PENGARUH JENIS DAN DOSIS PENGGUNAAN PUPUK …digilib.unila.ac.id/29535/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH JENIS DAN DOSIS PENGGUNAAN PUPUK …digilib.unila.ac.id/29535/2/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PENGGUNAAN PUPUK KANDANGTERHADAP PRODUKSI SEGAR, JUMLAH ANAKAN, PROPORSI
BATANG DAN DAUN PADA HIJAUAN SORGUM
(Skripsi)
Oleh
WIDYA PUSPA INDRIYANTI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PENGGUNAAN PUPUK KANDANGTERHADAP PRODUKSI SEGAR, JUMLAH ANAKAN, PROPORSI
BATANG DAN DAUN PADA HIJAUAN SORGUM
Oleh
Widya Puspa Indriyanti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupukkandang terhadap produktivitas hijauan sorgum. Penelitian ini dilaksanakan padaJanuari – April 2017 di Kemiling, Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL) petak terbagi. Faktor yang diteliti adalah (1)jenis pupuk, yang terdiri dari tiga taraf, yaitu K1 (pupuk kandang kotoran sapi);K2 (pupuk kandang kotoran kambing); dan K3 (pupuk kandang kotoran ayam)dan (2) dosis pupuk yang terdiri dari empat taraf, yaitu R0 (0 ton/ha); R1 (15ton/ha); R2 (20 ton/ha); dan R3 (25 ton/ha). Setiap unit perlakuan percobaanberupa petak lahan berukuran 2x1,8 m2. Data yang diperoleh dianalisis ragampada taraf nyata 5% dan atau 1%, lalu hasil berbeda nyata di uji lanjutmenggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwadosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi segar,namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan serta proporsibatang dan daun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis pupuk kandangtidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi segar, jumlah anakan, sertaproporsi batang dan daun.
Kata kunci : hijauan sorgum, jenis pupuk kandang, dosis pupuk kandang,produksi segar, jumlah anakan, dan proporsi batang daun.
ABSTRACT
THE EFFECT OF TYPE AND DOSE OF MANURE ON FRESHPRODUCTION, NUMBER OF TILLERS, AND PROPORTION OF STEMS
AND LEAVES OF FORAGE SORGHUM
By
Widya Puspa Indriyanti
This research aims to know the effect of type and dose of manure on productivityof forage sorghum. This research was conducted on January—April 2017 atKemiling, Bandar Lampung. The study was done based on CompletelyRandomized Design (CRD) split plot design with 3 replications. Factors studiedwere (1) manure types, consisting of three levels, namely K1 (cow dung manure);K2 (goat's dung manure); and K3 (chicken manure) and (2) dose of manure,consisting of four levels, namely R0 (0 tons/ha); R1 (15 ton/ha); R2 (20tonnes/ha); and R3 (25 ton/ha. Each experimental treatment unit is plots of landmeasuring 2x1,8 m2. Obtained data were analyzed with the assumptions ofvariance by 5% or 1%, then the result were significantly different in the advancedtest using Least Significant Different (LSD). Results showed that doses ofmanure very significantly affected (P<0,01) fresh production, but did notsignificantly affect (P>0,05) number of tillers and proportion of stems and leaves.Result also showed that manure type did not significantly affect (P>0,05) freshproduction, number of tillers, and proportion of stems and leaves.
Keywords: forage sorghum, manure types, doses of manure, fresh production,number of tillers, and proportion of stems and leaves.
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PENGGUNAAN PUPUK KANDANGTERHADAP PRODUKSI SEGAR, JUMLAH ANAKAN, PROPORSI
BATANG DAN DAUN PADA HIJAUAN SORGUM
Oleh
Widya Puspa Indriyanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Peternakan
Pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”
(Q.S. An-Nahl : 75)
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima”
(HR Ibnu Majah : 925)
“Menuntut Ilmu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah
ibadah, mengulang - ulang ilmu adalah zikir, mencari
ilmu adalah jihad”
(Al-Ghazali)
“Pendidikan adalah kekuatan utama yang bisa kau gunakan
untuk merubah dunia”
(Nelson Mandela)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung pada 05 November 1994, putri pertama dari
empat bersaudara, anak dari pasangan Bapak Supriyanto S.Pd. dan Ibu Susilawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak - kanak di TK Kartini Bandar
Lampung pada tahun 2000; sekolah dasar di SDN 2 Palapa pada tahun 2006;
sekolah menengah pertama di SMPN 26 Bandar Lampung pada tahun 2009;
sekolah menengah atas di SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2012. Pada
tahun berikutnya penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur undangan SBMPTN.
Selama masa studi penulis pernah menjadi anggota Bidang Pendidikan dan
Pelatihan Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) periode 2015 -- 2016.
Pada periode yang sama penulis terpilih sebagai Duta Mahasiswa Fakultas
Pertanian, Unviversitas Lampung. Selain itu, penulis memiliki pengalaman
menjadi asisten praktikum mata kuliah Biokimia, Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum, Teknologi Reproduksi Ternak, Manajemen Usaha Ternak Unggas,
Manajemen Usaha Ternak Perah, dan Biologi Ternak.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mekar Jaya, Kabupaten
Tulang Bawang pada Januari -- Maret 2016 dan melaksanakan Praktik Umum di
PT. Milkindo Berka Abadi, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa
Timur pada Juli -- Agustus 2016.
AlhamdulillahirabbilalaamiinPuji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
Serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAWpemberi syafaat di hari akhir
Kupersembahkan sebuah karya dengan penuh rasa syukur ini
Untuk Papa dan Mama tercinta, yang senantiasa memberi kasih sayang
tulus, mendoakan, dan memberi dukungan moral mau pun materi
Semoga Rahmat Allah SWT selalu tercurah untuk kalian
Adik - Adikku tersayang,
Bella Puspita Dwiranti, Maria Tamara Felliyanti dan Muhammad Zidan
Riski bagi motivasi dan kebahagiaan kalian
Keluarga Besar dan sahabatku atas doa, kasih sayang, bantuan, dan
bimbingan kesuksesanku
Seluruh guru dan dosen atas segala ilmu berharga yang diajarkan dan
bimbingan yang diberikan bagi keberhasilan masa depanku, kuucapkan
terima kasih
Almamater kebanggaanku Universitas Lampung
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Jenis dan Dosis Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap
Produksi Segar, Jumlah Anakan, dan Proporsi Batang Daun Pada Hijauan
Sorgum”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga dan sahabatnya tercinta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S.—selaku Dekan Fakultas
Pertanian—yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan
mengesahkan skripsi ini;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—yang
telah memberikan arahan, nasihat, dan dukungan dalam menyelesaikan
penyelesaian skripsi ini;
3. Bapak Liman, S. Pt., M. Si.—selaku Pembimbing Utama—atas ide
penelitian, arahan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan selama
penelitian dan penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M. S.--selaku Pembimbing Anggota-- atas
arahan, saran serta motivasi yang selalu diberikan selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini;
ii
5. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M. S.—selaku pembahas—atas bantuan, petunjuk,
dan saran yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini;
6. Bapak Ir. Novirzal, M. S. dan Bapak Ir. Arif Qisthon, M. Si.—selaku
pembimbing akademik penulis—yang telah memberikan arahan, motivasi,
bimbingan, dan nasehat selama menjadi mahasiswa di Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan;
8. PT. Andini Agro Loka dan Kakanda Dani yang telah memberikan bantuan
dan dukungan bagi kelancaran terlaksananya penelitian ini;
9. Papa dan Mama tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, cinta,
tenaga, doa, perhatian, dan motivasi dengan tulus ikhlas;
10. Bella Puspita Dwiranti, Maria Tamara Felliyanti, dan Muhammad Zidan
Riski yang telah memberikan doa dan dukungan;
11. Alm. Datuk Ramli, Alm. Nenek Mastinah, Alm. Mbah Wijiarti, Alm.
Mbah Subani, Mbah Trimo, Alm. Andung Hj. Saadah, Datuk Yusuf, Oma
Lena, Datuk Supardi, Nenek Mar, Maksu Kom, Ayah Syukur, Mak Ngah
Lia, Wo Ika, Ngah Selly, Abang Yustri, Kak Pipit, Kak Wulan, Kak
Puput, Wo Ani, Ngah Dwi, Ncik Utrin, Windy, Aqila dan saudara –
saudara lainnya yang telah memberi kasih sayang dan dan semangat;
12. Teman seperjuangan selama penelitian Septianingrum Rohmaniah dan
Erlina Resty Safitri atas bantuan dan motivasi yang diberikan;
13. Muhammad Tio Aldi atas doa, motivasi, bantuan, perhatian, dan kasih
sayang yang telah diberikan serta dapat selalu menemani dalam suka
iii
mau pun duka;
14. Sahabatku Arum, Yuli, Tiara, Wo Leni, Silfia, Ridho, Ardan, St, Dea,
Elly, Ibnu, Pipit, Made, dan Kisara atas kasih sayang, motivasi, doa, dan
semangat yang diberikan;
15. Sahabat Kontrakan Agung, Azis, Kardi, Panji, April, Rendi, Robet, Yan,
Angga, Hery, dan Luthfi atas bantuan, semangat, dan doa yang diberikan;
16. Sahabat SMA Pamela, Fajar, Dian, Siti, Gesti, Amel, Ayu, Aulia, Dimas,
Lady, Ragil, Rani, Teddy, Gabby, dan Irul atas motivasi dan semangat
yang diberikan;
17. Sahabat Alhamdulillah Ayu, Lita, Andini, Nadia, Bung, Ai, Prabu,
Danang, Tri atas motivasi yang diberikan;
18. Kakakku Abang Arie, Mbak Poe, Abang Brisca, Abang Ridho, Mbak
Melly, Mbak Dewi, Mbak Raina, Abang Adit, atas bimbingan dan
motivasi yang diberikan;
19. Adikku Safira, Ria, Melly, Nana, Cloudia, Dini, Ani, Atul, Rara, Indah,
Viesta, Rika, Delsi, dan adik - adik angkatan 2014, 2015, dan 2016 atas
doa dan semangat yang diberikan;
20. Teman – teman tim KKN Desa Mekar Jaya, yaitu Kak Boim, Kak Sony,
Mbak Fika, Anistia, Kak Yudi, dan Kenn serta Induk semang Bapak Busri,
Ibu Yani, Mas Zikin, dan Adinda Ahyar atas doa yang diberikan;
21. Teman – teman Duta Fakultas Pertanian periode 2015—2016, yaitu Ailsa,
Angga, David, Debby, Deki, Denis, Desrian, Diqa, Enda, Farish, Adit,
Lely, Nuzul, Rifai, Mona, Okta, Ridho, Cholik, Rini, Abdau, Kia, Rizky,
iv
Sheilla, Sofia, Tantri, Vikky, Yamatri, Yurista, Mia, dan Dicky atas
pengalaman yang diberikan;
22. Seluruh teman-teman Jurusan Peternakan angkatan 2013, yaitu Adri,
Agus, Aje, Amir, Elsa, Farah, Irene, Irma, Joy, Jeje, Lara, Lukman, Riski,
Sofyan, Elvin, Meidi, Aldi, Zaqi, Okti, Semi, Reza, Shinta, Ai, Syamsu,
Taufik, Tika, Triwan, Wahyu, Mayora, dan Nanang yang telah
memberikan kesan mendalam selama menjadi mahasiswa.
Bandar Lampung, 15 Juli 2017
Widya Puspa Indriyanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
E. Hipotesis ........................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
A. Morfologi Tanaman Sorgum ......................................................... 7
B. Penggunaan Hijauan Sorgum sebagai Pakan Ternak..................... 10
C. Pupuk dan Pemupukan................................................................... 11
D. Pupuk Kandang.............................................................................. 13
D.1 Pupuk kandang Sapi ............................................................... 15
D.2 Pupuk kandang kambing ........................................................ 16
D.3 Pupuk kandang ayam ............................................................. 16
E. Penggunaan Pupuk Kandang Pada Tanaman................................. 18
vi
F. Kualitas Pupuk Kandang ................................................................ 20
G. Kompos Pupuk Kandang ............................................................... 21
H. Produksi Segar Tanaman ............................................................... 22
I. Jumlah Anakan Tanaman ................................................................ 23
J. Proporsi Batang dan Daun .............................................................. 24
III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 27
A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 27
B. Bahan dan Alat Penelitian.............................................................. 27
B.1 Bahan penelitian ..................................................................... 27
B.2 Alat penelitian ........................................................................ 28
C. Metode Penelitian .......................................................................... 28
C.1 Rancangan perlakuan.............................................................. 28
C.2 Rancangan percobaan............................................................. 28
C.3 Pelaksanaan penelitian............................................................ 30
C.3.1 Pembuatan kompos ...................................................... 30
C.3.2 Budidaya sorgum ......................................................... 31
C.3.2.1 Pengolahan tanah ........................................... 31
C.3.2.2 Pemupukan..................................................... 31
C.3.2.3 Penanaman ..................................................... 31
C.3.2.4 Pemeliharaan.................................................. 32
C,3.2.5 Pemanenan ..................................................... 32
D. Peubah yang Diamati ..................................................................... 32
D.1 Produksi segar ....................................................................... 32
D.2 Jumlah anakan ....................................................................... 32
vii
D.3 Proporsi batang dan daun ...................................................... 33
E. Analisis Data .................................................................................. 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 34
A. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk KandangTerhadap Produksi Segar Hijauan Sorgum ................................... 35
B. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk KandangTerhadap Jumlah Anakan Hijauan Sorgum................................... 40
C. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk KandangTerhadap Proporsi Batang dan Daun Hijauan Sorgum ................. 44
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 49
A. Simpulan ......................................................................................... 49
B. Saran ................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 50
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandang .............. 21
2. Kandungan hara beberapa pupuk kandang...................................... 21
3. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandang segar danpupuk kandang yang sudah dikomposkan ...................................... 22
4. Produksi segar hijauan sorgum ....................................................... 35
5. Jumlah anakan hijauan sorgum ....................................................... 41
6. Proporsi batang dan daun hijauan sorgum ...................................... 45
7. Produksi segar tanaman sorgum hasil penelitian ............................ 58
8. Analisis ragam produksi segar hijauan sorgum .............................. 58
9. Nilai Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap produksi segar ........... 58
10. Uji BNT produksi segar pada perlakuan tingkat dosis ................. 59
11. Jumlah anakan tanaman sorgum hasil penelitian .......................... 59
12. Analisis ragam jumlah anakan hijauan sorgum ............................. 59
13. Proporsi batang dan daun tanaman sorgum hasil penelitian .......... 60
14. Analisis ragam proporsi batang dan daun hijauan sorgum ............ 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ......................................................................... 29
2. Hasil analisis tanah ........................................................................... 61
3. Pembuatan kompos pupuk kandang kotoran sapi dan kotoran kambing 61
4. Pemupukkan lahan ............................................................................ 62
5. Tanaman sorgum umur 4 minggu ..................................................... 62
6. Tanaman sorgum umur 7 minggu ..................................................... 63
7. Penghitungan jumlah anakan hijauan sorgum .................................. 63
8. Anakan hijauan sorgum .................................................................... 64
9. Timbangan analitik ........................................................................... 64
10. Pemanenan hijauan sorgum ............................................................. 65
11. Pemotongan hijauan sorgum saat panen .......................................... 65
12. Penimbangan produksi segar hijauan sorgum ................................. 66
13. Pemisahan batang dan daun hijauan sorgum ................................... 66
14. Penimbangan bobot segar daun hijauan sorgum ............................. 67
15. Penimbangan bobot segar batang hijauan sorgum .......................... 67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna, dan
tidak membahayakan bagi kesehatan ternak. Suatu bahan dapat disebut dengan
pakan maka harus memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kamal (1998), bahwa pakan adalah bahan yang dapat dimakan,
dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian, serta tidak
menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak
yang mengonsumsinya.
Pemberian pakan ditujukan agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat. Pakan
juga memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda
mau pun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, dan
daging), serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk
memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, serta agar ternak tumbuh sesuai
dengan harapan.
Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Ketersediaan
Hijauan Makanan Ternak (HMT) sebagai pakan ternak merupakan salah satu
faktor yang menentukan baik buruknya perkembangan ternak ruminansia, karena
pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi usaha peternakan.
2
Salah satu jenis hijauan yang potensial sebagai pakan ternak ruminansia baik dari
segi kualitas mau pun kuantitas ialah sorgum. Sorgum merupakan tanaman
serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai pakan
ternak ruminansia, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di
Indonesia. Sorgum tumbuh tegak dan mempunyai daya adaptasi agroekologi
yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, membutuhkan input lebih
sedikit, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan
lain. Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu 332 kal kalori dan
11 g protein/100 g biji pada bijinya serta bagian vegetatifnya mengandung 12,8%
protein kasar, sehingga dapat dibudidayakan secara intensif sebagai sumber pakan
hijauan bagi ternak ruminansia terutama pada musim kemarau (Oisat, 2011).
Salah satu faktor penting penunjang peningkatan kualitas dan kuantitas Sorgum
ialah pemupukan. Menurut Salisburry dan Ross (1995), serta Whitehead (2000),
bahwa pemupukan merupakan faktor yang sangat penting guna menunjang
pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan vegetatif, sehingga tanpa adanya
pemupukan, pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat. Penunjang
pertumbuhan tanaman tersebut adalah pemenuhan kebutuhan unsur hara bagi
tanaman yang ditanam. Pentingnya unsur hara bagi tanaman dipertegas dengan
kenyataan, bahwa dalam tanaman hanya karbon, oksigen, dan hidrogen yang
jumlahnya lebih banyak dari nitrogen. Pemenuhan kebutuhan tanaman terhadap
unsur tersebut, biasanya dilakukan dengan pemberian jenis pupuk anorganik
seperti pupuk urea, TSP, dan KCl, namun pemberian pupuk jenis ini memerlukan
biaya yang cukup mahal. Hal tersebut menyebabkan perlunya alternatif pupuk
yang dapat mengurangi biaya produksi, seperti penggunaan pupuk organik salah
3
satunya adalah pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari
hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya
berupa mamalia dan unggas. (Santoso, 2002). Pupuk kandang yang biasa
digunakan adalah pupuk kotoran sapi, kambing, dan unggas. Jenis pupuk tersebut
masing-masing memiliki kandungan hara yang berbeda. Selain itu, pada
teknologi penggunaan pupuk untuk pertanian ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan ketepatan dan kecermatan yaitu dosis,
waktu, dan cara pemupukan (Sabri, 1980). Penggunaan berbagai dosis pupuk
ditujukan untuk mengetahui hasil terbaik baik kualitas mau pun kuantitas dari
tanaman yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian
mengenai jenis dan dosis penggunaan pupuk kandang yang tepat pada Sorgum
terhadap produksi segar, jumlah anakan, serta proporsi batang dan daun.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang terhadap produksi segar, jumlah
anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
2. mengetahui pengaruh dosis penggunaan pupuk kandang terhadap produksi
segar, jumlah anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
3. mengetahui pengaruh jenis dan dosis penggunaan pupuk kandang terbaik
terhadap produksi segar, jumlah anakan, proporsi batang dan daun pada
hijauan sorgum.
4
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. sebagai bahan informasi bagi peternak dalam penggunaan jenis dan dosis
penggunaan pupuk kandang terbaik bagi tanaman pakan ternak;
2. sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademis atau instansi
terkait dengan pupuk kandang sebagai pupuk alternatif bagi tanaman
pakan ternak.
D. Kerangka Pemikiran
Sorgum merupakan tanaman serealia yang potensial dan dapat diandalkan sebagai
sumber pakan ternak ruminansia, khususnya pada daerah-daerah kering di
Indonesia seperti di Lampung. Sorgum tumbuh tegak dan mempunyai daya
adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu
input lebih sedikit, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding
tanaman pakan lain.
Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi (332 kalori dan 11 g protein/100
g biji) pada biji dan bagian vegetatifnya (12,8% protein kasar) sehingga dapat
dibudidayakan secara intensif sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak
ruminansia terutama pada musim kemarau (Oisat, 2011). Sebagai pakan ternak
ruminansia, hijauan sorgum biasanya dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi
ternak sapi perah dan ternak sapi yang digemukkan (Sirappa, 2003). Hijauan
sorgum ini sangat palatabel terutama tanaman yang masih muda dan yang sedang
berbunga. Menurut Siregar dan Djajanegara (1972), bahwa untuk produksi
5
hijauan makanan ternak terbaik dipotong pada phase pertumbuhan vegetatif
(sebelum berbunga/ sorgum berbunga +/ - 53 hari), karena setelah fase tersebut
tidak terjadi pertambahan produksi karena pertumbuhannya sudah maksimal.
Nilai nutrisi yang dikandung sorgum pada fase vegetatif adalah 13,76%-15,66%
PK dengan 26,06%-31,85% kadar serat kasar (SK) (Purnomohadi, 2006).
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi dengan
pemberian pupuk organik akan mengganggu sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
yang selanjutnya memengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu
cara untuk menjaga keseimbangan sifat fisik dan kimiawi tanah serta mencegah
kerusakan lahan adalah konservasi dengan pupuk organik (Ditjen Peternakan,
1992). Salah satu pupuk organik yang umum digunakan dalam pemupukan
tanaman adalah pupuk kandang. Menurut Harahap (1993) bahwa pupuk kandang
dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman dan dapat memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman. Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur
hara yang berbeda-beda, salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut
adalah jenis hewannya (Soedyanto dan Hamadi, 1985).
Pada teknologi penggunaan pupuk untuk pertanian terdapat tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan ketepatan dan kecermatan yaitu
dosis, waktu, dan cara pemupukan (Sabri, 1980). Menurut Anwar dan Bambang
(2000), pemberian pupuk kandang (kambing) dengan dosis 10 ton/ha mampu
meningkatkan produksi dari rumput raja (Pennisetum purpuroides). Lugio
(2004), menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang (sapi, domba, dan kelinci)
dengan dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan produksi hijauan berat segar dan
6
berat kering dari rumput Panicum maximum cv. Riversdale. Selanjutnya,
menurut Widowati et al., (2004), pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan
produksi tertinggi pada tanaman sayuran selada pada tanah andosol Cisarua
dengan takaran optimum ± 25 ton/ha. Berdasarkan hal ini, diharapkan
penggunaan berbagai jenis dan dosis penggunaan pupuk kandang yang tepat pada
Sorgum berpengaruh terhadap produksi segar, jumlah anakan, serta proporsi
batang dan daun.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. terdapat pengaruh perbedaan jenis pupuk kandang terhadap produksi segar,
jumlah anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
2. terdapat pengaruh perbedaan dosis pupuk kandang terhadap produksi segar,
jumlah anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
3. terdapat jenis dan dosis pupuk kandang terbaik terhadap produksi segar,
jumlah anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Sorgum
Sorgum merupakan salah satu jenis serelia yang memunyai potensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena memunyai daerah adaptasi yang luas.
Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan juga genangan air, dapat
berproduksi dilahan marjinal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan
penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan dan pakan, serta
bahan baku industri, dengan kata lain sorgum dapat dikembangkan untuk
diversifikasi industri secara vertikal (Sirappa, 2003).
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas
dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
atas permukaan laut (dpl). Memerlukan suhu lingkungan 23°-34° C tetapi suhu
optimum berkisar antara 23° C dengan kelembaban relatif 20-40%. Sorgum tidak
terlalu peka terhadap keasaman (pH) tanah, tetapi pH tanah yang baik untuk
pertumbuhannya adalah 5.5-7.5 (Rismunandar 1989). Tanaman Sorgum tahan
terhadap kekeringan, sebagai perbandingan satu kg bahan kering Sorgum hanya
memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan pada jumlah
bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg, barley 434 kg, dan
gandum 514 kg air (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
8
Beberapa varietas sorgum yang telah dikenal di Indonesia adalah Malang 26,
Birdroof, Katengu, Protoria, Darsa, dan Cempaka. Varietas-varietas yang
dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor diantaranya adalah
varietas UPCA-S1, UPCA-S2, No. 46, No. 6C dan No.7C. Balai penelitian
tanaman serealia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas Sorgum
unggul baru yaitu Kawali dan Numbu yang berasal dari India. Potensi hasil
kedua varietas tersebut masing-masing 4,67 ton/ha dan5,05 ton/ha dengan
rata-rata hasil 0,3 ton/ha dan berumur 90 hari. Varietas Kawali dan Numbu
memiliki tangkai yang kompak dan besar, tahan terhadap rebah, penyakit karat
serta penyakit bercak daun. Kedua varietas ini ditanam dibeberapa daerah antara
lain di Demak dan Gunung kidul (Jawa Tengah) serta daerah Bantul, Yogyakarta
(Yanuwar, 2002). Numbu merupakan varietas Sorgum yang berumur 100 – 105
hari dengan tinggi tanaman ± 187 cm. Biji sorgum varietas numbu berwarna
krem dengan bentuk biji bulat lonjong. Kelebihan dari sorgum varietas ini
adalah mudah dirontokkan, tahan terhadap bercak dan karat daun. Bobot biji
sorgum varietas ini mencapai 36 – 37 g dengan potensi hasil panen 4 – 5 ton/ha
(DIY Agricenter, 2008).
Daun sorgum berbentuk mirip seperti daun jagung, tetapi daun sorgum dilapisi
oleh sejenis lilin yang agak tebal dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi
untuk menahan atau mengurangi penguapan air dari dalam tubuh tanaman,
sehingga mendukung resistansi terhadap kekeringan (Mudjisihono dan Suprapto
,1987). Ukuran daun meningkat dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke
atas umumnya sampai daun ketiga atau keempat kemudian menurun sampai daun
9
bendera. Jumlah daun pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang periode
vegetatif tetapi, umumnya berkisar antara 7 - 18 helai daun atau lebih.
Menurut Sumantri (1994), batang sorgum tegak lurus dan beruas-ruas, setiap ruas
memunyai alur yang letaknya berselang-seling, dari setiap buku keluar daun
berhadapan dengan alur. Tinggi batang sorgum beragam mulai kurang dari 150
cm hingga lebih dari 2,5 meter. Batang tanaman sorgum beruas-ruas dan berbuku-
buku, tidak bercabang dan pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh
yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Sistem perakaran
sorgum terdiri dari akar-akar primer dan sekunder yang panjangnya hampir dua
kali panjang akar jagung pada tahap pertumbuhan yang sama sehingga merupakan
faktor utama penyebab toleransi sorgum terhadap kekeringan (Thomas
et al. 1976).
Toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis akar
Sorgum terdapat endapan silika yang berfungsi mencegah kerusakan akar pada
kondisi kekeringan. Sorgum juga efisen dalam penggunaan air karena didukung
oleh sistem perakaran Sorgum yang halus dan letaknya agak dalam sehingga
mampu menyerap air dengan cukup (Doggett, 1970).
Rangkaian bunga sorgum terdapat di ujung tanaman. Bunga tersusun dalam
malai. Rangkaian bunga ini nantinya akan menjadi bulir-bulir Sorgum. Bunga
terbentuk setelah pertumbuhan vegetatif, bunga berbentuk malai bertangkai
panjang tegak lurus terlihat pada pucuk batang (Sumantri, 1994). Setiap malai
memunyai bunga jantan dan bunga betina. Persarian berlangsung hampir tanpa
10
bantuan serangga. Kira-kira 95% dari bunga betina yang berbuah adalah hasil
persarian sendiri (Mudjisihono, 1987).
B. Penggunaan Hijauan Sorgum sebagai Pakan Ternak
Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi adalah 15 kg hijauan/hari (Direktorat Jenderal
Perkebunan 1996). Jika para peternak hanya mengandalkan hijauan dari rumput
gajah, tentunya hal ini akan sangat memprihatinkan, karena pada musim kemarau
sudah pasti ternak akan kekurangan hijauan yang disebabkan rumput gajah tidak
dapat hidup dimusim kemarau. Maka dalam hal ini sorgum sangat berperan untuk
memenuhi kekurangan hijauan tersebut, karena seperti yang sudah dibahas
sebelumnya bahwa sorgum itu dapat hidup dengan baik walaupun dimusim
kemarau. Selain itu nutrisi daun sorgum setara dengan rumput gajah. Dengan
melihat segala kelebihannya, tanaman yang juga dikenal dengan nama hermada
ini menjadi alternatif potensial sumber pakan ternak.
Berdasarkan penelitian Praptiwi, Irine Ike et al., (2010), bahwa uji statistik
menunjukkan konsumsi ternak akan daun sorgum dalam keadaan segar pada
varietas Numbu (13,11 kg/hr) mendekati konsumsi ternak akan rumput lapangan
yang biasa diberikan (14,79 kg/hr). Konsumsi akan daun varietas Numbu nyata
lebih tinggi (p<0,05), sedangkan varietas He gari genjah (12,39 kg/hr) dan Kawali
(12,25 kg/hr) tidak berbeda nyata (p>0,05). Ternak sapi termasuk ternak yang
selektif, sering memilih bahan pakan yang paling disukai. Dengan jumlah
konsumsi daun sorgum yang hampir sama dengan konsumsi akan rumput yang
biasa dikonsumsi, hal ini mengindikasikan bahwa kesukaan ternak akan limbah
11
tersebut cukup besar. Palatabilitas/kesukaan pakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri (Tillman dkk,
1991). Berdasarkan data di lapangan, konsumsi akan daun tanaman sorgum
rendah, menurut Sarwono dan Arianto (2003), ternak sapi dengan kisaran bobot
badan 200-250 kg mampu mengkonsumsi bahan kering ransum 3,5% dari bobot
badan, perbedaan ini disebabkan karena kebiasaan ternak dalam mengkonsumsi
pakan hijauan yang diberikan, jumlah daun sorgum yang dikonsumsi hampir sama
dengan jumlah rumput yang dikonsumsi. Menurut Sarwono dan Arianto (2003),
kemampuan sapi mengkonsumsi ransum sangat terbatas. Keterbatasan itu
dipengaruhi oleh faktor ternak, keadaan pakan dan faktor luar seperti suhu dan
kelembaban udara.
C. Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memerbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupuk kandang adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-
bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir atau pun tanah liat ke dalam
tanah. Jadi pupuk adalah bahannya, sedangkan pemupuk kandang adalah cara
pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula
sifat-sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan
tanaman. Hal-hal tersebut, agar diperoleh hasil pemupupuk kandang yang efisien
dan tidak merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam, dan jenis
pupuk dan cara pemberian pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).
12
Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk
hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri
pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal
dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk
organik memunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi
jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di
dalamnya sangatlah tinggi, sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang
dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia, sehingga memiliki
kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP
dan Gandasil (Novizan, 2007)
Pupuk organik memiliki peran penting antara lain sebagai berikut:.
1. memerbaiki struktur tanah.
Pada saat penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah dibentuk
produk yang memunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir
pasir menjadi butiran yang lebih besar.
2. menaikkan daya serap tanah terhadap air
Bahan organik memunyai daya absorpsi yang besar terhadap air tanah. Hal itu
membuat pupuk organik sering kali memunyai pengaruh positif terhadap hasil
tanaman, terutama pada musim panas yang kering.
3. menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah
Hal ini terutama disebabkan karena organisme di dalam tanah dapat
memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme di dalam
13
tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai
organisme itu di dalam tanah memunyai fungsi penting yang beraneka
ragam sifatnya.
4. mengandung zat makanan tanaman
Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman.
Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan
organik itu. Pupuk organik biasanya menunjukkan pengaruh reaksi- reaksi
nitrogen yang jelas terlihat (Rinsema, 1993).
D. Pupuk Kandang
Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang. Menurut Syekhfani (2000)
bahwa pupuk organik memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan
mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu pupuk organik
berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah,
nilai kapasitas tukar kation dan memerbaiki struktur tanah. Menurut Setiawan
(2002), pengaruh pemberian pupuk organik secara tidak langsung memudahkan
tanah untuk menyerap air.
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan
cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk
organik (pupuk kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya. Selain mengandung unsur hara makro seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur
14
mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor
dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan
nitrogen dan kalium bersal dari kotoran cair (Santoso, 2002).
Penggunaan pupuk kandang pada hijauan makanan ternak dapat meningkatkan
kandungan nutrisi dan hasil produksi pada hijauan, hal ini disebabkan pada
kotoran ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein,
lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau
biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances) (Dinas Peternakan Provinsi
Riau, 2003). Jenis pupuk kandang berdasarkan jenis ternak atau hewan yang
menghasilkan kotoran antara lain adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang
kuda, pupuk kandang kambing atau domba, pupuk kandang babi, dan pupuk
kandang unggas (Hasibuan, 2006).
Petani di beberapa daerah memisahkan antara pupuk kandang padat dan cair.
Pupuk kandang padat, yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum
dikomposkan mau pun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi
tanaman dan dapat memerbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Penanganan
pupuk kandang padat akan sangat berbeda dengan pupuk kandang cair.
Penanganan pupuk kandang padat oleh petani umumnya adalah dengan
mengumpulkan kotoran ternak besar 1 - 3 hari sekali pada saat pembersihan
kandang, kemudian ditumpuk di suatu tempat tertentu. Petani yang telah maju
ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk mengurangi bau
15
dan mempercepat pematangan, tetapi banyak pula yang hanya sekedar ditumpuk
dan dibiarkan sampai pada waktunya digunakan ke lahan.
D.1 Pupuk kandang sapi
Pupuk kandang sapi memunyai kadar serat yang lebih tinggi dibanding pupuk
kandang lainnya seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter
C/N rasio yang cukup tinggi yaitu >40 (Hartatik dan Widowati, 2010). Tingginya
kadar C dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan
pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan
pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang
tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama
akan kekurangan N. Penggunaan pupuk kandang sapi yang maksimal harus
dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio
C/N di bawah 20, selain masalah rasio C/N, pemanfaatan pupuk kandang sapi
secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi. Petani umumnya
menyebutnya sebagai pupuk dingin. Bila pupuk kandang dengan kadar air yang
tinggi diaplikasikan secara langsung akan memerlukan tenaga yang lebih banyak
serta proses pelepasan amoniak masih berlangsung. Hal ini diperkuat oleh
Prajnanta (2009) pupuk kandang yang tidak matang atau dikomposkan akan
berbahaya bagi tanaman sebab masih mengeluarkan gas selama
proses pembusukannya.
Berdasarkan hasil penelitian Novia Neltriana (2015) bahwa pupuk kandang
kotoran sapi dosis 15 ton/ha memberikan pengaruh yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
16
D.2 Pupuk kandang kambing
Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran yang
agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses
dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang
kambing umumnya > 30. Pupuk kandang yang baik harus memunyai rasio C/N
<20, sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik penggunaannya bila
dikomposkan terlebih dahulu. Jika pupuk kandang akan digunakan secara
langsung, pupuk kandang ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada
musim kedua pertanaman. Kadar air pupuk kandang kambing relatif lebih rendah
dari pupuk kandang sapi dan sedikit lebih tinggi dari pupuk kandang ayam. Kadar
hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari
pupuk kandang lainnya, sedangkan kadar hara N dan P hampir sama dengan
pupuk kandang lainnya.
Menurut Amalia et al., (2000) pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis
20 ton/ha memunyai pengaruh nyata (p<0,05) terhadap kualitas mau pun kuantitas
tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi hijauan segar dan produksi bahan kering
Rumput Benggala yang ditanam dengan menggunakan pols.
D.3 Pupuk kandang ayam
Pengunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memerbaiki struktur fisik dan
biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air. Pemberian pupuk
kandang berpengaruh dalam menurunkan pH, hal ini disebabkan karena bahan
organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumber kemasaman tanah. Pupuk
17
kandang juga akan menyumbangkan sejumlah hara kedalam tanah yang dapat
berfungsi guna menunjang pertumbuhan dan perkembangannya, seperti N, P, K
(Djafaruddin, 1970). Bila dihitung dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar
dari kotoran ternak lainnya, dimana setiap 1.000 kg/tahun bobot ayam hidup,
dapat menghasilkan 2.140 kg/tahun kotoran kering, sedangkan kotoran sapi
dengan bobot badan yang sama menghasilkan kotoran kering hanya 1.890
kg/tahun. Demikian pula dilihat dari segi kandungan hara yang dihasilkan dimana
setiap ton kotoran ayam terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K. Lain dari
pada itu, kotoran sapi dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,6
kg P dan 13,7 kg K. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan pemakaian
pupuk kotoran unggas akan jauh lebih baik dari pada kotoran ternak lainya
(Nurhayati, 1988).
Pemanfaatan pupuk kandang ayam termasuk luas, umumnya dipergunakan oleh
petani sayuran dengan cara mengadakan dari luar wilayah tersebut, misalnya
petani kentang di Dieng mendatangkan pupuk kandang ayam yang disebut dengan
chiken manure (CM) atau kristal dari Malang, Jawa Timur. Pupuk kandang
broiler memunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang
lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan,
selain itu dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta
sekam sebagai alas kandang sehingga dapat menyumbangkan tambahan hara ke
dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk
kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim
pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat
18
terdekomposisi serta memunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan
dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati
et al, 2005).
Jumlah pemberian pupuk kandang ayam rata- rata yang biasa diberikan di
Indonesia berkisar 20-30 ton/ha. Apabila pemberian dosis pupuk kandang
berkurang akan mengakibatkan pertumbuhan bibit kopi arabika semakin rendah.
Menurut Sajimin et al., (2011) pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha
menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi pada Alfalfa. Selanjutnya
menurut Widowati et al., (2004), pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan
produksi tertinggi pada tanaman sayuran selada pada tanah andosol Cisarua
dengan takaran optimum ± 25 ton/ha.
E. Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman
Pada lahan kering, pupuk kandang dapat diaplikasikan dengan beberapa cara yaitu
disebar di permukaan tanah kemudian dicampur pada saat pengolahan tanah,
dalam larikan, dan dalam lubang-lubang tanam. Metode aplikasi berkaitan
dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Pemberian pupuk kandang pada
tanaman sayuran mencapai 20-30 ton/ha, sedangkan tanaman pangan lahan kering
seperti jagung, kedelai, padi gogo dan lain-lain sejumlah 1-2 ton/ha. Pemberian
pupuk kandang ayam sebesar 2 ton/ha dengan kadar N, P2O5 dan K sebesar
berturut-turut 0,76%, 14,13%, dan 0,1% pada lahan kering di Pleihari-Kalimantan
Selatan meningkatkan produksi biji kering pipilan sebesar 4%
(Sudriatna et al., 2006).
19
Pengaruh pemberian pupuk kandang tidak terlalu besar pada pertanaman pertama.
Hasil penelitian Sutriadi et al., (2005), menunjukkan bahwa dengan aplikasi
pupuk kandang ayam sebesar 2 ton/ha meningkatkan produksi jagung sebanyak
6% pada musim pertama sedangkan pada musim kedua sebesar 40% pada
perlakuan tanpa dan dengan bahan organik, peningkatan antar musim mencapai
enam setengah kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk
kandang umumnya terlihat terutama pada musim kedua (residu). Kualitas pupuk
kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk kandang (pupuk
kandang) ayam secara umum memunyai kelebihan dalam kecepatan penyediaan
hara, komposisi hara seperti kadar N, P, K, dan Ca dibanding pupuk kandang sapi
dan kambing.
Pada pengujian Widowati et al., (2004), pemberian pupuk kandang ayam
menghasilkan produksi tertinggi pada tanaman sayuran selada pada tanah Andisol
Cisarua dengan takaran optimum ± 25 ton/ha. Demikian pula hasil penelitian
Suastika et al., (2005), diperoleh hasil yang sama dimana pemberian pupuk
kandang ayam takaran 1 ton/ha yang dikombinasikan dengan fosfat alam Tunisia
sebesar 1 ton/ha pada tanah Oxisol Pleihari menghasilkan 4,21 ton/ha jagung
sedangkan yang menggunakan pupuk kandang sapi dengan takaran dan fosfat
alam Tunisia yang sama hanya diperoleh 2,96 ton/ha, namun demikian
penggunaan pupuk kandang sapi juga telah dipergunakan secara meluas. Hasil
penelitian Sunarti (2000), pada tanah Podzolik Merah Kuning Desa Batin Jambi
yang menggunakan pupuk kandang sapi dengan diberi mulsa jerami diperoleh
takaran maksimum sebesar 18,18 ton/ha dengan tanaman indikator jagung
diperoleh produksi sebesar 6,35 ton/ha. Syukur et al., (2000), yang telah
20
mengaplikasikan pupuk kandang sapi pada tanaman turus nilam pada tanah
Regosol memperoleh takaran maksimum sebesar 20 ton/ha, demikian juga dengan
serapan hara N, P, dan K yang tertinggi pula. Adimihardja et al., (2000)
melaporkan pemberian beberapa jenis pupuk kandang sapi, kambing dan ayam
dengan takaran 5 ton/ha pada tanah Ultisol Jambi nyata meningkatkan kadar C-
organik tanah, dan hasil jagung dan kedelai.
Penggunaan dosis pupuk kandang juga mempengaruhi produktivitas dan
kandungan nutrisi dari tanaman pakan. Pada hasil penelitian Sajimin et al.,
(2011), pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha menghasilkan pertumbuhan
tanaman dan produksi hijauan alfalfa tertinggi.
F. Kualitas Pupuk Kandang
Manfaat dari penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau
bagi pertumbuhan tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan. Hal
yang harus mendapat perhatian khusus dalam penggunaan pupuk kandang adalah
kadar haranya yang sangat bervariasi. Komposisi hara ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis makanannya, alas kandang,
dan penyimpanan atau pengelolaan. Kandungan unsur-unsur hara di dalam pupuk
kandang tidak hanya tergantung dari jenis ternak, tetapi juga tergantung dari
makanan dan air yang diberikan, umur dan bentuk fisik dari ternak. Kandungan
unsur hara dan rasio C/N dalam berbagai jeis pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 1.
21
Tabel 1. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandang
Sumber Pupukkandang
KadarAir
BahanOrganik
N P2O5 K2O CaORasioC/N
--------------------------------- % ----------------------------------Sapi 80 16 0,3 0,2 0,15 0,2 20-25Kambing 64 31 0,7 0,4 0,25 0,4 20-25Ayam 57 29 1,5 1,3 0,8 4,0 9-11
Sumber: Pinus Lingga (1991)
Tabel 2. Kandungan hara beberapa pupuk kandang
Sumber Pukan N P K Ca Mg S Fe----------------------------------ppm---------------------------------------
Sapi perah 0,53 0,35 0,41 0,28 0,11 0,05 0,004Sapi daging 0,65 0,15 0,30 0,12 0,10 0,09 0,004Unggas 1,50 0,77 0,89 0,30 0,88 0,00 0,100Domba 1,28 0,19 0,93 0,59 0,19 0,09 0,020
Sumber: Tan (1993)
G. Kompos Pupuk Kandang
Pengomposan diartikan sebagai proses dekomposisi secara biologi untuk
mencapai bahan organik yang stabil. Proses pengomposan menghasilkan panas.
Dihasilkannya panas tersebut merupakan indikator dihasilkannya produk kompos
akhir yang stabil, bebas dari patogen dan biji-biji gulma, berkurangnya bau, dan
lebih mudah diaplikasikan ke lapangan. Perlakuan pengomposan juga dapat
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, karena perubahan bentuk dari
tidak tersedia menjadi mudah tersedia. Pada Tabel 3, di bawah menunjukkan
bahwa dengan adanya pengomposan meningkatkan kadar hara N, P, K, Ca, dan
Mg; menurunkan rasio C/N dan kadar air per unit yang sama.
22
Tabel 3. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandang segar danpupuk kandang yang sudah dikomposkan
Jenis bahan asalKadar hara
N P K C/NBahan segar -----------------%-------------Kotoran sapi 1,53 0,67 0,70 41,46Kotoran kambing 1,41 0,54 0,75 32,98Kotoran ayam 1,50 1,97 0,68 18,12Kompos -----------------%-------------Kotoran sapi 2,34 1,08 0,69 16,8Kotoran kambing 1,85 1,14 2,49 11,3Kotoran ayam 1,70 2,12 1,45 10,8
Sumber: Widowati et al,.(2005)
H. Produksi Segar Tanaman
Produksi berat segar diperoleh dengan cara menimbang berat segar masing-
masing perlakuan pada saat defoliasi. Berat segar hijauan kemudian dipotong
kecil-kecil untuk memudahkan penimbangan (Steel dan Torrie, 1993).
Pada umur 110 hari, hijauan sorgum di panen sebelum berbiji. Produksi bagian
atas tanaman, yang terdiri dari daun dan batang bervariasi diantara varietas atau
galur yang diuji dan antar panen. Produksi paling rendah pada periode ratton 2
dan paling tinggi pada ratoon 1. Produksi panen awal berkisar 7,09 –16,36 ton/ha.
Produksi bagian atas tertinggi dicapai oleh varietas PAC 537, yaitu 16,36 ton/ha,
disusul varietas Super 1 yaitu 14,58 ton/ha dan terendah galur G2 yaitu 7,09
ton/ha. Pada Ratoon 1, semua tanaman sudah mulai berbunga pada 45 hari masa
ratoon 1. Produksi bagian atas tanaman varietas/galur yang diuji meningkat, yaitu
berkisar antara 12,42 - 18,42 ton/ha. PAC 537 menghasilkan produksi bagian atas
tertinggi yaitu 18,42 ton. Tanaman sorghum dapat tumbuh dan beradaptasi
dengan baik dilahan kering beriklim kering, dengan curah hujan rendah dan
23
musim kemarau panjang seperti Gunung Kidul Yogyakarta, dengan curah hujan
1324 mm/tahun dengan hari hujan 59 hari/tahun. Produksi hijauan dalam 3 kali
panen (1 tahun), bervariasi antara varietas/galur dan antar panen. Produksi
hijauan varietas/galur PAC 537 konsisten paling tinggi baik pada panen awal
maupun ratoon 1 dan 2, diikuti Super 1 (Anonim, 2015)
I. Jumlah Anakan Tanaman
Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru
membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru
selain batang utama (House 1985). Ruas batang sorgum bersifat gemmiferous,
setiap ruas terdapat satu mata tunas yang bisa tumbuh sebagai anakan atau
cabang. Tunas yang tumbuh pada ruas yang terdapat di permukaan tanah akan
tumbuh sebagai anakan, sedangkan tunas yang tumbuh pada batang bagian atas
menjadi cabang (Arthswager 1948). Pertumbuhan tunas atau anakan bergantung
pada varietas dan lingkungan tumbuh tanaman sorgum. Pada suhu kurang dari
180 C memicu munculnya anakan pada fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6.
Tanaman sorgum tahunan mampu menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari
sorgum semusim. Kemampuan menghasilkan anakan dan tunas lebih banyak
menjadikan tanaman sorgum bisa dipanen untuk kemudian di ratun (Hunter and
Anderson 1997, Du Plessis 2008).
Santoso (2007), bahwa nitrogen merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman
terutama dalam pembentukan anakan. Selanjutnya menurut Simanungkalit (2006),
24
bahwa fosfor berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan pembentukan anakan
atau tunas pada tanaman serealia.
Hardjowigeno (1987), mengatakan bahwa perlu diperhatikan ketersediaan unsur
N dan P agar unsur yang diserap tanaman terdapat dalam keadaan seimbang. Hal
ini diketahui bahwa fungsi dari nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan
vegetatif, sedangkan fungsi fosfor adalah untuk memacu pertumbuhan generatif.
J. Proposi Batang dan Daun
Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai bahan
pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi di
daun (Sitompul dan Guritno 1995). Sorgum memunyai daun berbentuk pita,
dengan struktur terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi
secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada ruas
batang. Panjang daun sorgum rata-rata 1 m dengan penyimpangan 10-15 cm dan
lebar 5-13 cm (Arthswager 1948, House 1985). Jumlah daun bervariasi antara 7-
40 helai, bergantung pada varietas (Arthswager 1948, Martin 1970, Gardner
et al. 1981).
Daun melekat pada buku-buku batang dan tumbuh memanjang, yang terdiri atas
pelepah dan helaian daun. Pada pertemuan antara pelepah dan helaian daun
terdapat ligula (ligule) dan kerah daun (dewlaps). Helaian daun muda kaku dan
tegak, kemudian menjadi cenderung melengkung pada saat tanaman dewasa.
Helaian daun berbentuk lanselot, lurus mendatar, berwarna hijau muda hingga
hijau tua dengan permukaan mengkilap oleh lapisan lilin. Stomata berada pada
25
permuakaan atas dan bawah daun. Tulang daun lurus memanjang dengan warna
bervariasi dari hijau muda, kuning hingga putih, bergantung pada varietas
(Arthswager 1948).
Keunikan daun sorgum terdapat pada sel penggerak yang terletak di sepanjang
tulang daun. Sel ini dapat menggulung daun secara cepat bila terjadi kekeringan,
untuk mengurangi transpirasi. Pelepah daun melekat pada ruas dan menyelimuti
batang, agak tebal dan semakin tipis di pinggir, dengan lebar sekitar 25-30 cm
atau beragam, bergantung varietas, bagian dalamnya berwarna putih dan
mengkilat, sedangkan bagian luar berwarna hijau dan berlapis lilin. Permukaan
pelepah licin hingga berambut (Arthswager 1948, Du Plessis 2008).
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes) dan
buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat
seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Tipe
batang bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum
manis memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga
berpotensi dijadikan sebagai bahan baku gula sebagaimana halnya tebu (Hunter
and Anderson 1997, Hoeman 2012). Bentuk batang tanaman sorgum silinder
dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang
bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung pada varietas (House 1985,
Arthswager 1948, Du Plessis 2008).
Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya panjang dan seragam
di banding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas paling panjang
terdapat pada ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai malai.
26
Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh
lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin paling banyak
pada bagian atas dari pelepah daun, yang berfungsi mengurangi transpirasi
sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan. Buku pada batang sorgum rata
dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas (Arthswager
1948, Du Plessis 2008). Bagian dalam batang sorgum seperti spon setelah tua.
Pada kondisi kekeringan, bagian dalam batang sorgum bisa pecah
(Du Plessis 2008).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017—April 2017. Tempat
penelitian, yaitu di Jalan Bhineka, Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan
Kemiling, Bandar Lampung, Lampung.
B. Bahan dan Alat Penelitian
B.1 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa: bibit sorgum spesies
sorghum bicolor l. moench varietas super 1 (diperoleh dari PT. Andini), pupuk
kandang kotoran sapi dengan pakan utama hijauan (diperoleh dari skandang
Jurusan Peternakan), pupuk kandang kotoran kambing dengan pakan utama
hijauan (diperoleh dari kandang Jurusan Peternakan), pupuk kandang kotoran
ayam broiler dengan pakan ransum broiler (diperoleh dari peternakan Ayam
Pinang Jaya), sekam (diperoleh dari pabrik penggilingan padi), abu, kapur dolomit
(diperoleh dari toko pertanian), Effective Microorganisme (EM-4) (diperoleh dari
toko pertanian), dan air sumur.
28
B.2 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan seluas 200 m2, cangkul,
sabit, timbangan gantung, timbangan analitik, karung, terpal, kantong plastik,
dan ember.
C. Metode Penelitian
C.1 Rancangan perlakuan
Masing-masing perlakuan pada penelitian ini adalah :
1. Perlakuan utama: jenis pupuk kandang terdiri dari 3, yaitu:
K1 : pupuk kandang kotoran sapi;
K2 : pupuk kandang kotoran kambing;
K3 : pupuk kandang kotoran ayam.
2. Perlakuan pada anak petak: dosis penggunaan kotoran ternak meliputi:
R0 : 0 (ton/ha);
R1 : 15 (ton/ha);
R2 : 20 (ton/ha);
R3 : 25 (ton/ha)
C.2 Rancangan percobaan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan teknik
penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan metode split splot design
(rancangan petak terbagi). Hal ini karena dalam perlakuan utama terdapat
perlakuan anak petak. Perlakuan utama berupa jenis-jenis pupuk kandang
29
sedangkan perlakuan anak petak pada masing-masing perlakuan utama berupa
dosis penggunaan pupuk kandang. Bibit yang digunakan berupa biji. Setiap unit
perlakuan percobaan berupa petak berukuran 2 x 1,8 m. Setiap unit percobaan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga didapat 36 unit percobaan.
Gambar 1. Tata letak percobaan
30
C.3 Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu : tahap pembuatan kompos kotoran sapi dan kambing, tahap
budidaya sorgum, serta pengukuran produksi segar, jumlah anakan, proporsi
batang dan daun.
C.3.1 Pembuatan kompos
Pembuatan kompos dilakukan dengan cara fermentasi menggunakan starter
bakteri yang berasal dari EM4. Menurut Bahar dan Haryanto (1999), cara
pembuatan kompos ini meliputi: mengumpulkan feses sapi atau feses kambing,
kemudian dipindahkan ke tempat pembuatan pupuk organik. Tempat pemrosesan
pembuatan pupuk organik harus dijaga agar tidak mendapatkan panas langsung
dari sinar matahari dan terlindung dari air hujan, selanjutnya feses tersebut
dicampur dengan probiotik atau EM4 sebanyak 2,5 kg probiotik untuk setiap ton
pupuk, setelah itu ditumpuk pada tempat yang telah disiapkan dengan ketinggian
tumpukan sekitar 80 cm. Periode pembuatan kompos dilakukan selama 14 hari.
Keberhasilan proses dekomposisi tersebut akan diikuti dengan peningkatan
temperatur hingga mencapai sekitar 70°C kemudian menurun yang menunjukkan
adanya pendinginan yang disebabkan oleh berkurangnya proses dekomposisi dan
akhirnya mencapai titik konstan. Bahan sumber unsur kalsium (kapur dolomit)
dan sumber potasium (abu dan sekam) dapat ditambahkan dan diaduk merata
sebanyak 20 kg kapur dolomit, 100 kg abu dan 70,75 kg sekam untuk setiap ton
pupuk organik.
31
C.3.2 Budidaya sorgum
Tahap pemeliharaan sorgum meliputi: pengolahan tanah, pemupukan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan.
C.3.2.1 Pengolahan tanah
Lahan yang digunakan merupakan lahan bekas penanaman cabai dengan
menggunakan pupuk cair NPK Sebelum pengolahan tanah terlebih dahulu
dilakukan pembersihan lahan (land clearing), setelah bersih selanjutnya dilakukan
pembalikan dengan cangkul untuk memecahkan lapisan tanah menjadi
bongkahan-bongkahan dan membalik lapisan tanah kemudian dibiarkan beberapa
hari. Tanah digemburkan menjadi struktur yang remah sekaligus membersihkan
sisa-sisa perakaran gulma. Setelah digemburkan, dibuat guludan untuk setiap
percobaan sebanyak 4 guludan.
C.3.2.2 Pemupukan
Pemupukan dilakukan satu kali yaitu saat pembuatan guludan dengan cara
menaburkan pupuk lalu diaduk bersama tanah pada guludan. Dosis pemberian
pupuk sesuai dengan perlakuan.
C.3.2.3 Penanaman
Membuat lubang pada guludan dengan kedalaman 2--3 cm dengan jarak 60 x 50
cm. Selanjutnya memasukkan 3 butir biji sorgum pada tiap lubang, kemudian
menutup lubang tersebut dengan tanah. Setelah 10 hari, dilakukan pemilihan dua
tanaman yang tumbuh dengan baik dan membuang satu tanaman yang lain.
32
C.3.2.4 Pemeliharaan
Penyulaman dan penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kerapatan tanaman
yang diinginkan, apabila ada tanaman yang tidak tumbuh segera diganti dengan
yang baru, atau tanaman yang terlalu rapat dikurangi. Proses pengairan dilakukan
setiap pagi dan sore hari atau menyesuaikan dengan cuaca, sedangkan
penyiangan (pembersihan gulma) dilakukan setiap 7 hari sekali.
C.3.2.4 Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan satu kali panen pada musim pertama. Hijauan
sorgum siap panen ketika terdapat dua atau tiga tanaman sorgum yang berbunga
yaitu pada umur 52 hari. Cara pemanenan dilakukan dengan memotong tanaman
sorgum menggunakan sabit dan menyisakan 10 cm batang sorgum.
D. Peubah yang Diamati
D.1 Produksi segar (ton/ha)
Produksi segar diperoleh dengan cara menimbang bobot segar hijauan sorgum
masing-masing perlakuan pada saat pemanenan.
D.2 Jumlah anakan (batang/tanaman)
Jumlah anakan hijauan sorgum dihitung pada saat panen. Anakan dihitung
dengan cara menghitung jumlah anakan per tanaman yang tumbuh dari
batang utama.
33
D.3 Proporsi batang dan daun (persentase bobot segar batang/persentasebobot segar daun)
Proporsi batang dan daun didapat dengan cara menghitung rasio bobot segar
batang dan daun per tanaman pada saat pemanenan.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh, dianalisis ragam pada taraf nyata 5 % dan atau 1 % dan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk peubah yang berbeda
nyata atau berbeda sangat nyata.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. perbedaan jenis pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produski
segar, jumlah anakan, dan proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
2. perbedaan dosis pupuk kandang berbeda sangat nyata terhadap produksi segar
hijauan sorgum, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, dan
proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum;
3. tidak terdapat jenis pupuk kandang terbaik terhadap produksi segar, jumlah
anakan, proporsi batang dan daun pada hijauan sorgum, namun terdapat dosis
pupuk kandang terbaik terhadap produksi segar, jumlah anakan, proporsi
batang dan daun pada hijauan sorgum yaitu 20 ton/ha.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai perbedaan jenis dan dosis pupuk
anorganik terhadap produski segar, jumlah anakan, dan proporsi batang daun
hijauan sorgum.
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Pengunaan BerbagaiJenis dan Takaran Pupuk kandang Terhadap Produktivitas Tanah UltisolsTerdegradasi di Desa Batin, Jambi. Hlm. 303-319. Seminar NasionalSumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat. Bogor
Andriani, A., dan M. Isnaini. 2013. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum.Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Hlm. 47
Anonim. 2015. Varietas Hijauan Sorghum. Diakses darihttp://www.agrobisnisinfo.com/2015/08/sorghum-jenis-jenis-varietas-hijauan.html. Pada 19 Oktober 2017
Anwar, M, dan K. Bambang. 2000. Pengaruh Perbedaan Penggunaan PupukTerhadap Produksi Rumput Raja (Pennisetum purpureum) di LapanganPercobaan Ciawi. Balai Penelitian Ternak. Bogor
Amalia, L., L. Aboenawan, E. B Laconi, N. Ramli, M. Ridla, dan A. D Lubis.2000. Diktat Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Laboratorium Ilmu danTeknologi Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Artschwager, E. 1948. Anatomy and morphology of the vegetative organs ofsorghum vulgare. United States Department of Agriculture. ThechnicalBulletin 975
Bey A,Las.I. 1991. Strategi pendekatan iklim dalam usahatani Dalam A. Bey (ed)Kapita selekta dalam agrometeorologi. Dirjen Pendidikan TinggiDepdikbud. Jakarta
Dinas Peternakan Propinsi Riau. 2003. Petunjuk Budidaya Hijauan MakananTernak. Balai Pembibitan Ternak
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan dipropinsi kawasan timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek TanamanSorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. EdisiKhusus Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbianNo.4-1996: 6− 12.
51
Ditjen Peternakan. 1992. Pedoman Identifikasi Faktor Penentu Teknis Peternakan.Proyek Peningkatan Produksi Peternakan. Diklat Peternakan. Jakarta
DIY Agricenter. 2008. Teknologi Produksi Sorgum. Seksi PengembanganTeknologi dan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan. UPTD BalaiPengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikulturahttp://agricenter.jogjaprov.go.id. Diakses pada 15 Desember 2016
Djafaruddin. 1970. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian UniversitasAndalas. Padang
Doggett, H. 1980. Sorghum. Longman Scientific & Technical. Singapore
Du Plessis, J. 2008. Sorghum production. Republic of South AfricaDepartment of Agriculture. www.nda.agric.za/publications
Foth, 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta
Gardner, B.R, B.L. Blad, R.E. Maurer, and D.G. Watt. 1981. Relationshipbetween crop temperature and physiological and fenological developmentof differentially irrigated corn. Agron. J. Vol. 73 No. 4
Hatta, Muhammad. 2011. Aplikasi Perlakuan Permukaan Tanah Dan Jenis BahanOrganik Terhadap Indeks Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. UniversitasSyiah Kuala Darussallam. J. Floratek. Vol. 6 No. 1
Harahap, I.Y., T.C. Hidayat, dan Y. Pangaribuan. 1993. Pertumbuhan danProduktivitas Kacang Kedelai (Glycine max (l) Merill.) pada SistemTumpangsari dengan Tanaman Kelapa Sawit belum Menghasilkan. PusatPenelitian Kelapa Sawit. Medan
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta
Hartatik, W. dan L.R. Widowati, 2010. Pupuk kandang. http://www.balittanah.litban g.deptan.go.id. Diakses pada 15 Desember 2016
Haryanto. 2007. Kecukupan Pakan Ternak Solusi Menuju Ketahanan PanganNasional. Bahan Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor RisetBidang Nutrient Ruminansia. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta
Hasibuan, B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara. Medan
Hoeman, S. 2012. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol.Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan Badan TenagaNuklir Nasional (BATAN). Jakarta Selatan
52
House, L.R. 1985. A guide to sorghum breeding. 2ndEd. International CropsResearch Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India
Hunter, E.L. and I.C. Anderson. 1997. Sweet sorghum. In J. Janick (Eds.)Horticultural riviews. Vol. 21 Department of Agronomy Iowa StateUniversity. John willey & Sons.Inc
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I Rangkuman. Laboratorium Makanan Ternak.Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UniversitasGhadjah Mada. Yogyakarta
Keraf, F. K., Y. Nulik, and M. L. Mullik. 2015. Pengaruh Pemupukan Nitrogendan Umur Tanaman terhadap Produksi dan Kualitas Rumput Kume(Sorghum plumosum var. timorense). Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 17No. 2
Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Lugio. 2004. Pengaruh Pemberian Tiga Jenis Pupuk Kandang Terhadap ProduksiRumput Panicum maximum cv. Riversdale. Prosiding Temu TeknisNasional Tenaga Fungsional Pertanian. Bogor, 2004. Balai PenelitianTernak. Bogor
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. London
Martin, J. H. 1970. History and classification of sorghum. In J.S. Wall and W.M.Ross (Eds.). Sorghum production and utilization. The Avi PublishingCo. Inc. Westport Connecticut
Martre,P., Morrilon,F., Barrieu,F.,North,G.B.,Nobel,P.S, & Chrispeels,M.J. 2002.Plasma membrane aquaporins play a significant role during recovery fromwater deficits. Plant physiology,130(21)
Mudjisihono dan Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. PenebarSwadaya. Jakarta
Neltriana, Novia. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi TerhadapPertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.). Skripsi. FakultasPertanian Universitas Andalas. Padang
Novizan. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk yang Efektif. Agromedia Pustaka.Jakarta
Nurhayati, 1988. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Andalas.Padang
Oisat. 2011. Sorghum. PAN Germany Pestizid Aktions-Netzwerk e.V. PAN.Germany
53
Parnata, S. Ayub. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya.Agromedia Pustaka. Tangerang
Prajnanta, F. 2009. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta
Priangga R., Suwarno dan Hidayat N. 2013. Pengaruh level pupuk organik cairterhadap produksi bahan kering dan imbangan daun-batang rumput gajahdefoliasi keempat. Jurnal Ilmiah Peternakan
Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum Manis(Sorghum Bicolor (L.) Moench) sebagai Tanaman Pakan. BerkalaPenelitian Hayati. Vol. 12 Hlm. 41-44
Rengel, Z. 2000. Mineral Nutrition of Crops,Fundamental Mechanisms andImplications. Food production press. Binghamton
Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta
Rismunandar. 1989. Sorghum Tanaman Serba Guna. Sinar Baru. Bandung
Sabri, S.A. 1980. Tingkat Daya Guna Pemupukan Tanaman Padi Sawah diWilayah III Cirebon. Majalah Pertanian No. 2, th 1980. DepartemenPertanian
Sajimin, N.D., Purwantari, dan R. Mujiastusti. 2011. Pengaruh Jenis dan TarafPemberian Pupuk Organik pada Produktifitas Tanaman Alfalfa (Medicagosativa L.) di Bogor Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner. Balai Penelitian Ternak Bogor. Bogor
Salisbury, F.B, and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan – Jilid 3. Terjemahan.Penerbit Institut Teknik Bandung. Bandung
Santoso, M.B. 2002. Efisiensi dan Produktivitas Pada Tumpang Sari JagungManis (Zea mays saccharata Sturt) dan Berbagai Kerapatan Kacang Hijau(Vigna radiate L.) dengan Pengolahan Tanah yang Berbeda. Sekolah PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Santoso, B., M. N. Lekitoo dan Umiyati. 2007. Komposisi Kimia dan DegradasiNutrien Silase Rumput Gajah yang Diensilase dengan Residu Daun TehHitam. J. Animal Production. Vol. 9 No. 3
Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Secara Cepat. Cet. 3.Penebar Swadaya. Jakarta.
Sawen D. 2012. Pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) danBenggala (Panicum maximum) akibat perbedaan intensitas cahaya.Agrinimal J Ilmu Ternak dan Tanaman. Vol. 2
54
Seseray D.Y., Santoso B dan Lekitoo M.N. 2013. Produksi Rumput Gajah(Pennisetum purpureum) yang diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0, 50dan 100% Pada Devoliasi Hari ke-45. Jurnal Sains Peternakan. Vol. 11No. 1
Setiawan. 1999. Pemanfaatan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta
Setyamidjaja, D . 1986. Pupuk dan pemupukan. CV Simpleks. Jakarta
Simanungkalit. R.D.M., dan D.A Suriardikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer andBiofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian danPengembangan Pertanian. Bogor
Sirait, J., M. Syawal dan K. Simanihuruk. 2010. Tanaman alfalfa adaptif tanamandataran tinggi beriklim basah sebagai sumber pakan: Morfologi, produksidan palatabilitas. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. Bogor, 3 – 4 Agustus 2010. Puslitbang Peternakan. Bogor
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagaiKomoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal LitbangPertanian. Vol. 22 No. 4
Siregar, M.E, dan A. Djayanegara. 1972. Pengaruh Berbagai FrekuensiPemotongan Terhadap Produksi Hijauan Beberapa Rumput Pasture. BuletinLPP No 6. Bogor
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. GadjahMada University Press. Yogyakarta
Soedijanto dan Hadmadi. 1985. Pupuk Kandang, Pupuk Hijau, dan Kompos. PT.Bumi Restu. Jakarta
Sowmen, S., Abdullah, L., Karti P.D.M., dan Soepandi D. 2014. Adaptasi legumpohon yang diinokulasi dengan fungi Mikorisa arbuskular (FMA) saatcekaman kekeringan. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 16 No. 1
Steel, R.G.D, dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia,Pustaka Utama. Jakarta
Suastika, I.W., M.T. Sutriadi, dan A. Kasno. 2005. Pengaruh Pukan dan FosfatAlam terhadap Produktivitas Jagung di Typic Hapludox dan PlinticKandiudults. Kalimantan Selatan. In Prosiding SeminarNasional InovasiTeknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat. Hlm 191-201. Bogor
Subekti, N.A., Syafruddin, Roy. E, dan Sri. S. 2009. Morfologi Tanaman dan FasePertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
55
Sudarmono, As. 1997. Taman Hias Ruangan: Mengenal Dan Merawat. Kanisius.Yogyakarta
Sudriatna, U., D. Setyorini, dan A. Hasanudin. 2006. Efektivitas pupuk majemukNPK 16-16-16 pada tanah Ultisol dan Inceptisol terhadap pertumbuhan danhasil jagung. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian.Bogor
Sumantri. 1995. Nilai Nutrisi Daun dan Batang Tanaman Sorgum Manis SebagaiHijauan Pakan Ternak. Tanaman Sorgum. Edisi Khusus Balitkabi. Bogor
Sunarti. 2000. Perbaikan Beberapa Sifat Fisika Podzolik Merah Kuning SertaHasil Jagung (Zea Mays L.) dengan Menggunakan Takaran Pukan danJenis Mulsa Yang Berbeda. hlm. 419-428. Dalam Prosiding KongresNasional VIII HITI. Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai denganPotensinya Menuju Keseimbangan Lingkungan Hidup dalam RangkaMeningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Buku I. Bandung
Suprapto dan R.Mudjisihono. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. PenebarSwadaya. Jakarta
Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D. Setyorini. 2005. AmeliorasiLahan Dengan Fosfat Alam Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah KeringMasam Typic Hapludox di Kalimantan Selatan. Hlm. 143-155 dalamProsiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dabIklim. Buku II. Bogor, 14-15 September 2004. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor
Syekfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik bagi Kesuburan Tanah. Kongres Idan Semiloka Nasional Hlm 1-8. Batu Malang. Malang
Syukur, A., Titi Wurdiayani, dan Udiono. 2000. Pengaruh Dosis Pukan TerhadapPertumbuhan Turus Nilam Di Tanah Regosol Pada Berbagai TingkatKelengasan Tanah. hlm. 465-476 Dalam Prosiding Kongres Nasional VIIIHITI. Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai dengan Potensinya MenujuKeseimbangan Lingkungan Hidup dalam rangka MeningkatkanKesejahteraan Rakyat. Buku I. Bandung
Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York
Thomas J.C., K. W. Brown and W. R. Jordan. 1976. Stomata response to leafwater potential as affected by preconditioning water stree in the field’,Agron. J. Vol. 68 No. 5
Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cet. 5. GadjahMadaUniversity Press, Yogyakarta
56
Whitehead, D.C. 2000. Nutrient Element in Grassland: Soil Plant AnimalRelationship. CAB International Publishing, Wallingford
Widowati, L.R., Sri Widati, dan D. Setyorini. 2004. Karakterisasi Pupuk Organikdan Pupuk Hayati yang Efektif untuk Budidaya Sayuran Organik. LaporanProyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai PenelitianTanah, TA 2004
Widowati, L.R., Sri Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. PengaruhKompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan PupukHayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi SayuranOrganik. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis,Balai Penelitian Tanah, TA 2005
Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan dan Imunomodulator Serealia Non-Beras. Institut Pertanian Bogor. Bogor