terutang pajak atau tidak tergantung ada

tidaknya PKP tersebut.

Berdasarkan undang-undang pajak penghasilan tahun 2000, Objek

Pajak Penghasilan (PPh) antara lain:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk

lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang PPh.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal

2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau

anggota.

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi

42

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan

antara pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

a. Definisi Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25

Menurut Resmi (2009:355) pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25,

selanjutnya disingkat PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus

dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No. 7 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan.

b.Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan harus dibayar

sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh pasal 21 ayat 1) adalah

sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak lalu dikurangi dengan:

1. PPh pasal 21 dan pasal 23

2. PPh pasal 22

3. PPh pasal 24 dibagi 12

c. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25

43

1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada

tanggal 15 (lima belas) bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak

berakhir.

2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-

lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis

1. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak

Pemeriksaan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian

bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur dari suatu entitas usaha yang

dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan

melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Variabel pemeriksaan pajak disini memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Fadilah (2008).

Jatmiko (2006) meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan

sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Kemudian diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan

sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap

kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

kepatuhan WP.

44

Ha1 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

2. Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib

Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara simultan

Jumlah pemeriksaan pajak merupakan jumlah aktifitas pemeriksaan

pajak yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktifitas pemeriksaan

pajak adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Variabel jumlah

pemeriksaan pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak

penghasilan (PPh). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Handayani (2009).

Penelitian lain yang mendukung keterkaitan kedua variabel ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Salip (2006). Penelitiannya menjelaskan

bahwa ternyata hasil pemeriksaan pajak meningkatkan penerimaan pajak

penghasilan badan untuk masing-masing wajib pajak secara nominal.

Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan

kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib

pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Misalnya dengan tidak melakukan penyelundupan pajak yang nantinya akan

mengurangi penerimaan pajak.

Dalam penelitian Jatmiko (2006) di Kota Semarang, ia meneliti

pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus,

45

dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian

diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP

terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP. Dari hasil

penelitian diatas dapat disimpulkan dengan meningkatnya kepatuhan wajib

pajak ditinjau dari besarnya sanksi denda, maka akan meningkatkan pula

penerimaan pajak penghasilan.

Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak

memiliki kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa adanya

pemeriksaan ataupun sanksi yang diberikan dan secara sukarela mau

membayar kewajibannya berupa pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sedangkan jumlah kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak baik

orang maupun badan yang terdaftar di KPP dan telah melakukan kewajiban

perpajakannya yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT tepat waktu.

Dalam penelitian ini, variabel kepatuhan wajib pajak dipilih sebagai

variabel intervening. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Direktorat jenderal Pajak. Dari upaya DJP menguji kepatuhan wajib pajak,

ternyata hasilnya signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Namun,

Handayani (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepatuhan wajib

pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Ha2 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan

wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.

46

3. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai

Variabel Intervening

Ha3 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap

penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai

variabel intervening.

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No. Judul

Penelitian

Variabel Alat Analisis Hasil

1. Pengaruh

Reformasi

Administrasi

Perpajakan

terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

(Chaizi

Nasucha,

2004)

1. Reformasi

Administras

i Perpajakan

2. Kepatuhan

Wajib Pajak

Analisis Regresi

Linier Berganda

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa reformasi administrasi

perpajakan berpengaruh cukup

signifikan terhadap

akuntabilitas organisasi dan

berpengaruh sangat signifikan

terhadap kepatuhan pajak,

akuntabilitas organisasi

berpengaruh relatif signifikan

terhadap kepatuhan wajib

pajak, dan reformasi

administrasi perpajakan

bersama akuntabilitas

organisasi berpengaruh sangat

signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

2. An

Examination

of Taxpayer’s

Attitudes

Towards The

Australian

Tax System :

Findings

From a

1.Pemeriksaan

Pajak

2.Sistem Pajak

Uji Beda Hasilnya menunjukkan bahwa

kepercayaan dan sikap yang

diselenggarakan oleh Sampel

Nasional Pajak berbeda secara

substansial dari orang-orang

populasi umum.

47

Survey Of Tax

Scheme

Investors

(Kristina

Murphy,

2004)

3. Pengaruh

Sikap Wajib

Pajak pada

Pelaksanaan

Sanksi Denda,

Pelayanan

Fiskus, dan

Kesadaran

perpajakan

terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak.

(Agus

Nugroho

Jatmiko,

2006)

1.Sikap WP

pada sanksi

denda

2.Sikap WP

pada

pelayanan

fiskus

3.Sikap WP

pada

kesadaran

perpajakan

4.Kepatuhan

Wajib Pajak

Teknik analisis

dengan

menggunakan

analisis regresi

berganda.

Maka kesimpulannya bahwa

sikap WP terhadap

pelaksanaan sanksi denda,

sikap WP terhadap pelayanan

fiskus, dan sikap WP terhadap

kesadaran perpajakan memiliki

pengaruh positif signifikan

terhadap kepatuhan WP.

4. Pengaruh

pemeriksaan

Pajak

terhadap

Penerimaan

Pajak

(Salip

dan

Tedy

Wanto,2006)

1. Pemeriksaan

Pajak

2. Penerimaan

Pajak

1.Uji normalitas

dengan

metode one-

sample

Kolmogorov-

Smirnov Test

2.Uji peringkat

bertanda

3.Uji jumlah

Peringkat

Wilcoxon.

Hasil penelitian dapat

diketahui bahwa hasil

pemeriksaan pajak secara

nominal telah meningkatkan

penerimaan pajak, namun

peningkatan penerimaan secara

nominal tersebut tidak diikuti

oleh peningkatan yang

signifikan pada rata-rata rasio

Laba sebelum Pajak terhadap

penjualan (EBT) dan rata-rata

penerimaan pajak berdasarkan

rasio pajak Penghasilan Badan

terhadap penjualan. Hal ini

berarti bahwa penerimaan

Pajak Penghasilan Badan

secara nominal diperoleh dari

peningkatan tambahan atas

penjualan yang diikutin oleh

pelaporan penjualan yang

48

meningkat pada tahun-tahun

berikutnya.

5. Pengaruh

Jumlah

Pemeriksaan

Pajak dan

Kepatuhan

Wajib Pajak

terhadap

Penerimaan

Pajak

Penghasilan

(Retno

Handayani,

2009)

1. Jumlah

Pemeriksaan

Pajak

2. Kepatuhan

Wajib Pajak

3. Penerimaan

Pajak

Penghasilan

Alat analisa

yang digunakan

untuk menguji

hipotesa adalah

regresi linier

berganda.

Hasil pengujian hipotesa

menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif dari jumlah

pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan PPh dan tidak

terdapat pengaruh kepatuhan

wajib pajak terhadap

penerimaan PPh.

6. Increasing

Tax

Compliance

in

Washington

State : A

Field

Experiment

(Govind S.

Iyer, Philip

M.J Reckers

and Debra L.

Sanders,

2010)

1.Tax

Compliance

2.Use Tax

3.Field

Experiment

Analysis of

Covariance

(ANCOVA)

and Analysis of

Variance

(ANOVA)

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mengirmkan

komunikasi pendidikan

mengenai hukuman untuk

ketidakpatuhan kepada

perusahaan atau meningkatkan

kesadaran pembayar pajak dari

risiko deteksi dikaitkan dengan

peningkatan yang signifikan

dalam dasar penggunaan

melaporkan pajak setidaknya

untuk periode dimana

komunikasi pertama dikirim

keluar.

G. Kerangka Pemikiran

Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas

Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

49

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa

timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Karena sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya

wajib pajak cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau

memperkecil kewajiban pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh

Wajib Pajak lebih banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia

yang menggunakan self assessment. Sistem yang memberikan wewenang,

kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang dan sebagai

konsekuensi yuridis melaporkan pajak yang telah dihitung dan disetor melalui

SPT baik secara bulanan (masa) maupun akhir tahun (tahunan).

Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan

pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan

hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan

penagihan pajak. Penegakan hukum di bidang perpajakan merupakan tindakan

yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib pajak dan para calon

Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang

relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang

diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian

dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

50

Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi

perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan dengan adanya

sanksi perpajakan, akan meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak. Jika kepatuhan wajib pajak telah meningkat akan berdampak

pula pada penerimaan pajak penghasilan.

Gambar 2.1

Model Penelitian

Jumlah Pemeriksaan

Pajak (X1)

Sanksi Perpajakan

(X2)

Kepatuhan Wajib

Pajak (X3)

Penerimaan Pajak

Penghasilan (Y)

Ha4

Ha5

Ha2

Ha1

Ha3

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil objek penelitian yaitu Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Mampang Prapatan yang terdapat di Jakarta Selatan. Rancangan

penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian

kausalitas yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya pengaruh dari

jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak

penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

B. Metode Pengumpulan Sampel

Dalam penelitian ini, berdasarkan tujuan dan masalah penelitian maka

penulisan menggunakan metode penelitian maka penulis menggunakan metode

pemilihan sampel nonprobabilitas, yaitu pemilihan sampel bertujuan (Purposive

Sampling) (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Adapun elemen populasi

penelitian ini adalah para pegawai dan pemeriksa pajak, dengan pemilihan

sampel yaitu kepala kantor, supervisor dan staff yang telah bekerja minimal

selama 1 (satu) tahun.

52

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Di dalam metode

survei ini terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan survei

(Indriantoro dan Supomo, 2002:152).

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dari pihak lain

(Indriantoro dan Supomo, 2005), data sekunder penelitian ini mengambil dari

buku dan literatur lainnya yang terdiri dari:

(1) Buku-buku teks yang berkaitan dengan auditing yang datanya masih

relevan untuk digunakan.

(2) Tesis, skripsi, jurnal-jurnal, artikel, majalah, serta dari internet yang

berkaitan.

53

D. Metode Analisis data

Metode analisis data yang akan dilakukan yaitu:

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang

digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian

validitas dengan dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan

cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor (Ghozali, 2005). Kriteria valid atau tidak valid adalah

jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor

mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir pertanyaan

tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor maing-masing butir

pertanyaan dengan total skor mempunyai signifikan di atas 0,05 maka

butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2005)

b. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran

yang sama. Huck dan Cormier (1996) dalam Novitasari (2007)

mengemukakan bahwa kualitas data yang diperoleh dari penggunaan

instrument penelitian dapat dievaluasi melalui uji realibilitas dan

validitas. Peneliti melakukan uji reabilitas dengan menghitung

54

Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel.

Instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut dikatakan andal

(reliabel) apabila memiliki Croanbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly,

1978). Uji kualitas data ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

2. Uji Analisis Jalur (Model Trimming)

Analisis jalur model trimming digunakan untuk memperbaiki suatu model

struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan model variabel eksogen yang

koefisien jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969 dalam Oktafani, 2009). Jaid,

model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji secara keseluruhan ternyata

ada variabel yang tidak signifikan, maka perlu memperbaiki model struktur

jalur yang telah dihipotesiskan. Analisis jalur yang dikeluarkan adalah sebagai

berikut :

a. Analisis Jalur Sub-Struktur 1

ρX3X1

r12

ρX3X2

X3 = ρX3X1X1 + ρX3X2X2 +ρX3ε1

X1

X2

X3

55

X1 = Jumlah Pemeriksaan Pajak

X2 = Sanksi Perpajakan

X3 = Kepatuhan Wajib Pajak

ε = Error

ε1

ρX3X1 ρX3ε1

X3 = ρX3X1X1 + ρX3ε1

ε1

ρX3ε1

ρX3X2 X3 = ρX3X2X2 +ρX3ε1

1. Pengujian Secara Simultan

Uji simultan dirumuskan dengan hipotesis :

Ho : ρX3X1 = ρX3X2 = 0

Ha : ρX3X1 = ρX3X2 ≠ 0

X1

X3

X2

X3

56

Ho : Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh

secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

Ha : Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Pengujian secara Individual

a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh secara signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak

Hipotesisnya adalah :

Ho : ρX3X1 = 0

Ha : ρX3X1 > 0

Ho : Jumlah pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Ha : Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak.

b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak

Hipotesisnya adalah :

Ho : ρX3X2 = 0

Ha : ρX3X2 > 0

Ho : Sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak.

57

Ha : Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

b. Hasil Analisis Jalur Sub-Struktur 2

r12

Y = ρyx1X1 + Ρyx2X2 + Ρyx3X3 + ρyε2

X1 = Jumlah pemeriksaan pajak

X2 = Sanksi perpajakan

X3 = Kepatuhan Wajib Pajak

Y = Penerimaan pajak penghasilan

ε = Error

Y = ρyx1X1 + ρyε2

X1

X2

X3 Y

ρX3X2

ρX3X1

ρyx1 ε1

ρX3ε1

Ρyx2

Ρyx3

ε2

ρyε2

X1

Y

ρyx1

ε2

ρyε2

58

Y = ρyx2X2 + ρyε2

Y = ρyx3X3 + ρyε2

1. Pengujian Simultan

Uji simultan dirumuskan sebagai berikut :

Ho : ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 = 0

Ha : ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 ≠ 0

Ho : Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan

wajib pajak tidak berpengaruh secara simultan terhadap

penerimaan pajak penghasilan.

Ha : Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan

wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Y

X2 ρyx2

ε2

ρyε2

X3 Y

ρx3x1

ε1

ρyx1

ε2

ρyε2

59

2. Pengujian secara Individual

a. Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh secara signifikan

terhadap penerimaan pajak pengahasilan

Hipotesisnya adalah :

Ho : ρyx1 = 0

Ha : ρyx1 ≠ 0

Ho : jumlah pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan.

Ha : jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak penghasilan

b. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan

Hipotesisnya adalah :

Ho : ρyX2 = 0

Ha : ρyX2 ≠ 0

Ho : Sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak penghasilan.

Ha : Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan.

60

c. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak penghasilan

Hipotesisnya adalah :

Ho : ρyX3 = 0

Ha : ρyX3 > 0

Ho : Kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Ha : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak penghasilan.

3. Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q

Uji kesesuaian model (goodness-of-fitt test) dimaksudkan unttuk

menguji apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian (fitt) dengan data

atau tidak. Analisis jalur suatu model diusulkan dikatakan fitt dengan data

apabila matriks korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi

estimasi (reproduced correlation matrikx) atau korelasi yang diharapkan

(expected correlation matrix). Rumus kesesuaian model analisis jalur :

Dimana : Q = Koefisien Q

= 1- (1-

).(1- )........(1-

)

= setelah dilakukan trimming

61

Apabila Q =1 mengindikasikan model fit sempurna. Jika Q < 1 untuk

menentukan fit tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji dengan

statistik W yang dihitung dengan rumus :

W hitung = -(N-d) 1nQ

Keterangan :

N = menunjukkan ukuran sampel

d = banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan sama dengan (degree of

freedom = derajat bebas)

= Koefisien determinasi determinan multiple untuk model yang diusulkan.

M = Menunjukkan koefisien determinan multilpel (R) setelah koefisien jalur

yang tidak signifikan yang dihilangkan.

Dasar pengambilan keputusan :

Jika W hitung ≥ X2 (df ; a) tolak Ho (berarti matriks korelasi sampel

berbeda dengan matriks korelasi estimasi), kedua model tersebut signifikan.

Jika W hitung ≤ X2 (df ; a) terima Ho (berarti matriks korelasi sampel tidak

berbeda (sama) dengan matriks korelasi estimasi), kedua model tersebut

tidak signifikan.

Hipotesisnya adalah :

Ha : R ≠ R (ᴓ) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks korelasi

sampel.

62

Ho : R = R (ᴓ) : Matriks korelasi estimasi tidak berbeda (sama) dengan

matriks korelasi sampel.

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini hanya uji normalitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang normal

atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak pertama melalui

kuesioner. Dalam Ghozali (2005) Screening terhadap normalitas data

merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis

multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian

normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability

plot dimana data dikatakan normal jika nilai selebaran data berada di

sekitar garis lurus diagonal.

E. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2005:2), variabel penelitian adalah suatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel

penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang

ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar

variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya.

63

1. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel

lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Jumlah Pemeriksaan Pajak

Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah aktivitas pemeriksaan pajak

yang dilakukan fiskus. Respon dari responden direkam dengan skal Likert

mulai dari tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

b. Sanksi Perpajakan

Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan

kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar

wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (Lubis, 2006:55).

Respon dari responden direkam dengan sklala Likert mulai dari skala

tertinggi (nilai 5) menggunakan nilai komitmen yang sangat tinggi.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Penerimaan pajak yang dimaksud disini adalah penerimaan pajak yang

berasal dari pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian

ini. Variabel independen yang digunakan adalah jumlah pemeriksaan pajak

dan sanksi perpajakan.

Variabel ini diukur berdasarkan aspek penerimaan pajak dan diukur

menggunakan skala Likert (likert scale) yang berkaitan dengan 5 (lima)

64

pilihan, yaitu : (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1)

Sangat tidak setuju.

3. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah tipe variabel-variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel

dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel intervening

terletak diantara variabel independen dan variabel dependen, sehingga

variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel

dependen. Dalam penelitian ini variabel interveningnya adalah kepatuhan

wajib pajak.

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasionalisasi

Variabel Indikator Skala

Jumlah

Pemeriksaan

Pajak

1.Jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah

aktivitas pemeriksaan pajak yang dilakukan

oleh fiskus.

2.Produk dari aktivitas pemeriksaan pajak

adalah dengan diterbitkannya SKP (Surat

Ketetapan Pajak).

3.Surat Ketetapan Pajak yang mempunyai

potensi untuk meningkatkan jumlah

penerimaan pajak adalah SKPKB (Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar).

4.Semakin banyak jumlah pemeriksaan pajak

yang dilakukan oleh fiskus, maka

penerimaan pajak akan semakin baik.

5.Wajib pajak yang dilakukan pemeriksaan

pajak adalah wajib pajak yang memiliki

indikasi lebih bayar.

Likert

65

Variabel Indikator Skala

6.Pemeriksa pajak meminta dan menjanjikan

sesuatu yang berhubungan dengan keputusan

pemeriksaan.

7.Pemeriksa pajak memberikan kesempatan

kepada wajib pajak untuk memberikan

tanggapan dan penjelasan atas temuan

pemeriksaan.

8.Semakin berpengalaman seorang pemeriksa,

maka akan semakin peka dan cepat tanggap

dalam mendeteksi adanya kekeliruan.

9.Sikap independesi merupakan cermin

ketaatan pemeriksa pajak

10.Dalam melakukan pemeriksaan pajak,

pemeriksa harus bersikap jujur dan adil.

11.Pemeriksa pajak telah melakukan

pemeriksaan dengan baik.

12.pemeriksa pajak harus objektif dalam

melakukan pemeriksaan terhadap wajib

pajak.

13.Rasa tanggung jawab yang tinggi tidak

harus dimiliki pemeriksa dalam melakukan

pemeriksaan pajak.

14.Pemeriksa pajak memiliki kepentingan

Keuangan dengan klien yang diperiksa.

15.Semakin sering fiskus melakukan

pemeriksaan, maka penerimaan yang

diperoleh semakin baik.

16.Tidak adanya sanksi bagai pemeriksa pajak

yang tidak independen saat melakukan

pemeriksaan.

Likert

Sanksi

Perpajakan

1.Wajib pajak yang melanggar peraturan pajak

harus dihukum.

2.Pemberian sanksi administrasi bagi wajib

pajak yang telat bayar.

3.Besarnya sanksi bisa dinegosiasi antara

wajib pajak dan fiskus.

4.Sanksi pajak bisa dihapuskan.

5.Sanksi perpajakan dapat memberikan efek

jera bagi pelanggar pajak.

6.Terdapat perbedaan besarnya sanksi antara

wajib pajak pejabat dengan wajib pajak

Likert

66

Variabel Indikator Skala

Kepatuhan

Wajib Pajak

orang biasa.

7.Lama pidana kurungan dan pidana penjara

sama.

8.Pemberian sanksi pajak yang lebih berat bagi

WP yang pernah melanggar pajak.

9.Sanksi denda dan sanksi administratif cukup

efektif.

10.Sanksi perpajakan belum memberikan efek

jera.

1.Pengetahuan yang baik dari wajib pajak

mengenai pajak.

2.Definisi kepatuhan wajib pajak.

3.Kepatuhan formal.

4.Kepatuhan materill.

5.Kesadaran WP mendaftar tanpa pengaruh

siapapun.

6.Kejelasan mengenai undang-undang pajak.

7.Biaya kepatuhan yang rendah.

8.Tepat waktu.

9.Mempunyai tunggakan pajak.

10.Kepatuhan yang membutuhkan panutan.

11.Kurangnya sosialisasi tentang pajak.

Likert

Likert

Penerimaan

pajak

penghasilan

1.Semakin banyak jumlah wajib pajak, maka

penerimaan pajak penghasilan di KPP

Mampang Prapatan akan semakin baik.

2.Semakin disiplin wajib pajak dalam

membayar pajak, maka penerimaan pajak

penghasilan akan bertambah

3.Peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam

pemeriksaan pajak penghasilan, dan

pemberian sanksi yang tegasndapat

meningkatkan penerimaan pajak

penghasilan.

4.Pemeriksaan pajak dilakukukan dengan

tujuan untuk menambah penerimaan pajak

penghasilan.

5.Semakin disiplin pemeriksa pajak dan

semakin tegas sanksi yang diberikan, akan

meningkatkan penerimaan pajak

Likert

67

Variabel Indikator Skala

penghasilan.

6.Tindakan pemeriksa pajak berpengaruh

terhadap penerimaan pajak penghasilan.

7.Sanksi perpajakan yang tegas lebih

berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan dibandingkan dengan pemeriksa

pajak.

8.Dengan dilaksanakannya pemeriksaan pajak,

dapat meningkatkan realisasi penerimaan

pajak pada KPP Mampang.

9.Dengan pemberian sanksi yang tegas, dapat

meningkatkan realisasi penerimaan pajak

pada KPP Pratama Mampang Prapatan.

10.Semakin sering pemeriksaan yang

dilakukan dapat meningkatkan realisasi

penerimaan pajak pada KPP Pratama

Mampang Prapatan.

Likert

68

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Mampang

Prapatan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mampang Prapatan yang

merupakan pemecahan/pemekaran dari KPP Jakarta Selatan Empat, yang

dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

276/KMK.01/1989 tanggal 25 Mei 1989.

KPP Jakarta Selatan Empat yang semula berkedudukan di Jl. Taman

Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, wilayah kerjanya meliputi 4

(empat) kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Mampang Prapatan

2. Kecamatan Pancoran

3. Kecamatan Pasar Minggu

4. Kecamatan Jagakarsa

Dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

94/KMK.01/194 tanggal 29 Maret 1994, KPP Jakarta Selatan Empat dipecah

menjadi 2 (dua) KPP yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Mampang Prapatan, dengan wilayah kerja

meliputi Kecamatan Mampang dan Kecamatan Pancoran.

69

2. KPP Jakarta Pasar Minggu, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan

Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa.

Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi

dan Tata Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah, Kantor

Pelayanan Pajak, KPP Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi

Perpajakan, maka KPP Jakarta Mampang Prapatan dipecah menjadi KPP

Jakarta Mampang Prapatan dan KPP Jakarta Pancoran.

Berdasarkan SK tersebut, wilayah kerja KPP Jakarta Mampang

Prapatan, meliputi:

a. Kelurahan Kuningan Barat

b. Kelurahan Mampang Prapatan

c. Kelurahan Pela Mampang

d. Kelurahan Tegal Parang.

e. Kelurahan Bangka.

2. Wilayah Kerja

Pembagian Wilayah kerja KPP Pratama Mampang Prapatan meliputi :

a. Kelurahan Kuningan Barat

b. Kelurahan Mampang Prapatan

c. Kelurahan Pela Mampang

70

d. Kelurahan Tegal Parang.

e. Kelurahan Bangka.

3. Struktur Organisasi

KPP Pratama terdiri dari :

a. Subbagian Umum

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

c. Seksi Pelayanan.

d. Seksi Penagihan.

e. Seksi Pemeriksaan.

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.

h. Seksi pengawasan dan Konsultasi II.

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III.

j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.

k. Kelompok Jabatan Fungsional

71

Gambar 4.1

Bagan Organiasi KPP Pratama Mampang Prapatan

Kepala Kantor

Sub-Bagian Umum

Seksi Pengolahan

Data dan Informasi

Seksi Pelayanan

Seksi Pemeriksaa

n

Seksi Penagihan

Seksi Ekstensifikasi

Seksi

Konwas I

Seksi

Konwas II

Seksi

Konwas III

Seksi

Konwas IV

Kelompok Jabatan Fungsional

72

4. Kebijakan DITJEN PAJAK

a. Prinsip Dasar Pajak

Keterbukaan, langsung, kejujuran.

b. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi model pelayanan masyarakat dengan sistem administrasi

modern yang berkelas dunia, dipercaya, dan dibanggakan dunia.

2. Misi

Menghimpun penerimaan Negara dari sektor perpajakan guna

menunjang kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

3. Motto

Mewujudkan masyarakat sadar dan peduli pajak.

4. Tujuan

Mewujudkan citra dan target pajak menjadi nyata.

5. Sasaran

Ekstensifikasi (cari yang tersembunyi) dan intensifikasi (ungkap yang

tidak jujur).

6. Strategi

Reformasi Perpajakan :

a. Reformasi moral, etika, dan integritas.

b. Reformasi kebijakan perpajakan.

73

c. Reformasi pelayanan terhadap WP.

d. Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan WP.

7. Program

a. Meningkatkan konsolidasi internal.

b. Meningkatkan kebijakan perpajakan dengan equal treatment.

c. Meningkatkan penyuluhan dan pelayanan dengan e-system.

d. Meningkatkan pengawasan atas kepatuhan Wajib Pajak dengan

Bank Data.

e. Meningkatkan Bank Data menjadi Bank Data Nasional melalui

Nomor Identitas Tunggal (Single Identification Number SIN).

f. Meluruskan ketentuan peraturan perundang-undangan yang belum

lurus sesuai ketentuan yang berlaku.

5. KPP Pratama

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan,

dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak

Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama menyelenggarakan

fungsi :

74

1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek

pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan lainnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan regristrasi Wajib Pajak.

6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pelaksanaan intensifikasi

12. Pembetulan ketetapan pajak.

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan.

14. Pelaksanaan administrasi kantor.

75

B. Karakteristik Kantor Pelayanan Pajak

1. Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah kuesioner yang disebar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Mampang Prapatan sebanyak 70 (tujuh puluh) dan yang kembali

sebanyak 50 (lima puluh) kuesioner. Para pegawai diharapkan mampu

mengemban tugas dan misi Direktorat Jenderal Pajak, dengan pembagian

sebagai berikut :

Kepala Kantor : 1 orang

Kepala Seksi : 9 orang

Supervisor : 4 orang

Staff/Pelaksana : 36 orang

Total 50 orang

Berikut adalah sampel dan tingkat pengembalian kuesioner yang disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 4.1

Sampel dan Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Presentase

Total kuisioner yang dikirim

Total kuisioner yang tidak kembali

Total kuisioner yang kembali

Kuesioner yang dapat diolah

70

20

50

50

100%

28%

72%

72%

Sumber : Hasil Penelitian 2010

76

Total kuesioner yang direspon sebanyak 50 kuesioner yaitu 72% dari

total kuesioner yang dikirim. Sedangkan sebanyak 20 kuesioner yaitu 28 %

tidak kembali disebabkan karena jumlah karyawan yang terdapat di KPP

Pratama Mampang Prapatan hanya 50 (lima puluh) orang.

2. Deskripsi Statistik Demografi responden

Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan

jenis kelamin yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Demografi Responden

Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin

Keterangan Laki-Laki Perempuan Total

Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah %

D3 10 20% 6 12% 16 32%

S1 18 36% 11 22% 29 58%

S2 4 8% 1 2% 5 10%

S3 0 0% 0 0% 0 0%

Jumlah 32 64% 18 36% 50 100%

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Dari hasil uji statistik pada tabel 4.2 tersebut memberikan informasi

mengenai deskripsi statistik demografi responden berdasarkan pendidikan

dan jenis kelamin, yang didalamnya dijelaskan mengenai frekuensi jumlah

dan persentase responden. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa

responden laki-laki mendominasi (64%) daripada responden wanita (36%).

Pendidikan terakhir dari para responden mayoritas adalah lulusan S1 yaitu

77

berjumlah 29 responden (58%). Dari jumlah tersebut 32 responden berjenis

kelamin laki-laki dan 18 responden berjenis kelamin wanita.

Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan jabatan dan jenis

kelamin yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Deskripsi Statistik Demografi Responden

Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin

Keterangan Laki-Laki Perempuan Total

Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kepala Kantor 1 2% 0 0% 1 2%

Kepala

Seksi

5 10% 4 8% 9 18%

Supervisor 2 4% 2 4% 4 8%

Staff/Pelaksana 24 48% 12 24% 36 72%

Jumlah 32 64% 18 36% 50 100%

Sumber : Hasil penelitian yang dolah, 2010

Dari hasil uji statistik pada tabel 4.3 menjelaskan bahwa jabatan yang dimiliki

oleh responden terbanyak adalah staff/pelaksana yaitu sebanyak 36 responden

(72%). Dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24

responden (48%) dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 12 responden

(24%).

C. Penemuan dan Pembahasan

1. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson

78

Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat

signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat

dikatakan valid.

Pada tabel 4.4 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik

variabel jumlah pemeriksaan pajak.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas

Hasil Uji Validitas Instrumen Jumlah Pemeriksaan Pajak

Pernyataan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

JPP1 .001 .469** Valid

JPP2 .000 .767** Valid

JPP3 .000 .534** Valid

JPP4 .000 .661** Valid

JPP5 .000 .620** Valid

JPP6 .555 .086 Tidak Valid

JPP7 .410 .119 Tidak Valid

JPP8 .000 .788** Valid

JPP9 .000 .714** Valid

JPP10 .000 .890** Valid

JPP11 .014 .344** Valid

JPP12 .000 .766** Valid

JPP13 .000 .535** Valid

JPP14 .000 .490** valid

JPP15 .001 .443** Valid

JPP16 .085 .246 Tidak Valid

Sumber: Data diolah, 2010

Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas variabel jumlah pemeriksaan pajak

(JPP) terdiri dari 16 butir pertanyaan tersebut terdapat 3 butir pertanyaan

yang tidak valid yaitu item pertanyaan JPP6 (0,555), JPP7 (0,410), JPP16

(0,085). pernyataan tersebut tidak valid karena nilai signifikansi diatas

79

0,05, untuk itu pernyataan nomor 6, 7, dan 16 dikeluarkan dalam

pengujian berikutnya.

Pada tabel 4.5 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik

variabel sanksi perpajakan.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas

Hasil Uji Validitas Instrumen Sanksi Perpajakan

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

SP1 .000 .542** Valid

SP2 .000 .800** Valid

SP3 .000 .579** Valid

SP4 .000 .692** Valid

SP5 .000 .563** Valid

SP6 .149 .207 Tidak Valid

SP7 .214 .179 Tidak Valid

SP8 .000 .800** Valid

SP9 .000 .717** Valid

SP10 .000 .869** Valid

Sumber: Data diolah, 2010

Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada variabel

sanksi perpajakan yang terdiri dari 10 butir pertanyaan terdapat 2 butir

pertanyaan tidak valid yaitu pada item pertanyaan SP6 (0,149), SP7

(0,214). Untuk itu pernyataan nomor 6, dan 7 dikeluarkan dalam

pengujian berikutnya.

Pada tabel 4.6 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik

variabel kepatuhan wajib pajak

80

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas

Hasil Uji Validitas Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

KWP1 .000 .542** Valid

KWP2 .000 .712** Valid

KWP3 .538 .089 Tidak Valid

KWP4 .000 .709** Valid

KWP5 .000 .707** Valid

KWP6 .296 -.151 Tidak Valid

KWP7 .000 .481** Valid

KWP8 .000 .587** Valid

KWP9 .003 .416** Valid

KWP10 .292 .152 Tidak Valid

KWP11 .451 -.109 Tidak Valid

Sumber: Data diolah, 2010

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.6 variabel kepatuhan wajib

pajak (KWP) yang merupakan variabel intervening terdiri atas 11 butir

pertanyaan tersebut terdapat 4 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu

pada item pertanyaan KWP3 (0,538), KWP6 (0,296), KWP10 (0,292),

KWP11 (0,451). Pertanyaan tersebut tidak valid karena memiliki nilai

signifikansi diatas 0,05. Untuk itu pernyataan nomor 3, 6, 10, dan 11

dikeluarkan dalam pengujian berikutnya.

Pada tabel 4.7 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil statistik

variabel penerimaan pajak penghasilan.

81

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas

Variabel Dependen (Penerimaan Pajak Penghasilan)

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

PPH1 .000 .747** Valid

PPH2 .000 .741** Valid

PPH3 .000 .747** Valid

PPH4 .000 .548** Valid

PPH5 .000 .683** Valid

PPH6 .000 .584** Valid

PPH7 .251 .165 TidakValid

PPH8 .000 .816** Valid

PPH9 .000 .736** Valid

PPH10 .000 .784** Valid

Sumber: Data diolah, 2010

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.7 diatas menunjukkan

bahwa pada variabel penerimaan pajak penghasilan terdiri dari 10 butir

pertanyaan tersebut terdapat 1 butir pertanyaan tidak valid yaitu pada item

pertanyaan PPH7 (0,251). Pertanyaan tersebut tidak valid karena

memiliki signifikansi diatas 0,05. Untuk itu pernyataan nomor 7

dikeluarkan dalam pengujian selanjutnya.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah

instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu

yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner

82

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha,

dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien

kehandalan atau alpha : <0,6 tidak reliabel, 0,6-0,7 acceptable, 0,7-0,8

reliabel, dan > 0.8 sangat reliabel (Hasanah, 2008 dalam Adisti, 2010).

Berikut adalah hasil uji reliabilitas jumlah pemeriksaan pajak, sanksi

perpajakan, kepatuhan wajib pajak, dan penerimaan pajak penghasilan.

Pada tabel 4.8 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil

statistik variabel jumlah pemeriksaan pajak.

Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Jumlah Pemeriksaan Pajak

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas

variabel jumlah pemeriksaan pajak setelah pernyataan yang tidak valid

dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha

sebesar 0,865 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam

kuesioner penelitian ini adalah reliabel.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.865 .876 13

83

Pada tabel 4.9 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil uji

statistik variabel sanksi perpajakan :

Tabel 4.9

Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Sanksi Perpajakan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.857 .865 8

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.9 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas

variabel sanksi perpajakan setelah pernyataan yang tidak valid

dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha

sebesar 0,857 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam

kuesioner penelitian ini adalah reliabel.

Pada tabel 4.10 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil

uji statistik kepatuhan wajib pajak.

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.747 .820 7

84

Tabel 4.10 menunjukkan hasil perhitungan cronbach’s alpha atas

variabel kepatuhan wajib pajak setelah pernyataan yang tidak valid

dikeluarkan, dimana item pernyataan memiliki nilai cronbach’s alpha

sebesar 0,747 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam

kuesioner penelitian ini adalah reliabel.

Pada tabel 4.11 berikut disajikan hasil uji reliabilitas data hasil

statistik penerimaan pajak penghasilan.

Tabel 4.11

Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Penerimaan Pajak Penghasilan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.880 .885 9

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 Reliability Statistics

dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Y

(Penerimaan Pajak Penghasilan) dikatakan reliabel karena nilai

Cronbach’s Alpha 0,880 > 0,60.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Menguji suatu model regresi yaitu variabel dependen, variabel

independen maupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak

85

(Ghozali, 2005: 110). Model regresi yang baik adalah distribusi data

normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas

dapat menggunakan analisa grafik dengan melihat grafik normal P-P Plot

Of Regression Standardized Residual. Deteksinya dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

Pada penelitian ini uji normalitas terlihat dalam grafik berikut yang

merupakan hasil output pengujian normalitas dengan media bantuan

SPSS seri 17,0.

Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut adalah:

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Hasil pengujian normalitas berupa grafik dan histogram, berikut

pengujian normalitas.

86

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas

Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai

Variabel Intervening

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Gambar 4.3

Hasil Uji Normalitas

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.2

(histogram) maupun 4.3 (normal probability plot) dapat disimpulkan

87

bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, hal ini

didukung oleh grafik normal plot menunjukkan adanya persebaran data

(titik) pada sumbu diagonal yang sangat mendekati garis diagonal.

Pedoman uji normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik)

mengikuti atau mendekati garis normal. Pada gambar histogram juga

menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian ini. Melihat dari hal

tersebut, penelitian ini bisa disimpulkan memenuhi uji normalitas.

3. Hasil Analisis Jalur (Model Trimming)

a. Menguji Sub-Struktur 1

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil dari pengujian

variabel jumlah pemeriksaan pajak (X1) dan Sanksi Perpajakan (X2)

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

Tabel 4.12

Summary Model 1 Sub-Struktur 1

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .850a .722 .710 1.686

a. Predictors: (Constant), SP, JPP

b. Dependent Variable: KWP

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 17.0

88

Tabel 4.13

ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 1

Tabel 4.14

Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 1

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant)

JPP

SP

4.220

.506

-.102

2.080

.153

.229

.976

-.131

2.028

3.318

-.446

.048

.002

.658

a. Dependent Variable: KWP

Sumber : Hasil olah SPSS17.0

Tabel 4.12 sampai dengan tabel 4.14 menggambarkan hasil output

path analysis model trimming sub struktur 1 model 1, dimana tabel 4.12

Summary memperoleh nilai R = 0,850 yang menunjukkan nilai koefisien

jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1) dan Sanksi Perpajakan (X2) terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak (X3) sebagai variabel interveningnya sebesar

85,0% dengan koefisien determinan atau kontribusi sebesar 0,722 atau

ANOVAb(1)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 347.237 2 173.618 61.086 .000a

Residual 133.583 47 2.842

Total 480.820 49

a. Predictors: (Constant), SP, JPP

b. Dependent Variable: KWP

89

72,2% dan besar koefisien residu ρx3ε1 = √ 1- 0,722 = 0,527. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh

variabel jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan sebesar 52,7%.

Tabel 4.13 menunjukkan nilai F sebesar 61,086 dengan signifikan sebesar

0,000. Karena sig < 0,05 maka keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak.

Tabel 4.14 menunjukkan Coefficient Beta untuk jumlah pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,976 atau 97,6% pada

tingkat signifikan 0,002, sedangkan Coefficient Beta untuk sanksi

perpajakan sebesar -0,131 atau -13,1% pada tingkat signifikan 0,658 yang

berarti sanksi perpajakan tidak signifikan dan dilakukan trimming untuk

mengeluarkan variabel sanksi perpajakan yang tidak signifikan, dan

diperoleh hasil setelah di trimming pada tabel 4.15 sampai dengan tabel

4.17.

1. Pengujian Secara Simultan

Pengujian secara simultan pada tabel 4.13 ( Anova) diperoleh

nilai F untuk model sub-struktur sebesar 61,086 dengan signifikansi

sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,005, maka keputusannya adalah

Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi jumlah pemeriksaan pajak dan semakin tinggi sanksi

perpajakan, maka tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut semakin baik

dan pernyataan ini mendukung hipotesis pertama yaitu jumlah

90

pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh secara simultan

terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Pengujian Secara individual

a. Jumlah Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kolom signifikan pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 didapat

nilai signifikan 0,002. Nilai signifikan 0,002 < 0,005, maka nilai

Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib pajak

semakin baik.

b. Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kolom signifikan pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 didapat

nilai signifikan 0,658. Nilai signifikan 0,658 > 0,005, maka nilai

Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa sanksi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan hasil analisis jalur sub-struktur 1 (X1, X2, dan X3) yang

terlihat pada tabel 4.14 Coefficients Model 1 masing-masing diperoleh

nilai :

1. ρx3x1 = Beta = 0,976 dan signifikan = 0,002

2. ρx3x2 = Beta = -0,131 dan signifikan = 0,658

Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien analisis jalur yang

tidak signifikan yaitu variabel sanksi perpajakan, maka pengujian

91

kembali mengeluarkan variabel sanksi perpajakan. Hasil perhitungannya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Summary Model 2 Sub-Struktur 1

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .849a .721 .715 1.672

a. Predictors: (Constant), JUMLAH PEMERIKSAAN

PAJAK

b. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Tabel 4.16

ANOVA (b) Model 2 Sub-Struktur 1

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 346.671 1 346.671 124.04

3

.000a

Residual 134.149 48 2.795

Total 480.820 49

a. Predictors: (Constant), JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK

b. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Tabel 4.17

Coefficients (a) Model 2 Sub-Struktur 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.262 2.061 2.069 .044

JPP .441 .040 .849 11.13

7

.000

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

92

Tabel 4.15 sampai dengan tabel 4.17 menggambarkan hasil output

path analysis model trimming sub struktur 1 model 2 setelah variabel

sanksi perpajakan dikeluarkan dari model sub struktur 1 dan diuji

kembali, dimana tabel 4.15 Summary memperolah nilai R = 0,849 yang

menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1)

terhadap kepatuhan wajib pajak (X3) sebesar 84,9% dengan koefisien

determinan atau kontribusi sebesar 0,721 atau 72,1% dan besar koefisien

residu ρx3ε1 = √1-0,721 = 0,5282. Tabel 4.16 Anova menunjukkan nilai

F sebesar 124,043 dengan signifikan 0,000. Karena sig < 0,05 maka

keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel 4.17 Coefficients Beta

untuk jumlah pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

sebesar 0,849 atau 84,9% pada tingkat signifikan 0,000.

Berdasarkan hasil analisis jalur sub-struktur 1 (X1 dan X3) yang

terlihat pada tabel 4.18 Coefficients Model 2 diperolah nilai :

1. ρx3x1 = Beta = 0,849 dan signifikan 0,000

Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh nilai koefisien jalur jumlah

pemeriksaan pajak (X1) terhadap kepatuhan wajib pajak (X3) sebesar

ρx3x1 = 0,849 dengan koefisien determinan atau kontribusi (Rsquare =

R2x3x1) = 0,721 (Pada model 2 tabel 4.15) dan besar koefisien residu

ρx3ε1 = √1-0,721 = 0,5282. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh variabel jumlah

93

pemeriksaan pajak sebesar 52,82% dan didapat diagram jalur sub-

struktur 1 yang mengalami perubahan menjadi sebagai berikut :

Gambar 4.3

Hubungan Kausal Empiris Sub-Struktur 1 Variabel Jumlah

Pemeriksaan Pajak (X1) dan Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

b. Menguji Sub-Struktur 2

Berikut ini adalah hasil pengujian variabel jumlah pemeriksaan pajak

(X1), sanksi perpajakan (X2), dan kepatuhan wajib pajak (X3) terhadap

penerimaan pajak penghasilan :

Tabel 4.18

Summary Model 1 Sub-Struktur 2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .844a .713 .694 2.532

a. Predictors: (Constant), KWP, SP, JPP

b. Dependent Variable: PPH

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 17.0

X1

X3

ρx3x1 =0,849

ε1 = 0,529

94

Tabel 4.19

ANOVA (b) Model 1 Sub-Struktur 2

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 733.370 3 244.457 38.125 .000a

Residual 294.950 46 6.412

Total 1028.320 49

a. Predictors: (Constant), KWP, SP, JPP

b. Dependent Variable: PPH

Tabel 4.20

Coefficients (a) Model 1 Sub-Struktur 2

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant)

JPP

SP

KWP

.422

.780

-.470

.340

3.258

.255

.345

.219

1.028

-.412

.233

.130

3.063

-1.362

1.554

.897

.004

.180

.127

a Dependent Variable: PPH

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0

Tabel 4.18 sampai dengan tabel 4.20 manggambarkan hasil output

path analysis model trimming sub-struktur 2 model 1, dimana tabel 4.18

Summary memperolah nilai R = 0,844 yang menunjukkan bahwa nilai

koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1), sanksi perpajakan (X2)

dan kepatuhan wajib pajak (X3) terhadap penerimaan pajak penghasilan

95

(Y) sebesar 84,4% dengan koefisien determinan atau kontribusi sebesar

0,713 atau 71,3% dan besar koefisien residu ρyε2 = √1-0,844 = 0,3949.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak penghasilan dapat

dijelaskan oleh variabel jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan,

dan kepatuhan wajib pajak sebesar 39,49%. Tabel 4.19 Anova

menunjukkan nilai F sebesar 38,125 dengan signifikan sebesar 0,000.

Karena sig < 0,05, maka keputusannya Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel

4.20 Coefficients Beta untuk jumlah pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan sebesar 1,028 atau 102,8% pada tingkat

signifikan 0,004 yang berarti variabel jumlah pemeriksaan pajak

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Coefficients Beta

untuk variabel sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan

sebesar -0,412 atau -41,2% pada tingkat signifikan 0,180 yang berarti

variabel sanksi perpajakan tidak signifikan dan Coefficients Beta untuk

kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan sebesar

0,233 atau 23,3% pada tingkat signifikan 0,127 sehingga dilakukan

trimming untuk mengeluarkan variabel sanksi perpajakan dan kepatuhan

wajib pajak yang tidak signifikan, dan diperoleh hasil setelah trimming

pada tabel 4.21 sampai dengan tabel 4.23 model sub-struktur 2.

1. Pengujian Secara Simultan

Pengujian secara simultan pada tabel 4.19 Anova diperolah nilai F

untuk model sub-struktur sebesar 38,125 dengan signifikansi 0,000.

96

Karena nilai signifikan < 0,05 maka keputusannya adalah Ha diterima

dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemeriksaan pajak

yang tinggi, sanksi perpajakan yang tinggi, dan kepatuhan wajib pajak

yang tinggi akan menghasilkan penerimaan pajak penghasilan yang

tinggi pula. Pernyataan ini mendukung hipotesis kedua yaitu jumlah

pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

2. Pengujian Secara Individual

a. Jumlah Pemeriksaan Pajak Berpengaruh terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan

Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat

nilai signifikan 0,004. Nilai signifikan 0,004 < 0,05 maka nilai Ha

diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

pemeriksaan pajak yang tinggi akan menghasilkan jumlah

penerimaan pajak penghasilan yang tinggi. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani

(2009).

b. Sanksi Perpajakan Berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan

Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat

nilai signifikan 0,180. Nilai signifikan 0,180 > 0,05 maka nilai Ha

97

ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sanksi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Jatmiko (2006).

c. Kepatuhan Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan

Kolom signifikan pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 didapat

nilai signifikan 0,127. Nilai signifikan 0,127 > 0,05 maka nilai Ha

ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap jumlah

penerimaan pajak penghasilan. Hasil penelitian ini konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2009).

Berdasarkan analisis jalur sub struktur 2 (X1, X2, X3, dan Y) yang

terlihat pada tabel 4.20 Coefficients Model 1 masing-masing diperoleh

nilai :

1. ρyx1 = Beta = 1,028 dan signifikan 0,004

2. ρyx2 = Beta = -0,412 dan signifikan 0,180

3. ρyx3 = Beta = 0,233 dan signifikan 0,127

Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien analisis jalur yang

tidak signifikan yaitu variabel sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib

98

pajak, maka dilakukan pengujian kembali dengan mengluarkan variabel

sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. Hasil perhitungannya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.21

Summary Model 2 Sub-Struktur 2

Tabel 4.22

ANOVA (b) Model Sub-Struktur 2

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 704.108 1 704.108 104.244 .000a

Residual 324.212 48 6.754

Total 1028.320 49

a. Predictors: (Constant), JPP

b. Dependent Variable: PPH

Tabel 4.23

Coefficients (a) Model 2 Sub-Struktur 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.070 3.203 .646 .521

JPP .628 .062 .827 10.210 .000

a. Dependent Variable: PPH

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .827a .685 .678 2.599

a. Predictors: (Constant), JPP

b. Dependent Variable: PPH

99

Tabel 4.21 sampai dengan tabel 4.23 menggambarkan hasil output

path analysis model trimming sub struktur 2 model 2, dimana tabel 4.21

Summary memperoleh nilai R = 0,827 yang menunjukkan bahwa nilai

koefisien jalur jumlah pemeriksaan pajak (X1) terhadap penerimaan pajak

penghasilan (Y) sebesar 82,7% dengan koefisien determinan atau

kontribusi sebesar 0,685 atau 68,5% dan besar koefisien residu ρyε2 = √1-

0,685 = 0,5612. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak

penghasilan dapat dijelaskan oleh variabel jumlah pemeriksaan pajak

sebesar 56,12%. Tabel 4.22 Anova menunjukkan nilai F sebesar 104,244

dengan signifikan sebesar 0,000. Karena sig < 0,05 maka keputusannya

Ha diterima dan Ho ditolak. Tabel 4.23 Coefficients Beta untuk jumlah

pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan sebesar 0,827

atau 82,7% pada tingkat signifikan 0,000. Berdasarkan hasil analisis jalur

sub-strruktur 2 (X1 dan Y) yang terlihat pada tabel 4.23 Coefficients

Model 2 diperolah nilai :

ρyx1 = Beta = 0,827 dan signifikan 0,000

Besarnya koefisien determinan atau kontribusi jumlah pemeriksaan

pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y) sebesar :

(Rsquare = R2yx1) = (ρyx1). (ryx1)

R2yx1 = (0,827).(0,827)

100

R2yx1 = 0,684 (Summary Model 2 tabel 4.21) dan besar koefisien residu

untuk ρyε1 = √1-0,684 = 0,5621 dan didapat diagram jalur sub struktur 2

yang mengalami perubahan menjadi sebagai berikut :

Gambar 4.4

Hubungan Kausal Sub-Struktur 2 Variabel Jumlah Pemeriksaan

Pajak (X1) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)

Tabel 4.24 menunjukkan tingkat korelasi antara variabel yang satu

dengan variabel lainnya.

X1

Y

ρyx1 = 0,827 ε2 = 0,5621

101

Tabel 4.24

Correlations

JPP SP KWP PPH

JPP Pearson

Correlation

1 .384**

.849**

.827**

Sig. (2-tailed) .006 .000 .000

N 50 50 50 50

SP Pearson

Correlation

.384**

1 .344* .339

*

Sig. (2-tailed) .006 .014 .016

N 50 50 50 50

KWP Pearson

Correlation

.849**

.344* 1 .771

**

Sig. (2-tailed) .000 .014 .000

N 50 50 50 50

PPH Pearson

Correlation

.827**

.339* .771

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .016 .000

N 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil koefisien jalur pada sub struktur 1 dan sub-struktur

2 maka dapat digambarkan secara keseluruhan yang menggambarkan

hubungan kausal empiris antar variabel X1, X2, X3, dan Y adalah sebagai

berikut :

102

Gambar 4.5

Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y

Hasil dari koefisien jalur pada sub-struktur 1 dan sub-struktur 2

menjadi persamaan struktur :

X3 = ρx3x1 X1 + ρx3ε1 dan R2x3x1

= 0,849 X1 + 0,5282 dan R2x3x1 = 0,721

Y = ρyx1 + ρyε2 dan R2yx1

= 0,827 + 0,5612 dan R2yx1 = 0,685

4. Pengujian Kesesuaian Model : Koefisien Q

Koefisien determinasi multipel dari diagram jalur diperoleh koefisien

determinasi untuk nilai :

= 0,722 (Tabel 4.12 Summary Model 1 Sub-Struktur 1)

= 0,713 (Tabel 4.18 Summary Model 2 Sub-Struktur 2)

Rumus = 1- (1-0,722).(1-0,713) = 1-(0,278).(0,287)= 1-0,0079786 =0,993

X1

X2

X3 Y ρx3x1 = 0,849

ε1 = 0,5282

ρyx1 = 0,827 ε2 = 0,5621

103

Koefisien determinan multiple ( ) setelah koefisien jalur yang tidak

signifikan yang dihilangkan dan nilai tersebut diambil dari :

= 0,721 (Tabel 4.15 Summary Model 2 Sub-Struktur 1)

= 0,685 (Tabel 4.21 Summary Model 2 Sub-Struktur 2)

Rumus : M = setelah dilakukan trimming

M = 1-(1-R2).(1-R

2yx3x2)

M = 1-(1-0,721).(1-0,685)

M = 1-(0,279).(0,315)

M = 1-(0,087885)

M = 0,912

Mencari nilai : Rumus Q =

=

=

= 0,079

Tabel 4.25

Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Pengaruh

Total dan Pengaruh Bersama Variabel Jumlah Pemeriksaan Pajak (X1),

Sanksi Perpajakan (X2), dan Kepatuhan Wajib Pajak (X3) terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)

Variabel

Koefisien

Jalur

Pengaruh Pengaruh

Bersama

(R2yxk)

Langsung Tidak

Langsung

Melalui

X3

Total

X1 0,849 0,849 0,827 0,022 -

X2 - - - - -

X3 - - - - -

ε1 0,5282 0,52822=0,2789 - - -

ε2 0,5612 0,56122=0,3149 - - -

X2 dan X3 - - - - 0,684

Keterangan :

Kontribusi hasil sudah dikuadratkan

Pengaruh hasil yang belum dikuadratkan

104

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan secara keseluruhan, maka dapat

dimaknai dan dibahas sehingga memberikan informasi secara objektif sebagai

berikut :

1. Jalur Sub-Struktur 1 menjelaskan “jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi

perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak”. Pengujian

tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah pemeriksaan pajak dan

sanksi perpajakan, maka kepatuhan wajib pajak semakin meningkat. Pada

kerangka yang telah berubah diatas menjelaskan bahwa jumlah

pemeriksaan pajak memiliki hubungan langsung terhadap kepatuhan wajib

pajak. Berdasarkan pengujian secara individual, bahwa tidak semua

variabel yang diterima, karena berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-

struktur 1 hanya koefisien jalur sanksi perpajakan (X2) terhadap kepatuhan

wajib pajak (X3) secara statistik tidak signifikan. Sedangkan koefisien

jumlah pemeriksaan pajak (X1) terhadap kepatuhan wajib pajak (X3)

signifikan. Dengan demikian hasil temuan analisis ini memberikan

informasi, bahwa jumlah pemeriksaan pajak berkontribusi terhadap

kepatuhan wajib pajak. Besarnya kontribusi jumlah pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,8492 x 100% = 72,08% dan

sisanya 0,52822 x 100% = 27,89% merupakan kontribusi dari variabel lain

diluar variabel jumlah pemeriksaan pajak. Kontribusi antara jumlah

105

pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak berbanding lurus, dimana

jika jumlah pemeriksaan pajak tinggi maka kepatuhan wajib pajak akan

baik.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama bahwa jumlah

pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini

berarti kepatuhan wajib pajak yang baik dapat dicapai jika jumlah

pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak tinggi. Karena

tujuan dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib

pajak. Semakin tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib

pajaknya semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Fadilah (2008) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Jalur Sub-struktur 2 menjelaskan “jumlah pemeriksaan pajak, sanksi

perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak penghasilan”. Pengujian tersebut menjelaskan bahwa, semakin

tinggi jumlah pemeriksaan pajak, sanksi, dan kepatuhan wajib pajak, maka

penerimaan pajak penghasilan akan semakin meningkat. Pada kerangka

hubungan yang telah berubah diatas menjelaskan bahwa jumlah

pemeriksaan pajak memiliki hubungan langsung terhadap jumlah

penerimaan pajak tanpa melalui kepatuhan wajib pajak sebagai variabel

intervening. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah

pemeriksaan pajak maka akan semakin tinggi penerimaan pajak

106

penghasilan yang diperoleh KPP Pratama Mampang Prapatan.

Berdasarkan pengujian secara individual, bahwa tidak semua variabel

yang diterima, sanksi perpajakan (X2) dan kepatuhan wajib pajak (X3)

tidak signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y). Berdasarkan

pengujian koefisien sub-struktur 2 hanya koefisien jalur jumlah

pemeriksaan pajak (X1) terhadap penerimaan pajak penghasilan (Y) yang

secara statistik signifikan. Kontribusi antara jumlah pemeriksaan pajak

berbanding lurus dengan penerimaan pajak penghasilan, dimana jika

jumlah pemeriksaan pajak meningkat maka penerimaan pajak penghasilan

akan meningkat.

Hasil temuan analisis ini memberikan informasi, bahwa jumlah

pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Besarnya pengaruh dijelaskan sebagai berikut :

a. Besarnya kontribusi jumlah pemeriksaan pajak yang secara langsung

mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan 0,8272

x 100% =

68,39%.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Handayani (2009)

membuktikan bahwa jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak penghasilan. Penelitian lain yang mendukung

adalah yang dilakukan oleh Dewi (2010) yang membuktikan hal yang

sama.

107

E. Interpretasi

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama bahwa jumlah

pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini

berarti kepatuhan wajib pajak yang baik dapat dicapai jika jumlah

pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak tinggi. Karena tujuan

dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Semakin

tinggi jumlah pemeriksaan pajak, maka kepatuhan wajib pajaknya semakin

baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fadilah

(2008) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Untuk variabel sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena pada masa sekarang ini

sanksi tidak benar-benar diterapkan pada sistem perpajakan. Contohnya

seperti kasus pajak yang dilakukan oleh Gayus yang banyak dibicarakan.

Sanksi pidana yang seharusnya dijalankan oleh Gayus tidak benar-benar

diterapkan. Gayus masih dapat keluar-masuk penjara dengan bebas. Hal inilah

merupakan salah satu contoh penerapan sanksi yang tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak. Biarpun sanksi telah diberikan, namun masih

dapat dilanggar yang mengindikasikan bahwa kepatuhan wajib pajak tidak

terbentuk. Dampak lain yang terjadi adalah jumlah penerimaan pajak yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan partsisipasi

108

aktif aparatur pajak agar mampu mengatasi permasalahan yang terjadi supaya

timbul kepercayaan masyarakat kepada pemerintahannya lebih baik.

109

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada data yang dikumpulkan dan pengujian yang dilakukan,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2008), namun bertolak belakang

dengan penelitian Jatmiko (2006).

2. Jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Handayani

(2009).

3. Jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh

terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak.

B. IMPLIKASI

Implikasi pada penelitian ini dari kesimpulan bahwa jumlah

pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak secara

bersama-sama mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan. Implikasinya

adalah sebagai berikut :

110

1. Memberikan informasi kepada pemeriksa pajak dalam rangka

melaksanakan tugasnya terutama dalam hal pemeriksaan pajak dan

pemberian sanksi terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan di

KPP Pratama Mampang Prapatan.

2. Membantu para pemeriksa pajak dalam menilai kepatuhan wajib pajak

yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, sehingga diharapkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak dan sanksi

perpajakan dapat diminimalisasi.

C. SARAN

Adapun saran yang diberikan setelah melakukan penelitian ini antara lain :

1. Jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan Dirjen Pajak sebaiknya lebih

memperhatikan kualitas dari pemeriksaan, yaitu pemeriksaan yang

objektif dan pemeriksaan yang dapat memberikan hasil yang signifikan

terhadap penerimaan pajak penghasilan.

2. Dari hasil penelitian ini terdapat aspek yang dapat mempengaruhi

penerimaan pajak penghasilan, yaitu jumlah pemeriksaan pajak. Namun,

variabel diatas bukanlah semata-mata faktor yang dapat mempengaruhi

penerimaan pajak penghasilan. Untuk itu penulis mengharapkan

partsispasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang

mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan.

111

3. Selain itu, walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi

perpajakan dan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan, peneliti menyarankan untuk menguji lebih

dalam pengaruh sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan, dimensi manakah yang mempengaruhi

penerimaan pajak penghasilan.

112

DAFTAR PUSTAKA

Burton, Richard. ”Penerapan Sanksi Pidana dan Sanksi Administrasi dalam Hukum

Pajak”. Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1, Nomor 6, Januari 2002.

Dewi, Fitria. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Tagihan dengan Surat Paksa

terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan”, Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2010.

Fadilah, Lili. ”Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan

Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Bekasi Utara”, Skripsi UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Semarang,

Badan Penerbit UNDIP, 2005.

Gunadi, Djoned, M, “Ketentuan Formal Perpajakan dalam Pemeriksaan Pajak”,

Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1, Nomor 9, April 2002.

________________ “Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib

Pajak”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 4, Nomor 5, Februari 2005.

Hamid, Abdul. “ Buku Pedoman Penulisan Skripsi FEIS-UIN Jakarta”.2007

Handayani, Retno, “Pengaruh Jumlah Pemeriksaan dan Kepatuhan Wajib Pajak

terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jakarta Cilandak” , Universitas Trisakti, Jakarta, 2009.

Hasanah,Fitri. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Sistem Akuntansi

Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial”. Skripsi S1, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2008

Hendra. ”Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Efektif Pajak Penghasilan Pasal 21

Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Studi Kasus Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees ”, Bandung, 2008.

113

Hutagaol, John. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Perpajakan

Indonesia, Volume 5, Nomor 6, Agustus-September 2006.

Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. “Hukum Pajak”, Salemba Empat, Jakarta,

2008.

Indiantoro, Nur & Bambang Supomo. ”Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi

Per 1 Oktober 2004”, Salemba Empat, Jakarta, 2004.

Iskandar. ”Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”, Gaung Persada Press,

Tangerang Jawa Barat, 2009.

Iyer, Govind. S, Philip M.J, and Debra L.Sanders. “Increasing Tax Compliance in

Washington State : A Field Experiment”, diakses pada 5 Juli 2010 dari

http://www.google.com

Jatmiko, Agus Nugroho. ”Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi

Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak”.Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000

Tentang Kriteria Wajib Pajak Patuh.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 545/KMK.04/2000

Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Tanggal 22 Desember 2000.

Lhia. “Pelayanan Publik”, artikel diakses pada 17 Oktober 2008 dari

http://www.google.com

Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, Edisi Revisi, Yayasan

Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta (YP2SDM

Jakarta), Jakarta, 2006.

Marsyahrul,Tony. “Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2000”, PT. Grasindo,

Jakarta, 2004.

______________. “ Pengantar Perpajakan”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.

114

Murphy, Kristina. “An Examination of Taxpayer’s Attitudes Towards The Australian

Tax System : Findings From a Survey Of Tax Scheme Investors”. Artikel

diakses pada 17 September 2004 dari http://www.google.com

Nasucha, Chaizi. “Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Keuangan Publik, Volume 1, Nomor 2,

April 2004.

Nurmantu, Safri. ”Kepatuhan Perpajakan” , artikel diakses pada tanggal 30 April

2009 dari http://www.safri-nurmantu.com.

Oktafani, Defi. “Kontribusi Personal Auditor dan Kompetensi terhadap Kualitas

Audit dengan Kinerja Auditor sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

Pardiat. “Akuntansi Pemeriksaan Pajak”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 199/PMK.03/2007 Tentang Pemeriksaan

Pajak, Tanggal 28 Desember 2000.

Resmi, Siti. ”Perpajakan : Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5, Salemba Empat,

Jakarta, 2009.

Salip. ”Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak”, Jurnal Keuangan

Publik, Volume 4, Nomor 2, September 2006.

Santoso, Singgih. ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2000.

Sofyan, Marcus Taufan. “Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar”, Sekolah

Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang, 2005.

Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2005

115

Sunyoto, Danang. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Yogyakarta, Media

Pressindo, 2009.

Sugiyono. ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Waluyo. “Perpajakan Indonesia”, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Wuri, Mayang Liandhika. “Analisis Pengaruh Penghapusan Pajak Pertambahan

Nilai Atas Barang Mewah Elektronik (PPnBM) dan Fluktuasi Kurs Rupiah

terhadap Penjualan Pada Tingkat Pedagang Eceran Wilayah Kramat Jati

dengan Harga sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2010.

HASIL UJI VALIDITAS JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK Correlations

Correlations

JPP1

JPP2

JPP3

JPP4

JPP5

JPP6

JPP7

JPP8

JPP9

JPP10

JPP11

JPP12

JPP13

JPP14

JPP15

JPP16 TOT

JPP1 Pearson Correlation 1 .438** .438

** .310

* .173 -

.097 .113 .303

* .228 .516

** .306

* .329

* .038 .206 .212 -

.137 .469

**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .504 .435 .033 .111 .000 .030 .020 .792 .152 .140 .344 .001

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP2 Pearson Correlation .438**

1 .395** .473

** .379

** .201 .050 .512

** .612

** .730

** .074 .541

** .370

** .222 .414

** .146 .767

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .161 .730 .000 .000 .000 .612 .000 .008 .122 .003 .312 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP3 Pearson Correlation .438** .395

**

1 .541** .136 -

.259 .214 .580

** .136 .521

** .453

** .090 .075 .301

* .268 .090 .534

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .070 .135 .000 .347 .000 .001 .532 .603 .033 .060 .534 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP4 Pearson Correlation .310* .473

** .541

**

1 .295* .075 .071 .548

** .318

* .661

** .357

* .421

** .118 .399

** .138 .197 .661

**

Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .606 .625 .000 .024 .000 .011 .002 .414 .004 .341 .171 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295

*

1 .012 -.279

.366** .572

** .500

** .129 .616

** .353

* .565

** .137 .040 .620

**

Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .935 .050 .009 .000 .000 .371 .000 .012 .000 .342 .785 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP6 Pearson Correlation -.097

.201 -.259

.075 .012 1 -.267

.051 .193 .023 -.403

**

.063 -.056

.047 -.206

.018 .086

Sig. (2-tailed) .504 .161 .070 .606 .935 .060 .727 .180 .876 .004 .663 .700 .747 .152 .899 .555

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP7 Pearson Correlation .113 .050 .214 .071 -.279

-.267

1 .275 -.031

.006 .196 -.033

-.070

-.243

.301*

-.020

.119

Sig. (2-tailed) .435 .730 .135 .625 .050 .060 .054 .829 .966 .172 .821 .627 .089 .034 .890 .410

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP8 Pearson Correlation .303* .512

** .580

** .548

** .366

** .051 .275 1 .463

** .661

** .281

* .524

** .414

** .294

* .402

** .048 .788

**

Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .727 .054 .001 .000 .048 .000 .003 .038 .004 .741 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318

* .572

** .193 -

.031 .463

**

1 .643** .080 .665

** .543

** .281

* .105 -

.008 .714

**

Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .180 .829 .001 .000 .583 .000 .000 .048 .466 .955 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP10 Pearson Correlation .516** .730

** .521

** .661

** .500

** .023 .006 .661

** .643

**

1 .393** .641

** .393

** .445

** .292

* .260 .890

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .876 .966 .000 .000 .005 .000 .005 .001 .040 .068 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP11 Pearson Correlation .306* .074 .453

** .357

* .129 -

.403**

.196 .281* .080 .393

**

1 .029 -.082

.404** .410

**

-.143

.344*

Sig. (2-tailed) .030 .612 .001 .011 .371 .004 .172 .048 .583 .005 .840 .572 .004 .003 .320 .014

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP12 Pearson Correlation .329* .541

** .090 .421

** .616

** .063 -

.033 .524

** .665

** .641

** .029 1 .623

** .251 .202 .248 .766

**

Sig. (2-tailed) .020 .000 .532 .002 .000 .663 .821 .000 .000 .000 .840 .000 .078 .160 .083 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP13 Pearson Correlation .038 .370** .075 .118 .353

*

-.056

-.070

.414** .543

** .393

**

-.082

.623**

1 .031 .108 .113 .535**

Sig. (2-tailed) .792 .008 .603 .414 .012 .700 .627 .003 .000 .005 .572 .000 .833 .453 .436 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP14 Pearson Correlation .206 .222 .301* .399

** .565

** .047 -

.243 .294

* .281

* .445

** .404

** .251 .031 1 .088 -

.050 .490

**

Sig. (2-tailed) .152 .122 .033 .004 .000 .747 .089 .038 .048 .001 .004 .078 .833 .542 .730 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP15 Pearson Correlation .212 .414** .268 .138 .137 -

.206 .301

* .402

** .105 .292

* .410

** .202 .108 .088 1 .162 .443

**

Sig. (2-tailed) .140 .003 .060 .341 .342 .152 .034 .004 .466 .040 .003 .160 .453 .542 .262 .001

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP16 Pearson Correlation -.137

.146 .090 .197 .040 .018 -.020

.048 -.008

.260 -.143

.248 .113 -.050

.162 1 .246

Sig. (2-tailed) .344 .312 .534 .171 .785 .899 .890 .741 .955 .068 .320 .083 .436 .730 .262 .085

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .469** .767

** .534

** .661

** .620

** .086 .119 .788

** .714

** .890

** .344

* .766

** .535

** .490

** .443

** .246 1

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .555 .410 .000 .000 .000 .014 .000 .000 .000 .001 .085

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK (Setelah Variabel yang Tidak Valid Dikeluarkan)

Correlations Correlations

JPP1

JPP2

JPP3

JPP4

JPP5

JPP8

JPP9

JPP10

JPP11

JPP12

JPP13

JPP14

JPP15 TOT

JPP1 Pearson Correlation 1 .438** .438

** .310

* .173 .303

* .228 .516

** .306

* .329

* .038 .206 .212 .507

**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .033 .111 .000 .030 .020 .792 .152 .140 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP2 Pearson Correlation .438*

*

1 .395** .473

** .379

** .512

** .612

** .730

** .074 .541

** .370

** .222 .414

**

.740**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .000 .000 .000 .612 .000 .008 .122 .003 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP3 Pearson Correlation .438*

* .395

**

1 .541** .136 .580

** .136 .521

** .453

** .090 .075 .301

* .268 .555

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .000 .347 .000 .001 .532 .603 .033 .060 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP4 Pearson Correlation .310* .473

** .541

**

1 .295* .548

** .318

* .661

** .357

* .421

** .118 .399

** .138 .639

**

Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .000 .024 .000 .011 .002 .414 .004 .341 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295

*

1 .366** .572

** .500

** .129 .616

** .353

* .565

** .137 .673

**

Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .009 .000 .000 .371 .000 .012 .000 .342 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP8 Pearson Correlation .303* .512

** .580

** .548

** .366

**

1 .463** .661

** .281

* .524

** .414

** .294

* .402

**

.769**

Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .001 .000 .048 .000 .003 .038 .004 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318

* .572

** .463

**

1 .643** .080 .665

** .543

** .281

* .105 .718

**

Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .001 .000 .583 .000 .000 .048 .466 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP10 Pearson Correlation .516*

* .730

** .521

** .661

** .500

** .661

** .643

**

1 .393** .641

** .393

** .445

** .292

*

.886**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .005 .001 .040 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP11 Pearson Correlation .306* .074 .453

** .357

* .129 .281

* .080 .393

**

1 .029 -.082

.404** .410

**

.414**

Sig. (2-tailed) .030 .612 .001 .011 .371 .048 .583 .005 .840 .572 .004 .003 .003

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP12 Pearson Correlation .329* .541

** .090 .421

** .616

** .524

** .665

** .641

** .029 1 .623

** .251 .202 .757

**

Sig. (2-tailed) .020 .000 .532 .002 .000 .000 .000 .000 .840 .000 .078 .160 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP13 Pearson Correlation .038 .370** .075 .118 .353

* .414

** .543

** .393

**

-.082

.623**

1 .031 .108 .559**

Sig. (2-tailed) .792 .008 .603 .414 .012 .003 .000 .005 .572 .000 .833 .453 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP14 Pearson Correlation .206 .222 .301* .399

** .565

** .294

* .281

* .445

** .404

** .251 .031 1 .088 .541

**

Sig. (2-tailed) .152 .122 .033 .004 .000 .038 .048 .001 .004 .078 .833 .542 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

JPP15 Pearson Correlation .212 .414** .268 .138 .137 .402

** .105 .292

* .410

** .202 .108 .088 1 .431

**

Sig. (2-tailed) .140 .003 .060 .341 .342 .004 .466 .040 .003 .160 .453 .542 .002

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .507*

* .740

** .555

** .639

** .673

** .769

** .718

** .886

** .414

** .757

** .559

** .541

** .431

**

1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .002

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN

Correlations Correlations

SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SP10 TOT

SP1 Pearson Correlation 1 .438** .438

** .310

* .173 -.097 .113 .303

* .228 .516

** .542

**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .504 .435 .033 .111 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP2 Pearson Correlation .438** 1 .395

** .473

** .379

** .201 .050 .512

** .612

** .730

** .800

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .161 .730 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP3 Pearson Correlation .438** .395

** 1 .541

** .136 -.259 .214 .580

** .136 .521

** .579

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .070 .135 .000 .347 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP4 Pearson Correlation .310* .473

** .541

** 1 .295

* .075 .071 .548

** .318

* .661

** .692

**

Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .606 .625 .000 .024 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295

* 1 .012 -.279 .366

** .572

** .500

** .563

**

Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .935 .050 .009 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP6 Pearson Correlation -.097 .201 -.259 .075 .012 1 -.267 .051 .193 .023 .207

Sig. (2-tailed) .504 .161 .070 .606 .935 .060 .727 .180 .876 .149

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP7 Pearson Correlation .113 .050 .214 .071 -.279 -.267 1 .275 -.031 .006 .179

Sig. (2-tailed) .435 .730 .135 .625 .050 .060 .054 .829 .966 .214

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP8 Pearson Correlation .303* .512

** .580

** .548

** .366

** .051 .275 1 .463

** .661

** .800

**

Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .727 .054 .001 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318

* .572

** .193 -.031 .463

** 1 .643

** .717

**

Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .180 .829 .001 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP10 Pearson Correlation .516** .730

** .521

** .661

** .500

** .023 .006 .661

** .643

** 1 .869

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .876 .966 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .542** .800

** .579

** .692

** .563

** .207 .179 .800

** .717

** .869

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .149 .214 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN

(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)

Correlations

Correlations

SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP8 SP9 SP10 TOT

SP1 Pearson Correlation 1 .438** .438

** .310

* .173 .303

* .228 .516

** .571

**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .029 .230 .033 .111 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP2 Pearson Correlation .438** 1 .395

** .473

** .379

** .512

** .612

** .730

** .785

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .001 .007 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP3 Pearson Correlation .438** .395

** 1 .541

** .136 .580

** .136 .521

** .627

**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .346 .000 .347 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP4 Pearson Correlation .310* .473

** .541

** 1 .295

* .548

** .318

* .661

** .697

**

Sig. (2-tailed) .029 .001 .000 .038 .000 .024 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP5 Pearson Correlation .173 .379** .136 .295

* 1 .366

** .572

** .500

** .644

**

Sig. (2-tailed) .230 .007 .346 .038 .009 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP8 Pearson Correlation .303* .512

** .580

** .548

** .366

** 1 .463

** .661

** .776

**

Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .000 .009 .001 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP9 Pearson Correlation .228 .612** .136 .318

* .572

** .463

** 1 .643

** .716

**

Sig. (2-tailed) .111 .000 .347 .024 .000 .001 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

SP10 Pearson Correlation .516** .730

** .521

** .661

** .500

** .661

** .643

** 1 .907

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .571** .785

** .627

** .697

** .644

** .776

** .716

** .907

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK Correlations

Correlations

KWP1

KWP2

KWP3

KWP4

KWP5

KWP6

KWP7

KWP8

KWP9

KWP10

KWP11 TOT

KWP1 Pearson Correlation 1 .645** -.222 .402

** .561

** -.452

** .486

** .542

** -.024 .096 -.340

* .542

**

Sig. (2-tailed) .000 .122 .004 .000 .001 .000 .000 .866 .508 .016 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP2 Pearson Correlation .645** 1 -.050 .606

** .666

** -.221 .336

* .522

** .071 .000 -.153 .712

**

Sig. (2-tailed) .000 .731 .000 .000 .123 .017 .000 .624 1.000 .289 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP3 Pearson Correlation -.222 -.050 1 -.028 -.214 .681** -.621

** -.218 .189 -.617

** .448

** .089

Sig. (2-tailed) .122 .731 .846 .136 .000 .000 .129 .188 .000 .001 .538

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP4 Pearson Correlation .402** .606

** -.028 1 .595

** -.252 .425

** .542

** .255 .020 -.328

* .709

**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .846 .000 .077 .002 .000 .074 .889 .020 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP5 Pearson Correlation .561** .666

** -.214 .595

** 1 -.404

** .592

** .473

** .261 .162 -.490

** .707

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .136 .000 .004 .000 .001 .067 .260 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP6 Pearson Correlation -.452** -.221 .681

** -.252 -.404

** 1 -.590

** -.423

** -.040 -.598

** .529

** -.151

Sig. (2-tailed) .001 .123 .000 .077 .004 .000 .002 .782 .000 .000 .296

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP7 Pearson Correlation .486** .336

* -.621

** .425

** .592

** -.590

** 1 .492

** -.094 .423

** -.484

** .481

**

Sig. (2-tailed) .000 .017 .000 .002 .000 .000 .000 .517 .002 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP8 Pearson Correlation .542** .522

** -.218 .542

** .473

** -.423

** .492

** 1 -.067 .123 -.328

* .587

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .129 .000 .001 .002 .000 .642 .395 .020 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP9 Pearson Correlation -.024 .071 .189 .255 .261 -.040 -.094 -.067 1 .010 -.081 .416**

Sig. (2-tailed) .866 .624 .188 .074 .067 .782 .517 .642 .943 .578 .003

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP10 Pearson Correlation .096 .000 -.617** .020 .162 -.598

** .423

** .123 .010 1 -.382

** .152

Sig. (2-tailed) .508 1.000 .000 .889 .260 .000 .002 .395 .943 .006 .292

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP11 Pearson Correlation -.340* -.153 .448

** -.328

* -.490

** .529

** -.484

** -.328

* -.081 -.382

** 1 -.109

Sig. (2-tailed) .016 .289 .001 .020 .000 .000 .000 .020 .578 .006 .451

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .542** .712

** .089 .709

** .707

** -.151 .481

** .587

** .416

** .152 -.109 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .538 .000 .000 .296 .000 .000 .003 .292 .451

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK (SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)

Correlations

Correlations

KWP1 KWP2 KWP4 KWP5 KWP7 KWP8 KWP9 TOT

KWP1 Pearson Correlation 1 .645** .402

** .561

** .486

** .542

** -.024 .705

**

Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .866 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP2 Pearson Correlation .645** 1 .606

** .666

** .336

* .522

** .071 .725

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .017 .000 .624 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP4 Pearson Correlation .402** .606

** 1 .595

** .425

** .542

** .255 .760

**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .002 .000 .074 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP5 Pearson Correlation .561** .666

** .595

** 1 .592

** .473

** .261 .843

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .067 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP7 Pearson Correlation .486** .336

* .425

** .592

** 1 .492

** -.094 .724

**

Sig. (2-tailed) .000 .017 .002 .000 .000 .517 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP8 Pearson Correlation .542** .522

** .542

** .473

** .492

** 1 -.067 .722

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .642 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KWP9 Pearson Correlation -.024 .071 .255 .261 -.094 -.067 1 .332*

Sig. (2-tailed) .866 .624 .074 .067 .517 .642 .019

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .705** .725

** .760

** .843

** .724

** .722

** .332

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .019

N 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Correlations

Correlations

PPH1 PPH2 PPH3 PPH4 PPH5 PPH6 PPH7 PPH8 PPH9 PPH10 TOT

PPH1 Pearson Correlation 1 .574** .731

** .388

** .318

* .686

** -.024 .583

** .359

* .473

** .747

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .024 .000 .870 .000 .011 .001 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH2 Pearson Correlation .574** 1 .568

** .295

* .515

** .573

** .021 .490

** .393

** .475

** .741

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .037 .000 .000 .884 .000 .005 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH3 Pearson Correlation .731** .568

** 1 .497

** .379

** .735

** -.080 .498

** .337

* .397

** .747

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .579 .000 .017 .004 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH4 Pearson Correlation .388** .295

* .497

** 1 .479

** .200 -.312

* .488

** .301

* .228 .548

**

Sig. (2-tailed) .005 .037 .000 .000 .163 .027 .000 .034 .111 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH5 Pearson Correlation .318* .515

** .379

** .479

** 1 .095 .206 .500

** .431

** .391

** .683

**

Sig. (2-tailed) .024 .000 .007 .000 .511 .151 .000 .002 .005 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH6 Pearson Correlation .686** .573

** .735

** .200 .095 1 -.017 .244 .195 .325

* .584

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .163 .511 .907 .087 .174 .021 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH7 Pearson Correlation -.024 .021 -.080 -.312* .206 -.017 1 -.081 .056 .129 .165

Sig. (2-tailed) .870 .884 .579 .027 .151 .907 .575 .701 .370 .251

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH8 Pearson Correlation .583** .490

** .498

** .488

** .500

** .244 -.081 1 .807

** .803

** .816

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .087 .575 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH9 Pearson Correlation .359* .393

** .337

* .301

* .431

** .195 .056 .807

** 1 .871

** .736

**

Sig. (2-tailed) .011 .005 .017 .034 .002 .174 .701 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH10 Pearson Correlation .473** .475

** .397

** .228 .391

** .325

* .129 .803

** .871

** 1 .784

**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .004 .111 .005 .021 .370 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .747** .741

** .747

** .548

** .683

** .584

** .165 .816

** .736

** .784

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .251 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI VALIDITAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DIKELUARKAN)

Correlations

Correlations

PPH1 PPH2 PPH3 PPH4 PPH5 PPH6 PPH8 PPH9 PPH10 TOT

PPH1 Pearson Correlation 1 .574** .731

** .388

** .318

* .686

** .583

** .359

* .473

** .762

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .024 .000 .000 .011 .001 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH2 Pearson Correlation .574** 1 .568

** .295

* .515

** .573

** .490

** .393

** .475

** .747

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .037 .000 .000 .000 .005 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH3 Pearson Correlation .731** .568

** 1 .497

** .379

** .735

** .498

** .337

* .397

** .772

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .000 .017 .004 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH4 Pearson Correlation .388** .295

* .497

** 1 .479

** .200 .488

** .301

* .228 .613

**

Sig. (2-tailed) .005 .037 .000 .000 .163 .000 .034 .111 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH5 Pearson Correlation .318* .515

** .379

** .479

** 1 .095 .500

** .431

** .391

** .654

**

Sig. (2-tailed) .024 .000 .007 .000 .511 .000 .002 .005 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH6 Pearson Correlation .686** .573

** .735

** .200 .095 1 .244 .195 .325

* .595

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .163 .511 .087 .174 .021 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH8 Pearson Correlation .583** .490

** .498

** .488

** .500

** .244 1 .807

** .803

** .843

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .087 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH9 Pearson Correlation .359* .393

** .337

* .301

* .431

** .195 .807

** 1 .871

** .736

**

Sig. (2-tailed) .011 .005 .017 .034 .002 .174 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

PPH10 Pearson Correlation .473** .475

** .397

** .228 .391

** .325

* .803

** .871

** 1 .771

**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .004 .111 .005 .021 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOT Pearson Correlation .762** .747

** .772

** .613

** .654

** .595

** .843

** .736

** .771

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI RELIABILITAS

JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.865 .876 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

JPP1 3.9200 .63374 50

JPP2 4.2600 .66425 50

JPP3 4.4400 .64397 50

JPP4 4.3400 .55733 50

JPP5 3.5000 .93131 50

JPP8 4.0800 .77828 50

JPP9 4.0400 .72731 50

JPP10 4.2200 .67883 50

JPP11 3.6600 .59281 50

JPP12 3.8600 .72871 50

JPP13 3.6000 1.17803 50

JPP14 4.0200 .79514 50

JPP15 3.8000 .63888 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

JPP1 47.8200 32.967 .422 .447 .861

JPP2 47.4800 30.949 .683 .749 .848

JPP3 47.3000 32.541 .474 .636 .859

JPP4 47.4000 32.449 .580 .610 .855

JPP5 48.2400 29.737 .575 .608 .853

JPP8 47.6600 29.821 .708 .654 .844

JPP9 47.7000 30.663 .652 .665 .849

JPP10 47.5200 29.642 .857 .820 .838

JPP11 48.0800 33.830 .328 .598 .865

JPP12 47.8800 30.312 .698 .763 .846

JPP13 48.1400 29.878 .402 .534 .874

JPP14 47.7200 31.879 .438 .499 .861

JPP15 47.9400 33.527 .339 .536 .865

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

51.7400 36.441 6.03666 13

HASIL UJI RELIABILITAS

VARIABEL SANKSI PERPAJAKAN

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.857 .865 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

SP1 3.9200 .63374 50

SP2 4.2600 .66425 50

SP3 4.4400 .64397 50

SP4 4.3400 .55733 50

SP5 3.5000 .93131 50

SP6 4.0800 .77828 50

SP7 4.0400 .72731 50

SP8 4.2200 .67883 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

SP1 28.8800 13.618 .450 .350 .856

SP2 28.5400 12.376 .707 .584 .828

SP3 28.3600 13.296 .513 .511 .849

SP4 28.4600 13.315 .614 .511 .841

SP5 29.3000 12.173 .474 .368 .863

SP6 28.7200 11.879 .678 .548 .830

SP7 28.7600 12.472 .608 .597 .839

SP8 28.5800 11.636 .869 .782 .809

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.8000 16.122 4.01528 8

HASIL UJI RELIABILITAS

VARIABEL KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.747 .820 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KWP1 4.1400 .49528 50

KWP2 4.0400 .49322 50

KWP4 4.0600 .46991 50

KWP5 4.2600 .52722 50

KWP7 3.2200 1.05540 50

KWP8 4.1200 .77301 50

KWP9 3.2200 .91003 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KWP1 22.9200 7.871 .610 .533 .700

KWP2 23.0200 7.816 .636 .654 .696

KWP4 23.0000 7.796 .684 .541 .691

KWP5 22.8000 7.306 .782 .671 .666

KWP7 23.8400 6.137 .490 .523 .728

KWP8 22.9400 6.915 .566 .470 .692

KWP9 23.8400 8.749 .044 .267 .830

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

27.0600 9.813 3.13252 7

HASIL UJI RELIABILITAS

VARIABEL PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.880 .885 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PPH1 3.9800 .55291 50

PPH2 4.0600 .71171 50

PPH3 4.0000 .60609 50

PPH4 3.5400 .81341 50

PPH5 3.8800 .79898 50

PPH6 3.7600 .68690 50

PPH8 3.7600 .74396 50

PPH9 3.8000 .69985 50

PPH10 3.7800 .76372 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PPH1 30.5800 17.432 .704 .704 .863

PPH2 30.5000 16.622 .665 .577 .863

PPH3 30.5600 17.068 .709 .731 .861

PPH4 31.0200 17.081 .482 .457 .881

PPH5 30.6800 16.834 .536 .499 .875

PPH6 30.8000 17.714 .484 .752 .878

PPH8 30.8000 15.796 .784 .835 .852

PPH9 30.7600 16.758 .653 .815 .864

PPH10 30.7800 16.175 .688 .826 .861

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

34.5600 20.986 4.58106 9

HASIL UJI HIPOTESIS

VARIABEL JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KEPATUHAN WAJIB

PAJAK

Regression

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak

a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .850a .722 .710 1.68588

a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 347.237 2 173.618 61.086 .000a

Residual 133.583 47 2.842

Total 480.820 49

a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, umlah Pemeriksaan Pajak

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.220 2.080 2.028 .048

umlah Pemeriksaan Pajak .506 .153 .976 3.318 .002 .068 14.632

Sanksi Perpajakan -.102 .229 -.131 -.446 .658 .068 14.632

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

UJI ANALISIS JALUR

(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK VALID DI TRIMMING)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 umlah Pemeriksaan Pajak

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .849a .721 .715 1.67176

a. Predictors: (Constant), umlah Pemeriksaan Pajak

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 346.671 1 346.671 124.043 .000a

Residual 134.149 48 2.795

Total 480.820 49

a. Predictors: (Constant), umlah Pemeriksaan Pajak

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.262 2.061 2.069 .044

umlah Pemeriksaan Pajak .441 .040 .849 11.137 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

UJI HIPOTESIS

VARIABEL JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

Regression

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak

a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .844a .713 .694 2.53218

a. Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 733.370 3 244.457 38.125 .000a

Residual 294.950 46 6.412

Total 1028.320 49

a. Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak

b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .422 3.258 .130 .897

Jumlah Pemeriksaan Pajak .780 .255 1.028 3.063 .004 .055 18.059

Sanksi Perpajakan -.470 .345 -.412 -1.362 .180 .068 14.694

Kepatuhan Wajib Pajak .340 .219 .233 1.554 .127 .278 3.599

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan

HASIL UJI HIPOTESIS

(SETELAH VARIABEL YANG TIDAK SIGNIFIKAN DI TRIMMING)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 Jumlah Pemeriksaan Pajak

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .827a .685 .678 2.59893

a. Predictors: (Constant), Jumlah Pemeriksaan Pajak

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 704.108 1 704.108 104.244 .000a

Residual 324.212 48 6.754

Total 1028.320 49

a. Predictors: (Constant), Jumlah Pemeriksaan Pajak

b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.070 3.203 .646 .521

Jumlah Pemeriksaan Pajak .628 .062 .827 10.210 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan